Misteri Rumah Berdarah Karya Tjan I D Bagian 1
"MISTERI RUMAH BERDARAH
Saduran : Tjan ID Jilid 1 PENDAHULUAN "DISEWAKAN SEBUAH RUMAH REJEKI"
Silakan periksa di gunung, Liong-san Hutan Tauw Liem.
Itulah bunyi dari sebuah pengumuman penyewaan
rumah yang ditempelkan diluar pintu sebelah utara kota kay
Hong, bukan saja kertas warna merah tersebut sangat
menarik perhatian, bahkan ada sesuatu yang jauh lebih
menarik dari hal tersebut., banyak para pedagang berhenti
sebentar untuk membaca isi pengumuman itu.
Bagi orang-orang yang sering melakukan perjalanan
melalui jalan raya ini rasanya masih teringat oleh mereka
akan peristiwa penyewaan rumah yang sangat aneh ini.
Karena setiap tahun pengumuman tersebut selalu
muncul satu kali dan waktu pun sama, yaitu bulan tiga
tanggal tiga belas ! Gunung Liong san terletak anatara Kota kay Hong
dengan gunung Siong-san, disana terdapat sebuah hutan
Tauw yang lebat, apakah rumah yang disewakan tersebut
pernah disewa dan diadiami oleh orang ?""
Sudah tentu, persoalan ini jarang sekali diketahui orang,
tetapi bila ditinjau dari keadaan rumah tersebut, tentu sudah
pernah disewa oleh seseorang dan orang itu berdiam disana
tidak bakal melebihi satu tahun lamamnya.
Kalau tidak, tidak mungkin setiap setahun sekali
pengumuman kertas merah itu bisa muncul kembali
ditempat semula! Pernah ada beberapa orang karena tertarik, telah
berangkat ke gunung Liong-san hutan Tauw Liem itu untuk
melihata keadan sebenarnya, tetapi setelah tiba disana,
orang-orang itu dengan hati kebat-kebit dan bulu roma pada
berdiri, hingga melarikan diri terbirit-birit dari sana.
Mengapa " Rumah tersebut bukankah sebuah rumah rejeki,
melainkan sebuah rumah yang memyai bentuk sangat aneh
dan menyeramkan ?"..
Kiranya ritu bentuknya seperti kerangka manusia,
sehingga bagi setiap orang baru menemuinya terasa amat
menyolok. Didepan rumah tersebut diantara semak-semak yang
lebat terdapat empat buah kuburan yang kuno dan baru tak
tentu, hal ini menambah keseraman serta kengerian suasana
disekitar sana. Siapa yang berani mendiami rumah dalam suasana
begitu menyeramkan ?"?"?"....
Tetapi, kediaman di kolong langit memang kadangkadang
berda di luar duagaan semua orang. Rumah itu
bukan saja pernah disewa oleh seseorang, bahkan orang itu
adalah seorang jago Bu-lim yang memiliki ilmu ssangat
tinggi. Cuma saying, orang-orang itu akhirnya harus dikubur
didepan rumah tersebut. Mati ?"?"" betul, mati
Tetapi, mengapa ?"?"?""
Beratus-ratus bahkan beribu-ribu pendapat pada muncul
dibalik benak para jago-jago bu-lim. Kendati begitu tak
seorangpun yang bisa memahami keadan yang sebenarnya.
Sedang pengumuman sewa rumah itupun setahun demi
setahun muncul terus didalam mayarakat ?"..
Hanya didalam sekejap mata, tiga tahun sudah berlalu !
?"?"".. Didepan pintu rumah rejeki itupun sudah bertambah lagi
dengan tiga buah kuburan baru "..?"?"..
----------- ooo O ooo ---------Bab 1 MUSIM SEMI bulan ketiga telah tiba ".
Sesosok bayangan manusia yang kurus tinggi perlahanlahan
muncul didepan sebuah pintu rumah yang berada
diatas suatu bukit. Dia adalah seorang pemuda berbaju hijau yang berusia
kurang lebih delapan, sembilan belas tahunan, badannya
kurus tinggi, sama sekali tidak kelihatan gagah, tampan
maupun kekar. Ia berjalan bolak-balik didepan rumah itu dengan gelisah,
agaknya sedang menantikan sesuatu, sinar matanya tiada
henti-hentinya ditengokkan kearah bawah tebing yang
penuh ditutupi oleh kabut tebal.
Setiap kali ia menengok, suara helaan nafas panjangpun
mengiringi perasaan kecewa yang timbul dalam hati,
agaknya apa yang dinantikan selama ini membuat hatinya
terasa semakin gelisah ?".
Tiba-tiba ?"". Sesosok bayangan hitam bagaikan kilat menyambar
datang melayang turun diatas puncak tersebut.
Semula pemuda berbaju hijau itu rada tertegun, tetapi
sebentar kemudian ia sudah tak dapat membendung rasa
girang dihatinya lagi. "Suhu, kau sudah pulang ?" teriaknya tak tertahan.
Kiranya si orang berbaju hitam itu adalah seorang kakek
tua dengan dandanan sastrawan, terhadap sapaan dari
pemuda berbaju hijau itu Cuma mendehem perlahan.
Sekali lagi pemuda berbaju hijau itu dibuat berdiri
tertegun, karena dari suara deheman tadi, ia menemukan
nadanya berat dan paras muka suhunya kelihatan amat
sedih bercampur murung. Agaknya selama ini pemuda berbaju hijau itu belum
pernah mengalami kejadian dimana suhunya
memperlihatkan sikap serta perubahan paras muka seperti
hari ini, akhirnya ia berkata kembali :
"Suhu, perjalananmu kali ini sudah makan waktu lima
hari ".." "Emmmmm, aku tahu, mari kita masuk kedalam !"
Nada ucapannya masih tetap berat, singkat dan tandas,
sepasang alisnya dikerutkan sangat rapat. Setelah
menngucapkan kata-kata tadi tanpa menanti reaksi dari
muridnya, ia telah mendahului masuk kedalam rumah.
Dengan termangu-mangu si pemuda berbaju hijau itu
berdiri ditengah kalangan, matanya terus memandang
bayangan punggung suhunya dengan sayu, didalam hati
kecilnya pemuda ini mulai merasa ada sesuatu peristiwa
bakal terjadi ?" atau mungkin peristiwa tersebut sudah
berlangsung. Perubahan sikap serta paras muka suhunya yang
ditunjukkan hari ini boleh dikata sangat luar biasa, karena
selama ini belum pernah ia berubah sedemikian rupa,
apalagi kepergian suhunya kali ini sudah membuang tempo
lima hari, ini merupakan suatu kejadian yang sangat
istimewa. Sekonyong-konyong ?".
"Thian Kie, masuk !" dari balik ruangan berkumandang
suara suhunya sedang memanggil.
Si pemuda berbaju hijau - ------- atau Pek Thian Kie
kontan saja tersadar kembali dari lamunannya, dengan
terburu-buru ia segera putar badan berlari masuk kedalam
ruangan. Tetapi sebentar kemudian ".. sewaktu sinar matanya
berkelebat, ia merasakan hatinya bergidik.
Karena tampaklah suhunya duduk diatas kursi dengan
wajah membesi, alisnya dikerutkan sedang selintas perasaan
sedih, duka dan murung menghiasi air mukannya.
"Suhu, urusan apa yang telah terjadi?" Tanya Pek Thian
Kie segera melangkah mendekat.
"Hei "." Perlahan-lahan si sastrawan berbaju hitam itu
menghela napas panjang. "Ada suatu urusan yang bagaimanapun juga harus
kuberitahukan kepadamu !"
"Suhu ! urusan apa " Cepat kau beritahukan kepadaku !"
kontan saja Pek Thian Kie merasakan hatinya berdesir.
Si satrawan berbaju hitam itu mengangguk berat.
Bukankah sejak kecil sampai kau menginjak dewasa
selam ini selalu bersama-sama dengan diriku ?" tanyanya
"Benar!" "Jika dihitung dengan jai kau sudah berdiam selama
limabelas tahun lamanya diatas tebing "Pek Wu Leng" ini,
selama ini bukankah suhumu belum pernah berpisah
dengan dirimu?" "Benar !" "Kepergianku kali ini yang telah menghabiskan waktu
lima hari, bukankah kau merasa terlalu lama ?"
"Benar ! Kau orang tua belum pernah pergi selama
ini"." "Lama ?" Potong si sastrawan berbaju hitam itu tidak
menanti muridnya selesai berbicara. "Lima hari kau anggap
sangat lama ?" "Benar ?"!" Agaknya si sastrawan berbaju hitam itu
dibuat melengak juga oleh pertanyaan tersebut, tetapi
sebentar kemudian ia sudah meyambung kembali :
"Ooouw ?". Aku pergi menengok beberapa orang
sahabat karibku, karena itu aku pulang kegunung rada
terlambat. Cuma ".. kini aku punya maksud untuk
meninggalkan tempat ini !"
"Benar !" "Kita akan pergi kemana ?"
"Tidak! Kau salah, Cuma aku seorang saja pergi, kau
tidak termasuk." Mendengar perkataan tersebuta itu juga Pek Thian Kie,
kontan seketika jadi tertegun, agaknya perkataan tersebut
benar-benar diluar dugaannya.
"Suhu kenapa ?" teriaknya tak kuasa lagi.
"Tidak karena pa-apa. Tetapi yang jelas, aku mau tak
mau harus pergi, sedang mengenai apa sebabnya, aku tidak
ingin memberitahukan kepadamu. Karena aku merasa hal
ini sama sekali tidak berguna dan tidak mendatangkan
keuntungan bagimu ?".."
"suhu ! Tidak, aku ingin mengetahui sebab-sebabnya."
"Tidak perlu, kepergiaku kali ini Cuma setahun, setelah
satu tahu. Kemungkinan sekali aku masih bisa kembali, ada
banyak urusan aku tak dapat beritahukan kepadamu "..
tetapi ada pula beberapa urusan yang harus aku sampaikan
kepadamu ?"?"?"
"Suhu ! Bila kau ada urusan, katakanalah semuanya !"
sahutnya Pek Thian Kie cepat-cepat.
"Kitab yang aku berikan kepadamu sudah selesai kau
baca ?" "Belum, masih ada empat-lima halaman."
"Didalam satu tahun ini, kau harus menyelesaikan
keempat, lima halaman tersebut?"
"Tecu ikuti perintah."
Perlahan-lahan si sastrawan berbaju hitam itu
mengangguk. "Aku piker didalam satu tahun mendatang, kau pastu
sudah bisa menyelesaikan kitab tersebut sampai halaman
yang terakhir." Katanya.
Ia merandek sejenak, sejurus kemudian sambungnya
kembali : Sedangkan mengenai penyakitmu, sampai
sekarang aku masih belum berhasil menemukan orang yang
bisa menyembuhkannya, tentang ini terpaksa aku harus
minta maaf ?"" "Suhu! Apakah kau sudah tidak mau menggubris tecu
lagi?" Si sastrawan berbaju hitam itu tertawa pahit.
Setelah satu tahun, kemungkinan sekali aku bisa pulang
kembali, tetapi dikalau sampai ?""
Berbicara sampai disitu mendadak ia tutup mulutnya
rapat-rapat, diatas paras mukanya terlintaslah perasan yang
murung. "Suhu ?"" jerit Pek Thian Kie dengan hati bergidik.
"Jikalau sampai aku tidak kembali, kaupun tidak usah
pergi mencari aku." Saat itu Pek Thian Kie benar-benar merasakan bulu
romanya pada berdiri semua.
"Suhu! Mengapa kau tidak pulang?"
"Heeeeeei ".. peristiwa yang terjadi dikolong langit
memang kadang-kadang berada diluar dugaan orang lain."
Ujar si sastrawan berbaju hitam itu sambil tertawa pahit.
"Kemungkinan juga kepergianku kali ini tak bakal kembali
lagi untuk selamanya. Tetapi hal ini masih merupakan
suatu kemungkinan, mungkin juga tidak sampai terjadi
peristiwa semacam itu ".."
Ia menghela napas panjang, setelah berhenti sebentar
tambahnya lagi : "Heeeeei ?" semisalnya sungguh-sungguh terjadi
peristiwa semacam ini, kau tidak usah mencari aku lagi
".." "Kenap ?" "Kau tidak usah tanyakan sebabnya!"
"Ba ?". Baik ?""!" dengan gugup dan ketakutan
Pek Thian Kie menyahut. Perlahan-lahan paras muka si sastrawan berbaju hitam
itu mulai berubah jadi ramah kembali.
"Persoalan lain yang harus kau ketahui adalah asal
usulmu." Ujarnya kembali. "Sampai sekarang aku masih
belum berhasil mendapatkan tahu persoalan ini, perempuan
itupun tak pernah ditemukan oleh orang lagi. Tetapi pada
waktu itu ia sudah harus kau cari tahukan nammu beserta
orang yang harus kau cari setelah menginjak dewasa. Aku
percaya tentunya kau masih belum melupakannya bukan?"
"Benar! Untuk selamanya tecu tak akan melupakan hal
ini ?"" sahut Pek Thian Kie dengan suara yang berat.
"Aku harus pergi mencari orang yang bernama Kiang To
untuk menanyakan asal usulku."
"Heeeeei ".. kalau begitu bagus sekali setahun
kemudian kau pergilah sendiri untuk mencari dirinya."
"baik, suhu ?" " Agaknya Pek Thian Kie hendak
mengucapkan sesuatu lagi, tetapi untuk beberapa sat tak
sanggup untuk mengucapkannya keluar.
Kembali sastrawan berbaju hitam itu menghela nafas
Misteri Rumah Berdarah Karya Tjan I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
panjang. "Heeeei ".. sudahlah, perkataanku hanya sampai disini
saja" katanya perlahan.
"malam Sudah semakin kelam, kau pergilah untuk
beristirahat!" "suhu ! Apakah kau benar-benar tidak suka
memberitahukan kepadaku tujuanmu yang sebenarnya ?"?""
desak sang pemuda tersebut dengn nada yang sedih.
"Benar, aku tidak akan beritahukan hal ini kepadamu
karena persoalan tersebut tidak bakal mendatangkan
keuntungan buat dirimu, sekarang kau beristirahatlah lebih
dulu." Pek Thian Kie mengerti. Agaknya persoalan ini sangat
besar dan maha penting bahkan mungkin juga bakal terjadi
terhadap dirinya sendiri, hal ini merupakan suatu kejadian
yang tak dapat diragukan kembali.
Iapun tidak ingin banyak bertanya lagi, karena ia
mengerti sekalipun ia bertanya bertanya lebih lanjut kecuali
memperoleh suara bentakan dari suhunya, tidak bakal
memperoleh hasil apapun. Hal ini merupakan suatu
kenyataan yang amat jelas.
"Suhu !" ujarnya kemudian setelah berpikir sebentar.
"Selama diperjalanan kau tentu sangat lelah sekali, baiknya
aku hantar kau orang tua untueristirahat terlebih dahulu !"
"Heeee ". Baiklah !"
"Selesai berkata, si sastrawan berbaju hitam itu lantas
bangun berdiri dan melangkah keruangan sebelah
belakang" Dengan kencang Pek Thian Kie menguntil dari belakang,
sesampainya dipintu kamar sebelah belakang, tampaklah si
sastrawan berbaju hitam itu perlahan-lahan menoleh.
"Bocah, kaupun beristirahatlah!" ujarnya ramah.
Pek Thian Kie mengangguk, segera putar badan dan
bergerak keluar lambat-lambat ?".
Tiba-tiba ?".. "Thian Kie !" panggil si sastrawan berbaju hitam itu.
Mendengar suara panggilan tersebut, dengan cepat Pek
Thian Kie berhenti dan putar badan.
"Suhu ! ada urusan apa ?"?" tanyanya cepat.
Ujung bibir si sastrawan berbaju hitam itu tampak
bergerak-gerak, tetapi tak kedengaran sedikit suarapun.
Akhirnya dengan sedih ia menghela napas panjang.
"Aaaakh ".! Tak ada urusan, kau pergilah tidur !"
Fengan melongo-longo pemuda itu memandang
suhunya, ia merasa sikap si orang tua itu hari ini sangat
aneh sekali dan hal ini merupakan suatu keistimewaan.
Akhirnya dengan perasaan apa boleh ia melanjutkan
kembali langkahnya berlalu dari sana.
Menanti bayangan punggung Pek Thian Kie lenyap dari
pandangan, si sastrawan berbaju hitam itu baru menghela
napas ringan. "Heeeeei ".. buat apa dia orang mengetahui sejak
sekarang?"" Bukannya nanti ia bakal tahu sendiri ?""
gumamnya tak terasa. Untuk mengetahui soal apa " " " "
Agaknya hal inilah merupakan kesedihan yang sedang
terkandung di hati sastrawan berbaju hitam itu dan ia tidak
ingin memberitahukan peristiwa tersebut kepada Pek Thian
Kie karena persoalan ini sepertinya mempunyai sangkut
paut yang sangat erat dengan dirinya.
Perlahan-lahan Pek Thian Kie berjalan keluar dari dalam
kamar dan kembali kedalam ruangan tamu. Tetapi sesaat ia
berbelok keserambi yang lain pemuda itu mendadak berseru
tertahan dan menghentikan langkahnya.
Sepasang matanya memancarkan sinar tajam melototi
secarik kertas merah persegi empat yang berada diatas
tanah, lama sekali pemuda itu tampak tertegun.
Akhirnya ia tersadar kembali diam-diam pikirnya :
"Aaaakh ?"! Mungkin juga barang ini terjatuh dari
saku suhu ?"" Buru-buru ia menjemput kertas tadi lalu berjalan kembali
kearah kamar suhunya. Belum jauh ia melangkah, sekonyong-konyong didalam
benaknya terlintas suatu bayangan ?"?".. dengan cepat
ia menghentikan langkahnya.
"Diluar apakah Thian Kie ?"" dar balik kamar tahu-tahu
berkumandang keluar suara pertanyaan dari suhunya.
"Benar suhu ".."
"Ada perkataan boleh kau sampaikan besok saja !"
Pek Thian Kie jadi tertegun.
"Baik, suhu !" sahutnya kemudian.
Selesai berkata, ia lantas putar badan dan berlalu.
Mengapa Pek Thian Kie tidak jadi serahkan itu kertas
merah bersegi empat kepada suhunya " didalam persoalan
ini agaknya masih ada sesuatu rahasia yang tersembunyi.
Benar. Menurut dugaan Pek Thian Kie kepergian
suhunya selamaa lima hari ditambah pula sekembalinya
dari bepergian, mengucapkan kata-kata semacam itu,
kesemuanya ini tentu ada sangkut pautnya dengan kertas
merah tersebut. Oleh karena itu, ia mulai melenyapkan maksudnya
untuk menyerahkan kembali kertas merah tadi ketangan
suhunya, dalam hati ia tahu tindakannya ini tidak patut
tetapi perasan ingin tahu yang terus mendesak dihatinya
memaksa juga ia harus mengambil tindakan tersebut untuk
mencari tahu rahasia dibalik kesemuanya itu.
Terburu-buru pemuda itu berlari kembali kedalam
kamrnya, setelah mengunci pintu kamar dengan tangan
gemetar ia mulai membaca kertas merah itu, agaknya kertas
itu mengandung suatu rahasia serta hawa pembunuhan
yang tiada taranya. Akhirnya ia berhasil menenangkan hati yang sedang
bergolak, dengan sangat hati-hati kertas merah itu mulai
dibuka dan disapu dengan tajam.
Tetapi sebentar kemudian ia sudah dibuat berdiri
tertegun ! Apa yang telah terjadi ?""
Kiranya kertas merah itu hanya tercantum kata-kata :
"DISEWAKAN SEBUAH RUMAH REJEKI"
Silakan periksa di Gunung Liong San Hutan Tauw Liem.
Secarik kertas pengumuman tentang disewakannya
sebuah rumah, peristiwa ini sangat biasa dan tiada yang
aneh. Kendati Pek Thian Kie sudah memeriksa dan
menelitinya setengah harian belum juga ditemukan letak
keistimewaan dari kertas pengumuman tersebut.
Satu-satunya persoalan yang tidak ia pahami adalah,
mengapa kertas pengumuman tersebut justeru bisa berada
disaku suhunya" ?"?"?"?" Apakah suhu telah menyewa
rumah di gunung Liong San Hutan tauw Liem itu "
Atau ungkin pengumaman tersebut didapatkan suhunya
dari tempat lain, lalu disimpan dalam sakunya " sudah tentu
kedua persoalan ini kesemuanya ada kemungkinan.
Mendadak satu ingatan kembali berkelebat didalam
benaknya. Besok suhunya akan meninggalkan tempat ini
dan selama setahun takkan kembali lagi. Apakah mungkin
dia orang tua ada maksud untuk menyewa rumah tersebut "
?"?". Sudah tentu, hal inipun ada kemungkinan bisa
terjadi. Lama sekali Pek Thian Kie termanggu-manggu berpikir
keras tetapi tak ia pahami juga persoalan ini.
Sangking lelahnya terakhir ia masukan kertas tersebut
kedalam saku kemudian ia jatuhkan diri tertidur diatas
pembarngan ?".. tidak lama kemudian, hari sudah terang
tanah. Buru-buru pemuda tersebut bangun dari
pembaringannya. "Thian Kie !" mendadak dari luar kamar berkumndang
dating suara panggilan dari suhunya yang sedang berjalan
mendekat. "Oooouw ".. suhu !"
Ditengah suara sahutan, buru-buru Pek Thian Kie
meloncat kedepan membuka pintu kamar.
Tampaknya suhunya sudah berdiri didepan pintu, satusatunya
keadaan yang berbeda-beda pada hari ini adalah
diatas punggung si orang tua itu kini sudah kelebihan
sebilah pedang yang tersoren dengan amat gagah.
Menurut suhunya tempo dulu dia orang tua tak akan
menggunkan pedang lagi, tidak disangka sebelum dia
meninggalkan tempat ini, pedang yang sudah tak digunkan
hamper mendekati puluhan tahun akhirnya digunakan
kembali. Kejadian ini diam-diam membuat Pek Thian Kie
merasakan hatinya bergidik.
"Thian Kie ! Aku mau berangkat !" terdefar terdengar si
sastrawan berbaju hitam itu memecahkan kesunyian.
"Suhu?".." seru Pek Thian Kie sedih
"Tecu akan selalu mengingat-ingat perkataan dari kau s
orang tua !" katanya.
Perlahan-lahan si sastrawan berbaju hitam itu
menganagguk "Kalau begitu, aku akan segera pergi !"
Selesai berkata, tidak menunggu jawaban dari Pek Thian
Kie tubuhnya segera berkelebat keluar dari pintu besar.
Kemudian didalam beberapa lontaan lagi bayangan hitam
itu sudah lenyap dibalik kabut nan putih ?"?"
Dengan terpesona pemuda itu berdiri ditempat semula,
segulung perasaan yang amat aneh mendesak naik
ketenggorokannya menbuat dia saking sedihnya hamperhampir
meneteskan air mata lagi ?"..
Lama sekali ?"" akhirnya ia putar badan berjalan
masuk kedalam rumah. ----------- ooo O ooo ----------Bab 2 SUASANA DIATAS PUNCAK "Pek Wu Leng"
kembali jadi hening ?" sunyi ?".. tak kedengaran suara
apapun. Keadaan berubah pula seperti keaadan tempo dulu,
kabut putih yang amat tebal hampir menutupi seluruh
tempat ".. Musim semi berlalu, musim rontokpun telah tiba "..
Diikuti musim semi berlalu. Musim semi kembali
menjelang datang. Waktu berlalu bagaikan mengalirnya air sungai, hanya
didalam sekejap mata satu tahun sudah berlalu.
Mengikuti berlalunya waktu, berita tentang si sastrawan
berbaju hitam itupun ikut lenyap tak berbekas, sejak waktu
itu ia tak pernah kembali lagi ketas gunung.
Siang malam Pek Thian Kie menanti dan mengharapkan
suhunya cepat kembali ?". Tetapi harapan ini ternyata
sia-sia belaka. Apakah suhunya benar-benar tak akan kembali ?"" Benar
! Kenyataan memang demikian untuk selamanya dia tak
bakal kembali lagi. Ia mulai teringat sesuatu ".
Diam-diam pikirnya :"Didalam satu tahun ini aku
menyelesaikan beberapa halaman terakhir dari kitab
tersebut. Kini aku harus pergi ! Aku harus pergi mencari
suhu ?"" Iapun harus pergi mencari seseorang, dia adalah Kiang
To ! ". Suhunya pernah beritahu kepada dirinya, hanya dia
seorang yang tahu siapakah orang tuanya.
Berpikir akan persoalan ini, dengan cepat ia
membereskan sebentar barang-barang keperluannya,
kemudian lari keluar rumah dan meluncur kebawah tebing.
Gerakan tubuhnya pada saat ini cepat laksana sambaran
kilat, kecepatannya boleh dikatakan jauh lebih hebat
beberapa kali lipat jika dibandingkan dengan kecepatan si
sastrawan berbaju hitam tempo dulu sewaktu menuruni
tebing tersebut. Hanya dalam sekejap Pek Thian Kie sudah tiba dibawah
tebing Pek Wu Leng, mendadak ia menghentikan gerakan
tubuhnya. "Aku harus pergi kemana ?" otaknya mulai berputar
keras, "Liong-san " benar, aku harus pergi ke Gunung
Liong-san !" Setelah mengambil keputusan, tubuhnya kembali
berkelebat kearah depan. Sekarang ia harus mencari
seseorang untuk ditanyai arah yang benar, kemudian baru
berangkat menuju ke gunung Liong-san. Pek Thian Kie
yang melakukan perjalanan cepat hanya didalam sekejap
saja berpuluh-puluh lie sudah dilalui. Tetapi tiba-tiba ".. ia
menjerit keras, dan tubuhnya mendadak berhenti sedang
dari keningnya mengucur keluar keringat sebesar kacang
kedelei, sikapnya menunjukkan sangat menderita ?"
Sepasang tangan ditekankan keras-keras ketas
lambungnya, tubuhnya berjongkok sedang dari mulutnya
terdengar suara rintihan yang menyayatkan hati "..
Mendadak ".. Sewaktu Pek Thian Kie sedang merintih kesakitan itulah,
suara langkah kaki menusia memecahkan kesunyian
bergema semakin mendekat.
"Eeeeei ". Kau kenapa ?" terdengar orang itu menegur
dengan suara agak kaget. Mendengar suara tegur tersebut Pek Thian Kie merasa
agak terperanjat maka dengan cepat kepalanya
didongakkan. Tampak seorang pengemis muda berusia duapuluh
tahunan dengan tenang berdiri dihadapannya.
"Kenapa kau ?" kembali orang itu bertanya, agaknya ia
menaruh rasa kuatir terhadap keadaan diri Pek Thian Kie.
"Aku ".. aku sakit hati !"
"Sakit hati " Kau sudah kehilangan barang apa yang
berharga sehingga sakit hati?"
Menghadapi pertanyaan semacam ini Pek Thian Kie
benar-benar dibuat kalang-kabut mau marah tak dapat, mau
tertawapun sukar. "Sakit hatiku adalah suatu penyakit, bukan sakit hati
karena kehilangan sesuatu baraang !" sahutnya kemudian.
Si pengemis muda mengiayakan beberapa kali agaknya
ketika itu ia baru paham akan apa yang sebetulnya telah
terjadi.
Misteri Rumah Berdarah Karya Tjan I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Dengan cepat ia mulai berjalan mendekati diri Pek Thian
Kie. Setelah beristirahat beberapa saat, sakit hati dari Pek
Thian Kie pun perlahan-lahan mulai lenyap kembali "..
"Hiiii "..hiiii ?"hiiiii?"hiiiii ku sudah sedikit baikan
?" Tanya pengemis muda itu lagi sambil tertawa cekikikan.
"Baik ".. baik ?""
"Tentunya penyakitmu ini sudah kau derita sangat lama
bukan ?" "Bagaimana kau bisa tahu ?" teriak Pek Thian Kie kaget,
hatinya merasa berdesir. "Cukup dilihat dari beberapa kerut tulang Bay-kutmu
serta lagakmu yang lemas tak bertenaga sudah jelas sekali,
bukankah begitu ?" "Aaaaakh ?" salah, salah ?" sejak lahir aku memang
sudah sekurus ini," buru-buru Pek Thian Kie membantah.
"Sedang penyakit sakit hatiku ini baru aku derita, dua tiga
tahun yang lalu." "Oooow ".. oooooow ".. kalau begitu aku sudah salah
menebak !" Pek Thian Kie pun tersenyum.
"Kawan ! Bila kau tak ada urusan, silakan berlalu,
akupun harus pergi," ujarnya.
"Kau sedang sakit, apalagi badanmu tinggal beberapa
kerat tulang bay-kut. ?" eeeeeeei ?" kau mau kemana ?"?"" seru si
pengemis dengan kening yang dikerutkan.
"Terima kasih atas perhatianmu kawan, cayhe dapat
mengatur kesemuanya sendiri."
"Eeeeee ".eeeeeeeei ?".. tunggu sebentar ! kawan,
apakah kau punya uang ?"
Mendengar perkataan tersebut Pek Thian Kie segera
tertawa, sekarang ia baru paham kiranya pengemis ini ada
maksud ingin minta uang..
Pemuda itu segera merogoh kedalam sakunya
mengambil keluar beberapa tail perak lantas diangsurkan
ketangan pengemis tersebut.
"Di dalam saku ku Cuma tinggal ini saja, kau bawalah
perg i." ujarnya Paras muka pengemis tersebut kontan saja berubah
hebat. "Siapa yang bilang aku ingin minta uang darimu ?"
teriaknya Kontan saja Pek Thian Kie jadi melengak.
"Kau ?" !"
Justeru aku yang lagi merasa kuatir apakah kau punya
uang untuk periksakan penyakitmu itu ?"
Sekali lagi pemuda itu merasakan hatinya tergetar sangat
keras, ia tidak menyangka kalau si pengemis ini ternyata
adalah seorang yang baik hati.
"Heng-thay, terima kasih atas perhatianmu." Sahutnya
sambil tertawa pahit. "Sungguh saying penyakit siauw-te ini
tak bakal bisa sembuh ?"."
"Omong kosong ! asal punya uang, siapa yang bilang
penyakit tak dapat disembuhkan ?"
Pek Thian Kie tidak ingin banyak rebut lagi, sekali lagi ia
tertawa pahit. "Anggap saja cayhe tidak punya ung ".."
"bagaimana kalau kita pergi melakukan sesuatu
perdagangan ?" sambung sang pengemis muda dengan alis
yang dikerutkan. "Dagang apa ?" "Sudah tentu cari uang !"
"Aaaakh ".. ! Mau mencuri ?"
Si pengemis muda itu segera menggeleng.
"Merampas. ?" Mendadak pengemis muda itu tertawa terbahak-bahak.
"Haaaaa ?". Haaa ?" haaa ". Haaaa "..
merampas ?" teriaknya kegelian. "Kalau hanya
mengandalkan beberapa kerat tulang Bay-kutmu, bukannya
berhasil merampas, mungkin kau sendiri yang kena
ditangkap, bahkan mungkin juga dipanggang untuk teman
arak ". Eeeei ". Bagaimna kau bisa punya pikiran untuk
merampas ?"" "lalu kau ingin melakukan jual beli macam apa ?"
sambung Pek Thian Kie tersenyum
"Kau pernah mendengar suatu tempat yang dinamakan
Cay Yen atau istana harta ?" Tanya pengemis tersebut
setengah berbisik. "Istana harta " belum pernah kudengar
Kalau begitu bukankah sama saja aku sudah Tanya
dengan sia-sia " Kau bukan orang Bu-lim sudah tentu tidak
tahu soal "Istana harta" ini. Aku minta uang sudah ada dua
puluh tahun lamanya. Kali ini bagaimanapun juga aku
harus memberi bagian kepadamu."
Menurut pertimbangan Pek Thian Kie, kepandaian silat
yang dimiliki pengemis muda ini agaknya tidak lemah,
disamping itu iapun merasa keheranan terhadap "Istana
Harta" dua perkataan tersebut.
"Eeeei ". Sebetulnya macam apakah istana harta itu?"
tak kuasa lagi ia bertanya
"Sekalipun aku beritahukan kepadamu, kaupun tak bakal
tahu. Buat apa kau orang banyak bertanya ?" apalagi
sekalipun kau sudah tahupun tiada berguna!"
"Apakah istana harta itu khusus dibuka untuk memberi
pinjaman uang kepada kalian kawan-kawan dari kalangan
Bu-lim?" Tanya Pek Thian Kie lebih lanjut.
"Boleh dikata memang demikian."
"Lalau bagaimna carany untuk meminjam uang ?"
"Eeeeei ". ! Bagaimana kalau kau sedikit kurangi
pertanyaanmu " Bukankah setelah sampai waktunya kau
bakal tahu sendiri ?"
Mendengar jawaban itu pemuda tersebut segera
mengerutkan dahinya. "Dimanakah letak Istana harta itu ?"
"Didalam hutan bamboo dua lie diluar kota Kay Hong !"
Sekali lagi Pek Thian Kie mengerutkan dahinya kencangkencang.
"Bolehkah cayhe menanyakan sesuatu tempat terhadap
diri Heng-thay "......"
"Tempat apa ?" "Dimana letaknya gunung Liong-san ?"
"Apa ?" hampir-hampir saja pengemis muda itu
meloncat tinggi saking kagetnya.
"Kau tanyakan gunung Liong-san ?"
"benar !" "Apa yang hendak kau lakukan disana ?"
"Aku ". Aku ingin mem ?" mencari seorang kawan."
