Ceritasilat Novel Online

Kedele Maut 8

Kedele Maut Karya Khu Lung Bagian 8


segera menghiasi wajah Ong ciangkwee, ujarnya sambil tertawa:
"Tuan berdua kelewat serius, masa aku seorang saudagar pun
punya nama besar" Aku bernama Ong kui sudah lama membuka
usaha rumah makan disini, bolehkah aku tahu dalam hal mana aku
telah menyalahi tuan berdua?"
Kim loji mendengus dingin:
"Hey tauke Ong, dalam mata yg sehat tak akan kemasukan pasir,
janganlah menggunakan kata-kata yg kosong, terus terang saja,
kedatangan kami kesini adalah utk mencari seseorang!"
"Mencari seseorang" Siapa yg kalian cari?" tanya Ong kui purapura
tertegun. "Siapa lagi" Tentu saja Kho Beng!"
"Kho Beng?" kembali Ong kui berlagak tercengang, "rasanya
belum pernah kudengar nama tsb"."
Kim loji menjadi sangat marah, tegurnya:
"Hey orang she Ong! Pentang matamu lebar-lebar, ketahuilah
bahwa Kho Beng adalah buronan yg sedang dicari-cari segenap
umat persilatan, bila kau berani menyembunyikan dirinya,
hmmm".sudah bosan hidup nampaknya".?"
Sementara itu Kim losam juga turut menimbrung, katanya:
"Tauke Ong, kuanjurkan kepadamu agar bertindak lebih terbuka,
terus terang saja kukatakan, tanpa sumber berita yg bisa dipercaya,
kami tak bakal menggedor pintu rumahmu ditengah malam buta!"
Ong kui kelihatan panik, tapi mati-matian ia enggan mengaku,
tangkisnya: "Tuan berdua, belum pernah ada kejadian macam begitu
ditempat kami, aku Ong kui sudah tiga generasi membuka usaha
ditempat ini, sungguh mati aku tidak kenal dg orang she Kho itu...."
Jawaban semacam ini pada dasarnya telah berada dalam dugaan
dua bersaudara Kim, maka sambil menarik muka Kim loji berkata:
"Hey tauke Ong! Bolehkah aku menggeledah tempatmu?"
Menurut perkiraannya, pihak lawan tak akan mengabulkan
permintaan itu, maka asal orang itu menyatakan keberatan, Kim lo ji
sudah bersiap sedia merusak perabot yg berada disana dan
memancing terjadinya keributan sehingga memancing perhatian
orang-orangnya kesitu. Dg cara demikian, Chin sian kun tentu akan mempunyai cukup
waktu utk melakukan penggeledahan secara seksama.
Siapa tahu pemilik rumah makan tsb tidak menunjukkan
keberatannya, malah sambil manggut-manggut katanya:
"Boleh, boleh saja, kalau toh kalian berdua tak percaya dg
perkataanku, silahkan saja masuk utk melakukan pemeriksaan, asal
kalian bisa menemukan orang she Kho tsb, aku bersedia
menyerahkan usahaku ini kepada kalian berdua!"
Jawaban tsb segera membuat Kim bersaudara jadi tertegun,
tanpa terasa mereka mulai berpikir:
"Benarkah Kho Beng sudah pergi dari sini" Ayaukah ia sudah
dibokong dan sekarang telah dipindahkan ketempat lain?"
Dari tujuhorang yg ada, rupanya mereka membagi diri menjadi
dua rombongan, satu rombongan memeriksa secara terang-terangan
sedang yg lainnya melakukan pemeriksaan secara diam-diam, hal ini
dimaksudkan agar semua bagian tempat diperiksa dg seksama.
Tapi setelah lawan membolehkan utk digeledah, hal ini segera
memberi firasat kepada Kim loji bahwa usaha mereka
melakukanpenggeledahan tak akan menghasilkan apa-apa.
Tapi dari pada pulang dg begitu saja lebih baik dilakukan
pemeriksaan kedalam, siapa tahu masih ada tanda-tanda yg
ketinggalan" Karena berpendapat demikian, maka sambil manggut-manggut
katanya kemudian: "Baiklah, kalau begitu harap tauke suka menjadi petunjuk
jalan...." Tauke Ong segera memerintahkan kedua orang pelayannya utk
menjaga pintu, sedang kepada dua bersaudara Kim dipersilahkan
mengikuti dibelakangnya masuk kedalam.
Sambil menghimpun hawa murninya dan bersiap sedia
menghadapi segala kemungkinan yg tak diinginkan, dua bersaudara
Kim masuk keruang belakang.
Disekitar ruangan mereka saksikan ada tujuh delapan orang lelaki
yg berkerumun sambil menanyakan persoalan yg terjadi.
Sepintas lalu orang-orang itu nampak seperti pegawai rumah
makan, tapi bagi dua orang bersaudara Kim yg cukup
berpengalaman, dalam sekilas pandang saja ia dapat melihat dg
jelas bahwa beberapa orang diantara mereka memiliki kening yg
menonjol tinggi, jelas mereka adalah jago-jago yang berilmu sangat
tinggi. Tanpa terasa, rasa kaget yg mencekam makin menyelimuti
perasaan kedua orang itu.
Dalam pada itu, tauke Ong telah mengulapkan tangannya sambil
berkata: "Kalian tak usah mengada-ada, disini tak ada persoalan, ayoh
kembali kekamar masing-masing!"
Selesai berkata, dia mengajak dua bersaudara Kim melakukan
pemeriksaan yg teliti atas setiap ruangan yg ada disana.
Baik kim loji maupun Kim losam sama sekali tak menyangka
kalau bangunan dibelakang rumah makan Poan gwat kie diatur
serapi dan sehebat itu. Kebun yg luas dan bangunan rumah yg megah sama sekali tak
kalah dg rumah hartawan kaya, terutama sekali jumlah kamarnya yg
begitu banyak, rasanya tak kalah dg rumah penginapan pada
umumnya. Tanpa terasa Kim loji tertawa dingin dan sengaja ejeknya,
"Hey tauke, tidak kusangka dibelakang rumah makanmu ternyata
dibuka pula usaha penginapan!"
"Kalian berdua jangan salah paham" buru-buru tauke Ong
menjelaskan, "aku hanya suka menerima teman sehingga sengaja
membangun. Betapapun besarnya kecurigaan dua bersaudara Kim terhadap
tempat itu, sekarang mereka tak sanggup bicara lagi.
Sesudah menghela napas sedih, Kim loji segera menjura seraya
berkata: "Maaf atas gangguan kami malam ini, dikemudian hari kami tiga
ruyung dari Tong ting pasti akan datang lagi utk minta maaf!"
"Ooooh....rupanya tiga bersaudara Kim yg termasyur namanya"
seru tauke Ong, "sudah lama kudengar nama besar Kim kong sam
pian, he...he...he...kesalah pahaman semacam ini belum berarti apaapa,
bagaimana kalau kita minum arak sampai pagi?"
Tentu saja Kim loji tak punya muka utk berdiam lebih lama
disana, dg wajah bersemu merah, buru-buru tampiknya,
"Biarlah maksud tauke kami terima dihati saja, maaf kami harus
mohon diri lebih dulu karena ada urusan lain."
"Aaah, mana...." Ong kui tertawa mengejek.
Baru saja mereka bertiga berjalan menelusuri kebun, mendadak
tampak sesosok bayangan hitam melayang turun persis dihadapan
mereka, ternyata orang itu adalah Chin sian kun.
Kim loji dan Losam sama-sama menjadi tertegun, tegurnya
berbareng: "Hey, mengapa kaupun kemari?"
Tentu saja dibalik pertanyaan tsb masih terkandung pertanyaan
lain. Setengah mengomel Chin sian kun berkata:
"Sudah hampir setengah harian lamanya kami menunggu
kedatanganmu berdua, tapi belum juga nampak kalian datang!....aku
toh tak bisa dibiarkan berdiri dibawah langit sambil minum embun
dingin." Tauke Ong segera tertawa terbahak-bahak, katanya cepat:
"Ha....ha....ha....tidak kusangka rumah makan Poan gwat kie ini
bisa menarik perhatian begitu banyak jago lihay pada malam ini,
entah siapakah lihiap ini?"
Dg langkah yg lemah gemulai Chin sian kun maju mendekatinya,
sambil tersenyum dia berkata:
"Apakah kau adalah pemilik rumah makan ini?"
"Aaaah, mana, mana..." cepat-cepat Ong kui menjura, "walaupun
aku tak mengerti ilmu silat, namun aku paling kagum dg jago-jago
persilatan, sungguh menjadi kebanggaan bagiku bisa menerima
kunjungan dari lihiap......"
"Tauke memang pandai sekali berbicara" Chin sian kun
tersenyum, "padahal aku Chin sian kun bukan termasuk orang
pandai, justru ciangkwee lah merupakan seorang tokoh silat yg tak
mau mengunjukkan diri!"
Sambil berkata, tiba-tiba saja ia melancarkan sebuah serangan
secepat sambaran kilat dan langsung mengancam jalan darah lemas
dan kaku Ong kui..... Mimpipun Ong kui tdk menyangka kalau lawannya akan
melancarkan serangan disaat masih tersenyum, ketika menyadari
akan datangnya bahaya, keadaan sudah terlambat,
"Bluuuukk...!" Tak ampun lagi tubuhnya terserang dan segera roboh terjungkal
keatas tanah. Dua bersaudara Kim yg menyaksikan kejadian ini menjadi
tertegun, sebelum mereka sempat berbuat sesuatu, tiba-tiba dari
balik kegelapan terengar dua kali bentakan keras,
"Kurang ajar, kalian berani berbuat keonaran disini!"
Tampak dua sosok bayangan manusia dg membawa gulungan
cahaya tajam yg menyilaukan mata meluncur tiba.
Dg suatu gerakan cepat Chin sian kun menyambar tubuh Ong kui
yg tergeletak lemah ditanah, lalu serunya:
"Cepat kalian loloskan senjata utk membendung serangan
lawan!" Mendengar seruan tsb, Kim loji dan losam segera mencabut
keluar ruyungny lalu diayunkan kedepan utk menghadang serbuan
dari ketiga sosok bayangan manusia itu.
Ternyata oleh gerak serangan ruyung tsb, ketiga sosok bayangan
manusia itu segera melayang turun ketanah.
Kim loji segera mengenali mereka sebagai beberapa orang
pelayan yg dijumpai sewaktu masuk kehalaman tadi, hanya sekarang
mereka berdiri dg senjata terhunus.
Setelah berhasil membendung gerak maju lawan, Kim loji baru
menjengek sambil tertawa dingin:
"Apakah sampai sekarang kalian bertiga belum mau menunjukkan
wajah aslinya" Apakah kalian bersedia menyebutkan nama-nama
kalian semua?" Salah seorang diantaranya, seorang lelaki bermuka kuda segera
membentak dg keras: "Kami semua adalah sahabat tauke Ong, tak usah menyebut
nama-nama kami lagi, yg jelas tauke Ong sudah bersikap cukup
sopan kpd kalian, tapi kenyataannya kalian menyergapnya secara
licik, terhitung jagoan macam apakah kalian ini?"
Paras muka dua bersaudara Kim segera berubah merah padam
krn jengah. Tapi Chin sian kun segera berkata sambil tertawa terkekehkekeh,
"Sudah sepantasnya bila kalian merasa tdk terima, tapi bila aku
tak diberi kesempatan utk memberi penjelasan, pasti kalian akan
menganggap diriku sebagai seorang yg tak tahu malu. Untuk itu
bersediakah kalian bertiga memberi sedikit waktu utk berbincangbincang
dulu dg tauke ini sebelum bertarung"Bila alasan yg kami
kemukakan dianggap tak masuk akal, pertarungan baru diteruskan
kembali?" Ketiga orang lelaki itu mendengus dingin, samun mereka tdk
memberikan komentar apa-apa.
Sambil menarik muka Chin sian kun segera berpaling kearah
tauke Ong dan menegur dg suara dingin:
"Hey tauke Ong! Aku harap kau bersedia memberi jawaban dg
sejujurnya, sebab kalau tdk, siksaan akan menimpa dirimu, kau tahu
bukan bagaimana rasanya seseorang yg hidup tak bisa mati pun
tidak?" Dg wajah hampir menangis, tauke Ong merengek:
"Lihiap , apa yg mesti kukatakan" Aai...."
"He...he...he...."Chin sian kun tertawa dingin, "belum lagi
persoalan pokok disebutkan, kenapa kau mesti berkeluh kesah"
Kemampuan Ong ciangkwee dlm menghadapi persoalan benar-benar
mengagumkan dan tak malu disebut jagoan lihai, apalagi bila
dibandingkan dg anak buahmu yg sebentar menjadi pelayan,
sebentar lagi menjadi sahabat itu....kami benar-benar ketinggalan
jauh!" Beberapa patah kata itu kontan saja membuat paras muka ketiga
orang jago pedang itu berubah hebat, sedangkan air muka Ong kui
makin merah jengah. Setelah berhenti sejenak, kembali Chin sian kun berkata:
"Sudahlah, tak usah banyak berbicara yg tak guna lagi, mari kita
menyinggung masalah pokok, nah tauke Ong, sebetulnya pemuda
she Kho itu sudah kalian sekap dimana?"
Ong kui menghela napas, "Chin lihiap, mengapa kau tidak bertanya langsung kpd dua
bersaudara Kim yg telah melakukan penggeledahan yg seksama dari
depan sampai belakang" Apa lagi yg mesti kukatakan kepadamu?"
"Jawabanmu benar-benar sangat hebat" jengek Chin sian kun
sambil tertawa dingin. "Hey tauke Ong, tolong tanya rumah makan Poan gwat kie ini,
selain pintu besar yg menghadap kejalan raya, apakah masih ada
pintu lain?" "Ada!" Ong kui mengangguk, "pintu belakang terletak disebelah
kiri kebun!" "Selain pintu belakang?"
"Sudah tak ada lagi..." Ong kui kembali menggeleng.
Chin sian kun segera menunding kearah gunung-gunungan yg
berada tiga kaki disampingnya, lalu mengejek sambil tertawa dingin:
"Tauke, bolehkah aku tahu, pintu rahasia dibalik gunung itu
tembus kemana?" Begitu ucapan tsb diutarakan, paras muka ketiga orang jago
pedang serta Ong kui segera berubah sangat hebat.
Dg agak cemas Ong kui berseru:
"Lihiap, kau jangan bergurau, mana mungkin dibalik gununggunung
itu terdapat pintu."
Mencorong sinar tajam dari balik mata Chin sian kun, segera
bentaknya keras-keras: "Barusan aku melihat ada orang pelayanmu menerobos masuk
kebalik gunung-gunungan itu dan hingga sekarang belum nampak
muncul kembali, jika disitu tak ada pintu, kau anggap dia bisa
menerobos masuk kedalam tanah?"
"Perempuan rendah!" tiba-tiba jago pedang bermuka kuda itu
membentak keras, "kau tak usah mengada-ngada terus disini,
sebenarnya Ong ciangkwee akan dilepaskan tidak?"
Chin sian kun mengerling sekejap kearah lawannya, lalu
menjengek sinis: "Nah, mulai panik bukan krn rahasianya ketahuan"
He...he...he....lebih baik kalian bertiga jangan bergerak
sembarangan, sebab aku bisa menghabisi nyawa Ong ciangkwee
paling dulu...."

Kedele Maut Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Jago pedang bermuka kuda itu tdk menggubris, tiba-tiba ia
berpekik nyaring, lalu serunya kpd dua orang jago lainnya:
"Hayo serbu!" Tubuhnya segera melejit ketengah udara, dari situ pedangnya
menciptakan selapis cahaya tajam dan secara langsung membecok
kepala Chin sian kun. Tak terlukiskan rasa kaget Chin sian kun menghadapi serangan
tsb, ia tak mengira kalau lawan sama sekali tdk m enggubris
keselamatan sandera yg berada ditangannya.
