Ceritasilat Novel Online

Tembang Tantangan 23

Tembang Tantangan Karya S H Mintardja Bagian 23


http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kami masih harus menjalani laku lagi, Nyi" berkata Ki Udyana "sebenarnya aku merasa sudah terlalu tua. Tetapi karena tanggung jawab yang dibebankan kepadaku oleh guru, maka aku ha rus melakukannya. Tetapi harapan bagi masa depan berada di pundak Wikan"
"Jika itu kewajiban, kakang. Maka kakang tidak oleh merasa terlalu tua. Namun aku sependapat, bahwa Wikan adalah harapan dimasa mendatang"
"Ya. Wikan adalah ha rapan dimasa datang. Tetapi kitapun harus mempersiapkan Tatag bagi masa yang lebih panjang.
Nyi Udyana tersenyum. Katanya "Ya. Tatag juga harus
dipersiapkan. Ia memiliki bekal yang lengkap. Namun kita tidak boleh lengah dengan bekal jiwani selengkap bekal badaninya"
Demikianlah, sejak Ki Udyana dan Wikan kembali, maka rasa-rasanya padepokan mereka menjadi semakin hidup.
Wikan yang muda itu banyak mempunyai gagasan-gagasan mencoba berbagai macam cara untuk memperbaiki hasil
sawah mereka. Gejolak jiwa mudanya ternyata mempunyai pengaruh yang sangat baik.
Namun Ki Udyana tidak melepasnya begitu saja. Dalam hal-hal tertentu, Ki Udyana masih juga berusaha untuk sedikit mengekangnya, sehingga Wikan tidak melenting terlalu jauh, lepas dari jangkauan para cantrik yang lain. Jika itu terjadi, maka justru akan ada jarak antara Wikan dengan para cantrik yang bahkan sebayanya.
Sementara itu, di sela-sela tugas-tugasnya di padepokan, maka Wikan dan Ki Udyana tidak lupa, melakukan pesan-pesan Ki Margasana. Mereka menekuni laku sebagaimana http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
harus dilakukan untuk menuntaskan ilmu mereka sampai ke puncak.
Kadang-kadang keduanya berlatih di sanggar tertutup.
Namun kadang-kadang mereka menempa kemampuan mereka
di padang terbuka, agak jauh dari padepokan dan jarang sekali di datangi orang.
Sebenarnyalah dengan bekal yang sama, bahkan dengan
pengalaman yang lebih luas, Ki Udyana tidak dapat
meningkatkan ilmunya secepat Wikan yang masih jauh lebih muda.
"Aku tidak bermaksud memujimu, Wikan. Tetapi sebenarnyalah bahwa masa depan padepokan kita terletak di bahumu. Jika guru memberi batasan waktu antaraisetengah sampai satu tahun, agaknya kau dapat menyelesaikannya kurang dari setengah tahun, sementara aku harus mengambil jarak waktu yang paling jauh. Mungkin setahun itu"
"Tidak. Paman tidak memerlukan waktu sepanjang itu.
Seandainya paman memerlukan waktu lebih dari setengah tahun, namun kelebihannya tentu tidak akan terlalu banyak"
Ki Udyana tersenyum. Dengan ilmu pada tataran yang
sama, namun dengan dukungan kewadagan yang lebih kuat, maka kemampuan yang sebenarnyapun akan berselisih
meskipun hanya selapis yang sangat tipis.
Demikianlah, dari hari ke hari, maka banyak kemajuan yang dicapai o leh padepokan itu. Bahkan mereka telah dapat menjual berbagai macam hasil kerajinan serta hasil bumi untuk mendukung pembeayaan padepokan itu. Para cantrik yang memiliki ketrampilan sebagai pande besipun telah dapat menjual berbagai macam alat pertanian yang buatannya tidak kalah dengan para pande besi yang lain. Sementara itu, setiap http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
hari pasaran, para mentrik juga memasok beberapa ekor ayam kepada langganan-langganan mereka. Beberapa kedai yang berada di depan pasar.
Selain ayam, maka para cantrik juga memasok ikan air tawar. Guremeh, kakap dan bahkan ikan wader pari.
Dengan demikian maka padepokan Ki Udyana itu benarbenar menjadi sebuah padepokan yang mandiri dipandang dari beberapa sisi.
Para penghuni padepokan itupun tidak terlalu memisahkan diri dari lingkungannya. Mereka merasa bahwa mereka adalah warga dari sebuah kademangan yang telah memberikan
banyak dukungan kepada padepokan mereka. Ki Demang
telah memberikan tanah, selain untuk membangun padepokannya, para cantrik juga dibenarkan untuk menebang hutan bagi tanah pertanian. Membendung sungai untuk
menaikkan air ke tanah pertanian. Membuat belumbang untuk memelihara berbagai jenis ikan, serta satu lingkungan peternakan yang cukup luas.
Untunglah, bahwa kademangan itu memiliki lingkungan
hutan yang luas memanjang sehingga Ki Demang dapat
memberikan tanah yang cukup bagi padepokan Ki Udyana itu sejak saat berdirinya.
Karena itulah, maka penghuni padepokan itu seringkali terlibat dalam kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan oleh Ki Demang.
Selain itu, memberikan kesempatan pertama bagi anakanak muda di kademangan, jika ada diantara mereka yang ingin berguru di sebuah padepokan. Meskipun demikian merekapun harus menempuh pendadaran lebih dahulu, karena http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mereka yang kurang memenuhi syarat, maka tinggal di
padepokan akan terasa menyiksanya.
Kegemaran yang belum lama mulai muncul di padepokan
itu adalah berburu. Sejak mereka belajar pada murid-murid paman guru mereka.
Semakin lama sekelompok cantrik telah menjadi pemburu-pemburu yang trampil dan berani.
Tetapi lambat laun, selagi di semua sisi yang tumbuh di padepokan itu menjadi semakin berkembang, kesenangan berburu itu justru menjadi semakin redup. Semakin besar, ternyata Tatag mempunyai sikap yang berbeda dengan para pemburu, sehingga beberapa orang pemburu yang baik, mulai mengurangi kegiatan mereka.
Tatag sendiri selalu ingin ikut, jika sekelompok cantrik akan berhuru. Tetapi jika sudah sampai ke hutan, maka Tatag akan menghambat setiap usaha untuk mendapatkan seekor
binatang buruan. "Kenapa kita harus membunuhnya" bertanya Tatag yang
sudah menjadi semakin besar.
"Bukankah seorang pemburu berusaha untuk dapat
menangkap binatang buruannya?" sahut seorang cantrik.
"Biarlah mereka hidup dalam dunianya. Kita tidak perlu membunuhnya"
"Tetapi sudah menjadi takdir, bahwa binatang buruan akan dibunuh oleh para pemburu, sebagaimana ternak yang kita pelihara itu kita sembelih"
"Aku tidak pernah makan daging. Kakang tahu itu. Aku juga tidak pernah makan ikan yang ditangkap di kolam. Meskipun aku dapat mengerti, bahwa ternak yang dipelihara itu dapat http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
saja disembelih untuk dimakan. Tetapi binatang di hutan ini hidup dalam lingkungan mereka"
"Mereka juga saling membunuh"
"Mereka hanya memenuhi kebutuhan untuk hidup mereka.
Tetapi kita tidak. Kita dapat hidup tanpa membunuh binatang hutan"
Para cantrik itu saling berpandangan. Namun mereka
menjadi heran melihat sikap Tatag. Bahkan cara berpikir Tatag yang tidak lagi mencerminkan cara berpikir anak-anak meskipun Tatag sudah menjadi semakin besar.
Ketika hal itu disampaikannya kepada Wikan, maka
perhatian Wikan kepada Tatagpun menjadi semakin besar.
Ketika Tatag masih bayi, ia sudah menarik perhatian banyak orang karena tangisnya. Demikian ia tumbuh maka ia
menunjukkan sikap yang kadang-kadang sulit dimengerti oleh para cantrik. Kadang-kadang Tatag bersikap dan berpikir seperti orang dewasa. Namun para cantrik itu masih juga melihat Tatag bermain-main seperti kebanyakan kanak-kanak.
Berlari-larian dihalaman.
Tetapi sejak Tatag dapat berjalan, ia banyak bermain dengan binatang-binatang peliharaan. Kadang-kadang Tatag itu seakan-akan menghilang. Namun ternyata ia tidur diantara anak-anak kambing. Tatagpun menunjukkan perhatian yang sangat besar terhadap anak-anak ayam dan anak-anak itik yang baru menetas. Kadang-kadang Tatag mengikut seekor induk ayam yang menggiring anak-anaknya di halaman
belakang. Namun ketika Tatag menjadi semakin besar, maka iapun mulai melakukan permainan yang berbahaya.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ia tidak saja ingin selalu mengikuti para cantrik yang sedang berburu, meskipun ia akan lebih banyak mengganggu.
Tetapi Tatag pun mulai pergi ke hutan sendiri.
Wikan dan Tanjung menjadi semakin sibuk mengamatinya.
Bahkan Wikan telah menunjuk seseorang untuk selalu
menemani Tatag agar Tatag tidak hilang.
Tetapi masih saja ada kesempatan bagi Tatag untuk pergi ke hutan sendirian.
Wikan dan Tanjungpun mengerti, bahwa Tatag sangat
menyayangi berbagai macam binatang. Bahkan binatang apa saja. Tatag memang tidak mau makan daging apa saja.
Bahkan ikan yang ditangkap dibelumbang. Namun Tatag
masih mau makan telur. Bagi Tatag, binatang-binatang itu adalah sahabatnya.
"Ia tidak mempunyai kawan bermain yang sebaya" berkata Wikan kepada Tanjung ketika mereka melihat Tatag berlari-larian mengejar anak lembu.
"Ya. Yang ada disini adalah cantrik dan mentrik yang sudah dewasa. Agaknya Tatag tidak tertarik untuk bermain-main dengan orang-orang dewasa, sehingga Tatag lebih seneng bermain dengan anak-anak binatang peliharaan itu"
"Apakah sebaiknya kita mencarikan Tatag seorang kawan yang sebaya?"
"Kemana?" "Di padukuhan. Apakah kita dapat mengajak anak-anak
sebaya dengan Tatag bermain di padepokan ini?"
Tanjung termangu-mangu sejenak. Namun baginya, tidak ada salahnya untuk mencobanya.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ketika hal itu dikatakan oleh Tanjung kepada Nyi Udyana, maka ternyata Nyi Udyanapun setuju. Namun Nyi Udyanapun berpesan "Tetapi cara membesarkan anak itu ada kalanya berbeda antara seorang dengan orang yang lain. Karena itu, jika kita mengajak anak-anak dari padukuhan, maka kita harus menjaga, agar kebiasaan anak-anak itu di rumah mereka dapat juga mereka lakukan disini. Mungkin waktu-waktu mereka makan, tidur, mandi dan sebagainya. Pada sore hari kitapun harus mengembalikan anak-anak itu kepada orang tuanya. Bahkan jika ada yang merajuk, maka kita harus berusaha untuk mengatasinya dengan baik sesuai dengan kebiasaan mereka di rumah"
Tanjung mengangguk-angguk sambil berdesis "Ya, bibi.
Tetapi bagaimana menurut bibi kalau kami mencobanya"
"Kita dapat mencoba untuk beberapa hari. Jika sesuai dengan keinginan kita tanpa mengganggu kebiasaan anak-anak itu, kita akan membuat tempat bermain khusus bagi Tatag dan kawan-kawan kecilnya itu"
Demikianlah, dihari-hari berikutnya, Wikan dan Tanjung berusaha mengadakan pengamatan terhadap kemungkinan
untuk mengajak anak-anak sebaya dengan Tatag bermain di padepokan. Bahkan pada kesempatan lain, biarlah tatag yang datang bermain di padukuhan.
Agaknya beberapa orang tua tidak berkeberatan jika
anaknya diajak bermain di padepokan.
"Di pagi hari, setelah makan, biarlah aku ajak anakku kepadepokan. Nanti pada saatnya makan siang, aku akan menjemputnya. Biarlah kakak perempuannya menemani dan mengawasinya selama ia berada di padepokan" berkata
seorang ibu. http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Demikianlah, maka beberapa hari kemudian, di padepokan itu telah dibuat secara khusus, sebuah lingkungan untuk bermain anak-anak sebaya dengan Tatag. Wikan telah
membuat tiga buah ayunan bambu. Dibuatnya pula sebuah kotak kayu yang besar yang disinya dengan pasir. Menurut dugaan Wikan, anak-anak senang bermain dengan pasir.
Dibuatnya pula, kuda-kudaan dari kayu, glindingan, kitiran dan berbagai mainan kanak-kanak yang lain. Tetapi bahwa ada beberapa orang kakak perempuan yang masih juga remaja akan ikut menunggui adik-adik mereka, maka Tanjungpun telah menyediakan alat-alat untuk masak-masakan, pasaran dan alat-alat permainan gadis-gadis kecil yang lain.
Demikianlah, beberapa hari kemudian, padepokan Ki
Udyana itupun menjadi arena permainan kanak-kanak. Semula hanya ada satu dua orang anak sebaya Tatag yang bermain di padepokan itu. Tetapi satu dua orang anak lagi menyusul ikut bermain bersama Tatag.
Tatag memang menjadi senang mempunyai kawan
bermain. Ia tidak lagi terlalu banyak berada di kandang kambing dan kandang lembu. Tidak pula berlama-lama
menunggu induk ayam yang menggiring anaknya di halaman belakang.
Tetapi Tatag lebih banyak berada diantara kawan-kawannya yang sebaya, bahkan beberapa orang gadis kecilpun telah ikut bermain di padepokan itu.
Tetapi menjelang tengah hari, merekapun telah pergi.
Mereka pulang untuk makan siang. Kemudian di bersihkan kaki dan tangannya. Sebentar lagi mereka sudah berada di pembaringan.
Dengan demikian, maka Tatagpun telah sendiri lagi.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tetapi bermain dengan anak-anak sebayanya itu agaknya semakin lama menjadi semakin menjemukan bagi Tatag.
Rasa-rasanya mereka hanya bermain dengan gembira. Tidak ada
tantangan yang harus dihadapinya yang dapat membangkitkan gairah dan dapat menghangatkan darahnya.
Demikianlah, ketika langit cerah, sementara anak-anak bermain dengan gembira di udara pagi yang segar, tiba-tiba saja seorang cantrik telah menemui Tanjung.
"Ada apa?" "Tatag tidak ada di arena permainan"
"He?" Tanjung terkejut. Tetapi ia tidak ingin mengejutkan anak-anak yang sedang bermain. Karena itu, maka Tanjung itupun hanya sekedar meyakinkan dirinya, bahwa Tatag tidak ada di arena permainan itu. Tetapi Tanjung tidak mengatakan apa-apa.
Namun Tanjung itupun kemudian dengan tergesa-gesa
menemui Wikan yang sedang berada di sanggar terbuka
bersama beberapa orang cantrik.
"Ada apa?" bertanya Wikan.
Tanjungpun mendekatinya sambil berdesis "Tatag tidak ada di arena permainan"
"He?" Wikanpun kemudian meninggalkan sanggar itu dan
menyerahkan para cantrik yang sedang berlatih kepada saudara-saudara seperguruannya.
Ketika Wikan sampai di arena permainan, ia melihat anak-anak sebaya Tatag bermain dengan gembira. Kakak-kakak perempuan merekapun sibuk bermain pasaran dan permainan-permainan yang lain diawasi oleh dua orang mentrik.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kau tidak melihat Tatag?" bertanya Wikan kepada mentrik itu.
"Maaf, kakang. Ketika kami mulai bermain, Tatag ada
diantara anak-anak itu. Kami berdua tidak tahu, kapan anak itu
meninggalkan arena permainan. Demikian kami mengetahui bahwa Tatag tidak ada, maka aku minta seorang cantrik melaporkannya"
Wikan menarik nafas panjang. Ia tidak ingin menyalahkan para mentrik yang mengawasi anak-anak yang sedang
bermain itu. Tatag memang anak yang nakal.
Beberapa saat.Wikan mencari di padepokan. Di kandang-kandang ternak dan di halaman belakang, tetapi Tatag tidak ada.
"Kemana kita mencari kakang?" bertanya Tanjung dengan cemas..
Namun Ki Udyanapun berkata "Anak itu sering pergi ke hutan. Marilah, kita lihat ke hutan, apakah Tatag ada di sana"
Dengan tergesa-gesa, Wikan dan Ki Udyanapun pergi ke hutan. Tatag yang sering ikut para cantrik yang sedang berburu, meskipun anak itu justru selalu mengganggu, memang pernah pergi ke hutan sendiri. Bahkan tidak hanya sekali.
Ki Udyana dan Wikanpun kemudian berlari-lari kecil
melintasi bulak persawahan yang digarap oleh para cantrik.
Kemudian menyeberangi padang perdu, yang dapat menjadi tanah cadangan dimasa depan jika diperlukan, meskipun masih harus diusahakan air yang lebih ajeg.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ketika mereka sampai di pinggir hutan, Ki Udyana dan Wikanpun terkejut. Mereka melihat Tatag bermain dengan dua ekor anak harimau loreng dari jenis yang sangat besar.
"Tatag" panggil Wikan dengan jantung yang berdebaran.
Ketika keduanya melangkah semakin dekat, maka terdengar aum harimau menggetarkan jantung.
"Tidak apa-apa ayah" berkata Tatag.
"Induknya dapat marah"
"Tidak. Aku sudah bermain sejak tadi. Induknya tidak apaapa. Akupun kenal dengan induknya?"
Sebenarnyalah seekor induk harimau yang besar yang
bergerak di belakang gerumbul-gerumbul perdu, kemudian berhenti dan berdiri di belakang Tatag. Matanya memancarkan sinar yang menggetarkan jantung.
Dengan gerak naluriah, Wikan dan Ki Udyanapun segera mempersiapkan diri. Jika harimau itu meloncat menerkam, maka mereka harus melawan dengan ilmu pamungkas
mereka. Tetapi Tatagpun kemudian melangkah mendekati induk
harimau yang besar itu. Sambil mengusap lehernya, Tatagpun berkata "Itu ayah dan kakekku. Mereka tidak akan
mengganggu. Mereka bukan pemburu jahat yang sering
membunuh binatang" Induk harimau itu seakan-akan mengerti, apa yang
dikatakan oleh Tatag. Perlahan-lahan induk harimau itu bergeser surut dan kemudian masuk ke dalam gerumbul-gerumbul liar di hutan itu.
Tatagpun kemudian mendorong kedua ekor anak harimau
itu sambil berteriak "Pergilah ke indukmu. Aku akan pulang"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kedua ekor anak harimau itupun kemudian berlari-lari dan menghilang di balik pepohonan hutan yang lebat
"Tatag" berkata Wikan kemudian "ayo, pulang. Kawankawanmu bermain di padepokan. Sementara itu kau malah pergi meninggalkan mereka"
"Aku jemu bermain dengan mereka ayah. Mereka hanya
dapat bermain ayunan, pasir, kuda-kudaan dan kejar-kejaran.
Tidak ada permainan yang baru lagi yang lebih menarik. Disini aku dapat bermain dengan anak-anak harimau"
"Kenapa induk harimau itu tidak marah kepadamu?"
"Aku tidak mengganggu anak-anaknya. Ketika anak
harimau itu terjepit sebatang dahan kayu yang roboh, akulah yang menolongnya. Induk harimau itu memang marah waktu itu, tetapi ketika ia melihat bahwa anak-anaknya terlepas setelah aku mengangkat dahan yang menjepitnya, maka induk harimau itu menjadi tenang.
Anak-anaknya berlari-larian mendapatkannya. Seekor diantaranya menjadi pincang. Tetapi sekarang sudah sembuh"
Wikan menarik nafas panjang. Namun kemudian iapun
berkata "Sekarang pulang Tatag. Kawan-kawanmu menunggu"
Tatag tidak membantah. Iapun kemudian berjalan pulang bersama ayah dan kakeknya.
"Yang dilakukan Tatag adalah berbahaya sekali. Jika ia tidak berhasil menolong anak harimau itu, maka induknya yang marah tentu akan menerkamnya" berkata Ki Udyana.
"Ya, paman. Sementara itu, di hutan itu tentu tidak hanya ada seekor harimau yang anaknya telah ditolong oleh Tatag itu. Jika ada harimau yang lain, maka persoalannya tentu akan lain pula. Mungkin Tatag dapat memanjat pohon untuk
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menghindar. Tetapi jika yang datang macan kumbang, maka memanjatpun tidak akan berarti apa-apa. Macan kumbang itu akan dapat memburunya"
Tatag yang berjalan beberapa langkah di depan, namun yang
mendengar pembicaraan itupun memperlambat langkahnya sambil berkata "Macan kumbang itu memang
pernah datang, ayah"
"He?" Tatag yang kemudian bergayut pada tangan ayahnya
berkata "Kemarin lusa, ketika aku sedang bermain dengan anak-anak harimau itu, seekor macan kumbang yang hitam lekam telah datang. Nampaknya macan kumbang itu mencoba untuk dengan diam-diam merunduk. Tetapi pertarungan
sebentar. Macan kumbang yang agaknya telah terluka itupun kemudian berlari masuk ke dalam hutan. Induk harimau itu tidak mengejarnya. Tetapi induk harimau itu melihat kedua anak-anaknya yang tidak apa-apa"
Ki Udyana berdesah. Katanya "Bukankah berbahaya sekali jika kau berada di hutan itu, Tatag. Seharusnya kau tidak pergi ke hutan sendiri"
"Aku tidak mau bersama kakak-kakak yang sering berburu itu. Aku tidak mau memusuhi dan dimusuhi oleh binatang-binatang hutan ini, karena mereka memang bukan musuh kita"
"Bukankah mereka sekarang sudah tidak pernah berburu lagi sejak kau selalu mengganggu?"
Tatag tiba-tiba saja tertawa. Katanya "Mereka menganggap aku mengganggu?"
"Ya" http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tatag masih tertawa. Tetapi ia tidak menjawab.
Ketika mereka kemudian sampai di padepokan, maka
Tatagpun segera bergabung dengan kawan-kawannya yang sebaya. Tetapi bagi Tatag, permainan dengan kawan-kawan sebayanya itu sudah tidak menarik lagi.
Namun dengan demikian, maka pengawasan terhadap
Tatag itupun menjadi semakin diperketat. Beberapa orang cantrik yang mendengar ceritera tentang macan kumbang itupun menjadi cemas, bahwa bahaya yang tidak diduga akan dapat mengancam Tatag. Karena itu, baik mereka yang
dipesan maupun tidak, merasa mempunyai kewajiban untuk mencegah Tatag keluar dari padepokan.
Dengan demikian, meskipun agak menjemukan, maka
Tatagpun setiap hari mencoba untuk dapat bermain dengan kawan-kawan sebayanya. Tetapi permainan itu benar-benar terasa menjemukan. Namun jika para mentrik yang mendapat tugas untuk menemani anak-anak
itu bermain, ikut berloncatan dan bekejaran, maka Tatag menjadi lebih
gembira. "Tenaga anak ini luar biasa" desis seorang mentrik yang hampir saja jatuh karena didorong oleh Tatag.
"Ya. Anak seumur Tatag sudah kuat mendukung seekor
kambing domba yang besar"


Tembang Tantangan Karya S H Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Bagaimana mungkin"
"Dimasa bayinya, tangisnya sudah mampu menggelarkan
bangunan-bangunan yang ada di padepokan ini"
Bahkan para mentrik itupun terkejut ketika mereka melihat bagaimana Tatag menirukan tatanan gerak olah kanuragan.
Tatag yang masih belum pernah mendapat tuntunan olah http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kanuragan itu. ternyata sudah mampu menirukan beberapa unsur gerak yang justru agak rumit dilakukan oleh para cantrik dan mentrik
"He" bertanya seorang mentrik yang menemaninya bermain bersama anak-anak padukuhan "Siapa yang mengajarimu?"
"Mengajari" Mengajari apa?"
"Kau dapat melakukan dengan baik. Unsur-unsur gerak
yang terhitung rumit dapat kau lakukan dengan greget dan getar yang cukup kuat"
"Kenapa harus ada yang mengajari" Aku sering melihat kakek, nenek, ayah dan ibu berlatih. Para cantrik dan mentrik.
Bukankah seharusnya aku dapat melakukannya pula
"Tetapi harus ada yang menuntun dan membimbingmu,
Tatag, agar kau tidak melakukan latihan-latihan yang dapat membahayakan dirimu sendiri"
"Apa yang membahayakan" Bukankah aku tidak apa-apa"
Namun mentrik itu merasa perlu untuk melaporkan sikap Tatag itu kepada Tanjung, agar Tatag tidak justru mengalami kesulitan kelak.
Tanjung mengangguk-angguk kecil. Katanya "Terima kasih atas perhatianmu kepada Tatag. Anak itu memang harus lebih banyak mendapat perhatian"
Sebenarnyalah bahwa Tanjung tidak dapat tinggal diam.
Iapur-kemudian menyampaikannya kepada Wikan tentang
Tatag yang sering menirukan unsur-unsur gerak dalam o lah kanuragan yang kadang-kadang justru unsur-unsur gerak yang rumit.
"Baiklah. Jika demikian, biarlah kita justru memberikan kesempatan untuk berlatih"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Apakah Tatag tidak terlalu kecil untuk berlatih secara bersungguh-sungguh kakang"
"Kitalah yang harus menyesuaikan diri. Kita tidak dapat memaksakan beberapa ketentuan sebagaimana yang kita
trapkan kepada para cantrik dan mentrik yang sudah dewasa.
Dengan anak-anak sebesar Tatag kita akan berlatih sambil bermain. Tetapi kita harus tetap menanamkan landasan bagi ilmunya dengan baik"
Tanjung mengangguk-angguk. Ia percaya kepada suaminya bahwa ia akan dapat membimbing Tatag lahir dan batinnya.
Tetapi ada kebiasaan Tatag yang membuat ibunya menjadi cemas. Tatag rasa-rasanya tidak telaten memakai baju. Setiap kali Tatag selalu membuka bajunya. Apalagi di siang hari ketika udara terasa panas menyengat.
"Kau harus memakai bajumu, Tatag" setiap kali ibunya memperingatkan
"Panas, ibu. Kakak-kakak para cantrik juga sering membuka bajunya jika udara terasa panas sekali"
"Tetapi kau masih terlalu kecil untuk membuka baju"
"Aku merasakan udara terlalu panas sebagaimana kakak-kakak pada cantrik"
"Tetapi kau dapat sakit jika kau terlalu sering membuka baju"
"Bukankah aku tidak terlalu sering membuka baju. Hanya jika udara sangat panas"
Tanjung menarik nafas panjang. Tetapi ia tidak dapat mengatakan, bahwa ia harus menyembunyikan noda hitam yang melekat di dadanya itu.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Noda itu akan dapat menimbulkan persoalan jika ada
orang lain yang melihatnya"
Namun Tanjung itu menjawabnya sendiri "Tetapi orang
yang melihatnya itu tidak tahu menahu tentang toh hitam di dada anak itu"
Kadang-kadang Tanjung memang menjadi cemas. Mungkin
seorang akan berkata kepada orang lain tentang toh di dada anak itu, sehingga akhirnya ceritera tentang toh di dada itu akan tersebar kemana-mana"
"Tetapi Tatag hanyalah seorang anak padepokan. Tidak akan ada orang yang menghiraukannya "Tanjung mencoba menenteramkan dirinya sendiri.
Sebenarnyalah bahwa Tatag masih saja sering membuka
bajunya. Selain membuka bajunya, ternyata Tatag masih juga sering pergi ke hutan sendiri. Anak itu dapat saja mencari kesempatan untuk keluar dari pintu regol padepokan tanpa dilihat orang, meskipun setiap cantrik dan mentrik merasa wajib untuk mengawasinya.
Padepokan itu bahkan pernah menjadi sibuk ketika
menjelang senja Tatag tidak terdapat di padepokan. Setelah dicari kemana-mana Tatag tidak dapat diketemukan, maka ki Udyana dan Wikan mengambil kesimpulan bahwa Tatag tentu pergi ke hutan.
"Gelap mulai turun" berkata Ki Udyana "Kita harus cepat pergi"
"Ajak beberapa orang cantrik yang sudah sering berburu"
"Tidak. Tatag tidak akan sependapat. Binatang-binatang hutan yang sudah terbiasa bermain dengan Tatagpun akan ketakutan melihat para pemburu itu"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tetapi mereka tidak akan berburu"
"Binatang hutan tidak dapat membedakan, apakah mereka datang untuk berburu atau tidak"
Ki Udyana dan Wikanpun segera turun dari pendapa dan bergegas pergi ke regol halaman padepokan.
Tetapi mereka tertegun ketika mereka melihat Tatag sudah berdiri di luar pintu regol. Tetapi Tatag tidk sendiri. Tiga ekor kera besar dari jenis yang paling garang berdiri di depan pintu itu pula.
"Terima kasih" berkata Tatag sambil menepuk bahu ketiga ekor kera yang besar itu berganti-ganti.
Ketiga ekor kera itu seakan-akan mengetahui, bahwa Tatag sudah berada di rumahnya. Karena itu, maka sejenak
kemudian, ketiga ekor kera yang besar itupun berlari-lari meninggalkan regol halaman padepokan.
"Tatag" nada suara Wikan meninggi "Kau darimana?"
"Aku pergi mengunjungi ketiga orang kwanku itu, ayah"
"Mereka adalah jenis kera yang sangat berbahaya. Kera-kera itu berkelahi berkelompok. Jika seekor diantara mereka terganggu, maka jeritnya akan memanggil kawan-kawannya.
Kadang-kadang sampai puluhan. Bahkan harimaupun menghindar jika mereka bertemu dengan jenis kera seperti itu. Hanya jika terpaksa saja harimau akan bertarung melawan mereka"
"Tidak ayah" sahut Tatag "harimau itu tidak berkelahi melawan kera-kera bear itu, meskipun mereka tidak terlalu bersahabat"
"Bagaimana mungkin kau berkawan dengan kera-kera buas yang besar itu"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aku datang kepada mereka ayah. Jika aku tidak berbuat apa-apa, kera-kera itupun tidak berbuat apa-apa
"Yang kau lakukan itu berbahaya sekali Tatag" berkata Ki Udyana.
"Asal kita baik kepada mereka, merekapun baik kepada kita kek"
"Masuk" ayahnyapun tiba-tiba saja membentak. Tatag tidak menjawab. Iapun kemudian berjalan sambil menundukkan kepalanya menuju ke biliknya.
"Dimana bajumu?" bertanya Wikan.
Ternyata Tatag melingkarkan bajunya di lambungnya.
"Kenapa tidak kau pakai bajumu?" bertanya ayahnya.
"Udaranya terasa panas sekali, ayah"
"Aku tidak merasakan udara yang panas itu"
Wikan memandang ayahnya dengan kerut di dahinya ia
tahu ayahnya marah kepadanya. Karena itu, maka iapun segera mengurai bajunya dan dipakainya.
"Kau tidak boleh terlalu sering membuka bajumu" berkata ayahnya dengan nada datar.
Tatag memandang ayahnya sekilas. Tetapi ia tidak
menjawab. Namun sebenarnyalah tentang baju itu justru menjadi beban pikirannya. Ayahnya dan ibunya selalu memperingatkan agar ia tidak sering membuka baju. Ibunya selalu mengatakan, bahwa tanpa baju ia dapat menjadi sakit.
Tetapi selama ini ia tidak pernah menjadi sakit karena membuka bajunya.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ada apa dengan bajuku?" bertanya Tatag di dalam hatinya.
Namun kemudian Tatagpun telah melupakannya. Hanya
pada saat-saat ayah atau ibunya berbicara tentang bajunya, maka pertanyaan itu telah melintas lagi di kepalanya.
Seperti yang dibicarakan oleh ayah dan ibunya, maka
Wikanpun mulai mengajak Tatag bermain di sanggarnya.
Wikan mulai mernperkenlkan gerakan-gerakan yang sederhana untuk mengalasi penguasaan unsur-unsur gerak di kemudian hari.
Namun ternyata Tatag sudah dapat melakukan gerakan
gerakan yang lebih banyak. Bahkan kadang-kadang diluar dugaan ayahnya.
"Siapakah yang mengajarimu, Tatag?" bertanya ayahnya.
"Tidak ada ayah"
"Jadi, darimana kau mendapatkannya?"
"Bukankah aku sering melihat kakek, nenek, ayah dan ibu berlatih. Bahkan para cantrik dan mentrik" Bukankah aku hanya menirukan saja, bagaimana mereka menggerakkan
tangan dan kaki" Wikan menarik nafas panjang. Tatag memang memiliki
kelebihan yang tidak dimiliki oleh anak-anak yang lain.
Pertanda dari kelebihannya itu dapat dikendalinya dari tangisnya. Bahkan ada orang yang telah memburunya setelah orang itu mendengar tangis Tatag.
Ternyata kesediaan Wikan bermain dengan Tatag dan
bahkan kadang-kadang kakek, nenek dan ibunya, telah
membuatnya sangat bergairah. Permainan di dalam sanggar tertutup dan sanggar terbuka itu telah mengurangi keinginan Tatag untuk pergi ke hutan.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Meskipun demikian, sekali-sekali Tatag masih harus dicari dan diketemukan di hutan bermain-main dengan binatang-binatang liar.
"Ada yang aneh dalam kehidupan binatang liar di hutan itu"
berkata Ki Udyana kepada Wikan pada suatu ketika.
"Kenapa paman?"
"Tatag dapat bersahabat dengan binatang-binatang buas, tetapi juga dengan kijang, menjangan dan bahkan kancil. Jika binatang-binatang itu bermain dengan Wikan, maka binatang-binatang buas tidak mau memburunya"
"Memang sulit untuk mengerti. Anak itu memang diliputi oleh rahasia yang sulit untuk ditebak sejak diketemukannya"
Ki Udyana menarik nafas panjang. Mereka berdua tidak melihat bagaimana anak itu diketemukan di muka pintu rumah Tanjung. Tetapi Tanjung telah menceriterakan kepada
mereka, tentang anak yang menangis di depan pintu
rumahnya itu. Dengan demikian, maka Wikan, Tanjung dan bahkan Ki
Udyana dan Nyi Udyana sangat memperhatikan Tatag yang tumbuh semakin besar dengan kebiasaan-kebisaannya yang kadang-kadang sulit dimengerti.
Sementara itu, latihan-latihan olah kanuragan yang
dibimbing oleh ayah, ibu, kakek dan neneknya itu dapat berjalan dengan lancar. Tatag tidak pernah mengeluh tentang waktu-waktu yang ditetapkan oleh ayahnya bagi Tatag untuk berlatih. Tatag menjalaninya dengan penuh tanggung jawab.
Namun didalam olah kanuraganpun Wikan setiap kali
menemukan unsur-unsur gerak yang aneh. Namun unsurunsur gerak itu dapat luluh dengan lembutnya ke dalam ilmu http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang diajarkan kepadanya oleh ayah, ibu, kakek dan
neneknya. Ki Udyana, Nyi Udyana, Wikan dan Tanjung, kadang-kadang harus membicarakan perkembangan ilmu Tatag secara
khusus. Sementara itu, Ki Udyana dan Wikan telah menyelesaikan laku yang harus dijalaninya, sehingga dengan demikian, didukung oleh landasan ilmunya, pengalamannya serta
kecerdasan otaknya, maka Ki Udyana dan Wikan adalah
orang-orang yang mumpuni. Bahkan mereka memiliki
kelebihan dari Ki Margawasana karena mereka memiliki dukungan kewadagan yang lebih kokoh.
"Ada yang tiba-tiba muncul seakan-akan diluar sadarnya"
berkata Wikan kepada pamannya.
"Ya. Menurut pengamatanku, Tatag yang sering berada di hutan itu, sadar atau tidak sadar, sering memperhatikan hubungan antara binatang hutan yang satu dengan yang lain.
Bagaimana binatang yang kuat menguasai binatang yang lebih lemah. Tetapi Tatagpun sempat memperhatikan, bagaimana binatang-binatang yang lemah itu berusaha menyelamatkan diri dari gangguan binatang-binatang yang lebih kuat..
Kadang-kadang binatang yang lemah telah melakukan
perlawanan yang tidak terduga-duga. Ketajaman nalurinya bahkan telah menyelamatkannya dari gigi-gigi tajam binatang buas.
Tatag memang sering sekali duduk di atas sebatang dahan sambil memperhatikan kehidupan binatang hutan. Meskipun sekali-sekali Tatag berhasil menyelamatkan nyawa seekor kancil karena seekor harimau urung menerkamnya, namun http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tatag pun tahu, bahwa pada kesempatan yang lain, maka Harimau itu akan menerkamnya juga.
Tatag bahkan mengagumi seekor tikus tanah yang berhasil lepas dari mulut seekor ular yang sudah siap mematuknya.
Tikus tanah itu justru membelakangi ular itu. Dengan kakinya tikus tanah itupun menghamburkan tanah ke wajah ular itu, sehingga agaknya ada butir-butir tanah yang lembut masuk ke dalam mata ular itu. Dengan demikian, maka tikus tanah itu sempat melarikan diri dari terkaman gigi-gigi ular itu.
Apa yang dilakukan oleh binatang-binatang yang lemah untuk menyelamatkan diri itu, ternyata sangat menarik perhatian Tatag, sehingga diluar sadarnya, gerakan-gerakan seperti itu nampak sekilas dalam latihan-latihan yang dilakukannya bersama ayah dan ibunya serta kakek dan neneknya.
Namun Ki Udyana dan Wikan tidak menganggap hal itu
membahayakan Tatag. Namun justru harus melakukannya
dengan penuh kesadaran tentang gerakan-gerakan yang
terpengaruh oleh gerak naluriah binatang-binatang yang lemah untuk menyelamatkan dirinya dari maut.
"Bukankah gerakan-gerakan itu lebih banyak merupakan gerakan untuk menyelamatkan diri yang tentu akan sangat mempengaruhi tingkah lakunya" Bukan gerakan-gerakan yang keras untuk menyerang" Dengan demikian, maka Tatag tidak akan menjadi orang yang condong menyerang kepentingan orang
lain. Ia akan lebih banyak bertahan untuk menyelamatkan diri" "Tetapi Tatag tentu juga sering melihat binatang-binatang buas menyerang mangsanya"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Gerakan semacam itu agaknya tidak menarik perhatiannya.
Meskipun demikian, untuk membela diri serta melindungi diri, maka salah satu cara adalah menyerang.
Demikianlah, maka padepokan Ki Udyana itupun tumbuh
dan berkembang sejalan dengan pertumbuhan Tatag. Semakin meningkat umurnya, Tatag semakin memperlihatkan beberapa kelebihan dari kebanyakan orang. Selain tanaganya yang sangat besar, maka iapun mampu bergerak sangat cepat.
Sementara itu, tubuh Tatagpun tumbuh melampaui kebanyakan orang. Tubuhnya menjadi lebih tinggi dari kawan-kawan sebayanya yang tinggal di padukuhan, yang sekali-sekali masih datang mengunjungi Tatag. Dadanyapun nampak bidang. Lengannya kokoh dan kuat seperti lengah seekor harimau loreng dari jenis yang besar. Lehernya kuat seperti leher seekor banteng.
Tetapi Tatag tidak termasuk seorang pendiam. Anak itupun suka sekali bergurau dan berkelakar, sehingga Tatag nampak sebagai seorang yang selalu gembira.
Ketika Tatag tumbuh remaja, maka Wikan sering
mengajaknya melihat lihat kehidupan dunia dari beberapa sisi, sehingga Tatag
itu jangan mendapat kesan bahwa padepokannya serta hutan yang berada di seberang padang perdu itulah wajah dunia ini seutuhnya.
Sekali-sekali Tatag telah datang berkunjung ke rumah Ki Bekel di padukuhan. Bahkan Tatagpun telah diperkenalkan kepada Ki Demang. Dibiarkannya Tatag Berada di padukuhan sampai dua tiga hari menginap di rumah kawan-kawan
sebayanya yang sering datang bermain ke padepokan.
Bersama kawan-kawannya itu Tatag datang mengenali
berbagai masalah yang sering dihadapi dalam hidup ini.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Wikan dan Tanjung juga sering mengajak Tatag pergi ke pasar.
Kadang-kadang Tatag yang juga sudah memiliki sedikit ketrampilan sebagai pande besi itu juga ikut bekerja dengan beberapa orang cantrik di pasar. Para can trik yang membuka tempat kerfa pande besi di pasar itu, telah membantu mendukung
pemenuhan kebutuhan sehari-hari bagi padepokannya. Selain itu, maka sehingga dengan ketrampilan itu, mereka akan dapat mencari nafkah dengan cara yang baik.
Namun setiap kali Tatag Keluar dari padepokan, apakah ia pergi kepadukuhan atau pergi ke pasar, ibunya selalu memperingatkan agar Tatag jangan sering membuka bajunya.
"Para cantrik yang bekerja sebagai pande besi di pasar itupun selalu membuka baju mereka. Panasnya udara dan panasnya baju "kadang-kadang Tatag juga membela diri"
Tetapi ibunya menjawab "Kau mempunyai kelemahan sejak kau lahir, Tatag. Kau tidak tahan terkena hembusan angin.
Kau sering menjadi sakit dan bahkan kau dapat menjadi lemah"
"Justru karena itu, apakah tidak seharusnya aku membiasakan diri agar tubuhku tidak menjadi terlalu cengeng, ibu" jawab Tatag.
"Tidak Tatag" sahut ibunya "Aku mengenalmu sejak kau lahir. Kerana itu, dengar nasehat ibu"
"Baik ibu" Tatag itu mengangguk. Ia memang bukan
seorang pembantah. Dalam banyak hal Tatag selalu patuh kepada ayah dan ibunya. Juga kepada kakek dan neneknya.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Meskipun demikian, Tatag sering juga lupa. Jika udara terasa panas menyengat, maka Tatag sering membuka
bajunya. Bahkan pada waktu ia berada di pasar. Di usia remajanya, Tatagpun telah pernah diajak oleh ayah dan kakeknya pergi mengunjungi kakek gurunya, Ki Margawasana di Gebang. Gurunya sudah menjadi semakin tua.. Rambutnya sudah menjadi putih seperti kapas.
Namun Ki Murgawasana itupun menjadi sangat gembira
ketika ia mendapat laporan bahwa Ki Udyana dan Wikan telah selesai menjalani laku sebagaimana di perintahkan oleh gurunya.
Ki Margawasanapun ternyata menjadi sangat bangga
melihat tumbuh dan berkembangnya Tatag yang sudah
menjelang remaja. "Luar biasa"gumam Ki Margawasana.
Tiba-tiba saja Ki Margawasana ingin mengetahui, sejauh manakah landasan ilmu yang telah dipelajari anak itu. Anak yang mempunyai bekal alami yang sangat menarik perhatian.
"Aku ajak anakmu ke sanggar Wikan"
"Silaukan guru. Justru guru akan dapat memberikan
beberapa petunjuk bagi anak itu"
Tataglah yang semula merasa ragu. Meskipun ia sudah
mengenal kakek gurunya itu, tetapi ia tidak terbiasa berlatih bersamanya. Sejak ia mulai tumbuh, maka ia sudah terpisah dari Ki Margawasana yang telah meninggalkan padepokan dan menyepi di bukit kecilnya di Gebang itu.
Namun ketika Tatag sudah berada di sanggar, perlahan-lahan Tatag mulai membiasakan diri berlatih bersama Ki Margawasana, sehingga akhirnya Tatagpun menjadi terbiasa.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ia tidak lagi merasa terkekang setelah Ki Margawasana berhasil memancingnya untuk menunjukkan kemampuannya.
Ki Margawasanapun benar-benar menjadi heran. Tatag
yang menjelang remaja itu, ternyata sudah memiliki bekal yang sangat jauh. Bahkan Ki Margawasanapun melihat sisipan-sisipan ilmu yang yang ternyata dapat luluh dan menyatu dengan ilmu yang dipelajarinya di padepokan yang dipimpin oleh Ki Udyana itu.
Ketika mereka keluar dari sanggar, maka Ki Margawasanapun kemudian telah berbicara dengan Ki Udyana dan Wikan, sementara Tatag pergi ke pakiwan.
"Jika keringatmu sudah kering" berkata Ki Margawasana.
"Baik, kek" sahut Tatag sambil pergi ke sumur.
Namun Tatag yang masih basah o leh keringat itu tidak segera mandi. Ia masih berjalan-jalan di bawah pepohonan yang sejuk. Angin yang semilir perlahan, terasa membuat tubuhnya menjadi segar.


Tembang Tantangan Karya S H Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Ki Margawasana yang duduk di serambi depan bersama Ki Udyana dan Wikan itupun berkata "Anak itu benar-benar anak yang luar biasa. Bagaimana cara kalian mengasuhnya,
sehingga di umurnya yang belum menginjak remaja penuh itu, ia sudah memiliki bekal ilmu yang demikian mapan"
"Kami menjadi sangat berhati-hati membimbingnya, guru
"Ki Udyanalah yang menyahut " anak itu memang luar biasa"
"Seperti yang pernah aku pesankan, agar kalian dapat membimbing anak itu dalam keseimbangan kebutuhan lahir dan batinnya. Jika keseimbangan itu terganggu, maka anak itu tidak akan tumbuh sebagaimana kita inginkan. Kalian harus memperkenalkan Tatag dengan alam dan lingkungannya.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tetapi kalian juga harus memperkenalkan Tatag dengan Pencipta Alam itu dengan sebaik-baiknya. Dengan demikian, maka ia akan merasakan satu dengan alam dalam kebulatan penciptaan itu"
Ki Udyana dan Wikanpun mengangguk-angguk. Dengan
nada rendah Wikanpun berkata "Kami akan berusaha sejauh-jauhnya guru"
"Mudah-mudahan kalian berhasil sehingga dengan demikian, maka kita sudah mempunyai tabungan bagi masa depan, seorang yang akan dapat memberikan banyak arti dari hidupnya kepada sesamanya. Karena jarang-jarang orang yang bersedia berbuat demikian, maka seorangpun diantara mereka akan mempunyai pengaruh dalam tatanan kehidupan ini"
Ki Udyana dan Wikan itupun mengangguk-angguk. Mereka menyadari sepenuhnya tanggung jawab yang membebani
pundak mereka atas perkembangan masa depan Tatag. Jika mereka gagal, maka Tatag yang memiliki banyak kelebihan dari kebanyakan anak-anak itu, akan dapat terperosok ke dalam bayangan kegelapan.
Demikianlah, untuk beberapa hari Tatag bersama ayah dan kakeknya berada di bukit kecil di sebelah gerbang itu.
Ternyata bukit kecil yang sejuk, tenang dan terasa damai itu, membuat Tatag kerasan tinggal beberapa lama.
Namun kemudian, telah timbul pula kegelisahan di hati remaja itu. Di bukit kecil itu ia tidak menjumpai binatang-binatang buas yang berkeliaran. Ia tidak-dapat bekejaran dengan anak kijang. Tidak pula dapat berayun di sulur-sulur pepohonan liar dengan kera-kera yang besar dan berkesan bengis itu.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Karena itu, telah mulai timbul kejemuan di hati Tatag.
Meskipun demikian, Tatag tidak berkata apa-apa. Ia dapat mengisi kejemuannya dengan kesempatan yang diberikan oleh Ki Margawasana untuk berjalan-jalan mengelilingi bukit kecil itu. Bahkan kadang-kadang Ki Margawasana telah memberikan kesempatan untuk setiap kali berlatih bersamanya di alam terbuka, diantara pepohonan dan gerumbul-gerumbul perdu.
"Tatag" berkata Ki Margawasana pada suatu saat ketika mereka beristirahat dibawah sebatang pohon preh yang besar diantara pepohonan yang ada di atas bukit kecil itu "Aku tidak akan merahasiakannya penglihatanku atas dirimu"
Tatag menjadi berdebar-debar.
"Kau mempunyai kesempatan yang lebih baik dari
kebanyakan anak-anak sebayamu untuk mendapatkan ilmu yang akan sangat berarti bagi masa depanmu. Bukan saja ilmu yang menyangkut berbagai bidang ketrampilan, seperti pande besi, pertanian, perternakan dan sebagainya, tetapi juga dalam olah kanuragan"
Tatag mendengarkan kata-kata kakek gurunya itu dengan sungguh-sungguh. Sementara itu Ki Margawasanapun berkata selanjurnya "Dengan ilmu yang semakin tinggi, orang dapat menempatkan dirinya semakin mapan diantara sesamanya.
Tetapi orang-orang yang tergelincir memilih jalan hidupnya menuju ke kehidupan langgeng justru akan menjadi orang yang semakin berbahaya bagi orang banyak"
Tatag mengangguk-angguk. Meskipun kadang-kadang ia
masih sangat bersifat kekanak-kanakan sebagaimana kawan-kawan sebayanya, namun kadang-kadang Tatag bersikap
seperti orang yang sudah dewasa. Sifat-sifat itu juga sudah dikenal dengan baik oleh ayah, ibu, kakek serta neneknya.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bahkan para cantrikpun kadang-kadang telah membicarakan sifat Tatag itu. Namun para cantrik itu kebanyakan sulit untuk mengerti, kenapa Tatag seakan-akan dapat bersikap ganda seperti itu.
Meskipun sifat itu mendapat perhatian yang sungguhsungguh dari ayah, ibu, kakek serta neneknya, namun mereka menjadi tidak terlalu khawatir, karena Tatag yang bersifat ganda itu tidak memiliki watak ganda. Ia tetap sebagai seorang penurut. Apakah ia sedang bersikap seperti kanak-kanak atau pada saat-saat ia bersikap seperti orang dewasa.
Demikian pula terhadap para cantrik mentrik dan
lingkungannya. Ia tetap saja Tatag yang periang dan suka bergurau. Tatag yang mempunyai kepedulian yang tinggi terhadap seswamanya dan lingkungannya.
Demikianlah setelah beberapa hari Tatag bersama ayah dan kakeknya berada di bukit kecil sebelah padukuhan Gebang itu ma-; ka merekapun minta diri untuk kembali ke padepokan.
"Ibu dan neneknya tentu sudah menunggu Tatag pulang"
berkata Wikan kepada gurunya.
Ki Margawasana tersenyum. Ia mengerti kerinduan seorang ibu dan nenek terhadap anak serta cucunya. Karena itu, maka Ki Margawasanapun tidak menahan mereka lebih lama lagi.
"Jadi kapan kalian akan pulang ke padepokan?"
"Esok pagi, guru" jawab Ki Udyana.
"Baiklah. Salamku buat seisi padepokan. Katakan kepada mereka, bahwa aku sudah menjadi semakin tua. Rasa-rasanya aku sudah tidak akan sempat mengunjungi padepokan itu lagi"
"Baik guru. Tetapi guru tentu masih akan sempat
mengunjungi padepokan itu lagi. Jika guru ingin pergi ke http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
padepokan, biarlah kami menjemputnya. Bukan karena
mengkhawatirkan bahwa guru akan sendiri diperjalanan, tetapi agar guru tidak menjadi jemu dan kesepian sepanjang jalan"
Ki Margawasana tertawa. Katanya "Baiklah. Aku akan
datang ke padepokan itu memberitahukan, kapan kalian harus menjemput aku kemari"
Ki Udyana dan Wikanpun mengerutkan dahinya. Namun
kemudian merekapun tertawa. Bahkan Tatagpun ikut tertawa pula. Ia senang mendengar canda kakek gurunya itu.
Sehari itu, Tatag telah mengelilingi bukit kecil di sebelah padukuhan Gebang itu. Ia sempat melihat-lihat berbagai jenis ikan yang berenang di kolam. Berbagai macam burung yang berterbangan serta berkicau dengan gembiranya. Ketika seekor elang dengan matanya yang tajam terbang tinggi di atas pebukitan itu, terdengar Tatag bersuit nyaring.Agaknya ia telah memberi isyarat kepada elang itu, agar elang itu"tidak mengganggu binatang-binatang yang lebih kecil yang berada di bukit.
Ki Margawasanapun benar-benar menjadi heran. Tatag
yang menjelang remaja itu, ternyata sudah memiliki bekal yang sangat jauh. Bahkan Ki Margawasanapun melihat sisipan-sisipan ilmu yang ternyata dapat luluh dan menyatu dengan ilmu yang dipelajarinya di padepokan yang dipimpin oleh Ki Udyana itu.
Elang itu mendengar isyarat Tatag. Seakan-akan elang itu mengerti maksud Tatag. Karena itu, maka elang itupun kemudian telah, terbang menjauh.
Ki Udyana dan Wikanpun menganggap bahwa Tatag itu
dapat berbicara dengan berbagai macam binatang. Setidak-tidaknya Tatag dapat menyampaikan maksudnya dengan
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
isyarat kepada binatang. Bahkan binatang yang sebelumnya belum dikenalnya.
Di hari berikutnya, ketika fajar membayang di kaki langit, maka Ki Udyana, Wikan dan Tatagpun telah siap untuk
menempuh perjalanan pulang ke padepokan. Kuda-kuda
merekapun telah dipersiapkan pula. Pada saat matahari terbit, mereka akan meninggalkan bukit kecil di sebelah padukuhan Gebang itu.
Ki Margawasanapun kemudian melepas murid-muridnya
serta Tatag meninggalkan bukit kecilnya di regol halaman rumahnya. Diatas punggung kuda, Tatag nampak lebih besar dan lebih tua dari remaja seumurnya.
Ki Margawasanapun kemudian menepuk lengan Tatag
sambil berdesis "Hati-hati Tatag. Bukan saja diperjalanan sampai ke padepokan. Tetapi juga diperjalanan hidupmu yang menurut tata lahirnya masih panjang"
"Baik kakek. Aku akan mengingatnya"
Demikianlah, ketika matahari kemudian terbit, mereka bertiga telah melarikan kuda mereka. Tidak terlalu cepat, menurut jalan setapak di bukit kecil itu. Baru kemudian ketika mereka sampai ke jalan datar yang lebih lebar, maka kuda-kuda itupun berlari lebih cepat lagi.
Tatag yang remaja itu telah memiliki ketrampilan yang tinggi duduk di punggung kuda. Justru Tataglah yang berkuda di paling depan. Baru kemudian ayah dan kakeknya.
"Jangan terlalu cepat, Tatag" pesan ayahnya lantang ketika mereka berkuda di bulak panjang.
Tatag berpaling sambil tertawa. Katanya "Aku tidak telaten merayap seperti siput ayah"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Di depan ada sebuah padukuhan. Kau harus memperlambat lari kudamu. Mungkin banyak orang lewat hilir mudik. Mungkin banyak anak-anak bermain"
"Baik ayah" Tatag memang memperlambat lari kudanya. Meskipun
demikian, sekali-sekali Tatag lupa menyentuh perut kudanya dengan cambuk kecilnya.
Demikianlah ketiga orang itu menempuh perjalanan yang panjang menuju ke padepokannya. Sementara mata-haripun merayap semakin tinggi, sehingga akhirnya mencapai puncak langit.
Tatag semakin memperlambat lari kudanya. Ia. merasakan kudanya sudah menjadi letih. Karena itu, maka Tatagpun kemudian berkata kepada ayah dan kakeknya "kuda-kuda kita sudah letih, ayah. Kasihan jika kita memaksanya berlari terus"
"Baiklah" berkata ayahnya "kita akan beristirahat. Bukan hanya kuda-kuda kita yang mungkin haus dan lapar. Tetapi kita juga merasa haus"
Tatag tersenyum sambil bertanya "Ayah dan kakek tentu mengenal kedai terbaik di sepanjang jalan ini. Bukankah ayah dan kakek sering mengunjungi kakek guru?"
"Ya. Tetapi kedai yang terbaik masih agak jauh. Meskipun demikian, di padukuhan di depan itu terdapat pasar yang cukup ramai. Di seberang pasar itu berderet kedai yang cukup baik"
Sebenarnyalah ketika mereka mendekati padukuhan itu, mulai terasa jalan menjadi lebih banyak dilalui orang. Orang yang pergi dan yang pulang dari pasar. Tetapi karena matahari sudah menjadi semakin tinggi dan bahkan melewati http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
puncak langit, maka orang-orang yang berada di pasar itu sudah mulai menyusut.
Meskipun demikian, ketika mereka bertiga sampai di depan pasar, masih juga nampak kesibukan di pasar dan bahkan di jalan di depan pasar.
Seperti yang dikatakan oleh Wikan, maka beberapa buah kedai berjajar di seberang jalan didepan pasar itu. Mereka bertigapun kemudian telah berloncatan turun. Mereka
menuntun kuda mereka kesebuah kedai yang terhitung besar di bandingkan dengan kedai yang lain. Di kedai itu agaknya terdapat penitipan kuda. Sekaligus memberikan minum dan makan bagi kuda-kuda yang letih.
Tataglah yang kemudian mendahului ayah dan kakeknya
memasuki kedai itu. Di pintu ia tertegun sejenak memperhatikan tempat-tempat duduk yang kosong di dalam kedai itu.
Di tengah-tengah kedai itu, ia melihat sepasang suami isteri dengan dua orang anak laki-laki. Yang kecil agaknya sedikit lebih tua dari Tatag. Yang satu lagi sudah menjelang dewasa.
Wikan dan Ki Udyana yang kemudian menyusul Tatag juga melihat sepasang suami isteri itu. Mereka juga melihat dua orang anak laki-laki yang ikut bersama mereka. Bahkan Wikan sempat bergumam didalam hatinya "Anak itu tentu lebih tua dari Tatag. Tatag tumbuh lebih cepat dari anak-anak
sebayanya, sehingga menilik ujudnya, Tatag itu seakan-akan sudah meningkat dewasa"
Tetapi Wikanpun mengenal sifat anaknya yang seakan-akan ganda itu. Kadang-kadang Tatag bersikap seperti orang yang sudah dewasa.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sesaat kemudian, merekapun sudah duduk didalam kedai itu. Seperti Wikan dan Ki Udyana, ternyata Tatag juga memilih tempat di sudut ruangan kedai itu.
Ketika seorang pelayan di kedai itu datang kepada mereka, maka dengan serta merta Tatag berpesan "Dawet cendol"
Wikanpun menyambung "Beri kami tiga mangkuk dawet
cendol Ki Sanak. Kemudian tiga mangkuk nasi langgi"
"Aku tidak mau nasi langgi, ayah" berkata Tatag.
"Kau mau apa?" "Nasi megana dengan pepes udang"
Wikan tersenyum. Katanya "Baik"
Pelayan itupun tersenyum pula. Iapun kemudian meninggalkan Tatag, Wikan dan Ki Udyana yang duduk di sudut kedai itu untuk mempersiapkan pesanan mereka.
Baru beberapa saat kemudian pelayan itu kembali lagi untuk menghidangkan pesanan-pesanan Wikan.
"Sekarang duduk yang baik. Minum dawetmu dan makan
nasi megana pesananmu itu"
Tatagpun kemudian duduk dengan baik. Bersama-sama
dengan ayah dan kakeknya, Tatagpun kemudian minum dan makan nasi yang dipesannya.
Dalam pada itu, selagi mereka makan dan minum, tiba-tiba telah terjadi keributan di kedai itu. Beberapa orang berwajah garang telah memasuki kedai itu. Tiga orang diantara merekapun kemudian berdiri di sekitar dua orang suami isteri yang datang bersama dengan dua orang anak laki-laki itu.
Seorang diantara orang-orang yang garang itupun berkata
"Aku minta kau kembali ke rumah Ki Mertasana"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Laki-laki yang duduk bersama isteri dan dua orang anak laki-laki itupun bertanya "Kenapa aku harus kembali"
Bukankah segala persoalan sudah aku selesaikan dengan kakang Mertasana.
"Masih ada beberapa persoalan yang belum selesai"
"Tidak. Semuanya sudah selesai. Kakang Mertasana juga sudah memberikan uangnya kepadaku. Apalagi?"
"Kau telah menipunya. Keris yang kau sebut mempunyai kasiat ganda itu, ternyata hanya bohong-bohongan saja. Keris itu tidak lebih dari besi karatan. Apalagi men punyai kasiat ganda. Ujudnya saja lebih buruk dari pisau dapur.
"Ki Sanak. Kau ini bicara apa. Ketika kami bicarakan harga keris itu, maka kakang Mertasana tel; melihatnya langsung.
Keris itu telah dilihatnya dengan saksama. Harganyapun kemudian kami setujui. Bahkan harga keris itu sudah dibayar.
Demikian pula harga barang-barang yang lain. Semuanya sudah melalui satu pembicaraan yang matang. Bagaimana mungkin kau katakan, bahwa aku telah menipunya.
Seandainya aku akan menipu kakang Mertasana, tentu aku tidak akan mengajak isteri dan anak-anakku. Karena aku akan memperhitungkan segala kemungkinan yang dapat terjadi akibat penipuan itu. Tetapi aku datang dan berbicara dengan baik-baik. Kakang Mertasanapun menanggapinya dengan baik-baik. Kenapa tiba-tiba kalian berusaha mengeruhkan suasana.
Bukan saja tuduhan Ki Sajak bahwa aku telah menipunya.
Tetapi dengan demikian kau telah membuat hubunganku yang baik dengan kakang Mertasana menjadi cacat"
"Jika hubunganmu dengan Ki Mertasana cacat, maka itu tentu salahmu"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Jangan mengada-ada Ki Sanak. Aku menjual barangbarangku karena aku terlanjur berbicara tentang tanah dengan pamanku. Aku akan membeli tanah milik paman. Karena aku tidak mempunyai uang tunai, maka aku telah menjual dua bilah keris kepada kakang Mertasana, karena aku tahu, kakang Mertasana adalah seorang penggemar keris. Bagaimana
mungkin seorang yang mempunyai simpanan beberapa puluh keris seperti kakang Mertasana itu dapat tertipu. Bahkan seakan-akan sebelum keris itu di cabut dari wrangkanya, kakang Mertasana sudah tahu, ujud dan nilai dari keris itu"
"Sudahlah. Jangan banyak bicara. Sekarang ikut kami
kembali ke rumah Ki Martasana. Mumpung masih belum
terlalu jauh" "Tidak Ki Sanak. Aku tidak akan kembali. Jika benar kata-katamu bahwa kakang Mertasana merasa tertipu, biarlah ia datang kemari. Aku akan menunggunya disini"
"Apakah kau sudah gila" Kaulah yang menipunya. Tentu Ki Martasana tidak akan mau datang kemari. Apalagi ini sebuah kedai. Bagaimana Ki Mertasana dapat berbicara tentang jual beli itu disini, dihadapan banyak orang"
"Ki Sanak. Aku tidak percaya bahwa Kakang Mertasana
minta kau datang kepadaku untuk mengajak aku kembali.
Bahkan akupun menjadi curiga bahwa kau telah bekerja untuk kakang Mertasana. Aku tidak melihat kalian berada di rumah kakang Mertasana ketika aku tadi berada disana. Yang ada di rumah kakang Mertasana adalah adik iparnya yang kebetulan juga sedang berbicara tentang keris. Tetapi agaknya harganya tidak sesuai dan bahkan menurut kakang Mertasana bobot keris yang dibawa oleh adik iparnya itu kurang baik"
"Ki Sanak" berkata orang yang bertubuh agak pendek tetapi tangannya nampak kokoh "Kau telah menyinggung harga diri http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kami. Jika kau curigai kami itu berarti Ki Sanak menuduh kami bahwa kami akan melakukan kejahatan. Itu sangat
menyakitkan hati kami"
"Sekarang kembali sajalah kepada kakang Mertasana.
Katakan bahwa aku menunggunya disini. Jika ia tidak bersedia datang kemari, maka aku akan meneruskan perjalanan.
Pulang" "Jangan memaksa kami menyeretmu menemui Ki Mertasana. Ki Mertasana sudah memerintahkan kepada kami, bahwa kami harus membawa Ki Sanak kembali kerumahnya.
Karena itu, maka sebaiknya Ki Sanak kembali saja ke rumah Ki Mertasana tanpa harus dipaksa dengan kekerasan"
"Ki Sanak. Terus terang bahwa aku tidak percaya kepada Ki Sanak. Pergilah, jangan ganggu aku"
"Kau benar-benar telah menyinggung harga diri kami.
Karena itu, maka kami akan membuat perhitungan dengan Ki Sanak setelah Ki Sanak menghadap Ki Mertasana"
"Sudah aku katakan, aku tidak akan kembali ke rumah Ki Mertasana-. Jika kakang Mertasana memerlukan aku, aku akan menunggunya disini"
Orang-orang yang berwajah garang itu nampaknya tidak sabar lagi. Karena itu seorang diantara merekapun berkata
"Kita tidak perlu banyak bicara. Kita seret saja orang itu ke rumah Ki Mertasana"
Tetapi orang yang duduk di kedai itu kemudian bangkit berdiri sambil berkata "Jangan memaksa Ki Sanak. Aku tidak mau"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ketika orang-orang itu bergeser, maka perempuan yang datang bersama laki-laki itu dan kedua anaknya telah merapat.
"Kakang. Apa yang akan terjadi" Kenapa kita tidak menuruti kemauan kakang Mertasana saja. Kembali menemuinya.
Bukankah kita belum terlalu jauh dari rumahnya"
"Aku tidak mau dibohongi" berkata laki-laki itu.
"Bagus. Agaknya kau berniat untuk melawan kami" berkata orang yang bertubuh agak pendek itu.
"Aku tidak ingin bermusuhan dengan siapapun. Tetapi
akupun tidak ingin dibodohi oleh siapapun"
Namun ketika orang-orang itu akan bergerak, laki-laki yang duduk dikedai bersama isteri dan anak-anaknya itupun berkata
"Aku tidak ingin merusakkan perabot kedai ini. Tunggu aku diluar"
"Bagus" geram orang berwajah garang yang tubuhnya agak pendek itu.
Orang-orang berwajah garang itu pun kemudian melangkah ke pintu. Satu-satu merekapun turun ke halaman.
Ternyata orang-orang berwajah garang itu jumlahnya ada tujuh orang. Merekapun kemudian berdiri berpencar di halaman.
Ketika laki-laki itu akan menyusul kehalaman, maka
isterinyapun berpegang tangannya sambil berkata "Marilah, kita ikuti saja mereka kakang. Kakang tidak akan dapat melawan tujuh orang itu"
"Aku tidak akan mau kembali, Nyi. Mereka bukan orang-orang yang bekerja kepada kakang Mertasana. Mereka adalah orang-orang jahat yang akan menjebak kita, karena mereka http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tahu, kita membawa uang cukup banyak dari hasil penjualan keris dan perhiasan-perhiasan itu. Tetapi jangan takut, aku akan menyelesaikan mereka.
Perempuan itupun kemudian melepaskan suaminya. Namun kedua anak-anaknyalah yang kemudian mendekap ayahnya sambil menangis "Jangan ayah. Ayah tidak usah turun ke halaman"
"Bersikaplah seperti laki-laki" berkata ayahnya.
Ayahnya tidak dapat ditahan lagi. Iapun kemudian
melangkah ke pintu. Sejak orang itu berdiri di pintu sambil mengamati orang-orang yang berniat membawanya kembali itu. Ada tujuh orang. Namun laki-laki itu nampaknya tidak menjadi gentar.
Dengan langkah yang mantap laki-laki itupun kemudian turun ke halaman. Sementara itu anak-anaknyapun telah memeluk ibunya sambil menangis terisak.
"Bagaimana dengan ayah, ibu"
"Berdoalah ngger" desis ibunya.
Orang-orang yang berada di kedai itu begaikan telah
membeku. Tidak seorangpun yang berani mencampuri
persoalah itu, karena orang-orang berwajah garang itu akan dapat mengancam mereka.
Namun Tataglah yang kemudian akan bangkit berdiri Tetapi dengan cepat Wikan menangkap lengannya sambil berdesis
"Kau akan kemana?"
"Apakah kita akan membiarkan orang itu berkelahi melawan tujuh orang ayah?"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kita akan melihat perkembangannya lebih dahulu. Mungkin orang itu berilmu sangat tinggi, sehingga orang itu tidak memerlukan bantuan sama sekali"
Tatag yang telah duduk kembali menarik nafas panjang.
Katanya "Ya. Kita akan melihat keadaan"
"Selesaikan dahulu nasimu itu"
"Aku sudah kenyang, ayah"
"Kita masih akan berjalan jauh"
Tatag menjadi ragu-ragu. Namun kemudian iapun bangkit sambil berkata "Aku hanya akan melihat, ayah"
"Bukankah itu bukan tontonan"
"Tetapi rasa-rasanya aku ingin tahu "Lalu Tatag itu berbisik
"Kenapa anak-anaknya tidak mau membantu ayahnya" Justru menangis. Bukankah itu tingkah orang-orang cengeng"
"Kedua anak laki-lakinya mungkin tidak dibimbing untuk menguasai olah kanuragan"
"Soalnya bukan kemampuan dalam olah kanuragan. Tetapi keberanian. Meskipun mereka tidak mempunyai kemampuan dalam olah kanuragan, namun mereka memiliki keberanian, maka mereka akan dapat membantu ayahnya dengan cara
apapun juga" "Sst. Sudahlah. Duduklah"
"Aku hanya ingin tahu, ayah. Aku berjanji untuk tidak berbuat apa-apa"
Wikan tidak dapat menahan lagi. Tatag itupun kemudian telah pergi ke pintu. Tetapi di tengah-tengah ruang kedai itu, ia sempat mendekati kedua orang anak laki-laki yang
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menangis itu "Kenapa kalian tidak membantu ayahmu"
Ayahmu sendiri harus berkelahi melawan beberapa orang"
Kedua orang anak laki-laki yang sudah turun ke halaman itu hanya saling berpandangan sejenak"
Tatagpun kemudian telah berdiri di pintu. Namun diluar sadarnya, Tatag telah turun ke halaman pula. . Wikan dan Ki Udyana tidak membiarkan Tatag sendirian di halaman.
Merekapun telah turun pula ke halaman dan berdiri di belakang Tatag.
"Tatag. Kenapa kau turun ke halaman?"
"Aku akan melihat apa yang akan terjadi"
Wikanpun terdiam. Tetapi ia menjaga Tatag agar tidak terlepas karena hanyut dalam arus perasaannya menanggapi peristiwa di kedai itu.
Dalam pada itu, orang-orang yang berwajah garang itu telah mengepung laki-laki yang dituduhnya menipu itu. Orang yang bertubuh pendek itupun kemudian menggeram "Kau
telah membuat dirimu sendiri mengalami kesulitan. Bahkan jika kau tetap keras kepala, maka kau akan dapat mati di halaman ini"
"Jika aku mati, maka akan je las bagi orang-orang yang menyaksikan perbuatan kalian, bahwa kalian menginginkan uang hasil penjualan keris dan perhiasan yang akan aku belikan tanah itu. Kalian tentu akan mengambil uang itu, kemudian meninggalkan aku disini"
"Persetan" geram orang itu "Aku akan mencabut lidahmu"
Orang yang dituduh menipu itupun kemudian telah


Tembang Tantangan Karya S H Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mempersiapkan diri menghadapi segala kemungkinan. Ketika tujuh orang itu bergerak mendekat, maka iapun telah
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengangkat kedua tangannya di depan dadanya. Kakinya sedikit
merendah pada lututnya yang terbuka. Demikianlah, maka sejenak kemudian, orang itu sudah terlibat dalam pertempuran. Orang-orang yang berwajah garang
itupun mulai berloncatan. Namun masih belum semua orang melibatkan dirinya. Orang yang bertubuh pendek itu dengan dua orang kawannya yang lain masih berdiri pada jarak beberapa langkah.
Pertempuran itupun segera menjadi semakin sengit. Orang yang dituduh menipu itu bergerak dengan cepatnya. Kakinya berloncatan diantara keempat lawannya yang menyerangnya beruntun.
Serangan-serangan itu sekali-sekali memang dapat mengenainya. Tetapi orang itupun segera dapat pula
menembus pertahanan keempat orang lawannya. Seorang
yang telah dikenai serangan kakinya, tergetar beberapa langkah surut. Namun iapun segera memperbaiki keadaannya.
Sejenak kemudian, orang itupun sudah kembali terlibat dalam pertempuran yang sengit.
Namun agaknya keempat orang yang bertempur melawan
orang yang dituduh menipu itu, harus mengerahkan
kemampuan mereka agar mereka dapat mengatasi perlawanannya yang keras.
Orang yang dituduh telah menipu Ki Mertasana itupun telah mengerahkan kemampuannya pula. Tetapi menghadapi empat orang yang garang itu, semakin lama iapun menjadi semakin terdesak.
Serangan-serangan empat orang yang garang itu semakin sering mampu menembus pertahanannya. Bahkan sekali-sekali orang itu telah terdorong beberapa langkah surut.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dalam keadaan yang sulit itu, lawan-lawannya yang lainpun selalu memanfaatkan kesempatan. Serangan-serangan yang datang kemudianpun semakin sulit untuk dihindarkan.
Tatag yang menyaksikan perkelahian itu menjadi sangat gelisah. Bahkan tiba-tiba saja Tatag itupun sudah berlari ke pintu. Ia melihat kedua anak anak laki-laki orang yang bertempur melawan empat orang itu masih saja menangis ketakutan.
"He. Apakah kau tidak dapat berbuat apa-apa?" bertanya Tatag hampir menjerit "Kenapa tidak kau bantu ayahmu?"
Tetapi kedua anak laki-laki itu sama sekali tidak beranjak dari tempatnya. Mereka masih saja mendekap ibunya sambil menangis tersedu?"
Tatag akhirnya tidak tahan lagi. Iapun kemudian berkata kepada Wikan dan Ki Udyana"Ayah, kakek. Aku tidak dapat tinggal diam"
"Jangan tergesa-gesa bertindak Tatag. Kita harus tahu lebih dahulu, siapakah yang salah dan siapakah yang benar"
Tentang yang salah dan yang benar dapat kita usut
kemudian ayah. Tetapi bahwa satu orang harus bertempur melawan empat orang itu, sama sekali tidak adil"
"Lalu.kau mau apa?"
"Aku akan membantu orang yang harus bertempur
melawan empat orang itu"
Ternyata Tatag tidak menunggu jawaban ayah dan
kakeknya. Tiba-tiba saja ia sudah berlari mendekati orang yang harus bertempur melawan empat orang itu. Justru orang itu sedang tergetar beberapa langkah surut.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dengan cekatan Tatagpun menahan tubuh orang itu sambil berkata "Hati-hatilah. Aku berdiri di pihakmu. Kecuali jika kemudian kami mendapat kepastian bahwa kau benar-benar telah menipu orang yang bernama Ki Martasana itu"
Orang itu berpaling. Ia terkejut melihat seorang anak remaja yang berdiri di arena petempuran. Remaja yang sebaya, lebih sedikit atau kurang sedikit umurnya dari anak-anaknya.
"Kau mau apa ngger?" bertanya orang itu sambil meloncat menjauhi lawanya.
"Aku mau membantumu. Bertempur melawan orang-orang
yang garang itu" "Tetapi kami tidak sedang bermain-main ngger"
"Aku tahu. Akupun tidak ingin ikut bermain-main Tetapi aku benar-benar ingin bertempur. Nanti, setelah pertempuran selesai, aku masih harus meyakinkan, siapa yang bersalah diantara kalian"
"Jika kau ragu, kenapa kau berdiri di pihakku?"
"Bukankah tidak adil, bahwa seorang diri harus bertempur melawan empat orang" Jika aku turun ke arena, maka
setidaknya aku akan dapat mengurangi salah seorang lawan paman"
"Bocah edan" geram salah seorang yang berwajah garang
"Kalau kau mengalami c idera, itu adalah salahmu sendiri, karena kau bermain di dekat arena pertempuran"
"Ya. Aku akan mempertanggung-jawabkan sendiri apa yang telah aku lakukan ini"
Demikianlah maka tiba-tiba saja Tatag meloncat menyerang seorang diantara keempat orang yang sedang bertempur itu.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Orang itu terkejut. Serangan Tatag datang demikian
cepatnya, sehingga orang itu tidak sempat mengelak.
Tetapi ia masih belum terlambat untuk menangkis serangan Tatag.
Karena itu, maka orang itupun telah menyilangkan
tanganya didadanya. Yang terjadi benar-benar telah mengejutkan. Orang itu tidak mengira bahwa tenaga anak itu justru melampaui besarnya tenaganya sendiri. Karena itu, maka dalam benturan yang telah terjadi itu, lawanya Tatag itupun telah tergetar dan bahkan terdorong beberapa langkah surut. Meskipun ia berusaha dengan sungguh-sungguh untuk mempertahankan keseimbangannya, namun akhirnya orang itu terjatuh pula.
Terasa tangan yang menyilang untuk melindungi dadanya itu ternyata tidak mampu menahan benturan serangan Tatag.
Tangan itu justru telah menekan dadanya, sehingga rasa-rasanya seisi dada itupun telah rontok didalam.
Orang itu mengaduh kesakitan. Namun susah payah orang itupun berusaha untuk segera bangkit berdiri.
Tetapi demikian ia berdiri tegak, maka Tatagpun telah meloncat pula sambil mengayunkan, tangannya. Dengan
kerasnya tangan Wikan itupun telah memukul lambung
lawannya, sehingga sekali lagi lawannya tergetar dan terjatuh pula.
Orang itu mengerang kesakitan.Ia tidak segera dapat
bangkit. Apalagi Tatag masih saja menungguinya.
Tetapi Tatag tidak dapat berdiri saja menunggui lawannya yang terbanting jatuh. Seorang dari ketiga orang yang siap bertempur melawan orang yang disangka menipu itu telah http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
meloncat menyerang Tatag. Kakinya terjulur lurus menyamping. Namun Tatag bergeser selangkah. Tangannya dengan cepat menepis serangan itu sehingga serangan itu sama sekali tidak mengenai lawannya.
Tataglah yang kemudian memanfaatkan keadaan itu. Orang yang menyerangnya tetapi tidak berhasil mengenai itu, sebelum sempat mempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya, maka Tatagpun telah mendahului menyerangnya. Ia meloncat sambil berputar sekali. Sementara itu kakinya yang telah terayun mendatar menyambar kening orang yang masih
belum mapan itu. Serangannya telah melemparkan orang itu, Dengan
derasnya ia terbanting di tanah. Terdengar orang itu mengaduh.
Ketika ia kemudian berusaha untuk bangkit, maka rasa-rasanya sendi-sendi tulangnya telah terlepas yang satu dengan yang lainya.
Meskipun demikian, orang itupun telah bangkit berdiri pula meskipun masih agak goyah.
Orang yang dituduh menipu itupun menjadi sangat heran melihat anak itu. Anak itu. Anak itu nampaknya masih remaja.
Tetapi ia mampu mengimbangi tingkat kenuragan orang-orang berwajah garang itu.
Sementara itu, orang-orang yang berwajah garang, yang masih belum melibatkan diri itupun mulai bergeser mendekat.
Dengan lantang orang yang bertubuh agak pendek itu
berteriak "He, kenapa kau mencampuri persoalan kami"
Minggir, atau kau akan kehilangan hari-harimu yang
seharusnya masih panjang"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aku akan berhenti jika pertempuran inipun berhenti. Aku menganggap tidak adil, bahwa seorang harus bertempur melawan empat orang dan bahkan jika kalian melibatkan diri, lawannya. akan menjadi semakin banyak"
"Persetan. Tetapi itu adalah persoalan kami. Tidak
seharusnya kau melibatkan diri"
"Keadilan adalah persoalan semua orang"
Tetapi orang bertubuh pendek itu membentak "Kau tahu apa tentang keadilan, anak ingusan. Siapa yang pernah berbicara kepadamu tentang keadilan itu?"
"Entahlah. Aku sudah lupa" jawab Tatag.
Orang bertubuh pendek itu menjadi sangat marah. Karena itu, maka iapun sekali lagi membentak "Aku beri kau
kesempatan terakhir. Jika kau tidak menghiraukannya, maka kau sudah tidak akan mempunyai kesempatan lagi. Dengar.
Aku akan membunuhmu"
Tatag tidak menjawab. Tetapi iapun mulai menyerang
lawan-lawannya lagi. Pertempuranpun menjadi semakin sengit. Orang yang
dituduh menipu itupun mencoba memperingatkan Tatag
"Terima kasih atas kepedulianmu, ngger. Tetapi sebaiknya jangan melibatkan diri. Orang tuamu tentu berkeberatan melihat kau terlibat dalam pertempuran seperti ini"
"Orang tuaku berdiri di depan kedai itu"
Orang yang dituduh menipu itu sempat memandang Wikan dan Ki Udyana yang berdiri termangu-mangu. Tetapi agaknya kedua orang itu tidak langsung berusaha mencegah anak yang melibatkan diri dalam pertempuran itu.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Demikianlah, maka tiba-tiba saja Tatag telah meloncat menyerang seorang diantara keempat orang yang sedang bertempur itu. Orang itu terkejut: Serangan Tatag datang demikian cepatnya, sehingga orang itu tidak sempat
mengelak. Sebenarnyalah bahwa Tatag telah berloncatan dengan
tangkasnya. Kaki dan tangannya bergerak dengan cepat menggapai tubuh lawannya. Ketika kakinya menghantam dada seorang diantara lawan-lawannya, orang itupun telah terjatuh pula.
Namun akhirnya tiga orang yang semula hanya menyaksikan pertempuran itu, telah melibatkan dirinya pula.
Namun dua orang yang lain, sudah menjadi semakin lemah.
Tulang-tulangnya terasa sakit dimana-mana.
Namun keberadaan ketiga orang itu di arena pertempuran telah membuat Wikan dan Ki Udyana menjadi cemas. Karena itu, maka mereka berduapun segera mendekati arena
pertempuran itu. Mereka harus menjaga agar tidak terjadi apa-apa dengan Tatag.
Sebenarnyalah bahwa ketiga orang yang kemudian
memasuki arena pertempuran itu adalah orang-orang yang sangat garang.
Ternyata bagaimanapun juga kelebihan yang ada pada diri Tatag, namun ia adalah seorang remaja. Karena itu, maka Untuk bertempur melawan orang-orang yang berwajah garang itu akhirnya Tatagpun mengalami kesulitan sebagaimana orang yang dianggap menipu itu.
Perlahan-lahan mereka semakin terdesak, apalagi orang-orang berwajah garang itu telah bertempur dengan keras dan kasar.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Wikan akhirnya tidak dapat membiarkan anaknya mengalami kesulitan yang semakin parah. Karena itu, maka Wikanpun kemudian melangkah memasuki arena sambil
berkata "Apakah pertempuran ini tidak dapat dihentikan sampai sekian saja" Persoalan akan dapat dibicarkan dengan baik. Aku berjanji untuk membantu mencari penyelesaian yang sebaik-baiknya"
"Persetan dengan kalian. Sudah tidak ada jalan kembali bagi anak yang besar kepala itu. Ia sudah berada di dalam wuwu, sehingga ia akan kehilangan seluruh masa depannya"
"Bukan itu soalnya" sahut Wikan "Tetapi apakah kalian memang sudah sepantasnya berkelahi?"
"Cukup. Bawa mayat anak itu pergi"
"Tunggu. Aku masih ingin bertanya. Apakah benar kalian bukan orang-orang yang bekerja untuk Ki Mertasana" Tetapi kalian berpura-pura bekerja untuknya dan memanggil Ki Sanak ini kembali, karena kalian akan merampok uangnya?"
"Jahanam kau. Kau sama gilanya dengan anak itu. Karena itu, kaupun akan mati seperti anak itu"
Wikan tidak mau menunggu lebih lama lagi. Tatag dan
orang yang dituduh menipu itu sudah menjadi semakin
terdesak. Yang terjadi kemudian, sulit untuk dimengerti. Tiba-tiba saja tiga orang diantara mereka yang berwajah garang itu telah terpelanting jatuh sambil berteriak kesakitan. Bahkan ketiga-tiganya tidak segera dapat lagi bangkit berdiri. Belum lagi gejolak perasaan orang-orang itu mereda, maka dua orang diantara merekapun telah terlempar pula. Dua orang yang memang sudah kesakitan sebelumnya karena serangan-serangan Tatag.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dua orang yang lain, sama sekali sudah tidak berdaya.
Tatag dan orang yang dituduh menipu itupun dengan cepat menguasai mereka.
Orang yang dituduh menipu itupun kemudian menarik baju lawannya itu sambil mengacukan keris di depan hidungnya
"Katakan. Apakah benar kau bekerja pada kakang Mertasana?"
Orang itu tidak segera menjawab. Tetapi ketika bajunya diguncang serta kerisnya semakin melekat di hidung, maka orang itupun dengan gagap menjawab "Tidak. Kami tidak bekerja pada Ki Mertasana"
"Jadi, apa yang sebenarnya terjadi?"
Orang itu terdiam. Namun orang yang dituduh menipu itu menekannya"Jika aku membunuhmu sekarang, tidak ada
orang yang akan menyalahkan aku. Kita masih berada di arena pertempuran"
"Aku tidak tahu Soma Caplang"
"Siapakah Soma Caplang itu?"
Orang itu tidak berani menunjuk. Tetapi ia berdesis "Orang yang bajunya kurungan berwarna bini tua itu"
Orang yang dimaksud adalah orang yang bertubuh agak
pendek, yang terkapar bersandar bebatur pagar halaman kedai itu.
Orang yang dituduh menipu itupun melepaskan baju orang yang telah menyebut nama Soma Caplang itu. Dengan sertamerta orang itupun menarik baju Soma Caplang sambil
melekatkan kerisnya di perutnya yang buncit.
"Katakan yang sebenarnya, apakah kau bekerja pada
kakang Mertasana?" http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tidak, Ki Sanak" suara orang itupun bergetar "Aku
memang hanya menginginkan uangmu"
Orang yang dituduh menipu itupun mendorong Soma
Caplang hingga kepalanya membentur pagar.
"Aku minta ampun" Soma Caplang itu merengek.
Orang yang dituduh menipu itupun tiba-tiba berkata "Aku akan menemui kakang Mertasana. Aku akan menceriterakan apa yang telah terjadi di sini"
"Jangan. Jangan Ki Sanak" minta Soma Caplang.
"Kenapa?" Soma Caplang tidak menjawab. Tetapi tubuhnya yang
lemah kembali tersandar pada pagar halaman.
"Aku ikut" tiba-tiba saja Tatag menyahut.
"Ikut apa?" bertanya Wikan.
"Ikut pergi ke rumahKi Mertasana"
"Untuk apa?" "Untuk meyakinkan dugaanku. Aku menduga, bahwa orang-orang ini mempunyai hubungan dengan adik ipar Ki
Mertasana" "Tatag. Jangan asal bicara. Kau dapat menyinggung
perasaan orang lain"
"Karena itu, aku akan ikut. Apakah dugaanku itu benar atau salah. Aku hanya ingin menguji ketajaman penggraitaku"
"Apa yang kau katakan itu" Kau seperti orang yang
meracau saja" http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tetapi Tatag justru tertawa. Katanya "Bukankah rumah Ki Mertasana tidak jauh ayah" Marilah, kita ikut menemuinya"
Ternyata Wikan dan Ki Udyana tidak dapat mencegahnya.
Ketika orang yang dituduh menipu itu kemudian mengajak isteri dan anak-anaknya kembali menemui Ki Mertasana, maka Tatagpun ikut bersama mereka.
"Biarlah aku yang membayar harga makanan dan minuman Ki Sanak bertiga" berkata orang itu "Aku mempunyai uang karena aku baru saja menjual keris dan beberapa potong perhiasan"
"Terima kasih, Ki sanak" sahut Ki Udyana "Tetapi aku sudah terlanjur membayar"
Demikian maka merekapun kemudian berjalan beriringan ke rumah Ki Mertasana. Kepada Soma Caplang, orang yang baru saja menjual kerisnya itupun berkata "Biarlah kakang Mertasana yang memberikan hukuman kepada kalian. Aku tahu, bahwa kakang Mertasana adalah orang yang tidak akan dapat kalian kalahkan. Apalagi ada beberapa orang yang bekerja untuknya di rumahnya. Tetapi mereka adalah orang-orang baik. Wajahnya tidak sekotor wajah kalian"
Kedatangan orang yang baru saja menjual kerisnya itu memang mengejutkan Ki Mertasana. Tetapi setelah semuanya dijelaskan, maka Ki Mertasana itupun berkata "Semuanya ini tentu tingkah adik iparku itu"
Yang dengan serta merta menyambutnya adalah Tatag
"Nah, bukankah dugaanku benar?"
Ki Mertasana mengerutkan dahinya. Sambil tersenyum
iapun bertanya"Apa yang benar, ngger?"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Dugaanku, Ki Mertasana. Bahkan adik ipar Ki Mertasana terlibat. Nah, dimana rumah adik ipar Ki Mertasana"
"Tatag" berkata Wikan "kau mau apa?"
Tatag menarik nafas panjang. Tetapi iapun segera
menundukkan wajahnya sambil menjawab "Tidak, ayah. Aku tidak akan berbuat apa-apa lagi"
Wikan menarik nafas panjang. Sementara itu, orang yang telah menjual kerisnya itupun berkata "Kakang. Segala sesuatunya terserah kepada kakang. Kakang sudah tahu, apa yang terjadi. Anak ini yang kemudian juga ayahnya, telah menolongku melepaskan diri dari orang-orang yang akan menjebakku itu"
"Baiklah adi" sahut Ki Mertasana "Aku akan menanganinya.
Sekarang, biarlah dua orangku mengantar adi pulang. Jika orang-orang itu masih akan mengganggumu, biarlah orang-orangku itulah yang menyelesaikannya"
"Terima kasih kakang"
Sementara itu, Wikan, Ki Udyana dan Tatagpun telah minta diri pula. Namun Tatag masih juga berkata kepada anak-anak yang dianggapnya cengeng itu "Lain kali, berbuatlah sesuatu.
Jangan hanya dapat menangis. Anak-anak perempuanpun
sekarang akan melibatkan diri untuk membantu orang-orang yang memerlukan bantuan mereka"
Kedua anak laki-laki yang cengeng itu hanya dapat
menundukkan kepalanya Apalagi yang tertua diantara mereka.
Ia sudah mendekati usia dewasanya. Tetapi dalam keadaan yang sulit, ia hanya dapat menangis.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ketika Tatag pergi bersama ayah dan kakeknya, orang yang baru saja menjual kerisnya itupun berkata "Terima kasih atas bantuanmu, ngger. Terima kasih kepada semuanya"
"Ajari anak-anak itu untuk menjadi berani, paman" berkata Tatag.
"Baik, baik ngger. Aku akan mengajarinya" jawab ayahnya.
Ibu anak-anak itu hanya dapat berdesis "Terima kasih, terima kasih, ngger"
Demikianlah Tatag, Wikan dan Ki Udyanapun telah
menuntun kudanya keluar dari regol halaman rumah Ki
Mertasana. Sejenak kemudian, mereka telah melarikan kuda mereka untuk meneruskan perjalanan mereka yang masih agak panjang.
Ternyata Tatag telah meninggalkan kesan yang aneh bagi Ki Mertasana serta orang yang menjual kerisnya itu
sekeluarga. "Anak yang aneh" desis Ki Mertasana.
"Ya. Tetapi tentu orang tuanya juga aneh. Orang tuanya berhasil membimbing anak itu menjadi anak yang aneh. Ia bukan saja memiliki kemampuan yang tidak masuk akal dalam olah kanuragan. Tetapi cara berpikimyapun tidak lagi menganut cara berpikir anak-anak sebayanya Anak-anakku yang agaknya lebih tua dari anak itu, tidak akan mampu berpikir dan mengambil keputusan sehingga ia bersikap seperti yang dilakukannya itu"
Orang yang telah menjual kerisnya itupun kemudian
berkata kepada anak-anaknya "Kalian lihat anak itu" Kalian tidak usah menjadi anak itu. Tetapi setidaknya kalian bertanya kepada diri kalian masing-masing, apa saja yang dapat kalian lakukan"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/


Tembang Tantangan Karya S H Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Kedua anaknya tidak menjawab. Memang ada rasa malu
melintas di dalam hati mereka. Tetapi mereka memang tidak tahu apa yang harus mereka lakukan: Agaknya mereka terlalu manja, sehingga mereka menjadi anak-anak yang canggung menghadapi kenyataan hidup yang kadang-kadang terasa berat.
Sementara itu, Ki Udyana, Wikan dan Tatag telah menjadi semakin jauh. Kuda-kuda mereka berlari kencang di bulak-bulak yang sepi. Tetapi jika mereka sampai di tempat yang agak ramai, maka perjalanan mereka menjadi lebih lambat.
Namun semakin lama merekapun menjadi semakin dekat
dengan padepokan mereka. Di perjalanan mereka masih juga berhenti sekali untuk memberi kesempatan kuda-kuda mereka beristirahat. Mereka berhenti di tepi sebuah sungai kecil yang airnya sangat jernih. Kelompok-kelompok ikan wader pari nampak berenang menentang arus disela-sela bebatuan.
Tiba-tiba saja Tatag melepas pakaiannya. Tanpa mengatakan apa-apa, iapun segera turun ke sungai.
"Segar sekali airnya kek" teriak Tatag yang berendam di air sungai kecil itu.
Ki Udyana dan Wikan hanya tersenyum-senyum saja di atas tanggul sambil menunggui kuda-kuda mereka yang makan rumput segar serta minum air yang jernih itu.
Ketika Wikan dan Ki Udyana melihat Tatag mandi sambil sekali-sekali berusaha menangkap ikan tetapi tidak pernah berhasil itu, mereka melihat Tatag sebagai anak-anak remaja yang lain. Ia menjadi gembira. Berlari-lari tanpa merasa malu, meskipun ia melepas seluruh pakaiannya.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tetapi Wikan tetap saja menjadi cemas jika ia melihat noda hitam di dada Tatag. Noda hitam yang tidak lebih besar dari bunga kenikir itu.
Beberapa saat kemudian, agaknya Tatag sudah puas
berendam sambil sekali-sekali berlari dan berguling di dasar sungai kecil itu. Iapun segera berlari ke tepian. Beberapa saat ia berloncat-loncatan untuk mengibaskan titik-titik air yang bergayutan di tubuhnya. Baru kemudian Tatagpun memakai pakaiannya.
Sementara itu, kuda-kuda merekapun sudah cukup lama
beristirahat. Karena itu, demikian Tatag selesai berpakaian, maka merekapun segera melanjutkan perjalanan.
Ternyata mereka sampai di padepokan setelah matahari tenggelam. Sedikit lewat senja mereka memasuki gerbang padepokan mereka.
"Kita terhambat agak lama dengan peristiwa yang
menyangkut Ki Mertasana" berkata ki Udyana "sehingga kita sambil di padepokan sesudah malam turun"
Wikan mengangguk-angguk. Tetapi ia tidak menjawab.
Demikian mereka turun dari kuda serta menyerahkan kuda-kuda mereka kepada para cantrik, maka Tatagpun segera berlari mencari ibunya.
"Ibu, ibu" Tanjung yang berada di belakang terkejut. Iapun segera berlari pula. Rasa-rasanya Tatag sudah bertahun-tahun meninggalkannya.
Demikian Tatag bertemu dengan ibunya, iapun segera
berlari mendekapnya. Hampir saja ibunya jatuh terlentang.
Untunglah Tanjungpun sigap, sehingga ia masih dapat
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mempertahankan keseimbangannya. Bahkan kemudian Tanjung itupun telah memeluk Tatag.
Tatag itupun tiba-tiba telah memanjat tubuh ibunya,
sehingga seperti kanak-kanak, iapun telah berada di
gendongan ibunya. "He, apa yang kau lakukan Tatag" berkata ibunya sambil menurunkan anak itu.
Tatag tertawa, katanya "Lama sekali aku tidak bertemu dengan ibu. Aku menjadi rindu sekali"
"Ibupun merindukanmu. Kau terlalu lama pergi" Tanjungpun kemudian berkata "Nah, duduklah di depan.
Bukankah ayah dan kakekmu datang bersamamu dan
sekarang . duduk di depan"
"Ya, ibu" "Setelah keringatmu kering, sebaiknya kau pergi ke pakiwan untuk mandi"
"Aku sudah mandi" jawab Tatag.
"Dimana?" "Dijalan. Ketika kuda-kuda kami beristirahat di pinggir sungai yang aimyasangat bening, maka akupun mandi"
"Tetapi kau melanjutkan perjalananmu lagi. Keringatmu mengalir lagi. Apalagi kau juga belum berganti pakaian"
Tatag mengangguk. Namun iapun kemudian berlari ke
pendapa. Ayah dan kakeknya sudah duduk di pringgitan bersama dengan neneknya, serta beberapa pemimpin
padepokan yang lain. "Apakah perjalanan kakang, Wikan dan Tatag menyenangkan?" http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Yang dengan serta-merta menyahut adalah Tatag "Ya, nek.
Sangat menyenangkan. Kakek guru mempunyai rumah kecil di atas bukit di sebelah rumahnya di Gebang. Senang sekali berada di atas bukit. Kakek guru membuat lingkungannya seperti hutan. Tetapi agak terlalu bersih"
"Memang berbeda dengan hutan di sebelah padepokan ini, Tatag"
"Di hutan itu juga tidak ada binatang-binatang liarnya Yang banyak terdapat di hutan itu adalah berbagai macam jenis burung"
Ketika kemudian Tanjung keluar dari pintu pringgitan sambil membawa minuman, maka Tanjungpun berkata kepada Tatag
"Nah, sekarang kau mandi. Nanti ayah dan kakek tentu juga akan mandi"
Ketika malam menjadi semakin dalam, setelah Wikan dan Ki Udyana mandi dan berbenah diri, maka merekapun duduk-duduk di ruang dalam, sementara makan malampun telah dihidangkan.
Sambil makan bersama Nyi Udyana dan Tanjung, maka
Wikan dan Ki Udyanapun telah menceriterakan perjalanan mereka mengunjungi guru mereka yang sudah menjadi
semakin tua. "Guru memang sudah tua" berkata Ki Udyana "sebenarnya aku ingin minta guru tinggal bersama kami di padepokan ini.
Tetapi guru tentu berkeberatan. Guru lebih senang tinggal di bukit kecil itu menunggu halaman peninggalan leluhurnya"
Nyi Udyana mengangguk-angguk. Ia dapat mengerti,
bahwa orang-orang tua merasa lebih senang tinggal di tanah peninggalan orang-orang tua daripada di tempat yang lain.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Wikanpun kemudian telah berceritera pula tentang Tatag yang nakal.
"Guru ternyata bangga terhadap anak itu" berkata Wikan.
"Kepalanya akan menjadi semakin besar mendengar pujian itu" desis Tanjung. Namun ternyata Tatag yang berbaring dipangkuannya itu sudah tidur nyenyak.
"Ia belum makan" berkata Wikan.
"Sudah" sahut Tanjung "ia mendahului makan. Katanya, ia sudah lapar sekali"
Wikanpun kemudian menceriterakan tanggapan gurunya
terhadap Tatag. "Guru sangat berpengharapan, bahwa Tatag akan dapat
menjadi pemimpin di masa depan bagi padepokan ini. Tetapi di pundak kita telah diletakkan tanggung jawab bimbingan lahir dan batin atas diri Tatag"
Nyi Udyana mengangguk-angguk. Katanya "Ya, Kelebihannya harus mempunyai arti yang baik bagi
sesamanya. Jika terjadi sebaliknya, maka Tatag akan dapat menjadi bencana"
"Nampaknya sampai saat ini, Tatag dapat dikendalikan dengan baik. Kita memang harus berhati-hati mengantar Tatag ke masa depannya"
Demikianlah, setelah Ki Udyana dan Wikan selesai
berceritera, maka giliran Nyi Udyana menyampaikan laporan tentang perkembangan terakhir bagi padepokannya.
Tidak terjadi sesuatu yang penting di padepokan yang dipimpin oleh Ki Udyana itu. Namun ada sesuatu yang perlu diketahui oleh Ki Udyana dan bahkan seisi padepokan itu.
Tidak jauh dari padepokan mereka akan dibuat jalan menuju http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ke padang rumput di sebelah kademangan. Padang rumput yang terletak di tepi sungai itu, akan dibangun menjadi tempat untuk peristirahatan beberapa orang pemimpin dari Mataram yang bertugas di lingkungan itu, yang membawahi beberapa kademangan.
"Akan di bangun sebuah pasanggrahan?" bertanya Ki
Udyana. "Ya. Hutan di dekatnya, akan menjadi hutan perburuan yang terlindung"
"Hutan perburuan?"
"Ya.Tetapi yang boleh berburu di hutan itu hanyalah
mereka yang masih termasuk keluarga para pemimpin dari Mataram itu. Orang lain tidak akan dijinkan untuk berburu ke dalam hutan itu"
"Sebenarnya tidak akan ada masalah. Seandainya para
pemburu tidak boleh berburu di hutan itupun, tidak akan menjadi persoalan. Masih banyak hutan yang besar, luas dan lebat. Yang dihuni oleh berbagai jenis binatang buas. Tetapi persoalannya adalah sikap Tatag terhadap binatang-binatang hutan. Jika pada suatu hari kelak, apalagi jika Tatag sudah menjadi semakin besar, Tatag sampai di hutan perburuan yang terlindung itu, maka akan dapat timbul persoalan. Tatag tentu akan menghalangi para pemburu di hutan perburuan yang dilindungi itu"
"Kita harus dapat mengendalikannya" berkata Nyi Udyana kemudian "Tatag harus dapat menghargai sikap orang lain. Ia boleh saja bersikap. Tetapi jangan memaksa orang lain bersikap seperti dirinya jika orang lain itu memang tidak menyukainya. Asal yang satu tidak merugikan yang lain, maka biarlah perbedaan sikap itu tetap dihormati"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Wikan dan Tanjungpun mengangguk-angguk. Mereka
memang harus mengendalikan Tatag dengan sebaik-baiknya agar Tatag kelak tidak menimbulkan kesulitan dalam
hubungan antara padepokan itu dengan lingkungan di
sekitarnya. Apalagi dengan Mataram yang memiliki kekuasaan yang sangat besar.
"Pasanggrahan itu sendiri akan berakibat baik bagi
lingkungannya, kakang" berkata Nyi Udyana "pasanggrahan itu tentu akan dapat menumbuhkan lapangan kerja bagi beberapa orang. Mungkin mereka yang berdagang sayuran dan bahan-bahan mentah lainnya. Mungkin diperlukan tenaga untuk membantu mengerjakan pekerjaan apapun di dalam pesanggrahan itu. Atau kemungkinan-kemungkinan yang lain lagi"
"Tetapi ada kemungkinan lain bagi penghuni di sekitar tempat yang akan menjadi pasanggrahan itu. Tentu ada pengaruh tatanan kehidupan orang-orang besar yang
merembes ke padesan. Jika pengaruh itu tidak dapat
tersaring, maka akibatnya akan dapat menjadi kurang baik.
Anak-anak muda yang terbiasa hidup dengan gaya seorang pemimpin akan berbeda dengan gaya hidup anak-anak muda yang harus bekerja keras di sawah dan kerja-kerja keras yang lain. Jika anak-anak padesan terpengaruh dengan gaya hidup mereka, maka kehidupan di sekitar pasanggrahan itu akan menjadi buram"
"Memang harus dicari keseimbangannya" desis Wikan
"Tetapi tidak akan mudah melakukannya semudah mengatakannya" "Tetapi kita akan mencoba. Jika sentuhan-sentuhan itu dapat berlangsung dengan lembut, maka pengaruh timbal balik yang akan terjadipun akan baik pula. Masing-masing http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berpijak pada landasan kehidupan masing-masing, sehingga tidak akan terjadi gejolak yang mengejutkan" sahut Ki Udyana.
"Bagaimana dengan sikap Ki Demang dan para Bekel di
padukuhan-padukuhan" Apakah bibi pernah berbicara dengan mereka?"
"Agaknya Ki Demang menerima kehadiran pasang-grahan
itu dengan harapan-harapan. Ki Demang sendirilah yang datang ke padepokan ini untuk memberitahukan tentang kemungkinan pembangunan pasanggrahan itu. Bahkan Ki
Demang sudah menyatakan, bahwa kademangan akan
menyediakan tanah yang dikehendaki. Padang rumput itu adalah padang yang luas, yang menurut pendapat Ki demang tentu sudah mencukupi. Termasuk pembangunan lingkungan di sekitar pasanggrahan itu sendiri"
-ooo0dw0oo- http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jilid 22 "Kita akan menyesuaikan
diri dengan sikap Ki Demang"
berkata Ki Udyana. Namun Wikanpun kemudian bertanya "Tetapi bukankah
tanah yang akan disediakan
sebagaimana dijanjikan oleh
Ki Demang itu bukan tanah
milik rakyatnya?" "Tentu bukan. Padang rumput itu adalah tanah kekayaan kademangan. Agaknya padang rumput itu
juga kurang baik untuk digarap menjadi tanah pertanian. Tetapi jika tanah itu digarap oleh orang-orang yang memiliki pengetahuan dan pengalaman dari Mataram, tentu akan dapat menjadi petamanan
pasanggrahan yang sangat .baik. Dengan sedikit olahan, maka padang rumput itu tentu akan dapat menjadi tanah
petamanan yang subur"
"Sukurlah. Jika tanah yang dijanjikan oleh Ki Demang itu adalah tanah rakyat kecil, yang hidupnya bergantung kepada tanah itu, maka rencana itu perlu ditinjau kembali, sehingga tidak akan menimbulkan persoalan dengan pemilik tanah itu"
"Tidak. Ki Demang sudah memikirkannya. Itulah sebabnya, maka tanah yang akan diserahkan adalah padang rumput itu.
Padang rumput itu terbentang sepanjang jalur sungai. Jika akan dibangun sendang buatan, maka airnya akan dapat http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
diambil dari sungai itu. Mungkin belumbang-belumbang yang akan ditebari berbagai jenis ikan akan dibuat pula di tepi sungai itu"
"Ya. Agaknya padang rumput itu akan dapat memenuhi
syarat. Bahkan seandainya akan dibuat sebuah lapangan untuk bermain dengan kuda"
Pembicaraan itupun berlangsung sampai jauh malam.
Ketika terdengar suara kentongan dalam irama dara muluk, maka nyi Udyanapun berkata "Kakang dan Wikan tentu letih"
Malam itu Ki Udyana dan Wikan yang letih dapat tidur dengan nyenyak. Apalagi Tatag yang tidur dalam kehangatan pelukan ibunya yang sudah beberapa hari ditinggalkannya.
Di hari-hari berikutnya maka perhatian kepada Tatag
menjadi semakin besar. Tetapi kedua orang tuanya tidak menunjukkan sikap yang berlebihan. Tatag harus terkendali, tetapi tidak boleh menjadi manja.
Yang masih membuat kedua orang tuanya kadang-kadang
menjadi gelisah adalah kebiasaan Tatag pergi ke hutan seorang diri. Tetapi lambat laun, kegelisahan itupun menjadi berkurang. Kedua orang tua Tatag, bahkan kakek dan
neneknya semakin meyakini bahwa Tatag mempunyai banyak sahabat di hutan itu. Binatang-binatang yang lemah sehingga binatang-binatang buas yang hidup liar. Bahkan burung-burung yang hidup di dahan-dahan kayu yang tinggi.
Binatang yang paling licikpun tidak mengganggunya. Ketika Tatag tertidur di pinggir hutan, beberapa ekor anjing liar tidak mengganggunya. Anjing-anjing liar itu seakan-akan mengerti, bahwa Tatag bersahabat dengan berbagai jenis harimau.
Bahkan harimau kumbangpun tidak mau lagi mengganggunya, setelah seekor harimau kumbang hampir mati diterkam seekor http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
harimau loreng yang besar, karena harimau kumbang itu merunduk Tatag yang sedang bermain di pinggir hutan
dengan beberapa ekor lingsang kecil.
Orang-orang sepadepokanpun akhirnya tidak terlalu mencemaskannya lagi. Meskipun demikian, setiap kali Tatag hilang, maka ayahnya dan kakeknya selalu mencarinya.
Orang-orang sepadepokan itu kemudian justru menganggap bahwa Tatag dapat berbicara dengan berbagai jenis binatang.
Binatang liar yang ganas, serta binatang liar yang lemah sekalipun. Bahkan dengan berbagai kera jenis kecil, sehingga kera yang besar dan berbahaya, yang mempunyai naluri untuk hidup bergerombol sehingga ditakuti oleh jenis-jenis binatang yang lain, termasuk harimau loreng.
Dalam hubungannya dengan rencana untuk membuat
sebuah pasanggrahan bagi keluarga penguasa di Mataram, Ki Udyana telah memerlukan bertemu dengan Ki Demang. Ki Udyanapun telah mendengar sendiri, bahwa padang rumput yang terletak di sebelah padang perdu tidak jauh dari hutan, telah disediakan o leh Ki Demang. Padang rumput itu cukup luas. Sebuah sungai yang cukup besar mengalir di tengah-tengahnya. Letaknya tidak jauh dari hutan yang dapat menjadi hutan buruan yang tertutup. Yang hanya boleh dimasuki oleh keluarga terdekat penguasa di Mataram yang sedang berada di pasanggrahan itu.
"Apakah Ki Udyana mempunyai keberatan?" bertanya Ki
Demang. "Tidak Ki Demang. Pada dasarnya aku sependapat. Jika ada masalah itu adalah masalahku dan keluarga padepokanku"
"Masalah apa ki udyana?"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Cucuku adalah seorang yang sangat mencintai binatang.
Bahkan seakan-akan ia hidup diantara binatang. Tidak hanya binatang peliharaan di rumah. Lembu,kerbau, kambing dan apalagi kuda, tetapi ia juga berada diantara binatang-binatang hutan, sehingga kadang-kadang ia membuat kami seisi
padepokan menjadi cemas. Ia tidur bersama anak-anak
harimau dan anak-anak monyet bermoncong serigala"
"Binatang-binatang itu sangat berbahaya, Ki Udyana"
"Ya. Mula-mula kami menjadi gemetar menyaksikannya.
Tetapi lambat laun kami sudah agak terbiasa. Bahkan ketika Tatag pulang agak kemalaman, ia pernah diantar oleh tiga ekor kera berambut coklat di ubun-ubunnya"
Ki Demang menarik nafas panjang. Kera-kera yang hidup bergerombol itu adalah kera-kera liar yang sangat berbahaya.
Ceritera tentang hubungan Tatag dengan binatang itu telah membuat rambut Ki Demang meremang.
"Sekarang tidak seorangpun diantara para cantrik yang pergi berburu. Setiap kali ada yang pergi berguru, Tatag selalu mengganggunya. Bahkan Tatag menjadi marah dan merajuk"
"Tetapi padang rumput, padang perdu dan hutan itu
terletak agak jauh dari padepokan Ki Udyana" berkata Ki Demang "Mudah-mudahan perburuan di hutan tertutup itu tidak menyinggung perasaan cucu Ki Udyana"
"Aku akan mengajarinya untuk menghormati sikap dan
kebiasaan orang lain" berkata Ki Udayana.
"Ya. Selain itu hutan buruan itu membujur ke Barat.
Sedangkan padepokan Ki Udyana terletak di sebelah Timur Kademangan ini"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Meskipun demikian, Ki Udyana tidak dapat menyingkirkan angan-angannya tentang kemungkinan buruk yang dapat
terjadi, seandainya Tatag kelak mengetahui, bahwa hutan itu adalah hutan tutupan tempat keluarga penguasa di Mataram berburu.
Tetapi perburuan yang demikian itu terjadi tentu jarang sekali. Apalagi pasanggrahan yang akan dibangun bukanlah sebuah pasanggrahan yang besar bagi Sinuhun di Mataram, meskipun sekali-sekali Sinuhun di Mataram juga akan datang ke pasanggrahan itu. Tetapi Kangjeng Sinuhun di Mataram mempunyai beberapa pasanggrahan yang lain, sehingga yang akan sering berada di pasanggrahan itu hanya keluarga Kangjeng Sinuhun, sementara pasanggrahan-pasanggrahan yang lain sudah dipergunakan terus menerus sehingga
waktunya sudah tidak menampung lagi, karena demikian banyak keluarga Sinuhun yang akan mempergunakannya.
Dari Ki Demang, Ki Udyanapun telah mendengar rencana yang sudah disiapkan oleh Ki Demang tanpa merugikan
rakyatnya. Bahkan Ki Demang berharap, bahwa keberadaan pasanggrahan
itu akan dapat berakibat baik bagi kesejahteraan hidup rakyatnya, meskipun mungkin tidak akan terlalu dapat diharapkannya.
Namun yang tidak diduga oleh Ki Udyana itupun telah
terjadi. Justru agak menyimpang dari keterangan Ki Demang yang telah dikatakan kepadanya.
Seisi padepokan itu terkejut ketika menjelang tengah hari, beberapa orang berkuda telah mendatangi padepokan Ki Udyana. Menilik pakaian serta kelengkapan yang ada pada mereka, maka mereka tentu para petugas dari Mataram.
Dengan tergopoh-gopoh Ki Udyana dan Nyi Udyanapun
telah mempersilahkan mereka.
http://ebook-dewikz.com/

Tembang Tantangan Karya S H Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kedatangan Ki Sanak memang agak mengejutkan kami"
berkata Ki Udyana "jika berkenan di hati Ki Sanak, kami ingin mengetahui, siapakah Ki Sanak sekalian, darimana dan barangkali ada keperluan apa?"
Seorang yang bermata tajam, berhidung besar serta
berkumis lebat, yang agaknya pemimpin dari beberapa
orangku menjawab sambil tersenyum "Aku adalah Panji
Suranegara. Yang lain adalah para petugas dari Mataram pula seperti aku sendiri. Apakah Ki Sanak pemimpin dari padepokan ini?"
"Kami berdua adalah orang-orang yang dituakan di
padepokan ini Ki Panji Suranegara. Namaku Udyana. Dan ini adalah isteriku"
"Bagus. Kami memang ingin bertemu dengan pemimpin
padepokan ini" Pembicaraan mereka terputus ketika Tanjung keluar dari pintu pringgitan di bangunan utama padepokan itu untuk menghidangkan minuman dan makanan.
Seorang diantara mereka yang datang bersama Ki Panji itu sempat pula bertanya "Siapakah perempuan ini" Apakah ia juga murid dari padepokan ini?"
Ki Udyana mengerutkan dahinya. Namun kemudian iapun
menjawab " Perempuan itu adalah menantuku, Ki Sanak"
"Menantu" Jadi perempuan itu sudah bersuami" Seorang yang duduk disampingnya menggamitnya.
"Ya, Ki Sanak. Suaminya adalah anakku"
Orang itu mengangguk-angguk. Tetapi ia tidak bertanya lagi. Yang kemudian berbicara adalah Ki Panji Suranegara "Ki http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Udyana. Kami datang dengan mengemban perintah langsung dari Sinuhun di Mataram"
"Perintah bagi siapa Ki Panji?"
"Perintah bagi kami untuk mendatangi dan berbicara
dengan pemimpin padepokan ini"
Ki Udyana mengangguk-angguk "Titah apakah yang Ki Panji bawa kepada kami?"
"Ki Udyana" berkata Ki Panji dengan sungguh-sungguh
"sebelumnya aku ingin memberitahu, bahwa ada rencana dari kangjeng Sinuhun di Mataram untuk membangun sebuah
pesanggrahan di daerah ini"
Ki Udyana dan Nyi Udyana mengangguk-angguk. Mereka
sudah pernah mendengar rencana itu, tetapi mereka tidak mau mendahului keterangan Ki Panji Suranegara.
Sementara itu, Ki Panji Suranegarapun berkata selanjutnya
"Untuk itu, Ki Udyana, kami yang ditugaskan untuk
mempersiapkan pembangunan pasanggrahan itu memerlukan sebidang tanah yang cukup luas. Adapun tanah yang kami perlukan, kebetulan adalah tanah penyangga dari padepokan ini"
Ki Udyana dan Nyi udyana saling berpandangan sejenak.
"Ki Udyana" berkata Ki Panji Suranegara kemudian "karena tanah yang kami perlukan adalah tanah yang selama ini dipergunakan oleh padepokanmu, maka sekarang aku datang untuk memberitahukan kepadamu, bahwa tanah itu diperlukan oleh Kangjeng Sinuhun di Mataram"
Ki Udyana mengangguk-angguk kecil. Namun kemudian
iapun bertanya "Lalu bagaimana dengan kami, Ki Panji" Jika tanah panyangga dari padepokan ini diambil, maka bagaimana http://ebook-dewikz.com/
Kisah Sepasang Rajawali 15 Kisah Si Rase Terbang Karya Chin Yung Sepasang Pendekar Daerah Perbatasan 2

Cari Blog Ini