Ceritasilat Novel Online

Menuntut Balas 10

Menuntut Balas Karya Wu Lin Qiao Zi Bagian 10


tindakanmu. Lebih dulu loolap ingin mendengar maksud
kedatangan tan-wat kemari."
Tan wat ialah panggilan pendeta kepada penderma, suara
itu tajam dan bernada seram. Jie In menghentikan
tindakannya dengan hatinya berdenyutan, itulah sebab orang
segera melihat padanya sedang ia tidak dapat melihat lain
orang. Maka ia lantas mengawasinya dengan tajam, Baru
kemudian ia menampak didepannya, sejarak dua puluh
tombak kira kira, ada seorang pendeta tua lagi duduk bersila.
" Hebat," pikirnya, "Dia di tempat gelap. sebaliknya aku dari
mulut gua, pantas dia dapat lihat aku melihat. Herannya kenapa dia tidak lantas
menyerang aku sebagaimana tadi dia merobohkan satu demi
satu Kim Goat bertiga" Apakah di dalam jarak ini tenaganya
belum sampai kepadaku"... Ah, mengapa aku tidak mau
mendekati ia untuk menyerang dengan tiba tiba?"
Pikiran ini lantas diwujudkan, ia lantas maju. Tapi baru kira
setombak, lantas ia merasa kan dorongan, yang menahan
tubuhnya, yang mana disusul dengan bentakan Poo Tan: "Tan
569 wat, mengapa kau tidak dengar perkataanku. Lagi satu tindak
kau maju, terpaksa looIap mesti menurunkan tangan jahat
atas dirimu" Bukannya ia mundur menjadi jeri Jie In justeru tertawa
riang. "Siansoe, mengapa kau pelupaan sekali" katanya,
"Bukankah pada tiga bulan yang baru lewat ada seorang
anggauta dari Kay Pang yang kebetulan datang ke sini hingga
di antara siansoe dan dia telah dibuat perjanjian" Benarkah
siansoe telah lupa?"
Mendadak terdengar tertawa nyaring dari si pendeta.
"Benar, itulah benar" katanya, "Hanya sekarang itu sudah tak
perlu lagi". Jie In menjadi tidak senang,
"Siansoe" katanya keras. "siansoe orang suci, mengapa kau
tidak menegang kepercayaan"
Aku datang kemari justeru karena memenuhi ajakannya
Beng Pay tauw Bukankah siansoe yang membilang, siapa
dapat menasuki gua ini berani dia berjodoh".."
Belum berhenti kata katanya Jie In atau ia mesti
mendengar tertawa yang lama dan tajam yang seram, disusul
dengan kata kata ini: "Bicara tentang jodoh, itulah benar,
cuma sekarang ini orang yang berjodoh itu sudah rebah untuk
selama-lamanya di dasar jurang, arwahnya sudah pergi ke
nirwana yang kekal abadi..."
Mendengarjawaban itu maka tahulah In Gak bahwa Pok
Tan ini benarlah seorang hantu yang lihay, Bagaimana
gampang dia menyangkal kata-katanya, ia percaya jikalau
pendeta ini dikasih ketika mendapatkan pulang kesehatannya,
dia bakal jadi ancaman bahaya untuk orang orang Rimba
PersiIatao. Karena ini lantas ia ingin menyingkirkannya. Tanpa
berkata apa-apa lagi, ia menyiapkan diri, lantas tangan
kanannya diajukan untuk dengan jurus "ln Kek Yang seng"
570 menggempur tenaga menolak dari si pendeta yaog tak dapat
di percaya itu, berbareng dengan mana, ia maju hingga dua
tombak. Di sini kembali ia kena tertahan.
"Ah.." ia mendengar suaranya Poo Tan.
"Aku tidak sangka tenagamu jauh lebih besar dari tiga
manusia murtad itu jikalau kau tidak disingsirkan, mana dapat
kau membuat hati loolap tenang" Haha."
Jie In segera merasai tolakan tenaga yang kuat sekali,
hingga ia hampir tak sanggup mempertahankan dirinya, Lekas
lekas ia menggerak jurus ke-empatbelas dari Bie Lek sin-Kang.
Dengan begitu, tenaga Poo Tan itu kena dihambat, sampai si
pendeta mengasi dengar suara heran, ia lantas meneruskan
menyerang, sekarang dengan kedua tangannya berbareng,
sambil tubuhnya maju pula.
Poo Tan kaget. Inilah ia tidak sangka, Dengan begitu ia
seperti membiarkan si anak muda mendekati ia sampai hampir
lima tombak. ia heran, ia tadinya percaya, dengan ketiga
Coencia dapat disingkirkan, ia bakal mendapatkan
kebebasannya, siapa tahu sekarang datang orang yang ke
empat yang tidak dikenal, ia lantas mempertahankan diri, ia
menyerang dengan tangan kirinya. ia mengguna i tenaganya
yang dinamakan "POuw-tee Ciang Lek." atau "TanganBuddha.
Sekali ini ia menyerang sambil bersenyum, karena ia
percaya orang tak akan dapat bertahan lagi.
Jie In mempertahankan diri, Ketika si pendeta menambah
tenaganya, ia tetap tidak bergeming.
Poo Tan heran berbareng girang, Ketika ia menyerang itu,
darahnya terasa mengalir ke mata kakinya, itu artinya
darahnya mulai tersalurkan, ia girang sebab segera ia bakal
sembuh seluruhnya. Tapi justeru ia bergirang,justeru ia
merasa kan pula dorongan yang keras, la terkejut Dengan
lekas ia mengulangi serangannya.
571 Jie In merasakan serangan itu, la mengerti bahwa ia lagi
menghadapi bahaya, ia berlaku s ebat, ia mengegos, habis itu
ia merangsakpula. Maka sekarang ini, Ketika ia mengulur tangan kanannya,
dua jarinya dapat menyamber ke pundak kiri si pendeta, Tapi
sipmdeta justeru telah menyerang pula, seperti tanpa
rintangan, dia mengena kan j itu Jie In kena terpukul, ia
terpental mundur dua tombak, terus ia jatuh numprah di
tanah. sesudah tubuhnya membentur dinding batu, ia
merasakan kepalanya pusing dan matanya berkunang-kunang.
Bumi seperti terbalik... Poo Tan puas dapat merobohkan musuh. Tapi ia masih
ingin merampas jiwa orang, Maka mau mengulangi
serangannya yang terakhir.
Ketika ia mengerahkan tenaganya, ia terkejut, Tiba tiba ia
merasa tubuhnya menggigil, tenaganya tak dapat dikumpul,
dadanya menjadi sesak. Menyusul itu, seluruh tubuhnya
menjadi kaku atau mati.. "HabisIah aku..." ia mengeluh ia ingat kecewalah
peryakinannya selama lima tahun, Nyata ia tidak dapat
bertahan lebih lama pula. ia mengerti, samberan dua jerijinya
musuh ke pundaknya tadi berkesudahan hebat.
Akhirnya ia menghela napas dan berkata perlahan: "Anak
muda, dari mana kau dapat pelaja ri ilmu totok mu barusan"
Loolap ketahui baik segala ilmu silat Tiongkok akan tetapi aku
tidak kenal kepandaian kau ini, Maukah kau memberi
keterangan pada ku?"
Aneh pendeta ini, Habis berkata itu, ia tertawa perlahan,
sedih suaranya, ia tidak menanti jawaban, ia berkata pula:
"Seumurku loolap belum pernah tunduk terhadap siapa juga,
adalah sekarang ini, sebelum aku menghembuskan napas ku
yang terakhir, aku takluk terhadapmu. Tentang aku, mengapa
aku menyembunyikan diri di wilayah Tiongkok ini, itulah
sebuah teka teki." 572 Anak muda. baik kau ketahui, setelah kau terhajar pukulan
ku ini, tiada harapan lagi untukmu memperoleh pertolonganApa yang aku sesalkan ialah kitabku ini, yang aku dapatinya
secara kebetulan, inilah kitab Poutee Pwee-yap Cin Keng.
Kitab ini akan menemani tulang-tulangku menjadi abu. Hanya
di sebelah itu, girang juga aku, karena di sini aku, kau si orang
muda, kaupun menjadi tetanggaku yang akrab..."
Kata-kata itu disusuli tertawa yang lama yang nadanya
sedih. Jie In mendengari kata-kata itu, ia merasa kepalanya
pusing sekali. ia berkuatir tetapi ia berdaya. Dengan lantas ia
menjalankan pernapasannya. ia berhasil bisa menyalurkan
napasnya. Cuma ia merasa sakit sekali di dada dan perutnya ia
ingat perkataannya Poo Tan lantas ia mendapat akal. Maka ia
terus berpura-pura bahwa ia benar terluka parah. Dengan
sikutnya, ia menunjang tubuhnya pada dinding. ia baru
mencoba untuk merayap bangun- sebaliknya, sembari
menyalurkan napasnya, ia mengasi dengar suara bernapas
keras, seperti orang yang napasnya sesak. Diam-diam ia
mengawasi si pendela. sekarang, setelah berdiam lama di
tempat gelap. ia dapat melihat tegas.
Poo Tan siansoe bertubuh kecil dan kurus1 tetapi dia
bercokol tegak. mukanya keriputa n. jubahnya ialah jubah
kuning yang sudah rombeng. Apa yang liehay ialah matanya
yang hitam dan bersinar tajam.
Setelah sama-sama berdiam sekian lama, In Gak mengasi
dengar suaranya, ia mulanya berkecii hati sebab sipendeta
berniat memusnahkan kitabnya, baru ia merasa lega ketika
orang mengatakan akan mati bersama.
"Siansoe, dugaan kau tepat," ia kata, sengaja membikin
suaranya tidak lancar. "llmu totok aku ini memang luar biasa,
Aku dapatkan ini dari seorang asal luar negeri, aku
573 mempelajarinya dengan jalan mencuri, Bagaimana
paadanganmu mengenai ilmu totok ini."
Setelah putus asa itu, terbuka hatinya Poo Tan, Dia
tertawa. "Hebat ilmu totok kau ini" katanya, "Bukti nya totokanmu
dapat membikin loolap binasa, Tetapi, anak muda bukanlah
pukuIanku pun enak diterimanya."
"Benar" sahut In Gak lekas. "Kalau tidak, mana dapat aku
menemani siansoe mati" Eh, loosiaosoe. Aku bakal mati
maukah kau melemparkan kitabmu padaku, untuk aku dapat
melihatnya, satu kali saja...".
Habis berkata begitu, anak muda itu roboh.
Poo Tan merasa penderitaannya hebat sekali, ia mau
bertahan tetapi tidak dapat. Ia
mesti menyenderkan kepalanya ditembok dinding di
belakangnya Mendengar permintaan si anak muda ia
menyedot napas. Jilid 7.2. Ilmu baru, Pou-tee pwee yap sin kang
"Anak muda. ini, kau ambillah.,." sahutrya. ia menggeraki
sebelah tangannya, akan merogoh ke sakunya, lalu ia
melemparkannya ke depan anak muda itu, ia menambahkan,"
Jikalau bukan karena kitab ini, tidak nanti loolap dicelakai
ketiga murid ku yang murtad itu dan sekarang terbinasa
ditanganmu: Pergi pulang, semua itu disebabkan ke
serakahanku: Di mataku, kitab ini ialah benda yang membawa
alamat jelek, dari itu haruslah lekas-lekas dimusnahkan. Anak
muda, sehabis kau melihat, lekas kau lemparkan pula
kepadaku, hendak aku menggunai sisa tenagaku buat
merusaknya, supaya tidak sampai terjatuh ke tangan orang
jahat dan tak usah meninggalkan bahaya di belakang hari.."
suaranya pendeta itu makin lama makin lemah.
574 Kitab itu jatuh di depan Jie In sejarak lima kaki. si anak
muda menggeraki tubuhnya, ia merayap. tangan kanannya
diulur untuk menjemputnya. selama itu napasnya memburu,
agaknya ia menggunai terlalu banyak tenaga, Kitab itu dapat
juga diambil, itulah sebuah buku dengan kulitnya kulit
kambing dan isinya dalam bahasa sangsekerta huruf hurufnya
sangat halus. "Siansoe, huruf hurufnya kitab ini sangat kecil, tak nyata
aku melihatnya," ia kata.
Pendeta itu tertawa perlahan "Memang huruf-hurufnya
halus sekali bagaikan kepala laler," katanya. "Matamupun
sudah kabur, mana dapat kau melihatnya tegas..."
Jie In lantas merayap ke mulut guha, "Hei" bentak Poo Tan
mendadak. "Kenapa kau tidak mau melemparkan balik kitab
itupadaku?" Jie In merayap terus.
"Aku hendak melihatnya ditempat terang" ia berkata. "Aku
hendak melihat dengan nyata sekali, Kalau tidak, matipun aku
tidak puas .." ia lalu merayap terus.
Wajahnya Poo Tan mendadak berubah. "Kau mau kabur?"
dia berseru. Mendadak dia menyerang.
Sambil merayap itu Jie In mencoba menyalurkan pula
napasnya. ia tidak merasakan sesuatu halangan kecuali
dadanya masih sakit. Maka ia kata dalam hatinya: "Asat aku
sampai di depan gua, selamatlah aku, Dia bisa mati, umpama
kata dia menyerang aku, tidak nanti tenaganya cukup kuat..."
Ia girang sekali, maka selagi mendekati mulut gua, ia
merayap bangun, untuk berlompat.
Justeru itu ia mendengar bentakan si pendeta dan segera
terasa satu tenaga besar mendorong tubuhnya.
Tidak ampun lagi, tubuhnya terhuyung kedepan. ia
mencoba mempertahankan diri, ia gagal, maka tidak ampun
lagi, terus ia terkusruk ke mulut gua, hingga ia menjerit keras,
sebab segera tubuhnya terjatuh ke dalam jurang...
575 "Habis aku" demikian pikirnya. "Kecewa aku terbinasa
dengan cara begini."
Dalam keadaan tinggal mati itu, anak muda ini tidak
melupakan kitab yang dipegang tangan kanannya, bahkan ia
masih meraba ketika sang angin yang biasa terdapat di dalam
jurang, yang berputar sendirinya lantaran arahnya terkekang
dinding bukit. Dengan lantas ia menggeraki kedua tangannya,
juga kedua kakInya, untuk memutar tubuhnya, guna
mengikuti aliran angin yang ada seperti angin puyuh itu.
Kalau tadinya ia menutup matanya, sekarang ia melek.
untuk melihat ke bawah. oleh sang angin, ia menjadi seperti
terbawa turun dengan terputar terus.
Maka tak lama tibalah ia di bawah di dasar jurang itu. ia
menginjak tanah cuma dengan terbanting sedikit, meski
begitu, ia menjadi lemas sekali, tenaganya seperti habis,
kepalanya pusing matanya berkunang-kunang. Untuk sejenak
ia kegelapan. Tidak ada salju turun di dalam jurang itu
semuanya gelap. Dengan perlahan lahan ia menetapkan hati.
Kitab di tangan kanannya dipindahkan ke tangan kiri lalu
dtngan tangan kanan ia merogoh kesaku nya,
Di sana ia dapatkan sepotong ho-sioe-ouw, sisa yang ia
telah makan tadi, ia lantas masuki itu ke dalam mulutnya
untuk dimamah dan di telan hingga ia merasakan bau harum
dan dadanya dirasai lapang.
Dalam tempo yang sangat pendek. lenyap rasa sakitnya.
"Adakah ini takdir?" ia berpikir, "Aku menyimpan ho-sioeouw


Menuntut Balas Karya Wu Lin Qiao Zi di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dengan maksud nanti dipakai menoIongi orang, siapa
tahu sekarang akulah yang menggunainya sendiri .Dua kali
aku terluka parah, siapakah yang menyangka?"
Lantas ia mengeluarkan Tiang coen Tan, ia telan empat
butir, Habis itu ia duduk bersila, matanya dirapatkan,
pikirannya dipusatkan ia bersemedhi tanpa menghiraukan lagi
segala apa di sekitarnya.
576 Berselang satu jam baru anak muda ini membuka matanya,
ia mengeluarkan napas panjang, Terus ia berbangkit berdiri,
Ketika ia mengangkat kepalanya, la melihat mulut
jurang yang menjulang tinggi, sendirinya hatinya bercekat,
ia membayangkan bagaimana hebat ia telah terjatuh dari
dalam gua. "Benar-benar hebat tenaga dalam dari Poo Tan" ia pikir,
"Dibanding dengan Bie Lek sin Kang, dia masih terlebih
unggul...Entahlah sekarang dia masih hidup atau sudah
mati.,." sekarang pemuda ini ingat bagaimana tadi, ketika ia
mencampuri pundak pendeta itu, ia sudah menyerang dengan
tipu silat Hian wan sip-pat Ciang yang dinamakan "Memutus
otot dan nadi," hingga ia dapat membikin putus tiga lembar
ototnya musuh, Karena alpa saja, ia kena dihajar si pendeta,
ia girang, maka ia lantas tertawa.
Mendadak ia berhenti tertawa, Tiba-tiba ia ingat Thian Gwa
sam Coencia. Maka ia lantas melihat kesekitarnya. ia tidak
melihat mayat-mayatnya ketiga pendeta itu, ia heran.
"Aku terjatuh dan tertolong angin, mungkin kah merekapun
begitu?" ia kata dalam hatinya, "Ah, sudahlah, buat apa aku
pikirkan mereka itu.." ia lantas ingat Kouw Yan Boen, sInona
yang cantik dan manis itu.
"Dia tentu lagi menunggui aku, dia pastilah tidak sabaran .
. . " pikirnya pula, Maka ia lantas simpan hati-hati kitabnya,
lalu mulai mencari jalan untuk keluar dari jurang itu, ia
menuju ke selatan. Syukur jurang itu bukan mati, Ke arah selatan, jurang itu
sampai kepada lembah terbuka, Maka keluarlah Jie In dari
tempat maut itu, Hawa udara dingin sekali, ia jalan terus, ia
tiba disebuah desa di mana rumah pada tertutup pintunya, ia
jala n terus kecuali ia mengetuk pintu, guna menanyakan^ala
577 nan kearah kecamatan Leng cio, ia minta keterangan di setiap
dusun yang dilewati. Umumnya orang memandang heran kepada-nya, sebab
setelah jatuh di jurang, ia dandan tidak keruan, Bajunya pecah
di sana sini, baju dalamnya sampai kelihatan iapun luka disikut
dan dengkul, bahkan kaki kanannya terluka dalam bekas
terbanting di dinding batu lorong gua, ia menggeleng kepala
kapan ia menyaksikan romannya sendiri. Maka ia berjalan
secepatnya bisa. Ketika akhirnya ia tiba di rumahnya Yo Lootiang,
si orangtua sbe Yo di Oey chung, itu waktu sudah jam
dua malam, tuan rumah semua sedang tidur nyenyak. maka ia
menggedor pintu membuatnya orang mendusin dengan kaget.
"Tuan Jie diluar?" tanya Yo Loo-tiang dari dalam selagi ia
menghampirikanpintu sambil mengenakan baju luarnya. ia
segera menduga pada tetamunya itu.
"Ya," Jie Io menyahut, ia malu hati sebab ia mesti
mengganggu tuan rumah. "Maaf aku mengganggu kau.
Tolong buka pintu." "Tidak apa, tidak apa." sahut tuan rumah berulang-ulang
seraya ia membuka i pintu, sebelah tangannya memegangi
lilin. Maka kagetlah ketika melihat roman orang, hingga ia
menanya: "Ah, tuan Jie Kau kenapakah?"
"Aku terpeleset jatuh kejurang," Jie In mendusta, mukanya
merah, "syukur aku tidak mati . . ."
"Oh" orang tua itu berseru kaget, "Syukur syukur silahkan
masuk. Nanti aku suruh nona mantuku masak air untuk tuan
membersihkan tubuh."
"Terima kasih, Lootiang." kata Jie In, menampik "ltulah tak
usah. Aku mau berangkat sekarang juga." "Ah, mana dapat, tuan" tuan rumah mencegah, "Hari masih
gelap dan hawapun dingin sekali Baikah kau berangkat besok
pagi-pagi," 578 Tuan rumah ini memaksa menahan, sedang anak isterinya
telah bangun, di antara siapa ada yang repot menyalakan api
dan memasak air. Terpa ksa Jie In menurut. ia ambil
buntalannya untuk salin pakaian- Habis ia minum arak yang
disuguhkan, ia diantar ke kamarnya, disilakan tidur.
Di dalam kamarnya Jie In tidak merebahkan diri, Duduk
menghadapi api, ia mengeluarkan kitab Pou-tee Pwee-yap cinKeng, untuk diperiksa, Namanya kitab, itu sebenarnya terdiri
tiga helai, Memang benar, huruf-hurufnya sangat halus.
"Sy ukurlah dari Beng Liang Taysoe aku memperoleh
pelajaran bahasa sangsekerta," katanya dalam hati, "jikalau
tidak, kitab ini pastilah akan menjadi kertas sampah."
Ia lantas membaca. Tidak perlu banyak waktu untuk
membaca habis, itulah ajaran Sang Buddha, untuk orang
memelihara d irinya, bagian dalam dan bagian luar, pokoknya
ialah huruf "Ceng," atau Tenang"
Ajaran itu dapat membikin hati bersih dan tubuh sehat, itu
artinya, penyakit atau lukapun dapat disembuhkan kecuali luka
sampai otot putus. Pantas Kim Goat bertiga ingin mendapat kan itu. rupanya
mereka ingin mengobati luka di dada mereka, khasiat lainnya,
yaitu setelah hati bersih dan tubuh sehat, orang dapat
membikin dirinya seperti muda pula.
Asalkan terus menerus orang membaca kitab itu, guna
berlatih, Tentu sekali, tubuh sehat berarti tenaga brtambah.
Bedanya ini dari pada Bie Lek Sio Kang yalah tenaga dapat
digunai sambil duduk bersila saja.
Jie In memang rajin dan tekun, maka itu terus ia membaca,
untuk mengingat dan mengapal diluar kepala, itu artinya, ia
terus berlatih. Untuk ia segala apa berjalan licin karena ia berbakat dan
telah mempunyai dasar juga, Dengan cepat ia dapat
menangkap artinya setiap pengajaran- Setelah mendapatkan
ketenangannya dan pernapasannya sudah pulih seperti
579 sediakala, ia memperoleh kefaedahan lain, ialah ia merasa
matanya menjadi terlebih tajam lagi.
Sampai fajar Jie In tidak tidur, maka ketika tertampak sinar
terang di Jendela, ia membuka pintu,
Yo Lop-tiang semua sudah bangun tidur, nona mantunya
sudah repot bekerja di dapur, ketika dia melihat tetamunya
muncuf, lantas dia menyediakan air dan lainnya.
Jie In merasa tidak enak sendirinya, ia tidak dapat
mencegah kebaikannya tuan rumah itu. ia sebenarnya mau
berangkat pagi-pagi kesudahannya ia pergi sesudah siang, ia
meminta diri, ia pergi dengan naik kudanya.
Tidakperduli angin keras dan salju turun, ia melarikan
kudanya keras, selewatnya kecamatan Leng cio.. ia berada di
jalanan yang sepi, yang dikiri kanannya berbaris lebat
pepohonannya, Tiba tiba ia ingat suatu apa.
" Kenapa aku tidak mau berhenti disini dan mencoba
Poutee Ciang Lak di dalam rimba ini?" demikian pikirnya,
"Perlu aku tahu, kemajuan apa aku telah peroleh..."
Begitu ia berpikir, begitu ia mengambil putusan, ia putar
kudanya masuk ke dalam rimba, ia memilih satu tempat yang
tidak terlalu lebat, setelah menambat kudanya, ia pergi duduk
bersila di tempat di mana tidak ada salju. Mulanya ia berdiam,
untuk mengerahkan tenaga di tangannya, lalu mendadak
menolak keras. "Brak" begitu ia rnendengar. sebuah pohon di
depannya tumbang karenanya.
" Hebat" pikirnya, ia girang bukan main. Apa yang aneh,
serangan itu tidak mengeluarkan suara angin, pukulan Bie Lek
sin Kang masih ada iringan anginnya.
"Baik aku mencoba," pikirnya, ia lalu menyerang dengan
pukulan Liok Hap Hoa it. Di depannya, pohon tumbang pula,
Tapi ia dapat kenyataan, pukulan Poutee Ciang Lek lebih
dahsyat dan tenang. 580 "Pastilah ini hasilnya Poutee Pwee-yap Cin Keng," kata ia
dalam hatinya, ia girang bukan buatan, sebegitu sudah cukup,
maka ia naik pula kudanya, untuk melanjuti perjalanannya, ia
kabur ke arah Thaygoan. Kapan akhirnya In Gak sampai di kuil Chin soe, di belakang
kuil itu ia mendapatkan Yan Boen tengah berlatih tindakan
"Kioe Kioug Ceng Hoan im yang Pou" di atas peka rangan
yang beramparkan salju. ia lihat orang berlatih dengan
sungguh-sungguh. Di dalam tempo dua hari, pesat sekali
kemajuan sinona. Tentu saja ia girang sekali. "Adik" ia
memanggil, Yan Boen berhenti bersilat dengan lantas.
"Engko In" ia berseru kapan ia melihat si anak muda
kepada siapa ia berlompat menubruk. hingga mereka menjadi
saling rangkul. "AdikBoen" kata In Gak tertawa, "Mari masuk."
Yan Boen menurut. Di dalam kamar Jie In duduk di atas pembaringan.
"Bagaimana, engko In?" tanya sInona.
" Hebat," sahut si anak muda, yang terus menuturkan
pengalamannya. Maka sInona mengawasi, sinarnya kaget dan girang Benarbenar
si engko In mirip sudah mati hidup pula, Diakhirnya,
hatinya lega. Habis menutur Jie In menghela napas, lalu ia
tertawa. "Adik Boen, mari kita pergi pesiar ke kota Thaygoan"
ia mengajak. Nona itu menatap. mendadak dia tertawa.
"Bukankah engko ingin menyelidiki gerak-geriknya Ceng
Hong Pay?" ia tanya. Jie In mengangguk. la tertawa pula,
Maka sInonapun tertawa. "Marilah" Nona Kouw mengajak.
Maka dengan merendengi kuda mereka menujulah mereka
ke dalam kota, yang dari jauh-jauh telah terlihat sayup-sayup.
nampaknya kokoh dan teguh, sekitarnya luas duapuluh empat
lie 581 Tiga arahnya timur, barat dan utara bergunung cuma
bagian selatannya yang berdatar panjang dan sempit. Dan
inilah jalanan yang diambil muda mudi itu.
Gunung-gunung bersalju, diatasnya terlihat burung
beterbangan sedap untuk memandangi pemandangan alam
itu. Maka juga, ketika di belakang mereka terdengar berisiknya
kelenengan kuda, mereka tidak menoleh untuk melihat,
mereka terus bicara sambil tertawa dan bersenyum, tangan
mereka tunjuk sana dan unjuk sini.
Segera juga lewatlah rombongan yang menunggang kuda
itu, yang terdiri dari belasan orang. Ketika mereka sudah lewat
sekira lima tombak. semua menahan kuda mereka secara
mendadak. terus mereka berpaling mengawasi pemuda dan
pemudi itu. -00000000- "Ha " berseru satu penunggang kuda yang usianya muda.
"Di mana di dunia ada wanita begini jelek romannya Ha ha ha
ha" Yan Boen memang memakai topeng pemberiannya In Gak.
Tapi la tidak senang, maka ia mau majukan kudanya, Alisnya
pun sudah lantas bangun berdiri
"Hus" In Gak berkata seraya tangannya menarik sInona
"AdikBoen, kau lihat aku." ia
lantas mengajukan kudanya untuk ditahan di depan si anak
muda. "Tuan, di maka umum ini kau berani bicara tentang
orang, apakah kau tidak takut pada undang-undang negara?"
Pemuda itu tertawa pula, ia menoleh kepada kawankawannya
dikiri dan kanannya. "Kamu lihat" ia berkata temb erang "Peajar rudin ini
mungkin telah makan hatInaga dan nyali harimau maka dia
berani kurang ajar di depanku" Lantas dia mengawasi In Gak,
matanya mendelik: "Eh,pelajar rudin, aku Heng Toaya, aku
582 gemar membicarakan halnya wajah wanita, aku tidak
mengambil mumat pada undang-undang negara Habis kau
mau apa, .." "Aduh" Belum berhenti suara anak muda itu atau dia lantas
menjerit keras bahwa kesakitan, sebab cambuknya In Gak
sudah menyamber pipinya yang kiri, hingga pipi itu berbekas
digaris merah, Celakanya untuk dia, tubuhnva terhuyung dua
kali, tergelincir dari atas kudanya
Jie In sebal melihat keceriwisan orang, maka ia lantas
menghadiahkan satu cambukan.
Belasan kawan si anak muda menjadi gusar.
" Hajar" mereka berseru-seru lantas mereka mau maju.
Si anak muda sehabis menubruk tanah, lantas berlompat
bangun, Dia tidak takut, dia menjadi sangat gusar.
"Bagus, pelajar rudin" dia berteriak. tangannya yang
sebelah menutup pipinya, "kau berani pukul orang?"
Jie In tertawa. "Memang biasa aku suka menghajar orang di muka umum"
sahutnya. "Tabiatku sama dengan tabiatmu"
Bukan main gusarnya si arak muda, dia lompat maju,
tangannya dilunjurkan, niatnya menyamber pemuda kita, guna
ditarik terjungkal dari atas kudanya.
Jie In bersenyum. cambuknya diayun, Belum lagi tubuhnya
kena d isamber, atau tubuh orang itu, yang sebenarnya
bernama Heng Coan, sudah kena terlibet, maka ketika cambuk
d ig entak. dia lantas terangkat dan terlempar, jatuh belasan
tombak jauhnya, terbabat diantara salju
Kejadian cepat sekali, kawan-kawannya Heng Coan tak
dapat mencegahnya, Lalu satu diantaranya, yang sudah
setengah umur, yang mukanya bundar, berkata r "Tuan,
walaupun kau liehay, kami dari pihak Ceng Hong Pay, kami
bukannya orang-orang yang dapat dipermainkan perbuatanmu
583 ini, tuan ialah gara-gara diantara kita." Maka kau tunggu dan
lihatlah" Jie In menjadi gusar mengetahui orang adalah orang-orang
Ceng Hong Pay, tanpa membuka mulut lagi, ia mengayun
cambuknya, terus hingga tiga empat kafi. Maka ramailah suara
belasan orang itu, yang berteriak teriak teraduh-aduh bahwa
kesakitan, sebab cambuk itu merabu mereka, tubuh mereka
terjungkal roboh dari atas kuda masing-masing.. Habis itu,


Menuntut Balas Karya Wu Lin Qiao Zi di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dengan satu lompatan, Jie In tiba di depannya si orang muka
bundar usia pertengahan itu.
orang itu, yang barusan mengeluarkan kata-kata
mengancam juga turut roboh, ia tengah berlompat bangun
kapan ia melihat musuh berada di depannya, saking kaget,
mukanya menjadi pucat, untuk membela diri, ia menggeraki
kedua tangannya berniat turun mangan terlebih dulu.
"Kau mau mampus" membentak Jie In yang tangan
kanannya menyamber. Dengan menjerit keras, kedua tangannya orang itu patah
seketika dan darahnya pun mengalir Dia roboh pingsan
"Ceng Hong Pay itu benda apa?" tanya Jie In bengis,
mengawasi semua orang Ceng Hong Pay itu yang telah pada
merayap bangun, " Kamulah tukang berbuat sewenangwenang
yang tidak mengindahkan undang-undang negara
sekarang aku beri ampunjiwa kamu, supaya kamu dapat
membuat laporan kepada ketua kamu. Bilanglah supaya dia
tahu diri dan membataskan sepak-terjangnya. Dapatkah kamu
dibandingkan dengan tujuh imam darIngo Tay san" jikalau
kamu tidak puas, kamu boleh cari aku" Aku si orang she
JieBila nanti kamu ketemu ketua kami sampaikanlah
hormatku" Mendengar suara orang itu, mukanya orang-orang Ceng
Hong-Pay itu menjadi pucat, dengan memayang simuka
bundar, yang mereka kas Inaik atas kudanya, dengan terbiritTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
584 birit mereka menyingkirkan diri, itulah sebab berita hal Jie In
dengan sebatang cambuknya mengundurkan ke tujuh imam
darIngo Tay san telah menggemparkan dunia Kang ouw,
bahkan pihak Ceng Hong Pay telah memesan semua
anggautanya, apa bila mereka bertemu Jie In, mereka dilarang
turun tangan, mereka diharuskan melaporkan kepada markas
mereka. Di luar sangkaan, kali ini mereka justeru main gila di depan
si orang she Jie sendiri, Heng Coan sangat ketakutan dia
mendahului lari sampai dia lupa pada kudanya. Menyaksikan
kejadian itu, Yan Boen tertawa bergelak di atas kudanya Jie In
melihat kejenakaan sInona, iapun tertawa, Tapi ia fekas
berkata: "sekarang tak dapat kita pergi terus ke kota
Thaygoan, -Mari kita kembali dulu ke Chin soe"
Yan Boen menurut tanpa mengatakan sesuatu. Untuknya,
asal ia berada disisi si anak
muda sudah puaslah hatinya, Begitu si anak muda lompat
naik kepung g ung kuda, ia menarik les-nya, untuk membikin
binatang itu membalik arah, untuk kabur kembali ke kuil. "
Heran, heran..." kata Jie In seorang diri di atas kudanya. Ia
seperti mendumal. "Heran apa, engko In?" sInona nanya. Dia menatap dengan
tak mengerti "Apakah itu yang dibuat heran?"
"Aku merasa aneh," menyahut si anak muda "Ketika aku
turun tangan dirumah Liesielong, aku menggunaInama Ceng
Hong Pay, karenanya pembesar negara barulah mencari dan
membekuk orang orang Ceng Hong Pay. sekarang buktinya
mereka dapat kemerdekaan mereka, bahkan mereka jadi
galak sekali. Kenapa kah"tidakkah itu aneh?"
SInona tertawa. "Engko In, kau terlalu jujur" katanya, "Seharusnya kau
memikir. Ceng Hong Pay itu telah kokoh- kuat dasarnya dan
pengaruhnya besar sekali, sudah wajar jikalau mereka
585 bersekongkol dengan pembesar negeri, jikalau tidak. mana
dapat mereka dibiarkan saja" Bahkan mungkin Ceng Hong Pay
justeru lagi berdaya- upaya untuk membekuk kau, engko"
Jie In bagaikan baru sadar, ia tertawa.
"Kau benar, adikBoen" katanya, "Kenapa aku tidak memikir
demikian" Dasar kau cerdas" sInona tertawa pula.
"Sudahlah, jangan kau mengangkat-angkat aku" katanya,
"Engko In, kau harus ajarkan aku ilmu cambuk mu tadi kau
gunakan" "Baik, nona manis." kata In Gak tertawa, ia menjiterkan
cambuknya hingga kudanya berlompat dan lari keras, hingga
lekas juga mereka kembali ke kuil, selagi mereka bertindak
masuk ke dalam kuil, dari sana muncul tiga orang yang
menyambut mereka sambil tertawa berkakak.
Bukan main girangnya si anak muda kapan ia telah melihat
ketiga orang itu, yang bukan lain dari pada Kioe Cie sin- Kay
Chong sie dan Kit Koen Coe Loei Siauw Thian beserta imam
dari Chin soe. ia lompat untuk menyamber tangannya Siauw
Thian seraya berseru: Toako Jieko Kapankah kamu tiba?"
Sia uw Thian tidak lantas menjawab, hanya ia mengawasi
tajam kepada Yan Boen. "Shatee" katanya kemudian, "kau telah mempunyaInona
yang manis sekali kau sampai melupai kedua kakakmu"
Yan Boen masih memakai topengnya yang membuat
mukanya sangat jelek mendengar kata-katanya Siauw Thian,
ia likat sekali akan tetapi tidak dapat ia bergusar karena orang
adalah kakak-angkat engko In-nya, ia tunduk dan diam.
Jie in dapat menduga tentulah si imam yang membuka
rahasia, ia tertawa dan kata, "Jieko, masih saja kau tak dapat
mengubah adatmu. Kau suka sekali menggoda orang Awas,
jikalau adik Yan gusar dan dia menghajar kau, aku tidak akan
bertanggung jawab" 586 Siauw Thian menggeleng kepala, "Aku tidak takut" katanya,
lagaknya tetap jenaka. "Di kolong langit ini mana ada tee-hoe
yang menampar Jiepeenya?"
Terus ia berpaling kepada Yan Boen dan berkata dengan
ramah: "Benar bukan, teehoe?" Yan Boen berdiam cuma
matanya melotot kepada Jiekoe itu, paman yang nomor dua.
Kioe cie sio Kay sebaliknya mengerutkan kening.
"Banyak yang harus kita bicarakan." katanya. "Mari masuk"
Maka masuklah mereka, untuk duduk berkumpul di ruang
dalam. "LooSam" kemudian si pengemis tanya, Sekarang ia
tertawa. "Bagaimana dengan urusan yang dikatakan si
pengemis sheBeng?" "Sudah beres." menjawab Jie in, " Hanya hampir saja
jiwaku lenyap. .." ia lantas menuturkan pula peristiwa di
puncak CioeAuw Hong itu. Chong sie dan Siauw Thian mengawasi adik angkat ini.
Benar- benar pengalaman itu hebat. syukur adik ini selamat.
Jie In kemudian tanya: "Bagaimana dengan kedua bocah
she Hoe itu?" "Kau jangan kuatir," menyahut Chong sie, "Mereka sudah
sampai di rumah mereka, Beng Tiong Ko telah menerima baik
kata-kataku, untuk sementara dia berdiam di ciang peng,
setelah kita kembalInanti, baru dia akan balik ke shoasay.
Hanya sekarang ini, Lao sam, kau telah mendatangkan
ancaman bahaya yang bukan kecil.."
Jie in heran. "Bahaya apakah itu?" tetapi Siauw Thian sebaliknya tertawa
terbahak, "shatee liehay ilmu silatmu tetapi pengalamannya
dalam dunia Kang ouw masih sangat kurang" berkata ini
kakak angkat yang nomor dua.
"Selama yang belakangan ini, apapun yang terjadi didalam
dunia Kang ouw, semua itu ada perbuatan kau. Coba kau
587 pikir-pikir apa yang kau lakukan terhadap Liong bun Ngo
Koay" Bagaimana dengan Imyang siang Kiam" Kau membikin
Siauw Yauw Iesoe kabur dengan mengandung penasaran.
Dengan cambukmu kau mengundurkan tujuh imam darIngo
Tay siu. Bukankah Goan cin coe ketua Ngo Tay Pay terluka
dan terbinasa karena kau" Di kecamatan Heng koan kau telah
membinasakan ketua cabang Ceng Hong Pay yang bernama
Goei Gio dan dua kawannya, meski benar mereka terbinasa tanpa lukaluka,
Dan Pat Cioe Thiam coe Goh Hoa telah menemui ajalnya
diatas menara. Semua itu mereka duga adalah buah pekerjaan kau. Kau
tahu selagi bersama toako aku memasuki wilayah - shoasay ini
ditengah jalan aku melihat jago-jago dari lima propiosi Utara,
Maka aku percaya di kota Thaygoan tentulah ada bahaya
besar yaog mengancammu, shatee julukanmu Koay Cioe sie
seng di Pelajar Tangan Aneh telah menjadi sangat terkenal di
mana-mana" Jie In berdiam hatinya bercekat, ia tidak menyangka ia
telah menanam demikian banyak permusuhan.
Chong sie mengerutkan kening tetapi ketika ia berkata ia
tertawa. "Loo Jie, masih ada latu hal yang kau belum menyebutnya."
katanya. "Nanti aku si pengemis tua yang menambahkannya.
Loo sam, pekerjaan mu di rumah Lie sie loog bukanlah
pekerjaan yang sempurna. Kau tahu di hari besoknya Pok Loo
Jie ketua Ceng Hong Pa y sudah lantas datang menghadap
pembesar negeri untuk menyangkal, sebagai kesudahan dari
pertemuan itu telah diadakan batas tempo satu bulan untuk
menangkap kau. Kejadian itujuga diketahui oleh kota raja, pemerintah
menjadi gusar maka telah dikirim sembilan belas pengawal
keamanan dan istana untuk mencari kau, Demikianlah urusan
sangat menggemparkan."
588 Jie In berdiam, tetapi akhirnya ia tertawa. "Selama mereka
itu bertindak secara terang-terangan, aku tidak takut"
katanya, "Bukankah tidak dapat mereka itu main mendugaduga
saja dan bertindak membabi buta" Aku akan meminta
kesaksian berikut bukti-buktinya, jikalau mereka main paksa,
biarlah mayat-mayat pada bergelimpangan pula."
Kioe cie sin Kay tertawa bergelak. dia menunjuki
jempolnya. "Sungguh kau gagah, shatee" ia memuji. "Menyangkal ialah
jalan utama tetapi itu bukan berarti tersingkirnya
pertempuran. Kau tahu, juga jago-jago dari Oey Kie Pay telah
turut datang ke shoasay ini ketika ini hendak aku si pengemis
tua menggunainya buat aku membereskan perhitungan lama,
cuma aku kuatir karenanya aku nanti merembet- rembet Cee
Lootee, Akupun menguatirkan nanti terulang peristiwa dua
puluh tahun dulu itu..."
Mendengar perkataannya si pengemis, imam dari Chin soe,
yang sedari tadi berdiam diri, lantas tertawa lebar.
"Chong Loosoe- kau nyata terlalu tak melihat mata pada
aku. Kiauw cioe Koen loen cee Hong" ia kata nyaring. "Apakah
kau kira aku si orang she Cee takut perkara?"
Siauw Thian tertawa, ia mengulapkan tangannya.
"Semua yang hadir disini, semua tidak takut perkara" ia
kata nyaring. "Bukankah benar demikian nona?" ia menambahkan pula
Yan Boen kepada siapa ia menoleh, iapun bersenyum.
Nona Kaouw tidak betah memakai topeng, ia
menyingkirkan itu, atas pertanyaan Siauw Thian ia bersenyum
maka terlihatlah kecuali kecantikannya sInona juga manis dan
ayu. "Au dia begini cantik...." kata Siauw Thian di dalam hati.
pantaslah shatee jatuh hati padanya..."
589 Habis itu Yan Boen memakai pula topengnya dia tertawa,
Rupanya senang menyaksikan Siauw Thian dan chong sie
mengagumi keelokannya itu.
Justeru itu diluar terdengar suara seperti barang jatuh.
Angin lagi meniup keras tetapi itu tidak dapat mengelabui
orang orang kosen di dalam kuil Cee Hong, yang air mukanya
berubah, lantas mengayun sebelah tangannya, menerbangkan
tiga batang paku Gin-teng.
Diluar jendela lantas terdengar suara tertawa dan kata-kata
ini, "Cee Loo te, inilah bukan caranya menyambut sahabat
baik. Kenapa sebelum bertemu, kau lantas menggunai tiga
batang paku ini" Kalau begitu, nyata kau berpikiran cupat
sekali." Cee Hong merasa bahwa ia kenal suara itu, sayang ia tidak
bisa lantas mengingatnya. Maka itu sembari mengayun pula
tangannya, ia lompat kejendela, untuk lompat keluar sambil
menanyai "siapa di luar?"
Jie In dan yang lainnya sudah lantas menyusul ke luar.
Diluar jendela itu terlihat delapan orang, di antaranya ada
Hong Coan yang tadi diajar adat oleh in Gak. seorang lagi
diantaranya yang tubuhnya tinggi dan besar yang mukanya
merah dan hidungnya seperti hidung singa yang kumisnya
putih semua mengawasi In Gak dengan tajam.
Ditangannya dia mencekal tiga batang paku ialah senjata
rahasianya Cee liong barusan.
"Cee Lo too" kata dia sambil terus tertawa terbahak " baru
dua puluh tahun kita berpisah lantas kau sudah tidak
mengenali orang?" Dia tetap memanggil "loo-too" atau Imam
tua. sekarang cee Hong kenali orang itu, maka ia tertawa.
"Aku tadinya menyangka siapa." ia kata, "tidak tahunya
yang berkunjung ini ialah
590 sao-coe Coa Hok dari gunung Ya Jin san san-coe, apakah
datangmu ini untuk membuat perhitungan perkara dua puluh
tahun yang lampau?" Coa Hok tertawa dingin. "Ce Lotoo, apakah kau sangka aku si orang she Coa orang
yang berpikiran cupat?" ia berkata mengejek. "Dulu hari itu
kau telah terkena sebelah tanganku, maka dengan itu
perhitungan sudah lunas, Kali ini aku datang kau tahu, ialah
untuk si orang she Jie" ia lantas menuding In Gak.
Selagi dua orang itu berbicara, Siauw Thian membisiki adik
angkatnya "Lao sam, kau lihat empat diantara mereka itu
yang memakai ikat kepala hitam dan putih, Merekalah Biauw
Kiang soe Yauw, empat siluman dari wilayah bangsa Biauw.
Kecuali liehay ilmu silatnya, mereka itu liehay juga jarum
rahasianya yang dinamakan Boe eng san hoa Ciam atau jarum
Menabur Bunga Tanpa bayangan yang hebat ialah jarumnya
ada racunnya, racun mana, kalau mengenai tubuh, tak
terpikirkan akibatnya, Maka itu hati-hatilah kalau sebentar kau
menempur mereka itu. Kalau dapat baiklah mereka
disingkirkan siang-siang..."
In Gak mengangguk. matanya mengawasi Biauw Kiang soe


Menuntut Balas Karya Wu Lin Qiao Zi di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Yauw, tubuh siapa rata-rata jangkung kurus, muka mereka
merah, kaki mereka bertelanjang, bajunya panjang sampai di
lutut, sinar matanya kebiru-biruan, romannya sangat bengis.
Pula di dalam rombongan itu ada dua orang wanita, yang
romannya cantikjuga, yang mengasi lihat senyuman tawar.
Rupanya mereka itu mentertawakan Yan Boen, yang
romannya sangat jelek. Dari bersenyum, mereka terus
tertawa, Nona Kouw sangat mendongkol, hingga ingin ia
menghampiri kan mereka, untuk mengajar
adat, guna menggaplok mereka, Dengan menguasai diri
sendiri, ia cekal keras tangannya In Gak.
591 Jie In tengah memperhatikan musuh ketika ia merasai
tangan lunak mencekal tangannya itu, ia lantas membalas
memegang erat erat. Ketika itu Chong sie berkata pada Loei Siauw Thian- "orang
yang berdiri di sampingnya Coa Hok ialah siang Kauw sin san
Kwee Hong Coen, ketua dari Kwee Kee Po dari siangpay.
Dialah seorang baik, pernah aku bertemu dengannya, heran,
kenapa dia bercampuran dengan rombongannya orang she
Coa ini...." Jie In lantas memandang orang she Kwee itu, yang ia lihat
benar beroman jujur, maka itu ia memperhatikannya. segera
ia dapat kenyataan orang beroman duka tetapi itu tak mudah
terkentara. ia menduga itulah mesti ada sebabnya.
Oleh karena Coa Hok menyebut langsung nama Jie In,
sebelum Cee Hong sempat membuka mulut lagi, si anak muda
lantas mengajukan dirinya.
"Aku Jie In, aku tidak berselisih dengan kau, orang she
Coa, mau apa kau cari aku?" ia menegur, tertawa dingin"Ya Jin san coe bersenyum. "Apa yang kau lakukan, tuan
kau harus mengerti sendiri" ia bilang "Apakah kau hendak
tunggu sampai aku si orang she Coa menggoyang-goyang
membikin capai lidahku?"
Jie In tertawa berlenggak, "Kau aneh, tuan- ia kita, "Apa
yang aku si orang she Jie lakukan apakah aku mesti
membiarkannya kau campur tahu" Kau telah menyebutnyebut
aku, baiklah sekarang kau boleh mengutarakan
maksud kedatanganmu ini"
Kata-kata itu membuat Coa Hok heran, orang tak
sedikitpun terlihat gentar, orangpun tak nampak luar biasa,
Maka berpikirlah dia: "Kaum Kang ouw ramai bicara tentang
dia, katanya dia sangat liehay, tetapi heran, sinar matanya
biasa saja, iapun belum berusia cukup empat puluh tahun,
Benarkah dia liehay" Ah, mungkin orang berbicara
berlebihan...." 592 "Tuan, mengapa kau agaknya galak sekali?" ia tanya,
tertawa, "Kau harus ketahui urusan di dunia itu haruslah
diurus oleh orang di dalam dunia Aku si orang she Coa
menempatkan diriku dalam Rimba Persilatan, aku lelah
dimintai tolong, dari itu tak dapat aku tidak datang ke sini
Tentang lainnya aku tidak mau tahu-menahu sekarang yang
nomor satu: aku mau bicara perihal terluka dan terbinasanya
Goan Cin cioe ketua darIngo Tay Pay, Dia memang bukan
langsung terbinasakan kau tetapi toh secara tidak langsung
dia terganggu olehmu, hingga karenanya lenyaplah ho-sioeouw
itu. Kau toh tidak dapat mencuci tangan, bukan"
Lalu halnya Pat Cie Thian-coen Goh Hoa mati tak keruan di
dalam menaranya. Hebat pekerjaan kau tuan, kau tidak
meninggalkan bekas apa juga sebenarnya aku tidak ketahui
hal itu tetapi kau tidak dapat mengelabui Thian, Di sana masih
ada dua orang yang belum mati dan mereka dapat melihat
wajah kau. sedangkan mengenai pedang Thay oh Kiam... Hm
h m Pedang itu telah dapat dicuri pulang."
Oh kini sekarang ini baiklah omongan panjang dipersingkat.
soal Goan cin coe dan Goh Hou itu saudara-saudara angkat
aku si orang she Coa maka itu apakah aku tidak berhak untuk
mencampuri urusan mereka" Tak berlebihan bukan?" Habis
berkata, kembali dia tertawa, lama tertawanya itu.
Mendengar halnya masih ada dua orang yang belum mati,"
tahulah Jie In bahwa pekerjaannya Hoe Ceng kurang
sempurna ia tidak menghiraukan ini, hanya ia kaget
mendengar pedang Thay oh Kiam kena dicuri kembali oleh
Coa Hok. maka ia berpaling kepada Kioe Cie sin Kay dan Kian
Koen cioe. Tetapi dua saudara itu berdiam saja, suatu tanda
merekapun tidak ketahui hal itu.
"Ah, inilah tentu hasil kelicikannya Coa Hok, maka juga dua
saudaraku ini kena dikelabui," pikirnya, " KaLau begini, dia
benar tidak dapat dipandang enteng..."
593 Ia lantas mengawasi Ya Jin san-coe, hingga ia melihat
dibebokong orang ada tersendoI sebatang pedang panjang
yang terbungkus kantung biru, Tahulah ia pedang itu pedang
apa. Maka mendadak ia mengasi dengar suara "Hm" dan
sebelum tertawanya san Coa itu belum berhenti, tubuhnya
sudah berkelebat maju. Coi Hok heran, sebab mendadak ia melihat bayangan
berkelebat ke belakangnya ia bercuriga tanpa bersangsi lagi,
ia memutar tubuh sambil menyampok. Tetapi ia tidak
mengenai sasarannya tubuh Jie Injuga tidak nampak.
Melainkan ia merasai bebokongnya enteng. Ketika ia
meraba, ia kaget bukan kepalang, pedang yang digendolnya
itu lenyap tanpa sayap. la lekas berpaling pula, uutuk
mendengar tertawa dingin, tertawa ejekanJie in berdiri di depannya, wajahnya tersungging senyuman
dan tangannya memegang pedang yang barusan saja masih
tergendol olehnya. Hanya sebentar Jie In bersenyum, lantas
wajahnya menjadi sungguh-sungguh.
" Harap san coe maafkan Jie In" katanya, "Kita cuma saling
tukar tangan saling memindahkan"
Coi Hok gusar luar biasa, sambil berseru ia lompat
menyerang. Maka di depan matanya si anak muda lantas
bergerak banyak bayangan tangan, itulah ilmu silat "Hoei Koa
Ciang," atau "Bunga-bunga Beterbangan." siapa terkena
pukulan itu, dibagian mana saja mestinya tulang tulangnya
patah dan remuk. Jie In tidak mau menyerahkan tubuhnya menjadi kurban, ia
lompat mundur, berbareng dengan mana, Thay oh Kiam telah
dihunusnya hingga dibadapan mereka terlibat berkelebatnya
cahaya kepera k perakan yang menyilaukan mata, hawa
anginnya pun dingin sekali.
Ya Jin san coe lantas lompat mundur. ia tahu baik,
tangannya itu tak dapat melawan pedang mustika, Tapi ia
tertawa dingin dan kata: "Tuan yang baik, kau jadi hendak
594 menggunai pedang Thay oh Kiam melawan tangan kosong
yang berdarah daging"Hm"
Jie In mengasi lihat roman dingin, Dengan sebat ia masuki
pula pedangnya kedalam sarung-nya, sebab iapun cuma
hendak memeriksa pedang itu tulen atau palsu, ia lantas
menanyai "San coe, kau menghendaki bagaimana?"
Hati Coa Hok menjadi besar pula, ia menggerakipula kedua
tangannya, untuk menyerang seperti tadi.
Jie In mau maju untuk melayani ketika Cee Hong berlompat
maju sambil mengulapkan tangan dan berkata nyaring: "Tuan
tuan, tahan dulu. Dua-dua pihak adalah tetamu-tetamuku dari
jauh, baiklah kamu jangan bentrok, "Mari kita bicara baik baik"
Coa Hok berhenti menggeraki tangannya, Dia mengasi lihat
roman gusar. "Cee Loo too, aku tidak akan mengganggu kau" katanya
nyaring, Lantas dia menuding Jie In dan menambahkan"orang she Jie, dalam tempo sepuluh hari, pasti aku si orang
she Co akan mengambil pulang pedang Thay oh Kiam itu
Untuk sementara aku si orang she Coa suka melepaskan kau
tetapi kau tidak bakal lolos di tangannya sembilan belas siewie
dari istana serta orang-orang Ceng Hong Pay Kau catatlah,
mengingat pertemuan kita hari ini, nanti aku orang she Coa
akan menolongi kau mengurus jenazahmu"
Jie In gusar mendengar kata-kata itu, ia lompat maju.
"Orang she Coo, bicaralah dengan jelas" ia membentak
"Apa hubungannya sekalian siewi dari istana itu serta orang
orang Ceng Hong Pay. Ah, teranglah, kau juga menggunai
daya busuk memfitnah orang"
YaJin san coe tertawa terbahak.
"Aku si orang she Coa, aku bekerja belum pernah
meminjam tangan orang" ia bilang. "Baiklah aku menjelaskan,
kawanan siewie dan Ceng Hong Pay itu bekerja mengenai
urusan Lie sie Iong. Tentunya kau sudah tahu sendiri tetapi
kau masih menghendaki kubicara"
595 "Benarlah seperti dugaan toako" kata Jie-In dalam hati,
Tapi ia bersenyum dan berkata: "Kau berguyon, perbuatan itu
tak nanti di lakukan Jie In, atau kalau ia melakukannya, tidak
nanti ia pinjam tangan orang memfitnah Ceng Hong Pay
jikalau kau tetap menuduh aku boleh menyampaikannya
bahwa aku bersedia menyambut mereka "
Coa Hoa mengangguk. "Bagus" katanya "Beg inilah pembicaraan kita Tuan,
andaikata kau beruntung memperoleh keselamatan dirimu,
nanti malam tanggal tujuh kita bertemu pula di gelanggang di
Poan-Coan Hip peng" Jie ln tertawa lebar. "Jikalau Coa san- coe tetap menjual tenagamu untuk
sahabat." katanya menyambut tantangan "baiklah, nanti
tanggal tujuh malam di Poan Coan aku si orang she Jie akan
memberi keadilan kepada kau"
Coa Hok tidak mau banyak omong lagi, ia merangkapkan
kedua tangannya, tanda memberi hormat sampaInanti mereka
bertemu pula. Justeru itu, di dalam rombongannya terdengar orang
menjerit keras, lalu tubuhnya Heng Coa n nampak terpental
roboh Yan Boen benci betul pada Heng Coan bukan saja sebab
mulutnya usil, juga sekarang dialah yang datang membawa
kawan untuk membikin rewel, maka itu selagi Jie in melayani
Coa Hok bicara, dengan tiba tiba ia lompat kepada orang yang
dibenci itu, tanpa membilang apa apa, ia menyerang dengan
pukulan "Lima Kali Mementil Tali Tetabuan," ia menghajar
dada. Tepat serangannya itu, maka pada patahlah tulang tulang
dada si orang she Heng, yang tubuhnya terpental dua tombak
lebih, mulutnya menyemburkan darah hidup, hingga salju
yang putih berubah menjadi merah.
596 Coa Hok mendongkol bukan main tetapi ia dapat menahan
sabar, Dengan mengeluarkan tertawa dingin dua kali, ia kata:
"Urusan kamu dengan Ceng Hong Pay, aku si orang she Coa
tidak mau mencampur tahu Di antara kita berdua. lihat saja
lain hari" Selagi tertawa itu, ia berlompat melewati tembok
pekarangan dengan disusul kawan-kawannya, kecuali siang
cauw sin Tao Kwee Heng Coen, yang mana berdiri menjublak
saja. Kioe Cie sin Kay lantas memberi hormat, sembari tertawa ia
kata: "Kwee Poo coe, sudah lama kita tidak bertemu Poo coe,
agaknya ada apa-apa yang membuat kau masgul. sudikah kau
memberi keterangan padaku?" Hong Coen lekas lekas
membalas hormat. "Sa udara Chong, dengan sesungguhnya aku mempunyai
satu urusan," ia menyahut sabar, "Aku tidak sangka bahwa
kau dapat melihatnya. Aku lelah berusia lanjut tetapi aku tidak
dapat menenangkan diri, karenanya aku menjadi buah
tertawaan-..." Kiaw Cioe KoeoIoen tertawa "Kwee Poo coe," katanya, "di
luar sini angin besar, mari masuk untuk kita dapat memasang
omong di dalam." Kwee Hong Coen menerima undangan itu.
Maka masuklah mereka semua.
Ketika itu kacung sudah menyajikan barang hidangan serta
araknya, mereka lantas duduk ber-cakap2.
Setelah minum arak tiga takaran, Hong coen menghela
napas. "Sebenarnya urusanku ini menyulitkan aku." katanya, "tidak
seharusnya aku mencampur tahu tetapi juga tak dapat aku
tidak menanyakannya JieTayhiap. aku minta janganlah kau
keliru mengerti dan menduga bahwa aku mempunyai sesuatu
kepentingan dengan Ceng Hong Pay."
Jie in tertawa riang. 597 "Kwee Poo coe, jikalau kau ada bicara, bicaralah" ia
menjawab. "Apa juga urusan itu,
asal yang aku Jie in dapat, pasti suka aku membantu kau."
Masih Kwe Hong coen merasa sulit, beberapa kali ia hendak
menbuka mulutnya, selalu ia gagal, baru kemudian ia
menanya juga: Jie Tayhiap. pencurian di rumah Lie sie long
itu, benarkah perbuatan Tayhiap?"
Jie ln nampak terperanjat "Benar itu perbuatanku." ia
mengaku. "Mungkinka h perkara itu ada sangkut pautnya
dengan poo coe" jika Lau poo coe terseret-seret tidak keruan,
suka aku menyerahkan diri untuk membebaskannya..."
Tetapi Hang Coen tertawa lebar, ia menggoyang- goyangi
tangannya. "Bukannya begitu, tayhiap" ia bilang. "Tentulah tayhiap
menyangka aku lagi bekerja untuk pembesar negeri guna
memecahkan perkara curi itu, Hal yang sebenarnya tidak
demikian Dengan kawanan anjing itu aku tidak bersekongkol.
Aku justeru mengagumi kau... Tayhiap. aku mohon tanya,
ketika malam itu kau bekerja, apakah di antaranya kau
mendapatkan sebuah patung Bie Lek Hoed perunggu?"
Jie In tertawa tawar. "Benar," ia mengaku pula. "Aku ketarik dengan buatan
halus dan indah dari patung itu, aku mengambilnya untuk aku
membuat main. Kecuali indah, aku tidak melihat apa apa yang
luar biasa, maka itu, mengapa poo coe agaknya
memandangnya berharga sekali" Apakah ada rahasia apa apa
mengenai patung itu?"
Hal telah menjadi menarik hati, maka semua orang
mendengari dengan penuh perhatian. sebaliknya Yan Boen,
sinar matanya yang bagus belum pernah berkisar dari


Menuntut Balas Karya Wu Lin Qiao Zi di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mukanya Jie In. 598 Mengetahui patung Bie Lek Hoed itu sudah ketahuan di
mana adanya, hati sing Kau sio Tio menjadi lega, maka ia
dapat tertawa lebar. " Karena patung berada di tangan tayhiap. tak usahlah aku
berkuatirpula" katanya. "sekarang ijinkan aku menghormati
tuan-tuan dengan secawan arak. sebentar aku nanti
memberikan keteranganku"
"Bagus" berkata Siauw Thian gembira "Kita sebenarnya
berada di tempat yang berbahaya, tetapi kita dapat duduk
minum dengan tenang dan gembira, inilah sungguh hal yang
menarik hati siapakah menduga kalau umpamanya kuil ini
tengah diintai mara bahaya?"
Hong coen berhenti tertawa.
"selagi aku datang ke mari, kuil ini memang telah diawasi
sejumlah orang," ia berkata." Tuan tuan semua orang-orang
Rimba Persilatan yang lihay, nyata tuan-tuan tidak gentar hati,
Memang juga, tuan-tuan mana takuti segala ras e dan kelinci"
si orang tua she Coe benar teleng as. tetapi dia tidak dapat
bekerja sama dengan mereka itu. satu hal dapat aku sebutkan
dialah seorang j umawa, dari itu, mungkin dia dapat
mencegah mereka itu bertindak sembrono. Harus diakui pula,
selama ini Ceng Hong Pay lagi mengalami kemalangan-"
"Tadi ada disebut sembilan belas siewie yang dikirim oleh
kota raja," berkata chong sie " bukankah mereka itu yang
disebut Tiat-wiesoe" Di manakah adanya mereka sekarang"
Apa benar diantaranya ada Tiat-pie Kim kiam Ho sin Hok dan
Ho Hong sat Ciang Tian Can Hiong" mereka itu murid-murid
Siauw Lim sie bukan pendeta, tinggi tingkat derajat mereka
menjadi paman dari ketua Siauw Lim sie sekarang.
Turut dugaanku, tidakperduli yang mana satu, dia mesti
lebih liehay daripada aku si pengemis tua. Maka itu, Lao sam.
aku mau tanya kau, sanggupkah kau melayani mereka?" In
Gak tertawa. "Toako perlu apa kau mengeluarkan kata-kata yang
melenyapkan kegembiraan kita?" ia menjawab "Aku bukannya
599 si orang terkebur, tetapi dapat aku bilang, bagaimana mereka
datang, bagaimana aku menyambutnya, untuk menyuruh
mereka kembali" ia tertawa ia berpaling kepada Kwee Hong
Coen, menambahkan "Kwee Poo coe, aku minta sukalah kau
omong tentang patung Budha perunggu itu"
Mendapatkan orang demikian berani dan sikapnya sangat
tenang Hong ceon bertambah kagum, la tertawa ketika ia
menyahuti: "Patung itu asalnya ialah bingkisan dari pembesar
berpangkat hoan-tay propiosi HooIam terhadap pangerao Kee
Cin ong, itulah patung buatan jaman coe, itu dapatlah
dikatakan harganya yang tidak dapat di taksir. Di dalam perut
patung itu ada tersimpan sebuah mutiara mustika pie haa coe
yang dapat melawan hawa dingin..."
"Pantaslah," kata In Gak. yang seperti baru sadar, "Ketika
akupegang itu, aku merasakan hangat luar biasa, itulah
sebabnya." Kwee Hong coen menjelaskan lebih jauh "Anakku si siang
telah membuka perusahaan Lok Siauw Pia uwkiok didalam
kota Kayhong, syukur karena ia memperoleh tunjangan dari
sahabat-sahabatnya, meski usahanya tak maju, tempattempat
yang dilalui banyak dan jaraknya jauh, jarang sekali
dia mendapat kesukaran" Maka itu terjadilah boantay dari
HooIam itu mempercayai dia meng angkutan patung Buddha
itu, Cara pengangkutannya yaitu yang dibilang pangangkutan
secara menggelap. Oleh karena tanggungjawabnya besar, anakku telah
menghentikan untuk sementara waktu
piauwkloknya, ia memusatkan semua orangnya yang
terpilih untuk pengangkutan itu. Di tengah jalan tidak terjadi
sesuatu, Menurut dugaan ditengah hari kedua dia bakal tiba
dikota raja, apa mau malamnya terjadilah pencurian ditempat
bermalam. Semua barang tidak ada yang kurang kecuali patung itu,
Penjahat licin sekali, tidak ada tanda-tanda parbuatannya,
tidak ada sesuatu yang mencurigai. oleh karena itu, anakku
telah ditangkap dan ditahan di kantor Kioeboen tetok
600 kemudian ia diberi waktu setengah tahun untuk mendapatkan
patung mustika itu..."
Hong Coen menghela napas, ia tuang hirup araknya.
"Oleh karena kecelakaan itu, buat beberapa bulan lamanya
aku mesti membantu." kemudian ia melanjuti, "Akhir- akhirnya
aku mendapat keterangan patung berada dalam tangannya
Liesie long. Aku lantas membikin penyelidikan tetap tidak ada
hasilnya. syukurlah sekarang mustika berada ditangan tayhiap.
Umpama kata tayhiap sudi membayar pulang itu padaku, aku
sangat berterima kasih."
Mendengar itu Jie In tertawa lebar.
" Untukku itulah barang tidak berharga seberapa." ia kata,
"Nanti aku mengambilnya." ia lantas bertindak ke luar. Tidak
lama ia telah kembali, tetapi sekarang ia telah menukar pakai
baju serba putih, baju dan celananya sampai pun sepatunya.
Juga topengnya ia tukar dengan yang ia pakai di cioe Kieo
chung, hingga mukanya terlihat pucat pasi dan menyeramkan.
Di tangannya mencekal patung Bie Lek Hoed tinggi satu kaki,
patung mana terlihat tertawa gembira, dadanya terbuka,
nampaknya bagus dan hidup sekali, sembari bertindak masuk.
la tertawa dan kata: "Jikalau poocoe tidak menerangkan,
sampai sekarang pastilah aku tetap tidak ketahui di dalam
patung ini ada mutiara mustikanya, cuma diwaktu baru
mendapatkannya aku heran hawanya hangat."
Lantas dengan kedua tangannya ia menyerahkan patung
itu pada jago she Kwe itu.
Hong Coen menyambuti, ia tidak mengucap terima kasih,
hanya sejak orang muncul, terus ia menatap wajah orang, ia
heran bukan main. Jie In tertawa, ia berdiam saja.
Jie Tayhiap" kata jago itu akhiroya, "adakah ini wajahmu
yang asli." 601 Jie In tertawa pula, ia tidak menjawab hanya ia
menyingkirkan topengnya, hingga tertampaklah wajahnya
yang muda dan tampan. "Aku hendak keluar sebentar" kemudian In Gak berkata
"kalau ada orang datang kemari harap jangan
memberitahukan aku telah pergi..." Habis berkata ia lantas
melompat "Engko In" YanBun memanggil.
Tapi cuma sedetik, anak muda itu sudah keluar darijendela,
lenyap di tempat gelap diantara angin dingin...
*** BAB 18 Kiu Cie sin kay mengangkat cawan arak nya, untuk
menenggak isinya, kemudian dia tertawa dan berkata:
"Kwee Poo cu, adikku ini luar biasa sekali. Baik tenaganya
maupun kecerdasannya, dia mengatasi kebanyakan orang. Di
dalam hal ilmu silat, aku si pengemis tua, aku tidak nempil
satu cacadnya adikku ini ialah dia rada besar kepala, dia suka
membawa maunya sendiri sekarang dia pergi, aku kuatir kota
Thaygoan bakal dilanda badai atau gelombang dahsyat"
Sembari berkata begitu, pengemis ini melirik Yan Boen,
maka melihat sInona yang bertingkah kemanja-manjaan itu,
mulutnya dimonyongkan tandanya dia lagi mendongkol. Maka
ia tertawa dan meneruskan berkata "Nona Kouw yang baik,
engko In-mu itu tidak bakal cepat-cepat pulang, meski begitu
kau tenangkanlah hatimu, terhadap dirinya tidak bakal terjadi
suatu yang diluar dugaan. "
Siauw Thian sembari bersenyum, menambahkan si
pengemis yang jail itu "Kalau sampai terjadi sesuatu, aku Loei
Siauw Thian, pasti aku akan mencarikan gantinya yang jauh
melebihkan tampannya engko In- mu itu. Bicara dari hal yang
benar nona, kalau dia bilang, bukan cuma kau, akupun bakal
jadi sangat bersusah hati"
602 Kata-kata itu membikin Kiau cioe Koenloen ceo Hong dan
Siang Kiauw Sin Tai Kwee Hong coe menjadi tertawa berkakak
hingga sInona turut tertawa tetapi mukanya bersemu dadu,
karena dia girang berbareng jengah ....
Berlima orang itu minum terus, mereka bicara dengan
asyik, Ya n Boen pun cukup kuat minum arak maka dapat ia
menemani terus. Apa yang mereka bicarakan ada prihal dalam kaum Rimba
Persilatan atau kalangan Kang ouw sama sekali mereka tidak
menimbulkan urusan mereka sendiri, dengan begitu dapatlah
mereka melewatkan sang waktu dengan gembira.
Tanpa merasa satu jam telah lewat, Mereka tentu masih
berbicara terus dengan asyik kalau tidak telinga mereka
mendengar suara yang mencurigai diluar di dekat jendela. ceo
Hong yang airmukanya lantas berubah hingga ia mau lantai
bertempat bangun, ia dicegah chong Sie, siapa mengangkat
tongkatnya dan berkata sambil tertawa," Kwe Poocoe, jikalau
kau tidak sudi memaafkan kami, baiklah, lain tahun diharian
Toan Ngo, aku si pengemis tua pasti akan berkunjung ke
gedungmu untuk menerima pengajaran dan kau"
Kwee Hong Coen melengak, tetapi hanya sejenak segera ia
sadar, Maka ia lantas tertawa dingin.
"Jikalau demikian, Chong Losoe baiklah aku si orang she
Kwe akan bersedia menyambut kedatanganmu nanti." ia
berkata. Baru jago she Kwee itu berkata demikian tiga orang terlihat
bertindak masuk, Yang satu adalah Ya Jin san-coe Coa Hok.
Dua yang lain yang tubuhnya besar dan sikapnya keren ialah:
Yang satu berpakaian abu abu gelap. alisnya gompyok.
matanya bengis, hidungnya bengkok. mulutnya lebar. Dia
berkumis putih pendek dan kaku. Dia bermuka kasar dan
tertawanya tertawa licik. Di punggungnya dia meng g endol
603 sepasang senjata luar biasa, yang biasa disebut tombak longgeesok atau gigi serigala. Yang satunya pula seorang tua berkumis ubanan, sepasang
matanya tajam tanda dia bergusar. dia nampak bengis. Dia
membekal sebatang pedang, yang juga berada di
bebokongnya. "Kwee Poo-coe." semasuknya mereka, Coa Hok lantas
menanya, "ke mana perginya si orang sheJie."
Hong coen terperanjat, syukur ia tabah, parasnya tidak
menunjuki sesuatu, bahkan ia lantas bersenyum, Ia mau
memberikan jawabannya hanya sebelum ia sempat membuka
mulut dari luar lantas terdengar suaranya Jie In: "siapa tuan
yang mencari aku si orang she Jie?"
Kata kata itu belum berhenti mendengung atau orangnya
sudah berada di dalam. Ketika
ia melihat Coa Hok mendadak menjadi gusar. segera ia
menegur bengis: "San-coe benarkah kau tidak dapat menanti
sampai janji kita tanggal tujuh lain tahun" jadi kau telah
mencari bala bantuan untuk kita segera memutuskan siapa
tinggi siapa rendah?"
Melihat Jie In, Coa Hok melengak. la lantas melirik kepada
dua kawannya. Ketika itu Cong sie berbangkit berdiri, dia menghadapi Coa
Hok untuk tertawa dan menanya: "Coa san-coe. bukankah
kedua sahabatmu dengan siapa kau datang bersama ini ialah
Ho Tayjin serta Tian Tayjin dari istana kaisar?"
Suara tertawa itu mengandung ejekan, Coa Hok
mengerutkan kening, Dia agak jengah, tapi dia tertawa.
"Benar, inilah Ho Tayjin dan Tian Tayjin" sahutnya, "Nah,
kamu belajarlah kenal satu sama lain"
Chong sie mengulur tangannya, "silahkan duduk silahkan
duduk" ia mengundang.
604 Ho sio Hok dan Tian Ban Hiong tetap berdiri tegak. muka
mereka bermuram-durja, mulut mereka mengasi dengar suara
yang tak sedap: "Hm"
Kian Koan coe menjadi tidak puas, alisnya terbangun, akan
tetapi diwaktu ia hendak membuka mulutnya. ia mendengar
Coa Hok berkata pada Jie In: "sahabat she Jie, kita orang
benar kita tidak dapat mendusta. Aku numpang tanya kau
barusan kau pergi keluar atau tidak?"
Jie In mengasi lihat roman sedikit kaget.
"Benar" katanya cepat, "Tadi aku merasa perutku kurang
enak. aku pergi untuk membuang air kecil, Aku pergi tak lama,
cuma sebentar, Apakah ada sesuatu yang tidak layak?"
Sekarang ini Jie In telah menukar topengnya hingga ia
tampak seperti pelajar usia pertengahan, bajunya hitam,
sepatunya hitam juga. Im Hong sit ciang mengurut kumis
jenggotnya, Dia tertawa dingin. "Coa san coejangan kau kasi
dirimu diperdayakan pelajar rudin ini" katanya nyaring.
"Menurut aku, paling benar kita bawa dulu dia pulang ke
kantor, disana baru kita bicara"
Jie In mendengar kata kata jumawa itu dengan ia tertawa
dingin. "Tunggu sebentar." menyahut Coa Hok yang tertawa. "Kita
harus omong dulu biar jelas Apakah para hadirin disini dapat
memberi kesaksian bahwa sahabat Jie telah tidak pergi
keluar?" "Kita kaum Rimba Persilatan, kita harus omong terus
terang" berkata Siauw Thian yang tertawa lama, "sebenarnya
ada urusan apakah kamu datang secara tiba-tiba, lantas kamu
garang begini" Datang datang kamu menegur orang she Jie, si
orang sheJie lagi minum arak disini dan dia keluar untuk
membuang air kecil. Aku hendak tanya, apakah itu melanggar
undang undang?" Coa Hok tertawa. 605 "Menyesal aku terburu napsu, hingga aku omong belum
jelas" ia kata. "Baiklah kamu ketahui baru saja setengah jam
yang lalu, di kantor soenboe telah terjadi peristiwa hebat.
Disana ada sembilan belas siewie tayjin kecuali ini kedua tayjin
she Ho dan sho Tian, tujuh belas siewie telan ada yang
menotok urat gagunya dan dimusnahkan ilmu silatnya, bahkan
yang dua, bebokongnya dihajar dengan tangan yang berat
sampai mereka terbinasa seketika. Di tembok telah di
tinggalkan tulisan yang menyebut namanya pay-coe dari Ceng
Hong Pay serta empat enghiong lainnya yang berkenamaan.


Menuntut Balas Karya Wu Lin Qiao Zi di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Membunuh pembesar negeri sama saja dengan
pemberontakan, maka pikirlah kamu apakah namanya
kedosaan semacam itu?"
Jie In tertawa. "Apa juga yang aku bilang, kamu bertiga tentu tidak mau
percaya" ia kata. "Bukankah kamu hendak menangkap aku si
orang sheJie" Tapi dapatkah orang dipersilahkan tanpa sebab
dan bukti" Coa san coe kaulah orang Kang ouw tersohor,
kenapa kau berkonco dengan segala anjing?"
Coa Hok kena dibikin bungkam, mukanya merah lantaran ia
panas Ho sia Hok menjadi sangat gusar, ia dikatakan anjing.
" Cukup karena kata katamu ini, kau dapat digusur ke
depan pembesar negeri" dia berteriak.
Mata Jie in membelalak. la tertawa mengejek.
"Apakah kau yang dinamakan Tiat pie Kim-koog Ho sio
Hok"- ia tanya, Jangan kau banyak lagak Dimata aku si orang
sheJie tidak ada manusia semacam kau"
Dengan kedoknya itu Jie In sekarang dengan tertawanya,
dengan aksinya itu, ia menjadi menyeramkan.
Loe Siauw Thian nimbrung. ia kata. "Jie Tayhiap. tepat apa
yang kau bilang. Terhadap manusia semacam ini, yang
menghina rumah perguruannya, aku si orang sho Loe juga tak
berkesan baik." 606 Hebat kata-kata itu untuk Ho Sio Hok dan Tiao Ban Hiong,
dibilang menghina murid-murid murtad dari Siauw Limpa y,
ilmu silat Siauw Lim sie terdiri dari tujuh puluh dua rupa di
antaranya ada sepuluh rupa yang tak boleh di turunkan
kepada murid bukan pendeta. Pula ilmu silat itu tidak dapat
diwariskan semua kepada satu orang untuk itu perlu ditilik
bakatnya si murid. Sio Hok dan Ban Hiong berbakat baik, tetapi mereka tidak
suka menjadi pendeta, mereka tidak puas tidak mendapatkan
beberapa ilmu yang terlarang itu, oleh karena pikiran mereka
cupat, diam-diam mereka mencuri lihat ketika di ruang Lo han
tong orang lagi berlatih.
Perbuatan ini kepergok. mereka dihukum dengan
dipenjarakan dipendopo Kouwsian lian. Mereka tidak diam
saja. Dengan pukulan Tatmo sian ciang, mereka merusak
pintu dan kabur, wakf u mereka dirintangi mereka sudah
melukai tiga puluh enam saudara seperguruan mereka, lantas
mereka merantau. Lebih jauh mereka berhasil menciptakan pukulan mereka
masing masing yaitu Tiat pie Kim kiam dan Im Hong sat
Ciang, Mereka masih dicari oleh pihak Siauw Lim sie, lantaran
sangat terdesak. lantas mereka masuk bekerja di istana.
Karena mereka menjagoi, mereka lantas dikenal sebagai
Kiong boen siang Kiat, dua jago dari istana. Mereka bercacad,
mereka paling takut mendengar pembeberan kemurtadan
mereka, sekarang rahasia mereka dibuka Loei Siauw Thian,
bahkan mereka dicaci, bukan main gusarnya mereka, muka
mereka menjadi merah padam. Ban Hiong lebih aseran, maka
ia sudah lantas menyerangJie In. ia menyamber.
Sambaran itu samberan lihay, karena dbarengi dengan
totokan, untuk itu orang mesti berlatih duapuluh tahun. Untuk
Rimba Persilatan, itulah ilmu yang langka.
Jie In terkejut melihat datangnya samberan, tetapi ia ingin
menguji. ia memasang mata. Sebelum lengannya tersamber ia
607 berdiam saja, baru kemudian, ia kas i turun lengannya,
sembari tertawa, ia membalas menyerang dengan jeriji
tengahnya, menusuk telapakan tangan penyerangnya itu.
Tian Yan Hiong tidak menduga bahwa orang demikian
berani, tidak sempat ia menarik pulang tangannya, dengan
lantas ia merasa telapakan tangannya kaku. Ketika ia menarik
pulang serangannya, mukanya pucat.
Jie In mengawasi sambil tertawa.
"Can Tayjin, di sini bukan tempat untuk kau banyak lagak"
ia berkata. "Aku si orang sheJie suka memberInasihat
padamu, baiklah kamu lekas pulang ke kota raja, dengan
begitu kamu masih dapat memegang kekal nama
baikmujikalau kamu tetap hendak meng andali pangkat dan
memaksa menuduh orang sebagai penjahat, aku si orang
sheJie tidak menerimanya Baiklah kamu ketahui, kuil Chia soe
ini ialah kuil di mana nama baikmu akan ambruk"
Ban Hiong berdiam begitu juga Hosin Hok. Keduanya kaget
sekali, samberan Ban Hiong barusan ada samberan "Twie
hong kim hiat" yang hebat dari Siauw Lim sie dan
digunakannyapun secara mendadak tetapi orang tidak takut,
bahkan orang memapakinya dengan berani.
Coa Hok pun kaget hingga air mukanya berubah, ia dapat
melihat lebih tegas lagi,
Diam-diam ia menghela napas, Di punggungnya si orang
sheJie ada tergendol Thay oh Kiam, pedang mustika yang ia
arah. Itulah pedang yang di rampas darinya dimuka orang
banyak, Bagaimana ia malu.
Sekarang ia ingin merampas pulang pedang itu dan baru
pertemuan juga telah dijanjikan. Tetapi di saat ini ia
menyaksikan kepandaiannya Jie In, ia menjadi putus asa.
Jie In juga mengagumi Tiao Ban Hiong, Benar ia dapat
menotok tetapi iapun tersamber sedikit dan ia merasa sedikit
sakit pada lengannyaJadijago itu benar liehay.
608 Meski demikian, mendengar perkataannya Jie In itu. Ban
Hiong tertawa tergelak, ia anggap orang terlalu tekebur.
"Kau memang liehay, tuan, cuma kau terlalu mengangkat
dirimu" ia kata, "selama belasan tahun, belum pernah aku
menemui orang sekurang ajar seperti kau terhadap aku si
orang she Tiao. Di luar, Udara bersalju itu bagus sekali, mari kita pergi
kesana jikalau aku tidak dapat membekukmu, tanpa kau
mengatakannya lagi, selain kami akan menghapus nama ka
kami juga akan pergi menyembunyikan diri"
Habis mengucap. tanpa menanti jawaban, ia lantas
memutar tubuhnya untuk pergi ke luar, ia lantas diturut
kawannya sesudah kawan ini memandang Jie In sambil
bersenyum. Coa Hok terus berdiam. Dia memandang Chong sie,
agaknya dia mau membuka mulutnya tetapi gagal, dia cuma
menghela napas panjang. Kioe Cie sin Kay dapat melihat sikap orang, ia percaya
orang buruk tetapi belum terlalu buruk. Maka ia tertawa dia
kata: "Saudara Coa jangan kau berkuatir, Aku tanggung
saudaraku tidak bakal kalah"
Coa Hok bersenyum. "Aku tahu kamu bakal menang hanya urusan menjadi
bertambah besar," ia kata. "Tidak perduli kamu bakal menang
atau kalah tetapi satu hal sudah pasti, yaitu semenjak ini
kamu bakal tidak mempunyai kaki untuk ditaruh di dalam
kalangan Rimba Persilatan..."
Mendengar perkataan itu, Loei Siauw Thian tertawa.
"Coa San coe" ia berkata, "dengan kata-kata mu inInya
ialah kau bukannya seorang buruk jangan san coe berkuatir.
Bukankah setiap orang dapat main sulap" Kami mau tetap
dengan sepak terjang kami, cuma sayang Kiong boen Siaog
Kiat, mereka bakal menemui keruntuhannya."
609 Coa Hok kenal baik Siauw Thian, ia mau percaya perkataan
orang ini. ia mengangguk. "Baiklah" ia bilang, "Mari kita ke
luar" ia memutar tubuhnya dan bertindak pergi.
Jie In dan kawan kawannya bertindak keluar, Kiong boen
Siang Kiat sudah menantikan dengan tidak sabaran, mata
mereka mendelik. Ban Hiong tertawa dingin begitu lekas ia
melihat munculnya musuh. Ketika itu angin menderu deru, kembang salju
beterbangan, maka di depan mereka cuma terlihat benda
putih melayang layang. Jie In menghampirkan, ia memberi
hormat. "Tian Looya, silahkan kau memberikan pengajaranmu" ia
berkata, bersenyum, "Aku si orang she Jie, yang terlebih muda
tingkatnya, tidak berani lancang mendahului"
Suara itu mengandung sindiran, panas hati Ban Hiong,
maka sambil berseru, "Baik" ia
lantas menyerang. sebelah tangannya dibuka kelima
jerijinya, dengan itu ia menyambar iga kiri lawannya.
Jie In menyambut serangan sambil tertawa. Tanpa
menggeser kaki, ia mmggeraki tubuhnya ke kanan. Ban Hiong
menyangka orang bakal menggeraki tangan kanannya,
merangkap lima jerijinya lalu ia menyerang dari kiri ke kanan,
ia berlaku cepat dan keras.
Kalau ia berhasil, tangan lawan pasti patah tanpa ampun
lagi. NyatanyaJie In cuma menggertak. tangannya segera
ditarik pulang. Ban Hiong kecele, ia gagal dengan serangannya itu, ia
mendongkol dan gusar, la malu sebab tubuhnya turut maju,
Mukanya menjadi merah. Jie In tertawa. "Bagamana, Tian Looya?" ia tanya, Loo ya itu panggilan
yang mulia, ia berdiri tenang sambil menggendong tangan.
610 Ban Hiong mengerutkan kening. sekarang tahulah ia musuh
benar benar lihay, jadi inilah saat ia bangun atau roboh.
Dengan waspada tetapi pun dengan keras, ia menyerang pula,
pukulannya ialah yang dinamakan "Tiga kali melihat
rembulan." Dengan bersuarakan angin kedua tangannya menyerang
kedua iganya lawan, itulah serangan berikut gertakanjikalau
lawan kena diancam, celakalah dia.
Pula serangan itu, apabila mengenai telak. tidak ada bekas
atau tapaknya, cuma tahu-tahu anggauta tubuh di dalam luka
dan rusak. Jie In tertawa mengejek tangannyapun diajukan.
Ban Hong kaget. Tadi ia telah kena diselomoti. ia melihat
bergeraknya tangan lawan sangat cepat, Dalam kagetnya, ia
lompat mundur tiga tindak. Tak sudi ia kena dihajar pula.
Jie In tidak merangsak. la membiarkan orang sempat
menaruh kaki. "Kamu berdua bukanlah tandinganku" katanya sabar,
"sekarang aku Jie In, suka aku memberikan kamu ketika yang
terakhir, segera kamu pulang ke kota raja, lantas kamu
meletaki jabatan, terus kamu tinggal menyembunyikan diri
untuk selama-lamanya, jangan lagi kamu membantu orang
jahat mengganas .Dengan begitu mungkin aku dapat pergi ke
siong san untuk bicara baik dari hal kamu..." siong san ialah
gunung di mana terletak kuil Siauw Lim sie. selagi bicara ini,
luar biasa In Gak. Mata-bersinar tajam dan bengis.
Chong sie dan kawan-kawannya menjadi sangat kagum.
Mereka merasa hebat sekali adik angkat ini.
Yan Boen kagum berbareng girang dan puas, hingga tak
dapat ia berkata apa apa.
Tiao Ban Hiong menyedot hawa dingin, ia melirik pada Sio
Hok. yang menyambatinya. Keduanya menginsyafi bahwa
musuh tangguh luar biasa. Kemudian ia tertawa dan kata,
"Tuan, meskipun kau lihay sekali, kau masih belum berhak
611 untuk memandang terlalu enteng kepada kami. Apakah kau
merasa pasti bahwa kau bakal dapat kemenangan?"
Kata-kata itu aneh, Apakah Kiong boen siang Kiat mengaku
kalah atau mereka cuma lagi ber-lagak"
Sementara itu, mereka semua berdiam. Tiba tiba mereka
mendengar suara berisik di
luar tembok. lantas beberapa bayangan terlihat berlompat
masuk. berhenti di depannya Kiong boen siang Kiat. Yang
terdepan ialah seorang tua jangkung kurus dengan kumis dan
jenggot hitam, Dia memberi hormat seraya lantas meDanya: "
Ke dua tayjin, benar- benarkah si orang she Jie berada di
sini?" Tian Ban Hong dan Ho sin Hok belum menjawab Ya Jin san
sin-coe Coa Hok mendahului mereka.
"Tok Paycoe mari aku mengajar kenal" kata nya. ia
mengajukan dirinya, "lnilah Jie Tayhiap" ia menunjuk Jie In.
Kemudian berpaling kepada Jie In, ia berniat memperkenalkan
si orang tua. Tapi orang she Pok itu mendahului ia
memandang tajam orang sheJie itu, sikapnya memandang
hina sembari menyeringai ia kata: "Tuan, bagus sekali
perbuatanmu" Jie In berpura heran. "Pok Paycoe" ia berkata "aku si orang she Jie, belum
pernah aku bertemu dengan kau, kenapa datang-datang kau
bersikap begini garang" Apakah yang aku telah lakukan maka
Paycoe menjadi tergesa gesa begini" Coba jelaskan"
Orang yang dipanggil Pok Pay coe, atau paycoeshe Pok itu,
menjadi bertambah gusar. "Dua kali bekerja di Thaygoan, dua-dua kalInya kau
memakai nama partai kami" ia berseru, "Tak tahukah kau hal
itu?" "Aku tahu" sahut Jie In tertawa " Aku telah mendengar hal
itu. Tapi apakah sangkutannya itu dengan aku orang she Jie?"
612 Paycoe itu ialah Pok Hong, melengak.
"Memang juga tuduhan itu tidak ada saksi atau buktinya.."
pikirnya. Tapi ia melengak hanya sejenak ia membentak
"Bukankah di depannya tujuh imam dari Ngo Tay san telah
kau mengaku sendiri bahwa kaulah si begal tunggal?"
Jie In tertawa bergelak. Lalu mendadak ia mengasi lihat
roman bengis. Jilid 8.1. Menolong sahabat ayah
"Pok Paycoe, bagus kata-katamu ini" ia membentak. "Bagus
perbuatan kamu ya" Kamu yang bekerja, sekarang kau
memfitnah aku sungguh tidak tahu malu. Baiklah, jikalau tidak
dibikin patah tulang-tulang lenganmu, kamu tentulah belum
kenal keliehayanku" Sikap In Gak ini berubah sudah, ia mengawasi Pok Hong
dan kawan-kawannya yang berjumlah lima orang. la kenali
mereka itu sebagai musuh-musuhnya yang dulu telah
mengeroyok ayahnya. Hal ini ia ketahui sebelum ia tiba di
Thaygoan, ketika ia membuat penyelidikan roman mereka itu
tepat seperti orang yang melukiskannya.
Pok Hong habis sabar, sambil berseru ia menyerang, Kedua
tangannya bergerak dengan jurus "Menentang langit
membuka bumi. Ia menggunai dua tangan tetapi sasarannya


Menuntut Balas Karya Wu Lin Qiao Zi di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ialah empat anggauta berbahaya dari Jie In- diatas dan di
bawah. Jie In memasang mata tajam. Begitu orang menyerang,
begitu ia mendahului dengan tangan kanannya, ia menindih
kedua tangan lawan- sambil bergelak begitu ia menggeser
tubuhnya, lalu tangan kirinya menyusul membacok.
613 Sembari membacok tangan kiri itu diluncurkan terus hingga
dadanya paycoe Ceng Hong Pay itu kena terhajar, hingga
orang mundur tiga tindak "Pok Hong." ia berkata selagi orang terkejut "bukannya aku
memandang tidak mata padamu, tetapi aku kuatir kau
bukanlah tandinganku oleh karena Ceng Hong pay terkenal
sebagai tukang keroyok, paling baik kau majulah semua"
Hati Pok Hong berdebaran, Hebat tangannya Jie In itu, Tapi
ia gusar sekali, ia mengibas tangannya, atas mana kelima kawannya maju
serentak mengurung musuhnya, ia tertawa dan kata: "Aku si
orang she Pok biasa tidak menolak permintaan orang, karena
itu baiklah, aku nanti penuhkan pengharapanmu"
Jie In tersenyum, Ia mendadak tangannya dibawa
kebelakang, tubuhnya diajukan membungkuk ke depan, maka
dilain saat, dengan terdengarnya suara "sret" pedang Thay oh
Kiam di punggungnya telah terhunus.
Orang-orang ceng Hong Pay juga lantas mencabut
senjatanya masing-masing, Pok Hong sendiri mengeluarkan
gegaman yang istimewa, sepasang sian-jin-ciang yang terbuat
dari pada baja pilihan sinarnya putih mengkilap.
Jie In mengawasi bengis ia telah mengambil ketetapan
untuk membereskan semua musuh ini, tak perduli apa
akibatnYananti, Maka begitu lekas musuh pada menghunus
senjata, ia menyerang mereka.
Dengan cepat pedangnya itu berkelebatan bagaikan kilat
menyamber-nyamber. ia menggunai jurus "Thaykek Hoa Liok
Hiauw" atau "Thaykek berubah menjadi enam garis" dengan
begitu sebuah pedangnya dapat terus menyerang enam
musuh saling susul. Pok Hong menangkis, ia diturut lima kawannya, Mereka
pun jago-jago kenangan. Tapi ketika senjata mereka beradu
614 mereka kaget. Tidak melainkan senjata mereka terpental,
tubuh mereka kena tersampok miring.
Kiong Bun siang Kiat kaget, hati mereka berdenyutanPenglihatan itu hebat sekali.
Chong sie dan Siauw Thian sudah mengangkat saudara
dengan In Gak tetapi belum pernah mereka menyaksikan
orang bertempur begini rupa, mereka menjadi heran dan
kagum, sekarang mereka mengetahui baik liehaynya adik itu.
Yan Buntidak kurang kagumnya.
Begitu orang mundur begitu In Gak merangsak.
Kali ini mereka itu terdesak. terpaksa mereka menangkis.
Thay oh Kiam berkelebatan dengan dibarengi suara berisik.
Tanpa ampun lagi, semua senjata musuh kena ditebas kutung,
semua kutunganny a jatuh kesaiju, sepasang sian jin-ciangnya
Pok Hong menjadi buntung hingga seperti gagangnya saja, ia
melengak karenanya. Kelima kawannyapun melengak tetapi serentak mereka
menimpuk dengan gegaman buntung itu, yang dijadikan
serupa senjata rahasia, Dengan itu jalan mereka mengharap
dapat merobohkan musuh, atau sedikitpun mengundurkannya,
Mereka sendiri berniat lompat mundur.
Jie In tertawa tajam, pedangnya berkelebat pula, ia
menyerang begitu lekas ia mengelit diri dari semua timpukan,
Pedangnya itu menyamber pergi dan pulang. Hebat
kesudahannya ini, Lima buah kepala orang jatuh
bergelutukan, disusul dengan robohnya lima buah tubuh tanpa
kepala yang mandi darah. Darah merah muncrat menyembur
membikin saiju berubah warnanya
Pok Hong bergelar cian cioe Siauw Hud, atauBuddha
Tertawa seribu tangan- ketua Ceng Hong Pay, kuat hatinya, ia
biasa membunuh orang dengan mata tidak berkedip.
615 Akan tetapi menyaksikan jago-jago Ceng Hong Pay roboh
secara demikian cepat, hatinya memukul keras. Tapi ia tidak
kuat bahkan dia berteriak:" Jie In percuma kau kosen. Kau
mengandalkan pedangmu. Baiklah aku nanti adu jiwaku"
Jie In tertawa, ia masuki pedangnya ke dalam sarung.
"Pok Hong" ia berkata, "aku masih menghargai kau sebagai
ketua satu partai, suka aku memberi ampun, tidak mau aku
membinasakan kau tetapi jikalau kau, membilang aku
mengandali pedang kau keliru senjatamu sudah rusak,
sekarang aku berikan ketika padamu, Baiklah kau boleh
pinjam senjata apa juga, kau boleh melawan aku dengan aku
bertangan kosong, jikalau di dalam tiga jurus aku tidak dapat
membikin senjatamu terlepas, mulai hari ini aku tidak akan
injak lagi wilayah shoasay Kau setuju?"
Pok Hong tidak mau mengakui kelemahannya meski ia tahu
mungkin Jie In bukanlah membuka mulut lebar, Barusan ia
telah menyakinkannya. "Aku tidak suka meng gunai senjata melayani orang yang
bertangan kosong" ia kata tertawa dingin- "Begini saja: Mari
kita bertempur dengan tangan kosong"
Jie In tertawa menyambut tantangan itu. "Baiklah
silahkanpaycoe mulai."
Biar bagaimana Pok Hong ialah seorang ketua partai,
kepandaiannya bukan kepandaian yang biasa maka itu tanpa
membilang apa-apa lagi, ia menyerang. ia meng gunai kedua
tangannya bareng, Itulah jurus "Ciongkouw cee heng"
" Genta dan tambur berbunyi berbareng." sasarannya yaitu
kedua pempilingan. Jie In hendak melampiaskan sakit hatinya Kang Yauw
Hong, ia juga ingin membikin ciut hatinya Kiong Bun siang
kiat, supaya kedua orang itu mundur sendirinya, ia bersiap
menghadapi lawan ini. Mulanya ia berdiri tegak, atas
datangnya serangan ia tidak menangkis hanya ia mendak.
616 Selagi mendak itu kakinya bergerak cepat. Tahu-tahu ia
sudah berada di belakang musuh. Baru dari sini, ia mengerjakan kaki dan tangannya.
Dengan tangan kirinya ia menyamber baju yang panjang dari
Pok Hong, berbareng dengan itu kaki kanannya menendang.
itulah jurus "Membidik rembulan memanah bintang".
Pok Hong terkejut karena serangannya mengenai tempat
kosong. ia menduga musuh berkelit kebelakang, maka dengan
sebat menutar tubuhnya. sayang ia kalah sebat, Belum lagi ia
berbalik tubuhnya telah tertarik. lantas tubuh itu dipapaki
tendangan, demikian keras, hingga tanpa ampun lagi, ia
mengeluarkan seruan tertahan dengan tubuhnya itu terpental
tinggi terus jatuh terbanting
"Benar Loo sam hebat" kata Chong siepada Sia uw Thian"Dia begitu tenang tetapi toh demikian gesit Kalau aku..."
Kiong-Bun siang Kiat sebaliknya berdiri mengaso.
Pok Hong liehay, dia jatuh tak terluka, cepat dia merayap
bangun- sembari menyeringai dia kata: "Sahabat, kau benar
liehay, aku Pok Hong pelajaranku tidak sempurna, aku takluk
Baiklah, lagi tiga tahun, aku tentu datang pula mencari kau
buat meminta pulang pedang sekalian menagih hutang
darahnya lima kawanku ini"
Dia mengawasi kelima mayat, air matanya turun
bercucuran, habis itu tanpa mengatakan apa-apa lagi, dia
ngeloyor pergi. Jie In membiarkan orang berlalu, baru ia menoleh kepada
Ho sin Hok dan Ban Hiong.
"Kedua tayjin, sekarang sudah tidak siang lagi," ia kata,
"maka itu aku mohon tanya, tayjin berdua hendak memberi
pengajaran apa kepadaku?"
Tiat pe Kimkong tertawa nyaring.
"Sahabat sheJie, benar-benar kau dapat menggertak kami"
ia kata "Meng ingat bukti tidak ada biarlah untuk sementara
617 kami melepaskan tangan kami, tetapInanti, apabila
penyelidikan kami berhasil, kau pasti tidak bakal lolos dari
tangan kami" Habis berkata begitu, dengan mengajak Tian Ban Hiong, ia
mengangkat kaki. Ketika itu Kioe Cie sin Kay menghampirkan
Coa Hok. ia memberi hormat.
"Coa san coe," kata ia, tertawa, "aku pikir baiklah janji lain
tahun tanggal tujuh di Poan coan Hiepeng dibatalkan saja dan
dengan ini dibikin habis. Buat apakah kau mengajukan dirimu
untuk urusan lain orang,"
Coa Hok tertawa. "Chong Loosu, urusannya saudara angkatku tak dapat
dihabiskan secara begini saja," ia menjawab. "Pula di dalam
urusan ini, aku tidak dapat mengambil keputusan sendiri.
Apakah loosoe maksudkan kamu mempunyai urusan hingga
waktu perjanjian kita itu terlalu kesusu"Jikalau demikian, baik,
suka aku mengubahnya, sampaInanti tanggal sembilan bulan
sembilan. Berhubung dengan ini baikan Jie Tayhiap berhati-hati untuk
murid-murid Ngo Tay Pay serta kaum Rimba Hijau di hulu
sungai Hoang Hoo, karena aku kuatirkan mereka itu nanti
main sembunyi sembunyi"
Habis berkata begitu, ia memberi hormat terus ia
menambahkan: "sampai kita bertemu pula, maafkan aku"
Kata-kata ini disusuli jejakan kaki kepada tanah, maka
mencelatlah tubuh san coe ini, melewati tembok pekarangan.
Koe cioe Koen coen tertawa dan berkata: "orang tua she
Coa itu mempertontonkan kepandaiannya enteng tubuh, maksudnya ialah untuk tidak
menunjuki kelemahannya, tetapi hal yang benar ialah dia jeri
sebab terang sudah, untuk pertempuran tangga tujuh itu dia
tidak mempunyai harapan. Dia mengubah tanggal menjadi
bulan sembilan tanggal sembilan tidak lebih tidak kurang,
618 itulah untuk dia mendapatkan ketika mencari bala bantuan.
Bagus juga akalnya ini"
Chong sie menggeleng kepala.
"Benar benar, menjadi manusia bukannya mudah" ia kata,
"Tadinya dia telah membuka mulut lebar, kalau perginya dia
secara kuncup, mana dia mempunyai muka."
Loei Siauw Thian sebaliknya tertawa, ia menarik Jie In
dengan sebelah tangan dan membetot Kouw Yan Bun dengan
tangan yang lain, ia kata: "Mari tuan, arak kita sudah dingin.
Mari masuk ia lantas menarik, untuk sesampainya di dalam ia
menjatuhkan diri dikursinya, ia kata pula pada adik angkatnya
itu: "shatee, selama satu tahun ini kaum rimba persilatan
belum mengenal kau siapa, akan tetapi sepak terjangmu
hebat, kau telah menggetarkan dunia Kang ouw, oleh karena
itu selanjutnya baiklah kau membataskan diri, kau harus
berhati-hati.. ." ia berhenti tiba-tiba sebab ia melihat yang
lainnya telah bertindak masuk.
Lantas ia memandang Kwee Hong Coen dan berkata
sembari tertawa kepada tetamunya itu: "Kwee PooCoe, aku
numpang tanya, mengenai patung perunggu itu. Apakah kau
hendak mengantarkan itu habis tahun baru atau langsung
sekarang kau mau pergi ke kotaraja?"
Hong Coen melengak sebentar, lalu cepat ia menjawab:
"Tentu saja aku mesti berangkat langsung sekarang saudara
Lo, ada apakah pengajaranmu?" Kiong Bun siang Kiat
mengundurkan diri, tentu kini mereka tak puas." berkata Kan
Koen cio" "oleh karena itu
baiklah poo coe bertindak mendahuluI naik kepada Kee cin
ong, kau memberitahukan bahwa patung itu dicuri anak buah
Lie sie long. Kau boleh sebut sebut nama mereka-mereka itu.
Mungkin urusan ini berkesudahan baik untuk kau ..."
Kwee Hong coen tertawa. 619 "Saudara Loei, kau benar-benar cerdik" ia memuji "baiklah,
aku nanti turut pikiran kau ini. Nah sekarang baiklah aku
pergi" Orang tidak mencegah keberangkatannya orang she Kwee
ini, bahkan Siauw Thian mengantar sampai diluar, ketika ia
sudah kembali, ia kata pada Jie In: "shatee, sekarang ini
sudah lewat tengah hari, bagaimana tindakanmu selanjutnya"
Jie In tertawa. "Akulah seorang perantauan, aku belum memikirkan
tindakan apa apa." ia menjawab.
Siauw Thian menggeleng kepala, "Aku tidak maksudkan
demikian," katanya "Aku tahu niatmu menuntut balas, tetapi
guna itu tak usahlah kau kesusu, sekarang inI nama Koay cioe
sie seng telah menjadi terlalu besar, aku pikir baik kau
beristirahat dulu, Lusa tanggal satu, menurut aku baik kau
temani nona Kouw pergi ke Congpeng kerumah keluarga Hoa.
Kamu boleh pesiar dimana barang sepuluh hari atau setengah
bulan, lantas dari sana kamu pergi ke Chongcioe kerumah
mertuamu untuk tinggal sekian lama.
Tentang segala urusan diluaran, nanti aku bersama toako
yang melihatnya. Kita tunggu sampai nanti bulan sembilan
tanggal sembilan, baru kita bertemu pula di poan coan,
Bagaimana?" Jie In tertawa. Jieko, tanpa kau mengatakannya, dapat aku mengerti
maksudmu." ia kata "Memang sudah seharusnya aku lekas
lekas pergi ke Ciang-peng dan chongcioe, cuma sekarang
belum dapat. sekarang ini aku mesti aku menemani nona
Kouw pergi ke Liong Bun-."
Pemuda ini lantas menuturkan hal ibu sInona terjatuh
dalam tangannya Jim cit Kouw, bahwa nyonya itu perlu lekas
ditolong i. 620 Jim cit Kouw itu terlebih gagah daripada Kiong Bun siang
Kiat," kata Chong sie, "tapi aku percaya shantee dapat
melayani dia, jadi tak perlulah kita membantu kau. Dilain
pihak. kita sekarang mesti berhati-hati membawa diri, sebab
kita telah berada dalam perhatian orang Kang ouw,jadi ada
faedahnya dia turut kau. Dengan kita pergi bersama, ada kemungkinanJim Cit Kouw
membuat persediaan lainnya. Memang lebih baik shatee pergi
berdua saja, Cuma aku pikir, baik shatee menggunai akal,
jangan menggunai kekerasan.


Menuntut Balas Karya Wu Lin Qiao Zi di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tentang Nio Kwee Tiat cioe leng, aku pikir lencana itu tak
usahlah di gunai, hanya buat dibawa-bawa tidak ada
halangannya, shatee, mengenai kecerdikan, aku kalah dari Jietee,
mengenai kepandaian, aku kalah dari kau tetapi didalam
halnya pengalaman, kau masih kurang banyak. maka itu
diwaktu pergi kesana, kau baik memperlihatkan wajahmu
yang asli, gunailah waktu mereka tidak menyangka-nyangka.
"Kau tolong i sinyonya. Aku bersama Loei Loo Thian akan
menantikan kamu dirumahnya say Hoa To di Cing peng."
Jie in tertawa. "Bagus betul pikiran kamu" ia bilang, "Kita berdua segera
akan menghadapi bahaya tetapi kamu berdua mau mengawasi
saja, benar-benar kamu tega."
Chong sie tertawa, begitu juga yang lainnya
Selanjutnya mereka berkumpul sampai malam diwaktunya
tidur. Besok harian Tie sik, atau malaman tahun tmu, Cie Hong
menyiapkan segala apa guna melewatkan tahun yang lama.
Maka itu, seperti rakyat yang kebanyakan, mereka pun
merayakan tahun baru dengan meriah.
Tanggal dua, pagi-pagi, orang berpisahan.Jie In
menyerahkan kudanya hadiah dari Hong Pioe ketika Siauw
Thian untuk kakak itu pakai ke ciang peng.
621 Chong sie diberikan kudanYanona Kouw. setelah mereka itu
diantar pergi, menanti sampai tengah hari Jie In bersama Yan
Bun pamitan dari Cee Hong, untuk berangkat berduaan.
Mereka menurut pikiran chong sie, mereka tidak mengenakan
topeng. Sekeluarnya dari kuil, mereka jalan disaiju, di tempat
dimana tak ada orang lain-Pedang mereka disimpan di dalam
sebuah kotak panjang, hingga mirip khim. Mereka berdandan
sebagai pemuda danpemudi dari golongan hartawan. Dengan
melintasi jalan kecil, mereka memasuki jalan besar.
Sudah dua hari saiju berhenti turun, hawa udara tetap
dingin. Jalananpun basah, dari itu sepatu dan kaos kaki
mereka menjadi demak. Jalanan yang becek menyusahi
mereka. Mereka menuju ke kecamatan Kie-koan. Di sepanjang
jalan, mereka menemui orang-orang yang pergi menjenguk
sanak pamili guna memberi selamat tahun baru, dari itu
jalanan ramai karenanya. -00000000- Kadang-kadang ada lewat orang Rimba Persilatan, yang
melarikan kudanya keras, akan tetapi tidak ada yang menduga
atau mencurigai Jie In adalah orang yang telah menerbitkan
kegemparan dalam wilayah shoasay, Kalau toh mereka
menarik perhatian juga itulah disebabkan tampan dan
cantiknya mereka yang merupakan pasangan sembabat.
Jarak diantara Chin soe dan Kie koan cuma kira tigapuluh
lie dengan jalan seperti biasa cukup dengan waktu 7-jam.
Ketika mereka tiba, mereka cari sebuah hotel, Pelayan
menyangka mereka pengantin baru, mereka diantar kesebuah
kamar. Seberla lunya pelayan itu ia Gak tertawa, hingga muka Yan
Bun menjadi merah sendirinya, hingga ia mendelik kepada
engko In-nya itu 622 In Gak kuatir sI nona keliru sangka, maka ia kata: "Adik
Bun, sudah setengah tahun aku menyamar jadi si pelajar
rudin, selama itu aku mesti mengenakan topeng, aku merasa
tidak leluasa maka itu sekarang setelah bebas dari siksaan itu,
aku girang sekali." Nona Kouw mengerti, maka ia kata dalam hatinya: "Dasar
aku curiga tidak keruan, Memang kalau dia berniat buruk tak
usah dia menunggu sampai ini hari..."
Ia lantas mengawasi pemuda itu yang sebaliknya
mendelong mengawasi keluar jendela tangannya
digendongkan, "Engko In" tanyanya kemudian, " ketika kemarin kau
menggunai pedang menghajar orang-orang Ceng Hong Pay itu
adakah itu jurus lt-goaoseng Liok Hiauw dari ilmu pedang
Thay Kek Kiam?" In Gak berpaling dan mengangguk "Benar." ia menyahut, jurus itu bergerak enteng tetapi sangat cepat dan rapat, Untuk
melayani enam musuh itulah yang paling tepat,
Bukankah kau melihatnya sendiri aku nampak ayal
tetapinya sebat sekali" Dengan itu yang sedikit dapat melawan
yang banyak. orang mesti menyingkir tetapi tak keburu atau
mereka bakal jadi korban dirinya."
Nona itu sangat ketarik hati tetapi ia kata: "Mengapa
jangan kau terkebur saja, kenapa aku tidak dapat
menjalankan jurus itu sehebat kau?"
In Gak tersenyum. "Itulah sebab tenaga dalammu belum cukup, Kau berlatih
terus nanti kau dapat tambah tenaga. Kau pun harus rajin
bersamedhi aku tanggung tak sampai tiga bulan kau akan
berhasil." Nona Bun berdiam, tetapi matanya menatap dan wajahnya
bersenyum. si anak muda juga membalas mengawasi.
"Engko In, aku sungguh tidak mengerti." kemudian kata
pula si pemudi " kedua saudara- angkatmu itu semua orang
623 berkenamaan kenapa ketika kau bertempur mereka diam saja"
Dan sekarang kita membikin perjalanan kenapa merekapun
membiarkan kita pergi berdua?"
In Gak tertawa. "Semua itu memang aneh nampaknya." ia berkata, "Baiklah
kau ketahui adik Bun, dengan dua saudaraku itu aku telah
membuat janji, ialah mereka tidak berhak mencampuri tahu
segala sepak terjangku, kecuali aku mohon bantuan mereka.
Mengertikah kau sekarang?"
Nona itu tertawa, tetapi la menggeleng geleng kepala.
"Itulah namanya saudara-saudara angkat yang aneh"
katanya, itulah langka"
In Gak mengawasi terus, ia sampai ter-sengsam, Di
matanya. disaat itu, Kouw Yan Bun cantik luar biasa. Nona itu
mengena i pakaian serba hijau, cuma mantelnya hitam, Dia
memang elok sekali, dandanannya itu menambah
kementerengannya. Melihat kelakuan orang itu, Yan Bun
makin menatap. Mereka baru sadar tatkala keduanya mendengar suara
berisik yang seperti mendatangi ke kamar mereka, waktu
mereka, mendengar suara pintu dibuka, lalu di kamar sebelah
terdengar suaranya empat atau lima orang yang terang orangorang
Kang ouw adanya, Keduanya lantas memasang kuping.
"Benar-benar gila" terdengar satu suara tajam, "Diwaktu
tahun baru begini kita diberi tugas orang sudah menghilang,
kita masih dimestikan mencarinya. Apakah yang dapat kita
lakukan" Lihat Kiong- Bun siang Kiat, Di depan orang mereka
tidak berani turun tangan mereka bersikap seperti cucu kurakura
tetapi sekarang mereka banyak lagak. mereka sesumbar
hendak membekuk si orang she Jie, Gila tidak?"
"Tian le, jangan kau umbar kemendongkolanmu" berkata
seorang lain, yang suaranYanyaring, "Kau bilang Kiong Bun
siang Kiat tidak berani melawan si orang she Jie, kau bukan
624 menyaksikannya sendiri, cara bagaimana kau berani
membilang demikian?"
Mendengar itu Jie In dan Yan Bun bersenyum "Hm kata
orang yang pertama, yang suaranya tajam itu, "Aku
mendengarnya dari Coa sa n-Coe sendiri .Mustahilkah itu
dusta" Memang benar si orang she Jie sangat liehay Lihat saja
ke-enam jago Ceng Hong Pay, cuma Pok Paycoe sendiri yang
selamat peristiwa itu menggemparkan Rimba Persilatan Coa
san Coe juga menegaskan, ketika dia bertempur, si orang she
Jie cuma menyerang pergi pulang tiga kali, tidak lebih"
"Apa" Cuma tiga kali?"
"Ya Bagaimana hebat Coa san Coe pun liehay tetapi dia
tidak melihat bagaimana orang menggeraki tangannya hingga
taklah ia melihat tipu pedang apa itu yang digunakan"
"Benar benar aneh"
"Dengan tabasan yang pertama keenam jago Ceng Hong
Pay itu dipaksa mundur. Dengan tabasan yang kedua, senjata
mereka semua kena di bikin buntung Lalu dengan tabasan
yang ketiga, batang lehernya yang lima dibikin putus, Coa sa
n-Coe bilang agaknya si orang she Jie sengaja tidak hendak
mengambil jiwa Pok Pa yCoe"
"Kiong-Bun siang Kiat hadir bersama, mengapa mereka
tidak turun tangan?"
"Menurut Coe saa Coe, Kiong-Bun siang Kiat sendiri
setengah mati, setelah mengatakan beberapa patah kata,
lantas mereka ngeloyor pergi, Kabarnya tadi pagi-pagi Kioe Cie
sin Kay bersama Kiao Koen Cioe terlihat naik kuda menuju ke
Utara, Mereka berdua saja.
Hebat itu tujuh belas siewie, kecewa mereka kerja di totok
tak berdaya siapa dapat melakukan itu kalau bukan si orang
she Jie" Tidakkah semua itu aneh" Kiong Bun siang Kiat telah
pergi pula ke Chin soa tetapi mereka tidak mendapatkan si
orang she Jie, yang entah telah kemana Bahkan imam dari
625 Chin soe, yaitu Kiauw Cioe Koencoen Cee Hong, lenyap juga."
sekarang cuma ada kabar bahwa rombongan Rimba Persilatau
di Yan in berniat menyelidiki halnya si orang she Jie itu untuk
mereka nanti turun tangan terhadapnya, Yang sial ialah kita ini
yang diberi tugas begini macam"
"Loo Tian, jangan kau berpandangan cupat kau seorang
lain "Kita dapat makan, kita dapat minun, apakah yang dibuat
tidak puas. Cukup asal di tengah jalan kita tidak usilan Kalau
kita minum mabuk-mabukan, nah. itu baru bisa
mendatangkan bahaya Kalau kita bertemu orang she Jie itu,
jangan kata kita, sekalipun ketua kita pasti tak akan
berdaya...." Untuk sejenak mereka itu berdiam, kemudian ketika
mereka bicara pula, mereka ngoceh tentang wanita..."
Jie In dan Yan Bun mengerutkan kening.
"Nama Jie In itu tak dapat dipakai lagi," kata Jie In selang
sesaat, juga di tengah jalan lebih baik kita jangan melakukan
sesuatu. Besok pagi-pagi baiklah kita berangkat ke Lokyang
dengan naik kereta."
SInona tertawa. "Dalam hal ini kaulah yang berkuasa" bilangnya, "Untuk
aku, aku cuma mengharap agar siang-siang aku dapat
menolongi ibuku yang lagi menderita itu. Habis kau hendak
pakai nama apa, engko In" Apakah kau hendak pakaI nama
aslimu Cia ln Gak?" Jie In mengangguk. Ketika itu pelayan muncul menanya apa sudah waktunya
menyajikan barang hidangan. Jie In melongok ke luar jendela,
Ia menggapai. "Aku minta barang santapan diantar ke mari, sekarang
tolong kau pasang lampu dulu" katanya-pelayan itu
mengangguk, terus ia mengundurkan diri, tapi tak lama ia
datang dengan lilin menyala ditangan kiri dan tangan
kanannya membawa penampan ketika Yan Bun melihat, diatas
626 penampan ada dua helai kertas merah dengan masing-masing
tulisannya. "Kiat Siang Jie dan "Hoo hap Ban Hok," ialah
pujian selamat dan berbahagia sebagaimana itu biasa
dituturkan selamat tahun baru.
In Gak bersenyum setelah pelayan selesai menyajikan, ia
memberi persen sepotong perak seharga sepuluh tail seraya
berkata: "Terima kasih, sahabat uang ini untuk kau membeli
arak" Pelayan itu membuka mulutnya tetapi tak dapat ia
mengatakan sesuatu, sebaliknya tangannya menyambut
membawa uang masuk ke dalam sakunya.
Melihat demikian. Yan Bun tertawa geli.
"Sahabat," kata Jie In, yang kuatir orang malu, " besok
pagi tolong kau carikan kami sebuah kereta untuk Lokyang,
tentang harganya tak apa kau memberinya lebihan. Terima
kasih" Pelayan itu mengucap terima kasih setelah memberi janji ia
mengundurkan diri dengan kegirangan, pintu kamar
dirapatkan dengan perlahan. Yan Bun tertawa pula, si anak
muda menimpalinya. Habis itu mereka lantas bersantap
sembari memasang omong dengan asyik.
Di kamar sebelah terdengar pula suara yang tajam tadi, dia
memanggil pelayan, yang datang dengan cepat.
"Siapa itu dikamar sebelah?" tetamu itu tanya, "sepasang
mempelai" sahut si pelayan. "Mereka baru tiba"
"Nah, pergilah" kata orang itu. pelayan itu terdengar berlalu
dengan tindakan berat... In Gak mengerutkan alisnya.
"Saudara Tia n, janganlah kau menerbitkan gara gara,"
terdengar pula suara di kamar sebelah itu, "jikalau
perbuatanmu diketahui ketua kami, kita tidak dapat
melindungi kau .." 627 Si orang suara tajam itu terdengar tertawa. "Aku cuma mau
melihat satu kali, mengapakah..." katanya.
Lantas terdengar tindakan kaki menuju ke luar kamar.
Matanya in Gak bersinar tajam, tubuhnya lantas mencelat
ke pintu. Segera juga terdengar pintu kamarnya itu diketuk dua kali.
"Siapa?" ia tanya. "silahkan masuk" ia tertawa perlahan,
nadanya dingin. Daun pintu lantas tertolak. lalu muncul seorang lelaki
dengan pakaian singsat, bajunya hitam dan matanya, apa
yang dikatakan "mata tikus". Dia memandang In Gak. yang
berupa sebagai seorang pelajar muda, dan tentunya juga dia
menganggapnya lemah, terus dia bertindak masuk, si anak
muda mementang kedua tangannya. "Tanpa urusan kau
lancang masuk ke kamar orang, tuan, kau mau apa?" ia
menegur. Orang itu melihat Yan Bun, lantai dia menatap tajam, sinar
matanya memain. Tapi karena ditegur, dia melirik si anak
muda. Dia menyahuti dingin: "Kami lagi mencari seorang
pemburon Kami mau lihat dia bersembunyi di dalam kamar ini
atau tidak, pelajar rudin, kenapa kau begini galak?"
In Gakpun tertawa dingin, "oh kiranya tuan hamba negara


Menuntut Balas Karya Wu Lin Qiao Zi di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

yang ditugas kan melakukan pemeriksaan" Maaf, maaf"
katanya, Mendadak ia mengasi lihat roman bengis dan berkata
keras. "Apakah kau membawa surat perintah" Mana kasi aku
lihat" Orang dengan bermata tikus itu melengak, cuma sejenak,
lantas dia tertawa, menyeringai.
"Pelajar rudin. aku tidak sangka kau dapat menggertak
orang" katanya, "baik aku beritahu kan kau, bukannya hamba
negara, aku ialah Tian le, to-Coe dibawahan Hui Thian Auw
Coe Lew Keng Tek. ketua rimba Persilatan di Hoo lok.. "
628 Belum habis suaranya orang she Tian itu dari luar datang
seorang yang lantas menyamber lengan nya, setelah mana
orang itu memandang in Gak dan berkata sembari tertawa.
"Harap maafkan, tuan Adikku ini telah minum banyak air
kata-kata dan di luar kesadarannya dia mengganggu kau.
Terus dia memandang bengis kawannya itu dan kata dengan
keras , " Ketua kita sudah tiba, dia berada di Hotel sam seng
sekarang Lekas pergi menemui"
Tian le kaget, mukanya menjadi pucat, lekas-lekas ia pergi
bersama kawannya itu. segera tindakan kaki berisik yang
berlalu pergi, maka sedetik kemudian, sepilah kamar sebelah
itu. In Gak menoleh kepada kawannya.
"Di sini Law Keng Tek bermarkas, aku tidak
mendengarnya," ia kata.
" Kecewa kau menjadi tay-hiap yang kesohor." sInona
tertawa "Law Keng Tek bermarkas di gunung Him Jie an di
propinsi Hoolam..." Pemuda itu agak tersadar "Oh kiranya dia Him Jie It Koay" Kalau begitu perlu aku
mencari tahu apa perlunya dia datang kemari"
"Nah, kau kumat" kata sInona, "Dia mencari Jie In,
bukannya Cia In Gak" Dia ia bersenyum juga.
"Biarnya aku tidak ingin mencari gara-gara tetapi ingin aku
ketahui perlu apa dia mencari Jie In. Kau tunggu, aku pergi
untuk lekas kembali.,." ia lantas lompat ke luar jendela.
Yan Bun berdiam, sambil menunjang janggut matanya
mengawasi ke luar jendela iiu, Ruwet pikirannya, ia bukan
memikirkan In Gak hanya ibunya yang lagi bersengsara,
bahkan mungkin ibu itu sudah tidak ada dalam dunia sebab
tak tahan siksaan, kalau benar ibunya sudah tidak ada,"
bukankah sia-sia belaka segala ikhtiarnya"Tanpa merasa
airmatanya melele ke luar, ia menghela napas.
629 Tiba-tiba api lilin berkelebat kembali di depannya. Melihat di
sampok angin, lalu in Gak nampak anak muda itu, tanpa
merasa ia bersenyum. "AdikBun, mengapa kau berduka?"
tanya si pemuda, suaranya halus. Yan Bun menatap. Ia heran.
Agaknya pemuda itu masgul. "Engko In, ada terjadi apakah"
ia balik menanya. "Aku tidak sangka Kiong-Bun siang Kiat sangat jahat,"
sahut anak muda itu. " Ketika kita meninggalkan Chio sie,
mereka datang pula, lantas mereka menguntit kedua saudara
Chong sie dan Loei Siauw Thian. Mereka bermaksud
mendapatkan keterangan hal Jie In dari dua saudaraku itu...
Mereka menyangka Jie In telah menuju ke Lokyang maka itu
mereka mewajibkan Hoan Thian Auw coe menyerap-nyerapi
kabar perihal Jie In itu sepak terjangnya ini menandakan
KiongBun siang Kiat benar cerdik..."
" Habis bagaimana?" tanya si pemudi. " Kalau mereka
dapat menerka, kenapa mereka tidak datang sendiri"
Bukankah itu berarti mereka semakin menjauhi Jie In?"
"ltu dia kecerdikan mereka. Mereka keluaran Siauw Lim sie,
rumah perguruannya itu justeru di Hoolam, Merekalah murid
murid murtad, mana mereka sudi seperti mengantarkan diri
dalam mulut harimau" Maka itu mereka menugaskan Law
Keng Tek membuat penyelidikan. Kalau kabar didapat mereka
ingin segera diberi kabar ke kota raja. Di wilayah Yan-in
mereka berpengaruh sekali, mereka berniat membekuk kedua
saudara itu, supaya mereka dapat dijadikan umpan atas
datangnya Jie In... coba pikir, tidakkah tipu itu busuk sekali?"
"Mungkinkah mereka ketahui kaulah saudara angkatnya
Ciong soe dan Loei Siauw Thian?" ia tanya.
" Itulah aku sangsikan. Ketika kita berkumpul di Chin soe,
mereka memanggil aku Jie Tayhiap. Mungkin pihak sana
menduga perhubungan kita adalah persahabatan kekal. Untuk
mereka, itu pun ada faedahnya."
630 "Aku pikir baiklah kau tak usah terlalu berkuatir untuk
kedua saudara angkatmu itu," kata Yan Bun kemudian.
"Mereka berpengalaman, tak mungkin mereka tidak bercuriga,
lebih-lebih Jie ko mu itu, dia sangat cerdik, Chong Toako
gagah, dia pun tianglo dari Kay Pang, tidak nanti Kiong-Bun
siang Kiat berani lancang turun tangan terhadapnya. Taruh
kata mereka bekerja belum tentu mereka berhasil. Yang harus
dijaga ialah supaya mereka tidak ketahui segala
perbuatanmu." "Akupun tidak terlalu menguatirkan kedua saudara
angkatku itu," In Gak kata, "Yang aku kuatirkan ialah janji kita
untuk nanti bertemu di Ciang peng dirumah Say Hoa To Goei
peng Lok. jikalau Kiong-Bun siang Kiat turun tangan atas diri
kedua anak she Hu disana, bagaimana?"
Mendengar itu, yang beralasan Yan Bun ber kuatir juga. ia
lantas berpikir. sepasang matanya yang jeli memain
berputaran, Mendadak ia menepuk tangan.
"Ada, ada jalan" serunya, tertawa, "Bukankah kau
membawa lencana partai peng emis" Di dalam kota Kie koan
mesti ada pengemisnya, asal kau dapatkan satu diantaranya,
yang gesit, cukup kau menitahkan dia segera pergi ke Clang
peng untuk mengisiki keluarga Hu buat mereka pindah
sementara waktu, Dua saudara Chong dan Loei mestinya ayal
ayalan ditengah jalan, mereka pun dapat diperintah orang
mencarinya danpasti bakal dapat d iketemuka n. "
In Gak setujui pikiran sInona yang ia puji pintar.
"Kenapa aku tidak memikir begini?" katanya- "inilah pikiran
bagus" ia lantas menepuk tangan beberapa kali, memanggil
pelayan Dengan hormat dan bersenyum, pelayan bertindak
masuk. "sahabat, aku minta tolong," kati si anak muda. "Hari ini
tanggal dua, aku hendak melakukan amalku sebagaimana
biasa aku lakukan setiap tahun, Tolong kau carikan beberapa
pengemis untuk aku menderma kepada mereka."
631 Pelayan itu menerima, tetapi ketika ia mengundurkan diri ia
kata perlahan: "Luar biasa tuan muda ini Ada uangnya tetapi
tak tahu dia bagaimana harus menggunainya, bolehnya dia
hendak mengamal kepada segala pengemis inilah tak tepat"
Tapi ia pergi bekerja. Seberla lunya si pelayan, sembari tertawa Yan Bun kata
pada pemudanya: "sekarang, Engko In, pergilah kau ke hotel
sam Seng, Coba kau lihat Hui Thiak Auw Coe Law Keng Tek
ada disana atau tidak ..."
"Ada ada saja" kata ln Gak seraya menggeleng kepala,
tetapi ia bertindak keluar, setibanya di jalan besar, ia melihat
suasana ramai, jalan besar dilalui cuma oleh beberapa orang,
sebalik nya tiap rumah menggantung tengloleng, yaitu lentera
merah, tanda dari tahun baru, dan petasan berbunyi berisik
disana sini. Dengan tanya-tanya orang, ia menuju kejalan
besar di mana pernahnya Hotel sam seng, Ia berjalan
perlahan. Angin tidak meniup keras tetapi hawa udara dingin.
Dijala nan masih ada saiju yang belum lumer. Dari setiap
rumah pun sering terdengar suara anak anak yang
bergembira. Sesudah menikung dua kali, in Gak dapat melihat sebuah
rumah dimana ada digantungi dua buah tengloleng besar
dengan huruf-huruf " Hotel sam seng" ia menghampirkan.
Pendekar Pedang Sakti 10 Kisah Flarion Putera Sang Naga Langit Karya Junaidi Halim Pendekar Bayangan Malaikat 7

Cari Blog Ini