Pedang Keadilan Karya Tjan I D Bagian 36
dingin dan jauh, bila sampai begitu pasti hubungan itu
akan merosot hingga ke titik beku, kalau sampai begitu,
selama hidup kami tak punya harapan untuk berbaikan
3016 lagi, beda dengan dirimu, kau adalah orang luar,
tingkatanmu juga lebih muda, meski ibu membencimu,
rasanya beliau tak sampai akan membalas dendam
kepadamu." Lim Han-kim menghela napas panjang, "sekalipun
begitu, bagaimana kehidupanmu selanjutnya dengan
ibumu?" "Anak perempuan yang sudah menikah ibarat air
dalam baskom yang telah dibuang, setelah perkawinan
kami, andai tak bisa bertemu dengan ibu lagi pun tak
menjadi masalah, aku bisa mengajak suamiku pergi
tinggalkan perkampungan bukit Hong-san dan tak pulang
kemari lagi untuk selamanya, dunia begini luas, masa tak
ada tempat lain bagiku untuk berteduh?"
Lim Han-kim termenung sambil berpikir sejenak.
kemudian ucapnya: "Masih ada satu hal lagi kurang
kupahami." "Tanyakan saja, asal kuketahui pasti akan kujawab."
"Mengapa Ong Yong-kim dipenjara di dalam benteng
batu?" "Bukan dipenjara tapi atas keinginannya sendiri untuk
berdiam di situ, setelah datang untuk bersembahyang di
depan makam ayah-nya, ia menolak untuk meninggalkan
benteng batu itu kecuali aku bersedia menerima
perkawinan dengannya."
"Sudah berapa lama ia berdiam di sana?"
"Lebih kurang tiga tahun lebih, tiga tahun berselang
ketika ia datang untuk bersembahyang di depan makam
ayahnya, sekalian ia singgung soal perkawinan kami tapi
3017 permintaan itu ditolak mentah-mentah oleh ibuku, sejak
itulah dia menolak untuk meninggalkan benteng
tersebut." "Aaai... orang ini betul-betul terbuai oleh cinta buta,"
keluh Lim Han-kim sambil menghela napas.
Sebetulnya dia mau bilang bahwa orang ini tebal
muka, tapi kata-kata yang sudah sampai di depan mulut
segera ditelannya kembali
"Kala itu, aku pun tak menaruh perhatian atas
kejadian tersebut, maka dia pun berdiam di situ selama
bertahun-tahun, tiap kali kami datang untuk
bersembahyang, dia hanya menengok dari kejauhan
dengan termangu-mangu, aaai... dalam setahun dia
hanya sempat menengokku sekali, itu pun hanya
berlangsung dalam waktu singkat, namun ia menanti
terus di situ dengan sabar, menanti hanya untuk
menengokku dalam sekejap."
Tiba-tiba Lim Han-kim busungkan dadanya seraya
berseru: "Baik, kukabulkan permintaanmu itu."
Sekulum perubahan wajah yang aneh segera
menghiasi wajah Li Tiong-hui, tak dapat dibayangkan
perubahan itu berupa senyuman atau tangisan, juga tak
bisa dibedakan apakah ia gembira atau murung, hanya
sahutnya pelan: "Kalau begitu aku harus berterima kasih
kepadamu." "Menjodohkan perkawinan seseorang merupakan
kejadian yang patut digembirakan, nona tak perlu
sungkan denganku." 3018 Tatkala tiba di depan ruang tamu, tampak Ci Mia-cu
masih duduk termangu-mangu di tengah ruangan.
Si pencuri sakti Nyoo Cing-hong berdiri di muka pintu
sambil memandang langit dengan termangu.
Li Tiong-hui melirik Lim Han- kim sekejap. kemudian
ujarnya: "Saudara Lim, kini sudah tak ada urusan lagi, kau
boleh pulang untuk beristirahat. Menurut dugaanku,
dalam berapa hari ini seebun Giok-hiong pasti akan
menyusul kemari, jadi saudara Lim patut menyimpan
tenaga secara baik-baik." Mendengar ucapan tersebut,
pemuda kita berpikir. "Dia sengaja menyuruhku pergi tinggalkan tempat ini,
agaknya ada urusan penting hendak ia bicarakan dengan
Ci Mia-cu . . ." Maka dia pun berkata: "Kalau begitu aku
mohon diri lebih dulu." Kemudian sambil balik badan, ia
pun memberi hormat kepada Ci Mia-cu.
Seraya balas memberi hormat kata Ci Mia-cu:
"Besok tengah hari aku akan tinggalkan tempat ini,
sebelum pergi, aku berharap bisa berjumpa lagi
denganmu." "Baik, akupun ada urusan hendak dibicarakan dengan
totiang, besok tengah hari aku pasti akan kemari untuk
bertemu denganmu." "Pasti kutunggu kehadiranmu." Lim Han-kimpun
beranjak pergi dari situ.
3019 Selama ini dia sangat menguatirkan keselamatan Pek
si hiang, maka dia langsung menuju ke kamar gadis
tersebut, Waktu itu Phang Thian-hua sedang duduk berhadapan
dengan si pedang racun Pek siang suami istri, tampaknya
ada suatu urusan besar yang sedang dibicarakan.
Melihat kehadiran anak muda tersebut, buru-buru
Phang Thian-hua bangkit berdiri seraya berkata:
"Kebetulan sekali kedatanganmu saudara Lim, kami
sedang sangsi untuk memutuskan suatu masalah besar."
"Masalah apa?" tanya Lim Han-kim dengan kening
berkerut "Nona Li adalah Bu-lim Bengcu saat ini, tapi selama
berada dalam perkampungan keluarga Hong-san,
tampaknya gerak geriknya terbelenggu dan kurang
leluasa, ini sangat menghambat sepak terjangnya."
"Dia masih mempunyai seorang ibu, tentu saja segala
urusan tak bisa dia putuskan sendiri"
Pedang racun Pek siang menyela:
"Nyonya Li telah selamatkan jiwa putriku, bagaimana
pun juga aku harus sumbangkan tenagaku demi
kepentingannya..." setelah menghembuskan napas
panjang, lanjutnya: "Menurut hasil pengamatanku situasi perkampungan
keluarga Hong-san saat ini amat gawat dan berbahaya,
sudah banyak jagoan tangguh yang menyusup kemari."
"Apakah nona Li sudah mengetahui urusan ini?" tanya
Lim Han-kim. 3020 "Di antara jago-jago tangguh itu ada seorang di
antaranya punya hubungan yang sangat akrab
denganku, sebetulnya aku enggan banyak bicara, tapi
mengingat nyonya Li telah selamatkan jiwa putriku,
rasanya tak tega aku membungkam terus."
"Oooh, kau maksudkan Thian-hok sangjin?"
"Betul" "Selain Thian-hok sangjin, masih ada siapa lagi?"
"Masih ada dua orang lagi, sayang aku tak sempat
melihat bentuk wajahnya secara jelas, namun ditinjau
dari ilmu meringankan tubuh yang dimiliki, sudah dapat
disimpulkan mereka adalah jago-jago tangguh berilmu
tinggi." "Kalau begitu mereka pasti si penggali sumber mata
air itu." "Mata air apa?"
Lim Han-kim sadar bahwa ia sudah salah bicara, untuk
menarik kembali jelas tak mungkin maka katanya lebih
lanjut: "Dalam wilayah perkampungan keluarga Hong-san ini
konon terdapat sebuah mata air yang mengalir di bawah
perut bumi, ada orang berniat merusak mata air tersebut
agar seluruh perkampungan ini tenggelam disapu air
bah." "Haaah, ada kejadian begini?" pedang racun Pek siang
tersentak kaget. "Berita ini kudengar dengan mata kepala sendiri, pasti
betul." 3021 "Kalau benar-benar begitu, aku tak boleh bertepuk
tangan saja." Tiba-tiba gadis naga berbaju hitam menimbrung:
"Aku rasa, kendatipun Thian-hok sangjin dipaksa oleh
keadaan, mustahil ia bersedia melakukan tindakan
terkutuk semacam itu, pasti rombongan lain yang berniat
berbuat begitu." "Betul," sambung Pek siang pula "Tapi sayang wilayah
lembah Ban-siong-kok ini luas sekali, sedang kita pun tak
tahu dimana letak mata air tersebut, bagaimara cara kita
untuk mengamankan daerah itu?"
Sembari berbicara, sorot matanya dialihkan ke wajah
Lim Han-kim. Lim Han-kim tidak langsung menjawab,
pikirnya: "Biarpun tahu orangnya, tahu wajahnya, aku belum
tahu bagaimana isi hatinya, betul dia adalah ayah Pek sihiang,
tapi aku tak boleh bertindak gegabah dengan
menunjukkan letak mata air tersebut, siapa tahu dia pun
bermaksud sesuatu." Berpikir sampai di situ, buru-buru dia alihkan
pembicaraan ke soal lain, tanyanya sambil menengok
Phang Thian-hua: "Phang cengcu, bagaimana keadaan
nona Pek?" "Masalah ini sulit untuk kujawab secara pasti,
kecerdasan nyoya Li tiada taranya, beliau pun tidak
membicarakan hasil pengamatannya atas penyakit yang
diderita nona Pek. karena itu aku cuma bisa bilang
bahwa mati hidupnya nona Pek tergantung hasil
pengobatan dari nyonya Li pribadi..."
3022 Dalam pada itu Pek siang sudah naik darah, ia merasa
dicemooh oleh sikap Lim Han-kim yang berusaha
merahasiakan hal tersebut kepadanya, mencorong sinar
buas dari balik matanya, hawa membunuh pun mulai
menyelimuti seluruh wajahnya. Gadis naga berbaju hitam
cukup mengenal watak suaminya ini, buru-buru serunya:
"suamiku, jangan bertindak gegabah"
Pek siang menghela napas panjang, meski amarahnya
tak sampai meledak namun bukan berarti rasa gusarnya
telah mereda, hardiknya keras. "Lim Han-kim"
"Ada apa locianpwee?" Lim Han-kim membalik badan.
"Menurut berita yang tersiar dalam dunia persilatan,
konon hubunganmu dengan putriku sangat akrab,
benarkah begitu?" Lim Han-kim agak tertegun, buru-buru
jawabnya: "Boleh dibilang begitu, aku memang cocok
sekali dengan putri Anda."
"Mulai detik ini aku melarang kau berhubungan lagi
dengan putriku" "Hubunganku dengan nona Pek hanya sekedar teman
biasa, aku sangat menaruh hormat kepadanya."
"Antara lelaki dan wanita ada batasnya, aku adalah
ayahnya, aku berhak memutuskan segala sesuatu
baginya, Awas Bila di kemudian hari aku masih melihat
kau berhubungan dengan putriku, hmmm jangan
salahkan bila aku bersikap keji kepadamu."
Setelah termangu sesaat Lim Han-kim mengangguk
"Baik Pesan locianpwee akan kuingat selalu."
"Antara kau dengan aku tak punya hubungan apa-apa.
kau tak usah memanggilku Locianpwee"
3023 Setelah beberapa kali terbentur batunya, untuk sesaat
Lim Han-kim jadi gelagapan sendiri, akhirnya setelah
melirik Phang Thian-hua sekejap. ia pun balik badan
beranjak pergi. Baru berjalan berapa langkah, tampak Pek si-hiang
dibimbing oleh siok-bwee dan Hiang-kiok muncul dari
balik ruangan. Hiang-kiok segera berseru begitu melihat
anak muda itu: "Lim siangkong, ada berita gembira untukmu, nona
kami sudah tertolong dari ancaman bahaya."
Lim Han-kim cuma tertawa getir, sambil menyingkir ke
samping, ia membungkam diri. sementara itu pedang
racun Pek siang telah berteriak keras: "Benarkah begitu?"
Belum sempat Hiang-kiok menjawab, Pek si-hiang
sudah berkata duluan: "Hanya sudah ditemukan titik terang tentang sumber
penyakitku, apakah berhasil disembuhkan atau tidak,
masih terlalu dini untuk diduga."
Ketika pembicaraan masih berlangsung, Lim Han-kim
telah melanjutkan langkahnya meninggalkan tempat itu.
Hiang-kiok sangat tercengang melihat kelakuan anak
muda itu, pikirnya: "Bagaimana sih orang ini, belum lagi
selesai bicara, masa sudah ngeloyor pergi?" Dasar masih
lugu dan periang, buru-buru serunya: "Hei, Lim
siangkong" "Tidak usah dipanggil" potong Pek siang ketus. Hiangkiok
tertegun dan tak berani banyak bicara lagi.
3024 Pek si- hiang menghela napas panjang, bisiknya tibatiba:
"Bawa aku ke pembaringan"
Hiang-kiok dan siok-bwee menyahut, buru-buru
mereka bimbing Pek si-hiang naik ke atas pembaringan.
Sambil menarik selimut untuk menutupi badannya,
Pek si-hiang berkata lembut: "Ayah, kau sudah marahi
Lim Han-kim?" "Yaa, dia sudah kumaki-maki, sudah ku-ancam mulai
hari ini tak boleh mengganggu dirimu lagi"
Mendengar perkataan itu berubah wajah Hiang-kiok,
cepat teriaknya: "Loya, Lim siangkong tak pernah
mengganggu nona..." "Plookk . . ." Tanpa banyak bicara Pek siang
Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
menampar mulut Hiang-kiok keras-keras, umpatnya:
"Budak sialan, siapa suruh kau banyak ngoceh"
Keras betul tempelengan itu, bukan cuma pipinya
membengkak. darah pun ikut bercucuran dari mulutnya,
dengan wajah melengak dayang itu cuma bisa berdiri
mematung dan tak berani banyak bicara lagi.
Pek si-hiang gelengkan kepalanya berulang kali,
katanya sambil tertawa hambar:
"Ayah, sepantasnya kau urusi anakmu sendiri terlebih
dulu sebelum memaki Lim siangkong, apa tidak kau
anggap tindakanmu kelewat batas?"
"Putriku pintar dan hebat, kenapa aku mesti
memakimu?" "Tapi dia tidak jujur dan penuh dosa" sambung Pek sihiang
sambil tersenyum. 3025 "Siapa bilang putriku penuh dosa?" Berubah air muka
Pek siang. "Lim siangkong adalah seorang pemuda jujur yang
berjiwa besar, justru akulah yang telah berusaha dengan
segala cara untuk mengusik serta mengganggunya."
Pek siang malu sekali setelah mendengar perkataan
ini, sesudah termangu sesaat ia berkata:
"Tapi... tapi rasanya putriku bukan manusia semacam
itu?" "Aku telah mengaku sendiri secara terus terang, masa
ayah tak percaya dengan kata-kataku?" Pek si-hiang
tertawa. "Bila aku harus percaya, lantas apa yang mesti
kulakukan?" "Ayah mesti memberi hajaran yang setimpal kepada
putrimu." "Bagaimana kalau kelewat berat?"
"Ayah, kau menggembel apa di balik bahumu?"
"Pedang mestika"
"Kalau begitu bunuhlah dia dengan pedangmu,
daripada anakmu harus tersiksa terus sepanjang masa
oleh gerogotan penyakit-nya."
Mendadak si pedang racun Pek siang mendongakkan
kepalanya dan tertawa keras, kemudian serunya:
"Nak, tahukah kau apa julukan bagi ayah dalam dunia
persilatan?" "Tentu saja tahu."
3026 "Lantas apa sebutan orang persilatan untukku?"
"Si Pedang Racun"
"Nah itulah dia, nak jadi kau anggap aku tak tega
turun tangan membunuhmu?"
"Yaa, betul" sahut Pek si-hiang sambil tertawa, "Kalau
ayah tega membunuh anak sendiri, kau baru pantas
dijuluki si pedang racun."
Dengan suatu gerakan cepat Pek siang meloloskan
pedangnya, lalu ujarnya dingin: "Anggap saja aku tak
pernah mendidik dan memeliharamu sejak kecil."
Dengan rasa cemas bercampur panik siok-bwee dan
Hiang-kiok buru-buru-jatuhkan diri berlutut dan
memohon berulang kali: "Loya, ampunilah jiwa nona...
ampunilah jiwa nona"
"Tutup mulut" hardik Pek siang keras, "Di sini tak ada
urusan yang berhubungan dengan kalian berdua, jangan
banyak bicara" Kedua orang dayang itu benar-benar tak berani bicara
lagi, dengan kepala tertunduk mereka menangis
sesenggukan. Selama ini Phang Thian-hua hanya membungkam diri
saja, setelah melihat kejadian tersebut segera pikirnya:
"Orang persilatan berkata bahwa pedang racun Pek
siang berhati keji dan tak punya perasaan, kelihatannya
berita itu betul juga. seganas-ganasnya harimau tak akan
menyantap anak sendiri, tapi orang ini tega membunuh
putri sendiri, nampaknya aku tak boleh berpangku
tangan belaka." 3027 Dalam pada itu Pek si- hiang kembali sudah berkata:
"Ayah, silakan turun tangan segera, aku rela mati di
ujung pedang ayah sendiri ketimbang sepanjang masa
aku harus tersiksa oleh derita penyakit ini."
"Baik" bentak Pek siang dengan wajah membesi,
"Setelah membunuhmu, akan kubunuh juga Lim Han-kim
agar tubuh kalian bisa dikubur bersama dalam satu
liang." selesai bicara, pedangnya segera diayun ke bawah
untuk membabat tubuh Pek si-hiang.
"Ampuni jiwanya saudara Pek." bentakan nyaring
bergema disusul berkelebatnya sebuah tongkat untuk
membendung babatan tersebut.
Ketika mengetahui si penghadang adalah Phang
Thian-hua, dengan penuh amarah Pek siang berteriak:
"Phang Thian-hua, kenapa kau menghalangi aku?"
"Sudah setua ini aku hidup di dunia, belum pernah
kudengar ada ayah ingin membunuh anak sendiri,"
"Lalu apa urusannya dengan kau?"
"Aku tahu, nona Pek adalah anakmu yang tidak
seharusnya kucampuri urusannya, tapi situasi saat ini
berbeda sekali, sehingga aku tak bisa berpangku tangan
belaka." "Situasi yang berbeda?"
"Yaa, situasi yang berbeda sekali, sebab nona Pek
sudah bukan milik saudara Pek seorang,"
"Tapi dla kan putriku, aku berhak mengurusi dirinya..."
3028 "Betul, aku tahu dia putrimu, tapi semua harapan
umat persilatan di dunia saat ini telah tertumpu pada
dirinya, sebab hanya dia seorang yang dapat selamatkan
semua rekan persilatan dari ancaman bahaya kematian.
sedang aku telah mendapat perintah dari Bengcu untuk
melindungi keselamatan jiwanya, jadi aku tak bisa
membiarkan Anda membunuhnya."
"Kalau aku bersikeras hendak membunuh-nya?" teriak
Pek siang penuh amarah. "Terpaksa aku pun akan melindungi keselamatan
jiwanya dengan sepenuh tenaga."
Tanpa banyak bicara sipedang racun Pek siang
menarik senjatanya lalu dibabarkan langsung ke
pinggang Phang Thian-hua.
Buru-buru jago tua itu memutar toyanya untuk
membendung datangnya ancaman.
Pek siang memutar kembali pedangnya, dengan gerak
jurus yang aneh tapi cepat dalam waktu singkat ia sudah
lepaskan delapan buah serangan berantai
Begitu hebat dan cepatnya ancaman tersebut, mau tak
mau Phang Thian-hua harus mundur dua langkah dari
posisi semula, dengan perasaan kaget pikirnya: "Tak
nyana jurus serangan yang dimiliki orang ini begitu keji
dan menakutkan..." Buru-buru ia lepaskan tiga buah
serangan balik untuk mendesak mundur lawannya,
BAB 42 Jari Lembut Penangkal Pedang Racun
3029 Dalam waktu singkat suatu pertempuran yang dahsyat
berlangsung di tempat itu, hawa pedang yang berlapislapis
menyelimuti setiap sudut ruangan sementara
bayangan toya menari di antara lapisan tersebut.
Siok-bwee dan Hiang-kiok buru-buru membopong Pek
si-hiang bersembunyi di sudut ruangan, sebaliknya Gadis
naga berbaju hitam hanya mengawasi jalannya
pertarungan itu dengan wajah tertegun, ia tak tahu apa
yang mesti diperbuat. Pada mulanya jurus serangan yang digunakan Pek
siang meski ganas dan menakutkan, namun jurus
tersebut bukan jurus serangan yang mematikan, tapi
selewatnya berapa gebrakan, gerak serangannya makin
ganas dan mematikan, bahkan semua ancaman tersebut
tertuju ke titik-titik kematian di tubuh Phang Thian-hua.
Sesungguhnya bagi Phang Thian-hua pribadi sama
sekali tak ada niat untuk bertarung melawan Pek siang,
dia cuma bermaksud menghalanginya membunuh Pek sihiang,
tapi setelah berhadapan dengan serangan maut
Pek siang yang mengancam keselamatan jiwanya, mau
tak mau dia harus melancarkan serangan balik dengan
sepenuh tenaga. Di dalam ruangan yang sempit dan kecil, Pek siang
meraih posisi yang lebih menguntungkan, dengan
pedangnya yang ringan ia dapat bergerak lincah dan
cekatan dalam ruang sempit itu, berbeda sekali dengan
Phang Thian-hua, senjata toyanya panjang lagi berat,
dalam ruang sempit pun kurang leluasa untuk
dikembangkan akibatnya ia sangat dirugikan dalam posisi
tersebut. 3030 Dalam pada itu serangan yang dilancarkan Pek siang
makin lama makin bertambah ganas dan mematikan,
lambat laun Phang Thian-hua mulai keteter dan tak
sanggup mempertahankan diri.
Gadis naga berbaju hitam cukup mengenal watak
suaminya, ia sadar hawa napsu membunuh telah
menyelimuti perasaannya, jikalau Phang Thian-hua
sampai terbunuh dalam peristiwa tersebut, dapat
dipastikan urusan akan berkembang semakin runyam.
Maka secara diam-diam ia loloskan pedangnya dan siap
untuk melerai pertarungan ini.
"Berhenti" Mendadak terdengar suara bentakan
nyaring bergema memecahkan keheningan.
Begitu mendengar hardikan tersebut, buru-buru Phang
Thian-hua menarik kembali senjatanya sambil melompat
mundur Berbeda dengan Pek siang, ia begitu bernapsu
melancarkan serangan mematikan hingga tak sempat lagi
baginya untuk mengendalikan diri, "sreeet" pedangnya
langsung menusuk ke bahu kiri Phang Thian-hua.
Di antara kilatan cahaya tajam, darah segar segera
bercucuran membasahi lantai.
Terlihat bayangan manusia berkelebat lewat, segulung
desingan angin tajam langsung menggembur
pergelangan tangan kanan Pek siang.
Menyadari datangnya ancaman tersebut, Pek siang
berusaha menghindarkan diri tapi sayang terlambat
sudah, pergelangan tangannya terasa kaku, tahu-tahu
pedangnya sudah terlepas dari genggaman.
3031 Cepat-cepat dia menoleh, tampak nyonya Li dengan
wajah sebeku salju telah berdiri kaku di muka pintu.
"Nyonya Li?" bisik Pek siang dengan wajah membesi,
pelan-pelan dia pungut pedangnya dari lantai.
"Yaa betul" jawab nyonya Li hambar
Pek siang merasa lengan kanannya masih kaku dan
kesemutan, maka dia pungut pedangnya dengan tangan
kiri, setelah itu ia baru berkata dengan suara dingin:
"Sentilan jari tangan nyonya Li sungguh hebat, hanya
dalam satu sentilan saja dapat merontokkan pedangku,
kau memang luar biasa."
Pelan-pelan nyonya Li melangkah masuk ke dalam
ruangan, katanya: "Bila Anda berkelahi dalam perkampungan keluarga
Hong-san, sama artinya kau tidak pandang sebelah mata
terhadap kami." Pedang racun Pek siang mendengus
dingin: "Hmmm, sudah lama kudengar nama besar
perkampungan keluarga Hong-san, beruntung sekali
bagiku bila nyonya bersedia memberi petunjuk beberapa
gebrakan kepadaku." Nyonya Li kelihatan agak tercengang, tapi hanya
sebentar kemudian sudah pulih kembali seperti sedia
kala, tanyanya pelan: "Kau ingin bertarung melawanku?"
"Yaa, aku ingin menjajal kehebatan nyonya."
"Untuk sementara ini lengan kananmu belum bisa
digunakan untuk menggenggam pedang tiga hari
kemudian kondisimu baru akan sembuh seperti sedia
3032 kala, bagaimana kalau kita tunda sampai tiga hari
kemudian?" "Tidak usah, dengan menggunakan tangan kiri pun
sama saja." "Aku termasuk sahabat karib putri Anda, tidak pantas
bila kita berdua berkelahi," kata nyonya Li dengan kening
berkerut "ltu masalah putriku sendiri, apa sangkut pautnya
dengan aku?" "Oooh, jadi kau memaksa aku untuk bertarung?"
"Betul." "Kalau begitu lebih baik kalian berdua suami istri turun
tangan bersama," ucap Nyonya Li setelah memandang
Gadis naga berbaju hitam sekejap.
"Tidak usah, urusan ini adalah masalah aku Pek Siang
pribadi, tak ada sangkut pautnya dengan istriku."
"Sesungguhnya sudah banyak tahun aku tak pernah
bertarung melawan orang lain, baik ilmu pedang maupun
tangan kosong, tapi kau memaksaku terus menerus,
tampaknya apa boleh buat lagi, baiklah, kamu berdua
boleh turun tangan berbareng, mungkin dengan
kekuatan kalian berdua masih bisa menerima berapa
jurus seranganku. jika kau turun tangan seorang diri, aku
kuatir tak sampai sepuluh gebrakan pun kau sudah
keok." "Bila aku sampai mati di tangan nyonya, anggap saja
hal ini karena kebodohanku sendiri yang tak rajin melatih
diri, aku tak bakal menyalahkan siapa pun."
3033 Tidak banyak membuang waktu lagi ia getarkan
pedangnya dan langsung menusuk ulu hati nyonya Li.
Dengan wajah serius Nyonya Li tetap berdiri tegak di
posisi semula, dia menunggu sampai pedang tersebut
Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
hampir mengenai badannya sebelum tubuhnya miring ke
samping kiri dan meloloskan diri dari ancaman tersebut
secara cekatan- Gagal dengan serangan pertama Pek Siang tidak
segera menarik kembali senjatanya, tiba-tiba ia
mengubah posisinya, dari tusukan kini ia lepaskan
sebuah babatan miring. Serangan ini sangat kejam dan jahat, pabila nyonya Li
tak sanggup menghindarkan diri, niscaya ia akan terluka
parah oleh serangan tersebut
Dalam pada itu Phang Thian-hua telah berusaha
membubuhi obat pada luka luarnya, ia jadi amat gusar
setelah menyaksikan serangan Pek siang yang begitu
kejam, pikirnya: "Orang ini memang kelewat keterlaluan, kalau tidak
diberi pelajaran, ia tentu semakin sombong..."
Sementara dia masih berpikir, nyonya Li sudah
menyentilkan jari tangannya ke depan.
Jurus serangan ini kendatipun dilancarkan belakangan
ternyata sasarannya tercapai lebih duluan, secara tepat
sekali sentilan jari tangan Nyonya Li itu membentur di
atas gedang lawan. Bagaikan terhajar suatu tenaga getaran yang maha
dahsyat, tahu-tahu senjata Pek siang itu bergetar dan
menggeliat ke arah lain. 3034 Tampaknya senjata itu seakan-akan hendak terlepas
dari genggamannya, namun Pek siang menggenggamnya
dengan sepenuh tenaga dan mempertahankannya matimatian.
Nyonya Li tertawa hambar, sekali lagi ia sentilkan
jari tangannya ke depan. Segulung desingan angin tajam menyambar lewat dan
tepat menghajar pergelangan tangan kiri Pek siang.
Kali ini Pek siang merasa pergelangan tangannya
menjadi kaku, seluruh kekuatan tubuhnya hilang tak
berbekas, pedangnya tak sanggup digenggam lagi dan
tak ampun segera terlepas dan jatuh ke tanah.
Dengan wajah sedingin salju nyonya Li memandang
Pek siang sekejap. lalu tanyanya: "sudah mengaku
kalah?" Kini pedang racun Pek siang sudah sadar bahwa ilmu
silatnya masih ketinggalan jauh bila dibandingkan
kepandaian lawan, di samping itu rasa kaku dan
kesemutan yang melanda sepasang pergelangan
tangannya belum hilang sama sekali, ini menyebabkan ia
tak mampu menggunakan pedang lagi untuk sesaat,
kendatipun rasa tak puas masih melanda perasaan
hatinya, namun mau tak mau dia harus mengakui juga
kekalahannya. setelah melirik Gadis naga berbaju hitam
sekejap. tegurnya dingin.
"Kau lebih butuh anakmu atau suamimu?"
Gadis naga berbaju hitam tertegun sesaat, lalu
katanya: 3035 "Masa kau tak mengingat sedikitpun hubungan darah
antara diri kalian dan meninggalkannya dengan begitu
saja?" Pek siang semakin sewot, tukasnya:
"Kalau anak lebih kau pentingkan, jangan harapkan
suamimu lagi." selesai berkata dia putar badan dan
beranjak pergi meninggalkan tempat itu
Pelan-pelan nyonya Li melangkah masuk ke dalam
ruangan, sambil tertawa hambar katanya kepada Gadis
naga berbaju hitam: "Sepantasnya kau susul suamimu
itu" "Aaaai, yang satu anak yang lain suami, susah bagiku
untuk mengambil keputusan"
"Biarkan saja dia pergi" sela Pek si-hiang tiba-tiba,
"lbu tetap tinggal di sini saja menemani aku."
"Betul tabiat ayahmu kasar, berangasan dan gampang
naik darah, padahal perhatian serta rasa sayangnya
kepadamu sangat mendalam, demi kau, selama tahuntahun
terakhir ini dia telah menjelajahi seluruh jagad
untuk mencari tabib kenamaan dan obat mestika bagimu,
coba kau lihat, gara-gara menguatirkan keselamatanmu
rambutnya sudah mulai beruban"
"Tapi ananda pun demi kebaikan ayah," ucap Pek sihiang
sedih, "Yaa, aku cukup memahami rasa baktimu terhadap
orang tua." "Watak ayah berangasan dan kasar, hanya salah
bicara saja sudah cabut pedang membunuh orang,
3036 padahal berapa hari lagi semua jago dari kolong langit
akan berkumpul di sini, kalau berbicara dari watak ayah,
tak bisa dipungkiri banyak perselisihan akan terjadi garagara
ulahnya, terhadap diriku boleh saja dia mencaci
maki semaunya, tapi apakah orang lain mau bersikap
ramah kepadanya" Coba bayangkan, bukankah sampai
waktunya justru dialah yang banyak membuat garagara?"
Gadis naga berbaju hitam menghela napas sedih:
"Aaaai... bagaimana lagi, memang begitulah watak
ayahmu, tapi selama belasan tahun aku berkumpul
dengannya, aku tak begitu merasakan bagian mana dari
ayahmu yang kurang berkenan di hati."
Tiba-tiba nyonya Li menyela:
"Kalau bukan memandang pada wajah putrimu,
jangan harap Pek siang dapat tinggalkan tempat ini
dalam keadaan selamat."
Gadis naga berbaju hitam tidak memberi komentar,
dengan mata kepala sendiri ia sudah melihat kehebatan
ilmu silat Nyonya Li, ia mengerti ilmu silat Pek siang
masih bukan apa-apanya perempuan ini, seandainya
nyonya Li bermaksud mencabut nyawanya pun, hal
tersebut bukan suatu pekerjaan yang kelewat susah.
Pek si-hiang segera meronta bangun dan menyembah
kepada nyonya Li sambil katanya: "Biarlah boanpwee
mewakili ayah untuk mohon maaf kepadamu nyonya Li."
Dengan lembut nyonya Li membangunkan Pek si-hiang,
ucapnya: "Dalam dunia persilatan saat ini hanya kau seorang
yang bisa cocok denganku, mulai detik ini kita adalah
3037 sahabat karib, jadi kau tak perlu bersungkan-sungkan
lagi." "Terima kasih banyak atas perhatian nyonya,"
"Beristirahatlah di sini dengan tenang, tengah malam
nanti akan kuutus orang untuk menjemputmu menuju
gedung Tay-sang-kek."
"Nyonya begitu sayang kepadaku, Pek si-hiang tak
tahu bagaimana harus membalasnya kemudian hari."
"Kau sudah kelewat banyak membalas budi itu, jadi
tak usah sungkan-sungkan lagi." Bicara sampai di sini,
dia pun putar badan dan beranjak pergi.
Sepeninggal nyonya Li, Pek si-hiang baru berpaling ke
arah Phang Thian-hua sambil bertanya:
"Parah tidak luka yang diderita locian-pwee?"
Phang Thian-hua tertawa terbahak-bahak:
"Hahahaha... lukaku tak terhitung seberapa, aku Phang
tua masih mampu menahannya."
"Aku mengerti, demi aku maka kau sengaja mengalah
kepada ayahku, budi kebaikan ini pasti akan kubayar di
kemudian hari." "Nona Pek kelewat serius, semua umat persilatan di
dunia saat ini merasa berhutang budi kepada nona Pek.
jadi urusan sekecil itu tak perlu kau pikirkan.." sesudah
melirik Gadis naga berbaju hitam sekejap. lanjutnya:
"Tentu kalian ibu dan anak sudah lama tak bertemu
dan ingin bicara sepuasnya, aku tak akan mengganggu
lagi." 3038 Seraya berkata ia beranjak pergi. Memandang hingga
bayangan tubuh phang Thian-hua lenyap dari
pandangan, gadis naga berbaju hitam baru menghela
napas panjang: "Aaaai... kalian anak dan ayah sungguh berbeda,
ayahmu berwatak aneh dan susah bergaul dengan siapa
pun, sebaliknya kau justru dihormati setiap orang."
"Aaaah, siapa bilang, justru mereka enggan mengusik
diriku karena aku tak lebih hanya seorang gadis lemah."
"Nak, kau selalu pintar. tahukah kau kenapa ibu tidak
pergi menyusul ayahmu?"
"Ada sesuatu yang ingin ibu sampaikan kepadaku?"
"Yaa benar, kau memang sangat pintar . . ." Gadis
naga berbaju hitam manggut-manggut, kepada siokbwee
dan Hiang-kiok dia memberi tanda sambil terusnya:
"Berjaga-jagalah kamu berdua di muka pintu, siapa
saja yang mendekat segera lapor kedalam."
Siok-bwee serta Hiang-kiok menyahut dan bersamasama
keluar dari ruangan. "lbu" Pek si-hiang menghela napas, "Ada suatu urusan
penting yang ingin kausampikan kepadaku?"
Gadis naga berbaju hitam mengangguk.
"Yaa, sudah lama kejadian ini mengganjal dalam
hatiku, rasanya kurang leluasa bila tak kuutarakan
keluar." "Katakan saja ibu, akan kudengarkan dengan
seksama." 3039 Gadis naga berbaju hitam termenung sejenak
kemudian katanya: "Tahukah kau nak bahwa ibumu sekarang bukan ibu
kandungmu?" Mula-mula Pek Si-hiang agak tertegun, menyusul
kemudian sahutnya sambil tertawa hambar:
"Soal ini ananda tidak tahu, ibu selama ini sangat baik
kepadaku, aku pun selamanya menganggap ibu sebagai
ibu kandungku sendiri"
"Aku mengerti, tapi tahukah kau kenapa secara tibatiba
ibu menceritakan rahasia ini kepadamu?"
"Aku tak tahu, mohon ibu memberi petunjuk."
"Aaaai... sebetulnya ayahmu telah berpesan,
bagaimana pun kejadiannya rahasia ini tak boleh
kusampaikan kepadamu."
"Kelewat banyak masalah yang dikuatirkan ayah, aku
bisa memaklumi pabila ayah bersikap demikian.."
Ditatapnya gadis naga berbaju hitam sekejap. lalu
membungkam dan tak bicara lagi.
Mereka berdua saling berpandangan sampai lama
sekali tanpa berkata-kata, akhirnya Gadis naga berbaju
hitam yang bicara lebih dulu: "Nak, kenapa kau tak
bertanya kepadaku?" "Bertanya apa?"
"Berita tentang ibu kandungmu?"
"lbu begitu sayang dan perhatikan diriku, aku merasa
terharu dan berterima kasih sekali."
3040 "Hari ini aku putuskan untuk membuka rahasia ini tak
lain karena aku ingin menyampaikan berita tentang jejak
ibu kandungmu itu." Seteguh apa pun hati Pek Si-hiang, tergetar juga
hatinya sekarang, ia tertegun sesaat sambil bergumam:
"Maksud ibu . . , ibu kandungku masih hidup?"
"Betul, ia masih hidup segar bugar." setelah angkat
wajahnya sambil menarik napas panjang, Gadis naga
berbaju hitam kembali melanjutkan.
"Bila ayahmu tahu kalau aku sudah bocorkan rahasia
ini kepadamu, mungkin dia segera akan menghabisi
nyawaku" Pek si-hiang menghela napas sedih, selanya:
"Ibu, kau tahu ibu kandungku berada dimana sekarang?"
"Nak. kau harus menyanggupi sebuah permintaanku
lebih dulu sebelum ibu membuka rahasia besar ini."
"Jangankan seribu, sejuta pun pasti kusanggupi, cepat
katakan ibu" "Sanggupi dulu permintaanku, jangan kelewat emosi,
jangan mendendam lagi dengan ayahmu."
"Baik, aku kabulkan semua permintaan itu, sekarang
katakanlah ibu" "lbu kandungmu ada di perkampungan bukit Hongsan"
Bagaikan tersengat listrik bertegangan tinggi, Pek sihiang
tersentak sampai berdiri dari pembaringan,
serunya tertahan: "Apa" ibu kandungku berada di perkampungan
keluarga Hong-san?" 3041 "Cukup, hanya sebatas ini yang bisa kujelaskan pada
mu sekarang, terserah ibu kandungmu mau mengenali
dirimu atau tidak. bila dia bersedia mengakui pasti semua
kejadian masa lampau akan dia beberkan kepadamu,
sebaliknya bila dia enggan mengenali dirimu lagi, biar
kau berlutut sampai matipun juga tak ada gunanya. Nah
kau harus baik-baik menjaga diri nak. aku harus pergi
sekarang." "lbu, tunggu sebentar..." teriak Pek si-hiang gelisah.
Sambil berteriak ia melompat bangun dan berusaha
menubruk ke arah ibunya. Sebagaimana diketahui, kondisi tubuhnya saat ini
sangat lemah, tak lama ia melompat bangun, tubuhnya
segera roboh terkulai kembali dengan lemas. Tergopohgopoh
Gadis naga berbaju hitam menyambar tubuhnya
sambil menggerutu. "Nak. kenapa kondisi tubuhmu
makin lama makin bertambah buruk?"
"lbu, kabulkan sebuah permintaanku..." bisik Pek sihiang
dengan napas tersengal-sengal.
"Maaf nak, aku tak dapat menyebut nama secara
terang-terangan, sebab hal ini menyangkut nama baik
serta reputasi seseorang, bila ibu berterus terang, bukan
cuma terhadap kau dan aku. terhadap orang lain pun tak
baik, jadi kau pasti dapat memaklumi kesulitan ibumu
sekarang, sebagai gadis yang cerdik kau tentu paham
Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
bukan dengan maksudku?"
Air mata pelan-pelan jatuh bercucuran membasahi
wajah Pek si-hiang, agak sesenggukan bisiknya lirih:
"Nyonya Li kah ibu kandungku itu?"
3042 "Sudah kuduga, kau tentu bertanya begini padaku,
tapi sekali lagi minta maaf, ibu tak dapat
mengatakannya." Pelan-pelan Pek si-hiang merebahkan diri, kembali
ujarnya sambil menghela napas:
"Aku mengerti, ibu punya kesulitan yang tak bisa
diutarakan, tak baik aku mendesaknya lagi, tapi
kumohon ibu bersedia mengabulkan satu permintaanku."
"Katakan" "Tinggallah di sini dan temani aku berapa hari."
Setelah termenung sejenak Gadis naga berbaju hitam
menggeleng: "Seharusnya aku tinggal di sini selama berapa hari
untuk menemanimu, tapi bila teringat ayahmu... aaaai,
aku takut bila tak didampingi ibu..."
"Yaa, betul juga perkataan ibu." Pek si-hiang menyela,
"Kau memang lebih pantas mendampingi ayah, dengan
watak ayah yang aneh dan berangasan, beliau memang
jarang teman, tanpa ibu dia pasti kesepian."
"Ehmmm, ayahmu memang tak punya teman"
"Masih ada satu hal lagi ingin kutanyakan pada ibu..."
"Katakan" "Demi sakitku, ayah telah jelajahi seluruh pelosok
dunia untuk mencari tabib kenamaan dan obat mestika,
andai ibu bersedia melahirkan berapa orang adik lagi
niscaya ayah tak perlu terlalu menguatirkan diriku
seorang." 3043 "Setiap orang menuduh ayahmu sebagai seorang
manusia kejam yang tak berperikemanusiaan, buas dan
jahat, padahal siapa sih di antara mereka yang tahu
bahwa hatinya sesungguhnya telah dipenuhi luka
tusukan yang mengerikan, penderitaan yang pernah
dialaminya mungkin tak bisa ditahan oleh siapa pun."
"Aku tahu." Pek Si-hiang mengangguk. "lbu maupun
ayah memang manusia luar biasa, perasaan tersiksa,
tertekan yang kalian alami tak akan diluapkan ke luar,
tak siapa pun yang bakal mengerti keadaan kalian
berdua." Gadis naga berbaju hitam tersenyum.
"Kepedihan yang ibu tanggung selama ini sedikit pun
tidak berada di bawah penderitaan ayahmu..."
"Aku mengerti." Pek si-hiang pelan-pelan pejamkan
matanya, "lbu boleh pergi sekarang, maaf aku tak bisa
menghantar" Gadis naga berbaju hitam menghela napas: "Baikbaiklah
jaga dirimu nak, bila aku berhasil membujuk
ayahmu agar berputar haluan, mungkin kami akan
berkunjung lagi ke perkampungan keluarga Hong-san
untuk menengok dirimu."
"Moga-moga ibu berhasil membujuk ayah "
Gadis naga berbaju hitam menghela napas panjang, ia
seperti ingin mengatakan sesuatu lagi namun akhirnya
diurungkan, tanpa berbicara lagi ia beranjak pergi
meninggalkan tempat itu. Memandang hingga bayangan tubuh ibunya lenyap
dari pandangan, Pek si-hiang baru pejamkan matanya
beristirahat. 3044 Dalam pada itu Lim Han-kim yang dihina habishabisan
oleh Pek siang segera balik ke kamar tidurnya,
setelah menutup pintu kamar ia pun berbaring sambil
melamun. "Orang bilang keluarga perkampungan bukit Hong-san
amat termashur sepanjang ratusan tahun lamanya, aku
lihat di balik kesemuanya ini seperti menyembunyikan
suatu rahasia besar... rasanya aku perlu bergaul lebih
erat dengan anggota perkampungan ini, siapa tahu dari
mereka aku bisa mengetahui lebih banyak rahasia lagi."
Ia tak berhasil menemukan sumber dari segala
permasalahan ini, tapi secara lamat-lamat ia bisa
merasakan bahwa semua pertikaian yang sedang
berlangsung dalam dunia persilatan saat ini, agaknya tak
terlepas karenanya dengan keluarga persilatan ini...
Entah berapa waktu lewat sudah... mendadak ketukan
pintu memecahkan keheningan.
Buru-buru Lim Han-kim melompat bangun sambil
membuka pintu, tampak Li Tiong-hui melangkah masuk
dengan wajah amat.serius.
Ia angkat sedikit wajahnya menengok sekejap seluruh
ruangan, lalu katanya sambil tertawa paksa:
"Rupanya aku mengganggu ketenangan saudara Lim?"
"Aaah, tak apa-apa. urusan apa yang membuat nona
tegang." Pelan-pelan Li Tiong-hui ambil tempat duduk. setelah
itu baru tanyanya: "Erat tidak hubunganmu dengan Thian-hok sangjin?"
3045 "Kami hanya sempat bertemu berapa kali jadi tak bisa
dibilang erat hubungannya, tapi selama ini aku menaruh
hormat dan kagum terhadap sikap maupun ilmu
silatnya." "Kau pernah bersua dengannya?"
Dari nada pembicaraan tersebut Lim Han-kim segera
menilai ada yang tak beres, tak tahan tanyanya:
"Ada apa" Apakah Thian-hok Sangjin telah menemui
ancaman bahaya?" Li Tiong-hui manggut-manggut.
"Lukanya cukup parah..."
"Berada dimana dia sekarang?"
"Di luar gedung Tay-sang-kek."
"Terluka di tangan ibumu?"
"Benar, dia menerjang masuk ke gedung Tay sang-kek
secara paksa, bahkan sempat melukai dua orang dayang
yang bertugas di situ, itulah sebabnya terpaksa ibu
melukainya." Lim Han-kim termenung sesaat sambil
berpikir setelah itu baru katanya:
"Rasanya dalam kolong langot dewasa ini, kecuali
ibumu sudah takada orang kedua yang mampu
melukainya." setelah berhenti sejenak kembali terusnya:
"Apakah Thian-hok sangjin yang ingin bertemu
denganku" Atau hal ini atas prakarsa nona sendiri?"
"Tentu saja atas kemauan Thian-hok sangjin, Lukanya
cukup parah, dengan andalkan sisa kekuatannya ia
mempertahankan diri, aku rasa tentu ada masalah amat
penting yang hendak disampaikan kepadamu."
3046 "Kalau begitu tolong nona hantar aku ke sana,"
"Rasanya waktu sudah tak banyak lagi, cepat ikuti
diriku." Sambil berkata ia beranjak meninggalkan
ruangan. Dengan ketat Lim Han-kim mengikuti di belakang Li
Tiong-hui langsung menuju ke gedung Tay-sang kek.
Tiba di depan gedung Tay-sang-kek, mendadak Li
Tiong-hui menghentikan langkahnya sambil menuniuk ke
satu arah: "Itu dia, ia berada di sana"
Ketika Lim Han-kim angkat kepala, betul juga, di
bawah gerombolan pepohonan yang rindang duduklah
Thian- hok sangjin. Buru-buru Lim Han-kim memburu ke hadapannya,
tampak Thian- hok sangjin duduk bersandar pada batang
pohon dengan mata terpejam rapat, jubahnya dipenuhi
dengan noda darah yang mulai mengering.
Dengan perasaan iba pemuda itu berbisik:
"Locianpwee" Thian-hok sangjin membuka matanya pelan-pelan,
setelah memandang Lim Han-kim sekejap bisiknya: "Kau
telah datang..." "Yaa, begitu tahu locianpwee terluka parah, aku
segera menyusul kemari."
"Duduklah dulu aku hendak menyampaikan sesuatu
kepadamu..." Semburan darah segar yang meluncur ke luar dari
mulutnya memotong perkataannya yang belum selesai.
3047 "Luka dalam yang locianpwee derita sangat parah, tak
baik berbicara pada keadaan begini, rawatlah dulu
lukamu itu," "Luka yang kuderita sangat parah, sekalipun bisa lolos
dari kematian namun ilmu silatku bakal punah sama
sekali, mulai hari ini keadaanku ibaratnya seorang
manusia cacad." "Tenaga dalam yang locianpwee miliki amat
sempurna, asal mau merawat luka itu dengan baik.
niscaya kekuatan saktimu bakal pulih kembali." Thianhok
sangjin tertawa getir. "Aku bukan merasa sayang dengan ilmu silatku, justru
bila aku tak mengerti ilmu silat, tak nanti nasibku akan
berakhir setragis ini." setelah tarik napas panjang,
kembail lanjutnya: "Aku tak menyesal seandainya harus mati di sini,
namun ada dua keinginanku yang belum sempat
terkabul, aku harus menitipkan kedua keinginanku ini
kepada seseorang, setelah kupikirkan berulang kali,
rasanya di dalam perkampungan keluarga Hong-san ini
hanya kau seorang yang bisa kutitipi pesan tersebut,
itulah sebabnya aku harus mengganggu dirimu."
"Bila totiang ingin menyampaikan sesuatu, katakan
saja segera, asal dapat kulakukan, pasti akan
kuselesaikan hingga tuntas."
"Aku tahu, titipanku ini tak akan kuserahkan
kepadamu tanpa imbalan... aku tak akan melupakan
budimu iiu." 3048 "Aku hanya berniat membantu. tidak membayangkan
peroleh imbalan apapun dari totiang."
Dari dalam sakunya Thian-hok sangjin mengeluarkan
sebuah bungkusan kantung yang terbuat dari sutra,
katanya sambil menyodorkan benda tersebut ke tangan
Lim Han-kim: "Di dalam kantung sutra ini tersimpan semua catatan
rahasiaku selama puluhan tahun mengarungi lautan
dunia persilatan, kau harus menyimpannya baik-baik."
Setelah menyimpan kantung itu ke dalam saku,
pemuda kita baru bertanya: "Harus kuserahkan kepada
siapa kantung sutra ini?"
"Kantung itu sudah menjadi barang milikmu, di
dalamnya tercatat semua kejadian penting yang
kebanyakan kusaksikan dengan mata kepala sendiri,
meskipun ada di antaranya tidak kusaksikan sendiri,
namun sudah melalui pembuktian yang seratus persen
bisa dipercayai" Setelah mengatur napasnya yang tersengal, bisiknya
lirih: "Meskipun benda itu bukan benda mestika macam
buku ilmu silat, namun sifatnya jauh lebih berharga dari
benda apa pun, kau tak boleh membocorkannya ke luar,
sebab kalau tidak, bisa mengundang dagangnya bencana
kematian." "Akan kuingat selalu di dalam hati."
"Demi membalaskan dendam bagi kematian ayahnya,
seebun Giok-hiong tak segan-segan melakukan
pembantaian secara besar-besaran, namun..."
3049 Tiba-tiba ia menghentikan pembicaraan-nya.
Setelah mengalami berbagai kejadian belakangan ini,
pengalaman Lim Han-kim sudah banyak mengalami
kemajuan, ia segera sadar akan sesuatu dan cepat-cepat
berpaling. Betul juga, tampak nyonya Li dengan mengenakan
pakaian serba biru sedang menghampiri mereka dengan
langkah pelan. La berjalan amat santai, seolah-olah sedang
menikmati keindahan alam dan aneka bunga, namun
ketika sudah berada dua-tiga depa di hadapan kedua
orang itu ia baru menghentikan langkahnya, dengan
sorot mata yang lebih tajam dari sembilu ditatapnya
wajah Lim Han-kim sekejap. kemudian menegur: "Mau
apa kau datang kemari?"
Ketika dilihatnya Thian-hok sangjin bersandar pada
batang pohon dengan mata terpejam rapat, seolah-olah
sudah tertidur nyenyak. terpaksa sahutnya: "Aku adalah
sobat karib Thian-hok totiang..."
"Dia mengirim orang untuk mengundangmu kemari?"
"Betul" "Siapa yang dikirim...?" Lim Han-kim berpikir:
"Bagaimana pun Li Tiong-hui toh anaknya, masa dia
akan berbuat sesuatu terhadapnya?" Berpikir begitu,
jawabnya: "Nona Li..."
"Kurang ajar, besar benar nyali anak Hui sekarang..."
umpat nyonya Li. setelah berhenti sejenak, kembali
ujarnya: 3050 "Dia sengaja mengundangmu kemari tentu disebabkan
Suatu urusan yang amat penting, apa yang hendak ia
rundingkan denganmu?" kembali Lim Han-kim berpikir.
"Nyonya Li amat cerdik, rasanya sulit untuk
membohonginya, dan lagi membohongi dia sama artinya
mencari kesulitan bagi diri sendiri, lebih baik aku berterus
terang saja..." Karena itu sahutnya: "Rasanya memang
ada sesuatu yang penting..." Nyonya Li tertawa dingin,
tukasnya: "Kelihatannya kau polos dan jujur, ternyata hatimu
licik busuk dan tak bisa dipercaya, kalau pingin main gila
di hadapanku sama artinya dengan mencari penyakit
buat dirimu sendiri"
"Tapi aku telah menjawab dengan sejujurnya."
Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Kalau begitu bawa kemari" perintah nyonya Li sambil
ulurkan tangannya ke depan. Dalam hati kecilnya Lim
Han-kim merasa terkejut, tapi ia pura-pura berteriak:
"Apanya yang bawa kemari?"
"Barang yang diserahkan Thian-hok sangjin
kepadamu, semua perbuatanmu sudah kulihat dengan
jelas, buat apa kau berbohong?" Kembali Lim Han-kim
berpikir. "Tampaknya isi kantung sutra yang dititipkan Thianhok
sangjin kepadaku amat penting artinya, aku tak
boleh menyia-nyiakan harapannya."
Berpikir sampai di sini, dia pun buang jauh-jauh rasa
takutnya terhadap kematian, sambil tertawa hambar ia
balik bertanya: 3051 "Apa yang telah locianpwee ketahui?" Berubah hebat
paras muka nyonya Li. hardiknya:
"Kendatipun kau adalah sahabat putriku, jangan
dianggap aku tak berani membunuhmu bila membuat
aku marah." "Yaa, apa boleh buat meski locianpwee ingin
membunuhku, aku juga tak bisa berkata apa-apa..."
"Hmmm, maksudmu biar kubunuh dirimu juga tak
akan menemukan apa pun..?" jengek nyonya Li sambil
tertawa dingin. "Kenyataannya aku memang tidak menyimpan apaapa"
"Kalau begitu biar aku geledah..."
"Silakan nyonya, bila tak percaya, geledah saja
sakuku" Tiba-tiba nyonya Li berpekik keras: "Tui-im, Po-hong,
dimana kalian berdua?" Dari balik kerumunan bunga
segera melompat ke luar dua orang dayang berbaju hijau
yang segera berlarian mendekat Kembali nyonya Li
berkata hambar "Bila kau mengaku sekarang mungkin
masih ada harapan untuk hidup, tapijika barang bukti
tergeledah... Hmmmm Menyesal nanti tak ada
gunanya..." Pelbagai ingatan segera berkecamuk dalam pikiran Lim
Han-kim, tapi akhirnya dia mengambil keputusan,
katanya: "Yaa apa boleh buat lagi jika locianpwee bersikeras
hendak menyuruh mereka lakukan penggeledahan.."
3052 "Periksa seluruh isi sakunya" perintah nyonya Li
kemudian sambil menoleh ke arah dayangnya.
Kedua orang dayang itu menyahut, salah seorang di
antara mereka segera menotok jalan darah cian-cing-hiat
di bahu kiri anak muda tersebut.
Dengan cepat Lim Han-kim mengelak ke samping
untuk menghindar, tegurnya:
"Nyonya..." "Ada apa?" "Boleh-boleh saja bila kau ingin menggeledah isi
sakuku, masa jalan darahku harus ditotok lebih dulu?"
"Memang itulah keinginanku"
"Bagi seorang lelaki, kepala boleh dipenggal, darah
boleh mengalir tapi jangan harap boleh dihina, aku tak
bisa menerima penghinaan semacam ini."
Sementara itu Tui-im dan Po-hong sudah
menghentikan tindakannya untuk sementara dan berdiri
menanti di sisi arena. "Kenapa?" jengek Nyonya Li sambil tertawa dingin,
"Kau berniat melakukan perlawanan?"
"Lebih baik darahku berceceran membasahi lantai
daripada harus menerima penghinaan semacam ini,"
ucap Lim Han-kim sesudah menghembuskan napas
panjang. "Bagus Kau sangat pemberani, asal kau mampu
mengungguli Tui-im dan Po-hong, akan kubatalkan
niatku untuk menggeledah"
3053 "Senjata tak bermata, andai aku yang terluka masih
tak mengapa, sebaliknya bila aku yang berhasil melukai
mereka berdua, urusan kan menjadi lebih tak enak..."
"Tak usah kuatir, bila kau berhasil melukai mereka,
anggap saja kesalahan mereka sendiri mengapa tak rajin
berlatih silat, bahkan seandainya kau berhasil membunuh
mereka pun tak menjadi masalah, akan kuanggap
memang nasib mereka yang jelek."
"Baiklah, kalau nyonya tak menyalahkan diriku,
terpaksa aku akan bertindak kasar." Kembali Nyonya Li
berpaling ke arah kedua orang dayangnya seraya
berpesan: "llmu silat yang dimiliki siangkong ini sangat hebat,
mati hidup kalian tergantung kemampuan kamu sendiri,
maka kalian mesti berhati-hati."
Kedua orang dayang itu mengiakan dan serentak
mencabut ke luar senjata masing-masing. Diam-diam Lim
Han-kim menghela napas panjang, pikirnya:
"Tak nyana kehadiranku di perkampungan keluarga
Hong-san justru mendatangkan banyak keruwetan."
Sementara dia masih termenung, tiba-tiba terdengar
suara bisikan yang amat lirih bergema di sisi telinganya:
"Kau harus bertindak hati-hati sebab kedua orang
dayang ini merupakan dua orang dayang kesayangannya
yang pernah mendapat didikan langsung dari nyonya Li,
ilmu pedang yang mereka miliki luar biasa hebatnya, tadi
aku pun sempat bertarung melawan mereka..."
Lim Han-kim tahu, Thian-hok sangjin dengan menahan
rasa sakitnya telah mengirim pesanan tersebut lewat ilmu
3054 menyampaikan suara, karenanya ia bersikap lebih serius,
perasaan memandang rendah musuhnya segera
dilenyapkan. Begitu pedangJ in-sang-kiam sudah dicabut ke luar,
ujarnya kepada kedua orang dayang itu:
"Apakah nona berdua akan maju bersama-sama?"
"Lim siangkong seorang diri, kami berdua akan maju
bersama, Lim siangkong sepuluh orang pun kami tetap
akan maju berduaan."
"Bagus, silakan nona berdua mulai menyerang"
Dayang di sebelah kiri segera menggerakkan
pedangnya menciptakan tiga kuntum bunga pedang
dengan jurus "Burung hong manggut tiga kali" dan
menusuk dada musuhnya. Lim Han-kim memutar
senjatanya membendung datangnya tusukan itu.
Di saat ia menggerakkan senjatanya itulah dayang di
sebelah kanan melepaskan tusukan juga dengan jurus
"bangau putih pentang sayap".
"Hebat juga kerja sama dua orang dayang ini..." pikir
Lim Han-kim dalam hati. Cepat-cepat dia mundur tiga
langkah meloloskan diri dari ancaman tersebut.
Setelah berhasil lolos dari sergapan lawan, sadarlah
pemuda itu bahwa ia sudah bertemu musuh amat
tangguh, kecuali berhasil mengungguli kedua orang
lawannya, mustahil dia punya kesempatan lain untuk
meloloskan diri dari situ.
Berpendapat begitu, secepat petir ia maju menerkam
kembali sambil lepaskan serangan.
3055 Kedua orang dayang itu tidak gentar, mereka
pencarkan diri dan balas menyerang dari dua sisi yang
berlawanan. Dalam waktu singkat bunga pedang meyelimuti
seluruh angkasa, terjadilah pertarungan yang amat
sengit di tempat itu. Begitu pertarungan dimulai, Lim Han-kim sudah
mengerti bahwa kesempatan menang baginya amat tipis,
maka di samping menghadapi serangan musuhnya
secara hati-hati, ia berusaha mengingat kembali jurusjurus
pedang ilmu pedang naga langitnya dan digunakan
untuk membendung ancaman yang datang.
Walaupun kedelapan jurus ilmu pedang naga langit
tersebut belum begitu hapal, namun daya kemampuan
dari gerak serangan tersebut sungguh luar biasa, setiap
kali ia terjerumus dalam keadaan bahaya, jurus pedang
itu selalu berhasil menyelamatkan jiwanya. Puluhan
gebrakan sudah lewat, namun posisi kedua belah pihak
tetap berimbang. Nyonya Li mulai jengkel dan habis kesabarannya
setelah melihat kedua orang dayangnya gagal
mengalahkan lawan, dengan amarah yang mulai
berkobar ia menghardik sambil tertawa dingini
"Keluarkan semua jurus simpanan kalian. cukup asal
tidak menghabisi nyawanya"
Dua orang dayang itu menyahut, permainan
pedangnya segera berubah, serangan yang dilancarkan
juga makin gencar dan dahsyat
3056 Lim Han-kim kerahkan seluruh daya kemampuan yang
dimilikinya untuk melawan dan bertahan, namun ia mulai
keteter dan terdesak hebat, tak sampai lima gebrakan
kemudian pemuda tersebut sudah dibuat kelabakan dan
terancam bahaya maut. Rupanya sebelum mendapat perintah dari nyonya Li,
kedua orang dayang itu tak berani menggunakan jurus
yang mematikan, mereka hanya berharap bisa memaksa
Lim Han-kim melepaskan senjatanya atau menotok jalan
darahnya. Justru tindakan mereka ini sangat menguntungkan
bagi Lim Han-kim, itulah sebabnya ia mampu
mempertahankan diri sekian waktu.
Tapi begitu Nyonya Li turunkan perintah-nya, dua
orang dayang itu mulai menyerang habis-habisan,
akibatnya Lim Han-kim keteter hebat.
Tampaknya pemuda itu segera akan terluka di tangan
kedua orang dayang tersebut...
Pada saat yang amat kritis inilah tiba-tiba terdengar
seseorang berseru dengan suara lirih:
"Nyonya Li, ampuni jiwanya"
Ketika Nyonya Li berpaling, tampak siok-bwee dan
Hiang-kiok sedang memapah Pek si-hiang jalan
mendekat. Kondisi tubuh gadis tersebut makin lama nampak
semakin parah, tampaknya tanpa dipapah mustahil
baginya untuk berjalan. Dengan kening berkerut Nyonya
Li berseru: 3057 "Kalian cepat berhenti"
Tui-im dan Po-hong seketika menarik kembali
senjatanya dan mundur dari arena.
BAB 43 Seruling Penakluk Ular
Pelan-pelan Pek si-hiang berjalan menghampiri nyonya
Li dan bisiknya lirih: "Terima kasih banyak atas
kemurahan hati nyonya."
"Darimana kau bisa tahu akan peristiwa ini?" tegur
Nyonya Li dengan wajah dingin. Pek si-hiang tersenyum.
"Bukankah nyonya selalu memuji kecerdikanku" Kalau
cuma masalah seperti ini pun tak bisa kuduga, percuma
nyonya memujiku selama ini."
"Aaaai... lagi-lagi anak Hui yang beritahukan persoalan
ini kepadamu bukan?" nyonya Li menghela napas
panjang. Pek si-hiang menggeleng.
"Aku rasa enci Hui tak memiliki keberanian sebesar
ini." Dengan sepasang matanya yang tajam Nyonya Li
mengerling Pek si-hiang sekejap. lalu sindirnya:
"Demi Lim Han-kim ia bersedia mengorbankan segala
sesuatunya, masa dia masih teringat dengan ibunya?"
"Nyonya keliru besar." Pek si-hiang menggeleng, "Enci
Hui amat berbakti kepadamu." Nyonya Li menghela
napas panjang: 3058 "Aaaai... aku berharap nak, lain kali kurangilah sifat
mencampuri urusan orang lain yang kau miliki, bisa
bukan?" Kemudian tanpa menunggu jawaban dari Pek sihiang,
ia beranjak pergi dari situ diiringi Tui-im dan Pohong.
Memandang hingga bayangan tubuh ketiga orang itu
lenyap dari pandangan, Pek si-hiang baru berkata kepada
Lim Han-kim: "Baik,baikkah kamu?"
"Hebat benar ilmu pedang dayang-dayang itu, untung
nona datang tepat waktunya, coba tidak. aku sudah mati
atau terluka parah di tangan mereka berdua."
"Asal kau selamat, cukuplah..." kata Pek si- hiang, lalu
dibimbing kedua orang dayangnya dia dekati Thian-hok
sangjin dan melanjutkan: "Kau terluka parah empek?"
Thian-hok sangjin manggut-manggut:
"Rasanya aku sudah tak tahan lagi, ada baiknya juga
aku peroleh pelepasan dengan cara begini, paling tidak
banyak keruwetan bisa kuhindari."
"Empek kelewat serius, selama ini aku menaruh curiga
bahwa kejadian tempo hari bukan kesalahanmu,
mumpung para jago dari seluruh dunia akan berkumpul
di perkampungan bukit Hong-san ini, siapa tahu
pertemuan tersebut bisa membantumu untuk
menuntaskan kesalahan paham yang telah berlangsung
puluhan tahun." "Anak Hiang, sungguhkah ucapanmu itu?" Tiba-tiba
Thian-hok sangjin melotot besar.
3059 "Berulang kali sudah kuteliti dan kuanalisa peristiwa
yang kau alami itu, mungkin saja kau menggempurnya
satu kali waktu itu, tapi mustahil dia bakal terluka oleh
gempuran tersebut." Setelah mengatur napasnya yang tersengal-sengal, dia
melanjutkan: "Oleh sebab itu kau wajib mempertahankan sisa
hidupmu yang sangat berguna ini untuk menuntaskan
angan-anganmu yang telah terkandung melama puluhan
Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tahun." Thian-hok sangjin berpikir sejenak. lalu katanya:
"Anak Hiang, kau tidak merasa bahwa ucapanku sudah
agak terlambat..." "Begitu serius luka yang kau derita?" tukas Pek sihiang
dengan rasa terperanjat. "Yaa, aku rasa jiwaku tak bisa dipertahankan lagi, isi
perutku sudah mulai terjadi perubahan"
"Kau terluka oleh gempuran nyonya Li?" tanya Pek sihiang
lagi. "Yaa, dia menghajar dadaku"
"Orang-orang keluarga Hong-san pasti mampu
menyembuhkan luka yang kau derita"
"Percuma, kau berniat minta obat dari nyonya Li?"
Thian-hok sangjin gelengkan kepalanya.
"Betul." "Dia sangat baik kepadamu?"
"Aku dianggap sahabat karibnya."
3060 "Batas kesabarannya amat jelek. desakanmu bisa
timbulkan masalah, bisa-bisa ia membunuhmu"
"Aku tahu, separuh hidupnya yang dilewati dalam
kesepian dan kesendirian menimbulkan rasa dendam
kesumat yang mendalam, kemasgulan dan kemurungan
memaksa dia harus melatih diri lebih giat agar
melupakan kejadian di masa lampau, maksudnya agar
dia bisa melupakan semua kesedihan serta keruwetan
hatinya, sayang ia lupa bahwa kesedihan dan keruwetan
yang terkandung dalam tubuhnya tak akan hilang
sebelum disalurkan ke luar, akibatnya semakin dia
berusaha untuk menenangkan hati, pikirannya semakin
kalut dan tak tenang, semakin dingin sikapnya terhadap
orang lain, semakin dalam juga kemurungan yang
menindas perasaan hatinya, semuanya ini pada akhirnya
membentuk watak yang lebih aneh lagi bagi dirinya."
"Setelah mengetahui masalahnya, kenapa kau masih
mencoba mencabut gigi harimau?" tegur Thian-hok
sangjin "Sekalipun rasa dedamnya mungkin muncul
terhadapku, tak mungkin dia membunuhku."
"Kenapa?" "Dewasa ini hanya aku seorang yang dapat
mengimbangi pembicaraannya dan mungkin hanya aku
seorang yang paling dicocokinya, dia ingin ketenangan
tapi juga takut kesepian, sudah terlalu lama dia menahan
kesepian tersebut hingga sebenarnya dia sudah tak
tahan lagi." "Kalau cuma masalah ini saja yang kau anggap
sebagai penyebabnya, mungkin pikiranmu tersebut
3061 kelewat kekanak-kanakan," sela Thian-hok sangjin tibatiba.
Dengan sepasang mata yang melotot besar Pek sihiang
menatap wajah pendeta itu lekat-lekat serunya:
"Jadi kau tahu?"
"Tahu apa?" "Dimana ibu kandungku sekarang?"
"Siapa yang beritahu urusan ini padamu?"
"ibuku, aaaai... padahal dia toh tak boleh
membohongiku sepanjang masa..."
Thian-hok sangjin membuka mulutnya ingin
mengucapkan sesuatu, sayang yang muncul justru
semburan darah segar yang segera mengotori seluruh
jubahnya Menyaksikan hal ini, Pek si-hiang menghela
napas panjang. "Biar kucoba mintakan obat untukmu"
Lalu dengan dibimbing siok-bwee dan Hiang-kiok dia
berlalu meninggalkan tempat tersebut
Sepeninggal nona itu, Lim Han-kim ambil keluar
sebuah sapu tangan dan dipakainya untuk menyeka
darah yang mengotori tubuh Thian-hok sangjin, bisiknya
lirih: " Locianpwee, kau harus mempertahankan dirimu"
Thian-hok sangjin tarik napas panjang menahan rasa
sakit di dadanya yang luar biasa. "Anak muda..."
bisiknya, "Kau harus tinggalkan perkampungan keluarga
Hong-san secepatnya, Nyonya Li..."
"Tidak" Lim Han-kim menggeleng, "Aku rasa mustahil
bagiku untuk tinggalkan tempat ini."
3062 "Bila kau tak mampu tinggalkan tempat ini, carilah
tempat yang rahasia dan cepatlah kubur kantung yang
kuberikan kepadamu itu..."
Kemudian dari sakunya dia mengeluarkan lagi dua jilid
kitab yang tipis, sambil disodorkan terusnya:
"Kedua kitab ini berisikan dua jenis ilmu silat yang
sangat hebat, simpanlah kitab-kitab itu dalam kantung
yang kuberikan kepadamu. setelah isi kantung yang
sebetulnya kau sembunyikan, bila nyonya Li kembali
memaksamu untuk periksa isi kantung tersebut,
serahkan kantung berisi kitab silat ini kepadanya, dengan
kelihayan ilmu silat yang dimilikinya tak nanti dia akan
rampas kitab tersebut"
Meskipun Lim Han-kim menganggap cara ini kurang
ksatria, namun bila teringat sifat nyonya Li yang begitu
aneh, mau tak mau terpaksa ia turuti juga nasehat
tersebut. Kembali Thian-hok sangjin berkata:
"Bila aku tewas gara-gara luka ini, maka kau akan
menjadi satu-satunya orang di dunia ini yang menyimpan
rahasia besar itu, tentang apakah berita tersebut akan
siarkan secara luas atau tidak dalam dunia persilatan di
kemudian hari, kau boleh putuskan sendiri.."
Belum sempat Lim Han-kim menjawab, mendadak ia
saksikan Li Tiong-hui muncul dengan langkah tergesagesa
sambil berseru: "seebun Giok-hiong telah menyiapkan pasukan
penyergapnya di luar perkampungan keluarga Hong-san
dengan tugas menghalau jago-jago kita yang sedang
berdatangan- sudah dua kelompok jago persilatan yang
terhalau oleh mereka bahkan ditumpas sampai habis"
3063 "Haaah, masa begitu?" Lim Han-kim tersentak kaget.
"Masa kau belum mau percaya?"
"Dari siapa nona dengar berita ini?"
"Dari seorang murid Bu-tong-pay, tujuh orang jago
Bu-tong-pay datang kemari bersama lima orang gagah
dari Kang-tang, siapa tahu mereka terperangkap di
tengah jalan oleh jago-jago yang disiapkan seebun Giokhiong,
dari dua belas orang yang ada, sepuluh rekan
mereka terbunuh saat itu juga, sedang dua lainnya
berhasil melarikan diri, merekalah yang membawa kabar
buruk tersebut." "Kalau begitu, berita tersebut dapat dipercaya
sumbernya, lantas apa rencana nona?" tanya Lim Hankim.
"Akan kupimpin sekelompok jago untuk menyambut
tamu-tamu kita." "Sepantasnya aku turut serta dalam rombonganmu,
tapi... luka totiang ini sangat parah."
"Kau tak perlu mengurusi aku" tukas Thian-hok
sangjin tiba-tiba, "Pergilah bersama mereka"
"Tapi... tapi..."
Pada saat itulah Pek si-hiang muncul di sana dibimbing
kedua orang dayangnya. Tanpa memperdulikan kehadiran Li Tiong-hui lagi, Pek
Si-hiang langsung menghampiri Thian-hok sangjin sambil
serunya: "Nyonya Li telah menghadiahkan obat, cepat
empek telan." 3064 "Nak" bisik Thian-hok sangjin setelah melirik gadis itu
sekejap. "Kau benar-benar memiliki kemampuan yang
luar biasa." Tanpa membuang waktu diterimanya obat tadi dan
langsung ditelan. Setelah Thian-hok sangjin menelan pil itu, Pek si-hiang
baru berpaling ke arah Li Tiong-hui sambil menegur:
"Enci Hui, apakah terjadi sesuatu perubahan?"
"Yaa, dengan suatu tindakan kilat seebun Giokshiong
telah pindahkan semua kekuatannya kemari."
Mendengar itu Pek si-hiang menghela napas panjang.
"Aaaai... enci Hui, ada berapa patah kata yang kurang
patut terpaksa harus kuucapkan, harap kau tidak marah."
"Katakan saja."
"Dengan menantang seebun Giok-hiong bertarung di
lembah Ban-siong-kok, apakah kau bermaksud
memancing nyonya Li turut campur dalam peristiwa ini?"
"Meski aku berniat begitu, rasanya ibu belum tentu
mau." "Sekalipun kau berhasil memperoleh bantuan dari
jago-jago sembilan partai besar, bila ibumu segan turut
campur maka kesempatanmu untuk meraih kemenangan
dalam pertarungan ini tetap kecil."
Li Tiong-hui termenung dan berpikir sejenak kemudian
katanya: "Kalau begitu aku mohon petunjuk dari nona
Pek." Pek si-hiang pejamkan matanya berpikir sejenak. lalu
sambil menghembuskan napas panjang katanya:
3065 "Selama ibumu belum bersedia turun tangan, maka
hal ini justru menguntungkan posisimu."
"Keuntungan apa?"
"Selama ibumu belum turun tangan, seebun Giokhiong
masih menaruh perasaan was-was dan ragu, ia tak
akan berani turun tangan secara gegabah apalagi
memaksakan suatu pertarungan habis-habisan, lain
ceritanya bila ibumu sudah turun tangan, dipaksa oleh
situasi dan keadaan yang memojokkan terpaksa seebun
Giok-hiong akan membalas dengan sekuat tenaga,
terlepas siapa yang bakal menangkan pertarungan akbar
ini, satu hal pasti akan terjadi yakni pembantaian secara
besar-besaran." "Nona pernah menyinggung soal ini dengan ibuku?"
"Yaa, aku pernah mengajak ibumu membahas
masalah ini." "Lantas bagaimana pendapat ibu?"
"Tidak seperti apa yang nona duga, tampaknya ibumu
sangat hambar memandang masalah ini..."
"Oooh, berarti ibu mulai menaruh perhatian?"
"Tampaknya ada sesuatu masalah yang
disembunyikan sebab tiap kali bahan pembicaraan
menyinggung masalah tersebut, ibumu selalu
mengurungkan perkataannya."
Li Tiong-hui termenung berpikir sesaat, setelah itu
baru katanya: "Yaa, ibarat nasi sudah menjadi bubur, sekalipun
kekalahan berada dipihak kita toh kita wajib melawan
3066 habis-habisan, masalah apakah ibu bersedia membantu
atau tidak. biarlah beliau putuskan sendiri.." sesudah
berhenti sejenak. kembali terus-nya:
"Tapi sekarang ada satu masalah lagi yang amat pelik
dan perlu bantuan dari nona."
"Soal apa?" "llmu silat yang dimiliki Ong popo memang sangat
hebat, sayang dia harus memikul tanggung jawab atas
keselamatan lembah Ban-siong-kok serta mengatur
keempat puluh delapan orang dayang yang dikomando
oleh-nya, hal ini membuat dia tak mungkin bisa
menolongku lagi, padahal sekarang seebun Giok-hiong
telah ingkar janji, dengan suatu serangan kilat dia telah
mengatur perangkap di seputar bukit Hong-san untuk
membantai jago-jago kita yang akan hadir kemari,
akibatnya sebelum pertarungan akbar itu dimulai, aku
sudah banyak kehilangan kekuatan.."
"Oooh... maksudmu, kau suruh aku meminjamkan Tuiim
dan Po-hong dari nyonya Li agar bisa membantumu?"
tukas Pek si- hiang cepat.
"Yaa, memang itulah harapanku, ilmu silat yang
dimiliki kedua orang dayang itu sangat hebat karena
kepandaian mereka langsung dididik ibu sendiri, bantuan
mereka besar sekali manfaatnya bagiku."
"Baiklah, akan kucoba ajukan permintaan ini..."
Tak selang berapa saat kemudian, Pek si- hiang telah
muncul kembali diikuti Tui-im dan Po-hong, dua orang
dayang itu. sambil tersenyum Li Tiong-hui berkata:
3067 "Heran, selama ini watak ibuku sangat aneh dan susah
didekati, tapi kebaikannya terhadapmu bukan cuma
menimbulkan perasaan dengki dan iri dari kami sebagai
keturunannya, bahkan membuat orang sukar untuk
mempercayainya." Sementara itu Tui-im dan Po-hong telah tiba di situ
seraya memberi hormat kepada Li Tiong-hui.
"Tak usah banyak adat," tukas si nona cepat, "Aku
berharap kalian mau membantuku."
"Perintahkan saja nona, budak pasti akan laksanakan,"
sahut Tui im seraya menjura.
"Perjalanan kita kali ini berbahaya sekali, kalian harus
mempersiapkan senjata rahasia."
"Kami sudah siap nona, jangankan cuma menghadapi
pertarungan, biarpun harus terjun ke lautan api pun kami
sudah siap." "Bagus sekali, mari kita sebera berangkat."
Tiba-tiba Lim Han-kim melompat bangun seraya
berseru: "Nona, aku pun bersedia mendampingimu"
"Seebun Giok-hiong telah mengerahkan segenap
kekuatannya, apakah bakal selamat atau tidak sukar
untuk diramalkan mulai sekarang, saudara Lim, sebagai
Bu-lim Bengcu sudah menjadi kewajibanku untuk
menyerempet bahaya ini, sedang kau... apa gunanya ikut
menyerempet bahaya karena masalah yang tak
berhubungan denganmu?"
"Justru karena kekuatan nona sangat minim, maka
aku bersedia mendampingimu."
3068
Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Bagaimana menurut pendapat nona Pek?" tanya Li
Tiong-hui kemudian sambil berpaling ke arah Pek sihiang.
"Bawalah dia pergi," sahut Pek si-hiang sesudah
melirik anak muda itu sekejap. "Tak nanti seebun Giokhiong
membunuhnya." "Tapi... pabila seebun Giok-hiong berniat menahannya
di sana, aku tak yakin bisa mengajaknya pulang kembali
kemari." "Tak usah kuatir, ajak saja dia pergi." Pek si- hiang
tersenyum. "Baiklah, kalau begitu aku mesti merepotkan saudara
Lim." Lim Han-kim manggut-manggut, kepada Pek si- hiang
bisiknya: "Nona, kau harus merawat Thian-hok lotiang baikbaik,
aku akan pergi dulu."
"Sebelum berangkat, ingin kusampaikan sepatah kata
dulu untukmu." "Soal apa?" "Kau harus banyak menggunakan akal dan pikiran,
kurangi menggunakan kekerasan sebab ilmu silat yang
dimiliki seebun Giok-hiong jauh melebihi kemampuanmu,
berbicara soal pertarungan, tak nanti kau mampu
mengungguli dirinya." Bagaikan menyadari sesuatu Lim
Han-kim berseru tertahan:
3069 "Yaaa... betul, kecuali nona seorang, memang tak ada
manusia kedua di dunia ini yang mampu menandingi
kecerdasan seebun Giok-hiong."
Tiba-tiba Pek si- hiang tersenyum.
"Padahal kau pun sanggup menundukkan dia, tak usah
pakai akal atau tipu muslihat, cukup asalkan bersikap
lebih ramah dan halus terhadapnya."
"Waktu sudah semakin larut, aku harus berangkat
sekarang," kata Li Tiong-hui kemudian
"Enci Hui harus baik-baik jaga diri"
"Terima kasih atas perhatianmu."
Dengan diikuti Tui-im dan Po-hong berangkatlah gadis
itu meninggalkan tempat tersebut.
Lim Han-kim menyusul di paling belakang.
Tampaknya Li Tiong-hui gelisah sekali, sepanjang
perjalanan ia menempuh perjalanan mata cepat tanpa
berhenti sedetik pun Tak selang berapa saat kemudian sampailah mereka di
mulut lembah Ban-siong-kok.
Waktu itu suasana di mulut lembah tersebut amat
sepi, siau-cui yang membawa jago-jagonya berjaga di
situ, kini sudah mengundurkan diri
Dalam pada itu matahari sudah tenggelam di langit
barat, waktu senja pun menjelang tiba.
Lim Han-kim mempercepat langkahnya menyusul ke
belakang Li Tiong-hui sambil serunya: "Nona Li"
3070 "Ada apa?" tanya Li Tiong-hui sambil berhenti
berjalan, "Aku teringat satu hal."
"Katakan saja."
"Sebagai seorang Bu-im Bengcu tidak seharusnya
nona maju sendiri untuk menghadapi musuh, seandainya
benar-benar bertemu seeburi Giok-hiong, bukankah
akibatnya bisa terjadi pertarungan habis-habisan?"
"Kalau bukan aku sendiri yang pergi, siapa lagi yang
bisa mewakili aku?" "Bila nona mau mempercayai diriku, biar aku saja
yang mewakili nona."
"Hanya kau seorang?" Li Tiong-hui tertawa hambar.
"Lebih baik lagi jika Tui-im dan Po-hong berdua mau
berangkat bersama aku..."
Cepat-cepat Li Tiong-hui menggeleng.
"Sebagai seorang ketua persekutuan dunia persilatan
wajib bagiku untuk menangani sendiri masalah ini, bila
aku sendiri saja enggan pergi menyerempet bahaya,
lantas mana ada jago yang bersedia menuruti
perintahku" Maksud baik saudara Lim biar kuterima di
dalam hati saja." Selesai bicara kembali dia percepat langkahnya
meneruskan perjalanan Tiba-tiba Lim Han-kim teringat kembali dengan
kantung yang diserahkan Thian-hok sangjin masih
berada dalam sakunya, andaikata bertemu dengan anak
buah seebun Giok-hiong nanti hingga terjadi pertarungan
3071 dan andaikata nasibnya kurang beruntung hingga tewas
dalam pertarungan tersebut, bukankah dia akan
mengecewakan harapan orang"
Tapi keadaannya sekarang ibarat menunggang
dicunggung harimau, tak mungkin lagi baginya untuk
mengundurkan diri dari situ, oleh sebab itu sambil
meneruskan perjalanan dia mulai perhatikan keadaan di
seputarnya, dia berharap bisa temukan suatu tempat
yang baik untuk sembunyikan kantung tersebut.
Sebagai orang yang sejak kecil tumbuh menjadi
dewasa di lembah Ban-siong-kok. Li Tiong-hui boleh
dibilang sangat hapal dengan daerah tersebut, tampak ia
belok ke kiri berputar ke kanan, sepanjang jalan bergerak
cepat sekali, dalam waktu singkat hampir separuh bagian
lembah tersebut telah habis dikelilingi
Namun apa yang mereka saksikan hanya hembusan
angin gunung yang kencang, tak sesosok bayangan
manusia pun yang nampak. Diam-diam Lim Han-kim
berpikir: "Kalau seebun Giok-hiong benar-benar sudah
persiapkan jagonya di luar lembah Ban-siong-kok,
kenapa tak sesosok bayangan manusia pun yang nampak
meski separuh lembah sudah selesai diputar?"
Mendadak Li Tiong-hui menghentikan perjalanannya,
melompat naik ke puncak sebatang pohon raksasa dan
dari situ dia coba periksa seputar tempat tersebut
sebelum meluncur turun kembali.
"Apa nona berhasil menemukan suatu pertanda yang
mencurigakan?" bisik Lim Han-kim. Li Tiong-hui
menggeleng. 3072 "Aku rasa agak sulit bagi kita untuk menemukan jejak
mereka, bisa saja ketika melihat kehadiran kita, mereka
segera sebarkan kode rahasia dan perintahkan jagojagonya
yang sudah dipersiapkan di sekeliling tempat ini
untuk segera mengundurkan diri atau menyembunyikan
diri, bagaimana mungkin kita bisa menemukan mereka?"
"Dimana anggota Bu-tong-pay serta lima jago dari
Kang-tang mendapat sergapan dari jago-jagonya seebun
Giok-hiong?" "Di tempat ini."
"Mustahil jago-jago dari Bu-tong-pay serta lima jago
dari Kang-tang menyerah begitu saja tanpa melakukan
perlawanan, bila pernah bertempur berarti di sini pasti
ditinggali jejak-jejak atau bekas pertarungan, ayoh kita
periksa dengan teliti." sembari berkata, ia mulai
mengawasi seputar tempat itu.
Mendadak terdengar Tui-im si dayang itu berseru:
"Cepat kemari, di sini dijumpai banyak noda darah"
Lim Han-kim memburu ke sana, betul juga di atas
batu gunung terlihat banyak noda darah yang sudah
mengering, maka setelah menghela napas katanya:
"Tampaknya berita itu memang benar."
Sementara itu Li Tiong-hui dengan suara keras telah
berteriak lantang: "Seebun Giok-hiong, setelah berani melakukan
tindakan terkutuk seperti ini, kenapa kau tak berani
munculkan diri untuk berjumpa dengan aku?"
3073 Desiran angin lembut berhembus lewat, sesosok
bayangan manusia melayang turun dari atas sebatang
pohon besar "Seebun Giok-hiong..." umpat Li Tiong-hui sambil
tertawa dingin. Tapi setelah diamati lebih teliti ternyata orang itu
bukan seebun Giok-hiong melainkan siau-cui yang
mendapat tugas berjaga di luar lembah, Tanpa terasa
dengan kening berkerut katanya: "oooh, rupanya kau..."
siau-cui tertawa hambar. "Nona kami belum tiba di bukit Hong-san, jadi nona Li
tak usah terlalu memikirkan" Li Tiong-hui berkerut
kening, agaknya dia hendak mengumbar amarahnya tapi
niat tersebut segera diurungkan ujarnya kemudian sambil
tertawa lebar: "Jadi kalian yang telah membunuh lima jago dari
Kang-tang serta tujuh jago dari Bu-tong-pay..." siau-cui
tertawa-tawa. "Jika hutang darah ini hendak kau catat atas
namakupun tak ada masalah."
"Apa maksud ucapanmu nona?" tegur Lim Han-kim.
"Sekalipun sudah kujelaskan belum tentu nona Li mau
percaya, lebih baik tak usah kubantah."
"Coba jelaskan"
"Sesungguhnya tujuh jago dari Bu-tong-pay saling
bertarung dan saling membunuh dengan lima jago dari
Kang-tang, percaya tidak dengan penjelasanku ini?"
3074 Li Tiong-hui termenung sambil berpikir sejenak.
kemudian katanya: "Asal kau dapat mengajukan sebuah alasan yang bisa
diterima dengan akal sehat, sudah barang tentu aku
akan mempercayainya.." siau-cui tertawa terkekehkekeh.
"Alasan" Ha ha h a ... bila kujelaskan mungkin kau
pun akan tertawa terpingkal-pingkal karena geli."
"Katakan saja."
"Mereka terbakar oleh rasa cemburu... hahahaha...
aneh bukan" Aku pun tidak mengira ketujuh pendeta
yang menyebut diri berasal dari perguruan suci begitu
rela dan tega saling membunuh dengan lima jagoan dari
Kang-tang itu hanya gara-gara seorang gadis. Coba kau
bayangkan nona, lucu tidak peristiwa ini?"
"Kaukah si nona yang dimaksud?"
"Aku berwajah jelek dan tidak menarik perhatian,
tentu saja ketujuh orang pendeta serta kelima jago dari
Kang-tang itu tak bakal saling membunuh gara-gara
aku." "Bila kau ingin agar kami percaya dengan
perkataanmu, undang keluarkan nona yang kau maksud
itu agar kami bisa tahu macam apakah dirinya itu."
"Sebelum nona kami muncul di sini, kunasehati kalian
berdua agar lebih baik urungkan saja niat tersebut"
"Bila nona melarang kami untuk menjumpainya,
berarti kau bohong dan cuma membuat alasan.."
Siau-cui segera tersenyum.
3075 "Baiklah, bila kalian berdua bersikeras ingin bertemu
juga, terpaksa aku harus mengabulkan permintaan itu."
"Bagus, ingin kusaksikan permainan busuk apa saja
yang bisa diperankan Seebun Giok-hiong."
Pelan-pelan Siau-cui mengalihkan pandangan matanya
ke wajah Lim Han-kim, setelah mengamatinya sekejap, ia
berkata: "Sebagai seorang wanita, tentu saja bukan masalah
bila nona Li pingin melihatnya, tapi Lim siangkong adalah
seorang pria, lebih baik jangan melihat hal tersebut..."
"Aku masih yakin dengan kemampuanku sendiri," sela
Lim Han-kim cepat. Dari dalam sakunya siau-cui pun mengeluarkan
sebatang seruling pendek, katanya lebih jauh:
"Bagaimana kalau kumainkan sepotong lagu lebih dulu
untuk kalian berdua dengar?"
Baru saja Li Tiong-hui hendak menampik, Siau-cui
telah tempelkan serulingnya di tepi mulut serta
memainkan lagu. Irama seruling tersebut aneh sekali, ketika didengar
pada awalnya nada tersebut seperti punya tekanan yang
amat berat, namun setelah didengarkan lebih jauh, lama
kelamaan suara tersebut menjadi semakin terbiasa
hingga lambat laun seperti enak betul kalau didengarkan
serta dinikmati Kurang lebih sepeminum teh kemudian, mendadak
terdengar Li Tiong-hui membentak penuh amarah:
"Apa anehnya suara seruling ini" Ayoh cepat hentikan"
3076 Siau-cui sama sekali tidak menggubris bentakan
tersebut, bahkan melanjutkan tiupannya.
Dalam hati kecilnya Lim Han-kim mulai berpikir
"Aneh betul irama seruling ini, dari mana siau-cui
pelajari kepandaian tersebut" Ehmmm, di balik
permainan serulingnya ini tentu ada suatu sebab
tertentu." Sementara dia masih termenung, mendadak terendus
bau amis yang menusuk hidung di seputar tempat itu.
Sewaktu dia menengok. terlihatlah berbagai macam
ular yang aneh-aneh bentuknya muncul dari empat arah
delapan penjuru, rombongan ular itu dengan cepat
mengurung beberapa orang tersebut di tengah arena.
"Aaah... ular" pekiknya dengan penuh rasa terkejut
"Betul, memang ular" jawab siau-cui sambil berhenti
memainkan serulingnya, "semua jenis ular aneh yang
berada dalam radius sepuluh li sekeliling lembah Bansiongkok telah kuundang kemari, lima puluh kaki di
sekeliling kalian sekarang telah dipenuhi berbagai macam
ular berbisa..." Li Tiong-hui segera tertawa terkekeh-kekeh:
"Hahahaha . . . rupanya anak buah seebun Giok-hiong
tidak punya kepandaian hebat lainnya kecuali bermain
ular?"
Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Hmmmm" siau-cui mendengus, "Asal kalian berempat
berani sembarangan bergerak sekarang, segera
kuperintahkan berbagai macam ular beracun itu untuk
menyerang kalian dari empat arah delapan penjuru."
3077 Lim Han-kim coba memperhatikan dengan seksama,
betul juga, sekeliling mereka sudah berkumpul begitu
banyak ular beracun, kontan saja api amarahnya
berkobar, dengan penuh amarah teriaknya:
"Nona, apa maksudmu memanggil datang begitu
banyak ular beracun untuk mengurung kami di sini?"
Siau-cui tertawa. "Perempuan itu bernama Coa-nio (Wanita ular), bila
sekeliling tempat ini tak ada ular maka keadaannya ibarat
ikan di atas daratan, semakin banyak ular beracun yang
berkumpul di sini, dia akan semakin nampak daya pikatnya."
"Aaah, masa ada kejadian begitu?" seru Lim Han-kim
keheranan. "Kalau tak percaya buktikan sendiri, segera kuundang
kehadirannya." sementara itu Li Tiong-hui sudah berbisik
kepada Tui-im dan Po-hong:
"Kalian berdua coba periksa dengan teliti sekitar sini,
masih adakah jalan mundur yang tidak tertutup ular
beracun, kita tak boleh terkurung di sini," Dua orang
dayang itu saling bertukar pandangan sekejap, lalu
menyahut: "Biar kami membuka jalan, nona menyusul di
belakang, untuk lolos dari kurungan ular beracun bukan
suatu pekerjaan yang sulit."
"Menurut pendapatku, lebih baik kita jangan
gegabah," bisik Lim Han-kim pula.
3078 Sementara itu siau-cui sudah putar badan beranjak
pergi dari situ, ia berjalan melalui rombongan ular
beracun itu dengan santainya,
Meski kawanan ular itu sama-sama angkat kepalanya
sambil menjulurkan lidah, ternyata tak seekor pun di
antara ular-ular itu yang bermaksud menerkam siau-cui.
Tak selang berapa saat kemudian bayangan tubuh
dayang tersebut sudah lenyap dari pandangan .
Sepeninggal siau-cui, Li Tiong-hui baru berpaling ke
arah Lim Han-kimsambil bertanya:
"Saudara Lim punya akal baik untuk meloloskan diri
dari kepungan ular ini?"
"Menurut pendapatku lebih baik jangan nyerempet
bahaya, sebab jumlah ular beracun yang berada di
sekitar kita saat ini sudah mencapai puluhan ribu
banyaknya, kita bakal kewalahan jika harus bertarung
melawan binatang-binatang melata itu."
"Jadi menurut pendapat saudara Lim?" Lim Han-kim
angkat wajahnya memandang sekejap sebatang pohon
siong di hadapan-nya, lalu tanyanya:
"Siapa di antara kamu bertiga yang paling hebat ilmu
meringankan tubuhnya?" Li Tiong-hui menoleh ke arah
Tui-im: "Kau dan Po-hong siapa yang lebih hebat?"
"Budak lebih baik,"jawab Tui-im cepat,
"Nona bersedia melompat naik ke puncak pohon besar
itu?" tanya Lim Han-kim kemudian. Tui-im melirik pohon
itu sekejap lalu mengangguk "Yaa, rasa-rasanya aku
mampu mencapai ke dahan pohon itu."
3079 "Bagus Tolong nona naik ke atas pohon itu lalu
turunkan tali dari situ, dengan bantuan tali tersebut kami
semua bisa mencapai ke atas pohon itu..."
Ngeri juga perasaan Tui-im setelah menyaksikan
kawanan ular yang bergerak semakin dekat dari empat
penjuru, dalam keadaan begini dia tak berani ayal lagi,
hawa murninya segera dihimpun dan tubuhnya melejit
naik ke atas batang pohon. Dengan cepat Tui-im
turunkan tali pinggang seraya teriaknya: "Siapa yang
hendak naik duluan?"
"Saudara Lim, kau naik dulu" ucap Li Tiong-hui sambil
berpaling ke arah pemuda itu.
Melihat kawanan ular itu bergerak semakin mendekat,
buru-buru Lim Han-kim meloloskan pedang Jin-siangkiamnya
sambil membuat persiapan, dia menggeleng:
"Tidak, lebih baik nona naik lebih dulu"
Sementara pembicaraan masih ber-langsung, Tui-im
telah menurunkan tali pinggangnya.
"Kita tak boleh membuang waktu lagi," bisik Li Tionghui
sambil menyambar ikat pinggang itu dan melejit ke
atas. Dengan bantuan tenaga tarikan dari Tui-im, Li Tionghui
berhasil mencapai batang pohon siong itu secara
mudah. "Sekarang giliran nona yang naik" ucap Lim Han-kim
sambil berpaling ke arah Po-hong.
Sementara itu Tui-im telah turunkan kembali ikat
pinggangnya, Po-hong pun dengan cepat ikut melompat
naik ke atas batang pohon.
3080 Ketika tiba giliran Lim Han-kim, baru saja dia hendak
meloncat ke atas, mendadak terdengar seseorang
berseru sambil tertawa dingin "Lim siangkong, bila tak
ingin mati, cepat berdiri di tempat semula."
Lim Han-kim urungkan niatnya seraya ber-paling,
ketika menjumpai siau-cui telah muncul di atas sebuah
batu besar tiga kaki di hadapannya, sambil tertawa
dingin segera serunya: "Nona anggap kawanan ular itu betul-betul mampu
melukai aku Lim Han-kim?"
"Lima kaki di sekeliling pohon besar itu tak nampak
tumbuhan lain, bila kau naik ke atas batang pohon
tersebut, bukankah sama artinya masuk ke dalam
perangkap?" "Paling tidak toh lebih aman ketimbang mati digigit
ular di tempat ini" "Bila Lim siangkong bersedia mempercayai ucapanku,
turuti perkataanku dan pelan-pelan berjalan ke luar dari
kepungan kawanan ular itu."
"Kalau aku tidak percaya?"
"Berarti siangkong mencari kematian buat diri sendiri,
yaa apa boleh buat lagi, terserah padamu."
Dalam pada itu kawanan ular yang bergerak dari
empat penjuru telah semakin mendekat, jaraknya tinggal
empat- lima depa dari tubuh Lim Han-kim. "saudara
Lim." Kedengaran Li Tiong-hui berteriak keras, "Ayoh
cepat naik kemari" sambil berteriak, ikat pinggang itu
kembali dilempar turun ke bawah.
3081 Lim Han-kim segera menyambar ikat pinggang
tersebut dan dibantu tenaga tarikan dari Li Tiong-hui,
tubuh si anak muda tersebut segera meluncur naik ke
atas batang pohon. Pada saat itulah sekilas cahaya tajam berkelebat
lewat, tahu-tahu sebuah sambaran cahaya putih telah
memutuskan tali pinggang tersebut.
BAB 44. Perintah Palsu Walaupun ikat pinggang itu tersambar putus, namun
Lim Han-kim segera manfaatkan tenaga tarikan yang
masih tersisa untuk meluncur ke arah batang pohon,
bersamaan waktunya ia sambar sebuah ranting pohon
dengan tangan kirinya. "Sreeeet, sreeeet..." Dua bilah pisau terbang diiringi
desingan suara tajam menyambar lewat.
Lim Han-kim memutar pedang Jit-siang-kiamnya
dengan cepat, "Traaaang" sebilah pisau terbang berhasil
dipukulnya rontok. namun sebatang yang lain
menyambar lewat dan langsung memotong ranting
pohon dimana Lim Han-kim sedang berpegangan
Tak ampun lagi bersamaan dengan patah-nya ranting
pohon itu, tubuh Lim Han-kim ikut terperosok pula ke
tengah kerumunan ular beracun.
Bersamaan waktunya dengan meluncur jatuhnya
tubuh Lim Han-kim, Li Tiong-hui ikut meluncur turun pula
3082 dari atas pohon, belum lagi kakinya menyentuh lantai,
pedangnya sudah bergerak cepat.
Di tengah kilatan cahaya putih, percikan darah amis
menyebar ke mana-mana, ular beracun yang berada tiga
depa di seputar tempat itu terpapas kutung semua oleh
sambaran pedangnya. Pada saat itulah sepasang kaki Lim Han-kim persis
melayang turun dan mencapai permukaan tanah.
"Saudara Lim" teriak Li Tiong-hui gelisah, "Cepat
melompat naik ke atas pohon..." sembari berteriak dia
melompat naik lebih dulu ke atas pohon besar itu.
Lim Han-kim segera menyusul dari belakang dan
sama-sama melompat naik ke atas batang pohon.
"Lim siangkong." Terdengar suara Siau-cui bergema
lagi, "Budak telah berusaha dengan sepenuh tenaga,
salah sendiri Lim siangkong enggan menuruti nasehat
budak. kalau sampai terjadi apa-apa, resikonya tanggung
sendiri" Li Tiong-hui tertawa dingin:
"Hmmmm, siasat busuk apa lagi yang kau miliki, cepat
keluarkan semuanya..."
"Hahahaha... nona Li," sela siau-cui sambil tertawa
terkekeh-kekeh, "Nona kami pandai menggunakan aneka
racun, tentunya kau sudah mengerti bukan?"
"Kalau sudah tahu mau apa?"
"Telah kami perhitungkan dengan matang, bila kalian
terkurung oleh ular beracun itu maka satu-satunya jalan
tinggal menghindar ke atas pohon besar itu, maka jauh
sebelumnya kami telah lumuri pohon itu dengan racun
3083 jahat, aku yakin kalian berempat saat ini sudah terluka
oleh racun jahat itu"
Li Tiong-hui coba meneliti keadaan di seputar pohon,
benar juga, di antara rimbunnya dedaunan terlihat
banyak sekali bubuk berwarna putih.
Buru-buru Tui-im merogoh ke dalam sakunya dan
mengeluarkan empat butir pil yang segera dibagikan
seorang satu, setelah dirinya ikut menelan sebutir, budak
itu baru berkata: "Inilah pil anti racun yang diramu khusus oleh nyonya,
cepat kalian telan pil itu." Dalam pada itu suara siau-cui
kembali berkumandang: "Bubuk racun yang ditebarkan di atas pohon itu meski
dahsyat sekali daya perusaknya namun lambat sekali
bekerjanya, tapi bila racun itu mulai bekerja kasiatnya,
nasib kalian pasti akan habis, kecuali obat khusus
ramuan nona kami sendiri, tak nanti ada obat lain yang
bisa selamatkan jiwa kalian."
Po-hong yang jarang sekali berbicara, tiba-tiba
menimbrung: "Nona, budak itu mengira kita sudah keracunan,
kenapa tidak kita gunakan siasat melawan siasat dengan
pura-pura keracunan untuk memancing dia masuk
perangkap?" "Budak itu pintarnya bukan main, aku rasa tak
gampang untuk memancingnya masuk perangkap."
"Sekalipun tidak masuk perangkap. toh kita tak boleh
lepaskan kesempatan yang sangat baik ini untuk
memperjuangkan kehidupan, siau-cui sudah menduga
3084 bahwa kita akan mengungsi ke atas pohon besar ini,
berarti kecuali kawanan ular di seputar lembah Bansiongkok ini, dia pasti sudah siapkan juga jago-jago
lihaynya di seputar sini, bila kita berani melakukan
sesuatu tindakan, niscaya dia akan perintahkan anak
buahnya untuk maju menyerang."
Dalam pada itu siau-cui kembali berteriak lantang
setelah tidak mendengar suara jawaban dari lawannya:
"Kalau tidak percaya, kalian boleh mencoba atur
pernapasan, segera akan kalian buktikan bahwa
ucapanku bukan gertak sambal belaka." setelah berhenti
sejenak, kembali terus-nya:
"Akan kuhitung sampai sepuluh kali kentongan bila
kalian masih enggan menyerahkan diri, jangan salahkan
siau-cui akan bertindak keji." Lim Han-kim gelengkan
kepalanya berulang kali, gumamnya tiba-tiba:
"Aneh... sungguh aneh."
"Apanya yang aneh?"
"Tampaknya tempat ini punya arti yang sangat
penting buat siau-cui." sementara mereka masih
berbincang, suara kentongan yang pertama telah
bergema. Li Tiong-hui mengintip dari balik celah dedaunan,
setelah perhatikan sekejap sekitar sana, ia membungkam
diri Mendadak Tui-im menarik ujung baju Po-hong seraya
berbisik: 3085 "Adikku, tiba-tiba aku teringat satu cara untuk
mengusir ular-ular tersebut"
"Bagaimana caramu?"
"Aku dengar ular paling takut dengan api, kenapa
tidak kita gunakan api untuk menyerang ular-ular
tersebut?" "Caramu ini memang bagus, tapi bagaimana cara kita
untuk turun tangan?" Tui-im tersenyum.
"Coba lihat tumpukan rumput kering yang berada dua
kaki di depan sana, kita bisa turun bersama-sama,
dengan kau melindungi diriku, aku menyerbu ke sana
menyulut api, maka rumput tersebut tentu akan segera
terbakar, hanya masalahnya punyakah keberanian dari
cici untuk melakukan misi berbahaya ini?"
Po-hong turut tertawa. "Cici, kau kelewat pandang
enteng diriku," Tanpa membuang waktu lagi ia segera melayang
Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
turun ke atas permukaan tanah.
"Nona," bisik Tui-im kemudian, "Budak akan berusaha
pukul mundur kepungan kawanan ular itu lebih dulu,
kemudian baru bertarung habis-habisan melawan budak
itu." Tanpa menunggu jawaban dari Li Tiong-hui, dia pun
ikut meluncur turun dari atas pohon.
Begitu mencapai permukaan tanah, sepasang pedang
kedua orang itu bergerak cepat, dimana cahaya tajam
berkelebat lewat, percikan darah amis dan hancuran
daging ular menyebar ke mana-mana.
3086 Lim Han-kim mencoba mengintip ke bawah. ia
saksikan sepasang pedang kedua orang dayang itu telah
membentuk selapis cahaya putih yang bergerak menuju
ke arah tumpukan rumput kering, serbuan mereka yang
begitu mantap seakan-akan menganggap di sana tak
hadir begitu banyak ular. setengah berbisik Li Tiong-hui
berkata: "Ilmu pedang itu adalah ilmu pedang sapuan bawah
hasil ciptaan ibuku, tak kusangka kemampuan mereka
berdua telah mencapai tingkat kesempurnaan ilmu
pedang ini memang cocok bila dipakai dalam kepungan
musuh jumlah banyak."
"Kemampuan ibumu memang luar biasa sekali, bila
dilihat dari begitu rapat dan ketatnya serangan yang
khusus mengincar bagian bawah tubuh musuh, rasanya
biar jago persilatan kelas satu pun belum tentu sanggup
menghadapinya." Dalam pada itu kedua orang dayang tadi sudah
semakin mendekati tumpukan rumput kering itu, dengan
cepat Tui-im mengeluarkan batu api, tapi sebelum ia
sempat menyulut rumput kering itu mendadak terdengar
beberapa kali desingan angin tajam meluncur datang.
Sudah cukup lama Tui-im dan Po-hong mengikuti
nyonya Li, bukan saja ilmu pedang mereka amat
sempurna, dalam ilmu senjata rahasia pun memiliki
keberhasilan yang mengagumkan,
Begitu mendengar suara desingan itu, mereka segera
tahu bahwa senjata rahasia sedang mengancam jiwanya,
tanpa berpaling lagi mereka memutar sepasang
pedangnya ke belakang. "Traaaang ... traaaang ,.."
3087 Diiringi suara dentingan nyaring, dua bilah pisau
terbang itu mencelat tersambar pedang dan rontok ke
tanah. Sementara tangan kanannya pukul jatuh serangan
senjata rahasia, tangan kiri Tui-im segera bekerja cepat
menyulut api dan membakar rumput kering itu.
Tumpukan ranting kering yang berada di sana seketika
berkobar menjadi lautan api begitu tersulut api, dalam
waktu singkat api menyebar ke mana-mana dan asap
hitam menyelimuti seluruh angkasa.
Gara-gara konsentrasinya lebih tercurah pada api,
perhatian Tui-im bercabang, akibatnya seekor ular
beracun melompat ke atas dan mematuk pergelangan
tangan kirinya. Buru-buru Tui-im memutar pedangnya sambil
menyambar, percikan darah amis menyebar ke manamana,
ular tersebut segera terpotong menjadi berapa
bagian. Lim Han- kim yang berada di tempat atas dapat
menyaksikan semua peristiwa itu dengan jelas, diamdiam
timbul juga perasaan kagumnya atas keberanian
Tui-im, pikirnya: "Padahal Tui-im dan Po-hong hanya kaum wanita, tak
nyana keberaniannya begitu mengagumkan sedang aku
Lim Han- kim adalah seorang lelaki sejati, masa aku
harus berpeluk tangan belaka?"
Berpikir sampai di situ, ia pun meluncur turun ke atas
tanah, dengan pedang di tangan kanan, ranting pohon di
3088 tangan kiri, ia sapu dan babat habis kawanan ular di
sekelilingnya. Bersamaan waktunya Lim Han-kim meluncur ke bawah
pohon, siau-cui dengan memimpin belasan- orang
jagonya telah menyerbu datang dan mencegat Tui-im
serta Po-hong, sementara siau-cui sendiri dengan
membawa empat orang busu berbaju biru langsung
menghampiri Lim Han-kim. Kobaran api semakin membara, kawanan ular yang
semula mengurung rapat sekitar tempat itu kontan saja
bubar dan lari terbirit-birit.
Siau-cui dengan wajah penuh amarah langsung
menerkam ke arah Lim Han-kim, bentaknya nyaring:
"Cepat buang senjatamu dan menyerahkan diri, apa
kau benar-benar ingin bermusuhan dengan nona kami?"
Mula-mula Lim Han-kim agak tertegun, menyusul
kemudian sahutnya sambil tertawa:
"Dengan kedua belah pihak aku Lim Han-kim tak
punya budi maupun dendam, asaikan nona kalian
bersedia mengurungkan ambisinya, aku..."
Siau-cui tidak banyak bicara, ia memberi kode dengan
pedangnya, dua orang busu berbaju biru yang berada di
belakangnya langsung menyerbu ke depan dan
mengayunkan sen-jatanya. Lim Han-kim tak mau kalah, dia putar juga pedangnya
membendung datangnya serangan tersebut, dengan
pedang pendek dia layani serangan dari kedua orang
busu itu, sementara ranting di tangan kirinya digunakan
untuk membunuh ular. 3089 Dalam pada itu siau- cui telah berteriak lantang:
"Li Tiong-hui, berani kau bertarung mati-matian
melawan aku?" "Lebih baik kalian bertiga maju bersama-sama" jengek
Li Tiong-hui seraya menyapu sekejap siau-cui beserta
kedua orang busunya. Siau-cui membentak nyaring, pedangnya diputar
langsung membacok ke atas kepala lawan.
Dengan gerakan "awan tebal dari angkasa" pedangnya
menangkis pental senjata musuh, mengikuti gerakan itu
dia balas membabat pinggang musuh, di balik
pertahanan ia lancarkan pula sebuah serangan.
Tiba-tiba siau-cui seperti teringat akan suatu masalah
yang penting sekali, mendadak ia tarik kembali
senjatanya sambil melompat mundur, ujarnya:
"Nona Li, ada satu hal tidak kupahami, kau bersedia
memberi petunjuk dan keterangan?" Agak lega juga
perasaan Li Tiong-hui setelah melihat Tui-im, Po-hong
serta Lim Han- kim mampu mengimbangi lawannya
meski pertarungan berlangsung amat seru.
"Soal apa?" tegurnya ketus, "Bubuk racun ramuan
nona kami sangat manjur dan lihay, jelas sudah kalian
berempat telah keracunan tadi, kenapa racun itu belum
juga bekerja dalam tubuh kalian?"
"Keluarga Hong-san merupakan gudang-nya obatobatan,
kau anggap racunnya seebun Giokshiong mampu
mengapa- apakan kami?"
3090 "Jadi kalian telah menelan pil anti racun?" seru siaucui
dengan kening berkerut. Li Tiong-hui tertawa
hambar. "Benar, permainan busuk Seebun Giok-hiong masih
belum seberapa hebat, kau anggap kemampuannya bisa
dipamerkan di perkampungan keluarga Hong-san kami?"
"Kurang ajar" bentak Siau-cui gusar, "Kau berani
menghina kemampuan nona kami?" Kembali ia
menerjang ke muka sambil melancarkan sebuah bacokan
kilat. "Hey budak busuk," ejek Li Tiong-hui sambil tertawa
dingin, "Kemampuanmu seorang masih bukan
tandinganku, lebih baik kalian bertiga maju bersamasama."
Meskipun sedang berbicara, permainan pedangnya
tidak mengendor sedikit pun, bagaikan hembusan angin
puyuh ia tangkis ancaman dari Siau-cui kemudian secara
beruntun melepaskan tiga buah serangan balasanIlmu silat dari keluarga Hong-san memang tersohor di
seluruh dunia persilatan, inti sari dari kepandaian silatnya
merupakan petilan dari inti sari ilmu silat pelbagai partai
besar di dunia, tak heran bila permainan pedang dari Li
Tiong-hui saat ini aneh sekali, termasuk perubahan jurus
dari Bu-tong-pay, Kun-lun-pay maupun Go-bi-pay.
Termakan oleh ketiga serangan tersebut, siau-cui
keteter hebat dan terdesak mundur beberapa langkah.
Semula kedua orang Busu berbaju biru itu hanya
berdiri di sisi arena, tapi begitu melihat Siau-cui terdesak
3091 mundur, serentak mereka memutar senjatanya dan
menyerang dari dua sisi. Pertarungan sengit pun segera berkobar santara Li
Tiong-hui melawan ketiga orang musuhnya, dalam waktu
singkat seluruh arena telah diselimuti hawa pedang yang
menggidikkan hati. Kerja sama Tui-im dan Po-hong betul-betul hebat dan
dahsyat, kendatipun mereka harus menghadapi empat
orang Busu sekaligus, namun kedua dayang tersebut
tetap berada di atas angin.
Justru karena lengan kiri Tui-im keburu terluka lebih
dulu oleh patukan ular maka keempat orang lawannya
masih bisa bertahan sementara waktu, coba tidak,
mungkin mereka sudah keok semenjak tadi.
Di pihak lain, pertarungan antara Lim Han- kim
melawan dua orang busu itu pun berjalan seimbang,
dengan andaikan ketajaman senjatanya pemuda itu
berhasil mengutungi senjata salah seorang lawannya, hal
ini memaksa kedua musuhnya tak berani bentrok dengan
senjata lawan, akibatnya posisi mereka pun tetap
berimbang, Pertarungan antara Li Tiong-hui melawan siau-cui
berlangsung paling sengit, dengan kemampuan yang
dimiliki siau-cui dimana ilmu silatnya jauh melebihi kedua
orang busu tersebut, bukan saja jurus serangan yang
digunakan rata-rata ganas dan keji, bahkan sasaran yang
dituju pun merupakan bagian yang mematikan, hal ini
memaksa Li Tiong-hui harus membagi perhatian yang
lebih banyak untuk menghadapi sergapan tersebut.
3092 Sebaliknya kedua orang busu itu menjepit dari kedua
sisi dengan memanfaatkan setiap peluang yang dijumpai,
kendatipun jurus serangannya tidak seganas jurus siaucui,
namun kerja sama mereka bertiga sangat bagus dan
sempurna. Dalam pada itu kobaran api yang membakar ilalang
membara semakin dahsyat, jilatan api yang membara
boleh dibilang telah mengurung beberapa orang itu di
tengah lautan api. Tiba-tiba Tui-im membentak keras, secepat kilat ia
lancarkan tiga buah tusukan berantai yang satu di
antaranya segera melukai salah seorang Busu berbaju
biru itu. Sesungguhnya kepungan keempat orang Busu itu
sudah makin kedodoran tadi, dengan terlukanya salah
satu di antara mereka, maka pertahanan orang-orang itu
pun semakin lemah. Po-hong tak mau kalah, menyusul keberhasilan
rekannya dia pun lepaskan dua serangan mematikan
yang berhasil melukai kembali salah seorang musuhnya.
Tampaknya dua orang busu lainnya sadar bahwa
mereka bukan tandingan lawan, tiba-tiba pedangnya
ditarik ke belakang dan siap melarikan diri dari arena.
Melihat hal itu Tui-im menjengek sambil tertawa dingin:
"Hmmmm, keenakan betul kalian mau kabur.. ."
Sebuah tusukan kilat dilancarkan disusul Tui-im
menerjang maju ke depan melakukan pengejaran, lagilagi
ia berhasil menghadang jalan pergi musuhnya.
3093 Kedua orang dayang ini sadar bahwa situasi yang
begitu gawat mengharuskan mereka selesaikan
pertarungan ini makin cepat semakin baik, serangannya
segera makin diperketat. Tak sampai lima gebrakan kemudian kedua orang
Busu itu sudah terluka pula oleh tusukan pedang lawan.
Luka yang diderita kedua orang Busu ini rata-rata
terletak pada bagian tubuh yang mematikan, akibatnya
mereka sudah tak mampu lagi untuk melanjutkan
pertempuran. "Adikku," bisik Po-hong kemudian, "Bagaimana
keadaan lukamu?" "Tidak apa-apa, cuma luka luar."
"Sekarang kobaran api sudah makin mengganas, kalau
tidak cepat-cepat meloloskan diri, kita akan sulit
melepaskan diri" "Yaa betul." Tui-im membenarkan "Kau segera
membantu nona, biar aku membantu Lim siang kong."
Po-hong menyahut dan langsung menerjang ke arah
musuh-musuh yang sedang mengerubuti Li Tiong-hui.
Sedangkan Tui-im dengan dua kali lompatan saja telah
mencapai sisi Lim Han- kim, serunya keras:
"Lim siang kong, biar kubantu dirimu."
Padahal ucapan tersebut tak ada artinya sebab
pedangnya sudah bekerja cepat membabat lawannya,
Kemampuan dua orang Busu itu dalam melawan Lim
Han- kim sebenarnya hanya berimbang saja, dengan
3094 kehadiran Tui-im sekarang, keadaannya otomatis
berubah timpang. Tak sampai enam-tujuh gebrakan ke-mudian, salah
seorang busu berbaju biru itu sudah terluka oleh tusukan
Tui-im.
Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Semangat Lim Han- kim segera bangkit kembali, dua
serangan dadakan membuat busu yang kedua terluka
pula oleh serangannya. Ketika berpaling ke arena lain, tampak siau-cui masih
bertarung sengit melawan kerubutan Li Tiong-hui serta
Po-hong. Kini tubuh siau-cui telah penuh dengan luka dan noda
darah, namun ia tetap melakukan perlawanan sengit,
tampaknya dia bermaksud memberi perlawanan hingga
titik darah penghabisan. Rupanya kehadiran Po-hong tadi dengan cepat
berhasil melukai dua orang Busu berbaju biru itu.
Sambil memburu ke sisi arena Lim Han-kim berseru
keras: "Nona siau-cui, anak buahmu sudah terluka semua,
kini tinggal kau seorang, daripada melawan terus lebih
baik menyerah kalah saja"
"Hmmm, keluarga Hong-san segera akan tumpas,"
tukas siau-cui marah, "Biarpun hari ini aku bakal gugur,
nonaku pasti akan membalaskan dendam kematianku
ini." "Kau si budak jelek liar betul," umpat Tui-im jengkel,
"Lim siangkong, kau tak perlu membujuknya lagi, kalau
3095 dia memang pingin mampus, biar kami penuhi
keinginannya itu." Dengan kecepatan bagaikan kilat ia
lepaskan sebuah tusukan. Siau-cui putar pedangnya membendung datangnya
tusukan dari Tui-im, tak disangka saat itulah Po-hong
melancarkan sergapan kilat dari samping arena.
Di bawah bimbingan nyonya Li sendiri, ilmu silat yang
dimiliki Tui-im serta Po-hong boleh dibilang sangat
tangguh, benar ilmu silat dari siau-cui sangat lihay,
namun mana mungkin ia bisa membendung sergapan
kedua orang lawannya" Di antara cahaya putih yang
berkelebat lewat, bahu kirinya tertusuk telak.
Siau-cui membentak nyaring, sekuat tenaga ia
lancarkan dua serangan untuk mendesak mundur Li
Tiong-hui serta Tui-im, kemudian sambil mundur sejauh
tiga depa, ia angkat kepalanya menghela napas panjang
sambil mengeluh: "Wahai nonaku, aku telah berusaha
dengan sekuat tenaga."
Tanpa banyak bicara dia gorok leher sendiri dengan
pedangnya, Untung Lim Han- kim bertindak cepat, ia maju ke
muka sambil putar pedang Jin-siang-kiamnya untuk
menangkis pedang siau-cui, menyusul kemudian ia
cengkeram pergelangan tangan kanan lawan dan
merampas senjatanya. "Siapa suruh kau menolong aku?" bentak siau-cui
sangat gusar. 3096 "Menang kalah sudah lumrah dalam pelbagai
pertarungan kenapa nona harus mengambil jalan
pendek?" "Enyah... enyah kau dari sini..." teriak siau-cui sambil
meronta-ronta, namun belum selesai ucapannya ia sudah
sempoyongan dan roboh terjungkal ke tanah.
"Saudara Lim." Terdengar Li-Tiong-hui menegur
dengan hambar, "Kau benar-benar berniat
menolongnya?" "Aaaaai... meskipun dia adalah dayangnya seebun
Giok-hiong, toh dalangnya bukan dia, coba kau saksikan
kesetiaannya terhadap majikan, sikap seperti ini sangat
mengagumkan lagipula kematiannya tidak akan
mengubah situasi pada umumnya, nona, ampunilah
jiwanya" Li Tiong-hui menghela napas panjang.
"Saudara Lim, kau sungguh bijaksana dan berhati
luhur, kedudukan Bengcu sudah sepantasnya menjadi
milikmu.." "Nona terlalu serius," sahut Lim Han- kim tertawa.
"Kini kobaran apa telah membongkar semua
permukaan, jika kau ingin selamatkan jiwanya, cepat
bawa dia tinggalkan tempat ini."
Lim Han- kim berpikir sejenak. kemudian sambil
membopong siau-cui dia tinggalkan tempat itu lebih dulu.
Dalam waktu singkat mereka telah meninggalkan
daerah kebakaran itu. Mendadak Li Tiong-hui berhenti
berjalan sambil katanya: 3097 "Saudara Lim, aku lihat urusan ini agak aneh, coba
kau tanyakan kepadanya, dimana orang-orang yang
dibawanya?" Lim Han-kim menundukkan kepalanya, ia jumpai siaucui
pejamkan matanya rapat-rapat, mungkin sudah jatuh
tak sadarkan diri, karena itu sahutnya seraya
menggeleng "Lukanya cukup parah, mungkin ia sudah
tak mampu memberikan jawabannya." Termangumangu
Li Tiong-hui mengawasi lautan api di hadapannya
sambil bergumam: "Heran, padahal dia seharusnya bisa melarikan diri,
kenapa perempuan itu justru ngotot bertarung matimatian"
Ketika saudara Lim selamatkan jiwanya, dia
bukan berterima kasih malahan menunjukkan
penderitaan batin yang luar biasa, seakan-akan hanya
kematian yang bisa bebaskan dia dari penderitaan
tersebut... apa yang sebenarnya telah terjadi dan
menimpa dirinya?" "Yaa, betul sekali ucapanmu itu," sambung Lim Hankim
pula, "Aku pun sangat keheranan atas peristiwa ini."
Belum habis ucapan tersebut diutarakan, mendadak
dari tengah kobaran api itu bergema suara ledakan yang
maha dahsyat, begitu dahsyatnya ledakan itu hingga
seluruh bumi terasa bergetar keras, asap tebal pun
segera menyelimuti seluruh angkasa.
Berubah hebat paras muka Li Tiong-hui setelah
melihat kejadian ini, serunya tanpa terasa:
"Benar-benar sebuah perangkap yang keji dan jahat,
untung Tui-im melepaskan api untuk membakar tempat
ini." 3098 Tampaknya suara ledakan yang maha dahsyat itu
menyadarkan juga siau-cui dari pingsannya, sembari
membuka matanya lebar-lebar dia mengeluh:
"Oooh nona... habis sudah, habis sudah, siau-cui
merasa berdosa padamu, aku malu bertemu dengan
kau... oooh, biar mati pun aku tak bisa tenteram..."
Dalam pada itu Li Tiong-hui telah menggertak giginya
menahan gejolak emosi yang membara, umpatnya tak
terasa: "Seebun Giok-hiong, kau memang perempuan
bedebah, tak kusangka sama sekali bila hatimu begitu
licik, keji dan buas, sedikitpun tak berperikemanusiaan."
Mendadak terdengar seseorang menjengek sambil
tertawa dingin: "Li Bengcu, menjelek-jelekkan nama orang di belakang
yang bersangkutan merupakan perbuatan yang
memalukan, kau tak kuatir menurunkan wibawamu
sebagai seorang ketua dunia persilatan?"
Ketika Li Tiong-hui berpaling, terlihatlah seebun Giokhiong
dengan pakaian serba hitam dan membawa
sebuah topi bambu telah berdiri kaku di hadapannya,
jelas ia baru datang dari tempat yang jauh.
Begitu melihat kemunculan seebun Giok-hiong, Lim
Han- kim segera membaringkan siau-cui ke tanah seraya
berseru: "Nona, kedatanganmu kebetulan sekali, budak
kesayanganmu sudah terluka parah, kau harus
menolongnya segera, kalau tidak. mungkin selembar
jiwanya tak bakal ketolongan lagi."
3099 Dengan langkah lebar seebun Giok-hiong berjalan
mendekat setelah menengok keadaan siau-cui sekejap.
tegurnya: "siapa yang melukai dia?"
"Aku" sahut Tui-im dan Po-hong hampir bersamaan
Setajam sembilu sorot mata seebun Giok-hiong
menyapu dua orang dayang itu sekejap. lalu katanya:
"Kalian berdua pasti akan kuberi bagian"
Li Tiong-hui mendengus dingin, selanya: "Waktu dan
tempat petarungan telah kita sepakati bersama, kita pun
telah berjanji pada saat yang telah ditentukan kita akan
bertarung habis-habisan, hmmmm sungguh tak kusangka
kau gunakan kesempatan ini untuk membokong orang,
bahkan gunakan siasat licik ini untuk memusnahkan
kami. Untung saja siasat busukmu ketahuan lebih awal,
coba kalau tidak... bukankah seluruh jago dan orang
gagah di dunia akan celaka oleh pikiran licikmu itu?"
Seebun Giok-hiong berkerut kening, tanpa
Pukulan Naga Sakti 15 Golok Halilintar Karya Khu Lung Kedele Maut 9
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama