Ceritasilat Novel Online

Suling Naga 24

Suling Naga Karya Kho Ping Hoo Bagian 24


"Aihh! Dia memang musuh besarku! Sudah beberapa kali dia bentrok dengan aku, bahkan ketika terjadi keributan di pesta, dialah yang menyerangku paling hebat, bahkan dia yang mengejar-ngejarku. Kiranya dia sudah tiba di sini" Tentu dalam usa-hanya mengejarku!"
"Aku percaya padamu, Bi-kwi. Akan tetapi para tosu itu tidak percaya, maka sebaiknya engkau bunuh saja dia."
"Apa sukarnya membunuh seekor harimau se-kalipun kalau dia sudah berada di dalam kandang. Mari kita lihat." Bi-kwi memutar otaknya untuk mencari akal karena tentu saja ia tidak mau mem-bunuh Hong Beng, walaupun untuk menyelamatkan dirinya dan
menyelamatkan Hong Li sekalipun. Mo-li mengajaknya memasuki ruangan tahanan dan di sana, di dalam dua kamar tahanan yang berdamping-an, Bi-kwi melihat seorang anak perempuan ber-usia kurang lebih tigabelas tahun yang manis sedang duduk bersandar dinding, dan di kamar lain nampak Hong Beng duduk bersila! Bi-kwi menahan pera-saannya lalu ia menghampiri dan tertawa mengejek.
"Hi-hik, kiranya Gu Hong Beng manusia som-bong itu kini telah tak berdaya, di dalam kerangkeng seperti seekor monyet!" Ia tertawa dan suaranya penuh sindiran.
Mendengar suara ini, Hong Beng membuka matanya memandang dan ketika dia melihat bahwa yang mengejeknya itu bukan lain adalah Bi-kwi yang datang bersama Sin-kiam Mo-li, mukanya menjadi merah sekali dan matanya memancarkan sinar berapi. Dia meloncat berdiri, bagaikan seekor harimau ingin dia dapat keluar dari kerangkeng un-tuk menerjang wanita itu.
Dia bertolak pinggang dan menuding dengan telunjuk kirinya ke arah muka Bi-kwi.
"Bi-kwi, setan perempuan yang busuk! Pe-rempuan busuk macam engkau ini selamanya akan tetap jahat dan busuk! Ternyata benar dugaanku bahwa engkau bekerja sama dengan Sin-kiam Mo-li untuk menculik adik Hong Li. Terkutuk engkau, Bi -kwi!"
Bi-kwi juga terkekeh mengejek. "Heh-heh, engkau seorang pemuda yang sombong dan go-blok!" Kemudian setelah memandang ke arah Hong Li yang juga memandang tanpa
bangkit dari duduk-nya, Bi-kwi berkata kepada Sin-kiam Mo-li, "Hemm, keenakan dia kalau Suling Naga > karya Kho Ping Hoo > published by buyankaba.com
706 dibunuh begitu saja, Mo-li. Membunuh dia apa sih sukarnya" Akan tetapi dia terlalu enak.
Mari kita bicara di sana." Ia lalu mengajak Mo-li keluar dari tempat tahanan itu sampai tidak nampak oleh Hong Beng.
"Mo-li, sebetulnya sayang kalau dia dibunuh begitu saja. Aku sudah sering bentrok dengan dia dan tahu betul bahwa dia adalah seorang perjaka emas!"
"Perjaka emas" Apa maksudmu?"
"Aih, kiranya engkau belum banyak pengalam-an dalam hal ini walaupun kita tadinya memiliki kesukaan yang sama, Mo-li. Dia seorang perjaka aseli yang bertulang baik dan berdarah bersih. Siapa yang pertama kali melakukan hubungan dengan se-orang perjaka emas, tentu ia akan menjadi awet mu-da dan tak pernah dapat kelihatan tua!"
"Hemm, memang tadinya aku sayang kepadanya. Akan tetapi walaupun aku tadinya telah mempergu-nakan sihir, dia tetap menolak keinginanku."
"Hemm, mudah saja, Mo-li. Aku dapat meng-gunakan akal sehingga dia akan berubah menjadi seperti seekor kuda jantan yang jinak dan akan me-layani segala keinginanmu dengan senang hati."
"Ah, benarkah itu, Bi-kwi" Aku akan berte-rima kasih sekali kalau benar engkau mampu mem-buatnya jinak untukku!" kata Sin-kiam Mo-li dengan wajah berseri.
"Akan tetapi, aku mempunyai satu permintaan yang kuharap akan kausetujui sebagai upahku.
Aku melihat anak perempuan itu.... hemm, ia ha-nyalah anak dari musuh-musuh kita dan ia sudah tidak mentaatimu lagi. Sudah kukatakan tadi bahwa aku tidak mempunyai selera lagi terhadap pria, akan tetapi melihat seorang gadis remaja.... hemm, bolehkah aku meminjam tawananmu itu untuk se-malam saja, Mo-li" Dengan demikian, kita berdua dapat bersenang-senang, engkau bersama pemuda yang ganteng dan gagah itu, dan aku bersama gadis remaja itu."
Mo-li sudah terlalu bernafsu untuk memikirkan hal lain. Apa lagi kini muridnya itu telah berubah, mungkin telah membencinya. "Baik, begitu pemu-da itu mau memenuhi
keingtnanku, anak perempuan itu boleh kaumiliki semalam. Lakukanlah cepat, aku sudah tidak sabar lagi untuk melihatnya."
"Mo-li, engkau tahu bahwa tujuh orang tosu itu seperti anjing-anjing yang mengilar melihat kita berdua. Mereka itu seperti hendak berebut dan akan menerkamku kalau saja aku mau melayani mereka. Kalau mereka melihat kita berdua bersenang-se-nang dan tidak
memperdulikan mereka, tentu mem-buat mereka iri dan marah, mungkin mereka akan
menyatakan tidak setuju dengan niat kita. Karena itu, sebaiknya hal ini kita lakukan di luar pengeta-huan mereka dan caranya terserah kepadamu untuk mengaturnya."
Sin-kiam Mo-li mengerutkan alisnya dan me-lihat kebenaran ucapan Bi-kwi. Memang tujuh orang tosu itu sudah dilayani oleh tiga orang pela-yannya, akan tetapi agaknya tiga orang itu untuk mereka masih kurang dan mereka memang selalu mengincarnya dan juga mengincar Bi-kwi seperti yang dapat ia lihat dari pandang mata mereka ter-hadap Bi-kwi tadi. "Jangan khawatir, dapat dia-tur," katanya dan iapun menarik sehelai tali yang tergantung di sudut lorong. Tak lama kemudian, muncullah Ang Nio yang mendengar suara panggilan rahasia itu.
Suling Naga > karya Kho Ping Hoo > published by buyankaba.com
707 "Engkau cepat cari perempuan secukupnya un-tuk menemani tujuh orang tosu tamu kita itu.
Beri-kan bayaran secukupnya. Aku dan Bi-kwi tidak ingin diganggu malam ini,"
Ang Nio tersenyum girang. Ia dan dua orang kawannya sudah merasa muak dengan tujuh orang tosu yang terpaksa harus mereka layani itu. Kini, Mo-li menyuruh ia mencari tujuh orang perempuan dari dusun di kaki bukit. Kalau ia membayar mahal, tentu banyak yang mau dan hal ini berarti ia dan kawan-kawannya akan bebas dari cengkeraman to-su-tosu tua yang rakus itu.
"Sekarang bagaimana, Bi-kwi?"
"Mo-li, sebaiknya kita lakukan usaha penjinak-an pemuda itu malam nanti kalau para tosu sudah sibuk bersenang-senang di kamar masing-masing. Sementara ini, kita beritahukan kepada mereka bah-wa pembunuhan atas diri pemuda itu ditunda karena engkau hendak menaklukkan dia terlebih dulu de-ngan bantuanku."
Sin-kiam Mo-li merasa agak kecewa bahwa tidak sekarang saja ia dapat mendekap pemuda itu, akan tetapi karena ia tidak mau terganggu oleh para tosu, iapun setuju. Mereka keluar lagi dari lorong bawah tanah dan memasuki ruangan tamu di mana para tosu masih makan minum sambil mengobrol dan tertawa-tawa. Biarpun mereka mengenakan jubah pendeta, namun sikap mereka jauh dari pada patut untuk menjadi pendeta-pendeta yang hidup saleh.
Melihat munculnya dua orang wanita itu, Ok Cin Cu yang masih mendongkol terhadap Bi kwi segera berkata, "Wah, kalian nampaknya tidak se-perti orang-orang yang baru saja membunuh musuh. Apakah tikus itu sudah dibunuh?"
"Begitu melihat Bi-kwi, dia mencak-mencak dan memaki-maki. Jelaslah bahwa dia amat mem-benci Bi-kwi."
"Tentu saja," kata Bi-kwi, "sudah beberapa kali aku berkelahi melawan dia dan gurunya."
"Akan tetapi, aku tidak ingin dia mati begitu saja. Terlalu enak dan terlalu mudah baginya.
Aku ingin menaklukkannya dulu, mempermainkan dan menghinanya sampat puas, baru aku akan membu-nuhnya," sambung Sin-kiam Mo-li.
"Ha-ha-ha, bagaimana mungkin, Mo-li Dengan sihirmupun engkau tidak dapat
menunduk-kan dia malam itu," kata Thian Kek Seng-jin.
"Akan tetapi kini ada Bi-kwi yang akan mem-bantuku. Ia mempunyai cara untuk
menjinakkan pemuda itu untukku. Biarkan aku bersenang-senang, dan jangan khawatir karena sekarang aku sedang memesan beberapa orang gadis cantik dari dusun untuk menemani kalian bertujuh."
Mendengar ini, tujuh orang tosu itu menjadi gembira dan mereka tidak lagi menyatakan ketidakcocokan atau kecurigaan mereka terhadap rencana Mo-li dan Bi-kwi.
Malam itu, setelah para tosu memasuki kamar mereka bersama para wanita dusun yang didatangkan Ang Nio, Sin-kiam Mo-li dan Bi-kwi memasuki lorong bawah tanah. Bi-kwi memberi tahu kepada Mo-li bahwa ia memiliki minuman yang akan dapat merampas
Suling Naga > karya Kho Ping Hoo > published by buyankaba.com
708 semangat Hong Beng, membuat pemuda itu lupa diri dan tentu akan menuruti semua
per-mintaan Sin-kiam Mo-li.
"Akan tetapi bagaimana engkau akan dapat memaksanya untuk minum?"
"Serahkan saja kepadaku, Mo-li. Aku mempunyai akal dan engkau sebaiknya jangan ikut mende-kat agar Hong Beng tidak menjadi curiga. Biarkan aku sendiri menghadapnya dan aku akan dapat membujuknya untuk minum obatku itu."
"Baik, akan tetapi jangan sampai engkau gagal, Bi-kwi." Kata-kata ini mengandung ancaman.
"Jangan khawatir, Mo-li, pasti berhasil. Akan tetapi ingat akan janjimu, begitu dia kelihatan menurut, gadis remaja itu harus diserahkan kepadaku."
"Baik." "Nah, kau menanti dan mendengarkan dari sini saja, sebaiknya aku sendiri, yang
menghadapinya," kata Bi-kwi. Ia lalu memasuki ruangan kamar ta-hanan dan di bawah sinar lampu lentera yang cukup terang, ia melihat betapa Hong Li rebah terlentang di atas lantai, sedangkan Hong Beng sudah duduk bersila lagi. Di sudut terdapat mangkok-mangkok dan sumpit, sisa makanan yang diberikan kepada mereka oleh Hek Nio.
Melihat munculnya Bi-kwi, Hong Beng menge-rutkan alisnya dan tetap saja duduk bersila.
Sin-kiam Mo-li yang bersembunyi, mengikuti semua perca-kapan mereka dengan penuh perhatian. Ia seorang wanita yang cukup cerdik dan tidak ingin dikelabuhi, maka biarpun ia sudah percaya kepada Bi-kwi, te-tap saja ia mengikuti semua peristiwa di ruangan tahanan itu dengan penuh perhatian. Ia merasa aman dan yakin bahwa hanya ia seoranglah yang dapat membebaskan Gu Hong Beng maupun Kao Hong Li, karena kunci kedua kamar tahanan itu selalu berada di saku bajunya.
"Perempuan iblis jahanam terkutuk! Mau apa engkau masuk ke sini" Mau membunuhku"
Silah-kan, aku tahu bahwa engkau hanyalah seorang pe-ngecut yang beraninya hanya terhadap orang yang sudah tidak berdaya!" terdengar Hong Beng mem-bentak dengan suara marah dan mengandung penuh kebencian sehingga hati Sin-kiam Mo-li menjadi kecil.
Bagaimana mungkin Bi-kwi dapat membu-juk pemuda yang demikian membencinya"
"Gu Hong Beng, engkau laki-laki yang sama sekali tidak mengenal budi," terdengar Bi-kwi ber-kata. "Butakah matamu, tidak dapatkah engkau melihat betapa Sin-kiam Mo-li telah jatuh cinta kepadamu" Kalau engkau seorang pemuda yang berakal sehat, tentu engkau memilih hidup dengan menemani Sin-kiam Mo-li bersenang-senang. Mengapa engkau demikian keras kepala, bukankah engkau adalah seorang laki-laki yang dewasa dan normal?" Sambil berkata-kata dengan suara mem-bujuk ini, di luar tahunya Sin-kiam Mo-li karena Bi-kwi memegang kertas bertulis itu di depan pe-rutnya sehingga Hong Beng saja yang dapat memba-canya, Bi-kwi memberi tanda dengan kedipan mata kepada pemuda itu sementara mulutnya terus mem-bujuk.
Sejenak Hong Beng tertegun. Tulisan itu mudah dibaca karena tulisannya besar dan jelas. Dia cepat membaca
Suling Naga > karya Kho Ping Hoo > published by buyankaba.com
709 "Aku datang untuk membebaskan engkau dan Hong Li. Bersikaplah bermusuhan denganku, kemudian minum obat yang kuberikan, lalu pu-ra-pura mabok terbius. Selanjutnya, pura-pu-ra lemas saja dan serahkan kepadaku, jangan bergerak sebelum kuberitahukan."
Hong Beng selesai membaca dan biarpun dia masih belum percaya benar, namun dia tahu bahwa tentu wanita ini datang bersama Sim Houw dan Bi Lan yang hendak menyelamatkan Hong Li.
"Sudahlah, perempuan siluman, jangan membujuk, percuma saja!" katanya sambil memberi isa-rat dengan matanya bahwa dia mengerti. "Lebih baik bunuh saja aku dari pada harus tunduk dan melakukan perbuatan hina itu!"
"Gu Hong Beng, pemuda tolol! Engkau masih muda belia, tampan dan gagah. Apakah kau lebih suka mati konyol dan menolak kesenangan yang da-pat kaunikmati" Sekali lagi, maukah engkau me-nyerah dan menuruti semua keinginan Sin-kiam Mo-li" Ingat, kalau engkau menolak, aku sudah menerima perintah untuk membunuhmu sekarang juga."
Tanpa menanti sebentarpun, tanpa keraguan sedikitpun, Hong Beng membentak, sesuai dengan su-ara hatinya, juga sesuai dengan permintaan Bi-kwi dalam surat agar dia bersikap bermusuhan. "Kepa-rat, tulikah engkau" Aku tidak sudi, sekali tidak sudi dan selamanyapun tidak sudi. Mau bunuh, le-kas bunuh, siapa takut mati?"
Tiba-tiba terdengar suara halus dari kamar ta-hanan di sebelah, "Hemm, suara Gu-suheng demi-kian gagah perkasa, sedangkan suara perempuan ini seperti siluman tukang bujuk yang tak tahu malu!" Itulah suara Hong Li yang ikut merasa tegang dan marah.
"Aih, adik manis, jangan terlalu galak, nanti kemanisanmu berkurang! Engkau tunggu saja, engkau akan menikmati kesenangan luar biasa dengan aku." kata Bi-kwi, sengaja berkata demikian untuk le-bih meyakinkan hati Mo-li yang mengintai dan mendengarkan.
"Siluman jahat, tak perlu engkau membujuk dan merayu aku!" Hong Li membentak marah dan Bi-kwi mengeluarkan suara ketawa mengejek.
"Siluman jahat, tak perlu banyak cakap lagi. Kalau engkau datang hendak membunuhku, laku-kanlah. Aku akan menghadapi kematian dengan kedua mata terbuka! Jangan harap engkau akan dapat membuat aku ketakutan dengan bujukan dan ancaman!"
"Hemm, jadi engkau tetap memilih mampus" Engkau tidak takut mati" Hemm, aku masih be-lum mau percaya. Engkau tentu ingin memperguna-kan kepandaianmu untuk mencoba menipuku dan membuat aku lengah. Kalau memang benar engkau memilih mati, nah, ini aku membawakan sebotol kecil racun. Beranikah engkau meminumnya" Engkau akan mati
dengan tenang, seperti orang per-gi tidur saja. Ataukah engkau memilih mati kuse-rang dengan jarum-jarum beracun dari luar kamar tahanan" Nah, minumlah ini kalau memang benar engkau tidak takut mati, bukan hanya bualan sombong belaka!"
Dari tempat persembunyiannya, Mo-li meng-intai dengan jantung berdebar. Maukah pemuda Suling Naga > karya Kho Ping Hoo > published by buyankaba.com
710 itu minum obat yang akan membuatnya tunduk dan jinak seperti yang dijanjikan oleh Bi-kwi kepada-nya"
"Gu-suheng, jangan percaya omongan siluman itu! Dari suaranya saja aku tahu bahwa ia seorang manusia siluman yang jahat, kata-katanya penuh dengan bujuk-rayu dan tipu. Jangan mau minum racun itu!" terdengar suara Hong Li yang merasa khawatir sekali. Ia tidak dapat melihat apa yang terjadi di kamar tahanan sebelah, akan tetapi dapat mendengar percakapan mereka.
Akan tetapi Hong Beng, setelah bertemu pan-dang yang penuh arti dengan Bi-kwi, menerima botol kecil berisi cairan bening itu, dan berkata de-ngan lantang karena diapun tahu bahwa sikap Bi-kwi yang penuh rahasia itu menunjukkan bahwa ada orang lain, tentu iblis betina Sin-kiam Mo-li, yang melakukan pengintaian. "Hemm, siapa takut mati?" Dan diapun membuka tutup botol dan me-minumnya sampai habis. Diam-diam dia merasa geli karena tahu bahwa yang diminumnya itu hanya-lah air putih biasa saja, tidak mengandung apa-apa yang mencurigakan! Dan kini Bi-kwi yang bermain sandiwara. Suaranya terdengar girang sekali.
"Hi-hik, kaukira aku pura-pura dengan ancaman kosong" Ha, lihat betapa wajahmu telah menjadi pucat, tubuhmu menjadi lemas. Ha-ha, ya, engkau boleh berusaha mengerahkan sin-kangmu, Gu Hong Beng, akan tetapi percuma saja. Semua ke-mauanmu telah lenyap, dan engkau menjadi penurut. Engkau akan mendengarkan semua perintah dan mentaatinya tanpa melawan sedikitpun. Ha-ha-ha!" Dan Hong Beng yang sebetulnya tidak merasakan sesuatu, kini melakukan apa yang dikatakan Bi-kwi. Dengan ilmu sin-kangnya, dia dapat menahan dan memperlambat jalan darah dan membuat mukanya tampak pucat, lalu tubuhnya terhuyung dan kalau dia tidak berpegang kepada jeruji, tentu dia sudah roboh. Kepalanya menunduk dan tergantung seo-lah-olah kepala itu terasa berat dan pening, mata-nya terpejam.
"Mo-li, ke sinilah dan lihat hasilnya!" Bi-kwi berseru ke belakang dan Sin-kiam Mo-li cepat berlari mendekati kamar tahanan itu. Ia menemukan Hong Beng dalam keadaan tak berdaya, bergantung ke jeruji jendela dan nampak pucat dan lemas. Gi-ranglah harinya melihat ini.
"Dia akan melakukan apa saja yang kauperin-tahkan, Mo-li."
"Ah, terima kasih, Bi-kwi. Aku akan mem-bawanya ke kamarku sekarang juga."
"Aih, jangan lupa membuka kamar tahanan sebelah, Mo-li."
"Jangan khawatir. Nih kuncinya, kaubuka sen-diri. Akan tetapi, jangan sampai ia terluka atau terbunuh, engkau hanya boleh meminjamnya saja untuk memuaskan seleramu yang gila. Aku masih belum selesai dengan anak itu!"
"Baiklah, siapa mau mencelakakannya" Aku.... aku sayang pada anak-anak seperti itu, bagaikan kuncup bunga yang mulai mekar, hi-hik!"
Kedua orang wanita itu membuka pintu kamar tahanan. Melihat masuknya seorang wanita yang tidak dikenalnya, akan tetapi yang diketahuinya ada-lah wanita yang dimakinya siluman tadi, yang tentu telah membius atau meracuni Gu Hong Beng seperti yang didengarnya tadi, Hong Li menjadi marah se-kali. Begitu pintu kamar tahanan itu dibuka dari luar, dara cilik ini menyambut Bi-kwi dengan ma-kian.
Suling Naga > karya Kho Ping Hoo > published by buyankaba.com
711 "Siluman betina keparat!" dan iapun sudah menerjang dan menyerang dengan nekat, bagaikan seekor anak harimau yang marah. Akan tetapi, tentu saja serangannya itu tidak ada artinya bagi seorang wanita selihai Bi-kwi. Dengan cekatan, wanita ini menyambut tubuh kecil yang menyerangnya itu dengan tangkapan tangan kiri se-dangkan tangan kanannya sudah menotok pundak Hong Li. Anak itu terkulai lemas dan segera dipondongnya sambil tertawa kecil.
Sementara itu, melihat pintu kamar tahanannya terbuka dan melihat Sin-kiam Mo-li masuk, su-kar sekali bagi Hong Beng untuk menahan dirinya untuk tidak menerjangnya. Akan tetapi dia teringat akan pesan Bi- kwi. Dia harus berhati-hati karena Bi-kwi bermaksud untuk menyelamatkan Hong Li. Kalau dia sembrono dan menurutkan nafsu hati lalu menyerang Mo-li, jangan-jangan dia membuat ka-piran semua rencana Bi-kwi yang belum diketahui-nya bagaimana. Karena itu, ketika Mo-li menyentuh lengan dan pundaknya untuk meyakinkan diri, dia membuat tubuhnya lumpuh dan jalan darahnya ber-jalan lambat sehingga wanita itu percaya bahwa dia benar-benar berada dalam pengaruh bius yang amat kuat. Diapun membiarkan saja wanita itu merang-kulnya, menciumnya lalu tertawa kecil dan
menun-tunnya keluar dari dalam kamar penjara.
Ia bertemu dengan Bi-kwi di luar kamar tahanan, dan melihat Hong Li sudah terkulai lemas dipanggul oleh Bi-kwi. Bi-kwi tersenyum kepadanya.
"Bagaimana Mo-li" Tidak manjurkah obatku?"
"Memang ampuh, dan aku berterima kasih ke-padamu, Bi-kwi," kata Sin-kiam Mo-li sambil merangkul pinggang Hong Beng.
"Gu Hong Beng...." kata Bi-kwi dan Mo-li mengira bahwa rekannya itu akan mengejek tawanannya, akan tetapi ternyata panggilan itu oleh Bi-kwi disambung dengan seruan, "....
serbuuu....!" Dan ia sendiri mengirim tamparan keras ke arah kepala Mo-li! Tentu saja Sin-kiam Mo-li terkejut bukan main. Cepat ia miringkan tubuhnya mengelak dan tamparan yang amat berbahaya itu, akan tetapi pada saat itu, Hong Beng juga sudah menyerangnya. Pemuda ini tadi dirangkul pinggang-nya, maka hantaman Hong Beng yang amat dekat itu sukar sekali dielakkan dan biarpun ia sudah membuang diri, tetap saja punggungnya terkena pu-kulan tangan Hong Beng.
"Bukk!" Tubuh Sin-kiam Mo-li terpelanting keras dan ketika ia meloncat berdiri, dari mulutnya keluar darah segar! Wanita ini ternyata kuat sekali karena hantaman itu tidak membuatnya lemah. Ia bahkan mencabut pedangnya dan memandang de-ngan mata penuh kemarahan kepada Bi-kwi dan Hong Beng.
"Bi-kwi.... manusia hina, khianat dan curang!" bentaknya.
"Hong Beng, bawa ia keluar dari sini, suruh ia menjadi penunjuk jalan. Cepat.... biar kuha-dapi siluman ini!" kata Bi-kwi sambil melempar-kan tubuh Hong Li yang diam-diam telah ia be-baskan totokannya kepada Hong Beng. Pemuda itu cepat menangkap Hong Li dan dipondongnya gadis cilik itu, kemudian maklum bahwa yang terpenting adalah
menyelamatkan Hong Li, dia meloncat keluar dari tempat tahanan itu.
Mo-li hendak mengejar, akan tetapi Bi-kwi sudah menghadang di depannya dan Bi-kwi juga Suling Naga > karya Kho Ping Hoo > published by buyankaba.com
712 mencabut pedangnya, menghadang Mo-li sambil ter-senyum mengejek.
"Nah, sekarang kita boleh mengadu kepandaian, Mo-li. Akulah lawanmu!"
Saking marahnya, Sin-kiam Mo-li tidak mam-pu mengeluarkan suara, bahkan saking
marahnya, ia tidak ingat untuk berteriak minta bantuan para pe-layan dan juga para tamunya untuk mencegah Hong Beng dan Hong Li melarikan diri. Mulutnya me-nyeringai penuh kebencian, sepasang matanya mencorong seolah-olah ia hendak menelan Bi-kwi bu-lat-bulat.
Kemudian ia mengeluarkan suara me-lengking nyaring dan pedangnya berubah menjadi sinar berkelebat, tahu-tahu pedang itu telah me-nyambar dan menusuk ke arah dada Bi-kwi.
"Cringgg....!" Bunga api berpijar menyilaukan mata ketika dua batang pedang bertemu dan Bi-kwi merasa betapa telapak tangannya panas dan lengan kanannya tergetar hebat.
Maklumlah ia bahwa Sin-kiam Mo-li memang sesuai dengan julukan-nya, Iblis Betina Berpedang Sakti, amat hebat ilmu pedangnya. Oleh karena itu, sambil melawan de-ngan pedang, Bi-kwi mengeluarkan ilmu-ilmu ta-ngan kosongnya yang tak kalah hebatnya. Ia mengisi tangan kirinya dengan ilmu yang disebut Kiam-ciang (Tangan Pedang), ilmu dari Sam Kwi yang amat terkenal. Dengan ilmu ini, tangan kirinya kalau dipergunakan untuk menyerang, tiada ubah-nya sebatang pedang pula, yang selain amat kuat, juga dapat membabat anggauta tubuh lawan sampai buntung, bahkan lengan kiri ini berani menangkis senjata tajam karena telah dilindungi kekebalan Kiam-ciang. Di samping ini, ia juga merobah-ro-bah ilmu pedangnya karena memang wanita ini telah mewarisi semua ilmu dari ketiga orang gurunya, yaitu mendiang Hek Kwi Ong si Raja Iblis Hitam, Im- kan-kwi si Iblis Akhirat dan Iblis Mayat Hidup yang ketiganya merupakan datuk sesat yang terkenal dengan julukan Sam Kwi (Tiga Iblis).
Akan tetapi sekali ini Bi-kwi bertemu lawan yang amat tangguh pula. Sin-kiam Mo-li adalah anak angkat mendiang Kim Hwa Nio-nio, sudah mewarisi semua ilmu dari nenek sakti itu dan di-tambah dengan pengalamannya yang luas, ia meru-pakan seorang wanita yang amat lihai, bukan saja dalam ilmu silat, melainkan juga memiliki kekuatan batin yang hebat karena ia pernah mempe-lajari ilmu sihir. Kalau saja ia tidak menghadapi seorang yang juga sudah matang seperti Bi-kwi, ten-tu ia dapat menjatuhkan lawan dengan ilmu sihirnya. Bahkan kinipun, dengan mengeluarkan lengkingan-lengkingan tajam yang mengandung kekuatan batin, beberapa kali Bi-kwi merasa jantungnya tergetar dan terguncang hebat yang hampir saja melumpuh-kannya. Namun, maklum akan kesaktian lawan, Bi-kwi mengerahkan segala tenaga dan kemampuannya untuk melakukan perlawanan dengan amat gigihnya.
Hong Beng yang memondong Hong Li keluar dari kamar tahanan itu menurutkan petunjuk Hong Li. Ternyata lorong yang membawa mereka ke atas itu tidak terjaga. Tiga orang pelayan agaknya sedang asyik melayani tujuh orang tosu bersama wanita-wanita dusun. Hong Li minta turun dari pondong-an karena tubuhnya sudah terasa segar kembali dan gadis inilah yang menjadi petunjuk jalan untuk ke-luar dari daerah berbahaya itu. Akan tetapi, tiba-tiba Hong Beng teringat akan Bi-kwi. Bagaimana dia dapat melarikan diri meninggalkan Bi-kwi di tempat berbahaya itu" Selama ini dia telah salah sangka terhadap Bi-kwi, bahkan terhadap Bi Lan dan Sim Houw! Dia telah menganggap bahwa Bi-kwi seorang wanita iblis yang tak mungkin menjadi baik kembali. Akan tetapi, kini dia melihat kenyatan betapa keliru pendapatnya itu, pendapat yang dulu didorong oleh perasaan iri dan cemburu karena cintanya terhadap Bi Lan gagal. Kini baru nampak olehnya, Bi-kwi telah menjadi seorang wanita yang gagah perkasa. Hal ini telah dibuktikannya. Bi-kwi rela mengorbankan diri, menghadapi Sin-kiam Mo-li yang demikian lihai-nya, yang masih dibantu tujuh orang tosu. Bi-kwi Suling Naga > karya Kho Ping Hoo > published by buyankaba.com
713 mengorbankan diri demi menyelamatkan dia dan Hong Li. Dan bagaimana mungkin dia sekarang melarikan diri meninggalkan wanita itu begitu saja diancam bahaya maut"
"Sumoi, tentu engkau tahu jalan keluar, bu-kan?"
"Tentu saja, aku sudah hafal jalan di sini dengan semua rahasianya, jangan khawatir, suheng.
Aku akan membawamu keluar dari sini dengan aman."
"Bukan itu yang kukhawatirkan, sumoi. Engkau sekarang larilah secepatnya keluar dan di luar daerah ini, carilah sepasang pendekar yang bernama Sim Houw dan Can Bi Lan, lalu bawalah mereka masuk untuk membantu kami. Aku harus cepat kembali untuk membantu nona Ciong Siu Kwi."
"Siapakah itu?"
"Wanita tadi...."
"Ah,.... siluman itu?"
"Tidak, sumoi. Ia hanya pura-pura, termasuk siasatnya agar dipercaya oleh Sin-kiam Mo-li.
Ia datang untuk menyelamatkan engkau dan ia datang bersama Sim Houw dan Bi Lan itulah.
Sudah, aku tidak dapat bicara banyak, engkau cepatlah lari mencari bantuan mereka. Kalau terlambat, mungkin nona Ciong dan aku akan tewas di tangan Mo-li dan tujuh orang tosu itu!"
Tanpa menanti jawaban, Hong Beng melompat dan lari kembali ke arah ba-ngunan besar di tengah hutan dan rawa itu.
Sejenak Hong Li berdiri bingung, akan tetapi iapun dapat menangkap apa yang terjadi menurut cerita Hong Beng tadi, maka iapun cepat melompat dan melanjutkan larinya keluar dari daerah itu. Ia merasa khawatir sekali akan keselamatan pemuda yang menjadi suhengnya itu, dan ia harus dapat ce-pat menemukan sepasang pendekar seperti yang d-katakan oleh Hong Beng tadi. Juga kini Hong Li baru melihat kenyataan betapa gurunya, Sin-kiam Mo-li, yang selama ini dianggapnya menjadi ibu angkat dan gurunya, amatlah jahatnya. Maka iapun tidak ragu-ragu untuk membantu Gu Hong Beng, kalau perlu ia bahkan siap untuk menentang keja-hatan subonya sendiri.
Perkelahian antara Bi-kwi dan Mo-li berjalan dengan amat serunya dan selama itu, keduanya masih nampak seimbang. Biarpun Mo-li lebih kuat dalam tenaga sin-kang, namun kekurangan Bi-Kwi diim-bangi dengan kemenangannya dalam ilmu silat yang banyak ragamnya, terutama sekali Sam-kwi Cap-sha-kun ciptaan terakhir yang merupakan ciptaan gabungan dari ketiga orang tokoh sesat itu. Akan tetapi, setelah berkelahi selama empatpuluh jurus lebih, tiba-tiba bermunculan tujuh orang tosu Pek-lian-pai dan Pat-kwa-pai yang menjadi tamu di rumah itu.
Akhirnya mereka mendengar juga akan perkelahian itu ketika seorang di antara tiga pelayan yang kebetulan mempunyai keperluan ke belakang, mendengar suara denting pedang beradu yang keluar dari lorong rahasia bawah tanah. Ang Nio, pelayan ini, cepat memasuki lorong dan melihat betapa Mo-li berkelahi mati-matian melawan Bi-kwi, sedang-kan dua orang tawanan telah kosong, Ang Nio ce-pat berlari ke atas memberi tahu kepada tujuh orang tosu itu dan minta bantuan. Tujuh orang tosu itu cepat berlompatan keluar dari dalam kamar sambil membetulkan pakaian mereka dengan tergesa-gesa, lalu mereka memasuki lorong bawah tanah.
Suling Naga > karya Kho Ping Hoo > published by buyankaba.com
714 Melihat betapa Mo-li berkelahi dengan mati-matian melawan Bi-kwi, merekapun tanpa dimin-ta sudah maju mengepung. Melihat munculnya tujuh orang musuh baru ini, Bi-kwi maklum bahwa ia terancam bahaya maut, namun ia sudah nekat. Ia rela mati, namun hatinya lega karena Hong Beng dan Hong Li tentu sudah dapat keluar dengan selamat. Ia tidak takut mati, apa lagi mati sebagai seorang gagah yang menentang kejahatan. Suaminya yang amat dicinta tentu maklum, dan akan merasa bang-ga pula dengan kematiannya. Maka, dengan penuh semangat, pedang di tangan dan tubuh basah oleh peluh, ia siap untuk mempertahankan nyawanya sampai titik darah terakhir.
Sementara itu, Sin-kiam Mo-li sudah marah sekali kepada Bi-kwi. Demikian besar rasa marah dan bencinya sehingga ia berseru kepada tujuh orang tosu yang membantunya, "Jangan bunuh perempu-an keparat ini! Boleh buntungi kaki tangannya, akan tetapi jangan buntungi lehernya. Aku ingin menangkapnya hidup-hidup, menyiksanya sepuas hatiku. Pengkhianat keji ini harus mengaku menga-pa ia membalik dan membela para pendekar!"
Seruan yang timbul dari kebencian dan kema-rahan yang bergelora ini bahkan menolong nyawa Bi-kwi. Kalau saja tidak ada larangan itu, para tosu maju mengeroyok, agaknya tidak sampai sepu-luh jurus Bi-kwi akan roboh dan tewas! Akan tetapi, karena dilarang membunuh oleh Mo-li, tu-juh orang tosu itupun menyerang tanpa mengguna-kan senjata dan mereka tidak melakukan serangan maut, melainkan berusaha merobohkan saja dan menangkapnya.
Dan tidaklah mudah menangkap seorang yang demikian lihainya seperti Bi-kwi tanpa membunuhnya!
Bi-kwi yang hendak mempertahankan nyawa-nya sampai napas terakhir, menggunakan
seluruh ke-pandaiannya. Baru sakarang inilah selama hidupnya ia menghadapi lawan yang demikian kuatnya. De-lapan orang yang rata-rata memiliki tingkat yang tinggi, dan melawan seorang saja dari mereka sudah sukarlah baginya untuk keluar sebagai pemenang. Apa lagi dikeroyok delapan! Ia merobah-robah ilmu silatnya, bahkan ketika dalam benturan pedang yang amat dahsyatnya pedangnya dan juga pedang di tangan Sin-kiam Mo-li terlempar dan jatuh, ia melanjutkan perlawanan dengan kedua tangan ko-song. Mo-li juga tidak mengambil pedangnya kare-na ia merasa yakin bahwa dibantu oleh tujuh orang tosu itu, tanpa pedangnyapun ia akan mampu me-nangkap Bi-kwi.
Dalam usahanya untuk membela diri dan kalau mungkin merobohkan para pengeroyoknya, Bi-kwi mempergunakan Hek-wan Sip-pat-ciang (Delapan Belas Jurus Silat Lutung Hitam) yang merupakan ilmu khas dari mendiang Raja Iblis Hitam. Dengan ilmu silat ini, kedua lengan Bi-kwi dapat mulur sampai dua kali lipat ukuran biasa! Tentu saja ilmu ini hebat bukan main dan para pengeroyoknya ka-dang-kadang berseru kaget dan hampir celaka oleh serangan ilmu ini. Untung mereka itu berdelapan sehingga yang lain cepat membantu kalau ada yang terdesak. Juga dalam menghadapi sambaran pukulan atau tendangan lawan, Bi-kwi melindungi dirinya dengan Ilmu Kebal Kulit Baja yang dipelajarinya dari mendiang Iblis Akhirat, juga tendangan Pat-hong-twi yang dapat dilakukan ke arah delapan penjuru dengan susul-menyusul dan cepat serta kuat sekali. Pernah pula ia mengeluarkan pukulan Hun-kin-tok-ciang (Tangan Beracun Putuskan Otot) dari mendiang Iblis Mayat Hidup. Di samping semua ilmu ini, Ilmu Pukulan Kiam-ciang (Tangan Pedang) masih terus dipergunakannya sehingga menggiriskan para pengeroyoknya, walaupun para pengeroyok itu memiliki ilmu yang tinggi.
Sudah berulang kali Bi-kwi menerima tendang-an dan pukulan. Akan tetapi berkat
perlindungan Ilmu Kebal Kulit Baja, ia tidak menderita luka wa-laupun pakaiannya sudah Suling Naga > karya Kho Ping Hoo > published by buyankaba.com
715 robek sana-sini dan selu-ruh tubuh terasa nyeri-nyeri karena biarpun tidak terluka, tetap saja guncangan-guncangan yang dite-rimanya membuat tubuhnya nyeri semua. Ia semakin
terdesak dan agaknya tak lama lagi ia akan kehabis-an tenaga dan napas dan akan roboh tak berdaya sehingga ia akan menjadi korban kebencian Sin-kiam Mo-li yang ingin menyiksanya habis-habisan sebelum membunuhnya!
Pada saat ia kembali menerima sebuah tendangan yang kuat dari Ok Cin Cu, tosu yang agaknya juga amat membencinya karena pernah Ok Cin Cu dikecewakan oleh pelayanannya yang dingin, sehing-ga tubuhnya terbanting dan bergulingan, dan ia ter-paksa menangkis dengan kedua lengannya karena ketika ia bergulingan itu datang tendangan bertubi-tubi, muncullah Gu Hong Beng!
Tanpa banyak cakap lagi, Hong Beng menyerbu dan menyerang Ok Cin Cu sehingga tosu ini terpe-lanting oleh sambaran angin pukulannya yang panas karena dia menyerang dengan pengerahan tenaga Hui-yang Sin-kang, satu di antara ilmu sin-kang dari Pulau Es! Hui-yang Sin-kang (Tenaga Sakti Inti Api) mengeluarkan hawa panas dan amat kuat se-hingga biarpun Ok Cin Cu tidak terkena pukulan secara langsung, tetap saja dia terpelanting! Semua orang terkejut dan melihat munculnya pemuda ini, Sin-kiam Mo-li menjadi girang. Kiranya pemuda ini belum melarikan diri! Kini ia akan dapat me-nangkapnya dan menyiksanya bersama Bi-kwi.
"Tangkap pemuda jahanam ini pula!" bentak-nya dan ia sendiri sudah menyerang Hong Beng de-ngan dahsyatnya. Pemuda ini juga amat membenci Sin-kiam Mo-li, maka diapun
mengerahkan tena-ganya dan menangkis.
"Desss....!" Keduanya terdorong ke bela-kang. Hong Beng merasa lega dan juga kagum meli-hat betapa Bi-ikwi yang dikeroyok delapan orang lihai itu masih dalam keadaan selamat, walaupun pakaiannya sudah compang-camping dan wajahnya sudah pucat, dengan tubuh basah oleh keringat dan tampaknya wanita itu lelah sekali. Namun, melihat Hong Beng, Bi-kwi terkejut.
"Bagaimana dengan Hong Li?" tanyanya sambil meloncat ke belakang menghindarkan
serangan dua orang lawan.
"Harap jangan khawatir, ia sudah selamat," kata Hong Beng, makin kagum karena dalam keadaan nyawanya sendiri terancam bahaya, wanita itu masih teringat kepada anak itu.
"Kenapa kau mencari penyakit dan tidak pergi saja?" kata pula Bi-kwi, agak menyesal mengapa pemuda ini kembali untuk menyerahkan nyawa.
"Ciong-lihiap, aku masih belum begitu tersesat untuk membiarkan engkau sendiri terancam bahaya. Mari kita hajar iblis-iblis ini!" kata Hong Beng.
Bi-kwi terbelalak dan wajahnya menjadi cerah sekali, sepasang matanya bersinar dan mencorong mendengar betapa ia disebut Ciong-lihiap oleh mu-rid tokoh Pulau Es itu. Ia tertawa.
"He-he-he, engkau benar sekali, Gu-taihiap! Mari kita basmi siluman-siluman jahat ini!" Dan seperti memperoleh tenaga baru, sebuah tendangan kilat mengenai paha Im Yang Tosu, membuat tosu Pek-lian-kauw yang menjadi seorang di antara pengeroyok itu terpelanting dan Suling Naga > karya Kho Ping Hoo > published by buyankaba.com
716 ketika meloncat ba-ngun, kakinya agak terpincang. Dia menyumpah-nyumpah dan menerjang lagi.
Dengan penuh semangat, dua orang itu menga-muk dan mengerahkan seluruh tenaga dan kepan-daian mereka. Namun, delapan orang pengeroyok-nya adalah orang-orang pandai yang setingkat de-ngan mereka, maka perlahan-lahan, mulailah Bi-kwi dan Hong Beng terdesak lagi. Mereka sudah mulai menerima hantaman-hantaman dan hanya karena kekebalan tubuh mereka dan besarnya sema-ngat mereka saja kedua orang gagah ini masih terus melakukan perlawanan seperti dua ekor harimau yang sudah terluka dan tersudut, pantang menyerah sebelum rohoh!
Sementara itu, dengan cepat sekali Hong Li lari menyusup-nyusup keluar dari daerah yang berbaha-ya karena penuh dengan perangkap-perangkap itu. Berkat kecerdikannya, karena ia sudah hafal benar keadaan di daerah itu, ia mampu berlari keluar di tempat gelap tanpa terancam jebakan dan akhirnya sampai juga ia di luar daerah tempat tinggal gurunya. Sampai di sini, Hong Li merasa bingung sekali. Ia disuruh mencari dua orang gagah yang hanya diketa-hui namanya saja, yaitu Sim Houw dan Can Bi Lan. Akan tetapi ia belum pernah bertemu dengan mere-ka dan tidak tahu bagaimana wajah mereka. Ia tidak akan mengenal mereka dan ke manakah ia harus mencari mereka" Akan tetapi Hong Li adalah seorang anak yang cerdik sekali. Ia membayangkan keadaannya. Kini ia dapat menduga bahwa kalau suhengnya yang bernama Gu Hong Beng itu datang sendirian untuk menyelamatkannya, maka wanita yang disebut Bi-kwi oleh gurunya itu datang ber-tiga bersama mereka yang kini harus dicarinya. Dan agaknya Bi-kwi itu mengenal subonya, maka mem-pergunakan siasat berkunjung kepada gurunya seba-gai seorang sahabat dan kemudian bergerak dari dalam.
Kalau demikian halnya, sudah pasti kedua orang temannya itu menunggu di luar hutan ini dan kini berada di suatu tempat tersembunyi. Mencari mereka tidaklah mungkin karena mereka bersembu-nyi, maka iapun lalu mulai memanggil-manggil de-ngan suara nyaring.
"Orang-orang gagah yang bernama Sim Houw dan Can Bi Lan....! Ji-wi (kalian) keluarlah!
Sahabat ji-wi Bi-kwi berada dalam bahaya!"
"Sim Houw dan Can Bi Lan....!"
Hong Li berjalan ke sana-sini sambil berteriak--teriak. Usahanya berhasil. Belum sepuluh kali ia memanggil kedua nama itu. Tiba-tiba berkelebat bayangan orang dan tahu-tahu di depannya berdiri seorang laki-laki dan seorang perempuan yang da-pat dilihatnya dalam cuaca remang-remang yang ditimbulkan oleh sinar laksaan bintang di langit.
"Siapakah engkau?" yang wanita menyapanya dengan suara tegas setengah menghardik.
"Aku Kao Hong Li...."
"Ahhh....!" Dua orang itu cepat memegang lengannya dengan lembut.
"Kiranya adik Hong Li....! Apa artinya teriakanmu tadi?" tanya yang wanita. "Aku yang bernama Can Bi Lan, aku sumoi dari Bi-kwi itu, dan aku sumoi dari ayahmu...."
"Sumoi dari ayah?"
"Tidak ada waktu untuk bicara tentang itu. Hong Li, katakanlah, apa yang telah terjadi dan Suling Naga > karya Kho Ping Hoo > published by buyankaba.com
717 bagaianana engkau dapat sampai ke sini?"
"Engkau benar, bibi. Tidak banyak waktu untuk bicara. Kalianlah yang dicari oleh mereka yang kini berada dalam bahaya besar. Mereka berdua terancam bahaya maut. Di sana ada....
Sin-kiam Mo-li dan tujuh orang tosu itu...."
"Berdua" Suci Bi-kwi dengan siapa?"
"Ia bersama suheng Gu Hong Beng. Tadinya suheng tertawan. Lalu muncul bibi Bwi-kwi yang berhasil membebaskan aku dan suheng. Akan tetapi suheng menyuruh aku berlari sendiri dan dia kembali untuk membantu bibi Bi-kwi. Mari, mari cepat, biar aku menjadi penunjuk jalan. Ji-wi harus mem-bantu mereka!" Tanpa menanti, jawaban, Hong Li sudah melompat ke dalam hutan. Dua orang itu ka-gum dan merekapun cepat mengikuti jejak Hong Li yang mulai menyusup-nyusup ke dalam hutan itu menuju ke tempat tinggal Sin-kiam Mo-li.
Kedatangan Bi Lan dan Sim Houw sungguh pada saat yang tepat sekali. Ketika mereka tiba di dalam rumah itu, mereka dihadang oleh tiga orang wanita yang bukan lain adalah Pek Nio, Ang Nio dan Hek Nio tiga orang pelayan dan juga pembantu dan murid Sin-kiam Mo-li.
"Mereka adalah pembantu-pembantu Sin-kiam Mo-li," bisik Hong Li kepada dua orang itu.
"Tunggu! Siapa kalian dan mau apa?" bentak Pek Nio dengan pedang melintang di depan dada.
Bi Lan yang sudah mendengar bisikan Hong Li tadi membentak, "Menggelinding pergi kalian!" Dan iapun menerjang ke depan. Tiga orang wanita pelayan itu menyambutnya dengan serangan pedang, akan tetapi begitu Bi Lan menggerakkan kaki ta-ngannya, tiga orang itu berpelantingan ke kanan kiri dan terbanting keras, tak dapat bangkit kembali!
Hong Li kagum bukan main melihat ini. Bibi gurunya! Adik seperguruan ayahnya! Demikian lihai!
"Mari, mari ke sini, bibi!" katanya sambil lari masuk ke dalam rumah itu, diikuti oleh Bi Lan dan Sim Houw. Hong Li membuka pintu rahasia dan merekapun memasuki terowongan
bawah tanah. Kalau tadi Bi Lan dan Sim Houw masih heran dan bingung, belum percaya penuh akan keterangan Hong Li bahwa Bi-kwi berada di situ bersama Gu Hong Beng, kini mereka dapat melihat sendiri. Me-mang Hong Beng bersama Bi-kwi yang sedang di-kurung dan terdesak hebat oleh delapan orang pe-ngeroyok itu! Sejenak mereka merasa kaget dan heran sekali.
Hong Beng bekerja sama dengan Bi-kwi menghadapi pengeroyokan delapan orang mu-suh!
Sukar untuk dapat dipercaya karena mereka tahu betapa besarnya perasaan benci dalam hati Hong Beng terhadap Bi-kwi. Agaknya pemuda itu telah sadar sekarang dan hal ini membuat Bi Lan demiki-an girangnya sehingga ia berteriak nyaring.
"Hong Beng, jangan takut aku datang memban-tu!"
Sim Houw juga tidak banyak cakap lagi. Begitu tiba di situ, pendekar Suling Naga ini menggunakan pandang matanya yang tajam mencorong itu untuk menelitii keadaan. Dia Suling Naga > karya Kho Ping Hoo > published by buyankaba.com
718 melihat bahwa baik tingkat kepandaian Hong Beng maupun Bi-kwi tidak kalah oleh tingkat masing-masing pengeroyok, dan dia merasa yakin bahwa Bi Lan akan mampu mengalah-kan setiap dari mereka, kecuali wanita cantik itu yang amat lihai. Bi Lan akan mampu menahan dua orang lawan, Hong Beng dan Bi-kwi menghadapi dua orang lawan dan dia sendiri akan menghadapi empat orang lawan termasuk wanita itu yang dia sangka tentulah Sin-kiam Mo-li adanya. Maka dia-pun sudah mencabut suling naga dari pinggangnya dan bersama dengan Bi Lan dia menyerbu ke dalam arena perkelahian. Ruangan di depan kamar-kamar tahanan itu cukup luas sehingga daa dapat mengge-rakkan pedangnya yang luar biasa itu dengan lelua-sa.
Munculnya dua orang ini mengejutkan Sin-kiam Mo-li dan kawan-kawannya. Akan tetapi tidak membuat mereka menjadi gentar. Bagaimanapun ju-ga, mereka berjumlah delapan orang, merupakan ke-kuatan yang sukar dilawan. Mo-li maklum bahwa kawan-kawannya adalah tokoh-tokoh pilihan dari Pek-lian-pai dan Pat-kwa-pai, maka munculnya dua orang yang membantu Bi-kwi dan Gu Hong Beng tidak membuat ia menjadi gentar. Ia sudah menyambar pedangnya dan meloncat ke depan menyambut Sim Houw dan karena ia ingin cepat-cepat menye-lesaikan perkelahian ini, tangan kirinya juga sudah melolos kebutan bulu merah bergagang emas dan be-gitu tubuhnya menerjang ke depan, pedangnya me-nusuk dada Sim Houw dan kebutannya menyambar ke arah muka pendekar itu.
"Tranggg! Trakkk!"
"Aihhhh....!" Sin-kiam Mo-li menjerit ketika tubuhnya terhuyung ke belakang seperti disambar petir.
"Dia Pendekar Suling Naga....!" teriak Thian Kek Seng-jin yang pernah kalah oleh pende-kar ini. Demikian pula Ok Cin Cu terkejut melihat munculnya pendekar yang membuatnya gentar itu.
Mendengar ini, Sin-kiam Mo-li terkejut. Ia sudah mendengar nama besar pendekar yang baru muncul ini dan kini ia memandang ke arah pedang berbentuk suling naga itu. Akan tetapi ia tidak me-rasa gentar karena ia dibantu oleh teman-temannya dan bersama tiga orang tosu iapun menerjang lagi ke depan, sekali ini lebih berhati-hati agar jangan ben-trok senjata secara langsung karena ia tahu bahwa tenaga sin-kangnya masih kalah jauh dibandingkan pendekar ini.
Bi Lan sudah menghadapi dua orang tosu, yaitu Ok Cin Cu dan sutenya, yaitu Lam Cin Cu, dua orang tokoh Pat-kwa-pai. Bi-kwi melawan Im Yang Tosu sedangkan Hong Beng
berkelahi melawan Ang Bin Tosu, keduanya dari Pek-lian-pai. Ada-pun Sim Houw dikepung oleh Sin-kiam Mo-li yang dibantu oleh Thian Kek Seng-jin dan Coa-ong Seng-jin dari Pek-lian-pai, dan Thian Kong Cin-jin yang merupakan tosu paling tangguh di antara mereka bertujuh, karena tosu ini adalah wakil ketua Pat-kwa-pai.
Hong Li berdiri agak jauh, nonton perkelahian itu dengan pandang mata penuh kagum ditujukan kepada Sim Houw dan Bi Lan. Dan kini, sungguh amat mengejutkan pihak Mo-li, pertempuran itu berjalan dengan seimbang! Andaikata Bi-kwi ti-dak demikian lelah dan nyeri-nyeri tubuhnya karena tadi menerima banyak pukulan, seperti juga halnya Hong Beng, tentu ia dan Hong Beng sudah mampu merobohkan lawannya yang hanya seorang saja. Bi Lan yang tadi sudah melihat kelihaian para tosu, ki-ni mengerahkan tenaga dan
kepandaiannya, membuat kedua orang pengeroyoknya cukup repot walaupun kedua orang pengeroyok itu mempergunakan tong-kat untuk menyerangnya dan gadis itu hanya berta-ngan Suling Naga > karya Kho Ping Hoo > published by buyankaba.com
719 kosong saja. Hong Beng juga sudah menerima beberapa pu-kulan keras ketika dia membantu Bi-kwi tadi sehingga gerakannya tidak leluasa, juga tenaganya banyak berkurang. Untung dia memiliki sin-kang yang amat kuat dari gurunya, sin-kang istimewa dari keluarga Pulau Es, maka biarpun lawannya, Ang Bin Tosu dari Pek-lian-pai juga merupakan tokoh li-hai, sudah berusaha untuk mengalahkannya, tetap saja kakek tosu sesat itu tidak mampu mendesak Hong Beng. Bahkan ketika Hong Beng memainkan Liong-in Bun-hoat, ilmu silat yang amat tinggi dan sukar dilawan, yang halus namun mengandung ke-kuatan dahsyat, Ang Bin Tosu terkena dorongan tangan kiri Hong Beng dan kakek ini terhuyung lalu terpaksa meloncat ke belakang.
Pada saat itu, Bi-kwi yang keadaannya lebih pa-rah dari Hong Beng, terdesak hebat dan sebuah sa-puan tongkat panjang dari lawannya, yaitu Im Yang Tosu, membuat ia roboh terguling. Memang aneh, tadi ketika hanya berkelahi berdua saja dengan Hong Beng, dia begitu gigih, akan tetapi setelah datang bala bantuan, Bi-kwi merasa betapa tubuhnya lelah dan lemah. Hal ini mungkin karena tadi ia tidak melihat adanya harapan dan hal itu membuatnya nekat, dan kini, kelegaan hati melihat kemunculan Bi Lan dan Sim Houw membuat daya tahan batinnya bahkan melemah. Untung Hong Beng cepat menu-bruk ke depan dan menghantam punggung Im Yang Tosu dengan pengerahan tenaga Soat-im Sinkang yang berhawa dingin.
"Bukkk!" punggung itu kena dihantam telapak tangan Hong Beng, keras sekali karena pemuda ini khawatir sekali dan ingin menyelamatkan Bi-kwi yang terancam maut oleh serangan susulan Im Yang Tosu yang menghantamkan tongkatnya ke arah ke-pala Bi-kwi.
Pukulan tangan Hong Beng itu sede-mikian kuatnya sehingga tubuh Im Yang Tosu
ter-pelanting keras, menggigil dan tidak mampu bangun kembali, bahkan tidak lagi mampu berkutik! Meli-hat rekannya roboh, Ang Bin Tosu marah sekali dan dengan teriakan marah dia menubruk ke arah Hong Beng. Pada saat itu, Hong Beng yang tadi menggu-nakan seluruh tenaganya memukul Im Yang Tosu, berada dalam posisi yang tidak menguntungkan. Dia memang sudah amat lelah dan sudah banyak mene-rima pukulan ketika bersama Bi-kwi menghadapi pengeroyokan delapan orang itu. Maka pengerahan tenaga sepenuhnya tadi membuat dia terhuyung dan terengah dan dalam keadaan seperti itu Ang Bin Tosu
menyerangnya dengan pukulan dahsyat dari belakang!
"Desss....!" Pada saat yang amat berbaha-ya bagi Hong Beng itu, Bi-kwi menerjang ke de-pan dan menyambut serangan tosu itu untuk menye-lamatkan Hong Beng. Hebat sekali benturan tangan itu, dan akibatnya, tubuh Bi-kwi yang sudah amat lelah dan lemah itu terjengkang dan wanita itupun roboh pingsan. Akan tetapi, Ang Bin Tosu juga ter-huyung ke belakang dan terengah-engah karena benturan tenaga itu amat hebat, membuat isi dada-nya terguncang dan tergetar.
Melihat betapa dia terlepas dari bahaya maut karena pertolongan Bi-kwi, sehingga wanita itu roboh tak bergerak lagi, Hong Beng menjadi marah sekali kepada Ang Bin Tosu.
"Tosu jahat!" bentaknya dan diapun menerjang tosu yang sedang terhuyung itu. Ang Bin Tosu yang kehilangan tongkatnya, menangkis dengan kedua lengannya, akan tetapi pukulan Hong Beng amat he-batnya sehingga tangkisan itu runtuh dan telapak tangan kiri Hong Beng mengenai dada Ang Bin To-su. Kakek ini mengeluh dan roboh terjengkang, tak dapat bergerak lagi.
Suling Naga > karya Kho Ping Hoo > published by buyankaba.com
720 Sementara itu pedang suling naga di tangan Sim Houw membuat empat orang
pengeroyoknya kocar-kacir. Pedang itu menyambar-nyambar menjadi gulungan sinar yang amat panjang dan kuat, menge-luarkan bunyi melengking-lengking seperti orang bermain suling. Empat orang itu berusaha untuk mendesaknya, namun sebalilknya mereka berempat yang terdesak dan permainan senjata mereka menja-di kacau-balau. Mula-mula Thian Kong Cin-jin yang lebih dulu menjadi korban sinar pedang suling naga. Sim Houw melihat betapa di antara empat orang pengeroyoknya, yang paling tangguh adalah wakil ketua Pat-kwa-pai ini dan Sin-kiam Mo-li. Oleh karena itu, ketika mendapatkan kesempatan diapun menujukan sinar pedangnya mendesak Thian Kong Cin-jin. Ketika kakek ini memutar tongkat-nya untuk melindungi dirinya dari sinar pedang, Sim Houw meloncat dan menendang ujung tongkat itu dan pada saat tongkat itu menyeleweng dan ter-buka lubang, Sim Houw memasukinya dengan sinar pedangnya.
"Crettt!" Robeknya jubah di bagian pundak disusul mengalirnya darah dan pundak itu telah ter-luka pedang dan seketika lengan kanan Thian Kong Cin-jin menjadi lumpuh kehilangan tenaga dan tongkatnyapun terlepas. Pada saat itu, tiga orang pengeroyok sudah menerjang dengan cepat sehingga Sim Houw harus meloncat mundur dan melindungi tubuhnya dengan sinar pedang sulingnya sehingga serangan senjata tiga orang pengeroyok itu dapat di-tangkis semua. Pada saat itu, Bi Lan berhasil mero-bohkan Lam Cin Cu dengan tamparan tangan kiri-nya yang mengenai pelipis tosu itu. Lam Cin Cu roboh tak berkutik lagi dan melihat robohnya sute ini, Ok Cin Cu terkejut dan juga gentar. Dia meloncat jauh ke belakang dengan muka pucat, apa lagi melihat betapa Im Yang Tosu dan Ang Bin Tosu juga sudah roboh.
Bi Lan kini menerjang ke dalam pertempuran membantu Sim Houw. Tentu saja tiga orang penge-royok Sim Houw menjadi semakin repot. Tadi saja mengeroyok Pendekar Suling Naga, mereka sudah kewalahan. Apa lagi kini Bi Lan maju membantu kekasihnya. Biarpun gadis ini hanya bertangan kosong, namun tangan kakinya tidak kalah ampuhnya dibandingkan dengan senjata. Yang merasa penasar-an dan marah sekali adalah Sim-kiam Mo-li. Ia mengandalkan tujuh orang tosu yang menjadi seku-tunya itu dan kini sudah ada tiga orang tosu tewas, bahkan Thian Kong Cin-jin sudah terluka pundaknya dan tidak mampu melanjutkan
perkelahian. Ok Cin Cu yang belum terluka itu agaknya sudah menjadi gentar dan menjauh, sehingga yang membantu Mo-li tinggal dua orang lagi, yaitu Thian Kek Seng-jin dan Coa-ong Seng-jin dari Pek-lian-pai.
Biarpun para pengeroyok itu rata-rata memiliki ilmu kepandaian tinggi, kalau Sim Houw menghen-daki, dengan ilmu pedang Suling Naga, agaknya su-dah sejak tadi dia akan mampu merobohkan seorang atau dua orang di antara mereka kalau dia bermaksud membunuh mereka. Justeru karena dia mena-han diri agar tidak membunuh lawan maka sukar baginya untuk merobohkan mereka dan baru saja dia berhasil melukai Thian Kong Cin-jin. Kini, masuknya Bi Lan membuat keadaan menjadi lain. Kalau Sim Houw mengendalikan
gerakannya agar jangan membunuh lawan sebaliknya Bi Lan ma-suk dan menerjang dengan serangan dahsyat yang penuh niat membunuh lawan!
Dan mudah diduga bahwa kebencian Bi Lan di-jatuhkan kepada Sin-kiam Mo-li karena wanita inilah yang telah menculik Hong Li. "Perempuan iblis, bersiaplah untuk mampus!"
bentak Bi Lan. Begitu ia terjun ke dalam pertempuran itu dan lang-sung saja ia menyerang Sin-kiam Mo-li. Wanita ini menyambut dengan sepasang senjatanya, kebutan dan pedang, yang dengan dahsyat menyambut serang-an Bi Lan dengan tusukan pedang dan sabetan cambuk ke arah muka gadis itu.
Suling Naga > karya Kho Ping Hoo > published by buyankaba.com
721 Bi Lan bukan tidak tahu akan hebatnya lawan dari gerakan yang amat cepat dan mengandung angin keras itu, maka iapun cepat mengelak ke samping dan dengan tubuh setengah berjongkok dari samping kakinya mencuat dalam tendangan kilat ke arah lu-tut Mo-li. Perlu diketahui bahwa seperti juga Bi-kwi, Bi Lan telah mewarisi ilmu dari ketiga orang gurunya, dan ilmu tendangan Pat- hong-twi (Ten-dangan Delapan Penjuru Angin) merupakan satu di antara ilmu dari mendiang Iblis Akhirat yang sudah dilatihnya dengan amat baik. Maka tendangan yang datangnya tiba-tiba itu amat dahsyat, tak tersangka dan juga selain cepat, mengandung tenaga yang kuat sekali. Sementara itu, melihat betapa kekasihnya mnenghadapi Sin-kiam Mo-li, Sim Houw merasa khawatir. Di antara tiga orang pengeroyoknya, Mo-li merupakan lawan yang paling tangguh. Maka me-lihat majunya Bi Lan yang menghadapi Mo-li, dan kini kekasihnya itu diserang dengan hebat menggu-nakan kebutan dan pedang, Sim Houw menubruk ke depan sambil memutar pedang suling naga di ta-ngan kanannya sambil mengerahkan tenaga.
Pada saat itu, Sin-kiam Mo-li sedang mengha-dapi tendangan dari bawah yang dilakukan oleh Bi Lan dalam posisi setengah berjongkok. Ia mengenal serangan dahsyat dan cepat tubuhnya mencelat ke belakang untuk menghindarkan diri dari tendangan itu. Dan pada saat itu, terdengar suara suling naga melengking ketika Sim Houw memutarnya dan
me-nerjangnya. Mo-li membalikkan tubuhnya, menang-kis sinar pedang Sim Houw dengan pedangnya, se-dangkan kebutan merahnya diputar ke belakang un-tuk melindungi dirinya kalau-kalau Bi Lan menye-rang lagi. Akan tetapi Bi Lan sudah diserang oleh Thian Kek Seng-jin. Kakek ini lihai sekali, maka Bi Lan harus mencurahkan kepandaiannya untuk menghadapi tongkat kakek itu, sebatang tongkat naga hitam dan mereka terlibat dalam perkelahian yang seru.
"Tranggg....!" Terdengar Sin-kiam Mo-li menjerit karena pedangnya patah menjadi dua po-tong ketika bertemu dengan pedang suling naga dan telapak tangan yang memegang gagang pedang itu-pun lecet berdarah! Maklumlah Sin-kiam Mo-li bahwa ia dan kawan-kawannya takkan menang kalau melanjutkan pertempuran itu. Maka sambil me-mutar
kebutannya untuk melindungi dirinya, ia me-ngeluarkan teriakan malengking dan tubuhnya meloncat jauh ke luar melalui terowongan itu. Melihat ini Ok Cin Cu, Thian Kong Cin-jin, Thian Kek Seng-jin, dan Coa-ong Seng-jin, empat orang to-su yang masih hidup, maklum bahwa keadaan amat berbahaya. Merekapun mengeluarkan suara meleng-king dan
berlompatan untuk melarikan diri. Ketika Bi Lan hendak mengejar, Sim Houw memegang lengannya sambil berteriak, "Awas....!"
Mereka berloncatan mundur pada saat terdengar ledakan-ledakan dan tempat itu menjadi gelap oleh asap hitam! Kiranya para tosu itu mempergunakan alat-alat peledak untuk mencegah pihak musuh melakukan pengejaran. Bi Lan cepat menarik tangan Hong Li dan mereka bertiarap seperti yang lain, khawatir kalau-kalau asap hitam itu beracun. Akan tetapi ternyata tidak. Asap itu hanya menggelapkan tempat itu dan tidak mengandung racun. Ketika Bi Lan, Hong Beng yang sudah kelelahan dan Sim Houw mengejar keluar, ternyata empat orang tosu dan Sin-kiam Mo-li telah hilang tak nampak pula jejaknya. Mereka lalu kembali ke dalam ruang-an bawah tanah, menggotong keluar Bi-kwi yang masih pingsan. Setelah berada di atas dan di tem-pat yang bersih dengan hawa yang segar, mereka bertiga memberikan pertolongan kepada Bi-kwi. Akan tetapi ternyata bahwa Bi-kwi hanya kehabisan tenaga, terlalu lelah dan biarpun ia banyak menerima pukulan seperti juga Hong Beng, namun tidak menderita luka yang parah.
Begitu siuman dari pingsannya dan melihat Hong Beng berlutut paling dekat dengannya, Bi-Suling Naga > karya Kho Ping Hoo > published by buyankaba.com
722 kwi ter-senyum kepada pemuda itu dan bertanya lirih, "A-pakah aku sudah mati?"
Hong Beng menggeleng kepala dan berkata, "Tidak, engkau masih hidup seperti juga kami semua."
Agaknya baru Bi-kwi teringat dan ia cepat bertanya, "Bagaimana dengan Hong Li?"
"Suci, ia selamat berkat bantuanmu," kata Bi Lan dan Hong Li segera mendekat. Melihat betapa Hong Beng, Bi Lan, Sim Houw dan Hong Li berada di situ dalam keadaan selamat, Bi-kwi bangkit du-duk dan wajahnya menjadi cerah gembira.
"Aih, kita telah berhasil! Lalu bagaimana de-ngan mereka" Mo-li dan para tosu itu?" Ia me-lihat ke kanan kiri lalu memandang ke arah tubuh tiga orang tosu yang rebah tak bergerak lagi, tubuh Ang Bin Tosu, Im Yang Tosu, dan Lam Cin Cu, se-dangkan empat orang tosu lain bersama Sin-kiam Mo-li tidak nampak berada di situ.
"Tiga orang tosu dan tiga orang pelayan tewas, yang lain-lain melarikan diri bersama Sin-kiam Mo-li," kata Bi Lan.
"Sayang," Bi-kwi bangkit berdiri. "Iblis itu jahat dan palsu, dalam kesempatan ini kita gagal membasminya, lain kali ia akan menjadi ancaman bagi kita semua." Ia memandang kepada Sim Houw dan pandang matanya seperti menegur mengapa Pendekar Suling Naga itu tidak mencegah mereka melarikan diri karena ia tahu bahwa hanya pendekar ini yang memiliki kemampuan untuk membasmi mereka.
"Ciang-lihiap, mereka mempergunakan alat pe-ledak dan menghilang di balik tabir asap hitam se-hingga kami tidak berdaya mengejar mereka," kata Hong Beng.
Bi-kwi memandang wajah pemuda itu dan me-narik napas lega sambil tersenyum gembira.
"Satu hal yang amat menggembirakan hatiku di samping berhasilnya usaha kita
menyelamatkan Kao Hong Li dari tangan Sin-kiam Mo-li adalah bahwa kini Gu-taihiap tidak lagi memusuhi aku!"
Wajah Gu Hong Beng berubah merah karena dia merasa tak enak dan malu kalau dia ingat akan si-kapnya sendiri di masa lalu terhadap wanita ini, juga terhadap Sim Houw dan Bi Lan.
"Mataku terbuka sekarang dan aku menyadari kesalahanku. Biarlah aku mempergunakan kesem-patan ini untuk mohon maaf dari kalian bertiga atas sikapku yang tidak adil dan penuh dengan prasangka dan kecurigaan terhadap kalian. Aku telah dibuta-kan oleh ketinggian hati dan iri...." katanya sambil memandang kepada Sim Houw.
Sim Houw tersenyum dan mengangguk. "Hidup adalah belajar, saudaraku, dan pengalaman merupa-kan guru yang amat baik. Orang yang menyadari kesalahan langkah di waktu lalu, merupakan orang yang beruntung sekali dan kalau dia dapat merobah kesalahannya itu seketika berdasarkan kesadaran, maka dia seorang yang beruntung sekali."
Hong Li memegang tangan Hong Beng. "Su-heng, sebenarnya apakah yang telah terjadi dengan aku" Sungguh sampai sekarang aku masih bingung memikirkan tentang subo....eh, Sin-kiam Mo-li itu. Selama ini kuanggap ia seorang yang amat baik kepadaku, bersikap baik dan penuh kasih, seolah-olah aku ini anaknya atau muridnya sendiri yang terkasih. Baru Suling Naga > karya Kho Ping Hoo > published by buyankaba.com


Suling Naga Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

723 setelah suheng muncul dan aku membela suheng, ia bersikap buruk dan keras kepa-daku. Apa sebenarnya yang telah terjadi ketika aku diculik oleh Ang I Lama?"
"Anak yang baik, akulah yang dapat menjelaskan kepadamu karena baru saja aku mendengar sendiri dari Sin-kiam Mo-li. Ketika engkau diculik, yang melakukannya adalah seorang kakek berjubah pendeta Lama yang sudah tua, bukan" Dia meng-aku bernama Ang I Lama, akan tetapi sesungguhnya penculikmu itu bukan lain adalah Sin-kiam Mo-li sendiri. Selain memiliki ilmu silat tinggi dan ilmu sihir, juga Mo-li pandai menyamar. Di tengah per-jalanan, ia menipumu dan berpura-pura menjadi penolongmu dengan mengusir Ang I Lama."
"Akan tetapi, mengapa ia harus berbuat demi-kian, bibi?" Hong Li bertanya penasaran, tidak melihat apa gunanya Mo-li berbuat seperti itu.
"Maksudnya semula adalah untuk sekali berte-puk mendapatkan dua ekor lalat, pertama, menculikmu untuk menghancurkan hati orang tuamu yang dianggapnya musuh besar karena orang tuamu adalah keluarga Pulau Es dan keluarga Gurun Pasir. Dan ke dua, untuk mengadu domba antara orang tuamu dengan Ang I Lama, seorang pendeta Lama di Tibet yang
dihormati oleh para pendeta Lama. Sin-kiam Mo-li, adalah anak angkat dan murid terkasih dari mendiang Kim Hwa Nio-nio yang tewas di tangan Pendekar Suling Naga, yaitu Sim-taihiap ini, ketika para pendekar bentrok dengan Kim Hwa Nio-nio dan kawan-kawannya."
"Kalau begitu, tentu ia amat membenciku. Akan tetapi kenapa setelah menculikku, ia tidak membu-nuhku, bahkan bersikap baik kepadaku, mengambil aku sebagai murid, bahkan sebagai anak angkat?"
"Tadinya memang ia bermaksud membunuhmu, akan tetapi agaknya ia tertarik dan suka kepadamu, Hong Li," jawab Bi-kwi atau Ciong Siu Kwi.
"Kukira bukan hanya karena tertarik dan suka," sambung Bi Lan. "Lebih tepat lagi kalau ia me-mang merencanakannya, mendidik Hong Li agar ke-lak dapat diarahkan untuk memusuhi keluarga Pulau Es dan Gurun Pasir!"
Kao Hong Li mengerutkan alisnya. "Sungguh keji sekali kalau begitu. Akan tetapi kenapa kemu-dian datang seorang kakek bernama Ang I Lama yang persis dengan kakek yang dulu menculik aku dan terjadi perkelahian antara kakek itu dan subo.... eh, Sin-kiam Mo-li?"
Bi Lan yang kini memberi keterangan. "Gara--gara Mo-li mengaku sebagai Ang I Lama, ayah dan ibumu mencari Ang I Lama ke Tibet dan hampir terjadi bentrokan antara mereka.
Akan tetapi orang tuamu tahu bahwa Ang I Lama memang tidak ber-salah dan menduga bahwa ada orang lain yang mem-pergunakan nama kakek pendeta Lama yang saleh itu, maka dengan kecewa dan berduka mereka pu-lang. Ang I Lama sendiri merasa penasaran karena namanya dipergunakan orang. Dia melakukan pe-nyelidikan dan akhirnya dapat menduga bahwa Sin-kiam Mo-li yang menyamar sebagai dirinya dan datang untuk menegurnya dan membebaskanmu. Akan tetapi dia kalah dan bahkan terluka lalu tewas di de-pan para pendeta Lama. Karena kata-kata ter-akhir darinya menyebut nama orang tuamu, para pendeta Lama menyangka bahwa Ang I Lama terbu-nuh oleh orang tuamu. Di sini, siasat yang
diper-gunakan Sin-kiam Mo-li hampir berhasil, yaitu mengadu domba antara orang tuamu dengan para pendeta Lama."
"Jahat sekali....!" Hong Li kembali ber-seru penasaran.
Suling Naga > karya Kho Ping Hoo > published by buyankaba.com
724 "Masih ada lagi," kini Gu Hong Beng yang melanjutkan. "Orang tuamu mengadakan pesta ulang tahun, dengan maksud mengumpulkan semua tokoh kang-ouw agar mereka membantu mendengarkan di mana kau berada dan siapa yang menculikmu. Dan ketika semua orang hadir, Sin-kiam Mo-li menyuruh pembantunya untuk mengacaukan pesta itu dengan mengadu domba antara orang tuamu dengan Ciong-lihiap ini, dengan jalan menukar bingkisan Ciong-lihiap dengan bingkisan lain yang ber-isi segumpal rambutmu dan hiasan rambutmu. Ten-tu saja hal itu menggegerkan, dan celakanya, aku sendiri yang tolol percaya sehingga menjatuhkan fitnah kepada Ciong-lihiap...."
"Aih, Gu-taihiap, harap jangan sebut-sebut lagi urusan itu. Melihat betapa kini engkau merobah sikapmu kepadaku saja sudah mendatangkan keba-hagiaan besar di dalam hatiku.
Siapa orangnya yang takkan curiga kepadaku mengingat akan masa lalu-ku?"
"Suci, jangan bicara seperti itu! Pada akhirnya semua orang akan tahu bahwa engkau benar-benar telah kembali ke jalan benar," kata Bi Lan.
"Tepat sekali!" Hong Beng berseru. "Aku tadinya lupa bahwa tidak ada seorangpun di dunia ini yang tanpa dosa, dan bahwa orang yang pernah bergelimang dosa sekalipun dapat bertaubat dan menjadi orang yang baik. Aku telah bersikap bodoh dan tidak adil terhadap Ciong-lihiap, saudara Sim Houw dan Bi Lan. Biarlah dalam kesempatan ini aku mengaku salah dan mohon maaf sebesarnya!" Tanpa ragu-ragu Hong Beng lalu menjura ke arah tiga orang itu yang cepat membalas. Hanya Bi Lan yang membalas agak ragu, karena
bagaimanapun juga hatinya masih panas kalau teringat akan sikap Hong Beng kepadanya.
Mereka lalu bersepakat untuk membakar saja sarang Sin-kiam Mo-li itu. Berkobarlah api membakar rumah yang penuh rahasia itu, membakar selu-ruh isi rumah berikut jenazah tiga orang tosu dan tiga orang pelayan wanita. Api berkobar besar me-nyambut munculnya matahari pagi dan empat orang gagah itu mengiringkan Kao Hong Li meninggalkan bukit itu dan kembali ke Pao Teng.
Kao Cin Liong dan isterinya, Suma Hui, me-nyambut kedatangan rombongan yang
membawa puteri mereka itu dengan kebahagiaan besar. Suma Hui merangkul puterinya sambil mengucurkan air mata dan suami isteri ini, yang ditemani oleh Suma Ciang Bun, menghaturkan terima kasih kepada Bi-kwi, Bi Lan dan Sim Houw. Pandangan Suma Ciang Bun terhadap Sim Houw dan Bi Lan yang memang sudah meragukan sikap muridnya, kini menjadi ce-rah, bahkan diapun merasa kagum terhadap Bi-kwi. Juga Kao Cin Liong dan isterinya kini tanpa ragu menganggap Bi-kwi sebagai seorang wanita berjiwa pendekar yang gagah perkasa dan pantas dianggap sebagai rekan.
Setelah menyerahkan Hong Li, Sim Houw dan Bi Lan lalu menceritakan kepada suami isteri itu tentang semua rahasia di balik petistiwa yang me-nodai nama suami isteri itu, tentang siasat yang dilakukan oleh Sin-kiam Mo-li untuk mengadu domba dan menjatuhkan nama keturunan Pulau Es dan Gurun Pasir.
Legalah hati Kao Cin Liong. Selain puterinya telah dapat ditemukan kembali, juga sekaligus nama keluarganya dapat dibersihkan. Diapun cepat mem-buat surat penjelasan dan
mengirimkan surat kepada para pendeta Lama di Tibet, menerangkan tentang perbuatan Sin-kiam Mo-li menculik puterinya de-ngan menyamar sebagai Ang I Lama dan kemudian
melukai pendeta itu sampai tewas.
Suling Naga > karya Kho Ping Hoo > published by buyankaba.com
725 Sim Houw dan Bi Lan lalu berpamit untuk pergi ke Gurun Pasir, menghadap Pendekar Naga Sakti Gurun Pasir, yaitu kakek Kao Kok Cu dan nenek Wan Ceng, mohon doa restu mereka karena mereka telah berhasil melaksanakan tugas yang dibebankan kepada mereka oleh kakek dan nenek suami isteri yang sakti itu, dan mohon doa restu agar mereka dapat melangsungkan perjodohan antara mereka.
Beberapa bulan kemudian, pernikahan antara Can Bi Lan dan Pendekar Suling Naga Sim Houw dilangsungkan dengan sederhana, dihadiri oleh kelu-arga Pulau Es dan Gurun Pasir, dan para pendekar dan sahabat mereka sehingga cukup meriah. Ketika mereka menikah, Bi Lan berusia duapuluh tahun dan Sim Houw berusia tigapuluh lima tahun.
Bi-kwi atau Ciong Siu Kwi bersama suaminya, Yo Jin, datang hadir dan karena semua pendekar telah mendengar belaka akan semua jasa Bi-kwi, dan mereka mendengar bahwa kini Bi-kwi benar-benar telah menjadi seorang pendekar wanita yang gagah perkasa dan menentang kejahatan, maka semua orang bersikap ramah dan hormat kepadanya, melupakan masa lalunya. Juga kedua saudara kembar, Gak jit Kong dan Gak Goat Kong, datang bersama isteri mereka, Souw Hui Lan, dan putera mereka yang masih kecil. Hadir pula kakek Cu Kang Bu dan isterinya, Yu Hwi, dan putera mereka, Cu Kun Tek yang pernah pula jatuh cinta kepada Bi Lan. Gu Hong Beng dan gurunya, Suma Ciang Bun, membantu Kao Cin Liong dan Suma Hui yang men-jadi tuan rumah dan wali karena pernikahan itu di-langsungkan di Pao-teng, di rumah suami isteri ini. Bahkan kakek Kao Kok Cu dan nenek Wan Ceng hadir pula di dalam pesta perayaan itu. Suma Ceng Liong dan Kam Bi Eng juga hadir. Bahkan Tiong Khi Hwesio juga hadir. Dan yang mendatangkan kegembiraaan besar adalah hadirnya kakek sakti Bu Beng Lokai atau Gak Bun Beng, bersama dua orang muridnya, yaitu Suma Lian dan Pouw Li Sian! Tidak ketinggalan pula pendekar sakti Kam Hong dan isterinya, Bu Ci Sian. Di antara para tamu, ter-dapat pula wakil-wakil dari partai-partai persi-latan dan pendekar-pendekar yang terkenal di wak-tu itu.
Dan peristiwa yang menggembirakan ini menjadi penutup dari cerita Suling Naga ini, agar tidak terlalu panjang dan bertele-tele. Tentu saja kisah ini masih ada kelanjutannya yang akan menceritakan keadaan keturunan para pendekar itu setelah menjadi dewa-sa, seperti Suma Lian, Pouw Li Sian, Kao Hong Li, putera Gak kembar dan lain-lain. Juga mencerita-kan kembali tokoh-tokoh dalam cerita ini,, terutama sekali Gu Hong Beng dan Cu Kun Tek yang semen-jak ditolak cinta mereka oleh Can Bi Lan, belum juga menemukan penggantinya. Dan munculnya tokoh-tokoh baru akan membuat cerita lanjutan Suling Naga menjadi kisah yang tidak kalah seru dan menariknya dibandingkan dengan kisah lain, dan semua itu akan memadatkan kisah baru "PEK HO COAN" (Kisah Si Bangau Putih) yang menjadi lan-jutan dari kisah Suling Naga ini.
Seperti biasa, pengarang menutup kisah ini de-ngan harapan semoga di samping menjadi bacaan penghibur, ada pula manfaat yang dapat dipetik dari kisah ini, dan sampai jumpa di dalam karangan men-datang.
T A M A T Solo, awal 1981. Suling Naga > karya Kho Ping Hoo > published by buyankaba.com
726 Naga Sakti Sungai Kuning 4 Rajawali Hitam Karya Kho Ping Hoo Pendekar Setia 5

Cari Blog Ini