Naga Beracun Lanjutan Naga Sakti Sungai Kuning Karya Kho Ping Hoo Bagian 18
hendak membunuh nona ini?" Kini Im Yang Sengcu baru melihat hetapa muridnya itu telah
mengalami luka-luka berdarah pada pundak atau
pangkal lengan dan pahanya.
"Suhu, memang benar teecu (murid) ingin
membunuhnya akan te tapi iblis betina ini ternjata
lihai sekali." "Phoa Gu. kenapa engkau hendak membunuhnya?" Suara lm Yang Seng-cu terdengar
marah. "Suhu. ia seorang iblis betina yang kejam. Bukan
saja ia telah menyiksa adik teecu yang bernama
Phoa Ci. akan tetapi la pula yang melapor kepada
Pangeran Li Cu Kiat sehingga adik teecu bersama
semua regunya mendapat hukuman berat. Teecu
hendak membalas dendam kepadanya dan harap
suhu membela teecu."
"Aih-aih, sekarang aku mengerti!" Kui Eng
berseru dan wataknya yang keras dan berani
membuat ia tidak perduli bahwa orang itu berada
bersama gurunya. "Kiranya engkau adalah kakak
dari babi gendut kurang ajar itu" Memang aku
telah menghajarnya dan aku pula yang menyebabkan dia dlhukum oleh atas annya. Aku
masih bersikap murah karena adikmu itu sesungguhnya pantas kalau kubunuh!"
"Coba lihat dan dengar, suhu! Perempuan ini
te rlalu kejam dan sombong. Kalau tidak dibunuh,
ia akan menimbulkan kekacauan di kota raja.
Bahkan ia telah berhasil merayu Pangeran Li Cu
Kiat sehingga pangeran itu membelanya, membuat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ia menjadi semakin sombong! Mungkin wanita ini
yang oleh suhu disebut-sebut sebagai siluman
yang kelak akan menguasai istana."
"Hei, jahanam busuk, tutup mulutmu yang
menyebar fitnah busuk! Engkaulah yang patut
dibasmi!" bentak Kui Eng dan kini ia sudah
bergerak menyerang dengan tangan kosong kepada
si pendek bernama Phoa Gu itu. Phoa yang
mendadak bangkit semangatnya karena di situ
te rdapat suhunya, menyambut serangan Kui Eng
dengan sambaran golok besarnya. Akan te tapi
sekali ini, Kui Eng tidak berniat untuk mengampuninya, la sudah tahu mengapa si
pendek ini hendak membunuhnya tadi, maka
melihat golok menyambar, ia miringkan tubuh dan
sekali tangannya bergerak, te rdengar suara "krek"
dan tulang le ngan kanan Phoa Gu patah oleh
sabetan tangannya yang dimiringkan.
"Aduhhh..........J" Golok itu terlepas dan Phoa
Gu menyeringai kesakitan sambil memegan lengan
kanan yang patah tulangnya dengan tangan kiri.
Kui Eng sudah mengambil keputusan untuk
membunuh saja Phoa Gu yang curang dan palsu
itu. Ia melangkah maju dan tangannya menampar
ke arah kepala orang itu.
"Dukkk!!" Tangan Kui Eng berte mu dengan
ujung le ngan baju yang mengandung te naga kuat
sehingga Kui Eng te rkejut dan memandang kepada
tosu yang menangkisnya dengan mata mencorong.
"Hemm. kiranya benar pepatah yang mengatakan bahwa guru kencing berdiri, murid
kencing berlari!. Kalau gurunya sesat, tentu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
muridnya menjadi jahat. Totiang maju membantu
murid yang menyeleweng, berarti totiang juga
bukan orang baik." "Siancai......, mulutmu sungguh lancang, nona,
dan engkau masih muda akan tetapi engkau
sombong sekali. Katakanlah murid pinto bersalah,
akan tetapi pinto yang berhak menghukumnya.
Bagaimana mungkin pinto membiarkan saja orang
lain hendak membunuh murid pinto di depan
hidung pinto sendiri" Sudahlah, nona. Kita
habiskan urusan sampai di sini saja. Pinto tidak
ingin bermusuhan dengan seorang gadis yang
masih kekanak-kanakan sepertimu. Silakan pergi
menuruni bukit ini."
"Enak saja engkau bicara, totiang!" Kui Eng
mjadl marah dan penas aran sekali. "Tanpa
kesalahan apapun, ketika memasuki pintu gerbang
kota raja, babi gendut adik kerbau ini menghinaku, hendak merampok harta dan kudaku, bahkan kurang ajar sekali hendak
menggerayangi tubuhku. Aku menghajarnya, berikut anak buahnya, kemudian muncul pangeran yang menghukumnya Salahkah aku
dalam urusan itu" Kemudian, kerbau ini memasuki kamarku seperti maling, menggunakan
goloknya membacok aku yang sedang tidur.
Untung aku dapat menangkis nya dan mengejarnya
sampai ke sini. Salahkah aku kalau sekarang aku
hendak membalas dan membunuhnya" Dan
engkau membelanya, melindunginya!"
Im Yang Sengcu juga menjadi marah ju ga. Dia
seorang yang te rpandang, bahkan Kaisar Tang Tai
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Cung menghargainya sebagai seorang sahabat dan
penasihat. Semua orang di is tana, bahkan di kota
raja menghormatinya Akan tetapi gadis ini bersikap
demikian tinggi hati, tidak menghormatinya sama
sekali, bahkan mengeluarkan kata-kata keras dan
mencelanya! "Nona. pinto Im Yang Sengcu adalah sahabat
dan penas ihat Kaisar! Engkau berani bersikap
seperti ini terhadap pinto" Kalau pinto tidak
mengalah, sebagal seorang tingkatan lebih tua
te hadap seorang gadis muda, apa kaukira sekarang
engkau masih dapat bernapas" Siapakah engkau
ini yang begini sombong?"
"Totiang, urusan antara manusia tidak dite ntukan oleh kedudukannya, melainkan oleh
benar dan salah. Totiang boleh jadi berkedudukan
tinggi, siapa perduli akan hal itu" Yang penting
adalah benar atau salah, bukan kedudukan tinggi
atau rendah. Namaku adalah Cian Kui Eng, dan
bagiku, siapapun dia kalau bersalah tentu akan
kute ntang, tidak perduli pangkatnya!"
"Siancai .......... engkau she Cian" Hemmm,
mengingatkan pinto akan keluarga Kerajaan Sui
yang te lah lenyap. Menurut perbintangan, istana
kerajaan Tang terancam oleh wanita dari marga
Cian keturunan keluarga Kerajaan Sui. Hemm,
nona Cian Kiri Eng, te rpaksa pinto harus
menahanmu. Kalau kelak menurut pemeriksaan,
engkau tidak bersalah, pasti kami bebaskan.
Kemunculanmu di kota raja mendatangkan keributan, memang engkau patut dicurigai."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tosu jahat! Engkau membela muridmu dan
hendak menangkap aku?" bentak Kui Eng.
"Engkau seorang pendeta, membela pembunuh dan
perampok?" "Pinto tidak membela siapa-siapa, akan tetapi
demi keamanan kerajaan, pinto harus menangkap
engkau dan menyelidiki dulu, apa maksudmu
datang ke kota raja ini."
"Tosu busuk!" bentak Kui Eng dan iapun
menerjang tosu itu. Im Yang Seng-cu mengelak
karena maklum bahwa pukulan gadis itu sama
sekali tidak boleh dipandang ringan. Justeru
kelihaian gadis itu yang diketahuinya ketika dia
tadi menangkis serangan Kui Eng kepada muridnya, yang membuat dia menjadi curiga.
Bukan semata membela muridnya kalau dia kini
ingin menangkap Kui Eng melainkan kecurigaan
itulah. Baru saja ada orang-orang berusaha
membunuh Kaisar, maka kehadiran seorang gadis
yang begini lihai di kota raja, apa lagi yang berani
menghajar para penjaga pintu gerbang, memang
patut dicurigai. "Wuuuttt .....plakkk" ketika dia membalas
serangan gadis itu dengan sambaran ujung le ngan
bajunya yang mengirim totokan ke arah dada, Kui
Eng menangkis dan keduanya te rdorong ke
belakang. Im Yang Seng-cu terkejut bukan main,
dan Kui Eng juga menjadi semakin penasaran
melihat kehebatan lawan, iapun maju lagi dan
menyerang dengan ilmu silat Sin-liong-ciang-hoat
(Silat Naga Sakti) yang merupakan ilmu andalan
ayahnya. Memang hebat sekali ilmu silat ini.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ge rakannya bagaikan seekor naga bermain-main di
angkasa. Im Yang Sengcu juga seorang yang lihai
sekali, banyak pengalamannya. Kini, melihat ilmu
silat gadis itu, diam-diam dia te rkejut. Ilmu silat
yang amat dahsyat, pikirnya. Karena merasa
bahwa kalau hanya mengandalkan ilmu silatnya
sendiri, akan sukar baginya untuk mengalahkan
gadis itu, maka begitu melihat para pembantu yang
juga menjadi muridnya berdatangan dari dalam
dan mengepung gadis itu, dia tidak melarang
mereka, bahkan Im Yang Seng-cu yang ingin
menangkap gadis yang baginya amat mencurigakan itu lalu mulai mengeluarkan suara
bernyanyi! Itu merupakan tanda bagi para muridnya yang kemudian sambil mengepung dan
bergerak mengeliling gadis yang masih saling
serang dengan Im Yang Seng-cu untuk mulai
bernyanyi pula. Suara nyanyian mereka aneh
karena suara mereka tidak senada, namun lagunya
sama. Lagu sama yang dinyanyikan oleh sembilan
Naga Beracun Lanjutan Naga Sakti Sungai Kuning Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
orang yang nada suaranya berbeda-beda itu
mendatangkan kepeningan hebat di kepala Kui
Eng. Dia te rkejut sekali, berusaha mengerahkan
sin-kang untuk melawan pengaruh nyanyian aneh
itu. Namun hanya menolong sedikit dan gerakan
tangannya mulai kacau. Kui Eng terkena tamparan
ujung le ngan baju lawan, dan untung sin-kangnya
kuat sehingga totokan dengan lengan baju itu tidak
membuatnya roboh, hanya te rgetar sedikit. Ia
te rhuyung dan cepat ia meloncat ke belakang
sambil mencabut pedangnya! Kui Eng mengamuk,
memutar pedangnya dan para murid Im Yang
Seng-cu menjadi jerih dan mundur. Kesempatan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ini dipergunakan oleh Kui Eng untuk melarikan
diri dari puncak buktt itu
"Kejar! Tangkap.......!!" Im Yang Seng-cu berseru
dan bersama anak buahnya, dia melakukan
pengejaran. Sambil melakukan pengejaran, sembilan orang itu tetap bernyanyi. Nyanyian ini
bukan sembarang nyanyian, melainkan nyanyian
yang mengandung kekuatan sihir dan suara inilah
yang menyiksa Kui Fng. Kalau ia tidak memiliki
sin-kang yang kuat, te ntu ia sudah roboh karena
pusing oleh suara nyanyian itu, Suara itu seolah
te rus mengejarnya, seolah mereka berada dekat
sekali di belakangnya. Padahal, mereka itu tidak
dapat te rlalu dekat menyusulnya karena dalam hal
ilmu meringankan tubuh, para murid Im Yang
Seng-cu jauh ketinggalan dibandingkan Kui Eng.
Mungkin Im Yang Seng-cu sendiri akan dapat
menyusul Kui Eng. akan te tapi tosu ini maklum
akan kelihaian Kui Eng sehingga dia tidak berani
sembarangan menyusul seorang diri saja tanpa
bantuan para muridnya. Kui Eng merasa bingung, la sudah tiba di kaki
bukit kecil itu akan te tapi mereka masih te rus
mengejamya. Kembali ke rumah penginapan tiada
gunanya karena ia tahu bahwa tosu itu memiliki
pengaruh besar. Menurut pengakuannya, dia
adalah panasihat dan sahabat kaisar, tentu
kekuasaannya besar. Akan tetapi ke mana ia harus
melarikan diri" Keluar dari kota raja pada malam
hari begini tidak mungkin, te ntu menimbulkan
kecurigaan dan ia akan dikeroyok oleh para
penjaga. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Entah bagaimana, kakinya membawanya lari
menuju ke istana bekas tempat tinggal ayahnya!
Ketika berada di belakang pagar tembok rumah itu,
ia melompat dan untung baginya bahwa te rnyata
rumah itu hanya dijaga di bagian depan saja, tidak
ada penjaga meronda di sekelilingnya, la tiba di
taman bunga yang gelap dan sunyi, lalu ia cepat
menyelinap di antara pohon bunga, menghampiri
rumah besar itu. Teringatlah ia bahwa memang
mempunyai niat untuk mengunjungi bekas rumah
ayah ibunya ini dan menengok kamar ibunya di
mana ia dilahirkan! Kebetulan sekali la berlari dan
bersembunyi di situ. Akan te tapi ia harus berhatihati karena siapa tahu, penghuni istana itu juga
akan memusuhinya. Ketika ia herindap-indap menyelinap ke bagian
belakang istana, ia melihat penerangan menyorot
keluar dari sebuah kamar. Agaknya penghuni
kamar itu belum tidur dan lampu yang te rang dari
dalam kamar itu menyorot keluar melalui celahcelah jendela. Ia menghampiri jendela
dan mengintip. Jantungnya berdebar te gang, akan
tetapi juga lega ketika melihat bahwa yang duduk
membaca kitab di dalam kamar itu adalah seorang
pemuda tampan yang bukan lain adalah pangeran
yang pagi te lah mrmbelanya ketika ia dikepung
penjaga di pintu gerbang! Ah, kiranya pangeran itu
yang kini penghuni bekas istana ayahnya!.
Tiba-tiba pangeran itu menoleh ke arah jendela
dan Kui Eng cepat menyelinap ke samping agar
jangan nampak bayangannya. Namun, sedikit
kelihatan di luar je ndela itu sudah cukup bagi
pangeran Li Cu Kiat yang lihai untuk mengetahui
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bahwa di luar je ndelanya terdapat orang yang
mengintainya. "Siapa itu di luar jendela?" tegurnya halus.
"Kalau engkau musuh, tidak mungkin karena aku
tidak pernah mempunyai musuh. Kalau engkau
pencurl, engkau salah masuk karena rumah ini
biarpun besar, tidak mempunyai barang berharga
untuk dicuri. Kalau engkau sahabat, masuklah.
Plntu kamarku tidak dikunci dan aku siap
menerima kunjungan seorang sahabat setiap saat."
Mendengar urapan itu, Kui Eng berpikir, yakin
bahwa pangeran ini bukan orang jahat, bahkan
bukan orang sembarangan, gagah dan adil. Dan
dia seorang pangeran. Kalau ia membutuhkan
bantuan, kiranya hanya pangeran ini yang akan
membantunya karena te ntu kekuasaannya tidak
kalah dibandingkan kekuasaan Im Yang Seng-cu.
Tidak ada salahnya untuk mencobanya, karena ia
tak tahu siapa lagi yang akan mampu menolong
dari ancaman tosu yang lihai itu Maka, dengan
jantung berdebar penuh ketegangan, ia lalu
menghampiri pintu kamar itu dan perlahan-lahan
mendorong daun pintunya te rbuka, Ia melihat
pangeran itu masih duduk seperti tadi membaca
kitab dengan punggung membelakangi pintu. Kui
Eng memandang kagum. Betapa te nangnya! Betapa tabahnya! dan penuh kepercayaan kepada
diri sendiri. "Maafkan aku, pangeran."
Pangeran Li Cu Kiat tersentak kaget dan bangkit
berdiri sambil memutar tubuhnya. Matanya te rbelalak dan bersinar-sinar, wajahnya berseri
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ketika dia mengenal siapa yang membuka pintu
dan menegurnya. Sungguh sama sekali tidak
pernah disangkanya bahwa bayangan yang nampak di luar jendela adalah gadis yang pagi tadi
menimbulkan kekagumannya di pintu gerbang
kota raja. Kalau yang muncul itu seorang raksasa
misalnya, dia tidak akan sekaget itu, namun
kejutan ini bukan tidak menyenangkan hatinya.
Dia dapat segera mengatasi kekagetannya dan
te rsenyum ramah. "Aih, kiranya engkau, nona" Selamat malam
dan silakan duduk. Angin apakah gerangan yang
meniupmu malam-malam begini datang berkunjung melalui je ndela?"
Wajah Kui Eng menjadi kemerahan. Tentu saja
ia merasa salah tingkah karena te rsipu dan rikuh
sekali. Seorang gadis berkunjung ke kamar seorang
pemuda, malam-malam tanpa diundang seperti
maling. Bayangkan itu! "Sekali lagi maaf. Pangeran. Saya ..... aku.....
te rpaksa melakukan ini ..... aku .......dikejarkejar......." Tiba-tiba nampak bayangan berkelebat, Kui Eng
cepat membalikkan tubuh dan siap siaga menghadapi serangan. Akan tetapi ia te rbelalak
melihat bahwa yang berkelebat masuk itu seorang
nenek tua renta yang memegang sebatang tongkat
kepala naga. Nenek itu tentu sudah hampir
delapanpuluh tahun usianya, akan te tapi melihat
gerakannya ketika memasuki kamar itu, jelas
dapat diduga bahwa nenek ini memiliki kepandaian
tinggi. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Cu Kiat, apa yang te rjadi" Siapa nona ini. Tadi
aku melihat bayangan berkelebat di taman bunga,
kiranya nona ini yang masuk?" Nenek itu
mengerutkan alisnya dan kelihatan tidak senang
kali, memandang kepada pangeran itu dengan
pandang mata bengis. "Nenek......aku..... aku......" Pangeran itu sendiri
nampak gugup melihat munculnya nenek galak itu
begitu tiba-tiba, padahal dia yakin bahwa neneknya amat sayang kepadanya, bahkan neneknya inilah yang memanjakannya dan neneknya pula yang mengajarkan ilmu silat
kepadanya. Neneknya adalah seorang wanita yang
sakti. Dahulu ketika mudanya ia adalah seorang
pendekar wanita yang disegani orang. Bahkan
Kaisar Tang Tai Cung yang lihai itupun hormat dan
segan kepada bibinya ini.
Melihat sikap pangeran itu yang ketakutan, Kui
Eng segera berkata. "Nenek, semua ini bukan
kesalahan pangeran. Ia tidak tahu apa-apa, akulah
yang masuk ke sini tanpa ijin...... "
"Huh! Kalau begitu, tentu engkau bukan orang
baik-baik!" Berkata demikian, nenek itu menggerakkan tongkatnya ke arah kepala Kui Eng.
Serangan itu sedemikian cepat dan kuatnya
sehingga mengejutkan hati Kui Eng, namun
dengan sigapnya ia dapat meloncat ke samping dan
menghindarkan diri dari hantaman tongkat berkepala naga itu. Akan tetapi, biarpun hantamannya luput, tongkat itu seperti hidup saja
telah membalik dan menotok ke arah dada Kui
Eng. Kembali gadis ini menghindar cepat sambil
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menyabetkan tangannya menangkis . Tongkat itu
te rpental, akan tetapi kembali melayang balik dan
kini menyambar dengan sapuan pada kedua kaki
Kui Eng. Gadis itu meloncat ke atas.
"Nenek, tahan dulu . .. !" Pangeran Li Cu Kiat
meloncat ke depan dan menghalangi neneknya
menyerang terus. "Minggir kau. Cu Kiat! Ia mampu menghindarkan diri dengan mudahnya dari rangkaian jurusku Naga Menyusup Tiga Langit,
berarti ia seorang penjahat yang amat lihai dan
berbahaya!" kata nenek itu sambil melintangkan
tongkatnya di depan dada dan memasang kudakuda yang kokoh kuat.
Naga Beracun Lanjutan Naga Sakti Sungai Kuning Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Sabarlah, nek, harap nenek bersabar dan
dengarkan dulu keteranganku. Nona ini memang
lihai sekali, akan te tapi ia sama sekali bukan
penjahat!" Nenek itu mengerutkan alisnya "Bukan penjahat" Lalu kenapa malam-malam begini
masuk ke sini tanpa ijin seperti pencuri."
"Tadi ia telah minta maaf dan sedang menceritakan mengapa ia datang malam-malam
begini. Karena terpaksa, katanya dikejar-kejar,
akan tetapi belum selesai bercerita, keburu nenek
muncul dan marah-marah. Sebaiknya kalau kita
dengark penjelasannya, nek. Duduklah, nek. dan
kau juga nona." Pangeran itu lalu menutupkan
daun pintu kamarnya yang besar dan luas.
"Baik. aku dengarkan. Akan te tapi penjelasanmu itu haruslah benar, kalau bohong,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
awas kau! Keluarga kami memang tidak suka
bermusuhan dengan siapapun, akan itu bukan
berarti bahwa kami takut menghadapi orang jahat!"
Nenek itu mengomel. Kui Eng tidak marah, bahkan
ia memandang kagum kepada nenek itu. Sudah
begitu tua namun masih gagah, dan sikapnya yang
keras itu tiada bedanya dengan sikap ayahnya.
Keras kepala, berani namun juga jujur dan tidak
suka mengakui kelemahan sendiri!
"Nah, sekarang ceritakan, nona. kenapa engkau
malam-malam begini datang ke sini?" tanya Pa ran
Li Cu Kiat dengan sikap yang lembut.
"Seperti kukatakan tadi. Pangeran, aku terpaksa
melakukan ini. Harap maafkan kelancanganku ini.
Kalau tidak terpaksa sekali, aku tidak berani ... ah,
sudahlah, aku bukan seorang cengeng yang suka
merengek-rengek meminta ampun. Aku sedang
dikejar-kejar ole h Im Yang Sengcu dan beberapa
orang anak buahnya."
Nenek dan cucunya itu terkejut, saling pandang,
kemudian mereka memandang wajah gadis itu
dengan penuh keheranan. "Si dukun le pus itu?" nenek itu berseru dan
sebutan ini saja sudah menunjukkan bahwa nenek
ini tidak suka kepada Im Yang Sengcu. "Mau
tukang sihir itu mengejar-ngejarmu?"
"Dia hendak menangkapku."
"Akan te tapi kenapa dukun le pus itu hendak
menangkapmu?" nenek itu mengejar.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Nek, sebaiknya kita membiarkan nona ini
bercerita dari awal agar semuanya te rjawab," kata
pangeran itu dan neneknya mengangguk tak sabar.
"Pangeran, semua ini masih ada hubungann
dengan peris tiwa pagi tadi di pintu gerbang". Kui
Eng memulai dan nenek itu sudah menyambarnya
lagi. "Peristiwa apa pagi tadi di pintu gerbang?"
Kui Eng tanu bahwa watak nenek yang keras ini
tidak daoat dibantah lagi dan ia harus menceritakan semuanya dengan je las. "Pagi tadi,
aku menunggang kuda memasuki pintu gerbang
kota raja," Kui Eng mulai bercerita. "Tiba-tiba
komandan regu yang se perti babi dan belasan anak
buahnya menghadangku. Aku diajak masuk gardu
penjaga dan di situ, si babi hendak merampas
barang-barang perhiasanku dan merampas pula
kudaku. Bukan itu saja, dia hendak menggerayangi
tubuhku dengan alas an hendak menggeledah
karena mencurigai aku......"
"Jahanam keparat! Komandan regu macam itu
harus dihajar sampat rontok semua giginya!" teriak
nenek itu. "Sudah kulakukan itu nek," kata Kui Eng.
"Apa .....?" Nenek itu te rbelalak.
Kui Eng te rsenyum. "Sudah kulakukan itu,
sudah kuhajar dia dan kurontokkan semua
giginya. juga kupatahkan kedua tulang le ngannya
dan semua anak buannya kuhajar dengan cambuk
kuda......." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bagus! He h-heh-heh-heh, bagus sekali!" Nenek
bersorak gembira. "Dalam keributan itu. muncul pangeran.....ini
dan dia menangkap si babi dan semua anak
buahnya dan menyuruh hukum mereka."
"Bagus! Ini baru cucu nenek namanya!" nenek
itu memuji dan mengetuk-ngetukkan tongkatnya
atas lantai. "Harap kaulanjutkan, nona." kata Pangeran Li
Cu Kiat Kui Eng lalu menceritakan tentang peristiwa
tadi, munculnya seorang bernama Phoa Gu yang
hendak membunuhnya dengan golok dengan
mencokel jendela kamarnya.
"Aku berhasil menangkis serangannya dan dia
melarikan diri. Kubayangi dia karena aku ingin
tahu siapa yang menyuruhnya. Dia lari ke bukit itu
dan tiba di depan tempat tinggal Im Yang Seng-cu.
Ketika aku hendak membunuh Phoa Gu, Im Yang
Sengcu mencegah dan ternyata Phoa Gu itu adalah
muridnya ....." "Wah. dukun le pus tukang sihir itu! Sejak
semula aku memang sudah tldak suka dan tidak
percaya padanya. Akan te tapi, Sribaginda agaknya
telah kena disihir sehingga mempercayai dukun
le pus itu. Membuatkan obat panjang umur sampai
seribu tahun" Phuah, omong kosong. Jadi, dia
yang menyuruh muridnya untuk membunuhmu?"
"Agaknya bukan dia. Dari pembicaraan mereka,
aku mengetahui bahwa Phoa Gu itu adalah kakak
si komandan regu yang sengaja hendak membalas
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dendam kepadaku, bukan disuruh oleh gurunya.
Biarpun demikian, Im Yang Sengcu tetap melindungi muridnya itu, bahkan kemudian berkeras hendak menangkap aku dengan alasan
bahwa dia mencurigai aku sebagai mata-mata
musuh atau pemberontak. Kami bertanding.
Setelah dia tidak mampu mengalahkan aku, lalu
dia mengerahkan anak buahnya dan menggunakan
nyanyian sihir. Aku tidak tahan mendengar suara
itu dan terpaksa melarikan diri dan mereka
mengejar-ngejarku. Itulah sebabnya aku nekat
masuk ke sini dan menyembunyikan diri."
"I m Yang Sengcu tidak mampu mengalahkanmu, nona" Bukan main, kalau begitu
engkau adalah seorang gadis yang lihai sekali !"
seru Pangeran Li Cu Kiat kagum.
"Hem. engkau memang seorang gadis pemberani.
Siapa namamu?" Nenek Itu bertanya. Sebelum Kui
Eng menjawab te rdengar langkah kaki te rgesa
menghampiri ruangan itu. Pangeran Li Cu Kiat
memberi is yarat kepada Kui Eng untu k berdiam
diri dan diapun menghampiri pintu yang tertutup.
"Siapa di luar?" tanyanya.
"Pangeran, maafkan kalau hamba mengganggu".
kata suara seorang penjaga yang biasa bertugas
jaga di luar gedung bersama te man-temannya.
"Totiang Im Yang Seng-cu datang dan ingin
menghadap paduka. Dia dan rombongannya
hamba persilakan menunggu di ruangan tamu."
Pangeran itu memandang neneknya, lalu berkata. "Baik, katakan aku akan menerimanya
dan suruh dia menunggu sebentar."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Baik, pangeran," kata penjaga itu yang segera
pergi keluar kembali. Terdengar langkah kaki le mbut menghampiri
ruangan itu dan Pangeran Li Cu Kiat yang sudah
hafal akan langkah itu, bergumam, "I bu datang."
Dia lalu membukakan pintu sebelum terketuk dan
masuklah seorang wanita cantik yang berusia
mendekati lima puluh tahun dengan sikap anggun.
Wanita cantik itu tidak heran melihat ibunya
berada dikamar pute ranya, akan te tapi ia te rbelalak memandang kepada gadis cantik yang
berada di kamar pula. "Cu Kiat. apa artinya Ini" Siapa gadis ini?"
Nenek itu berkata kepada cucunya, "Cu Kiat
pergilah menemui dukun le pus itu. Aku yang akan
menerangkan kepada ibumu, dan aku nanti
menyusul" Cu Kiat mengangguk, kemudian diapun keluar
dari dalam kamar itu, langsung menuju ke
ruangan tamu. Nenek itu dengan singkat bercerita
kepada pute rinya tentang Kui Eng dan seperti juga
pute ranya dan ibunya, wanita itu segera memperlihat sikap melindungi dan membela Kui
Eng. "Tosu itu memang kurang ajar. Karena mendapat angin dari adinda Kaisar, dia menjadi
besar kepala. Aku memang selalu curiga bahwa dia
te ntu akan berusaha untuk memperbesar kekuasaannya di is tana. Sebaiknya kalau ibu
menemani Cu Kiat, biar aku yang membawa nona
ini bersembunyi di kamarku."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Nenek itu mengangguk, kemudian iapun keluar
dari kamar cucunya. Ketukan tongkatnya berdetak-detak ketika ia menuju ke ruangan tamu
yang berada di bagian depan gedung itu.
Melihat munculnya Pangeran Li Cu Kiat, Im
Yang Sengcu lalu bangkit dari te mpat duduknya
dan memberi hormat dengan merangkapkan kedua
tangan depan dada. te rsenyum ramah dan berkata
dengan suara sopan. "Harap paduka suka memaafkan pinto, pangeran, kalau pinto mengganggu waktu paduka malam-malam begini
Naga Beracun Lanjutan Naga Sakti Sungai Kuning Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
karena pinto mempunyai keperluan penting sekali
untuk dibicarakan dengan paduka."
Pangeran Li Cu Kiat membalas penghormatan
itu. memandang ke arah belasan orang anak buah
tosu itu yang juga membungkuk dengan hormat,
lalu dia berkata dengan suara yang mengandung
te guran "Totiang, untuk menghadap dan bicara
dengan aku perlukah totiang membawa anak buah
sebanyak ini?" Pangeran Itu memandang kepada
belasan orang pengikut Im Yang Sengcu dan
melanjutkan, "Atau barangkali belasan orang
inipun mempunyai keperluan penting untuk dibicarakan dengan aku?"
Melibat sikap dan mendengar suara yang nada
penuh teguran itu, Im Yang Sengcu lalu memberi
is yarat kepada anak buahnya dan berkata, "Kalian
menunggu di luar saja!" Belasan orang itu memberi
hormat kepada Pangeran Li Cu Kiat lalu keluar dari
ruangan itu. "Nah, sekarang ceritakan, keperluan penting
apakah itu yang hendak totiang bicarakan dengan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
aku" Setahuku, selama ini kami sekeluarga tidak
mempunyai urusan dengan totiang."
"Slancai, harap paduka pangeran suka memaafkan kalau pinto mengganggu. Sesungguhnya, demi keamanan dan keselamatan
paduka sekeluargalah maka pinto memberanikan
diri datang menghadap malam-malam begini.
Ketahuilah bahwa pinto dan para murid sedang
mengejar seorang wanita jahat, seorang yang kami
curigai sebagal mata-mata musuh atau pemberontak." Pangeran Li Cu Kiat mengerutkan alisnya.
"Totiang, apa hubungann ya totiang mengejar
penjahat dengan keluarga kami?"
"Kami mengejar penjahat itu dari bukit kami dan
ia melarikan diri lalu masuk ke dalam pekarangan
istana paduka ini, dan lenyap disini"
"Hemm, totiang!" Li Cu Kiat berkata penasaran.
"Apakah totiang hendak mengatakan bahwa
penjahat itu tinggal di istana kami?"
"Ah, mana pinto berani menuduh seperti itu"
Pinto hanya mengatakan bahwa ia lari dan
menghilang di sini. Karena khawatir ia mengganggu keselamatan keluarga paduka, maka
pinto memberanikan diri menghadap untuk memberi tahu kepada paduka."
Pada saat itu terdengar bunyi ketukan tongkat
nenek pangeran itu dan orangnya muncul dari
pintu dalam. Melihat nenek ini, Im Yang Seng-cu
cepat bangkit berdiri dan memberi hormat. Baru
dua kali dia pernah berte mu dengan nenek itu dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dia tahu bahwa Kaisar sendiri menghormati
bibinya ini, maka diapun selalu menghormati
nenek yang agaknya meremehkan dirinya itu.
"Song-twanio (Nyonya Besar Song)" Selamat
malam. Maafkanlah pinto mengganggu ketenangan
istana twanio malam Ini."
Nenek Itu mendekat, memandang penuh perhatian lalu berkata. "Aih. kiranya dukun le pus
ahli sihir Im Yang Sengcu yang datang. Apakah
engkau hendak meramalkan nasib cucuku" Cu
Kiat, serahkan saja nasib keluarga kita kepada
Tuhan dan jangan mempercayai omongan segala
macam tukang ramal dan tukang sulap!"
Mendengar ucapan yang nadanya mengejek dan
merendahkan dirinya itu, wajah I m Yang Seng-cu
menjadi merah dan hatinya mendongkol bukan
main. Kalau tidak ingat bahwa nenek ini adalah
bibi Kaisar dan selain itu juga lihai, tentu sudah
didampratnya nenek itu. "Twanio, kedatangan pinto ke sini dengan
maksud baik, untuk menjaoa keamanan dan
keselamatan keluarga twanio. Hendaknya diketahui bahwa pinto mengejar seorang penjahat
dan ia lari masuk dalam istana twanio ini."
"Apa katamu", Penjahat masuk ke rumah kami"
Cu Kiat, kebohongan apa ini yang dikatakannya?"
"Nek, totiang ini mengatakan bahwa ia mengejar
seorang gadis yang katanya merupakan seorang
mata-mata musuh atau pemberontak."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"I m Yang Seng-cu, jaga mulutmu baik-baik!"
Nenek itu marah dan mengamangkan tongkatnya.
"Kau mau bilang bahwa kami memberontak?"
"Ah, tidak sama sekali, twanio"' Im Yang Sengcu berseru kaqet. "Pinto hanya mengatakan bahwa
pinto telah mengejar seorang gadis dan ia telah
melarikan diri. Ketika pinto mengejarnya untuk
menangkap dan menyeretnya ke pengadilan, ia
melarikan diri dan meloncati pagar tembok istana
ini. Karena khawatir ia melakukan kejahatan dan
mengganggu keluarga twanio, maka pinto memberanikan diri menghadap untuk memberi
tahu." "Engkau mengejar-ngejar seorang gadis dan
tidak mampu menangkapnya" Aneh! Dan bagaimana pula engkau mengatakan bahwa gadis
itu jahat" Apa saja yang telah ia lakukan?" tanya
pula Nyonya Song, nenek itu. Nyonya Song ini
dahulunya seorang pendekar wanita. Puterinya
menikah dengan Pangeran Li Seng Tek kakak
Pangeran Li Si Bin yang kini menjadi kaisar dan
mempunyai seorang anak laki-laki, yaitu Pangeran
Li Cu Kiat. "Gadis itu mencurigakan sekali, dan kejam,
twanio," kata Im Yang Seng-cu.
"la telah mengamuk dan melukai banyak perajurit, bahkan
hampir saja ia membunuh murid pinto ......."
"Ah, kiranya engkau mengejar-ngejar gadis yang
dikeroyok oleh para penjaga pintu gerbang tadi
pagi, totiang?" Li Cu Kiat berseru. "Kalau begitu,
engkau keliru besar. Akulah yang menyebabkan
para penjaga itu dihukum, karena mereka
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bertindak sebagai perampok, bukan sebagai perajurit kerajaan."
"Hemm, kalau muridmu membela regu yang
bertindak seperti perampok, berarti muridmu itu
juga jahat, dan kalau sekarang engkau membela
muridmu itu, sungguh membuat kami curiga
bahwa engkau bukanlah orang baik-baik, Im Yang
Seng-cu!" kata pula si nenek.
Mendengar ini, Im Yang Sengcu bangkit berdiri
dan matanya mencorong marah. Berani sekail
nenek dan cucunya ini menghinanya! "Pangeran
dan Twanio, tidak ada gunan ya lagi kita berdebat,
kalau benar ji-wi (kalian) tidak menyembunyikan
gadis pemberontak itu, buktikan dan biarkan
pinto dan para murid pinto melakukan pencarian
dan penggele dahan di dalam rumah ini!"
"Dukkk!!" Tongkat nenek itu dihentakkan di atas
lantai sehingga lantai itu berlubang. "Keparat kau
dukun le pus! Coba, hendak kami lihat apakah
engkau berani melakukan penggele dahan di rumah
kami! Kupukui kepalamu sampai lumat!"
Pangeran Li Cu Kiat juga berdiri menghadapl
tosu itu. "Im Yang Seng-cu siapapun te rmasuk
engkau tidak boleh bertindak sewenang-wenang
te rhadap kami! Hanya Sribaginda Kaisar saja yang
boleh memerintahkan penggeledahan."
"Ananda Kaisar sekalipun akan berpikir dua kali
untuk menghinaku!" nenek Song berte riak "Dan
engkau, dukun le pus, tukang sulap dan sihir ini
berlagak di depanku" Hayo pergi kau, atau
kukemplang kepalamu sampai hancur berentakan!" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
De ngan muka sebentar merah sebentar pucat,
Im Yang Sengcu menahan kemarahan hatinya.
"Baik, akan pinto laporkan kepada Sribaginda
Kaisar bahwa rumah ini melindungi seorang
pemberontak!" katanya sebelum pergi.
"Laporkan, dan kami akan melaporkan bahwa
kau melindungi regu yang menyeleweng dan
bertindak sebagai perampok! Ingin kami lihat,
engkau atau kami yang akan didengarkan oleh
Pamanda Kaisar" kata Pangeran Li Cu kiat marah.
Im Yang Sengcu berdiri dengan muka merah dan
mata mencorong. Hampir saja dia tidak dapat nhan
kemarahannya. Ingin rasanya menerjang dan
membunuh orang-orang yang berani memandang
rendah dan menghinanya itu. Akan tetapi dia
maklum bahwa kalau dia melakukan hal itu. maka
bencana besar akan menimpanya. Belum tentu dia
akan mampu mengalahkan nenek dan cucunya
itu. Andaikata dapat mengalahkan dan membunuh
merekapun dia akan memikul tanggung-jawab
besar terhadap Kaisar. Dengan marah diapun
membalikkan tubuhnya pergi dari situ tanpa pamit
lagi. Di luar.dia memberi isyarat kepada para
muridnya untuk pergi. Di sebelah dalam rumah gedung itu. Kini Kui
Eng duduk berhadapan dengan mereka bertiga,
Pangeran Li Cu Kiat, ibunya, dan neneknya.
Setelah mendengar bahwa Im Yang Sengcu telah
dapat diusir pergi, gadis itu cepat mengangkat
kedua tangan di depan dada. "Terima kasih banyak
atas pertolongan sam-wi (kalian bertiga) Tanpa
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pertolongan itu, mungkin aku sudah te rtawan
mereka." "Hem, gadis muda. Engkau sungguh pemberani,
mengingatkan aku akan masa mudaku dahulu.
Engkau berani memasuki kota raja, melawan regu
penjaga, bahkan berani menentang Im Yang
Sengcu, dan berani pula memasuki rumah kami
untuk berse mbunyi. Siapakah engkau sebenarnya"
Dan mengapa engkau datang ke kota raja?" N enek
Song bettanya dan bersama puteri dan cucunya, ia
memandang tajam penuh selidik.
Kui Eng menghela napas panjang. Tidak pantas
kalau ia merahasiakan dirinya terhadap keluarga
yang te lah menyelamatkannya ini. Mungkin akibatnya akan tidak menguntungkan baginya
kalau ia mengaku, akan te tapi ia tidak akan
bersikap pengecut, yang hanya karena ingin
mengamankan diri sendiri harus bersikap pengecut
dan tidak jujur terhadap para penolongnya.
"N amaku Cian Kui Eng....."
"Marga Cian ......?""' Nenek Song berseru kaget
dan te ringat akan ukiran huruf CIAN di dinding
Naga Beracun Lanjutan Naga Sakti Sungai Kuning Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
bagian depan istana itu. Nah, mulai sudah, pikir Kui Eng. Sudah
kepalang, ia harus melangkah te rus. "Benar, aku
bermarga Cian, aku lahir di dalam gedung ini dan
ayahku adalah bekas Pangeran Cian Bu Ong."
"Ahhh.......!!" Seruan ini keluar dari tiga mulut
itu dan mereka bertiga memandang wajah Kui Eng
dengan mata terbelalak kaget.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Jadi kalau begitu ..... engkau ini benar-benar
pemberontak ..... atau anak pemberontak" Cian Bu
Ong adalah seorang pemberontak!" kata Nyonya
Janda Li Seng Tek, ibu Cu Kiat.
Kui Eng memandang nyonya itu dengan sikap
te nang namun sinar matanya mengandung penas aran, "Maaf, bibi. Andaikata Kerajaan Tang
ini dijatuhkan orang luar, kemudian Pangeran Li
Cu Kiat putera bibi ini. melakukan perlawanan
untuk merebut dan mendirikan lagi Kerajaan Tang
yang jatuh, tentu kerajaan baru akan menudingnya sebagai seorang pemberontak. Akan
tetapi, demi keadilan, benarkah dia seorang
pemberontak" De mikian pula dengan ayahku.
Ketika Kerajaan Sui jatuh, ayah bangkit dan
berusaha untuk mendirikan kembali kerajaan itu.
Jahatkah perbuatan ayah itu" Bagi Kerajaan Tang,
mungkin dia dianggap perusuh dan pemberontak,
akan te tapi bagi Kerajaan Sui, ayah dianggap
sebagai seorang patriot pejuang sejati!"
Pangeran Li Cu Kiat memandang kagum kepada
gadis itu. Gadis yang hebat, pikirnya. Dan
ucapannya itu mengandung kebenaran mutlak. Dia
sendiri muak dengan perebutan kekuasaan, di
istana. "Akan tetapi, bagaimanapun juga, berarti ayahmu itu memusuhi kami keluarga Tang!" seru
ibunya. "Dan kau...... kau pute rinya, tentu engkau
memusuhi pula kami ....."
Kui Eng menggeleng kepalanya. "Sama sekali
tidak, bibi. Ayah telah menyadari bahwa Kerajaan
Sui telah jatuh dan musna, bahwa memang sudah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ditakdirkan bahwa tanah air dan bangsa dipimpin
oleh kerajaan baru, yaitu Kerajaan Tang. Ayah
telah menerima kenyataan ini dan buktinya,
sampai kini ayah tidak pernah membuat gerakan
lagi. Aku sendiri masih seorang anak kecil berusia
dua tahun ketika pergantian kekuasaan terjadi,
dan aku sama sekali tidak mencampuri urusan
itu." "Aih, jadi engkau ini pute ri Cian Bu Ong" Aku
masih ingat. Ketika aku masih berkecimpung di
dunia persilatan, Cian Bu Ong merupakan seorang
pendekar muda yang gagah perkasa, di samping
kedudukann ya sebagai seorang pangeran dan
panglima. Jadi dia sekarang telah dapat menerima
kenyataan yang ditakdirkan Tuhan" Bagus sekali!
Di mana dia sekarang?" tanya nenek Song.
"Ayah bersama ibu kini pergi merantau ke
Himalaya," jawab .Kui Eng.
"Nona, kami gembira sekali mendengar bahwa
engkau dan ayahmu tidak memusuhi keluarga
Kaisar Tang. Akan te tapi, kalau boleh kami
mengetahui, apakah engkau mempunyai kepentingan khusus berkunjung ke kota raja ini"
Barangkali kami dapat membantumu?"
Tentu saja.Kui Eng tidak mau mengaku bahwa
ia hendak membantu Thian Ki untuk mencari dan
merampas Liong-cu-kiam dari gudang pusaka
kerajaan, "Aku sedang mencari suhengku."
"Ah, suhengmu juga berada di kota raja"
Siapakah namanya7 Siapa tahu aku akan dapat
membantumu mencarinya," kata Cu Kiat. Melihat
sikap dan perhatian puteranya terhadap gadis itu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
nyonya Li dan nenek Song saling pandang dan
te rsenyum. Sudah lama mereka berdua membujuk
Li Cu Kiat untuk segera menikah, akan tetapi
pangeran yang usianya sudah duapuluh lima
tahun ini sellu menolak dengan mengatakan bahwa
dia belum tertarik kepada wanita. Dan sekarang,
melihat sikapnya. jelas bagi kedua orang wanita itu
bahwa Pangeran Li Cu Kiat agaknya jatuh hati,
atau setidaknya amat kagum dan te rtarik kepada
Cian Kui Eng. "Suheng bernama Coa Thian Ki. Aku sendiri
tidak tahu apakah dia s ekarang berada di kota raja
ataukah tidak, akan te tapi ketika pergi, dia
merencanakan untuk berkunjung ke kota raja.
Karena ayah dan ibu juga pergi merantau ke barat,
aku merasa kesepian di rumah sendiri lalu pergi
menyusul dan mencari suheng di sini. Tidak
kusangka bahwa di pintu gerbang aku diganggu
oleh para penjaga sehingga urusannya menjadi
berkepanjangan sehingga merepotkan pula kepada
keluarga di sini." "Tidak sama sekali, nona. Kami adalah keluarga
yang selalu menjunjung tinggi kebenaran dan
keadilan. Kami sama sekali tidak merasa repot
dengan adanya peris tiwa yang menyangkut dirimu," kata Cu Kiat.
"Benar sekali, Kui Eng. Kami membelamu karena
engkau benar dan untuk sementara ini, sebaiknya
kalau engkau bersembunyi dulu di sini. Aku yakin
Im Yang Seng-cu tidak akan tinggal diam dan terus
mencarimu," kata Li Hu-Jin (Nyonya Li)
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Dan selama tinggal di sini, jangan takut kalau
dukun le pus itu berani datang mengganggumu,
akan kukemplang kepalanya dengan tongkatku ".
kata pula nenek Song penuh semangat.
Kui Eng berterima kasih sekali. Tak disangkanya
bahwa penghuni baru bekas rumah keluarga
ayahnya merupakan keluarga bangsawan tinggi
yang begini baik terhadap dirinya.
"Terima kasih atas kebaikan bibi sekeluarga,"
katanya kepada Nyonya Li. "Akan tetapi, aku
sudah menyewa kamar di rumah penginapan ujung
kota, dan pakaianku juga masih tertinggal di sana."
"Jangan khawatir, nona. Aku akan menyuruh
seseorang mengambilnya. Kalau engkau mengambilnya sendiri, aku khawatir Im Yang
Sengcu dan anak buahn ya sudah menantimu di
sana." "Benar, Kui Eng. Untuk sementara ini, engkau
sebaiknya bersembunyi dulu di sini dan jangan
keluar. Biar Cu Kiat yang mencarikan suheng mu,"
kata N yonya Li. "Aih, kenapa sih mesti takut kepada dukun
le pus itu" Kalau engkau ingin mengambil sendiri
pakaianmu di rumah penginapan, mari kute mani,
Kui Eng, dan hendak kulihat dukun le pus itu akan
berani berbuat apa!"' Nenek Song berkata dengan
penas aran. "Ah, aku tidak berani merepotkan dan membuat
lelah nenek." kata Kui Eng.
