Ceritasilat Novel Online

Menuntut Balas 9

Menuntut Balas Karya Wu Lin Qiao Zi Bagian 9


atau hendak melakukan apa.
Selama satu jam Jie In heran untuk apa yang ia lihat, Di
sepanjang jalan itu, ia telah menemui dua rombongan lain,
Mereka itu berpisahan tetapi pun mirip dari satu rombongan
Mau apa mereka" Benarkah untuk Poo Tan siansu"
Tapi menurut Tiong Ko, ya, menurut Poo Tan sendiri,
selama lima tahun, belum pernah ada orang lain datang kesitu
kecuali murid-murid nya si pendeta.
"Ah, mungkin mereka bermaksud lai-.." akhirnya ia
berpikir." Karena itu, ia melepaskannya, tak mau ia
memperhatikannya pula, ia maju terus seorang diri mencari
jurang atau gua tempat kediamannya si orang pertapaan dari
India Tengah. Lagi tiga puncak, maka Jie In akan sampai di tempatnya
Poo Tan itu. Ketika ia hendak melompat turun ke lembah,
mendadak ia melihat seseorang melompat di sebelah kirinya
terpisahnya kira-kira empat puluh tombak. menyusul mana, ia
mendengar bentrokan senjata. ia menjadi heran, maka ia
melompat ke sana untuk melongok. Di tempat terbuka, yang
penuh salju, dua orang lagi bertarung,
-00000000- 505 Bersembunyi di belakang sebuah batu besar Jie in
mengawasi. ia cuma terpisah enam tombak dari mereka itu,
tetapi mereka asyik mengadu jiwa, mereka tidak tahu adanya
orang yang ketiga. Tidak lama Jie In menonton, ia telah melihat perbedaan
diantara kedua orang itu, ma-sing-masing seorang tua dan
seorang muda, si orang tua berusia kira-kira lima puluh tahun,
kumis nya kuning, matanya tajam.
Dia memegang pedang, yang bedadari pedang yang
kebanyakan, si anak muda berumur dua puluh empat atau dua
puluh lima tahun, bermuka putih dan tampan, cuma romannya
bersedih, ia memegang pedang dengan tangan kiri, tangan
kanannya dikasih turun, pedangnya itu sebentar dapat
digerakkan dengan bertenaga, sebentar tidak.
Pasti itulah akibat totokan si orang tua diwaktu mereka
mulai bentrok tadi, Karena itu Jie In jadi berkesan baik
terhadap anak muda itu. Berselang belasan jurus, muka dan telinga si anak muda
menjadi merah, napasnya pun tidak teratur. itulah disebabkan
hati yang panas, penuh dengan kemurkaan. Dilain pihak. si
orang tua dengan sebentar-sebentar tertawa dingin,
menyerang makin keras, Alis si anak muda lantas berkerut,
giginyapun dirapatkan, akan tetapi perlawanannya tak
berkurang, bahkan satu kali ia dapat mema-ksa si orang tua
mundur sampai delapan tindak ia telah mendesak dengan
jurus "Tawon gula bergeroyoksan"
Hanya celaka untuknya, habis mendesak dengan sia-sia, ia
lantas muntah darah si orang tua tidak mau berhenti, selagi
tubuh orang terhuyung, ia balas merangsak.
Sampai di situ Jie In tidak dapat menonton lebih lama pula,
sambil berseru, ia melompat keluar dari tempat
persembunyiannya, ia melompat ke arah si orang tua.
506 Orang tua itu terkejut, ia lantas menoleh ketika
mendapatkan ada orang melompat kepadanya ia menyambut
dengan pedangnya. ia belum tahu orang itu siapa, tetapi ia
mau membela dirinya, sembari menyerang, ia lompat ke kiri.
Jie In tidak berniat membela salah satu pihak, ia tidak kenal
mereka dan belum tahu duduk persoalannya, ia hanya hendak
menolong si anak muda, maka ia tidak melayani si orang tua,
ia terus melompat lagi kepada si anak muda, tanpa membilang
apa-apa, ia menotok dengan dua jari, sampai tiga kali,
dipinggang anak muda itu, habis mana ia melompat pula, balik
ketempatnya tadi. Hebat totokan itu. Begitu tertotok, si anak muda lantas
merasakan dirinya bebas, hingga kesegarannya pulih. Dengan
begitu pedang di tangan kirinya lantas ia pindahkan ke tangan
kanannya. Si orang tua menjadi heran dan kaget, hingga ia
mengawasi si pelajar rudin berusia pertengahan itu, ia melihat
tegas caranya orang menotok bebas totokannya itu, Tentu
saja, ia sangat membenci si pelajar itu.
Setelah pulih tenaga nya, anak muda itu maju pula, untuk
menyerang si orang tua. Orang tua itu gugup, ia menangkis, senjata mereka bentrok
keras sekali. Kaget si orang tua, rasanya pedangnya,
tertempel, sukar untuk ditarik pulang. Dengan begitu segera
dadanya yang kiri, jalan darah leng-tiong, terancam untuk
tertikam. Asal pedang diluncurkan, celakalah dia.
Sekarang Jie in melihat, kalau dibandingkan dengan Tong
hong Giok Kun dan Kiang Yauw Cong, mungkin pemuda ini
lebih lihay, iapun melihat orang bersilat dengan ilmu silat Kun
Lun Pay. 507 Segera terdengar bentakan si anak muda: "Cay-hun-kiam,
Ouw Pin Bu, kau tidak tahu malu! Kenapa kau main
membokong" Sungguh kau membikin malu gurumu, Hoa Hee
Soe Ok! Apa, sekarang kau mau bilang?"
Orang tua itu, yaitu Ouw Pin Bu seperti katanya si anak
muda, habis daya. "Kat Siauwhiap, aku bukannya kalah dari kau," ia kata.
"Aku pun telah terbokong olehmu. Apa aku bisa bilang"
Jikalau kau berani, mari kita bertempur pula! Jikalau aku
kalah, disini juga aku akan bunuh diri! Kau setuju ?" .
Anak muda she Kat itu tertawa lebar.
"Baik !" ia menerima tantangan. "Kau pasti tak lolos dari
tanganku!" Ia lantas menarik pedangnya sambil berlompat
mundur setombak lebih. Mendadak si orang tua tertawa mengejek.
"Bocah yang baik, kau terpedaya!" dia berseru. Dia lantas
memutar tubuh seraya mendak, terus kedua kakinya menjejak
tanah, untuk berlompat dengan gerakannya ,.Cecapung
menotol air tiga kali," maka setelah tiga kali lompatan
beruntun, sejenak saja ia sudah memisahkan diri belasan
tombak, "Setan!" si anak muda berseru menyesal, sebab ia dijual. Ia
tercengang sebentar, lantas ia mau berlompat, untuk
mengejar. Belum lagi ia menjejak tanah, atau ia melihat si
orang tua tak berlari terus " dia berhenti dengan tiba-tiba.
Itulah benar. Di depan orang tua itu, Ouw Pin Bu terlihat
berdiri menghalanginya si pelajar rudin usia pertengahan. Dia
kaget. Dia merandek tetapi dia mau menyingkir terus, dengan
berlompat ke samping. Tapi, belum tubuhnya bergerak,
terdengarlah suara plak-plok , mukanya dua kali telah kena
tergampar, hingga ia berdiam dengan kepala pusing dan mata
kegelapan, pipinya dirasai sakit dan panas.
508 "Pantas Kat Siauw hiap mengatakan kau tidak malu! kata si
pelajar tertawa dingin, "Memang kau sangat tidak tahu malu!
Apakah kau tidak mau lekas kembali untuk menempur Kat
Siauwhiap itu" Jangan takut, aku tidak membantu dia!"
Habis berkata, Jie ln mengawasi tajam.
Pin Bu menghela napas, tanpa membilang apa-apa ia balik
kepada si anak muda. la jalan baru mendekati satu tombak
kira-kira, segera terjadi suatu perubahan. Disana datang
beberapa rombongan orang yang tadi diketemukan Jie In,
diantara mereka itu lantas terdengar satu suara nyaring:
"Lihat, bukankah itu saudara Ouw'.'
Dan belum berhenti suara itu, satu orang sudah lompat
kedepan Pin Bu. Dialah orang bertubuh, besar yang
berewokan lebat. Melihat orang itu, Pin Bu girang tak kepalang.
"Saudara In!" dia berseru. "Itulah Kat Thian Houw si bocah
dari Kun Lun Pay yang telah membacok dengan pedang
kepada keponakanmu ! Aku justeru hendak membekuk dia
tetapi aku dihalangi oleh itu pelajar rudin!"
Dia lantas bergantian menuding kepada si anak muda dan
si pelajar usia pertengahan.
Orangs itu segera Iompat ke-depan si anak muda, yang
disebut bernama Kat Thian Houw.
"Bocah she Kat!" katanya sengit, "Pada tahun yang lalu
keponakanku In Hoa, terbinasa, hebat di ujung pedangmu,
kau tentunya masih ingat! Telah ke mana-mana aku pergi
mencari kau, maka syukur kepada Thian, hari ini kau
diketemukan juga olehku! Hahaa!"
Kata-kata itu ditutup dengan serangan lima jari tangan kearah
kepala. 509 Melihat serangan itu, si anak muda menangkis dengan
pedangnya, setelah mana, ia lompat ke belakang si
penyerang, yang dengan cepat sudah mengulangi
serangannya. Ia menggeser kekiri sambil menyerang seraya ia
berkata nyaring : "In Tay Hong, masih ada muka kau
menyebutkan peristiwa itu! Toh kau ke?tahui keponakan
celaka dari kau itu, si bangsat tukang petik bunga, yang
merusak, akhlak yang dibenci oleh malaikat dan manuisia!
Tidaklah keterlaluan dia terbinasa diujung pedangku!"
Orang bertubuh besar itu, yang dibilang bernama In Tay
Hong, terkejut karena serangannya gagal berbareng dengan
mana ia mendengar samberan angin. Ia lantas berkelit dengan
memutar tubuhnya, sembari berkelit ia menyerang pula. Ia
bersilat dengan ilmusilat Khong Tong Pay yang bernama "Hian
Im Kwie Hoan" atau "Iblis Neraka" yang terdiri dari tiga jurus.
Lagi-lagi ia, mengerjakan jari jari tangannya.
Pedang Kat Thian Houw kena tersampok, ia terperanjat.
Tidak saja pedangnya itu mental, juga dingin tersalurkan
kelengannya, hingga lengan itu menjadi kaku dan ngilu, tanpa
merasa, ia mundur dua tindak. Dalam hatinya ia memuji
serangan musuh itu, yaitu jurus "Hian tan Kwie Jiauw" atau
,,Cengkeraman iblis."
Sementara itu, Jie In lantas ketahui si anak muda yang ia
tolong! itu ialah Siauw-Pek-Liong
Kat Thian Houw si "Naga Putih Kecil" dari Kun Lun Pay,
seorang pemuda yang mulai mengangkat nama. Diam-diam ia
pun bersenyum mendapatkan ada orang-orang dari beberapa
rombongan itu yang mengawasi padanya. Didalam hatinya ia
kata : "Kawanan tikus, kamu berani main gila kepada Kat
Thian Houw! Baiklah, aku nanti membikin kamu pada berdiam
disini! " 510 Muka Thian Houw menjadi merah karena ia kena terpukul
mundur itu. Ia tidak takut, bahkan ia menjadi penasaran.
Lantas ia maju pula, untuk menyerang dengan pelbagai
tipusilat dari ilmu pedang Kun Lun Pay, yaitu "Sin Yan KiamHoat," ilmu pedang "Walet Sakti." Ia merangsak.
In Tay Hong itu menjadi adik seperguruan yang nomor tiga
dari ketua Khong Tong Pay, ilmusilatnya itu, Hian Im Kwie
Jiauw, telah ia yakinkan dengan sempurna, karena itu ia
dimalui orang-orang Kang Ouw, yang memberi ia julukan Kwie
Mo Ciu, si Tangan Iblis. Ketika ia melihat rangsakan si anak
muda, ia tertawa dingin. Ia kata dengan jumawa: "Bocah, lain
orang jeri terhadap Sin Yan Kiam-Hoat kamu, aku tidak!
Baiklah kau rasai cengkeraman iblisku ini!"
Penyerangan In Tay Hong benar-benar liehay, kedua belah
tangannya menyamber berulang-ulang, cepat dan berbahaya.
Penyerangan itu dapat membuat penglihatan kabur, sedang
itu waktu, bunga salju tetap beterbangan turun.
Kat Thian Houw terperanjat juga. Ia merasa bagaimana ia
kena terdesak. Ia melihat gelagat orang lebih sering
menyerang dengan tangan kanan, sebab tangan kirinya
diperuntukan menjaga pedang. Dengan begitu, walaupun ia
bersenjata, ia seperti kena terkekang. Coba ilmu pedangnya
tidak mahir, sulit ia mempertahankan dirinya. Untuk, melayani
terus, ia terpaksa menggunai tipusilat "Kioe Tay Kioe Beng"
ialah "Sembilan kali menolong jiwa." Maka dengan tipusilat ini
ia kembali dapat mendesak, hingga lawannya mesti mundur.
Tengah pertarungan, itu berjalan seru, tiba-tiba dari
rombongannya In Tay Hong terdengar satu seruan nyaring:
"Tahan!" Seruan itu disusul dengan lompat majunya satu
orang yang bertubuh besar.
Kat Thian Houw melihat caranya orang berlompat itu, tanpa
ayal lagi ia meninggalkan lawannya sambil ia berlompat
mundur jauhnya satu tombak,
511 'begitu ia menaruh kaki, ia memandang tajam.
Jie In mendengar dan melihat. Ia lantas mengenali siapa
orang itu, ialah Pat pie Kim kong U-bun Lui, ketua dari Oey Kie
Pay. Ia pati segera mendengar U-bun Lui berkata kepada
Thian Hauw: "Kat Siauw-hiap, benar-benar kau liehay, Aku Ubun
Lui, aku kagum sekali. Sebenarnya, siauwhiap, ditempai
ini dan disaat begini, tak tepat untuk kamu bertarung, dari itu
aku minta sukalah kau memandang aku, sudilah kau menunda
sebentar!" Ia tidak menanti jawaban dari si anak muda, segera ia
berpaling kepada Tay Hong untuk terus berkata: "Saudara In,
kita mempunyai urusan penting, urusan apa juga baiklah kita
tunda sampai lain hari! Nah, mari kita pergi!"
Ia menoleh pula pada si anak muda, sembari merangkap
kedua tangannya memberi hormat, ia kata: "Kat Siauwhiap,
sampai kita bertemu pula!"
Terus ia menyamber tangannya Tay Hong, untuk ditarik,
hingga bersama- samalah mereka meninggalkan gelanggang
pertempuran. In Tay Hong berlalu sambil menoleh dulu kepada si anak
muda, sinar matanya menunjuki ia gusar dan penasaran.
Cuma sebentar, lantas semua orang itu. menghilang
ditikungan bukit. Berikut mereka, Liok-Hoen-Kiam Ouw Pin Bu
menghilang juga. Kat Thian Houw terbengong mengawasi orang mengangkat
kaki, sampai sekian lama, baru ia mendusin. Dengan lantas ia
memutar tubuhnya, guna mencari si pelajar yang menolong
membebasi ia dari totokan. Lantas ia berdiri tercengang.
Tak ada orang didekatnya itu, suasana sangat sunyi,
sedang tadi riuh suara bentrokan senjata dan suaranya U-bun
Lui. Ia mencari dengan matanya kesekelilingnya, ia melainkan
melihat salju putih bertaburan. Ia lantas menghela napas,
512

Menuntut Balas Karya Wu Lin Qiao Zi di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

suatu tanda ia sangat masgul. Tidak lama ia berdiri diam,
lantas ia menuju kearah yang diambil rombongan U-bun Lui
itu ......... Jie In sebenarnya tidak turut menghilang, ia cuma
bersembunyi dibelakang batu besar tempat mengumpatnya
tadi. Ia tidak ma menemui siapa juga, sedang tadi ia turun
tangan saking terpaksa. Ia mempunyai urusannya sendiri yang
penting dan tak ingin ia menggagalkan itu. Setelah berlalunya
si anak muda, baru ia muncul, tangannya. membuat main
salju yang menempel ditangan bajunya.
Ketika itu cuaca makin guram, angin gunung bertambah
santer. Tebalnya salju sudah se-tengah dim. Putih dimanamana,
kecuaii warna guram dari awan; sukar membedakan
mana langit dan mana bumi .........
Hanya sebentar ia berdiam, Jie In pun mengangkat
kakinya, ia cuma tidak mengikuti jalan yang diambil Thian
Houw dan rombongannya U-bun Lui itu. Ia pergi kebelakang
bukit, ia berlari-lari, baru melewati seratus tombak lebih,
tibalah ia di-suatu tempat dimana".sejarak dua tombak " ada
sebuah lengpay atau lencana yang luar biasa macamnya, yaitu
mirip dengan tangan, warnanya hitam, terletak di atas salju
yang putih mulus, tegas sekali lencana itu tampaknya.
Bukan main tertariknya perhatian Jie In. Ia lantas
menghampirkan. Ia tidak mengulur tangannya untuk
menjemput, sebaliknya ia mencontek dengan ujung sepatunya
hingga lencana itu loncat meletik, setelah mana barulah ia
menyamber dengan tangan kanannya. Untuk herannya, ia
masih merasakan hawa hangat yang mana menyatakan,
Iencana itu baru saja terpisah dari tubuh, orang yang
membawa atau memilikinya. Tentu sekali itulah bukan benda
kepunyaan rombongannya U-bun Lui, lantaran tujuan mereka
bertentangan. Habis, milik siapakah itu"
513 Selagi mengawasi, Jie In membawa lencana kedekat
mukanya. Lantas hidungnya menangkan bau yang harum.
..Ah. inilah kepunyaan wanita!" katanya dalam hati. Bahkan
mungkin, lencana itu disimpannya didalam tubuh wanita itu.
Ia mendapatkan kenyataan, bagian tengah Lencana itu
berukiran lima kepala hantu yang matanya mendelik dan
giginya bercaling, yang romannya sangat bengis, bercampur
dengan ukiran sejumlah telapakan yang mirip telapakan
tangan manusia. Ia heran. Lencana itu ia lantas simpan dalam
sakunya. Selama itu Jie In tidak me?lihat kesekitarnya, baru selagi
memasuki lencana itu kedalam sakunya, ia mengangkat
kepalanya, atau tiba-tiba ia melihat tubuh seorang berlompat
pesat kearahnya. la tidak takut, ia hanya heran dan terkejut.
Karena orang itu sudah lantas menyambut tanganya, untuk
merampas lencana itu. Hebat orang itu, samberannya itu telah berhasil, dia dapat
memegangnya. Jie In berdiri diam, mengawasi orang itu, yang
membuatnya heran sekali. Sebab dialah si nona dengan
pakaian serba hitam, yang bersamplokan dengannya ditangga
lauwteng rumah makan di kota Thaygoan!
Mereka saling mengawasi, tangan mereka seperti bersatu.
Si nona masih memegangi lencana. itu dan tak
melepaskannya, sedang Jie In masih menggenggam bagian
yang lainnya. Nona itu agaknya bergelisah, mukanya menjadi merah.
Dengan mementang lebar kedua matanya, ia kata, nadanya
aleman: "Kau ini orang macam apa" Benda yang lain orang
dapatkan dengan susah-pajah, kau hendak menelannya!
Sungguh tidak tahu malu! Hayo bilang, kau hendak
mengembalikan kepada nonamu atau tidak?"
514 Jie In heran bukan main, ia melengak mengawasi. Tapi
justeru karena itu, ia dapat melihat si nona tegas sekali. Ia
mendapat kenyataan, nona ini terlebih cantik daripada Tio
Lian Cu, ramping potongan badannya sa?ngat menggiurkan
airmukanya. Ia bukan si mata keranjang, ia toh tergiur.
Memang sudah sifatnya manusia gemar akan kecantikan. Ia
mengawasi terus, pikirannya bertentangan. Lencana itu milik
si nona, sudah selayaknya ia membayar pulang. Tapi tak ingin
ia memuianginya. Kalau ia membayar pulang, si nona bakai
lenyap sekejab! Inilah tak ia kehendaki.
Achir-achirnya ia tertawa dan berkata: "Aneh, nona! Barang
ini aku dapatkan dari atas salju, mengapa nona membilang
inilah barangmu" Kenapa kau pun menuduh aku menelannya"
Tak dapat tuduhan itu.."
Ditegur demikian, nona itu mendadak tertawa, la menarik
tangannya, melepaskan lencana yang hendak direbutnya
barusan " lencana yang sekarang menjadi barang perebutan.
Ia bersenyum. Hanya sejenak, romannya berubah pula. Tibatiba
ia menjadi gusar. "Kau mau membayar pulang atau tidak?" dia tanya,
suaranya perlahan, tetapi nadanya kaku. "Jikalau kau tidak
bayar pulang, nanti nonamu berlaku telengas!"
Kata-kata itu disusul dengan tangan kanannya menghunus
pedang! Jie In agaknya bingung, berulang-ulang ia menggoyang
tangan. "Sabar, nona, sabar!" ia berkata. "Ada bicara! Mari kita
omong baik-baik Nona bilang lencana ini milik nona, yang
hilang, inilah aku percaya, hanya mengenai ini ada sesuatu
yang harus dibicarakan terlebih dahulu "
Heran nona itu. Mendadak dia bersenyum pula. Hanya
agaknya dia masih mendelu.
"Apa?" tanya dia. "Lekas bicara! Nonamu masih mempunyai
urusan penting!" 515 Jie In scbaliknya berayal-ayalan.
"Nona,'' katanya, bersenjum, "Dapatkah nona
memberitahukan nama nona yang terhormat"
Nona itu tertawa. "Cuma itukah"'' dia tanya.
"Nonamu she.. " Tiba-tiba ia berdiam. "Hm!" ia melanjuti
"Nonamu tidak, mau mengikat persanakan dengan kau, buat
apa kau tanya namaku?" Tetapi mukanya menjadi bersemu
dadu, rupanya ia merasa kata-katanya itu tidak tepat .........
Jie In bersenjum, ia menatap nona itu.
"Eh, kau berani tertawai nonamu?"' tanya si nona. "Nanti
urusanmu membikin kau tidak berani mentertawainya!"
Ia mengayun pedangnya, tetapi ia tidak menyerang,
dengan cepat ia menarik pulang. Dengan mata mendelik, ia
awasi si anak muda ... Jie In tetap mengawasi. Nona ini aleman sekali, dia tidak
memuakkan, dia sebaliknya menarik hati, menggiurkan. Tanpa
merasa, hatinya berdenyutan. Sambil mengawasi, ia
mengangkat tangannya yang memegang lencana, agaknya ia
hendak mengulurkan itu. Dengan sebat sekali, si nona pun mengangkat tangannya,
untuk menyambuti, untuk meram-pas. Tapi sekarang dia
gagal. Hanya kacek dua detik, Jie In telah menarik pulang
tangannya, untuk dibawa kebelakang, disembunyikan.
Dalam kewaspadaan, pemuda ini tak kalah sebat.
Nona itu menggerak! tangannya dengan bernapsu.
tubuhnya terjerunuk karenanya, hingga mukanya maju
kedepan, hampir mukanya itu menabrak muka pria
didepannya! Jie In minggir, maka ia bebas dari tabrakan.
"Galak!" katanya.
516 Nona itu malu, mukanya merah sampai ditelinganya. Ia
menjadi gusar. "Setan mampus, sebenarnya kau mau apa?" ia membentak.
"Aku tidak mau apa-apa ..." sahut Jie In tertawa. "Biarnya
nyaliku sebesar langit, tidak nanti aku berani berlaku kurang
ajar terhadap nona. Aku cuma minta supaya nona
memberitahukan namamu yang harum"Lencana ini, segera
aku akan membayar pulang!"
Senang si nona mendengar kata-kata manis itu. Ia
bersenyum. "Nonamu Kouw Yan Bun," achirnya ia memberitahukan. Ia
lantas mengulur tangannya. Ia kata: "Mari!"
"Oh, kiranya Nona Kouw!" kata Jie Jn, tertawa. "Nama yang
bagus sekali! Lencana ini ".Ia sudah mengulur tangan
kanannya, atau ia menariknya kembali.
Nona Kouw mengawasi tajam.
"Kau sebenarnya mengandung maksud, apa?" dia tanya.
"Apakah benar kata-katamu tidak dapat dipercaya?"
"Bukan begitu, nona," jawab Jie In, tertawa. "Aku masih
hendak minta sesuatu. Ialah aku minta nona suka membayar
pulang mutiaraku, untuk kita saling tukar"
In Gak menyangka pasti si nonalah yang merampas
mutiaranya itu. "Kau aneh!" kata nona itu, matanya mencilak. "Kau hilang
mutiaramu, apa sangkutannya dengan nonamu" Toh
bukannya aku yang menemuinya dengan kau yang
mempergoki" Kenapa kau main tuduh?"
"Ya, benar juga?" kata Jie In dalam hati. "Malam iti aku
tidak melihat tegas si perampas, aku menyangka dia sebab di
waktu bertemu di tangga restoran dia menyebut-nyebut
kedokku. Itulah bukan sesuatu yang pasti.."
Ia lantas menjadi jengah, ia berdiri bengong.
517 Si Nona memandang, ia tertawa. Lucu roman orang.
Agaknya ia puas. "Eh, topengmu ini, kapannya kau dapat
menyingkirkannya?" dia tanya. "Sungguh sangat tak sedap untuk
memandangmu seperti sekarang ini"
Jie In memperlihatkan roman heran.
"Nona!" ia kata. "Nona, aku memakai kedok ini, siapa pun
tidak mengetahui, maka cara bagaimana nona bisa mendapat
tahu" Apakah nona mempunyai mata hoei-gan?"
Nona Kouw tertawa geli. "Malam itu?" katanya.
Baru orang berkata begitu, Jie In sudah menangkap tangan
kirinya. "Jadi malam itu nonalah ..." katanya cepat. "Dengan begitu
maka aku tidak membuat kau penasaran.."
Yan Bun menyeringai, mukanya merah, ia telah salah
omong. ..Habis bagaimana?" ia tanya. Kembali keluar alemannya.
"Benar bagaimana" Tidak bagaimana" Kau harus ketahui,
orang bermaksud baik! Tidak demikian, apakah kau dapat
menyusul?" la berontak, ingin ia melepaskan tangannya. Tapi cekalan
Jie In mantap, ia gagal. Maka ia lantas mendelik. "Kau.. kau
mau melepaskan atau tidak?" tanyanya.
Jie In tertawa, dengan perlahan ia melepaskan
pegangannya. Ia melihat kesekitarnya.
"Nona Kouw," ia berkata, "di-lembah sana ada sebuah
guha, disana dapat kita berlindung dari angin dan salju, mari
kita pergi kesana. Disana dapat kita bicara terlebih jauh."
Ia mengajak, tetapi tanpa menanti penyahutan, ia jalan
mendahului. 518 Nona Kouw mengawasi punggung orang, ia tertawa, lantas
ia bertindak mengikuti. Gua yang disebutkan itu tidak besar tetapi cukup lebar
untuk dua orang duduk bersila dengan tubuh mereka
menempel, hingga rambut di samping telinga mereka pun
beradu satu dengan yang lain- saling menggosok.
Hati si pemuda berdebaran, ia merasakan hawa mulut dan
tubuh si nona harum sekali, ia mengawasi dengan berdiam
saja, tak tahu ia harus mengatakan apa.
Yan Bun juga mengawasi orang yang mendelong
terhadapnya, ia berdiam, tapi ia merasakan hatinya bermadu,
Tanpa merasa ia tersenyum, memperlihatkan sujennya yang
manis, Akhirnya ia meninju orang sambil berkata sengit: "He,
sungguh si dungu orang disuruh datang tetapi orang tidak
ditanya" Jie In mendusin seperti orang baru sadar dari mimpinya, ia
jengah sendirinya, Tapi ia tertawa.
"Aku lagi berpikir tetapi aku tidak tahu harus mengatakan
apa, ia menyahut "Kenapa nona mengetahui aku ada
bersama-sama Khu Lin dan Lie Siauw Leng" Dan kenapa nona
mengetahui mereka itu telah dibekuk pihak Ceng Hong Pay"
Aku minta nona suka memberi penjelasan
Padaku?" Yan Bun tidak lantas menjawab, ia menatap dengan
matanya yang jeli. Tiba-tiba ia tertawa geli.
"Tidaklah sukar untuk kau minta nomamu menuturkankatanya
kemudian- " Lebih dulu aku minta kau meloloskan
topengmu mukamu yang mirip papan mati sungguh membuat
orang muak..." Jie In tertawa, lantas ia menurunkan topengnya, hingga
terlihatlah wajahnya yang cakap ganteng, alisnya "alis
519 pedang", matanya "mata bintang bercahaya", ia mempunyai
hidung yang bangir dengan dua baris gigi putih dan rata.
Yan Bun mengawasi dengan tercengang. Dibandingkan
dengan waktu ia melihat malam itu,
pemuda inijauh lebih tampan.
"Bagaimana, nona, kau melihat rupaku ini?" ia bertanya,
"Apakah aku menarik juga?"
Nona itu melirik. " Kaulah orang yang tidak tahu malu." katanya, "Apakah
yang menarik" Kau jelek seperti siluman Eh, ya, aku masih
belum menanyakan shemu yang mulia dan namamu yang
besar Kau pun harus menyebutkannya"
"Aku?" Jie In tertawa, " Untuk sementara ini, aku dipanggil
Jie In." "Ah, kau gila" berkata si nona. "Mana adashedan nama
untuk sementara waktu" Kau sebenarnya lagi membawakan
peranan apa?" Jie Injengah.
"Sebenarnya aku mempunyai kesulitan," katanya perlahan,


Menuntut Balas Karya Wu Lin Qiao Zi di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Nona sabar saja, di belakang hari nona bakal mengetahui
sendiri, Baiklah nona menuturkan dulu tentang hal
ikhwalmu..." Yan Bun menatap dengan matanya yang jeli itu.
"Sekarang ini berapa usiamu?" ia bertanya, ia tidak lantas
menjawab. In Gak tertawa, ia mengulapkan dua jari tangannya.
"Duapuluh tahun, bukan?" si nona menegaskan, tertawa,
"Kau lebih tua satu tahun daripada nonamu. Kalau begitu aku
harus memanggil engko In padamu."
Si pemuda tertawa. "Dengan memanggil aku engko In, aku tanggung kau tidak
bakal rugi" katanya. Yan Bun melototkan matanya, tapi aksinya
sangat menggiurkan 520 "Engko In," katanya kemudian, "dalam dunia Kang-Ouw
ada seorang yang disebut Cit Kouw, tahukah kau?"
Orang yang ditanya menggeleng kepala, tandanya tidak
tahu. "Dialah Jim Cit Kouw yang kesohor teleng as sekali," si
nona menambahkan "Dalam ilmu silat, dia telah mewariskan
kepandaiannya Kwie Mo Tojin si imam hantu iblis.."
"Ooh " Jie In berseru tertahan "Bukankah Kwi Mo Tojin itu
orang yang limapuluh tahun yang lalu sudah mengacau ruang
Lo Han Tong dari siauw Lim sie di siong san dan dengan
sebelah tangannya menghajar mati tiga lohan?"
Nona Kouw mengangguk. "lbuku ialah murid termuda dari Jim cit Kouw itu," ia
berkata lebih jauh. "Sejak masih kecil, ibuku yatim piatu, ia
lantas diambilJim Cit Kouw sebagai muridnya, Baru kemudian
ibuku mendapat tahu Jim Cit Kouw itu buruk dan kejam,
semua perbuatannya bertentangan dengan pri- kebenaranMalang ibuku, ia dipaksa untuk menikah dengan Jim Liong,
anaknya Jim Cit Kouw mempunyai lima anak laki-laki,
merekalah yang di dunia Kang-Ouw dijuluki Liong bun Ngo
Koay" "Oh" Jie In bersuara pula, sekarang nadanya lain- ia ingat
itu hari di Yo Kee Cip. Ay Hong sok telah dikepung oleh Liong
bun Ngo Keay, Lima siluman dari Liong bun"Jangan kau memotong" tertawa si nona sambil meninju, ia
membikin mulutnya monyong, tandanya dia murka.
"Kau bicaralah" kata Jie In cepat. "Aku tidak nanti
memotong lagi" Nona Kouw melanjutkan- "ibuku suci murni, mana dapat
dia menikah dengan Jim Liong"
Tapi ia menjadi murid, ia hidup menumpang, mana dapat ia
menampik" Maka itu sembari tunduk ibuku mengatakan
bahwa usianya masih teria lu muda, ia kata baiklah ditunggu
521 lagi beberapa tahun untuk merundingkan soaljodoh itu. Lalu
dua tahun lewat.Jim Liong itu, setiap hari dia membujuk
ibunya untuk lekas menikah kan padanya, Kasihan, ibu, ia
cuma dapat menangis diam-diam saking berduka, Kemudian
datang saatnya cit Kouw tidak tahan sabar lagi, dia
menetapkan hari pernikahan dengan paksa. Tidak ada jalan
lain, dengan sangat terpaksa ibu minggat. Selang dua hari ibu
bertemu dengan ayahku dan bersama-sama mereka tinggal
sambil menyembunyikan diri, Ditahun kedua aku dilahirkan."
Jim Liong tidak puas, dia mencari ibuku, Ketika aku
berumur lima tahun, berhasillah Jim cit Kouw bersama Liong
bun Ngo Koay mencari kami. Ayahku tidak sanggup melawan
mereka, ia kena dibinasakan ibuku kena ditangkap dan dibawa
pergi, syukurlah aku dapat ditolong guruku..."
Menutur sampai di situ, si nona lantas menangis terisakisak.
Kesedihannya telah di-bangkitkan peristiwa hebat dan
menyedihkan ayah dan ibunya itu.
"Pantas orang bilang dunia Kang-Ouw itu buruk, " Jie In
berpikir, "Agaknya dia ini harus dikasihani tak kurang daripada
aku..." Ia berduka, ia terharu untuk kemalangan nona ini, yang
piatu seperti ia sendiri. "Sudahlah, jangan bersedih," ia
membujuk "Biariah lewat apa yang sudah lewat..." Si nona
dapat dibujuk, Bahkan ia dapat tertawa.
"Semenjak aku ditolongi guruku, setiap hari aku ingat
ibuku," ia melanjutkan ceritanya, "aku tidak tahu ibuku masih
hidup atau sudah meninggal dunia."
Jie In tertawa, ia menganggap nona ini lucu. si nona
mendelik. "Aku tahu kau mentertawai aku," katanya, "Awas"
Pemuda itu tertawa sebab diwaktu menyebut ibunya, Yan
Bun menggunakan kata-kata "lo-jin-kee", si "orang tua yang
dihormati", sedang ketika itu, usia sang ibu belum lewat dari
522 tigapuluh tahun, Hanya, lantaran si nyonya telah menjadi ibu,
pantas kalau ia disebut "si orang tua"
Kembali si nona berduka, matanya menjadi merah.
"Barupada tahun yang lalu aku mendengar dari guruku
tentang ibuku itu," ia mulai lagi penuturannya, " Katanya,
meski ibu telah ditangkap dan dibawa pergi, dia tetap menolak
dinikahkan denganJim Liong jim Cit Kouw menjadi gusar, dia
memenjarakan ibu di mana ibu disiksa, hingga ibu jadi sangat
menderita.." Lagi- Lagi ia menangis, air matanya membasahi
mukanya. Tanpa merasa In Gak mengeluarkan sapu tangannya,
untuk menepas dan menyusun muka orang yang putih halus.
Rupanya senang si nona dengan perlakuan itu, ia
mengangkat kepalanya dan tersenyum. Dalam kedukaannya
itn, ia tampak manis-manis ayu, ia lembut sekali.
Entah disengaja, entah wajar saking terharunya, In Gak
merangkul si nona erat-erat, Yan Bun merah mukanya, tetapi
ia tidak meronta, bahkan ia menyenderkan kepalanya.
"Setelah mendengar kabar guruku itu, aku lantas hendak
pergi menolong ibu," selang sesaat ia melanjutkan pula, "
Guruku mencegah, ia membujuk aku untuk bersabar ia kata
ketika ituJim Cit Kouw telah maju pesat ilmu silatnya, dia
menjadi jago wanita dalam dunia Kang Ouw, Guruku
mengakui yang ia sendiri tidak sanggup melawan jago betina
itu, Guru kata sia-sialah aku mengantarkan jiwaku. Aku tidak
berdaya, Baru pada bulan sembilan yang baru lewat ini,
guruku membicarakan soal ibuku, ia bilang, untuk menolong i,
aku membutuhkan lencananya Kwie Mo Tojin, itulah lencana
istimewa, katanya, namanya Ngo Kwie Tiat-ciu-leng, lencana
lima setan serta tangan-tangan besi, Lencana itu cuma dua
buah, yang satu dimilikiJim Cit Kouw, yang lain ada
ditangannya Kouw-louw-pian Lou Kui si Cambuk Tengkorak,
Katanya waktu dulu Lou Kui pernah menolong Kwie Mo Tojin,
maka Kwie Mo membalas budi dengan lencananya itu.
523 Dengan mempunyai itu, kalau perlu, Lou Kui dapat
memerintahkan semua muridnya Kwie Mo Tojin, Lou Kui itu
hidup menyendiri dari dia tak terdengar warta beritanya,
Mungkin, walaupun dia diketahui berada di mana, tak nanti
dia sudi meminjamkan lencananya itu.
Habis mendengar keterangan guruku itu, aku mengambil
keputusan untuk mencari si cambuk Tengkorak. Aku hendak
mendapatkan lencananya, secara meminjam ataupun secara
mencuri." Ia berhenti sebentar, ia tetap menyenderkan kepalanya
didadasi pemuda, kakinya pun dilonjorkan, hingga ia jadi
terpangku pemuda itu, ia mendongak mengawasi In Gak. la
tersenyum. "Aku melakukan perjalanan ke kota raja," ia menutur lebih
jauh, "Secara kebetulan aku mendengar kabar bahwa Lou Kui
tinggal menyendiri di luar kota Thaygoan, Maka aku keluar
dari kotaraja, terus aku menuju ke kota yang disebutkan itu,
Di tengah jalan aku bertemu
dengan Khu Lin dan Lie siauw Leng, bahkan aku mendapat
dengar mereka katanya mempunyai ho-siu-Ouw serta
serenceng mutiara mustika. Aku mendengarnya dari
pembicaraan dua kurcaci yang bermalam dalam sebuah rumah
penginapan kecil, Aku lantas menguntit. Tapi itulah bukan
urusanku, dan aku pun malas untuk menanam bibit
permusuhan dengan segala kurcaci, Di samping itu" aku
merasa ilmu silatku masih terlalu rendah, Begitulah di Yo Kee
Cip. aku tidur saja dalam kamarku, Tapi aku melihat ketika
kau menolongi kedua orang itu, Ketika orang-orang, Hek Liong
Pay datang, aku sudah mengangkat kaki, Di Heng-koan, kita
menumpang dalam hotel yang sama.
Tidak disangka sama sekali itulah hotelnya Gui Gan, Aku
memergoki ketika orang menculik Khu Lin dan siauw Leng,
Aku ingin tahu, aku menguntit mereka sampai mereka masuk
ke dalam rumah yang besar itu Aku berpikir keras untuk
menolong mereka, tetapi aku sendirian, aku bersangsi, Apa
524 yang dapat aku perbuat" Lantas aku kembali ke hotel, justru
aku melihat kau keluar. Waktu kau kembali ke kamarmu, aku lantas menguntit, Aku
mengintai di jendela, Aku mengawasi gerak-gerikmu, hingga
aku melihat kau menurunkan topengmu. setelah berpikir, aku
lantas merampas mutiaramu, seperti sudah kau ketahui, aku
lantas lari, untuk membawa kau ke rumah besar itu, Hm Kau
bukan mengucapkan terima kasih padaku, sebaliknya kau
minta pulang mutiara itu Tak tahu malu."
Kembali si nona menunjukkan kenakalanny a, sifatnya yang
aleman. "Aku toh tidak membilang aku tidak mau menghaturkan
terima kasih padamu" kata Jie In. "Mana berani aku
memotong lagi" Nah, bagaimana kesudahannya?"
Nona itu menyingkap rambutnya "Lantas aku pulang ke
hotel dan tidur," katanya tertawa, " Ketika esok pagi nya aku
mendusin, kalian bertiga sudah berangkat pergi, Di rumah
penginapan, ramai orang berbicara tentang Gui Gan
terbinasakan, Aku tidak menggubris urusan itu, aku pun
segera berangkai sesampainya aku di Thaygoan, malamnya
aku pergi ke rumah Lou Kui, Beruntun tiga malam aku
bekerja, baru aku berhasil mendapatkan lencananya. Dia
benar-benar lihay, meski aku lari cepat sekali, aku masih kena
terhajar dia,, hingga sekarang ini, bekas hajarannya masih
terasa sedikit sakit......"
Jie In terkejut "Kau terlukakan di bagian mana dari tubuhmu, adikBun?" ia
bertanya, cepat, "Mari kasih aku lihat Aku tahu Kwie Mo Tojin
lihay sekali, kalau dia menotok tepat, lama-lama lukanya itu
membahayakan si korban, mungkin jiwa pun tak ketolongan-"
Si nona mendengar dengan puas dan likat. Enak
mendengar tiba-tiba dipanggil "adik Bun-. Dilain pihak, ia malu
untuk menunjukkan lukanya itu. "Aku tidak apa-apa,"
sahutnya jengah. 525 In Gak menduga orang terluka di bagian yang tak
sembarangan dapat dilihat, ia menjadi masgul.
"Bagaimana itu dapat tak diobati." katanya. ia menggosokgosok
tangannya, Nona Kouw merasa terharu sendirinya, ia juga senang
sekali, Memang mengharukan mendapat tahu ada orang yang
bersimpati dan berkasihan terhadap diri kita, apalagi di tempat
si nona, pria macam In Gaklah yang mulia hatinya, ia
mengangkat kepalanya. "Engko In," ia bertanya, mendadak. "kau mencintai aku
atau tidak?" In Gak melengak. itulah pertanyaan yang tidak pernah ia
sangka, ia menghela napas.
"Adik, aku sangat mencintaimu," sahutnya perlahan.
"Hanya sayang, aku sudah mempunyai dua orang tunangan,
Aku menyesal untuk cintamu."
Luar biasa nona itu. Bukan ia terkejut atau gusar atau
masgul, sebaliknya, ia tertawa geli.
"Kau aneh engko In" katanya nyaring, "Aku tanya kau, kau
cinta aku atau tidak siapa tanya kau sudah bertunangan atau
belum?" In Gak kembali melengak. hingga dia mengawasi nona itu,
Coba dia dapat melihat hati orang, sebenarnya si nona
bergelisah, cuma nona itu berpandangan jauh, dengan cepat
ia dapat menguasai dirinya, ia telah berpikir: "Dia telah
mempunyai dua orang kekasih. Kenapa dia tidak boleh
mendapatkan yang ketiga dan yang keempat?"
In Gak berdiam, tetapi mulutnya mendumal: "Cia In Gak.
Cia In Gak sakit hatimu. belum terbalas, kenapa kau main
asmara begini rupa" Lalu bagaimana nanti?"
Yan Bun heran, ia menatap. "Siapa Cia In Gak?" ia
bertanya, "siapa Cia In Gak?"
526 In Gak melengak sejenak, lantas dia tertawa bergelak. la
menunjuk hidungnya, "Cia In Gak ialah aku" sahutnya, si nona
bangkit berdiri dengan berjingkrak, jadi kaulah yang di Kimhoa
telah membinasakan cit sat Ciu?" ia bertanya.
Jie In mengangguk. la tersenyum, Nona itu membuka lebar
matanya, ia mengawasi tajam.
"Mustahilkah kau ialah si pelajar aneh yang di Kho-yu telah
menggempur pengaruhnya partai Oey Kie Pay?" ia bertanya
pula. In Gak tertawa. "Banyak hal yang kau ketahui" katanya. Yan Bun
menggeleng-gelengkan kepala.
"Akan tetapi di luaran orang bilang si pelajar aneh itu
berwajah seram dan menakutkan?" katanya, " Ingat, seorang
terhormat tidak boleh bicara dusta".. Pemuda itu tersenyum,
ia mengangkat tangannya. "AdikBun," katanya kemudian, "coba kau lihat, sekarang
aku mirip tidak dengan si pelajar aneh yang kau dengar itu?"
Yan Bun memandang tajam, segera tangannya melayang,
menyambar topengnya si pe muda.
"Hai, siapa suruh kau memakai benda memuakkan ini?"
tegurnya, "Ya, kau toh tetap kau Tidak ada orang mema
isukan dirimu sungguh menyebalkan , engko In-" ia bertanya,
menambahkan, "apakah maksudmu dengan memakai topeng
ini?" Jie In berdiam. ia teringat akan nasibnya, Tapi ia tidak
berkeberatan menuturkan segalanya kepada nona ini, maka ia
menceritakannya dengan singkat tetapijelas.


Menuntut Balas Karya Wu Lin Qiao Zi di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Nona Kouw mendengarkan dengan diam saja, agaknya ia
sangat tertarik. tetapi akhirnya ia tertawa.
"Engko In, sungguh hebat" katanya, "sudah ada kepastian
dengan Nona Tio dan Nona Ciu, lalu ada lagi Nona Kang, lalu
ada pula Nona Wan-.." Jie In tahu ia digoda, maka ia
menyahuti: "Dan sekarang ada lagi Nona Kouw......"
527 "Hai, kau lihatlah kaca muka" berseru sinona, "siapa
kesudian kau Tapi, ia lantas tertawa.
Kembali tanpa merasa In Gak merangkul nona itu, ia
mencium rambut orang yang hitam lebat, si nona sangat
manis dan menyenangkan walaupun dia berandalan. "Eh,"
tanyanya kemudian "Sebenarnya apa maksudmu datang ke
gunung yang sepi ini?"
Nona itu memonyongkan pula mulutnya.
"Bukankah maksudmu sama dengan maksudku?" ia balik
bertanya, "Kita sama-sama ingin mendapatkan kitab suci itu
Kalau aku beruntung memilikinya dan dapat mempelajari itu,
pasti aku tak usah takuti lagi Jim Cit Kouw."
Jie In mengawasi, dia tertawa, " Kalau aku mendengar
suaramu Jim Cit Kouw itu lihay luar biasa" katanya.
"Hm" si nona mengasih dengar suaranya, Kembali muncul
tabiatnya yang aneh, "siapa tidak mengetahui dia sangat
lihay" Kalau kau tidak puas, kenapa kau tidak mau pergi
mencoba dia?" Jie In tertawa lebar.
"AdikBun, tak usahlah kau memancing bangun
kemarahanku" katanya, "Aku nanti membantu kau menolong i
ibumu itu" si nona girang bukan kepalang. "Benarkah?" ia
menegaskan. "Kau sungguh baik" Jie In tertawa perlahan"Maka bilanglah, adikBun- dengan cara bagaimana kau
akan menghaturkan terima kasih padaku?" ia bertanya.
Si nona berdiam, tetapi la menatap dan tubuhnya
dirapatkan- Tak ada kata-kata yang lebih berarti daripada
sinar matanya itu. Lama keduanya berdiam, akhirnya si nona menolak tubuh
si pemuda, untuk berdiri.
"Sekarang sudah waktunya kita pergi," ia berkata, lembut.
Janganlah kita membiarkan orang lain mendapatkan kitab suci
yang berharga itu" In Gak merangkul erat, ia tidak mau lantas
melepaskannya. 528 Jangan kesusu" katanya, tertawa, "Menurut dugaanku, Poo
Tan Siansu serta Thian Gwa sam Cun-Cia itu pasti ada
mengandung suatu maksud, Tadi aku melihat beberapa
rombongan orang, diantaranya ada U-bun Lui dari Oey Kie
Pay. Mana dapat Poo Tan Siansu dikelabui mereka" Kalau kita
pergi siang-siang, mungkin kita kena terjebak. Ingat, selagi si
cengcorang mau menawan tong geret, di belakangnya ada si
burung gereja Maka marilah kita menjadi si tukang memasang
jala" Yan Bun mengawasi, ia tertawa.
"Hm, siapa tak tahu maksudmu?" kata-nya. Lalu tiba-tiba
dia mengerutkan alisnya. In Gak terkejut.
"Apakah lukamu kumat?" dia bertanya.
Nona itu tidak menyahuti, ia cuma mengangguk Lantas saja
mukanya menjadipucat dan peluh keluar deras.
"Bagaimana?" In Gak bertanya pula. Dia bingung, Hanya
sejenak, dia lantas dapat menenteramkan hatinya, Dia
merogoh ke saku-nya, mengeluarkan dua butir obat Tiang cun
Tan. "Kau makan ini," katanya.
Yan Bun mengunyah obat itu dan menelannya, Tidak lama
kemudian, mukanya sudah menjadi bersemu dadu pula. Tiang
CunTan ialah obat mujarab buatanBeng Liang Taysu yang
untuk itu sudah menggunakan waktu lima tahun untuk
mengumpulkan tigapuluh tiga macam bahan obatnya, yang
dicarinya di berbagai gunung.
Obat itu dapat menolong segala luka dalam waktu tujuh
hari untuk yang lukanya parah.
"AdikBun, kau duduklah bersila," kata Jie In kemudian,
"Nanti aku bantu kau menyalurkan darah mu."
Yan Bun memandang wajah orang, lantas ia berduduk,
maka In Gak lantas bekerja, untuk menyalurkan tenaga
dalamnya. Kedua tangannya ditekankan di punggung si nona,
529 sambil menutup kedua matanya, ia mengerahkan
semangatnya. Mulanya si nona merasakan tangan orang hangat, lalu
menjadi panas, ia merasa sakit, ngilu dan kaku tubuhnya,
Untuk melawan itu, ia mengertak gigi. ia bertahan untuk tidak
menjerit atau mengeluh. Tidak sia-sia ia menderita sekian lama itu, akhirnya lenyap
semua rasa sakit dan ngilu, sirna hawa panas, sekarang ia
merasakan tubuhnya sangat nyaman, hingga ia tidak merasa
tangan si pemuda tidak menempel lagi dengan punggungnya
Ketika ia berpaling ke blakang, ia terperanjat.
Jie In duduk bersila, matanya terpejam rapat, mukanya
pucat, jelas karena menolong si nona, dia sudah
mengorbankan tenaga dalamnya. inilah Yan Bun mengerti,
maka ia jadi sangat bersyukur, ia terharu, ia tidak mau
mengganggu, ia duduk diam saja, menemani.
Jie In bersemedhi terus hingga parasnya menjadi bersemu
dadu seperti biasa. Tidak lama kemudian, si pemuda
membuka kedua matanya. ia tersenyum.
"AdikBun, coba kaupergi ke luar gua," ia berkata, "Disana
kau bersilat, dengan pedang dan tangan kosong, bagaimana
kau rasa, beda dari biasanya atau tidak." Yan Bun menurut, ia
pergi keluar, si anak muda mengikuti.
Ketika itu sudah magrib, cuaca suram cuma sang angin
masih terus murka, tiupannya membuat rambut si nona
berkibaran juga saiju masih terus turun, tebalnya di tanah
sudah tiga dim. Dengan tidak menghiraukan angin dan saiju, Nona Kouw
mulai bersilat, ia menjalankan jurus-jurus Thay It Kie-bun
Ciang ajaran gurunya, Lantas ia merasakan suatu perbedaan
sekarang ia dapat menggerakkan kaki dan tangannya dengan
leluasa. 530 Tadinya masih ada bagian-bagian yang janggal, Tenaganya
pun seperti bertambah, Maka ia menjadi semakin gesit dan
lincah. "Bagus" Jie In memuji, sedang tangannya terasa gatal.
Maka ia tertawa dan menambahkan "AdikBun, ilmu Thay It
Kie-bun Ciang mu ini benar-benar hebat Apa yang kurang
ialah tenagamu belum cukup, Baiklah kita berdua mencobacoba.
sudah tentu kau harus keluarkan semua tenaga dan
kepandaianmujangan kau segan-segan- Aku tidak akan
melakukan serangan membalas, aku akan melawan dengan
main berkelit, Andaikata kau dapat menghajar aku satu kali
saja, hitunglah aku yang kalah Maukah kau?"
Yan Bun berhenti bersilat, mendengar perkataan itu, ia
tertawa. "Kau meniup terlalu keras" ia berkata, "Adikmu benar-benar
tidak percayai Apakah kau
berani menganggap aku masih hijau?" Jie In tersenyum.
" omong saja tak ada buktinya," ia berkata, "Mari kita
mencoba dulu, baru kau akan mengetahuiny a . "
Timbullah kepala besar si nona, ia tertawa dingin, lalu
dengan mendadak ia menyerang ia menggunakan kedua
tangannya dan dengan jari tangan masing-masing ia menotok
ke dada kiri dan kanan, Jie In berdiri tegak. matanya mengawasi dengan tajam,
tetapi disaat kedua tangan si nona hampir mengenai
sasarannya, mendadak tubuhnya berkelebat, bergerak sangat
cepat, lantas hilang dari pandangan mata si nona.
Yan Bun terkejut hingga ia melengak, tetapi dia lekas
sadar, dia lantas memutar tubuhnya. Dia percaya orang tak
menghilang ke lain tempat kecuali ke belakangnya.
Benarlah dugaan itu. Jie In terlihat lagi berdiri dengan
wajah berseri-seri. ia mengawasi sambil tersenyum.
"Engko In, maafkan adikmu beriaku kurang ajar" berseru si
nona, yang lantas menyerang pula, ia menggunakan ilmu silat
531 Thay It Kie-bun Ciangnya itu. Hebat serangan nona ini, angin
kepalannya sampai terdengar menderu.
Jie In berkelit dari serangan itu, tetapi inilan yang
menyebabkan ia lantas diserang berulang-ulang, sebab
setelah gagal serangannya yang pertama, si nona mengulangi
terus, karena dia tidak mau memberi ketika untuk orang
menghilang seperti semula tadi, Begitu menyerang dia
berbalik dan menyerang. Demikian seterusnya.
Hebat Jie In. ia selalu berkelit ia lincah dan licin sekali.
Tidak perduli serangan bagaimana gesit pun, ia tidak mau
menyerahkan tubuhnya sebagai sasaran, Maka pertempuran
mereka menarik hati untuk ditonton, I Hanya selama itu, si
nona tampak seperti senantiasa ketinggalan.
Saking penasaran, terus menerus Yan Bun menyerang,
maka lebih dari seratus j urus, ia bermandikan keringat, ia
tidak dapat melanggar ujung baju si anak muda, hingga
sambil menyerang terus tanpa merasa ia mengeluarkan pujian
peria han- Jie In berkata sambil tertawan "Syukur aku telah
menyalurkan tenaga dalammu, membantu membesarkan
tenaga dan keuletanrnu tidak sedikit, kalau tidak, pastilah
siang-siang kau telah kalah sendirinya"
Si nona berdiam, tetapi ia memandang tajam, agaknya dia
mendongkol. Jie In dapat mengerti nona itu kalah tetapi penasaran,
maka ia lekas berkata pula: "AdikBun,jangan gusar. Besok aku
akan mengajarkanmu tiga macam kepandaian, mengenai
tindakan kaki, pedang dan tangan kosong, bahkan kau dapat
mempelajari itu dalam waktu yang singkat. Dengan
kecerdasanmu, tak sulit untuk kau menguasainya, Maka kalau
kemudian kau bertemu dengan Cit Kouw dan orang lihay
lainnya, siapa pun juga, tak nanti kau gampang-gampang
dikalahkan, atau sedikitnya kau dapat membela dirimu."
532 Mendengar ini, senang hati si nona. ia lantas saja menarik
tangan si pemuda, ia menatap dengan mengangkat
kepalanya. "Engko In, benarkah?" ia menegasi, "oh, kau baik sekali"
Tetapi mendadak ia tercengang, sinar matanya menunjukkan
kesangsian. segera ia berkata: " Engko In, mengapa kau
berkata begitu" Apakah kau tidak mau membantu aku
menempur Jim Cit Kouw?" Jie In tahu si nona bersangsi, dia
salah menyangka, maka ia lekas menjawab: "Bukan."
Ketika itu sang malam mulai tiba, bunga saiju menghujani
muka mereka, Angin keras sekali, Diantara jagat yang gelap
petang, terbawa sang angin, sayup,sayup terdengar suara
binatang beburonan, kawanan serigala yang seperti kelaparan
dan kedinginan di dalam lembah, suaranya menyayat hati,
mengerikan. Di dalam gua, kegelapan tak kalah dengan di luar,
"AdikBun, tadi kau keliru mengerti akan kata-kataku,"
berkata Jie In tertawa, "Aku maksudkan besok atau lusa, kita
harus sudah tiba di puncak Ciu Auw Hong, Menurut letak di
dalam peta, puncak itu terpisah dari kita ini cuma tiga atau
empat rintasan jalan gunung ini.
Untuk kita, mungkin kita dapat tiba dalam waktu dua atau
tiga jam, Hanya, semakin malam kita pergi, untuk kita makin
menguntungkan Kau lihat sendiri, begitu banyak orang telah
datang ke mari, Aku merasa bakal terjadi pertempuran yang
dahsyat Aku tidak takuti apa-apa kecuali aku berkuatir
kepandaian Poo Tan siansu terlalu lihay, hingga tak dapat
diduga dari sekarang bagaimana kesudahannya nanti, siapa
menang dan siapa kalah. Maka andaikata kita yang gagal, aku
ingin kau nanti mengandaikan kepandaian yang aku ajari itu
untuk kau meloloskan diri dari kepungan.
Andaikata aku dapat menolong diriku, kau dapat mencariku
di kuil Chin su di luar kota Chin- yang. Atau kalau waktunya
lewat terlalu lama, adikku, carilah aku di rumah say Hoa To di
533 Ciang-ceng atau di rumah Tionggoan it Kiam Tio Kong Kiu di
Chong-ciu." Atas pesan itu, Yan Bun cuma mengasih dengar suara "
hmm" perlahan. Demikianlah, dengan tidak berbicara lagi,
mereka lewatkan sang malam.
Jie In tertawa ketika ia melihat pintu gua tertutup rapat
oleh saiju yang beku bagaikan es, lantas ia menghajar dengan
kedua belah tangannya, Dengan menimbulkan suara
gemuruh, saiju itu hancur beterbangan, maka di depan
mereka terbukalah suatu jalan terowongan.
YanBun masih layap-layap. ia terkejut hingga menjadi sadar
betul. Diam-diam ia mengagumi si anak muda.
Jie In lantas memakai topengnya, ia memegang tangan si
nona. "Adik Bun, mari kita keluar" ia mengajak. ia menarik.
Keduanya lantas keluar, terus mereka lari naik ke atas
puncak di depan mereka, Maka dari situ, memandang ke
sekitarnya, cuma warna putih yang dapat mereka lihat, Angin
yang dingin meniup hingga mereka merasa menggigil Bunga
saiju masih saja beterbangan Tebalnya saiju sampai empat
dim. "Adik Bun, sekarang mari aku mulai mengajarkanmu ilmu
pedang, tangan kosong dari tindakan kaki," katanya, "Kau
nanti merasakan kemajuannya." Nona itu girang bukan main,
hingga ia berjingkrakan. Jie In pinjam pedang si nona, Ketika ia menghunus, ia
melihat berkilaunya sinar hijau.
"Pedang yang bagus" ia memuji, Ketika ia meneliti, ia
melihat ukiran dua huruf, bunyinya "Leng Ku" atau "Kura
sakti", pedang itu pun antap. cocok untuknya, Kemudian ia
berkata: "Aku hendak mulai, kau perhatikan inilah ilmu Thay
Kek Hoan Heng. Kelihatan-nya lambat, tetapi kenyataannya
cepat, ilmu ini diciptakan berdasarkan penyelidikan atas ilmu
pedang berbagai partai lainnya, sebab maksudnya ialah untuk
melawan mereka itu. Kalau ini digunakan terhadap orangTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
534 orang kelas dua atau tiga, tak usahlah dikuatirkan nanti
kalah."

Menuntut Balas Karya Wu Lin Qiao Zi di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Habis berkata, ia mulai bersilat, Benarlah, mulanya terlihat
gerakan yang lambat, tidak ada suara anginnya sama sekali, ilmu pedang
membutuhkan kesebatan, maka luar biasa lah ilmu pedang
yang lambat ini. Maka sambil memperhatikan Yan Bun
bersangsi, hingga ia menduga si anak muda cuma membuka
mulut lebar, Diam-diam ia memungut segenggam saiju,
dengan mendadak ia menyerang, Kesudahannya ia menjadi
heran. saiju itu bukan hanya terpental balik sendirinya, bahkan
mental baliknya demikian cepat sampai mengenai muka si
penyerang tanpa penyerang ini menduganya
Yan Bun terperanjat, ia melompat mundur Baru sekarang ia
percaya anak muda itu, Karena itu, ia mengawasi d engan
penuh perhatian, untuk mengingat-ingat dengan baik, ilmu
pedang itu terdiri dari tigapuluh dua jurus, dan s etiapj
urusnya, terpecah lagi dalam empat j urus kecil. Kelihatan
semua sangat sederhana dan mudah untuk diingat, maka
setelah si pemuda selesai bersilat dan si nona bersilat
mengikutinya, ia lantas dapat menjalankan dengan baik,
hingga ia tinggal melatihnya lebih jauh.
"Bagus, kau cerdas sekali" Jie In memuji selagi ia memberi
petunjuk ini dan itu, guna memperbaiki untuk menunjukkan
maksudnya jurus. Baru lima kali Yan Bun mengulangi berlatih, lantas ia tak
membutuhkan petunjuk lebih jauh.
"Bagus" berseru Jie In. "sudah cukup. kuu boleh berhenti,
Aku hendak mengajari ilmu tangan kosong Ngo Heng Kun.
AdikBun, kau lihatlah dengan seksama" Habis berkata, tubuh
si anak muda segera bergerak.
Yan Bun berdiri terpisah kira-kira dua tombak. matanya
mengawasi tajam. Kedua tangan si anak muda lantas
535 berkelebatan dengan cepat, anginnya menyambar-nyambar ke
delapan penjuru, sampai baju si nona berkibar-kibar, hingga
kagetlah nona ini, itulah ia tidak sangka, karenanya ia menjadi
sangat kagum. Jie In menggunakan tenaga dua-tiga bagian, kalau tidak,
pastilah si nona mesti mundur menjauhkan diri, ia adalah
seorang yang berbakat dan kuat ingatannya, Ketika di Yo keecip
ia menyaksikan pertempuran antara Ay Hong sok dan
Liong bun Nao Koay, ia memperhatikan ilmu silat mereka.
Ay Hong sok menggunakan Nao Hong Kun, ilmu silat Lima
Logam, Lantas ia menciptakan Ngo Hong Kun ini macam,
inilah Ngo Hong Kun dari Ay Hong sok dicampur dengan ilmu
silat Ngo Koay, Dan inilah yang ia wariskan kepada si nona.
Habis bersilat, Jie In berkata sambil tertawa: "inilah ilmu
silat Ngo Hong Kun dari Liongbun Ngo Koay dan Ay Hong sok
yang aku gabung menjadi satu, kalau kau dapat memahami
dan menguasainya, adik Bun, aku percaya kau akan dapat
menjagoi sekarang marilah berlatih"
Nona Kouw tak menyangsikan lagi anak muda ini, ia
bersilat mengikuti anak muda itu, Ngo Hong Kun ini terdiri dari
limapuluh empatjurus dengan setiapjurusnya terpecah pula
dalam lima jurus, maka semuanya menjadi dua ratus
tujuhpuluh jurus, ia memperhatikan dengan sungguhsungguh,
maka setelah mendekati tengah hari, ia dapat
mempelajarinya dengan baik,
"AdikBun, mari kita kembali, untuk bersantap." kata Jie In
kemudian, " Nanti aku mengajarimu ilmu tindakan kaki."
Yan Bun menurut, ia girang bukan kepalang, hingga ia
tersenyum berseri-seri tak
hentinya. Di luar dugaannya, ia mendapatkan guru yang
luar biasa ini. Dengan berlompatan ia mendahului lari masuk
ke dalam gua. 536 Habis bersantap. Nona Kouw lantas mendesak minta diajari
pula Jie In berniat beristirahat tetapi ia tak dapat menolak
nona itu yang agaknya manja tetapi tidak dibikin-bikin, dalam
kemanjaan ada kelembutannya, maka bersama-sama mereka
keluar pula. Jie In memilih tempat yang rada rata.
"llmu silat ini luar biasa, tak berlatih bersama tak dapat
dipelajari," katanya, "Artinya kita mesti berlatih sambil
bertempur. Adikku, kau seranglah aku dengan Nao Hong Kun,
kau gunakan kemahiran ilmu meringankan tubuhmu, nanti aku
melayaninya. sambil menyerang, kau perhatikan aku dan
mengingatnya baik-baik. inilah ilmu yang dinamakan Kiu Kiong
Ceng Hoan Im- yang Pou, artinya tindakan-tindakan yang
bertentangan satu dengan yang laini Kalau nanti aku
melompat keluar, kau berlatihlah terus sendiri dengan melihat
dan mengikuti semua tapak kakiku, Asal kau dapat mengikuti
dengan baik, itu artinya kau berhasil."
Habis berkata, ia mementang kedua tangannya dan
berseru: "Adik Bun kau seranglah"
Nona Kouw menurut, tanpa bersangsi lagi, ia menerjang,
inilah serangan hebat seumpama kata "gunung digempur
roboh, lalu dibikin terbalik", Tapi ketika kaki Jie In bergerak
dan tangannya mengibas, sedetik saja dia lenyap dari depan
penyerangnya, Luar biasa sebatnya dia melompat mundur.
Yan Bun menyerang terus, ia menggunakan Nao Hong Kunia
menggunakan juga ilmu meringankan tubuhnya, untuk
dapat menghajar si anak muda, yang selalu melayani ia
dengan berkelit sana dan berkelit sini, tindakan kakinya tampak
kacau, tapi tak pernah dia salah melangkah.
Lewat setengah jam, mendadak Jie In mencelat sejauh lima
tombak. Ketika si nona mengawasi ke tanah, ke saiju, ia
melihat tindakan kaki si anak muda, yang agaknya kusut.
Tapak kaki itu dapat dibedakan sebab Jie In bergerak dengan
memberati diri, tapaknya menjadi mendam lebih dalam. juga
537 semua tapak itu tidak ada bekas-bekasnya yang tersusun.
sekian lama YanBun diam mengawasi agaknya ia bingung
juga. "Kau mulailah" berkata si anak muda menganjurkan
Nona Kouw menurut, ia mengambil kedudukan Jie In tadi,
lantas ia bertindak. mulainya perlahan, ia mesti melompat
sana dan melompat sini. Umumnya ialah habis melompat
mundur, lalu maju, untuk melompat ke tempat asal. itulah arti
pertentangannya, Ada kalanya dia melompat sembilan tindak.
lalu la membalikinya, tetapi ada kalanya, ia hanya kembali dua
tindak, Maka itu, sekian lama ia bergerak dengan perlahan.
Baru kemudian, dibantu kecerdasannya, ia mulai dapat
melompat cepat, lalu akhirnya ia paham. Di akhirnya itu, ia
bergirang bagaikan kalap. ia berjingkrakan.
Jie In berdiri mengawasi, tangannya digendong ke
belakang, Ada kalanya ia memandang jauh ke sekitarnya,
Tepat si nona sudah paham, ia melihat tajam ke depannya,
jauh disana tampak sesuatu yang samar-samar, seperti titiktitik
hitam yang beterbangan menuju ke puncak Ciu Auw
Hong, ia lantas berpikir:
"Pasti Poo Tan melakukan sesuatu yang aneh, atau
mungkin ia tiba pada saatnya menggabung yang sesat dengan
yang lurus, hingga ia mesti bergulat, Mungkin ini
pergulatannya yang terakhir, yang dahsyat, juga inilah
tentu saatnya murid-muridnya, yang dikatakan murtad itu
datang mengacau padanya, Rupanya dia mau menggunakan
ketika orang menempur Thian Gwa sam Cun-Cia, ia sendiri
meloloskan dirinya. Tidak. jangan kau bermimpi sahabat, tak
dapat aku membiarkanmu lolos"
Jilid 7.1. Tiga murid durhaka Poo-tan siansu
538 Karena berpikir demikian, pemuda ini bagaikan melamun. ia
mendusin ketika kembang saiju menyampok mukanya, hingga
ia merasakan dingin sekali. Ketika ia mengawasi Yan Bun, si
nona tengah mengulangi latihannya, ia merasa puas melihat
kemajuan nona itu, ia tidak mau mengganggu lantas ia
bertindak cepat ke dalam gua.
Belum lama, Yan Bun masuk dengan menenteng
pedangnya, dahinya penuh peluh.
"Ah, engko In, kau sungguh jahat" katanya manja. "kau
enak-enakan bersembunyi disini"
Pemuda itu tertawa. "Enak-enakan?" tanyanya, "Aku bikin apakah" Aku cuma
beristirahat." YanBun tersenyum ia merasa letih sekali.
Tanpa bilang apa-apa lagi, ia menjatuhkan diri, untuk rebah
di dada si anak muda, matanya dipejamkan.
Jie In tertawa, hatinya terbuka, ia merasa kasihan
berbareng menyayangi nona ini.
"Kau bangun," katanya, "Mari aku ajari kau ilmu
menyalurkan napas yang dinamakan "Kwie Goau Touw-lap Co
Kang", Dengan ini bukan saja keletihanmu bakal segera
lenyap. bahkan asal kau melatihnya terus setiap pagi dan
malam tanpa malas-malasan, selewatnya tiga hari tenagamu
bakal bertambah satu kali lipat."
YanBun mementang kedua matanya yang jeli, yang hidup
sekali, ia tertawa. "Apa?" katanya, "Kau mempunyai kepandaian demikian
banyak" Dapatkah kau menjadi guru orang?"
Jie In pun tertawa. "Sudah, jangan bergurau, mari mulai" ia berkata, "Kau
dengar, inilah teorinya, ingat baik-baik, Kau mesti duduk tegak
begini, selagi berlatih, singkirkan segala pikiran lain-nya,
supaya kau tak terganggu segala sesuatu yang sesat.
539 Pusatkan perhatianmu, salurkan napasmu dengan perlahan
dan beraturan." YanBun tertawa tetapi ia menurut, ia lantas duduk diam
dan matanya dirapatkan, hingga si anak muda dapat
memandang dengan bebas wajahnya yang cantik.
cia In Gak sebatang kara semenjak masih kecil sekali, maka
itu ia berdahaga untuk rawatan lemah lembut dan kasih
sayang seorang ibu, Benar ia disayangi ayahnya, tetapi suatu
ayah itu tak dapat dibandingkan dengan suatu ibu.
Lagi pula ayahnya telah terluka dan mesti merawat dirinya,
Baru di dalam kantor sam Eng Piauw Kiok ia bertemu Nie Wan
Lan, nona itu menarik perhatian nya, Begitu pula Lian Cu dan
Goat Go dan yang lainnya, Syukur ia telah terdidik sempurna
oleh B eng Liang Taysu, kalau tidak. mungkin ia tersesat oleh
godaan nona-nona itu. " cinta itu benar-benar aneh," pikir
nya. "Menyinta dan dicintai. Belum lama aku merantau, aku
sudah lantas menemui lima orang nona. Kalau aku tetap
memikirkan mereka, mana dapat aku menuntut balas"
Bukankah ini yang dinamakan iblis penggoda" Tidak. tidak.
aku mesti dapat mengendalikan diri. Guruku telah berpesan,
tidak boleh aku merasa puas dan bangga akan diri sendiri.
Belum lagi aku selesai menuntut balas, aku telah
mendapatkan musuh-musuh baru. Bagaimana kesudahannya
nanti." "Eh, engko In, kau tengah memikirkan apa?" suara YanBun
menyadarkan si anak mu-da, "Kenapa kau diam saja?"
Nona itu membuka matanya dan mengawasi heran.
Jie In balik memandang, ia melihat paras si nona bersemu
dadu, ia girang, itulah hasil latihan nona itu, walaupun belum
lama. "Adik Bun, apakah keletihanmu sudah hilang?"
tanyanya, tertawa. Nona itu tertawa, ia menyingkap rambut di
dahinya, 540 "Benar, engko In, latihan bersemedhi ini berfaedah sekali,"
sahutnya, "Sekarang aku merasa tidak saja letihku lenyap.
juga aku menjadi segar sekali. Rasanya hatiku bersih."
Anak muda itu mengangguk ia puas. "Sekarang kau
berlatihlah terus," katanya.
YanBun menurut, ia berlatih sampai sang magrib tiba,
diwaktu mana mereka menangsel perut, lalu mengobrol
dengan gembira, sampai datang waktunya jagat menjadi
gelap. justru itu tiba-tiba terdengarlah satu suara nyaring,
yang memecahkan kesunyian. Habis suara itu yang
mendatangkan rasa seram dan kecil hati. Maka YanBun
menggigil sendirinya, terus ia sesapkan tubuhnya di dada si
anak muda. Jie In berdiam, telinganya dipasang, suara itu, siulan yang
luar biasa, mendatangkan kecurigaanny a .
"Ada orang datang ke mari," katanya, berbisik "Dari
siulannya tadi, teranglah ia
seorang yang mahir tenaga dalamnya."
Lantas siulan itu terdengar pula, terdengar lagi, mendatangi
semakin dekat, sampai dapat diduga orangnya telah berada di
sebelah kananpuncak. Di situ barulah suara itu berhenti.
"Adik Bun, kau tunggulah, " Jie In berbisik pula di telinga si
nona dalam rangkulannya. "Aku mau lihat siapa dia itu, jangan
kau pergi dari sini"
Lantas anak muda ini bangkit berdiri dan bertindak keluar
gua, ia lantas melihat dua orang berdiri di atas puncak.
tampaknya seperti bayangan hitam, Yang seorang membungkuk.
agaknya dia mencari sesuatu, orang yang kedua
mengayun tangannya, melemparkan sesuatu yang bercahaya
terang, di tempat sejauh lima kaki, benda itu meletus
sendirinya memancarkan sinar terang warna biru, memancar
ke empat penjuru. 541 Maka sekarang terlihat tegas orang yang melemparkan
kembang api itu ialah seorang tua dengan alis dan kumis
ubanan, tubuhnya tinggi dan besar, romannya agak bengis,
Yang membungkuk itu bertubuh jangkung dan kurus.
"Di sini, lo-tongke" berkata si jangkung kurus itu. "Lihatlah
tapak-tapak kaki kacau balau ini. Pasti di sini telah terjadi
pertempuran itu. Benar ada gangguan saiju, tetapi tapaktapak
ini masih terlihat tegas, mungkin tapak ini terjadi sejak
tiga jam yang lalu. Anehnya, lao-su mati di sini belum ada
setengah jam." Jie In memuji tajamnya mata si jangkung kurub, ia hanya
heran yang ia tidak mengetahui bahwa tadi, setengah jam
yang lalu, ada orang terbinasa di puncak itu. juga, entah siapa
si "lao-su" itu, si "nomor empat", demikian juga ini orang tua
dan si jangkung kurus. Lantas terdengar suara si orang tua, suara yang keras,
menyatakan kegusarannya: "Kalau ada tapak kakinya pasti
ada orangnya Mari kita susul Aku mau lihat dia dapat lolos


Menuntut Balas Karya Wu Lin Qiao Zi di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

atau tidak dari tangan aku Kouw-louw-pian Lou Kui"
Ketika itu cahaya terang sudah mulai sirna, maka Lou Kui
mengayun pula tangannya, hingga terlihatpula cahaya biru
seperti tadi, hanya berbareng dengan itu, kedua orang itu
lantas lari ke arah lembah.
Sekarang tahulah Jie In, orang tua itu ialah si Cambuk
Tengkorak, ia lantas hendak melihat siapa itu lao-su yang
telah menjadi mayat, tetapi belum lagi ia mengangkat kaki,
pundaknya terasa tertekan oleh jari-jari yang lembut. ia lantas
menoleh, maka terlihatlah YanBun berdiri di belakangnya
dengan wajah tersungging senyuman.
"Adik Bun, mari kita lihat mayat siapa itu di puncak." la
berkata, tersenyum juga sambil balas mencekal tangan si
nona. YanBun setuju, ia mengangguk. Lantas keduanya berlarilari
cepat sekali. 542 Tidak lama kemudian sampailah mereka di puncak tempat
Lou Kui berdua tadi. Benarlah, di situ meraka mendapatkan
satu tubuh yang telah tak ber jiwa lagi, yang rebah dengan
roman bengis, hanya karena tidak ada penerangan, sukar
untuk melihat tegas wajahnya. Pada mayat itu juga tidak
terlihat tanda-tanda luka.
"Lou Kui muncul di sini, ia pasti ada hubungannya dengan
tiat-ciu-Ieng di tanganmu, adik Bun," kata Jie In kemudian.
"Hanya mayat ini, entah siapa dia."
-00000000- Yan B un tidak menyahuti, ia mengeluarkan hwee-ie-cu,
begitu ia mengayun tangan- ny a, bahan api itu lantas
menyala. Jie In terkejut, ia merampas, terus ia meniup. "Ah,
adikBun, kau sembrono" tegurnya.
"Kau tahu, Lou Kui berdua belum pergi jauh, begitu melihat
api, mereka bisa kembali. Mari lekas kita kembali ke gua"
YanBun tertawa perlahan. "Buat apa kuatir tak keruan" katanya aleman, "Dengan
kepandaianmu engko In, apakah kau masih jeri dengan Keuwlouwpian?" "Bukan begitu," sahut Jie In. Mendadak ia menambahkan:
"Lekas" Bagaikan terbang, keduanya lari turun, Begitu mereka tiba
di gua, di puncak itu muncul pulalah Lou Kui bersama si
jangkung kurus. "Aneh" kata jago tua itu. "Nyata sekali aku melihat cahaya
api serta bayangan orang. Kenapa mereka lenyap cepat
sekali?" ia mengayun pula tangannya, membikin meletus
kembang api yang lebih besar, hingga terangnya luar biasa,
sedang waktu jatuh ke saiju, kembang api itu tidak lantas
padam, bahkan terdengar suara merumbusnya terkena tiupan
angin" 543 Jie In berpikir: "Kembang api Lou Kui ini tentulah api ajaib
yang orang Kang-Ouw namakan peluru Im-lin Lan-hwee-tan,
yang pembuatannya sukar, yang tak sembarang orang dapat
memilikinya. Api itu, kalau dipakai menyerang orang, tidak
saja apinya dapat membakar, juga ada racunnya yang dapat
menyerang jantung dan membuat orang putus jiwa."
"Lo-tongke, inilah aneh," kata si jangkung kurus, "Kalau
benar ada dua orang di sini, kenapa tidak ada tapak kakinya?"
Mendengar itu Jie In berkata dalam hatinya: "Mana dapat
kalian melihat tapak kaki kami" Kami mempunyai ilmu enteng
tubuh mahir yang tak meninggalkan bekas."
"Lo- Jie, kenapa kau jadi tolol?" kata si orang tua keras,
"Lao-su begitu lihay, kalau bukan musuh gelap itu lihay luar
biasa, mana bisa dia gampang dapat turun tangan" Tidak
heran kalau dia tidak meninggalkan tapak kaki."
Ketika itu sinar api baru padam, tinggal sisa asapnya yang
terbang terbawa angin. Si jangkung kurus berdiam, sejenak
kemudian, baru ia berkata pula.
"Lo-tongke," katanya, "coba bilang, mungkinkah kematian
lao-su ada hubungannya dengan si wanita yang mencuri Ngo
Kwie Tiat-ciu-Ieng?"
"Sedikitnya mungkin ada. Aku duga kedua orang tadi masih
berada di dekat-dekat sini, Mari kita cari"
YanBun tertawa di telinga si anak muda dan berkata: "Gila
benar. Mana ada hubungannya aku dengan orang yang
membunuh Liang-tauw-toa Lim Cian?"
"Oh, diakah Liang-tauw-coa Lim Cian?" tanya Jie In.
"Teranglah kau yang telah membawa gara-gara, Lim Cian itu
pasti terhajar hebat, maka dia mati kecewa, Lou Kui hendak
mencari kita, pasti dia bakal berhasil, maka itu nanti aku
pancing dia supaya mereka pergi jauh"
544 Habis berkata, Jie In melompat menuju ke puncak, Di mata
YanBun, dia mirip lagi terbang karena gesit dan cepatnya luar
biasa, sebentar saja dia lenyap dari pandangan mata. Dilain
saat, ia lantas mendengar suara si anak muda, suara yang
seperti mengalun di tengah udara.
Lou Kui mendengar itu, ia menjadi sangat gusar, ia rupanya
menduga suara itu pasti suara musuh. ia juga lantas mengasih
dengar seruannya, yang menyatakan kegusarannya, terus ia
lari untuk menyusul. Untuk sekian lama, sunyilah sang malam yang gelap itu.
YanBun menantikan dengan tidak sabaran, karena untuk
setengah jam lamanya ia mesti berdiam sendirian di dalam
gua itu. ia pergi ke mulut gua, tiba-tiba ia merasa angin
menyambar dibarengi dengan berkelebatnya satu bayangan
hitam, ia mengawasi tajam, lantas ia menjadi girang sekali.
"Itulah Jie In-" Maka ia segera mencekal keras tangan si
anak muda. "Bagaimana?" tanyanya. Jie In tertawa.
"Sekarang ini bangsat tua itu telah terpisah dari kita sejauh
beberapa puluh li," ia menjawab, "tetapi dialah jago tua, dia
banyak pengalamannya, mungkin sebentar kemudian dia insaf
bahwa dia telah dipermainkan maka dia pasti datang pula,
Mari kita berlalu dari sini"
Lalu tanpa menanti jawaban si nona, ia menarik untuk
mengajak berjalan keluar dan berlari pergi.
Di tengah jalan, YanBun heran, ia mendapat kenyataan ia
bukan diajak menuju ke puncak Ciu Auw Hong, melainkan ke
arah yang bertentangan. "Engko In, mungkinjalanan ini keliru"
katanya. "Tidak. Adik, si anak muda tertawa, "Selagi aku kembali
habis memperdayakan Lou Kui, memang aku berniat
mengajakmu ke Ciu Auw Hong, hanya kemudian, aku berpikir
lain. Di sana pasti berkumpul banyak orang lihay, kalau aku
membawa kau ke sana, aku kuatir banyak kesulitannya, Hal
itu akan membuat hatiku tidak tenang, Maka aku pikir, adikku,
545 lebih baik kau pulang ke oey-chung, untuk mengambil kudaku
dan berdiam di kuil Chin su, guna menantikan kembalinya
aku." "Ah, aku tidak mau" kata si nona, yang timbul
kemanjaannya pula. "Jangan begitu, adikku," kata Jie In, membujuk .
"janganlah kau membuat perhatianku terpecah dua. Tidak apa
aku kehilangan kitab, tetapi tidak kau, Dan, bagaimana nanti
andaikata aku gagal karena kau?"
Tergetar hati si nona mendengar perkataan itu, Tahulah ia
bahwa pemuda itu sangat mencintainya, Tanpa merasa, kedua
belah pipinya menjadi merah.
"Baiklah, aku turut kehendakmu," katanya kemudian,
tersenyum, "Kenapa kau bicara begini rupa" Engko In, aku
minta kau bekerja tidak kepalang tanggung. Aku minta kau
antar aku dulu sampai di chin su baru kau kembali ke mari."
Jie In berpikir, Hari itu bulan duabelas-tanggal duapuluh
tujuh- Untuk pergi dan pulang, ia membutuhkan waktu empat
hari. pikirnya tak apalah kalau ia terlambat sedikit, Maka ia
mengangguk Demikianlah ketika sang fajar mulai muncul, keduanya
berangkat menuju ke oey-chung, jalananpenuh saiju.
Dibandingkan dengan di atas gunung, di sini turunnya saiju
kurangan. Ketika akhirnya mereka tiba di tempat menitipkan
kuda Jie In mengetuk pintu.
"Siapa?" tanya suara dari dalam, Suara itu disusul dengan
suara tindakan kaki yang berat. Lantas pintu dibuka dengan
bersuara juga. Muncullah kepalanya seorang tua. "oh, Jie
siang kong pulang" katanya, "Begini pagi"
Sembari berkata, orang tua itu menatap Yan Bun, hingga
Nona Kouw likat dan mukanya bersemu dadu.
"Yo Lotiang, inilah adikku" kata Jie In cepat. "Kami berdua
hendak berangkat ke Thaygoan, Aku datang untuk
memberitahukan mu, supaya kau jangan menyangka kudaku
546 ada yang curi, silah kan lotiang.. tidur pula, nanti aku ambil
sendiri kudaku sendiri" ia merogoh sakunya dan memberikan
uang sekitar sepuluh tahil, ia menambahkan- " Harap lotiang
tidak berkecil hati, sukalah kau terima ini."
Orang tua itu menampik, Jangan Jie siang kong, terima kasih" katanya, "Uang yang
kemarin ini pun masih ada kelebihannya."
Jie In tertawa. "Inilah untuk cucu lotiang membeli kembang gula," ia
mendesak, "Aku hendak mengantar adikku ini, dua hari
kemudian aku bakal datang pula ke mari, maka kalau lotiang
menampik, aku malu buat menjenguk pula padamu, silahkan
masuk. lotiang, kami hendak berangkut sekarang."
Terpaksa orang tua itu menerima uang itu, untuk mana ia
kembali menghaturkan terima kasih.
Jie In menanti s ampai pintu sudah dikun-ci, baru ia dan
YanBunpergi ke istal, untuk mengambil kudanya, ia juga mengeluarkan sehelai
topeng yang jelek sekali dan
menyuruh si nona memakainya.
"Ah" kata nona itu, matanya mendelik.
Tapi ia toh pakai juga, lantas ia tertawa, ia mengetahui hati
laki-laki. Kalau seorang pemuda mencintai seorang gadis,
kalau ada orang lain yang mengawasi gadis itu, dia jadi jelus.
Demikianlah dua orang naik di atas seekor kuda berangkat
ke Thaygoan, Di tengah jalan itu Jie In melihat banyak tapak
kuda, yang semua menuju ke gunung, maka ia menduga
orang tentulah pada menuju ke Ciu Auw Hong, mereka itu
pasti ada hubungannya dengan kitab sucinya Poo Tan. ia juga
melihat sejumlah penunggang kuda yang mengambil arah ke
gunung. Diantara jam empat atau lima lohor Jie In berdua sampai di
Chin su. selagi bertindak ke ruang belakang, mereka
547 berpapasan dengan imam kepala, yang berusia kurang lebih
limapuluh tahun- imam itu memandang si anak muda, lalu si
pemudi. ia tidak mengatakan apa-apa, ia cuma tersenyum,
terus ia bertindak keluar.
Tiba di dekat kamar, Jie In bertemu dengan kacung satusatunya
di kuil itu, ia memesan sesuatu kepada kacung yang
terus pergi untuk menyediakan santapan malam.
"Barusan imam kepala itu bermata tajam, dia tentulah
orang Rimba Persilatan," kata YanBun tertawa. Pemuda itu
mengangguk. "Matamu tak beda dari mata orang kebanyakan," kata si
nona pula, "Mengapa matamu
tajam?" "Itulah disebabkan pengaruh tenaga dalam, " Jie In
menjelaskan "Dibandingkan dengan mereka yang lihay, aku
masih belum berarti."
YanBun tahu orang bicara dari hal yang benar, tetapi dia
jail, dia tertawa dan berkata: "Sudah la h, jangan kau
ngibul.Buat apa menempel emas di muka sendiri?" Jie In cuma
tersenyum. Tidak lama kacung tadi muncul dengan barang hidangan,
keduanya lantas bersantap. Kemudian, dengan berpisahan
pembaringan, mereka naik tidur. Keesokan pa ginya Jie In
berangkat Dengan rasa berat, Yan Bun mengantar pemuda itu
sampai di depan kuil. Saiju telah berhenti turun, cuaca tampak turut berubah
sedikit, Awan masih melayang-layang, karena sang angin
bertiup keras, Melarikan kudanya dijalan umum Leng-cio-koan,
Jie In mesti melawan angin, maka ia mestijalan dengan
perlahan, saiju bercampur lumpur, warnanya menjadi abu-abu
gelap. 548 Dihari kedua, pagi-pagi, kembali pula Jie In di oey-chung,
maka lagi-lagi ia mengirim kudanya di rumah si orang tua she
Yo, lantas seorang diri ia mendaki gunung, ia menggunakan
tipu enteng tubuh Leng Hie Pouw-hoat, dengan begitu ia
dapat manjat cepat, ia melihat banyak tapak kaki, itulah tanda
bahwa tak sedikit orang lain yang telah datang ke situ.
Selagi mendekati puncak Ciu Auw Hong, pemuda ini
mendapatkan di sana orang sudah bertarung. Beberapa
rombongan berdiri berpisahan, Mereka ada yang lagi
bertempur, ada juga yang sudah roboh, sebagaimana
terlihatnya belasan mayat di sisi gelanggang.
Ia bersembunyi di belakang batu besar, untuk dapat
mengintai mereka itu, ia pun melihat sekelilingnya, terutama
ke arah lamping gunung di mana ada gua yang mencil
sendirian seperti kata sam Ciat Koay Kit Beng Tiong Ke.
Benarlah di sana tidak ada tempat untuk menaruh kaki atau
berpegangan, cuma burung yang dapat terbang ke sana,
Maka heran, bagaimana caranya Poo Tan dapat memasuki gua
itu.. Diam-diam ia mengasah otak memikirkan jalan untuk
dapat pergi ke situ. Di atas puncak itu, ada tiga rombongan orang yang lagi
bertempur, dalam setiap rom-bongan, satu diantaranya ialah
seorang pendeta asing dengan jubah kuningnya, yang
tubuhnya besar dan romannya bengis, maka bisalah diduga
bahwa mereka itu ialah yang disebut Thian Gwa sam Cun-cia.
Kedua pihak menggunakan tenaga dalam masing-masing.
Hobat serangan mereka, Kalau sasaran ialah batu gunung,
terdengar nyata bagaimana sasaran itu kena terhajar,
suaranya keras dan nyaring.
Di dalam satu rombongan ada seorang imam yang
rambutnya tergelung tinggi dan kumisnya hitam terpecah tiga,
dibandingkan dengan dua yang lain, rombongannya la h yang


Menuntut Balas Karya Wu Lin Qiao Zi di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

549 bertempur seru sekali, Keras sekali tangan bajunya bergerakgerak.
Hebat dia mendesak tak kurang dahsyatnya perlawanan si
pendeta- yang tampaknya berimbang kekuatannya.
"Kelihaiannya si imam dari kalangan tenaga dalam HianBun
Keng Khie" kata in Gak dalam hatinya, "Dan gerak-gerik s i
pendeta mungkin yang guruku menyebutnya Thian Liong
Patsie, ilmu itu belum pernah akupelajari, maka tak ada
halangannya apabila sekarang
aku mencuri lihat, guna memahaminya secara diam-diam."
Maka ia memasang mata. Dua rombongan yang lain sudah lantas memperoleh
keputusan Kedua pendeta asing itu,
Hoan-ceng, telah memperoleh kemenangan mereka lantas
melompat ke ujung batu karang,
agaknya mereka hendak menjaga jangan ada orang yang
menerobos masuk ke gua. Kedua orang yang dikalahkan itu jadi bermuka pucat pasi
dan dari mulutnya keluar darah hitam, suatu tanda mereka
telah terluka tak enteng.
Sekarang tinggal rombongan si imam dan si pendeta,
Hoan-ceng itu menjadi agak tidak sabaran, sudah sekian lama
ia masih belum dapat merobohkan lawannya, ia lantas
menyerang dengan lebih hebat. Lawannya pun berlaku gesit
tetapi dia tampak tenang-tenang saja melayaninya.
Sementara itu Jie In girang sekali, Dalam waktu yang
singkat itu, ia telah berhasil menyangkok jalannya ilmu silat
Thian Liong Pat sie it-u, Delapan Naga Langit.
Tiba-tiba terdengar suara mengejek si Hoan-ceng, yang
tubuhnya mencelat tinggi, untuk menyerang ke pundak si
imam. imam itu terkejut, tetapi ia dapat berkelit, hingga ia
cuma terhuyung, Batu besar di belakangnyalah yang kena
terhajar pecah 550 "Haha-haha" pendeta itu tertawa lebar, "Buddha kalian
menyangka akhli-akhli silat di Tiongkok lihay luar biasa, tidak
tahunya kau Hui In Koan-cu, ketua Khong Tong Pay, tidak
berani menyambut tanganku"
Mendengar itu Jie In berpikir: "Kiranya imam itu ialah Hui
In cinjin dari Khong Tong Pay."
Imam itu menjadi gusar. "Kim Goat, kau berani memandang enteng padaku?" ia
berkata sengit. "Baiklah, mari kau rasakan sia uw Ceng Keng
Khie dari aku si imam" Kim Goat, si pendeta asing, atau Hoanceng,
tertawa pula. "Koan-cu, meski siauw Ceng Keng Khie- mu lihay, sayang
kau belum sempurna mempelajarinya" ia berkata, "Apa yang
dapat kau perbuat terhadap Buddhamu" Baiklah kau rasakan
saja Cek sat Mo ka dari aku"
Kata-kata itu segera diwujudkan. si imam lantas menolak
dengan kedua tangannya. Kedua telapak tangan si pendeta,
yang tadinya, tampak putih seperti saiju, sekarang berubah
menjadi merah mirip bara.
Muka Hui In lantas menjadi pucat, Dengan sia uw ceng
Keng- khie tidak dapat ia menahan Cek sat Moka, sia-sia ia
bertahan, ia kena dipaksa mundur, ia pun merasakan hawa
panas dari tangan si pendeta asing.
Terpaksa ia mengerahkan seluruh tenaganya, guna
memaksa bertahan diri, ia membuka lebar kedua matanya, ia
tampak jadi bengis. Kim Goat juga tidak mau berhenti, ia mengerahkan
tenaganya, akan akhirnya ia berseru keras, kedua tangannya
yang seperti membara menolak dengan keras sekali.
Atau mendadak Hui In berlompat mundur, terdengar
seruannya, lantas dia lari, hingga sekejap saja ia sudah lenyap
dari pandangan mata. 551 Menyusul kaburnya jago Khong Tong Pay itu yang lainlainnya
dengan serentak lari s era buta n hingga dilain saat,
merekapun lenyaplah. Hingga disitu tinggal ketiga Hoan
ceng beserta balasan mayat yang malang melintang. Ketiga
pendeta itu tidak mengejar sekalian lawannya.
"Loo-kwie-cu benar jahat" kata Kim Goat kemudian,
suaranya dalam, ia menyebut "Ioo kwie cu" si iblis tua. "Dia
rupanya telah menduga disaat dia bakal selesai
peryakinannya, kita bertiga bakal datang pula kemari maka
dengan mengguna i kitabnya sebagai umpan, dia memancing
datangnya jago-jago Tionggoan supaya mereka bisa melihat
kita supaya selama itu dia dapat mempercepat peryakinannya,
supaya nantinya dia dapat menghukum kita siapa tahu
gagallah perhitungannya, maka sia-sia belaka segala suaranya
itu" " Kakak," kata satu pendeta " bukankah aku telah bilang,
untuk turun tangan baiklah kita maju satu bulan, tidak usah
menanti sampai sekarang. Kau lihat, tidakkah kita menjadi
tergesa- gesa" Bagaimana kalau lain orang mendahului kita
mendapatkan kitab itu?"
" Heran, Thian Gwa sam Cuen cia, mereka dapat omong
Tiooghoa begini baik" pikir Jie
In di tempatnya sembunyi "Coba mereka bicara dalam
bahasanya sendiri tentu lagu suara mereka lak sebagus ini."
Kim Goat tertawa terbahak "Adik, tak tepat perkataan kau
tadi," ia kata "Apakah kau tidak ingat bunyinya kitab yang
membutuhkan tempo seratus delapan puluh hari dan bahwa
sepuluh hari yang paling belakang ialah yang paling penting,
maka kalau si setan tua tidak tenang hatinya, dia bisa gagal
dan tersesat. Biasanya dapatkah kau melawan pukulannya
yang dinamakan POuw-tee sin- cia ng" Adik, sudah kita j
angan berayal pula Tolong kamu berdua menjaga di sini, aku
kuatir nanti ada lagi yang mengganggu Aku masuk sekarang"
552 Tanpa menanti penyahutan, pendeta ini bertindak maju, ia
mau pergi ke ujung jurang.
Jie In menganggap saatnya sudah tiba, ia lantas keluar dari
tempatnya sembunyi ia bertindak ke belakang ketiga pendeta
itu lanbil ia batuk-batuk tertahan.
Kaget mereka itu dengan sebat mereka berbalik, Apa yang
mereka lihat ialah seorang pelajar usia pertengahan yang
berdiri tenang sambil menggendong tangan yang wajahnya
memperlihatkan senyuman. Pelajar itu terpisah tak ada tiga kaki dari mereka, Tentu
sekali mereka heran, sebab mereka tak mengetahui datangnya
orang, "Aku bukannya seperti Hoei ia Keio-coe yang dapat
berbicara dengan baik itu." berkata Jie in tertawa, "Kitab suci
itu berada di wilayah Tiongkok. atas itu kau tidak dapat
mencampuri tahu, lebih-lebih tidak selayaknya kamu menjagoi
disini Kamu telah menumpahkan banyak darah, kamu sudah
mengambil banyak kurban, tetapi itu bukan urusanku, itulah
urusan pelbagai partai, tak mau aku mencaritahu sekarang ini
aku cuma mempersilahkan kamu lekas berlalu dari sini"
Kim Goat Coen cia berjingkrak bahna gusarnya.
"Pelajar melarat, enak kau bicara" bentaknya "Kitab itu
merupakan mustika rumah perguruan kami, mana dapat kami
melepas tangan daripadanya" jikalau kau dapat bertahan dari
Cek sat Moka, mungkin kita masih dapat berbicara pula"
Gin Goat danBeng Goat menjadi heran, "Kenapa kakak
bicara begini lunak" pikir mereka masing-masing.
Kim Goat ada pikirannya sendiri maka ia bersikap lunak itu.
ia percaya orang lelah menyaksikan pertempurannya barusan melawan Hoei In
Koan coe. ia pikir, tanpa mempunyai kepandaian tinggi, tidak
nanti pelajar ini berani menghampirkan mereka.
"Bagus kata katamu" kata Jie In dingin, Jadi kamu
menyebut mustika rumah perguruan Dangan begitu kamu
553 ialah murid-muridnya Poo Tan Kenapa gurumu tidak
mewariskan kepandaian atau pusaka kepada muridnya"
Kenapa kamu pun menyebut gurumu sebagai si setan tua"
sungguh aku tidak mengerti Tak dapat kamu membuatnya aku
percaya kamu" Belum lagi Kim Goat menjawab, dari dalam gua sudah
terdengar suara orang berdoa, itulah suaranya Poo Tan, yang
lagi memahamkan ilmu kepandaiannya Maka Gin Goat
danBeng Goat menjadi pucat.
" Kakak, lekas" mereka berkata, "Buat apa mengadu lidah"
si setan tua bakal lekas lolos dari kekangannya. Mari lekas
singkirkan pelajar melarat ini supaya dia sadar dari impiannya"
"Sabar, kedua adikku" berkata Kim Goat tertawa, "sebelum
lagi dua jam, si setan tua tak nanti dapat berjalan, sekarang
dia lagi mendesak darah di kakinya Barusan dia mendosa, itu
cuma akalnya untuk membikin orang bergeIisah. Lain orang
dapat diperdayakan, aku tidak."
Kemudian dia tertawa kepada Jie In dan berkata:
"Tak ada halangannya aku omong terus terang kepadamu
Apakah kau sangka gampang saja memasuki gua si setan tua"
Lorongnya sempit sekali, cuma satu orang dapat berjalan
disitu Disana banyak batu batu tajam yang di namakan rebung
batu, siapa kebentur tubuhnya terluka juga, asal orang
mendekati si setan tua ia bakal disambut dengan pukulannya
yang di namakan POuwtee sian ciang. pukulan itu akan
mendesak orang mundur ke mulut gua, dari itu asal dia
teruskan menyerang, celakalah orang itu."
Ia bakal terjungkal ke dalamjurang dari ribuan tombak
siapa juga tak dapat melawan POuw-tee siao-ciaog itu Daa
siapa terjatuh kejurang hancur leburlah tubuhnya dan jiwanya
melayang pergi Tidak demikian, pada lima tahun dulu pasti
kami telah mendapatkan kitabnya itu, tak usah kami
menunggu hingga ini hari.
554 Tentang kami murtad, halnya kami melawan guru kami,
itulah kesulitan kami yang tak dapat kami jelaskan kepada
kau. Kau keliru besar jikalau kau memandang enteng kepada
si setan tua." Jie In mengangkat kepalanya, dia tertawa bergelak.
"Mau aku percaya kau," ia kata, "cuma kalau kamu hendak
menyuruh aku jangan mencampur-tahu, itu artinya kamu
terlalu memaksa aku"
"Aku tidak memaksa," bilang Kim Goat, "cuma kalau kalau
kau dapat melawan cek Sat Moka dapat kau mencoba masuk
ke dalam gua. Di dalam hal itu, pengharapan dalam sepuluh
cuma satu. jikalau kau dapat melawan kita bertiga, itu berarti
kau dapat bertahan dari Pouw-tee Sian ciang dari si setan tua.
Begini saja, kalau suka, coba kamu masuk, kami mau lihat
kamu bisa mendapatkan kitab itu atau tidak, hanya baik
dijelaskan dulu, umpama kata kau gagal, silahkan kau
mundur, jangan kau merintangi kami lagi Bagaimana?"
In Gak bersenyum, ia lantas dapat mererka kenapa Kim
Goat suka mengalah itu. Rupanya mereka berpikir kalau
mereka kalah, mereka akan membiarkan ia masuk, tetapi
selagi ia masuk itu mereka hendak membokong, menyerang ia
dengan pukulan Udara Kosong, Tentu sekali tak sudi ia diakali
mereka itu "Baik" ia menerima tantangan "Mari kita mencoba-coba
dulu, lalu kamu bertiga maju berbareng. jikalau aku kala aku
akan mengundurkan diri."
Tanpa merasa Kim Goat mengasi lihat roman girang Jie In
melihat itu, ia menduga terkaannya tidak meleset.
"Tuan, kata-katamu ini masuk hitungan atau tidak?" Kim
Goat tegaskan- Jie ln tertawa lebar. "Aku mengepalai soat san Pay, mengapa kata-kataku tidak
masuk hitungan?" ia balik menanya, sengaja ia menyebut soat
555 san Pay, seperti juga benarlah ia ketua partai itu. Ketiga coen
cia melengak, tapi Kim Goat lantas tertawa.
" Kiranya tuanlah soat san sin Mo dari Tiongkok" katanya,
"sudah lama memang aku mendengarnya."
Soat san sin Mo ialah Hantu dari soat san.
Jie In merangkap kedua tangannya.
"Sekarang sudah siang, silahkan taysoe mulai." ia kata
menantang. Sekarang Kim Goat tidak sungkan lagi. ia mengulur
tangannya yang lantas terlihat menjadi merah, hingga Jie In
merasai hawanya yang panas. "Cek sat Moka benar hebar,"
pikirnya Maka tak berani ia alpa.
Kim Goat berseru, terus ia menyerang. Hawa panas dari
tangannya menyerang ke muka.
Dengan Hian Thian cit seng Pou Jie In berkelit, sekejap saja
ia berada di belakang lawan, lantas ia menyerang ke
punggung dengan pukulan Kim-kong Hok Houw, Arhat
Menakluki Harimau. Kim Goat juga sangat gesit. Begitu lawan lenyap ia
memutar tubuhnya, untuk menyerang pula dengan kedua
tangannya, Rupanya ia sudah menduga kemana musuh
menghilang, bahwa musuh bakal meneruskan menyerang
padanya. Hebat serangan ini. bisa celaka Jie In, sebab dia belum
menggunaiBie Leksin Kang untuk menutup diri, lantaran dia
lagi hendak mencoba musuh ini. Dengan sebat ia berkelit
pula, Tak sudi ia bentrok tangan.
Benar-benar Kim Gon gesit setiapkali orang berkelit dan
menghilang, setiap kali ia memutar tubuhnya dan menyerang,
tak ingin ia kena di dahului. Jie In menjadi kagum.
"Belum pernah ada lain orang dapat menduga gerak-gerik
ilmu silatku ini," pikirnya. "Kim Goat Coen cia benar benar
556 liehay. Kalau begini benarlah ilmu silat India tak dapat
dipandang ringan-" Walaupun Kim Goat sangat gesit belum pernah satu kali
juga ia berhasil menghajar lawannya yang lincah ini, yang
membuatnya kagum sekali, maka itu selang belasan jurus ia
menjadi kagum berbareng berkuatir, Diakhirnya ia lompat
mundur satu tombak lebih.
"Tuan, kau hebat" ia kata, tertawa, "Aku kagum padamu
Hanya aku kuatir, semasukmu ke dalam gua tak nanti ilmumu
ini dapat digunai, Apakah tuan memikir untuk kita beradu
tangan?" Jie In tahu orang licik, bahwa ia hendak di tipu, Iapun
tertawa. "Aku tidak perca ya kau sanggup bertahan dari gempuran


Menuntut Balas Karya Wu Lin Qiao Zi di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tanganku" ia kata mengejek.
"Silat Cek sat Moka dari aku memang tidak berarti tetapi itu
bukanlah berarti tak sanggup aku bertahan" menjawab Kim
Goat. Jie In tertawa dingin. "Bagaimana kalau sekarang kita mencoba?" ia tanya,
sekarang ia telah mengerahkan bie Lek sin Kang ia berdiri
dengan kedua tangan digendong di belakangnya. sebaliknya
wajahnya memperlihatkan roman jumawa.
Dua-dua pihak menggunai siasat untuk memperayal waktu.
Sama-sama mereka ingin melihat, bagaimana mereka masingmasing
memasuki gua . Jie In ingin menyaksikan orang masuk
dan menempur Poo Tan, untuk nanti ialah yang menghajar
salah satu pihak yang menang tapi tentunya sudah letih.
Selama itu sering ia mendapat lihat Gin Goat danBeng Goat
suka melirik ke arah gua, roman mereka berkuatir dan raguraguiapun heran kenapa mereka bertiga ingin sangat
mendapat kan kitabnya Poo Tan itu.
557 Segera juga pertempuran dimulai Kim Goat, panas hatinya,
ia lantas menyerang. Mukanya Jie In yang mau dijadikan
sasaran. Pemuda itu membalik tangannya, menyambuti tangan
lawan yang panas, ia menolak, ia mengguna i bagian jurus
"Meng gempur" dariBie Leksin Kang, Hebatlah kesudahan
bentrokan itu. sama-sama mereka mundur dua tindak, Maka
keduanya sama-sama melengak. Kim Goat maju pula.
Jie In tidak mau menyerah, ia kembali menyambut, Tentu
sekali mereka telah sama-sama menyiapkan tenaga mereka.
Mereka bentrok berat tetapi sama-sama mereka dapat
bertahan, karena itu mereka lantas saling serang terus
menerus Disamping tenaga. mereka mempergunakan
kegesitan mereka, supaya lebih gesit dialah yang menang.
Jie In penasaran, maka ia mengguna i tenaga sepenuhnya,
ia mengguna i keempat huruf: menggempur, meloloskan diri,
menempel dan menyedot untuk melayani musuh yang liehay
ini. Kim Goat dapat bertahan- Hanya kemudian ia terlibat lebih
mengutama kan perlindungan pada iga kirinya. Melihat itu Jie
In mengerti, itulah mesti anggauta tubuh yang lemah dari
lawannya. Mendadak Jie In lompat mundur sembari tertawa ia
berkata: "Taysu dengan bertempur cara begini sampai tiga
hari dan tiga malam juga tidak ada faedahnya, kita jadi
mensia-siakan waktu, maka itu baiklah kamu bertiga maju
berbareng" Kim Goat sementara itu berpikir: "orang ini liehay sekali, dia
jauh lebih menang daripada Hoey in Koan coe dari Khong
Tong Pay Heran ilmu soat san Pay begini liehay. "Aku bertiga
telah memperhatikan semua ilmu silat tiongkok. tidak
demikian dengan soat san Pay ini. Tapi dia berimbang dengan
aku, maka itu, kalau kita bertiga dapatkah dia bertahan
terus?" Karena ini hatinya jadi besar. ia tertawa.
558 "Benar liehay ilmu silat soat san Pay" katanya, "Kau telah
membuka mataku Memang kita telah membuang-buang
waktu, Baiklah tuan, aku terima tantanganmu Maafkanlah
kami" Berbareng dengan itu Gin Goat danBeng Goat maju
berendeng dengan kakaknya, lantas tanpa ayal pula mereka
mulai menyerang. Maka enam tangan mereka lantas bergerakgerak
di muka Jie In. Yang hebat ialah hawa panas diri tangan
mereka itu sampai saiju di dekat mereka menjadi lumer.
Biar bagaimana hati Jie In bercekat juga. Ketika ia
mencoba menangkis, ia kena tertolak mundur dua tindak, ia
merasakan napasnya sesak, Maka lekas-lekas ia
menyalurkannya, Karena mata nya Kim Goat liehay, dia itu
dapat melihat lawannya sukar bernapas itu, Dia menjadi
mendapat hati, dia mempergencar serangannya.
Biarnya ia terdesak, Jie In tidak menjadi gugup, Lekas-lekas
ia menutup jalan darahnya, sekarang ia tidak mau menyambut
keras dengan keras, ia mencelat mundur hingga ia bebas dan
ancaman cik sat Moka, Hanya ia tidak dapat lolos terus.
Ketiga lawan itu berlompat menyusul guna mengulangi
serangan mereka yang bersatu padu yang dahsyat sekali.
Untuk membela dirinya Jie In mengandal pada tindakan
kaki Hian Thian cit seng Pou ia selalu mengelit diri, Untuk
sementara ia bersangsi buat mengenai Hian Wan sip-pat Kay
atau Tie Liong cioe, Tangan Mengekang Naga.
Untuk itu ia mesti menyiapkan diri dengan Bie Lek sin
Kang, Untuk dapat mengenai Hian Thian cit seng Pou. buat
sementara ia melepaskan Bie Lek sin Kang itu."
Selagi bersangsi begitu, pemuda ini berlaku sedikit lambat,
Diluer dugaannya ia kena disamberBeng Goat. Tangannya
Coencia ini sama Iihaynya seperti tangannya Kim Goat, Tidak
ampun lagi ujung baju si anak muda terbakar menyala
559 Jie In kaget, ia membuang diri ke tanah, untuk bergulingan
sambil berguling ia berlompat bangun, Lantas ia menjadi
kaget sekali, Begitu ia berlompat ia mendapatkan ketiga lawan
menyerang tepat ke tempat dimana barusan tubuhnya b erguling,
Kalau tidak, celaka la h ia.
sekarang Jie In lantas mengguna i ilmu silat Thian Liong
Pat sie, yang ia cangkok dari Hoei In Kian-coe. saban-saban ia
lompat mencelat mirip dengan gerakannya naga, ia dapat b
erlompat tinggi, hingga serangannya ketiga lawan tak berdaya
mengenakan tubuhnya. Kim Goat menjadi heran dan penasaran, Dia tertawa dingin
dan kata: "Apakah dengaa cara ini kau hendak masuk kedalam
g uh a untuk mengambil kitab" Hm Kau mimpi"
Jie In berpikir keras, ia mengerti tidak dapat terus terusan
ia meng andali Thian Liong Pat sie, sekarang ia merasa
tangannya panas. Kedua tangannya itu tadi telah bentrok
hebat dengan tangan ketiga lawannya itu.
Lebih dulu coba bertahan diri tangannya Kim Goat seorang.
Perlu ia mendapatkan daya. Mendadak ia menjejak tanah,
untuk berlompat mundur, setelah menaruh kaki, ia tertawa
lebar "Taysoe bertiga, kamu menduga keliru" ia kata, "Kamu lihat
sendiri ditangan Cek Sat Moka kamu tidak bisa berbuat apaapa
terhadap aku. Paling juga kamu dapat membikin kita
bercelaka bersama. Apakah faedahnya itu" Dengan begitu
siapapun tidak akan mendapatkan kitab. Bukankah Poo Tan
yang bakal beruntung seorang diri" sekarang baiklah, suka
aku mengalah. Taysu, pergilah taysu masuk lebih dulu untuk
mengambil kitab itu Umpamakata kamu gagal barulah datang
giliranku" Habis berkata Jie In bertindak pergi dengan perlahan.
Kim Goat bertiga menjadi heran, hingga mereka berdiri
tercengang. Benarkah ada orang demikian baik hati"
560 Bukankah tadi orang ini berkeras berniat mendapatkan
kitabnya Poo Tan itu" Mereka juga heran yang Cit sat Moka
mereka tidak berhasil merobohkan lawan ini.
Belum-pernah ada lain orang yang dapat bertahan seperti
dia, Biasanya orang terluka d idala m tubuh dan mukanya
lantas menjadi pucat pasi dan peluhnya mengucur deras,
Tidak demikian dengan soat San sin-Mo.
Kim Goat percaya orang yang dihadapinya ialah soat sin-Mo
dari soat san pay, ia tidak pernah menyangka bahwa ia tengah
dijebak. ia juga tidaktahu Jie In memakai kedok
karena mana ia tak melihat wa^ah orang yang sejati.
Sebenarnya itu waktu Jie ln telah pucat mukanya dan
keringat membikin demak pakaiannya. Hanja saja kuat hatinya
dan cerdik, dapat bertahan. Beng Goat lebih cerdik dari pada
dua saudaranya, dia licik. Dia lantas bercuriga. "Apakah soat
san sin Mo tidak main gila?" ia tanya. Kim Goat mengangguk.
"Aku lihat dia sangat pintar, baiklah kita jangan-jangan
sampai kita terjebak." sahutnya. "Dia bersikap ramah begini,
siapa tahu hatinya memikir lain" Baiklah kita robohkan dulu
padanya, baru kita pikir pula bagaimana baiknya"
"Jangan kita berbuat demikian," Gin Goat berkata, Dia
menggeleng kepala, "Dia sangat liehay, agaknya kita bertiga
tidak dapat merobohkannya dengan mudah Baiklah kita
mencegah dia dapat menduga kita tak dapat merobohkan nya
kita harus jaga, andaikata si setan tua sampai dapat lolos, kita
terancam bahaya, hingga mungkin terjadi tak ada tempat
untuk mengubur mayat kita."
Kim Goat menjadi ragu-rapu. Tidak berani ia lantas
memasuki gua, ia menganggapJi ln adalah paku dimatanya,
tak dapat tidak, orang mesti di singkirkan lebih dulu, ia
mengawasi anak muda yang lagi mengawasi mereka, ia
melihat orang tenang-tenang saja tak bergusar, tak tertawa.
561 Sulit untuk menerka hati orang ini, karenanya ia menjadi
berkuatir sendirinya.. Jie In berdiri dekat sebuah karang besar. ia memang
bersikap sangat tenang. Untuk sejenak ia memutar tubuh, lalu
ia memandang Ketiga Cun cia itu. Dengan dingin ia kata:
"Kenapa kamu bertiga masih belum mau turun tangan"
ingatlah tempo sangat berharga tempo tidak dapat
dilenyapkan Tidakkah kamu akan mensia-siakan maksud baik
dari aku" "Apakah kamu menyangka aku takut kepaia kamu" jikalau
kamu tidak kuatir guru kamu nanti keburu lolos, marilah, mari
kita bertempur pula"
Mendadak Gin Goat tertawa bergelak "jangan berpura
bohong besar, tuan" katanya nyaring, "Baik kau ketahui,
sekarang ini tubuh mu bagian dalam sudah pada
rusak.Biarnya kau tunggu, tak nanti dapat bertahan lebih lama
pula" Jie In bersenyum. Entah bagaimana bergerak nya, tahu
tahu dia sudah lompat maju, menghampirkan ketiga lawan di
jarak dua kaki. Tentu sekali Kim Goat bertiga tidak ketahui orang pandai
ilmu "Leng Hie Liap Pou" atau tindakan "Melayang di udara"
Dengan ilmu silat itu Jie In dapat mencelatjauhnya lima atau
enambelas tombak. Cuma ilmu itu sempurna di gunai di tanah
datar. Untuk berlompat tinggi, ia tak dapat mencelat sejauh
itu. Kim Goat bertiga terkejut dengan sendirinya mereka
masing-masing mundur satu tindak. mata mereka mengawasi
tajam, untuk bersiaga, Gerakan lawan itu menandakan dia tak
terluka sama sekali, sedang mereka menyangka orang telah
terluka di dalam tubuh, "Hmm kamu bertiga" kata Jie In mengejek.
562 "Kamu menggunai akal apakah" Kenapa bertempur kamu
tidak mau, mundur tidak mau juga " Kalau begitu, baiklah
kamu lekas pulang ke India supaya kamu tak usah
mendatangkan tertawaan orang"
"Tuan, kau sangat jumawa" berteriak Kim Goat, gusar
sekali " Kalau begitu baiklah,
aku tidak mau sungkan lagi"
Jie In tertawa dingin. "Memangnya siapa kesudian dikasihani kamu. kamu lihat,
apakah kamu dapat melukai aku Tidak demikian, kamulah
katak-katak dalam tempurung Mana kamu ketahui liehaynya
ilmu silat Tiongkok."
Menutup kata-katanya itu mendadak tangan kanan anak
muda ini diluncurkan, cepat luar biasa, Tangan itu
mengeluarkan tenaga menolak yang besar sekali. sebab inilah
Bie Lek Sin Kang jurus ketiga belas, jurus yang didapatkan
secara kebetulan rt i tempatnya IHoe Liok Koan, itulah jurus
Im Kek yang Seng," atau "Im lebih Yang lahir"
Ketiga coencia terkejut Belum pernah mereka melihat
serangan semacam itu, Dengan berbareng enam tangan
mereka diajukan untuk memapaki. Tangan mereka lantas saja
beradu dengan tangan penyerangnya. Untuk kagetnya,
mereka mundur tiga tindak. Lawannya itu sebalik nya berdiri
tegak. Setelah itu, tanpa menanti lagi, In Gak melanjuti
serangannya "Im Kek Yang Seng" disusul dengan Liok Hap
Hoa It, ia terus bertindak dengan "Hian Thian Cinleng Pou."
sambil maju itu, dua dua tangannya bekerja sekarang ia dapat
mendesak. Ketiga coencia menjadi kena terangsak, sulit mereka
menggunai Cek Sat Moka, Dengan sendirinya mereka menjadi
repot, sebab berbareng dengan itu mereka sama sama
563 menggunai tangan kiri mereka untuk senantiasa menjagai iga
masing masing. "Inilah heran" berpikir Jie In, "Kenapa mereka sama sama
menjagai satu tempat?" Karena berpikir keras, lantas ia insaf.
Katanya dalam hati: "teranglah mereka telah tertotok hebat
Poo Tan siaosoe, Mereka berkeinginan keras merampas kitab,
mungkin didalam situ termuat resep untuk pengobatannya..."
Setelah berpikir demikian, Jie in menggunaipula Liok Hap
Hoa It, jurus ke empat belas itu, ia mengerahkan tenaga yang
besar sekali, Dengan begini ia paksa ketiga lawannya mundur
terus. Kim Goat bertiga berkuatir berbareng penasaran, dalam
gusarnya mereka berseru seru.
Masih Jie In mendesak. sampai mendadak ia mencelat
maju sebelah tangannya diluncurkan dengan jurus "Tie Liong
cioe Hoat" atau "Mengekang Naga", sebuah jeriji tangannya
menotok ke iga kanan Beng Goat.
Pendeta asing itu terkejut. Tanpa berdaya dia kena
tertotok. Dengan tiba-tiba dia merasai ngilu pada dadanya,
terus menjadi kaku, akan akhirnya buyarlah tenaga di seluruh
tubuhnya. Menyusul itu, tubuhnya terpental, roboh terbanting
dengan napasnya tersengal-sengal. Syukur untuknya, musuh
tidak menyerang terus, bahkan dia dikasi ketika untuk berdiri
bangun. Bukan main malunya Beng Goat, muka namenjadi merah.
Jie In tertawa berlenggak.
"Apa aku kata?" katanya "sayang kamu tidak mau percaya
aku" Kim Goat berdiri, diam mereka heran sekali, Mereka tidak
sangka Beng Goat kena didesak demikian rupa dan terhajar
hebat.

Menuntut Balas Karya Wu Lin Qiao Zi di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

564 "Tuan tuan mengerti tentang kamu bertiga" Jie In berkata
pula. "pasti kamu pernah terluka oleh Poo Tan siansoe hingga
kamu membutuhkan kitab didalam mana mestinya ada
cara pengobatan untukmu. Baiklah, suka aku memegang
kata-kataku, sekarang kamu boleh pergi memasuki gua.
Percayalah, aku bukan itu macam orang yang nanti
menggunai ketikanya selagi orang terancam bahaya"
Kim Goat bertiga terkejut, terutama Beng Goat, pertamatama
mereka kagum untuk liehaynya lawan ini, yang tadi
nampak sudah ter desak hebat tetapi dalam sejenak berbalik
menjadi pihak yang unggul.
Mareka heran kenapa orang tahu mereka bekas dihajar Poo
Tan siansoe, Karena ini, tak lagi mereka dapat berjumawa
atau bersikap galak. Dengan paksakan tertawa Kim Goat
berkata: "Kau baik sekali suka mengalah tuan baiklah, maafkan
kami, kami bertindak terlebih dulu"
Lantas ia mengajak dua saudaranya pergi ke ujung jurang.
In Gak girang sekali, sedang tadi ia sudah tak berkutik, ia
terluka didalam karena bertahan atas gempuran ketiga lawan
tangguh itu. Untuk menolong diri, tidak ada jalan lain, diamdiam
ia makan ho-sio-ouw. Luar biasa mujarab obat itu, sebentar saja, ia merata
kesehatannya pulih, tetapi la belum berlega hati benar-benar,
maka ia makan juga lima butir pel Tiang CoenTan-Disebelah
itu. ia telah memikir tipu untuk menghajar lebih dulu salah
satu musuh. Begitulah ia menggunai dua jurus terakhir dari
Bie Lek sin Kang dan ia berhasil.
Sesudah ketiga coencia pergi keujung jurang, ia mengikuti
dengan perlahan, ia tidak mau datang terlalu dekat pada
mereka itu Karena ia menghampirkan maka ia pun mendengar
ketika dari gua terdengar pembacaan doa.
565 Tatkala itu Kim Goat Coencia tidak berayal pula, ia tidak
bersangsi lagi. ia menjejak tanah untuk berlompat ke arah
gua, ia tidak lompat langsung, hanya sambil berjumpalitan
tujuh atau delapan kali, ketika ia sampai dimulut gua, tepat
kedua kakinya menginjak tanah. Dengan lantas ia masuk
kedalam. "Hahaha" kata Jie ia dalam hatinya, ia mesti mengagumi
cara berlompatnya Kim Goat itu. Sekarang tahulah ia caranya
lawan memasuki gua nya Poo Tan.
Gin Goat dan Beng Goat tidak turut berlompat, maka itu
bersama-sama Jie In mereka cuma mengawasi tanpa
berkesip. Rupanya mereka mau menantikan hasil usahanya
kakak seperguruan itu. Tidak lama maka dari dalam gua terdengar jeritannya Kim
Goat, beruntun beberapa kali.
" Celaka?" berteriak Gin Goat dan Beng Goat.
Belum berhenti teriakan dua saudara ini atau dari dalam
gua lantas terlihat terlempar keluarnya sebuah tubuh yang
bermandikan darah, yang terjatuh ke dalam jurang, dari mana
lantas terdengar jeritan yang lebih hebat cuma satu kali, tetapi
berkumandang suara itu dapat membikin bangun bulu-roma
orang Gin Goat dan Beng Goat berdiri menjubIak. Tak berdaya
mereka untuk menolongi kakak seperguruan itu. Untuk
memasuki gua mereka dapat berlompat indah dan tepat,
sebab itulah lompatan "Thian Liong sin hoat" atau si "Naga
Langit", Untuk berlompat mencegah jatuhnya Kim Goat,
mereka putus asa. Jie In pun kaget dan giris hatinya. ia juga tidak berdaya,
siapa terjatuh ke dalam jurang itu dia bagian mati, kecuali dia
dapat tersangkut di pohon atau dia sebat dan tabah dan dapat
berjumpalitan berulang- ulang kali mungkin dia dapat
ketolongan jiwanya. 566 Meski begitu, orang mesti tahu juga tiba di bawah, dia
jatuh di air atau di batu wadas.
Selagi si anak muda menghela napas saking berduka, ia
melihat Gin Goat danBeng Goat berpaling kepadanya, mata
mereka itu mengembeng air, lalu air matanya itu mengucur
deras. " Jiewie Taysoe, janganlah kamu terlalu bersusah hati." ia
menghibur, "Kakak seperguruan kamu telah menerima tangan
jahat, tetapi dia gagah, mungkin dia dilindungi Thian, mungkin
dia ketolongan sekarang silahkan kamu melanjuti usahanya
itu." Kedua pendeta itu mengangguk.
"Adik,." kata Gin Goatpada Beng Goat, "mari kita masuk
berbareng, dengan tangan kanan mu, kau menjaga
punggungku. Dengan kita berdua bekerja sama mustahil kita
tidak sanggup bertahan dari serangan si setan tua itu"
"Itu benar," Beng Goat menyahut. "Mari kita masuk"
Keduanya lantas bersiap sedia. Mereka menyedot napas
habis itu dengan saling susul mereka menjejak tanah untuk
berlompat. Mereka juga berjumpalitan seperti Kim Goat tadi.
Karena sama-sama mereka menggunai lompatan "Thian Liong
sinhoat" seperti Kim Goat.
Jie ln berdiri mengawasi dengan mata tajam, hatinya
sembari bekerja: "Mereka ini lagi menempuh bahaya,
semangat mereka baik sekali. Apakah benar, tanpa
pertolongan kitab itu, luka mereka tidak dapat disembuhkan"
selama lima tahun mereka memikir dan berdaya,
kesudahannya ialah begini rupa, impian belaka...."
Tidak lama pemuda ini berpikir atau ia dikejutkan dua
jeritan yang mengerikan lalu
tertampak dua tubuh terlempar ke luar saling susul, sama
dengan tubuhnya Kim Goat tad i, jatuh ke dalam jurang...
567 "Hebat ..." pikir anak muda ini, hatinya gentar.
Ketika itu angin bertiup keras, ujung baju berkibar-kibar,
sang angin membawa juga perubahan pada cuaca. sang awan
mulai menebal, sang saiju turun beterbangan, melayang
layang, Dengan begitu, hawa lantas menjadi dingin sekaii,
Tubuh Jie In kuat tetapi ia toh sedikit menggigil.
"Kelihatannya sekarang ini giliranku." ia berpikir, "Untuk
mendapatkan kitab, atau sedikit nya menemui Poo Tan, ia
mesti lompat masuk ke dalam gua itu seperti Kim Goat bertiga
itulah berbahaya, Kim Goat bertiga lihay luar biasa. Dapatkah
ia bertahan dari serangannya si pendeta tua" ia juga tidak
tahu jelas, di antara guru dan murid muridnya itu, siapa yang
benar, siapa yang salah, Heran mereka sanpai bentrok untuk
mati dan hidup,... Mereka itu tidak dapat kasihannya Thian-.. Bagaimana
dengan aku?" pikirnya lebih jauh, "Tentang mereka itu baiklah
aku jangan ingat pula, Mereka ada urusan mereka sendiri, Aku
harus menjaga diriku saja..."
Maka ia mengawasi tajam ke mulut gua, ia juga berpikir,
kalau sebentar ia sudah berada di dalam gua, bagaimana ia
harus bersikap terhadap Poo Tan siansoe. Bagaimana
andaikata ia mendapat nasib seperti Kim Goat bertiga itu.
Masih ia mengawasi hatinya berpikir keras.
"Biarlah aku berserah kepada Thian" pikir nya akhirnya.
Maka ia mengertak gigi, segera juga ia menjejak tanah, untuk berlompat. ia tidak
berjumpalitan seperti Kim Goat bertiga, ia dapat lompat
langsung. Cuma ketika ia tiba di mulut gua, ia lantas menggeraki kaki
dan tangannya, kaki memasang kuda-kuda, tangan untuk
bersiap jikalau ketika pendeta tadi menggunai lompatan si
"Naga langit" ia menggunai jurus "Elang Berputar Tiga Kali"
568 dari ilmu silat "Cit Khim sin hoat" atau Tujuh Telapak. Dengan
enteng kakinya menginjak mulut gua.
Benar sekali katanya Kim Goat, gua itu gelap sekali dan tak
rata, terowongannya juga sempit, cuma muat satu orang,
Benarlah itu tempat yang berbahaya.
Tapi ia sudah sampai disitu, jeri atau tidak, ia mesti maju
terus, Maka ia bertindak dengan hati-hati, matanya dipasang,
telinganya mendegar, ia bersiap sedia untuk sesuatu
serangan- Belum dua tombak ia berjalan, atau ia lantas mendengar
suara yang keras tetapi parau, itulah suaranya Poo Tan sia
nsoe, yang berkata," Tan-wat, aku minta kau menghentikan
Pendekar Latah 8 Kelelawar Hijau Lanjutan Payung Sengkala Karya S D Liong Jejak Di Balik Kabut 21

Cari Blog Ini