Melihat Kim loji dan losam telah dihadang musuh, cepat-cepat ia
berkelit kesamping, sambil teriaknya:
"Kalian cepat turun!"
Berbareng dg suara bentakan itu, empat sosok bayangan
manusia segera melompat turun dari atas wuwungan rumah,
ternyata mereka adalah Rumang, Hapukim serta dua bersaudara Mo.
Rumang dg golok terhunus langsung menghadang sijago pedang
bermuka kuda yg menyerang Chin sian kun itu, bentaknya:
"Mak nya! Tak kusangka rumah makan kalian adalah sarang
penyamun yg suka menculik orang, biar kubunuh manusia macam
dirimu lebih dulu...."
Golok segera diputar bagaikan roda, secara beruntun dia telah
melepaskan dua kali bacokan berantai.
Mendadak terdengar Kim loji yg sedang bertarung berseru
lantang: "Adikku, kalau toh sudah kau ketahui pintu rahasia disitu,
mengapa tdk segera menyuruk kedalam utk melakukan
penggeledahan?" "Bila pintu rahasianya sudah kuketahui, buat apa aku mesti
menunggu sampai sekarang?" sahut Chin sian kun.
Kemudian kepada Ong kui yg berada digenggamannya ia
membentak: "Coba lihat sendiri, sobatmu sudah tak ambil peduli dg
keselamatanmu lagi, aku rasa kaupun tak usah menyimpan rahasia
terus." Sambil berkata ia segera memberi tanda kpd dua bersaudara Mo
serta Hapukim agar mengikutinya menuju kebalik gunung-gunungan.
Bangunan yg menyerupai gunung-gunungan itu dibuat sangat
tinggi dan besar, dibagian tengahnya terdapat sebuah gua yg saling
berhubungan. Sementara itu Ong kui masih ragu-ragu, Chin sian kun telah
mencengkeram ujung bajunya, seraya membentak keras :
"Hayo jawab, kau bersedia menunjukkan atau tidak" Asal kau
mau menunjukkan letak tombol rahasia utk membuka pintu tsb,
kami pasti tak akan menyusahkan dirimu lagi."
Belum selesai perkataan itu diutarakan, tiba-tiba dari balik
gunung-gunungan itu sudah kedengaran seseorang berkata dg suara
merdu, "Terhadap pelbagai persoalan yg begitu sepele, buat apa kau
memaksanya utk berbicara" Kalau toh ia enggan berkata, biar aku
yg menunjukkan!" Menyusul perkataan tsb, tiba-tiba dinding kiri gunung-gunungan
itu sudah terbuka lebar dan muncullah seorang perempuan berbaju
putih. Dia tak lain adalah Chiu hoa Lengcu, anak buah dewi In nu yg
dikenali Chin sian kun pagi tadi sebagai "nyonya Ciu".
Kehadirannya yg sama sekali tak terduga ini segera menimbulkan
rasa tertegun bagi Chin sian kun, ia tak menyangka kalau pihak
lawan akan menggunakan cara demikian dlm menghadapinya.
Sementara dia masih termenung, Ciu hoa Lengcu telah
memperhatikan sekejap situasi pertarungan, dimana enam orang
sedang terlibat dlm pertarungan sengit.
Mendadak bentaknya: "Tahan!" Ketiga orang jago pedang yg sedang bertempur seru itu segera
melepaskan dua rangkai serangan gencar, setelah itu mereka
melompat keluar dari arena pertarungan dan berdiri tenang disitu.
Kepada Chin sian kun kembali Ciu hoa Lengcu berkata seraya
tersenyum ramah, "Kini pintu rahasia telah terbuka, silahkan nona memasukinya utk
diperiksa!" Chin sian kun baru saar setelah mendengar ucapan itu, serunya
tanpa sadar: "Benarkah kau dari marga Ciu?"
Ciu hoa Lengcu manggut-manggut:
"Aku beridam digang sebelah sana, hitung-hitung masih punya
hubungan family dg tauke Ong, apabila ia telah melakukan suatu
kesalahan terhadap nona, bagaimana kalau aku mewakilinya minta
maaf!" Chin sian kun tersenyum, "Sungguh tak kusangka tempat ini merupakan sebuah sarang
naga harimau, aku percaya enci orang persilatan juga?"
Sambil tertawa Ciu hoa Lengcu menggelengkan kepalanya
berulang kali, katanya: "Nona sudah salah menilai, rumah makan Poan gwat kie hanya
sebuah rumah makan biasa dan aku pun bukan manusia bangsa
jago silat yg pandai memainkan senjata."
"Hmmm, siapa yg percaya dg kata-katamu itu?" Chin sian kun
mendengus, "bila rumah makan ini hanya usaha biasa mengapa
terdapat banyak jago lihay yg berdiam disini" Dan mengapa pula
dibangun lorong bawah tanah yg begitu rahasia?"
"Kalau begitu nona yg sudah salah paham" tukas Ciu hoa Lengcu,
"suamiku lebih sering berjaga diluar, ia jarang pulang, maka sengaja
kami buat lorong rahasia utk menghubungkan tempat ini dg
rumahku, dg begitu antara aku dg tauke Ong pun bisa saling
berhubungan bila perlu, sementara orang-orang itu tak lain adalah
sobat-sobat yg diundang tauke Ong, sesungguhnya kehadiran
mereka tak perlu diributkan nona...."
Kemudian setelah berhenti sejenak, kembali katanya:
"Sekarang aku sudah memberi keterangan yg cukup jelas, aku
rasa nona pun harus membebaskan tauke Ong!"
Kata-katanya diucapkan sangat lembut dan beralasan kuat
sehingga Chin sian kun jadi gelagapan dibuatnya.
Dalam keadaan begini, terpaksa nona itu menjadi nekad, ujarnya
kemudian dg suara dingin:
"Sebetulnya tidak susah utk minta kepadaku membebaskan orang
ini, tapi Kho Beng harus diserahkan dulu!"
"Kho kongcu memang pernah berkunjung kemari" Ciu hoa
Lengcu tersenyum, "tapi ia sudah pergi sejak tadi!"
"Aku tak percaya!"
"Lantas apa yg harus kami perbuat agar nona mau percaya?"
tanya Ciu hoa Lengcu sambil berkerut kening.
Tanpa pikir panjang Rumang menyela dari samping.
"Kecuali kami diberi kesempatan utk melakukan penggeledahan!"
Diluar dugaan ternyata Ciu hoa Lengcu menanggapi sambil
mengangguk: "Untuk menarik kepercayaan kalian, aku bersedia menjadi
penunjuk jalan, nah silahkan mengikuti diriku!"
Selesai berkata, ia segera masuk dulu kedalam lorong rahasia.
oooOOooo Disaat Chin sian kun sekalian bertujuh mengikuti Ciu hoa Lengcu
memasuki pintu rahasia tsb, dari mulut gang tampak sebuah kereta
kuda yg mungil dilarikan orang cepat-cepat.
Kusir kuda adalah dua orang lelaki berbaju hitam, tampak mereka
melarikan kudanya dg begitu cepat dan menuju kearah pintu kota
sebelah timur... Disisi kereta itu duduk dua orang perempuan genit, mereka tak
lain adalah kedua orang dayang Ciu hoa Lengcu, sedangkan orang
ketiga adalah Kho Beng, wajahnya nampak sayu dan diliputi
perasaan terkejut, tubuhnya sama sekali tak bisa berkutik, jalan
darah kakunya telah tertotok.
Kereta kuda itu meluncur terus menembusi pintu kota dan lari
ketempat yg liar dan terpencil dari keramaian, melihat keadaan
mana, dg perasaan terkejut bercampur keheranan Kho Beng segera
menegur: "Sebenarnya kalian hendak membawaku pergi kemana?"
Dayang genit yg berada disebelah kiri tertawa terkekeh-kekeh,
katanya: "Bukankah telah kukatakan tadi, sampai waktunya kau toh akan
mengetahui dg sendirinya?"
"Apakah komandan Sin kalian itu sudah kembali?" tanya Kho
Beng lagi dg perasaan tegang.
Dayang genit yg berada disebelah kanan segera mendengus
dingin, sahutnya: "Siapa yg tahu permainan setan apa yg sedang kau perbuat" Dua
puluhan orang sudah dikirim, namun sudah hampir satu jam
lamanya belum juga ada kabar beritanya!"
Mendengar jawaban tsb, Kho Beng merasa hatinya agak lega,
diam-diam ia menghembuskan napas panjang, lalu katanya sambil
tertawa: "Rupanya kalian hendak mengajak diriku pergi mencari
mereka...." "Kau jangan keburu bersenang hati dulu" sela dayang disebelah
kiri sambil tertawa dingin, "terus terang saja aku bilang asal orangorang
kami sampai ketimpa suatu kemalangan, maka kau sendiripun
jangan harap bisa pulang kekota Tong sia dalam keadaan hidup!"
Kembali Kho Beng merasa terkesiap sekali sebab sebagaimana
diketahui keterangan yg diberikannya hanya keterangan palsu,
mustahil Bu wi lojin bisa begitu kebetulan berada juga dirumah abu
keluarga Liok, sepuluh li disebelah timur kota.
Tapi apa sebabnya komandan Sin beserta kedua puluhan orang
yg dipimpinnya belum juga nampak muncul kembali"
Tanpa terasa ia mulai mengkuatirkan pula nasib anak buah Ciu
hoa Lengcu yg sudah pergi dan hingga kini belum balik itu.
Suara derap kaki kuda yg ramai.....
Suara roda kereta yg menggelinding....
Kho Beng tahu inilah kesempatan terbaik baginya utk meloloskan
diri dan itu berarti ini merupakan kesempatannya yg terakhir.
Tapi apa mau dikata jalan darah kakunya tertotok sehingga
tubuhnya tak mampu berkutik, ditambah lagi pengawasan dua
orang dayang yg begitu ketat, membuat ia tak berhasil menembusi
jalan darahnya itu. Sementara dia masih berpikir mencari akal utk meloloskan diri,
tiba-tiba terasa kereta itu bergetar keras dan segera berhenti.
Sementara itu lelaki berbaju hitam yg berada didepan kereta
segera berkata: "Nona berdua, komandan Sin telah pulang."
Mendengar perkataan itu, Kho Beng bersama kedua orang
dayang itu berpaling keluar jendela, benar juga kelihatan ada
puluhan sosok bayangan hitam sedang melesat datang dg kecepatan
tinggi. Sesudah mendekat, bayangan manusia yg berjalan dipaling
depan berseru tertahan, lalu cepat-cepat menghampiri kereta.
Ternyata orang itu adalah seorang kakek berbaju hitam yg
berperawakan tinggi besar berwajah amat keren.
Dg sorot matanya yg tajam bagaikan sembilu, dia mengawasi
sekejap dua orang lelaki yg berada didepan kereta, lalu tanyanya
keheranan: "Go hoat, Tan peng kalian hendak kemana?"
Lelaki berbaju hitam yg bertindak sebagi kusir itu segera
menjawab: "Lapor komandan, hamba mendapat perintah dari Lengcu utk
menghantarkan Kiok hoa dan Kiok bi yg mengawal tawanan Kho
Beng menuju kekebun Kiok wan!"
Mendengar tanya jawab itu, Kho Beng merasakan hatinya
bergetar keras, pikirnya:
"Ternyata orang ini adalah komandan Sin dan pasukan baju
hitam, kalau ditinjau dari tampangnya nampak gagah dan keren,
sama sekali tdk mengandung hawa sesat, tapi heran mengapa ia
justru bergaul dg kawanan manusia sesat itu?"
Sementara itu komandan Sin telah berpaling kearah jendela
kereta seraya berkata: "Nona Kiok bi, mengapa Lengcu tdk menunggu sampai aku
pulang" Kenapa secara tiba-tiba ia berubah pendapat?"
Kiok bi segera tertawa cekikikan, ujarnya:
"Aduh komandan ku, kenapa kau masih bertanya" Kepergianmu
yg tak ada kabar beritanya nyaris membuat semua urusan menjadi
terbengkalai...!" "Ketika aku sampai dirumah abu itu, telah ditemukan seorang yg
amat mencurigakan...."
"Aaaah...apakah dia adalah si tua Bu wi?"
"Bukan!" komandan Sin menggeleng.
"Lantas siapakah dia?" tanya Kiok bi keheranan.
"Setelah kulakukan pengejaran sejauh dua puluh li, ternyata
orang itu berhasil meloloskan diri, aku tak sempat melihat dg jelas
raut wajah orang itu, tapi aku yakin dia bukan si tua Bu wi!"
Kiok bi segera tertawa terkekeh-kekeh:
"Masa dibawah kelopak mata komandan Sin pun ada seseorang
yg mampu meloloskan diri" Kecuali kau si komandan sengaja main
sabun....." Tiba-tiba komandan Sin menarik muka dan berseru dg suara
dalam: "Aku tdk terbiasa bergurau, aku harap perkataan nona sedikitlah
tahu diri, meskipun aku she Sin selalu tinggi hati, tapi ilmu
meringankan tubuh yg dimiliki orang itu sudah jelas tidak berada
dibawah kemampuanku....."
Belum selesai perkataan itu diucapkan, sambil tertawa Kiok hoa
telah menukas: "Sudah, sudahlah komandan Sin juga tak perlu memberi
penjelasan lagi, kau toh mengerti, kami kakak beradik hanya gemar
bergurau dan menggoda orang lain, masa komandan Sian betulbetul
main sabun" Cuma gara-gara keterlambatanmu itu, dikota
telah terjadi suatu peristiwa besar!"
"Peristiwa apa?" tanya komandan Sin agak tertegun.
"Kim kong sam pian bersama si Walet terbang berwajah ganda
serta kempat anjing asing itu telah berhasil menggeledah rumah
makan Poan gwat kie dan menemukan tempat tinggal kita!"
"Bagaimana dg Lengcu?" tanya komandan Sin dg perasaan amat
terkejut. "Lengcu masih berusaha mengulur waktu dg meeka, sementara
kami diperintah utk membawa orang she Kho ini kembali kekebun
Kiok wan!" Mendengar sampai disini Kho Beng baru mengerti apa sebabnya
ia dipindahkan ketempat lain, namun pelbagai kecurigaan pun
menyelimuti perasaan hatinya......
Siapakah yg mengutus Kim kong sam pian dan Walet terbang
berwajah ganda. Bukankah mereka sedang terlibat pertarungan
sengit melawan Rumang sekalian" Mengapa mereka malah
bergabung menjadi satu"
Perubahan sikap dari musuh menjadi teman yg berlangsung
begitu cepat benar-benar membuatnya kebingungan dan tidak habis


Kedele Maut Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mengerti. Dg paras muka berubah menjadi amat tegang, komandan Sin
berkata: "Kalau begitu aku harus secepatnya kembali kekota utk memberi
bantuan........." "Dalam hal ini Lengcu pun telah berpesan" buru-buru Kiok hoa
menerangkan, "kita diharuskan menyelidiki terus jejak si tua Bu wi
dan mendapatkan kembali kitab pusaka Thian goan bu boh, sebab
hal itu jauh lebih penting daripada persoalan lain, oleh sebab itu
Lengcu berpesan apabila bertemu dg dirimu maka kita diharuskan
segera kembali kekebun Kiok wan dan menyiksa orang she Kho ini
agar mengaku...." Belum selesai perkataan itu diutarakan, tiba-tiba dari kejauhan
sana terdengar seseorang berseru sambil tertawa tergelak:
"Buat apa mesti disiksa utk mengorek keterangan" Bukankah aku
sudah hadir disini!"
Berubah hebat paras m uka komandan Sin saking kagetnya
setelah mendengar perkataan itu, dg cepat dia mengulapkan
tangannya kepada orang-orang berbaju hitam yg berada disekeliling
sana. Dalam waktu singkat dua puluhan jago pedang itu telah
menyebarkan diri dan mengepung kereta tsb ketat-ketat, semuanya
berdiri dg pedang terhunus dan punggung menghadap kearah
kereta, agaknya orang-orang itu sudah siap sedia melangsungkan
pertarungan. Kho Beng yg berada dlm kereta segera mengenali suara itu
sebagai suaranya Bu wi lojin. Ia sangat terkejut dan berpekik dihati:
"Aduh celaka!" Keadaan sudah jelas tertera, Bu wi lojin seorang diri lagi pula
menderita luka dalam yg cukup parah, bagaimana mungkin ia
sanggup menandingi kawanan jago lihay sebanyak itu"
Dg perasaan gelisah dan cemas dia mengawasi keluar lewat
jendela krn tampak olehnya sesosok bayangan manusia telah
munculkan diri sepuluh kaki didepan sana dan pelan-pelan berjalan
mendekati kereta kuda itu.
Ia baru berhenti setelah berada hanya tiga kaki dari kereta,
wajahnya kelihatan anggun dan tenang dg jenggot putihnya berkibar
terhembus angin, orang ini memang tak lain adalah Bu wi lojin.
Komandan Sin segera menjura utk memberi hormat, lalu katanya
sambil tertawa terbahak-bahak,
"Ha...ha...ha....saudara Bu wi, sejak berpisah tiga puluh tahun
berselang tak disangka kita akan bersua kembali maam ini!"
Ketika bertemu komandan Sin, tiba-tiba paras muka Bu wi lojin
berubah, segera sahutnya sambil menjura pula,
"Ooooh...rupanya Sin tayhiap, apakah kau pun mengharapkan
kitab pusaka Thian goan bu boh?"
Komandan Sin segera tertawa,
"Aku orang she Sin mengerti akan kemampuan serta
keterbatasanku, sehingga sama sekali tdk berambisi dg kitab pusaka
tsb. Hanya sayang aku sedang melaksanakan perintah sehingga mau
tak mau terpaksa mohon pengertian dari engkoh tua, asal engkoh
tua bersedia memberi muka kpd ku, aku Sin cu beng bertanggung
jawab atas keselamatan dan keamanan Kho kongcu serta engkoh
tua utk meninggalkan tempat ini."
"Bagus, bagus sekali, ha...ha...ha..."
Setelah mengucapkan dua patah kata itu, Bu wi lojin
memperdengarkan suara tertawanya yg amat pedih, terusnya:
"Sama sekali tak kusangka tokoh sakti yg pernah menggetarkan
dunia persilatan pada tiga puluh tahun berselang sebagai tujuh
pedang tiga belas lelaki, ternyata telah berubah menjadi manusia tak
becus yg sudi tunduk dibawah gaun wanita!"
Ternyata Sin Cu beng tdk menjadi gusar, katanya sambil tertawa:
"Saudara Bu wi, perkataanmu ini keliru besar sekali, atasanku
adalah seorang tokoh sakti yg berwatak mulia dan bersikap anggun
melebihi bidadari, sekalipun Sin Cu beng tunduk dibawah
perintahnya, hal ini tak akan merusak nama baikku."
Bu wi lojin segera mendengus dingin:
"Sin Cu beng, seorang perempuan rendah yg tak tahu malu pun
kau anggap sebagai bidadari, jangan-jangan matamu sudah silau
sehingga tak bisa menilai orang....?"
"Tutup mulut!" bentak Sin Cu beng dg wajah berubah, "jangan
kau tuduh atasanku dg kata-kata yg jorok dan kotor, bila kau berani
menghinanya lagi, jangan salahkan bila aku Sin Cu beng tak akan
mengingat hubungan kita dahulu dan segera menyerangmu secara
habis-habisan." Mendengar perkataan mana, Bu wi lojin segera menghela napas
panjang, ujarnya kemudian,
"Sudah, sudahlah Sin Cu beng! Aku hanya merasa sayang dg
nama besarmu dulu sebagai pedang geledek, tapi.....yaa....setiap
orang mempunyai tujuan yg berbeda dan siapapun tak sapat
memaksakan pendapatnya, nah sekarang aku hanya minta
kepadamu utk segera membebaskan Kho kongcu!"
Dibalik perkataan tsb jelas nada sayang dan kecewa yg amat
sangat. Sementara itu Kho Beng merasakan hatinya berdebar keras,
kalau didengar dari nada suara Bu wi lojin agaknya komandan Sin ini
bukan saja memiliki kedudukan yg tinggi, lagipula pernah dikenal
sebagai seorang pendekar sejati.
Tak heran kalau ia berpendapat bahwa orang ini tdk mirip
seorang manusia sesat, tapi mengapa tokoh semacam inipun begitu
tunduk dibawah periontah iblis wanita dan rela menjadi kuku
garudanya" Dalam pada itu, sipedang geledek Sin Cu beng telah berkata dg
suara dalam: "Kho kongcu berada dalam kereta, asal kau bersedia
mengembalikan kitab pusaka yg kau curi itu, aku pun segera akan
membebaskannya!" "Bila aku hanya menuntut dikembalikannya orang itu dan tidak
bersedia mengembalikan kitab pusaka?"
Sin Cu beng segera tertawa dingin, jengeknya:
"Mengapa kau tidak mencoba utk mengukur dulu kekuatanmu"
Jangan lagi aku didukung dua puluh jago pedang kelas satu, dg
mengandalkan pedang ini pun belum tentu kau bisa mengungguli
diriku." Tapi setelah berhenti sejenak, dg nada pembicaraan yg jauh lebih
lunak, kembali katanya sambil menghela napas:
"Saudara Bu wi, sku Sin Cu beng tahu kalau isi perutmu sudah
terluka parah, sekalipun kau nekad ibaratnya hanya kunang-kunang
yg menubruk api, hanya mencari kematian buat diri sendiri, aku
berharap kau jangan memaksaku turun tangan!"
Bu wi lojin segera tertawa terbahak-bahak:
"Ha...ha...ha...Sin Cu beng! Tak nyana kau masih teringat akan
persahabatan kita dulu, tapi apa kau lupa dg tabiatku?"
Sin Cu beng tertawa: "Justru aku cukup mengerti akan watakmu yg suka akan
keheningan dan hambar dg segala pertikaian, maka kuanjurkan
kepada mu agar lepas tangan saja, apalah artinya mempertaruhkan
jiwamu hanya demi sebuah benda?"
Bu wi lojin tertawa dingin, jengeknya:
"Kalau sudah tahu kalau aku senang akan keheningan dan
hambar dg segala macam pertikaian, kau seharusnya jangan lupa
kalau aku tak bakal menyerempet bahaya bila tak punya pegangan.
Kalau toh sudah tahu kalau aku tak suka keributan, kau harus
mengerti bahwa tindakanku sekarang krn terdorong kepentingan yg
mendesak bahkan demi kepentingan pribadiku sendiri!"
Sin cu beng tertawa terbahak-bahak:
"Ha...ha...ha...bila kudengar dari nada pembicaraan loheng,
agaknya kau datang dg mengandalkan sesuatu."
"Memang begitulah keadaannya!"
"Aku jadi ingin tahu apa sih yg kau andalkan itu?"
"Aku sudah terluka parah, kalau tanpa persiapan bukankah
tindakanku ini sama artinya dg mencabuti kumis harimau" Sin cu
beng coba perhatikan jelas-jelas."
Sambil berkata tiba-tiba ia meloloskan pedangnya dan menunding
langit dg ujung pedangnya lalu diputar satu lingkaran.
Menyusul kode rahasia itu, dari empat penjuru bermunculan
bayangan manusia yg jumlahnya tak kurang dari dua puluhan.
Menyaksikan kejadian tsb, dua orang dayang yg berada dlm
kereta menjadi terkesiap, sebaliknya Kho Beng sangat kegirangan
sehingga hampir saja bersorak kegirangan.
Dengan sinar mata yg tajam si pedang geledek, Sin Cu beng
memperhatikan sekejap wajah orang-orang itu, lalu katanya:
"Tua bangka, tak kusangka kemampuanmu sangat hebat, hanya
dalam seharian saja telah dapat mengumpulkan jago-jago sebanyak
ini!" Bu wi lojin tersenyum. "Nah, anak buahku sekarang tdk lebih sedikit daripada kekuatan,
bukan..." Sambil tertawa seram Sin Cu beng menukas:
"He....he....he.... si tua, kau harap memahami kemampuan yg
kumiliki, sekalipun saat ini Cuma ada aku Sin Cu beng seorang,
puluhan jagomu itu tak akan kupandang sebelah mata pun!"
Baru selesai perkataan itu diutarakan, medadak dari sisi hutan
terdengar seseorang berseru sambil mendengus dingin:
"Hey orang she Sin, apa kau tidak malu membual melulu?"
Sin Cu beng tertawa dingin, sambil berpaling tegurnya:
"Siapa kau?" "Aku Ang It tiang!"
Berubah paras muka Sin Cu beng mendengar nama itu, jeritnya
tertahan krn kaget, "Kau adalah si kakek tongkat sakti?"
Sambil tertawa tergelak Bu wi lojin menyela:
"Ha...ha...ha....tepat sekali, memang si tua Ang, jika kau
menganggap seorang kakek tongkat sakti masih belum kau pandang
sebelah mata pun, baiklah kuperkenalkan lagi beberapa orang
sahabatku yg lain." Berbicara sampai disini, dia segera berpaling seraya teriaknya
keras-keras: "Hey pelajar rudin, bersediakah kau mengucapkan beberapa
patah kata bagiku?" Dari kejauhan sana segera terdengar seseorang menyahut:
"Aku sipelajar rudin Cuma pandai membuat syair, aku tak mampu
berbicara, apalagi ditengah malam yg tak berbintang ini ilhamku
serasa menjadi tersumbat, tapi kalau suruh main pedang putar
golok, rasanya lebih sesuai dg keadaan."
"Siapakah pelajar rudin itu?" tanya Sin Cu beng tertegun.
"Hmmm...masa pemimpin Lam huang pat ciong (delapan rudin
dari Lam huang) yg lebih dikenal sebagai pelajar rudin Ho Heng pun
tdk kau kenal" Hmmmm, aku lihat kau Sin Cu beng sudah bosan
hidup!" Sekali lagi paras muka Sin Cu beng berubah hebat, alis matanya
makin lama berkenyit semakin kencang.
Sementara itu Bu wi lojin telah berkata lagi:
"Tampaknya kau Sin Cu beng memang benar-benar punya nyali,
mari, biar kuperkenalkan seorang teman lagi."
Setelah celingukan sebentar kesekeliling sana, teriaknya lantang,
"Hey hwesio, bagaimana kalau kaupun unjukkan diri?"
"Hidup sebagai seorang pendeta, sama halnya sudah tak punya
nafsu apa-apa, kenapa aku mesti unjuk diri" Tapi aku hwesio tak
pernah membaca doa, tak pernah juga makan hidangan
berpantangan, aku paling tertarik dg segala jenis barang yg aneh,
asal kau tak ingkar janji dan memberi salinan kitab pusaka Thian
goan bu boh kepadaku, biar ada urusan sebesar apapun didunia ini,
aku si hwesio tetap akan menanggulanginya seorang diri."
Paras muka Sin Cu beng betul-betul berubah hebat, serunya
tanpa sadar: "Aaai...si hwesio daging anjing Thian tin?"
"Ha...ha...ha...Sin Cu beng, walaupun kita tak pernah bertemu
muka, namun aku si hwesio sudah lama mendengar nama besarmu,
bila kau ingin kabur kuharap larilah kearahku, aki sihwesio pasti
mengundangmu utk mencicipi daging anjing sebelum kuhantar
pulang ke See thian menemui Hud cow!"
Menanti perkataan itu selesai diucapkan, Bu wi lojin segera
berkata pula sambil tertawa bergelak:
"Nah, Sin lote, bagaimana keputusanmu sekarang! Akan kau
bebaskan tawananmu itu" Ataukah ingin bertempur mati-matian?"
Dicekam oleh perasaan terkejut bercampur ngeri, Sin Cu beng
benar-benar tak habis mengerti, darimana Bu wi lojin bisa
mengumpulkan jago-jago lihay yg dihari biasa pun susah dijumpai,
jangan lagi ia belum mengetahui jago lainnya, cukup berbicara
tentang si pelajar rudin, kakek tongkat sakti serta hwesio daging
anjing pun sudah cukup membuat kepalanya pusing.
Sekalipun ia merasa curiga, tapi kenyataannya telah terpampang
didepan mata dan tak mungin dipungkiri lagi.
Jilid 18 Setelah paras muka dari si pedang geledek yg pernah termasyur
dlm dunia persilatan ini berubah berapa kali, akhirnya ia berseru
sambil tertawa tergelak: "Tua bangka Bu wi, tak kusangka kartu as mu begitu banyak tapi
jangan lupa aku Sin cu beng pun mempunyai pula selembar kartu
as!" "Oya" Kalau begitu akupun ingin mengetahui sampai dimanakah
kemampuan yg kau miliki!"
Sambil tertawa dingin Sin Cu beng berkata:
"Rupanya kau lupa kalau Sin Cu beng masih memegang bocah
she Kho ini! Selama dia masih berada ditanganku, kenapa aku mesti
jeri dg kekuatanmu?"
Tiba-tiba ia mengulapkan tangannya kebelakang seraya berseru:
"Gusur bocah she Kho itu keatas atap kereta!"
Dua orang dayang itu serentak menjepit tubuh Kho Beng dan
dibawa melompat keatas atap kereta.
Bu wi lojin mendongak serta memandang wajah Kho Beng
sekejap, lalu sambil tetap tersenyum, tanyanya:
"Sin Cu beng, apa yg hendak kau perbuat?"
Dg suara dalam Sin Cu beng berkata:
"Aku akan menghitung sampai angka lima, bila kau masih belum
menyerahkan kitab pusaka tsb kepadaku, terpaksa aku akan
membunuh bocah ini lebih dulu kemudian baru berusaha menembusi
kepungan!" "Sin lote! Kau tak usah menghitung lagi...." sela Bu wi lojin.
Sin Cu beng jadi kegirangan, segera tegurnya:
"Apakah kau sudah berubah pikiran?"
"Aku tak pernah mau menyerah pada tuntutan orang, lote.
Silahkan kau bunuh bocah she Kho itu lebih dulu!" kata Bu wi lojin
dingin. Begitu perkataan tsb diutarakan, bukan saja Kho Beng jadi
terperanjat, Sin Cu beng sendiri jadi tertegun, serunya kemudian
sambil membelalakkan matanya:
"Jadi kau telah memutuskan tak akan memperdulikan mati hidup


Kedele Maut Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bocah ini lagi?" "Aku Cuma mendapat titipan dari sahabatku utk menyimpan kitab
pusaka, tak pernah mendapat pesan utk melindungi keselamatan
putranya, kalau kitab itu lenyap berarti aku telah mengingkari janji,
sebaliknya kalau putranya yg tewas, hal ini hanya bisa dibilang
takdir, apalagi selembar nyawanya bakal ditukar dg nyawa lote, dua
puluh orang anak buahmu ditambah lagi dg dua orang dayang serta
dua orang kusir, sekalipun Kho kongcu tewas diujung pedang, paling
banter satu nyawa ditukar dg dua puluh empat nyawa. Hitung-hitung
aku toh masih bisa mempertanggung jawabkan diri kepada Hui im
cengcu yg telah tiada."
Sin Cu beng jadi tertegun, tiba-tiba ia berpaling sambil serunya
keras-keras: "Kho Beng kau sudah dengar perkataannya?"
Dlm kaget dan tercengangnya Kho Beng mengawasi sekejap
wajah Bu wi lojin yg nampak begitu tenang itu, mendadak ia teringat
dg senyuman yg dilemparkan kepadanya tadi, rasanya dibalik
senyuman tsb masih mengandung arti yg mendalam.
Satu ingatan melintas kedalam benaknya, setelah tertawa
tergelak, segera katanya:
"Aku sudah mendengarkan semua perkataannya dg jelas,
menurut anggapanku Bu wi cianpwee memang sudah sewajarnya
berbuat demikian, sebab apalah artinya selembar nyawaku
dibandingkan bila kitab Thian goan bu boh sampai terjatuh ketangan
kaum manusia laknat yg bakal menimbulkan bencana bagi seluruh
umat persilatan" Aku justru merasa berbangga hati krn selembar
nyawaku bisa menyelamatkan beribu lembar nyawa, sehingga kalau
dihitung-hitung kembali, kematianku ini berharga sekali!"
"Baik"."ucap Sin Cu beng tiba-tiba sambil tertawa dingin.
Sambil meloloskan pedang dari sarungnya, ia segera melompat
naik keatas atap kereta itu"..
Agak berubah paras muka Bu wi lojin, segera bentaknya dg suara
dalam dan berat: "Kau sudah bosan hidup!"
Sin Cu beng tertawa seram.
"He...he...he...aku rasa masih terlalu pagi utk membicarakan soal
hidup mati diriku...."
Kemudian sesudah menempelkan mata pedangnya diatas
tengkuk Kho Beng, kembali teriaknya keras-keras:
"Tujuanku sekarang adalah berusaha sekuat tenaga utk
melindungi kereta ini meloloskan diri dari kepungan...."
Tiba-tiba Bu wi lojin berseru pula ambil tertawa nyaring:
"Sin Cu beng, silahkan saja kau mencoba menembusi
kepunganku, aku akan membuktikan perkataanku tadi!"
Dg sorot mata tajam Sin Cu beng memperhatikan sekejap
keadaan disekeliling tempat itu, kemudian teriaknya keras-keras:
"Ayoh berangkat, kita terjang kearah utara!"
Lelaki berbaju hitam yg bertindak sebagai kusir itu mengiakan,
tapi sebelum kereta dilarikan, mendadak terdengar Kiok bi berseru
dg nada gugup: "Tunggu sebentar!"
Lelaki berbaju hitam itu segera menarik kembali tali les kudanya
seraya berpaling dg keheranan.
Dg penuh amarah Sin Cu beng ikut berseru:
"Nona, apa-apaan kamu ini?"
Sambil tertawa terkekeh-kekeh, sahut dayang itu:
"Komandan Sin, bila kau sudah bosan hidup adalah urusanmu
sendiri, kalau budak mah belum bosan hidup."
"Yaa betul" Kiok hoa menimpali, "komandan jangan lupa bahwa
benda yg diinginkan dewi adalah kitab pusaka Thian goan bu boh,
kini kitab pusaka itu belum didapatkan kembali, sekalipun kau bunuh
orang she Kho tsb, bagaimana pula tanggung jawabmu nanti" Bila
kita sampai turut berkorban, waaaah".rugi besar namanya!"
oooOOooo Sin Cu beng termenung berapa saat kemudian tanyanya:
"Lantas apa yg harus kita perbuat menurut pendapat nona
berdua?" "Untuk menghindari jatuhnya korban dikedua belah pihak, aku
rasa lebih baik kita bebaskan tawanan dan segera mengundurkan
diri lebih dulu"."
Berubah paras muka Sin Cu beng setelah mendengar ucapan tsb,
segera katanya: "Tapi tua bangka celaka itu belum menyatakan kesediaannya utk
menyerahkan kitab pusaka itu?"
Setelah menghela napas panjang Kiok bi berkata:
"Selama bukit nan hijau kenapa kita kuatir kehabisan kayu bakar"
Sebaliknya kalau kita mesti beradu jiwa dg begitu saja, bukankah
kita bakal mampus tanpa memberikan hasil?"
Dg gusar Sin Cu beng segera berseru:
"Kelihatannya kalian berdua enggan menuruti perkataanku dan
lebih suka bertindak sendiri-sendiri?"
Kiok hoa segera tertawa terkekeh-kekeh,
"Budak hanya seorang pelayan berkedudukan sangat rendah,
mana berani kutentang perintah dirimu sebagai seorang komandan"
Cuma kami berharap agar komandan tdk mencampur baurkan tugas
seseorang menjadi satu, budak Cuma mendapat perintah utk
memindahkan tawanan ketempat lain, sehingga masalahnya berbeda
sekali dg tugas komandan utk merebut kembali kitab pusaka itu"."
"Tutup mulut!" bentak Sin Cu beng tiba-tiba, "dalam situasi
demikian, aku tdk perkenankan kehadiran dua orang pemimpin
dalam satu kelompok kekuatan"."
Kiok bi yg berada disisinya buru-buru menimbrung:
"Komandan, adik Kiok hoa memang tak pandai bicara, harap kau
jangan gusar padahal...."
Tiba-tiba ia menempelkan bibirnya disisi telinga orang itu dan
membisikkan sesuatu. Melihat keadaan tsb, dalam hati kecil Kho Beng segera timbul
kecurigaan, pikirnya: "Jangan-jangan kedua orang dayang ini masihmempunyai
rencana busuk lainnya?"
Terhadap mata pedang yg menempel diatas tengkuknya itu, ia
sama sekali tdk merasa takut, sebab dia tahu si pedang geledek yg
pernah termasyur dlm dunia persilatan dimasa lampau ini tak akan
turun tangan keji terhadapnya.
Namun terhadap kasak kusuk kedua orang dayang tsb, ia justru
merasakan hatinya tdk tentram.
Tampak Sin Cu beng mengerutkan dahinya dg marah, kemudian
dg suara rendah bisiknya:
"Benarkah maksud Lengcu agar berbuat demikian?"
Kiok hoa tertawa dingin, sahutnya:
"Berapa butir batok kepala sih yg budak miliki sehingga berani
membohongi komandan" Bila komandan berbuat demikian maka
bukan saja kau tak akan peroleh teguran, malah sebaliknya bakal
melakukan suatu pahala besar!"
Sin Cu beng termenung berapa saat lamanya, mendadak ia
berseru kpd Bu wi lojin: "Hey situa Bu wi, bila aku Sin Cu beng bersedia membebaskan
bocah ini, apakah kau pun dpt menjamin agar orang-orang kami
meninggalkan tempat ini tanpa hadangan?"
Bu wi lojin tersenyum, "Aaaah, tak nyana kau bisa berubah pikiran secepat itu, berapa
kali sih selama hidupku aku pernah mengingkari janji" Asal kalian
pun tdk berbuat permainan busuk terhadap kami, tentu saja akan
kubiarkan kalian meninggalkan tempat ini dg selamat."
Sin Cu beng segera manggut-manggut,
"Baiklah, selewatnya malam ini, aku akan meminta pelajaran lagi
darimu"." Seusai berkata dia menarik kembali pedangnya dan berkata
kepada dua orang dayang itu sambil mengulapkan tangannya.
"Hantar orang itu kesana!"
"Tidak!" teriak Bu wi lojin keras-keras, "biar dia sendiri yg
berjalan kemari!" "Tapi loya"jalan darah kaku Kho kongcu sudah tertotok?"ujar
Kiok bi sambil tertawa. "Bebaskan dulu jalan darahnya, aku jamin dia pun tdk akan
melancarkan serangan terhadap kalian!"
Kiok bi segera berpaling kearah Kho Beng, dan tanyanya sambil
tersenyum, "Kho kongcu, bersediakah kau berbuat begitu?"
Kho Beng tertawa dingin. "Setelah Bu wi cianpwee berkata begitu, utk sementara waktu
akupun akan membebaskan kalian, tapi bila bertemu lagi lain waktu,
he".he?"" Beberapa kali suara tawa dinginnya menyambung kata-kata yg
belum selesai diucapkan. Kiok bi tertawa terkekeh,
"Bila bersua lagi lain waktu, budak pasti akan mohon maaf
kepada kongcu"!"
Dg cepat ia menepuk bebas jalan darah kaku ditubuh Kho Beng.
Diam-diam pemuda itu mencoba utk mengatur pernapasannya,
ketika dijumpai hawa murninya berjalan lancar dan tiada gejala lain
yg aneh, dia baru melayang turun dari atas atap kereta dan berjalan
menuju kesisi Bu wi lojin.
"Apakah kau merasakan ada sesuatu yg tak beres?" Bu wi lojin
segera bertanya dg cemas.
"Sama sekali tidak!" Kho Beng menggeleng.
Bu wi lojin segera mengulapkan tangannya keempat penjuru,
menanti orang-orang yg berada disekeliling sana telah
mengundurkan diri, ia baru mendongakkan kepalanya seraya
berkata: "Sin lote, sekarang kau boleh pergi dari sini!"
Dg wajah dingin Sin Cu eng segera menjura, kemudian mengajak
dua puluhan orang anak buahnya dan kereta kuda itu berlalu
darisana menuju kearah barat.
Tidak selang beberapa saat kemudian, bayangan tubuh mereka
sudah lenyap dibalik kegelapan sana.
Saat itulah Kho Beng baru bisa menghembuskan napas lega, baru
saja ia akan mengucapkan terima kasih krn pertolongan tsb, tampak
Bu wi lojin sedang mengawasi kearah dimana mush-musuhnya
melenyapkan diri itu ambil menghembuskan napas panjang, lalu
gumamnya: "Akhirnya bencana pada malam ini pun dapat dilalui?"
Belum selesai perkataan itu diucapkan, tiba-tiba badannya sudah
roboh terjengkang keatas tanah.
Dg perasaan terkejut buru-buru Kho Beng membangunkan orang
tua tsb seraya berseru: "Cianpwee kenapa kau?"
Dimana jari tangannya menyentuh, ia merasakan pakaian yg
dikenakan Bu wi lojin basah kuyup bagaikan orang tercebur keair.
Dg perasaan terkesiap ia segera mengawasi wajahnya, sekarang
ia baru menemukan kalau wajah tokoh persilatan ini sudah berubah
menjadi pucat kekuning-kuningan, napasnya lemah sekali.
"Aaaah....!" Kho Beng benar-benar dibikin tertegun saking kagetnya oleh
perubahan yg berlangsung secara mendadak ini sehingga tanpa
terasa ia menjerit kaget.
Tiba-tiba dari belakang tubuhnya kedengaran seorang berkata
sambil menghela napas: "Luka dalam yg diderita Bu wi cianpwee belum sembuh, sewaktu
mendapat kabar kalau kau ketimpa musibah, ia menjadi kuatir
sekali, mungkin lantaran kelewat banyak memeras otak akhirnya dia
menjadi kehabisan tenaga...."
Mendengar perkataan tsb, dg rasa terkejut Kho Beng
mendongakkan kepalanya, ia makin terperanjat lagi setelah
mengetahui bahwa orang tsb adalah Kim lotoa dari Kim kong sam
pian. Buru-buru Kim lotoa memberi hormat seraya berkata:
"Harap sauhiap jangan menaruh curiga kepadaku, yg penting
sekarang adalah berusaha keras untuk menyadarkan kembali Bu wi
cianpwee!" Kho Beng manggut=manggut, sambil duduk bersila dan menarik
napas panjang, kelima jari tangannya segera ditempelkan keatas
jalan darah Mia bun hiat ditubuh Bu wi lojin, segulung tenaga murni
pun segera meluncur masuk ketubuh orang tua itu dan menyebar
kemana-mana. Satu perputaran kemudian, Kho Beng sudah basah kuyup mandi
keringat, tapi Bu wi lojin tetap jatuh tak sadarkan diri, sekalipun
dengusan napasnya sudah makin bertambah kuat.
Maka tanpa segan-segan lagi Kho Beng mengerahkan segenap
tenaga dalam yg dimilikinya utk menyembuhkan luka orang tua tsb,
ditengah suasana yg amat kritis inilah, mendadak dari kejauahan
sana kembali muncul beberapa sosok bayangan hitam yg meluncur
datang dg cepatnya. Kim lotoa yg pertama-tama menjumpai kehadiran bayangan
manusia itu, dg perasan terkejut ia segera meloloskan ruyungnya
sambil bersiap sedia menghadapi segala kemungkinan yg tak
diinginkan. Dlm keadaan seperti ini, dia tak berani mengusik ketenangan Kho
Beng, sementara hatinya gelisah sekali demi memikirkan
keselamatan Bu wi lojin dan Kho Beng.
Menunggu bayangan manusia itu sudah makin dekat dan
diketahui bahwa mereka adalah saudara-saudaranya sendiri bersama
Chin sian kun sekalian, dia baru menghembuskan napas panjang,
cepat-cepat tangannya digoyangkan berulang kali melarang mereka
berisik. Betapa gembiranya Chin sian kun setelah menjumpai Kho Beng
berada pula disana, Kim lotoa segera bertanya dg suara lirih:
"Eeei...darimana kalian tahu kalau kami berada disini?"
"Penggeledahan kami dirumah makan Poan gwat kie tdk
memberikan hasil apa-apa" kata Chin sian kun, "kemudian kami
pulang mencarimu, tapi diketahui kalianpun sudah pergi dari sana,
maka kami segera keluar kota utk mencarimu disekitar sini...."
Sementara mereka masih berbicara, tiba-tiba terdengar Kho Beng
menghembuskan napas panjang, seraya bertanya:
"Cianpwee, bagaimana perasaanmu sekarang?"
Mendengar pertanyaan itu semua orang segera berpaling, benar
juga ternyata Bu wi lojin sudah membuka matanya kembali,
sementara Kho Beng yg duduk bersila disampingnya
menghembuskan napas panjang, pakaiannya telah basah pula oleh
keringat. Bu wi lojin menghela napas pelan, katanya kemudian:
"Walaupun aku telah pulih kembali kesadarannya, namun masih
susah bergerak, tolong Kim bersaudara memayangku dg segera dan
secepatnya meninggalkan tempat ini...."
Akan tetapi sewaktu dia menjumpai kehadiran Ruamng sekalian
berempat, kembali wajahnya nampak tertegun, sambil mengawasi
Kho Beng segera tanyanya:
"Siapakah orang-orang itu?"
"Keempat orang ini adalah anak buah boanpwee..." buru-buru
Kho Beng menerangkan.

Kedele Maut Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Lalu kepada Rumang sekalian katanya:
"Hayo cepat kalian menjumpai Bu wi cianpwee!"
Siapa tahu keempat orang itu sama sekali tidak bergerak dari
posisi semula, malah Hapukim segera berseru sambil tertawa dingin:
"Yang kami sanjung serta hormati adalah seorang enghiong atau
lelaki perkasa, bukan seorang kakek tua bangka yg mati tidak, hidup
pun susah." Tak terlukiskan rasa amarah Kho Beng setelah mendengar
perkataan itu, tapi sebelum ia sempat berbicara, Mokim telah
berkata pula dg suara dingin,
"Cukong, kami benar-benar mulai mencurigai ketidak beresan
otakmu, tadi kau berusaha menghindari orang-orang dari kelompok
ini, tapi sekarang malah berusaha menyelamatkan tua bangka ini,
sebenarnya permainan apa sih yg sedang kau perbuat?"
Seandainya Kho Beng tdk merasa lemah sehingga sama sekali tak
bertenaga, ingin benar dia menggaplok orang-orang tsb.
Dalam pada itu Bu wi lojin telah berkata pula sambil
mengernyitkan alisnya: "Bila didengar dari nada pembicaraannya, aku rasa orang-orang
ini bukan penduduk asli dari daratan tionggoan, hubungan kalian
pun seperti majikan dg pembantu tapi seperti juga bukan,
sebetulnya hubungan apasih yg terjalian diantara kalian?"
"Aaaai.....tak akan habis utk menerangkan persoalan ini dg
sepatah dua patah kata...." ujar Kho Beng sambil menghela napas
panjang. Mendengar itu Bu wi lojin segera menukas,
"Kalau memang tak akan habis dibicarakan dlm waktu singkat,
sekurangnya kita harus meninggalkan tempat ini selekasnya!"
Sembari berkata ia segera memberi tanda kepada Kim kong sam
pian. Kim lotoa dan Kim loji segera memayang tubuh orang tua itu, lalu
tanyanya: "Cianpwee, apakah kita segera pulang kepenginapan?"
Bu wi lojin menggeleng kepala,
"Walaupun musuh tangguh telah mundur, namun sebelum
berhasil merebut kembali kitab pusaka Thian goan bu boh, tak
mungkin mereka akan lepas tangan dg begitu saja. Apalagi didalam
kota terdapat banyak sekali komplotannya, tempat itu tak bakal
aman. Lebih baik kita berjalan kearah barat sejauh tiga puluh li, ditepi
bukit karang terdapat sebuah gua bekas tempat tinggal sahabatku,
nah sekarang tolonglah kalian menghantarkan aku kesana"."
Sementara itu, Molim bersaudara sekalian yg mendengar tentang
kitab pusaka Thian goaan bu boh, tiba-tiba hatinya tergerak dan
saling bertukar pandangan sekejap.
Sementara itu Kim lotoa telah membangunkan Bu wi lojin dan
siap berangkat meninggalkan tempat itu."
Mendadak Kho Beng berseru dg cemas:
"Bukankah tadi terdapat begitu banyak cianpwee yg membantu
kita, mengapa kita tdk minta bantuan mereka lagi?"
Mendengar perkataan tsb, Bu wi lojin segera tersenyum.
"Oooh"itu mah Cuma siasatku utk menakuti mereka, padahal
bayangan manusia tadi Cuma orang-orangan dari rumput yg dibuat
Kim tayhiap, masa hingga sekarangpun belum kau ketahui?"
Tapi"mana mungkin orang-orangan dari rumput bisa
berbicara"." Sambil tertawa Kim lotoa berkata:
"Sesungguhnya yg berbicara adalah aku, sedang bagaimana nada
suaranya dan apa yg mesti kuucapkan merupakan ajaran dari
cianpwee sebelumnya, yaa...satu orang harus berperan tiga manusia
yg berbeda-beda, hampir saja kakiku terasa mau patah."
"Oooh...rupanya hanya sebuah siasat tentara rumput" kata Kho
Beng sambil tertawa geli, "andaikata siasat tsb sampai ketahuan
komandan Sin, bukankah keadaan jadi lebih berbahaya?"
Bu wi lojin tertawa pula, katanya:
"Selama hidup aku selalu bertindak sangat hati-hati, sekalipun Sin
Cu beng orangnya cerdik dan seksama, tetap saja ia tak bakal
menyangka kalau aku bertindak begitu berani, oleh sebab itulah kita
harus cepat-cepat meninggalkan tempat ini, sebab aku takut dia
akan balik lagi kemari...."
Mendengar penjelasan tsb, Kho Beng tak berani ayal lagi, ia
segera beranjak meninggalkan tempat tsb.
Maka berangkatlah kesembilan orang itu menuju ketebing seratus
kaki. Ditengah bukit-bukit karang yg terjal, terdapat sebuah lembah
kecil. Rerumputan nan hijau dan aneka macam bunga tumbuh disekitar
lembah, diujung lembah tadi terdapat sebuah gua yg besar.
Waktu itu pintu gua tertutup rapat-rapat, Bu wi lojin sedang
duduk diatas sebuah pembaringan sambil mengatur pernapasan,
sedangkan Kho Beng menanti disisinya dg perasaan gelisah dan tak
tenang. Walaupun sejak tiba digua tsb waktu baru lewat setengah jam,
namun bagi perasaan Kho Beng seperti sudah setengah tahun
lamanya, sebab ia merasa banyak persoalan yg hendak diucapkan
keluar, tentu saja ia pun tahu Bu wi lojin pun mempunyai banyak
persoalan yg hendak disampaikan kepadanya.
Baru saja dia hendak menuju kepintu gua, tiba-tiba terdengar Bu
wi lojin menghembuskan napas panjang sambil berseru:
"Nak, kemarilah!"
Dg girang Kho Beng membalikkan badannya sambil memburu
kesamping pembaringan bata, tampak olehnya walaupun Bu wi lojin
telah bersemedi sekian waktu namun sinar matanya tetap sama dan
sama sekali tak bersinar, hal ini tentu saja membuat hatinya amat
gelisah. "Cianpwee, apakah kau merasa agak baikan?" ia bertanya.
Bu wi lojin manggut-manggut.
"Yaa..badanku memang terasa segar kembali mungkin utk
sementara waktu bukan menjadi masalah lagi, aaai".tapi untuk
mengembalikan kekuatanku seperti sedia kala, mungkin paling tidak
harus bersemedi lagi selama sepuluh tahun, padahal mampkah aku
hidup selama sepuluh tahun lagi masih menjadi suatu pertanyaan
besar. " "Siapa sih yg telah melukai cianpwee?" tanya Kho Beng dg wajah
berubah karena terperanjat.
"Dewi In nu!" "Apakah dewi In nu adalah perempuan yg menyamar sebagai
kuasa perkampungan Hui im ceng dimasa lalu kemudian mengambil
kitab pusaka dari cianpwee?"
Bu wi lojin manggut-manggut.
Dg perasaan yg amat bergetar ia berseru :
"Begitu lihaykah perempuan siluman itu?"
Dg sedih ia menghela napas, katanya:
"Aaaai, dia adalah musuh paling tangguh yg belum pernah
kujumpai selama hidup, pukulan Thian goan eng nya hampir saja
membuyarkan tenaga latihanku selama empat puluh tahun!"
"Thian goan eng?" tanya Kho Beng dg perasaan terperanjat.
Kembali Bu wi lojin menghela napas.
"Ilmu pukulan tsb hanya merupakan salah satu macam ilmu yg
tercantum dalam kitab pusaka Thian goan bu boh...."
"Jadi maksud cianpwee, siluman perempuan itu telah berhasil
mempelajari ilmu sakti yg tercantum dalam kitab pusaka Thian goan
bu boh?" tanya Kho Beng dg wajah berubah.
Bu wi lojin manggut-manggut.
" Untung saja kitab pusaka sakti Thian goan bu boh mengandung
ilmu silat yg sangat mendalam dan cukup rumit, menurut
perkiraanku dia baru bisa menyelami setengah dari isi kitab tsb,
kalau bukan begitu tak nanti dia akan mengirim begitu banyak jago
dan berusaha utk merebutnya kembali ! "
Kembali Kho Beng merasa amat terperanjat, hanya mempelajari
setengah dari kitab pusaka itu pun sudah begitu lihai, andaikata Bu
wi lojin tdk berjuang mati-matian utk merampas sebagian dari kitab
tsb sehingga perempuan siluman itu berhasil mempelajari seluruh isi
kitab itu, bukankah kekuatannya tiada tandingan lagi didunia ini"
Sementara itu Bu wi lojin telah berkata lagi sambil menghela
napas: "Aku benar-benar merasa malu terhadap arwah ayahmu dialam
baka...." "Cianpwee, kau sudah kelewat banyak melepaskan budi kepada
boanpwee, harap kau jangan berkata begitu, apa yg cianpwee
lakukan selama ini sudah membuat boanpwee tak tentram."
Bu wi lojin menggoyangkan tangannya berulang kali, lalau
berkata: "Walaupun aku sudah berusaha memeras tenaga dan pikiran
bahkan pertaruhkan pula jiwa tuaku, alhasil hanya separuh buku yg
berhasil kurebut kembali."
"Separuh buku....?" Kho Beng berseru tertahan.
Bu wi lojin tersenyum, "Biarpun kitab ini sudah tak utuh, namun aku yakin dewi In nu
tak bakal bisa menguasai ilmu silat maha sakti lagi, bagimu pun hal
ini tak akan mendatangkan kerugian."
Sambil berkata ia segera membuka buntalannya dan
mengeluarkan dua lembar kulit kambing lalu diletakkan diatas
lututnya. "Aku tidak mengerti?" Kho Beng berbisik kebingungan.
Sambil menunjuk kearah kulit kambing itu, Bu wi lojin berkata:
"Coba kau perhatikan dulu lukisan diatas kertas ini, kemudian
dengarkan penjelasanku maka kau segera akan mengerti."
Dg seksama Kho Beng segera memperhatikan kedua lembar kulit
kambing itu, pada lembaran pertama berlukiskan sebuah gambar Pet
kwa besar, didalam pat kwa bersila seseorang dg sepasang tangan
menempel pada Im dan Yang.
Yang aneh adalah letak atau posisi pat kwa tsb ternyata tak
karuan bentuknya, walaupun sepasang tangan orang yg dilukis
ditengah menempel pada posisi Im serta Yang namun justru terlukis
pula beberapa bekas telapak yg berpencar disekeliling gambar pat
kwa. Pada lembaran kedua pun keadaannya tak jauh berbeda, hanya
posisi pat kwanya berubah lagi, sedang gambar orangnya dari posisi
duduk menjadi berdiri, disitu pun tertera bekas bekas telapak yg
terpencar. Terdengar Bu wi lojin berkata:
"Kitab pusaka Thian goan bu boh seluruhnya terdiri dari enam
halaman, dua lembar pertama adalah kedua lembar gambar ini,
sedang empat lembar berikut adalah penjelasan. Menurut
pendapatmu, jika kau kehilangan kedua gambar ini, mampukah kau
meneruskan latihanmu?"
Kho Beng termenung sebentar, lalu katanya:
"Apa bila seseorang memiliki daya ingatan yg kuat, mungkin saja
ia bisa mengingat sebagian diantaranya."
Bu wi lojin tersenyum, "Benar, oleh karena kau belum memahami rahasia dari kedua
lembar gambar ini maka kau bisa berpendapat demikian, memang
jurus silat pelbagai aliran lain memisahkan antara tenaga dalam
serta perubahan jurus, berbeda sekali dg ilmu silat dari Thian goan
bu boh, setiap jurus silatnya harus disesuaikan dg posisi langkah dan
urutan nadi yg tercantum dalam gambar keterangan ini, sebab bila
salah sedikit saja, bukan Cuma akan terjadi reaksi yg luar biasa,
malah bisa jadi akan menderita jalan api menuju neraka dan
kehilangan seluruh tenaga dalamnya."
Dg perasaan terkejut bercampur keheranan Kho Beng berseru:
"Kalau begitu utk mempelajari ilmu silat dari kitab pusaka Thian
goan bu boh, seseorang harus membutuhkan petunjuk dari kedua
lembar gambar ini....?"
"Yaa...kalau pelajaran ilmu silat bisa dihapalkan maka kedua
lembar gambar tsb mustahil dihapalkan dg begitu saja, karena orang
harus menyelaminya satu persatu menurut kemajuan ilmu yg
dicapai, apalagi kalau mengandalkan daya ingat saja, resikonya
benar-benar kelewat besar....selain itu akupun pernah mendapat
petunjuk dari ayahmu utk membuatkan tujuh lembar salinan buat
ketujuh partai besar, karenanya aku yakin masih bisa menghapalkan
kembali isi dari halaman terakhir kitab pusaka ini...."
Belum habis ia berkata, dg gelisah Kho Beng telah berseru:
"Oya, tentang soal ini aku memang ingin bertanya, setelah
cianpwee selesai menyalin kitab pusaka tsb, apakah pihak tujuh
partai besar telah menerima salinannya?"
"Belum" Bu wi lojin menggeleng, "aku sendiri pun tak habis
mengerti kenapa ayahmu waktu itu tdk menghargai kitab pusaka
tsb, sedang tujuh partai besar pun tdk banyak bertanya, hingga
sekarang aku belum memahami apa sebabnya."
Kho Beng segera menghela napas,
"Aaai, kalau begitu dugaanku tak meleset, jelas peristiwa ini
merupakan suatu rencana busuk yg paling sempurna."
"Rencana busuk apa?" tanya Bu wi lojin terkejut.
"Tahukan cianpwee kenapa ketua dari tujuh partai besar tdk
mengambil salinan kitab pusaka itu" Sesungguhnya mereka
bukannya enggan menerima salinan itu, tapi ditengah jalan telah
bertemu dg seseorang yg menyaru sebagai locianpwee dan berlagak
tidak mengetahui persoalan ini, akibatnya para ketua pertai menjadi
gusar, mereka mengira ayahku mempermainkan mereka, maka
kawanan jago yg kecewa pun berbondong-bondong datang
keperkampungan Hui im ceng yg berakibat terjadinya peristiwa
berdarah itu." Berubah wajah Bu wi lojin setelah mendengar perkataan itu,
serunya tanpa terasa: "Benar, benar sebuah rencana busuk yg amat keji, jadi
maksudmu dalangny adalah orang yg menipu kitab dariku yaitu dewi
In nu?" "Benar!" jawab Kho Beng dg rasa benci.
Bu wi lojin terbatuk-batuk lalu secara tiba-tiba memuntahkan
segumpal darah kental.....
Bu wi lojin memejamkan matanya sejenak, lalu katanya sambil
menggeleng: "Waktu sudah amat mendesak, lebih baik kau segera
mempelajari ilmu sakti yg tercantum dlm kitab pusaka Thian goan bu
boh, hanya dg menguasai ilmu sakti inilah kau baru bisa membalas
dendam serta menumpas musuh-musuhmu!"
"Tapi luka yg diderita cianpwee lebih penting lagi artinya...."
buru-buru Kho Beng berseru.
Bu wi lojin tertawa getir.
"Aku tak bakal mati, dg luka dalam yg kuderita sekarang, paling
tidak membutuhkan waktu semedi selama sepuluh tahun utk bisa
memulihkan kembali seperti sedia kala, tapi bila kau mampu
manguasai ilmu sakti dari Thian goan bu boh tsb dalam setengah
bulan mendatang dan kemudian kau bersedia membantuku, niscaya
tenaga dalamku bisa dipulihkan kembali seperti sedia kala cukup
dalam waktu satu tahun saja!"
Kemudian setelah berhenti sejenak, kembali katanya dg wajah
serius: "Tapi dalam lima belas hari berikut tak boleh ada orang yg


Kedele Maut Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mengusik atau pun mengganggu ketenangan kita, kalau tidak bukan
saja pikiranmu akan bercabang sehingga tak sanggup konsentrasi
penuh, bagi keadaan luka yg kuderita pun akan semakin bertambah
parah, karenanya lebih baik kau atur dulu suatu penjagaan yg ketat
dari orang-orangmu yg diluar, setelah itu aku akan mewariskan
semua teori ilmu sakti tsb kepadamu utk dipelajari!"
Kho Beng mengiakan dan buru-buru keluar dari ruangan tsb.
Sementara itu Rumang beserta Hapukim serta dua bersaudara
Mo yg berkelompok menjadi satu, kemudian Kim kong sam pian
serta si Walet terbang berwajah ganda yg mengelompok disudut
lain, sedang menunggu dg perasaan gelisah dan kesal.
Begitu melihat Kho Beng munculkan diri dg semangat yg
berkobar mereka segera maju menyongsong.
Kho Beng menutup dulu pintu gua rapat-rapat, lalu memberi
tanda kepada semua orang agar duduk, sesudah itu baru katanya:
"Luka dalam yg diderita Bu wi cianpwee sangat parah, ia
membutuhkan waktu utk bersemedi dg tenang tanpa gangguan,
sementara aku sendiri pun akan memanfaatkan kesempatan selama
beberapa hari utk mempelajari ilmu sakti yg tercantum dalam kitab
thian goan bu boh, oleh sebab itu selama lima belas hari berikut
kami tak boleh mengalami gangguan apapun!"
"Soal itu tak usah Kho sauhiap kuatirkan" buru-buru Chin sian
kun berseru sambil tertawa, "biar kami yg akan mengawal
keselamatan kalian selama setengah bulan mendatang!"
"Memang begitu maksudku, kalau toh nona Chin telah ebrkata
demikian, aku sendiri pun tak perlu sungkan-sungkan lagi dg
bantuan saudara sekalian diwaktu susah, dihari-hari sukses nanti
pasti akan kubalas budi kebaikan kalian ini!"
"Sauhiap, apa-apan kamu berkata begitu" seru Kim lotoa, "kami
sangat kagum atas kegagahan serta kebijaksanaan kongcu, sudah
sewajarnya bila teman saling membantu, kau jangan salah mengira,
kami bukan manusia yg kemaruk akan harta ataupun kedudukan,
kongcu, bila kau ingin mengataka sesuatu, katakan saja terus
terang!" Kho Beng merasa sangat terharu, buru-buru dia mengucapkan
terima kasih, tapi teringat bagaimana caranya membagi tugas
diantara mereka semua kembali ia menjadi sangsi.
Dia merasa tak punya hubungan ataupun persahabatan yg cukup
akrab dg orang-orang tsb, padahal keadaan tidak memberi
kesempatan utk berpikir lebih panjang, meski perkataan Kim kong
sam pian enak sekali didengar, namun berdiri pada posisinya
sekarang bagaimanapun jua dia mesti berjaga-jaga terhadap segala
sesuatu yg mungkin saja bakal terjadi.
Sebaliknya terhadap Rumang sekalian mereka tak lebih hanya
orang-orang liar yg ditaklukan dan ditampung si unta sakti
berpunggung baja dg maksud membantunya jelas sudah diketahui
keikut sertaan mereka dalam rombongannya tak lain krn masalah
kitab pusaka Thian goan bu boh, karenanya terhadap orang-orang
semacam ini, dia tak bisa menaruh kepercayaan penuh.
Berada dlm keadaan seperti ini, bagaimana caranya utk mengatur
penjagaan" Sementara dia masih termenung dan tak tahu bagaimana
memutuskan, tiba-tiba Chin sian kun berkata sambil tertawa:
"Sauhiap, masih ada persoalan yg menyulitkan dirimu" Mengapa
tdk dikemukakan saja?"
"Ooooh"..tidak ada" buru-buru Kho Beng menggeleng, "aku
sedang berpikir, bagaimana cara pembagian tugas?"
Chin sian kun memang seorang gadis yg pintar dan teliti, dari
perkataan pemuda itu, dia segera dpt memahami kerisauan dari Kho
Beng, maka sambil memutar biji matanya dia berkata:
"Apabila sauhiap dpt mempercayai perkataanku, aku ingin sekali
mengajukan sebuah usul!"
"Bagus sekali kalau begitu, silahkan nona Chin katakan!"
"Gua ini persis menghadap kemulut lembah, andaikata benarbenar
ada musuh tangguh yg menyerbu kemari, maka pertarungan
yg berkobar pasti akan mengganggu ketenangan dlm gua, oleh krn
itu aku pikir lebih baik kita membagi orang-orang kita menjadi dua
rombongan, rombongan pertama menjaga mulut lembah dan
rombongan kedua menjaga didalam dua, kedua kelompok kekuatan
ini harus saling bantu membantu."
Kho Beng segera manggut-manggut.
"Ehmmm"cara membagi seperti ini memang cocok sekali dg
jalan pemikiranku!" Tapi persoalan baru kembali muncul, siapa yg mendapat tugas
menjaga dimulut lembah dan siapa didalam gua"
Kelompokdari Rumang sekalian tak bisa dipercaya seratus persen,
sedangkan Kim kong sam pian meski pernah membantu, tapi susah
utk diramalkan apakah kedatangan mereka bukan disebabkan kitab
pusaka Thian goan bu boh.
Sementara dia merasa kesulitan utk mengambil keputusan, Chin
sian kun kembali berkata:
"Bila sauhiap bersedia menerima usul dariku, biarlah Kim
bersaudara serta aku menjaga didalam gua, sedangkan keempat
orang saudara itu menjaga diluar gua?"
Tapi sebelum perkataan itu selesai diucapkan, Molim telah
berseru dg suara dingin: "Kami keberatan!"
"Kenapa keberatan?" tegur Chin sian kun tertegun.
Sambil tertawa dingin Molim berseru:
"Siapa yg tahu rencana busuk apa yg sedang kau persiapkan dg
cara mengatur seperti itu" Kami empat bersaudara mempunyai
tugas melindungi keselamatan majikan, karena itu tugas menjaga
tak akan kuserahkan kepada orang lain."
Chin sian kun segera tertawa terkekeh-kekeh:
"He".he".he"sebenarnya perkataan kalian berempat memang
masuk diakal, tapi usul yg sengaja kuucapkan barusan pun
mempunyai dasar-dasar alasan yg kuat, karena kenyataan
mengharuskan aku berbuat begitu!"
"Kenyataan bagaimana maksudmu?" sela Molim dingin.
"Tolong tanya apakah kalian berempat bisa memasak nasi,
membuat sayur".?"
Mokim agak tertegun, lalu sahutnya tergagap:
"Soal ini?"?"
Sambil tertawa Chin sian kun berkata lebih jauh,
"Kuali serta peralatan memasak berada didalam goa, apakah
kalian menyuruh aku membuat tungku lagi diluar gua" Bagaimana
seandainya hujan turun secara tiba-tiba" Apalagi aku adalah seorang
wanita, masa seorang perempuan disuruh tidur ditempat terbuka?"
Dua bersaudara Mo jadi terbelalak dg wajah melongo mereka
terbungkam seketika itu juga.
Kembali Chin sian kun berkata:
"Oleh sebab itu aku harus berdiam didalam gua, karena aku
berada dalam gua maka ketiga toako dari keluarga Kim secara
otomatis menjaga didalam gua pula. Aku lihat kalian berempat lebih
baik mengalah saja dg menjaga diluar lembah, sementara kebutuhan
sehari-hari akan kupersiapkan, Nah, bagaimana menurut pendapat
sauhiap?" Kho Beng berpikir sebentar, dia merasa cara tsb memang rasanya
paling baik, maka sahutnya kemudian sambil manggut-manggut:
"Kalau toh nona Chin telah berkata demikian, baiklah kita
putuskan begitu saja. Mulai sekarang kuminta kalian sama-sama
menjaga pada posnya masing-masing, budi kebaikan kalian biar
kubalas lima belas hari kemudian disaat latihanku telah selesai."
Setelah mendengar perkataan itu, dua bersaudara Mo sekalian
segera mengerti kalau keputusan tak mngkin bisa dibantah lagi,
setelah melotot sekejap kearah Chin sian kun dg gemas, mereka
saling bertukar pandang sekejap dan mengundurkan diri dari gua.
Setibanya dimulut gua, Molim segera berseru dg suara dingin:
"Nah saudara Rumang, saudara Hapukim, kalian sudah melihat
dg jelas?" Rumang bertanya agak tercengang,
"Apa yg sudah terlihat dg jelas?"
"Perempuan sialan itu sengaja mengatur secara tak adil, dg
menyingkirkan kita keluar lembah, jelas sudah kalau dia tidak
mempunyai maksud baik."
Rumang tdk mengerti soal akal-akalan, dg wajah tertegun
kembali serunya: "Apa bedanya menjaga didalam ataupun diluar gua" Toh samasama
menjaganya...." Sambil tertawa dingin Mokim segera menukas,
"Saudara Rumang, mungkin kau sudah lupa apa maksud
kedatangan kita kemari" Mengapa kita bersedia diperintah si bocah
muda itu?" "Tentu saja demi ilmu silat maha sakti yg tercantum dalam kitab
pusaka Thian goan bu boh!"
"Kalau toh belum melupakannya, apakah kau tak pernah
mempertimbangkan bahwa orang lain pun kemungkinan besar sama
seperti kita, kedatangannya membawa suatu tujuan tertentu?"
Berubah paras muka Rumang, dg bahasa daerahnya dia langsung
mengumpat. "Perempuan bajingan, rupanya dia memang sengaja
meninyingkirkan kita keluar lembah agar mereka mempunyai
kesempatan utk turun tangan terlebih dahulu?"
"Ehmm....tak nyana kau sudah mengerti sekarang..."
Dg rasa mendongkol, Hapukim berseru pula :
"Kalau begitu lebih baik kita tantang mereka dan segera
menghabisi orang itu, kita serbu sekarang saja, siapa yg kalah toh,
ia akan kabur sendiri dari sini!"
Habis berkata dia segera bermaksud menyerbu kedalam.
Tapi Mokim segera menarik tangannya seraya berseru:
"Saudara Hapukim, buat apa kau mesti terburu-buru" Sekarang
meski kita dapat mengusir mereka dari situ tapi apalah gunanya buat
kita?" "Lalu kita mesti menunggu sampai kapan?" tanya Hapukim
setelah termangu-mangu sejenak.
Molim tertawa dingin. "Sekarang kita tak usah menunjukkan tanda-tanda yg
mencurigakan dulu, toh kesempatan kita masih sangat banyak
sekali. He...he....apalagi keadaan sudah kritis, aku yakin dia pasti
akan menyerahkan kitab pusaka tsb kepada kita!"
Maka mereka berempat secara diam-diam mengadakan
perundingan rahasia, utk membahas persoalan tsb.
Pada saat yg sama, Kim kong sam pian serta Chin sian kun yg
berada didalam gua pun sedang melangsungkan perundingan
rahasia, hanya saja yg dirundingkan mereka adalah bagaimana
caranya mencegah serta menghadapi serangan penghianatan dari
keempat orang asing yg menjaga dimulut lembah.
Perubahan wajah Molim sekalian ketika mengundurkan diri dari
gua tadi telah meningkatkan kewaspadaan Chin sian kun sekalian.
Kho Beng sendiri telah kembali kedalam gua setelah selesai
melakukan pembagian tugas tadi, pintu gua segera ditutup rapatrapat
dan putuslah hubungan antara luar dan dalam gua bagaikan
dunia yg terpisah. Waktu pun berlangsung hari demi hari dg tenang, ketenangan tsb
sesungguhnya hanya saat tenang menjelang tibanya badai besar,
hanya saja tak ada yg bisa meramalkan kapan badai yg dahsyat itu
akan mulai menyerang.... Keadaan seperti itu berlangsung selama tiga hari lamanya.
Pada keesokan hari keempat, ketika Chin sian kun melihat
ransum yg dibawa masing-masing orang sudah habis termakan, dia
pun membawa kantung kain dan keranjang bambu turun gunung utk
membeli bahan makanan. Sebelum berangkat, dia berpesan dulu kepada Kim kong sam
pian agar lebih berhati-hati, ketika tiba diluar lembah, ia
menyaksikan Rumang sekalian sedang bergurau dalam sebuah
gubuk mesra yg kelihatan masih baru, maka dia pun menyapa
orang-orang tsb sambil tertawa, kemudian meneruskan
perjalanannya menuruni bukit.
Siapa tahu belum mencapai tengah jalan, mendadak ia melihat
ada seseorang berjalan mendekat dg langkah sempoyongan, dg rasa
terkejut nona itu menyelinap kebelakang sebuah batu besar dan
bersembunyi disitu. Kehadiran seseorang ditengah pegunungan yg terpencil dan sepi
seperti apa yg terjadi hari ini membuat kewaspadaan Chin sian kun
segera ditingkatkan. Ia tahu dewasa ini Kho Beng sudah menjadi orang yg dicari-cari
seluruh umat persilatan, ditambah lagi usaha dewi In nu yg
berusaha utk mendapatkan kembali kitab pusakanya yg hilang, maka
apabila ada musuh yg mengetahui tempat persembunyian mereka
sehingga mereka mengadakan serbuan secara besar-besaran,
akibatnya pasti susah dibayangkan lagi.
Itulah sebabnya sebelum dia melihat dg jelas wajah orang itu, ia
tak berani bertindak secara gegabah, dia ingin menyelidiki dulu asal
usul lawannya sebelum bertindak lebih jauh.
Sementara itu bayangan manusia tadi makin lama makin
mendekat, malah sambil berjalan orang itu memperdengarkan suara
nyanyian kecil. Ketika Chin sian kun mencoba utk memperhatikan dg lebih
seksama, ternyata orang it adalah seorang hwesio.
Hwesio itu menggunakan jubah pendeta yg sudah amat dekil,
warnanya sudah luntur hingga semuanya kelihatan berwarna gelap,
dia membawa sebuah buli-buli besar, tangan kirinya membawa
sebuah tongkat bambu, sedang kan tangan kanannya membawa
sebuah bungkusan. Ia memiliki wajah bulat dg mata yg merah krn mabuk, jalannya
sempoyongan, wajah maupun bentuk tubuhnya yg begitu dekil dan
menjijikkan membuat siapapun pasti akan tumpah bila melihatnya.
Setelah melihat dg jelas keadaan hwesio tsb, Chin sian kun
merasa amat kesal dan murung, ia tak tahu darimana datangnya
pendeta liar tsb" Dimana orang itu justru muncul disitu dalam
keadaan seperti ini"
Terdengar hwesio itu membawakan lagu senandung lirih
mengiringi tiap derap langkahnya:
"Langit tak berawan, cuaca cerah,
Ada arak ada daging, tak bakal kelaparan,
Kantong kosong tanpa sepeserpun, tak takut merampok.
Orang-orang gagah perkasa, tak bermaksud jahat.
Kau tidak mengganggu aku, akupun tidak menggenggumu.
?"?"?"?".."
Nyanyi punya nyanyi, orang itu sudah berjalan melewati batu
karang. Mendadak ia berhenti berjalan, lagu senandung pun ikut berhenti
dibawakan. Tampak hwesio itu mendengus beberapa kali disekitar sana,
kemudian gumamnya: "Aneh, aku sihwesio telah bertemu dg memedi"aukah aku sudah
ketimpa rejeki?" Tercekat perasaan Chin sian kun melihat tingkah laku pendeta
itu, pikirnya: "Jangan-jangan dia sudah mengetahui kalau aku bersembunyi


Kedele Maut Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dibelakang batu?" Belum habis ingatan tsb melintas lewat, tampak si hwesio itu
berjalan kembali dg sempoyongan sambil bersenandung:
"Setan dedemit, janganlah mendekat"..
Bila mabukku telah mendusin"..
Biar kupaksa kau unjukkan wujud aslimu?"?""..
Makin berjalan semakin jauh suara senandungnya makin lirih,
Chin sian kun yg bersembunyi dibelakang batu semakin terperanjat
lagi setelah ia mengintip keluar.
Ternyata meskipun langkah si hwesio itu gontai macam orang
mabuk arak, namun gerak tubuhnya sama sekali tidak lambat, dlm
waktu singkat ia sudah berada sepuluh kaki lebih dari posisi semula,
lagi pula arah yg dituju adalah jalan setapak dimana Chin sian kun
baru saja melewatinya. Chin sian kun berpikir sejenak, lalu diputuskannya utk
mengikutinya dulu secara diam-diam, bila pihak lawan tdk menuju
kearah lembah dimana dirinya berdiam, ia akan segera balik, kalau
tidak maka dia harus munculkan diri utk menghalanginya.
Secara diam-diam nona itu merangkak keluar dari belakang batu
lalu menelusuri kembali jalan semula dan menguntil dibelakang
pendeta itu. Setelah melalui sebuah bukit, ternyata ia saksikan pendeta tsb
benar-benar menuju ke gua dimana mereka tinggal.
Chin sian kun segera merasakan gelagat tdk menguntungkan ,
dia tak tahu apa maksud kedatangan pendeta tsb, melakuakan
penyelidikan" Ataukah hendak mencari gara-gara"
Tapi ada satu hal yg pasti yakni dia harus segera munculkan diri
utk menghalangi jalan pergi pendeta tsb, dlm gelisahnya dia segera
menarik napas dan melompat ketengah udara, bentaknya nyaring:
"Hey hwesio! Tunggu sebentar, aku hendak menanyakan sesuatu
kepadamu...!" Hwesio itu benar-benar menghentikan langkahnya sesudah
mendengar teriakan tsb. Bagaikan seekor walet yg melintas diangkasa, dalam beberapa
kali jumpalitan saja Chin sian kun telah melayang turun dihadapan
pendeta tsb. Bau arak yg amat menusuk hidung membuat nona itu berkerut
kening, tapi ia memaksakan diri utk tertawa saja sambil bertanya,
"Taysu hendak kemana?"
Hwesio itu memutar biji matanya beberapa kali, lalu sahutnya
sambil tertawa terkekeh. "He....he.....he....jadi setengah harian lamanya tujuanmu hanya
ingin mengajukan pertanyaan tsb?"
Merah jengah selembar wajah Chin sian kun, serunya kemudian
agak tersipu-sipu, "Ternyata taysu sudah mengetahui kehadiranku semenjak tadi,
kalau begitu harap kelancanganku ini sudi dimaafkan."
Hwesio itu tertawa terkekeh-kekeh.
"Kalau didengar dari nada pembicaraanmu amat sungkan, tapi
siapa yg bisa menduga pikiran macam apa yg terkandung dalam
benakmu?" "Taysu, aku sama sekali tdk bermaksud jahat...!" kata Chin sian
kun serius. Hwesio itu memutar biji matanya yg memperhatikan sekejap
tubuh si nona dari atas hingga bawah lalu sambil tetap tertawa
katanya, "Ehmmm.kalau ku amat-amati wajahmu rasanya memang agak
berbeda dg kelompok manusia yg berada dibawah bukit sana, coba
kalau bukan krn begitu, aku si hwesio sudah tak akan bersikap
sungkan-sungkan lagi kepadamu!"
Sudah setengah harian lamanya mereka berbicara namun
hasilnya belum berbicara banyak, lama kelamaan mendongkol juga
Chian sin kun dibuatnya. Namun dia masih berusaha utk menahan sabar, kembali katanya:
"Sebenarnya taysu hendak pergi kemana?"
"Ha"ha"ha".pentingkah persoalan ini bagimu?"
"Benar!" "Kalau begitu tak ada salahnya kalau kuberitahukan kepadamu,
aku si hwesio hendak kemana!"
Ternyata yg ditunjuk adalah arah kemulut lembah tersebut.
Setelah menengok kearah yg ditunjuk, Chin sian kun segera
berseru keras: "Taysu, apabila kau tdk mempunyai urusan yg begitu penting,
tolong tak usah kesana!"
Pendeta itu agak tertegun, setelah memutar biji matanya
beberapa saat kembali tanyanya:
"Mengapa?" Setelah termenung sebentar Chin sian kun menjawab:
"Tidak karena apa-apa, aku cma memohon kesudian taysu agar
taysu sudi memakluminya!"
Pendeta itu segera tertawa bergelak:
"Ha....ha....ha....kalau tidak kau kemukakan alasannya,
bagaimana mungkin aku bisa memaklumi dirimu" Ha...ha....dasar
perempuan, aku si hwesio paling tidak suka berhubungan dg kaum
wanita macam dirimu itu, karenanya kuharap kau pun jangan
mengusik diriku lagi, setiap orang mempunyai maksud dan tujuan yg
berbeda. Lebih baik kau tempu jalan raya Yang kwan to mu dan aku
menyebrangi jembatan To bok kiau ku, kau tak punya alasan utk
melarang kepergianku, sebaliknya aku si hwesio pun tak ingin
mengurusi dirimu!" Habis berkata kembali dia meneruskan langkahnya menuju
kemuka.... Tergopoh gopoh Chin sian kun mengundurkan diri lima langkah
kebelakang, setelah itu bentaknya keras-keras:
"Berhenti! Hey hwesio, apakah kau tak bersedia menuruti
nasehatku.....?" Sambil memicingkan matanya pendeta itu tertawa terkekehkekeh:
"Tidak banyak lagi manusia didunia ini yg bisa membuat aku si
hwesio menuruti perkataannya, apalagi aku si hwesio sudah menjadi
seorang pendeta, aku tak takut dg teriakan singa betina macam
kau." Merah jengah selembar wajah Chin sian kun, segera bentaknya
keras-keras: "Hey hwesio anjing, masih mending kalau kau enggan
mendengarkan nasehatku, eee..siapa tahu mulutmu usil dan berani
berbicara seenaknya sendiri, aku lihat kau sudah boan hidup
rupanya?" Sambil membuang keranjang dari tangannya ia segera membalik
tangannya dan meloloskan pedang daribahunya.
Kembali hwesio itu memutar biji matanya sambil menjulurkan
lidah serunya: "Wah, sungguh lihai, rupanya kau sudah pingin menggunakan
senjata utk membunuh orang?"
"Betul!" sahut Chin sian kun sambil menarik muka, "bila kau si
hwesio bersikeras hendak meneruskan niatmu, terpaksa aku pun
mesti berbuat keji terhadapmu!"
"Baik, baiklah, kerjaku setiap hari Cuma minum arak melulu, tak
nyana hari ini mempunyai kesempatan utk melmaskan otot. Nah, Li
pousat, kalau pingin bertarung sih, aku setuju saja, Cuma mesti
berlaku adil......" "Hmmmm, cara yg bagaimana kau anggap adil?" dengus Chin
sian kun dingin. "Seandainya kau tak berhasil mengungguli diriku, maka kau tak
boleh merecoki diriku lagi!"
"Andaikata kau si hwesio benar-benar memiliki kemampuan
semacam itu, tentu saja nyonya mudamu tak akan bernyali lagi utk
mencari penyakit sendiri!"
"He....he....he....betul, betul sekali!" hwesio itu tertawa terkekehkekeh,
"setiap orang mengatakan bahwa buddha adalah maha
pengasih, tapi aku si hwesio ada kalanya berhati keji dan suka
melakukan pembantaian sampai keakar-akarnya!"
"Sebelum bertarung, aku si hwesio ingin menum arak dan makan
daging dulu utk membangkitkan semangat, bersediakah kau
menunggu sebentar saja" Kujamin aku tak bakal menyergapmu
secara licik?" Jilid 19 Usia pendeta itu mesti nampaknya telah mencapai lima enam
puluh tahunan lebih, ternyata caranya berbicara amat polos dan
kekanak-kanakan, melihat itu Chin sian kun jadi kegelian.
"Hwesio bau, kalau ingin makan silahkan makan dulu sampai
kenyang dan minum juga sepuasnya, dg begitu andaikata nyawamu
sampai melayang meninggalkan raga, kau tak akan mati sebagai
setan yg kelaparan lagi."
Kembali pendeta itu tertawa terbahak-bahak:
"Ha"ha"ha"arak memang bisa memabukkan orang, tapi
anehnya justru tak pernah bisa membuat aku si hwesio menjadi
mabuk!" Dg cepat dia menancapkan toyanya keatas tanah, mula-mula
diambilnya buli-buli besar itu, lalu setelah dibuka penutupnya, ia
teguk isinya sampai beberapa tegukan.
Kemudian ia mengeluarkan sebuah bungkusan kertas, ternyata
isinya adalah paha anjing yg telah dikeringkan, digigitnya daging itu
segumpil lalu dikunyahnya dg amat nikmat, tak lama kemudian ia
menyembur keluar sepotong tulang.
Selama ini Chin sian kun mengawasi terus gerak gerik pendeta
tsb, tiba-tiba saja paras mukanya berubah hebat.
Ternyata tulang yg disemburkan si hwesio tadi telah menembusi
batang pohon besar yg tumbuh disisi jalan sehingga muncul sebuah
lubang yg cukup besar. Demontrasi tenaga dalam yg dilakukan pendeta tsb menunjukkan
betapa sempurnanya kemampuan yg dimilikinya, ini seperti ilmu
silatnya telah mencapai taraf melukai orang dg memetik daun.
Bagaimanapun juga Chin sian kun membayangkan, ia tak pernah
mengira kalau lagak sinting dan kegila-gilaan si hwesio tsb,
sebenarnya hanya tuk menggoda serta mempermainkannya.
Kalau ditinjau dari kemampuannya menembusi batang pohon dg
semburan tulangnya jangan lagi kemampuannya sekarang belum
bisa menandingi, biar mesti berlatih tiga puluh tahun lagi pun belum
tentu kemampuannya bisa mencapai taraf yg dimiliki si hwesio
sekarang. Dalam terperanjatnya dia sadar, bila benar-benar sampai
berkobar suatu pertarungan, maka orang lain cukup mengandalkan
sebuah jari kelingkingnya sudah mampu utk mencabut nyawanya.
Ini berarti jalan terbaik baginya sekarang adalah pulang lebih
dulu utk memperingatkan teman-teman lainnya.
Berpikir sampai kesitu tanpa memperdulikan keranjangnya lagi, ia
segera membalikkan badan dan kabur menuju kedalam lembah.
Sementara itu terdengar si hwesio yg berada dibelakangnya
berteriak keras-keras: "Hey, jangan kabur dulu! Jangan kabur dulu! Aku si hwesio kan
sudah selesai bersantap"."
Chin sian kun benar-benar pecah nyalinya, tentu saja ia tak
berani berpaling lagi, sambil mengerahkan segenap tenaga dalam yg
dimilikinya ia melarikan diri semakin cepat lagi.
Dalam waktu singkat ia telah balik kembali kemulut lembah,
sewaktu berpaling dan tidak melihat bayangan tubuh si hwesio dia
baru menghentikan langkahnya sambil terengah-engah.
Hapukim serta Rumang sekalian bertugas menjaga dimulut
lembah menjadi tertegun setelah menyaksikan peristiwa ini, mereka
tak habis mengerti persoalan apa yg telah terjadi sehingga nona itu
kabur terbirit-birit dg napas tersengal.
Hapukim segera bertanya keheranan:
"Nona, mengapa secepat itu kau sudah kembali?"
"Aku telah bertemu musuh tangguh ditengah jalan, kalian harus
berjaga-jaga dg lebih berhati-hati lagi!" seru Chin sian kun segera.
Keempat orang itu menjadi terkejut sekali, paras muka mereka
sampai berubah. "Nona, berapa banyak musuh yg kau temui?" buru-buru Molim
bertanya dg gelisah. "Hanya seorang!"
"Hanya seorang?" Molim segera tertawa terkekeh-kekeh, "apalah
artinya kalau Cuma seorang" Nona, kau tak usah terlalu mengadaada,
yg satu itu serahkan saja kepada kami!"
"Biarpun hanya seorang, siapa tahu dibelakangnya masih ada yg
lain, kalian tak boleh bertindak kelewat gegabah" kata Chin sian kun
serius. Belum selesai perkataan itu diutarakan, dari kejauhan sana sudah
terdengar suara senandung kecil yg bergema dibawa hembusan
angin. Dg perasaan tercekat, buru-buru Chin sian kun berkata algi:
"Nah itu dia, orangnya sudah datang! Si Hwesio itu berhawa
sesat, kalian tak boleh memandang enteng kemampuannya, lebih
baik lagi jika maju bersama-sama, usahakan utk halangi
keinginannya memasuki lembah ini, aku akan segera masuk dulu utk
memberi tahu Kim bersaudara agar membantu setiap saat!"
Selesai berkata cepat-cepat dia lari masuk kedalam lembah.
Belum lama Chin sian kun berlalu dari situ, bayangan tubuh si
hwesio sudah mulai nampak dari kejauhan sana dan berjalan
mendekat dg langkah sempoyongan.
Melihat kedatangan si hwesio tsb, Molim segera menjengek
sambil tertawa dingin: "He"he"he"kukira jagoan sehebat apakah yg telah datang
mencari gara-gara, tak tahunya Cuma seorang lhama mabuk".!"
Orang asing menyebut hwesio dg lhama, mendengar perkataan
itu Rumang berkata pula sambil tertawa tergelak.
"Haaa"..haaa".haaaa".kalau untuk menghadapi seorang lhama
mah, biar aku seorang yg menghadapinya, aku lihat orang-orang
Tionggoan hanya setali tiga uang, sama-sama tak becus semuanya!"
"Tunggu dulu!" tiba-tiba Mokim berseru dg suara dalam,
kemudian kepada Molim katanya lagi:
"Lotoa. Dg munculnya si penyerbu tsb, bukankah sama artinya
kesempatan buat kita telah tiba" Sebentar lebih baik kita berpurapura
menghalanginya sebentar, lalu kita biarkan lhama itu menyerbu
masuk, begitu keempat telur busuk itu terlibat dalam pertarungan
seru melawan si lhama, kita segera menyerbu kedalam ruangan batu
dan turun tangan!" Tapi Molim segera menggeleng, katanya:
"Baru tiga hari lewat, aku rasa bocah she Kho itu belum mencapai
saat yg kritis dalam latihannya, lebih baik kita bersabar lagi beberapa
hari, daripada perbuatan kita menimbulkan rasa curiga dari beberapa
orang telur busuk itu, usaha kita dikemudian hari tentu akan banyak
mengalami kesulitan?"
Sementara pembicaraan masih berlangsung, si hwesio telah
berjalan mendekati mulut lembah sambil mengunyah daging
anjingnya. Hapukim segera menampilkan diri seraya membentak keras:
"Hey lhama, ada urusan apa kau datang kemari?"
Hwesio itu benar-benar amat dekil, bau arak amat menusuk
hidung, paha anjing yg dikunyahnya kini tinggal sekerat tulang saja.
Ketika ia melihat jalan perginya dihadang oleh Rumang sekalian


Kedele Maut Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dg senjata terhunus, pendeta itu kelihatan agak tertegun sebentar,
setelah itu katanya sambil tertawa terkekeh-kekeh:
"Heee"he".he".rupanya ada orang telah tertarik dg tempatku
ini, tak heran kalau nona tadi berusaha menghalangi kedatanganku
kemari, ha".ha".ha".kalau kuamati dialek kalian berempat,
tampaknya kamu semua bukan penduduk daratan Tionggoan, tapi
apa sebabnya mendirikan sarang dibukit ini?"
Hapukim tertawa seram: "Heee".he".he".kami berasal dari wilayah Ceng hay, hey
lhama, sudah ada orang yg mendiami lembah ini, karenanya bila kau
sudah tak ada urusan lekaslah menggelinding pergi sejauh-jauhnya
dari sini, kalau tidak, hmmm! Jangan salahkan bila diujung golokku
tak kenal belas kasihan dan kujagal dirimu!"
Hwesio itu segera tertawa terbahak-bahak:
"Haaa"heaaa"haaa"badan aku si hwesio kurus dan tak bisa
menghasilkan berapa puluh kati daging, bila ingin membunuhku
maka golok tsb bakal melengkung terkena tulang. Cuma saja aku si
hwesio pun tidak berniat menjagal kalian sebab berapa kerat tulang
kalian tak akan menghasilkan daging seharum daging anjingku
ini?"?"." Hapukim menjadi teramat gusar sehabis mendengar perkataan
itu, teriaknya keras-keras:
"Pendeta bajingan! Kau berani membandingkan kami seperti
anjing" Jangan kabur dulu, kau mesti merasakan dulu sebuah
bacokan golokku ini"!"
Sambil bergerak kedepan, goloknya diputar kencang menciptakan
selapis cahaya golok yg secara langsung menyapu ketubuh hwesio
itu. Ditengah gulungan cahaya tajam yg menyilaukan mata terdengar
hwesio itu berteriak keras:
"Aduh mak"rupanya kau benar-benar mau membunuh orang,
waaah"tampaknya aku si hwesio terpaksa harus menggunakan
tulangmu utk diadu dg tulang anjing ini, coba kita buktikan mana yg
lebih keras?" Dg langkah terhuyung dia menghindarkan diri kesamping dan
persis berhasil melepaskan diri dari bacokan golok Hapukim,
menyusul kemudian tangan kanannya diayunkan kedepan, tiba-tiba
saja tulang anjing itu terlepas dari tangannya dan bagaikan sekilas
cahaya putih, langsung menerobos kebalik cahaya golok tsb.
Tiba-tiba saja terdengar Hapukim menjerit kesakitan, golok
terjatuh ketanah dan ia melompat mundur sambil memegangi bahu
kanannya. Sepasang matanya kelihatan merah membara, mukanya pucat
pias seperti mayat, tampaknya tulang anjing yg disambit kedepan
persis menghajar diatas tulang badannya dan tidak terlalu parah
namun ternyata persis melepaskan tulang sambungan bahunya.
Sementara itu si hwesio telah memejamkan matanya kembali,
setelah memindahkan toyanya ketangan kanan, ia berseru:
"Hey, kenapa kau" Aku toh baru bersiap siap akan berkelahi,
kenapa kau malah membuang senjata dan tidak jadi bertarung?"
Dalam pada itu, Mokim, Molim serta Rumang yg telah melihat
Hapukim telah menderita luka sebelum goloknya sempat menyentuh
tubuh hwesio itu, menjadi terkejut sekali.
Dg suara keras Rumang berteriak:
"Wah lhama ini pandai ilmu sihir!"
"Ha"ha"ha"betul, aku memang pandai ilmu sihir" seru si
hwesio sambil tertawa bergelak, "bukan Cuma ilmu sihir, ilmu
buddha pun kukuasai secara baik, aku bisa membuat orang berubah
menjadi setan! Nah, apakah kalian bertiga ingin mencoba bagaimana
rasanya kalau manusia dirubah menjadi setan?"
Sementara itu satu ingatan telah melintas dalam benak Molim,
tiba-tiba dia menyingkir kesamping sambil katanya"
"Kami tak mampu mengungguli dirimu, nah lhama, bila ingin
masuk kedalam, silahkan saja masuk!"
Oleh karena kenyataan membuktikan bahwa apa yg diucapkan
Chin sian kun tadi memang benar, hwesio itu kelewat lihay sehingga
mereka tdk mampu lagi menandinginya, timbullah niat jahat didalam
benaknya, ia berharap bisa meminjam kemampuan hwesio tsb utk
merobohkan Kim kong sam pian, siapa tahu dg munculnya
kesempatan baik ini maka mereka bisa menyerbu secara langsung
kedalam ruangan utk merebut kitab pusaka Thian goan bu boh!
Begitu melihat saudaranya memberi jalan, Mokim segera
memahami apa yg menjadi tujuan kakaknya, cepat dia menyingkir
kesamping jalan sambil diam-diam tertawa dingin.
Hwesio itu kelihatan agak tertegun setelah menyaksikan apa yg
terjadi, gumamnya: "Kalau sikapnya tadi begitu bengis, buas dan menyeramkan,
mengapa sikapnya sekarang malah begini sungkan"
Hmmm"kelihatannya dlm lembah tsb benar-benar terdapat sesuatu
yg luar biasa". Sembari bergumam, dia segera meneruskan perjalanannya
memasuki lembah itu dg sempoyongan.
Baru memasuki kemulut lembah, tampak Kim kong sam pian dg
ruyung terhunus telah berdiri berjajar menghalangi jalan perginya,
sementara Chin sian kun dg pedang melintang didepan dada berdiri
disampingnya. Melihat hwesio itu munculkan diri, si nona segera menegur dg
suara dalam: "Hey hwesio, rupanya kau memang sengaja kemari utk
menyelidiki jejak kami?"
Hwesio itu kembali tertawa terkekeh-kekeh:
"Aneh benar perkataanmu itu, aku toh bukan merampok uang
atau membegal barang orang lain, akupun bukan penjahat cabul yg
suka menghisap madu perempuan, buat apa mesti kuselidiki jejak
kalian?" "Lantas ada urusan apa kau si hwesio datang kemari?" sambung
Kim losam dg suara dalam.
Hwesio itu tertawa tergelak:
"Haaaa"haaaa"haaa"kalian boleh kemari, mengapa aku si
hwesio tak boleh kemari" Lagi pula lembah hati buddha ini
merupoakan tempat tinggal aku si hwesio, kalian bukan saja telah
menduduki tempat tinggalku, sekarang malah bermaksud mengusir
diriku dari sini, coba bayangkan sendiri, adilkah kejadian macam
ini?" Kim kong sam pian menjadi termangu sesudah mendengar
perkataan tsb, berapa saat kemudian Kim lotoa dg wajah agak
berubah , tanyanya agak gelisah:
"Taysu, kau mengatakan gua ini adalah tempat pertapaanmu?"
"Benar, aku baru pulang dari mengembara selama beberapa
tahun, benar-benar tak kusangka kalau rumah kediamanku telah
berganti pemilik!" Tiba-tiba saja sikap Kim lotoa berubah menjadi menghormat
sekali, kembali tanyanya:
"Boleh aku tahu nama besar taysu?""
"Haa"haaa.haaaa".sejak kecil aku si hwesio sudah hidup
sebatang kara, aku tak pernah punya nama, apalagi sesudah
menjadi pendeta, aku lebih-lebih tak butuh nama lagi, tapi karena
kegemaranku yg utama adalah daging anjing, maka orang lain
memanggilku sebagai si hwesio daging anjing?"
Kim lotoa amat terperanjat, baru tiga hari berselang Bu wi lojin
mengajarkan banyak tingkah laku dan logat bicara dari tokoh-tokoh
sakti dunia persilatan, diantaranya terdapat pula nama hwesio
daging anjing yg akhirnya berhasil memukul mundur komandan Sin
anak buah dewi In nu. Sungguh tak di sangka orang yg dihadapinya sekarang ternyata
adalah pendeta sakti yg termasyur dalam dunia persilatan tapi
jarang ditemui orang itu.
Buru-buru dia menarik kembali ruyungnya dan berseru sambil
memberi hormat: "Rupanya pendeta agung dari dunia persilatan yg telah datang,
Tiga ruyung dari telaga Tong ting, Kim Lotoa menjumpai taysu.."
Kemudian kepada Kim loji dan losam , bentaknya pula:
"Saudara-saudaraku, kenapa kalian tdk segera menjumpai
pendeta agung?"?"
Cepat-cepat Kim loji dan losam menyimpan kembali ruyungnya
dan memberi hormat. Demikian pula dg Chin sian kun, sambil memberi hormat katanya:
"Ditengah jalan tadi aku tak tahu kalau pendeta suci yg datang,
apabila dlm perkataan maupun tingkah laku telah menunjukkan
sikap kurang sopan, harap taysu sudi memaafkan!"
Hwesio daging anjing mengernyitkan alis matanya, lalu berseru:
"Kalian jangan bersikap begitu sungkan dulu kepada aku si
hwesio, heee"heee"coba terangkan dulu, apa yg sedang kalian
perbuat didalam gua tempat kediamanku itu?"
Buru-buru Chin sian kun menjelaskan,
"Taysu, terus terang saja didalam gua ada orang sedang
mengatur napas utk mengobati luka yg dideritanya, sedangkan
boanpwee Chin sian kun bersama Kim bersaudara dan keempat
orang diluar lembah itu mendapat tugas utk melindungi
keselamatannya." "Ooooh"siapa yg sedang bersemedi utk mengobati lukanya?"
"Dia adalah Bu wi locianpwee!" sahut Kim lotoa cepat.
"Bu wi lojin yg mana yg kau maksudkan?" seru si hwesio daging
anjing agak tertegun. Tapi sebentar kemudian ia sudah tertawa tergelak kembali,
katanya lebih jauh: "Haaaa".haaaa".haaaa"bagus sekali, rupanya si barang antik
itu. Tapi"bukankah kudengar ia telah mengundurkan diri dari
keramaian dunia persilatan" Bagaimana ceritanya sehingga ia dapat
dilukai orang?" Kim lotoa segera menghela napas panjang:
"Aaaai"persoalan ini panjang sekali utk diceritakan, silahkan
taysu masuk dulu kedalam gua, bonpwee tentu akan memberi
keterangan sejelas-jelasnya."
Ketika melihat Molim sekalian sedang celingukan dari luar
lembah, buru-buru sserunya pula:
"Silahkan saudara berempat masuk pula kedalam utk menjumpai
taysu". Molim agak tertegun setelah mendengar perkataan itu,
sebenarnya mereka berempat bermaksud akan menyelundup masuk
kedalam begitu si hwesio telah terlibat dalam pertarungan melawan
Kim bersaudara, siapa tahu hwesio itu ternyata adalah sahabat karib
Bu wi lojin. Karena sudah ditegur terpaksa mereka bersama Hapukim berdua
harus munculkan diri dan memberi hormat kepada hwesio daging
anjing. "Tak usah banyak adat" seru hwesio itu cepat, "betul-betul air
bah menggenangi kuil raja naga, anggap aku si hwesio yg salah, hey
saudara tua bagaimana dg luka dibahumu" Bagaimana kalau
kusambungkan kembali tulangmu yg terlepas?"
"Luka yg diderita saudara Hapukim telah kusambung kembali, tak
usah merepotkan toa lhama!" tampik Molim ketus.
Hwesio daging anjing kembali tertawa,
"Baik"baik..biar selewat beberapa hari aku si hwesio akan
memberi ganti kerugian kepada loheng ini."
Lalu sambil berpaling kembali kearah Chin sian kun, katanya lebih
jauh: "Hey nona cilik, untung kau lebih cepat tahu gelagat,
he"he".he"kalau tidak kau sendiripun akan merasakan sedikit
pelajaran dariku!" "Biarpun aku digebuk oleh taysu juga tak jadi masalah, siapa
tahu gara-gara bencana boanpwee akan mendapat rejeki?"
Hwesio daging anjing tertawa bergelak.
"Haaaah"..haaaah"haaaah"tak kunyata kunyana selembar
mulutmu yg mungil begitu pandai berbicara, baik..baiklah, berapa
hari lagi kalian akan menjaga disini?"
"Masih memerlukan waktu selama dua belas hari lagi sebelum
semedi itu diselesaikan!" sahut Kim lotoa segera.
"Bagus sekali, asal disediakan arak dan daging, aku si hwesio
akan mengendon pula disini, kujamin tak ada yg berani mengusik!"
"Hmmm"aku rasa belum tentu demikian" tiba-tiba terdengar
seseorang menjengek dari luar lembah sambil tertawa dingin.
Dg perasaan terkejut ketujuh orang yg berada dalam lembah
berpaling, tampaklah dimulut lembah telah muncul tiga sosok
bayangan manusia. Dari ketiga orang itu dua diantaranya adalah kakek berusia lima
puluhan yg semuanya memakai jubah panjang berwarna ungu,
sepasang alis matanya tebal lagi hitam, matanya tajam bagaikan
kilat, senjata yg dibawa berbeda sekali dg senjata pada umumnya.
Bentuk senjata mereka seperti dua batang tongkat besi biasa tapi
diujungnya masing-masing terdapat sebuah kupu-kupu besi yg
sedang mementangkan sayapnya, bentuk ukiran itu sangat indah
sehingga mirip sekali dg kupu-kupu sungguhan.
Orang ketiga adalah seorang perempuan cantik jelita yg berusia
tiga puluhan, ia memakai baju berwarna putih dan kelihatan genit
sekali. Orang yg berbicara barusan tak lain adalah perempuan berbaju
putih itu. Ketika selesai berbicara, perempuan itu segera mengulapkan
tangannya kebelakang, dari luar lembah pun segera muncul kembali
delapan orang jago pedang yg semuanya memakai pakaian ringkas
bewarna kuning, orang-orang itu kelihatan amat keren, garang dan
penuh napsu membunuh. Berubah paras muka Kim kong sam pian melihat kehadiran
musuh-musuhnya, mereka segera berpikir dg rasa kaget:
"Orang-orang ini asing sekali wajahnya, entah mereka berasal
dari aliran mana?" Dalam pada itu si hwesio daging anjing telah berkata sambil
tertawa terbahak-bahak. "Haaaah"haaaah".haaaah"ternyata lagi-lagi kalian yg datang
mengacau, aku lihat kalian seperti belum puas juga dan
mendatangkan bala bantuan, apakah hendak mencari aku si hwesio
utk menuntut balas?"
Chin sian kun yg melihat hal ini, segera bertanya dg wajah
keheranan: "Apakah cianpwee kenal dg mereka?"
Hwesio daging anjing tertawa:
"Sewaktu masih berada dibawah bukit tadi, sobat-sobat yg
memakai baju kuning itu bersama lima enam perempuan mengamati
terus aku si hwesio secara membingungkan, tapi akhirnya ada dua
orang yg kucopot tulangnya sebelum mereka bubaran"eeeei"tak
tahunya mereka datang lagi utk mencari gara-gara."
Perempuan berbaju putih itu segera tertawa dingin, katanya:
"Kesalah pahaman bisa sering terjadi didalam dunia persilatan,
krn itu kedatangan kami kemari bukanlah utk mencari gara-gara dg
kau hwesio, asal kau si hwesio bersedia utk berpeluk tangan belaka,
aku pun berjanji tak akan memusuhi dirimu!"
Hwesio daging anjing nampak agak tertegun, lalu setelah
memutar biji matanya dan tertawa terkekeh-kekeh, katanya:
"Haaah"haaah".haaaah"mengerti sekarang aku si hwesio,


Kedele Maut Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

rupanya kalian hendak mencari gara-gara dg si tua Bu wi..?"
Kembali perempuan berbaju putih itu mendengus:
"Hmmm, hwesio bau! Kau tak usah berlagak sok edan atau tak
waras otaknya, tiga hari berselang kau sudah bersatu dg si tua
bangka celaka itu, buat apa kau masih berlagak pilon sekarang?"
"Biar aku si hwesio pikun, rasanya kepikunanku belum sampai
mencapai taraf sepenuh itu" kata hwesio daging anjing sambil
memutar biji matanya, "tiga hari berselang, aku masih berada
ratusan li jauhnya dari sini, bagaimana mungkin aku telah berada
bersama si tua Bu wi?"
Kim lotoa yg ikut mendengarkan pembicaraan tsb dg cepat
mengerti, yg dimaksud kejadian pada tiga hari berselang tak lain
adalah hasil perbuatannya yg menggunakan orang-orangan dari
rumput utk memukul mundur komandan Sin beserta pasukannya.
Maka sambil tertawa segera selanya:
"Rupanya kalian adalah anak buah dari dewi In nu?"
"Betul!" jawab perempuan berbaju putih itu, "Nah katakan
sekarang, dimanakah Bu wi lojin serta bocah keparat she Kho itu?"
"Maaf kalau aku tak bisa memberi jawaban!" ucap Kim lotoa dg
suara dalam. Kembali perempuan berbaju putih itu mendengus:
"Hmmmm"padahal tidak susah utk memaksamu berbicara?"
Kepada kedua orang kakek berbaju ungu itu katanya tiba-tiba
seraya menjura: "Tolong merepotkan huhoat berdua agar membekuk dulu orang
she Kim tsb!" Kedua orang kakek berbaju ungu itu manggut tanpa menjawab,
serentak mereka maju mendekati Kim lotoa.
Tapi si hwesio daging anjing segera menghalangi jalan perginya
dg melintangkan tangannya ditengah jalan, katanya sambil tertawa
terkekeh, "eeei"jangan terburu nafsu, jangan terburu nafsu, sesudah
setengah harian lamanya kita berbicara tapi aku si hwesio belum
tahu asal usul kalian, apakah kalian bersedia memberi penjelasan
dulu sebelum pertarungan dilakukan?"
Kakek berbaju ungu yg perawakan agak kurus segera berkata dg
suara dingin. "Aku adalah salah satu diantara dua belasan pasukan pelindung
hukum dibawah pimpinan Siancu yg bernama Tang Bok kong,
Pukulan Naga Sakti 22 Kelelawar Hijau Lanjutan Payung Sengkala Karya S D Liong Pedang Penakluk Iblis 19

Cari Blog Ini