Ceritasilat Novel Online

Pengelana Rimba Persilatan 1

Pengelana Rimba Persilatan Karya Huang Yi Bagian 1


Judul asli : JIANG HU LIE REN
~Pengelana Rimba Persilatan~
Karya : Huang Yi Saduran : Liang YZ Editor : Adhi H Penerbit : Tunas Mandiri Jaya Cetakan Kel: Desember 2007 ISBN/KDT :
978-979-1489-14-0 Composed by: cersilanda.com
sumbangan: Dewi KZ Nama orang, nama tempat dan istilah-istilah lain yang dipakai,
semuanya menggunakan bahasa: PING YIN
Jilid ke Satu Bab 1 Fu Ke-wei berdiri diatas bukit, mengangkat kepalanya dan
menghirup nafas panjang, setelah menutup sepasang matanya,
seluruh tubuhnya seperti membeku, tapi setiap otot di tubuhnya
mengendur seperti kehilangan tenaga.
Lama... dia baru kembali mulai bernafas, tingkahnya tadi seperti
orang mati, hanya bedanya dengan orang mati, dia masih bernafas.
Di ufuk timur sudah tampak sinar fajar, sekarang keadaan di
sekeliling sudah mulai terlihat.
Sekeliling pegunungan itu penuh dengan rimba yang
berwarna hijau, rumput liar hijau segar, bunga-bunga liar
terdapat dimana-mana. Dia menghirup hawa segar musim semi, Cuaca bagus di hari
Cing-ming (Ceng-beng) yang sulit didapat, berbeda sekali dengan
Cing-ming tahun lalu yang hujan mengesalkan orang.
Disini adalah tempat bagus untuk tidur panjang, di belakang ada
perbukitan Yin-yang, di depan tidak sampai sembilan li, ada sungai besar berkilau perak, menghadap air membelakangi gunung,
gunungnya terang airnya jernih.
Sebelum matahari fajar muncul, dia sudah selesai berlatih silat
yang setiap hari harus dilatihnya.'...
Dia memungut pedang yang ditaruh di lapangan rumput,
membereskan baju, wajah yang muda, mulai kembali kewajah yang
normal, wajah yang tampak merah berdaging sehat.
Setelah berkelana didunia persilatan selama lima tahun,
perjalanan ini tidak meninggalkan kerutan di wajahnya, dia tetap
muda, sehat, energik. Lima tahun, didalam ingatannya cukup panjang sekali, harihari
yang dilewatinya penuh dengan sabetan pedang dan golok,
pengalaman keluar masuk pintu hidup atau mati, sekarang dia malas
memikirkannya. Pada usia delapan belas tahun dia sudah keluar gunung, dia semakin matang, matangnya membuat membuat dia mengerti pahit getirnya
kehidupan, kematangan yang membuat dia sadar akan lahir, tua, sakit, mati, lingkaran hidup yang tidak bisa diramalkan.
Setiap tahun pada hari Cing-ming, dia selalu datang kesini,
membersihkan dan bersembahyang pada makam ayah dan ibunya yang
telah meninggal selama delapan tahun, juga gurunya yang sambil duduk semedi meninggalkan hidupnya, gurunya yang telah mendidik dia hingga tumbuh dewasa. Maka walau dirinya berada puluhan ribu li ditempat liar sana, dia harus sampai ditempat ini pada hari Cing-ming ini, delapan tahun terasa seperti satu hari, dia tidak pernah absen.
Rumah dia berada di depan di bawah lereng gunung, nama
tempatnya adalah kampung Liu Jiang, dia tinggal dengan empat-lima
puluh kepala keluarga, separuh lebih adalah petani yang rajin.
Sekarang dia tinggal sendirian, beberapa gunung kecil di atasnya
ditanami dengan pohon sejenis cemara, usia pohonnya sudah puluhan
tahun, sama sekali tidak perlu diurus oleh dia. Makanya, dia kerasan di dunia persilatan, tidak ada yang dia khawatirkan.
Setelah sembahyang pada ayah ibu dan gurunya, pikiran dia seperti
asap, melayang-layang diatas udara. Dia berpikir: 'manusia begitu kecil dan tidak menentu! Hidup, cuma beberapa puluh tahun, mati, menjadi setumpukan tanah kuning. Tidak perduli orang suci atau bukan, hidup adalah sama, mati pun juga sama, siapa pun tidak bisa lari dari putaran kehidupan.
Matahari sudah naik diatas gunung sebelah timur, angin gunung
bertiup dingin. Dia^membereskan alat-alat sembahyang,
dimasukan ke dalam keranjang jinjing, lalu keluar dari mulut
pekuburan, sebelum pergi dia menatap lagi pada pekuburan yang
sepi. Dia tahu, dia sudah harus pergi, pergi kejalan yang dia pilih, pergi ke alam yang sulit ditebak. Cing-ming tahun depan, apakah dia bisa kembali kepekuburan ini untuk membersihkan dan membetulkan kuburannya"
Hanya bisa mengandalkan dugaan saja. Mungkin, tulang mayat dia
sendiri sudah tidak tahu dikubur ditanah kuning mana, dan dimakan oleh belatung.
Akhirnya dia pergi dengan langkah yang mantap,
menandakan tekad dia yang akan maju kedepan.
Sampai di bawah bukit, kampung Liu-jiang sudah terlihat.
Dari deretan rumah yang tidak teratur, dia sudah dapat melihat
dengan jelas bangunan rumah berderet tiga, didepannya ada
pekarangan besar, itulah rumahnya.
Berjarak tiga-empat li, tiba-tiba dia melihat dari bayangan hutan, di depan benteng pekarangannya ada satu bayangan asing
berkelebat menghilang. Dia berdiri, berhenti berjalan.
Pelan-pelan dia menaruh keranjang jinjing nya, berdiri
konsentrasi, wajahnya telah berubah, berubah jadi dingin, aneh,
sepasang matanya bersinar, seluruh tubuhnya penuh dengan
hawa yang menakutkan. Dia mengambil pedangnya dan diselipkan dipinggang,
mengangkat kain mantel panjang disisipkan kepinggangnya,
menggulung lengan baju, memeriksa pelindung lengan sebelah kiri
dan kanan. Diluar pelindung tangannya masingmasing ada tiga bilah
pisau yang bentuknya tidak aneh tapi bersinar dan melengkung
seperti bulan sabit, nama pisaunya adalah Xiu-luo, buatan India.
Karena senjatanya, dia di dunia persilatan dijuluki: Xie-jianxiu-luo (Pedang Sesat Pisau Melengkung).
Nama Xie-jian-xiu-luo, didunia persilatan diakui sebagai orang
yang paling berani, paling sulit ditebak, paling sulit dihadapi, pesilat muda misterius, tidak perduli pesilat mana baik dari golongan putih atau golongan hitam, semua segan terhadapnya, selain itu
perbuatannya tidak pernah bohong dan tidak pernah menyesal.
Walau Xie-jian-xiu-luo menggemparkan dunia persilatan, tapi
orang yang tahu nama asli dan wajah aslinya, sangatlah sedikit
sekali. Setelah pagi lewat, didalam kampung hanya tinggal
beberapa orang saja. Semua orang-orang kampung sudah pergi ke gunung
membetulkan kuburan atau bersembahyang pada nenek
moyang. Kemudian dia muncul dibawah pohon besar di mulut kampung, di
depan satu jembatan kecil dari kayu yang melintang diatas sungai,
dia berdiri cliatas jembatan, melihat pekarangan rumah dia yang
berjarak setengah li. Dia tidak melihat lagi kearah kampung, mulutnya menyungging
tawa dingin, tiba-tiba dengan langkah besar dia melewati jembatan
kecil, dia berjalan pergi meninggalkan tempat itu. Wajahnya sekali pun tidak menengok
Tidak lama kemudian, ada delapan orang, tua, muda, lakilaki,
wanita menelusuri jalan kecil mengejarnya.
Yang paling depan adalah seorang tua berusia lima puluhan, dengan
wajah berbentuk segi tiga, bermulut besar, berkumis tipis carang,
matanya seperti elang bersinar dingin. Dipinggang-nya terselip sebilah pedang antik panjang, dan menggantung segulung tali dengan kail tiga mata y, ing bersinar.
Delapan orang itu, setiap orangnya juga membawa segulung
tali aneh ini, tali yang tidak bisa putus di potong golok.
"Dia harus mati!"
Orang tua setengah baya itu sambil berlari sambil memaki:
"Tidak disangka, setelah sembahyang pada nenek moyangnya,
dia tidak kembali kerumahnya, m.ilah langsung pergi, sia-sia kita
menunggu dia setengah harian, hingga kehilangan kesempatan baik
membunuhnya!" "Orang tua Lu!" kata seorang setengah baya kurus dibelakangnya,
"apa mungkin dia telah melihat kita, makanya dia melarikan diri?"
"Tidak mungkin." Kata orang tua Lu dengan pasti, "di saat begini, tidak seorang pun akan menduga ada orang bersembunyi di dalam
rumah menunggu dia masuk."
"Mungkin sudah tidak bisa dikejar lagi."
"Omong kosong! Dia cuma berjalan dengan langkah biasa,
memangnya bisa jalan seberapa jauh" Jika kita mengejar, paling
sedikit lebih cepat dari dia lima kalinya."
"Tuan Lu, bisa mengejar dia juga sudah tidak ada
kesempatan untuk mengatur jebakan lagi."
"Asal kita sudah melihat dia, maka kita coba melewati dia dari samping dan di depannnya kita cari tempat mengatur jebakan, itulah sebabnya aku menyuruh marga Li bersaudara mendahului dia."
"Pak Lu, aku selalu merasa ini tidak baik, terlalu
berbahaya." "Kau jangan banyak omong kosong, tidak bagus" Jika takut, kau tidak usah ikut." Kata tuan Lu dengan tidak senang.
Jalan kecil ini melewati perbukitan yang berliku-liku ke arah
selatan, menuju ke kota An qing, disepanjang jalan jarang ada
perkampungan, tidak ada manusia, burung dan binatang liar
berkeliaran dimana-mana, tidak usah takut bertemu dengan orang.
Setelah beberapa saat mengejar, jalan kecil itu membelok, hutan
sudah habis, didepan tampak lapangan rumput, jalan kecil itu
melewati bukit barat, di sebelah barat jalan kecil ada satu parit
yangjernih. "Aduh!" Tuan Lu yang didepan tiba-tiba berteriak terkejut dan
mendadak menghentikan langkahnya.
Tujuh orang lainnya yang dibelakang tidak keburu
mengerem, hampir saja bertabrakan.
Di bawah pohon kecil disebelah kanan jalan, terbaring dua orang
setengah baya berbaju ringkas.
Posisi pedang dan kantung serba gunanya masih tetap
ditempatnya, bisa dipastikan mereka tidak pernah mengalami
pertarungan. Wajahnya putih pucat seperti kertas, bibirnya
membiru, sepasang matanya melotot besar, titik mata
hitamnya sudah buyar. Siapa pun bisa melihatnya, dua orang ini sudah mati.
Matinya belum lama, karena mayatnya masih hangat.
"Marga Li bersaudara sudah mati!" kata tuan Lu sambil
menarik nafas dingin. Di depannya tiba-tiba terdengar ada orang yang bernyanyi.
Mendengar nyanyian itu tuan Lu berteriak dengan marah dan
sedih! Nyanyian itu terdengar keluar, sampai di lapangan datar.
Di tengah-tengah lapang, seperti setan bayangan Fu Ke-wei
tiba-tiba muncul. Nyanyian sudah berhenti, orangnya berdiri disana tidak bergerak juga tidak bicara, hawa pembunuhan yang dingin memenuhi sekitar tempat
itu, delapan orang yang berada jauh seratus langkah lebih, tetap
merasakan tekanan hawa dingin yang tidak terhingga.
Segera tuan Lu mengibaskan tangannya, sambil menggigit gigi
berjalan mendekat. Tujuh orang lainnya membagi diri kekiri dan kekanan, pelan-pelan
mengurung, sambil pelan-pelan mendekat, sambil melepaskan
gulungan tali dengan tiga mata kail itu.
Fu Ke-wei berdiri seperti gunung, dengan sorot mata bersinar
menyambut delapan orang yang datang mengurung.
Delapan orang itu mempercepat langkahnya, dan dua sayapnya
semakin melebar, akhirnya berhasil mengurung dari empat penjuru,
delapan orang itu membentuk kurungan bulat.
Delapan buah tali dengan tiga mata kailnya mulai diputar, sambil
diputar talinya pelan-pelan diulur semakin panjang.
Tapi Fu Ke-wei tetap berdiri tegak, seperti patung batu. Suara putaran tali semakin lama semakin keras, delapan set mata kailnya semakin
diputar semakin kencang bergerak.
Asalkan ada perintah, maka delapan set kail besi itu akan
menyatu dari delapan arah, walau kail besi tidak mengenai sasaran, dalam keadaan tertali oleh delapan tali aneh, pasti akan dapat
mengikatnya, dan menarik jatuh. Sulit dapat menghindarnya.
"Anjing kecil, apa kau sudah tahu kami akan datang?" tanya tuan Lu menggigit gigi.
"Bukankah kalian sudah datang?" katanya dengan tertawa tawar.
"Pasti ada orang yang memberitahukan sebelumnya."
"Jika ada, pasti orang-orang kalian."
"Benar saja ada mata-mata di antara orang-orang kita." Kata tuan Lu kesal, "tapi kau tetap telah jatuh di tanganku."
"Kau kira aku tidak sanggup membunuh kalian, bisa sebodoh ini berdiam disini menunggu kalian datang mengepung?" Wajah Fu Ke-wei semakin dingin, "sebelum Sepasang Pedang Li mati, mereka telah mengatakan, dipekarangan depan rumahku kalian telah menyiapkan
jebakan tali, makanya aku membawa kalian ketempat yang lapang,
supaya kalian bisa melakukannya dengan sepenuh kekuatan, supaya
mati pun kalian bisa menutup mata. Bukankah kau telah menghabiskan waktu tiga tahun, dan menghabiskan banyak uang untuk memesan tali
khusus Penangkap Naga, kalau tidak ada gunanya, disamping itu
bagaimana kalian akan puas setelah mati" Sekarang ayo lakukanlah! Aku sudah menunggu kalian!"
Di dalam hatinya, tuan Lu menjadi gentar, jika lawan tidak ada
keyakinan, mana mungkin sebodoh itu menunggu musuh datang
mengepungnya" Dia jadi ragu-ragu bertindak, yang lebih penting
lagi dia sudah kehilangan kesempatan mengendalikan keadaan,
hatinya sudah tidak mantap, begitu kehilangan kepercayaan
membuat dia ragu-ragu bertindak.
"Ada satu hal yang harus kuberitahu." Pemuda itu melanjutkan,
"seumur hidupku, perbuatanku terang-terangan, aku sangat benci terhadap perbuatan yang sembunyisembunyi, aku sudah berkelana
lima tahun didunia persilatan, teman-teman dunia persilatan bisa
menjadi saksi. Sepasang Pedang Li dibunuh olehku secara
terang-terangan, aku membiarkan mereka diam-diam menyerang dari
belakang, lalu secara berhadapan dengan kedua tangan kubunuh
mereka. Kalian dirumahku menyiapkan jebakan diam-diam ingin
menyerangku, maka aku punya alasan yang cukup membalas
perbuatan kalian, sayang aku tidak ada gairah melakukan serangan
secara diam-diam, jika tidak, dijalan ini mayat kalian akan nampak berturut-turut, tidak mungkin ada kesempatan untuk kalian
menggunakan strategi tali nyamuk ini."
"Disini kami juga harus menelentangkan mayatmu." Kata tuan Lu dengan geram.
"Aku bukan seorang kejam yang senang membunuh orang, aku
tetap ingin memberimu satu kesempatan." Kata Pemuda itu dengan damai, "kau sebagai ketua Benteng Tian-long (Naga langit) dengan julukan Pedang Naga Langit (Tian-longjian), Lu-zhao seorang tetua
dan terhormat, termasuk nomor tiga dari tiga pimpinan aliran hitam, dan juga punya potensi menjadi nomor dua, tapi kau telah melakukan perbuatan jahat yang tidak terhitung banyaknya, tanganmu penuh
dengan darah," manusia dan langitpun ingin menghukum-nya. Tapi, aku dengan kau tidak ada permusuhan dan dendam, juga tidak
perbah menyaksikan perbuatan jahatmu, kita tidak saling
mengganggu. Tapi, tidak seharusnya saat aku lewat, kau telah
mengutus orang diam-diam ingin membunuhku, setelah gagal lalu
melakukan pengeroyokan, belum puas kalau belum menghabisi aku,
aku terpaksa membunuh dua saudara tirimu, dan dengan senjataku
membunuh empat pengawal bentengmu, dalam pertarungan yang
adil aku juga telah membunuh adik iparmu.
Selama tiga tahun kau terus mencoba membalas dendam,
mengumpulkan teman-temanmu, mengutus orang kemanamana
menyelidik keberadaanku, setiap saat merencanakan diam-diam
membunuhku. Tapi aku selalu merasa permusuhan ini lebih baik
didamaikan dari pada dijalin terus, hari ini, kau mengejar sampai
kerumahku, menurut aturan tidak seharusnya aku melepaskan kalian,
tapi aku tetap ingin memberi satu kesempatan lagi padamu, bawalah
temantemanmu pergi dari sini! Orang yang mati sudah cukup banyak,
kalian berdelapan ingin membunuh ku, terus terang saja, itu sama
sekali tidak mungkin."
"Aku telah menghabiskan waktu tiga tahun, baru dapat
menyelidiki jejak dan kebiasaanmu, hari ini kalau bukan kau maka
aku " "Buat apa" Tuan telah kalah setengah, apakah kau masih tidak
bisa melihat, keadaannya tidak menguntungkan buatmu?"
"Delapan banding "
"Tuan, kujamin sekali menggerakan pisau Xiu-luo, dalam sekejap aku bisa membunuh setengah dari kalian. Jika kalian menganggap
dengan menggunakan beberapa tali aneh bisa membunuhku, aku
Xie-jian-xiu-luo bagaimana bisa hidup sampai sekarang" Pergilah,
selagi masih sempat."
"Jika hari ini aku tidak membunuhmu, aku "
"Baiklah, hidup dan mati tergantung nasib, siapa yang kuat dialah yang hidup." Wajahnya kembali menjadi dingin menyeramkan, "silahkan mulai! Orang yang sial sulit bisa lolos, harap hati-hati terhadap pisau Xiu-luo ini, menghadapi pengeroyokan aku tidak akan menaruh hati
kasihan." Dia menyilangkan sepasang tangannya, kakinya pelanpelan bergerak
memasang kuda-kuda, matanya tambah bersinar, hawa pembunuhan
mulai memancar, sepertinya seluruh orang disana ditutupi oleh hawa pembunuhan, setiap tempat yang disorot matanya, terasa membawa
hawa pembunuhan yang sangat kuat.
Tidak ada orang yang dapat melihat pisau Xiu-luo nya, tampak
sepasang tangannya kosong tidak terdapat apa apa. Delapan set kail besi semakin diputar semakin kencang, delapan orang laki-laki dan
perempuan mulai merubah posisi.
"Inilah kesempatan terakhir kalian." Katanya dengan suara dalam,
"aku tidak berharap akan jadi orang yang mengubur mayat kalian."
Satu teriakan dengan suara dalam terdengar, kedua belah pihak
sudah bersama-sama menyerang.
Delapan set kail besi bermata tiga terbang bersama-sama dari


Pengelana Rimba Persilatan Karya Huang Yi di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

delapan arah, membentuk jaring berkumpul kearah tengah,
suaranya memecah udara membuat orang mendengarnya
kepalanya jadi mati rasa, suatu kerja sama yang tidak ada celahnya.
Andai kata yang diserang adalah seekor macan ganas, juga akan
terikat, ditarik dan digulingkan.
Jika seekor naga terbang, juga tidak akan bisa lolos dari jaring
langit ini. Tapi dia bukanlah macan ganas atau naga terbang, tapi dia adalah
pesilat tinggi dunia persilatan yang menakutkan.
Bersamaan dengan delapan kail besi itu menyerang, bayangan
Fu Ke-wei seperti kilat terbang keutara, saking cepatnya sampai
mata orang menjadi kabur, tampak seperti bayangan samar-samar.
Dan dua sinar kilat yang kecil yang sulit dipandang oleh mata
telanjang, dari kiri dan kanan menuju kedepan sekali berkelebat
langsung menghilang. Kail besi masih belum berkumpul ditengah, bayangan hijau sudah
menembus kepungan, saking cepatnya sulit dipercaya.
"Mmm " suara terbekam terdengar lebih dulu.
Delapan tali aneh itu berkumpul dan berbelit ditengah.
Suara teriakan terkejut terdengar sekali lalu menghilang,
bayangan orang mendadak berhenti.
"Buuk! Buuk!" Tampak dua orang melepaskan dua talinya, berteriak jatuh
dilapangan rumput meregang nyawa.
Wanita berbaju hitam yang berusia empat puluh tahuNanyang berada
diutara, dibelit oleh talinya sendiri sampai lima enam gulungan, sepasang tangannya pun tergulung erat, sedang kailnya ditangkap oleh Fu Ke-wei, tenggorokannya diinjak oleh kaki, sepasang matanya menunjukan rasa ketakutan sekali, wanita itu seperti kehilangan roh, mata yang tadinya terang melotot besar, kini sudah tidak tampak lagi.
Asal Fu Ke-wei menambahkan sedikit tenaganya, pasti
tenggorokan wanita itu akan terinjak patah.
"Aku sedang berpikir, bagaimana cara menghukum kalian yang ingin membunuhku." Dia menatap pada Tian-long-jian, Lu-zhao yang
wajahnya jadi pucat pasi, tidak tahu harus berbuat apa, "mengasihi musuh, berarti kejam terhadap diri sendiri, aku Xie-jian-xiu-luo bukan orang yang biasa mengampuni."
Julukan dia adalah Xie-jian-xiu-luo, kata Xiu-luo bukanlah hanya
tertuju pada pisau Xiu-luo nya saja, tapi benar-benar ditunjukkan
karena kepandaiannya dan cara memperlakukan musuhnya.
Xiu-luo, nama lengkap sebenarnya adalah A Xiu-luo, adalah nama
dewa dari kitab suci Budha, salah satu dari delapan naga langit yang sangat sakti dan sering menantang dewa langit Yi, sampai raja langit pun tidak dapat berbuat apa-apa pada dia.
Seseorang jika disebut Xie-jian-xiu-luo, bagaimana bisa
menjadi seorang pengikut Budha yang maha pengasih"
Diwajahnya tergambar kekejaman, jika sebelumnya dia tidak tahu
siasat jahatnya Tian-long-jian Lu-zhao, atau ilmu silatnya lemah dan tenaga dalamnya kurang, sekali kena dibelit oleh sebuah tali saja, akibatnya tidak perlu ditanyakan lagi.
Ada salah seorang lawannya melemparkan talinya dan melarikan
diri, pertama-tama hanya seorang, lalu dua orang, tiga orang
berturut-turut melemparkan talinya kemudian melarikan diri, cepat
seperti ikan terlepas dari jaring. Orang-orang ini bisa membaca
situasi, melihat bahaya lalu lari menyelamatkan diri.
Akhirnya hanya tinggal Tian-long-jian Lu-zhao, dan seorang pria
brewokan berusia setengah abad.
"Ampuni aku!" teriak wanita berbaju hitam yang ada
dibawah kakinya ketakutan.
Fu Ke-wei menarik kakinya, dengan dingin menatap wanita yang
ketakutan dibawah kakinya.
"Aku aku akan mengundurkan diri dari dunia dunia persilatan"
kata wanita itu dengan gugup, dibawah tatapan dinginnya dia
ketakutan sekali. Fu Ke-wei melemparkan tali dan kail ditangannya, mengibaskan
tangan memberi tanda pada wanita itu supaya cepat pergi.
Barulah wanita berbaju hitam itu berani menggulingkan
tubuhnya, melepaskan tali yang menjerat tubuhnya, dengan rambut
dan baju acak-acakan dia bangkit berdiri, belum sampai bajunya
dibereskan, dia langsung berlari ketakutan.
Hati Tian-long-jian Lu-zhao seperti tenggelam, sambil menggigit
gigi, dia membuang tali anehnya, selangkah demi selangkah
mendekati Fu Ke-wei. "Jika berani, jangan menggunakan pisau terbangmu, mari bertarung menggunakan pedang denganku." Tian-long-jian Lu-zhao dengan keras berteriak, "benteng Tian-long sudah runtuh oleh perbuatanmu, namanya sudah rusak di dunia persilatan, aku benci padamu dan bersumpah jika ada kau tiada aku, diantara kau dan aku, hanya boleh satu orang yang hidup didunia, sekarang kau berani tidak bertarung dengan adil?"
Pisau Xiu-luo Fu Ke-wei jika digunakan malam hari juga tetap
akurat, sungguh pisaunya lebih mengerikan dari undangan raja
neraka, apa lagi jika digunakan siang hari. Makanya Tian-long-jian Lu-zhao tidak ingin musuhnya menggunakan pisau Xiu-luo.
"Aku juga punya perasaan yang sama." Kata Fu Ke-wei dengan tenang, "jika kau tidak mati hari ini, dikemudian hari tentu akan menggunakan siasat yang lebih hina lagi menyerangku, lebih baik
urusan kita diselesaikan pagi ini."
"Jadi Kau setuju tidak menggunakan pisau terbangmu?"
"Tentu, aku tidak akan gunakan pisau terbang, sekali aku berkata pasti dilaksanakan."
"Srreeng!" Lu-zhao mencabut pedangnya.
Laki-laki brewokan cepat melangkah maju, menahan
tangannya Tian-long-jian Lu-zhao.
"Kakak Lu!" kata laki-laki brewokan dengan tulus, "empat tahun lalu ketika Empat Binatang Pintar bertarung melawan Rasi Tujuh Bintang di bukit Guan-re. Pedang Dewa Xi Gangsheng yang menjadi jago pedang di urutan pertama dari sepuluh jago pedang terbesar di dunia, tampil keluar mencoba mendamaikan, tapi dia hampir saja mengantarkan nyawanya, tubuhnya
terkena tiga luka pedang, nyawanya tinggal sekejap lagi, tapi tiba-tiba bocah ini muncul, bukan saja dia telah menolong Xi Gang-sheng dari bahaya kematian, juga dalam sekejap dia telah menghancurkan barisan Rasi Tujuh Bintang, dan hanya dalam tiga jurus dia menundukan Empat Binatang Pintar, akhirnya pertarungan besar itu berhenti tanpa ada yang cidera. Kakak Lu, bertarung dengan dia tidak akan ada harapan, lebih baik kita pergi saja!
Orang orang yang terluka ini, harus cepat diobati!"
"Tidak!" teriak Tian-long-jian Lu-zhao seperti sudah gila, "aku ingin bertarung dengannya, dia atau aku yang mati, Saaa. ..V
Dalam teriakannya, tiba-tiba Tian-long-jian Lu-zhao maju
menerjang, pedangnya diayun seperti geledek, saat lawan tidak
bersiap dengan sekuat tenaga dia menyerang.
"Traang!" Satu suara keras terdengar, tampak satu sinar kilatan
memancar, Fu Ke-wei dengan kecepatan yang sulit dibayangkan
mencabut pedangnya, dengan tenang menangkis.
Kemudian dengan cara aneh Fu Ke-wei berkelebat dari samping,
ujung pedangnya tahu-tahu sudah menempel dibawah pipi kanan
Tian-long-jian Lu-zhao, asal didorong sedikit saja, ujung pedang yang tajam akan masuk kedalam tenggorokan.
"Apakah ini yang disebut pertarungan adil?" kata Fu Ke-wei dengan suara dingin, "kau juga seorang pesilat tinggi yang ternama, apakah bisanya hanya belajar menyerang secara mendadak" Aku jadi
berpikir, julukan Tian-long-jian mu mungkin didapat olehmu dengan
cara ini." "Aku su sudah mencabut pedang, kau...kau tidak mencabut
pedang itu bu...bukan salahku "
"Tidak tahu malu" maki Fu Ke-wei keras, "lepaskan
pedangnya!" "Sebelum mati, pedangku tidak boleh terlepas." Kata Tianlong-jian Lu-zhao dengan membandel.
Satu sinar kilat berkelebat dan "Paak..!" pedang Fu Ke-wei sudah diketokan pada pergelangan tangan kanan Tian-longjian Lu-zhao,
tenaga yan g dikeluarkan sangat pas sekali.
Tian-long-jian Lu-zhao tidak bisa lagi menggenggam
pedangnya "Trang...!" pedang panjangnya terlepas dari
tangannya, jatuh ketan ah.
Ujung pedang Fu Ke-wei kembali menempel di bawah pipi kanan
Tian-long-jian Lu-zhao. "Aku punja cukup alasan membunuhmu." Kata Fu Ke-wei
dengan dingin, "menghadapi penjahat dunia persilatan yang
menggunakan segala cara seperti mu, membunuh dengan cara ini
terlalu menguntungkanmu."
"Kau " "Memusnahkan kepandaianmu jauh lebih bagus, membunuh kau
hanya akan mengotori pedangku, biar orang lain saja yang menagih
hutang padamu " Perkataannya belum habis, dia melemparkan pedangnya, lalu
iga kanan Tian-long-jian Lu-zhao telah terkena satu pukulan berat.
Tidak menunggu tubuh Tian-long-jian Lu-zhao stabil, telapak dan
tinju seperti hujan badai menerpa, sebuah pukulan terakhir menimpa di tulang belakang. Tian-long-jian Lu-zhao berteriak sekali, lalu jatuh ke tanah menjerit kesakitan!
Laki-laki brewokan tidak dapat dan tidak berani melibatkan dirinya, dia melonggo menyaksikan Lu-zhao mendapat hajaran lawannya.
Pedang Fu Ke-wei yang dilemparkan, jatuh di bawah kaki pria
brewokan itu, badan pedang berkilauan terkena sinar matahari,
tapi terasa dingin sekali.
Laki-laki brewokan justru tidak berani mengambil pedang dan
menusuk Fu Ke-wei, walau punggungnya menantang dihadapan
laki-laki brewokan itu. Fu Kei Wei berdiri tegak, melirik sekali pada Tian-long-jian
Lu-zhao yang kesakitan, perlahan membalikan tubuh berjalan
menuju pria brewokan. . "Aku tidak akan tertipu olehmu." Kata laki-laki brewokan,
"kepandaianku mengambil pedang atau mencabut pedang, pasti
tidak akan secepat pisau Xiu-luo mu."
Fu Ke-wei tertawa tawar, lalu berjalan menuju dua orang yang
roboh terkena pisau Xiu-luo, mengambil kembali pisau terbangnya,
lalu melangkah pergi meninggalkan tempat itu.
Setelah kembali kerumah yang berada dibawah bukit Yinyang,
Fu Ke-wei merasa malas, tidak tahu kenapa rasa kesepian
menyelimuti hatinya, rumah yang begitu besar, hanya ada dia
seorang diri. Hari ketiga, dia membawa buntalannya, meninggalkan
rumahnya yang penuh debu, kembali terjun ke dunia persilatan.
Di kota Fu Ke-wei menginap tiga hari, dia mendapat kabar bahwa
Tian-long-jian Lu-zhao berobat dipenginapan kota, lalu pergi naik
perahu, yang ikut bersama dia hanya pria brewokan itu saja.
Di dunia persilatan balas membalas adalah hal yang biasa,
sehingga, terhadap masalah ini Fu
Ke-wei tidak terlalu disimpan dihati, masalah yang sudah lewat,
biarlah berlalu! Orang yang mengikuti Tian-long-jian Lu-zhao naik perahu,
sebenarnya bukan hanya seorang laki-laki brewokan, perahu itu
disewa mendadak, tapi setelah berlayar dua jam, perahu itu
membelok di satu belokan sungai, dan bergabung dengan satu perahu
kecil yang misterius, diatas perahu ada empat orang laki-laki dan
perempuan, setelah menyambut Tian-longjian Lu-zhao yang terluka
dan pria brewokan, perahu kecil yang misterius itu segera berlayar lagi.
Hari ketiga saat siang hari, perahu itu sudah ditambatkan didekat
kota air di tenggara pelabuhan Da-gu-dang.
Ini adalah pelabuhan ikan yang ternama di mulut danau Jun-yang,
tempat ini bukan saja ada pasar tempat lelangnya ikan dan barang
barang, juga adalah pelabuhannya hasil bumi, sangat sedikit
pelancong disana, yang keluar masuk kebanyakan adalah pedagang
dan orang-orang kasar yang mencari makan diatas perairan.
Perahu berlabuh dibawah sebuah gunung kecil di selatan, di
daerah ini sangat jarang ada orang, tampak empat pria besar
menggotong satu kursi besar, diatas kursi duduk Tianlong-jian
Lu-zhao yang tidak bisa meluruskan pinggangnya.
Laki-laki brewokan itu maju sendirian di depan membawa jalan,
menelusuri jalan kecil menuju satu perumahan besar yang ada
bangunan terbuka di tengah pekarangannya.
Perumahan besar itu sepi, tidak terlihat ada orang.
Tapi hari ini ada tamu yang datang dari jauh, setelah lama mengetuk pintu, gerbang besar itu baru dibuka sambil mengeluarkan bunyi,
seorang tua yang tampak lesu sebagai penjaga pintu berdiri ditengah pintu, dengan lemah menyipitkan mata:
"Siapa" Apa ada kepentingan?" Laki-laki brewokan tertawa tawar, tangan kirinya diangkat kedepan dada, telapaknya dibalikan keluar, menjentikan dua kali telunjuk dan jari tengah, setelah itu menurunkan tangan:
"Kami sudah lelah berjalan, dan ingin beristirahat dirumah anda, sambil minta semangkuk air minum, tidak tahu apakah di ijinkan?"
Orang tua penjaga pintu itu tetap berdiri ditengah pintu, tetap
dengan wajah lesu yang hidup tidak mati pun tidak, berkata:
"Tidak apa-apa kalau mau istirahat disini, jika ingin air! Ambil sendiri, dipekarangan ada sumur air, mengenai makanan, kalian
sendiri yang siapkan."
"Apakah bapak Guan ada dirumah?" "Ada atau tidak, tidak lama lagi akan tahu Laki-laki brewokan itu mengeluarkan kartu nama dan
memberikannya: "Tolong laporkan, orang yang tertera di kartu ini sengaja
datang berkunjung." Nama diatas kartu itu adalah ketua benteng Tian-long, Luzhao.
Orang tua penjaga pintu tertegun, mengangkat alis tuanya, melirik
sekali pada Tian-long-jian Lu-zhao yang duduk tidak jauh diatas kursi, matanya menyorotkan tanda tanya, setelah menyuruh menunggu, dia
cepat-cepat masuk kedalam.
Semua orang persilatan tentu pernah mendengar nama ketua
benteng Tian-long, Tian-long-jian Lu-zhao, kedudukannya di dunia
persilatan sangat tinggi, hari ini dia duduk diatas kursi, berjalan sambil digotong orang, sungguh membuat orang menjadi heran, tidak aneh
mata si tua itu mengandung pertanyaan.
Tidak lama, pihak tuan rumah datang bertemu dengan
tamunya diruang besar. Tuan rumahnya adalah seorang tua setengah baya berbaju hijau
berusia lima puluh tahun lebih, dengan wajah yahg jujur, pertama-tama dia berbasa-basi dulu, tuan rumah tidak memberitahukan namanya,
hanya pria brewokan yang memperkenalkan Tian-long-jian Lu-zhao pada tuan rumah, lalu bersama tuan rumah masuk keruangan dalam, beberapa saat kemudian baru meraka kembali keruangan tamu.
Setelah tuan rumah duduk kembali, dia batuk dua kali, pada
Tian-long-jian Lu-zhao sambil tertawa berkata:
"Ketua benteng Lu, saudara Gan sudah menceritakan dengan
singkat masalah ketua benteng padaku, aku dengan saudara Gan
dulu pernah ada urusan dagang, jadi bisa dikatakan ada hubungan
dekat, jika dia mengenalkan anda datang kesini, aku terpaksa akan
berusaha sebisanya membantu ketua benteng.
Ketua benteng mencari Xie-jian-xiu-luo selama tiga tahun, hal ini
sudah bukan satu rahasia lagi, aku sudah lama mendengarnya, tidak
diduga akibatnya bisa begini hebat, sangat disesalkan sekali..., aku tidak perlu basa basi lagi, aku ingin bertanya pada ketua benteng
apakah tahu hal ini ada seberapa seriusnya?"
"Kenapa anda tidak terus terang saja menjelaskan?" kata ketua benteng Thian-long, "tentu saja, jika tidak ada kesulitan, aku juga tidak akan terima usulnya saudara Gan datang kepada anda. Memang
beda usaha seperti beda gunung, aku tidak tahu sampai dimana
seriusnya masalah ini, apakah buat anda ada kesulitan atau anda tidak sanggup menerima permintaan aku ini."
"Ini bukan masalah mampu atau tidak." Tuan rumah seperti tertawa tapi tidak tertawa, "tapi ini sangat mempengaruhi keadaan ketua benteng dikemudian hari, aku tidak dapat tidak harus memberi ingat terlebih dahulu."
"Maksud anda adalah "
"Bisnis seperti ini, biasanya tidak boleh didengar oleh orang ketiga." Tuan rumah melirik sekali pada empat orang pria besar,
"walau saudara Gan bisa dikatakan adalah orang yang
berkepentingan, tapi sudahlah, jika ada sedikit saja yang bocor, cepat atau lambat pasti ada orang yang mencari ketua benteng, walau
teman Xie-jian-xiu-luo tidak banyak, tapi semua pesilat tinggi yang hebat, dan juga yang pengalaman dunia persilatannya sangat banyak, apakah ketua benteng mengerti maksudku?"
"Hal ini anda tidak perlu khawatir, aku sudah jadi orang yang tidak berguna, setelah kembali kebenteng, maka nama benteng
Tian-long tidak akan ada lagi, di dunia persilatan tidak akan ada aku lagi, juga teman-temanku ini " Tian-longjian Lu-zhao menunjuk pada empat pria yang ada disisinya, "semua setia, selamanya akan berada dan mengikuti aku, pasti tidak akan ada berita yang bocor,
jika benar ada kebocoran juga, pasti bukan bocor dari pihakku."
"Baiklah! Jika ketua benteng sangat percaya diri, aku jadi tidak khawatir lagi." Kata tuan rumah tawa tawar, "dipihakku, pasti tidak akan ada berita yang bocor, hal ini dijamin dengan ketenaran nama
selama tiga puluh tahun. Kuakui juga selama tiga puluh tahun ini,
organisasiku juga pernah ada beberapa kali mengalami kegagalan,
tapi walau pun gagal tidak pernah ada catatan yang tidak bagus yang melibatkan pemesan, hal ini mungkin ketua benteng sudah tahu.
Makanya jika beritanya bocor, sama sekali bukan tanggung jawab
organisasi kami." "Pendirian diantara kita tidak bertentangan."
"Betul." kata Tuan rumah, "boleh dikatakan kedua belah pihak sudah mendapat saling pengertian."
"Kapan aku bisa bertemu dengan penanggung jawab
organisasi anda dan merundingkannya?"
"Tidak perlu." Tuan rumah langsung menolak, "aku bisa memutuskannya, penanggung jawab organisasi kami tidak pernah
bertemu langsung dengan pelanggan. Asalkan ketua benteng telah
mengantarkan tujuh puluh persen uangnya, perjanjian bisnis kita
langsung sah." "Baiklah, dalam waktu setengah bulan aku pasti akan
menyuruh orang mengantarkan "
"Masalah ini aku harus bicarakan dulu dengan saudara Gan, menyuruh orang mengantarkan kesini, ketua benteng pasti tidak akan menemukan seorangpun. Organisasi kami melakukan sesuatu sudah ada rencana dan persyaratannya, tidak sembarang melakukannya."
"Kalau begitu, semuanya diserahkan pada saudara Gan saja."
"Mengenai batas waktunya, aku harus pertegas lagi." Kata Tuan,
"masalah ini sangat besar, tidak boleh terburu-buru, jika terburu-buru bisa gagal, jadi harus direncanakan dengan sebaik-baiknya. Makanya, ketua benteng harus menuruti batasan waktu yang organisasi kami
tentukan." "Tentu saja." "Baik. Ketua benteng sekarang boleh pergi, tindakan
selanjutnya, ketua benteng bisa memperoleh seluruh
beritanya dari saudara Gan."
"Apakah aku harus tinggal disini?"
"Jangan bicara seperti orang diluar bisnis." Tuan rumah tertawa,
"saudara Gan harus bersama ketua benteng, nanti ada orang yang menghubungi saudara Gan."
"Tapi jejakku dengan saudara Lu "
"Mulai dari sekarang, jejak kalian semua dibawah pengawasan
kami. Ha ha ha! Jangan lupa orang yang berhubungan dengan kalian,
adalah Perkumpulan Qing-lian yang sudah tiga puluh tahun ternama.
Saudara Gan, kalian pergilah!"
Perahu berlayar kearah Jiu Jiang, diatas perahu, pria brewokan
bermarga Gan berkata pada Tian-long-jian Lu-zhao:
"Kakak Lu, apa kau benar akan menutup benteng Tianlong?"
"Benar." Kata Tian-long-jian Lu-zhao pasti.


Pengelana Rimba Persilatan Karya Huang Yi di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Apakah harus begitu?"
"Benar. Saudara Gan, apakah kau tidak melihat" Jika aku tidak mengatakannya, empat saudara aku ini mungkin tidak bisa keluar dari rumah setan itu, kata-kataku itu tidak didengar oleh orang ketiga, sedikit pun tidak mengandung bahaya, tapi api pembunuhan membara
membuat orang menjadi dingin hatinya. Saudara Gan, sebenarnya siapa dia?"
"Aku pun tidak tahu, dulu waktu aku bertemu dengan dia, hanya tahu dia memperke-nalkan dirinya bermarga Tong, yang lainnya
semua rahasia." "Di perkumpulan Qing-lian kedudukan dia..."
"Tidak tahu, sepertinya pencari langganan kelas tiga, yang
bertanggung jawab dibagian luar, mungkin dia sendiri belum pernah
bertemu dengan orang penting dari perkumpulan Qing-lian. Kau minta bertemu dengan orang yang bertanggung jawab, itu melanggar
pantangan mereka, itu tidak mungkin."
"Kau kira mereka benar-benar bisa mengawasi jejak kita?"
"Aku sangat percaya, mungkin perahu pertama dan berikutnya,
paling sedikit ada dua milik mereka. Jangan berkhayal mencoba
kekuatan mereka, itu tidak akan ada gunanya, kita tidak percaya
pada mereka, mereka juga sama tidak percaya pada kita, siapa yang
berani menjamin, jangan sampai mereka curiga kita mencoba
menyelidiki mereka" Asal mereka sekali curiga, bukan saja bisnisnya akan batal, kita juga akan mendapat kesulitan yang amat besar!"
Laki-laki brewokan bermarga Gan berkata dengan hati-hati, dia
sudah dapat melihat Tian-long-jian Lu-zhao sudah timbul niat
mencoba kekuatan perkumpulan Qing-lian.
"Kau pikir apakah mereka bisa berhasil?"
"Pasti berhasil, menurut yang aku tahu, di dunia persilatan sekarang ada perkumpulan Kembang Merah, perkumpulan Teratai Putih, perkumpulan
Qing-lian, tiga perkumpulan besar pembunuh bayaran, perkumpulan
Qing-lian yang paling misterius, paling menakutkan dan paling tertutup.
Selama tiga puluh tahun, tidak pernah mendengar ada orang yang tahu seluk beluknya perkumpulan ini, tidak ada orang yang dapat melihat orang penting perkumpulan ini, lebih-lebih tidak pernah terdengar ada orang yang dapat menangkap pembunuh bayaran perkumpulan itu.
Di dunia persilatan ada banyak pesilat tinggi orang-orang
ternama yang hilang secara misterius, mungkin ada hubungannya
dengan perkumpulan ini."
"Coba kau terka, apakah mereka akan menganga seperti mulut
singa?" "Mungkin, harga anjing kecil itu sungguh terlalu tinggi."
"Kira-kira berapa besar yang mereka minta?"
"Mungkin tidak kurang dari sepuluh ribu liang."
"Oooh! Perlu enam orang untuk mengangkat uang sepuluh ribu
liang perak, tapi aku rela mengeluarkannya." Kata Tianlong-jian Lu-zhao dengan menggigit gigi, "sepuluh orang yang mengangkat juga aku tidak keberatan, seharusnya sejak dulu aku berhubungan
dengan perkumpulan Qing-lian."
"Kakak Lu, jika tidak ada kenalan, kau tidak mungkin bisa mencari mereka." Orang ber-marga Gan berkata lagi, "masalah kau
bermu-suhan dengan Xie-jian-xiu-luo, kawankawan persilatan sudah
pada tahu, mereka tidak memer-lukan banyak waktu untuk
membuktikan-nya, sehingga, kepastian perjanjian bisnisnya tidak
akan lama, waktu untuk kau mengumpulkan uangnya sangat sempit,
hati-hati jangan sampai terlambat, kalau tidak perjanjiannya bisa
berubah. Sekalian aku ingatkan, mereka hanya mau emas atau perak,
tidak mau pusaka yang di nilai dengan uang."
"Tenang saja, tidak akan ada masalah." Kata Tian-long-jian Lu-zhao dengan pasti, dari matanya yang lesu berkilat sinar
kebencian dan kekejaman. o-o-o Dua bulan kemudian. Wu-hu berada di selatan Tai-ping, di sebelah selatannnya ada
sungai Zhang-jiang, sedang bagian timur lautnya perbukitan, diantara pantai dengan perbukitan banyak terdapat rawa, sungai mengalir
melewati kota, dihadapan sepanjang Wu-hu ada sungai Yu, sungai Yu
adalah mulutnya sungai buatan.
Sekarang situasi sedang aman sejahtera, sudah tidak
terlihat bekas-bekas peperangan.
Kota He-kou yang berada ditepi sungai di sebelah selatan kota,
sekarang lebih ramai, lebih hidup dibanding dulu, jalanan panjang sejauh sepuluh li di penuhi pertokoan dan perhotelan, dipinggir sungai berderet rapat perahu besar dan kecil, lebih ramai dibanding dengan pelabuhan Da-jiang yang ada di sebelah barat kota.
Di dalam satu bangunan terbuka di ujung utara pelabuhan
Da-jiang, diluar pagar bangunan, Fu Ke-wei berdiri berdampingan
dengan seorang laki-laki setengah baya berbaju biru, sambil
menikmati pemandangan, sambil berbincangbincang.
Angin sungai menerpa wajah dan mengibarkan baju, diatas sungai
layar perahu berkelompok-kelompok, diatas langit burung-burung
beterbangan, gelombang bergulung dengan deras, membentuk satu
gambar yang menakjubkan, sangat indah dipandang, enakdihati.
Tapi isi pembicaraan mereka, malah tidak indah dipandang tidak
menyenangkan hati. "Adik Fu." Orang berbaju biru mengerutkan alis, nadanya tidak stabil,
"lima hari yang lalu pembunuh berdarah dingin itu telah muncul didepan rumah keluarga Yang di gerbang Jin Ma, lalu terjadilah peristiwa
berdarah, mendadak keluarga Yang mati di jembatan Tong-ji, kemudian kepala pengurus pelayaran Jiang-han, Dewa Nyamuk Zuo Xian-zhong
juga mati terbunuh dengan cara yang sama, tidak ada luka luar tapi semua jeroannya hancur
Pelayaran Jiang-han masih bermusuhan dengan Ular Air Qin-ji yang
terletak seberang pantai Wu-wei-zhou, permusuhannya masih
berlansung terus, makanya si pembunuh pasti tidak akan puas jika
belum bisa membunuh Ular Air, sebaliknya lawan juga tidak akan
berhenti sebelum membunuh pemilik Pelayaran Jiang-han, sekarang
mereka pasti masih bersembunyi di sekitar kabupaten menunggu
kesempatan." "Pemilik Pelayaran Jiang-han telah bersembunyi, tapi
pembunuhnya mana bisa lama menunggu kesempatan
melakukan pembunuhan?"
Fu Ke-wei mengatakan pendapatnya:
"Wu-feng bukanlah orang bodoh, jika dia muncul didepan rumah
Yang di gerbang Jin-ma, pasti tahu orang akan datang mencari dia
membalas dendam, setelah mendengar kabar ini, apa dia masih
berani tinggal terus disini?"
"Pembunuh itu pandai menyembunyikan diri, dia sudah ahli sekali, dia sama sekali tidak takut orang mencari dia untuk membalas
dendam, maka aku menduga dia pasti masih bersembunyi di dalam
kota, jika pergi mengejar ke Nan-jing pasti akan melelahkan dan
sia-sia." "Tentu, sebelum mendapat bukti yang pasti, jangan sembarangan mengejar." kata Fu Ke-wei menganggukan kepala, "dan juga, dia belum tentu melarikan diri ke Nan-jing. Walau dia datang dari
Wu-chang, siapa pun tidak berani mengatakan dia pasti tidak pulang ke Wu-chang. Begini sajalah! Kau dan aku membagi tugas,
menyelidiki gerakan dia, bagaimana?" "Bagaimana rencanamu?"
"Aku tahu kebiasaan dan hobi orang ini. Jika dia masih berada disini aku akan mendapatkan dia. Kita berpisah sekarang, nanti
kita tetap berhubungan."
"Aku menunggu kabar baikmu, pergilah!"
Dua orang itu menelusuri pelabuhan ke arah selatan, tidak lama
tampak jalan raya gerbang Shui-xi.
"Apakah adik hafal jalanam di Wu-hu?" kata orang berbaju biru sambil jalan sambil bertanya, "ini adalah pelabuhan besar tempat bercampurnya naga dan ular (Perampok dan penjahat), tempat berburunya berbagai
aliran, kota He-kou lebih komplek lagi, kekuasaan ular setempat sangat besar, jika salah menghadapinya, bisa-bisa terjadi seperti perahu terbalik di parit kecil, perlukah aku mengumpulkan teman-teman untuk
membantu?" "Iii...!" Fu Ke-wei tertegun, "saudara Pan, jika kau punya teman yang bisa digunakan, buat apa terburu-buru mengutus orang
memanggil aku datang kesini?"
"Teman-temanku hanya pantas jadi mata-mata menyebarkan
berita." Orang berbaju biru bermarga Pan tertawa pahit, "menghadapi pembunuh bayaran seperti Tamu Penggantung Wu-feng yang sulit
dilacak, dan ilmu silatnya yang susah diukur, teman-temanku tidak ada gunanya, tidak ada orang yang berani menghadapinya, jadi tidak bisa digunakan untuk itu."
"Kau tahu sifatku selalu bergerak sendirian." Kata Fu Kewei dengan jujur, "untuk menghindarkan salah-paham, orangorangmu harus jauh dari aku, jika tidak, akan timbul masalah yang serius. Kau tahu, saat aku dalam kondisi hidup atau mati, akan tidak perdulikan siapa pun orangnya."
"Baik, aku akan berhati hati," kata orang bermarga Pan dengan tenang, "sebenarnya, teman-teman jika tahu yang akan dihadapi adalah Tamu Penggantung, mungkin tidak ada orangyang berani
tampil membantu, tidak menghindar setelah mendapat kabar itu
sudah bagus." "Itu kenyataan." Fu Ke-wei menganggukkan kepala, "dari empat penjahat besar di dunia persilatan, Tamu Penggantung menduduki urutan ketiga, sejak lahir dia sudah berdarah dingin, kejam dan jahat, pesilat tinggi kelas satu di dunia persilatan pun kalau mendengar namanya sudah merasa ketakutan, orang yang berani mencari dia bisa dihitung dengan jari.
Saudara Pan, aku bukan membesarkan lawan, tapi jika berhadapan dengan penjahat ini, lebih baik kau cepat-cepat menghindar supaya lebih aman, dan juga jangan sampai dia mengetahui bahwa kau mencari aku untuk
menghadapi dia, jika tidak, kau akan mendapat mala petaka....
Orang-orang di luar sudah semakin banyak, kita sudah harus berpisah, sampai jumpa."
Di luar gerbang selatan, itulah kota He-kou yang ternama, juga
disebut kota He-nan. Dari tempat He-kou sampai pertemuan sungai
Da-jiang yaitu di jembatan Fu-min, benarbenar tempat berkumpulnya
semua golongan, pusatnya berbagai usaha, tempat kebutuhan
sehari-hari masyarakat Nan-jing.
Jembatan Tong-ji di sebelah timur, adalah jalan raya menuju
perkantoran pemerintah Ning-guo, toko-toko di daerah ini
pendatang semua, kebanyakan adalah pemilik barang dan
pengusaha kecil. Tamu-tamu penginapan di daerah jembatan
Fu-min sebelah barat, kebanyakan adalah pedagang keliling dari
aliran sungai Da-jiang, golongannya lebih bermacam-macam.
Mengenai pelabuhan Shui-xi-men, pelancongnya
kebanyakan orang-orang yang punyakedudukan.
Makanya di tiga tempat ini, orang yang keluar masuk, secara tidak
disengaja terbagi golongan dan kedudukannya, orang yang berpeng
alaman dengan mudah bisa membedakan golongan dan kedudukan
mereka. Fu Ke-wei menginap di penginapan Yi-feng yang berada di
sebelah timur jembatan Fu-min, dia menyamar sebagai seorang
pengusaha kecil yang datang dari Nan-jing dan akan membeli kain
sutra merah. Surat jalan dia dicap oleh kantor pemerintah Jiang-ning, dijamin asli.
Dandanan dia yan g terang tapi tidak berlebihan, cukup menunjukan
kantongnya penuh dengan uang, tapi tampangnya tidak terlalu
menyerupai seorang pengusaha kecil.
Tentu saja, dia pernah tampil di toko kain Hong-tai di sebelah
barat jembatan Tong-ji. Toko kain Hong-tai di perkantoran Ning-guo punya pabrik kain
sendiri, hasil kain sutranya di Nan-jing tidak ada orang yang tidak tahu, pengusaha kecil yang membeli sendiri, mengirim sendiri,
semua langsung berhubungan dengan toko kain Hong-tai.
Menurut pemikiran Fu Ke-wei, di Wu-hu hanya ada satu orang yang kenal dirinya, yaitu saudara Pan nya, seorang yang cukup punya nama di dunia persilatan, anggota dari satu organisasi pemburu bayaran yang khusus memburu buronan pemerintah, penjahat yang dosanya tidak bisa diampuni.
Orang-orang yang membicarakan organisasi ini, semua merasa was-was, siapa tahu suatu hari tidak sengaja melakukan pelanggaran hukum, dan ditangkap oleh mereka, karena orang-orang sangat mungkin melakukan pelangaran hukum.
Perkara pembunuhan yang dilakukan oleh Wu-feng, dalam
catatan di kantor pemerintah, tidak ada dua puluh tapi pasti lebih dari sepuluh, setiap kabupaten juga ada perintah penangkapan
terhadap penjahat kelas kakap ini.
Dipersimpangan jalan antara pesisir pelabuhan Shui-xi-men
dengan kota He-nan, di dalam kota disebut jalan belakang, ini adalah tempat kacau, di tempat ini ada gang lampu merah, ada penjual candu yang pintunya setengah terbuka, ada bermacam-macam tempat judi,
ada restoran yang menyajikan nyanyian atau tarian, semua adalah
tempat membuang uang, di tempat ini banyak terjadi pertengkaran,
tempat berkumpulnya dewa, ular setan, sapi, kokok, ayam, anjing,
pencuri dan lain lain. Tidak lama setelah malam hari, Fu Ke-wei muncul di depan bar
Jin-lin melalui jalan belakang.
Tidak menunggu dia melangkah masuk ke dalam bar, disebelahnya
telah menyerobot keluar seorang brandalan yang menempel padanya,
dengan sembunyi-sembunyi berbisik di telinga dia:
"Bos Fu, bisa bicara sebentar?"
"Ooo!" Fu Ke-wei tersenyum nakal pada lawannya, "kau malah kenal aku, maaf, maaf."
"Anda menginap di penginapan Yi-feng, pernah ke toko kain
Hong-tai membicarakan bisnis selama setengah hari." kata pria itu sangat pelan, "seorang usahawan seperti aku, jika beritanya tidak cepat, mungkin akan minum angin laut saja!"
"Ha ha ha! Sebenarnya kau usaha apa?" dia terus berkata,
"penarik tamu" Penyerobot tamu" Atau calo?"
"Sembarangan bicara, aku ini pedagang..."
"Ooo! Pedagang" Kalau begitu sama dengan aku! Maaf maaf.
Ha ha ha! Usahamu apa?"
"Bos Fu, bukankah kau mau beli kain sutra?"
"Betul, aku " "Ada satu partai barang, berkualitas tinggi, ingin cepatcepat dilepas, harganya lebih murah dari toko kain Hong-tai empat puluh
persen, telah diatur dengan baik, dijamin tidak ada masalah."
"Ooo! Aku mengerti sekarang." Dengan nada seorang ahli dia berkata, "kau sedang berkelakar, jika ingin membeli barang gelap, aku bisa mencari Naga Setempat Lu-jiu, paling sedikit lebih murah
lima puluh persen. Kau sembarangan menawarkan, kau kira aku
akan percaya padamu" Bisnis semacam ini aku paling nomor
satunya, kau mungkin orang baru, hati-hati Naga Setempat bisa
mematahkan kakimu, kau tahu kau sedang merusak bisnisnya,
menyerobot mangkuk nasinya, kau tahu tidak" Sudahlah!
Saudara...." Begitu orang itu mendengar, gelagatnya terasa tidak benar, dia
langsung melarikan diri seperti seekor tikus.
Fu Ke-wei masuk keruangan makan, lampunya terang benderang,
suaranya ribut sekali, teriakan tebakan tangan dengan hukuman minum menggetarkan telinga, tamunya hampir memenuhi isi ruangan, tiga
ruangan makan yang besar, hampir ada empat puluh meja, banyaknya
tamu yang makan bisa di bayangkan, tentu saja udara-nya penuh dengan asap.
Pokoknya, orang-orang yang minum makan disini, pasti bukan
tuan besar yang punya kedudukan.
Dia duduk di meja paling pinggir, memesan pada pelayan beberapa
masakan dan tiga teko arak, makan minum sendiri sambil
memperhatikan keadaan ruangan. Disini dia bisa melihat kesegala
pelosok ruang makan, bisa mengawas: orang yang keluar masuk pintu
restoran. Dengan pengalaman dunia persilatan, dia tidak melihat ada yang
tidak beres, jika ada orang yang menguntit pun, sekarang sudah tidak akar mendapatkan meja untuk mengawasinya.
Baru saja menghabiskan segelas arak brandalan itu kembali
muncul dengan membawE seseorang, seorang pria besar berusia
sekitar empal puluh tahunan, dengan alis tebal mata besai
bertampang seorang penjahat.
"Orang-orang ini ingin mempermainkar aku." Didalam
hatinya tertawa, "Naga Setempat Lu jiu tampil sendiri."
Benar saja dua orang itu mendorong oranj mabuk yang
menghalangi jalannya, dengan tertawa licik berjalan menuju ke
meja Fu Ke-wei. "Ha ha ha!" Dia mendahului menyapa, "Lu jiu, tidak seharusnya kau mengutus orang baru bersandiwara. Kelihatannya kau
betul-betul punyj barangnya. Duduklah! Suruh pelayan menambal
dua pasang sumpit dan gelas, aku yang traktir."
"Ha ha ha! aku yang harus traktir, aki adalah tuan rumah." Naga Setempat Lu-jit menarik kursi dan duduk, dengan abaaba tangar
juga menyuruh temannya duduk, dengan wajar berseri-seri dia
berkata, "bos Fu, kau pertama kal muncul ditempatku, aku terpaksa sedikit hati-hati Jujur saja, apakah bos ada minat pada barangku?"
Dia memanggil pelayan, menambah aral masakan sumpit dan
gelas. "Jika sumbernya tidak bau amis, aku tenti berminat. Jika tidak, kau cari saja orang lain." Dia terus terang berkata lagi, "jika bau amis, aku tidak bisa mengatasi resikonya. Polisi Lin Wei Yen sangat pintar,
tindakannya sangat keras, kau adalal penguasa daerah ini, tahu
keadaan dan bisa menghindar, tapi aku jadi kambing hitamnya!"
"Kau tenang saja, barang-barangku selamanya tidak bau amis, jika tidak aku tidak bisa sukses seperti sekarang." Naga Setempat tidak sungkan menumpahkan arak sendiri, "Polisi Lin Wei-yen akhir-akhir ini keadaannya tidak baik, beberapa perkara pembunuhan yang tidak bisa dipecahkan membuat dia kewalahan, mana dia ada waktu mengurus hal
sekecil ini?" "Julukan mu Naga Setempat tidak terlalu jelek." Dia mengangkat gelas memuji, "dengan ada kata-katamu ini, aku jadi tenang. Begini saja, nanti setelah melihat barangnya, kita baru bicarakan hal
detailnya, bagaimana?"
"Satu kata, menurut kau saja."
"Baik, satu kata kita jadi, masalah lain kau yang urus,
bagaimana?" "Baik, satu kata kita jadi, kita sudah sepakat, bos Fu besok malam apakah ada waktu?" tanya Naga Setempat dengan gembira.
"Ada." "Saat menyalakan lampu, kita bertemu di gerbang Jin-ma di ujung jembatan Xiao-lie."
"Baik. Sekarang, aku hormati kau, bersulang untuk bisnis besok malam."
Tiga orang mengangkat gelas. Orang brandalan yang
berwajah licik itu, sejak semula tidak pernah bicara, Naga
Setempat juga tidak memperkenalkan kedua belah pihak,
sepertinya menganggap dia sebagai pembantunya.
Tapi Fu Ke-wei telah memperhatikannya, dia menyelidiki orang
yang berwajah licik ini, pengalaman di dalam hatinya lebih banyak
dari pada di wajahnya, sepasang jari tangan yang seperti cakar
elang tidak sama dengan orang biasa.
"Dia orang yang sangat berbahaya." Di dalam hati dia
berpikir. Setelah selesai membicarakan bisnis, kedua belah pihak mengikuti
aturan tidak membicarakan lagi, juga seperti biasa tidak menanyakan asal-usul lawan bicaranya, menghindar dari penyelidikan.
Minum sampai setengah mabuk, tiga orang laki laki tidak lama
membicarakan soal wanita.
Perihal ini, Naga Setempat punya banyak bahan, sebagai penguasa
setempat tentu sangat tahu setiap bintang ditempat masing-masing
lampu merah, membicarakannya seperti menghitung pusaka
dirumah. Sedang asyik-asyiknya berbincang, tiba-tiba, suara manusia
semakin merendah, tebakan minum arak menghilang. Semua tamu,
membalikan kepalanya pada jendela terang yang berada disebelah
kanan ruangan. Seorang tua yang janggut dan alisnya putih, membawa seorang


Pengelana Rimba Persilatan Karya Huang Yi di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

gadis muda berusia dua puluhan, gadis itu bermata terang bergigi
putih, berjalan mengikuti pelayan datang dibawah jendela, pelayan
menarik satu kursi panjang, mempersi-lahkan mereka berdua
duduk, setelah berpesan beberapa kata, lalu meninggalkannya.
Ternyata penampilan gadis itu telah menyedot semua sorot mata di
ruangan itu. o-o-o Bab 2 Gadis itu memang luar biasa, sepasang mata yang terang seperti
air di musim gugur, tampak penuh dengan kepintaran, rambut
lembutnya bersinar pink yang sehat, wajahnya berbentuk kwaci
dengan alis melengkung, bibir munggil seperti buah cherry merah.
Dia memakai baju indah dengan lengan baju ketat, rok lipatan
yang satu warna, mengatakannya cantik memang cantik, semua
tamu restoran jadi tertegun melihatnya. Di bawah lampu melihat
wanita cantik, yang kecantikannya mencolok seperti sinar yang
mendadak berkilat, telah menyedot perhatian semua tamu
restoran. Sedang si orang tua sudah berusia enam puluhan, sepasang
matanya tidak bersinar, gerak geriknya lamban tidak bertenaga,
sepertinya masalah apa saja didunia ini tidak berpengaruh pada dia.
Orang tua itu menaruh baki kecil di depan kakinya, dengan pelan
mengeluarkan seruling dari kantong kain yang di gantung di
pinggangnya. Perhatian Fu Ke-wei juga tersedot pada wanita itu, hingga
menaruh gelas araknya dimeja.
"Mereka adalah pengamen Li Lao-shi kakek dan cucunya yang
bulan lalu datang ke tempatku, gadis itu namanya Yanfang."
Naga Setempat dengan pelan berkata:
"Kecuali mengamen, ada orang juga mengatakan dia bekerja
sambilan, hanya saja sifatnya jelek, orang yang tidak cocok dengan seleranya, biar memberikan uangnya lebih banyak pun dia tidak akan tertarik, kepintaran dan keseniannya juga hebat! Maka tidak heran jika sifatnya jelek."
"Aku lihat dia bukan orang baik-baik."
Fu Ke-wei dengan pelan berkata:
"Sepasang matanya terlalu liar, tingkahnya hanya purapura
saja." "Ha ha ha! Tidak diduga bos Fu bisa meramal orang juga dapat
melihat tingkah seseorang."
Naga Setempat tertawa aneh:
"Jujur saja, jika aku Naga Setempat tidak tahu asalusulnya,
biar kepalaku dipotong pun aku tidak percaya dia wanita nakal."
Suara ribut orang-orang akhirnya berhenti, karena alunan suara
seruling sudah mulai ditiup.
Sungguh teknik yang tinggi, tidak ada orang yang berani
percaya, suara seruling ini bisa keluar dari mulutnya seorang tua
setengah mati, nafasnya yang kuat, jari jarinya yang lancar,
pengendalian tenaga keras atau lembut...
Semua sudah sampai taraf tertinggi, sepertinya di dunia ini, kecuali alunan suara seruling yang menggetarkan hati ini, tidak ada satu pun yang bisa mengalahkan.
Itu adalah permulaan dari lagu Yu Lin-ling, suaranya sudah
membuat para pendengar menahan nafas menikmatinya.
Akhirnya, suara yang bulat yang menggerakkan hati,
mengimbangi suara alunan seruling yang hebat itu:
"Jangkrik kedinginan yang sedih, di malam hari menghadap
bangunan terbuka, hujan lebat baru berhenti...tangan ditopang mata berlinang air, tidak berkata tenggorokan tersumbat...sejak dulu
kekasih sedih berpisah... malam ini bangun dari mabuk tidak tahu
tempat apa" Pesisir pohon Liu, angin malam, bulan sabit..."
Ini adalah kata-kata Yu Lin-ling nya Liu San-bian (Liu-yong) yang
cukup berkarakter. Ketika Liu San-bian yang sarjana, banyak melancong di Shia-xie, dia pandai membuat syair lagu. Setiap paguyuban seni menciptakan satu
lagu baru, pasti meminta dia membuatkan syairnya, baru lagu itu
diedarkan keluar, saat itu dia sangat populer.
Ada orang berkata: "Setiap ada sumur untuk minum, pasti dapat menyanyikan syair
Liu-yong." Di sini bisa dilihat bagaimana populernya dia.
Syair dia sangat romantis, sekarang di nyanyikan oleh
seorang pengamen wanita, jadi lebih menggerakan hati.
Suara seruling berhenti, nyanyiannya pun berhenti, seluruh tamu
restoran bersorak seperti teriakan ayam, kucing, anjing.
Fu Ke-wei juga tidak terkecuali, dengan tulus dia bertepuk tangan
dan bersorak! "Bos Fu, bagaimana" Apa ada minat?" Naga Setempat bertanya
dengan tertawa aneh, "dengan penampilanmu, He he he! Aku
berani jamin." "Tidak usah, orang seperti dia, pasti tamunya banyak sekali, kapan aku bisa mendapat giliran?" Dia ingin menangkap tapi pura-pura
melepas, "aku tidak ingin kepalaku pecah, orang yang berebut pasti tidak sedikit, aku bukanlah orang kaya yang berkuasa."
"Memang kenyataannya begitu," Naga Setempat tertawa aneh,
"beberapa hari lalu, memang ada orang yang dilempar seperti anjing mati, dari dalam pintu dia dilempar keluar pintu dalam keadaan
setengah sadar." "Apa benar ada yang mendekati dia?"
"Benar." "Orang dari mana?"
"Tidak jelas, orang ini telah menginap tiga hari...bukan, empat
hari, asalnya tidak jelas, sepertinya seorang yang berusia empat
puluh tahunan, wajahnya pucat putih, tubuhnya tinggi kurus,
menangkap orang seperti menangkap anak ayam begitu mudahnya."
"Dimana orang ini sekarang?"
Dengan wajah tidak berubah dia semba-rangan bertanya.
"Dua hari lalu hilang misterius."
"Bagaimana kata nona Yan-fang?"
"Apa pun tidak mengatakan, dia menyangkal ada orang seperti
ini datang padanya."
"Kau tidak menyelidikinya" Daerah ini kan termasuk
wilayahmu." "Menyelidiki kentut, orangnya mendadak menghilang, dan nona
Yan-fang dengan tegas menyangkal, bagaimana menyelidikinya?"
Naga Setempat mengangkat bahu, melakukan gerakan seperti tidak
dapat berbuat apa-apa, "dan juga, masalahnya tidak menjadi besar,
hingga aku pun tidak ada waktu mengurus hubungan antara
pengamen dengan tamunya."
"Ha ha ha! Jika aku ada niat pada dia, bukakah akan timbul
kejadian kepalaku dipukul pecah?" tanya Fu Ke-wei tertawa aneh.
"Ha ha ha! Jika kepalamu dipukul sampai pecah, bisnis kita
bukankah jadi gagal?"
Lalu Naga Setempat mengulurkan tangan menepuk-nepuk
bahunya: "Tenang saja! Serahkan segalanya padaku, paling sedikit, aku
Lu-jiu masih bisa mengurusnya!"
Saat itu Yan-fang sudah membawa baki, berjalan kesetiap meja
mengambil uang sumbangan, dan sedang jalan menuju kemeja
mereka. "Bos Fu, kau beri dia beberapa perak, berilah dengan sedikit
royal." Pesan Naga Setempat dengan pelan, "dengan demikian
akan menarik perhatian dia, masalah selanjutnya biar aku yang
atur, kau tidak perlu repot."
"Kau ingin langsung menghubungi dia?"
"Omong kosong! Dia tidak kenal aku." Naga Setempat berkata,
"biasanya penyambut orang yang datang kedaerah kekuasaan ini, adalah adik tiriku, Hei Fei-ke, terhadap perempuan ini aku tidak begitu gairah, dia tidak cocok dengan seleraku."
"Hi hi hi! Apa seleramu wanita perkasa?"
"Bos Fu suka berkelakar, ha ha ha..."
Yan-fang tampil disisi meja. Sepasang mata genitnya seperti dapat
bicara, dia melirik sekali dengan pelan di wajah Fu Ke-wei saat melihat dia menaruh sepuluh liang perak diatas baki, juga dengan pelan tertawa manis, tidak ada tingkah khusus yang tampak.
"Sepertinya dia tidak terlalu perdulikan uang." Kata Fu Kewei pada Naga Setempat dengan pelan, "seorang gadis yang sangat percaya
diri, logikanya, pendapatan dia banyak, sepertinya tidak ada alasan untuk menerima tamu lagi, nyanyian dia sudah cukup untuk biaya
hidupnya." "Bos Fu, ha ha ha!" tawanya Naga Setempat sangat menusuk
telinga, "mencari harta jangan takut kebanyakan, jika bisa
mendapatkan, cepat-cepatlah mengambilnya bukankah itu pintar"
Menunggu setelah habis masa mudanya, ibarat di depan pintu sudah
sepi, kereta jarang yang lewat, ingin mengambilnya pun sudah
terlambat. Kecantikan wanita ada batasnya, benar bukan" Ha ha ha!
Tidak menolak kalau aku urus dia kan?"
"Hanya idiot yang menolak." Dia menatap bayangan belakang
Yan-fang yang berada di meja sebelah mengumpulkan uang
sumbangan, "tidak salah, dia memang seorang wanita cantik."
"Kalau begitu aku segera mengurusnya, kelihatannya tidak ada
masalah, tadi aku melihat dia tersenyum penuh arti padamu, baguslah!"
habis bicara Naga Setempat habis membalikan kepala, pada orang yang bermata tikus itu membisikan beberapa kata.
Pria bermata tikus tidak henti-hentinya menganggukan kepala,
lalu meninggalkan tempat, dengan jalan-pelan menghampiri orang
tua itu, di sisi telinga orang tua itu bicara beberapa saat.
Sejak tadi Fu Ke-wei memperhatikan keadaan di
sekelilingnya, tapi tidak terlihat ada yang mencurigakan.
Ruang restoran yang amat ribut, tamu makan yang kasar dan
rendahan, brandalan yang tidak tahu aturan dan licik, wanita
petualang yang suka akan uang...semuanya begitu biasa, semuanya
begitu alami. Keadaan demikian, di seluruh dunia, setiap kota metropolitan
dan kota yang agak pantas sedikit, memang seperti itu, sejak
zaman dahulu, sungguh tidak tampak ada keadaan yang tidak
biasa. Menurut dia, apa yang dikatakan Naga Setempat, orang
misterius yang ada di belakang Yan-fang, barulah hal yang tidak
biasa. Dia berusia empat puluh tahunan, wajahnya putih pucat,
tubuhnya tinggi kurus, menangkap orang semudah menangkap
anak ayam, ini adalah ciri khas wajah Tamu Penggantung Wu-feng.
Orang yang mau dicarinya, itulah Tamu Penggantung Wu-feng,
yang menempati urutan ketiga dari empat penjahat terbesar di
dunia persilatan. Tamu Penggantung adalah pembunuh berdarah dingin, sulit dilacak
keberadaannya, ilmu silatnya sangat tinggi, hoby satu-satunya adalah wanita, juga khusus menyukai wanita petualang yang pandai diatas
ranjang, terhadap wanita yang kelihatan manja, tidak romantis sedikit pun dia tidak ada selera.
Inilah alasannya, dari Yan-fang dia mendapatkan jejaknya.
Jika Wu-feng belum meninggalkan Wu-hu, pasti akan
kembali ketempatnya Yan-fang yang harum itu.
Jika dia bisa tinggal di tempat Yan-fang selama beberapa hari,
cepat atau lambat pasti akan bertemu Wu-feng dan melempar dia
keluar pintu, dia berharap bisa menunggu tibanya hari itu.
Dia mengira tidak ada orang yang tahu asal-usulnya, lebihlebih
tidak terpikir ada orang yang akan mencelakainya. Sebab dia sudah
mengawasi keadaan sekelilingnya, semua tampak normal, jika
mempunyai reflek begini, maka dia akan hidup lebih lama.
Tidak ada hal yang mencolok mata, tidak tercium ada bau yang
membahayakan. Sampai pria yang bermata tikus itu pun, tidak terlihat berlaku aneh. Orang ini hanya licik, serakah, gesit, pandai
menyembunyikan keinginannya sebagai seorang tikus setempat, seekor tikus yang tubuhnya penuh jarum, suka berkeliaran di kegelapan saja, tidak perlu di khawatirkan oleh dia.
Ruang makan kembali ribut dan kacau seperti semula, Yanfang
sudah kembali ke tempatnya, menunggu kesempatan bernyanyi
kedua kalinya, bernyanyi berturut-turut akan merusak gairah minum
para tamu. Pria bermata tikus sudah kembali.
Fu Ke-wei melihat Yan-fang dari jauh menatap kearah
tempat dia, wajahnya tidak tampak expresi khusus.
"Aku pikir, kau tidak berhasil." katanya pada pria mata tikus yang baru saja duduk.
"Hanya berhasil setengah." Laki-laki bermata tikus pertama kali bicara, logat lokalnya sangat kental, "pertama, malam ini Yan-fang ada janji dengan orang, harus menunggu dia membatalkan janjinya terlebih dulu baru bisa menerima, bisa tidaknya membatalkan, sekarang sulit mengata-kannya.
Kedua, jika telah membatalkan, kau harus datang setelah lewat tengah malam, dia mengamen biasanya selesai sekitar jam sepuluh malam, jika terlalu pagi, dia dengan kakeknya belum ada di rumahnya, pergi kesana juga tidak ada gunanya, dia berharap kau mendengar dia nyanyi disini sampai selesai."
"Aku ini orangyang sabar." Kata Fu Ke-wei.
"Kalau begitu bagus, dia sudah menyuruh orang untuk mengaturnya."
Perkataan Pria bermata tikus tanpa ada perasaan, "aku beritahu terlebih dulu, uang bokingan dia semalam sangat tinggi, kau harus siap-siap dulu.
Dan ada lagi yaitu apakah dia mau kau menginap atau tidak, dia berhak menentukannya, jika dia mempersilah-kan kau pergi, kau tidak boleh ngotot mau tinggal dan ribut."
"Kau tenang saja, aku akan tahu diri." Kata Fu Ke-wei,
pembicaraannya beralih, "saudara, siapa marga dan nama anda"
Sudah datang begitu lama, arak pun sudah banyak meminumnya,
dan juga telah membantu aku, sampai sekarang aku belum
berkenalan dengan saudara, sungguh tidak sopan."
"Orang semacam aku nama dan marga tidak terlalu dibutuhkan.
Kau panggil saja aku Tikus Setempat." Kata Pria bermata tikus malah dengan tanpa perasaan mentertawakan dirinya sendiri, "aku
mengikuti abang Lu sudah lima enam tahun, bertemu orang
ngomong bahasa orang, bertemu setan ngomong bahasa setan, aku
senang bekerja, mau memanggil apapun padaku, aku tidak akan
menyalahkan kau." "Ooo! Saudara Tikus Setempat, kau sungguh sangat
penyabar." Dia berkata lagi, "kau mengatakan kau bekerja
dengan senang, itu belum tentu, paling sedikit tadi diluar
restoran, kau berlaku sangat kasar sekali, bukan saja tidak tepat, juga hampir saja terjadi salah-paham yang besar."
"Tapi akhirnya kau berhasil berbisnis dengan abang Lu, betul
tidak?" kata Tikus Setempat, "itulah keberhasilan aku, yang gagal
seharusnya kau." "Jangan banyak omong kosong lagi, dengar! Yan-fang akan
menyanyi lagi!" teriak Naga Setempat dengan keras.
Yan-fang memang mulai menyanyi lagi, suara seruling yang merdu
mengikutinya. Sepasang matanya yang genit melemparkan sorot mata seksi
pada tamu lainnya, sambil bernyanyi sambil berdiri memegang sapu
tangan, menggoyangkan pinggul, matanya genit seperti sutra penuh
pesona, tapi sekali pun tidak pernah melirik pada Fu Ke-wei,
sepertinya ada yang dikhawatirkan, dikatakannya tidak tertarik
malah tertarik, mungkin dia sudah melupakan akan hal ini.
Ini adalah reaksi yang sangat normal, Fu Ke-wei sungguh kagum
akan kematangan wanita pengamen ini, juga kepandaiannya
menyembunyikan sesuatu. Kabupaten He-kou karena berada diluar kota, makanya tidak ada jam
malam, juga tidak ada larangan, perahu perahu bisa berlalu lalang siang dan malam, setiap saat ada perahu yang merapat di pelabuhan dan
berangkat, bagaimana bisa mencegahnya"
Saat restoran hampir tutup, tamu-tamu mulai bubar,
beberapa pemabuk dibopong oleh temannya pergi.
Akhirnya Yan-fang dengan orang tua itu juga pulang, saat mau
pergi, dari kejauhan dia memberi senyuman manis pada Fu Ke-wei,
sorot matanya membuat hati orang melayang.
Naga Setempat dan Tikus Setempat terus berkomplot mencekok
arak pada Fu Ke-wei, tapi, kedua orang itu malah mabuk terlebih
dahulu, sampai hampir saja terbaring! Fu Kewei yang minum
seratus gelas lebih arak, sepertinya kecuali berkeringat, paling
banyak hanya tiga puluh persen mabuk.
Tikus Setempat sedikit lebih sadar dari pada Naga Setempat,
begitu Yan-fang pergi, dia segera menaruh gelas dan sumpit,
sepasang tangannya bertahan pada meja, dengan lidah yang
pendek berbicara tidak lancar pada Fu Ke-wei:
"Bos... Fu,... saatnya... pergi,,. mau... maukah... ku antar kau
per...pergi kerumah...Yan-fang?"
"Tikus Setempat, apakah kau bisa jalan?" tanya Fu Ke-wei.
"Ten...tentu bisa, bang, kau...kau pergi duluan saja."
Naga Setempat sudah tengkurap diatas meja, sudah tidak bisa
jalan! "Uuu...mmm...mmm...ngek..."
Naga Setempat terus tersedak arak, tampaknya akan
muntah. "Dia segera akan merangkak." Kata Fu Ke-wei berkata.
"Nan...nanti...akan ada yang datang... datang menjemput dia." Kata Tikus Setempat sambil menahan meja, bergoyanggoyang berdiri, "bos
Fu, per...pergilah! Ja...jauh sekali lho! Ib...iblis kecil itu,
mmm...kapan-kapan aku...aku juga pergi...mencari dia
bersenang-senang. Jalan, aku...aku antarkan."
"Tidak perlu, aku tahu cara mencari dia." Fu Ke-wei


Pengelana Rimba Persilatan Karya Huang Yi di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mengeluarkan dua blok perak diberikan pada pelayan yang
melayani di samping, "dibawah benteng kota di ujung jalan, tidak
terlalu jauh." "Ooo! Ternyata kau...kau sudah menaruh ha...hati pada
Yan-fang." "Orang kabupaten He-kou, siapa yang tidak tahu tempat itu" sia-sia kau mengatakannya." Fu Ke-wei mendorong kursi bangkit berdiri,
"Yan-fang sepertinya tidak menyuruh orang memberi jawaban, tidak
tahu apakah dia membatalkan janjinya?"
"Apa masih perlu menyuruh orang memberi jawaban" Dia sudah
dari tadi memberi aba-aba tangan menyatakannya!"
"Ooo! Kenapa aku tidak memperhatikan?" sangat diluar
perkiraan Fu Ke-wei. Dia terus mengawasi gerak-geriknya Yan-fang, seharusnya dia
bisa melihat aba-aba tangan Yan-fang, tapi sungguh dia tidak
melihatnya. "Dia sedang menunggumu." Kata Tikus Setempat,
"aku...aku sungguh kagum padamu, pergilah! Aku...aku
antarkan, siapa tahu di...ditempat dia bi...bisa makan sup...sup
penyadar arak...yang dia buat sendiri..."
"Kau tidak bisa berjalan, aku pergi sendiri saja, terima kasih!"
kata Fu Ke-wei sambil merapihkan baju melangkah.
Naga Setempat mulai muntah, hawa arak memabukan orang.
Kemudian datang dua orang yang berdandan kuli, mengapitnya
pergi, para pelayan tidak ada orang yang berani bertanya.
Tikus Setempat sambil sempoyongan berjalan keluar dari restoran,
di jalan sudah sedikit orang, lampu di luar toko bersinar merah gelap, beberapa pemabuk seperti roh, berjalan sempoyongan di sudut jalan.
Malam sudah larut, dan di daerah barat jalan di pinggir sungai
tetap masih ada perahu yang bergerak, ada orang yang sedang
sibuk. Fu Ke-wei sudah tidak terlihat, dia berjalan menuju keujung jalan!
Didepan di sudut rumah dalam bayangan gelap, terdengar satu
siulan pelan! Tikus Setempat yang dengan sempoyongan berjalan kearah
berlawanan, setelah melewati sepuluh toko lebih, tiba-tiba langkahnya menjadi cepat, mabuknya seperti telah hilang, di sudut jalan sekelebat saja dia sudah menghilang, masuk dalam kegelapan di sebuah gang kecil.
Di dekat kaki benteng kota, ada sederetan lima rumah yang tinggi
rendahnya berbeda-beda, jalannya menyempit dua kali lipat, hingga
bisa disebut gang kecil. Dari lima buah rumah itu, hanya rumah kedua yang lampunya
masih menyala. Di depan rumah ada pekarangan, di kedua sisinya ada tanah kosong, rumput liar tumbuh dimanamana.
Fu Ke-wei dengan tenang sampai di depan pekarangan yang
lampunya menyala. Dengan teliti dia memperhatikan keadaan sekelilingnya, ini adalah
kebiasaan orang dunia persilatan, selamanya harus memperhatikan
tempat di mana dirinya berada.
Rumah tembok itu tampak biasa sekali, begitu melihat
langsung tahu keadaannya. Siang hari tadi dia telah
menyelidiknya, saat ini dia hanya perlu berdiri sebentar melihat
keadaan sudah cukup. Jika malam ini Wu-feng sudah datang lebih dulu, di dalam rumah
pasti tidak akan begini tenang dan damai.
Dia maju mengetuk pintu tiga kali, sesaat, pintu dibuka oleh seorang tua, dia diam tidak bicara dan menyingkir kesamping, menunggu dia
masuk, lalu menutup pintu kembali, dengan diam dia membawa jalan
melewati pekarangan menuju ruangan, tampak orang itu tua sekali,
seperti roh yang kecil dan kurus.
Ruangan rumah itu kecil sekali, tapi pengaturannya bersih dan
segar. Di kedua sisi tidak ada kamarnya, jalanan ada di sebelah
kanan, begitu masuk kedalam tampak ada kamar yang sinarnya
redup, lalu ada pekarangan terbuka yang kecil, dibelakangnya lagi
barulah ruang dalam, rumah di pinggir jalan seperti ini, sangat
sederhana sekali tidak ada yang khusus.
Orang yang menyambutnya, adalah Yan-fang yang telah
berganti baju. Pakaian yang longgar, rok seratus lipatan warna hijau danau,
samar-samar bisa terlihat lekukan tubuhnya, menambah tiga
puluh persen kecantikannya.
Orang tua itu sudah masuk kedalam lagi, mungkin kamar di
belakang ruangan adalah tempat tinggalnya si orang tua.
Yan-fang membesarkan api lampu minyak, dengan santai
menyuguhkan segelas teh, di pipinya tampak sedikit malu, dengan
lembut tapi tidak dibuat-buat berkata:
"Tuan Fu silahkan minum tehnya, tempat tinggalku sederhana
sekali, di rumah masih belum memakai pembantu, jika pelayanannya
tidak sempurna, harap bisa dimaklumi."
"Nona Yan-fang tidak usah sungkan." Dia tidak minum tehnya,
gelas teh ditaruh diatas meja, "jangan perlakukan aku sebagai tamu."
"Tuan Fu silahkan duduk sebentar." Yan-fang berdiri, "di dapur aku telah menyiapkan cemilan, tidak memerlukan waktu lama. Atau,
silahkan masuk keruang dalam istirahat, jika tidak tuan Fu duduk
seorang diri, malah tidak leluasa, silahkan!"
Perkataannya tidak kampungan, juga tidak ada lagak yang
dibuat-buat oleh wanita ini, hati Fu Ke-wei jadi lega, paling sedikit tidak akan terjadi keadaan yang kaku.
"Nona, silahkan." Dia tersenyum, "bisa tidak persilahkan bapak
tua itu keluar berbincang-bincang" kata orang, dia kakeknya
nona." "Kakekku pendengarannya kurang baik, orangnya sudah tua
dan malas bicara," Yan-fang tertawa, "beliau sudah istirahat, mari kita masuk ke dalam, silahkan ikut aku."
Yan-fang berkata, sambil membereskan peralatan minum, tapi
setelah berpikir-pikir dia kembali menaruhnya, lalu berjalan masuk ke dalam.
Fu Ke-wei mengikuti dari belakang, seutas bau harum tipis yang
jernih menerobos masuk ke dalam hidungnya.
Mendadak, dia sepertinya teringat sesuatu, langkahnya jadi
melambat, sepasang alisnya mengerut dan menundukkan kepala
berpikir. Berjalan sampai ujung belakang menggantung satu lentera yang
sinarnya buram. Tiba-tiba Yan-fang membalikan tubuhnya, dengan
sangat alami mengulurkan tangan menggaet lengan Fu Ke-wei.
"Dipekarangan tidak ada lampu, tuan Fu hati-hatilah
melangkah." Kata. Yan-fang tersenyum menggetarkan hati, "suatu
hari, aku akan beli satu perumahan besar yang pekarangannya
enak untuk dihuni." "Keinginanmu pasti akan terkabul." Kata Fu Ke-wei, lamunannya
jadi terpotong, "dengan wajahmu, keinginanmu cepat akan
terkabul." "Tuan Fu silahkan duduk." Yan-fang melepas tangannya sambil
tertawa laksana bunga, "aku akan siapkan seteko teh yang harum."
"Jangan urus teh dulu." Dia tertawa ringan, sambil menarik Yan-fang dan mendekap pinggang yang munggil itu, Yan-fang tidak bisa
mengendalikan dirinya, dia duduk di pangkuannya. Bantal kapas seperti ini memang untuk laki-laki dan perempuan duduk bertumpuk, "tempatmu lebih mewah, di bandingkan dengan pelacur ternama di Qin-huai kota Nanjing."
"Mmm...tuan Fu." Yan-fang setengah
menolak menyandar dipelukannya, mulutnya yang kecil munggil
memikat dimonyongkan, "sudahlah, jangan mengolok orang, kau adalah hartawan kecil dari Nan-jing, pengalamannya banyak, siapa yang bisa menandingi pelacur ternama Qin-huai! Apakah kau tiap hari pergi ke pesisir Qinhuai?"
"Pelayanan dalam berbisnis! Tidak bisa di hindarkan, tapi juga tidak setiap hari pergi, aku ini bukan tuan hartawan yang memiliki gunung mas gunung perak di rumah." Dia menangkap tangan mulus Yan-fang
dinikmatinya, "dengan bakat seni mu, pasti bisa dijuluki bunga ternama yang berwajah cantik dan pandai, bunga ternama di Qin-huai, dibanding kau masih jauh."
Yan-fang duduk miring diatas pahanya, tangan kanannya
dipegang Fu Ke-wei, pinggang munggil juga didekap dengan tangan
kiri, ingin berdiri jadi tidak mungkin.
"Kau seperti berpengalaman sekali didalam kelompok bunga."
Yan-fang ingin menarik tangannya, dengan wajah yang genit sangat
memikat, jari mulus tangan kirinya perlahan ditunjukkan pada kening Fu Ke-wei, "aku telah mengatakan ingin membeli rumah, jika kau bisa percaya padaku, pinjamkan pada aku beberapa ratus liang perak,
entah kau mau memberikannya atau tidak?"
Pengamen dengan tamu, yang dibicarakan jika bukan uang pasti
sex, itu hal yang biasa sekali, Fu Ke-wei sedikit pun tidak ada alasan untuk curiga, walau saat dia masuk ke kamar sudah merasakan ada
sesuatu yang tidak beres. Paling sedikit, seorang wanita pengamen
yang setengah membuka pintu, mengatur rumah yang disewa begitu
mewah, sedikitnya tidak normal.
"Bukan aku tidak mau, masalahnya ada pada dirimu."
katanya. "Aku" Maksudmu adalah, kau ingin di rumah emas
menyembunyikan bunga, takut aku tidak mau?"
"Ini..." "Apa yang membuat kau tidak bisa tenang, yang bergerak?" pipi halus Yan-fang ditempelkan di wajahnya, dia tidak bisa melihat perubahan wajah Yan-fang, hanya merasakan pipi mulus yang sangat licin,
mengelus-elus pipinya dengan nafas seperti anggrek.
"Maksud ku adalah..."
"Tuan Fu, kau harus mengerti." Kata Yan-fang sambil mencium
wajahnya, dengan romantis, "di seluruh kabupaten He-kou, tidak
ada orang yang setampan dirimu, juga kedudukannya terhormat,
uangnya banyak. Aku sudah nekad mengikutimu, itu adalah
keberuntunganku, juga harapan ku, kecuali kau tidak ada perasaan
tidak ada cinta." "Kau menggombal lagi..."
"Bukan aku menggombal, tapi aku mengatakan apa yang ada
didalam hatiku." Yan-fang bangkit ingin berdiri, "kau dan aku baru berkenalan, di pihakku bunga jatuh ada maksud, sekali melihat
langsung jatuh hati, di pihakmu aku tidak tahu, walau kau hanya
bersandiwara! Aku pun tidak akan menyalahkanmu. Jangan
mengusap-usap, sarapanku masih belum siap! Kau duduk dulu
sendiri, aku segera menemani mu. Kamar dalam sudah dibereskan,
mau tidak berbaring di dalam?"
"Di restoran aku sudah cukup minum arak, perut juga sudah
penuh dengan makanan, mana bisa sarapan lagi." Dia memeluk
tidak melepaskan, wajahnya berseri-seri, tangan yang memeluk
pinggang munggil tidak jujur, memijat disini mengusap
kesana-kemari, membuat Yan-fang yang diusap seluruh tubuhnya
membara, "jangan tergesa gesa, dan juga..."
"Kalian laki-laki!" mata genit Yan-fang berair, nafsunya sudah
sampai di alis, "seperti kucing yang rakus, setelah masuk rumah
ingin masuk ruangan, setelah masuk ruangan ingin masuk
kamar..." "Setelah masuk kamar ingin naik ranjang." Dia dengan
tertawa aneh melanjutkan, "tapi aku sedikit tidak sama..."
"Apa yang tidak sama?"
Yan-fang memelas, menarik tangan kanan, merangkul leher dia,
seluruh tubuhnya menempel di dadanya, buah dada yang kenyal
menekan di utas dadanya yang luas dan kuat.
Fu Ke-wei bukanlah seorang laki-laki kaku yang bisa memeluk tapi
tidak kacau, dia juga tidak ingin jadi seorang yang kaku, dia mencium pipi halus Yan-fang, dengan mata seksi tertawa aneh, "tidak sama,
tidak sama, karena aku sekarang masih belum memikirkan ranjang,
juga belum memikirkan wanita cantik diatas ranjang. Setelah naik
ranjang, gelang giok, walet terbang semua sama saja, Xi-zi, Wu-yen tidak jauh berbeda, yang berbeda adalah situasi dan romantisnya
sebelum naik ranjang, bidang ini seharusnya kau lebih tahu dari pada aku, ruang dalammu diatur sedemikian seperti kamar pengantin, bisa di lihat di bidang ini kau pasti adalah pakarnya, siapa pun setelah masuk ruangan ini, ada berapa orang yang bisa menolak-nya" Tapi
malam ini situasi hatiku beda, aku ingin berbincang denganmu
dibawah sinar lilin."
"Apa! Kau..." Yan-fang menggeliatkan pinggangnya yang kecil,
meronta. "Jangan bangun, duduk saja di pelukanku sambil ngobrol." Dia
erat memeluk tidak melepaskan, "aku tidak akan melepaskanmu,
karena..." "Ooo! Bagaimana pun kau harus membiarkan aku melepas
baju..." "Saat harus melepas baju, aku akan melepaskanmu." Dia
memeluknya lebih erat lagi, "tidak perduli asal usulmu bagaimana, itu pastilah cerita lama yang sejak zaman dahulu sampai sekarang sama
saja, aku tidak perlu menceritakan, yang ingin aku katakan adalah kau yang sekarang dan dikemudian hari."
"Sekarang" Apa kau sudah memutuskan menyimpan bunga
didalam rumah emas" Kau..."
"Itu adalah hal di kemudian hari, sekarang aku ingin bicarakan
keadaanmu. Mendengar kata kata Naga Setempat Lu-jiu, beberapa
hari lalu ada orang disini berebut dan berkelahi, ada orang yang
dilempar keluar pintu, dipukul sampai mengalirkan darah dan kepala pecah." "Adakejadian itu."
"Siapa saja mereka itu" Orang yang memukul dan
melempar keluar pintu adalah..."
"Aduh! Kau memijat menyakiti pinggang aku," tiba-tiba
Yan-fang tertawa sambil berseru, "lepaskan aku, aku ingin berdiri
menarik nafas..." "Aku kan tidak menggelitikmu." Akhirnya dia melepaskan
tangannya, "hal cemburu berkelahi walau adalah hal biasa, tapi jika tidak betul mengurusnya, mungkin akan memakan korban..."
"Kau ingin tahu siapa orang itu, betul tidak?" Yan-fang dengan
tangan memainkan godeknya, langsung bertanya.
"Aku ini mengkhawatirkan mu..."
"Khawatirkanlah dirimu sendiri!"
"Maksud mu..." "Aku ingin kau mati!"
Begitu suara mati keluar, tangan mulus Yan-fang turun kebawah,
sinar jarum berkelebat, tiga buah jarum ekor lebah yang telah di
sembunyikan di dalam rambut, dengan sangat cepat menusuk
kearah dada Fu Ke-wei. Berdiri bertempelan, yang satu berdiri yang satu duduk, sekali
tangan dijulurkan langsung sampai di sasaran, yang satu tidak
berniat, yang satu berniat, dewa sakti pun tidak akan lolos dari
petaka ini. Tangan kanan Fu Ke-wei saat ini baru saja diangkat mengusap
dagunya, dia yang pertama menyadari dari lengan baju Yan-fang ada
gerakan yang tidak biasa, setelah melihat bayangan jarum yang hampir tidak terlihat oleh kasat mata, dia sudah tidak dapat menghindar.
"Aiit..." dia berteriak terkejut, langsung jatuh terlentang.
Jarum ekor lebah yang panjangnya dua cun, jika masuk
kedalam dada, bagaimana akan tertolong"
Walau tidak langsung mati, tapi sulit bergerak, sekali bergerak
sakitnya menusuk paru-paru, sakitnya bisa membuat seluruh
tubuhnya lemas, kehilangan semangat gerak dan tenaga.
Yan-fang bergerak mundur setelah melepaskan jarumnya, dengan
ringannya terbang mundur satu zhang lebih, turun di pintu kamar dalam, dengan cepat mengangkat gorden masuk kedalam, saat keluar lagi di
tangan kirinya ada sebilah pisau belati sepanjang satu chi, berdiri di jalan menuju dapur, dengan dingin menatap Fu Ke-wei yang diatas lantai,
meronta kesakitan. Wajah cantik dia berubah jadi dingin dan kaku, sepasang matanya
yang cantik genit berubah bersinar dingin, tidak berkedip menatap Fu Ke-wei, seperti seekor serigala yang telah makan kenyang, dengan
tatapan dingin melihat pada buruan kecilnya yang telah mati, di
matanya walau ada hawa pembunuhan, tapi sudah tidak ada selera.
Fu Ke-wei menggulung tubuhnya, dengan sekuatnya menahan
sakit, satu cun demi satu cun dia meronta duduk, sesaat, dia
berhasil, tangan kiri menekan dadanya, tangan kanan bertahan pada
bantal kapas, lutut kanannya dibengkokan setengah duduk, akhirnya
dia bisa duduk stabil. Wajah dia pucat putih, setiap otot wajahnya mengencang
berubah bentuk, berubah sangat menakutkan, giginya digigitkan
dengan kuat, bisa diketahui sakit yang dia derita begitu hebatnya.
Sinar matanya sangat menakutkan, dia mengawasi pada
Yan-fang, api kemarahan membara, hitamnya menakutkan orang,
dinginnya mengigilkan orang.
Dari kejauhan, terdengar suara kentongan tiga kali tanda jam
dua belas malam! "Jarum...ekor...lebah..." seluruh tubuhnya gemetar,
"kau...kau adalah..."
Mata Yan-fang bergerak, terhadap lawan yang masih bisa meronta
duduk, itu diluar dugaannya, dia juga terkejut karena dia masih bisa bicara.
Belati sudah keluar dari sarungnya tanpa suara, sinar dingin
berkilat, sangat tajam sekali.
"Kau adalah...adalah Ratu Lebah Perempuan...yang
su...sulit dilacak..."
Yan-fang melangkah, selangkah demi selangkah mendekat,
langkahnya pelan sekali, matanya menyorot sinar yang sangat
waspada sekali. Tubuh Fu Ke-wei bergoyang, hampir saja jatuh, tapi akhirnya bisa
ditahan dengan tangannya, dengan gemetar satu cun-satu cun dia
menggerakan tubuhnya yang berat itu mundur kebelakang,


Pengelana Rimba Persilatan Karya Huang Yi di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menggerakan sepasang kakinya dengan susah payah mundur, sekali
bergerak, garis kesakitan diwajarinya bertambah selapis.
Tidak jauh di belakang tubuhnya ada pintu ruangan, di luar adalah
pekarangan yang gelap pekat.
Kecepatan Yan-fang mendekat, lebih cepat di banding
gerakan dia mundur kebelakang.
Dia sudah bisa bicara, gemetar tubuhnya semakin keras.
Sinar kilat datang, bayangan orang datang menekan, Yanfang
sudah tidak tahan lagi, dia menyerang dengan belatinya.
Angin kuat menekan tubuhnya, bau harum menyerang orang,
hawa dingin belati menuju kearah dadanya, tubuhnya harus
membungkuk dan juga menempel dekat.
Terdengar satu teriakan perlahan, sebelum sesaat ujung belati
sampai disasaran, Fu Ke-we merebahkan tubuh kebelakang,
sepasang kaki dengan kecepatan kilat menyerang, sakit yang amat
sangat membuat dia tidak bisa mengerahkan tenaga seharusnya,
tapi serangannya tetap saja dahsyat.
"Aiik..." Yan-fang berteriak terkejut, kaki kanannya tersapu, dia jatuh
miring satu zhang lebih, jatuh dengan satu suara keras, dan
menabrak mengenai dinding, membuat jendela bergetar, orangnya
telah jatuh di bawah dinding.
Fu Ke-wei mengangkat tubuhnya, tapi di dalam ruangan gelap,
sepasang lilin telah dipukul jatuh oleh Yan-fang, gelapnya sampai
mengulurkan tangan tidak bisa melihat lima jari.
Jelas, Yan-fang tahu pisau Xiu-luo-nya sangat menakutkan, sangat
mungkin dia masih ada tenaga melemparkan pisau terbangnya
memadamkan lampu adalah pertahanan yang paling baik.
Dalam kegelapan, terdengar Yan-fan mengeluarkan siulan aneh.
Segera di depan sudah ada gerakan, si orang tua seperti setan
keluar dari pekarangan, di tangannya membawa seruling bambu yang
berwarna-warni, lebih panjang empat cun dari pada seruling yang
dipakai untuk pertunjukan, seruling ini sepanjang dua chi dua cun.
"Dia di bawah pintu." Teriak Yan-fan dengan gelisah.
Di dalam pintu di bawahnya ada benda yang bergerak, dengan
sinar bintang di pekarangan samar-samar bisa terlihat.
"Jarumku mengenai dadanya, tapi dia masih bisa bertahan."
Yan-fang berbicara lagi, tapi telah merubah posisi, "dia telah
menendang kaki kananku, dalam waktu singkat ini, dia tidak bisa
bergerak leluasa, cepat bunuh dia!"
Orang tua itu mengangkat seruling kebibir-nya, sebuah sinar
dingin menembak dari dalam seruling, dengan jitu mengenai benda
bergerak di bawah pintu sejauh satu zhang lebih, satu suara aneh
terdengar. "Bukan manusia." Orang tua dengan perasaan aneh
berteriak, "apa benar dia ada di dalam?"
"Seharusnya masih ada."
"Kau benar telah melukainya?"
"Tiga buah semuanya mengenai dadanya."
"Kau tidak menambah dia satu pisau?"
"Sedikit terlambat..."
"Kacau! Cepat keluar."
"Seharusnya dia sudah tidak akan bisa bertahan..."
"Cepat jalan!" Orang tua itu berteriak ketakutan.
Seluruh perumahan gelap gulita, sedikit suara pun tidak ada.
Fu Ke-wei bersembunyi di rerumputan pintu belakang, di
belakang dia adalah benteng setinggi dua zhang, orang yang
bersembunyi di dalam rumput, tidak akan mudah di temukan.
Dia keluar dari pintu belakang, karena sakit dia tidak bisa
memukul jatuh lawannya. Dia tidak bisa berjalan, kata-kata orang tua itu tidak bisa di
percaya, jika lawan merencanakan siasat hebat yang tiada cacat untuk membunuhnya, pasti setelah melihat mayat buruburu meninggalkan
tempat. Didalam hati dia tahu, di sekitar ini paling sedikit musuhnya telah menyembunyikan lima orang kawannya, menunggu dia keluar
mengantar nyawanya, atau menunggu dia menghembuskan nafas
terakhir baru mencari mayatnya.
"Sungguh aku pantas mati!" di dalam hati diam-diam dia memaki
dirinya sendiri, "begitu banyak gejala yang mencurigakan, aku malah begitu bodoh mengabaikan satu persatu. Oh langit! Siapa yang
mengatur siasat keji yang tidak ada kelemahannya ini" Dengan Ratu
Lebah aku tidak ada permusuhan juga tidak ada dendam, dia tidak
ada alasan untuk membunuhku, kenapa" Kenapa?"
Dia pernah mendengar di dunia persilatan ada seorang wanita
yang pandai menggunakan jarum untuk membunuh orang, di dunia
belum pernah mendengar ada orang yang pernah melihat wajah
aslinya Ratu Lebah, dia belum pernah bertemu, dari mana datangnya
permusuhan" Siapa nama Ratu Lebah apa pula marganya" Cantik
atau buruk, siapa pun tidak ada yang tahu.
Jarum Ekor Lebah adakah senjata rahasia jarum yang membuat
orang-orang persilatan ketakutan, di tempat yang terbuka kelompok
orang ini secara diam-diam bisa membunuh orang, bisa dikatakan dewa tidak akan tahu setan tidak akan merasakannya, sangat mudah
melakukannya dan sangat jitu.
Jarum Ekor Lebah sangat tajam, kekuatannya mengejutkan orang, tidak kena sasaran tidak apa-apa, begitu terkena pasti menembus masuk ke dalam tubuh dan mengenai jeroan, jika tidak dibedah dagingnya, sulit bisa mengeluarkan jarumnya, dalam sekejap, jeroannya pasti akan berdarah dan mati, jarum Ekor Lebah walau kecil, tapi di ukir bergerigi, bisa masuk tidak bisa mundur, bisa mengikuti gemetar sakitnya tubuh, sesudah masuk
kedalam nadi darah, pembuluh yang dilalui satu persatu akan terluka.
Lebih-lebih karena kecil, lukanya sulit ditemukan, makanya orang yang telah mati, penyebab matinya pun tidak dapat diselidiki.
Orang persilatan kalau membicarakan Jarum Ekor Lebah, seperti
membicarakan wajah harimau berubah warna, ketakutan seperti melihat ular atau kala jengking, tidak perduli golongan putih atau hitam, tidak satu pun yang tidak membencinya setengah mati.
Beberapa tahun ini, orang yang mati tidak tahu sebabnya dibawah
jarum ini, memang tidak sampai lima puluh tapi ada sekitar tiga sampai empat puluh banyaknya, semua adalah orang persilatan yang punya
kedudukan, tanpa alasan yang jelas dibunuh, setelah mati baru di
ketemukan penyebab kematian didalam tubuhnya. Mengenai korban
yang tidak ditemukan penyebabnya, ada seberapa banyak" Sungguh sulit dihitung.
Dia diserang oleh wanita jahat ini dengan tiga jarum, jarum masuk
kedalam tubuhnya, dia sudah tahu kehebatan senjata gelap ini.
Dengan hati-hati dia mencabut pisau Xiu-luo dari
sarungnya, pelan-pelan membuka baju.
Dia begitu telitinya sedikit pun tidak mengeluarkan suara.
Orang yang berani merencanakan pembunuhan padanya, pasti
bukan orang yang tidak ternama, mereka ini bersembunyi disekitar
menunggu, ingin membuktikan dia hidup atau mati, suara sekecil
apa pun, sulit lolos dari pendengaran tajam para pesilat tinggi ini, di ambang pintu hidup atau mati, sekecil apa pun kesalahan, sudah
dapat menentukan jalan hidupnya.
Dia bukanlah orang yang bodoh, tapi kali ini dia telah
melakukan kesalahan serius yaitu tahu setelah ada gejala yang
mencurigakan. Pertama, dia terpikir orang berbaju biru Bo Yi-he adalah
anggota organisasi pemburu bayaran itu.
Dia dengan Bo Yi-he, pernah bertemu beberapa kali, dia tidak
berhubungan erat, tapi dengan ketua organisasi pemburu bayaran
Dewa Karma Pu Chao-chen, dia berhubungan erat dan juga sering
mengadakan hubungan dagang.
Berbicara ilmu silat, Bo Yi-he dengan Wu-feng tidak berbeda jauh,
Wu-feng jarang punya teman. Asal ditambah satu atau dua orang yang membantu, akan mudah menghadapi Wu-feng. Bo Yi-he mengutus orang
membawa dia dari Di-zhou datang kesini, dia mengira Bo Yi-he pasti kekurangan orang. Tapi saat berpisah dengan Bo Yi-he, Bo Yihe malah mengatakan bisa mengumpulkan teman-temannya untuk membantu
dirinya, dengan adanya kejadian seperti ini kenapa dia tidak timbul curiga"
Yang lain adalah Naga Setempat Lu-jiu, lama diam di restoran, para berandalannya malah satu pun tidak terlihat, dimana bersembunyinya teman-teman Naga Setempat" Mana bisa mereka membiarkan bos
mereka sendirian berbisnis dengan orang asing" Jelas Naga Setempat jika bukan satu kelompok, pasti telah dikendalikan oleh si pembunuh.
Satu lagi orang tua peniup seruling, jika adalah orang tua biasa,
bagaimana bisa meniup seruling dengan nafas yang kuat sekali"
Yang paling tidak bisa diampuni adalah, dia pernah mencium
bau harum tubuhnya Yan-fang dengan kwalitet harum yang
tinggi sekali, tapi dia sedikit pun tidak timbul waspada.
Dia sudah berkelana di dunia persilatan sebanyak sepuluh musim semi dan musim gugur, dia pernah berhubungan dengan tidak sedikit teman wanita dan wanita asing. Mereka orang yang dari keluarga benar dan gadis terhormat, parfum dan kosmetik yang digunakan, kwalitasnya sama sekali berbeda dengan wanita pengamen, seharusnya sekali mencium dia bisa langsung sudah tahu, walau pelacur ternama di Qin-huai, untuk
mengangkat diri juga menggunakan kosmetik kelas tinggi, tapi tidak bisa menghindar menggunakan dengan berlebihan, disatu pihak menyatakan
harga dirinya tinggi, disatu sisi bisa menawarkan bau tubuh laki laki, apa lagi terhadap bau arak, jika tidak ada bau harum yang kental, bagaimana bisa tahan"
Yan-fang adalah wanita pengelana, dengan apa dia menggunakan
parfum yang tipis" Saat itu dia sungguh sudah curiga, tapi malah jalan pikirannya terputus oleh gerakan Yanfang menggaet tangannya
mengatakan kata romantis, kecurigaan yang timbul mendadak jadi
terbuyar-kan. Semakin dipikir semakin berdiri bulu kuduknya, dia juga
diam-diam mengagumi gerakan dan rencana Yan-fang yang sangat
teliti. Kalau saja dia minum teh yang ada di ruangan luar, kalau saja
dia tidak menggunakan siasat menempelnya, kalau saja dia tidak
mendesak hingga pembicaraannya sampai pada Tamu
Penggantung dan masuk kekamar...
Dan juga kalau saja dia bukan sedang duduk mendapat
serangan, bukan saja dalam sekejap dapat melihat hawa
pembunuhan dimata Yan-fang...
Tidak perduli bagaimana pun mengatakannya, dia telah terkena
siasat wanita cantik, seharusnya dia sial, dia salah menganggap
harimau betina pembunuh wanita sebagai wanita jalanan, kelakar ini sudah terlalu besar.
Dia sudah mati sekali, dan sekarang bahaya masih belum lewat.
Dia memotong otot dada, menggigit gigi menahan sakit
mencabut keluar satu Jarum Ekor Lebah didalam otot dadanya.
Disaat lawan melemparkan jarum terbang nya merentangkan
badannya, dan tangan kanannya yang sedang mengusap dagu,
dengan reflek menggunakan lengan menangkis jarum, makanya
jarumnya masuk dengan miring, tidak masuk kedalam dada,
sungguh berbahaya sekali, hidup dan mati hanya berbeda selembar
rambut. Dia memakaikan obat di dalam kantong serba guna mengobati
lukanya, lalu memotong bajunya untuk membalut, semuanya
dilakukan tanpa bersuara.
Dia begitu tenang, dengan sabar dapat menahan sakit, ini adalah
modal dia berkelana di Jiang-hu selama lima tahun dan masih hidup
sampai sekarang. Diatas benteng, di satu tempat yang rusak, pelan-pelan nonggol
setengah kepala, dengan sangat perhatian menyapu kebawah.
Dia telah melihatnya, tapi tidak perdulikan.
Diatap genteng rumah paling luar, ada satu bayangan hitam
yang bergerak-gerak. Mungkin orang-orang itu sudah tidak sabar menunggu, bersiap
masuk kerumah mencari mayatnya, orang-orang ini semuanya
penakut. Langit terlalu hitam, nama Xie-jian-xiu-luo menggemparkan ke
seluruh penjuru persilatan, di dalam kegelapan malam kedahsyatan
pisau Xiu-luo bisa bertambah sepuluh kali lipat, siapa yang berani jadi pahlawan"
Dia pelan-pelan menggulung lengan baju kanannya, terima kasih
langit! Tidak, seharusnya terima kasih pada pelindung lengan kantong pisau dirinya sendiri, dua buah jarum Ekor Lebah miring menancap
kedalam kantong kulit tempat menyelipkan pisau, tertahan oleh
badan pisau terbang arahnya jadi membelok dan tenaganya
berkurang lebih dari setengahnya, maka jarum itu masih menancap di kantong kulit.
Melihat posisinya, dua buah jarum ini, satu menuju kearah
jantung, dan yang satunya lagi sedikit keatas mengarah kedada kiri, ketepatannya, sungguh membuat hati orang bergetar.
"Wanita hina ini sungguh keji!" di dalam hati dia memaki.
Di depan terdengar ada suara yang pelan sekali, rupanya ada
orang yang naik keatap genteng rumah mengintip.
"Malam ini orang yang datang membantu dari luar, paling sedikit
ada delapan orang." Di dalam hati dia menghitung, sambil
menenangkan diri mengawasi keadaan disekitarnya.
Dia tidak bisa keluar, otot dada yang dipotong masih terluka,
begitu bergerak akan mengalirkan banyak darah, bagaimana
bisa bertarung dengan pesilat tinggi"
Juga, tubuhnya tidak membawa senjata.
Tempat bersembunyiannya bagus sekali, dari belakang rumah
sampai ke kaki benteng jaraknya ada tiga puluh langkah lebih, penuh tumbuh rumput liar dan pohon berduri kecil, dia berjongkok tiarap di rerumputan, rumput liar menutupi dirinya, walau sinar lebih terang lagi, dari atas benteng melihat kebawah juga sulit menemukan bayangan
tubuhnya. Yang paling penting, pesilat yang ilmu meringankan tubuhnya
sudah sampai tingkat kesempurnaan pun tidak akan dapat dari jarak
lebih dari sepuluh langkah seperti kilat mendadak menyerang dirinya.
Jika orang yang datang ke rerumputan mencari jejak, dari jarak
dua zhang lebih sudah dapat dirobohkan dengan menggunakan
pisau Xiu-luo, keadaan dia sekarang, tenaga yang dapat di gunakan
untuk melempar pisau Xiu-luo, hanya dapat mencapai jarak kurang
lebih dua zhang. Jika tidak mendesak sekali, dia tidak akan menggunakan pisau
Xiu-luo, untuk menghindarkan lukanya kembali pecah. Satu-satunya
hal yang bisa dia lakukan, adalah bersembunyi dengan baik, berdoa
pada langit supaya melindungi jangan sampai di temukan oleh
orang-orang ini. Asalkan hari sudah terang, orang-orang ini pasti akan
melarikan diri. Jika didalam rumah tidak ditemukan mayatnya, pasti akan timbul
kekacauan, mungkin pemimpinnya mengira dia sudah melarikan
diri, tidak buru-buru melarikan diri dari tempat kejadian itu, adalah hal yang aneh.
Akhirnya, dia mendengar ada suara di dalam rumah, malah dapat
melihat sinar lampu yang keluar dari celah dinding, orang-orang ini sudah berani dengan terang-terangan menyalakan lampu mencari
dia. Lalu, ada orang yang mencari di kaki benteng, ada orang yang
mencari di pinggir kali, di seberang jalan, ada orang dengan
terburu-buru dari sebelah kiri tempat bersembunyinya lari kearah kaki benteng, jaraknya tidak sampai satu zhang, mereka malah tidak
memperhatikan daerah rumput pendek tempat sembunyi dia, malah
mencari di tempat kaki benteng yang ditumbuhi rumput
setinggi manusia dan pohon-pohon.
Orang-orang ini semua memakai pakaian malam, semua memakai
cadar hitam, bukan saja tidak bisa melihat wajahnya, juga tidak bisa melihat jelas bentuk tubuhnya, langit terlalu gelap, dan gerakan
orang-orang ini juga terlalu cepat.
Lama, dari arah kaki benteng ada orang mencari berbalik arah, mulai dari rumah sebagai pusat berkumpul. Dua bayangan hitam satu di kiri satu di kanan, dengan hati-hati selangkah-selangkah berjalan
memeriksa, tidak henti-hentinya menggunakan pedang membuka
rerumputan yang dicurigai.
Melihat arah dan garis jalannya, tempat sembunyinya tepat dari
arah orang sebelah kanan, tidak diragukan lagi dia pasti tidak akan lolos dari nasib jika di temukan.
0-0-0 Bab 3 Dia menggigit gigi, sepasang tangannya mencabut sebilah pisau
Xiu-luo. Bayangan hitam semakin mendekat, babak hidup atau mati segera
akan ditentukan. Dia merasa jatungnya berdebar bertambah cepat, telapak
tangannya mulai berkeringat.
Dua zhang, satu setengah zhang..sepasang tangan dia tidak
berkeringat lagi, kembali seperti dulu tenang dan mantap, tenaga
dalamnya diam-diam dipusatkan, akan melakukan satu serangan
dahsyat menentukan hidup atau mati.
Ini adalah keistimewaan dia di Dunia persilatan yang berbeda dari
orang-orang lain, ketika dia memutuskan akan bertarung, malah dia
akan lebih tenang dibandingkan di saat kapan pun, tenangnya sampai dia sendiri juga heran, sebab kalau sudah begitu dia merasa meski
langit runtuh pun tidak akan mempengaruhi dirinya, dengan berani
dia menghadapi kematian, dibandingkan orang yang mengaku tidak
takut mati jangan dikata.
Hampir mendekati jarak satu zhang, sorot mata bayangan hitam
itu sedang menyapu dari arah kanan ketempatnya.
Pisau Xiu-luo dia, tenaganya sudah terpusat di ujung pisau.
Mendadak, diatap genteng muncul satu bayangan hitam, sambil
mengeluarkan satu siulan tajam yang pendek, lalu sekelebat
menghilang. Bayangan hitam yang akan melangkah mendekat, membalikan kepala
pada temannya yang di kiri, lalu bersiul mengangkat tangan mengayun ke belakang, dua orang itu membalikan tubuh lari ke arah kaki benteng, dengan gerakan Bangau Menerjang Langit, orang itu meloncat keatas
benteng setinggi dua zhang, sekelebat sudah menghilang.
Jantungnya Fu Ke-wei kembali berdebar, telapaknya pun


Pengelana Rimba Persilatan Karya Huang Yi di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kembali berkeringat, perasaan mengendur setelah melewati
bahaya, membuat dia merasa sangat lelah, dan lukanya kembali
terasa sakit. "Aku pasti bisa mencari kalian."
Dia didalam hati berteriak.
Cuaca akhirnya menjadi terang, dia masuk ke dalam rumah
Yan-fang, dengan teliti memeriksa setiap pelosok, dia berharap bisa mendapatkan sedikit jejak.
Tapi harapannya sia-sia, kecuali perabotan rumah, apa pun tidak
ada yang ditinggalkan, sampai satu baju pun tidak ditemukan.
Dia jadi tertawa pahit menggelengkan kepala, orang-orang ini
sungguh pintar sekali, seperti setan saja, gerakan menghilangkan
jejaknya begitu sempurna.
Terakhir, dia sekali lagi melihat kesekeliling rumah.
Tiba tiba, dia menyorotkan matanya pada alat minum yang
pernah dia gunakan untuk menjebak orang tua, di barang itu ada
satu lubang kecil terkena senjata gelap, tapi senjata gelapnya telah hilang.
Itu adalah lubang sebesar kacang, menembus alat setebal
setengah cun, lubangnya ada yang mendadak membesar, di
sekeliling lubang ada jejak warna hijau padam yang sulit dilihat.
Dia mencium-cium lubang kecil itu, lalu membuka kantong serba
ada, dengan pisau Xiu-luo mengambil bubuk dari satu botol keramik
perut besar, di campur dengan air liur lalu dioleskan pada satu sisi lubang kecil itu, dia memperhatikan perubahannya, dia tidak
henti-hentinya mencium. Tidak lama, sisi yang telah dioles bubuk, tampak ada jejak warna
pucat keputihan. Dia kembali menggunakan bubuk di botol lainnya, dioleskan pada
sisi lain lubang kecil. Berturut-turut dicobanya menggunakan empat macam obat bubuk,
akhirnya obat terakhir menampakan jejak warna abuabu hijau,
mengeluarkan bau tipis semacam amis ikan.
Dia tertawa puas, lalu membereskan kantong serba ada
pelan-pelan berdiri. "Seruling Pengejar Nyawa, Jarum Kematian, aku sudah tahu
siapa kalian!" Dia berguman, sinar dingin di matanya tiba tiba jadi membara,
sudut bibirnya tersenyum keji, sepasang tangan dengan reflek
mengepal kuat. Hari ketiga, Fu Ke-wei muncul di pesisir timur Au-zhou, menyuruh
perahu menanti di tempat itu, dia sendirian masuk ke Zhou-xi.
Ini adalah daratan pasir yang melintang di mulut sungai,
berhadapan dengan Lao-gu-fan yang berada jauh di seberang
sungai, daratannya ditumbuhi oleh rerumputan, beberapa gubuk
rumput di bangun untuk istirahat para nelayan, biasanya tidak ada
orangyang tinggal. Saat dia mendadak muncul di salah satu gubuk rumput, dia telah
mengejutkan tiga pria besar yang sedang tidur.
"Iii! Kau..." Seorang laki-laki besar
meloncat terkejut sambil berteriak.
"Siapa yang dipanggil Penerobos Ombak Chen-shou?" tanya dia
sambil menggendong tangan sambil tertawa.
"Kau adalah..." tanya Laki-laki lainnya dengan waspada.
"Aku marga Fu, mencari Chen-shou."
"Dia tidak disini, pergi ke Wu-wei-zhou di seberang pantai."
"Saudara adalah..."
"Aku marga Gao, kau cari kakak ketiga Chen..."
"Beri kabar pada bos kalian Naga Setempat Lu-jiu."
"Ini..." Wajah pria besar berubah.
"Aku berniat baik, tiga hari lalu, bos kalian dengan aku pernah
berhubungan di restoran Jin-ling, minum arak seratus gelas lebih."
"Ooo! Kau pedagang kain marga Fu yang datang dari Nanjing."
Kata laki-laki besar itu dengan ketakutan, wajahnya berubah sekali.
"Benar, pedagang kain datang dari Nan-jing." Dia tertawa, "ini
menandakan Naga Setempat diam-diam telah mengatur persiapan,
kakak ketiga Chen kalian mungkin tahu akan hal ini."
"Apa gunanya tahu?" laki-laki besar tertawa pahit, "bos Lu malam
itu juga sudah mati, dia tetap tidak bisa menyelamatkan nyawa."
"Ooo! Naga Setempat sudah mati?" Dia bertanya, tapi tidak merasa
diluar dugaan. "Benar, kami beberapa saudara, sama sekali tidak mampu
mencegah dua orang yang berdandan kuli itu, kami juga
mengorbankan nyawa dua orang saudara."
"Makanya kakak ketiga Chen kalian sembunyi di Wu-weizhou."
"Kami tidak dapat melawan musuh kuat."
"Aku sengaja datang pada kakak ketiga Chen untuk
memberi kabar." "Ini..." "Apa kalian tidak berharap membalas dendam?"
"Ini..." "Kasih tahu aku berita yang kalian ketahui, nanti aku pergi mencari mereka. Misalnya, arah pergi orang-orang itu, wajah asli mereka dan yang lainnya, aku percaya mereka lebih misterius lagi juga, tidak akan bisa lolos dari pengawasan ular setempat, karena Naga Setempat
diam-diam telah memberitahu keadaannya pada kalian, seharusnya
kalian sudah ada persiapan, makanya aku mencari kakak ketiga Chen."
"Kakak ketiga Chen benar telah pergi ke Wu-wei-zhou, berita
yang diinginkanmu, tanpa syarat aku beritahukan, aku berharap ada
gunanya buat kedua belah pihak."
"Saudara Gao, aku ucapkan terima kasih terlebih dulu."
"Orang-orang itu, sebulan yang lalu sudah tiba secara diam-diam,
mereka berpencar di beberapa penginapan kecil, hingga tidak
menimbulkan perhatian saudara-saudara kami. Ketika Yan-fang dan
kakeknya datang dari Nan-jing, dia menghubungi saudara tirinya bos Lu, si Ikan Terbang Hitam, baru dapat menyewa rumah dan tinggal,
tiga hari sebelum kejadian bos Lu diculik dan diancam orang.
Kehebatan mereka sangat menakutkan orang, bos Lu tidak berani
tidak bekerja sama dengan mereka."
"Orang yang menyebut dirinya Tikus Setempat itu..."
"Dialah orangnya yang mengancam bos, asal-usulnya
sangat misterius." "Arah pergi mereka..."
"Yan-fang pergi sendirian, menyamar sebagai pelayan kecil,
Medali Wasiat 14 Ilmu Ulat Sutera Karya Huang Ying Pertemuan Di Kotaraja 12

Cari Blog Ini