Pedang Langit Dan Golok Naga Yi Tian Tu Long Ji Ie Thian To Liong Kie Karya Chin Yung Bagian 6
mengangkat cawan araknya seraya berkata: "Tak berani aku
menerima pujian yang begitu tinggi. Aku pun ingin balas
memberi hormat kepada Bek Siauw pangcoe dengan
secawan arak ini." ia hirup araknya sampai kering.
Sesudah suasana berubah tenang kembali, perlahanlahan Pek Kwie Sioe bangun berdiri dan berkata dengan
suara nyaring : "Belum lama berselang, agama kami telah
mendapatkan golok mustika yang dikenal sebagai To liong
to.... Mengenai golok itu, dalam Rimba Persilatan tersiar
kata kata yang, seperti berikut : Boelim cie-coen, poto To
Liong, hauw leng thian hee, boh kam poet-ciong!" Berkata
sampai disitu, ia berhenti sejenak dan kedua matanya yang
bersinar terang menyapu para hadirin.
"Sesudah memperoleh golok mustika itu, In Kauw coe
dari agama kami sebenarnya ingin mengundang orangorang dikolong langit untuk mengadakan sebuah pertemuan
besar di gunung Heng San guna memperlibatkan golok itu
kepada dunia," katanya pula. "Akan tetapi menghimpun
pertemuan besar itu meminta banyak tenaga dan tempo,
sehingga oleh karenanya pemimpin kami telah mengambil
keputusan untuk mengundang saja kalian yang berada
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ditempat-tempat yang berdekatan supaya kalian dapat turut
melihat macamnya golok mustika itu." Sehabis berkata
begitu, ia mengebas tangannya dan delapan orang murid
Peh bie kauw lantas saja bangun berdiri dan berjalan
menuju kesebuah gua yang terletak disebelah barat.
Semua mata mengawasi delapan orang itu yang
mendapat tugas untuk mengambil To liongto. Tapi waktu
mereka keluar lagi, yang dibawa mereka, bukan golok, tapi
satu hanglo (tempat perapian) besi yang sangat besar
dengan api yang berkobarkobar. Mereka memikulnya
dengan menggunakan pikulan kayu yang sangat panjang
dan dengan napas tersengal-sengal, meraka menaruh hanglo
itu di tengah-tengah lapangan. Di belakang mereka
mengikuti empat orang, dua menggotong sebuah bantalan
besi dan dua orang lagi maisng-masing membawa sebuah
martil raksasa "Siang Tan coe," kata Pek Kwie Sioe, "harap kau suka
memperhatikan golok mustika itu untuk menetapkan
keangkeran!" "Baiklah." kata Siang Kim Peng sambil berpaling dan
berkata kepada Hio coe yang tadi melontarkan batu kepada
Coei San, "Ambil golok mustika itu !"
Mereka lantas saja masuk kedalam guha dan keluar lagi
dengan seorang menyangga sebuah bungkusan sutera
kuning dengan kedua tangannya, sedang seorang lain
melindungi di sampingnya. Hio coe itu lalu menyerahkan
bungkusan tersebut kepada Siang Kim Peng dan kemudian
berdiri dikiri kanannya. Dengan sikap hormat, Siang Kim
Peng jalu membuka bungkusan yang didalamnya berisi
sebatang golok. Dengan kedua tangan ia mengangkat tinggitinggi golok itu yang kemudian dihunusnya. "Golok ini
adalah To liong to yang sangat dihormati dalam Rimba
Persilatan!" teriaknya. "Kalian boleh melihatnya dengan
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
teliti." Nama besar To liong to sudah lama dikenal dalam dunia
Kang ouw. Akan tetapi, melihat macamnya golok itu yang
biasa saja dan warnanya kehitam-hitaman, semua orang
menjadi sangsi. Apa benar golok itu To liong to yang
dikagumi dalam Rimba Persilatan "
Perlahan-lahan Siang Kim Peng turunkan golok itu dan
menyerahkannya kepada Hio coe yang berdiri disebelah
dirinya. "Gunakanlah martil!" ia merintah.
Hio coe itu lalu menyambuti golok tersebut yang lalu
ditaruh diatas bantalan besi dengan mata golok menghadap
keatas Hio coe yang disebelah kanan segera mengangkat
martil dan menghantam nya kemata golok. "Trang!" dan..,
"loh!" Kepala martil terpapas putus jadi dua potong.
Separuh jatuh ditanah dan separuh lagi masih menempel
digagang martil Itulah kejadian yang sungguh luar biasa. Semua orang
terkesiap dan dengan serentak mereka bangun berdiri.
Bahwa dalam Rimba Persilatan terdapat senjata mustika
yang dapat memapas baja atau emas, bukan kejadian
langka. Tapi senjata yang dapat memapas besi yang begitu besar
seperti memapas tahu, benar-benar belum pernah didengar
mereka. Seorang dari Sin koen boen dan seorang dari Kie
keng pang segera menghampiri bantalan besi itu dan
menjemput potongan martil yang jatuh di tanah. Ternyata,
bagian yang terpapas berkilat-kilat, sebagai tanda baru saja
dipapasnya. Sementara itu, dua orang Hio coe yang lain sudah
mengangkat martil yang satunya lagi yang lalu dihantamkan kemata golok. Seperti juga tadi, dengan
mengeluarkan suara "tring", kepala martil terpapas pula.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kali ini semplaknya martil itu disambut dengan tampik
sorak riuh. Perlahan-lahan Siang Kim Peng mendekati bantalan besi
itu dan mengangkat To liong to. Kemudian, dengan
gerakan To pek Hwa san (Menghantam gunung Hwa san),
ia membabat bantalan besi itu yang lantas saja kutung dua.
Sesudah itu, sambil menenteng golok, ia berjalan ke sebelah
barat dan dengan kecepatan kilat, menjambret dahan satu
pohon siong tua dengan golok itu. Dengan beruntunruntun, ia membabat delapan belas pohon siong,
Para hadirn merasa sangat heran, karena meskipun
terang-terangan sudah dibabat putus, pohon-pohon itu
masih tetap berdiri tegak.
Pek Kwie Sioe tertawa nyaring dan dengan tangan
bajunya, ia mengebas pohon yang pertama. Dengan suara
gedubrakan, pohon itu. sebatas yang telah terbacok, rubuh
diatas tanah. Teryata, memang dengan sekali membabat
saja, dahan pohon itu sudah menjadi putus. Tapi karena To
liong to tajam luar biasa, maka biarpun dahannya putus
pohon itu masih tetap berdiri dan barulah tumbang sesudah
didorong oleh Pek Kwie Sioe, sesudah merubuhkan pohon
pertama, Pek Tan coe lalu mengebas pohon-pohon lainnya
yang juga lantas saja rubuh dengan mengeluarkan suara
keras. Sesudah itu, sambil tertawa terbahak-bahak Pek Kwie
Sioe mengambil Toliong to dari tangan Siang Kim Peng
dan lalu memasukkannya kedalam hanglo yang apinya
sedang berkobar-kobar. Pada waktu pohon-pohon sedang rubuh dikebas Pek
Kwie Sioe, tiba-tiba disebelah kejauhan terdengar suara
"peletak peletok" dan gedubrakan yang beruntun-runtun,
seperti juga seorang lain sedang merubuhkan lain-lain
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pohon. Pek Kwie Sioe dan Siang Kim Peng terkejut dan
mereka segera mengawasi kearah suara itu. Mereka jadi
lebih kaget lagi, karena teryata, bahwa tiang-tiang dari
perahu perahu yang berlabuh dipantai, rubuh satu demi
satu. Pada tiang-tiang itu tergantung bendera bendera Peh
bie kauw, Kie keng pang, Hay see pay dan Sin koen boen.
Semua orang lantas saja turut memandang kearah itu.
Keruaan saja mereka jadi gusar bukan main dan beberapa
pemimpin, dengan mengajak sejumlah orang sebawahannya, lantas saja berlari-lari kepantai untuk me
nyelidiki. Mendadak, jago-jago yang berkumpul dilapangan itu
melihat lain perubaban yang lebih mengagetkan. Satu demi
satu, perahu mereka mulai tenggelam. Rombongan kedua,
yang terdiri dari beberapa partai, lantas saja menyusul
kepantai. Jarak antara pelabuhan dan lapangan rumput itu
tidak terlalu jaub, tapi rombongan penyelidik pertama, yang
terdiri dari belasan orang, tidak kelihatan balik kembali.
Semua orang saling mengawasi dengan perasaan sangsi.
Sambil menengok kepada seorang Hio coe Pek Kwie Sioe
berkata: "Coba kau pergi lihat." Sesudah orang itu pergi,
dengan sikap tenang yang di buat-buat, ia berkata pula:
"Mungkin sekali di-lautan terjadi perubahan luarbiasa,
Tuan-tuan tak usah terlalu berkuatir. Andaikata semua
perahu rusak, kita masih bisa pulang dengan getek-getek
kayu. Mari! Keringkan cawan !"
Walaupun hati mereka bergoncang keras, tapi supaya
tidak dikatakan bernyali kecil, jago-jago itu terpaksa
mengangkat juga cawan mereka. Tetapi baru saja cawan
menenpel di bibir, tiba-tiba terdengar teriakan menyayatkan
hati, seperti juga jeritan orang yang melompat bangun
dengan paras muka pucat. Mereka itu rata-rata manusiamanusia, yang sudah biasa membunuh sesama manusia.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tapi sekarang mereka jadi ketakutan karena terjadinya
perkembangan luar biasa dan suara jeritan itu yang sangat
menyeramkan. Pek Kwie Sioe dan Siang Kim Peng segera
mengenali, bahwa itulah teriakan Hio coe yang barusan
diperintah pergi menyelidiki. Di lain saat, sekonyongkonyong terdengar bunyi tindakkan kaki dan seorang yang
bagaikan mandi darah mendatangi de gan berlari lari.
Orang itu bukan lain dari pada Hio coe tadi.
Dengan kedua tangsnnya, ia menekap mukanya yang
bercucuran darah, kulit kepalanya terbeset, pakaiannya
robek-robek dan berlepotan darah. Begitu berhadapan
dengan suara bergemetar ia berkata : "Kim mo Say ong !
.Kim mo Say ong ..." (Kim mo Say ong 'Raja singa bulu
emas". "Singa?" menegas Pek Kwie Sioe dengan hati lebih lega
karena menduga, bahwa yang menyerang adalah seekor
binatang buas. "Bukan...bukan...." jawab Hio coe itu, "Manusia, bukan,
bukan singa. Semua orang dicakar sampai mati.... semua
perahu tenggelam !" Sehabis berkata begitu, ia tidak dapat mempertahankan
diri lagi dan rubuh binasa diatas tanah "Coba aku yang
menyelidiki," kata Pek Kwie Sie.
"Aku ikut," kata Siang Kim Peng.
"Tidak, kau harus melindungi In Kouwnio," cegah Pek
Kwie Sioe, yang mengerti bahwa sekarang ia sedang
menghadapi lawan yang sangat tangguh. Hio coe yang tadi
diperintah pergi menyelidiki, adalah salah seorang yang
ilmu silatnya paling tinggi dalam kalangan Pek bie kauw.
Bahwa dia telah dibinasakan secara begitu mudah,
merupakan suatu tanda, bahwa pihak lawan adalah seorang
yang lihay bukan main. Siang Kim Peng tidak membantah
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
lagi dan sambil mengangguk, ia menjawab "ya."
Mendadak tardengar suara batuk-batuk, diikuti dengan
suara bicaranya seorang : "Kim mo Say ong sudah berada
disini!" Semua orang terkejut dan menengok kesana tapi mereka
tak melihat bayangan manusia lain. Dimana orang itu
bersembunyi " Mendadak terdengar pula suara itu : "Tolol! Sungguh
tolol !" Cacian itu disusul dengan terbayangnya sebuah batu
besar dan satu manusia melompat keluar dari lubang
dibawah batu. Ternyata, siang-siang ia sudah bersembunyi
dibelakang pohon dan kemudian, dengan menggali tanah,ia
masuk kedalam lubang yang dibuatnya dibawah sebuah
batu besar. Bukan main kagetnya semua orang, tidak terkecuali In
So So, yang sambil mengeluarkan seruraan "ah!" lari
mendekati Thio Coei San. Badan orang itu tinggi besar luar biasa, kira-kira lebih
tinggi satu kaki dari manusia biasa. Rambutnya yang
berwama kuning terurai dipundaknya sedang kedua
matanya yang bersinar hijau bersorot tajam seperti pisau.
Dalam tangannya, is mencekal sebatang toya Long gee
pang yang panjangnya satu tombak tujuh kaki. Dengan
tubuhnya yang seperti raksasa. Ia berdiri diantara mejameja perjamuan bagaikan satu malaikat.
"Kim mo Say ong?" Coei San tanya dirinya sendiri.
"Siapa dia " Aku belum pemah mendengar nama begitu,
baik dari Soehoe, maupun dari lautan." Ia mendapat
kenyataan, bahwa orang itu mengenakan jubab panjang
yang terbuat dari macam-macam kulit binatang, seperti
kulit harimau, kulit macan tutul, kulit kerbau, manjangan,
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
biruang. anjing ajak, rase dan sebagainya. Sepotong demi
sepotong kulit-kulit itu dijahit satu pada lainnya dan dilihat
dari buatannya yang sangat halus, tukang yang membuatnya bukan sembarang tukang. Antara begitu
banyak binatang, hanya kulit singa saja yang tidak terdapat
pada pakaiannya itu. Coei San menduga, bahwa orang itu
sangat menghormati
Pedang Langit Dan Golok Naga Yi Tian Tu Long Ji Ie Thian To Liong Kie Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
binatang singa, sehingga ia menggunakan nama binatang itu sebagai gelarnya. Long
gee pang atau toya gigi anjing ajak, yang dicekal oleh orang
itupun lain daripada yang lain. Menurut kebiasaan, pakupaku yang merupakan gigi anjing ajak, hanya dipasang
pada satu ujung dari Long gee pang. Tapi toya yang dicekal
orang bukan saja panjang dan besar luar biasa, tapi juga
dipasang paku-paku pada kedua ujungnya, sedang warna
toya keemas-emasan, tapi bukan terbuat daripada emas.
Sesudah dapat menenteramkan hatinya yang berdebaran,
Pek Kwie Sioe maju setindak seraya bertanya : "Apakah
aku boleh mengetahui she dan nama tuan yang mulia ?"
"Aku she Cia, bernama Soen, alias Twie Soe," jawabnya.
"Disamping itu aku juga mempunyai satu gelaran, yaitu
Kim mo Say ong." Coei San dan So So saling melirik. Mereka sependapat,
bahwa walaupun ganas, orang itu mempunyai nama dan
gelar seperti seorang sasterawan.
Mendengar jawaban yang pantas, hati Pek Kwie Sioe
jadi lebih lega. "Oh, kalau begitu, aku sedang berhadapan
dengan Cia Sianseng," katanya sambil membungkuk.
"Sebegitu jauh yarg diketahui olehku, Sianseng dan kami
sama sekali belum pemah berurusan, malah belum pernah
mengenal satu sama lain. Tapi mengapa, begitu tiba
Sianseng segera merusak perahu dan membunuh orang !"
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Cia Soen tersenyum dan memperlihatkan dua baris
giginya yang putih dan berkilat. "Perlu apa tuan-tuan
berkumpul ditempat ini?" ia balas menanya.
Pak Kwie Sioe merasa, bahwa ia tidak dapat berjusta
terhadap orang yang lihay itu. Dalam perhitungannya,
biarpun ia tahu orang itu bekepandaian tinggi, tapi karena
dia hanya seorang diri, ia tidak begitu keder. Ia
menganggap bahwa dengan Siang Kim Peng, Thio Coei
San dan In So So, biar bagaimanapun juga, pihaknya akan
dapat menjatuhkan lawan tunggal itu. Memikir begitu, ia
lantas saja menjawab dengan suara nyaring: "Belum lama
berselang Peh bie kauw telah mendapat sebilah golok
mustika dan sekarang kami mengumpulkan sahabat-sahabat
dalam dunia Kang ouw untuk menyaksikan golok tersebut."
Cia Soon menengok kehanglo yang apinya sedang
berkobar-kobar dan membakar sebilah golok berwama
hitam. Melihat api yang begitu hebat, tapi golok itu
sedikitpun tidak bergeming, ia tabu, bahwa golok itu benar
benar senjata mustika. Dengan tindakan lebar ia mendekat
dan mengangsurkan tangan untuk mencekal gagang golok.
"Tahan!" bentak Siang Kim Peng.
Cia Soen menengok. "Mengapa?" tanyanya sambil
tersenyum tawar. "Golok itu adalah milik agama kami," jawabaya.
"Sababat, kau hanya boleh melihat dari jauh tidak boleh
mendekatinya " "..Milikmu?" menegas Cia Soen. "Apa golok itu dibuat
olehmu atau dibeli olehmu?"
Siang Kim Peng tergagap, tak dapat ia menjawab
pertanyaan itu. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Pihakmu mengambilnya dari tangan orang lain dan
sekarang aku mengambilnya dari tangan kamu," kata pula
Cia Soen "Hal itu cukup adil, mengapa tidak boleh"''
Sehabis berkata begitu, ia kembali memutar badan dan.
mengangsurkan tangannya untuk mencekal gagang To liong
to. Berbareng dengan suara berkerincin rantai Siang Kim
Peng mengeluarkan senjata semangka dari pinggangnya.
"Sahabat!" bentaknya. "Jika kau tidak meladeni, aku
terpaksa berlaku kurang sopan terhadapmu." Dalam katakatanya ia baru memberi peringatan, tapi sebenarnya
berbareng dengan perkataannya itu "semangka" yang
ditangan kirinya sudah menyambar punggung Cia Soen.
Tanpa memutar badan atau menengok, Cia Soen
menyodok kebelakang dengan toyanya. Benturan antara
Long gee pang dan 'semangka' itu menerbitkan suara yang
sangat hebat dan semangka besi itu hancur jadi tujuh
delapan potong yang melesat kesana sini. Hampir berbareng
badan Siang Kim Peng bergoyang goyang dan sudah
muntahkan darah, ia rubuh berguling tanpa beryawa lagi.
Ternyata Siang Kim Peng telah dibinasakan dengan
tenaga Lweekang yang menyerang dari Long gee pang
lewat semangka besi itu ketubuhnya. Jika orang tahu betapa
tinggi kepandaian Siangg Kim Peng, dapatlah ia
membayangkan hebatnya Lweekang orang she Cia itu.
Lima Hio coe Coe ciak tan menecelos hatinya. Dengan
serentak mereka melompat maju, dua menubruk pemimpin
mereka, sedang tiga yang lain, tanpa memperdulikan segala
apa, segera menghunus golok dan menerjang musuh.
Sesudah mengambil To liong to, dengan menggunakan
Long gee pang Cia Soen menyontek hangl0 besi itu yang
lantas saja terbang keatas dan jatuh menghantam tubuh
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ketiga Hio coe itu. Karena tenaganya belum habis, hanglo
itu menggelinding terus dan menghantam pula kedua Hio
coe yang sedang coba membangunkan Siang Kim peng.
Dalam sekejap, pakaian lima Hio coe dan mayat Siang Kim
Peng, berkobar-kobar. Empat Hio coe mati disitu juga,
sedang yang satu menjerit_jerit kesakitan.
Siapakah yang tidak menjadi gentar sesudah melihat
kejadian yang sangat hebat itu"
Meskipun masih berusia muda, Coei San sudah kenyang
makan asam garam dunia Kangouw dan sudah pernah
bertemu dengan banyak sekali orang pandai. Tapi manusia
yang kepandaiannya setinggi Cia Soen, belum pemah
ditemuinya. Diam diam ia mengakui, bahwa kepandaiannya masih kalah jauh. Ia mengakui, bahwa
diantara saudara-saudara seperguruannya, tak satupun yang
dapat menandingi orang itu, bahkan Boe tong Cit hiap,
tujuh pendekar Boetong, bersama-sama belum tentu bisa
memperoleh kemenangan. Menurut taksirannya, adalah
gurunya seorang yang dapat meladeni Cia Soen.
Sementara itu, dengan jarinya Cia Soen menyentil To
liong to yang mengeluarkan suara aneh, seperti suara
tersentuhnya emas, tapi bukan emas, seperti kayu tapi
bukan kayu. Ia manggut-manggutkan kepalanya seraya
berkata dengan suara perlahan : "Tak ada suara, tak ada
warna, Benar-benar golok mustika."
Sesudah itu, ia mengawasi sebuah sarung golok yang
terletak dimeja, didekat tempat berdirinya Pek Kwie Sioe.
"Apa itu sarung To long to?" tanyanya, "Bawa kemari."
Pek Kwie Sioe mengerti, bahwa sepuluh sembilan
jiwanya bakal melayang. Jika ia menurut dan menyerahkan
sarung golok itu, habislah nama baiknya yang sudah
dipertahankan selama puluhan tahun. Disamping itu, jika
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dikemudian hari Kauw coe menyelidiki peristiwa tersebut,
ia pasti akan binasa dalam tangannya pemimpin tersebut.
Tapi dilain pihak, jika membangkang, ia juga bakalan mati.
Maka itu, sesudab memikir sejenak, ia lantas saja berkata :
"Jika kau ingin membunuh aka, bunuhlah ! Aku siorang she
Pek, bukan manusia yang takut mati."
Cia Soen bersenyum. "Keras kepala ! Manusia keras
kepala !" katanys. "Dalam Peh bie kauw teryata terdapat
orang-orang yang mempunyai nyali." Tiba tiba ia
mengayun tangan kirinya dan To liong to menyambar ke
arah Pek Kwie Sioe, Begitu golok menyambar, Pek Kwie
Sioe, yang tidak berani menyambuti, lantas saja berkelit ke
samping. Tapi diluar dugaan. waktu mendekati
meja mendadak golok itu terbang rendah dan ., "srok!",
masuk tepat kedalam sarungnya ! Apa yang lebih aneh lagi,
golok yang sudah bersarung itu terbang balik dan dengan
sekali menyontek dengan Long gee pang, Cia Soen sudah
mencekel lagi golok itu yang bersama sama sarungnya
lantas saja diselipkan dipinggangnya !
Pertunjukan aneh itu, yang hanya dapat diperlihatkan
oleh seseorang yang Lweekangnya sudah mencapai puncak
kesempurnaan, benar-benar menakjubkan.
Sesudah itu, sambil menyapu para hadirin dengan
matanya yang sangat tajam, ia berkata: "Apakah tuan-tuan
mempunyai pendapat lain mengenai keinginanku untuk
memiliki golok mustika ini?"
Sesudah ia mengulagi pertanyaannya dua kali, tiba-tiba
seorang yang duduk dimeja Hay see pay duduk berdiri dan
berkata "Cia Cianpwe adalah seorang yang mulia dan
tersohor diempat lautan. Golok mustika itu memang
pantasnya dimiliki oeh Cia Cianpee dan kami semua
merasa sangat setuju."
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Apakah tuan Cong to ceo", (pemimpin besar) dari Hay
see pay yang bernama Goan Kong Po?" tanya Cia Soen.
"Benar," jawabnya. Ia merasa girang dan heran
mendengar pertanyaan itu. Bagaimana Cia Soen bisa
mengenal she dan namanya "
"Apa kau tahu siapa guruku ?" tanya pula Cia Soen "Apa
kau tahu dari partai mana " Perbuatan mulia apakah yang
pernah dilakukan olehku ?"
Goan Kong Po tergugu. "Aku ...aku ...." jawabnya
terputus putus. Ia sebenarnya tidak pernah mangenal Cia
Soen dan kata katanya yang barusan hanyalah untuk
mengumpak-umpak. "Sedang kau tidak mengenal aku, bagaimanakau tahu
aku sangat mulia dan tersohor diempat lautan?" tanya Cia
Soan dengan suara memandang rendah. "Golok ini dulu
dimiliki oleh Hay see pay, kemudian direbut oleh Tiang pek
Sam-kim dan lalu jatuh kedalam tangan Jie Thay Giam dari
Boo tong pay ..." Mendengar perkataan "Jatuh kedalam tangan Jie Thay
Giam dari Bo tong pay" membuat jantung Coei Sin
memukul keras. Baru sekarang ia tahu, bahwa golok itu
mempunyai sangkut usut dengan Samkonya.
Sementara itu Cia Soen bicara terus: "Dengan diam-diam
turunkan tangan beracun, Peh bie kauw merampas golok ini
dari tangan Jie Thay Giam. Huh huh!" Sesudah merasa,
bahwa Hay see pay tidak mempunyai kesempatan lagi
untuk merebut pulang To liong to, kau segera mengeluarkankata-kata merdu untuk mengumpak umpak
aku Kau adalah penjilat yang tak mengenal malu dan
selama hidup, aku paling benci bangsa penjilat. Kemari!"
Waktu mengucapkan kata-kata paling belakang, suaranya
nyaring bagaikan geledek dan menusuk kuping.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Goan Kong Po yang sudah hancur nyalinya tidak berani
membangkang. Dengan tindakan limbung, ia menghampiri
dan waktu sudah berhadapan deaga Cia Soen, kedua
kakinya bergemetaran. Sementara itu, hati Coei San berdebaran dan darahnya
bergolak-golak. waktu melirik In So So, ia mendapat
kenyataan paras muka si nona pucat bagaikan kertas.
"Kamu, kawanan Hay see pay, sungguh kawanan
simuka tebal," Cia Soen mencaci pula. "Ilmu silat kamu
ilmu silat pasaran dan modalmu yang terutama untuk
mencelakakan manusia adalah garam beracun. Tahun yang
lalu, di Gin yauw, kamu telah membinasakan Thio Teng In
serumah tangga, tak kurang dari sebelas orang melayang
jiwanya. Bulan ini, tanggal satu, kamu juga telah
membunuh Auwyang Ceng di Hay boen."
Goan Kong Po kaget tak kepalang. Ia sungguh tak
mengerti, bagaimana Cia Soen bisa tahu seluk beluk kedua
pembunuhan itu yang dilakukan secara rahasia.
"Mengapa kau diam saja ?" bentak Cia Soen "Suruh
orangmu bawa dua mangkok garam beracun kemari! Aku
mau lihat bagaimana macamnya racunmu itu?"
Sudah menjadi kebiasaan orang-orang Hay see pay
bahwa kemanapun mereka pergi, mereka pasti membekal
garam beracun. Maka itu, dengan apa boleh buat, Goan
Kong Po segera memerintahkan sebawahannya membawa
dua mangkok racun. Cia Soen menyambuti dua mangkok itu yang lalu
diendut-endus dengan hidungnya, "Mari kita masingmasing makan semangkok!" katanya.
Goan Kong Po terkesiap, garam itu mengandung racun
yang sangat hebat, sehingga, jangankan
dimakan. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sedangkan menempel dibadan manusia saja sudah cukup
untuk mengambil jiwa orang.
Dalain saat, Cia Soen menancapkan toyanya di tanah
dan satu tangannya menyambar kedagu Goan Kong Po
yang begitu tersentuh, mulutnya lantas saja menganga dan
tidak dapat ditutup lagi.
Hampir berbareng ia mengangkat mangkok garam dan
menuang semua isinya kemulut orang!
Pedang Langit Dan Golok Naga Yi Tian Tu Long Ji Ie Thian To Liong Kie Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Binasanya Thio Tang In dan semua keluarganya di Gie
yauw dan terbunuh matinya Auwyang Ceng dalam sebuah
hotel di Hay boen merupakan suaru teka-teki yang
mengherankan dalam Rimba Persilatan.
Sekarang baru ketahuan, bahwa kedua pembunuhan
gelap itu telah dilakukan oleh orang-orarg Hay See pay.
Maka itu melihat nasib yang dijalani Goan Kong Po, jagojago yang berada di situ diam-diam merasa girang,
Sesudah itu sambi mengangkat mangkok garam yang
satunya lagi. Cia Soen berkata dengan suara nyaring : "Aku
si orang she Cia selalu berlaku adil dan jujur. Kau sudah
makan semangkok, aku pun akan makan semangkok." Ia
menuang garam itu kedalam mulutnya
dan lalu menelannya. Itulah perbuatan yang tak pernah diduga orang orang
yang paling kaget adalah Coei San. Sesudah memperhatikan paras muka Cia Soen, ia mendapat
kenyataan, bahwa meskipun sepak terjangnya sangat ganas,
pada paras mukanya terdapat sinar kesedihan, Dengan
mengingat, bahwa' jago-jago yaag telah dibinasakan
olehnya adalah manusia manusia jahat. maka dalam hati
pemuda itu muncul rasa simpathi. Demikianlah, begitu
lihat Cia Soen menelan garam itu, tanpa terasa ia berteriak :
"Cia Cianawee, manusia itu memang pantas mendapat
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
hukuman mati. Perlu apa Cianpwee ber buat begitu ?"
Cia Soen menengok dan mengawasi, Coei can
bersenyum, sedang paras mukanya sedikitpun tidak terlihat
sinar ketakutan. "Siapa tuan ?" tanya Cia Soen.
"Boanpwee adalah Thio Coei San dari Boe tong,"
jawabnya. "Hmmn ....Boe tong Thio Ngohiap . . . apakah kau
datang untuk merebut To liong to ?" tanyanya pula.
Pemuda itu menggelengkan kepala seraya berkata:
"Bukan. kedatangan boanpwee adalah untuk menyelidiki
sebab musabab terlukanya Jie Samko, Kurasa Cianpwee
mengetahui banyak mengenai peristiwa itu dan aku
memohon keterangan Cianpwee."
Sebelum Cia Soen keburu menjawab, tiba-tiba Goan
Kong Po mengeluarkan jeritan kesakitan dan ia rubuh
sambil memegang perutnya. Sesudah bergulingan beberapa
kali ditanah, badannya tidak bergerak lagi dan rohnya
berpulang kealam baka. "Cia Sianseng, lekas minum obat!" teriak Coei San
dengan bingung. "Obat apa?" bentaknya. "Ambil arak!" Seorang pelayan
dari Peh bie kauw lantas saja mengambil cawan dan poci
arak. "Mengapa Peh bie kauw begitu kikir?" teriak Cia Soen.
"Ambil poc i yang paling besar!"
Dengan tergesa-gesa pelayan itu segera mengambil poci
yang paling besar dan lalu menaruhnya dihadapan Cia
Soen. "Manusia ini rupanya kepingin mampus terlebih
cepat," katanya didalam hati.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sambil tertawa Cia Soen lalu mengangkat tempat arak
itu dan menuang isinya kedalam mulutnya. Dalam sekejap,
arak itu yang beratnya kirakira tigapuluh kati, sudah
dituang kering. Ia mengusut-ngusut perutnya yang
melembung besar den tertawa berkakakan.
Mendadak ia mendongak dan membuka mulutnya.
Hampir berbareng, diluar dugaan semua orang ia
menyemburkan arak yang menyambar dada Pek Kwie Sioe
bagaikan sehelai sutera putih. Karena tidak berjaga-jaga,
Pek tan coe terhuyung dan kemudian rubuh karena
dadanya seperti dipukul martil. Sesudah itu, Cia Soen lalu
menyemburkan keatas arak itu yang kemudian jatuh seperti
hujan gerimis, sehingga membasahi muka semua orang.
Sejumlah orang yang Lweekangnya masih cetek,yang
tidak tahan dengan bau dan racun arak, lantas saja roboh
dalam keadaan pingsan. Ternyata, dengan menggunakan Lweekang yang sangat
tinggi, terlebih dulu Cia Soen mencuci racun garam dalam
perutnya dengan arak itu yang kemudian disembur keluar
sebagai arak beracun. Sedikit racun yang masih ketinggalan
didalam perut ditindih olehnya dengan menggunakan Lwee
kang. Bek Keng Pangcoe dari Kie keng pang, jadi gusar bukan
main dan mendadak ia melompat bangun. Tapi dilain detik,
ia ingat, bahwa kepandaiannya masih jauh dari kepandaian
orang itu, sehingga perlahan-lahan ia duduk kembali sambil
menahan amarah. "Bek Pangcoe," kata Cia Soen seraya tertawa dingin.
"Bukankah pada Go gwee tahun ini di muara Sungai Bin
kiang kau telah membajak sebuah perahu dari Liaow tong
?" Paras muka Bek keng lantas saja berubah pucat .
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Benar," jawabnya.
"Sebagai bajak, memang juga, kalau tidak membajak,
kau tentu tak bisa hidup," kata pula Cia Soen. "Bahwa kau
membajak, sangat dapat dimengerti olehku. Sedikitpun aku
tidak menyalahkan kau. Tapi mengapa kau sudah
melemparkan beberapa puluh pedagang yang tidak berdosa
kedalam laut dan telah memperkosa tujuh wanita sehingga
mereka jadi binasa" Apakah seorang gagah dalam dunia
Kang ouw boleh melakukan perbuatan yang terkutuk itu ?"
Bek Keng bergemetar sekujur badannya. "Itu.... itu .....
perbuatan .....perbuatan orang orang ku," jawabnya
terputus-putus. "Aku aku sama sekali tidak mengambil
bagian." Cia Soen mengeluarkan suara dari hidung. "Huh! Enak
benar kau menyangkal!" bentaknya. "Andai kata benar kau
tidak mengambil bagian, karena kau sama sekali tidak
mencegah orang orangmu melakukan perbuatan yang
sangat memalukan Rimba persilatan, maka semua
kedosaan harus ditanggung olehmu sendiri. Perbuatan itu
seperti juga dilakukan olehmu sendiri. Sekarang aku mau
tanya: Siapa siapa pada hari itu telah melakukan perbuatan
terkutuk itu ?" Untuk menyelamatkan jiwanya sendiri, Bek Keng segera
menghunus golok. "Coa Sie, Hoa Cong San Ouw Liok !
Kamu bertiga mengambil bagian di hari itu!" Hampir
berbareng, bagaikan kilat ia membacok tiga kali dan ketiga
bajak itu lantas saja rubuh tanpa bernyawa lagi.
"Bagus! Hanya sayang terlalu terlambat," kata Cia Soen.
"Kalau hari itu kau menghukum mereka, hari ini aku tentu
tidak turun tangan. Bek Pangcoe, ilmu apa yang paling
diandalkan olehmu?" Melihat ia tidak dapat meloloskan diri lagi, Bek Keng
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berkata dalam hatinya : "Kalau bertanding didaratan,
mungkin aku tidak dapat melawannya dalam tiga jurus.
Tapi diair adalah duniaku. Andai kata kalah, aku masih
dapat melarikan diri. Tak mungkin ilmu berenangnya lebih
lihay daripada aku." Memikir begitu, ia lantas saja berkata:
"Aku ingin meminta pelajaran Cia Cianpwee dalam ilmu
berkelahi dibawah air."
"Baiklah, mari kita pergi ketengah laut untuk menjajal
kepandaian" jawab Cia Soen sambil meagangguk. Tapi baru
berjalan beberapa tindak, ia berhenti seraya berkata:
"Tahan! Aku kuatir begitu lekas aku pergi, orang-orang itu
lantas saja kabur!" Mendengar perkataan itu, semua orang tereajut. Apa dia
mau membinasakan semua orang "
Bek Keng sungkan menyia-nyiakan kesempatan baik dan
ia segera berkata dengan tergesa-gesa "Biarpun didalam air,
aku pasti bukan tandingan Cianpwee. Aku mohon
pertandingan dibatalkan saja dan aku mengaku kalah."
"Hm... kalau begitu, aku boleh tak usah banyak berabe,"
kata Cia Soen. "Jika kau mengaku kalah, kau harus
membunuh diri." Bek Keng terkesiap. Sesudah berdiam sejenak, ia berkata
dengan suara tak lampas: "Dalam.... dalam pertempuran,
kalah menang adalah kejadian biasa. Mengapa mesti
membunuh diri?" "Jangan rewel!" bentak Cia Soen. "Manusia seperti kau
ingin bertanding denganku" Kedatanganku hari ini adalah
untuk menagih jiwa. Siapa saja yang pernah melakukan
perbuatan jahat dan membunuh manusia yang tidak
berdosa tak akan bisa terlolos dari tanganku. Hanya karena
aku kuatir kamu binasa dengan penasaran, maka aku
membolehkan kamu mengeluarkan kepandaian yang paling
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
lihay untuk membela diri. Siapa yang dengan kepandaiannya dapat menangkan aku, aku akan mengampuni jiwamu." Sehabis berkata begitu, ia membungkuk dan mengambil
dua gempal tanah liat yang lalu dibasahi dengan arak.
Sesudah memulung gempalan tanah itu menjadi dua bola
bundar, ia segera berkata: "Tinggi rendahnya kepandaian
berenang dari seseorang dapat diukur dengan berapa lama
ia dapat bertahan dibawah permukaan air. Sekarang begini
saja. Dengan menggunakan tanah ini, aku dan kau
menutup hidung dan mulut. Siapa yang lebih dulu tak
tahan, boleh mengorek tanah ini, tapi ia harus membunuh
diri sendiri." Tanpa menanya lagi apa Bek Keng setuju atau tidak, ia
segera menutup hidung dan mulutnya dengan tanah liat itu
dan kemudian, dengan sekali menimpuk, bola tanah yang
lain menutup hidung dan mulut Bak Keng.
Melihat pertunjukan itu, semua orang merasa geli, tapi
tak satupun berani tertawa. Sebelum jalanan napasnya
ditutup, Bek Keng sudah menarik napas dalam-dalam.
Sesudah itu, ia lantas saja bersila dan menahan napas.
Dalam ilmu menahan napas Bek Keng banyak lebih
unggul daripada manusia kebanyakan. Semenjak berusia
tujuh delapan tahun, ia sering selulup diair untuk
menangkap ikan dan kepiting. Dengan latihan yang terus
menerus, semakin lama in semakin mengenal sifatnya air
dan dapat bertahan dibawah permukaan air sampai kirakira sepasangan hio. Maka itu, dalam pertandingan ia
percaya bahwa ia bakal mendapat kemenangan.
Dilain pihak, Cia Soen tidak menyontoh perbuatan
lawannya. Sebaiknya dari bersila atau duduk, dengan
tindakan lebar ia menghampiri meja Sin koen dan menatap
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
wajah Kwee Sam Koen, Ciangbunjin in boen, dengan mata
melotot. Diawasi secara begitu, si orang she Kwee bangun bulu
romanya. Buru-buru ia berdiri dan berkata sambil
merangkap kedua tangannya. "Cia Cianpwee, aku yang
rendah adalah Kwee Sam Koen dari Sin koen boen."
Karena hidung dan mulutnya tertutup, Cia Soen tidak
dapat bicara. Ia menyelup telunjuknya ke dalam cawan arak
dan menulis tiga huruf diatas meja. Begitu melihat tiga
hurup itu, paras muka Kwee Sam Koen lantas saja berubah
pucat seperti kertas. Beberapa muridnya melirik huruf-huruf
itu yang ternyata berbunyi "Coei Hoei Yan" adalah nama
seorang wanita, tapi tak tahu mengapa guru mereka jadi
begitu ketakutan Coei Hoei Yan adalah puteri gurunya Kwee Sam Koen.
Sesudah sang guru meninggal dunia, dia telah main gila
dengan nona itu. Tapi, sesudah nona itu hamil, ia
meninggalkannya dengan begitu saja dan masuk menjadi
murid partai Sin Koen boen. Karena malu dan gusar, Hoei
Yan menggantung diri sehingga binasa. Karena keluarga
Hoei hanya ketinggal Hoei Yan seorang, maka urusan itu
tidak menjadi panjang dan kecuali Kwee Sam Koen sendiri,
rahasia tersebut tidak diketahui oleh orang luar. Tapi diluar
semua dugaan, sesudah lewat kurang lebih dua puluh
tahun, Cia Soen telah menulis nama nona itu diatas meja.
Begitu melihat tiga huruf itu, Kwee Sam Koen segera
berkata dalam hatinya: "Sesudah menang kan Bek Keng
dan mencopot tanah liat yang menutup jalan napasnya, dia
tentu akan mengumumkan perbuatan itu. Paling baik aku
menggunakan kesempatan ini untuk turun tangan lebih
dulu. Jika dia mengerahkan tenaga untuk melawan aku, dia
tentu akan kalah dalam pertandingan melawan Bek Keng".
Memikir begitu, ia lantas saja berkata deagan suara nyaring:
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aku yang rendah adalah Ciang boen dari Sin koen boen.
Kepandaian ku yang paling diandalkan adalah silat tangan
Pedang Langit Dan Golok Naga Yi Tian Tu Long Ji Ie Thian To Liong Kie Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kosong. Sekarang aku ingin meminta pelajaran darimu
dalam ilmu silat itu"
Berbareng deagan perkataannya, ia mengirim tinju
kempungan Cia Soen dan tinju pertama lalu disusul tinju
kedua. Nama "Sam Koen" atau "Tiga tinju" yang
digunakan nya adalah karena ia mempunyai tinju yang luar
biasa keras, sehingga dengan sekali meninju saja, ia dapat
membinasakan seekor kerbau. Dalam kalangan Kangouw,
ahli-ahli kelas pertengahan jarang ada yang dapat malayani
tiga tinjunya, sehingga oleh karenanya, ia kenal dengan
nama "Kwee Sam Koen" dan namanya yang aseli tidak
diketahui orang. Dua tinju yang dikirim dengan beruntun itu segera
ditangkis oleh Cia Soen, Sam Koen merasa bahwa dalam
menangkis pukulannya, Lweekang lawan tidak seberapa
kuat dan berbeda banyak dengan Lweekang yang
digunakan untuk membunuh Siang Kim Pang. Maka itu,
sambil mengayun tinju ketiga, ia membentak keras:
"Jagalah pukulan ketiga!"
Tinju yang sangat hebat itu di beri nama Hoen sauw cian
koen (Menyapu laksaan serdadu) dan pukulan tersebut
sudah pernah menjatuhkan banyak sekali jago-jago
Kangouw. Sementara itu, Bek Keng yang bersila sambil menahan
nafas rupanya sudah merasa tak tahan lagi muka dan
kupingnya merah, sedang matanya berkunang-kunang.
Melihat keadaan ayahnya, Bek Siauw pangcu berkhuatir
bukan main. Maka itu selagi Kwee Sam Koen menyerang
dengan dua pukulan, dengan cepat ia mencabut sebatang
tusuk konde seorang Tocoe wanita dari Kie keng pang.
Dengan mengerahkan Lweekang dijari tangannya, ia
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
memutus tangkai tusuk konde yang kemudian ditimpukkan
kemulut ayahnya. Biarpun tangkai tusuk konde itu dapat
melukakan mulut atau tenggorokan sang ayah, tapi tanah
liat yang menutup jalanan napas akan berlobang sehingga
sedikit banyak ayahnya bisa mendapat hawa udara segar.
Pada saat tangkai tusuk konde itu terpisah kira kira
setombak dari mulut Bek Keng, mata Cia Soen yang sangat
tajam telah melihatnya. Tanpa menggerakkan tubuh,ia
menendang tanah dan sebutir batu kecil melesat keatas,
menyambar tangkai tusuk konde, yang begitu terpukul
dengan batu kecil itu, lantas saja terbang balik. Tiba tiba
Bek Siauwpangcoe mengeluarkan teriakan kesakitan sambil
menutup mata kanannya, yang mengeluarkan darah.
Ternyata, tangkai tusuk konde itu menjambret tepat kemata
kanannya yang lantas saja menjadi buta.
Pada saat itulah, tinju Kwee Sam Koen yang ke tiga
menyambar kempungan Cia Soen. Sebelum tiba pada
sasarannya, pukulan yang sangat dahsyat itu sudah
mengeluarkan sambaran angin yang sangat tajam. Sam
koen menduga lawannya akan coba menangkis atau
berkelit. Tapi tak dinyana, Cia Soen tidak bergerak "Bak!",
tinju itu mengenakan tepat pada sasarannya. Kempungan
adalah salah satu bagian tubuh manusia yang paling lemah
dan tinju itu amblas di kempungan.
Tapi, sesaat itu juga, Kwee Sam Koen mencelos hatinya,
karena tinjunya tersedot dengan semacam tenaga yang
seperti besi berani. Cepat-cepat ia mengerahkan Lweekang
untuk menarik pulang kepalannya, tapi sedikitpun tidak
bergeming dan tinju itu terus melekat di kempungan musuh.
Dengan tenang Cia Soen mengangsurkan tangan kirinya
kepinggang lawan. Melihat guru mereka dalam keadaan
bahaya, dua orang murid Sin koen segera melompat untuk
memberi pertolongan. Tapi begitu diawasi Cia Soen dengan
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sorot mata yang setajam pisau, hati mereka keder dan tidak
berani bergerak lagi. Dilain saat, Cia Soen sudah
meloloskan ikat pinggang Kwee Sam Koen yang lalu
digunakan untuk melibat leher pecundang itu. Sesudah itu
ia mengikat ujung ikatatan pinggang kedahan pohon,
sehingga badan Kwee Sam Koen jadi tergantung.
Kwee Sam Koen meronta-ronta, tapi semakin ia
meronta, ikatan pada lehernya menjirat semakin erat.
Beberapa saat kemudian, didepan matanya terlibat
bayangan Coei Hoei Yang. Rasa takut dan menyesal
bercampur aduk dalam hatinya. Dalam keadaan separuh
lupa, kupingnya mendengar kata-kata: "Jalan langit tidak
pernah gagal. Perbuatan jahat akan mendapat pembalasan
Jahat!" Cia Soen menengok dan melihat warna putih pada kedua
matanya Bek Keng. Ia lalu menghampiri, dan lalu
mencopot tanah liat yang menutupi jalanan napas lawan itu
dan kemudian meraba raba dadanya. Sesudah mendapat
kepastian, bahwa Pangcoe Kek keng pang itu sudah tidak
bernyawa lagi, barulah ia mencopot tanah yang menutupi
hidung dan mulutnya sendiri. Ia mendongak dan tertawa
nyaring "Kedua orang itu adalah manusia-manusia yang
sangat jahat," katanya "bahwa mereka baru binasa sekarang
sebenarnya sudah terlalu terlambat." Sehabis berkata begitu,
ia mengawasi kedua Kiam kek muda dari Koen loan pay.
Paras muka Ko Cek Seng dan Chio Tauw pucat seperti
kertas, tapi merekapun bales mengawasi, tanpa mengunjuk
rasa keder. Melihat cara bagaimana Coei San telah membinasakan
dua pemimpin dari dua partai persilatan yang ternama,
Coei San kaget bukan main dan sugguh-sungguh ia tak
dapat mengukuri betapa tinggi kepandaian orang itu.
Sekarang melihat Cia Soen mengawasi kedua Kiam kek
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Koenloen ia merasa sangat berkuatir akan keselamatan
kedua orang muda itu. Buru-buru ia bangun berdiri dan berkata: "Cia Cianpwee,
menurut katamu sendiri, orang-orang yang telah dibinasakan olehmu adalah manusia-manusia jahat yang
pantas dibunuh. Tapi, jika kau sendiri membunuh manusia
secara sembarangan. maka kaupun tiada banyak bedanya
dengan orang orang yang dikatakan jahat olehmu."
"Tidak banyak bedanya?" menegas Cia Soen sambil
tertawa-tawa. "Kepandaianku tinggi kepandain mereka
rendah. Yang kuat menjatuhkan yang lemah. Itulah
perbedaannya." "Manusia bukan binatang dan manusia yang wajar harus
dapat membedakan apa yang benar dan apa yang salah,"
kata pula Coei San. "Jika seorang menindih yang lemah
dengan hanya mengandalkan kekuatannya, tanpa memperdulikan benar atau salah, maka orang itu tiada
bedanya dengan binatang"
Cia Soen tertawa berkakakan. "Apa benar dalam dunia
ini terdapat apa yang dinamakan salah atau benar?"
tanyanya dengan nada mengejek. "Orang yang berkuasa
pada jaman ini adalah bangsa Mongol. Mereka sering
berbuat sewenang wenang. Apakah dalam melakukan
perbuatan-perbuatan itu, mereka bersedia untuk bicarakan
soal benar atau salah denganmu?"
"Memang benar, mereka tak memperdulikan benar atau
salah," jawab Coei San. "Tapi juga benar, bahwa segenap
pencinta negeri siang malam mengharap-harapkan datangnya kesempatan untuk mengusir kawanan penjajah
itu." Cia Soen menyeringai, "Huh ! Sekarang kita bicara saja
mengenai orang Han sendiri," katanya. "Dulu, pada waktu
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
orang Han duduk diatas tahta, apa dia menggubris soal
benar atau salah dalam sepak terjangnya" Gak Hoei adalah
seorang menteri setia. Tapi mengapa ia dibunuh oleh Song
ko cong" Cin Kwee dan Kee Soe To adalah menteri-menteri
dorna, Tapi mengapa mereka dapat memanjat kedudukan
tinggi dan hidup dalam kemuliaan dan kemewahan?"
"Kaizar-kaizar Lam song (kerajaan Song Selatan) telah
menggunakan manusia-manusia pengkhianat dan membinasakan menteri menteri setia, antaranya Gak Hoei,
sehingga kerajaan rubuh dan negeri jatuh kedalam tangan
bangsa lain," kata Coei San. "Dalam hal ini dapat kita
katakan, bahwa kaizar-kaizar itu telah mendapat buah yang
jahat karena menyebut bibit kejahatan. Inilah kejadian yang
membuktikan adanya perbedaan antara salah dan benar."
Cia Soen bersenyum dan berkata dengan suara duka:
"Thio Ngohiap, kau mengatakan, bahwa kaizar-kaizar itu
telah mencicipi buah sebab perbuatannya yang jahat dan
kejam. Sekarang aku ingin menanya: Apakah dosanya
rakyat jelata sehingga mesti menderita terus menerus, mesti
mengalami tindasan?"
Coei San tak dapat menjawab ia hanya menghela napas
dengan paras muka suram. "Rakyat sudah terpaksa membiarkan dirinya di persakiti
karena mereka tidak mempunyai kemampuan untuk
melawan," menyeletuk In So So. "Hal ini adalah hal yang
lumrah dalam dunia."
"Itulah sebabnya mengapa kita, orang-orang Rimba
Persilatan, telah belajar silat," menyambungi Coei San.
"Tujuan kita yang terutama adalah membela keadilan dan
menolong manusia yang perlu ditolong, Cia cianpwee
adalah seorang enghiong yang jarang ada tandingannya dan
dengan memiliki ilmu yang sangat tinggi itu, Cianpwee
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dapat berbuat banyak sekali untuk umat manusia ?"
"Apa bagusnya membela keadilan" tanya Cia Soen
sambil menjebi. "Apa perlunya membela keadilan?"
Coei San kaget tak kepalang. Semenjak kecil ia telah
menerima didikan bathin dari gurunya dan pada sebelum
belajar silat, ia sudah tahu pentingnya tugas membela
keadilan. Dalam alam pikirannya, seorang yang belajar silat
secara wajar mempunyai tugas suci itu. Selama hidup,
pertanyaan perlu apa membela keadilan belum pernah
masuk kedalam otaknya. Maka itu, mendengar perkataan
Cia Soen, ia tercengang dan tak dapat mengeluarkan
sepatah kata. Beberapa saat kemudian, barulah ia berkata: "Membela
keadilan... itulah jalan untuk menegakkan keadilan,
sehingga perbuatan baik mendapat pembalasan baik dan
perbuatan jahat mendapat pembalasan jahat."
Cia Soen jadi tertawa terbahak-bahak. "Omong kosong!"
katanya dengan suara nyaring. "Perbuatan baik mendapat
pembalasan baik, perbuatan jahat mendapat pembalasan
jahat! itu semua omong kosong belaka! Orang-orang Boe
tong pay paling suka membaca kitab Cong coe dan sebagai
murid Boe tong, kau tentu paham dengan isinya kitab itu."
"Dalam kitab tersebut terdapat kata-kata yang seperti
berikut: Dalam dunia ini, Kaizar Oey Tee dianggap sebagai
manusia yang berkedudukan paling tinggi. Tapi Oey Tee
masih belum dapat menyempurnakan kemuliaannya.
Dalam peperangan dilembah To Ok, ia telah mengalirKan
darah sampai ratusan li jauhnya. Kaizar Gouw tidak welas
asih, Kaizir soen tidak berbakti. Kaizar Ie sempit
pemandangannya. Kaizar Tong mengusir majikannya, Boe
ong menyerang Tioe, sedang Boe ong menangkap Kiang
Lie. Sepanjang sejarah, keenam kaizar itu dianggap sebagai
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
manusia-manusia yang paling mulia. Untuk kepentingan
pribadi ahli-ahli sejarah telah memutar balikkan kenyataankenyataan secara tidak mengenal malu."
"Sekarang aku mau menanya, Apa artinya perkataan
perkataan itu" Oey Tee yang selalu dianggap sebagai
seorang nabi, masih dapat membunuh begitu banyak
manusia dan mengalirkan darah sampai ratusan li. Jika
dibandingkan dengan itu, apa artinya perbuatanku yang
hanya membinasakan beberapa manusia saja dan mengalirkan darah yang jauhnya hanya beberapa tindak?"
Coei San tak pernah menduga, bahwa manusia yang
macamnya begitu menyeramkan dan sepak terjangnya
begitu kejam ganas, dapat menghapal kitab-kitab kuno.
Rasa kagumnya jadi semakin besar dan ia berkata dengan
sikap menghormat: "Cia Cianpwee, apa yang barusan dihapal olehmu adalah
bagian To tit pian dari kitab Cong coe dan bagian itu
dipalsukan orang, bukan ditulis oleh Cong coe sendiri."
"Andai kata benar bagian tersebut ditulis oleh seorang
lain tapi yang penting bukan penulisnya." kata Cia Soen
"Yang menjadi soal ialah: Apakah tulisan itu beralasan atau
tidak?" "Beralasan terang beralasan juga." jawab Coei San. "Tapi
tulisan itu yang menyerang kaizar kaizar jaman dulu, terlalu
mencari-cari kesalahan orang dan menurut kesempurnaan
dalam dirinya manusia, sedang pada hakekatnya, dalam
dunia yang fana ini, tidak ada manusia yang pernah berbuat
Pedang Langit Dan Golok Naga Yi Tian Tu Long Ji Ie Thian To Liong Kie Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kesalahan." Cia Soen mengeluarkan suara dihidung. "kau selalu
mencari cari alasan untuk membela orang-orang itu,"
katanya. "Dalam kitab Kit bong soe terdapat tulisan seperti
ini: Soan mengusir Giauw di Pang yang. Ek dibunuh oleh
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kit. Dalam kitab Siang sie Tong cek terdapat kata kata:
Tong mengusir Kiat di Lam co dan perbuatan itu sangat
mengurangkan kemuliaannya Nah, lihatlah! Bukankah
kedua kitab terang-terang mengunjuk, bahwa kaizar-kaizar
jaman dulu yang begitu dimulaikan sebenarnya tidak begitu
mulia ?" Coei San kembali bengong untuk beberapa saat." Aku
seorang yang berpengetahuan dangkal dan belum pernah
membaca kitab-kitab" katanva "Tapi halnya kaizar-kaizar
itu terjadi dijaman purba, sehingga benar tidaknya tak dapat
diketahui dengan pasti."
"Baiklah, Jika begitu, sekarang bicarakan saja kejadiankejadian yang belakangan," kata Cia Soen "Tadi, kau
mengatakan, bahwa perbuatan baik akan mendapat
pembalasan baik dan perbuatan jahat akan mendapat
pembalasan jahat. Tapi kenyataannya tidak selamanya
begitu Cong-coe berkata seperti berikut: Benda diluar
selamanya belum dapat dipastikan. Maka itulah, Liong
Hong dibinasakan. Pie Kan binasa, Kie Coe jadi gila. Ok
Lay meninggal dunia. Kiat dan Coe juga habis nyawanya.
Orang yang menjadi raja selalu mengharapkan kesetiaan
menteri menterinya, akan tetapi menteri setia belum tentu
dipercaya. Maka itulah, Ngo Yan menceburkan dirinya
disungai. Sedang Tiang Sie binasa di negeri Siok."
"Itulah kata-kata yang ditulis Cong coe. Disamping itu,
kau tentu tahu, bahwa Souw Cin telah berhasil
mempersatukan enam negara, tapi ia sendiri celaka. Koet
Goan seorang menteri setia, tapi belakangan ia sampai
membuang diri disungai Bie lo, Han Sin berjasa besar untuk
negaranya, tapi tak urung ia binasa didalam penjara.
Sekarang marilah tengok orang-orang peperangan, Tang
Ngay berhasil merebut Siok han, tapi ahkirnya ia masuk
kerangkeng. Atas bantuan Ngo Coe Sie, negeri Gouw
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menjagoi, tapi Ngo Coe Sie sendiri didesak oleh rajanya,
sehingga ia mesti membunuh diri.
"Han ko couw telah merebut dunia (Tiongkok) atas
bantuan Han Sin, tapi ia masih tega untuk membunuh Han
Sin. Sesudah mengalahkan Tio Coei di Liang peng. Raja
Cin berbalik membunuh Pek Kie. Dilihat dari contohcontoh itu, siapa kata perbuatan baik akan mendapat
pembalasan baik?" Coei San menghela napas panjang. Ia berduka karena
mengingat, bahwa diantara jenderal-jenderal ternama,
seperti Teng Ngai, Ngo Coe Sie, Han Sin, Pek Kie, Lie
Kong, Man Wan dan lain lain, banyak sekali yang menjadi
korban kaizar kaizar kejam.
Sementara itu Cia Soen berkata pula: "Dengan segenap
jiwa dan raga. Tay hoe Boen Ciong telah mengabdi kepada
Gouw ong Kouw Cian, sehingga Kouw Cian dapat merebut
pulang negerinya. Tapi bagaimana akhirnya " Akhirnya
Boen Ciong dibunuh mati oleh Kouw Cian."
"Kay Coe Twie mengikuii Ciong Nyie dalam
mengunjungi berbagai negeri, sehingga Ciong Nyie
belakangan dapat pulang kenegeri Cin dan menjadi Raja
Cin boen kong. Akan tetapi, Cin boon kong bukan saja
sudah melupakan jasa-jasa Kay Coe Twie bahkan
belakangan ia membakar gunung sehingga Kay Coe Twie
mati kebakar." "Hok Kong bersetia kepada kerajaan Han, tapi sesudah
ia mati, kaizar Han membunuh serumah tangganya."
"Pada jaman Sam Kok, Liok Soen telah mengalahkan
Lauw Pie dan membakar tenda-tenda tentara yang
panjangnya tujuh ratus sehingga menyelamatkan Tong
gouw dari kemusnahan. Tapi tak urung Soen Koan
bercuriga dan menulis surat berulang-ulang. sehingga
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
karena jengkel ia meninggal dunia."
"Pada jaman Tong, Pang Hiang Lang berhamba kepada
Tong thay cong. Ia mengunjuk kesetiaannya, sehingga
namanya dipuji tinggi dalam kitab sejarah. Tapi pada
akhirnya, seluruh keluarganya tak urung di sapu bersih juga
oleh sang kaizar ...."
Dengan bersemangat, terus-menerus Cia Soen memberi
contoh-contoh dari sejarah, cara bagaimana menteri setia
menjadi korban dalam tangannya kaizar kaizar kejam.
Sebagian contoh itu dikenal, sebagian pula tidak dikenal
oleh Coei San. Dari sini dapatlah dilihat betapa dalam pengetahuan Cia
Soen mengenai ilmu surat dan pengetahuannya itu bahkan
melebihi sasterawan biasa.
Sambil mengawasi ketempat jauh, Coei San merenungkan perundingan itu.
"Hm ..... sekarang kau lihatlah !" kata pula Cia Soen.
"Kau lihatlah .. . baik dibalas baik, jahat dibalas jahat, tidak
selamanya begitu. Banyak manusia jahat hidup mewah dan
berkedudukan tinggi. Kita ambil contoh yang paling
terkenal. Han ko couw Lauw Pang adalah manusia kejam.
Waktu ia akan perang, untuk menyelamatkan jiwa sendiri,
dia melontarkan putera puteri kandungnya kebawah
kereta." "Satu waktu Hang Ie telah menangkap ayahnya dan ia
diberitahukan, bahwa daging sang ayah bakal dimasak,
Tapi Lauw Pang cukup tega untuk berkata begini: Sesudah
dimasak, bagilah sedikit kepadaku untuk dicoba. Tapi
manusia kejam, manusia tidak berbakti itu, bukan saja
sudah menjadi kaizar, tapi juga berumur panjang dan mati
baik-baik diatas pembaringan. Huh! Tong thay tiong
membunuh kakak dan adiknya sendiri dan kemudian
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mendesak ayah andanya sambai begitu rupa, sehingga, mau
tidak mau sang ayah terpaksa menyerahkan kedudukan
kepada anak durhaka itu."
"Song thay cong pun tidak kalah kejamnya. Ia juga
manusia yang telah membunuh saudara sendiri. Dalam
kalangan Kang ouw, manusia-manusia begitu dipandang
luar biasa jahat. Tapi pembalasan apa yang didapat mereka
?" "Mengenai kekejaman kaizar-kaizar jaman dulu, apa
yang dikatakan Cia Cianpwee memang benar sekali," kata
Coei San. "Diantara sepuluh, ada sembilan kaizar yang
sangat kejam dan buas. Dengan kekuasaannya yang tidak
terbatas, mereka membunuh manusia dan berbuat
sewenang-wenang, sesuka hati. Mungkin sekali, dihari
kemudian akan tiba temponya, kapan dunia tidak melihat
lagi kaizar yang memiliki kekuasaan tidak terbatasi."
"Tapi biar bagaimanapun jua, aku tetap ber pendapat,
bahwa perbuatan baik akan mendapat pembalasan baik dan
perbuatan jahat akan mendapat pembalasan jahat."
"Menurut pendapatku, tujuan terutama dari hidupnya
manusia dalam dunia ina adalah mencari keberuntungan
dalam rupa ketenangan jiwa dan kepuasan batin. Dan
seseorang barulah bisa merasa beruntung, jika ia tahu,
bahwa selama hidupnya, ia telah berbuat banyak kebaikan
terhadap sesama manusia."
"Mengenai kaizar-kaizar itu atau menteri-menteri dorna
yang banyak mencelakakan manusia, sedikit pun aku tidak
percaya, jika dikatakan mereka tidak meadapat pembalasan.
Manusia yang bermusuhan dengan ayah atau saudara
sendiri bahkan mencelakakannya adalah manusia yang
paling tidak beruntung didalam dunia. Bayangkanlah
penderitaan batin dari manusia-manusia itu! Mana boleh
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mereka tidak terhukum" Mereka mungkin terlolos dari
hukuman lahir, tapi mereka pasti tidak terlolos dari
hukuman batin dan hukuman batin adalah hukuman yang
terhebat, karena orang terhukum tidak sedikitpun dapat
mencicipi kesenangan dan kepuasan di dalam hatinya.
Maka itulah, aku tetap berpendapat bahwa siapa yang
menyabar angin pasti akan mendapat taufan."
Sesudah mendengar perundingan yang panjang itu, paras
muka Cia Soen agak berubah. Dalam hati kecilnya, ia
mengakui kebenaran perkataan pemuda itu. Tapi ia tentu
saja sungkan mengaku terang terangan. Sesaat kemudian,
sambil mengawasi Coei San dengan sorot mata tajam, ia
berkata dengan suara mengejek: "Kudengar gurumu yaitu
Thio Sam Hong, berilmu tinggi. Hanya sayang aku belum
pernah bertemu dengannya. Kau adalah salah seorang
murid terutama dari Thio Sam Hong dan aku merasa
menyesal karena mendapat kenyataan bahwa pemandanganmu begitu tolol. Kurasa Thio Sam Hong tiada
banyak bedanya denganmu dan aku boleh tak usah pergi
menemuinya." Melihat Cia Soen mempunyai pengetahuan tinggi dalam
ilmu surat dan ilmu silat, Coei San merasa sangat kagum.
Tapi, karena mendadak orang itu memandang rendah
kepada gurunya, yang dipuja olehnya bagaikan malaikat,
darahnya lantas saja meluap. "In soe (guruku) memiliki
kepandaian sedemikian tinggi, sehingga tak akan dapat
diukur oleh manusia biasa," katanya dengan suara keras.
"Ilmu Cianpwee sangat tinggi dan tak dapat dilawan oleh
orang-orang muda. Tapi dimata Insoe, Cia Cianpwee
hanyalah seorang kasar yang tidak kenal budi."
Mendengar kata-kata itu, In So So kaget bukan main dan
buru-buru menarik ujung baju Coei San. Tapi pemuda itu
yang sedang panas perutnya, lantas saja berkata: "Seorang
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
laik-laki, jika mesti mati, biarlah mati, tapi tak dapat ia
membiarkan gurunya dihina orang"
Diluar dugaan, Cia Soen tidak menjadi gusar. "Thio Sam
Hong adalah seorang guru besar dan pendiri sebuah partai
yang besar pula," katanya dengan suara tawar. "Mungkin
sekali, ia memiliki kepandaian tinggi. Ilmu silat tiada
taranya. Bukan tak bisa jadi bahwa jika dibandingkan,
kepandaianku tak nempil dangan kepandaiannya. Nanti, di
satu hari, aku pasti akan mendaki Boe tong san untuk
meminta pelajaran. Thio Ngohiap, ilmu apa yang kau
paling mahir" Hari ini aku siorang she Cia ingin menambah
pengalaman." In So So terkejut. Sesudah menyaksikan kepandaian Cia
Soen, ia mengerti, bahwa Coei San bukan tandingan orang
itu. Maka itu ia lantas saja berkata : "Cia Cianpwee, To
liong to sudah jatuh kedalam tanganmu dan semua orang
merasa kagum melihat kepandaianmu. Apa lagi yang kau
mau ?" "mengenai To liong to, semenjak dulu telah tersiar
beberapa kata-kata yang sampai sekarang belum dapat
dipecahkan orang." kata Cia Soen. "Apakah kau tahu bunyi
kata-kata itu ?" "Ya," jawabnya.
"Golok ini katanya sebuah senjata yang paling dihormati
dalam Rimba Persilatan dan siapapun juga yang
memilikinya, akan dapat memerintah di kolong langit dan
tiada manusia yang akan menentangnya," kata pula Cia
Soen. "Tapi sampai sekarang, belum ada juga yang tahu,
rahasia apa bersembunyi dalam golok ini. Apakah benar
orang yang memilikinya dapat memerintah orang-orang
gagah dalam Rimba Persilatan ?"
"Cia Cianpwee adalah seorang yang berpengetahuan
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tinggi dan boan pwee justru ingin menanyakan Cianpwee
tentang hal itu," kata si nona.
"Akupun tak tahu," jawabnya. "Sesudah mendapatkan
golok ini, aku akan berdiam ditempat yang sepi dan akan
menggunakan tempo beberapa tahun untuk mencoba
memecahkan teka-teki itu "
"Bagus." kata So So. "Cia Cianpwee mempunyai
kecerdasan otak yang melebihi manusia biasa. Jika
Cianpwee tidak berhasil, lain orangpun pasti tak akan bisa
berhasil." "Huh huh! Aku si orang she Cia bukan sebangsa manusia
sombong," katanya. "Mengenai ilmu surat dan ilmu silat,
Kong boen Tay soe Ciang boen jin Siauw lim pay, Thio
Sam Hong Too tiang dari Boe tong pay, Tiang loo dari Go
bie pay dan Koen loen pay semuanya adalah orang-orang
yang berkepandaian sangat tinggi. Mengenai kecerdasan
otak, Peh bie Eng ong In Kauwcoe dari Peh bie kauw
memiliki kecerdasan otak yang jarang terdapat dalam
ratusan abad." In So So segera bangun berdiri dan berkata sambil
membungkuk: "Terima kasih banyak atas pujian Cianpwee."
Pedang Langit Dan Golok Naga Yi Tian Tu Long Ji Ie Thian To Liong Kie Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Aku ingin memiliki golok ini, lain orang juga kepingin,"
kata Cia Soen. "Hari ini dipulau Ong poan san, aku tidak
bertemu dengan tandingan. Dalam hal ini, In Kauwcoe
sudah salah menghitung. Ia menganggap bahwa Pek Tan
coe dan yang lain-lain sudah cukup untuk menghadapi Hay
see pay, Kie keng pang dan Sin koen boen. Ia sedikit pun
tidak menduga, bahwa siorang she Cia bisa datang kemari."
"Bukan, bukan Kauwcoe salah menghitung," memutus si
nona. "Ia tak dapat datang kemari karena mempunyai lain
urusan yang terlebih penting."
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tapi biarpun begitu, bahwa hari ini To liong to sampai
jatuh ketanganku, sedikit banyak menurunkan nama besar
In Kauwcoe sebagai seorang yang bisa menghitung
bagaikan malaikat," kata Cia Soen seraya bersenyum.
Si nona bersenyum dan berkata pula: "Dalam dunia ini,
banyak kejadian tidak dapat diperhitungkan lebih dahulu.
Enam kali Coekat Boehouw ke luar dari gunung Kie San,
tapi ia gagal dalam usahanya untuk mempersatukan seluruh
Tiongkok. Tapi, meskipun ia mengalami kegagalan, nama
besarnya tidak jadi merosot. Inilah apa yarg dikatakan:
Manusia berusaha, Allah yang berkuasa. Cia cianpwee
adalah seorang yang luar biasa dan mempunyai rejeki besar.
Lain orang bergulat mati-matian untuk merebut golok itu,
tapi Cianpwee sendiri sudah dapat memiliknya secara
mudah sekali." Sehabis berkata begitu, ia mengawasi Cia
Soen sambil bersenyum manis. Ia sudah sengaja mengulurulur pembicaraan itu supaya Cia Soen melupakan
tantangannya terhadap Thio Coei San.
"Semenjak muncul dalam dunia, entah sudah berapa kali
golok ini berpindah tangan dan entah sudah berapa orang
binasa karena memilikinya," kata Cia Soen. "Sekarang aku
berhasil merebut golok ini. Siapa tahu kalau dikemudian
hari tidak muncul seorang yang berkepandaian lebih tinggi
dari pada aku" So So dan Coei San saling melirik. Mereka menganggap,
perkataan orang itu mengandung maksud yang dalam. Coei
San ingat, bahwa kakak seperguruannya mendapat luka
berat karena mempunyai sangkut paut dengan To liong to,
dan sampai sekarang mati hidupnya belum dapat
dipastikan. Ia sendiri berada dalam bahaya besar dan sebabsebabnya hanya karena turut melihat golok mustika itu.
Sesudah berdiam sejenak, Cia Soen menghela napas
panjang. "Kalian berdua adalah orang-orang yang boen boe
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
coan cay (mahir ilmu surat dan ilmu silat) dan setimpal
benar satu sama lainnya, yang satu cantik, yang lain
tampan," katanya. "Jika aku membunuh kalian, aku seolah-olah menghancurkan sepasang Giak kee (alat dari batu giok)
yang jarang terdapat dalam dunia. Tapi, didesak oleh
keadaan dan kenyataan, tak dapat aku tidak membinasakan
kalian." "Mengapa begitu?" tanya si nona dengan suara kaget.
"Kalau aku pergi dengan membawa golok ini dan
meninggalkan kalian dipulau ini, dalam berapa hari saja,
orang sedunia sudah tahu, bahwa To liong to berada dalam
tanganku," Ia menerangkan.
"Yang ini akan cari aku, yang itu akan cari aku, semua
orang akan cari aku. Aku bukan manusia yang tiada
tandingan didalam dunia. Yang lain tak usah dibicarakan.
Peh bie Eng ong saja belum tentu dapat dirubuhkan
olehku." "Ah! Kalau begitu kau membunuh orang menutup
mulutnya!" kata Coei San dengan suara tawar.
"Benar." jawabnya.
"Jika demikian, perlu apa kau mengunjuk kedosaan
orang-orang Hay see pay, Kie keng pang dan Sin koen
boen?" tanya Coei San.
Cia Soen tertawa berkakakan. "Aku ingin mereka mati
tanpa penasaran," jawabnya.
"Hmm . . kau kelihatannya masih mempunyai hati yang
baik," kata puji pemuda itu.
"Didalam dunia ini, siapakah yang bisa hidup abadi ?"
tanya Cia Soen. "Mati lebih cepat atau mati lebih lama
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
beberapa tahun, tidak banyak bedanya. Kau, Thio Ngohiap,
dan In Kouwnio masih berusia sangat muda. Jika hari ini
kalian binasa dipulau Ong poan san, memang juga
kelihatannya sangat mesti disayangkan. Tapi, ditinjau
seratus tahun kemudian, bukankah kebinasaan dihari ini
atau meninggal dunia dihari nanti bersamaan saja" Andai
kata dahulu Cin Kwee tidak mencelakakan Gak Hoei
sehingga panglima besar itu binasa, apakah Gak Hoei bisa
hidup sampai sekarang" Yang penting ialah seseorang harus
mati dengan hati terang dan tidak merasakan penderitaan.
Mika itu, aku sekarang mengajak kalian bertanding secara
adil. siapa yang kalah, dialab yang mati. Kalian berusia
lebih muda dan aku suka mengalah. Pilihlah dalam ilmu
silat dergan senjata, tanpa senjata, Lweekang, senjata
rahasia, atau mengentengkan badan, ilmu berenang, kalian
boleh pilih dan aku akan mengiringkan."
"Kau sombong sekali," kata sinona. "Apakah kau
artikan, bahwa kau bersedia untuk melayani kami dalam
ilmu apapun juga?" Suara si nona agak gemetar karena ia
tahu, bahwa ia dan Coei San tidak dapat meloloskan diri
lagi. Mendengarkan pertanyaan So So, Cia Soen agak
terkejut. Ia adalah seorang yang amat cerdas dan sesaat itu
juga, ia lantas saja ingat, bahwa untuk si nona dapat
menantangnya dalam ilmu menjahit atau lain lain ilmu
kaum wanita yang tidak dimilikinya. Mengingat begitu, ia
lantas saja menjawab dengan suara nyaring: "Tantanganku
itu terbatas pada ilmu silat. Aku pasti tidak bermaksud
untuk bertanding makan nasi, minum arak dan sebagainya
yang tidak bersangkut paut dengan ilmu silat." Dilain saat,
melihat Coei San mencekal kipas, ia menyambung
perkataannya: "Akupun bersedia untuk melayani kalian
dalam ilmu boen (ilmu surat). Menulis huruf indah,
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
melukis, memetik khim, main tio kie, menulis syair atau
sajak semua boleh. Hanya kita harus berjanji, bahwa pihak
yang kalah harus membunuh diri sendiri, Hai! Melihat
kalian, sepasang orang muda yang setimpal sungguh untuk
menjadi suami isteri, aku merasa sangat tak tega untuk
untuk turun tangan."
Mendengar perkataan yang paling belakang itu, paras
muka kedua orang muda itu lantas saja berubah merah.
Si nona mengerutkan alis. "Kalau kau yang kalah,
apakah kau juga akan membunuh diri?" tanyanya.
"Bagaimana aku bisa kalah?" kata Cia Soen sambil
tertawa. "Dalam pertandingan mesti ada yang kalah dan ada yang
menang," kata si nona. "Thio Ngohiap adalah murid dari
seorang berilmu tinggi, maka selalu terdapat kemungkinan,
bahwa dia akan mengalahkan kau "
Cia Soen tertawa, "Orang yang masih berusia begitu
muda, biarpun berkepandaian tinggi tak akan memiliki
Lweekang yang cukup dalam untuk dapat menghadapi
aku," katanya. Selagi kedua orang itu bicara, diam-diam Coei San
mengasah otak untuk menetapkan ilmu apa yang akan
diajukan olehnya. Dalam ilmu surat, dalam mana tercakup
seni melukis huruf indah, seni lukis, memetik khim, main
tio kie, menulis syair, pengetahuannya masih dangkal. Ilmu
apa yang harus diajukannya" Ilmu silat" Ilmu mengentengkan badan" Ilmu silat gubahan gurunya yang
berdasarkan Soehoat" Tiba-tiba serupa ingatan berkelebat
dalam otaknya dan ia lantas saja berkata: "Cia Cianpwee,
karena kau mendesak, maka aku tak dapat tidak
mempersembahkan kebodohanku. Jika kalah, aku tentu
akan menggorok leher sendiri. Tapi bagaimana, andaikata
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
aku beruntung bisa keluar dengan seri ?"
Cia Soen menggelengkan kepala, "Tak mungkin seri,"
jawabnya. "Seri dalam pertandingan pertama, kita
bertanding pula sampai ada yang menang, dan ada yang
kalah." "Baiklah," kata Coei San. "Andaikata dalam pertandingan ini boanpwee memperlihatkan keunggulan,
boanpwee tak berani menuntut apapun jua. Boanpwee
hanya ingin memohon supaya Cianpwee sudi meluluskan
satu permintaan." "Aku berjanji untuk meluluskan permintaanmu itu," kata
Cia Soen. "Hayolah, katakan saja, dalam ilmu apa kau
ingin bertanding." Melihat begitu, bukan main leganya hati sinona.
"Kau mau bertanding dalam ilmu apa " Apa kau punya
pegangan untuk mendapat kemenangan?" bisiknya.
"Belum tentu," jawabnya.
"Kalau kau kalah, kita coba lari," bisik pula si nona.
Coei San tidak menjawab, ia hanya bersenyum getir.
Dengan perahu sudah tenggelam semua dan mereka berada
disebuah pulau kecil, kemana mereka mau lari" Ia segera
mengikat tali pinggang erat-erat dan mencabut Poan koan
pit dari pinggangnya. "Dalam dunia Kangouw, Gin kauw Tiat hoa Thio Coei
San sangat cemerlang dan hari ini aku akan menjajal-jajal
dengan Long gee pang." kata Cia Soen,
"Mengapa kau tidak mengeluarkan Lan gin Houw tauw
Gin kauw ?" "Boanpwee bukan ingin bertempur melawan Cianpwee
dengan menggunakan senjata," jawabnya dengan sikap
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
hormat. "Boanpwee hanya ingin sekedar menulis beberapa
huruf." Sehabis berkata begitu, ia berjalan kelereng bukit
disebelah dimana ia berdiri satu tembok batu yang tinggi
dan besar. Ia menarik napas dalam-dalam, menotol tanah
dengan kakinya dan badannya lantas saja melesat keatas.
Ilmu ringan badan dari Boe tong pay adalah yang terbaik
dalam seluruh Rimba Persilataa. Pada detik mati atau
hidup, Coei San telah mengeluarkan seanteto kepandaiannya. Dengan sekali melompat, tubuhnya
melesat setombak lebih dan lompatan itu disusul dengan
lompatan Tee in ciong kaki kanannya menendang tembok
dan badannya kembali terbang keatas kurang lebih dua
tombak. Dengan berbareng, Poan koan pit bergerak. "Sret
sret sret ....." bagaikan kilat ia sudah menulis huruo , "boe".
Baru selesai satu hurup badannya mulai melayang turun
kebawah. Dengan cepat ia mencabut Gin Kauw yang lalu
ditancapkan kesebuah lobang kecil ditemboK batu itu.
Demikianlah, dengan menggunakan gaetan itu untuk
menahan badannya, ia lalu menulis huruf "lim". Ia menulis
dengan menggunakan gerakan yang digubah Thio Sam
Hong pada malam itu, gerakan-gerakan yang mengandung
tenaga Im dan Yang, Kong dan Jioe (negatip dan positip,
keras dan lembek) dan semua itu merupakan limn silat
tertinggi dari Boe tong pay. Meskipun Lweekang Thio Coei
San belum sempurna, sehingga goresan goresan Poan koan
pit tidak masuk terlalu dalam ditembok batu itu, tapi kedua
huruf itu indah luar biasa, seolah-olah terbangnya naga atau
menarinya burung Hong. Sesudah huruf "cie" dan "coen",
ia menulis semakin cepat dan dalam sekejap mata, dua
puluh empat hurup itu sudah selesai.
Sesudah menulis hurup "hong" yang terakhir, ia menotol
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tembok dengan Gin kauw dan Poan koan pit dengan
berbareng dan dalam suatu gerakan yang indah, badannya
melayang turun ke bawah dan hinggap didampingi si nona.
Dengan mulut ternganga Cia Soen mengawasi tiga baris
huruf huruf itu yang setiap hurufnya sebesar gantang.
Sesudah lewat sekian lama, ia menghela napas saraya
berkata: "Aku tak dapat menulis seperti itu. Aku kalah."
Ia tentu saja tak tahu, bahwa Thio Sam Hong berhasil
menggubah lima silat yang sangat luar biasa itu sesudah
mengasah otak seluruh malam dan pada waktu bersilat, ia
telah menumplek seluruh semangat dan pikirannya. Andai
kata Thio Sam Hong sendiri yang harus menulis hurufhuruf itu diatas tembok itu, belum tentu ia bisa menulis
begitu indah dan bertenaga, jika tidak di sertai dengan
Pedang Langit Dan Golok Naga Yi Tian Tu Long Ji Ie Thian To Liong Kie Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
semangat dan pemusatan pikirannya yang sesuai. Cia Soen
tentu saja tak tabu, bahwa dua puluh empat huruf itu serupa
ilmu silat. Ia hanya menduga, bahwa karena melihat To
liong to, Coei San sudah ingat perkataan yang tersiar
mengenai golok itu dan lalu menulisnya. Ia tak pernah
mimpi, bahwa apa yang mampu ditulis oleh Coei San
hanyalah dua puluh empat huruf itu.
In So So girang bukan kepalang. "Kau kalah, kau tak
boleh mungkir dari janjimu!" teriaknya.
"Thio Ngohiap, ilmu yang mempersatukan Boe hak
dengan Soe hoat (ilmu silat dengan ilmu huruf-huruf bagus)
baru sekarang dilihat olehku," kata Cia Soen. "Aku sungguh
merasa kagum."Perintah apa yang kau mau memberikan ke
padaku?" "Boanpwee adalah seorang muda yang berkepandaian
cetek, mana berani boanpwee memberi perintah kepada
Cianpwee?" jawabnya sambil membungkuk. "Boanpwee
hanya ingin memberanikan hati untuk mengajukan satu
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
permohonan." "Permohonan apa?" tanya Cia Soen.
"Aku mohon supaya Cianpwee suka mengampuni jiwa
semua orang yang berada dipulau ini," jawabnya.
"Cianpwee dapat memerintahkan supaya mereka bersumpah untuk tidak membuka rahasia, bahwa To liong
to berada dalam tanganmu."
"Aku belum begitu edan untuk percaya sumpahnya
manusia." kata Cia Soen dengan mata melotot.
"Apa kau mau menarik pulang janjimu sendiri?" tanya si
nona. "Bukankah kau sudah herjanji, bahwa jika kalah, kau
akan meluluskan permintaan Thio Ngoko?"
"Kalau aku tidak pegang janji, mau apa kau?" bentak Cia
Soen. Sesaat itu ia rupanya menginsyafi kekeliruannya,
karena ia segera menyambung perkataannya: "Jiwa kalian
berdua sudah kuampuni. Yang lain tidak bisa."
"Kedua Kiam kek Koen loen pay adalah murid murid
dari partai yang ternama dan mereka belum pernah
melakukan perbuatan jahat," kata Coei San.
"Jangan rewel!" bentak Cia Soen. "Dimataku, baik dan
jahat tiada bedanya. Lekas robek ujung baju kalian dan
sumbatlah kuping kalian. Tutup kuping keras-keras dengan
kedua tangan. Jika kalian menyayang jiwa, turut
perintahku." Ia bicara separuh berbisik, seperti takut
didengar orang. Coei San dan So So saling mengawasi dengan perasaan
heran. Tapi karena melihat Cia Soen bicara sungguhsungguh mereka merobek ujung tangan baju yang lalu
digunakan untuk menyumbat kuping dan kemudian mereka
menutup kuping dengan kedua tangan.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tiba2 Cia Soen membuka mulut lebar2 seperti orang
berteriak dan mendadak mereka merasa bumi goyanggoyang. Hampir berbareng orang orang Peh bie kauw, Kie
keng pang, Hay see pay dan Sin koen boen berubah paras
mukanya seolah olah merasakan kesakitan luar biasa, dan
dilain saat, mereka rubuh bergulingan diatas tanah.
Ko Cek Sang dan Cio Tauw kelihatan kaget dan
ketakutan, buru-buru mereka bersila dan mengerahkan
Lwee kang untuk melawan teriakan itu. Dilihat dari paras
muka kedua Kiamkek dan keringat yang turun berketelketel dari muka mereka, Coei San dan So So tahu, bahwa
Ko Cek Seng dan Cio Tauw sedang mengeluarkan seantero
tenaganya. Beberapa kali, mereka mengangkat tangan
untuk menutup kuping, tapi selalu gagal dan tangan mereka
sudah diturunkan lagi sebelum menyentuh kuping.
Sesaat kamudian, Coei San merasa tubuhnya bergoyang
keras dan hampir berbareng, tubuh Ko Cek Seng dan Cio
Tauw melesat keatas kira-kira setombak akan kemudian
rubuh ditanah tanpa bergerak lagi.
Cia Soen segera menutup mulutnya dan memberi isyarat
supaya Coei San dan So So membuka sumbat kuping.
"Sebagai akibat dari teriakanku, mereka pingsan untuk
sementara waktu," katanya. "Sebentar, sesudah tersadar,
urat syaraf mereka yang rusak tidak dapat pulih lagi seperti
biasa dan mereka menjadi gila. Mereka tak ingat apa yang
sudah terjadi disini. Thio Ngohiap, kau minta aku
mengampuni jiwa semua orang yang berada dipulau ini dan
permintaan itu telah dipenuhi olehku."
Coei San bengong dan tidak dapat mengeluarkan sepatah
kata. Ia bergusar dan berduka, tapi tidak berdaya. Biar
bagaimanapun jua, kepandaian Cia Soen yang sangat luar
biasa itu harus dikagumi. Ia juga akan mengalami nasib
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
seperti yang lainnya. Dengan perasaan tidak keruan rasanya
ia mengawasi Ko Cek Sang, Cio Tauw, Pek kwie Sian dan
lain-lain, yang rebah ditanah dengan paras muka pucat
bagaikan mayat. "Mari kita berangkat," kata Cia Soen dengan suara
tawar. "Kemana?" tanya Coei San.
"Pulang!" jawabnya. "Urusan di Ong poan san sudah
beres. Perlu apa berdiam lama-lama disini"
Sehabis berkata begitu, ia mengajak kedua orang muda
itu pergi kesebelah barat pulau, kebelakang sebuah bukit
kecil, darimana mereka lihat sebuah perahu dengan tiga
tiang layar yang berlabuh disebuah muara kecil. Perahu itu
adalah perahu Cia Soen. Begita tiba dipinggir perahu, Cia Soen berkata sambil
membungkuk: "Aku mengundang Jiewie naik keperahu."
"Hm! Sekarang kau berlaku mulia sekali." kata So So
seraya ketawa dingin. "Dalam perahuku, kalian adalah tamu-tamu yang
terhormat, sehingga aku harus memperlakukan kalian
dengan segala kehormatan," jawabnya.
Ia memberi isyarat kepada anak buahnya yang segera
mengangkat jangkar dan perahu lantas saja berangkat.
Diperahu itu terdapat enambelas atau tujuhbelas anak
buah, tapi waktu memberi perintah perintah kepada mereka
juru mudi hanya menggerak gerakkan kaki tangannya,
seokah-olah semua anak buah gagu dan tuli.
Si nona merasa heran dan berkata : "Kau pintar sungguh,
bisa mendarat anak buah yang tuli gagu"
Cia Soen tertawa. "Apa sukarnya?" jawabnya. "Aku
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
hanya perlu cari orang-orang yang buta huruf, menusuk
telinganya, memberi obat kepada nya dan segala apa sudah
beres." Mendengar keterangan itu, bulu roma Coei San bangun
semua dan ia mengawasi Cia Soen dengan sorot mata
gusar. Tapi So So menepuk-nepuk dan tertawa nyaring :
"Bagus! Bagus!" katanya. "Tuli dan gagu juga buta huruf.
Hmm! Rahasiamu yang bagaimana besarpun pasti tak akan
dibocorkan mereka, Hanya sayang, kau masih memerlukan
mereka untuk menjalankan perahu. Kalau bukan begitu,
bukankah kau akan membuta kan juga mata mereka?"
Coei San melirik si nona dan menegur dengan suara
mendongkol : "In Kauwnio, kau adalah seorang gadis baikbaik, tapi mengapa kau begitu kejam" Kejadian itu adalah
kejadian yang sangat mendukakan dan aku sungguh tak
mengerti, bagaimana kau sampai hati untuk mengatakan
begitu." So So sudah membuka mulutnya untuk bertengkar, tapi
ia mengurungkan niatnya, karena Coei San kelihatannya
sudah gusar sungguhan "Dikemudian hari, sesudah kembali didaratan Tiongkok,
aku akan menusuk mata mereka," kata Cia Soen dengan
suara dingin. Sementara itu, layar sudah naik dan perahu melaju
semakin cepat. "Cia Cianpwee, bagaimana orang-orang yang berada
dipulau Ong poan san." tanya Coei San. "Kau sudah
menenggelamkan semua perahu. Cara bagaimana mereka
bisa pulang" " "Thio Ngohiap," jawabnya, "kau adalah seoraug yang
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berhati mulia, hanya kau bawel sekali, seperti nenek
bangkotan. Biarlah mereka mampus sendiri, bagaikan
impian dimusim semi yang tiada bekasnya, Apakah itu
bukan kejadian yang bagus sekali?"
Coei San segera menutup mulutnya, karena ia tahu,
bahwa terhadap manusia yang kejam itu, ia tak dapat
berunding lagi. Ia menunduk dan menghela napas perlahan.
Ia ingat, bahwa selama beberapa tahun, Boe tong Cit hiap
malang melintang didunia Kangouw dan selalu berada
diatas angin. Tapi sekarang, diluar dugaan, ia mesti
menunduk dibawah pengaruh orang, tanpa dapat melawan,
Hatinya jengkel, pikirannya kusut dan ia memandang
ketempat jauh tanpa meladeni Cia Soen dan So So.
Tak lama kemudian, tampak seorang pelayan membawa
makanan dan menuang arak ditiga cawan. "Sebelum
bersantap aku ingin memetik khim guna menghibur
tetamuku yang terhormat," kata Cita Soen. "Disamping itu
aku ingin minta petunjuk-petunjuk Thio Siangkong dan In
Kauwnio," Sehabis berkata begitu, ia mengambil sebuah khim dari
dinding gubuk perahu dan lalu memetiknya. Dalam seni
musik, Coei San tidak mempunyai pengetahuan yang
mendalam dan ia tidak mengenal lagu yang dimainkan. Ia
hanya merasa bahwa lagu itu sangat sedih, semakin lama
semakin menyayat hati, sehingga pada akhirnya, tak dapat
mempertahankan diri lagi dan lalu mengucurkan air mata.
Tiba-tiba, dengan sekali menggaruk dengan lima jarinya,
suara tetabuhan itu berhenti. "Aku sebenarnya ingin
menghibur kalian, tapi tak dinyana Thio Siangkong berbalik
sedih," katanya sambil tertawa getir." Untuk kesalahanku
itu aku harus didenda dengan secawan arak,"
Ia mengangkat cawan dan meneguk isinya.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Lagu apa yang barusan diperdengarkan Cia Cianpwee?"
tanya Coei San. Cia Soen mengawasi So So, seperti juga ingin meminta
supaya nona itu yang menjawabnya. Tapi sinona
menggelengkan kepala. "Apakah kau pernah mendengar riwayat Kie Kong dari
jaman Cin?" tanya Cia Soen. "Inilah baru yang
diperdengarkannya waktu ia mau dihukum mati."
"Lagu Kong leng san?" tanya Ceil San dengan suara
terkejut. "Benar," jawabnya.
"Sepanjang sejarah, semenjak Kie Kong meninggal
dunia, lagu ini sudah tidak terdapat dalam dunia," kata pula
pemuda itu. "Bagaimana Cianpwee bisa mendapatkannya
?" Cia Soen tertawa dan paras mukanya yang berseri-seri
mengunjuk, bahwa hatinya senang sekali. "Kie Kong
manusia keras kepala, adatnva mirip-mirip dengan
adatmu." katanya. "Pada jaman itu, Ciong Hwee
berpangkat tinggi dan mendengar nama besarnya Kie Kong,
ia telah mengunjunginya. Tapi Kie Kong tidak meladeninya
dan terus memukul besi yang sedang dikerjakannva. Ciong
Hwee mendongkol dan lantas saja berlalu. Ia adalah
seorang yang sangat pintar dan berkepandaian tinggi, hanya
sayang, pemandangannya terlalu sempit. Sikap Kie Kong
dianggapnya suatu hinaan yang tidak dapat diampuni dan
secara licik, ia lain menggosok-gosok Soema Ciauw dengan
mengatakan, bahwa Kie Kong telah bicara jelek tentang
Soema Ciauw itu. Dengan gusar, Soema Ciauw
menjatuhkan hukuman mati atas diri Kie Kong. Sebelum
dibunuh, ia memetik khim dan memperdengarkan lagu
Kong leng san. Sesudah selesai, ia berkata: Mulai hari ini
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kong leng san tak akan dapat didengar lagi dalam dunia.
Menurut pendapatku, kata-kata itu sangat memandang
rendah kepada orang-orang yang hidup dijaman belakangan. Ia hidup dijaman Samkok. Menurut perhitunganku, mungkin sekali lagu itu tidak tersiar pula
sesudah jaman itu. Tapi aku tak percaya Kong leng san
tidak dikenal orang pada sebelum jaman Samkok."
Thio Coei San tidak mengerti apa maksudnya keterangan
itu dan ia lalu minta penjelasan.
"Perkataan Kie Kong menimbulkan rasa penasaran
dalam hatiku," menerangkan pula Cia Soen. "Aku segera
membongkar kuburan-kuburan menteri-menteri besar dari
kerajaan Tong han dan sesudah membongkar duapuluh
sembilan kuburan akhirnya aku berhasil menemukan lagu
Kong leng san dalam kuburan, Coa Yong" Sehabis
menerangkan begitu, ia tertawa terbahak-bahak dengan
Pedang Langit Dan Golok Naga Yi Tian Tu Long Ji Ie Thian To Liong Kie Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kegirangan besar. Coei San terkejut. "Orang ini benar-benar tak mengenal
Tuhan," katanya didalam hati. "Hanya karena sepatah kata
yang diucapkan oleh seorang dijaman dulu, dia rela
menjadi pembongkar kuburan. Andai kata ada orang yang
berdosa terhadapnya, ia pasti membalas sakit hati sehebathebatnya" waktu mendongak, ia lihat sebuah lukisan yang
tergantung didinding gubuk perahu. Dilihat dari warnanya
yang sudah agak suram, lukisan San Coei (gunung dan air)
itu sudah tua sekali, tapi lukisannya sendiri hidup, indah
dan angker luar biasa. Melihat pemuda itu mengawasi tanpa berkesip Cia Soen
segera berkata: "Lukisan itu adalah buah tangan Thio Ceng
Yoe dari jaman kerajaan Liang. Aku telah mencurinya dari
istana kaizar. Menurut orang, kalau melukis naga, ia tak
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pernah melukis mata naga itu, sebab, jika dilukis, gambar
naga lantas saja hidup dan terbang kelangit sesudah
mendobrak tembok. Tentu saja cerita itu omong kosong
belaka dan hanya digunakan untuk memberi pujian kepada
lukisan naga Thio Ceng Yoe yang indah luar biasa.
Menurut pendapatku, duapuluh empat huruf yarg ditulis
olehmu ditembok batu tidak kalah indahnya dari lukisan
San soei itu." "Boanpwee hanya mencorat coret secara serampangan,
mana bisa dibandingkan dengan pelukis kenamaan dijaman
dulu" Coei San merendahkan diri.
Demikianlah, mereka beromong omong tentang sastra
dan lain-lain ilmu jaman dulu dan jaman sekarang dengan
tuan rumah bicara sebagai seorang sasterawan besar. Coei
San merasa sangat kagum akan pengetahuan Cia Soen, tapi
hatinya tetap diliputi kegusaraaan karena mengingat
kekejaman orang itu. Beberapa lama kemudian, ia mulai
merasa sebal dan lalu memandang keluar jendela, dengan
membiarkan si nona bicara terus dengan tuan rumah.
Tiba-tiba ia lihat matahari sore yang tengah menyelam
ditepian laut dan yang memancarkan sinar emas yang
gilang gemilang. Selagi mengawasi dengan pikiran
melayang layang, mendadak ia terkejut. "Mengapa
matahari menyelam disebelah balakang perahu ?" tanyanya
didalam hati. Ia menengok seraya berkata : "Cia cianpwee,
juru mudimu telah mengambil jalanan yang salah. Kita
menuju kearah timur."
"Tidak salah, kita memang sedang menuju ke timur,"
jawabnya. In So So juga kaget. "Disebelah timur adalah lautan
besar. Kemana kita mau pergi?" tanyanya.
Cia Soen tidak segera memberi jawaban, tapi pelan-pelan
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menuang secawan arak dan lain mengendus endusnya
dengan paras muka berseri-seri."Arak ini adalah Lie tin, Tin
cioe dari Siauwhin," katanya sambil bersenyum. "Usianya
paling sedikit sudah dua puluh tahun dan Jie wie tak boleh
memandang rendah." "Aku bukan bicarakan soal arak," kata si nona dengan
suara tidak sabaran. "Perahu salah jalan dan kau harus
memerintahkan jurumudi memutar kemudi."
"Bukankah waktu masih berada di pulau Ong poan san
aku sudah memberitahukan kalian seterang-terangnya?"
kata Cia Soen, "Sesudah mendapatkan To liong to, aku
ingin mencari sebuah tempat yang terpencil, dimana aku
bisa menggunakan tempo beberapa tahun untuk coba
memecah kan teka teki sekitar golok mustika itu. Aku ingin
mencari tahu, mengapa To liong to dikatakan sebagai
senjata yang paling dihormati dalam Rimba persilatan dan
apa benar pemiliknya dapat menguasai segenap orang
gagah dikolong langit, Daratan Tiong-goan adalah tempat
yang sangat ramai. Begitu lekas orang tahu bahwa aku
memiliki golok itu, mereka ramai ramai tentu akan
menyateroni untuk coba merebutnya dari tanganku.
Dengan adanya gangguan itu, mana bisa aku memusatkan
pikiran" Kalau yang datang pentolan-pentolan seperti Thio
Sam Hong Sianseng atau Peh bie kauwcoe atau yang lain
lain, belum tentu aku dapat menandinginya. Itulah
sebabnya, mnengapa aku ingin cari sebuah pulau yang kecil
dan terasing ditengah-tengah lautan, guna dijadikan tempat
tinggalku selama beberapa tahun."
"Kalau begitu, kau antarkan kami pulang lebih dulu,"
kata So So. Cia Soen tertawa. "Begitu lekas kalian kembali di Tiong
goan, apakah rahasiaku tidak menjadi bocor?" tanyanya.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mendadak Coei San melompat dan berseru dengan suara
keras: "Habis apa yang kau mau?"
"Aku tak dapat berbuat lain daripada meminta kalian
berdiam bersama-sama aku dan melewati hari-hari secara
riang gembira selama beberapa tahun," jawabnya. "Begitu
lekas aku dapat menembus rahasia To liong to, kita bertiga
segera kembali kedaratan Tiong goan bersama-sama."
"Bagaimana kalau sampai sepuluh tahun kau masih juga
belum berhasil?" tanya pula Coei
"Kalian harus mengawani sehingga sepuluh tahun,"
jawabnya dengan tenang. "Andaikata seumur hidup, aku
tidak berhasil, kalianpun harus menemani aku seumur
hidup." "Kau adalah sepasang orang muda yang setimpal dan
aku mengerti, bahwa kalian mencintai satu sama lain. Nah !
Kalian boleh menikah dan berumah tangga dipulau itu. Apa
itu tidak cukup menyenangkan ?"
Coei San gusar bukan main. "Jangan ngaco kau !"
bentaknya. Ia melirik So So dan ternyata si nona sedang menunduk
dengan paras muka kemalu-maluan. Ia bingung bukan
main. Ia merasa, bahwa ia tengah menghadapi beberapa
lawan yang tangguh dengan berbareng. Cia Soen lawan
pertama, si nona lawan kedua, sedang dirinya sendiri
merupakan lawan ketiga. Dengan berdampingan dengan
wanita cantik itu, belum tentu ia dapat menguasai diri terus
menerus. Terdapat kemungkinan besar sekali, bahwa pada
akhirnya, ia akan rubuh dibawah kaki In SoSo.
Memikir begitu, sambil menahan amarah ia segera
berkata: "Cia Cianpwee, aku adalah seorang yang
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
selamanya memegang teguh kepercayaan. Aku pasti tidak
akan membocorkan rahasia Cianpwee. Aku bersumpah,
bahwa aku takkan bicara dengan siapapun jua tentang
kejadian dihari ini."
"Aku percaya segala perkataanmu," kata Cia Soen "Thio
Ngohiap adalah seorang pendekar yang kenamaan dan
setiap perkataanmu berharga ribuan tail emas. Hanya
sayang, pada waktu berusia dua puluh lima tahun, aku
pernah bersumpah berat. Lihatlah jeriji tanganku."
Ia mengangkat tangan kirinya dan mementang jarijarinya. Ternyata, ditangan itu hanya ketinggalan tiga jeriji.
Dengan paras muka dingin, Coei San berkata pula:
"Pada tahun itu, seorang yang paling dipercaya dan paling
dihormati olehku, telah menipu dan mencelakakan aku,
sehingga namaku rusak, rumah tangga berantakan,
anggauta-anggauta keluargaku binasa dalam sekejap mata.
Waktu itu, aku membacok jari tangan dan bersumpah,
bahwa selama hidup, tak nanti aku percaya manusia lagi.
Sekarang aku berusia empatpuluh lima tahun. Selama
duapuluh tahun, aku ingin bergaul dengan kawanan
binatang. Aku percaya binatang, tidak percaya manusia.
Selama duapuluh tahun, aku membunuh manusia, tidak
membunuh binatang." Coei San bergidik. Sekarang ia mengerti, mengapa lagu
Ko leng san begitu menyayat hati dan mengapa, biarpun
berkepandaian sangat tinggi, nama orang itu tidak dikenal
dalam dunia Kangouw. Sekarang ia mengerti, bahwa
kejadian hebat yang terjadi pada dua puluh tahun berselang,
telah mengubah sifat-sifatnya Cia Soen. sehingga dia
membenci dunia dan segenap penghuninya. Dengan
munculnya pengertian itu, rasa gusarnya agak mereda dan
didalam hatinya malah timbul rasa kasihan. Sesudah
bengong sejenak, ia berkata dengan suara halus: "Cia
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Cianpwee, bukankah sakit hatimu sudah terbalas ?"
"Belum" jawabnya. "Ilmu silat orang yang mencelakakan
aku, luar biasa tinggi dan aku tak dapat melawannya."
Tanpa merasa, hampir berbareng, Coei San dan So So
mengeluarkan suara tertahan: "Masih ada manusia yarg
lebih lihay dari padamu?" tanya si nona. "Siapa dia?"
"Perlu apa aku memberitahukan namanya kepadamu?"
Cia Soen balas menanya. "Jika bukan karena gara-gara sakit
hati ini, apa perlunya aku marebut To liong to" Guna apa
aku berusaha untuk memecahkan teka teki sekitar golok itu"
Thio Ngohiap, begitu bertemu denganmu, aku lantas saja
merasa suka. Jika menuruti kebiasaanku, siang-siang
jiwamu sudah melayang. Bahwa aku membiarkan kalian
hidup beberapa tahun lebih lama sebenarnya sudah
melanggar kebiasaanku, sehingga mungkin sekali, pelanggaran itu akan mengakibatkan kejadian yang tidak
baik bagi diri ku." "Apa artinya perkataanmu?" menegas So So "Mengapa
kau mengatakan, hidup beberapa tahun lebih lama?"
"Sesudah aku berhasil memecahkan rahasia To liong to,
pada waktu mau meninggalkan pulau itu aku akan
mengambil jiwamu," jawabnya dengan tawar. "Satu hari
belum berhasil, satu hari kalian masih boleh hidup."
Si nona mengeluarkan suara dihidung. "Hmm! Menurut
pendapatku, golok itu hanyalah golok yang berat luar biasa
dan tajam tuar biasa," katanya. "Kata-kata tentang siapa
yang memilikinya akan menguasai orang-orang gagah di
kolong langit rasanya hanya omong kosong belaka."
"Kalau benar begitu, biarlah kita bertiga berdiam dipulau
itu seumur hidup," kata Coei San. Tiba-tiba menghela napas
dan paras mukanya diliputi dengan awan kedukaan.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Perkataan si nona kena tepat pada hatinya. Memang
mungkin sekali To liong to hanya sebuah golok yang tajam
dan jika benar sedemikian, sakit hatinya yang sangat besar
tidak akan dapat dibalas lagi.
Melihat paras Cia Soen yang penuh dengan kesedihan,
Coei San ingin coba menghibur. Tapi sebelum ia keburu
membuka mulut, Cia Soen su dah meniup lilin seraya
berkata: "Tidurlah !" ia kembali menghela napas dan suara
helaan napas itu kedengarannya bukan seperti suara
manusia, tapi bunyi binatang yang sudah menghembuskan
napasnya yang penghabiskan. Dan suara yang menyeramkan itu jadi lebih menyeramkan lagi karena
bercampur dengan arus ombak ditengah lautan. Mendengar
itu jantung Coei San dan So So memukul keras.
Angin laut yang dingin menderu deru. Sesudah lewat
beberapa lama, si nona yang hanya mengenakan selembar
pakaian tipis, tak dipat mempertahankan diri dan ia mulai
menggigil. "In kauwnio, apa kau dingin?" bisik Coei San "Tak apa."
jawabnya. Coei San segera membaka jubah panjangnya dan
berkata: "Kau pakailah."
Sinona merasa sangat berterima kasih. "Tak usah, kau
sendiri juga kedingnan," Ia menolak sambil memaksakan
diri untuk bersenyum. Tapi biarpun mulutnya menolak.
tangannya menyambuti juga jubahnya itu yang lalu
digunakan untuk menyelimuti pundaknya. Begitu merasakan hawa hangat dari jubah itu, ia bersenyum
dengan rasa beruntung. Sementara itu, Coei San sendiri mengasah otak untuk
mencari jalan guna meloloskan diri. Sesudah memikir bulak
balik, ia berpendapat, bahwa jalan satu-satunya adalah
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
membunuh Cia Soen. Ia memasang kuping dan diantara suara gelombang, ia
mendengar suara mengerosnya Cia Soen yang sudah pulas
nyenyak, ia heran dan berkata dalam hatinya: "Orang itu
telah bersumpah untuk tidak percaya manusia. Tapi
bagaimana ia bisa tidur pulas dalam sebuah perahu bersama
sama aku dan In Kauwaio" Apa dia tidak takut aku
turunkan taugan jahat" Atau, apakah, karena menganggap
kepandaiannya sudah sangat tin6gi, ia tidak memandang
sebelah mata kepadaku" Sudahlah ! Biar bagaimanapun jua,
aku harus berani menempuh bahaya. Orang ini sudah pasti
akan melakukan apa yang dikatakannya. Kalau terlambat,
bisa-bisa aku harus menemani dia dipulau kecil sampai
masuk dilubang kubur," Memikir begitu, perlahan-lahan ia
mendekati In So So untuk membisiki niatannya.
Tapi diluar dugaan, sebelum ia keburu membuka mulut,
Pedang Langit Dan Golok Naga Yi Tian Tu Long Ji Ie Thian To Liong Kie Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
didalam kegelapan apa mau si nona memutar kepala
sehingga tanpa tercegah lagi, bibir pemuda itu menyentuh
pipinya. Tak kepalang kagetnya Coei San! Ia sangat ingin
menyatakan kepada sinona, bahwa kejadian itu adalah
kejadian kebetutan dan ia sama sekali tidak berniat untuk
berlaku kurang ajar tapi mulutnya terkancing dan ia tak
dapat mengeluarkan sepatah kata.
Dilain pihak sinona girang bukan main dan lalu
merebahkan kepalanya dipundak pemuda itu. Sesaat itu, So
So melupakan segala bahaya yang tengah mengancam dan
pada detik itu, ia merasa dirinya, sebagai manusia yang
paling beruntung dalam dunia. Tiba-tiba ia dengar bisikan
Coei San: "In Kouwnio, aku harap kau tidak jadi gusar."
Dengan paras muka bersemu merah dan dengan suara
terputus-putus, ia berkata: "Kau.... menyintai aku.... Aku....
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sangat.. girang." In So So adalah memedi perempuan yang dapat
membunuh manusia tanpa berkedip. Tapi dalam keadaan
begitu, ia tiada bedanya seperti wanita lain. Jantungnya
memukul keras, mukanya panas, rasa malu, kaget dan
girang tercampur menjadi satu.
Kalau bukan berada dalam kegelapan, mungkin sekali ia
tak berani mengucapkan kata-kata itu yang menumplek isi
hatinya kepada pemuda yang dicintainya.
Mendengar jawaban si nona, sekali lagi Coei San
terkesiap, ia tidak duga, bahwa permintaan maafnya sudah
memancing pengakuan cinta. Biar bagaimana jua, ia adalah
manusia biasa, manusia yang masih berusia muda. Maka
itu, jantungnyapun memukul keras dan ia jadi bingung
bukan main. Tiba-tiba, jiwa kesatrianya memberontak.
"Coei San!" Ia mengeluh. "Mengapa kau begitu lemah" Apa
kau sudah lupa pesanan In soe". Biarpun ia mencintai aku
dan ia pernah melepas budi kepada Samko, tapi ia seorarg
dari agama yang menyeleweng dengan sepak terjangnya
yang tidak dapat dibenarkan. Andaikata aku ingin menikah
dengannya, terlebih dahulu aku harus memberitahukan In
soe untuk minta permisi. Mana boleh aku bercinta-cintaan
ditempat gelap?" Memikir begitu, dengan perlahan ia mendorong tubuh
sinona dan berbisik: "Kita harus berusaha untuk menakluki
orang itu guna meloloskan diri."
Mendengar bisikan itu, So So terkejut. "Apa?" Ia
menegas. "Biarpun berada dalam bahaya, kita barus bertindak
secara tenang," Menerangkan pernuda itu. "Kalau kita
menyerang selagi dia pulas, perbuatan kita bukan perbuatan
kesatria. Aku akan membangunkannya dan akan http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menantangnya untuk mengadu kekuatan. Selagi aku
bertanding, kau harus melepaskan jarum emas kejalan
darahnya. Meskipun kita mengerubuti dan kemenangan
kita bukan kemenangan yang gemilang, tapi apa boleh buat,
karena ilmu silatnya banyak lebih tinagi daripada kita."
Coei San membisikkan dengan suara yang sangat halus
dan bibirnya hampir menempel dengan kuping si nona.
Tapi diluar dugaan, baru saja ia selesai, Cia Soen yang tidur
digubuk belakang sudah tertawa terbahak-bahak "Kalau kau
membokong, mungkin sekali kau masih mempunyai
harapan." katanya dengan suara nyaring. "Tapi dengan
ingin mengambil jalanan yang terang, untuk mempertahankan nama baik partaimu, kau cari celaka
sendiri." Dilain saat berbareng dengan berkelebatnya bayangan
manusia ia sudah berada dihadapan Coei San dan lalu
menghantam dada pemuda itu dengan telapak tangannya.
Selagi Coei San bicara, Coei San sudah mengempos
semangat dan mengerahkan Lweekang. Begitu lekas lawan
menyerang, ia segera menyambut dengan tangan kanannya
dan balas mengirim serangan deagan tenaga Bin ciang
(Pukulan kapas). Begitu lekas tangannya kebentrok dengan
tangan lawan, ia merasa dadanya tergetar dan tenaga lawan
menindih hebat bagaikan gelombang.
Sebelum tangan lawan menyambar, Coei San, yang tabu
keunggulan orang itu, sudah mengerahkan seluruh
Lweekang untuk membela diri. Maka itu, waktu angin
pukulan menyambar, ia menarik pulang lengannya kira-kira
delapan dim dan dengan garis pembelaan yang lebih pendek
itu, ia mendapat banyak keuntungan, sehingga, walau pun
Cia Soen terus menambah tenaganya, ia masih dapat
mempertahankan diri. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sesudah mendorong tiga kali, Cia Soen merasa heran,
sebab meskipun Lweekang lawannya banyak lebih rendah,
tapi ia tidak berhasil untuk menghancurkannya. Ia terus
menambah tenaga, tapi Coei San masih tetap dapat
mempertahankan diri. Selagi mereka mengadu kekuatan
secara mati-matian, papan perahu mengeluarkan suara
"krekekkrekek", karena tidak kuat menahan tindihan tenaga
kedua orang yang tengah bertanding itu.
Tiba-tiba Cia Soen mengangkat tangan kirinya dan
menghantam kepala Coei San, yang buru-buru menangkis
dengan tangan kirinya dengan pukulan Hoeu kee kim liang
(Memasang penglari emas).
Sesudah kedua-dua tangannya beradu dengan kedua
tangan lawan, Coei San merasa dadanya di tindih dengan
tenaga Im jioe (tenaga lembek), sedang tenaga yang
menindih dari atas kepala adalah tenaga Yang kong (tenaga
keras). Bahwa seseorang dapat menyerang dengan dua
macam tenaga dengan berbareng adalah kepandaian yang
sungguh jarang terdapat dalam Rimba Persilatan. Untung
juga ilmu silat Boe tong pay sangat mengutamakan
Lweekang, sehingga biarpun kalau dalam pertempuran
biasa kepandaian Coei San masih jauh, tapi dalam
pertandingan Lweekang sedikitnya untuk sementara waktu,
dengan menggunakan "ilmu meminjam tenaga, memidahkan tenaga" dan Sie nio po cia kin, ia masih dapat
mempertahankan diri. Dalam sekejap, keringat membasahi pakaian pemuda itu.
"Mengapa In Kauwnio masih belum turun tenaga?"
tanyanya didalam hati. "Jika In Kouw nio menyerang, dia
pasti akan berkelit dan waktu dia berkelit, aku bisa
menggunakan kesempatan untuk menyerang."
Kemungkinan itu juga rupanya sudah diingat oleh Cia
Soen sendiri. Waktu baru menyerang, ia menduga, bahwa
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dengan sekali pukul, ia akan dapat merubuhkan pemuda
itu. Tapi diluar dugaan, sesudah seminuman teh, Coei San
masih dapat mempertahankan diri. Ia mengerti, bahwa jika
sinona turun tangan, ia bisa celaka. Maka itu, sambil
bertanding, kedua lawan tersebut terus memperhatikan
gerak-gerik In So So. Karena sedang mengerahkan seluruh Lweekang nya,
Coei San tidak berani bicara. Tapi Cia Soen Yang
Lweekangnya sudah mencapai puncak tertinggi masih
dapat bicara. "nona kecil, aku menasehati kau jangan cobacoba turun tangan," katanya. "Begitu kau melepaskan jarum
emas, aku akan segera menghantam dengan sekuat tenaga
kecintaanmu tidak dapat hidup lebih lama lagi "
"Cia Cianpwee, tarik pulang seranganmu," kata sinona.
"Kamu akan menghatur maaf?" tanya Cia Soen.
Coei San tidak berani menjawab, karena begitu
membuka suara, tenaganya akan habis. Ia mendongkol
bukan main karena So So tidak melepaskan jarumnya.
"Cia Cianpwee, lekas tarik pulang tenagamu!" teriak
nona In dengan suara bingung "Apa kau mau aku turun
tangan?" Sebenar-benarnya didalam hati Cia Soen pun sangat
berkuatir. Didalam kegelapan dan ditempat yang sangat
sempit, ia sukar menolong diri, jika si nona menyerang
dengan jarum emas yang berjumlah besar dan halus itu, ia
juga tidak bisa menangkis jarum-jarum itu dengan kedua
tangannya yang tengah beradu deagan kedua tangan Coei
San. Maka itu, jika So So menyerang, mungkin sekali
mereka bertiga akan binasa atau terluka berat bersamasama. Karena adanya kekuatiran itu, ia segera berkata: "Nona
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kecil, aku sebenarnya tidak mempunyai niatan kurang baik,
aku bersedia untuk mengampuni jiwanya, jika kau
bersumpah atas nama nya."
sesudah memikir sejenak, So So berkata: "Thio Ngoko,
kita bukan tandingan Cia Cianpwee. Tiada lain jalan
daripada menurut perintahnya dan menemani dia satu dua
tahun. Kurasa, sebagai seorang yang sangat cerdas otaknya,
tak sukar untuk Cia Cianpwee memecahkan rahasia To
liong to. Ngo ko boleh aku bersumpah atas namamu?"
Coei San tetap tidak berani menyahut. Didalam hati ia
mendongkol bukan main karena si nona masih juga tidak
mau melepaskan senjata rahasianya.
Melihat kecintaannya terus membungkam, sinona segera
berkata: "Aku In So So bersama Thio Coei San berjanji
akan mengawani Cia Cianpwee disebuah pulau sampai Cia
Cianpwee dapat memecahkan rahasia To liong to. Jika
kami mempunyai hati bercabang, biarlah kami mati
dibawah pedang atau golok "
Cia Soen tertawa, "Bagi orang-orang Rimba Persilatan,
mati dibawah senjata bukan soal penting," katanya.
Si nona menggertak gigi. "Baiklah," katanya dengan
suara gusar. "Kalau aku melanggar janji, biarlah aku tidak
bisa hidup sampai dua puluh tahun. Apa kau puas?"
Cia Soen tertawa terbahak-bahak dan lalu menarik
pulang tenaganya. Begitu lekas tindihan tenaga lawan
disingkirkan, Coei San yang sudah habis tenaganya lantas
saja rubuh diatas papan perahu. Melihat muka pemuda itu
pucat bagaikan kertas dan napasnya tersengai-sengal, bukan
main bingungnya si nona yang lantas saja menubruk sambil
mengucurkan air mata. "Murid Boe tong sungguh-sungguh bukan mempunyai
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
nama kosong," memuji Cia Soen. "Tak malu mereka
menjagoi dalam Rimba Persilatan diwilayah Tionggoan."
Sementara itu, So So sudah mengeluarkan sapu tangan
dan menyusuti keringat yang membasahi Coei San. Melihat
si nona menangis sedu sedan, kemendongkolan pemuda itu
lantas saja hilang dan didalam hatinya timbul perasaan
sangat berterima kasih. Baru saja ia ingin menghaturkan
terima kasih, tiba-tiba matanya gelap. Sayup sayup ia
mendengar teriakan So So: "Orang she Cia jika kakakku
mati, aku akan mengadu jiwa dengan mu!"
Dilain saat dalam keadaan lupa ingat, ia mendengar
suara menderunya angin dan badannya terayun-ayun.
Mendadak ia merasa badannya basah dan air asin masuk
kedalam mulutnya. Sesaat itu juga ia tersadar dan hatinya
bingung, karena ia duga perahu itu sedang karam. Cepatoepat ia bangun berdiri, tapi ia tak dapat berdiri tegak,
sebab perahu kembali miring kekiri dan gelombang
menghantam perahu. Angin menderu-deru dan gelombang
sebesar bukit menerjang dengan saling susul.
Dalam keadaan ribut dan kacau, mendadak ia dengar
teriakan Cia Soen: "Thio Coei San, lekas pergi kebelakang
perahu dan pegang kemudinya. Tanpa memikir lagi, ia
berlari-lari kebelakang perahu. Ombak lagi-lagi menghantam perahu miring kekiri kanan dan sebuah
perahu kecil, yang semula ditaruh diatas perahu layar itu,
terbang keatas beberapa tombak tingginya, akan kemudian
tenggelam kedasar laut. Sebelum Coei San tiba ditempat kemudi, gelombanggelombang besar mengamuk, sehingga perahu terputarputar dan terpental kian kemari. Buru buru ia mengempos
semangat dan menancap kedua kakinya dipapan perahu,
sehingga meskipun perahu terombang-ambing, badannya
tidak bergerak. Beberapa saat kemudian, sesudah serangan
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
gelombang agak mereda, ia merangkak dan dengan kedua
tangannya ia memegang kemudi erat-erat.
Sekonyong-konyong terdengar beberapa kali suara
gedubrakan yang keras bukan main dan badan perahu
bergoyang goyang, Ternyata, dengan menggunakan Long
gee pang, Cia Soen telah merubuhkan tiang layar tengah
dan depan dan kedua tiang itu bersama-sama kain layarnya
yang berwarna putih, jatuh kedalam laut
Topan yang menyerang benar-benar hebat. Meskipun
hanya ketinggalan sebuab layar belakang, perahu itu masih
Pedang Langit Dan Golok Naga Yi Tian Tu Long Ji Ie Thian To Liong Kie Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tetap miring kian kemari seperti orang mabok arak.
Menghadapi serangan alam yang hebat, Cia Soen yang
gagah tak berdaya. Ia mengawasi langit dergan paras muka
mendongkol dan beberapa kali hampir-hampir ia tergelincir
di sapu angin. Akhirnya, dengan apa boleh buat, ia
mengangkat pula Long gee pang dan menghantam tiang
Musuh Dalam Selimut 2 Kisah Bangsa Petualang Karya Liang Ie Shen Elang Terbang Di Dataran Luas 8
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama