Ceritasilat Novel Online

Kaki Tiga Menjangan 42

Kaki Tiga Menjangan Pangeran Menjangan Duke Of Moon Deer Karya Chin Yung Bagian 42


beliau," Melihat sikap Ong Cin Po yang tampaknya panik sekali, diam-diam dalam hati dia
merasa geli. - Kalau mengharapkan Locu membunuh diri, sama saja memohon matahari terbit dari
ufuk barat jangan kata menggorok leher, biar hanya memotong sebuah jari tangan saja
juga belum tentu sanggup dilakukan. Lagipula, kalau Siau Hian cu memang ingin
membunuh aku, tentu aku sudah dibunuhnya, Kalau ia benar-benar mengampuni aku,
itu malah kebetulan. Kalau mengandalkan kalian beberapa orang menyembahnya untuk
memohon pengertian nya, jangan mimpi. Aku lebih mengenal Siau Hian cu dari siapa
pun di antara kalian -Meskipun hatinya berkata demikian, namun melihat kesetiaan Ong Cin Po
terhadapnya, sedikit banyaknya Siau Po terharu juga, Digenggamnya tangan orang itu
erat-erat. "Kalau begitu, aku terpaksa merepotkan Ong Sam ko untuk menyampaikan
kesulitanku kepada Sri Baginda, Katakan saja bahwa aku Wi Siau Po merasa serba
salah, maka satu-satunya jalan yang terpikir hanya bunuh diri. Untung ada kau Ong
Sam ko yang menasehati sehingga tidak jadi mengambil jalan kematian," katanya.
"Baik, baik," sahut Ong Cin Po. Namun dia khawatir juga, Bun Yu Hong ada di
sampingnya, Semua kejadian hari itu disaksikan oleh thay-kam ini, Bagaimana dia
harus berdusta kepada Sri Baginda, kalau ketahuan bukankah jadi runyam urusannya"
Tanpa sadar wajahnya menunjukkan mimik orang kebingungan.
Siau Po yang melihat tampangnya langsung tertawa terbahak-bahak,
"Ong Sam ko tidak perlu khawatir, aku hanya bergurau, Sri Baginda mempunyai otak
yang cerdas sekali, tidak mungkin bisa dikelabui, Beliau juga tahu aku ini orangnya
paling takut sakit, apalagi untuk bunuh diri, Ong Sam ko tidak perlu berbohong,
laporkan saja semuanya sesuai kenyataan"
Mendengar kata-kata pemuda itu, hati Ong Cin Po lega seketika, Dalam hati Siau Po,
saat itu juga terpikir olehnya.
-- seandainya aku membohongi orang ini dan menggunakan kapalnya untuk
melarikan diri sejauh-jauhnya, kemungkinan lima sampai sepuluh tahun lagi si Raja cilik
baru bisa menemukan aku, Tapi dengan demikian, sekembalinya Ong Sam Ko ke
Kotaraja, pasti dia yang akan disalahkan Entengnya mungkin hanya dia yang dipenggal
kepalanya, namun beratnya itu, bisa jadi seluruh keluarganya dari ibu, ayah, kakek,
nenek akan dihukum mati oleh si Raja cilik, Kalau benar begitu, aku sendirilah yang
telah mencelakakannya, Tidak! Tidak boleh tapi berhati busuk, jangan! Toh masih ada
kemungkinan Siau Hian cu tidak akan mengambil tindakan apa-apa meskipun aku tidak
bersedia kembali ke Kotaraja. Dengan membawa pemikiran seperti itu, dia segera berkata kepada Ong Cin Po.
"Urusan yang serius telah kita bicarakan Ong Sam Ko, mari! Di atas pulau ini adikmu
ini sudah lama sekali tidak berjudi Benar-benar menyebalkan, sekarang toh ada
kesempatan, sebaiknya kita bermain beberapa putaran."
Ong Cin Po gembira sekali, Kegemarannya berjudi tidak kalah dengan Siau Po.
Malah kalau tidak ada lawan, dia akan menggunakan tangan kirinya untuk bertaruh
dengan tangan kanannya, karena itu dia segera mengiakan sampai berkali-kali.
Tanpa menunda waktu lagi dia memerintahkan anak buahnya untuk menggotong
sebuah batu besar sebagai meja mereka, Enam orang prajurit mengangkat lentera
tinggi, Dengan penerangan yang cukup, permainan pun segera dimulai.
Tidak lama kemudian, Bun Yu Hong dan beberapa perwira lainnya juga ikut dalam
permainan sedangkan orang-orang yang mengitari mereka semakin lama semakin
banyak. Bhok Kiam Peng yang melihat keadaan itu jadi heran, dan dengan suara lirih dia
bertanya kepada Pui Ie. "Pui suci, kenapa mereka bertaruh dadu" Apakah yang kalah juga... juga." Tapi,
mereka toh sama-sama Iaki-Iaki...."
Pui Ie tertawa geli mendengar pertanyaannya, TimbuI niat untuk menggoda adik
seperguruannya itu. "Pokoknya, siapa yang kalah akan menemanimu malam ini."
Meskipun usia Bhok Kiam Peng masih muda sekali dan pengalamannya belum
banyak, namun dia tahu apa yang dikatakan Pui Ie pasti tidak benar, Karena itu dia
menyusupkan tangannya ke dalam ketiak kakak seperguruannya dan menggeIitiknya.
Kedua perempuan itu tertawa cekikikan saking gelinya.
Sekali bermain judi, kalau fajar belum menyingsing tentu belum berhenti Begitu
bubar, tumpukan uang di depan Siau Po sudah merupakan tiga timbunan tinggi.
Pertama tentu karena hatinya yang sedang bergembira, Kedua tentu ada main
gilanya juga. Dari antara sepuluh prajurit yang ikut bermain, pasti sembilannya kalah
habis-habisan. Hati Siau Po senang sekali, Dia menolehkan kepalanya, tampak Kian Leng kongcu,
Bhok Kiam Peng dan A Ko sudah tertidur di atas sebuah batu, sedangkan Su Cuan, Pui
Ie, Cin Ju dan Song Ji masih memaksakan diri mereka menemaninya meskipun mata
mereka sudah berat sekali.
Hati Siau Po terharu melihat keadaan itu, dia merasa bersalah, Cepat-cepat dia
mendorong tiga tumpukan uang perak di depannya kepada Ong Cin Po sambil berkata.
"Ong Sam ko, tolong bagi-bagikan uang perak ini kepada saudara-saudara kita
semuanya, Kalian jauh-jauh datang berkunjung ke pulau ini, sedangkan kami tidak
mempunyai apa-apa untuk dihidangkan benar-benar merasa menyesal karenanya."
Tadinya para prajurit sudah pucat wajahnya karena ludes uang di saku, Mendengar
perkataannya mereka segera bersorak gembira sembari mengucapkan terima kasih.
Ong Cin Po langsung memberi perintah kepada para anak buahnya untuk
menurunkan berbagai perbekalan ke atas pulau itu. Boleh dibilang komplit sekali apa
yang dibawakan oleh orang itu. Misalnya sayur mayur, daging, mangkok, sumpit, meja
kursi sampai ke peralatan masak seperti tungku api. setelah itu dia juga memerintahkan
anak buahnya untuk segera membangun beberapa pondok. Karena jumlah orangnya
banyak, apa yang dikerjakan jadi cepat selesai.
Dalam waktu beberapa hari semuanya sudah beres. Sesudah merasa tidak ada lagi
yang dilakukan bagi Siau Po, Ong Cin Po memohon diri kepada saudaranya itu.
Belasan hari kemudian, A Ko lah yang pertama-tama melahirkan seorang bayi lakilaki.
Hari kedua setelahnya, Su Cuan juga melahirkan seorang putra bagi Siau Po.
Kongcu justru terpaut satu bulan lebih dengan kedua madunya, bayi yang dilahirkannya
perempuan, Dia melihat istri Siau Po yang lain melahirkan anak laki-laki, tetapi dia
sendiri justru melahirkan anak perempuan.
Hatinya mendongkol sekali sehingga tidak henti-hentinya dia menangis. Siau Po
berusaha menghiburnya. setelah dia mengatakan bahwa dia lebih suka anak
perempuan daripada laki-laki, Tuan puteri baru menghapus airmatanya dan tertawa
gembira. Tiga bayi itu justru mempunyai tujuh orang ibu. Meskipun semuanya belum
mempunyai pengalaman menjadi seorang ibu, namun dengan kalang kabut mereka
berhasil juga mengatasi berbagai persoalan.
Tiap hari terdengar suara tertawa riang di atas pulau tersebut Dan ketiga bayi itu juga
seakan tahu diri, semuanya tampak sehat, montok dan Iincah. Ketujuh perempuan itu
meminta Siau Po untuk mencarikan nama bagi ketiga bayi itu. Siau Po tertawa.
"Aku kan buta huruf, kalau suruh mencarikan nama bagi putra atau pun putriku,
rasanya bukan hal yang mudah, Begini saja, kita lempar dadu, apa yang keluar, nama
itulah yang kita berikan kepada bayi itu," katanya.
Perlu diketahui bahwa jumlah dadu yang keluar mempunyai nama masing-masing,
hampir sama dengan tradisi kita di sini Kalau kita bermain domino, angka kosong sering
kita sebut sebagai Jeblok, Demikian pula permainan dadu di Cina pada jaman itu. Maka
tanpa menunggu persetujuan dari para istrinya, Siau Po segera mengambil dua butir
dadu dan bersiap-siap melemparkannya di atas meja. Se-belumnya, dalam hati dia
berdoa, -- Oh, Dewa Judi, tolong pilihkan nama-nama yang lumayan untuk putraputriku.
-Trakk!! Dadu pun dilemparkan.
"Untuk anak yang pertama!" seru Siau Po.
Dadu yang satu menunjukkan lima titik, sedangkan dadu yang satu lagi menunjukkan
enam titik, jumlah ini disebut "Ho Tau", Siau Po tersenyum
"Nama putra yang pertama boleh juga, Baiklah, anak A Ko kita namakan "Wi Ho
Tau"," Dadu yang kedua kalinya dilemparkan menunjukkan satunya berjumlah satu titik dan
satunya lagi berjumlah enam titik, ini yang dinamakan "Tong Cui", Maka Lo ji (Anak
kedua) dari keluarga Wi dinamakan "Wi Tong Cui",
Sekali lagi dadu dilemparkan Dadu yang satu menunjukkan dua titik, sedangkan
dadu yang satu lagi masih berputar terus, Ketika akhirnya berhenti, jumlahnya dua titik
juga, Siau Po tertegun melihatnya kemudian dia tertawa terbahak-bahak.
"Tampaknya nona kecil kita justru mempunyai nama yang aneh, Dia dinamakan "Wi
Pan Teng" Perempuan-perempuan yang Iain jadi terkesima mendengar nama yang aneh itu.
Kian Leng kongcu justru marah sekali.
"Jelek benar! Anak gadis yang begini cantik masa dinamakan Pan Teng" Aku tidak
mau! Lemparkan dadu itu sekali lagi, cari nama yang lain!" teriaknya.
"Nama yang sudah dipilihkan oleh Dewa Judi mana boleh diubah seenaknya?" sahut
Siau Po sambil membopong putrinya lalu mencium pipinya satu kali, Mulutnya
bernyanyi-nyanyi kecil "Si kecil Pan Teng-ku yang tersayang, oh nama ini sungguh
indah sekali!" "Tidak bisa! Pokoknya aku tidak mau nama Pan Teng! Aku yang melahirkan anak itu
dan aku tidak mau nama yang begitu jelek!" teriak Tuan puteri pula.
"Huh! Kalau cuma kau sendiri memang anak ini bisa jadi?" tanya Siau Po tak mau
kalah. Kian Leng kongcu merebut kedua butir dadu dari tangan Siau Po,
"Biar aku yang lempar sendiri, pokoknya keluar apa, nama itulah yang akan
kugunakan untuk anak-ku!" katanya pula.
Siau Po merasa kewalahan, akhirnya dia menuruti kehendak si Tuan Puteri.
"Tapi kali ini kau tidak boleh ingkar janji, Bagaimana kalau jumlah yang keluar Ho
Tau atau Tong Cui pula?"
"Biar anak ini mempunyai nama yang sama dengan kakaknya, Ho Tau atau Tong Cui
juga tidak apa-apa," sahut Kian Leng kongcu sambil menggerakkan dadu di tangannya,
Mulutnya juga berkomat-kamit, "Dewa Judi, oh Dewa Judi, apabila kau tidak
mencarikan nama yang bagus untuk bayi perempuanku, maka aku akan melempar
kedua butir dadu ini jauh-jauh!"
Kedua butir dadu dilemparkan ke atas meja dan langsung berputaran Tidak lama
kemudian keduanya berhenti Di dalam dunia ini ternyata ada kejadian yang demikian
kebetulan Rupanya kedua butir dadu itu lagi-lagi menunjukkan dua titik, yakni yang
disebut Pan Teng. Mata Kian Leng kongcu sampai mendelik dan mulutnya terbuka lebar Dia langsung
menangis meraung-raung. orang-orang juga merasa heran sekaligus geli.
Su Cuan tertawa. "Adik tidak perlu cemas!" katanya menghibur "Dua titik itu kan "Song" (dobel),
Dadunya ada dua, jumlahnya sama, jadi "Song Song". Anak perempuan kita itu
dinamakan "Wi Song Song" saja, bagaimana pendapatmu?"
Kian Leng kongcu yang mendengar ucapannya segera menghapus airmatanya dan
diganti dengan senyuman merekah, hatinya menjadi gembira seketika.
"Bagus! Bagus! Nama ini sungguh indah, hampir sama dengan nama adik Song Ji!"
serunya. Song Ji sendiri juga senang dengan nama yang dipilihkan oleh Su Cuan, Cepatcepat
diambilnya bayi perempuan itu dari tangan Siau Po dan dipeluknya dengan
mesra. Bhok Kiam Peng tertawa melihatnya.
"Adik Song Ji, kau begitu sayang dengan bayi itu, sebaiknya cepat kau berikan ASI
mu!" goda nya. "Mengapa bukan kau saja yang menyusui?" balas Song Ji dengan wajah berona
merah, Dia pura-pura menarik bagian depan baju Bhok Kiam Peng sehingga
perempuan itu lari ketakutan semuanya tertawa terbahak-bahak melihat tingkah kedua
perempuan yang baru mulai menginjak dewasa itu.
Dengan bertambahnya tiga orang bayi, suasana di atas pulau Tong Sip to semakin
ramai. Hari-hari penuh dengan riang canda, Sejak dibekali berbagai macam lauk-pauk
oleh Ong Cin Po, mereka tidak perlu lagi bersusah payah berburu atau pun menangkap
ikan setiap hari. Kecuali kalau mereka kangen masakan hidangan laut yang segar, mereka baru pergi
menangkapnya, Mula-mula mereka agak khawatir juga kalau kaisar Kong Hi marah
mendengar laporan Ong Cin Po tentang penolakan Siau Po kembali ke Kotaraja.
Ada kemungkinan dikirimnya sepasukan besar tentara untuk membunuh mereka
semua. Namun beberapa bulan kembali berlalu, keadaan tetap tenang-tenang saja,
Dan mereka yakin Ong Cin Po sudah sampai di Kotaraja dan menyampaikan
laporannya. Apabila sampai sekarang tidak terjadi apa-apa, bisa jadi Kaisar Kong Hi sudah
mengambil keputusan untuk membiarkan apa pun keputusan Wi Siau Po, Dengan
pemikiran demikian, hati mereka lambat laun jadi tidak terlalu was-was lagi.
Sampai musim panas tahun berikutnya, Ong Cin Po tiba-tiba datang lagi dengan satu
kapal perang diiringi tiga kapal barang yang besar sekali, sesampainya di pulau itu,
dia segera membacakan firman dari Kaisar Kong Hi.
