Ceritasilat Novel Online

Pendekar Penyebar Maut 19

Pendekar Penyebar Maut Lanjutan Darah Pendekar Karya Sriwidjono Bagian 19


menjerit dan merangkul kekasihnya. Tangisnya meledak tak
terbendungkan lagi. Seluruh kerinduannya selama ini seolah-olah termuntahkan semuanya. Segala macam persoalan yang
terkandung di dalamnya selama empat tahun ini seakan saling berebutan untuk dikatakannya, sehingga mulutnya yang
sedang terisak-isak itu justru tak bisa berkata apa-apa !
"Hong-moi........! Hong-moi, sudahlah"..!"
Souw Thian Hai yang merasa bersalah karena telah
mengingkari janjinya kepada gadis itu berusaha membujuk
Chu Bwee Hong. la tidak menyangka sama sekali bahwa gadis
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
itu masih mengingatnya meski waktu telah berlalu sedemikian lamanya.
"Hai-ko".. Hai-ko! Sudah empat tahun lamanya.......
mengapa engkau tidak juga mengunjungi aku" Apa.......
apakah engkau sudah berubah pikiran dan sudah lupa
padaku?" akhirnya Chu Bwee Hong bisa juga berkata di antara tangisnya.
Souw Thian Hai menghela napas, mulutnya tak dapat
menjawab. Tapi perlahan-lahan pendekar sakti tersebut
melepaskan lengan Chu Bwee Hong yang memeluknya,
kemudian mendudukkan gadis ayu itu di pinggir pembaringan, sementara dia sendiri juga duduk di sampingnya. Beberapa
saat lamanya mereka hanya berdiam diri dan hanya saling
berpegangan tangan saja. Kepala Chu Bwee Hong tertunduk,
sedangkan dengan perasaan bersalah Souw Thian Hai
memeluk pundaknya. "Hong-moi, maafkanlah aku....... karena aku telah
membuatmu merana dan sengsara sekian lamanya. Aku
memang orang yang tak mempunyai perasaan dan hati sama
sekali. Aku ini benar-benar seorang lelaki yang tak
bertanggung-jawab dan sungguh tidak seimbang untuk
disejajarkan dengan engkau yang cantik bagai bidadari
ini".engkau terlalu mulia untuk lelaki rendah budi dan sudah tua seperti aku ini......."
Tiba-tiba Chu Bwee Hong menghentikan tangisnya.
Bagaikan mendapatkan sebuah kekuatan baru gadis itu
menengadahkan kepalanya. Matanya yang merah karena
banyak menangis itu menatap penasaran.
"Hai-ko, engkau belum tua...... engkau belum tua ! Siapa bilang engkau sudah tua....." Engkau hanya beberapa tahun
saja lebih tua dari pada aku, sehingga kita........'' sergapnya dengan suara keras dan serak.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tapi Souw Thian Hai cepat menutup mulut yang bergetar
mempesonakan itu dengan jari-jarinya. "Sssssst !" pendekar itu berdesah lirih.
".......Kau ini ada-ada saja. Siapa mengatakan bahwa umur kita cuma terpaut beberapa tahun saja" Kau ini sungguh
membuat aku merasa malu saja, Hong-moi.......... Apakah
engkau sudah lupa kepada Lian Cu " Puteriku......." Haaa,
kalau yang kaumaksudkan itu selisih antara engkau dan
dia....... itu baru benar !"
"Tidak ! Tidak ! Hai-ko, bagiku engkau belum tua........!
Sungguh ! Engkau masih sangat muda ! Kita sungguh sepadan
sekali bila....." Chu Bwee Hong menyahut dengan cepat. Air mukanya pucat ketakutan, bagaikan seekor induk ayam yang
amat khawatir akan kehilangan anaknya !
Souw Thian Hai tersenyum sedih, hatinya menjadi perih.
Bagaimanapun juga dia tidak bisa membutakan diri terus
menerus melihat kasih sayang Chu Bwee Hong yang amat
besar dan tulus itu. Ahhh, andaikata puterinya itu bisa
mengerti, desahnya di dalam hati.
Pendekar sakti itu teringat kembali kepada puterinya yang
belum pulang sejak tadi pagi. Kemana sebenarnya anak itu"
Siang tadi puterinya berkata bahwa dia akan ke sungai untuk mencuci pakaian, tapi kenapa cuciannya ia tinggalkan dan ia sendiri pergi tak tentu rimbanya "
Tiba-tiba berkelebat di dalam benak pendekar sakti itu
suatu yang amat mengkhawatirkan hatinya. Jangan-jangan
puterinya yang memang tidak menyukai hubungannya dengan
Chu Bwee Hong itu telah melihat kedatangan Chu Bwee Hong,
sehingga ia menjadi marah dan pergi meninggalkan rumah
mereka. "Aah!" Souw Thian Hai berdesah sedih.
"Hai-ko ! Hai-ko ! Mengapa engkau bersedih" Apakah
engkau........ engkau tidak bergembira dengan pertemuan kita Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ini " Apakah engkau tidak menyukai....... menyukai
kedatanganku" Ouhhh".!"!" Chu Bwee Hong yang mendengar
dan melihat kesedihan kekasihnya itu menjadi salah terima.
Gadis itu lalu melepaskan diri dari pelukan Souw Thian Hai dan menangis tersedu-sedu kembali.
Souw Thian Hai menjadi kelabakan, "Hong-moi"..kau jajangan berpikiran begitu," bujuknya dengan tergesa-gesa,
"bukannya aku".bukannya aku tidak menyukai
kedatanganmu, tapi".. tetapi aku"..eh, sebenarnya kita?""
Sukar sekali rasanya bagi Souw Thian Hai untuk
mengutarakan kesukarannya, karena hal itu berarti dia harus mengatakan tentang kebencian anaknya kepada gadis itu dan
rasa ketidaksukaan anaknya terhadap hubungan mereka.
Maka untuk beberapa waktu lamanya pemuda itu hanya
gagap-gugup tidak bisa berkata, sementara wajahnya tampak
sedih dan serba salah ! Celakanya, sikap Souw Thian Hai ini diterima salah oleh
Chu Bwee Hong ! sikap Souw Thian Hai yang sedih, ragu-ragu dan tidak mau berterus terang itu membuat Chu Bwee Hong
semakin yakin akan dugaannya, bahwa Souw Thian Hai
memang telah melupakannya dan bermaksud untuk
memutuskan hubungan mereka. Buktinya pemuda itu tidak
bergembira sama sekali melihat kedatangannya, malah
tampaknya kekasihnya itu sangat tertekan batinnya dan
agaknya selalu berusaha untuk mencari-cari alasan buat
berpisah dengannya ! Tiba-tiba Chu Bwee Hong menjadi sangat bersedih sekali !
Impian yang selama ini selalu membuai pikirannya mendadak
seperti hilang lenyap tertiup angin. Api semangatnya yang
semula masih menyala, meskipun hanya kecil, kini bagaikan
ikut hilang pula terbawa pergi. Tiba-tiba dunia ini seakan-akan berubah menjadi sunyi senyap dalam pandangannya.
Gadis itu lantas teringat kembali pada keadaan dirinya yang kotor, yang memang sudah tidak berharga lagi untuk duduk
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bersanding dengan Souw Thian Hai yang terkenal dan
dikagumi oleh banyak orang.
"Ohh, Tuhan........!" Chu Bwee Hong menjerit lirih, kemudian berkelebat pergi meninggalkan Souw Thian Hai.
"Hong-moi"..?" Souw Thian Hai berseru kaget.
Pendekar sakti itu bergegas melompat untuk mengejar Chu
Bwee Hong. Tapi belum juga setindak ia melangkah, tiba-tiba dari arah sungai terdengar suara jeritan wanita memecahkan kesunyian petang itu. Sekejap Souw Thian Hai menjadi
bimbang. Dalam benaknya segera berkelebat bayangan Souw
Lian Cu, puterinya ! Jangan-jangan anak itu dalam bahaya !
Souw Thian Hai tidak jadi mengejar Chu Bwee Hong,
sebaliknya ia berputar ke arah sungai dengan cepatnya.
Sekejap saja tubuhnya yang tinggi besar itu telah berada di tepi sungai. Tetapi wajahnya yang amat tegang itu segera
berubah menjadi mendongkol dan marah begitu melihat apa
yang terjadi di tengah-tengah sungai itu !
Sesosok mayat perempuan dalam keadaan telanjang bulat
tergeletak di atas batu besar di tengah sungai dengan kepala pecah ! Dan Souw Thian Hai segera mengenalnya sebagai
pelayannya yang selama ini selalu membantu mengerjakan
pekerjaan rumah Souw Lian Cu. Perempuan yang masih muda
itu agaknya baru saja diperkosa oleh seseorang diatas batu tersebut.
"Kurang ajar ! Siapa pula yang berani memasuki lembah ini selain bangsat berkerudung itu?" Souw Thian Hai mengumpat di dalam hati.
Dengan hati geram pendekar itu berlari kesana kemari,
menerobos hutan kecil dan menyusuri jurang dan sungai di
dalam lembah tersebut, tapi tak seberkaspun jejak si
pengacau yang ia ketemukan. Seperti halnya dengan lelaki
berkerudung itu, yang sudah lenyap tidak kelihatan batang
hidungnya, pengacau itupun telah hilang tak tentu rimbanya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sampai-sampai Chu Bwee Hong yang baru saja pergi dari
pondok itupun juga tidak bisa dia dapatkan lagi! Gadis itu juga telah meninggalkan lembah tersebut entah kemana.
Akhirnya Souw Thian Hai pulang ke rumah dengan lemah
dan lesu! Begitu pepatnya pikirannya sehingga ia sampai
melupakan mayat pelayannya yang masih berada di atas
sungai. Benaknya Cuma dipenuhi dengan masalah Souw Lian
Cu, Chu Bwee Hong dan peti pusaka itu saja!
"Lengkap sudah sekarang kehancuranku".!" Rintihnya.
Rumah yang biasanya tampak terang dan cerah itu kini
kelihatan murung dan gelap. Tidak ada suara riang dan
gembira dari Souw Lian Cu lagi. Tiada suara bening dan manja yang biasa menyambut kedatangannya. Semuanya sunyi dan
gelap, bahkan lampupun belum dinyalakan.
Bagaikan sedang bermimpi Souw Thian Hai membuka pintu
rumahnya. Tapi".. "Duuaaar!" Tiba-tiba daun pintu itu meledak di dalam tangannya.
Begitu dahsyatnya sehingga bangunan bagian depan dari
rumahnya runtuh ke bawah dengan hebatnya. Tanah yang
dipijaknya seolah bergetar bagai digoyang gempa, sementara serpihan-serpihan kayu dan bagian bangunan lainnya tampak
berhamburan dan bertebaran kemana-mana!
Sekejap tempat itu menjadi gelap gulita oleh asap dan
debu yang bergulung-gulung !
Souw Thian Hai ikut terlempar tinggi ke udara, kemudian
jatuh di atas dahan pohon siong yang tumbuh tak jauh dari
tempat tersebut. Tapi oleh karena dahan itu tidak begitu besar dan kuat maka sebentar kemudian Ialu patah dan perlahan-lahan jatuh ke atas tanah.
Sesaat Souw Thian Hai hanya tergeletak berdiam diri saja
di antara ranting-ranting pohon yang patah itu. Seluruh
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
anggota tubuhnya terasa kaku dan ngilu, seolah-olah tak bisa digerakkan sama sekali. Luka-luka kecil tampak bergoresan di seluruh badannya yang telanjang, sementara pakaian yang
tadi ia kenakan telah hancur berserpihan di sekelilingnya.
Untunglah, ilmu Souw Thian Hai yang boleh dikatakan telah
mencapai tingkat kesempurnaan itu segera bekerja secara
otomatis melindungi tubuhnya, sehingga pendekar sakti itu
terhindar dari maut. Tetapi oleh karena Iedakan itu terjadi dengan sangat mendadak maka reaksi dari ilmunya itu juga
tidak dapat seratus persen melindungi badannya.
"Bangsat pengecut".!" Souw Thian Hai makin memaki
sambil mengedarkan pandangannya ke sekelilingnya. Dengan
waspada matanya mencari-cari sesuatu di kegelapan yang
melingkupi tempat tersebut, siapa tahu orang yang memasang alat peledak itu muncul dengan tiba-tiba.
Perlahan-lahan Souw Thian Hai bangkit dengan
berpegangan pada ranting-ranting pohon itu, tetapi oleh
karena tubuhnya masih terlalu lemah maka badannya yang
besar tersebut terjatuh kembali ke atas tanah. "Kurang ajar...........!" geramnya.
Sementara itu tidak jauh dari tempat itu sepasang mata
iblis memandang ke arah Souw Thian Hai dengan takjub
bercampur marah dan penasaran! Orang itu, yang tidak lain
adalah lelaki berkerudung tadi, sungguh merasa heran sekali !
Bahan peledak yang sudah mampu merobohkan bangunan
rumah tersebut ternyata tidak mampu membunuh Souw Thian
Hai ! Orang yang sangat dibencinya itu ternyata cuma lecet-lecet saja, padahal bahan peledak yang dia pasang itu telah melemparkannya tinggi-tinggi ke udara.
"Kalau aku benar-benar ingin membunuhnya, inilah saatnya yang paling tepat ! Sebelum ia mampu mengerahkan
tenaganya aku harus lekas-lekas menghabisinya......"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tiba-tiba bagai kilat cepatnya lelaki berkerudung itu
meloncat keluar dari persembunyiannya, lalu menerjang ke
arah Souw Thian Hai ! Kedua belah lengannya yang telah terisi tenaga dalam penuh itu berkelebat menuju ke arah kepala
Souw Thian Hai! Saking cepatnya pukulan tersebut sampai
mengeluarkan suara mencicit tajam.
Meskipun telah bercuriga dan berwaspada sebelumnya, tapi
kemunculan lawannya yang amat tiba-tiba itu tetap
mengejutkan Souw Thian Hai ! Dan rasa kaget itu disertai pula perasaan khawatir, karena begitu muncul orang itu langsung menyerangnya, padahal tubuhnya belum bisa digerakkan
sama sekali. Dengan segala sisa kekuatan yang masih dipunyainya Souw
Thian Hai berusaha mengelak !
"Buuuuk !" Tanah di bawah tubuh Souw Thian Hai berhamburan
kemana-mana ketika pukulan lelaki berkerudung itu dapat
dielakkan oleh pendekar tersebut. Souw Thian Hai berguling ke kanan dan pukulan lelaki itu lewat hanya beberapa dim saja dari pelipisnya. Lalu pendekar itu mengerahkan lagi
kekuatannya untuk merangkak menjauhkan diri.
Tapi lawannya tak mau melepaskannya begitu saja. Begitu
pukulannya luput, kakinya segera melayang ke samping
mengejar korbannya. Dan kali ini Souw Thian Hai tak bisa
mengelak lagi! Untunglah sasaran dari tendangan itu hanya
pada paha saja, sehingga akibat yang ditimbuIkannya tidak
begitu membahayakan jiwa Souw Thian Hai. Meskipun
demikian tubuh Souw Thian Hai yang besar itu terlempar jauh dan kemudian menggelinding ke pinggir sungai.
Dug! Souw Thian Hai meringis kesakitan karena
punggungnya menabrak belahan batu besar yang runcing.
Tetapi dengan demikian tubuhnya yang besar itu justru
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menjadi selamat dari gelombang air sungai di bawahnya,
karena batu tersebut ternyata dapat menahan tubuhnya.
Tetapi sekali lagi lawannya tak mau kehilangan kesempatan
itu. Waktunya tidak banyak, karena sedikit saja Souw Thian Hai itu dapat mengerahkan tenaganya, dia tidak mungkin bisa membunuhnya lagi. Sebaliknya, dia sendiri mungkin yang akan mendapatkan kesukaran.
Maka tanpa membuang waktu lagi orang berkerudung itu
segera melesat memburu tubuh Souw Thian Hai ! Kedua belah
tangannya telah memegang sepasang pisau panjang milik Bit
bo-ong yang bersinar dingin kemilau itu, sepasang pisau yang telah terendam dalam getah racun katak api! Di dalam
kegelapan malam pisau itu semakin tampak berkilauan
bagaikan api yang membara.
Souw Thian Hai segera menyadari bahwa dirinya dalam
bahaya. Sekali saja pisau itu menggores kulitnya, jiwanya tak mungkin dapat ditolong lagi. Kecuali ada orang yang bisa
memberikan obat penawarnya, yaitu darah ular saIju. Tapi
siapakah yang mempunyai darah ular salju di dunia ini " Kalau ada, mungkin juga sudah tidak keburu lagi, karena siapa saja yang terkena racun katak api itu, nyawanya tak mungkin
dapat bertahan lebih dari sepeminuman teh.
Rasa takut terhadap racun katak api itu membuat Souw
Thian Hai menjadi nekad. Tanpa memikirkan lagi akibatnya
pendekar sakti itu memaksakan diri untuk mengerahkan Angpek-sin-kangnya! Sekejap tubuhnya bergetar suatu tanda
bahwa urat-urat darahnya yang masih lemah itu belum
mampu menampung aliran lwee-kangnya, dan sesaat
kemudian darahnya seolah-olah bergolak dengan hebat. Lalu
bersamaan dengan kesadarannya yang semakin hilang,
kakinya menjejak tanah dibawahnya ! Hup ! seolah-olah masih ada kekuatan tersembunyi yang belum sempat dikeluarkan,
tubuh Souw Thian Hai tiba-tiba melesat ke samping dengan
cepatnya. Tapi oleh karena gerakan tersebut hanyalah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
gerakan asal mengelak saja dan tidak diperhitungkan arah dan tujuannya, maka tubuh itu meluncur ke arah sungai yang
deras. Ternyata gerakan Souw Thian Hai yang mendadak itu
benar-benar tidak terduga oleh lelaki berkerudung. Ayunan
pisau yang mengarah jantung dan leher itu tak satu pun yang mengenai sasarannya. Kedua-duanya menghantam batu
runcing yang tadi menahan punggung Souw Thian Hai !
"Traaang!" batu besar itu terbelah menjadi tiga bagian.
"Keparat busuuk"..!" lelaki berkerudung itu mengumpat.
Melihat tubuh Souw Thian Hai itu mengapung di atas
sungai dan hampir tenggelam, lelaki berkerudung itu cepat
melepaskan sisa-sisa kesempatannya dengan melemparkan
salah satu dari pisau yang dipegangnya! Dan sekali ini
serangannya berhasil mengenai tubuh Souw Thian Hai yang
telah pingsan, tepat pada pundaknya!
"Cuuuus!" Begitu kuatnya lemparan pisau tersebut sehingga
menembus kulit dan daging, lalu jatuh ke dalam sungai
bersamaan dengan tubuh korbannya! Sebentar saja tubuh
Souw Thian Hai lenyap tergulung oleh derasnya arus sungai
itu. Lelaki berkerudung itu tertawa puas, kemudian bergegas
mencebur ke dalam sungai untuk mengambil pisaunya.


Pendekar Penyebar Maut Lanjutan Darah Pendekar Karya Sriwidjono di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Setelah pisau tersebut ia dapatkan, lelaki berkerudung itu keluar dari dalam sungai, kemudian pergi meninggalkan
tempat tersebut sambil tertawa panjang.
"Kini akulah orang paling kuat dan paling sakti di dunia persilatan, ha hahaha!"
Malam semakin kelam dan burung-burung malam telah
mulai keluar dari sarangnya. Suaranya yang serak terasa
menghentak-hentak kesunyian malam, sehingga malam yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
naas bagi lembah itu semakin terasa mengerikan. Angin
malam yang dingin itu bertiup keras menerobos daun-daun,
menimbulkan suara gemerisik yang mencekam jantung.
Langitpun tampak hitam kelam karena tertutup oleh awan
yang tebal, sehingga bulan muda yang seharusnya sudah
muncul di atas langit tidak tampak pula karenanya.
Sementara itu agak jauh dari lembah itu, seorang gadis
cantik berjalan tertatih-tatih antara gelapnya bayang-bayang pohon dan semak-semak lebat yang memenuhi tempat
tersebut. Bayangan tubuhnya yang sebentar kelihatan dan
sebentar hilang itu bagaikan hantu wanita atau kuntilanak, yang sedang keluar untuk mencari mangsa di antara gelapnya bayang-bayang pohon besar yang hitam-hitam menakutkan
itu. Bayangan yang tidak Iain adalah Chu Bwee Hong itu
sebentar-sebentar berhenti dan bersandar pada pohon, untuk mencari kekuatan dan menyeka air matanya yang tak pernah
berhenti mengalir. Kadang-kadang kakinya terantuk batu atau akar pohon yang melintang di depannya, sehingga tubuhnya
yang bergoyang-goyang mau roboh itu terjerembab ke atas
tanah untuk beberapa saat lamanya.
Beberapa ekor serigala hutan mulai tampak mendekati dan
mengikutinya. Matanya yang merah itu tampak mencorong di
dalam kegelapan, bagaikan mata iblis yang sedang mengintai mangsanya. Sesekali terdengar suara lolongannya yang
panjang menguak kesunyian malam, seolah-olah suara hantu
yang merintih dalam kepedihan.
Dan ketika Chu Bwee Hong yang terlatih-tatih itu
terjerembab karena kakinya tersangkut akar pohon, serigala-serigala itu bergegas mendekati dan berputar-putar di
sekitarnya. Taringnya yang runcing seolah-olah meneteskan
air liur saking laparnya, sementara lidahnya yang panjang itu terjulur keluar dan bergetaran.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tapi Chu Bwee Hong yang sedang berduka dan hatinya
diliputi oleh kesedihan itu tidak memperdulikan sama sekali pada bahaya yang sedang mengintainya. Begitu hancurnya
perasaannya sehingga ia tidak bisa melihat dan memikirkan
lagi selain kepedihan dan kesengsaraannya. Bahkan gadis itu sudah tidak memperduIikan lagi keadaan dirinya. Tidak peduli lagi pada jiwanya, mati hidupnya ! Dalam hati gadis itu malah lebih suka mati dari pada hidup dalam kekecewaan dan
penderitaan-penderitaan seperti itu. Rasanya tiada Iagi artinya hidup ini bagi Chu Bwee Hong, hingga gadis itu seakan-akan justru mempersiapkan diri agar dimakan oleh kawanan srigala buas tersebut !
Sementara itu dari arah lembah, muncul pula sesosok
bayangan yang berlari menerobos hutan lebat tersebut
dengan langkah cepat. Sambil berjalan sesekali terdengar
suara tertawanya yang panjang.
"Kini terlaksana sudah semua rencanaku hahahaha.
Selanjutnya aku tinggal mempelajari ilmu warisan Bit-bo-ong ini dengan sungguh-sungguh. Setelah itu aku akan menjadi
jago silat nomor satu di dunia dan tak seorangpun yang akan mampu lagi mengalahkan aku".." orang yang tidak lain
adalah lelaki berkerudung itu bergumam sendirian sambil
tertawa puas. ?"..dan rencana selanjutnya adalah merebut
Cap Kerajaan yang disimpan oleh keluarga Chin (ayah Chin
Yang Kun) ! Setelah itu aku akan merebut singgasana yang
diduduki oleh Liu Pang itu, hahahaha........"
Orang itu berjalan sambil membayangkan rencanarencananya yang besar, yang ia yakin akan terlaksana dengan mudah setelah dia bisa mempelajari ilmu sakti warisan Bit-bo-ong itu ! Dan tanpa terasa dan disengaja orang itu melangkah mendekati tempat di mana Chu Bwee Hong berbaring dalam
kepungan serigala-serigala buas itu. Lelaki berkerudung itu menjadi kaget ketika tiba-tiba banyak serigala hutan yang
melintas di depannya! Apalagi ketika lapat-lapat ia mendengar Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
suara lolongan serigala di kejauhan yang seolah-olah sedang memanggil kawan-kawannya.
"Hah, banyak benar serigala di hutan ini ..." lelaki berkerudung itu berbisik seraya mengawasi kawanan serigala yang berlari ke satu arah tanpa mempedulikan dirinya itu.
"Hmm".. agaknya kawan-kawan mereka ada yang
menemukan mangsa, dan kini serigala-serigala ini dipanggil untuk ikut berpesta pora".."
Tapi lelaki itu tiba-tiba tersentak dan tertegun. Seekor dari kawanan serigala itu, yaitu yang berlari di belakang sendiri, bentuk dan macamnya sedikit berbeda dengan kawan-kawannya yang lain. Meskipun moncong mulut dan ekornya
sama dengan serigala lainnya, tetapi bentuk badannya tampak jauh lebih besar serta tidak berbulu lebat seperti kawan-kawannya. Bulunyapun tidak kemerah-merahan seperti
serigala-serigala lainnya, tetapi berwarna putih bersih seperti anjing kampung. Dan serigala putih ini tampak berhenti
sebentar ketika melihat lelaki berkerudung tersebut,
moncongnya yang hitam berkilat itu menyalak beberapa kali
sebelum kemudian berlari kembali mengikuti kawankawannya. "Heran! Itu anjing atau serigala " Mengapa suaranya juga
berbeda dengan yang lain?" lelaki berkerudung itu bergumam dengan kening berkerut. "Jangan-jangan serigala-serigala ini ada yang......."
Belum juga orang itu menyelesaikan perkataannya tiba-tiba
sesosok bayangan melesat dari balik semak-semak dan berdiri di depannya. Gerakannya gesit dan ringan bukan main,
kakinya hampir-hampir tidak mengeluarkan suara sama sekali ketika mendarat di atas tanah.
Lelaki berkerudung itu segera bersiap-siaga.
Dicengkeramnya peti pusaka itu erat-erat. Melihat ginkangnya, orang yang baru saja tiba itu tentulah seorang tokoh silat Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berkepandaian amat tinggi. Jangan-jangan orang itu adalah
kawan dari Souw Thian Hai yang ingin merebut kembali peti
yang dibawanya. Sementara itu orang yang baru saja datang tersebut
tampak terheran-heran pula begitu melihat lelaki berkerudung itu. Untuk beberapa saat lamanya dia hanya mengawasi topi
dan kerudung yang dipakai oleh lelaki berkerudung itu. Alis matanya yang telah bercampur uban itu berkerut, seakan-akan ingin menjajagi, siapa sebenarnya lelaki bertopeng di depannya ini. Mulutnya yang hampir tidak kelihatan karena
tertutup oleh kumis dan jenggot yang lebat itu juga terkatup rapat, sementara badannya yang gendut itu tampak
bergetaran seperti sedang menggigil kedinginan.
"Hmm, siapakah tuan " Mengapa menghadang langkahku
?" akhirnya lelaki berkerudung itu mendahului bertanya.
"Eh..... ohhh !" orang tua berbadan gemuk itu tergagap, kemudian bernapas lega sekali.
''Maaf....... maaf, maafkanlah Lohu kalau kedatanganku ini mengagetkan sicu. Sebenarnya..... sebenarnya lohu sendiri
juga kaget melihat pakaian yang sicu kenakan. Hampir
terbang semangat lohu tadi....... Ah, sungguh memalukan
sekali, setua ini masih juga takut akan hantu." orang tua itu melanjutkan keterangannya.
Lelaki berkerudung itu tersenyum di balik kain
kerudungnya. "Ah....... tuan ini ada-ada saja. Siauw-te cuma seorang manusia juga seperti tuan, hanya siauw-te harus
menutup mukaku ini karena........ karena muka ini lebih
menakutkan dari pada hantu !"
"Hah "!?" Lelaki berkerudung itu tertawa perlahan.
"Sudahlah, tuan........ siauw-te hendak meneruskan
perjalanan." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hee.... anu ..... sebentar dulu!" orang tua berbadan gemuk itu mencegah.
Suara tertawa itu hilang dengan tiba-tiba.
"A-apa maksud tuan........?" Lelaki berkerudung itu
bertanya dengan kaku. "Ah, tidak apa-apa........ Si-cu jangan salah paham ! Lo-hu hanya ingin menanyakan sesuatu kepada si-cu......."
"Tuan ingin bertanya tentang apa?"
"Ah, kedatangan lo-hu kemari ini cuma ingin mencari
anjingku yang hilang. Yaitu seekor anjing besar berbulu putih.
Apakah si-cu pernah melihat dia ?"
"Anjing putih yang moncong dan ekornya seperti moncong dan ekor serigala hutan?"
"Benar ! Benar ! Adakah si-cu melihatnya?" orang tua itu memekik gembira.
"Hmm, kulihat tadi ia bersama-sama dengan kawanan
serigala buas ke arah sana !" Ielaki berkerudung itu menunjuk ke kanan.
Jilid 26 "TERIMA kasih........terima kasih !" orang tua itu
mengangguk-angguk, lalu mukanya mendongak ke atas dan
bersiul nyaring. "Tai-si-ong?"!" serunya tak begitu keras.
"Apakah Song Cu-si (Pengurus Perkumpulan she Song)
telah menemukan anjing itu ?" tiba-tiba terdengar suara halus di belakang mereka.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Lelaki berkerudung itu membalikkan badannya dengan
cepat, dan hatinya segera menjadi berdebar-debar ! Hanya
setombak jauhnya dari tempat ia berdiri tampak seorang
kakek tinggi tegap mengenakan kain lebar berwarna kuning
seperti pendeta. Tapi bukannya wajah kakek yang berwibawa
itu yang membuat hati Ielaki berkerudung tersebut menjadi
berdebar-debar, tetapi kedatangannya yang sangat mendadak
dan tanpa menimbulkan suara itulah yang amat
mengejutkannya. Kakek itu seperti hantu yang muncul begitu saja dari dalam tanah !
Lelaki berkerudung itu mulai mengkhawatirkan peti
pusakanya. Dua orang asing yang berada didepannya ini
tampaknya mempunyai kesaktian di atas dirinya, sehingga
kalau kedua orang itu memang berniat untuk merebut peti
pusakanya, dia takkan mungkin bisa mempertahankannya.
Jangankan harus melawan mereka semuanya, untuk melawan
seorang saja di antara mereka dia mungkin takkan mampu
melakukannya. Seperti halnya orang tua berbadan gemuk tadi, kakek yang
baru saja muncul itu juga tertegun melihat topi dan kain yang menutupi wajah Ielaki berkerudung tersebut. Hanya perasaan kagetnya itu bukan disebabkan oleh ketakutan hatinya
terhadap hantu tetapi justru disebabkan oleh perasaan aneh dan curiganya yang besar. Apalagi kedatangannya ke tempat
ini juga bukan atas prakarsanya sendiri tetapi atas undangan seseorang yang menamakan dirinya Sang Putera Mahkota.
Oleh karena kakek itu belum pernah mengenal Sang Putera
Mahkota tersebut, maka hatinya segera menjadi curiga
terhadap lelaki berkerudung di depannya itu. Jangan-jangan orang itulah yang mengundang dirinya dan menyebut nama
Sang Putera Mahkota sebagai nama samarannya.
Sementara itu orang tua berbadan gemuk itu segera
memberi hormat kepada kakek gagah tersebut. "Tai-si-ong
(Kepala Kuil Agung), saudara ini memberitahukan kepada kita Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bahwa anjing putih itu menuju ke arah sana. Katanya anjing itu sedang mengikuti kawanan serigala........"
Kakek gagah itu menatap Ielaki berkerudung itu sekali lagi, lalu mengangguk memberi hormat. "Terima kasih atas
bantuan sicu ......" katanya dengan suara berat. ?"..Hem, bolehkah lo-hu mengenal nama si-cu yang mulia?"
Lelaki berkerudung itu tidak bisa menjawab dengan segera.
Sejak ia menutupi wajahnya dengan topi dan kain hitam itu ia memang bermaksud merahasiakan siapa dirinya. la tak ingin
seorangpun mengenal namanya. Oleh karena itu sekarangpun
ia tak ingin menyebutkan namanya. Cuma ia harus berhatihati mengatakannya agar kedua orang lihai itu tidak menjadi tersinggung hatinya. Apafagi dua orang itu tampaknya tokoh-tokoh dari sebuah perkumpulan atau aliran yang besar.
"Maaf, ji-wi lo-cianpwe........ siauw-te belum bisa
memperkenalkan diri di hadapan ji-wi sekarang, karena siauw-te kini harus mengemban sebuah tugas penting dan
rahasia".." "Rahasia" Apakah si-cu ini utusan dari orang yang
menyebut dirinya Sang Putera Mahkota?" kakek gagah yang
dipanggil Tai-si-ong itu mendesak.
"Sang Putera Mahkota....." Siapa dia" Apa maksud Locianpwe.......?" lelaki berkerudung itu berseru tak mengerti.
Benar-benar tak mengerti !
Kakek gagah itu mengerutkan keningnya, hatinya menjadi
bingung. Tampaknya orang berkerudung itu benar-benar tak
ada hubungannya dengan orang yang mengundangnya itu.
Lalu siapakah orang ini " Mengapa gerak-geriknya
mencurigakan benar" "Ah, tidak...... tidak ! Lo-hu cuma bertanya sambil lalu saja......." akhirnya kakek itu tergagap.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Lelaki berkerudung itu termangu-mangu beberapa saat
lamanya, agaknya juga berpikir tentang Sang Putera Mahkota itu. Tapi sejenak kemudian orang itu segera menjadi sadar, sehingga dengan tergesa-gesa dia meminta diri kepada orang tua gagah tersebut.
"Kalau". kalau begitu siauw-te minta diri dahulu untuk meneruskan perjalanan."
"Baiklah, silahkan......! Sekali lagi terimakasih atas petunjuk si-cu......" kakek gagah yang tidak lain adalah ketua Im Yang-kauw itu terpaksa melepaskan. Sekejap matanya yang
mencorong dalam kegelapan itu melirik ke arah peti pusaka
yang dibawa oleh orang berkerudung itu dengan perasaan
curiga. Tapi oleh karena tidak ada masalah yang mesti
dipersoalkan lagi maka kakek gagah itu juga tak ingin
berurusan lebih lanjut. Lelaki berkerudung itu menghela napas lega, kemudian
cepat-cepat meninggalkan tempat itu. "Wah, sungguh amat berbahaya....." desahnya di dalam hati.
Sepeninggal orang itu Tai-si-ong dan Pang Cu-si Song Kang
(Pengurus Perkumpulan) saling memandang dengan dahi
berkerut. "Apa pendapat Tai-si-ong tentang orang aneh itu?"
Song Cu-si bertanya kepada ketuanya.
"Agaknya dia baru saja melakukan sesuatu urusan yang
sangat penting dan rahasia. Tetapi urusan apakah itu, lo-hu tak bisa menerkanya. Tadi lo-hu malah mencurigai dia sebagai orang yang telah mengirimkan undangan kepada aliran kita,
tapi setelah kutanyakan ternyata bukan. Dia malah seperti
tidak tahu menahu tentang Sang Putera Mahkota itu. Hmmm,
tapi entahlah kalau dia berbohong." Ketua aliran Im-Yangkauw itu memberikan pendapatnya.
"Gerak-geriknya mencurigakan benar......memakai penutup kepala, membawa peti besar". hmm, seperti pencuri saja !"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Song Kang juga memberikan pendapatnya. "Apa sih isi peti itu
?" Tai-si-ong tersenyum geli. "Ah, Song Cu-si ini sungguh aneh. Mana dapat kita mengetahui isinya" Bukankah peti itu selalu didekapnya dan tidak pernah dibuka di depan kita"
Hahaha........kalau Lo-jin-ong ada di sini kita bisa meminta tolong kepadanya untuk menerka isi peti itu dengan ilmu Lin-cui Sui-hoatnya."
"Ah !" Song Kang Cu-si tersenyum pula dengan tersipu-sipu.
"Sudahlah, mari kita mengejar anjing putih itu! Jangan sampai kita kehilangan arah lagi."
Mereka lalu melesat pergi ke arah kanan seperti yang
ditunjukkan oleh orang berkerudung itu. Mereka berkelebat
dengan cepat mengerahkan ilmu meringankan tubuh mereka
agar supaya tidak kehilangan jejak anjing putih itu lagi. Tanpa anjing putih tersebut mereka tak mungkin bisa menemukan
tempat tinggal Sang Putera Mahkota, sebab dalam surat
undangan yang mereka peroleh telah disebutkan bahwa
mereka harus mengikuti seekor anjing berbulu putih apabila telah berada di dalam hutan itu.
Kedua orang tokoh puncak aliran Im-yang-kauw itu benarbenar tidak mengetahui bahwa bersamaan dengan langkah
mereka itu si anjing putih telah tiba di tempat Chu Bwee Hong berbaring, dan kini anjing putih itu bersama kawan-kawannya sedang bertempur dengan seru melawan kawanan serigala
yang mengganggu gadis tersebut.
Melihat Chu Bwee Hong jatuh dan tidak bangkit atau
bergerak lagi, kawanan serigala yang sejak tadi telah
mengincarnya segera menjadi buas ! Mereka saling
berdesakan dan rebut dahulu untuk segera menghunjamkan
taring mereka masing-masing. Seekor serigala yang bertubuh lebih besar dari pada kawan-kawannya tampak meloncat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mendahului, kemudian menggigit kain yang dikenakan oleh
Chu Bwee Hong dan menarik-nariknya.
Serigala yang lain segera menyerbu pula mengikuti serigala tersebut. apalagi ketika tampak oleh mereka mangsa itu diam saja tak bergerak ataupun mempertahankan diri. Mereka
mencakar, menggigit, mencabik dan menarik-narik, sehingga
tubuh Chu Bwee Hong yang halus lembut itu kini mulai terluka dan mengeluarkan darah! Meskipun begitu gadis itu tetap
berdiam diri dan tidak berusaha melawan atau
mempertahankan diri sama sekali. Gadis itu seperti telah
mematikan perasaannya! Sebentar saja gadis itu tentu akan mengalami peristiwa
yang sangat mengerikan apabila tiba-tiba tidak datang
sekawanan serigala lain yang dipimpin oleh anjing besar
berbulu putih! Anjing besar berbulu putih yang tadi dilihat oleh orang berkerudung itu begitu datang langsung mengajak
kawan-kawannya untuk menyerang serigala-serigala yang
mengeroyok Chu Bwee Hong tersebut! Mereka segera terlibat
dalam pertempuran yang dahsyat dan menggiriskan. Mereka
bertempur dengan kasar dan tak beraturan, asal menyerang
dan menggigit saja lawan yang berada di dekatnya. Dan
semakin banyak darah yang menetes semakin buaslah
mereka! Mereka bertempur dengan hiruk-pikuk! Mereka
menyalak, menguik, menggonggong dan melolong! Suaranya
keras menggetarkan hutan!
Dan hiruk-pikuk itu ternyata sampai juga ke telinga dua
orang lelaki yang pada saat itu sedang menerobos hutan itu pula dari arah timur. Kedua orang lelaki itu terdiri dari seorang kakek tua berusia enampuluhan tahun dan seorang lelaki
muda berumur tigapuluhan tahun lebih sedikit. Mereka berdua melesat dengan cepat menerobos lebatnya daun dan
pepohonan yang tumbuh dengan rapat di dalam hutan itu,
bagaikan dua ekor belalang malam yang terbang berlompatan
di antara dahan. Dan dilihat dari cara mereka bergerak yang Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
enteng dan gesit Iuar biasa itu dapat diduga kalau mereka
adalah dua orang jago silat berkepandaian tinggi pula, seperti halnya kedua tokoh lm-yang-kauw tadi.
Sebenarnyalah, kedua orang lelaki itu memang bukan
tokoh sembarangan di dunia persilatan! Si kakek yang rambut kepalanya sudah penuh uban itu tidak lain adalah Put-ceng-li Lojin, ketua Aliran Bing-kauw yang amat terkenal. Sama
terkenalnya dengan ketua lm-yang kauw maupun Mo kauw !
Sedangkan lelaki muda yang berjalan di belakangnya itu tidak lain adalah muridnya sendiri, Put-sim-sian Si Dewa Tak
Berperasaan ! Lelaki muda ini juga tidak kalah terkenalnya dan pada Put-ceng-li Lo-jin, karena sebagai murid pertama dari ketua Aliran Bing kauw dia sudah menyerap seluruh ilmu
kepandaian gurunya yang hebat.
Seperti halnya kedua orang tokoh Im-yang kauw tadi,


Pendekar Penyebar Maut Lanjutan Darah Pendekar Karya Sriwidjono di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kedatangan mereka berdua di hutan itu juga bermaksud untuk memenuhi undangan Sang Putera Mahkota yang sangat
misterius itu. Sama juga dengan Tai-si-ong dari Im-yangkauw. Put-ceng-li Lojin juga menerima sepucuk surat
undangan dari orang yang menyebut dirinya Sang Putera
Mahkota beberapa hari yang lalu !
"Hah, itu dia .......! Keparat benar anjing itu ! Baru sekarang dia muncul." Put-ceng Ii Lo-jin bersorak gembira sambil memasang telinganya.
"Tapi banyak benar suaranya, jangan-jangan itu bukan
suara anjing yang kita cari tapi suara........ kawanan serigala !"
Put-sim-sian menyahut dengan suara ragu.
"Alaaa........ apa bedanya serigala dan anjing dalam urusan kita ini" Asalkan dia berbulu putih........ itulah yang kita ikuti!"
Put-ceng-li Lo jin berkata keras. "Ayoh......!"
Put-sim-sian mengangguk, kemudian meloncat ke depan
mendahului gurunya. Put-ceng-li Lo-jin segera mengejarnya
pula, sehingga kedua orang guru dan murid itu seperti mau
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berlomba agar bisa tiba lebih dahulu di tempat hiruk-pikuk tersebut.
Sekejap saja mereka telah sampai. Dan kedatangan mereka
itu benar-benar tepat pada waktunya!
Mereka melihat dua kelompok serigala sedang bertempur
dengan seru. Tapi kelompok pertama, yang dipimpin oleh
seekor serigala berbulu putih, kelihatan terdesak dengan
hebat ! Jumlah mereka yang tampak lebih sedikit dari pada
lawan mereka itu semakin lama semakin berkurang juga. Satu persatu tewas dikeroyok oleh Iawan-lawannya. Sehingga
ketika Put-ceng-li Lo-jin dan muridnya datang, anjing atau serigala putih itu terpaksa harus melayani keroyokan delapan atau sepuluh ekor lawannya.
"Su-hu. lihat........ Ada dua kelompok serigala sedang berkelahi !" begitu datang Put-sim-sian berseru. "........ Dan seekor diantaranya berbulu putih !"
"Hei, benar...! lblis laknat, agaknya memang serigala itulah yang dimaksudkan oleh orang yang menamakan dirinya Sang
Putera Mahkota itu !" Put-ceng-li Lo-jin ternganga.
"Su-hu!" tiba-tiba Put-Sim-sian berteriak keras sekali. "Di sana ada sesosok mayat !"
"Heh" Apa katamu"." Ohhh........ benar !"
Sekali lagi dua orang guru dan murid itu seakan berlomba
menghampiri "mayat" Chu Bwee Hong! Dan mereka segera menjadi terbelalak begitu melihat tubuh seorang gadis cantik, tergolek dengan kelopak mata terbuka, serta kulit dan pakaian terkoyak-koyak oleh taring serigala.
"Su-hu, dia masih hidup...." Put-sim-sian berbisik.
"Ya ! Kelihatannya dia tertotok lumpuh sehingga tidak bisa menggerakkan tubuhnya. Untunglah serigala-serigala itu
belum sempat menghancurluluhkan kulit dan dagingnya."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Put-ceng Ii lo-jin berjongkok, kemudian memeriksa denyut
nadi dan pernapasan Chu Bwee Hong. Tapi ketua Aliran Bingkauw itu cepat melepaskan lengan Chu Bwee Hong kembali!
"Ada apa, su-hu?" Put-sim-sian bertanya kaget.
Put-ceng li Lo-jin tidak segera menjawab. Keningnya yang
lebar itu berkerut-kerut, sementara kedua telapak tangannya menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal. Beberapa kali
orang tua itu mengawasi wajah Chu Bwee Hong yang pucat,
kemudian menggeleng-gelengkan kepalanya. "Sungguh aneh
.......!" gumamnya tak jelas.
Tentu saja Put-sim-sian semakin bingung dan tak mengerti.
"Su-hu...........?"
Tiba-tiba ketua Aliran Bing-kauw itu tersentak bagaikan
disengat lebah, sehingga Put-sim-sian yang berada di
belakangnya ikut-ikutan melompat ke samping dengan
sigapnya. Murid yang telah mendapatkan hampir semua dari
ilmu gurunya itu tampak berdiri dengan siap-siaga, seolaholah sedang menghadapi situasi yang amat gawat !
Tanpa mempedulikan sikap muridnya Put-ceng-Ii Lo jin
berkata gagap, seakan-akan baru saja menyaksikan suatu hal yang sangat menggoncangkan batinnya. "Put-sim-sian !
Gadis....... gadis ini agaknya memang berniat untuk bunuh diri
!" "Hah " Maksud su-hu ?"
"Gadis ini tidak mengalami cedera sama sekali !
Maksudku......... dia tidak tertotok atau pun terluka dalam seperti dugaan kita. Dia sebenarnya bisa bergerak dan
melawan serigala-serigala itu kalau mau........"
"Jadi........"!?"
"Gadis ini tampaknya baru saja mengalami pukulan batin yang amat hebat, sehingga ia menjadi putus asa dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berniat........ bunuh diri !" Put-ceng li Lo-jin menerangkan hasil pemeriksaannya.
"Maksud su-hu gadis itu telah mematikan seluruh
perasaannya dan membiarkan dirinya digigit serta dicabikcabik oleh serigala-serigala buas itu ?"
"Benar ! Sebenarnya ia mampu membunuh semua serigala
itu kalau mau, sebab hanya orang yang mempunyai
kepandaian tinggi bisa benar-benar mematikan perasaannya
seperti ini. Lihatlah, sekarangpun dia tak melihat kedatangan kita........ padahal matanya terbuka!"
Put-sim-sian mengerahkan Iwee-kangnya, agar dapat
melihat lebih jelas di dalam kegelapan malam. Tampak
olehnya gadis itu bernapas dengan teratur, sementara bola
matanya yang bulat lebar itu menatap kosong ke depan tanpa bergoyah sama sekali.
"Lalu apa yang mesti kita kerjakan?" Put-Sim-sian bertanya seraya mendekat.
"Kita membagi tugas. Kauselamatkanlah serigala putih itu dan bunuh saja yang lain-lainnya bila mereka tak mau
melarikan diri! Aku akan mengobati gadis ini........"
"Baik !" Put-sim-sian menggeram, lalu dikerahkannya seluruh
tenaga dalamnya. Jago muda dari Aliran Bing-kauw itu tak
ingin bertele-tele dalam melakukan tugasnya. Ia ingin
membereskan kawanan serigala itu dalam sekali gebrak.
Mula-mula tokoh muda itu menghantam ke arah serigalaserigala yang mengeroyok anjing putih tersebut. Serangkum
angin yang amat kuat terasa menghembus ke depan dan
menerjang ke arah kawanan serigala yang mengeroyok anjing
putih itu. Sekejap saja ke delapan ekor serigala itu terlempar dari arena. Mereka jatuh tunggang langgang, lalu melarikan Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
diri. Hanya anjing putih itu saja yang tetap tinggal berdiam diri di tempatnya.
Melihat kawan-kawannya melarikan diri, kawanan serigala
yang lain segera mengikuti pula. Kini di dalam arena itu hanya tinggal si anjing putih saja, karena semua lawan dan
kawannya telah pergi meninggalkan tempat itu. Mereka kaget dan ketakutan melihat kehebatan pukulan Put-sim-sian !
"Aku telah mengusir mereka, su-hu. Bagaimana dengan
gadis itu?" Put-ceng-li Lo-jin menghela napas dan menggelenggelengkan kepalanya. Wajahnya sedikit murung karena belum
bisa menyadarkan Chu Bwee Hong yang telah mematikan
seluruh perasaannya itu. "Gadis ini benar-benar telah bersiap untuk mati. Seluruh panca-inderanya telah ditutupnya, sehingga lo-hu
mendapatkan kesukaran untuk menyadarkannya kembali.
Untuk membukanya lagi, kita harus sabar dan telaten. Lebih dahulu kita harus membangunkan hati dan perasaannya, agar
supaya semangat hidupnya kembali berada di dalam getaran
darahnya. Untuk itu kita harus selalu menjaga kelancaran
peredaran darahnya, agar supaya jiwanya benar-benar tidak
padam." "Lalu......apa yang hendak su-hu lakukan?"
Put-ceng-li Lo-jin terdiam untuk beberapa saat lamanya.
Kelihatannya orang tua itu berpikir sebentar sebelum
mengatakan keputusannya. "Gadis ini akan lo-hu bawa pulang," akhirnya orang tua itu berkata. "Lo-hu menjadi sangat tertarik untuk mengetahui sebab musababnya, kenapa dia sampai menjadi begini...."
"Oh.......?" Put-sim sian berdesah. "......Tetapi bagaimana dengan maksud kita untuk menghadiri undangan itu" Apakah
su-hu hendak membawanya juga ke sana?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Memangnya kenapa" Apakah itu tidak boleh?" Put-ceng li Lo-jin menoleh ke arah muridnya. "Huh! Iblis laknat.......! Apa pedulimu jika lo-hu ingin membawa kucing, monyet atau
kerbau ke tempat mereka" Lo-hu mau datang itu sudah
untung bagi mereka. Setiap saatpun su-humu ini bisa saja
membatalkan niatnya untuk menemui mereka bila badut yang
menyebut dirinya Sang Putera Mahkota itu bertingkah........"
Put-sim-sian tertunduk, ia tidak berani menatap wajah
gurunya. Lelaki muda ini sungguh menyesal sekali telah
menyinggung perasaan gurunya. Ia benar-benar telah lupa
bahwa gurunya itu adalah orang yang paling tidak suka pada segala macam aturan atau kebiasaan yang mengikat
kebebasannya. "Maafkan aku, suhu......." Put-sim-sian meminta maaf.
"Hei " Mengapakah kau ini?" Put-ceng li Lo-jin tersentak, wajahnya semakin tampak gelap, sehingga sekali lagi Put-sim-sian menyadari kesalahannya. Tak seharusnya ia bersikap
demikian canggung di hadapan gurunya.
Gurunya itu paling tidak suka disanjung mau pun dihormati
seperti guru-guru lain di dunia ini. Di dalam aliran mereka Put-ceng-li Lo-jin selalu bersikap bebas dan tak pernah menuntut perlakuan istimewa dari anggota perkumpulannya. Dari para
muridnyapun tidak! Mereka biasa bersikap seperti teman
akrab dari pada sebagai guru dan murid !
"Baiklah! Kalau begitu......marilah kita berangkat sekarang!"
akhirnya Put-sim-sian menemukan kembali adat kebiasaannya.
Sekali menghentak tanah tubuhnya telah melayang ke depan
mendahului su-hunya. Anjing putih itu menyalak dan
mengikutinya dari belakang.
"Hai, bangsaaaat ! Kaubawalah gadis ini! Masakan suhumu yang harus menggendongnya?" Put ceng-li Lo jin berteriak.
"Nanti sajalah bergantian, su-hu ! Sekarang su-hu saja dahulu yang membawanya ! Aku masih lelah karena baru saja
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bertempur melawan serigala-serigala tadi........!" dari jauh Put sim-sian berteriak menjawab.
"Keparat ! Iblis laknat.........! Murid goblog!" Put ceng-li Lojin menggerutu, dan mengumpat-umpat.
Terpaksa dengan perasaan enggan orang tua itu
mengangkat tubuh Chu Bwee Hong dan kemudian
menaruhnya di atas pundaknya. "Bangsat, berat nian......!"
keluhnya lagi. Dengan beban yang berat di atas pundaknya ketua Aliran
Bing-kauw itu melangkah dengan cepat mengejar muridnya.
Meski pun beberapa kali terdengar mulutnya mengumpat dan
menggerutu, tapi langkah kakinya ternyata cepat bukan main.
Dilihat dari kejauhan tubuhnya yang agak bungkuk itu seperti seekor burung yang terbang rendah di atas tanah, cepat dan gesit.
Tetapi belum juga seratus langkah orang tua itu berlari,
tiba-tiba langkahnya berhenti. Sambil membetulkan letak
tubuh Chu Bwee Hong orang tua itu melirik ke kanan dan ke
kiri. Sepasang matanya yang tajam mencorong itu seolah-olah dapat menembus rimbunnya semak-perdu di sekelilingnya.
"Siapakah di situ........?" sapanya tiba-tiba.
Terdengar desir langkah kaki seseorang di balik semaksemak sebelah kiri orang tua itu. Kemudian seorang kakek tua berbadan tegap dan seorang kakek gemuk berkepala besar
tampak keluar dari kegelapan. Kedua orang yang tidak lain
adalah Tai-si-ong dan Pang Cu-si Song Kang itu segera
memberi hormat kepada Put-ceng-li Lo-jin.
"Selamat berjumpa, Bing Kauw-cu (Ketua Aliran Bingkauw)! Sungguh tak terduga kita bisa saling berjumpa di
tempat ini. Angin apakah yang meniup Bing Kauw-cu hingga
malam-malam begini sampai datang ke hutan ini?" Tai-si-ong dari Im-yang-kauw itu menyapa lebih dulu untuk
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menghilangkan kekagetan hatinya melihat ketajaman pancaindera Put-ceng-li Lo-jin.
"Hei ! Tai si-ong dan Pang Cu-si Song Kang rupanya.....!
Selamat bertemu! Selamat bertemu !" Put-ceng-li Lo jin yang tidak menyangka akan berjumpa dengan ketua Aliran Im-yang-kauw itu membalas pula dengan hangatnya. "Bagaimana khabarnya" Baik bukan?"
"Terima kasih ! Kami semua sehat-sehat saja selama
ini......." Pang Cu-si lekas-lekas menjawab.
"Hahaha......Tai-si ong....... Song Cu-si, hampir saja lo-hu tidak mengenal kalian Iagi. Habis sudah lama benar kita tak saling bertemu.......eh, sejak pibu besar itu, bukan....... ?" Put-ceng-li Lo-jin yang tak pernah peduli akan perasaan orang lain itu tertawa gembira. PadahaI kata-katanya yang ceplas-ceplos tentang pi-bu besar itu membuat kedua tokoh Im-yang-kauw
tersebut menjadi kikuk dan tak enak hati. Mereka seperti
diingatkan kembali pada masa-masa kacau dan pertempuran
besar di antara kedua aliran mereka beberapa tahun yang lalu.
Sebuah pertempuran yang melibatkan pula diri mereka
masing-masing ! "Benar....... benar !" Pang Cu-si Song Kang terpaksa
menjawab pula dengan mulut meringis. "..... Malah....malah pada perjumpaan kita yang terakhir, Bing Kauw-cu hampir
saja bertempur dengan aku........"
"Bertempur" Eh, benar........ benar, Song Cu-si benar.
Sayang pada saat itu su-hengku Put-chien-kang Cin-jin
mencegahnya. Buset. Kalau tidak........ heheh, salah satu dari kita tentu tidak akan bisa menikmati hidup sampai hari ini, hahahaha......."
Song Kang mengerutkan keningnya. Ditatapnya wajah
ketua Bing-kauw yang sedang tertawa gembira itu lekat-lekat.
Diperhatikannya dengan seksama kalau-kalau ketua Bingkauw bermaksud menyinggung perasaannya. Tapi serentak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dilihatnya orang tua itu tertawa lepas tanpa bermaksud apaapa, iapun segera tertawa pula mengikutinya.
"Ah, misalkan pertempuran itu tetap berlangsung juga........
bisa dipastikan akulah yang tidak akan bisa hidup sampai hari ini," Katanya merendah.
"Hei, belum tentu! belum tentu!" Put-ceng li Lo-jin cepat-cepat menukas. "Di dalam Aliran Bing-kauw kepandaianku memang tak ada yang bisa melawan. Tapi kesaktian Song Cu-si sendiri tentu juga luar biasa hebatnya ! Bila tidak demikian, masakan Song Cu-si dipilih menjadi Pang Cu-si Im-yang-kauw segala........"
"Ya.... tapi semuanya itu bila dibandingkan dengan
kesaktian Bing Kauw-cu akan tidak ada artinya lagi." Song Kang tetap merendahkan diri.
"Wah, siapa bilang" Kita masing-masing mempunyai
keistimewaan dan kelebihan sendiri-sendiri dalam ilmu silat.
Kita tidak bisa mengatakan, siapa yang lebih baik dan siapa yang lebih jelek, sebelum keduanya diadu satu sama
lain.............." "Ya, tapi........."
"Wah, Song Cu-si ini sungguh menjengkelkan benar !
Masakan ilmu silat milik diri sendiri malah dipandang rendah dan diremehkan begitu. Sungguh tidak baik! Bukankah
demikian, Tai-si-ong.......?" Put-ceng-Ii Lo-jin penasaran.
"Memang !" ketua Aliran lm yang-kauw itu terpaksa
mengangguk mengiyakan. "Nah, itu lihat.......! Apa kataku" Tapi kalau Song Cu-si masih tetap juga tak percaya, boleh kita mengadunya saja
sekarang....." Put-ceng li Lo-jin yang selalu berbicara ceplas-ceplos itu menantang dengan enaknya, seolah-olah
pertempuran mengadu nyawa itu hanya merupakan sebuah
permainan ringan yang tak membahayakan jiwanya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tantangan halus itu sungguh sangat mengagetkan dan
tidak diduga sama sekali oleh kedua tokoh lm-yang-kauw
tersebut. Terutama Pang Cu-si Song Kang yang langsung
menerima tantangan itu ! Tapi kekagetan mereka itu bukanlah disebabkan karena
mereka takut dan segan terhadap ilmu kepandaian Put ceng-li Lojin. Bukan ! Mereka sama sekali tidak takut atau gentar
menghadapi ketua Aliran Bing kauw tersebut. Yang mereka
takutkan adalah akibat dari pertempuran itu! Siapapun pihak yang kalah dalam perkelahian nanti tentu akan membawa
dendam di dalam hatinya. Dan hal itu sungguh berbahaya
sekali ! Baik Put-ceng-li Lo-jin maupun Tai-si-ong adalah ketua dari sebuah aliran yang amat besar dan ternama. Dendam di
dalam hati mereka tentu akan berakibat buruk pada
kedamaian dan ketenteraman masyarakat umum seperti juga
yang pernah terjadi beberapa tahun yang lalu. Oleh karena itu tantangan tersebut sungguh amat mengagetkan kedua tokoh
Im-yang-kauw tersebut. Kaget, karena tantangan itu justru
keluar dari mulut Put ceng li Lo-jin, ketua Aliran Bing-kauw yang besar itu.
Pang Cu-si Song Kang dan Tai-si-ong saIing pandang
dengan wajah tegang. Mereka menjadi serba salah. Melayani
tantangan itu berarti mereka menyulut api pertentangan yang selama ini telah dapat didamaikan dengan susah payah oleh
bekas-bekas pimpinan mereka. Tapi kalau mereka tidak mau
melayani tantangan tersebut, mereka akan kehilangan harga
diri mereka di mata orang lain. Mereka akan dicap sebagai
penakut dan pengecut ! "Ahh, Bing Kauw-cu ini suka benar berkelakar........" Tai-siong masih juga tersenyum untuk mendinginkan suasana yang
sangat berbahaya itu. Tapi Put-ceng-li Lo-jin seperti tak melihatnya. Tokoh yang selalu menurutkan selera hatinya sendiri itu malah meletakkan Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tubuh Chu Bwee Hong di tempat yang bersih dan aman, lalu
berdiri mempersiapkan diri untuk bertarung.
"Lo-hu tidak berkelakar......" katanya meyakinkan. "Lo-hu malah ingin membuktikan kepada Song Cu-si, bahwa ilmu silat itu harus diadu lebih dahulu untuk membuktikan kalah
menangnya." Tiada pilihan lagi bagi Song Kang selain melayani tantangan itu.
"Baiklah ...." akhirnya pengurus perkumpulan dari aliran Im-yang-kauw itu mengangguk. "Bing Kauw-cu akan kulayani.
Marilah".!" Tai-si-ong terpaksa tak bisa mencegahnya lagi. Dengan
perasaan berdebar-debar dia melangkah mundur, serta
membiarkan kedua jago silat berkepandaian tinggi itu saling berhadapan. Dilihatnya Song Kang membuka pakaian luarnya
yang lebar, sementara Put-ceng li Lo-jin menantinya di
tengah-tengah arena. "Bing Kauw-cu, maafkan........!" tiba-tiba Pang Cu-si Song Kang mendahului menyerang. Pakaian luarnya yang lebar itu
diayunkan depan, tertebar bagaikan selembar jala ke arah
kepala Put-ceng li Lo-jin.
"Thian-kuan-pi-tee (Langit Menutupi Bumi)........" Tai-si-ong berdesah melihat jurus yang dipergunakan oleh pembantunya


Pendekar Penyebar Maut Lanjutan Darah Pendekar Karya Sriwidjono di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

itu. Thian-kuan-pi-tee adalah jurus pembuka dari Im-hongciang, sebuah dari ilmu silat andalan Im-yang kauw. Ilmu silat ini sangat mengandalkan Iwee-kang yang tinggi dan dapat
dimainkan dengan senjata apa saja, terutama dengan bendabenda yang sifatnya lentur atau lemas. Dan seperti halnya
ilmu silat Aliran Im-yang-kauw lainnya, ilmu silat Im-hong-ciang ini juga mempunyai ciri khas yang sama yaitu gerakan-gerakannya amat halus dan rumit serta kaya akan gerak-gerak tipuan. Maka untuk mempelajarinya dengan sempurna tiap
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
anggota Im-yang-kauw terpaksa menekuninya selama
bertahun-tahun. "Setan belang ! Hei, Song Cu-si........! Lo-hu berani bertaruh, ilmu silat yang kaupergunakan ini tentu ilmu Silat Im-hong-ciang yang sangat terkenal itu! Betul tidak?" sambil mengelak Put-ceng-li Lo-jin berteriak. Kakek tua ini mengelak dengan cara yang sangat unik. Mula-mula orang tua ini
berjongkok dengan cepat, setelah itu meloncat ke samping
seperti seekor katak melompat.
Gagal menjaring tubuh lawannya Song Kang tidak
meneruskan serangannya. Orang tua yang lihai itu berdiri
diam saja di tempatnya seraya menggulung "jaringnya". Diam-diam hatinya memuji ketajaman mata Put-ceng-li Lo-jin, bisa mengenal ilmu silat yang ia keluarkan, meskipun baru melihat satu jurus saja. Dan hal itu berarti dia harus lebih berhati-hati lagi menghadapi ketua Bing-kauw itu.
"Dan aku juga berani bertaruh pula bahwa lompatan yang Kauw-cu lakukan tadi tentu bahagian dari ilmu Chuo-mo-ciang itu, bukan?" katanya pula agar tidak kalah gertak, padahal ia cuma menduga-duga saja.
"Hahaha-hehe"..!?" Put-ceng-li Lo-jin yang memang telah mempersiapkan Chuo-mo-ciang itu mulai kumat sintingnya.
Tubuhnya yang agak bungkuk itu masih tetap berjongkok,
sementara matanya yang kecil itu mulai kocak melirik kesana kemari, "Hehehe........ setan belang! Setan Laut! Setan Neraka! Setan .. heh, pokoknya segala setan bau busuk,
hehehehe........! Ternyata Song Cu-si sudah mengenal pula
ilmu setanku (Chuo-mo-ciang berarti Ilmu Menangkap
Setan)....." Selesai berbicara Put-ceng li Lo-jin meloncat ke atas,
menubruk ke arah lawannya! Gayanya meloncat masih tetap
seperti tadi, yaitu dengan punggung membungkuk dan lutut
ditekuk menempel perut. Cuma sekarang, sambil meloncat
tubuh itu berputar-putar di udara. Persis seperti seorang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pemain akrobat yang berjungkir-balik di udara. Dan sambil
meloncat orang tua itu mulai berceloteh tidak karuan.
"Song Cu-si, coba kautebak nama dari jurusku ini......."
katanya dengan nada bergurau.
"Tidak tahu, bukan" Nah, dengarlah ceritaku......!''
Tapi sebelum cerita itu sempat keluar dari mulutnya,
serangannya ternyata telah lebih dulu sampai di tempat Song Kang. Sepasang kaki dan tangannya tampak mencuat keluar
bergantian, mencakar dan menendang bagian dada dan
kepala Pang Cu-si Song Kang. Suara pukulannya terdengar
gemuruh menderu seperti suara pohon besar yang tumbang
terkena angin ribut! Song Kang terkejut. Tokoh kedua dari Im-yang-kauw
setelah Tai-si-ong dan Lo-jin-ong ini benar-benar terperanjat melihat perubahan dari serangan tersebut. Serangan yang
semula tampak ringan dan tidak membahayakan itu tiba-tiba
berubah ganas dan mematikan setelah sampai di sasaran!
Kekuatan lawan yang semula dia perkirakan biasa-biasa saja itu mendadak seperti bertambah menjadi berlipat ganda
jumlahnya. Karena belum bisa menjajagi ilmu lawannya yang aneh dan
amat membahayakan itu, maka Song Kang terpaksa tidak
berani menyambut atau memapaki serangan tersebut. Tokoh
Im-yang-kauw itu memilih jalan menghindari serangan
tersebut daripada harus menyongsongnya. Sambil melangkah
mundur tiga tindak dia menyabetkan pakaian luarnya ke arah Put-ceng li Lo-jin! Kali ini tokoh Im-yang-kauw itu tidak mau bersikap segan-segan lagi. Dikerahkannya seluruh
kekuatannya sehingga kain baju yang dipegangnya itu
berubah menjadi keras dan kaku seperti besi baja.
Melihat lawannya melangkah mundur dan tidak berani
dengan langsung menyongsong serangannya, Put-ceng-li Lojin segera mempersiapkan serangan berikutnya. Kedua belah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kakinya cepat-cepat dilipat kembali di depan perutnya,
sementara sepasang lengannya juga segera dikembangkan di
samping tubuhnya. Semua gerakannya itu dilakukan dalam
keadaan masih melayang di udara!
"Jurus katak melompat ini terdiri dari delapanbelas
gerakan. Diciptakan oleh suhengku Put-chien-kang Cin-jin
tatkala dia bertapa di Telaga Hijau...." sambil menghindari sabetan Song Kang, ketua Aliran Bing-kauw itu memulai
ceritanya. "Saat itu suheng sedang pepat pikirannya karena sudah hampir setahun penuh dia belum dapat juga
menyelesaikan bahagian terakhir dari ilmu Chuo-mo-kang
ciptaannya. Padahal perselisihan antara aliran kami dan aliran kalian sudah semakin meruncing, dimana setiap waktu dapat
saja meletus menjadi perang terbuka. Dan apabila semua itu benar-benar terjadi, kaum kami tentu akan repot menghadapi Ilmu Sakti Kulit Domba (Im-yang-kun) kalian....."
Sambil tetap mendengarkan cerita Iawannya Song Kang
melongo menyaksikan cara Put-ceng li Lo-jin mengelakkan
sabetan kain bajunya. Dengan sangat enteng dan gesit ketua Bing-kauw itu tampak menahan daya luncurnya lalu
menggeliat di udara beberapa kali, setelah itu melayang ke samping dengan manisnya. Semua itu dilakukan orang tua
tersebut tanpa harus menginjakkan kakinya di atas tanah lebih dahulu, sehingga dilihat dari bawah seperti seekor burung
yang sedang terbang zig-zag di udara.
"Orang tua ini memang tidak boleh dianggap enteng.
Salah-salah aku malah bisa kehilangan waktu kalau tak lekas-lekas menandinginya dengan ilmu pamungkasku (ilmu
andalan). Toh dia juga telah mengeluarkan Chuo-mociangnya....." Song Kang berdesah di dalam hati.
Maka jago Im-yang-kauw itupun lekas-lekas membuang
baju yang dipegangnya, kemudian mengerahkan Im-yang Sinkang sebelum ia menyerbu dengan Im-yang-kun atau Ilmu
Silat Kulit Dombanya yang terkenal itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sementara itu Put-ceng-li Lo-jin terus saja melanjutkan
ceritanya. Orang tua itu sama sekali tidak mengambil pusing pada semua perubahan sikap lawannya. "Saking pepatnya
suhengku pergi bertapa menyendiri di Ceng-ouw (Telaga
Hijau). Berbulan-bulan dia hidup di sana bersama dengan
ribuan katak yang memenuhi telaga yang luas dan dalam itu.
Tanpa disengaja su-hengku selalu melihat dan memperhatikan segala gerak-gerik ribuan katak itu setiap hari, sehingga
lambat-laun su-heng bisa melihat keanehan dan kehebatan
gerakan mereka. Su-heng seperti memperoleh ilham untuk
menyelesaikan ilmu ciptaannya itu. Maka dengan semangat
yang meluap-luap dia menyaring semua yang dilihatnya itu
dan mengambil inti-sarinya, lalu menuangkannya dalam
gerakan-gerakan ilmu silat yang hebat......"
"Jadi....... pada saat dilangsungkannya pi-bu besar itu Put-chien-kang Cin-jin baru saja dapat menyelesaikan Chuo-mokangnya ?" Song Kang bertanya dengan kening berkerut.
Put-ceng li Lo jin tertawa. "Benar!" katanya. "Untunglah pada waktu itu su-hengku dengan akal muslihatnya dapat
menyeret Tai-si-ong kalian yang lama ke dalam arena pi-bu
satu lawan satu. Kalau tidak, wah.....,., kami tentu akan dapat kalian gulung dengan mudahnya. Soalnya baru su-hengku saja yang dapat memainkan Chuo-mo-kang itu. Lainnya belum
berkesempatan untuk mempelajarinya."
Selesai berbicara tiba-tiba Put-ceng li Lo jin menjauhkan
tubuhnya ke depan. Tapi sebelum tubuh itu menyentuh tanah, mendadak tubuhnya tampak mental ke atas kembali dengan
cepat seperti sebuah bola yang membentur benda yang tak
kelihatan. "Awas serangan........!" teriaknya memperingatkan.
Sepasang kakinya meluncur lebih dahulu ke depan, menuju ke arah kepala Song Kang.
Tapi Song Kang juga telah bersiap-siaga pula dengan iImu
Sakti Kulit Dombanya. Begitulah sepasang kaki lawannya
meluncur datang dengan maksud menggunting Iehernya dia
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
segera meliukkan badan seraya merendahkan tubuhnya ke
depan, sehingga kedua belah kaki Put ceng-li Lo-jin lewat di atas kepalanya. Kemudian dengan badan yang masih dalam
keadaan meliuk itu Song Kang mencengkeram ke atas, ke
arah lutut Put-ceng-li Lojin. Dan jurus yang dia keluarkan ini adalah jurus Meniti Pelangi Meraih Awan, yaitu baris ke dua bait pertama dari pantun yang tertulis pada lembar ke tujuh kulit domba itu.
Di dalam mempelajari Ilmu Sakti Kulit Domba Song Kang
telah mencapai tingkatan yang tidak rendah. Bersama dengan Tai-si-ong, dia telah mencapai lembar yang ke sepuluh. Maka dapat dibayangkan betapa hebat kepandaiannya. Kelihatannya saja kesepuluh jari-jarinya itu hanya mengancam ke arah lutut lawan, tapi di mata seorang ahli akan segera terlihat bahwa setiap jari-jari itu ternyata telah mengancam semua titik jalan darah mematikan di badan Put-ceng-li Lo-jin!
Ternyata Put-ceng-li Lo jin melihat bahaya itu pula.
Buktinya tubuhnya yang meluncur dengan kaki di depan itu
segera melengkung ke atas seperti batang bambu yang meliuk tertiup angin, lalu sekejap kemudian melejit lagi ke atas
bagaikan seekor ulat daun ! Lagi-lagi semua gerakan itu
dilakukan oleh Put-ceng-li Lo-jin tanpa harus menyentuh tanah lebih dahulu. Seolah ketua Bing kauw itu bukanlah manusia
tetapi seekor burung yang mampu bergerak seenaknya di
udara! Memang, semua gerakan yang dilakukan oleh Put-ceng-li
Lo-jin itu tampaknya sangat tidak masuk akal dan mustahil
dilakukan. Tapi memang justru itulah yang menjadi
keistimewaan Chuo-mo-kang ! Semua gerakan-gerakan Chuomo-kang memang terdiri dari gerakan-gerakan aneh yang
kadang-kadang tidak masuk akal !
Demikianlah, akhirnya kedua orang itu terlibat dalam
pertempuran yang amat dahsyat ! Masing-masing
mengeluarkan ilmu puncak dari aliran mereka, Chuo-mo-kang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
melawan Im-yang sin-kun atau Ilmu Sakti Kulit Domba !
Begitu dahsyatnya pertempuran itu sehingga rasanya tidak
kalah seru dengan pertempuran put-chien-kang Cin-jin
melawan Tai-si-ong pada beberapa tahun berselang.
Pertempuran itu mengakibatkan beberapa batang pohon
tumbang dan beberapa rumpun semak perdu jebol dari
tempatnya. Angin pukulan mereka yang penuh Iwee-kang itu
menyambar-nyambar, membawa tiupan angin besar, sehingga
debu dan kerikil beterbangan menggelapkan arena
pertempuran itu. Duapuluh lima jurus telah berlalu. Beberapa saat kemudian
tigapuluh juruspun telah terlampaui pula. Song Kang mulai
bergetar hatinya. Im-yang Sin-kun sudah hampir habis ia
mainkan, tapi lawannya masih tetap garang dan berbahaya.
Sedikitpun Put ceng-li Lo-jin tidak kelihatan kendor ataupun menjadi berkurang kekuatannya. Orang tua itu masih tampak
gesit dan berbahaya. Tampaknya setiap saat kekuatannya
malah semakin bertambah besar saja ! Dan yang semakin
membuat dongkol dan gemas Song Kang, ketua Bing kauw itu
bertempur sambil berceloteh tidak keruan artinya.
"Setan alas ! Setan laut ! Setan laut mandi di sungai.
Sungainya kering karena kepanasan.......! Hahahaha.......!"
Song Kang mengerahkan kekuatannya, lalu menyerang
semakin cepat dan ganas. Kedua belah telapak tangannya
bergantian menyerbu ke depan, berusaha membungkam
mulut yang ceriwis itu. Tapi Put ceng-li Lo-jin ternyata juga meningkatkan
kemampuannya. Orang tua itu bergerak semakin aneh dan
gila ! Meloncat, tiarap, berjongkok, terlentang dan lain
sebagainya. Pakaiannya yang semula bersih dan rapih itu
sudah tidak keruan lagi macamnya. Kotor, sobek dan tak
teratur lagi letaknya. Rambutnya yang tadi tersisir halus kini telah menjadi acak-acakan dan berlepotan tanah serta pasir.
Sungguh orang takkan mengira lagi kalau orang tua itu adalah Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
seorang ketua aliran yang amat terkenal. Put-ceng li Lo-jin sekarang tak ubahnya seorang gila yang sedang kumat
penyakitnya. Oleh karena itu meskipun Song Kang menambah
kekuatannya dan meningkatkan kecepatan geraknya, keadaan
tetap tidak berubah juga. Kedahsyatan ilmu lawannya yang
konyol serta gila-gilaan itu semakin terasa menggencet
ilmunya, sehingga lambat-laun Im-yang Sin-kun yang dia
mainkan menjadi seret dan tak bisa berkembang sebagaimana
biasanya. Jangankan mau membungkam mulut Put-ceng-li Lojin yang ceriwis itu, untuk melindungi dirinya sendiri saja tokoh Im-yang-kauw itu sudah mulai kewalahan!
Tentu saja Tai-si-ong yang melihatnya menjadi tegang dan
gelisah. Tanpa terasa peluhnya ikut bercucuran. Beberapa
saat lamanya pemimpin Aliran Im yang kauw itu berdiri gelisah tak tahu apa yang mesti ia lakukan. Menolong salah, tidak
membantupun salah. Sebenarnya bisa saja ketua lm-yang-kauw itu menolong
muka pembantunya dengan cara menggantikannya melawan
Put-ceng-li Lo-jin. Tapi celakanya kepandaian silat yang
dipunyainya juga tak berbeda jauh dengan tingkat kepandaian Pang Cu-si Song Kang. Jadi apabila dia yang maju
menghadapi Put-ceng-li Lo-jin, keadaannya akan tetap sama
saja. Sama-sama celakanya. Malahan jika dia yang maju,
kekalahan itu justru akan membawa pengaruh dan akibat
yang lebih parah malah ! Karena sebagai seorang pemimpin
aliran, kekalahan yang dideritanya tentu akan menyangkut
pamor dan kehormatan perkumpulannya.
Sementara itu Put-ceng-li Lo-jin semakin mendesak Pang
Cu-si Song Kang. Gerakannya semakin meraja-lela menguasai
arena. Ilmu Sakti Kulit Domba yang dimainkan oleh Song Kang sudah habis dikeluarkan semua. Meskipun begitu tetap saja
tidak bisa membendung amukan Chuo-mo-ciangnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bagaimanapun juga ketua Aliran Bing-kauw itu ternyata masih lebih kuat dan lebih matang ilmunya.
Tiba-tiba terdengar suara anjing melolong keras sekali di
kejauhan. Suaranya mengalun tinggi menggetarkan hutan itu.
Begitu kuat dan kerasnya lolongan tersebut sehingga mampu
memecahkan perhatian kedua orang yang sedang adu tenaga
itu. "Haaauuunnngg........!!!"
"Bangsat! Keparat! Anjing berkudis tak tahu diuntung".!
Hampir saja lo-hu melupakan sesuatu ! Huh ! Iblis.......!
Setannn......" ketua Aliran Bing-kauw yang telah berada di atas angin itu mendadak mengumpat-umpat sambil meloncat
mundur. Kemudian dengan cekatan melesat ke tempat Chu
Bwee Hong dan membawanya pergi dan tempat tersebut.
"Tai-si-ong....... Pang Cu-si ! Maaf lo-hu masih ada urusan penting sehingga tak bisa menemani kalian lebih lama lagi !
Lain waktu saja kalau ada kesempatan permainan ini kita
lanjutkan kembali.......!" teriaknya dari kejauhan.
Sesaat kemudian tempat itu telah menjadi sunyi kembali.
Tinggallah kini kedua tokoh aliran Im-yang-kauw itu
memandang kegelapan dengan wajah lesu. Mereka baru saja
dikalahkan oleh lawan bebuyutan mereka. Diam-diam mereka
menjadi sakit hati dan berjanji bahwa suatu saat mereka harus bisa membalas kekalahan mereka ini. Demi kehormatan aliran mereka, mereka harus belajar lebih keras lagi menekuni Ilmu Sakti Kulit Domba. Sukur dapat menyelesaikannya sampai
pada lembar yang ke tigabelas.
Demikianlah, kedua orang tokoh pimpinan Im-yang-kauw
itu lalu melanjutkan perjalanan mereka kembali dengan
perasaan lesu. Dalam hati mereka sedikit menyesal, mengapa Toat-beng-jin atau Kauw Cu-si Tong Ciak tidak pergi bersama mereka. Apabila seorang saja di antara kedua orang itu
berada bersama mereka, mereka percaya kekalahan itu takkan Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mungkin terjadi. Hanya kedua orang kawan mereka itulah
kiranya yang akan mampu menundukkan ketua Bing-kauw
yang sakti tersebut. Begitu keluar dari hutan itu Put-ceng-li Lo-jin sudah
ditunggu oleh muridnya. "apakah yang terjadi, su-hu" Kenapa lama sekali?" Put-simsian bertanya dengan nada khawatir. Dipandangnya tubuh
gurunya yang kotor tidak keruan itu.
"Ahaa.....sepeninggalmu tadi lo-hu bermain-main sebentar
dengan orang-orang Im-yang-kauw," Put-ceng-li Lo-jin
menjawab acuh tak acuh. "Orang-orang Im-yang-kauw?" Put-sim-sian terkejut.
"Siapakah mereka, su-hu".?"
"Tai-si-ong dan Pang Cu-si Song Kang !"
"Ya ! memangnya kenapa " Kaukira mereka dapat
mengalahkan gurumu?"
"Jadi.....?" "Sudahlah, mari kita berangkat! Lihatlah puncak bukit itu!
Ada api unggun di sana.....mungkin disanalah tempat
pertemuan kita dengan Sang Putera Mahkota itu."
Baru saja ketua Bing-kauw itu menutup mulutnya, dari
puncak bukit tiba-tiba terdengar lagi suara lolongan anjing itu.
Nadanya tinggi melengking dan mengalun panjang sekali,
bagaikan suara hantu yang memanggil-manggil mangsanya.
Sungguh seram dan mendirikan bulu roma.
"Itu dia suara anjing itu......." Put-ceng-li Lo-jin berdesah, kemudian mempercepat langkahnya.
Bukit itu sangat terjal dan tak ada jalan setapak untuk naik ke atas. Oleh karena itu Put-ceng li Lo-jin dan Put-sim-sian terpaksa berloncatan di atas ujung-ujung batu yang
bertonjolan di sana-sini.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Su-hu, berikanlah gadis itu kepadaku. Biarlah aku kini yang membawanya......" Put-sim-sian menoleh ke arah
gurunya yang berloncatan sambil memanggul Chu Bwee Hong


Pendekar Penyebar Maut Lanjutan Darah Pendekar Karya Sriwidjono di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

di sampingnya. "Tak usah ! Biarlah kubawanya sendiri !"
"Hei, su-hu marah kepadaku?"
"Keparat! Siapa yang marah kepadamu ?" Put-ceng-li Lo-jin melotot. "Awas, jangan berkata yang bukan-bukan ! Kubunuh kau nanti........!"
"Tapi kenapa sejak tadi su-hu diam saja?"
Tiba-tiba Put-ceng li Lo-jin menghentikan langkahnya, lalu dengan kasar meletakkan tubuh Chu Bwee Hong di atas
tanah. Mereka telah berada di atas bukit.
"Bangsat keparat! Setan tetekan ! Kenapa sekarang kau jadi mengurusi aku " Ingin berkelahi, yaa" Ayoh........ kulayani kau!" Put-ceng-li Lo-jin yang tidak pernah menghiraukan peradatan itu berteriak-teriak dan menantang muridnya
sendiri, sementara Put-sim-sian yang tidak menyangka
gurunya akan menjadi marah begitu cuma berdiri saja
ketakutan. "Hahahahaha........ apakah yang datang ini Put-ceng-li Lojin dari Bing-kauw " Selamat datang ! Selamat datang !
Terima kasih atas kesediaan Lo-jin memenuhi undangan
kami..." tiba-tiba seorang kakek tinggi tegap datang
menyongsong kedatangan mereka. Beberapa orang pengawal
tampak mengiringi kakek gagah itu dengan obor di tangan
masing-masing. Put-ceng li Lo-jin menoleh, keningnya
berkerut. Otomatis tangannya menyambar tubuh Chu Bwee
Hong kembali dan menaruh lagi di pundaknya.
"Eh " Oh " Beng Goan-swe ".?" ketua Aliran Bing-kauw itu tergagap kaget. Orang tua ini benar-benar tak mengira kalau bekas jenderal besar itu menyambutnya di tempat ini.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Siapakah yang tak pernah mengenal dan mendengar nama
bekas jenderal besar Dinasti Chin yang sangat dihormati
rakyat itu " "Ah, aku sudah bukan seorang jenderal lagi, Lo-jin !
Sekarang aku sudah menjadi orang biasa seperti kalian.
Marilah ....!" Tapi Put-ceng-li Lo-jin masih tetap termangu-mangu dan
tidak beranjak dari tempatnya. Hatinya masih diliputi perasaan tidak percaya, bahwa bekas jendral yang amat dikagumi orang itu kini berada di tempat ini dan sekarang malah sedang
menyambut kedatangannya. Berbagai macam pertanyaan
berkecamuk di dalam hatinya, jangan-jangan orang yang
mengirimkan surat undangan itu adalah bekas Jenderal Beng
Tian ini. Tapi apakah maksud dan tujuannya sehingga bekas
jenderal Dinasti Chin ini mengundang dia" Apakah bekas
jenderal ini bermaksud merebut takhta kembali "
"Lo-jin, marilah.....! Kenapa termangu-mangu saja" Mari
kuperkenalkan dengan beberapa orang kawan!" Beng Tian menjura.
"Eh! Oh! Bangsat! Setan! Keparat! Mengapa pula Io-hu ini?"
Put-ceng-li Lo-jin tersentak dari lamunannya, kemudian
mengumpat-umpat seperti biasanya. "Sungguh pikun......."
Beng Tian tertawa. "Ahaha, Lo-jin benar-benar tidak
berubah. Sejak dahulu selalu santai dan senang berkelakar."
Tapi Put-ceng-li Lo-jin tak mengacuhkan lagi komentar
Beng Tian itu. Ketua Aliran Bing kauw yang aneh itu sudah
kembali ke sifatnya yang asli, tidak pedulian dan seenaknya sendiri. Sambil menggandeng lengan muridnya orang tua itu
melangkah ke tempat yang telah ditunjukkan oleh Beng Tian
tadi. "Goan-swe keliru. Lo-hu tidak berkelakar. Lo-hu kini memang sudah pikun karena sakit gigi, hehehe........" katanya sambil tertawa.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Di atas puncak bukit tersebut ada sebuah lapangan atau
dataran yang agak luas. Di tempat itu telah dipasang
beberapa buah obor sehingga tempat tersebut menjadi terang benderang. Belasan orang lelaki dan wanita telah kelihatan berkumpul di sana. Mereka duduk-duduk mengelilingi api
unggun yang dibakar di tengah-tengah lapangan itu.
Semuanya segera berdiri dan memberi salam kepada Putceng-li Lo jin yang baru saja datang. Seorang kakek dan
nenek yang berwajah keras dan serius mcmpersilahkan ketua
Bing-kauw itu duduk di antara mereka.
Sekejap hati Put ceng-li Lo-jin menjadi tergetar kembali. Ia mengenal beberapa orang yang duduk di tempat itu, termasuk pula kakek dan nenek yang mcmpersilahkan dia duduk tadi.
Orang-orang itu bukanlah orang-orang sembarangan, karena
mereka adalah ketua-ketua persilatan yang terkenal.
Kakek dan nenek itu adaIah jago-jago tua di dalam dunia
persilatan. Mereka adalah suami isteri Yap Cu Kiat dan Siang-houw Nio-nio, ayah-ibu dari Hong lui-kun dan Yap Taiciangkun ! Yap Cu Kiat adalah keturunan langsung dari Sinkun Bu-tek, sementara Siang-houw Nio-nio adalah bekas
pengawal pribadi Kaisar Chin Si.
Di dekat mereka duduk pula sepasang lelaki dan wanita tua
yang wajahnya dingin menyeramkan. Seperti halnya Yap Cu
Kiat, kedua orang itu juga merupakan sepasang suami isteri yang amat sangat terkenal di dunia kang ouw. Mungkin justru lebih dikenal orang dari pada suami isteri Yap Cu Kiat
tersebut, karena mereka adalah suami-isteri Kwa Eng Ki, ketua Tai-bong-pai !
Selanjutnya Put-ceng li Lo-jin melihat pula Pek-i Liong-ong dan dua orang pembantu utamanya, Bhong Kim Cu dan Leng
Siau. Mereka bertiga duduk diam di tempat masing-masing.
Kemudian agak jauh dari tempat mereka tampak berkumpul
beberapa orang kepala suku dari daerah barat beserta para
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pengawalnya. Mereka tampak kasar dan ganas, apalagi
dengan pakaian mereka yang terbuat dari kulit binatang itu.
"Hati-hatilah.......!" Put-ceng-li Lo-jin berbisik kepada muridnya. Untuk pertama kalinya Put-sim-sian melihat
gurunya demikian serius. "Hmm, mengapa tuan rumah belum juga menampakkan
diri " Lo-hu tidak mempunyai banyak waktu, karena lo-hu
mempunyai urusan yang lain," tiba-tiba Kwa Eng Ki berdiri.
Yap Cu Kiat cepat berdiri dari tempat duduknya. "Maaf, saudara Kwa. Sang Putera Mahkota sedang sibuk mengobati
luka seseorang, sehingga agak terlambat menemui cu-wi
semua......." katanya menerangkan.
"Luka" Siapakah yang terluka?" ketua Tai bong-pai itu bertanya dengan kening berkerut.
"Salah seorang dari tokoh yang kita undang pula yaitu Hong-gi-hiap Souw Thian Hai !"
"Dia " Siapakah yang melukai pendekar muda itu ?"
Kwa Eng Ki kaget. Semuanya juga kaget. Rata-rata semua
tokoh yang berada di tempat itu telah mengenal nama besar
Hong-gi-hiap Souw Thian Hai. Meskipun masih muda tetapi
kepandaian pendekar itu telah diakui kehebatannya oleh
hampir setiap tokoh kang ouw. Oleh karena itu semuanya
menjadi heran, siapakah orangnya yang mampu melukai
pendekar muda itu" "Entahlah. Yang terang anak muda itu terkena racun katak api. Untunglah Sang Pangeran menyimpan obat pemunahnya,
yaitu darah ular salju."
"Ohhh ......... !"
Tiba-tiba di bawah terdengar lagi suara Beng Tian
mempersilahkan tamunya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ah! Itu mungkin Sang Pangeran sudah datang ....." Yap Cu Kiat berdesah.
Semuanya berdiri kembali, lalu bersama-sama mereka
melongok ke bawah. Demikian juga dengan Put-ceng li Lo-jin.
Begitu inginnya orang tua itu melihat wajah Sang Pangeran
Mahkota sehingga ia ikut-ikutan pula berdiri diantara mereka.
Tetapi apa yang dilihatnya justru membuat hatinya menjadi
tegang malah ! Tampak Beng Tian naik ke atas mengiringkan Tai-si-ong dan Pang Cu-si Song Kang dari Aliran Im-yang-kauw !
Sesaat para tamu yang berada di atas puncak itu berdesah
kecewa. Tapi oleh karena yang datang kali ini juga bukan
tokoh sembarangan di dunia persilatan, maka merekapun
terpaksa memberi salam pula. Hanya saja ketika semuanya
kembali ke tempai duduk masing-masing, Kwa Eng Ki tetap
berdiri di tempatnya. Ketua Tai-bong-pai yang amat sakti itu menjura ke arah tuan rumah, kepada suami isteri Yap Cu Kiat dan Beng Tian. "Maaf, saudara Yap ........ saudara Beng, aku yang rendah terpaksa harus mengundur....."
"Sang Pangeran telah tiba!" mendadak terdengar suara teriakan pengawal yang berjaga di bawah, sehingga perkataan yang diucapkan oleh Kwa Eng Ki terhenti di tengah jalan dan menjadi urung untuk meminta diri.
Dua orang kakek berkepala gundul dengan kain kuning
dilampirkan di atas pundaknya memimpin para pengawal yang
mengiringkan seorang lelaki berpakaian mewah gemerlapan.
Para pengawal itu kemudian menyebar di pinggir arena
pertemuan, sementara dua orang berkepala gundul itu segera mendekati lelaki berpakaian mewah tersebut dan
mengiringkannya ke kursi yang telah tersedia. Kemudian
seperti sepasang anjing penjaga yang setia, keduanya berdiri di samping kursi itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Pangeran........" Yap Cu Kiat dan isterinya memberi hormat kepada lelaki itu, yang kemudian diikuti pula oleh tamu-tamu lainnya.
Pangeran Mahkota itu berdiri menyambut penghormatan
mereka, lalu mempersilahkan semuanya untuk duduk kembali.
Lalu dengan suara yang halus dan berwibawa pangeran itu
berkata kepada tamu-tamu yang diundangnya. Kata-katanya
lancar dan tegas, seolah-olah memang telah dipersiapkan
sebelumnya. "Cu-wi sekalian........! Maafkanlah keterlambatan saya.
Salah seorang dari tamu yang kami undang telah dilukai
orang, sehingga saya terpaksa turun tangan mengurusnya.
Untunglah luka itu belum terlambat. Tapi pendekar muda itu terpaksa harus beristirahat beberapa lamanya........"
Para tamu menghela napas.
"Mungkin ada beberapa orang dari tamu undangan kami
yang tidak menyukai berlangsungnya pertemuan ini, sehingga mereka berusaha mengacaukannya." Pangeran itu berkata lagi. "Tapi tak apalah........ Kami akan tetap meneruskan pertemuan ini ! Apalagi kami menyadari, betapa sulit dan
sukarnya mempertemukan tokoh-tokoh persilatan seperti
tuan-tuan ini. Apabila hanya karena persoalan kecil seperti itu kita lalu menjadi gagal, niscaya kita takkan mampu berbuat yang besar lagi. Nah........ oleh karena itu marilah kita buka saja pertemuan kita kali ini!"
"Hahahah........ bagus ....... bagus ! Itulah yang lo-hu inginkan. Pegal rasanya kalau disuruh menunggu terus
menerus." Put-ceng-li Lo-jin yang tidak sabaran itu berseru pula.
Semua yang hadir di tempat itu menoleh ke tempat Putceng-li Lo-jin, tidak terkecuali Tai-si-ong dan Song Kang yang baru datang. Kedua tokoh Aliran Im-yang kauw itu tampak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kaget dan tegang melihat lawan mereka telah berada di
tempat itu pula. "Sayangnya lo-hu benar-benar tak mengerti dan merasa
belum pernah mengenal dengan tuan yang menamakan diri
Sang Putera Mahkota ini. Bangsat...! Sejak dari rumah otakku cuma dipenuhi dengan teka-teki tentang nama itu ! Sungguh
penasaran !" ketua Bing-kauw itu berteriak lagi.
Mendengar umpatan Put-ceng-li Lo-jin, kedua orang
pengawal berkepala gundul itu menjadi marah. Keduanya
beranjak dari tempatnya untuk melabrak mulut ketua Aliran
Bing-kauw tersebut. Tapi Sang Pangeran itu cepat-cepat
mencegahnya. "Jangan berkelahi! Biarlah Yap Lo-enghiong saja yang
mengurusnya.......!" katanya.
Yap Cu Kiat berdiri dari tempat duduknya, setelah
menerima isyarat Sang Pangeran. Dengan suara kaku tokoh
dari Utara itu mengangguk ke arah Put-ceng-li Lo-jin. "Kauwcu memang benar. Belum banyak orang yang mengenal
putera mahkota dari mendiang Kaisar Chin Si ini ! Hal itu
disebabkan karena pangeran ini jarang sekali pergi keluar dari kota raja..."
Tiba-tiba Siang-houw Nio-nio yang berangasan itu ikut pula berseru dari tempat duduknya. "Tapi bagi orang yang pernah ikut berjuang melawan pemberontak Chu Siang Yu di daerah
perbatasan utara beberapa tahun yang lalu, tentu sudah
mengenal beliau beserta sepak-terjangnya di dalam melawan
pasukan asing! Meskipun keberangkatan beliau ke perbatasan itu adalah hasil tipu daya mendiang Perdana Menteri Li Su, tapi perjuangan beliau bersama Beng Tian Goan-swe di sana
takkan dapat dilupakan oleh rakyat banyak !
Beliaulah sebenarnya yang benar-benar berhak menduduki
singgasana kerajaan pada saat ini, karena beliaulah putera mahkota satu-satunya dari mendiang Sri Baginda Kaisar Chin Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Si. Beliaulah yang paling berhak mewarisi tahta ayahandanya, bukan Lui Pang bekas penyamun itu !"
Tempat itu menjadi hening untuk beberapa saat lamanya.
Semuanya termangu-mangu memandang ke arah Pangeran
Mahkota yang kehilangan kedudukannya itu.
Beng Tian tampak bergeser maju pula. "Sungguh betul apa yang baru saja diucapkan oleh Siang-houw Nio-nio itu. Cu-wi semua tentu telah mengenalku. Aku yang rendah ini adalah
bekas Panglima tentara Kerajaan Chin............"
Semua hadirin masih tampak berdiam diri.
Sang Pangeran bangkit dari tempat duduknya. Tangan
kanannya diangkat ke atas. "Cu-wi semua.......! Cu-wi telah mendengarkan kata-kata para pembantuku tadi. Oleh karena
itu sekarang cu-wi tentu sudah meraba di dalam hati, apa
maksud kami mengundang cu-wi semua ke sini......"
"Pangeran bermaksud ..... mengajak kami melawan Kaisar
Han ?" Kwa Eng Ki bertanya lantang.
"Betul !" Sang Putera Mahkota menjawab tegas.
"Ah, maafkan kami kalau begitu.......!" Kwa Eng Ki cepat-cepat menjura. "Seperti yang telah diketahui oleh orang banyak, selama ini Tai-bong-pai tak pernah melibatkan diri ataupun ikut campur dalam urusan pemerintahan. Sejak
nenek moyang kami mendirikan perguruan Tai bong-pai
sampai sekarang, tak seorangpun ahli warisnya yang pernah
terlibat dalam urusan negara. Maka sungguh sangat menyesal sekarangpun kami tak berani melanggar adat yang telah
digariskan oleh leluhur kami itu.
Tai-si-ong dari Im-yang-kauw tiba-tiba berdiri pula dari
tempat duduknya. "Yap Eng-hiong (Pendekar Yap).......!" sapa ketua Aliran Im-yang-kauw itu halus. "Bukannya kami mau mengekor atau ikut-ikutan menolak ajakan yang sangat bersahabat ini, tapi Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
seperti juga halnya dengan Ketua Tai-bong pai tadi, kamipun tak ingin merusak anggapan masyarakat terhadap kami
selama ini. Perkumpulan kami adalah sebuah perkumpulan
yang bertumpu pada aliran kepercayaan, dimana maksud dan
tujuan utamanya, adalah demi perdamaian dan kebahagiaan
hidup manusia. Oleh karena itu apapun alasannya peperangan merupakan sebuah pantangan bagi aliran kami. Sebab
peperangan itu hanya akan merusak kehidupan dan
kedamaian manusia........"
"Hahaha ! Saudara Kwa, Tai-si-ong.....kalian benar ! Lo-hu juga sangat benci peperangan! Karena perang anak-isteriku
mati! Karena perang aku jadi begini..... hehehe.....! Bangsat!
Keparat!" Put-ceng li lo-jin tiba-tiba berteriak pula dengan kerasnya.
Semuanya menjadi tegang. Orang-orang yang berada di
pihak Sang Pangeran itu telah menjadi merah mukanya. Para
kepala suku yang liar dan kasar itu mulai mencengkeram
senjata masing-masing. Dan salah seorang dari kepala suku itu, bangkit dari tempat duduknya. Tubuhnya yang tinggi besar tampak gemetaran
menahan marah. Orang itu melangkah ke depan sambil
menyeret ruyungnya (penggadanya) yang besar sekali,
sebesar paha orang itu. "Picik! Pikiran kalian sungguh picik sekali !" orang itu juga berteriak tak kalah lantangnya dengan Put-ceng-li Lo-jin.
"Kalian hanya berpikir dari sudut kepentingan kalian sendiri saja, tanpa mempedulikan nasib orang lain yang menderita.
Kalian saling berlomba-lomba menyebarkan ajaran aliran
kepercayaan kalian yang cinta damai itu, sementara para
penyamun yang berkuda menindas dan merampok di
sekeliling kalian. Benarkah perbuatan kalian itu " Begitukah caranya engkau mendamaikan dan membahagiakan umat
manusia di dunia ini ?" Orang itu melanjutkan kata-katanya dengan berapi-api.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tai-si-ong dan Kwa Eng Ki terperangah. Begitu pula dengan
Put-ceng-li Lo-jin. Cuma karena pembawaan watak mereka
yang berlainan, maka cara mereka menanggapi dampratan
itupun juga berbeda pula.
Ketua Tai-bong-pai yang berwatak kaku dingin dan tak
kenal ampun itu tampak semakin pucat wajahnya. Matanya
yang bersinar dingin itu berkilat-kilat menyeramkan,
mengandung hawa pembunuhan. Mulutnya tetap terkatup
rapat, tapi setiap orang sudah merasakan bahwa setiap saat tangannya bisa membunuh orang !
Berbeda dengan ketua Aliran Im-yang-kauw! Sebagai
seorang ketua dari sebuah aliran kepercayaan, yang setiap
harinya bergelut dengan ajaran-ajaran agama, maka
sikapnyapun kelihatan lebih lapang dan terkendali. Meskipun perasaan dan hatinya juga sama-sama terbakar oleh ucapan
kepala suku liar tersebut, tapi dia lebih dapat menahan dan menguasai kemarahannya. Hanya sesaat wajahnya menjadi
merah, tapi sebentar kemudian kembali biasa lagi. Cuma
mulutnya tampak meringis kikuk.
Lain pula dengan Put-ceng-li Lo-jin ! Orang tua itu hanya
mengerutkan keningnya sebentar, kemudian menoleh dan
tertawa kepada muridnya. "Sim-sian, ke sini! Kau, bangsat!"
"Ada apa, suhu?" tergopoh-gopoh Put-sim sian menghadap gurunya.
"Dengarlah, anak goblog ! Ternyata ada juga orang yang mau berbantah dengan gurumu di sini. Kau heran tidak?"
Put-sim-sian menggeleng. "Apa yang mesti diherankan"
Toh, hampir setiap hari kulihat su-hu selalu bertengkar dan berkelahi dengan orang" Apanya yang aneh?"
"Hei" Apa yang kaukatakan" Anak setan! Gila kau........!
Berani kau........?" suara Put-ceng-li Lo-jin meninggi. Tapi Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sesaat kemudian, bagaikan orang yang baru sadar dari
mimpinya, suaranya kembali menurun. "Ahh.......mungkin kau memang benar juga. Kenyataannya memang demikian. Kalau
dihitung-hitung setiap harinya, lo-hu memang lebih banyak
berkelahinya dari pada tidaknya. Apalagi musim-musim panas begini, mulut dan tangan ini rasanya selalu gatal dan ingin berkelahi saja..."
"Tapi sekarang su-hu berada di tempat orang, su-hu tak boleh berkelahi dan membunuh orang seenaknya sendiri," Put-sim-sian memperingatkan gurunya.
"Yaa....... tapi tolong kauberitahukan kepadanya agar mau menahan diri dan tidak mencari gara-gara kepadaku!"
Enak saja kedua orang guru dan murid itu membicarakan
kepala suku liar tersebut, seolah-olah keduanya tidak


Pendekar Penyebar Maut Lanjutan Darah Pendekar Karya Sriwidjono di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

memandang sebelah mata sama sekali. Tidak heran kalau ulah mereka itu membuat kepala suku liar tersebut menjadi
tersinggung dan marah bukan buatan. Sambil memutarmutarkan senjatanya di atas kepalanya orang itu menyerbu ke tempat Put-ceng-li Lo-jin. Langkah kakinya yang besar-besar itu berdebam di atas tanah bagaikan gajah berlari.
"Tahan !" tiba-tiba Yap Cu Kiat berseru. Tubuh orang tua itu melesat dari tempat duduknya dan menghadang di depan
Put-ceng-li Lo-jin. Kedua belah lengannya tampak merentang ke kanan dan ke kiri untuk mencegah agar kedua orang itu
tidak jadi berkelahi. Dan telapak tangannya menghembus
angin yang Iuar biasa kuatnya, sehingga kedua orang yang
dilerainya bagaikan tertahan oleh tenaga yang luar biasa
kuatnya. Kepala suku liar itu tampak berhenti dengan tiba-tiba bagaikan menabrak sebuah tembok baja, sementara Put-ceng
li Lo-jin yang hendak bangkit berdiri itu tampak terduduk
kembali dengan paksa bagai didorong oleh tenaga raksasa.
Untuk sesaat wajah ketua Bing-kauw itu menjadi pucat,
matanya terbelalak ! Tapi sebentar kemudian wajahnya
berubah menjadi merah kembali. Bagaikan seorang yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menemukan benda kesayangannya orang tua itu berteriak
kegirangan. "Ha! Ini baru sebuah kepandaian benar-benar.......!"
Tapi sebelum orang tua itu berbuat onar lebih Ianjut,
muridnya telah lebih dahulu memperingatkan, "Su-hu, ingat !
Kita sedang menjadi tamu di sini....."
Put-ceng-li Lo-jin yang telah bersiap untuk berdiri kembali itu menghela napas kecewa. Dengan lesu dia duduk kembali di tempatnya. Sepasang matanya yang kecil berkilat sekejap ke arah muridnya.
"Bangsat ! Setan kecil! Jaga mulutmu...!" bentaknya
gemas. "Tahu begini tak kuajak kau ke tempat ini ! Hmm, awas kau! Akan kuhajar sendiri kau nanti untuk melemaskan
otot-ototku apabila malam ini tak ada orang yang mengajakku berkelahi."
"Su-hu, kau gila........!" Put-sim-sian tersenyum.
Tentu saja adegan itu membuat orang-orang yang hadir di
dalam pertemuan itu menjadi heran. Belum pernah rasanya
selama ini mereka melihat watak-watak yang aneh dan sinting seperti ketua Bing-kauw dan muridnya itu. Masakan ada
seorang murid dan guru saling memaki demikian enaknya
seperti kawan mainnya saja. Padahal mereka adalah tokohtokoh puncak dari sebuah aliran terkenal yang amat disegani orang !
"Sudahlah ! Sudahlah !" Beng Tian yang semula hanya berdiri di pinggir arena itu ikut pula meloncat ke dalam
kalangan. "Marilah kita duduk kembali yang baik.......! Kita berunding lagi secara baik-baik! Siapapun berhak untuk
mengemukakan pendapatnya. Pertemuan kita ini adalah
pertemuan yang bebas. Kita tidak akan memaksakan
kehendak kita kalau saudara-saudara yang lain tidak
menyetujuinya. Marilah..........!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bagus ! Demikianlah seharusnya. Lo-hu setuju pendapat Beng Goan-swe ini......" Pek-i Liong-ong dari Aliran Mo-kauw, yang sejak tadi belum pernah membuka suara, ikut pula
menyatakan pendapatnya. Akhirnya suasana yang panas itu dapat didinginkan
kembali. Semuanya duduk lagi di tempat masing-masing.
Kepala suku liar itu terpaksa diam saja ketika bekas jendral Beng Tian itu menuntunnya kembali ke tempat duduknya.
"Sudahlah, saudara Kosang.........! Tak perlu saudara layani kedua orang sinting itu. Demi Sang Putra Mahkota yang kita junjung tinggi, biarlah kita mengalah sekali ini." salah seorang kepala suku yang lain turut membujuk kepala suku yang
marah tersebut. "Hmm, orang tua itu memang sinting dan patut dikasihani.
Mungkin dia terlalu mengandalkan kepandaiannya sehingga
dia lupa dengan siapa dia sedang berhadapan. Apa gunanya
kepandaiannya itu bila berhadapan dengan anak buah kita
yang beribu-ribu jumlahnya" Mungkin ia bisa membunuh
sepuluh atau duapuluh orang kita, tapi selanjutnya....." Dia akan dicacah menjadi bakso !" seorang kepala suku yang lain lagi terdengar bergumam pula dengan geram.
Sang Putra Mahkota berdiri dari tempat duduknya. Tangan
kanannya diangkat tinggi-tinggi untuk meminta perhatian para tamu yang hadir di dalam pertemuan tersebut. Kemudian
dengan suara jelas dan mantap ia berkata, "Cu wi
sekalian.......! Seperti yang telah dikatakan oleh Beng Locianpwe tadi, pertemuan kita malam ini memang sebuah
pertemuan yang bebas. Tidak ada paksaan ataupun keharusan
untuk berbuat sesuatu yang tidak diinginkan oleh pihak-pihak yang tidak menyetujuinya. Semuanya bebas untuk
menyatakan pendapatnya atau pergi dari sini apabila dia tidak menyukainya. Sekali lagi, saudara-saudara bebas untuk
menentukan sikap !" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Hening. Semuanya diam mendengarkan. Hanya Put-ceng-li
Lo-jin yang menoleh kesana kemari dengan meringis. Ketua
Aliran Bing-kauw itu hampir saja tertawa melihat wajah-wajah yang tegang di sekelilingnya.
Yap Cu Kiat berdiri pula dari tempat duduknya. "....... Dan maksud Pangeran mengadakan pertemuan ini adalah untuk
memberi keterangan kepada saudara-saudara tentang duduk
persoalan sebenarnya dari kemelut negeri kita sekarang ini.
Siapakah sebenarnya Sang Pangeran yang kini berada di
hadapan kita ini, dan siapakah sebenarnya Kaisar Han yang
bertahta itu" Dengan keterangan itu kita akan dapat
mengambil kesimpulan, siapakah sebenarnya yang berhak
duduk di atas singgasana kerajaan.........!"
"Dan apabila cu-wi telah mengetahui duduk persoalannya, maka kami percaya cu-wi tentu takkan segan-segan lagi
membantu Sang Pangeran....!" Siang-houw Nio-nio
menyambung perkataan suaminya dengan penuh keyakinan.
Semuanya tetap terdiam mendengarkan. Tak seorangpun
yang berbicara ataupun menanggapi ajakan tersebut.
"Bagaimanakah pendapat saudara-saudara?" Beng Tian
bertanya sambil mengedarkan pandangannya.
"Aku dan seluruh rakyatku berdiri di belakang Sang Putera Mahkota !" kepala suku yang bernama Kosang itu berteriak sambil berdiri.
"Seluruh bala tentara suku Wei yang aku pimpin juga siap di belakang Sang Putera Mahkota !" kepala suku yang ikut menenteramkan hati Kosang juga berdiri.
"Bangsa Uighur juga siap untuk mengenyahkan Liu Pang!"
kepala suku yang menggeram ketika melihat kesintingan Putceng-li Lo-jin tadi juga ikut berteriak pula.
"Kami juga !" "Kami juga !" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Semua kepala suku yang berada di tempat itu akhirnya
berdiri menyatakan kesediaan mereka untuk membantu
perjuangan Putera Mahkota dalam merebut kembali haknya.
Bersama-sama dengan anak buah yang mereka bawa para
kepala suku liar itu bersorak-sorak menyatakan dukungan
mereka. Sang Putera Mahkota mengangkat tangannya ke atas dan
meminta kepada orang-orang itu agar tenang kembali. Setelah itu Sang Pangeran dengan wajah gembira menyatakan
perasaan terima kasihnya.
Tapi suasana gembira itu ternyata tidak dapat mereka
nikmati dengan sepenuhnya. Mereka segera menyadari bahwa
beberapa orang di antara tamu-tamu itu hanya berdiri diam
dan tidak bergembira seperti mereka. Tamu-tamu tersebut,
yang tidak lain adalah suami-isteri Kwa Eng Ki, Pek-i Liongong, Put ceng-li Lo-jin, Tai-si-ong dan yang lain lagi cuma mengawasi kegembiraan mereka dengan kening berkerut.
Yap Cu Kiat cepat-cepat maju ke depan. Dengan suara
halus namun tegas orang tua itu bertanya kepada Pek-i Liongong, sahabatnya sejak masih muda dulu. "Ouwyang Lo-heng (nama Pek-i Liong-ong adalah Ouwyang Kwan Ek), kita masih
selalu bersahabat bukan " Bagaimanakah pendapat Lo-heng
dalam hal ini?" Ketua Aliran Mo-kauw itu berdesah dan tidak segera
menjawab pertanyaan yang diajukan kepadanya. Sekilas
matanya menatap Yap Cu Kiat, kemudian menunduk ke tanah,
"Saudara Yap, kukira persoalan ini bukanlah persoalan teman atau pribadi antara kau dan aku. Yang kalian sodorkan
kepadaku ini adalah persoalan negara. Dan persoalan itu
bukanlah persoalan kecil, tapi sebuah persoalan yang amat
besar ! Dan . . . sesungguhnyalah aku tak berani turut campur dalam urusan besar ini ......!"
"Jadi........?" Yap Cu Kiat mendesak.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kukira sudah jelas keteranganku. Apapun yang terjadi aku masih tetap sahabatmu. Tapi ........ persoalan ini bukan
masalah sahabat atau bukan sahabat ! Persoalan ini adalah
persoalan negara, dan dalam hal ini aku tak bisa
membantumu. Maafkan aku ........ !"
"Nah... apa kataku?" tiba-tiba Siang-houw Nio-nio menjerit.
"Sejak dulu sudah kukatakan kepadamu ! Jangan bersahabat dengan perantau yang tak punya guna itu! Tidak ada
manfaatnya! Nah, bagaimana sekarang ..." Begitukah yang
kaukatakan sahabat sejati itu ?"
Nenek yang berwatak keras dan berangasan itu berdiri
marah-marah di depan Yap Cu Kiat, suaminya. Kedua belah
tangannya berkacak pinggang dan menuding-nuding ke arah
Pek-i Liong-ong secara bergantian.
Tidak enak rasanya Pek-i Liong-ong melihat sahabatnya itu
berbantah dengan isterinya hanya karena persoalan dirinya.
Oleh karena itu dia segera mengajak kedua muridnya untuk
meninggalkan tempat itu. "Maafkan aku, saudara Yap...." ketua Aliran Mo-kauw itu menjura ke arah Yap Cu Kiat. Setelah itu lalu mengangguk ke arah Putera Mahkota, Beng Tian dan yang lain-lain.
"Berhenti........! Huh, enaknya ! Jangan harap kau bisa pergi dari tempat ini dengan selamat !" tiba-tiba Siang-houw Nio-nio berteriak.
Suasana segera berubah menjadi tegang sekali. Mata Pek-i
Liong-ong dan kedua orang muridnya tampak berkilat-kilat,
suatu tanda bahwa mereka telah mempersiapkan seluruh
kesaktiannya. "Hu-jin (isteriku), biarkan mereka pergi!" mendadak terdengar suara Yap Cu Kiat membentak keras sekali,
sehingga puncak bukit itu seolah-olah bergetar.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Siang-houw Nio-nio terkejut sekali, sehingga kakinya
meloncat surut dengan tergesa-gesa. Mukanya yang
berkeriput itu tampak pucat ketika memandang suaminya.
Bibirnya gemetar melihat kemarahan suaminya.
"Apa ......... apa maksudmu ?" tanyanya gagap.
"Mengapa hu-jin masih belum tahu juga" Biarkanlah
saudara Ouwyang melakukan apa yang diinginkannya !
Bukankah di muka telah kita katakan bahwa setiap orang
bebas menyatakan pendapat menentukan sikapnya?"
"Tetapi......."
"Tak ada tetapi lagi! Segala sesuatunya tetap berjalan
seperti yang telah ditetapkan !"
"Benar! Aku juga sependapat dengan Yap Eng-hiong".."
bekas Jendral Beng Tian mengangguk-anggukkan kepalanya,
menyetujui ucapan Yap Cu Kiat. ''Kita harus menghormati
ketentuan yang telah kita sepakati sendiri."
Siang-houw Nio-nio tampak kecewa sekali. Tapi dia sudah
tidak bisa berkutik lagi. Selain para kepala suku itu, semua kawan-kawannya tampaknya juga setuju pada ucapan
suaminya tersebut. Oleh karena itu dengan lesu wanita tua itu duduk kembali di tempatnya.
Hampir bersamaan Tai-si-ong, Put-ceng li Lo-jin dan Kwa
Eng Ki juga berdiri dari tempat duduknya dan menjura ke arah Yap Cu Kiat dan Putera Mahkota. Satu persatu mereka
meminta diri dan menyatakan pendapatnya, bahwa mereka
tetap tidak ingin mencampuri urusan tersebut.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jilid 27 YANG terakhir, Pek-i Liong-ong juga berdiri dari tempatnya, diikuti oleh kedua orang pembantunya. Sambil menghela
napas sesal orang tua itu berkata kepada Yap Cu Kiat,
sahabatnya. "Saudara Yap, maafkanlah aku.......! Kali ini sahabatmu terpaksa mengecewakanmu. Tapi aku selalu tetap
mengharapkan pengertianmu, bahwa urusan seperti ini benarbenar di luar jangkauanku. Percayalah, di luar urusan seperti ini, aku tetap seorang sahabatmu yang siap berkorban apa
saja demi persahabatan kita.......!"
Yap Cu Kiat mengangguk. "Silahkan pergi, saudara
Ouwyang ...! Terima kasih atas kesediaanmu mendatangi
pertemuan ini." Demikianlah satu-persatu tokoh-tokoh persilatan itu
meninggalkan tempat tersebut, sehingga akhirnya tinggal para kepala suku liar itu saja yang berada di sana. Mereka segera mengelilingi Sang Putera Mahkota dan berusaha membesarkan
hatinya. "Sungguh membuang-buang waktu saja. Dari mula aku
sudah tidak setuju Pangeran mengundang orang-orang itu."
Kosang bersungut-sungut dengan suara keras.
"Benar. Orang-orang itu cuma hebat dalam pertempuran
seorang lawan seorang ! Dalam pertempuran besar di medan
laga, kesaktian mereka takkan begitu berarti lagi !" kepala suku Wei yang berbadan pendek namun kekar itu ikut
memberi komentar. "Yaaa! Tapi maksud Pangeran, kalau kita dapat menarik mereka ke pihak kita, hal itu benar-benar sangat
menguntungkan kita. Bagaimanapun juga kita harus mengakui
bahwa orang-orang itu mempunyai kesaktian yang maha
hebat. Satu orang saja dari mereka sama dengan seratus
orang dari pasukan pilihan kita," Beng Tian menyahut.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Sudahlah ! Sejak semula Io-hu memang telah merasakan bahwa pertemuan ini takkan membawa hasil seperti yang kita harapkan." Yap Cu Kiat menghentikan gerutu mereka. "Tapi karena Sang Pangeran masih tetap ingin mencobanya juga,
maka terpaksa kita laksanakan pula."
Siang-houw Nio-nio bergegas bangkit dari tempat
duduknya. "Tetapi hal itu tak berarti kita akan mengurungkan rencana perjuangan kita, bukan?" sergapnya.
Sang Pangeran cepat-cepat berdiri pula sambil
melambaikan kedua tangannya,"Ah, tentu saja tidak! Mengapa pula kita harus mengurungkan rencana kita" Tanpa
merekapun kekuatan kita sungguh bukan main besarnya. Tak
kalah bila dibandingkan dengan kekuatan Liu Pang dahulu.
Betul tidak?" "Benar! Sang Pangeran memang benar!" para kepala suku itu berteriak berbareng.
"Nah, sudahlah! Kita tak perlu memikirkan lagi pertemuan yang gagal ini ! Aku memang hanya mencoba saja, kalau-kalau mereka itu dapat kita tarik ke pihak kita. Kalau tidak dapat.. juga tidak menjadi soal ! Toh kita telah mendapatkan gantinya yang lebih hebat dari pada mereka!"
''Mendapatkan orang yang lebih hebat dari pada mereka"
Apakah maksud Pangeran......?" tukas Siang-houw Nio-nio tak mengerti.
Sang Putera Mahkota itu tersenyum gembira. Suaranya
penuh keyakinan akan keberuntungan yang didapatnya ketika
ia menjawab pertanyaan pembantunya itu. "Ah ! Apakah Locianpwe sudah lupa kepada Hong-gi-hiap Souw Thian Hai itu"
Dia telah berada di dalam cengkeramanku sekarang !"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Di dalam cengkeraman Pangeran........" Bagaimanakah
maksud Pangeran?" sekarang giliran Beng Tian yang bertanya dengan bingung.
"Maksud Pangeran pendekar muda itu telah bersedia
membantu kita" Begitukah?" Yap Cu Kiat ikut menegaskan.
Pangeran itu mengangguk. "Di muka telah kukatakan
bahwa pendekar itu kutemukan terapung-apung di sungai
dalam keadaan terluka dan keracunan. Setelah saya periksa
ternyata pundaknya bengkak dan bernanah akibat terkena
senjata beracun. Dan racun itu bukanlah racun sembarangan, sebab racun yang masuk ke dalam tubuhnya adalah racun
katak api yang......."
"Racun katak api?" para kepala suku liar itu berteriak
berbareng dengan wajah ngeri.
"Benar. untunglah aku menyimpan obat pemunahnya".."
"Darah ular salju?" Yap Cu Kiat bertanya.
"Ya ! Tapi sebagai imbalan atau balas jasa dari pengobatan itu Hong-gi hiap harus bersedia mengabdi kepada
keluargaku." Pangeran itu tersenyum sambil membelai-belai kumisnya yang telah mulai ditumbuhi uban.
"Ohh !" Yap Cu Kiat dan Beng Tian menghela napas. Untuk pertama kalinya kedua orang itu kelihatan kecewa dan tidak senang hatinya. Bagaimanapun juga mereka adalah tokoh-tokoh besar yang berjiwa ksatria, yang tidak menyukai hal-hal yang bersifat licik,pengecut dan rendah budi. Apalagi memeras orang yang lagi berada di dalam kesukaran! Demikianlah,
pertemuan itu akhirnya bubar. Pangeran itu minta kepada
para pembantu-pembantunya agar mereka segera bersiapsiap untuk mengerahkan kekuatan mereka. Pangeran itu
menginginkan agar perjuangan mereka lekas-lekas dimulai.
-oo0dewikz-hendra0oo- Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Begitulah seluruh kejadian sebenarnya yang terjadi pada
diri Chu Bwee Hong, Souw Thian Hai dan yang lain-lain pada dua tahun lalu. Tentu saja yang dituturkan oleh Chu Bwee
Hong kepada kakak dan teman-temannya tidaklah selengkap
dan sejelas itu. Yang ia ceritakan hanyalah sebagian kecil saja dari seluruh cerita itu. Yaitu mulai saat dia masuk perangkap orang berkerudung itu, sampai pada saat pertemuannya yang
amat pendek dan mengecewakan dengan Souw Thian Hai,
dan kemudian tahu-tahu telah berada di Pusat Aliran Bingkauw di daerah Kosan. "Ketua Aliran Bing-kauw yang telah tua itu katanya telah
menyelamatkan diriku dari kebuasan serigala yang hendak
memangsaku. Dibawanya aku ke pusat perkumpulannya dan
kemudian dirawatnya aku selama berbulan-bulan di sana.
Sebenarnya aku sudah tak ingin hidup lagi. Apalagi ketika
kusadari bahwa aku".aku berbadan dua! Tak tahan rasanya
aku menanggung beban seberat itu!" Chu Bwee Hong dengan
suara lemah dan tersendat-sendat meneruskan ceritanya.
Semua orang yang mendengarkan cerita itu ikut bersedih
dan meneteskan air matanya. Souw Lian Cu yang masih
merasa bersalah itu bahkan sudah tidak kuat lagi menahan
kesedihannya. Gadis itu langsung saja menubruk pangkuan


Pendekar Penyebar Maut Lanjutan Darah Pendekar Karya Sriwidjono di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Chu Bwee Hong dan menangis tersedu-sedu. "Ciciii" kasihan
sekali kau!" ratapnya.
Chu Bwee Hong menunduk, lalu membelai rambut yang
hitam itu untuk beberapa saat lamanya. Pikirannya segera
tertuju kepada ayah dari gadis cantik berlengan buntung
sebelah itu. Tiba-tiba hatinya juga menjadi pilu bukan main!
"Thian Hai........!" desahnya hampir tak terdengar.
"Cici"..?" Ho Pek Lian menyentuh lengan Chu Bwee Hong
perlahan, sehingga wanita ayu itu segera menyadari bahwa
Pendekar Latah 3 Kisah Para Pendekar Pulau Es Karya Kho Ping Hoo Perjodohan Busur Kumala 17

Cari Blog Ini