Ceritasilat Novel Online

Tangan Berbisa 1

Tangan Berbisa Karya Khu Lung Bagian 1


"Tangan Berbisa Karya : Khu Lung Saduran : Tjan ID DIWAKTU lohor dalam musim dingin udara gelap.
angin bertiup kencang. Puncak gunung Thay-pek-San yang menjulang tinggi
kelangit, diliputi oleh salju tebal, dari jauh bagaikan seorang
tua yang rambatnya putih semuanya, berdiri tegak
disamping dua belas anak bukit yang lain, tampak semakin
agung dan angker. Danau Thay-pek tie diatas gunung itu yang namanya
terkenal dalam sejarah, airnya tenang, seolah-olah sebuah
cermin besar, pepohonan dan bunga-bunga yang tumbuh
ditepi danau, Sebagian Sudah diliputi oleh salju, hingga
warna bunga yang merah bercampur dengan warna salju
yang putih, merupakan Suatu pemanangan yang menarik
dipuncak gunung Thay-pek san itu.
Ditempat itulah. . . tepi danau Thay-pek tie pada empat
puluh sembilan hari berselang, dengan secara tiba-tiba
didalam waktu Semalam muncul sebuah gubuk. didalam
gubuk itu tampak asap mengepul, disekitar asa dupa, duduk
tiga-belas orang tua. Tiga- belas orang tua itu terdiri dari seorang wanita, dua
golongan paderi, tiga orang kaum imam dan enam orang
biasa. Kecuali seorang tua berambut putih yang
mengenakan jubah berwarna kuning, yang waktu itu duduk
ditengah-tengah, yang uSianya kira-kira sudah seratus
tahun. yang lainnya semua berusia antara enam atau tujuh
puluh tahun. Dari keadaan dan jidat mereka yang masingmasing
pada menonjol, dan dari Sikapnya yang Sangat
agung dapat diduga bahwa orang-orang tua itu semua
merupakan tokoh-tokoh terkemuka dalam persilatan.
Mereka sehari penuh duduk diseputar pedupaan tanpa
bergerak. setiap orang hanya seorang yang mendapat
giliran, yang ditugaskan untuk menambah api didalam
perapian. Ini juga berarti bahwa setiap orang, sekali duduk
harus dua belas jam. selama dua belas jam itu, tanpa
makan, tanpa bicara dan tanpa bergerak. seolah-olah patung
dalam gereja. Hari berganti malam, dan malampun berganti siang lagi.
Tiga belas orang itu duduk secara demikian, tanpa
menghiraukan adanya angin yang tak henti-hentinya. Api
dalam perapian terus menyala, dan dupa terus mengepul tak
putus-putusnya. Hari itu, diwaktu lohor pada hari keempat puluh
sembilan, yang ditugaskan menjaga perapian pedupaan
adalah seorang paderi tua, yang sikapnya lemah-lembut Ia
berjongkok dibawah perapian, Sikapnya dengan tegas
menunjukkan perasaan tegang matanya ditujukan kepada
pinggir perapian yang mengepulkan asap yang semula
berwarna putih, hari ini telah berubah berwarna kUning
"MaSih ada setengah jam lagi. Setengah jam kemudian
boleh dikeluarkan dari perapian. . .."
Dimikian padri tua itu berkata sendiri dengan
bersemangat, kadang-kadang seolah menyadari bahwa
seorang beribadat tak seharusnya menuruti emosinya. Maka
kalau mengingat akan hal itu, wajahnya menjadi serius.
mulutnya komat-kamit memuji nama Buddha, dan
selanjutnya ia meneruskan tugasnya untuk memasukkan
kayu-kayu kedalam perapian.
orang tua berambut putih yang duduk ditengan-tengah
Sambil memejamkan mata, ketika mendengar suara pujian
nama Buddha yang keluar dari mulut padri tua tadi, di
Wajahnya tiba-tiba tersungging suatu Senyum yang tak
dimengerti, bersamaan itu, sepasang matanya di muka
perlahan-lahan dibuka, memancarkan Sinar tajam,
kemudian lambat-lambat bangkit dari tempatnya.
Selanjutnya, sebelas orang tua yang duduk mengitari
perapian tadi juga pada bangkit, satu sama lain Saling
pandang dan tersenyum, mereka masing-masing mulai
mengibas-ibaskan debu yang menempel diataS pakaiannya
sendiri-sendiri. orang tua berambut putih itu, mengawasi keadaan
sekitarnya sejenak, kemudian memasukan tangan ke dalam
sakunya, mengeluarkar Sebuah kantong kecil hitam, setelah
itu ia tersenyum dan berkata kepada orang-orang
disekitarnya^ "Saudara-saudara ketUa, apakah Sekarang
sudah boleh dimulai?"
Padri tua yang bertugas menjaga perapian itu memberi
hormat seraya berkata : "Sudah boleh di mulai, locianpwee"
orang tua berambut putih itu tersenyum, tangan
kanannya menenteng kantong kecil kain hitam mengawaSi
semua orang sejenak lagi, lalu berkata: "Sudah boleh
dimulai, locianpwee"
"Di kantong kecil ini tersimpan dua belas biji anak kunci
emas yang bentuknya berbeda-beda dan di tandai dengan
huruf dari dua belas shlo, saudara-saudara ketua setiap
orang hanya boleh mengambil sebuah."
Belum habis ucapannya, salah seorang dari sebelas orang
itu, ialah seorang imam tua yang tubuhnya kurus kering,
dengan tiba-tiba maju memberi hormat dan berkata:
"Locianpwee, pinto kira kunci emas itu seharusnya ada tiga
belas buah" Orang tua berambut putih itu menganggukkan kepala
padanya, lalu berkata Sambil tersenyum hambar: "Terima
kasih saudara ketua dari partai cong- lam, batas hidupku
sudah Sampai, tiada sebuah barangpun didalam dunia ini
yang patut dibuat pikiran. ..."
Ia terdiam Sejenak. matanya ditujukan kepada kantong
kecil berwarna hitam, kemudian berkata pula sambil
tersenyum^ "Dan sekarang, mengenai cara dan urutan
untuk mengambil kunci emas itu, apakah saudara-saudara
ketua mempunyai usul lain?"
Seorang tua dari golongan biasa yang sikapnya agung,
mulai berkata", "Aku siorang she song mengusulkan agar
cara mengambilnya itu ditetapkan Secara bergiliran dengan
pengambilan barang-barang mujarab yang di ambilnya"
orang tua berbaju putih itu agaknya dapat menyetujui
usul tersebut, ia mengangguk-anggukkan kepala dan
mengawasi semua orang sejenak kemudian berkata: "Song
ciangbunjin dari golongan Thian-sia usulnya ini memang
adil, tetapi entah bagaimana pikiran Saudara-Saudara yang
lainnya?" Sebelas orang ketua partay yang lainnya semua
menganggukkan kepala sebagai persetujuan usul tersebut.
orang tua berambut putih itu kemudian berpaling dan
berkata kepada seorang paderi wanita yang membawa
sebatang tongkat berkepala naga^ "Bu ciangbunjin dari
Swat-san, paling dulu mengambil sebuah lingci berwarna
hijau yang usianya sudah ribuan tahun, sekarang
dipersilahkan datang kemari untuk mengambil lebih dulu
sebuah kunci" Nenek itu lalu berjalan kedepan orang tua berambut
putih, ia mengulurkan tangannya dan memasukkan
kedalam kantong kecil, untuk mengambil sebuah kunci
emas, tiada orang melihat bagaimana bentuknya kunci
emas yang telah diambilnya. Sebab kunci itu
digenggamnya, ia sendiri masih belum sempat melihatnya
sudah dimasukkan kedalam sakunya, setelah itu lantaS
mengundurkan diri ketempat asalnya.
orang tua berambut putih itu kemudian berpaling dan
berkata pada imam tua kurus kering yang wajahnya agung
"Bu-hong Tojin ciangbunjin partay cong-lam mendapat
giliran kedua, dipersilahkan mengambil sebuah kunci."
Imam tua itu maju menghampiri, juga mengambil
sebuah kunci emas dari dalam kantong setelah dimasukkan
kedalam sakunya sendiri setelah itu lantas mengundurkan
diri ke tempatnya semula.
Demikian, satu persatu dengan bergiliran mengambil
kunci emas dari dalam kantong kecill itu.
Ketua partai Ngo-bi, Sim-keng siangjin adalah orang
ketiga yang mendapat giliran mengambil kunci emas.
Kho ciangbunjin dari partay Kiong-lay mendapat giliran
ke empat. ciangbunjin Bu-tong-pay, ceng-tiem Totiang
mendapat giliran kelima... ciangbunjin partay Lam-hay-pay
mendapat giliran ke enam, ciangbunjin partay Siao-liempay,
Lian-in Taisu, orang yang mendapat giliran ketujuh
Suma ciangbunjin dari partay oei-San-pay mendapat giliran
kedelapan-Ketua Kun-lun-pay Thian-cong Totiang
mendapat giliran ke sembilan Ketua Kong-tong-pay yang
kesepuluh, Ie ciangbunjin dari partai Hoa-San-pay
mendapat giliran ke sebelas .... song ciangbunjin dari partai
Thian-sia-pay dapat giliran kedua belas.
orang tua yang berambut putih itu Setelah membagibagikan
dua belas anak kunci emas dengan cara yang
bergiliran, kantong kecilnya yang sudah kosong itu
dimaSukkan kedalam perapian selanjutnya dari Sakunya ia
keluarkan sebuah kotak bundar yang terdapat dua belas
lubang kunci, katanya Sambil tertawa: "Kotak ini, telah aku
gunakan lima tahun lebih kotak ini kuberi nama sin-kie
Giok-sap. atau kotak rahasia, Tentang rahasianya, dahulu
telah aku ceritakan- sekarang aku persilahkan saudara
SaUdara ketua mengeluarkan kunci masing-masing yang
diambil dari dalam kantong yang kecil tadi, membUka
kotak rahasia ini, supaya dipergUnakan untuk menyimpan
pil obat mujarab" Sehabis berkata demikian kotak rahasia itu diletakkan
ditanah, sedangkan ia sendiri undurkan diri keluar dari
gubuk. Dua belas orang ketua partai persilatan dengan sikap
serius, semua berjalan menghampiri kotak rahasia yang
diletakan ditanah. sama-sama dengan itu, maSing-maSing
mengeluarkan kunci emasnya sendiri, untuk mencari lubang
yang tepat dengan kuncinya. Dengan Sangat hati-hati
memasukkan kedalam lobang kunci itu.
orang tua berambut putih ketika menyaksikan dua belas
orang ketua partai semua sudah memasukkan kuncinya
maSing-masing kedalam lobang kunci yang tepat, lantas
berjalan menghampiri dan memeriksanya sejenak,
kemudian mundur dua langkah dan berkata dengan suara
nyaring: "Sekarang semua dipersilahkan mengitar kekanan
setengah putaran. . . .Satu. dua, tiga"
"Bum " Demikianlah terdengar suara ledakan, dua belaS
orang ketua partai seolah-olah mengeluarkan asap, mereka
lompat keluar dari dalam gubuk. wajah setiap orang semua
pada pucat, juga pada menarik napas, Seolah-olah baru
lolos dan bahaya maut Waktu itu, kotak rahasia yang berada ditanah
keadaannya Seperti mulut ular yang menganga, dalam
kotak itu tampak semacam pot kecil berbentuk bundar, dan
luar pot itu tampak kosong melompong, juga tak terdapat
tanda-tanda yang aneh. orang tua berambut putih itu tersenyum, ia mundur lagi
dua langkah, dengan tangan kirinya melakukan suatu
gerakan seperti menyedot, kotak wasiat ditanah sudah
melesat kedalam tangannya. Kotak itu diletakan diatas
telapak tangannya, lalu berjalan memutari perapian,
sepasang matanya memancarkan sinar berkilauan,
ditujukan kepada asap yang telah menjadi warna kuning
yang mengepul dari atas perapian.
Asap itu, semakin lama warnanya semakin kuning, tetapi
juga pelahan-lahan semakin tipis...
Tak lama kemudian, dalam perapian itu dengan tiba-tiba
timbul suara aneh, seolah-olah suara petir dari langit, tetapi
juga seperti Suara binatang buas yang sedang menggeram,
kalau didengar sepintas selalu, seolah-olah sedang
menghadapi medan pertempuran.
orang tua berambut putih itu, menampak waktunya
sudah tiba, lalu mengangkat tangan kanannya dan
menyambar ketempat udara kosong. terdegarlah suara
menggelegar, tutup perapian yang terdiri dari bahan logam
terbuka, dari dalam wajan diatas perapian meluncur keluar
dua belaS pil berwarna kuning sebesar jempol tangan, terus
meluncur ketengah udara. orang itu mengeluarkan Siulan panjang, tangan
kanannya melakukan gerakan gencar dan menyambar dua
belas butir pil warna kuning, yang masih berada diudara,
bagaikan tersedot oleh daya gaib, satu persatu jatuh didalam
kotak rahasia, dengan Sangat rapi berjejer didalam pot yang
berbentuk bundar itu. Dua belas ketua partay persilatan, yang menyaksikan
kelakuan aneh dan kepandaian luar biasa orang tua
berambut putih itu, semuanya mengeluarkan Suara pujian,
ada juga yang menyambut dengan tepuk tanganorang
tua berambut putih itu tersenyum hambar. tangan
kanannya dari dalam sakunya mengeluarkan dua belas
lembar kulit kambing selebar enam setengah dim, matanya
mengawasi semua orang sejenak. lalu berkata dengan suara
lambat- lambat. "Semua ilmu kepandaian sudah kutulis
diatas kulit kambing ini, dikemudian hari saudara-saudara
ketua boleh menggunakan anak kunci masing-masing untuk
mendapat selembar, inilah sedikit peninggalan dari aku
kepada saudara-saudara ketua yang berada disini. kuharap
saudara bisa menerima dengan senang hati. Disamping itu
aku mempunyai sedikit urusan hendak minta saudara ketua
punya pertolongan, itulah tentang anakku sendiri, sejak ia
pergi mengembara pada lima tahun berselang, hingga kini
belum ada sedikitpun kabar beritanya, apabila dua belas
tahun kemudian ia masih belum pulang kedaerah
Tionggoan- Saudara ketua boleh menetapkan hari sendiri
untuk mengambil kotak ini. Hanya setelah Saudara-Saudara
mengambil pil dan kulit kambing dalam kotak ini, kotak
yang kosong ini harus dilemparkan kedalam danau,
disamping itu, saudara-saudara setiap orang harus
mengutus seorang untuk mencari anakku itu guna
membereskan soal ini. ini semua hanya soal keamanan- aku
minta dengan Sangat supaya saudara Saudara ketua harus
dapat melakukannya" Sehabis berkata demikian, dua belaS kulit kambing itu


Tangan Berbisa Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dimasukkan kedalam kotak rahasia. kemudian dengan
tangan kanannya dia menekan kotak itu, dan kotak tersebut
telah tertutup kembali. Setelah itu dengan tiba-tiba ia
mendongakkan kepala dan tertawa terbahak-bahak.
sikapnya itu tampaknya sangat gembira Sekali.
Dua-belas orang ketua partai persilatan itu semuanya
menunjukkan sikap girang dan mulai pada bercakap-cakap
Satu Sama lain- Begitu Suara tertawa orang tua berambut putih itu
berhenti, para ketua partai yang bercakap-cakap juga
menjadi tenang kembali. Semua mata kini ditujukan
kewajah orang tua itu, seolah-olah hendak menantikan
pembicaraannya lagi. Dengan muka berseri-seri dan tangan kiri membawa
kotak rahasia, orang tua berambut putih itu berjalan
mondar-mandir beberapa langkah, kemudian berkata
lambat- lambat. "Ini adalah suatu pertemuan besar yang tak
mengandung atau berbau pertentangan danpermusuhan
didalam Sejarah rimba persilatan- Disini aku ucapkan dan
menyatakan hormatku yang tertinggi kepada saudarasaudara
ketua sekalian, semoga saudara-saudara ketua pada
dua belas tahun kemudian benar-benar bisa menciptakan
suasana perdamaian. Aku juga mengharap kepada
Saudara2 ketua Sekalian, Supaya selama-lamanya bisa
menghargai semangat persatuan seperti ini, biarlah
semangat persatuan ini bisa hidup dirimba persilatan
sepanjang masa. . . ."
Berkata sampai disitu mendadak ia diam. lama
mendongakkan kepalanya keatas, kemudian menghadap
kepada dua-belas orang ketua partay dan memberi hormat
sedalam-dalamnya. Dengan kedua tangan membawa kotak
wasiatnya, ia berjalan perlahan-lahan menuju kedanau
Thay-Spek-tie. "Locianpwee, harap tunggu sebentar" Demikian ketua
partay Lam-hay-pay berseru dan keluar dari
rombongannya. berjalan kedepan orang tua berambut putih
yang saat itu sudah memutar diri, ketua itu lalu memberi
hormat lalu berkata dengan perasaan terharu:
"Locianpwee dengan tiba-tiba pada Saat ini
mengeluarkan ucapan demikian, aku siorang she liong
benar-benar merasa bingung, apakah. ..."
Ia tidak melanjutkan pertanyaannya, hanya angkat muka
memandang siorang tua, sepasang matanya menunjukkan
sinar tanda tanya. Orang tua itu memandangnya sambil tersenyum, lalu
berkata Sambil mengangukkan kepala, "Apabila liong
ciangbunjin mempunyai dugaan maka dugaan itu tentunya
benar" Ketua partay Lam-hay-pay itu ketika mendengar ucapan
tersebut, wajahnya tampak muram katanya dengan suara
pelahan dan menundukan kepala: "Kalau begitu, perkataan
yang dahulu Locianpwe pernah ucapkan, bahwa pada hari
terjadinya pil itu, akan minta kepada aku siorang she liong
dan lain- lainnya dua-belas orang, sekarang pil itu sudah
jadi, mengapa Lo-cianpwe tak mau mengucapkan?"
orang tua itu memejamkan matanya dan menghela napas
pelahan- katanya: "Hmm, apakah liong cianbunjin masih
belum menyadari urusan yang kuminta kepada ciangbunjin
sekalian?" Wajah ketua Lam-hay-pay itu agak merah, kembali ia
memberi hormat berkata: "Aku siorang She Liong adalah
seorang bodoh harap Lo-cianpwe suka memberi petunjuk"
Wajah orang tua itu menunjukkan sikap keCewa.
matanya dialihkan kepada sebelas ketua partay yang
lainnya, lantaS bertanya: "Saudara-Saudara ketua, diantara
Saudara-saudara Siapakah yang biSa menolong aku untuk
menjawab pertanyaan ini?"
Para Ketua partay itu saling berpandangan dengan
peraSaan heran, sebentar kemudian, ketua partay Siao-limpay
Lian-in Taysu tiba-tiba maju dua langkah memberi
hormat kepada orang tua, Sera yaberkata: "Maksud baik
locianpwee patut dipuji, pinceng bersedia melaksanakan
pesan locianpwee dan akan ingat untuk selama-lamanya"
Semangat orang tua itu mendadak terbangun,
mendongakkan kepala dan tertawa panjang setelah itu
memutar tubuhnya, lengan tangan kanannya dikibaskan
kebelakang, badannya meleset Setinggi tiga tombak.
kemudian melayang turun kepermukaan air danau Thay
pek-tie. dengan kaki menginjak permukaan air, Selangkah
demi selangkah berjalan menuju ketengah-tengah danau.
Dengan kedua tangan masih memegang kotak rahasia.,
ia berada ditengah-tengah danau, kemudian ia memutar
tubuhnya dan memberi hormat kepada dua belas orang
ketua partay yang mengawasi ditepi danau, setelah itu
perlahan-lahan menghilang kedalam air
Tak lama kemudian, air danau itu Sudah menelan tubuh
orang tua berambut putih itu, permukaan air tampak
berputar-putar buih air lama baru tenang kembali.
Dua belas orang ketua partay persilatan semua pada
berjalan mendekati danau, mereka mengitari danau Thaypektie, dengan diliputi oleh suasana kepedihan- . . . Sang
Waktu berlalu terus tanpa berhenti.
Hari, perlahan-lahan menjadi gelap. Rembulan Sudah
mulai muncul diatas langit.
"Ai Ia benar-benar Sudah tak muncul lagi"
"Mari kita pulang, Kho ciangbunjin"
"Tidak, aku masih hendak menunggu sebentar lagi "
"oo, kenapa ?" Demikianlah beberapa pembicaraan dari para ketua
partay yang maSih berdiri ditepi danau.
-0odwo0- Permulaan musim semi. . . .
Bulan sabit baru muncul, diatas danau Se-ouw dipropinsi
Hang-ciu, pandangan sangat permai, banyakperahu
berlayar dipermukaan air, banyak orang pesiar ditepi
danau. Diantara demikian banyak perahu sampan yang pesiar
dipermukaan danau, beberapa antaranya juga terdapat
pemuda-pemuda yang didayung oleh beberapa
pendayungnya gadis-gadis Cantik, dengan diiringi oleh
nyanyian-nyanyian dan musik-musik yangamat merdu. . .
Demikianlah kita tampak Sebuah perahu sampan
berwarna hijau, yang didayung oleh seorang gadiS
pendayung perahu yang berusia kira2 tujuh belas delapan
belas tahunan, gadis itu berwajah cantik dan gerakannya
sangat lincah. Didalam perahu, duduk empat orang pemuda
berpakaian pelajar yang sangat perlente, mereka tampaknya
sedang pesiar sambii minum-minum dan menyanyi untuk
menikmati pemandangan alam yang sangat indah itu.
"Saudara Liu, mari minum kering"
"Ha-ha, saudara Liok. mabok sedikit mana boleh, jangan
terlalu banyak minum"
"Yalah saudara Liok, kau tidak boleh minum terlalu
banyak" "Ha ha Saudara Su, kau paling bisa minum, bagaimana
kau juga mengeluarkan perkataan demikian?"
"Itu benar, cin-laote, orang dijaman dahulu pernah
berkata bahwa mabok itu mengandung enam arti. Sekarang
bolehkah kalau kita juga sama-sama mabok?"
"Benar cin-laote yang berdiam dikota Hang-ciu, rentang
pohon-pohon Yang-liu disekitar danau See-ouw ini
seharusnya tahu banyak"
Demikianlan pembicaraannya pemuda-pemuda itu yang
dilakukan dengan sangat gembira.
Pemuda yang disebut cin-laote, merupakan Salah
seorang dari empat pemuda itu yang usianya paling muda,
juga merupakan salah seorang yang paling pendiam.
Ia seorang pemuda yang gagah dan tampan, merupakan
type seorang pemuda pelajar yang sangat ideal
Pemuda she chin itu didesak oleh kawan-kawannya,
bibirnya tersungging Satu senyuman, pelahan-lahan
mengalihkan pandangan matanya kepada pohon-pohon
Yang-liu yang terdapat disekitar tepi danau, lalu berpikir
dulu, kemudian baru berkata: "Pohon Yang-liu demikian
indah, disebabkan karena bentuknya yang bagaikan seorang
gadis lemah gemulai, pohon itu cocok untuk ditanam
dikebun istana, rimba, taman, juga biSa menyesuaikan diri
dalam keadaan atau cuaca. kala dimusim hujan maupun
dimusim terang, ia cocok untuk ditanam didaerah mana
Saja, saudara Liok Demikianlah anggapanku tentang pohon
itu" Seorang pemuda yang penuh berewok lalu bangkit dan
tertawa terbahak-bahak dengan tangan kanan membawa
poci arak, berjalan sempoyong ia menuju kepada gadis
pendayung Sampan, dan katanya dengan suara nyaring^
"Pesiar dengan perahu Sampan, paling tepat menghadapi
kawan cantik. . . Nona kau juga minum secawan"
Gadis itu dengan sinar matanya kemalu-maluan
mengucapkan terima kasih padanya, Sambil
menganggukkan kepala. Kemudian menjawab "Terima
kasih banyak Siangkong, hambamu tidak bisa minum
araK." Pemuda itu menggeleng gelengkan kepala tak hentihentinya,
kembali berKata dengan suaranya yang keras:
"Bukan Bukan" Aku adalah mengundang kau untuk minum
arak. bukanlah minta kau menenggak arak"
Dalam kearah terkejut. gadis pendayung Sampan itu
mengawasi ia Sejenak. dengan tiba-tiba menunjukkan
senyumnya, kemudian berkata: "Kalian bertiga Siangkong
apakah orang dari luar kota?"
Pemuda berewokan itu menganggukkan kepala, tetapi
kemudian menunjukkan sikap terkejut, katanya dengan
perasaan heran- "Bertiga" Kau kata kita bertiga?"
Gadis pendayung Sampan itu rupanya suka mengobrol,
mendengar pertanyaan itu menundukkan kepala, dan
kemudian berkaja sambil tertawa nakal: "Ya toh" Satu Tuan
yang lain aku tahu adalah penduduk kota ini"
Pemuda berewokan itu lalu berpaling dan mengawasi
kepada seorang pemuda yang disebut cin-laote tadi, yang
masih berada didalam perahu, kemudian berpaling lagi dan
berkata kepada gadis tadi: "Baik Kau kata kau Kenal yang
mana Satu?" Gadis pendayung Sampan itu mengerlingkan matanya,
dan dengan jari tangannya menuding kepada pemuda yang
gagah dan tampan yang dipanggil cin-laote tadi, dan
berkata dengan kemalu-maluan^ "Siapa yang tidak tahu, dia
adalah Salah satu dari empat orang Cerdik pandai daerah
Kang-lam yang namanya sangat kesohor. orang yang
memberikan julukan padanya hwe-kwan Seng-ciu cin-hong,
cin Siangkong " Sehabis meng ucapkan demikian, sepasang pipinya
mendadak merah, dengan perasaan kemalu-maluan ia
menundukan kepala. lantas mendayung sampannya
ketengah-tengah danau. Pemuda berewokan itu tertawa terbahak-bahak. lalu
berpaling dan berkata kepada cin-hong: "Haa, jadi kau
adalah Hwe-kwan Seng-ciu yang namanya Sangat kesohor"
Selembar wajah Cin Hong menjadi merah, matanya
memandang kepada kipas yang berada ditangannya, lalu
berkata sambil angkat pundak dan tertawa getir: "saudara
Liok, hati-hati jangan kecebur kedalam air"
Baru saja menutup mulut, seorang pemuda yang berada
dikirinya, dengan tiba-tiba tongolkan kepalanya dari dalam
perahu, berkata pada gagis pendayung Sampan dengan
suara nyaring, "Nona, tiga orang Cerdik pandai yang
lainnya, apakah kau ingin kenal dengan mereka?"
Gadis pendayung Sampan menolehpun tidak. jawabnya
dengan suara pelahan: "Siang-kong jangan menggoda,
untuk apa hamba ingin berkenalan dengan mereka ?"
Pemuda itu agaknya merasa kecewa, ia masuk lagi
kedalam perahunya, katanya dengan wajah murung: "Ai,
jika kita berada di Kim-leng, orang yang banyak dikenal
adalah aku ini " Pemuda berewokan kembali tertawa terbahak-bahak lalu
meneguk arak dalam Cawannya, Setelah itu ia berkata pula
pada sigadis pendayung Sampan: "Nona, aku hendak
menanyakan sesuatu padamu, apakah nona tidak
berkeberatan?" Gadis itu tampaknya takut digoda, ia ragu-ragu sejenak.
barulah menjawab dengan suara pelahan: "Silahkan, apa
yang hamba ketahui, sudah pasti akan memberitahukan
kepada Siang-kong." "Kalau begitu. tahukah kau. apakah Siang-kong ini
mempunyai kawan wanita atau tidak?" Bertanya pemuda
berewokan tadi sambil tertawaGadis pendayung sampan itu kembali nampak bersangsi
jawabnya dengan suara pelahan: "Bagaimana hamba tahu"
Barangkali belum ada."
"Mengapa pakai barangkali ?"
"Hamba hanya dengar orang kata Saja" ,
"Dengar dari siapa ?"
Gadis pendayung Sampan itu melirik pada Cin Hong,
jawabnya dengan sekenanya: "Dengar orang banyak
kata...." "orang banyak" orang banyak itu Siapa-Siapa saja?"
Gadis pendayung Sampan itu agaknya sudah jengkel
dihujani pertanyaan terus-menerus, maka lantas menjawab
sedapat-dapatnya "Semua gadis pendayung Sampan di
seluruh telaga ini berkata demikian"
Pemuda berewokan itu kembali mendongakkan kepala
dan tertawa-tawa terbahak-bahak setelah diam tertawa,
dengan wajah keheranan bertanya: "Hoho, coba kau
ceritakan lagi, bagaimana gadis-gadis pendayang sampan di
seluruh telaga ini tahu kalau Cin Hong tidak mempunyai
sahabat wanita?" Gadis pendayung Sampan itu membalikkan tubuhnya,
dengan muka Cemberut dan menggelengkan kepala ia
berkata: "Hamba tidak tahu, hanya dengar kata orang Saja.
. . ." cin Siangkong kalau melihat nona-nona Wajahnya lantas


Tangan Berbisa Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

merah. Sementara itu Cin Hong yang didalam perahu yang
mendengar pembicaraan mereka itu semakin lama
ngelantur, buru-buru tongolkan kepala, dan berkata dengan
suara keras: "Nona, apakah kau sudah tidak mau uang
lagi?" Gadis itu berpaling padanya dan tunjukkan Senyum
manis, katanya: "Tidak apa kalau cin Siangkong tak mau
memberi uang kepadaku, asal cin Siangkong hadiahkan
Saja kepada hamba, kipas di tanganmu itu"
Wajah Cin Hong seketika menjadi merah, ia meraSa
serba salah. Tiga pemuda yang lainnya semua terbahakbahak.
Pendayung Sampan itu barangkali merasa bahwa
ucapannya tadi ada Cacadnya, wajahnya juga menjadi
merah. Buru-buru memberi penjelasan "Maksud hamba
ialah, kipas cin Siangkong itu jual saja, sedikit-dikitnya bisa
laku lima puluh tail uang perak."
Cin Hong hanya keluarkan ucapan "Eeee" lantas
masukkan lagi kepalanya kedalam, setelah itu ia tuang
seCawan arak, dan ditenggaknya hingga kering
Sementara itu pemuda berewokan tadi, kembali sudah
berkata "Hai, Salah Satu orang Cerdik pandai dari daerah
Kang-lam yang namanya sangat tersohor kalau melihat
nona-nona lantaS merah mukanya, astaga Benar- benar
mengherankan" Cin Hong tak dapat kendalikan perasaannya lagi, ia lalu
berbangkit dari duduknya dan bentaknya keras: "Ngaco!!
Siapapun aku tak takut, jika tak percaya dilain waktu aku
unjuk keseramanku dengan Seorang nona untuk dapat
kalian lihat sendiri"
Baru saja tertutup ucapannya, disebelah perahunya tibatiba
terdengar suara gerakan air yang begitu keras, karena
jaraknya terlalu dekat, maka ke empat orang itu semuanya
pada menengok keluar. Saat itu tampak sebuah perahu Sampan kecil dan gesit,
lewat melalui samping peranu mereka, cepat meluncur ke
arah So Tie. Sampan itu didayung Seorang tua, diatas
sampan berdiri gadis cantik berbaju merah bertubuh indah
Meski sepintas, tetapi empat pemuda didalam sampan
yang melihatnya, semua tertarik, Diantara mereka, Seorang
pemuda tampan yang berpakaian biru sudah berseru kaget
dan berkata: "Eh Nona ini mengapa demikian berani?"
Pemuda yang matanya seperti mata burung itu lantas
mendorong Cin Hong, katanya sambil tertawa aneh: "cinlaote,
kau tadi kata, lain waktu hendak menunjukkan
keberanianmu, mengapa tidak sekarang Saja" cobalah kau
kejar nona itu untuk kita lihat"
Cin Hong berpaling dan berkata Sambil mengerutkan
alis: "Tidak boleh, nona itu adalah nona rimba persilatan
yang memiliki kepandaian ilmu silat yang tinggi"
Tiga kawannya terheran mendengar jawaban itu, dengan
serentak bertanya: "Eeee, bagaimana kau tahu?"
Cin Hong mendadak sadar, ia terlepasan omong, dalam
hati ia merasa Cemas. Waktu itu kalau ia beri penjelasan
agak sulit, tetapi kalau tidak beri penjelasan, takut mereka
mengejek dirinya tidak mempunyai keberanian. Maka saat
itu kembali wajahnya menjadi merah seperti terbakar.
Pemuda berewokan itu yang menyaksikan keadaan
demikian, segera menggoyang-goyangkan kepala dan
mengeluarkan suara ejekannya.
Cin Hong yang masih muda, dengan Sendirinya
berdarah panas. Ia tidak suka digoda terus-terusan, maka
belum lagi pemuda berewokan itu menutup mulut,
tangannya Sudah menekan meja, orangnya melompat
keluar dari sampan- Sementara itu mulutnya berkata kepada
gadis pendayung Sampan sambil melambai-lambaikan
tangannya: "Nona, Cepatan dikit, lekas kejar Sampan kecil
didepan itu " Gadis pendayung Sampan itu agaknya merasa tidak
tenang, ia berkata dengan menundukkan kepala: "cin
Siangkong, hamba tidak mempunyai tenaga demikian
kuatnya. ..." "Biarlah aku yang mendayung sendiri." Demikiau Cin
Hong berkata, lantas lompat ketempat gadis pendayung
sampan berdiri untuk mengambil alih dayung ditangannya.
Ia mulai mendayung, gerakannya itu ternyata sangat gagah
Sekali. Perahu Sampan dengan kecepatan tiga kali lipat,
meluncur mengejar perahu sampan kecil depannya. Tiga
kawannya yang berada didalam perahu dan gadis
pendayung Sampan tidak menduga bahwa Cin Hong
Seorang pemuda pelajar yang mempunyai kekuatan tenaga
demikian besar, hingga mereka menyaksikan dengan mulut
ternganga seperti patung.
Perahu sampan itu meluncur dengan Cepatnya
bersamaan dengan itu, di sebelah Kira-kira jarak sepuluh
tombak. juga ada Sebuah perahu ringan yang mengejar
perahu sampan gadis berbaju merah itu.
Penumpangnya ialah seorang lelaki berbaju hitam, orang
itu duduk jongkok, kepalanya terbenam dalam lengan
bajunya, hingga tak tampak Wajah dan usianya.
Tak berapa lama kemudian, perahu cin-hong Sudah
berhasil mengejar perahu ringan yang di tumpangi oleh
gadis berbaju merah. Sehingga kedua perahu itu hampir
berhimpitan. Gadis berbaju merah diatas perahu ringan itu, melihat
gelagat tak beres lalu berkata perlahan pada lelaki tua yang
mendayung sampannya. Lelaki tua itu mengangguk-angguk
kepala dayung ditangannya dimasukkan lagi kedalam air
telaga dan memutar perahunya demikian pesat kearah
Peng-ouw ciu-gwat. Waktu itu Cin Hong sudah bertindak sudah tentu tak
mau melepaskan begitu juga memutar haluan perahunya
untuk terus mengejar. Gadis berbaju merah itu yang melihat keadaan demikian
lantas menjadi marah, ia memerintahkan tukang sang
dayung menghentikan perahunya. orang tua tadi lalu
berkata dengan suara keras pada Cin Hong:
"Hei, siangkong, aku hendak berhenti. Kau jangan
menerobos terus " Cin Hong ketika menyaksikan perahu didepannya itu
berhenti buru-buru mengelakkan kekiri haluan perahunya,
juga berhenti didekatnya. Hingga SebUah perahu besar dan
kecil itu berhenti berjajar ditengah telaga.
Sedangkan perahu ringan yang terpisah ia sepuluh
tombak tadi juga seolah-olah disengaja juga lantaS berhenti.
Gadis berbaju merah itu kini dapat merasakan bahwa
Cin Hong memang bermaksud untuk mengejar dirinya,
Saat itu dengan muka menatap Cin Hong sejenak.
kemudian berkata sambil tertawa dingin: "Hei, untuk apa
kau mengejar nonamu?"
Dengan cara bagaimana Cin Hong dapat memberikan
alaSannya" Diam-diam ia menelan ludah, karena Sudah
dalam keadaan terdesak, terpaksa berlagak gila. katanya
sambil angkat pundak dan tertawa: "Nonajangan marah,
aku ini hanya pesiar saja. Mana aku bermaksud mengejar
kau" Gadis itu membuka lebar sepasang matanya, katanya
dengan nada suara marah: "Sudah jelas, kau memang ada
maksud mengejarku. Tapi toh masih akan menyangkal.
benar-benar tidak tahu malu "
Cin Hong yang didamprat demikian, sedikitpun tidak
marah. sebaliknya bahkan ia merasa bahwa sepasang mata
dari gadis itu sangat menarik, hingga dalam hati memuji tak
henti-hentinya. Tetapi setelah mendengar ucapan terakhir,
yang mengatakan bahwa dirinya tidak tahu malu, sesaat itu
memang meraSa bahwa perbuatannya sendiri dan juga
Salah, sehingga wajahnya meraSa panas, dan hatinya
menjadi gugup, ia tidak bisa menebalkan muka lagi,
terpaksa menjura dan berkata dengan suara gelagapan:
"Ya, ucapan nona ini benar. Aaa. . . ." ia meraSakan
bahwa kata-katanya itu kurang tepat, maka buru-buru
menutupi mulutnya dengan tangannya sendiri.
Gadis berbaju merah itu yang menyaksikan keadaan
demikian lantas tertawa geli. Wajahnya tampak semakin
manis, tapi sehabis tertawa ia Segera memerintahkan
tukang perahunya untuk mendayung lagi.
Perahu yang ringan itu mulai meluncur lagi. Gadis itu
dengan sikap yang maSih kekanak-kanakan menggoda
kepada Cin Hong: "Kuberitahukan padamu, anak tolol,
Sebaiknya kau kenal diri sedikit. Kau harus tahu bahwa
kepandaian nonamu untuk menghajar adat pemuda nakal,
lebih tinggi dari pada orang lain, kalau tak percaya, cobakau
ikuti aku" Cin Hong buru-buru menyoja sambil berkata: "Ya, ya,
Silahkan nona. . . ."
Tiga pemuda dibelakang dirinya dengan tiba-tiba pada
tertawa tergelak-gelak. Cin Hong merasa sangat
mendongkol. sifat Celengnya yang tadi sudah lenyap. kini
mendadak timbul lagi. kembali menggerakkan dayung
ditangannya mendayung perahunya untuk mengejar perahu
gadis berbaju merah tadi. Sedangkan perahu ringan yang
berada di kirinya sejauh sepuluh tombak lebih, juga
bergerak mengikuti gerakan Cin Hong.
Gadis berbaju merah tadi begitu melihat perahu Cin
Hong mengikuti lagi, tampak Sangat marah, dengan tibatiba
ia menggerakkan tubuhnya, lompat melesat keluar dari
dalam perahunya. Sepasang kakinya menjejak. beberapa
pasang kakinya menjejak beberapa kali dipermukaan
seolah-olah gerakan Capung. Lalu memutar diatas
perahunya sendiri, setelah itu lompat naik lagi keatas
perahunya, sepasang matanya mengawasi Cin Hong Sambil
tersenyum dingin. Dirinya seolah-olah mau berkata: "ini adalah peringatan
aku yang terakhir. Kau anak tolol ini. jlka tidak tahu diri
lagi, nonamu pasti akan mengambil tindakan."
Tiga pemuda yang berada di ataS perahu Sampan, dan
gadis pendayung sampan yang ada di buritan, lelaki tua
yang mendayung sampan gadis berbaju merah tadi, melihat
gadis berbdju merah itu bisa terbang dan berjalan di atas air,
semua terkejut dan terheran-heran, sedangkan pemuda
berewokan tadi tampak sudah Ketakutan maka buru-buru
memanggil kepada Cin Hong:
"cin-laote, gadis itu benar benar gadis golongan sebangsa
Jie In Nio, tidak boleh diganggu, tidak boleh di ganggu"
Pemuda yang matanya seperti mata burung tadi juga
berkata dengan suara gugup: "cin Laote, jangan gegabah
aku tadi hanya berbicara main-main denganmu, nona itu
benar- benar tak boleh di ganggu"
Gadis pendayung sampan juga menggunakan
kesempatan itu mengulurkan tangannya menahan lengan
Cin Hong, dengan Sikap sangat khawatir ia berkata: "cin
Siangkong, dia sungguh hebat, kau jangan mengganggu dia
lagi" Tetapi Cin Hong sedikitpun tak mau menghiraukan, ia
masih tetap mendayung, sampannya meng ajar. ia rupanya
sudah mengambil keputusan untuk menyampalkan
maksudnya. Gadis berbaju merah tadi melihat tindakannya yang
sudah menunjukan kepandaiannya, ternyata tak dapat
menggertak Cin Hong, lalu menyerbu kedalam perahu Cin
Hong. Tetapi kemudian dengan tiba-tiba seperti mengubah
maksudnya, badannya yang sudah bergerak tiba-tiba di
tariknya kembali, dan menunjukkan senyumnya kepada Cin
Hong Sambil menganggukan kepala. Agaknya memuji
keberanian pemuda itu, setelah itu ia membalikkan badan
dan memerintahkan orang tua pendayung Sampan itu
untuk mendayung Sampan ketepi danau.
Cin Hong terus mengejar, ia juga mendayung perahunya.
Perahu ringan yang terpisah tidak sepuluh tombak itu juga
terus membuntuti. "Hey, cin-laote, kita semua adalah orang-orang yang
tidak bertenaga, jangan kau coba- coba main gila dengan
nona itu" "Ya, cin-laote, aku minta maaf padamu...."
"cin-laote, kita empat orang Cerdik pandai dari daerah
Kang-lam, tidak mudah mendapatkan nama itu, sudahlah
jangan main-main dengannya. ..."
Demikianlah tiga kawannya satu-persatu membujuknya
agar supaya Cin Hong jangan melanjutkan maksudnya
untuk mengejar gadis itu.
Tak lama kemudian, perahu Sampan tadi sudah menepi.
Gadis berbaju merah mengeluarkan sepotong uang perak
diberikan kepada tukang perahu, lantas berpaling dan
tersenyum kepada Cin Hong. Setelah itu ia lompat melesat
ketepi, dan pergi. Cin Hong bukan tidak mengerti bahwa gadis itu ada
maksud memancing ia mendarat, akan "dihajar adat."
Tetapi karena pikir masih sanggup menghadapinya, maka
ia melemparkan dayung ditangannya, mengeluarkan kipas
dari dalam Sakunya, dan diberikan kepada gadis pendayung
Sampan- ia menggulung lengan baju panjangnya, setelah itu
ia lompat meleSat Setinggi tiga tombak ketepi untuk
mengejar gadis tadi. "Ya Allah, kiranya cin-laote juga bisa
terbang" "A. . .a. . .cin-laote juga memiliki kepandaian ilmu silat. .
. ." Demikianlah kawan- kawannya pada terkejut dan
memuji tak henti-hentinya.
Cin Hong yang pergi mengejar tampak gadis berbaju
merah tadi berdiri dibawah pohon Yang-liu dengan tolak
pinggang. ia tampaknva binar-benar hendak "menghajar
adat." kepada Cin Hong. Melihat tempat itu tidak ada orang
pikiran Cin Hong mulai tenang, lalu menjura Kepadanya,
Seraya berkata: "Nona, harap nona maafkan. . . .aku bukan
sengaja. . . ." Sepasang alis gadis itu berdiri, bentaknya sambil
menunjuk dengan jari tangannya. "Hmm. Bukan sengaja"
Kau mau kata, bahwa perbuatan yang mengikuti nonamu
bukan satu rencana yang sudah kau rencanakan lebih dulu?"
Wajah ciu Hong kemerah- merahan, katanya dengan


Tangan Berbisa Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

suara gelagapan: "Itu. . . .Itu mana bisa jadi" Maksudku
ialah. . . .ialah. . . ."
Gadis berbaju merah itu tidak menunggu habis
ucapannya, Sudah maju selangkah dan membentak
padanya: "Ya Karena paras cantik yang menimbulkan
keberanianmu" "Bukan, bukan, aku berani bersumpah. aku sebetulnya
karena dipaksa...." Berkata Cin Hong sambil meng goyanggoyangkan
tangannya. "Hm, dipaksa" Siapa yang memaksa kau?" Berkata gadis
itu sambil tertawa dingin.
Cin Hong menunjuk kebelakang dirinya, katanya sambil
tertawa getir: "Mereka, mereka selalu mentertawai aku
tidak bernyali, tidak mempunyai seorang pun Sahabat
wanita. ..." "Bohong, aku tadi masih dengar mereka menasehati kau
Supaya kembali, apa kau kira aku tidak mendengar?"
Cin Hong tak berdaya, maka sesaat itu karena merasa
malu dan mendongkol hingga wajahnya menjadi merah,
hatinya pun lantas panas katanya: "Kalau kau tak percaya,
ya Sudah. Sampai ketemu lagi "
Sehabis berkata, ia memutar tubuhnya dan hendak pergi.
"Jangan perg^i" Demikian gadis berbaju merah itu
membentak dan lantas melesat berdiri dihadapannya,
dengan tiba-tiba sikapnya yang galak itu tadi lenyap. diganti
dengan sikap kekanak-kanakan, katanya sambil tertawa:
"Kau kata mau pergi, lantas pergi begitu saja. Apa kau kira
nonamu ini gampang kau permainkan begitu saja?"
Cin Hong menghentikan kakinya, mengangkat muka,
dan bertanya dengan nada Suara dingin "Habis, kalau tidak.
mau apa" Apa kau hendak membawaku kepembesar
Negeri?" Waktu ia mengucapkan perkataan itu, Sedikitpun
sikapnya tidak menunjukkan Sikap main-main, sebab
didalam otaknya hanya mengetahui hukum Negara, itulah
yang paling ditakuti. Gadis berbaju merah itu menunjukan tertawa gelinya,
ketika ia menyadari bahwa tidak seharusnya tertawa, buruburu
berkata dengan wajah masam: "Kuberitahukan
padamu, nonamu ini biaSanya hanya mau mengganggu
orang, tiada orang yang berani menggangu aku. Kau
terhitung seorang yang terkecualikan, oleh karena itu maka
nonamu anggap adalah Sebagai barang baru"
"Kalau memang kau anggap baru, kau tidak perlu marah
lagi" "Sudah tentu aku tidak marah, tetapi kalau kau hendak
pergi tidaklah demikian mudah"
"HabiS mau apa" Katakan Saja"
"Pertama: Kau berlutut dibadapanku dan menampar
mukamu sendiri Sampai sepuluh kali. Kedua: Karena kau
juga seperti seorang yang mengerti sedikit ilmu silat. . .
.kalau sanggup melawan nonamu, aku nanti akan
membiarkan kau pergi."
Cin Hong merasa cemas, katanya : "Aku ingin memilih
yang kedua, tetapi kepandaian ilmu silatku barang kali tak
Sanggup menghadapi kau."
"Nah kalau begitu pilih Saja yang pertama itu lebih
mudah dan lebih sederhana" Berkata gadis berbaju merah
Sambil tertawa bangga. "Seorang lelaki bagaimana boleh berlutut dihadapan
orang perempuan, tidak. aku tidak mau berbuat demikian"
Berkata Cin Hong dengan tegas sambil menggelengkan
kepala. "Hmm Satu laki-laki apa yang kau banggakan" Aku
justru mau kau berlutut" Berkata gadis berbaju merah
dengan marah. "Tidak. kalau kau tidak terima. kau boleh pergi mengadu
kepada pembesar Negeri. Kau adukan Saja bahwa aku, Cin
Hong, menggoda perempuan baik-baik "
Gadis itu tercengang ia berkata Sambil mendelikan
matanya: "Mengadu" perlu apa aku harus mengadu?"
Suruh ia mengadu, tapi ia tak mau, Cin Hong anggap
bahwa gadis ini benar- benar tidak diajak bicara dengan
aturan- ia menjadi marah, maka lalu maju selangkah dan
menggulung lengan bajunya. Katanya: "Baik Mari kita
berkelahi Saja, siapa yang kalah jangan mengganggu lagi "
Gadis itu menerima baik tantangannya, badannya
bergerak maju kedepan, tangan kanannya diputar hendak
menyerang dada Cin Hong dengan kecepatan bagaikan
kilat. Wajah Cin Hong berubah, tubuh bagian atas bergerak
miring kesamping seperti orang mabok. dengan bagus sekali
mengelakan serangan gadis itu. DiSamping itu, juga berseru
kaget "Aa Inilah serangan ilmu Thian San siu-ang-cie "
Mendengar seruan itu. gadis berbaju merah itu terkejut,
ia menghentikan serangannya dan berkata: "Tak disangka
kau ternyata mengenal ilmu seranganku. Siapa kah Suhumu
?" Cin Hong setelah memulai menggerakan badannya,
dengan sendirinya menjadi lincah. Begitu ditanya, oleh
karena tidak ingin menjawab maka ia sengaja berlaku lucu,
Sambil angkat pundaknya, ia berkata sambil tertawa: "Apa"
Apa kau ingin belajar kenal?"
Gadis berbatu merah itu marah, dari mulutnya
mengeluarkan seruan, lantas maju menyerbu, tangannya
bergerak menyerang arah atas dan bawah, yang dituju
SaSarannya ialah bagian jalan darah Hwa Kae Un-cie.
Kelakuan Cin Hong kembali seperti orang mabok.
dengan gerakan Sempoyongan ia meniayang kekanan dan
sebentar kekiri, bersamaan dengan itu tangan kirinya
bergerak. dengan gerakannya yang tidak karuan, balas
menyerang pergelangan tangan gadis itu. Kelihatannya
seperti tidak menurut aturan, namun sebetulnya
mengandung gerak tipu yang Cepat dan bagus sekali.
Dalam waktu sangat singkat sudah hampir mengenakan
pergelangan tangan gadis itu, Wajah gadis berbaju merah
itu lantas berubah, buru-buru menarik kembali serangannya
dan menggeser kakinya, melompat kesamping setombak
lebih dan berkata Sambil menunjuk padanya:
"Inilah gerak tipu yang dinamakan Beng-teng cap- clang
Apakah suhumu itu yang dinamakan it-hu Sianseng To Lok
Thian?" Baru Saja menutup mulut, dengan tiba-tiba ditempat
gelap terdengar suara orang menyahut: "Beng-teng ciapclang
" Ha-ha ha. . . ."
Suara itu kedengarannya Sangat Serem, membuat berdiri
bulu roma bagi orang yang mendengarkan
Cin Hong dan gadis berbaju merah itu sama-sama
terkejut, dan menengok kearah datangnya Suara tadi,
Samar-Samar tampak ditempat sebelah kiri sejauh kira- kira
tujuh delapan tombak. ada seekor burung kalong yang besar
Sekali, tetapi sudah lenyap menghilang ditempat lebat.
Kalau suara tadi terdengar pula, ternyata sudah berada
Sekira setengah pal jauhnya.
Gadis berbaju merah itu tertegun sejenak. setelah tenang
kembali pikirannya, dengan perasaan terkejut ia bertanya
kepada Cin Hong. "Hei Siapa kah dia?"
"Hanya seekor kalong. . . ." Menjawab Cin Hong
sejenak. Gadis berbaju merah itu melompat kaget
memandangnya Sejenak. dan berkata: "Bohong, burung
kalong bagaimana bisa bicara ?"
"Kalau begitu barangkali itu silUman kalong "
Gadis itu kembali terkejut, katanya marah: "Omong
kosong, apakah kau hendak menakut-nakuti aku?"
Ketika mengucapkan itu, gadis itu Seolah merasa bahwa
dirinya sendiri seorang penakut maka lalu berpaling
mengawasi berlalunya kalong tadi, dari hidungnya
mengeluarkan suara, kemudian bertanya lagi padanva:
"Hei, benarkah kau muridnya It-hu Sianseng?"
"Siapa kah It-hu Sianseng itu?" Cin Hong balas menanya
dengan perasaan bingung. "Gerak tipu seranganmu tadi jelas. . . .dari ilmu silat
Beng-teng cap- clang It-hu Sianseng, apa kau kira aku tidak
tahu?" "oh, apa itu Beng-teng cap-ciang?" balas menanya Cin
Hong yang masih berlagak gila.
"Perlu apa kau masih berlaga gila?" berkata gadis itu
gemas, "Gerakanmu tadi adalah gerak tipu jurus pertama
yang dinamakan secawan ditangan dari ilmu silat Beng-teng
cap-ciang, apa kau kira nonamu tidak mengerti?"
Cin Hong diam-diam merasa cemas, tapi ia masih ingin
menjajagi pengetahuan gadis itu: "Dan yang kedua, apa
namanya?" "Beng-teng cap-ciang adalah ilmu silat terampuh It-hu
Sianseng yang pernah menggetar rimba persilatan- Sebab ia
gemar minum arak. maka nama- nama gerak tipunya
diambil dari itu istilah orang pertaruhan minum jurus kedua
dinamakan sepasang lengan tangan kosong semua, betul
tidak?" Cin Hong semakin terkejut, tetapi dengan mendadak ia
tidak ingin berbohong lagi maka ia lalu menganggukkan
kepala untuk membenarkan- Katanya: "Benar Dan yang
ketiga?" "Ketiga dinamakan Tiga tumbuh diatas batu. Batu itu
kabarnya berada dibelakang bukit kuil Thian-tak-sie, besok
aku justeru ingin pergi melihat"
Cin Hong merasa bahwa gadis itu sangat polos dan
menyenangkan, maka lantas timbul rasa suka.
"sukakah nona ajak aku pergi bersama-sama?"
Gadis baju merah baru sadar kalau sudah terlepas
omong, mukanya merah seketika, kakinya maju selangkah,
katanya^ "Anak tolol, kau mau enak saja"
Cin Hong mundur selangkah, katanya sambil unjuk
hormat, "Jangan marah nona, itu tokh ucapanmu sendiri"
Gadis itu mendelikkan mata, katanya gemas: "Sekarang
jangan banyak bicara lagi, sebetulnya murid It-hu Sianseng
atau bukan?" Cin Hong tidak menjawab langsung, sebaliknya balas
menanya Sambil mengerutkan alisnya, "Heran, mengapa
demikian apal benar terhadap ilmu Silat It-hu Sianseng. ..."
Gadis itu tampak sangat bangga, katanya dengan muka
berseri-seri: "Apa yang dibuat heran" Kuberi tahukan
padamu, suhuku Thian San Swat San Popo justeru sedang
mencari dia, kau tahu?"
Dan ilmunya meringankan tubuh gadis itu, Cin Hong
memang sudah tahu kalau gadis itu adalah murid Swat-San
popo dari gunung Thian-san, tetapi ketika mendengar
keterangan gadis itu bahwa gurunya sedang mencari It-hu
Sianseng, dalam hati terCekat. "Perlu apa suhumu mencari
suhuku?" demikian ia bertanya.
"Mereka memang merupakan musuh lama, masakau
juga tidak tahu?" Dalam hati Cin Hong terkejut, dan hatinya berpikir:
"Suhu memang pernah menceritakan kepandaian ilmu silat
Swat-san popo, tetapi belum pernah mengatakan bahwa
dengan Swat-popo ada mempunyai permusuhan. Dari
kelakuansuhu diduga, sang suhu itu pasti mempnyai
kesulitan yang tak dapat dijelaskan kepadanya, mungkin
dengan Swat-popo ada terjalin sesuatu yang tidak biasa, dan
sekarang ia sendiri telah membocorkan rahasianya dengan
Cara gila2an . Bukankah ini menjadi sangat runyam"
Dalam keadaan ketakutan ia telah timbul akal, dengan
tiba2 ia menunjukkan kebelakang diri gadis itu, katanya
dengan suara terkejut: "Lihat itu siapa yang datang?"
GadiS itu tidak tahu kalau diakali, ketika ia menengok
kebelakang, Cin Hong menggunakan kesempatan itu untuk
kabur, dengan menggunakan ilmunya meringan tubuh, dari
berbalik kedalam perahunya.
Ketika gadis berbaju merah itu mengetahui bahwa
dirinya telah tertipu, Cin Hong sudah berada sejauh tujuh
delapan tombak. sedang menghilang kedalam gerumbulan
pohon Yang-liu. Maka ia lalu berseru memanggilnya: "Hei
Perlu apa kau lari" Berhenti Aku tak akan memukulmu,
justeru ada urusan hendak menanyamu. ..."
TENGAH malam suasana sunyi senyap....
Ia menghabiskan guratannya yang terakhir dalam sebuah
lukisannya, lalu meletakan pensilnya dan mundur dua
langkah. ia mengamat-amati lukisannya yang berbentuk
seorang gadiS jelita. ia pandang matanya yang jeli
berCahaya, dan alisnya yang lentik, serta pipinya yang
bersujen Lalu menggeleng gelengkan kepaia, seolah-olah
terpesona oleh lukisannya sendiri. Kemudian ia angkat lagi
pensilnya, diSamping gambar itu, ia tuliS dengan kata-kata
seperti dibawah ini: "Kenangan dalam impian- Pertemuan
ditelaga See-ouw pada musim semi, tahun. . . ."
Baru saja habis menulis, terdengar suara pintu
dibelakangan dirinya didorong orang, seorang tua
berperawakan tinggi besar dan gagah, melangkah masuk
kedalam kamarnya. orang tua itu berusia kira-kira enam puluhan, tubuhnya
Tinggi besar. alisnya tebal, matanya jeli, kepalanya
memakai topi yang berbentuk persegi, pakaiannya seperti
seorang hartaWan yang disebut Wan Gwe, dari sikapnya
yang gagah itu tampak wajahnya yang ramah dan pengasih.
Tetapi disamping itu juga ada mengandung sedikit jenaka.
Cin Hong melihat orang tua itu masuk seCara tiba-tiba,
tampak terkejut. Buru-buru memutar diri dan menempatkan
dirinya demikian rupa untuk menutupi lukisannya sendiri,
setelah itu ia menganggukkan kepala pada orang tua itu
seraya berkata Sambil tertawa^ "Suhu, telah malam suhu
masih belum tidur?" orang tua itu dengan gerak lambat, duduk diatas kursi,
dengan tangannya mengucek-ucek matanya sendiri, lalu
berkata perlahan: "Sudah tidur, oleh karena aku mengetahui
ada orang ditengah malam buta melukis gambar, maka aku
sengaja datang untuk melihat-lihat"
Muka Cin Hong menjadi merah ia terpaksa tertawa dan
berkata^ "Suhu tampaknya Sangat gembira, hanya lukiSan


Tangan Berbisa Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ini tak ada apa-apanya yang patut di lihat, harap suhu
beristirahat saja di kamar."
orang tua itu seolah-olah tidak mendengarkan
ucapannya, tangan kanannya mengurut-urut jenggotnya
yang tipis, lalu berkata sambil tersenyum: "IHmm, kenangkenangan
dalam impian, pertemuan ditelaga See-ouw pada
musim Semi tahun. . . .itu terjadi hari apa?"
Cin Hong tahu, sudah tak bisa mengelabui mata suhunya
lagi, maka ia lalu menyingkir untuk memperlihatkan
gambarnya pada suhunya, kemudian berkata sambil
menggaruk-garuk kepalanya dan tertawa getir: "Pandangan
suhu sungguh tajam Sekali "
Sang suhu menundukkan kepala Sambil tertawa,
katanya: "Pujian semaCam itu tidak terlalu Cerdik, orang
panggil aku Wan Gwe, sedangkan kaupandang aku sebagai
Wan Gu besar, benar-benar ini kurang ajar sekali"
Cin Hong tak bisa menjawab, terpaksa memandang
suhunya dengan senyum getir, suhunya waktu itu memang
di anggap sebagai Wan Gwe Hartawan yang terkenal di
kota Hang-chiu, tapi sebetulnya adalah seorang tokoh
ternama dalam rimba persilatan yang mengaSingkan diri,
juga yang menjadi suhu Sejak delapan belas tahun lamanya,
yang selama itu dianggap sebagai ayahnya sendiri.. .
.Selama delapan belas tahun, tiap kali ia sendiri melakukan
perbuatan salah, belum pernah sang Suhu itu memarahi
dengan perkata an kaSar, selalu dengan sikapnya yang
ramah tamah dan jenaka, akan tetapi membuat yang
merasakan tidak enak. sehingga terkadang ia sendiri
merasakan sebenarnya suhunya. Dan mau tak mau harus
merubah kesalahannya sendiri. Dan kini orang tua yang
cerdik, licin tapi patut di hormati itu kembali menggunakan
Cara yang lama. orang tua itu tak hentinya mengurut-urut jenggotnya
sendiri, berkata pula seperti menggumam sendiri: "Alisnya
lentik, matanya lebar, hidungnva kecil. cantik, tapi kurang
luwes. Benar-benar merupakan seorang anak perempuan
yang ada harganya buat kenangan. . . .Sejak kapan kau
melihat dia?" Cin Hong bersangsi, tetapi akhirnya ia berkata dengan
terus terang, "Kemarin ma lam, aku dengan teman-teman
Liu, Liok dan So, pergi pesiar ditelaga See-ouw."
"oo, tahukah dia bahwa kalian adalah empat orang
cerdik pandai dari daerah Kang-lam?"
"Tidak, dia adalah orang dari utara"
"Kau menanyakan dirinya?"
" juga tidak. aku. ..." Dia tak dapat melanjutkan
pembicaraannya. orang tua itu tiba-tiba tertawa geli, Sambil menyipitkan
matanya berkata padanya: "RahaSia orang pria Untuk
mendapatkan teman Wanita. ialah menebalkan muka. Apa
kau sudah berbuat itu ?"
"Sudah, suhu." Menjawab Cin Hong dengan rasa malumalu.
"AChirnya ?" "AChirnya mengeCewakan, suhu."
"Setiap perempuan, pasti menyukai yang bagus. Kau
paSti belum Cukup baik memegang perananmu bermuka
tebal semaCam itu." Diam diam Cin Hong menghela nafaS, katanya Sambil
tertawa: "Suhu, Suhu lihat dia itu gadis bagaimana"^
orang tua itu angkat wajah dnn memandang lukisan
setengah badan dari seorang gadis manis. Tiba-tiba
menunjukan sikap terkejut, katanya^ "oh, dia wanita dari
kalangan rimba perSilatan ?"
"Ya, suhu, dia itu sangat hebat" Berkata Cin Hong
sambil menggelengkan kepala dan teetawa,
Mata orang tua itu terbuka lebar, katanya dengan
sungguh-sungguh. "Apa, apa kau sudah mengadu kekuatan
dengannya ?" Hati Cin Hong berdebaran, katanya sambil menundukan
kepala: "Adalah dia yang mendesak buat turun tangan, dia
bilang bahwa kepandaiannya menghajar ada lelaki
berandalan lebih pandai dari orang lain-.. ."
orang tua itu mendengar ucapan itu lantas Tertawa,
katanya: "Kalau begitu, akhirnya siapa yang menang"
Cin Hong lalu menceritakan Semua apa yang telah
terjadi, ia hanya tidak menceritakan halnya ada orang yang
mencuri dengar ucapan mereka, dan memperdengarkan
suara tertawa yang menyeramkan itu disebabkan karena ia
masih belum mempunyai pengalaman didunia Kangouw.
orang tua itu ketika mendengar keterangan bahwa Thiansan
Swat Popo mencari dirinya tampak terkejut dan hampir
lompat dari tempatnya, katanya dengan Suara aneh: "Wah
Achirnya ia datang juga "
Cin Hong menyaksikan sikap suhunVa terkejut demikian
rupa, dalam hati menyesal bahwa dirinya telah
mendatangkan bencana, tetapi Samping itu ia juga merasa
cemas. karena ia tidak tahu benar kepandaian orang tua itu,
juga tahu berapa tinggi kedudukannya dalam rimba
persilatan pada dewaSa ini. Ini juga berarti, sekalipun
dengan Thian-San Swat Popo mempunyai permusuhan
besar, juga tak perlu merasa tegang demikian rupa,jelaslah
Sudah ini bukan disebabkan karena takut kepandaian Swat
Po-po, melainkan ada faktor apakah itu"
orang tua itu agaknya juga merasa bahwa sikapnva
Sendiri yang kelewatan, maka dengan cepat Sikapnya
berubah Seperti biaSa, ia mondar-mandir didalam kamar,
diwajahnya tersungging senyuman misteri, katanya: "Anak.
tidak perlu kaget. satu-satunya sebab ialah pada dua puluh
lima tahun berselang, kita sudah pernah hidup bersamasama
sepuluh tahun lamanya , kemudian, aku menghendaki
dia kedapur, dia tidak mau, ia minta aku jangan minum
arak, aku tidak mau, demikianlah kita terpaksa berpisahan.
..." "oh Jadi suhu dengan Thian-San Swat Popo itu dahulu
adalah suami isti." "Ya, kalau diingat, menang itu Suatu hal yang sangat
menyedihkan, oleh karena itu, maka selama tusuhumu
belum pernah menyebutkan..."
"Ai, ia kata bahwa suhu berdua adalah sepasang muSuh
lama, waktu itu aku kira yang dikatakan musuh itu benarbenar
musuh buyutan- Sehingga aku ketakutakan setengah
mati dan buru-buru kabur"
"Menyesal sekali, hal itu membuat kau Sampai ketakutan
dan kehilangan kesempatan untuK belajar kenal lebih baik
dengannya. Hanya Suhumu percaya, mereka guru dan
muridnya. selambat-lambatnya besok pagi hari pasti akan
datang mencari kemari "
"Apakah suhu suka menemui dia?"
"Mengapa tidak. sudah dua puluh lima tahun lama kita
tidak bertemu muka. Dua puluh lima tahun itu buKanlah
suatu waktu yang pendek "
Sehabis mengucapkan demikian, dengan tiba-tiba diluar
kamar, didalam pekarangan terdengar seorang wanita yang
menyambung: "Bagiku, waktu dua puluh lima tahun itu
hanya seperti segumpal awan yang terbang, seolah-olah
suatu hal yang terjadi dalam waktu sekejap mata"
orang tua itu memperdengarkan suara tawanya yang
aneh, kemudian memutar tubuh dan berkata kepada wanita
yang berada diluar kamarnya: "Swat Popo, kau benar-benar
datang" "Hm " Demikian dari luar terdengar suara orang
menyahut, sesaat kemudian tampak sesosok bayangan
orang sudah berada dipintu kamar, seorang perempuan tua
bersama seorang gadis berpakaian merah, berjalan masuk
kedalam kamar. Perempuan tua itu usianya kira-kira enampuuh tahun,
namun gerakannya masih gagah, matanya jeli, mengenakan
pakaian warnaputih, dari raut mukanya, bisa diduga bahwa
dimasa muda pasti merupakan seorang wantita cantik.
Usia gadis berbaju merah itu kira-kira tujuh belas tahun,
potongan tubuhnya tampak Sangat ramping, karena ia
mengenakan pakaian yang sopan "ketat". Alisnya lentik,
matanya lebar, mulutnya kecil, persis seperti lukisan yang
dilukis oleh Cin Hong. Cin Hong melihat perempuan tua itu merasa sangat
girang, buru-buru maju menghampiri dan memberi hormat,
katanya: "Tecu Cin Hong menghadap subo. . . ."
Swat Po-po. sedikitpun tidak mau menerima kehormatan
itu. Sepasang matanya yang tajam memancarkan sinar
berkilauan, dengan Sikap dingin memandangnya sejenak.
lalu berpaling dan berkata kepada gadis berbaju merah
disisinya: "In-jie, apakah bocah ini kemarin malam yang
mengganggu kau di telaga see-ouw?"
Biji matanya yang hitam gadis berbaju merah itu
berputaran memandang Cin Hong Sejenak. lantas angkat
muka mengawasi atap atas, katanya^ "Ya. suhu itulah
orangnya " Sehabis berkata demikian, matanya mengerling kearah
Cin Hong, justeru pada Saat itulah ia melihat bahwa
dibelakang diri pemuda itu tampak lukisan dirinya sendiri,
yang berbentuk setengah badan.
Maka dengan rasa terkejut dan girang, ia berseru sambil
menunjuk lukisan itu: "ooo suhu, kau lihat ia juga sudah
melukis diriku. lukisannya itu mirip sekali"
Dengan sikap dingin swat Po-po memandang lukisan itu
sejenak. tiba-tiba maju menghampiri Cin Hong, bentaknya
dengan bengis: "Bocah, Siapa suruh kau melukis murid ku?"
Cin Hong tak menduga bahwa nenek yang usianya
sudah lanjut itu masih demikian keraS adatnya, maka
SeSaat itu ia menjadi gelisah, dengan makSud hendak
minta bantuan Suhunya, tujukan pandangan matanya
kepada Sang Suhu. orang tua itu hanya tersenyum Sambil mengurut-urut
jenggotnya, tiada Sepatah katapun keluar dari mUlutnya,
hanya SepaSang matanya memandang pada Swat Popo,
lama baru membuka mulut sambil tertawa:
"Siang- in, jangan kau limpahkan kemarahanmu kediri
anak murid ku" Ucapan "Siang- in" itu seolah-olah mempunyaj penguruh
yang besar sekali, Swat Po-po yang dipanggil demikian,
sifatnya yang tadi galak. telah lenyap seketika.
Semangatnya seolah-olah sudah runtuh seperti seorang
yang sudah kehilangan tenaga, ia mundur dan duduk diatas
kursi. Dengan sikap sedih dan mendongkol, ia bertanya:
"Setan pemabokan, apa kau Sudah tidak minum arak lagi?"
orang tua itu juga duduk diataS kursinya, ia menghela
napas dan berkata: "Sudah lama aku tidak minum lagi, kau
tidak dengar bahwa In-hu Sianseng sudah dua puluh
tahunan lebih Sudah menghilang dari rimba persilatan?"
"Mengapa tidak minum, apakah kau sudah tak ada
uang?" Bertanya Swat Popo Sambii tertawa dingin.
"Bukan oleh karena minum arak. aku telah kehilangan
isteri, bagaimana aku boleh minum lagi?" berkata orang tua
itu Sambil bergeleng kepala dan menghela napas.
Cin Hong yang mendengar ucapan itu dalam hatinya
merasa geli. Pikirnya: "Suhu benar-benar pandai
membohong, seingatku sejak aku mengerti urusan sehingga
sekarang, kulihat suhu setiap kali makan, selalu ditemani
sepoci arak." Ia selalu ingin menanya, tetapi Po-Po Sudah berkata lagi
sambil tertawa dingin: "Benarkah kau sudah membuang
kebiasaanmu itu ?" orang tua itu terSenyum, ia berkata dengan suara
pelahan, seolah-olah takut didengar orang lain: "Untuk
membuang kebiasaan seluruhnya, sesungguhnya bukan soal
yang mudah, hanya tidak seperti dahulu yang demikian tak
mengenal batas, terkadang hanya kalau harus menemani
tamu atau kawan, suka minum sedikit saja...."
swat Popo mendadak bangkit dari tempat duduKnya,
sambil mengacungkan tinjunya ia berseru: "Kalau begitu,
membohong" orang tua itu buru-buru bangkit, dengan kedua
tangannya digoyang-goyangkan, berkata sambil tertawa:
"Siang- in kita semua sudah menjadi tua, baru bertemu
muka sudah ribut mulut, bagaimana persoalannya ini ?"
swat Po-po dengan perasaan mendongkol duduk
kembali, ia menundukan kepala tidak berkata apa- apa.
Dua orang tua itu duduk diam Saling berhadapan, It-hu
Sianseng tiba-tiba menghela nafaS, ia bangkit dan berjalan
mondar-mandir, mulutnya mengeluarkan pertanyaan
perlahan: "Kali ini turun dari gunung Thian-san apakah
keperluan denganku?"
swat Po-po dengan termanggu-manggu matanya
ditujukan ketanah, lama sekali ia baru menjawab dengan
nada suara dingin: "Apakah kau tidak pernah dengar,
diwaktu belakang ini dalam rimba persilatan terdengar
desas-desus yang tidak enak?"
"Maksudmu, apakah ada orang rimba persilatan yang
menertawakan kita berdua?" bertanya it-hu sianseng heran.
"Betul, maksudku baru datang kemari, justru hendak
menanya kepadamu. Apakah kita masih perlu meneruskan
Sikap yang diam Saja seperti dulu?"
It-hu Sianseng berulang-ulang berbicara, heh. Sambil
mengurut-urut jenggotnya, ia melirik kepada muridnya
sendiri dan gadis berbaju merah, lantas berjalan lagi
beberapa putaran, akhirnya ia berkata dengan suara keras:
"Baik apabila kau tidak menolak. mari ita rujuk kembali"
Cin Hong sangat girang, ia melihat kepada gadis berbaju
merah, dalam hatinya merasa bersukur, bahwa dua orang
tua ini bisa rujuk kembali. Dengan demikian ia bisa
mendapat kesempatan untuk bergaul lebih dekat dengan
gadis baju merah itu. Dengan demikian pula ia tidak perlu
iri dengan kawannya, yang masing-masing sudah
mempunyai sahabat perempuan semua, hanya dia sendiri
yang masih belum mendapat sahabat perempuan yang
cocok. Diluar dugaannya, Swat Po-po dengan tiba-tiba menepok
meja, dan membentak dengan suara keraS: "Setan
pemabokan Kau kemana dengarnya?"
Cin Hong dengan perasaan heran mengawaSi Suhunya,


Tangan Berbisa Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tampak orang tua itu masih mengurut-urut jenggotnya
sambil mengerutkan alisnya.
swat Po-po tampaknya sudah marah benar-benar,
wajahnya sudah pucat, katanya Sambil mengertak gigi:
"Bagus sekali Kau sedikit urusanpun tidak mau mengurus
dan Sekarang ternyata Sudah menjadi Seorang manusia
yang mempunyai Kedudukan baik"
It-hu Sianseng tampak sangat gelisah. agaknya maSih
belum bisa memiKirkan apa Sebenarnya yang membuat
marah isterinya itu, ia berkata Sambil menghela napas
panjang: "Siang-in, sebetulnya urusan spa"Jelaskanlah
duduk perkaranya" "Yang kumaksudkan ialah penjara rimba persilatan"
orang tua itu begitu mendengar ucapan "penjara rimba
persilatan," sesaat sepasang matanya memancarkan sinar
yang tajam. Ia menghentikan gerak kakinya, dan berkata
dengan Suara berat: "Apa katamu?"
swat Popo tertawa dingin, katanya dengan tenang: "Sejak
pangcu golongan pengemis Sie Kwan masuk penjara
seluruh rimba persilatan telah menaruh perhatiannya
kepada diri kita berdua, tetapi sekarang tidak lagi, mereka
mulai mengejek dan menertawakan kita bernyali kecil
seperti tikus, tidak menghiraukan kesetia kawanan hanya
mencari hidup untuk menyenangkan diri"
It-hu SianSeng mendengarkan ucapan itu
memperdengarkan suara tertawa dingin, kemudian
mendongakkan kepala dan berpikir lama, barulah bertanya
dengan suara pelahan: "Apa hanya tinggal kita berdua
Saja?" "MaSih ada itu tetamu tidak diundang dari dunia luar,
tetapi apa yang mengherankan ialah dalam rimba persilatan
agaknya Semua Sudah melupakan dia. . .."
It-hu SianSeng menundukkan kepala untuk berpikir,
dengan tiba-tiba angkat pundak, matanya menatap Swatpopo,
dantanyanya sambil tertawa: "Kalau begitu, kau pikir
bagaimana?" "Golongan Thian San meskipun bukan Salah satu partay
besar yang ada nama tetapi sejak cowsu kita yang
mendirikan Thian-san-pay, hingga aku sekarang, belum
pernah sembunyikan muka didepan mata orang banyak."
It-hu Sianseng menganggukkan kepala dan tertawa.
kemudian berkata: "Bagus sekali. Kita berdua meskipan
orangnya sudah tua, akan tetapi sifat kerasnya maSih ada,
apa salahnya bersama-sama pergi kepenjara untuk duduk
didalamnya, apabila dengan cara itu bisa mengubah Sifat
kita yang berangasan, juga merupakan suatu hal yang baik
sekali" Cin Hong yang mendengar sejak tadi, masih belum tahu
apa sebetulnya yang dikatakan penjara rimba persilatan- ia
semakin dengar semakin heran, Waktu itu karena tidak
dapat mengendalikan perasaan herannya, maka lantas
menyela dan bertanya: "Suhu, apakah yang dinamakan
PENJARA RIMBA PERSILATAN itu?"
Gadis berbaju merah itu ketika mendengar pertanyaan
itu tertawa geli, dengan tangannya sendiri menutup
mulutnya, agaknya mengejek dia yang kurang pengetahuan.
Swat-popo juga menunjukkan sikap heran,
memandangnya sejenak. lalu alihkan pandangan matanya
kepada It-hu Sianseng, "selain ilmu Silat, apakah kau
mengajari juga bagaimana caranya untuk menggoda anak
dara?" It-hu Sianseng menganggukkan kepala dan berkata
sambil tertawa^ "Ya, meskipun ia sudah mempelajari
seluruh kepandaian ilmu Silatku, tetapi terpisah dengan
rimba persilatan jauh sekali, sedangkan asal usul dirinya
sendiri. aku juga belum memberitahukan padanya "
Cin Hong mendengar suhunya dengan tiba-tiba
mengatakan asal- usul dirinya, hatinya terkejut untuk sesaat
darahnya seperti bergolak. perasaannya mulai merasa
tegang. Ia, pertanyaan itu terbenam dalam hatinya sudah
sepuluh tahun lebih lamanya . ia sendiri pernah bukansatu
kalisaja menanyakan kepada suhunya, tetapi jawaban setiap
kali yang dia dapatkan ialah: "Kutemukan ditepi Sungai
Ciang Tang Kang." Biarpun ia sendiri mempunyai kesan bahwa jawaban
suhunya itu membohong, tetapi ia tidak dapat menemukan
bukti untuk membatah.Jikalau ada, hanya sebuah rantai
emaS dan sebuah anak kunci emas yang berada dilehernya
sejak masih bayi, sedangkan kunci emas itu hanya
dibatangnya terdapat ukiran dengan huruf Liong, kecuali
itu tidak terdapat tanda tuliSan apa- apa lagi, dengan cara
bagaimana hanya dengan sebuah anak kunci Sekecil itu
untuk mencari asal- usul dirinya sendiri" Sekarang Suhunja
atas kemauannya sendiri telah menyebutkan urusan yang
menyangkut asal-usul dirinya, dari ucapan itu tadi, sudah
merupakan suatu bukti bahwa dirinya bukanlah ditemukan
ditepi sungai. Kalau begitu, apa sebab dengan tiba-tiba
Suhunya dengan tiba-tiba menyebut soal itu" Apakah ini
suatu tanda malam itu ia akan mendapat keterangan
mengenai asal-usul dirinya"
Selama otaknya diliputi oleh pertanyaan-pertanyaan
demikian, Swat-popo tiba-tiba memandang kearahnya,
kemudian berkata kepada It-hu Sianseng: "Hm apa yang
menarik asal-usul bocah ini?"
Sikapnya yeng menghina itu tampak tegas di Wajah dan
ucapannya, seolah-olah didalam dunia ini kecuali dia
sendiri tidak boleh ada orang lain yang lebih hebat lagi.
Cin Hong sesaat itu mendapat kesan bahwa nenek dari
Thian-san itu, sifatnya bukan saja keras berangasan, tetapi
juga mau menang sendiri. Sifatnya yang tidak mengenai
aturan itu agaknya lebih-lebih daripada muridnya, maka
sesaat itu ia lantaS naik pitam, namun tidak berani berlaku
kasar, hanya dari mulutnya yang tercetus ucapan Seolaholah
membantah pendapat: "Kalau memang Sudah tak ada
apa-apanya yang menarik, kau tidak uSah tanya lagi."
Swat-popo Sungguh tak menduga bahwa bocah itu
berani membantah dirinVa, dalam keadaan marah, lantas
Saja ingin menghantam, sedang matanya mendelik kepada
It-hu Sianseng, mulutnya membentak dengan Suara bengis:
"Bagus sekali Kau setan pemabokan ini dengan cara
bagaimana mendidik murid mu"^
It-hu Sianseng sedikit pun tidak marah, ia hanya tertawa
saja kepadanya, kemudian sambil menjura ia berkata: "Aku
hanya mendidik ia Supaya memiliki jiwa kesatria, kecuali
itu, aku selalu membiarkan ia bebas berbuat apa saja, asal
jangan berbuat jahat.. .. Kenapa, apakah kau hendak
berkelahi dengan muridku?"
Swat-popo menggeram hebat, dengan tangan mendorong
muridnya, mulutnya berteriak^ "In-jie, lekas Lekas kau
hajar padanya" In-jie menerima baik, ia berteriak kemulut pintu, dan
menggapai kepada Cin Hong seraya berkata: "Hei Kau
keluar, mari kita berkelahi, diluar "
Cin Hong melihat uruSan menjadi runyam dalam hati
sangat gelisah, untuk sesaat ia tidak tahu bagaimana harus
berbuat, terpaksa berdiri melongo saja.
It-hu Sianseng mendongakkan kepala dan tertawa
terbahak-bahak. kemudian berkata: "Ada perempuan
menang berkelahi, bukankah itu suatu urusan yang
menggembirakan.... Lekaslah keluar"
Cin Hong merasa, perkelahian itu bagaimanapun juga
tidak boleh dilangsungkan, maka ia lantas berkata
dihadapan Swat-popo, katanya: "Maaf kan subo aku,... aku
bukanlah sengaja." swat popo mana mau mengerti, tidak menunggu sampai
habis ucapannya ia sudah membentak sambil mengibaskan
tangannya: "Pergi.. Siapa subomu?"
Cin Hong berulang-ulang menjura angguk-anggukkan
kepala Sampai ditanah. Namun Swat-popo masih tetap
marah-marah dan menyuruhnya pergi.
Cin Hong terus berkutat tidak menghiraukan tindakan
swat popo. Tetapi nenek itu tetap tak mau menerimanya, ia
tetap mengusir Cin Hong. Cin Hong menjadi marah, ia lompat bangun dan melesat
keluar dari kamar. Diluar kamar, Cahaya rembulan terang
benderang, cuaca juga terang. bintang-bintang dilangit turut
menerangi bumi.... Cin Hong tiba didalam pelataran, tampak In-jie sudah
berdiri disana, sambil memiringkan kepalanya ia
mengawasi dirinya seperti tertawa tetapi bukan tertawa,
sikapnya seolah-olah tak mau tahu segala urusan yang
terjadi. Cin Hong sebetulnya tiada maksud mau bertempur
dengannya, maka saat itu ia diam saja. dan hanya memberi
hormat kepadanya, lantas berdiri tenang, menantikan
kejadian selanjutnya. In-ji agaknya juga tak ada maksud Untuk berkelahi
dengannya, melihat sepasang mata Cin Hong mengawasi
dirinya tanpa berkedip. wajahnya lantas menjadi merah.
Sambil miringkan kepalanya ia berkata: "Mulailah,
mengapa masih diam Saja?"
Cin Hong tampak wajah gadis itu menjadi merah,
hatinya merasa girang, buru-buru menjura dan berkata
sambil tersenyum^ "Aku datang hendak menerima
tantangan. Bagaimana boleh memulai lebih dahulu?"
In-jie tercengang, Sepasang biji matanya berputaran
sebentar, tiba-tiba tertawa dan berkata. "Hitung-hitung saja
aku yang memberikan hak kepadamu untuk turun tangan
lebih dulu. Nah, mulailah"
Cin Hong menoleh kearah kamarnya sendiri, tidak
tampak suhunya dan Suhu gadis itu mengikuti,
keberaniannya lantas menjadi besar. Katanya sambil
tersenyUm: "Baik aku hanya minta kau supaya memberi
tahukan namamu lebih dahulu"
Dengan sikap sombong dan bangga Sekali gadis itu
menyebutkan namanya: "Thian San Swat lie Ang. Yo In
In." Cin Hong mengangguk-angguk kepala, katanya dengan
memuji^ "Swat lie Ang Yo In In-Swat lie Ang. Yo In InAlangkah indahnya namamu ini."
Mendengar namanya dipuji oleh Cin Hong. In-jie merasa
sangat gembira, sehingga melupakan bahwa kedatangannya
itu hendak mengadakan pertempuran. Sambil mengejek ia
bertanya: "Kudengar kau bernama Cin Hong. Apakah itu
betul?" "Ya, harap Nona Yo sering sering memberi pelajaran"
"Aku juga dengar kabar, babwa kau juga merupakan
salah seorang dari empat orang cerdik pandai didaerah
Kang-lam, yang namanya sangat kesohor."
Cin Hong membungkukan badannya, dan dengan Sikap
merendah, menjawab: "Bagaimana nona Yo tahu ?"
"Soal ini saja masih perlu menanya, bagaimana kau
masih mengaku seorang cerdik pandai?"
"Kemarin ditepi telaga, aku sudah kesalahan
terhadapmu. Harap nona Yojangan dibuat kecil hati."
In-jie kembali mengejek. sambil tertawa lalu berkata:
"Marah-marah terhadap lelaki binal, itulah suatu perbuatan
bodoh " Sepasang matanya menatap Cin Hong dan bertanya^
"IHei, apakah kau Sering-Sering berbuat demikian ?"
Selembar wajah Cin Hong menjadi merah, ia menjawab
sambil menggelengkan kepala: "Tidak. dalam seumur
hidupku, itulah baru pertama kali aku berhadapan dengan
wanita dan berlaku demikian berani. Aku benar-benar telah
dipaksa oleh mereka."
In-jie seolah-olah tak percaya, katanya: "Apa sebabnya
mereka harus memaksa kau" Benar-benar aneh"
"Itu memang benar, mereka menertawakan aku bodoh.
mereka mengatakan bahwa aku tidak mempunyai seorang
pun sahabat perempuan"
Dengan tiba-tiba muka In-jie kembali menjadi merah,
disamping itu ia juga merasa bahwa tidak seharusnya ia
menjadl marah, maka buru-buru berkata: "IHm... Dengan
kelakuanmu seperti itu, siapapun tidak suka menjadi
sahabatmu " Cin Hong meraSa Sangat malu, katanya sambil tertawa
getir^ "Ya, bersama-sama dengan mereka tiga orang cerdik
pandai itu. aku sering-sering melakukan perbuatan yang aku
sendiri tidak mengerti."
In-jie tertawa geli. dan Cin Hong waktu itu tidak tahu,
dari mana datangnya keberanian tiba-tiba maju selangkah
dan berkata: "Aku benar-benar mengharap kau. supaya kau
suka menjadi sahabatku, jikalau kau sudi besok aku boleh
bawa kau untuk kubanggakan dihadapan mereka. . . ."
In-jie pura-pura tidak mendengar, ia alihkan
pembicaraannya kelain SoaL "oo. . .oo. . .kau pandai
melukis, betul tidak?"
Ditanya demikian, Cin Hong terpaksa menjawab: "Bisa
sedikit. o. iya. Tadi suhumu kata ada PENJARA RIMBA
PERSILATAN. Apakah sebetulnya itu?"
In-jie segera mendapatkan bahan pembicaraan, dengan
sangat gembira ia lompat-lompat, dan kemudian berkata:
"Baik. aku sekarang beritahukan urusan yang mengenai
penjara rimba persilatan itu. Mari kita mencari tempat
duduk lebih dahulu" Cin Hong lalu mengantarnya kesebuah kuyel didalam
taman bunga, ia kembali lari kedapur untuK mengambil
teh, ia letakan didepan gadis itu, Kemudian duduk
dihadapannya. Cuaca malam itu terang, angin bertiup sepoi-sepoi,
Thian-San Swatlie Ang, Yo In In dengan sikapnya seperti
orang Kang ouw ulung, menceritakan situasi rimba
Persilatan pada dewasa itu.
"Pertama, aku hendak menyebut beberapa nama
terkemuka dari golongan hitam dan putih, yang pada suatu
masa namanya Sangat menonjol. Aku menggunakan istilah
suatu masa, mungkin merasa agak kabur, tetapi aku, juga
tidak bisa menggunakan istilah yang tepat, sebab tokohtokoh
itu ketika mendapat nama, ada yang lebih dulu dan


Tangan Berbisa Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ada yang kebelakangan- Waktu nama mereka Suram, juga
mengalami proses demikian hingga aku tidak biSa
menyebutnya waktunya yang tepat."
"pada sepuluh tahun berselang. didalam rimba persilatan
tersiar luas nyanyian seperti ini: "Satu pedang yaitu tamu
tidak diundang, sepasang iblis bertahta diselatan dan
diutara, tiga gaib si nenek Cwie Sian Pho, empat manjur
menjagoi timur dan barat, lima pahlawan berdiam didalam
rimba, enam berbisa dimana-mana, tujuh pendekar
merantau dunia, delapan Setan mengalahkan Dunia Kang
ouw." Apa yang disebut satu pedang ialah Tamu tidak
diundang dari dunia luar, yang tadi disebut oleh suhu.
orang ini kabarnya kepandaian ilmu Silatnya merupakan
orang nomor satu didalam dunia rimba persilatan Tetapi
tiada orang tahu Siapa nama aslinya, orang hanya tahu ia
Setiap kali muncul selalu mengenakan kerudung muka kain
putih, pakaiannya juga baju panjang berwarna putih,
kelakuannya Sangat misteri.
namun perbuatannya selalu benar, setiap kali membunuh
seorang jahat, selalu meninggalkan tulisan huruf ENG.
adalah tanda lambangnya delapan jurus pedang huruf ENG
yang namanya menggemparkan rimba persilatan- Hanya
sejak penguasa rumah penjara rimba persilatan muncul
gelarnya sebagai orang kuat nomor Satu sudah mulai
goyah, bahkan ada orang yang meramalkan, apabila ia
bertanding dengan penguasa penjara rimba persilatanbarang
kali tak sanggup sampai tiga puluh jurus, tentang ini
biarlah tidak usah kita pedulikan...
Sekarang mari kukenalkan dulu kepada Cwie Sian Pho
yang dikatakan sebagai roman orang Tiga Gaib. cwie, yang
dimaksudkan adalah Suhumu. It-hu Sianseng, Sian ialah
pangcu dari golongan pengemis, dan Pho adalah suhuku
sendiri Tnian San swat Popo. Tiga orang Gaib ini.
kepandaian ilmu silatnya terhitung Suhuku yang paling
tinggi. ini benar, aku tidak membobongi kau Sementara
mengenai orang-orang yang disebut sebagai Lima Pahlawan
yang katanya berdiam Didalam Rimba dan Tujuh Pendekar
yang Merantau Dunia, mereka terdiri dari orang-orang para
ketua dari dua belas partay, ada juga Pendekar perantauan.
mereka itu semua dari golongan kebenaran. Say ang. Sudah
ditawan oleh Penguasa rumah penjaranya, rimba persilatan
didalam rumah penjaranya, sudah tak ada harapan keluar
dari penjara itu untuk Selama- lamanya , Maka nama
mereka baiklah jangan disebut dulu, kalau kau masih ingin
tahu, dikemudian hari aku nanti akan memberitahukan
kepadamu juga. Sekarang kukenalkan kepadamu beberapa tokoh dan
golongan hitam, apa yang dinamakan sepasang Iblis
Bertahta DiSelatan dan Utara yang dimaksudkan ialah
Lam-khek sin-kun In Liat Hong dan Pek khek Mo-ong
Yong Su Ki, dua iblis kenamaan itu yang tersebut duluan
terkenal dengan perbuatan cabulnya. Dan Yang tersebut
belakangan mempunyai kebiasaan suka makan hati
manusia. Kabarnya kepandaian ilmu Silat mereka tidak
dibaWah Tiga Manusia Gaib. Tentang ini, aku percaya,
hanya dua iblis itu pada lima enam tahun berselang dengan
beruntun terkalahkan oleh penguasa rumah penjara Rimba
persilatan. Mereka juga ditawan didalampenjara Rimba
persilatan, dan Sudah tak biSa berbuat jahat lagi untuk
selama- lamanya selanjutnya mengenai EMPAT MANJUR
yang menjagoi TIMUR DAN BARAT yang dimaksudkan
dengan empat manjur itu ialah si naga mata satu Hu In Hui,
sikura-kura leher panjang, Bwee Kap Sien dan Kielian
merah Kha Go San dari gunung La-hu-san, serta siBurung
Hong berekor hitam. Pa Cat Nio Yang tersebut duluan
adalah dua Saudara berlainan she, yang satu bertubuh
tinggi, dan yang lain bertubuh pendek gemuk. Dua orang
itu jarang sekali meninggalkan kediamannya digunung She
san tetapi jikalau mereka keluar, sudah pasti melakukan
pembunuhan besar-besaran, kepala-kepala orang yang
dibunuh dibawa pulang kegunung untuk membangun
rumah. Yang tersebut belakangan adalah Sepasang suami
isteri, mereka suka sekali mengumpulkan barang-barang
puSaka dan barang-barang aneh, asal mendengar saja
ditempat mana atau siapa orangnya yang memiliki barangbarang
pusaka. mereka lantas pergi mencari dan
merampasnya tanpa memilih cara, belum mau sudah
jlkalau belum mendapatkannya.
Kepandaian ilmu silat empat manjur itu sesungguhnya
tidak dibawah lima pahlawan, mereka semua juga Sudah
dimasukkan dalam penjara rimba persilatan pada tiga
empat tahun berselang. Dan yang terakhir ialah Enam
Berbisa dan Delapan Setan. Enam belas orang itu terdiri
dari berbagai macam orang. Ada orang2 dan golongan
padri, dari golongan imam. juga dari golongan biasa, ilmu
silat mereka dengan tujuh pendekar dari golongan putih
terpaut tidak seberapa. Diwaktu biasanya, Suka melakukan
segala kejahatan- Tetapi kecuali Tok-sin Cai Leng Go dan
Nona Setan berdua, yang lainnya semua sudah menjadi
penghuni dalam penjara rimba persilatan, sehingga tak bisa
melakukan kejahatan lagi.
Mereka semua jumlahnya tiga puluh enam orang, semua
merupakan orang2 lihay dari golongan hitam dan putih
pada beberapa puluh tahun ini. Sudah tentu dunia rimba
persilatan cukup luas, orang-orang yang memiliki ilmu
kepandaian lebin Unggul daripada tiga puluh enam orang
itu bukannya tidak ada, umpama kata Tok-siu-cay Leng Go
ada satu kali ketika dikota Tiang-an telah kupukul dan
copot Satu giginya, hingga ia kabur ketakutan."
- Benar, aku tidak membohongi kauSekarang biarlah kuberitahukan, dengan Cara bagaimana
aku mengalahkan dia. Pada suatu hari.. . ."
Cin Hong mendengar cerita tokoh-tokoh terkenal dalam
rimba persilatan, kecuali suhunya sendiri. dan tiga orang
aneh, yang lainnya masih belum begitu tahu. Waktu dengar
bahwa gadis itu ternyata sudah berhasil mengalahkan satu
dari tokoh-tokoh terkenal itu, dalam hati merasa geli. MaKa
ia lantas menyela: "Nona Yo, urusan ini lain kali saja kau
cerita kan lagi. Sekarang ceritakanlah dimana letaknya
penjara rimba persilatan itu?"
In-jie nampaknya tidak senang, ia berkata dengan muka
masam: "Perlu apa kau tergesa-gesa, nanti aku jugaakan
menceritakan kepadamu, memotong ucapan orang, benarbenar
tidak tahu aturan" "Maaf, karena aku tadi mendengar kau berkata, bahwa
ada orang dari golongan putih telah tertawan dalam rumah
penjara, orang dari golongan hitam juga tertawan disitu.
Aku yang mendengarkan semakin lama semakin bingung,
hingga aku tidak bisa sabar lagi. Kalau begitu, sekarang kau
ceritakan dulu, dengan cara bagaimana Tok siu cay itu bisa
kau pukul jatuh sebiji giginya, aku ingin dengar ceritamu."
In-jie berubah menjadi girang, ia mengambil cawan teh
diatas meja dan diberikan kepadanya, seraya berkata: "Hei,
kau minun atau tidak?"
"Minumlah kau, jangan malu-malu" Menjawab Cin
Hong sambil mengulapkan tangannya.
In-jie minum tehnya, mengerling padanya sambil
tersenyum, setelah meletakkan cangkirnya diatas meja,
melanjutkan ceritanya lagi^ "Baiklah. kau suka dengar
cerita yang menyangkut rumah penjara rimba persilatan.
Sekarang aku ceritakan tentang rumah penjara itu. Tetapi
kau tak boleh dan memotong lagi, Selama kalau aku sedang
bicara, aku paling tidak senang dipotong orang "
Cin Hong menerima baik perjanjian itu, ia berlaku
seperti dengan sejujurnya.
"Jauh sepuluh tahun berselang, ketua-ketua dua belas
partay besar rimba pesilatan. . . .Siao-lim, Bu-tong, Hoa
San- Kun-lun, Ngo-ble, Klong-lay, Clong-lam, oey-san Swat
San dan Lam-hay. dengan tiba dalam waktu sebulan telah
menerima surat yang Sangat misteri, kabarnya dalam surat
itu berbunyi begini: saudara ketua yang terhormat. Dua
Belas buah kunci emas yang terukir dengan huruf Liong
sudah kuketemukan- Harap pada nanti Tanggal Sembilan,
Bulan Sembilan, supaya suka berkunjung kelembah Thiat
Su Kok di GUnung Tay-pa-San untuk merundingkan
persoalan mengenai kotak rahasia. PenguaSa Rumah
Penjara Rimba Persilatan- pada tanggal sembilan bulan
Sembilan hari itu. dua belas ketua dari dua belas partay
yang menerima undangan itu semua berkunjung kegunung
Tay-pa-san-" Cin Hong yang mendengar cerita itu karena belum
paham, maka kembali menyela^ "Tunggu dulu nona Yo,
apakah yang dinamakan Dua belas Buah Anak Kunci
Emas" Apa pula yang dinamakan Kunci Emas yang terukir
Huruf Liong?" In-jie perdelikkan matanya dan berkata dengan nada
menyesal: "Dua belas Anak Kunci Emas, adalah anak kunci
yang terbuat dari emas. Anak kunci yang terukir huruf
Liong, adalah salah satu dari dua belas anak kunci itu, yang
diatasnya terukir dengan huruf Liong. Hal itu saja kau juga
tidak mengerti?" Cin Hong Mengangguk-anggukkan kepala dalam hati
berpikir: "aku sendiri juga mempunyai anak kunci yang ada
huruf Liongnya, ini benar-benar Sangat heran-"
Namun ia tidak tahu, anak kunci huruf Liong yang
dikatakan olehnya itu, bagaimana sebetulnya" Maka
kembali ia bertanya sambil tersenyum: "Maaf, aku hendak
tanya lagi. sebelas anak kunci yang lainnya apa diukir
dengan huruf lain?" "Ada. Kabarnya, dua belas anak kunci emas itu masingmasing
diukir dengan huruf dari dua belas shio."
"Apakah dua belas partay rimba persilatan itu masingmasing
memegang sebuah?" "Ya." "Untuk membuka kotak rahasia itu?"
"Ya" "Apakah kalau kurang satu saja tak bisa dibuka?"
"Barangkali ..,.."
"Kotak rahasia itu sebetulnya kotak apa?"
"Entahlah?" "Apa isinya?" "Entah" "Aai, untuk apa sebetulnya?"
"Aku benar-benar tidak tahu. Kabarnya itu adalah suatu
rahasia dari dua belas partay itu setiap generasi hanya
seorang ketuanya saja yang tahu. Sedangkan mereka semua
tutup mulut rapat-rapat sampai matipun juga tak mau
menceritakan" "Kalau demikian halnya, kotak yang dinamakan kotak
rahasia itu mungkin berisi benda pusaka yang tak ternilai
harganya?" "Itu, mungkin" "Urusan ini sudah berapa lama tersiar dalam rimba
persilatan?" "Barangkali sudah dua puluh tahun?"
"Mengapa biSa hilang?"
"Perkaranya berbelit-belit, aku sendiri tidak tahu"
"Eng. ....." "Baiklah. Sekarang kulanjutkan, Setelah mereka tiba
digunung Tay-pa-san. telah mengemukakan bahwa lembah
Thiat-siu-kok itu dalamnya kira-kira dua ratus tombak.
Dilembah itu terkurung oleh dinding. Dinding itu terdapat
lobang kecil-kecil yang jumlahnya ratusan buah, Seperti
sarang tawon- Dibagian Selatan dan Utara atas lembah
terpentang tujuh utas tambang besi sebesar tangan manusia.
setiap tambang terpisah sejarak. kira-kira sepuluh tombak.
bentuknya mini dengan Sebuah mandolin raksasa bersenar
tujuh Dan orang yang menamakan diri penguasa rumah
penjara rimpa persilatan itu berdiri ditengah-tengah
tambang besi itu. Dimukanya orang itu mengenakan kerudung kain hitam,
pakaiannya juga baju panjang berwarna hitam,
dandanannya itu justeru merupakan kebalikan dengan
dandanan tamu tidak diundang dari dunia luar. oleh karena
keadaannya yang sangat aneh itu, hingga dua belas ketua
dari dua belas partay itu, semua tidak bisa melihat wajah
dan usianya, sehingga juga tak berani memastikan, ia itu
pria ataukah wanita. Hanya, dari Suaranya yang bening
dapat diduga bahwa orang itu adalah seorang muda yang
berusia belum cukup tiga puluh tahun. Dua belas ketua
partay itu sebelum tiba dilembah Thiat-siu-kok. semua
menduga bahwa orang yang menamakan diri penguasa
rumah penjara rimba persilatan itu paling-paling hendak
menggunakan kunci emas berukir huruf Liong itu untuk
minta sedikit bagian dan akan mengatakan apa- apa sebagai
syarat. Tetapi ketika melihat keadaan lembah itu, baru tahu
bahwa urusan itu tidak Sesederhana seperti apa yang
mereka duga. Apa yang dinamakan perundingan, mungkin
hanya merupa kan Suatu alasan Saja.
Waktu itu ketika penguasa rumah penjara persilatan itu
melihat dua belas ketua partay semuanya sudah datang,
segera mengeluarkan anak kunci emas berukiran huruf
Liong itu dari dalam Sakunya, seraya berkata: "Kami
sebetulnya tidak tertarik oleh kotak wasiat itu. Kali ini kami
mengundang Tuan-tuan ketua datang kemari, maksudku
hendak belajar kenal dengan kepandaian ilmu silat Tuantuan
dengan secara bergiliran- tidak perduli siapa saja, asal
sanggup menyambut tiga jurus pukulanku aku akan
menyerahkaa anak kunci emas yang terukir huruf Liong itu.
Tetapi jika tidak sanggup, maka tuan2 harus menerima
masih menjadi tawanan dalam penjara rimba persilatan ini"
"Sombong benar ucapannya" menyela Cin Hong.
"Itulah, maka waktu itu dua belas ketua partay. semua
juga merasa panas hati oleh ucapan yang sombong itu.
Tetapi setelah ada orang yang bertanding dengannya,
semua segera mengetahuinya bahwa tiga pukulan yang
disebut syarat itu bukan saja tidak berlebih- lebihan, bahkan
masih dianggap terlalu merendah,"
"Siapa kah yang melawan lebih dahulu"."


Tangan Berbisa Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"^ Ketua oey San-pay Siauw CanJin "
"oh, anak kunci itu hilang didalam tangannya, Sudah
seharusnya ia yang turun tangan lebih dahulu"
"Bukan ia yang menghilangkan, melainkan ketua oeysanpay yang dahulu, ialah Thian-tu ,ojin Suma Sin-"
"oo Akhirnya bagaimana?"
Dua orang itu mulai bertanding diatas kait yang
terpancang diataS lembah sedalam dua ratus tombak lebih,
penguasa penjara rimba persilatan itu sebelum bertanding,
sepasang kakinya bergerak dengan cepat sekali diataS tujuh
utas kawat itu, kaWat besi itu lalu mengeluarkan suara
irama seperti irama mendolin yang memilukan. Kemudian,
dari jarak jauh ia melancarkan pukulan kepada Siauw Can
Jin. Diluar dugaannya Siauw Can Jin yang menjadi ketua
golongan oey San-pay, baru Saja menyambut satu kali
dengan mudah sekali sudah terpental jatuh kedalam
lembah" "Hai-yaaa Kalau begitu, bukankah dia sudah hancur
lebur?" "Tidak. penguasa rimba persilatan itu lebih dulu sudah
menyediakan sebuah jaring besar didalam lembah. ..."
"Hei, untuk apa itu ?"
"Untuk apa. sebentar kuceritakan lagi. Sekarang
gilirannya ketua Thian-san-pay Si jago pedang Cu-bo-kiam
KhoSu Yang yang memegang anak kunci dengan ukiran
huruf tikus" "Ia sanggup menerima pukulan ?"
"oleh karena pengalamannya yang terdahulu, maka ia
lebih hati-hati, kali ini ia sanggup menerima dua kali "
"Hei Siapa kah yang menamakan dirinya penguasa
rumah penjara rimba persilatan itu, kenapa demikian hebat
ilmu pukulannya ?" "Kalau mau tahu siapakah ia sebetulnya, Sesungguhnya
sangat mudah sekali"
"Haaa, bagaimana?"
"Kau pergi Saja menantang dia, itu sudah cukup, Dia
Selalu bersedia menyambut tantangan setiap orang yang
diajukan kepadanya?"
"Apakah dia mau memberitahukan namanya kepada
setiap orang penantangnya?"
"Hm, setelah dia memukul jatuh kedalam lembah kepada
dua belas orang ketua partay rimba persilatan itu, ketika
berita itu tersiar di kalangan Kang-ouw, tokoh-tokoh kuat
dari dua belas partay dan beberapa tokoh kenamaan rimba
persilatan, semua tidak percaya bahwa didalam dunia ini
ada orang yang demikian hebat. Maka semua pergi
berkunjung kelembah itu untuk menantang bertempur. Satu
persatu dipukul jatuh kedalam lembah yang merupakan
rumah penjara itu, tiada seorang pun yang bisa lolos dari
tangannya, demikian-Beberapa orang rimba persilatan yang
belum pergi, semua merasa jeri, hingga membatalkan
maksudnya. Selama setengah tahun Selanjutnya, tiada
seorangpun yang berani menantang. oleh karena melihat
keadaan lembah itu menjadi sepi, maka penguasa rumah
penjara itu lantas mengadaKan Suatu peraturan bersifat
merangsang: ^Kesatu barang siapa sanggup menerima
pukulannya tiga jurus keatas, setelah terpukul jatuh
kedalam rumah penjara itu, didalam rumah penjara boleh
tak usah melakukan pekerjaan berat, dan tak usah dirantai
kaki tangannya, makanannya setiap hari juga lebih daripada
yang lainnya, Kedua, barang siapa yang sanggup menerima
hingga sepuluh jurus boleh tidak usah masuk kedalam
penjara, Bersamaan dengan itu juga boleh mendapat hadiah
uang emas seribu tail. Tetapi masih harus melakukan
pertempuran untuk kedua kalinya, dan harus sanggup
menerima pukulan lima belas jurus,jika tidak, harus tetap
masuk penjara. Ketiga, barang Siapa yang bertanding
dengannya berkesudahan seri, terserah kepada orang itu,
apa yang dikehendaki "
Cin Hong terkejut, katanya: "Setelah diumumkan seCara
peraturan baru itu apakah masih ada orang yang menantang
lagi?" "Ada, sih ada. Tetapi sembilan diantara sepuluh pada
menyerah, dan malah diborgol tangannya dengan rantai,
menjalani penghidupan didalam penjara dengan segala
penderitaannya" "Tadi kau kata tentang lima pahlawan, tujuh pendekar
yang merantau, dan enam manusia perkasa serta delapan
serta delapan setan, orang-orang itu sanggup menyambut
berapa jurus ?" "Tiada yang lebih dari tiga pukulan, hanya It-sian,
sepasang iblis dan empat manjur, yang sanggup menyambut
sampai lima jurus keatas, diantaranya adalah Sie Kwan
yang hasilnya paling baik, dia barangkali takut makanan
yang tidak enak didalam penjara itu, maka berkelahi
dengan sungguh2. Sayang hingga jurus kedelapan dia sudah
jatuh kebawah" "Hingga sekarang, sudah berapa banyak orang yang
tertawan dalam penjara itu?"
"Jumlahnya yang tepat aku tak tahu, barangkali ada
seratus lebih" "Ai Didalam dunia ini benarkah tiada orang yang
sanggup melawan dia ?"
"Ini juga belum tentu. Suhuku dan Suhumu masih belum
pergi kesana, mereka berdua kalau mau belum tentu bisa
kalah " "Sie Kwan, Salah seorang dari tiga gaib toh cuma
sanggup melawan delapan jurus, sebaiknya jangan pergi
saja." "Itu tidak bisa. Sebab sekarang ini seluruh rimba
persilatan Sudah mengejek dan tertawakan mereka berdua
sebagai penakut. Sekarang kau masih hendak tanya apa
lagi?" "oo, tidak, hanya sedikit Saja, apakah dari belas buah
anak kunci emas itu semua sudah dirampas oleh penguasa
penjara rimba persilatan?"
"Tidak, Sewaktu dua belas ketua partay itu menerima
surat undangan, oleh karena mereka masih belum jelas
siapa sebenarnya orang yang mengaku penguaSa penjara
rimba persilatan, untuk menjaga Kemungkinankemungkinan
yang tidak diingini. tiada seorangpun yang
membawa anak kunci emas itu."
"Sungguh aneh, ia tidak menghendaki anak kunci emas
itu, mengapa perlu memenjarakan demikian banyak orang
rimba persilatan?" "Inilah yang menjadi pertanyaan orang oleh kita semua"
"Cin Hong menarik napaS panjang, ia berdiam sejenak.
tiba-tiba mendapat suatu pikiran aneh. katanya sambil
tertawa: "Jikalau penguasa rumah penjara itu
memperbolehkan orang pergi meninjau, aku benar-benar
ingin berkunjung kesana."
"Berapa usiamu tahun ini?"
"Bagaimana dengan tiba-tiba kau menanyakan usia
orang?" "Jangan kaget, inilah suatu peraturan yang ditetapkan
oleh penguasa rumah penjara rimba persilatan- pada
sepuluh tahun berselang, dia mengizinkan anak- anak yang
berusia Sembilan sampai delapan belas tahun pergi
menengok kedalam penjara. Sembilan tahun berselang,
anak berusia sepuluh sampai delapan belaS tahun yang
diperbolehkan menengok sanak saudara atau orang tuanya.
Delapan tahun berselang anak- anak berusia sebelas hingga
delapan belas tahun, jadi setiap tahun usia ditambah Satu
tahun, maka hingga tahun ini, hanya anak-anak yang
berusia delapan belas tahun yang boleh pergi menengok
kedalam penjara itu"
"Ini sangat kebetulan, usiaku tahun ini justru delapan
belas tahun " "Itu bagus sekali. Kau haruS lekas pergi. untuk tambah
pengetahuanmu, dan nanti kalau pulang kau boleh
ceritakan padaku, bagaimana keadaan dalam penjara itu?"
"Mari kita pergi bersama-sama saja?"
"Tahun ini usiaku baru enam belas tahun. Usiaku ini
belum sampai usia seperti apa yang sudah ditetapkan oleh
karenanya, maka tidak bisa pergi" Menjawab In-jie sambil
menggelengkan kepala. "Peraturan yang sifatnya keras demikian apakah
maksudnya?" "Siapa tahu" Benar-benar membingungkan"
"Tidak apa, kau boleh membobongi dia, katakan saja
bahwa usiamu sudah delapan belas tahun."
"Tidak boleh, penguasa penjara rimba persilatan itu ada
mempunyai seorang bawahan yang berjulukan Thiat-oe
Siang-su, ia ditugaskan untuk menghitung usia anak- anak
yang lalu pergi menengok kedalam penjara. Tahun yang
lalu ada seorang anak yang berusia lima belas tahun, ia
membohong berusia tujuh belas tahun, setelah diketahui
oleh Thiat-oe Sian-su, akhirnya ia telah dihukum rangKet
pantatnya. ..." "Dirangket pantatnya ?"
"Ya Orang yang bernama Thiat-oe Siang-su itu seorang
yang paling tak tahu malu..." Berkata Sampai disini, tibatiba
terdengar Suara, "He he he. . . ."
Dengan tiba-tiba, dari dalam kamar yang terpisah sejarak
dua puluh tombak, terdengar suara tertawa dingin, suara itu
sama dengan yang pernah mereka dengar ditepi telaga seeouw
kemarin malam Dua orang itu terkejut. mereka Segera merasakan ada
apa- apa yang tidak beres, maka buru-buru lari keluar dari
kupel dan menuju kedalam rumah.
Cin Hong masuk lebih dulu, tampak lampu didalam
kamarnya masih menyala, tetapi dua orang tua itu sudah
tidak tampak lagi bayangannya. Selagi hendak balik keluar
untuk mengejar, diatas meja tampak sepotong kertas,
agaknya tulisannya yang sengaja ditinggalkan disitu, maka
ia lalu Cepat mengambil. Ketika ia membaCa surat itu, Yo in In juga sudah lari
kesampingnya, hingga dua- dua membaCa bersama.
Surat itu bunyinya sebagai berikut: "oleh karena
kelakuan To Lok Thian dan Sie Siang In kurang baik,
mengelabui mata dunia dengan pura-pura berbuat baik, ini
tidak dapat dibenarkan- Maka diminta lapor diri kerumah
penjara rimba persilatan digunung Tay-pa-san Sebelum
tanggal lima bulan lima. Apabila lewat waktu tidak datang,
akan diambil tindakan tegas. Penguasa penjara rimba
persilatan- " "Aaa, penguasa rumah penjara rimba persilatan sudah
mengirim ancaman" Dua orang itu setelah membaca surat tersebut, semua
menunjukkan sikap terkejut dan Saling berpandangan
sekian lama, in-jie membaca sepasang matanya yang lebar,
lama baru bisa bicara. "Ya Tuhan, penguasa penjara rimba
persilatan " Dengan alis berdiri Cin Hong berseru: "Lekas
kejar " Ia melemparkan suratnya, kemudian lompat keluar dari
dalam kamarnya. Dengan di ikuti oleh in-jie. Kedua-duanya
lompat keatas genteng rumah, matanya ditujukan kearah
datangnya suara tadi, waktu itu orang berbaju hitam yang
diduga menyampaikan tadi kepada dua Suhunya, kini
ternyata sudah tidak nampak lagi bayangannya.
Waktu itu Sudah hampir pagi, kota Hang-ciu masih Sepi,
seolah-olah masih diliputi oleh ketenanganIn-jie tidak nampak gurunya, hatinya merasa Cemas. Injie
lebih dulu menggunakan ilmunya ringankan tubuh,
bagaikan asap lompat turun dari atas genteng dan berseru:
"Hei Perlu apa kau masih berdiri bingung, lekaS kejar "
Cin Hong segera bergerak, dengan mengikuti jejaknya
melayang turun kebawah. Sebelum kakinya menginjak
tanah, dipojak utara, tiba-tiba tampak sesosok bayangan
hitam, sepasang lengan jubah bayangan itu bagaikan seekor
burung kalong raksasa, melayang menghilang keluar
pekarangan- Dalam terkejutnya, badannya yang masih berada diudaa.
lantas melakukan gerakan memutar dan mengejar Keutara
Sambil berseru: "Nona Yo. musuh ada disini, lekas kau
kemari " in-jie mendengar ucapan itu segera lompat balik ke-utara,
secepat kilat mengejar sampai keluar gedung.
Dalam keadaan gelap gulita, Samar-samar tampak
Sesosok bayangan hitam berada ditempat sejauh enam
tombak. sedang menggerakkan sepasang lengan jubah,
hingga Saat itu mengeluarkan suara "bles blek," terbang
melayang Semakin menjauh. Gerak-geriknya itu mirip
sepertii burung kalong raksasa.
Sudah tentu Cin Hong tidak mau perCaya bahwa
didalam dunia ini ada kalong yang demikian besarnya,
maka tanpa menghentikan kakinya, ia terus mergejar.
sedangkan In-jie oleh karena kemarin malam pernah dengar
dari Cin Hong yang mengatakan tentang siluman kalong,
maka dalam hati lantas meraSa takut, hingga tidak berani
mengejar lebih dulu. ia hanya mengikuti dibelakang sambil
bertanya: "Hei, besar sekali kalong itu. Apakah dia Siluman
kalong?" Cin Hong meskipun baru berada bersama-sama Setengah
malam, namun ia sudah tahu bahwa gadis itu bernyali kecil,
maka ketika mendengar pertanyaan itu, lantas timbul
pikirannya hendak menggoda. Katanya: "THem,
Barangkali benar-benar Siluman kalong yang Sudah bertapa
ribuan tahun lamanya "
Wajah In-jie berubah seketika, buru-buru nenghentikan
kakinya, sedang mulutnja berseru: "Kau bohong Apakah
kau hendak menakuti aku ?"
Cin Hong memperlambat larinya sambil palingkan
kepalanya: "Jangan takut, kita bekerja sama untuk
menangkap dia," In-jie tidak berani, ia berkata sambil monyongkan
mulutnya: "Tidak. aku tidak mau menangkap kalong,
rupanya seperti tikus. ..."
Ketika Cin Hong menoleh lagi, kalong itu Sudah berada


Tangan Berbisa Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sejauh sepuluh tombak lebih,maka ia lalu menggerakkan
kakinya untuk mengejar, sedang mulutnja terus berseru
kepada In-jie^ "Nona Yo, dia kalong atau bukan, kau ikut
aku mengejar saja" Namun In-jie masih tetap berdiri tegak, dari jauh ia
berKata^ "Cin Hong. bagaimana kau tahu kalau dia bukan
Siluman kalong" Cin Hong tertawa terbahak-bahak dan berkata: "Jika dia
benar-benar Siluman kalong, Sejak tadi Sudan terbang kelangit."
In-jie pikir, bahwa ucapannya itu memang benar, maka
ia lantas angkat kaki dan pergi mengejar lagi, tak disangka
baru saja mengejar beberapa langkah, Kalong yang
dikejarnya itu berada ditempat sepuluh tombak lebih
dengan tiba-tiba terbang setinggi tujuh tombak lebih,
dilihatnya benar-benar seperti seekor burung kalong
raksasa. Wajah In-jie pucat Seketika, ia menjerit kaget dan
berhenti lagi, seraya berseru kepada Cin Hong:
"Hei, lekas kau kembali, itu adalah siluman kalong, tidak
Salah lagi." Cin Hong yang saat itu terpisah dengan kalong hanya
tinggal delapan tombak^ dapat melihat dengan jelas,
tampak kalong itu terbang, kelihatan kakinya seperti kaki
manusia yang ditekuk kebawah perutnya.Jelas itu adalah
manusia yang berlaku seperti kalong, maka ia terus
mengejar jangan sampai ketinggalan jauh. Atas panggilan
gadis tadi, ia menyahut dengan suara keras^ "Tidak Dia
bukan siluman kalong, aku sudah melihat kakinya"
Sambil lari mengejar lagi, In-jie bertanya: "Apa kau tidak
membohongi aku" Kalau bukan siluman kalong. bagaimana
bisa terbang?" "Ha ha .... , dia sedang menggunakan ilmu berjalan
ditengah udara. Apakah kau tidak melihatnya?" berkata Cin
Hong Sambil tertawa besar.
In-jie yang memiliki ilmu meringankan tubuh terhebat
dari golongan rimba persilatan sudah tentu tahu apa yang
dimaksudkan dengan ilmu berjalan ditengah udara, hanya
pada saat itu, oleh karena pikirannya sudah dipengaruhi
oleh peraSaan takut terhadap siluman kalong Sedikit pun
tidak memikirkan kalau bayangan itu adalah orang yang
jadi. Maka ia juga tak ingat lagi kepada "Ilmu berjalan
ditengah udara" yang memang banyak dikenal oleh orangorang
rimba persilatan pada saat itu, setelah mendengar
keterangan Cin Hong, wajahnya jadi merah seketika. Selagi
hendak membantah. ditempat gelap tiba-tiba terdengar
suara dalam: "Nona. . .kecil , . . .dia. . . . bukan. . . .siluman
kalong . . . . akantetapi ....jauh lebih lihay ....dari pada, . .
.siluman kalong." Dari nada suaranya itu dapat diduga bahwa orang yang
mengeluarkan ucapan itu tidak ada maksud jahat, jelas pula
bahwa orang yang mengucapkan perkataan itu adalah
seorang tua yang tidak biSa bicara lancar.
In-jie terperanjat mendengar ucapan itu, ia menghentikan
langkahnya dan berpaling ketempat gelap Seraya bertanya:
"Hei. kau Siapa?"
Disuatu gang yang gelap gulita. kira-kira beberapa
tombak disebelah kirinya terdengar suara orang tua yang
dalam tadi: "Aku. . .siorang tua. . .adalah. . .orang, penjual.
. .susu, tahu. . . ."
Dalam hati In-jie merasa curiga. maka tidak menantikan
keterangan lebih jauh, kedua kakinya lantas bergerak.
dengan kecepatan bagaikan kilat melesat ke-gang yang
gelap itu, ia pasang mata mencari-cari orangnya. tetapi
dalam gang ternyata kosong melompong, Seekor kucing
pun tidak nampak. Saat itu bayangan siluman kalong
kembali terbayang didalam otaknya, hingga hatinya meraSa
jeri. Iaingat diwaktu masih kanak-kanak. pernah mendengar
orang tua berkata, bahwa rambut boleh digunakan Untuk
mengusir segala siluman-Maka buru-buru ia mencabut
beberapa lembar rambutnya sendiri, dan dilibaskan
ketengah udara, setelah itu ia memutar dirinya keluar lagi
dari dalam gang, dan menuju kearah Cin Hong yang berada
sejauh dua puluh tombak dari tempatnya untuk mengejar
lagi, sedang mulutnya berteriak-teriak memanggil: "IHei
Cin Hong Tunggu aku"
Cin Hong yang sedang mengejar kalong itu ditengah
udara. mendengar panggilan gadis itu yang mengandung
perasaan takut, buru-buru menghentikan kakinya dan
berpaling seraya bertanya: "Ada urusan apa" nona Yo^"
In jie buru-buru menghampirinya, ia berkata dengan
napas tersengal-sengal: "Aku telah ketemu siluman, benarbenar
sangat menakutkan" Cin Hong terperanjat, tanyanya:
"siluman" Dimana silumannya?"
Injie belum menjawab, ditempat gelap tadi tiba-tiba
terdengar pula suara orang tua yang ucapkan dengan. nada
tidak lancar: "Siluman .... ada di . . .sekitar . . .kalian . . .
.ada seekor.... siluman .... rase......seekor siluman kalong
merah . . .delapan ekor..... siluman- . .kalong hitam. . . ."
Cin Hong merasa bahwa orang yang mengeluarkan
ucapan itu suaranya agaknya tidak asing. Ia mengeluarkan
seruan terkejut, setelah itu ia berpaling mengawasi kearah di
sekitarnya. Tampak olehnya di tempat sekitar lima tombak
darinya, entah sejak kapan telah muncul sepuluh bayangan
orang yang sangat aneh Tepat dihadapannya berdiri seorang perempuan berparas
CantiK, berpakaian warna perak^ sikap dan paras
perempuan itu sepintas lalu memberikan kesan seperti
Seorang dari golongan agung.
Disebelah kanan perempaan Cantik itu berdiri Seorang
lelaki tua berambut putih berpakaian jubah merah tua,
wajah orang tua itu memberi Kesan pada orang seolah-olah
orang dari golongan kejam dan banyak akaL orang tua itu
berdiri dengan bertolak pinggang, hingga jubahnya yang
lebar terbentang, tampak seperti burung yang sedang
berdiri. Di Samping itu, ada delapan orang yang berpakaian
hitam, dengan bentuknya yang aneh. delapan orang itu
semua mukanya tertutup oleh kerudung kain hitam, diatas
punggung mereka semua menyoreng sebilah pedang
panjang. Semua berdiri berbaris dikedua samping
perempuan cantik dan orang tua berambut putih itu, karena
pakaian orang-orang itu semuanya mirip dengan pakaian
burung- burung yang bersayap. didalam keadaan gelap
tampaknya semakin menyeramkan.
Cin Hong dan In-jie semua belum pernah melihat bahwa
dirimba persilatan pada dewasa itu ada golongan orang
yang bentuknya dan dandanannya yang mirip dengan
kalong. Maka begitu berhadapan dengan orang-orang aneh
itu, semua terperanjat, hingga berdiri berdampingan tidak
tahu bagaimana harus berbuat.
orang tua berambut putih berjubah merah itu, dengan
sepasang matanya yang berkilauan, sinar tajam, menatap
wajah Cin Hong dan in-jie seCara bergiliran- Dengan tibatiba
mengeluarkan cuaranya dan berkata kepada perempuan
cantik disisinya: "Touw Kwie-hui, kali ini kita agaknya terlalu membesarbesarkan
urusan keciL Dua bocah ini sesungguhnya tidak
terlalu berharga buat kita turun tangan sendiri"
Sepasang mata perempuan cantik yang jeli itu berputaran
di Wajah Cin Hong Sejenak, dengan tiba-tiba mengeluarkan
Senyumnya yang manis, setelah itu ia membuba mulutnya
dan berkata dengan nada suara yang merdu^ "Golongan
kita belum lama dibentuknya, dalam segala hal harus
berhati-hati, apa lagi kedua bocah ini merupakan mUrid
kesayangan dua tokoh kuat rimba persilatan pada dewasa
ini." orang tua berjubah merah itu kembali perdengarkaan
suara tertaWanya yang menyeramka -Setelah itu ia berkata:
"Heh, menurut pandanganku, asal mengirim tiga atau
empat anak buah dari Ek-hok-tong saja juga sudah cukup, .
. ." Selama dua orang itu bercakap-cakap. Cin Hong juga
bertanya dengan suara perlahan kepada In-jie yang berdiri
di dampingnya: "Apa nona Yo kenal dengan orang-orang
itu?" "Tidak, aku tak kenal"
"Hei Bukankah kau banyak kenal dengan orang-orang
rimba persilatan?" "Bodoh, apa kau tadi tidak dengar mereka yang
mengatakan sendiri bahwa perkumpulan mereka belum
lama berdiri" Mereka adalah golongan yang berdiri belum
lama di rimba persilatan- bagiamana aku bisa kenal?"
"oh, apakah mereka bukan orang bawahan penguasa
rumah penjara rimba persilatan?"
"Bukan, kabarnya penguasa rumah penjara rimba
persilatan itu biasanya mempunyai sepuluh pengawal yang
dinamakan sepuluh Giam-lo dan sebelas anak buah dari
Thiat U sianseng mereka jarang muncul di dunia Kangouw,
dandanan mereka juga tidak seperti Orang-orang ini yangi
tidak karuan macamnya"
"ini benar-benar aneh, encie."
Hong Lui Bun 21 Iblis Ular Hijau Karya Aryani W Mestika Golok Naga 3

Cari Blog Ini