Ceritasilat Novel Online

Pendekar Penyebar Maut 15

Pendekar Penyebar Maut Lanjutan Darah Pendekar Karya Sriwidjono Bagian 15


"Benar, akupun juga demikian....." Jai-hwa Toat beng-kwi berdesah keras seakan-akan melepaskan semua ketegangan
hatinya. Lalu dengan tersenyum Hantu Cabul itu memandang
pada Pendekar Li. "Li Taihiap, kau memang benar-benar hebat! Kau dengan ketabahan hati itu benar-benar telah
membuat pemuda itu menjadi bingung dan tak tahu siapa
yang harus dipersalahkan. Sampai-sampai seorang pendekar
besar seperti Keh-sim Siauw hiap ikut-ikutan menjadi salah tingkah dan tak tahu apa yang mesti ia kerjakan, hahaha...."
Tapi Pendekar Li tetap diam saja di tempatnya. Orang itu
seperti tak mengacuhkan pada sanjungan-sanjungan Jai-hwa
Toat-beng-kwi. Malah seperti orang yang sedang memikirkan
sesuatu, mulutnya tampak berkemak-kemik mengucapkan
sesuatu yang tak didengar oleh kedua orang pembantunya.
"Heran! Sungguh heran.....!" akhirnya keluar juga
perkataan yang jelas dari mulutnya.
"Heran" Apakah yang heran?" hampir berbareng Jai hwa
Toat-beng-kwi dan Pek-pi Siau-kwi bertanya. Kedua orang ini memandang Pendekar Li dengan wajah tak mengerti.
"Hei, mengapa kalian tidak melihat sesuatu yang aneh
dalam peristiwa ini?" Pendekar Li balik bertanya kepada dua orang pembantunya tersebut.
"Apanya yang aneh".?" Jai-hwa Toat-beng-kwi
memandang bingung. Pendekar Li menarik lengan kedua orang itu agar datang
lebih dekat. "Eh, bukankah sejak semula yang kita
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
khawatirkan adalah kesaksian dari Keh-sim Siauw-hiap itu"
Kita tidak bisa mengelak lagi bila orang itu mengatakan apa yang sebenarnya terjadi di rumah itu. Tapi ternyata dia
mengingkarinya".! Hehe, apakah Keh-sim Siauw-hiap itu
takut kepada bocah itu pula?"
"Oh ho".benar juga. Padahal dia ikut membunuh pula dua
orang diantaranya. Malahan kalau aku tak salah dengar, kedua orang yang dibunuhnya itu justru orang she Chin sendiri!" Jai-hwa Toat-beng-kwi akhirnya sadar juga pada keanehan dari
peristiwa tersebut. "Tapi keadaan itu justru amat menguntungkan kita. Biar
saja, yang penting kita sudah selamat." Pendekar Li tertawa gembira.
"biarpun tanpa harta karun itu?" Jai-hwa Toat-beng-kwi
menatap Pendekar Li dengan tajamnya.
"Ah, biarkan saja harta karun itu. Disinipun kita sudah
makmur dan kaya raya, mau apa lagi" Kita pikirkan harta yang belum keruan macamnya itu dengan enteng saja. Kita nikmati dulu apa yang telah kita peroleh ini dengan baik."
"Tapi?"bagaimana kalau pemuda itu mendapatkan bukti
atau saksi yang lain?" Pek-pi Siau-kwi tiba-tiba menyela.
"Hah" Maksudmu,...." Pendekar Li tersentak kaget.
"Masih ada seorang lagi yang lolos dari kebuasan Keh-sim
Siauw hiap pada malam itu !"
"Siapa ?" "Thio Lung! Pemilik Kim-liong Piauw-kiok. Sahabat kita itu ikut pula di antara kita pada malam mengerikan tersebut."
Pek-pi Siau-kwi menerangkan.
"Heh, betul...! Kita harus lekas lekas memberitahukan hal
ini kepadanya." Jai-hwa Toat-beng-kwi berteriak kaget.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ya, kalian benar ! Mari kita berangkat ke Sin-yang untuk menemui saudara Thio !" Pendekar Li menyetujui gagasan itu.
Jilid 20 DEMIKlANLAH, setelah mempersiapkan segala sesuatunya,
mereka berangkat ke kota Sin-yang malam itu juga. Mereka
ingin Iekas-lekas menemui sahabat mereka itu untuk memberi tahu agar berhati-hati bila menghadapi Chin Yang Kun.
Sementara itu Keh-sim Siauw hiap telah membawa Chin
Yang Kun agak jauh dari rumah Pendekar Li itu. Di tempat
yang agak lapang, di tepian sungai mereka berhenti dan
berdiri berhadapan. Sedangkan Tiat-tung Hong kai dan yang
lain lainnya mengambil tempat agak jauh dari kedua orang itu.
Mereka berdiri tenang mengawasi Keh-sim Siauwhiap serta
siap apabila diperlukan. "Nah, apa yang hendak kaukatakan kepadaku lagi?" Chin Yang Kun bertanya.
"Saudara Chin, apakah kau masih menduga bahwa akulah
pembunuh ayah dan pamanmu ?"
Chin Yang Kun mengerutkan dahinya sebentar, lalu
menggelengkan kepalanya. "Tidak!" katanya tegas. "Untuk sementara kecurigaanku tidak kutujukan kepadamu. Aku
percaya pada kata-katamu. Aku sudah lama mendengar
tentang kau dan sepak terjangmu, dan aku berpendapat
bahwa orang seperti engkau tidak mungkin membunuh
wanita, apalagi anak-anak yang tak berdosa seperti anak dan isteri Pendekar Li itu."
"Terima kasih." Keh-sim Siauw-hiap menghembuskan napas lega dari dadanya "Sekarang marilah kita pikirkan, apa yang Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
harus kaulakukan agar persoalanmu ini menjadi terang ! Terus terang aku sendiri juga ikut menjadi penasaran, karena dalam hal ini ternyata justru sayalah yang menjadi terdakwa
pertamanya. Padahal demi langit dan bumi aku tak pernah
melakukannya sama sekali!"
"Coba kaukatakan, apa yang harus aku lakukan agar
persoalan ini menjadi terungkap dengan jelas?" Chin Yang Kun yang tak ingin berbicara dengan panjang lebar lagi itu cepat memotong perkataan Keh-sim Siauw-hiap.
Pendekar dari Pulau Meng-to itu menatap mata Chin Yang
Kun sambil mengusap-usap dagunya yang licin. "Jadi kau
benar-benar tidak mempunyai barang bukti atau saksi yang
dapat digunakan untuk menangkap si pembunuh itu?"
Chin Yang Kun menggeleng.
"Kalau begitu yang harus kaulakukan sekarang adalah
mencari barang bukti atau saksi mata dalam peristiwa itu!
Terutama yang harus kaudapatkan ialah seorang saksi mata,
sebab untuk mendapatkan barang bukti terang sudah tidak
mungkin lagi. Peristiwa tersebut sudah berlangsung satu
tahun yang lalu, semua benda atau barang bukti yang
berkaitan dengan peristiwa itu tentu sudah rusak atau hilang."
Keh-sim Siauw-hiap memberi nasehat.
"Saksi mata yang melihat sendiri peristiwa itu" Hmm,
bagaimana aku bisa mendapatkan orang semacam itu"
Semuanya telah mati....." dengan tubuh lemah Chin Yang Kun berbisik perlahan.
"Apakah tidak ada seorangpun dari keluargamu atau
sahabatmu, yang ikut dalam rombongan ayahmu itu, yang
kira-kira masih hidup atau bisa dimintai keterangan?"
"Keluargaku"." Ahh, mereka sudah mati
semua".ibuku".adikku".para pengawal dan pemikul
tandu".Siang-hui-houw dan Hek".hei! Benar! Masih".masih
ada! Namanya Hek-mou-sai, pengawal ayahku! Tapi"hmm,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
orang itu tak berada disana malam itu"." Chin Yang Kun yang hampir bersorak itu kembali tertunduk lagi dengan lemah.
"Bagaimana?" "Ada sebenarnya".tapi orang itu tidak ada disana pada
waktu peristiwa tersebut terjadi. Orang itu mendapat tugas untuk menyelidiki jalan yang menuju ke kota Tie-kwan sejak sore hari"."
Keh-sim Siauw-hiap tertunduk lesu pula. "Kalau begitu kau
terpaksa harus mencari saksi mata dari pihak lawan!"
"Pihak lawan....?"
"Ya! Kau harus mencari salah seorang kawan dari Pendekar
Li yang ikut berada di rumah itu ketika peristiwa tersebut terjadi! Tentu saja jalan ini akan lebih sukar, tapi kau dapat mencobanya. Ehm, apakah kau sudah tahu siapa-siapa saja
kawan dari Pendekar Li yang ikut dalam pertempuran itu?"
"Menurut ceritera Pendekar Li".orang-orang itu adalah Jaihwa Toat-beng-kwi, Pek-pi Siau-kwi, Hui-chio Tu Seng, Thio Lung dan lain-lainnya. Pendekar Li tidak menyebutnya satu
persatu"." "Jai-hwa Toat-beng-kwi dan Pek-pi Siau-kwi terang sudah
tidak mungkin. Kedua orang tersebut sudah tahu masalah ini.
Hui-chio Tu Seng sudah mati. Hai! Tinggal Thio Lung
sekarang".! Orang itu tidak terlihat di rumah Pendekar Li tadi.
Benar! Sekarang kau harus lekas-lekas menghubungi orang itu di kota Sin-yang! Dia menjadi pengurus dari Kim-liong Piauwkiok disana."
"Thio Lung" Baiklah, aku malah sudah mengenal beberapa
orang dari para anggota Kim-liong Piauw-kiok itu. Bagus".!
Aku akan pergi kesana sekarang juga." Chin Yang Kun berkata dengan bersemangat.
"Silahkan".! Kami akan selalu membantumu!" Keh-sim
Siauw-hiap mengangguk. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Nanti dulu!" tiba-tiba Tiat-tung Lo-kai mencegat langkah
Chin Yang Kun. "Lo-kai"." Jangan!" Keh-sim Siauw-hiap berteriak.
"Siauw-hiap, bagaimana".bagaimana dengan ketiga orang
anak buahku yang mati itu?" pengemis tua itu seolah-olah
meratap di depan Keh-sim Siauw-hiap.
"Biarkanlah dia menuntut balas dahulu atas kematian
seluruh keluarganya! Setelah itu kau boleh berhitungan
dengan dia. Jadi semuanya biar memperoleh kesempatan!"
"Keh-sim Siauw-hiap, ada apa?"" Chin Yang Kun menoleh
ke arah pendekar dari Pulau Meng-to dengan wajah tak
mengerti. Muka yang pucat dan tak bergairah itu melirik kepada Chin
Yang Kun sekejap, lalu sambil bergumam sedih ia melangkah
pergi. "Balas membalas karena dendam".ohh, kapan
semuanya itu akan berakhir" Saudara Chin pergi untuk
mencari musuhnya. Setelah bertemu musuh itu tentu akan
kaubunuh juga. Tapi di dalam perjalananmu ketika mencari
musuh itu kau telah kesalahan tangan membunuh orang pula.
Kini sahabat dari orang yang kaubunuh itu datang pula untuk membalas dendam. Nah....lalu apa gunanya membalas
dendam itu" Setiap manusia tentu mempunyai kesalahan,
maka bukan kewajibannyalah untuk menghukum orang lain.
Sudah ada sendiri. Kekuasaan tertinggi yang mengurus dan
berhak menindaknya. Manusia tak perlu campur tangan...."
Suara itu makin lama makin perlahan, dan akhirnya lenyap
terbawa angin. Bagaikan orang yang lagi terbius oleh sesuatu yang tak dimengertinya, para pembantu Keh-Sim Siauw-hiap
melangkah pergi satu persatu meninggalkan tempat tersebut.
Dengan wajah tertunduk mereka mengikuti arah suara Kehsim Siauw-hiap yang telah pergi jauh.
Sekarang tinggal Chin Yang Kun sendiri yang berdiri
mematung di tempat itu. Kata-kata yang keluar dari mulut
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pendekar ternama itu masih terngiang-ngiang di telinganya.
Balas-membalas karena dendam" Apakah gunanya semua itu"
Paling-paling hanya untuk kepuasan hati saja, entah itu demi kehormatan dirinya, keluarganya, golongannya atau lainnya.
Nah, kalau jutaan manusia yang berada di dunia ini lalu
bertindak sendiri sendiri hanya demi kepuasannya masingmasing tanpa menghiraukan manusia lainnya, apakah jadinya
kehidupan ini nantinya" Dunia akan hilang peradabannya,
manusia akan hilang kepribadiannya. Manusia tak ubahnya
dengan seekor binatang. Siapa kuat, dialah yang menang....
dialah yang benar ! Betulkah itu "
Chin Yang Kun menghela napas panjang sekali lalu dengan
langkah gontai ia berjalan pula meninggalkan tempat itu. Dan hatinya telah mulai goyah.
"Uhh, andaikata Liu toa-ko ada di sini...." pemuda itu bergumam sambil membayangkan wajah sahabatnya, Liu toako. Sahabatnya itu juga paling tidak suka akan kekerasan dan kemunafikan, meski dia sendiri hidup sebagai perwira yang
selalu bergulat dengan peperangan.
Chin Yang Kun berjalan sambil menunduk, tiba tiba
telinganya mendengar desir angin lembut di mukanya dan
ketika wajahnya tengadah ia menjadi kaget. Keh-sim Siauwhiap yang tadi telah pergi meninggalkannya, kini telah berada di hadapannya lagi. Dengan wajah masih tetap tampak
murung pendekar itu memandang kepadanya.
"Saudara Chin, maaf aku telah mengganggumu lagi. Kata Tiat-tung Lo-kai, engkau kemarin berjalan bersama-sama
dengan Souw Lian Cu. Betulkah" Lalu kemana gadis itu
sekarang?" Sesaat pipi Chin Yang Kun menjadi merah. Untuk sekejap pemuda itu merasa seperti rahasia pribadinya telah diketahui orang. Tapi setelah melihat wajah di depannya itu tidak menunjukkan sesuatu yang aneh, apalagi wajah yang
murung itu justru tampak serius sekali, maka Chin Yang Kun Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
segera sadar bahwa Keh-sim Siauw-hiap tidak bermaksud
untuk berolok-olok dengannya.
"Apa.... apakah maksudmu menanyakan dia kepadaku ?"
Agak bergetar juga suara Chin Yang Kun ketika menjawab
pertanyaan itu, sehingga Keh-sim Siauw-hiap malah merasa
heran atas sikap itu. "Begini... dia telah beberapa bulan meninggalkan Pulau Meng-to, dan sampai sekarang belum pulang. Padahal gadis
itu agak merasa tidak senang hati ketika meninggalkan
rumah." "Ohh... dia telah lebih dahulu meninggalkan dusun ini tadi pagi. Mungkin...... mungkin dia telah berangkat pulang malah.
Apakah dia......adikmu?"
"Bukan ! Dia puteri sahabatku.... Saudara Chin, terima kasih! Aku berangkat dulu !"
Sekali menjejak tanah tubuh pendekar itu lenyap seperti
tertiup angin! Kecepatan bergeraknya benar benar tiada
taranya, sehingga Chin Yang Kun yang baru saja berbicara
dengan pendekar itu hampir-hampir tak mempercayai
penglihatannya sendiri. "Gadis itu bukan adiknya, tapi puteri dari sahabatnya. Lalu apa hubungannya gadis itu dengan Keh-sim Siauw-hiap"
Tunangannya?" Pemuda itu membatin. Lalu tiba-tiba seperti
timbul perasaan tidak senang di dalam hati Chin Yang Kun
terhadap Keh-sim Siauw-hiap. Tapi apa yang menyebabkan
perasaan tak senang itu, Ching Yang Kun sungguh tidak
mengerti. "Persetan dengan gadis itu !" tak terasa bibirnya mengumpat, sehingga ketika sadar pemuda itu menjadi malu
sendiri. Untunglah tak ada orang lain yang mendengarnya.
Oo00oo Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dengan tergesa-gesa Souw Lian Cu pergi meninggalkan
rumah bekas tempat tinggal kakek Piao Liang atau yang lebih terkenal dengan sebutan Kim-mou-sai-ong itu. Gadis itu
bermaksud mengejar orang-orang yang pergi ke Pantai
Karang sekalian mau pulang ke Meng-to. Ada sesuatu hal
yang membuat Souw Lian Cu ingin lekas-lekas tiba di tempat penyeberangan ke Pulau Meng-to tersebut. Selain ingin lekas-lekas bertemu dengan Keh-sim Siauw-hiap dan mengatakan
tentang harta karun itu, dia juga ingin bertemu dengan wanita ayu dari Bing-kauw yang menuduh Hong-lui-kun memperkosa
Put-sia Nio-cu itu. Souw Lian Cu sama sekali tidak mengira kalau pada saat itu Keh-sim Siauw-hiap justru sedang berada di dusun tersebut. Dia hanya mengira bahwa Keh-sim Siauwhiap cuma mengirim orang-orangnya seperti biasa untuk
berurusan dengan pihak Tan wangwe. Urusan tentang harta
yang akan dibagi-bagikan kepada para penduduk miskin!
Souw Lian Cu memang tidak ingin menemui Tiat-tung Lokai atau yang lain-lainnya, apalagi harus membantu mereka
dalam menghadapi Tan wangwe. Sejak gadis itu berada di
Pulau Meng-to, dia memang belum pernah ikut campur dalam
urusan Keh-sim Siauw-hiap. Di tempat itu Souw Lian Cu hanya sekedar menumpang atau bersembunyi, karena dia belum
mau pulang ke rumahnya sendiri.
Sampai di jalan raya Souw Lian Cu segera membuat
rencana, apa yang mesti ia kerjakan agar dia dapat cepat tiba di Pantai Karang itu. Waktunya tidak banyak lagi. Besok
malam ia sudah harus sampai disana. Padahal orang orang itu telah lebih dahulu satu malam daripada dirinya.
Kalau mengambil jalan darat, dia harus melalui dusundusun dan kota-kota kecil yang memutar. Sebab untuk
mengambil jalan memintas memang sukar sekali, selain harus menyusup hutan belukar yang sulit dilalui orang, dia harus melintasi bukit dan jurang yang belum pernah dikenal orang.
Padahal waktunya tinggal besok malam saja. Maka apabila
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
harus melalui jalan darat, terang dia akan terlambat dan jerih payahnya akan sia-sia.
Satu-satunya jalan yang tak banyak mempunyai resiko
hanyalah melalui air. Jika dari sungai yang mengalir di tepi dusun itu dia naik perahu yang pergi menuju ke Sungai Huang ho, disana dia dengan mudah bisa menumpang perahu yang
berlayar ke arah pantai. Dan kalau semuanya berjalan lancer, dia akan sudah tiba di Pantai Karang itu sebelum waktu
tengah malam. Hanya persoalannya sekarang adalah mencari
perahu yang hari itu mau berangkat ke sungai Huang ho.
Adakah perahu dagang atau perahu muatan yang membawa
segala macam hasil bumi dari dusun-dusun di lembah itu yang kebetulan mau berangkat ke sungai Huang ho"
Souw Lian Cu langsung menuju ke bandar yang berada tak
jauh dari tempat tinggal Kim mouw-sai-ong. Di sana banyak
sekali perahu-perahu nelayan ataupun perahu-perahu dagang
yang memuat segala macam hasil bumi dan kerajinan dari
berbagai daerah, termasuk juga dari daerah itu sendiri.
Perahu-perahu dagang itu selain membeli hasil-hasil daerah setempat, juga sekalian menjual barang-barang yang
dibawanya dari daerah lain. Oleh karena itu selain sebagai bandar perahu, tepian sungai tersebut juga berfungsi sebagai pasar yang sangat ramai. Maka kedatangan Souw Lian Cu di
antara mereka benar-benar tidak menarik perhatian sama
sekali. Kalau ada satu dua orang yang memandangnya, hal itu cuma karena kecantikannya yang memang sangat
mempesonakan atau karena tangannya yang bunting.
Souw Lian Cu masuk ke sebuah rumah makan yang cukup
sederhana untuk mengisi perut sekalian mencari keterangan
tentang perahu-perahu yang akan ditumpanginya. Meskipun
peralatannya kelihatan sangat sederhana, tetapi rumah makan itu ternyata sangat luas dan banyak langganannya. Selain
beberapa buah meja yang berderet-deret di empernya yang


Pendekar Penyebar Maut Lanjutan Darah Pendekar Karya Sriwidjono di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

luas, ternyata di dalam masih banyak pula meja kursi yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
saat itu telah dipenuhi oleh tamu. Mereka terdiri dari orang-orang kota yang bekerja sebagai tukang dayung, nelayan,
pedagang dan lain sebagainya.
Souw Lian Cu berdiri di dekat pintu masuk lalu melongoklongokkan kepalanya untuk mencari meja yang kosong.
Beberapa orang pelayan yang sangat sibuk itu tak sempat lagi menyambutnya apalagi membawanya ke meja yang kosong.
Karena agak lama belum juga dapat melihat tempat yang
kosong, maka beberapa orang laki-laki mulai menggoda
dirinya. Tapi semuanya itu tidak dipedulikan oleh Souw Lian Cu.
"Disini masih ada satu tempat yang kosong, nona"."
"Atau duduk saja di kursiku ini. Biarlah, aku duduk di
lantaipun tidak apa, hahah".!"
"Ah, tidak enak kalau harus begitu".bila yang lain duduk di kursi, kamu malah duduk di lantai. Mana ada aturan
demikian?" kawannya menyahut.
"Lantas bagaimana kalau memang tidak ada tempat duduk
yang lain?" yang lain menyambung.
"Biarlah dia duduk di"..pangkuanku saja," dengan
tenangnya orang itu tadi menjawab.
"Hahahah"..enakmu!" kawan-kawannya tertawa terbahakbahak. "Hehehe"..hihihi!"
Mata yang bersinar-sinar lembut itu tiba-tiba berkilat tajam.
Tapi sejenak kemudian mata itu kembali redup. Agaknya gadis itu tak mau berselisih hanya karena tukang-tukang dayung
yang kasar seperti mereka. Sambil menghela napas Souw Lian Cu membalikkan badannya, mau keluar mencari rumah makan
yang lain. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tapi kalau memang sudah ditakdirkan untuk marah, tibatiba dari luar pintu muncul empat orang kasar lagi yang
menghalangi jalannya. Dengan lagak yang menjemukan
empat orang itu pringas-pringis di depan Souw Lian Cu,
memperlihatkan gigi-giginya yang besar dan kuning.
"Eeiit, nanti dulu".! Jangan buru-buru kabur dari sini, oh, burung hong-ku yang cantik!"
Keempat orang yang bertampang kasar itu melangkah
maju bersama-sama dan mendesak Souw Lian Cu masuk ke
dalam ruangan lagi. Empat pasang tangan mereka yang kasar
dan berjari-jari besar itu teracung ke depan, seolah-olah mau berebut dulu menggerayangi tubuh Souw Lian Cu.
"Diamlah, anak manis".! Jangan takut, kami tak akan
menyakitimu"..haha!"
"Hahaheheh"..harap semua berhenti makan dulu!
Sekarang acara kita diselingi sebentar dengan pertunjukan
empat kucing besar memburu tikus kecil,
hahahahehehihih".!" Salah seorang laki-laki yang mula-mula menggoda Souw Lian Cu tadi berteriak sambil berdiri di atas kursinya.
Suasana dalam rumah makan itu menjadi ribut. Orangorang kasar yang terdiri dari para tukang dayung, nelayan dan pekerja-pekerja pengangkut barang itu bukannya kasihan
melihat gadis itu diganggu oleh rekan mereka, sebaliknya
mereka bersorak gembira, seolah-olah mereka mendapat
hiburan yang menyenangkan malah! Semua orang berdiri dari
tempat duduk mereka dan bertepuk tangan memberi
semangat kepada empat orang kawan mereka yang
mengepung Souw Lian Cu itu.
Langkah Souw Lian Cu terhenti ketika tiba-tiba
punggungnya telah terantuk tiang rumah. Otomatis gadis itu tak bisa mundur lagi. Sebenarnya tak ada minat dalam hati
Souw Lian Cu untuk melayani kekurangajaran mereka. Mereka
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
adalah orang-orang kasar yang telah terbiasa berbuat kasar, padahal sebenarnya mereka adalah orang-orang polos yang
tidak tahu apa-apa. Mereka hanya sekedar mengandalkan
otot-otot mereka yang kokoh dan kekar! Oleh karena itu dia tidak ingin melawan mereka, apalagi sampai harus menyentuh tubuh orang-orang itu. Dia hanya mau menunjukkan sesuatu
kepada orang-orang itu, bahwa ia bukanlah seorang gadis
biasa yang mudah diganggu atau dipermainkan oleh orangorang kasar semacam mereka.
Tapi sebelum gadis itu mempertunjukkan kepandaiannya,
dari ruangan yang sebelah dalam lagi muncul seorang pemuda tampan berpakaian mentereng indah! Pemuda itu masih
berusia amat muda, mungkin Cuma berselisih dua tiga tahun
dengan Souw Lian Cu. Pada pinggangnya yang sebelah kiri
tergantung sebuah golok, dimana sarung goloknya dihiasi
emas permata yang gemerlapan.
Dari dalam ikut muncul pula di belakang pemuda itu
seorang gadis cantik molek yang pakaiannya tidak kalah
mewahnya dengan pemuda yang lebih dulu muncul. Berbeda
dengan pemuda di depannya yang membawa golok pada
pinggangnya, gadis itu hanya membawa sebuah kipas yang
selalu digenggam di tangan kanannya. Hanya saja kalau
diperhatikan dengan lebih cermat, orang akan segera melihat bahwa kipas itu bukanlah sebuah kipas biasa yang terbuat dari kertas atau kayu, tetapi sebuah kipas khusus yang terbuat dari lempengan baja yang sangat kuat dan tajam!
"Jangan kurang ajar !" pemuda itu membentak orang-orang
yang mengganggu Souw Lian Cu. Seketika suara yang riuh itu berhenti ! Dengan wajah heran orang-orang kasar itu
memandang ke dalam, ke arah sepasang muda-mudi yang
berwajah elok tersebut. Mulut mereka ternganga seperti
melihat dewa yang turun ke bumi. Orang-orang kasar itu
memang tidak biasa melihat orang-orang kota yang
berpakaian indah dan anggun seperti kedua muda-mudi itu,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
apalagi pakaian yang dihiasi dengan emas permata seperti itu
! "Ooohho..... ada seorang dewa yang turun ke bumi untuk mempersunting seorang gadis dusun rupanya, haha-hehe.....!"
salah seorang dari empat orang kasar yang mengganggu
Souw Lian Cu tertawa mengejek.
"Hahaheheh..... kali ini kau terpaksa harus mengalah, Lo Houw (Macan Tua) !" kawannya menepuk punggung orang itu
dengan tertawa pula. "Lihat ! Sebuah gelangnya saja bisa untuk membeli nyawa orang seisi warung ini, hohoho.....!"
"Benar!" pemuda itu tiba-tiba berkata sambil melepaskan sebuah gelang dari tangannya, sebuah gelang emas yang
harganya tentu sangat mahal sekali. Mungkin bisa untuk
membeli rumah makan itu beserta seluruh isinya. "Gelang ini memang bisa untuk membeli kepala kalian semua! Oleh
karena itu gelang ini akan kuberikan kepada kalian agar kalian tidak mengganggu gadis itu!"
"Koko, jangan....! kenapa gelang pemberian ayah itu
kauberikan pada orang-orang kasar seperti mereka?"
mendadak gadis cantik yang tidak lain adalah Tiau Li Ing itu berteriak mencegah maksud kakaknya.
"Biarlah, di rumah masih banyak yang lain," pemuda itu
berkata sambil tetap melemparkan gelang tersebut ke arah
kerumunan orang-orang kasar itu. "Nona! Kau kemarilah....!"
pemuda tampan itu berteriak ke arah Souw Lian Cu.
"Huraaa.....!" seluruh orang yang berada di dalam rumah
makan itu bersorak. Tanpa memikirkan apa akibatnya, semua
berloncatan dari kursinya dan berlari menerjang ke arah
jatuhnya gelang emas tadi. Bagaikan kerumunan semut yang
merubung sebutir sisa makanan orang-orang itu tumpangtindih tak beraturan! Mereka saling mencakar, menggigit,
memukul, menendang orang yang terdekat, sehingga suasana
rumah makan itu benar-benar kacau balau tidak karuan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mereka menghancurkan meja, kursi, barang pecah belah dan
lain-lainnya. Pemilik rumah makan itu beserta pelayannya juga sudah lupa kepada miliknya sendiri, mereka ikut tunggang-langgang berebut dengan orang-orang itu.
Sementara itu Souw Lian Cu cepat-cepat menghindar dari
kebuasan orang-orang kasar itu. Dengan tenang gadis itu
menyusup ke dalam, menemui dua orang kakak beradik yang
kaya raya tersebut. "Marilah, nona, silahkan masuk! Marilah duduk bersama di
meja kami!" pemuda tampan itu menyapa dan
mempersilahkan masuk. Tapi Souw Lian Cu menjadi terkejut ketika berhadapan
dengan gadis cantik yang berdiri di belakang pemuda itu.
Pikirannya segera melayang ke kuil Im-yang-kauw yang
berada di lereng Bukit Delapan Dewa. Kemudian wajah Chin
Yang Kun yang sangat menyebalkan itupun melintas dalam
ingatannya, tapi wajah yang terbayang dalam ingatannya itu tampak sedang kesakitan karena baru saja dilukai oleh paman gadis cantik yang kini berada di depannya ini. Tung-hai Nungjin!
Souw Lian Cu segera mengenali gadis itu sebagai gadis
cantik yang dahulu pernah datang bersama Tung-hai Nung-jin ke kuil di Bukit Delapan Dewa itu, karena pada waktu itu dia turut pula menyaksikan pertempuran antara Tung-hai Nung-jin tersebut dengan Tong Ciak Cu-si. Tapi karena pada saat itu Souw Lian Cu menonton pertempuran tersebut bersama-sama
dengan para anggota Im-yang-kauw yang lain, maka gadis
cantik itu tak sempat melihatnya.
"Hei, kenapa....?" pemuda itu bertanya ketika melihat Souw Lian Cu agak tertegun melihat adiknya. "Ini adikku...." pemuda itu memperkenalkan kepada gadis itu.
"Tidak apa-apa, terimakasih....! terima kasih!" Souw Lian
Cu mengangguk-angguk. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pemuda itu bersama dengan adiknya mengajak Souw Lian
Cu masuk ke dalam. Tapi baru saja mereka melangkah, dari
dalam telah keluar seorang kakek kurus berpakaian mewah
pula seperti kedua orang kakak beradik itu. Dibelakang kakek kurus tersebut mengikuti tiga orang laki-laki berwajah kasar dan keras seperti penjahat.
"Eh, paman Phang Kui....." pemuda tampan itu tersenyum
menyambut orang tua tersebut.
"Heh! Ada apa ramai-ramai ini" Mengapa orang-orang di
luar itu pada ribut benar?"
"Paman, lihat tuh di luar....! Kiat Su koko baru saja
mengobral perhiasannya lagi." Tiau Li Ing mengadu kepada
orang tua itu, yang tidak lain adalah Tung-hai Nung-jin.
Sedangkan tiga orang yang berdiri di belakang orang tua itu tidak lain adalah Tung-hai Sam-mo!
"Ah, cuma sebuah gelang emas saja, paman..." kakak si
gadis yang bernama Tiau Kiat Su itu membela diri.
"Memang harta seperti itu tidak berarti banyak bagi kita.
Tapi apakah kau tidak memikirkan akibatnya" Apakah kau
tidak membayangkan bahwa orang-orang itu akan
menyusahkanmu nantinya?"
"Bagaimana bisa orang-orang kasar seperti itu dapat
menyusahkan aku, paman?"
"Kau ini memang belum dapat berpikir matang, Kiat Su.
Sudahlah...sekarang marilah kita lekas-lekas pergi dari tempat ini sebelum orang-orang itu mengerumuni kita! Li Ing, Sam-mo....ayoh! kita kembali ke perahu!"
"Baik, susiok! Su-te, su-moi....mari kita pergi! Jangan
membikin marah susiok!" orang tertua dari Tung-hai Sam-mo
menoleh sebentar kepada Kiat Su dan Li Ing, lalu melangkah pergi diikuti oleh dua orang adik seperguruannya yang lain.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kiat Su memandang Souw Lian Cu, kemudian tersenyum
dan mengangkat pundaknya. "Mereka adalah paman dan
suhengku. Yang tua tadi pamanku, sedang tiga orang yang
serem-serem itu murid ayahku. Mereka memang suka marahmarah dan terlalu berhati-hati sekali. Marilah kau turut kami saja ! Kalau ada disini terus, kau akan diganggu oleh orang-orang itu lagi. Marilah, nona...eh, maaf.... bolehkah aku tahu namamu?"
"Terima kasih, namaku Souw Lian Cu. Biarlah aku
meneruskan perjalananku sendiri saja. Silahkan saudara
cepat-cepat meninggalkan rumah makan ini! Perkataan
pamanmu tadi memang benar, orang-orang kasar itu akan
menyusahkanmu nantinya."
"Koko, ayolah....! Paman tentu akan marah kalau kita
terlalu lama disini nanti." Li Ing ikut mendesak kakaknya.
"Ah, kalian ini sama saja dengan orang tua itu.
Menyusahkan" Apanya yang menyusahkan" Apa
berbahayanya orang-orang kasar seperti mereka?"
Souw Lian Cu saling pandang dengan Tiau Li Ing.
"Berbahaya memang tidak! Aku percaya saudara tidak akan
membutuhkan banyak waktu untuk membasmi mereka. Sekali
cabut saja golok yang berada di pinggang saudara itu, mereka akan bergelimpangan tak bisa bangun lagi! Tetapi apa
akibatnya setelah itu" Saudara akan dikejar-kejar dan dicari-cari oleh para petugas kerajaan, lalu para pendekar dan para jago silatpun kemungkinan besar juga akan menguber-uber
saudara. Nah, apakah enaknya hidup demikian" Mungkin
saudara memang tidak takut, tapi bukankah kehidupan
saudara tidak akan bebas seperti burung di udara lagi" Setiap saat dan setiap waktu saudara harus selalu waspada, hati
selalu waswas dan curiga, karena setiap saat orang yang
menguber-uber saudara bisa datang. Padahal saudara belum
mengenal para petugas kerajaan, pendekar atau yang lain,
yang memburu saudara itu,,.." tiba-tiba saja Souw Lian Cu Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berkhotbah seperti pendeta di hadapan para muridnya,
sehingga Kiat Su dan Li Ing menjadi terheran-heran.
"Nona Souw, kau.....?" Kiat Su ternganga mulutnya.
Kedua kakak beradik itu memang tidak menyangka sama
sekali kalau gadis buntung yang baru saja mereka tolong,
yang tadi kelihatan ketakutan ketika dikerumuni orang-orang kasar itu, dapat mengeluarkan kotbah seperti itu. Memang
setelah mendengarkan ucapan-ucapan gadis itu tadi, hati
mereka menjadi sadar, tetapi yang masih sangat
mengherankan mereka adalah ucapan-ucapan tersebut.
Mereka tak mengira bahwa ucapan-ucapan seperti itu keluar
dari mulut seorang gadis dusun yang masih muda belia dan
kelihatan sangat lemah ini. Pantasnya ucapan-ucapan seperti itu tentu dikeluarkan oleh seorang dewasa, yang telah matang baik jiwa maupun pengalamannya.
Souw Lian Cu mengangguk sambil sekali lagi menyatakan
rasa terima kasihnya, lalu bergegas meninggalkan ruangan itu pula. Tinggallah kini kedua kakak beradik itu yang masih
saling memandang dengan dahi berkerut.
"Ko-ko, agaknya perbuatanmu kali ini benar-benar salah
alamat! Aku berani bertaruh gadis itu tadi tentu bukan gadis sembarangan. Kelihatannya saja amat lemah, tapi kukira
kepandaiannya tidak kalah dengan kepandaianmu."
"Tapi mengapa dia diam saja ketika diganggu oleh orangorang kasar itu?" "Apakah kau sudah lupa pada perkataannya tadi" Ia tak
ingin dikejar-kejar dan dimusuhi oleh banyak orang. Gadis itu ingin hidup bebas seperti burung di udara."
Kiat Su tercenung dan menundukkan kepalanya. Dalam hati
pemuda itu membenarkan ucapan gadis aneh tersebut. Tapi
begitu ia mau membuka mulut untuk mengajak adiknya
meninggalkan tempat itu pula, tiba-tiba dari luar terdengar Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
suara ribut-ribut orang-orang kasar tadi yang hendak
memasuki ruangan itu. "Ayo kita meminta lagi kepada pemuda itu. Ayoh ...!"
"Yaa, kita minta saja kepadanya....!"
"Kalau tidak boleb kita sikat saja semuanya....!"
Kiat Su saling memandang dengan Li Ing. Seperti
mendapat aba-aba mereka berdua segera meloncat melalui
jendela dan kabur dari tempat itu. Keduanya segera berlari menuju perahu mereka yang berlabuh tidak jauh dari tempat
itu. "Nah, benar juga kata-kata gadis buntung itu." Li Ing
tertawa diantara langkah kakinya. "Belum juga membunuh
kita sudah berlari-lari dikejar orang, hi-hi....apalagi kalau kita sudah membasmi mereka tadi."
"Sudahlah, jangan banyak omong! Apakah kau sendiri juga
tidak suka membunuh orang" Coba kauhitung, berapa banyak
manusia tak berdosa yang telah menjadi korban kipasmu itu?"
Ternyata mereka berdua telah lama dinantikan oleh ketiga
orang suhengnya itu. Maka, setelah keduanya naik ke atas
perahu, perahu itupun segera berangkat. Beberapa orang
kasar yang sudah berlarian sampai di pinggir sungai tampak mengacung-acungkan kepalan mereka sambil berteriak-teriak
marah. Sementara rombongan keluarga bajak laut dari Laut Timur
itu berangkat meninggalkan dusun Ho-ma cun, Souw Lian Cu
juga telah jauh meninggalkan tempat tersebut. Gadis itu tak mau lagi berurusan dengan tukang tukang perahu yang kasar, oleh karena itu dengan nekad dia berlari menyusuri sungai
tersebut ke arah hilir. Dalam hati Souw Lian Cu berharap,
siapa tahu malah ada perahu nelayan yang dapat ia tumpangi nanti. Toh mesti banyak perahu yang berlayar di atas sungai itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ternyata harapan Souw Lian Cu untuk memperoleh
tumpangan perahu itu tak pernah terlaksana. Memang banyak
perahu yang lewat, tapi semuanya tentu sudah sarat dengan
muatannya sendiri. Atau kalau ada perahu nelayan yang Iewat mereka tak mau membawa Souw Lian Cu sampai ke
muaranya, yaitu Sungai Huang ho! Tujuan itu terlalu jauh bagi mereka, sehingga gadis itu terpaksa tidak jadi menumpang
perahu-perahu nelayan tersebut.
Sungai itu mengalir menembus tengah-tengah hutan
sekarang, maka Souw Lian Cu semakin sukar untuk
mengikutinya. Meskipun begitu ada keuntungannya juga.
Matahari yang telah mencapai puncaknya itu tak mampu
membakar kepalanya sebab pohon-pohon besar yang tumbuh
rindang di kanan kiri sungai itu telah memayunginya.
Aliran sungai itu membentuk sebuah telaga kecil di tengah

Pendekar Penyebar Maut Lanjutan Darah Pendekar Karya Sriwidjono di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tengah hutan lebat itu sebelum mengalir kembali ke
tujuannya. Telaga itu mempunyai garis tengah kira-kira lima atau enampuluh meter. Memang tidak begitu lama ! Airnyapun juga tidak dalam, kira-kira cuma satu atau satu setengah
meter saja. Maka batu batu besar yang banyak terdapat di
dalamnya tampak bertonjolan pada permukaan airnya. Bagian
tepi dari telaga kecil tersebut merupakan pasir landai yang agak luas, sehingga permukaan air telaga itu tidak terjangkau oleh rindangnya daun-daun pepohonan yang mengelilinginya.
Maka wajah matahari yang bersinar terik di tengah hari itu dapat langsung berkaca pada permukaannya. Bersih dan
terang menyilaukan ! Souw Lian Cu yang sudah merasa kelelahan itu langsung
mencuci tangan dan kakinya di air yang dangkal tersebut. Lalu sambil menghela napas segar gadis itu menjatuhkan dirinya di pasir yang empuk. Dengan beralaskan kedua belah lengannya
Souw Lian Cu berbaring melepaskan semua kepenatannya.
Sekarang baru terasa kalau perutnya belum diisi sejak pagi Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tadi. Tapi di tengah-tengah hutan begini, ke mana dia dapat memperoleh makanan"
Souw Lian Cu jadi teringat pada rumahnya sendiri. Rumah
yang dihuninya dengan ayahnya, karena ibunya telah tiada di dunia ini semenjak ia masih berusia dua tahun. Rumahnya itu juga dibangun di dekat sungai dan di daerah yang terpencil pula seperti tempat ini. Hanya bedanya aliran sungai yang
mengalir tak jauh dari rumahnya itu berasal dari sebuah air terjun yang letaknya juga tidak begitu jauh dari rumah
tersebut. Dia merasa tenang, tenteram, damai dan bahagia tinggal di
rumah itu meskipun ia cuma hidup berdua saja dengan
ayahnya. Ayahnya sangat memanjakannya, sangat
menyayanginya, sehingga kadang-kadang ia merasakan
dirinya seperti seorang bayi yang harus selalu ditolong oleh ayahnya dalam segala hal. Dan ketika pada suatu hari ia
memprotes perlakuan ayahnya itu, dengan sedih ayahnya
mengatakan bahwa semua itu dilakukan untuk menebus
perasaan dosa dan perasaan bersalah ayahnya terhadap dia.
Sebagai seorang ayah, ayahnya itu merasa sangat berdosa
besar terhadap Tuhan karena telah menerlantarkan anaknya
sendiri hampir sepuluh tahun lamanya. Biarpun hal itu juga bukan kesalahan ayahnya, sebab ayahnya sakit ingatan saat
itu. "Ayah......" Souw Lian Cu berbisik menyebut nama ayahnya. Matanya terpejam, seolah mau membayangkan
wajahnya yang telah dia tinggalkan lagi dua tahun yang Ialu.
Wajah ayahnya itu tentu sangat sedih, karena dia tinggal
kabur selama ini. Memang, pertemuan antara Souw Lian Cu
dan ayahnya itu ternyata tidak berlangsung lama. Mereka
bertemu kembali enam tahun yang lalu, saat Souw Lian Cu
masih berusia sebelas tahun! Dan empat tahun kemudian
Souw Lian Cu telah kabur pula kembali dari rumahnya. Jadi
kedua orang ayah dan anak itu hanya bisa menikmati
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pertemuan mereka di rumah terpencil itu selama empat tahun saja.
Dalam tahun-tahun pertama pertemuan antara Souw Lian
Cu dan ayahnya itu memang terasa sangat berbahagia,
tenang dan damai. Tapi kebahagiaan tersebut lantas menjadi goyah ketika Souw Lian Cu mulai mengetahui bahwa ayahnya
ternyata menyimpan sebuah rahasia. Mulai tahun yang ke
empat, sejak gadis itu sering kali mendengar igauan ayahnya di waktu malam, Souw Lian Cu mulai mengerti bahwa ayahnya
ternyata mempunyai hubungan batin lagi dengan seorang
wanita. Dan wanita yang selalu menjadi igauan ayahnya itu
telah dikenal oleh Souw Lian Cu pula, karena wanita ayu itu telah beberapa kali melempar budi kepadanya.
Meskipun selama itu ayahnya tak pernah mengatakan
bahwa dia akan kawin dengan wanita itu, tapi Souw Lian Cu
benar benar tak menyukai keadaan ayahnya tersebut. Gadis
itu menganggap bahwa ayahnya telah mulai mengkhianati
mendiang ibunya. Dan hal ini benar benar amat dibencinya !
Maka ketika pada suatu hari ada seorang laki-laki datang
membawa wanita ayu itu ke rumahnya, pikiran Souw Lian Cu
menjadi pepat dan kesal bukan main. Tanpa banyak cing-cong lagi gadis itu segera kabur meninggalkan rumahnya. Gadis itu bahkan tak mau minta diri dahulu kepada ayahnya, karena
gadis itu tak mau melihat atau menyaksikan pertemuan antara ayahnya dengan wanita tersebut.
Begitulah, tanpa membawa bekal uang ataupun pakaian
Souw Lian Cu berkelana seorang diri menjelajah desa dan kota dengan hati sedih. Berhari-hari ia tak makan secara teratur, karena ia hanya mengisi perutnya kalau secara kebetulan dia dapat memperoleh binatang buruan. Untuk meminta makanan
kepada penduduk ia malu, tapi kalau harus membeli makanan
sendiri ia tidak mempunyai uang. Jangankan untuk makan,
sedangkan untuk berganti pakaian saja ia tak bisa! Terpaksa Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bila pakaian sudah bau kecut, gadis itu pergi ke sungai yang sunyi untuk mencucinya.
Sebenarnya bisa saja gadis itu mempergunakan
kepandaiannya yang sangat tinggi itu untuk mendapatkan
uang atau pakaian, tapi karena sejak kecil dia memperoleh
pendidikan budi pekerti baik, maka rasanya tak tega gadis itu melakukannya. Dia merasa lebih baik menerima saja nasib
yang sekarang sedang menimpanya. Gadis itu seolah-olah
sudah tak punya gairah lagi untuk hidup. Apalagi jika
mengingat pada ayahnya, satu-satunya keluarga yang masih
dipunyainya, kini tentu sudah bersanding berbahagia dengan wanita yang datang itu!
Padahal apa yang dituduhkan oleh Souw Lian Cu kepada
ayahnya itu sebenarnya tak benar sama sekali. Andaikata saja gadis itu mau menunggu".. Menunggu dan melihat, apa
sebetulnya yang terjadi setelah laki-laki dan wanita itu
bertemu dengan ayahnya, mungkin Souw Lian Cu benarbenar akan menyesal bukan main! Dan mungkin Souw Lian Cu
tidak akan sesengsara itu keadaannya. Sebaliknya gadis itu tentu akan segera menyadari kesalah-tafsirannya.
Tapi takdir memang menghendaki demikian. Souw Lian Cu
harus berpisah lagi dengan ayahnya, mengembara terluntalunta tak ubahnya seorang gelandangan yang tiada sanak
maupun saudara. Tiap hari gadis itu cuma berjalan menyusup desa menjelajah kota tak tentu tujuan, sampai-sampai soal
kesehatannyapun tak dia hiraukan sama sekali ! Jiwanya
benar-benar sudah patah. Semangat hidupnya juga telah
hilang. Maka tak heran kalau akhirnya Souw Lian Cu jatuh sakit.
Benar-benar sakit! Bagaimanapun tinggi kepandaiannya, tapi karena jiwanya telah rapuh, apalagi ditambah jarang makan
dan minum teratur, maka tetap saja tubuhnya itu tak kuat
bertahan lagi. Dan dalam keadaan sakit dan lemah itu Souw
Lian Cu tetap berjalan, meskipun lambat dan tertatih-tatih.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Gadis itu tidak ingin mati di tengah-tengah masyarakat desa atau kota, sehingga nanti dikira seorang gelandangan atau
pengemis yang mati kelaparan, tapi gadis itu ingin mati di tempat sunyi dan tak seorangpun manusia yang melihatnya.
Oleh karena itu Souw Lian Cu berjalan tersaruk-saruk ke
daerah perbukitan dan hutan belantara.
Entah di hutan mana gadis itu tak tahu, tapi pada suatu
hari ia dicegat oleh sekawanan perampok yang mau
mengganggu dan memperkosanya. Dalam keadaan biasa, biar
sepuluh kali lipat kekuatan mereka, semuanya takkan menang melawan Souw Lian Cu. Tapi karena keadaannya sudah benar-benar amat parah, maka jangankan untuk melawan sedang
untuk menjaga agar tetap berdiri saja sudah amat sukar. Oleh karena itu dengan mudah sekali kawanan perampok itu
membelejeti pakaiannya hingga telanjang bulat dan berebutan untuk lebih dulu memperkosanya. Tubuh Souw Lian Cu yang
telanjang bulat itu ditarik ke sana ke mari untuk rebutan para perampok tersebut.
Pada saat yang gawat itulah datang Keh-sim Siauw-hiap
menolong gadis tersebut. Secara kebetulan pendekar yang
sangat terkenal itu lewat di tempat itu dan menolong Souw
Lian Cu ! Saking marahnya seluruh kawanan perampok itu
dibabat habis oleh Keh-sim Siauw-hiap! Tak seorangpun
dibiarkan hidup. Kelakuan mereka yang sangat biadab itu
benar-benar tak diampuni oleh Keh-sim Siauw-hiap.
Begitulah, akhirnya Souw Lian Cu dirawat dan dibawa
pulang ke Pulau Meng-to oleh Kehsim Siauw hiap. Di atas
pulau kecil yang indah bagai sorga itu Souw Lian Cu tinggal bersama-sama para pembantu Keh-sim Siauw-hiap yang
semuanya adalah wanita dan masih gadis-gadis pula. Dan
anehnya, semua gadis-gadis pembantu Keh-sim Siauw-hiap itu rata rata mempunyai latar beIakang atau pengalaman yang
sama dengan Souw Lian Cu. Mereka rata-rata sampai ke
tempat itu karena ditolong dari lembah kesengsaraan atau
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
diselamatkan dari maut oleh Keh-sim Siauw-hiap ! Dan gadis-gadis itu sengaja dibawa oleh pendekar terkenal tersebut,
karena mereka sudah tak mempunyai keluarga atau tempat
tinggal lagi. Di atas pulau tersebut, selain memperoleh pelajaran ilmu
silat dari Keh-sim Siauw hiap sendiri, para gadis itu bertugas mengurus dan menyiapkan segala keperluan Keh-sim Siauwhiap yang jarang sekali keluar dari kamarnya. Begitu
jarangnya pendekar itu keluar dari kamarnya sehingga kalau mengajar silatpun hanya dari balik kerei penutup pintunya.
Sudah menjadi rahasia umum bahwa pendekar tampan yang
punya nama besar itu menderita patah hati yang sangat parah sebelum pergi menyendiri di pulau tersebut.
Sebulan kemudian Souw Lian Cu telah sehat kembali
seperti sediakala. Tapi selama itu pula gadis itu tak pernah bertemu atau melihat Keh-sim Siauw-hiap. Yang merawat dan
menemaninya setiap hari hanyalah gadis-gadis para pembantu dari Keh-sim Siauw-hiap itu saja. Hanya kadang-kadang
datang empat gadis kepercayaan Keh-sim Siauw-hiap ke
kamarnya, yaitu dua pasang gadis yang disebut Siang In dan Siang Yen oleh teman-temannya. Dan Souw Lian Cu cepat
akrab pula dengan mereka. Dari empat orang itulah Souw Lian Cu mengenal dan mengetahui siapakah sebenarnya orang
yang telah menolong dirinya dari bahaya maut itu dan apa
saja yang terjadi ketika dirinya diperebutkan oleh sekawanan perampok yang hampir saja akan memperkosanya itu. Souw
Lian Cu dibawa ke pulau itu dalam keadaan lemah dan kalut
baik jiwa maupun raganya. Hanya karena ketekunan Keh-Sim
Siauw-hiap saja gadis itu dapat hidup sehat kembali seperti sedia kala. Biarpun luka yang sebenarnya, yaitu luka parah di relung hatinya, belum terobati sama sekali ! Maka tak heran bila sifatnya yang semula memang sudah amat pendiam itu
menjadi semakin tampak tertutup, kaku dan murung! Dan
menjadi semakin lengkaplah penghuni pulau sorga itu dengan Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
orang orang aneh yang bersifat kaku, tertutup dan menyendiri
! Tempat yang jauh dari dunia ramai itu terasa semakin
cocok bagi Souw Lian Cu untuk bersembunyi dan mengubur
kenangan masa lalunya yang tak pernah berbahagia.
Bayangan tentang ayahnya dihapuskannya sama sekali dari
dalam ingatannya. Kehidupan sehari-harinya dia lalui dengan tak bergairah, dingin dan hati yang kosong sama sekali,
seolah-olah apa yang dia jalani di atas pulau tersebut cuma menunggu hari akhir yang akan datang menyambutnya.
Rasanya memang aneh sekali. Mengherankan malah !
Masih semuda itu usia Souw Lian Cu, masih muda belia sekali malah, tapi perkembangan hati, jiwa dan perasaannya sudah
demikian jauh dan dalam sekali. Oleh karena itu, sorot mata dan sikapnya sudah tampak demikian dewasa dan matang
sekali, benar-benar sangat bertolak belakang dengan umur
dan wajahnya yang masih muda belia tersebut.
Sifat dan gaya hidup yang dilakukan oleh Souw Lian Cu itu
ternyata juga tak diacuhkan atau diperdulikan oleh penghuni-penghuni pulau lainnya. Biarpun setiap harinya mereka akrab satu sama lain, tapi mereka benar-benar tak mau tahu urusan pribadi masing masing. Sehingga sepintas lalu kehidupan di atas pulau itu bagaikan sekumpulan robot atau boneka yang
bekerja tolong-menolong satu sama lain, namun tak berhati
dan berperasaan sama sekali.
Setahun sudah Souw Lian Cu tinggal di pulau mimpi itu dan
selama itu pula Souw Lian Cu tidak pernah keluar dari pulau tersebut. Souw Lian Cu tak pernah pergi ke daratan untuk
mengurus segala macam urusan seperti yang dilakukan oleh
gadis-gadis pembantu Keh-sim Siauw-hiap lainnya. Souw Lian Cu juga tidak pernah belajar silat seperti gadis-gadis itu, sehingga tak seorangpun mengetahui bahwa sebenarnya
kepandaiannya sangat tinggi, mungkin tak berselisih banyak dengan Keh-sim Siauw-hiap sendiri.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Anehnya meski sudah setahun di pulau tersebut, satu kali
pun belum pernah Souw Lian Cu bertemu ataupun saling
berbicara dengan Keh-sim Siauw hiap, orang yang
menolongnya! Masing-masing tenggelam dalam benteng
kemurungannya sendiri-sendiri. Hanya kadang-kadang saja
Souw Lian Cu melihat Keh-sim Siauw-hiap dari jauh, yaitu
kalau pendekar besar itu sedang menemui tamunya.
Keduanya, Keh-sim Siauw-hiap maupun Souw Lian Cu,
seakan-akan sudah melupakan satu sama lain. Seolah-olah
pendekar itu juga sudah lupa sama sekali bahwa dia pernah
menolong dan membawa gadis itu ke pulaunya.
Bagi Keh-sim Siauw-hiap hal itu mungkin saja memang
benar, mengingat begitu banyaknya gadis yang dia tolong dan dia bawa ke pulaunya itu. Lain halnya dengan Souw Lian Cu.
Meskipun selama ini gadis itu hidup dengan hati kosong dan tak acuh pada keadaan sekelilingnya, tapi pertolongan dan
budi baik pendekar berhati murung itu tak pernah
dilupakannya. Mungkin perasaannya itu tak berbeda juga
dengan gadis-gadis lain yang berada di atas pulau tersebut.
Para gadis itu semula juga tak perduli dan tak
mengacuhkan siapa pun juga. Hanya ada setitik rasa terima
kasih kepada penolong mereka itu. Itu saja, lain tidak! Tapi setelah beberapa tahun tinggal di tempat terasing itu dan
mengetahui keadaan Keh-sim Siauw hiap yang sebenarnya,
serta mengetahui pula akan sepak-terjangnya yang mulia,
rata-rata perasaan terima kasih itu lalu berkembang atau
bertambah dengan lain lain perasaan lagi. Rata-rata semuanya menjadi hormat, kasihan, kagum, sayang, cinta, dan .... tak ingin membiarkan atau melihat pendekar itu selalu bermuram durja !
Apa yang terasa di dalam hati gadis gadis pembantu Keh
sim Siauw hiap itu ternyata kemudian juga timbul dan
berkembang di dalam sanubari Souw Lian Cu. Meskipun dalam
setahun itu ia tak pernah bertemu atau bercakap cakap sendiri Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dengan Keh sim Siauw-hiap, namun segala macam cerita dan
dongeng tentang pendekar tersebut selalu didengarnya dari
gadis gadis itu. Rata-rata semua cerita yang didengar oleh Souw Lian Cu itu tentu berkisar tentang kepahlawanan,
kebaikan budi atau kemuliaan hati Keh-sim Siauw hiap
terhadap siapa saja, terutama kepada kaum lemah dan miskin.
Sehingga tanpa terasa bayangan yang amat menyenangkan
dan mengagumkan seperti itu semakin lama semakin terpateri di hati Souw Lian Cu, dan akhirnya menimbulkan perasaan
simpati yang mendalam. Dan perasaan seperti itu ternyata
semakin lama semakin erat membelit hati Souw Lian Cu,
sehingga gadis yang semula amat pemurung dan tak
bergairah hidup itu kini mulai tampak bercahaya kembali.
Ternyata perasaan cinta dan memikirkan orang lain itu justru membuatnya hidup dan bersemangat pula kembali.
Mulailah kini Souw Lian Cu berlatih silat lagi, biarpun secara diam-diam dan tak seorangpun tahu. Lalu badannya yang
semula telah menjadi kurus kering itu kini mulai tanpa berisi kembali, karena dengan timbulnya semangat di dalam jiwanya itu membuat dia mau memikirkan lagi keadaan tubuhnya.
Beberapa bulanpun telah berlalu pula kembali. Sekarang
keadaan Souw Lian Cu telah tiada bedanya dengan keadaan
gadis-gadis yang lain. Hanya yang sangat memberatkan hati
gadis yang masih muda belia itu ialah belum adanya
kesempatan untuk bertegur sapa dengan orang yang amat
dikaguminya itu. Sudah satu setengah tahunan dia berada di atas pulau tersebut, tapi ternyata ia belum juga memperoleh kesempatan untuk saling bertatap muka dengan pendekar itu.
Berbagai jalan telah ditempuh oleh Souw Lian Cu, sampaisampai gadis ini ikut menonton pula ketika pendekar itu
mengajar silat. Tapi ternyata pendekar itu hanya memberi aba aba dari balik pintu kamarnya. Penasaran dan pegal sekali
rasa hati Souw Lian Cu ! Tapi yang lebih menyakitkan dan
membuatnya kesal adalah sikap Keh-sim Siauw-hiap
kepadanya selama satu setengah tahun ini. Sudah sekian
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
lamanya ia berdiam di pulau itu, tapi tiada perhatian
sedikitpun dari pendekar tersebut kepadanya. Kelihatannya
pendekar murung itu benar-benar sudah lupa dan tak ingat
lagi kepadanya. Kadang kadang timbul maksud yang kurang baik dari Souw
Lian Cu. Suatu saat gadis itu ingin membuat gara gara atau membikin kerusuhan agar Keh-sim Siauw hiap mau sedikit
memberi perhatian kepadanya. Tapi setelah dipikir lebih
panjang, Souw Lian Cu merasa tidak tega pula untuk
melaksanakannya. Perasaannya menjadi tidak tega bila
membayangkan wajah tampan yang tak pernah senyum itu.
Akhirnya gadis itu hanya bisa menunggu saja, saat kapan
dia bisa memperoleh kesempatan untuk saling berhadapan
muka dengan pria yang amat menarik hatinya tersebut. Dan
kesempatan itu ternyata datang juga akhirnya !
Pada suatu hari secara tak sengaja ada sekelompok bajak
laut yang terdampar ke pulau Meng-to. Mereka berjumlah
lebih dari duapuluh orang dan dipimpin oleh seorang bertubuh kecil pendek, tapi ternyata mempunyai kepandaian yang amat tinggi. Pulau Meng-to yang saat itu baru ditinggalkan oleh Keh-sim Siauw hiap menjadi panik luar biasa. Semua penghuni adalah wanita dan yang paling dapat diandalkan cuma Siang
In dan Siang Yen. Oleh karena itu mana mungkin mereka
dapat menghadapi sekian banyak lawan yang buas-buas dan
biasa berkelahi itu"
Sekejap saja empat orang Siang In dan Siang Yen telah
terlibat dalam keroyokan belasan orang lawannya. Mereka
berempat tak punya kesempatan Iagi untuk menolong kawankawannya yang lain. Padahal masih banyak anggota bajak laut yang bebas berkeliaran menjarah rayah harta benda mereka,
sementara pemimpin bajak laut itu juga masih bertolak
pinggang menonton anak buahnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Keadaan benar-benar amat gawat bagi penghuni pulau itu.
Dan pada saat yang gawat itulah kemudian muncul Souw Lian
Cu sebagai malaikat penolong!
Mula mula Souw Lian Cu melumpuhkan terlebih dahulu
anggota perampok yang tidak terikut dalam pertempuran.
Sebelum orang-orang itu merusak dan membuat kerusuhan di
tempat tinggal mereka, satu persatu orang-orang tersebut
ditotok roboh oleh Souw Lian Cu. Setelah semuanya sudah
dapat dikuasai, barulah Souw Lian Cu kembali ke arena


Pendekar Penyebar Maut Lanjutan Darah Pendekar Karya Sriwidjono di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pertempuran. Tapi apa yang sekarang dilihat oleh Souw Lian Cu di arena pertempuran sungguh amat mengejutkannya.
Belasan orang anggota perampok yang tadi mengeroyok
Siang In dan Siang Yen, kini telah menggeletak
bergelimpangan, agaknya sudah dapat dibereskan oleh empat
orang gadis kepercayaan Keh-sim Siauw-hiap itu. Tapi yang
sangat mengagetkan Souw Lian Cu adalah tujuh orang lelaki
bersenjatakan rantai besi yang kini datang membantu kepala bajak laut tadi. Kelihatannya tujuh orang tersebut baru saja tiba, dan kini bersama-sama dengan kepala bajak tadi tampak sedang mengepung Siang In dan Siang Yen !
Dari luar arena tampak betapa repotnya empat orang gadis
itu menghadapi delapan orang lawannya. Apalagi delapan
orang itu bertempur dengan kotor dan kasar! Selain cara
bertempur mereka yang kasar dan buas, mulut merekapun tak
henti-hentinya mengeluarkan perkataan perkataan yang kotor dan menjijikkan, sehingga sedikit banyak membuat hati empat orang gadis itu gemetar dan ngeri.
Pertempuran itu memang tidak berimbang. Selain
jumlahnya yang dua kali lipat, kepandaian dari masing-masing perompak itu hanya sedikit di bawah salah seorang dari gadis berbaju putih tersebut. Jadi malah lebih tinggi sedikit
dibandingkan dengan yang berbaju hitam! Maka tidaklah
heran kalau gadis gadis itu segera terdesak dan terkurung
dengan hebat ! Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Demikianlah, akhirnya Souw Lian Cu terjun pula memasuki
gelanggang pertempuran. Mula-mula Siang In dan Siang Yen
segera berteriak memperingatkan Souw Lian Cu, tapi serentak mereka melihat kehebatan ilmu kepandaian Souw Lian Cu,
mereka menjadi tertegun dan melongo malah ! Mereka lupa
sama sekali kalau sedang bertempur, sehingga tanpa ampun
lagi Siang Yen dapat ditubruk dan diringkus oleh lawannya.
Tapi sekejap kemudian mereka berdua dapat terbebas kembali ketika tiba-tiba dua orang yang meringkusnya roboh
berkelojotan tertusuk jari-jari Souw Lian Cu yang ampuh !
Akhirnya enam perompak yang masih tertinggal itu semua
mengeroyok Souw Lian Cu. Sedangkan Siang ln dan Siang Yen
masih tetap berdiri mematung di tempat masing-masing.
Mereka berempat memandang ke arah Souw Lian Cu dengan
pandang mata tak percaya. Benar-benar tak percaya ! Satu
setengah tahun mereka berkumpul bersama, tapi mereka
benar-benar tak mengira kalau gadis cacat yang tampak
lemah itu demikian lihainya.
Memang ! Apa yang dipertunjukkan oleh Souw Lian Cu
pada saat itu memang sangat menakjubkan siapa saja yang
melihatnya. Termasuk juga Siang In, Siang Yen dan para
perompak itu sendiri ! Tangannya yang hanya tinggal sebelah itu ternyata sungguh ampuh dan menggiriskan sekali.
Jangankan sampai menyentuh tubuh lawannya, baru angin
pukulannya saja ternyata mampu melukai para perompak
tersebut. Maka tanpa membutuhkan waktu yang lama,
keenam perompak itu segera jatuh bergelimpangan di atas
tanah. Senjata mereka yang berat-berat dan menakutkan itu
ternyata tak ada manfaatnya sama sekali.
Dapat dibayangkan, bagaimana sikap dan sambutan para
gadis-gadis penghuni pulau itu terhadap kemenangan Souw
Lian Cu tersebut. Bagaikan layaknya seorang ratu yang baru menang perang Souw Lian Cu disambut dengan hangat dan
penuh kekaguman oleh rekan-rekannya. Dan mulai saat itu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
semuanya sangat menghormat dan takut kepada gadis cacat
tersebut. Sementara itu Souw Lian Cu sendiri tidak bergembira
dengan hasil kemenangannya tersebut. Kemenangankemenangan seperti itu sudah biasa ia peroleh dalam
perantauannya. Jangankan hanya perampok perampok seperti
itu, jago silat yang berkepandaian lebih tinggipun pernah dia kalahkan. Yang selalu ia sesalkan ialah tidak adanya Keh-sim Siauw-hiap di atas pulau tersebut saat itu, sehingga sepak terjangnya yang hebat tadi tak dilihat oleh pendekar itu. Maka tanpa menghiraukan sanjung-puji kawan kawannya Souw Lian
Cu pergi mengunci diri di dalam kamar seperti biasanya. Dan para gadis pembantu Keh-sim Siauw-hiap itupun tak berkecil hati mendapatkan sikap yang demikian dari Souw Lian Cu.
Mereka telah terbiasa dengan sikap Souw Lian Cu yang seperti itu ! Dengan tenang mereka bersama-sama mengurus para
perompak yang telah mereka tundukkan itu. Orang-orang
kasar itu mereka ikat dan mereka kumpulkan menjadi satu di sebuah kamar yang kokoh, sambil menantikan kedatangan
Keh-sim Siauw-hiap. Malamnya Souw Lian Cu tidak dapat tidur. Pikirannya selalu tertuju pada Keh sim siauw-hiap saja. Maka gadis itu lantas keluar dari kamarnya dan pergi ke tempat para perompak itu disekap. Di depan kamar Souw Lian Cu berjumpa dengan
Siang ln dan Siang Yen. Keempat gadis itu dengan dibantu
oleh beberapa orang lagi selalu menjaga para tawanan
tersebut. Mereka sadar bahwa kalau sampai lolos, para
tawanan itu benar-benar sangat berbahaya. Terutama kepala
bajak dan orang-orang yang bersenjatakan rantai itu !
Setelah yakin bahwa para perompak itu tidak mungkin lolos
lagi, maka Souw Lian Cu lalu ke luar. Dengan langkah
perlahan gadis itu berjalan menuju ke arah pantai. Dia tak memperdulikan tiupan angin laut yang menerpa dengan suhu
yang amat menggigilkan itu. Makin lama makin jauh, sehingga Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
akhirnya gadis itu sampai di bagian utara dari Pulau Meng to.
Di sana pantainya berpasir sehingga dapat dipakai untuk
menaikkan sampan atau menambat perahu. Memang di
tempat itulah perahu perahu milik Keh-sim Siauw-hiap
ditambatkan. Souw Lian Cu menjatuhkan dirinya di atas pasir yang
lembut. Sambil memandang ke arah bintang-bintang yang
bertaburan di langit, gadis itu kembali meneruskan
lamunannya tentang Keh-sim Siauw-hiap. Tiba tiba telinganya mendengar suara desir kaki yang menginjak pasir !
Souw Lian Cu segera bangkit dengan tangkasnya. Meskipun
begitu ketika kakinya berdiri tegak, orang itu telah berada tepat di depannya. Bukan main terkejutnya Souw Lian Cu !
Ilmu mengentengkan tubuh orang itu benar-benar hebat
sekali. Sambil melangkah mundur Souw Lian Cu menatap
orang itu dengan tajam. Tubuh orang itu tampak gemuk sekali dengan pakaian yang
lebar dan kedodoran, sehingga hampir seluruh tubuhnya
tertutup pakaian. Tapi yang amat mengejutkan Souw Lian Cu
adalah kepala orang itu. Kepala itu ditutup dengan keranjang anyaman dari bambu, sehingga wajahnya tak kelihatan sama
sekali. Tentu saja Souw Lian Cu merasa aneh dengan
dandanan orang itu. Gadis itu merasa seolah-olah orang yang baru datang itu memang sengaja menyembunyikan wajahnya
dari dia. Yang lebih mengejutkan lagi, begitu datang orang itu
langsung menyerang dengan ganasnya. Oleh karena itu tiada
jalan lain bagi Souw Lian Cu selain mempertahankan diri
dengan mati-matian. Keduanya langsung terlibat dalam
sebuah pertempuran yang dahsyat dan mengerikan. Meskipun
gemuk ternyata gerakan orang itu luar biasa gesitnya, ilmu silatnyapun amat hebat dan sukar diduga maksudnya.
Beberapa kali terpaksa Souw Lian Cu bergetar mundur setiap kali harus beradu lengan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sepuluh jurus, duapuluh jurus, tigapuluh jurus, dan
akhirnya limapuluh juruspun telah berlalu, tapi pertempuran tersebut belum juga menampakkan tanda tanda siapa
pemenangnya. Mereka saling bergantian mendesak lawannya,
sehingga akhirnya Souw Lian Cu menjadi tidak sabar lagi.
Menurut pengamatan Souw Lian Cu, lawannya itu sengaja
mengulur-ulur waktu. Setiap gadis itu mendesak, dengan ginkangnya yang tinggi orang itu tentu meloncat berputar-putar menghindarkan diri. Sebaliknya apabila Souw Lian Cu agak
mengendur, orang itu tentu akan segera mencecarnya dengan
hebat. Souw Lian Cu meloncat ke belakang dengan cepat. Lalu
sebelum lawannya mengejar, gadis itu tampak mengerahkan
tenaga saktinya. Sekejap kemudian tampak dua macam asap
tipis mengepul di atas ubun-ubunnya. Yang satu berwarna
merah dan yang lain berwarna putih.
Tampak lawannya meloncat mundur pula dengan kaget.
Tangannya menuding ke depan, sementara bibirnya terdengar
berseru agak gagap. "Aih, kau.., kau siapa" Apa......?"
Tapi sebelum orang itu dapat menyelesaikan
pertanyaannya, Souw Lian Cu sudah menerjangnya dengan
ganas. Lengan Souw Lian Cu yang tinggal sebelah kanan saja itu terayun ke depan ke arah dada. Asap tipis yang tadi
tampak mengepul di atas ubun-ubun lenyap bersamaan
dengan saat gadis itu mengayunkan lengannya. Terdengar
suara mendesir lembut dan secara tiba-tiba orang
berkerudung keranjang bambu tersebut tampak menggigil
tubuhnya. "Ah!" orang itu berdesah sambil meIoncat mundur lagi
sejauh-jauhnya. Lalu dengan tergesa-gesa orang itu juga
mengerahkan tenaga sakti andalannya. Kedua belah telapak
tangannya ia rangkapkan di depan dada seperti gerakan
Buddha yang sedang menyembah, sehingga secara tiba-tiba
pula dari dalam tubuhnya tersebar udara hangat ke
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sekelilingnya. Kemudian kedua belah telapak tangan itu
tampak mendorong ke arah Souw Lian Cu dengan dahsyatnya.
Souw Lian Cu bergeser ke kiri dengan cepat, kemudian
sambil berputar kaki kirinya menghantam perut lawannya.
Berbeda dengan ketika menggerakkan lengan kanan tadi,
sekarang kaki kiri yang menerjang ke perut lawan itu
membawa angin panas yang seolah-olah mau membakar
tubuh lawannya itu. Tentu saja perubahan ini sangat
mengagetkan orang berkerudung keranjang itu! Apalagi
serentak melihat asap tipis yang berwarna merah tadi juga
ikut lenyap berbareng dengan gerakan kaki tersebut.
Orang itu mendoyongkan tubuhnya ke kiri, sehingga
tendangan Souw Lian Cu yang mengarah ke perut tadi tidak
mengenai sasaran. Lalu bersamaan dengan itu orang
berkerudung bambu tersebut mencengkeram pinggang kanan
Souw Lian Cu dengan jari-jari tangan kanannya. Terdengar
suara berkerotok pada buku-buku jari tangan itu, menandakan orang tersebut mengerahkan semua kekuatannya !
Karena tak ada kesempatan untuk mengelak lagi, maka
Souw Lian Cu segera memapaki cengkeraman tersebut
dengan tangan kanannya. Sekali lagi udara berubah suhunya!
Kalau angin yang menyertai kaki kiri tadi bersuhu dingin,
sekarang lengan kanan itu membawa angin yang amat panas !
Dan perubahan hawa yang selalu berganti-ganti ini benarbenar membingungkan lawan Souw Lian Cu itu.
"Taaaasss!" Dua buah telapak tangan saling membentur di udara.
Kedua-duanya tergetar mundur empat lima langkah ke
belakang! Tergesa-gesa mereka melihat telapak tangan
masing-masing. Tapi setelah ternyata semuanya tidak
mengalami cedera apa apa, mereka langsung terlibat lagi
dalam pertempuran yang amat seru. Dan untuk beberapa
jurus orang berkerudung bambu itu terpaksa harus berhatihati dengan pukulan lawannya yang aneh tersebut.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tapi beberapa waktu kemudian orang berkerudung bambu
itu agaknya telah bisa membaca keanehan ilmu silat Souw
Lian Cu. Buktinya sekarang pukulan Souw Lian Cu yang aneh
itu tak bisa mengecoh lawannya lagi. Malah kini Souw Lian Cu yang justru terdesak oleh serangan orang berkerudung itu.
Beberapa kali tampak pukulan orang berkerudung bambu
yang diselang-seling dengan cengkeraman itu
membingungkan Souw Lian Cu. Dan pada suatu saat
cengkeraman orang itu datang dengan sangat tak terduga
sehingga Souw Lian Cu tak dapat mengelak lagi. Tapi gadis itu dalam keadaan terpepet juga tak mau tinggal diam. Jari
telunjuknya yang ampuh itu membarengi serangan lawan
dengan tutukan ke arah perut.
"Cuuss !" "Breeet !" Souw Lian Cu terdengar menjerit kecil kemudian roboh
ketika cengkeraman tangan itu melumpuhkan seluruh sendisendi tulangnya. Tapi tusukan jari tangan gadis itu juga
dengan telak mengenai perut lawannya. Hanya yang sangat
mengherankan orang itu seperti tidak merasakan apa-apa.
Pakaiannya yang robek tertusuk jari tangan Souw Lian Cu tadi hanya diusap-usapnya sebentar, lalu tidak dipedulikannya lagi.
Tentu saja Souw Lian Cu yang roboh di atas pasir itu menjadi kaget sekali. Mungkinkah orang itu kebal tubuhnya"
Tapi semua keanehan itu segera terjawab ketika orang itu
cepat-cepat membuka pakaiannya. Badan yang gemuk itu
tiba-tiba menjadi "kurus" begitu pakaiannya ditanggalkan !
Ternyata orang itu mengenakan baju rangkap enam atau
tujuh buah dan tebal-tebal, sehingga badannya kelihaian
gemuk luar biasa. Begitu tebalnya lapisan baju tersebut
sehingga tusukan jari Souw Lian Cu tadi tak dapat mencapai kulit yang berada di dalamnya. Selanjutnya orang itu
membuka pula anyaman keranjang yang menutupi kepalanya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Souw Lian Cu dengan tegang menantikan rupa di balik
keranjang bambu tersebut. Dan ternyata gadis itu menjadi
lemas setelah melihat siapa yang berada di balik kerudung
anyaman bambu itu. "Kau.......?" gadis itu berdesah dengan suara gemetar.
"Ya!" jawab orang itu yang tidak lain adalah Keh-sim Siauw-hiap sendiri.
Pendekar itu segera memunahkan totokan yang
melumpuhkan Souw Lian Cu, kemudian duduk di dekat gadis
itu. Tentu saja keadaan yang tidak diduga-duga sebelumnya
ini membuat Souw Lian Cu menjadi kikuk dan serba salah.
Berbagai macam perasaan berkecamuk di dalam dada gadis
yang sedang dimabuk asmara tersebut. Perasaan tegang,
gembira, takut, malu, bahagia dan lain sebagainya. Semuanya terasa memenuhi dadanya, sehingga gadis itu justru menjadi bisu dan tak berani bersuara sedikitpun!
"Nona...... aku minta maaf karena telah mengejutkanmu !"
pendekar itu membuka pembicaraan sambil memandang riak
gelombang yang bergulung-gulung menghantam karang. "Tak seharusnya aku mempermainkan orang yang telah membantu
aku mempertahankan pulau ini dari tangan para
perompak......" "Kau...... kau sudah tahu" Mereka memberitahukan
padamu ?" Pendekar itu menggeleng. "Tak seorangpun yang
memberitahukan hal itu kepadaku. Aku melihat dengan mata
kepalaku sendiri siang tadi. Secara kebetulan aku memang
sudah pulang." "Kalau begitu...... mengapa kau tidak lekas-lekas keluar
untuk mengusir perompak itu?"
"Aku kalah dulu dengan kau ! Kedatanganku persis pada saat kau terjun memasuki gelanggang pertempuran......"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Oh! Jadi kau melihat juga ketika aku melabrak mereka?"
wajah Souw Lian Cu tampak gembira, sehingga suaranya
seolah-olah mau bersorak.
Tentu saja gerak-gerik gadis itu tak lepas dari pengamatan Keh-sim Siauw-hiap yang berpengalaman. Tapi pendekar itu
hanya mengira bahwa gadis yang merasa telah berjasa itu
tentu ingin agar jasanya itu diketahui dan dihargai oleh dia sebagai penguasa tertinggi di pulau tersebut. Sedikitpun
pendekar yang bernama besar itu tidak menyangka dan tidak
menduga bahwa bukan itu yang sebenarnya terkandung di
dalam hati Souw Lian Cu. Ada hal lain yang lebih dalam tapi benar benar tidak terlintas dalam benak Keh-sim Siauw-hiap !
"Ya! Dan...... aku sungguh tidak mengira kalau nona
mempunyai kepandaian setinggi itu." Keh-sim Siauw-hiap
mengangguk. "Tapi sampai kau melumpuhkan mereka semua, aku belum bisa menebak ciri-ciri perguruanmu. Maka aku
lantas mengujimu di sini. Sebab bila aku langsung bertanya kepadamu, engkau tentu akan berdiam diri atau takkan mau
menjawab." pendekar itu menghela napas panjang, lalu.
"Siang In dan Siang Yen setiap hari selalu bercerita kepadaku, bagaimana kau selalu diam, membisu dan menutup diri
selama ini ...! Nah, sekarang aku sudah tahu siapa sebenarnya engkau. Hanya yang belum kuketahui ialah, apakah
hubunganmu dengan Hong gi hiap Souw Thian Hai " Apakah
engkau adiknya" Ataukah engkau dari keluarganya yang lain?"
Souw Lian Cu sungguh amat kagum melihat ketajaman
mata pendekar itu. Hanya dengan melihat cara-caranya dia
memainkan ilmu silat, pendekar itu langsung dapat menebak
asal usul dari perguruannya. Tapi untuk mengetahui lebih
terang lagi alasan-alasan apa yang dipakai oleh Keh-sim Siauw hiap hingga tahu asal-usul perguruannya, Souw Lian Cu
mencoba untuk mengelak. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Mmm, mengapa kau mempunyai anggapan bahwa aku
datang dari perguruan yang sama dengan Hong-gi-hiap Souw
Thian Hai?"

Pendekar Penyebar Maut Lanjutan Darah Pendekar Karya Sriwidjono di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Keh-sim Siauw-hiap menatap Souw Lian Cu dengan
tajamnya. "Nona, engkau takkan bisa mengelabui aku lagi. Di dunia ini hanya ada satu orang saja yang mempunyai ilmu Tai-lek Pek-kong ciang, dan orang itu tidak lain adalah Hong-gi-hiap Souw Thian Hai ! Dan menurut berita yang selalu
kudengar, ilmu tersebut tidak pernah diajarkan kepada orang lain, melainkan hanya kepada keluarganya saja. Maka
sekarang yang akan kutanyakan kepadamu ialah apakah
hubunganmu dengan Hong-gi hiap Souw Thian Hai?"
Memang, Souw Lian Cu tak dapat mengelak lagi. Tokoh
besar seperti Keh-sim Siauw-hiap itu memang sukar untuk
dibohongi, apalagi tak enak rasanya membohongi orang yang
amat dipujanya setinggi langit itu. Oleh karena itu dengan suara perlahan dan kepala tertunduk Souw Lian Cu mengakui
siapa sebenarnya dirinya.
"Aku memang keluarga dekat dengan Hong-gi hiap Souw
Thian Hai. Dia adalah..... ayahku ! Namaku adalah Souw Lian Cu......"
"Hei" Anaknya...." Souw Thian Hai mempunyai anak
sebesar kau ini" Ah". yang benar saja, nona ! Umur Souw
Thian Hai itu tak berbeda banyak dengan aku, dan aku
dengan dia sudah saling mengenal dengan baik. Paling-paling usianya sekarang tentu baru tiga puluh atau lebih sedikit.
Masa dia telah mempunyai puteri sebesar kau " Ataukah
mungkin engkau hanya...... hanya puteri angkatnya saja?"
Gadis itu agak tersinggung ketika menjawab. "Aku adalah benar-benar puteri kandungnya ! Ayahku memang masih
terlalu muda ketika kawin dengan mendiang ibuku. Dan
sekarang ayahku sudah berusia tiga puluh enam tahun,
meskipun tampaknya masih sangat muda.....!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ooh..!" Keh-sim Siauw-hiap mengendorkan kata-katanya sambil mengangguk, sadar bahwa ucapan yang dia keluarkan
tadi sedikit menyinggung perasaan gadis itu. "Oh, maafkanlah aku kalau begitu ..... Tapi..., mengapa nona meninggalkan
ayahmu sedemikian lamanya " Mengapa ketika itu kau
kuketemukan di hutan dalam keadaan sakit parah" Mengapa
kau lalu diam saja di pulau ini demikian lamanya " Mengapa kau tak memberitahukan kepadaku bahwa kau adalah puteri
Hong-gi-hiap Souw Thian Hai" Dan". Mengapa kau tak lekaslekas pulang setelah sembuh dari sakitmu" Mengapa
kau.......?" "Karena kau tak pernah memperhatikan aku !" tiba-tiba Souw Lian Cu menjerit penasaran, memotong pertanyaan-pertanyaan Keh-sim Siauw-hiap yang membanjir keluar dari
mulutnya itu. Gadis itu lalu bangkit dari atas pasir dan berlari pergi. Sekilas terdengar sedu-sedannya !
Tapi hanya dengan sekali lompat saja, pendekar itu telah
berada di depan Souw Lian Cu. Dengan kuat lengan pendekar
itu mencengkeram kedua pundaknya, "Tenanglah, Lian Cu....!
Mengapa kau IaIu menjadi marah karena aku tak pernah
memperhatikanmu" Bukankah kita......?"
Tetapi sekali lagi Keh-sim Siauw-hiap tak dapat
meneruskan perkataannya. Gadis yang berada di depannya itu balas memandang dengan beraninya. Di antara derai air mata yang mengalir di atas pipinya itu jelas terpancar ungkapan cinta yang amat mendalam, sehingga pendekar yang telah
kenyang mengenyam pahitnya cinta itu menjadi kaget dan tak bisa berkata apa-apa. Wajah tampan yang pucat dan muram
itu segera tertunduk. Perlahan-lahan tangan yang mencengkeram pundak Souw
Lian Cu itu terlepas dan tergantung kaku di tempatnya. Wajah yang sudah pucat dan muram itu semakin tampak kelam dan
murung. Dahi yang lebar itu juga tampak berkerut-kerut
seolah menahan suatu beban yang amat berat. Dan dari
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dalam dada yang bidang itu terdengar pula suara elahan
napas yang panjang berkali-kali!
Dan semua gerak-gerik itu tak lepas dari pandang mata
Souw Lian Cu! Gadis itu segera tahu bahwa perasaan cintanya tak memperoleh sambutan seperti yang dia harapkan. Seperti yang telah selalu ia dengar, pendekar murung itu tak pernah melupakan cinta pertamanya. Hati yang sudah membeku itu
tak pernah dapat mencair lagi...!
"Ooooh......!" Souw Lian Cu berlari sambil menutupi mukanya dengan tangannya yang tinggal sebelah. Dengan
hati hancur gadis malang itu mengambil sebuah perahu dan
meluncur pergi meninggalkan Pulau Meng-to.
"Souw Lian Cu....!" Keh-sim Siauw-hiap berbisik lirih.
Tangannya teracung ke depan, seakan-akan mau menahan
kepergian gadis itu. Demikianlah, Souw Lian Cu pergi ke daratan Tiongkok
kembali dan berkelana tak tentu tujuan pula. Untunglah
selama dia berada di Pulau Meng-to, Siang In dan Siang Yen selain memberi pakaian juga memberi beberapa buah
perhiasan pula, sehingga beberapa buah kalung, cincin dan
gelang emas itu dapat dia jual untuk biaya makan-minumnya
selama berbulan-bulan. Gadis itu pernah pula membantu
seorang pembesar kerajaan di kota Kuang-Ti dalam
membekuk seorang buruan negara, sehingga memperoleh
hadiah yang tidak sedikit pula.
Begitulah selama berbulan-bulan gadis itu berkelana
seorang diri untuk menghibur hatinya yang sedih dan pepat.
Dan selama itu pula gadis itu tak pernah lupa mengamalkan
kepandaiannya yang hebat untuk menolong rakyat. Sudah
banyak sekali penjahat yang menjadi korban keampuhan
tangan tunggalnya ! Dan sudah tak terhitung pula orang
miskin dan menderita yang telah ditolongnya. Apalagi ketika terjadi gempa bumi besar itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mengingat akan gempa bumi itu, Souw Lian Cu lantas
teringat kepada Yang Kun, pemuda yang ia jumpai di Hi-sancung dan membunuh orang Tiat-tung Kai-pang itu. Pemuda
pendiam, tetapi menurut dia sombong bukan main. Entah apa
yang menyebabkannya, tapi Souw Lian Cu amat benci sekali
kepada pemuda yang berkepandaian sangat tinggi tersebut.
Mungkin yang membuatnya tidak suka adalah sinar mata
pemuda itu. Pemuda sombong itu selalu memandangnya
dengan pandangan aneh dan mesra, sehingga ia menjadi risih dan kikuk.
Souw Lian Cu kemudian teringat juga ketika bersama-sama
dengan Siang Yen mau kembali pulang ke Pulau Meng-to. Tapi ternyata di tengah jalan ia berbalik pikiran dan pergi
meninggalkan Siang Yen. Gadis itu menjadi malu kalau nanti harus bertemu kembali dengan orang yang telah menolak
cintanya. Di tengah jalan ia melihat perkelahian antara orang-orang
Bing-kauw dan Mo-kauw. Lalu Souw Lian Cu menolong orang
orang Bing-kauw yang lebih sedikit jumlahnya. Tapi gadis itu ternyata harus berhadapan dengan ketua Mo-kauw sendiri
yang kepandaiannya lihai bukan main. Akhirnya dengan
menderita luka dalam yang parah, Souw Lian Cu dibawa ke
Kuil Delapan Dewa, kuilnya orang-orang dari Aliran Im-yang-kauw !
Di dalam kuil itu ternyata Souw Lian Cu bertemu kembali
dengan Yang Kun yang dibencinya.
LaIu bersama-sama dengan dua orang tokoh puncak Imyang-kauw, Souw Lian Cu dan Yang Kun, mengadakan
perjalanan bersama ke Gedung Pusat Im-yang-kauw, yang
jaraknya lebih dari dua hari perjalanan.
Apabila mengenangkan kembali saat-saat di dalam
perjalanan itu, Souw Lian Cu menjadi amat kesal terhadap
dirinya sendiri. Karena di dalam perjalanan itu dia terpaksa tidak dapat terus-terusan membenci pemuda yang amat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sombong itu. Ternyata banyak pula segi kebaikan pemuda itu yang patut dihargai dan dikagumi. Meskipun tentu saja
kebaikan itu tidak sehebat dan setinggi kebaikan Keh-sim
Siauw-hiap, tokoh pujaannya !
"Bocah sombong itu memang lebih tampan dan jauh lebih muda dari pada Keh-sim Siauw-hiap, tapi mana mampu dia
menyaingi nama Keh-sim Siauw-hiap yang amat harum dan
tersohor itu " Mana dapat pemuda itu berbuat kebajikan dan kebaikan seperti halnya sepak terjang Keh-sim Siauw-hiap
selama ini ?" tanpa terasa Souw Lian Cu mulai membandingbandingkan kedua pemuda itu di dalam lamunannya.
Oo0oo "Krosaaaak! Jleeeg !"
"Ohh!" tiba-tiba Souw Lian Cu tersadar dari lamunannya.
Dengan tangkas tubuhnya yang sedang berbaring di atas pasir tepi telaga itu melenting berdiri. Tapi sebentar kemudian
hatinya yang kaget dan tegang itu menjadi tenang kembali.
Orang yang datang dengan tiba-tiba di pinggir telaga kecil di tengah hutan itu ternyata adalah Put-gi-ho dan Put-chih to, orang yang telah ditolongnya tapi juga pernah menolongnya
membawa ke Kuil DeIapan Dewa itu.
Sementara itu kedua orang Bing-kauw itu ternyata juga
sangat kaget sekali melihat Souw Lian Cu berada di tempat
itu. Mereka berduapun ternyata juga tidak menduga kalau
akan bertemu dengan Souw Lian Cu di tempat yang sangat
terasing itu. "Nona, kau....." Eh, mengapa... mengapa nona berada di tempat ini?" Put-gi-ho yang tinggi kurus itu melongo.
"Ah, kalian lagi...." Souw Lian Cu membuang napas kuat-kuat, kemudian kembali duduk diatas pasir lagi.
"Eeee.... kenapa nona duduk pula lagi" Ayoh kita cepat-cepat pergi dari sini ! Sebentar lagi di pinggir telaga ini akan Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ada pertempuran sengit Iagi ..." Put-gi-ho menarik lengan Souw Lian Cu dengan wajah pucat dan khawatir.
Tentu saja Souw Lian Cu menjadi bingung dan tak
mengerti. Sambil berjalan mengikuti dua orang anggota Aliran Bing-kauw itu dia bertanya. "Apa katamu" Pertempuran"
Pertempuran apa itu?"
Sambil mengajak Souw Lian Cu memanjat sebatang pohon
yang rimbun daunnya, dua orang Bing-kauw itu memberi
keterangan. "Harap nona jangan marah! Kami minta nona bersembunyi dahulu di atas pohon ini sampai pertempuran itu selesai nanti!"
"Iya ! Tapi pertempuran apa itu" Lekas kau katakan !"
"'Pertempuran seperti dahulu lagi. Orang orang dari aliran kami dengan Aliran Mo-kauw !" Put-gi-ho menjelaskan.
"Maka kami ajak nona ke sini untuk bersembunyi karena kami tidak ingin dituduh membawa bala-bantuan dari luar"."
Put-chih to ikut memberi keterangan.
"Ah, kalian ini orang-orang tua benar-benar seperti anak kecil saja, masih suka berkelahi! Lalu mana kawan kalian yang lain" Apakah cuma kalian berdua saja ?"
"Hehe... . tidak ! Sebentar lagi yang lain akan datang"."
Put-chih to yang gemuk itu tersipu-sipu. "Nah, maafkanlah
kami, nona".! Kami terpaksa akan berada di tepi telaga itu agar tidak dituduh mengingkari janji."
Kedua orang Bing-kauw itu segera terjun kembali ke atas
tanah dan melangkah ke pinggir telaga. Dan betul juga, tidak lama kemudian datang beberapa orang kawan mereka ke
tempat itu. Mereka datang dengan naik perahu yang kini
mereka tambatkan di tepi sungai.
"Mereka akan tiba sebentar lagi," salah seorang di antara mereka berkata kepada Put-gi-ho dan Put-chih-to. "Tadi mereka berada di belakang perahu kami."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Lalu..... bagaimana dengan su-heng kita Put-pai-siu Hong jin" Apakah dia juga bisa datang ke tempat ini?" Put-gi-ho menggoyang-goyangkan pundak orang itu dengan cemas.
"Jangan khawatir...! Dalam mabuknya kemarin Put-pai-siu Hong-jin su-heng berkata bahwa dia tentu datang. Tapi dia
harus berusaha mengelabuhi su-pek (uwa guru) Put-chienkang Cin-jin dahulu baru bisa berangkat ke sini....."
"Bagaimana kalau Put-sim-sian su-heng tahu" Bukankah
Put-sim-sian su-heng selalu menjadi wakil Put-ceng-li Lo-jin suhu kalau beliau sedang tidak ada di rumah ?"
"Jangan takut ! Kalau dengan kita semua atau dengan adik-adik seperguruannya sendiri, Put-sim-sian suheng mungkin
dapat bertindak dengan keras, tapi kalau menghadapi
suhengnya, Put-pai-siu Hong-jin itu, hehe.... tak mungkin dia berani berlaku kurang ajar !" orang itu menjawab dengan tertawa.
"Ah, kau ini ! Jangan memandang begitu rendah terhadap Put-sim-sian suheng ! Kau tahu mengapa suheng kita itu
diberi nama Put-sim sian (Dewa Tak Berperasaan).....?" Put-chih-to merengut tak senang.
"Tentu saja. Tapi kau juga harus tahu, mengapa murid supek itu diberi nama Put-pai-siu Hong-jin (Si Gila Yang Tak Punya Malu)....." orang yang berbicara dengan Put-chih to itu tak mau mengalah pula.
"Hei, sudahlah! Jangan berbantah saja ! Lihatlah itu......
mereka telah datang !" Put-gi-ho membentak.
Sebuah perahu yang cukup besar merapat ke tepi sungai,
lalu dari dalamnya tampak berloncatan belasan orang
berjubah hijau dan dua orang berjubah biru. Dengan sangat
lincah dan gesit mereka melesat menghampiri orang-orang
Bing-kauw yang telah berdiri menunggu. Mereka berdiri
berkelompok dan saling berhadapan dalam jarak empat meter.
Kedua orang yang berjubah biru itu berdiri di depan kawanTiraikasih Website http://kangzusi.com/
kawannya, berhadapan langsung dengan Put-gi-ho dan Putchih-to yang juga berdiri di depan teman-temannya.
"Hmm, apakah kalian sudah datang semuanya?" Put-gi-ho melangkah maju mewakili teman-temannya. Kedua belah
tangannya bertolak pinggang dan sepasang kakinya berdiri
renggang. "Benar! Inilah semuanya orang-orang kami, yang dahulu berhadapan dengan engkau dan kawan-kawanmu itu. Apakah
engkau sekarang juga sudah siap?" salah seorang dari kedua orang yang berjubah biru melangkah maju pula untuk
mewakili teman-temannya. "Sekarang engkau tak boleh
mengatakan lagi, bahwa pihak kami Iebih banyak dari pada
pihakmu." "Tidak usah cerewet ! Kini tiba saatnya bagi kami untuk menebus kekalahan kami dahulu." Put-gi-ho membentak.
Kemudian tanpa banyak pertanyaan lagi Put-gi-ho segera
menerjang lawannya yang berjubah biru itu dan sekejap
kemudian mereka berdua telah bertempur dengan seru sekali.
Orang Mo-kauw lainnya segera maju pula mencari lawan
mereka masing-masing, sehingga sebentar kemudian di atas
pasir lembut itu telah terjadi pertempuran besar yang amat hiruk-pikuk. Put-chih-to juga sudah mendapatkan lawan yang seimbang, yaitu orang berjubah biru lainnya.
Demikianlah, pada waktu tengah hari yang panas itu, di
tengah-tengah hutan lebat, terjadilah sebuah pertempuran
ulangan yang seru antara kelompok anggota Aliran Mo-kauw
dan kelompok anggota Aliran Bing-kauw, yang dahulu sudah
pernah pula saling berhantam. Kini mereka saling bertempur pula lagi untuk melanjutkan pertempuran mereka dahulu,
yang terhenti serta terganggu oleh kedatangan Souw Lian Cu dan Ketua Aliran Mo-kauw.
Sementara itu Souw Lian Cu menonton pertempuran
tersebut dari atas pohon yang tidak jauh dari arena
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pertempuran itu. Sambil menggeleng-gelengkan kepalanya
gadis itu bersungut-sungut tiada habis-habisnya.
"Wah, orang-orang ini sungguh-sungguh sudah gila semua.
Mana pertempuran yang sudah lama berlalu masih tetap
dilanjutkan juga sekarang. Dan". Put-gi-ho serta Put-chih-to itu benar-benar orang yang tak tahu diri pula! Dahulu sudah dikalahkan oleh dua orang berjubah biru itu, kini masih juga berani melawannya lagi......"
Jilid 21 MEMANG benar juga apa yang telah dikatakan oleh Souw
Lian Cu itu. Dahulu, pada pertempuran mereka yang pertama, Put-gi-ho dan Put chih-to juga melawan kedua orang berjubah biru itu. Pada waktu itu Put gi-ho dan Put-chih-to hanya
mampu bertahan selama tigapuluh jurus saja, kemudian
menjadi bulan-bulanan pukulan dua orang berjubah biru
tersebut. Untunglah pada saat itu Souw Lian Cu datang
menolong dan menyelamatkan mereka. Kalau tidak, mereka
tentu sudah mati dibunuh lawannya.
Ternyata demikian pula terjadi sekarang! Dengan cepat
kedua orang anggota Aliran Mo kauw itu dapat menguasai
Put-gi ho ataupun Put chih to. Sementara itu para anggota
Aliran Bing-kauw lainnya ternyata juga mengalami nasib
seperti Put-gi-ho dan Put-chih-to pula. Semuanya terdesak
dengan hebat dan tinggal menunggu waktunya saja, sehingga
Souw Lian Cu yang bertengger di atas pohon itu menjadi
gemetar serta ingin terjun pula dari atas pohon itu untuk
membantu Put-gi ho lagi seperti dulu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tapi sebelum niat itu ia laksanakan, tiba-tiba dari arah
sungai muncul seorang lelaki setengah tua, bermuka merah
dan tangannya menjinjing sebuah buli-buli arak. Sebentarsebentar arak yang berada di dalam buli buli itu ia tuangkan ke dalam mulutnya, kemudian ia sembur-semburkan ke atas
hingga membasahi kepalanya yang berambut amat jarang itu.
Langkahnya sebentar-sebentar berhenti, sementara tubuhnya
selalu bergoyang-goyang seperti ayam terkena penyakit.
Sedangkan mulutnya yang amat lebar itu selalu bergumam
dengan kata kata yang tak jelas, kadang-kadang seperti
nyanyian, tapi di lain saat seperti umpatan atau makian !
"....... Burung camar terbang di atas perahu.hihihi......!
Lalu..... eh, lalu hinggap di tiang layar! ....eit, keliru ! Keliru besar! Masakan burung bisa terbang, aneh sekali ! ......
Burunnggg.... eeh, burung lagi! Goblog benar, sih !..... Gajah terbang di atas perahu, lalu hinggap di tiang
layar!.....Hehehihi..... nah, sekarang baru benar,
hohoho.....aduh senangnya!..... Gajah besar terbang di atas awan, lalu hinggap di atas genting....... Bruoool !! Hahahaha!"
Sementara itu Put-gi ho dan Put-chih to tampak bergembira
bukan main melihat kedatangan orang itu. Meskipun mereka
bersama kawan-kawannya yang lain sedang terdesak dengan
hebat, tapi wajah mereka tampak berseri-seri penuh harapan.
Tentu saja lawan mereka, orang orang dari Aliran Mo-kauw itu menjadi heran sekali !
"Berhentiiii .....!" orang yang baru saja tiba itu berteriak keras sekali, sehingga semua orang yang sedang asyik
berkelahi itu berhenti pula dengan mendadak. Termasuk juga para anggota Aliran Mo-kauw yang sudah berada di atas angin itu !
"Mengapa saudara menghentikan pertempuran besar ini ?"
salah seorang pemimpin orang Mo-kauw yang berjubah biru
itu bertanya tak senang. Belasan orang kawannya yang telah dapat mendesak lawan mereka itu terpaksa berhenti
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
karenanya ! Tapi orang yang tidak lain adalah Put-pai-siu
Hong-jin itu, justru melangkah maju dengan mata mendelik!
Mulutnya yang berbau arak beras itu berteriak marah malah!
"Berhenti semua! Hayo...... mengaku ! Siapa yang tadi


Pendekar Penyebar Maut Lanjutan Darah Pendekar Karya Sriwidjono di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mengeluarkan..... kentut ?"
Terdengar suara tertawa yang tertahan di antara para
pengikut Put gi ho dan Put-chih-to, sementara dua orang
berjubah biru dan anak buahnya menjadi dongkol dan marah
sekali. "Kurang ajar ! Kubunuh kau, babi konyol ....!" dua orang berjubah biru itu segera menerjang Put pai-siu Hong-jin
dengan sangat geramnya. Tapi orang gila itu cepat mengangkat kaki kanannya tinggitinggi ke belakang melampaui kepalanya, sehingga otomatis
tubuhnya yang besar itu terjerembab ke tanah seperti
sebatang pohon yang roboh. Blug! Kemudian dengan cepat
merangkak pergi seperti monyet berlari. Gerakannya benarbenar konyol dan aneh ! Tapi yang sangat mengherankan,
serangan kedua orang jago Aliran Mo-kauw tadi tak satupun
yang mengenai sasarannya.
"Lihatlah baik-baik ! Ilmu yang diperlihatkan oleh Put-pai-siu Hong-jin suheng itu adalah Cap-sha-cui-min (Tigabelas
Pintu Mabuk) ciptaan su-pek Put chien-kang Cin-jin ! Kita
besok juga harus mempelajari ilmu silat yang aneh itu." Put-gi-ho berkata kepada teman-temannya, "Dengan ilmu itu kita akan bisa mengelakkan serangan lawan yang bagaimanapun
hebatnya......." "Ah, bosan juga dong,... kalau harus mengelak terusmenerus ! Masakan bertempur cuma mengelak saja."
"Wah, kau ini..... goblog benar! Tentu saja su-pek tidak
cuma menciptakan yang itu saja. Ada bagian yang lainnya.
Cap-sha-cui-min hanya bagian pertama dari Chuo mo ciang
(Ilmu Menangkap Setan). Bahagian yang kedua dinamakan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Koai-jing kun (Seribu Gerakan Aneh)!" put gi-ho menerangkan lagi.
"hei, mengapa kau tahu semua itu " Apakah kau sudah
mulai mempelajarinya?"
Put-gi ho meringis kikuk. "Sayang aku belum boleh
mempelajarinya. Aku hanya sering menonton kalau su-heng
Put-swi-kui dan suheng Put-ming-mo sedang berlatih di
hadapan suheng Pat-sim-sian...."
"Sudahlah, jangan cerewet saja! Lihatlah itu, suheng Put-pai-siu Hong-jin sudah menang di atas angin! Kedua orang
Mo-kauw berjubah biru itu sudah tidak dapat berbuat apa-apa lagi." Put-chih to membentak kawan-kawannya.
Memang benar. Dengan ilmunya yang gila dan aneh, Putpai-siu Hong-Jin tampak sedang mempermainkan dua orang
lawannya. Dua orang berjubah biru yang dalam urutan tingkat ilmu Aliran Mo-kauw menduduki tingkat ketiga itu benar-benar tidak berdaya menghadapi ilmu Chuo-mo-ciang (Ilmu
Menangkap Setan) Si Gila Yang Tak Punya Malu itu !
"Heh-heh-heh..... Dua ekor sangkar di dalam burung! .....
Eit, keliru tidak, yaa" Wah, mana yang betul" Dua ekor
sangkar atau dua ekor burung" Anu.... wah, bangsat, keparat, monyet busuk..... aku sudah lupa lagi ! ..... Ada burung kecil di dekat ekor ! ..... Lhaah, kini baru betul, haha-heheh.....! Oh, sungguh, menyenangkan ! ..... Ada burung kecil di dekat ekor
! ... Hmm, enaknya burungnya kecil atau besar, ya" Wah,
yaa..... terserah yang punya. Hihihahah! Dan kini ada dua ekor burung kecil sedang dipermainkan oleh seekor burung besar, heheh....."
Melihat kedua orang jago mereka kalah, semua orang Mokauw yang berada di tempat itu segera berloncatan maju.
Mereka mengepung dan mengeroyok Put-pai siu Hong-jin di
tengah-tengah. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Beberapa orang anggota Bing-kauw ikut bergerak maju
pula, tetapi Put gi-ho dan Put-chih-to segera melarang
mereka. "Apakah kalian minta dihajar sendiri oleh Put-pai-siu Hong-Jin suheng" Put-pai-siu Hong jin paling tidak suka diganggu kalau sedang bertempur dengan lawannya. Dia akan berteriak sendiri kalau mau minta pertolongan kita."
Ternyata kekhawatiran teman-teman Put-gi ho tadi
memang tidak beralasan sama sekali. Biarpun dikeroyok
belasan orang lawan, ternyata Si Gila Yang Tak Punya Malu itu justru semakin memperlihatkan kelihaiannya. Dengan leluasa orang sinting tersebut bergerak dan bergaya dengan ilmunya yang konyol tapi hebat bukan main itu. Rupa, tubuh dan
pakaiannya sudah tidak keruan macamnya lagi, karena dipakai untuk tiarap, terlentang, merangkak, masuk ke air telaga,
berguling-guling dan memanjat pohon ! Tapi hebatnya satu
persatu lawannya tampak berjatuhan tidak dapat bangun lagi, sehingga akhirnya sepeminuman teh kemudian semua
lawannya telah menggeletak tak berdaya. Semuanya roboh
tertotok oleh tangannya yang membawa buli-buli arak
tersebut. "Bagus! Bagus! Sekarang semuanya sudah tertidur, hehheh.. .. Kalau begitu akupun juga mau menemani tidur....."
Put-pai-siu Hong-jin bertepuk tangan, lalu ikut merebahkan diri di atas pasir di antara Iawan-lawannya. Secara kebetulan tubuhnya berdampingan dengan tubuh salah seorang
lawannya yang berjubah biru tadi, dan secara kebetulan pula orang itu tertotok jatuh dalam keadaan tertelungkup.
Put pai-siu Hong-Jin bangkit kembali dan merangkak
mendekati orang itu. Berkali-kali Si Gila Yang Tak Tahu Malu itu mengintip dan berputar-putar di sekeliling tubuh lawannya, seperti sedang mencari sesuatu di bawah tubuh yang
tertelungkup itu. Setelah yakin bahwa di bawah tubuh
tersebut tiada apa-apanya, Put-pai-siu Hong-jin segera
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
membalikkan tubuh orang berjubah biru itu. Sambil
mencongkel tubuh lawannya, mulutnya mengomel tidak
keruan. "Memalukan ! Sungguh memalukan sekali.....! Lelaki tidak boleh tidur tertelungkup, tahu" Itu sama saja menghina
seekor kuda, sebab kuda tak bisa tidur terlentang, heh hehheh.... Kalau manusia sudah tidak berbeda dengan kuda.....
wah,repot..... repot!"
"Tutup mulutmu!"
Tiba tiba dari dalam perahu Mo-kauw yang tertambat di
tepi sungai itu berloncatan keluar tiga orang laki laki berjubah coklat. Rata rata umur mereka sekitar empatpuluh lima
tahunan. Gerakan mereka sangat cepat sekali, sehingga begitu suara teriakan mereka berhenti, orangnyapun telah berdiri
tegak di depan Put-pai-siu Hong-jin! Tak heran, memang
mereka bertiga adalah tokoh-tokoh tingkat dua dalam urutan tingkat ilmu Aliran Mo-kauw. Mereka adalah murid-murid
langsung Bhong Kim Cu dan Leng Siau, yaitu tokoh-tokoh
tingkat pertama yang kini memangku jabatan sebagai Kau Tai shih (Utusan Agama) dalam Aliran Mo-kauw. Sebuah jabatan
tertinggi setelah Mocu (Ketua Aliran Mo) !
"Sute, kalian berdua pergilah mengobati dan menyadarkan orang-orang kita itu ! Biarlah untuk sementara kuhadapi
sendiri jago dari Bing-kauw ini," yang tertua dari ketiga orang Mo-kauw berjubah coklat itu menoleh ke arah temannya.
"Baik ! Tapi kami harap su-heng berhati-hati
menghadapinya. Kalau tak salah orang gila ini adalah Put-pai-siu Hong-jin yang terkenal itu?"
Souw Lian Cu yang bersembunyi di atas pohon itu menjadi
terkejut melihat perubahan suasana pertempuran yang
mendadak tersebut. Gadis itu benar-benar tidak mengira kalau masing-masing pihak ternyata mengerahkan tokoh-tokoh
utama dari aliran mereka. Jangan-jangan keduanya malah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sudah mempersiapkan seluruh kekuatan mereka di tempat ini.
Tanpa terasa Souw Lian Cu menoleh ke kanan dan ke kiri,
siapa tahu di dekatnya ada salah seorang dari tokoh-tokoh
mereka" Benar juga ! Seketika berdiri semua bulu roma Souw Lian
Cu! Tanpa setahu dia di belakangnya telah duduk seorang
kakek tua berambut putih dan berjenggot putih, mengenakan
jubah lebar berwarna putih pula. Kakek tua itu amat sangat dikenalnya, karena kakek tua itulah yang dahulu melukainya.
Kakek itu tiada lain adalah Pek-i Liong-ong sendiri, ketua atau Mo-cu dari Aliran Mo-kauw!
"Nona, maaf aku dulu terpaksa melukaimu..." kakak tua itu berbisik perlahan, "Tetapi sebenarnya bukan maksudku untuk melukaimu saat itu. Kaulah yang mengagetkanku dengan
pukulan Tai-lek Pek-khong-ciangmu itu, sehingga aku terpaksa menangkisnya dengan tenaga Pai-hud ciangku........Eh,
nona...... siapakah sebenarnya kau ini " Apakah hubunganmu dengan Hong-gi hiap Souw Thian Hai ?"
Souw Lian Cu membalikkan tubuhnya dengan cepat.
Matanya yang lembut itu kini menatap kakek tua yang duduk
tenang di hadapannya. "Aku adalah puterinya," Jawab gadis itu tegas.
"Ooooo......"!" Mo-cu dari Aliran Mo-kauw itu mengangguk-anggukkan kepalanya dengan mulut ternganga. "Tapi......
bukankah ayahmu tak mempunyai hubungan dengan Aliran
Bing kauw. Mengapa engkau membantu orang-orang ini ?"
"Aku tak membantu siapa-siapa......!" Souw Lian Cu menjawab dengan kaku. Bagaimanapun juga kakek tua ini
pernah melukainya dengan parah. Ingin sebenarnya gadis itu membalas dendam, tapi ia segera menyadari bahwa ia
bukanlah lawan dari kakek itu. Hanya ayahnya sajalah yang
kiranya mampu menghadapinya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tapi sudah dua kali ini kau kuketemukan bersama-sama dengan orang-orang Bing-kauw itu." Pek-i Liong-ong
memandang dengan tajam. "Ya! Tapi kedua-duanya juga cuma kebetulan saja. Secara kebetulan dan tidak sengaja, aku selalu berada di tempat
pertemuan kalian. Baik ketika aku kaulukai dulu itu, maupun sekarang ini....." Souw Lian Cu menjawab semakin berani.
Seperti juga tokoh tokoh persilatan yang pernah ia jumpai
selama ini, agaknya Mo cu dari Aliran Mo-kauw itu juga
kelihatan segan bila menyebut nama ayahnya.
"Baiklah, aku percaya kepadamu," akhirnya kakek tua itu mengangguk. Kemudian dengan pandang mata berkilat kakek
tua itu melihat ke bawah, ke arena pertempuran.
Tampak para anggota Aliran Mo-kauw yang tertotok roboh
tadi telah berdiri semua. Dengan wajah pucat mereka berdiri menunduk di depan dua orang berjubah coklat yang menolong
mereka. Malahan dua orang berjubah biru yang tadi
memimpin rombongan itu tampak berlutut ketakutan di depan
salah seorang tokoh berjubah coklat tersebut. Tapi dengan
mendengus marah tokoh itu membalikkan tubuhnya dan
menonton pertempuran antara suhengnya melawan Put-paisiu Hong-jin. Sementara itu para anggota Bing kauw yang datang
bersama dengan Put-gi-ho dan Put-chih-to tampak diam saja
di tempat masing-masing. Mereka membiarkan saja dua orang
berjubah coklat itu membebaskan teman-temannya. Mereka
percaya seratus persen pada kesaktian su-heng mereka Putpai-siu Hong-jin, karena dalam Aliran Bing-kauw kesaktian
Put-pai-siu Hong Jin adalah nomer tiga setelah Put chien-kang Cin jin dan Put-cengli Lo-jin, tokoh puncak mereka! Maka
kalau cuma melawan jago-jago tingkat dua dari Mo-kauw
seperti tiga orang berjubah coklat itu saja mereka tak usah merasa khawatir. Lain halnya kalau yang datang itu adalah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bhong Kim Cu atau Leng Siau, Kau Tai shih (Utusan Agama)
Aliran Mo-kauw ! Benar saja, belum ada limabelas jurus mereka bertempur,
jago Aliran Mo-kauw berjubah coklat itu sudah mulai
kebingungan menghadapi ilmu Put-pat-siu Hong-jin yang
konyol dan aneh! Akhirnya dua orang berjubah coklat lainnya ikut terjun pula ke arena, membantu su-heng mereka yang
kerepotan tersebut. Kini mendapat lawan tiga orang berjubah coklat sekaligus
memang tidak ringan bagi Put-pai-siu Hong jin! Dibandingkan dengan ilmu kepandaian masing-masing lawannya, Put-pai-siu Hong-jin memang masih lebih tinggi setingkat. Tapi kalau
dengan selisih yang hanya satu tingkat tersebut dia harus
menghadapi mereka bertiga sekaligus, memang sungguh amat
berat bagi Put-pai-siu Hong-jin. Mungkin kalau cuma melawan dua orang saja di antara mereka, Si Gila Yang Tidak Tahu
Malu itu masih bisa mengimbanginya, atau bahkan
memenangkannya. Tapi tiga lawan sekaligus" Berat sekali
memang! Salah-salah bisa kalah malah!
Benar saja. Orang sinting itu mulai tampak kerepotannya.
Buli-buli arak yang setiap kali selalu ia tuangkan ke dalam mulutnya itu kini sudah tidak dapat ia lakukan lagi. Celoteh-celoteh tidak keruan yang selalu terlontar dari mulutnya setiap ia melakukan gerakan, kini tidak begitu sering lagi ia
teriakkan. Sekarang mulut itu lebih sering menyerukan
umpatan dan makian untuk mengiringi jurus-jurusnya yang
gila ! "Kalau di rumah ada isteri cuma seekor, sungguh amat
mudah mengurusnya, hihihi...... Tapi bila tambah lagi yang dua ekor, masa depan benar-benar sengsara! ......Bangsat
keparat ! Monyet busuk bau terasi! Setaaaann...! Sulit betul mengurus tiga ekor isteri piaraan... eh, tiga ekor manusia keparat ini ! Aduuuuuh .... babi kau !"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sebuah tendangan yang amat keras menghantam
selangkangan Put-pai-siu Hong-jin, tepat pada kemaluannya, sehingga orang sinting itu terlontar jatuh ke dalam air telaga.
Byuuur........! Sebentar kemudian tubuh yang kotor dan tak keruan macamnya itu tenggelam dan........ tak keluar-keluar lagi !
Sejenak tiga orang lawannya terlongong-longong dan saling
memandang satu dengan lainnya. Matikah orang itu" Agaknya
memang demikian. Mungkin tendangan yang mematikan tadi
telah menghancurkan tulang selangkangannya !
Put-gi ho dan Put-chih-To segera bersiap-siap dengan
semua kawannya. Hati mereka menjadi kecut karena secara
tak terduga jago mereka kalah, Put gi-ho memberi perintah
untuk berkelahi sampai mati !
Tapi sebelum orang-orang Bing-kauw itu bergerak maju,
tiba-tiba terdengar jeritan nyaring disertai suara debur air telaga yang muncrat ke mana-mana! Put-pai-siu Hong-jin
yang tadi terbenam ke dalam air tampak meloncat keluar
dengan sinar mata beringas dan......... tidak mengenakan
pakaian barang selembar benang pun! Dan pada
selangkangnya tak terlihat apa-apa! Tempat tersebut tampak bersih dan halus, sedikitpun tak tampak bekas-bekas luka atau bekas tendangan!
Tentu saja orang-orang Mo-kauw menjadi kaget dan heran.
Mengapa orang itu tak mengalami luka sedikitpun meski
terkena tendangan dengan telak pada kemaluannya" Apakah
selain gila orang itu juga kebal "
"Bangsat keparat ! Babi! Terasi berbau monyet..,...,,, eit, monyet berbau babi ! Hei......" Setaaan....... mau memaki saja tidak bisa ! Goblog! Sinting!........ Hai, Put-gi-ho ! Mana yang betul, terasi bau monyet atau........ monyet bau terasi ?"
"Monyet bau terasi !" Put gi ho menjawab cepat. "Haa, benar ! Kau benar.... hahaha... monyet bau terasi! Kau benar-Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
benar monyet berbau terasi,hehehe...... eit, keliru !
Maksudku....... maksudku orang-orang inilah yang seperti
monyet bau terasi !" Put pai siu Hong-jin tertawa senang
sekali, lupa bahwa dia tadi baru saja tercebur ke dalam air gara-gara didesak dan ditendang oleh lawannya itu. "Dan orang orang ini sungguh sekawanan monyet yang sangat
rusuh dan kotor! Masakan bertempur dari tadi yang diincar
cuma selangkangankuuuuuu ..... saja! Heran benar aku! Apa
sih keistimewaannya tempat itu" Paling-paling juga sama saja dengan yang lain, hehehe......... Ataukah kalian orang-orang dari Aliran Mo-kauw ini menginginkan aku agar tidak dapat
kawin lagi, begitu......" Wah !" Put-pai-siu Hong jin
melanjutkan kelakarnya sambil mendekap erat
selangkangannya. Tentu saja ulah Put-pai siu Hong-jin yang kurang ajar dan
memalukan itu membuat risih dan kikuk lawan-lawannya.
Semuanya melangkah mundur dengan perasaan jijik. Apalagi
seorang gadis seperti Souw Lian Cu! Dengan muka merah
seperti udang direbus, gadis itu segera melengos tak mau
melihat lagi ke arena pertempuran. Untung saja tempat
persembunyiannya agak sedikit jauh dari tempat itu.
"Bocah itu memang amat keterlaluan sekali !" Pek-i Liong-ong yang berada di dekat Souw Lian Cu bergumam sambil
menggeleng-gelengkan kepalanya.
Anehnya, sementara yang lain pada risih dan malu
menyaksikan ulah kegilaan Put-pai-siu Hong-jin, orang-orang dari Bing-kauw sendiri ternyata justru menjadi sangat
bergembira malah! Mereka bersorak-sorak memberi semangat
kepada jago mereka itu. Bagi para anggota Aliran Bing-kauw, hal-hal seperti yang dilakukan oleh Put-pai siu Hong jin itu tidak terasa aneh lagi. Mereka setiap hari telah terbiasa
menonton kegilaan-kegilaan seperti itu, yaitu bila di gedung mereka sedang diadakan latihan-latihan ilmu Chuo-mo-ciang
oleh tokoh-tokoh aliran mereka. Semua pengikut Bing-kauw
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
akan berbuat yang aneh-aneh pula bila sedang memainkan
Ilmu Chuo mo-ciang, tidak peduli siapa dan apa
kedudukannya! Masing-masing akan bergaya dan berceloteh
menurut seleranya sendiri-sendiri. Dan selama ini yang paling gila dan paling konyol memang Put-pai-siu Hong-jin seorang !
Demikianlah, ketika orang sinting itu sudah mulai
menyerang lagi dengan ilmunya yang konyol dan aneh, tiga
orang tokoh Mo-kauw berjubah coklat itu masih belum bisa
menghilangkan rasa kikuk dan jijiknya. Maka untuk beberapa saat mereka bertigalah yang kini menjadi bingung dan didesak oleh Put-pai-siu Hong-jin. Apalagi ketika cara bersilat orang sinting itu semakin menggila dan semakin ngawur!
Tahu kalau lawan-lawannya merasa jijik melihat pantat dan
selangkangannya, Put-pai-siu Hong-jin justru semakin brutal memainkan bagian anggota tubuhnya tersebut. Beberapa kali
pukulan lawannya sengaja ia songsong dengan pantat atau
selangkangannya yang tahan tendangan itu. Tentu saja
lawannya buru-buru menarik kembali pukulan mereka begitu
hampir menyentuhnya! Jijik rasanya!
Tapi dalam pertempuran yang kacau seperti itu, mana
mampu ketiga orang Mo-kauw itu terus menerus menarik
serangannya" Maka sekali waktu terpaksa pula mereka
menyentuhnya. Dan konyolnya, Put-pai-siu Hong-jin tentu
akan segera merem-melek seperti monyet mengisap
tembakau bila tempat itu disentuh lawan ! Biarpun sentuhan itu kadang-kadang begitu kerasnya sehingga Put-pai-siu Hongjin terpaksa jatuh tunggang-langgang di atas pasir.
Melihat anak buahnya jatuh di bawah angin hanya
disebabkan karena jijik dan segan menyentuh anggota tubuh
lawannya, Pek i Liong-ong menjadi gusas sekali. Dan
kegusaran orang tua itu dapat dilihat oleh Souw Lian Cu.
"Kelihatannya kau mau membantu anak muridmu lagi
seperti dulu......" gadis itu berbisik, matanya yang bulat Iebar itu menatap tajam.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pek-i Liong-ong menghela napas panjang.
"Tidak ! Aku ke sini ini justru untuk mengawasi anak
muridku. Aku tak ingin mereka berbuat keterlaluan sehingga menggagalkan jalan perdamaian yang baru dirintis oleh dua
orang Kau Tai-Shih (Utusan Agama) kami. Kau tahu, apakah
sebabnya aku bersembunyi di sini ?" Pek i Liong-ong


Pendekar Penyebar Maut Lanjutan Darah Pendekar Karya Sriwidjono di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menghentikan kata-katanya sebentar untuk melihat kesan
pada wajah Souw Lian Cu, kemudian setelah dilihatnya gadis itu diam saja tak menjawab, orang tua itu segera menjawab
sendiri pertanyaan tersebut. "......Karena anak-anak Mo-kauw yang datang kemari itu pergi tanpa sepengetahuanku dan
tanpa ijinku! Mereka akan ketakutan setengah mati bila aku keluar menemui mereka. Tapi meskipun aku tak menyukainya
Kuda Besi 4 Istana Pulau Es Karya Kho Ping Hoo Pedang Kiri Pedang Kanan 8

Cari Blog Ini