Bahasa yang digunakan kali ini terlalu dalam sehingga tidak ada sepatah kata pun
yang dimengerti oleh Siau Po. Terpaksa pemuda itu meminta Su Cuan yang
menjelaskan artinya. Ternyata sedikit pun Kaisar Kong Hi tidak mengungkit tentang firman nya tempo hari.
Dia malah mengutus seorang perwira serta lima ratus orang prajurit untuk melindungi
Kian Leng kongcu. Selain itu masih ada enam belas pelayan laki-laki, delapan orang
pelayan wanita, delapan orang dayang juga berbagai perabotan rumah tangga,
makanan dan lain sebagainya sampai penuh tiga kapal.
Diam-diam Siau Po merasa cemas.
-- Siau Hian cu mengirimkan demikian banyak barang, kemungkinan dia
menginginkan agar aku tinggal di pulau Tong Sip to ini untuk selamanya -Dasar Siau Po jenis orang yang tidak bisa diam. Meskipun kehidupannya di atas
pulau itu cukup menyenangkan bahkan ada tujuh istri cantik yang menemaninya, tapi
rasanya kehidupan yang rutin ini sudah lama dijalaninya.
Dia merasa kurang seru lagi, kadang-kadang dia mengenang kembali masa lalu,
malah kehidupannya di masa kanak-kanak yang setiap hari kena pukul atau kena
marah lebih menyenangkan daripada kehidupannya sekarang.
Tahun yang sama, bulan dua belas, kembali Kaisar Kong Hi mengutus Tio Liang
Tong ke pulau itu untuk menyampaikan firmannya, Kali ini Siau Po mendapat kenaikan
pangkat lagi, Yakni Perwira Tinggi yang menguasai Tong Sip to.
Siau Po menggunakan kesempatan itu untuk mengundang Tio Liang Tong minum
arak, Mereka berbicara ngalor ngidul sampai temannya itu menceritakan tentang
kekuatan pasukan Gouw Sam Kui yang benar-benar sulit ditaklukkan.
"Tio Jiko, sekembalinya ke Kotaraja, tolong Tio Jiko sampaikan kepada Hong Siang
bahwa aku sudah jenuh hidup santai di pulau ini. sebaiknya beliau mengutus aku ke
selatan untuk menyerbu Gouw Sam Kui," kata Siau Po.
"Hong Siang memang sudah menduga bahwa Hu ya sangat mencintai negara,
Begitu tahu perang See Lam Ong masih merajalela, pasti dia akan mengajukan diri
untuk memeranginya, Beliau berkata - Kalau Siau Po ingin menghajar pasukan Gouw
Sam Kui, boleh-boleh saja, tapi pertama-tama dia harus membasmi perkumpulan Thian
Te hwee dulu, Kalau tidak, sebaiknya dia tetap tinggal di pulau Tong Sip to untuk
menikmati hidup yang rutin atau sekedar memancing ikan maupun kura-kura setiap
hari," sahut Tio Liang Tong.
Mata Siau Po menjadi merah seketika, rasanya dia ingin menangis sekeraskerasnya.
Tio Liang Tong melanjutkan kata-katanya.
"Sri Baginda berkata pula, pada jaman Dinasti Han ada seorang bernama Han Bu
Kuang. Saat itu usianya masih muda, dia mempunyai seorang sahabat yang bernama
Yan Cu Ling. kemudian Han Bu Kuang menjadi Kaisar, tapi sahabatnya Yan Cu Ling
tidak bersedia diberikan pangkat dan malah memilih kehidupan tenang memancing di
tepi sungai Hok Cun Kang.
Sri Baginda juga berkata bahwa Tio Bu Ong juga mempunyai seorang menteri yang
akhirnya memilih menghabiskan hari tuanya dengan memancing ikan, Siapa pun tahu
bahwa Han Bu Kuang maupun Tio Bu Ong adalah raja-raja yang bijaksana.
Tampaknya setiap raja yang bijaksana selalu ada pe-jabatnya yang hobby
memancing ikan, Sri Baginda juga berkata bahwa dia ingin menjadi "Niau Seng Hi
Tong", Kalau tidak ada Hu ya yang memancing ikan atau menangkap kura-kura,
bagaimana beliau bisa menjadi "Niau Seng Hi Tong?"
"Wi Hu ya, hambamu ini adalah orang kasar, mengapa Sri Baginda menginginkan
engkau berdiam di pulau ini memancing ikan atau menangkap kura-kura, hamba benarbenar
tidak mengerti Tapi Sri Baginda mempunyai kecerdasan yang sulit dicari duanya,
di balik semua ini pasti ada alasan yang bagus."
"Betul, betul!" sahut Siau Po sambil tertawa getir Padahal dia tahu Kong Hi hanya
mengolok-oloknya. Tampaknya kalau dia tidak bersedia membasmi perkumpulan Thian
Te hwee, maka untuk seumur hidupnya dia terpaksa tinggal di atas pulau itu. Kelima
ratus orang prajurit yang dikirimkan oleh si Raja cilik memang bilangnya untuk
melindungi si Tuan Puteri tapi sebetulnya untuk memenjarakan mereka dan berjagajaga
agar mereka tidak bisa ke mana-mana.
Semakin dipikirkan hatinya semakin sedih, Setelah selesai menjamu tamunya minum
arak, dia pun tidak bersemangat mengajak mereka berjudi lagi Tanpa mengucapkan
sepatah kata pun dia masuk ke kamarnya. untuk beberapa saat dia duduk termangumangu
di atas tempat tidur, dan tanpa terasa airmatanya mengalir dengan deras.
Ke tujuh istrinya terkejut sekali melihat Siau Po menangis dengan sedih, Mereka
segera mendekati untuk menghiburnya dan ada pula yang menanyakan duduk


Kaki Tiga Menjangan Pangeran Menjangan Duke Of Moon Deer Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

persoalannya, Siau Po segera menceritakan isi firman dan kata-kata yang disampaikan
oleh Tio Liang Tong, Kian Leng kongcu marah sekali.
"Memang betul! Kalau Hong te koko memang bersedia menaikkan pangkatmu, dia
toh bisa menaikkan pangkatmu bisa saja dari Perwira tinggi tingkat tiga menjadi Perwira
tinggi tingkat dua. Mengapa harus pakai embel-embel Tong Sip Pak segala"
Kedengarannya saja tidak enak. Lagipula, bangsa Ceng kami yang besar ada gelar
Cao Heng Pak, We Hao Pak dan yang lain-lainnya, sampai sebesar ini aku tidak pernah
mendengar gelar Tong Sip Pak, Benar-benar menggelikan! Dia... dia.,, tidak
memandang sebelah mata terhadapku!" teriaknya seperti ingin menangis.
"Sebetulnya tidak ada apa-apa dengan gelar Tong Sip Pak, Nama pulau ini toh aku
yang pilih sendiri mana boleh menyalahkan Sri Baginda" Lagipula aku kan pemilik Tong
Sip to ini, maka memang sudah sepantasnya kalau aku diberi gelar Tong Sip Pak. jauh
lebih baik dari pada Tong Pai Pak (Perwira Tinggi Kalah semua) Cuan cici, biar
bagaimana kau harus mencari akal, kita harus kembali ke Tionggoan, Aku... aku sudah
rindu sekali kepada ibuku."
Su Cuan menggelengkan kepalanya.
"Urusan ini benar-benar sulit. Lebih baik perlahan-lahan kita tunggu kesempatan
saja," sahut wanita itu.
Siau Po meraih sebuah cawan lalu dibantingkan keras-keras di atas tanah.
Tranggg!!! "Kau memang tidak mau mencari akal, Baik, kelak aku akan kabur sendirian, kalian
jangan menyalahkan aku. Aku... aku... aku lebih suka menjadi kura-kura tukang bawa
nampan teh daripada jadi segala Tong Sip Pak di pulau ini. Sumpek!" teriaknya marah.
Su Cuan tidak marah kepadanya, dengan tersenyum dia berkata,
"Siau Po, kau tidak perlu merasa kesal, pada suatu hari nanti, Sri Baginda pasti akan
menyuruhmu menyelesaikan suatu pekerjaan besar."
Siau Po gembira sekali mendengarnya.
"Cici yang baik, aku minta maaf kepadamu Cepat katakan, tugas apa kira-kira yang
akan diberikan si Raja cilik" Asal bukan membasmi perkumpulan Thian Te hwee,
pekerjaan apa pun akan kulakukan."
"Bagaimana kalau Hong te koko menyuruhmu membuang kotoran manusia atau
membersihkan WC?" tanya Kian Leng kongcu.
Kemarahan Siau Po meluap kembali.
"Akan kuterima pekerjaan itu, tapi setiap hari aku akan menugaskanmu yang
melakukannya." Melihat si pemuda demikian marahnya, Tuan Puteri tidak berani bicara lagi.
"Cuan cici, cepat kau katakan, Siau Po sudah penasaran setengah mati," kata Bhok
Kiam Peng. Su Cuan merenung sejenak.
"Tugas apa yang akan diberikan oleh si Raja cilik aku tidak tahu. Tapi aku yakin
suatu hari dia akan memberikan pekerjaan besar kepadamu. Sekarang ini dia
menggunakan pengaruhnya untuk memaksamu membasmi perkumpulan Thian Te
hwee, semakin kau menolaknya, dia akan semakin merongrong. Maksudnya ingin kau
menyerah terhadapnya, Siau Po, kalau kau bermaksud menjadi seorang laki-Iaki sejati
yang tidak sudi mencelakakan teman sendiri, sedikit penderitaan ini terpaksa harus kau
telan. Kalau mau jadi pahlawan tapi sekaligus merasakan kesenangan hidup, rasanya
sulit menemukan kesempatannya," sahut wanita itu.
Siau Po berpendapat apa yang dikatakan Su Cuan memang beralasan, maka dia
segera berdiri dan mengembangkan senyuman di bibirnya.
"Tapi kalau aku jadi pahlawan sekaligus menikmati halusnya kulit isteriku, bolehkan?"
Dia langsung mengumandangkan sebuah lagu ciptaannya sendiri "Raba sana, raba
sini, rabalah rambut cici Cuan yang hitam dan lebat...."
Tangannya terulur untuk membelai rambut panjang Su Cuan. Yang lainnya tertawa
terbahak-bahak melihat tingkah pemuda itu. Gelombang kecil yang menerpa kehidupan
mereka langsung hilang tak berbekas.
Sejak hari itu mereka kembali menikmati kehidupan damai di atas pulau tersebut
Tahun demi tahun pun berlalu, Pada bulan tertentu setiap tahunnya, Kaisar Kong Hi
secara rutin mengirimkan makanan, pakaian dan berbagai keperluan lain.
Raja itu juga tidak lupa mengirimkan dadu dari bola kristal untuk Siau Po. Untungnya
di atas pulau itu telah bertambah lima ratus orang prajurit, jadi kapan jam saja Siau
Po tidak kekurangan lawan berjudi.
Tahun ini kembali Sun Si Kek diutus datang ke pulau itu. Siau Po melihat topinya
yang berantakan batu berwarna merah, pakaian yang dikenakannya keren sekali
sehingga menunjukkan wibawa yang besar Siau Po tahu kedudukan orang itu pasti
sudah tinggi sekali, maka dia berkata.
"Sun Si ko, selamat! Tampaknya pangkatmu naik lagi!"
Wajah Sun Si Kek berseri-seri mendapat ucapan selamat dari Siau Po. Dia segera
membungkukkan tubuhnya menjura kepada pemuda itu.
"Terima kasih, Semua ini berkat budi besar Sri Baginda juga bantuan dari Wi Hu ya,"
sahutnya. Ketika firman Kaisar dibacakan, Siau Po baru tahu bahwa pemerintahan Kerajaan
Ceng telah mengalami perubahan besar, sebagian besar tempat yang dikuasai oleh
Hun Lam Peng Si Ong, Gouw Sam Kui, Kuang Tung Peng Lam Ong Siong Ci Heng,
Hok Kian Ceng Lam Ong Ciu Ceng Tiong telah berhasil direbut kembali.
Saking senangnya Kaisar Kong Hi mengumbar hadiah dan pangkat Siau Po yang
tidak berjasa apa-apa saja dianugerahi pangkat Perwira tinggi tingkat satu dari pulau
Tong Sip to. putranya yang pertama juga dianugerahi gelar Siau Po mengucapkan
terima kasih. Dia juga mendapat sebuah batu marmer besar sebagai hadiah, Siau Po ingat pernah
melihat marmer besar itu di kediaman Gouw Sam Kui, tepatnya di perpustakaan, juga
merupakan salah satu dari tiga pusaka kesayangan Peng Si 0ng. Tio Yong, Tio Liang
Tong, Ong Cin Po dan Sun Si Kek juga mendapat hadiah-hadiah yang berharga.
Malam harinya Siau Po menjamu Sun Si Kek. Sahabatnya itu menceritakan
pengalaman bagaimana mereka merebut kembali daerah-daerah kekuasaan Gouw
Sam Kui. Rupanya Tio Yong berhasil menggempur pasukan besar Gouw Sam Kui yang
ada di Kam Sia dan Leng Hia. sekarang Tio Yong sudah menjabat kedudukan yang
tinggi, pangkatnya sekarang malah sudah lebih tinggi dari Siau Po sendiri. Demikian
pula dengan Ong Cin Po, Tio Liang Tong dan dirinya sendiri.
"Sejak terkena pukulan Kui Heng Su, tubuh Tio Hou Ya (Kedudukan Tio Yong
sekarang) tidak bisa normal kembali Ketika memimpin peperangan, beliau terpaksa
duduk di atas tandu sembari memberikan aba-aba tentang tindakan apa yang harus
diambil oleh para anak buahnya," kata Sun Si Kek menjelaskan
Siau Po merasa kagum sekali mendengarnya.
"Wah, hebat betul! Dengan tubuh cacat saja Saudara Tio bisa memimpin penyerbuan
besar, apalagi kalau dalam keadaan normal."
"Memang tepat apa yang Hu ya katakan itulah sebabnya pangkat yang
dianugerahkan oleh Hong Siang kepadanya paling tinggi di antara kami ber-empat."
Siau Po mendengar Sun Si Kek menceritakan kejadian itu dengan penuh
kebanggaan, wajahnya sendiri berubah muram, dan hatinya kesal karena tidak dapat
ikut merasakan kemenangan itu. Tapi mendengar keempat sahabatnya telah berhasil
mendirikan jasa besar, dia ikut gembira juga.
"Kami sering membicarakan tentang pertempuran yang telah dijalankan beberapa
tahun terakhir ini Semua ini berkat kebijaksanaan Sri Baginda dan bimbingan Wi Hu ya
dahulu hari, seandainya Wi Hu ya yang menjadi Panglima Perang dan membawa kami
menggempur Gouw Sam Kui, itulah hal yang paling sempurna, Tio Jiko dan Ong Samko
sering bertengkar kadang-kadang mereka bertengkar sampai di hadapan Sri Baginda.
Tio toako saja sampai kewalahan mengatasinya Beberapa kali Sri Baginda
membicarakan Wi Hu ya, beliau mengatakan kalau mereka terus mempertengkarkan
masalah Wi Hu ya, tentu merupakan penyesalan bagi Wi Hu ya. Mendengar kata-kata
Hong Siang, mereka baru berhenti bertengkar," kata Sun Si Kek pula.
Siau Po tersenyum. "Dari dulu mereka memang selalu bertengkar setiap bertemu muka, Herannya kok
masih bertengkar terus walaupun sudah menjabat kedudukan tinggi?"
"ltulah! Mereka sering saling menyalahkan Yang satu memburukkan yang lain di
hadapan Sri Baginda, Untung saja Raja kita orangnya bijaksana, dan tidak terlalu
memperdulikan aduan siapa pun. Kalau tidak, mungkin keduanya sudah merasakan
enaknya hukuman penggal kepala," sahut Sun Si Kek.
"Bagaimana dengan si budak tua Gouw Sam Kui" Apakah dia juga sudah
tertangkap" Apakah kalian telah menarik kuncirnya atau mendupak pantatnya beberapa
kali?" tanya Siau Po pula.
Sun Si Kek menggelengkan kepalanya.
"Aih! Nasib si budak tua itu cukup lumayan...."
Siau Po mendelikkan matanya lebar-lebar.
"Apa" Jadi dia berhasil meloloskan diri?" tanyanya terkejut.
"Kabur sih tidak, tetapi di mana-mana dia mengalami kekalahan Setiap daerah yang
dikuasainya berhasil kita rebut kembali Dia sudah tahu bahwa kekuasaannya tidak bisa
dipertahankan lagi, Sebelum mati dia ingin merasakan bagaimana rasanya menjadi
seorang Kaisar, Dia langsung mengenakan jubah kebesaran berwarna kuning,
kepalanya memakai topi mahkota berhiaskan berbagai permata.
Saat itu dia berada di Heng Ciu pura-pura menjadi Kaisar. Kami mendapat kabar
tentang itu, tanpa menunda waktu lagi kami segera membimbing pasukan besar untuk
menyerbu ke wilayah itu. Dari masuk kota kami sudah menggempur orangnya habis-habisan. Setelah
mengalami berkali-kali kekalahan, si budak bermarga Gouw itu semakin kesal dan
tertekan jiwanya, dan dalam keadaan hampir gilalah dia pulang ke alam baka" sahut
Sun Si Kek. "Oh, rupanya begitu, Jadi keenakan si budak tua itu tidak perlu merasakan nikmatnya
tali gantungan!" kata Siau Po.
"Setelah si pengkhianat Gouw mati, anak buahnya mengangkat cucunya Gouw Sek
Huan sebagai penggantinya dan mengungsi ke Kun Beng, Tio Toako tidak ingin
memberi kesempatan bagi orang itu untuk mengembangkan sayapnya. Dia segera
memimpin anak buahnya untuk menyerbu ke Kun Beng.
Dua orang kepercayaan Gouw Sam Kui, yakni Sia Kok Siang dan Ma Po berhasil
diringkus, sedangkan Gouw Sek Huan bunuh diri. Dengan demikian dunia pun jadi
tenang kembali. "Di wilayah Kun Beng ada semacam pusaka negara, entah apa yang terjadi dengan
benda itu?" tanya Siau Po.
"Pusaka negara apa" Kok hamba tidak pernah mendengarnya?" kata Sun Si Kek.
"Sebenarnya yang kukatakan itu pusaka hidup, Tentu saja wanita tercantik di dunia,
yakni Tan Wan Wan." Sun Si Kek tertawa mendengar kata-katanya.
"Rupanya Tan Wan Wan! Entahlah, tidak pernah terdengar kabar beritanya lagi,
Mungkin mati terbunuh ketika terjadi keributan atau mungkin saja dia juga sudah
melarikan diri." "Sayang! Sayang!" kata Siau Po berulang-ulang. Dalam hati dia berpikir, - A Ko
adalah istriku, dengan demikian tidak syak lagi kalau Tan Wan Wan itu mertuaku
seandainya Tio Jiko mengetahui hal ini dan berhasil meringkusnya, seharusnya dia
diantarkan ke Pulau Tong Sip to ini, biar dia bisa bertemu dengan putrinya A Ko.
Mereka ibu dan anak bertemu sih tidak jadi masalah, tapi aku dan dia akan
berkumpul sebagai mertua dan mantu laki-Iaki, tentunya berbeda sekali jangan
bicarakan urusan lainnya, asal bisa menikmati permainan harpanya atau mendengar
dia menyanyikan lagu "Wan Wan" atau "Fang Fang" saja sudah merupakan
kegembiraan yang tiada taranya.
Tentu saja seorang mertua tidak boleh termasuk Tong Sip, tapi kalau hanya "Mantu
memandang mertua perempuan sambil meneguk air liur" saja kan boleh" -Selesai menjamu tamunya, Siau Po kembali ke kamar dan menceritakan
pembicaraan tadi kepada ke tujuh istrinya, A Ko langsung murung wajahnya mendengar
bahwa sejak peperangan tidak ada lagi kabar berita mengenai ibunya.
Meskipun sejak kecil dia sudah dilarikan oleh Kiu Lan dan tidak pernah mengenal
baik ibu kandungnya, namun biar bagaimana pasti ada hubungan batin di antara
keduanya, Sedikit banyaknya A Ko merasa sedih juga mendengar kabar ini.
Siau Po menghibur A Ko agar tidak perlu terlalu cemas. Dia mengatakan bahwa ke
mana pun ibunya pergi pasti Pek Seng To Ong saudara Hu akan menyertainya.
"Kau lihat sendiri, ilmu silat Hu toako sudah mencapai tingkat yang tinggi sekali.
Untuk melindungi ibumu seorang saja pasti semudah membalikkan telapak tangannya
sendiri," katanya. A Ko merasa apa yang dikatakan Siau Po memang ada benarnya juga, karena itu
kesedihannya pun jauh berkurang.
Tiba-tiba Siau Po menggebrak meja.
"Aduh, celaka!" teriaknya.
A Ko merasa heran. "Apa" Maksudmu ibuku menghadapi bahaya?" tanyanya cemas,
"ibumu sih tidak apa-apa, justru aku yang sedang menghadapi bahaya besar," sahut
Siau Po. A Ko semakin bingung. Bagian 87 "Kok bahayanya malah beralih kepadamu?"
"Hu toako itu kan saudara angkatku, dan kami pun sudah pernah bersembahyang
kepada Langit dan Bumi, Apabila dalam kancah peperangan dia malah bermesraan
dengan ibumu, bukankah mulai sekarang dia malah menjadi ayah mertuaku" Wah,
urusan generasi yang akan datang bisa jadi bingung!" sahut Siau Po.
A Ko mencibirkan mulutnya dan mendelik satu kali kepadanya.
"Hu Pek Pek ini orangnya jujur dan selalu menomor satukan kebenaran Kau kira
setiap laki-laki di dunia ini sama seperti engkau sendiri, asal ketemu perempuan
langsung peluk sana peluk sini?"
Siau Po tertawa mendengar sindirannya, "Mari, mari! Sudah saatnya kita peluk sana
peluk sini!" katanya sembari mengulurkan tangannya untuk memeluk A Ko.
Setelah mendapat kenaikan pangkat sebagai Perwira tinggi Tingkat Satu, pelayan,
tukang masak bahkan dayang yang melayani di pulau itu semakin bertambah.
Putranya yang pertama, Wi Ho Tau lahir dalam keadaan yang tidak menguntungkan
tapi kecil-kecil dia sudah dianugerahi gelar oleh Kaisar, Meskipun tinggal di pulau
yang terpencil, untuk makan dan pakaian mereka tidak kekurangan bahkan boleh bersaing
dengan anak-anak hartawan di kota-kota besar.
Sayangnya kehidupan di atas pulau itu terlalu monoton sehingga lama kelamaan
Siau Po semakin terasa sumpek, Rasanya dia ingin membuat kejadian yang aneh-aneh
biar timbul kegemparan tapi kalau tidak ada yang mendukung, tentu akhirnya malah dia
sendiri yang dikeroyok orang banyak.
Lagipula ke-tujuh istrinya tidak mau diajak bekerja sama untuk menimbulkan huru
hara, Bahkan Kian Leng kongcu yang dulunya paling nakal juga tidak bersedia
mengikuti kemauannya. Akhimya Siau Po merasa seakan berubah menjadi orang cacat
yang tidak sanggup melakukan apa-apa.
Kadang-kadang dia membayangkan cerita Sun Si kek ketika mereka mendapat tugas
menghancurkan kekuasaan Gouw Sam Kui. Tentunya menyenangkan sekali dapat
menyerbu ke sana ke mari dan merampas harta benda yang berhasil dikumpulkan
orang itu, sayangnya dia sendiri tidak ikut ambil bagian sehingga sering merasa
menyesal karenanya. Coba kalau dia mendapat kesempatan untuk ikut dalam peperangan itu, pasti tidak
akan dibiarkannya Gouw Sam Kui mati demikian enaknya, Dia akan meringkus
pengkhianat itu hidup-hidup lalu dimasukkan ke dalam sebuah kerangkeng.
Diaraknya orang itu dari Hu Lam ke Kotaraja, siapa yang ingin melihatnya harus
membayar setengah tail uang perak, kalau ingin meludahinya harus membayar satu tail,
Anak-anak setengah harga, perempuan cantik tentu saja gratis, orang-orang di seluruh
dunia ini benci sekali terhadap pengkhianat negara itu, Dari Hu Lam ke Kotaraja saja,
aku Wi Siau Po pasti kaya mendadak.
Gouw Sam Kui sudah mati, tentu saja tidak ada peperangan sehebat itu lagi, Tapi di
dalam dunia ini, selain perang, tentunya masih banyak hal yang menyenangkan. Asal
sampai di tempat yang banyak penduduknya, pasti ada saja kegembiraan yang dapat
menjadi pilihan. Pokoknya, pertama-tama yang harus dilakukan adalah meninggalkan pulau Tong Sip
to. Tapi tujuh orang istri, dua orang putra dan seorang putri tidak pernah meninggalkan
satu jengkal pun. Rasanya seperti ada sebuah batu besar yang dibiarkan
menggelantung di lehernya.
Kadang-kadang terpikir pula untuk mengajak mereka semuanya melarikan diri dari
pulau itu, tapi tentunya semakin merepotkan maka lebih baik ke sepuluh orang itu
ditinggalkan dan dia kabur sendirian
Sejak mengantarkan kepergian Sun Si Kek, setiap hari hanya urusan ini yang jadi
pikirannya, Ada-kalanya dia duduk di atas sebuah batu karang yang besar untuk
memancing ikan. Timbul pikiran kalau saja muncul seekor kura-kura raksasa yang dapat
menyeberangkan nya ke Tiong Goan tentu merupakan hal yang menyenangkan sekali.
Hari itu merupakan pertengahan musim gugur, udara masih terasa panas, Siau Po
duduk bersandar di atas sebuah batu sambil memancing ikan, Belum berapa lama
matanya sudah terasa penat, hampir saja dia tertidur. Namun tiba-tiba terdengar ada
suara yang berkata. "Wi Hu ya, Hai Liong Ong (Raja Naga di lautan) mengundangnya."
Siau Po merasa heran sekali, dan segera memusatkan pandangannya ke arah suara
tadi, Tampak di permukaan laut timbul seekor kura-kura yang besar sekali, Kepalanya
mendongak ke atas dan dari mulutnya terdengar suara ucapan manusia.
"Tung Hai Liong Ong di dasar lautan mempunyai sebuah istana yang disebut Cui


Kaki Tiga Menjangan Pangeran Menjangan Duke Of Moon Deer Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Cing Kiong, beliau merasa iseng. Karena itu hamba disuruh mengundang Wi Hu ya
untuk berkunjung ke dasar lautan agar dapat berjudi dengan Hai Liong Ong kami.
Raja kami akan menggunakan batu permata, mutiara yang ada di dasar lautan
sebagai taruhannya, Wi Hu ya sendiri boleh menggunakan uang perak seperti
biasanya!" Siau Po kegirangan setengah mati mendengarnya.
"Hebat, hebat! Raja Lautan yang derajatnya demikian tinggi saja masih bersikap
demikian sungkan! Biar bagaimana aku harus menemaninya bermain!" serunya.
"Di dalam istana Cui Cing Kiong kami ada gedung pertunjukan sandiwara Berbagai
tontonan yang menarik dapat disaksikan di sana, Kami juga mempunyai tukang cerita
yang mahir mengisahkan Legenda Eng Liat Toan, Sui Hu Cuan dan berbagai kisah
sejarah yang menarik lainnya, Bahkan ada penyanyi yang pandai membawakan
berbagai lagu kesayangan Wi Hu ya, ada penari yang cantik-cantik yang gerak-geriknya
lemah gemulai. Hai Liong Ong kami juga mempunyai tujuh orang puteri yang wajahnya tidak kalah
dengan Bidadari dari Khayangan. Kami tahu bahwa Wi Hu ya senang melihat wanita
cantik, pasti-nya ingin mengintip sekilas sampai di mana kejelitaan tuan-tuan puteri
kami, bukan?" kata si kura-kura pula.
Semakin didengarkan hati Siau Po semakin menggelitik rasanya.
"Betul, betul, sekarang juga kita pergi ke sana!" sahutnya.
"Silahkan Wi Hu ya duduk di atas punggung hamba, hamba akan membawa Wi Hu
ya ke istana kami!" kata si kura-kura.
Siau Po segera bangun dan mencelat ke atas punggung kura-kura besar itu. Dia
dibawa ke istana Cui Cing Kiong di dasar lautan. Di depan pintu gerbang istana telah
menanti Raja Lautan Timur, yakni Tung Hai Liong Ong, Dia disambut dengan hangat,
tangannya digandeng serta diajak ke dalam. Ternyata di dalam ruangan yang mewah
juga telah menanti Lam Hai Liong Ong (Raja Lautan Selatan),
Ketika perjamuan berlangsung, datang pula beberapa tamu yang lain. Mereka terdiri
dari Ti Pat Kai (Siluman Babi), Gu Mo ong (Siluman Raja Kerbau), Tio Hui, Li Po, Gu
Peng, Ceng Yau Kim keempat Jenderal besar, Hu Ong, Ju Pao Ong, Sui Ie Ti, Beng Cin
Tek keempat Kaisar, Keempat kaisar, empat Jenderal besar, dua siluman dan dua
dewa iblis yakni Naga Timur dan Naga Selatan merupakan tokoh-tokoh yang paltng
terkenal serta aneh sejak jaman dahulu kala. Mereka semua memang dikisahkan
menguasai lautan luas. Selesai perjamuan, permainan judi pun dimulai, dan Siau Po yang jadi bandarnya,
Tangannya meraih kartu di atas meja seenaknya, tapi biar kelihatannya sembarangan
namun kartu yang didapatkannya selalu bagus, Dalam waktu tidak seberapa lama dia
sudah meraih kemenangan banyak sehingga kedua belas lawannya berkaok-kaok.
Uang di hadapan Siau Po sudah bertumpuk tinggi bahkan sampai melimpah ruah,
Terakhir malah selir-selir serta gundik-gundik cantik para lawannya juga digadaikan
kepadanya. Watak Li Po paling jelek di antara lawan-lawannya. Ketika istrinya yang cantik juga
terpaksa dijual kepada Siau Po untuk membayar kekalahan, ia langsung berang.
wajahnya yang kehitam-hitaman disertai rona merah, Dengan suara lantang dia
berteriak. "Dasar Keturunan Maling! Jadi orang itu kalau sudah menang ya sudah dong! Kau
sudah memenangkan gundik dan selir orang, itu sih masih tidak apa-apa, malah istri tua
juga mau digotong sekalian, Benar-benar keterlaluan! Orang seperti engkau tidak punya
perasaan, tidak pantas dijadikan teman!"
Diangkatnya tubuh Siau Po ke atas, tinjunya dikepalkan dan dihantamnya pemuda itu
satu kali, Terdengar suara Buuukkk!! Tepat mengenai telinga Siau Po sehingga
kepalanya terasa berdengung-dengung.
Siau Po menjerit sekeras-kerasnya, Tali pancing terjungkit ke atas dan melilit di
lehernya, Dalam keadaan panik dia bergulingan Ujung kail menancap di dagingnya
sehingga dia merasa kesakitan
Dalam sekejap mata, entah Ti Pat Kay, Li Po atau siapa saja sudah hilang tak
berbekas, Saat itu juga dia baru sadar bahwa dirinya sedang bermimpi. Namun pada
waktu yang bersamaan, dari atas lautan terdengar suara Buummm! yang memekakkan
telinga. Siau Po mendongakkan kepalanya untuk melihat apa yang terjadi. Di tengah lautan
tampak beberapa kapal besar dengan layar terkembang lebar sedang melaju ke arah
Pulau Tong Sip to. Siau Po dapat melihat ada sesuatu yang tidak beres dengan kapalkapal
tersebut. Dia berusaha melepaskan tali pancingan yang melilit di Iehernya. Dalam keadaan
panik dia malah kebingungan dan gagal. Ujung kail yang menancap di bagian lehernya
terasa menusuk semakin mendalam.
Tanpa memperdulikan rasa perih yang dirasakan, dia berlari sekencang-kencangnya,
Dalam pikirannya, pasti The Kek Song, si Budak Tengil itu datang kembali dengan
membawa pasukan besar untuk membayar hutang, sebetulnya bayar hutang sih urusan
yang menyenangkan tapi belum apa-apa sudah menembakkan meriam ke arah pulau
justru merupakan hal lain yang harus dipertimbangkan.
Belum lagi dia sampai ke depan rumahnya, Perwira Peng sudah menghambur ke
arahnya dengan nafas terengah-engah.
"Wi Hu ya, celaka! Pasukan besar dari Taiwan datang menyerbu!" teriak orang itu.
"Bagaimana kau tahu kalau itu kapal pasukan Taiwan?" tanya Siau Po.
"Tadi... hamba menggunakan alat peneropong untuk melihat apa yang terjadi ketika
terdengar suara dentuman, Di bagian e... kor,., eh, kepala kapal terdapat gambar Bulan
dan Matahari. Gambar itu merupakan lambang kapal Taiwan. seandainya satu kapal
mengangkut lima ratus prajurit, dua kapal,., dua ribu, tiga kapal tujuh ribu
prajurit.-" kata-kata si Perwira makin lama makin ngaco tidak karuan.
Siau Po segera mengambil alat teropong dari tangan orang itu dan digunakan untuk
meneropong ke arah kapal-kapal yang sedang mendatangi jumlahnya setelah dihitung
dengan seksama ternyata ada tiga belas kapal. Ketika Siau Po melihat bagian kepala
kapal, ternyata memang ada gambar Bulan dan Matahari.
"Cepat siapkan prajurit-prajuritmu!" seru Siau Po. "Suruh mereka berjaga-jaga di
pesisir pantai! Lawan tentu harus menggunakan sampan untuk mencapai pulau ini,
kalau mereka mendekat, cepat bidikkan anak panah!"
Perwira Peng segera mengiyakan lalu menghambur pergi.
Su Cuan dan yang lainnya segera keluar mendengar suara ribut-ribut Dari arah kapal
kembali berkumandang suara dentuman-dentuman.
"Adik A Ko, kalau kau dibawa ke Taiwan, apakah Ho Tau akan kau bawa juga?"
tanya Tuan puteri. A Ko menghentakkan kakinya ke atas tanah dengan marah.
"Kau anggap sekarang saatnya berkelakar?" sahutnya kesal.
Siau Po yang mendengarkan justru lebih gusar lagi.
"Biar Kongcu si perempuan busuk itu membawa Song Songnya saja mengungsi ke
Taiwan...." Tiba-tiba Su Cuan berkata.
"Eh, aneh! Kok meriam ditembakkan ke dalam lautan malah bukan ke arah pulau
kita?" Yang lainnya segera memperhatikan dengan seksama, ternyata apa yang dikatakan
Su Cuan harus separuhnya yang benar. Meriam itu memang tidak ditembakkan ke arah
pulau, dan juga bukan ke dalam laut tapi justru ditembakkan ke atas langit yang
kemudian jatuh ke dalam lautan sehingga air bergejolak dan menimbulkan suara
letusan dahsyat Siau Po yang melihat hal itu langsung tertawa terbahak-bahak.
"ltukan tembakan penghormatan bukan datang untuk menyerbu kita," katanya
setelah sempat tertegun sejenak.
"Bisa saja mula-mula dia memberikan tembakan penghormatan belakangan baru
prajuritnya datang menyerbu," kata Kian Leng kongcu.
Siau Po semakin kesal mendengar ocehannya.
"Mana si budak Song Song" Cepat ke mari, biar Bapakmu menghajar pantatmu!"
teriaknya. Kian Leng kongcu mendengus satu kaIi. "Anak tidak salah apa-apa kok mau
dipukul?" "Siapa suruh dia punya ibu yang demikian menyebalkan!" kata Siau Po.
Jarak kapal-kapal itu semakin dekat Siau Po menggunakan alat teropongnya sekali
lagi, Di atas tiang layar terkembang bendera bergambarkan seekor Naga Kuning
sebagai lambang bendera Kerajaan Ceng, Siau Po gembira sekaligus terkejut, lalu
menyerahkan alat teropong ke tangan Su Cuan.
"Aneh sekali, coba kau lihat sendiri!" katanya.
Su Cuan melihat sejenak, kemudian tersenyum.
"Rupanya pasukan angkat laut dari Kerajaan, bukan kapal perang Taiwan," ujarnya.
Siau Po mengambil kembali alat teropong itu lalu melihat lagi sejenak untuk
meyakinkan dirinya. "Betul, itulah Angkatan Laut dari kerajaan Ceng, Aih, ada apa ya" Maknya, sakit
sekali!" Dia menolehkan kepalanya, ternyata Ho Tau yang digendong A Ko sedang
menarik ujung kail yang menancap di belakang lehernya, Tentu saja dia merasa
kesakitan. A Ko menahan tawanya dan dengan hati-hati melepaskan ujung kail yang masih
menancap itu. "Maaf, jangan marah ya!" katanya.
Siau Po tertawa. "Anak baik, kecil-kecil saja sudah menuruni watak iseng bapaknya,
benar-benar pintar!"
Kian Leng kongcu mendengus kesal.
"Dasar pilih kasih!" makinya.
Sementara itu, tampak Perwira Peng berlari-lari datang.
"Wi Hu ya, di atas kapal tergantung bendera Kerajaan Ceng yang besar Janganjangan
ada apa-apanya di balik semua ini!" serunya.
"Tidak salah, Kalau ada sampan yang mendatangi nanti, kita tanyakan saja, kan
beres?" Perwira Peng segera mengiakan, lalu pergi untuk melaksanakan perintah Siau Po.
"Pasti si Budak Kek Song yang main gila dengan memalsukan bendera Kerajaan. itu
kan terang-terangan kapal perang dari Taiwan!" kata Kian Leng kongcu.
"Bagus, bagus! Kongcu, akhir-akhir ini kau kok semakin cantik saja?" ujar Siau Po.
Tuan Puteri tertegun, tapi tentu saja hatinya senang mendengar pujian sang suami,
bibirnya langsung tersenyum.
"Biasa saja, apanya yang tambah cantik?" katanya.
"Pipimu berona merah jambu, wajahmu berseri-seri, dan alismu melengkung indah
seperti bulan sabit. Si Budak Kek Song pasti jatuh cinta kalau melihat tampangmu
sekarang," sahut Siau Po.
"Huh!" dengus kongcu setelah tahu kalau Siau Po hanya menyindirnya.
Tidak lama kemudian, kapal-kapal itu berlabuh. jaraknya dengan tepi pantai masih
agak jauh. Tampak enam tujuh orang turun ke atas sebuah perahu (se-koci) dan
mendayung ke arah pulau. Perwira Peng memerintahkan anak buahnya bersiap-siap
untuk memanah apabila ada gelagat yang tidak menguntungkan.
Di atas perahu kecil itu tampak seseorang sedang berbicara dengan menggunakan
alat pengeras suara, "Firman Kaisar tiba! Komandan Angkatan Laut Si Kun Bun
diperintahkan untuk menyampaikan Firman Kaisar!"
Siau Po senang sekali mendengarnya.
"Maknya! Apa-apaan sih si Budak Sie Long" Kenapa dia menggunakan kapal perang
Taiwan untuk menyampaikan Firman Kaisar?" makinya.
"Mungkin dalam perjalanan ke mari dia bertemu dengan kapal perang Taiwan,
Setelah terjadi peperangan dia berhasil meraih kemenangan kemudian digiringnya
kapal perang Taiwan itu ke sini," kata Su Cuan mengambil kesimpulan.
Siau Po menganggukkan kepalanya.
"Pasti begitu kejadiannya. Cuan cici memang pandai sekali, apa yang ditafsirkannya
selalu mendekati kenyataan!"
Kian Leng kongcu semakin tidak senang mendengar saingannya selalu mendapat
pujian. "Kalau aku rasa, kemungkinan Sie Long sudah menyatakan takluk kepada pihak
Taiwan dan sekarang dia pura-pura ingin menyampaikan Firman Kaisar agar tidak
dicurigai," katanya.
Hati Siau Po sedang senang, maka dia tidak mengeluarkan makian lagi, hanya
tangannya mencubit pinggul perempuan itu satu kali lalu bergegas berjalan menuju tepi
pantai untuk menyambut Firman Kaisar.
Orang yang berdiri di atas perahu kecil itu ternyata memang Sie Long, Dia turun dari
perahu dan berdiri tegak di atas pasir sambil menyampaikan Firman Kaisar
Rupanya Kaisar Kong Hi memerintahkan Sie Long untuk menggempur Taiwan,
Angkatan Laut Taiwan dan Peng Hu berhasil dihancurkan. Mereka menggunakan kapal
lawan untuk menyerbu masuk ke negara itu. Pangeran muda The Kek Song langsung
menyerahkan diri tanpa berperang lagi, Dengan demikian, Taiwan pun terjatuh ke
tangan Kerajaan Ceng. Sesuai dengan jasa-jasa yang telah didirikan oleh bawahannya, Kaisar Kong Hi
menghadiahkan pangkat. Karena dulu hari Siau Po berhasil membujuk Sie Long untuk
bekerja kepada Kerajaan Ceng, maka Kaisar Kong Hi tidak melupakan jasa tersebut
Siau Po dianugerahi gelar pangeran Tingkat dua dari Pulau Tong Sip to, yakni El Ten
Tong Sip Hou. Dan pangkat putera pertamanya pun dinaikkan
Siau Po mengucapkan terima kasih atas budi besar Sri Baginda terhadapnya, Dia
berdiri termangu-mangu seperti orang yang kehilangan sukmanya, ia sama sekali tidak
menduga kalau dalam waktu yang singkat Taiwan berhasil direbut kembali oleh Sie
Long. Sejak pertama bertemu dengan The Kek Song, permusuhan di antara mereka telah
timbul. Apalagi setelah gurunya Tan Kin Lam dibunuh oleh pemuda itu, kebenciannya
semakin mendalam Begitu Taiwan berhasil dijatuhkan oleh Kerajaan Ceng, tampaknya
cita-cita untuk membangun kembali Dinasti Bengpun tinggal khayalan belaka.
Tanpa terasa hatinya ikut bersedih. Usia Siau Po memang masih muda, apalagi
sejak kecil dia tidak pernah mendapat didikan yang baik, Apa yang dikatakan orang
sebagai pecinta tanah air, pembela bangsa dan sebagainya, selamanya kurang
diperhatikan oleh Siau Po.
Tapi karena cukup lama bergaul dengan saudara-saudara dari Thian Te hwee, dari
sekian banyaknya pembicaraan yang berlangsung, setidaknya dia sendiri merasa tidak
pantas apabila orang-orang Boan Ciu menguasai tanah orang lain seenaknya.
Saat ini, setelah mendengar bahwa Sie Long sudah berhasil meringkus The Kek
Song dan dibawa ke Kotaraja, hatinya sama sekali tidak merasa gembira. Apalagi
mengingat penderitaan almarhum gurunya semasa hidup yang hanya mempunyai satu
tujuan yakni membangun kembali Kerajaan Beng.
Taruh kata cita-cita ini akhirnya tidak berhasil diwujudkan tapi paling tidak dia dan
rekan-rekannya yang lain harus bisa mempertahankan sepotong tanah di luar lautan
yang menjadi lambang sisa kerajaan Beng.
Siapa nyana, belum lama gurunya menutup mata, The Kek Song pun menyerah
tanpa melakukan perlawanan sengit Apabila gurunya di alam baka mengetahui hal ini,
orang tua itu pasti akan menangis sedih.
Terbayang kembali olehnya saat gurunya menemui ajal, Apabila sebelumnya Tan Kin
Lam tidak terlalu menguras tenaga melawan Sie Long, tentunya The Kek Song juga
tidak begitu mudah mencelakainya. sekarang dia melihat tampang Sie Long yang
menunjukkan perasaan bangga di hadapannya, hatinya semakin mendongkol.
"Sie Tayjin berhasil mendirikan jasa yang demikian besar, tentunya pangkat yang
dianugerahi oleh Sri Baginda juga tinggi sekali bukan?" tanyanya dengan perasaan
ingin tahu. "Budi Hong Siang memang besar sekali, hamba dianugerahi pangkat pangeran Ceng
Hai hou tingkat tiga," sahut Sie Long.
"Selamat! Selamat!" ucap Siau Po. sementara dalam hatinya dia berpikir, sebetulnya kedudukanku ialah Tong Sip Pak tingkat satu, Apabila pangkatku dinaikkan
satu tingkat malah menjadi Tong Sip Hou tingkat tiga. Tapi si Raja cilik sekaligus
menaikkan pangkatku sebanyak dua tingkat sehingga sekarang menjadi Tong Sip Hou
tingkat dua. Rupanya dia ingin kedudukanku lebih tinggi daripada Sie Long ini. Apabila samasama
pangeran tingkat tiga tentunya timbul perasaan kurang enak di antara kami.
Meskipun demikian, membayangkan Sie Long memimpin sejumlah prajurit untuk
menggempur Taiwan dan meraih kemenangan, pasti orang itu merasa bangga sekali,
sedangkan dia sendiri justru keisengan di atas pulau tanpa ada yang dapat dilakukan.
Rasa irinya timbul seketika. Perasaan bencinya kepada Sie Long pun semakin menjadijadi.
Sie Long membungkukkan tubuhnya dalam-dalarn dan berkata lagi dengan nada
menghormat. "Ketika bertemu dengan hamba, sikap Sri Baginda sangat tegas, beliau mengatakan:
"Sie Long, kali ini kau bisa membawa pasukan untuk menyerbu ke Taiwan, Tahukah
kau siapa yang mengangkat derajatmu" Dulu kau pernah tinggal lama di Pe King, siapa
yang memperhatikan dirimu" Siapa yang menaruh perasaan hormat terhadapmu?"
Hamba segera menjawab: "Semua ini berkat jasa Wi Hu ya, juga budi besar Hong
Siang", Sri Baginda berkata lagi: "Baguslah kalau kau tidak melupakan budi baik
seseorang. Karena itu, sekarang juga kau harus berangkat ke Pulau Tong Sip to untuk
menyampaikan firmanku sekaligus sampaikan kekagumanku terhadap kejelian matanya
memilih orang-orang berbakat yang sanggup mendirikan jasa besar bagi Kerajaan",
itulah sebabnya hamba segera datang ke pulau ini untuk melaksanakan perintah Sri
baginda." Siau Po menarik nafas panjang.
-- Setiap orang yang kupilih selalu mendirikan jasa besar, tetapi aku sendiri malah
terkurung di atas pulau ini dan tidak bisa ke mana-mana, Si Raja Cilik tidak
hentihentinya menaikkan pangkatku, Biarpun seandainya suatu hari dia mengangkat aku


Kaki Tiga Menjangan Pangeran Menjangan Duke Of Moon Deer Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sebagai Raja di atas pulau Tong Sip to ini, toh tidak ada bedanya, -- pikirnya dalam
hati. "Sie Tayjin, kau datang ke pulau ini menggunakan kapal perang Taiwan, aku sampai
terkejut setengah mati, Tadinya aku kira Angkatan Laut Taiwan yang datang untuk
menggempur kami. Tak disangka justru kau yang ingin memamerkan diri di
hadapanku," kata Siau Po kemudian.
Sie Long segera meminta maaf dengan menjura.
"Hamba tidak berani. Hamba mendapat tugas untuk menyampaikan firman Kaisar,
Rasanya hamba juga ingin segera bertemu dengan Wi Hu ya, sedangkan kapal perang
Taiwan ini buatannya bagus sekali, lajunya jauh lebih cepat, maka hamba
menggunakannya untuk mendatangi pulau ini."
"Rupanya kapal perang Taiwan buatannya lebih bagus dan laju nya lebih cepat!
Tadinya aku agak ragu, aku kira Sie Tayjin ingin mengangkat diri sendiri menjadi Raja
di Taiwan sehingga timbul kekhawatiran dalam hati."
Sie Long terkejut setengah mati mendengar ucapannya. wajahnya sampai berubah
pucat pasi. "Hamba benar-benar ceroboh, petunjuk yang diberikan Wi Hu ya memang benar,
Hamba melakukan tugas dengan tergesa-gesa sehingga lambang negara Taiwan tidak
sempat dihapus," sahutnya cepat.
Sebetulnya hal ini bukan karena dia ceroboh atau tergesa-gesa, Setelah berhasil
merobohkan pihak Taiwan, dia merasa bangga setengah mati. Dia sengaja menumpang
kapal-kapal yang berhasil disitanya untuk pulang ke Kotaraja dan kemudian menuju
pulau Tong Sip to. Dia juga sengaja membiarkan lambang negara Taiwan yang ada di
bagian kepala kapal agar sepanjang perjalanan, orang-orang akan menunjuk
kepadanya serta membicarakan asal-usul kapal itu. Tentunya dia akan semakin bangga
dengan hasil kerjanya yang gemilang.
Tidak disangka-sangka sekarang Siau Po mengungkapkan dugaannya bahwa dia
bermaksud mengangkat dirinya sendiri sebagai Raja di Taiwan, Urusan ini merupakan
penghianatan yang tidak bisa diampuni. Tanpa terasa keringat dingin membasahi
seluruh tubuhnya. Dalam hati dia sadar bahwa Kaisar Kong Hi sangat menghargai anak
muda ini. Dia sendiri mempertaruhkan jiwa untuk merebut kembali negara Taiwan, sedangkan
pemuda ini hanya duduk santai di atas pulau, namun pangkat yang dianugerahkan
kepadanya justru lebih tinggi daripada dirinya sendiri seandainya suatu hari nanti dia
kembali ke Kotaraja dan mengoceh yang bukan-bukan di hadapan Sri Baginda,
bukankah nasibnya bisa celaka"
Hati Sie Long diliputi perasaan takut. Cepat-cepat disimpannya kembali sikap yang
penuh kebanggaan tadi, diperintahkan beberapa orang pejabat tinggi yang datang
bersamanya untuk menemui Siau Po.
Salah satunya dikenal oleh Siau Po. Dia bernama Lim Heng Cu, yang dulu pernah
mengikuti Tan Kin Lam dan juga merupakan anggota Thian Te hwee yang ilmunya
cukup tinggi Siau Po sempat tertegun melihatnya.
"Dia toh seorang panglima di Taiwan, mengapa sekarang justru menjadi anak buah
Sie Long" " pikirnya dalam hati
Siau Po mendengar dia memperkenalkan diri sebagai Perwira Tinggi Angkatan Laut
kerajaan Ceng. Lim Heng Cu sendiri juga terkejut dan curiga ketika melihat Siau Po yang ada di atas
pulau tersebut. -- Dia kan muridnya Tan Kunsu, kenapa sekarang menjadi pejabat tinggi dalam
pemerintahan Kerajaan Ceng" Malah tampaknya Komandan Sie juga demikian hormat
terhadapnya! -- pikirnya dalam hati.
Sie Long menunjuk kepada Lim Heng Cu dan seorang lainnya yang diperkenalkan
sebagai pengawal pribadi Lim Heng Cu, namanya Ang Cao.
"Perwira Lim dan Pengawal Ang ini tadinya merupakan orang-orang dari pasukan
Taiwan, Bersama-sama The Kek Song dan Liu Kok Han, mereka menyatakan takluk
terhadap Kerajaan Ceng kami yang besar. Kedua orang ini ahli Maritim, maka kali ini
hamba mengajaknya agar menunjukkan cara menjalankan kapal perang Taiwan,"
katanya menjelaskan. Siau Po menganggukkan kepalanya.
"Oh, rupanya begitu!"
Dia melihat Lim Heng Cu dan Ang Cao menundukkan kepalanya rendah-rendah
seakan malu bertemu muka dengannya.
Sejak menduduki negara Taiwan, The Seng Kong berhasil menjalin hubungan
dagang dengan negara-negara tetangganya seperti Jepang, Lu Song serta Nepal.
Kekayaan negara Taiwan banyak sekali. Setelah Sie Long berhasil menggulingkan
kekuasaan The Kek Song di negara itu, harta benda berupa intan, berlian dan batu
permata yang berharga lainnya segera disita dan dibawa ke Kotaraja, sebagai tanda
baktinya terhadap negara, Sie Long tidak mengantongi sebutir pun dari permata
tersebut semuanya diserahkan kepada Kaisar Kong Hi.
Si Raja Cilik memerintahkan agar dia membawa sebagian benda-benda berharga itu
untuk dipersembahkan kepada Siau Po. Selain itu, Sie Long sendiri juga sudah
menyediakan hadiah untuk anak muda tersebut.
Negara Taiwan juga kaya akan hasil bumi serta pertambangan. Sie Long
membawakan gulungan rotan dan kayu-kayu gelondongan untuk si anak muda.
Begitu melihat barang-barang itu, Siau Po semakin kesal
-- Thio toako, Tio Jiko, Ong Samko, Sun Siko juga berhasil menggulingkan Gouw
Sam Kui. Tapi hadiah yang mereka berikan justru jauh lebih ada nilainya, Yang kau
persembahkan tidak ubahnya barang-barang yang diperlukan gelandangan di tengahtengah
jalan, Benar-benar tidak memandang sebelah mata kepadaku! -- Makinya dalam
hati. Malam itu juga Siau Po mengadakan perjamuan. Tentu saja Sie Long dipersilahkan
duduk di bagian kepala, Selain itu masih ada empat perwira tinggi yang mengiringi
kedatangan orang itu. Lim Heng Cu dan Ang Cao juga diundang oleh Siau Po.
Setelah menikmati hidangan dan meneguk beberapa cawan arak, Siau Po berkata.
"Perwira Lim, Seng Peng Kun Ong di Taiwan kan The Keng, kenapa akhirnya kok
digantikan oleh The Kek Song" Dengar-dengar dia toh putera kedua, seharusnya bukan
bagiannya yang menjadi Ong ya bukan?"
"Betul, Perlu Hu ya ketahui, The Ongya meninggal pada bulan Cia gwe (satu) tanggal
dua puluh delapan tahun ini. Beliau menulis pernyataan bahwa Toa Kongcu (putera
pertama) nya lah yang menggantikan kedudukannya, Toa kongcu bijaksana dan cerdas,
selama ini mendapat penghormatan dari prajurit di Taiwan, tapi Thai hujin yakni
permaisuri Tong justru tidak menyukainya, Dia mengutus Peng Gi Hoan untuk
membunuh Toa kongcu, kemudian mengangkat Ji kongcu (The Kek Song) sebagai
pengganti ayahnya, istri Toa kongcu yakni Tan hujin pergi menemui permaisuri Tong
dan mengatakan bahwa suaminya tidak melakukan kesalahan apa-apa. permaisuri
Tong marah sekali, Tan hujin diusir keluar. Tan hujin memeluk jenasah suaminya dan
menangis sedih sampai lama sekali, kemudian dia menggantung diri untuk menyusul
suaminya tercinta, Tan hujin... itu tidak lain daripada putri pertamanya Tan Kun su
(Tan Kin Lam), Hal ini membuat rakyat Taiwan menjadi kurang puas," sahut Lim Heng Cu.
Siau Po mendapat tahu bahwa putri gurunya pun dipaksa mati oleh permaisuri Tong,
Mengingat gurunya yang telah meninggal, hatinya menjadi sedih sekali Dia menggebrak
meja keras-keras. "Maknya! Si budak The Kek Song itu orangnya tidak becus, mana sanggup dia
menjabat sebagai Ongya?"
"Betul, Memang betul, Setelah menggantikan kedudukan ayahnya, Ji kongcu
mengangkat Pang Gi Hoan sebagai tangan kanannya, Berbagai urusan dalam negara
diserahkan kepada orang itu. sedangkan orang ini tidak mempunyai kebijaksanaan
lagipu!a egois. Apabila ada orang yang berani mengungkapkan beberapa kebenaran, pasti dia
menyuruh orang membunuhnya, Oleh karena itulah para pejabat yang lain hanya berani
marah dalam hati namun tidak ada seorang pun yang berani mengungkapkannya
secara terang-terangan. Rupanya arwah Toa kongcu dan Tan hujin masih sering bergentayangan, Pada bulan
Empat tahun ini pula permaisuri Tong mati ketakutan karena sering dihantui arwah anak
menantunya," sahut Lim Heng Cu menjelaskan.
"Bagus! Bagus! sesampainya permaisuri Tong ke alam baka, Toa kongcu pasti tidak
akan membiarkannya!" seru Siau Po.
"Sudah pasti! Ketika berita tentang kematian permaisuri Tong yang digentayangi
hantu tersiar luas, rakyat Taiwan dari utara sampai Selatan memasang petasan panjang
selama tiga hari tiga malam, Bilangnya sih untuk mengusir setan, padahal mereka
mengadakan syukuran atas kematian permaisuri yang jahat itu," kata Lim Heng Cu
pula. "Menyenangkan! Menyenangkan!" seru Siau Po berulang-uIang.
"Urusan roh yang gentayangan itu belum pernah terbukti benar-benar, Kemungkinan
hati permaisuri Tong tidak tenang setelah membunuh cucu pertamanya dan memaksa
mati cucu mantunya, Orang tua sering membayangkan hal yang tidak-tidak dan
akhirnya dia seperti melihat setan," ujar Sie Long.
Wajah Siau Po berubah serius.
"Roh jahat memang benar-benar ada. Apalagi roh orang yang matinya penasaran,
Setelah jadi setan dia datang lagi untuk menagih hutang atau membalas dendam. Sie
Tayjin, kali ini kau tentu banyak membunuh orang ketika menyerbu ke Negara Taiwan,
Mungkin di atas kapal perang Taiwan itu juga banyak setannya, sebaiknya Tayjin
berhati-hati," katanya.
Wajah Sie Long sempat berubah sekilas, namun kemudian dia tersenyum.
"Dalam peperangan pasti banyak korban yang jatuh, Kalau setiap orang yang mati
dalam peperangan selalu menjadi hantu, maka setiap panglima perang pasti akhirnya
mati secara mengenaskan," sahutnya.
Siau Po menggelengkan kepalanya.
"Belum tentu. Sie Tayjin tadinya kan panglima perang di bawah pimpinan Kok Seng
Ya, akhirnya berbalik menggempur orang sendiri jelas para prajurit Taiwan yang gugur
pasti merasa penasaran, Sudah pasti tidak dapat disamakan dengan panglima perang
lainnya." Sie Long terdiam, Hatinya merasa marah, Dia lahir di propinsi Hokkian, sedangkan
sebagian besar anak buah Kok Seng Ya juga orang dari Propinsi Hokkian, Lebih-lebih
yang ada di daerah selatan.
Ketika dia berhasil menggempur negara Taiwan, dia sudah mendengar gosip tentang
dirinya yang dikatakan sebagai pengkhianat bangsa.
Bahkan ada orang yang mengirim surat kaleng dan memaki-makinya, Dalam hati
kecilnya dia juga merasa malu, tapi orang yang berani terang-terangan menyindirnya
hanya Siau Po sekarang ini. Dia tidak bisa berbuat apa-apa terhadap anak muda itu,
makanya amarahnya tertumpah pada diri Lim Heng Cu.
Tampak matanya mendelik kepada orang itu, Dalam hati dia berjanji, -- sekembalinya
dari pulau ini, pasti ada pertunjukkan bagus yang dapat kau saksikan, "Sie Tayjin, nasibmu juga cukup bagus. seandainya Tan Kun su tidak mati, tentu dia
akan ke Taiwan untuk melindungi Toa kongcu dan putrinya, Dengan demikian The Kek
Song tidak dapat menggantikan kedudukan ayahnya pula, Di bawah pimpinan Tan Kun
su, seluruh rakyat Taiwan akan kompak, Bila hal itu sampai terjadi, belum tentu
sekarang kau bisa menguasai Taiwan," kata Siau Po selanjutnya.
Sie Long maklum kemampuannya tidak dapat menandingi Tan Kin Lam. Kalau orang
itu belum mati, mungkin kejadiannya tidak dapat berakhir seperti sekarang ini.
Tiba-tiba Ang Cao menukas, "Apa yang dikatakan Wi Hu ya memang tepat, Prajurit
dan rakyat Taiwan juga sama pandangannya, Setiap orang membenci The Kek Song
yang membunuh seorang prajurit sejati. Dengan demikian dia menghancurkan bangsa
dan negaranya sendiri sungguh keturunan yang tidak berbakti dari Kok Seng Ya."
Sie Long marah sekali mendengar kata-katanya.
"Pengawal Ang, sekarang kau sudah takluk pada Kerajaan Ceng kami yang besar,
mengapa kau masih berani membicarakan pemberontak yang sudah berhasil
dijatuhkan!" teriaknya.
Ang Cao cepat-cepat berdiri dan menjura dalam-dalam.
"Hamba bersikap teledor, harap Tayjin sudi memaafkan," katanya.
"Saudara Ang, apa yang kau katakan merupakan kenyataan. Biarpun Sri Baginda
sendiri mendengarnya, beliau juga tidak akan mempersalahkan dirimu, Mari duduk
kembali dan minum arak yang disuguhkan," kata Siau Po.
"Baik," sahut Ang Cao seraya duduk kembali Diangkatnya cawan araknya, namun
tangannya gemetaran sehingga sebagian isinya tumpah keluar.
"Tentunya rakyat Taiwan sudah tahu kalau Tan Kun su dicelakai oleh The Kek Song,
bukan?" tanya Siau Po pula.
"Betul. sekembalinya ke Taiwan, The Kek Song mengatakan bahwa Tan Kun su....
Tan Kun su.,." Matanya melirik sekilas kepada Sie Long dan akhirnya dia tidak berani
meneruskan kata-katanya. "Saudara Ang, apabila yang kau katakan itu memang benar adanya, siapa pun tidak
berani menyalahkan dirimu," kata Siau Po.
"Betul, betul The Kek Song dan Pang Gi Hoan beserta beberapa orang bawahannya
meninggalkan pulau ini dengan menggunakan perahu kecil. Untuk beberapa hari
mereka terombang-ambing di tengah lautan, akhirnya mereka bertemu dengan kapal
nelayan yang mengantarkan mereka pulang ke Taiwan, The Kek Song mengatakan
bahwa Tan Kun su terbunuh oleh Sie Ciangkun, The Ongya yang mengetahui hal ini
menangis sedih sampai beberapa hari lamanya, Kemudian The Kek Song
menggantikan kedudukan orang tua itu, dan di hadapan orang banyak dia baru
mengakui bahwa dialah yang membunuh Tan Kun su.
Dia malah membual bahwa ilmu silatnya sendiri yang sudah mencapai taraf tinggi
sekali, walaupun Tan Kun su mempunyai banyak anak buah tapi tidak ada satu pun
yang sanggup menandinginya.
Banyak pengikut Tan Kun su yang tidak puas mendengar berita tersebut, mereka
menanyakan apa kesalahan Tan Kun su sehingga dibunuhnya, tapi orang-orang itu
justru diringkus oleh Pang Gi Hoan dan dihukum mati," sahut Ang Cao.
Siau Po menghentakkan cawan araknya keras-keras ke atas meja.
"Kesalahan neneknya!" Tiba-tiba dia tertawa terbahak-bahak, Biasanya kita suka
memaki nenek orang, tentunya para nenek-nenek menjadi penasaran. Hanya nenek
The Kek Song yang pantas dimaki-maki. Kejahatannya sudah melebihi nenek siapa pun
di dunia ini!" Kata-katanya itu terasa enak didengar oleh telinga Sie Long. Dia mengkhianati The
Kek Song justru karena seluruh keluarganya dihukum mati, sedangkan orang yang
memberikan perintah tidak lain dari permaisuri Tong, nenek The Kek Song.
"Apa yang dikatakan Wi Hu ya memang benar. Kita sering memaki-maki dengan
kata-kata Neneknya!". Coba bayangkan saja, Kok Seng Ya orangnya gagah dan
bijaksana pula, salahnya justru memilih istri yang keliru," katanya.
Siau Po menggelengkan kepalanya.
"Setiap orang di dunia ini boleh memaki nenek The Kek Song, justru harus Sie
Ciangkun seorang yang tidak boleh memakinya. Kenapa" Karena pangkat dan
kekayaan Sie Ciangkun hari ini diberikan oleh nenek tua itu. Mernang ayah, ibu, istri
dan anak-anakrnu telah dicelakai olehnya, Tapi kalau dibandingkan dengan kedudukan
Pangeran tingkat tiga dan berbagai gelar panglima perang, rasanya Sie Ciangkun juga
tidak terlalu rugi," ujar si anak muda seenaknya.
Wajah Sie Long langsung berubah merah padam.
- Aku juga akan memaki-maki nenekmu! - gerutunya dalam hati, Dia berusaha
menahan hawa amarah, diangkatnya cawan arak dan diminumnya sekaligus, Tapi
karena nafasnya tersengal-sengal menahan kemarahan, dia malah tersedak dan
akhirnya batuk-batuk. Siau Po berkata dalam hati.
-- Kalau melihat tampangmu, pasti kau sedang memaki nenekku sekarang ini. Tapi
siapa ayahku saja aku tidak pernah tahu, apalagi nenekku, Kalau kau memaki nenekku
sembarangan, pasti kau akan memaki orang yang salah, Mungkin kau juga ingin
menjadi ayahku" Wah, lebih gawat lagi! Dengan demikian nenekku adalah ibumu,
Kalau kau memaki nenekku artinya kau memaki ibumu sendiri pusing deh! Dengan membawa pikiran demikian Siau Po menatap Sie Long sambil tersenyum
simpuI. Di meja itu juga duduk dua orang Perwira Angkatan Laut bermarga Lu. Dia khawatir
bisa timbul pertengkaran apabila sindir-menyindir ini dibiarkan terus, Maka dia
berkata. "Wi Hu ya, Sie Ciangkun berhasil menguasai Taiwan kali ini, benar-benar
mengandalkan keberaniannya mempertaruhkan jiwa, Setelah menerima tugas dari Sri
Baginda, Sie Ciangkun segera memerintahkan bawahannya untuk mempersiapkan
enam ratus kapal perang dengan disertai enam laksa prajurit.
Mereka berbondong-bondong berangkat Di atas lautan mereka malah sempat
terhalang badai, Setelah berlayar sebelas hari mereka baru tiba di wilayah Peng Hu.
Pada hari keenam belas mereka baru berhadapan dengan pasukannya Liu Kok Han.
peperangan saat itu benar-benar dahsyat, langit gelap tertutup asap meriam,
sampaisampai kita sulit membedakan siang atau malam hari, Sie Ciangkun sendiri sampai
mengenakan jubah berwarna...."
Siau Po melihat Lim Heng Cu dan Ang Cao menundukkan kepalanya, Wajah mereka
menunjukkan kemarahan. Dia tahu kedua orang ini pasti terlibat dalam peperangan itu
dan tentu saja Sie Long yang meraih kemenangan. Siau Po tidak sudi mendengarkan
cerita Perwira Lu yang membanggakan Sie Long, maka dia segera menukas.
"Sie Ciangkun, tempo hari ketika Kok Seng Ya berhasil menduduki negara Taiwan,
apakah kalian juga memulai penyerangan dari wilayah Peng Hu?"
"Betul," sahut Sie Long.
"Ketika itu kau masih menjadi bawahan Kok Seng Ya, bagaimana cara kalian bisa


Kaki Tiga Menjangan Pangeran Menjangan Duke Of Moon Deer Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

masuk ke wilayah Peng Hu?" tanya Siau Po pula.
"Setan-setan berambut merah itu tidak menugaskan prajuritnya menjaga wilayah
Peng Hu," sahut Sie Long.
"Pada tahun itu, Kok Seng Ya memimpin pasukannya menyerbu ke sebelah timur
pulau, dengar-dengar saudara Lim juga ikut ambil bagian dalam penyerbuan
menghalau pengikut setan berambut merah itu, bagaimana kejadian yang sebenarnya"
Dapatkah Saudara Lim menceritakannya agar aku dapat mengetahuinya?" tanya Siau
Po pada Lim Heng Cu. Dalam hati Lim Heng Cu. -- Kejadian itu toh sudah pernah kuceritakan dulu, mengapa kau meminta aku
mengulanginya kembali" Oh, tentunya kau tidak ingin mendengar cerita busuk tentang
Sie Ciangkun yang menguasai Taiwan, maka ingin aku menceritakan kisah
kepahlawanan Kok Seng Ya dan Tan Kun su pada jaman itu, Padahal aku tidak boleh
menceritakan banyak-banyak tentang diriku sendiri, Sekali hati Sie Long memendam
kebencian, lain kali aku pasti menemui berbagai kesulitan sebaiknya aku
mengangkatangkat orang ini saja. Dengan membawa pikiran demikian, dia menjawab.
"Sie Ciangkun sudah dua kali menyerbu Taiwan, jasanya sungguh besar Pada waktu
itu Kok Seng Ya pernah mengumpulkan para panglimanya untuk merundingkan hal itu,
sebagian besar panglimanya mengajukan saran untuk membatalkan keinginan itu.
Pertama karena kedudukan Taiwan yang strategis sebagai benteng pertahanan dan
sulit digempur. Kedua karena udara di sekitar perairan pulau itu yang kurang menguntungkan karena
sering terjadi angin topan dan hujan badai, Apalagi persenjataan Setan Berambut
Merah yang sangat hebat Mereka mempunyai meriam dan senapan yang lengkap,
Urusan ini benar-benar berbahaya, tapi Sie Ciangkun dan Tan Kun su berdualah
yang menyatakan persetujuan Akhirnya mereka benar-benar berhasil menduduki
negara Taiwan." Mendengar keterangan Lim Heng Cu, wajah Sie Long langsung menunjukkan
kebanggaan. "Hal itu terjadi pada tahun Eng Liok ke Lima belas bulan dua.,,."
Sie Long segera menukas kata-kata Lim Heng Cu.
"Perwira Lim, penanggalan yang digunakan Dinasti Beng tidak boleh kau gunakan
lagi. Hal itu terjadi pada tahun delapan belas Kaisar Sun Ti."
"Betul, betul," sahut Lim Heng Cu cepat "Pada bulan dua tahun itu, Kok Seng Ya
memindahkan pasukannya ke kota Kim Bun. Pada bulan tiga tanggal satu seluruh
pasukannya sudah berkumpul di tepi pantai, Tanggal sepuluh bulan yang sama mereka
sudah mengepung pulau Taiwan dari segala penjuru.
Kebetulan saat itu cuaca di daerah itu sangat buruk, para prajurit yang tidak
mempunyai pengalaman di laut merasa takut untuk berlayar Kok Seng Ya dan Tan Kun
su membawa sebagian pasukan ke kota kecil terdekat untuk menunggu kesempatan
baik. Sampai tanggal dua puluh tiga bulan itu, cuaca baru kembali cerah. Pasukan Kok
Seng Ya segera mengembangkan layar dan menjalankan kapal. Pada tanggal dua
puluh empat sorenya mereka baru tiba di Peng Hu.
Namun baru saja tiba tidak beberapa lama, badai kembali melanda. Selama
beberapa hari kapal tidak bisa berangkat Peng Hu merupakan pulau tandus, tidak ada
makanan apa-apa yang dapat diperoleh, maka pasukan Kok Seng Ya terpaksa
menangsal perut dengan ubi bakar.
Sampai tanggal tiga puluh badai masih belum reda juga. Tan Kun su dan Kok Seng
Ya sepakat bahwa mereka tidak bisa menunda waktu lagi, Padahal perasaan para
prajurit masih dicekam kecemasan.
Pada kentungan pertama tengah malam itu, Tan Kun su menembakkan meriam
sebanyak tiga kali, Beramai-ramai mereka memukul tambur Tan Kun su berseru dengan
suara lantang: "Demi kesetiaan terhadap negara, badai topan pun kita terjang!"
Para prajurit jadi bersemangat mendengar teriakan panglimanya, mereka
membesarkan hati dan ikut berseru: "Demi kesetiaan terhadap negara, badai topan pun
kita terjang!" Begitu lantangnya suara seruan mereka sehingga bisa menutupi suara
petir dan gelombang badai yang bergejolak di lautan."
Siau Po menoleh kepada Sie Long.
"Tentunya pada saat itu Sie Ciangkun juga ikut menyerukan kata-kata itu, bukan?"
tanyanya. "Waktu itu hamba ditugaskan menjaga pintu per-batasan Sia Bun, jadi tidak ikut
menyerbu ke Taiwan," sahut Sie Long.
"Rupanya begitu, sayang sekali, sayang sekali!" kata Siau Po.
"Ketika Kok Seng Ya sampai ke Peng Hu, yang ditemuinya hanya badai dan angin
topan, Lain halnya dengan Sie Ciangkun, ketika beliau membawa pasukannya sampai
ke Peng Hu, hal itu barulah menggetarkan hati, Yang menyambut kedatangannya justru
pasukan besarnya Liu Kok Han. Belum apa-apa mereka sudah menembakkan meriam
sampai puluhan kali. Belum lagi panah api dan senjata lain-lainnya yang.,." kata Wakil
Panglima Lu. Siau Po tidak membiarkan orang itu menyelesaikan kata-katanya, dia tertawa lebar.
"Wakil panglima Lu, tampaknya nyalimu tidak berbeda dengan nyaliku," tukasnya.
"Tidak berani. Hamba mana mungkin menyamai Wi Hu ya?" sahut orang She Lu itu.
"Tidak bisa menyamai aku?" tanya Siau Po untuk menegaskan.
"Tentu saja tidak," sahut Wakil panglima Lu. "Aneh sekali, Selama ini aku mengira,
bahwa diriku ini orang yang paling penakut di dunia ini, Ya, aku menyangka nyaliku
kecil sekali, tidak disangka-sangka hari ini ada orang yang mengaku bahwa nyalinya lebih
kecil dari nyaliku, padahal nyaliku sendiri sudah seperti nyali tikus, Rupanya kau
malah lebih kecil daripada tikus! Ha ha ha ha!"
Lu Hu Ciang (Wakil Panglima Lu) berubah merah. Dia tidak berani mengatakan apaapa
lagi. Siau Po kembali mengajukan pertanyaan kepada Lim Heng Cu.
"Apa yang terjadi setelah Kok Seng Ya memimpin pasukan mengarungi lautan?"
"Kapal-kapat perang itu terombang-ambing di atas lautan selama dua kentungan
lebih, Sampai kentungan ketiga tiba-tiba hujan dan badai berhenti Sesaat kemudian
angin pun berhembus dengan normal. Para prajurit berseru kegirangan Suara mereka
lebih dahsyat dari geledek yang menggelegar sebelumnya.
Mereka mengatakan bahwa niat mereka mendapat restu dari Thian Yang Kuasa, dan
dalam peperangan kali ini mereka pasti mendapat kemenangan.
Pada tanggal satu pagi kapal perang mereka sampai di luar perbatasan Lu Ji Bun,
Beramai-ramai mereka menggunakan galah untuk menjungkit bagian kepala kapal agar
dapat melalui gundukan pasir di daerah itu, Siapa sangka pasirnya tinggi dan air di
tempat itu dangkal, sehingga kapal tidak dapat melaluinya, Kok Seng Ya sudah mulai
panik. Dia segera mengambil tiga batang hio lalu bersembahyang kepada Thian Yang
Kuasa agar membuka jalan bagi mereka.
Baru saja ketiga batang hio itu ditancapkan pada anjungan kapal, tiba-tiba
gelombang besar menghantam kapal mereka sehingga terjungkit ke atas sehingga
terhempas melalui gundukan pasir tersebut Di atas daratan, Setan-Setan Berambut
Merah telah menunggu kedatangan mereka. Meriam-meriam langsung ditembakkan
Pihak lawan sudah membangun dua buah benteng pertahanan Yang satu dinamakan
Je Lan Tik dan satunya lagi Po Lo Ming Se...."
Siau Po tertawa. "Setan-Setan Berambut Merah itu lucu juga, untuk benteng saja memilih nama-nama
yang aneh," katanya.
Lim Heng Cu tersenyum mendengar kata-katanya.
"Pada saat itu Kok Seng Ya menggunakan alat teropong, beliau melihat di daerah
pesisir sudah berbaris pasukan lawan yang jumlahnya tidak terkira, Kok Seng Ya
khawatir pihak lawan akan mendatangkan bala bantuan di tengah-tengah pertempuran
maka dia memerintahkan seorang panglimanya untuk memimpin seribu prajurit dan
mengambil jalan memutar untuk menghadang musuh dari belakang.
Dengan demikian, apabila mereka kewalahan menghadapi pasukan Kok Seng Ya,
mereka tidak bisa melarikan diri untuk memanggil bala bantuan pertempuran pun
berlangsung dengan seru, Hamba dan beberapa rekan lainnya ditugaskan
menembakkan meriam apabila mendapatkan kesempatan bagus.
Hamba tahu bahwa kapal paling besar yang dikurung di tengah-tengah pasti
merupakan kapal pimpinan Setan Berambut Merah itu. Berkali-kali hamba
menembakkan meriam ke arah kapal tersebut, namun selalu tidak ada hasilnya, Hamba
menjadi kesal. Akhirnya Kok Seng Ya menganjurkan agar kami menembakkan
beberapa meriam sekaligus.
Saran itu hamba terima, Beberapa anak buah segera men-jejerkan meriam-meriam
dan bersiap-siap. Hamba memberikan aba-aba dengan hitungan Tepat pada hitungan
ketiga, sepuluh meriam ditembakkan dalam waktu yang bersamaan Tidak terkatakan
dahsyatnya suara dentuman meriam-meriam itu.
Kapal terbesar yang memuat pimpinan lawan pun hancur seketika, Tanpa banyak
kesulitan lagi kami berhasil membuat pihak lawan terkocar-kacir." (Catatan : The Seng
Kong masuk Taiwan dari wilayah Peng Hu, yakni yang sekarang disebut Tai Nan, Para
tentara Holland pada masa itu juga bercokol di daerah tersebut.)
Siau Po menuangkan secawan arak, lalu dengan kedua tangan disodorkannya
kepada Lim Heng Cu. "Lim toako, tembakan yang bagus, biar aku menghormatimu
dengan secawan arak," katanya.
Lim Heng Cu berdiri untuk menerima arak yang disodorkan Siau Po kepadanya,
Setelah mengucapkan terima kasih, dia meneguknya sekaligus.
"Ketika kami berhasil meraih kemenangan, penduduk Tionghoa setempat bersorak
kegirangan Mereka mengelu-elukan bahwa bintang penolong telah dikirimkan oleh
Thian Yang Kuasa. Bahkan banyak yang menangis saking terharunya, Wi Hu ya, ayah
dari Kok Seng Ya mereka merupakan nelayan-nelayan yang hidupnya di pesisir pantai
perbatasan Taiwan. Kemudian terjadi bencana alam sehingga orang tua itu membawa seluruh
keluarganya mengungsi ke Tiong goan, Dengan demikian, belakangan hari secara
bergantian Taiwan diduduki oleh Bangsa HoIIand dan Spanyol.
Setan HoIIand menduduki bagian selatan, sedangkan setan Spanyol menguasai
bagian utara, Akhirnya kedua setan itu berselisih dan pecahlah peperangan Bangsa
Spanyol yang kalah, Taiwan pun dikuasai secara penuh oleh Bangsa HoIIand
(Belanda). Bangsa kita yang masih berdiam di atas pulau mendapat siksaan dari setan Holland,
Yang berani melawan pasti dibunuh, pada saat itu, ada seorang saudara yang tadinya
merupakan pengikut ayah Kok Seng Ya, namanya Kwe Huai It.
Dia adalah seorang laki-Iaki sejati Meskipun keadaan saat itu sedang genting, dia
tetap tidak mau meninggalkan pulau tersebut Dia menyaksikan bangsa kita
diperlakukan secara sadis, Diam-diam dia mengumpulkan penduduk setempat yang
sehati dengannya. Mereka mengadakan perundingan dan akhirnya tercapai kesepakatan bahwa mereka
akan melakukan penyerbuan ke benteng Setan-Setan Berambut Merah agar pulau
mereka tidak dikuasai penjajah lagi.
Keputusan telah ditetapkan sayangnya di antara mereka ada seorang pengkhianat,
Namanya Po Cai, dialah yang melaporkan rencana ini kepada pihak Bangsa Holland..."
Siau Po menggebrak meja keras-keras.
"Neneknya! Urusan bangsa Cina justru sering dirusak oleh pengkhianat negaranya
sendiri!" maki anak muda itu.
"Memang betul Begitu melihat Po Cai melarikan diri, Kwe Huai It toako segera
menduga ada yang tidak beres, maka saat itu juga rencana dirubah, Saudara Kwek
segera menyuruh bawahannya untuk mengumpulkan para penduduk dan melakukan
penyerbuan saat itu juga.
Dapat dibayangkan kekacauan yang terjadi saat itu, persiapan apa pun belum ada.
Senjata yang dimiliki bangsa HoIIand hebatnya bukan main, sedangkan persenjataan
Bangsa Tionghoa kita hanya golok, anak panah dan paling banter beberapa pistoI
curian, perang yang tidak seimbang pun pecah, Selama lima belas hari penduduk
setempat masih dapat bertahan tetapi akhirnya kisah kepahlawanan Saudara Kwe Huai
It itu terpaksa berakhir ketika sebuah tembakan tepat mengenainya, bahkan tubuhnya
hancur tidak berbentuk oleh ledakan meriam yang menyusul..."
"Aduh, celaka!" teriak Siau Po.
"Begitu Saudara Kwe mati, para penduduk yang lainnya seperti ular yang kehilangan
kepala, Bangsa Tionghoa terpukul mundur sampai keluar perbatasan Di tepi telaga Tai
hu pertempuran masih berlangsung selama tujuh hari tujuh malam Bangsa Tionghoa
yang gugur di samping telaga itu diperkirakan ada empat ribu orang lebih, sedangkan
perempuan yang tidak ikut campur dalam urusan peperangan ini juga dibunuh berikut
anaknya yang masih kecil-kecil, jumlah mereka tidak kurang dari lima ratus orang.
semuanya mati penasaran. Gadis yang rupawan dipaksa menjadi gundik bagi Setan-setan Holland, sedangkan
laki-laki yang tertangkap dihukum mati dengan sadis...."
Siau Po gusar sekali mendengar cerita itu.
"Setan-Setan Berambut Merah ternyata sadis sekali! Tindakan mereka lebih kejam
daripada apa yang pernah dilakukan kerajaan Ceng pada bangsa kami di Yang-ciu
dulu!" "Peristiwa berdarah itu terjadi pada tahun ke enam Kaisar Eng Liok, bulan
delapan...." Bagian 88 Kata-kata Lim Heng Cu diputus oleh Ang Cao.
"Tahun ke enam Eng Liok berarti tahun ke tujuh... delapan... eh, sembilan dari Kaisar
Sun Ti." "Apa iya" Sejak pembunuhan besar-besaran itu, penduduk Tionghoa di Taiwan tidak
bisa akur kembali dengan para Setan Berambut Merah, Karena urusan yang kecil saja,
para Setan Berambut Merah tidak segan-segan membunuh orang Tionghoa setempat
itulah sebabnya ketika melihat datangnya pasukan Kok Seng Ya, penduduk setempat
kegirangan setengah mati dan berseru bahwa Bintang Penyelamat mereka telah tiba.
Tua muda, laki-laki maupun perempuan langsung mengadukan penderitaan mereka
kepada kami pada malam harinya, setelah benteng pertahanan yang pertama berhasil
kami jebolkan. Setan-Setan Berambut Merah yang ada di benteng pertahanan satunya
menjadi marah. Mereka menangkapi penduduk di sekitarnya dan terjadilah pembantaian besarbesaran.
Sekitar lima ratus penduduk ^o,rigkDa menjadi korban.
Keesokan harinya, Tan Kunsu yang mendengar berita itu menjadi berang.
Dikumpulkannya para prajuritnya lalu diberi petunjuk tentang tindakan apa yang harus
diambil untuk melaksanakan penyerangan ke benteng pertahanan Bangsa HolIand
yang satunya. Tan Kun su adalah panglima yang sudah berpengalaman, sedangkan bawahannya
selalu menghormati orang ini. Di bawah pimpinan Tan Kun su, siang hari itu juga
mereka menyerbu ke benteng pertahanan yang satu lagi.
Hamba mendapat tugas memimpin pasukan kedua, yakni prajurit gelombang kedua
yang menggantikan kedudukan prajurit gelombang pertama yang mulai kelelahan.
Dalam waktu dua hari dua malam, kami kembali berhasil menjebolkan benteng
pertahanan lawan." "Semua ini berkat jasa Lim toako pula," kata Siau Po. .
"Semua itu merupakan siasat yang cerdik dari Tan Kun su, hamba tidak mendirikan
jasa apa-apa," sahut Lim Heng Cu. "Setelah benteng pertahanan berhasil dijebol, Kok
Seng Ya tidak mau kepalang tanggung bekerja. Ribuan prajurit di bawah pimpinannya
terus menggempur sisa Setan-Setan Berambut Merah yang masih ada.
Perang yang pecah saat itu dahsyat sekali, prajurit kami juga banyak yang gugur
dalam medan perang, Para Setan Berambut Merah merasa pasukan mereka tidak
sanggup lagi menahan kegencaran serbuan prajurit Kok Seng Ya, mereka berlari ke
pantai dan berniat melarikan diri dengan kapal.
Pada saat itu kapal-kapal kami juga berlabuh di tempat yang tidak seberapa jauh,
Kok Seng Ya membidikkan panah api sebagai isyarat kepada para prajuritnya yang ada
di atas kapal. Mereka segera paham apa yang diperintahkan oleh Kok Seng Ya. Mereka
membiarkan Para Setan Berambut Merah itu kabur di atas kapal. Setelah yakin
semuanya naik kapal, prajurit Kok Seng Ya segera menembakkan meriam ke arah
kapal tersebut. Dalam sekejap mata beberapa kapal yang berisi para penjajah itu hancur berantakan
Darah dan daging manusia berserakan di permukaan laut, air laut pun langsung
berubah menjadi merah warnanya, Sungguh suatu pemandangan yang mengerikan!"
"Wah! Hebat, hebat!" seru Siau Po sambil mengacungkan jempolnya, Lalu dia
memalingkan wajahnya kepada Sie Long. "Sayangnya Sie Ciangkun saat itu sedang
bertugas di Sia Bun. seandainya waktu itu Sie Ciangkun ikut ambil bagian dan
membunuh beberapa ekor Setan Berambut Merah saja, sudah cukup pantas disebut
sebagai pahlawan bangsa," katanya pula.
Sie Long berdiam diri tanpa tahu apa yang harus diucapkan.
Siau Po bertanya pula kepada Ang Cao, "Ang toako, di mana kau pada saat itu?"
"Saat itu hamba di bawah pimpinan Liu Kok Han, Liu Ciangkun Kami menyerang
daerah utara, Meskipun kebanyakan Para Setan Berambut Merah itu di selatan, namun
jumlah mereka di utara juga cukup banyak, lagipuIa persenjataan mereka lebih lengkap.
Ketika kapal kami sudah dekat dengan kapal musuh, para prajurit kami sudah mulai
menembakkan senapan dan meledakkan meriam. Tapi pihak lawan menggunakan
sejenis perisai anti peluru, Sampai berpuluh kali kami melepaskan tembakan, namun
tidak ada satu pun yang mengenai sasaran.
Hampir saja kami merasa putus asa. Yang memimpin pasukan terdepan saat itu Lim
Cin Cia, Lim Ciangkun. Dia melihat situasinya tidak menguntungkan bagi pihak kita,


Kaki Tiga Menjangan Pangeran Menjangan Duke Of Moon Deer Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Anak buahnya sudah banyak yang mati tertembak, sedangkan dari pihak lawan belum
satu pun korban yang jatuh.
Akhirnya Lim Ciangkun menjadi nekad, Dia melompat ke kapal musuh dengan
membawa sebuah granat di tangan, Begitu berhasil mencapai kapal lawan, ditariknya
ujung granat dan seluruh kapal itu pun meledak bersama dirinya.
Para Setan Berambut Merah yang ada di kapal lainnya menjadi panik melihat
pasukan bangsa kami yang berani mati. Dalam waktu sekejap, dua kapal perang musuh
sudah berhasil kami kuasai, Malam harinya kami mendapat berita bahwa pihak Tan Kun
su juga sudah mendapat kemenangan.
Bahkan ketika perang usai, Kok Seng Ya memerintahkan seorang tabib untuk
memeriksa keadaan Tan Kun su, dari tubuh Panglima perang itu berhasil dikeluarkan
tujuh butir peluru," sahut Ang cao menjelaskan.
"Eh, guruku tidak mati di bawah tembakan pistol Setan Berambut Merah, akhirnya
malah mati oleh tusukan pedang si budak The Kek Song yang neneknya jahat! Sie
Ciangkun, Lam Cu Han Tai Tiong Hu (Pria yang merupakan laki-laki sejati) seharusnya
membela negara membasmi orang asing yang ingin menjajah negaranya, itu baru
namanya hebat! Kalau orang Tionghoa membunuh orang Tionghoa juga, biar pun yang
dibunuh jumlahnya tidak terhitung lagi, tetap saja tidak pantas disebut laki-laki
sejati, iya kan?" Sie Long mendengus satu kali tetap tidak memberikan jawaban.
"Para Setan Berambut Merah sudah mengalami beberapa kali kekalahan. Mereka
memerintahkan anak-anak buahnya untuk menelusup ke tempat kami untuk membakar
gudang ransum, namun setiap kali tindakan mereka tertangkap basah oleh Tan Kun su,
Akhirnya mereka menjadi kelabakan Tindakan mereka selanjutnya adalah mengutus
seorang panglima perang untuk menyeberangi lautan secara diam-diam dan meminta
bantuan dari Bangsa Ceng.
Mereka menemui gubernur setempat yang bernama Li Sian Tay. Ternyata Li Tayjin
ini orangnya lucu juga, Dia membalas surat komandan Setan Berambut Merah dan
menyuruh mereka memimpin pasukannya memasuki wilayah Hokkian.
Tujuannya untuk menghancurkan prajurit Kok Seng Ya yang ada di Kim Bun dan Sia
Bun Tentara kerajaan Ceng sendiri akan menggempur langsung Pulau Taiwan, Li Tayjin
ini tidak tahu, bahwa seluruh benteng pertahanan Setan-Setan Bcrambut Merah telah
dikuasai Kok Seng Ya. jangan kata menyerbu ke Hokkian, untuk meloloskan diri saja
belum tentu ada kemampuan," kata Lim Heng Cu.
"Ucapan Setan-Setan Berambut Merah itu ibarat kentut busuk, sampai akhirnya
mereka tidak menyerang ke Kim Bun dan Sia Bun bukan" Apa yang pernah diucapkan
oleh Kerajaan Ceng kita yang besar barulah masuk hitungan, Akhirnya tentara kerajaan
kita benar-benar menyerbu ke Taiwan kan" walaupun kejadiannya sudah terlambat tiga
puluh tahunan, tapi toh tidak apa-apa.
Ketika Sie Ciangkun melakukan penyerangan ke Taiwan, entah ada atau tidak Setan
Berambut Merah yang membantu penyerangan dari dalam?" tanya Siau Po pula.
Sie Long tidak dapat menahan diri lagi, Dia langsung berdiri dan berkata dengan
nada marah. "Wi Hu ya, kita sama-sama orang yang makan gaji, majikan kita sama-sama
pemerintah Kerajaan Ceng yang besar, mengapa kata-kata yang kau ucapkan selalu
dingin menusuk dan menyindir perasaan saudaramu ini?"
Siau Po menunjukkan mimik heran.
"Aih! Kok aneh, kapan aku menggunakan kata-kata untuk menyindirmu" Sie
Ciangkun tidak bekerja sama dengan bangsa asing, rasanya masih belum terlambat
Sekarang kedudukan Sie Ciangkun sudah tinggi sekali, prajurit yang dibawahinya pasti
besar sekali jumlahnya. Bila Sie Ciangkun menghubungi Setan Holland, Setan Spanyol, Setan Portugis,
Setan Lo Sat sekalipun, tentunya mereka senang dapat bekerja sama denganmu!"
Hati Sie Long tercekat mendengarnya.
-- Celaka! Kalau dia sembarangan mengoceh di depan Sri Baginda bahwa
kemenangan yang aku peroleh kali ini merupakan kerja sama dengan bangsa asing,
sama saja aku menyerahkan selembar nyawa ini ke tangannya! -- pikirnya dalam hati.
Membawa pikiran demikian, dia mengingat kembali amarah dan kata-katanya yang
tidak sopan barusan Hatinya menyesal sekali Cepat-cepat dia mengembangkan seulas
senyuman sambil berkata. "Saudaramu ini sudah kebanyakan minum, jadi emosi, Harap Wi Hu ya tidak
menyimpan persoalan ini dalam hati."
Ketika Sie Long berdiri dengan mata mendelik, sebetulnya Siau Po agak takut juga.
Melihat orang itu kemudian tersenyum dan memohon maaf darinya, anak muda yang
cerdik itu segera paham bahwa Sie Long sendiri juga masih gentar terhadapnya,
Karena itu dia segera tertawa.
"Kalau Sie Ciangkun memang punya niat untuk mengangkat diri sendiri sebagai raja
di Taiwan, sebaiknya bunuh dulu aku agar mulut ini bungkam, jangan sampai aku
melaporkannya kepada Sri Baginda, Tapi kalau hanya bermaksud menunjukkan
wibawa dengan main gertak, meskipun nyali siaute kecil sekali, tapi rasanya tidak perlu
takut juga." Wajah Sie Long berubah pucat pasi. Dia segera berdiri lalu menjura dalam-dalam.
"Orang yang bijaksana tentu tidak akan mempersoalkan urusan manusia yang
rendah, Hamba telah bersikap kasar sehingga tidak keberatan apabila menerima
hukuman, Namun, hamba sama sekali tidak berniat mengangkat diri sendiri menjadi
raja di Tai-wan atau pun bermaksud bekerja sama dengan bangsa asing, bahkan hal ini
tidak pernah terlintas dalam benak hamba. Yang terutama bagi hamba hanyalah
berbakti kepada Sri Baginda dan setia kepada negara," katanya dengan nada rendah
diri. Siau Po tertawa. "Silahkan duduk, silahkan duduk! Kita lihat saja perkembangannya
nanti," katanya, Dia memalingkan kepalanya kepada Lim Heng Cu dan bertanya pula.
"Saudara Lim, kisahmu tadi lebih bagus dari tukang cerita, Setelah Kok Seng Ya
melakukan perang berdarah di Taiwan, dan Setan Berambut Merah lari terbirit-birit, lalu
bagaimana?" "Kabar tentang masuknya Kok Seng Ya ke Taiwan telah menyebar ke mana-mana.
Oey Bu, Oey Tayjin segera mengajukan saran kepada pihak Kerajaan, dia
mengemukakan lima cara yang efektif untuk menguasai daerah-daerah yang telah
diduduki Kok Seng Ya," sahut Lim Heng Cu.
"Siapa Oey Bu?" tanya Siau Po.
Lim Heng Cu melirik sekilas kepada Sie Long, lalu terbatuk-batuk beberapa kali, Dia
tidak berani memberikan jawaban langsung.
"Oey Bu ini tadinya bawahan Kok Seng Ya juga. Dia ahli strategi perang dan
menjabat sebagai pelatih para prajurit. Akhirnya dia membelot kepada pemerintahan
Ceng. Nasibnya baik sehingga kurang dari setahun dia sudah dianugerahi gelar Hai Tin
Kong tingkat satu (Pangeran Strategi Lautan tingkat satu)," Sie Long yang menjawab
pertanyaannya. "Huh, rupanya seorang pengkhianat." Kalimat yang terakhir tidak diucapkannya, Siau
Po baru teringat bahwa dia bisa menimbulkan perselisihan lagi. Tampak wajah Sie Long
memerah, Dalam hati orang itu berkata.
- Kalau memaki diriku sebagai pengkhianat, aku rasa kau sendiri juga setali tiga
uang, orang Boan Ciu gadungan! "Jurus Menepuk Pantat Kuda yang bagaimana yang dikerahkan oleh Oey Bu ini
sehingga dalam waktu singkat dia sudah dianugerahi gelar Pangeran Tingkat Satu"
Wah, ilmunya boleh juga! Caranya itu harus kita dengar baik-baik agar kelak bisa kita
tiru sedikit-sedikit!" kata Siau Po.
"Oey Bu ini tadinya mendapat tugas untuk menjaga daerah Hai Tin, tapi dia malah
mempersembahkan daerah itu kepada pihak kerajaan, Siapa saja anak buahnya yang
tidak menurut pasti dibunuhnya, Padahal waktu itu pihak kerajaan sudah tidak berdaya
menghadapi Kok Seng Ya, dia menganggap orang ini semakin mengembangkan
sayapnya dari hari ke hari.
Tahu-tahu datang seorang panglima yang berkedudukan tinggi membelot kepadanya
dan sekaligus mempersembahkan daerah yang dikuasainya, bukankah suatu kebetulan
jadinya" Pihak Kerajaan senang sekali, itulah sebabnya datang-datang Oey Bu sudah
diberikan kedudukan yang tinggi," sahut Lim Heng Cu.
"Oh, rupanya begitu, Saran apa saja yang dikemukakan pada pihak kerajaan?"
Lim Heng Cu menarik nafas dalam-dalam baru menyahut.
"Rakyat yang menderita karena ulah Oey Tayjin ini benar-benar tidak terhitung lagi,
Lima cara yang dikemukakannya adalah, pertama, mengungsikan penduduk yang hidup
di sekitar perairan ke daerah pedalaman serta dijaga ketat, dengan demikian mereka
tidak bisa mengadakan kontak dengan Kim Bun, Sia Bun atau pun Taiwan,
Kedua, perahu-perahu milik penduduk harus dibakar musnah agar tidak ada yang
melarikan diri Mulai saat itu, satu potong papan pun tidak boleh terlihat ada yang
mengapung di permukaan laut.
Ketiga membunuh ayah Kok Seng Ya. Ke empat, menggali makam leluhur Kok Seng
Ya agar Hong Sui (Peruntungannya) jadi kacau.
Kelima, mengumpulkan sisa anak buah Kok Seng Ya yang sudah menyatakan takluk
dan mengungsikan mereka ke beberapa tempat terpencil sehingga tidak menimbulkan
penyakit di kemudian hari."
"Eeh, saran yang dikemukakan budak ini ternyata benar-benar sadis!" kata Siau Po.
"Memang, ketika Kaisar Sun Ti baru mengundurkan diri sehingga Sri Baginda
sekarang yang menggantikannya, sedangkan usia Sri Baginda masih kecil sekali,
segala urusan pemerintahan ditangani oleh Go Pay.
Begitu mendengar kelima cara yang disebutkan oleh Oey Bu, Go Pay segera
berpendapat bahwa itulah ide yang paling cemerlang. Dia segera menurunkan perintah
bahwa tiga puluh li di sekitar Kiang Su, Si Kiang, Hokkian dan Kuang Tong (Kan-ton)
tidak boleh ada yang menghuni.
Perahu-perahu dari wilayah Liau Tong sampai ke ujung perbatasan harus dibakar
musnah, Pada waktu itu, entah berapa banyak penduduk di sekitar perairan yang
kehilangan tempat tinggal dan mata pencaharian."
Sie Long menggelengkan kepalanya, "lde yang dikemukakan oleh Oey Bu itu
memang keterlaluan sekali, Sampai belakangan ini, yakni setelah Wi Hu ya berhasil
menaklukkan Go Pay, peraturan di perairan itu baru dicabut.
Tapi sudah berapa ribu penduduk yang menahan penderitaan berkepanjangan itu,
Malah pada saat larangan itu disiarkan, tidak boleh ada seorang penduduk pun yang
membicarakannya, Yang ketahuan langsung digiring kepada Go Pay dan dipenggal
kepalanya sebagai hukuman.
Banyak rakyat yang menderita kelaparan sehingga diam-diam mereka pergi ke tepi
laut untuk menangkap ikan. Yang ketahuan juga dihukum mati. Ayah Kok Seng Ya juga
dibunuh pada saat yang sama.
Go Pay khusus memerintahkan seorang perwira kepercayaannya yakni Su Na Hay
agar membawa pasukannya untuk menggali makam leluhur Kok Seng Ya."
"Go Pay menyebut dirinya sebagai seorang Pejuang sejati, tapi kelakuannya benarbenar
tidak menunjang apa yang dikatakannya, Kalau memang gagah, mengapa dia
tidak mengajak Kok Seng Ya berduel satu lawan satu"
Dengan mengungsinya seluruh penduduk di sekitar perairan agar tidak bisa
mengadakan kontak, sama saja dia menunjukkan bahwa dia takut kepada Kok Seng
Ya. Hong Siang mencintai rakyatnya, maka apabila saran Oey Bu ini sempat sampai ke
tangan Kaisar Kong Hi, pasti dia sendiri yang akan dipenggal kepalanya," kata Siau Po.
"Memang betul, sayangnya Oey Bu ini matinya terlalu cepat, Hitung-hitung memang
peruntungannya cukup bagus," sahut Sie Long,
"Berita kematian The Thay Suai (Ayahanda Kok Seng Ya) dengan cepat menyebar
ke Taiwan, Kala Seng Ya tahu hal ini akan menimbulkan kegemaran di hati para
prajurilnya. Dia mengatakan bahwa semua itu hanya desas-desus belaka, jangan percaya. Tapi
menurut pengawal pribadinya, tengah malam Kok Seng Ya sering terlihat menangis
dengan sedih, Kok Seng Ya juga mengatakan kepada Tan Kun su dan beberapa
panglima lainnya bahwa rencana yang diajukan oleh Oey Bu ini benar-benar lihai.
Untung saja Taiwan telah dikuasai oleh pihak mereka, kalau tidak, para prajurit di
Kim Bun dan Sia Bun yang jumlahnya laksana orang itu tentu tidak bisa menginjakkan
kakinya lagi di wilayah itu.
Pada saat itu, kami juga sudah cukup lama melakukan pengepungan Para Setan
Berambut Merah pernah beberapa kali mencoba menerobos keluar, tapi tidak berhasil.
Kok Seng Ya kemudian menurunkan perintah bahwa sebelum pergantian tahun,
daerah yang masih ditempati para Setan Berambut Merah sudah harus kita kuasai,"
kata Lim Heng Cu kemudian memalingkan kepalanya kepada Ang Cao dan bertanya,
"Penyerangan dilakukan pada bulan sebelas tanggal dua puluh dua, bukan?"
"BetuI," sahut Ang Cao, "Ketika pasukan yang kupimpin menembakkan meriam
dengan gencar. Aku ingat bahwa saat itu hujan deras dan angin kencang sekali, tapi
kami tidak perduIi. Dalam sekejap saja, pintu serta tembok benteng pertahanan sudah
berhasil kami jebol. Demikian pula tembok perbatasan sebelah barat dan timur kota, Para Setan
Berambut Merah menerjang ke luar untuk melakukan perlawanan namun setelah rekanrekannya
mati sebanyak ratusan orang, mereka terpaksa mundur kembali.
Kemudian mereka mengibarkan bendera putih sebagai tanda menyerah. Waktu itu
Bangsa Tionghoa yang di Taiwan sudah terlalu marah, mereka ingin membalas dendam
atas penderitaan mereka selama ini.
Mereka meminta agar semua Setan Berambut Merah itu dibunuh saja, Tapi Kok
Seng Ya menjelaskan kepada para penduduk bahwa musuh yang sudah menyerah
tidak boleh dibunuh lagi, itu sudah merupakan peraturan dalam politik di dunia.
Kok Seng Ya mengijinkan sisa Setan Berambut Merah itu untuk naik ke atas kapal
yang telah disediakan tapi sebelumnya pemimpin mereka harus menanda tangani surat
pernyataan menyerah. Para Setan Berambut Merah itu pun meninggalkan Taiwan dan kabarnya mereka
melarikan diri ke Batavia, Setan-Setan Berambut Merah itu menjajah Taiwan sejak
Dinasti Beng, tahun Thian Pit ke empat.
Jadi jumlah keseluruhannya adalah tiga puluh delapan tahun, Sampai tahun ke lima
belas kaisar Eng Liok, yang.,, berarti tahun Kaisar Sun Ti dari dinasti Ceng yang ke
delapan belas, Taiwan baru bersatu kembali dengan Tiongkok."
"Kok Seng Ya sudah menerangkan bahwa Setan-Setan Berambut Merah itu sudah
menyerahkan diri, jadi mereka tidak boleh dibunuh. Tapi para penduduk di Taiwan tentu
saja merasa tidak puas lalu beramai-ramai mereka meludah kepada Setan-Setan
Berambut Merah itu. Bahkan ada yang melemparkan batu. Anak-anak kecil malah menggubah lagu yang
jenaka untuk mengejek mereka, Para Setan Berambut Merah itu lari kocar-kacir sambil
menundukkan kepala mereka dalam-dalam.
Tidak ada satu pun yang berani melontarkan kata-kata untuk membalas perbuatan
para penduduk, Begitu mereka sudah naik ke atas kapal, pemimpin mereka menaikkan
bendera mereka ke atas satu kali kemudian baru menurunkannya kembali.
Setelah itu mereka juga menembakkan meriam sebanyak tiga kali sebagai tanda
penghormatan dan ucapan terima kasih kepada Kok Seng Ya karena mereka
dilepaskan tanpa ada seorang pun yang di-bunuh," kata Lim Heng Cu melanjutkan
ceritanya. "Bagus!" seru Siau Po. "Kita orang-orang Tiong-hoa memang patut merasa bangga,
Meriam-meriam yang dimiliki Setan-Setan Berambut Merah itu benar-benar dahsyat,
namun kita bisa merebut kembali Pulau Taiwan dari tangan mereka sesungguhnya
bukan urusan yang mudah. Ya, memang tidak mudah!"
"Benteng yang pertama diganti namanya oleh Kok Seng Ya menjadi kota An Peng
Cen. sedangkan benteng yang kedua diganti namanya menjadi Jin Thian Fu. Untuk
selama-lamanya menjadi dua tempat yang terpenting di Taiwan," kata Ang Cao.
Tiba-tiba Wakil Panglima Lu menukas.
"Ketika Sie Ciangkun merebut kembali Pulau Taiwan, jalan yang ditempuhnya juga
mengikuti jejak Kok Seng Ya, yaitu masuk melalui Lu Ji bun ke...."
Wi Siau Po mengibaskan tangannya untuk memotong ucapan orang itu, lalu dia
bersin sekeras-kerasnya dan berkata.
"Cerita tentang Bangsa Tionghoa yang membuat para Setan Berambut Merah lari
terbirit-birit baru seru didengar, kalau Bangsa Tionghoa menggempur Bangsa Tionghoa
juga, ceritanya toh bolak-balik sama juga, Sie Ciangkun, arak yang kita teguk sudah
cukup banyak, Kita sudahi saja perjamuan ini."
Sie Long segera berdiri. "Baik, Terima kasih atas undangan Wi Hu ya, hamba mohon diri," sahutnya.
Siau Po kembali ke kamar Dia menceritakan bagaimana dia selalu memutuskan
pembicaraan Sie Long karena dia tidak sudi mendengar orang itu membanggakan diri
sendiri yang berhasil merebut kembali pulau Taiwan.
Keenam istrinya tertawa geli mendengar penuturannya, hanya A Ko seorang yang
berdiam diri dengan wajah murung.
Rupanya dia tengah membayangkan apabila tempo hari dia terkena rayuan The Kek
Song lalu ikut orang itu menikah di Taiwan, tentu hari ini dia juga digiring ke Pe
King. Negara hancur, suami ditahan, penderitaan itu benar-benar menyiksa.
Tempo hari, ketika The Kek Song menggunakan perahu kecil meninggalkan Pulau
Tong Sip to. A Ko sudah tidak memperdulikannya lagi, apalagi sekarang mendengar dia
kehilangan kekuasaannya, dia sama sekali tidak merasa iba.
Kalau membayangkan kembali masa-masa dulu, kok dia bisa tertarik pada
kegagahan dan ketampanan pemuda itu" Padahal dia sudah tahu kalau orang itu tidak
bisa diandalkan. Untuk beberapa lama dalam hidupnya, ternyata matanya pernah buta, Dia pernah
jatuh hati benar-benar pada The Kek Song, sekarang dia merasa malu sendiri kalau
teringat kembali. "Hongte koko juga terlalu baik hati. The Kek Song kan sudah menyerah, mengapa
tidak dihukum mati" Malah dianugerahi pangkat segala! Tingkatannya justru lebih tinggi


Kaki Tiga Menjangan Pangeran Menjangan Duke Of Moon Deer Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dari Siau Po. Benar-benar bikin orang jengkel!" teriak Tuan Putri seperti biasanya.
Siau Po menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Tidak apa-apa, tidak apa-apa. Kok Seng Ya merupakan seorang pahlawan sejati
yang berjiwa besar pula, justru karena memandang wajah Kok Seng Ya, Sri Baginda
menganugerahkan pangkat tersebut kepada si budak Kek Song. Kalau mengandalkan
kebisaan si budak busuk itu sendiri, paling-paling pantas dianugerahi pangkat Perwira
Ulat Bulu," katanya.
Pada keesokan harinya, Siau Po sengaja hanya mengundang Lim Heng Cu dan Ang
Cao berdua, Dia menanyakan lagi pengalaman Sie Long menyerbu ke Pulau Taiwan.
Rupanya prajurit kerajaan Ceng dan prajurit Taiwan sempat bertempur mati-matian di
wilayah Peng Hu selama beberapa hari, Hari pertama pasukan Sie Long mengalami
kekalahan. Belakangan datang bantuan berupa pasukan Angkatan Laut pihak Kerajaan
dan dalam sekali mereka bertempur, kapal-kapal Taiwan berhasil dikuasai Prajuritnya
yang mati mencapai Iaksaan orang, sebagian kapal perang musuh berhasil dihancurkan
atau dibakar. Kerugian pihak Taiwan cukup besar, Mereka kehilangan kapal sebanyak tiga
ratusan, Liu Kok Han segera memimpin pasukannya yang kalah perang kembali ke
Taiwan. Sie Long segera memimpin pasukan Angkatan Lautnya untuk menyerbu ke Taiwan,
Pada saat itu air di daerah Lu Ji Bun sedang surut, dengan demikian kapal mereka tidak
bisa lewat, dan mereka terombang-ambing di lautan selama dua belas hari.
Ketika mereka mulai panik, tiba-tiba air bah melanda sehingga menerjang kapalkapal
kerajaan, Dengan demikian pula kapal-kapal itu berhasil melalui gundukan batu
dan pasir yang menjadi kendalanya. Para penduduk Taiwan yang mengetahui hal itu
Sumpah Palapa 26 Mentari Senja Seri Arya Manggada V Karya S H Mintardja Sepasang Naga Penakluk Iblis 12

Cari Blog Ini