"Mencari seorang kawan!" beberapa patah perkataan itu
segera membuat paras muka pengemis muda tadi berubah
kembali jadi sangat ramah.
"Sungguh kebetulan sekali," serunya sambil tertawa.
"Gunung Liong-san letaknya diluar kota Kay Hong, jika
mengikuti jalan raya ini, maka kita akan tiba dulu di istana
harta, kemudian baru sampai di gunung Liong San !"
"Harus butuhkan berapa lama untuk sampai disitu ?"?"
"Jika dihitung sesuai dengan kekuatan kaki manusiamanusia
biasa, mungkin mungkin membutuhkan dua hari
lamanya, tetapi keadaanku sama sekali berbeda, kurang
lebih setengah hari sudah cukup untuk tiba dtempat
tujuan." Ia rada merendek sejenak, lalu sambungnya kembali :
"Kini aku sudah terlanjur menjadi orang baik, biarlah
aku jadi orang baik sampai akhir, mari ! Biar aku gendong
dirimu" "Aaaakh ". Hal ini mana boleh jadi ?"
"Kau anggap pakaianku terlalu kotor ?"
"Oooouw ".. bukan, bukan karena soal itu, tolong
Tanya Heng-thay "."
"Aku bernama Cu Tong Hoa, Heng thay boleh langsung
menyebut namaku saja. "Aku bernama Pek Thian Kie, kalau begitu merepotkan
Cu-heng harus harus bekerja keras."
Cu Tong Hoa tertawa "Agaknya kau belum pernah belajar jurus-jurus ilmu
silat," katanya "Benar !" Pek Thian Kie tertawa tawar.
Berbohongnya pemuda tersebut tidak lain disebabkan
karena suhunya pernah memberitahu kepadanya bila
keadaan didalam dunia kangouw sangat berbahaya, banyak
jago-jago Bu-lim yang yang berhati licik, kejam dan
telengas, terhadap seorang teman yang belum dikenalnya
terlalu rapat, lebih baik jangan berbicara yang sebetulnya.
Apalagi, keadaanya pada saat ini sama sekali tak
bertenaga lagi, bahkan untuk menangkap seekor ayampun
tak sanggup. Kiranya, setiap kali penyakit sakit hatinya kambuh,
maka satu jam kemudian tenaga dalamnya baru dapat pulih
satu bagian, dan seluruh tenaga dalam yang dimilki akan
pulih kembali dengan mengikuti bertambahnya waktu yang
berlalu. Jikalau semisalnya ia memilki dua belas bagian tenaga
Iweekang didalam tubuhnya, maka pemuda tersebut hrus
membutuhkan waktu dua belas jam lamanya untuk
memulihkan seluruh tenaga dalam yang dimilkinya seperti
sedia kala. Sudah tentu Cu Tong Ho tak tahu bila Pek Thian Kie
mempunyai sebab-sebab semacam itu, sehingga ia harus
berbohong terhadap kenyataannnya.
"Pek-heng, kalau begitu, biarlah aku gendong kau untuk
melakukan perjalanan kembali ujarnya memecahkan
kesunyian." "Eeeehmmm ?" baiklah !"
Cu Tong Hoa segera menggerakkan tangan kanannya
menarik pergelangan tangan Pek Thian Kie keatas, dengan
sangat entengnya ia mengangkat badan pemuda tersebut
keats punggungnya, sedang tangannya yang sedang
mencekal diatas pergelanganntya diam-diam diperkencang.
Agaknya didalam cekalan tersebut secara diam-diam
pengemis ini sedang memeriksa apakah pemuda itu betulbetul
tak berilmu ataukah sedang pura-pura.
"Haaa ".. haaaa ".. semula aku kira kau sedang
menipu diriku, kiranya kau benar-benar tidak memiliki
kepandaian silat" ujar Cu Tong Hoa, kemudian setelah
pemuda tersebut berada diatas punggungnya.
Mendengar perkataan itu, diam-diam dalam hati Pek
Thian Kie merasa kegelian.
"Bagaimana kau bisa tahu ?" sengaja tanyanya
"Seseorang bila pernah belajar ilmu silat, maka susunan
jalan darah serta urat nadinya tentu berbeda ?" aaaaach !
sekalipun aku terangkan kaupun tidak bakal paham,
baiknya tidak usah kita ungkap lagi ?""."
Ditengah pembicaraan tersebut, tubuhnya dengan
kecepatan bagaikan sambaran kilat berkelebat kerah depan.
Kepandaian silat yang dimiliki Cu Tong Hoa betul-betul
amat dasyat, kecepatan gerak larinya benar-benar membuat
hati orang merasa sangat terperanjat.
Hanya dalam beberapa kali enjotan saja mereka sudah
berada puluhan kaki jauhnya dari tempat semula.
?". Wah ?".. Cu-heng, kau sedang terbang diatas
awan ?" sengaja Pek Thian Kie menjert keras pura-pura
merasa kaget bercampur ketakutan.
". Huuuus ?" siapa yang bilang " inilah yang
dinamakan ilmu meringankan tubuh !"
"Ooow ".. oooow ?"?"."
Sebelum matahari tengelam dibalik gunung. Cu Tong
Hoa yang menggendong Pek Thian Kie telah tiba diluar
kota Kay Hong, pengemis itu segera menghentikan larinya.
".Akhirnya kita sampai juga ditempat tujuan," katanya
kemudian sambil tertawa girang.
"Sudah sampai ?"
"Benar !" Cu Tong Hoa lantas menuding kearah sebuah
hutan dihadapannya." Stelah melewati hutan lebat ini,
maka kita akan sampai dihutan bamboo itu, ayoh
berangkat. "Baiklah !" "Kalau begitu, kita segera jalan !"
Setelah berkata, tanpa banyak cakap lagi ia memimpin
jalan didepan menerobosi hutan tersebut.
Setelah menerobosi hutan lebat, sampailah mereka
didepan hutan bamboo yang luasnya ada beberapa puluh
lie.Diantara hutan bamboo itu terdapat sebuah jalanan kecil
yang langsung menembus hutan yang lebih dalam. Dengan
Cu Tong Hoa didepan Pek Thian Kie dibelakang, kurang
lebih seperminuman the kemudian sampailah mereka
didepan sebuah bangunan berloteng yang amat megah.
Istana harta ini benar-benar luar biasa sekali, bukan saja
bangunannya yang kokoh, besar dan megah, bahkan merek
kata-kata "ISTANA HARTA" yang tergantung diatas
pilarpun terbuat dari emas murni.
Cukup ditinjau dari hal tersebut, sudah bisa dibayangkan
berapa banyak emas yang tersimpan didalam istana harta
ini. "Cu-heng !" mendadak pemuda itu seperti telah teringat
akan sesuatu. "Aku ada satu persoalan yang hendak
ditanyakan kepadamu !"
"urusan apa ?" "Istana harta ini sudah dubuka berapa lama ?"
"Kurang lebih ada puluhan tahun lamanya"
"Darimnakah pihak istana harta ini memperoleh uang
emas yang begitu banyak " sekalipun emas mereka banyak
bagaikan gunung, perak mereka berlimpah bagikan
samudera, tetapi kalau dipakai terus bukankah akhirny akan
habis ?" "Pertanyaan yang kau ajukan sangat bagus sekali. Tetapi
kau jangan kuatir, walaupun Istana Harta ini sudah dibuka
selama puluhan tahun lamanya, tetapi belum pernah
mengalami kehabisan atau kekurangan uang, sedangkan
sumber uang mereka ".. seperti juga kau, aku sendiripun
tidak tahu." Perlahan-lahan Pek Thian Kie mengangguk.
Misteri Rumah Berdarah Karya Tjan I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Cu Tong Hoa segera berkelebat menuju kearah pintu
besar diatas tangga batu, lalu dengan tenangnya dia
menghampiri orang lelaki berpakaian perlente yang berdiri
didekat pintu. Usia kedua orang perlente itu kurang lebih tiga puluh
tahunan, jalan darah"Thay Yang Hiat" diatas keningnya
menonjol tinggi-tinggi, sekali pandang dapat diraba bila
tenaga Iweekang mereka sangat luar biasa.
Ketika Cu Tong Hoa tiba didepan pintu, lelaki
berpakaian perlente yang berada disebelah kanan segera
menggerakkan pedangnya menghadang.
"Kawan tunggu sebentar," serunya sembari menjura
"Ehmmmm ".!"
"Kau dating kemari, apakah hendak minta uang ?"
"Betul !" "Sungguh maaf !" seru lelaki berpakaian perlente itu lagi
setelah memandang tajam keseluruh wajah Cu Tong Hoa.
Istana kami selamanya tidak suka memberi uang kepada
kum pengemis, jika kau menginginkan uang lebih baik pergi
sana minta kelain tempat saja !"
"Kenapa ?" "Karena menurut peraturan istana kami hanya memberi
pinjaman kepada kawan-kawan Bu-lim saja"
"Air muka Cu Tong Hoa segera berubah hebat.
"Bagaimana kau bisa tahu aku bukan kawan-kawan dari
kalangan Bu-lim ?" teriaknya gusar
Lelaki berpakaian perlente itu agak melengak juga
dibuatnya, tetapi sebentar kemudian ia sudah tersenyum
kembali. "Aaakh ". Kalau begitu maaf, hamba ada mata tak
berbiji, harap kawan jangan marah dibuatnya."
"Hmmmmm ! lain kali jika sampai begitu lagi, akan
kutebas dulu sepasang kakimu"
"Sebelum kalian masuk kedalam ruangan, aku ingin
bertanya dulu akan sesuatu hal. Sudah tahukah kau akan
peraturan yang berlaku didalam istana harta ini ?"
"Tahu !" "Coba kau sebutkan !"
"Bukan kawan dari kalangan Bu-lim dilarang meminjam.
Dan asal-usul perguruan tidak jelas juga dilarang
meminjam." "Betul, lalu tahukah kau ada beraapa macam cara untuk
meminjam uang ?" "Sudah tentua aku tahu."
"Coba kau sebutkan."
"Kesemuanya dibagi menjadi lima golongan, golongan
yang pertama termasuk dalam golongan "Putih" dan bagian
ini diperuntukkan bagi kawan-kawan kangouw yang sering
berkelana jumlah uang diberikan dapat diatur oleh pihak
istana. Golongan kedua adalah "Hijau". Dari pihak istana
kirim wakil untuk bergebrak dengan orang itu, jika menang
mendapat hadiah seratus tail perak. Golongan ketiga adalah
"Hijau tua" yang menang memperoleh hadiah seribu tail
perak. Golongan keempat adalah "Biru" yang menang
memperoleh hadiah seribu tahil emas murni. Dan golongan
yang terakhir "Merah" yang menang memperoleh hadiah
lima ribu tahil emas murni."
"Perkataanmu sedikitpun tidak salah." Si lelaki perlente
itu tertawa. "Lalu kawan bersiap-siap hendak memasuki golongan
yang mana ?" "Golongan Hijau tua !"
"Hmmmm ! dengan mengandalkan beberapa jurus cakar
ayammu apa kau merasa yakin sanggup untuk
menerobosnya ?" "Buat apa saudara begitu memandang rendah diriku "
berhasil atau tidak bukankah besok pagi bisa kau ketahui
sendiri ?" "Baiklah ! Kalian ikut diriku, silakan !"
Tanpa banyak bacot lagi, dengan langkah lebar, Cu Tong
Hoa segera berjalan masuk kedalam istana, Pek Thian Kie
yang ada di belakangnya buru-buru mengikuti pula.
Mendadak ?"". "Eeeei ". Kau mau apa ?" seorang lelaki perlente yang
lain sudah meloncat kedepan menghadang jalan perginya."
"Kawan ! kau jangan cari gara-gara dia adalah saudaraku
!" teriak Cu Tong Hoa cepat sambil putar badannya
Sinar mata lelaki tersebut berkilat ".. agaknya ia rada
ragu-ragu untuk bertindak.
"Ia tidak termasuk orang Bu-lim bukan ?" serunya
kemudian "Betul !" "Kalau begitu maafkan kami terpaksa tak dapat
membiarkan dia untuk ikut masuk."
"Dia datang kemari mengikuti diriku, kau hendak suruh
dia pergi kemana untuk beristirahat ?" teriak Cu Tong Hoa
tertawa. "Kawan ! Lebih baik kau lepaskan dirinya, besok kami
tak tak akan lupa untuk membagikan sedikit upah
untukmu." "Soal ini ".. heee ".heee"..heeee ?". Baiklah !
untuk kali ini biarlah aku sedikit melanggar kebiasaan."
Demikianlah, dibawah pimpinan lelaki berbaju perlente
itu Cu Tong Hoa serta Pek Thian Kie berjalan masuk
kedalam ruangan tengah. Didalam, sekali pandang saja Pek Thian Kie segera
dibuat melengak dan berdiri termanggu-manggu oleh
keadaan disana. Ruangan tersebut dibangun amat kekar, kokoh dan
megah, kemewahannya jauh melebihi istana kaisar, intan
permata, barang-barang antic yang mahal harganya
berserakan dikeempat penjuru, jumlahnya sangat banyak
dan benar-benar membuat orang merasa kurang percaya.
Cukup dibicarakan dari permata-permata yang
ditaburkan dikedua belah tiang pilar batu pualam ditengah
ruangan, sudah terdiri dari berpuluh-puluh butir, sedang
kata-kata "Menolong kaum miskin" yang terpancang di
tengah ruangan tersebutpun terbuat dari deretan intan
berwarna merah yang diatur rapih menjadi bentuk huruf.
Disebelah depan ruangan tersebut terdapat sebuah
ruangan kecil yang dihuni oleh seorang kakek tua berusia
enam puluh tahun. ----------- ooo O ooo ----------Bab 3 SI LELAKI berbaju perlente itu langsung membawa Cu
Tong Hoa berdua kehadapan kakek tersebut.
"Cungkwee, ada seorang kawan dating kemari untuk
pinjam sedikit uang !" lapornya.
"Ehmmmmm ?". Sudah tahu !" sahut kakek itu tanpa
mendongakkan kepalanya. Menanti lelaki berbaju perlente itu sudah mengundurkan
diri, perlahan-lahan si kakek tua itu baru mengalihkan sinar
matanya keatas wajah Cu Tong Hoa serta Pek Thian Kie.
"Siapa diantara kalian berdua yang hendak pinjam uang
?" tanyanya kaku, nada suaranya sangat dingin seperti
berada di dalam gudang es.
"Aku !" sahut Cu Tong Hoa singkat
"Mau pinjam berapa ?"
"Seribu tahil perak!"
"Apa ?" agakmya si kakek tua tersebut merasa
terperanjat setelah mendengar jumlah tersebut, sekali lagi ia
mengulangi pertanyaan : "Kau ingin pinjam berapa ?"
"Seribu tahil perak !"
"Bocah Sungguh besar amat kantong nasimu,
perkataanmu betul-betul berada diluar dugaanku, bagus "..
bagus sekali, bukan peraturan yang berlaku didalam istana
harta ini bila ingin mendapatkan uang sebesar seribu tahil
perak ?" "Sedikitpun tidak salah, aku sudah menyelidiki dengan
jelas semua hal-hal yang perlu"
"bagus sekali, siapakah namamu ?"
"Cu Tong Hoa !"
"Umur ?" "Delapan belas tahun"
"Asal perguruan ?"
"Tongcu urusan begitu luas, perkumpulan Kay-pang
diluar perbatasan !"
Air muka si kakek tua itu kelihatan sedikit berubah,
agaknya ia dibuat terperanjat oleh sepatah kata yang
diucapkan oleh Cu Tong Hoa barusan ini, karena nama dari
perkumpulan "Kay-pang" diluar perbatasan memang amat
terkenal sekali di seluruh dunia persilatan.
Kabarnya pangcu mereka Bian Ih kay-ong atau si Raja
pengemis berpakaian perlente mengutamakan kelihayannya
didalam permainan ilmu jari yang sangat lihay.
Pemuda ini kalau memang sudah mengaku sebagai
Tongcu urusan bagian luar dari perkumpulan Kay-pang,
maka kepandaian yang ia miliki tentu bukan sembarangan
lagi. Terpaksa si kakek tua itu tersenyum.
"Tempo dulu akupun mempunyai kesempatan untuk
berkenalan dengan Pangcu kalian, entah bagaimana
keadaan dari Pangcu kalian kini ?"
"Bagus ?".. bagus ?" ia sangat bagus !"
"Tahun ini berapa usia Pangcu kalian ?"
Agaknya ia sedang mengecek kebenaran dari pengemis
muda itu. "Tujuh puluh enam tahun !"
Mendengar jawaban tersebut si kakek tua itu lantas
mengangguk, sinar matanya mulai beralih keatas wajah Pek
Thian Kie. "Dan Siapakah saudara ini ?"
"Dia adalah kawanku."
"Berasal dari mana ?"
"Ia tak mengerti akan ilmu silat, aku piker dia orang
tentunya tak mempunyai suhu, karena perjalananku kali ini
berangkat bersama-sama dengan dia, maka iapun ikut aku
dating kemari ".."
"Tidak bisa jadi !" belum habis pengemis muda itu
menyelesaikan kata-katanya, si kakek tua tersebut sudah
memotong. "Kenapa tidak bisa jadi ?" seru Pek Thian Kie
keheranan. "Istana kami hanya mengizinkan kawan-kawan dari
kalangan Bu-lim saja yang boleh masuk, kalau dia bukan
orang Bu-lim ?" maaf ! istana kami tak dapat melanggar
peraturan tersebut. "Apa kau suruh dia orang beristirahat ditempat terbuka
?" "Soal itu merupakan urusanmu sendiri, Istana kami tidak
mencampuri urusan pribadi orang lain!"
Nada ucapannya sangat tegas dan kaku, agaknya sama
sekali tiada maksud untuk memberi kesempatan kepada
pihak lawannya guna berunding.
Sebetulnya Pek Thian Kie tidak ingin berdiam disitu,
tetapi sekarang setelah dirasakan dibalik "Istana Harta" ini
agaknya masih tersembunyi suatu rahasia yang amat
mencurigakan, dalam hatinya lantas mengambil keputusan
untuk melakukan suatu penyelidikan yang teliti teka-teka
ini. Alasannya mudah sekali, karena jikalau majikan dari
istana harta ini memang seorang hartawan yang kerjaannya
berlimpah-limpah, maka tidak seharusnya ia membagibagina
harta kekayaannya itu kepada orang lain dengan
percuma. Pastilah dibalik kesemuanya ini sudah
tersembunyi sesuatu tujuan tertentu.
Dan bilamana sunguh-sungguh dibalik kesemuanya ini
ada tujuan yang sedang dinantikan, maka peristiwa ini tidak
gampang. Karena itu, dalam hatinya, ia lantas mengambil
keputusan untuk melakukan penyelidikan.
"Walaupun aku bukan orang asal Bu-lim," ujarnya
kemudian dengan sangat tenang. "Tetapi suhuku adalah
seorang yang sering berkelana didalam dunia kangouw".."
Beberapa patah kata yang diucapkan oleh Pek Thian Kie
barusan ini bukan saja membuat si kakek tua sang
Ciangkwee tersebut merasa kaget, sekalipun Cu Tong Hoa
sendiripun merasa terperanjat. Bagi si pengemis muda itu
kejadian ini benar-benar berada di luar dugaannya.
"Oooooouw ?"?"siapakah nama suhumu ?" seru sang
kakek tua itu rada tertegun.
Menerima pertanyaan yang diajukan kepadanya ini,
sekarang gentian Pek Thian Kie yang dibuat termanggumanggu.
Bicara sesungguhnya hingga saat ini I sendiripun
tidak tahu siapakah nama suhunya.
Otaknya dengan cepat berputar keras, sejenak kemudian
ia baru memperoleh satu bayangan.
"Ia bernama "Hek Ih Kiam Khek" atau si jagoan pedang
berbaju hitam !" sahutnya.
"Jagoan pedang berbaju hitam" Agaknya didalam dunia
kangouw belum pernah didengar seorang jagoan yang
menggunakan gelar Semacam itu "
"Jagoan Bu-lim yang namanya tidak menonjol didalam
kalangan persilatan amatlah banyak jumlahnya, sekalipun
namanya terkenalpun belum tentu kau bisa mengenali dan
mengetahui seluruh jago-jago Bu-lim yang ada di kolong
langit pada saat ini."
"Perkataan dari saudara sedikitpun tidak salah, asalkan
didalam Bu-lim ada seorang yang bernama demikian
ditanggung dalam tiga hari mendatang, kami dari pihak
istana harta pasti berhasil menyelidiki dengan jelas."
Tetapi saudarapun harus ingat menurut peraturan istana
kami, barangsiapa yang berani berbohong, dia akan
dihukum mati." Diam-diam Pek Thian Kie merasakan hatinya bergidik
setelah mendengar perkataan tersebut tetapi diwadanya ia
masih tetap tenang tanpa menunjukkan sedikit perubahan
apapun. "kalau memang tiga hari kemudian kalian dapat berhasil
Misteri Rumah Berdarah Karya Tjan I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
mengetahui jelas gelar orang ini, lalu buat apa kau banyak
bacot lagi pada saat ini ?" sindirnya ketus.
"Bagus ".. bagus ?" lalu siapakah nama saudara ?"
"Pek Thian Kie ?". !"
"Apa" Pek ". Thian ?". Kie?"
Nada suara kakek tua itu rada gemetar dan bimbang, ia
menyebutkan nama Pek Thian Kie ini dengan suara yang
keras dan panjang. Agaknya ! disuatu tempat tertentu ia
pernah mendengar nama orang ini.
Pek Thian Kie sendiripun dibuat melengak oleh sikap
sang Ciangkwee tersebut. "Betul ".. apa yang tidak benar ?" serunya
"Aaaakh ". Tidak ada apa-apa yang tidak benar, aku
Cuma merasa disuatu tempat agaknya sudah pernah
mendengar nama orang itu ?"."
"Sungguh kebetulan sekali !"
"Hmmmm ! Kemungkinan memang suatu kejadian yang
kebetulan." Sahut sang kakek tuaitu sambil tertawa dingin
tiada hentinya. "Tetapi kalau memang suhu saaudara adalah seorang
Bu-lim, mengapa kau tidak mengerti akan ilmu silat ?"
"Soal ini sudah tentu ada alas an-alasannya. Menurut
suhuku keadaan didalam dunia kangouw sangat berbahaya,
bilamana belajar ilmu silat maka pada suatu hari ada
kemungkinan bakal menemui ajal dibawah hantamanan
orang lain, maka beliu suruh aku belajar membacsa dan
bersyair saja, agar dikemudian hari berhasil merebut
kedudukan yang layak di Ibukota."
"Oooooouw ?" kiranya begitu, berapa usia saudara ?"
"Delapan belas!"
"Baiklah!" kata si kakek tua itu kemudian setelah
termenung dan berpikir keras beberapa sat lamanya."
Biarlah Istana kami sekali ini melanggar kebiasan, tetapi
didalam tiga hari kemudian istana kami baru berhasil
menyelidiki asal-usul serta perguruanmu, jikalau ucapanmu
ini ada sepatah kata saja yang berbohong, hati-hati saja
badan bakal pindah tuan."
"Soal ini kau boleh legakan hati, aku tak bakal melarikan
diri." "Hantar tamu kebelakang!" Teriak si kakek tua itu
kemudian setelah mendehem berat.
Diiringi suara bentakan tersebut, dari belakang ruangan
muncullah seorang lelaki berbaju perlente yang langsung
berjalan menuju kehadapan si kakek tua sang Ciang Kwee
tersebut. "Hamba nantikan perintah." Katanya
"Hantar kedua orang kawan ini untuk beristirahat."
"Baik!" perlahan-lahan lelaki itu menoleh kearah Cu
Tong Hoa serta Pek Thian Kie.
"Kalian berdua silakan mengikuti diriku ".."
Selesai berkata pertama-tama ia berjalan terlebih dulu
menuju keruangan sebelah belakang.
Setelah melewati ruangan besar dan melewati sebuah
serambi yang amat panjang, sampailah mereka didepan
sebuah halaman yang penuh berisikan kamar-kamar.
Akhirnya lelaki itu memimpin kedua orang tersebut
menuju kedalam salah satu kamr lalu kepada mereka
berdua ujarnya : "Kalian berdua silajan beristirahat, bila ada urusan
silakan perintahkan saja."
"Ehmmm "..! Kau boleh berlalu." Sahut Cu Tong Hoa
sambil mengangguk perlahan.
Setelah si lelaki berbaju perlente itu mengundurkan diri,
Pek Thian Kie mulai mengalihkan sinar matanya menyapu
sekejap keseluruhan ruangan kamar itu. Tampaklah
olehnya walaupun kamar ini tidak begitu besar, tetapi
sangat nyaman, bersih dan menyenangkan.
"Cu-heng, aku ada satu urusan yang hendak minta
petunjuk." Ujarn Pek Thian Kie kemudian memecahkan
kesunyian. "Ada urusan apa ?"
"Mengapa kita harus menanti sampai besok ?"
"Menanti dibuktikan dulu asal-usul kita yang
sebenarnya." Setelah memperoleh jawaban itu, Pek Thian Kie baru
mengerti keadaan yang sebenarnya, segera tanyanya
kembali : "Apakah sungguh-sungguh ada orang yang
berhasil memperoleh uang dari dalam Istana Harta ini ?"
"Ada!" "Banyak sekali?"
"Tidak begitu banyak, tetapi juga tidak begitu sedikit."
"Jikalau didalam pertandingan kita nanti kalah bergebrak
?" Tanya sang pemuda itu kembali sambil tertawa-tawa.
"Gampang sekali, tetap tinggal didalam Istana Harta ini,
soal ini sudah dijadikan peraturan sejak dahulu."
"Bila semisalnya orang itu tidak mau tinggal disini"
"Oooouw ?" mudah ?". Tinggalkan dulu batok
kepalanya, setelah itu kau boleh berlalu dari sini."
"Kalau demikian adanya bukankah sama saja pihak
"Istana Harta" ini sedang mengumpulkan jago-jago lihay
dari Bu-lim dengan menggunakan harta kekayaan sebagai
umpan?" Semula Cu Tong Hoa rada tertegun, tetapi sebentar
kemudian ia sudah tertawa.
"Aduuuuuuh sayng ?"..! kiranya kau masih tidak jelek
dan mengerti juga akan soal ini."
"Acckh ?". Mana, mana ?".. Siauw-te hanya
menduga-duga saja sekenanya," buru-buru sahut pemuda
itu sambil tertawa rikuh.
"ada satu persoalan yang bagaimanapun juga aku harus
beritahukan kepadamu," ujar Cu Tong Hoa lebih lanjut
dengan wajah yang keren dan serius. "Kau ada seorang
manusia yang tidak mengerti akan urusan Bu-lim, lebih baik
kurangilah buka suara dan mengucapkan kata-kata yang tak
berguna sehingga jangan sampai mendatangkan banyak
kerepotan buat dirimu sendiri tentang soal ini aku percaya
tentunya kau tahu jelas bukan."
"Siaue-te akan ingat-ingat."
"Kalau begitu, kita harus beristirahat mulai sekarang,
besok pagi masih ada urusan lagi!"
Kembali Pek Thian Kie mengangguk tanda menyetujui
usul dari Cu Tong Hoa ini.
Didalam kamar itu terdapat dua buah tempat
pembaringan yang terpisah, demikianlah Pek Thian Kie
serta Cu Tong Hoa lantas masing-masing mengambil
sebuah tempat pembaringan yang terpisah untuk
beristirahat. Pek Thian Kie yang didalam benaknya masih diliputi
oleh berbagai persoalan, sampai tengah malam belum juga
bisa tidur, pikirannya berputar dan melayang entah kemana
?".. Sebaliknya Cu Tong Hoa begitu berbaring sebentar
kemudian sudah tertidur pulas, suara dengkurannya
bergema memecahkan kesunyian dan memberikan irama
yang amat lucu ditengah kesunyian.
Mendekati kentongan kedua, akhirnya Pek Thian Kie
baru berhasil tidur pulas.
Sekonyong-konyong ?"..
Pek Thian Kie tersadar kembali dari pulasnya oleh satu
suara yang amat perlahan sekali, suara tersebut berasal dari
pembaringan yang dibaringi oelh Cu Tong Hoa.
Buru-buru Thian-kie sedikit membuka matanya
menengok, nampaklah dengan gerakan yang sangat hatihati
Cu Tong Hoa merangkak turun dari atas
pembaringannya setelah memandang sekejap kearah Pek
Thian Kie dengan langkah yang hati-hati ia membuka
pintu, berjalan keluar ?".
Menemui kejadian semacam ini, diam-diam Pek Thian
Kie merasa amat terperanjat, ia merasa asal-usul Cu Tong
Hoa rada sedikit mencurigakan. Ia menduga pula
kedatangannya kedalam Istana Harta ini sama sekali bukan
dikarenakan hendak mintakan uang but dirinya, melainkan
dibalik kesemuanya ini masih tersembunyi satu persoalan
?". Agaknya ia hendak menyelidiki sesuatu.
Lama sekali Pek Thian Kie termenung, akhirnya satu
pikiran terlintas didalam benaknya.
Dengan cepat ia bangun berdiri, turun dari pembaringan,
lalu dengan gerakan sangat berhati-hati berjalan pula kearah
luar kamar. Baru saja tubuhnya hendak melangkah keluar, mendadak
sesosok bayangan manusia dengan kecepatan bagaikan kilat
sudah menerjang kearahnya, sehingga bertumbukkan
menjadi satu. Ditengah suara bentrokan yang amat keras tubuh Pek
Thian Kie kena terpukul mental enam, tujuh langkah
kebelakang. "Oooooouw kau ?" serunya kemudian
Ternyata orang yang baru saja menubruk kedalam
pangkuannya bukan lain adalah Cu Tong Hoa, hal ini
seketika itu juga membuat Pek Thian Kie merasa sangat
terperanjat. "Eeeei ?" kau bangun mau apa?" tegur Cu Tong Hoa
melengak ketika dilihatnya pemuda itupun sudah bangun.
"Aku ?" aku sedang mencari kau!"
"Mencari aku?" "Sewaktu aku terbangun dan melihat kau lenyap, maka
buru-buru aku lantas bangun untuk mencari dirimu ?""..
"Oooouw ?". Aku lagi pergi kencing!"
Pek Thian Kie menghembuskan napas panjang, diamdiam
pikirnya : "Aaaakh ?" ! kiranya Cu Tong Hoa lagi pergi kencing
?"..Tak terasa lagi ia mulai merasa geli atas sikapnya
barusan yang banyak menaruh curiga.
"Mari kita tidur! Hari sudah hampir terang tanah."
Terdengar Cu Tong Hoa kembali berseru.
Pagi hari sudah menjelang tiba!
Suara ketukan santar menyadarkan Pek Thian Kie serta
Cu Tong Hoa dari pulasnya.
"Siapa?" bentak Cu Tong Hoa perlahan sembari
meloncat bangun dengan kecepatan bagaikan kilat.
"Cu Tongcu, ada undangan."
Si pengemis muda ini segera mendekati pintu dan
membukanya perlahan-lahan, tampaklah si lelaki
berpakaian perlente yang menghantar mereka berdua
kekamar kemarin malam sudah berdiri didepan pintu.
"Tongcu ruangan hijau dari istana kami ada panggilan,"
katanya Selesai berbicara, tanpa banyak menunggu lagi, lelaki itu
segera putar badan dan memimpin Cu Tong Hoa menuju
kearah ruangan besar, lalu berputar dan masuk kedalam
sebuah ruangan lain dan masuk kedalam sebuah ruangan
lain yang jauh lebih besar dari ruangan semula.
Tampaklah didalam ruangan besar tersebut duduk
seorang kakaek tua bermata tunggal yang memakai pakaian
perlente, tidak usah ditanya lagi semua orang bisa menduga
kalau orang inilah yang merupakan Tongcu dari "Ruang
Hijau Tua" "Tongcu ! Kau orang mengundang cayhe ada keperluan
apa ?" seru Cu Tong Hoa sambil menjura kearah kakek tua
bermata tunggal itu. "Tidak berani, tidak berani ?" Mengenai asal-usul
saudara dari Pihak Istana kami sudah berhasil
menyelidikinya dengan sangat jelas. Agaknya kedatangan
saudara kedaerah Tionggoan ini bukanlah untuk pertama
kalinya, bukan ?" Cu Tong Hoa tertawa tawar
"Betul ! Kedatanganku kali ini adalah untuk kedua
kalinya." "Tempo dulu pada tanggal berapa kau dating kemari ?"
"Bulan ketiga, tiga tahun yang silam."
"Oooouw "." Kakek tua bermata tunggal itu tertawa.
"Entah ada keperluan apa sehingga saudara hendak
minta uang sebesar seribu tahil perak ?"
"Ini termasuk soal pribadiku"
"lalu tahukah kau bahwa untuk memperoleh seribu tahil
perak itu kau harus berhasil menangkis diriku terlebih
dahulu?" "Soal ini cayhe tahu."
"Bila kalah ?"?" seru kakek itu kembali sambil
tertawa mengejek. "Menggabungkan diri dengan Istana Harta kalian untuk
menjabat sebagai pembantu."
"Heeee?".heeeee?"..heeeee?"kalau kau sudah
tahu begitu jelas, akupun tidak usah banyak bicara lagi."
Kembali si kakek tua bermata tunggal itu tertawa dingin
tiada hentinya. "Pertempuran kita kali ini hanya bersifat
sebagsa pi-bu saja "."
"Sudah tentu, sudah tentu. Harap Tongcu suka turun
tangan agak ringan terhadap diriku."
Kakek tua bermata tunggal tidak banyak bicara lagi,
sembari tertawa dingin ia bangun berdiri kemudian sedikit
menggerakkan badannya melayang kehadapan Cu Tong
Hoa. "Silakan!" seru Cu Tong Hoa sambil menjura
Begitu perkataan tersebut diucapkan keluar, tubuh si
kakek tua bermata tunggal ini dengan kecepatan laksana
anak panah yang terlepas dari busur meluncur kedepan,
telapak tangannya dengan dasyat mengirim satu pukulan
gencar membabat tubuh musuh.
Dengan amat gesit Cu Tong Hoa segera menyingkir
kesamoing, tangan kanannya buru-buru diangkat untuk
menangkis datangnya serangan lawan.
Sesaat Cu Tong Hoa menyingkir kesamping itulah,
serangan yang kedua maha dasyat dari pihak lawan kembali
sudah menyapu dating, serangan kali ini jauh lebih hebat
dari pada serangan pertama.
Agaknya Cu Tong Hoa sama sekali tidak menduga
bahwa ilmu kepandaian pihak lawan bisa sedemikian tinggi,
tubuhnya tak kuasa lagi kena tergetar mundur dua langkah
kebelakang.
Misteri Rumah Berdarah Karya Tjan I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Tetapi didalm waktu yang amat singkat itu pula serangan
yang kedua sudah menyapu kembali.. bayangan manusia
berkelebat simpang siur, angina pukulan menderu-deru
membuat suasana diempat penjuru jadi panas dan membuat
pernapasan menjadi sesak. Hanya didalam sekali bentrokan
saja masing-masing pihak sudah saling mengirim dua buah
pukulan kearah musuhnya, cukup ditinjau dari hal ini
sudah cukup menunjukkan bahwa tenaga dalam yang
mereka miliki ternyata seimbangn.
Mendadak Cu Tong Hoa membentak keras, tubuhnya
mencelat ketengah udara kemudian langsung menyerang
kearah depan. Didalam situasi yang amat kritis dan
berbahaya itulah berturut-turut ia telah mengirim tiga buah
serangan berantai kearah depan.
Ketiga buah jurus serangan tersebut telah menggunakan
hampir seluruh tenaga Iweekang yang dimilki Cu Tong Hoa
selama ini, kedasyatannya juga bukan alang kepalang lagi.
Tak kuasa lagi si manusia aneh bermata tunggal itu kena
terdesak mundur empat, lima langkah kebelakang, dengan
susah payah akhirnya ia baru berhasil menghindarkan diri
dari teteran pihak musuh.
Bayangan telapak taangan salaing berkelebat, hawa
Iweekang saling menghantam, menyambar dan membabat
memenuhi empat penjuru hanya didalam sekejap saja
sepuluh jurus telah berlalu.
Perlahan-lahan Pek Thian Kie yang berdiri disamping
kalangan pertempuran menarik kembali sinar matanya, ia
percaya tenaga dalam yang ia miliki sendiri masih jauh
lebih rendah satu tingkat jika dibandingkan dengan tenaga
dalam yang dimiliki oleh Cu Tong Hoa, maka itu ia percaya
ada sembilan bagian kemenangan ada ditangan pihak
pengemis muda tersebut. Mendadak ?". Diiringi suara bentakan keras yang gegap gempita tubuh
Cu Tong Hoa berputar kencang ditengah udara, lalu
melayang mundur kearah belakang.
"Tongcu, terima kasih atas kemurahan hatimu," serunya
sambil tertawa dingin. Paras muka si manusia aneh bermata tunggal itu berubah
hebat, selintas senyuman paksa mulai menghiasi bibirnya.
"Ehmmmm ?". Kepandaian ilmu silat saudara betulbetul
sangat mengagumkan!" pujinya
"Terlalu memuji, kesemuanya ini bukan kah disebabkan
Tongcu suka bermurah hati ?"."
"Hmmmm ! apakah uang tersebut hendak saudara ambil
sekarang juga ?" "sedikitpun tidak salah, lebih baik diberi uang emas saja,
sehingga rada gampang untuk membawanya ?"
"Bagus sekali !"
Demikianlah, si manusia aneh bermata tunggal itu lantas
memerintahkan sang Ciangkwee untuk menyediakan uang
seribu tahil perak menjadi beberapa batang emas murni
untuk diserahkan ketangan Cu Tong Hoa.
"Pek-heng !" kata si pengemis itu kemudian sambil
melirik sekejap kearah Pek Thian Kie. "Mari kita segera
berangkat" Mendengar ajakan tersebut agaknya Pek Thian Kie
dibuat rada tertegun, kini ia sudah tiba disini, sebelum
urusan selidikan jelas mengapa ia malah bermaksud hendak
pergi " Peristiwa ini betul-betul rada mengherankan.
Baru saja ucapan Cu Tong Hoa selesai diutarakan,
mendadak sang Ciang Kwee yang ada disamping sudah
menimbrung : "Cu Tongcu ! Kau hendak berlalu silakan berlalu, tetapi
saudara ini masih harus tetap tinggal disini."
"Mengapa?" "Asal-usulnya belum berhasil kami selidiki jelas."
"Jika kalian tak berhasil menyelidikinya, apakah kita
diharuskan menanti setahun lamanya ?"
"Heeeee ?".. heeeeeee ?"".heeeee ?" Cu Tongcu
! Tentunya kau mengetahui keadaan disini bukan"
Peraturan Istana harta selamanya tidak pernah menahan
tetamunya melebihi tiga hari ?"."
"Heeeee ?".. heeeeeee ?"".heeeee ?"baiklah, biar
kita tunggu dua hari lagi!" sahut Cu Tong Hoa kemudian
tertawa dingin. Perubahan yang dilakukan oleh Cu Tong Hoa secara
mendadak ini benar-benar berada diluar dugaan Pek Thian
Kie, karena keinginan si pengemis tersebut untuk tetap
tinggal didalam "Istana harta" amat jelas sekali. Kalau
tidak, bukankah ia bisa tinggalkan emas itu, kemudian
berlalu sendiri. ----------- ooo O ooo ----------Jilid 2 Bab 4 Rasul Peronda Istana Harta
DIDALAM HATI Pek Thian Kie sendiripun paham
bahwa tujuan Cu Tong Hoa membawa serta dirinya
memasuki "Istana harta" bukanlah dikarenakan ingin
mencarikan uang buat dirinya, sebaliknya ia sengaja
mendatangkan suatu persoalan yang sukar bagi pihak
"Istana Harta" agar bisa mengambil kesempatan tersebut
tinggal lebih lama lagi di istana.
Bila dugaannya tidak meleset, lalu apa tujuan Cu Tong
Hoa datang kemari " Agaknya asal-usul dari pengemis
inipun masih merupakan suatu tanda Tanya.
Sementara berpikir keras beberapa saat lamanya, tak
terasa lagi pemuda ini sudah berseru :
"Cu-heng, kau boleh berangkat sendiri terlebih dulu."
"Apa maksud perkataanmu ?" teriak Cu Tong Hoa rada
tertegun lalu tertawa, paksa.
"Kau adalah seorang yang sedang menderita sakit,
bagaimana mungkin aku boleh berangkat dulu seorang diri
" Apalagi kaupun bisa masuk kesini karena aku yang
menyeret, bagaimanapun juga aku tak bisa melepaskan
dirimu sedemikian saja !"
"Aaaakh " kalau begitu, aku harus mengucapkan
banyak terima kasih atas perhatian Heng-thay!"
Sembari berkata, mereka berdua bersama-sama
berangkat menuju kepintu luar.
Ketika Pek Thian Kie serta Cu Tong Hoa sudah berlalu
dari sana, dari balik ruangan rahasia dibelakang ruangan
besar itu mendadak terbukalah sebuah pinyu kecil dan
muncullah seorang kakek tua berwajah merah.
"Tecu mengunjuk hormat buat Cong koan !" ketika
melihat munculnya orang itu. Si kakek bermata tunggal
buru-buru menjura memberi hormat.
"Hmmmm! Bagaimana?" dengus kakek berwajah merah
itu dingin, kaku. "Tecu ?" untuk beberapa waktu tecu masih belum
berhasil mendapat tahu benarkah dia orang atau bukan!"
"Lalu siapakah Cu Tong Hoa itu" Apakah dia orang
memang benar-benar menjabat sebagai Tongcu bagian
urusan luar dari perkumpulan kay-pang ?"..?"
"Kemungkinan sekali bukan, menurut surat keterangan
yang dikirim dating melalui burung merpati. Katanya pada
lima hari yang lalu Cu Tong Hoa masih berada didalam
perkumpulan Kay-pang. Sekalipun ia bisa melakukan
perjalanan cepat pun masih harus membutuhkan sepuluh
hari sampai setengah bulan lamanya baru bisa tiba disini."
"Lalu siapakah sebetulnya dia orang" Dan bagaimana
dengan asal-usulnya yang sebetulnya?"
"Saat ini tecu sedang perintahkan orang kita untuk
melakukan penyelidikan yang lebih teliti!"
"Ehmmm "..!" si kakek berwajah merah itu mendengus
berat. "Perhatikan orang yang diberitakan selama ini!"
"Baik!" "Hmm! Aku punya cara sendiri ".."
Kita balik pada Pek Thian Kie serta Cu Tong Hoa
sekeluarnya dari ruangan hijau", sesampainya kembali
didalam ruangan besar mendadak terdengar suara yang
amat gaduh berkumandang memenuhi seluruh angkasa.
Ketika mendongakkan kepalanya memandang, maka
taampaklah seorang nenenk tua berpakaian kembang
sedang ribu dengan si lelaki berpakaian perlente yang
berjaga didepan pintu, suara dari nenek tu itu merengek
hampir mendekati setengah menangis.
"Saudara, kau sukalah berbuat baik terhadap diriku. Aku
"..aku benar-benar tak dapat menyebutkan siapakah
namaku ".. kalau tidak, maka musuh akan turun tangan
membinasakan diriku ?""
"Tidak bisa jadi!"
"Saudara, tolonglah diriku sekali ini saja "."
"Nenek celaka! Apa kau tuli haaaa" Aku sudah berkata
tidak bisa tetap tidak bisa ".."
" ?"?"?"?"?""
Pek Thian Kie mendengar perkataan tersebut, air
mukanya kontan berubah hebat. Ketika, ia melirik sekejap
kearah Cu Tong Hoa, maka tampaklah air mukanya sudah
berubah hijau membesi, selintas hawa nafsu membunuh
mulai menghiasi wajahnya.
Melihat hal tersebut didalam anggapan Thian Kie,
tentunya si pengemis muda ini sudah dibuat gusar oleh
sikap lelaki berpakaian perlente tersebut.
"Hmmm istana harta tidak lebih hanyalah merupakan
suatu perkumpulan kaum bajingan yang tahunya memeras
dan menghina yang lemah dan miskin "."
"Tua bangka! Kau hendak mencari mati "." Teriak
lelaki berpakaian perlente gusar.
"Aku si nenek tua sudah hidup tujuh puluh delapan
tahunan, sekalipun mati, apa yang patut disayangkan lagi
?"?"?" Kalau memang kalian ada maksud membagikan
harta, kenapa orang-orang yang diberi harus ditentukan
dulu ?" kalian memang manusia terkutuk ".."
"Nenek sialan! Memangnya kau sudah bosan hidup "."
Perkataan tersebut belum selesai diucapkan, lelaki
berpakaian perlente itu sudah menggerakkan badannya
meluncur kearah si nenek tua tersebut, telapak tangannya
dengan disertai angina pukulan yang menderu-deru segera
dibabatkan kearah depan. Pek Thian Kie yang melihat kejadian ini air mukanya
kontan saja berubah hebat.
"Heee"..heeeeee?"heeee ".. Pek-heng! Mari kita
kembali kekamar saja!" seru Cu Tong Hoa ketika itu sambil
tertawa. Pek Thian Kie yang mendengar ajakan tersebut segera
merasakan peristiwa sedikit ada diluar duagaan,
kebanyakan orang-orang yang menyebut dirinya pendekar,
seorang lelaki sejati tentu akan turun tangan membantu
mereka-mereka yang sedang menghadapi bahaya, apalagi
jika ditinjau dari selintas hawa nafsu membunuh yang
menghiasi wajahnya tadi. Tapi mengapa sekarang ia malah
batalkan maksudnya "
Berpikir akan hal tersebut Pek Thian Kie merasakan
hatinya semakin keheranan.
"Cu-heng, daia "."
"Lebih baik kita jangan terlalu banyak ikut campur
dengan urusan orang lain, ayoh mari masuk!"
Selesai berkata tanpa mengubris dir Pek Thian Kie lagi,
ia sudah berjalan terlebih dahulu menuju ke ruangan
belakang. Melihat sikap kawannya ini, Pek thian Kie jadi
melengak, tetapi sebentar kemudian iapun mengikuti pula
dari belakang Cu Tong Hoa berjalan masuk kedalam.
Didepan pintu besar, si lelaki berpakaian perlente itu
masih bergebrak amat seru melawan si nenek tua
berpakaian kembang tersebut. Siapun diantara mereka
berdua tak ada yang suka mengalah.
"Berhenti!" mendadak serentetan suara bentakan dengan
amat dingin bergema memenuhi angkasa.
Tampaklah si kakek tua berusia enam puluh tahun yang
bertindak sebagai Ciang-Kwee sudah melayang keluar.
Ditengah suara bentakan yang amat keras dari si orang
tua itu kedua orang tersebut segera berhenti bergebrak.
"Kau si nenek tua betul-betul tidak tahu diri ".." bentak
kakek itu dengan gusar. "Siapa kau?" "Aku adalah Ciang-Kwee dari Istana Harta!"
Tangan kanan si nenek tua berpakaian kembang itu
segera diulurkan kedepan, tetapi sebentar kemudian dengan
terburu-buru ditariknya kembali kebelakang.
"Ciang-kwee, kau berbuatlah baik buat diriku untuk kali
ini!" katanya setengah merengek.
Air muka Ciang-kwee tersebut berubah hebat, wajahnya
berubah hijau membesi. "Baik ".. baik ".. baik ?" serunya gugup.
"Memandang dari usiamu yang sudah amat tua, untuk
kali ini biarlah aku melanggar kebiasaan memberi izin
kepadamu untuk masuk."
"Aakh"! Kau sungguh seorang yang sangat baik!"
Dengan berlangsungnya kejadian ini kedua orang lelaki
berpakaian perlente itulah yang dibuat kebingungan
setengah mati, dengan ketolol-tololan mereka berdua berdiri
ditengah kalangan. "Popo, silakan masuk!" terdengar Ciang-kwee lojin
mempersilakan perempuan tua itu masuk dengan sikap
yang sangat hormat. Dengan langkah yang semampai dan sempoyongan
nenek tua berpakaian kembanan itu berjalan masuk
kedalam ruangan, sesampainya disuatu tempat yang sunyi,
mendadak Ciang-kwee lojin dengan nada gemetar berkata :
"Maaf, tecu ada mata tak berbiji, sehingga tidak
mengetahui ?"" "Sudah, sudahlah ". Dimana Tong Tiong-koan?"
"dalam ruangan Merah!"
Sejak Ciang-kwee lojin menemui diri nenek tua tersebut,
sikapnya jadi amat takut-takut seperti tikus menghadapi
kucing saja, sikapnya amat menghormat bahkan sampai
menghembuskan napas berat-beratpun tidak berani.
"Bawa aku menuju keruangan Merah!"
"Baik!"
Misteri Rumah Berdarah Karya Tjan I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Dengan cepat tanpa banyak berpikir lagi Ciang-Kwee
lojin tersebut segera membawa sang nenek tua menuju
"Ruangan merah" kiranya didalam "Istana harta"
semuanya dibagi menjadi lima buah ruangan, masingmasing
ditandai dengan warna putih, hijau, hijau tua, biru
dan merah. Didalam setiap ruangan tersebut terdapat pula sebuah
ruangan yang sangat besar. Dan keadaan dari ruangan
merah ini mirip sekali dengan keadaan didalam "ruangan
hijau tua" Ketika mereka berdua telah memasuki ruangan merah, si
Ang Bian Lojin, si penguasa ruangan tersebut sewaktu
melihat munculnya mereka air mukanya kontan berubah
hebat. "Ada urusan apa?" Tanyanya sambil buru-buru meloncat
bangun. "Lapor congkoan. Sang Rasul peronda Istana dating
berkunjung!" "Apa?" air muka si kakek tua berwajah merah ini
berubah semakin hebat. "Ach ". Maaf "..maaf, cayhe tak thu atas kunjungan
kehormatan dari rasul Peronda Istana ".."
"Sudah, sudahlah ?""
"Cdayhe sudah menyambut kurang pantas, masih
mengharapkan Sin-si memaafkan dosa-dosaku."
Paras muka nenek tua itu berubah jadi semakin tawar
dan sama sekali tidak menunjukan sedikit perubahanpun.
"Tong It San!" bentaknya dingin.
"Dari ruang Cong-tong sudah dikirim sepucuk surat
perintah melalui burung merpati, bagaimana dengan
pekerjaan yang sudah diperintahkan?"
"Maaf, tecu masih belum berhasil menemukan suatu titik
terang apapun "."
"Kurang ajar! Jadi kau anggap kami hanya membayari
dirimu untuk makan tidur seenaknya "."
"Benar ".. benar ".!"
"Hmmmm! Hanya sedikit urusan yang amat sepele saja,
kau sudah tak becus. Kau ".."
"Harap Sin-si suka mengampuni dosaku."
"Kau tahu, apa maksudku dating kemari?"
"Cayhe kurang jelas, harap Sin-si suka memberi sedikit
penjelasan." "Terus terang aku beritahu kepadamu, dia sudah
memasuki Istana kita, bahkan sumber berita ini boleh
dipercaya, selama beberapa hari nini bukan saja dari kedua
istana yang lain, bahkan jago-jago yang sudah lama tidak
pernah munculkan diripun, kini sudah pada berdatangan
kedalam istana kita. Bilamana pihak kita tak berhasil
menghadapi mereka, bukan saja Istana kita bakal tutup
pintu untuk selamanya mungkin badan serta kepala kitapun
bakal terpisah dari tempat semula."
"Baik ".. baik ".baik ". Tentu cayhe akan bekerja
lebih hati-hati dan waspada lagi."
"darimakah asal-usul dari kedua orang bocah barusan
itu?" teriak si nenek tua itu lagi.
Dengan amat hormat sekali"Hiat kui So" atau si Setan
Berdarah Tong It San segera memberi penjelasan asal-usul
kedua orang itu. "Hmmmm! Tidak salah." Seru nenek tua tersebut
kemudian dengan sinis setelah mendengar penjelasan itu.
"Diantara mereka berdua, salah satu tentu terdapat orang
itu "." Ia merendek sejenak, kemudian tanyanya lagi :
"Bocah she Cu itu apa sudah berhasil mendapatkan
uang?" "benar!" "Ehmmmm "." Dengan wajah murung dan mata yang
dipicingkan nenek tua itu mulai kerutkan dahinya berpikir
keras, mendadak ia mendekati Tong It san dan membisiki
sesuatu kesamping telinganya.
Tampaknya Tong It san mengangguk-angguk tidak
hentinya. "Pengawal!" bentaknya keras
Seorang lelaki berpakaian perlente, dengan cepat
berkelebat masuk kedlam ruangan.
"Maknya." Teriak Tong It san lagi dengan nada gusar.
"Nenek tua ini memang benar-benar tidak tahu diri,
setelah diberi seratus tahil, ia masih tidak mau puas. Dia
orang sama sekali tidak berkepandaian, tapi ingin seribu
tahil juga ".. Hmmmm" Seret dia kebelakang biar ia
berpikir duklu hingga masak!"
"Baik!" Ditengah suara jeritan-jeritan dan makian-makian si
nenek itu, ia kena diseret lelaki berpakaian perlente tersebut
keruangan belakang. Ruangan belakang ini merupakan kamar-kamar yang
digunakan untuk menampung para jago-jago Bu-lim yang
khusus dating untuk minta uang, pada saat ini ditengah
ruangan besar sedang berkumpul berpuluh-puluh orang
jagoan yang sedang omomg-omong sambil buang waktu.
Ketika si nenek tua itu diseret masuk kedalam ruangan
sambil berteriak-teriak dan menjerit-jerit, seketika itu juga
telah memancing perhatian dari orangorang disekitar sana.
Ketika itu ".. Pek Thian Kie serta Cu Tong Hoa yang mendengar suara
teriak-teriak itu tak urung mengalihkan sinar matanya juga.
"Hmm! Tindakan Istana Harta terhadap si nenek tua
betul-betul rada keterlaluan." Seru Pek Thian Kie dengan
air muka berubah hebat. Mendengar kata-kata temannya, Cu Tong Hoa tertawa
tawar. Pada saat itulah terdengar si lelaki berpakaian perlente
itu sudah berseru kembali kepada nenek tua itu :
"Bagaimana keputusan kita terhadap dirimu, tunggu saja
sampai besok pagi" Selesai berkata tanpa menanti jawaban dari si nenek tua
itu lagi, ia lantas putar badan berlalu.
"Hei, bajingan yang tak berperasaan ". Kalian betulbetul
tidak punya Liang-sim ". Teriak nenek tua itu kalang
kabut. "Sungguh kejam tindakan kalian terhadap diriku.
?""." Bicara sampai disitu ia tak dapat membendung rasa sedih
didalam hatinya lagi, mulailah nenek itu menangis tersdusedu.
Sekonyong-konyong ?""
"Nenek tua, mengapa kau menangis?"" suara seseorang
berkumandang dating dari belakang tubuhnya.
Si Nenek tua itu segera mengalihkan sinar matanya
menyapu sekejap kearah orang itu.
Tampaklah seorang kakek tua berbaju hitam yang
usianya sudah hampir mendekati enampuluh tahunan
berdiri dengan amat gagah disana.
"Heeeeei ".. sudah tentu lau tidak akan tahu
kesusahanku "." Seru perempuan tua itu sedih.
"Aku ada keperluan yang mendesak dan ingin
meminjam seribu tahil perak dari Istana Harta ini ".. tetapi
ternyata ?". Ternyata mereka sudah menyusahkan diriku
".. kau bilang sungguh mangkelkan tidak ".."
"Untuk pinjam uang pada permulaan tahun rasanya
memang rada susah ". Eeei ?" nenek tua, bagaimana
kalau aku ramalkan dirimu" Ciba kita lihat apakah kau
berhasil memperoleh seribu tahil perak itu atau tidak "
"Haaaaaa ?".. kau sedang melamun sampai dimana "
jika aku punya uang untuk meramal, buat apa susah payah
datang kemari untuk minta pinjam uang?"
"Haaaaaa ?".. Haaaaaa ?".. Haaaaaa ?"..soal ini
kau boleh legakan hati," sahut si kakek hitam itu sambil
tertawa terbahak-bahan. "Aku tidak akab bersifat keras
kepala dan tidak punya Liang-sim. Orang-orang menyebut
diriku sebagai "Thiat Siepoa." Bagaimana kalau aku
ramalkan dirimu tnpa membayar?"
"bagus sekali!"
"Coba sekarang kau sebutkan tanggal kelahiranmu yang
lengkap." "Tapi ".. cocok tidak ramalanmu itu?"
"Bagaimanapun aku tidak akan minta uang darimu,
cocok atau tidak, mengapa tidak coba terlebih dahulu?"
"Baik ?" baik ".."
Demikianlah si nenek tua tersebut lantas beritahukan
tanggal kelahirannya kepada si kakek tua itu.
Selesai mendengar keterangan tadi, si kakek berbaju
hitam itu lantas pejamkan matanya berpikir.
"Aaakh ".. salah, salah ".." tiba-tiba teriaknya sengan
terperanjat. "Apa yang tidak benar ?"
"Menurut perhitunganku, bukan saja kau orang tiada
kesulitan didalam soal keuangan, bahkan kaupun
merupakan seorang yang popular dan mempunyai
kedudukan yang sangat terhormat ".."
"Kentut bau anjingmu ! Sedikitpun tidak cocok.
Omonganmu tidak hanya omongan anjing yang lagi
berkentut" maki nenek tua itu kalang kabut.
Mendengar makian tadi, kontan saja air muka si kakek
tua berbaju hitam itu berubah menjadi merah padam.
"Benar ?" benar ?". Tidak cocok, tidak cocok."
Serunya gugup. "Cuma ada satu hal yang bagaimanapun
juga aku hendak beritahukan dulu kepadamu, kemungkinan
besar bencana sudah berada diambang pintu ?"."
"Apa?" teriak nenek itu dengan mata terbelalak lebarlebar.
"Heeee?".heeee".. kemungkinan juga ramalanku itu
tidak cocok! Selesai berkata, ia lantas putar badan berlalu, hal ini
tentu saja membuat si nenek itu dengan perasan ketakutan
berdiri termanggu-manggu ditengah kalangan.
Sebaliknya Cu Tong Hoa yang selama ini berdiri disisi
kalangan, begitu melihat jalan peristiwa tersebut, segera
tertawa dingin tiada hentinya.
"Hmmmmm! Tidak disangka didalam Istana Harta
sudah berubah menjadi suatu tempat yang ditunggangi
harimau dan ditempati naga ?""
"Apa maksudmu ?" Teriak Pek Thian Kie terperanjat.
"Kau tidak bakal memahami soal ini, lebih baik tidak
usah banyak bertanya lagi ?"
Ketika itu, si kakek tua berbaju hitam itu sedang berjalan
mendekati diri Pek Thian Kie. Ketika ia tiba dihadapan
kedua orang bocah tersebut, langkahnya rada merendek,
sedang sinar matanya perlahan-lahan disapu sekejap keatas
wajah pemuda itu. Eeeeeei ".. bocah kurus, penyakit yang kau derita
sungguh parah sekali!" serunya.
"Apa?" saking terperanjatnya Pek Thian Kie sudah
menjerit kaget. "Aku mengatakan bila penyakitmu itu amat parah!" seru
si Kakek tua berbaju hitam kembali.
"Bagaimana kau bisa tahu ?"
"Aku sudah terbiasa memperhatikan mimic wajah setiap
orang dan pandai meramal ?"?"" eeeeei tulang Baykut
kurus siapa namamu?"
"Aku" Aku bernama Pek Thian Kie!"
"Pek ".. Thian ".. Kie ?"?"
"Sedikit tidak salah, aku memang bernama Pek Thian
Kie." "Heeeeei tulang bay-kut kurus, bagaimana kalau aku
ramalkan buat dirimu?"
"Ramalkan soal apa?"
"Sesukamu. Apa yang kau ingin tanyakan, apa yang kau
ingin ketahui semuanya dapat aku jawab dengan tepat."
"Haaaaaa ?".. kau sedang melamun sampai dimana "
jika aku punya uang untuk meramal, buat apa susah payah
datang kemari untuk minta pinjam uang?"
"Haaaaaa ?".. Haaaaaa ?".. Haaaaaa ?"..soal ini
kau boleh legakan hati," sahut si kakek hitam itu sambil
tertawa terbahak-bahan. "Aku tidak akab bersifat keras
kepala dan tidak punya Liang-sim. Orang-orang menyebut
diriku sebagai "Thiat Siepoa." Bagaimana kalau aku
ramalkan dirimu tnpa membayar?"
"bagus sekali!"
"Coba sekarang kau sebutkan tanggal kelahiranmu yang
lengkap." "Tapi ".. cocok tidak ramalanmu itu?"
"Bagaimanapun aku tidak akan minta uang darimu,
cocok atau tidak, mengapa tidak coba terlebih dahulu?"
"Baik ?" baik ".."
Demikianlah si nenek tua tersebut lantas beritahukan
tanggal kelahirannya kepada si kakek tua itu.
Selesai mendengar keterangan tadi, si kakek berbaju
hitam itu lantas pejamkan matanya berpikir.
"Aaakh ".. salah, salah ".." tiba-tiba teriaknya sengan
terperanjat. "Apa yang tidak benar ?"
"Menurut perhitunganku, bukan saja kau orang tiada
kesulitan didalam soal keuangan, bahkan kaupun
merupakan seorang yang popular dan mempunyai
kedudukan yang sangat terhormat ".."
"Kentut bau anjingmu ! Sedikitpun tidak cocok.
Omonganmu tidak hanya omongan anjing yang lagi
berkentut" maki nenek tua itu kalang kabut.
Mendengar makian tadi, kontan saja air muka si kakek
tua berbaju hitam itu berubah menjadi merah padam.
"Benar ?" benar ?". Tidak cocok, tidak cocok."
Serunya gugup. "Cuma ada satu hal yang bagaimanapun
juga aku hendak beritahukan dulu kepadamu, kemungkinan
besar bencana sudah berada diambang pintu ?"."
"Apa?" teriak nenek itu dengan mata terbelalak lebarlebar.
"Heeee?".heeee".. kemungkinan juga ramalanku itu
tidak cocok! Selesai berkata, ia lantas putar badan berlalu, hal ini
tentu saja membuat si nenek itu dengan perasan ketakutan
berdiri termanggu-manggu ditengah kalangan.
Sebaliknya Cu Tong Hoa yang selama ini berdiri disisi
Misteri Rumah Berdarah Karya Tjan I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kalangan, begitu melihat jalan peristiwa tersebut, segera
tertawa dingin tiada hentinya.
"Hmmmmm! Tidak disangka didalam Istana Harta
sudah berubah menjadi suatu tempat yang ditunggangi
harimau dan ditempati naga ?""
"Apa maksudmu ?" Teriak Pek Thian Kie terperanjat.
"Kau tidak bakal memahami soal ini, lebih baik tidak
usah banyak bertanya lagi ?"
Ketika itu, si kakek tua berbaju hitam itu sedang berjalan
mendekati diri Pek Thian Kie. Ketika ia tiba dihadapan
kedua orang bocah tersebut, langkahnya rada merendek,
sedang sinar matanya perlahan-lahan disapu sekejap keatas
wajah pemuda itu. Eeeeeei ".. bocah kurus, penyakit yang kau derita
sungguh parah sekali!" serunya.
"Apa?" saking terperanjatnya Pek Thian Kie sudah
menjerit kaget. "Aku mengatakan bila penyakitmu itu amat parah!" seru
si Kakek tua berbaju hitam kembali.
"Bagaimana kau bisa tahu ?"
"Aku sudah terbiasa memperhatikan mimic wajah setiap
orang dan pandai meramal ?"?"" eeeeei tulang Baykut
kurus siapa namamu?"
"Aku" Aku bernama Pek Thian Kie!"
"Pek ".. Thian ".. Kie ?"?"
"Sedikit tidak salah, aku memang bernama Pek Thian
Kie." "Heeeeei tulang bay-kut kurus, bagaimana kalau aku
ramalkan buat dirimu?"
"Ramalkan soal apa?"
"Sesukamu. Apa yang kau ingin tanyakan, apa yang kau
ingin ketahui semuanya dapat aku jawab dengan tepat."
"Bagus sekali ."
"Kalau begitu kau boleh tuliskan nama serta tanggal
kelahiranmu diatas kertas?"
"Kau tidak usah takut akan rahasiamu bocor dan
terjatuh ketangan orang lain?" kata si kakek tua berbaju
hitam itu sambil menyapu sekejap kearah Cu Tong Hoa.
Berapa patah perkataan ini seketika itu juga memaksa
Pek Thian Kie bergidik. Apakah si kakek tua berbaju hitam
ini memeang jelas akan asal-usulnya yang sebetulnya"
Berpikir hal itu, tak terasa lagi ia sudah menoleh Cu
Tong Hoa si pengemis muda tersebut.
"Cu-heng, bagaimana kalau kau menyingkir sebentar"
Pintanya Cu Tong Hoa tersenyum, sambil mengangguk ia lantas
berjalan mendekati si nenek tua tersebut ?"
Menanti si pengemis muda kawannya sudah pergi jauh.
Pek Thian Kie baru putar badan menghadap kearah si
kakek tua berbaju hitam tadi.
"Aku ternama Pek Thian Kie," sahutnya perlahan.
"Tahun ini baru berusia delapan belas tahun lahir pada
siang hari bulan tiga belas tanggal tiga belas!"
Si kakek tua berbaju hitam itu lantas berkemak-kemik
dan bergumam beberapa sat lamanya, mendadak ?"
"Tidak benar ?".. tidak benar ?"".!" Gumamnya
seorang diri. "Apa yang tidak benar?" jawab Pek Thian Kie benarbenar
merasakan hatinya bergidik.
"Antara namamu serta tanggal kelahiranmu sama sekali
tidak cocok!" "Aaaaaakh ?". Apa yang sudah terjadi ?"
"Nama yang kau gunakan sekarang bukan namamu yang
sesungguhnya!" "Apa?" saking kagetnya hampir-hampir pemuda itu
meloncat keatas. "Kau memang betul-betul dilahirkan pada tanggal tiga
belas bulan tiga, tetapi namamu bukan Pek Thian Kie!"
"Bagaimana kau bisa tahu?"
"Karena nama Pek Thian Kie tak dapat hidup hingga
sekarang ?" dia sudah mati!"
Kali ini Pek Thian Kie benar-benar dibuat terperanjat
dan ketakutan sehingga jantungnya terasa berdebar-debar
dengan sangat keras. Jika ditinjau dari sikap serta gerak-gerik si orang tua yang
begitu serius, rasanya ia bukan lagi berbohong atau bicara
sembarangan. "Lalu ?".. lalu ?". Orang yang bernama Pek Thian
Kie seharusnya mati sejak kapan?" tanyanya rada gemetar.
"tahun yang lalu ".. tanggal tiga belas bulan tiga tahun
yang lalu, bahkan kematiannya sangat mengerikan ?""."
"Heeeeee?"..heeeeee?".heee ?" tetapi aku
bernama Pek Thian Kie ?". Sejak kecil aku sudah
bernama demikian!" teriak pemuda tersebut sambil tertawa
dingin tiada hentinya. "Aaaakh ?" kau sudah salah mengerti, namamu yang
sudah disembunyikan oleh orang lain, Pokoknya yang jelas
namamu yang asli bukan Pek Thian Kie ?""
"Persoalan ini dapat kau buktikan darimana?"
"Menurut perhitunganku sebagai tug ramal!"
Pek Thian Kie bukan bernama Pek Thian Kie, peristiwa
ini baru untuk pertama kali ini ia dengar, unuk sesaat
dengan perasaan setengah percaya setengah tidak, ia berdiri
termangu-mangu. "Apakah suhumu yang beritahukan kepadamu bila kau
bernama Pek Thian Kie?"
"Sedikitpun tidak salah, dia orang tualah yang
beritahukan nama itu kepadaku ?"
"Apakah suhumu memakai pedang?"
"Sedikitpun tidak salah?"
"Pakainan yang dikenakan selalu berwarna hitam dan
dandanannya mirip seorang sasterawan?"
"Betul! Kau ".. bagaimna kau bisa tahu ?" tak kuasa
lagi Pek Thian Kie berseru kaget.
"Heeeei ".. aku minta kau jangan berteriak-teriak
seenaknya, bagaimana ?"
----------- ooo O ooo ----------Bab 5 Rahasia Pek Thian Kie dan Cu Tong Hoa
DENGAN TERMANGU-MANGU Pek Thian Kie
berdiri ditengah kalangan, selama hidup belum pernah ia
merasakan terkejut seperti ini hari, si kakek tua berbaju
hitam itu benar-benar merupakan seorang yang amat lihay
lagi misterius. "Tahukah kau siapakah nama suhumu?" Tanya si kakek
tua berbaju hitam itu lagi.
"Siapa namanya ?"
"Pek Thian Kie!"
"Aaaaaakh "..!" sekali lagi Pek Thian Kie menjerit
tertahan. Beberapa patah kata yang diucapkan barusan benarbenar
laksana halilintar yang membelah bumi disiang hari
bolong ".. "Ia bernama "Sin Mo Kiam Khek" atau si jagoan pedang
iblis sakti Pek Thian Kie!" ujar si kakek tua berbaju hitam
itu lebih lanjut. "Apa per ".. peeeeeeeeeee ?"".. perkataanmu itu
sungguh-sungguh ?" "Sedikitpun tidak salah !"
"Lalu ".. lalu apa ia kini sudah mati?" Tanya Pek Thian
Kie dengan nada gemetar "Benar, ia sudah mati!"
"Bagaimana matinya" Karena apa dia orang tua
menemui ajalnya?" "Waaaah ". Kalau soal ini aku kurang jelas !"
Mendadak didalam benak Pek Thian kie terlintas suatu
bayangan, secara tiba-tiba ia teringat kembali dengan surat
pengumuman berwarna merah itu ?".. surat
pengumaman berwarna merah itu ?" surat pengumuman
tentang disewakannya sebuah rumah ?"..
Bukankah suhumu memerintahkan kau untuk mencari
sesorang?" Tanya si kakek tua berbaju hitam itu kembali.
"Tidak salah." "Bukankah orang yang kau cari itu bernama Kiang To?"
"Betul ".. tapi ".. tapi ".. bagaimana kau bisa tahu
tentang soal ini?" "Kau tidak perlu menanyakan kepadaku, secara
bagaimana aku bisa mengetahui persoalan ini, terus terang
aku beritahukan kepadamu, tahukah kau siapakah yang
bernama Kiang To itu ?"
"Siapa " ?"" seru Pek Thian Kie melengak, "Apakah
kau yang bernama Kiang To?"
"Haaaaa "..haaaaaa"..haaaaa?". salah, salah!
Bukan Aku ?". Orang yang bernama Kiang To,
melainkan kau sendiri !"
"Apa?" sekali lagi Pek Thian Kie menjerit keras, saking
kagetnya, hampir-hampir ia meloncat keatas.
Perasaan terkejut yang diderita Pek Thian Kie kali ini
hampir-hampir luar biasa, hampir boleh dikata ia jadi amat
goblok dibuatnya. Hampir-hampir dia tidak mempercayai
lagi telinganya sendiri. Kiang To adalah dia sendiri " suhunya suruh dia mencari
dirinya sendiri " Apa maksudnya "
Dikolong langit apa betul terdapat peristiwa yang
demikian anehnya " Apakah suhunya yang tidak ia ketahui namanya itu
benar-benar bernama Pek Thian Kie ?"
Mengapa ia memberikan nama Pek Thian Kie kepada
dirinya?" Tentu didalam persoalan ini masih ada hal-hal
yang lebih dalam maksud serta tujuannya.
Pek Thian Kie yang dbuat terperanjat oleh peristiwa
tersebut selama ini Cuma bisa melototi si kakek tua berbaju
hitam itu dengan termanggu-manggu, beberapa patah
perkataannya itu benar-benar membuat ia merasa sangat
terperanjat. "Heee?".heee?"heee".. kau masih tidak percaya?"
seru si kakek tua berbaju hitam itu sambil tertawa dingin.
"Aku ".. aku tidak tahu !" sahut Pek Thian Kie
perlahan-lahan sambil menelan ludahnya.
"Mau percaya atau tidak, itu terserah kepada dirimu
sendiri, tetapi ada sepatah kata mau tak mau aku harus
beritahu kepadamu. Untuk sementara waktu lebih baik kau
singkirkan dulu apa yang aku beritahukan kepadamu itu
kesamping, dan aku harap kau jangan ungkap persoalan ini
kepada siapapun!" "Mengapa?" "Karena hal ini tidak akan mendatangkan keuntungan
buat dirimu." Si Kakek tua berbaju hitam itu rada merendek sejenak,
lalu tambahnya lagi : "Tempat ini bukanlah suatu tempat yang baik, lebih baik
cepat-cepatlah kau menyingkir dari sini ".."
Belum habis perkataannya diucapkan terdengarlah suara
langkah manusia sudah berkumandang datang
memecahkan kesunyian. Tampaklah Cu Tong Hoa dengan
langkah lebar sudah berjalan mendekat.
Si kakek tua berbaju hitam itupun segera tertawa
terbahak-bahak. "Hey bocah kurus, mau percaya atau tidak, itu terserah
kepada dirimu sendiri," serunya.
Selesai berkata ia lantas putar badan berlalu melalui jalan
semula. Dengan kejadian ini maka Pek Thian Kie lama sekali
dibuat berdiri termangu-mangu, ia tidak paham perkataan
yang diucapkan oleh si lelaki berbaju hitam itu sebetulnya
sungguh-sungguh atau bohong.
Jika peristiwa itu adalah nyata, maka hal ini boleh
dikataa merupakan suatu hal yang sama sekala tak diduga.
Nama suhunya adalah Pek Thian Kie tetapi mengapa ia
berikan namanya itu kepada dirinya" Apakah ia berbuat
demikian agar orang-orang kangouw tidak tahukah nama
dirinya yang sesungguhnya" Tentunya nama Kiang To
sudah terkenal sekali didalam dunia Kangow dan diketahui
oleh banyak orang, kalau tidak suhunya tidak mungkin bisa
berbuat demikian. Apa yang dipikirkan memang cengli, tetapi apa
sesungguhnya yang telah terjadi, ia masih belum sanggup
untuk membuktikannya. Sementara suara secara mendadak mengejutkan Pek
Thian Kie sehingga tersadar dari lamunannya.
"Siauw-hiap!" ketika itu si nenek tua sedang merengek
kepada diri Cu Tong Hoa. "Kau berbuatlah perbuatan yang
mulia. Bagaimana kalau seribu tahil perakmu itu kau
pinjamkan dulu kepadaku untuk digunakan keperluan yang
mendesak?" "Tidak bisa jadi!"
"Kau berbuatlah pekerjaan yang mulia."
"Heeeeeee ?"".heeeeee?"?".heeeeeeee?"kau
sungguh-sungguh hendak meminjam "........" akhirnya
teriak Cu Tong Hoa sambil tertawa dingin.
"Betul, tolong kau berbuat pekerjaan mulia ?""
"Baiklah, mari ikut diriku untuk ambil uang tersebut
?"!" Agaknya di nenek itu dibuat rada melengak juga oleh
tindakan si pengemis muda tersebut.
"Sungguh?" tanyannya kurang percaya.
"Aku melihat keadanmu patut dikasihani, karena itu
terpaksa aku berikan dulu uang tersebut kepadamu!"
Sekali berkata, ia lantas berjalan langsung menuju
kedalam kamar. Mendadak Pek Thian Kie yang ada ditengah kalangan
teringat akan sesuatu, maka dengan cepat iapun meloncat
kedepan menghadang jalan perginya.
"Eeeeeeei nenek tua, bagaimana kau bisa tahu kalau dia
mempunyai seribu tahil perak?"
"Orang-orang Istana Harta yang beritahukan padaku."
"Oooooouw ".. begitu!"
Dengan cepat Pek Thian Kie pun ikut berjalan masuk
kedalam kamar, ketika itulah si nenek tua yang berada
didalam kamar sudah berseru dengan nada cemas.
"Cu-siauw-hiap, dimanakah uangmu itu?"
Misteri Rumah Berdarah Karya Tjan I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Mendadak air muka Tong Hoa berubah berat.
"Pek-heng, tutup pintu kamar," bentaknya dengan cepat
sambil melirik sekejap kearah pemuda tersebut.
"Tidak usah ?". Tidak usah, aku segera akan berlalu,"
buru-buru nenek tua itu mencegah.
"Hmmm! Kau tak bakal bisa lolos dari sini lagi!"
"Cu Siauaw-hiap! Apakah kau ingin menahan diriku?"
seru si nenek tua itu dengan wajah rada berubah.
"Heeeee?"".heeeee?"?"heeeee?".. Cu Tong
Hoa tertawa dingin tiada hentinya. "Bukan saja aku ingin
menahan dirimu, bahkan aku inginkan pula nyawamu."
"Kau ?"kau ?".. siapa kau ?"..?"
"Heeeee?"".heeeee?"?"heeeee?".. Pak Hoa
Coa atau si ular seratus bunga, kau kira aku sungguhsungguh
tidak kenali wajah aslimu?"
Si pengemis muda itu segera enjotkan badannya laksana
sambaran kilat mencelat kehadapan tubuh si nenek tua itu.
"Siiiii ?""siapa kau ?" Teriak nenek tua itu lagi
dengan nada gemetar, wajahnyapun berubah menjadi pucat
pasi bagaikan mayat. "Aku" Haaaaa?"?".haaaa?"".haaa?""kau
boleh menduga sendiri!"
Dari dalam sakunya perlahan-lahan Cu Tong Hoa
mengeluarkan sebuah kipas yang dibentangkan lebar-lebar.
Diatas kipas terlukiskan sekuntum bunga seruni yang
memancarkan cahaya keemasan.
"Perkumpulan Pak Hoa Pang!" tak terasa lagi nenek tua
itu berseru tertahan. "Sedikitpun tidak salah, perkumpulan Pak Hoa pang!"
Kau".."Kau".. adalah ?"?"
"Hmm! Pak Hoa Coa, terhadap peraturan tentunya kau
masih mengetahui dengan sangat jelas bukan, kau sebagai
seorang Tongcu bagian hukuman mengapa berani
menghianati perguruan ?"."
"Kau ".. kau adalah pangcu?" teriak nenek tua itu
kembali dengan seluruh badan gemetar sangat keras.
"Peduli aku pangcu atau bukan, kau tidak perlu banyak
menggubris, baik-baik berdiri disana dan terimalah sepuluh
jurus "Hoa kay Hoa Lok" atau bunga Mekar Bunga
rontok" ku tentu kau bakal menjadi jelas dengan sendirinya
".." "Pangcu!" "Pak Hoa Coa. Yang kutunggu-tunggu selama ini adalah
ini hari ?".." Bentak Cu Tong Hoa dingin. "Kau sudah
menghianati perguruan, hal ini masih lumayan, bahkan
berani pula mencuri sebotol "Pak Hoa Lok
?".Hmmmmm!......"
"Pangcu !......"
"Sekarang aku mau bertanya kepadamu, apakah kau
sudah bertemu dengan majikan Istana harta?"
"Belum "..!"
Cu Tong Hoa tertawa dingin semakin seram.
"Heeeee?"".heeeee?"?"heeeee?".. kalau
begitu, kau serahkan dulu nyawamu! Teriaknya.
Ditengah suara bentakan yang amat keras tubuh Cu
Tong Hoa sudah mencelat kedepan, kipas ditangannya
laksana anak panah yang terlepas dari busur meluncur
kedepan mengirim sebuah babatan yang maha dasyat.
Buru-buru pak Hoa Coa menggeserkan badannya
kesamping menghindarkan diri dari datangnya serangan
gencar Cu Tong Hoa, diantara memisahnya bayangan
manusia, iapun balas mengirim satu serangan kedepan.
"Hmmmmm! Kau cari mati ".."
Ditengah bentakan yang keras, kipas ditangan Cu Tong
Hoa berturut-turut melancarkan serangan gencar kedepan,
hanya didalam sekejap mata tiga jurus sudah berlalu. Begitu
mereka berdua saling bergebrak, maka seketika itu juga Pek
Thian Kie dibuat berdiri termangu-mangu ditengah
kalangan. Sekarang ia baru mulai memahami akan suatu urusan,
kiranya Cu Tong Hoa ini adalah seorang gadis atau dengan
perkataan lain Pangcu dari perkumpulan seratus bunga.
Hal ini benar-benar merupakan suatu kejadian yang tak
pernah terpikirkan olehnya.
Dan tujuannya datang kemari, sudah tentu sedang
mencari si penghianat perguruan "Pak Hoa Coa"
Mendadak ?" Ditengah suara bentakan yang sangat dingin, tampaklah
tubuh Cu Tong Hoa laksana sambaran kilat cepatnya sudah
menubruk kearah pak Hoa Coa, kipas ditangannya laksana
bayangan bunga dengan amat gencar mengirim empat buah
serangan sekaligus mencecer musuhnya.
Sebentar kemudian suara dengusan berat bergema
memenuhi angkasa, kiranya tubuh Pak Hoa Coa dengan
amat dasyat kena terpukul pental, sehingga mencelat kearah
belakang dan jatuh tepat diatas tanah tak berkutik.
"Ayoh cepat bangun, tidak perlu pura-pura mati!" bentak
Cu Tong Hoa dingin. Perlahan-lahan pak Hoa Coa bangun,
sambil mengusap darah segar yang muncrat keluar dari
ujung bibirnya, ia memandang kearah Cu Tong Hoa
dengan perasaan ketakutan.
"Aku "..!"
Belum habis perkataan tersebut diucapkan, tubuhnya
mendadak mencelat ketengah udara kemudian dengan
kecepatan laksana sambaran kilat meluncur kearah Pek
Thian Kie sambil mengirim serangan mencengkeram
tubuhnya. Dalam anggapan pak Hoa Coa, pemuda yan bernama
Pek Thian Kie ini adalah seorang pemuda yang sama sekali
tidak mengerti akan ilmu silat, asalkan ia berhasil
menguasai pemuda tersebut bukan saja ia berhasil
meloloskan diri dari kematian bahkan asal-usulnya yang
sesungguhnya tidak akan sampai terbongkar dihadapan
jago-jago bulim lainnya. Karena itu serangan yang baru saja ia lancarkan ini
sudah menggunakan seluruh tenaga iweekang yang
dimilikinya, sudah tentu kehebatannya sangat luar biasa
sekali. Cu Tong Hoa yang sama sekali tidak menyangka bisa
terjadi peristiwa semacam itu, ketika dilihatnya nenek tua
tersebut menubruk kearah Pek Thian Kie hatinya terasa
amat terperanjat. Dimana bayangan manusia berkelebat tahu-tahu ia
sudah berada dihadapan Pek Thian Kie.
Melihat dirinya diserang, pemuda ini segera menjerit
keras sambil menjatuhkan diri kebelakang.
Pada saat-saat yang amat kritis itulah Cu Tong Hoa
sudah membentak keras, tubuhnya dengan cepat meloncat
kearah Pak Hoa Coa, sedangkan kipasnya digerakkan
melanjutkan serangan-serangan gencar.
Serangan yang dilancarkan si pengemis muda barusan ini
betul-betul sangat luar biasa, bahkan keanehan serta
kelihayan dari jurus-jurus gerakannya patut dipuji.
"Tahan!" mendadak Pak Hoa Coa membentak keras.
Tetapi suara bentakan tersebut sama sekali tidak berhasil
menahan serangan yang dilancarkan oleh Cu Tong Hoa,
tahu-tahu kipas pihak lawan sudah berada diatas jalan
"Ming Bun Hiat" diatas punggung nenek tua itu.
"Kau sudah tidak mau nyawamu lagi "." Teriak si ular
seratus bunga gusar. Belum habis ia berkata, suara dengusan berat sudah
bergema memenuhi angkasa, tubuhnya roboh keatas tanah
tak berkutik lagi, sedang dari hidung maupun mulutnya Pek
Thian Kie muntahkan darah segar.
Kiranya peristiwa ini telah terjadi dalam waktu yang
sangat kebetulan sekali. Sewaktu Pak Hoa Coa
melancarkan tubrukan tadi, kebeulan penyakit sakit hati
dari Pek Thian Kie sedang kambuh, sehingga tak kuasa lagi
ia kena ditawan oleh pihak musuh.
Dan sewaktu Cu Tong Hoa melancarkan serangannya
tadi, mengambil kesempatan tersebut, Pak Hoa Coa lantas
turun tangan menyerang pemuda tersebut, sehingga
membuat dia jadi terluka parah.
Perlahan-lahan Cu Tong Hoa melirik sekejap kearah Pek
Thian Kie, alisnya dikerutkan rapat-rapat. Tanpa banyak
cakap lagi dari dalam sakunya ia mengambil keluar sebuah
botol poselen dan meneteskan beberapa tetes cairan putih
kedalam mulut Pek Thian Kie, lalu diurutnya pula seluruh
tubuh pemuda tersebut dengan cermat.
Beberapa saat kemudian pemuda itu baru tersadar
kembali dari pingsannya, dengan termangu-mangu ia
memandang pengemis muda tersebut.
"Pek-heng!" ujar Cu Tong Hoa sambil tertawa perlahan.
"Kesemuanya akulah yang tidak baik, tetapi aku tidak akan
membinasakan dirinya."
Selesai berkata ia lantas mencengkeram tubuh si ular
seratus bunga itu, kemudian diangkatnya keatas dan pada
beberapa bagian tubuhnya ditepuk pula berulang kali.
Berkat gebukan Cu Tong Hoa itulah, perlahan-lahan si
nenek tersebut tersadar kembali dari pingsannya.
"Heeeee?"".heeeee?"?"heeeee?"..
Pak Hoa Coa. Kau benar-benar seorang manusia yang
banyak akal dan licik." Seru pengemis muda tersebut sambil
tertawa dingin tiada hentinya." Sekarang kau jawab,
mengapa kau menghianati perguruan ?"
"Aku".!" "Cepat katakana !"
"Baik ".. baik ".. aku ".. Aduuuuuuuh".."
Belum sempat Pak Hoa Coa mengucapkan sesuatu,
mendadak diiringi suara jeritan ngeri tubuhnya roboh
keatas tanah dengan kepala hancur berantakan dan darah
berceceran diatas tanah. Tahu-tahu ia sudah menemui ajal
dengan keadaan yang sangat mengerikan.
Menghadapi kejadian ini Cu Tong Hoa rada melengak,
ia sama sekali tidak menyangka sewaktu dirinya berada
dalam keadan tidak bersiap-siap, ternayta sudah ada orang
yang turun tangan terlebih dahulu melenyapkan Pak Hoa
Coa. Tubuhnya dengan cepat dienjotkan melayang keluar
kamar. Tetapi dipintu depan tengah halaman luas, dua puluh
orang jagoan lihay Bu-lim yang semula ada disana, kini
sudah berubah menjadi empat, limapuluh orang banyaknya
dan jago-jago tersebut rata-rata mempunyai raut muka yang
terasa sangat asing buat mereka.
Kedua orang pemuda yang ada didalam kamar tadi
ketika menghadapi orang yang sebegitu banyaknya tak
dapat mengetahui dengan pasti siapakah diantara mereka
yang telah turun tangan melenyapkan diri Pak Hoa Coa.
Dengan cepat Cu Tong Hoa putar badan berjalan balik,
alisnya berkerut rapat-rapat, agaknya ia sedang memikirkan
sesuatu, sebentar kemudian ia sudah tertawa dingin, lalu
langsung berjalan mendekati diri Pek Thian Kie.
"Siapa yang sudah membinasakan dirinya?" Tanya
pemuda tersebut buru-buru.
"Aku sendiri tak melihat jelas."
"Apakah orang-orang dari Istana harta?"
"Sedikitpun tidak salah, kemungkinan sekali Majikan
Istana harta pun termasuk diantara mereka-mereka itu!"
"Karena Apa?" Dengan nada yang dingin dan sikap yang sombong Cu
Tong Hoa tertawa tawar, dari senyuman tersebut semua
orang dapat melihat bila sepintas hawa nafsu membunuh
sudah melintas diatas wajahnya.
"Aku sendiripun tidak tahu!"
"Cu-heng, benarkah kau adalah pangcu dari
perkumpulan seratus bunga?" tiba-tiba Tanya Pek Thian
Kie. "Bagaimana menurut pendapatmu?"
Pertanyaan yang berbalik ini seketika itu juga membuat
Pek Thian Kie jadi melengak, ia merasakan bukan saja
kepandaian silat yang dimiliki Cu Tong Hoa sangat lihay,
sehingga sukar diraba bahkan kecerdikannyapun jauh lebih
tinggi satu tingkat dari dirinya.
"Aku menginginkan jawabannya!" seru pemuda tersebut
kembali. Cu Tong Hoa tertawa tawar.
"Kemungkinan benar, kemungkinan pula bukan!"
"Aku tidak mengerti maksudmu."
"Sekalipun sudah dijelaskan, kaupun pasti tidak akan
mengerti maksudku." Dalam hati diam-diam Pek Thian Kie mendengus
dingin, sampai sekarang ia masih merasakan bila asal-usul
dari Cu Tong Hoa merupakan suatu teka-teki dan tanda
Tanya yang sangat membingungkan.
Kedudukannya yang pertama adalah Tongcu Urusan
bagian luar dari perkumpulan Kay-pang, kedudukan yang
kedua adalah Pangcu dari Perkumpulan Seratus Bunga.
Tetapi jika diteliti lebih mendalam agaknya kedua buah
kedudukannya itu sama sekali bukan sungguh-sungguh.
"Pek-heng !" Tiba-tiba Cu Tong Hoa menegur dengan
alis yang dikerutkan rapat-rapat. "Tolong merepotkan
dirimu untuk melakukan sesuatu urusan, entah maukah kau
untuk melakukannya "
"Coba kau katakana !"
"Tolong panggil si Tiang Kwee untuk datang kemari
sebentar." Pek Thian Kie tidak mengerti permainan setan apa lagi
yang sedang ia susun, setelah termenung berpikir keras
beberapa saat lamanya terakhir ia mengangguk juga.
"Baiklah!" Selesai berkata ia lantas berjalan keluar dari dalam
kamar. Setibanya diluar, dimana sinar mata Pek Thian Kie
menyapu sekejap kesekeliling tempat itu, ternyata apa yang
diucapkan si pengemis muda tersebut sedikitpun tidaka
salah. Didalam halaman yang amat luas itu kini sudah
bertambah lagi dengan berpuluh-puluh orang jagoan Bulim,
ketika Pek Thian Kie lewat disisi mereka, para jago itu
Misteri Rumah Berdarah Karya Tjan I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
hanya melirik sekejap kearahnya. Diam-diam pemuda
tersebut merasakan hatinya berdebar-debar sangat keras,
bulu kuduk pada berdiri. Orang-orang Bu-lim itu sama sekali tidak mengenali
dirinya, tetapi selama ini selalu mengawasi terus gerak-gerik
mereka berdua, peristiwa ini hanya ada satu kemungkinan
saja yang bisa diterangkan, kedatangan mereka tentunya
dikarenakan diri Cu Tong Hoa.
Dugaan ini memang sangat cengli, Cu Tong Hoa betulbetul
seorang manusia yang sangat misterius, berasal dari
manakah orang itu" Didalam soal ini ia harus mencari tahu,
sehingga duduknya perkara menjadi lebih jelas.
Berpikir sampai disitu, dengan langkah lebar-lebar, ia
lantas berjalan menuju keruangan sebelah depan.
Siapa sangka ketika itulah mendadak ssosok bayangan
manusia dengan kerasnya menubruk diatas badannya.
"Bluuuuummmmm ?"!" Didalam keadaan baru saja
sembuh dari sakit hatinya, boleh dikata tenaga dalam yang
dimiliki Pek Thian Kie pada saat ini sama sekali punah.
Tak kuasa lagi tubuhnya kena tergetar, sehingga
mundurtujuh, delapan langkah kebelakang.
Pek Thian Kie yang kena tertubruk, diam-diam
badannya terasa amat sakit, hatinya jadi mendongkol
sedang sinar matanya mulai melototi orang yang berada
dihadapannya. Tetapi sebentar saja ia sudah menemukan bila orang
yang berdiri dihadapannya pada saat ini bukan lain adalah
seorang dara berbaju hijau yang sangat cantik dan baru
berusia kurang lebih tujuh delapan belas tahun.
Bab 6 Teka-teki yang belum terjawab ?"" "
DIA adalah seorang gadis yang mempunyai wajah amat
cantik, terutama sekali bibirnya yang kecil ungil berwarna
merah serta sepasang matanya yang jeli bersinar cerah,
hidungnya mancung benar-benar amat mempesona setiap
orang. Pada saat itu, diatas pipi gadis tersebut terlintaslah warna
merah dadu yang dengan cepat membara menjalar
keseluruh wajah. Agaknya ia sadang merasa jengah karena
tertumbuk diatas badan seorang lelaki asing.
"Aaakh ".. maaf, maaf!" Buru-buru Pek Thian Kie
menjura sambil mohon maaf berulang kali.
Selesai menjura, dengan mengitari dari samping tubuh
dara cantik berbaju hijau itu ia melanjutkan kembali
langkahnya kedepan. Mendadak ?". "Saudara, tunggu sebentar!" dara berbaju hijau itu
berseru menahan jalan pergi pemuda tersebut.
Pek Thian kie jadi melengak, tak kuasa lagi iapun
menghentikan langkahnya. "Nona, kau ada urusan apa?" tanyanya sambil menoleh
dan memandang sekejap kearah dara berbaju hijau itu.
"Jangan minta maaf seharusnya aku," kata dara tersebut
sembari tersenyum. "Karena tubrukan tadi adalah sengaja
aku lakukan." Sekalipun tidak diterangkan, dalam hati Pek Thian Kie
pun sudah merasa sangat paham.
Dara berbaju hijau itu adalah seorang jagoan Bu-lim
apalagi ditengah hari bolong, jika ia bisa bertubrukan
dengan orang lain, maka hal ini jelas sekali menunjukkan
bila ia sengaja melakukannya.
"Aaaakh ".. kau sedang bergurau !" seru Pek Thian Kie
tertawa. Dijawabnya sangat tepat sekali dengan kedudukannya
pada saat ini, hal ini jelas menunjukkan bila dia benar-benar
seorang yang tidak mengerti akan ilmu silat.
"Kau bernama Pek Thian Kie?" tanyanya dara cantik
berbaju hijau itu kemudian sambil tertawa.
Agak melengak juga Pek Thian Kie dibuat oleh kejadian
ini. "Tidak salah !"
"Lalu saudara yang satunya itu apakah juga kawanmu."
"Sedikitpun tidak salah, dia memang kawanku."
"Apakah kalian berkenalan sudah lama?"
"Entah apa amaksud nona untuk menanyakan persoalan
ini ?" Dara cantik berbaju hijau itu kembali tertawa.
"Tahukah kau orang macam apa kawanmu itu?"
tanyanya "Dia adalah manusia macam apa?" Buru-buru pemuda
itu berseru, karena hatinya rada bergerak.
"Eeeeeei ?" bukankah kalian berdua adalah pasangan
sahabat karib, bagaimana kau bisa tahu macam apakah
manusia itu?" Pek Thian Kie yang dikatai begitu, sekali lagi berdiri
tertegun dibuatnya. "Per"..persahabatan kami tidak begitu mendalam ?"
apalagi perkenalanku belum cukup lama."
"Sudah ada berapa hari?" desak dara berbaju hijau itu
lebih lanjut "Kami baru berkenalan selama dua hari saja!"
"Oooooow ".. kiranya kalian baru berkenalan selama
dua hari, tidak aneh kalau kau belum begitu paham
terhadap dirinya. Walaupun asal-usulnya yang benar masih
merupakan suatu teka-teki, tetapi orang-orang dunia
kangouw pada mengetahui bila ia bukan bernama Cu Tong
Hoa "..!" "Lalu siapakah dia?"
"Kiang To!" "Apa" Apa kau bilang " Kiang To ?"
Tak kuasa lagi Pek Thian Kie menjerit tertahan,
beberapa patah perkataan tersebut benar-benar terasa
bagaikan aliran strom yang membuat seluruh badannya
tergetar dan gemetar keras.
Ia merasa terperanjat, kaget, bingung dan kelabakan
sendiri ! Dia bernama Kiang To " Cu Tong Hoa adalah
sebenarnya Kiang To "
Tetapi, bukankah si kakek tua berbaju hitam itu tadi
mengatakan bahwa Kiang To adalah dirinya sendiri !
Kiang To ?""Kiang To ?"".! Kiang To ?""..!!
sebetulnya macam apakah Kiang To ini "
Kejadian ini betul-betul merupakan suatu peristiwa yang
tak dapat masuk akal, bahkan urusan ini terlalu
membingungkan. Buat Pek Thian Kie, ia sama sekali tidak
paham walau barang sedikitpun. Kiang To adalah satu
orang, dan hanya seorang manusia saja yang bernama
Kiang To. Orang itu kalau bukan dirinya tentu si manusia
mesterius tersebut. Sebenarnya siapakah orang itu "
Agaknya peristiwa ini ada sangkut paut yang amat besar
dan erat sekali dengan dirinya, karena jika dia benar-benar
bernama Kiang To, maka kejadian suhunya telah
menyembunyikan nama aslinya tentu masih ada sebabsebab
tertentu. Kabut mesterius, teka-teki serta tanda Tanya yang besar
mengurung Pek Thian Kie kencang-kencang dan mulai
menjerumuskan dirinya kedalam lembah lamunan.
Si dara cantik berbaju hijau yang melihat paras muka Pek
Thian Kie menunjukkan perasaan terkejut segera
menambahi lagi kata-katanaya :
"Eeeei ?" sekarang tentunya kau sudah tahu bukan,
manusia macam apakah kawanmu itu ?"
"Ehmmmm ?"..! benar ?""..!"
Dalam hati Pek Thian Kie mengerti bahwa ia harus tetap
berpura-pura menunjukkan rasa kagetnya dikarenakan
"Kiang To" dua kata tersebut dan bukan sedang terkejut
dikarenakan persoalan lain.
Padahal, yang ida ketahui hanya angina kentut belaka
?" "Eeeeei "..kalau kau sudah tahu lebih baik cepat-cepat
pergi!" seru si dara berbaju hijau lagi. "Kalau tidak,
mungkin sekali bibit bencana bakal terjatuh keatas badanmu
juga!" Selesai berkata dengan langkah yang menggiurkan ia
berlalu dari tempat itu. Pek Thian Kie masih tetap berdiri tertegun ditempat
semula. Sekarang, didalam hatinya ia sudah mengambil
keputusan, ia harus menyelidiki urusan ini sampai jelas,
siapakah sebenarnya Cu Tong Hoa ini " Benarkah dia orang
bernama Kiang To " Dan macam apakah manusia yang
disebut Kiang To itu "
Mendadak, ia teringat akan suatu persoalan yang maha
penting, persoalan ini adalah suhunya menyuruh dia pergi
mencari Kiang To untuk menanyakan asal-usulnya. Dan
orang yang disebut Kiang To ini tentu adalah seorang
manusia terkenal yang sudah diketahui oleh siapapun,
maksud suhunya tentu agar ia sekali mendapat tahu, maka
mudah untuk memperoleh keterangan yang cukup. Berpikir
akan hal ini, ia merasa semakin harus menjelaskan
persoalan ini. "Kawan Pek, kau lagi pikirkan apa?" sekonyongkonyong
serentetan suara berkumandang masuk kedalam
telinganya. Mendengar suara tersebut diam-diam dalam hati pemuda
tersebut merasa amat terperanjat, sewaktu ia
mendongakkan kepala terlihatlah seorang lelaki berpakaian
perlente sudah berdiri dihadapannya.
Pek Thian Kie rada tertegun sejenak.
"Oooouw ".. kawanku mengundang kau untuk pergi
kesana sebentar ".!" Serunya kemudian.
"Ada urusan apa?"
"Entahlah, mari ikuti diriku!"
Selesai berkata tanpa menungu jawaban dari seorang
berbaju perlente itu lagi, ia lantas putar badan berjalan
melalui jalanan semula. Pada mulanya si lelaki berpakaian perlente itu dibuat
Pedang Naga Kemala 1 Pedang Keramat Thian Hong Kiam Karya Kho Ping Hoo Rahasia Mo-kau Kaucu 6
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama