Rahasia Kampung Garuda Karya Khu Lung Bagian 9
mengulapkan tangannya mencabut pedangnya yang
sudah mengambil korban, muncratnya darah dari badan
Ciok beng Sianseng telah mengejutkan dan menakutkan
orang-orang pihak Kay see Kim kong.
Ciok-beng Sianseng yang masih belum binasa,
bergulingan ditanah sambil menjerit-jerit, dan akhirnya
mati dibawah kaki Kaysee Kim kong.
Ciok beng Sianseng mati dalam keadaan masih
memegang senjata kipas di tangannya, sehingga
membuat Kay see Kim kong teringat jasa-jasanya di
masa lampau dimana pahlawan itu pernah
menyumbangkan tenaga yang tidak sedikit kepadanya.
Sementara itu, Kim ciang Tayhiap pelahan-lahan
sudah bangkit lagi dan balik ke belakang It Jie Hui kiam.
It-jie Hui kiam baru hendak bertindak untuk mencegah
Ho Hay Hong, Kim ciang Tayhiap yang sudah mengerti
maksudnya buru-buru mencegahnya dan berkata sambil
menghela napas: "Loenghiong sudahlah, dewasa ini dikalangan
Kangouw banyak bermunculan jago muda, jago-jago
muda itu rupa-rupanya sudah waktunya hendak
menggantikan kedudukan orang-orang yang sudah tua.
Biarlah kau memberi kesempatan padanya!"
"Mengapa Tayhiap membela dia?" tanya It Jie Hai
kiam heran. "Lo enghiong tentu sudah tahu sendiri. Dengan
kepandaian yang diperlihatkan itu tadi, dari semua orang
yang ada disini, mungkin dialah yang kepandaian paling
tinggi!" "Dari mana Tayhiap mendapat kesimpulan itu."
"Dengan terus terang, ketika cucumu mulai menunjuk
kepandaiannya, aku sudah memperhatikannya dari
samping, oleh karena terbokong oleh Ciok beng
sianseng" Kim c iang Tayhiap, dari mulutnya mendadak
menyemburkan darah, setelah itu baru berkata lagi:
"Dari pihak lawan. orang yang berkepandaian paling
tinggi adalah Kay see Kimkong Ho Lan Hiong, tetapi telah
menyaksikan dengan mata kepala sendiri, cucumu
melesat setinggi lima enam tombak, dengan gerak tipu
serangannya yang luar biasa anehnya berhasil
menyerang bahu Kay see Kim kong. Lo enghiong, aku
lihat cucumu pasti mendapat didikan dari orang berilmu
tinggi, kau jangan sangsikan kepandaiannya lagi!"
"Memang benar, ketika ia menyerang Kay see
Kimkong, aku juga melihatnya dengan tegas. Aih,
benarkah bocah ini dapat mempertahankan kedudukan
kita.?" Hingga saat itu, Ia masih setengah percaya setengah
tidak, Tetapi Kim ciang Tayhiap mengerti bahwa, jago
tua itu karena perhatian terhadap cucu satu-satunya
maka masih belum merasa lega.
Ia lalu menghiburnya sambil menepuk-nepuk
bahunya: "Loenghiong, ingatlah kau dan aku dahulu,
sewaktu masih muda, apakah bukan juga dianggap
kurang sempurna atau kurang matang latihan kita, oleh
orang-orang tingkatan tua, sehingga menyia-nyiakan
banyak waktu, barulah bisa unjuk muka" Dan sekarang
mengapa kita harus mengulangi tradisi buruk itu lagi?"
Kata-kata Kim Ciang Tayhiap ini agaknya
mengingatkan kenangannya dimasa muda dengan
bersemangat ia berkata sambil tertawa terbahak-bahak:
"Tetap sepatah kata-kata lotee telah menggugah aku
yang masih sedang mengimpi. memang, kita diwaktu
muda juga dengan penuh ambisi hendak
memperkembangkan kepandaian, tetapi selalu mendapat
rintangan dari orang-orang tingkatan tua sehingga
kepandaian kita terpendam beberapa tahun lamanya.
Jikalau tidak, hasil yang kita capai sekarang mungkin
lebih besar lagi." Kini ia tidak merintangi Ho Hay Hong lagi, sambil
tersenyum ia mengawasi gerak gerik cucunya.
Ho Hay Hong merasa besar hati, karena baru pertama
mencoba ilmu kepandaian yang baru saja habis
dipelajari, ternyata sudah membawa hasil yang sangat
memuaskan. Dengan ilmunya mengendalikan pedang, dia sudah
berhasil membinasakan salah seorang tangan kanan
Kaysee Kimkong, hingga ia semakin tidak ragu-ragu lagi,
dengan tindakan lebar menghampiri Cee pak Ong-jin.
Ia memilih lawannya tidak memandang kepandaiannya
yang lemah atau yang kuat, ia hanya merasa jemu
menyaksikan tingkah laku Cee pek Ong-jin yang congkak
dan jumawa, maka hendak disingkirkannya lebih dulu.
Kematian Ciok beng sianseng yang mengerikan dan
keadaan yang bergulingan ditanah sebelum putus
nyawanya, membuat ngeri musuh musuh Ho Hay Hong.
pandangan mereka terhadapnya telah berubah, tidak lagi
dipandang sebagai bocah yang masih ingusan melainkan
sebagai malaikat jibril. Ketika ia berjalan menghampiri Cee pak Ong-jin, orang
tua yang licik dan banyak akalnya serta tengik tingkah
polanya itu, juga merasa jeri, sehingga mundur beberapa
langkah. Ciok tee Kouw sim yang menjadi lawannya, semula
agak susah mencari jalan untuk menjatuhkan, sedangkan
tingkah lakunya semakin congkak. Tetapi kini mendadak
seperti orang ketakutan, maka lantas diejeknya:
"Tua bangka. percuma saja kau sudah hidup hampir
enam puluh tahun, masih takut terhadap bocah yang
masih ingusan" Haha. aku lihat, kemana kau hendak
membuang mukamu" Cee pek Ong-jin yang mendapat gelar Manusia
sombong, sifatnya memang sangat sombong sekali.
Ketika diejek demikian rupa oleh lawannya, dan seketika
lantas naik pitam. Rasa takutnya lenyap seketika, ia maju
menghampiri Ho Hay Hong seraya berkata dengan
sombong: "Bocah, minggir sedikit, jangan mengganggu aku.
Nanti setelah aku membereskan orang ini, barulah
menyusul kau, juga masih belum terlambat."
Ho Hay Hong yang mendengar kata-katanya yang
terlalu sombong, tidak menjawab, sebaliknya
mengeluarkan siulan panjang dan lompat melesat
set inggi lima tombak lebih.
Di tengah udara ia mendongakkan kepalanya dan
mementang kedua tangan dan kaki nya, seolah-olah
burung garuda yang sedang terbang.
Kay see Kim kong yang menyaksikan suara dan
gerakan itu, menggumam sendiri: "Suara itu lagi, tadi ketika ia menyerang aku juga demikian gerakkannya."
Cee pak Ong jin yang belum merasakan lihaynya anak
muda itu, telah membacok dengan menggunakan tangan
kosong. Ho Hay Hong berputaran ditengah udara, kakinya
digunakan sebagai ganti tangan, satu tendangan yang
telah mengenakan pergelangan tangan orang tua itu,
Cee pek Ong jin hanya merasakan sakit, hingga mulutnya
mengeluarkan suara rintihan kesakitan, lantas menarik
kembali serangannya. Tetapi gerakan Ho Hay Hong yang aneh itu tidak
berhenti sampai disitu saja, sebelum lawannya berhasil
memperbaiki posisinya, ia sudah menyerang lagi, hingga
orang itu buru-buru mundur sejauh satu tombak lebih.
Tetapi Ho Hay Hong terus mengejar dengan
serbuannya, sekalipun Cee pek Ong jin sudah lompat
mundur setombak lebih, masih terkejar juga. Dalam
marahnya, timbullah kekejamannya dengan
mengarahkan tenaga sepenuhnya, ia melancarkan
serangan ke tengah udara.
Tetapi, serangan yang ganas itu sebagian besar telah
dipunahkan oleh Ho Hay Hong, meski kaki kiri Ho Hay
Hong terkena serangannya, namun kaki kanannya
berhasil menendang jalan darah Khie hay hiat lawannya,
hingga Cee pak Ong jin rubuh binasa seketika itu juga.
Sewaktu Ho Hay Hong melarang turun, kaki kirinya
masih merasa sakit, hingga jalannya agak sempoyongan.
Kay see Kim kong tiba-tiba membuka mulut bertanya
kepada orangnya: "Suat-tee Ciang thian, tahukah ini kepandaian ilmu
apa ?" Suat tee Ciang thian adalah seorang yang banyak
pengalaman dan banyak pengetahuan berbagai ilmu silat
merupakan orang yang paling dihargakan oleh Kay see
Kim kong. Dan orang itu juga banyak membantu dirinya
dalam usahanya mendirikan Kerajaan dalam rimba Hijau.
Suat tee Ciang thian yang luka-luka bersama-sama
dengan lawannya, justru tidak mau ada orang yang
menggantikan, maka ketika mendengar pertanyaan itu
lantas berkata: "Sianseng, lekas suruh orang menggantikan aku, aku
hendak perhatikan gerakannya."
Tanpa menunggu perintah Kay see Kimkong, Kan hun
sieseng sudah lompat keluar menghampiri Ciam sie.
Kepandaiannya sendiri meskipun tidak sebanding
dengan lawannya, tetapi karena lawannya sudah terluka
bagian dalamnya, sekali pun tidak bisa menangkan
padanya set idak-tidaknya juga tidak bisa dikalahkan.
Selain dari pada itu, ia juga khawatir Kay see Kim kong
suruh ia menghadapi Ho Hay Hong.
Dibawah perlindungan Bun-jin Siusu, Suat-tee Ciang
thian dengan selamat tiba disisi Kay see Kim kong. Baru
saja ia hendak berbicara, Ho Hay Hong sudah
menghampiri sambil tertawa dingin, mau tidak mau, ia
terpaksa melepaskan niatnya hendak mencari keterangan
tentang diri anak muda itu dan maju menyambut.
Suat tee Ciang thian pada saat itu telah berkata.
"Tadi ia pernah menggunakan ilmu mengendalikan
pedang. Itu adalah kepandaian ilmu Kim kong Hweshio
dari Ngo bie pay!" Kay see Kim kong tercengang, ia berkata dengan
suara gusar: "Kim Kong Hweeshio masih berani bermusuhan
denganku" Itu adalah suatu perbuatan yang sangat
bodoh?" Si Pemabukan Tiet Pun mendadak lompat dari medan
pertempuran dan berkata dengan suara nyaring:
"Apa kau murid dari golongan Ngo bie-pay?"
Sementara itu, Cian hoa jin sudah menyerang dengan
tangan kosong, Tiat Pun mendadak membalikkan badan
dan balas menyerang dengan satu gerak tipu yang aneh,
hendak mematahkan dua tangannya.
Cian hoa jin tidak menduga ia lawannya masih bisa
menggunakan gerak tipunya yang aneh itu. hingga untuk
sesaat ia terkejut. Ho Hay Hong bertanya sambil tertawa dingin:
"Aku ingin tanya kepadamu, siapakah sebetulnya Kim
Kong hweeshio itu?" "Bocah, kau pandai berlagak benar-benar sangat
menjemukan. Hari ini aku akan paksa kau berkata
sebenarnya!" kata Kay see Kim Kong.
Tangannya lalu bergerak, cahaya merah mendadak
meluncur dari belakang telapak tangannya, Ho Hay Hong
hanya merasa seperti terdorong oleh suatu kekuatan
tenaga dalam yang hebat sekali, hingga tanpa dirasa ia
sudah mundur lima langkah.
It Jie Hui kiam yang menyaksikan kejadian itu, lantas
berkata dengan marah: "Hong Lan Hiong, menghadapi satu bocah kau sudah
menggunakan kekuatan hawa murni San hwa kie,
apakah kau masih ada muka berkecimpungan di dalam
dunia Kang-ouw ?" Ho Hay Hong tidak mengerti sebabnya ia hanya
merasa bahwa darah sekujur tubuhnya bergolak, dirinya
seperti mengapung di tengah udara, hingga timbul rasa
curiganya apakah sudah terluka oleh serangan musuhnya
tadi. Kay see Kimkong tidak menghiraukan protes It Jie Hui
kiam. kembali melancarkan serangannya yang dahsyat
itu. Ho Hay Hong melihat tangan Kay see Kimkong
bersinar merah, meskipun ia tidak mengerti sebabnya,
tetapi ia tahu bahwa serangan itu mengandung
hembusan angin luar biasa hebatnya maka buru-buru
lompat mundur, mengetatkan serangannya.
It Jie Hui kiam lompat maju sambil menyambar
perisainya dan berkata dengan nada marah:
"Hong Lan Hiong, biarlah kuserahkan tulang tulangku
yang sudah tua ini, mari kita berdua mengadu
kepandaian!" "Tua bangka, kau kubur dulu cucumu, nanti bicara
lagi." kata Kaysee Kimkong dingin.
Ho Hay Hong yang mendengar ucapan itu. diam-diam
terkejut. Apakah sebetulnya ilmu pukulan yang
dinamakan San hwi khie itu" Mengapa demikian ganas"
Berbareng pertanyaan timbul dalam hatinya, akhirnya
ia tidak dapat mengendalikan dirinya hingga bertanya
kepada Kim ceng Tayhiap: "Lopek, apakah sebetulnya ilmu pukulan Sin hwa
cianlek itu?" Kim ciang Tayhiap sangat terharu mendengar
pertanyaan itu, ia menggelengkan kepala tidak
menjawab. Melihat demikian, wajah Ho Hay Hong berubah, ia
bertanya pula: "Lopek, mengapa kau tidak menjawab" Apakah aku
benar-benar harus mati?"
Kim ciang Tayhiap menundukkan kepala wajahnya
murung, katanya dengan suara pelahan sekali:
"Aih! Anak, kau jangan tanya lagi, semua ini adalah
aku yang mencelakakan dirimu ?"
Rahasia Kampung Garuda Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Suatu firasat jelek terlintas dalam ot ak Ho Hay Hong
mendadak ia lompat dia berkata dengan suara nyaring:
"Bagus bagus aku sudah dekat mati. Hong Lan Hiong.
kau benar-benar hebat, tapi." ia tertawa sinis kemudian berkata lagi.
"tetapi aku juga bukan orang lemah, sudah tentu aku
tidak mau menjadi setan penasaran kembalikan jiwaku!"
Kim ceng Tayhiap berkata sambil menghela napas:
"Anak, sungguh tidak kusangka selagi namamu
hendak menanjak, telah digagalkan oleh tangan iblis.
Aih, sungguh kasihan dan menggemaskan. Sekarang
umurmu hanya tinggal tiga hari saja, kau hendak berbuat
apa, lakukanlah sesuka hatimu. Kau boleh menggunakan
sisa waktumu yang sangat terbatas ini, berbuatlah apa
yang kau sukai. Pergilah anak yang patut dikasihani,
dosa ini adalah aku yang menciutkan, bagaimana aku
harus menghadap It Jie Hui kiam loenghiong."
Sehabis berkata demikian orang tua yang biasanya
tinggi hati itu pelahan-lahan membalikan badan, diam
diam mengucurkan air mata.
Dari kata-katanya orang tua itu Ho Hay Hong mengerti
semua, sesaat darahnya mendidih, bagaikan orang kalap
ia menyerbu Kay see Kim kong.
It Jie Hui kiam hendak mencegah, tetapi, kata katanya
belum keluar dari bibir mulutnya, sudah menangis
terisak-isak, hingga mengundurkan diri sambil menghela
napas. Ho Hay Hong sudah melupakan jiwanya sendiri yang
terancam maut, ia pikir hidupku ini sebagai memimpi,
tidak apa kalau aku memang harus mati, tetapi kawanan
iblis ini harus kubasmi habis lebih dahulu.
-Odw-oo-wiOBersambung Jilid 19 RAHASIA KAMPUNG GARUDA Karya : Khulung Saduran : Tjan ID Jilid 19 IA mendongakkan kepala dan bersiul nyaring, seolaholah
hendak mengeluarkan semua kekesalan,
kedongkolan dalam hatinya. Ia membiarkan dirinya
berubah menjadi penuntut balas berhati dingin, atau
bangkai hidup yang tidak berjiwa untuk melaksanakan
cita-citanya. Gerak tipu kedua dari ilmu silat garuda sakti, yang
dinamakan garuda sakti terbang ke udara, telah
digunakan dalam keadaan pikiran ruwet seperti itu.
Ketika tangan dan tinjunya bergerak segera minta
korban Ban jin Sin lie heng berdiri terdekat dengannya.
Selanjutnya, serangannya yang hebat sudah membuat
terpental diri si pemabukan Tiat-Pun sejauh tiga tombak.
Kasihan bagi si pemabukan ini, ketika ia merayap bangun
lagi, baru tahu bahwa seluruh kekuatan dan kepandaian
ilmu silatnya sudah lenyap dengan mendadak. Dalam
terkejutnya, ia lantas menangis menggerung-gerung
bagaikan anak kecil. Ia sudah menjadi seorang cacad yang sudah tidak
bertenaga sama sekali, semua kepandaian dan kekuatan
tenaganya yang dilatih dengan susah payah selama
beberapa puluh tahun, kini telah habis seluruhnya.
Pukulan ini, lebih hebat dari pada kematian. Seketika
ot ak dan matanya lantas gelap dan akhirnya ia jatuh
pingsan. Dengan mata beringas Ho Hay Hong melancarkan
serangannya yang ketiga, sepasang tangannya dengan
tiba tiba meluncur kearah jalan darah Seng jie-hiat
ditubuh Kay-see Kim kong.
Kay see Kim kong terperanjat, dengan tergesa-gesa
menggunakan ilmu serangannya San hwa Cian lek,
hingga Ho Hay Hong yang terkena serangan itu sampai
bergulingan ditanah Tetapi, ilmu silat garuda sakti itu sungguh ajaib,
sekalipun ketemu dengan lawan yang kekuatan tenaga
dalamnya lebih tinggi juga tidak akan terluka oleh daya
tenaga kekuatan tenaga lawannya, sebab setiap gerak
serangan ilmu garuda, sudah mengandung kekuatan
tenaga dalam yang sangat hebat, sehingga tidak
terpengaruh oleh kekuatan tenaga dalam lawannya.
Maka meskipun Ho Hay Hong terpukul sehingga
bergulingan, namun sedikitpun tidak mempengaruhi
kekuatan tenaganya. Ia tahu bahwa jiwanya hanya tinggal tiga hari, dalam
marahnya timbullah kenekatannya. Maka begini bangun,
ia sudah melesat terbang lagi ketengah udara dan
menggunakan gerak tipu keempat balas menyerang
musuhnya. Dilihat dari luar, gerak badannya itu nampak sangat
ringan sekali, tetapi begitu kakinya menjejak, lantas
menimbulkan kekuatan tenaga dalam yang hebat sekali.
Dengan kekuatan tenaga tiga kali lipat dari lawannya, ia
menyerang musuhnya. Pada saat itu, Kay see Kim kong baru mengetahui
bahwa gerakan dan ilmu kepandaian anak muda itu, jauh
berbeda dengan ilmu silat biasa. Kini ia merasa bingung
hingga pertahanannya mulai goyah.
Sewaktu melakukan serangan Ho Hay Hong tiba-tiba
mengeluarkan suara hebat, hingga membuat hati Kay
see Kim kong terkesiap. Dalam keadaan demikian tangan
Ho Hay Hong sudah berada didepan mukanya.
Kay see Kim kong berusaha untuk menutup serangan
itu, tetapi sudah terlambat, ketika suara siulan Ho Hay
Hong berhenti, jalan darah Thay- heng hiat dijidatnya
sudah tertotok oleh dua jari tangan Ho Hay Hong.
Sebagai satu jago tua rimba hijau yang sudah banyak
makan asam garam dunia Kang ouw, meskipun dalam
hati terkejut, tetapi mulutnya sedikitpun tidak
mengeluarkan suara rintihan karena rasa sakit diatas
jidatnya hanya dimata orang banyak jago rimba hijau
yang menganggap penitisan Cho Pa Ong perlahan-lahan
telah rubuh, tanpa berkutik lagi.
Rubuhnya pemimpin rimba hijau itu, telah
membuyarkan impian muluk anak buahnya, semuanya
yang masih bertempur, lalu meninggalkan musuh
masing-masing dan lompat dari kalangan, untuk
menolong jiwa pemimpin mereka.
Tetapi sudah terlambat, Kay see Kim-kong hanya
berkelojotan sejenak, jiwanya sudah melayang ke lain
dunia. Semua orang yang ada disitu belum pernah
menyaksikan kejadian aneh seperti itu, sebab betapa
hebat dan kuatnya Kay-see Kim kong yang sudah
menjagoi rimba hijau selama beberapa tahun, tetapi
sungguh tidak disangka bisa binasa ditangan seorang
muda, yang belum pernah dikenalnya.
Selanjutnya, semua mata ditujukan semua korban
bergelimpangan di tanah korban-korbannya itu ketika
datang merupakan orang-orang gagah berani yang
sombong sikapnya tetapi kini sudah rebah tidak
bernyawa dalam keadaan yang menyedihkan.
Pertempuran selesai, suasana dalam ruang itu hening
luar biasa, hanya suara bernapas orang saja yang
terdengar. Tetapi keheningan itu menimbulkan perasaan
ngeri. Tiat tee Ciang thian dari pihak Kay see Kim kong yang
semula masih bisa berdiri, mendadak sempoyongan dan
akhirnya jatuh di tanah. Wajahnya pucat pasi, matanya tertutup rapat, ia telah
binasa karena luka-lukanya.
Tetapi, semua orang tidak tahu sebab-sebab
kematiannya. Ciam see yang sejak tadi bertempur dengannya, dia
dalam hati berpikir, "aku tadi mengadu kekuatan sampai tiga kali dengannya, dua pihak terluka parah. Tetapi agak
mustahil kalau luka itu bisa membawa kematiannya."
Bagi orang yang sudah memiliki kepandaian tinggi dan
kekuatan tenaga dalamnya sudah cukup sempurna,
kematian itu masih terlalu mudah baginya. Tapi siapakah
yang turun tangan lagi, sehingga mengakibatkan
kematiannya. Semua orang tidak tahu, bahwa kematian Suat tee
Ciang thian itu sebetulnya karena akibat terlanggar oleh
serangan Ho Hay Hong. karena sewaktu Ho Hay Hong
menyerang musuhnya, Kay-see Kim-kong ia justru
berada paling dekat, meskipun serangan itu tidak
mengenakan diri secara langsung tetapi sambaran
hembusan angin yang luar biasa telah membuat kambuh
luka dalamnya, sehingga membawa kematiannya.
Dengan demikian, orang-orang kuat yang dibawa oleh
Kay see Kim-kong kecuali Koan lok Sie gee, tiga
serangkai keluarga Sim dan dua belas pelindung pribadi
Kay see Kim kong yang masih hidup, yang lainnya semua
mati di tangan Ho Hay Hong.
Ho Hay Hong sambil berdiri tegak, dengan sinar
matanya yang tajam menyapu semua wajah-wajah
musuhnya, tetapi musuh-musuhnya tidak seorangpun
berani memandang dirinya, barang siapa yang
dipandangnya, buru-buru menundukkan kepala.
Saat itu, mata It-jie Hui kiam sudah penuh air mata,
meskipun cucunya sudah berhasil membinasakan semua
musuh-musuhnya, juga berarti ini menyingkirkan bahaya
besar yang mengancam kedudukannya dan nama
baiknya tetapi ia tidak berdaya menolong jiwanya.
Dia telah berhasil membinasakan jago plus pemimpin
rimba hijau yang kenamaan, ini berarti suatu prestasi
luar biasa bagi jago muda yang masih sangat muda belia
seperti ia, juga berarti suatu kemenangan yang paling
gemilang dalam sejarah rimba persilatan. Hal itu akan
membuat namanya cepat terkenal, tetapi apa artinya itu
semua, karena nyawanya hanya tinggal tiga hari saja.
Dengan sikap dan nada suara dingin, Ho Hay Hong
bertanya pada Koan lok Sie gee.
"Apakah kalian ingin pulang dalam keadaan hidup?"
Tetapi sesaat kemudian agaknya telah timbul
perubahan dalam perasaannya yang seolah-olah sudah
mati, tidak menunggu jawaban yang ditanya, sudah
berkata lagi sambil menggeleng-gelengkan kepala:
"Tidak bisa, tidak bisa, diwaktu datang kalian telah
bermaksud hendak membasmi kita sehingga habis baru
puas, sekarang bagaimana aku dapat membiarkan kalian
pulang dalam keadaan hidup" Heh heh."
Suara tertawanya itu sangat menyeramkan, hingga
Koan lok cie gee yang mendengarkan, wajahnya mereka
berubah seketika. Tanpa banyak pikir lagi, semua
melompat melesat setinggi setombak lebih, hendak
melarikan diri. Tangan Ho Hay Hong bergerak, sinar putih meluncur
keluar, sebentar kemudian sudah menembusi belakang
punggung seorang yang berada paling belakang.
Suara jeritan sangat mengerikan keluar dari mulut
orang yang malang itu, untung orang-orang itu masih
cukup tahan, begitu melihat gelagat buruk, masingmasing
mengerahkan ilmunya meringankan tubuh, buruburu
melarikan diri. Kalau menurut watak dan kebiasaan It-jie Hui kiam,
tidak mau membasmi musuh-musuhnya sehingga habishabisan,
maka ketika musuh sudah kalah, ia tidak
memerintahkan orang-orangnya untuk melakukan
pembasmian. Tetapi ia mengerti keadaan dan hati cucunya, Ia
sengaja tidak mau mencegah perbuatan Ho Hay Hong
yang sudah melakukan pembunuhan besar-besaran,
supaya jangan mengganggu pikirannya yang sudah
gelap. Tiga serangkaian dari keluarga Sin, sudah tahu kalau
tidak ada harapan hidup lagi, maka lalu berkata kepada
It Jie Hui kiam: "Sungguh tidak disangka It Jie Hui kiam juga hanya
seorang jago yang tidak sesuai dengan perbuatannya.
Kau melakukan pembasmian terhadap musuh-musuhku,
di kemudian hari pasti akan mendapat pembalasan yang
set impal." Tiga saudara itu sudah bersatu hati, mereka sengaja
mengejek It Jie Hui kiam dengan kata-kata, dengan
pengharapan supaya jago tua itu mencegah tindakan
cucunya, atau memberikan kesempatan kepada mereka
untuk melarikan diri. Tak disangkanya jago tua itu diam saja, sedikitpun
tidak menghiraukan ocehan mereka, hingga t iga saudara
itu menjadi bingung. Tiga saudara itu saling berpandangan saling
berpandangan sebentar mereka tahu tidak akan lolos dari
tangan Ho Hay Hong maka lantas pada membunuh diri
sendiri. Ho Hay Hong yang menyaksikan kematiannya mereka
secara mengenaskan itu, tiba-tiba berpaling dan bertanya
kepada It Jie Hui-kiam: "Kongkong, musuh yang sudah kalah apakah tidak
seharusnya kita bunuh?"
"Dalam hal ini, apabila kita hendak berlaku bijaksana, seharusnya berikan kesempatan kepada musuh yang
sudah kalah untuk melarikan diri." jawab It Jie Hui kiam.
Ho Hay Hong berpikir sejenak, kemudian berkata
kepada musuh-musuhnya yang masih belum sempat
melarikan diri. "Baik, kalian sekarang boleh pergi tetapi awas, kalian jangan membikin susah kepada rakyat lagi!"
Orang-orang itu seperti mendapat pengampunan
besar, buru-buru memberi hormat sambil mengucapkan
terima kasih, kemudian meninggalkan gedung itu.
Setelah semua musuh-musuhnya berlalu Ho Hay Hong
mulai menggali tanah dengan menggunakan pedangnya,
It Jie Hui kiam heran. bertanya padanya:
"Hay Hong, kau mau berbuat apa?"
"Mengubur bangkai" jawab Ho Hay Hong.
"Tidak perlu kau capekan hati, lekas beristirahat dulu!"
Rahasia Kampung Garuda Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kata sang kakek. Ho Hay Hong angkat muka memandang kakeknya,
kemudian berkata: "Kongkong, sejak cucumu masuk rumah mu. selama
ini belum pernah melakukan sesuatu kewajiban apa-apa,
namun dalam hatiku ingin sekali bisa melakukan sesuatu
pekerjaan untukmu. Sekarang, umurku hanya tinggal tiga
hari saja, aku hendak menggunakan sisa dari umurku
yang sangat pendek itu, hendak melakukan apa-apa
untuk membalas budimu. Besok aku hendak berangkat
menuju ke selatan, harap kongkong jangan mencegah."
It Jie Hui-kiam yang mendengar kata-kata itu, air
matanya mengalir turun. Ia sebetulnya ingin menanya,
ada keperluan apa pergi ke selatan " Tetapi sebelum
membuka mulut, mendadak berubah pikirannya.
Mengingat umurnya yang hanya tinggal tiga hari, ia
hendak memberi kesempatan padanya supaya berbuat
sesuka hatinya. Maka ia tidak mencegah perbuatannya, membiarkan ia
menggali lubang dan mengubur semua jenasah.
Setelah melakukan pekerjaannya, tanpa berkata apa
apa ia berlalu dan berjalan menuju ke gudang dibelakang
gedung. Petugas yang menjaga gudang mengenali Ho Hay
Hong maka mereka tidak melarang, membiarkan ia
membuka gudang dan masuk kedalam.
Gadis baju ungu dengan tenang rebah di atas
tumpukan karung teh, setengah dari mukanya tertutup
oleh rambutnya yang panjang dan hitam jengat.
Ketika melihat Ho Hay Hong datang, buru-buru lompat
dan berkata sambil tertawa:
"Ho koko kau baik ?"
"Musuh telah pulang setelah menderita kekalahan
besar. Kecuali Koan lo Sie-gee dan dua belas pengawal
pribadi Kay see Kimkong. yang lainnya, termasuk Kay see
Kimkong sendiri, semua sudah binasa dan telah kukubur
sendiri. Dalam pertempuran ini, pihak kita hanya terluka
dua orang ialah Ciam Sie dan Kim-ciang Tayhiap!"
Ia menceritakan semua yang telah terjadi, hanya
tentang dirinya sendiri yang terluka ditangan Kay see
Kimkong oleh ilmunya San hwa ciang lek, ia sengaja
sembunyikan supaya tidak menyusahkan hati gadis itu.
Gadis itu setelah mendengar keterangan Ho Hay
Hong, semakin girang, wajahnya berseri-seri.
"Hah, Ho koko, kau benar hebat, kesudahan
pertempuran ini sudah cukup menggemparkan rimba
persilatan, namamu juga segera terkenal!"
"Tidak, aku sedikitpun tidak merasa bangga." kata Ho Hay Hong.
Gadis baju ungu melihat sikap Ho Hay Hong agak
aneh maka lalu berkata pula:
"Ho koko, dalam waktu satu hari kau akan menjadi
seorang kenamaan, seharusnya gembira mengapa kau
nampaknya kesal hati" Apakah semua itu hanya tipu
belaka?" Ia membuka matanya lebar, pikirannya semakin heran
kepedihan meliputi mukanya. Akhirnya Ho Hay Hong
berkata: "Dengan terus terang, aku hendak meninggalkan
tempat ini, kedatanganku kemari hanya hendak minta
diri padamu!" Mendengar perkataan itu, gadis baju ungu terperanjat,
katanya cemas: "Apa katamu" Ho koko, apakah kau tak akan kembali
lagi?" Ho Hay Hong menggelengkan kepala, selagi hendak
menjawabnya, tetapi ketika menampak wajah gadis itu
sangat gelisah dan seperti seorang putus asa, ia tidak
dapat mengeluarkan perkataannya. Akhirnya ia
menjawab: "Belum tentu, kalau nasib baik, mungkin akan kembali
lagi!" Gadis itu sangat cerdik, ia dapat menduga Ho Hay
Hong pasti terganggu oleh apa-apa maka lantas berkata:
"Kau rupa-rupanya mempunyai kesulitan jikalau tidak
tentu tidak memakai perkataan kalau nasib baik, harap
kau berkata padaku dengan terus terang, jangan
mengelabui aku." Berat baginya untuk membuka mulut, lama ia berdiam
kemudian baru berkata: "Kujelaskan duduk perkaranya semua, kau akan
merasa tidak enak, perlu apa di katakan?"
Gadis itu seperti mendapat firasat buruk, hatinya
mendadak merasa pilu, tanpa sadar sudah mengucurkan
air matanya, menggenggam tangan Ho Hay Hong
kemudian berkata dengan nada suara sedih:
"Ho koko, apa selama ini kau masih belum mengerti
perasaanku" Maka kau tidak mau memberi keterangan
tantang kesulitanmu kepada ku?"
Ketika ia mengucapkan perkataan itu, ia merasa
seperti tertipu oleh Ho Hay Hong hingga air matanya
mengalir deras. Dengan tenang Ho Hay Hong memperhatikan semua
gerakan gadis itu, ia juga seorang cerdik. Dari sikap
gadis itu ia segera dapat mengetahui betapa penting
kedudukannya dalam hati gadis itu, Ia tidak menduga
gadis itu demikian besar cintanya terhadap dirinya
hingga seketika itu hatinya merasa terharu.
"Dengan terus terang, aku tadi terkena serangan ilmu
San hoa ciang lek Kaysee Kim kong, nyawaku hanya
tanggal tiga hari, jikalau racunnya bekerja, aku akan
mati!" Wajah gadis itu pucat pasi, ia bertanya termangumangu.
"Benarkah ucapanmu tadi?"
Menyaksikan sikap duka gadis itu, ia merasa tidak
enak hati, sehingga tidak berani memandang mukanya,
perlahan-lahan menundukkan kepala.
Pikirannya sudah kalut, ia tidak tahu bagaimana harus
menjawab, sedang gadis itu sudah menangis lagi dengan
sedihnya. Sejak ia berangkat dewasa, ia sudah ditinggalkan oleh
ayah bundanya, hingga harus menumpang kepada
kakeknya, selama berdiam bersama kakeknya, baru
pertama kali ini mencicipi madunya cinta, sekarang baru
mengetahui bahwa madu cinta yang dianggapnya manis
itu ternyata lebih pahit daripada empedu.
Melihat keadaan yang menyedihkan itu, Ho Hay Hong
tergerak hatinya, ia merasa menyesal bahwa ia sudah
tidak mempunyai rejeki untuk menerima cinta gadis
cant ik didepan matanya itu.
Dalam keadaan gelap pikirannya semakin bingung. Ia
masih sangsi apakah gadis itu benar-benar sudah jatuh
cinta kepada dirinya" Ataukah hanya diluarnya saja"
Mendadak dalam otaknya timbul suatu pikiran aneh. Ia
hendak menggunakan perbuatan untuk mencoba gadis
itu, maka lantas berkata sambil tertawa getir.
"Sungguh ucapanku adalah benar, kalau kau tidak
percaya boleh tanya kepada kong-kong."
Dengan lengan bajunya ia menghapus air mata gadis
itu, katanya pula: "Dengan sejujurnya, aku tidak mengerti perasaanmu,
pikir saja, kita bertemu dan berkenalan baru beberapa
hari saja dan kau seorang gadis dewasa yang masih
belum nikah, baru mendengar kabar buruk dari mulutku
saja sudah begitu sedih, apabila hal ini diket ahui oleh
orang lain, pasti menimbulkan kecurigaan mereka,
dianggapnya kita berbuat yang bukan-bukan, aku lihat
sebaliknya kau jangan terlalu bersusah hati !"
Mendengar perkataan itu, gadis baju ungu mendadak
angkat muka dan bertanya.
"Apa artinya ucapanmu ini ?"
Nampak gadis itu marah, Ia mengerti bahwa
ucapannya tadi sudah menusuk hatinya, maka jawabnya
juga kelabakan: "Aku...aku.tidak bermaksud apa-apa."
"Apakah hingga saat ini kau masih belum mengerti
perasaanku?" kata gadis itu sedih.
Ho Hay Hong berlaku pura-pura tidak mengerti dan
balas menanya: "Kau suruh aku bagaimana harus mengerti
perasaanmu ?" Gadis itu terkejut, ia tidak menduga Ho Hay Hong
menggunakan perkataan demikian melukai hatinya,
sesaat merasa mendongkol, ia berkata dengan singkat.
"Baiklah, kalau kau mau pergi pergilah!"
Ho Hay Hong sesalkan kebodohannya sendiri,
sehingga menyakiti hatinya.
Ia berdiam untuk menenangkan pikirannya, tiba-tiba
mendapat pikiran, bagaimana harus memperbaiki
kejalannya, maka lalu berkata:
"Aku tahu sangat baik perlakukan diriku, tetapi selama itu aku tidak pernah perhatikan, sekarang setelah jiwaku
dalam bahaya, dan aku menyesal juga sudah terlambat,
Aku hanya mengharap, semoga kau baik baik jaga
dirimu, jangan sampai terjadi apa apa, hingga hatiku
merasa lega." Sehabis berkata, ia hendak berlalu, tetapi bahunya
ditekan oleh gadis itu, sehingga ia tidak bisa bergerak.
Ia terperanjat, dalam perasaannya, maka ia lalu
menanya: "Kau masih ada pesan apa lagi ?"
"Setelah kau berlalu dari sampingku kau hendak
kemana?" tanya gadis itu dingin:
"Ke selatan". jawabnya singkat.
Setelah memberi jawaban dengan terus terang
mendadak ia salah faham maksud si-nona. berkata lagi
sambil tertawa getir: "Jangan khawatir, aku bisa mencari tempat yang
tenang untuk bersemayamku!"
Jantung gadis itu tergoncang hebat, tetapi ia coba
kendalikan, katanya. "Untuk apa kau pergi ke selatan ?"
Ia pikir Ho Hay Hong tentunya ada urusan yang lebih
penting dari pada dirinya, jikalau tidak, andaikata benar
ia harus mati, mati di utarakan juga tidak halangan,
mengapa harus pergi ke selatan.
Ho Hay Hong tidak bisa menjawab, bagaimana ia
harus membuka rahasia dalam hatinya sendiri "
Sepasang mata dingin memandang wajahnya, ia tidak
dapat memahami isi hati gadis jelita yang sifatnya sukar
dijajaki ini, Sehingga saat itu, dimana ia sudah mendekati ajalnya, apa yang dikenalnya dari gadis itu hanya bagian
luarnya saja, tetapi gadis itu ternyata memiliki daya
penarik luar biasa, yang telah memikat hatinya, hingga
pada saat hendak meninggalkan tempat itu, ia juga
merasa perlu untuk menemui sekali lagi.
Ia juga terkenang kepada pergaulannya yang sangat
mengesankan kepada gadis itu terutama ketika bibirnya
mengecup bibir gadis yang gemetar. Semua itu ia tidak
akan melupakan untuk selama-lamanya, walaupun waktu
itu dan hingga saat ini, ia sendiri masih belum
mengetahui nama gadis itu.
Semua ini. kini hanya tinggal menjadi suatu kenangkenangan saja, ia menyesal tak berani menyatakan hati
sendiri, yang ternyata juga sudah jatuh cinta padanya.
Dengan mulut membisu gadis baju ungu memandang
muka Ho Hay Hong, ia dapat lihat dengan tegas
kepedihan pemuda itu, banyak kenangan yang
menggembirakan di masa yang lampau, semua seolaholah
sudah berubah menjadi asap, hatinya remuk redam
kesedihannya tidak dapat dilukiskan dengan pena.
Sejenak ia kenal dengannya, ketampanan dan
kejantanan Ho Hay Hong telah memikat hatinya, semua
harapannya ditumpukan kepada diri lelaki Itu. Tetapi,
hingga saat itu, ia baru tahu bahwa kekasihnya itu masih
belum mengerti isi hatinya.
Sebagai gadis yang baru pertama jatuh cinta kepada
lelaki, sudah tentu tidak dapat menyatakan cinta
kasihnya secara terus terang, ia merasa gemas maka
akhirnya ia berkata dengan suara dingin.
"Pergilah ke selatan, maaf aku tidak dapat
mengantar!" Ia mengucapkan kata-katanya sambil membalikkan
muka karena tidak dapat membendung mengalirnya air
mata. Ho Hay Hong tidak ingin menyatakan apa apa, ia
percaya betul bahwa gadis itu bukan marah sebenarnya.
Dari dalam sakunya, ia mengeluarkan lambang
kebesaran pemimpin rimba hijau yang dahulu ialah
lambang Ngo Jiauw leng, ia pikir: benda ini adalah milik
pemimpin rimba hijau yang terdahulu, ia berdiam
didaerah utara, benda ini mungkin sangat berguna
baginya. Sudah beberapa kali ia menghadapi maut, terhadap
kematian ia sudah tidak merasa.
"Diutara aku tidak mendapat hasil apa-apa, benda ini
adalah benda satu-satunya yang dapat digunakan
sebagai barang peringatan, kalau sudi simpanlah baikbaik."
Sambil mendorong tangan Ho Hay Hong, gadis itu
menjawab: "Aku tidak sudi barangmu, berikanlah kepada
kekasihmu di selatan."
"Aku diselatan tidak mempunyai kekasih, kau jangan
sembarangan menuduh!" kata Ho Hay Hong cemas.
Karena ia tidak biasa membohong, maka setelah
mengucapkan perkataan demikian, mukanya lantas
merah. Gadis itu tidak menghiraukan. sehingga Ho Hay Hong
merasa serba salah, katanya pula sambil paksakan diri
untuk tertawa: "Aku seorang yang sudah dekat mati. apabila dimasa
yang lalu aku ada kesalahan kau juga tidak perlu marah
sampai begitu. Dengarlah kataku terimalah barang ini!"
"Apa artinya kau menghadiahkan barang orang lain
Rahasia Kampung Garuda Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kepadaku?" "Aku sendiri tidak memiliki barang apa-apa yang dapat kuhadiahkan padamu sebagai peringatan, terimalah
seadanya!" Tetapi gadis itu tetap menolak, oleh karena itu ia juga
tidak berdaya. Mendadak ia ingat, didalam sakunya
masih ada sebungkus obat bubuk, sisa obat yang bekas
digunakan terhadap gadis kaki telanjang. Lalu
dikeluarkannya dan diberikan kepadanya seraya berkata:
"Sebetulnya aku tidak begitu suka bergaul dengan
kaum wanita, obat bubuk ini sebetulnya digunakan untuk
menghadapi wanita yang galak, judes dan sombong,
tetapi kau baik terhadapku, hingga pandanganku
terhadap wanita menjadi berubah seluruhnya. Sekarang
obat ini kuberikan padamu sebagai barang peringatan,
rasanya paling tepat!"
Paras gadis itu menunjukan perasaannya yang terkejut
dan terheran-heran, karena ia tidak menolak, bahkan
mengulurkan tangannya, menerima bungkusan itu, dan
kemudian dibukanya, isinya ternyata adalah bubuk
berwarna kuning. Bau pedas segera masuk ke hidungnya. alisnya
nampak berdiri, kemudian bertanya.
"Dari mana kau dapatkan obat ini?"
Tanpa banyak pikir Ho Hay Hong lantas menjawab:
"Aku dapat beli dengan harga tiga puluh tail perak dari tangan seorang Kang ouw, di sebuah rumah penginapan
didaerah selatan." Gadis itu ternyata banyak pengetahuan dari baunya
bubuk itu tadi sudah dapat menduga obat apa babak
warna kuning itu. sambil mengerutkan alisnya ia berkata:
"Tahukah kau bahwa barang ini adalah barang yang
dibenci oleh orang-orang rimba persilatan?"
"Apa jahatnya barang itu" Mengapa kau anggap
begitu serius?" tanya Ho Hay Hong tidak mengerti.
Pada saat itu, kesedihan gadis itu mendadak lenyap,
dengan mata bersinar memandang Ho Hay Hong.
"Bubuk ini semacam obat bius yang banyak digunakan
oleh kawan penjahat atau bangor untuk memikat kaum
wanita, sudah lama dianggap oleh orang-orang rimba
persilatan sebagai barang yang hanya digunakan oleh
orang-orang yang rendah moralnya. Aku tidak sangka
kau juga menggunakannya."
Ia sebetulnya hendak memberi teguran dengan katakata
yang lebih pedas, tetapi ketika menyaksikan
sikapnya yang jujur, agaknya memang tidak mengerti
barang apa itu lantas betulkah maksudnya.
Dengan sangat hati-hati gadis itu membungkus lagi
bubuk itu, kemudian dilemparkan keluar jendela.
"Ho koko, apa kau pernah menggunakannya?"
tanyanya. Ho Hay Hong sebetulnya hendak mengaku terus
terang, pernah menggunakan satu kali terhadap gadis
kaki telanjang, tetapi karena menyaksikan sikap tidak
senang gadis itu, ia terpaksa membohong.
"Belum!" demikian jawabnya sambil menggelengkan
kepala. Gadis itu menarik napas lega.
"Masih untung kau belum gunakan, jikalau tidak, nama
baikmu akan ludas!" Berkata sampai disitu, dalam tubuhnya tiba-tiba t imbul
perasaan aneh, suatu perasaan yang ia belum pernah
merasakan. Bukan kepalang terkejutnya, ia bertanyatanya
kepada diri sendiri, apakah pengaruh obat itu
sudah melanda dirinya"
Biasanya, obat obat jenis obat untuk bikin mabok
orang, kebanyakan dimasukkan ke dalam minuman atau
barang makanan, begitu obat berada didalam perut,
yang makan lantas menjadi mabuk atau tidak sadarkan
diri, sehingga membiarkan dirinya dipermainkan orang
lain. Tetapi obat buatan Yo Hong jauh berlainan dengan
obat-obat yang biasa digunakan orang jahat pada masa
itu, maka gadis itu baru saja mencium baunya, meskipun
di luarnya masih nampak tenang, tetapi sebetulnya
sudah kemasukan pengaruhnya obat.
Gadis itu belum sadar bahwa pengaruh obat bius
sudah masuk ke dalam tubuhnya diam-diam masih
memperhatikan Ho Hay Hong.
"Ho koko, aku minta supaya kau mengatakan
perkataan yang menyenangkan hatiku, inilah barang
peringatan yang paling baik bagiku!" demikian ia berkata.
Sikapnya yang dingin mendadak berubah seperti
orang sedih, yang hendak ditinggal jauh oleh kekasihnya.
Ho Hay Hong mengerti maksudnya, sepasang matanya
mendadak bersinar terang.
Ketika pandangan mata gadis itu bertemu dengan
pandangan mata Ho Hay Hong ia merasa seperti tertarik
oleh daya luar biasa hingga hatinya berdebaran.
Dua pasang mata saling berpandangan sekian lama
gadis itu merasa bahwa pandangan mata Ho Hay Hong
seperti mengandung perasaan sedih, tetapi juga
mengandung perasaan tidak terbalas.
Tanpa dapat menguasai perasaannya lagi ia lantas
sesapkan kepalanya di dada Ho Hay Hong.
Ho Hay Hong ingin menghibur, tetapi bau harum dari
tubuh gadis itu telah mengalutkan pikirannya, hingga
tidak bisa kendalikan perasaanya sendiri dan akhirnya
memeluk tubuhnya. Dua tubuh menjadi satu. darah mereka mengalir
semakin kencang, dua fihak sudah tidak dapat
menguasai pikiran masing-masing, dua-duanya
tenggelam dalam arus asmara.
Ho Hay Hong tidak tahu bahwa gadis itu sudah
terkena pengaruhnya obat bius. dianggapnya bahwa
kelakuan gadis itu disebabkan karena hendak ditinggal
pergi, maka ditelinganya ia berkata bisik-bisik:
"Adikku, aku merasa sangat malu tidak mempunyai
barang apa-apa untuk ditinggalkan padamu sebagai
barang peringatan, aku hanya dengan hatiku yang
meluluinya untuk menyintai kau selama lamanya."
Muka gadis Itu merah membara, ia berkata dengan
napas memburu: "Ho koko, aku .Juga demikian terhadapmu."
Kekuatan obat perlahan-lahan bekerja semakin keras,
hingga pikirannya semakin kalut. Suatu kekuatan aneh
agaknya mendorong keberaniannya, tangannya bergerak
dan balasi memeluk pinggang Ho Hay Hong.
Ho Hay Hong tiba-tiba dapat merasakan napas gadis
itu memburu jauh berbeda dengan biasanya, tetapi ia
tidak memikirkan yang bukan-bukan. Sebab ia sendiri
juga sudah terpengaruh oleh cinta kasih demikian besar
dari sang gadis, sehingga tidak dapat mengendalikan
perasaannya lagi. Gadis itu merasa bahwa kekasihnya adalah orang yang
paling tidak beruntung, ia hendak mendapatkan cintanya
yang sepenuhnya sebelum ia meninggalkan dunia ini,
supaya ia dapat meninggalkan dunianya tanpa
penasaran. Ho Hay Hong sendiri juga seolah-olah melupakan
nasibnya yang buruk, yang melupakan segala-galanya,
tangannya mulai menggerepe dan akhirnya terjadilah
suatu adegan yang seharusnya tidak dilakukan oleh
muda-mudi yang belum menikah dengan resmi.
Dalam suasana gelap, terdengar suara rintihan si
gadis. "Ho koko setelah kau meninggal dunia, asal anak kita lahir aku masih merasa seperti melihat kau lagi."
Walaupun Ho Hay Hong merasa seperti seorang
berdosa, tetapi pikiran dan segala perasaan waras waktu
itu seolah-olah sudah runtuh semua, sehingga melakukan
perbuatan yang seharusnya tidak boleh dilakukan itu. Ia
merasa berdosa karena dalam keadaan demikian ia telah
merebut kesucian gadis itu.
Tak lama kemudian, diluar pintu gudang yang gelap
gulita tiba-tiba tampak sinar terang, lalu terdengar suara orang yang memanggil dirinya: "Ho SiauwHiap, It Jie Hui
kiam loya minta kau lekas menghadap."
Dengan sikapnya yang lemah lembut gadis itu
rebahkan dirinya didada Ho Hay Hong, sekarang ia
merasa sekujur badannya lemas, tetapi pikirannya
pelahan-lahan mulai jernih, ketika ia mengetahui apa
yang dilakukan olehnya dengan Ho Hay Hong, ia mulai
bingung. Diam-diam ia berpikir, tetapi tidak mendapatkan suatu
jalan keluar. Ia mengerti baik bagaimana nasib sendiri
untuk selanjutnya, Ia akan menjadi janda untuk selamalamanya, meskipun hal itu tidak terlalu ditakuti, tetapi
desas-desus atau omongan orang diluaran bukanlah
seorang wanita yang masih muda belia seperti ia, yang
sanggup menerimanya. Ia tidak mengerti mengapa ia sendiri mendadak
demikian, samar-samar ia masih ingat bahwa hal itu
terjadi mungkin karena pengaruhnya obat bius tadi,
tetapi, bagaimana pun juga rasa cintanya yang begitu
besar terhadap Ho Hay Hong adalah sebab utamanya,
jikalau ia sendiri tidak cinta padanya mungkin tak akan
terjadi kesalahan seperti itu.
Diam-diam ia mengenakan pakaian lagi, diam2 ia juga
merasa malu atas perbuatannya sendiri, mengapa Ho
Hay Hong tidak diberi umur panjang, sehingga ia tidak
bisa lama berada disampingnya, apakah itu yang
dinamakan takdir" Ia tidak berani memikirkan lagi, kejadian yang akan
datang pasti banyak penderitaan baginya.
Diluar gudang saat itu terdengar pula suara orang
yang memanggil kekasihnya, karena suara agaknya
sangat cemas, mungkin kakeknya hendak merundingkan
soal penting maka diam-diam memperingatkan Ho Hay
Hong. Ho Hay Hong seperti baru bangun dari tidurnya,
sekarang ia harus menghadapi kenyataan, tiba-tiba ia
lompat bangun dan berkata dengan suara tajam.
"Beritahukan kepadaku, apa yang sudah dilakukan."
Sudah tentu gadis itu tidak berani menceritakan, ia
merasa sangat malu, hingga menundukkan kepalanya.
Ho Hay Hong seperti orang kalap, ia memanggil sambil
menggoyang-goyangkan kepala tubuhnya dan terus
menanya. Gadis itu tidak berdaya, air matanya mengalir keluar
lagi, Ho Hay Hong yang menyaksikan itu, seperti baru
sadar dan baru tahu apa yang telah terjadi, ia memukuli
dadanya sendiri seperti orang gila.
Gadis itu akhirnya membuka mulut dan berkata
dengan terisak isak: "Ho koko, kau boleh sesalkan aku, semua ini adalah
aku yang tidak baik."
Ho Hay Hong menatap wajahnya dengan perasaan
terharu, kulit mukanya beberapa kali berkeringat, ia
benar-benar tidak menduga bahwa sesaat hendak
meninggalkan usianya, ia telah merusak kesucian
seorang gadis yang masih putih bersih.
Karena terlalu menyesal atas perbuatan sendiri, ia
memukuli dada dan menarik-narik rambutnya sendiri.
Gadis itu masih terus menangis dengan sedihnya,
walaupun ia sangat pintar, tetapi juga tidak tahu
bagaimana harus menyelesaikan persoalan itu.
Ketika Ho Hay Hong membuka pintu gudang, penjaga
gudang itu ternyata sudah tidak ada, yang ada hanya
beberapa orang yang membawa lentera yang sedang
mencari dirinya. Lalu ia berkata kepada mereka: "sebentar aku akan
kesana, kalian beritahukan dulu kepada kongkong."
Ia balik untuk menemui gadis itu, ketika keduanya
saling berpandangan. Kedua fihak agaknya sama-sama
memahami soal itu, tetapi Ho Hay Hong merasa sangat
tidak enak. Ia berpikir: "Ia telah memberikan tubuhnya
yang paling berharga padaku, bagaimana aku harus
meninggalkan begitu saja?"
Akhirnya ia berkata: "Begini saja, kau masih disini menunggu aku. kalau
nasibku baik bisa mendapatkan obat, dalam waktu
beberapa hari aku pasti pu lang kembali menengok kau,
jikalau aku tidak pulang. itu berarti aku sudah mati di
kampung orang. Kau juga tidak perlu berduka, baikbaiklah
merawat dirimu" Kini ia merasa bahwa kewajibannya tidak seringan lagi
seperti ketika ia baru menginjak dunia kang ouw. Ia
sekarang sudah berkeluarga, ia harus tanggung jawab
sepenuhnya Ia keraskan hati meninggalkan gadis itu, pergi
keruangan untuk menjumpai kakeknya.
Didalam ruangan tamu, waktu itu sudah berkumpul
banyak orang, beberapa diantaranya merupakan mukamuka
baru yang belum pernah dikenal.
Orang-orang ini ketika menampak wajah Ho Hay Hong
pucat semua merasa heran, pertama Hay Hong memberi
hormat terlebih dulu kepada kakeknya kemudian kepada
Hud sim Tot iang dan lain lainnya setelah itu duduk
disamping kakeknya. Orang-orang yang baru dikenalnya hari itu semuanya
delapan orang, mereka sementara merupakan orangorang
yang memiliki kepandaian tinggi, Ia tidak mengerti
atas kedatangan tamu-tamu ini, It Jie Hui kiam juga tidak
berkata apa-apa, hanya dengan sorotan matanya yang
penuh cinta kasih memandang dirinya.
Ia merasa bahwa dirinya d iperhatikan oleh tamu-tamu
itu, wajah mereka seperti menunjukkan perasaan heran,
agaknya tidak percaya pemuda itu seorang
berkepandaian sangat tinggi.
Seorang tua bermuka hitam dan tangan membawa
pipa panjang, bangkit lebih dulu dari tempat duduknya
seraya berkata. "Saudara muda ini kusangka adalah Ho Siauw Hiap!"
Ho Hay Hong kini mulai perhatikan diri orang tua itu.
Tiba-tiba ia terkejut. Orang tua ini bukanlah Pok hong
Rahasia Kampung Garuda Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
lojin, yang merupakan salah seorang pemimpin dari
golongan rimba hijau"
Meskipun dalam hatinya diliputi oleh berbagai
pertanyaan, tetapi mulutnya buru-buru menjawab.
"Benar aku yang rendah ini adalah Ho Hay Hong,
bolehkah aku numpang tanya, kedatangan Locianpwee
ada urusan apa?" "Aku adalah wakil dari saudara-saudara rimba hijau
daerah Ou khun dan Ciang hing. nama gelarku Tang
Hiang lojin," jawab orang bermuka hitam itu.
"Nama besar locianpwee sudah lama aku dengar!"
kata Ho Hay Hong. "Belum lama berselang sahabatku Kay see Kimkong
datang mengganggu bersama orang-orangnya, tetapi
akhirnya jatuh ditangan SiauwHiap, apakah itu betul?"
Ho Hay Hong mendadak bangkit dari tempat
duduknya dan berkata sambil tertawa nyaring:
"Kenapa" Apakah Locianpwee hendak menuntut
balas?" "SiauwHiap silahkan duduk, kedatanganku ini bukan
untuk itu, dengarlah dulu ucapanku."
Ho Hay Hong pelahan duduk lagi ditempatnya dan
berkata. "Harap locianpwee jelaskan maksud kedatanganmu!"
"Benarkah SiauwHiap mendapatkan lambang
kebesaran ngo jiauw leng pemimpin rimba hijau kita
yang terdahulu?" "Benar, lambang itu sekarang berada ditanganku
untuk apa locianpwee menanyakan lambang itu?"
"Dengan terus terang saudara-saudara kita didaerah
sana dan daerah-daerah yang dahulu pernah dikuasai
oleh Bengcu kita yang dahulu semua tidak merasa puas
terhadap sepak terjang Kay see Kim kong, maka
saudara-saudara itu mengutus aku siorang tua datang
kemari untuk menyampaikan permintaan mereka?"
"Maksud locianpwee?"
"Saudara-saudara dari daerah itu bermaksud minta
Siauwhiap menggantikan jabatan pemimpin mereka.
Sebab ditangan Siauwhiap ada lambang Ngo jiaw leng,
ini sudah cukup untuk memerintah atau menggerakkan
saudara-saudara golongan rimba hijau di daerah itu dan
kedua ketika Kay see Kimkong datang menyerbu kemari,
akhirnya telah binasa ditangan Siaohiap. Ini berani
Siauwhiap sudah menyingkirkan seorang yang tidak
disukai sepak terjangnya oleh saudara-saudara kita itu,
maka ketika mereka mendengar khabar bahwa
Siauwhiap sudah berhasil menyingkirkannya, semua
merasa girang dan bersukur, maka mereka setuju untuk
minta Siauwhiap menjadi pemimpin golongan rimba hijau
enam propinsi daerah utara. Bagaimanakah pikiran
Siauwhiap?" Ketika mendengar perkataan itu, Ho-Hay Hong
melengak, lama tidak tahu bagaimana lagi menjawab.
Orang tua itu berkata lagi: "Dengan sejujurnya,
golongan rimba daerah utara sejak sepuluh tahun lebih
berselang sudah tidak bisa bersatu. Mereka saling cakarcakaran sendiri, masing-masing menjagoi dan kerja
untuk kepentingan sendiri-sendiri, sehingga sering
ditertawakan dan diejek oleh saudaranya didaerah
selatan. "Bengcu kita yang lalu menguasai daerah bagian atas
sungai dan bagian barat daerah pegunungan, sedangkan
Kay see Kimkong menduduki daerah sebelah utara dan
sebagian daerah barat. Aku sendiri mempertahankan
kedudukan dunia daerah Oh hun dan Kim hing, kita
saling bertentangan, masing-masing mementingkan diri
sendiri. "Jika keadaan ini dibiarkan berlangsung terus, berapa
puluh tahun lagi mungkin tetap tidak dapat dipersatukan.
Sekarang Siauwhiap sudah berhasil membasmi kekuatan
Kay-see kim kong, itu saja sudah cukup menggemparkan
rimba persilatan daerah utara, apalagi kau juga sudah
mendapatkan lambang kebesaran Ngo jiau leng.
"Hal ini rasanya bukan suatu hal yang kebetulan saja,
maka kita anggap dapat dipergunakan untuk
mempersatukan kekuatan rimba persilatan daerah utara.
"Aku si orang tua anggap kecuali Siauwhiap, mungkin
tidak ada orang lain yang memiliki kekuatan untuk
melakukan usaha besar ini, maka aku harap supaya
Siauwhiap suka pikir masak-masak?"
Perkataan itu telah diucapkan oleh orang tua bermuka
hitam itu dengan sikap merendah dan sungguh-sungguh
sehingga menarik perhatian semua orang.
Ho Hay Hong sungguh tidak menyangka bahwa dirinya
telah menanjak demikian pesat, dalam waktu belum
cukup satu hari sudah diangkat menjadi pemimpin besar
golongan rimba hijau daerah utara. Maka saat itu ia
malah termangu-mangu. Orang tua itu kembali berkata:
"Aku hanya menyampaikan maksud dan permintaan
orang banyak, yang minta Siauwhiap supaya suka
menjadi pemimpin mereka sedikitpun aku tidak
mengandung maksud untuk kepentingan diriku peribadi.
"Kau harus tahu bahwa setiap orang sudah tidak
mempunyai rasa harga diri, itu berarti bangkai hidup
yang berjalan atau orang yang tidak berguna lagi.
Saudara saudara kita sudah lama dijelekkan, dihina oleh
golongan rimba hijau daerah selatan, tetapi selama itu
terpaksa mandah karena mengetahui tiada seorang yang
dapat mempersatukan kekuatan sendiri.
"Siauwhiap adalah seorang yang berkepandaian luar
biasa, hanya dengan sepasang tangan kosong kau dapat
merubuhkan satu jago terkuat seperti Kay see Kimkong.
ini sudah membuktikan betapa jauh lebih tinggi
kepandaian Siauwhiap kalau dibanding dengan Kaysee
Kimkong. "Dengan sendirinya Siauwhiap menjadi pujaan orang
banyak, dan jikalau Siauwhiap dapat menggunakan
kesempatan itu sebaik-baiknya, untuk mempersatukan
kembali kekuatan rimba hijau daerah utara, bukan saja
aku sendiri akan merasa beruntung, tetapi saudarasaudara
kita di daerah utara juga akan mengucap
bersukur!" Ho Hay Hong diam-diam berpikir. Orang golongan
rimba hijau sebagian besar terdiri dari orang-orang yang
berkekuatan jahat, aku Ho Hay Hong adalah seorang
golongan baik-baik, bagaimana karena ingin mendapat
kedudukan tinggi lantas bercampuran dengan mereka"
Oleh karena itu maka ia lantas menjawab: "Terima
kasih atas penghargaan locianpwee dan saudara-saudara
sekalian, Ho Hay Hong adalah seorang bodoh yang tidak
mengerti apa-apa, sebetulnya tidak bedanya dengan
manusia biasa, jabatan pemimpin itu maafkan aku tidak
sanggup dan tidak berani menerima, hal ini aku harap
supaya locianpwe dan saudara-saudara sekalian suka
maafkan!" Mendengar jawaban itu, bukan saja orang tua
bermuka hitam itu merasa sangat kecewa, begitupun
tujuh orang yang mengikutinya juga menarik napas
sambil menggelengkan kepala menunjukkan kekecewaan
mereka. "Dalam hal ini aku siorang tua hanya meminta dengan
sangat supaya Siauwhiap suka mengingat kegelisahan
hati saudara-saudara kita didaerah utara. Cobalah
timbang sebaik-baiknya." berkata siorang tua bermuka
hitam. "Sangat menyesal sekali, keputusanku ini susah
dirobah!" berkata Ho Hay Hong sambil menggelengkan
kepala. Ketika berpaling memandang kakeknya, diluar
dugaannya It Jie Hui kiam berkata padanya sambil
menarik napas: "Ho Hay Hong, jikalau bukan karena tubuhku terkena
serangan ilmu serangan san hoa-ciang-lok. dan jiwamu
sedang menghadapi maut, urusan ini benar-benar
merupakan suatu kehormatan bagimu."
"Kongkong, apa kau suka jikalau aku berkawan
dengan orang-orang jahat?" bertanya Ho Hay Hong tidak mengerti.
"Sebenarnya bukan begitu. Jahat atau baik itu
tergantung kepada orangnya, manusia sejak dilahirkan
dalam dunia, semua sebetulnya merupakan manusiamanusia
yang putih bersih, asal hatimu tidak dipengaruhi
oleh kejahatan, dan perbuatanmu kau dasarkan atas
kebenaran, sekalipun mereka banyak yang jahat, tetapi
mungkin bisa merubah kelakuannya." berkata It Jie Hui kiam.
Pembicaraan antara mereka, dilakukan dengan sangat
perlahan sekali, sehingga tidak dapat didengar oleh
orang lain. Orang tua bermuka hitam itu mengira It Jie
Hui kiam sedang membujuk cucunya, maka diam-diam
merasa girang. Sampai disitu ia merasa tidak sabar lagi, tangannya
lalu menggapai. Dari rombongannya muncul keluar
seorang laki-laki yang penuh berewok. Didalam
tangannya laki laki ini membawa sepucuk sampul merah,
yang lantas diberikan kepada Ho Hay Hong dengan
kedua tangan. Ho Hay Hong menyanggupi sampul merah itu,
diatasnya tertulis: "Menyambut dengan hormat
kedatangan Bengcu kita yang baru saudara Ho Hay
Hong." Dalam surat itu tertulis beberapa kata-kata
permohonan yang sangat, yang disertai oleh nama-nama
orang terkemuka dalam golongan rimba hijau, yang
jumlahnya beberapa puluh banyaknya.
Ho Hay Hong diam-diam berpikir:
"Orang-orang ini pasti merupakan tokoh-tokoh
terkemuka dari golongan rimba hijau daerah utara,
sehingga berhak menuliskan namanya didepan surat
undangan ini." Dugaan itu memang tepat, orang-orang yang
menuliskan nama itu, semua adalah tokoh-tokoh terkenal
golongan rimba hijau daerah utara.
Mendapat sambutan demikian hangat dari orang
terkemuka golongan rimba hijau, sebetulnya merupakan
suatu kehormatan yang sangat besar. Akan tetapi, saat
itu ia berada dalam kesulitan yang sangat besar, sebab
akibat dari serangan Kay-see Kim kong, sehingga jiwanya
hanya tinggal tiga hari saja.
Ia pikir hendak mengembalikan surat undangan itu,
tetapi orang tua bermuka hitam, bersama tujuh
kawannya lebih dulu sudah membungkukkan badan
memberi hormat secara kebesaran.
Dalam keadaan demikian betapapun kerasnya hati Ho
Hay Hong, berat baginya untuk menolak. Apalagi dari
mulut kakeknya ia juga mengetahui bahwa kedudukan
pemimpin golongan rimba itu belum tentu membuat
namanya tercela, maka akhirnya ia mengambil keputusan
untuk menerima gagasan tersebut.
Selagi hendak menyatakan kesanggupannya orang tua
bermuka hitam itu dengan muka berseri seri dan berlaku
yang sangat menghormat berkata padanya:
"Siauwhiap sekarang sudah menjadi Beng cu rimba
hijau daerah utara, kita mengharap supaya dalam waktu
yang singkat dapat dilakukan upacara timbang terima,
dan selanjutnya nasib seluruh saudara-saudara kita di
daerah utara kami serahkan ditangan Siauwhiap!"
Laki-laki berewokan itu diberi isyarat oleh orang tua
bermuka hitam, kembali mengambil sebuah kotak hitam
tembaga setengah kaki persegi. Kotak itu dibukanya, dari
dalamnya mengeluarkan sebuah plat emas, diberikan
kepada Ho Hay Hong. Plat itu diukir dengan lukisan sepasang naga yang
sedang berebutan sebutir mutiara. Dikebalikkannya
terukir sebuah lukisan burung Hong dan naga yang
sedang menari-nari. Dalam keadaan demikian, berat bagi Ho Hay Hong
untuk menolak, maka pemberian itu diterimanya.
Orang tua bermuka hitam setelah melihat usahanya
berhasil, tidak menyia-nyiakan kesempatan baik itu. Ia
berkata kepada Ho Hay Hong:
"Jikalau Bengcu ada keperluan apa-apa harap
memberikan perintah dengan mengunjukkan emas itu,
kami sekalian sekalipun harus menerjun kelautan tidak
akan menolak." Sehabis berkata, bersama tujuh kawannya memberi
hormat, kemudian minta diri.
Ho Hay Hong masih berdiri kesima, setelah semua
orang sudah berlalu, ia baru sadar. Tetapi ibarat beras
sudah jadi nasi, biar bagaimana sudah tidak bisa
menolak lagi. Ia memeriksa emas ditangannya, emas itu
memancarkan cahaya berkilauan, hingga membuat
kagum dari orang-orang yang ada disitu.
It Jie Hui kiam, berkata sambil menghela napas
panjang: "Sayang Ah, anak, sayang kau tidak ada rejeki untuk
menikmati kebahagian itu"
Ia juga tahu bahwa Ho Hay Hong dengan plat emas
ditangannya, sudah merupakan satu pemimpin rimba
hijau didaerah utara, tetapi kehormatan besar itu dalam
keadaan seperti sekarang itu bagaimanapun juga seperti
diliputi oleh kabut tebal.
Kim c iang Tayhiap tiba-tiba membuka mulut dan
berkata: "Kabarnya kau hendak melakukan perjalanan
keselatan. ." "Ya, aku akan berangkat segera!" jawab Ho Hay Hong sambil menganggukkan kepala.
"Kau pernah menolong jiwaku, aku tidak punya barang
apa-apa untuk membalas budimu, hanya seekor kuda
kesayanganku ini aku akan hadiahkan kepadamu, harap
kau suka menerima dengan senang hati, kuda
Rahasia Kampung Garuda Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tungganganku ini setiap hari dapat melakukan perjalanan
ribuan pal tanpa merasa lelah, kau jangan pandang
ringan padanya, dia mungkir besar gunanya bagimu.
Karena dalam waktu satu hari satu malam kau sudah
akan tiba diselatan !"
Ho Hay Hong pikir: "Aku justru khawatirkan sebelum
tiba didaerah selatan sudah putus nyawaku. Kalau begitu
kuda ini sungguh berarti bagiku."
Oleh karenanya ia menerima baik pemberian itu
mengucapkan terima kasih. It Jie Hui kiam berkata: "Hay Hong pergilah dan baik-baik diperjalananmu, aku tidak
bisa mengantarkan !"
Setelah mengucapkan perkataan itu, air matanya
mengalir turun, hingga buru-buru melengos kearah lain.
Ho Hay Hong keluar sambil menuntun kuda. Kuda itu
ternyata tinggi besar, bulunya yang menurun kebawah,
ia tahu bahwa kuda itu adalah seekor kuda yang
jempolan, maka sekali lagi ia mengucapkan terima kasih
kepada Kim ciang Tayhiap.
Tiba-tiba ia teringat bahwa ia sendiri tidak pandai
menunggang kuda, selagi berada dalam keadaan ragu
ragu, satu suara yang tidak asing baginya terdengar dari
arah dalam "Ho koko kau hendak pergi, mengapa tidak
pamitan denganku !" Ia buru-buru mengangkat tangan memberi hormat
dan berkata: "Maaf karena hatiku tidak tenang, maka aku
melupakan peraturan ini, harap kau suka maafkan !"
Gadis berbaju ungu nampak berjalan ke luar dari
dalam rumahnya, ia sudah berpakaian rapih, hingga
kelihatannya semakin menarik hati. Ia berkata pula:
"Ho koko. apakah kau tidak keberatan" kalau aku
antarkan !" Munculnya gadis itu, mengejutkan semua orang sebab
beberapa hari berselang It-Jie Hui kiam sudah suruh ia
ke selatan untuk mengungsi, tak disangka ia masih
berada di situ. It Jie Hui kiam memang tidak senang, ia hendak
menegurnya, tetapi ketika menyaksikan wajah sedih
gadis itu, ia menduga bahwa gadis itu mungkin sudah
mengetahui nasib Ho Hay Hong. maka ia tidak tega
menegur lagi. Delapan orang pasukan Angin puyuh juga maju
menghampiri Ho Hay Hong berkata:
"Ho Tayhiap jikalau Ho Tayhiap tidak keberatan kita
delapan saudara juga akan mengantar kau dalam
perjalanan!" "Baik, Toako sekalian demikian besar perhatiannya
terhadap siaotee. sudah tentu siaotee tak bisa menolak !"
jawab Ho Hay Hong dengan perasaan terharu.
Gadis berbaju ungu dengan menuntun seekor kuda
berjalan keluar, orang banyak tidak perhatikan bahwa air
mata gadis itu membasahi kedua pipinya.
Setelah berada dijalan raya, ia melepaskan kudanya
sendiri dan menyambuti kuda Ho Hay Hong, kemudian
bersamanya menunggang seekor kuda.
Gadis itu yang memang pandai menunggang kuda.
dengan cepat sudah bergerak menuju keluar kota
bersama kuda delapan yang ditumpangi oleh delapan
dari pasukan Angin puyuh.
Berjalan sudah beberapa lama, gadis baju ungu itu
tiba-tiba menghentikan kudanya dan berkata kepada
delapan pasukan angin puyuh:
"Toako sekalian boleh mengantar sampai di sini saja
tolong sampaikan kepada loya, bahwa aku akan
mengikuti Ho Toako pergi ke selatan !"
"Kapan nona hendak pulang?" tanya Khong Lip.
"Belum tentu, toako"
"Jangan banyak tanya lagi, lekas pulang !"
-0ooodwooo0- Bersambung Jilid 20 RAHASIA KAMPUNG GARUDA Karya : Khulung Saduran : Tjan ID Jilid 20 DELAPAN ORANG ITU lalu memberi hormat kepada Ho
Hay Hong, setelah itu balik kembali ke markasnya.
Gadis baju ungu melanjutkan perjalanannya dengan
Ho Hay Hong. Ditengah perjalanan ia bertanya:
"Ho koko, apa kau tak keberatan aku ikut kau ?"
Ho Hay Hong sungguh berat untuk menjawab, sebab
kepergiannya ke selatan itu sebetulnya hendak
mengadakan pertemuan yang penghabisan dengan gadis
kaki telanjang, tetapi jikalau gadis baju ungu itu berada
disampingnya, bagaimana ia harus memberi keterangan"
Gadis baju ungu itu ketika melihat Ho Hay Hong tidak
bisa menjawab, mendadak kebut kudanya hingga kuda
itu kabur seperti terbang.
Ho Hay Hong hampir jatuh dari kuda, pada saat itu ia
masih belum dapat memikirkan bagaimana harus
menjawab pertanyaan gadis itu.
Ketika tiba di persimpangan jalan gadis itu mengambil
jalan yang salah, maka Ho Hay Hong buru-buru
bertanya: "Adik jalan ini menuju kebarat, untuk apa kau
kebarat?" Gadis itu sambil menggigit bibir menjawab dengan
suara sedih: "Kita pergi mencari Hoa chiu-tho, mungkin ia dapat
menolong jiwamu ! Ho Hay Hong segera teringat kepada orang tua
bermuka kurus yang banyak akalnya itu, dalam hatinya
masih merasa benci maka lantas menjawab:
"Buanglah jauh-jauh pikiran seperti itu, Hoa chiu Hwa tho itu manusia macam apa, bagaimana ia mau
menolong jiwaku?" Gadis itu menggelengkan kepala, ia larikan kudanya
semakin kencang sehingga pohon-pohon dikedua belah
pihak seperti lari mundur dengan pesatnya.
Kuda itu benar-benar kuda jempolan, dalam waktu
sekejap sudah lari beberapa puluh pal jauhnya.
Berada diatas kuda yang lari demikian pesat Ho Hay
Hong memeluk erat pinggang gadis kekasihnya.
Gadis itu mendadak berpaling dan berkata kepada Ho
Hay Hong: "Ho koko, apa kau sudah lupa bahwa kau kini sudah
menjadi ketua atau pemimpin besar golongan rimba
hijau ?" "Ini ada hubungan apa dengan diriku?" tanya Ho Hay Hong tidak mengerti.
"Hwa chiu Hwa tho adalah ialah satu anggota
golongan rimba hijau daerah utara, pemimpin berada
dalam kesulitan sudah seharusnya ia berusaha memberi
pertolongan, ini bukankah berarti ada baiknya bagimu?"
"Kau melupakan satu hal, Kay tee Kim kong adalah
saudara tua Hwa chiu Hwa tho. Oleh karena Kay tee Kim
kong binasa ditangan ku, sudah pasti ia akan mengetahui
bahwa racun dalam tubuhku itu adalah perbuatan tangan
saudara tuanya, bagaimana mau menolong jiwa musuh
yang membunuh saudaranya ?"
Mendengar perkataan itu, harapan dalam pikiran gadis
itu, telah lenyap seketika. Ho Hay Hong mengibuli
padanya: "Mati hidup tergantung ditangan Tuhan Yang
Maha Kuasa, adik, kau juga tidak perlu terlalu berduka."
Tak lama kemudian, dua orang itu tiba-tiba disamping
sebuah kolam besar. Didekat kolam itu terdapat sebaris
rumah yang terbuat dari bambu, Waktu itu hari sudah
gelap, dari jendela didalam rumah memancarkan sinar
lampu pelita. Gadis baju ungu itu menambat kudanya disebuah
pohon, sedang Ho Hay Hong mengetok pintu salah satu
rumah ditepi empang. Dengan pelahan ia mengetok tiga kali dari dalam
terdengar suara orang bertanya: "Siapa?"
Ho Hay Hong segera mengenali bahwa suara itu
adalah suaranya Hwa ciu hwa tho. Karena dahulu ia
sudah pernah mengalami kejadian tidak enak, maka tidak
berani berlaku ayal, ia berkata:
"Empek, bolehkah aku numpang tanya, dimana
tempat tinggal Hwa ciu hwatho?"
"Ada keperluan apa kau mencari dia?" t anya suara dari dalam.
Ho Hay Hong memperlamban suaranya ia menjawab
dengan suara yang dibikin-bikin.
"Aku adalah pemimpin rimba hijau enam propinsi
daerah utara, aku ada sedikit keperluan hendak
berjumpa dengannya?"
Mendengar jawaban itu, dari dalam rumah terdengar
suara seruan kaget, kemudian disusul oleh terbukanya
pintu. Hwa ciu hwa tho yang kurus kering tampak
diambang pintu, Sepasang mata yang tajam menatap
wajah Ho Hay Hong. Sesaat orang tua itu tampak tercengang, kemudian
berubah marilah, katanya dengan suara gusar:
"Kau bocah ini yang kembali datang mengacau!"
Sehabis berkata, ia hendak menutup pintu lagi. Ho
Hay Hong mendorong dengan sekuat tenaga dan masuk
kedalam dengan langkah lebar, gadis baju ungu
mengikuti di belakangnya, siap untuk menghadapi segala
kemungkinan. "Kau bocah ini berulang-ulang mencari aku, apakah
maksudmu sebetulnya?" tanya Hwa ciu hwa tho marah.
Ho Hay Hong dengan kedudukannya sebagai
pemimpin seolah-olah tidak menghiraukan kemarahan
tuan rumah, ia duduk diatas kursi dan berkata sambil
tertawa dingin. "Aku ada urusan penting mencari kau untuk meminta
bantuan, apa kau tak suka?"
Ia mengeluarkan plat emasnya, diletakkan diatas
meja, matanya teras mengawasi orang tua itu.
Hoa ciu hwa-tho begitu melihat tanda itu, wajahnya
berubah seketika, ia bertanya dengan terheran-heran:
"Apa" kau kau benar-benar memiliki tanda
kepercayaan ini?" "Benda emas ini adalah Tok-hing lojin jit beberapa
tokoh rimba hijau daerah utara yang datang sendiri
dirumahku, dan diberikan padaku dengan kedua tangan!"
Ia mengeluarkan lagi lambang atau ke besaran Ngo
jiauw lim dan menambahkan keterangannya: "Kekuasaan
didaerah Ho siang See-san, Oh kun Khan bin dan daerah
utan yang dahulu dikuasai oleh saudaramu Kay tee
Kimkong sekarang semua sudah berada di bawah
kekuasaanku apakah kau Ho ciu hwa tho berani
menyatakan tidak percaya?"
Hoa ciu hwa tho sejenak berdiri tertegun
memperhatikan sepatunya. Sikapnya mendadak berubah
ia berkata sambil tertawa: "Ya, Ya Bengcu silahkan
duduk!" Ia seolah-olah sudah perlakukan pemuda itu sebagai
tetamu agung, sikapnya sengaja menghormat:
Ho Hay Hong lantas berkata:
"Dengan terus terang, aku kini terluka bagian dalam
maka aku datang kepadamu untuk minta bantuan!"
"Tidak menjadi soal !" berkata Hoa chiu Hwa tho
sambil tertawa. Ia mempersilahkan Ho Hay Hong membuka bajunya,
tangannya meraba tulang rusuk dan berbagai bagian
didadanya, lama baru berkata:
"Bengcu telah terkena serangan San hwa ciang lik,
serangan ini sudah masuk kebagian dalam daging, jikalau
kurang teliti, tidak dapat diketahui."
"Cianpwee, apa kau dapat menyembuhkan lukanya?"
tanya gadis berbaju ungu cemas, Hoa chin Hwa tho
berpikir sejenak, baru berkata:
"Tentang ini . . . meskipun aku belum yakin
sepenuhnya, tetapi urusan Bengcu, sudah seharusnya
aku akan berusaha keras untuk melakukan !"
Dari dalam kamar ia mengeluarkan sebuah tempat
tidur dari kayu lalu menyuruh Ho Hay Hong rebah
diatasnya Ia mengambil juga peti obat-obatan. Lama ia
berpikir kemudian baru memilih beberapa macam obat
ramuan, lalu dimasaknya. Selagi orang tua itu repot memasak obat, dengan
cepat Ho Hay Hong berbisik-bisik di telinga gadis baju
ungu: "Adik, awas kau jaga akal bangsat itu ketika obat itu mengeluarkan baunya kau harus menutup hidungmu
jangan bernapas, supaya tidak kemasukan hawa racun
dari obatku !" "Aku mengerti, dan jangan khawatir," menjawab gadis itu sambil menganggukkan kepala.
Hoa chiu Hwatho mengambil kotak jarum itu
dicelupkan dalam cairan obat. lalu ditusukkan dibeberapa
bagian jalan darah tubuh Ho Hay Hong, kemudian
menepuknya beberapa kali.
Ho Hay Hong perlahan-lahan seperti pingsan ia
biarkan dirinya d ipale oleh tabib itu. Dan tenaganya telah lenyap. Apabila Hoa chiu hwa tho ada mengandung
maksud jahat, juga terpaksa membiarkan segala
perbuatannya. Gadis berbaju ungu dengan perasaan tegang
mengawasi segala perbuatannya, jika mengetahui
gelagat tidak beres, ia akan turun tangan dengan segera.
Ia teringat kejadian beberapa hari berselang ketika ia
sendiri d i bawa oleh Ho Hay Hong berobat kepada orang
tua itu. bagaimana perhatian kepada dirinya, ingat akan
itu ia merasa terharu, dan ia tidak menduga bahwa kali
ini adalah tiba giliran dia yang harus menjaga
keselamatan Ho Hay Hong. Hoa chiu Hwa tho mencabuti jarum masnya dan
dimasuki kedalam kotaknya, kemudian menyuruh gadis
itu untuk mengambil air dingin ke kamar belakang.
Selagi hendak mengambil air, gadis itu mendadak
ingat, apabila ia pergi, Ho Hay long pasti berada dalam
bahaya. Maka ia tak jadi pergi.
Hoa-chiu Hwa tho agaknya menangkap sikap raguragu
dari gadis itu, maka lantas berkata sambil
Rahasia Kampung Garuda Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tersenyum. "Jikalau kau merasa khawatir, biarlah aku yang
mengambil sendiri." Pelahan-lahan ia masuk kedalam, setelah tidak tampak
bayangannya. Ho Hay Hong mendadak bangkit dan
duduk lalu berkata: "Adik,kau jangan takut, aku tadi hanya berpura-pura
saja !" Gadis itu terkejut, ketika ia memperhatikan keadaan
Ho Hay Hong, ia tertawa sendiri dan diam-diam hatinya
merasa lega. Ho Hay Hong berkata dengan suara perlahan:
"Orang tua itu benar mengandung maksud jahat,
waktu ia memeriksa tubuhku menggunakan tangan
sangat berat, untung aku sudah siap siaga jikalau tidak
aku akan pingsan benar-benar."
"Apa sekarang kau merasa sedikit enak?" tanya gadis dengan penuh perhatian.
"Sekarang ini aku merasa tidak ada perobahan apaapa.
Seperti biasa. Serangan ilmu San hwa cian lik itu
benar-benar hebat, orang yang terkena serangannya
tidak tahu bahwa dirinya sudah terluka. Hai, aku dengar
kongkong berkata bahwa dalam tiga hari pasti mati
tetapi aku sendiri masih belum tahu terluka di bagian
mana, coba kau pikir heran atau tidak?"
"Ucapan kongkong, sudah tentu tidak bisa salah lagi,
Ho koko kau harus berlaku sabar !"
"Adik, jikalau aku adu untung masih bisa hidup lagi,
aku tidak akan lupakan kau"
Gadis itu menundukkan kepala, pikirannya kalut,
sementara itu tabib tua itu sudah balik kembali dengan
tangan menenteng sepanci air dingin.
Ho Hay Hong memejamkan matanya pura-pura
pingsan sedang gadis itu usap mukanya sambil menghela
napas pelahan. Pada waktu itu asap dari obat telah mengepul pula,
gadis itu buru-buru menutup pernapasannya, tetapi hal
ini sudah diket ahui oleh Hwa chiu Hwa tho, maka lantas
berkata sambil tersenyum:
"Nona jangan takut jikalau aku akan bermaksud
mencelakakan dirimu sekalipun ada sepuluh nyawa, juga
tidak akan lolos dari tanganku?"
Sehabis berkata demikian, matanya mengawasi ujung
kakinya sendiri. Gadis baju ungu itu menampak sikap
aneh orang tua itu matanya juga dialihkan ke ujung kaki
orang tua itu. Hoa chiu Hwa tho mengangkat sedikit ujung kakinya,
tampak benda berkelipan dan itu ternyata sebuah jarum
yang menancap diujung kakinya. Melihat itu, gadis itu
terkejut. Ho chiu Hwa tho mencabut dengan jarinya, sebuah
jarum halus sepanjang setengah dim berada ditangan.
"Hanya dengan sebuah jarum ini, sudah cukup
membinasakan jiwamu."
"Apa artinya perkataanmu ini?" tanya gadis itu
bingung. "Kau hanya memperhatikan aku masak obat dan
gerakanku ketika memeriksa lukanya tapi kau tidak
perhatikan ketika aku lewat disampingmu, jikalau kakiku
menginjak kakimu, jarum ini akan menembusi jalan
darahmu, sudah tentu kau tidak akan terhindar dari
kematian!" Mendengar keterangan itu, gadis baju ungu itu
seketika mengeluarkan keringat dingin.
Hoa chiu Hwa tho berkata pula: "Sekarang coba kau
berdiri, aku beritahukan lagi sebuah benda yang sangat
mengejutkan kau!" Gadis itu buru-buru bangkit dari tempat duduknya,
matanya mengawasi kursi, entah sejak kapan ditengah
kursi itu terdapat sebilah golok tajam.
Dengan ujung kaki Hoa chiu Hwa tho menyentuh
ujung kursi, golok tajam itu mendadak melesat keatas,
apabila golok itu mengenakan sasarannya, orang yang
terkena serangan tidak ampun lagi pasti mati.
Hoa chiu Hwa tho berkata:
"Kau hanya tahu diriku berbahaya, sebaliknya kau
tidak tahu bahwa dalam rumah ini hampir set iap sudut
ada pesawat. Orang begitu masuk kedalam rumah,
berarti jiwa dan raganya sudah berada didalam
tanganku! Sehabis berkata, ujung kakinya menendang sudut
kursi, golok tajam itu sudah menghilang dari tempatnya
dan bekas lubang tadi. Sesaat itu gadis itu merasa seperti terkepung oleh
ancaman bahaya, maka diam-diam pikirannya merasa
kalut, Didalam rumah tabib tua misteri itu, jiwa manusia
seolah-olah tidak berarti apa-apa. Asal tuan rumah mau
dengan satu gerakan tangan atau kaki, sudah cukup
membinasakan jiwa Ho Hay Hong dan jiwanya sendiri.
Ia tak berani lagi menjamin keselamatan jiwa
kekasihnya, sebab ia sendiri juga sudah berada didalam
guha macan, ini berarti bahwa hidup atau matinya,
hanya tergantung oleh pikiran dan kehendak tabib tua
itu. Hoa chiu hw a tho tertawa bangga, ia agaknya merasa
bangga dengan perasaan takut gadis itu, tetapi diluarnya
ia masih berlaku sangat hormat. Dengan sikap
menghormat ia mempersilahkan gadis itu duduk.
Gadis itu tahu bahwa kursi itu tersembunyi golok
tajam, maka ia tidak berani duduk lagi.
"Nona jangan khawatir. duduklah saja mana tanpa
setahuku akan mencelakakan dirinya?" demikian tabib
tua itu berkata sambil tertawa.
Gadis itu diam-diam berpikir: "Kamar ini penuh dengan
pesawat rahasia, kalau ia hendak mengambil jiwaku,
memang sangat mudah. Rahasia kursi ini ia sudah dibuka
sendiri, sudah tentu tidak akan menggunakan cara yang
sangat bodoh untuk mencelakakan diriku."
Berpikir demikian, hatinya merasa tenang maka lantas
ia duduk di tempatnya semula. Hoa ciu hwa tho
memandang Ho Hay Hong sejenak, lalu berkata:
"Tahukah nona bahwa orang ini adalah musuh
besarku, yang telah membunuh saudara tuaku?"
Gadis itu terkejut dan bertanya:
"Habis kau mau apa?"
"Aku berkata demikian bukan karena mengandung
maksud jahat, aku hanya mau tanya padanya, ada
permusuhan apakah ia dengan saudaraku itu?"
"Kay see Kimkong datang bersama anak buah dan
pembantunya datang menyerbu rumahku dengan
maksud hendak membasmi semua orang serumah
tanggaku. Tindakan yang melanggar hukum ini set iap
orang boleh saja menerjangnya atau membunuhnya. jadi
bukan salah dia. Cianpwee adalah seorang yang mengerti
aturan dan keadilan, apakah kau hendak limpahkan
kesalahan kepada dirinya dan hendak menuntut balas
atas kematian saudaramu itu?"
"Bagaimana aku berani, dia adalah ketua atau
pemimpin besar golongan rimba hijau daerah utara, aku
Hoat ciu hwatho hanya seorang rakyat kecil yang tidak
berarti, bagaimana aku ada hak mencampuri urusannya"
Hanya keponakanku itu ketika mendengar Kematian
ayahnya telah menangis demikian sedih sehingga mau
tidak mau aku harus turun tangan juga, untuk
menunjukkan keadaan yang sebenarnya."
"Maksud Cianpwee?"
"Sudah lama aku menunggu, usahaku ini bagaimana
boleh di sia-siakan begitu saja" Kee Cing kau keluar!"
Seorang muda berusia tiga puluhan keluar dari dalam
kamar. Ketika gadis baju ungu itu melihat orang itu,
hawa amarahnya meluap seketika. Jikalau bukan sebab
sedang menghadapi Ho Hay Hong yang dalam keadaan
bahaya, ia benar-benar akan menghajarnya.
Orang muda itu dengan sinar mata dingin memandang
padanya sejenak lalu bertanya kepada pamannya:
"Paman ada urusan apa?"
"Musuh besar yang membinasakan ayahmu, sekarang
berada disini." berkata Hwa chiu Hwa tho.
Orang muda itu membelalakkan matanya menatap Ho
Hay Hong, tiba-tiba ia dapat mengenali siapa adanya
orang muda itu, maka ia lantas berseru:
"Bagus bocah, kiranya adalah kau!" Dengan mata
beringas penuh hawa marah ia terus mengawasi Ho Hay
Hong, seolah-olah seekor singa buas hendak menerkam
mangsanya. Akhirnya ia berkata dengan suara keras:
"Musuh yang membunuh ayah, itu adalah suatu
musuh yang paling besar. Bocah, kembalikanlah jiwa
ayahku." Ia bertindak maju hendak menyerang, dan selagi
gadis baju ungu hendak merintangi, Hoat chiu Hwe tho
lebih dulu sudah menyela seraya berkata:
"Anak, kau harus pikir masak-masak dulu, orang ini
sekarang sudah menjadi pemimpin besar golongan rimba
hijau daerah utara!"
Orang muda itu terperanjat, ia merandek dan lama
baru menyahut. "Tidak perduli siapa dia, bagaimanapun juga sakit hati harus dibalas, aku baru bisa tenang!"
Gadis baju ungu menghunus pedangnya dan
membentak dengan suara nyaring:
"Manusia tidak tahu malu, kalau kau mempunyai
kepandaian, kau boleh melawan aku. Orang sakit kau
hendak serang, apakah itu perbuatan orang gagah?"
Hoa-chiu Hwa tho mendadak menggerakkan
tangannya ke arah Ho Hay Hong. Pemuda itu mendadak
mengeluarkan suara rintihan, karena entah dari mana
datangnya, tubuh Ho Hay Hong sudah terikat oleh rantai
besi. Meskipun ia meronta coba mematahkan rantai besi itu,
tetapi tidak berhasil. "Bengcu Tayjin, aku tahu bahwa kau berlagak
pingsan, dengan pengalamanku yang luas, bagaimana
kau dapat mengelabui diriku" Dalam mataku,
perbuatanmu ini hanya suatu perbuatan yang sangat
bodoh." berkata Hoa chiu Hwa tho dingin.
Ho Hay Hong meski sudah masuk perangkap, tetapi
masih berlaku tenang, katanya sambil tertawa nyaring:
"Hoa chiu Hwa tho, aku juga sudah tahu isi hatimu.
Satu sama lain tokh mengandung maksud tidak baik, kau
tidak dapat salahkan aku kurang sopan terhadapmu.
Hahaha." Laki muda yang ayahnya mati ditangan Ho Hay Hong
tanpa banyak bicara tangannya menyambar sebilah golok
dan menyerbu dengan kalap.
Hoa chiu Hwa tho kini berdiri sebagai penonton sambil
terbahak-bahak. Gadis baju ungu menyerang dari samping dengan
pedangnya, tetapi serangan pedang gadis itu tertahan
oleh hembusan angin yang keluar dari tangan Hoa chiu
Hwa tho. "Nona kecil, kau beristirahatlah sebesar!" kata tabib tua itu dingin.
Tangannya dengan cepat menotok kedinding, dari atas
segera turun jaring kawat yang mengurung gadis itu.
Pedang ditangannya yang terlibat oleh jaring, juga jatuh
ditanah. Gadis itu bergulingan ditanah, tetapi jaring melibat
semakin kencang, hingga akhirnya ia tidak bisa bergerak
lagi. Anak lelaki Kay see Kim kong sudah tanggalkan
goloknya dileher Ho Hay Hong, bentaknya dengan suara
keras: "Anjing kecil, tutup mulutnya."
Gadis baju ungu yang menyaksikan bahaya
mengancam diri kekasihnya, sedangkan ia sendiri tidak
berdaya hampir saja jatuh pingsan.
Tetapi Ho Hay Hong sendiri malah tertawa dan
berkata: "Haha tak perlu kau turun tangan, aku juga tidak bisa hidup lebih dari tiga hari, beginipun baik, ada orang yang tolong mengurusi jenazahku, hingga aku tidak usah
repot-repot mencari tempat untuk kuburanku."
Lelaki itu marah, selagi hendak menggerakkan
goloknya, hembusan angin dingin menyambar
tangannya. Kemudian terdengar suara orang berkata
dengan diiringi oleh suara tertawa dingin: "Heh, heh, bagus sekali! Hoa chiu Hwa tho kau sungguh hebat,
pemimpinmu sendiri hendak kau bereskan juga."
Mendengar suara itu, lelaki muda dan Hoa-chiu Hwa
tho terkejut, dua-duanya berpaling mengawasi ke pintu.
Di ambang pintu rumahnya berdiri seorang berambut
panjang dan berpakaian hitam, sepasang mata orang itu
memancarkan sinar tajam, pinggangnya menyoren
sebilah pedang panjang dengan sarungnya yang terbuat
dari kulit ikan, sikapnya keren.
Orang itu tak lain dari pada Tee soan hong Tok Bu
Gouw: Ilmu pedang Tee-soan Bin kiam Tee soan hong, sudah
lama terkenal di daerah utara. Diwaktu Kay tee kim kong
masih hidup juga memberi sedikit muka padanya, apalagi
adiknya. Maka dengan munculnya orang itu, membuat tabib tua
dan keponakannya diam-diam mengeluh.
Lebih dulu Tee soan-hong mengamat-amati Ho Hay
Hong, kemudian mengawasi plat emas yang diletakkan di
atas meja, lalu menggumam sendiri:
"Berani melawan Bengcu, melanggar peraturan paling
besar, harus dihukum mati, Hoa chiu Hwa-tho, kau juga
salah satu orang gagah dari rimba hijau, mengapa tidak
mentaati peraturan sendiri" Apakah kau menghendaki
supaya golongan rimba hijau daerah utara terpecah
belah lagi?" Hoa chiu Hwa tho bungkam dalam seribu bahasa,
sementara itu lelaki anaknya Kay see Kim kong lantas
maju menghampiri dan berkata dengan suara keras:
"Bolehkah kau jangan mencampuri urusan kita?"
Rahasia Kampung Garuda Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Aku sebetulnya tidak ingin campur tangan, tetapi
karena ucapan mu ini, sekarang mau tidak mau akan
campur tangan juga."
Dengan mendadak, kakinya menyapu, lalu terdengar
suara halus, setelah itu ia berkata sambil tertawa
nyaring: "Hoa chin Hwa tho, kau sudah gila, mengapa aku Tok
Bu Gouw kau juga hendak serang secara membokong"
Benar-benar tidak tahu diri."
Gadis baju ungu itu kini baru tahu bahwa benda yang
disapu oleh kakinya tadi, ternyata adalah sebilah belati
tajam. Ia merasa sangat heran karena ia menyaksikan
dengan mata kepala sendiri.
Waktu itu Hoa ciu Hwa tho sedikitpun tidak berkisar
dari tempatnya, darimana datangnya belati itu"
Tetapi dengan cepat ia sadar, bahwa di dalam
ruangan itu memang banyak terdapat banyak sekali alat
rahasia. Untung Tok Bu Gouw seorang yang sangat
cerdik dan juga banyak akalnya, hingga Hoa chiu Hwatho
tidak berdaya. Kalau orang lain pasti sudah binasa
oleh senjata tadi. "Tee soan-hong, tahukah kau bahwa aku hendak
menuntut balas atas kematian saudaraku?" tanya Hoachiu Hwa tho sambil tertawa dingin.
"Aku tidak perduli, bagaimanapun juga aku melarang
kau mengganggu dirinya?" kata Tee soan Hong dingin.
"Kentut, mengapa kita tidak boleh ganggu" Mengapa
kita tidak boleh menuntut balas" tanya anak Kay see
Kim-kong gusar. "Bocah, Kau tahu apa" Dia adalah Bengcu rimba hijau
daerah utara, sekalipun aku sendiri juga harus
mendengar perintahnya, jangankan kau, Hm! Kalau kau
hendak menuntut balas, kau coba saja.".
Sehabis berkata, ia berdiri melintang didepan Ho Hay
Hong sambil menolak pinggang. Anak Kay see Kim kong
jeri menghadapi jago tua kenamaan itu, hingga mundur
beberapa langkah, lama tidak bisa bicara.
Tee soan hong mengambil plat emas diatas meja lalu
diangkat tinggi-tinggi dan diperlihatkan kepada Ho chiu
Hwa tho, kemudian bertanya dengan suara bengis:
"Tua bangka, kau mau mengobati atau tidak" Lekas
jawab !" Hoa chiu Hwa tho diam-diam berpikir, "kalau Tee soan
hong meskipun seorang jago ternama tetapi dengan hak
apa mencampuri urusan ini?"
Maka ia lalu menjawab dengan nada suara dingin:
"Dia adalah musuh besarku, yang membunuh saudara
tuaku sendiri. Aku tidak membinasakannya, sudah enak
baginya. Kini suruh mengobati luka dalamnya, kau
jangan harap !" Anak laki-laki Kay see Kim kong teringat kematian
ayahnya, mendadak gelap mata. Tanpa banyak pikir
lantas menyerbu dan menyerang Ho Hay Hong yang
menggeletak tidak berdaya.
Tee-soan hong mendadak mengangkat tangan
kanannya, membuat satu lingkaran.
Anak Kay-see Kim kong mendadak matanya kabur,
dalam perasaannya, Tee soan-hoan seperti berubah
menjadi banyak orang yang mengancam dirinya dari
berbagai jurusan. Ia terkejut dan menjerit, buru-buru membatalkan
serangan, tangannya digunakan untuk menangkis
serangan tangan Tee soan hong.
Saat itu, tiba-tiba tampak berkelebatnya sinar pedang,
kemudian disusul oleh suara jeritan anak laki-laki Kay see Kim kong-yang sudah rubuh ditanah dengan keadaan
mandi darah. Ternyata sebelah tangannya sebatas lengan sudah
terpapas menjadi dua potong.
Sementara itu Tee soan hong masih tetap berdiri
ditempatnya tanpa bergerak.
Hoa chiu Hwa tho yang menyaksikan kejadian itu,
sekalipun ia sudah banyak pengalaman juga merasa jeri.
Ia benar-benar tidak menduga, keponakannya baru
saja bergerak tangannya sudah terkutung. Betapa sedih,
mengenaskan dan panas hati perasaannya waktu itu.
Tee soan hong yang sifatnya berangasan, sedikitpun
tidak mau mengasih hati. Dengan suara bengis ia
membentak Hwa chiu Hwa tho.
"Tua bangka,kan mau mengobati atau tidak ?"
Hoa chiu Hwa tho ketakutan, tanpa sadar sudah
mundur selangkah, pikirannya bingung, hingga saat itu
belum bisa menjawab. Ho Hay Hong menyaksikan semua kejadian itu dalam
hati merasa bersyukur, ia pikir orang ini bukan sanak
bukan saudara, tetapi berulang-ulang melepas budi
kepadaku. Maka di kemudian hari aku harus membalas
budinya ini. Diam-diam telah berubah pandangannya terhadap
jago tua yang dahulu ia membencinya.
Tee soan hong berkata pula dengan suara bengis:
"Hoa chiu Hwa tho, kau juga salah seorang anggauta
rimba hijau daerah utara, sekarang bengcu dalam
kesusahan, seharusnya kau menggunakan kesempatan
ini menunjukkan kesetianmu agar mendapat nama baik
dari saudara-saudara kita.
"Diluar dugaan karena urusan pribadimu, bukan saja
kau menolak mengobati, sebaliknya malah hendak turun
tangan terhadap Beng cu yang sedang dalam keadaan
bahaya. Hati kejammu seperti ini, pasti akan
menimbulkan kemarahan semua saudara-saudara
"Jika soal ini aku siarkan, ha ha, Hoa chiu Hoa tho,
bukan maksudku hendak menggertak kau, kau sendiri
juga tahu, bagaimana selanjutnya kau bisa tancap kaki di
daerah utara" Bahkan ada kemungkinan besar, mulai
besok pagi, banyak jago rimba persilatan yang membenci
atas perbuatanmu, akan datang mengambil batok
kepalamu, kalau kau tidak percaya, kau boleh coba saja!"
Hoa chiu Hwa tho mendengar perkataan itu,
kebuasannya lenyap seketika, sikapnya diliputi oleh
perasaan kebingungan, agaknya merasa jeri menghadapi
urusan itu. Ho Hay Hong semula mengira bahwa jabatan Beng cu
itu hanya merupakan nama kosong belaka, tak ia duga
bahwa urusannya akan membuat akibat demikian rupa.
Kedudukan itu ternyata mempunyai wibawa demikian
besar, hingga diam-diam semangatnya terbangun, ia
bertekad hendak mempertahankan kewibawaannya,
untuk membangun kembali kekuatan rimba hijau daerah
utara. Sementara itu gadis berbaju ungu juga berkata:
"Ya, Hoa chiu Hwa tho. kau berani melawan Bengcu,
ini juga berarti berani melawan semua orang dari
golongan rimba hijau daerah utara, perbuatanmu ini
pasti akan mendapat pembalasan yang setimpal."
Dalam pihak chiu Hwa tho juga merasa sedih
mengingat nasib anak laki Kay see Kim kong yang
terkutung tangannya, ia sebetulnya hendak marah
terhadap Tee soan hong, tapi juga ini telah di desak oleh
Tee soan hong, hingga kedudukannya semakin sulit.
Lama ia berdiam, akhirrya ia berkata.
"Bocah ini bukanlah Bengcu, orang she Ho, kau jangan
coba membohongi aku!"
Tee soan hong seorang cerdik, dari suara jawaban itu
ia sudah dapat menerka perasaan tak senang tabib tua
itu, maka lalu membolang balingkan pedangnya dan
berkata dengan sikap yang lebih galak ia berkata:
"Tua bangka. kau anggap aku si orang she Ho ini
orang macam apa?" Secepat kilat ia menggerakkan pedangnya, hingga
ujung baju Ho chiu Hwa tho robek oleh ujung
pedangnya, Hoa chiu Hwa ho terperanjat, buru-buru
menangkis dengan tangannya sambil lompat mundur
terbirit-birit. Tee soan hong pura-pura marah, ia maju lagi sambil
mengancam hendak menyerang, Hoa chiu Hwa tho buruburu
berseru: "Tunggu dulu, tunggu dulu, aku hendak bicara."
Tee soan hong masih marah, dengan pedang ditangan
ia berkata: "Kau ingin berkata apa" Jikalau tidak memuaskan
hatimu, aku si orang she Tok benar-benar tidak akan
pandang muka kau lagi!"
Ho Hay Hong diam-diam mengagumi ilmu pedangnya
yang aneh itu, tetapi ia juga dikejutkan oleh
perkataannya yang dikeluarkan dengan tidak sengaja
tadi. Dalam hatinya berpikir: "Tadi ia jelas menyebut
dirinya sendiri orang she Ho, tetapi mengapa kemudian
berbalik mengatakan orang she Tok" Apakah she yang
disebutkan belakangan tadi hanya she palsu?"
Sementara itu Hoa chiu Hwa tho telah berkata. "Tee
soan hong, siapakah sebetulnya bocah ini, mengapa kau
membantu dia mempersulit kedudukan" Apakah kau
benar-benar hendak bermusuhan denganku?"
Mendengar pertanyaan itu, Tee soan hong marah, ia
berkata: "Hah, bagus sekali, katamu bolak-balik itu-itu saja, kau tetap masih tidak mau."
Jago tua itu sudah marah benar-benar melihat sikap
Ho chiu Hoa tho yang plintat-plintut itu. pedangnya
diputar dengan cepat melakukan serangan terhadap Hoa
chiu Hoa tho. Hoa-chiu Hoa tho terpaksa lompat mundur sambil
berkata: "Sudah, sudah, kalau begitu, hari ini kalau bukan kau yang mampus, biarlah aku yang mati!"
Ia menyambar sebatang ruyung digunakan untuk
menahan serangan Tee soan hong.
Sebagai orang Kangouw kawakan, ilmu ruyungnya
juga bukan ilmu sembarangan, setiap serangan
dilancarkan dengan hebat oleh karena ruangan itu
kurang luas, sehingga ilmu pedang Tee soan hong tidak
dapat digunakan dengan leluasa.
Untuk sementara ia tidak berdaya menghadapi Hoa
chiu Hoa tho. Selagi pertempuran berjalan sengit, pintu mendadak
terbuka, seorang tua yang wajahnya mesum dan
rambutnya awut-awutan, telah masuk tanpa diundang.
Ketika menyaksikan pertempuran hebat itu, ia terkejut
dan terheran-heran. Hoa chiu Hoa tho ketika melihat orang tua itu,
mendadak lompat mundur sambil berseru: "Tahan dulu!"
Tee soan hong juga terkejut ketika melihat orang tua
itu, ia berkata sambil tertawa dingin:
"Angin apa yang meniup kau si dewa racun tikus
sampai datang kemari?"
Kemudian ia berpaling dan berkata kepada Hoa chiu
Hoa tho: "Tua bangka lekas kau memberi hormat padanya, tuan
penolongmu telah datang!"
Hoa chiu Hoa tho berkata dengan suara marah: "Kau
jangan mengoceh yang tidak karuan."
Namun demikian, dengan sikap yang menghormat
sekali ia memberi hormat kepada si dewa racun tikus dan
mempersilahkannya duduk. Dewa racun Tikus itu ketika melihat pelat emas diatas
meja, matanya celingukan mencari-cari, agaknya sedang
mencari orang yang berhak memiliki pelat emas itu.
Tee soan hong mengetahui maksud orang tua itu,
maka ia lantas berkata: "Tidak perlu mencari, Bengcu sudah di bikin susah
oleh tua bangka berhati binatang ini."
Dewa racun tikus itu semakin heran, ia menunjuk
gadis berbaju ungu yang berada didalam jala seraya
berkata: "Apakah dia itu bengcu?"
"Itu dia Bengcu!" berkata Tee soan hong sambil
menunjuk Ho Hay Hong yang terlentang di bale-bale
dalam keadaan terikat. Mata si Dewa racun tikus memandang Ho Hay Hong
dalam kesannya. Bengcu ini meskipun usianya masih
muda belia tetapi nampaknya memang seorang gagah.
Hoa chin Hwa-tho berkata:
"Saudara Kong jangan percaya omongannya, bocah ini
dengan hak apa bisa menyatakan dirinya Bengcu?"
"Aku hanya dengar kata dari beberapa sahabatku.
Bengcu yang baru sudah ada orangnya, bahkan
mendapat dukungan luas, hem benar tidak dapat
dibandingkan dengan orang biasa. Tak kuduga sebelum
melihat wajah Bengcu, lebih dulu melihat lambang
kekuasaan, bagaimanakah sebetulnya urusan ini?"
Ho Hay Hong sebetulnya ingin menyatakan bahwa ia
adalah Bengcu rimba hijau yang baru diangkat. Tetapi
mengingat bahwa keadaannya pada saat itu, jikalau ia
berkata demikian berarti merendahkan derajatnya
sendiri, maka akhirnya membatalkan maksudnya.
"Dewa racun tikus, kau juga merupakan seorang jago
kenamaan dari golongan rimba hijau, kau melihat Bengcu
dalam kesulitan. mengapa tidak mencari tahu sebabsebabnya"
Apakah beginilah sifatmu sebagai jago tua
itu?" berkata Tee soan hong dingin.
Dewa racun tikus mendadak bangkit dari tempat
duduknya dan berkata: "Tok Bu Gouw, apa maksud perkataanku ini?"
Ho Hay Hong yang sejak tadi memperhatikan keadaan
orang tua itu dari matanya bercahaya dan urat-uratnya
menonjol, ia mengetahui bahwa orang tua itu memiliki
kekuatan tenaga dalam sangat hebat, maka ia sangat
khawatir pada Tee soan hong.
Tee soan hong sedikitpun tak marah, berkata sambil
tertawa dingin. "Orang kata sekalipun binatang saja juga masih bisa
mengenali tuannya, sedangkan engkau Dewa Racun
Tikus yang namamu sudah terkenal, sebagai jago
Rahasia Kampung Garuda Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
angkatan tua dari golongan rimba hijau, tak kusangka
sikapmu demikian plintat-plintut."
Dewa Racun Tikus mendelikkan matanya, wajahnya
nampak sangat buas, ia berkata:
"Benarkah dia itu bengcu" Tee soan hong, kau jangan
mengoceh tak karuan!"
Sambil berkata demikian, tinjunya telah diangkat
tinggi-tinggi agaknya hendak menyerang Tee soan hong.
Ho Hay Hong tahu benar bahwa orang tua itu beradat
berangasan, sedikit salah saja bisa menimbulkan
perkelahian, maka ia terpaksa tidak bisa tinggal diam,
sambil menggertak gigi ia berkata dengan suara keras:
"Dewa Racun Tikus dengar, aku adalah Bengcu yang
baru di angkat, perbuatanmu seperti ini apakah kau tahu
akibatnya?" Suara itu bagaikan guntur, sehingga menimbulkan
suara gemuruh di dalam ruangan yang sempit itu.
Sebagai orang kangouw yang ulung, si Dewa Racun
Tikus ketika mendengar suara itu bukan kepalang
terkejutnya. Dengan mata membelalak ia menatap wajah Ho Hay
Hong, lalu berkata pada diri sendiri:
"Kau. benar adalah Bengcu Bengcu katanya masih
muda belia. berwajah tampan. benar. benar kau adanya"
Ia agaknya sedang mengingat-ingat kembali
gambaran Bengcunya yang baru diangkat dari mulut
kawan-kawannya, tiba-tiba sekujur badannya lemas
seketika, ia duduk lagi di atas kursinya, mulutnya
menggumam sendiri: "Ouw, benar benar kau. kau benar
adalah Bengcu, sedikitpun tak salah !"
Hoa chiu Hwa tho hendak mengalihkan perhatian si
Dewa Racun Tikus, maka dia bertanya dengan suara
keras: "Dewa Racun Tikus, apa kedatanganmu ini hendak
berobat kepadaku?" Si Dewa Racun Tikus angkat muka, matanya menatap
Hoa chiu Hwa tho, agaknya sudah mengetahui
semuanya. Dengan mendadak ia berjalan menghampiri
Hoa chiu Hwa tho mulutnya menanya dengan suara
tinggi: "Orang sering kata siapa yang tak mampu menuntut
balas dendam bukanlah seorang yang jantan. Hoa chiu
Hwa tho bicaralah dengan sejujurnya, kau menangkap
Bengcu kita yang baru, apakah maksudmu hendak
menuntut balas kematian saudara tua mu?"
Hoa chiu Hwa tho tidak menduga kalau Dewa Racun
Tikus itu bakal berbalik menanya dirinya, hingga sesaat
itu mulutnya bungkam tidak bisa menjawab.
Dewa Racun tikus yang hampir seumur hidup dalam
dunia Kang ouw sudah tentu kenal baik bagaimana
sifatnya manusia dari golongan Kang ouw. Seketika itu ia
yakin benar atas dugaannya, maka lantas marah dan
berkata kepada tabib tua itu:
"Bagus! Hoa chiu Hwa tho, kau benar-benar seorang
lihay, sekalipun aku memerlukan pengobatan darimu,
tetapi sekarang sudah tidak perlu lagi. Hari ini aku
hendak berbuat apa-apa untuk kepentingan golongan
rimba hijau daerah utara, mari, mari, kita berdua
selamanya bersahabat baik, tetapi dalam hal ini karena
menyangkut kepentingan umum, terpaksa aku
menyingkirkan kepentingan pribadi, itu semua demi
untuk kepentingan umum."
Ho Hay Hong yang menyaksikan kejadian itu hatinya
merasa terharu, ia sungguh tidak menduga bahwa
orang-orang dari golongan rimba hijau yang biasanya
dianggap sebagai berandal, ternyata mengenal apa
artinya keadilan dan menjunjung tinggi kesetia kawanan,
kalau begitu selama itu pandangan atas diri mereka
ternyata salah. Hoa chiu Hwa tho meskipun berkepandaian tinggi,
tetapi ia paling takut menghadapi orang tua itu, ia ada
melatih semacam ilmu yang mengandung racun tikus,
maka ia mendapat julukan Dewa Racun Tikus, ilmu
serangannya itu justru merupakan ilmu yang dapat
menghancurkan ilmunya sendiri yang dinamakan Pik hoakoan.
Hoa chiu Hwa tho terkenal namanya dengan ilmu
serangannya Pek ho koan, tetapi ilmu itu paling takut
menghadapi ilmu serangan tikus, maka betapapun panas
hatinya, ia juga tidak berani berlaku keras.
Hoa chiu Hwa tho yang juga memiliki pengetahuan
ilmu tabib sangat luas, biasanya tak pandang mata
kepada segala orang, jika ia tidak memandang balas jasa
yang berupa barang pusaka, ia tidak akan memberikan
obat kepada orang sakit, sekalipun terhadap familinya
sendirinya, juga tidak terkecuali. Hanya terhadap Dewa
racun tikus agaknya lain, ia selalu mengalah dan takut
setengah mati terhadapnya.
Pada saat itu, oleh karena Bengcunya dalam keadaan
bahaya, Dewa racun tikus yang ingin membela keadilan
tidak perdulikan persahabatannya dengan tabib tua itu,
dengan lantas ia hendak membinasakannya.
Hoa chiu Hwa tho, ketakutan setengah mati, ia
mundur berulang-ulang seraya berkata:
"Saudara tunggulah, dengarlah keteranganku."
"Tidak perlu, kalau aku mendengar keteranganmu,
aku nanti akan teringat kembali hubungan persahabatan
kita, sehingga tidak tega turun tangan, maka lebih baik
kau jangan berkata apa-apa, supaya kau tidak berada
dalam kesulitan." demikian si Dewa Racun Tikus
memotong. Tee-soan hong mendadak menyelak: "Dewa racun
tikus tahan dulu." Dewa racun tikus pada saat itu sebetulnya sudah akan
membuka serangannya, ketika mendengar suara Tee
soan hong buru-buru tarik kembali serangannya dan
bertanya: "Kau ada usul apa?"
"Bengcu terluka bagian dalam, kalau bangsat tua Hoa
chiu Hwa tho ini yang mengobati, sudah pulih kembali
kesehatannya, jikalau kau membinasakannya, bukankah
bengcu juga sudah mati" Maka pikirlah dulu untuk
mereka!" Mendengar perkataan itu, bukan kepalang girangnya
Hoa chiu Hwa tho, ia bersedia menerima baik segala
permintaan supaya jangan mati konyol.
Racun tikus benar-benar mulai sangsi, ia berpikir
sejenak lalu berkata. "Maksudmu.?" "Sudah tentu kita harus mengingat kepentingan
Bengcu kita, tentang permusuhan pribadi kita
kesampingkan dulu, dikemudian hari tokh bisa
dibereskan!" berkata Tee soan hong sambil tertawa.
"Baik, Hoa chin Hwa tho, kau boleh kesampingkan
dulu dendam sakit hatimu, obati dulu Bengcu kita!"
Hoa chin Hwa tho pura-pura berlaku lemas dengan
terpaksa, ia menganggukkan kepala dan berkata:
"Baiklah dengan memandang muka saudara ku nanti
melakukan segala perintahmu!"
Diam-diam ia merasa girang, karena dengan demikian
berarti terhindar dari kematian, maka tanpa ayal lagi, ia
lantas menyalakan api dan mulai masak lagi obat yang
diperlukan. Kemudian ia membuka rantai yang mengikat
Ho Hay Hong. Si Dewa racun tikus menyaksikan semua perbuatan
Hoa chiu Hwa tho setelah selesai baru berkata:
"Hoa chiu Hwa-tho tentang persahabatan kita untuk
sementara jangan dibicarakan dulu, harap kau jangan
main gila . ." "Sudah tentu perintah saudara, siaote pasti akan
lakukan !" menjawab Hoa-ciu Hwa tho.
Setelah itu ia juga mengambil beberapa rupa obat
untuk mengobati luka tangan keponakannya.
Apa yang terjadi disitu telah diketahui semua oleh
anaknya Kay see Kim kong, tahu bahwa harapan untuk
menuntut balas sudah tidak ada lagi, maka satu-satunya
hanya disimpan dalam hati tanpa mengeluarkan sepatah
kata pun juga, ia masuk kedalam tidak keluar.
Hoa chiu Hwa tho mengambil sedikit bahan obat,
dipoleskan ketubuh Ho Hay Hong sambil diurut perlahanlahan.
Untuk pertama kalinya ia mengobati tangan
musuhnya maka perasaannya sesungguhnya tidaklah
enak baginya. Sementara itu Tee soan hong juga sudah membabat
jaring yang melibat tubuh gadis baju ungu. Setelah
bebas kembali gadis berbaju ungu itu buru-buru
menghampiri Ho Hay Hong dan menghiburnya dengan
kata-kata lemah lembut. Dewa racun tikus menyaksikan semua itu dan sambil
berpikir: "Beng-cu yang baru diangkat ini romannya
tampan, bakatnya juga baik, dia memang seorang yang
mempunyai bakat paling baik untuk menjadi seorang
gagah, hanya usianya yang masih begitu muda muda,
apakah ia dapat mengendalikan semua anak buahnya"
Apakah ia dapat memegang kewajibannya dengan baik?"
Dengan mendadak Hoa chiu Hwa tho berkata.
"Luka Bengcu sangat berat, aku sebetulnya masih
yakin dapat menyembuhkan lukanya, tetapi sayang
sekarang ini masih kurang serupa obat. Dengan tidak
adanya obat itu, aku tidak berdaya sama sekali. Saudara
bukan aku tidak mau mengeluarkan tenaga mungkin ini
adalah takdir." Dengan mata mendelik Dewa racun tikus berkata.
"Hoa chiu Hwa tho, apa kau pikir hendak main gila?"
"Saudara, aku sudah berbuat sebisa-bisanya, tetapi
kenyataannya memang begitu, ini bukan tenaga manusia
yang dapat menyembuhkannya. Jikalau kau tidak
percaya kau boleh bunuh mati aku, aku juga tidak bisa
berbuat apa-apa!" Mendengar itu gadis baju ungu terkejut dan lantas
menyelak. "Kurang obat apa" Katakanlah !" Gad is itu nampaknya sangat bingung, sehingga mengherankan si Dewa Racun
Tikus, dalam hatinya bertanya-tanya kepada diri sendiri:
Gadis cant ik ini pernah apa dengannya" Mengapa
demikian besar pengertiannya" apakah istrinya ?"
Hoa chiu Hwa teh dengan sinar mata dingin
mengawasi padanya, lalu menjawab:
"Obat ini sangat berharga dan jarang ada, kuceritakan juga tak bisa berbuat apa-apa. Obat itu berupa liurnya
naga yang sudah berusia ribuan tahun, dalam ilmu obat
batas liur itu dinamakan Liong yan hiang!"
"Benarkah kau tidak menyimpan obat itu?" tanya Tee soan hong dingin.
Dengan tiba-tiba mata gadis berbaju ungu itu
mengembang air, berkata kepada Ho Hay Hong dengan
suara pelahan: "Ho koko, benarkah kau hendak berpisah denganku
untuk selama lamanya?"
"Aku selamanya tidak suka membohongi, kalau tidak
percaya kau boleh geledah!" berkata Hoa chiu Hwa tho
marah. Tee soan hong benar-benar membuka peti Hoa chiu
Hwa tho dengan ujung pedangnya, ramuan-ramuan obat
didalam peti dikorek-korek sehingga berantakan ditanah.
Sementara itu Hoa chiu Hwa Tho tak bisa berbuat
apa-apa mengawasi perbuatan itu dengan hati
mendongkol. Tak lama kemudian, Tee soan hong berkata dengan
marah: "Tak ada ya sudah. Jalan, biarlah aku yang pergi
mencari obat itu." Gadis berbaju ungu itu sungguh tidak menduga Tee
soan hong demikian besar perhatiannya terhadap diri Ho
Hay Hong, dalam hatinya berpikir dan bertanya kepada
diri sendiri: "Apakah dia sudah mengerti segala-galanya bahwa Ho koko itu adalah."
Si Dewa Racun Tikus dengan hati murung berkata
kepada Ho Hay Hong sambil memberi hormat:
"Bengcu urusan ini kita tidak bisa berbuat apa-apa,
aku harus minta diri lebih dahulu, semoga Tuhan selalu
beserta kamu." Ia menarik napas panjang, dengan langkah kaki
sempoyongan berjalan keluar meninggalkan Ho Hay
Hong. Ho Hay Hong meskipun mulutnya diam saja, tetapi
dalam hatinya diam-diam merasa lega. Karena obat yang
dibutuhkan itu, banyak sekali dimiliki gadis kaki
telanjang, untuk mendapatkan obat itu baginya bukan
merupakan soal susah. Karena ada harapan hidup, perasaannya yang mulai
gembira, ia berkata kepada Tee soan hong.
"Tee soan hong. terima kasih atas semua bantuanmu
adik, marilah kita melanjutkan perjalanan keselatan."
Selagi hendak meninggalkan rumah itu, ia terkejut
menyaksikan sikap Tee soan hong yang mengawasi
tanda rajah lukisan dilengannya.
Gadis berbaju ungu itu buru-buru menarik ujung
bajunya dan berkata dengan suara pelahan:
"Ho koko, mari kita lekas jalan, jangan sampai
terjebak oleh akal busuknya Hoa chi Hwa tho lagi."
Ho Hay Hong diam-diam memperhatikan sikap dan
gerak-gerik Tee soan hong, sebetulnya ingin berhenti
sebentar, tetapi sudah dipisah oleh gadis berbaju ungu,
Pedang Berkarat Pena Beraksara 10 Raden Banyak Sumba Seri Kesatria Hutan Larangan Karya Saini K M Pendekar Bodoh 12
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama