Ceritasilat Novel Online

Kereta Berdarah 13

Kereta Berdarah Karya Khu Lung Bagian 13


melengak dibuatnya, tapi sebentar kemudian dia sudah bisa
mengerti, tentunya Yuan Si Tootiang sudah mengarang satu
cerita bohong guna menipu sutenya ini.
Tak terasa lagi dia dongakkan kepalanya tertawa terbahakbahak!.
"Haa.... , haa.... , alasan yang bagus, cuma aku ingin
tahu kami mangira kepandaian silatnya yang mana yang
dikatakan amat mengejutkan itu?"
Untuk babarapa saat lamanya Kong Yen Bei tak dapat
mengucapkan sepatah katapun, dia sendiripun baru saja
bertemu muka dengan Yuan Si Tootiang sehingga apa yang
diketahui olehnya masih belum banyak.
"Hmm! Buat apa soal ini dibicarakan lagi?" sahutnya
kemudian sambil mendengus dingin.
"Oooo.... " jadi kau berkata pinceng pun lagi mengiri
kepandaian silat yang dimiliki Yuan Si Tootiang itu?" sambung
Thian Siang thaytu dengan gusar.
Kong Yen Bei tahu kalau hubungan persahabatan antara
Thian Siang thaytu dengan suhengnya Yuan Si Tootiang amat
erat sekali, selama ini antara Bu-tong-pay serta Siauw-lim-pay
selalu terjalin satu kerja sama yang amat erat. bagaimana
mungkin Thian Siang Thaysu pun bisa mengatakan sedang
mengiri kepandaian silat suhengnya"
Dia rada merandek, Akhirnya dengan terpakta jawabnya
juga, "Soal ini sulit juga untuk dikatakan?"
Mendengar perkataan tersebut Thian Siang Thaysu benarbenar
merasa amat gusar baru saja dia mengumbar hawa
amarahnya Sin Hong Soat-nie yang ada disampingnya sudah
mendahului. "Lalu bagaimana dengan diriku?" serunya tawar.
Sewaktu Kong Yen Bei mendengar perkataan dari Yuan Si
Tootiang untuk baberapa saat lamanya dia merasa perkataan
dari suhengnya ini benar, tetapi Sia Hong Soat-nie jarang
sekali ikut berebut nama besar dan jarang menuruni puncak
Su Li Hongnya, sudah tentu dia tidak berani memandang
rendah dirinya. Bagaimanapun juga dia adalah seorang anak murid dari
partai Bu-tong bersamaan itu pula dia tidak berani
mempercayai kalau suhengnya Yuan Si Tootiang sebagai salah
satu dari tiga manusia genah dan kedudukannya sebagai
ciangbunjien suatu partai kenamaan bisa memiliki niat untuk
membinasakan pada orang gagah dari daerah Tionggoan
seperti yang tersiar di dalam Bu-lim.
"Pada saat dan keadaan seperti ini bicara banyakpuo tak
berguna." akhirnya dia berseru sambil menarik napas panjangpanjang.
"Anak murid Bu-tong-pay saat ini sudah tiba disini,
diantara kalian tentu ada yang belum pernah merasakan
bagaimana lihaynya barisan "Thay Khek Jie In Tin" dari partai
Bu-tong-pay kami bukan?"
Sembari berkata dia ulapkau tangannya. dari balik hutan
segera muncullah tujuh puluh dua orang tojin berbaju hijau
yang masing-masing menduduki posisi Pat Kwa dan
memalangkan pedangnya sejajar dengan dada.
Sang Su-im jadi melengak. dia sudah berikan perintahnya
kepada seluruh anggota perkumpulan Tiang-gong-pang untuk
lepaskas orang masuk tapi mencegah setiap orang yang
bermaksud meninggalkan tempat ini, tidak disangka anak
murid dari Bu tong p ay pun sudah berdatangan.
Melihat kejadian itu Thian Siang Thaysu segera membaca
doa memuji keagungan sang Buddha. "Omihtohud! Kong sicu,
cepatlah perintahkan untuk bubarkan barisan ini. kalau tidak
pinceng rasa tidak bakal mendatangkan kebaikan buat partai
Bu-tong-pay kalian!"
Kong Yen Bei yang sudah tarunkan perintah untuk
membentuk barisan sudah tentu tidak suka menarik kembali
kata-katanya, bagaimanapun juga diapun marupakan seorang
jagoan yang punya nama di dalam kalangan persilatan,
bagaimana mungkin dia orang suka bicara bolak-balik
sehingga mencemarkan nama baik Bu-tong-pay!
Di dalam hati dia masih mendendam terhadap diri Ciu
Tong, terdengar dia tertawa dan ejeknya ke arah si iblis tua
dari lautan Timur. "Hey tua bangka, apakah kau orang ada maksud untuk
menjajal terlebih dulu bagaimana lihaynya barisan "Thay Khek
Jie Ih Tin" dari Bu-tong-pay ini?"
"Haaaaa.... haaa.... suatu barisan yang demikian kecilnya
masih juga ingin menyusahkan diriku, bukankah hal ini terlalu
tidak memandang atas kekuatannya sendiri?"
Selesai berkata sambil dongakkan kepalanya dan
busungkan dada dia berjalan ke depan. Pada waktu itulah
Hauw Thian Kiem Wang Phoa Thian-cu sudah tertawa
terbahak-bahak kepada Sang Su-im ujarnya:
"Apa gunanya anggota Tiang-gong-pang mengepung di
tempat luaran" haa.... ha.... kini situasi ditengah kalangan
sudah berubah, menurut penglihatanku keadaan kalian sudah
berada di bawah angin, buat apa membicarakan lagi soal
menyerah.... haa haa."
Selesai berkata dia mendengus dingin, tangan kanannya
diulapkan. Dari empat penjura hutan itu dengan cepat tertebarlah
berpuluh-puluh jaringan merah mengepung mereka semua
ditengah kalangan. Dengan pandangan yang dingin Sang Su-im menyapu ke
sekeliling tempat itu, mendadak sinar matanya berkelabat.
bukankah samar-samar keadaan mereka pada saat ini rada
mirip dengan keadaan sewaktu terkurung di dalam lembah
Chiet Han Kok" Dalam hati dia mulai mengadakan perhitungan, walaupun
untuk memperoleh kemenangan total tidak mungkin tetapi
tidak bakal sampai menderita kekalahan. saat ini hatinya lagi
berpikir bagaimanakah caranya untuk memperoleh
kemenangan total". Kekuatan dari Bu-tong-pay benar-benar luar biasa sekali,
barisan "Thay Kek Jie In Tin" ini sebetulnya adalah barisan
besar pelindung gunung yang selamanya hanya diatur di atas
gunung Bu-tong san saja kini ternyata mereka sudah
pindahkan barisan itu kemari jelas sekali barisan ini tidak
mudah dipatahkan. Ciu Tong yang hendak menerjang hancur barisan ini
dengan seorang diri sudah tentu tidak mungkin terlaksana.
Nama besar Ciu Tong sudah lama menggetarkan seluruh
Bu-lim, walaupun pada saat ini tubuhnya baru saja satu bulan
sambuh dari lukanya tetapi bagaimanapun juga dia adalah
saorang ketua partai, sudah tentu hatinya tidak akan bisa
dibuat jeri oleh sikap dari musuhnya.
Sambil mencekal tongkatnya erat-erat pada tangan kanan
dengan langkah lebar dia berjalan masuk ke dalam barisan.
Begitu tubuhnya menginjak masuk ke dalam barisan,
barisan "Thay Khek Jie In Tin" itupun mulai bergerak, tujuh
bilah pedang bar-sama-sama melancarkan serangan dari
empat penjuru, menyerang ke arah diri Ciu Tong.
Ciu Tong mendengus dingin, tubuhnya merendah tongkat
yang ditangannya balas melancarkan serangan, ilmu sakti dari
lautan Timur dapat membuat pergelangannya berputar tanpa
menemui kesulitan apapun pada saat tubuhnya merendah
kebawah itulah dia orang sudah berhasil menghindarkan diri
dari serangan tujuh bilah pedang panjang itu.
Bagi Sang Su-im sekalian yang sudah mengerti seberapa
lihaynya ilmu silat yang dimiiiki Ciu Tong pada saat ini merasa
tidak seberapa terkejut, sebaliknya Kong Yen Bei benar-benar
merasa amat terperanjat, dengan kepandaian silat yang
dimilikinya jelas nama besar yang dimilikinya selama ini bukan
kosong belaka, dia orang bisa menduduki sebagai "Iblis" dari
nama empat manusia aneh jelas ilmunya benar-benar berisi.
Diam-diam dalam hati sute dari Yuan Si Tootiang ini
merasakan, bilamana dirinya hendak berhasil menandingi Ciu
Tong setidak2nya harus berlatih lagi selama setahun dengan
rajin. Dangan gerakan dari Ciu Tong untuk menyambut
datangnya serangan ini maka segera memaksa barisan Thay
Khak Jie Ih Tin mulai berputar dengan sesungguhnya, semakin
berputar semakin cepat dan terus semakin santer.
Ciu Tong sendiripun melancarkan toyanya bagaikan
samberan angin cepatnya, jurus-jurus yang digunakan olehnya
jauh lebih aneh dan berbeda dari jurus-jurus serangan yang
sering terlihat dalam Bu-lim, apalagi perputaran pergelangan
tangannya semakin membuat anak murid dari Bu-tong-pay ini
kabingungan. Sekalipun bagitu barisan "Thay Khek Jie Ie Tin" ini adalah
barisan pelindung gunung, walaupun pedang yang
mengepung diri iblis dari lautan Timur ini berhasil dipukul
pental oleh tongkat besinya tetapi dikarenakan mereka sangat
hapal dengan perubaban dari barisan itu ditambah pula cara
kerja sama saling mengisi yang begitu rapat membuat
kedudukkannya tetap sangat kuat.
Hanya di dalam sekejap saja sepuluh jurus sudah berlalu
dengan amat cepatnya, penjagaan dari bariaan "They Khek Jie
Ih Tin" masih tetap rapat dan kuat. untuk beberapa saat
lamanya Ciu Tong tak berhasil menerobos keluar dari
kepungan barisan tersebut bahkan untuk menggerakkan
badanpun susah. Pada saat yang amat kritis itulah mendadak dari luar hutan
berkumandang datang suara pujian pada Buddha yang saling
susul menyusul suara tersebut semakin lama semakin nyaring
dan terakhir berpadu merupakan pujian pada Buddha yang
membetot hati. "Aaaach.... Thian Liong telah membawa barisan besar Pek
Pah Loo Han Toa datang kemari!" tariak Thian Siang Thaysu
rada tertegun. Yuan Si Tooting maupun Phoa Thian-cu yang mendengar
perkataan itu segera merasakan hatinya terperanjat, bilamana
bantuan besar yang terdiri dari delapan ratus orang ini benarbenar
diatur sekalipun kepandaian silat mereka jauh lebih
lihaypun jangan harap bisa meloloskan dirinya, mereka sama
sekali tidak menyangka kalaa Thian Siang Thaysu bisa
memindahkan pula barisan tersebut datang kemari.
Tetapi yang jelas hweesio itu bisa berbuat demikian justru
karena terlalu mendendam terhadap mereka hingga tanpa
sayang lagi sudah kerahkan seluruh kekuatan dari Siauw-limpay.
Anak murid dari lembah "Chiet Han Kok" mana bisa
menahan serangan laksana air bah itu, hanya di dalam
sekejap saja jaring merah mereka pada hancur berantakan,
ada berpuluh-puluh orang hweasio yang berhasil menerjang
masuk ke dalam kalangan, bahkan terlihatlah delapan orang
hweesio bar-sama-sama datang menghampiri diri Thian Siang
Thaysu. Yuan Si Tootiang yang melihat situasi sangat tidak
menguntungkan bagi dirinya dalam hati merasa amat berdesir,
dia tahu bilamana dirinya tidak melarikan diri dengan
menggunakan kesempatan ini, bilamana barisan besar Pek
Peh Loo Han Toa Tin itu sampai terbentuk maka jangan harap
dirinya bisa meloloskan diri kembali.
"Cepat atur Chiet Ci Liam Sim!" bentaknya kemudian
dengan keras. Barisan "Thay Khek Jie Ih Tin" dengan cepat berubah, Ciu
Tong terdorong keluar dari dalam barisan sedang Toosu
itupun dengan membentuk jadi tujuh orang tujuh barisan yang
saling bersambung sambungan membentuk seekor naga.
Melihat kejadian itu dengan gusarnya Thian Siang Thaysu
membentak keras, "Yuan Si! kau ingin pergi kemana lagi?"
Tubuhnya dengan cepat meloncat ke depan, bersama-sama
dengan Sin Hong Soat-nie mereka pada menubruk ke arah
Yuan Si Tootiang serta Phoa Thian-cu.
Melihat situais kembali berubah Sang Su-im dengan cepat
kebaskan lengan kanannya ke atas. sebuah panah berapi
meluncur ke atas udara dan meletus sebanyak tiga kali. inilah
tanda dari penyerbuan besar2an oleh orang-orang
perkumpulan Tiang-gong-pang
Yuan Si Tootiang maupun Phoa Thian-cu buru-buru putar
badannya mengundurkan diri ke belakang, sedang barisan
"Chhet Ci Liam Sim" bagaikan kilat berputar menghadang
perjalanan pergi dari Thian Siang Thaysu serta Sin Hong Soatnie!
Dengan gusarnya Ciu Tong meraung keras, tongkatnya
berturut-turut melancarkan puluhan serangan gencar, angin
serangan menajam laksana mengamuknya ombak ditengah
samudra, Pada saat yang bersamaan pula Thian Siang thsysu yang
melihat Yuan Si Tootiang hendak melarikan diri dengan
gusarnya membentak keras, sapasang telapak tangannya
bersama-sama didoroog sejajar dengan dada.
Serentetan suara ledakan yang amat keras bergema
memenuhi angkasa, dengan menggunakan tenaga sepuluh
bagian dari ilmu khie-kang "Sian Thian Cin Khai" nya dia
menghantam ke arah depan.
Pada saat itulah Sin Hong Soat-nie membentak keras,
diapun melancarkan satu serangan dahsyat ke depan.
Meraka bertiga merupakan jago-jago kelas wahid. dari
kalangan dunia persilatan, saat ini mereka harus bersamasama
melancarkan serangan menghantam barisan "Chiet Ct
Liam Sim itu." sekalipun mereka berjumlah tujuh, kali tujuh
empat puluh sembilan orang tetapi bagaimanapun tak tahan
juga tarhadap tenaga serangan yang begitu dahsyatnya.
Seketika itu juga barisan "Chiet Ci Liam Sim" kena dipukul
bujar dan kacau berantakan.
Si "Sin Kiam Tui Hong" Kong Yen Bei mana pernah melihat
situasi pertempuran yang demikian mengejutkan, saking
tarperanjatnya dia berdiri mematung disana, untuk baberapa
saat lamanya tak sepatah katapun bisa dtucapkan keluar.
Baru saja mereka bertiga berhatil memukul pecah barisan
Chiet Ci Liam Sin Tin itu mendadak terdengar Phoa Thian-cu
bersuit nyaring, dari empat penjuru hutan lebat itu
bermunculanlah orang-orang berkeruduog yang bersamasama
manghalangi perjalaaan mereka,
Pada saat yang bersamaan pula orang yang ada di dalam
kereta berdarah itu melancarkan serangannya dengan
menggunakan cambuk panjang tersebut, laksana seekor naga
berbisa dengan gesitnya menghantam tubuh Cha Can Hong,
itu si dewa telapak dari gurun pasir.
Cha Can Hong jadi amat terkejut, dengan murkanya dia
membentek. di dalam keadaan apa boleh buat terpaksa dia


Kereta Berdarah Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

melepaskan tali les pada kereta itu dan melayang ke atas,
telapak tangannya bagaikan kilat cepatnya melpncarkan
delapan buah serangan menghadang datangnya serangan
cambuk iiu. Sang Su-im sehabis melepaskan anak panah berapinya ada
maksud untuk membantu Thian Siang Thaysu menghadang
jalan pergi dari Yuan Si Tootiang, tetapi melihat kereta
berdarah itu bermaksud untuk melarikan diri ia jadi amat
terperanjat, dalam hati ia mengerti kalau Cha Can Hong tidak
mungkin bisa menahan kereta berdarah itu seorang diri.
"Kau hendak lari kemana bentaknya dengan keras.
Bersamaan dengan suara bentakannya itu sang tubuh
melayang kaatas dan melancarkan tujuh buah totokan
mematikan. Inilah jurus yang terlihay dari ilmu Han Yang Ci
yang disebut sabagai "Huan Sia Chiet Cie."
Tenaga serangan berkelebat ditengah angkasa sehingga
menimbulkan suara desiran tajam, dengan hebatnya angin
serangan itu menghantam ruangan kereta berdarah.
Orang yang ada di dalam kereta berdarah itu dengan cepat
mengebaskan cambuknya ditengah udara sehingga
membentuk bunga-bunga cambuk yang banyak.
Keempat ekor kuda itu segera meringkik panjang, ditengah
menyambarnya sang cambuk ditengah udara untuk
membujarkan serangan jari dari Sang Su-im, kereta berdarah
tersebut dengan cepatnya menerjang ke depan.
Melihat serangannya berhasil digagalkan oleh pihak musuh
dengan demikian mudahnya Sang Su-im merasa sangat
terkejut bercampur murka, dia mendengus dingin, lima jari
tangan kanannya berturut-turut menyentil kembali ke depan.
Empat puluh sembilan serangan jari bersama-sama
menyambar ke depan, seketika itu juga seluruh ruangan
sudah dipenuhi suara desiran yang memekikkan telinga.
Orang yang berada dalam kereta bardarah itu begitu
melihat datangnya serangan yang demikian gencar buru-buru
mengebaskan cambuknya ditengah udara, tetapi
menggunakan kesempatan itulah Cha Can Hong kembali
melanijarkan delapan belas buah serangan menghantam ke
arah depan. Angin pukulan lastana senjata tajam dengan tanpa ampun
lagi menggencet tubuh keempat ekor kuda itu.
Cambuk panjang rada merandek sejenak ditengah udara.
"Plaak!" pada mulanya ia menghantam bujar pukulan dari
Cha Can Hong, akhirnya baru menyapu ke arah Sang Su-im
menggagalkan sentilan jari dari Han Yang Ci ini.
Dengan amat cepatnya cambuk dan serangan jari bentrok
menjadi satu ditengah udara, diantara suara desiran yang
amat tajam sebagian besar dari cambuk itu mulai rontok dan
tersebar memenuhi angkasa.
Sisa kekuatan dari tenaga sentilan itu pun dengac
dahsyatnya melanjutkan daya luncurnya menghantam kereta
bardarah itu. Sang Su-im kontan merasa hatinya amat kaget, dimana
kekuatan jarinya bertemu dengan orang itu segeralah terasa
tubuh orang itu keras laksana batu emas, walau pun jari2nya
berhasil mengenai dirinya tetap tak berhasil mengapa-apakan
orang itu. Ditengah suara ringkikan keempat ekor kuda berwarna
merah darah itu dengan menarik kereta berdarah menerjaog
ke arah depan. Pada waktu ini paras muka Sang Su-im sudah berubah
pucat pasi bagaikan mayat, tubuhnya dengan cepat berkelebat
ke samping untuk memberi jalan buat kereta itu lewat,
Cha Can Hong yang melihat seluruh kekuatannya berhasil
dipunahkan oleh orang itu saat inipun tidak berani turun
tangan menghadang, tubuhnya dengan cepat pula meloncat
pula kesamping. Koan Ing yang melihat kejadian ini dengan cepat menyapu
sekejap ke sekeliling tempat itu, dia tahu dirinya harus segera
turun tangan untuk menghalangi jalan pergi dari kereta itu.
menanti hweesio-hweesio dari Siauw-lim-pay berhasil
membentuk kedelapan ratus Loo Han Toa Tinnya maka pada
saat itu tidak usah kuatir lagi bilamana kereta bardarah itu
berhasil meloloskan diri.
Siapakah orang yang ada dalam kereta berdarah itu ia
harus mengetahuinya walau pun dengan cara apapun.
Tubuhnya secara tiba-tiba berkelebat menubruk ke arah
kereta berdarah itu. Sang Siauw-tan yang melihat kejadian ini jadi amat
terperanjat tapi gerakan dari Koan Ing dilakukan secara
mendadak dan begitu cepat, menanti dia merasa untuk
menghalangpun tidak sempat lagi.
Dengan cepatnya Koan Ing menubruk ke arah kereta
berdarah itu, dari dalam kereta segera berkumandang suara
dengusan yang amat berat, tiga gulung hawa pukulan yang
amat dahsyat dengan cepat meluncur keluar mengancam tiga
buah jalan darah penting ditubuh pemuda itu.
Buru-buru Koan Ing menutulkann badannya ke belakang,
pedang kiem-hong-kiamnya dengan cepat dilintangkan di
depan dada menangkis datangnya kedua gulung angin
serangan itu. Dengan cepat angin serangan bentrok jadi satu dengan
pedang kiem-hong-kiam sehingga menimbulkan suara
dengungan yang amat keras, seketika itu juga pedang kiemhongkiamnya kena dipentalkan sehingga memancarkan
cahaya hijau keamas-emasan yang menyilaukan mata.
Bersamaan itu pula Koan Ing merasakan seluruh tubuhnya
kaku, hatinya jadi rada berdesir, dia sama sekali tidak
menyangka kalau kedahsyatan dari ilmu jari "Cha Liong Cie"
bisa demikian luar biasanya.
Baru saja tubuhnya terasa amat kaku, potongan cambuk
kembali menyambar datang, membuat tubuhnya semakin sakit
lagi hingga menusuk ke dalam tulang sumsum. Otaknya jadi
pusing dan tanpa ampun tubuhnya terseret ke dalam kereta
dalam keadaan setengah sadar.
Setelah itu pemuda itu merasakan tubuhnya kena digulung
masuk ke dalam kereta berdarah, ia merasa dari samping
telinganya terdeagar suara bentakan yang amat santar dari
luar kereta diikuti suara jeritan keras dari Sang Siauw-tan.
Suara itu semakin lama semakin lemah dan akhairnya
lenyap dari pendengaran, Koan Ing hanya mendengar suara
ringkikan kuda serta berputarnya roda kereta yang amat
membisingkan telinga. Hal ini semua membuat hatinya terasa amat berdesir.
Sekali lagi kereta berdarah berhasil meloloskan diri dari
kepungan, inilah ingatan pertama yang berkelebat dalam
benaknya. Suara jeritan dari Sang Siauw-tan kambali bergama
ditelinganya. dia merasa suatu kengerian yang mencekam
seluruh tubuh. Di dalam keadaan setangah sadar setengah tidak Koan Ing
hanya merasakan kereta berdarah itu berlari dengan amat
cepatnya menuju ke arah depan.
Mendadak suatu ingatan yang amat aneh berkelebat di
dalam benaknya, bagaimana mungkin dia bisa jatuh tidak
sadarkan diri tanpa sebab" Bilamana orang berada dalam
kereta berdarah ini tiba-tiba turun tangan membunuh dirinya.
bukankah dia akan mati tanpa mengetahui siapa yang sudah
melakukan pembunuhan tersebut"
Ooo)*(ooO Bab 45 BERPIKIR sampai disini kesadarannyapun rada pulih
kembali. Pada saat itulah terdengar suara deburan air yang
amat ramai sekali disertai percikan air yang memancar
keempat penjuru, agaknya kereta berdarah itu sudah
menyebrangi sungai Tiang Kang.
Pemuda ini pernah mempelajari ilmu "Ih Cing Hoat" aliran
Siauw-lim-sie serta "Boa Lan Sinkang" dari partai Hiat-ho-pay.
bilamana bukannya ia sudah kena digetarkan terlebih dulu
oleh ilmu jari "Cha Liong Ci" tidak mungkin tubuhnya bisa kena
dicambuk oleh orang yang ada di dalam kereta berdarah itu
dengan demikian mudah. Dengan perlahan Koan Ing membuka matanya, tiba-tiba
keempat anggota badannya menarik ke belakang lalu
mancelat ke arah luar kereta tersebut dengan gerakan yang
amat gesit. Begitu kaki kirinya berhasil menginjak dipinggiran kereta
matanyapun dengan tajam menyapu ke dalam ruangan
kereta. Seketika itu juga dia merasakan hawa berdesir memancar
naik dari dasar lubuk hatinya, ia merasa tubuhnya seperti
tertanam dalam salju yang tebal.
"Oooouw.... kiranya kau orang!" serunya tak terasa lagi.
Ternyata orang itu bukan lain adalah Tong Phoa Pek yang
pernah menurunkan pelajaran ilmu silat kepadanya sewaktu
masih berada di daerah Tibet, sama sekali tidak disangka
orang yang tempo hari pernah mendapat julukan sebagai
manusia yang terbaik kini sudah manjadi majikan dari kereta
berdarah. Suatu bayangan yang samar-samar telah berkelebat di
dalam benak pemuda tersebut, sewaktu tadi Tong Phoa Pek
melancarkan serangan dengan menggunakan jurus "Hwa
Kong Ci Si" atau mementang busur membidik sasaran dari
aliran Hiat-ho-pay dia merasa kepandaian orang itu demikian
tingginya bahkan jauh melebihi kepandaian silat dari siapapun.
Dangan sifat serta tindak-tanduk dari Tong Phoa Pek
ternyata bisa berbuat begitu, hal ini merupakan suatu
peristiwa yang tidak mungkin! tapi bukti ada di depan mata
hal ini memaksa dirinya mau tak mau harus mempercayainya
juga. Percikan air sungai memancar ke atas membasahi empat
penjaru, keampat ekor kuda berwarna merah darah itu sambil
menarik keretanya melanjutkan perjalanannya dengan amat
cepat. Dengan perlahan Tong Phoa Pek menoleh sekejap ke arah
Koan Ing lalu sambil tertawa dingin ujarnya, "Sungguh tidak
kusangka sama sekali kaupun mamahami ilmu Ie Cing Hoat
dari aliran Siauw-lim-pay, perpisahan kita selama beberapa
bulan ini boleh dikata membuat kepandaian silatmu
memperoleh kemajuan yang amat pesat, hal ini benar-benar
jauh berada diluar dugaanku!"
"Ehmm.... akupun tidak pernah menyangka kalau orang
yang barada di dalam kereta berdarah ini ternyata adalah
Tong Phoa loocimpwee!" seru Koan Ing pula sambil kerutkan
keningnya. Mendengar perkataan itu Tong Phoa Pek tertawa tawar.
"Setelah aku mendapatkan pedang pusaka Hiat-ho Sin-pie
saat itulah hatimu baru mengakui jikalau ilmu silat aliran Hiat
Hoo Bun benar-benar merupakan suatu rangkaian ilmu silat
yang luar biasa, setelah aku memperoleh pedang pusaka "Hiatho
Sin-pie" sudah seharusnya kereta berdarah ini aku miliki!"
"Heeeei.... walaupun kepandaian silat yang termuat di
dalam kereta berdarah ini amat aneh tetapi bisa
mendatangkan bencana bagi setiap orang, boanpwee sudah
menerima perintah dari si manusia tunggal dari Bu-lim Jien
Wong, Jin loocianpwee untuk memusnahkannya!"
"Haaaaa.... haaa.... kepandaian silat yang ada di dalam
kereta berdarah?" teriak Tong Phoa Pek sambil tertawa
terbahak-bahak. "Di dalam kereta berdarah mana mungkin
ada ilmu silat" Aku lihat matamu sudah kabur dan
kebingungan. bilamana di dalam kereta berdarah sungguhsungguh
termuat ilmu silat, akupun tidak bakal ada di tempat
ini" Mendengar perkataan itu Koan Ing jadi melengak
dibuatnya. "Apakah di dalam kereta berdarah ini benar-benar tidak
termuat ilmu silat?" tanyanya.
"Haaa.... haaa.... kuberitahu kepadamu pun tidak mengapa.
di dalam kereta berdarah ini cuma termuat dua baris kata saja
jaitu, "Ingin memperoleh kepandaian yang mengejutkan. di
dalam air ditengah batu selat Sam Shia"! tetapi tulisan bukan
Jien Wong yang tulis mungkin dia mengharapkan kau suka
memusnahknn kedua baris kata-kata itu!"
Koan Ing segera mengerutkan keningnya dalam hati diamdiam
berpikir, "Kenapa Jien Wong menyuruh aku
memusnahkan kadua baris kata-kata itu" Dia berkata di dalam
kereta ada tertera ilmu silat, kenapa sekarang tidak
kelihatan?" Tidak aneh kalau Tong Phoa Pek berjalan monda-mandir di
daerah sekitar selat Sam Shia ini, kiranya diapun sedang
mencari ilmu silat peninggalan dari partai Hiat-ho-pay.
"Hmm! Saat ini yang mengetahui siapakah yang menjadi
majikan kereta berdarah cuma kau seorang diri, sebelum aku
barhasil memperoleh kepandaian silat aliran Hiat-ho-pay aku
tidak ingin ada orang yang ikut mengetahui rabasia ini," kata
Tong Phoa Pek dengan wajah membesi dan nada yang amat
dingin. Koan Ing yang mendengar nada ucapan dari Tong Phoa
Pek mengandung maksnd untuk membinasakan dirinya dalam
hati terasa rada berdesir, hampir-hampir dia tidak berani
mempercayai atas kejadian yang berlangsung di depan
matanya ini. Sinar matanya dengan cepat berkelebat, dia menarik napas
panjang-panjang dan mencekal pedang kiem-hong-kiamnya
erat-erat. Kelihayan dari ilmu silat yang dimiiiki Tong Phoa Pek
bukanlah tandingannya, dia harus berusaha keras untuk
mempertahankan nyawanya. dia harus melarikan diri dari situ
dan memberitahukan peristwa ini kepada Sang Su-im sekalian.
agar seluruh orang gagah dari Bu-lim pada mengetahui
siapakah orang yang berada di dalam kereta berdarah itu.
Berpikir sampai disitu tanpa banyak membuang waktu lagi
dia menjejak kakinya dan melayang keluar dari kereta,
Agaknya Tong Phoa Pek sudah menduga akan gerakan dari
Koan Ing ini, dia tertawa terbahak-bahak cambuk yang ada
ditangan kanannya dengan cepat disambar ke depan.
Walaupun cambuk panjang itu sudah terputus hampir
separuh bagian tetapi panjangnya masih ada dua, tiga kaki,
potongan cambuk itu dengan cepat membentuk gerakan
setengah lingkaran ditengah udara dan menyapu tubuh bagian
depan dari Koan Ing.

Kereta Berdarah Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Pemuda itu jadi amat terperanjat walaupun tenaga tekanan
dari serangan ini tidak sebegitu besar tetapi arahnya dengan
tepat menutup jalan mundurnya, hal ini berbahaya bagi
keselamatan pemuda itu. Pedang kiem-hong-kiamnya dengan cepat disentil ke
depan, serentetan cahaya keemas-emasan dengan cepat
meluncur ke depan membabat gagang cambuk itu.
Melihat datangnya setangan itu Tong Phoa Pek segera
mendengus dingin. "Hmm! kau masih ingin melarikan diri
kemana?" Ditengah suara bentakannya yang amat keras cambuk
panjang ditangan kanannya melayang setengah lingkaran
ditengah udara lalu melibat pergelangan tangan sang pemuda
bersamaan itu pula tangan kirinya melancarkan tiga buah
sentilan jari yang mengancam punggung Koan Ing dengan
ilmu "Cha Liong Cie" nya yang lihay itu.
Di dalam keadaan cemas bercampur gusar Koan Ing bersuit
panjang, tubuhnya bersalto bebarapa kali ditengah udara,
pedang kiem-hong-kiamnya mendadak meluncur lepas dari
taagannya menyambar keningnya Tong Phoa pek.
Serangannya yang terakhir ini telah menggunakan seluruh
tenaga dalam yang dimilikinya, walaupun dia tahu pedang
kiem-hong-kiam itu adalah barang peninggalan dari supeknya,
"Thian-yu Khei Kiam" sesaat menjelang kematiannya. bahkan
merupakan tanda kepercayaan sebagai ciangbunjin Thian-yupay,
tapi dalam keadaan seperti ini mau tidak mau dia harus
menggunakan pedang itu juga untuk menyerang lawannya.
Walaupun Tong Phoa Pek sendiri memiliki kepandaian silat
yang benar-benar mengejutkan tetapi bagaimanapun juga
tenaga dalam dari Koan Ing sudah hampir manandingi tenaga
dalam dari tiga manusia genah empat manusia aneh, dia tidak
berani memandangnya terlalu anteng.
Ketika melihat pedang Kiem-hong-kiam dari pemuda itu
dengan disertai tenaga yang luar biasa besarnya meluncur ke
arahnya dengan cepat Tang Phoa Pek menarik tangan kirinya
ke belakang. ditengah suara dengusannya yang amat dingin satu
pukulan dahsyat dengan cepat menghantam ke arah pedang
itu sehingga menceng ke samping dan menancap di atas
dinding kereta berdarah itu.
Pada saat yang bersamaan pula cambuk panjang ditangan
kanannya menggetar dan melibat pergelangan tangan pemuda
itu dengan amat kencang. Koan Ing yang pergelangan tangannya kena dilibat oleh
cambuk lawan segera merasakan hatinya bergidik, tadi ia
membuang pedangnya justru bermaksud untuk melarikan diri,
siapa sangka kepandaian silat dari Tong Phoa Pek luar biasa
lihaynya sehingga maksud yang dikandung bisa digagalkan.
Kembali dia bersuit nyaring, ditengah berkelebatnya
bayangan hitam tahu-tahu pergelangan tangan kanannya
yang tercengkeram sudah berhasil terlepas.
Kiranya dia sudah menggunakan ilmu "Ie Cing Hoat" serta
"Boe Lao Sinkang" yang amat dahsyat itu.
"Kau ingin melarikan diri kemana?" bentak Tong Phoa Pek
dengan gusarnya. Dia sama sekali tidak menyangka kalau kepandaian silat
yang dimiliki Koan Ing dapat begitu dahsyat, bahkan hanya
dalam sekejap saja berhasil meloloskan diri dari libatan
cambuk panjangnya. Ditengah suara bentakan yang amat keras tubuhnya
meluncur ke depan, cambuknya menggetar dan bagaikan kilat
cepatnya menghajar jalan darah "Pek Sim Hiat" pada
punggung Koan Ing. Belum sempat pemuda itu menoleh ke belakang tahu-tahu
jalan darahnya sudah kena ditotok, ia segera merasakan
badannya jadi kaku dan tanpa ampun jatuh ke dalam sungai.
Suatu perasaan yang amat dingin dengan cepat meliputi
tubuhnya. Saat itulah terdengar Tong Phoa Pek sudah bereteru sambil
tertawa dingin, "Hee.... hee jangan salahkan aku terpaksa
turun tangan kejam, itulah penyakit yang kau cari sendiri!"
Koan Ing yang jatuh ke dalam sungai segera merasakan
harapannya putus, saat ini arus sungai amat deras ditambah
lagi jalan darahnya masih tertotok. bilamana bermaksud untuk
berenang ketepian hal ini tidak mungkin bisa terlaksana
Apalagi jalan darah yang tertotok adalah jalan darah "Hong
Hu Hian" pada punggungnya, harapannya semakin menipis
lagi. Suara menggulungnya arus yang memekikkan telinga
bergema tiada hentinya, pemuda itu hanya merasakan
tubuhnya tergetar amat keras dan rasa sakit yang luar biasa
mencekam seluruh tubuhnya. tak kuasa lagi ia jatuh tidak
sadarkan diri. Entah lewat beberapa saat lamanya dengan perlahan dia
baru sadar kembali dari pingsannya. yang terdengar saat itu
hanyalah suara deburan air sungai yang menghantam batu
cadas. Walaupun begitu pemuda itu bisa menebak di tempat
manakah ia berada, tadi tubuhnya berasa amat sakit
disebabkan kar na tubuhnya yang terjatuh ke dalam air
dengan tepat menghantam sela2 batu karang yang ada
dikedua belah sampingnya.
Masih untung sejak tadi ia sudah menutup pernapasannya,
kalau tidak mungkin dirinya tidak bakal bisa hidup sampai saat
ini. Hatinya mulai berpikir....
"Bilamana tidak ada orang yang monolong apakah aku
harus menantikan kematian disini".... "
Jangan dikata di tempat itu jarang dilalui orang, sekalipun
ada orang yang liwat belum tentu bisa menemukan dirinya
yang terhimpit diantara dua buah karang.
Pikirannya diperas habis-habisan untuk mencari akal....
beberapa aaat kemudian mendadak suatu ingatan berkelebat
dalam benaknya. Bukankah diantara ilmu silat aliran Hiat-ho-pay ada
semacam ilmu aneh yang disebut "Leng Coa Tong Cha" ilmu
kepandaian semacam ini dapat digunakan untuk mengubah
tempat kedudukan jalan darah yang ada di dalam tubuh
sehingga tidak sampai tertotok.
Apakah ilmu itu bisa juga digunakan untuk membebaskan
diri dari totokan jalan darah" walaupun pemuda itu tidak tahu
bagaimana hasilnya tetapi mau tak mau terpaksa dia harus
mencobanya juga. Berpikir akan hal itu dengan perlahan Koan Ing
memejamkan matanya, ia mulai pusatkan seluruh pikirannya
untuk berlatih ilmu sakti "Leng Coa Tong Cha" ini.
Dengan mengikuti rahasia dari ilmu itu pemuda itu mulai
berlatih, mendadak dia merasakan seluruh tubuhnya seperti
terjatuh ke dalam gudang es yang amat dingin sekali seluruh
tubuhnya menyusut kecil sedang jalan darah "Hu Sim Hiat"
yang tertotok pun terasa amat sakit sekali, saking tak
tahannya kembali dia jatuh tidak sadarkan diri.
Segulung air sungai menghantam wajahnya membuat ia
sadar kembali dari pingsannya dengan sekuat tenaga
tangannya digerakkan untuk munculkan dirinya kembali ke
atas permukaan air. Jalan darah "Hu Sim Hiat" yang tertotok pada saat ini
sudah terbebas, tetapi keadaannya jauh lebih pajah lagi,
hanya dikarenakan gerakan tangan yang amat perlahan itu
segera membuat seluruh tubuhnya tarasa sakit dan linu tak
bertenaga. Dia tidak menyarngka kalau kepandaian sakti "Leng
Coa Tong Cha" walaupun berhasil membebaskan dirinya dari
totokan tetapi seluruh tenaganya jadi musnah.
Sekali lagi Koan Ing mengangkat tangan kanannya ke atas,
tetapi pada saat yang bersamaan kembali segulung ombak
menghantam tubuhnya memmbuat dirinya jatuh terjungkir ke
dalam air, pandangannya jadi gelap dan kepalanya terasa
amat pening. Menanti ia dongakkan kepalanya kembali saat itulah
tubuhnya sudah dihantamam oleh sang ombak menuju
kesebuah batu karang yang amat besar sekali.
Melihat kejadian itu Koan Ing jadi terperanjat, bilamana
tadi dia tak bergerak keadaan masih tidak mengapa, tidak
disangka setelah jalan darahnya terbebas, kematianpun
menjelang semakin cepat. "Heei.... matipun tidak mengapalah" pikirnya kemudian
dihati. "Daripada bergerakpun tak dapat jauh lebih baik mati
dengan cepat!!" Dengan cepatnya sang tubuh menghantam batu karang itu
sehingga terseret kesamping.... mendadak pemuda itu
menjerit kaget!! kiranya pada saat itu ia sudah terlibat ke
dalam sebuah pusaran air yang amat gelap dan besar sekali....
, Dengan mengikuti pusaran air tersebut tubuhnya dengan
cepat berputar keras, diantara putaran itulah tampak cahaya
berwarna keperak2an tiada henli2nya memancar keluar....
Koan Ing benar-benar merasa amat terperanjat, dia tahu
harapannya untuk hidup semakin menipis lagi.
Tubuh Koan Ing dengan cepat terhisap masuk ke dalam air,
semakin dalam pusaran itu semakin mengecil dan tubuh
pemuda itupun berputar semakin perlahan....
Mendadak.... "Sreet....!" tahu-tahu tubuhnya sudah terlempar keluar dari
pengaruh pusaran itu dan terjatuh ke atas sebuah batu besar
yang amat halus. Beberapa saat lamanya Koan Ing dibuat melongo dengan
kejadian di tempat itu. akhirnya dengan perlahan dia bangun
berdiri. Kiranya pusat pusaran air tersebut terletak di bawah batu
cadas yang amat besar luarnya kurang lebih ada lima kaki.
separuh bagian dari batu itu terendam air.... jika ditinjau
tingginya batu tersebut benar-benar luar biasa sekali.
Lama sekali Koan Ing memperhattkan ke adaan di sekeliling
tempat itu, Akhirnya dia menemukan sebuah gua yang amat
gelap di bawah batu karang yang amat besar itu, tinggi mulut
gua itu ada kurang lebih dua kaki.
Diam-diam pemuda itu salurkan hawa murninya ke seluruh
tubuh kemudian dengan perlahan berjalan memasuki sang
gua. Dengan cepatnya dia berhasil menerobos masuk ke dalam
gua itu, keadaan disana amat gelap sedang permukaan
tanahpun semakin lama semakin meninggi dan akhirnya
keluarlah pemuda itu dari permukaan air.
Semakin ke atas gua itu semakir luas, tiba-tiba Koan Ing
menemukan dua belas sosok kerangka manusia duduk bersila
di dalam gua itu. di atas dinding terteralah bebarapa huruf
yang besar sekali. "Dua belas orang ciangbunjien Hiat-ho-pay dari dua belas
angkatan ada disini, siapa saja yang masuk ke dalam gua ini
harap menghunjuk hormat lebih dulu."
Melihat beberapa patah kata itu Koan Ing jadi melengak
dibuatnya. beberapa patah kata itu ditulis dengan begitu
angker dan gagahnya, hal ini membuat dia orang merasa
hatinya berdesir. Tak kuasa lagi tubuhnya sudah menjatuh diri ke atas tanah
dan menjalankan penghormatan terhadap kedua belas sosok
kerangka manusia itu. Setelah itu dengan langkah yang amat perlahan dia
berjalan maju ke depan untuk memeriksa keadaan di sekeliling
tempat itu. Tampaklah pada dinding gua itu tergantung sebuah busur
yang terbuat dari perak dengan sebuah tempat anak panah
yang terbuat dari perak juga.
Disebelah kirinya tergantung sebuah cambuk panjang
berwarna ke perak2an cambuk itu membentuk sebuah
lingkaran dengan panjang kurang lebih delapan kaki.
Sedang disebelah kanan tergantuag sebuah sabuk pedang
yang dibuat dari perak setiiap bilah pedang pendek itu
panjangnya ada dua coen, keadaannya henar2 menyilaukan
mata. Melihat benda-benda tersebut Koan Ing merasakan hatinya
amat terperanjat dia berjalan semakin mendekat lagi....
Terbaca kembali olehnya di atas dinding tertera beberapa
patah tulisan yang amat kecil.
"Barang siapa yang memperoleh ketiga buah barang putaka
dari Hiat-ho-pay ini dipersilahkan meguburkan terlebih dulu ke
dua belas kerangka dari dua belas orang ciangbunjien!"
Sehabis membaca tulisan itu tiba-tiba Koan Ing teringat
akan sesuatu.... "Bukankab tempat ini adalah tempat yang dikatakan oleh
Tong Phoa Phek sebagai di atas batu cadas di dalam air
diselat Sam Shia?" pikirca diam-diam.
Di atas batu di bawah air!" sedikitpun tidak salah, tempat
ini memang ada di atas batu di bawah air. tetapi ada siapa
yang bisa menemukan tempat ini"
Tong Phoa Phek sudah membuang waktu yang amat lama
sekali untuk mencari tempat ini tetapi hasilnya nihil, tidak
disangka karena bencana dirinya malah kejatuhan rejeki....
Dengan tanpa membuang waktu lagi Koan Ing segera
menjatuhkan dirinya berlutut dan memberi hormat lagi kepada
kedua belas kerangka manusia itu kemudian baru dia
menggali liang dan memasukkan kerangka2 manusia itu untuk
dikubur. Menanti tiba gilirannya pada kerangka yang terakhir
pemuda itu jadi rada tertegun dibuatnya, kiranya kerangka
manusia itu berlapislah suatu sinar merah yang amat tawar,
jika ditinjau sepintas lalu lapisan merah itu mirip sekali dengan
sebuah tenaga tersembunyi.
Koan Ing benarZ tertegun dibuatnya, tetapi teringat kalau
kerangka itu bagaimanapun juga harus dikuburkan tanpa
buang waktu lagi dia pun membopong kerangka tersebut.
Tetapi.... baru saja sepasang tangannya menempel pada
kerangka manusia itu mendadak terasalah suatu tenaga
hisapan yang amat kuat meluncur keluar dari kerangka
manusia itu dan menghisap kencang-kencang sepasang
tangannya. Pemuda itu benar-benar merasa amat terperanjat,
tubuhnya terasa jadi kaku sedang untuk lepas tanganpun tak
berhasil.... "Apakah aku terkena racun" Sungguh tidak berharganya


Kereta Berdarah Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

aku harus menemui ajalnya di tempat ini!" pikirnya dihati.
Pada saat hatinya terasa amat gugup itulah segulung bawa
aliran yang amat panas meluncur masuk ke dalam tubuhnya,
keadaannya pada saat itu mirip sekali dengan adanya bantuan
tenaga dari seseorang. Hanya di dalam sekejap saja seluruh urat nadi dan jalan
darahnya terasa panas seperti dibakar, otot dan badannya
hampir-hampir dibuat lumer.
Tetapi perasaan tersebut hanya sebentar, kemudian sudah
lenyap tak berbekas, seluruh tubuhnya telah basah kujup oleh
keringat mengucur keluar dengan derasnya.
Tetapi hanya di dalam sekejap itu pula tenaga dalamnya
telah memperoleh kemajuan yang dia sendiripun hampir tidak
mempercayainya. Dengan perlahan dia meletakkan kembali kerangka
manusia itu ke atas tanah dan mengusap kering keringat yang
mengucur keluar dengan amat derasnya, diam-diam dia
menarik napas panjang-panjang.
Ketika matanya memandang lagi ke arah kerangka
tersebut, kerangka yang semula diliputi oleh cahaya merah
kini sudah berubah jadi memutih, kontan pemuda itu menjadi
melengak dibuatnya karena peristiwa ini baru dialaminya
untuk pertama kali. Koan Ing menarik napas panjang-panjang dengan cepat
diapun mengubur kerangka tersebut.
Tiba-tiba matanya tertumbuk dengan beberapa buah
tulisan yang ada di bawah kerangka tadi:
"Cayhe adalah ciangbunjien angkatan kedua belas dari
Hiat-ho-pay, si "Boe Im Khek" Soog Yen. sewaktu partai ini
berada di bawah perintahku dikarenakan desakan dari pihak
Siauw-lim anak muridku pada binasa dan terluka, cayhe
sendiri kena didesak untuk melarikan diri dengan
meninggalkan kereta, karena luka yang parah maka aku
tinggalkan seluruh tenagaku buat orang menguburkan
jenazahku dikemudian hari, ketiga buah barang pusaka ini
adalah milik ciangbunjien pertama, barang siapa yang
memperoleh benda tersebut tak terkalahkan di seluruh kolong
langit." Sehabis membaca tulisan itu diam-diam Koan Ing merasa
hatinya bergidik, dia tidak menyangka walaupun Song Yen
mati ia berhasil kumpulkan seluruh tenaga dalamnya untuk
diturunkan kepada orang dikemudian hari....
Setelah termenung sebentar akhirnya dia jatuhkan diri
bersila dan mulai menyalurkan tenaganya untuk melumerkan
tenaga dalam yang baru saja diperolehnya itu....
Kurang lebih setengah jam lamanya dia baru berhasil
menggabungkan tenaga itu dengan tenaganya sendiri,
berbagai ilmu silat dari ajaran Jien Wong yang belum berhasil
terpecahkanpun dengan bertambahnya tenaga dalam
memperoleh kemajuan yang pesat.
Menanti Koan Ing membuka matanya kembali hari sudah
terang tanah, saat itulah ia baru teringat akan diri Sang
Siauw-tan yang lagi merasa cemas karena dirinya terbawa
oleh kereta berdarah, Dengan cepat ia menyimpan ketiga buah benda pusaka dari
partai Hiot Hoo Pay Itu. setelah memberi hormat kembali pada
kedua belas kuburan baru itu dengan mengikuti pusaran air
kembali pemuda itu munculkan dirinya ke atas permukaan air.
Begitu mencapai tepian sungai tanpa perduli bajunya masih
basah lalu ia kerahkan ilmu meringankan tubuhnya berkelebat
ke arah depan. Tidak selang beberapa saat kemudian sampailah pemuda
itu di tempat yang sudah dikenal olehnya, jantungnya terasa
berdebar amat keras, kareaa sebentar lagi dia bakal bertemu
dengan Sang Siauw-tan. Mendadak ia merasakan dari sebelah kirinya berkumandang
datang suara langkah manusia yang amat perlahan. dengan
cepat dia berhenti dan menoleh ke arah mana.
Tampaklah dari tengah hutan berjalan keluar seorang
toojien yang kurus dan kecil. wajahnya kelihatan masih
mengantuk sedang jubahnya yang berwarna hijau sangat dekil
dan kotor. Koan Ing yang tidak kenal dengan orang itu segera
kerutkan alisnya rapat-rapat. di dalam anggapannya Toojien
itu kebanyakan adalah anak mund dari Bu-tong-pay karenanya
tanpa ambil perduli lagi dia putar badan dan melanjutkan
perjalanannya kedapan. "Eeei saudara cilik!! kau hendak pergi kemana?" sapa
Toojien itu sambil menguap beberapa kali.
Koan Ing yang disapa oleh toosu itu di dalam hati segera
merasa amat cemas, sebenarnya ia tak bermaksud untuk
menggubris dirinya tapi melihat Toojien itu sudah berusia lima
puluh tahunan memaksa dia orang mau tak mau harus
menoleh. "Aku ada urusan penting, maaf harus jalan setindak lebih
dahulu!" serunya kemudian.
Sehabis berkata dengan cepat dia putar badan dan berlalu.
"Eeei.... eei sekalipun kau ada urusan penting tapi aku ada
urusan yang lebih penting lagi untuk dirimu, bilamana kau
mau membereskan urusan penting ini lebih baik jangan pergi
dulu!" teriak Toojien itu lagi dengan suara yang amat keras.
Dalam hati Koan Ing merasa rada tidak senang pikirnya,
"Hmm! siapakah sebetulnya sihidung kerbau ini" Aku sama
sekali tidak kenal dengan dirinya buat apa dia cari urusan"
Apa mungkin toosu ini adalah anak murid dari Bu-tong-pay?"
Berpikir sampai disini dengan wajah yang keren dia lantas
berkata, "Bilamana tootiang ada urusan lebih baik kita
bicarakan dikemudian hari saja!"
Selagi berkata dia lantas putar badannya dan berlalu dari
sana dengan amat cepat. Gerakan dari Koan Ing amat cepat
sekali, hanya di dalam sekejap saja ia sudah tiba di depan
loteng yang pernah didiami itu dan langsung menerjang naik
ke atas. Tetapi suasana di dalam loteng tersebut amat sunyi sekali,
sesosok bayangan manusiapun tak nampak.
Koan Ing benar-benar meresakan hatinya amat cemas,
dengan suara yang keras dia berteriak memanggil nama
Siauw-tan tetapi tak kedengaran juga suara sahutan.
Kemana perginya Sang Siauw-tan" Apa mungkin gadis itu
pergi mencari dirinya"
Mendadak dia mendengar suara helaan napas dari
seseorang bergema datang dari belakang tubuhnya, terburuburu
tubuhnya membalik dan melayang mundur ke belakang.
Ketika sinar matanya menyapu ke arah orang itu hatinya
kembali merasa amat terparanjat sekali, Kiranya orang yang
berada di depan pintu pada saat ini bukan lain adalah Toojien
kurus kecil yang pernah ditemuinya ditengah jalan baru saja.
Siapakah orang itu" Ada keperluan apa menguntit dirinya
sampai disini" Apakah dia orang tidak tahu kalau tempat ini
adalah kediaman dari Sang Su-im"
Terdengar sitoojien itu kembali menguap beberapa kali.
"Pinto bernama Thian Tay Lan Toojien." ujarnya
memperkenalkan diri. "Tentunya kau orang pernah
mendengar namaku bukan?"
Mendengar disebutnya nama itu Koan Ing jadi sangat
terperanjat, dia sama sekali tidak menyangka kalau sitoojien
kate yang ada di hadapannya ini sebenarnya adalah Lan
Toojien dari gunung Thian Thay yang terkenal akan ilmu
meringankan tubuhnya itu.
Walaupun kepandaian silat dari Lan Toojien ini tidak begitu
tinggi, tapi ilmu meringankan tubuhnya boleh dikata nomor
satu dia terkenal karena kemalasannya karena itu jarang
sekali ada orang yang menemuinya. walaupun begitu
namanya sudah sangat tarkenal sekali di seluruh dunia
kangouw. Tidak disangka ini hari dia bisa munculkan dirinya disini,
jelas sekali tujuannya tentu pada kereta berdarah itu.
Dengan menggunakan tangannya Lan Toojien Mengujek2
matanya kamudian ujarnya dengan perlahan.
"Eeei bocah, bilamana kau menduga kedatanganku
dikarenakan kereta berdarah maka kesalahan ini adalah suatu
kesalahan yang amat besar, dengan kepandaian silatku pada
saat ini sebetulnya aku tidak memerlukan kereta berdarah
lagi, justru aku datang kemari hanya ingin menonton
keramaian saja!!" Sehabis berkata kembali ia menguap beberapa kali,
beberapa saat kemudian dia barkata lagi; "Aku melihat
keadaanmu sungguh aneh sekali, jika ditinjau dari wajahnya
mirip sekali dengan Koan Ing yang tersiar dalam Bu-lim tapi
jika diteliti lagi tidak mirip. agaknya Koan Ing tidak membawa
busur! Oouw jaa.... sungguh bagus sekali busurmu itu, mari
bawa kemari aku mau lihat sebentar!"
"Cayhu memang Koan Ing adanya, maaf busur ini aku
orang tidak dapat hadiahkan kepada orang lain."
"Aku sendiripun tahu kalau kau tidak bakal berikan busur
itu kepadaku," kata Lan Toojien sambil bersandar pada
dinding loteng dan menyipitkan matanya, "Tapi aku sudah
berlari amat jauh sekali, bilamana kau tidak hadiahkan busur
itu kepadaku buat apa aku melakukan perjalanan jauh!!"
Kembali Koaa Ing kerutkan alisnya rapat-rapat dia tidak
ingin berbicara banyak, tanpa memperdulikan Lan Toojien lagi
dengan langkah lebar ia putar badan dan berjalan ke tempat
luaran. Lan Toojien dari gunung Thian Thay pun tidak
menghalangi, dengan malas2an diapun ikut berjalan keluar
dari kamar itu, sedang mulutnya dengan tiada hentinya
bergumam, "Sayang.... sayang tadi aku melihat ada seorang
gadis kena ditangkap orang!!"
Sebenarnya Koan Ing tidak bermaksud untuk menggubris
Lan Toojien lagi, tapi setelah mendengar perkataan itu hatinya
merasa tergetar amat keras, dengan cepat dia menghentikan
langkahnya dan menoleh. "Siapa?" "Kau serahkan dulu busur itu?" seru Lan Toojien tanpa
membuka matanya, Sinar mata Koan Ing berkelebat tiada hentinya, saat ini
hatinya benar-benar merasa cemas bercampur kheki. dia
kepingin sekali mengetahui siapakah yang sudah turun tangan
menangkap gadis itu.... Tetapi bilamana dikatakan Cha Ing Ing yang ditangkap hal
ini tidak mungkin.... "Aku masih belum tahu siapakah gadis itu buat apa harus
serahkan busur ini kepadamu?" katanya kemudian.
Dangan perlahan Lan Toojien mengangguk. "Perkataanmu
sedikitpun tidak salah!" sahutnya. "Tetapi aku rasa gadis itu
ada sangkut-pautnya dengan dirimu. bilamana kau tidak
serahkan dulu busur itu kepadaku nanti setelah aku beritahu
padamu kau tidak suka berikan busur tersebut bukankah sulit"
orang muda paling susah untuk dipercaya!"
Dengan gusarnya Koan Ing segera mendengus, tetapi saat
ini dia tak berbuat apa-apa lagi. Terpaksa dia lepaskan busur
itu dan diserahkan kepada Lan Toojien.
"Nih, ambillah busur ini! Tetapi kau harus hati-hati, berani
bicara sembarangan aku hajar batok kepalamu!" teriaknya.
Lan Toojien tersenyum, sambil menerima busur perak itu
ujarnya lagi, "Busur itu sudah kau hadiahkan kepadaku, buat
apa anak panahnya kau simpan?"
Koan Ing benar-benar dibuat gusar sekali, tapi ia tak dapat
berbuat apa-apa terpaksa anak panah itu dilepaskan juga dan
diberikan saja kepada si toosu malas.
Lau Toojien tidak langsung menjawab, matanya yang masih
mengantuk dipentangkan lebar2 untuk memperhatikan buiur
perak serta anak panah dari perak itu.
"Heemm.... busur dan anak panah yang bagus!" pujinya.
Sehabis berkata dia baru menoleh ke arah sang pemuda dan
katanya, "Tadi aku melihat dua orang lelaki berwajah bengis
menawan seorang nona kecil, katanya nona itu ditawan untuk
menghadapi dirimu, mereka sekarang pergi ke sebelah Barat,
aku lihat kedua orang itu adalah anak murid dari Si Ih Tuo
Su!" Mendengar perkataan itu Koan Ing benar-benar merasa
amat terperanjat, tidak disangka olehnya satu gelombang baru
saja mereda gelombang lain sudah melanda. urusan yang
menyangkut soal lembah Chiat Han Kok belum beres si orang
tua bongkok dari Si Ih sudah munculkan dirinya kembali di
daerah Tionggoan. Bagaimana mungkin iblis tua yang selama ini tidak pernah
meninggalkan daerah Si Ih bisa munculkan dirinya di daerah
Tionggoan" "Siapakah nona itu?" tanyanya kemudian dengan cemas.
"Bagaimana aku bisa tahu siapakah nona itu?" sahut Lan
Toojien dengan malasnya. "Apakah kau sendiripun tidak
tahu?" Koan Ing benar-benar dibuat gemas olab sikap yang
ogah2an dari Lan Toojien ini, dengan gusarnya dia
mendepakkan kakinya ke atas tanah.
Pikirannya dengan cepat berputar, teringat olehnya kalau
gadis yang paling erat hubungannya dengan dia cuma Sang
Siauw-tan serta Cha Ing Ing, kini Sang Siauw-tan ada di
samping ayahnya tidak mungkin dia orang bisa tertawan, apa
mungkin Cha Ing Ing"
Sikap serta tindak-tanduk dari Lao ToOjien yang ogah2an
itu membuat sang pemuda malas bertanya lagi, tanpa buang
waktu tubuhnya dengan cepat berkelebat menuju ke arah
sebelah barat. Seratus lie sudah dilewati dengan cepatnya, tetapi apa pun
tidak kelihatan, menanti cuaca sudah mulai menggelap
dengan hati sedih dan tak bersemangat dia memperlambat
langkahnya. Mandadak.... "Aaach.... bukankah itu busurku?" teriaknya tertahan.
Sedikitpun tidak salah busur perak serta sekantongan anak
panah peraknya pada saat itu sudah targantung pada dahan
pohon ketika dia mengambil kembali benda tersebut
terlihatlah secarik kertas tertempel di baliknya.
"Hadiah busur aku terima dihati, benda itu kukembalikan
pada empunya. bilamana ingin mencari sang gadis, masuklah
kehutan yang lebih dalam."
Lama sekali Koan Ing memandang kertas itu dengan
termangu-mangu, pada mulanya dia masih mencemooh diri


Kereta Berdarah Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Lan Toojien dari gunung Thian Thay karena terlalu licik siapa
sangka dugaannya ternyata meleset. dia marasa kecewa atas
perasaannya tadi.... Lan Toojien ternyata bisa tiba di tempat itu lebih cepat dari
dirinya, hal ini membuktikan kalau tenaga dalamnya luar biasa
sekali, julukannya sebagai jagoan nomor Wahid di dalam ilmu
meringankan tubuhpun bukanlah nama kosong belaka.
Setelah menggantungkan kembali busur serta anak panah
tersebut matanya mulai menyapu ke arah hutan yang luar
biasa lebatnya di depan mata.
Dia karutkan alisnya rapat-rapat, sedang dalam hati diamdiam
berpikir, "Apakah hutan ini yang dimaksudkan oleh Lan
Toojien?" Sinar matanya dengan cepat berkelebat, sedang tubuhnya
pun dengan kecepatan yang luar biasa menerjang masuk ke
dalam hutan tersebut. Tidak jauh dia memasuki hutan yang amat lebat itu
tertampaklah sebuah kuil yang amat besar dan megah muncul
di hadapannya, dengan langkah yang perlahan pemuda itu
segera menuju ke depan. Burung berkicau dengan ramainya memecahkan kesunyian
yang mencekam, dalam hati Koan Ing merasa heran,
bagaimana mungkin tempat yang demikian tenang dan
sunyinya sudah dialami oleh orang-orang dari Si Ih Mo Tuo"
walaupun dalam hati ia rada ragu-ragu tetapi perkataan dari
Lan Toojien tak bisa tidak dipercaya.
Dengan hati ragu-ragu selangkah demi selangkah pemuda
itu masuk ke dalam kuil. Setelah masuk ke dalam pintu
terasalah olehnya suara yang benar-benar sunyi, sesosok
manusiapun tak nampak disana.
Dari keheranan Koan Ing jadi manaruh curiga, di dalam kuil
yang demikian besar dan megahnya bagaimana mungkin tidak
nampak sesosok manusiapun" Apalagi kuil ini masih utuh dan
megah. Sinar matanya mulai menyapu sekejap sekeliling tempat
itu, terlihatlah ditengah ruangan yang besar penuh diliputi
oleh asap dupa yang wangi dan tipis.
Apakah mungkin inilah perangkap yang sengaja dipasang
oleh Si Ih Mo Tuo" tetapi dirinya sudah tiba disini ada
seharusnya masuk juga ke dalam untuk melihat2.
Tanpa buang waktu lagi Koan Ing bertindak masuk ke
ruangan tengah. Di tengah-tengah ruangan berdirilah sebuah
hioloo yang amat besar, setelah melingkari hioloo tersebut
sampailah dibagian tengah ruangan kuil.
Asap dupa memenuhi ruangan tetapi suasana tatap sunyi
senyap, sesosok bayangan manusiapun tak nampak.
Koan Ing semakin curiga lagi, dengan langkah yang
berhati-hati ia melanjutkan perjalanannya ke depan,
mendadak.... Ooo)*(ooO Bab 46 "Aaah....!!" seru Koan Ing tertahan.
Kiranya di atas lantai terlentanglah sesosok mayat manusia.
Mayat itu memakai baju biru yang sudah compang-camping,
wajahnya kuning sedang usianya tidak ada lima enam puluh
tahunan, agaknya mayat dari seorang pengemis.
Melihat hal itu Koan Ing mengerutkan alisnya rapat-rapat.
pikirnya, "Di tempat ini bagaimana bisa muncul sesosok
mayat" Kelihatannya orang itu mati belum lama, tetapi
siapakah orang itu" Karena apa ia mati?"
Dengan langkah yang amat perlahan ia berjalan mendekati
mayat tersebut, maksudnya untuk memeriksa orang itu mati di
bawah serangan ilmu kepandaian apa.
Koan Ing menarik napas panjang-panjang, kepalanya
didongakkan untuk berpikir keras.
Pada saat itulah sekonyong2 mayatnya itu meloncat
ketengah udara, ujung kaki kanannya menutul permukaan
tanah sedang tangan kanannya bagaikan kilat cepatnya
menyambar ke arah leher Koan Ing.
Melihat dirinya dibokong secara mendadak pemuda itu jadi
amat terperanjat, tubuhnya dengan cepat menyingkir
kesamping, Di dalam keadaan yang amat kritis ia berhasil
menghindarkan diri dari bokongan tersebut. walaupun begitu
tak urung pipinya terasa pedas juga tersambar sisi telapak
pihak lawan Ia merasa terkejut bercampur gusar, jika ditinjau dari
serangan tersebut tenaga dalamnya berada diantara Sang Suim
sekalian. Untung saja saat ini dia baru mengalami kejadian ini,
bilamana pada dua hari yang lalu mungkin nyawanya sudah
melayang. Baru saja Koan Ing berbasil menghindarkan diri dari
serangan yang pertama, orang itu kembali membentak keras,
sepasang telapak tangannya bersama-sama didorong ke
depan melancarkan sepuluh serangan sekaligus.
Dengan gesitnya Koan Ing enjotkan badannya ketengah
udara kemudian melayang keluar dari kurungan.
Ketika orang itu melihat serangannya tidak mencapai pada
sasarannya dalam hati merasa rada berada diluar dugaan. Ia
tak berani berdiam lebih lama lagi, tubuhnya dengan cepat
mencelat ketengah udara kemudian bagaikan anak panah
yang terlepas dari busurnya meluncur keluar dari ruangan
tersebut. Tiba-tiba satu ingatan berkelebat di dalam benak sang
pemuda. "Apa mungkin dia adalah anak buah yang dibawa oleh si
iblis bongkok dari daerah Si Ih?" pikirnya.
"Cepat hentikan langkahmu!" bentaknya kemudian dengan
gusar. "Kau ingin melarikan diri kemana!"
Tubuhnya pun dengan cepat meluncur keluar dari ruangan
kuil itu. Diluar kuil tampaklah dua orang sedang berdiri saling
berhadap2an, yang satu adalah lelaki berpakaian compangcamping
itu sedang lain bukan lain adalah si dewa telapak dari
gurun pasir Cha Can Hong adanya.
Ketika Cha Can Hong melihat munculnya Koan Ing disitu
hatinya rada melengak. "Oooo.... kiranya kau!" serunya tertahan. "Bagus sekali, kau
berdirilah disamping!"
Koan Ing jadi tertegun, jika ditinjau dari sikapnya jelas Cha
Can Hong kenal dengan orang ini, siapakah sebetulnya orang
itu" Kepandaian silatnya benar-benar amat lihay sekali.
Sebenarnya dalam hati Koan Ing kepingin sekali
menanyakan keselamatan dari Sang Siauw-tan, tetapi melihat
sikap Cha Can Hong yang amat serius ia tak berani membuka
mulutnya. Pada hari2 biasanya Cha Can Hong jarang sekali marah.
tetapi saat ini wajahnya berubah hijau membesi jelas ia lagi
amat murka. "Bagus sekali!!" terdengar si dewa telapak berseru dengan
suara yang amat dingin. "Tidak kusangka dua puluh tahun
kemudian kau kembali lagi kemari, kenapa kau tidak mencari
aku, sebaliknya menculik putriku" Apakah ini suatu cara yang
bagus?" "Aaach.... kiranya benar-benar Cha Ing Ing yang tertawan!"
teriak Koan Ing dalam hati.
Tetapi bagaimana mungkin Cha Can Hong bisa memperoleh
berita ini" Apa mungkin Lan Toojien yang memberi tahu"
Agaknya orang itu tidak mengerti maksud dari perkataan
Cha Can Hong ini, dia rada melengak tapi sebentar kemudian
sudah tertawa dingin tiada hentinya.
"Cha Can Hong! aku Ih Su Seng adalah musuh
bebuyutanmu sekalipun aku punya niat belum tentu suka
menculik putrimu, kedatanganku kemari justru karena
undangan dari orang-orang Sin Tie Pang untuk menghadapi
Koan Ing, buat apa kau mengalihkan dosa2 itu ketubuhku?"
Koan Ing yang mendengar disebutnya nama itu dalam hati
meresa terkejut, dia sama sekali tidak mengira kalau orang ini
bukan lain adalah pangcu dari kay-pang tempo hari "Kioe Cho
To Seng Kay" atau sipengemis tunggal dari sembilan selat Ie
Su Seng adanya, dia ternama karena mengandalkan sepasang
telapak tangannya tetapi pada dua puluh tarun yang lalu telah
dikalahkan oleh Cha Can Hong sehingga memaksa dirinya
untuk mengundurkan dari keramaian dunia kangouw.
perkataan terakhir sabelum dia mengasingkan diri adalah
sebelum membalas dendam tidak akan muncul.
Tidak disangka dua puluh tahun kemudian dia sudah
munculkan dirinya kembali disana.
Dengan dinginnya Cha Can Hong mendengus dingin,
diapun tahu kalau Ih Su Seng tidak akan berbUat demikian,
nama besarnya sudah runtuh pada dua puluh tahun yang lalu,
bilamana kini ia menculik kembali putrinya untuk membalas
dendam hal ini sudah tentu akan ditertawakan oleh orangorang
Bu-lim. "Hmmm! Demikianpun bagus juga!" seru Ih Su Seng sambil
mendengus dingin." Sebelum aku pergi mencari dirimu kita
sudah berjumpa disini, ini hari kita tentukan kembali siapa
menang siapa kalah, kekalahanku pada dua puluh tahun yang
lalu aku akan kutebus pada ini hari juga?"
"Heeee.... heee.... boleh2 saja, aku ingin melihat apakah
ilmu telapak "Ci Sin Ciang"mu mendapat kemajuan selama dua
puluh tahun ini!" sambut Cha Can Hong dengan dingin.
Dengan cepat Ie Su Seng mengundurkan kaki kanannya
setengah langkah ke belakang, sepasang matanya dengan
tajam memperhatikan diri Cha Can Hong.
Pada dua puluh tahun yang lalu dia pernah merasakan
bagaimana lihaynya ilmu "Thay Mo Kiem Sah Cang" dari Cha
Can Hong, kini ia sudah diundang "Sin Tie Langcoen" Ti Siuwsu
untuk membantu dirinya, terpaksa iapun harus menerima
tantangan ini dengan hati berdesir.
Dengan cepat Cha Can Kong menggeserkan badannya ke
kiri, mendadak tubuhnya berkelebat ke depan sepasang
telapak tangannya berturut-turut melancarkan sepuluh
serangan gencar dengan menggunakan jurus "Oei Sah Cian
Lie" atau pasir gunung seribu lie dari ilmu telapak "Thay Mo
Kiem Sah Ciang". Begitu serangan tersebut dilancarkan ke depan, seketika itu
juga seluruh angkasa dipenuhi dengan suara desiran yang
menyesakkan pernapasan. Ie Su Seng membentak keras, telapak tangannya
didorongkan ke depan melancarkan satu pukulan santar.
"Braak.... " dengan disertai suara ledakan yang keras
seluruh angin pukulan yang dilancarkan oleh Cha Can Hong
berhasil dipukul bujar, Tubuh Cha Can Hong dengan cepat melayang ke atas
permukaan tanah ilmu telapak "Thay Mo Kiem Sah Ciang
Hoat" pun cepat dilancarkan.
Tubuhnya laksana pusaran angin dengan tiada hentinya
mengelilingi tubuh Ie Su Seng, sedang sepasang telapaknya
bagaikan kilat melancarkan pukulan yang mematikan.
Dengan gesitnya Ie Su Seng pun mendorong sepasang
tangannya ketengah udara, diantara bentrokan2 yang amat
ramai tubuhnya ikut berputar diantara berputarnya tubuh Cha
Can Hong. Gerakan tubuh kedua orang itu makin lama makin cepat,
semakin berputar Cha Can Hong semakin menyempit sedang
Ie Su Seng semnkin berputar semakin melebar, keadaan posisi
mereka jadi saling berkejaran.
Angin pukulan saling bertumbukan ditengah udara
sehingga membentuk selapis demi selapis hawa raksasa, suara
bentakan pun semakin membisingkan telinga.
Koan Ing yang melihat cara bertempur dari kedua orang itu
dalam hati merasa terperanjat, selama ini belum pernah dia
orang menonton suatu pertempuran yang demikian sengitnya
antara dua orang jagoan Bu-lim yang memiliki kepandaian
dahsyat. Beberapa saat kemudian mendadak bayangan mereka
berdua berpisah, Ie Su Seng membentak keras dan
mengundurkan dirinya ke belakang,
"Cha Can Hong!" serunya dengan wajah pucat pasi. "Ini
hari kembali kau yang menang. tetapi kedataaganku kali ini
bukan bermaksud untuk mencari dirimu. kecuali kau mati atau
kepandaianmu musnah aku tidak bakal kembali lagi."
Jilid 19 "HMM! SESUKAMU apa yang hendak engkau lakukan,"
sahut Cha Can Hong dengan wajah yang dingin dan suara
yang tawar. Ih Su Seng segera putar tubuhnya siap-siap meninggalkan
tempat tersebut. "Hee.... hee jangan pergi dulu!" Tiba-tiba Koan Ing
membentak keras. "Kau sudah melupakan diriku!"
"Kau!" teriak Ih Su Seng sambil tertawa dingin. "Ini hari
aku tidak berhasil menghajar dirimu urusan akan aku bikin
selesai sampai disini saja, apakah kaupun ingin menahan
diriku?" Koan Ing mengerutkan alisnya rapat-rapat, "Kau pura-pura
mati dan hendak membokong diriku, urusan ini aku tidak akan
menarik lebih panjang lagi. Tetapi terculiknya bocah
perempuan tersebut bagaimana pun juga kau ikut tersangkut,
bilamana ini hari kau tidak jelaskan kepadaku dimanakah gadis
itu disembunyikan heee ,.... heee , . jangan harap bisa pergi
dari sini dalam keadaan selamat!" katanya.
Cha Can Hong yang mendengar perkataan dari pemuda
tersebut dalam hati lantas mendengus dingin.
"Hmmm! Koan Ing sungguh amat sombong!" pikirnya
dihati. "Apakah dengan kepandaian yang dimiliki ih Su Seng
bisa ia tahan semuanya" Hmmm! Sungguh tak tahu
kekuatannya sendiri, walaupun aku sebagai cianpweenya,
tetapi di dalam urusan ini aku tidak akan ikut campur. Biar dia
merasakan bagaimanakah rasanya dihajar habis-habisan oleh
Ih Su Seng, dengan demikian biar dia tahu di kolong langit
bukan cuma dia seorang yang lihay."
Walaupun tadi Ih Su Seng tidak berhasil membokong
dirinya tetapi ia tidak percaya kalau Koan Ing betul-betul
memiliki kepandaian silat yang sangat lihay. Setelah
mendengar perkataan tersebut hatinya benar-benar merasa
amat mendongkol bercampur marah. Tak kuasa lagi sambil
menengadah ke atas ia tertawa terbahak-bahak dengan
seramnya.

Kereta Berdarah Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Haaaaa.... haaaa.... bagus! Bagus" teriaknya. Inilah yang
dinamakan harimau masuk kampung kena digoda oleh sang
anjing. Ini hari aku akan menggunakan kepandaianku untuk
memberi ajaran adat kepadamu, Hmm! anak muda! Semakin
hari kau orang semakin tak tahu diri, kau kira aku betul-betul
bisa kau hina seenaknya?"
Koan Ing sama sekali tak tergetar hatinya, dia tahu Lan
Toojien suruh dia datang kemari perkataannya tentu tidak
akan salah, bagaimanapun juga Ih Su Seng pasti tersangkut di
dalam peristiwa terculiknya Cha Ing Ing.
"Heeeee.... heeeee.... bagaimana juga bilamana kau ingin
berlalu dari sini maka jelaskan dulu duduknya persoalan,"
katanya kemudian dengan tawar,
Kembali Ih Su Suseng dongakkan kepalanya tertawa seram
tubuhnya mendadak berkelebat kehadapan Koan Ing sedang
tangan kanannya dengan cepat dibabat ke arah depan
mengancam pundak kanan dari pemuda tersebut.
Inilah jurus "Huan Ci Seng Gwat" atau desak hancur
bintang dan bulan dari ilmu telapak "Ci Sin Ciang. Walaupun
serangannya dilancarkan amat biasa tetapi segulung hawa
pukulan yang amat dahsyat tiada putusnya menerjang ke
depan. Koan Ing tanpa menggerakkan pundaknya tahu-tahu sudah
menghindar kebalik hioloo besar yang ada ditengah ruangan
itu. Gerakannya itu bukan saja membuat Ih Su Seng merasa
amat kaget sekalipun Cha Can Hong pun merasa amat
terperanjat. Bukankah gerakan tersebut adalah ilmu "Toa Nah
Heng Ih Wie Kang" dari ilmu tenaga dalam tingkat teratas"
Bagaimana mungkin pemuda itu berhasil mempelajarinya"
Walaupun dalam hati Ih Su Seng merasa amat kaget tetapi
keadaannya pada saat ini Sudah mirip dengan anak panah
yang telah dipentangkan di atas busur, sekalipun tak sanggup
harus dilepaskan juga. Dengan cepat ia membentak keras, tubuhnya segera
mengejar ke arah depan dan berturut melancarkan tiga
serangan berantai. Kembali Koan Ing berkelebat untuk menghindarkan diri dan
serangan tersebut. "Hmmm! Apakah kau orang masih belum tahu kalau aku
lagi mengalah?" serunya dingin.
Walaupun mereka belum bergebrak secara resmi tetapi
jelas kelihatan gerakan dari Koan Ing jauh lebih cepat dari diri
Ih Su Seng tak usah dipertandingkan lagi sudah kelihatan
kalau dia pasti kalah. Lama sekali Orang bekas ketua Kay Pang ini termangumangu,
akhirnya ia menghela napas panjang.
"Heeeei.... tidak kusangka kepandaian silatku tidak bisa
memahami kepandaian dari seorang bocah cilikpun!"
gumamnya. "Di dalam kuil ini tidak mungkin tidak ada orang" kata Koan
Ing lagi dengan perlahan, "Lenyapnya bocah perempuan
itupun tidak mungkin tak ada sangkut pautnya dengan dirimu,
bilamana kau tidak mau juga berbicara.... heee.... heeeee
jangan kau salahkan aku akan bertindak kasar terhadap kau
orang!" Dengan perlahan Ih Su Seng menundukkan kepalanya
berpikir sebentar. sedang Koan Ing sambil kerutkan alisnya
memperhatikan dirinya tak berkedip.
Cha Can Hong sebenarnya merasa tidak percaya kalau Ih
Su Seng bisa turun tangan menculik puterinya tetapi melihat
sikapnya yang lagi termenung ini, hatinyapun segera merasa
ragu-ragu kembali. Pada saat ini dia tidak ingin ikut campur, makanya sambil
tutup mulutnya rapat-rapat ia menanti jawaban dari Ih Su
Seng. Koan Ing menarik napas panjang-panjang, baru saja dia
bermaksud untuk berbicara mendadak Ih Su Seng membentak
keras sedang tubuhnya dengan amat cepat menubruk ke arah
Koan Ing. Di dalam sekejab mata ia sudah melancarkan delapan buah
serangan dahsyat menghajar ke atas tubuh pemuda tersebut,
inilah jurus "Seng Gwat Hwie Hun" atau bintang dan rembulan
terbang berpisah yang merupakan jurus andalannya selama
ini. Seketika itu juga seluruh angkasa sudah dipenuhi dengan
berpuluh-puluh suara ledakan yang memekakkan telinga.
Angin pukulan laksana mengamuknya ombak ditengah
samudra dengan hebatnya menggulung tubuh Koan Ing.
Koan Ing sama sekali tidak menyangka di dalam saat
seperti ini Ih Su Seng bisa melancarkan serangan bokongan.
Tubuhnya bagaikan kilat berkelebat ke samping.
Ditengah menyambarnya angin pukulan, dengan cepatnya
pakaian yang dikenakan oleh pemuda itu berhasil dihancurkan
sehingga terbang berkeping-keping. Dengan demikian
tampaklah sebaris pedang pendek serta cambuk perak yang
dikenakan di pakaian sebelah dalam.
Di dalam keadaan amat terkejut bercampur gusar, Koan
Ing membentak keras, tangan kanannya menyambar ke arah
pinggang mencabut keluar cambuk perak sepanjang delapan
kaki itu dan menghajar ke arah pinggang Ih Su Seng.
Serangan yang dilakukan di dalam keadaan gusar ini telah
menggunakan hampir seluruh bagian dari tenaga dalamnya,
tampaklah cahaya keperak2an memancar keluar memenuhi
angkasa, seluruh ruangan seketika itu juga sudah dipenuhi
dengan hawa serangan cambuk yang berdesir menyesakkan
napas. Melihat kedahsyatan tersebut Ih Su Seng merasakan
nyalinya terpecah, Ketika serangan cambuk laksana kilat
menyambar ke arahnya ia membentak keras, telapak
kanannya berturut-turut melancarkan dua puluh delapan buah
serangan ke arah cambuk tersebut sedangkan tubuhnya
sendiri dengan amat gesit menyingkir ke arah samping.
Dengan cepat angin pukulan itu terbentur dengan serangan
cambuk sehingga menimbulkan gulungan angin taupan yang
amat menyeramkan. Baru saja Ih Su Seng menyingkir ke samping Koan Ing
sudah enjotkan badannya mengejar dari belakang, cambuk
panjangnya berputar satu lingkaran ditengah udara sehingga
membentuk bunga-bunga cambuk yang amat banyak
kemudian dengan cepatnya mengurung sekeliling tubuh
musuhnya. Buru-buru Ih Su Seng mencelat ke samping sepasang
telapaknya kembali melancarkan satu pukulan dahsyat ke arah
depan. Berpuluh-puluh suara ledakan segera memenuhi angkasa,
tetapi begitu serangan cambuk itu tiba maka lenyaplah suara
ledakan itu kena dipunahkan.
Suara desiran serangan cambuk semakin lama semakin
mengencang sedang suara ledakan dari hasil angin pukulan Ih
Su Seng pun semakin lama semakin lemah dan terkurung.
yang satu maju yang lain mundur seketika itu juga membuat
seluruh wajah bekas ketua Kay Pang ini telah dipenuhi dengan
air keringat. Di bawah serangan cambuk yang gencar dari Koan Ing ini
napas dari bekas ketua Kay Pang benar-benar terasa amat
sesak dan pusing kepala dibuatnya.
Mendadak ditengah angkasa berkumandang jeritan kaget
yang amat keras. dimana serangan cambuk berkelebat
pakaian yang dikenakan oleh Ih Su Seng pun sudah kena
berkeping-keping. Dengan wajah pucat pasi bagaikan mayat Ih Su Seng buruburu
mengundurkan diri ke belakang dengan sempoyongan.
sedang tubuh Koan Ing dengan gagahnya menghadang jalan
perginya. Sebentar kemudian dari sepasang mata Ih Su Seng telah
memancar keluar cahaya terkejut yang bukan alang-kepalang,
di bawah serangan gencar dari cambuk Koan Ing itu benarbenar
tidak memberi sedikit kesempatan pun baginya untuk
balas menyerang, hal ini jelas memperlihatkan kalau tak ada
harapan lagi buatnya untuk mengundurkan diri dari sana.
Koan Ing dengan cambuk panjang dilintangkan di depan
dada tanpa mengucapkan sepatah katapun memperhatikan
diri Ih Su Seng tajam-tajam.
Cha Can Hong yang menonton jalannya pertempuran dari
sampingpun merasa agak terperanjat, jangan dikata
kepandaian silat dari Ih Su Seng masih lebih rendah satu
tingkat dari dirinya sekalipun dia sendiri yang maju belum
tentu bisa menangkan diri Koan Ing.
"Ih Su Seng!" ujar Koan Ing dengan perlahan. "Aku tidak
akan mengungkap lagi soal perbuatanmu yang pura-pura mati
dan membokong diriku, ini hari juga aku minta kau
menjelaskan jejak dari bocah perempuan yang kau culik itu.
Kalau tidak.... hmmm! Jangan harap bisa pergi dari sini!"
Sipengemis tunggal dari sembilan keresidenan inipun
merupakan jagoan dari Bu-lim, dia orang mana pernah
menerima penghinaan yang seperti dialaminya ini hari" Sambil
menggigit kencang bibirnya ia lantas membentak keras.
"Koan Ing! kau terlalu menghina diriku?"
Koan Ing segera mengerutkan keningnya, belum sempat ia
mengucapkan sesuatu mendadak dari belakang tubuhnya
kembali berkumandang datang suara dari seseorang yang
terasa amat dikenalnya, "Koan Ing! kau terlalu menghina orang lain!"
Dengan perlahan pemuda itu putar badannya, tetapi
setelah melihat siapakah dia orang dia jadi tertegun.
Kiranya orang itu bukan lain adalah Sin Tie Pangcu, Ti
Siuw-su adanya. Bukankah dia ada janji dengan Sang Su-im di atas gunung
Jien Giok Hong" Bagaimana kini bisa muncul disini".
Dengan langkah yang amat perlahan "Sin Tie Langcun" Ti
Siuw-su berjalan masuk, ke dalam ruangan.
"Siapakah kau orang?" tanya Cha Can Hong dengan nada
yang amat dingin. Cha Can Hong tidak kenal dengan diri Ti Siuw-su sebaliknya
Ti Siuw-su kesal dengan Cha Can Hong, terdengar ia
mendengus dingin. "Hmm! walaupun nama besar dari si dewa telapak dari
gurun pasir amat terkenal di dunia kang-ouw! tetapi aku
percaya kau masih belum apa-apanya dengan nama Sin Tie
Pang tempo hari!" Perkataan ini secara tidak iangsung telah memperkenalkan
dirinya, tetapi bagi Cha Can Hong sudah cukup mengerti kalau
yang datang adalah Ti Siuw-su sendiri, hatinya jadi amat
terperanjat. Dengan kepandaian silat yang aku miliki apakah masih bisa
menangkan diri Ti Siuw-su?" pikirnya diam-diam.
Walaupun dihatinya dia berpikir demikian, tetapi wajahnya
masih penuh dihiasi dengan senyuman.
"Heee.... heee.... apa gunanya kau mengungkap2 kembali
peristiwa yang telah lalu?" katanya dingin. "Kejajaan serta
kecemerlangan nama Sin Tie Pang pun sudah merupakan
peristiwa tempo hari, apa kau kira saat ini perkumpulanmu
masih bisa main paksa?"
"Haaa.... haaa.... kurang ajar! sungguh kurang ajar sekali!"
teriak Sin Tie Langcoen sambil tertawa seram. "Bilamana hari
ini aku tidak kasih sedikit hajaran terhadap dirimu, tentu kau
tidak mau tahu bagaimanakah pengaruh perkumpulan Sin Tie
Pang kami!" Selesai berkata dengan gusarnya dia membentak, "Atur
barisan Seng Loo Toa Tin!"
Begitu suara perintah diucapkan, maka dari balik tembok
segera bermunculan seratus orang bersenjatakan seruling besi
yang masing-masing dengan cepat menempatkan diri pada
posisi tertentu untuk mengurung seluruh ruangan tersebut.
Sinar mata Koan Ing berkilat dia pernah merasakan
bagaimana dahsyatnya barisan "Seng Loo Tin", bilamana
waktu itu Cha Ing Ing tidak datang tepat waktunya pasti
bereslah sudah nyawanya. Kini Ti Siuw-su telah mengatur barisan "Seng Loo Toa Tin"
ini terhadapnya, barisan yang semula hendak digunakan untuk
menghadapi Sang Su-im tentu maha dahsyat.
Dengan dinginnya "Sin Tie Langcoen" Ti Siuw-su
mendengus dingin, kendati dalam hatinya dia telah bermaksud
untuk menjagoi seluruh daerah Tionggoan sudah tentu ia
telah mengerahkan semua tenaga serta kekuatannya pada
barisan ini, Tetapi dengan diri si Dewa Telapak dari gurun pasir dia tak
ada dendam sakit hati apa pun, untuk mencari gara2 terhadap
dirinya sudah tentu tidak mungKin terjadi.
Setelah termenung beberapa saat lamanya, akhirnya ia
menarik napas panjang. "Cha Can Hong!" ujarnya. "Antara kita berdua tak ada
ikatan sakit hati sedalam lautan, bilamana kau tidak ingin
bermusuhan dengan diriku lebih baik cepat2lah
mengundurkan diri dari kalangan!"
"Haaa.... haaa.... Ti Siuw-su!" teriak Cha Can Hong sambil
tertawa terbahak-bahak. "Sejak kapan kau pernah melihat aku
orang she Cha mengundurkan diri dan lari terbirit2 setelah
kematian berada diambang pintu?"
Sin Tie Langcoen tidak berbicara lagi sedang sipengemis
tunggal dari kesembilan keresidenan Ih Su Seng pun dengan
perlahan mengundurkan diri ke samping dia yang melihat Ti
Siauw Su telah membentuk barisan "Seng Loo Toa Tin"
hatinya merasa rada lega.
"Paman Cha!" Tiba-tiba Koan Ing berseru setelah
memperhatikan sekejap keadaan sekelilingnya. Hanya untuk
menghadapi barisan yang sedemikian kecilnya buat apa kau
orang harus turun tangan sendiri" Lebih baik kau orang
menyingkir saja ke samping kalangan dan menonton cayhe
seorang diri mengobrak-abrik barisan jelek ini."
Mendengar perkataan tersebut Cha Can Hong jadi rada
melengak, sebentar saja ia sudah menaruh rasa kheki
terhadap pemuda itu, "Hmm" Bocah ini sungguh sombong amat aku dengar
barisan Seng Loo Toa Tin dari perkumpulan Sin Tie Pang amat
dahsyat sekali sekalipun maju dua orangpun belum tentu bisa
dipecahkan apalagi dia turun tangan seorang diri.... " pikirnya
dihati. Bukan begitu saja, walaupun nada ucapan sang pemuda


Kereta Berdarah Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

yang menolak ia ikut campur kedengarannya amat enak
didengar, tapi jelas mengandung maksud kata-kata,
"Kepandaian silatmu belum cukup, kau tidak usah mengacau
perhatianku. Lebih baik silahkan menyingkir saja!"
Berpikir akan hal itu hawa amarah segera membakar
seluruh hati Cha Can Hong!
"Hmm! Hmm! Bagus, bagus, tidak malu kau orang jadi
anak murid dari Thian-yu Khei Kiam" dengusnya dengan amat
dingin "Baiklah, bilamana kau tidak membutuhkan aku Cha
Can Hong akupun tidak akan memaksa, apalagi jelas sekali
Ing Ing putriku bukan mereka yang culik, lebih baik aku pergi
mencari putriku Hmm, manusia jahanam. manusia sombong,
jangan kau kira aku orang she Cha suka bantu dirimu untuk
memukul jebol barisan tersebut!"
Sehabis berkata dengan murkanya ia mendengus, lalu
tanpa menoleh lagi segera putar tubuh dan berlalu dari sana.
Sebetulnya Sin Tie Langcoen memang tak ada maksud
untuk mencari gara2 dengan diri Cha Can Hong, diapun tidak
berhasrat untuk menahan dirinya karenanya melihat si dewa
telapak berlalu dalam keadaan gusar ia tidak turun tangan
mencegah. Lama sekali ia memandang bayangan punggung Cha Can
Hong dengan termangu-mangu akhirnya suatu senyuman
dingin menghiasi bibirnya,
"Koan Ing!" serunya kemudian dengan keras sambil
tertawa terbahak-bahak. "Kau jadi orang sungguh terlalu
sombong, bilamana kau berhasil memukul hancur barisan
"Seng Loo Toa Tin" ku ini. bukan saja sejak ini hari aku tidak
bakal munculkan dirinya kembali di dalam dunia persilatan
bahkan segera akan mengumumkan di seluruh dunia kangouw
kalau kau adalah manusia nomor wahid dari Bu-hm!"
Sinar mata Koan Ing berkilat. dia tidak mengucapkan
sepatah katapun sebaliknya diam-diam mulai memikirkan
cara-cara yang tepat untuk memukul hancur barisan itu.
Ti Siuw-su dengan cepat berkelebat ke atas tembok dan
mengundurkan diri keluar dari barisan, suara tiga kali tepukan
dengan cepat bergema memenuhi angkasa.
Koan Ing tahu Ti Siuw-su bermaksud untuk menggerakkan
barisannya, pada saat itulah suatu ingatan berkelebat di dalam
benaknya. "Siapa yang turun tangan terlebih dulu, ia bakal menang di
atas angin." Belum habis Sin Tie Langcoen bertepuk tangan, ditengah
suara suitan yang amat nyaring tubuhnya sudah bergerak
maju ke depan, cambuk peraknya dengan disertai suara
sambaran yang amat keras menghajar kaki sebelah dari hioloo
besar ditengah ruangan itu.
Dimana cambuk perak itu menyambar. hioloo raksasa
tersebut dengan disertai suara desiran yang amat tajam
menyapu seluruh orang yang ada ditengah kalangan.
Seruling besi dengan cepat mulai bergerak, berturut-turut
sembilan buah seruling besi bersama-sama bergerak menahan
serangan hioloo raksasa itu, sedang orang yang ada di
belakang tubuh pemuda itu mulai melancarkan serangan
menghajar punggungnya. Ditengah suara desiran cambuk ditengah udara tampaklah
bunga-bunga cambuk memenuhi angkasa, hioloo raksasa yang
ada di dalam libatan sang cambuk mendadak terlepas dari
cekalan dan menindih ke atas tubuh tujuh orang, bersamaan
waktunya pula cambuk perak tersebut menyapu ke arah
belakang tubuh mereka, Melihat kejadian tersebut sinar mata Sin Tie Langcoen
berkilat, dia sama sekali tidak percaya kalau orang yang ada di
hadapannya saat ini adalah Koan Ing. bagaimana mungkin
perpisahannya yang amat singkat dengan pemuda itu bisa
membuat kepandaian silatnya memperoleh kemajuan yang
demikian pesatnya" Bilamana kepandain silat dari Koan Ing benar-benar
sedemikian lihaynya maka seberapa dahsyatnya kepandaian
silat yang dimiliki empat manusia aneh" cukup dengan jurus
serangan terakhir dari Koan Ing ini saja telah lebih dari cukup
untuk membuat hatinya terasa amat jeri.
Barisan "Seng Lo Toa Tin" mulai bergerak, ditengah
sambaran seruling besi yang amat gencar terasalah segulung
tenaga tekanan yang maha dahsyat balik menekan cambuk
perak dari Koan Ing, orang-orang yang ada disekiling barisan itupun mulai
mendesak diri pemuda tersebut. Koan Ing yang melihat
cambuknya kena di desak hatinya rada berdesir, dia merasa
barisan ini cuma bisa dipukul hancur di dalam sekali serangan
saja, kalau tidak maka tenaga kekuatan yang mendesak ke
arahnya akan semakin menghebat! hal ini sangat berbahaya
sekali bagi keselamatannya,
Sinar matanya kembali berkilat, ditengah menyambarnya
sang cambuk perak berturut-turut ia melancarkan delapan
buah serangan sekaligus! tetapi sayang, setiap serangannya
berhasil kena dipunahkan oleh "Seng Lo Toa Tin" dengan amat
mudahnya. Perlahan-lahan luas kepungan dari "Seng Lo Toa Tin" inipun
mulai mengecil dan mengencang.
Ditengah rasa terperanjat yang bukan kepalang Koan Ing
membentak keras, cambuk peraknya dengan cepat menyapu
hebat ke depan sedang tangannya yang lain melepaskan
busur peraknya. Sin Tie Lang coen dapat melihat seluruh kejadian ini
dengan amat jelas, buru-buru lantas ia berteriak, "Cepat
perketat serangan, jangan membiarkan dia orang lepaskan
anak panah." Barisan "Seng Lo Toa Tin" dengan cepat berputar, beratusratus
buah tali serat dengan cepatnya berdesir memenuhi
angkasa meluncur ke arah diri Koan Ing,
Melihat kejadian itu Koan Ing jadi sangat terperanjat,
cambuknya dengan dahsyat menyapu keluar.
Ditengah berkilatnya cahaya perak yang amat menyilaukan
mata tali serat itu berhasil disapu hancur oleh serangannya,
sekalipun begitu ia merasa ngotot sekali....
Pada saat itulah ada beberapa orang berhasil menerjang
maju dari barisan Seng Lo Toa Tin dan berdiri kurang lebih
tiga kaki dari dirinya, segulung hawa serangan yang amat
dingin dengan cepatnya berdesir dari sisi tubuhnya, ia tahu
bilamana lebih banyak lagi orang yang berhasil menerjang
lebih dekat maka serangan cambuknya akan berhasil ditangkis
dan dipunankan kejalan yang buntu,
Dengan gusarnya ia meraung keras, cambuk peraknya
ditarik kembali kemudian dilibatkan kepinggangnya.
Anak panah perak dengan menggunakan kecepatan yang
paling top disambitkan ke arah depan, ditengah suara
berkelebatnya cahaya keperak-perakan, terdengarlah suara
jeritan ngeri memenuhi angkasa.
Tiga orang yang berada di hadapannya berhasil kena
dihajar sehingga mati seketika itu juga.
Suara jeritan kaget segera bergema memenuhi angkasa,
barisan "Seng Lo Toa Tin" dengan menggunakan kecepatan
yang paling dahsyat menarik diri ke arah belakang.
Sinar mata pemuda itu kembali berkilat, ketiga anak panah
yang berada ditangannya kembali disambitkan ke arah depan.
Sreeet! Sreeet! Sreeet! Ditengah suara desiran yang amat
tajam tampaklah serentetan cahaya keperak-perakan
meluncur ke arah depan. Kembali sepuluh orang berhasil kena
dihajar hingga terpental oleh serangan panah itu.
Dengan dinginnya Sin Ti Langcoen mendengus dingin, dia
tidak menyangka sesaat pemuda itu sudah berhasil didesak
berada di bawah angin ia telah menggunakan busur serta
anak panahnya. Untuk menghadapi serangan cambuk panjangnya saja tadi
barisan Seng Lo Toa Tin hampir-hampir kewalahan apalagi
keadaannya pada saat ini, boleh dikata kekuatan dari barisan
tersebut benar-benar kena tertutup dan berada pada jalan
buntu. Dalam hati iapun merasa kuatir bilamana secara tiba-tiba
Koan Ing menerjang keluar dari dalam kepungan, tubuhnya
dengan cepat berkelebat dan menghalang di depan pintu.
Dalam hati Koan Ing pun bermaksud untuk menerjang
keluar dari tengah kepungan walaupun pada saat ini ia
berhasil mengobrak-abrik barisan tersebut sehingga dirinya
terbebas dari jepitan tetapi bilamana "Seng Loo Toa Tin"
kembali bersatu padu untuk menahan belum tentu ia akan
kuat. Diapun bisa melihat maksud dari Sin Ti Langcoen Ti Siuwsu
yang hendak menghalangi jalan pergi nya,
Sekalipun begitu ia tidak jadi gentar karena di dalam
hatinya telah ada perhitungan, ditengah suara suitan yang
amat nyaring berturut-turut ia melancarkan dua buah
serangan anak panah ke arah depan.
Anak murid dari perkumpulan "Sin Tie Pang" yang melihat
Koan Ing berhasil membinasakan tiga orang di dalam sekali
serangannya dalam hati sudah menaruh rasa was2, kini
melihat datangnya serangan yang begitu dahsyat bagaimana
mungkin mereka berani menerimanya, buru-buru semua orang
pada mengundurkan diri ke belakang sedang orang yang ada
di belakang barisanpun berganti mengerumun ke depan.
Tidak jauh kedua batang anak panah itu menyambar keluar
mendadak telah berputar setengah lingkaran ditengah udara
sehingga membentuk gerakan membusur dan meluncur
kembali ke arah belakang tubuhnya.
Bersamaan itu pula Koan Ing balikkan badannya, ditengah
suara suitan yang amat nyaring ia telah menubruk ke arah
belakang. Dimana anak panah itu datang menyambar semua orang
menjerit ngeri dan rubuh bermandikan darah sedang lima
orang lainnya kena terbawa oleh tenaga pentalan sehingga
jatuh terjengkang. Cambuk Koan Ing kembali menyapu ke arah depan,
sepuluh orang seketika itu juga rubuh mencium tanah.
Mengambil kesempatan itu pemuda itu mencelat ke atas
ruangan karena menurut anggapannya begitu menjebol atap,
maka selamatlah jiwanya. Bilamana tubuhnya telah mencapai atas atap maka
sekalipun barisan "Seng Lo Toa Tin" adalah sebagaimana
lihaynya pun tidak mungkin bisa mengapa-apakan dirinya.
Siapa tahu baru saja tubuhnya meluncur sampai ditengah
udara, terdengarlah suara bentakan yang amat dingin
bergema datang. "Hmmm! Kau masih ingin meninggalkan ruangan ini,
jangan bermimpi disiang hari bolong!"
Koan ing yang mendengar suara bentakan itu segera
merasakan hatinya amat terperanjat, tampaklah tubuh
sipengemis tunggal dari sembilan keresidenan melayangkan
diri dari samping kemudian berturut-turut melancarkan
sepuluh buah serangan dahsyat menghalangi perjalanannya.
Koan Ing yang diserang secara demikian segera merasa
amat kheki bercampur gusar, dia meraung keras, telapak
kirinya menarik kembali busurnya dan melancarkan tiga buah
serangan gencar dengan menggunakan tiga bilah pedang
perak. Ditengah suara desiran yang amat keras serta
berkelebatnya cahaya keperak2an ketiga biiah pisau terbang
tersebut dengan membentuk posisi yang amat aneh dan
mengerikan mengancam seluruh tubuh ih Su Seng.
Bekas ketua Kay Pang ini lantas merasakan hatinya
bergidik, tubuhnya buru-buru melajang ke samping dan
mengundurkan dirinya ke belakang.
Siapa tahu dimana saat tubuhnya melayang tahu-tahu
sudah terhalang oleh pintu ruangan....
"Braaak!" tak kuasa lagi kedua bilah pedang pendek
tersebut menghajar disisi tubuhnya sedang pedang yang
terakhir dengan tepat menghajar pundak kanannya sehingga
menancap kegagang-gagangnya.
Kontan saja Ih Su Seng dibuat ketakutan sehingga
terkencing2, keringat dingin mengucur keluar dengan
derasnya. Lama sekali ia berdiri termangu-mangu disana
dengan paras muka berubah jadi pucat pasi bagaikan mayat.
Sewaktu berputar badannya tadi Koan Ing telah berhasil
menggantungkan busurnya kepinggang, tanpa buang banyak
tempo lagi sepasang telapak tangannya kembali diajun ke
depan. Sisanya Sembilan bilah pedang perak dengan memancarkan
cahaya yang berkilauan sudah dicekal pada ujung2 jarinya,
lalu dengan sinar mata yang amat tajam ia menyapu sekejap
ke seluruh kalangan. Ooo)*(ooO Bab 47 DENGAN perasaan amat terperanjat dan tertegun "Sin Tie
Lang coen" Ti Siauw Su berdiri disana, ia benar-benar tergetar
hatinya melihat kelihayan dari Koan Ing dimana dalam satu
jurus saja telah berhasil memantek tubuh sipengemis tunggal
dari sembilan keresidenan Ih Su Seng di atas dinding, jelas
bilamana bekas ketua Kay Pang ini sedikit bergerak saja
pemuda itu pasfi membinasakan dirinya.
Sampai dimana tingginya tenaga dalam yang dimiliki oleh lh
Su Seng, dalam hati dia mengetahui dengan jelas sekali, tapi
kini ternyata ia sudah dikalahkan oleh Koan Ing hal ini
menunjukkan kalau untuk menghadapi diri Koan Ing bukanlah
suatu pekerjaan yang mudah.
KOan Ing!" ujarnya kemudian dengan amat dingin. "Hitunghitung
saja ini hari kau berhasil ungguli diriku, tetapi mulai ini
hari juga kita sudah berhadapan sebagai musuh, perduli
bagaimanapun juga akan membinasakan dirimu!"
Mendengar perkataan itu Koan Ing kontan kerutkan
keningnya, memang sejak semula, ia sudah menduga kalau Ti
Siuw-su bisa berbuat demikian tetapi ia sama sekali tidak
menduga kalau Ti Siuw-su bisa bersumpah di hadapannya.
Dengan perlahan sipengemis tunggal dari sembilan
keresidenan itu mencabut keluar pedang pendek yang
menancap pada pundaknya dan selama ini belum pernah ia
menderita kekalahan seperti hari ini.
Maka sambil menggigit kencang bibirnya dan mencekal
erat-erat pedang pendek itu pada tangan kiri, teriaknya
dengan amat sinis, "Pada suatu hari aku pasti akan
menghancur leburkan tubuhmu!"


Kereta Berdarah Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Hmm" Itu urusanmu sendiri, tapi tinggalkan dulu pedang
pendek itu!" sahut Koan Ing tawar.
Dengan gusarnya sipengemis tunggal dari sembilan
keresidenan mendengus, tangan kirinya segera diajunkan
mengembalikan pedang pendek tersebut ke arah Koan Ing.
Koan Ing pun mengajunkan tangan kirinya ke atas dan
membalikkan pedang pendek tersebut ke dalam telapak
tangannya, kemudian disusul jari tengah serta telunjuknya
disentilkan ke depan menahan datangnya tenaga sambaran.
Maka dengan mudahnya ia sudah berhasil menjepit pedang
tersebut diantara kedua belah jari tangannya
Sin Tie Langcoen tak dapat mengucapkan sepatah katapun,
saat ini tidak ada waktu baginya untuk merasa menyesal.
"Beritahukan kepada Sang Su-im" katanya kemudian
dengan suara yang amat dingin "Perjanjian di atas puncak Jien
Giok Hong kubatalkan!" Selesai berkata dia ulapkan tangan
untuk mengundurkan seluruh anak murid dari perkumpulan
Sin Tie Pangnya. Hanya di dalam sekejab saja mereka sudah pada berlalu
dari tempat itu, hingga tinggallah sebuah kuil yang amat sunyi
saja. Koan Ing menarik napas panjang-panjang, pakaiannya
sudah pada kojak, serta iapun lalu masukkan pedang perak itu
ke dalam sarungnya. Dan kembali suasana begitu sunyisenyap,
tak tampak sesosok manusiapun.
Lan Tojien meminta dirinya masuk ke dalam hutan tidak
disangka bukannya tidak berhasil mendapatkan diri Cha Ing
Ing sebaliknya malah sudah bertemu dengan Sin Tie Langcoen
bahkan telah membuat si dewa telapak pergi dalam keadaan
kheki. Pemuda itu kerutkan alisnya rapat-rapat akhirnya dengan
langkah yang perlahan berjalan keluar dari kuil.
Baru saja tiba di depan pintu kuil tiba-tiba satu ingatan
kembali berkelebat di dalam benak pemuda tersebut.
Ia merasa Lan Toojien tidak ada alasan untuk menipu dia,
lalu kenapa dirinya tak menemui seseorangpun" Apakan
mungkin si kakek bongkok dari daerah Sie Ih itu telah pergi"
Atau dia yang telah salah mencari"
Sinar mata pemuda itu dengan perlahan menyapu sekejap
ke arah kuil tersebut, akhirnya setelah berpikir beberapa saat
lamanya ia enjotkan badannya untuk mengitari pintu kuil itu
menuju ke arah bagian belakang dari rumah ibadah tersebut.
Setelah kurang lebih dua lie sampailah dia itu ditengah
jalan kecil seperti usus kambing diantara hutan itu yang
menghubungkan tempat tersebut dengan sebuah mulut selat.
Sekali pandang saja pemuda itu lantas merasa kalau jalan
itu mungkin masih ada satu lie. Melihat akan hal tersebut Koan
Ing merasa hatinya rada berdebar.
"Apa mungkin tempat ini yang dimaksudkan?" pikirnya
dihati. Sekali lagi tubuhnya bergerak menuju ke arah mulut selat.
dia yang berkepandaian tinggi serta bernyali tebal itu tanpa
memperdulikan lagi apakah di tempat tersebut ada jebakan
atau tidak dengan cepatnya menerjang ke depan.
Setelah berada di dalam selat itu sinar matanya kembali
berputar, tampaklah batu-batu aneh bermunculan diempat
penjuru, bunga tumbuh dengan suburnya di seluruh pelosok
menambah semerbaknya suasana, kelihatannya tempat yang
pemandangannya sangat indah....
Koan Ing berdiri termangu-mangu, lama sekali dia
memandang ke arah mulut selat itu dengan pandangan
melongo. Mendadak dari balik sebuah batu muncullah seorang
kakek tua yang berbadan bongkok, kakek itu menundukkan
kepalanya rendah-rendah sehingga tidak tampak
bagaimanakah wajahnya tetapi yang terang ditangannya
mencekal sebuah tongkat yang terbuat dari pualam yang
berwarna hijau. Dengan pandangan yang tajam Koan Ing memperhatikan si
kakek bongkok itu, mendadak tanyanya, "Jang datang apakah
Si Ih Tuo Su atau si kakek bongkok dari daerah Si Ih. Jien
Kong Pang adanya!" Kakek bongkok tua itu menghentikan langkahnya baru
kemudian dongakkan kepalanya.
Terlihatlah sinar mata yang amat tajam memancar keluar
dari matania, di atas kepalanya terikat secarik kain putih
dengan selembar wajah yang penuh kerutan, hal ini membuat
semua orang yang melihat pasti merasa rada bergidik.
"Ehmmm! memang akulah Si Ih Tuo So, ada urusan apa
kau datang kemari mencari diriku?" kata orang itu dengan
suara yang amat rendah serak dan berat.
Suaranya itu amat tidak enak didengar sehingga membuat
hati seperti dipukul dengan martil besar, Koan Ing pun yang
mendengar nada suaranya amat tawar kontan kerutkan
alisnya rapat-rapat.... "Hmmm! kalau kau adalah Jien Kong Fang maka cepatlah
lepaskan gadis cilik yang kalian culik pergi itu!" katanya.
"Heeee.... heeee.... mungkin kaulah Koan Ing sipemuda
konyol itu!" seru Jien Kong Fang sambil ketawa dingin tak
hentinya. "Kau akan mengandalkan dirimu seorang buat minta
orang" heee.... heee.... masih terpaut amat jauh, kendati aku
berani menangkap orang sudah tentu berani pula menghadapi
orang yang datang menolong dirinya!"
Koan Ing yang mendengar dia mengaku dengan begitu
enaknya bahkan tak memandang sebelah matapun ke arahnya
dalam hati merasa rada mendongkol juga, pikirnya; "Hmm"
Agaknya bilamana ini hari aku tidak menggunakan cara
kekerasan urusan tidak akan bisa beres."
Maka sinar matanya segera berkilat2, "Kalau begitu baiklah
akan kuhadapi terlebin dulu dirimu!" katanya.
Koan Ing sebetulnya tidak mengetahui seberapa lihaynya
ilmu silat yang dimiliki Jie Kiong Fang karenanya untuk
sementara waktu ia tidak berani berlaku gegabah. Dan dengan
perlahan cambuk peraknya dilepaskan sedang sepasang
matanya dengan tajam memperhaatikan terus si kakek
bongkok tersebut. "Heee.... heee.... sebelum bergebrak baiklah aku
peringatkan dulu dirimu, selamanya aku tidak pernah
melepaskan setiap mangsa yang berani cari gara2 dengan
diriku!" ujarnya si kakek bongkok dari daerah Si Ih ini sambil
tertawa dingin. Dengan perlahan Koan Ing mengangkat cambuk peraknya
kemudian disilangkan di depan dada,
Pada saat itulah Jien Kong Fang merasakan ketegangan
yang luar biasa, secara tiba-tiba ia merasa dengan keadaan
dari Koan Ing pada saat ini tentu telah memiliki kepandaian
silat yang jauh lebih tinggi dari pada apa yang didengarnya.
Maka tongkat pualam ditangannya segera didorongkan ke
depan, sedang mulutnya tiada hentinya memperdengarkan
suara tertawa dingin yang berat dan rendah.
Koan Ing membentak keras, tubuhnya segera melayang ke
depan sedang cambuknya dia dipancangkan dan segera
dibabat ke depan, membentuk bunga-bunga cambuk yang
amat banyak bagaikan naga sakti dengan cepatnya menghajar
tubuh Jien Kong Fang. Buru-buru Jien Kong Fang segera menyingkir ke samping
sambil melancarkan tiga buah serangan sekaligus. hanya di
dalam sekejap itu saja ditengah udara terdengarlah tiga kali
suara ledakan nyaring, cambuk perak ditangan pemuda itu
bagaikan seekor ular ketika dengan kencangnya melibat
tongkat pualam itu Jien Kong Fang merasa hatinya rada berdesir karena ia
sama sekali tidak menyangka kalau Koan Ing dapat berhasil
melibat tongkat pualamnya sewaktu ia sedang melancarkan
tiga buah serangan gencar.
Maka lima jari tangan kanannya dengan kencarg2
memegang tongkat pualamnya sedang satu dengusan berat
dengan bergema memenuhi angkasa dan secara diam-diam ia
menyalurkan tenaga dalamnya ke dalam tongkatnya untuk
memukul pental tubuh Koan Ing dan tangan kanannya dengan
keras diangkat ke arah atas.
Tubuh Koan Ing yang ada ditengah udara buru-buru
luruskan lengan kanannya ke depan, cambuk perak itu kontan
jadi menegang laksana tongkat perak yang amar kuat,
diantara menggetarnya tangan. cambuk peraknya membusur
ke belakang sia2 menghajar tubuh Jien Kong Fang.
Pada saat yang bersamaan kedua belah pihak masingmasing
telah menggunakan tenaga yang amat besar, Koan
Ing yang melihat serangannya tidak berhasil mencapai pada
sasaran segera bersuit panjang, tubuhnya pun mencelat ke
atas melepaskan cambuk peraknya lalu disusul satu sentilan
dahsyat menjerat leher dari si kakek bongkok tersebut.
Sinar mata Jien Kong Fang kembali berkilat, ia sama sekali
tidak menduga kalau tenaga dalam yang dimiliki Koan Ing
jauh berada dari dugaannya semula.
Maka tubuhnya dengan cepat meloncat ke atas tongkat
pualamnya dibabat mendatar menangkis datangnya serangan
yang mengancam lehernya. Mereka berdua sama-sama melancarkan serangan dengan
seluruh tenaga. hanya di dalam sekejap mata suara bentakan
keras menggetarkan seluruh angkasa, masing-masing pihak
telah saling bertukar serangan sebanyak puluhan jurus.
Dalam hati Koan Ing pun merasa hatinya rada berdesir, ia
mengerti kalau tenaga dalam yang dimiliki dirinya pada saat
ini telah berada jauh di atas empat manusia aneh, sedang
tenaga dalam dari Jien Kong Fang pun tidak berada di bawah
empat manusia aneh, terutama sekali ilmu silatnya yang
begitu sakti dan aneh, hal ini benar-benar membuat hatinya
rada tercengang. Mendadak Jien Kong Fang mengundurkan dirinya ke
belakang, dan melayang ke atas sebuah puncak batu yang
tinggi. Cambuk panjang sang pemuda itu dengan cepat mengejar
dari arah belakang, siapa tahu gerakan dari si kakek bongkok
itu amat cepat karena tahu-tahu tubuhnya sudah berkelebat
ke dalam lembah. Setelah berada di dalam keadaan seperti ini mana mungkin
Koan Ing suka lepas tangan begitu saja! Maka tubuhnya
segera berkelebat mengejar dari arah belakang.
Tapi mendadak terdengarlah suara tertawa dingin yang
melengking bergema memenuhi angkasa, Koan Ing pun
segera merasa hatinya bergidig dan cepat2 menoleh ke
belakang. Tampaklah sesosok bayangan merah dengan kecepatan
yang luar biasa muncul dari atas puncak batu dan menubruk
ke arahnya dengan amat dahsyat.
Dia bukan lain adalah Si Budak Berdarah dari balik
kegelapan, penyaruan dari Yuan Si Tootiang itu ciangbunjien
Bu-tong-pay. Ditangan kanan toosu tua dari Bu-tong-pay ini mencekal
sebuah pedang berwarna merah darah, tubuhnya laksana
seekor burung elang dengan amat cepat menubruk kebawah
sedang pedangnya laksana serentetan cahaya merah dengan
kencang menyapu diri pemuda tersebut.
Koan Ing meraung keras, tubuhnya membalik cambuk
peraknya balas menyapu diri Yuan Si Tootiang.
Ditengah berkumandangnya suara tertawa dingin dari Yuan
Si Tootiang ia menarik kembali sepasang lengannya untuk
menghindarkan diri dari serangan cambuk, sedang pedang
merahnya kembali melancarkan satu tusukan menghajar alis
Koan Ing. Dimana pedang merah itu berkelebat segera terlintaslah
suara desiran tajam yang membelah bumi, sinar mata Koan
Ing kembali berkilat, cambuknya pun segera dikebatkan
kebawah, kemudian dengan mempergunakan gagang cambuk
menangkis datangnya serangan pedang dari Yuan Si Tootiang
itu. Pedang dan cambuk dengan cepat bentrok menjadi satu.
Pemuda itu hanya merasakan segulung tenaga dorongan yang
maha dahsyat menggempur dirinya sehingga tak kuasa lagi
tubuhnya mundur dua langkah ke belakang dengan
sempoyongan. Rasa berdesir kembali meliputi hatinya, ia sama sekali tidak
menyangka kalau tenaga dalam dari toosu itu dapat demikian
dahsyat. Tetapi tubuh Yuan Si Tootiang sendiripun ikut tergetar
keras sehingga ia tidak melancarkan serangan dengan
mengambil kesempatan ini tubuhnya mencelat dan melayang
kehadapan tubuh sang pemuda.
Melihat akan hal ini Koan Ing mengerutkan keningnya
rapat-rapat, baru saja ia bermaksud untuk berbicara
mendadak terdengarlah satu suara yang amat dingin
berkumandang keluar. "Koan Ing ini hari habis sudah riwajatmu!" katanya.
Pemuda itu segera menoleh ke belakang tampaklah
dibelakangnya berdiri seseorang yang memakai baju berwarna
hitam dengan sebuah jaringan raksasa berwarna emas
ditangannya, saat ini ia sedang memandang diri Koan Ing
dengan pandangan yang amat dingin.
Dia bukan lain adalah jaring emas penguasa langit Poa
Thian Coe adanya. Dengan pandangan dingin dia memandang ke arah Poa
Thian Coe lalu menoleh kesamping, dan terlihatlah si kakek
bongkok dari daerah Si Ih, Jien Kong Fang pun telah kembali
munculkan dirinya dan saat ini lagi melototi dirinya dengan
pandangan dingin. Koan Ing sama sekali tidak menyangka kalau dirinya bisa
terjatuh di dalam kepungan tiga umat manusia kuat, Kembali
sinar matanya berkilat, saat inilah dia baru tahu kalau si kakek
bongkok dari Si Ih itu sebetulnya telah mengadakan
sekongkolan dengan diri Yuan Si Toootiang sekalian.
"Heeee.... heeee.... , terdengar Yuan Si Tootiang tertawa
tiada hentinya. "Tidak kusangka kepandaian silatmu berhasil
mendapatkan kemajuan yang demikian pesatnya, entah
jagoan lihay dari manakah yang telah sudi menyalurkan
tenaga dalamnya untuk memberi tambahan pada tenaga
dalammu!" Koan Ing hanya memandang ke arah mereka dengan sikap
amat tawar, hanya sinar matanya menyapu sekejap ke arah
mereka bertiga. Mendadak dia membentak keras, tubuhnya menubruk ke


Kereta Berdarah Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

arah depan sedang cambuknya dengan menimbulkan suara
yang amat nyaring melancarkan satu serangan dahsyat
menghajar diri Jien Kong Fang.
Si kakek bongkok dari daerah Si Ih mendengus dingin,
tongkat pualamnya dilintangkan di depan menghalangi
datangnya serangan tersebut.
Dan Yuan Si Tootiang sama sekali tidak mengira kalau di
dalam keadaan seperti ini Koan Ing masih berani melancarkan
serangan maka dengan gusarnya ia membentak keras:
"Koan Ing! Apa kau cari mati?"
Jodoh Rajawali 27 Bukit Pemakan Manusia Karya Khu Lung Renjana Pendekar 8

Cari Blog Ini