"Jangan, nek. Sebaiknya kita tinggal diam dan
melihat perkembangannya, tidak perlu membuat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ribut dengan Im Yang Sengcu. Aku akan menyuruh
orang sekarang juga mengambil pakaian nona
Cian Kui Eng." Akan te tapi, orang suruhan Pangeran Li Cu Kiat
itu kembali dan mengabarkan bahwa buntalan
pakaian Kui Eng telah dirampas oleh Im Yang Seng
dan pemilik rumah penginapan tentu saja tidak
berani menentang kehendak tosu sahahat kaisar
itu.. Nyonya Li segera menyuruh buatkan pakaian
untuk Kui Eng. Ketika gadis ini hendak mengganti
dengan uang, ibu pangeran itu menolak dengan
ramah. Tentu saja Kui Eng merasa semakin
te rharu dan hutang budi kepada keluarga bangsawan yang amat baik dan ramah kepadanya
itu. Bahkan nenek Song yang keras hati itupun
bersikap amat dan baik kepadanya. Terutama
sekali Pangeran Cu Kiat. Sikapnya demikian penuh
perhatian dan ramah, juga dari pandang mata
pangeran itu KuiEng dengan hati berdebar dapat
melihat sikap yang amat mes ra. Mudah saja
menduga bahwa pangeran itu telah jatuh cinta
kepadanya! oodowoo Biarpun usianya baru empat puluh tahun le bih,
namun Kaisar Tang Tai Cung sudah nampak le bih
tua dari pada usianya yang sebenarnya. Dia
kelihatan seperti orang yang berusia lima puluh
tahun saja. Hal ini tidaklah mengherankan kalau
diingat betapa sejak muda sekali, dia adalah
pejuang yang gigih, yang menghadapi banyak
sekali masalah, bahkan te rancam banyak bahaya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
maut. Kemudian, setelah berhasil menumbangkan
Kerajaan Sui dan mengangkat ayahnya, mendiang
Kaisar Tang Kao Cu menjadi Kaisar pertama dari
Kerajaan Tang, kembali sebagai Pangeran Li Si Bin
dia menghadapi banyak cobaan. Perebutan kekuasaan antara saudara-saudaranya, pemberontakan dan pengkhianatan, silih berganti
mengganggu kerajaan baru itu dan semuanya
mengandalkan dia seorang untuk membersihkannya. Setelah dia menjadi Kaisar
Tang Tai Cung(627 - 649), diapun masih selalu
dirundung malang. Kalau dulu yang berebutan
kekuasaan adalah para saudaranya, kini para
pute ranya mulai melanjutkan perebutan kekuasaan di antara keluarga kaisar itu. Terpaksa
dia bahkan menghukum pute ra-pute ranya sendiri
yang memperebutkan kedudukan pangeran mahkota! Semua cobaan inilah yang membuat
Kaisar Tang Tai Cung nampak tua. Pada hal, dia
adalah seorang laki-laki perkasa yang memiliki,
ilmu silat dan ilmu perang hebat dan jarang
bandingannya. Malam itu. Kaisar Tang Tai Cung menerima
sahabat dan panasihatnya. yaitu Im Yang Seng-cu
dan mereka berdua minum arak di dalam taman,di
sebuan pondok indah di taman itu. Mereka
berhadapan menghadapi meja yang penuh makanan dan anggur, dan di depan mereka
te rbentang kolam ikan yang bes ar di mana tumbuh
banyak bunga te ratai merah dan ikan beraneka
warna berenang di permukaan air. Indah sekali!
Lampu-lampu dengan kap lampu warna-warni
menambah keindahan kolam itu.
Naga Beracun Lanjutan Naga Sakti Sungai Kuning Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bagaimana, totiang, sudah berhasilkah engkau
dengan pembuatan obat panjang usia yang
kupesan itu?" Sribaginda Kaisar Tang Tai Cung
bertanya setelah mereka minum beberapa cawan
anggur. "Dan bagaimana pula dengan janjimu
untuk mengajarkan aku cara membuat emas?"
Tosu itu mengangguk-angguk dan mengelus
je nggotnya yang tipis dan putih semua sambil
te rsenyum. "Jangan khawatir, Sribaginda Hamba
dang membuat obat panjang usia itu sesuai
dengan ilmu rahasia yang dahulu diajarkan oleh
Tujuh Manusia Dewa Hutan Bambu. Akan te tapi,
pembuatan emas itu membutuhkan kesabaran dan
kematangan Sribaginda. Kalau saatnya sudah tiba
dan obat itu sudah sempurna, tentu akan hamba
serahkan kepada paduka, dan sekali paduka
menggunakan obat itu maka seperti yang ditulis
oleh Manusia Dewa Hutan Bambu, maka rambut
putih akan menjadi hitam, gigi ompong akan
tumbuh kembali, kekuatan tubuh akan kembali
besar. Yang menggunakan obat itu tidak akan
pernah tua, yang sudah tua akan menjadi muda
kembali dan dia akan hidup abadi dan tidak
pernah mati." Sepasang mata Kaisar Tang Tai Sung bersinarsinar penuh harapan. "Totiang, janji itu te rlalu
muluk! Benar-benarkah ada obat yang khasiatnya
sehebat itu?" Im Yang Sengcu mengerutkan alisnya. "Sribaginda. syarat terpenting bagi seorang manusia untuk membuat obat itu manjur adalah
kepercayaan! Obat seperti itulah yang Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dipergunakan para dewa dan malaikat sehingga
mereka tidak pernah tua, tidak pernah mati.
Bersabarlah dan tentu hamba akan menghaturkan
kepada paduka setelah obat itu selesai hamba
sempurnakan. Hamba harus berpuasa dan bersamadhi selama beberapa pekan lagi supaya
obat itu dapat sempurna."
"Ah, terima kasih, totiang. Budi totiang besar
sekali dan kami akan memberi anugerah apa saja
yang totiang kehe ndaki. Dan bagaimana dengan
janji totiang untuk mengajarkan cara pembuatan
emas itu" o)0o-dw-o0(o Jilid 32 "Hamba sedang mengumpulkan bahan bahannya, Sri baginda. Sekarang sudah hampir
le ngkap. Kalau sudah lengkap, selain memberitahukan semua bahan dan cara pembuatannya, juga hamba akan mendemonstrasikan cara pembuatannya kepada
paduka agar te rbukti bahwa hamba bukan hanya
bohong semata. Sebagai murid keturunan Tujuh
Manusia De wa Hutan Bambu, yang menjadi
pendiri dan guru besar golongan kami sejak
empatratus tahun lebih yang lalu, pantang bagi
hamba untuk berbohong. Paduka te ntu percaya
kepada hamba, bukan?"
Kaisar Tang Tai Cung te rtawa. "Tentu saja,
totiang. Kalau tidak percaya bagaimana mungkin
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kita dapat berbincang- bincang di sini seperti dua
orang sahabat?" "Terima kasih. Yang Mulia," kata Im Yang
Sengcu "Maafkan pertanyaan hamba ini. Hamba
sudah melihat melalui perbintangan bahwa ada
bayangan huruf Bu mengancam kerajaan paduka,
akan tetapi mengapa paduka belum juga bertindak
kalau paduka percaya kepada hamba."
Wajah kaisar itu berubah agak kemerahan dan
dia menghela napas panjang "Me mang pelaksanaannya sengaja kami tunda, totiang. Di
antara para pejabat kami, banyak yang bermarga
Bu, rasanya berat hati ini kalau harus menghukum
mereka tanpa dosa. Kami menghendaki keyakinan
le bih dahulu. Dan terutama sekali, Bu Mei Ling
menjadi selir yang setia, bagaimana kami dapat
menghukum seorang selir yang baru saja berjas a
menyelamatkan nyawa kami?"
Im Yang Sengcu menghela napas, "Paduka masih
kurang yakin dengan keterangan hamba" Kalau
begitu, sebaiknyi kalau paduka menyaksikannya
sendiri. Hamba mohon disediakan meja sembahyang dan semua perlengkapannya."
Sri baginda Kaisar nampak gembira sekali dan
dia segera bertepuk tangan memberi tanda
memanggil pengawal. Atas perintah kaisar, sebentar saja di pondok itu telah berdiri meja
sembahyang dengan semua perle ngkapannya.
Kaisar Tang Tai Cung sudah beberapa kali
menyaksikan dan membuktikan sendiri ilmu yang
dikuasai tosu sahabatnya itu dan dia memang
sudah mempercayanya. Hanya karena dia merasa
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berat melaksanakan hukuman tanpa dosa te rhadap seluruh marga Bu maka dia merasa tidak
yakin. Im Yang Sengcu segera melakukan upacara
sembahyang yang aneh. Dia mengeluarkan manteram yang te rdengar aneh dan tidak dimengerti oleh kaisar, akan tetapi doa mantramnya itu mendatangkan getaran yang amat
kuat sehingga kaisar sendiri harus cepat mengerahkan sin-kang untuk melindungi dirinya.
Seikat hio yang dipegang kedua angan Im Yang
Sengcu, tiba-tiba mengeluarkan asap tebal sekali.
"Yang Mulia, harap perhatikan dan lihat baik-baik
huruf apa yang akan nampak sebagai bukti bahwa
ada marga te rtentu yang mengancam kerajaan
paduka!" te rdengar suara tosu itu dan suaranya
te rdengar aneh, parau dan lapat-lapat seolah tosu
itu berada di tempat yang jauh sekali. Kaisar
memandang ke arah asap bergulung-gulung itu
penuh perhatian dan perlahan-lahan, asap itu
benar-benar membentuk sebuah huruf yang besar
dan je las, huruf BU! Dan huruf dari asap itu
perlahan-lahan bergerak ke arah kaisar, seolah
seekor binatang atau mahluk buas yang hendak
menyerangnya. Wajah Kais ar Tang Tai Cung
berubah agak pucat. Dia seorang pendekar yang
berilmu tinggi. Jarang ada orang mampu menandinginya, akan te tapi kini dihampiri huruf
BU dari asap hitam itu sungguh merupakan hal
yang amat menyeramkan. Kaisar Tang Tai Cung
lalu mengerahkan tenaga sin-kang dan bangkit lalu
mendorong ke arah gumpalan asap itu sambil
berte riak mele ngking. Dari kedua telapak Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tangannya menyambar hawa yang dahsyat ke arah
huruf BU dari asap itu dan asap itupun
membuyar, bentuk hurufnya te rpecah-pecah dan
tidak berbentuk lagi. "Siancai......!"
Im Yang Seng-cu berseru. "Demikianlah seharusnya yang paduka lakukan,
yaitu memukul hancur marga Bu sebelum mereka
benar-benar meru[akan ancaman bagi paduka!"
Kaisar mengangguk-angguk, wajahnya masih
agak pucat. "Engkau benar, Totiang. Biarpun
nampaknya kejam, akan tetapi hal ini perlu kami
lakukan demi keselamatan Kerajaan Tang!" KembaIi kaisar memanggil pengawal dan memerintakan agar pada saat itu juga pengawal
memanggil Panglima Ciu, kepala pasukan keamanan kota raja. Akan tetapi, sebelum perintah
itu dilaksanakan, Im Yang Sengcu cepat berkata
mengingatkan. "Maaf, Yang Mulia. Hamba kira urusan ini
sebaiknya dilaksanakan saat ini juga sebelum
beritanya bocor dan mereka melarikan diri.
Tidakkah le bih te pat kalau paduka menuliskan
perintah itu dan agar surat perintah itu ditaksanakan sekarang juga oleh panglima?"
Kaisar Tang Tai Cung mengangguk-angguk, lalu
dia membuat surat perintah yang ditujukan
Naga Beracun Lanjutan Naga Sakti Sungai Kuning Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kepada Panglima Ciu agar malam itu juga panglima
membawa pasukan dan menangkapi lalu menghukum mati semua orang yang bermarga Bu,
tidak perduli laki-laki maupun perempuan tua
renta maupun masih bayi! Pengawal cepat membawa surat perintah itu dan mengantarnya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kepada Panglima Ciu yang terkejut setengah mati
menerima perintah itu. Akan te tapi, dia hanya
seorang bawahan yang ha rus patuh kepada kaisar.
Maka, te rjadilah pembantaian! yang amat mengerikan di malam hari itu. Malam celaka yang
sekaligus merupakan le mbaran hitam dari riwayat
Kaisar Tang Tai Cung yang dikenal sebagai seorang
kaisar yang adil dan bijaksana. Perbuatan malam
hari itu dikutuk rakyat dan te rcatat dalam sejarah
sebagi kelaliman seorang kaisar yang sewenangwenang membunuhi orang-orang tak berdosa,
perbuatan yang amat kejam! Kaisar Tang Tai Cung
sendiri terpukul he bal oleh perbuatan ini. Semalam
suntuk dia tidak dapat pulas . Jiwa kependekarannya berontak terhadap diri sendiri.
Namun apa artinya kesadaran pikiran kalau
berhadapan dengan meraja- lelanya nafsu"
Nafsu mementingkan diri sendiri membuat
manusia menjadi lupa daratan, hanya mementingkan diri dan dalam mengejar kepentingan dan keinginan diri, maka segala cara
akan ditempuhnya! Kalau kesadaran timbul bahwa
perbuatannya itu tidak benar dan jahat, lalu nafsu
yang sudah mencengkeram pikiran menggunakan
siasatnya yang teramat licik sehingga batin bahkan
mencari cara untuk membela perbuatan yang
dikendalikan nafsu itu. Pikiran akan membela
dengan segala cara pula. Seperti Kaisar Tang Tai
Cung Ketika kesadarannya timbul dan membuat
dia menyesali perbuatannya, batin yang sudah
diperalat nafsu segera menghiburnya dan membela
perbuatannya, membis ikkan bahwa dia melakukan
semua itu karena te rpaksa, karena kerajaannya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
te rancam, karena dia harus menyelamatkan Kerajaan Tang, harus menyelamatkan keluarganya,
harus mencegah terjadinya pemberontakan yang
akan mengorbankan rakyat banyak, dan selanjutnya lagi. Nafsu melalui pikiran akan
berdaya upaya agar keburukan perbuatannya itu
te rtutup dan tidak nampak buruk lagi! De mikianlah kerjanya nafsu yang te ramat cerdik
mempermainkan kita. Pagi-pagi sekali, selir baru kaisar, yaitu Bu Mei
Ling atau Bu Houw mendapat berita dari Jithaikam, yaitu sida-sida yang menjadi-orang
kepercayaannya akan peris tiwa pembantaian orang-orang bermarga Bu. Wajah Bu Mei Ling
menjadi pucat sekali dan iapun bergegas menghadap Kaisar Tang Tai Cung yang nampak
lesu dan lelah karena semalam suntuk tidak dapat
tidur barang sekejap matapun.
Begitu diperkenankan masuk menghadap kaisar
yang masih duduk di tepi pembaringan, selir cantik
itu lari sambiI menangis dan menjatuhkan diri
berlutut di depan kedua kaki kaisar.
"Yang Mulia........" Bu Mei Ling te risak. "Apakah
dosa marga Bu maka paduka menjatuhkan
hukuman mati kepada mereka semua?".
Kaisar menghela napas panjang, pertanyaan
itu seperti ujung belati menusuk perasaannya yang
sudah gelisah, bimbang dan menyesal. "Mei Ling,
aku melakukan itu untuk menyelamatkan kerajaan.. Marga Bu adalah marga pemberontak
yang akan menggulingkan kerajaan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ampun, Yang Mulia. Kalau ada yang te rbukti
bersalah dan memberontak, tentu-sudah sepantasnya kalau dihukum berat. Akan tetapi,
mungkinkah seluruh keluarga yang bermarga Bu
mememberontak" Dari kanak-kanak sampai kakek
nenek" Yang Mulia......"
"Sudahlah, cukup" Kaisar Tang Tai Cung
menutupi kedua telinganya degan te lapak tangan.
"Jangan bicarakan lagi urusan itu!"
Selir itu tetap berlutut dan menghapus air
matanya. Ketika ia melihat betapa kaisar sudah
menurunkan kedua tangannya dan nampak
berduka sekali iapun berkata, "Yang Mulia, hamba
adalah adalah Bu Mei Ling, hamba juga dari marga
Bu. Kalau paduka menganggap bahwa hamba
hendak pula memberontak, hamba siap menerima
hukuman. Akan te tapi hamba tidak mau dibunuh
oleh orang lain. Hamba mohon agar dibunuh oleh
tangan paduka sendiri. Yang Mulia, hamba Bu Mei
Ling siap menerima kematian dibawah tangan
paduka!" Selir itu menengadahkan mukanya
kepada kaisar, memandang dengan penuh kesedihan, siap menanti datangan pukulan maut.
Sejenak Kais ar' Tang Tai Cung menatap wajah
itu dan matanya mencorong lalu perlahan-lahan
dia mengangkat tangan kanannya ke atas, siap
memukul, "Engkau ..... engkau wanita she Bu........
engkau akan merampas tahta kerajaan dari anakanakku....."Akan te tapi, ketika Bu Mei Ling
memejamkan mata, siap menanti maut, tangan itu
tak kunjung turun. Ia mendengar sedu sedan dan
ketika ia membuka matanya, ia melihat kaisar
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menutupi mukanya dengan kedua tangan dan
te rsedu seperti orang menangis.
"Yang Mulia.....!" Bu Mei Ling bangkit dan
merangkul. "Mei Ling......!!" Kaisar mendekapnya dan sekali
ini kaisar benar-benar menangis di dadanya. "Mei
Ling, aku hanya ingin menyelamatkan kerajaan.
Aku bukan orang yang kejam, bukan kaisar
lalim...." Karena penyesalan yang mendalam,
karena duka, kaisar menemukan hiburan dalam
diri dan pelayanan Bu Mei Ling. Selir ini memang
merasa kagum sekali kepada kaisar, bahkan ada
juga api cinta membara dalam dadanya karena
Kaisar Tang Tai Cung adalah seorang pria yang
jantan dan perkasa, yang biasanya bersikap adil
dan bijaksana. Kini, ia merasa kasihan sekali dan
perasaan ini mendatangkan kemesraan yang pada
saat itu amat dibutuhkan kaisar yang sedang risau
itu. Setelah Bu Mei Ling mengingatkan kais ar bahwa
saat persidangan para mente ri akan dimulai,
barulah Kaisar Tang Tai Cung dengan bermalasmalasan bangkit dari pembaringan dan berganti
pakaian dilayani oleh Mei Ling. Keadaan kaisar
tidaklah serisau tadi. Seorang thai-kam mengetuk daun pintu mohon
melapor kais ar. Kais ar memberi isyarat dan Bu Mei
Ling membuka daun pintu. Thaikam itu sambil
berlutut melapor bahwa Im Yang Seng-cu mohon
menghadap. Kaisar menyuruh thai-kam mempersilakan tosu itu memasuki ruangan depan
kamar, dan diapun keluar dari kamar memasuki
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ruangan diikuti Bu Mei Ling yang merasa hatinya
te gang mendengar munculnya tosu itu karena ia
sudah mendengar dari Ji-thaikam bahwa pembantaian terhadap orang-orang bermarga Bu
adalah atas nasihat tosu itu.
Im Yang Sengcu cepat memberi hormat dengan
membungkuk kepada kaisar. ketika kaisar muncul
bersama Bu Mei Ling. Hati kaisar yang tadinya
risau dan agak terhibur oleh Mei Ling, kini menjadi
le bih tenang ketika dia bertemu Im Yang Sengcu
yang menghaturkan selamat pagi dan wajahnya
nampak berse ri. "Hamba menghaturkan selamat. Sribaginda.
Pembasmian rumput beracun te lah dilaksanakan
dongan baik malam tadi."
"Mudah-mudahan saja bahaya yang mengancam
kerajaan telah terhindar, totiang," kata kaisar.
"Ampunkan hamba, Sribaginda. Kalau boleh
hamba bicara te rus te rang demi keamanan dan
keselamatan kerajaan paduka....." Dia berhenti dan
melirik ke arah Bu Mei Ling yang hanya berdiri
mendengarkan saja. "Tentu saja boleh, katakan, totiang," kata kaisar,
alisnya berkerut dan hatinya merasa tidak enak.
"Sri baginda, membasmi rumput liar beracun
haruslah dilakukan sampai bersih, tidak boleh
te rtinggal sebatangpun, karena kalau yang sebatang itu dibiarkan tumbuh, tak lama kemudian tentu akan berkembang biak lagi."
Jelaslah bagi Kaisar Tang Tai Cung siapa yang
dimaksudkan oleh tosu itu karena kini tosu itu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
langsung saja memandang ke arah Bu Mei Ling.
Diapun menjawab dengan sikap te nang, "Totiang
rumput yang satu ini akarnya tumbuh di dalam
hatiku. Bagaimana mungkin aku mencabutnya
tanpa melukai dan merusak hatiku sendiri" Kami
ingin minta pendapatmu bagaimana baiknya asal
jangan dis uruh mencabutnya, totiang."
Tosu itu tersenyum dan mengangguk-angguk,
lalu melangkah hilir mudik di depan kaisar, akan
tetapi matanya sering mengerling ke arah Bu Mei
Naga Beracun Lanjutan Naga Sakti Sungai Kuning Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Ling. Selir ini mengerti akan maksud percakapan
itu dan iapun menanti dengan jantung berdebar,
bukan hanya karena tegang, melainkan terutama
sekali karena kemarahan yang ditahan-tahan.
"Ah, hamba te lah mendapatkannya, Sribaginda!
Jawaban yang te pat te lah hamba dengar dari
bisikan batin hamba. Selama paduka masih
menjadi kaisar, seorang wanita tidak akan dapat
melakukan suatu bahaya dan setelah paduka tidak
lagi berkenan memegang tahta kerajaan, maka
seorang wanita takkan mampu lagi berbuat
sesuatu yang merugikan kalau ia te lah menjadi
seorang nikouw (biarawati). Keputusan ini diumumkan dan disahkan sehingga kelak tidak
ada seorangpun yang akan berani mengubahnya."
Mendengar kata-kata itu. Kais ar Tang Tai Cung
te rtawa gembira, dan Bu Mei Ling sebaliknya
memandang kepada tosu itu dengan mata
te rbelalak penuh kebencian. Kemudian, ia menjatuhkan diri berlutut di depan kaki kaisar dan
berkata, "Yang Mulia, mohon pengampunan dan
jangan hendaknya hamba kelak dijadikan seorang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
biarawati. Hamba lebih senang kalau hamba mati
di tangan paduka." "Aih, nona Bu Mei Ling. Yang Mula telah
memberi ampun kepadamu dan membiarkan
engkau hidup, kenapa tidak cepat menghaturkan
te rima kasih?" Im Yang Seng-cu mencela.
Kaisar Tang Tai Cung mengangkat bangun
selirnya. "Im Yang Sengcu berkata benar, Mei Ling.
Selama aku menjadi kaisar, engkau akan tetap
menjadi selirku te rsayang. Kalau aku sudah tidak
njadi kaisar, apa salahnya engkau menjadi
biarawati dan setiap saat bersembahyang untuk
aku?" Bu Mei Ling bangkit berdiri dan menghadapi Im
Yang Sengcu. "Totiang, yang jelas aku mengetahui
bahwa karena engkau maka banyak orang tak
berdosa terbunuh. Aku akan berse mbahyang setiap
saat agar Tuhan Yang Maha Kuasa menghukummu
sesuai dengan dosa-dosamu!" Ucapan ini le mbut
namun berupa kutukan dan diam-diam tosu itu
bergidik, akan te tapi dia menutup kengerian
hatinya dengan tawa menyeringai.
Pada saat itu, seorang thai-kam melapor bahwa
persidangan telah lengkap dihadiri para mente ri
dan pangeran. "Marilah kita ke ruangan persidangan, dan engkau juga ikut, Mei Ling. Aku
akan mengumumkan te ntang keputusanku atas
dirimu. De ngan keputusan ini tak seorangpun
dapat mengganggumu lagi."
"Nanti dulu, Sribaginda. Hamba khawatir kalaukalau ada kekuasaan gelap yang akan mengancam
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
paduka, oleh karena itu, hamba harus menuliskan
hu (s urat jimat) untuk melindungi paduka."
Kaisar te rsenyum dan mengangguk. Tosu itu
mengeluarkan kertas dan alat tulis yang agaknya
telah disediakan di dalam saku jubahnya yang
le bar, kemudian menuliskan atau melukiskan
huruf jimat di atas sehelai kertas. Setelah selesai,
dia menempelkan hu atau jimat itu di atas pintu
kamar kaisar. Kaisar dan Bu Mei Ling memandang
dan melihat huruf jimat itu, sebuah huruf aneh
yang ditulis dengan tinta hitam di atas kertas
kuning yang bentuknya seperti ini :
"Hamba akan buatkan sebanyak mungkin hu
seperti ini, Sribaginda, agar dite mpel di seluruh
pintu di istana. Dengan adanya hu ini, maka tidak
ada kekuatan gelap yang bagaimanapun berani
memasuki istana." Kaisar mengangguk dan te rsenyum. Dia sudah
sering kali menyaksikan keampuan tosu ini maka
dia percaya sepenuhnya, akan tetapi Bu Mei Ling
di diam-diam merasa menyesal menyaksikan
betapa kaisar yang dihormati, dicinta dan dikaguminya itu te rnyata adalah seorang yang
bodoh dan percaya akan tahyul.
Dalam persidangan itu, Kaisar Tang Tai Cung
menerima protes dan teguran para menteri tua
mengenai pembantaian yang dilakukan semalam,
karena di antara para pembesar terdapat pula yang
bermarga Bu dan mereka semua telah dibunuh.
Namun, dengan adanya Im Yang Sengcu di
sampingnya, kaisar tidak gentar menghadapi
protes itu, bahkan kaisar lalu memberi penjelasan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bahwa semua itu dilakukan demi keselamatan
kerajaan Tang yang te rancam oleh marga Bu.
Kemudian, kaisar juga menjatuhkan keputusannya
te rhadap selirnya, Bu Mei Ling, karena selirnya itu
juga bermarga Bu, bahwa kalau dia sudah tidal lagi
menjadi kaisar, selirnya itu harus menjadi
biarawati di kuil istana. Dengan demikian, maka
semua kemungkinan te rjadinya ancaman marga
Bu itu dapat dihindarkan.
Bu Mei Ling menerima keputusan itu dengan
pasrah, la tidak memusingkan urusan masa depan.
Yang te rpenting, sekarang ia masih menjadi
kekasih kaisar, dan itu s aja sudah cukup baginya.
Diam-diam, wanita yang cerdik ini juga memperhitungkan bahwa boleh mengandaIkan
Pangeran Mahkota yang masih mencintainya.
Kelak, kalau Kaisar Tang Tai Cung tidak lagi
menjadi kaisar, berarti Pangeran Li Ci atau Li Hong
yang menjadi kaisar dan tentu kaisar baru itu
tidak akan membiarkan kekasihnya tersiksa di
dalam kuil sebagai seorang biarawati!
Ketika kaisar dan Im Yang Sengcu berada
berdua saja, Im Yang Sengcu memberi tahu kepada
kaisar bahwa ada lagi seorang wanita bermarga Bu
yang dianggap amat berbahaya dan wanita itu
sudah sepatutnya kalau dilenyapkan dari muka
bumi ini, kalau kaisar menghendaki Kerajaan Tang
benar-benar aman dari ancaman marga Bu.
"Totiang, bukankah Bu Mei Ling sudah te rbelenggu dengan keputusan kami, dan iapun
hanya seorang wanita lemah. Apa yang dapat ia
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
lakukan" Sekarang ia hidup di sampingku, dan
kelak ia menjadi biarawati."
"Bukan selir paduka yang hamba maksudkan.
Wanita ini jauh le bih berbahaya karena ia
memiliki ilmu silat yang amat tinggi, bahkan di
dunia kang-ouw, jaran g ada jagoan yang akan
mampu menandingi dan mengalahkannya. lapun|
bermarga Bu dan kalau ia yang melakukan atau
memimpin gerakan itu, benar benar kerajaan
paduka terancam." Kaisar Tang Tai Cung membusungkan dadanya.
"Hemm, siapakah ada wanita she Bu yang
demikian lihainya" Kurasa tidak ada pendekar
wanita yang akan mampu menandingi aku!"
"Sribaginda, ia bernama Bu Giok Cu dan
kelihaiannya dalam ilmu silat, biar hamba sendiri
bukanlah tandingannya."
"Bu Giok Cu" Siapa ia dan di mana tinggaInya?"
"la tinggal di dusun Hong-cun di te pi sungai
Huang-ho, ia adalah isteri dari Huang-ho Singliong Si Han Beng." "Ahh.....!!" Kaisar benar-benar te rkejut mendengar ini. "Isteri.......Naga Sakti Kuning" Tapi,
tapi ......." Kaisar Tang Tai Cung nampak te rtegun
dan bingung. Dia te ringat akan mendiang Kwa Bi
Lan, selirnya yang menjadi kekasihnya sejak dia
belum menjadi kaisar, selir terkasih dan juga amat
setia yang te lah mengorbankan nyawa demi
membelanya ketika dia diserang ole h dua orang
pembunuh. Dan dia te ringat kepada Hong Lan,
yang sejak kecil dianggap sebagai pute rinya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sendiri, pada hal Hong Lan itu adalah Si Hong Lan,
pute ri Naga Sakti Sungai Kuning! Dan kini, Im
Yang Sengcu memberi tahu bahwa ibu kandung Si
Hong Lan bernama Bu Giok Cu, seorang wanita
bermarga Bu yang diramalkan kelak akan
menjatuhkan Kerajaan Tang!
"Wanita itu berbahaya sekali Sribaginda. la
bermarga Bu, berilmu tinggi dan suaminya juga
seorang yang amat lihai. Apa lagi kalau diingat
bahwa Bu Giok Cu itu te ntu tidak akan tinggal
diam mendengar paduka membasmi orang-orang
bermarga Bu. Oleh karen tu, dengan mengingat
bahwa membasmi rumput liar beracun haruslah
tidak tanggung-tanggung, maka akan bijaksanalah
kalau paduka memerintahkan panglima untuk
menangkap dan membunuh Bu Giok Cu itu. Kalau
suaminya membela, diapun harus dienyahkan!"
Kaisar bangkit berdiri dan sambiI menggendong
kedua tangan dia mondar-mandir di pondok dalam
taman itu, alisnya berkerut dan berulang kali dia
menggeleng kepala, Im Yang Sengcu membiarkan
saja dia dalam keadaan seperti itu sampai
beberapa saat, kemudian dia berkata, "Harap
paduka mengampuni hamba kalau hamba bicara
keliru." Kaisar duduk kembali dan mengepal tangan
kanan yang dia letakkan di atas meja. "Tidak,
totiang. Engkau tidak keliru karena engkau hanya
memikirkan keselamatan kerajaan. Akan te tapi
bagaimana mungkin melakukan itu" Kau tahu Bu
Giok Cu. isteri Naga Sakti Sungai Kuning itu
adalah ibu kandung dari puteriku Hong Lan!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Im Yang Sengcu terbelalak. "Ahhh ." Apa .... apa
maksud paduka...?" Terpaksa kaisar membuka rahasia Hong Lan
karena dia sudah terlanjur mengatakannya. pula
dia amat percaya kepada tosu ini "Kau tahu. Si
Hong Lan yang sejak kecil kuanggap sebagai
pute riku itu, sebetulnya bukan pute ri kandungku.
juga bukan anak kandung mendiang Kwa Bi Lan
selirku, melainkan anak kandung Naga Sakti
Sungai Kuning dan isterinya!" Lalu dengan singkat
kaisar menceritakan tentang Hong Lan yang diculik
dan dilarikan Kwa Bi Lan dari tangan kedua orang
tua kandungnya. "Ain, sungguh tidak te rduga......." Im Yang
Sengcu menggumam. "... dan sekarang Yang Mulia
Puteri....." "Hong Lan sudah tahu akan keadaan dirinya dan
kini ia pergi untuk mencari ayah bundanya. Nah,
bagaimana mungkin aku mengirim pasukan untuk
membasmi keluarga Hong Lan yang kusayangi
sebagai pute riku sendiri?"
Kembali Im Yang Seng-cu mondar-mandir dan
alisnya berkerut. Sungguh tidak disangkanya sama
sekali bahwa ada hal yang demikian kebetulan.
Kiranya pute ri Hong Lan adalah pute ri kandung
Naga Sakti Sungai Kuning! Padahal, sudah lama
sekali dia menaruh dendam kepada suami is teri
pendekar itu. Dia ingin mempergunakan
Naga Beracun Lanjutan Naga Sakti Sungai Kuning Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kesempatan baik ini untuk membalas dendam
kepada mereka yang dahulu, ketika masih muda
pernah membasmi banyak rekannya di dunia
kangouw. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Akhirnya dia berhenti melangkah dan menghadapi Sri baginda Kaisar. "Hamba telah
mendapatkan jalan yang terbaik bagi paduka.
Karena mereka adalah orang tua Puteri Hong Lan,
maka tidak ada janggalnya kalau paduka mengundang mereka datang ke Istana bersama
pute ri mereka. Dalam pertemuan kekeluargaan itu
paduka dapat memancing dan bertanya kepada
Naga Sakti Sungai Kuning te ntang ramalan
perbintangan yang je las menyatakan bahwa marga
Bu, dan seorang wanita pula, merupakan ancaman
besar bagi Kerajaan Tang. Nah, karena isterinya
seorang wanita she Bu, maka paduka lihat saja
bagaimana tanggapan pendekar itu. Dan kalau
mereka sudah berada di sini, hamba akan
mendapatkan akal untuk menghadapi mereka."
