Ceritasilat Novel Online

Irama Seruling Menggemparkan 18

Irama Seruling Menggemparkan Rimba Persilatan Karya Opa Bagian 18


Matanya berkali-kali menunjukkan sinar kecurigaan, agaknya dari gerakan pemuda itu mengingatkan kepadanya kepada salah seorang sahabat lamanya.
Nie Suat Kiao diam2 menarik napas lega, ia berpaiing
mengawasi jalannya pertempuran.
Orang berjubah hijau tiba2 melompat mundur tiga langkah dan berseru: "Tahan."
Siang-koan Kie menurut, ia menghentikan serangannya
kemudian bertanya: "Ada apa?"
Mata orang berjubah hijau ditujukan kepada Nie Suat Kiao, lalu bertanya kepadanya: "Kiauw jie! Apakah ia sudah pulih ingatannya?"
"Sudah pulih seluruhnya," menjawab Nie Suat-Kiao.
Mata orang berjubah hijau lalu ditujukan kepada Wan
Hauw yang rebah ditanah, kemudian dialihkan kewajah Siangkoan Kie, katanya: "Kepandaianmu dengan kepandaian
pemuda itu ada banyak yang persamaan. Apakah kalian dapat pelajaran dari satu guru?"
"Kalau iya, mau apa?" demikian Siang-koan Kie balas
menanya. Mata orang berjubah hijau tiba2 memandang jauh,
katanya: "Jikalau kau bisa memberitahukan kepadaku dimana adanya sekarang orang yang memberi pelajaran ilmu silat kepadamu itu, dalam pertempuran hari ini aku akan
memberikan jalan hidup."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Siang koan Kie setelah pulih kembali semua ingatannya, yang dirasakan saat itu hanya kekuatan tenaganya banyak berkurang. Tangan dan kakinya masih merasa lelah, kekuatan tenaga dalamnya kurang sempurna sehingga setiap
gerakannya dirasakan tidak leluasa seperti biasa. Ia tahu bahwa dalam pertempuran itu tidak menguntungkan bagi
dirinya kecuali apabila ia sudah bertekad hendak mengadu jiwa. Maka ia terus mencari kemenangan dengan
menggunakan akal. Sambil mengatur pernapasannya, otaknya diam-diam bekerja memikirkan caranya untuk melawan
musuhnya. Sementara itu mulutnya menjawab: "Apakah kau kenal dengannya?"
"Tokoh2 kuat yang ada namanya dalam rimba persilatan, sebagian besar aku dapat menyebut namanya, tetapi mereka orang2 yang mengenal diriku hampir sudah tak ada. Asal kau dapat menerangkan bentuknya, aku dapat menyebut
namanya" Siang-koan Kie sementara itu dalam hatinya berpikir:
"apabila aku menerangkan wajah dan keadaan suhu, mungkin ia akan melakukan tindakan yang tidak menguntungkan bagi suhu. Sebaiknya aku permainkan dirinya, memberikan satu kesan yang membingungkan supaya aku mendapat
kesempatan yang cukup panjang untuk memulihkan kekuatan tenagaku"
"Suhu yang memberikan pelajaran padaku jarang sekali
menampakkan muka dihadapan orang luar. Sekalipun aku
beritahukan padamu, mungkin kau juga tak mengenalnya"
"Begitukah" Coba kau katakan!" berkata orang berjubah hijau itu.
Siang-koan Kie berkata sembarangan, tidak diduga bahwa orang berjubah hijau sudah menganggap benar keterangan pemuda itu, hingga Siang-koan Kie diam2 merasa khawatir, pikirnya: "celaka, seumur hidupku aku jarang berbohong.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Apabila keterangan ini terdapat kelemahan, pasti akan diketahuinya"
Dalam cemasnya, tiba2 dia teringat pengalamannya di
dalam gua yang diliputi kabut dan dua buah bangkai manusia yang dilihatnya didalam gua itu.
Tempat yang sangat misterius dan pengalamannya yang
menyeramkan, terus berkesan dalam otak Siang-koan Kie, maka dbawah pertanyaan orang berjubah hijau yang terus mendesak ingatannya kembali pada pengalamanya itu.
Ia mendongakkan kepala mengawasi awan dilangit
kemudian berkata dengan suara perlahan: "Orang yang
mendidik aku...." Oleh karena ia jarang mambohong, maka ucapannya
dirasakan kurang tepat, hingga membungkam tiba2.
Mata orang berjubah hijau itu terus ditujukan ke wajah Siang koan Kie. Sebagai orang yang sudah banyak
berpengalaman, diam2 ia hendak menyelidiki perubahan sikap Siang-koan Kie, takut apabila dibohongi. Sikap tidak tenang Siang-koan Kie, telah menimbulkan salah duga manusia licik itu. Dianggapnya pemuda itu merasa tidak tenang hatinya karena membocorkan jejak gurunya, sehingga kecurigaannya mulai lenyap.
"Meskipun tidak terhitung jumlahnya orang yang kubunuh sehingga namaku dikenal sebagai orang yang terlalu kejam sehingga ditakuti oleh orang2 rimba persilatan, tetapi seumur hidupku, aku belum pernah mengingkari janjiku sendiri. Asal kau menerangkan bentuk suhumu, hari ini aku tidak
mengganggu kalian." Demikian katanya.
Siang-koan Kie menengok kepada Nie Suat Kiao. Gadis itu ternyata menunjukkan sikap penuh pengharapan, berkata gadis itu kepedanya "Lekas terangkan, apa yang dijanjikan oleh ayah, salalu dipenuhinya."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Orang berjubah hijau itu memperdengarkan suara
dihidung, kemudian berkata: "Apakah kau juga berpikir akan mendapat ampun dariku?"
Siang-koan Kie tergerak hatinya, ia berkata dengan sikap sungguh2: "Apabila kau tidak mengijinkan ia berlalu bersama kita, sekalipun aku akan binasa dimedan pertempuran, juga tidak sudi menerangkan wajah suhu.?"
Orang berjubah hijau itu berpikir sejenak, kemudian
berkata sambil mengawasi Nie Suat Kiao: "Kalau begitu menguntungkan kau budak hina ini...."
Matanya menatap kembali kewajah Siang-koan Kie dan
sambungnya: "Katakanlah!"
"Aku masih ada satu syarat, jikalau kau sudah terima baik, aku baru mau menerangkan.?"
"Syarat apa?" "Aku hanya dapat menerangkan wajahnya, tetapi kau tidak boleh menanyakan tempat sembunyinya."
Orang berjubah hijau itu tertawa dingin, ia hendak marah, tetapi kemudian berpikir lalu berkata, "Aku terima baik permintaanmu."
"Orang yang mendidik pelajaran ilmu silat kepadaku bukan Cuma seorang."
"Bukan Cuma seorang, apakah dua orang?""
"Betul, seorang laki2 dan seorang perempuan."
"Apakah mereka suami istri?"
Siang-koan Kie segera berpikir: "Dilihat dari keadaannya dua bangkai itu, tidak mirip suami istri"
Maka ia segera menjawab sambil menggelengkan kepala:
"Bukan.?" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kalau begitu tentunya kakak beradik."
Siang-koan Kie berpikir: "Tidak peduli mereka kakak
beradik atau bukan, toch tidak ada salahnya dianggap sebagai kakak beradik, maka ia menganggukkan kepala sebagai
jawaban. "Bagaimana macamnya dua orang itu?"
"Meskipun mereka denganku mempunyai hubungan antara
guru dengan murid, tetapi tidak ada ketentuan secara
resmi..." "Apakah mereka, tidak bisa menerima murid kepadamu
secara resmi?" Siang-koan Kie sebenarnya sedang pusing memikirkan
bagaimana untuk memberi jawaban tepat atas pertanyaan itu, ketika mendengar perkataan orang itu, ia buru-buru
menjawab: "Betul?" sambil menganggukkan kepala.
"Laki-laki itu usianya kira2 empat puluhan dan yang
perempuan sekitar tiga puluhan, betul tidak?"
Siang-koan Kie menganggukkan kepala.
Karena waktu itu meskipun ia menyaksikan keadaan dan
pakaian dari mayat itu, tetapi mengenai usia mereka, ia tidak dapat menduga dengan pasti, maka atas perkataan orang berjubah hijau itu ia hanya bisa menganggukkan kepala.
Orang berjubah hijau itu tiba2 bertanya dengan suara
nyaring: "Kedua orang itu bukankah berada digunung Pek-bhe-san?"
"Mereka sudah pesan wanti2 bahwa aku tidak boleh
memberitahukan tempat tinggal mereka kepada siapapun
juga" "Bagaimana dandanan mereka?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pertanyaan itu segera menimbulkan kenangan sedih Siangkoan Kie, hingga ia menarik napas panjang.
Pada saat itu, tiba2 terdengar suara geraman perlahan, Wan Hauw yang rebah ditanah tiba2 bangkit.
Orang berjubah hijau itu memandang Wan Hauw sejenak,
mulutnya berkata: "Sungguh panjang umurmu."
Siang-koan Kie setelah mengawasi Wan Hauw sejenak,
baru menjawab "Dandanan kedua locianpwee yang memberi pelajaran ilmu silat kepadaku itu, sama dengan orang biasa"
"Jikalau bukan kedua orang itu yang menolong kau, setelah kuhajar kau jatuh ke dalam jurang, pasti kau sudah hancur lebur badan dan tulang2mu."
-odwo- 55 SEBELUM Siang-koan Kie menjawab, tiba2 dalam hatinya
berpikir: "apabila aku mengaku ditolong oleh dua orang itu, tidak bedanya seperti memberitahukan padanya tempat
mereka" Oleh karenanya maka ia tidak segera menjawab dan
mengalihkan pembicaraannya kepada persoalan lain: "Urusan yang kita bicarakan kini telah selesai, kita juga hendak pergi."
Orang berjubah hijau itu matanya tiba2 dialihkan kepada Nie Suat Kiao katanya: "Kiao-jie, kau kemari."
Nie Suat terperanjat, tetapi ia menghampiri dengan
tindakan perlahan. Orang berjubah hijau itu berkata padanya dengan
menggunakan ilmu menyampaikan suara kedalam telinga:
"Benarkah kau hendak meninggalkan aku?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Anak, anak...." hanya itu saja yang keluar dari mulut Nie Suat Kiao, karena hatinya merasa cemas, maka tidak dapat malanjutkan kata2nya lagi.
"Sekarang, kau mendapat kesempatan untuk menebus
dosamu...." berkata orang berjubah hijau. sejenak ia berdiam, lalu sambungnya: "Kau harus mengerti, apabila aku berniat membunuh mereka, kalian semua tidak akan bisa hidup lagi sampai pagi hari."
"Anak mengucapkan terima kasih yang mana ayah tidak
sampai turun tangan kejam."
"Kau sekarang boleh berjalan ber-sama2 dengan mereka, tetapi tiap tiba disuatu tempat kau harus meninggalkan tanda rahasia, mengerti?"
"Anak ingat." "Bagus, kau boleh pergi.''
Nie Saat Kiao per-lahan2 memutar tubuhnya, selagi kakinya hendak melangkah, tangan kanannya tiba2 dirasakan kejang, hingga seketika itu wajahnya berubah.
Ketika ia berpaling, orang berjubah hijau ternyata sudah pergi, hingga ia memanggil dengan suara nyaring: "Ayah harap tunggu sebentar, anak masih ada sedikit urusan."
Dari jauh terdengar suara jawaban ayah angkatnya:
"Pergilah dengan hati lega, asal kau berbuat menurut
pesanku, sudah tentu ada orang yang setiap hari datang pada waktunya untuk memberi obat pemunah kepadamu..."
Sebelum habis perkataannya, sudah tidak kelihatan
bayangannya. Siang-kong Kie berpaling mengawasi Nie Suat Kiao sejenak, ia juga tidak tahu bagaimana perasaannya terhadap gadis itu, entah mendongkol ataukah benci. Ia hanya menggelengkan kepala dan menarik napas, kemudian berjongkok disamping Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Wan Hauw dan bertanya kepadanya: "Saudara Wan, apakah lukamu agak parah?"
Wan Hauw per-lahan2 mengangkat kepalanya dan
bertanya: "Apakah orang berjubah hijau itu sudah pergi?"
"Sudah!" menjawab Siang-koan Kie.
Wan Hauw per-lahan2 bangkit dan duduk di tanah, lalu
berkata sambil menunjuk Nie Suat Kiao: "Perempuan itu memberi aku sebutir pel obat"
Sebagai orang yang jujur dan berhati putih bersih selalu ingat kepada orang yang melepas budi kepada dirinya.
Siang-koan Kie memandang Nie Suat Kiao seraya berkata:
"Aku benar2 tidak tahu harus menganggapmu sebagai apa, kawahkah" Lawankah?"
Nie Suat Kiao tiba2 membalikkan badan dan menghampiri seraya berkata: "Kawan atau lawan, biarlah kau sendiri yang menentukan. Apabila kalian tidak sudi jalan ber-sama2
denganku, aku akan segera meninggalkan kalian."
"Kau hendak kemana"'' bertanya Siang-koan Kie.
"Kau tidak usah perduli, sedari anak2 aku sudah hidup sebatang kara, diwaktu dewasa suka hidup menyendiri,
apapun aku tidak takut..." menjawab Nie Suat Kiao.
"Hanya takut kepada orang berjubah hijau itu?" berkata Siang-koan Kie.
Nie Suat Kiao melembungkan dada dan berkata "Dia
terhadap aku mempunyai budi sebagai ayah angkat yang
membesarkan dan mendidik aku, sudah tentu aku takut
kepadanya.'' Siang-koan Kie berpikir sejenak, kemudian berkata: "Jikalau aku ingat perbuatanmu yang menggunakan obat membuat
aku lupa terhadap diri sendiri. Aku masih merasa gemas."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Demikian juga dengan aku, jikalau aku tahu lebih dulu bahwa kau sedikitpun tidak merasakan rasa berterima kasih terhadap aku, tidak nanti aku akan memberikan kau obat pemunah"
Wan Hauw yang menyaksikan dua anak muda bertengkar
mulut, buru buru berkata: "perempuan ini sangat baik, baik sekali..."
Ia sebetulnya hendak mengatakan bahwa Nie Suat Kiao
pernah melepas budi kepadanya, tetapi karena belum pandai benar bicara, maka, untuk dapat menyampaikan maksudnya dalam kata- kata.
Siang-koan Kie yang sudah bergaul lama dengannya,
merupakan satu-satunya kawan yang mengerti dirinya, maka segera berkata sambil menganggukkan kepala:
"Aku tahu, kau lekas pejamkan matamu untuk memulihkan tenagamu, kita hendak lekas pergi dari sini".
Wan Hauw munurut, ia mulai memejamkan mata dan
mengatur pernapasannya. Siang-koan Kie berpaling mengawasi Nie Suat Kiao yang saat itu juga sedang mengawasinya. Maka dua pasang mata saling beradu, satu sama lain timbul perasaan aneh dalam hatinya. Nie Suat Kiao tiba2 membalikkan badannya dan berkata: "Kalau saudaramu sudah cukup waktu mengaso,
lekas tinggalkan tempat ini"
"Apakah kau tidak ikut bersama2 dengan kami?" bertanya Siang-koan Kie.
"Tidak, kalau aku ikut kalian, kalian tidak akan terlepas dari kejaran ayah angkatku. Apalagi badanku sudah terkena
senjata rahasia berbisa. Dalam waktu dua belas jam, racun akan mulai bekerja!" berkata Nie Suat Kiao.
Oleh karena ia berdiri membelakangi Siang-koan Kie, maka hanya terdengar, suaranya, tidak tampak sikap dimukanya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Jikalau kau sudah tahu, mengapa tidak lekas berdaya
untuk menyembuhkan sendiri?"
"Kecuali ayah angkatku, dalam dunia pada dewasa ini, tidak tahu siapa yang masih bisa mengobati luka racun ini."
"Kau terluka karena senjata rahasia apa?"
"Jarum beracun melekat tulang."
Siang-koan Kie terkejut, katanya: "Aku hanya dengar
namanya senjata rahasia semacam itu, sudah cukup
menimbulkan perasaan kejam dan ngeri"
"Orang2 ayah yang menduduki kedudukan penting,
sebagian besar dalam tubuh mereka tertanam jarum beracun serupa ini, hanya orang tidak tahu"
Siang-koan Kie tahu bahwa ia sendiri tidak mampu
menolong, maka tidak menanyakan soal jarum itu lagi. ia berkata sambil menuding Wan Hauw: "Mari kita pergi, harap nona baik2 menjaga diri"
Ia merasa jikalau bersama-sama dengan gadis itu, mungkin tidak lepas dari pengintaian mata2nya Kun-liong Ong, maka ia tidak ingin jalan bersama-sama dengannya.
Nie Suat Kiao berkata sambil tertawa. "Kau pintar, dengan tidak berjalan bersama, mungkin kau dapat menyembunyikan jejakmu"
"Aku telah kau bikin mabuk oleh obat, sehingga untuk
beberapa waktu lamanya harus hidup sebagai orang
linglung...." "Ini memang betul, aku telah mengekang dirimu, tetapi juga membebaskan kau, kalau bukan aku yang berani
menempuh bahaya memberikan kau makan obat pemunah,
hingga saat ini kau masih dalam keadaan linglung"
"Sebagai seorang laki2 jangan hanya mengingat budi
orang, tidak mengingat kesalahan orang, aku tidak akan Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mempersoalkan lagi urusanmu yang sudah menggunakan obat membikin mabok diriku"
"Semua kejadian didunia Kang-ouw, ada kalanya memang
sulit untuk membedakan antara kawan dan lawan, tetapi seseorang...." Nie Suat Kiao berkata sampai disitu, tiba2
merubah pembicaraannya "Ada orang datang, lekas kita
sembunyikan diri" "Didalam dunia yang seluas ini, dimana saja sudah tentu ada orang jalan, mengapa kita harus sembunyi?"
"Keadaan di waktu ini berlainan, apa lagi di tempat sesunyi seperti ini...." berkata Nie Suat Kiao yang lebih dulu menyembunyikan diri didalam gerombolan pohon yang lebat.
Siang-koan Kie meskipun mulutnya tidak setuju, tetapi didalam hatinya se-olah2 mendapat firasat bahwa ditempat dan pada saat seperti itu, orang yang datang pasti bukan orang biasa maka ia juga segera menarik Wan Hauw untuk sembunyi.
Tiga orang itu baru saja manyembunyikan diri, empat
orang menunggang kuda sudah tiba di tempat tersebut.
Yang berjalan dimuka adalah seorang tua berusia
limapuluhan tahun, jenggotnya hitam panjang sampai
menutupi dada. Sinar matanya tajam. Dari situ dapat diketahui bahwa orang tua itu adalah seorang berkepandaian tinggi dan mempunyai kekuatan tenaga dalam yang sempurna. Tiga
yang lainnya berpakaian ringkas berwarna biru. Diatas punggung masing2 membawa senjata tajam berbagai jenis.
Siang-koan Kie mengawasi Nie Suat Kiao. Gadis itu
ternyata sedang memasang mata kepada orang berjenggot hitam itu.
Orang tua berjenggot itu mengawasi keadaan disekitarnya, tiba2 ia berkata: "satu tempat yang bagus sekali."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tiga orang berbaju biru itu, tiada satu yang berani
membuka mulut, kemudian terdengar suaranya orang tua itu:
"Berikan aku kertas dan alat tulis."
Salah satu diantara tiga orang berbaju biru itu segera mengambil kertas dan alat tulisnya, lalu diberikan kepadanya.
Senyum diwajah tua itu tiba2 lenyap, agaknya menemukan apa2 yang mengejutkan, matanya berputaran ke arah timur dan selatan dengan mulut membungkam.
Sebentar kemudian orang tua itu tersenyum dan berkata kepada orang yang memberikan alat lukis kepadanya:
"Pasanglah alat2 untuk melukis."
Dua orang yang lainnya segera bertindak. Dari kuda
mereka menurunkan beberapa batang kayu dan papan meja, dengan cepat dipasang sehingga merupakan sebuah meja
berbentuk persegi panjang.
Orang yang memberikan alat tulis itu, kembali mengambil sebuah bangku yang ditaruh diatas punggung kuda, diletakkan dibelakang meja.
Siang-koan Kie menyaksikan kejadian itu merasa heran, pikirnya: "tempat ini bukan merupakan suatu tempat yang indah, entah apa yang akan dilukis orang itu?"
Ketika ia menengok mengawasi Nie Suat Kiao, gadis itu ternyata masih mengawasi segala tindak tanduk orang tua itu dengan penuh perhatian.
Orang tua itu dengan cepat sudah melukis diatas
kertasnya, tiba2 ia berhenti, kemudian mendongakkan kepala untuk memikir, sebentar kemudian lalu melukis lagi.
Siang-koan Kie meskipun ingin mengetahui apa yang dilukis oleh orang tua itu tetapi karena takut diketahui jejaknya oleh orang tua itu, maka tidak berani melongok keluar.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Setelah lukisan selesai, tiga orang itu membenahkan lagi alat lukis2 kemudian melompat keatas kuda masing2 dan berjalan lagi ber-sama2 orang tua itu.
Setelah mereka berlalu, Siang-koan Kie baru menarik napas lega, kemudian berdiri dan berkata: "Saudara Wan mari kita jalan"
Berkali-kali ia memanggil, tetapi tidak mendengar jawaban Wan Hauw, hingga ia mengira Wan Hauw pingsan karena
lukanya. Dalam terkejut ia segera berpaling mengawasi, ternyata masih bertelentang sambil memandang ke langit dengan mata terbuka lebar. Diwajahnya tampak tersenyum, agaknya hatinya sedang memikirkan urusan yang
menggembirakan. Sejak ia kenal dengan Wan Hauw belum pernah nampak
begitu gembira seperti hari ini. Maka saat itu ia tidak berani mengganggu lagi.
Pada saat itu, Nie Suat Kiao sudah berada disampingnya.
Siang-koan Kie diam2 sudah siap, tetapi diluarnya ia masih bersikap tenang.
"Mengapa kau merasa tegang?" bertanya Nie Suat Kiao
sambil tertawa. "Satu kali pernah dipagut ular, tiga tahun masih takut melihat tambang. Aku takut kalau kau akan menggunakan obat untuk melupakan diriku lagi." menjawab Siang-koan Kie.
"Apabila aku hendak membokong kalian, sekalipun kau
sudah waspada juga tidak dapat menghindarkan serangan gelapku"
"Jikalau aku dengan saudara Wan berdua menghadapi kau, tidak sampai seratus jurus kau pasti binasa ditangan kita".
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Sayang dalam dunia ini hanya dua yang kutakuti. Kecuali dua orang itu, sekalipun golok atau pedang diatas leherku, aku yakin masih bisa luput dari bahaya".
"Dan salah satu diantaranya orang itu tentu dia adalah ayah angkatmu sendiri Kun-liong Ong?"
"Benar, dan yang satunya lagi, tahukah kau siapa dia"''
"Betapapun juga, toh bukan salah satu dari antara kita bersaudara''
"Meskipun bukan kalian bersaudara, tetapi berada didekat kalian"
Siang-koan Kie terkejut, dengan sendirinya ia celingukan mengawasi keadaan sekitarnya.
Tiba-tiba pergelangan tangan kanannya dirasakan sudah tergenggam ditangan orang lain.


Irama Seruling Menggemparkan Rimba Persilatan Karya Opa di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Kemudian terdengar suara cekikikan Nie Suat Kiao, dan katanya: "Pengalaman dalam dunia Kang ouw masih terlalu jauh berkurang."
"Dengan akal iicik, apakah itu perbuatan seorang jantan?"
berkata Siang-koan Kie dingin.
"Anggaplah kau seorang jantan, seorang jago kuat.... tetapi apabila aku akan binasa kan kau dengan pedangku, dalam waktu sekejap mata kau sudah berubah menjadi setan
gentayangan..." berkata Nie Suat Kiao sambil tertawa hambar.
Sejenak ia berdiam, kemudian berkata pula dengan sikap sungguh-sungguh: "Dalam dunia Kang ouw orang yang
menggunakan akal licik seperti aku ini, boleh dikatakan dimana saja dapat diketemukan. Dalam medan peperangan, dalam menghadapi pergulatan mati dengan hidup, siapa yang lengah, tentu akan binasa atau setidak tidaknya luka. hem....
orang yang bodoh seperti kau ini, benar-benar menggunakan jiwa seperti barang permainan...."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Dengan sikapmu seperti ini, kau hendak mengajar siapa?"
berkata Siang-koan Kie gusar.
"Mengajar kau! Menerima pelajaran satu kali beratti
mendapat satu kali kepintaran. Dengan adanya pelajaranku kali ini, mungkin kau dapat hidup beberapa tahun lagi."
"mati hidupku, tidak perlu kau perhatikan" berkata Siang koan Kie sambil menghela napas.
"Seseorang dalam hidupnya hanya mati satu kali..." berkata Nie Suat Kiao sambil tertawa, tiba-tiba melepaskan tangan Siang koan Kie dan berkata pula: "Sayang kita sudah tidak bisa hidup lebih lama lagi"
Setelah berkata demkian ia memutar tubuhnya dan berlalu dengan tindakan perlahan2.
Siang-koan Kie tiba2 timbul perasaan kasihan terhadap gadis itu, pikirnya meskipun ia pernah menggunakan obat membikin lupa diriku, tetapi ia kemudian menghidupkan aku lagi.
Perasaan itu membangkitkan pikirannya sebagai seorang laki2 harus menolong kepada yang lemah, maka ia lalu
berseru: "Tunggu dulu!"
Nie Siat Kiao tiba2 berhenti, ia membalikkan badan dan bertanya: "Ada apa"''
"Apakah kau sudah diusir oleh Kun-liong Kun?"
"Kalau iya mau apa?"
"Dengan seorang diri kau hendak kemana?"
"Dunia cukup luas, dimana saja ada tempat untuk
meneduh." "Dengan seorang diri, terlalu bahaya bagimu, sebaiknya untuk sementara kau jalan ber-sama2 kita, bagaimana?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Apakah kau hendak melindungi aku"' berkata Nie Suat
Kiao sambil tertawa terkekeh-kekeh. "Aku lihat sebaiknya kau jaga dirimu sendiri!'
"Hem! Manusia tidak kenal budi," berkata Siang-koan Kie gusar.
"Apa kau mengira bahwa kau sendiri seorang kesatria?"
"Jalan ber-sama2 kita dua saudaramu, setidak-tidaknya agak aman bagimu."
"Ditambah tiga orang lagi juga tidak berdaya mengelakkan usaha ayahku yang hendak melakuhan pembunuhan secara
menggelap.... Hanya jarum beracun yang berada didalam tubuhku saja... kau sudah tidak berdaya untuk menolong,"
Siang-koan Kie melongo, ia diam dalam seribu bahasa.
Nie Suat Kiao menghela napas perlahan, ia berkata lagi:
"Orang yang hendak mati, semua perkataannya juga baik.
Dalam sepuluh pal persegi di tempat ini, dalam waktu dekat akan menjadi medan perang yang mengerikan. Sebaiknya
kalian jangan datang ketempat ini lagi."
"Mengapa begitu?"
"Tahukah kau apa yang dilukis orang tua itu tadi?"
"Apakah sebuah lukisan juga ada gunanya"''
"Kau seorang yang sangat gegabah, juga berani berkelana di dunia Kang-ouw, sekalipun kau mempunyai seratus lembar jiwa, juga akan musnah semuanya"
Meskipun Siang-koan Kie merasa curiga kepada perbuatan orang tua itu tadi, tetapi mulutnya tidak mau mengalah. Ia balas mengejek: "Didalam dunia apabila banyak curiga seperi kau ini, bukankah akan menjadi kalut...?"
"Aku sekarang hendak tanya kepadamu, bagaimana
anggapanmu tentang pemandangan alam ditempat ini?".
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tergeraklah hati Siang-koan Kie, pikirnya: "demikian ia menanyakan aku tentu ia sudah mengetahui maksud yang dilukis oleh orang tua, mengapa aku tidak ber-pura2 bodoh untuk menyelidiki maksud yang sebenarnya"
Satelah pura2 mengawasi keadaan sekitarnya ia baru
menjawab: "Tanah belukar yang sepi sunyi"
"Tempat seperti ini, ada pemandangan apa yang akan
dilukis?" "Awan putih langit biru, membentang tak ada ujung
pangkalnya, meskipun tidak ada pemandangan alam hijau indah, tetapi ada tanah datar luas"
"Kau pandai membantah. Beberapa patah katamu ini,
meskipun karanganmu sendiri, tetapi masih terhitung
karangan yang baik juga. Nampaknya kau ini masih boleh diajar..." berkata Nie Suat Kiao, lalu mendongakkan kepala berpikir sejenak, lalu berkata pula "Bagaimanapun juga aku sudah tidak bisa tinggal lama lagi di dunia, baiklah aku beritahukan kepadamu, ayah angkatku masih biarkan kalian berdua tinggal hidup, bahkan tidak membokong kalian dengan senjata jarum beracunnya, tak lain dan tak bukan karena ingin dirimu untuk menjadi jejak seseorang. Meskipun aku tidak tahu siapa adanya orang itu, tetapi aku tahu benar mati hidupnya orang itu besar sekali sangkut paut dengannya. Ia hendak mengerahkan semua mata2 dan anak buahnya yang
tersebar dimana-mana untuk mengintai jejak kalian"
"Hal ini aku juga sudah pikirkan"
"Karena dapat memikirkan soal itu baik sekali sebelum dapat menemukan orang itu, untuk sementara jiwa kalian tidak akan ada bahaya. Tetapi begitu ditemukan jejak orang itu, kalian tidak bisa hidup lagi..."
"Kau sangat pintar. Ditilik dari kecerdikanmu, aku harus mengalah. Tetapi apa yang aku tidak mengerti, kalau kau Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sudah tahu kekejaman dan kejahatan Kun-liong Ong,
mengapa tidak mau melepaskan diri dari genggamannya"
"Apa kau suruh aku mengkhianati ayah angkatku?"
"Kalau ia memang seorang jahat, apakah kau juga harus membantu kejahatan"''
"Jangan kata cuma anak angkatnya, sekalipun anaknya
sendiri ia juga tidak percaya. Barang siapa yang berada dalam kekuasaannya, semua akan dikendalikannya dengan berbagai cara. Tentang ini sangat panjang ceritanya, tetapi aku adalah orang yang tidak suka dipengaruhi oleh kekerasan. Meskipun tahu tidak ada harapan, tetapi juga harus berusaha. Tetapi ini adalah urusanku sendiri, aku tidak ingin minta bantuan orang lain. Apalagi orang lain juga tidak bisa membantu.... Di tanah datar yang luas ini, tidak lama lagi akan menjadi medan perang dan tempat pembunuhan besar2an yang tidak ada
taranya lagi. Aku tidak tahu entah berapa banyak orang2 kuat rimba peralatan yang akan menjadi korban dan mengucurkan darah di tempat ini. Jikalau kau mempunyai hati hendak menolong sesama manusia, sebaiknya kau lekas
memberitahukan berita ini kepada pangcu golongan pengemis, minta ia mengirim anak buahnya untuk berusaha mencegah orang2 kuat rimba persilatan yang akan berkumpul ditempat ini supaya jangan memasuki sepuluh pal persegi sekitar tanah datar ini, mungkin dapat menghindarkan bencana ini"
"Berita yang tidak ada ujung pangkalnya ini, apakah nona tidak pikir menimbulkan perasaaan curiga orang"
"Kalau begitu kau tidak usah kabarkan"
"Meskipun aku sendiri percaya kepada nona, tetapi aku khawatir orang lain tidak mau percaya omonganku...."
berkata Siang-koan Kie yang agaknya merasa gentingnya keadaan, maka ia lalu menghela napas, kemudian berkata pula: "Jikalau nona ada maksud hendak menolong orang, sudilah kiranya nona menceritakan agak jelas semua rahasia Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang menyangkut dalam urusan ini, supaya nanti kalau aku menyampaikan berita ini, juga dapat menarik perhatian mereka."
"Ucapanmu ini juga ada benarnya" berkata Nie Suat Kiao sambil mengedipkan matanya, "Orang2 kuat dan
berkepandaian tinggi yang berhasil ditarik oleh ayah angkatku itu, meskipun jumlahnya tidak terhitung, tetapi yang paling menonjol hanya ada dua orang, satu adalah seorang tua yang sudah bercacad, tatapi merupakan satu ahli dalam segala racun, ia juga berkepandaian sangat tinggi, satu lagi adalah itu orang tua berjenggot panjang yang kau pernah saksikan tadi yang sedang melukis. Orang tua bercacad ahli racun itu, aku sendiri juga belum pernah melihat terhadap orang itu hingga sekarang aku masih bersangsi. Tetapi orang tua pandai melukis itu, memang benar2 ada seorang yang berkepandaian luar biasa. Ia jarang menampakkan diri didunia Kang-ouw.
Istana kediaman ayah dan gedung disekitarnya, semua dibuat menurut rencananya. Ia bukan saja satu ahli bangunan, tetapi juga pandai sekali menggunakan api sebagai senjata yang paling ampuh. Dengan munculnya ia secara tiba2 diatas tanah bukanlah soal biasa"
"Apakah ia sanggup membuat tanah datar yang sangat luas ini menjadi lautan api?"
"Ia memang tidak mempunyai kepandaian dalam waktu
sekejap untuk merubah tempat ini menjadi lautan api, tetapi ia tadi melukis tempat ini memang betul2 ada maksudnya.
Setelah ia mengukur luasnya dataran ini segera berlalu, sudah tentu dalam otaknya sudah mendapat satu pikiran matang.''
"Hanya beberapa patah keterangan ini, bagaimana pangcu golongan pengemis mau percaya?"
"Percaya atau tidak, itu bukan urusanku, asal kau bisa menyampaikan keterangan ini, sudah berarti menunaikan tugasmu..... aku masih ada waktu satu hari untuk hidup, seharusnya juga ber-siap2 untuk urusan selanjutnya."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Setelah berkata demikian, Nie Suat Kiao memutar tubuhnya dan berjalan pergi.
"Tunggu dulu,'' berkata Siang-koan Kie dengan suara
nyaring. "Kau ini benar2 sangat ceriwis."
"Apakah nona ingin bantuan orang?"
"Tidak usah," jawabnya tanpa menoleh, tiba-tiba
mempercepat gerakannya dan sebentar saja sudah
menghilang. Siang-koan Kie menarik napas, ia berpaling memanggil
Wan Hauw, "Saudara Wan."
Ia menampak Wan Hauw sedang mengacungkan kedua
tangannya dan saling menepukm agaknya sedang melakukan latihan dengan tekun, sehingga tidak mendengar panggilan Siang-koan Kie.
Siang-koan Kie memanggil lagi dengan suara yang keras:
"Saudara Wan." Karena suara itu nyaring Wan Hauw menghentikan
gerakannnya dan bertanya: "Apakah toako memanggil aku?"
Siang-koau Kie bercekat, ia bertanya dengan suara rendah:
"Sudah berapa kali aku memanggilmu, kau sedang memikirkan apa?" bertanya Siang-koan Kie sambil tersenyum.
"Aih! Urusanku hari ini terlalu banyak sekali. Aku teringat kepada suhu yang mengajarkan ilmu silat kepadaku, dan itu....
itu...." Matanya menatap Siang-koan Kie, tiba2 terdiam
Siang-koan Kie memperhatikan sikapnya. Ia merasa sangat heran, dalam ketakutannya, bercampur perasaan malu.
Jelaslah bahwa Wan Hauw malu untuk mengatakan sesuatu apa yang terkandung di dalam hatinya, maka ia segera
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berkata sambil mengerutkan alisnya: "Katakanlah! Apa yang kau akan maksudkan, katakan saja terus terang, salah juga tidak apa"
"Itu.... itu.... perempuan yang memakai baju putih...."
berkata Wan Hauw dengan suara tidak lancar, perkataan selanjutnya, agaknya tidak menemukan istilah yang tepat untuk dikatakan.
"Perempuan baju putih itu bagaimana?"
"la baik sekali, baik sekali...."
Siang-koan Kie terkejut, diam-diam berpikir: "secara
mendadak, mengeluarkan perkataan semacam ini, entah apa maksudnya, apakah ia tiba2 jatuh cinta kepada Nie Suat Kiao?"
Jikalau diingat ayah Wan Hauw ialah orang hutan itu yang dahulu biasa merampok seorang perempuan baik2 yang
kemudian diambil sebagai istri dugaannya itu agaknya tidak akan meleset.
Untuk sesaat lamanya. Siang-koan Kie tidak tahu
bagaimana harus menghibur saudaranya itu, terpaksa
menjawab sembarangan: "ya, ia baik sekali."
Wan Hauw agaknya dengan mendadak mengingat sesuatu
urusan penting, ia melompat bangun dari dalam sakunya mengeluarkan sebatang seruling pendek seraya berkata:
"Seruling ini...." lalu memberikan seruling itu kepada Siangkoan Kie.
Siang-koan Kie menyambuti seruling itu sambil berkata
"Apakah seruling ini suhu yang memberikan kepadamu?"
"Benar, suhu yang memberikan kepadaku"
"Kalau begitu kau simpan hati2," bertanya Siang-koan Kie sambil tersenyum.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Suhu suruh aku memberikan kepadamu...." berkata Wan
Hauw sambil menggeleng-gelengku kepala.
"Suhu sekarang berada dimana?" bertanya Siang-koan Kie cemas.
"Aku tidak tahu, ia sudah pergi....." menjawab Wan Hauw dan dalam sakunya mengeluarkan sepucuk surat, diberikan kepada Siang-koan Kie. "toako baca surat ini"
Siang-koan Kie menyambut surat itu dan segera dibacanya, surat itu ternyata tertulis:
"Seluruh pelajaranku sudah tertera dalam not irama ini.
Karena tidak ada nama yang tepat, untuk sementara tanpa nama. Jikalau dapat memahami makna dalam not irama ini berarti sudah mendapat seluruh pelajaranku, pelajarilah baik-baik."
Dibelakang tulisan yang pendek itu, tertulis not irama musik.
Siang koan Kie yang memang paham musik, telah
membacanya sebentar sudah dapat memahami, maka ia
segera meniup seruling itu.
Irama seruling mengalun ditengah udara yang bebas.
Not yang tertera dalam surat itu, perubahannya terlalu cepat, untuk sementara tidak mudah di pelajari, hingga suara yang keluar dari seruling, masih kurang memuaskan.
Wan Hauw mendengarkan sejenak, tiba tiba mengambil
seruling dari tangan Siang-koan Kie dan ditiupnya sendiri.
Sungguh aneh seruling itu ditiup oleh Wan Hauw dapat
mengeluarkan suara yang menarik.
Siang-koan Kie memperhatikan tekukan irama bagian yang sulit, agaknya hanya berputaran diantara dua tiga suara saja, tetapi ternyata mengandung perubahan irama yang amat
gaib..... Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ia mendengarkan lagi dengan penuh perhatian, agaknya
disadarkan seketika oleh irama itu, ia melompat men-jingkrak2
sambil tertawa besar, kemudian berkata: "Aku mengerti, aku mengerti......"
Wan Hauw tiba2 menghentikan tiupannya dan berkata:
"Toako, toako...."
Siang-koan Kie masih melompat-lompat sendiri sambil
bergerak tangan dan kakinya
Wan Hauw belum pernah menyaksikan Siang-koan Kie
berlaku demikian, maka untuk sesaat ia berdiri tertegun, tanpa bisa berbuat apa2....
Sementara itu gerakan Siang-koan Kie makin lama makin cepat, hembusan angin yang keluar dari tangannya juga semakin keras.
Wan Hauw meskipun tidak pandai bicara, sehingga tidak dapat menyampaikan maksud hatinya, tetapi ia adalah
seorang yang berpikiran cerdas. Tadi pembicaraan antara Siang koan Kie dengan Nie Suat Kiao, ia juga dengar hampir seluruhnya, hanya diam2 mempelajari maksud perkataan dua orang itu, ia tahu bahwa Siang-koan Kie pernah dibikin mabuk sehingga melupakan dirinya sendiri oleh pengaruhnya obat.
Saat itu ketika ia melihat sikap Siang-koan Kie yang aneh itu, dianggap pikirannya mulai kalut lagi oleh pengaruhnya obat, hingga dalam hati merasa takut.
Ia yang menganggap Siang-koan Kie sebagai orang ketiga yang dijunjung dan dihormati dalam hidupnya, maka setelah beberapa kali dipanggil tidak digubris, ia semakin cemas.
Tetapi ia tidak dapat berbuat apa2. Hanya gerak2kan kepala dan telinganya.
Siang-koan Kie memainkan tinju dan gerak kakinya semakin cepat, gerakkannya semakin gesit.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Wan Hauw mendelikkan sepasang matanya, pikirannya
tidak keruan, karena sudah tidak berdaya maka pikirnya hendak dipeluk dengan menggunakan tenaganya yang kuat.
Ia adalah seorang yang begitu berpikir segera bertindak, dengan cepat ia sudah bergerak menubruk dan memeluk
Siang-koan Kie. Sebentar tampak berkelebatnya bayangan orang ternyata Siang-koan Kie sudah mengelakkan diri dan tinjunya
mengenakan pundak kanan Wan Hauw. Serangannya tidak
disengaja itu demikian cukup hebat, sehingga Wan Hauw mundur ter-huyung2 sampai empat lima langkah.
Karena Siang-koan Kie adalah salah satu orang yang
dihormati olehnya, maka sekalipun ia sendiri sudah diserang, hanya dalam hatinya saja merasa ter-heran2, sambil
membuka lebar matanya ia ber-tanya2 kepada dirinya sendiri:
"Mengapa toako memukul aku?"
Hatinya semakin cemas. Dalam keadaan tidak berdaya, ia memanggil lagi dengan suara nyaring: "Toako...."
Siang-koan Kie masih tetap pusatkan seluruh perhatiannya kepada gerakan kaki tangannya, terhadap panggilan Wan Hauw, sedikitpun tidak menghiraukan.
Wan Hauw mendongakkan kepala mengawasi awan
dilangit, tiba2 melesat tinggi, kemudian melayang turun melalui kepala Siang-koan Kie dan turun dibelakangnya.
Bersamaan dengan itu kedua tangannya bergerak dari
belakang memeluk diri Siang-koan Kie.
Karena Wan Hauw sejak dilahirkan memang sudah
mempunyai tenaga besar, apalagi pelukannya itu ia sudah menggunakan seluruh tenaganya, maka waktu Siang-koan Kie coba meronta lalu terdengar suara Wan Hauw yang
menunjukkan kecemasan hatinya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Siang-koan Kie lalu berkata dengan suara cemas: "Saudara, lekas lepaskan aku...."
Tetapi Wan Hauw memeluk semakin ketat yang seraya
berkata: "Tidak.'' "Lekas lepaskan, aku hendak bicara dengan mu...." berkata Siang koan Kie cemas.
Wan Hauw yang selalu dengar kata Siang-koan Kie, segera melepaskan tangannya dan bertanya sambil membuka lebar matanya: "Toako, kau kenapa"'*'
Siang-koan Kie berkata dengan suara gembira: "Saudara, aku sudah mengerti, aku sudah mengerti......."
Sejenak ia berdiam, kemudian berkata pula sambil tertawa:
"Aku sangat gembira...."
Wan Hauw tidak mengerti apa yang dimaksudkan, ia hanya mengawasi Siang-koan Kie dengan sikap ter-heran2
Siang koan Kie tadi karena dari irama seruling, per-lahan2
telah memahami sesuatu pelajaran ilmu silat yang sangat tinggi, maka dengan tekun ia melatihnya. Karena seluruh perhatiannya dipusatkan kepada pelajarannya itu, dalam hati sangat gembira. Ketika menyaksikan sikap Wan Hauw
memandang dirinya dengan rasa bingung, ia tahu bahwa
saudaranya itu tidak dapat memahami perasaannya sendiri, ia sebetulnya ingin menceritakan, tetapi kemudian takut kalau saudaranya itu tidak mengerti, maka setelah berpikir, akhirnya berkata: "Pesan suhu aku sudah mengerti semua....''
Wan Huaw menganggukkan kepala beberapa kali lalu
berkata: "Pantas.... toako begitu gembira."
-odwo- 56 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
SIANG-KOAN KIE memahami kembali semua pelajaran
yang baru didapat kedalam otaknya, namun dalam hatinya masih ingat pesan Nie Suat Kiao, maka pikirnya diam2: "kalau dilihat sikapnya waktu ia bicara, tidak mirip membohongi aku, apalagi urusan ini besar sekali hubungannya dengan seluruh rimba persilatan, sebaiknya dipercaya daripada tidak. Biarlah aku sampaikan pesan itu kepada golongan pengemis"
Setelah mengambil keputusan lalu menarik tangan Wan
Hauw sambil berkata: "Saudara, mari kita pergi"
Wan Hauw me-ngedip2kan matanya dan bertanya: "Toako,
kita hendak pergi kemana...."''
Siang koan Kie terkejut, pikirnya: "ya, kemana ia harus mencari pangcu golongan pengemis?"
Matanya memandang tanah datar yang luas, untuk sesaat ia benar2 tidak tahu harus pergi kemana"
Wan Hauw tiba2 menarik lengan Siang-koan Kie seraya
berkata: "Toako, ada orang datang."
Siang-koan Kie tahu bahwa saudaranya itu mempunyai
daya pendengaran dan penglihatan sangat tajam, maka
segera sembunyikan diri bersamanya.
Tidak lama kemudian, dari sebelah selatan, tampak muncul dua bayangan orang.
Dari tempat sembunyinya Siang-koan Kie memperhatikan
gerak-gerik dua orang itu. Ia melihat dua orang itu berjalan berdampingan. Orang yang sebelah kiri bentuk badannya tinggi kurus, diatas kepalanya nampak rambutnya yang
disanggul, orang itu mengenakan pakaian jubah panjang, dipinggangnya terikat ikat pinggang kain berwarna merah, tangan kanannya membawa sebatang tongkat berkepala ular, raut mukanya yang panjang, nampaknya sangat
menyeramkan. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Orang yang berjalan sebelah kanan, berusia kira kira enam puluh tahun, kepalanya botak klimis tidak berkumis atau berjenggot, bentuk badannya pendek gemuk, mukanya
merah, ia memakai jubah merah, dibelakang punggungnya terdapat sepasang senjatanya yang seperti roda.
Wan Hauw yang menyaksikan bentuk dan keadaan aneh
dua orang itu, lalu tertawa dan berkata: "Dua orang itu sangat lucu..."
Siang-koan Kie hendak mencegah tetapi sudah tidak
keburu, untung dua orang itu agaknya sedang berjalan
tergesa gesa, hingga tidak dengar perkataan Wan Hauw.
Sebentar kemudian dua orang itu sudah berjalan menuju ke utara.
Selagi hendak keluar dari tempat sembunyinya Siang-koan Kie dan Wan Hauw dari timur selatan terdengar pula suara tindakan kaki sangat berat. Tidak berapa lama, tertampak delapan padri berpakaian jubah putih yang ssdang mengiring seorang padri tua berbadan tinggi besar dengan pakaiannya yang berwarna merah, Rombongan padri itu juga berjalan menuju keutara. Dengan munculnya dua orang yang
bentuknya aneh dan sembilan padri, tentu saja segera
menimbulkan perhatian dan kecurigaan Siang-koan kie.
Setelah rombongan orang2 itu berlalu, Siang-koan Kie ajak Wan Hauw keluar dari tempat sembunyinya. Karena tertarik oleh perasaan heran, ia juga berjalan menuju keutara sambil menarik Wan Hauw.
Berjalan belum sampai tiga pal tiba2 terdengar suara derap kaki kuda, yang lari mendatangi dari sebelah barat. Siangkoan Kie dengan cepat mengajak Wan Hauw sembunyi, lalu mengintai rombongan kuda itu.
Seekor kuda berbulu kuning, lari mendatangi dengan
pesatnya. Penunggang kuda itu adalah seorang laki2
pertengahan umur berpakaian ringkas berwarna hitam.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Meskipun badannya sudah mandi keringat, tetapi pecut
ditangannya digerakkan tidak hentinya, nampak ia sangat gelisah.
Kuda berbulu kuning itu, agaknya sudah melakukan
perjalanan terlalu jauh, badannya mandi keringat, mulutnya sudah berbusa.
Wan Hauw yang sudah lama berdiam dihutan dan
mengenal baik sifat segala binatang, ketika menyaksikan keadaan kuda itu, lalu berkata kepada Siang-koan Kie dengan suara perlahan: "Toako, kasihan kuda itu sudah mati......"
Belum lagi habis ucapannya, benar saja kuda itu lalu jatuh ngusruk ditanah.
Tidak lama kemudian, empat ekor kuda, dengan
penunggangnyaa empat laki2 yang semuanya berpakaian
ringkas berwarna hitam dengan cepat lari mendatangi.


Irama Seruling Menggemparkan Rimba Persilatan Karya Opa di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Orang yang kudanya mati itu, selagi hendak melarikan diri ketika menampak empat penunggang kuda yang mengejar
telah tiba dibelakangnya, sebaliknya malah berdiri sambil menghunus pedang panjangnya siap menantikan kedatangan musuh.
Ketika empat penunggang kuda itu tiba dihadapannya, satu diantaranya berkata sambil tertawa dingin: "Lekas letakkan senjatamu dan ikut kita pulang, apakah masih perlu kita harus turun tangan sendiri?".
"Kalian jangan mendesak keterlaluan..." berkata orang itu sambil melintangkan pedangnya.
"Seorang penunggang lain berkata: "Kau rupanya belum
merasa puas apabila belum merasakan tangan besi...."
Orang yang berkata lebih dulu tadi lalu membentak:
"Jikalau kau tidak meletakkan senjatamu dan ikut kita pulang, jangan sesalkan kita tidak mengingat perhubungan lama....."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Orang itu agaknya tahu sudah tidak ada gunanya banyak bicara, muka segera mengarahkan pedangnya, melesat dan menikam kepada orang yang berada paling depan.
Penunggang kuda itu menggerakan pecutnya menyambut
pedang ditangan orang itu. Tiga penunggang yang lainnya bergerak dengan serentak menyerang kepada orang itu,
hingga sebentar kemudian orang itu sudah roboh ditanah dengan badan berlumuran darah.
Wan Hauw yang menyaksikan itu merasa tidak senang,
sambil meraba serulingnya ia hendak lompat keluar memberi bantuan.
Tiba2 terdengar orang yang menunggang kuda itu berkata dengan nada suara dingin: "Kau berani mati menghianati Ong-ya,"
Tidak lama kemudian, empat orang penunggang kuda itu
melompat turan dari kudanya mengerumuni orang yang rebah tertelentang ditanah itu, satu diantaranya berkata: "Kita empat orang diutus untuk mengejar kau. Menarut pendapatku setiap orang membawa pulang barang2 yang ada padanya, sebagai bukti untuk diserahkan kepada Ong ya...."
Tanpa menunggu jawaban tiga kawannya, ia sudah
menghunus belatinya mengiris daun telinga sebelah kanan korbannya. Seorang lagi selagi hendak bertindak, Wan Hauw yang menyaksikan itu sudah tidak dapat menahan diri, ia meronta dari pegangan Siang-koan Kie hendak keluar dari tempat sembunyinya.
Tepat pada saat itu, tiba2 terdengar suara orang berseru:
"Siancay, siancay....."
Lima orang imam sudah berdiri dihadapan empat orang
berbaju hitam yang hendak melakukan perbuatan ganas itu.
Satu diantaranya yang mengenakan jubah kuning, dengan sinar matanya tajam berkata dengan nada suara dingin: Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tuhan selamanya berbelas kasih terhadap manusia, tidak dsangka tuan2 berempat begitu ganas terhadap
sesamanya...." Orang berbaju hitam itu berkata sambil mendelikkan
matanya: "Toaya lekas melanjutkan perjalananmu. Terhadap urusan kita sebaiknya kau jangan turut campur tangan...."
Imam itu tertawa dingin dan berkata: "Ditengah hari bolong perbuatan kejam seperti ini, siapapun boleh campur tangan.
Apalagi kita sebagai orang2 beribadat seharusnya berhati kasihan terhadap sesamanya...."
Empat orang berpakaian hitam itu, satu lain berpandangan sejenak, lalu memencar dan mengambil sikap bermusuhan dengan imam2 itu.
Lima imam itu ketika menyaksikan gerakan empat orang
itu, juga segera memencarkan diri. Masing2 menghunus
senjatanya. Empat orang berpakaian hitam itu saling berunding.
Seorang yang berdiri disebelah barat selatan dan berkata:
"Kulihat barisan pedang To-tiang ini, kalau tidak salah pasti dari golongan Bu-tong pay?"
Lima imam itu kecuali satu yang memakai jubah berwarna kuning, yang lainnya, semua mengenakan jubah warna hijau, usianya juga lebih muda dari imam berjubah kuning itu. Jelas bahwa imam berubah kuning itu, adalah sebagai kepala dari rombongan.
"Pandangan matamu tidak salah. Pinto sekalian memang
orang2 dari Bu tong pay"
Orang berbaju hitam itu ketika mendengar jawaban itu, dengan serentak mundur semua lalu dengan cepat melompat keatas kuda masing-masing untuk kabur.
Lima imam imam itu sudah jelas masih kurang pengalaman menghadapi orang2 yang sudah menghadapl pertempuran
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tetapi diluar dugaannya lawan tiba2 kabur. Mereka ternyata masih belum dapat menduga maksud yang sebenarnya dari orang2 itu.
Empat penunggang kuda itu cepat sekali membedal
kudanya. Dalam waktu sekejapan sudah lari sejauh satu pal lebih.
Imam berjubah kuning itu hanya menyaksikan atas
berlalunya orang2 itu. Dengan perasaan heran kemudian berkata kepada kawan-kawannya: "Tidak perlu dikejar,
sekalipun dikejar juga percuma." lalu berpaling mengawasi orang yang terluka itu, kemudian bertanya dengan suara perlahan, "Apakah lukamu berat?"
Orang yang terluka itu dengan susah payah menjawab:
"Dalam tubuhku sudah terluka parah, terang tidak bisa hidup lagi...."
Ia berusaha hendak duduk, tetapi karena lukanya terlalu parah, sebelum berduduk ia sudah rubuh lagi.
Ia ulur tangannya dengan susah payah ia berkata:
"Totiang, tolong bimbing aku, supaya aku bisa duduk."
Imam berjubah kuning itu meskipun ada maksud hendak
menolong orang, tetapi agaknya masih memikirkan sesuatu hingga lama sekali, baru ulur tangannya, menarik tangan kiri orang itu membantu kepadanya duduk ditanah.
Orang itu agaknya hendak berkata apa2, tetapi karena
menyaksikan tindakan imam itu yang agaknya bersangsi, tiba2
berobah pikirannya. Ia hanya berkata sambil memberi hormat:
"Terima kasih atas pertolongan Totiang sekalian, hanya karena lukaku terlalu parah sudah tidak bisa hidup lama lagi, barang kali tidak dapat membalas budi To-tiang sekalian.
"Pinto sekalian menolong sicu, tidak ingin balasan," berkata imam berjubah kuning itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"To-tiang se-kali2 tidak ingin menerima balasan, sebaiknya lekas melanjurkan perjalanan To tiang. Aku yang rendah terluka parah, tidak bisa mengantar To-tiang sekalian"
Imam berjubah kuning itu mengerutkan alisnya dan
berjalan lebih dahulu. Empat imam berjubah hijau karena menyaksikan imam
berjubah kuning itu berlalu tanpa menghiraukan orang yaag terluka itu, juga ikut pergi.
Orang terluka itu mengawasi berlalunya lima imam itu, kemudian mendongakkan kepala dan tertawa, lalu berkata kepada diri sendiri: "Sepuluh pal tanah belukar, akan menjadi lautan berdarah....."
Tiba2 mulutnya menyemburkan darah dan roboh lagi
ditanah. Siang-koan Kie yang menyaksikan kejadian yang
mengenaskan itu, dalam hatinya merasa pilu.
Tiba2 terdengar elahan napas panjang Wan Hauw
kemudian berkata: "Toako, orang itu sudah mati atau belum"
Mari kita tolong dia.'' Siang koan Kie segera melompat keluar dan menghampiri orang terluka itu lalu bertanya: "Apakah luka saudara berat?"
Beberapa kali ia bertanya, tetapi tidak dapat diawaban dari orang itu, ia lalu ulur tangan kanannya memegang pundak orang itu. Tangan kirinya bergerak beberapa kali untuk menggerakkan napas orang itu, jantungnya yang sudah
hampir berhenti, tiba2 bergerak lagi.
Sebentar kemudian orang yang terluka parah itu
mengeluarkan suara tarikan napas, lalu membuka matanya per-lahan2 menatap wajah Siang-koan Kie, sambil
mengulurkan tangan kanannya mulutnya berkata: "Sepuluh pal tanah belukar, akan menjadi lautan darah...."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Suaranya tiba2 menjadi perlahan, sehingga tidak terdengar nyata.
Siang-koan Kie buru2 membimbing tubuhnya, kemudian
bertanya: "Apa kau katakan?"
Orang terluka itu dengan susah payah berkata: "Didalam tanah belukar ini, nanti segera akan berobah menjadi tempat pembunuhan kejam sangat mengerikan...."
"Mengapa"...." bertanya Siang-koan Kie.
"Sebab, sebab Kun-liong... Ong....." orang itu baru berkata sampai disitu tiba2 badannya berkelojotan dan jiwanya sudah melayang.
Siang-koan Kie masih mencoba berusaha untuk
menghidupkan lagi, tetapi karena lukanya, usaha Siang-koan Kie tidak berhasil.
Ia mengawasi jenazah orang itu sambil menarik napas,
otaknya masih memikirkan perkataan orang itu.
"Toako, apakah orang itu sudah mati?" bertanya Wan
Hauw. "Sudah tidak tertolong lagi. Aku sudah berusaha sekuat tenaga, tetapi karena lukanya terlalu parah siapapun tidak bisa menoiong lagi," berkata Siang-koan Kie.
"Kalau begitu mari kita kubur jenazahnya"
"Terserah pikiran saudara.''
Wan Hauw tersenyum ia segera menggerakkan dua
tangannya untuk menggali tanah, sebentar kemudian ditanah itu terdapat suatu liang kubur.
Siang-koan Kie yang menyaksikan gerakan Wan Hauw,
kepandaiannya agaknya sudah mendapat kemajuan, hatinya tiba-tiba tergerak.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Selesai menggali lubang, Wan Hauw lalu menggendong
jenazah orang itu dan dikuburnya.
Setelah itu ia berkata kepada Siang-koan Kie: "Toako, aku teringat sesuatu, tidak tahu aku harus ceritakan kepadamu atau tidak?"
"Urusan apa" Kau katakan saja."
"Ketika aku masih berdiam didalam lembah, sering melihat harimau dan harimau kumbang saling bertempur mati-matian, begitu juga ular ular besar, pada bertempur dengan
bangsanya sendiri, tetapi sebaliknya dengan ibu yang duduk diam dirumah sehingga tidak menyaksikan itu semua. Aku tadinya mengira antara manusia dengan manusia itu tidak bisa berkelahi, tetapi diantaranya kalau sudah berkelahi demikian hebat"
"Binatang berkelahi berebut makanan, semata-mata hanya untuk perut, tetapi antara manusia dengan manusia, kecuali berebut harta kekayaan dan kedudukkan, masih tambah
berebutan nama. Maka antara baik dengan jahat, juga seperti air dengan api yang tidak bisa disatukan"
Wan Hauw setengah mengerti setengah tidak
menganggukkan kepala dan kemudian mendongakkan kepala agaknya memikirkan perkataan Siang-koan Kie lagi.
Siang-koan Kie menarik napas perlahan lalu berkata:
"Saudara Wan kau tidak usah memikirkan soal itu tadi, Urusan ini sangat ruwet. Untuk sementara kau barangkali tidak bisa mengerti, dikemudian hari aku akan menjelaskan kepadamu lagi, sekarang kita masih perlu melakukan perjalanan."
Setelah itu ia berjalan lebih dulu. Wan Hauw mengikuti dibelakangnya.
Jalan belum berapa jauh ia berkata: "Aku teringat satu hal lagi, ingin bertanya kepadamu.''
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Siang-koan Kie diam-diam merasa heran, hari itu
saudaranya itu agaknya terlalu banyak yang dipikirkan, namun demikian ia segera menjawab sambil tersenyum: "Katakanlah, mari kita bicara sambil berjalan."
Wan Hauw agaknya sedang mencari kata-kata yang tepat, setelah berpikir baru berkata: "Toako, perempuan berbaju putih itu dengan merupakan sahabat ataukah musuh?"
Siang-koan Kie agaknya tidak menduga Wan Hauw
mengajukan pertanyaan demikian, sejenak ia tercengang baru menjawab: "Sekarang ia bukan musuh kita, tetapi juga tidak bisa dianggap sahabat."
"Apakah selanjutnya masih bisa bertemu lagi dengannya?"
Siang-koan Kie merasa bahwa pertanyaan saudaranya itu semakin susah dijawab. Setelah ber pikir sejenak baru berkata: "Ini susah dikata, apabila ia tidak mati akan bisa bertemu lagi."
Bibir Wan Hauw bergerak-gerak, tetapi tidak berkata apa-apa.
Siang-koan Kie khawatir sandaranya itu akan mengajukan pertanyaan yang sulit lagi, maka lalu mempercepat gerak kakinya untuk melakukan perjalanan.
Kedua pemuda itu sama-sama mempunyai ilmu lari pesat
luar biasa, tidak antara lama mereka sudah berjalan sepuluh pal lebih.
Diwaktu senja mereka sudah keluar dari tanah belukar itu dan tiba disebuah perkampungan.
Siang-koan Kie melambatkan tindakannya dan bertanya
kepada saudaranya: "Saudara Wan, apakah perutmu sudah lapar?"
"Aku sudah lama lapar. Hai, tempat ini tidak ada buah2an,"
berkata Wan Hauw. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kau tunggu aku diluar kampung, aku akan masuk
kampung membeli barang makanan, sebentar segera
kembali." Wan Hauw berkata sambil mengunjuk sebuah pohon besar:
"Aku tunggu kau tidur diatas pobon besar itu"
Kata-kata Wan Hauw yang masih belum meninggalkan
kebiasaan lamanya, membuat Siang koan Kie tersenyum.
"Baiklah! Kau jangan pergi terlalu jauh" demikian Siangkoan Kie berkata dan segera berjalan menuju kekampung.
Itu adalah sebuah perkampungan kecil, seluruh
penduduknya hanya beberapa puluh pintu saja, bangunan rumab juga sangat sederhana.
Siang-koaa Kie memilih sebuah diantaranya yang agak
baik, ia mengetok pintunya dengan perlahan. Sebentar dari dalam terdengar suara batuk2, pintu rumah terbuka,
diambang pintu berdiri seorang perempuan tua.
Siang-koan Kie lalu memberi hormat seraya berkata: "Ibu, aku sedang melakukan perjalanan yang kebetulan lewat disini.
Karena perut merasa lapar, aku ingin membeli sedikit barang hidangan.''
"Barang barang dirumah kita sudah terjual habis, harap tuan tanya ke lain rumah," menjawab perempuan tua itu dan menutup pintunya lagi
Siang-koan Kie tercengang, ia merasa heran sikap
perempuan tua itu yang kurang sopan terhadap tetamu. Ia lalu pergi kelain rumah lagi.
Kini ia menjumpai seorang gadis berusia kira-kira
tujuhbelas tahun. Gadis itu pakaiannya sudah lama, rambutnya dikepang
panjang wajahnya menunjukkan rasa duka.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Mengganggu nona sedikit, aku ingin membeli sedikit
barang makanan...." berkata Siang koan Kie sambil memberi hormat.
"Kita disini bukan rumah makan, dari mana ada jual barang makanan?" menjawab gadis itu sambil menggelengkan kepala.
Tanpa menantikan reaksi Siang-koan Kie pintunya sudah ditutup lagi.
Siang Noan Kie yang mendapat perlakuan demikian, hanya bisa menghela napas sambil menggelengkan kepala. Ia heran mengapa adat penduduk kampung itu semua demikian
buruk.... Sementara itu ia sudah berjalan dan mengetuk pintu lain rumah lagi.
Kini ia berhadapan dengan seorang parempuan berusia
tigapuluhan tahun. Perempuan itu segera menjawab: "Dirumah kita sudah
tidak ada beras dan sayur, mana ada barang lebih untuk dijual."
Setelah itu lalu menutup piatu. Kali ini Siang-koan Kie coba mendorong tangannya hingga perempuan itu terdorong
mundur tiga langkah dengan badan sempoyongan.
"Aku beli berang dengan uang, mengapa kalian tidak mau menjual?" berkata Siang koan Kie dingin.
"Kita sendiri tidak mempunyai barang makanan untuk
dimakan, mana ada barang untuk di jual kepada orang lain,"
menjawab perempuan itu. "Setidak tidaknya toh masih ada ayam atau binatang
piaraan lain, aku hendak membeli dua ekor saja"
"Tidak ada." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aku tidak percaya ada kejadian demikian. Aku hendak
masuk untuk melihat sendiri" berkata Siang-koan Kie gusar Perempuan itu tiba-tiba mengangkat dua tangannya
mencegah Siang-koan Kie seraya berkata: "Tidak boleh, didalam ada orang sakit"
Siang-koan Kie hentikan kakinya, setelah berpikir sejenak, ia berkata lambat2: "Kalau begitu.... aku hendak melihat orang sakit itu"'
Ia ulur tangannya mendorong perempuan itu.
Perempuan itu tampak gusar, ia berkata dengan suara
keras: "Dengan hak apa kau hendak paksa masuk ke rumah orang?"
Tangannya segera bergerak dengan tanpa sadar hendak
memegang pergelangan tangan Siang-koan Kie.
Gerakannya itu nampaknya sangat tajam dan seperti tidak disengaja, tetapi sebaliknya mengandung gerak tipu pelajaran ilmu silat yang sangat tinggi, karena tempat yang diarah justru merupakan tempat yang Siang koan Kie mau tidak mau harus menghindarkan.
Siang-koan Kie melompat menyingkir tiga kaki, dalam hati merasa ter-heran2, katanya: "Kau ternyata juga seorang yang mendapat latihan"
Karena ia tidak pandai bicara, maka perkataannya itu agak kurang tepat.
"Apa mendapat latihan" Aku tidak mengerti." berkata
perempuan itu dingin. "Benarkah kau tidak mengerti perkataanku?"
"Mengerti atau tidak, tidak seharusnya kau berlaku tidak sopan seperti itu. Jikalau kau se-orang baik2, bagaimana kau dapat mengambil barangku dengan paksa". Jikalau aku
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
seorang jahat, didalam barang makanan itu, kuberikan sedikit racun baru kuberikan padamu, apakah kau tahu?"
Setelah itu baru menutup lagi pintunya.
Siang-koan Kie tercengang, kembali harus berdiri seperti patung, keheranannya semakin memuncak, entah rahasia apa yang meliputi perkampungan itu"
Selagi masih berdiri melamun, dibelakangnya terdengar suara orang batuk2 yang kemudian menegurnya: "Apakah
tuan sudah lapar?" Siang-koan Kie membalikkan badannya, di depan pintu
seberang rumah, berdiri seorang laki2 berambut putih yang sedang mengawasi dirinya sambil tersenyum.
Ia lalu menjawab: "Benar, aku sebetulnya sudah lapar"
"Jikalau tuan tidak pandang rendah perkampungan ini yang tidak dapat menyediakan barang hidangan baik, silahkan masuk dalam rumahku untuk makan dua mangkok bubur."
berkata laki2 tua itu sambil tersenyum.
"Kalau begitu kuucapkan terima kasih lebih dulu" berkata Siang-koan Kie yang segera berjalan menghampiri, tetapi kemudian tiba2 ia dapat melihat matanya orang tua itu ada memancarkan sinar yang menunjukkan kelicikannya, maka ia pikir harus waspada.
Karena berpikir demikian, ia lalu merandek.
Laki2 tua itu berkata pula: "Manusia bukanlah besi,
bagaimana dapat menahan lapar. Tuan tidak usah malu.
Orang yang keluar pintu, toh tidak selalu membekal barang hidangan cukup."
Siang-koan Kie kemudian berpikir: "Karena orang lain tidak kenal denganku, mengapa harus mencelakakan diriku?"
Ia lalu bertindak masuk kedalam rumah orang tua itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dalam rumah itu diperlengkapi perabot rumah tangga
sangat sederhana, laki2 tua itu masuk kedalam untuk
mengambil makanan. Siang-koan Kie yang duduk menunggu diruangan, tiba2
dari dalam ruangan kamar terdengar suara tertawa dingin, kemudian menegurnya. "Apakah kau sudah datang?"
Suara itu rasanya pernah dikenal oleh Siang-koan Kie, tetapi sesaat itu ia sudah tidak ingat siapa adanya orang itu.
Ia sebetulnya bisa masuk kedalam kamar itu, tetapi
pengalamannya didunia Kang ouw selama ini telah berhasil mengendalikan dirinya tidak berbuat menuruti kemauan hati.
Ia berlaku seolah olah tidak mendengar, tetapi otaknya terus memikirkan siapa orangnya itu.
Sebentar kemudian laki2 tua yang masuk ke dapur itu
sudah keluar lagi sambil membawa satu mangkok besar yang terisi penuh bubur dan diberikan kepada Siang-koan Kie seraya berkata: "Aku tidak pandai masak, didalam rumah masih ada semangkok bubur ini, harap tuan makan seadanya"
Siang-koan Kie yang sudah siap siaga menyerbu bubur itu sambil tersenyum dan mengucapkan terima kasih. Selagi hendak dimakan, tiba2 seperti ingat sesuatu, lalu bertanya:
"To-tiang, apakah rumah ini hanya tinggal To-tiang seorang diri saja?"
Sementara itu mangkoknya diletakkan diataa meja.
Mata orang tua itu berputaran, kemudian menjawab sambil menghela napas: "Betul, dalam rumah ini hanya aku seorang diri saja....."
Siang-koan Kie tersenyum, selagi hendak membuka mulut, orang tua itu sudah berkata lagi. "Tetapi tadi baru saja kedatangan seorang tetemu wanita....."
"Tetamu wanita?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ya, tetamu itu bahkan sedang sakit berat. Aku lihat
keadaannya sangat menyedihkan maka aku terima ia tinggal di sini..... Dalam perkampungan ini kecuali aku situa bangka, orang lain kebanyakan tidak suka mencari pusing menerima tetamu dari luar."
"Oh! apakah To-tiang suka memberitahukan apa
sebabnya?" Orang tua itu berpikir sejenak, baru berkata: "Sebabnya terlalu ruwet, tetapi ringkasnya, aku sudah berusia lanjut, soal hidup atau mati sudah tak kuhiraukan lagi. Maka aku berani berbuat yang orang lain tidak berani melakukan."
Siang-koan Kie meskipun merasa lapar, tetapi ia menahan perasaannya, katanya: "Aku dahulu pernah belajar sediklt ilmu tabib, terhadap penyakit aku yakin dapat mengobati. Harap Lo-tiang bawa aku menemui nona itu, mungkin dapat
menolongnya." Orang tua itu mengurut jenggotnya yang putih, sambil
berpikir, kemudian baru berkata: "Nona itu, dikamar belakang dirimu, kau masuklah sendiri."
Siang-Loan Kio perlahan-lahan mendorong pintu kamar
seraya berkata: "Apakah penyakit nona agak berat"
Tetapi ia merasa pintu itu tertutup rapat, sehingga io harus menggunakan tenaga lebih banyak untuk mendorong.
Setelah pintu terbuka, ia merasa juga bahwa perbuatannya itu terlalu gebabah, maka lantas merandek dan berkata:
"Nona maafkan perbuatanku yang gegabah."
Setelah berada didalam kamar itu, ia baru lihat bahwa orang yang sakit itu bukan lain dari pada Nie Suat Kiao, yang saat itu duduk bersila diatas pembaringan sambil
memejamkan mata. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Gadis itu sesengguhnya mempunyai ketenangan yang luar biasa, meskipun tahu ada orang masuk tetapi ia masih tetap berduduk tanpa bergerak atau membuka matanya.


Irama Seruling Menggemparkan Rimba Persilatan Karya Opa di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Siang-koan Kie menghela napas perlahan lalu berkata:
"Kiranya adalah kau."
"Buat musuh memang sempit jalanannya..." berkata Nie
Suat Kiao. "Aku hendak pergi lagi,'' berkata Siang-koan Kie yang hendak malangkah keluar lagi.
Nie Suat Kiao berkata dengan nada suara dingin: "Tunggu dulu!"
Siang-koan Kie terpaksa membatalkan maksudnya, ia
berkata: "Kau terluka parah, sudah tentu tidak sanggup melawan aku, akupun tiada maksud berkelahi dengan kau."
Nie Suat Kie kembali membuka matanya, ia berkata sambil tertawa: "Kau toh sudah datang kemari, apa salahnya berdiam sebentar. Kau tahu aku sudah terluka dan tidak sanggup melawan kau, kau takut apa?"
"Didalam perkampungan ini terlalu banyak hal-hal yang aneh. Penduduknya semua bersikap dingin. Seluruh kampung agaknya diliputi suasana seram..."
"Apakah kau takut?"
"Sewaktu aku belajar iimu silat, aku berdiam disebuah kuil tua, ditempat yang jarang di datangi oleh manusia. Dalam kuil itu, setiap kamar terdapat sebuah tengkorak. Setiap hati aku bergaul dengan tengkorak itu, aku berdiam disitu beberapa tahun lamanya, tapi belum pernah merasa takut. Kampung ini meskipun penuh hawa seram tapi kalau mau dikata aku takut itu sangat mustahil...."
Nio Suat Kiao memotongnya sambil tetawa dingin:
"Tengkorak yang sudah tidak ada darah dagingnya, apa yang Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
perlu ditakuti" Sekalipun setan, juga merupakan setan mati.
Yang ditakuti justru setan hidup. Kampung ini di-mana2
terdapat setan hidup, bagaimana kau dapat bandingkan
keadaannya dengan kuil tua itu?"
Siang koan Kie terperanjat, ia terdiam memikirkan
perkataan gadis itu, yang se-olah2 mengandung maksud
sangat dalam. Sebagai seorang cerdik, cepat Siang-koan Kie dapat
menyadari ucapan gadis itu, maka ia segera memberi hormat sambil mengucapkan terima kasih, kemudian menghampirinya dan berkata dengan suara perlahan: "Meskipun kau pernah menggunakan obat untuk membikin lupa diriku, tetapi dalam hatiku tidak membenci kau...."
Nie Suat Kiao tertawa menyeringai dan berkata: "Sekalipun membenciku, aku bisa berbuat apa" Hmm"
Siang-koan Kie mukanya merasa panas, lama ia berpikir baru bisa berkata. "Sekalipun kau pernah tinggal dan
berkawan dengan kawanan iblis serta membantu melakukan kejahatan...."
"Bagus kau memaki begitu. Hmm, lekas pergi"
"Aku ingin mengeluarkan sedikit tenaga bagi nona. Harap kau tidak menolak, atau kalau nona ingin apa2 silahkan bilang saja"
Nie Suat Kiao mengangkat tangannya membereskan
rambutnya lalu berkata samboil tertawa. "Seluruh kampung dipenuhi oleh hawa setan hanya dalam kamar ini yang
tenteram tenang bagaikan musim semi. Jikalau kau ingin berbuat apa2 untukku. Nah, aku minta kau iukiskan alisku."
Siang-koan Kie berkata sambi menggelengkan kepala:
"Nona main2. Sayang dalam hal ini aku belum mempunyai pengalamannya"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Siapa main2 denganmu, aku berkata dengan
sesungguhnya. Percaya atau tidak terserah kepadamu sendiri"
"Nona sedang menghadapi bahaya maut, tetapi masih bisa bersenda gurau. Benarkah didalam dunia sekarang ini sudah tidak ada orang yang dapat mengeluarkan jarum beracun dari dalam badanmu"'"
"Kau se-olah2 sangat perhatikan jiwaku, betul tidak?"
"Aku mendapat firasat bahwa mati hidupmu agaknya
membawa pengaruh sangat besar bagi keadaan seluruh rimba persilatan...."
"Kau terlalu memuji, betulkah soal mati hidupku itu ada demikian penting?"
"Ditilik dari keadaan pada dewasa ini saja, orang yang mengetahui keadaan Kun-liong Ong hanya nona seorang
saja..." "Ini juga belum tentu"
"Sebaiknya nona jangan memotong pembicaraanku,
dengarkanlah keteranganku dulu!''
"Tahukah kau bahwa saat ini betapa berharganya bagiku"
Apa yang aku dengar adalah urusan-urusan yang
menggembirakan. Aku tidak ingin dengar lagi segala
kerewelan dalam rimba persilatan yang memusingkan kepala, sebab aku sudah akan meninggalkan dunia yang fana ini, untuk pergi kelain dunia, Saat terakhir sebelum aku
meninggalkan dunia ini, aku mengharap tidak lagi diganggu oleh segala kekesalan."
"Bagaimana supaya nona merasa gembira?"
Nie Suat Kiao berpikir, kemudian berkata: "Segala
kedukaan dan penderitaan dalam dunia hampir semua sudah kualami. Dalam hidupku ini kesenangan yang kucicipi
sesungguhnya sedikit sekali. Maka, aku pikir sesaat sebelum Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
aku mati, aku harus berbuat sesukanya yang menggembirakan hatiku. Pikiran seperti ini, rasanya toh tidak keterlaluan bukan?"
"Tidak, entah kesenangan apa yang kau inginkan?"
Nie Suat Kiao bersenyum manis, lalu berkata: "Pribahasa berkata hidup manusia yang paling menyenangkan adalah di waktu malam pernikahan. Aku pikir ingin mencari tukang musik dan ingin sekali menjadi pengantin..."
Siang-koan Kie melongo, ia berkata. "Aaa! pikiran dan keinginanmu semacam ini sesungguhnya diluar dugaan
orang!" "Tidak perduli urusan apa asal bisa membuat aku senang, aku akan kulakukan"
"Sayang di dalam kampung yang kecil dan sangat misterius ini, barangkali sangat sulit untuk mencari tukang musik."
"Kalau begitu tidak usah pakai upacara pernikahan, baiklah kita melakukan perkawinan didalam kamar ini saja!"
Betulkah Nie Saat Kiao melakukan pernikahan dengan
Siang-koan Kie" Bagaimana tindakan dua orang itu
selanjutnya" Silahkan baca bagian jilid lima belas.
-oo0dw0oo- Jilid 15 57 DENGAN mata terbuka lebar Siang-koan Kie bertanya:
"Apa?" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Melukis alis dan menghias diri dalam kamar penganten, merupakan kesenangan hidup bagi seorang perempuan dalam seumur hidupnya. Tetapi dalam hidupku ini, belum pernah ada orang yang melukiskan alis buatku, sudikah kau melukiskan alis untukku?"
"Dalam pekerjaan seperti itu, aku sendiri juga belum
mendapat pengalaman"
Tubuh Nie Suat Kiaow yang sedang duduk tiba2 bergoyang, peluh mulai mengalir dari mukanya, jelas bahwa dia sedang menahan rasa sakit dalam dirinya.
Namun ia mempunyai kekuatan fisik dan daya tahan luar biasa, hanya alisnya saja yang nampak terjengit, kemudian dengan lengan bajunya menghapus keringat yang membasahi mukanya lalu berkata: "Kemari lebih dekat sedikit."
Siang-koan Kie menurut, ia mendekati Nie Suat Kiao seraya berkata: "Apakah nona ingin aku menggunakan kekuatan
tenaga dalam untuk membantu kau melawan penderitaan
yang sedang kau alami?"
"Tidak usah, didalam badanku ada sebotol obat kau
ambillah sendiri!" berkata Nie Suat Kiao, tangan kirinya menunjuk tulang rusuk bagian kanan dai berkata pula: "Obat itu didalam sakuku ini."
Siang-koan Kie merasa kurang sopan meraba tubuh
seorang gadis, dengan perasaan sangsi ia berkata: "Rasanya ini kurang pantas!"
"Kau ini benar-benar seorang pengecut, belum termasuk hitungan seorang laki-laki jantan, lekas sedikit," berkata Nie Suat Kiao gusar.
Siang-koan Kie diam-diam berpikir: "ya! Sebagai seorang gadis ia masih berani berbuat tanpa ragu-ragu dan malu-malu, sebaliknya dengan aku, seorang laki-laki, mengapa begini selalu ragu-ragu"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Maka ia segera memasukkan tangan kanannya ke dalam
saku Nie Suat Kiao untuk mengambil sebuah botol obat yang dimaksudkan. "Apakah ini?"
"Betul, bawalah, nanti kalau kau bertemu dengan orang-orang yang pernah menulis namanya didalam buku kematian keluarga Pan. Setiap orang kau berikan sebutir pel, itu dapat memunahkan racun dalam diri mereka."
Pada waktu terjadinya peristiwa itu, Siang-koan Kie sudah melupakan dirinya oleh pengaruh obat maka ia tidak tahu sama sekali, tetapi karena melihat keadaan Nie Suat Kiao yang sedang menahan penderitaan begitu hebat, tidak mau
menanya lebih banyak, maka ia segera menerima baik
permintaannya. Nie Suat Kiao agaknya tidak suka menunjukkan sikap lemah dihadapan Siang-koan Kie, ia paksakan diri menahan rasa sakitnya, kemudian berkata kepada Siang-koan Kie: "Kau boleh pergi."
Siang-koan Kie diam2 berpikir: "Perempuan itu keras hati, ia lebih suka mati menanggung penderitaan, juga tidak suka menerima bantuan orang, tetapi dari perbuatannya yang menghadiahkan obat pemunah bagi para korbannya, jelas ia sudah berniat untuk menjadi seorang baik, terhadap orang begini, aku tidak boleh menghadapi menurut keadaan biasa, kalau aku hendak menolong harus menggunakan paksaan"
Sebagai seorang yang masih muda, apa yang dipikirkan, segera dilaksanakan, tiba2 ia menggerakkan jari tangannya menotok jalan darah Kian-kin-hiat Nie Suat Kiao.
"Kau hendak berbuat apa?" bertanya Nie Suat Kiao dengan badan gemetar.
"Aku hendak menolong jiwamu."
"Lekas buka totokanku, kau tidak dapat menolong aku."
"Sekalipun tidak dapat, aku juga ingin mencobanya."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tanpa banyak bicara, Siang-koan Kie segera ulur tangan kirinya menyambar tubuh Nie Suat Kiao, kemudian berjalan keluar dengan tindakan lebar.
Luka-luka Nie Suat Kiao sedang bekerja, sekujur badannya dirasakan sakit, sehingga tidak mempunyai daya perlawanan sama sekali, apalagi Siang-koan Kie memondongnya dengan tenaga kuat, sehingga ia tidak bisa bergerak.
Siang-koan Kie sudah mengambil keputusan, tidak perduli apa yang dikatakan oleh Nie Suat Kiao. Ia mempercepat gerak kakinya, lari keluar perkampungan, sebentar sudah tiba disebuah pohon besar dimana telah menunggu Wan Hauw.
"Saudara Wan, lekas turun." demikian ia memanggil sambil mendongakkan kepala.
Wan Hauw yang sedang tidur nyenyak, ketika mendengar
suara Siang-koan Kie, ia kucek2 matanya dan melompat turun.
Begitu melihat Nie Suat Kiao, agaknya sudah melupakan rasa lapar dalam perutnya, sambil pentang lebar dua tangannya ia berkata: "Toako, biarlah aku yang menggendongnya!"
Siang-koan Kie berpikir sejenak, akhirnya diserahkannya Nie Suat Kiao kepada Wan Hauw seraya berkata: "Lukanya sangat berat, kau harus hati2 sedikit."
Wan Hauw dengan sangat hati2 mengulur dua tangannya
menyambuti Nie Suat Kiao seraya berkata: "Toako jangan khawatir, aku akan menjaganya baik-baik."
Benar saja ia mengangkat Nie Suat Kiao dengan sikap yang hati-hati dan penuh kasih sayang.
Siang-koan Kie yang menyaksikan keadaan demikian,
hatinya bercekat, pikirnya diam2: "Apakah saudaraku ini suka kepadanya"......."
Ketika ia menyaksikan keadaan Nie Suat Kiao, saat itu ternyata sedang membuka setengah matanya mengawasi Wan Hauw, sepasang alisnya bergerak-gerak, sikapnya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menunjukkan bahwa perasaannya pada waktu itu masih
tenang. Terhadap Wan-Hauw juga tidak menunjukkan rasa benci.
Siang-koan Kie berkata sambil batuk-batuk ringan:
"Saudara, dalam kampung itu diliputi suasana menyeramkan, meskipun ada barang makanan, tetapi aku tak berani makan, nampaknya hari ini kita terpaksa melakukan perjalanan dengan menahan lapar."
Wan Hauw sejak menggendong Nie Suat Kiao, agaknya
sudah merasa puas, soal lapar sudah dilupakan sama sekali.
"Apa kata toako, sudah tentu tidak bisa salah lagi."
"Kita perlu melakukan perjalanan," berkata Siang-koan Kie dan segera berjalan lebih dulu.
Wan Hauw mergikuti dibelakang Siang-koan Kie sambil
menggendong Nie Suat Kiao.
Dua orang itu sama2 mempunyai ilmu lari pesat yang
sudah mahir sekali, dalam waktu singkat sudah lari jauh sepuluh pal lebih.
Selagi enak lari, tiba2 Wan Hauw berseru: "Toako, jangan lari lagi!"
"Ada apa?" bertanya Siang-koan Kie yang segera berhenti.
"Keadaan ia nampaknya agak payah."
Siang-koan Kie mengawasi Nie Suat Kiao, yang saat itu mengalir darah dari mulutnya, sepasang matanya tertutup rapat, keadaannya sangat lemah.
Sambil menghela napas perlahan ia berkata: "lukanya
sedang bekerja, lekas letakkan ditanah"
Wan Hauw menurut ia meletakan Nie Suat Kiao ditanah,
lebih dulu Siang-koan Kie membuka totokan jalan darahnya, selagi hendak menyalurkan kekuatan tenaga dalam untuk Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
membantu mengalinya darah, tiba2 membatalkan maksudnya dan berkata kepada Wan Hauw: "Saudara Wan bantulah
dengan kekuatan tenaga dalammu untuk mengalirkan jalan darahnya, kita nanti pikirkan lagi cara untuk memberi pertolongan."
Wan Hauw menurut, ia menyalurkan kekuatan tenaga
dalamnya melalui jalan darah Kian-kie-hiat.
Dibawah sinar bintang yang tidak terang, Siang-koan Kie tiba2 menyaksikan bahwa mata Wan Hauw pada saat itu
sedang mengucurkan air mata.
Ini merupakan satu pertandaan yang sangat menakutkan, jelaslah sudah bahwa Wan Hauw yang berhati putih bersih dan belum mengerti kejahatan dalam dunia, tanpa disadari sudah terjatuh kedalam jaring asmara....
Betapakah ganjilnya keadaan ini" Yang perempuan cantik bagaikan bidadari, tetapi berhati bagaikan ular berbisa, sedangkan yang lelaki, berhati putih bersih dan jujur, tetapi bentuknya tidak sama dengan manusia normal diantara kedua pasangan ini, sebetulnya terpisah satu jarak yang jauh....
Siang-koan Kie diam2 memohon kepada Tuhan Yang Maha
Esa, minta supaya saudaranya yang masih putih bersih ini jangan sampai terjerumus kedalam lubang asmara, sehingga tidak dapat menolong dirinya sendiri....
Wan Hauw yang mempunyai kekuatan tenaga dalam sudah
sempurna, dalam waktu singkat sudah berhasil membuat Nie Suat Kiao yang sudah hampir tidak ingat orang, tersadar lagi.
Wan Hauw menarik napas panjang, ia merangkapkan
kedua tangannya, matanya mengawasi bintang dilangit,
mulutnya kemak kemik entah apa yang dikatakannya.
Nie Suat Kiao per-lahan2 membuka matanya, ia
menyaksikan dua pemuda itu sama2 menengadah kelangit, entah apa yang sedang dipikirkan" Siang-koan Kie duduk Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bersila, sedangkan Wan Hauw setengah berlutut
didampingnya sambil kemak kemik dan merangkapkan kedua tangannya.
Ini merupakan sebuah gambaran yang sangat menarik,
terhadap seorang yang baru kembali dari jurang kematian, tambah mempunyai daya penarik yang lebih kuat.
Ia menggeser tubuhnya setelah membersihkan tanda darah diujung bibirnya, ia berkata sambil tertawa: "Apakah yang kalian berdua sedang pikirkan?"
Siang-koan Kie dan Wan Hauw terkejut oleh pertanyaan itu, dua pasang mata menatap wajahnya
Wan Hauw yang menyaksikan Nie Suat Kiao sudah sadar
lagi, bahkan bisa bicara, hatinya merasa sangat girang, tetapi semakin girang, ia semakin tidak tahu bagaimana harus berkata. Akhirnya ia hanya dapat bertanya sambil tertawa girang: "Apakah lukamu sudah baik?"
Nie Suat Kiao bangkit dan duduk ditanah. "Lukaku ini untuk se-lama2nya tidak dapat disembuhkan lagi."
Perasaan Wan Hauw seketika telah lenyap, ia berkata
sambil menoleh kepada Siang-koan Kie: "Toako benarkah ucapannya itu?"
"Ia sudah kemasukan jarum beracun melekat tulang Kunliong Ong...." menjawab Siang-koan Kie sambil
menganggukan kepala dan menghela napas, perlahan.
"Apakah didalam dunia ini sudah tidak ada orang yang
dapat menolougnya lagi?" bertanya Wan Hauw cemas.
"Tentang ini aku juga tidak tahu," menjawab Siang-koan Kie.
"Bagaimana suhu kita?" bertanya Wan Hauw sambil meng-garuk2 kupingnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Suhu banyak pengetahuan dan berkepandaian tinggi
sekali, tetapi ia dapat mengeluarkan jarum racun itu atau tidak, aku juga belum tahu."
Wan Hauw tiba2 melompat berdiri dan berkata: "Toako
baik-baik menjaga dia, aku hendak pergi mencari suhu untuk menyembuhkan lukanya."
"Jejak suhu tidak menentu, kemana kau harus mencari?"
Tetapi saat ini ia hanya mendengar jawaban Wan Hauw
yang sudah jauh: "Harap toako baik-baik menjaganya...."
Suara itu semakin lama semakin tidak kedengaran,
sebentar kemudian sudah menghilang bersama orangnya.
Dibawah sinar bintang di-tengah2 tempat belukar, kembali tinggal Siang-koan Kie dan Nie Suat Kiao berdua.
"Saudaramu itu, sesungguhnya seorang berhati baik?"
berkata Nie Suat Kiao. "Ia masih bersih dan jujur, menyaksikan kau menderita, ia seperti dirinya sendiri yang menderita."
"Akh! Sayang kebaikannya itu akan tersia-sia, kecuali ayah angkatku sendiri, dalam dunia pada dewasa ini sudah tidak ada orang lagi yang dapat menyembuhkan lukaku."
"Kali ia pergi, entah kapan bisa kembali, mari aku meniup seruling, untuk menghilangkan kerisauan dalam hatimu!"
"Sungguh tidak kusangka kau masih pandai meniup
seruling!" "Akh kau pandai menggoda. Kalau tiupanku ini tidak baik, harap nona jangan dibuat tertawaan."
Biji mata Nie Suat Kiaow berputaran, kemudian berkata:
"Tunggu dulu, kau bimbing aku ketempat alang-alang yang lebat itu, nanti kau baru meniup seruling itu."
"Kenapa?" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Karena perbuataamu yang agak gegabah, sehingga
membuat jarum beracun yang ayahku masukkan dalam diriku, lebih cepat bekerjanya, Jika ditilik keadaan seperti sekarang ini setiap waktu aku bisa binasa, mungkin sebelum kau meniup habis serulingmu, aku sudah binasa didalam alang-alang yang lebat itu....."
"Benarkah begitu hebat keadaanmu?" bertanya Siang-koan Kie terkejut.
"Ah! dalam soal seperti ini perlu apa aku harus
membahongimu?" Siang-koan Kie terpaksa menurut dan pondong tubuh Nie Suat Kiao, kemudian diletakkan ketempat yang tumbuh alang-alang lebat, lalu berkata dengan suara perlahan: "Aku juga sudah pernah mengalami bahaya maut, pada waktu itu
keadaan lukaku boleh didikata tidak lebih ringan dari pada lukamu. Ayah angkatmu Kun-liong Ong pernah menyerang
aku sehingga aku terjerumus kedalam suatu jurang yang dalam, tempat itu merupakan suatu tempat yang tidak pernah didatangi oleh manusia. Hanya mengandal harapan ingin hidupku yang sangat kuat, aku melalui bahaya itu."
Ia berhenti sejenak. lalu sambungnya: "Kau harus bertahan untuk hidup terus, setidak-tidaknya juga harus menunggu sampai saudaraku itu kembali."
"Saudaramu itu adalah seorang yang sangat baik."
"Aku mendapat suatu firasat, kalau kukatakan harap nona jangan marah."
"Katakanlah!" "Saudaraku itu suka kepadamu...."
"Sayang aku sudah hampir mati," berkata Nie Suat Kiao sambil tertawa.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Seperti katamu sendiri ia adalah seorang berhati baik, apabila tidak dapat melihat kau untuk penghabisan kali, pasti akan membuat penyesalan seumur hidupnya, ia akan merasa seperti kehilangan kesenangan dalam penghidupannya."
Nie Suat Kiao tersenyum getir, ia berkata dengan suara sedih: "Aku juga ingin menanyakan kau suatu hal."
"Hal apa?" "Kau suka kepadaku atau tidak?"
Siang-koan Kie tidak menduga samasekali ia akan
menanyakan secara blak-blakan seperti itu, sesaat ia
melengak kemudian baru berkata: "Kau seorang gadis cantik, setiap orang lelaki seharusnya suka kepadamu, bukan cuma aku sendiri.... Tetapi...."
"Tetapi, kau tidak terlalu suka, demikianlah maksudmu?"
"Maksudku hendak mengatakan bahwa hawa nafsu
membunuh nona terlalu berat, sifatnya masih agak liar apabila bisa berobah sedikit lemah lembut, niscaya kecantikanmu akan menjadi komplit.'
"Ah, kau terlalu memuji."
Siang-koan Kie mengangkat serulingnya seraya berkata:
"Aku akan meniup seruling untuk kau dengar!"
Irama seruling mengalun keluar dari seruling.
Suara seruling itu mula2 perlahan kemudian meninggi,
irama itu seolah-olah membangkitkan perasaan semangat orang yang sudah akan putus asa.
Nie Suat Kiao agaknya digerakkan semangatnya untuk
hidup lagi oleh irama seruling itu. Tanpa di sadari ia sudah mengerahkan kekuatan tenaga dalamnya untuk melawan luka-luka dalam tubuhnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Siang-koan Kie yang belum dapat meniup irama itu
sekaligus, terpaksa berhenti sementara.
Nie Suat Kiao bertanya sambil menarik napas panjang.
"Irama yang kau tiup apa namanya?"
"Tidak ada namanya."
"Suara irama serulingmu itu, sangat menarik hati, apakah itu kau tiup secara sembarangan?"
"Apabila sudah ada namanya, tidak akan demikian menarik didengarnya."
Nie Suat Kiao tiba2 menarik napas panjang, lama ia baru berkata: "Bolehlah aku ingin minta tolong kepadamu sesuatu?"
"Asal tenagaku dapat perlakukan aku pasti tidak akan
menolak, katakanlah!"
"Kau jangan meniup serulingmu lagi, sebab irama
serulingmu itu mengandung daya hidup, sehingga pikiranku menjadi kalut dan membangkitkan perasaanku terhadap
penghidupan. Tetapi aku tahu bahwa harapan untuk hidupku sudah tidak ada, sekalipun aku mempunyai keinginan untuk hidup, itu hanya berarti menambah penderitaanku, ada lebih baik membiarkan aku melewatkan sisa hidupku dengan hati tenang!"
Siang-koan Kie terkejut, per-lahan2 menyimpan kembali serulingnya dan berkata: "Sudah ber-tahun2 kau mengikuti Kun-liong Ong, apakah tidak tahu obatnya untuk
mengeluarkan jarum itu?"
"Ketika aku berada didalam kampung kecil itu, ayahku
pernah mengutus orangnya mengirimkan obat pemunah,
tetapi telah kutolak."
"Mengapa" Kau toh sudah ingin menjadi orang baik,
mengapa demikian memandang ringan jiwamu sendiri"...."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/


Irama Seruling Menggemparkan Rimba Persilatan Karya Opa di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"ya, apakah kau inginkan aku menipu obat pemunahnya...."
berkata Nie Suat Kiao sambil tertawa. "Apabila Kun-liong Ong itu demikian mudah ditipunya, ia juga tidak akan menjadi seorang penjahat besar yang dapat memimpin banyak orang2
dari golongan rimba hijau."
Siang-koan Kie sebetulnya ingin menghibur beberapa patah kata lagi, tetapi menghadapi seorang yang sudah putus asa dalam hidupnya, perkataan apapun juga, semua agaknya berlebih2an, maka ia terpaksa menghela napas, dan akhirnya berkata: "Karena begitu, menurut anggapanmu kau sudah pasti mati."
"Diwaktu menghadapi kematian, siapapun orangnya sudah tentu mempunyai sedikit perasaan takut tetapi perasaanku pada saat ini, sebaliknya sangat tenang, sedikitpun tidak merasa takut akan kematian."
"Soal kematian, cepat atau lambat datangnya, hanya
tergantung kepada sang waktu saja, kalau kita menginsafi soal ini, juga tidak perlu merasa takut lagi."
"Sejak aku mengerti urusan, tiada satu detik tidak berada dalam penghidupan yang penuh hal2 yang sangat
menakutkan. Setiap waktu, setiap tempat juga dapat
dibinasakan. Ah! meskipun usiaku belum tua, tetapi dalam perjalanan hidupku ini, boleh dikata sudah kenyang dengan penderitaan hidup."
Siang-koan Kie tiba2 berdiri dan berkata: "Beristirahatlah dengan tenang. Aku harap kau berusaha sekuat tenaga, untuk memperpanjang kematianmu, menunggu pulangnya
saudaraku, supaya ia dapat melihat kau...."
"Aku percaya saudaramu itu, setelah aku nanti nanti, pasti dapat membuatkan aku sebuah makam yang sangat indah,"
berkata Nie Suat Kiao sambil tertawa.
"Aku sangat khawatir semua kesenangannya, akan
mengikuti kau terkubur didalam tanah bersama-sama."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Orang yang berhati jujur dan baik seperti saudaramu itu.
barangkali akan mencurahkan perasaan hatinya dengan
sungguh2, ah! Sayang aku sudah tidak ada itu rejeki untuk menikmati."
"Semoga ia lekas pulang, dan dapat berkata-kata
denganmu." berkata Siang-koan Kie sambil jalan per-lahan2, jalan baru beberapa tombak merandek dan berkata pula:
"Beristirahatlah dengan tenang. Aku akan menjagamu disini."
Nie Suat Kiao tidak menjawab, ia memejamkan matanya,
lalu menjatuhkan diri dalam alang2.
Lama Siang-koan Kie duduk menantikan Wan Hauw, tetapi masih belum nampak bayangan saudaranya itu pulang. Dalam hatinya diam2 berpikir: "saudaraku itu sangat jujur, ia dapat melakukan apa yang dikatakan, kemana ia harus mencari jejak suhu yang tidak menentu itu" Jikalau ia tidak terbuka pikirannya, harus pergi mencarinya suhu juga, jangan kata Nie Suat Kiao yang sudah terluka parah tidak dapat
menunggunya, sedangkan aku sendiri juga tidak dapat
menunggu terlalu lama......"
Selagi pikirannya masih bekerja, tiba2 terdengar suara tindakan kaki orang, tidak lama kemudian terdengar pula suara dua orang yang sedang bicara.
Siang-koan Kie diam2 merasa heran kedatangan orang
ditempat belukar diwaktu malam buta itu, maka ia segera merebahkan diri didalam alang alang yang lebat. Terdengar satu suara yang agak kasar: "Kali ini apabila bisa berhasil, maka semua orang kuat dalam rimba persilatan, barangkali akan digulung seluruhnya."
Terdengar seorang lain berkata sambil menghela napas:
"Aku tidak percaya orang2 kuat dalam rimba persilatan semuanya dapat dipancing kedalam tanah belukar ini."
Suara itu seperti sudah pernah dikenal, tetapi pada saat itu Siang-koan tidak ingat lagi siapa orangnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Terdengar pula suaranya orang pertama: "Kali ini bukan saja empat raja muda sudah keluar semuanya bahkan banyak orang kuat dari istana Ong-ya sendiri, juga akan turut ambil bagian dalam pertempuran itu, apabila Ong-ya belum yakin benar akan kemenangannya, tidak nanti akan mengerahkan orang2 yang kuat, Ong-ya selalu berlaku sangat hati2, belum pernah gagal dalam gerakkannya."
Dalam otak Siang-koan Kie terus memikirkan orang yang suaranya pernah dikenalnya itu, berpikir beberapa lama, akhirnya ia baru ingat, bahwa suara itu adalah suara Touw Thian Gouw yang dikenalnya didalam rumah keluarga Pan....
Tindakan kaki itu terdengar semakin dekat, dua bayangan orang lewat disampingnya.
Siang-koan Kie menbuka matanya, ia melihat dua orang itu semua berpakaian warna hitam. Orang yang berjalan
disebelah kanan, benar adalah Touw Thian Gouw, sedang yang sebelah kiri ada seorang yang bertubuh tinggi besar.
Pada saat Siang-koan Kie mengawasi dua orang itu, dua orang itu agaknya juga sudah melihat Siang-koan Kie hingga mereka berhenti.
Orang yang sebelah kiri segera menegurnya: "siapa?"
Siang-koan Kie mengerahkan kekuatan tenaga dalamnya
menutup pernapasannya. Menghadapi orang2 Kun-liong Ong dia harus selalu
waspada. Touw Thian Gouw yang saat itu sudah melihat Siang-koan Kie, diam-diam terkejut.
Orang yang menegur tadi sudah mengeluarkan senjata
goloknya, ia sudah siap hendak turun tangan, ketika
mendengar seruan terkejut Touw Thian Gouw, segera
berpaling dan bertanya: "Mengapa" Apakah kau kenal dengan orang ini"''
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Orang ini mirip dengan salah seorang saudara sepupuku."
Ia masih belum tahu Siang-koan Kie sudah pulih kembali ingatannya, dikiranya masih dalam keadaan linglung dan kesasar ditempat itu.
"Tidak perduli siapa dia, kita juga tidak bisa membiarkan dia hidup...." berkata orang itu sambil mengerutkan keningnya, "begini saja, kau turun tangan menotok jalan darah gagunya dan kau bikin cacat kedua tangannya, supaya mulutnya tidak bisa berkata dan tangannya tidak bisa melukis, biar jiwanya tinggal hidup."
"Cacat kedua tangannya dan gagu mulutnya, bukankah
lebih baik dibinasakan saja?" berkata Touw Thian Gouw.
"Sudah berapa lama kau menjadi pasukan pengawal
pakaian hitam didalam istana Ong-ya?" bertanya orang itu sambil berpaling mengawasi Touw Thian Gouw dengan
perasaan heran. "Siaute masuk belum lama"
"Orang seperti kau yang masih mengingat kepentingan
pribadi, apabila diketahui oleh Ong-ya, pasti akan mendapat hukuman berat"
"Tetapi aku dapat membunuhmu supaya tutup mulut"
"Apa kau sudah gila?" bertanya orang itu terkejut
"Dalam hidupmu itu entah sudah berapa banyak orang
yang engkau bunuh?" "Apakah kau tidak makan obat pemunah menurut waktu
yang ditentukan!" Orang itu karena mendengar perkataan Touw Thian Gouw
yang tidak karuan, dianggapnya sudah lupa makan obat
pemunah sehingga membuat kabur pikirannya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Touw Thian Gouw mendongakkan kepala mengawasi
bintang dilangit, ia berkata sambil tertawa: "Mendengar nada pembicaraanmu ini, barangkali kau sudah pernah membunuh banyak orang"
Diluar dugaan tangannya sudah bergerak menyerang
kearah dada orang itu. Orang itu juga tidak menduga Touw Thian Gouw benarbenar menyerang dirinya, karena tidak berjaga-jaga, hampir saja dirinya roboh, ia buru2 mengatur pernapasannya dan mundur tiga langkah.
Touw Thian Gouw agaknya tahu bahwa serangannya itu
belum dapat merobohkan lawannya, bersamaan dengan
serangannya tangan kanan, tangan kirinya sudah meloloskan pecut masnya yang dibuat ikat pinggang. Dengan cepat pecut itu digunakan untuk menyerang.
Orang berbaju hitam itu menahan serangan pecut Touw
Thian Gouw dengan goloknya sambil berseru: "Tahan."
"Tidak usah banyak mulut," berkata Touw Thian Gouw sambil tertawa dingin, sementara pecutnya menyerang
semakin gencar. Keadaan telah memaksa orang berbaju hitam itu tidak
mendapat kesempatan untuk bicara ia terpaksa
ia menggunakan goloknya untuk menangkis serangan Touw Thian Gouw.
Dalam waktu singkat keduanya sudah saling menyerang
hampir dua puluh jurus, meskipun Touw Thian Gouw lebih unggul, tetapi orang itu melawan dengan gigih, sehingga tidak mudah dirobohkannya.
Siang-koan Kie yang menyaksikan Touw Thian-Gouw sudah berada diatas angin, juga tak perlu turun tangan memberi bantuan, maka ia menyaksikan pertempuran itu sambil rebah ditempatnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Selagi pertempuran berjalan seru, tiba terdengar suara bentakan orang. Dua sosok bayangan orang lari mendatangi.
Touw Thian Gouw yang menyaksikan kedatangan dua
orang itu lebih dulu menarik pecut emasnya.
Lawannya itu, agaknya sudah dipusingkan oleh tindakan Touw Thian Gouw tadi, tanpa melihat kedatangan dua orang itu. Ketika menyaksikan Touw Thian Gouw menarik kembali senjatanya, ia segera menyerang dengan hebatnya.
Sebatang rujung perak dari samping menahan serangan
golok orang berbaju hitam itu, sehingga golok itu terpental dan terlepas dari tangannya.
Setelah goloknya terpental orang berbaju hitam itu baru mengetahui dihadapannya ada seorang tinggi besar sambil melintangkan ruyung peraknya dan memandang dirinya
dengan wajah gusar, tidak jauh dibelakang diri orang itu berdiri empat orang laki2 berpakaian ringkas, yang melindungi seorang tua pendek kurus berpakaian abu2.
Orang tinggi besar yang membawa senjata ruyung perak
itu berkata dengan nada suara dingin: "Bertengkar dengan orang sendiri, mengapa harus menggunakan senjata tajam untuk mengadu jiwa?"
"Ia yang menggunakan senjata lebih dulu, bagaimana aku yang disalahkan." Menjawab orang berbaju hitam itu cemas.
Orang tinggi besar itu berpaling mengawasi Touw Thian Gouw sejenak, lalu berkata: "Meskipun kalian adalah pengawal berbaju hitam dari istana Ong-ya, tetapi dihadapan raja muda, juga tidak boleh tidak memandang kepada orang lain."
Touw Thian Gouw meskipun tidak kenal dengani
rombongan orang itu, tetapi ia sudah pernah mendengar bahwa anak buah Kun-liong Ong dipimpin oleh empat raja muda. Kecuali pasukan pengawal didalam istana sendiri, maka seketika itu mengunjuk hormat seraya berkata: "Hamba belum Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
lama menjadi pasukan pengawal baju hitam, meskipun sudah pernah mendengar nama empat Kauw-ya, tetapi belum
pernah menjumpainya."
Orang tinggi besar mengawasi orang berbaju hitam dengan sikap dingin, kemudian berkata: "Pantas kau menghina dia, kiranya dia ada seorang baru"
Orang berbaju hitam itu buru2 membantah: "Jangan
mendengar ocehannya...."
Tiba2 terdengar suara batuk2 orang tua pendek kurus itu, kemudian berkata: "Dihadapan kami, kau bicara begitu kasar, sudah terang kau sudah salah menghina orang baru, dan toh masih hendak menyangkal. He, orang2ku, tangkap dulu dia lalu kita kirim kepada Ong-ya supaya diberi hukuman."
Orang tinggi besar bersenjata ruyung perak itu rnenyahut menerima baik perintah itu, kemudian berkata kepada orang berbaju hitam: "Kau hendak menyerahkan diri sendiri, ataukah aku yang harus turun tangan?"
Orang berbaju hitam itu mengerti bahwa dalam keadaan
gusar seperti itu, tidak ada gunanya ia membantah kepada orang tua itu, maka dengan mata mengawasi orang tinggi besar bersenjata ruyung perak itu, ia berkata: "Koo Kauw-ya meskipun sekarang ini ada berkuasa, tetapi aku sebagai orang dari istana Ong-ya...."
-odwo- 58 ORANG tinggi bersenjatakan ruyung perak itu tertawa
dingin, kemudian berkata: "Kauw-ya sudah berani
mengeluarkan perintah menangkap kau, sudah tentu sudah ada rencana untuk dihadapanku kepada Ong-ya, tidak perlu Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kau repot-repot capaikan hati, jikalau kau tidak mau
menyerah, jangan sesalkan kalau aku nanti akan turun tangan sendiri."
Orang berbaju hitam itu kenal baik dengan orang tinggi besar itu. Ia adalah orang kuat nomor satu dalam barisan pengawal raja muda bagian utara.
Pada tiga tahun berselang, ketika empat raja dari timur, selatan, barat dan utara berkumpul di istana, dari masing-masing pengawal yang dibawanya, dipilih setiap rombongan seorang untuk mengadu kekuatan. Orang itu memang sampai dua belas kali, sehingga mendapat pujian sebagai seorang kuat nomor satu dari Kun-liong Ong. Kecuali itu juga
dihadiahkan sebuah bintang mas yang tidak dapat hukuman mati. Senjata ruyung perak ditangannya, mempunyai bobot seribu kaki lebih, hingga ia tahu bukan tandingan orang itu, maka seketika itu perlahan-lahan ia mengangkat kedua
tangannya seraya berkata: "Hari ini apabila kau hendak menghukum aku, barangkali akan menimbulkan kemarahan
seluruh pasukan pengawal baju hitam, hal itu akan
menyulitkan dirimu sendiri."
Orang tinggi besar itu mendongakkan kepala dan tertawa terbahak-bahak, setelah puas tertawa ia berkata: "Aku Kim Coan Pa, dalam seumur hidupku, hanya mau mendengar
perintah dua orang saja satu adalah Ong-ya dan yang kedua adaiah Kauw-ya. Kecuali dua orang ini, sekalipun jago2
seluruh dunia akan bermusuhan denganku, aku juga tidak akan takut"
Touw Thian Gouw yang mendengar perkataan orang itu
diam-diam terkejut. Sementara itu orang tua pendek kurus itu lalu berkata:
"Lekas tangkap, aku justru ingin memberikan sedikit hajaran kepadanya, aku tidak percaya pasukan pengawal berbaju hitam istana, bagaimana bisa berbuat terhadap diriku?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kim Goan Pa tiba-tiba mengangkat senjatanya dan berkata dengan suara gusar: "Jikalau kau tidak lekas mengikat tanganmu sendiri, keluarkanlah senjatamu!"
Orang berbaju hitam itu berpikir sejenak, lalu berjalan menghadap kepada orang tua pendek kurus sambil
mengangkat tinggi tangannya.
Empat pengawal orang tua itu, segera mengeluarkan
seutas tambang untuk mengikat tangan orang itu.
Touw Thian Gouw tahu apabila ia pergi begitu saja, pasti akan menimbulkan kecurigaan orang tua itu, maka ia tetap berdiri tenang, untuk mencari pikirannnya bagaimana harus berbuat.
Sebagai seorang Kang-ouw kawakan yang sudah banyak
pengalaman, ia tahu bahwa orang berbaju hitam itu pasti tidak manda begitu saja, apabila terbuka rahasianya, pasti akan menimbulkan kecurigaan raja muda, siorang tua pendek kurus itu.
Setelah memutar otaknya, akhirnya ia mendapat suatu
akal, dengan tiba2 ia berjalan kedepan orang tua pendek kurus itu lalu berkata sambil mengangkat tangan memberi hormat: "Maaf, hamba sebagai orang baru yang belum lama ditugaskan diistana, sehingga belum kenal gelar Kauw-ya...."
"Aku siorang tua adalah raja muda utara Koo Pat Kie."
Berkata orang tua itu sambil mengurut jenggotnya.
"Koo Kauw-ya, hamba dengan saudara Thong itu meskipun ada sedikit perselisihan paham, sehingga hampir turun tangan, tetapi biar bagaimanapun juga merupakan sama2 orang Ong-ya didalam istana, hubungan satu sama lain bagaikan saudara sendiri, maka hamba mohon supaya Ong-ya
membebaskannya, jangan sampai karena urusan kecil satu sama lain akan menanam bibit kebencian," berkata Touw Thian Gouw.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Jiwamu itu sungguh besar." Berkata Koo Pat Kie sambil mengerutkan alisnya.
"Sama2 orang satu pekerjaan, hamba tidak ingin
menimbulkan onar." "Sudah berapa lama kau ditugaskan menjadi pasukan
pengawal baju hitam?"
"Belum cukup tiga bulan."
Orang berbaju hitam yang ditangkap itu selagi hendak
memberi keterangan sebab musababnya terjadinya
pertengkaran dengan Touw Thian Gouw. Ketika mendengar Touw Thian Gouw memintakan pembebasan dirinya, segera membatalkan maksudnya.
Koo Pat Kie berpaling mengawasi orang berbaju hitam itu sejenak lalu berkata: "Pasukan pengawal baju hitam,
meskipun termasuk pengawal pengawal istana, tetapi aku tidak percaya dihadapan Ong-ya kedudukkannya lebih penting dari padaku, hem! Aku sebetulnya hendak menyerahkan kau kepada Ong-ya supaya diberikan hukuman yang setimpal.
Karena mengingat baru pertama kali ini kau berbuat salah terhadapku, lagipula ada orang mintakan ampun untukmu, maka kuberi kelonggaran...."
Berkata sampai disitu, ia berdiam sejenak, kemudian
berkata kepada pengawalnya: "Buka ikatannya."
Dua pengawainya segera membuka tambang yang
mengikatnya. Touw Thian Gouw mengambil golok orang itu yang tadi
dilempar ditanah, kemudian diberikannya kepada orang itu seraya berkata: "Saudara Thong, maafkan kesalahan siaotee tadi."
"Sudahlah," berkata orang itu sambil menyambuti
goloknya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Touw Thian Gouw melirik kearah dimana tadi Siang-koan Kie merebahkan diri, ternyata sudah tidak tampak
bayangannya lagi, maka diam2 ia merasa girang, pikirnya:
"apabila ia masih dalam keadaan lupa diri, tidak nanti ia mengetahui sedang menghadapi musuh kuat, sehingga perlu menyingkir"
Sementara itu ia sudah memberi hormat kepada Koo Pat
Kie seraya berkata: "Terima kasih atas kebaikan Koo-ya."
Setelah itu ia bersama orang berbaju hitam itu
meninggalkan raja muda tersebut.
Sebentar saja, dua orang itu sudah berjalan setengah pal lebih, orang berbaju hitam itu tiba2 berhenti dan bertanya:
"Dimana saudara sepupumu itu?"
"Entah kemana sudah pergi" menjawab Touw Thian Gouw.
"Apakali ia mengerti ilmu silat?"
"Mengerti sedikit ilmu silat keturunan keluarga."
"Sebentar kalau kita berjumpa dengan orang2 dari istana, se-kali2 jangan kau menyebut persoalan ini."
Touw Thian Gouw pura2 terkejut, ia berkata dengan sikap ter-heran2: "Apa salahnya kita sebut" Apakah aku mempunyai seorang saudara sepupu juga melanggar peraturan?"
"Dalam rombongan pasukan pengawal berbaju hitam,
selamanya Cuma tahu perintah Ong-ya yang menjalankan
peraturan sangat keras. Kita tidak di perbolehkan mengenali keluarga kita. Kau timbulkan perasaanmu terhadap saudara sendiri, ini sudah berarti bertentangan dengan larangan dan peraturan dalam pasukan kita. Apabila itu didengar oleh komandan pasukan, kau pasti akan mendapat hukuman
berat." Touw Thian Gauw memberi hormat dan berkata: "Terima
kasih atas petunjuk saudara Tong, tadi karena menuruti hawa Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
napsu, siaote berlaku kurang sopan terhadap saudara Thong, harap saudara suka memaafkan kesalahanku ini."
"Apabila aku perhitungan denganmu, juga tidak akan
memberitahukan kepadamu semua hal ini" berkata orang itu, kemudian mendadak seperti ingat sesuatu, ia berkata pula sambil menghela napas panjang.
"Kau seharusnya berusaha memberitahukan kepada
saudaramu itu supaya lekas meninggalkan tempat ini....
sebab, duapuluh pal sekitar daerah ini, akan menjadi tempat pembunuhan kejam, raja muda Koo Pat Kie sudah tiba,
mungkjn raja-raja muda, timur, selatan dan barat tidak lama kemudian jaga akan datang bersama-sama orangnya"
Touw Thiau Gouw menghela napas perlahan dan berkata:
"Siaote meskipun sudah menjadi seorang pasukan pengawal baju hitam, tetapi selama itu selalu dibawah perintah Khuncu, terhadap urusan dalam istana, pengetahuanku sangat
terbatas, mudah2 saudara Thong suka memberi petunjuk."
"Pantas, karena kau belum lama menjadi pasukan
pengawal berbaju hitam, lagipula dikerjakan di bawah perintah khungcu, sudah tentu, secara terbatas Pengetahuanmu
terhadap urusan dalam istana...."
Pada saat itu tiba-tiba terdengar suara siulan yang sebentar panjang sebentar pendek, agaknya berirama tertentu.
Orang she Thong itu berkata dengan suara perlahan:
"Sudahkah kau melihat komandan dan wakil komandan
pasukan kita?" "Mungkin pernah lihatnya, tetapi sudah tidak ingat lagi."
"Mereka sudah datang......"
Orang itu dari dalam sakunya mengeluarkan sebuah
Rajawali Lembah Huai 6 Manusia Yang Bisa Menghilang Pendekar 4 Alis Karya Khu Lung Misteri Pulau Neraka 14

Cari Blog Ini