Ceritasilat Novel Online

Pedang Keadilan 26

Pedang Keadilan Karya Tjan I D Bagian 26


berdarah dalam dunia persilatan maka dia tak seganTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com/
2226 segan akan menampilkan diri untuk membinasakan dirimu"
Dari rangkaian perkataan tersebut ada sebagian yang
kenyataan tapi sebagian lain cuma gertak sambal, tapi
ketika muncul dari mulut Lim Han-kim justru
kedengarannya seperti sungguh-sungguh.
sepanjang mendengarkan penuturan tersebut, seebun
Giok-hiong pun berusaha mengamati terus mimik muka
Lim Han-kim, tapi dengan cepat ia dibuat percaya penuh
dengan perkataan itu, sekalipun dalam hati kecilnya ia
merasa terkejut bercampur ngeri, di luar ia tetap
menjaga ketenangan wajahnya, sambil tertawa hambar
katanya: "Sepandai-pandainya tupai melompati akhirnya
akan terjatuh juga. Begitu juga dengan nona Pek.
sehebat-hebatnya dia merancang segala sesuatu, sekali
aku berhasil menguasai kesempatan yang terbaik, maka
semua rancangannya yang hebat akan buyar dan hancur
berantakan-" Lim Han-kim terperanjat pikirnya: "Sialan, di mana aku
telah salah bicara tadi sehingga ia menemukan titik
kelemahanku ... nyata sekali iblis wanita ini memang
susah untuk dihadapi."
Berpikir sampai di situ, tak tertahan lagi tanyanya:
"Apa yang telah diperhitungkan nona Pek selama ini tak
pernah meleset ia pun pernah bilang, sebelum kau dapat
membuktikan kematiannya, tak nanti kau berani
mencelakai kami bertiga, betul bukan ucapan ini?"
seebun Giok-hiong tertawa hambar "sekalipun kau
turun tangan bersama kedua orang budak itu, paling
banter kalian hanya bisa menahan sepuluh jurus
2227 seranganku. Buat apa aku mesti bersusah payah
melenyapkan orang yang sama sekali tidak
membahayakan diriku" Jadi soal bunuh atau tidak. aku
tak usah banyak berpikir."
Sebenarnya Lim Han-kim ingin menghindarkan Pek Sihiang
dari salah perhitungan, namun ia pun tak sanggup
menahan diri, maka kembali ujarnya: "Terserah apa pun
yang kau pikirkan, yang jelas dan merupakan kenyataan
adalah kau tak berani turun tangan mencelakai kami,
apakah hal ini merupakan salah hitung nona Pek?"
"sudahlah, kita tak perlu berdebat soal ini." Mendadak
seebun Giok-hiong bangkit berdiri, "Sebelum ilmu iblisnya
berhasil dikuasai, aku harus menemukan dia serta
membunuhnya " "Nona Pek sudah membuat persiapan dan
menyembunyikan diri, dari mana kau bisa menemukan
tempat tinggalnya?" "Luas pesanggrahan pengubur bunga cuma sejengkal
aku tak percaya kalau tak mampu menemukannya . "
"Kalau tak percaya silakan saja dicoba, toh aku
bersama siok-bwee dan Hiang-kiok bukan tandinganmu
dan kini sudah siap menelan pil racun yang setiap saat
bisa mematikan kami, Bila kau berniat memaksa kami
untuk bicara, lebih baik urungkan saja niatmu itu"
Paras muka seebun Giok-hiong berubah amat serius,
sepasang matanya yang tajam mulai mencari keempat
penjuru. 2228 Lim Han-kim khawatir sekali, pikirnya: " Habis sudah
bila ia berhasil menyaksikan bayangan tubuh Hiang-kiok
yang sedang kabur" sesaat setelah memperhatikan sekeliling tempat itu
dengan seksama, tiba-tiba seebun Giok-hiong tersenyum,
katanya lembut: "Lim siangkong, inginkah kau
memulihkan kembali wajah gantengmu seperti sedia
kala?" Lim Han-kim mendongakkan kepalanya dan tertawa
tergelak: "Ha ha ha... kenapa" Nona anggap jalan
kekerasan tak bisa ditembus sekarang ganti
menggunakan jalan lunak" sayang sekali aku Lim Hankim
adalah seorang lelaki sejati yang tak doyan keras
maupun lunak" "Aku akan mengajak kau pergi bersama tinggalkan
tempat ini," sambung Seebun Giok-hiong.
"Kenapa?" "Akan kuangkut berton-ton kayu bakar untuk
ditumpukkan ke seluruh daratan pesanggrahan pengubur
bunga ini, kemudian akan kubakar selama tiga hari tiga
malam, Akan kulihat apakah Pek si- hiang masih sanggup
mempertahankan diri."
Terkesiap tak terkirakan perasaan Lim Han-kim
sesudah mendengar ancaman itu, pikirnya: "Cara
semacam ini betul- betul teramat keji dan jahat, bila
mana asap tebal menyusup masuk ke dalam ruang
rahasia lewat cerobong udara, niscaya Pek si- hiang yang
lemah akan mati kehabisan napas."
2229 seebun Giok-hiong sama sekali tak menyangka
tindakannya merusak wajah Lim Han-kim justru
mendatangkan masalah yang teramat pelik baginya,
sebab ia gagal memonitor perubahan mimik muka Lim
Han-kim lewat ungkapan perasaannya, dan hal ini belum
pernah terbayangkan sebelumnya.
Bagaimana cun ia terhitung seorang gadis yang luar
biasa cerdiknya. Begitu tak mendengar suara jawaban
dari Lim Han-kim dalam waktu cukup lama, sambil
tertawa dingin segera jengeknya: "Bagaimana" Bagus
bukan caraku ini?" "Apanya yang bagus" Biarpun kau bakar sampai
hangus batu karang di daratan pesanggrahan pengubur
bunga ini,jangan harap nona Pek bisa turut terbakar."
"Ha ha ha... kalau begitu kau sudah tahu tepat
persembunyian Pek si-hiang?" seebun Giok-hiong tertawa
terkekeh-kekeh. Lim Han-kim tahu ia sudah salah bicara dan mustahil
diubah lagi, maka jawabnya tegas: "Yaa, tentu saja aku
tahu" "Aku tak percaya tak bisa membakarnya sampai mati,
masa ia bersembunyi di dasar air telaga?"
"Kau..." mendadak Lim Han-kim menyadari sesuatu.
Cepat- cepat dia membungkam.
"Kenapa?" kembali Seebun Giok-hiong mengejek
sambil tertawa, "Tidak salah bukan dugaanku?"
Lim Han-kim sadar, dalam posisi begini lebih banyak
bicara berarti kemungkinan rahasianya akan terbongkar
2230 maka ia tak meladeni perkataan gadis itu lagi, mulutnya
ditutup rapat-rapat. Sambil tersenyum Seebun Giok-hiong berkata lagi:
"Akan kudatangkan seratus bahkan seribu buah perahu
yang penuh bermuatan pasir gamping, Akan kubuat air
telaga di sekeliling pesanggrahan pengubur bunga ini jadi
mendidih. Hmm... Akan kulihat apa dia masih bisa
meloloskan diri lagi."
Dalam hati kecilnya Lim Han-kim berpikir: "Dinding
ruangan ini tebal lagi kokoh, sekalipun air telaga dibuat
mendidih pun tak nanti bisa membakar mati Pek Sihiang."
Sesungguhnya Seebun Giok-hiong sendiri pun amat
panik ketika tidak mendengar tanggapan dari Lim Hankim,
sambil tertawa dingin katanya lebih lanjut: "Selain
kubakar daratan ini dan kubuat air telaga menjadi
mendidih, aku tak percaya dalam tiga-lima hari ia mampu
menguasai ilmu sesat itu dalam taraf yang lumayan
kendatipun ia bisa bersembunyi di tempat teraman.
sebaliknya waktu selama tiga-lima hari sudah lebih dari
cukup bagiku untuk mengobrak-abrik seluruh tempat ini"
Lim Han-kim menghela napas panjang, katanya pelan:
"Padahal nona Pek bersikap amat penyabar dan baik
kepadamu, kenapa sih kau begitu benci dan dendam
kepadanya sehingga baru merasa puas setelah
membunuhnya?" "Keliru, kata-katamu harus diubah sedikit agar lebih
tepat" "Apanya yang diubah?"
2231 " Harus dibilang aku baru merasa tenang setelah dia
mati, bukan puas" "ooooh, kau takut sekali pada nona Pek?"
" Kenapa kau bertanya begitu kepadaku?"
Lim Han-kim mendongakkan kepalanya dan tertawa
terbahak-bahak, begitu keras suaranya hingga bergema
di seluruh udara. "Apa yang kau tertawakan?" tegur seebun Giok-hiong
sambil membelalakkan matanya.
"Perhitungan nona Pek sungguh luar biasa, ternyata
sampai reaksimupun sudah termasuk dalam
perhitungannya. " "soal apa?" Lim Han-kim menjengek dingin, katanya. "Ia beritahu
kepadaku, semakin menaruh hormat sikapmu kepadanya
berarti semakin berkobar napsu membunuhmu
terhadapnya. Waktu itu aku malah sempat mewakili nona
seebun untuk memberi penjelasan. Aaaai... sungguh tak
nyana saat ini aku harus mendengar dengan telinga
sendiri bahwa nona memang berniat hendak
membunuhnya " seebun Giok-hiong melonjak-lonjak saking gusarnya,
dengan amarah yang meluap bentaknya: "Besar amat
nyalimu, kau berani menipu aku..."
sambil berseru dia melompat bangun dan memburu
kearah bangunan loteng itu Padahal menurut
perhitungan waktu yang dilakukan Lim Han-kim, ia tahu
Hiang- kiok semestinya sudah masuk ke dalam ruang
2232 rahasia, maka apabila ia menyusul dari belakang,
rahasianya malah akan terbongkar.
Karena berpendapat demikian, dia pun duduk tak
bergerak di tempat semula sambil secara diam-diam
mengamati gerak-gerik dalam bangunan loteng itu
Tiba-tiba di ruang dalam, seebun Giok-hiong
menjumpai hanya siok-bwee seorang duduk disitu
dengan pedang terhunus, tak bisa dicegah lagi hawa
amarahnya langsung meluap. serunya sambil tertawa
dingini "Ke mana perginya budak itu?"
"Pergi menjumpai nona kami"jawab siok-bwee sambil
menurunkan kembali pedangnya.
"Di mana Pek si- hiang sekarang?"
"Nunjauh di ujung langit, tapi tetap dalam bumi."
"Kau tak usah berlagak pilon terus, kau anggap aku
tak berani membunuhmu?"
"Kau tak perlu repot- repot, setiap saat aku dapat
menelan pil beracun itu"
sikap siok-bwce, Hiang- kiok serta Lim Han-kim yang
tidak takut menghadapi kematian ini betul-betul
membuat seebun Giok-hiong yang cerdik dan banyak
akalnya ini mati kutu. Diam-diam ia mengerahkan tenaga
dalamnya dan siap turun tangan secara tiba-tiba, ia tahu,
kesempatan yang tersedia baginya hanyaamat singkat, ia
mesti berhasil menotok jalan darah siok-bwee dalam
sekali serangan, dengan demikian dayang itu barutak
punya kesempatan untuk menelan pil beracunnya.
2233 siok-bwee sendiri pun bukan orang bodoh, tampaknya
dia pun sudah memahami niat seebun Giok-hiong ini,
mendadak ia melompat bangun dan melompat mundur
sejauh lima depa lebih dari posisi semula, ucapnya ketus:
"Bila kau berani turun tangan, aku segera akan telan pil
beracun itu untuk bunuh diri, aku tak ingin hidup terus di
dunia ini hanya untuk kau siksa"
Tiba-tiba seebun Giok-hiong mengubah taktiknya,
sambil menghela napas panjang tanyanya: "Baikkah
sikap Pek si-hiang terhadap kalian?"
"Hubungan kami lebih akrab daripada saudara
sekandung" "Lantaran itu maka kau bertekad hendak setia
kepadanya hingga mati?"
"Bukan hanya aku seorang, setiap anak buah nona
kami bahkan sampai sahabatnya sekali pun rela
mengorbankan diri demi dirinya"
"Bagaimana dengan Lim Han-kim?" tanya seebun
Giok-hiong dengan kening berkerut
"Aku rasa dia pun berpendapat sama."
seebun Giok-hiong mengerti, ia sudah tak punya
kesempatan lagi untuk turun tangan, maka tanpa banyak
bicara dia membalikkan badandan meluncur keluar dari
ruangan, Rupanya ia mendapat ide untuk menotok jalan
darah Lim Han-kim secara mendadak, kemudian
menyiksanya agar pemuda itu mau menunjukkan tempat
persembunyian Pek si- hiang.
Ia mempunyai keyakinan dan rasa percaya diri yang
kuat, dia yakin begitu mereka kehilangan kesempatan
2234 untuk menghabisi nyawa sendiri, maka dengan
menggunakan sistim penyiksaan yang paling keji, dla
pasti akan berhasil memperoleh pengakuannya.
Namun ia pun mengerti bahwa mereka semua telah
membekali diri dengan pil beracun, ia tak boleh bertindak
ceroboh apalagi nyerempet bahaya, sebab membunuh
ketiga orang itu tak ada manfaatnya, malah sebaliknya
akan mengikat tali permusuhan dengan Pek si- hiang.
Sementara berpikir, ia sudah berjalan menghampiri
Lim Han-kim. ia berusaha mengubah dirinya menjadi
begitu tenang, seolah-olah tak ada kejadian apa pun,
bahkan sampai berjarak berapa kaki di hadapan Lim
Han-kim pun wajahnya masih dihiasi senyuman
kedamaian.

Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Pada saat itulah mendadak dari kejauhan sana
terdengar siok-bwee berteriak keras: "Hati-hati Lim
siangkong ..." Dengan sigap Lim Han-kim melompat bangun,
hardiknya ketus: "Berhenti jika kau berani melangkah
maju setindak lagi, segera kutelan pil beracun itu."
seebun Giok-hiong menghentikan langkahnya, sambil
tertawa ia mengejek: "Jika kau mati, siapa pula yang
akan mencintai nona Pek?"
Di tengah suara tertawanya yang merdu, hawa
murninya disalurkan ke ujung jari lalu secara tiba-tiba
melepaskan satu serangan ke depan, Waktu itu Lim Hankim
sudah membuat persiapan, begitu seebun Giok-hiong
mengayunkan lengannya, ia pun mengegos ke samping.
2235 sekalipunjalan darah pentingnya berhasil dihindari,
namun lengan kanannya terhajar juga oleh tenaga
totokan seebun Giok-hiong, tubuhnya berputar dengan
sempoyongan. Dengan tangan kirinya seCepat kilat ia lepaskan
sebuah pukulan, lalu teriaknya keras- keras: "Nona siokbwee,
baik-baik menjaga diri. Beritahu nona Pek. suruh
dia membalaskan dendamku"
selesai berteriak ia gigit hancur pil beracun itu dan
ditelan ke dalam perut sungguh cepat gerakan tubuh
seebun Giok-hiong, bersamaan dengan dilepaskannya
totokan itu, dia ikut menerjang maju ke depan.
Tapi tubuhnya segera terhadang oleh tenaga pukulan
yang dilepaskan Lim Han-kim, Menanti ia berhasil
memunahkan tenaga serangan itu, Lim Han-kim sudah
terlanjur menggigit hancur pil beracun itu dan
menelannya ke dalam perut
Dengan gerakan paling cepat seebun Giok-hiong
menerjang kesamping tubuh Lim Han-kim, menyambar
lengan kanan pemuda itu dan serunya lirih: "Kau sudah
telan pil beracun itu?"
Lim Han-kim tertawa terbahak-bahak, "Ha ha ha... kau
banyak akal dan pintar, tapi kehadiranmu tetap
selangkah terlambat. Betul, aku sudah menelanpil
beracun itu" "Cepat tumpahkan keluar" seebun Giok-hiong berseru
penuh gelisah. "Pil itu sudah masuk ke dalam perut, percuma,
terlambat sudah, Ha ha ha ... daya kerja racun ini amat
2236 cepat, sebentar lagi aku akan mati dengan perasaan
tenang" Dengan gerakan cepat seebun Gio-hiong menotok
beberapa jalan darah penting di tubuh pemuda itu,
kemudian bujuknya lagi: "Turuti perkataanku cepat tutup
semua jalan darahmu, aku akan berusaha
menyelamatkan jiwamu. Lim Han-kim tertawa hambar "Kau telah merusak
wajahku, mencabut nyawaku, hutang ini biar ditagih
nona Pek di kemudian hari..."
Mendadak matanya terasa berkunang-kunang,
kepalanya jadi berat dan sakit sekali, ia tahu racun dalam
tubuhnya sudah mulai bekerja, sambil pejamkan mata
katanya lagi: "Lepaskan aku, sebentar lagi aku akan
mati." "Buat apa kau bertindak setolol ini?" seebun Giokhiong
mengendorkan cekalannya. "Padahal aku tak
bermaksud mencelakaimu Kalau hendak membunuhmu,
hal ini sudah kulakukan sejak semula, buat apa
menunggu sampai sekarang...?"
Tampak tubuh Lim Han-kim bergoncang keras, tibatiba
ia roboh terjengkang ke atas tanah. Buru-buru
seebun Giok-hiong menyambar tubuhnya dan pelanpelan
dibaringkan ke atas tanah, ujarnya lagi sambil
menghela napas: "Aku bilang mau membunuhmu
padahal itu cuma gertak sambal saja, padahal aku tak
betul-betul ingin mencelakaimu, bahkan tak pernah
merusak wajahmu..." 2237 "Hmmm Kau tak usah berpura-pura lagi, mana ada
kucing menangisi tikus..." seseorang menegurnya secara
tiba-tiba dari arah belakang, nadanya dingin,
Ketika seebun Giok-hiong berpaling, dilihatnya siokbwee
dengan pedang terhunus telah berdiri enam depa
di belakangnya, Dengan nada gelisah segera teriaknya:
"Eeeei nona, cepat serahkan obat penawarnya, aku harus
selamatkan jiwanya lebih dulu kemudian baru kita
bicara." "Kau takut nona kami akan mencarimu untuk
menuntut balas?" "Bukan" seebun Giok-hiong menggeleng, " Cepat
serahkan obat penawarnya kepadaku, yang penting
selamatkan jiwanya lebih dulu."
"obat penawarnya sudah kubuang, barang siapa yang
menelan pil beracun itu, dia harus mati"
seebun Giok-hiong berkerut kening, hawa napsu
membunuh mulai menyelimuti wajahnya, hardiknya:
"Ngaco belo, kau kira aku tak berani membunuhmu"
Hmmm, kalau sampai membangkitkan amarahku, akan
kubunuh kalian berdua"
"Aku tahu, meski nona mempunyai niat untuk
membunuh, juga mempunyai kemampuan untuk
melakukannya, namun kami memiliki semangat dan
keberanian untuk menghadapi kematian itu"
seebun Giok-hiong tertegun, serunya kemudian: "Jadi
dia betul-betul sudah tak tertolong?"
"Tidak" 2238 Lama sekali seebun Giok-hiong termenung tanpa
mengucapkan sepatah katapun, jelas wanita cerdas yang
banyak akal dan muslihat ini terbelenggu rasa masgul
oleh situasi yang dihadapinya. ia gagal menemukan
tindakan terbaik untuk mengatasi masalah ini. Terdengar
siok-bwee berkata dengan ketus: "Pergilah dari sini,
urusan penguburan tubuh Lim siangkong tak perlu kau
risaukan lagi" seebun Giok-hiong memandang ke arah siok-bwee
sekejap, pelan-pelan ia berjongkok dan mencoba meraba
dengusan napas Lim Han kim. Didengarnya napas
pemuda itu sudah sangat lemah, setiap saat ada
kemungkinan terputus, perasaan sedih yang mendalam
tiba-tiba menyelimuti wajahnya, ia menghela napas
panjang. "Aaaai... Apabila nona Pek berhasil meloloskan diri dari
musibah ini danperoleh kembali kesempatan untuk hidup,
sampaikaniah ucapan selamatku ini kepadanya.
sebaliknya bila ia bernasib malang dan mati, tolong
cantumkanjuga namaku seebun Giok-hiong di atas batu
nisannya" Perubahan sikap yang terjadi saat ini terlalu tiba-tiba,
ini membuat siok-bwee jadi sangsi dan hampirsaja tak
percaya dengan apa yang didengarnya kendatipun setiap
patah kata perempuan tersebut dapat didengarnya
dengan jelas. "Perempuan ini licik dan banyak akal muslihatnya,
jangan-jangan ia hendak menjebakku" Ehmm... aku tak
boleh tertipu," demikian ia berpikir dalam hati.
2239 Sementara itu Seebun Giok-hiong sudah
membungkukkan badannya untuk membopong Lim Hankim
dan pelan-pelan beranjakpergi dari situ.
"Berhenti" dengan perasaan terkejut siok-bwee
menghardik Tiba-tiba saja sikap seebun Giok-hiong berubah jadi
lembut sekali, sambil menghentikan langkahnya ia
bertanya: "Ada apa?"
"Hendak kau bawa ke mana jenasah Lim siangkong?"
"Aku akan mengunjungi seorang tabib kenamaan dan
mencoba menyembuhkan luka racun yang dideritanya."
"Kau percaya bahwa di dunia ini betul-betuI ada obat
mujarab yang bisa menghidupkan kembali orang mati?"
"sekalipun tak ada obat mustajab yang bisa
menghidupkan kembali orang mati, tapi kalau cuma
obatpemunah racun sih ada"
"Nona kami adalah tabib paling hebat zaman
ini.Biarkan dia disini, mungkin ia masih ada harapan
untuk hidup" "Nonamu sedang berusaha menyelamatkan nyawa
sendiri dengan melatih ilmu sesat. Dalam tiga-lima hari
mustahil ia bisa muncul dari pertapaannya, aku rasa tak
perlu menunggu dia lagi."
Mendengar sampai disini, siok-bwee pun berpikir:
"Apabila aku bersikeras hendak menahan Lim siangkong
di sini, maka rasa curiganya tentu akan muncul lagi.
Kelihatannya aku harus biarkan ia membawa pergi Lim
2240 siangkong untuk sementara waktu, soal belakangan biar
menunggu nona saja ..."
Karena berpikir demikian, maka dia pun tidak
berbicara lagi. Pelan-pelan Seebun Giok-hiong
membalikkan badan dan beranjak pergi dengan langkah
lamban, langkahnya kelih atan berat sekali
BAB 15. Pertarungan Di Telaga
siok-bwee mengintil terus di belakang seebun Giokhiong
hingga tiba dipintu keluar, pikirnya: "sebetulnya
aku bisa menggerakkan alat rahasia untuk
menenggelamkan dia ke dalam air, tapi sekarang ia
sedang membopong Lim siangkong, apabila alat rahasia
ku-gerakkan, niscaya Lim siangkong akan ikut
berkorban.. aku tak boleh gegabah..."
Berpikir begitu, terpaksa ia pun menggerakkan tombol
untuk menghentikan semua peralatan rahasia yang
terpasang, Katanya kemudian: "Di sini tak ada perahu,
dengan cara apa kau hendak melewati jalur keluar ini?"
"Kau tak usah repot- repot..." Dengan menghimpun
tenaga murninya, ia pun mengerahkan ilmu meringankan
tubuhnya untuk menyeberangi jalur keluar tadi dengan
mudah. Memandang bayangan punggung Seebun Giok-hiong
yang menjauh, sekali lagi siok-bwee berpikir: "Tak nyana
ilmu silat yang dimilikinya begitu hebat Kalau begini
caranya, aku rasa meski semua alat rahasia
kujalankanpun belum tentu bisa melukai dirinya."
2241 Ketika ia mendongakkan kepalanya lagi, bayangan
tubuh seebun Giok-hiong telah lenyap dari pandangan.
Dengan termangu-mangu siok-bwee mengawasi
permukaan air yang beriak. pikirnya lagi: "Dua jam
kemudian pengaruh racun itu akan hilang dan Lim
siangkong akan tersadar dengan sendirinya. Waktu itu
seebun Giok-hiong tentu akan sadar bila ia sudah
dibohongi, itu berarti di kemudian hari akan semakin sulit
untuk menipunya lagi. Di tengah lamunannya, mendadak dari belakang
tubuhnya terdengar seseorang menyapa dengan lembut:
"Enci siok-bwee"
suara itu sangat dikenal, tanpa berpaling pun siokbwee
sudah tahu kalau Hiang- kiok telah datang.
Betul juga, waktu itu Hiang-kiok berdiri pada jarak
tujuh-delapan depa di hadapannya dengan sepasang
mata merah membengkak dan air mata masih
membasahi pipinya,jelas baru saja ia menangis sedih,
Dengan perasaan terkesiap ia berteriak: "Bagaimana
keadaan nona?" "Penyakit nona semakin parah" Hiang-kiok menghela
napas panjang. "Apa berbahaya?"
Hiang-kiok tidak menjawab, ia balik bertanya: "Ke
mana perginya seebun Giok-hiong?"
"sudah pergi, bila ada urusan katakan saja"
"Aaaai... napas nona sudah sangat lemah dan setiap
saat bisa putus, Hampir setengah jam aku menunggu
2242 ditepi ranjang, namun tak pernah kudengar ia
mengucapkan sepatah kata pun-"
"Apakah kau sudah mencoba untuk memanggil nya ?"
Hiang-kiok menggeleng, "Aku tidak berani, takut
mengganggu ketenangannya."
Dengan kening berkerut siok-bwee segera menegur
"sudah tahu penyakit nona sangat parah dan kondisinya
gawat, bukan menemaninya di dalam, mau apa kau lari
kemari?" "Aku gugup, panik dan tak tahu apa yang mesti
kukerjakan, semakin kupandang keadaan nona,
perasaanku makin tak karuan, aku hanya ingin menangis
dan menangis terus, sampai air mataku membasahi pipi
nona ..." "Budak sialan, kenapa kau tak bisa menahan diri,
apakah mengganggu ketenangan nona?"
"Yaa, nona terbangun karena terkena air mataku, ia
membalikkan badannya sambil memanggil Lim
siangkong, setelah itu tertidur lagi."
"Apa" Dia memanggil Lim siangkong?"
"Betul," Hiang-kiok manggut-manggut, "Ia memanggil
dengan suara yang amat jelas, aku tak bakal salah
dengar oleh sebab itulah aku lari ke sini untuk mengajak
cici berunding, apa perlu mengundang Lim siangkong..."
"Aaaai, mungkin kita tak akan berjumpa lagi dengan
Lim siangkong," tukas siok-bwee sedih.
"Kenapa?" 2243 "Sebab Lim siangkong sudah ditangkap seebun Giokhiong."
"Lim siangkong adalah lelaki muda, sedang seebun
Giok-hiong wanita muda, buat apa dia melarikan Lim
siangkong?"

Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Hmmm Andaikata Lim siangkong seorang wanita, tak
nanti seebun Giok-hiong membawanya perga"
seolah-olah baru menyadari akan sesuatu, Hiang-kiok
berseru sambil manggut-manggut: "Aaaah... oleh sebab
itulah nona kita baru memanggil Lim siangkong."
"Aaaaai... budak cilik, kau makin dewasa kini."
"Setelah seebun Giok-hiong melarikan Lim Han-kim,
aku rasa dia tak mungkin akan kemari lagi dalam waktu
singkat. Cici, kau tak perlu berjaga di luar lagi, mari kita
bersama-sama kembali ke ruang bawah tanah dan
menengok keadaan nona."
"Tidak bisa, perintah nona tidak mengijinkan kita
masuk ke ruang bawah tanah, maka kita tak boleh
masuk seenaknya sendiri"
"Aku lihat keadaan nona ibarat lentera yang kehabisan
minyak. mungkin ia sudah tak lama lagi..."
"Masa begitu serius?"
"cici siok-bwee, buat apa aku membohongimu" Ayo
kita segera berangkat, aku takut kalau terlambat maka
kita..." Kata-kata selanjutnya tak mampu dilanjutkan.
siok-bwee termenung sejenak. sahutnya kemudian:
"Baiklah, biar kugerakkan dulu semua alat rahasia yang
ada." ia pun menggeser tombol rahasia untuk
2244 menggerakkan semua peralatan yang ada, kemudian
baru beranjak pergi dari situ bersama Hiang-kiok.
Dalam saat bersamaan seebun Giok-hiong dengan
membopong Lim Han-kim telah melompat naik ke atas
sebuah perahu yang buang jangkar di dekat sana, Dua
orang dayang cantik berbaju hijau kelihatan berdiri di
depan geladak dan mengawasi jalan masuk ke daratan
dengan pcrasaan was-was, begitu melihat kemunculan
seebun Giok-hiong, wajah mereka segera nampak
berseri. Begitu melompat ke atas geladak, kepada kedua orang
dayang berbaju hijau itu seebun Giok-hiong berseru: "
Cepat angkat jangkar dan berlayar"
Dua orang dayang itu menyahut, dengan cepat
mereka naikkan jangkar, dan mendayung perahu itu
kuat-kuat, dengan kecepatan tinggi bergeraklah perahu
itu menuju ke tengah telaga.
Ruangan dalam perahu ini tidak terlalu lebar tapi
pcrabot serta perlengkapannya sangat mewah. Pelanpelan
seebun Giok-hiong membaringkan tubuh Lim Hankim
ke atas pembaringan setelah itu menepuk beberapa
buah jalan darahnya. Perlu diketahui, apa yang dialami Lim Han-kim saat ini
adalah keracunan karena obat, maka kendatipun seebun
Giok-hiong memiliki ilmu silat yang sangat hebatpun, sulit
baginya untuk memberikan pertolongan.
seorang dayang muncul di depan pintu sambil
bertanya: "Nona, tolong tanya kita hendak ke mana
sekarang?" 2245 "Cepat bawa perahu ke daratan seberang"
Tergopoh-gopoh dayang itu mengundurkan diri,arah
perahu pun segera berubah dan bergerak menuju ke
pantai seberang, saat itu pintu dan jendela dalam ruang
perahu terbuka lebar, segulung angin dingin berhembus
lewat mengibarkan ujung baju Lim Han-kim.
Dengan sepasang mata terbelalak lebar seebun Giokhiong
mengawasi wajah Lim Han-kim tanpa berkedip.
tampaknya ia seperti sedang memikirkan satu masalah,
Di saat perahu itu sudah hampir mencapai daratan itulah
tubuh Lim Han-kim yang semula kaku, tiba-tiba bergerak
kembali. sambil menghembuskan napas panjang. seebun Giokhiong
pun berpikir "Ternyata dugaanku memang benar,
kurang ajar betul dua orang dayang itu. Besar amat nyali
mereka untuk membohongi aku ..."
sementara itu Lim Han-kim telah menggerakkan
sepasang tangannya dan tiba-tiba bangun duduk.
Ternyata hembusan angin telaga yang amat dingin telah
menyadarkan kembali pemuda ini dari pingsannya .
"Haus?" tegur seebun Giok-hiong sambil tersenyum,
Diambiinya secawan air teh dan disodorkan ke depan-"Di
mana aku sekarang?" "Di perahu..." tiba-tiba ia mempertinggi suaranya dan
berteriak lagi, "Putar haluan, kita melaju lagi ke tengah
telaga" "Kau telah selamatkan aku?" tanya Lim Han-kim
sambil menggerakkan sepasang lengannya,
2246 sikap serta pembawaan seebun Giok-hiong telah pulih
kembali seperti sedia kala, santai dan penuh senyuman,
sahutnya pelan: "Bukan, aku tidak menolongmu, obat
pemabuk yang digunakan dua orang dayang itu
sesungguhnya tak akan melukai jiwamu... Kalau saat
kerja obat itu sudah hilang, dengan sendirinya kaupun
akan sadar kembali."
"ooooh, begitu rupanya..." setelah berhenti sejenak,
kembali lanjutnya: "Kau hendak mengajakku pergi ke
mana sekarang?" "Kau ingin ke mana?"
"Pesanggrahan pengubur bunga"
" Untuk menghadiri upacara penguburan Pek sihiang?"
"Anggap saja begitu"
"sayang aku sudah berubah pikiran," kata seebun
Giok-hiong sambil tertawa, "Terpaksa aku harus
membuatmu kecewa kali ini."
"Berubah pikiran?"
"Yaa, pada awalnya aku memang ingin sekali
membunuh Pek si- hiang, tapi sekarang aku telah
memutuskan untuk membiarkan ia mati sendiri."
"Bila kudengar dari nada pembicaraanmu tampaknya
kau menaruh perasaan takut yang luar biasa terhadap
Pek si-hiang?" "Kenapa tidak kau katakan aku amat membencinya?"
Lim Han-kim tertawa terbahak-bahak: "Ha ha ha...
nona selalu berharap agar dia cepat mati, Tapi begitu
2247 bertemu dengan nona Pek. sikapmu justru berubah amat
hormat dan penurut, bukankah hal ini menandakan kau
amat takut kepadanya?"
Berubah paras muka seebun Giok-hiong, teriaknya
mendongkol: "Kau harus tahu, watakku jelek sekali jika
kau selalu mengejek dan menyindirku, jangan salahkan
bila kesabaranmu habis"
"Kenapa jika kesabaranmu sudah habis?"
"Akan kubuat kau mati tak bisa, hidup pun menderita,
rasanya waktu itu tentu luar biasa."
"orang hidup seratus tahunpun akhirnya mati juga,
apa bedanya mati nanti dan mati sekarang" Kau tak
perlu mengancamku dengan soal kematian, masalah itu
tak akan pecahkan nyaliku."
Mencorong sinar tajam dari balik mata seebun Giokhiong,
tampaknya dia hendak mengumbar hawa
amarahnya, tapi kemudian perasaan itu ditekan kembali.
sambil tertawa hambar dia berpaling ke arah lain dan
tidak menggubris perkataan Lim Han-kim lagi, sementara
itu perahu sudah meninggalkan daratan makin lama
makin jauh, mereka meluncur jauh ke tengah telaga
sana, Melihat Seebun Giok-hiong sama sekali tidak
menggubris dirinya lagi, malahan sinar matanya dialihkan
jauh ke tengah telaga sana, akhirnya Lim Han-kim tak
bisa menahan diri lagi, tegurnya: "Kau hendak
mengajakku pergi ke mana?"
"Membawamu balik ke kota Si-ciu."
"Mau apa ke sana?"
2248 "Tiga bulan yang kujanjikan untuk tidak melukai orang
kini sudah berakhir, aku periu membuat persiapan yang
matang hingga suatu pembantaian yang luar biasa
hebatnya bisa segera dimainkan ..."
"Buat apa sih kau berbuat begitu?" seru Lim Han-kim
dengan perasaan terkejut "Buat apa" Tentu saja cari nama agar terkenal"
"Dendam sakit hati karena kematian orang tuamu
memang wajib dibalas, tapi kau tidak seharusnya
melampiaskan amarah dan dendam itu kepada seluruh
umat persilatan yang sebetulnya tak kenal bahkan tak
punya dendam apa pun denganmu. Bila kau
membinasakan mereka semua gara-gara menuruti emosi
hatimu, pernahkah kau bayangkan bagaimana perasaan
putra putri mereka" Apakah mereka pun tidak ingin
mencarimu untuk menuntut balas pula?"
Dengan tenang Seebun Giok-hiong membenahi
rambutnya yang kusut terhembus angin, lalu sahutnya
sambil tertawa: "Aku rasa, mulai dari generasi kita ini
semua peraturan dan kebiasaan yang berlaku dalam
dunia persilatan termasuk dalam hal menuntut balas,
harus diubah sama sekali."
"Ada benarnya juga perkataan ini," pikir Lim Han-kim.
"Memang ada banyak peraturan yang berlaku dalam
dunia persilatan sesungguhnya sudah tidak sesuai lagi
dengan tuntutan zaman. Ada baiknya juga untuk
dirombak serta diperbaiki..." Berpendapat begitu, ia pun
bertanya: "Bagaimana cara kita merombak serta
memperbaikinya?" 2249 seebun Giok-hiong tertawa, "Aku ingin menggunakan
waktu selama lima tahun untuk menciptakan serta
mendirikan suatu kekuasaan maha tinggi yang bisa
memimpin seluruh umat persilatan di dunia ini. Aku
hendak melakukan perbuatan maha besar yang belum
pernah dilakukan sebelumnya dijagad raya"
"Perbuatan apa itu?" tanya Lim Han-kim tak tahan,
"Aku hendak membuat seluruh umat persilatan
menghapuskan sama sekali kebiasaan saling membalas
dendam ..." "Pemikiran ini sih bagus sekali, tapi justru masalahnya
bagaimana cara penerapannya dalam dunia persilatan?"
"Gampang sekali, apabila kita bisa membuat
keturunan mereka berpendapat bahwa kematian dari
generasi tuanya adalah kematian yang sudah
seharusnya, mereka pun akan menghapus ingatan untuk
membalas dendam." "Perkataan ini ada benarnya juga," kembali Lim Hankim
berpikir "Tapi dendam kematian orang tua adalah
dendam kesumat yang tiada taranya, mana mungkin
orang mau berpendapat bahwa kematian orang tuanya
adalah kematian yang setimpal meski mereka tahu
bahwa kematian orang tuanya adalah kematian karena
dibunuh?" Terdengar seebun Giok-hiong berkata lebih lanjut:
"selama ratusan tahun sejarah dunia persilatan banyak
terdapat manusia-manusia yang menganggap dirinya
berkemampuan tinggi, memimpikan suatu kesatuan
dalam dunia persilatan yang dipimpinnya.
2250 Ternyata tak seorang pun di antara mereka yang
berhasil. Dari catatan dan kitab pusaka peninggalan
kawanan tokoh silat itu sempat kubaca bahwa ada
banyak di antara mereka sesungguhnya memiliki
kemampuan untuk mencapai cita-cita tersebut,
sayangnya seringkali mereka bertindak kurang tegas, tapi
mau berkorban hingga berakhir dengan kegagalan...
Memang sakit rasanya bila usaha yang dirintis matimatian
akhirnya mesti berantakan-"
"Apakah nona bermaksud meneruskan cita-cita
mereka dengan mendirikan suatu kekuasaan yang luar
biasa dalam dunia persilatan?"
"Kau anggap aku tak sanggup memikul tanggung
jawab ini?" "Aku percaya pada awalnya kawanan jago di masa
lampaupun memiliki perhitungan dan keyakinan yang
besar untuk berhasil meraih cita-citanya, tapi
kenyataannya" Tak seorang pun di antara mereka
berhasil mencapai impiannya dengan sukses."
"Yaaa, hal ini disebabkan mereka telah melanggar
beberapa kesalahan besar yang berakibat datangnya
kehancuran total." "Apa nona yakin tak akan melakukan pelanggaran
yang sama?" "Tentu saja." seebun Giok-hiong tertawa, "Aku belajar
dari pengalaman mereka, tentu saja tak akan kulanggar
kesalahan yang sama."
"situasi dulu berbeda jauh dengan keadaan sekarang,
bila nona ingin menerapkan sistim yang dulu untuk
2251 zaman kini, aku rasa penerapan itu sama sekali tak
sesuai." "Waaah, tak kusangka kau adalah seorang tokoh
berpikiran begitu luas... sungguh mengagumkan" seru
seebun Giok-hiong tertawa, kemudian setelah tertawa
terkekeh-kekeh, lanjutnya: "cuma kau tak usah
mengkhawatirkan aku. Aku telah membuat persiapan
yang matang sekali, soal menduduki kursi pemimpin
dunia hanya tinggal masalah waktu ..."
"seandainya nona Pek merasa tak puas dengan
kelakuanmu yang kejam dan buas hingga
membangkitkan amarahnya serta tampilkan diri
menentangmu, yakinkah kau bisa menangkan dia?" sela
Lim Han-kim. sekali lagi seebun Giok-hiong tertawa ter-kekeh:
"Apakah kau percaya bahwa ia pasti akan berhasil
mempelajari ilmu sembilan iblis serta memperpanjang
usianya?" "Tiada persoalan yang bisa menyulitkan Pek si- hiang,


Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

aku yakin masalah mati hidup juga bukan masalah pelik
baginya." seebun Giok-hiong termenung dan berpikir beberapa
saat, kemudian sahutnya: "sekalipun nasibnya beruntung
dan ia berhasil memperpanjang usianya, aku rasa
akupun tak usah takut lagi dengannya."
"Kenapa?" "Betul dalam hal pengetahuan serta luasnya wawasan
iajauh lebih mengungguli diriku, tapi dalam hal ilmu silat,
2252 mungkin ia tak akan mampu menahan sebuah
gempuranku." "Atas dasar apa kau berkata begitu?"
"Buat apa kau mencoba menutup,nutupinya lagi..."
ejek seebun Giok-hiong sambil tertawa,
setelah berhenti sejenak, kembali lanjutnya: "Dengan
susah payah aku menyusun suatu pertemuan puncak
para jago di kota si-ciu, Dalam anggapanku, separuh di
antara mereka yang hadir tentu akan berhasil kubunuh
dan separuhnya lagi menjadi anak buahku, siapa tahu
campur tangan Pek si- hiang telah menghancur leburkan
rencana yang kususun bersusah payah itu. Waktu itu aku
tak berani memusuhinya lantaran dalam setiap hal dan
langkah, ia selalu berhasil mendahului aku lebih dulu..."
"Yaa, betul sekali, Dia memang jauh lebih tangguh
dari pada dirimu" seebun Giok-hiong tertawa sinis.
"sayang ia menderita penyakit aneh yang susah
diobati dan jiwanya sudah berada di tepi jurang
kematian, seandainya ia berhasil mempelajari ilmu sesat
dan lolos dari bencana kematian pun, paling banter dia
hanya mampu mencapai taraf kehebatan selama tigalima
bulan latihan, ini berarti aku punya cukup waktu
untuk mempersiapkan diri. Bila ia sudah munculkan diri
nanti, sampai waktunya dia pun tak bisa berbuat apaapa
kepadaku." Lim Han-kim segera berpikir: "Perhitungan nona Pek
memang tepat sekali, Dengan mewariskan ilmu silat
tangguh kepada Li Tiong-hui sama artinya dengan
2253 menghambat cita-cita perempuan iblis ini untuk
menguasai jagad ..."
Terdengar seebun Giok-hiong berkata lebih jauh:
"Apalagi di saat ia belum berhasil menguasai ilmu sesat
tersebut, aku masih mempunyai cukup waktu untuk
melacak jejaknya serta membinasakan dirinya."
Lim Han-kim mengerti, perempuan ini pintar dan luar
biasa hebatnya, semakin banyak ia diajak bicara maka
rahasianya akan semakin banyak pula yang bocor, berarti
paling baik baginya sekarang adalah banyak mendengar
sedikit bicara. Berpendapat demikian, ia pun berkata: "Baik kau
maupun nona Pek, kalian berdua sama-sama merupakan
jago nomor wahid dalam dunia persilatan sehingga
pertarungan adu otak maupun pertarungan adu
kesaktian di antara kalian sulit diikuti orang awam
macam aku. Lebih baik aku tidak memberi komentar apaapa."
Mendadak terdengar seebun Giok-hiong membentak
keras: "Berhenti"
Perahu yang sedang melaju dengan cepatnya itu
berhenti seketika. Dengan langkah pelan seebun Giokhiong
berjalan keluar menuju geladak. Tapi baru saja
tubuhnya tiba di depan pintu, tiba-tiba ia membalikkan
badan sambil melepaskan sebuah totokan,
sungguh cepat gerak serangannya ini, sementara Lim
Han-kim belum menyadari akan datangnya serangan, ia
sudah tak sempat lagi untuk menghindar jalan darah Citihiat pada ketiaknya tahu-tahu terasa kaku, lengan
kanannya segera terkulai lemas tak bertenaga.
2254 secepat hembusan angin seebun Giok-hiong meluncur
balik ke hadapan Lim Han-kim, ia cengkeram
pergelangan tangan kiri pemuda itu dan serunya sambil
tertawa: "Mari kita keluar dari ruang perahu untuk
berjumpa dengan tamu-tamu kita."
sambil berbicara, kembali jari tangannya bekerja cepat
menotok sebuah jalan darah di punggung Lim Han-kim
yang membuat gigi pemuda itu kehilangan tenaga dan
tak mungkin bisa dipakai untuk menggigit.
Dengan kehilangan sama sekali daya kekuatan untuk
melawan, Lim Han-kim membiarkan dirinya dituntun
keluar dari ruang perahu, Pada saat itulah Lim Han-kim
baru punya kesempatan untuk memperhatikan keadaan
di sekelilingnya. Tampak dari permukaan telaga di depan
sana meluncur tiba dua buah perahu dengan kecepatan
tinggi. Seebun Giok-hiong bersikap amat santai Dengan
menyandarkan diri di atas bahu Lim Han-kim, matanya
yang jeli berputar kian kemari menikmati pemandangan
alam. ia bersikap tak acuh terhadap kehadiran dua buah
perahu itu, seolah-olah sama sekali tak terpikir olehnya.
Dalam keadaan jalan darah tertotok, Lim Han-kim tak
bisa banyak bergerak, terpaksa ia biarkan seebun Giokhiong
berbuat sekehendak hatinya. Keadaan mereka
berdua saat itu sungguh tak sedap dipandang, seebun
Giok-hiong berparas cantik jelita bak bidadari dari
kahyangan, sebaliknya Lim Han-kim jeleknya tak
ketulungan. Bukan saja mukanya coreng-moreng
berwarna-warni, bahkan penuh dengan bekas bacokan
golok. 2255 sungguh cepat gerak laju kedua perahu itu, dalam
waktu singkat mereka telah berada satu tombak di depan
sana dan menghentikan gerakannya. Kecuali para lelaki
pendayung, suasana di atas kedua sampan itu sangat
hening, tak kedengaran suara apa pun.
"Entah siapa yang berada dalam dua perahu itu" sabar
betul hati mereka..." pikir Lim Han-kim.
Pengalamannya selama beberapa hari ini membuat
pengetahuannya makin bertambah, ia tahu semakin
tenang orang yang di-hadapinya, semakin sukar pula
orang itu dihadapi ia mencoba untuk mengawasi keadaan
di atas perahu itu. Terlihat pintu dan jendela di kedua
perahu itu bukan saja tertutup rapat, bahkan dilapisi pula
dengan kain tebal. Dari bayang-bayang yang membias pada permukaan
air telaga dengan jelas seebun Giok-hiong bisa melihat
bergeraknya bayangan manusia, ia pun tersenyum dan
berkata: "Kekasih Lim, Pek si- hiang sebagai mak
comblang telah menjodohkan aku kepadamu, Aaaai...tapi
sayang jalan pikiran budak itu sukar diukur. Aku betulbetul
tak bisa memahami niat yang sebetulnya dari
tindakan itu, karenanya aku tak berani menerima
perjodohan ini." Jalan darah Jin-ing-hiat dan Thian-teng-hiat di tubuh
Lim Han-kim telah tertotok saat itu karena khawatir ia
bunuh diri dengan menggigit lidah sendiri, Karena itu,
meski dalam hati kecilnya pemuda itu ingin bicara namun
tak sepatah kata pun sanggup diutarakan keluar.
Terdengar seebun Giok-hiong berkata lagi: "Kekasih
Lim, aku rasa jenasah Pek si- hiang telah membeku kini,
2256 Mengingat dia adalah mak comblang kita, sudah
sepantasnya bila kita pergi berziarah di depan
pusaranya." Mendadak terdengar suara dayung membelah
permukaan air, kembali muncul dua buah perahu dari
hadapan sana. seebun Giok-hiong melirik sekejap kearah sampansampan
itu. Mendadak wajahnya berubah, tapi hanya
sejenak kemudian ia sudah bersikap tenang kembali.
Empat buah sampan membentuk formasi
pengepungan dengan mengurung perahu seebun Giokhiong
di tengah arena. "Heran," pikir Lim Han-kim dalam hati, "Entah siapa
yang telah mengatur formasi pengepungan ini" Bila
seebun Giok-hiong tak pandai berenang betapa pun
hebatnya ilmu silat yang dimiliki juga tak ada gunanya,
sulit baginya untuk menghadapi kejadian hari ini."
sementara dia masih berpikir, tiba-tiba pintu ruang
perahu sebelah kiri terbuka lebar Dari balik ruangan
muncullah seorang kakek berwajah hitam pekat yang
mempunyai parut panjang dijidatnya. orang utu ternyata
tak lain adalah si Hakim sakti Ciu Huang.
seebun Giok-hiong melirik ciu Huang sekejap. tapi
dengan berlagak tidak melihat apa-apa ia berkata lagi
dengan manja: "Ke-kasih Lim, berhari-hari sudah kau
dikurung Pek si- hiang dalam pesanggrahan pengubur
bunganya, selama ini aku betul-betul dibuat khawatir dan
sedih hati... Aaaai, kenapa kau tak berbicara" Apakah
masih merindukan Pek si- hiang yang telah mati itu ...?"
2257 pintu ruang perahu sebelah kanan kembali terbentang
lebar dan berjalan keluar seorang kakek berjubah
panjang yang membawa pedang, orang itu tak lain
adalah pedang sakti dari Lam-kiang, Hongpo Tianghong,
pemilik perkampungan Lak-seng-tong,
"Bagus sekali" pekik Lim Han-kim dalam hati,
"Ternyata dari dua perahu di depan muncul Ciu Huang
dan Hongpo Tiang-hong, lalu tokoh siapa lagi yang akan
muncul dari dua perahu di belakang" Tapi aku rasa orang
itu pun tentu hebat..."
Perlu diketahui baik Ciu Huang maupun Hongpo Tianghong
belum tahu kalau wajah Lim Han-kim telah dirusak
orang, Mereka jadi keheranan setengah mati setelah
melihat seebun Giok-hiong ternyata sedang bermesraan
dengan seorang pria berwajah amat jelek. Namun
sebagai tokoh tua yang berkedudukan tinggi dalam dunia
persilatan tentu saja mereka enggan banyak bertanya
kendatipUn rasa heran menyelimuti perasaan mereka.
sementara itu pintu ruang perahu pada dua kapal di
belakang pun sudah terbuka lebar, dari dalam muncullah
seorang pendeta dan seorang tosu, si hwesio
mengenakanjubah warna kuning dengan perawakan
tubuh kurus kecil. Alis matanya yang putih panjang
mencapai dua inci hingga menutupi sepasang matanya,
ia berdiri di depan geladak sambil merangkap tangannya
di depan dada, sedangkan si tosu mengenakan jubah
berwarna hijau dengan memelihara jenggot panjang. Di
tangannya tergenggam sebuah hud-tim atau senjata
kebutan berwarna kuning emas.
2258 Lim Han-kim tidak kenal dengan kedua orang ini, tapi
dari sikap serius dan mantap yang diperlihatkan hwesio
serta tosu itu, dapat diduga bahwa mereka tentu tokohtokoh
kenamaan dalam dunia persilatan.
Diam-diam seebun Giok-hiong menotok bebas jalan
darah Lim Han-kim, lalu bisiknya: "Para pendatang
memiliki ilmu silat yang amat tangguh, Bila terjadi
pertarungan nanti, mungkin aku tak sempat mengurusi
dirimu lagi, sekarang aku bebas kan dirimu, semoga kau
pandai menjaga diri"
Baru selesai ia berbisik, Ciu Huang di perahu hadapan
telah menegur sambil memberi hormat: "Nona seebun,
masih kenal dengan aku si orang tua?"
seebun Giok-hiong tertawa dingin. "Hmmmm,
sekalipun kau sudah dikulitipun aku tetap dapat
mengenali kau" Berubah paras muka Ciu Huang, tampaknya dia
hendak mengumbar amarah tapi kemudian niat tersebut
ditahannya Hongpo Tiang-hong segera berganti berseru: "Aku
hanya seorang prajurit tak bernama, aku percaya nona
sudah melupakan diriku bukan?"
"Bukankah kau adalah si pedang sakti dari Lam-kiang,
Hongpo Tiang- hong ..,?"
"Yaa betul, memang aku"
sekarang berganti si hwesio ceking berjubah kuning
yang berteriak lantang: "sudah lama kudengar orang
berkata, nona memiliki pengetahuan yang luar biasa,
tahukah kau siapa aku?"
2259 seebun Giok-hiong mengerdipkan sekejap sepasang
matanya yang bulat besar, jawabnya dingin: "Bukankah
kau adalah salah satu dari dua pendeta siau-lim-si yang
disebut orang pendeta beralis panjang Thian Peng?"
"Aaaai..." pendeta beralis panjang Thian Peng
menghela napas panjang, "Pengetahuan nona benarbenar
luar biasa, padahal sudah hampir tiga puluh tahun
aku tak pernah meninggalkan kuil siau-lim selangkah
pun, tapi nyatanya nona berhasil menebak jati diriku
secara jitu, sungguh mengagumkan sungguh
mengagumkan" "Bagaimana dengan aku si tosu tua" Apakah kau kenal
juga?" seru tosu berjubah hijau itu.
seebun Giok-hiong mendengus dingin: "wahai Kimhud
totiang, kau betul-betul tak tahu malu Rupanya kau
khawatir nama besarmu tak dikenal orang, maka senjata
kebutanmu sengaja kau acung-acungkan dihadapanku?"
Kim- hud totiang tertawa jengah, "Nona, tajam amat
ucapanmu," katanya. Ciu Huang mendeham berulang kali, ujarnya
kemudian- "Ternyata nona dapat menyebutkan asal-usul
kami berempat secara jitu, nyata sekali kau memang luar
biasa, tapi bersediakah kau memberi mUka untuk kami
semua?" seebun Giok-hiong mendongakkan kepalanya
memandang cuaca sekejap, katanya tiba-tiba: "Jika
dugaanku tak salah, seharusnya masih ada seorang lagi"
"siapa?"

Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Li Tiong-hui" 2260 ciu Huang tampak tertegun. Belum sempat ia
memberikan komentarnya, seebun Giok-hiong telah
berkata lebih jauh: "Jangan dipikir urusan semacam ini
gampang sekali. Kalau bukan hasil rancangan dari Li
Tiong-hui, jangan harap pikiran kalian bisa mencapai hal
tersebut." Kim- hud lotiang kebaskan senjata kebutannya
berulang kali, teriaknya lantang: "saudara Ciu, kalau toh
nona seebun enggan bicara seCara baik-baik, kita tak
usah banyak bicara lagi. Lebih baik kita tentukan mati
hidup dengan andalkan kepandaian silat"
"Baik, kalian mau maju bersama" Atau maju satu
persatu secara bergilir?" tantang Seebun Giok-hiong.
Keempat orang ini hampir semuanya merupakan
tokoh-tokoh kenamaan yang berkedudukan tinggi dalam
dunia persilatan sindiran dari Seebun Giok-hiong ini
kontan saja membuat paras muka mereka berubah jadi
merah padam, untuk sesaat tak sepatah kata pun
sanggup diucapkan. Ternyata kedatangan keempat orang ini sesungguhnya
merupakan kerja Li Tiong-hui yang mengatur segala
sesuatunya. Sebelum berangkat Li Tiong-hui telah
menjelaskan bahwa ilmu silat yang dimiliki Seebun Giokhiong
amat hebat sehingga apabila mereka harus turun
tangan sendiri-sendiri, jangan harap ada yang berhasil
mengunggulinya. Tapi setelah didahului Seebun Giok-hiong dengan
nada ejekannya ini, mereka berempat jadi rikuh untuk
mengakuinya, untuk beberapa saat mereka tak tahu apa
yang harus diperbuatnya. 2261 Sampai lama kemudian ciu Huang baru berkata:
"Kalau menurut maksud nona Li..."
"Semestinya kalian harus maju bersama-sama bukan?"
sambung Seebun Giok-hiong cepat "Lalu bagaimana
kalau tidak menuruti keinginan Li Tiong-hui?"
"Secara terpisah kami ingin menjajal kepandaian silat
nona" "Baik, terserah apa mau kamu semua, mau turun
tangan bersama juga boleh, mau maju satu persatupun
tak apa, pokoknya permainan macam apa pun pasti akan
kulayan.." "Kalau begitu biar aku si tosu yang mencoba dulu
kehebatan ilmu silatmu" teriak Kim- hud totiang dingin,
sambil menjejakkan kakinya ia melompat kearah perahu
yang ditumpangi seebun Giok-hiong.
"Toheng, jangan gegabah" Cegah Ciu Huang sambil
melepaskan sebuah pukulan ke udara.
Kim- bud totiang segera tersadar kembali akan
kesilafannya begitu merasa datangnya tenaga dahsyat
yang menghantam dadanya, Buru-buru ia kebaskan
senjata kebutannya untuk memunahkan pukulan itu,
kemudian melejit balik ke belakang dan melayang balik
ke tempatnya semula. Hongpo Tiang- hong khawatir menunda waktu lagi
hanya akan mendatangkan kesulitan, tanpa banyak
bicara ia ayunkan sepasang tangannya melepaskan
pukulan demi pukulan kearah permukaan air telaga.
2262 Terhajar gempuran yang sangat kuat ini, permukaan
telaga segera bergolak dahsyat dan menggunung kearah
perahu yang ditumpangi seebun Giok-hiong.
Ciu Huang tidak sia-siakan kesempatan baik ini, ia
lepaskan sebuah pukulan pula ke atas gelombang air
yang langsung menerjang kearah seebun Giok-hiong.
Buru-buru gadis itu mengerahkan tenaga dalamnya
untuk menahan goncangan pada perahunya.
Begitu berhasil mengatasi amukan gelombang, sebuah
pukulan langsung dilontarkan ke atas gelombang yang
sedang menggulung lewat yang kemudian langsung
meluncur ke depan dan balik menghajar tubUh Kim- hud
totiang. Menghadapi datangnya ancaman ini, Kim- hud totiang
mengayunkan senjata kebutannya untuk menyongsong
tibanya gelombang dahsyat itu. Pukulan yang keras
membuat percikan air menyebar sejauh berapa kaki dan
berhamburan ke dalam telaga bagaikan hujan deras.
"Omitohud" pekik Thian-peng taysu lantang, "Demi
menyelamatkan dunia persilatan dari bencana
pembantaian, terpaksa aku harus ikut melancarkan
serangan, meski harus ditertawakan orang pun apa boleh
buat" Ujung jubahnya dikebutkan ke muka, segulung angin
pukulan yang dahsyat segera menggulung ke muka
menumbuk sampan yang dinaiki seebun Giok-hiong.
Dengan kening berkerut seebun Giok-hiong melepaskan
pula sebuah pukulan balasan Blaaammm...
Ketika dua gulung tenaga pukulan itu saling bertemu,
tak kuasa lagi tubuh seebun Giok-hiong berputar satu
2263 putaran, hawa murni yang sudah terhimpunpun ikut
membuyar. Menyusul perputaran tubuhnya, perahu yang
ditumpanginya ikut berputar pula di atas permukaan air.
sambil bersandar pada dinding ruangan, Lim Han-kim
mengejek sambil tertawa tergelak "Ha ha ha... nona
seebun, aku lihat posisimu lebih banyak celakanya dari
pada selamat pada hari ini sekalipun ilmu silat yang kau
miliki sangat hebat, percuma kalau ilmu berenang tidak
kau kuasai, aku lihat lebih baik berdamai saja dengan
mereka" seebun Giok-hiong tertawa dingin, sambil menarik
napas panjang-panjang dia tekan hawa murninya ke
dalam Tan-tian. MenyusuI gerakan itu, perahu yang
semula berputarpun tiba-tiba berubah tenang kembali.
setelah Ciu Huang sekalian berempat masing-masing
melepaskan satu pukulan, serentak mereka pun
menghentikan tindakannya. Dengan suara lantang Ciu
Huang berseru: "Nona, aku tahu ilmu silat yang kau miliki
sangat tinggi sayang sekali kau tak pandai berenang, Bila
kau ingin mempertahankan keseimbangan perahumu
sambil melakukan pertarungan aku kuatir tenagamu tak
akan mencukupi" Hawa napsu membunuh telah menyelimuti seluruh
wajah seebun Giok-hiong, mencorong sinar tajam dari
balik matanya, tapi ia tetap menjawab sambil tersenyum:
"Aku punya janji dengan Pek si-hiang untuk tidak
membunuh orang dalam tiga bulan Kalau dihitunghitung,
masih ada sisa waktu tujuh hari sebelum
perjanjian itu batal, Tapi, bila kalian mendesakku terus
2264 menerus, hmmm jangan salahkan jika aku akan
melanggar janji" Baru saja Kim- hud totiang hendak membantah tapi
begitu pandangan matanya beralih kearah Thian-peng
taysu, ia membungkam diri seketika
Ternyata setelah beradu tenaga dalam dengan seebun
Giok-hiong tadi, Thian-peng taysu hanya berdiri kaku di
ujung geladak dengan mata terpejam rapat, tak sepatah
kata pun yang diucapkannya.
Dengan ketajaman mata yang dimiliki Kim-hud
totiang, dalam sekali pandang saja ia sudah melihat
bahwa Thian-peng taysu sesungguhnya sedang
mengatur pernapasan, ini berarti ia sudah menderita luka
dalam. sebagaimana diketahui, baik Ciu Huang maupun
Hongpo Tiang-hong, mereka semua hanya memukul
ombak untuk menghajar musuhnya, satu-satunya orang
yang betul- betul beradu tenaga dengan seebun Giokhiong
hanyalah Thian-peng taysu seorang.
sambil menghela napas Ciu Huang kembali berkata:
"Dari empat orang yang hadir sekarang, ada tiga di
antaranya yang terlibat dalam kasus pengeroyokan atas
orang tuamu di masa lalu. Bila tujuan nona dengan
tampil ke dalam dunia persilatan adalah untuk membalas
dendam, kenapa pula kau melibatkan orang lain yang tak
tahu apa-apa" Nona seebun, bila kau setuju, aku
bersedia mengumpulkan semua jago yang terlibat dalam
peristiwa pengeroyokan tempo dulu untuk membuat
penyelesaian dengan nona"
2265 seebun Giok-hiong tertawa hambar "sudah belasan
tahun lamanya orang tuaku mati penasaran, masa aku
tidak berhak menuntut sedikit bunga?"
"Ayah ibumu cuma terdiri dari dua orang, sedangkan
kami yang terlibat dalam peristiwa itu, kecuali mereka
yang sudah keburu meninggal, paling tidak berjumlah
belasan orang. Bila nona benar-benar sanggup
menghabisi kami semua, kau terhitung sudah peroleh
bunga yang cukup menggiurkan"
"Bagaimana kalau aku tidak setuju?" tanya seebun
Giok-hiong sambil tertawa.
"Yaa, apa boleh buat lagi, terpaksa kami harus hadapi
nona dengan cara apa pun hari ini. Mungkin saja kami
akan turun tangan bersama untuk menggempurmu
habis-habisan, Betul cara seperti ini akan menodai nama
baik kami, tapi... apa boleh buat, kami harus mengambil
resiko ini" "Yakinkah kalian akan berhari mengungguli aku?"
jengek seebun Giok-hong sambil tertawa dingin.
"Paling tidak kami akan mengajakmu beradu jiwa dan
mati bersama" "Betul" sambung Hongpo Tiang-hong. " Kami sudah
tua, bisa hidup teruspun paling cuma berapa tahun, jadi
biar harus mati juga tak akan menyesal"
"Aku khawatir apa yang kalian harapkan tak bakal
terpenuhi" "Hmmm seandainya perahu yang nona tumpangi
mendadak bocor dan karam, yakinkah kau untuk bisa
2266 berenang mencapai daratan dengan selamat?" ancam Ciu
Huang dingin. "sayang kalian tak punya kesempatan untuk turun
tangan..." Mendadak ia seperti menyadari akan sesuatu,
setelah berhenti sejenak terusnya: "Jadi kalian sudah
kirim orang ...?" "Benar," ciu Huang mengangguk "Nona memang
jenius dan luar biasa Dugaanmu tepat sekali Kini di dasar
perahumu sudah siap enam orang jago penyelam yang
siap melubangi perahumu. Asal aku kirim tanda rahasia
kepada mereka, setiap saat mereka akan turun tangan
dan akujamin dalam waktu singkat perahumu akan
karam" "Kami tahu ilmu silat yang nona miliki sangat hebat,
kecerdasanmu juga melampaui siapa pun, sayang kau
tak pandai berenang, hal ini sungguh merupakan suatu
kerugian besar bagimu" sambung Hongpo Tiang-hong.
seebun Giok-hiong mengerutkan dahinya kencangkencang,
tapi sebentar kemudian ia sudah menjawab
sambil tertawa hambar "ltupun tak akan menyusahkan
aku, paling tidak aku masih mempunyai empat buah
perahu yang kalian tumpangi"
ciu Huang tertawa terbahak-bahak. "Ha ha ha... buka
pintu ruang perahu lebar-lebar, agar nona seebun dapat
melihat dengan jelas" perintahnya.
Tampak seorang lelaki kekar yang memakai baju air
berjalan mendekati pintu ruangan dan membukanya
lebar-lebar, Tampaklah dalam ruang perahu itu penuh
tertumpuk kayu-kayu bakar yang menyiarkan bau minyak
2267 yang menyengat, jelas sudah kayu-kayu bakar itu sudah
diguyur dengan minyak tanah.
sambil tertawa angkuh, Ciu Huang berkata lagi: "Kami
semua telah melakukan penyelidikan dengan seksama,
Kemampuan serta kehebatan nona memang jarang
dijumpai dalam dunia persilatan, belum lama terjun ke
dunia kangouw, kau sudah berhasil menarik beratusratus
jago pilihan dari pelbagai perguruan terkenal untuk
menjadi anak bUahmU."
"Tak usah memuji, lebih baik kita bicarakan persoalan
di depan mata" tukas seebun Giok-hiong cepat
"Kita kesampingkan bagaimana sikap serta watak
orang tuamu di masa lampau, Kami akui tindakan nona
yang ingin membalaskan dendam atas kematian orang
tuamu memang terhitung tindakan yang benar, cuma
menuntut hutang harus dilihat siapa dulu yang
berhutang, Tidak seharusnya nona lampiaskan semua
amarah dan dendammu kepada setiap umat persilatan
yang ada di masa kini. "Terus terang saja aku bicara, selama hidup aku tak
pernah memohon kepada orang lain, tapi hari ini aku
akan melanggar pantanganku ini dengan memohon
sesuatu kepada nona"
"Memohon apa?" "Aku mohon nona bersedia untuk tidak melakukan
keonaran lagi dalam dunia persilatan, Biar aku yang
bertanggung jawab mengumpulkan segenap rekan
persilatan yang terlibat dalam peristiwa pengeroyokan di
masa lalu untuk melakukan duel habis-habisan dengan
nona. seandainya nona berhasil membantai habis kami
2268 semua, peristiwa ini akan kami anggap sebagai
keberhasilan nona dalam menuntut balas, sebaliknya bila
nona menderita kekalahan, kami pun berjanji tak akan
mencelakai jiwa nona"
"Tampaknya sudah timbul perasaan menyesal dalam
hati kecilmu?" tegur Seebun Giok-hiong dengan kening
berkerut BAB 16. obat Pembangkit Tenaga


Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"selama hidup aku telah membunuh empat ratus
sembilan puluh tujuh orang, semua yang kubunuh ratarata
adalah manusia bejad berhati keji dan buas, tapi
selama ini aku tak pernah mempunyai perasaan
menyesal, apa lagi usiaku sudah lanjut sekalipun tidak
mati di tangan nona, aku pun tak bisa hidup lebih lama
lagi. Namun jika aku bisa mengorbankan nyawaku ini demi
selamatkan dunia persilatan dari pembantaian berdarah,
biar harus mati pun aku akan mati dengan perasaan
lega. Aku tak perduli bagaimana pendapat serta
pandangan generasi muda terhadap tingkah lakuku, satu
hal yang pasti bagiku adalah aku bisa beristirahat dengan
tenang di alam baka."
Kata-kata itu mengandung semangat dan kebesaran
jiwanya sebagai ksatria, bahkan seebun Giok-hiong yang
berhati dingin pun ikut berdebar keras jantungnya
setelah mendengar ucapan itu. Tapi hanya sebentar saja
ia sudah dapat menguasai diri lagi, jengeknya dingin:
"Bila aku tak setuju?"
2269 "Terpaksa kami akan beradu jiwa denganmu. Meski
kami benar-benar bukan tandingan nona, kami tetap
akan berjuang terus hingga titik darah penghabisan"
seebun Giok-hiong segera mendongakkan kepalanya
dan tertawa terkekeh-kekeh.
"Ha ha ha... lebih baik kalian perhitungkan dulu secara
cermat, bila yakin kalau pengorbanan kalian bisa
mendatangkan kemenangan, silakan saja untuk dicoba,
Tapi kalian harus tahu, bila aku didesak oleh keadaan
terpaksa aku akan melanggar janji dengan melakukan
pembantaian secara besar-besaran, lain hari kalian
jangan salahkan aku bila mengingkari janji. . . "
Mendadak ia sambar lengan Lim Han-kim dan
diajaknya masuk ke dalam ruang perahu, setelah
menutup pintu rapat-rapat baru ia lepaskan cekalannya,
diturunkannya tirai jendela sambil menuding ke arah
bangku di sisi meja sambil serunya: "Duduklah di sana"
Lim Han-kim sadar bahwa ilmu silat yang dimilikinya
masih selisih jauh bila dibandingkan perempuan ini. Bila
terjadi pertarungan paling banter dia cuma mampu
menahan dua gebrakan saja. ia tahu dalam keadaan
seperti ini lebih baik beradu akal dari pada adu otot.
Berpikir begitu dia pun menurut dan duduk di bangku
yang ditunjuk. sementara itu seebun Giok-hiong telah
membuka almari di sisi dinding perahu dan ambil keluar
sebuah botol porselen serta dua buah cawan arak.
Katanya kemudian sambil tertawa: "suami istri yang
mau hidup senasib sependerita biasanya hubungan
mereka akan langgeng, begitu juga kita, Bila hari ini kita
2270 bisa lolos dari musibah besar ini, di kemudian hari segala
sesuatunya tentu akan lancar sampai tua."
sambil berkata ia penuhi cawan arak itu dengan arak
wangi, terusnya: "Mari kita habiskan dulu isi cawan ini"
Diteguknya isi cawan itu hingga separuh, lalu sambil
menyodorkan bekas cawannya ke hadapan Lim Han-kim
serunya pula: "Ayolah cepatan sedikit."
Diam-diam Lim Han-kim berpikir: "Perempuan ini licik
dan banyak akal muslihatnya. Entah permainan busuk
apa lagi yang sedang ia persiapkan" Baiklah, lebih baik
kuturuti saja semua perintahnya sambil mencari
kesempatan untuk membantu Ciu Huang sekalian,
Biarpun hari ini aku harus mati, asal bisa lenyapkan bibit
bencana ini dari muka bumi, hitung-hitung
pengorbananku tak akan sia-sia belaka."
Karena ia sudah punya rencana, sikapnya pun berubah
halus dan menurut sekali, Diambilnya cawan arak itu,
diteguk setengah lalu disodorkan pula kehadapan seebun
Giok-hiong, sambil tertawa terkekeh-kekeh seebun Giok-hiong
sambut sisa arak dari bekas cawan Lim Han-kim itu, lalu
sambil meneguk isinya sampai habis katanya: "Mogamoga
saja perasaanmu seperti arak dalam cawan, mulai
kini selalu menyatu dengan hatiku"
Ketika dilihatnya Lim Han-kim tidak menyentuh sisa
arak dari bekas cawannya, tak tahan ia berseru lagi:
"Kenapa tidak kau habiskan isi cawan itu?"
Pelan-pelan Lim Han-kim mengambil cawan bekas
seebun Giok-hiong itu dan meneguk habis isinya, setelah
2271 itu ia baru berkata: "Kelihatannya kau sudah temukan
siasat untuk memukul mundur serangan musuh?"
seebun Giok-hiong gelengkan kepalanya sambil
tertawa, sahutnya: "Gara-gara salah langkah aku harus
menghadapi situasi sepelik ini. Aaaai... selama ini, semua
pikiran dan perhatianku hanya tercurahkan pada Pek sihiang,
aku telah melupakan kecerdikan dari Li Tiong-hui."
" Kalau begitu bila kita menolak usul dari ciu Huang,
hari ini kita bakal mati di dasar telaga?"
"Kau takut mati?" seebun Giok-hiong tertawa.
"Meskipun masalah mati atau hidup tak pernah
kurisaukan, paling tidak aku tak pingin mati di dasar
telaga." "Mati tetap mati, perduli amat mau mati di daratan
atau dalam air, apa sih beda-nya?"
"Pandai betul ia pegang rahasia," kembali Lim Han-kim
berpikir "Ternyata tak sedikit pun dia mau bocorkan
siasatnya untuk memukul mundur musuh, jelas ia sudah
menaruh perasaan was- was kepadaku sehingga tak
ingin aku mengetahui rencananya..."
Berpikir begitu, dia pun berlagak seakan-akan sama
sekali tak tertarik dengan masalah ini, sesudah
termenung sejenak katanya lagi: "Kenapa kau hanya
bersembunyi dalam ruang perahu tanpa perhatikan
perubahan di luar" Bukankah tindakan ini hanya akan
memberi kesempatan bagi mereka untuk turun tangan"
Tapi heran juga... kenapa sampai kini mereka belum
bergerak?" 2272 "semakin tenang aku di dalam ruang perahu tanpa
menggubris mereka, makin besar kecurigaan mereka
terhadapku Hal ini akan membuat mereka bimbang dan
tak tahu harus segera menyerang atau tidak. Tapi bila
keadaan seperti ini dibiarkan berlangsung terlalu lama,
maka posisi kita pun akan semakin untung."
"Apakah kau sedang menunggu bala bantuan?" tanya
Lim Han-kim, sementara otaknya berputar keras, ia
sedang berpikir bagaimana caranya menyampaikan berita
ini kepada Ciu Huang. Ia cukup mengerti dtngan kehebatan ilmu silat serta
kecekatan seebun Giok-hiong, sekalipun dia gunakan
ilmu penyampaian suara pun mustahil rasanya bisa
mengelabui dirinya, berarti dia harus mencari cara lain
yang sama sekali tak terduga olehnya,
Terdengar Seebun Giok-hiong berkata lagi: "Asal kita
dapat menunda sampai setengah jam lagi, kemenangan
sudah pasti berada dipihak kita."
Ia berbicara dengan nada mesra, namUn Lim Han-kim
mendengarkan dengan perasaan cemas bercampur
gelisah, pikirnya: "setengah jam akan berlalu dengan
cepatnya, begini pendek sisa waktu yang tersedia untuk
membunuh perempuan ini, kenapa sampai sekarang Ciu
Huang sekalian belum juga turun tangan?"
walaupun hatinya gelisah, namun untuk sesaat ia pun
belum berhasil menemukan cara terbaik untuk mengirim
berita. Tiba-tiba seebun Giok-hiong menghela napas panjang,
tegUrnya: "Apayang sedang kau pikirkan" Masih
membenci aku?" 2273 Dengan perasaan terkejut Lim Han-kim berpikir
"Perempuan ini memang hebat sekali, padahal aku sudah
berusaha bersikap santai agar dia tak tahu aku sedang
putar otak, tapi nyatanya perbuatanku ketahuan juga..."
Buru-buru ia menyahut "Aaaah, tidak ada, aku tidak
berpikir apa-apa." "Tak usah membohongi aku," kata seebun Giok-hiong
sambil tertawa, "Aku tahu kau sedang berpikir ..."
Diam-diam Lim Han-kim menghimpun tenaga
dalamnya bersiap sedia, ia siap menyerempet bahaya
untuk memberi tanda kepada Ciu Huang agar segera
turun tangan. Terdengar seebun Giok-hiong berkata lagi:
"Bagaimana kalau aku dibandingkan dengan Pek sihiang?"
"Ia jauh lebih lembut, halus dan penurut dari padamu,
kau kalah jauh darinya ..."
Pelan-pelan Seebun Giok-hiong tundukkan kepalanya,
setelah termenung lama sekali baru katanya: "Kekasih
Lim, ada satu hal yang ingin kusampaikan kepadamu
sesungguhnya aku tak pernah merusak wajahmu, Bila
kita berhasil lolos dari musibah hari ini, aku tentu akan
mencuci bersih wajahmu yang berwarna-warni ini,
cuma... Aaaai, kesempatan kita untuk lolos dari musibah
ini kecil sekali." "Bagus sekali" pekik Lim Han-kim di dalam hati. "Aku
kira kau betul- betul menaruh rasa cinta kepadaku,
Rupanya setelah tahu akan mati, kau hendak menyeretku
agar selalu mengenangmu ..."
2274 sementara itu seebun Giok-hiong telah berkata lebih
jauh: "Kekasih Lim, selama hidup aku belum pernah
mencintai seorang pria dengan bersungguh hati, juga
amat membenci kalian orang lelaki yang menunjukkan
wajah tergiur bila melihat wajah cantik, tapi di saat
musibah hendak menjelang tiba ini, tiba-tiba saja timbul
keinginanku untuk mencicipi bagaimana rasanya orang
bercinta, apakah itu kecut atau manis..."
Lim Han-kim tertawa dingin, tukasnya: "Aku tahu nona
cantik dan rupawan, sayang sekali aku terlalu dalam
mengetahui segala kelakuanmu ..."
"Kali ini aku bukan berpura-pura, tapi bersungguh hati
..." buru-buru seebun Giok-hiong berseru.
Pelan-pelan gadis itu bangkit berdiri, menghampiri Lim
Han-kim dan katanya lagi dengan lembut: "Percayalah
padaku Kali ini aku betul- betul serius, kalau tak percaya
pukullah aku. Coba kau buktikan apakah aku akan
membalas atau tidak."
Membayangkan kembali kekejaman serta kebuasan
perempuan ini, kontan saja hawa amarah berkobar
dalam benak Lim Han-kim,tanpa banyak bicara tangan
kanannya diayunkan ke depan, Plaaaak.,.
Diiringi suara nyaring, tamparan itu persis bersarang
telak dipipi seebun Giok-hiong yang cantik, seketika
muncullah bekas lima jari yang jelas di atas pipinya yang
halus. Dalam perkiraan Lim Han-kim, dengan modal ilmu
silatnya yang maha dahsyat Meski tamparan tersebut
mengena pada sasaran namun tak akan menimbulkan
bekas pada sasarannya, siapa tahu ternyata gadis itu
2275 tidak melawan, bahkan mengerahkan tenaga pun tidak.
untuk sesaat anak muda ini jadi termangu.
sambil mengerdipkan matanya dan tertawa seebun
Giok-hiong berkata: "Bila seseorang sudah jatuh cinta,
biar ditampar sampai amat sakit pun ternyata rasanya
tetap manis dan hangat."
Pelan-pelan Lim Han-kim menurunkan kembali tangan
kanannya sambil menegur "Kenapa kau tidak
membalas?" seebun Giok-hiong tertawa, "Ternyata memukul orang
dan dipukul orang mempunyai dua macam perasaan
yang amat berbeda..." sesudah berhenti sejenak. kembali
katanya: "Bukankah kau amat membenci diriku" Kenapa
kau tidak pergunakan kesempatan ini untuk menghajarku
habis-habisan?" "selama kau tidak membalas, aku pun enggan
memukulmu. Memukul wanita yang tidak melawan bukan
perbuatan terpuji." "Tahukah kau, kesempatan semacam ini teramat
langka?" Tiba-tiba Lim Han-kim meninggikan suaranya dan
berseru: " Kalau toh pada akhirnya kita harus mati di sini,
sekalipun aku menaruh rasa benci kepadamu, rasanya
hal ini sudah tak perlu dipersoalkan lagi-"
ia memang sengaja memperkeras suaranya agar Ciu
Huang sekalian bisa mendengar kabar ini dan secepatnya
melancarkan serangan. seebun Giok-hiong segera menarik kembali senyuman
di wajahnya, dengan nada ketus ia menegur "Rupanya
2276 kau sengaja berteriak agar mereka tahu bahwa kita
sudah terkurung di sini" Kau ingin mereka segera turun
tangan?" Dengan Cepat Lim Han-kim berpikir di dalam hati:
"Perempuan ini sebentar dingin sebentar hangat sikapnya
kepadaku, toh rahasiaku sudah terbongkar sekali, paling
banter dia akan membunuh ku nanti, kini kesempatan
sudah tak banyak. aku tak boleh menunda-nunda waktu
lagi." Berpikir begitu, dia pun berkata: "Kita butuh waktu
tiga jam untuk menunggu datangnya bala bantuan,
sedang kalau mereka segera turun tangan, tak sampai
setengah jam kita sudah akan mati tenggelam di dasar
telaga..." perkataan ini bukan saja diucapkan dengan nada
tinggi, bahkan terang-terangan.
Berubah hebat paras muka seebun Giok-hiong,
Tampaknya dia hendak mengumbar marahnya, tapi
kemudian secara tiba-tiba ia berubah pikiran, ujarnya


Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sambil tersenyum: "Tahukah kau, mereka tak punya
kemampuan untuk membunuh ku dengan andalkan ilmu
silat, Bila ingin membunuhku, paling banter mereka
lubangi perahu ini agar karam. Bila perahu ini sampai
tenggelam, termasuk kau sendiri pun akan jadi korban."
"Tidak apa-apa, biar mati pun aku tak menyesal"
" Kalau begitu, pandanganmu terhadapku sudah
kelewat mendalam. Rasa bencimu sudah merasuk ke
tulang ..." 2277 "Betul, kau keji dan berhati ular, Dengan andalkan
ilmu silat kau membuat keonaran dalam dunia persilatan,
membuat dunia jadi kacau dan tidak tenteram. Apa
salahnya kalau kukorbankan nyawaku kini demi
kesejahteran umat manusia?" Blaaaammm ...
Mendadak terasa sebuah kekuatan yang maha dahsyat
menerjang dasar perahu, bersamaan dengan munculnya
sebuah lubang besar pada dasar perahu itu, semburan
air telaga pun menyembur ke atas membasahi seluruh
tubuh seebun Giok-hiong. seebun Giok-hiong berdiri tak bergerak di tempat
semula dengan wajah serius, Dia seakan-akan sudah
lupa dengan bahaya yang mengancam di sekeliling
tubuhnya, Dengan dua sorot matanya yang tajam
bagaikan sembilu, dia awasi wajah Lim Han-kim tanpa
berkedip. Lim Han-kim merasakan di balik sorot matanya itu
seakan-akan terselip pisau tajam yang beracun dan
menghujam kehulu hatinya yang membuatnya tak
tenteram dan panik, Tanpa banyak bicara mendadak ia
membalikkan badan dan menerjang keluar dari ruang
perahu. "Turun" bentakan nyaring bergema membelah udara,
Di antara kilatan cahaya tajam, selapis kabut pedang
mengunci rapat jalan keluar dari ruangan itu. Terkurung
oleh cahaya pedang yang berlapis-lapis itu, Lim Han-kim
terdesak hingga harus melompat mundur dan balik
kembali ke dalam ruangan perahu.
"Jangan halangi dia..." perintah seebun Giok-hiong
tiba-tiba. Kemudian sambil mengalihkan pandangan
2278 matanya ke wajah , Lim Han-kim, ujarnya lagi: "Harap
kekasih Lim tidak menyalahkan ketidak tahuan dayangdayangku,
sekarang pergilah dari tempat ini secepatnya"
"Kenapa kau tidak berusaha membunuhku?" tanya Lim
Han-kim sambil berdiri termangu.
"Kalau aku berniat membunuhmu, buat apa menunggu
sampai sekarang?" Lim Han-kim terbungkam dalam seribu basa, Suasana
dalam ruangan perahu pun dicekam dalam keheningan,
sedemikian sepinya sampai masing-masing pihak dapat
mendengar detak jantung lawannya.
Pada saat itulah mendadak tubuh perahu kembali
oleng keras, diikuti terdengar dua bentakan nyaring
bergema di udara. jelas sudah kedua orang dayang yang
berjaga di atas geladak telah bertarung dengan para
penyerbu. Tiba-tiba Lim Han-kim duduk kembali sambil berseru:
"Aku tidak jadi pergi."
Wajah Seebun Giok-hiong tetap kelihatan serius
sehingga sukar untuk melihat apakah ia gembira atau
marah. Setelah menghela napas panjang tanyanya
kemudian: "Kenapa kekasih Lim" Kau toh mengerti,
kesempatanku untuk meraih kemenangan pada hari ini
kecil sekali" "Kau mempunyai banyak kesempatan untuk
membunuhku, tapi setiap kali kau lepaskan dengan
begitu saja, maka hari ini kuputuskan untuk tetap tinggal
di sini menemanimu ..."
Blaaammmm . . . 2279 Lagi-lagi dasar perahu dipukul orang hingga retak dan
muncul sebuah lubang besar,
Saat itulah terdengar ciu Huang berseru: "Nona
Seebun, syarat yang kuajukan itu tidak terlalu
memberatkan dirimu. Bila nona masih belum juga mau
menerimanya, jangan salahkan bila aku terpaksa akan
mengandalkan jumlah banyak untuk meraih
kemenangan..." seebun Giok-hiong berkerut kening, tanyanya
mendadak: "Kekasih Lim, menurut kau haruskah
kulangar pantangan membunuh pada hari ini?"
Lim Han-kim tertegun, untuk sesaat dia tak mampu
menjawab, sementara dalam hati kecilnya berpikir "Bila
harus berbicara dari situasi yang dihadapinya sekarang,
tidak bisa disalahkan kalau ia melanggar pantangan
membunuh, apalagi keadaan sudah terpepet, siapa sih
yang sudi duduk menunggu mati tanpa berusaha
melanggar janjinya untuk tidak membunuh?"
suara beradunya senjata bergema nyaring dari luar
ruangan, disusul terdengar seseorang tercebur ke dalam
air. Lim Han-kim tak bisa memastikan pihak mana yang
telah terluka dan tercebur ke dalam air itu, tapi ia bisa
merasakan bahwa posisi yang dihadapi seebun Giokhiong
makin lama semakin berbahaya dan kritis.
Ketika ia berpaling, dilihatnya seebun Giok-Hiong
masih berdiri di tempat dengan wajah termangu, tidak
nampak rasa kaget, gugup atau panik di wajahnya, juga
tak terlintas rasa gusar atau sedih, ia seperti sebuah
patung pualam yang sangat indah, sama sekali tak
2280 terpengaruh oleh ancaman kematian yang sudah berada
di depan mata. Tiba-tiba terasa tubuh perahu oleng keras, seakanakan
perahu itu terlempar tinggi ke udara dan kemudian
terperosok jatuh kembali ke atas permukaan air. Percikan
air menyembur keluar dari dua lubang di dasar perahu,
membasahi seluruh pakaian seebun Giok-hiong.
Lim Han-kim menghela napas panjang, tegurnya
pelan: "Apakah kau akan menunggu mati sambil duduk?"
Paras muka seebun Giok-hiong yang dingin kaku
seakan-akan mencair secara mendadak oleh aliran hawa
panas, sekulum senyuman kembali tersungging di ujung
bibirnya, "Menurut pendapatmu, apa yang harus
kulakukan?" ia balik bertanya.
"Kau harus berusaha melarikan diri"
Begitu ucapan tersebut diutarakan, tiba-tiba pemuda
itu merasa telah salah bicara, tapi untuk diubah jelas tak
mungkin lagi. "Kenapa?" kata seebun Giok-hiong. "Kau tidak
berharap aku mati di tempat ini?"
Lim Han-kim menutup mulutnya rapat-rapat dan tidak
berbicara lagi, pikirnya: "Bagaimana pun keadaan akan
berubah, lebih baik aku jangan banyak bicara, Dalam
situasi dan kondisi seperti ini bukan saja dia seharusnya
mulai melancarkan serangan balasan, sekalipun harus
membunuh orang juga tak bisa disalahkan Tapi aku .. .
aku toh tak bisa menganjurkan dia untuk berbuat
demikian ..." 2281 situasi di luar perahu semakin tegang dan kritis, empat
orang jago lihai itu dengan andalkan tenaga dalamnya
yang sempurna tiada hentinya meng hantam permukaan
air di seputar perahu yang ditumpangi seebun Giokhiong,
getaran gelombang yang keras membuat perahu
kecil itu terlempar kian kemari dengan hebatnya.
Rupanya setelah Ciu Huang sekalian berempat saling
beradu pukulan dengan seebun Giok-hiong tadi, mereka
menyadari bahwa ilmu silat yang dimiliki gadis itu
memang luar biasa hebatnya, Mereka berempat sadar,
bila diharuskan bertarung satu lawan satu, jelas mereka
tak punya kesempatan untuk meraih kemenangan Maka
ketika mereka saksikan seebun Giok-hiong melangkah
masuk ke dalam ruang perahu dan sampai lama belum
juga munculkan diri, pikiran mereka dibuat semakin
bimbang dan ragu. Mereka tak tahu permainan apa lagi
yang sedang dipersiapkan gadis tersebut
Begitulah, untuk beberapa saat suasana dalam ruang
perahu itu amat hening, Lim Han-kim yang duduk saling
berhadapan dengan seebun Giok-hiong juga terlibat
dalam kebungkaman total. Entah berapa lama sudah
lewat... Tiba-tiba seebun Giok-hiong berbisik, " Kekasih Lim,
aku tak ingin mati dalam keadaan begini."
Lim Han-kim mengerdipkan matanya sambil berpikir
"Kalau kau mati, dunia persilatan akan kehilangan
seorang gembong iblis pembunuh, semua orang tentu
akan bersyukur dan bergembira. Apa salahnya kau cepat
mati?" 2282 Tentu saja ia tak ingin mengungkapkan apa yang
dipikir itu dalam bentuk kata-kata, karenanya pemuda itu
tetap membungkam diri, seebun Giok-hiong menghela napas panjang, "Aaaai...
kekasih Lim, semua persoalan yang biasanya tak pernah
terpikir olehku, ternyata disaat-saat yang kritis ini telah
muncul dan memenuhi benakku."
"soal apa?" "Aku merasa bahwa seseorang, baik dia lelaki atau
wanita, bila ia sudah berhasil menjadi seorang pahlawan
yang dihormati orang, atau menjadi pentolan iblis yang
disegani setiapjago, maka selama hidup dia akan
ditemani kesepian, begitu juga aku dan Pek si-hiang..."
Lim Han-kim hendak mengucapkan sesuatu, tapi niat
itu segera diurungkan. "Kau tidak percaya dengan perkataanku?" sambung
seebun Giok-hiong. "selain bergaul dengan siok-bwee serta Hiang-kiok
yang selalu mendampinginya, Pek si-hiang memang
jarang sekali berhubungan dengan orang lain.
pesanggrahan pengubur bunga pun ibarat kuburan bagi
manusia hidup, Dia memang sangat kesepian, Apa lagi
tubuhnya lemah, berpenyakitan, jika kau bilang dia
kesepian, hal ini memang kenyataan dan tidak keliru,
sebaliknya kalau dibilang nona pun kesepian, ini baru
suatu lelucon yang sangat menggelikan Kau punya anak
buah beribu orang banyaknya, setiap jago menganggap
kau sebagai pemimpinnya, setiap hari kau pun dikelilingi
begitu banyak pembantu, Atas dasar apa kau
mengatakan bahwa dirimu kesepian?"
2283 "Justru karena itulah aku baru sadari bahwa
keadaanku sesungguhnya jauh lebih parah ketimbang
Pek si-hiang. Bagi Pek si-hiang, paling tidak dia masih
ada kau, Lim Han-kim vang kasihan, sayang dan
mengasihinya, sedang aku?"
"Kau punya anak buah beribu orang banyaknya,
sahabat karib dan kenalan lama tak terhitung jumlahnya,
Bahkan dengan kecantikanmu, rayuanmu, kau sudah
banyak menaklukkan pria-pria yang rela tunduk di bawah
telapak kakimu, masakau masih belum puas?"
Meskipun ucapan ini disampaikan dengan nada halus
dan datar, namun penuh mengandung nada sindiran dan
cemoohan " Kalau ingin memaki, makilah sepuasnya" kata
seebun Giok-hiong sambil tersenyum "Bila cacianmu
kurang cukup, bencilah aku. Bila perlu hajarlah aku
sepuas hatimu..." Dia menghembuskan napas panjang, setelah berhenti
sejenak lanjutnya: "Benar, sepintas lalu orang menilai
aku mempunyai beribu orang anak buah, beratus orang
dayang cantik, ke mana aku pergi selalu banyak orang
mengiringi kepergianku di sana sini aku disanjung orang,
dihormati dan disegani, tapi semua orang yang dekat
denganku menaruh rasa jeri dan takut. setiap tingkah
lakuku, kataku, tertawaku menjadi panutan bagi mereka,
Mereka tak berani membangkang, tak berani melawan...
semuanya menurut dan membosankan. . . "
"Waaah... hebat kalau begitu kamu ini" sindir Lim Hankim.
2284 seebun Giok-hiong tertawa pedih, katanya: "Kau tak
usah menyindir, dengarkan dulu perkataanku hingga
selesai, Aku tahu, mereka kalau bukan menganggapku
sebagai gembong iblis wanita yang membunuh orang
tanpa berkedip. tentu menyanjungku sebagai malaikat
yang suci bersih, Belum pernah ada orang yang
menganggap dan menghadapiku sebagai antar manusia."
sebenarnya Lim Han-kim masih ingin menyindirnya
lagi dengan kata-kata pedas, tapi setelah menyaksikan
wajahnya yang diliputi kepedihan, ia jadi tak tega untuk
mengutarakan keluar setelah menghela napas panjang seebun Giok-hiong
berkata lebih jauh: "Semenjak kecil, aku sudah kenyang
merasakan penderitaan dan siksaan batin karena hidup
sebatang kara, oleh sebab itu setelah terjun ke dalam
dunia persilatan aku selalu bertindak keji dan buas.
Aku tak sudi mempercayai siapa pun, juga tak berani
mempercayainya. Aku pasti akan berusaha mencari akal
untuk mengendalikan serta menguasai mereka ke dalam
genggamanku, Untuk mewujudkan hal tersebut aku pun
tak segan-segan mempelajari berbagai ilmu silat yang
kuanggap bakal bermanfaat bagiku.
Di waktu- waktu biasa, aku memang tidak terlalu
merasakan hal ini. Tapi sekarang setelah keselamatan
jiwaku terancam, tiba-tiba saja kusadari bahwa diriku
sesungguhnya telah kekurangan banyak hal, sekarang
aku telah menemukannya dan berhasil menjumpainya."
"Menemukan apa?"
2285 "Menemukan kenyataan bahwa aku sesungguhnya


Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

hanya seorang wanita, Hanya kau seorang yang
menganggap diriku sebagai sesama manusia."
Mendengar itu Lim Han-kim mendongakkan kepalanya
dan tertawa terbahak-bahak. sampai lama sekali suara
tertawa nyabaru berhenti "Apa yang kau tertawakan?" tegur seebun Giok-hiong.
"Cara kerja nona seebun betul-betul membuat hatiku
kagum, sekalipun kau ingin aku rela menemanimu
terkubur di dasar telaga, tidak seharusnya kau
pergunakan cara ini..."
"Jadi kau tidak percaya dengan perkataanku ?"
"Tidak percaya setiap patah katamu tidak kupercayai,
maka aku anjurkan kepadamu lebih baik tak usah
dilanjutkan" "Tahukah kau apa sebabnya kau tidak percaya dengan
ucapanku?" Lim Han-kim belum pernah membayangkan kalau
gadis tersebut akan mengajukan pertanyaan seperti ini,
untuk beberapa saat dia tak mampu mengucapkan
sepatah kata pun, "Kau tidak tahu bukan?" tanya seebun Giok-hiong lagi,
"Yaa, untuk berapa saat aku memang tak bisa
menjawab." "Kalau begitu biar aku yang beritahu kepadamu."
"Baik, aku memang ingin mendengar petunjukmu."
2286 "Hal ini dikarenakan aku terlampau tangguh bagimu,
ilmu silatku, kecerdasanku semuanya jauh lebih tangguh
ketimbang dirimu, maka bagaimana pun serius dan
bersungguh-sungguhnya aku bersikap kepadamu, aku
tetap tak akan percaya, Coba bandingkan kalau aku
adalah gadis yang lemah, gerak-gerikku patut dikasihani
kaU pasti akan merasa berkewajiban untuk tampil ke
depan dan rela melindungi serta membela
kepentingannya..." "seandainya kau berubah menjadi lemah, dunia
persilatan tentu tak kau obrak abrik seperti macam
sekarang ini," tukas Lim Han-kim.
seebun Giok-hiong menghela napas panjang: "Yaaa...
memang beginilah kehidupan seorang jago, penuh
diliputi kesepian" Mendadak dari luar ruang perahu bergema datang
suara jeritan lengking seseorang: "Nona, baik-baik jaga
diri, budak terpaksa berangkat duluan"
Beberapa patah kata ini diucapkan dengan nada makin
ke belakang semakin lirih, jelas budak itu sudah
menderita luka parah sehingga dia harus mengerahkan
sisa tenaga yang dimilikinya untuk berpamitan dengan
seebun Giok-hiong. Dengan perasaan sedih Seebun Giok-hiong berkata: "
Kekasih Lim, inilah kesempatan terakhir bagimu, Ayo
berangkat, aku antar kau pergi meninggalkan perahu ini"
sambil menarik lengan Lim Han-kim, ia beranjak keluar
dari ruang perahu itu. "Tidak" tampik Lim Han-kim. "Aku telah berjanji akan
menemani nona di sini..."
2287 " Kenapa" Kau toh tidak menyukai diriku barang
sedikitpun, misalnya kita betul-betul mati di dasar telaga,
jadi setan pun setiap hari kita akan ribut"
Waktu itu di atas geladak sedang berlangsung
pertarungan yang amat seru antara seorang dayang
berbaju hijau melawan Kim-hud totiang. sekujur badan
budak berbaju hijau itu sudah dipenuhi luka, darah segar
bercucuran membasahi seluruh badannya, namun ia
masih melakukan perlawanan sengit
Di sisi geladak yang lain terbujur sesosok mayat
dayang berbaju hijau, mukanya sudah rusak dan hancur
sehingga panca inderanya tidak terlihat sama sekali.
Tergerak perasaan Lim Han-kim setelah menyaksikan
kejadian ini, pikirnya: "Mereka menyebut diri sebagai
para pendekar sejati dari dunia persilatan kenapa cara
membunuh mereka begitu keji dan tidak berperi
kemanusiaan...?" sementara ia masih berpikir, seebun Giok-hiong telah
membentak nyaring: "Berhenti"
Dayang berbaju hijau itu segera menarik kembali
pedangnya sambil melompat mundur Waktu itu Kim-hud
totiang sedang sengit-sengitnya melancarkan serangan,
ia tidak menggubris bentakan itu, senjata kebutannya
langsung disapu ke muka keras-keras.
Tak ampun serangan itu menghajar telak di atas
lengan kiri dayang berbaju hijau itu, membuat lengan
tersebut hancur dan memercikkan darah segar ke manamana.
2288 sesungguhnya dayang berbaju hijau itu sudah terluka
parah, ia hanya bertarung dengan andalkan
semangatnya yang berkobar-kobar. setelah termakan
hajaran senjata kebutan yang amat dahsyat itu, tentu
saja ia tak mampu mempertahankan diri lagi, Tubuhnya
mundur sempoyongan lalu jatuh terguling di atas
geladak. wajahnya menunjukkan rasa sakit yang tak
terhingga. Kepada seebun Giok-hiong ia berseru: "Nona, budak
tak sanggup ..." Belum selesai perkataan itu diucapkan,
ia sudah roboh tak sadarkan diri
Dengan wajah sedingin saiju seebun Giok-hiong
memandang dayangnya yang terluka parah itu sekejap.
lalu katanya ketus: " Kim- hud totiang, apa bila ia tidak
menarik kembali pedangnya sambil melompat mundur,
sanggupkah seranganmu itu melukainya?"
Rasa menyesal dan malu terlintas di atas wajah Kimhud
totiang, setelah termenung sejenak jawabnya:
"sekalipun aku tak mampu melukainya dalam jurus
tersebut, namun ia pun tak akan mampu bertahan
sepuluh gebrakan lagi."
Dengan sorot mata yang tajam seebun Giok-hiong
memandang sekejap Ciu Huang sekalian yang berada di
situ, lalu ujarnya lirih: "Kekasih Lim, kau sudah harus
berangkat." "Tidak, aku tak akan pergi meninggalkan dirimu." Lim
Han-kim menggeleng berulang kali.
seebun Giok-hiong tidak ambil perduli, kembali ujarnya
serius sambil menatap wajah Ciu Huang: "Dia bukan
anggota pergUruan bUnga bwee, permusuhan kalian
2289 dengan diriku sama sekali tak ada hubungannya dengan
dia, bagaimana kalau aku minta kepada kalian agar tidak
mencelakainya?" Belum sempat Lim Han-kim mengucapkan sesuatu,
dengan suara lantang ciu Huang telah menjawab: " Kami
setuju dengan permintaan nona, kami tak akan melukai
dia" "ciutayhiap. aku percaya dengan perkataanmu itu,
semoga saja kau tidak ingkar janji." Kemudian sambil
mengalihkan pandangan matanya ke wajah Kim-hud
totiang, ujarnya lebih jauh: "Kau mengira dalam sepuluh
gebrakan dirimu pasti berhasil mengungguli dirinya?"
"Betul" Kim-hud totiang membenarkan. Hawa napsu
membunuh seketika menyelimuti seluruh wajah seebun
Giok-hiong, tantangnya: "Kau berani mencobanya sekali
lagi?" "Ia sudah terluka parah dan tak sadarkan diri,
lengannya juga sudah hancur, mana mungkin
perempuan itu bisa bertarung lagi me-lawanku?"
"Bagi anggota perguruan bunga bwee, asal dia masih
bernapas berarti dia masih sanggup melanjutkan
pertarungan." "Aku tidak percaya"
"Hmmm, kalau tidak percaya buktikan saja sendiri"
Mendadak ia sambar tubuh dayang berbaju hijau itu
dengan cepat tangannya merogoh ke dalam saku
mengeluarkan sebuah botol porselen, Diambilnya dua
butir pil berwarna merah lalu menjejalkan ke dalam
mulut dayang berbaju hijau yang pingsan itu.
2290 Kim-hud lotiang berkerut kening, ia seperti hendak
mengucapkan sesuatu tapi niat itu diurungkannya .
setelah menjejalkan pil tersebut, dengan cepat seebun
Giok-hiong menggaplok punggung dayang itu sambil
bisiknya: "Ber-juang demi kehormatan, mati pun tak
menyesal." Tiba-tiba dayang berbaju hijau itu membuka matanya
lebar-lebar, selapis cahaya berwarna merah segera
menyelimuti wajahnya yang pucat.
Lim Han-kim terkejut sekali melihat kejadian itu,
pikirnya: "Padahal dayang itu sudah menderita luka
parah, masa ia betul-betul masih mempunyai daya
kemampuan untuk bertarung?"
Setelah menelan dua butir pil berwarna merah itu,
secara mendadak semangat dayang berbaju hijau itu
bangkit kembali Sinar matanya yang semula sayu kini
memancarkan sinar tajam yang menggidikkan hati,
pelan-pelan ia berpaling memandang Seebun Giok-hiong
dan bertanya: "Apa perintahmu nona?"
Sambil menuding ke arah Kim-hud totiang, Seebun
Giok-hiong berseru dingin: "Tosu itu telah melukai
tubuhmu, menghancurkan masa depanmu, Kini kau
sudah hampir mati, kenapa tidak menuntut balas lebih
dulu kepadanya"^ "Ucapan nona memang sangat tepat," sahut dayang
itu cepat ia segera memungut kembali pedangnya yang
tergeletak di tanah. Dengan wajah yang merah membara
serta pedang berlumuran darah yang terlintang rti depan
dadanya, perempuan itu nampak sangat mengerikanTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com/
2291 Diam-diam bergidik juga Kim-hud totiang setelah
menyaksikan keadaan itu, pikirnya: "Sudah begitu parah
luka yang dideritanya, mana mungkin ia masih sanggup
meneruskan pertarungan?"
Sementara ia masih berpikir, dayang berbaju hijau itu
sudah menerjang maju ke muka,
pedangnya digetarkan membentuk dua kuntum bunga
pedang yang secara terpisah menusuk dua buah jalan
darah penting di tubuh Kim-hud totiang.
Buru-buru Kim-hud lotiang menggetarkan senjata
kebutannya sambil menyapu ke depan, ia berusaha
menggulung senjata lawan Di dalam anggapannya,
setelah terluka begitu parah meski dayang berbaju hijau
itu diberi obat mujarab pun tak nanti ia mampu menahan
gempuran senjata kebutannya ini. Dalam sekali sapuan ia
pasti akan berhasil mementalkan senjata lawan
siapa tahu apa yang terjadi kemudian sama sekali di
luar dugaan Kim-hud totiang, ternyata dayang berbaju
hijau itu tidak berusaha menghindar ia malah
menyambut datangnya ancaman itu dengan kekerasan.
Kim-hud totiang segera menggetarkan pergelangan
tangannya, di luar dugaan pedang di tangan dayang itu
gagal digetar lepas, dalam terkesiapnya ia pun berpikir "
Heran, kenapa tenaga yang dimiliki dayang ini bisa lebih
hebat ketimbang sebelum terluka tadi?"
sementara dia masih termenung, dayang berbaju hijau
itu sudah memutar pedangnya menusuk tan-tian di
bawah pusar tosu tersebut. Perubahan jurus serangan ini
dilakukan sangat cepat dan luar biasa hebatnya. sreeet...
2292 Jubah yang dikenakan Kim-hud totiang tahu-tahu
sudah tersambar oleh tusukan pedang lawan hingga
robek besar Dengan perasaan kaget Kim-hud totiang
menggetarkan senjata kebutannya, bulu-bulu emasnya
berubah jadi gumpalan hujan gerimis dalam waktu
singkat dan langsung membacok kepala musuh.
Dayang berbaju hijau itu mendorong pedangnya
keluar, ia ciptakan selapis bunga pedang untuk
membendung datangnya serangan dari Kim-hud lotiang
itu. Dalam waktu singkat kedua orang itu terlibat dalam
suatu pertempuran yang amat seru. Meskipun sekujur
tubuh dayang berbaju hijau itu sudah berlumuran darah,
namun serangan-serangan pedangnya tetap dilancarkan
dengan garang dan buas, pedangnya diputar bagaikan
putaran roda, semua tempat mematikan di tubuh Kimhud
totiang sudah berada dalam ancamannya.
Tenaga dalam yang dimiliki pun tampaknya sudah
bertambah kuat, desingan angin serangan yang
dipancarkan amat menusuk pendengaran pertarungan
berlangsung hampir dua puluh gebrakan namun keadaan
tetap berimbang, tak ada satu pihak pun berhasil
merebut posisi yang lebih menguntungkan
Melihat itu dengan perasaan tercengang Kim-hud
totiang berpikir "obat apa yang ditelankan ke tubuh
dayang itu" Heran, kenapa tenaga dalamnya bisa
meningkat sehebat itu?"
Meskipun senjata kebutan yang dipergunakan Kim-hud
totiang termasuk benda lunak, namun serangan yang
dipancarkan justru hebatnya bukan kepalang, sebelum
2293 terluka parah tadi, setiap kali serangan pedang dari
dayang berbaju hijau itu beradu dengan senjata kebutan
lawan, pedangnya pasti akan terpental ke belakang.
Tapi anehnya setelah ia terluka parah dan diberi pil
tersebut, tiba-tiba saja kekuatannya berlipat ganda.
Bukan saja senjatanya tak sampai mencelat malahan ia
dapat paksakan pertarungan adu tenaga melawan tosu
itu. Pada saat itulah tiba-tiba Seebun Giok-hiong berpekik
nyaring, suaranya melengking sangat memilukan hati.
Kembali kedua orang itu bertarung belasan jurus lebih,
keadaan tetap berimbang. Hanya saja setelah pekikan


Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

aneh itu dikumandangkan, permainan pedang dari
dayang berbaju hijau itu makin lama semakin bertambah
kuat, serangan-serangannya juga makin gencar dan
hebat. secara diam-diam Lim Han- kim mencoba
memperhatikan jalannya pertempuran itu, dengan cepat
ia jumpai gerak serangan pedang dari dayang berbaju
hijau itu ternyata mengikuti tinggi rendahnya suara
pekikan yang dipancarkan seebun Giok-hiong, ini berarti
di balik pekikan itu mengandung arti sandi yang memberi
petunjuk kepada si dayang dalam menggerakkan
pedangnya. Terlihat jurus serangan yang dipergunakan dayang
berbaju hijau itu makin lama semakin bertambah aneh,
ada kalanya bahkan merupakan pertarungan adu jiwa
yang tidak memperhitungkan keselamatan sendiri.
2294 Tentu saja Kim-hud lotiang tak ingin melayani
pertarungan adu jiwa seperti ini, terpaksa ia hanya
berkelit kian kemari berusaha untuk menghindarkan diri
Dengan langkah yang diambil ini, otomatis posisinya
jadi terdesak hebat, Dayang berbaju hijau itu berhasil
merebut posisi di atas angin dan serangan yang
dilancarkan juga makin lama semakin bertambah ganas.
Kini, bukan hanya Kim-hud totiang seorang yang
merasakan tidak beresnya keadaan, ciu Huang serta
Hongpo Tiang-hong sekalian pun dapat merasakan gejala
ini, Bila pertarungan dibiarkan berlanjut maka bukan saja
dayang berbaju hijau itu akan berhasil merebut posisi di
atas angin, malahan bisa jadi akan melukai Kim-hud
lotiang dengan pedangnya.
Inilah rahasia terbesar dalam ilmu pengobatan,
padahal para jago sadar bahwa hal ini disebabkan
pengaruh obat yang ditelankan, tapi obat apakah itu"
Kenapa bisa menghasilkan kekuatan yang begini hebat"
Ketika menengok kembali ke arah dayang berbaju
hijau itu, wajahnya yang semula pucat pasi kini telah
berubah jadi merah seperti hati babi, sepasang matanya
melotot keluar, wajahnya menyeramkan sekali.
BAB 17. Lolos Dari kepungan
sementara itu seebun Giok-hiong masih tiada hentinya
mengeluarkan bunyi pekikan, mengikuti pekikan aneh itu
serangan dari dayang berbaju hijau makin lama makin
gencar dan mengerikan Dalam waktu singkat Kim-hud
2295 lotiang sudah terdesak di bawah angin, kini ia lebih
banyak bertahan ketimbang melancarkan serangan.
Dalam suasana kritis itulah tiba-tiba Kim-hud totiang
membentak keras, senjata ke-butannya melepaskan tiga
buah serangan berantai, selapis bayang-bayang kuning
menyelimuti seluruh udara.
seebun Giok-hiong segera mempertinggi nada
pekikannya, Mengikuti perubahan ini pedang yang
diputar dayang berbaju hijau itu ikut berubah, sekejap
mata selapis cahaya perak berkembang membungkus
seluruh tubuhnya. Plaaaak Plaaaak
Mengikuti bergemanya suara benturan, bayangan
pedang maupun kebutan sama-sama lenyap tak
berbekas. Dengan cepat Seebun Giok-hiong menerjang maju ke
muka dan menotok jalan darah dayang itu, katanya
dingin: "Hei, Kim-hud totiang sudah kau hitung berapa
jurus sudah lewat?" "obat apa yang nona pergunakan itu?" tanya Kim-hud
totiang pelan. seebun Giok-hiong tidak menjawab, kembali
jengeknya: "Bagaimana" Masih ingin dilanjutkan
pertarungan ini?" "Tadi aku sudah terlanjur omong besar, kini
kenyataannya aku gagal mengalahkan dia dalam sepuluh
gebrakan Terlepas apa pun alasannya, aku mengaku
kalah." "sebagai seorang pendekar kenamaan, tentunya kau
tahu bukan bagaimana kalau sudah mengaku kalah?"
2296 " Katakan saja nona, apa yang bisa kulakukan tentu
akan kuusahakan untuk menerima syarat dari nona."
"syaratku gampang sekali, aku hanya minta kau
segera mengundurkan diri dari pertikaian hari ini."
"Waaah, kalau soal ini... soal ini..." Kim-hud totiang
jadi gelagapan setelah termenung sejenak.
"Tak usah ini itu lagi, bila kau enggan mengaku kalah
yaa sudahlah." Perlu diketahui, Kim-hud totiang adalah seorang tokoh
yang cukup ternama dan disegani dalam dunia persilatan
Kendatipun sebelum terjadinya pertarungan tadi tak
pernah dibicarakan soal syarat, namun sesuai dengan
peraturan yang berlaku dalam dunia persilatan, setelah
Kim-hud totiang tekebur dengan mengatakan bisa
merobohkan musuhnya dalam sepuluh gebrakan, tapi
kenyataannya ia gagal mewujudkan kata-katanya, maka
secara otomatis dia harus mengaku kalah.
Mendadak dari kejauhan sana terdengar suara dayung
yang membelah permukaan air, kembali muncul sebuah
perahu dari kejauhan sana.
"Habis sudah ..." pikir Lim Han-kim. "Ter-nyata bala
bantuan seebun Giokshlong telah tiba, sayang ... sayang
sekali" Ketika berpaling, tampak olehnya pada ujung geladak
berdiri dua orang dayang berbaju biru yang masingmasing
membopong sebilah pedang.
Begitu melihat datangnya perahu itu. ciu Huang
segera tertawa terbahak-bahak.
2297 "Ha ha ha... bagus sekali, Kim-hud toheng" serunya,
"Harap segera balik ke perahumu, nona Li sudah datang,
jadi soal urusan selanjutnya tak perlu kita risaukan lagi"
Perahu itu memperlambat lajunya setelah berada
delapan-sembilan depa dari perahu yang ditumpangi
seebun Giok-hiong. Pintu ruangan segera terbuka dan
tampillah Li Tiong-hui yang mengenakan pakaian serba
hitam. Baru saja Kim-hud totiang membalikkan tubuh siap
meninggalkan perahu itu, mendadak seebun Giok-hiong
membentak keras: "Berhenti" secepat sambaran kilat ia
menerjang maju ke muka. Buru-buru Kim-hud totiang mengebaskan senjata
kebutannya, segulung desingan angin tajam
menyongsong datangnya ancaman lawan,
seebun Giok-hiong menolak sepasang tangannya ke
depan, segulung tenaga pukulan dahsyat menyingkirkan
senjata kebutan itu dari hadapannya, kemudian tangan
kanannya secepat petir mencengkeram pergelangan
tangan kiri tosu itu. Kim-hud totiang sangat terperanjat, pikirnya: "cepat
betul gerak serangannya"
Buru-buru ia merendahkan pergelangan tangan kirinya
ke bawah, nyaris serangan lawan menghajar tubuhnya.
Seebun Giok-hiong mendengus dingin, tubuhnya
berputar cepat, Tanpa menimbulkan sedikit suara pun ia
lepaskan sebuah tendangan yang secara telak menghajar
lutut pendeta itu. Tahu-tahu Kim-hud totiang merasakan
2298 lututnya amat sakit, tak mampu badannya terjungkal ke
arah telaga. Tak teriukiskan kecepatan gerak tubuh seebun Giokhiong
ini, di saat terakhir tangan kirinya menyambar ke
depan mencengkeram urat nadi pada pergelangan
tangan kanan Kim-hud totiang, kemudian menyentaknya
ke belakang dan menarik tubuh pendeta itu naik ke
daratan kembali. Semua gerakannya ini kelihatan amat lamban, padahal
cepatnya bukan kepalang, menendang, membetot
semuanya dilakukan hampir pada saatyang bersamaan.
Waktu itu Li Tiong-hui sudah tiba di ujung geladak,
sambil memberi hormat dan tertawa sapanya: "Nona,
selama ini baik-baik bukan" Terimalah salam hormatku"
Dengan cepat Seebun Giok-hiong menotok tiga buah
jalan darah penting di tubuh Kim-hud totiang, kemudian
setelah meletakkannya ke geladak, ia baru membalikkan
badan sambil menyahut: "Selamat berjumpa lagi nona Li"
Dengan sorot mata yang tajam Li Tiong-hui awasi
wajah Seebun Giok-hiong sekejap, kemudian katanya:
"Bersediakah nona memandang di atas wajahku dengan
membebaskan Kim-hud totiang terlebih dulu?"
"Baik" seebun Giok-hiong tersenyum.
ia menotok bebas jalan darah Kim-hud totiang, lalu
terusnya: "Memandang di wajah nona Li, silakan totiang
pergi dari sini" Tak terlukiskan rasa malu dan gusar yang menyelimuti
perasaan Kim-hud totiang waktu itu, ditatapnya seebun
Giok-hiong dengan mata mendelik, lalu serunya:
2299 "nampaknya ilmu silat yang nona miliki sudah jauh
melampaui kehebatan orang tuamu di masa lampau"
seebun Giok-hiong mendengus, ia melirik sekejap
mayat dayang berbaju hijau yang tergeletak di tepi
geladak lalu tegurnya: "Kau yang membunuh orang itu?"
"Benar" "Kau tahu, membunuh orang harus membayar
nyawa?" " Usia ku sudah melampaui tujuh puluh tahun, mati
pun tak akan menyesali."
"Hmmmm... membunuhmu bukan pekerjaan yang
terlampau sulit bagiku, tapi kini janjiku selama tiga bulan
belum terpenuhi Kau boleh kembali ke perahumu, Begitu
waktunya sudah genap. aku pasti akan datang mencabut
nyawamu" Kim-hud totiang tidak banyak berbicara lagi, ia
membalikkan badan dan melompat balik ke perahu
sendiri Li Tiong-hui sebera memberi hormat lagi sambil
berkata: "Terima kasih nona, kau telah memberi muka
kepadaku" "Hanya urusan kecil, tak usah banyak adat" sorot mata
Li Tiong-hui yang tajam tiada hentinya berputar
memeriksa setiap sudut perahu yang ditumpangi seebun
Giok-hiong, tampaknya ia sedang mencari sesuatu,
sementara mulutnya kembali berkata dengan lembut:
"Enci seebun, bukannya berada di kota si-ciu, mau apa
jauh-jauh kau datang ke telaga tay-oh ini?"
2300 "Ada urusan apa pula nona Li datang kemari?"
"Terus terang saja aku beritahu, sebenarnya aku
datang kemari karena membuntuti dirimu."
seebun Giok-hiong menoleh, ketika tidak melihat Lim
Han- kim berada di situ, kembali ujarnya sambil tertawa
hambar: "sesungguhnya aku pun sedang membuntuti
seseorang," "siapa?" "Pek si-hiang" "sekarang nona Pek ada di mana?" tanya Li Tiong-hui
dengan perasaan terkesiap.
" Kenapa" Kau ingin sekali bertemu dengan nona Li?"
Li Tiong-hui mempermainkan biji matanya sebentar,
lalu tertawa hambar "Bertemu atau tidak bukan masalah
bagiku." "sesungguhnya nona Pek bersembunyi di ..." seebun
Giok-hiong berpaling dan melirik ruang perahunya
sekejap lalu secara tiba-tiba membungkam.
Kadang kala di dunia ini memang sering terjadi
peristiwa yang kebetulan, seandainya tadi seebun Giokhiong
tidak teringat pada Lim Han- kim secara tiba-tiba
hingga berpaling melirik ruang perahunya sekejap.
sekarang walaupun ia berlagak lebih persispun jangan
harap bisa membohongi Li Tiong-hui.
Justru karena lirikan yang tidak di-sengaja itulah, hal
mana segera membangkitkan rasa curiga Li Tiong-hui.
sebagaimana diketahui, Li Tiong-hui adalah seorang
gadis yang kelewat pintar, sejak kehadirannya di situ ia
2301 selalu perhatikan terus setiap gerak-gerik dan tingkah
laku seebun Giok-hiong. Tapi justru karena ia kelewat memperhatikan seebun
Giok-hiong inilah ternyata ia tak sempat memperhatikan
kehadiran Lim Han- kim di situ.
Justru karena kelengahannya inilah maka hal ini malah
membantu bobot seebun Giok-hiong dalam menjalankan
peranannya ber-bohong, Dengan wajah berubah Li Tiong-hui segera berseru:
"Apa"Jadi Pek si-hiang telah cici tawan?"
seebun Giok-hiong tidak langsung men-jawab, hanya
ujarnya: "sayang kedatangan nona Li terlambat satu
langkah, mungkin usahamu akan sia-sia..."
Ciu Huang maupun Hongpo Tiang- hong sama-sama
ikut terkesiap. pikir mereka: "Tak heran sikapnya begitu
tenang dan pandai menahan diri, Rupanya ia sudah
menangkap Pek si-hiang untuk dijadikan sandera, Untung
aku tidak bertindak ceroboh tadi, seandainya perahu itu
keburu tenggelam, bukankah nona Pek akan ikut menjadi
korban?" Pelan-pelan wajah tegang dari Li Tiong-hui surut
menjadi tenang kembali, ia benahi rambutnya yang kusut
berkata: "Pepatah mengatakan: sepandai-pandainya
tupai melompat, akhirnya akan jatuh juga. Enci seebun,
kali ini kau terjebak oleh perangkapku hingga tak mampu
mengundurkan diri, hitung-hitung kejadian ini termasuk
suatu peristiwa yang sangat memalukan dirimu bukan?"
"Ditinjau dari situasi saat ini, siapa kalah siapa menang
masih sukar untuk dibicarakan Apa gunanya kau gembira


Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

2302 kelewat dini" Lagipula meski aku belum tentu mampu
mengungguli dirimu, paling tidak aku toh masih punya
kemampuan untuk melarikan diri"
Li Tiong-hui segera tertawa, "Andaikata peristiwa ini
berlangsung di tanah daratan, aku sangat percaya dan
yakin sekali dengan kemampuan cici. sayang saat ini kau
berada di tengah telaga Tay-oh, biarpun cici memiliki
ilmu silat yang maha dahsyat, sayang sekali kau tak
pandai ilmu di dalam air."
seebun Giok-hiong tertawa hambar, ia - tidak memberi
tanggapan Kembali Li Tiong-hui berkata: "Di dalam keempat buah
perahu yang mengelilingi perahu cici itu sudah dipenuhi
bahan mesiu, kayu bakar dan minyak tanah, tentunya
kau sudah tahu bukan bahwa aku tersohor karena
peralatan apiku. seandainya keempat buah perahu itu
meledak bersama, bisa kau bayangkan apa jadinya bila
permukaan telaga seluas empat puluh kaki persegi
secara tiba-tiba berubah jadi lautan api."
" itu pun belum tentu mampu membakar mati diriku."
"Meskipun belum tentu, toh cici tak usah
menyerempet bahaya yang amat besar ini."
"Tidak apa-apa. Bila nona Li memang ingin mencoba
kehebatan ilmu silatku, kenapa tidak dilakukan sekarang
juga?" Li Tiong-hui tertawa. "Aku sudah mengetahui akan
kehebatan cici, aku pun sadar bukan tandinganmu, tapi
kalau dibilang kau mampu meloloskan diri dari lautan api
2303 yang kupersiapkan ini. Waaah... kau mengibul terlalu
besar..." Mendadak wajahnya berubah amat serius, lanjutnya:
"Namun kemampuanmu untuk menangkap nona Pek
sebagai sandera benar-benar jauh di luar
perhitunganku." "Mungkin kejadian yang berada di luar perhitunganmu
bukan sampai di situ saja," ejek seebun Giok-hiong.
" Kecuali hal ini, aku tak bisa menemukan tindakan
kejutan apa lagi yang bisa cici kemukakan."
seebun Giok-hiong termenung dan berpikir beberapa
saat, kemudian ujarnya: "Kita tak perlu banyak bicara
lagi, silakan nona Li mulai melancarkan seranganmu..."
"Jadi enci seebun hendak paksa aku untuk
melangsungkan duel?"
" Cukup berbicara dari situasi sekarang ini, tampaknya
posisiku amat buruk dan berbahayaJadi mau bertarung
atau tidak rasanya kunci semua ini bukan berada di
tanganku." Melihat nada pembicaraan lawannya telah berubah
melunak, diam-diam Li Tiong-hui mengeluh: "sayang
sekali, dengan susah payah kuatur persiapan untuk
meraih kemenangan pada hari ini, tak nyana Pek si-hiang
telah tertawan olehnya. Dilihat dari kejadian ini
tampaknya sekali lagi aku bakal keok di tangannya."
Berpikir sampai di situ, sambil tersenyum ujarnya:
"Bila cici bersedia membebaskan nona Pek. aku pun
bersedia mengantar cici sampai ke daratan..."
2304 Mendengar ucapan itu, seebun Giok-hiong mengumpat
di dalam hati: "Sialan, hebat betul budak busuk ini.
Kelihatannya sebelum ia dapat bertemu dengan nona
Pek. hari ini dia tak akan lepaskan aku."
Bagaimana pun cerdiknya dia dan betapa hebatnya
ilmu silat yang dimiliki, untuk sesaat sulit baginya untuk
menciptakan seorang Pek si-hiang untuk dimunculkan di
situ waktu itu Tapi keadaan yang amat mendesak
membuat dia tak bisa berpikir panjang lagi,
sebab makin lama ia berpikir akan menambah
kecurigaan Li Tiong-hui terhadapnya. Karena itu sambil
tertawa hambar ujarnya: Pendekar Lembah Naga 22 Pendekar Guntur Lanjutan Seruling Naga Karya Sin Liong Istana Kumala Putih 13

Cari Blog Ini