Ceritasilat Novel Online

Tangan Berbisa 2

Tangan Berbisa Karya Khu Lung Bagian 2


"Kenapa?" "orang yang menyampaikan surat kepada suhu bukankah
juga orang yang mengenakan pakaian seperti kalong" Kalau
dia bukan anak buah penguasa rumah penjara rimba
persilatan, dengan cara bagaimana menyampaikan surat
untuknya?"^ "Ehm, tetapi mungkin orang yang menyampaikan surat
itu masih ada orang lain lagi. coba kau tanya mereka"
Cin Hong menganggukkan kepala, lalu menghampiri
orang tua berjubah merah. dan kemudian memberi hormat
kepadanya seraya berkata: "Bapak. kalian datang darimana"
Dan ada urusan apa mengurung kami berdua?"
orang tua berbaju merah itu barangkali baru pertama kali
ini ada orang membahasakan dirinya Bapak, maka sejenak
ia jadi terperanjat. lantas berpaling pada perempuan cantik
berpakaian warna perak disisinya, kemudian berkata sambil
tertawa: "To Kwie-hui, bocah ini rupanya belum
mempunyai pengalaman"
Perempuan cantik itu melirik kepada Cin Hong, dengan
sikapnya yang menarik, katanya: "Inilah salah satu sebab
yang membuatku hendaK menarik mereka jadi pembantuku
yang penting. Aku hendak angkat mereka menduduki
kedudukan Kim-thong dan Giok-lie"
Cin Hong mendapat kesan, bahwa perempuan golongan
baik- baik, maka perasaan muak lantaS dengan sendirinya
pasti timbul di dalam hatinya, dengan alis dikerutkan
matanya menatap Wajah orang tua berjubah merah,
kemudian berkata dengan sikap sungguh-sungguh^ "Bapak.
aku bicara kepadamu, apakah kau tidak dengar?"
orang tua berjubah merah itu seolah-olah tidak dengar,
kembali berkata kepada perempuan cantik disisinya sambil
tertawa^ "Kau dengar sekarang ia sudah mempunyai sedikit
keberanian." Meskipun Cin Hong belum pernah berkelana didunia
Kang ouw, tetapi sifatnya dan jiwanya yang di dapat dari
pelajaran ilmu Silatnya, tidak kalah dengan orang2 rimba
persilatan pada waktu itu, karena melihat orang tua itu
sedikitpun tak pandang mata dirinya, maka lantas timbul
hawa marahnya, ia berkata sambil menarik tangan In-jie:
"Nona Yo. mari kita mencari suhu"
orang tua berjubah merah itu, tiba-tiba mendongak dan
terkekeh, sambil menuding mereka berdua dan berkata:
"Hehehe. . . .mencari suhu" Tahukah kau kemana sekarang
mereka pergi?" Cin Hong bersikap seperti Sedang pasang telinga, dan
bertanya kepada in-jie sambil melirik kepadanya^ "Nona
Yo, kau dengar siapa sedang bicara?"
In-jie berputaran biji matanya, selanjutnya menunjukan
sikap bingung dan menjawab sambil menggeleng-gelengkan
kepalanya: "Aku sedikitpun tidak pernah dengar ada orang
bicara" . Cin Hong seolah-olah sedang mencari alasan, ia sangat
gembira, dengan mengandeng tangan in-jie berjalan menuju
kesalah seorang dari delapan orang-orang berpakaian
hitam. Kemudian berkata sambil tertawa terbahak-bahak:
"Jalan Mari kita pergi mencari Suhu"
Ia tahu bahwa orang tua berjubah merah pasti tak akan
membiarkan dirinya pergi, maka sikapnya itu meskipun
nampaknya tidak merasa takut, namun diam-diam sudah
mengerahkan kekuatan tenaganya, sebagai persiapan untuk
menghadapi segala kemungkinan. Tak disangka-sangkanya,
baru berjalan dua tiga langkah, mendadak tampak
berkelebat sesosok bayangan orang perempuan cantik
bagaikan bidadari itu sudah melayang dan berdiri di
hadapannya Sambil perlihatkan senyum yang manis.
Sekali bergerak. bisa mencapai jarak sejauh lima tombak,
bukankah suatu kejadian yang mengherankan- tetapi
perempuan itu bisa bergerak demikian cepat dan tanpa
menimbulkan suara sedikitpun juga, suatu bukti bahwa
perempuan cantik itu pasti sudah memiliki ilmu kepandaian
tinggi sehingga baru bisa berbuat demikian, dan pada
dewasa ini dalam rimba persilatan orang yang memiliki
kepandaian ilmu semacam itu jumlahnya hanya beberapa
gelintir saja. Siapakah sebetulnya perempuan cantik yang disebut To
Kwie-hui atau permaisuri itu" Dilihat dari wajahnya,
usianya paling banter hanya dua puluh lima tahun, namun
kepandaian ilmunya ternyata sudah demikian hebat.
Cin Hong menghentikan langkahnya dan menarik napas,
ia melepaskan tangan in-jie seraya berkata: "Nona ini
dengan maksud apakah merintangi perjalanan kita ?"
Perempuan cantik itu dengan menatap wajah Cin Hong
lalu berkata sambil tersenyum: "Aku telah mendapat
perintah pangCu, datang kemari untuk mengambil kalian
berdua, hendak diajak pulang kemarkas, karena hendak
diberi jabatan Kim Thong dan Giok Lie oleh pangCu, inilah
Suatu jabatan yang tidak mudah diperoleh bagi setiap orang
sekarang marilah kalian ikut kami pulang "
"Ooo..Bolehkah aku numpang tanya kepada nona"
Golongan yang kalian itu sebetulnya golongan apa?"
Demikian itu Hong balaS menanya.
Mata perempuan cantik itu berputaran mengawaSi
orang-orangnya yang mengenakan pakaian hitam bagaikan
kalong, yang mengelilingi disekitarnya, kemudian berkata
sambil tertawa. "Golongan orang-orang kita ini jika siang hari
sembunyikan diri, tetapi diwaktu malam tentu keluar, maka
kita namakan golongan ini sebagai golongan kalong. Kau
lihat apakah bentuk mereka itu bukankah mirip dengan
kalong?" "Siapakah pangcunya?"
"Pangcunya ialah Kim Pian Hok....Eh, bukan- Hal ini
tunggu sampai kalian nanti menjadi anggota resmi
golongan kalong kita barulah aku akan beritahukan
kepadamu lagi^" "Apakah Pangcumu itu bukankah penguaSa rumah
penjara rimba persilatan ?"
"Bukan, bukan golongan kita ini tak mempunyai sedikit
perhubungan juga dengan rumah penjara rimba persilatan "
"Kalau begitu, bagaimana kalian menggunakan nama
penguasa rumah penjara rimba persilatan, menyampaikan
Surat kepada suhu dan Thian-san Swat Popo. Apakah
maksud yang sebenarnya?"
"It-hu Sianseng dan Thian-San Swat Popo percuma saja
memiliki kepandaian ilmu begitu tinggi, mereka adalah
orang2 yang takut mati, mereka tidak berani pergi ke rumah
penjara di GUnUng Tay-pa San untuk menantang penguasa
rumah penjara rimba persilatan itu supaya lekas bebas
kembali, maka barulah menggunakan akal ini untuk
memanaskan hati mereka supaya berani pergi Kerumah
penjara rimba persilatan."
"Aku lihat kepandaian ilmu silat nona juga sangat bagus
sekali, kenapa tidak berani menantang sendiri ?"
"Aaaa. . .kepandaianku masih terpaut jauh sekali ?"
"Hm kau sendiri tidak berani pergi, sebaliknya
menyalahkan orang lain tidak pergi. dan juga melakukan
perbuatan memalsu surat orang demikian, kalau begitu,
golonganmu ini bukanlah golongan orang baik-baik?"
Baru saja Cin Hong menutup mulut, In-jie segera
menyambungnya^ "Benar. Tidak saja bukan golongan
orang baik-baik, tetapi juga bukan wanita baik"
Diejek demikian, wanita cantik bergaun warna perak itu
masih tetap tersenyum, selagi hendak menjawab, seorang
berpakaian hitam yang berkerudung dimukanya tiba-tiba
membentak dengan suara keras^ "Budak hina, kau terlalu
berani, menghina Ta Kwie-hui dari golongan kita, apakan
kau sudah bosan hidup ?"
Suara itu diucapkan dengan nada tajam melengking,
hingga didengarnya sangat menusuk telinga,
in-jie berseru kaget. Ia lalu berpaling dan mengamatamati
kepada orang berbaju hitam berkerudung hitam yang
berbicara tadi, setelah itu ia bertanya: "Hei, apakah kau ini
bukan orang yang di namakan Tok Siu-cay Leng Go?"
orang berbaju hitam itu mengangguk-anggukkan kepala
dan berkata sambil tertawa dingin- "Benar, hari ini apabila
kau suka mengikuti kita dengan baik, permusuhan kita yang
lama boleh tak usah diperhitungkan lagi."
Orang yang memiliki nama julukan Tok Siu cay itu
adalah salah seorang yang paling buas dari empat manusia
buaS yang pada beberapa puluh tahun berselang pernah
mengaCau rimba persilatan, juga merupakan Salah seorang
pengaCau kaum wanita yang paling ganaS, tentang ilmu
silatnya termasuk golongan kelas satu tetapi ditilik dari
pakaiannya yang di kenakannya pada saat itu, jelas hanya
merupakan salah Seorang anggota yang kedudukannya
rendah, dengan Cara bagaimana ia bisa berbuat demikianInilah yang ingin di ketahui in-jie.
Apa yang diucapkan tentang permusuhan lama yang
dimaksudkan ialah dalam pertempuran dengan in-jie di kota
Tiang An pada beberapa bulan berselang, ia telah terpukul
rontok Satu gigi depannya.
Bagaimana in-jie sendiri, oleh karena kemenangannya
yang dahulu itu, maka sedikitpun tak merasa takut
padanya, sebaliknya malah mengejek dengan kata-kata
yang sangat tidak enak. "Bagus sekali, malam ini apabila kau Tok Siu-cay mau
berlutut dihadapan nonamu, maka nonamu juga akan
mengampUni kau sekali lagi, tak akan memukul rontok
gigimu lagi" Tok Siu-cay dahulu terpukul rontok satu giginya,
sebetulnya ialah karena merasa jeri terhadap Thian San
Swat popo yang waktu itu menyaksikan pertempuran
tersebut. Tetapi kali ini setelah mendengar ucapan yang
bersifat mengejek dihadapan orang banyak. ini berarti
membuka rahasianya yang memilukan itu, maka saat itu ia
lantas menjadi marah, dengan keluarkan suara bengis, ia
menghunus pedang panjang dari atas punggungnya,
kemudian hendak menyerang in-jie.
sebelum ia bertindak lebih jauh, tiba-tiba terdengar suara
bentakan "Tahan dulu"
Tok siu-cay terpaksa menghentikan tindakannya. setelah
ia menarik kembali serangannya lalu membalikan diri dan
memberi hormat kepada wanita cantik itu, setelah itu ia
balik kembali ketempatnya sendiri.
PEREMPUAN cantik itu dengan wajah berseri
menggoyangkan pinggulnya yang padat,pakaiannya yang
berwarna perak yang tersorot oleh sinar rembulan,
memantulnya sinar berkilauan dengan langkah yang lemah
gemulai ia berjalan kearah Cin Hong, lalu berhenti
dihadapannya, sejarak kira-kira satu tombak, kemudian
berkata dengan suaranya yang merdu :
"Saudara kecil, kepandaian ilmu pangCu kita sudah
mencapai ketaraf yang tiada taranya, kalian berdua bisa
mengikuti pangCu kita sebagai Kim Thong dan Giok-lie
sesungguhnya merupakan suatu jodoh baik bagi kalian
berdua untuk menjadi orang-orang kuat dan berpengaruh
dalam rimba persilatan dikemudian hari sudah tidak
menjadi soal lagi, sekarang sudah hampir terang tanah,
maka kalian harus lekas mengambil keputusan mau atau
tidak, cukup dengan sepatah kata^"
Cin Hong memikirkan soal golongan kalong ini telah
menggunakan nama penguasa rumah penjara, memancing
Suhunya pergi kegunung Tay pa-san menantang bertanding,
hal ini mungkin ada maksud tertentu, maka dalam hatinya
ia berpikir, apabila sekarang ini bisa mengadakan
perhubungan dengan mereka supaya mengetahui sedikit
dulu situasi golongan itu juga sangat berguna baginya.
Saat itu ia lalu dengan muka berseri segera memberi
hormat pada wanita cantik itu kemudian berkata:
"Kalau benar nona minta kami berdua masuk menjadi
anggauta golonganmu, boleh kah kiranya nona
memperkenalkan dan menjelaskan dulu keadaan
golonganmu itu ?" Sepasang alis wanita cantik itu dikerutkan dan bertanya:
"Kau ingin mendapat penjelasan bagian yang mana ?"
"Pertama, aku masih belum tahu pangcumu itu, pria
ataukah Wanita. . . ."
Belum Sampai melanjutkan ucapannya orang tua
berjubah merah yang berada dibelakang wanita cantik itu
dengan tiba-tiba maju selangkah dan membentak dengan
Suara bengis: "Bocah ,kau sungguh kurang ajar..Apakah
Kau benar-benar sudah bosan hidup?"
Cin Hong merasa bahwa ucapannya tadi tidak
mengandung suatu maksud jahat atau menjelekkan nama
golongan itu maka ketika dibentak demikian- ia lantas
menjadi bingung, selagi hendak bertanya, tampak wanita
cantik berbaju warna perak itu sudah berpaling dan berkata
pada orang tua berjubah merah sambil menggoyang-kan
tangannya: "Im Hok-hwat. Saudara kecil ini tiada maksud jahat
untuk menghina pangcu kita, maka kau juga tidak perlu
marah ." Cin Hong semakin bingung, ia lalu berpaling lalu berkata
pada In-jie: "Nona Yo, aku bertanya pada mereka
pangcunya itu pria ataukah wanita, pertanyaan demikian,
apakah didalam rimba persilatan juga termasuk satu
pantangan ?" "Apabila ucapan itu dianggap suatu pantangan maka
pangcu mereka itu dengan sendirinya bukan terhitung
manusia" Berkata in-jie sambil menggelengkan kepala.
Paras perempuan cantik itu tampak berubah di wajahnya
yang cantik tiba-tiba timbul nafsunya untuk membunuh. ia
maju selangkah dan berkata Sambil menunjuk in-jie:
"Budak hina. kalau kau berani mengoceh yang tidak karuan
lagi. maka aku nanti akan kirim kau pulang acherat lebih
dulu" in-jie sesaat itu juga merasa bingung, ia balas bertanya
dengan perasaan heran- "ini sungguh aneh, apakah pangcu
kalian itu bukan manuSia ?"


Tangan Berbisa Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Sepasang aliS Wanita cantik itu tampak berdiri, dengan
penuh hawa amarah maju dua langkah, tetapi kemudian
agaknya dengan tiba-tiba telah berubuh pikirannya lagi,
kembali berdiri tegak^ dan diwajahnya juga lantas berubah
meriah dengan senyuman, kemudian menatap wajah Cin
Hong dan bertanya padanya: "Saudara kecil, kau sebetulnya
mau"..." "Tidak. binatang kalong itu suka sembunyi di tempat
gelap. di waktu siang hari mereka sembunyikan diri dan
mereka berani keluar hanya di waktu malam. Mereka
agaknya tidak berani melihat sinar matahari. Sedangkan
aku sendiri tiap hari tidak boleh tidak tidur, siang hari tidak
boleh tidak melihat matahari, maka urusan ini tak usah
dibicarakan lagi" jawab Cin Hong Sambil menggelengkan
kepalanya. In-jie tertawa geli sendiri, ia berpaling mengawasi
pemuda itu, diwajahnya terlintas sikap memuji, agaknya
mau berkata: "Kau anak sekolah tolol ini, ternyata dapat
melucu juga" Sebaliknya dengan perempuan cantik itu, ketika
mendengar ucapan cin IHong lantas tertawa kemudian
berpaling dan berkata kepada orang tua berjubah merah: "In
hok-hwat, hari sudah hampir pagi, aku lihat biarlah kita
yang turun tangan sendiri, kau tangkap yang perempuan,
dan akan aku tangkap yang lelaki "
orang tua berjubah merah menerima baik perintah itu,
lengan jubahnya di kibaskan tampaklah sepasang tangannya
yang kurus kering dan kukunya yang panjang dan runcing,
perlahan-lahan ia berjalan menghampiri kepada In-jie,
setiap langkahnya meninggalkan tanda jejak kakinya. jelas
bahwa ia sedang mempertunjukkan kelihaian tenaga
dalamnya yang Sudah sempurna.
Perempuan cantik berbaju warna perak juga selangkah
demi selangkah berjalan menghampiri cin IHong, tetapi dari
mulutnya mengeluarkan suara Cekikikan, langkahnya lemai
gemulai dan luwes sekali, agaknya tersembunyi pengaruh
yang sangat besar. Cin Hong dan in-jie Sudah Siap untuk menghadapi
pertempuran, dengan tiba-tiba mereka dapat merasakan
bahwa suara tertawa peeempuan cantik itu kedengarannya
merdu sekali, setelah itu otak mereka seperti melayanglayang
seolah-olah dalam mimpi. . . .
Perempuan cantik itu ketika melihat bahwa ilmu gaibnya
Sudah berhasil, lalu menghentikan langkahnya, Sambil
bertolak pinggang ia melanjutkan suara tertawanya
cekikikan, hingga membuat orang yang mendengarnya seolah2
melupakan dirinya sendiri.
orang tua berjubah merah juga memperdengarkan suara
tawanya yang aneh, ia berjalan kedepan In-jie yang Sudah
melupakan dirinya sendiri. Ia mengulurkan tangannya yang
aneh, danselagi hendak menggenggam pergelangan
tangannya. . . . Dengan tiba-tiba di suatu tempat gelap yang tak jauh dan
situ, terdengar suara nyaring dari tukang penjual susu tahu^
"Susu. . .tahu...."
Suaranya itu diucapKan dengan terputus-putus, tetapi
setiap patah ucapannya seolah-olah singa yang sedang
menggaum. Cin Hong dan In-jie dengan tiba-tiba disadarkan oleh
Suara keras itu, kini mereka telah melihat bahwa orang tua
berjubah merah dan perempuan cantik sudah berdiri
dihadapan mata masing-masing, dalam terkejutnya^
keduanya lantas bergerak dan melompat mundur beberapa
kaki, tangan mereka di letakkan di depan dada masingmasing,
untuk menyambuti serangan lawan-lawannya.
Akan tetapi, orang tua berjubah merah dan perempuan
cantik itu tampaknya Sudah tidak bermaksud untuk turun
tangan lagi. Wajah mereka semua menunjukkan sikap
keheranan. dan matanya ditunjukKan sikap keheranan. lalu
matanya ditujukan kearah jalan raya disebelah kiri mereKa
mengawasi seorang tua yang Sedang berjalan lambat sambil
memikul dagangannya susu tahu.
orang tua itu usianya kira-kira sudah tujuh puluh tahun,
pakaiannya menunjukkan pakaian seorang pedagang kecil
biasa, dipinggangnya di ikat dengan sepotong kain putih,
meskipun usianya Sudan lanjut, tetapi kondisi badannya
tegap gagah, hanya wajahnya saja yang sudah penuh
keriput. Dan bawah janggotnya tumbuh jenggot yang sudah
berwarna putih, dilihat dari gaya dan dandanannya
memang mirip dengan seorang tua pedagang SuSu tahu.
Dengan memikul dagangannya, ia lambat- lambat
berjalan kedalam lingkaran delapan orang berbaju hitam
berkerudung hitam, setelah itu ia meletakkan pikulannya,
mengeluarkan sebuah mangkok dan sebuah sendok.
mangkok itu dipukulnya dengan sendok. dan mengeluarkan
suara trang-trangan, setelah itu ia berpaling dan tertawa
kepada orang banyak. sedang mulutnya mengeluarkan
ucapan yang terputus-putus:
"Tuan. . .tuan. . .besar, pagi...hari
minum...semangkok...susu tahu. . .bisa membangunkan. .
.semangat..." suaranya itu terputus-putus, karena ia seorang tua yang
mempunyai gagap bicara. Cin Hong Setelah melihat Wajah orang tua itu lantas
berseru kaget: "Empek Ie-oe, bagaimana kau pikul
dadanganmu ketempat ini?"
orang tua itu menggelengkan kepala, lalu mengkuceskuces
matanya, lama ia mengawasi Cin Hong dengan tibatiba
ia berseru kaget, kemudian berkata sambil bongkokkan
badan dan tertawa: "oo.. jadi kau ini...adalah. .. cin . .
.caicu.. .hari ini.... kau. . .bangun. . .pagi.. .sekali.
.Minumlah. . .Semangkok susu. . .tahu. . ."
Cin Hong takut ia terlibat dalam persengketa an itu,
maka buru-buru menggoyangkan tangannya dan berkata:
"Tidak. disini bukan tempatmu untuk menjUal susu tahu,
Cepat kau bawa pergi daganganmu"
Dengan rasa heran dan penuh perasaan bingung In-jie
memandang orang tua itu, lalu memandang Cin Hong,
kemudian menarik baju cin IHong dan bertanya padanya
dengan suara pelahan: "IHei, dia itu siapa?"
"orang-orang memanggil dia empek Ie-oe Seorang tua
pedagang susu dikota Han ciu" Menjawab Cin Hong juga
dengan Suara sangat pelahan.
In-jie segera teringat tadi didalam gang kecil juga
terdengar Suara orang tua yang seperti suara empek Ie-oe
ini, yang mengatakan tentang Siluman kalong merah,
siluman rase perak dan lainnya, kini semakin dipikir, ia
semakin merasa bahwa empek Ie-oe itu adalah orang yang
mengeluarkan suara didalam gang tadi, maka alisnya lalu
dikerutkan dan bertanya pula: "Apakah dia mengerti ilmu
silat ?" "Kau ini memang main-main, seorang tua yang
berdagang susu tahu, dengan cara bagaimana mengerti ilmu
silat?" Menjawab Cin Hong sambil tertawa. In-jie masih
penasaran ia bertanya pula: "Kalau begitu, bagaimana kau
kenal padanya?" "Suhu Setiap hari pasti membeii susu tahunya untuk
diminum, lama-kelamaan menjadi Sahabat karib, maka aku
juga kenal. ..." Berkata Cin Hong. Tetapi baru sampai disitu
buru-buru sudah berkata pada empek Ie-oe Sambil
menggoyang-goyangkan tangannya^ "Empek Ie-oe, lekaslah
bawa pergi daganganmu, disini bukan tempatmu untuk
berdagang" Empek Ie-oe mengeluarkan suara jawaban "oooo. . ."
berulang -ulang, tetapi ia tidak bermaksud untuk pergi.
Kembali ia mengetok-ngetok mangkoknya, dan berkata
pada orang tua berjubah merah dan lain2nya^ "Tuan ..
besar....apakah.. .tidak mau . .minum semangkok....Susu
tahuku?" Sepasang mata orang tua berjubah merah itu memankan
Sinar yang buas. Dengan mata beringas memandang
pedagang tahu itu sejenak dengan tiba2 ia mendongakkan
kepala dan tertawa tergelak gelak. setelah itu ia berkata/
"He. .hee, tak disangKa didalam rimba persilatan masih
ada seorang berilmu tinggi yang memiliki ilmu singa
menggeram, tetapi tak diketahui oleh orang dunla, maka
perjalananku malam ini ternyata tidak percuma"
Mendengar suaranya itu Cin Hong sangat heran dan
Terkejut, ia berpaling dan berkata pada In-jie yang ada
didampingnya dengan suara perlahan- "Nona Yo, apa tadi
kau pernah dengar Suara Singa menggeram?"
"Aku tidak tahu, aku tadi seperti sedikit bingung, dengan
tiba-tiba dikejutkan oleh suara guntur..." Menjawab In jie
dengan pura-pura bingung.
Cin Hong sendiri juga seperti merasakan demikian, tetapi
bagaimanapun juga ia tak perCaya bahwa empek Io-oe itu
adalah seorang Tokoh rimba persilatan yang mengasingkan
diri sebagai pedagang susu tahu, maka ia buru-buru
menghampiri empek Ie-oe, bersamaan dengan itu. ia juga
berkata kepada orang tua berjubah merah:
"LoCianpwee, kau juga Salah mengerti, empek Ie-oe ini
setiap hari berdagang SuSu tahu ditempat ini, dia tidak
mengerti ilmu silat"
orang tua berjubah merah tidak menghiraukan padanya,
ia berjalan menghampiri empek Ie-oe. katanya Sambil
tertawa seram: "Kawan, aku siorang tua ini Lam Kek Sin
Kun In Liat Hong, hendak membeii semangkok susu
tahumu" Ketika suara Lam Kek Sin Kun Im Liat- hong itu
menggema diudara, bagaikan suara guntur gemuruh. hingga
mengejutkan Cin Hong. Pemuda itu lalu berpaling
mengawasi In-jie, maksudnya hendak bertanya. "Bukankah kau pernah
mengatakan bahwa sepasang iblis yang menjagoi di Selatan
dan Utara, salah seorang diantaranya pada, lima enam
tahun berselang Sudah disekap dalam rumah penjata rimba
persilatan" Dengan cara bagaimana bari ini muncul kembali
ditempat ini?" In-jie juga merasa bingung, ia menggeleng-gelengkan
kepala, suatu tanda bahwa ia sendiri juga tidak mengerti.
Empek Ie-oe itu begitu mendengar ucapan Lam Kek Sin
Kun meminta semangkok susu tahu, dengan segera
unjukkan senyumannya yang ramah lalu membungkukkan
badannya dan membuka tutup dagangannya, ia
menuangkan semangkok penuh SuSu tahU yang masih
panas dan dengan kedua tangan diberikan kepadanya,
seraya berkata: "Tuan besar, kau, . . .kau,... .sambutlah. . .sambutlah
.....^dengan baik......"
Lam Kek Sin Kun maju selangkah, dengan kaki pasang
kuda-kuda, selagi mengululurkan tangan hendak
menyambut mangkuk Susu tahUnya ketika matanya
mengaWasi Susu tahunya itu, dengan tiba-tiba wajahnya
berubah, badan bagian atasnya bergerak beberapa kali,
kakinya mundur terhuyung-huyung mulutnya
mengeluarkan suara jeritan kaget.
"Susu Pakie Susu Pakie" Sambil berteriak demikian,
sekujur badannya merasa lemas, dan pelahan-lahan rubuh
kebelakang. Wajah perempuan cantik itu berubah seketika, Ia lompat
maju dan membimbing bangun Lam Kek Sin Kun, Setelah
itu ia angkat muka dengan Sinar mata yang beringas
menatap wajah empek Ie-oe, Setelah itu ia barkata sambil
tertawa dingin-"oh Kiranya adalah kau, komandan pasukan
kerajaan, Pek Hong Teng"
"Aa. . . ." Demikian suara saruan kaget tercetus dari
mulut Cin Hong, meskipun ia belum pernah terjun didunia
Kang-ouw, tetapi ketika didengar disebutnya nama Pek
Hong Teng, komando pasukan kerajaan juga berseru kaget.
dengan Sikap terkejut heran, ia memandang empek Ie-oe
dihadapan matanya yang dahulu dikenalnya sebagai orang
tua yang berdagang susu tahu dikota Hang-ciu selama
sepuluh tahun lebih lamanya.
Hingga sekarang peristiwa pencurian besar dalam istana
yang dalam buku sejarah dianggap sebagai peristiwa besar
yang berlangsung pada tiga puluh tahun berselang, masih
terus menjadi buah tutur orang atau rakyatjelata. Tiga
puluh tahun berselang, pada Suatu malam, waktu itu tujuh
manusia buas dari gunung Bu San yang namanya terkenal
sebagai tokoh kuat golongan hitam dalam rimba persilatan,
dengan tiba2 menyerbu Istana Kerajaan, tujuh manusia itu
membunuh mati kepala pasukan pengawal Kerajaan Si
Pedang Sakti tangan satu, Giam Thay Hie, lantas
merampok sejumlah besar barang-barang pusaka dalam
kerajaan- Akan tetapi Selagi mereka hendak keluar dari
Istana, dibagian akhir selagi hendak meloloskan diri, telah
berpapasan dengan seorang pengawal yang waku itu belum
ada nama, dan pengawal itu hanya dengan menggunakan
selembar kain putih sebaga senjata. hanya tujuh jurus saja,
dengan seCara mudah Sudah berhasil menangkap sedan
jasa-jasanya itu, maka kemudian diangkat sebagai
Komandan pasukan Kerajaan dan orang gagah itu adalah
Pek Hong Teng sendiri orang gagah dalam rimba persilatan itu pada tahun
kedua setelah menjabat jabatan tinggi sebagai kepala
Komandan Pasukan pengawal kerajaan, karena garagaranya
beberapa orang rimba persilatan yang sudi gawe,
telah melakukan pertandingan persahabatan dipuncak
gunung Hwa-San dengan tamu tidak diundang dari dunia
luar yang Waktu itu merupakan seorang kuat nomor Satu
dalam rimba persilatan, pertandingan itu berlangsung terus
selama lima hari, pada akhirnya dalam pertandingan ilmu
meringankan tubuh hanya kalah setengah oleh tamu tidak
diundang dari dunia luar.
Selanjutnya ia tidak balik kembali lagi ke Istana, bahwa
sejak saat itu ia terus mengasingkan diri, tidak muncul lagi
dikalangan Kang-ouw. Tak disangka ia telah mengasingkan
diri dikota Hang-ciu dan menyamar sebagai tukang penjUal
susu tahu, Apa yang lebih mengherankan ialah ia telah
berubah menjadi seorang tua yang bicaranya tidak lancar.


Tangan Berbisa Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Benarkah orang tua itu adalah Pek Hong Teng yang
dahulu menjadi Kepala Komanda Pasukan pengawal
Kerajaan" Meng apa terus sembunyikan diri tidak muncul
didunia Kang-ouw. Dan mengapa pula ia
mendapatpenyakit yang tidak bisa lancar berbicara"
Perempuan berbaju warna perak itu tidak kenal dia,
tetapi mengapa begitu mendengar Lam Kek Sim Kun
berteriak susu Pekie ia lantas menyebutkan namanya
Kepala Komandan pasukan Pengawal kerajaan Pek Hong
Teng" Ada hubungan apa ia dengan susu pekie. Dan benda
cair yang dinamaKan Susu pekie itu barang cair apakah
sebenarnya" Sehingga orang buaS seperti Lam Kek Sin Kun
yang habis minum itu lantas lemas dan tidak bisa berdiri
lagi" Berbagai pertanyaan itu terus berputaran didalam otak
Cin Hong, Sementara itu tangan empek Ie-oe Sudah
mengangkat tinggi sebuah mangkok yang masih
mengepulkan asap dari susa tahunya yang masih panas,
sedang dari mulutnya terCetus Kata yang diucapkan
dengan suara tak lancar dan terputus putus:
"Aa- ha...ha-ha. . didalam kolong langit ini... orang. .
.yang dapat mengenal diriku ....dari susu pekie...... hanya
dua orang saja.... satu adalah. . .It Hu Sianseng.. . To
Lok.... Thian-..dan satu lagi. . .ia. . .ha-ha. . . .pasti. .. ia... ."
Selama bicara dan tertawa-tawa, air susu dalam
mangkok ditangannya tiba-tiba disiramkan kepada
perempuan cantik berbaju warna perak itu, susu tahu itu
ketika bertebaran ditengah udara telah berubah menjadi
gumpalan asap putih, Sebentar saja Sudah meluas seputar
tiga-empat tombak persegi.
Perempuan cantik itu agaknya sudah siap siaga begitu
melihat tangan empek Ie-oe bergerak. lantas lompat
mundur Sambil menarik tangan Lam kek sin kunBersamaan dengan itu mulutnya mengeluarkan perintah,
agar semua anak buahnya lantas mundur.
Cin Hong yang masih berdiri terheran-heran, hidungnya
tiba-tiba dapat mencium bau yang sangat harum. sesaat
otaknya menjadi puyeng, sekujur tubuhnya menjadi lemas,
dan akhirnya jatuh terlentang ditanah tak sadar diri. Entah
berapa lama telah berlalu, Cin Hong pelahan-lahan telah
sadar lagi. orang pertama yang dilihatnya ialah empek Ie-oe
yang jongkok disamping dirinya, yang kedUa ialah In-jie
yang bersama-sama ia rebah terlentang ditanah. Ia pikir lagi
apa yang telah terjadi, segera teringat semua peristiwa tadi,
lantas buru-bura lompat bangun.
Empek Ie-oe juga tarus berdiri, dengan wajah berseri ia
bicara sambari tertawa: "cin Caicu, kau...kau...sudah
...sadar" Cin Hong maju menghampiri dan memegang lengannya,
katanya dengan perasaan terkejut dan girang: "Empek Ie-oe
benarkah kau ini adalah Komandan Pasukan Pengawal
Kerajaan yang namanya menggemparkan rimba persilatan
dahulu?" Empek Ie-oe mencibirkan blbirnya, katanya sambil
tertawa: "Sekarang ini, jikalau aku.... meng atakan
bukan....bukankah. ..berarti. ..membohong , .dihadapan
.mu." Belum habis ucapannya, In-jie juga sudah lompat
bangun. Semula ia masih agak sempoyongan, tetapi
kemudian ia mengeluarkan jeritan kaget, lantas ia menarik
diri cin IHong seraya bertanya^ "IHei, apakah kita tadi
pernah pingsan?" Cin Hong menganggukan kepala, melepaskan tangannya
yang memegang lengan empek Ie-oe, kemudian ia
bertanya^ "Empek Ie-oe, yang dinamakan susu pekie itu
barang apa" Meng apa demikian lihay ?"
Empek Ie-oe mengambil pikulannya ditanah setelah itu
ia menjawab sambil tertawa tergelak^ "Itu adalah
racun....yang paling lihay..,.dan paling berbisa....didalam
dunia... RaCun itu. . .adalah. .terbuat dari resep
rahasia.^.suhuku" Cin Hong tampak orang tua itu seperti hendak pergi,
buru-buru ditariknya, seraya berkata: "Kenapa, apakah kau
mau pergi?" Empek Ie-oe menyahut "Emh" sambil menganggukkan
kepala, setelah itu ia memikul barang dagangannya sambil
berkata dan tertawa: "Benar....kau . juga..,harus
...lekas..,pergi?" "Tidak, tidak. Ada banyak hal aku hendak minta
keterangan darimu:" Berkata cin IHong Sambil
menggoyangkan tangannya. "Tidak...ada ...waktu" Berkata Empek Ie-oe sambil
menggelengkan kepala. "Aa. .kenapa" Apakah kau masih hendak dagang susu
tahumu lagi ?" "Bukan- MakSudku,... ialah ..,hendak meng atakan-.,..
bahwa kalian- ..Sudah tidak ada waktu...untuk dengar..lagi" Berkata Empek Ie-oe Sambil menggelengkan kepala.
Cin Hong heran, tanyanya "sebab apa kita tidak ada waktu
untuk mendengar lagi ?"
Wajah berseri empek Ie-oe lenyap seketika dengan sikap
serius berkata Sambil menunjuk kearah barat: "Lekas..lekas. .susul suhu... kalian berdua. . Jikalau suhumu.
..kembali... jangan biarkan mereka pergi...kerumah penjara
rimba persilatan-..pergi menantang...penguasa rumah
penjara... rimba persilatan-. Karena itu. . .adalah....akal
muslihat dan rencana keji...orang-orang golongan kalong."
"Rencana jahat apa?" Bertanya Cin Hong terkejut
Empek Ie-oe mengerutkan sepasang alisnya. katanya
dengan suara berat, "Panjang sekali... ceritanya.... kalian- .
.pergi susul...mereka dulu....dan kalau sudah
kembali....nanti kita...bicarakan lagi "
Cin Hong merasakan bahwa empek Ie-oe saat itu seperti
sudah berubah menjadi orang lain, tidak seperti biasanya
yang ramah-tamah dan suka berCanda, tetapi ia juga
merasakan bahwa persoalan ini mungkin penting sekali,
waktu itu maka ia tak berani ayal lagi, Setelah memberi
hormat kepadanya, lalu menarik tangan In-jie dan lari
keluar kota. Pada saat itu sudah terang tanah, mereka lari hampir
sampai dibawah tembok kota, orang yang berjalan hilir
mudik semakin banyak. maka tidak dapat menggunakan
ilmunya meringankan tubuh, ia lalu berunding dengan Injie.
akhirnya Cin Hong pergi kepasar kuda untuk membeli
dua ekor kuda, lantas dengan kuda tunggangan mereka lari
keluar dari kota. Diwaktu petang hari itu juga , mereka sudah masuk ke
kota cin ciu, ln-jie yang melakukan perjalanan sehari penuh,
sudah lama perutnya merasa lapar, maka ketika masuk
kedalam kota dan tampak banyak rumah makan, semakin
tidak tahan laparnya, dengan Wajah yang agak murung ia
berkata: "Hei, perutku sudah lapar, mari kita pergi makan
dulu" Cin Hong sendiri juga sudah merasa lapar maka ia
menerima baik permintaan gadis itu dan lompat turun dari
atas kudanya. Keduanya memaSuki rumah makan yang
cukup besar, mereka naik keatas loteng. Dan baru saja
memilih tempat duduk. dibawah loteng tiba-tiba terdengar
suara orang ribut-ribut, dua orang itu lalu melongok ke
bawah, tampak didepan pintu rumah makan, seorang
pelayan sedang ribut mulut dalam keadaan marah terhadap
seorang pengemis. pelayan rumah makan itu memaki
pengemis muda sebagai seorang yang tidak tahu diri,
sedang pengemis muda itu memaki pelayan sebagai seorang
yang tidak pandang mata orang. Satu sama lain tidak mau
mengalah, hingga menimbulkan kericuhan.
Usia pengemis itu kira-kira delapan belas sembilan belas
tahunan, sepasang matanya gede bundar, rambutnya awutawutan,
mukanya mesum, badannya mengenakan pakaian
kain kasar hitam, pakaian itu juga sudah dekil dan banyak
tambalan, tampaknya memang benar-benar Seorang
pengemis yang biasa suka berlaku ugal-ugalanSelagi mulutnya memaki- maki kalang kabut tiba-tiba
angkat mukanya yang mesum, tangannya menunjuk Cin
Hong yang melongo diatas loteng. lantas berkata lagi
kepada pelaya rumah makan: "Kau lihat diatas loteng itu.
Mereka orang itu adalah orang-orang yang kumaksudkan
apa kau kira aku membohongi kau?"
Pelayan rumah makan itu juga angkat muka dan
mengawasi Cin Hong, lalu bertanya dengan perasaan
terheran-heran- "Tuan. apakah Tuan dan nona berdua kenal
dengan pengemis ini?"
Cin Hong melihat urusan itu dengan tiba-tiba
menyangkut dirinya, sesaat merasa seperti diguyur air
dingin, ia lalu menjawab Sambil menggelengkan kepala: "o
tidak Aku tidak kenal dengannya"
Pelayan rumah makan itu dengan bernafsu berkata
kepada Cin Hong dengan suara nyaring, "Tuan dan Nona
lihat sendiri, coba pengemis ini benar-benar kurang ajar
atau tidak. Aku memberinya uang, ia tidak mau. Kuberi
nasi untuk makan, ia juga tidak mau, ia bersikeras minta
supaya Tuan dan Nona mengundangnya makan bersamasama.
Dimana ada orang minta-minta yang demikian tak
tahu diri" Benar-benar kurang ajar"
Cin Hong juga merasakan bahwa ucapan pelayan itu
memang benar, maka ia lantas mulai memandang lebih
lama pada pengemis muda jtu.
Wajah pengemis muda itu Sedikirpun tidak merasa
malu, ia angkat lagi mukanya yang mesum, sepasang
matanya yang gede dipicingkan, mulutnya mencibir,
dengan sikap gagah-gagahan seolah-olah mau mengatakan:
"Kau mau lihat, lihatlah sepuasmu."
In-jie juga merasa dongkol. Sambii menarik tangan Cin
Hong berkata: "Inilah pengemis yang mencari gara-gara,
nari kita turun dan hajar padanya"
Cin Hong yang tidak mempunyai kebiasaan berkelahi
dengan orang, di samping itu ia juga rasa bahwa perbuatan
itu agak aneh pasti ada sebabnya, maka lalu memberi
hormat padanya dan berkata^ "Saudara ini Siapakah
namamu" Kau dengan kami belum Pernah kenal, ada
urusan apa kau mencari aku?"
Pengemis muda itu mendongakkan kepala memandang
ke angkasa, Wajahnya menunjukkan sikap sangat serius.
dengan Suara lambat ia balas bertanya: "Aku hendak
bertanya padamu dulu, kau ini benarkah seorang yang
disebut sebagai CayCu daerah Kang Lam yang terkenal
sebagai pelukis mahir bernama Cin Hong?"
Cin Hong diam-diam terkejut, buru-burujawabnya:
"Benar, Saudara ada keperluan apa?" Pengemis muda itu
lalu mendelikkan matanya kepada pelayan rumah makan,
katanya dengan sikap jumawa^ "Aku sebetulnya hendak
minta tanya padamu, slapa sangka pelayan itu matanya
terlalu tinggi, tak pandang orang bawahan, sampai matipun
ia tidak izinkan aku naik keloteng- Kaa lihat bagaimana
baiknya?" Pelayan ramah makan itu merasa pernasaran, selagi
hendak memberi penjelasan, Cin Hong Cepat goyangkan
tangannya, mencegah ia membuka mulut, lalu berkata
kepada pengemis muda yang mesum itu.
"Sekarang aku sudah disini. kalau saudara ingin bicara
apa- apa, katakanlah saja"
Pengemis muda itu mengeluarkan Suara dari hidung,
kemudian berkata sambil meraba-raba perutnya dan
mengkedip-kedipkan matanya: "Tadi aku Sudah ribut-ribut
setengah harian, hingga perutku juga sudah menjadi lapar,
bagaimana aku masih ada tenaga untuk bicara lagi?"
In-jie yang merasa tak sabar. lantaS menarik mundur Cin
Hong, kemudian ia berkata: "Benar saja seorang yang
hendak menipu makan- Kau jangan hiraukan dia"
Dalam hati Cin Hong memeng juga mendongkol, ia
telah mengambil keputusan hendak minta penjelasan lagi,
maka lalu mendorong tangan In-jie dan berkata sambil
tersenyum: "Apakah Saudara Sudah lapar?"
Dengan sikap jumawa, pengemis muda itu menganggukanggukkan
kepala. seolah-olah bahwa perutnya yang lapar
itu harus ditanggung oleh Cin Hong.
Cin Hong tersenyum, la mengeluarkan jari tangannya
menunjuk kejauhan sebelah kanan, katanya dengan suara
pelahan^ "Kalau begitu kuperkenalkan kepada saudara
kesuatu tempat, dari sini kau berjalan terus setelah tiba
dijalan perempatan, lalu membelok kekanan, disana ada
sebuah rumah makan yang paling terkenal dikota ini,
Saudara makan kenyang dulu, barulah kita nanti bicara
lagi" In-jie tidak menduga bahwa Cin Hong demikian licin,
maka ketika mendengar ucapan itu dalam hati meraSa
senang, lantaS tertawa Cekikikan.
Wajah pengemis muda itu lantas merah, kemudian
perdengarkan suara tertawa nyayang dingin dan berkata
Sambil menganggukkan kepala: "Baik Rumah makan cianghongkok didalam kota cing-ciu ini memang sangat terkenal
dengan hidangannya yang lezat, biarlah aku makan
kenyang dulu, aku nanti akan balik kembali. Hanya, aku
hendak periksa dulu dalam sakuku ada uangnya atau tidak."
Setelah berkata demikian, tangannya dimasukkan
kedalam sakunya dan meraba-raba Cukup lama, dengan
tiba-tiba mengeluarkan sepucuk surat yang kemudian
dibaCanya, kemudian berkata dengan suara girang: "Ya
Baiklah aku menggunakan surat ini untuk kutukar dengan
makananku, rasanya tidak akan dia lari"
Sehabis berkata demikian, lalu masukkan suratnya
kedalam Sakunya, setelah itu ia lantas berlalu.
Cin Hong yang memiliki pandangan mata sangat tajam,
sampul surat itu ternyata tampak tulisan tangan suhunya,
dalam hati terkejut, maka buru-buru memanggilnya Sambil
menggapaikan tangannya: "Saudara silahkan kembali"
Pengemis muda itu menghentikan langkahnya, dengan
pelan berpaling, ia membereskan dulu rambutnya yang
tidak karuan. kemudian berkata sambil tertawa dingin:
"Untuk apa?"

Tangan Berbisa Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Dengan paras berseri Cin Hong berkata sambil memberi
hormat: "Silalahkan naik keatas"
Pengemis muda itu pura-pura bersikap tidak mengerti. ia
bertanya: "Untuk apa naik keatas loteng?"
"Undang kau makan" Berkata Cin Hong sambil tertawa.
PengemiS muda itu unjukkan sikap angkuh, katanya
sambil menggoyangkan tangannya: "Tidak. hidangan
rumah makan ini tidak selezat hidangan rumah makan
ciang-hong-kok, aku sekarang hendak makan disana saja."
Cin Hong berulang-ulang memberi hormat kepadanya,
dan berkata sambil tertawa: "Ya, ya, hanya rumah makan
ciang-hong-kok itu tiap harinya penuh tamu, tiada ada
tempat yang kosong. harus menunggu wakru lama sekali
baru mendapat giliran. Bolehkah saudara mengalah sedikit,
lain kali kalau ada waktu kita kesana lagi. saudara pikir
bagaimana?" PengemiS muda itu mungkin seorang rakusan
mendengar ucapan itu diwajahnya terlintas suatu perasaan
girang, ia meleletkan lidah, benar seperti menelan air
liurnya sendiri. Setelah itu jalan kembali dengan langkah
pelahan-lahan. Tetapi ketika ia berpaling dan melihat sikap In-jie seperti
tidak senang, sesaat itu kembali unjukan sikapnya yang
jumawa, katanya dengan suara yang nyaring: "Tidak jadi,
aku sipengemis ini Sekalipun seaorang rakus, tetapi juga
tidak suka melihat sikap orang yang tak senang, maka aku
tidak jadi naik keloteng."
Cin Hong diam-diam merasa Cemas, ber-ulang2 kali ia
memberi isyarat dengan lirikan mata pada In-jie, minta
supaya ia tertawa, In-jie terpaksa pura-pura bicara Sambil
tertawa: "Ya sudah, anggap saja seorang hebat, silahkan
naik." PengemiS muda itu kini tampak sikapnya seperti seorang
yang mendapat kemenangan. ia angkat bahunya. dengan
langkah lebar berjalan naik keloteng rumah makan itu.
Cin Hong menarik tangan In-jie, berjalan menuju
ketangga, untuk menyambut kedatangannya, Setelah itu
mereka berada dikanan kiri pengemis muda itu, mengajak
tamu gembel itu duduk dimeja tadi.
Cin Hong menyerahi Cawan tehnya yang belum
diminum pada pengemis itu dengan sikap sangat
menghormat, katanya sambil tertawa: "Saudara. silahkah
minum teh dulu " Pengemis muda itu juga tanpa sungkan2 mengambil
Cawan teh itu dan diminum sampai kering. kemudian
melihat kesana kemari baru berkata dengan suara heran:
"Eh, dimana pelayannya" Apa sudah mampus semua ?" Cin
Hong buru-buru menepuk tangan, memanggil pelayanSeorang pelayan dengan terbirit-birit lalu naik keatas
loteng, berkata sambil minta maaf^ "Maaf. Tuan-tuan dan
nona-nona hendak minum arak dan hidangan apa ?"
Cin Hong lalu berkata pada pengemis muda sambil
tertawa: "Saudara kau hendak makan apa dan minum arak
apa?" Pengemis muda itu dengan sikapnya yang angkuh
menyebutkan beberapa nama hidangan yang lezat dan
banyak sekali jumlahnya. Cin Hong segera berkata sambil mengulapkan tangannya
pada pelayan: "Dengar tidak" Lekas siapkan"
Pelayan itu menerima baik, dengan sikap curiga
memandang pada pengemis muda, sejenak baru meminta
diri dan turun kebawah. In-jie melihat pelayan sudah berlalu, lantas berkata pada
pengemis muda itu sambil tertawa: "Hei, sekarang kau
boleh menyerahkan surat itu pad aku?"
Pengemis muda itu berpikir dulu sejenak. lalu berkata
sambil menggelengkan kepala: "Tidak bisa. jaman sekarang
ini tidak bisa dibandingkan dengan jaman dulu, aku si
pengemis ini tak boleh tidak harus berlaku hati- hati nanti
setelah perutku sudah kenyang barulah kukeluarkan"
In-jie berlaku pura2 tidak sabar, unjukkan senyum getir,
dengan tiba-tiba seperti teringat sesuatu ia mengeluarkan
suara kaget dan berpaling kepada Cin Hong "Hai, mengapa
kau lupa pesan kepada pelayan?"
Cin Hong terkejut, tanyanya dengan perasaan bingung:
"Aku lupa, pesan apa?"
In-jie bangkit dan berjalan kedampingnya, lalu ber-bisik,^
ditelinganya. "Kau pegang erat-erat badannya, blarlah aku
yang merampas suratnya."
Cin Hong mengerutkan alisnya, sebentar berpikir, dan
akhirnya menggelengkan kepala sambil tersenyum,
In-jie dengan perasaan tidak senang memandang
kepadanya, kemudian berkata lagi ditelinganya: "Dengan
Cara begini kita harus selalu menuruti kehendaknya, maka
kita harus berusaha menghajar adat padanya."
Cin Hong menggelengkan kepala, juga berbisik
ditelinganya^ "Sudahlah, dari jauh ia mengantar surat Suhu
datang kemari, dengan sesungguhnya kita juga harus
mengundang dia makan sekali. . . ."
Pengemis muda itu ketika melihat mereka berbisik-bisik,
matanya yang besar berputaran beberapa kali dengan tibatiba
dari tempat duduknya, dan lantas lari menuju ketangga
loteng hendak turun. Cin Hong terperanjat, buru-buru lompat kehadapannya
sambil menentang kedua tangannya untuk merintangi
perjalanan pengemis itu, katanya: "Saudara, kau hendak
kemana?" Pergemis itu masih berusaha hendak kabur, sedang
mulutnya berteriak-teriak: "Aku can Sa Ji ejika tidak kabur
bukan saja tidak jadi makan, bahkan hendak mendapat
kesulitan" Bagaimanapun juga Cin Hong tidak mengijinkan dia
turun kebawah, ia terus menghadang dihadapannya dan
berkata dengan wajah berserk "Saudara telah salah paham,
dia bukan hendak menyusahkan kau, dia hanya berkata...."
In-jie buru-buru menyambungnya^ "Aku tadi berkata
padanya, bahwa kita tadi sudah lupa pesan kepada pelayan
agar hidangannya di beri lombok yang pedas"
Pengemis itu menghentikan usahanya hendak kabur,
lantas berpaling dan berkata kepada In-jie sambil tertawa:
"Benarkah" oh, nonaku yang baik, aku can Sa Jie barang
kali karena sudah kelaparan sehingga daya pendengaranku
sudah menjadi kabur."
Wajah In-jie kemerah-merahan, kemudian berkata:
"Baiklah Aku tidak akan menyulitkan kau, harap kau duduk
kembali" Tak lama kemudian pelayan Sudah naik ke ataS loteng
dengan membawa hidangan yang dipesan pengemis muda
itu menggulung lengan bajunya, tanpa bicara apa- apa
lantas mulai menyerbu hidangan, tangan kiri memegangi
Cawan arak sedang tangan kanan mengambil sepotong
panggang ayam dan dimakannya sambil tertawa.
Cin Hong dan In-jie duduk dikedua sisinya mengawani
dia makan- Melihat Caranya makan yang demikian rakus,
In-jie yang tidak Sabar lantas tertawa geli.
Pengemis itu masih tidak menghentikan mulutnya, ia
menggelengkan kepala dan mengeluarkan suara yang tidak
jelas: "Tidak Seorang lakl-laki kalau makan harus demikian" "Saudara, aku masih belum menanyakan namamu,"
Berkata Cin Hong sambil tertawa.
"Aku tadi sudah tanya namamu, begitupun sudah
menyebutkan namaku sendiri" Berkata pengemis muda itu.
In-jie merasa geli, lalu bertanya kepadanya sambil
tertawa: "Apakah namamu itu can Sa Jie?"
can Sa Jie mnganggukkan kepala dan berkata^ "Benar,
aku kalau dibanding dengan suhumu can Sa Sian lebih suka
makan, oleh karena itu maka orang-orang rimba persilatan
lantas memberikan hadiah nama kepadaku can Sa Jie,
sedangkan namaku yang sebenarnya sudah tidak ada orang
yang mengetahui lagi, sebetulnya tak ada she dan nama,
itulah yang paling baik dalam dunia ini banyak orang-orang
pandai tokoh-tokoh kuat, semua tidak suka menggunakan
nama aslinya kepada orang, mereka paling suka berlaku
misieri^." Cin Hong dan In-jie ketika mendengar itu semua pada
terkejut, tanyanya: "HaaaJadi kau ini murid PangCu
golongan pengemiS ca-sa-sian Sle Kwan?"
can Sa Jie mengangguk-anggukkan kepala karena saat itu
ia sedang menjejalkan sepotong paha ayam sedalam
mulutnya, maka tidak bisa menjawab.
"can Sa Jie, dengan Cara bagaimana kau bisa mengenali
kita?" "Suhumu telan menduga pasti bahwa kalian berdua pasti
bisa mengejar kemari, maka ia pernah menceriterakan
wajah dan dandanan kalian suruh aku perhatikan setiap
orang disepanjang jalan- . ."
Sepasang mata In-jie berputaran, ia menarik kursinya
dan mendekati pengemis itu, berkata dengan sikap ramah
tamah: "can Sa Jie, sekarang kau toh Ssdah boleh
memberikan Surat itu kepada kita"
can Sa Jie masukan tangannya kedalam saKunya, dan
mengeluarkan sepucuk Surat, diberikan kepada Cin Hong,
kemudian sisa paha panggang ayamnya yang masih belum
habis dimakan, diletakan disamping dan menyantap
hidangan yang lainnya lagi.
Cin Hong yang mendapat surat itu setelah menerima
benda pusaka, dengan Cepat dibukanya, sedang In-jie juga
buru-buru mendekatinya, keduanya membaCa bersamasama.
"Hong-jie. Tadi ma lam Suhumu dan Subomu setelah
pergi mengejar musuh. Sebetulnya hendak kembali, tetapi
kemudian berpikir antara kita. Suhu dan murid sebaiknya
berpisah dulu seCara begini, dimana letak sebabnya,
suhumu tidak ingin menceritakan padamu. Aku perCaya
bahwa kau jaga bisa menduga sendiri. Biarpun bagaimana,
kau toh sudah dewasa, apa yang Suhumu dapat berikan,
juga sudah kuwariskan semua kepadamu. sekarang sudah
tiba waktunya bagimu untuk menggembleng dirimu sendiri,
juga sudah tiba waktunya bagimU untuk mengembangkan
kepandaianmu sendiri Dua tahun paling akhir ini suhumu
Selalu memikirkan hendak menceritakan asul-usul dirimu,
tiap kali ucapan itu kalau sudah dibibir, akhirnya
kubatalkan lagi, bukan lantaran malas, melainkan tidak tega
bathinmu nanti akan menderita, kau tahu bahwa suhumu
belum pernah mengakui bahwa penghidupan manusia itu
adalah lautan kesusahan, oleh karena itu maka suhumu
seumur hidupnya tak mau menerima kesusahan, juga tak
Suka melihat orang lain mendapat kesusahan- . . .Kali ini,
Jikalau bukan karena kedatangan subomu, Suhumu masih
hendak tetap menebalkan muka untuk hidup terus,
menebalkan muka yang suhumu maksud seharusnya
merupakan pandangan orang lain terhadap Suhumu,
sedangkan Suhumu selamanya belum pernah menganggap
bahwa tidak pergi ke rumah perjara rimba persilatan
menantang penguaSa rumah penjara rimba persilatan
merupakan suatu perbuatan yarg memalukan.
Kenapa" Sebab meskipun suhumu setiap hari malam
Senantiasa bertekun mempelajari ilmu untuk mencari
kemajuan, tetapi masih tahu benar bukanlah tanda tangan
penguasa rimba persilatan-Jika pada suatu hari Suhumu
biSa menyambuti serangannya tiga jurus pukulan mautnya
bisa menolong keluar lima orang, tetapi suhumu tidak pergi,
itulah baru merupakan Suatu hal yang memalukan
Meskipun demikian, suhumu Selama itu toh masih terus
berlatih sabar, inilah sesungguhnya yang sangat lucu, kalau
perlu diberi keterangan hanya cukup dengan sepatah kata.
itulah penghidupan Enam bulan kemudian, apalagi suhumu
belum kembali ke kota Hang-ciu, kau boleh pergi menengok
ke rumah penjara, waktu itu, Suhumu nanii akan
menceritakan asal usul dirimu. . . .Akhirnya tak perduli kau
dengan Yo itu cocok atau tidak, bagaimana juga kau harus
baik2 menjaganya, sebab dia adalah murid satu2nya dari
Subomu, juga adalah golongan keturunan dari Thian San
cit-tlong Wie. -Surat ini kutulis di kota Liok Peng dan kuberikan
kepada can Sa Jie untuk menyampalkan kepadamu. Lagi,
ada satu hal aku lupa memberitahukan kepadamu, tadi
malam setelah kita berhasil menyandak orang itu, dari sikap
dan pembicaraan orang itu, suhumu merasa curiga bahwa
orang itu betul atau tidak anak buahnya penguasa rumah
penjara rimba persilatanHal itu setelah nanti kita tiba di gunung Tay-pa-San
barulah akan mendapatkan buktinya, sebabnya Suhumu
menyebutkan hal ini adalah untuk memperingatkan Kau,
orang-orang dunia kang-ouw terlalu jahat dan berbahaya,
dikemudian hari apabila kau berkelana didunia kang-ouw
haruS hati-hati dan senantiasa waspada terhadap orangorang
seperti itu. Terakhir ialah, ada satu hal anak kunci emas dengan
tanda hUruf Liong yang tergantung di leh ermU itujangan
sekali- kali kau tunjukkan kepada siapapun juga Sebab Jika
kau nanti pergi menegok ke rumah penjara rimba persilatan,
akan suhumu beritahukan lagi kepadamu."
Sehabis membaca, dua kepala diangkat pelahan-lahan
saling berpandangan, air mata mengalir turun dikedua pipi
orang muda itu.... can Sa Jie mengerlingkan matanya, tampak mereka
mengucurkan air mata, semakin lama perasaannya semakin
tidak enak. Dengan tiba-tiba ia menggebrak meja dan
berkata: "Nangis" Mengapa menangis" Kepala boleh putus,
darah boleh mengalir, hanya air mata jangan mengucur.
Aku ingat, sewaktu suhuku tahun lalu mengambil
keputusan hendak berkunjung kerumah penjara rimba
persilatan untuk menantang pertempuran, sebelum
berangkat suhu petnah bertanya kepadaku: can Sa Jie,
suhumu mau pergi, kau menangis atau tidak" coba kalian
tebak. apa jawabku"^ Waktu ini aku menjawab: ^Menangis
apa" Aku can Sa Jie hanya bisa mengalirkan air liur, tidak
bisa mengucurkan air mata. Suhu, kau mau pergi boleh
pergi, tunggu aku can Sa Jie sesudah yakin boleh tidak usah


Tangan Berbisa Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

memakai belengu tangan dan kaki. . .sesudah yakin bisa
mencari makan yang baik. barulah nanti akan mengawani
suhu duduk didalam rumah penjara. coba kalian lihat
betapa gagah sikap itu" Betapa. . . ."
In-jie mendengarkannya merasa sangat muak. lantas
angkat muka dan membentak padanya sambil menunjuk
mukanya: "Jangan sombong, aku hendak tanya padamu,
Suhuku menyampaikan pesan padamu untukku atau tidak?"
Biji mata can Sa jie berputaran beberapa kali, kemudian
menjawab sambil menggeleng kepala: "Tidak ada "
Air mata In-jie kembali mengalir keluar, katanya dengan
perasaan keCewa: "Benarkah tidak ada?"
"Tidak, ya tidak ada, bagaimana masih ada benar atau
bohong" Hm." berkata can Sa Jie mendongkol.
In-jie naik pitam, ia bangkit dan mengambil poci arak
diatas meja, lantas berkata Sambil tertawa dingin: "Baik
sekarang giliran hendak menghajar kau anak busuk ini-"
can Sa Jie melihat poci araknya dirampas, tetapi
sikapnya masih acuh tak aCuh. Sebaliknya dengan tangan
kiri ia mengambil Cawan arak dan sodorkan kepada In-jie
seraya berkata sambil tertawa cengar-cengir. "Nona muda,
tolong tuangkan seCawan arak untukku."
Sepasang alis In-Jie berdiri, ia angkat poci araknya, selagi
hendak digunakan untuk menyambit, tetapi kemudian
dengan tiba-tiba wajahnya berubah, poci ditangannya
dengan tiba-tiba diletakkan kembali, ia berdiri tertegun
tidak tahu bagaimana harus berbuat.
Sebab Saat itu ditangan can Sa Jie ternyata terdapat
sepucuk surat itu tampak tegas tulisan yang dialamatkan
untuk In-jie. Dengan tangan kiri masih memegangi Cawannya tanpa
bergerak. tangan can Sa Jie menggunakan sampul surat itu
mengipasi dirinya, lalu dengan sikap sombongnya berkata:
"Nona muda, kau dengar atau tidak" Aku can Sa Jie minta
tuangkan arak," In-jie sangat girang, tapi iuga malu. Ia berdiri dan
berpikir sejenak terpaksa mengangkat lagi pocinya dan
menuangkan araknya kedalam Cawan yang ada ditangan
can Jie, lalu berkata Sambil tertawa: "orang toh bicara
main-main denganmu, sebetulnya kau adalah tamu kita,
sudah seharusnya Kalau kutuangkan arak untukmu."
can Sa Jie membuka mulutnya dan tertawa tergelak^
sambil minum lalu memberikan Suratnya pada In-jie seraya
berkata dan tertaWa: "Kuberitahukan padamu, aku can Sa
Jie bukan hanya itu saja, Jika kau mau main nakal
Silahkan" In-jie tidak menghiraukan, buru-buru membuka
suratnya, diataS Surat itu tertulis dengan kata-kata: "In-jie,
dalam surat Supekmu yang ditujukan pada bocah itu ada
banyak perkataan justru apa yang suhumu ingin sampaikan
padamu. oleh karena itu suhumu juga tak perlu menulis
banyak-banyak lagi. Hanya ada satu hal kulihat bocah itu
walaupun orangnya dan kepandaiannya tak tercela, sayang
sedikit agak nakal, kau harus hati2 terhadapnya, Jika belum
tahu benar2 bahwa dia itu dapat dipercaya, kau jangan
memberikan kesempatan padanya untuk mendapatkan
sesuatu darimu, supaya kau jangan mengulangi riwayatku
lagi. Ingatlah baik2. . . .Disamping itu kalau bocah itu
hendak datang kermah penjara, kau suruh dia membawa
lukisan potretmu yang dia lukis, Supaya disampaikan
padaku, Sebab aku khawatir dalam hidupku ini tak akan
bisa berjumpa lagi denganmu, maka aku mengharap agar
gambar potretmu senantiasa berada disisiku, agar supaya
setiap saat aku bisa melihat kau, untuk menghilangkan
kesepianku dan menghibur perasaan rinduku. Dari
Suhumu, Thian-san Swat Popo ,"
In-jie sehabis membaca surat itu, mengingat bahwa
dalam hidupnya barang kali takkan bisa berjumpa lagi
dengan Suhunya dan mengingat pula nasib dirinya yang
mengenaskan, maka kembali ia menangis dengan sedihnya.
Cin Hong melihat In-jie menangis begitu sedih ditempat
umum, sesungguhnya merasa tidak enak maka buru-buru
menghiburnya: "Nona Yo, kau jangan nangis, ucapan
Saudara can Sa Jie tadi betul. Seorang lelaki kepala boleh
putus, darah boleh mengalir." Akan tetapi dengan tiba-tiba
ia sadar bahwa In-jie bukanlah seorang lelaki. Maka buruburu
dirubahnya. "Kau jangan menangis, jika kau terlalu sedih bagaimana
kalau nanti mendapat Sakit?"
In-jie mendengar ada orang menghiburi, menangis
semakin Sedih, air matanya mengucur deraS, Suara
tangiSnya yang menyedihkan itu tak mau berhenti.
Cin Hong melihat semua tamu diatas loteng itu
menujukan pandangan matanya kearah dirinya, maka ia
meraSa malu, diam-diam pikir bahWa sebab musababnya
dari surat Swat Popo tadi maka kemudian berkata: "Nona
Yo, boleh kah kubaCa suratmu tadi?"
In-jie terperanjat, buru-buru masukkan surat itu kedalam
sakunya sendiri, dan berkata sambil menggelengkan kepala:
"Tidak. . . .tidak. . . ."
"Melihat saja apa Salahnya?" Suratku toh, Kau juga
boleh lihat." berkata Cin Hong dengan rasa heran.
can Sa Jie mengetok mangkoknya dengan sumpit, lantas
berkata sambil memperdengarkan suara tertawanya yang
aneh^ "Jangan lihat lagi. aku tahu apa yang terlulis dalam
Surat itu" In-jie kembali terperanjat, ia angkat mukanya yang
berlinang air mata, katanya sedih: "Tak tahu malu kau
mencuri baCa surat orang lain"
"Kau mengaco Kau pandang can Sa Jie ini orang
maCam apa?" kata can Sa Jie marah.
"Jikalau tidak. dengan Cara bagaimana kau bisa
mengetahul?" berkata In-jie dengan suara Keras,
"Aku adalah dengar dari keterangan suhumu sendiri, di
waktu ia menulis Surat itu, ia pernah berunding dengan Ithu
Sianseng." berkata can San Jie sambil tertawa.
"Sudah..Jangan bicara lagi" berkata In-jie dengan wajah
kemerah-merahan. "Kalau tidak menangis, aku juga tidak berkata lagi." kata
canJie sambil tertaWa. In-jie benar saja tak berani menangis lagi, ia
mengeluarkan sapu tangannya untuk menyeka air matanya.
sikapnya agaknya sangat menurut perkataan can Sa Jie. Cin
Hong merasa heran, maka lalu bertanya: "Nona Yo, apakah
sebetulnya?" In-jie hatinya Cemas ditanya demikian, kembali menjadi
marah, sambil menggigit bibir berkata: "Kau ini demikian
bawel." Dengan tanpa sebab Cin Hong di damprat demikian,
terpakaa diam dan menundukkan kepalanya, dalam hatinya
merasa tak senang, ia pikir gadiS ini memang Cantik, hanya
adatnya suka menuruti Kemauan sendiri.
In-jie juga merasakan bahwa perbuatannya tadi agak
keterlaluan, maka ia lantas mendekati Cin Hong dan
berkata dengan suara pelan" "Hei, apakah kau marah?"
"Aku akan pinjam ucapan empek Ie-oe,jikalau aku
mengatakan tidak marah, bukankah itu berarti membohongi
didepan matamu?" berkata Cin Hong sambil tertawa
hambar. Mata In-jie menjadi merah, ia menundukkan
kepala, tidak berkata apa- apa lagi.
can Sa Jie bangkit dari tempat duduknya menepuk-nepuk
bahu Cin Hong seraya berkata: "Jika kau sudah mengenali
keadaan dalamnya, tidak seharusnya kau marah
terhadapnya" In-jie menjadi gugup, kembali membentak
dengan suara keras. can Sa Jie meleletkan lidahnya, sikapnya menunjukkan
bingung, katanya dengan perlahan: "Jangan mengucapkan
perkataan demikian keras, banyak orang semua pada
memandangmu" In-jie coba melirik, benar saja semua tamu yang ada
disitu, tujukan pandangan mata kepada dirinya, sambil
tersenyum simpul, maka Saat itu sangatlah malu terhadap
dirinya sendiri, hingga pipinya menjadi merah.
Diam-diam menarik baju Cin Hong dan berkata: "Hei
mari kita lekas pergi"
"Kau jangan terburu-buru. Kita toh masih belum
makan?" BerKata Cin Hong sambil tersenyum.
In-jie terpaksa duduk kembali, namun perasaannya
masih tidak enak. katanya^ "Aku sudah kenyang. Lekas
jalan" can Sa Jie yang mendengar upapan In-jie yang hendak
pergi, buru2 mengambil sumpitnya menyantap
makanannya lagi dengan lahapnya, sambil makan ia
bertanya: "Kalian hendak kemana?"
"Siaote sekarang perlu lekaS pergi menyusul Suhu, dan
minta Suhu Supaya pulang. sekarang aku terpakSa tidak
dapat mengawani saudara lagi."
can Sa Jie menghentikan makannya, ia bertanya dengan
mata terbuka lebar: "Bagaimana kau sebaliknya hendak
menyusul mereKa dan mengajak pulang?"
Cin Hong lalu menceritakan akal mus lihat orang-orang.
golongan kalong yang menggunakan nama penguasa rumah
penjara rimba persilatan, mengirim surat kepada Suhunya
dan suhu In-jie, kemudian tanpa disengaja telah muncul
empek Ie-oe yang memukul mundur musuh-musuh yang
terdiri dari orang-orang golongan kalong. oleh empek Ie-oe
itu diceritakan bahwa orang-orang yang mena makan
dirinya dari golongan kalong itu mempunyai rencana keji,
dan perasaan kepada dirinya, agar supaya lekas menyusul
Suhunya. can Sa Jie terheran- heran mendengarpenuturan itu, ia
berpikir sambil menggaruk-garuK kepalanya yang tidak
gatal, kemudian bertanya:
"Heran, di rimba persilatan muncul partay baru yang
menamakan diri partay kalong bagaimana kita orang-orang
golongan pengemis tidak mengetahui hal itu?"
"Mereka berdiri belum lama, seorang tokoh golongan
iblis yang ternama, ialah Lam-khek sin-kun Im Liat Hong,
telah menjadi anggauta pelindung hukum mereka, dapat
kita bayangkan, partay baru yang mena makan dirinya
partay kalong itu, pangcunya pasti merupakan seorang yang
sangat lihay." Berkata Cin Hong Sambil menggigit bibir.
"Lam-khek sin-kun itu bukankah sudah disekap dalam
rumah penjara rimba persilatan" Dengan cara bagaimana ia
bisa lari keluar?" Bertanya can Sa Jie semakin heran"Aku tidak tahu, mungkin ia menantang bertempur
kepada penguasa rumah penjara rimba persilatan, karena
Sudah berhasil bisa menyambut tiga jurus pukulan maut
penguasa rumah penjara maka boleh keluar dari penjara.
Dan mungkin juga pang cu dari golongan kalong itu yang
pergi menantang bertempur, dan kemudian menolong dia
keluar. ..." "Pada deWasa ini kecuali tamu tidak diundang dari
dunia luar yang mungkin masih sanggup menyambut
serangan tiga pukulan maut penguasa rumah penjara, siapa
lagi yang mempunyai kekuatan dan kepandaian yang
demikian tinggi?" Berkata can Sa Jie yang merasa Curiga.
In-jie yang mendengar sudah meraSa tidak sabaran,
dengan menarik-narik tangan Cin Hong, ia mendesak:
"Mari lekas pergi, Suhu barangkali sudah pergi jauh sekali."
Cin Hong menganggukkan kepala dan bangkit
daritempat duduknya, ia memanggil pelayan untuk
memperhitungkan harga pesanan makanannya. Disamping
itu dia juga masukkan tangannya kedalam sakunya
mengambil Uang. Tetapi dengan tiba2 wajahnya berubah
dan berseru: "celaka uangku tidak Cukup,"
Cin Hong adalah salah seorang dari Su caycu, atau
"Empat orang Cerdik pandai di daerah Kang-lam."
Nama cin Kongcu selain terkenal sebagai seorang
cerdikpandai, juga kesohor karena lukisan-lukisannya,
sehingga ia mendapat gelar "PelukiS tangan Sakti Gin Engcu
di kota Hang clu namanya sangat kosonor hampir setiap
orang tahu, maka setiap kali Keluar pintu, selalu tidak
membawa uang banyak, kadang-kadang jika ia perlu
membayar makanan atau apa saja, aSal meneken bon sudah
cukup. Tadi pagi ketika ia membeli dua ekor kuda di kota
Hang Ciu, juga dibayar dengan tekenan bonnya.
Akan tetapi kini setelah berlalu dari kota Hang ciu,
didalam sakunya hanya tinggal uang receh yang jumlahnya
tidak cukup satu tail. Sedangkan menurut pengalamannya
hidangan sebanyak itu paling sedikit juga memerlukan uang
tiga tail lebih. In-jie ketika mendengar perkataan bahwa uang Cin Hong
tidak cukup, maka matanya terbuka lebar, katanya dengan
cemas: "Sekarang bagaimana" Aku sendiri juga tidak punya
uang." can Sa Jie mengira mereka kembali hendak permainkan
dirinya. maka lantas perdelikan matanya dan berkata:
"Bagus, kalian apakah suruh aku yang membayar"
Kuberitahukan kepada kalian, aku can Sa Jie tidak memiliki
uang, dibadanku hanya terdapat banyak kutu busuk saja,"
Pelayan rumah makan yang melihat mereka semua tidak
mempunyai uang, wajahnya lantan berubah, demikianpun
sikapnya juga tampak menghina.
Cin Hong yang tertegun sejenak. tiba-tiba teringat bahwa
dirinya masih membawa sebuah kipas maka buru2
dikeluarkannya dan diberikan kepada can Sa Jie sambil
tertawa: "Saudara can Sa Jie tolong gadaikan kipas ini
kerumah pegadaian-"^
can Sa Jie menerima kipas yang diberikan kepadanya,
dilihatnya sebentar lantas bertanya Sambil mengerutkan
alisnya: "Kipas semaCam ini bisa laku digadai berapa duit?"
"Gadaikan saja tiga puluh tail sudah cukup," Berkata Cin
Hong sambil tersenyum. sepasang mata can Sa jie terbuka lebar, katanya: "Apa
kau sudah gila?" "Saudara can Sa, kau anggap terlalu sedikit, gadaikan
empat puluh tail juga boleh." Berkata pula cin Hoog sambil
tersenyum. can San Jie tidak tahu bahwa kipas yang dilukis oleh


Tangan Berbisa Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tangan pelukis Sakti Cin Hong itu merupakan benda yang
sangat berharga dikalangan orang terpelajar, mendengar
perkataan itu benar-benar sangat heran dan dianggapnya
Cin Hong sudah gila, maka kipas itu dikembalikan padanya
dan membentak dengan sikap marah: "Heh Apa kau ini
hendak mempermainkan aku can Sa Jie?"
Cin Hong mengeluarkan tangannya hendak menerima
kembali kipasnya, tiba2 kipas itu sudah disambut oleh
tangan lain, ketika ia angkat muka, didekat mejanya berdiri
seorang pelajar berbaju putih yang memiliki wajah yang
sangat tampan- Pelajar berbaju putih itu usianya ditaksir baru dua puluh
lima tahun, sikapnya sangat luwes dan tampan, hanya
sepasang matanya yang sangat jeli, melihat orang yang
melihatnya mempunyai kesan bahwa pelajar itu seperti
seorang perempuan yang menyamar menjadi seorang
lelaki.Jikalau ia mengenakan pakaian perempuan pasti akan
merupakan seorang perempuan yang Cantik jelita. Akan
tetapi dia bukanlah seorang gadis yang Cantik jelita yang
menyamar menjadi lelaki. sebab ditenggorokannya tampak
ada tulang yang menonjol, meskipun agak kecil sedikit
kalau dibandingkan dengan orang lelaki kebanyakan, tetapi
keadaannya itu sudah cukup uatuk membuktikan bahwa dia
bukanlah seorang wanita. Cin Hong tidak tahu, dengan maksud apa pelajar berbaju
putih itu merampas kipasnya, maka buru-buru memberi
hormat padanya dan berKata sambil tertawa: "Saudara,
apakah artinya ini?"
Dengan suaranya yang sangat merdu Sekali. Pelajar itu
berkata sambil tertawa: "cobakau sebutkan kau hendak
gadaikan berapa tail?"
Cin Hong berpikir dulu sejenak^ kemudian berkata
sambil tertawa^ "Aku seorang she cin tak Suka dengan Cara
ini untuk penghidupanku, hari ini oleh karena seCara
kebetulan aku butuh uang, jika Saudara merasa suka,
dengan tiga puluh tail saja sudah cuKup,"
Pelajar berbaju putih itu tersenyam, dari dalam sakunya
mengeluarkan tiga potong uang perak yang berharga tiga
puluh tail, uang perak itu diletakkan diatas meja, setelah itu
ia memberi hormat dan berlalu.
can Sa jie mengawasi pelajar berbaju putih itu hingga
turun dari loteng, setelah itu ia mengangkat tangannya, dan
kembali menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal,
sedang mulutnya berteriak-teriak : "He Kejadian aneh
hampir setiap tahun ada. Tetapi tahun ini tampaknya luar
biasa banyaknya" In-jie juga merasa sangat girang, ia berkata sambil
menatap wajah Cin Hong: "Hei, kipas mu itu bagaimana
demikian berharga?" Cin Hong MEMGAMBIL Sepotong uang perak
diberikannya kepada pelayan rumah makan untuk minta
kembalinya, dua potong yang lainnya dimasukan dalam
sakunya sendiri. katanya sambil tertawa: "Dia boleh dikata
masih membeli barang murah, jikalau oleh orang lain yang
makelarkan, paling sedikit juga bisa laku Sampai lima puluh
tail uang perak." "Kalau begitu berharga, lain hari kau boleh melukis
banyak-banyak. biarlah kita menjadi kaya" Berkata In-jie
sambil tertawa girang. "Maaf, aku bukanlah tukang gambar. Tidak bisa menjual
gambar." Berkata Cin Hong sambil menggelengkan kepala.
can Sa Jie yang selama itu berdiri keheranan, dengan
tiba2 mengajukan pertanyaan, "Pelajar berbaju putih tadi
dengan Cara bagaimana bisa tahu kalau kau adalah pelukis
Tangan Sakti?" "Tunggu setelah kau menjadi seorang ternama, kau tak
merasa heran lagi" Berkata Cin Hong sambil tertawa
mesem. "Aku kira tidak begitu. dia agaknya tidak memperhatikan
kipasmu, bahkan kau tadi perhatikan atau tidak^ dia itu
mirip seorang wanita, agaknya genit juga sedikit.... "Berkata
can Sa Jie. Cin Hong selagi hendak mencegahnya berkata terus,
dengan tiba-tiba dibelakang dirinya ada orang berkata:
"IHm. murid dari pengemis tua itu benar-benar hebat,
dugaanmu itu tepat."
suara itu sangat perlahan, tetapi didalam telinga mereka
kedengarannya sangat jelas, tak dapat disangsikan lagi
bahwa suara itu keluar dari mulut seorang yang memiliki
kekuatan tenaga dalam yang tinggi sekali.
Cin Hong berpaling. tampak Seorang tua kurus berbaju
hijau, berusia kira- kira lima puluh tahunan sedang berjalan
menuju kemulut tangga, Wajah can Sa Jie berubah, pelahan-lahan bangkit dari
tempat duduknya dan bertanya: "cianpwee ini siapa?"
orang tua berbaju hijau itu kakinya menginjak tangga
loteng tanpa menoleh sedikitpun juga hanya menjawab
sambil tertawa hambar: "Hanya orang yang sedang berlalu"
can Sa Jie memburu dan bertanya pula: "Dengan Cara
bagaimana Cianpwee bisa mengenali aku can Sa Jie?"
orang tua itu pelahan-lahan meneruskan langkahnya
turun kebawah loteng, atas pertanyaan can Sa Jie ia
menjawab dengan sikap yang tetap hambar: "Kau sendiri
yang mengatakan." can Sa Jie lompat ketangga loteng, dari bagian atas ia
mengawasi berlalunya orang tua itu, kemudian berkata
dengan suara nyaring: " Dihadapan yang benar, tidak perlu
membohong. cianpwee sadah kenal suhu mengapa tak
bercakap-cakap dulu sebentar baru pergi?"
"Masih perlu mengikuti orang, tak ada waktu luang"
Demikian orang lelaki berbaju hijau itu menjawab hambar
tanpa menoleh. Ketika Cin Hong dan in-jie memburu Sampai dimulut
tangga, orang tua itu sudah tiba dibawah, mereka hanya
melihat sikap tenang dari orang tua itu dan seCepat kilat
sudah keluar pintu, gerak kakinya yang demikian gesit,
hingga sedikitpun tidak diketahui oleh para tamu yang
berada dibawah loteng. can Sa Jie menggapai kepada Cin Hong berdua lebih
dulu ia lari turun kebawah, lalu disusul oleh Cin Hong dan
InJie. Tetapi segera dipegat oleh pelayan rumah makan
yang memberikan kembalian uang kepada mereka. Setelah
Cin Hong menerima kembali uangnya dan tiba dipintu
rumah makan, orang tua berbaju hijau dan Can Sa Jie
sudah tidak tampak bayangannya lagi.
Pelayan ramah makan menyerahkan dua ekor kuda milik
Cin Hong berdua, Cin Hong lalu bertanya sambil menatap
In-jie: "Nona Yo, sekarang kita harus kemana?"
In-jie sementara itu telah melompat keatas punggung
kuda dan menjawab: "Mari kita sekarang lekas menyusul
suhu. itulah yang terpenting"
Cin Hong pikir juga betul, maka lalu meninggalkan
pesan beberapa patah kata kepada pelayan rumah makan,
^keduanya keluar dari kota Cing cu, menuju keBarat^
Malam bulan sabit sudah muncul dilangit. Tetapi
keadaan disepanjang jalan masih gelup, pohon-pohon
ditempat jauh, dan bukit-bukit se-olah-olah makhluk aneh
yang berjajar merintangi perjalanan- seram dan sunyi.
Kadang-kadang ada bebeberapa ekor kalong yang terbang
rendah dan mengeluarkan suara dari sayap.
In-jie yang masih merasa takut terhadap binatang
Kalong, larikan kudanya mendekaki Cin Hong, namun
masih tetap menyembunyikan perasaan takutnya. ia mulai
mengajak bicara: "Hei, rembulan malam ini tampak sangat
indah, ya?" Cin Hong angkat kepala mengawasi angkasa yang gelap
gulita, baginya sedikitpun tidak ada keindahan, maka ia lalu
menjawab sambil menggelengkan kepalanya. "Tidak.. cuaca
buruk sekali." In-jie merasa kurang senang, katanya sambil
memonyongkan mulutnya^ "Bagaimana kau bisa berkata
demikian" Lihat itu bulan sabit yang sangat indah ...."
Cin Hong masih tetap dengan pendiriannya, ia berkata
sambil menggelengkan kepalanya dan In-jie sangat
mendongkol, ia berseru: "Hei, janganlah kau menyebutkan
nama kalong. Apakah tidak bisa?"
Cin Hong kini baru ingat bahWa gadis itu takut kepada
saloog, maka buru-buru menjawab^ "Ya, semakin merasa
bahwa bulan itu benar-benar indah. . . . ."
In-jie menarik nafaS dan berkata: "Kata suhu benar, kau
ini memamg benar ada sedikit nakal"
Cin Hong terkejut, tanyanya: "Apa, Suhumu berkata
bahwa aku ini nakal?" In jie menganggukkan kepala,
wajahnya menunjukkan sikap duka.
"Hei, apakah kau percaya perkataan suhumu?" Bertanya
Cin Hong. "Aku tidak percaya, akan tetapi. ..."
"Akan tetapi apa?"
"Akan tetapi kau benar-benar sedikit nakal."
"o Dalam hal apa aku ada sedikit nakal?"
"Umpama kata, ketika aku tadi marah kau lantas cepat
berobah pendirianmu dan mengikuti pandanganku bahwa
rembulan itu indah, apakah itu tidak nakal?"
"Hei Kalau aku mengatakan tidak indah, kau marah.
Aku mengatakan indah, kau juga marah. HabiS bagaimana
aku harus berbuat?" "Kataku, kau ini terlalu pandai berpura-pura"
"o, kiranya begitu, kiranya kau suruh aku berpura-pura
sehingga mirip benar-benar, barulah tidak dianggap nakal."
"Baiklah, apakah kau hendak berkelahi denganku?"
"Haa, tidak. ..... tidak"
"Hem, hanya satu perkataan saja kaU lantas mau ribut
denganku?" "Ya, ya, maaf saja."
"Hei, marilah kita tukar pembicaraan yang lain "
"Dalam surat suhumu telah menyebutkan anak kunci
berukuran huruf Liong, benarkah kau memiliki anak kunci
semacam itu?" "Ya, hanya semula aku tidak menaruh banyak perhatian,
tetapi setelah Suhu pesan demikian, aku merasa heran-"
"Kenapa?" "Anak kunciku ini, jika bukan salah satu dari dua belas
anak kunci emas milik partay oey-san yang hilang,
bagaimana Suhu bisa meninggalkan pesan khusus
kepadaku, supaya jangan diunjukkan dihadapan orang?"
"Hmm. . . ."^ "Jikalau mau dikata seperti apa yang telah kau katakan,
bahwa penguasa rumah penjara rimba persilatan itu pada
sepuluh tahun berselang pernah dihadapan dua-belas
partay, mengeluarkan sebuah anak kunci yang berukiran
huruf Liong, sedangkan anak kunci ini berada dileherku
sudah delapan belas tahun lamanya, bukankah ini Sangat
bertentangan?" "Emm. . . ." "Bagaimana kau selalu hem... ,hem^ saja bisanya?"
"Ah, aku sendiri juga tak mengerti."
"Akh " "o, iya. Benarkah kau tak mempunyai ibu dan ayah?"
"Aku tidak tahu, suhu Selama tidak mau
memberitahukan padamu. . . .?"
"Ya, maka sekarang kita harus cepat menyusul"
Selagi mereka memacu kudanya, dari tempat agakjauh
tiba-tiba mendengar suara jeritan yang mengenaskan, suara
itu ditarik panjang-panjang, ke dengarannya seperti orang
yang di siksa. Cin Hong terkejut, ia lalu menghentikan kudanya, dan
bertanya sambil menatap In-jie "Kau dengar tidak. itu suara
apa?" In-jie juga menghentikan kudanya, ia berpaling kekiri.
kearah datangnya suara tadi kemudian baru berkata:
"Seperti ada orang disiksa . . . . "
Belum habiS ucapannya, Suara jeritan itu terdengar pula,
suara itu sangat mengerikan kemudian perlahan-lahan
menjadi lemah, seperti orang yang sudah mendekati
ajalnya. Cin Hong kembali dikejutkan oleh suara itu, ia segera
memacu kudanya dan dilarikan kearah kiri, disamping itu
ia juga berkata sambil menggapaikan tangannya kearah Injie:
"Nona Yo, mari lekas kita lihat"
In-jie juga memacu kudanya mengikuti Cin Hong,
sebentar saja sudah tiba dihadapan sebuah rimba pohon
cemara, tampak sesosok bayangan orang lari masuk
kedalam rimba. Dalam rimba itu terdapat sebuah jalan
berliku-liku, dari dalam tampak sinar pelita. Cin Hong dan
In-iie lompat turun dari kudanya, kuda mereka ditambat
dibawah pohon, setelah itu mereka lompat masuk kedalam
rimba dengan melalui jalan kecil itu. Masuk rimba kira-kira
sepuluh tombak jauhnya, didalam rimba dibawah daundaun
rindang tampak sebuah kelenteng yang keadaannya
sudah rusak. Kelenteng itu agaknya sudah terlantar dan hancur, tidak
ada yang mengurus. Pintu dan jendela sudah pada bobrok.
disana-sini terdapat pecahan genteng dan reruntuhan daun
kering. Keadaannya sangat mengenaskan. Pada saat itu
ditanah bagian pendopo sedang ada api menyala dari
tumpukan api yang menyala itu terdapat sebatang ruyung
besi yang sudah merah membara , tetapi didalam pendopo
itu tak tampak bayangan seorangpun juga.
Cin Hong dan In-jie menyaksikan semua itu dari
persembunyiannya, tidak terlihat apa- apa yang aneh, maka
lalu keluar lagi, Selangkah semi selangkah menuju
kekelenteng tersebut. Mereka mulai menginjak anak tangga kelenteng dan
mendekati pintunya, dua orang itu masing-masing
melongok kedalam, dan apa yang disaksikan ke-dua2nya
berseru kaget, dan angkat muka saling berpandangan
dengan wajah pucat pasi. Kiranya, dalam pendopo itu, didinding sebelah kiri, saat
itu sedang terbentang Suatu pemandangan yang
mengerikan

Tangan Berbisa Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Seorang pemuda berusia kira- kira dua puluh tahun lebih
dengan badan setelah telanjang, kedua tangan dan kakinya
terpantek diatas dinding badannya berdiri terpisah dengan
tanah. Kepalanya menunduk kebagian dada, dadanya yang
tegap. dan tangan serta pahanya terdapat pecahan bekas
dihajar oleh rotan, pecahan daging dan darah mengalir
turun hingga dibagian bawah kakinya tampak bergumpalan
darah. Tetapi apa yang lebih mengerikan ialah didepan
dadanya terdapat empat lima bagian bekas tanda luka yang
sudah hangus, jelas bahwa luka itu dibakar oleh besi rujung
tadi, yang sudah dibakar menjadi panas.
Cin Hong yang belum pernah terjun didunia Kong-ouw,
sudah tentu belum pernah menyaksikan keadaan yang
kejam dan mengerikan serupa itu, maka Sesaat menjadi
termangu, hatinya berdebaran, terus berdiri tidak juga
bergerak. Barupertama kali ia menyaksikan pemandangan
kejam terhadap sesama manusia Sebaliknya dengan In-jie,
gadis itu malah lebih tenang, hanya sejenak setelah ia
terkejut lantas mendekati Cin Hong dan berkata dengan
suara pelahan: "Heran. bagaimana tidak tampak orang yang menyiksa"
" Cin Hong yang baru saja mulai tenang lantas naik pitam,
mata berputaran mencari-cari diseputaran, lalu berkata
dengan suara keras: "Ini pasti perbuatannya kawanan
pembegal, mari kita lekas mencari dan menangkapnya, lalu
kita serahkan kepada pembesar negeri"
Sehabis berkata demikian lantas memutar tubuh dan
berjalan, in-jie buru-buru menarik tangannya dan berkata
kepadanya: "Pelajar tolol, mana ini perbuatanya kawanan
pembegal" " Cin Hong terCengang. lantas berkata pula dengan suara
keras: "Kalau bukan kawanan begal, tentunya juga
berandal, sama saja. kita harus menangkap mereka"
Setelah itu ia melepaskan tangan dari gengagaman In-jie,
dan lari keluar dari dalam kelenteng. in-jie buru2
menyambar pakaian belakangnya seraya berkata: "Ini juga
bukan dilakukan oleh kawanan berandal, jangan terburu
nafsu dulu" Cin Hong berpaling dan bertanya heran: "Dengan Cara
bagaimana tahu kalaU ini bukan perbuatan kawanan
berandal" " "Kawanan berandal kalau membunuh orang tanpa
banyak bicara, dia membunuh saja habis perkara. Mereka
tak sudi berbuat Seperti ini."
Cin Hong pikir itu memang benar, maka lantas
membalikkan badandan bertanya^ "Kalau begitu, siapakah
yang melakukan" "
In-jie berkata sambil menunjuk ke dalam pendopo: "Kita
masuk dan pergi melihat dulu, jika kau orang itu belum
mati, kita tolong dulu, itulah yang penting"
Cin Hong anggap benar pikiran gadis itu, maka lebih
dulu ia lari masuk ke dalam, ia meraba jantung pemuda itu,
ternyata masih berdenyut maka katanya dengan girang:
"Masih hidup Masih hidup".
"Kalau masih hidup, haruS lekas di turunkan" berkata
In-jie. Cin Hong buru-buru mencabut paku yang digunakan
untuk memanteK tangan dan kaki pemuda itu lalu di
letakkan ditanah, pemuda itu wajahnya Cukup tampan,
hanya luka didadanya yang bekas dibakar dengan ruyung
panas, sudah terlalu dalam masuk kebagian dada. Maka
hatinya lantas pilu, ia berkata kepada In-jie sambil
menghela nafas: "Aaaa Barangkali sudah tak bisa di tolong
lagi...." In-jie juga berjongkok mengulurkan tangannya untuk
meraba-raba jantung pemuda itu, katanya sambil
mengerutkan alisnya. "Dia sudah hampir mati, apakah kau
bisa menggunakan kekuatan tenaga dalammu menyalurkan
kedalam tubuhnya" "
"Suhu pernah mengajarkan aku, hanya aku belum
pernah mencoba. . . ." berkata Cin Hong yang masih belum
berani memastikan- "Kalau begitu lekas kau coba, aku hendak mengajukan
pertanyaan kepadanya"
Cin Hong dengan cepat membimbing pemuda bernasib
sial itu duduk. sedangkan ia sendiri duduk bersila
mengulurkan tangannya dan ditempelkan kebagian jalan
darah Leng-tay-hiat, lalu ia pejamkan matanya untuk
menyalurkan kekuatan tenaga dalamnya ketubuh pemuda
yang bernasib sial itu. Sejak masih kanak-kanak ia Sudah dididik oleh It Hu
Sianseng To Lo Thian, maka kekuatan tenaga dalamnya
juga sudah mencapai ketaraf yang sempurna. Maka hari ini
meskipun baru pertama kali mencobanya, tetapi ternyata
sangat memuaskan. Kira-kira seperempat jam kemudian, badan pemuda sial
itu tampak bergerak-gerak. bibirnya mengeluarkan suara
rintihan. In-jie Segera berkata dengan suara keraS disamping
telinga pemuda itu: "IHai, kau siapa" "
Pemuda itu hanya bergerak-gerak saja bibirnya beberapa
kali, tetapi tidak ada suara yang keluar dari mulutnya.
In-jie bertanya lagi beberapa kali, tetap tidak menjawab,
lantaS angkat muka berkata kepada Cin Hong: "Masih
belum cukup, tambah lagi kekuatanmu"
Cin Hong menyalurkan lagi kekuatan tenaga dalamnya
kedalam tubuh pemuda itu, ia berusaha sekuat tenaga unluk
menolong jiwa pemuda bernasib sial itu. Sehingga dia
sendiri mengeluarkan banyak keringat.
Pemuda yang terluka itu tampak lebih baik keadaannya,
matanya berkedip-kedip. bibirnya bergerak-gerak agaknya
mau bicara. In-jie mengepal-ngepal kedua tangannya, agaknya
sedang memberi semangat kepada pemuda tersebut. Sambil
meng-gerak2kan tangannya ia berseru: "IHai, kuatkan
semangatmu, beritahukan kepadaku, kau ini siapa
sebenarnya" Siapakah yang menganiaya dirimu sehingga
sedemikian rupa" "
Pemuda itu dengan tiba-tiba membuka matanya
mukanya berkerenyit beberapa kali, bibirnya bergerakgerak.
tetapi dari mulutnya hanya tercetuS kata-kata yang
tidak jelas: "Thian. . . Sia. . ."
In-jie berkata dengan perasaan terkejut: "Ha,
kau....apakah kau murid golongan Tnian-sia-pay" "
Dada pemuda itu berdenyut keras, ia mengeluarkun katakata
yang terputus-putus dari mulutnya: "Kim. . . Siok. . .
Yok. . . ." In-jie yang tidak dengar jelas, lantas bertanya dengan
perasaan cemas: "Kim apa" Apa kau seorang She Kim" "
Dada pemuda itu tampak berdebar semakin keras,
dengan tiba-tiba sepasang matanya terbuka lebar, wajahnya
menunjukkan sikap menakutkan, ia hanya dapat
mengeluarkan jeritan: "Kalong. . . ."
Belum habis suaranya kepalanya sudah terkulai, dan
kemudian tak bisa bergerak lagi.
In-jie yang mendengar pemuda itu menyebut nama
kalong. lantas lompat terperanjat. Selagi hendak
menanyakan lagi, tampak terkulai kepalanya, lantas berseru
kaget, dengan kedua tangannya ia menggoncanggoncangkan
pundaknya lalu berseru: "Hei, jangan mati dulu, aku masih hendak bertanya
dahulu kepadamu. Benar-benar aku tadi masih belum jelas
ucapanmu. Kau bernama Kim apa" "
Namun pemuda itu tetap tidak bergerak. Jelas ia sudah
mati. Tentu saja ia tidak dapat hidup kembali Cin Hong
dengan hati pilu menarik kembali tangannya yang
memegangi punggung pemuda itu, lalu meletekkan
ketanah, setelah itu kembali memejamkan matanya, untuk
mengatur pernapasannya . In-jie juga merasa terharu, berpaling dan menanya
kepada Cin Hong: "IHe:, apakah kau tadi tidak dengar jelas,
dia itu bernama Kim apa" "
Cin Hong sudah mengerahkan kekuatan tenaga dalam
terlalu banyak. saat itu perlu harus memulihkan kembali
kekuatan tenaganya maka itu tidak menjawab
pertanyaannya. Akan tetapi, kalau ia tidak menjawab sebaliknya ada
orang lain yang mewakili menjawab pertanyaan In-jie.
Suara ini datangnya dari pintu kelenteng belakang
dirinya, Suaranya jelas, aadalah suara dari orang setengah
umur. In-jie dengan Cepat balikan badannya, tetapi baru saja
berputar setengah, dengan tiba2 diatas penglari terdengar
pula suara yang sangat merdu^ "Biarlah aku saja yang
memberitahukan kepada mereka"
Suara yang terdengar dar ipintu kelenteng itu jelas
suaranya seorang pria. Tetapi suara yang terdengar dari atas
penglari adalah suara yang keluar dari mulut orang wanita
Siapakah pria dan wanita yang muncul seCara tiba2 itu"
Yang mengejutkan Cin Hong dan In-jie adalah. Mereka
berdua sudah cukup lama berada didalam kelenteng itu,
tetapi sedikit pun tak mengetahui bahwa ada seorang
wanita yang tersembunyi diatas panglari. Hal ini saja sudah
merupakan suatu bukti bahwa perempuan itu memiliki
kepandaian yang sangat tinggi, dan kalau perempuan itu
melakukan serangan menggelap. maka Cin Hong dan In-jie
bukankah akan menjadi korban ganasnya"
Suara yang merdu tadi disusul oleh berkelebatnya
bayangan putih yang turun, Seorang pemuda tampan
berbaju putih sudah berada dihadapan Cin Hong dan In-jie.
Pemuda berbaju putih itu ternyata adalah pelajar berbaju
putih yang membeli kipas Cin Hong dirumah makan kota
cing ciu. Pelajar berbaju putih itu jelas adalah seorang pria, tetapi
dengan Cara bagaimana tiba-tiba mengeluarkan suara
seorang wanita" Dan seorang lagi yang masuk dari pintu kelenteng, dia
juga seorang yang mengenakan baju putih, perbedaannya
ialah: berperawakan tegap diwajahnya ditutupi oleh
kerudung kain putih, dipinggangnya tergantung sebilah
pedang pusaka kuno. dari lubang mata, tampak sinarnya
yang tajam, sikap gagah lelaki berpakaian dan berkerudung
putih itu membuat orang tak berani menatapnya terlalu
lama. Dua orang itu sama-sama memakai baju Putih. Sesaat
kemudian setelah bermunculan disitu, satu sama lainnya
berdiri dihadapan tidak menyapa juga tidak bergerak.
Cin Hong dan In-jie tak tahu benar siapa lawan siapa
kawan, maka buru-buru lompat mundur kesamping,
matanya sebentar memandang orang berbaju putih yang
memakai kerudung kain Putih, sebentar pula mengawasi
pelajar berbaju putih yang sikapnya lemah gemulai, siapa
diantara mereka sebetulnya yang melakukan perbuatan
terhadap pemuda yang mengaku sebagai murid golongan
Thian-sia Pay" Mereka lebih tidak tahu, orang berbaju putih
yang mengenakan kerudung muka itu orang bagaimana
macamnya" Apa sebab tidak berani menunjukkan wajah
aslinya" Yo In In yang sudah lama berkelana didunia Kang-ouw.
bagaimana pun juga telah banyak pengetahuan, maka
sejenak setelah itu menenangkan pikirannya, segera diam2
menarik lengan Cin Hong dan berkata dengan suara
perlahan. "Hei, kau sudah lihat atau belum" "
Cin Hong yang pertama kali keluar dari kota Hang ciu
dengan kedudukan sebagai orang rimba persilatan, hingga
saat itu jalan yang dilalui belum Cukup dua ratus pal,-maka
hingga saat itu apa yang dapat dilihat olehnya"
Ketika ditanya demikian, sudah tentu ia lantas menjadi
bingung, jawabnya^ "Tak melihat apa-apa, apakah kau
sudah melihatnya" "
In-jie tujukan matanya ke arah orang berbaju putih yang
berkerudung dimukanya dengan uara agak bersemangat
ucapnya: "Dia itulah orangnya, yang aku pernah
katapadamu hari situ"
Dalam hati Cin Hong terperanjat, ia bertanya kaget, "Aa.
..apakah orang yang mempunyai gelar Tamu Tak Di
Undang Dari Dunia Luar" "
In-jie mengangguk-anggukkan kepala dan berkata:
"Emm, dandanannya mirip dengan tamu tak di undang dari
dunia luar yang pernah tersiar di kalangan Kang-ouw,
sudah pasti dia" Pemuda pelajar berbaju putih agaknya sudah dapat
menangkap pembicaraan mereka yang dilakukan dengan
suara perlahan. Dengan tiba-tiba palingkan mukanya, dan
tersenyum manis terhadap Cin Hong berdua, kemudian
berkata Sambil menggeleng-gelengkan kepala^ "Bukan, dia
adalah barang tiruan"
orang berbaju dan berkerudung kain putih putih yang
mendengar ucapan itu lantas perdengarKan suara
tertawanya, ia juga perlahan-lanan berpaling menghadapi
Cin Hong berdua katanya lambat-lambat,
"Dia..... adalah Liu Kwie-hui salah seorang dari empat
serangkai golongan kalong ...." Maksudnya ia berkata
demikian ialah "Mereka orang-orang golongan kalong
sudah menciptakan seorang lagi tamu tidak diundang dari
dunia luar yang lain, sekalipun orang itu sedikitpun tidak
mengerti ilmu pedangnya delapan jurus dengan huruf Eng,
tetapi asal pakaiannya sama dengan aku juga bolehlah
untuk mengelabuhi mata orang"
Cin Hong yang mendengar itu meraSa terkejut heran.
Pikirnya: "Kiranya pelajar berbaju putih itu adalah seorang
wanita yang menyamar, pantas matanya demikian menarik,
tetapi kalau dia orang Wanita dengan Cara bagaimana
lehernya ada tulangnya yang menonjol" "
Selagi masih merasa bimbang, tiba-tiba sudah terdengar
suara orang yang mengenakan kerudung muka kain putih.
"Kau jangan kira karena lehernya ada tulang menonjol
lantaS merasa Curiga terhadap keteranganku, tulang itu


Tangan Berbisa Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

adalah barang tiruan yang digunakan dalam
penyamarannya " Cin Hong baru Sadar, setelan mengeluarkan seruan
kagetnya, matanya kembali ditujukan kepada pelajar
berbaju putih, dalam hati berpikir, apabila ucapan orang
berbaju putih yang mengenakan kerubung itu benar, maka
orarg-orang golongan kalong yang semalam muncul di kota
Hang ciu, kecuali Wanita yang menamakan diri To Kwiehui
dan Liu Kwie bui yang sekarang dihadapannya itu,
pasti masih ada seorang Wanita lagi yang disebut oilh
mereka Sebagai Ratu dan seorang lain lagi yang disebut
Wanita agung. on Pangcu dari golongan kalong itu entah
orang bagaimana maCamnya" Mereka demikian berani
menggunakan sebutan-sebutan Ratu, Raja, Bangsawan dan
lain-lainnya, untuk membedakan kedudukannya, apakah
mereka itu tidak takut melanggar undang-undang"
Sementara itu pelajar berbaju putih ketika mendengar
ucapan orang berbaju putih yang mengenakan kerudung
dimukanya, sikapnya masih seperti biasa, setelah diam
sejenak, ia baru berkata sambil tersenyum: "Dengan
Caramu yang membuka rahasia seCara blak-blakan ini,
apakah kau ingin mendapatkan keperCayaan mereka,
bahwa kau ini adalah tamu tidak diundang dari luar yang
tulen" " Sepasang mata orang berbaju putih itu mendadak
beringas. seCepat kilat maju selangkah, dengan tangan
menggenggam gagang pedangnya, sikapnya tampak sangat
marah. Lui Kwie-hui dengan Cepat mundur selangkah, dengan
sikapnya yang menarik sebagai seorang perempuan Cantik,
berkata sambil tersenyum: "Jangan marah dulu kau barang
kali sudah tahu jelas, aku Liu Tek meskipun tak bisa
memenangkan dirimu, tetapi kau juga belum tentu bisa
menahan diriku" orang berbaju putih itu terpaksa menahan amarahnya,
memperdengarkan suara tertawa dingin dan berkata:
"Kalau begitu, ajaklah aku pergi, aku hendak menjumpai
orangmu yang menciptakan diri sebagai tamu tak di undang
dari dunia luar itu"
Liu Kwie hui angkat pundak dan tertawa, kemudian
berkata: "Tadi siang kau menyamar sebagai orang tua
berbaju hijau mengikuti jejakku, apakah lantaran urusan
ini" " "Benar" menjawab orang berbaju putih sambil
menganggukkan kepala, "aku tidak bisa membiarkan nama
julukan Tamu tak di undang dan dunia luar tertulis dalam
buku nama golongan kalian partay kalong"
"Kau semakin bicara semakin mirip dengan tamu tak
diundang dari dunia luar, sebetulnya tamu tidak di undang
dari dunia itu masuk menjadi anggauta kita dan menjadi
anggauta pelindung hukum, itu adalah kemauannya sendiri,
kau tak perlu khawatir namanya akan ternoda" berkata Liu
Kwie hui sambil tertawa. orang berbaju putih berkerudung muka mengeluarkan
suara dari hidung, lalu maju dengan melangkahi jenazah
pemuda tadi, setindak demi setindak mendekati Liu Kwiehui.
Liu Kwie-hui berdiri membelakangi dinding kelenteng
berjalan memutar, ia berkata sambil tertawa:
"Jikalau kau juga bisa menggunakan ilmu pedang
delapan jurus huruf Eng, aku dengan senang hati bawa kau
menjumpai tamu tak di undang dari luar dunia. . . ."
orang berbaju putih berkerudung muka itu dengan tibatiba
menjadi marah, dengam menggeram, tangan kanannya
menghunus pedang yang berkilauan, meluncur kediri Liukwiehui kejadian itu berlangsung sangat cepat sekali hanya
tampak terlihat berkelebat terang sinar pedang dan disusul
berkelebatnya bayangan orang kemudian terdengar suara
nyaring delapan kali dengan beruntun, tiga rupa kejadian
itu hampir berlangsung dalam waktu yang bersamaan, juga
hampir pada waktu yang sama telah menghilang.
Waktu Cin Hong dan In-jie pasang mata kembali. wanita
yang menyamar sebagai lelaki yang bernama Liu Kwie-hui
itu kini sudah tidak tampak lagi bayangannya, hanya
ditempat ia berdiri dibelakang dindingnya tadi tampak
sebuah huruf "Eng" yang besar Sekali. dan dibawah dinding
itu terdapat sepotong kain putih yang merupakan sepotong
robekan kain putih dari Liu Kwie-hui.
HHuruf "Eng" yang targores dengan ujung pedang diatas
tembok itu, dalamnya kira-kira tiga dim, ditulis dengan
tangan yang kuat sekali. Cin Hong sebagai seorang pelajar yang terkenal pandai
melukis, dengan sendirinya juga merupakan seorang yang
pandai menulis, waktu itu ketika melihat orang berbaju
putih itu bisa menggoreskan huruf Eng" demikian kuat
dengan ujung pedang, diam-diam merasa kagum, dalam
hatinya pikir, orang itu bisa menggabungkan ilmu suratnya
dengan ilmu pedangnya, sehingga memiliki kepandaian
tinggi, jelas dia adalah tamu yang tidak diundang dari dunia
luar yang tulen. orang berbaju putih berkerudung muka itu perlahanlahan
masukan pedangnya kedalam sarungnya. lalu
berpaling kearah kiri dan berkata dengan suara berat:
"Sekarang kau barangkali suka mengajak aku untuk
menjumpai tamu yang tidak diundang dari dunia luar yang
menjadi anggota pelindung huhum dari partaimu" "
Cin Hong dengan Cepat berpaling, saat itu barulah
melihat bahwa Liu Kwie-hui sedang berdiri tenang diatas
runtuhan tembok, lengan kiri bajunya terdapat sepotong
yang terobek oleh ujung pedang.
Meskipun coba bersikap setenang mungkin, namun
masih belum berhasil menutupi perasaan takutnya.
Ketika mendengar ucapan orang berkerudung itu, lantas
berkata dengan sikap acuh tak acuh: "ini sesungguhnya
merupakan suatu penemuan yang sangat lucu, tak disangkasangka
dalam rimba persilatan masih ada orang lain yang
memiliki delapan jurus ilmu pedang dengan huruf "Eng",
Kalau demikian halnya, aku bersedia mengajak kau untuk
menguji kebenarannya dengan tamu tidak diundang dari
dunia luar yang berada didalam markasku" Sehabis berkata
demikian ia lantas berjalan menuju kepintu.
orang berbaju putih yang mengenakan kerudung muka
itu mengikuti dibelakangnya, lantas bertanya kepada Cin
Hong Sambil mengawasi padanya: "Apakah kau murid It
Hu Sianseng" " Cin Hong segera memberi hormat dan menjawab: "Ya,
boanpwee Cin Hong. ..."
orang berbaju putih itu tampaknya terperanjat, ia
menghentikan kaki dan berseru kaget: "Apa" Kau bernama
Cin Hong" " Cin Hong juga merasa bhean, ia memberi hormat lagi
seraya berkata. "Bukan, boanpwee she chin, cin Sie ong,
punya cin-Nama boanpwee hanya satu huruf, Hong. Hwa
Hong punya Hong" orang berbaju putih itu kembali mengeluarkan suara
"oo." memperhatikan Cin Hong lebih dalam, kemudian
baru bejalan keluar"
Sebelum meninggalkan kelenteng itu ia berkata lagi
kepada Cin Hong: "Lanjutkan usahamu untuk menyusul
Suhumu supaya leKas pulang, beritahuKan kepadanya
bahwa raja rase yang dahulu, kini telah muncul kembali"
Cin Hong buru-buru menyusul dan bertanya sambil
memberi hormat: "Locianpwee, siapakah orang yang
dinamakan Raja Rase itu" "
orang berbaju putih itu mengikuti jejak Liu Kwie-hui
melangkah keluar, lalu menjawab: "Sekarang tidak perlu
banyak bertanya, setelah kau berhasil mencandak Suhumu,
sudah tentu dia nanti akan memberitahukan padamu"
In-jie buru-buru bertanya : "Locianpwee, masih ada
seorang muda yang sudah mati, dia menyebutkan namanya
seorang she Kim. Siapakah sebetulnya itu" "
orang berbaju putih yang mengikuti jejak Liu Kwie-hui,
setelah berada diluar kelenteng lantas menuju kedalam
gelap gulita, suaranya dari-jauh terdengar. "Dia adalah
murid kesayangan ketua Thian-sia-pay yang sekarang,
namanya Yao Kiam Eng. beberapa bulan berselang
terpincuk oleh dua belas klongCu dan partay kalong, telah
terjerumus kedalam pengaruh mereka. Setelah menyadari
rencana keji mereka ia pikir hendak melawan, tetapi sudah
tidak keburu." Ketika suara itu tak terdengar lagi, orangnya juga sudah
menghilang ditempat gelap.
Malam itu kembali diliputi oleh kesunyian, hanya suara
ledakan api yang membakar kelenteng itu masih menyinari
jenasah pemuda itu yang maSih menggeletak ditanah.
Keadaannya sangat menyeramkan ....
Cin Hong dan Injie saling berpandangan dengan keadaan
bingung, in-jie yang lebih dulu memeCahkan kesunyian,
katanya: "orang yang mengenakan kerudung muka itu
bohong" "Lho Kenapa" " Bertanya Cin Hong heran.
In-jie mengulurkan tangannya menunjuk jenasah
pemuda tadi ditanah, dan berkata: "Pemuda tadi sebelum
merutup mata jelas mengatakan orang she Kim, entah apa
namanya. Tetapi orang itu tadi mengatakan namanya Yap
Kiam Eng, apakah itu bukan bohong" "
"Ha a, aku ingat pemuda itu seperti mengatakan
perkataan apa Kim Siok Yok, kemudian menjerit dan
mengeluarkan perkataan kalong lantas mati. ..."
In-jie angkat muka mengawasi huruf "Eng" didinding
tembok, berkata dengan perasaan bimbang: "Kau lihat
orang berkerudung muka itu betul adakah tamu tak
diundang dari dun luar yang tulen atau bukan" "
"Aku lebih suka mengatakan dia yang tulen. Sebab
tampaknya dia ada orang dari golongan kebenaran-"
Menjawab Cin Hong. "Dalam rimba persilatan telah muncul dua tamu tak
diundang, kali ini pasti akan terjadi keramaian" berkata In
jie sambil tertawa. Cin Hong terkejut, berkata sambil tertawa: "Apa kau
suka menonton keramaian" "
"Em, apakah Kau sendiri tidak suka" "
"Aku kira, kesukaan semaCam ini tidak sedikit kejam. . .
." "Urusan yang tidak menyangkut kita, perduli apa" "
"Ah, itu tidak baik "
Wajah Injie lantas menjadi merah, ia berdiri
membelakangi Cin Hong, dan berkata: "Pelajar tolol, apa
yang tidak baik. . . ."
Cin Hong buru-buru membalikkan badannya dan berkata
sambil menjura: "Maaf, aku salah kata, harap kau
maafkan." In-jie tertawa, lantas memutar dirinya dan berjalan
keluar dari kelenteng. Katanya: "Jalan, kita juga sudah
seharusnya pergi menyusul suhu"
"Tunggu sebentar, kita kubur dulu pemuda Yap Kiam
Eng ini, kau pikir bagaimana"
"Menyusul suhu lebih penting Bagaimana kita masih
akan mengurusi urusan kecil yang begitu banyak" "
Cin Hong terpaksa mengikuti gadis itu keluar dari
kelenteng, dan orang itu keluar lagi ke rimba pohon
Cemara, ketika berjalan ketempat mereka menambat kuda,
tetapi kuda itu hanya tinggal seekor milik In-jie, seekor yang
lain sudah tak tampak lagi bayangannya, tampaknya seperti
sudah dicuri orang. In-jie sangat mendongkol, katanya: "Maling kuda Maling
kuda Kalau tertangkap pasti akan kupatahkan kakinya"
"Jangan kau patahkan kakinya, serahkan kepada polisi
Sudah Cukup," Berkata Cin Hong sambil menggelengkan
kepala. In-jie yang melihat kebiasaan Cin Hong selalu tidak lupa
kepada pembesar negeri atau pengadilan, lantas
mengerutkan alisnya dan berkata padanya sambil menghela
napas: "Hai, kau ini kutu buku, kiraku sudah waktunya
harus dicuci otakmu"
Cin Hong garuk-garuk kepalanya yang tidak gatal dan
bertanya: "Kenapa" Apakah perkataanku salah" "
"Sudah tentu salah. Didalam rimba persilatan siapa
orang yang suka berbicara soal hukum padamu" "
"Ini tidak baik, jika semua orang tak mau berbicara soal
hukum bagaimana nanti jadinya" "
"Ah, aku tidak perlu berdebat denganmu lagi. Sekarang
bagaimana" " Berkata In-jie yang masih mendongkol.
Cin Hong mengambil kudanya dan diberikan kepadanya,
kemudian berkata: "Naiklah kau, aku akan mengikuti
dibelakangmu sambil lari juga tidak apa."
In-jie menggeleng-gelengkan kepala dan berkata sambil
tersenyum: "Tidak. kalau mau kita sama-sama naik atau.
..." Jantung Cin Hong berdebaran, katanya^ "Atau
membuang kuda kita" "
In-jie mengeluarkan suara dari hidung, kemudian berkata
dengan sinis^ "Ya, kau sungguh royal sekali"
"Kalau begitu kita tarik saja sambil lari bersama-sama,
bagaimana" " In-jie pentang lebar matanya dan berkata^ "Lari sambil
menarik kuda" ini berarti suatu pekerjaan yang sangat
berat." Cin Hong menarik napas dalam-dalam, katanya: "Kalau
begitu, dimalam hari toh tidak ada orang yang melihat kita
duduk bersama-sama, bagaimana" "
Muka gadis itu kembali menjadi merah, ia berpikir-pikir
sebentar, lalu menghela napas dan kemudian berkata: "Apa
boleh buat terpaksa harus begitu saja"
Dengan demikian, dua orang itu lantas menunggang
seekor kuda. Cin Hong didepan, In-jie dibelakang, mereka
melarikan kudanya keluar dari dalam rimba. . . .
Dalam perjalanan itu Cin Hong tiba-tiba merasa
dibelakang kudanya ada hawa panas yang menghembus, ia
sebetulnya tahu hawa itu adalah perbuatan in-jie yang
menggoda dirinya, namun dalam hati terkejut juga , sebab


Tangan Berbisa Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pikirnya, gadis itu berani, terhadap seorang pemuda masih
berani main-main demikian tanpa malu-malu. Selagi masih
berpikir demikian kembali belakang kuduknya merasa ada
hawa hangat yang meniup, Kali ini diam-diam ia merasa
girang, maka lalu mengangkat tangannya dan meraba
belakang kuduknya, seraya berkata sambil tertawa: "Nona
Yo, apakah ini" "
"Apa" " "Dibelakang kudukku ini dua kali merasa panas."
"Aku tidak tahu."
"Hai, ini sungguh anah. . . ."
"Kau Selalu mengherankan orang "
"Ya ..... . Haa Aku merasakan ada hawa panas lagi"
"cis" Barangkali dari lubang hidungku yang keluar hawa"
"Begitu besar lobang hidungmu" "
"Ehm, dari dua lobang hidung mengeluarkan hawa
berbareng. sudah tentu besar"
Cin Hong mendengar ucapan in-jie itu ternyata masih
berbau kekanak-kanakan, maka dalam hati diam-diam
merasa senang, kiranya ia hidup sampai demikian besar,
meskipun belum pernah mempunyai kenalan seorang gadis,
tetapi sebab sering bergaul di antara orang-orang terpelajar
ternama, gadis gadis dari kalangan tinggi yang dilihatnya
juga tak sedikit, namun ia selalu merasa bahWa gadis gadis
itu umumnya terlalu mengekang diri, hingga tidak bisa
berlaku bebas, sudah tentu tak bisa di bandingkan dengan
gadis-gadis dialam bebaS, baik gerak-gerik maupun tingKah
lakunya semuanya demikian wajar tanpa dibuat-buat.
"Kenapa kau tak bicara lagi"
"Hmm, kalau benar haWa yang keluar dan lubang
hidung, apa lagi yang harus dibicarakan" "
"Berlagak bodoh"
"Ha. .hahahahahaa.. ."
"IHei, Cin Hong."
"Emm" "Aku panggil kau Cin Hong, kau toh tak akan menolak
bukan" " "Sudah tentu tidak, kita sama2 tingkatan-Panggil saja
nama masing2, itulah yang paling baik"
"Kalau begitu kau nanti akan memanggil aku apa" "
"Aku akan memanggilmu In-jie."
"Baik sekarang coba kau panggil"
"In-jie" "Emm" "in-jie" "Emm" "Sudah cukup" "
"Baik, tetapi apakah kau tidak anggap aku terlalu liar" "
"Tidak, kukira orang muda seharusnya memang begitu."
"Bagaimana Orang tingkatan tua" "
"orang tingkatan tua sem^anya sudah disekap dalam
rumah penjara rimba persilatan. sekarang adalah kita orangorang
generasi muda yang sudah tiba waktunya untuk
bergerak" "Dengan perkataanmu itu, seolah-olah suhu kita juga
sudah disekap didalam penjara" "
"Tidak.. suhuku orangnya cakup mengerti."
"Suhuku juga " "oh, tetapi bagaimana mereka bisa berpisahan" "
"Itu disebabkan karena suhumu gemar minum arak,
hingga lupa daratan. Kabarnya tiap hari minum sampai
mabok" " "Masih ada sebab lagi, kudengar kabar, katanya suhumu
tidak Suka kedapur" "
"Ini tak bisa menyalahkan suhu, sebab suhu memang
tidak bisa menanak nasi. Kalau masak. selalu saja."
"Ha-haaa, kau sendiri bisa masak nasi atau tidak" "
"Aku bisa, dan kau sendiri gemar minum arak atau
tidak" " "Tidak.jika kadang-kadang ketemu. harus minum dalam
perjamuan, hanya minum sedikit saja"
"Bohong, kemarin malam kalian empat cai-cu dari
daerah Kang Lam telah minum diatas perahu sehingga
mabok" "Itulah mereka, Sedangkan aku tidak."
"Hei, Cin Hong "
"Emm " "Apabila kita tak berhasil mencandak Suhu, lalu
bagaimana" " "Kita melatih kepandaian ilmu kita, untuk digunakan
menggempur rumah penjara rimba persilatan, lalu
menolong keluar mereka semua orang golongan putih "
"Waktu itu apakah aku masih berdiri satu garis
denganmu" " "coba kau katakan sendiri, bagaimana" "
"Aku tidak mempunyai ayah dan ibu. Ayah ibuku semua
sudah mati terbunuh."
"Aaa, Siapakah yang membunuhnya ...," "
"Aku tidak tahu, aku telah ditolong oleh suhu dari
sebuah kereta kuda yang terbalik, WaktU itu aku baru
berumur dua tahun...."
"TaK dapat menemukan asal-usul musuhmu" "
"Tidak. Menurut dugaan suhu. ayah ibuku adalah kaum
pedagang yang kaya raya, dan dalam perjalanannya menuju
kelain kota telah dibegal oleh brandal dan kemudian
dibunuh mati." "Ai Kawanan berandal itu sesungguhnya terlalu kejam
sekali" "Kelak pada suatu hari. apabila aku dapat menemukan,
aku akan bunuh mati mereka"
"Menuntut balas bagi ayah dan ibu itulah suatu
kewajiban dan suatu hal yang seharusnya."
"Cin Hong " "Em " "Apabila kita tak dapat mencandak Suhu kau lukiskan
lagi gambar potretku. Maukah kau" "
"Untuk apa" "
"Suhu yang menghendaki."
"oo, baiklah " "Lukisanmu sungguh bagus "
"Mana" Kau terlalu memuji."
"Beritahukan kepadaku, malam itu meng apa kau
melukis gambarku" "
"Tak enak ah, kalau aku katakan sebabnya."
"Tak apa, katakanlah "
"Waktu pertama kali aku melihatmu. . . . IHai, lekas
lihatlah Didepan itu bukankah ada seekor kuda" "
"Hei, iya. Betul seekor kuda"
"Apakah bukan kuda kita yang hilang itu" "
"Mari lekas kita kejar "
"Baik " Mereka lalu melarikan kudanya, dan dalam waktu
sekejap mata sudah berhasil mencandak kuda didepannya.
Begitu dilihatnya, memang betul adalah kuda mereka yang
hilang itu. Tetapi waktu itu diatas kuda ada duduk seorang
pemuda berpakaian mesum, agaknya sedang menikmati
pemandangan malam. Pemuda itu tampaknya sangat tenang Sekali. Dia,
dengan wajahnya yang mesum, rambutnya yang acakacakan,
bukan lain dari pada murid pangcu golongan
pengemis yang tersayang, yang menyebut dirinya sendiri
sebagai can Sa Jie. Cin Hong sesangguhnya merasa diluar dugaan itu buruburu
menghentikan kudanya dan memanggil2nya dengan
perasaan girang: "Saudara can Sa, kiranya kau yang
mempermainkan kita^"
Sepasang mata can Sa Jie yang sudah besar semakin
terbuka lebar, ia berkata sambil tertaWa aneh^ "Iya Dengan
uang juga tak bisa membeli permainan yang menggairahkan
ini" In-jie marah, lantas memaki-maki padanya: "Maling
kuda Tidak tahu malu"
can Sa jie mengawasi In-jie dengan matta menyipit,
katanya dengan ketawa CeCengesan. "Kau seharusnya
menambah kata kau yang baik hati dibawah kata-katamu
Maling Kuda, bukankah begitu" "
sepasang pipi In-jie menjadi merah, katanya: "cis Turun,
Aku hendak memotong pahamu"
can Sa Jie kembali tertawa mengejek dan berkata:
"Sebaliknya biarlah tetap begini saja, aku can Sa Jie
sekarang mendapat kesempatan menunggang kuda,
sedangkan kalian juga jarang dapat kesempatan
menunggang seekor kuda bersama-sama, bukankah begitu"
" In-jie sebetulnya memang merasa berat turun dari
kudanya, maka lantas tertawa dan kemudian menepok
pantat kudanya seraya berkata. "Jalan Kita jangan berjalan
bersama-sama dia" ^ Cin Hong menurut dan mulai memaCu kudanya lagi. cin
Sa Jie mengikuti dibelakang, katanya Sambil tertawa: "cin
Bong kau sikeledai ini sebentar saja sudah terpikat olehnya"
Cin Hong lantas menjadi merah wajahnya ia berpaling
dan berkata pada in-jie dengan Suara pelahan:
"Sungguh tidak enak didengarnya. Kita tunggu saja dia "
In-jie tak menurut, ia berpaling dan berkata, "Dia paling
menjemukan, suka sekali menggoda orang "
"Kau berlagak tabah, dia tidak akan menggoda lagi"
can Sa Jie menunggang kuda seorang diri bisa lari lebih
Cepat, dalam Waktu singkat Sudah berhasil menyusul Cin
Hong dan in-jie, kemudian kembali berkata sambil tertawa
Cengar-Cengir^ "Sudah lama aku melihat dan mendengar.
Kini engkau merasa malu apa gunanya" "
In-jie membusungkan dadanya, katanya dengan sikap
berani^ "Pergi kau Siapa yang malu" "
can Sa Jie kaget. katanya heran: "Hah, bagaimana kau
berubah demikian cepat" "
In-jie angkat muka, katanya dengan sikap menantang:
"Kenapa" "
can Sa Jie menyaksikan gadis itu sudah tak malu-malu
lagi, ia merasa kurang senang, terpaksa tertawa saja sambil
angkat pundak^ dan kini benar-benar tidak menggoda lagi.
Cin Hong lalu berpaling kepada In-jie dan tersenyum
Mayat Kesurupan Roh 2 Pusaka Rimba Hijau Karya Tse Yung Senopati Pamungkas 26

Cari Blog Ini