Sri baginda kaisar mengerutkan alisnya. Dia
adalah seorang yang gagah perkasa, bahkan ketika
mudanya dia juga seorang pendekar yang membela
keadilan dan kebenaran. Namun, setelah kini
menjadi kaisar, berenang di dalam kemuliaan dan
kekuasaan, yang te rpenting dalam hidupnya
adalah mempertahankan kekuasaannya itu! Kekuasaannya sebagai kaisar menjamin kemenangan, kebenaran, kemuliaan, kemewahan
dan segala macam kesenangan baginya, apapun
yang dikehendakinya dapat te rlaksana! Nafsu
kesenangan sudah mencengkeramnya sampai
mendarah daging, dan mempertahankan kesenangan ini merupakan te kad hidupnya.
Bahkan, dia ingin mengabadikan kekuasaannya
sehingga dia bersusah payah ingin mendapatkan
obat yang dapat membuat dia hidup seribu tahun.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
atau selamanya! Kalaupun ini gagal, dia menghendaki agar kekuasaan itu dapat diwaris i
dan dilanjutkan anak cucunya maka te ntu saja
dia tidak rela mendengar bahwa ada kekuatan
baru, yaitu seorang wanita bermarga Bu, yang
kelak akan mengambil alih kekuasaan itu. Kalau
saja tidak demi mempertahankan kekuasaannya
itu, tentu dia akan berpikir seribu kali untuk
mengganggu sepasang suami isteri pendekar besar
seperti Naga Sakti Sungai Kuning dan isterinya.
"Baik, akan kami kirim utusan ke sana
mengundang mereka. Akan te tapi bagaimana
dengan obat panjang usia itu, totiang" Sudah
jadikah?" "Kurang sedikit lagi, Sribaginda. Harua sempurna benar baru hasilnya akan pasti dan
baik. Akan te tapi, unyuk cara pembuatan emas,
sudah hamba persiapkan dan sekarang juga dapat
paduka pelajeri." "Bagusi Kami ingin sekali mempelajarinya!" kata
Kaisar Tang Tai Cung. Dia membayangkan bahwa
sekali ilmu membuat emas itu telah dikuasainya,
maka negaranya akan menjadi negara terkuat di
dunia ini. Dia akan dapat membuat emas
sebanyaknya dan dengan "senjata" berupa emas
ini, siapakah yang akan mampu melawannya"
Segala apapun dapat dibeli dan dikuasai di dunia
ini dengan logam mulia itu!
"Kalau begitu, Sr baginda, sebaiknya agar dijaga
jangan sampai ada orang lain yang dapat melihat
atau mendengarkan percakapan kita ini, dan lebih
te pat lagi kalau paduka sendiri yang mencatat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
semua bahan dan cara pembuatan emas. Kelak,
setelah paduka mempelajarinya dan sudah hafal,
baru kita mencoba untuk mempraktekkannya dan
membuatnya." De ngan wajah berseri dan sinar mata mencorong, Kaisar Tang Tai Cung lalu meneriaki
pengawal dan mcmerintahkan agar taman itu
dijaga dan tidak boleh ada seorangpun memasuki
taman, apa lagi mendekati pondok dengan ancaman hukuman mati. Kemudian, dia mempersiapkan kertas dan alat tulis, dan dengan
hati te gang penuh gairah dia sudah duduk dan
siap menulis. Im Yang Sencu nampak duduk
bersila dan memejamkan mata di atas dipan di
depan kaisar, seolah dia sedang bersamadhi dan
menghimpun kekuatan. Kemudian, dengan suara
lirih namun jelas, Im Yang Sengcu mengeluarkan
kata-kata yang dicatat dengan seksama oleh Kaisar
Tang Tai Cung. "Rahasia ini ditulis oleh Manusia Dewa Ko Hung
dengan nama Poa Bu Cu, dan agar dilakukan
dengan penuh ketaatan agar berhasil membuat
emas. Bahan-bahannya dan cara pembuatannya
adalah seperti berikut, harap dicatat baik-balk."
Im Yang Sengcu lalu mengeluarka kata-kata
aneh seperti membaca mantram yang tidak
dimengerti oleh Kais ar Tang Tai Cung yang menjadi
tidak sabar. Akan te tapi, tosu itu lalu bicara lagi
dengan bahasa yang jelas.
"Pergunakan sebuah kuali (periuk) besi bergaris
te ngah satu kaki dua inci dan tingginya juga satu
kaki dua inci, dan sebuah kuali besi kecil dengan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
garis te ngah dan tinggi enam inci. Ambil satu kati
tanah Iiat merah yang lembut, satu kati (kurang
le bih satu ons) sendawa, satu kati gamping, satu
kati tepung besi dari Tai-couw (di propinsi Shansi),
setengah kati belerang, dan satu kati es. Tumbuk
semua ini menjadi satu sampai halus dan aduk
sampai rata. Kemudian, olesi bagian dalam dari
kuali besi kecil sampai setebal sepersepuluh inci
dengan satu kati air raksa, setengah kati cinnabar
(raksa kristal merah) dan setengah kati liang-fel."
"Apa itu liang-fei?" tanya kaisar yang menunda
tulisannya. "Liang-fei dibuat dengan cara memanaskan
sepuluh kati timah dalam sebuah kuali besi di atas
perapian, sampai keluar tiga ons air raksa dari
timah yang mencair, dan ciduk ini dengan aebuah
senduk besi. Itulah yang dinamakan liang-fei."
"Hemm, begitukah" Lanjutkan, totiang," kata
kaisar penuh perhatian. "Kemudian aduklah semua bahan tadi sampai
rahsanya tidak nampak. Lalu masukkan campuran
ini ke dalam kuali besi yang kecil, dan taburi
dengan gamping lalu tutup dengan penutup besi
dan letakkan kuali ke dalam kuali bes ar dan bakar
di atas api. Timah yang mencair itu akan
te nggelam ke dalam kuali besar. Kemudian dari
kuali yang kecil, ambillah bagian atas campuran
yang mencair itu setebal setengah inci bagian atas,
dan panaskan ini di atas api besar selama tiga hari
tiga malam. Ini akan menghasilkan apa yang sebut
bubuk merah. Kemudian ambil timah yang
sepuluh kati itu dan panaskan selama duapuluh
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
hari s iang malam, lalu pindahkan ke dalam sebuah
kuali te mbaga dan tambahkan bubuk merah tadi
ke dalam timah yang mencair. Aduklah dengan
sebuah senduk berukuran hati rnanusia yaitu satu
inci persegi dan campuran-timah dan bubuk
merah itu seketika akan berubah.menjadi emas!"
Setelah selesai menuliskan semua itu, berulangulang Kaisar Tang Tai Cung membacanya dan
alisnya berkerut. "Totiang, benarkah sepuluh kati timah itu akan
berubah menjadi emas?"
Im Yang Sengcu membuka matanya dan nampak
lelah sekali. Akan tetapi mendengar pertanyaan
kaisar.itu, dia mengerutkan alisnya. "Sribaginda,
syarat utama untuk membuat emas seperti yang
digambar oleh Manusia Dewa Ko Hung bergelar Pao
Bu Cu adalah kepercayaan. Kita harus percaya
agar kalau kita mencoba membuatnya, tidak akan
mengalami kegagalan."
"Kalau begitu, kita harus secepatnya mencoba
resep ini, totiang."
"Harap paduka suka bersabar dulu Sribaginda.
Hamba sedang memusatkan-perhatian hamba
kepada pembuatan obat panjang usia itu. Apa
artinya segunung emas kalau usia kita tidak
panjang?" "Ah, engkau benar, totiang! Memang, sebaiknya
engkau cepat selesaikan pembuatan obat itu."
"Hamba membutuhkan ketenangan untuk penyelesaiannya, Sri baginda. Akan tetapi akhirakhir ini terlalu banyak persoalan yang Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengganggu ketenangan hamba. Bahkan belum
lama ini.:.....Pangeran Li Cu Kiat.......ahh, hamba
tidak berani...." Tosu itu berdiam diri dan
menundukkan mukanya yang nampak muram.
"Ehh" Ada apakah dengan keponaanku Li Cu
Kiat, totiang" Apa yang hendak kaukatakan
te ntang dia" katakan saja, dan jangan takut."
"Baiklah, Sribaginda. Hamba akan menceritakan
sejujurnya, akan te tapi bukan maksud hamba
untuk mengadu. Beberapa hari yang lalu, ketika
.seorang wanita muda yang mencurigakan naik ke
bukit pondok hamba, Ia bentrok dengan murid
hamba dan melukai murid hamba itu. Ketika
hamba keluar la melarikan diri. Karena merasa
curiga, hamba mengajak murid-murid hamba
untuk melakukan pengejaran. Dan melihat ia
menghilang di dekat gedung Pangeran Li Cu Kiat,
ham-merasa khawatir sekali. Hamba teringat akan
wanita jahat yang pernah mencoba untuk membunuh paduka. Maka, hamba lalu mohon
menghadap keluarga Pangeran Li Cu Kiat untuk
memperingatkan tentang lenyapnya gadis lihai itu
di dekat gedung mereka, demi keamanan mereka.
Akan te tapi.... ahh, hamba tidak
Naga Beracun Lanjutan Naga Sakti Sungai Kuning Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
berani mengatakan, takut kalau dlsangka hamba mengadu, Sribaginda."
"Totiang, katakanlah. Kalau memang ada yang
bersalah, kami wajib untuk memberi te guran. Apa
yang dilakukan ole h Cu Kiat kepadamu?"
"Pangeran Li Cu Kiat mengeluarkan kata-kata
menghina, Sribaginda, te rutama sekali Nyonya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Song..... hamba dimaki sebagai dukun le pus,
peramal dan tukang sihir....."
"Hemm, anak itu perlu ditegur !" kata kaisar.
"Harap paduka jangan marah, pangeran itu
hanya perlu diberi tahu agar lain kali jangan
menghina orang tua lagi."
De ngan alasan hendak menyempurnakan pembuatan obat panjang usia, Yang Sengcu
mengundurkan diri. Kai Tang Tai Cung te rmenung
memegangi catatan pembuatan emas. Akhirnya,
malam itu juga ia memanggil komandan pengawaI
dan menyuruh dia menyampaikan perintahnya
kepada panglima untuk mengiim seregu pasukan
mengundang Huang-Sin-liong Si Han Beng dan
isterinya juga Si Hong Lan untuk menghadap ke
istana. Juga dia memerintahkan seorang utusan
untuk besok pagi-pagi memanggil pangeran Li Cu
Kiat datang menghadap. o)0o-dw-o0(o Pada keesokan harinya, Pangeran Li Cu Kiat
yang dipanggil kaisar, datang menghadap dan
dite gur tentang sikapnya yang kurang hormat
te rhadap Im Yang Sengcu.
"Cu Kiat, engkau te ntu mengetahui bahwa Im
Yang Sengcu merupakan seorang pendeta dan
sahabat kami yang sudah banyak berjas a. Kenapa
engkau yang muda berani bersikap tidak hormat
kepanya" Bukankah dia malam-malam datang
kepadamu untuk menjaga keamanan keluarga
ibumu agar jangan sampai terancam oleh seorang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
wanita yang dicurigai?" demikian antara lain Kaisar
Tang Tai Cung menegur keponakannya.
"Mohon ampun, Pamanda Kaisar yang mulia.
Sesungguhnya, sikap hamba dan nenek hamba
hanya merupakan akibat s aja dari pada sebab yang
ditimbulkan oleh Im Yang Sengcu sendiri. Dia
mencurigai keluarga kami menyembunyikan gadis
itu. Karena itu, nenek dan hamba mengeluarkan
kata-kata teguran kepadanya."
Kaisar mengangguk-angguk. "Hemm, kalau begitu hanya te rjadi kesalah pahaman saja.
Engkau harus dapat mempertimbangkan bahwa
dalam keadaan mengejar penjahat, tentu saja Im
Yang Seng-Cu mencurigai siapa saja, dan sebagai
orang muda, lain kali seyogianya kalau engkau
bersikap hormat te rhadap orang tua agar kami
sebagai pamanmu tidak ikut merasa rikuh.
Mengerti?" "Pesan dan perintah Pamanda akan hamba
taati," kata Li Cu Kiat, diam-diam merasa
mendongkol sekali kepada tosu itu yang agaknya
telah mengadu pada kaisar.
Setelah pulang ke rumahnya sendiri dengan hati
je ngkel, Li Cu Kiat melihat Kui Eng berada di
taman dan diapun segera memasuki taman. Kui
Eng cepat bangkit dari bangku yang didudukinya
ketika melihat pangeran itu pulang. Tadi ia merasa
khawatir mendengar bahwa pemuda itu dipanggil
kaisar karena ia menduga bahwa panggilan itu
te ntu ada hubungannya dengan peristiwa ketika ia
dikejar Im Yang Sengcu sampai ke gedung keluarga
itu. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Engkau sudah pulang, pangeran" Lalu bagaimana kabarnya" Benarkah ke khwatiranku
bahwa panggilan itu ada hubungannya dengan
diriku?" "Duduklah, nona, dan kuminta agar engkau
tidak lagi memanggilku pangeran. Engkau sendiri
pun pute ri pangeran, kita sederajat kalau memang
engkau membedakan tingkat dan derajat. Dan
kami sekeluarga telah te rlibat dengan dirimu
sedemikian rupa sehingga engkau kami anggap
seperti keluarga sendiri. Bagaimana kalau kita
berkakak adik saja" Kau memanggil aku kakak
dan aku memanggilmu adik?"
Kui Eng te rse nyum. Sejak pertemuan pertama
kali, ia memang sudah merasa kagum dan suka
sekali kepada pangeran yang le mbut hati dan
manis budi ini, juga gagah perkasa. "Baiklah,
twako . N ah, ceritakan, apa yang terjadi denganmu
di Istana?" Mereka duduk di bangku taman itu, sejenak
saling pandang dan Cu Kiat menghela napas
panjang. Betapa anggunnya gadis ini, pikirnya.
Selama hidupnya, biar berulang kali didorongdorong ibunya dan neneknya, belum pernah dia
bergaul dengan wanita, apa lagi jatuh cinta. Akan
tetapi sekali Ini, dia benar-benar telah jatuh cinta!
Dia siap melakukan pengorbanan apa saja untuk
gadis yang duduk di depannya ini.
"Eng-moi ....." sebutan ini terasa ringan di
bibirnya karena sejak perte muan itu, setiap
malam seringkali dia menggunakan sebutan itu,
dalam renungan maupun di dalam mimpi. "Paman
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kaisar hanya menegurku karena aku te lah
bersikap kasar terhadap Im Yang Sengcu."
"Apakah kaisar bertanya tentang diriku?"
"Tidak, Eng-moi. Pamanda Kaisar percaya kepadaku dan tidak mencurigaiku, dia hanya
menegurku karena pengaduan Im Yang Sengcu."
Lalu dia mencerikan pertemuannya dengan kais ar.
Kui Eng menghela napas panjang "Aihhh,
pangeran...... eh, twako....sungguh aku merasa
tidak enak sekali. Engkau te lah begitu baik
kepadaku, juga ibumu dan nenekmu, kalian telah
begitu baik menerimaku. Bagaimana mungkin
sekarang aku membiarkan diriku mendatangkan
hal-hal yang tidak enak bagimu" Engkau sudah
dite gur kaisar, engkau di curigai Im Yang Sengcu,
mungkin keluargamu akan menghadapi ancaman
yang le bih gawat lagi kalau aku te tap berada di
sini. Karena itu, twako, sebaiknya kalau aku pergi
saja meninggalkan gedung ini agar keluargamu
te rbebas dari pada kesulitan-kesulitan,..."
"Eng-moi......!"
Tiba-tiba pangeran itu menjulurkan tangan dan memegang tangan kanan
Kui Eng dengan kedua tangannya. Gadis itu
te rkejut, mukanya berubah merah akan tetapi ia
tidak melepaskan tangannya yang te rgenggam
karena tidak ingin menyinggung perasaan pangeran itu. "Eng-moi, kenapa engkau berkata
demikian" Kami......aku......rela melakukan semua
ini untukmu, bahan aku siap mengorbankan
nyawaku demi untuk membela dan melindungimu..........."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Twako, apa yang kaukatakan ini" Sadarlah....!"
kata Kui Eng, perlahan menarlk tangannya
melepaskan dari genggaman tangan pangeran itu
dengan lembut.. Li Cu Kiat nampak te rsipu. "Maaf ........ ah,
maafkan aku, Eng-moi, aku tadi terseret perasaan.
Akan tetapi aku bersungguh-sungguh. Jangan
engkau tinggalkan te mpat ini begitu saja, bahaya
akan mengancammu di mana-mana. Tidak Engmoi, engkau tidak boleh pergi. Aku tidak akan
pernah dapat memaafkan diriku sendiri kalau
sampai engkau te rtimpa bencana. Tinggallah dulu
di sini sampai suasana menjadi aman bagimu.
Kini, Im Yang Sengcu sudah berhasil mengadu
kepada Pamanda Kaisar, maka kita harus lebih
berhati-hati. Engkau tinggallah dulu di sini untuk
sementara, dan aku akan mengerahkan semua
pembantu dan te manku untuk mencari suhengmu.
Kalau dia sudah berada di kota raja aku yakin kita
akan dapat menemukannya. Kalau sudah tiba
saatnya engkau harus keluar dari kota raja, aku
yang akan mengaturnya agar engkau dapat keluar
dengan selamat dan tidak diketahui Im Yang
Sengcu dan anak buahnya."
Karena dibujuk dengan alasan yang kuat,
akhirnya Kul Eng mengalah, "Baiklah, twako. Akan
tetapi, sungguh aku merasa semakin banyak
menerima limpahan budi yang bertumpuk-tumpuk
darimu. Twako, kita baru saja bertemu dan
kenalan, kenapa engkau, ibumu dan nenekmu
begini baik terhadap diriku?" gadis itu mengangkat
muka menatap wajah pangeran itu yang juga
menatapnya. Dua pasang mata itu berpandangan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dan bertaut, kemudian melihat
betapa ada pancaran kasih sayang yang demikian jelas keluar
dari sepasang mata pangeran itu, Kui Eng
menundukkan mukanya yang terasa panas.
"Eng-moi, maafkan aku kalau aku berte rus
te rang dan mungkin menyinggung perasaanmu.
Entah mengapa, baru sekali ini selama hidupku
aku mengalami perasaan seperti yang kualami
sejak aku berte mu denganmu. Seolah selama ini
aku sudah mengenalmu, seolah selama ini
engkaulah orang yang selalu kunanti muncul
dalam kehidupanku, Eng-moi, te rus terang saja,
aku mencintamu, dan aku tidak ingin berpisah
darimu untuk lamanya. Eng-moi, maafkan aku,
akan tetapi, sudikah engkau menerima cintaku?"
Wajah itu menjadi kemerahan pada saat itu,
te rbayanglah wajah Thian Ki di depan matanya.
Kui Eng menunduk. "Twako, kita baru saja saling
jumpa dan berkenalan dalam beberapa hari......
rasanya masih terlalu pagi untuk bicara te ntang
itu. Aku ...... aku tidak tahu......."
"Maafkan aku, Eng-moi. Memang aku yang
te rgesa-gesa, karena aku khawatir sekali mendengar niatmu untuk pergi meninggalkan aku.
Aku ingin engkau tahu lebih dulu sebelum pergi
te ntang isi hatiku. Nah, sekarang le galah hatiku
karena sudah kucurahkan is i hatiku Sekarang,
bagaimana, Eng-moi, maukah engkau untuk
sementara bersembunyi dulu di sini sambil
menanti hasil usahaku mencari suhengmu?"
Kui Eng mengangguk. Memang iapur tahu
bahwa tanpa bantuan pangeran ini, tidak akan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mudah pergi dari kota raja dan kalau sampai Im
Yang Sengcu melihatnya, te ntu ia akan te rancam
bahaya besar. Dari balik pintu belakang, N yonya Li dan Nenek
Song mengintai dan mereka berdua te rsenyum
gembira melihat Pangeran Li Cu Kiat duduk berdua
di atas bangku dalam taman bersama Kui Eng dan
mereka nampak begitu akrab, "mudah-mudahan
cucuku menemukan jodohnya....." bisik Nenek
Song dan pute rinya hanya tersenyum.
Sementara itu, Kui Eng merasa cukup bicara
dengan Pangeran Li Cu Kiat dan ia bangkit berdiri
hendak kembali ke dalam rumah. Akan tetapi ia
Naga Beracun Lanjutan Naga Sakti Sungai Kuning Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tiba-tiba mengeluh dan menggunakan kedua
tangan memegangi kepalanya. Kepala itu terasa
nyeri bukan main, seperti ditusuki jarum dari
dalam. "Ehh.....! Engkau kenapa, Eng-moi......?" Pangeran Li Cu Kiat terkejut dan cepat menghampiri. Tubuh Kui Eng te rhuyung dan te ntu ia sudah
jatuh kalau tidak cepat dirangkul Li Cu Kiat.
"Aduh..... aughh ...kepalaku-... tertusuk-tusuk
rasanya... aduhhh.....aduhhh.....!"
Kui Eng menekan kepala dengan kedua tangannya "Engmoi., apa yang terjadi, Kenapa kepalamu....?" Li Cu
Kiat menjadi bingung dan khawatir sekali.
Nenek Song dan N yonya Li juga melihat peristiwa
itu dan mereka berdua cepat berlari menghampiri.
"Apa yang te rjadi" Kenapa Kui Eng?" tanya Nynya
Li dan iapun ikut merangkul gadis itu yang masih
menggeliat-geliat kesakitan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kalian mundur! Kui Eng, dengar baik-baik!
Cepat engkau bersila mengerahkan sin-kangmu
sekuat tenaga!! tiba-tiba Nenek Song berkata
setelah dia memegang pergelangan tangan gadis
itu. "Engkau tidak sakit, akan tetapi ada pengaruh
hitam yang menguasai dirimu!"
Mendengar suara nenek itu, Kui Eng te ringat.
Tadi ia kaget bukan main dan menjadi panik
karena kepalanya seperti ditusuk-tusuk dari dalam
sehingga ia tidak tahu harus berbuat apa. Akan
tetapi begitu mendengar ucapan nenek itu, iapun
te ringat, dan dengan menahan rasa nyeri yang
hebat, diapun cepat duduk bersila di atas rumput
dan mengerahkan seluruh kekuatan sin-kangnya
untuk menolak pengaruh asing dan aneh yang
membuat kepalanya seperti ditusuk-tusuk dari
dalam itu. Setelah mengerahkan sin-kangnya, rasa
nyeri itu berkurang banyak, walaupun masih
te rasa tidak enak dan pening. Akan tetapi, lewat
beberapa menit kemudian, rasa nyeri semakin
berkurang dan akhirnya le nyap. la menarik napas
panjang dan bangkit, lalu dengan agak pening ia
membiarkan dirinya dituntun Li Cu Kiat dan
duduk kembali ke atas bangku tadi.
Setelah gadis itu nampak normal kembali, Cu
Kiat bertanya lembut. "Eng Moi, apa yang telah
te rjadi" Kenapa engkau mendadak kesakitan
seperti itu?" "Cu Kiat, apakah engkau tidak dapat menduga"
Kui Eng te lah diserang secara gelap, diserang
dengan ilmu hitam, dengan sihir."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pangeran, itu terbelalak, lalu mengepal tinju.
"Jahanam busuk! Siapa ladi kalau bukan Im Yang
Sengcu yang melakukan ini?" bentaknya marah.
"Aku harus membuat perhitungan dengan dia!
Berani dia menyerang Eng-moi dengan ilmu
hitam!" "Cu Kiat, te nanglah," kata nya halus. "Jangan
bertindak sembrono. Kita tidak mungkin dapat
menuduhnya tanpa adanya bukti. Sebaliknya dia
akan menuduhmu menjatuhkan fitnah kepadanya
dan tanpa bukti, engkau akan kalah."
"I bumu benar, Cu Kiat. Memang akupun
menduga bahwa Im Yang Sengcu. yang melakukan
hal ini, akan tetapi, tanpa bukti, kita tidak
berdaya. Se mentara ini, agaknya sin-kang di tubuh
Kui Eng cukup kuat untuk menyelamatkan
dirinya. Akan te tapi kita harus mencari seorang
ahli untuk menolak serangan ilmu hitam itu."
"Aih, aku hanya membikin repot keluarga yang
mulia ini saja," keluh Kui Eng, "aku percaya, kalau
suheng berada di sini, dia pasti akan dapat
menolak pengaruh iblis itu."
"Mari kita masuk ke dalam dan kita atur
bagaimana baiknya," kata Nenek Song. Mereka
semua masuk dan semenjak itu setiap hari Kui
Eng mendapat serangan dalam kepalanya sampai
beberapa kali. Biar pun dengan sin-kangnya ia
mampu bertahan dan menolak, namun tetap saja
ia menderita sekali dan hampir tidak dapat turun
dari pembaringan karena kepalanya te rasa berat
dan pening. Setiap kali serangan datang di dalam
kepalanya seperti ditusuk-tusuk jarum dan ia
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
hanya mampu menolak serangan itu dengan sinkangnya, akan te tapi hal itu amat melelahkan
dirinya dan membuat ia rebah seperti dalam
keadaan sakit berat. Bahkan beberapa kali ia
roboh pingsan dan setelah pingsan, serangan
itupun le nyap, akan tetapi datang lagi kalau ia
siuman. Beberapa orang ahli te lah diundang oleh
keluarga itu, akan tetapi agaknya para hwes io dan
tosu yang dimintai tolong, tidak mempunyai te naga
cukup kuat untuk menolak serangan ilmu hitam
itu. Pangeran Li Cu Kiat menjaga Kui Eng siang
malam, bahkan tidur di lantai bawah pembaringan
gadis itu. Biarpun nenek dan ibunya membujuk
agar dia beristirahat, dia menolak dan tetap
menjaga Kui Eng dengan penuh
perhatian melayani semua kebutuhan gadis itu membuat' Kui
Eng kalau sadar merasa te rharu bukan main.
Sementara itu, Pangeran Li Cu Kiat juga mengerahkan tenaga bantuan dari para komandan
yang dikenalnya baik, untuk menyebar orang dan
mencari. seorang pemuda bernama Coa Thian Ki
dengan ciri-ciri seperti yang digambarkan oleh Kui
Eng kepadanya. o)0o-dw-o0(o Berita tentang pembantaian semua orang bermarga Bu di kota raja dan sekitarnya, terbawa
angin dengan cepatnya sehingga berita itu sampai
pula ke Hong-cun, dusun tempat tinggal Huang-ho
Sin-liong Si Han Beng dan isterinya. Bu Giok Cu.
Suami isterl ini sudah lama mengasingkan diri dan
tidak mencampuri urusan di dunia kangouw, akan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tetapi ketika mereka mendengar berita itu, mereka
te rkejut juga, terutama sekali karena isteri
pendekar itupun bermarga Bu!
Tanggapan Hong Lan lebih hebat lagi. Mendengar berita itu, iapun menangis tersedusedu. Suami isteri itu saling pandang dan Giok Cu
merangkul pute rinya dengan penuh kasih sayang.
"Lan Lan, kenapa engkau menangis mendengar
berita mengerikan itu?"
"I bu, betapa hatiku tidak akan sedih mendengar
pembantaian orang-orang yang tidak berdosa itu.
Aku tahu, semua ini tentu ulah Im Yang Sengcu,
tosu ahli sihir itu. Aku tidak percaya a yah sekejam
itu. Ayahanda kaisar adalah seorang laki-laki
gagah perkasa yang berwatak pendekar, menjunjung tinggi kebenaran dan keadilan. Bagaimana mungkin dia melakukan kekejaman itu
kalau bukan karena ulah Im Yang Sengcu! Aku
harus ke kota raja, aku akan mengingatkan
ayahanda kaisar agar jangan menuruti bujukan
tosu siluman itu!" "Hong Lan, tenanglah dulu dan kita harus
mempertimbangkan baik-baik kehe ndakmu itu.
Ingat, Hong Lan, sekarang kedudukanmu tidak lagi
seperti dulu ketika engkau masih menjadi puteri
kaisar. Bagaimana engkau akan kuat menentang
pengaruh tosu itu yang telah menjadi penasihat
kaisar seperti yang pernah kauceritakan kepada
kami" Dan ada suatu hal yang amat gawat sekali
yang harus kau pertimbangkan baik-baik sebelum
mengambil keputusan pergi ke kota raja."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Melihat suara ayahnya demikian serius, Hong
Lan memandang ayahnya! "Sesuatu apakah yang
begitu gawat, ayah?"
"Engkau lupa bahwa ibumu adalah seorang
bermarga Bu juga." "Ahh....." Hong Lan te rbelalak, baru te ringat
bahwa ibu kandungnya bernama Bu Giok Cu.
"Kalau begitu, aku bahkan harus cepat ke sana
menemui kaisar, ayah. Tindakannya ini benarbenar akan menghancurkan nama baiknya, dan ia
merasa berkewajiban untuk mengingatkannya,
te rutama sekali mengingatkan beliau akan bahayanya menurut bujukan seorang iblis seperti
Im Yang Sengcu." 'Kalau engkau berkeras hendak ke kotaraja,
kami tidak akan melepasmu begitu saja. Kami
akan menemanimu dan kita bertiga bersama pergi
ke s ana," kata Si Han Beng.
"Akan te tapi, ayah!" Hong Lan memprotes . "Ibu
bermarga Bu, bagaimana mungkin ibu ikut ke
sana" Itu berbahaya sekali !"
"Lan Lan, engkau sendiri hendak ke s ana. Kalau
engkau memiliki keberatan untuk pergi ke sana,
apa lagi ibu! Aku tidak takut akan ancaman, dari
manapun juga datangnya," kata Bu Giok Cu.
"I bumu benar, Hong Lan. Orang yang tidak
merasa bersalah tidak perlu takut. Pula, kalau
engkau khawatir, kita dapat memasuki kota raja
dengan menyamar, ibumu ini memiliki ilmu
penyamaran yang hebat."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Benarkah itu, ibu?" Hong Lan sudah mendapatkan kembali kegembiraannya. Memang
anak ini memiliki dasar lincah gembira.
"Kaulihat ibumu ini!" kata Bu Giok Cu dan iapun
membalikkan tubuh membelakangi puterinya,
hanya dalam beberapa menit dan ketika ia
membalikkan lagi tubuhnya menghadapi Hong Lan
gadis itu menahan jeritnya saking kaget dan
herannya. Ibunya telah berubah menjadi wanita
yang wajahnya berbeda sama sekali!
"I hh...., ibu! Engkau harus mengajarkan ilmu
menyamar ini kepadaku kata Hong Lan sambil
te rtawa dan merangkul ibunya.
Pada saat itu, nampak seorang laki setengah
tua, tetangga mereka berlari-larian mengetuk pintu
depan rumah pendekar itu. Ketika mereka bertiga
ke luar, laki-laki itu dengan napas terengah-engah
berkata, "Si-taihiap. Ada serombongan pasukan
kerajaan memasuki dusun kita dan bertanya-tanya
te ntang rumah taihiap. Mereka sedang menuju ke
sini" Setelah mengatakan laporan ini, tetangga itu
lalu pergi menyembunyikan diri dengan ketakutan.
Keluarga pendekar itu te rkejut mendengar ada
seregu perajurit kerajaan mencari mereka, akan
tetapi mereka masih bersikap tenang. "Sebaiknya
kalian berdua berkemas dan dengarkan perca
kapanku dengan pimpinan regu. Kalau aku
mengatakan bahwa kalian tidak berada di rumah,
cepat pergi tinggalkan rumah dari pintu belakang
Naga Beracun Lanjutan Naga Sakti Sungai Kuning Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dan tunggu aku diluar dusun, di hutan kecil tepi
sungai tempat biasa mengail ikan."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ibu dan anak itu tidak perlu mendapat
penjelasan lagi. Mereka segera memasuki kamar
dan berkemas. Ketika rombongan pasukan kerajaan itu memasuki pekarangan rumah, mereka
telah siap dengan buntalan pakaian di punggung
dan mereka berdua mengintai dari dalam.
De ngan sikap te nang Si Han Beng menyambut
rombongan perajurit itu. Mereka te rdiri dari dua
losin orang, menunggang kuda dan kini mereka
semua meloncat dari punggung kuda, berdiri rapi
dan membiarkan komandan mereka, seorang
perwira tinggi, melangkah maju menghadapi Si
Han Beng "Si Han Beng katanya dengan suara
lantang dan berwibawa. "Sambutlah perintah dari
Sribaginda Kais ar!"
Mendengar ini dan melihat perwira itu mengeluarkan segulung surat perintah kaisar, Han
Beng te rkejut diapun berlutut sebagaimana layaknya seorang rakyat menyambut perintah
kaisarnya. "Hamba Si Han Beng mendengarkan perintah
Sribaginda Kais ar!" katanya.
Perwira itu lalu membentangkan gulungan surat
perintah, membacanya dengan suara lantang.
"Kami mengundang Huang-ho Sin-liong Si Han
Beng dan is terinya, Bu Giok Cu, dan pute ri
mereka. Si Hong Lan, agar se cepat mungkin datang
berkunjung ke istana. Tertanda Kais ar Tang Tai
Cung." Komandan itu menggulung kembali
surat perintah dan menyerahkannya kepada Si Han Beng
yang menerimanya dengan kedua tangan, sambil
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berkata, "Kami harap agar Si-taihiap suka bersiap
sekarang karena kami mendapat perintah untuk
mengajak tai-hiap bertiga se karang juga berangkat
ke kota raja." Si Han Beng bangkit berdiri setelah
gulungan surat itu dite rimanya. Kini yang dia
hadapi hanyalah seorang perwira tinggi, seorang
utusan karena cara penyambutan perintah kaisar
secara res mi telah dilakukannya. "Harap ciangkun
kembali lebih dahulu ke kota raja. Kami akan
segera menyusul," katanya.
"Ah, hal itu tidak mungkin kami lakukan,
taihiap!" Kami telah menerima perintah atasan
kami bahwa kami harus mengajak taihiap sekarang juga ke kota raja, maksud kami, tai-hiap
bertiga isteri dan puteri."
Han Beng mengerutkan alisnya dan mandang
tajam wajah perwira itu. Seorang panglima muda
yang usianya sekitar empatpuluh tahun dan
nampak gagah perkasa. "Ciangkun, Sribaginda
mengundang kami, akan te tapi kenapa ciangkun
seperti hendak memaksa kami ?"
"Tai-hiap, kami hanya melaksanakan perintah
atasan. Taihiap bertiga memang diundang ke
istana, akan tetapi harus sekarang bersama kami."
"Hemm, kalau kami tidak mau berangkat
sekarang bersamamu?"
"Maaf, terpaksa kami akan melaksanakan perintah, yaitu kalau tidak dapat mengajak taihiap
bertiga sebagai tamu undangan, kami harus
membawa taihiap bertiga sebagai tawanan!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Begitukah perintah Sribaginda" Tidak kubaca
dalam surat undangan ini."
"I ni merupakan perintah atasan kami!" panglima
itu berkeras. "Aku hanya menaati perintah Sri baginda Kais ar,
bukan panglima yang manapun juga." Kata Si Han
Beng dengan suara lantang dengan maksud agar
te rdengar ole h isteri dan anaknya. "Pula tidak
mungkin kami berangkat sekarang karena is teri
dan puteriku tidak berada di rumah saat ini!"
Ucapan ini tentu saja merupakan isyarat bagi Bu
Giok Cu dan Si Hong Lan untuk cepat meninggalkan rumah melalui pintu belakang.
Panglima itu mengerutkan alisnya memandang
kepada pendekar itu dengan sinar mata tajam
penuh selidik. "Si Han Beng, kami minta agar engkau tidak
berbohong kepada kami. Tadi kami sudah mendapat keterangan bahwa engkau sekeluarga
berada di rumah, bagaimana sekarang tiba-tiba
saja isteri dan putrimu tidak berada di rumah?"
Dia lalu memerintahkan dua losin anak buahnya,
"Geledah rumah Ini dan cari mereka!"
Para perajurit itu berserabutan masuk ke dalam
rumah itu dan melakukan penggele dahan. Si Han
Beng hanya menonton saja dari luar rumah dan
menahan kesabarannya. Tentu saja dua losin orang perajurit itu tidak
dapat menemukan Bn Giok Cu dan Si Hong Lan
dan mereka keluar lagi, melapor kepada panglima
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
itu bahwa yang mereka cari tidak dapat ditemukan
di dalam rumah itu. "Si Han Beng, apakah engkau hendak memberontak" Berani e ngkau membantah perintah
Sri baginda Kaisar" Engkau menyembunyikan
anak isterimu!" Bentak panglima itu.
Kini Si Han Beng tidak dapat menahan lagi
kemarahannya. "Ciangkun, aku percaya bahwa Sri
baginda Kaisar sendiri tidak akan berani bersikap
seperti ini kepadaku. Engkau hanya seorang
perwira, berani begini sombong mele bihi Sribaginda. Engkau patut dihajar!"
Mendengar ucapan ini, panglima itu menjadi
semakin marah dan dia memerintahkan anak
buahnya dengan suara lantang. "Tangkap pemberontak ini!" Dua losin anak buahnya itu serentak maju
mengepung, akan te tapi sekali menggerakkan kaki
tangannya. Si Han Beng membuat empat orang
perajurit terle mpar dan diapun sekali meloncat sudah berada di depan panglima itu. Sang panglima
yang sombong itu s udah menggerakkan pedangnya
untuk menyambut Han Beng dengan tusukan ke
arah dada. Si Han Beng membiarkan pedang itu
dekat, lalu tubuhnya miring dan sewaktu pedang
meluncur di sisi tubuhnya, tangannya bergerak ke
samping dan sekali tangkap, dia te lah memegang
pergelangan tangan yang membawa pedang dan
te rus diputar ke belakang. Karena lengan panglima
itu kini tertelikung ke belakang dan te rus didorong,
maka te ntu saja terasa nyeri hampir patah dan
pedangnya terlepas. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Pergilah!" bentak Si Han Beng dan panglima itu
te rdorong ke depan dan jatuh tertelungkup
sehingga hidungnya berdarah. Akan tetapi, panglima itu agaknya masih mengandalkan keduduk- dan pasukannya. "Tangkap pemberontak itu! Bunuh!" perintahnya
kepada anak buahnya sambil merangkak bangun.
"Hemm, agaknya engkau yang menjadi kaki
tangan pemberontak!" Han Beng berseru dengan
gemas dan sekali kakinya terayun, dagu panglima
itu telah ditendangnya dan kini panglima itupun
te rpental dan jatuh pingsan. Han Beng 1alu
mengamuk dan enam orang perajurit yang berani
mencoba untuk mengeroyoknya, dirobohkan
dengan tamparan dan te ndangan. Sisanya menjadi
je rih dan hanya berdiri saja, tidak berani
menyerang. Han Beng tidak memperdulikan mereka, lalu
menutup semua daun pintu menyerahkan rumahnya kepada dua orang pembantu, dan
diapun pergi membawa buntalan pakaiannya,
menyusul isteri dan pute rinya. Tidak ada seorangpun dari para perajurit yang berani
mengejarnya. Bu Giok Cu dan Si Hong Lan sudah menanti
Han Beng di hutan kecil tepi sungai. Dengan
singkat Han Beng menceritakan apa yang te rjadi
dan isterinya ikut merasa tak senang.
"Sungguh aneh," kata Hong Lan. "Ayahanda
Kaisar adalah seorang yang pandai menghargai
orang gagah dan kalau beliau mengundang kita,
kenapa komandan pasukan yang menjadi utusan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
itu bersikap kasar dan sombong" Ini aneh sekali,
dan biar nanti akan ku laporkan kepada ayahanda
kaisar." Han Beng lalu menyamar pula. Setelah terjadi
peristiwa keributan dengan pasukan itu, berarti
ada seseorang, mungkin atasan komandan pasukan itu, yang tidak senang kepada dia
sekeluarga, dan kalau mereka bertiga masuk
secara berterang di kotaraja, mungkin saja di sana
ada bahaya besar mengancam mereka. Keluarga
pendekar ini lalu melakukan perjalanan cepat
menuju kotaraja. o)0o-dw-o0(o Coa Thian Ki dan Kam Cin tiba di kota raja.
Mereka sengaja memasuki kota raja di waktu pagi
dan malam tadi mereka bermalam di sebuah
dusun di luar kota raja, dan begitu masuk kota
raja, merekapun langsung saja menuju ke istana
kaisar. Di gardu penjagaan depan lapangan luas
yang merupakan pekarangan istana, mereka
dihadang sepasukan pengawaI.
Seorang komandan yang bersikap ramah dan
hormat melihat sikap pemuda dan gadis itu yang
membayangkan kegagahan, segera bertanya, "Ada
keperluan apakah ji-wi (kalian berdua) hendak
memasuki daerah istana?"
o)0o-dw-o0(o Jilid 33 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kami berdua ingin menghadap Sribaginda
Naga Beracun Lanjutan Naga Sakti Sungai Kuning Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kaisar," kata Thian Ki dengan sikap sederhana.
Ucapan ini memancing tawa dan senyum para
perajurlt pengawal. Begitu mudahnya pemuda ini
mengatakan hendak menghadap kaisar, seolah
menghadap kaisar sama dengan menghadap
seorang lurah saja! "Maaf, tidak begitu mudah untuk dapat
diperkenankan menghadap Srlbaginda, sobat,"
kata komandan itu. "Ji-wl harus lebih dahulu
mendaftarkan diri, menulis nama dan alamat, dan
juga menuliskan maksud permohonan menghadap
beliau." Thian Ki dapat mengerti peraturan ini, akan
tetapi Cin Cin agak cemberut. Untung bahwa
komandan jaga itu dan anak buahnya bersikap
sopan. Coba mereka itu bersikap congkak atau
berani kurang ajar, tentu dara ini sudah menghajar
mereka. Jengkel ia melihat betapa keinginan
menghadap kais ar saja dipersulit.
"Kami berdua datang membawa surat dari Puteri
Sri baginda yang bernama Hong Lan, apakah itu
belum cukup untuk membole hkan kami menghadap Sribaginda sekarang juga?"
Mendengar disebutnya nama Hong Lan, komandan itu bersikap lebih ramah lagi. "Ah, tentu
saja, nona. Tentu saja boleh menghadap Sri
baginda, akan tapi kami harus mematuhi peraturan, kalau tidak, kalau kami membiarkan
saja ji-wi masuk tanpa didaftar, tanpa di laporkan
le bih dahulu, tentu kami yang akan menerima
hukuman berat!" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Sudahlah, Cin-moi. Perwira ini benar. Mari,
ciangkun, kami akan mendaftarkan diri," kata
Thian Ki dan mereka berdua lalu memasuki gardu,
dipersilakan duduk dan disodori buku di mana
mereka harus mendaftarkan diri. Thian Ki yang
le bih dahulu menuliskan namanya dan begitu
komandan itu melihat nama Coa Thian Ki ditulis di
sana. dia terkejut.. "Ah, kiranya tai-hiap yang bernama Coa Thian
Ki?" "Benar, kenapakah?" tanya Thian Ki.
"Sungguh kebetulan sekali! Saya beruntung
sekali hari ini bertugas jaga di sini sehingga tanpa
bersusah payah dapat dapat menemukan tai-hiap!
Sudah berhari-hari Pangeran Li Cu Kiat mengerahkan banyak penyelidik untuk mencari
tai-hiap, siapa kira hari ini saya yang dapat
menemukan tai-hiap secara begini mudah!" Komandan jaga itu nampak gembira bukan main
karena dia tentu akan menerima hadiah besar dari
Pangeran Li Cu Kiat. "Pangeran Li Cu Kiat" Kenapa beliau mencaricariku?" tanya Thian Ki heran karena dia belum
mengenal siapa Pangeran Li Cu Kiat itu.
"Pangeran Li Cu Kiat memesan agar kalau dapat
berte mu taihiap, memberitahu bahwa sumoi dari
taihiap sekarang sedang sakit parah dan berada di
Istana pangeran itu, agar taihiap suka cepat
datang berkunjung ke sana."
Tentu saja Thian Ki merasa heran dan juga
te rkejut mendengar berita ini. Akan tetapi dia
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
masih meragukan berita itu, karena bagaimana
mungkin sumoinya yang dia tinggalkan di rumah
ayah tirinya itu kini dapat berada di kota raja dan
dalam keadaan sakit"
"Siapakah sumoiku itu"' Dia menyelidik.
"Kalau tidak salah, namanya Nona Cian Kui
Eng," kata komandan itu.
"Ah, kalau begitu benar!" kata Cin Cin dengan
hati khawatir. "Kita harus segera ke sana!"
"Marilah, Ji-wi kami antar ke istana Pangeran Li
Cu Kiat," kata komandan jaga itu.
Karena agaknya masih te rlalu pagi untuk dapat
menghadap Sribaginda Kaisar, maka Thian Ki
mengangguk dan mereka berdua lalu diantar oleh
komandan itu pergi ke istana Pangeran Li Cu Kiat.
Ketika komandan itu melapor kedalam, segera
Pangeran Li Cu Kiat sendiri te rgopoh keluar.
Melihat pangeran yang tampan dan anggun itu
menyambut mereka dengan sikap ramah dan sama
sekali tidak memperlihatkan keangkuhan, Thian Ki
dan Cin Cin merasa kagum.
"Saudara yang bernama Coa Thian Ki, suheng
dari Nona Cian Kui Eng?" tanya pangeran itu
dengan lembut, namun sinar matanya memandang
penuh selidik, juga dia memandang kepada Cin Cin
degan sinar mata penuh pertanyaan. Dia harus
yakin dulu bahwa pemuda yang nampak sederhana
ini benar-suheng dari Kui Eng yang amat lihai.
"Benar, Pangeran. Saya bernama Coa Thian Ki
dan nona ini adalah nona Kam Cin. Benarkah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bahwa sumoi Cian Kui Eng berada di sini dan
sedang menderita sakit" Sakit apakah, Pangeran
dan bolehkah kami bertemu dengan sumoi?"
"Mari, silakan. Nona Cian Kui Eng te rserang
penyakit yang aneh dan tidak wajar."
Mendengar kete rangan itu, te ntu s aja hati Thian
Ki merasa tidak enak dan khawatir sekali. Mereka
lalu di antar oleh Pangeran Li Cu Kiat menuju
sebuah kamar. Kamar itu besar dan indah, dan Kui Eng rebah
telentang di atas pembaringan dari kayu berukir
yang indah. Segalanya indah dan bersih di kamar
itu, akan tetapi Kui Eng rebah dengan le su dan
muka pucat.. Ketika pangeran dan dua orang
tamunya memasuki kamar, Nenek Song dan
Nyonya Li Seng Tek bangkit dari tempat duduk
mereka. Mereka tadi duduk di dekat pembaringan,
agaknya menjaga gadis yang sakit itu. Diam-diam
Thian Ki merasa heran. Mengapa keluarga
pangeran itu nampaknya amat akrab dan amat
sayang kepada Kui Eng " Dia memberi hormat
kepada nenek dan wanita setengah tua itu ketika
sang pangeran memperkenalkan mereka sebagai
Ibu dan neneknya. Tiba-tiba nenek itu menggerakkah tongkatnya
yang berbentuk kepala naga dan ujung tongkat itu
sudah mengancam di atas kepala Thian Ki,
membuat pemuda itu merasa heran.
"Benarkah engkau yang bernama Coa Thian Ki?"
Nenek itu bertanya, suaranya masih nyaring dan
galak. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Benar sekali, nyonya."
"Jangan panggil aku nyonya, sebut saja nenek
kalau engkau benar suheng dari Kui Eng!" bentak
nenek itu. "Akan tetapi awas, kalau engkau
berbohong dan engkau te rnyata bukan suhengnya
yang ia cari, tongkatku ini akan menghancurkan
kepalamu!" Cin Cin adalah gadis yang pada dasarnya
Pedang Dan Kitab Suci 14 Pedang Ular Mas Karya Yin Yong Tujuh Pedang Tiga Ruyung 4
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama