Pusaka Pulau Es Karya Kho Ping Hoo Bagian 9
gSudah, mengapa" h gWajahnya begitu buruk dan menjijikkan! Engkau dapat mencinta gadis dengan wajah seperti itu" h
gNiocu, engkau belum mengenal apa artinya cinta. Aku mencinta Cu In sejak la belum memperlihatkan mukanya. Aku mencinta ia, mencinta pribsdinya, bukan mencinta wajahnya.
Setelah aku melihat mukanya, cintaku semakin kuat karena ada dorongan perasaan iba kepadanya. Aku kelak akan mencarikan tabib terpandai di seluruh dunia untuk
mengobatinya! h gHi-hi-hik, percuma saja. Cacat di mukanya itu menurut kata subo dan sumoi sendiri, adalah cacat bekas cacar. Mana mungkin pulih kembali. Kelak engkau akan menyesal. Kalau semua orang menertawakanmu ketika engkau bersanding dengan isterimu yang wajahnya seperti setan....! h
gCukup, Niocu! Jangan engkau menghina Cu In atau aku akan menghajarmu! h
gEh-eh-eh, engkau akan menghajarku" Lupakah, engkau bahwa aku ini gurumu" h
gHemmm, memang engkau pernah mengajari cara menghadapi tok-ciang, akan tetapi engkau sendiri yang menyuruh aku memanggil Niocu. Jadi sekarang aku bukan lagi muridmu. h
Pusaka Pulau Es > karya Kho Ping Hoo > published by buyankaba.com
305 gHemmm, pedangmu sudah kauberikan kepada kekasihmu, bagaimana engkau akan
melawan aku" Dengan sabuk sutera putih pemberian kekasihmu itu" h
gNiocu, untuk melawanmu tidak perlu aku mempergunakan senjata! h kata Keng Han sambil mengikatkan sabuk sutera putih itu di pinggangnya.
gKeparat! Berulang kali engkau menghinaku, menolakku, dan sekaranglah ke sempatan bagiku untuk membunuhmu! kalau aku tidak dapat memperolehmu, orang lain juga tidak boleh! h Berkata demikian, Bi-kiam Nio-cu mencabut pedangnya lalu menyerang dengan cepat dan dahsyat. Namun Keng Han dengan tenang saja menggerakkan tubuhnya mengelak dari tusukan ke arah dada itu.
gPercuma, Niocu. Engkau tidak akan menang. Hentikanlah seranganmu itu dan jangan ganggu aku lagi! h Keng Han masih mencoba untuk memperingatkan lawannya.
gMampuslah! h Niocu membentak dan menyerang lebih hebat lagi.
gWuuuuuttt.... singgg....! h Pedang yang menebas ke arah leher itu luput karena dielakkan oleh Keng Han. Keng Han mengalah dan terus mengelak sampai sepuluh jurus. Ketika melihat gadis itu semakin nekat menyerangnya, dia pun lalu membalas. Tangan kirinya menampar ke arah leher Niocu, akan tetapi ketika Niocu mengelak, ia disambut oleh tangan kanan Keng Han yang menjotos ke arah lambungnya. Niocu berseru kaget dan melompat mundur ke belakang sehingga jotosan ke lambung itu luput.
Keng Han segera bersilat dengan ilmu Toat-beng Bian-kun, sebuah di antara ilmu silat pusaka Pulau Es. Nampaknya saja ilmu silat ini lemah lembut seperti kapas, akan tetapi di dalamnya terkandung tenaga sinkang yang mengancam lawan dengan dahsyatnya! Menghadapi ilmu silat aneh dan berbahaya sekali ini, Niocu terdesak mundur terus. gHentikan seranganmu, Niocu. Hentikan! h Keng Han berkali-kali membujuk. Akan tetapi Niocu yang sudah menjadi penasaran itu tidak mempedulikan seruannya dan menyerang terus. Tiba-tiba ia menggerakkan kepalanya ke belakang dan gelungan rambutnya terlepas sehingga rambut itu menjadi riap-riapan dan panjang sampai ke pinggang. Rambut ini, yang lembut dan berbau harum, merupakan senjata yang tidak kalah ampuhnya dengan pedang di tangan kanan Niocu.
Bahkan gerakan rambut ini datangnya tidak terduga-duga, bisa dipergunakan untuk menyolok mata, melibat dan mencekik leher, bahkan menotok ke arah jalan darah lawan.
Namun Keng Han sudah mengenal kelihaian rambut panjang itu. Ketika Niocu menusukkan pedangnya ke arah perut, tiba-tiba rambutnya melibat leher Keng Han! Keng Han mengelak ke kiri akan tetapi tidak dapat mengelak dari rambut yang sudah melilit lehernya. Dia menggunakan tangan kirinya, menangkap rambut itu dan sekali tarik, rambut itu putus setengahnya!
Niocu menjerit kaget. Rambutnya yang tadinya sepanjang pinggang itu kini tinggal sepundak!
Akan, tetapi ketika sedang mundur dan kaget melihat rambutnya, Keng Han sudah maju dan menendang ke arah pergelangan tangannya yang memegang pedang.
Kembali Niocu menjerit kaget dan pedangnya terlepas dari pegangan, mencelat ke atas. Tiba-tiba nampak bayangan tubuh orang yang menangkis pedang yang terpental itu. Ketika bayangan itu turun, ternyata dia seorang laki-laki berusia empat puluhan tahun. Wajahnya penuh brewok seperti muka harimau dan brewok serta rambutnya sudah putih semua!
Pusaka Pulau Es > karya Kho Ping Hoo > published by buyankaba.com
306 gBi-kiam Nio-cu, ini pedangmu! Apakah engkau perlu bantuanku menghadapi bocah lancang ini" h
Bi-kiam Nio-cu bukan orang yang curang. Sebaliknya, ia menghargai kegagahan dan tanpa malu lagi ia mengaku dalam hati bahwa kepandaiannya tidak mampu menandingi kepandaian Keng Han. Ia menyimpan kembali pedangnya menyanggul rambutnya yang tinggal sepundak, lalu berkata kepada orang itu.
gPek-thou-houw (Harimau Kepala Putih), tidak perlu engkau mencampuri urusanku. Dan ada keperluan apakah engkau datang ke sini" h
Orang yang berjuluk Harimau Kepala Putih itu menghela napas panjang. Bi-kiam Nio-cu ini ternyata masih sama angkuhnya dengan dulu. Seorang wanita yang dingin dan angkuh! Maka dia pun tidak mau bicara panjang lebar, hanya menyampaikan tugasnya saja.
gBi-kiam Nio-cu, aku diutus oleh Thian It Tosu dari Bu-tong-pai untuk mengundang Ang Hwa Nio-nio ke Bu-tong-san, karena di sana akan diadakan rapat besar antara para datuk dan tokoh kang-ouw. Harap engkau suka minta pada gurumu untuk menemuiku atau aku yang menghadap ke dalam. h kata Pek-thou-houw sambil memandang ke arah rumah itu.
gGuruku sudah pergi dan tidak akan kembali, h kata Bi-kiam Nio-cu, gmaka tidak mungkin dapat pergi. Akan tetapi aku yang aken mewakilinya datang ke Bu-tong-san. h gBegitupun bagus, Niocu. Kami semua telah mendengar nama besar Bi-kiam Nio-cu.
Niocu, bagaimana kalau sebelum aku pergi, aku memberi hajaran kepada bocah ini agar lain kali dia tidak akan menggodamu lagi" h
Bi-kiam Nio-cu tersenyum mengejek. gSesukamulah! h katanya.
Pek-thou-houw menghampiri Keng Han yang sejak tadi hanya menjadi penonton saja.
gHeh, orang muda, siapa namamu" Aku tidak biasa membunuh orang yang tidak
mempunyai nama! h bentak Harimau Kepala Putih itu dengan sikap bengis.
gNamaku Si Keng Han dan kuharap engkau tidak mencampuri urusan antara aku dan Niocu. h kata Keng Han dengan lembut.
gApa katamu" Kalau aku mencampuri, kau mau apa" h
gSesukamulah kalau begitu. Aku sudah memperingatkan! h kata Keng Han, kini tidak lembut lagi bahkan suaranya mengandung gertakan.
gAwas seranganku. Heh-heiiiiittt! h Si Kepala Putih itu mengeluarkan gerakan seperti seekor harimau dan tubuhnya sudah meloncat ke depan, sikapnya presis harimau yang hendak menerkam korbannya, kedua tangan dibentangkan dengan jari-jari membemtuk cakar harimau.
gHemmm....! h Keng Han mengenal ilmu silat harimau ini. Akan tetapi harus diakui bahwa Si Harimau Kepala Putih inii telah mempelajari segala bentuk gerakan harimau dengan seksama dan seorang ahli dalam Houw-kun (silat Harimau) itu. Dia percaya bahwa dua cakar Pusaka Pulau Es > karya Kho Ping Hoo > published by buyankaba.com
307 itu sanggup merobek kulit dan daging lawan! Karena telah mengenal ilmu itu, dengan mudah dia mengelak dengan lompatan ke kiri dan begitu gharimau h itu turun ke atas tanah, dia sudah menampar dengan tangan kiri.
gWuuuuuttt.... plakkk....!! h Keng Han terkejut sendiri. Tanpa disadari tangan kirinya masih memegang potongan rambut Niocu sehingga ketika dia, menampar, rambut itu yang melecut ke arah muka Pek-thou-houw!
Pek-thou-houw berteriak kesakitan. Lecutan cambuk istimewa itu keras sekali sehingga meninggalkan jalur merah pada pipi dan lehernya. Sementara itu, Keng Han yang baru teringat akan rambut itu sudah mendekati Niocu dan menjulurkan tangan mengembalikan rambut.
gMaafkan aku, Niocu. Aku menyesal sekali. h katanya. Bi-kiam Nio-cu menyambar rambutnya sambil menggigit bibir menahan keluarnya air mata, lalu ia membalikkan tubuhnya dan berlari pergi meninggalkan tempat itu. Ketika melihat bahwa Bi-kiam Niocu lari pergi, dan teringat akan lecutan rambut tadi, dia merasa jerih. Tahulah dia bahwa Bi-kiam Nio-cu tadi agaknya kalah oleh pemuda itu, apalagi dia! Maka, tanpa ramit lagi dia pun lari meninggalkan Keng Han.
Keng Han memandang ke arah bayangan Niocu dan berulang kali dia menghela napas panjang. Mudah-mudahan dia mendapatkan seorang pria yang benar-benar mengasihinya, pikirnya. Dia merasa kasihan kepada Bi-kiam Nio-cu. Dia mengerti bahwa Bi-kiam Nio-cu mencintainya, bahkan pernah mengajaknya menikah lalu lari minggat dari subonya.
gSekarang, melihat dia saling mencinta dengan Cu In, tentu hati wanita itu penuh iri dan cemburu, maka berusaha mati-matian untuk membunuhnya. Dia tahu bahwa Bi-kiam Nio-cu bukan orang jahat, dan kalau wataknya menjadi kejam terhadap kaum pria, hal itu adalah karena sejak kecil dara ini dididik untuk membenci pria. Akan tetapi mulai sekarang dia mengharapkan gadis itu berubah pula setelah melihat betapa subonya kembali kepada kekasihnya, bahkan merestui perjodohan antara dia dan Cu In.
gSemoga engkau menemukan jodohmu yang tepat,Niocu. h kata Keng Han sambil
menarik napas panjang dan dia pun pergi ke Bu-tong-san. Dia tertarik mendengar dari Pek-thou-houw tadi bahwa Bu-tong-pai akan mengada pertemuan besar. Siapa tahu dia akan dapat bertemu dengan ayahnya di sana, mengingat bahwa gerakan ayahnya itu sejalan dengan sikap Bu-tong-pai yang hendak memberontak.
Sebuah kereta berhenti di halaman depan gedung istana Pangeran Mahkota Tao Kuang.
Setelah kepala jaga memeriksa siapa yang berada di dalam kereta itu, dia memberi hormat dan kereta itu diperbolehkan masuk sampai ke pintu depan istana.
Pangeran Tao Kuang sedang bercakap-cakap dengan Kwi Hong, Kai-ong dan Han Li di ruangan perpustakaan yang luas ketika penjaga melapor akan kedatangan tamu-tamu berkereta itu.
Mendengar siapa yang datang berkunjung, Pangeran Mahkota tersenyum dan berseri wajahnya, lalu mengajak mereka semua untuk keluar menyambut.
gKalian ikutlah, akan kuperkenalkan kepada seorlang pangeran adik sepupuku yang menjadi sahabat baikku! Dialah satu-satunya orang di kalangan kelurga kami yang kupercaya Pusaka Pulau Es > karya Kho Ping Hoo > published by buyankaba.com
308 sepenuhnya. h katanya kepada Kai-ong dan Han Li.
Ketika mereka di luar, mereka semua melihat tiga orang berada di serambi depan. Seorang pria berusia empat puluh tahun lebih yang tampan dan lembut sikapnya, seorang wanita cantik yang agung dan anggun, berusia sebaya dengan pria itu. Dan di belakang mereka berjalan seorang pemuda yang tampan dan gagah. Begitu melihat mereka, Han Li berubah air mukanya, menjadi kikuk dan salah tingkah karena ia mengenal mereka itu sebagai suami isteri Pangeran Cia-Sun dan isterinya, Sim Hui Eng dan putera mereka, Cia Kun. Suami Isteri dan putera mereka itu belum lama ini telah datang ke Bukit Naga untuk meminang dirinya yang Mendak dijodohkan dengan putera mereka itu!
Begitupun Kwi Hong. Ketika ia melihat siapa yang datang, kedua pipinya menjadi kemerahan karena ayah bundanya pernah bertanya kepadanya, bagaimana kalau ia dijodohkan dengan putera Cia Sun, saudara sepupu ayahnya. Sudah lebih dari tiga tahun dara ini tidak pernah bertemu dengan Cia Kun dan kini pemuda itu telah menjadi seorang dewasa yang ganteng!
Demikian pula Cia Kun, dia terheran melihat Han Li berada di situ dan dia juga terpesona melihat Kwi Hong yang kini demikian cantik jelita.
Pangeran Cia Sun beserta isterinya juga merasa heran melihat Han Li. gBukankah engkau Yo Han Li" Bagaimana bisa berada di sini" h
Sebelum Han Li dapat menjawab, Pangeran Tao Kuang berkata sambil tertawa, gBagus, kiranya kalian sudah saling mengenal sehingga tidak perlu kuperkenalkan lagi h gAkan tetapi siapa Locianpwe ini" Kami tidak mengenalnya. h
gAh, Paman ini adalah seorang tokoh yang terkenal di dunia kang-ouw, Dinda Pangeran.
Tentu engkau pernah mendengar akan julukan Kai-ong, bukan" h
gBukankah Kai-ong Lu Tong Ki" h tanya Pangeran Cia Sun.
gBenar, dia dan muridnya, nona Han Li, menjadi tamu kehormatan kami. Paman Lu, ini adalah Pangeran Cia Sun yang dahulu sering bertualang di dunia kang-ouw. h
Pangeran Cia Sun dan pengemis tua itu saling memberi hormat.
gNah, marilah kita semua masuk ke dalam dan bicara di sana! h kata Pangeran Tao Kuang dengan ramah.
Mereka semua diajak masuk ruangan tamu yang luas dan sejuk karena banyak jendelanya sehingga hawa dapat masuk dengan leluasa.
gKanda Pangeran, kedatangan kami untuk menjenguk Kanda karena kami mendengar bahwa Kanda diserbu orangorang yang hendak membunuh. Kami bersyukur sekali mendengar bahwa Kanda Pangeran terlepas dari bahaya maut. h
gBenar, Adinda Pangeran. Semua ini adalah jasanya Tao Keng Han dan nona Souw Cu In yang membongkar rencana pemberontakan dan pembunuhan itu. Karena kami telah
mengetahui lebih dulu, maka kami sekeluarga dibantu Paman Lu dan muridnya Han Li telah bersiap-siap. Juga penjagaan oleh pasukan dilakukan dengan ketat. Dengan ayahanda Kaisar Pusaka Pulau Es > karya Kho Ping Hoo > published by buyankaba.com
309 pun demikian. Bahkan sepasang pendekar itu menyamar sebagai pengawal pribadi Kaisar. h gAh, kami merasa gembira sekali mendengar itu, Kanda. Untuk itu, biarlah kuucapkan selamat dan menyulangi Kanda dengan tiga cawan arak! h
Karena memang di situ sudah dipersiapkan dan disediakan arak, maka kedua orang pangeran, diikuti yang lain minum tiga cawan arak.
gBagaimanapun juga, kalau tidak ada bantuan nona Yo Han Li dan gurunya, tetap saja kami terancam bahaya maut. Mereka berdua yang dapat menandingi pihak pemberontak itu. h Cia Sun tersenyum memandang kepada Han Li. gTentu saja. Han Li adalah puteri Si Tangan Sakti Yo Han dan isterinya Si Bangau Merah Tan Sian Li. Apalagi sekarang menjadi murid Kai-ong! Tentu ilmu kepandaiannya menjadi luar biasa sekali! h
gAih, Paman Cia terlalu memujiku, membuat aku merasa malu saja.
gLi-moi, ayahku hanya berkata sebenarnya, mengapa harus malu" Dan aku percaya bahwa Hong -moi sekarang tentu telah menjadi seorang gadis yang lihai pula. Kabarnya Hong-moi menerima pelajaran dari para ahli silat yang menjadi panglima pengawal, berganti-ganti guru sehingga tentu memiliki banyak macam ilmu silat! h kata Cia Kun sambil memandang adik sepupunya itu dengan sinar mata penuh kagum. Pemuda ini sudah mendengar dari ayahnya bahwa pinangan mereka atas diri Han Li ditolak halus oleh orang tua gadis itu, maka dia tidak mengharapkan lagi dan perhatiannya beralih kepada Kwi Hong yang tidak kalah cantiknya dibandingkan Han Li.
gAih, Kun-ko, engkau pandai memuji orang. Mana aku dapat dibndingkan dengan enci Han Li" Dibandingkan dengan engkau saja aku sudeh kalah jauh! Selain Paman Pangeran Cia sendiri memilikl ilmu yang tinggi, Bibi yang menjadi ibumu memiliki ilmu silat yang lebih hebat pula. Engkau tentu telah mewarisi semua ilmunya! h gAh, Ayah dan terutama ibu memang pandai, akan tetapi aku yang bodoh, tidak maju-maju dalam pelajaran ilmu silat, h bantah Cia Kun sambil memandang kepada adik sepupunya itu dengan senyum.
gKwi Hong, kenapa engkau tidak mengajak Han Li dan Cia Kun. untuk bicara di taman"
.Biarkan kami yang tuatua bicara di sin. h kata Pangeran Tao Kuang kepada puterinya.
gAh, taman bunga sedang indah karena bunga-bunga sedang mekar, di mana hawanya sejuk sekali. Mari, enci Han Li dan kanda Cia Kun, kita bermain-main dan bicara di sana! h Karena ajakan nona rumah ini, Han Li dan Cia Kun tidak dapat menolak dan pergilah tiga orang muda itu ke taman bunga.
Setelah tiga orang muda itu pergi, bertanyalah Cia Sun kepada Pangeran Tao Kuang, gKanda Pangeran, sebetulnya apakah yang telah terjadi" Siapa yang mendalangi pemberontakan itu" h
Pangeran Tao Kuang menghela napas panjang. gSungguh memalukan kalau dipikir. Yang menjadi dalangnya adalah Tao Seng dan Tao San. h
gBukankah mereka dihukum buang ketika hendak membunuhmu dahulu itu, Kanda
Pusaka Pulau Es > karya Kho Ping Hoo > published by buyankaba.com
310 Pangeran" h tanya Cia Sun.
gBenar, akan tetapi hukuman mereka telah habis. Mereka lalu kembali ke kota raja dan menyamar sebagai orang-orang hartawan. Kita mengetahui akan hal itu akan tetapi mendiamkan saja. Bagaimanapun juga mereka adalah saudara-saudara kita dan hukuman bagi mereka sudah habis. Akan tetapi sungguh tidak disangka sama sekali, diam-diam mereka menghimpun kekuatan, mempergunakan datuk-datuk dan tokoh-tokoh sesat untuk membunuh ayahanda Kaisar dan aku sendiri. Dan engkau tahu siapa yang membongkar rahasia mereka" h
gKakanda tadi sudah memberitahu bahwa yang membongkar rahasia itu adalah seorang bernama Tao Keng Han dan nona Souw Cu In. h
gBenar dan tahukah engkau siapa Tao Keng Han itu" Dia adalah keponakan kita sendiri, yaitu putera dari kakanda Tao Seng. h
Pangeran Mahkota Tao Kuang lalu menceritakan betapa Keng Han hendak membunuhnya karena pemuda itu dihasut oleh ayahnya sendiri yang menyamar sebagai Hartawan Ji. Akan tetapi akhirnya pemuda itu dapat disadarkan akan kekeliruannya dan bahwa dia terkena hasutan.
Cia Sun mendengarkan dengan bercampur kagum. gJadi pemuda itu musuhi ayahnya sendiri dan memushi ayahnya sediri dan membongkar rahasia pemberontakannya
kepadamu" h gBenar. Akan tetapi bukan berarti bahwa dia membenci ayah kandungnya. Dia berbuat demikian karena melihat bahwa perbuatan ayahnya itu tidak benar. Sekarang dia hendak mencari ayahnya untuk dibujuk pulang ke Khitan. Ibunya adalah puteri kepala suku Khitan. h
Pangeran Cia Sun mengangguk-anggukkan kepalanya. gBenar hebat pemuda itu. Dia tentu seorang pendekar yang besar! h
gDia memang berjiwa pendekar dan menurut keponakanmu Kwi Hong, ilmu silatnya hebat sekali sehingga dia mampu mengalahkan para datuk sesat. Karena itu maka aku minta agar dia dan nona Souw Cu In yang juga lihai sekali untuk melindungi Kaisar dan tarnyata mereka berhasil merobohkan banyak penjahat yang menyamar sebagai perajurit pengawal, akan tetapi sayang, para datuk yang memimpin penyerbuan itu dapat kabur. Rencana pemberontakan itu keji sekali. Mereka hendak membunuh ayahanda Kaisar dan aku, dan mereka mempersiapkan pasukan di luar dan di dalam kota raja, berhasil pula mempengaruhi seorang panglima. Tujuan mereka, kalau Kaisar dan aku sudah tewas, istana akan dikuasainya dan dengan dalih singgasana kosong dan dia yang berhak duduk sebagai kakakku yang tertua, Pangeran Tao Seng akan mengangkat diri sendiri menjadi kaisar. h
gKeterlaluan sekali kanda Tao Seng itu. Dan sekarang, apakah dia, sudah tertangkap kembali" h
Belum, begitu gerakan mereka gagal, dia sudah menghilang entah ke mana. Para penyelidik sedang mencarinya dan kalau tertangkap, sekali ini tentu akan di jatuhi hukuman mati. h Pusaka Pulau Es > karya Kho Ping Hoo > published by buyankaba.com
311 gAku. dapat menduga siapa datuk-datuk sesat yang dipergunakan para pemberontak itu.
Mereka tentu termasuk Swat-hai Lo-kwi, Tung-hai Lo-mo dan Lam-hai Koai-jin. Mereka adalah datuk-datuk yang tersesat, mau melakukan apa saja asalkan pahalanya besar. h kata Kai-ong Lu Tong Ki yang sejak tadi diam saja.
gHemmm, tiga nama datuk itu sudah terkenal sekali. Kalau hanya menerima upah harta saja tentu mereka tidak mau membantu pemberontakan, h kata isteri Pangeran Cia Sun yang bernama Sim Hui Eng. Wanita ini sudah kenyang dengan pengalaman di dunia kang-ouw maka ia mengenal pula tiga orang datuk yang disebutkan tadi. gKurasa mereka itu mendapatkan janji akan diberi kedudukan tinggi kalau Pangeran Tao Seng berhasil menjadi Kaisar. h
Pangeran Mahkota Tao Kuang mengangguk-angguk. gDugaan itu tepat sekali. Tidak dapat disangsikan lagi, mereka tentu diberi janji yang muluk-muluk. h
gAkan tetapi masih ada satu hal lagi yang amat mengherankan hatiku, Kanda Tao Kuang. h
gApa yang kauherankan" h
gHadirnya Yo Han Li di tempat ini. Kalau Locianpwe Kai-ong tidak aneh berada di sini sebagai tamu karena aku tahu bahwa Kanda Pangeran suka menghargai orang pandai. Akan tetapi Han Li, ia masih terhitung keponakanku sendiri karena ayahnya adalah kakak angkatku.
Akan tetapi biarpun demikian, ayahnya itu juga ketua Thian-li-pang yang jelas merupakan perkumpulan para pejuang yang sewaktu-waktu dapat memberontak. Bukankah tersiar berita bahwa para penyerang yang hendak membunuh kaisar itu mengaku orang Thian-li-pang" h Pangeran Tao Kuang teraenyum. gBerita itu bohong dan yang membongkar rahasianya adalah nona Yo Han Li. Ia tidak mengenal orang-orang itu sebagai anggauta Thian-li-pang, bahkan kemudian diketahui bahwa para penyerang itu adalah orang-orang Pek-lian-pai dan Patkwa-pai. Tadinya aku pun sangat dan curiga kepada nona. Yo, akan tetapi selama ia di sini ia memperlihatkan sikap yang baik sekali, bahkan cocok dengan Kwi Hong. Karena itu, aku sepenuhnya menanggung bahwa nona Yo tidak berpihak kepada pemberontakan, bahkan ia pun ikut turun tangan melawan ketika gerombolan penjahat itu menyerbu ke istana ini. h Pangeran Cia Sun mengangguk-anggup, dan Liang Siok Cu, selir Pangeran Tao Kuang yang mendampingi mereka bercakap-cakap, menambahkan, Menurut penglihatanku, nona Yo sama sekali tidak jahat. Bahkan ia baik sekali, sopan dan ramah. Dengan terua terang ia pernah mengatakan kepada aku dan Kwi Hong, bahwa ayahnya memang pemimpin Thian-li-pang dan berjiwa patriot, akan tetapi sama sekali tidak membenci keluarga Kaisar. Yang dibencinya adalah penjajahan dan sekarang mereka hanya bergerak melindungi rakyat dari penindasan pejabat yang menyeleweng atau gangguan gerombolan perampok. Itulah sebabnya mengapa ia mau tinggal di sini menjadi tamu kami, bahkan telah ikut membantu menyelamatkan kami dari serbuan para pembunuh. h
Kembali Cia Sun mengangguk-angguk. gAku sudah mengenal baik siapa itu Yo Han.
Pendekar Tangan Sakti itu memeng seorang pendekar tulen yang budiman. Hampir tidak pernah dia membunuh orang. Orang-orang jahat hanya dia kalahkan dan dia talukkan dan diampuni asalkan mau mengubah jalan hidup mereka yang menyeleweng. h
Pusaka Pulau Es > karya Kho Ping Hoo > published by buyankaba.com
312 Sementara itu, di taman bunga juga terjadi percakapan yang menarik hati. gTaman begini indah, hawa begini sejuk, sungguh tepat sekali untuk menulis sajak, meniup suling dan menabuh yangkim, atau karena kita belum mempersiapkan peralatannya, bagaimana kalau kita isi dengan mempertunjukkan ilmu silat kita masing-masing" h kata Kwi Hong dengan gembira.
gBagus! h Cia Kun memuji. Sebaiknya engkau yang mengusulkan, engkau yang lebih dulu mulai, Hong-moi! h
gTidak, sebaiknya kalau enci Han Li yang mulai, mengingat bahwa ilmu silatnya yang paling tinggi di antara kita. Marilah, enci Han Li, bermainlah silat agar membuka mata, kami yang bodoh! h kata pula Kwi Hong sambil menarik-narik tangan Han Li. Han Li tersenyum.
gsudah lajim di mana-mana bahwa pria harus mengalah kepada wanita. Karena kita berdua wanita dan yang pria hanya Kun-ko, maka sepantasnyalah kalau dia mangalah dan bermain silat lebih dulu. h
Kwi Hong bertepuk tangan dan bersorak. gSetuju sekali. Nah, Kun-ko, kalau engkau menolak berarti engkau seorang laki-laki yang tidak bijaksana, tidak mau mengalah terhadap wanita! h
Menghadapi serangan Kwi Hong ini, Cia Kun menyeringai dan tidak mampu membantah lagi.
gBaiklah aku akan mengalah. Aku mainkan ilmu pedang yang kupelajari dari ibuku. h Kwi Hong bertepuk tangan. gWah, tentu hebat sekali! h
Cia Kun, mengeluarkan sebatang pedang dari punggungnya dan mencabut, sebuah kipas putih dari pinggangnya, lalu berkata sambil tersenyum. gIbuku biasanya memainkan pedang di tangan kanan dan sebuah kebutan di tangan kiri. Karena aku tidak memainkan kebutan seperti seorang pendeta, ibu lalu mengganti kebutan itu dengan kipas. Nah, aku mulai, akan tetapi harap jangan ditertawakan! h
Cia Kwi lalu melompat ke bagian yang luas dekat kolam ikan dan mulailah dia bermain pedang dan kipas. Gerakannya cepat dan indah sekali, seperti orang menari-nari dan terdengar suara berdesing dari pedangnya. Kipasnya melakukan totokan-totokan yang cepat dan kuat, kadang dikembangkan untuk menangkis serangan lawan. Pemuda itu memainkan ilmu pedangnya yang sebanyak tiga puluh enam jurus itu, lalu berhenti. Lehernya sedikit berkeringat akan tetapi pernapasannya biasa saja tanda bahwa dia telah menguasai ilmu itu dengan baik dan dapat mengatur pernapasannya ketika berlatih tadi.
Kwi Hong bertepuk tangan, diikuti Han Li. Dan Han Li berkata, gSungguh kiam-hoat (ilmu pedang) yang bagus! h
gAih, Li-moi, jangan memuji di mulut akan tetapi menertawakan di hati! h kata Cia Sun sambil menyimpan kembali pedang dan kipasnya. gSiapa menertawakan, Kun-ko" h Tiga tahun yang lalu, ketika engkau dan orang tuamu datang berkunjung engkau juga memperlihatkan ilmu silatmu, akan tetapi sungguh jauh bedanya dengan yang kau mainkan tadi. Dalam waktu tiga tahun saja ilmu silatmu telah maju pesat sekali. h
gTerima kasih atas pujianmu, Li-moi h
gHaiii, kalian ini agaknya sudah lama berkenalani h kata Kwi Hong sambil memandang Pusaka Pulau Es > karya Kho Ping Hoo > published by buyankaba.com
313 wajah kakak misannya. gTentu saja! h jawab Cia Kun sambil tersenyum. Bahkan Han Li ini boleh dibilang adikku sendiri. Ayahku dan ayahnya adalah saudara angkat! h
gAh, pantas saja kalian demikian akrab. Nah, enci Han Li, sekarang tiba giliranmu untuk menunjukkan kepandaianmu! h kata Kwi Hong gembira. Tadi ia merasa bangga dan kagum sekali melihat ilmu pedang yang dimainkan kakak misannya.
gIh, apahah engkau tidak mengenal lagi sopan santun, adik Kwi Hong. Engkau adalah nona rumah dan aku hanya tamu, maka sudah selayaknya kalau nona rumah memberi contoh lebih dulu, baru aku sebagai tamu mengikutinya! h
gWah, kiranya yang lihai bukan hanya ilmu silatmu, enci. Han Li. Engkau lihai sekali berdebat dari bicara. Baiklah, aku sebagai nona rumah harus mengalah. Akan tetapi berjanjilah bahwa kalian berdua tidak mentertawakan ilmu pedangku g
gMana mungkin kami menertawakanmu" Kami percaya bahwa ilmu pedangmu tentu hebat sekali. Hayolah, adik Hong, perlihatkan kehebatan pedangmu! h
gHong-moi, aku tadi sudah mengalah bermain pedang lebih dulu, maka kini engkau tidak dapat menolak lagi. h Cia Kun juga membujuk.
gBaiklah, boleh lihat baik-baik ilmu pedangku yang jelek dan dangkal. h Kwi Hong lalu meloncat ke tempat dekat kolam tadi sambil mencabut pedangnya. Cepat sekali gerakan mencabut pedang itu sehingga seperti bermain sulap saja tahu-tahu pedang sudah berada di tangan kanannya. Ia memberi hormat dengan kedua tangan di dada terhadap dua orang penontonnya dan mulailah ia bermain silat pedang Ngo-heng Sin-kiam (Pedang Sakti Lima Unsur), yaitu ilmu yang secara kebetulan dia temukan bukunya di perpustakaan Istana kaisar.
Dan kedua orang penontonnya tertegun. Hebat memang ilmu pedeng itu, mengandung tenaga keras, kadang lembut, kadang cepat dan kadang lambat. Dan Kwi Hong memainkannya dengan gerakan yang indah sekali. Kini Yo Han Li yang merasa kagum. belum pernah ia menyaksikan ilmu pedang seperti itu, akan tetapi kalau disangkan dengan ilmu pedang yang dibandingkan Cia Kun tadi, jelas bahwa ilmu pedang yang dimainkan Kwi Hong lebih lihai.
Juga Cia Kun kagum bukan main. Ilmu pedang itu tidak pernah dilihatnya, namun gerakannya demikian kuat dan cepat.
Setelah Kwi Hong menghentikan permainan pedangnya, Cia Kun dan Han Li menyambutnya dengan tepuk tangan.
gKiam-hoat itu sungguh hebat sekali! h kata Han Li.
gWah, Hong-moi, kalau aku tahu bahwa ilmu pedangmu demikian hebat, aku tadi tidak berani memperlihatkan kebodohanku. Aku mengaku kalah! h kata Cia Kun sambil
menghampiri adik misannya itu.
gKalian terlalu memujiku! h kata Kwi Hong sambil menyapu dahi dan lehernya yang berkeringat itu dengan saputangan. gSekarang aku minta enci Han Li yang memperlihatkan kepandaiannya. h
Pusaka Pulau Es > karya Kho Ping Hoo > published by buyankaba.com
314 gKarena kalian tadi bermain pedang, biarlah saya pun menggunakan pedang.kata Han Li sambil mencabut pedangnya. Pedang itu tidak begitu panjang dan tipis. Setelah memberi hormat kepada dua orang penontonnya, Han Li mulai menggerakkan pedangnya. Mula-mula gerakannya lambat saja, akan tetapi makin lama semakin cepat sehingga tubuhnya lenyap tergulung sinar pedang. Pedang itu mengeluarkan angin dan kadang sinarnya membubung ke atas, lalu mencuat ke kanan kiri. Kalau sinar pedang itu mencuat ke atas, maka jatuhlah daun-daun pohon berhamburan! baru sinar pedangnya saja mampu membuat daun-daun itu berjatuhan! Cia Kun dan Kwi Hong menjadi bengong menyaksikan ilmu pedang yang dimainkan Han Li. Mereka tidak tahu bahwa itu adabah ilmu pedang Koai-liong Kiam-sut (Ilmu Pedang Naga Siluman), sebuah ilmu pedang dari keluarga Lembah Naga. Mata mereka menjadi silau dan seolah mereka menahan napas saking kagumnya. Baru setelah gulungan itu lenyap dan nampak Han Li berdiri di situ dengan pedang bersembunyi di lengan kanarnya, mereka bertepuk tangan. Han Li menyimpan pedangnya dan menghampiri mereka dengan senyum simpul.
gHebat! Hebat sekali ilmu pedangmu tadi, enci Han Li! h seru Kwi Hong.
gMemang hebat, akan tetapi ilmu pedangmu juga tidak kalah hebatnya, Hong-moi kata Cia Kun.
gAh, engkau bisa saja memuji orang, Kun-koi h.
gAku tidak asal memuji. Memang ilmu pedangmu tadi bagus sekali. Tanyakan kepada nona Yo kalau tidak percaya! h
Yo Han Li mengangguk. gMemang hebat ilmu pedangmu tadi aku tidak pernah melihat ilmu pedang seperti itu. Apa namanya ilmu pedangmu itu, adik Kwi Hong" h
gIlmu pedang itu kudapatkan secara kebetulan sekali. Ketika aku mencari-cari buku bacaan di kamar perpustakaan istana, aku menemukan sebuah kitab lama yang sukar dibaca. Aku minta tolong para sastrawan di istana dan akhirnya mengetahui bahwa isinya adalah ilmu pedang yang namanya Ngo-heng-kiam-sut. Nah, aku lalu mampelajarinya. h
gHebat sekali. Ilmu itu tentu peninggalan orang sakti dan engkau beruntung
menemukannya, adik Kwi Hong. h
gJartgan terlalu memujiku, enci Han Li. Ilmu pedangmu tadilah yang hebat. Apa sih namanya" h
gItu adalah Koai-liong Kiam-sut yang kupelajari dari ibuku. h
gDari kitab kuno dapat mempelajari ilmu pedang yang demikian kuat dan indah" Engkau sungguh seorang gadis yang cerdik dan tekun Hong-moi. Aku sungguh merasa kagum sekali! h tiba-tiba Cia Kun berkata sambil memandang wajah gadia itu. Wajah Kwi Hong menjadi kemerahan.
gAh, Kun-ko. Sudahlah, jangan memuji-muji aku terlalu tinggi. Jangan-jangan kepala ini membesar dan meledakkarena bangga! h kata Kwi-Hong sambil tersenyum.
Pusaka Pulau Es > karya Kho Ping Hoo > published by buyankaba.com
315 Cia Kun juga tertawa dan dia beradu pandang dengan Kwi Hong, keduanya saling tertarik.
Han Li melihat gelagat ini. Tadinya Cia Kun menyatakan suka padanya, bahkan ayah ibunya sudah datang meminangnya. Akan tetapi karena ayah ibunya tidak menyetujui pinangan itu, agaknya Cia Kun tidak lagi mengharapkannya dari pindah perhatian kepada Kwi Hong.
Mereka memang pasangan yang sangat cocok, keduanya anak pangeran, berdarah bangsawan.
Oleh karena itu, ia pun tidak ingin hadir terus di situ yang hanya akan merupakan gangguan bagi mereka.
gAh, kepalaku agak pening rasanya. Maafkan aku, adik Kwi Hong, aku permisi dulu untuk rebahan di kamarku. h
gAh, tentu saja, Enci Han Li. Apakah engkau sakit" Jangan-jangan masuk angin. g Kwi Hong mendekatinya dan meraba dahi Han Li, gPerlukah kupanggilkan tabib" h'
gAh, tidak usah, adik Kwi Hong, terima kasih. Aku hanya merasa pening dan lelah. Ingin mengaso. h gKalau begitu baiklah, enci Han Li, aku akan bercakap-cakap dengan Kun-ko di sini. h
Han Li lalu pergi dari situ dan setelah agak jauh ia mendengar Kwi Hong dan Cia Kun keduanya tertawa-tawa dengan gembira.
gSemoga mereka berbahagia. h katanya dalam hati sambil memasuki gedung istana itu untuk menuju ke kamar yang disediakan untuknya.
gNah, kebetulan sekali, Hong-moi. Kini kita ditinggalkan berdua saja. Aku memang ingin menyampaikan perasaan hatiku setelah bertemu denganmu. Sudah agak lama tidak saling bectemu dan tadi, begitu melihatmu, jantungku berdebar tidak karuan. Engkau telah menjadi gadis dewasa yang cantik seperti bidadari dan juga tangguh seperti seorang pendekar wanita.
Aku merasa kagum sekali, Hong-moi. h
gWah, pujianmu terlalu muluk, Kun-ko. Aku hanya seorang gadis biasa, mana mungkin disamakan dengan bidadari" h Kwi Hong lalu tertawa dan Cia Kun juga tertawa. Inilah yang didengarnya oleh Han Li sebelum ia masuk ke dalam istana.
gSungguh, Hong-moi. Aku tidak main-main. Di dalam istana ayahku terdapat sebuah patung Dewi Kwan Im, dan kulihat engkau mirip patung itu, lebih elok malah. h gAku kausamakan dengan Kwan Im Pousat" Ngaco! Engkau terlalu memujiku, padahal engkau sendiri seorang pemuda yang gagah dan tampan sekali. Tentu banyak gadis puteri istana yang tergila-gila padamu. h
gEntahlah, aku tidak memperhatikan mereka. Tidak ada seorang pun puteri istana yang dapat menyamai engkau, Hong-moi. Karena itu, aku akan mohon kepada ayah ibuku untuk meminangmu sebagai calon isteriku. h
gIhhh! Jangan bicara soal perjodohan, Kun-ko. h Kwi Hong membalikkan diri dan mukanya menjadi merah sekali. Cia Kun mengitarinya dan menghadapinya.
gEngkau marah, Kwi Hong" Maafkanlah kelancanganku kalau begitu. Akan tetapi sebelum ayah bundaku melamarmu, aku ingin lebih dulu mengetahui darimu, apakah hatimu sudah ada Pusaka Pulau Es > karya Kho Ping Hoo > published by buyankaba.com
316 yang punya" Kalau engkau tidak setuju, katakan saja sekarang agar orang tuaku tidak usah melamar yang kemudian kau menolak. Maka itu, katakanlah, bagaimana kalau ayah bundaku melamarmu" h
Kwi Hong merasa terharu sekali. Ia memang pernah jatuh cinta kepada seorang pemuda, dan pemuda itu adalah Keng Han. Akan tetapi ternyata bahwa Keng Han adalah kakak sepupunya, satu marga sehingga tidak mungkin sekali mereka menjadi suami isteri. Sekarang Cia Kun menyatakan cintanya. Ditanya seperti itu tentu saja sukar baginya untuk menjawab. Di dalam hatinya, Ia pun kagum dan suka kepada Cia Kun. Seorang pemuda bangsawan, putera pangeran yang terkenal berbudi, seorang pemuda yang juga tidak lemah, karena ibunya seorang pendekar wanita yang berilmu tinggi. Mau apa lagi"
gHong-moi, jawablah. Jangan biarkan aku dalam keraguan yang akan menyiksa hatiku. Aku tidak akan merasa sakit hati andaikata engkau menolakku. Aku hanya ingin kepastian dan jawablah selagi kita hanya berdua di sini.
gAh,Kun-ko.... urusan begituan.... kuserahkan saja kepada ayah dan ibuku. Mari kita kembali kepada mereka. gDan tanpa menanti jawaban Kwi Hong lalu berlari masuk, disusul oleh Cia Kun. Pemuda ini merasa gembira bukan main.Dia tahu bahwa kalau seorang gadis setuju dipinang, ia pasti akan mengatakan seperti yang dikatakan gadis itu, yaitu menyerahkan kepada orang tuanya. Kalau tidak setuju, pasti terus terang dikatakan tidak setuju!
Ketika Cia Kun dan Sim Hui Eng melihat putera mereka kembali dari taman bersama Kwi Hong dan wajah pemuda itu berseri dan matanya bersinar-siinar, mereka sudah dapat menduga. Apalagi melihat Kwi Hong malu-malu duduk sambil menundukkan mukanya!
Mereka berpamit dan diantar oleh Pangeran Tao Kuang dan selirnya sampai ke pintu depan.
Dengan hati gembira dan tidak sabar lagi, Cia Kun lalu menceritakan kepada ayah bundanya bahwa dia telah menyatakan cintanya kepada Kwi Hong dan agaknya gadis itu tidak berkeberatan. Maka dia minta kepada ayah ibunya untuk meminang gadis itu. Cia Sun dan isterinya gembira mendengar berita ini karena mereka tentu setuju sekali kalau mempunyai mantu puteri Pangeran Mahkota. Mereka berjanji akan melakukan pinangan secepat mungkin.
Bi-kiam Nio-cu Siok Bi Kiok melakukan perjalanan seorang diri. Berulang kali ia menarik napas panjang karena hatinya murung dan kecewa sekali. Sampai usianya yang dua puluh dua tahun, ia belum pernah merasa jatuh cinta kepada seorang pria. Apalagi dengan penekanan dari subonya bahwa semua pria itu jahat dan palsu, ia bahkan membenci kaum pria. Dan karena ia seorang gadis yang berwajah cantik, maka tentu saja dalam perjalanan ia banyak digoda pria yang mengakibatkan pria-pria itu tewas terbunuh olehnya. Akan tetapi semenjak ia bertemu Keng Han, entah bagaimana ia benar-benar jatuh cinta kepada pemuda itu. Ilmu kepandaian dan watak serta ketampanan wajah itu membuatnya tergila-gila. Bahkan ia menjadikan pemuda, itu sebagai muridnya dan ikut membantunya menghadap Dalai Lama saking cintanya. Akhirnya ia minta pemuda itu agar suka menjadi suaminya walaupun maksud ini bertentangan dengan ajaran subonya. Ia berani menentang maut demi cintanya terhadap pemuda itu. Akan tetapi pemuda itu menolaknya. Sakit sekali rasa hatinya dan ingin ia membunuh pemuda itu, akan tetapi kembali hatinya kecewa karena ternyata ia tidak mampu mengalahkan Keng Han bahkan sebagian rambutnya putus di tangan pemuda itu.
Rasa sakit hatinya bertambah, apalagi ketika Keng Han mengakui bahwa dia mencintai Cu In yang berwajah cacat dan buruk! Dari pada memilihnya, pemuda itu malah memilih gadis yang cacat wajahnya! Hal ini amat menyakitkan dan mengecewakan hatinya dan kini ia pergi ke Pusaka Pulau Es > karya Kho Ping Hoo > published by buyankaba.com
317 Bu-tong-pai untuk menghibur diri dan melihat apa yang terjadi di sana.
Pada suatu hari tibalah ia di kota Hue-nam. Kota ini cukup besar dan Niocu memasuki pintu gerbang kota itu. Karena hari telah senja, ia hendak melewatkan malam di kota itu dan mulailah ia mencari rumah makan yang juga merupakan penginapan. Setelah melihat rumah penginapan yang dari papan namanya diketahui bernama Losmen Hok-lai, ia lalu masuk ke rumah makan di depan penginapan itu.
Masuknya seorang wanita seperti Niocu, cantik jelita dan sendiri pula, tentu saja menarik perhatian banyak orang, terutama para prianya. Kebetulan dalam rumah makan itu maslh terdapat meja yang kosong dan Nio-cu disambut seorang pelayan dan diajak menuju ke sebuah meja kosong di sudut. Puluhan pasang mata pria mengikutinya dan memandang dengan kagum. Akan tetapi Niocu tidak mengacuhkan. Sudah terbiasa baginya melihat mata pria menantapnya penuh kagum. Asal tidak ada yang berucap atau berbuat kurang ajar, ia tidak ambil peduli. Akan tetapi ia tertarik sekali melihat seorang pemuda yang juga duduk seorang diri menghadapi meja. Pemuda itu berusia kurang lebih tiga puluh tahun, berwajah tampan dan gagah, bertubuh tinggi besar, matanya lebar dan wajahnya berbentuk bundar.
Pemuda itu duduknya menghadap ke arahnya, akan tetapi pemuda itu bersikap tak acuh.
Melihat ini hati Niocu menjadi penasaran. Belum pernah dara ini melihat laki-laki yang bersikap acuh tak acuh terhadap kehadirannya. Sekalipun pemuda itu tidak memandang kepadanya! Wanita memang aneh. Diperhatikan orang tidak suka, akan tetapi tidak diacuhkan juga tidak senang dan penasaran. Dengan sengaja Niocu menaruh pedangnya di atas meja dengan agak membantingnya untuk menimbulkan suara agar pria di depan itu
memperhatikannya. Akan tetapi pria itu mengangkat muka dan memandang kepada
pedangnya di atas meja, sama sekali tidak melirik kepadanya! Padahal semua pria yang berada di rumah makan itu menoleh kepadanya. Kepada pelayan yang mengantarnya ke meja itu ia lalu memesan masakan yang mahal, juga dengan suara tinggi agar terdengar pemuda di depannya itu. Akan tetapi kembali sang pemuda tidak mengacuhkannya, bahkan mulai makan kacang goreng yang berada di mejanya sambil sesekali minum araknya dari cawan.
Kalau pemuda itu tidak mempedulikan Niocu, sebaliknya ada empat orang pemuda yang tidak menyembunyikan kekaguman mereka. Empat orang pemuda ini jelas merupakan pemuda-pemuda bangsawan atau hartawan. Pakaian mereka mewah sekali dan usia mereka rata-rata dua puluh lima tahun.
gBukan main cantiknya nona itu! Hatiku seketika jatuh! h terdengar seorang di antara mereka berkata, suaranya cukup lantang untuk dapat terdengar oleh Nio-cu.
gKasihan ia makan seorang diri, bagaimana kalau kita undang ia makan di meja kita" h kata orang kedua.
gBagus sekali. Meja kita cukup lebar untuk ditempati lima orang. Akan tetapi bagaimana kalau ia menolak undangan kita dan marah" h kata yang ketiga.
gHemmm, siapa yang tidak mengenalku, si penaluk wanita" Belum, pernah ada wanita yang menolak undanganku. Kalian lihat saja! h kata orang keempat, seorang pemuda yang paling pesolek di antara mereka dan memang wajahnya tampan sekali. Dia lalu bangkit berdiri dan menghampiri meja Niocu. Kepada gadis itu dia memberi hormat dengan merangkap kedua tangan di depan dada. Niocu menghadapinya dengan dingin dan tenang, tidak membalas penghormatan itu.
Pusaka Pulau Es > karya Kho Ping Hoo > published by buyankaba.com
318 gMaafkan aku, Nona. Namaku Teng Sin, dan melihat Nona duduk seorang diri, kami berempat merasa kasihan. Maka saya mengundang Nona untuk duduk makan bersama di meja kami. Semua pesanan Nona kami yang akan membayarnya!
Marilah, Nona, kami mengundang dengan hormat! h
Niocu mengerutkan alisnya. Biarpun pemuda itu secara tidak wajar mengundangnya makan bersama namun ucapannya sopan dan ia masih dapat menahan diri. Pemuda inii tidak kurang ajar, hanya mengundang makan dengan hormat walaupun undangan itu tidak wajar karena mereka tidak saling mengenal.
gTerima kasih. Aku ingin makan sendiri di sini, tidak ingin ditemani siapapun juga. h jawabnya dingin.
gAih, Nona. Mengapa Nona menolak undangan kami" Kami bermaksud baik, Nona. Aku Teng Sin selalu memandang tinggi gadis-gadis cantik dan amat menghargai mereka. Marilah, Nona, harap jangan malu-malu. h
Kalau tadinya Niocu hanya menunduk, kini ia mengangkat muka dan matanya bersinar tajam memandang kepada pemuda itu. Pemuda yang tampan dan pesolek, model pemuda-pemuda yang suka mempermainkan wanita.
gSudahlah, jangan ganggu aku lagi.Pergilah! h kata Niocu, masih dapat menahan kesabarannya. gPergi atau engkau akan menyesal nanti! h
Akan tetapi mana pemuda itu mau pergi" Dia telah berdiri dekat Niocu dan melihat betapa cantiknya gadis itu.
gNona begini cantik seperti bidadari, tentu berbudi mulia seperti bidadari pula dan tidak akan menolak maksud baik kami. Marilah, nona manis, engkau tentu mendapatkan kegembiraan makan semeja dengan kami. Kami adalah pemuda-pemuda hartawan bahkan di antara kami ada yang menjadi putera, jaksa. Engkau akan terhormat kalau memenuhi undangan kami. h Pemuda itu tidak mau kalah dan terus membujuk.
gHemmm, sudah ditolak masih terus minta-minta dan merengek. Sungguh bermuka tebal dan tidak tahu malu! h Terdengar suara orang dan ketika semua orang menoleh, ternyata yang bicara adalah pemuda yang makan kacang goreng itu. Niocu juga memandang dan melihat pemuda itu masih makan kacang goreng, akan tetapi kini pandang matanya ditujukan kepada pemuda hartawan itu.
Pemuda hartawan itu menjadi marah sekali dan dengan langkah lebar menghampiri pemuda yang mengeluarkan kata-kata mengejeknya tadi.
gSiapa engkau" Berani mencampuri urusanku" h Dan tiga orang pemuda lain juga sudah bangkit berdiri siap mengeroyok pemuda bermata lebar itu.
Akan tetapi pemuda itu hanya tersenyum, lalu mengambil empat biji kacang goreng, dimasukkan ke dalam mulutnya dengan tiba-tiba dia menyemburkan empat biji kacang itu dari mulutnya dan empat orang pemuda itu mengaduh sambil meraba pipi mereka. Ternyata Pusaka Pulau Es > karya Kho Ping Hoo > published by buyankaba.com
319 semburan kacang itu mengenai pipi mereka dan terasa nyeri bukan main seolah pipi mereka disambar benda keras yang membuat pipi itu lecet dan kulitnya pecah! Empat orang pemuda itu adalah pemuda-pemuda kaya yang biasanya tidak pernah disentuh orang. Apalagi di antara mereka terdapat putera jaksa yang membuat mereka berani melakukan apa saja. Kini, melihat ada orang berani menentang mereka bahkan melukai mereka, empat orang pemuda itu menjadi semakin marah.
gOrang lancang dan kurang ajar! Engkau pantas dihukum! h kata mereka dan empat orang itu maju hendak menghajar laki-laki itu. Kini pria itu menenggak arak dari cawan dan kembali dia menyemburkan arak itu ke arah empat orang yang mengancamnya. Kini empat orang itu terhuyung ke belakang, muka mereka rasanya seperti ditusuk banyak jarum sehingga mata mereka juga sukar dibuka. Barulah mereka menyadari bahwa pemuda itu seorang yang berilmu tinggi. Mereka menjadi ketakutan dan tanpa dikomando, mereka serentak mundur dan melarikan diri keluar dari rumah makan itu!
Niocu menjadi kagum. Orang itu tentu lihai sekali dan ketika laki-laki itu memandang kepadanya, ia mengangguk berkata, gterima kasih atas bantuanmu. h
Pemuda itu pun mengangguk dan melanjutkan makan minum. Niocu juga makan minum seolah tidak pernah terjadi sesuatu. Pemuda itu selesai makan dan setelah membayar harga makanan, keluar lebih dulu. Tak lama kemudian, Niocu juga selesai makan, membayar harga makanan ia lalu berkata kepada pelayan bahwa ia hendak bermalam di rumah penginapan Hok-lai itu. Si pelayan segera mengantar Niocu masuk ke dalam dan mendapatkan sebuah kamar di loteng. Kamar itu menghadap ke jalan sehingga dari jendela kamarnya Niocu dapat menjenguk keluar dan melihat lalu lintas di jalan raya yang berada di luar losmen itu.
Baru saja Niocu melepaskan buntalan pakaiannya dan bersiap-siap hendak mandi, tiba-tiba dia mendengar suara ribut-ribut di luar. Cepat ia menghampiri jendela dan menjenguk keluar.
Dan Ia melihat betapa tidak begitu jauh dari losmen itu, terdapat seorang pemuda yang dikeroyok belasan orang. Ia segera mengenal pemuda itu sebagai pemuda yang membantunya.
Cepat ia turun dari loteng dan keluar.
Pemuda itu benar-benar tangguh. Para pengeroyoknya adalah tukang-tukang pukul yang memegang senjata golok dan ruyung, akan tetapi pemuda itu dengan kedua tangan kosong saja melawan mereka membagi pukulan dan tendangan. Melihat ini, Niocu tidak sabar lagi dan segera lari ke tempat itu dan terjun ke dalam perkelahian. Belasan orang itu yang tadinya memang sudah kewalahan mengeroyok si pemuda, kini menjadi kalang kabut diterjang oleh Niocu. Niocu juga tidak menggunakan pedangnya, hanya menggunakan kedua tangan dan kaki saja akan tetapi dalam waktu singkat ia sudah merobohkan lima orang! Pemuda itu pun merobohkan beberapa orang. Para pengeroyok menjadi jerih dan mereka segera melarikan diri sambil memapah teman-teman mereka yang sudah roboh. Pemuda itu berhadapan dengan Niocu. gTerima kasih atas bantuanmu! h katanya aambil mengangguk. Niocu balas mengangguk dan keduanya lalu pergi karena di situ terdapat banyak orang yang menonton.
Niocu kembali ke losmen dan segera mandi dan bertukar pakaian. Akan tetapi ia tidak pernah dapat melupakan pemuda yang tadi dibantunya. Seorang pemuda yang gagah, pikirnya dan diam-diam ia merasa betapa jantungnya berdebar aneh. Pemuda itu sama sekali tidak memperhatikannya. Bukan pemuda mata keranjang, bukan pemuda usil yang suka menggoda wanita. Akan tetapi pemuda itu sungguh gagah dan lihai.
Pada keesokan harinya, Niocu melanjutkan perjalanan menuju ke Bu-tong-pai. Ketika ia tiba Pusaka Pulau Es > karya Kho Ping Hoo > published by buyankaba.com
320 di luar kota Huenam, ia melihat seorang pria berjalan di depannya, menuju arah yang sama.
Biarpun ia melihat dari belakang, namun hatinya berdebar karena dia mengenal orang itu sebagai pemuda yang kemarin. Ia mempercepat langkahnya mengejar dan ternyata dugaannya benar. Ia melampaui pemuda itu, pura-pura tidak melihatnya karena rasanya tidak pantas kalau ia sebagai seorang wanita menegur lebih dulu,
Perlahan dulu, Nona" h terdengar suara pemuda itu dan Niocu menghentikan langkahnya dan memutar tubuhnya.
Kini ia berhadapan dengan pemuda itu. gAh, kiranya engkau! h katanya dengan wajar.
gNona, tidak kusangka akan bertemu denganmu di sini. Kalau aku boleh bertanya, Nona hendak pergi ke manakah" h
Aku hendak pergi ke Bu-tong-san. h Wajah pemuda yang tampan itu berseri. gAh, sungguh suatu kebetulan yang menyenangkan. Aku pun sedang menuju ke Bu-tong-pai, Nona! h
Niocu memandang dengan tajam seolah hendak menjenguk isi hati pemuda itu. gApakah engkau murid Bu-tong-pai" h
gSama sekali bukan. Akan tetapi aku mengenal baik ketua Bu-tong-pai dan aku menjadi tamu di sana. Kalau engkau hendak pergi ke Bu-tong-san, apabila Nona tidak berkeberatan, kita dapat melakukan perjalanan bersama. h Ucapan pemuda itu wajar saja. gAkan tetapi kalau Nona keberatan, aku pun tidak akan memaksa atau kecewa. h
Niocu diam-diam merasa gembira sekali. ia sudah tertarik kepada pemuda ini dan ingin mengenalnya lebih baik. Ternyata secara kebetulan sekali bertemu di sini dan arah perjalanan mereka ternyata sama! Tentu saja ia tidak tahu sama sekali betapa sejak pagi sekali tadi, pemuda itu dengan sembunyi telah mengamatinya dan tahu bahwa ia meninggalkan losmen dan pergi keluar kota. Pemuda itu selalu membayanginya dan ketika melihat ia pergi ke jurusan itu, pemuda itu dengan jalan memutar mendahuluinya!
gAku hendak ke Bu-tong-pai dan mendengar bahwa di sana akan diadakan pertemuan orang-orang kang-ouw, aku pergi ke sana untuk meluaskan pengalaman. Engkau tentu mengetahui tentang Bu-tong-pai, apakah benar akan ada pertemuan besar di sana" h gBenar sekali, Nona. Bahkan aku baru pulang setelah mengirim undangan-undangan dari Bu-tong-pai. Aku dimintai bantuan oleh ketua Bu-tong-pai. Dan sekarang, biarlah kami mengundang juga Nona untuk menghadiri pertemuari itu sebagai tamu agung. h
gAih, kebetulan sekali kalau begitu. h
gJadi Nona tidak keberatan kalau melakukan perjalanan bersamaku ke sana" h gTentu saja tidak.
gTerima kasih atas kepercayaan Nona padaku. Nona, namaku Gu Lam Sang. Kalau boleh aku mengetahui, siapakah nama Nona" h
gNamaku Siang Bi Kiok, akan tetapi dunia kang-ouw mengenalku sebagai Bikiam Nio-Pusaka Pulau Es > karya Kho Ping Hoo > published by buyankaba.com
321 cu. h gAhhh! Jadi Nona yang disebut Bikiam Nio-cu" Sudah lama sekali aku mendengar dan mengagumi Bi-kiam Niocu yang kabarnya pandai sekali menggunakan pedang. Kiranya Nonalah orang itu dan sekarang bahkan aku mendapat kehormatan untuk melakukan perjalanan bersama" h
Melihat kegembiraan pemuda itu Niocu merasa senang. Semua itu begitu wajar dan pemuda ini tidak bermuka-muka. gMelihat namamu tentu engkau seorang asing. Boleh aku mengetahui dari mana engkau berasal" h Gu Lam Sang menjawab cepat. gMemang aku berasal dari Tibet, Nona. Akan tetapi setelah berada di sini aku tidak merasa sebagai orang asing. h
Mari kita lanjutkan perjalanan kita sambil bercakap-cakap, saudara Gu Lam Sang. Ah, aku harus menyebut apa padamu" g
gSebut saja namaku tanpa embel-embel, dan aku akan menyebut Niocu kepadamu. h kata Gu Lam Sang merendah. gBaiklah, Gu Lam Sang. Aku melihat betapa hebat kepandaianmu ketika menghadapi empat pemuda di rumah makan dan ketika tadi dikeroyok banyak tukang pukul. Engkau dari perguruan manakah" Dan siapakah gurumu" h gGuruku hanya satu, yaitu Sang Dalai Lama di Tibet. h
gAih, tidak mengherankan kalau begitu. Dalai Lama adalah seorang yang sakti. Aku pernah menghadap dia dan menyaksikan kehebatan ilmunya. Kenapa waktu aku ke sana engkau tidak berada di sana, Gu Lam Sang" h
gAku sudah lama sekali meninggalkan Tibet. Sudah lebih dari lima tahun. Tentu aku sudah pergi dari sana ketika engkau menghadap guruku. Akan tetapi, mengapa engkau pergi menghadap guruku, Niocu" Ada keperluan apakah engkau dengan guruku" h
gAh, aku sendiri tidak mempunyai urusan dengannya. Akan tetapi aku mengantar seorang kawan bernama Si Keng Han yang mendendam kepada Dalai Lama karena Dalai Lama menyuruh para Lama untuk membunuh gurunya yang namanya Gosang Lama. h
Berdebar jantung dalam dada Gu Lam Sang. Tentu saja dia sudah mengetahui semuanya.
Pusaka Pulau Es Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Gosang Lama itu adalah ayah kandungnya sendiri yang dihukum mati oleh Dalai Lama karena telah memberontak. Dan dia pun pernah bertemu dengan Keng Han beberapa kali, bahkan pernah bertanding melawan pemuda itu yang dia tahu amat lihai. Dan Niocu ini agaknya bersahabat baik dengan Keng Han! Pada saat itu dia membutuhkan pembantu yang pandai dan begitu bertemu dengan Niocu hatinya tertarik, apalagi mendengar bahwa nona ini Bikiam Nio-cu yang namanya tersohor. Timbul niat di dalam hatinya untuk memikat gadis ini agar suka menjadi pembantunya. Setelah menggunakan siasat, akhirnya dia dapat berkenalan dengan gadis ini.
gNiocu, sebagai seorang yang memiliki ilmu kepandaian tinggi seperti engkau ini, apakah engkau tidak mempunyai cita-cita untuk masa depan" h
Niocu menoleh sambil terus berjalan. gCita-cita" Apa maksudmu" Aku sudah puas dengan keadaanku yang sekarang. h
Pusaka Pulau Es > karya Kho Ping Hoo > published by buyankaba.com
322 gAh, mana mungkin orang puas dengan keadaannya sekarang" Orang harus memiliki cita-cita untuk memperoleh kemajuan dalam hidupnya. hNiocu menghela napas. Cita-cita apa"
Dia mengharapkan menjadi jodoh Keng Han ternyata gagal dan ditolak pemuda itu! Ia pun tidak kerasan tinggal di Beng-san, di bekas rumah gurunya yang kini telah mengikuti The-ciangkun, hidup di kota raja! " gAku saat ini belum memiliki cita-cita, Gu Lam Sang.
Bagaimana dengan engkau" Apakah engkau memiliki cita-cita yang muluk" h
gTentu saja! Aku bercita-cita membantu gerakan Bu-tong-pai yang berusaha
menggulingkan pemerintah Mancu. Kalau gerakan itu berhasil, tentu aku memperoleh kedudukan yang tinggi sebagai pahalaku. Alangkah senangnya kalau aku memperoleh kedudukan tinggi. Aku akan memiliki kekuasaan, harta dan juga dihormati dan dimuliakan orang! Apakah engkau tidak ingin seperti itu" h
Niocu diam saja, alisnya berkerut dan ia pun membayangkan, mengingat-ingat. Kemudian ia mengangguk. gKalau bisa demikian, tentu aku akan senang. Aku pun bercita-cita seperti itu, Gu Lam Sang. Akan tetapi bagaimana caranya" h
gMudah saja, Niocu. Kalau engkau mau membantu aku, kelak tentu engkau akan
memperoleh pahala yang besar. Aku yang menanggung itu. kita bekerja sama dengan Butong-pai dari dengan perkumpulan-perkumpulan lain, mengadakan pemberontakan dan menggulingkan pemerintah Mancu. Nah, mudah saja, bukan" Aku sendiri ingin sekali bekerja sama denganmu. Kawan-kawan lain tentu akan bergembira mendengar bahwa Bi-kiam Niocu mau bekerja sama dengan kami! h
Hati Bi-kiam Nio-cu semakin tertarik. Dara ini tidak tahu betapa diam-diam Gu Lam Sang telah mengerahkan ilmu sihirnya sehingga dalam penglihatan Niocu, Gu Lam Sang kelihatan sebagai orang yang amat baik hati dan wajahnya amat menarik hatinya.
Mereka melanjutkan perjalanan. Gu Lam Sang cukup cerdik sehingga dia bersikap sopan sekali terhadap Niocu. Bahkan pada suatu malam yang dingin, ketika mereka terpaksa melewatkan malam di hutan, ketika melihat Niocu seperti orang yang sudah pulas, padahal dia tahu betul wanita itu belum tidur nyenyak, dia melepaskan jubah nya dan dipergunakan untuk menyelimuti Niocu! Niocu tahu akan hal itu, dan dia diam saja karena cara Gu Lam Sang menyelimutinya dilakukan dengan sopan, sedikit pun tangan pemuda itu tidak menyentuh kulit tubuhnya dan Gu Lam Sang berjaga semalam suntuk untuk menjaga agar perapian yang-dibuat dari api unggun itu tidak sampai padam. Demikian pula kalau mereka membutuhkan makanan, Gu Lam Sang selalu mencarikan untuk mereka. Dalam perjalanan bersama ini Niocu melihat bahwa Gu Lam Sang lebih memperhatikan dirinya dibanding Keng Han dahulu. Tanpa kata ia dapat mengerti bahwa Gu Lam Sang jatuh cinta kepadanya! Dan hal ini mendatangkan kebanggaan di hatinya. Kini ia pun sama sekali tidak membenci pria yang jatuh hati kepadanya, semenjak gurunya menyatakan bahwa semua pantangan dan larangan itu telah dihapus. Ia boleh menikah dengan pria yang dicinta dan mencinta dirinya.
Bagi Gulam Sang sendiri, Bi-kiam Niocu merupakan tenaga yang sangat penting baginya.
Selain gadis ini cantik jelita sehingga dia akan merasa puas dan senang kalau dapat memperisterinya, juga gadis ini memiliki ilmu yang tinggi sehingga dapat menjadi pembantu yang berharga. Berbeda dengan Liong Siok Hwa yang kini menjadi kekasihnya itu. Siok Hwa juga seorang gadis manis, namun masih kalah dibandingkan dengan Niocu. Dan Siok Hwa hanya memiliki ilmu silat rendah saja, tidak banyak gunanya untuk membantunya. Juga tidak ada orang tahu bagaimana hubungannya dengan Siok Hwa yang kini berada di Bu-tong-pai.
Pusaka Pulau Es > karya Kho Ping Hoo > published by buyankaba.com
323 Para murid Bu-tong-pai hanya menganggap bahwa Siok Hwa merupakan tamu dari ketua mereka dan sahabat dari Gu Lam Sang!
Ketika mereka tiba di Bu-tong-pai, Gu Lam Sang disambut para murid dengan sikap hormat karena orang ini merupakan tamu kehormatan ketua mereka. Pernah Thian It Tosu, tentu saja sebagai penyamaran Gu Lam Sang memesan kepada para muridnya agar memperlakukan Gu Lam Sang sebagai tamu terhormat karena Gu Lam Sang merupakan kenalan dekat dengan Thian It Tosu!
Bi-kiam Nio-cu sudah mempunyai nama besar maka orang-orang Bu-tong-pai sudah mendengar akan kelihaian pendekar wanita itu maka semua orang menghormatnya. Oleh Gu Lam Sang, Niocu diberi sebuah kamar yang bersih dan lengkap. Ketika Niocu bertanya di mana adanya Thian It Tosu, Gu Lam Sang menjawab bahwa Thian It Tosu kini seringkali mengurung diri di dalam ruangan bersamadhi dan tidak mau diganggu. Pada waktunya dia akan keluar sendiri dari kamar samadhi itu. Sebelum dia keluar, tak seorang pun boleh mengganggunya.
Pada keesokan harinya, benar saja Thian It Tosu keluar dari dalam kamarnya dan murid kepala memberi laporan bahwa keadaan Bu-tong-pai baik-baik saja dan bahwa Gu Lam Sang telah pulang akan tetapi karena ada urusan ke dusun di kaki bukit, pagi-pagi tadi sudah berangkat meninggalkan Bu-tong-pai! Tentu saja tidak ada yang tahu kecuali Thian Yang Cu dan Bhok Im Cu yang mengetahui bahwa Gu Lam Sang tidak turun gunung, melainkan menyamar sebagai Thian It Tosu yang dihadap para murid itu. Selain dua orang ini yang diancam bahwa Thian It Tosu yang aseli akan dibunuh kalau mereka membocorkan rahasia, orang ke tiga yang mengetahuinya adalah Liong Siok Hwa yang terpaksa mau dijadikan kekasih Gu Lam Sang. Ia telah ternoda, ayahnya telah tewas dan biarpun bagaimana juga, ia sudah terlanjur jatuh cinta kepada Gu Lam Sang.
Akan tetapi semenjak Bi-kiam Niocu datang bersama Gu Lam Sang dan mendapatkan sebuah kamar yang besar, hati Liong Siok Hwa menjadi tidak enak. Gadis itu terlalu cantik untuk tidak dicurigai. Apalagi melihat sikap Gu Lam Sang terhadap gadis itu yang begitu manis budi dan menghormat, hati Liong Siok Hwa dipenuhi rasa cemburu yang hebat. Ia sudah terlalu mengenal Gu Lam Sang sehingga ia tahu pula bahwa Gu Lam Sang mencinta gadis yang baru datang itu. Dan sejak kehadiran Bi-kiam Nio-cu di Bu-tong-pai, Gu Lam Sang tidak pernah berkunjung ke kamarnya di waktu malam seperti biasanya, seolah Gu Lam Sang telah lupa kepadanya.
Pada hari yang ditentukan, berdatanganlah para tokoh kang-ouw di Bu-tong-pai. Sebuah panggung didirikan dan dikelilingi kursi-kursi untuk para tamu. Thian It Tosu sendiri sebagai tuan rumah duduk di belakang panggung, didampingi oleh Thian Yang Cu dan Bhok Im Cu yang merupakan murid-murid kepala dari Bu-tong-pai. Dua orang murid ini sama sekali tidak berani berkutik,
Apalagi membongkar rahasia Gu Lam Sang karena orang ini telah mengancam akan membunuh guru mereka yang ditahan di ruangan tahanan bawah tanah oleh Gu Lam Sang dan dijaga siang malam oleh orang-orang Pek-lian-pai yang membantu Gu Lam Sang.
Di antara para tokoh persilatan yang berkedudukan tinggi, termasuk ketua-ketua partai dan para datuk, hadir pula di situ Pendekar Tangan Sakti Yo Han dan puterinya, Yo Han Li. Han Li telah meninggalkan kota raja bersama gurunya, Kai-ong Lu Tong Ki. Han Li mengatakan Pusaka Pulau Es > karya Kho Ping Hoo > published by buyankaba.com
324 kepada Kai-ong bahwa sudah tiba saatnya ia harus pulang ke Bukit Naga, pusat Thian-li-pang.
gEngkau telah dapat menguasai ilmu Tongkat Pemukul Iblis, maka tidak perlu lagi mengikuti aku. Pulanglah, Han Li, dan selalu bersikaplah sebagai seorang pendekar wanita yang menegakkan kebenaran dan keadilan. h
gApakah Suhu tidak ikut bersama teecu ke Bukit Naga dan bertemu dengan ayah
bundaku" h Lu Tong Ki menggoyang-goyang tangan kirinya. Bertemu Pendekar Tangan Sakti dan pendekar wanita Si Bangau Merah" Wah, tidak, aku malu telah mengangkat engkau menjadi muridku. h
gTidak apa-apa, Suhu. Aku yang menanggung kalau orang tuaku marah kepadaku. h gTidak, aku lebih senang merantau dan mencari makanan yang enak-enak. Selamat jalan! h kata kakek itu yang lalu membalikkan tubuhnya meninggalkan muridnya itu. Han Li merasa kehilangan. Sudah lama ia hidup di dekat kakek itu, menerima pelajaran Tongkat Pemukul Iblis dan ikut pula makan enak di dapur istana Pangeran Mahkota bahkan sampai menjadi tamu pangeran itu selama beberapa pekan. Han Li tidak tahu betapa gurunya itu pergi dengan wajah muram dan hati yang merasa sengsara. Manusia memang sukar membebaskan diri daripada ikatan-ikatan antara manusia, ikatan dengan harta benda, dengan kedudukan, dengan kepandaian. Segala sesuatu yang menyenangkan segera melekat dan mengikat manusia sehingga dia merasa sedih kalau harus berpisah dengan yang menyenangkan itu. Han Li pulang dan banyak sekali yang diceritakan kepada ayah bundanya. Juga tentang orangorang yang hendak membunuh kaisar dan pangeran mahkota, dan orang-orang itu yang tertangkap hidup mengaku bahwa mereka itu orang Thian-li-paag, padahal kenyataannya mereka adalah orang Pek-lian-pai dan Pat-kwa-pai.
gKeparat! h Yo Han marah sekali. gKiranya begitu permainan mereka" Mereka
melakukan fitnah keji untuk memburukkan nama Thian-li-pang. Kalau pemerintah mendengar ini tentu kita akan diserbu pasukan! h
gHarap jangan khawatir, Ayah. Aku sudah menjadi saksi bahwa mereka bukan orang Thian-li-pang karena tidak ada yang mengenal aku dan ketika kurobek baju di dada mereka terdapat tanda-tanda Pek-lian-kauw dan Pat-kwa-pai di dada mereka. Baik kaisar maupun pangeran mahkota melihat sendiri sehingga kita bebas dari tuduhan yang merupakan fitnah itu. h Han Li lalu bercerita betapa ia bertemu dengan Kai-ong Lu Tong Ki dan menjadi muridnya mempela jari ilmu Tongkat Pemukul Iblis dan betapa dengan gurunya itu ia menjadi tamu dari keluarga Pangeran Mahkota.
gAku melihat sendiri bahwa Pangeran Mahkota sekeluarganya adalah orang-orang yang baik dan dapat menghargai orang-orang gagah. h
Yo Han yang marah kepada Pek-lian-pai dan Pat-kwa-pai, ketika mendengar bahwa Thian It Tosu dari Bu-tong-pai mengadakan undangan kepada orang-orang gagah, lalu berangkat dan kini dia ditemani isterinya, Si Bangau Merah, dan puterinya.
Nafsu memang menguasai manusia, tidak peduli orang itu kaya atau miskin, pintar atau Pusaka Pulau Es > karya Kho Ping Hoo > published by buyankaba.com
325 bodoh. Nafsu yang semula diikut-sertakan manusia agar manusia dapat hidup bahagia, ternyata nafsu yang tadinya hanya menjadi peserta dan alat, sebaliknya malah menjadi majikan manusia. Dalam segala tindakannya, manusia selalu dikendalikan nafsu. Rasa benci, marah, dendam, iri dan sebagainya adalah akibat dari batin yang dikuasai nafsu. Nafsu menghendaki kesenangan dan kalau kesenangan itu diganggu maka timbullah marah dan benci yang akibatnya melahirkan duka. Sejak jaman dahulu sampai sekarang, orang sudah menyadari akan hal ini. Dan banyak usaha dilakukan manusia untuk mengendalikan nafsu.
Melalui agama, melalui bertapa, menyiksa diri dan sebagainya. Akan tetapi semua itu telah gagal. Kegagalan ini terbukti dari keadaan dunia di jaman dahulu sampai saat ini. Permusuhan terjadi di mana-mana, bukan hanya permusuhan antara negara dan bangsa, bahkan permusuhan antara bangsa sendiri, antara rekan, teman dan bahkan keluarga. Padahal mereka itu semua beragama, semua maklum akan bekerjanya nafsu yang menyeret manusia kepada perbuatan jahat dan permusuhan. Mengapa demikian" Karena pengertian mereka hanya sebatas akal pikiran saja. Padahal, nafsu daya rendah sudah menguasai hati dan akal pikiran kita. Dalam keadaan demikian maka hati akal pikiran ini bahkan membela perbuatan-perbuatan kita yang sesat. Kalau dua orang bermusuhan, tentu hati akal pikiran selalu membela diri sendiri sebagai pihak yang benar dan lawannya sebagai pihak yang bersalah!
Bahkan seorang pencuri pun, yang tentu tahu bahwa mencuri itu tidak baik atau jahat, dibela hati akal pikiran yang sudah bergelimang nafsu yang mengatakan bahwa manusianya mencuri karena kelaparan sehingga mereka membutuhkan uang, karena ini dan itu. Pendeknya, hati akal pikiran membela perbuatan mencuri itu sebagai perbuatan yang tidak jahat.
Karena hati akal pikiran sudah bergelimang nafsu, maka pengertian tidak ada gunanya, tidak dapat mengekang dan mengendalikan nafsu yang sudah menyusup diri kita sampai ke tulang sumsum, sampai ke pembuluh darah. Buktinya cukup banyak. Orang-orang yang katanya berkepandaian tinggi, berilmu, para sarjana dan cerdik pandai banyak yang melakukan tindakan menyimpan dari kebenaran. Ada yang korup, ada yang menyalah-gunakan kekuasaannya, dan sebagainya. Ini menunjukkan bahwa pengertian atau kepandaian hati akal pikiran tidak berdaya menghadapi nafsu yang selalu ingin mencari enak, ingin mencari senang dan kepuasan lahir maupun batin.
Kalau sudah begitu, bagaimana kita dapat mengendalikan nafsu" Hanya satu yang dapat mengendalikan nafsu, yaitu Penciptanya. Kekuasaan Tuhan yang dapat menyingkirkan nafsu, yang dapat mengembalikan nafsu ke tempat semula, yaitu menjadi peserta dan pembantu manusia dalam kehidupannya, tidak menjadi majikan dari manusia. Karena itu, jalan satu-satunya bagi kita adalah menyerah kepada Tuhan! Penyerahan yang tulus ikhlas, dengan segala kerendahan hati, dengan tawakal dan kesabaran. Kalau kekuasaan Tuhan yang bekerja, tidak ada hal tidak mungkin dilakukan. Kekuasaan Tuhan yang akan membimbing kita dan menundukkan nafsu.
Yo Han, isterinya Tan Sian Li, dan puteri mereka Yo Han Li, berangkat meninggalkan rumah untuk pergi berkunjung ke Bu-tong-pai, semua urusan perkumpulan Thian-li-pang diserahkan kepada para murid kepala untuk bekerja seperti biasa dan menjauhkan diri dari pertikaian dan permusuhan.
Cu-wi (Saudara sekalian) yang terhormat tentu sudah mendengar akan berita yang menyedihkan itu, yaitu bahwa bengcu Bhe Seng Kok telah tewas terbunuh orang yang tidak kita ketahui siapa orangnya. Oleh karena kedudukan bengcu sekarang ini sedang lowong, maka pinto(saya) memberanikan diri untuk mengundang Cu-wi hari ini berkumpul di Butong-pai untuk melakukan pemilihan bengcu baru! h demikian Thian It Tosu berkata kepada Pusaka Pulau Es > karya Kho Ping Hoo > published by buyankaba.com
326 para tamunya. gKami setuju....!! h Banyak seorang orang berteriak. Mereka yang berteriak itu adalah orang-orang kang-ouw golongan sesat yang memang telah diatur terlebih dahulu oleh Gu Lam Sang. Terutama sekali para tokoh Pek-lian-pai dan Pat-kwa-pai mereka itu tanpa kecuali segera menyambut dengan teriakan setuju.
Tiba-tiba terdengar suara yang nyaring, melebihi suara banyak orang yang menyatakan setuju.
gTunggu dulu! h Teriakan ini membuat semua orang yang berseru setuju berhenti berteriak dan semua orang menengok ke arah pembicara. Ternyata yang berseru nyaring tadi adalah Yo Han dan pendekar ini melompat naik ke atas panggung di mana Thian It Tosu berdiri.
Melihat ini, Thian It Tosu merangkap kedua tangan depan dada dan berkata lantang, gSiancai! Kiranya Yo-taihiap yang berseru tadi. Mengapa Taihiap berseru agar kami menunggu dulu" Apa lagi yang harus ditunggu" h
Yo Han menjawab, suaranya lantang sehingga terdengar semua orang. gThian It Totiang, di antara kita telah terjalin persahabatan yang erat dan aku Yo Han mengakui bahwa Totiang adalah seorang ketua yang bijaksana dan para murid Bu-tong-pai adalah pendekar-pendekar yang menjadi pembela kebenaran dan keadilan. Akan tetapi akhir-akhir ini telah terjadi perubahan besar di Bu-tong-pai. Totiang tidak lagi memegang teguh kependekaran Bu-tongpai. Seperti dahulu, kini pun aku melihat orang-orang Pek-lian-pai dan Pat-kwa-pai di sini!
Mereka dan orang-orang golongan sesat tidak berhak untuk melakukan pemilihan bengcu! h gSiancai, ucapan Yo-taihiap keterlaluan. Bengcu adalah pemimpin dari dunia kang-ouw tidak hanya milik orang-orang seperti Yo-taihiap. Dunia kang-ouw milik semua orang yang gagah perkasa, ahli-ahli silat di dunia tanpa membedakan golongan. h jawab Thian It Tosu.
gTidak! h bentak Yo Han. gsemua locianpwe dan sahabat dari dunia kang-ouw pasti tidak menyetujui ikutnya golongan sesat dalam pemilihan ini. Terutama sekali Pek-lian-pai dan Pat-kwa-pai! Aku pribadi mempunyai perhitungan dengan kedua perkumpulan sesat itu.
Mereka mengirim pembunuh-pembunuh ke kota raja untuk membunuh kaisar dan pangeran mahkota. Hal itu bukan urusan kami, akan tetapi ketika di antara mereka ada yang tertangkap hidup, mereka mengaku sebagai anggauta Thian-li-pang. Itu merupakan fitnah keji dan sekarang kita kebetulan berkumpul di sini, maka aku tantang para pimpinan Pek-lian-pai dan Pat-kwa-pai untuk menyelesaikan urusan denganku melalui pertandingan! h Yo Han memang marah sekali karena nama Thian-li-pang difitnah oleh mereka.
Sesosok tubuh melayang ke atas panggung dan seorang tosu telah berdiri di depan Yo Han sambil tersenyum mengejek. gPinto Koai Tosu adalah seorang di antara pimpinan Pat-kwa-pai. Tidak kami sangkal bahwa Pat-kwa-pai mengirim orang-orangnya untuk membunuh Pangeran Mahkota Tao Kuang. Semua pejuang yang menghendaki berakhirnya penjajahan Mancu tentu akan setuju dengan usaha kami itu. Akan tetapi tahukah Cu-wi, apa yang terjadi di sana" Orang-orang kita itu dihadapi oleh puteri Yo-pangcu! Puteri Yo-pangcu membela pangeran mahkota! Dan tahukah Cu-wi apa artinya itu" Artinya bahwa Thian-li-pang telah menjadi antek penjajah! h
gTutup mulutmu yang kotor! h Yo Han berteriak lantang, memandang Koai Tosu.
gPuteri kami berada di sana sebagai tamu, dan sudah wajar kalau tamu membela tuan rumah yang hendak dibunuh. Sudah kukatakan dahulu bahwa Thian-li-pang adalah perkumpulan Pusaka Pulau Es > karya Kho Ping Hoo > published by buyankaba.com
327 para patriot, akan tetapi kami hendak menumbangkan kekuasaan penjajah bukan dengan cara yang curang dan keji. Justeru puteri kami yang mengetahui bahwa orang-orang yang mengaku orang Thian-li-pang itu sebetulnya adalah orang-orang Pek-lian-pai dan Pat-kwa-pai. h gKami mengaku orang Thian-li-pang bukan untuk melakukan fitnah melainkan untuk menggugah semangat perjuangan Thian-li-pang yang agaknya menjadi lemah. h kata pula Koai Tosu penuh semangat.
gCukup! Di sini sekali lagi kukatakan bahwa Pek-lian-pai dan Pat-kwa-pai tidak berhak ikut pemilihan bengcu dan aku menantang kalian untuk menyelesaikan urusan itu dengan pertandingan! h Yo Han berseru dengan tegas.
gSiancai! Agaknya Yo-pangcu menganggap diri sendiri yang paling hebat! Akan tetapi pangcu kami tidak hadir di sini sehingga tidak dapat memenuhi tantangan Yo-pangcu! h Tiba-tiba Thian Yang Ji, tokoh Pek-lian-pai, juga meloncat dan berdiri di samping Koai Tosu.
gSiancai tantangan Yo-pangcu tidak dapat kami sambut karena ketua kami juga tidak berada di sini. Kalau Yo-pangcu merasa penasaran, boleh datang ke tempat kami agar ketua kami dapat menyambut! h kata Thian Yang Ji.
Melihat dua orang tosu ini, Yo Han sudah menjadi marah sekali.
gKalian berdua pernah mengerahkan anak buah untuk mengeroyok kami dahulu ketika kami meninggalkan Bu-tong-pai.
Kalian menggunakan banyak orang untuk mengeroyok kami. Kalau kalian memang ada kepandaian, kalian berdua boleh mewakili ketua kalian dan sekarang kalian berdua menghadapi aku! h
gSiancaii Ketika itu pun sudah ternyata bahwa ketua Thian-li-pang bersekutu dan menjadi antek penjajah. Ketika itu pun muncul pasukan penjajah membantu Yo-pangcu. Apakah Yo-pangcu akan menyangkal hal itu"
gSama sekali tidak! h jawab Yo Han. gAkan tetapi pasukan itu bergerak untuk menyelamatkan nona Tao Kwi Hong, puteri Pangeran Mahkota, bukan untuk
membantuku! h Melihat suasana semakin panas, Thian It Tosu maju melerai. gSudahlah, tempat ini didirikan untuk pemilihan bengcu, sama sekali bukan untuk berkelahi. Urusan pribadi boleh diselesaikan di tempat lain, bukan di Bu-tong-pai. Kalau Samwi (Kalian berdua) masih menghargai Bu-tong-pai sebagai sahabat, harap pertikaian ini tidak dilanjutkan di sini. h Yo Han menyadari kebenaran ucapan Thian It Tosu maka dia pun memberi hormat dan berkata, gMaafkan aku, Totiang. Ucapan Totiang benar dan aku tidak akan memaksa mereka untuk bertanding di sini. Akan tetapi aku tetap tidak setuju kalau yang dipilih itu orang dari golongan sesat! h
Ketika orang-orang membicarakan ucapan Yo Han yang mereka anggap mewakili para pendekar, di sebelah dalam bangunan induk Bu-tong-pai terjadi hal yang menarik. Ketika semua perhatian ditujukan ke dalam, sesosok bayangan yang cepat seperti seekor burung Pusaka Pulau Es > karya Kho Ping Hoo > published by buyankaba.com
328 walet telah menyelinap masuk ke dalam gedung itu tanpa diketahui seorang pun. Bayangan ini bukan lain adalah Keng Han. Pemuda ini datang ke Bu-tong-pai bukan tertarik oleh pemilihan bengcu, melainkan dia hendak mencari ayahnya, Pangeran Tao Seng yang disangkanya bersembunyi di Bu-tong-pai.
Di ruangan tengah dia melihat seorang wanita muda sedang dipegangi dua orang laki-laki yang tinggi besar. Wanita itu meronta dan berteriak, gAku harus membuka kedoknya! Thian It Tosu itu palsu adanya. Dia adalah Gu Lam Sang! h Akan tetapi baru saja ia mengucapkan itu, seorang di antara dua orang tinggi besar menggerakkan tangannya, dihantamkan ke tengkuk gadis itu yang terkulai lemas. Tewas seketika!
Keng Han yang bersembunyi tertegun. Dia tidak mengenal siapa adanya gadis itu tidak mengetahui persoalannya. Pula, untuk menolong gadis itu sudah tidak keburu lagi, maka dia diam saja. Ucapan gadis itu yang membuat dia tertegun. Thian It Tosu adalah Gu Lam Sang yang menyamar! Kalau begitu, di mana adanya Thian It Tosu yang sesungguhnya" Dan wanita itu dibunuh karena membocorkan rahasia itu.
Dia mencari terus tidak mempedulikan dua orang dan gadis yang dibunuh itu. Setiap kamar dijenguknya, akan tetapi dia tidak melihat adanya ayahnya di situ. Tiba-tiba seorang murid Bu-tong-pai berjalan, agaknya dia yang bertugas menjaga dalam bangunan itu. Keng Han menanti sampai bayangan itu mendekat. Dia meloncat, dan menyergapnya dengan totokan sehingga orang itu tidak mampu bergerak atau bersuara lagi.
gCepat katakan, di mana adanya Thian It Tosu" h katanya sambil membebaskan totokan pada leher orang itu sehingga dapat bicara.
gSuhu" Suhu jelas berada di luar, menyambut para tamu. h kata murid itu dengan heran.
gDan di mana adanya Pangeran Tao Seng" h gTidak ada pangeran di sini! h
Keng Han mengingat-ingat, lalu bertanya, gApakah di sini ada tempat tahanan rahasia" h gAda.... h Keng Han lalu menotok lagi lehernya sehingga orang itu tidak mampu bersuara lagi, lalu melepaskan totokan sehingga orang itu mampu bergerak lagi. Dapat bergerak akan tetapi tidak dapat mengeluarkan suara.
gHayo cepat antarkan aku ke tempat tahanan itu! Awas, kalau engkau meronta atau lari, aku akan membunuhmu! h Orang itu mengangguk lalu melangkah ke belakang, tangan kirinya dipegang oleh Keng Han. Dia membawa Keng Han ke belakang bangunan dan di taman terdapat sebuah pondok.
gDi sana tempat tahanan itu" h Orang itu menunjukkan ke pondok lalu ke bawah.
Terpaksa Keng Han membebaskan totokannya pada leher sehingga orang itu dapat bicara lagi.
Sebetulnya dia tidak suka melakukan ini karena sekali saja orang itu berteriak, semua usahanya akan gagal! Akan tetapi orang itu sudah menjadi begitu takut sehingga dia tidak berani berteriak.
gKatakan, apakah penjara itu berada di bawah pondok itu" h
Pusaka Pulau Es > karya Kho Ping Hoo > published by buyankaba.com
329 gBenar, merupakan penjara rahasia. h
gBagaimana caranya masuk" h
gDi sana ada arca dan setelah diputar tiga kali ke kanan, akan terbuka pintu yang menuju ke lorong bawah tanah. h
gKau tidak berbohong" h
gTidak, akan tetapi kalau engkau hendak masuk ke sana, engkau akan menempuh bahaya.
Tempat itu di jaga ketat oleh orang-orang Pek-lian-kauw! h
gTerima kasih! Terpaksa aku membuatmu tidak berdaya sampai aku berhasil keluar lagi. h Kembali jari-jari tangannya bergerak cepat dan orang itu roboh terkulai dan tidak mampu bersuara. Keng Han menyeret tubuh orang itu, disembunyikan di belakang semak-semak dan berindap-indap dia memasuki pondok. Pondok itu kosong dan setelah diperiksanya, benar saja terdapat sebuah arca singa di atas meja. Dia menghampiri arca itu dan memutarnya ke kanan tiga kali, waspada karena dia khawatir itu merupakan jebakan. Akan tetapi tidak begitu, karena terdengar bunyi berderit dan di lantai kamar itu terbuka sebuah lubang dengan tangga yang menurun ke bawah.
Keng Han menuruni tangga dengan hati-hati sekali. Ternyata anak tangga itu menembus sebuah lorong yang diterangi lampu-lampu dinding. Dia melangkah maju terus dengan hati-hati dan berhenti ketika mendengar suara orang bercakap-cakap. Dia mengintai. Di depan terdapat lima orang penjaga yang membawa golok di tangan. Agaknya itulah orang-orang Pek-lian-kauw yang berjaga di situ. Keng Han memperhitungkan dengan teliti sebelum bergerak, kemudian secara tiba-tiba dia meloncat ke depan dan kedua tangannya yang bergerak cepat sudah merobohkan dua orang! Tiga orang yang lain terkejut melihat munculnya seorang pemuda dan robohnya dua orang rekan mereka. Tiga orang itu lalu menyerang dengan golok mereka. Akan tetapi mereka kalah cepat. Dua orang roboh oleh kedua tangan Keng Han sedangkan yang seorang lagi roboh oleh tendangannya. Keng Han cepat menotok lima orang itu agar jangan mampu bergerak maupun bersuara. Dia maju terus dan akhirnya dia melihat sebuah kamar tahanan dengan pintu besi dan jendela beruji besi.
Ketika dia memandang ke dalam, dia melihat seorang tosu tua sedang bersila dan bersamadhi.
Dan tosu itu bukan lain adalah Thian It Tosu yang aseli!
gTotiang....! h Keng Han berseru lirih. Akan tetapi cukup untuk menggugah tosu itu dari samadhinya dan dia menoleh ke kanan, ke arah ruji jendela. Dia melihat seorang pemuda yang sama sekali tidak dikenalnya.
gSiapa engkau orang muda" h
gSsttt, Totiang, saya datang untuk membebaskan Totiang. h
Pendeta itu terkejut dan girang lalu meloncat dari lantai dan berdiri di balik ruji besi. gPintu ini terkunci kuat sekali, juga jendela ini agaknya terlalu kuat untuk dijebol. h kata kakek itu.
Keng Han teringat. gAkan saya cari kuncinya! h Dia lalu menghampiri kelima orang itu dan memeriksa mereka satu demi satu. Akhirnya dia dapat menemukan kuncinya di dalam saku seorang di antara mereka. Cepat dia menggunakan kunci untuk membuka pintu besi Pusaka Pulau Es > karya Kho Ping Hoo > published by buyankaba.com
330 yang tebal dan berat itu.
Melihat para penjaga menggeletak tak mampu berdaya, tahulah Thian It Tosu bahwa penolongnya seorang pemuda yang berilmu tinggi. Padahal orang-orang Peklian-kauw yang berjaga di situ rata-rata merupakan anggauta pilihan yang sudah memiliki ilmu silat yang tangguh! gKe mana engkau hendak membawa pinto, orang muda" Apakah yang telah terjadi" h
Dengan singkat Keng Han menceritakan. gGu Lam Sang telah menangkap Totiang dan menyekap dalam penjara itu. Dan dia sendiri menyamar sebagai Totiang. Dia membawa Butong-pai untuk bersekutu dengan orang-orang sesat seperti Pek-lian-pai dan Pat-kwa-pai, kemudian dia membawa Bu-tong-pai untuk memberontak, mengirim orang untuk mencoba membunuh Kaisar dan Pangeran Mahkota. Akan tetapi usahanya gagal dan kini dia mengundang para tokoh kang-ouw untuk mencari bengcu baru karena bengcu yang lama telah terbunuh orang tanpa diketahui siapa yaing membunuh. Marilah, Totiang. Kita ke sana dan membuka rahasia penyamaran Gu Lam Sang. h
Tiba-tiba berkelebat bayangan orang dan tahu-tahu Bi-kiam Nio-cu telah berada di depan mereka.
gNiocu, kau.... di sini" h Keng Han benar-benar terkejut melihat wanita itu.
gDan engkau pun mau apa berada di sini" Aku di sini sebagai tamu Thian It Tosu, bukankah demikian, Totiang" h
gSiancai! Pinto tidak pernah bertemu denganmu, Nona. h
gApa" Baru kemarin dulu Totiang menerimaku sebagai tamu dan sahabat Gu Lam Sang.
Bagaimana baru dua hari Totiang sudah lupa lagi padaku" h
gNiocu, engkau telah ditipu orang! Ketahuilah bahwa aku baru saja membebaskan Thian It Tosu dari penjara bawah tanah. h
gTapi....tapi Thian It Tosu kemarin dulu benar-benar menerimaku. Aku tidak berbohong, Keng Han. h
gEngkau memang tidak berbohong, melainkan dibohongi orang. Thian It Tosu yang kemarin dulu menerimamu itu bukan lain adalah Gu Lam Sang yang menyamar. Gu Lam Sang menguasai Bu-tong-pai dengan menyamar sebagai Thian It Tosu dan dia menahan Totiang ini di bawah tanah. h gIhhh.... rasanya tidak mungkin. Gu Lam Sang adalah seorang yang baik budi dan gagah perkasa. h
gHemmm, agaknya engkau sudah melupakan sama sekali nasihat gurumu. Di dunia ini memang terdapat banyak pria yang jahat dan Gu Lam Sang merupakan seorang yang paling jahat di antara mereka. h
gBenarkah begitu, dapatkah aku percaya padamu, Keng Han" h
gBuktikan saja sendiri. Kami mau keluar untuk membongkar rahasia ini. Mari kau lihat dan dengar sendiri! h
Pusaka Pulau Es > karya Kho Ping Hoo > published by buyankaba.com
331 Pada saat itu, Thian It Tosu penyamaran Gu Lam Sang sedang berdiri di atas panggung dan berkata dengan suara lantang. gSaudara sekalian, bengcu telah dibunuh orang. Untuk menjaga kesat dan ketertiban, kita harus memilih seorang bengcu baru. Kalau sudah mendapatkan bengcu yang baru tentu kita dapat memulai dengan perjuangan kita. h gTahan dulu....! h Terdengar teriakan nyaring dan sesosok bayangan melompat ke atas panggung. Ternyata dia Keng Han. Melihat pemuda ini Gulam Sang merasa terkejut sekali.
gOrang muda, telah kami katakan padamu, bahwa gurumu Gosang Lama itu seorang penjahat dan kami dari Bu-tong-pai terkenal sebagai para pendekar! Engkau muncul lagi mempunyai keperluan apakah" h
Keng Han tidak menjawab melainkan berpaling kepada semua orang yang hadir.
gCu-wi, apakah Cu-wi (Saudara sekalian) mengenal orang ini" h Dia menuding ke arah Thian It Tosu yang palsu.
Banyak orang tertawa menanggapi pertanyaan yang mereka anggap aneh itu. gHeiii, orang muda! Siapa yang tidak mengenalnya" Dia adalah Thian It Tosu ketua Bu-tong-pai. Siapapun yang berada di sini tentu tahu akan hal itu. Kenapa engkau menanyakannya" h
gKetahuilah, Cu-wi yang mulia. Orang ini bukan Thian It Tosu Dia adalah Thian It Tosu palsu! h
gorang muda, enak saja engkau bicara! Pinto adalah Thian It Tosu, kenapa engkau bilang palsu" h
gCu-wi menghendaki bukti" h suara Keng Han nyaring mengatasi suara semua orang yang riuh rendah terheran-heran mendengar bahwa Thian It Tosu yang di atas panggung adalah palsu. Keng Han lalu memberi isyarat dengan tangannya dan sesosok tubuh lain melayang dan berada di atas panggung. Ketika semua orang memandang mereka, mereka berseru terheran-heran karena orang itu juga Thian It Tosu! Di panggung itu berdiri dua orang Thian It Tosu yang sama, baik bentuk tubuh, wajah dan pakaiannya!
Selagi semua orang ribut bicara sendiri mengomentari pemunculan dua orang Thian It Tosu itu, Keng Han berkata dengan lantang, gNah, saudara sekalian telah melihat buktinya. Thian It Tosu yang baru muncul inilah yang aseli, sedangkan Thian It Tosu yang pertama tadi adalah palsu. Dia adalah Gu Lam Sang yang menyamar sebagai Thian It Tosu! h
Tentu saja Gu Lam Sang menjadi marah sekali dan juga bingung. Sama sekali tidak disangkanya bahwa Keng Han mampu membebaskan Thian It Tosu dan kedoknya terbongkar.
Akan tetapi dia masih ingin mempertahankan diri dan dia segera berseru. gDia itu yang palsu! Lihat ini, Pek-coa-kiam ini jelas milik Thian It Tosu yang aseli. Akulah yang aseli dan dia itu palsu! h Setelah berkata demikian, dengan pedang Pek-coa-kiam di tangan, Gu Lam Sang menyerang dan menusukkan pedangnya kepada Thian It Tosu.
gTranggg....! h Pedangnya itu tertangkis oleh pedang di tangan Bi-kiam Niocu. Wanita ini marah sekali kepada Gu Lam Sang. Pemuda itu diharapkan untuk menjadi suaminya, akan tetapi ternyata pemuda itu menipu dan membohonginya.
Pusaka Pulau Es > karya Kho Ping Hoo > published by buyankaba.com
332 gNiocu, kuharap engkau jangan mencampuri urusan ini, atau bantulah aku membunuh Thian It Tosu yang palsu ini! h
gEngkaulah yang palsu, Gu Lam Sang! h bentak Bi-kiam. Nio-cu. Akan tetapi dara ini terkejut ketika pedangnya yang menangkis pedang Pek-coa-kiam itu terpental dan tangannya tergetar hebat. Pemuda Tibet itu ternyata memiliki tenaga sinkang yang luar biasa.
Keng Han meloncat ke depan Niocu dan berkata, gMundurlah, Niocu. Jahanam ini musuhku biarkan aku yang menghadapinya! Nah, Gulam Sang, sebaiknya engkau melepas kedokmu itu! h
Gu Lam Sang yang menyamar sebagai Thian It Tosu itu memandang Keng Han dengan mata mencorong penuh kebencian. gEngkau pengacau sinting, biar kubunuh engkau lebih dulu! h Dengan bentakan ini, Gu Lam Sang menyerang Keng Han dengan Pedang Ular Putih. Serangan itu hebat sekali dan Pek-coa-kiam itu menyambar ke arah leher Keng Han.
Akan tetapi Keng Han yang sudah tahu betapa lihainya Gu Lam Sang, sudah mengelak dengan loncatan ke belakang. Akan tetapi, Gu Lam Sang mendesak terus dengan Pek-coa-kiam yang ampuh itu sehingga Keng Han harus berloncatan dan mengelak ke sana sini dan nampak terdesak dan tidak mampu balas menyerang.
Saat itu Bi-kiam Nio-cu berteriak, gKeng Han, pakailah pedangku ini! h Ia melontarkan pedangnya ke arah Keng Han yang menyambutnya dengan tangan. Sekarang dia juga memegang sebatang pedang dan ketika Gu Lam Sang menyerang lagi dengan bacokan dahsyat, Keng Han malah maju menangkis sambil mengerahkan sinkangnya.
gTranggggg....!! h Sepasang pedang itu bertemu dengan hebatnya dan Gu Lam Sang yang menyamar sebagai Thian It Tosu itu terdorong mundur ke belakang. Akan tetapi ketika Keng Han melihat pedangnya, ternyata pedang itu telah putus bagian ujungnya! Jelaslah bahwa Pek-coa-kiam di tangan Gu Lam Sang itu sebuah po-kiam (pedang pusaka) yang amat ampuh.
Namun dari pertemuan tenaga itu dapat diketahui bahwa dalam hal sinkang, ternyata Gu Lam Sang masih belum mampu menandingi Keng Han. Keng Han lalu balas menyerang dengan pedang buntungnya dan dia memainkan ilmu Hongin-bun-hoat, pedang buntungnya seperti menulis dan membuat corat-coret di udara, akan tetapi semua itu merupakan serangan yang dahsyat. Menghadapi ilmu pedang yang aneh ini, Gu Lam Sang terkejut dan kini dia yang terdesak mundur. Beberapa kali dia mencoba untuk memanfaatkan keunggulan pedangnya untuk menangkis dan membabat pedang buntung lawan, akan tetapi usahanya itu tidak pernah berhasil karena Keng Han selalu mengelak kalau diajak beradu pedang.
Di antara para penonton terdapat Yo Han, Tan Sian Li, dan juga Yo Han Li yang menonton pertandingan itu. Yo Han sendiri juga kaget dan tidak mengerti mengapa muncul dua orang Thian It Tosu. Dia masih ragu-ragu siapa di antara kedua orang itu yang aseli dan mana pula yang palsu. Maka ketika Keng Han bertanding dengan Thian It Tosu, Yo Han, isterinya dan puterinya tidak tahu harus memihak yang mana. Akan tetapi ketika Keng Han mainkan ilmu Hongin-bun-hoat, mereka bertiga memandang heran. Pemuda itu mainkan Hong-in Bun-hoat yang mereka kenal sedemikian hebatnya. Bahkan biarpun pedangnya sudah buntung, dia kini mampu mendesak Thian It Tosu yang menjadi kewalahan dan main mundur terus.
Pertandingan itu memang hebat bukan main. Gu Lam Sang yang didesak terus itu Pusaka Pulau Es > karya Kho Ping Hoo > published by buyankaba.com
333 mengeluarkan semua ilmunya, bahkan beberapa kali dia membentak dengan kekuatan sihirnya untuk merobohkan Keng Han. Akan tetapi, ilmu sihirnya tidak mempan terhadap Keng Han karena pemuda ini telah memiliki tenaga sakti yang hebat. Dan setelah mereka bertanding sampai seratus jurus lebih, tahulah Yo Han, isteri dan puterinya bahwa Thian It Tosu itu jelas palsu. Hal ini mudah saja diketahui. Kalau Thian It Tosu aseli, tentu menggunakan ilmu pedang Bu-tong-pai yang sudah mereka kenal. Akan tetapi Thian It Tosu ini sama sekali tidak menggunakan ilmu silat Bu-tong-pai melainkan menggunakan ilmu silat yang aneh dan belum pernah mereka lihat!
Yo Han yang berpengalaman luas itu berbisik kepada isteri dan puterinya, gIlmu silatnya tentu datang dari Barat. Dan lihat, dia menggunakan sihir dalam bentakan-bentakannya itu.
Untung bagi Keng Han, dia memiliki sinkang yang cukup kuat untuk menolak pengaruh sihir itu. h
Tiba-tiba Keng Han mengubah ilmu silatnya. Pedangnya masih membuat gerakan ilmu Hongin Bun-hoat akan tetapi tangan kirinya memukul dengan jurus pukulan ilmu Toat-beng Bian-kun yang kelihatan lemah lembut namun menyembunyikan kekuatan yang amat dasyat. Dan Gu Lam Sang benar-benar terdesak hebat.
Pada saat itu dari dalam melayang keluar tiga orang kakek yang membentak, gBocah lancang. Berani engkau menghina tuan rumah kami, ketua Bu-tong-pai" h
Yo Han melihat bahwa mereka itu adalah para datuk sesat yang terkenal, yaitu Swat-hai Lokwi, Tung-hai Lo-mo dan Lam-hai Koai-jin. Tiga orang datuk ini memang sengaja tidak keluar dulu dan hanya mengintai dari dalam, melihat perkembangan keadaan. Ketika melihat Keng Han datang bersama Thian It Tosu, tahulah mereka bahwa Gu Lam Sang terancam bahaya. Apalagi setelah melihat betapa Gu Lam Sang terdesak hebat oleh Keng Han, mereka tidak dapat tinggal diam saja dan ketiganya lalu keluar dan melompat ke atas panggung, meninggalkan Pangeran Tao Seng yang masih bersembunyi di dalam kamar rahasia. Karena mereka berada di kamar rahasia, maka tadi Keng Han gagal menemukan ayahnya ketika mencari di seluruh kamar tahanan dalam rumah induk Bu-tong-pai itu.
Melihat tiga orang datuk itu maju, Bi-kiam Nio-cu yang sudah marah sekali melihat Gu Lam Sang menyamar sebagai Thian It Tosu juga melompat ke atas panggung dan berseru, gMain keroyokan bukan watak orang gagah! h Dan ia sudah siap untuk melawan siapa saja yang hendak mengeroyok Keng Han, biarpun ia bertangan kosong karena pedangnya sudah dipinjamkan kepada Keng Han.
Han Li tadi melihat betapa gadis itu meminjamkan pedangnya kepada Keng Han, maka tanpa ragu lagi ia mencabut pedangnya dan melemparkannya pada Bi-kiam Nio-cu sambil berseru, gEnci pakailah pedangku ini! h
Niocu menyambut pedang itu dengan tangan kanannya lalu menghadapi Swathai Lo-kwi yang juga memegang sebatang pedang. Pada saat itu, dua bayangan berkelebat ke atas panggung dan mereka itu ternyata adalah Yo Han dan isterinya, si Bangau Merah Tan Sian Li! Tan Sian Li sudah mencabut suling emas yang diselipkan di pinggangnya, sedangkan Yo Han yang tak pernah bersenjata itu hanya berdiri dengan tangan kosong. Tan Sian Li menghadapi Tung-hai Lomo sambil berkata lantang, suaranya mengejek. gMain keroyokan, ya" Kami juga bisa! h Dan tanpa banyak komentar lagi wanita berusia empat puluh tahun yang masih cantik itu sudah menggerakkan sulingnya untuk menyerang Tung-hai Lo-mo. Terdengar suara Pusaka Pulau Es > karya Kho Ping Hoo > published by buyankaba.com
334 berdesing nyaring dan suling itu menjadi sinar keemasan yang melengking-lengking!
Terpaksa Tung-hai Lo-mo menyambut dengan pedangnya dan mereka berdua sudah
bertanding dengan hebatnya.
Kini tinggal Lam-hai Koai-jin yang belum mendapat lawan. Maka Yo Han menghadapinya dan berkata, gLam-hai Koai-jin, engkau ingin memperlihatkan kepandaianmu" Majulah dan akulah lawanmu! h Melihat Yo Han, Lam-hai Koai-jin sudah merasa gentar. Dia maklum betapa tinggi ilmu kepandaian Pendekar Tangan Sakti ini. Dan selagi dia meragu untuk menyambut tantangan Yo Han, Thian It Tosu yang sejak tadi hanya menonton saja lalu melangkah maju dan dia berseru lantang, gCuwi harap menahan senjata dan berhenti berkelahi! h
Mendengar bentakan nyaring ini semua menahan senjata, Thian It Tosu yang palsu sudah terdesak hebat, mandi peluh dan napasnya terengah-engah. Maka seruan untuk, berhenti bertanding itu telah menyelamatkannya. Thian It Tosu lalu menghampirinya dan berkata, gGu Lam Sang, engkau yang menjadi garagara keributan ini. Pinto tidak ingin Bu-tong-pai menjadi tempat pertempuran. Harap para saudara yang membela Gu Lam Sang dan
membelaku suka mundur semua dan biarkan kami berdua yang menyelesaikan urusan ini! h Sikap Thian It Tosu berwibawa sekali. Tiga orang datuk itu mundur dan melihat ini, Bi-kiam Nio-cu, Yo Han dan Tan Sian Li juga mengundurkan diri. Kini yang berdiri di atas panggung hanya kedua orang yang sama itu, Thian It Tosu berkata dengan suaranya yang lembut namun berwibawa. gGu Lam Sang, untuk membuktikan siapa di antara kita berdua yang aseli dan palsu, marilah kita bertanding ilmu di sini, disaksikan semua orang. Akan tetapi, yang namanya Thian it Tosu itu selamanya tidak pernah menyerang lawan yang tidak bersenjata.
Nah, beranikah engkau melawan pinto" h gHemmm, engkaulah yang palsu dan jangan mencoba untuk mengelabui orang lain. Aku Thian It Tosu yang aseli. Tentu saja aku siap melawanmu dengan tangan kosong! h Setelah berkata demikian, Thian It Tosu yang palsu itu lalu melontarkan pedangnya ke bawah dan pedang itu menancap di atas papan, bergoyanggoyang saking kuatnya lontaran itu. Kedua orang kakek itu kini saling berhadapan dan semua orang menahan napas menyaksikan peristiwa yang aneh itu. Dua orang Thian It Tosu saling berhadapan untuk saling menyerang. Kalau tadi Yo Han, Keng Han dan dua orang wanita itu menaati permintaan Thian It Tosu adalah karena mereka menghormati Thian It Tosu sebagai tuan rumah. Mereka ini yakin dan percaya kepada Keng Han bahwa yang muncul belakangan itu adalah ketua Butong-pai yang aseli. Juga semua murid Bu-tong-pai yakin dan tahu mana yang aseli dan mana yang palsu dengan melihat cara Thian It Tosu tadi bertanding melawan Keng Han.
gBunuh saja keparat itu! h demikian banyak orang berteriak-teriak marah. Akan tetapi Thian Yang Cu melarang para murid membunuhnya.
gGu Lam Sang, permainanmu sudah berakhir. Semestinya engkau dibunuh oleh banyak senjata murid Bu-tong-pai. Akan tetapi kami akan membebaskan engkau kalau engkau suka memberi obat penawar racun dari tubuh ketua kami. h
Gu Lam Sang menyeringai. gBagus kalau kalian mengetahui dan ingat akan keadaan Thian It Tosu! h katanya dan karena dia sudah ditodong dan tak mungkin melawan lagi, dia merogoh saku dalam di bajunya dan mengeluarkan sebuah bungkusan kertas. Kemudian dia berkata kepada Thian It Tosu, gTubuhmu sudah penuh racun yang berada dalam makanan dan minumanmu selama ini. Telanlah obat ini dan engkau akan sembuh kembali. h Pusaka Pulau Es > karya Kho Ping Hoo > published by buyankaba.com
335 Thian It Tosu menerima bungkusan itu dan seorang murid mengambilkan air teh. Thian It Tosu membuka bungkusan itu dan menuangkan isinya ke dalam mulut, lalu diminumnya air teh itu. Setelah obat itu memasuki perutnya, di dalam perutnya mengeluarkan bunyi dan dia merasa betapa rasa nyeri di dada dan perut menghilang. Tadi pun dalam keadaan keracunan dia melawan Gulam Sang. Kalau dilanjutkan agaknya dia akan kalah karena kalau mengerahkan tenaga sinkang dadanya terasa nyeri. Kini dia mencoba untuk mengerahkan sinkangnya. Tidak terjadi sesuatu. Itu merupakan bukti bahwa obat itu memang manjur.
gLepaskan dia! h kata Thian It Tosu kepada para muridnya dan dia sendiri mencabut Pek-coa-kiam yang tadi oleh Gulam Sang ditancapkan ke atas papan.
Biarpun agak enggan, para murid menarik senjata mereka yang ditodongkan kepada Gulam Sang. Dia tertawa menyeringai, lalu menoleh kepada Bi-kiam Nio-cu sambil berkata, gNiocu, maukah engkau pergi dengan aku" h gJahanam busuk! