Jejak Di Balik Kabut Karya S H Mintardja Bagian 19
Tumenggung telah menanyakan, kapan Ki Panengah itu akan
membuka hutan Jabung. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Jika mereka telah memiliki padepokan sendiri, maka
perkembangan mereka tentu akan menjadi semakin pesat"
berkata Ki Tumenggung Sarpa Biwada.
"Ya, Ki Tumenggung" jawab Ki Panengah "doakan saja agar
kami segera dapat membuka hutan itu. Namun aku masih
harus melatih anak-anak agar mereka siap lahir dan batinnya
untuk memulai pekerjaan besar ini"
"Jika Ki Panengah memerlukan bantuan, maka aku tidak
berkeberatan untuk membantu membuka hutan itu menurut
kemampuanku. Orang tua para cantrik yang lain, tentu
sependapat dengan aku"
"Terima-kasih, Ki Tumenggung. Pada saatnya kami, seisi
padepokan ini akan memerlukan bantuan dari segala pihak.
Tetapi untuk sementara kami akan berusaha sendiri. Yang
penting biarlah anak-anak berlatih mandiri"
Ki Tumenggung mengangguk-angguk. Tetapi iapun berkata
"Tentu ada batas-batas kemampuan mandiri itu. Seberapa
besar tenaga seseorang, maka tentu ada tingkat-tingkat
kekuatan. Sehinga pada suatu saat ia akan terbentur pada
suatu hal yang tidak terangkat olehnya"
"Ya, Ki Tumenggung. Jika anak-anak sampai pada keadaan
seperti itu, maka biarlah aku menyampaikan kepada orang tua
mereka, termasuk Ki Tumenggung"
"Ki Panengah tidak seharusnya membebankan segalagalanya kepada kemurahan hati Ki Gede Pemanahan. Biarlah
kami, orang tua para cantrik ikut memikul beban. Tentu akan
memberikan kepuasan kepada kami"
"Aku mengerti, Ki Tumenggung. Pada saatnya kami akan
menyampaikan kepada Ki Tumenggung"
"Baiklah Ki Panengah. Aku akan menunggu"
Ki Tumenggung itupun kemudian telah minta diri. Iapun
minta diri pula kepada Paksi.
Perhatian Ki Tumenggung terhadap padepokan itu memang
menarik perhatian. Jika ia sekedar ingin menyingkirkan Paksi
dari rumahnya, maka ia tidak akan menaruh perhatian
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
demikian besarnya. Bahkan seakan-akan mendorong agar Ki
Panengah segera membuka hutan Jabung.
"Memang perlu mendapat perhatian" berkata Ki Waskita.
"Ya, Ki. Nampaknya ada maksud tertentu pada Ki
Tumenggung. Tetapi semoga hati kamilah yang terlalu kotor,
sehingga kami terlalu curiga kepadanya, padahal Ki
Tumenggung benar-benar berniat baik"
Ki Waskita tersenyum. Katanya "Jarang seseorang
mengharap bahwa dirinyalah yang bersalah. Biasanya orang
yang jelas bersalahpun menganggap dirinya benar. Dan
dirinyalah yang paling benar"
Ki Panengahpun tertawa sambil mengangguk-angguk.
Meskipun Ki Waskita menanggapinya sambil tersenyum.
Namun ternyata hai itu disampaikannya kepada Ki Gede
Pemanahan yang sudah mendapat laporan lengkap tentang
sikap Ki Tumenggung Sarpa Biwada serta kemungkinan
hubungannya dengan Harya Wisaka.
"Sikap Ki Tumenggung terhadap anak laki-lakinya yang
tiba-tiba saja berubah, juga menarik perhatian" berkata Ki
Waskita. "Ya" Ki Pemanahanpun mengangguk-angguk pula. Namun
kemudian katanya "Tetapi mungkin Ki Panengah itu benar.
Kamilah yang terlalu curiga terhadap seseorang"
"Jika saja Ki Tumenggung Sarpa Biwada tidak berhubungan
dengan Harya Wisaka, maka agaknya dugaan itu memang
benar, Ki Gede. Tetapi menilik apa yang pernah dilakukan Ki
Tumenggung Sarpa Biwada dan dengan siapa ia berhubungan,
kecurigaan kita tidak berlebihan"
"Ki Panengah memang harus berhati-hati"
"Jika Ki Tumenggung itu selalu mendorong agar Ki Panengah
segera membuka hutan Jabung, maka agaknya Ki
Tumenggung atau orang-orang yang berhubungan dengan Ki
Tumenggung itu mempunyai niat tersendiri"
Ki Gede Pemanahan mengangguk-angguk. Katanya "Apakah
hai ini sudah Ki Waskita bicarakan dengan Ki Panengah?"
"Serba sedikit sudah, Ki Gede"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Jika demikian, apabila sampai pada saatnya Ki Panengah
membuka hutan Jabung, maka tentu diperlukan pengamanan
yang khusus. Ini bukan berarti bahwa kami tidak mempercayai
kemampuan dan kemandirian perguruan Ki Panengah. Tetapi
kita juga harus berpijak pada kenyataan, bahwa perguruan itu
masih baru lahir" Ki Waskita mengangguk-angguk. Katanya "Aku mempunyai
banyak kesempatan untuk berbicara dengan Ki Panengah, Ki
Gede. Disela-sela tugas-tugas kami di padepokan itu"
"Baiklah, Ki Waskita. Aku minta Ki Waskita memberitahukan
kepadaku, kapan Ki Panengah akan membuka hutan Jabung"
"Ki Panengah sedang mempersiapkan cantrik-cantriknya lahir
dan batin untuk menghadapi tugas yang berat itu"
Ki Gede Pemanahan mengangguk-angguk. Namun Ki Gede
benar-benar sangat memperhatikan perguruan yang dipimpin
Ki Panengah, sehingga ia telah mengirimkan anaknya ke
perguruan itu. Bahkan Kangjeng Sultan juga memperkenankan
Pangeran Benawa untuk berada di padepokan itu pula. Ki
Gede Pemanahan dan Kangjeng Sultan memang
menginginkan bibit-bibit yang meyakinkan bagi masa depan
Pajang. Dalam pada itu, anak-anak muda yang berguru di padepokan
Ki Panengah itupun telah ditempa dalam berbagai macam
ilmu. Mereka bukan saja menjadi seorang anak muda yang
memiliki kemampuan olah kanuragan. Tetapi juga anak-anak
muda yang cerdas dan mempunyai wawasan luas tentang
pemerintahan dan tentang berbagai macam ilmu yang lain.
Karena pada dasarnya anak-anak muda itu sudah mempunyai
dasar ilmu sebelumnya yang juga mereka terima dari Ki
Panengah serta kesungguhan mereka dengan bekerja keras,
maka peningkatan ilmu merekapun terasa menjadi lebih cepat.
Kehadiran Pangeran Benawa dan Raden Sutawijaya
mempunyai pengaruh yang sangat besar. Di padepokan itu,
keduanya sama sekali tidak dibedakan dengan murid-murid
yang lain. Keduanya juga harus bangun pagi-pagi dan
melakukan apa yang harus dilakukan oleh murid-murid yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
lain, termasuk menyapu halaman dan menimba air serta
bekerja di dapur. Namun ilmu mereka yang sangat tinggi memacu anak-anak
muda yang lain untuk semakin keras berlatih. Kemampuan
Paksipun membuat kawan-kawannya menjadi heran. Sebelum
meninggalkan perguruannya, Paksi memang mempunyai
beberapa kelebihan dari kawan-kawannya. Namun setahun
kemudian, kemampuannya seolah-olah telah menjadi berlipatganda. Demikianlah, setelah beberapa bulan berlalu, maka Ki
Panengah telah mengadakan penilaian atas kemampuan
murid-muridnya. Ternyata bahwa kerja keras yang dilakukan
oleh para murid itu membuahkan hasil yang memuaskan.
Bukan saja Ki Panengah merasa puas, tetapi Ki Waskitapun
menganggap bahwa anak-anak muda itu telah berhasil pada
tahap pertama. Dengan demikian, maka Ki Panengah mulai membicarakan
kemungkinan untuk membuka hutan Jabung.
"Bagaimana pendapat Ki Waskita?" bertanya Ki Panengah.
"Aku kira memang sudah saatnya, Ki Panengah. Tetapi seperti
yang pernah kita bicarakan, kita harus berhati-hati.
Sebagaimana kita ketahui, sudah berapa kali Ki Tumenggung
Sarpa Biwada mendesak kepada kita, agar Ki Panengah segera
membuka hutan Jabung. Tetapi seperti yang Ki Panengah
katakan, mudah-mudahan kita keliru. Hati kita yang buram ini
terlalu mudah untuk berprasangka buruk terhadap seseorang.
Padahal, maksudnya yang sebenarnya adalah baik"
Ki Panengah tersenyum. Katanya "Tetapi apa salahnya jika
kita berhati-hati" "Sebaiknya kita merencanakan, kapan kita akan mulai
membuka hutan itu. Kita harus membuat persiapan yang
sebaik-baiknya. Peralatan yang memadai, perencanaan yang
matang serta kemauan yang kuat"
Ki Panengahpun mengangguk-angguk. Katanya "Ya. Kita akan
menyusun rencana itu. Kita berdua dan beberapa orang akan
pergi ke hutan Jabung untuk melihat keadaan sebalai bahan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
perencanaan itu. Aku akan minta Ki Kriyadama untuk
menyertai kita. Ki Kriyadama akan dapat membantu kita untuk
membuat perencanaan yang baik bagi sebuah padepokan
yang Ikan berdiri dari beberapa bangunan"
"Siapa saja yang akan kita bawa ke hutan Jabung?" berkata Ki
Waskita. "Siapa menurut pendapat Ki Waskita?"
"Siapa saja, asal bukan Pangeran Benawa"
Ki Panengah menarik nafas dalam-dalam. Katanya "Ya. Aku
mengerti" Banyak orang yang menginginkannya. Pangeran Benawa
diburu orang sejak lama karena ia membawa cincin itu.
Apalagi sekarang Pangeran Benawa justru mengenakan cincin
itu setiap hari" "Aku mengerti. Orang-orang yang memburunya itu
mungkin sekali akan memanfaatkan seliap kesempatan. Jika
mereka tahu, bahwa Pangeran Benawa akan pergi ke hutan
Habung, maka mereka akan menyergapnya"
"Mungkin Harya Wisaka. Tetapi mungkin kelompokkelompok lain. Perguruan-perguruan orang gila yang tentu
juga bertebaran di sini setelah mereka mendengar bakwa
Pangeran Benawa telah kembali ke istana"
"Sebaiknya Pangeran Benawa memang tidak mengenakan
cincin itu sehari-hari"
Ki Waskita menarik nafas dalam-dalam. Dengan nada berat
iapun berkata "Aku kira tidak akan ada bedanya. Orang-orang
itu tetap menduga bahwa cincin itu ada pada Pangeran
Benawa. Jika mereka tidak menemukan cincin itu pada
Pangeran Benawa seandainya mereka dapat menangkapnya,
maka nasib Pangeran Benawa akan menjadi sangat buruk"
Ki Panengah mengangguk-angguk. Betapapun tingginya
ilmu Pangeran Benawa, namun kemungkinan yang paling
buruk itupun akan dapat terjadi. Perguruan-perguruan yang
dipimpin oleh orang-orang yang tamak itu juga mempunyai
beberapa orang berilmu tinggi. Jika mereka dapat bekerja
sama, meskipun hanya untuk sementara, maka kekuatan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mereka akan menjadi cukup besar. Sedang disisi lain, Harya
Wisaka juga akan mampu mengumpulkan orang-orang
berilmu tinggi untuk melakukan hal yang sama terhadap
Pangeran Benawa. "Sebaiknya Pangeran Benawa memang tidak ikut bersama
kami. Bahkan aku juga berharap Raden Sutawijaya juga tidak"
"Paksi?" "Paksi tidak akan menjadi sasaran lagi, karena cincin itu
tidak mungkin ada padanya"
"Jika ada kepentingan lain?" bertanya Ki Waskita dengan
dahi yang berkerut. Ki Panengah mengangguk-angguk. Katanya "Aku mengerti.
Jika demikian, apakah sebaiknya kita berdua saja bersama Ki
Kriyadama untuk melihat keadaan serta kemungkinannya?"
Ki Waskita termangu-mangu sejenak. Namun katanya
kemudian "Agaknya memang demikian, Ki Panengah. Kita
berdua saja bersama Ki Kriyadama"
Keduanya ternyata sepakat untuk tidak membawa orang
lain ke hutan Jabung. Karena itu, maka dihari berikutnya, Ki Panengah dan Ki
Waskita memberitahukan kepada para cantrik, bahwa
keduanya akan pergi ke hutan Jabung bersama Ki Kriyadama.
Semula para cantrik itu menyatakan keinginan mereka untuk
ikut. Bahkan agak memaksa. Tetapi Ki Panengahpun
kemudian berkata - Dengar perintahku. Setiap murid harus
mendengarkan perintah gurunya"
Tidak seorangpun yang kemudian memaksakan kehendak
mereka. Pangeran Benawa dan Raden Sutawijayapun tidak.
Jika mereka tidak menurut perintah gurunya, maka akan
menjadi contoh yang tidak baik bagi murid-murid yang lain,
yang sudah mulai menempatkan diri sebagaimana seharusnya
seorang murid. Sebenarnyalah, Ki Panengah dan Ki Waskitapun telah pergi
ke hutan Jabung. Bertiga bersama Ki Kriyadama mereka
melarikan kuda mereka, keluar pintu gerbang kota.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Semakin lama mereka menjadi semakin jauh dari kota.
Merekapun kemudian menyusuri jalan yang semakin lama
semakin sempit, sehingga akhirnya kuda mereka berjalan
diatas jalan setapak berurutan. Ki Panengah berada dipaling
depan. Kemudian Ki Kriyadama dan terakhir adalah Ki
Waskita" Karena hutan Jabung memang tidak terlalu jauh dari kotaraja, maka sebelum matahari memanjat sampai ke puncak,
mereka sudah berada di hutan Jabung.
Merekapun kemudian telah menambatkan kuda mereka.
Bertiga mereka melihat-lihat kemungkinan-kemungkinan yang
dapat mereka lakukan untuk membuka sebuah padepokan
dengan lingkungan pendukungnya.
"Hutan ini adalah hutan yang sangat lebat" berkata Ki
Waskita. Ki Panengah menarik nafas dalam-dalam. Perguruannya
benar-benar menghadapi tantangan yang sangat berat. Para
cantrik harus bekerja sangat keras untuk membuka hutan itu.
"Berapa tahun kalian akan menyelesaikan kerja kalian?"
bertanya Ki Kriyadama. "Bagaimana menurut pendapatmu?"
"Kalian tidak akan mampu melakukan hanya dengan limabelas orang, atau katakanlah dengan yang lain duapuluh
orang. Memang mungkin kalian dapat melakukannya. Tetapi
baru ketika murid-muridmu itu menjadi tua, pekerjaan ini akan
dapat diselesaikan"
Jejak Di Balik Kabut Karya S H Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Ki Panengah mengangguk-angguk. Sementara Ki
Waskitapun berdesis "Seakan-akan tidak ada sejengkal
tanahpun yang luang"
"Ya" sahut Ki Panengah "jika aku memaksa anak-anak
untuk membuka hutan tanpa pihak lain, maka kapan mereka
mendapat kesempatan untuk menempa diri?"
"Pertimbangkan, Ki Panengah. Aku tahu maksud Ki
Panengah. Tetapi Ki Panengah harus melihat kenyataan ini"
"Ki Waskita, bagaimana pendapat Ki Waskita jika hal ini kita
bicarakan dengan Ki Gede Pemanahan"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aku sependapat" jawab Ki Waskita "aku kira kita lebih baik
berbicara langsung dengan Ki Gede Pemanahan daripada
dengan orang tua para cantrik"
"Tetapi aku akan tetap melibatkan para cantrik, sehingga
para cantrikpun akan merasa ikut membangun padepokan itu"
"Aku setuju, Ki Panengah"
"Nah, jika demikian, maka anak-anak muda yang berguru
kepada Ki Panengah tidak akan terlalu banyak kehilangan
waktu, justru pada umur mereka yang paling sesuai untuk
menempa diri" Beberapa saat lamanya, Ki Panengah, Ki Waskita dan Ki
Kriyadama berada di hutan itu. Mereka memasuki hutan itu
sampai beberapa puluh patok untuk melihat-lihai keadaannya.
Disana-sini tumbuh pohon-pohon raksasa yang harus
ditebang. Sementara itu, hutan itupun pepat dengan
pepohonan yang lebih kecil serta pohon-pohon perdu. Dahandahan kering yang patah terbujur lintang. Sebagian sudah
menjadi lapuk, diselimuti oleh gerumbul-gerumbul liar yang
berduri. Sulur pepohonan terjurai bergayutan dan saling
membelit dengan pepohonan yang merambat, merajut pohon
yang satu dengan pohon yang lain.
"Medan yang sangat berat" berkata Ki Panengah "aku
memang harus menyesuaikan keinginan dengan kenyataan ini.
Beberapa saat mereka melihat-lihat keadaan, tiba-tiba mereka
terkejut mendengar kuda-kuda mereka meringkik. Agaknya
kuda-kuda itu melihat sesuatu yang membuat mereka
ketakutan. Karena itu, ketiga orang itupun segera berloncatan menerobos
lebatnya hutan itu untuk melihat, apa yang terjadi dengan
kuda-kuda mereka. Namun demikian mereka muncul dari sela-sela pepohonan
yang rapat rapat, mereka melihat kuda-kuda mereka yang
tertambat di antara pepohonan yang sudah menjadi jarang
yang tumbuh di padang perdu dipinggir hutan, sudah menjadi
tenang. Beberapa orang berdiri didekat kuda-kuda mereka
berampat. Tiga orang diantara mereka mengelus leher kudaTiraikasih Website http://kangzusi.com/
kuda yang gelisah itu sehingga menjadi tenang kembali.
Agaknya mereka adalah orang-orang yang mengenali kuda
dengan baik, sehingga mereka dengan cepat menguasai kudakuda yang terkejut itu. "Selamat siang, Ki Sanak" berkata salah seorang dari mereka.
Ki Panengah, Ki Waskita dan Ki Kriyadama memandang
mereka satu demi satu. Mereka melihat tujuh orang yang
seakan-akan memang menunggu ketiga orang yang keluar
dari hutan itu. "Selamat siang" jawab Ki Panengah meskipun agak ragu.
"Kami lewat di padang perdu ini" berkata orang itu "kami
memang agak keberatan melihat tiga ekor kuda yang
terlambat disini. Karena itu, kami sepakat untuk memanggil
kalian dengan mengejutkan kuda-kuda kalian"
"Untuk apa kalian memanggil kami?" bertanya Ki Panengah.
"Kami hanya ingin tahu, apakah yang kalian lakuan disini"
Hutan ini adalah hutan yang sangat lebat yang jarang
didatangi orang. Tetapi kalian bertiga memerlukan untuk
menembus memasuki hutan ini"
"Tidak apa-apa Ki Sanak. Hanya terdorong oleh keinginan
untuk mengetahui, apakah isi hutan ini"
Orang-orang itu tertawa. Seorang yang bertubuh agak gemuk
berkata "Kalian jangan berolok-olok"
"Kenapa berolok-olok" Aku berkata sebenarnya"
"Baiklah" berkata orang yang rambutnya sudah mulai
ditumbuhi uban yang selembar-selembar mencuat dari balik
ikat kepalanya "jika kau tidak mau mengatakan keperluanmu,
kami tidak akan memaksa. Tetapi kuda-kuda kalian ini sangat
menarik. Kami masih kekurangan kuda di perguruan kami.
Karena iiu, maka kami ingin membeli ketiga ekor kuda kalian
ini" Ki Panengah mengerutkan dahinya. Namun sebelum ia
menjawab, Ki Waskita telah menjawabnya "Berapa kalian ikan
membeli kuda-kuda kami?"
Orang yang berambut sudah mulai ubanan itu mengerutkan
dahinya. Namun kemudian iapun tertawa, Katanya "Berapa
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kalian memberi harga?"
"Semula kami tidak berniat menjualnya, Ki Sanak. Tetapi jika
kalian bersedia memberikan harga yang tinggi, maka kami
akan memikirkannya" Orang yang berambut mulai ubanan itu jusliu termangu
mangu. Namun orang yang bertubuh agak gemuk itulah yang
menyahut "Tiga keping. Kami mempunyai uang tiga keping
untuk membeli tiga ekor kuda kalian"
Ki Waskita sama sekali tidak terkejut. Ia sudah menduga
bahwa orang-orang itu akan memberikan jawaban asal saja
mengucapkan kata-kata. Karena itu, maka Ki Waskita itupun
segera menyahut "Satu penghargaan yang tinggi. Orang lain
tidak akan berani menghargai kuda-kuda kami semahal itu,
sama dengan nilai tiga pincuk nasi megana"
Orang yang bertubuh gemuk itu mengerutkan keningnya.
Namun kemudian iapun tertawa. Katanya "Nah, bukankah
kami sudah berbaik hati. Nah sekarang relakan kami
membawa kuda-kuda kalian pergi. Kami akan memelihara
dengan baik. "Nanti dulu, Ki Sanak" cegah Ki Waskita "sebelum kalian pergi, aku ingin bertanya, siapakah kalian dan kalian datang dari
perguruan mana?" Orang yang rambutnya mulai ubanan itu melangkah maju
sambil berkata "Sudahlah. Jangan bertanya macam-macam.
Kami anggap persoalan diantara kita sudah selesai"
"Kalian belum membayar tiga keping uang"
Orang yang rambutnya mulai ubanan itu berkata "Hentikan
gurauanmu itu. Kami akan membawa kuda-kuda kalian"
"Tunggu, Ki Sanak. Kalian belum menjawab. Kalian itu siapa
dan dari perguruan mana?"
Orang berambut ubanan itu tidak menjawab. Demikian orang
yang agak gemuk dan orang-orang yang lain. Tiga orang
diantara mereka sudah siap untuk melepaskan ikatan ketiga
ekor kuda itu untuk membawanya pergi. Sementara yang
lainpun telah beranjak pula dari tempat mereka.
Namun Ki Waskita itupun justru tertawa sambil berkata "Kalian
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
memang lucu. Kalian ingin mencuri kuda dihadapan
pemiliknya. Kau kira kami akan membiarkannya?"
"Kalian mau apa kakek-kakek?" bertanya orang yang berwajah
garang dengan goresan cacat di kening.
"Jangan main-main dengan orang-orang tua" berkata Ki
Waskita. Sebaiknya kalian pergi saja"
Ketujuh orang itu tidak menghiraukan peringatan itu. Namun
Ki Waskita memang tidak membiarkan mereka pergi
membawa kuda-kuda mereka. Karena itu, maka iapun berkata
sambil memungut batu sebesar telur "Jangan memaksa kakekkakek tua ini kehilangan gurauannya. Aku dapat melempar
siapa yang mencoba membawa kuda-kuda kami"
Orang-orang itu tiba-tiba saja tertawa keras-keras. Seorang
diantara mereka berkata "Kau memang seorang badut yang
lucu, kek" Tetapi belum lagi mulurnya terkatup, orang itu terpelanting
jatuh. Kemudian orang itu menggeliat kesakitan sambil
merintih. Tangan kirinya memegangi bahu kanannya yang
dicengkam kesakitan. Enam orang kawannya terkejut. Mereka tidak tahu apa yang
terjadi. Yang mereka tahu, tiba-tiba saja kawannya merintih
kesakitan. "Kau melemparnya dengan batu?" bertanya orang yang
mulai ubanan. "Ya" jawab Ki Waskita sambil memungut lagi sebutir lutu
sebesar telur. Keenam orang itu tiba-tiba saja telah memencar. Namun
diluar perhitungan mereka, seorang lagi lelah terdorong
beberapa langkah surut. Kemudian jatuh terguling ditanah.
Sambil berteriak kesakitan orang itupun menungging sambil
memegangi perutnya. Sementara itu, Ki Waskita telah memungut lagi sebutir batu.
"Giliran siapa yang akan aku lempar dengan batu ini?"
bertanya Ki Waskita "jika aku kehilangan kesabaran, aku tidak
akan melempar bahu atau perut kalian. Tetapi dahi kalian
sehingga kepala kalian akan pecah"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Orang-orang itupun termangu-mangu sejenak. Yang sudah
mencoba untuk melepaskan tambatan kuda-kuda itupun telah
mengurungkannya dan bergeser surut, bahkan berdiri
dibelakang sebatang pohon untuk berlindung.
"Bawa kawan-kawanmu pergi. Tetapi sebut perguruanmu. Jika
kalian berkeberatan, maka aku akan membunuh kalian"
Orang-orang itu masih berdiri tegak mematung "Cepat, sebut
perguruan kalian atau nama pemimpin perguruan kalian"
Orang-orang itu masih berdiam diri. Namun merekapun
terkejut ketika mereka mendengar derak dahan pohon yang
berdiri tidak jauh dari tempat mereka berdiri itu patah dan
jatuh selangkah dari orang yang agak gemuk itu. Ranting dan
daun-daunnya telah menimpa seorang yang lain, sehingga
terhuyung-huyung. Dengan cepat iapun meloncat menjauh.
"Jika kalian tidak menjawab, maka batu berikutnya akan
menyambar kepala salah seorang dari kalian"
Orang yang rambutnya sudah mulai ubanan itupun akhirnya
berkata "Kami adalah murid-murid dari perguruan Goal
Lampin" Tetapi Ki Waskita dan Ki Panengah itupun tertawa. Ki
Panengahlah yang menyahut "Apakah kalian termasuk laki-laki
yang hidup di kerangkeng-kerangkeng di Goa Lampin"
Orang yang rambutnya ubanan itu mengerutkan dahinya.
Sementara Ki Panengahpun berkata "Kami tahu bahwa kalian
masih saja bersaing untuk memburu cincin itu. Itulah
sebabnya maka sekarang kalian berkeliaran di sekitar Pajang,
karena agaknya kalian sudah mendengar bahwa Pangeran
Benawa sudah kembali ke istana. Tetapi kalian jangan
menyebut perguruan Goa Lampin"
Orang yang rambutnya sudah mulai ubanan itu menjadi
berdebar-debar. Ternyata orang-orang tua itu adalah orangorang yang berilmu tinggi yang belum mereka kenal. Mungkin
mereka juga orang-orang yang sedang memburu Pangeran
Benawa. Karena itu, maka orang yang rambutnya mulai
ubanan itu katanya "Apa yang sebenarnya kau ketahui
tentang Pangeran Benawa dan cincin itu" Apakah kalian
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berada ditempat ini juga karena kalian sedang memburu
Pangeran Benawa?" "Ya" jawab Ki Panengah "tetapi kami tidak mau disaingi.
Karena itu, kalian harus enyah dari tempat ini serta jangan
berkeliaran lagi disekitar Pajang. Tetapi kalian belum
menjawab, kalian datang dari perguruan mana?"
Orang itu akhirnya menjawab "Kami adalah orang-orang dari
perguruan Tegal Arang"
Ki Panengah tersenyum. Katanya "Kenapa kalian tidak
menyebutnya sejak semula. Sebenarnyalah kami sudah
mengetahui bahwa kalian adalah orang-orang Tegal Arang.
Tetapi kami ingin tahu, apakah kalian termasuk orang-orang
yang jantan yang berani menengadahkan dadanya
menghadapi apapun juga. Tetapi ternyata kalian adalah
pengecut yang ingin menyembunyikan kenyataan tentang diri
kalian sendiri" Tidak seorangpun yang menjawab. Sementara ilu Ki Panengah
itupun berkata "pergilah. Bawa kawan-kawanmu yang
kesakitan itu. Tetapi ingat, jangan ganggu kami lagi"
"Kami tidak akan mengganggu kalian lagi. Tetapi aku tidak
tahu, apakah guru juga berpendirian begitu" desis orang yang
berkumis tebal. "Kau masih juga berani mengancam?" bentak Ki Waskita
sambil melangkah maju. Orang itu bergeser surut. Tetapi ia tidak menyahut.
"Pergilah" ulang Ki Panengah "ceriterakan semuanya yang kau
alami kepada gurumu. Jika ia mempunyai keberanian, biarlah
ia datang bersama para putut, menguyu dan jejanggan serta
semua cantriknya. Kami tidak akan tergetar sama sekali"
Orang-orang itu tidak menjawab. Tetapi mereka mulai
menolong kawan-kawannya yang kesakitan.
"Mereka tidak apa-apa" berkata Ki Panengah "jika saja mereka
tidak cengeng, mereka akan dapat berjalan sendiri seperti saat mereka datang. Jangan mencoba meminjam kudaku untuk
membawa mereka" Orang-orang itu masih tetap berdiam diri. Namun sejenak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kemudian, orang-orang itu mulai beringsut meninggalkan Ki
Panengah, Ki Waskita dan Ki Kriyadama.
Tetapi beberapa langkah kemudian orang yang rambutnya
mulai beruban itupun berhenti. Kemudian memutar badannya
sambil bertanya "Apakah kalian bersedia menyebut nama dan
gelar kalian serta perguruan kalian?"
"Itu tidak penting" jawab Ki Panengah "gurumu tentu belum
mengenal kami" Orang itu tidak mendesak lagi. Iapun kemudian berbalik pula
dan meneruskan langkahnya meninggalkan ketiga orang tua
yang berdiri termangu-mangu ditepi hutan itu.
Sambil berdesah Ki Panengah itupun berdesis "Mereka masih
belum menghentikan usaha mereka untuk memburu Pangeran
Benawa" "Jika kita membuka hutan ini, kita memang harus berhati-hati.
Mereka akan dapat bekerja bersama meskipun kemudian
orang-orang dari berbagai perguruan itu akan dapat
bertempur dan saling membunuh"
Demikianlah, maka ketiga orang itupun kemudian
Jejak Di Balik Kabut Karya S H Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
meninggalkan hutan Jabung dan kembali ke kotaraja. Mereka
sudah mendapatkan gambaran tentang hutan yang akan
mereka buka. Tetapi mereka juga sudah mendapat gambaran,
bahwa orang-orang yang menginginkan cincin itu telah
memburu Pangeran Benawa sampai ke Pajang. Bahkan
mereka tentu tidak akan segan-segan mengirimkan orangnya
untuk mencari Pangeran Benawa di dalam lingkungan dinding
Kotaraja dengan segala kemungkinan yang dapat terjadi atas
mereka. "Hal ini harus kita sampaikan kepada Ki Gede Pemanahan
untuk mengamankan Pangeran Benawa. Jika perlu, Pangeran
Benawa tidak usah terlibat dalam pembukaan hutan itu"
gumam ki Panengah. "Tetapi Pangeran Benawa sendiri tentu bersikap" sahut Ki
Waskita. Ki Panengah menarik nafas dalam-dalam. Pangeran Benawa
memang bukan benda mati yang dapat mereka letakkan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dimana saja menurut keinginan mereka. Tetapi Pangeran
Benawa itu justru mempunyai kemauan yang kadang-kadang
justru sulit dimengerti. "Kita akan menghadap Ki Gede" desis Ki Panengah "tentu
bersama dengan Ki Kriyadama"
Apakah aku juga penting untuk ikut menghadap?"
Ki Kriyadama dan Ki Waskita memberikan uraian tentang
pembangunan padepokan setelah hutan itu dibuka"
"Terserah saja kepada kalian" berkata Ki Kriyadama.
Dalam pada itu, Ki Panengah dan Ki Waskita masih belum
memberikan keterangan kepada murid muridnya. Namun Ki
Panengah itupun berkata "Bersiap-siap sajalah. Kita akan
segera mulai dengan kerja yang sangat berat"
Sebenarnyalah di hari berikutnya, Ki Panengah, Ki Waskita dan
Ki Kriyadama telah menghadap Ki Gede Pemanahan untuk
memberikan laporan tentang keadaan hutan Jabung yang
akan mereka buka. Ki Gede Pemanahan itu tersenyum. Katanya "Aku dapat
mengerti, Ki Panengah. Jadi bagaimana sebaiknya menurut Ki
Panengah?" "Kami akan meminta bantuan Ki Gede untuk membuka hutan
itu. Tetapi bukan berarti bahwa anak-anak kami dari
padepokan tidak akan melakukannya. Kami, para pengasuh
berpendapat, bahwa anak-anak kami harus tetap terlibat
dalam pembangunan padepokan itu. Tetapi kamipun
berpendapat bahwa kami tidak boleh mengorbankan waktu
terlalu banyak dari anak-anak tersebut"
"Baiklah Ki Panengah. Aku akan mempersiapkan tenaga yang
kau inginkan itu" Ki Gede menarik nafas dalam-dalam. Namun
kemudian katanya pula "selain untuk mempercepat
pembangunan padepokan itu, Ki Panengah dan seisi
padepokan itu juga memerlukan pengamanan"
Ki Panengah mengangguk-angguk. Ia segera mengerti apa
yang dimaksudkan oleh Ki Gede. Karena itu, maka Ki
Panengahpun telah menceriterakan pula kehadiran orangorang dari perguruan Tegal Arang di hutan Jabung.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Pengeran Benawa tetap terancam oleh orang-orang yang
memburu cincin itu, Ki Gede. Kami sebenarnya menginginkan
agar Pangeran Benawa tidak terlibat dalam kerja di hutan
Jabung. Tetapi aku yakin, bahwa Pangeran Benawa tidak akan
bersedia" "Ya. Akupun berpendapat, bahwa Pangeran Benawa akan
menolak jika Ki Panengah mengusulkan kepadanya, agar
Pangeran Benawa itu tidak usah ikut ke hutan Jabung. Iapun
akan menolak jika diusulkan kepadanya untuk menyimpan
cincinnya itu, karena ia tahu, bahwa Harya Wisaka juga
sedang memburu cincin itu pula"
"Jadi menurut Ki Gede?"
"Orang-orang yang akan membantu hutan itu adalah orangorang yang akan mampu melindungi kalian pula. Seluruh
keluarga padepokan. Bukan maksudku mengatakan bahwa
orang-orang yang akan membantu membuka hutan Jabung itu
memiliki kemampuan melebihi Ki Panengah, Ki Waskita, Ki I
Kriyadama dan anak-anak dari padepokan itu. Tetapi jumlah
mereka akan dapat ikut menentukan. Jika orang-orang yang
menginginkan Pangeran Benawa karena Pangeran Benawa
membawa cincin itu, jumlahnya terlalu banyak, maka
kemungkinan buruk akan dapat terjadi. Tetapi dengan orangorang yanp aku kirim untuk membuka hutan itu, maka jumlah
itu akan dapal diimbangi"
Ki Panengah menarik nafas dalam-dalam. Diluar sadarnya, Ki
Panengah itu menegaskan "Apakah Ki Gede akan mengirim
sekelompok prajurit ke hutan Jabung?"
Ki Gede mengangguk-angguk. Katanya "Para prajurit akan
membantu Ki Panengah membuka hutan itu. Tetapi mel reka
tidak akan hadir dihutan itu sebagai prajurit. Mereka akail
luluh dengan para cantrik dari padepokan Ki Panengah
sebagal satu ujud sumbangsih dari para prajurit"
"Terima-kasih, Ki Gede" desis Ki Panengah.
"Nah, tentukan saja. Kapan Ki Panengah akan mulai membuka
hutan itu. Sekelompok orang akan ikut bersama para cantrik
dan membuka hutan Jabung itu. Meskipun setiap hal mereka
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bergulat dengan senjata, tetapi mereka tidak akan canggung
mempergunakan kapak untuk menebang pepohonan di hutan
itu" Demikianlah, maka Ki Panengah, Ki Waskita dan Ki Kriyadama,
seorang yang memilki pengetahuan luas dan memadai untuk
membangun sebuah padepokan, telah menentukan saat untuk
mulai membuka hutan itu. Orang tua para cantrikpun telah
diberi tahu, saat yang penting itu.
"Diawal bulan depan, kami akan mulai dengan membuka
hutan itu. Pada saat bulan mulai nampak di langit, maka dihari berikutnya, maka pohon yang pertama akan ditebang. Orang
tua dari para cantrik itu menjadi berdebar-debar. Anak-anak
mereka akan terlibat dalam satu kerja yang besar.
Dalam pada itu, Ki Tumenggung Sarpa Biwadapun bartanya
"Apakah para cantrik akan mondar-mandir setiap hari dari
padepokan ini ke hutan Jabung?"
"Bagaimana cara yang terbaik menurut Ki Tumenggung?"
bertanya Ki Panengah. "Sebaiknya para cantrik membangun perkemahan yang dapat
menampung mereka di pinggir hutan Jabung. Waktu mereka
tidak akan mereka habiskan untuk hilir mudik dari padepokan
ini ke hutan Jabung"
"Satu pikiran yang baik. Kami akan mempertimbangkan Ki
Tumenggung" "Padepokan ini memerlukan waktu dua tiga pekan untuk
membangun perkemahan serta mengangkut persediaan bahan
makanan. Membuat sumur dan memagari lingkungan yang
dipergunakan itu. Kita memang akan kehilangan waktu. Tetapi
setelah itu, maka para cantrik tidak perlu lagi hilir mudik dari padepokan ini ke hutan Jabung. Sementara itu, waktu-waktu
yang terluang akan tetap dapat dipergunakan untuk
meningkatkan ilmu yang disadap diperguruan ini"
"Gagasan yang bagus sekali, Ki Tumenggung. Agaknya kami
akan dapat mengetrapkan gagasan ini bagi para cantrik"
"Kerja ini adalah kerja yang besar, Ki Panengah. Hitungan
waktunya adalah hitungan tahun. Bukan hari, pekan atau
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bulan sekalipun" "Terima-kasih atas kesediaan Ki Tumenggung ikut memikirkan
pertumbuhan padepokan ini"
"Bukankah anakku ada di padepokan ini?"
Sebenarnyalah bahwa gagasan itu memang sudah
direncanakan oleh Ki Kriyadama. Tetapi bahwa Ki
Tumenggung telah menyampaikan gagasan itu, justru menjadi
perhatian Ki Panengah dan Ki Waskita. Bukan tentang
gagasan itu sendiri, karena gagasan itu bukan hal yang baru.
Tetapi kenapa gagasan itu disampaikan.
Setiap kali Ki Panengah dan Ki Waskita membicarakan Ki
Tumenggung Sarpa Biwada, mereka selalu tersenyum masam.
Ki Waskita itupun berdesis "Kenapa kita terlalu curiga
kepadanya?" "Kecurigaan kita kepadanya, sama seperti kecurigaan kita
kepada Harya Wisaka. Kasihan Paksi" desis Ki Panengah.
Dalam pada itu, maka persiapan-persiapan telah dilakukan.
Peralatan yang akan dibawa, persediaan bahan pangan serta
kebutuhan-kebutuhan yang lain.
Namun Ki Panengah berkata "Jarak hutan Jabung tidak terlalu
jauh. Jika ada kekurangan, kita akan segera dapat
mengambilnya di padepokan ini"
Dalam pada itu, ditempat lain, sekelompok prajuritpun telah
mempersiapkan diri pula. Mereka juga mempersiapkan alatalat untuk membuka hutan, Kapak, parang, tali-temali, dan
sebagainya. Sedangkan sekelompok yang lain juga sudah
mem persiapkan alat-alat pertukangan untuk membuat barakbarak darurat serta pagar pelindungnya. Sedangkan
sekelompok kecil bertugas untuk merintis jalan yang lebih
lebar menuju ke hutan Jabung.
Kerja yang memakan waktu benahun-tahun jika hanya di
kerjakan oleh lima-belas orang cantrik saja.
Ketika datang waktunya untuk mulai kerja besar itu, maka Ki
Gede Pemanahanpun telah mengatur para prajurit untuk
berangkat berurutan. Sekelompok prajurit yang mendapat
tugas merintis jalan telah berangkat lebih dahulu. Mereka
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
membuat jalan setapak ke hutan Jabung menjadi jalan yang
memungkinkan untuk dilewati pedati-pedati yang akan
membawa alat-alat dan pangan ke padang perdu diluar hutan
Jabung. Sementara para cantrik yang telah dipersiapkan harus
membangun perkemahan yang akan mereka pergunakan
sementara, dibantu oleh beberapa orang prajurit yang
memiliki ketrampilan pertukangan dipimpin langsung oleh Ki
Kriyadama. Namun dalam pada itu, para prajurit yang ditugaskan untuk
membantu pembangunan padepokan itu telah menanggalkan
ciri-ciri keprajuritan mereka.
Dalam pada itu, Ki Panengah dan Ki Waskita menyadari
sepenuhnya, bahwa bantuan yang diberikan oleh Ki Gede
Pemanahan bukannya sekedar bantuan tenaga. Tetapi juga
beaya yang besar, karena para prajurit itu masih tetap harus
menerima gaji mereka sebagai prajurit dan sedikit tambahan
bagi setiap orang, karena mereka terlibat dalam kerja yang
berat. Tetapi yang dilakukan oleh Ki Gede Pemanahan itu telah
disetujuui oleh Kangjeng Sultan, karena setiap persoalan yang
menyangkut padepokan itu selalu disampaikannya kepada
Kangjeng Sultan Hadiwijaya.
Dihari-hari berikutnya, maka kerja membuka hutan Jabung itu
menjadi semakin riuh. Para cantrik dari padepokan itu yang
dipimpin oleh Ki Panengah dan Ki Waskita, serta para prajurit
yang oleh Ki Gede Pemanahan diperbantukan kepada
padepokan itu, telah bekerja keras untuk membangun sebuah
padepokan. Seperti yang direncanakan, telah dibangun sebuah
perkemahan sementara yang terdiri dari beberapa barak
memanjang di padang perdu yang telah dibabat.
Kerja itu benar-benar kerja yang besar. Ki Panengah harus
mengakui, bahwa kerja itu tidak dapat dilakukan oleh para
cantrik sendiri. Jika hal itu dilakukan, maka seperti kata Ki
Kriyadana, bahwa kerja itu baru akan selesai selelah para
Cantrik menjadi tua sementara mereka tidak sempal
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menyadap ilmu sebagaimana yang mereka cita-citakan.
Namun para cantrik dri padepokan yang dipimpin oleh Ki
Panengah itu sepenuhnya terlibat dalam pembangunan itu,
sehingga merasakan ikut bertanggung-jawab terhadap
padepokan yang telah mereka bangun itu.
Pangeran Benawa dan Raden Sutawijaya juga terlibat dalam
kerja itu sebagaimana para cantrik yang lain. Ketika Ki
Panengah dan Ki Waskita mencoba menghubungi mereka dan
minta agar mereka tidak usah ikut dalam kesibukan
pembangunan itu, maka sambil tertawa Pangeran Benawa
berkata-Apa pula keberatannya" Bukankah dalam kerja itu
terdapat banyak orang, sehingga tidak seorangpun akan
mengganggu aku?" Ki Panengah dan Ki Waskita tidak dapat memaksa Pangeran
Benawa dan Raden Sutawijaya untuk tidak melibatkan diri.
Tetapi Ki Panengah dan Ki Waskita memang mencemaskan
mereka. Dalam pada itu, kerja yang besar itu ternyata selalu diawasi
oleh dua orang dari jarak yang cukup jauh. Kedua orang itu
dengan cermat mengikuti kerja para cantrik dan para prajuirt
itu dengan seksama. Namun akhirnya mereka mendapat
kesimpulan, bahwa di hutan Jabung itu terdapat kekuatan
yang cukup besar dan sulit untuk diatasi tanpa persiapan yang
memadai. "Ternyata Pangeran Benawa mendapat perlindung yang kuat"
berkata salah seorang dari mereka.
"Kita memang harus bersabar. Kita tidak akan dapat bertindak
dengan tergesa-gesa jika kita ingin berhasil" sahut yan lain.
"Tetapi agaknya Harya Wisaka tidak sabar lagi untuk
menangkap Pangeran Benawa. Saat ini adalah saat yang tepat
untuk menangkapnya dan mengambil cincin dari tangannya.
Jika waktunya tertunda-tunda, Harya Wisaka mencemaskan,
bahwa cincin itu sudah tidak berada di tangan Pangeran
Benawa lagi" "Tetapi apakah cukup kekuatan untuk menguasai para cantrik
dan para prajurit yang bekerja membuka hutan itu?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kawannya mengangguk-angguk. Katanya "Didalamnya dapat
pula orang-orang berilmu tinggi seperti Ki Panengah, orang
yang berewok itu, Pangeran Benawa sendiri dan Raden
ftniawijaya." "Kita hanya wajib melaporkan apa adanya. Segala sesuatu
terserah kepada Harya Wisaka"
Tetapi kedua orang itu masih harus menunggu dua hari lagi.
Seperti hari-hari sebelumnya, merekapun selalu datang dan
mengawasi kerja yang sibuk di hutan Jabung itu. Beberapa
batang pohon raksasa sudah dirobohkan, sementara beberapa
balok yang panjang telah berdiri. Barak yang tiang-tiangnya
yang dibuat dari batang-batang kayu bulat yang panjang
Jejak Di Balik Kabut Karya S H Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
sebesar bambu petung. Sementara itu kerangka atapnya
dibuat dari bambu basah yang juga banyak terdapat dihutan
itu. Barak-barak itu memang dibuat hanya untuk sementara.
karena itu, maka bahannyapun tidak harus dipilih dengan
sangat teliti, meskipun kekuatannya tetap diperhitungkan.
"Mereka mempergunakan bahan seadaanya" desis salah
seorang yang mengawasi kerja di hutan Jabung itu.
"Tetapi bangunan yang sebenarnya bagi padepokan itu
tentu dibuat dari kayu yang terpilih"
Yang lain mengangguk-angguk. Akhirnya kedua orang itupun
telah menghadap Harya Wisaka untuk memberikan laporan,
apa yang sudah mereka lihat di Hutan Jabung.
"Aku mempunyai kekuatan yang cukup besar. Aku akan ini
menghancurkan mereka" berkata Harya Wisaka
"Mungkin sekali" jawab salah seorang pengawas itu "Tetapi
yang terjadi adalah perang yang yang besar yang tentu akan
beranjangan. Pajang tentu akan segera menjatuhkan
keputusan untuk menghancurkan kita yang disebutnya
sebagai sebuah pemberontakan dan pengkhianatan. Kita tidak
akan dapat bersembunyi dan mencuci tangan lagi"
"Apakah kita harus menunggu cincin itu terlepas dari tangan
Pangeran Benawa?" desis Harya Wisaka.
"Tetapi kitapun tidak ingin tersuruk kedalam satu keadaan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang rumit. Kita akan menjadi buruan yang selalu dikejarkejar" "Kita mempunyai kekuatan untuk melawan"
"Itulah yang aku maksudkan. Kita harus mempersiapkan
landasan itu lebih dahulu. Setelah kita berhasil menangkap
Pangeran Benawa, maka kita akan langsung berada
dilandasan itu" "Kau memang gila. Kau kira landasan itu belum
dipersiapkan sekarang ini" Apa yang kau ketahui selama ini,
he" "Tetapi apakah landasan itu sudah memadai?"
"Jangan bodoh. Kita tidak akan bertempur dalam garis perang
gelar" Kedua orang yang ditugasi untuk mengawasi hutan Jabung itu
termangu-mangu sejenak. Namun Harya Wisaka itupun
kemudian berkata "Tetapi memang kita tidak akan terlalu
bodoh untuk menyerang mereka. Kita akan memancing orangorang dungu dari beberapa perguruan itu untuk datang lebih
dahulu di hutan Jabung"
Kedua orang pengawas itu termangu-mangu sejenak. Namun
kemudian merekapun mengangguk-angguk ketika Harya
Wisaka berkata "Orang-orang kita yang berada diantara
mereka akan memancing agar mereka berusaha menangkap
Pengeran Benawa. Dalam pertempuran itu, kedua belah pihak
akan hancur. Pada saat itulah kita datang untuk melumatkan
keduanya dan menangkap Pangeran Benawa"
"Jika demikian, kita harus membuat perhitungan yan matang.
Kita tidak boleh terlambat, karena jika kita datang padu saat
bantuan dari Pajang datang pula ke hutan Jabung, maka
kitalah yang justru akan terjebak"
"Kau memang dungu. Kita akan menutup jalan ke Kota Raja.
Jika ada penghubung yang pergi ke Pajang untuk minta
bantuan, kita akan menghancurkan mereka"
"Jadi apa yang harus kami lakukan kemudian?"
"Kalian harus tetap mengawasi keadaan. Aku akan bersama
dengan beberapa orang yang dapat aku ajak bicara tentang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
rencana ini" Sebenarnyalah, bahwa Harya Wisaka telah memanggil tiga
orang yang dianggapnya dapat diajak berbicara tentang
persoalan-persoalan yang sangat penting. Diantara mereka
adalah Ki Tumenggung Sarpa Biwada.
"Aku akan tetap berada di Pajang" berkata Ki Tumenggung
Sarpa Biwada" "Tetapi Ki Tumenggung harus berhati-hati. Ki Tumenggung
agaknya sudah dicurigai berhubungan dengan aku, karena aku
datang kerumah Ki Tumenggung pada saat Pangeran Benawa
juga ada dirumahmu. Sementara itu, aku sadari, bahwa aku
adalah orang yang paling dicurigai diistana Pajang ini. Tetapi para pemimpin di Pajang tidak dapat membuktikan bahwa aku
telah melakukan kesalahan"
"Apa yang akan kita lakukan kemudian, Ki Tumenggung
bertanya seorang Rangga yang berkumis lebat.
"Ki Rangga Surareja" berkata Harya Wisaka "kita harus
menyiapkan segala-galanya. Semua kekuatan harus kita
himpun untuk menguasai Pangeran Benawa yang sampai
sekarang masih membawa cincin itu. Kemudian seperti yang
kita rencana kita akan meninggalkan Pajang dan berlindung di
dalam kekuatan kita yang sesungguhnya. Pasukan Pajang
tidak akan mudah menemukan kita sehingga pada saatnya
kita mengadakan perlawanan terbuka. Kita dapat menghimpun
kekuatan disebelah Utara Gunung Kendeng. Kitapun dapat
bekerja sama dengan orang-orang Demak yang sejalan
dengan rencana kita"
"Tetapi bagaimana dengan para pengikut Harya Wisaka yang
ada di Pajang?" "Jangan hiraukan mereka. Biar saja mereka dihancurkan
oleh pasukan Pajang asal cincin itu sudah ada ditanganku"
"Tetapi apakah mereka tidak akan menjadi bebanku?"
bertanya Ki Sarpa Biwada.
"Tidak seorangpun dapat mengkaitkan Ki Tumenggun dengan
usaha menangkap Pangeran Benawa itu. Sampai saat ini yang
Ki Tumenggung kerjakan adalah kegiatan dibawah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
permukaan. Memang kecurigaan-kecurigaan itu ada dan
sepert aku katakan, Ki Tumenggung harus berhati-hati. Tetapi
aku yakin, bahwa Ki Tumenggung akan mampu
mengelakkannya" "Tetapi jika kemudian Harya Wisaka berhasil dan Hary
Wisaka kembali untuk merebut Pajang, aku justru tidak
disingkirkan" berkata Ki Tumenggung Sarpa Biwada.
"Jangan cemas. Rencanaku sudah matang. Orang-orang
kita sudah mulai mempengaruhi para pemimpin perguruan
yang dungu itu. Mereka sudah mempersiapkan sebuah
serangan besar-besaran untuk menangkap Pangeran Benawa.
Pada saal itulah kita akan memetik keberhasilan perjuangan
yang sudah sekian lama kita lakukan"
"Tetapi ingat titipanku"
"Jangan takut. Apa artinya seorang Paksi Pamekas. Demikian
kita menangkap Pangeran Benawa, mengambil cincinnya,
maka semuanya akan mati. Pangeran Benawa, Raden
Sutawijaya dan titipanmu itu. Kau tidak akan merasa
terganggu lagi Kau akan memiliki segalanya yang kau
inginkan" "Terima-kasih" Ki Tumenggung mengangguk-angguk
Demikianlah, Harya Wisaka telah merencanakan segalagalanya. Beberapa orang pengikutnya yang berhasil
diseledupkan kedalam lingkungan perguruan-perguruan yang
memperebutkan cincin yang disimpan oleh Pangeran Benawa
itu telah berhasil menghasut para pemimpinnya untuk
membawa Pangeran Benawa ke hutan Jabung.
Para pemimpim dari perguruan Tegal Arang yang mendengar
keterangan tentang keberadaan Pangeran Banawa di hutan
Jabung, dihubungkan dengan laporan orang-orangnya yang
bertemu dengan Ki Panengah, Ki Waskita dan Ki Kriyadama,
telah meyakinkan mereka, bahwa hutan Jabung memang
sedang dibuka untuk membangun sebuah padepokan.
"Pangeran Benawa ada didalamnya" berkata pengikut
Harya Wisaka yang berhasil menyelundup kedalam lingkungan
perguruan Tegal Arang. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kau yakin?" bertanya seorang diantara para pemimpin
perguruan Tegal Arang. "Sebaiknya kita mengirim satu dua orang petugas sandi
untuk meyakinkannya" berkata pengikut Harya Wisaka yang
berhasil menyelundup itu.
Ternyata pengamatan para petugas sandi itu membenarkan.
Pangeran Benawa ikut dalam pembangunan padepokan itu.
Yang kemudian mengamati pembangunan padepokan itu
bukan hanya perguruan Tegal Arang, perguruan-perguruan
yang lainpun telah melakukannya pula, perguruan Sad,
perguruan Goa Lampin dan perguruan-perguruan yang lain.
Bahkan merekapun telah melakukan pembicaraan diantara
mereka untuk bergabung menyerang mereka yang sedang
membuka hutan Jabung itu.
"Kita tidak akan bertengkar kemudian. Kita membua janji,
bahwa Pangeran Benawa akan menjadi hak siapapun yang
berhasil menangkapnya. Demikian pula jika cincin yang ada
padanya. Tetapi jika cincin itu sudah dilepaskannya, maka
siapapun yang menemukan cincin itulah yang mempunyai hak,
sehingga kita tidak perlu untuk saling berperang kemudian"
Pernyataan itu ternyata saling disepakati, sehingga dengan
demikian, maka merekapun telah mempersiapkan orang-orang
mereka untuk menyerang perkemahan yang ada di padang
perdu, dipinggir hutan Jabung.
"Kita tidak perlu tergesa-gesa" berkata salah seorang
diatara mereka" membangun sebuah padepokan dengan
membuka hutan itu memerlukan waktu yang lama"
"Jadi maksudmu?" bertanya yang lain.
"Kita harus berhati-hati. Kita harus tahu benar kekuatan
yang ada di hutan Jabung itu"
Namun pengikut Harya Wisaka yang diselundupkan kedalam
lingkungan perguruan-perguruan yang menginginkah cincin
itupun memberikan keterangan, bahwa yang perlu
diperhitungkan hanyalah para pemimpin dan murid-murid dari
padepokan yang dipimpin oleh Ki Panengah"
"Lalu apa yang lain?" bertanya seseorang yang telah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengamati pembukaan hutan Jabung itu.
"Mereka adalah orang-orang upahan. Mereka adalah orangorang padesaan yang dikumpulkan oleh Ki Panengah dan
kemudian diupah untuk membantu mengerjakan pembuatan
padepokan itu, karena tidak mungkin para cantrik sendiri yang
melakukannya" Para pemimpin perguruan itupun kemudian telah menyetujui
rencana penyerangan terhadap orang-orang yang membuka
hutan Jabung itu. Tetapi perguruan itu tetap saja berhati-hati.
Mereka telah mengirimkan petugas-petugas sandi untuk
mengetahui keadaan yang sebenarnya di hutan Jabung.
Tetapi sejak semula para prajurit yang membantu bekerja
hutan itu memang tidak mengenakan ciri ciri keprajuritan
mereka. Dengan demikian, maka memang sulit untuk
diketahui, bahwa mereka sebenarnya adalah para prajuritprajurit yang telatih untuk memegang senjata.
Dalam pada itu, maka perguruan-perguruan itupun telah
menyusun rencana penyerangan sampai ke bagian-bagian
yang terkecil yang harus mereka sepakti.
Harya Wisaka mengikuti semua rencana perguruan-perguruan
itu lewat orang-orangnya yang dapat diselundupkan kedalam
lingkungan mereka. Dengan keterangan-keterangan itulah,
maka Harya Wisaka telah mempersiapkan orang-orangnya
pula. Pada saat yang tepat pasukannya harus hadiri hutan
Jabung. Sementara itu, beberapa orang harus mengawas jalan
yang menghubungkan hutan Jabung dengan pintu gerbang
kotaraja untuk menahan setiap penghubung yang akan
memberikan laporan dan minta bantuan jika serangan orangorang dari perguruan-perguruan yang menginginkan Pangeran
Benawa itu datang. Dalam pada itu, pada persiapan dihari-hari terakhir yang
direncanakan, maka para pemimpin dari perguruan-perguruan
yang ingin menangkap Pangeran Benawa itu telah bertemu
Kebo Surutlah yang masih saja dianggap cukup berpengaruh
untuk memimpin pertemuan itu.
"Seharusnya kau duduk disini, Nyi Melaya Werdi" desis Wira
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bangga. "Iblis kau" geram Nyi Melaya Werdi "bercerminlah. Lihat
wajahmu yang buruk itu dipermukaan sendang yang airnya
diam. Kau akan malu sendiri"
Wira Bangga itu tertawa. Katanya "Kau sekarang menjudi
semakin garang Nyi. Mungkin selama ini kau semakin
mematangkan ilmumu. Karena itu, kau nampak sedikit lebih
kurus. Tetapi karena itu kau menjadi semakin langsing dan
semakin cantik" "Aku tantang kau berperang tanding"
Wira Bangga tertawa semakin keras. Namun kemudian Sima
Pracimapun memotong "He, dimana adikmu Megar Permati?"
"Ia tidak masuk. Telinganya selalu menjadi panas mendengar
kata-kata kalian yang kotor. Megar Permati takut, bahwa ia
tidak akan dapat menahan diri, sehingga salah satu diantara
kaian akan dibunuhnya"
Sima Pracima tertawa berkepanjangan. Bahkan yang lainpun
tertawa pula. Dengan nada tingi Sima Pracima itupun bertanya
kepada Gedhag Panunggal "He, Gedhag Panunggal. Kenapa
kau diam saja?" "Aku lebih baik diam saja. Aku dan Megar Melati telah
membuat janji sendiri"
"Setan kau. Iblis kau" geram Melaya Werdi. Gedhag Panunggal
masih saja tertawa. Tetapi Kebo Serutlah yang kemudian
tertawa "Sudahlah. Duduklah disini, Melaya Werdi. Aku masih
menunggu sejodhang nasi gurihmu dan inkungmu yang
sepuluh itu" Melaya Werdi tersenyum. Katanya "Sebenarnya aku sudah
menyediakan paman. Tetapi aku tidak tahu, dimana paman
bersembunyi, sehingga aku tidak tahu, kemana aku harus
mengirimnya" "Ah, aku tidak bersembunyi"
"Tetapi aku tidak tahu, dimana paman tinggal"
Kebo Serut tertawa. Katanya "Baiklah. Kita sisihkan
sebentar jodhangmu itu. Kita berbicara tentang rencana kita
untuk menyerang Alas Jabung"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Suasanapun kemudian berubah menjadi bersungguh-sungguh.
Nyi Melaya Werdipun kemudian memberikan isyarat kepada
adiknya, agar Megar Permati memasuki ruangan itu pula.
Meskipun suasananya sudah berubah, tetapi Gedhag
Jejak Di Balik Kabut Karya S H Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Panunggal masih saja tersenyum-senyum sambil berdesis "He,
kau sempat bersolek pula Megar"
Megar Permati sama sekali tidak menjawab, Iapun segera
duduk dibelakang kakak perempuannya. Nyi Melaya Werdi.
Sejenak kemudian, maka orang-orang itupun mulai berbicara
tentang rencana mereka. Namun Kebo Serut masih bertanya
"Apakah Rapak Rembulung dan Pupus Rembulung tidak
datang?" "Keduanya adalah orang-orang liar yang tidak dapat diajak
berbicara dengan baik-baik" jawab Wira Bangga.
"Kita tidak usah menghiraukan perempuan jalanan itu beserta
suaminya" Kebo Serut tertawa. Katanya "Jangan membenci Pupuk
Rembulung. Setidak-tidaknya untuk sementara"
"Ia selalu merasa perempuan yang cantik didunia"
"Itulah yang menarik pada seorang perempuan. Siapapun
perempuan itu, ia merasa yang paling cantik didunia. Iapun
lalu tidak senang jika ada perempuan lain yang merasa cantik
pula" "Paman memihak Pupus Rembulung" potong Mega Permati.
Melaya Werdipun menggamitnya sambil berdesis "Sudahlah"
Megar Permatipun terdiam. Kebo Serutlah yang kemudian
membawa orang-orang yang telah terkumpul itu untuk
menyusun rencana dalam sebuah pembicaraan yang
mendalam. Pertemuan itu telah mensahkan kesepakatan mereka
terdahulu. Siapa yang berhasil menangkap Pangeran Benawa
dalam pertempuran yang bakal terjadi di hutan Jabung itu,
maka ialah yang berhak menawan dan merampas cicin yang
dibawanya Kemudian terserah kepadanya, apakah Pangeran
Bemawa itu akan dilepaskan atau akan dibunuh. Sementara
itu, jika cincin itu sudah terlepas dari tangan Pangeran
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Benawa, maka siapa yang berhasil menemukannya, maka
ialah yang berhak. Yang lain harus menghindari pertempuran
diantara mereka, karena pertempuran itu hanya akan
menghambur-hamburkan nyawa para pengikut mereka.
Para pemimpin itu telah membicarakan pula, darimana mereka
menyerang. Akhirnya merekapun memutuskan untuk menyerang hutan
Jabung itu diakhir pekan. Mereka akan berkumpul disekitar
hutan Jabung dimalam yang akan diterangi oleh bulan yang
hampir penuh. Mereka akan menyerang pada saat matahari
akan terbit. "Aku akan memberikan isyarat" berkata Kebo Serut "orangorangku akan melepaskan panah sendaren keempat penjuru,
sehingga semuanya akan dapat mendengarnya. Pada saat
itulah kita akan menyerang. Nah, siapa pula yang kemudian
akan beruntung, bertemu dengan Pangeran Benawa di medan
berhasil menangkapnya"
Pertemuan itu mereka sepakati pula sebagai pertemuan yang
terakhir. Setelah itu, mereka akan bertemu langsung di hutan
Jabung bersama pasukan mereka masing-masing dan bersiap
menerima isyarat anak panah sendaren.
"Ingat, Akhir pekan. Menjelang matahari terbit, anak panah
sendaren itu akan meluncur. Siapa yang terlambat adalah ulah
mereka sendiri. Pangeran Benawa akan menjadi milik mereka
yang datang lebih dahulu" berkata Kebo Serut.
Keputusan itu memang sampai ketelinga Harya Wisaka. orangorangnya yang berhasil disusupkan di perguruan-perguruan
yang menginginkan cincin itu, telah memberikan laloran,
bahwa perguruan-perguruan itu telah mempersiapkan orangorangnya sebaik-baiknya. Mereka akan berkumpul di hutan
Jabung pada akhir pekan. "Bagus" desis Harya Wisaka "kita harus memanfaatkan
kesempatan itu sebaik-baiknya. Kita tunggu sampai kedua
belah pihak kehabisan nafas. Kemudian kita akan melumatkan
mereka untuk mengambil Pangeran Benawa"
Namun dalam pada itu, bukan Harya Wisaka sajalah yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mendapat laporan tentang kesiagaan beberapa perguruan
untuk menyerang hutan Jabung. Tetapi laporan tentang ilu
telah ditangkap pula oleh para petugas sandi dari Pajang.
Seorang petugas sandi telah berhasil menyusup kedalam
lingkungan kegiatan Harya Wisaka. Tetapi ada pula diantara
mereka yang berhasil menyusup kedalam lingkungan
perguruan-perguruan yang telah mempersiapkan diri untuk
menyerang hutan Jabung. Ketika laporan tentang kegiatan Harya Wisika itu sampai
ketelinga Ki Tumengung Wirayuda, maka Ki Tumenggungpun
lelah menyampaikannya pula kepada Ki Gede Pemanahan.
Ki Gede Pemanahan telah mencocokkan laporan itu dengan
laporan yang telah diberikan oleh petugas sandi yang menjadi
penghubung dengan petugas yang berada dilingkungi
perguruan-perguruan yang ingin menyerang hutan Jabung itu
"Siapkan pasukan yang dapat bergerak cepat, Ki
Tumenggung, disamping pasukan yang harus sudah berada di
hutan Jabung. Kita harus menjebak mereka dan menjebak
para pengikut Harya Wisaka. Namun kita harus benar-benar
memperhitungkan waktu"
"Aku sudah mempersiapkan pasukan yang segera aku kirim
ke hutan Jabung, Mereka akan pergi kehutan itu di dalam
pedati-pedati yang membawa peralatan dan bahan pangan ke
hutan Jabung sebagaimana sering dilakukan"
"Waktunya tinggal tiga hari lagi, Ki Tumenggung. Mereka
akan menyerang hutan Jabung itu pada akhir pekan"
"Mulai hari ini beberapa pedati akan pergi ke hutan Jabung,
Ki Gede. Sebagaian dari pedati-pedati itu akan membawa
bakal dinding bambu yang siap di pasang di perkemahan yang
sedang di bangun itu. Ki Kriyadama memang merencanakan
untuk membeli dinding-dinding bambu yang sudah dipasarkan.
Waktunya tidak memungkinkan untuk menganyam sendiri
dinding bambu itu. Apalagi hanya untuk dipakai sementara,
sehingga tidak memerlukan dinding bambu yang bermutu
terlalui baik" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ki Gede Pemanahan mengangguk-angguk. Namun
kemudian iapun bertanya-tanya "Bagaimana dengan Pangeran
Benawa Sendiri?" "Sudah diduga, permohonan kami agar Pangeran Benawa
berada di istana untuk menjaga segala kemungkinan
ditolaknya. Pangeran Benawa justru berharap untuk
memancing agar segala-galanya segera dapat diselesaikan"
"Aku sudah menduga" desis Ki Gede Pemanahan. Dengan
nada berat iapun berkata "Namun dengan demikian,
tanggung-jawab kita menjadi berat. Jika terjadi sesuatu atas
Pangeran Benawa itu, maka kitalah yang akan digantung oleh
Kangjeng Sultan Hadiwijaya yang sebenarnya sangat
mencintai puteranya itu"
Ki Tumenggung Wirayuda itu mengangguk-angguk. Katanya
"Ya, Ki Gede. Mudah-mudahan kita dapat mengatasi gejolak
yang bakal terjadi dihutan Jabung itu"
"Kita juga tidak tahu pasti, seberapa besar kekuatan
gabungan dari perguruan-perguruan itu, yang nampaknya
tidak dapat diabaikan"
"Kita berharap bahwa mereka menganggap orang-orang
yang bekerja di hutan Jabung itu bukan para prajurit,
sehingga persiapan mereka tidak cukup memadai"
"Harya Wisaka tahu, bahwa para pekerja itu adalah
prajurit-prajurit" "Tetapi Harya Wisaka sengaja tidak membocorkan hal itu.
Rahasia itu dipegangnya sebagaimana kita merahasiakannya,
karena Harya Wisaka juga ingin menjebak dan mengharap
perguruan-perguruan itu dihancurkan agar untuk selanjurnya,
Harya Wisaka tidak merasa terganggu oleh mereka"
"Harya Wisaka memang cerdik. Kita berharap bahawa Harya
Wisaka sendiri ikut dalam pasukan yang akan menangkap
Pangeran Benawa itu, sehingga tidak akan dapat
menangkapnya" "Mudah-mudahan Ki Gede"
"Apakah Ki Tumenggung Wirayuda sudah menghubungi Ki
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Panengah, Ki Waskita dan Ki Kriyadama?"
"Sudah, Ki Gede"
"Baiklah. Persiapkanlah segala sesuatunya. Pasukan
berkuda itu jangan mengecewakan. Penempatan para petugas
sandi yang akan mengirimkan berita lewat panah sendaren
beranting itu harus benar-benar mapan, sehingga kita segera
tahu, kapan pasukan pasukan berkuda itu harus bergerak.
Hutan jabung tidak terlalu jauh, sehingga isyarat beranting itu harus benar-benar sampai"
"Ada dua jalur yang sudah dipersiapkan, Ki Gede. Tetapi
juga jalur lain. Penghubung berkuda itu akan menyampaikan
laporan" "Mereka tidak akan sampai ke gerbang kota. Jika Hary
Wisaka sudah mempersiapkan rencananya sebagaimana yang
kita dengar, maka ia tentu akan menutup jalur kepintu
gerbang kota" "Benar, Ki Gede. Tetapi penghubung kita akan menempuh
jalur yang lain dari jalur yang diperhitungkan. Mereka sudah
merintis jalan mereka sendiri. Tetapi kita berharap, bahwa
isyarat beranting dengan panah sendaren itu tidak akan
meleset. Ki Gede Pemanahan mengangguk-angguk. Katanya beban
kita cukup berat. Pangeran Benawa berkeras untuk tidak
bersedia berada di istana. Bahkan seandainya Kangjeng Sultan
Hadiwijaya sendiri yang memerintahkannya. Sedangkan jika
terjadi sesuatu atas dirinya, kita tentu akan menanggung
akibatnya" -ooo00dw00ooo- Jilid 18 "TETAPI kita dapat mengerti jalan pikiran Pangeran
Benawa, Ki Gede. Dengan demikian, maka kita akan segera
dapat menghancurkan mereka. Demikian pula dengan
kekuatan yang dihimpun oleh Harya Wisaka. Kehadiran Ki
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Rangga Suraniti di Kotaraja ini agaknya juga sangat menarik
perhatian Pangeran Benawa Ketika Pangeran Benawa
mendengar bahwa Ki Rangga Suraniti ada di kota, maka
Pangeran Benawa langsung memerintahkan untuk
mengamatinya. Sebenarnyalah bahwa Ki Rangga Suraniti
sudah berhubungan dengan Harya Wisaka"
"Ketika aku mendengar laporan itu, aku menjadi sangat
prihatin. Ki Rangga Suraniti adalah seorang prajurit yang
sangat baik. Tetapi aku tidak tahu, kenapa ia terjebak oleh
bujukan Harya Wisaka. Semula aku mengira bahwa Ki Rangga
Suraniti sengaja mencari keterangan tentang niat Harya
Wisaka. Tetapi ternyata dugaan itu keliru. Apalagi setelah aku mendengar keterangan Pangeran Benawa yang melihat Ki
Rangga Suraniti terlibat langsung dalam benturan dengan
beberapa perguruan di lereng Gunung Merapi. Nampaknya Ki
Rangga juga sedang memburu Pangeran Benawa pada waktu
itu" "Ya, Ki Gede. Beban tugas kita memang sangat berat kali
ini. Tetapi aku menjadi sedikit tenang, karena Pangeran
Benawa selalu bersama dengan Raden Sutawijaya dan Paksi
Pamckas. Meskipun kita mencurigai ayah Paksi, tetapi Paksi
sendiri benar-benar dapat dipercaya sebagaimana dikatakan
oleh Ki Pa-nengah dan Ki Waskita sendiri. Sedangkan Raden
Sutawijaya, sebagaimana kita ketahui.anak muda itu memiliki
segala-galanya dalam olah kanuragan"
"Kau berkata begitu karena ayah Sutawijaya itu ada disini,
Ki Tumenggung" berkata Ki Gede Pemanahan sambil
tersenyum. "Tidak, Ki Gede. Aku berkata sebenarnya" jawab Ki
Tumenggung Wirayuda bersungguh-sungguh.
"Terima-kasih" Ki Gede Pemanahan mengangguk-angguk.
"Seandainya Raden Sutawijaya bukan seorang yang mumpuni,
maka Raden Sutawijaya tentu sudah dilumatkan oleh Harya
Penangsang di pinggir Bengawan itu"
Ki Gede Pemanahan tertawa. Katanya "Sudahlah. Namun
bagaimanapun juga, kita harus mempersiapkan kekuatan yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
cukup untuk menghadapi gejolak yang bakal terjadi di hutan
Jabung itu. Perang yang akan terjadi bukan sekedar perang
baradu kekuatan pasukan, tetapi juga perang beradu
kecerdikan dan ketepatan menghitung waktu"
"Ya. Ki Gede" "Aku percaya kepadamu, Ki Tumenggung" berkata Ki Gede
Pemanahan. Ki Tumenggung Wirayudapun kemudian telah minta diri.
Sementara Ki Gede masih berpesan "Berhati-hatilah"
Demikianlah, maka memenuhi pesan Ki Gede, maka Ki
Tumenggung Wirayudapun telah berbicara dengan beberapa
orang kepercayaannya. Mereka harus mempersiapkan diri
dengan diam-diam. Pasukan berkudapun telah dipersiapkan
untuk dapat bergerak setiap saat.
"Tingkatkan perondaan didalam kota" perintah Ki
Tumenggung Wirayuda. Ki Rangga Yudapranata yang memimpin pasukan berkuda
yang telah dipersiapkan untuk bergerak dengan cepat,
menjadi heran. Dengan nada tinggi ia bertanya "Kenapa
perondaan didalam kota yang ditingkatkan?"
"Kenapa bukan perondaan disekitar Alas Jabung?" Ki
Tumenggung justru bertanya.
Ki Rangga itupun tersenyum sambil mengangguk-angguk.
Katanya "Ya. Aku mengerti"
Sebenarnyalah Ki Rangga telah meningkatkan perondaan
didalam kota. Setiap kali dua tiga orang prajurit berkuda
berkeliling menelusuri jalan-jalan kota. Beberapa orang
petugas sandi yang dikirim oleh beberapa buah perguruan
yang telah mempersiapkan diri untuk menyerang Alas Jabung,
dan bahkan juga petugas sandi yang bekerja bagi Harya
Wisaka, menganggap bahwa orang-orang Pajang lelah salah
menanggapi keadaan. "Petugas sandi Pajang tentu melihat satu kegiatan yang tidak
dimengerti. Karena itu, mereka meningkatkan pengawasan
didalam kota" berkata salah seorang petugas sandi.
Sebenarnyalah, bahwa para prajurit berkuda yang meronda itu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sendiri belum mendapat perintah yang sebenarnya, kenapa
mereka harus berada dalam kesiagaan tertinggi. Merekapun
Jejak Di Balik Kabut Karya S H Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
menduga, bahwa kota Pajang berada dalam bahaya, sehingga
mereka harus meningkatkan kewaspadaan. Setiap saat kota
Pajang akan mendapat serangan dari kekuatan yang cukup
besar. Harya Wisakapun melihat meningkatnya pengawasan didalam
kota. Tetapi Harya Wisaka dan orang-orangnya tidak melihat,
bahwa bersamaan dengan pengiriman bahan-bahan bangunan
dengan beberapa buah pedati, tetapi ikut pula beberapa
kelompok prajurit yang akan memperkuat kedudukan
kekuatan yang sudah terlebih dahulu berada di Alas Jabung.
Dalam pada itu, orang-orang yang berada di Alas Jabung
bekerja sebagaimana biasa. Seakan-akan mereka tidak
mengetahui, bahwa kekuatan yang besar dari beberapa
perguruan sedang mengintip mereka.
Sementara itu, didalam barak sementara, Ki Panengah, Ki
Waskita dan Ki Kriyadama selalu membicarakan
perkembangan keadaan sesuai dengan laporan yang mereka
terima. "Waktunya tinggal dua hari" berkata Ki Rangga Suratapa, yang
mendapat tugas untuk mempimpin para prajurit yang sudah
berada di Alas Jabung. "Kita akan berbicara dengan Pangeran Benawa dan Raden
Sutawijaya" desis Ki Panengah.
"Aku akan mempersilahkan keduanya untuk datang kemari"
Sejenak kemudian, maka Pangeran Benawa dan Raden
Sutawijaya telah duduk pula bersama dengan mereka. Namun
Pangeran Benawa itupun bertanya "Dimana Paksi?"
"Hamba belum memanggilnya. Pangeran" jawab Ki Rangga
Suratapa. "Biarlah Paksi ikut berbicara bersama kita"
"Baik, Pangeran"
Sejenak kemudian, Paksipun telah hadir pulan untuk ikut
mendengarkan beberapa persoalan yang akan dibicarakan
oleh para pimpinan perguruan serta prajurit yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
diperbantukan kepada mereka untuk membangun sebuah
padepokan. "Kita akan menghadapi kekuatan yang besar, Ki Panengah"
berkata ki Rangga Suratapa kemudian.
"Bukankah beberapa kelompok prajurit telah datang
bersama dengan bahan-bahan bangunan itu?"
"Ya. Tetapi kita belum tahu pasti kekuatan lawan. Beberapa
perguruan akan datang bersama-sama. Kitapun harus
memperhitungkan kekuatan Harya Wisaka. Kita sudah
mendapat berita, bahwa sebagian prajurit yang berada di
Prambanan telah ditarik sebelum waktunya. Sementara itu,
kelompok yang menggantikannya harus berangkat lebih capat
sepekan dari yang seharusnya"
"Apa artinya itu, Ki Rangga?"
"Artinya, kekuatan Harya Wisaka akan bertambah.
Sementara para prajurit yang tidak dapat diperalatnya telah
disingkirkan" "Siapakah yang mengaturnya?"
"Agaknya otak permainan itu adalah Ki Rangga Suraniti"
jawab Ki Rangga Suratapa "tentu saja bekerja bersama
dengan beberapa perwira yang bertugas di kotaraja ini. Pada
saatnya kita akan dapat menelusurinya"
"Bukankah pasukan berkuda tidak terguncang oleh arus
bujukan Harya Wisaka?"
"Tentu tidak. Harya Wisaka tidak akan berani menembus
dinding barak pasukan berkuda"
"Belum tentu" desis ki Panengah" selama ini kita
menganggap kesetiaan Ki Rangga Suraniti demikian tinggi.
Tetapi apa yang terjadi?"
"Tetapi didalam pasukan berkuda, kesetiaan itu mengikat
beberapa orang perwira. Jika terjadi pengkhianatan harus
dilakukan oleh semuanya. Tetapi itu adalah mustahil sekali"
"Aku percaya kepada pasukan berkuda, guru" berkata
Raden Sutawijaya kemudian. Namun iapun berkata "Meskipun
aku juga heran terhadap apa yang terjadi atas Ki Rangga
Suraniti" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ki Panengah mengangguk-angguk. Katanya "Sukurlah.
Bukankah kita meletakkan tumpuan kekuatan terakhir kepada
pasukan berkuda itu?"
"Ya" Pangeran Benawalah yang menyahut "bukankah
segala sesuatunya sudah diatur sebaik-baiknya". Bahkan
seandainya terjadi kelambatan, bukankah kita akan mampu
bertahan untuk waktu yang diperlukan itu?"
"Baiklah" berkata Ki Panengah "Tetapi kita harus berhatihati mengawasi para cantrik yang belum mempunyai cukup
pengalaman. Mereka harus tetap berada didalam batasanbatasan yang kita berikan kepada mereka"
"Aku, kakangmas Sutawijaya dan Paksi akan mengawasi
mereka. Kita akan berada didalam satu kelompok tersendiri"
"Bukan maksud kami mengecilkan arti kemampuan para
cantrik itu. Pangeran. Tetapi seperti yang dikatakan oleh Ki
Panengah bahwa pengalaman para cantrik itu masih sangat
terbatas. Karena itu, kami sudah menyiapkan sekelompok
prajurit pilihan dari Pasukan Khusus yang akan berada
diantara para cantrik"
"Apakah itu perlu?" bertanya Pangeran Benawa
"Hal itu sama sekali tidak perlu bagi Pangeran Benawa,
Raden Sutawijaya dan juga bagi Paksi Pamekas. Tetapi hamba
kira akan sangat perlu bagi para cantrik yang lain"
Pangeran Benawa tertawa. Katanya "Ki Rangga sempat
juga bergurau. Kehadiran prajurit dari Pasukan Khusus itu
tentu karena Ki Rangga cemas, bahwa aku atau kakangmas
Sutawijaya atau kedua-duanya terbunuh di pertempuran. Jika
itu terjadi, Ki Ranggalah yang akan digantung oleh ayahanda
Sultan" Ki Rangga mengerutkan dahinya. Namun kemudian iapun
tertawa sebagaimana juga orang-orang lain yang hadir di
penemuan itu. Dengan nada tinggi Ki Rangga menyambut
"Memang sulit untuk berpura-pura dihadapan Pangeran
Benawa" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tetapi tidak apa" sahut Raden Sutawijaya "kehadiran
prajurit dari Pasukan Khusus itu baik bagi kami. Setidaktidaknya akan mengurangi beban kami"
"Baiklah. Hamba harus mengaku" sahut Ki Rangga
Suratapa kemudian. Demikianlah, dalam pertemuan itu, Ki Suratapa telah
menguraikan rencana pertahanan yang disusunnya. Menurut
laporan dari para petugas sandi, termasuk mereka yang telah
berhasil menyusup, baik didalam pasukan Harya Wisaka,
maupun diperguruan yang bernafsu untuk memiliki cincin
yang dipakai oleh Pangeran Benawa itu, serangan akan
datang dari semua arah. Mereka akan berebut lebih dahulu
untuk menguasai Pangeran Benawa. Baru kemudiam, setelah
menurut perhitungan kedua belah pihak kehabisan tenaga,
Harya Wisaka akan datang untuk menghancurkan kekuatan
yang tersisa. Pangeran Benawa tiba-tiba saja memotong "Aku boleh
bangga karenanya. Ternyata aku adalah orang yang sangat
penting, sehingga mereka telah memburuku"
"Bukan kau, Adimas" sahut Sutawijaya "tetapi cincin itu"
Pangeran Benawa tertawa pula. Katanya kemudian "Jika
aku harus memiliki, harus jatuh ketangan siapa, aku akan
memilih jatuh ketangan orang-orang dari Goa Lampin"
Paksi yang lebih banyak berdiam diri mendengarkan, telah
ikut tertawa pula, sehingga Pangeran Benawa berpaling
kepadanya "Bukankah kau sependapat, Paksi"
"Tetapi di tangan orang-orang Goa Lampin, Pangeran akan
dipelihara didalam kerangkeng"
"Itu tergantung dari sikap kita"
"Kalau sikap kita berkenan dihati mereka?"
"Aku tidak akan tinggal dikerangkeng sendirian"
Yang hadir ditempat itu tertawa semakin keras. Pada
umumnya mereka sudah tahu, siapakah yang berada didalam
perguruan Goa Lampin itu. Apa pula yang sering dilakukan
oleh orang-orang dari Goa Lampin.
Namun sejenak kemudian, Pangeran Benawa itupun berkata
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Nah, bagaimana selanjutnya Ki Rangga Suratapa?"
"Tepat pada saat yang sudah diperhitungkan, penghubung
kita akan memberikan isyarat beranting kepada pasukan
berkuda yang sudah siap. Kita akan memberikan perlawanan
terhadap pasukan Harya Wisaka sejauh dapat kami lakukan,
sampai saatnya pasukan berkuda itu datang. Tetapi menurut
perhitungan kami, Harya Wisaka tidak mempunyai waktu
cukup untuk menghancurkan kita sampai saatnya pasukan
berkuda itu datang" "Kita bermain-main dengan waktu" berkata Raden
Sutawijaya. "Kita memang harus membuat perhitungan yang tepat.
Selisih beberapa kejap saja, kita benar-benar akan hancur
disini oleh pasukan Harya Wisaka. Tetapi jika kita tidak
menyiapkan perlawanan itu sejak semula, maka kita tidak
akan pernah dapat menangkap Harya Wisaka"
Raden Sutawijaya mengangguk-angguk. Sementara Ki
Panengahpun berkata "Kita percayakan waktu itu kepada Ki
Suratapa dan para penghubungnya"
"Kami akan berusaha. Kami tahu, jika kami gagal, maka
leher kami akan dapat menjadi taruhan"
"Baiklah" berkata Ki Panengah "aku akan mempersiapkan
para cantrik sebaik-baiknya. Aku minta, prajurit dan pasukan
khusus yang akan menghadapi lawan bersama-sama para
cantrik, dibiasakan lebih dahulu untuk menyatu, agar mereka
menjadi saling mengenal lebih dalam lagi"
"Baiklah, Ki Panengah. Nanti aku akan membawa mereka
ke barak para cantrik"
Demikianlah, maka Ki Rangga Suratapapun telah melakukan
persiapan-persiapan terakhirnya. Sambil menebas hutan, para
prajurit itupun telah menyiapkan pertahanan sebaik-baiknya.
Mereka telah memasang hambatan-hambatan dan bah-kan
jerat dan jebakan dihutan yang masih terhitung lebat itu.
Justru karena mereka sedang menebangi hutan, maka mereka
dapat melakukan pertahanan sebaik-baiknya. Jerat, patokpatok bambu tajam, lubang-lubang dalam yang diatasnya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ditutup dengan dedaunan. Dan berbagai macam hambatan
yang lain pada jalur yang mereka perkirakan akan dilalui para
penyerang. Adanya jebakan itu telah diberitahukan pula kepada para
perwira prajurit berkuda, agar jika pada saatnya mereka turun
dimedan, mereka tidak usah memburu lawan yang melarikan
diri. "Biarlah itu dilakukan oleh para prajurit yang dapat mengenali pertanda dan isyarat jebakan-jebakan yang mereka buat
sendiri" Dihari berikutnya, maka segala sesuatunya telah siap. Esok,
menjelang fajar, mereka harus sudah bersiap sepenuhnya
untuk bertahan terhadap serangan yang bakal datang seperti
banjir bandang. Ketika malam turun, maka Harya Wisakapun telah
memerintahkan semua orangnya bersiap. Mereka harus keluar
dari kota malam itu dengan diam-diam. Mereka akan berada
tidak jauh dari Alas Jabung, tetapi diluar lingkungan yang
bakal dipergunakan oleh beberapa perguruan yang akan
menyerang esok. Sebenarnyalah Harya Wisaka juga harus
memperhitungkan waktu sebaik-baiknya.
Harya Wisakapun telah memerintahkan sekelompok orangnya
untuk menutup jalur jalan memasuki kota esok pagi, agar
permintaan bantuan dari para prajurit di Alas Jabung tidak
sampai kepada mereka yang berwenang memerintahkan
pasukan berkuda bergerak.
Sebenarnyalah malam itu, beberapa orang perguruan telah
mempersiapkan diri untuk menyerang esok. Sebagian dari
mereka telah mengirimkan orang-orangnya untuk mengamati
keadaan. Tetapi mereka sama sekali tidak dapat mendekat.
Mereka hanya dapat melihat dari kejauhan, apa yang
dilakukan oleh mereka yang sedang sibuk membuka hutan.
Tetapi tidak seorangpun dari para pengawas dan petugas
sandi itu yang menduga, bahwa diantara mereka yang bekerja
keras menebangi pohon-pohon raksasa itu sedang sibuk
membuat rintangan, hambatan dan bahkan jebakan atas
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mereka. Menjelang fajar, maka segala-galanya harus telah siap. Semua
orang yang telah berada disekitar pesanggrahan di Alas
Jabung itu telah menempatkan diri. Sasaran mereka adalah
barak yang berada ditengah-tengah padang perdu di pinggir
hutan itu. Sebagian dari mereka berniat untuk menyerang
lewat daerah terbuka. Tetapi sebagian lagi ingin menyerang
dari arah hutan yang masih tertutup oleh pepatnya pepohonan
itu. Malam menjelang hari serangan sebagaimana disepakati oleh
beberapa perguruan itu adalah malam terang bulan meskipun
bulan mesih belumn bulat benar. Beberapa orang cantrik
ternyata tidak segera dapat tidur. Bahkan demikian pula
Pangeran Benawa, Raden Sutawijaya dan Paksi. Mereka duduk
diatas sebuah batu di halaman barak yang didirikan untuk
sementara itu. "Lihat" berkata Raden Sutawijaya "bulan berkalang"
"Kenapa dengan bulan berkalang, kamas?" bertanya
Pangeran Benawa. "Isyarat akan terjadi bencana di bumi. Besar atau kecil.
Mungkin pertempuran esok adalah peristiwa yang sangat kecil
bagi dunia ini. Tetapi bagi kita, peristiwa yang akan terjadi
esok adalah peristiwa besar"
Pangeran Benawa menarik nafas dalam-dalam. Katanya
dengan nada rendah "Seharusnya aku menuruti nasehat
beberapa orang untuk berada di istana. Hanya karena aku
keras kepala, maka esok akan terjadi perang. Perang itu
sendiri tidak apa-apa, bahkan dapat memberikan kesegara
kepada kita dan para prajurit. Tetapi yang kemudian
menyedihkan adalah akibatnya. Kekerasan, kekejaman dan
kematian. Raden Sutawijaya justru tertawa. Katanya "Kau aneh
adimas. Seolah-olah ada perang yang tidak berakibat
Jejak Di Balik Kabut Karya S H Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
mengerikan. Justru karena akibatnya itulah, maka perang
seharusnya dihindari"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pangeran Benawa menarik nafas panjang, sementara
Paksipun tersenyum pula. Bahwa Paksi itupun kemudian
berdesis "Dalam hal ini, bukanlah Pangeran telah
memperhitungkan untung ruginya"
Pangeran Benawa mengangguk kecil sambil menjawab "Ya.
Tetapi sekarang aku menjadi ragu. Apakah perhitungan itu
tepat untuk ditrapkan sekarang ini"
"Sudahlah" berkata Raden Sutawijaya "jika dengan cara ini
kita mendapat hasil sebagaimana yang kita kehendaki, maka
cara ini adalah cara yang terbaik. Kita akan dapat menghisap
kekuatan beberapa perguruan yang bagi Pajang seperti
sebuah bi-sul yang semakin lama semakin membengkak. Kita
tidak akan mau disiksa oleh perasaan sakit itu terus-menerus.
Kita pecahkan bisul itu meskipun kita akan mengalami
kesakitan yang memuncak. Tetapi sesudah itu, kita akan
bebas dari perasaan sakit yang menyiksa dan bahkan pada
suatu saat akan dapat meledak dengan akibat yang tidak
dapat diduga. Jika saja mereka yang menjebak kita, akibatnya
akan dapat menjadi jauh lebih parah"
"Jika kita gagal?"
"Ada dua akibat yang dapat terjadi esok. berhasil atau
gagal. Jika kita selalu ketakutan dibayangi oleh kegagalan,
maka kita tidak akan pernah berbuat sesuatu. Mungkin
dengan berdiam diri, kita tidak akan mengalami kegagalan.
Tetapi juga tidak akan pernah mengalami keberhasilan"
Pangeran Benawa mengangguk-angguk pula. Katanya "Ya.
Yang harus kita usahakan, kita tidak boleh gagal"
"Kita sudah berbuat sejauh dapat kita lakukan. Kita sudah
mengerahkan kemampuan para petugas sandi. Kita sudah
berhubungan dengan orang-orang yang pantas kita yakini
kemampuannya memperhitungkan langkah-langkah dan
tujuan akhir peperangan. Kita sudah berusaha sejauh-jauhnya.
Ki Panengah, Ki Waskita serta ayah telah berusaha pula untuk
dapat mencapai hasil yang sebaik-baiknya"
"Apapun yang akan terjadi, sudah diperhitungkan dengan
cermat. Meskipun demikian, apa yang terjadi mungkin tidak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sesuai dengan perhitungan kita, karena keterbatasan
kemampuan kita. Namun kita sudah berusaha. Sedangkan
penentuan akhir ada di tangan Yang Maha Agung" Paksipun
menyela. Raden Sutawijaya menepuk bahu Paksi"Bukan saja
berdasarkan atas penglihatan pada permukaan. Tetapi kau
sudah menukik kekedalaman"
"Ya" desis Pangeran Benawa "kau benar Paksi. Kita
memang harus berdoa disamping berusaha sejauh dapat kita
lakukan" "Nah, jika demikian, bukankah tidak akan ada kebimbangan
lagi dihati adimas?" bertanya Raden Sutawijaya "dalam saatsaat seperti ini, kebimbangan merupakan salah satu
hambatan, justru pada saat-saat kita harus bertindak dengan
pasti" "Ya, kakangmas" Pangeran Benawa mengangguk "aku
mengerti. Aku harus menyingkirkan keragu-raguan itu tanpa
mengingkari kenyataan yang dapat terjadi"
Ketiganyapun kemudian telah terdiam sejenak. Malam yang
sepi menjadi semakin sepi. Di kejauhan terdengar suara-suara
malam yang kadang-kadang menyentuh dasar jantung.
Sementara itu bulanpun memancar di langit. Esok bulan
akan menjadi semakin bulat. Tetapi Pangeran Benawa tidak
tahu, apakah esok malam ia masih akan berada di pinggir
hutan itu. Pangeran Benawa bukan seorang penakut. Tetapi ia
membayangkan juga gerombolan-gerombolan orang yang
memburunya sejak ia mengembara sampai malam itu. Orangorang itu besok akan datang dengan senjata terhunus.
Namun ketiganya terkejut ketika mereka mendengar desir
lembut mendekat. Dengan sikapnya ketiganyapun segera
bangkit dan bersiap menghadapi segala kemungkinan.
"Hamba Pangeran" seseorang tiba-tiba saja muncul dari balik
gerumbul. "Siapa" Bulan, matahari atau bintang?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hamba, kelapa gading bertangkai ijuk"
Ketiga orang itu menarik nafas dalam-dalam. Pangeran
Benawapun kemudian berkata "kemarilah"
Orang itupun mendekatidan berhenti beberapa langkah di
hadapan Pangeran Benawa. "Ada apa?" "Ki Suratapa memerintahkan kepada hamba untuk
menyampaikannya kepada Pangeran"
"Apa pesannya?"
"Pangeran bersama Raden Sutawijaya serta Paksi Pamekas
dimohon untuk masuk kedalam barak"
"Kenapa?" bertanya Pangeran Benawa.
"Kami melihat dua orang yang berusaha menyusup lam
lingkungan ini" "Kenapa tidak kalian tangkap saja orang itu?"
"Kami tidak ingin memberikan kesan kesiagaan Kami hanya
mengawasi saja mereka. Menurut penglihatan kami. Mereka
sudah menjauh. Tetapi mungkin ada orang lain yang
melakukannya dan bahkan diluar pengamatan kami. Pangeian
adalah sasaran utama dari gerombolan-gerombolan orang
yang sudah mempersiapkan diri untuk menyerong esok fajar"
Pangeran Benawa menarik nafas dalam dalam, iapun ke
mudian berdesis "Terima-kasih atas peringatanmu. Tetapi
apakah aku boleh tahu keadaan kita sekarang?"
"Tempat ini sudah terkepung. Mereka berada di segala arah.
Bahkan didalam hutan itu pula. Kekuatan mereka memang
sangat besar" "Bagaimana perbandingannya dengan kekuatan kita disini?"
"Jumlah mereka tentu lebih banyak. Pangeran. Memang diluar
dugaan. Tetapi kila sudah memasang hambatan-hambatan.
Para prajuritpun telah menyiapkan senjata lontar yang cukup.
Bukankah Ki Suratapa sudah berpesan agar Pangeran, Raden
Sutawijaya, Paksi dan para cantrik berada didalam pagar yang
mengelilingi barak utama itu. Jika ada diantara mereka yang
sempat mendekat, para cantrik bersama Ki Pangeran, Ki
Waskita dan Ki Kriyadama, sebaiknya bertahan didalam
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dinding halaman barak bersama beberapa orang prajurit
khusus itu" "Jadi kami harus pergi ke barak utama itu?" bertanya Raden
Sutawijaya. "Ya Raden" "Bukankah barak-barak yang lain juga mendapat
pengamatan?" "Tetapi sebaiknya Pangeran Benawa, Raden Sutawijaya dan
Paksi Pamekas berada di barak utama"
"Jadi kami akan diperlakukan sebagai gadis-gadis pingitan?"
"Bukan maksud kami, Pangeran"
"Jadi kami hanya akan bertempur jika ada musuh memasuki
barak utama?" Orang itu terdiam. Namun Raden Sutawijayalah yang kemudian menjawab
"Baiklah. Kami akan pergi ke barak utama yang diberi pagar
yang cukup rapat dan tinggi"
"Pagar itu membuat lingkungan itu menjadi pengab" desis
Pangeran Benawa. Tetapi Raden Sutawijayapun telah mengajak Pangeran
Benawa untuk pergi ke barak utama. Kepada petugas yang
menghubunginya itu Raden Sutawijaya berkata "Kembalilah Ki
Rangga Suratapa. Katakan, bahwa pesannya sudah sampai.
Kami akan pergi ke barak utama"
"Baik Raden. Hamba mohon diri, Pangeran" Orang itupun
kemudian segera beringsut dan kemudian seakan-akan telah
hilang dlbayangan gerumbul-gerumbul perdu.
"Jadi besok kita akan menjadi penonton saja kakangmas?"
bertanya Pangeran Benawa.
"Orang itu hanya seorang petugas yang menyampaikan
pesan Ki Rangga Suratapa. Kita mengiakan saja pesan itu,
apapun yang akan kita lakukan besok"
Pangeran Benawa mengerutkan dahinya. Namun iapun
kemudian tertawa sambil berdesis "Kakangmas memang
cerdik" Raden Sutawijaya dan Paksipun tertawa pula. Namun Paksilah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang kemudian berkata "Tetapi sebaiknya para cantrik itupun
dibatasi geraknya. Jika mereka terjun ke medan pertempuran
yang paling liar, tentu akan sangat berbahaya. Bekal mereka
belum cukup banyak. Apalagi pengalaman mereka"
"Ya. Aku sependapat" desis Pangeran Benawa.
Demikianlah, mereka bertigapun kemudian telah pergi ke
barak utama yang diberi berpagar. Di barak itu para cantrik
dari perguruan Ki Panengah itu tinggal. Bukan hanya di saatsaat yang berbahaya. Tetapi mereka memang berada di barak
itu. Se-dangkan para pekerja yang lain, yang sebenarnya
terdiri dari para prajurit, berada di barak-barak yang lain.
Barak yand sederhana dan bahkan sebagian terbuka.
Sebenarnyalah bahwa pengamatan di sekitar barak-barak
itu dilakukan dengan cermat. Tetapi disamarkan dengan baik.
Tidak ada peronda yang berkeliling mengamati keadaan. Tidak
ada kelompok-kelompok yang ditempatkan di sekitar tempat
itu. kecuali beberapa orang yang berada disebuah gubug kecil
di depan barak penyimpanan bahan-bahan dan peralatan.
Tempat yang dijaga dan diawasi sejak kerja itu dimulai.
Empat orang duduk di gubug kecil itu, dibawah sinar lampu
minyak yang berkerdipan. Untuk menahan kantuk mereka
bermain macanan dan bas-basan. Ketika salah seorang dari
mereka menawarkan untuk bermain dadu, maka
kawannyapun menolak. "Jika kita bermain dadu, otak kita tidak terasah untuk
menambah kecerdasan. Bermain dadu adalah sepenuhnya
untung-untungan" kawanya menolak.
"Sekedar menahan kantuk"
"Ada cara lain yang lebih bagus"
Sementara itu, dua orang yang menyelinap memasuki
lingkungan itu mengamati orang-orang yang berada di gubug
itu dengan saksama. Namun kemudian seorang diantara
mereka berdesis "Penjaga barak itu, sama sekali tidak mengira
bahwa esok pagi, demikian matahari terbit, lingkungan ini
akan disapu oleh kekuatan yang tidak terlawan yang akan
berebut menangkap Pangeran Benawa"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kawannya tertawa pendek. Katanya "Kitalah yang besok
harus mencapai bangunan utama itu paling awal. Pangeran
Benawa tentu berada di bangunan itu bersama orang-orang
penting serta para cantrik dari perguruan yang sedang
membangun pa-depokan itu. Sedangkan di barak-barak yang
lain itu tentu merupakan barak bagi para pekerja"
"Sebelum matahari sepenggalah, kerja kita tentu sudah
selesai. Persoalan yang kemudian timbul, siapa yang dapat
menangkap Pangeran Benawa lebih dahulu"
"Bahkan mungkin Pangeran Benawa sudah tidak ada di
barak itu" "Masih ada. Kemarin sore, Pangeran Benawa masih ada di
tempat ini. Sementara itu, tidak ada iring-iringan orang
berkuda yang meninggalkan barak ini sampai malam turun"
"Kita tidak dapat mengamati isi barak ini dengan jelas. Sulit
untuk dapat mendekati. Para pekerja bersama para cantrik
menebar dilingkungan yang luas"
"Tetapi seorang diantara kawan-kawan kita meyakini"
"Apakah kawan kita itu sudah mengenal Pangeran Benawa
"Sudah. Kebetulan ia pemah melihat Pangeran Benawa di
Pajang yang sedang berkuda dengan dua orang pengawalnya
memasuki istana" "Apakah dapat diyakini, bahwa yang dilihatnya memasuki
istana itu adalah Pangeran Benawa?"
"Ya. Saat itu ia tidak sendiri. Kawannya yang sudah ubanan
mengenal Pangeran Benawa dengan baik"
Yang lain mengangguk-angguk. Katanya "Sukurlah bahwa
Pangeran Benawa masih berada disini. Kita akan mendapat
kesempatan terbaik. Orang-orang kita yang berada di hutan
itu besok akan dengan serta-merta menghambur langsung ke
bangunan utama itu" Beberapa saat keduanya masih mengamati keempat orang
penjaga barak penyimpan bahan-bahan bangunan dan hatikan
bahan makan. Seorang diantara mereka bergumam "Tempat
yang dijaga oleh empat orang itu tentu tempat yanjt paling.
Tidak ada barak yang dijaga sebagaimana barak yang lain"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Jangan-jangan Pangeran Benawa ada di barak itu"
"Tentu tidak. Barak itu sangat sederhana meskipun
nampaknya kuat. Mungkin di tempat itu disimpan barangbarang berharga bagi pembangunan padepokan itu. Mungkin
pula bahan pangan atau alat-alat yang sering dipergunakan
oleh para cantrik" "Mungkin. Selain Pangeran Benawa, tempat itu juga
penting untuk dikuasai"
Kawannya mengangguk-angguk. Namun kemudian tapun
berkata "Marilah. Tugas kita sudah berhasil kita lakukan
dengan baik. Besok kita akan memasuki lingkungan ini dari
arah hutan yang sedang ditebang itu"
"Sebaiknya sekarang kita telusuri jalan yang besok pagi akan
kita tempuh" "Gelap sekali. Kita hanya berdua"
"Bukankah ada cahaya bulan?"
"Kita lewat jalan melingkar tetapi jauh lebih mudah dilalui
itu" Yang lain tidak menjawab. Namun merekapun kemudian
telah bergeser meninggalkan tempat itu. Keduanya sama
sekali tidak tahu, bahwa keduanya justru berada dalam
pengawasan. Dua orang prajurit yang bertugas, mengikuti
mereka dengan diam-diam. Tetapi mereka memang tidak
dibenarkan untuk menyerang atau menangkap orang-orang
yang sedang menyusup mengamati keadaan.
"Untunglah mereka tidak menerobos masuk kedalam
Jejak Di Balik Kabut Karya S H Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
hutan" desis salah seorang prajurit yang mengawasi kedua
orang yang menyusup kedalam lingkungan barak perkemahan
itu. "Ya. Jika mereka memasuki hutan itu, mungkin salah
seorang dari mereka akan terkena jerat atau jebakan,
sehingga esok mereka tidak akan mengambil arah itu"
Namun keduanyapun kemudian berhenti. Mereka tidak
merasa perlu mengikuti keduanya sampai jauh keluar
lingkungan barak perkemahan. Keduanyapun kemudian
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kembali untuk menghubungi keempat orang yang sedang
berjaga-jaga di barak penyimpanan bahan-bahan itu.
"Kalian baru saja diamati oleh dua orang yang menyusup
masuk kedalam lingkungan ini"
"Keduanya tidak akan melihat apa-apa disini" jawab salah
seorang dari keempat petugas itu sambil bermain macanan.
"Ya. Yang mereka lihat adalah kalian berempat" yang tertua
diantara keempat orang itu bertanya "Kemana mereka
sekarang?" "Keduanya sudah pergi"
"Bagus" berkata orang tertua itu "sebenatar lagi, petugas
disini akan berganti"
"Beritahu para prajurit yang mendapat giliran berikutnya.
Jangan hiraukan jika ada orang yang berhasil menyelinap
memasuki lingkungan ini dan mengawasi para penjaga disini"
"Baik" jawab orang tertua itu.
Demikianlah kedua orang itupun meninggalkan keempat
petugas itu. Tetapi mereka sempat membuka sedikit pintu
barak itu dan menjenguk kedalam. Yang berada di barak itu
bukan sekedar bahan-bahan bangunan dan bahan pangan.
Tetapi beberapa kelompok prajurit sedang tidur nyenyak
didalamnya. Dua orang diantara mereka bertugas untuk
berjaga-jaga disudut barak.
Prajurit yang menjenguk itu melambaikan tangannya disambut
oleh kedua orang yang berjaga-jaga didalam barak itu.
Malampun menjadi semakin dalam. Bulan sudah beredar
semakin jauh disisi Barat langit. Bintang-bintang gemerlapan
mencoba mengimbangi sinar bulan yang terang. Di dini hari,
beberapa orang petugaspun telah bangun. Mereka dengan
siap yang wajar-wajar saja mulai menyalakan api di dapur.
Mereka mulai merebus air dan menanak nasi.
Api dan asap didapur itu memang menarik perhatian. Tetapi
beberapa orang yang berada didalam kelompok kelompok
yang mengepung perkemahan itu berpendapat, bahwa hal itu
wajar sekali. Bahkan orang yang mengawasi tempat Itu untuk
beberapa lama berkata "Setiap hari dapur itu bangun lebih
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
awal dari barak-barak yang lain. Mereka harus menyiapkan
makan pagi para pekerja dan para cantrik yang jumlahnya
lukim banyak" Tetapi kawannya yang lain berdesis "Tetapi tidak sepagi ini"
"Mereka agaknya memang terlalu awal bangun. Tetapi selisih
waktu itu tidak banyak"
Api dan asap itu nampaknya memang diabaikan oleh orangorang yang mengepung perkemahan itu. Apalagi barak-barak
di perkemahan itu nampak sepi-sepi saja. Namun
sebenarnyalah, para prajurit yang tidak mengenakan ciri-ciri
keprajuritan mereka telah bersiap didalam barak mereka
masing-masing. Juga mereka yang berada di barak
penyimpanan bahan-bahan bangunan dan bahan pangan.
Senjata-senjata merekapun telah diperiksa dengan cermat,
bahwa senjata-senjata itu tidak akan mengecewakan di medan
perang. Dalam pada itu, beberapa orang memang sudah keluar dari
barak mereka. Mereka adalah petugas-petugas yang akan
memberikan isyarat-isyarat yang diperlukan sebelum mereka
harus memasuki arena untuk bertahan.
Dalam pada itu, para pengamat telah melihat gerak pasukan
yang mengepung perkemahan itu, yang kebetulan berada di
tempat, terbuka. Mereka bergerak menebar. Bukan hanya satu
kelompok. Tetapi dari arah lain telah bergerak pula kelompok
yang lain. Para petugas sandipun segera melaporkan kepada Ki
Rangga Suratapa. Dengan cepat, Ki Ranggapun telah memerintahkan para
penghubungnya untuk memberitahukan kepada para
pemimpin kelompok. Menjelang fajar, maka para prajurit telah dipersilahkan untuk
makan di dalam barak masing-masing. Sementara itu,
beberapa orang telah mulai berkeliaran di halaman dan
disekitar barak mereka. Ada diantara mereka yang mengambil
air, mengamati pagar dan bahkan ada yang hanya dudukduduk saja diatas kekayuan yang roboh.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sementara itu, pasukan lawanpun bergerak semakin dekat.
"Mereka harus masuk arena yang telah kita siapkan" berkata
Ki Rangga Suratapa. Menjelang fajar, Ki Rangga sendiri telah berada diluar
baraknya. Dua orang penghubung telah memberitahukan
bahwa pasukan lawan sudah menjadi semakin dekat.
"Mereka benar-benar mengepung kita" berkata seorang
penghubung "jika mereka mulai bergerak dan menebar, maka
kepungan itu akan menjadi temu gelang. Tidak ada selubang
jarumpun yang dapat menjadi jalan untuk meloloskan diri jika
kita berniat melakukannya"
"Bukankah kita tidak akan meloloskan diri?"
"Ya. Aku tahu" "Nah, jika demikian kita tidak memerlukan lubang jarum"
Penghubung itu tersenyum.
Dalam pada itu, ketika langit menjadi semburat merah, maka
kelompok-kelompok yang mengepung pakemahan itupun telah
mempersiapkan diri serta membuat acang-ancang. Pada saat
itulah, Ki Rangga Suratapa telah memerintahkan orangorangnya untuk keluar dari barak.
Yang kemudian nampak adalah orang-orang yang keluar dari
barak-barak itu dengan malasnya. Sisa malam masih gelap,
tetapi wajah tanah yang terinjak kaki sudah dapat dilihat
dengan mata tanpa oncor sekalipun.
Mereka sama sekali tidak menunjukkan gerak gerak
sekelompok prajurit yang bersiap untuk bertempur. Telapi
mereka bergerak menebar sebagaimana para pekerja yang
akan pergi ke tempat kerja mereka masing-masing.
Namun orang-orang yang mengepung perkemahan itu sudah
mulai curiga. Pada saat terang tanah, biasanya pekerjaan
sebagaimana membangun padepokan itu tentu belum akan
segera dimulai. Karena itu, maka para pemimpin dari
kelompok-kelompok pasukan yang mengepung perkemahan
itu menjadi sangat tertarik kepada orang-orang yang menebar
sebagaimana dilaporkan oleh para petugas mereka yang harus
mengamati perkemahan itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Mungkin mereka sudah mendapat laporan kehadiran kita"
berkata salah seorang petugas yang mengamati perkemahan
itu. "Tidak ada pengaruhnya. Biarlah mereka menyusun
pertahanan. Tetapi kita akan segera melumatkan mereka.
Mereka tidak akan dapat memberikan perlawanan yang
memadai. Meskipun mereka terbiasa mengayunkan kapak,
telapi untuk menebang pohon. Tidak diayunkan kepada
sasaran yang bergerak. Apalagi sasaran mereka sekarang
adalah kita. Bukan hanya sekedar bergerak, tetapi kitalah
yang justru akan membantai mereka"
Kawannya mengangguk-angguk. Ketika mereka
menyampaikan laporan kepada pimpinan mereka, maka
merekapun melaporkan sebagaimana yang mereka katakan
itu. Dalam pada itu. maka para pemimpin dari perguruan serta
gerombolan yang mengepung perkemahan itu tidak sempat
membuat uraian yang panjang. Sejenak kemudian, ketika
langit menjadi semakin terang, maka meluncurlah panah
sendaren ke beberapa arah, bersamaan dengan panah api
yang terbang menggores langit yang masih buram.
Isyarat itu sebagaimana mereka sepakati adalah isyarat
untuk mulai melakukan penyerangan terhadap
perkemahannya yang ada dipinggir hutan Jabung itu. Namun
ternyata Kebo Serut tidak melakukannya dengan jujur. Ia
telah memerintahkan beberapa orangnya untuk tinggal di
tempat mereka menunggu fajar. Kebo Serut justru telah
bergerak lebih dahulu. Namun ia berpesan, bahwa beberapa
saat ke-mudian, setelah kelompoknya mendekati sasaran,
orang-orang ilu baru akan melepaskan isyarat itu.
Karena itu, maka ketika panah sendaren dan panah api itu
meloncur ke udara, kelompok Kebo Serut sudah berada
dijarak yang paling dekat dengan sasaran. Dengan sertamerta Kebo Serutpun telah memerintahkan orang-orangnya
untuk segera bergerak. Orang-orang yang melepaskan isyarat
itu akan segera menyusul mereka.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kelompok yang dipimpin Kebo Serut itu adalah salah satu
diantara kelompok-kelompok yang menyerang dari arah hutan
Jabung. Menurut perhitungan, maka mereka akan dengan
tiba-tiba muncul dari dalam hutan dan langsung menyerang
ba-ngunan induk pada perkemahan yang dianggap tidak
mempunyai kekuatan untuk melawan itu.
Tetapi ternyata yang telah bergerak lebih dahulu bukannya
hanya sekelompok orang yang dipimpin oleh Kebo Serut,
hampir semuanya telah bergerak lebih dahulu sebelum isyarat
itu dilontarkan, sehingga mereka berada dijarak yang lebih
dekil dari yang telah disepakati.
Demikianlah, ketika mereka melihat dan mencurigai isyarat
panah sendaren dan panah api, maka serentak merekapun
telah berlari menyerang perkemahan di pinggir hutan Jabung
itu. Sambil berlari merekapun berteriak-teriak bagaikan akan
me-runtuhkan langit. Namun bukan hanya mereka sajalah yang menghambur
sambil mengacu-acukan senjata. Pada saat yang bersamaan,
maka dari setiap barak, para prajuritpun berlari lari keluar
dengan senjata telanjang, berdesakan seperti laron yang
keluar dari lubang mereka dibawah tanah yang terendam air
pada penghunjung musim hujan.
Meskipun nampaknya para prajurit yang tidak mengenakan
ciri-ciri keprajuritan itu hanya berlari-larian di sekitar
perkemahan, namun sebenarnyalah bahwa mereka telah
mendapat perintah-perintah sebelumnya. Sehingga mereka
melakukan satu gerakan yang pasti. Lawan dapat saja menjadi
bingung melihat gerak orang-orang yang keluar dari
peikemahan. Tetapi para prajurit itu sendiri sebenarnya sama
sekali tidak menjadi kebingungan.
Dalam pada itu, orang-orang yang dengan tergesa-gesa
berlari-lari menyerang perkemahan itu, tidak sempat
memperhatikan hambatan, jerat atau jebakan-jebakan yang
telah dibuat oleh para prajurit yang ikut dalam kerja yang
besar, membangun padepokan di hutan Jabung itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Seorang tiba-tiba saja terpelanting jatuh, ketika kakinya
menyentuh sulur pepohonan yang menyilang. Namun
demikian tubuhnya terguling ditanah, maka senjatanya telah
terlempar dan hilang di semak-semak.
Teriakan nyarinqpun telah menggetarkan udara. Disusul
dengan umpatan kasar, ketika dua orang bersama-sama telah
terperosok ke dalam lubang yang cukup dalam karena mereka
telah menginjak penutupnya yang disamarkan. Sementara itu,
orang yang lain, yang berlari kencang sekali telah melanggar
tali yang menyilang tepat dilehernya, sehingga orang itupun
telah tercekik hingga pingsan.
Banyak peristiwa yang telah terjadi diseputar barak itu.
Yang terbanyak adalah mereka yang terperosok ke dalam
lubang yang dalam, sehingga mereka mengalami kesulitan
untuk dengan cepat naik lagi. Hambatan, jerat dan jebakanjebakan itu ternyata mempunyai arti yang penting bagi para
prajurit yang bertahan. Orang-orang yang datang menyerang
seperti banjir bandang itu, tidak lagi dapat memusatkan
perhatian mereka sepenuhnya kepada sasaran. Tetapi mereka
harus memperhatikan tanah tempat mereka akan
menginjakkan kaki mereka. Dengan demikian, maka arus
serangan yang datang itupun menjadi semakin lambat pula,
sehingga para prajurit itupun sempat menempatkan dirinya
sebaik-baiknya. Ketika kemudian pasukan para penyerang itu mulai
berbenturan dengan para prajurit yang mempertahankan
perkemahannya, merekapun terkejut karenanya. Menilik cara
mereka yang bertahan itu bersikap, maka para penyerang itu
segera menyadari, bahwa mereka tidak sekedar berhadapan
dengan para blandong penebang kayu yang hanya mampu
mengayunkan kapak mereka untuk memotong dan membelah
kayu. Tetapi ternyata orang-orang itu memiliki kemampuan
mempergunakan senjata mereka dengan terampil.
Ketika kemudian matahari naik, maka pertempuranpun
menjadi semakin seru. Orang-orang yang menyerang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
peremahan itu mulai menyadari, bahwa mereka berhadapan
dengan orang-orang yang memiliki kemampuan yang mapan
Seorang yang berwajah garang berteriak nyaring "Anak
iblis. Dari siapa kalian belajar berkelahi?"
Tidak ada yang menjawab. Tetapi putaran pedang tuangorang yang bertahan itu menjadi semakin berbahaya.
Serangan-serangan yang datang dari berbagai arah Itu segera
terhambat. Selain beberapa orang diantara mereka tidak
mampu lagi bertempur karena jebakan-jebakan yang telah
dipasang, maka merekapun telah menghadapi lawan yang
berbekal ilmu kanuragan. Jika semula mereka mengira bahwa mereka akan dapat
dengan cepat menyelesaikan pekerjaan mereka setepat orang
yang menyapu halaman, ternyata mereka telah tertahan
demikian benturan terjadi. Sebagian di bibir hutan, sedangkan
yang lain dipadang perdu dan ilalang.
Kebo Serut yang membawa para pengikutnya menerobos
hutan Jabung, menjadi sangat marah. Beberapa orangnya
telah terjebak. Sementara itu, demikian mereka sampai dibibir
hutan, maka mereka harus menghadapi perlawanan yang
Jejak Di Balik Kabut Karya S H Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
keras dari orang-orang yang memiliki bekal kemampuan yang
memadai. "Siapakah mereka sebenarnya?" bertanya Kebo Serut
kepada diri sendiri. Tetapi Kebo Serut tidak mau terhambat
oleh mereka. Kebo Serut ingin segera sampai ke bangunan
utama perkemahan sementara itu. Menurut laporan orangorangnya yang telah mengamati perkemahan itu sebelumnya,
serta menurut perhitungannya, maka Pangeran Benawa tentu
berada di bangunan utama itu.
Karena itu, bersama dengan beberapa orang
kepercayaannya, Kebo Serut berusaha untuk menerobos
pertahanan yang kuat itu, menyusup disela-sela pertempuran,
menuju ke bangunan induk.
Ternyata bukan hanya Kebo Surut yang melakukannya.
Setiap pemimpin kelompok, Gerombolan serta perguruan yang
ikut serta menyerang perkemahan itu, berpola pikir sama
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dengan Kebo Serut. Karena itu, maka beberapa orang diantara
mereka telah berusaha untuk menyusup disela-sela
pertahanan yang kuat itu.
Dalam pada itu, para cantrik yang berada di bangunan
utamapun telah bersiap seluruhnya. Beberapa diantara
mereka berniat untuk keluar dari dinding bangunan utama itu.
Tetapi Ki Lurah Yudatama, pimpinan prajurit dari Pasukan
Khusus yang ditempatkan di barak utama perkembahan
sementara itu melarang mereka.
"Kenapa?" bertanya salah seorang dari para cantrik itu.
"Itu perintah" jawab Ki Lurah singkat.
Jawaban itu tidak memuaskannya. Tetapi Ki Panengahpun
kemudian menegaskan pula "Kita akan tetap berada di barak
utama ini. Kita belum akan turun ke halaman. Kita akan
menunggu perkembangan selanjurnya"
Ketika hal itu dinyatakan oleh Ki Panengah, maka para
cantrikpun tidak berani membantahnya. Meskipun mereka
merasa kecewa, tetapi mereka mematuhinya.
Pangeran Benawa dan Raden Sutawijaya sendiri sebenarnya
juga ingin keluar bahkan dari dinding yang memagari halaman
barak utama itu. Tetapi ia tidak ingin memberi contoh buruk
dengan melawan perintah gurunya. Karena itu, maka
keduanya, bersama Paksi, tetap saja berada di bangunan
utama perkemahan sementara itu.
Dalam pada itu, pertempuran semakin lama menjadi semakin
sengit. Ki Rangga Suratapa langsung memimpin pasukannya
mempertahankan perkemahan itu.
Ternyata kelompok-kelompok orang yang menyerang
perkemahan sementara itu jumlahnya cukup besar. Jika saja
jumlah prajurit yang berada di hutan Jabung itu tidak
ditambah, maka para prajurit itu dengan cepat akam
mengalami kesulitan. Dalam pada itu, beberapa orang berilmu tinggi yang datang
menyerang perkemahan itu, mampu menyusup disela-sela
pertempuran menuju ke bangunan utama. Lapisan-lapisan
pertahanan yang ada dapat mereka lewati. Beberapa orang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pengawal mereka sempat mendesak para prajurit untuk
membuka jalan para pemimpin mereka menuju ke bangunan
induk. Keberhasilan para pemimpin kelompok-kelompok serta
perguruan-perguruan yang menyerang perkemahan itu
menyusup pertahanan telah dilaporkan kepada Ki Rangga
Suratapa yang dengan cepat bergerak ke bangunan induk.
Iapun segera memerintahkan Ki Lurah Yudatama untuk
mempersiapkan pasukan khusus yang dipimpinnya.
"Mereka akan memasuki barak utama ini" desis Ki Rangga.
"Kami sudah siap, Ki Rangga"
"Awasi Pangeran Benawa dan Raden Sutawijaya, agar mereka
tidak bergerak jauh dari beberapa orang prajurit yang sudah
ditunjuk" Ki Lurah Yudatama mengangguk. Katanya "Masing-masing
akan selalu dikawal oleh tiga orang prajurit dari Pasukan
Khusus" Ki Ranggapun kemudian berkata "Aku ada diluar dinding
bangunan utama ini" "Sebagian dari Pasukan khusus dapat membantu Ki Rangga"
Ki Rangga mengangguk. Katanya "Terima-kasih"
Ki Lurahpun kemudian telah memerintahkan beberapa orang
prajuritnya untuk berada didepan regol bangunan utama
perkemahan itu bersama Ki Rangga Suratapa dengan
beberapa pengawalnya. Sementara pertempuranpun terjadi d mana mana. Ternyata
bahwa orang-orang yang tergabung dalam kelompokkelompok dan perguruan-perguruan yang menyerang
perkemahan itu, benar-benar harus bertempur dengan
mengerahkan segenap kemampuan mereka. Kerja yang
mereka hadapi adalah kerja yang sangat keras dengan
mempertaruhkan nyawa mereka. Jauh dari dugaan
sebelumnya, maka para blandong kayu tidak akan mampu
berbuat banyak. Mereka yang datang menyerang itu akan
membabat habis mereka seperu menebas batang ilalang saja.
Pedang Naga Kemala 1 Medali Wasiat Hiap Khek Heng Karya Yin Yong Pendekar Bayangan Setan 7
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama