Ceritasilat Novel Online

Pedang Pelangi 21

Pedang Pelangi Jay Hong Ci En Karya Tong Hong Giok Bagian 21


Kemudian setelah mengelus jenggotnya yang panjang, pelan pelan dia berkata:
"Aku dengar ponakan telah mengenal cukup banyak anak gadis didalam dunia persilatan, atau mungkin kau telah menaruh hati kepada seorang diantaranya" Aaai... setiap pemuda yang bertemu dengan anak gadis yang cantik apa lagi menarik memang gampang jatuh cinta, bukannya aku melarang kau mencintai gadis gadis tersebut setelah perjumpaan, tapi paling tidak kau harus memilih seorang diantara gadis gadis yang telah kau kenal itu untuk dijadikan istrimu, oleh sebab itulah aku bertanya kepadamu tadi bagaimanakah pandanganmu terhadap anak Cay..."
Didalam kenyataan, Huan Cu Im memang sudah kenal dengan beberapa orang gadis seperti misalnya Ci Giok, Hee Giok yang, Ay Ang tho, Ban Huijin, serta Yap Ling.
Diantara sekian banyak nona, seharusnya hubungan dan perkenalannya dengan Ci Giok yang terhitung paling dalam, perasaan cinta yang timbul pun paling serius.
Dengan Hee Giok yang, dia hanya sempat bertemu sebanyak tiga kali, kesan yang diperolehnya adalah gadis itu lemah lembut dan ramah, tapi pandai menyembunyikan perasaan hatinya didalam hati, mungkin juga hal ini disebabkan perjumpaan mereka beberapa kali, kurang kenal sehingga timbul perasaan asing diantara kedua belah pihak.
Sebaliknya dengan Ang Tho tak mungkin bisa menjalin hubungan cinta kasih, sebab disaat Hoa Siang siang menjebak mereka dengan siasat liciknya tempo hari, sudah jelas diterangkan kalau nona itu adalah saudara tiri seayah lain ibu dengannya, dan nampaknya hal ini tak bakal salah.
Ban Huijin memang cantik dan menaruh rasa cinta yang mendalam terhadapnya, tapi nona ini justru selalu memperlihatkan sikap angkuh dan tinggi hatinya. Sedangkan mengenai Yap Ling "
Dia memang berhasil membujuk gadis itu meninggalkan dua belas tusuk konde emas, membantunya bertarung dengan kaum sesat, bisa jadi nona itu menaruh perasaan cinta kepadanya tapi dia sendiri justru menganggapnya sebagai adik kecil...
Tatkala Hee Im hong menyaksikan pemuda itu termenung saja tanpa menjawab, sambil tersenyum ia segera berkata:
"Keponakanku, mengapa kau tidak menjawab pertanyaanku?"
oleh karena rahasia hatinya terbongkar, Huan Cu Im berkata secara terus terang:
"Selama melakukan perjalanan didalam dunia persilatan, keponakan memang sudah kenal dengan beberapa orang nona, tapi aku cuma berkenalan biasa saja, sama sekali tidak mempunyai hubungan yang mendalam"
"Kalau memang begitu, bagus sekali" ucap Hee Im hong kemudian sambil mengangguk. Kemudian setelah berhenti sejenak, dia berkata lebih jauh:
"Keponakan baru dua kali bertemu muka dengan anak Cay, otomatis sukar kau untuk menanam bibit cinta kepadanya, sekembali ke benteng keluarga Hee nanti, carilah lebih banyak kesempatan untuk berhubungan lebih akrab lagi dengannya"
"Empek Hee, perasaan seseorang paling sukar untuk dibicarakan, sekalipun keponakan berkeinginan untuk berhubungan lebih akrab lagi dengan enci Giok yong, belum tentu enci Giok yong sendiri bersedia untuk berhubungan lebih dekat dengan diriku"
"oooh, kalau soal ini sih tak usah keponakan kuatirkan" Hee Im hong kembali tertawa lebar, "tentu saja aku akan mengaturkan kesempatan baik bagimu, agar kau bisa berhubungan lebih akrab lagi dengannya, bila kalian sering bertemu, lama kelamaan toh akan timbul juga benih cinta tersebut, nah cukup sudah pembicaraan kita hari ini, waktu sudah larut malam, kaupun boleh pergi beristirahat" Dia bertepuk tangan dua kali sambil berteriak: "Cui cui "
Cui cui menyahut, dan melangkah masuk kedalam ruangansegera tanyanya: "Ada urusan apa pocu ?""
"Coba kau ajak Huan kongcu untuk beristirahat didalam kamar..."
Cui cui segera mengiakan, lalu sambil membalikkan badan dia berkata:
"Silahkan Huan kongcu mengikuti budak"
Huan Cu Im segera menyampaikan ucapan selamat kepada empek Hee nya, lalu baru mengikuti cui cui meninggalkan kamar baca tersebut.
Hee Im hong yang emnyaksikan kejadian ini memang tak terlukiskan gembiranya, sekarang putra adik angkatnya akan segera jadi menantunya dan paling taat dengan perkawinannya .
Terutama sekali bagi putrinya Hee Giok yang, semenjak ibu tirinya yakni Sim hujin masuk rumah, dia selalu hidup mengasingkan diri dalam kuil Cui cui dan segan keluar masuk rumah, dia selalu hidup mengasingkan diri dalam kuil Cu iman dan segan keluar dari situ, sebagai anak murid Kiu hoa sinni konon tak sedikit kepandaian silat yang telah dipelajarinya dari nikou sakti tersebut namun selama ini dia justru enggan menjual tenaga untuk membantu usahanya.
Tapi jikalau Huan Cu Im telah mengawininya, maka pertama ia bisa mempengaruhi Huan Cu Im agar berpihak kepadanya, kedua diapun dapat memperalat anak Cay agar berpihak kepadanya, bukankah hal ini sama artinya dengan sekali timpuk mendapat dua hasil sekaligus"
Sambil mengelus jenggot hitamnya yang panjang terurai, sekulUm senyuman segera menghiasi wajahnya yang sudah mulai banyak kerutan itu...
Rasa sayangnya terhadap Huan Cu Im benar benar timbul dari sesungguhan hatinya tanpa rencana busuk apa pun, tapi rencana tersebut justru secara diam diam ikut muncul.
Hee Im hong pulang ke benteng keluarga bersama sama Huan Cu im...
Waktu itu Hee Im hong berada didalam kamar bacanya ketika congkoan Ciu Kay seng muncul secara tiba tiba dengan langkah tergesa gesa, setelah memberi hormat dia bertanya
"Poocu, ada urusan apa pocu memanggil hamba ?"
Sambil menunjuk kearah Huan Cu im, Hee Im hong berkata
: "Tentunya kau sudah tahu bukan bahwa ayah keponakan Huan yakni sijago berbaju hijau Huan Tay seng adalah adik angkatku" Sambil tertawa paksa Ciu Tay seng menjawab :
"Hamba tahu, dulu Huan jiya seringkali berkunjung kemari, hamba memang mengenalinya secara baik"
Hee Im hong segea manggut manggut.
"Sudah hampir tiga belas tahun lamanya Huan jiya hilang lenyap tak ada kabar beritanya, setelah aku menjadi Bu lim Bengcu, bila untuk menemukan jejak adik angkatku saja tak mampu, percuma saja aku menjadi Bengcu selama ini"
"Benar, benar" Ciu Kay seng mengiakan dengan nada ragu,
"bila pocu hendak menurunkan sesuatu perintah apa yang harus hamba laksanakan tentu akan hamba laksanakan dengan sebaik baiknya"
Sambil mengelus jenggot panjangnya, Hee Im hong tersenyum :
"Ciu Kay seng sudah banyak tahun kau menguntil diriku, apakah dalam soal ini kau pun tak dapat memikirkannya?"
"Hamba bodoh, lagi pula pada beberapa tahun berselang hamba pernah mendapat perintah untuk menyelidiki jejak Huan jiya, tapi hingga kini belum berhasil juga menemukan jejaknya, hamba benar benar tak tahu bagaimana mesti bertindak. mohon pocu sudi memberi petunjuk kepada hamba, apa yang harus kulakukan sekarang ?"
"Kau memang benar benar bodoh seperti gentong nasi"
dengus Hee Im hong cepat, "sekarang aku toh sudah menjadi sepasang Bu lim Bengcu..."
"Benar, benar" sahut Kiu Kay seng segera, "saat ini pocu memang sudah menjadi seorang Bu lim Bengcu"
Tampaknya ia belum berhasil juga menduga cara apa yang hendak dilakukannya. Hee Im hong segera berkata lebih jauh:
"Setiap perintah yang diturunkan seorang Bu lim Bengcu, harus ditaati pula oleh segenap umat persilatan didUnia ini"
"Benar, benar, semua umat persilatan memang harus mentaatinya..." kembali Ciu Kay seng membungkukkan badan sambil mengiakan berulang kali.
"oleh sebab itu aku hendak menyuruh kau menurunkan perintah panah emas agar segenap umat persilatan didUnia ini ikut berusaha mencaritahu kabar berita dari si jago berbaju hijau Huan Tay seng"
Ciu Kay seng segera berseru tertahan, kemudian mengiakan berulang kali.
"Panah emas dunia persilatan" Ya, benar, benar, hamba lupa kalau seorang Bengcu memiliki perintah panah emas, sekarang juga hamba akan menyebar luaskan perintah tersebut"
"Bagus sekali" sambil tersenyum Hee Im hong mengulapkan tangannya berulang kali, "cepatlah kau pergi untuk melakukannya "
Dengan cepat Ciu Kay seng bungkukkan badannya dan mengundurkan diri dari situ.
Huan Cu Im yang mengikuti semua kejadian tersebut, segera berseru dengan rasa amat berterima kasih.
"Terima kasih banyak empek Hee, bila ayahku berhasil ditemukan, keponakan pasti akan berterima kasih sekali kepadamu" Hee Im hong tertawa ramah:
"Antara keponakan dengan empek Hee, kenapa mesti mengucapkan kata kata terima kasih seperti ini ?"
Kemudian sambil bangkit berdiri, katanya lagi:
"Tadi memang ada suatu persoalan yang membuat aku tetap merasa kuatir..."
"Persoalan apa yang empek Hee maksudkan?"
"Bukankah ilmu silat yang dimiliki keponakan telah dipunahkan...?"
"Benar, beberapa buah jalan darah penting ditubuh keponakan telah ditotok orang, sehingga ilmu silatku seakan akan telah punah sama sekali"
Hee Im Ong segera menghela napas panjang:
"Sewaktu berada dipesanggrahan bukit Lou Cu san tempo hari, banyak persoalan yang kurang leluasa bagiku untuk bertanya, sebab ketika dalam kampanye pemilihan Bu lim Bengcu tempo hari, saking bersemangatnya mendukungku, bibi Hee telah mengundang suci (kakak seperguruan)nya agar membantu, padahal sucinya adalah seorang yang berjiwa sempit dan berpikiran pendek. ilmu silatnya beraliran sesat, dia mempunyai dua belas orang murid perempuan yang terlatih yang disebut dua belas tusuk konde emas, Yap Ling adalah salah seorang diantara murid perempuannya. Aku yakin dalam soal ini mungkin keponakan telah banyak mendengarkan dari Yap Ling bukan?"
Mendengar empeknya menyinggung kembali masalah Yap Ling, tanpa terasa merah padam selembar wajah Huan Cu Im lantaran jengah dia segera menundukkan kepalanya seraya menyahut:
"Keponakan memang berusaha menanyai persoalan tersebut kepadanya, tapi dalam banyak hal dia justru enggan untuk mengatakannya"
"Penghianatan Yap Ling terhadap perguruannya membuat dia merasa gusar sekali, ia telah bersumpah akan membekuk kembali Yap Ling serta dijatuhi hukuman berat, tapi kemudian setelah kegagalannya membekuk kembali dari Yap Ling,amarahnya kemudian dialihkan kepadamu. dia beranggapan bahwa Yap Ling berhianat karena mendapat bujukan dan rayuan dari keponakan..."
Mengetahui kalau Yap Ling belum tertangkap. diam diam Huan Cu Im menghembuskan napas lega, namun setelah mendengar tuduhan empek Heenya yang mengatakan bahwa dia telah merayu dan membujuk Yap Ling sehingga gadis itu berhianat, kontan saja paras mukanya berubah kembali jadi merah padam. Buru buru dia berseru :
"Empek Hee, waktu itu keponakan berhasil menyelamatkan jiwa Yap Ling yang sedang menderita luka parah, sehingga dia bersedia pula membantu keponakan, dalam hal ini tak bisa dibilang aku telah merayu serta membujuknya, apa lagi selama inipun keponakan hanya menganggapnya sebagai adikku diantara kami..."
Dengan cepat Hee Im hong mengulapkan tangannya melarang pemuda itu berkata lebih jauh, kemudian selanya :
"Pada malam itu, bukan saja dia gagal membekuk Yap Ling, bahkan tampaknya sudah menderita luka yang cukup parah, itulah sebabnya dia melimpahkan hawa amarahnya kepada keponakan, dimana ia memancingmu kemudian membekuknya dan menotok beberapa jalan darah ditubuh keponakan sehingga ilmu silatmu seolah olah menjadi punah. Aku baru mengetahui kejadian ini setelah kunjunganku ke Lou Cu san dan diberi tahu bibimu, waktu itu berhubung suci bibimu telah pulang kegunung dengan membawa serta semua murid nya, maka totokan mana tak berhasil dipunahkan siapapun, dalam keadaan begitu terpaksa aku membawamu pulang ke rumah lebih dulu..."
Perkataan mana diucapkan dengan nada bersungguh sungguh, seakan akan dia tidak bermaksud untuk mengelabui Huan Cu im.
Sebaliknya Huan Cu Im yang mendengar penjelasan tersebut, sudah barang tentu mempercayainya seratus persen-Tidak sampai Huan Cu Im sempat buka suara, sambil mengelus jenggotnya Hee Im hong telah berkata kembali :
"Walaupun jalan darahmu tertotok. namun gerak gerikmu tidak jauh berbeda dengan manusia biasa, dari sini membuktikan bahwa ilmu totokan yang digunakan merupakan sejenis ilmu totokan yang sangat hebat, karena itu aku tak berani mencoba secara sembarangan untuk membebaskan jalan darahmu itu, karena sistim totokan yang digunakan pada umumnya, sebagaimana kau ketahui, setiap partai memiliki sistim totokan yang berbeda beda, aku kuatir bila salah dalam pandangannya, bukan saja tak dapat membebaskan pengaruh totokan tersebut, kalau sampai menyebabkan peredaran darah menyerang jantung sehingga mengakibatkan kematian, atau membuatmu cacad seumur hidup,kan berabe ?"
Sudah barang tentu Huan Cu Im percaya pula dengan keterangan tersebut, sebab dia sudah berapa kali mencoba akan membebaskan pengaruh totokan itu, namun setiap kali dicoba, baru saja hawa murninya disalurkan, dia tak pernah berhasil menghimpun kembali tenaga dalamnya, terpaksa usaha tersebut selalu dibatalkan di tengah jalan-Karenanya diapun berkata :
"Yaa,m sistim totokan yang digunakan memang sangat liehay, sudah beberapa kali keponakan berusaha untuk membebaskan pengaruh totokan tersebut tapi setiap kali niat tersebut kuurungkan setelah rasa sakit menyayat badan."
"Berbicara sesungguhnya, tujuanku mengajakmu kembali ke benteng keluarga Hee adalah ingin berusaha membebaskan pengaruh totokan tersebut dari atas tubuhmu."
"Apakah didalam benteng keluarga Hee ini terdapat seseorang yang bisa membebaskan pengaruh totokan diatas tubuhku?"
"Ada, dan sekarang juga aku akan mengajakmu untuk menemul orang tersebut."
Selesai berkata dia lantas bangkit berdiri.
Huan Cu Im turut bangkit berdiri, tanyanya lagi :
"Empek Hee, dimanakah orang itu?"
"Ikutilah diriku."
Hee Im hong berjalan keluar dari kamar bacanya dan membawa Huan Cu Im menuju kekebun bunga sebelah belakang.
Kebun bunga itu luas sekali, dimana mana terdapat gardu dan bangunan yang indah
Dengan mengikuti dibelakang Hee Im hong Huan Cu Im berjalan menelusuri kebun yang luas itu sehingga akhirnya tiba didepan sebuah gedung yang di depan pintunya tergantung sebuah papan nama bertuliskan : "Hawa merah datang dari timur."
Ketika Hee Im hong mendekati gedung tersebut, seorang tosu kecil berjubah hijau segera menyambut kedatangannya sambil memberi hormat :
"Siaute menjumpai pocu." Hee Im hong tersenyum:
"Aku datang mengajak keponakanku untuk bertemu dengan totiang, coba kau laporkan kedatangan kami."
Tosu kecil itu mengiakan dan segera lari masuk kedalam gedung tersebut. Diam diam Huan Cu Im berpikir didalam hati:
"Kalau ditinjau dari nada pembicaraan empek Hee, agaknya disini berdiam seorang totiang, tapi siapakah dia ?"
Sementara itu Hee Im hong berdiri sambil bergendong tangan, dia berdiri didepan pelataran tanpa mengucapkan sepatah katapun.
Selang berapa saat kemudian, barulah tampak tosu cilik itu munculkan diri dengan langkah tergesa gesa sambil memberikan hormat katanya: "suhu mempersilahkan pocu masuk kedalam."
Hee Im hong manggut manggut, sambil berpaling segera berkata: "Keponakan, ikutilah aku masuk kedalam."
Dia segera melangkah naik keatas undakan batu dan masuk kedalam ruangan-Huan Cu Im mengikuti dibelakang tubuhnya dengan ketat, begitu melangkah masuk kedalam ruangan, terlihatlah ruangan tersebut sangat indah dan mewah.
Waktu itu, seorang tosu tua berjubah hijau berdiri ditengah ruangan, melihat kemunculan mereka berdua, ia segera memberi hormat seraya ujarnya:
"Selamat berjumpa pocu, pinto dengar pocu telah berhasil menduduki jabatan sebagai Bu lim Bengcu, peristiwa ini patut diberi selamat..."
Tosu tua itu menggulung rambutnya dengan sebatang tusuk konde kemala,alis matanya tebal dan telah memutih, matanya kecil serta mukanya penuh dengan kerutan, kalau tertawa nampak kerutannya bertambah banyak. hal ini membuat paras mukanya nampak seram dan menggidikkan hati.
Terutama sekali nada pembicaraannya yang rendah, berat dan lirih, membuat orang yang mendengarkan merasakan hatinya amat tak sedap.
Huan Cu Im yang sudah cukup lama berkelana didalam dunia persilatan, kini sudah mempunyai pengalaman yang cukup matang dalam sekilas pandang saja ia telah merasa bahwa tosu tua ini agak seram dan menggidikkan hati, sudah jelas bukan seorang jago dari golongan lurus.
"Haaahhh... haaahhh... haaahhh... mana, mana" Hee Im hong tertawa tergelak kemudian sambil menjura katanya lagi,
"berkat dukungan dari sembilan partailah Siaute berhasil menduduki jabatan tersebut, padahal kedudukanku tak leih hanya mengurusi masalah masalah dunia persilatan yang umumnya dan kesulitan umat persilatan pada khusunya"
Ketika tosu tua itu melihat di belakang Hee Im hong mengikuti seorang pemuda yang masih asing baginya, dengan cepat dia bertanya lagi : "Pocu, siapakah orang ini ?"
"Dia bernama Huan Cu im" sahut Hee Im hong cepat cepat,
"dialah putra adik angkatku Huan Tay seng"
Lalu sambil berpaling katanya lagi:
"Keponakan, hayo cepat menjumpai totiang."
Ternyata dia sama sekali tidak memperkenalkan identitas tosu tua tersebut kepada Huan Cu im.
Terpaksa sianak muda itu maju selangkah kedepan dan berkata sambil menjura: "Aku Huan Cu Im menjumpai totiang"
"Sauhiaptak usah banyak adat"
Kemudian setelah tersenyum, tosu tua berkata lebih jauh dengan suara yang tak sedap.
"Ehmm, pocu, aku lihat bocah ini mempunyai watak yang bagus sekali, entah dia belajar silat dari siapa ?"
"Ilmu silatnya berasal dari silat keluarga bila ada kesempatan, harap totiang sudi banyak memberi petunjuk"
Tentu saja perkataan semacam ini hanya merupakan suatu basa basi belaka. Sambil mengelus jenggotnya yang telah memutih, tosu itu segera manggut manggut.
"Ehmmm..., sauhiap ini memiliki tulang belulang yang bagus sekali, dia memang merupakan bahan bahan baik untuk belajar silat..."
Tiba tiba dia baru teringat kalau tamunya masih berbicara sambil berdiri maka setelah berseru tertahan dia mengangkat tangannya seraya berkata lagi : "Poocu, silahkan duduk. Huan sauhiap. silahkan duduk "
Setelah semua orang mengambil tempat duduk. tosu kecil tadi muncul kembali menghidangkan air teh.
Selang sejenak kemudian Hee Im hong baru berkata:
"Sesungguhnya kedatangan siaute mencari totiang kali ini karena ingin merepotkan satu hal kepada diri totiang"
Dalam setiap pembicaraan, dia selalu menghormati lawannya dengan membahasai "totiang" dari sini dapat disimpulkan bahwa dia menaruh rasa sangat menghormati terhadap tosu tersebut.
"Pocu terlalu merendah " sahut tosu tua tadi sambil memicingkan matanya, kemudian setelah tertawa sambungnya lebih jauh, "ada urusan apa sih pocu mengharapkan bantuan pinto. Silahkan saja diutarakan secara berterus terang"
Bagaimana pun juga, kehidupannya memang ditunjang dan dipelihara oleh Hee Im hong selama ini, sehingga sudah barang tentu dia harus menjawab secara sungkan.
Namun apa bila dilihat dari kesediaan Hee Im hong untuk memelihara tosu tua tersebut didalam kebun bunganya, bahkan bersikap menghormati pula kepada tamunya, bisa disimpulkan bahwa tosu tua tersebut tentu mempunyai asal usul yang sangat besar.
"Tidak berani" Hee Im hong membungkukkan badannya dengan sikap merendah, kemudian sambil menuding kearah Huan Cu Im dia berkata lebih jauh :
"Keponakanku ini telah ditotok jalan darahnya oleh seseorang dengan ilmu totokan yang khas, sehingga beberapa buah jalan darahnya tidak berjalan lancar, aku mohon totiang sudi memeriksakan keadaannya"
Dengan sorot mata yang tajam tosu tua itu mengamati seluruh badan Huan Cu Im sekejap. lalu sahutnya sambil manggut manggut:
"Yaaa, bila ditinjau dari menonjolnya otot hijau diatas jidat, dia memang telah dilukai orang"
Kemudian sambil berpaling kearah Hee Im hong, tanya nya lebih lanjut: "Tahukah pocu, siapa yang telah melukainya?"
Mendadak Hee Im hong menggerakkan bibirnya tanpa mengeluarkan suara, ternyata ia telah mengucapkan sesuatu kepada tosu tua itu dengan mempergunakan ilmu menyampaikan suara.
Kalau dilihat dari sikapnya mengucapkan sesuatu kepada si tosu tua itu dengan ilmu menyampaikan suara, bisa diduga kalau dia tak ingin Huan Cu Im turut mengetahui siapa kah kakak seperguruan dari Sim hujin itu
Atau mungkin juga perbuatan tersebut merupakan hasil karya dari Sim hujin sendiri Tapi Huan Cu Im segan untuk memberi tahu akan persoalan tersebut.
Beberapa saat kemudian baru kedengaran tosu tua itu mendehem pelan, kemudian sambil berpaling kearah Huan Cu im, tanyanya
"Aku rasa sudah cukup lama sauhiap menderita keadaan seperti ini. pernahkah selama ini kau mencoba untuk mengatur pernapasan" Dan bagaimana rasanya?"
"Sudah beberapa kali aku mencoba untuk mengatur pernapasan serta berusaha untuk membebaskan diri daripengaruh totokan tersebut, namun setiap kali mengatur napas, rasa sakit yang luar biasa segera menyerang kedalam hati, hawa murniku tak pernah dapat terhimpun kembali"
"Ehmmm..." sekali lagi tosu tua itu mendehem pelan, kemudian sambil bangkit berdiri katanya lagi:
"silahkan sauhiap mengikuti pinto menuju keruang dalam, lalu berbaringlah, pinto akan mencoba melakukan pemeriksaan terlebih dulu..."
Selesai berkata dia membalikkan badannya serta mengajak Huan Cu Im masuk ke ruang belakang.
Tempat itu merupakan sebuah kamar semedi, dibagian tengah terletak sebuah pembaringan kayu yang terbuat sangat indah dengan kasur yang lembut, rupanya dihari hari biasa tempat tersebut digunakan tosu tua itu bersemedi.
Hee Im hong sangat menguatirkan keselamatan Huan Cu Im yang beberapa buah jalan darahnya tersumbat, dengan sendirinya dia pun turut masuk kedalam.
Tosu tua itu segera menuding kearah sebuah pembaringan kayu dan menitahkan Huan Cu Im agar berbaring disitu. Huan Cu Im menurut dan segera berbaring.
pelan pelan tosu tua itu berjalan mendekati pembaringan, kemudian pelan pelan berkata:
"Sauhiap. coba tariklah napas panjang panjang tapi jangan mengerahkan tenaga, pinto akan melakukan pemeriksaan dengan seksama..."
Sembari berkata, dia lantas menggerakkan sepasang tangannya yang berjari tangan kurus dan tajam bagaikan cakar elang itu untuk meraba setiap jalan darah yang ada secara berurut dan teliti sekali.
Tatkala jari tangannya meraba jalan darah Thian yu hiat, Thian yong hiat (urat yang Leng keng ditangan), Hu ciat hiat (urat yang Leng keng dikaki), Khiswan hiat (urat tay Im keng dikaki), Thian tong hiat (urat tay yang kang ditangan), Thian swan hiat (urat sau Im keng ditangan) dan nadiJui Im keng ditangan, dengan suara rendah segera serunya :
"Tarik napas" Huan Cu Im menurut dan segera menarik napas panjang, tapi secara lamat dia merasakan jalan darah yang dimaksud terasa sakit sekali.
Selesai melakukan pemeriksaan atas kedua belas buah urat penting itu, si tosu tua itu baru menghembuskan napas panjang, katanya pelan pelan- "Ehmmm, rupanya telah mengetahui ilmu totokan apakah yang dipergunakan ?"
"Kalau dilihat dari keadaannya seperti mirip dengan ilmu Im Jiu Cing hiat, sejenis ilmu totokan yang paling lihay diantara sekian banyak ilmu totokan yang ada"
Kemudian tidak menunggu sampai Hee Im hong bertanya kembali, dia telah meraba jalan darah si anak muda tersebut sembari berkata lebih jauh:
"Pinto harus memeriksa pula kedelapan buah jalan darah penting pada bagian nadi Khi keng pat meh, akan kulihat apakah ikut tersumbat juga, bila cuma keenam buah jalan darah itu saja yang tertotok. keadaannya masih rada mendingan, tapi bila kedelapan nadi lainnya turut tersumbat, waaah... aku lihat persoalannya menjadi lebih gawat"
Berbicara sampai disitu, pelan pelan dia memejamkan matanya dan tidak berbicara lagi. Hee Im hong yang berdiri depan pembaringan, terpaksa tidak ikut berbicara pula Dengan jari tangannya si tosu tua itu mulai meraba jalan darah ditubuh Huan Cu Im dengan lembut dan amat seksama namun kelihatan pula amat serius dan berhati hati.
Tatkala jari tangannya itu meraba jalan darah Hiu Im hiat atau nadi jiu meh, Cian sut hiat atau Tok meh dan Thian tu hiat atau nadi Im wi meh, mendadak Serunya: "Tarik napas..."
Huan Cu Im menurut dan pelan pelan menarik napas panjang, begitu dia menarik napas segera terasalah ada Sebatang jarum Siu hoa ciam yang amat lembut seperti menusuk diatas jalan darahnya.
Rasa sakit yang dialaminya kali ini serasa ada wujud namun tiada kenyataannya, seolah olah terdapat segulung hawa dingin yang jahat menyumbat peredaran darahnya. Tak tahan lagi dia segera berseru tertahan-Buru buru Hee Im hong bertanya "Bagaimana perasaanmu keponakan ?"
Cepat cepat tosu tua itu menggoyangkan tangannya mencegah dia berbicara lebih jauh tukasnya :
"harap sauhiap bersabar sebentar, tunggulah sampai pinto menyelesaikan pemeriksaan ini"
Selanjutnya dia melakukan pemeriksaan yang seksama atas jalan darah lainnya pada kedelapan nadi yang tersisa, setelah itu baru menarik kembali tangannya sambil berkata :
"Sauhiap. sekarang boleh bangun"
Huan Cu Im menurut dan melangkah turun dari atas pembaringan"Poocu, mari kita berbicara diluar saja." ajak si tosu tua itu lagi.
Mereka semua keluar dari kamar semedi dan mencari tempat duduk diruang depan.
Dengan perasaan tak sabar, Hee Im hong segera bertanya
: "Totiang, bagaimana keadaannya?"
"Yaa, diantara sekian banyak jalan darah yang tersumbat, yang paling gawat adalah penyumbatan pada jalan darah disekitar nadi Jiu, tok dan Im wi" Lalu sambil menuding kearah Huan Cu im, dia berkata lagi:
"Silahkan pocu bertanya kepada Huan sauhiap. disaat pinto menyuruh dia tarik napas tadi, bagaimanakah perasaannya?"
Hee Im hong segera berpaling sambil tanya nya :
"Keponakan, bagaimana perasaanmu disaat menarik napas tadi?"
"Ketika keponakan menarik napas tadi, terasa bagaiada segulung hawa dingin yang menyerang dan seperti berbentuk tapi tiada kenyataannya, atau lebih tepatnya seperti ada sebatang jarum tajam yang menusuk jalan darahku, karenanya begitu menarik nafas, rasan sakit sekali..."
"oooh..." Dengan kening berkerut Hee Im hong segera berpaling kearah tosu tua itu, tanyanya kemudian"Totiang, soal ini..."
Dengan wajah serius dan bersungguh sungguh, tosu tua itu menjawab:
"Seperti apa yang kukatakan tadi, ia telah ditotok dengan ilmu Im jiu, hanya dalam serangan tersebut rupanya dia telah menambahkan pula dengan jarum Im khek ciam..."
"Apakah totiang mampu menghilangkan pengaruh totokan tersebut?" Hee Im hong bertanya lagi.
"Susah Susah " tosu tua itu menggelengkan kepalanya berulang kali, "andaikata hanya dua belas buah jalan darah biasa yang tertotok oleh ilmu Im jiu ciang hiat tersebut mungkin pinto masih dapat memaksakan diri untuk menyembuhkannya, tapi kedelapan nadi penting tersebut mempengaruhi seluruh kehidupan seseorang, pinto merasa tak sanggup untuk memberi bantuan apa apa, lagi pula orang itu sudah melepaskan jarum Im khek ciam didalam tiga buah jalan darah penting tersebut, aku lihat bila ingin disembuhkan dari pengaruh totokan tersebut, lebih baik hubungi saja orang yang melakukan serangan tersebut"
"Apakah totiang bisa mencarikan akal lain ?" pinta Hee Im hong dengan perasaan cemas. Tosu tua itu menggelengkan kepalanya berulang kali.
"Selain orang yang melancarkan serangan tersebut, kecuali..."
"Kecuali apa?" desak Hee Im hong.
Kembali tosu tua itu menggelengkan kepalanya berulang kali.
"Aai, percuma untuk dibicarakan, sebab kecuali ada orang pandai menggunakan ilmu jari Can hoa Ci dari golongan Buddha, atau ilmu kan goan Ci dari golongan imam yang bersedia menotokkan kedua belas jalan darah dan kedelapan nadinya itu, rasanya susah untuk melenyapkan pengaruh jarum Im khek ciam tersebut dari dalam tubuhnya..."
"Ilmu jari Cian hoa Ci ?" Hee Im hong segera bersorak gembira, sambil menjura serunya lagi, "terima kasih banyak atas petunjukmu, keponakan, mari kita pergi "
Selesai berkata, dia segera bangkit berdiri. Huan Cu Im turut bangkit berdiri pula.
"Selamat jalan pocu" kata tosu tua itu kemudian sambil memberi hormat, " maaf kalau pinto tak akan menghantar lebih jauh"
"Totiang tak perlu sungkan sungkan"
Setelah mengajak Huan Cu Im meninggalkan pesanggrahan tersebut, Hee Im hong baru berkata:
"Keponakan mari kuajak kau menengok anak Cay." Huan Cu Im yang mengkuti dibelakangnya menjadi ragu "Soal ini..."
"Anak Cay adalah putriku dan kau adalah calon menantuku, sedang kalian berduapun bukannya belum pernah ketemu, menurut pengamatanku, anak Cay menaruh kesan yang cukup baik kepadamu."
Merah jengah selembar wajah Huan Cu Im setelah mendengar perkataan itu, dia merasa risih untuk menjawab.
Terdengar Hee Im hong berkata lagi:
"Apa lagi semua pembicaraan dari totiang tadi toh sudah kau dengar, satu satunya orang yang bisa membebaskan pengaruh totokan atas dirimu hanyalah anak Cay seorang."
"Enci Giok yang dapat membebaskan aku dari pengaruh totokan ?" tanya Huan Cu Im terkejut bercampur keheranan.
"Benar" sahut Hee Im hong sambil mengangguk. "anak Cay telah berkenalan dengan Kiu hoa sinni ketika suatu ketika dia turut ibunya bersembahyang di Kiu hoa san tampakya sinni tersebut menyukai anak Cay sehingga dia diterima menjadi seorang muridnya serta mewariskan ilmu jari Can hoa Ci kepadanya"
"oooh... rupanya enci Giok yang adalah anak murid dari Kiu hoa Sin nie"
"Aaai..." Hee Im hong menghela napas panjang, "sejak kematian ibunya dan waktu aku kawin lagi dengan bibi Simmu, anak Cay merasa tak cocok dengan ibu tirinya sehingga mengambil keputusan untuk pindah ke kuil Cu Im an, dihari hari biasa dia jarang sekali bertemu dengan orang padahal makin lama dia tumbuh menjadi seorang gadis dewasa, masa gadis semacam dia harus hidup menyendiri terus menerus" keadaan tersebut sungguh membuat aku merasa amat kuatir..."
Memanfaatkan kesempatan tersebut Huan Cu Im segera bertanya:
"Empek. siapa sih totiang tadi "
Hee Im hong mendehem pelan kemudian menjawab:
"Dimasa lampau totiang itu memiliki nama yang cukup termashur, kepandaian silat yang dimiliki juga amat lihay dan sempurna, tapi berhubung dia sudah bosan kehidupan dalam dunia persilatan, akhirnya dia hidup mengasingkan diri dengan mengenakan jubah tosunya. Antara diriku dengan mempunyai hubungan cukup akrab dimasa lalu, karenanya sebelum mendapat persetujuan darinya, akupun merasa segan untuk menyinggung namanya lagi"
Berhubung dia enggan menjawab, tentu saja Huan Cu impun merasa kurang leluasa untuk bertanya lagi.
Perjalanan selanjut meraka tempuh dengan mulut terbungkam hingga akhirnya tiba di depan pintu gerbang kuil Cu Im an-Sambil menggelengkan kepalanya berulang kali, Hee Im hong segera berkata lagi:
"Aaai, bagaimana pun juga anak Cay adalah seorang nona yang telah menginjak dewasa, masa sepanjang hari dia mengurung diri didalam kuil, aaai..."
Sambil menggelengkan kepalanya dia menaiki pelataran dan mengetuk pintu.
Tak selang berapa saat kemudian, pintu kuil dibuka dan muncullah seorang nona yang ternyata adalah Ji Giok.
Ketika melihat Hee Im hong muncul bersama Huan Cu Im ia nampak agak terkejut dan segera mundur selangkah kebelakang sebelum akhirnya berkata : "ooo... rupanya Poocu dan Huan kongcu... budak... menjumpai poocu"
"Ehmmm, bangunlah, apakah kau baik baik disini?" tanya Hee Im hong sambil mengelus jenggotnya.
Dengan kepala tertunduk rendah rendahJi Giok bangkit berdiri, lalu sahutnya: "Nona bersikap baik sekali terhadapku"
"Mana nona?" Walaupun dia bertanya, tapi sebelum Ji Giok sempat menjawab, dia telah melangkah masuk kedalam ruangan.
Huan Cu Im mengikuti dibelakangnya, sedang Ji Giok segera menutup pintu kuil dan terpaksa mengikuti dibelakang kedua orang itu, dia tak berani melampaui mereka untuk memberi laporan kepada semua nya.
Sesudah melalui ruang tengah, mereka belok kearah sebuah pintu samping, disitulah Hee Giok yang yang diiringi Hopopo telah munculkan diri.
Hari ini gadis tersebut mengenakan sebuah gaun warna putih, dia nampak lembut, cantik dan anggun.
Ketika mengetahui kalau orang yang datang adalah ayahnya serta Huan Cu im, gadis itu nampak agak tertegun, kemudian sambil maju kedepan dan menjatuhkan diri berlutut, serunya:
"Putri memberi hormat untuk ayah" Hee Im hong tertawa terbahak bahak:
"Haaahhh... haaahhh... haaahhh... bangunlah nak, oya...
kau kenal dengan keponakan Cu Im ?"
Huan Cu Im segera maju ke depan dan berseru sambil menjura: "Siaute menjumpai enci Giok yang"
Dengan wajah bersemu merah Hee Giok yang segera balas memberi hormat, sahutnya pula lirih:
"oooh, adik Cu im..."
Sementara itu Ho popo telah maju kedepan dan memberi hormat kepada Hee Im hong katanya :
"Aku si nenek menjumpai pocu serta Huan kongcu"
"Ho popo tak usah banyak adat" kata Hee Im hong sambil tersenyum hambar.
Hee Giok yang segera mempersilahkan ayahnya dan Huan Cu Im memasuki ruangan samping, sementara Ji Giok muncul menghidangkan dua cawan air teh. ujar Hee Giok yang kemudian :
"Siauli dengar, ayah telah terpilih menjadi Bu lim Bengcu, aku belum sempat mengucapkan selamat kepadamu."
Hee Im hong segera tertawa terbahak bahak :
"Haaahhh... haaahhh... haaahhh... keputusan itu diambil oleh sembilan partai besar dan tak mungkin dapat kutampik, apalagi sebagai Bengcupun hanya namanya enak didengar, padahal dalam kenyataannya toh cuma seorang bekerja bagi segenap umat persilatan?"
-oo0dw0oo Jilid: 43 "Aku tahu, selama ini ayah selalu jujur dan terbuka, apabila kau dapat ikut melakukan pelbagai pekerjaan yang bermanfaat bagi segenap umat persilatan, siaulipun turut merasa bangga"
Sementara itu Ho Popo telah memanfaatkan kesempatan itu untuk bertanya:
"Huan kongcu, sudah lama kita tak bersua, mengapa kau tak bermain ke kuil Cu Im an ?"
Sesungguhnya kuil Cu Im an tertutup bagi orang luar, andaikata nona Giok yong tak pernah memberi bisikan bahwa dia merindukan Huan Cu im, tak nanti nenek tersebut berani mengucapkan perkataan semaCam ini.
Hee Im hong adalah seorang yang sangat berpengalaman, tentu saja dia pun dapat menyimpulkan arti yang sebenarnya dari perkataan Ho popo barusan, diam diam ia merasa girang sekali, diluarnya dia hanya tertawa sambil mengelus jenggot.
Huan Cu Im segera menyahut:
"Selama berapa hari berselang aku telah berkunjung kekota Kim leng, baru hari ini tiba kembali disini"
"Ehmmm..." sambung Hee Im hong pula sambil berpaling ke arah nona Giok yong, "anak cay, kedatanganku bersama keponakan Cu Im adalah disebabkan ada satu persoalan hendak kurunding denganmu..."
Dengan sepasang matanya yang jeli dan bening Hee Giok yang memandang sekejap kearah Huan Cu im, tiba tiba ia menundukkan kepalanya sambil berkata dengan suara lirih:
"Ayah, ada urusan apa sih yang hendak kau rundingkan dengan putrimu?"
"Kau tahu, sembilan buah jalan darah penting ditubuh keponakan Cu Im telah ditotok orang dengan menggunakan ilmu Im jiu Cing hiat..."
"Aaah..." Hee Giok yang merasa sangat terkejut sehingga paras mukanya berubah hebat, tapi begitu teringat bahwa dia sedang berada di hadapan ayahnya dan tidak pantas menunjukkan Sikap penuh perhatiannya terhadapnya Huan Cu im, dengan wajah bersemu merah cepat cepat dia mengalihkan pembicaraan ke soal lain-Tanyanya kemudian"Lihaykah ilmu Im jiu ceng hiat tersebut?"
"Aku dengar ilmu totokan Im jiu ceng hiat merupakan Sejenis ilmu menotok jalan darah yang paling lihay, tapi apa yang diderita keponakan Cu Im bukan Sampai disitu saja..."
"Aaah" Sekali lagi Hee Giok yang merasakan hatinya berdebar sangat keras, tanyanya dengan perasaan gelisah:
"Adik Cu Im telah menderita luka apa lagi?"
"Walaupun ia sudah tertotok jalan darahnya oleh ilmu Im jiu ceng hiat, namun di antara tiga buah jalan darah pentingnya di antara delapan nadi, orang itu telah menusukkan jarum Im khek ciam kedalam tubuhnya, hal ini membuat tidak sembarangan orang dapat menyembuhkan lukanya itu"
"Jadi maksud ayah, siauli sanggup melakukannya?"
"Menurut apa yang kuketahui, hanya seseorang yang memiliki ilmu can hoa Ci atau kan goan Ci saja yang dapat menyelamatkan seseorang yang terkena ilmu totokan Im jiu ceng hiat serta tusukan jarum Im khek ciam"
Ketika mendengar nama "Im khek ciam" disinggung, tiba tiba saja seluruh badan Hee Giok yong gemetar keras, namun dia berusaha keras untuk menenangkan hatinya Sesudah sangsi sejenak, akhirnya dia mengangkat kepalanya sambil bertanya: "Sanggupkah siauli untuk menyembuhkan lukanya itu?"
"Tentu saja" jawab Hee Im hong sambil tertawa,
"bukankah ilmu yang kau latih adalah ilmu jari can hoa ci"
Tentu kau mampu menyembuhkan lukanya"


Pedang Pelangi Jay Hong Ci En Karya Tong Hong Giok di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Tapi siauli tidak tahu bagaimana cara mempergunakan kepandaian tersebut sehingga luka yang diderita adik Cu Im bisa disembuhkan kembali..."
Melihat putrinya telah memberikan persetujuannya, sambil mengelus jenggotnya dan tertawa Hee Im hong berkata lebih jauh:
"Gampang sekali, jalan darah keponakan Cu Im yang terkena tusukan jarum Im khek ciam adalah jalan darah hui Im hiat, cian hut hiat dan Thian to hiat, semua jalan darah tersebut termasuk diantara nadi nadi Jiu, tok dan Im hui meh, sedang dua buah nadi yang menderita sumbatan adalah Jiu yang beng, cut yang beng, cut tay Im jiu san Im jiu tay yang dan Jiu ko im, jalan darahnya terdiri dari Thian Ci hiat, Thian tiong hiat dan Thian swan hiat."
"Kau cukup mengerahkan ilmu can hoa Ci untuk menyalurkan hawa murni yang tersumbat didalam beberapa buah nadi tersebut, asal nadi yang tersumbat dapat dilancarkan kembali, niscaya adik Cu Im mu akan terbebas dari pengaruh totokan"
Untuk beberapa saat lamanya Hee Giok yang menjadi sangsi, bagaimana tidak" Sejak jaman dulu, antara lelaki dan perempuan ada batasnya, padahal diantara beberapa buah jalan darah yang disebutkan tadi terdapat beberapa buah diantaranya yang tak pantas disentuh oleh tangan seorang gadis remaja, bagaimana mungkin ia bisa bertindak. Maka dengan wajah bersemu merah serunya agak ragu:
"Soal ini..." Tentu saja Hee Im hong cukup memahami jalan pemikiran putrinya, setelah mendehem dia berkata:
"Anak cay, aku cukup memahami maksud hatimu, tapi Cu Im adalah putra adik angkat ayahmu, hubungannya dengan ayahku sangat akrab sekali, sedang kau dengan sendirinya juga seperti saudara kandung sendiri, semenjak jalan darahnya tersumbat, keponakan Cu Im telah kehilangan sama sekali tenaga dalamnya, padahal cuma ilmu Can hoa cimu yang dapat membebaskan, sudah sepantasnya bila kau tak berkeberatan untuk menyembuhkannya. "
"Siauli mengerti, cuma... cuma..."
Huan Cu Im yang menyaksikan kesulitan orang segera menyela :
"Empek Hee, kalau toh enci Giok yang menjumpai kesulitan, lebih baik tak usah saja..."
Dengan cepat Hee Im hong mengulapkan tangannya memotong pembicaraan yang belum selesai itu, lalu ujarnya:
"Keponakan tak perlu sungkan sung kan, anak Cay adalah satu satunya orang yang bisa menggunakan ilmu jari Can hoa Ci dewasa ini, masa kau mengesampingkan bantuan orang sendiri dengan memberi bantuan orang lain" Apa lagi orang luarpun belum tentu bersedia menolongmu, bayangkan saja, orang yang pandai Can hoa Ci hanya Kiu hoa Sin nie seorang, sedang ilmu kan goan Ci sudah lama tak kedengaran lagi kabar beritanya dalam dunia persilatan, hendak kemanakah kau pergi mencari orang yang mengerti ilmu tersebut?"
Kemudian dengan paras mukanya sering diawasinya putri sendiri, luar katanya lebih jauh:
"Anak Cay, aku hanya mempunyai kau seorang putri, sedangkan Huan Ji siokmu hanya mempunyai Cu Im seorang putra, sebelum Huan lenyap dulu, antara aku dengannya pun sudah mempunyai kesempatan untuk menjodohkan putra putri kami masing-masing..."
"Ayah..." Hee Giok yang berseru dengan wajah tersipu sipu karena malu.
"Lelaki yang telah dewasa tentuakan kawin, gadis yang menginjak remaja pun tentu akan berumah tangga, apa sih yang perlu kau malukan?" kata Hee Im hong lebih jauh dengan wajah bersungguh sungguh, "dulu aku telah membicarakan pula persoalan ini dengan ibumu, yang lagi keponakan Cu Im berwatak baik dan berilmu tinggi. dia merupakan lelaki pilihan dewasa ini, sekalipun dia adalah manusia yang tak berguna pun ayah tetap akan menjodohkan dirimu kepadanya"
"Peristiwa ini berbeda jauh dengan hubungan antara persahabatan antara ayah dengan ayahnya bila putra dari keluarga Huan bisa memberi keturunan bagi keluarga Hee, sekalipun ayah matipun tentu akan mati dengan rasa tenteram."
"Ayah sengaja mengucapkan kata kata semacam ini kepadamu, alasannya tak lain adalah ingin memberitahukan kepadamu atas kehendak ayah selama ini, dihadapan kalian juga hari ini kujodohkan dirimu kepada keponakan Cu Im, dengan demikian kau pun tak usah merisaukan perbedaan antara lelaki dan perempuan lagi bukan?"
Perkataan tersebut benar benar membuat si nona teramat jengah, mukanya sampai berubah jadi merah padam seperti buah apel, kepalanya tertunduk rendah rendah dan mempermainkan ujung baju sambil membungkam dalam seribu bahasa.
Betapa tidak. Huan Cu Im tepat duduk dihadapannya, tentu saja ia tak berani mengangkat kepala untuk memandangnya.
Huan Cu Im sendiri pun tidak menyangka kalau empek Heenya bisa mengucapkan perkataan semacam itu dihadapan enci Giok Yong, namun setelah diutarakan tentu saja tak baik baginya untuk menampik, kalau tidak betapa malunya enci Giok yang nanti"
Namun dia pun tak bisa tidak mengemukakan pendapatnya, dengan wajah bersemu merah dan agak tersipu sipu katanya: "Empek Hee, keponakan masih kecil..."
"Haaahhh... haaahhh... haaahhh...." Hee Im hong tertawa terbahak bahak, "akutoh tak akan memaksamu untuk segera menikah, besok akan kuutus Ciu congkoan untuk membicarakan persoalan ini dengan ibumu, yang penting kalian bertUnangan dulu..."
Ho popo yang berdiri disisinya segera berseru pula dengan wajah berseri seri: "Kionghi Pocu, kionghi nona" Setelah tertawa bangga Hee Im hong berkata lagi:
"Anak Cay, antara kau dengan keponakan Cu Im sudah mempunyai ikatan sekarang, berarti kalian pun tak usah membataskan diri pada hubungan antara lelaki dan perempuan, tapi kalian boleh saling menyebut sebagai kakak beradik"
Tentu saja Hee Giok yang gembira sekali, dengan wajah tersipu sipu sahutnya:
"Baiklah..." Hee Im hong segera berpaling ke arah Ho Popo sambil pesannya:
"Ho Popo, coba kau siapkan sebuah kamar tidur didalam kuil ini buat keponakan Huan, untuk menyembuhkan luka yang dideritanya itu paling tidak anak Cay membutuhkan waktu selama dua-tiga hari, Sebelum tenaga dalamnya pulih kembali Seperti Sedia kala, biar dia berdiam disini untuk sementara waktu"
"Aku sinenek mengerti" buru buru Ho Popo bungkukkan badannya memberi hormat. Hee Im hong segera bangkit berdiri sambil katanya lagi:
"Baiklah keponakan Huan, berdiamlah dulu disini, aku harus pergi lebih dulu karena masih ada urusan lain"
"Empek Hee, apakah hal ini tidak kurang enak?" tanya Huan Cu Im sangsi.
"Apanya yang tidak enak" Biarpun perkawinan kalian masih terlalu awal untuk dibicarakan, namun mengingat empek Hee dengan ayahmu adalah saudara angkat, berarti kau dengan anak Cay pun merupakan saudara sendiri, kini ilmu silatmu telah punah, bila tidak berdiam disini hingga anak Cay dapat menyembuhkan lukamu itu, kau hendak berdiam dimana?"
Selesai berkata, ia segera beranjak pergi dari situ dengan langkah lebar. Cepat cepat Ho Popo berkata lagi:
"Huan kongcu, sekarang juga aku sinenek akan mempersiapkan sebuah kamar bagimu, kau tahu, kuil Cu Im an bukan tempat yang kecil, didepan situ masih terdapat beberapa buah kamar yang kosong. Tak usah kuatir, tiada hal yang mencanggungkan dirimu"
Tidak menanti jawaban dari Huan Cu Im serta Hee Giok yang lagi, ia beranjak pergi meninggalkan tempat tersebut.
Kini tinggal Huan Cu Im berdua duduk saling berhadapan, namun hati masing masing berdebar keras sehingga siapa pun tak berani berbicara lebih dulu.
Suasana hening semacam ini berlangsung sampai seperminum teh lamanya, ketika secara tiba tiba Hee Giok yang mengangkat kepalanya dan berseru dengan lembut:
"Adik Cu Im " Akhirnya toh dia yang membuka suara terlebih dulu.
Huan Cu Im segera mengangkat kepalanya, ketika sorot mata mereka saling bertemu satu sama lainnya, segera ditemukan bahwa diatas wajahnya yang putih bersemu merah terselip perasaan jengah yang menawan hati Sikap semacam itu kontan saja membuah hatinya tegang, dia segera bertanya: "Enci Giok yang apa yang hendak kau katakan ?"
Hee Giok yang menggigit bibirnya kencang kencang sehingga tampak sederet giginya yang putih bersih, katanya kemUdian dengan suara yang pedih :
"Aku ingin mengajukan satu pertanyaan kepadamu, siapakah yang telah menancapkan jarum Im khek ciam tersebut diatas jalan darahmu?"
Ternyata dia menguatirkan jarum Im khek ciam yang bersarang ditubuh si anak muda tersebut.
Huan Cu Im segera menghela nafas panjang :
"Aaai... panjang sekali untuk menceritakan kembali peristiwa tersebut..."
Secara ringkas diapun bercerita bagaimana secara tak sengaja menolong Yap Ling, kemudian baru diketahui bahwa nona itu adalah salah satu diantara dua belas tusuk konde emas dari bukit Lou Cu san...
"Dua belas tusuk konde emas dari bukit Lou Cu san?" seru Hee Giok yang tercengang.
"Yaa, mereka adalah dua belas orang nona yang dilatih dan dididik oleh seorang hu congkoan dibawah pimpinan Sim hujin" Hee Giok yang segera mendengus.
Menyusul kemudian Huan Cu Im bercerita tentang pelbagai peristiwa yang dialaminya ia bercerita bagaimana Yap Ling hilang lenyap dari rumah penginapan pada hari kedua, bagaimana pula seorang dusun datang mengajaknya pergi kerumah petani untuk menengok Yap Ling yang dibilang terluka, lalu bagaimana jalan darahnya ditotok orang...
"Jadi dalam keadaan begitulah jalan darahmu tertotok ?"
tanya Hee Giok yang. "Tidak!! aku diangkut pergi dari situ dalam keadaan tak sadar, tatkala mendusin kembali, ternyata kutemukan diriku disekap dalam sebuah ruang bawah tanah"
Menyusul kemudian diapun bercerita bagaimana empek Hee mengajaknya keluar dari ruang bawah tanah, lalu mengajaknya kembali keBenteng keluarga Hee.
Berubah hebat paras muka Hee Giok yang sesudah mendengar kisah tersebut, ucapnya kemudian:
"Kalau begitu kau disekap didalam penjara bawah tanah dibukit Lou Cu san, atau dengan perkataan lain, orang orang dari Lou Cu san yang telah membekukmu?"
"Benar" "Pernahkah ayah menjelaskan kepadamu siapa yang telah menotok jalan darah ditubuhmu?"
"Empek pernah bercerita, dia bilang orang tersebut adalah kakak seperguruan Sim hujin, namun berhubung dia sudah pulang ke rumahnya, sehingga tak ada orang yang dapat membebaskan jalan darahku itu..."
Sekali lagi paras muka Hee Giok yang berubah hebat, serunya tiba tiba sambil menggertak gigi:
"Ternyata memang perbuatan mereka, aku... aku... aku bersumpah akan mencincang siluman perempuan itu hingga hancur berkeping keping"
Dengan perasaan terkejut Huan Cu Im berseru : "Enci Giok yang, kau..."
Dengan air mata bercucuran membasahi wajahnya, Hee Giok yang berkata lagi dengan lirih:
"Sepuluh tahun berselang, ibuku meninggal dunia karena menderita sakit dihatinya waktu itu aku masih kecil dan tak tahu urusan, kuanggap ibu mati karena sakit, kemudian Ho popo lah yang secara diam diam memberitahukan kepadaku, dengan mata kepala sendiri ia saksikan diatas dada ibuku tertancap sebutir titik hitam kehijau hijauan sebesar mata jarum, dia suruh aku bertanya kepada suhu, apakah tanda tersebut merupakan gejala seseorang yang tewas akibat senjata rahasia?"
"Jadi bibi tewas dibunuh orang" tanya Huan Cu Im terperanjat.
Hee Giok yang manggut manggut, dua titik air mata jatuh berlinang membasahi pipinya yang lembut, katanya lagi:
"Kemudian gurukupun bercerita, ketika ibu mati, suhu datang melawat, dia orang tua setelah melihat dengan pasti bahwa gejala tersebut bukan bekas senjata rahasia, melainkan sejenis ilmu beracun yang amat sesat yang disebut jarum Im khek ciam..."
"Aaah " tak kuasa lagi Huan Cu Im menjerit kaget. Sambil menggertak gigi, Hee Giok yang berkata lebih jauh:
"Aku bertanya kepada suhu, siapakah jago persilatan yang melatih ilmu beracun tersebut, namun suhu dia orang tua tak tahu, tapi dia berpesan agar aku tidak membocorkan dulu rahasia tersebut melainkan melakukan penyelidikan secara pelan pelan. Hari ini kau muncul disini dengan membawa luka, kebetulan kaupun terluka oleh jarum Im khek ciam, bukankah ini berarti dendam berdarah kematian ibuku sudah mulai nampak titik terangnya ?"
"Apakah empek Hee mengetahui tentang persoalan ini ?"
"Aku tidak memberitahukan soal ini kepada ayah" sambil membesut air mata yang membasahi wajahnya, Hee Giok yang menggeleng, "waktu ayah telah mengawini perempuan she sim itu, ia menurut sekali dengan semua perkataan siluman tersebut dan melupakan ibuku, lagi pula suhu pun berulang kali berpesan kepadaku agar jangan membocorkan rahasia tersebut kepada siapa pun bila ingin mendapatkan hasil dari penyelidikan nanti, katanya, jika rahasia ini sampai bocor, kemungkinan besar aku tak pernah akan memperoleh titik terang"
Ditatapnya pemuda itu sekejap dengan pandangan mendalam, kemudian terusnya :
"Kemudian aku menemukan bahwa perempuan she Sim itu adalah seorang perempuan yang licik dan banyak tipu muslihatnya, aku sangat membencinya, maka bersama Ho popo, kami pun pindah ke kuil Cu Im an sampai sekarang"
"Aku sendiripun tidak habis mengerti" ucap Huan Cu Im dengan nada menyelidik, "Sim hujin yang berdiam di kuil Lou Cu san, nampaknya sedang memupuk pula suatu kekuatan yang maha besar?"
Hee Giok yang segera tertawa dingin.
"Itulah akibat ayah kelewat menyayanginya... ehmm, suhu dia orang tua pun tidak salah berkata, waktu itu andaikata kubocorkan soal ibuku yang tewas terkena jarum Im khek ciam, mungkin setelah kaupun terkena jarum Im khek ciam, mereka tak akan membiarkan aku tahu tentang peristiwa ini"
"Maksudmu... bibi... bibi..."
"Apakah fakta ini kurang jelas ?" tukas Hee Giok yang,
"jelas sudah bahwa perempuan she sim itulah yang telah mencelakai ibuku hingga tewas"
"Aku pikir dibalik kesemuanya ini pasti ada masalah lain, bukankah waktu itu Sim hujin belum menjadi penghuni tetap keluraga Hee...?"
"Hmm" sambil menggertak gigi Hee Giok yang mendengus,
"bila ibu tidak mati, jangan harap dia bisa melangkah masuk kepintu gerbang keluarga Hee, diapun tak nanti bisa mengendalikan ayahku "
Mendengar ucapan "mengendalikan" tersebut, satu ingatan segera melintas di dalam benak Huan Cu im.
Sekarang, ia teringat kembali dengan perkataan Yap Ling, nona itu pernah bilang, semua tindak tanduk Hee selalu menuruti perkataan Sim hujin, itu berarti semua perbuatan yang dilakukan empek Hee selama ini bukankah didalangi oleh Sim hujin dari belakangnya"
Berpikir sampai disitu, dia semakin yakin bahwa semua peristiwa yang telah dijumpainya didalam perjalanan ke kota Kim leng waktu itu benar benar ada sangkut pautnya dengan pihak bukit Lou Cu san-..
Melihat pemuda tersebut termenung sambil membungkam diri, Hee Giok yong segera berpaling sambil menegur: "Adik Cu im, apa yang sedang kau pikirkan?"
"oooh... tidak..."
Dengan sorot mata yang lembut Hee Giok yang mengawasi wajah pemuda itu lekat lekat, mendadak paras mukanya berubah jadi semu merah, katanya kemudian dengan suara lirih :
"Adik Cu im, tadi ayah telah..., telah men... menjodohkan aku ke... kepadamu, sebagai wanita aku hanya memiliki seorang suami itu berarti aku... aku seharusnya su... sudah menjadi milikmu,... tapi dendam kesumat ibuku belum terbalas, kemungkinan besar aku akan beradu jiwa dengan mereka mungkin aku tak dapat mendampingimu terus, tentunya kau... kau tak akan menyalahkan aku bukan?"
Kata katanya diucapkan dengan nada yang pedih dan memilukan hati, membuat siapapun ikut merasa terharu.
"Enci Giok yang, sebagai seorang anak memang wajar bila berbakti kepada orang tuanya, mengapa aku harus menyalahkan dirimu" Bila kau ingin membalaskan dendam bagi kematian bibi, aku pasti akan membantumu dengan sekuat tenaga..."
Tidak sampai perkataan tersebut selesai diucapkan, Hee Giok yang telah menggelengkan kepalanya berulang kali, ujarnya tegas
"Dendam sakit hati ibuku akan kubalas dengan tanganku sendiri, aku tak ingin dibantu oleh siapa pun"
"Dendam kesumat kematian ibu memang lebih dalam dari samudra, tentu saja kau harus membalasnya sendiri, maksudku, kau toh tak mungkin bertindak seorang diri, bagaimanapun juga harus ada orang yang membantumu dari samping"
"ooah..." mendadak Hee Giok yang seperti teringat akan sesuatu, ia segera bertanya "bukankah kau pernah berkata, bahwa Yap Ling telah memberitahukan kepadamu kalau dua belas tusuk konde emas dilatih dan dididik oleh Hu congkoan"
Kini ayah mengatakan bahwa mereka adalah anak murid kakak seperguruan perempuan she Sim itu, bukankah dibalik persoalan ini terjadi pertentangan yang tak beres ?"
"Benar, maksud empek Hee tak sulit untuk dipahami, dengan mengatakan kalau dua belas tusuk konde emas adalah murid murid dari kakak seperguruannya Sim hujin, berarti bila ia pergi meninggalkan tempat itu, otomatis murid muridnya diajak serta, hal ini melambangkan kalau dua belas tusuk konde emas bukan anggota Lou Cu san"
"Menurut pendapatmu perkataan siapa yang lebih dapat dipercaya " Pengakuan ayah atau Yap Ling ?"
"Aku rasa pengakuan empek Hee mengandung maksud menutupi keadaan yang sebenarnya, tentu saja pengakuan dari Yap Ling jauh lebih bisa dipercaya" Hee Giok yang segera manggut manggut
"Aku rasa pengakuan mereka berdua sama sama dapat dipercaya, bisa jadi orang yang melatih dua belas tusuk konde emas ini di atas nama adalah hu congkoan dari Lou Cu san, padahal dipimpin sendiri oleh kakak seperguruannya perempuan she Sim ini, atau siapa tahu Hu congkoan itu sesungguhnya adalah sucinya perempuan she Sim itu " Sebab Lou Cu san tak lebih hanya salah satu pesanggragan keluarga Hee, mustahil kalau dia diberi pangkat congkoan, karena itulah mereka menggunakan istilah hu congkoan, oleh karena perempuan Sim mengundang sucinya sebagai pembantu utama, maka diapun terpaksa mendapat kedudukan hu congkoan tersebut"
"Yaa, perkataan dari enci Giok yang memang sangat masuk diakal, bisa jadi memang begitu keadaannya"
"Malam nanti aku akan menyembuhkan lukamu, meski aku belum pernah mengobati orang, tapi ayah bilang ilmu Can hoa Ci bisa memunahkan pengaruh Im khek ciam, aku percaya hal ini tak bakal salah, setelah sembuh nanti beristirahatlah barang satu dua hari disini, mungkin kesehatan tubuhmu akan pulih kembali seperti sedia kala"
Dengan panda ngan yang lembut dia mengawasi pemuda tersebut, seakan akan sedang menantikan jawabannya . Huan Cu Im segera tertawa.
"Asal pengaruh totokan itu sudah bebas, seketika itu juga aku akan sembuh kembali"
"Bagus sekali kalau begitu" senyum kegirangan menghiasi wajah Hee Giok yang.
Tapi kemudian ia menggelengkan kepalanya lagi seraya berkata: "Tidak, lebih baik kau beristirahat sehari lagi disini"
Dari mimik mukanya, Huan Cu Im merasa seakan akan gadis itu hendak mengucapkan sesuatu, maka dia bertanya lagi : "Enci Giok yang, apakah kau ada urusan?"
"Benar" Hee Giok yang mengangguk. "aku tak pernah meninggalkan rumah, karena itu setelah kau sembuh kembali nanti, bersediakah menemani aku pergi kebukit Lou Cu san?"
"Kau hendak pergi ke Lou Cu san?" tanya Huan Cu Im terkejut.
"Benar, ibuku sudah mati sepuluh tahun, kini aku telah tahu bahwa pembunuh ibuku berada dibukit Lou Cu san, apakah aku tak pantas kalau pergi kesana ?"
"Aku rasa hal ini kurang sesuai ?" ucap Huan Cu Im dengan perasaan ragu ragu.
"Apanya yang tidak sesuai?" Hee Giok yang mencibirkan bibirnya. "hmm... bila kau enggan menemaniku, biar aku pergi seorang diri...
"Bukannya aku enggan menemanimu, tapi persoalan ini harus diselidiki dulu secara seksama dan berhati hati sebelum mengambil sesuatu tindakan"
"Benar " kata Hee Giok yang, "tapi untuk melakukan penyelidikan kita toh tak bisa duduk berpeluk tangan saja di dalam kuil Cu Im an" Dulu aku masih tidak tahu siapakah orang yang menggunakan jarum Im kek ciam tersebut, mencari orang itu bagaikan mencari sebatang jarum di dasar samudra luas, tapi sekarang kau tertusuk pula oleh jarum khek ciam dan orang tersebut adalah orang orang Lou Cu san, bukankah hal ini merupakan suatu bukti bahwa orang tersebut berada dimana" Aku akan mencari perempuan she Sim itu untuk menyerahkan orang yang telah menggunakan jarum Im khek ciam tersebut"
"Sampai sekarang, empek Hee kan belum tahu kalau bibi tewas oleh jarum Im khek ciam" Aku rasa, ada baiknya kalau kita beritahukan dulu persoalan ini kepada empek Hee, kemudian bersama sama empek kita baru pergi kebukit Lou Cu san, tindakan tersebut tentu lebih aman dan mantap..."
"Ayah ?" Hee Giok yong mencibirkan bibirnya, "apakah dia masih teringat dengan ibuku?"
"Tidak... persoalan ini merupakan suatu peristiwa besar bagaimanapun juga kita harus memberitahukan kepada empek Hee, sebab inilah tindakan yang paling tepat"
Perasaan kurang senang segera menghiasi wajah Hee Giok yong, katanya tiba tiba:
"Tidak!! aku bertekad tak akan memberitahukan persoalan ini kepada ayah, bila kau enggan membantu, akupun tak bakal memaksa, tapi paling tidak kau tak boleh menghalangi rencanaku"
Huan Cu Im agak tertegun, tapi ia segera tertawa :
"Enci Giok yang, perkataanmu itu terlalu serius masa aku akan menghalangi rencanamu?" Hee Giok yang mendengus.
"Hmm, kukatakan menghalangi sudah cukup sungkan, padahal yang lebih tepat adalah merusak dan mengacaukan rencanaku, coba bayangkan sendiri, bila kau memberitahukan persoalan ini kepada ayah, bukankah sama artinya dengan menghancurkan seluruh rencana yang telah kusiapkan?"
Dengan cepat Huan Cu Im menggelengkan kepalanya berulang kali, katanya:
"Sampai dimana sih jalan pemikiran itu" Sekalipun kuanjurkan agar empek Hee diberitahu, toh bukan aku sendiri yang akan melaporkan hal ini kepadamu, tapi kau sendiri yang berbicara dengannya, lagi pula, kalau toh kau bersikeras melarangku memberitahukan kepada empek Hee, aku tentu tak akan melakukannya, jika kau hendak pergi ke Lou Cu san, tentu saja aku akan mendampingimu, walau betapa besarpun resikonya"
"Aaah, kau..." sekarang Hee Giok yang baru merasa girang, dengan matanya yang jeli dia mengerling sekejap ke arahnya, lalu sambil cemberut dan tertawa ringan katanya lagi: "Kalau begitu akulah yang salah dugaan"
Baru saja dia berbicara sampai disitu Ho popo telah muncul dengan wajah berseri seri, serunya:
"Huan kongcu, nona silahkan bersantap malam"
"Ho popo, bila hidangan telah siap, suruh saja Ji Giok yang datang memanggil kami, mengapa kau harus repot repot sendiri?" ujar Hee Giok yang. Ho popo segera tertawa tergelak.
"Akulah yang melarang mereka datang mengganggu kalian, dihari hari biasa kan jarang sekali berbincang bincang, kini Huan kongcu telah datang, apa salahnya kalau berbincang bincang lebih banyak lagi?"
Merah padam selembar wajah Hee Giok yang. "Padahal kami tidak berbicara apa apa..." katanya pelan. Tiba tiba ia berseru tertahan, lalu katanya lagi:
"oya Ho popo, aku telah berhasil menemukan pembunuh yang telah mencelakainya jiwa ibuku dulu"
"Nona..." dengan tubuh bergetar keras Hopopo membelalakkan matanya lebar lebar.
Tidak menunggu sampai ia menyelesaikan perkataannya, Hee Giok yang telah berkata lebih jauh:
"Dia adalah sucinya perempuan she Sim itu yakni orang yang telah menyUmbat jalan darah adik Cu Im dengan jarum Im khek Ciam tersebut. bila aku telah membebaskan adik Cu Im dari pengaruh totokan nanti, diapun telah berjanji akan menemaniku pergi ke Lou Cu san-.."
"Bukankah tadi Pocu telah bilang bahwa orang yang telah menotok jalan darah Huan Cu Im telah pergi meninggalkan bukit Lou Cu san-..?" kata Hopopo.
"Kalau dia sudah pergi dari situ, maka kita tak dapat mencarinya kembali ?"
Kemudian sambil menggertak gigi menahan gejolak emosi didalam hatinya, ia berkata lebih jauh :
"Biar hwiesionya pada kabur, kuilnya toh tetap utuh, sebagai sucinya perempuan she Sim, kitakan bisa menuntut kepadanya untuk menyerahkan orang tersebut, masa dia dapat pungkir lagi ?"
"Jadi nona bertekad akan mengunjungi bukit Lou Cu san ?"
ujar Ho popo. "kau harus sadar bahwa persoalan ini merupakan suatu masalah besar, paling tidak berilah laporan kepada pocu agar pocu yang mengambilkan keputusan, kau boleh melakukan penyerbuan secara langsung dan gagah ke atas bukit Lou Cu san-"
"Aku mengerti " seru Hee Giok yang tak sabar.
"Kalau begitu cepatlah pergi bersantap. hidangan sudah dingin"
Dia berjalan lebih dulu didepan sementara Huan Cu Im dan Hee Giok yong mengikuti dibelakangnya .
Disebuah ruang tamu yang kecil telah disiapkan meja perjamuan, hidangan telah berada diatas meja tersebut.
Ciu gwat, Ciu kui dan Ji Giok berdiri menanti ditepi ruangan, ketika melihat kemunculan mereka berdua Ji Giok tanpa disuruh segera memenuhi mangkuk dengan nasi dan disiapkan dimeja.
"silahkan duduk adik Cu im" kata Hee Giok yang kemudian sambil mengangkat tangannya. Mereka berdua duduk saling berhadapan muka.
Hopopo segera mengerling memberi tanda kepada Ji giok sekalian bertiga, setelah itu katanya :
"Kalian boleh pergi bersantap dibelakang sana, tak perlu melayani disini lagi" Ji Giok sekalian bertiga segera mengiakan dan berlalu dari tempat itu.
"Hopopo" Hee Giok yang segera berkata "padahal kau seharusnya menyuruh salah seorang diantara mereka tetap tinggal disini, kau telah berusia lanjut, sudah sepantasnya kalau pergi bersantap secara teratur" Hopopo segera tertawa.
"Kalau nona tidak menyinggung, aku si nenek tidak begitu merasa lapar, setelah nona membicarakannya, aku si nenek benar benar merasa lapar sekali, baiklah, biar akupun pergi bersantap"
Begitu selesai berkata, tanpa menanti sampai Giok yang berkata lagi, dia telah mengundurkan diri dari situ dengan langkah tergesa gesa.
Tentu saja Hee Giok yang mengerti bahwa perbuatan dari Hopopo itu dilakukan secara sengaja, agar dia dapat berduaan saja dengan Huan Cu im.
Tanpa terasa mukanya berubah merah padam, kepalanya tertunduk rendah rendah dan segera berpura pura mengambil sayur.
Huan Cu Im mencicipi beberapa macam sayur yang dihidangkan, ia merasa setiap jenis hidangan tersebut semuanya lezat dan enak dimakan, tanpa terasa dia mengangkat kepala sambil berseru:
"Enci Giok yang, hidangan ditempatmu ini benar benar lezat dan enak semua..."
Namun ketika dilihatnya gadis itu hanya menundukkan kepalanya tanpa menjawab dia segera berseru tertahan sambil tegurnya lagi: "Enci Giok yang, mengapa kau tidak bersantap?"
pelan pelan Hee Giok yang mengangkat kepalanya dan tertawa jengah, sahutnya :
"Bukankah aku pun sedang bersantap. kau anggap masakan ini lezat" Kalau begitu tak usah sungkan sungkan, makanlah agak banyak..."
Dia segera mengambil sepotong ayam dan memakan dengan kepala tetap tertunduk.
"Enci Giok yang" ujar Huan Cu Im lagi "siaute dengar, Kiu hoa Sin nie pandai sekali didalam Ilmu pedang, kau sebagai murid siaute tentu memiliki Ilmu pedang yang sangat lihay bukan?"
Hee Giok yang memandang sekejap kearahnya, kemudian tertawa ringan :
"Aku tak lebih hanya seorang mudir tercatat guruku, apa yang berhasil kupelajari tak lebih hanya kulitnya saja"
"Tapi paling tidak toh jauh lebih tangguh daripada siaute...?"
"Bila kudengar dari perkataanmu barusan, tampaknya kaupun pernah berlatih ilmu pedang?"
"Dulu siaute tak pernah belajar Ilmu pedang, yang kupelajari hanya ilmu jari pedang, kemudian setelah tiba dibenteng keluarga Hee, empek Hee menghadiahkan sejilid kitab catatan ilmu pedang Kiu kiong kiam hoat kepadaku, sejak itulah kupelajari ilmu tersebut secara bersungguh sungguh jadi apa yang kupelajari baru dasarnya saja"
"Ilmu jari pedang?" tanya Hee Giok yang "apa sih yang disebut ilmu jari pedang itu?"
"Ilmujari pedang adalah ilmu pedang yang dimainkan dengan jari tangan "
"Siapa kah yang mewariskan ilmu tersebut kepadamu ?"
"Guruku " "Siapa pula gurumu ?"
Huan Cu Im tak berani berbicara terus terang, terpaksa ujarnya agak terbata-bata:
"Guruku tak ingin dikenali orang lain oleh sebab itu tak pernah memberitahukan nama aslinya kepadaku, maka selain memanggil suhu kepadanya, siaute sama sekali tidak tahu nama dia orang tua."
"Coba lihat, masa siapa kah guru sendiripun tidak kau ketahui ?" omel Giok yang sambil tertawa cekikikan-Tapi kemudian dia berkata lagi sambil manggut manggut:
"Akupun sering mendengar guruku bercerita, katanya banyak sekali jago lihay dunia persilatan yang enggan menyebutkan nama aslinya dihadapan orang lain, aku rasa gurumu itu tentu seorang tokoh maha sakti yang sudah lama hidup mengasingkan diri"
Begitulah, sambil bersantap mereka berbincang bincang kian kemari tanpa terasa Huan Cu Im telah menghabiskan nasi tiga mangkuk. sebaliknya Hee Giok yang hanya menghabiskan semangkuk.
Selesai bersantap Ji Giok munculkan diri menghidangkan air teh wangi... Hee Giok yang segera bangkit berdiri seraya berkata:
"Adik Cu im, setelah jalan darahmu tersumbat, otomatis ilmu silatmu tak dapat dikembangkan lagi, aku rasa paling baik bila disembuhkan selekasnya, mumpung sekarang baru selesai bersantap. kembalilah kekamar untuk beristirahat sebentar, kentongan pertama nanti, aku akan bersiap siap untuk menyembuhkan lukamu itu"
Kemudian kepada Ji Giok. pesannya pula
"Ji Giok. ajaklah Huan kongcu kembali ke gedung muka untuk beristirahat"
Ji Giok segera mengiakan, kemudian setelah mempersiapkan sebuah lentera, dia berkata sambil memberi hormat: "Huan kongcu, silahkan mengikuti budak"
Dengan membawa lentera, dia berjalan lebih dulu dimuka.
Huan Cu Im segera menjura pula sambil katanya : "Siaute mohon diri lebih dulu" Hee Giok yang tersenyum.
"Kau memang kelewat banyak adat"
Huan Cu Im mengikuti dibelakang Ji Giok menelusuri sebuah serambil yang amat panjang, kemudian setelah melewati sebuah pelataran kecil, mereka masuk lewat sebuah pintu bulat sebelah kanan dan tiba di sebuah gedung.
Gedung tersebut terdiri dari tiga buah ruangan dan merupakan sebuah bangunan yang berdiri sendiri, pepohonan tumbuh sangat subur ditengah halaman, suasana hening dan nyaman.
Ji Giok berjalan lebih dulu membukakan pintu ruangan, lalu dengan suara lirih katanya:
Setelah Huan Cu Im masuk ke dalam Ji Giok baru ikut masuk dan menyalakan lentera, setelah itu baru katanya:
"Ruangan ini merupakan ruang tamu, disisi kiri adalah kamar baca, sedang disisi kanan adalah ruang tidur, apakah kongcu akan langsung beristirahat didalam kamar?"
"Tidak usah, biar aku duduk sebentar di sini"
"Kalau begitu, biar duduk siapa air teh"
"Apakah disini tersedia tempat untuk memasak air?" tiba tiba pemuda itu bertanya.
"Ada"Ji Giok tertawa, "ketika Hopopo dan budak membereskan ruangan ini tadi, Ho popo merasa ada kemungkinan kongcu akan haus dan ingin minum teh, bila dimasak didapur tentu kurang leluasa dan jauh, oleh sebab itu kami telah siapkan sebuah anglo kecil yang setiap saat bisa digunakan untuk memasak air, dan oleh karena budak pernah melayani kongcu, maka akulah yang diutus untuk bertugas disini."
Huan Cu Im memandang sekejap ke arahnya, lalu sambil tertawa mengangguk berulang kali :
"Ehm, berapa bulan tak bersua, kau nampak lebih tinggi dan dewasa, wajahmupun nampak lebih cantik dan menarik."
Merah jengah selembar wajah Ji Giok. dengan kemalu maluan dia berbisik :
"Aaah, kongcu pandai bergurau, seandainya tiada kongcu, mungkin selembar jiwa budak sudah lama melayang."
Mendadak ia berseru tertahan, lalu bisiknya lagi:
"Budak telah memberi kabar kepada enci Ci Giok bahwasana kongcu telah terluka karena ditotok orang."
"Hey, bagaimana caramu berhubungan dengannya?"
"Budak sering kali pergi menjenguk enci Ci Giok. oleh karena saat ini budak sudah menjadi orangnya nona, Ciu congkoanpun tak berani menyusahkan diriku lagi." Tiba tiba ia tertawa misterius, kemudian sambungnya lagi:
"Budak dapat merasakan bahwa enci Ci Giok sangat merindukan dirimu, dia sering kali menyinggung kau dihadapan budak, oleh sebab itu..." setelah berhenti sejenak "
kongcu terluka oleh totokan musuh, budak merasa berkewajiban untuk memberitahukan soal ini kepadanya."
Kemudian setelah berhenti sejenak, katanya lagi: "Sudahlah, budak harus mengambilkan air teh buat kongcu."
la segera membalikkan badan, dan berjalan menuju kedalam, tak selang berapa saat kemudian telah muncul kembali sambil membawa secawan air teh.
"Terima kasih " bisik Huan Cu Im kemudian-Ji Giok segera tertawa manis.
"Tugas tersebut sudah menjadi kewajiban budak. masa kongcu harus berterima kasih kepadaku" Jangan membuat budak menjadi serba salah sendiri..."
"Berapa orang sih yang berdiam di kuil Cu Im an?" segera mengalihkan pokok pembicaraan ke soal lain"Selain nona dan Ho popo, masih ada Ciu gwat, Ciu kui, seorang Thian loya yang mengurusi segala persoalan tetek bengek. Siupopo yang mengurusi soal dapur dan ahoa yang menjadi koki, jadi semuanya berjumlah delapan orang."
"Agaknya Hopopo tidak mengerti ilmu silat, tapi kepandaian silat yang dimiliki enci Ciu gwat dan enci Ciu kui lihay sekali, sedang yang lain aku kurang tahu"
"Bagaimana dengan kau sendiri ?"
Kembali paras muka Ji Giok bersemu merah :
"Nona sih menitahkan kepada budak agar berlatih silat bersama sama Ciu gwat dan Ciu kui, tetapi latihan budak kurang bagus."
Huan Cu Im manggut, diambilnya cawan teh lalu pelan pelan dihirup satu tegukan. Kembali Ji Giok berkata :
"Kongcu, sampai sekarang jalan darahmu masih tersumbat, perhatikan soal kesehatan lebih baik pergilah beristirahat sebentar..."
Huan Cu Im memang merasa agak lelah, maka diapun manggut manggut sambil bangkit berdiri:
"Baiklah..." Cepat cepat Ji Giok maju kedepan dan membukakan pintu kamar sebelah kanan, setelah memasang lampu dia baru berkata: "Kongcu, sekarang kau boleh masuk."
Huan Cu Im melangkah masuk ke dalam ruangan, suasana dikamar itu terasa tenang dan bersih, pembaringan dengan seprei yang teratur rapi telah dipersiapkan
"Mari budak bantu kongcu untuk melepaskan pakaian" kata Ji Giok lagi.
"Tidak usah, kaupun harus pergi beristirahat"
"Tidak bisa jadi, budak akan berjaga di luaran silahkan kongcu beristirahat dengan hati yang tenang"
"Kalau begitu biar aku berbaring sejenak tanpa membuka pakaian-.."
"Tidak apa apa,jika nona datang nanti, budak pasti akan membangunkan kongcu"
Selesai berkata dia lantas membalikkan badandan mengundurkan diri dari situ, sekalian menutup rapat pintu kamar.
Huan Cu Im berbaring diatas ranjang tanpa melepaskan pakaian luar, tapi bagaimana mungkin dia bisa tertidur dengan nyenyak"
Teringat olehnya, semenjak kembali keBenteng keluarga Hee kali ini, sampai sekarang dia belum berkesempatan untuk menjumpai gurunya, entah bagaimanakah keadaannya pada belakangan hari ini"
Teringat akan suhunya, tanpa terasa timbul pula perasaan curiga didalam hati kecil pemuda ini, apa sebabnya dia datang kebenteng keluarga Hee dan bersedia menjadi ketua pelatih disitu"
Selain itu, diapun teringat kembali dengan Ci Giok. ditinjau dari kesediaannya untuk menjadi seorang dayang dalam benteng keluarga Hee, bisa dipastikan dia mempunyai maksud maksud tertentu.
Lalu bagaimanakah watak empek Hee yang sebenarnya
"Apakah dia adalah seorang lelaki sejati " Ataukah seorang manusia munafik, ?"
Berdasarkan pengamatannya, sikap si empek Hee terhadapnya boleh dibilang sangat baik dan sedikitpun tidak mirip dengan orang jahat, lalu bagaimanakah dengan tindak tanduk serta ulahnya selama pemilihan Bu lim Bengcu tempo hari " Apakah semua perbuatannya itu merupakan hasil rancangan dari Sim hujin yang menjadi dalang kesemuanya ini
" Apakah Sim hujin sebetulnya manusia dibelakang layar"
sim hujin yang tinggal di Lou Cu san tampaknya memegang suatu kekuasaan yang sangat besar, apakah empek Hee yang tidak menyadari akan hal ini" Ataukah mungkin hal ini merupakan kerja sama dari sepasang suami istri itu "
Disamping itu, keterangan yang diberikan empek Hee serta Yap ling pun sama sekali tidak cocok sama lainnya.
Menurut Yap Ling : Dua belas tusuk konde emas merupakan anak buah yang dilatih oleh hu congkoan dari bukit Lou Cu san-Tapi empek Hee mengatakan bahwa dua belas tusuk konde emas adalah anak murid dari kakak seperguruannya Sim hujin-Seandainya dua belas tusuk konde emas benar benar merupakan hasil didikan dari Ho congkoan, ini berarti mereka adalah anak buah Sim hujin, sebaliknya kalau menjadi muridnya kakak seperguruan dari Sim hujin, berarti mereka bukan termasuk anak buah Sim hujin-Disamping itu yakni keinginan empek untuk menjodohkan enci Giok yong kepadanya malah persoalan tersebut telah dikemukakan pada hari ini dihadapan enci Giok yong sendiri, ini berarti hubungan mereka sudah diresmikan-Padahal ia pernah mengemukakan soal perkawinan ini kepada gurunya, tapi suhunya justru memberikan ketidak setujuannya...
Pemuda itu merasakan pikirannya sangat kalut, persoalan yang dipikirnya juga kian lama kian bertambah banyak. makin lama semakin rumit.
Bagaimana pun juga dia belum lama terjun dalam perguruan bebas, pengalamannya masih belum cukup, menghadapi persoalan tersebut ia menjadi kelabakan dan hampir saja dibuat serba salah.
Waktu pelan pelan merambat dan berputar terus, tanpa terasa kentongan pertama pun sudah menjelang tiba.
Baru saja Huan Cu Im melangkah turun dari pembaringan, ji Giok telah mendorong pintu sambil melangkah masuk kedalam.
Ia segera tersenyum setelah melihat Huan Cu Im telah mendusin dari tidurnya, segera tegurnya :
"oooh... rupanya kongcu telah mendusin, nona telah datang, dia melarang budak untuk membangunkan kongcu dari tidurnya"
"Aaah, aku toh belum tertidur, hanya tidur tiduran ayam belaka..." sahut sang pemuda.
Dengan cepat ia berjalan keluar dari kamar tidurnya.
Ternyata Hee Giok yang, Hopopo dan Ciu kui telah berada didepan kamar.
Agar lebih leluasa didalam pengobatan nanti, Hee Giok yang telah bersalin dengan seperangkat pakaian ringkaS
berwarna hijau serta membungkus rambutnya dengan kain hijau pula.
Tapi justru dalam dandanan begini dia nampak lebih cantik, menarik dan lembut, di balik keayuan dan kelembutan terselip pula sikap yang gagah dan anggun.
Huan Cu Im belum pernah menjumpai nona tersebut mengenakan pakaian ringkas, apalagi dimusim panas begini, pakaian yang dikenakan begitu tipis sampai lekukan tiap bagian tubuhnya terlihat dengan nyata sekali.
Untuk sesaat dia merasakan pandangan matanya menjadi silau, hingga tanpa terasa memperhatikan beberapa kejap lagi.


Pedang Pelangi Jay Hong Ci En Karya Tong Hong Giok di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Bukan cuma begini, sepasang matanya seolah olah telah terpaku diatas tubuh nona itu, sampai dia menjadi tertegun dan lupa untuk berbicara.
Merah jengah selembar wajah Hee Giok melihat tatapan orang itu, ia segera bangkit dan menyambut kedatangan sang pemuda sambil katanya :
"Adik Cu im, tadi sudah kularang Ji Giok untuk membangunkan dirimu, tapi kau toh terbangun juga "
Huan Cu Im baru tersentak kaget dan menyadari kesilafannya setelah mendengar perkataan itu, dia segera berseru tertahan sambil buru buru katanya:
"Sebetulnya siaute belum tertidur nyenyak, tadi hanya tidur tidur ayam saja, justru siautelah yang merasa tidak enak.
sebab gara gara urusan siaute, enci mesti risau dan repot"
Hee Giok yang tertawa manis.
"Ayah menyuruhku untuk mengobati luka tersebut, padahal biar ayah tidak menyuruhpun, jika kau tertotok jalannya aku pasti akan berupaya untuk menyembuhkan- Hanya masalahnya sekarang, aku belum pernah mencoba mengobati orang dengan menggunakan ilmu jari, sehingga tidak kuketahui apa yang mesti kuperbuat?"
Kemudian tidak menunggu Huan Cu Im menanggapi perkataan itu, dia telah menyambung lebih jauh :
"Nah, waktu sudah cukup larut malam, kita harus segera bekerja..."
"Terima kasih cici" ucap Huan Cu im Hee Giok yang membalikkan tubuhnya dan berkata lagi:
"Ho Popo, kau ikut aku masuk ke dalam Ciu gwat, Ciu kui, kalian berdua berjaga jaga disini"
la sambut pedang pelanginya dari tangan ciu kui kemudian melangkah masuk lebih dulu ke dalam kamar tidur.
Huan Cu Im dan Ho Popo segera mengikuti dibelakangnya, masuk pula ke dalam kamar tidur.
Tanpa disuruh Ji Giok segera bekerja keras menutupi semua jendela dan menarik hordennya.
Hee Giok yang segera memandang sekejap kearah Huan Cu im, kemudian ujarnya dengan suara lembut :
"Kau harus melepaskan pakaian luar dan berbaring diatas pembaringan..." Ji Giok memburu ke depan dan katanya:
"Kongcu, biar budak membantumu untuk melepaskan pakaian"
"oooh tidak usah" buru buru Huan Cu Im menampik dengan muka bersemu merah, "biar aku melepas sendiri..."
Terpaksa dia melepaskan jubah luarnya kemudian diserahkan kepada Ji Giok.
"Nah, kongcu, berbaringlah sekarang" kata Ho Popo kemudian, "agar nona segera turun tangan"
Terpaksa Huan Cu Im naik ke atas pembaringan dan segera membaringkan diri.
Hee Giok yang menyusul di belakangnya, tapi dengan muka memerah lantaran jengah ia berbisik :
"Selama ini aku belum pernah mencoba, hatiku merasa rada takut."
"Aaai, inilah kesalahan pocu," omel Ho Popo. "Padahal dia sudah tahu kalau kau belum pernah mencoba, setelah meminta kepadamu untuk mengobati kongcu, seharusnya diapun hadir disini untuk memberi petunjuk"
"Kapan sih ayah pernah mencampuri urusan kita?" Giok yang balik bertanya.
"Kalau begitu kaupun tak perlu takut lagi kalau toh pocu sudah mengatakan bahwa hanya ilmu Can hoa cimu yang bisa membebaskan pengaruh totokan tersebut, sudah pasti perkataannya tak bakal salah, yang penting kerjakan saja secara berhati hati."
Hee Giok yang segera berseru :
"Adik Cu im, dari ayah aku dengar jalan darahmu yang tertotok terdiri dari Jiu yang beng, Tay jiu hiat, Sau im, Cu yang beng, Tay Im Hui Im serta nadi nadi jiu, tok. Im wi dan sembilan tempat pertemuan syaraf lainnya, bukankah begitu?"
"Benar" sahut Huan Cu Im sambil tetap membaringkan diri.
"Ayah cuma menerangkan bahwa jalan darah yang tersumbat itu akan bebas kembali jika ditotok oleh ilmu jari Can hoa ci, tapi yang dimaksud cuma ditotok saja ataukah harus diuruti pula " Apakah kau tahu ?"
Huan Cu Im segera bangkit dan duduk di atas ranjang, sahutnya :
"Seperti misalnya urat Jiu yang beng, sesungguhnya jalan darah yang tertotok hanya jalan darah Thian Ci hian nya, bila dalam ilmu totokan biasa, asal jalan arah tersebut dibebaskan maka persoalan pun jadi beres, tapi berbeda jika ditotok dengan ilmu Im jiu hiat, sebab yang mereka totok adalah nada urat nadi. hal ini menyebabkan satu saja jalan darah tertotok.
seluruh urat tersebut menjadi tersumbat dan tidak berfungsi lagi.Jadi menurut pendapatku, yang dimaksudkan oleh empek Hee bukan cuma membebaskan pengaruh totokan saja, tapi harus diuruti semua nya"
"Nenek keparat itu betul betul jahanam dan keji" umpat Hoo Popo kemudian dengan rasa mendongkol, "coba kalau nona tak mengerti ilmu Can hoa ci, bukankah jalan darah kongcu akan tersumbat untuk selama nya"
"Ehmmm..." sementara itu Hee Giok yang telah tersenyum sambil mengangguk, "kalau begitu kesembilan uratmu harus dibikin lancar semua... nah, berbaringlah sekarang"
Huan Cu Im menurut dan segera membaringkan diri keatas pembaringan.
Hee Giok yang termenung sebentar, lalu tanyanya lagi:
"Apakah dalam urat Jiu yang beng terdapat jalan darah Thian Ci hiat...?"
"jalan darah itu merupakan nadi samping yang terletak dibawah Coat kun dan kek hui atau dengan nama lainnya Hee kut dan termasuk dalam lingkungan usus besar"
"Waaah, tampaknya kau sangat menguasahi tentang ilmu jalan darah ketimbang aku" puji Hee Giok yang, "ehmm...
kalau dipikir kembali, orang tersebut memang sangat keji dan jahat, dan sengaja menotok jalan darah Thian Ci hiatmu agar kau tidak mengerti termasuk dalam kelompok manakah jalan darah itu, maka jika kau mencoba mengatur pernapasan bisa berakibat hawa murnimu mengalir secara terbalik..." Lalu setelah berhenti sejenak. katanya lagi
"Sudalah, kau jangan berbicara lagi, aku segera akan mulai turun tangan"
pelan pelan dia menarik napas panjang sambil mengangkat pergelangan tangan kanannya, jari telunjuk dan jari tengahnya ditegakkan seperti tombak lalu menyalurkan hawa murni ke ujungnya, pelan pelan dia totok jalan darah Siang yang hiat pemuda tersebut.
Lalu secepat kilatjari tangannya bergerak naik keatas dengan menotok jalan darah Coat kay, kemudian bergeser kebawah hingga menotok jalan darah Thian Ci hiat sebelum berhenti dan pelan pelan menarik kembali tangannya.
Bagaimana pun juga dia adalah seorang nona yang memiliki tenaga dalam jauh lebih cetek ketimbang kaum pria, sehabis menotok sebuah jalur nadi penting, napasnya telah terengah dan selembar mukanya berubah menjadi merah padam.
Ia segera menghembuskan napas panjang, lalu tanyanya:
"Adik Cu Im bagaimanakah perasaanmu sekarang?"
Tatkala gadis itu menotok jalan darah Thian Ci hiatnya tadi, Huan Cu Im merasakan jalan darahnya amat panas seperti digarang dengan besi panas segulung aliran hawa panas yang menyengat langsung menembusi jalan darahnya melewati nadi nadi penting dan melumerkan hawa dingin yang semula membeku disitu.
Dalam waktu singkat ia merasakan bagian tubuhnya itu menjadi hangat dan sangat nyaman, ia sadar jalan darahnya yang semula tertotok kini sudah bebas kembali. Yang dimaksud bebas hanya satu bagian nadinya belaka, jadi bukan keseluruhan-Maka sembari membuka matanya, dia berkata:
"Enci Giok yang, ilmu jari Can hoa Ci mu betul betul sangat hebat dan manjur, nyatanya nadi Jiu yang beng siaute yang semula tertotok. kini telah bebas kembali"
"Sungguh?" seru Hee Giok yang kegirangan lalu, "bagus sekali kalau begitu, sekarang akan kutotok nadi San yang kengmu"
Selesai berkata ia segera menghimpun tenaga dalamnya dan mulai menggerakkan jari tangannya menotok dari jalan darah Khek swan hiat terus turun kebawah lengan kanannya hingga mencapai jalan darah Sau cicng hiat.
Perlu diketahui, nadi Jau sau Im keng dari mula hingga berakhir dijalan darah Sau ciong hiat mempunyai hubungan yang erat dengan nadi Jin tay yang keng, oleh karenanya selesai menotok nadi Jiu sau Im keng tadi, Hee Giok yang sama sekali tidak menghentikan jari tangannya dan langsung menotok pula jalan darah Sau Ci hiat pada lekukan pemuda itu.
Selesai membebaskan ketiga buah jalur nadi penting itu, Hee Giok yang sudah bermandi keringat, napasnya tersengal sengal...
-oo0dw0oo Jilid: 44 Hopopo segera mengambilkan kursi sambil berbisik:
"Nona, duduklah sebentar untuk beristirahat."
Hee Giok yang manggut manggut dan segera duduk.
Waktu itu napasnya telah tersengal sengal hingga tak mampu berbicara, tapi dasar keras kepala, dia berlagak seakan akan tak pernah terjadi apa apa atas dirinya dan pelan pelan membereskan rambutnya yang kusut.
Tanpa disuruh Ji Giok menyerahkan selembar handuk panas kepadanya, pelan pelan nona itu menyeka keringat diwajahnya dengan handuk. sementara secara diam diam dia mengatur napas untuk menenangkan kembali gejolak dalam dadanya.
Selang berapa saat kemudian pelan pelan ia baru dapat menguasahi diri dan menjadi tenang kembali.
Sementara itu Huan Cu Im telah terbebas dari pengaruh totokan pada ketiga bagian nadi pentingnya setelah mendapat pengobatan tersebut, hawa murninya dapat beredar kembali dengan lancar pada bagian lambung serta sepasang lengannya. Pelan pelan ia bangun duduk dan berkata:
"cici Giok yong, sepasang lengan siaute telah pulih kembali dalam keadaan normal siaute rasa lebih baik pengobatan pada malam ini diakhiri sampai disini lebih dulu sebab Cici pasti sudah kehilangan banyak tenaga karena harus membebaskan totokan tadi, mengenai keenam nadi penting lainnya lebih baik disembuhkan besok malam saja."
"Aaah, mana boleh jadi ?" seru Hee Giok yang sambil tersenyum, "lagi pula aku tak begitu lelah, asal beristirahat sebentar saja kekuatanku bakal pulih kembali seperti sedia kala. Berbeda dengan kau dengan tersumbatnya jalan darah penting ditubuhmu, sama artinya ilmu silatmu telah punah, aku harus membebaskan dirimu lebih dulu dari keadaan tersebut, karena bila ilmu silatmu dapat pulih kembali malam ini, berarti besok pagi kita dapat segera berangkat ke bukit Lou Cu san"
"Tapi cici apa tahan untuk menembusi kesembilan nadi penting siaute sekaligus" Hati hatilah dengan kesehatan badanmu"
Hee Giok yang memandang sekejap wajah pemuda itu, melihat sikapnya yang begitu kuatir dan penuh perhatian, ia merasakan hatinya menjadi manis. Sambil tersenyum lembut segera sahutnya:
"Sekarang aku telah membebaskan tiga buah nadi penting mu, berarti sepertiga pekerjaanku telah rampung, dengan duduk beristirahat sebentar, bukankah kekuatan tubuhku akan segera pulih kembali" Sudahlah kau tak perlu kelewat menguatirkan keselamatanku"
Berbicara sampai disitu, dia lantas bangkit berdiri untuk membebaskan jalan nadi jiu hui Im keng, disusuk kemudian nadi penting disepasang kakinya yakni Cu yang beng dan Cu tay Im keng.
Tatkala ketiga bagian nadi penting itu selesai dibebaskan dari hambatan, nona itu sudah mandi keringat, dengusan nafasnya lebih tersengal sengal, bahkan dia sendiripun mulai merasa tak sanggup menahan diri.
Dengan berpegangan pada sisi pembaringan, pelan pelan ia duduk kembali.
HoPopo merasa amat terkejut menyaksikan paras muka nonanya pucat pias seperti mayat, dengan parasaan cepas segera tanyanya: "Nona, kau tidak apa apa bukan?"
Pelan pelan Hee Giok yang memejamkan matanya tanpa menjawab, selang beberapa saat kemudian ia baru membuka matanya kembali dan berkata sambil tertawa :
"Selain membebaskan pengaruh totokan, akupun mesti mengerahkan tenaga dalam, dengan sendirinya badanakan terasa letih, tapi tidak mengapa, asal duduk beristirahat sebentar, kekuatan tubuhku pasti akan pulih kembali seperti sedia kala."
"Aku si nenek tidak mengerti ilmu silat," kata Ho Popo,
"tetapi aku situa merasakan betapa beratnya pekerjaan ini, apa lagi dengusan napasmu tadi sudah tersengal sengal seperti itu. Aku rasa, perkataan Huan kongcu tadi memang benar, sisanya lebih baik dikerjakan besok malam saja."
"Kini hanya tinggal tiga bagian nadi penting saja yang belum dibebaskan, kenapa harus ditunda sampai besok malam?" sahut Hee Giok yang tertawa, "lagi pula meski aku rada lelah untuk membebaskan kesembilan buah nadi penting itu sekaligus, tapi setelah beristirahat semalam saja, kekuatan tubuhku toh bakal pulih kembali seperti sedia kala"
Ji Giok segera menuang secawan air teh panas, katanya sambil diangsurkan kemuka: "Nona, minumlah dulu"
Hee Giok yang menyambut cawan itu serta menghirupnya setegukan, kemudian sambil menyerahkan kembali ke tangan Ji Giok. ia bangkit berdiri seraya berkata:
"Nah, sekarang tinggal tiga buah jalan nadi saja yang belum dibebaskan, asal semuanya telah kulakukan pekerjaanpun akan selesai..."
"Nona beristirahatlah sebentar lagi"
"Tidak usah" Sambil mengerahkan tenaga dalamnya dia pun bersiap siap melakukan gerakan menotok kembali.
Tapi secara tiba tiba dia mengurungkan niatnya, sebab diketahui jalan darah yang bakal ditotoknya sekarang akan dimulai dari jalan darah Hui Im hiat yang terletak diatas
"anunya" pemuda itu.
Sebagai seorang nona remaja, bagaimana mungkin ia tidak merasa rikuh dan malu untuk meraba dan menguruti bagian terlarang dari pemuda tersebut.
Kontan saja paras mukanya berubah menjadi merah padam lantaran jengah, jari tangannya yang telah dipersiapkanpun pelan pelan diturunkan kembali kebawah.
Ho Popo menjadi keheranan menyaksikan sikap jengah nonanya itu, tak tahan ia segera bertanya:
"Nona, mengapa kau?"
"Aku... aku... aaah, tidak apa apa, cuma... cumaa..."
Ketika berbicara sampai disitu, kembali ia terhenti sementara selembar wajahnya berubah semakin merah padam.
Dengan cepat Ho Popo memahami duduknya persoalan, sambil manggut ia segera berkata: "Apakah nona merasa rikuh dan serba salah "padahal persoalan semacam ini tak perlu dirisaukan, bukankah poocu telah berkata, hubunganmu dengan kongcu telah resmi, biarpun antara lelaki dan wanita ada bedanya tapi hanya nona seorang yang dapat berbuat begini. Apa aku dan Ji Giok menyingkir dulu, agar nona bisa bekerja seorang diri tanpa canggung"
Sementara itu Huan Cu Im yang berbaring diatas ranjang pun merasa rikuh untuk turut berbicara, sebab itu matanya segera dipejamkan rapat rapat dan tidak bersuara lagi. Diam diam Hee Giok yang menggertak giginya kencang kencang, kemudian berkata:
"Kalian tak usah menyingkir, ucapan popo betul juga, aku toh sedang berusaha membebaskan adik Cu Im dari pengaruh totokan kenapa mesti memikirkan hal yang bukan2?"
Maka sambil memberanikan diri dia mengangkat jari tangannya kembali lalu menotok jalan darah Hui Im hiat ditubuh Huan Cu im.
Betapa pun dia berbicara secara leluasa, toh jari tangannya yang dipakai untuk menotok kelihatan gemetar keras, sementara hatinya turut berdebar pula dengan kerasnya.
Nona itu harus menghentikan sebentar jari tangannya diatas jalan darah IHui Im hiat itu sebelum menenangkan dulu hatinya yang bergolak dan melakukan totokan-Ho Popo dan Ji Giok kuatir ia merasa malu, karenanya mereka cepat cepat berpaling kearah lain-Hee Giok yang tidak bersuara, seluruh perhatiannya telah dicurahkan dalam gerak pengobatan tersebut, secepat kilat jari tangannya menotok nadi Jin meh sampai selesai.
Sesudah itu dia baru menarik kembali jari tangannya dan menghembuskan napas panjang, katanya kemudian:
"Adik Cu im, balikkanlah tubuhmu sekarang, aku hendak membebaskan nadi Tok mehmu yang tertotok."
"Terima kasih cici." ucap Huan Cu Im dengan wajah bersemu merah karena jengah. Ia segera membalikkan badan dan berbaring dengan miringkan tubuhnya.
Hee Giok yang menarik napas panjang, dimulai dari jalan darah Tiang Jiang hiat dia mulai melakukan serentetan totokan naik keatas.
Perlu diketahui, jalan darah yang tergabung dalam susunan nadi Tok meh ini terdiri dari dua puluh delapan buah jalan darah, padahal nona itu harus membebaskannya sekaligus dengan tanpa beristirahat atau kesempatan untuk mengatur pernapasan, tak heran kalau banyak tenaga yang terkuras habis.
Ketika selesai membebaskan susunan nadi Tok meh dari pengaruh totokan, ia sudah merasa letih sekali sampai tenaganya tak mampu dihimpun kembali. Sambil berpegangan ditepi pembaringan ia terengah engah tiada hentinya. Pelan pelan Huan Cu Im membuka matanya lalu berkata:
"Enci Giok yang cepatlah beristirahat sejenak. sisa Im hui meh yang belum dibebaskan lebih baik dikerjakan nanti saja."
Sambil mengatur napasnya yang tersengal, Hee Giok yang segera tertawa manis:
"Yaa, aku memang harus beristirahat dulu sebelum melanjutkan pekerjaan, aaaii... siapa suruh tenaga dalamku kelewat rendah sehingga beginilah akibatnya... tapi, bagaimana perasaanmu sekarang" Apakah beberapa buah jalan darah yang telah kutotok tadi semua dari sumbatan?"
"Yaa, semuanya telah dibebaskan" jawab Huan Cu Im sambil duduk. "ilmu jari can hoa Ci dari Cici betul betul merupakan tandingannya dari jarum Im khek ciam"
"Asal kau sudah sembuh, hal ini sudah cukup" kata Hee Giok yang sambil tertawa.
Setelah menghirup air teh setegukan dan membereskan rambutnya yang kusut, ia bangun berdiri sambil katanya:
"Sekarang tinggal Im hui meh saja yang belum tembus, asal ini telah kukerjakan, kau pasti akan bebas dari pengaruh totokan"
"Beristirahatlah dulu, mengapa harus terburu napsu" Toh tenagamu belum pulih kembali"
"Tidak Aku sudah merasa pulih kembali biarlah aku beristirahat setelah jalan nadi Im hui mehmu terbebas dari totokan nanti. Waktu itu kau pun bisa segera mulai bersemedi untuk mengatur pernapasan"
Karena mengapa apa yang dlucapkan nona itu ada betulnya juga maka Huan Cu impun segera manggut manggut:
"Baiklah, silahkan kau segera turun tangan"
Berbicara sampai disitu, ia segera membaringkan diri kembali ke atas ranjang.
Pelan pelan Hee Giok yang menarik napas panjang, totokannya kali ini dimulai dari jalan darah Cu pia hiat.
Adapun jalan darah yang tergabung dan susunan nadi Im hui hiat ini terdiri dari tujuh buah, dengan sendirinya pekerjaanpun dapat diselesaikan lebih cepat.
Tapi keadaan Hee Giok yang waktu itu sudah kepayahan, secara beruntun dia telah menotok bebas delapan buah susunan nadi yang terdiri dari delapan buah jalan darah, sekalipun diantaranya ia sempat beristirahat sebentar, tak urung dengan tenaga dalam yang rendah, banyak juga kerugian yang dideritanya.
Untuk berapa saat, ia tak mampu memulihkan kembali kekuatannya dalam waktu singkat.
Sejak menotok jalan darah cupia hiat tadi, sinona sudah merasakan hatinya berdebar keras dan tenaganya hampir terkuras habis.
Tapi karena ia telah terlanjur turun tangan dan mustahil dihentikan kembali ditengah jalan, terpaksa sambil menggertak gigi kencang kencangkan tarik hawa murninya berulang kali, percepat gerakan totokan Dalam waktu singkat dia telah menotok jalan darah Husi hiat, Tay heng hiat, IHupay hiat, Ki bun hiat, Thian tu hiat serta Lian swan hiat, enam buah jalan darah penting.
Sebagaimana diketahui tadi tenaga yang terhimpun sekarang sudah kelewat dipaksakan maka begitu selesai menotok jalan darah Lian swan hiat dan perasaan tangannya ikut mengendor, gadis tersebut segera merasakan kepalanya pusing sekali dan pandangan matanya berkunang kunang.
Dia mencoba untuk berpegangan pada sisi pembaringan untuk mempertahankan diri, siapa tahu kakinya sudah terasa amat lemas sehingga tak ampun lagi tubuhnya jatuh terduduk diatas lantai
Dengan perasaan terkejut buru buru Ho Popo berteriak keras: "Nona mengapa kau?"
pada saat tubuh Hee Giok yong jatuh terduduk diatas lantai inilah, tiba tiba bergema dua kali dengusan tertahan pula diluar pintu kamar, disusul terdengar ada orang roboh terjungkal ke atas tanah...
Ji Giok buru buru memburu kemuka tatkala ia melihat nonanya jatuh pingsan, Tapi baru saja dia mendongakkan kepalanya, tampaklah sesosok bayangan manusia berkelebat lewat tahu tahu didalam kamar telah muncul seorang nenek berbaju hitam.
Dengan senyuman licik menghiasi ujung bibirnya, selangkah demi selangkah nenek berbaju hitam itu mendekati Hee Giok yang yang pingsan serta Ho Popo. Ji Giok menjadi teramat gelisah, segera bentaknya dengan suara keras: "Siapa kau" Hayo cepat berhenti"
"Sreeet..." Ia segera meloloskan pedang pendeknya dan menyelinap ke depan untuk menghadang jalan perginya.
Atas bentakan tersebut, Ho Popo pun segera sadar akan apa yang terjadi, cepat cepat dia mendongakkan kepalanya.
Semua peristiwa ini beriangsung dalam waktu singkat, sementara Ji Giok baru menyerbu ke depan, nenek berbaju hitam itu telah membentak keras: "Minggir kau"
Tangan kirinya segera dikibaskan pelan ke muka.
Belum sempat Ji Giok meloloskan pedangnya, ia sudah merasakan pandangan matanya menjadi kabur, tahu tahu seperti orang orangan yang terbuat dari rumput kering, tubuhnya mencelat kesamping dan roboh terjungkaL
Ho Popo gelisah sekali menyaksikan kejadian tersebut, dengan cepat dia mengeluarkan sebuah tabung jarum berwarna hitam dari sakunya, lalu sambil diarahkan kehadapan nenek berbaju hitam itu, tegurnya dengan suara gemetar :
"Jika kau berani maju selangkah lagi, jangan salahkan kalau aku si nenek tak akan berlaku sungkan-"
Nenek berbaju hitam itu segera tertawa seram :
"Heeeh heeeh heee... biarpun jarum Kiu hoa lian bong ciam dikatakan amat lihay, sayang sekali tidak akan mampu mengapa apakan diriku."
Bagaikan setan yang lagi gentayangan, secepat sambaran petir ia mendesak maju ke muka menerjang Ho Popo.
Ji Giok yang terlempar sejauh beberapa kaki tadi kembali merangkak bangun, dia sangat menguatirkan keselamatan majikannya, maka tanpa mempedulikan kelihayan orang, begitu melompat bangun dia melancarkan terkaman kembali menusuk tubuh nenek berbaju hitam itu dengan pedangnya.
Nenek berbaju hitam itu menyelinap ke samping kemudian mendesak ke samping kanan Ho Popo, dengan cepat tangan kanannya diayunkan ke muka. "Bluuukk "
Dia langsung menghantam keatas tabung jarum yang berada ditangan Ho Popo.
seperti diketahui Hoo Popo sama sekali tidak mengerti ilmu silat, ketika mendengar desingan angin tajam seperti tusukan pisau tajam mengancam tubuhnya, nenek berbaju hitam itu segera membentak keras: "Bangsat, pingin mampus rupanya "
Dengan cepat dia membalikkan tubuhnya, lalu dengan jurus emas "Seratus emas melilit tangan" dia cengkeram tangan kanan Ji Giok yang menggenggam pedang itu.
Ji Giok belum lama belajar tiga jurus Ilmu pedang dari Hee Giok yang, tapi sekarang bagaikan orang kalap dengan mempertaruhkan selembar jiwanya dia lancarkan tiga buah tusukan secara berantai.
Ketiga jurus serangan pedang yang dipergunakan olehnya itu bukan lain adalah jurus pedang Biu hoat lian hoa kiam ajaran Kie hoa Sin ni.
Biarpun nenek berbaju hitam itu memiliki ilmu silat yang seratus kali lipat lebih dari pada kepandaian silat Ji Giok, akan tetapi ia tak berani memandang enteng terhadap ketiga jurus pedang yang digunakan lawannya. (ia tak tahu kalau Ji Giok hanya mengerti tiga jurus saja).
Dengan suatu gerakan tubuh yang sangat ringan, nenek itu bergeser sejauh tiga depa ke samping, kemudian tangan kanannya langsung diayunkan ketubuh pedang Ji Giok, Ketiga jurus pedang yang dipahami Ji Giok ketika itu sudah habis dipergunakan pada saat melakukan terjangan tadi, itu berarti untuk melancarkan serangan kembali, dia harus mengulang kembali dari depan, dan dengan sendirinya gerakan pun menjadi terhenti ditengah jalan-Sayang sekali sebelum pedangnya sempat melancarkan tusukan kembali, pukulan dahsyat yang dilancarkan nenek berbaju hitam itu telah menghantam persis diatas pedangnya hingga rontok keatas tanah.
Sesungguhnya ilmu silat yang dimiliki Ji Giok belum bisa dibilang "sempurna"
Kendatipun ia mengerti beberapa jurus serangan yang hebat.
Seketika itu juga ia merasakan pergelangan tangan kanannya bergetar keras dan tangannya menjadi kesemutan, tak ampun lagi pedangnya mencelat ke udara dan terlepas dari cekalannya.
Menyaksikan hal ini, tak tertahan lagi dayang itu menjerit kaget.
Disaat yang kritis itulah, tiba tiba terdengar seseorang membentak keras dari luar pintu kamar.
"Adik Ji Giok. jangan takut, biar aku yang menghadapinya..."
Bersamaan dengan bergemanya suara teriakan itu, tampak sesosok bayangan manusia melintas masuk ke dalam ruangan dengan kecepatan luar biasa. "criiing..."
Ditengah dentingan suara pedang yang nyaring, orang itu sudah melepaskan sebuah tusukan kilat ke tubuh si nenek berbaju hitam itu.
Sebetulnya orang yang menjadi sasaran utama dari penyerbuan nenek berbaju hitam itu adalah Hee Giok yang, tapi belum tujuan tercapai, secara beruntun ia menjumpai beberapa hadangan apa lagi setelah melihat bahwa orang terakhir yang menghalangi niatnya adalah seorang budak berbaju hijau, hawa napsu membunuhnya makin berkobar.
Dengan cepat dia menyentilkan jari tangan kirinya melepaskan dua buah serangan mengarah ujung pedang lawan, sementara tangan kanannya melancarkan sebuah pukulan dahsyat.
Ji Giok segera bersorak gembira setelah mengetahui bahwa pendatang itu adalah Ci Giok, cepat cepat ia berteriak:
"cici Ci Giok. sungguh kebetulan sekali kedatanganmu, cepat halangi nenek itu, dia berniat mencelakai nona serta Huan kongcu"
Padahal tanpa ia berteriak pun Ci Giok telah melancarkan serangkaian serangan gencar untuk meneter musuhnya habis habisan dalam waktu singkat pertempuran sengit telah berkobar dengan hebatnya.
Sebagaimana diketahui Ci Giok adalah nama samaran dari Siang Ci un, dengan mengandaikan ilmu pedang Hoa san kiam hoatnya yang hebat, dia memutar pedangnya sedemikian rupa membuah seluruh angkasa diliputi oleh sinar pedang yang sangat menyilaukan mata.
Nenek berbaju hitam itu harus melancarkan beberapa buah serangan sekaligus sebelum dapat mendesak mundur serangan gencar dari lawannya.
Pada saat yang bersamaan itu juga Siang Ci un menghindarkan diri ke samping, lalu jari tangan kirinya digetarkan ke depan-.. "Sreeet..."
Segulung desingan angin serangan yang amat tajam langsung mengancam alis mata dari nenek berbaju hitam itu.
Tampaknya nenek berbaju hitam itu sama sekali tidak menyangka kalau lawannya yang sudah didesak mundur kebelakang masih sanggup melancarkan serangan balasan untuk melukai dirinya, cepat cepat dia berkelit ke samping sambil serunya dengan nada tercengang: "Kau berasal dari perguruan Hoa san pay...?"
"Kalau memang murid Hoa sanpay, mau apa kau?"
Setelah melancarkan sebuah totokan tadi tubuh Siang Ci un mendesak maju lebih jauh pergelangan tangannya digetarkan berulang kali, secara beruntun dia telah melancarkan tiga buah tusukan secara berantai.
"Budak sialan yang tak tahu diri " umpat nenek berbaju hitam itu penuh amarah.
Dengan cepat sepuluh jari dipentangkan lebar lebar, bagaikan seekor monyet tua saja, dia mencakar dan mencengkeram berulang kali ke tengah udara, semua ancamannya itu ditunjukkan kebalik kapisan cahaya pedang lawan.
Ancaman tersebut betul betul sangat hebar, bertemu pedang ia sambar pedang, bertemu orang mencakar orang, semuanya ancamannya berbahaya dan mematikan. hal ini membuat Siang Ci un terdesak hebat dan harus berkelit kian kemari agar dapat meloloskan diri dari ancaman mematikan itu.
Tapi dengan munculnya Sian Ci un tepat pada saatnya sehingga gerak maju si nenek berbaju hitam itu terbendung, maka Ho poo dan Ji Giok mempunyai kesempatan baik untuk membangunkan nona mereka yang pingsan-Sesungguhnya Hee Giok yang tidak apa apa, dia bisa pingsan karena kekeras kepalaannya yang memaksakan diri untuk menyembuhkan penyakit Huan Cu Im sekaligus, lantaran kehabisan tenaga itulah menyebabkan ia roboh tak sadarkan diri.
Kini setelah dibangunkan oleh Ho popo dan Ji Giok dari atas tanah, diapun menghembuskan napas panjang serta pelan pelan membuka matanya kembali.
Tiba tiba dia mendengar ada suara orang sedang bertarung didalam kamarnya, cepat cepat ia berpaling kearah mana berasalnya suara tersebut
Benar juga, ia saksikan ada dua sosok bayangan manusia, seorang menggunakan pedang, yang lain bertangan kosong sedang terlibat dalam suatu pertarungan yang amat seru.
Kejadian tersebut amat mencengangkan hatinya tanpa terasa ia pun bertanya : "Siapakah kedua orang yang sedang bertarung itu ?"
Ho Popo segera menjawab :
"Entah siapakah si nenek berbaju hitam itu, dia langsung menyerbu ke dalam kamar dan agaknya berniat untuk mencelakai Huan kongcu..."
"Lantas siapakah yang satunya lagi ?"
"Dia bernama Ci Giok" cepat cepat Ji Giok memperkenalkan, "dia pun anggota benteng kita"
"Ehmm... sekalipun ilmu silat yang dimilikinya cukup tangguh, namun dia masih bukan merupakan tandingan dari nenek berbaju hitam itu. Ji Giok. coba ambilkan pedangku"
Sembari berkata, pelan pelan dia bangkit berdiri.
"Nona" Ho Popo segera membujuk, "kau belum pulih kembali seperti sedia kala, beristirahatlah dulu sejenak"
"Tidak salah" tampik Giok yong sambil menggelengkan kepalanya berulang kali, "kalau aku tidak segera membantu, Ci Giok pasti akan menderita kekalahan"
Disaat Siang Ci un mulai terdesak hebat sehingga mundur berulang kali kebelakang inilah, tiba tiba tampak bayangan manusia kembali berkelebat dari luar pintu kamar, tampak ada tiga sosok bayangan tubuh yang mungil menyerbu kedalam ruangan.
Dua orang nona berbaju hijau berpedang pendek yang menyerbu paling duluan adalah ciu gwat dan ciu kui.
Sedangkan dibelakang mereka mengikuti seorang nona berbaju ungu yang membawa sebuah alat pengail yang panjang tapi tipis, mukanya masih bersifak kekanak kanakan tapi mungil dan menawan hati.
Orang itu tak lain adalah Siang Siau un.
Sebetulnya kakak beradik ini datang bersama sama, tapi berhubung mereka temukan ciu gwat dan ciu kui yang berada didepan pintu telah roboh ditotok orang, maka Ci un menyerbu masuk ke dalam kamar lebih dulu untuk menyelamatkan Ji Giok, sedangkan Siang Siau un menolong ciu gwat dan ciu kui lebih dulu sebelum menyusul pula ke dalam.
Cinta Bernoda Darah 4 Rahasia Ciok Kwan Im Pendekar Harum Seri Ke 2 Karya Gu Long Pendekar Super Sakti 22

Cari Blog Ini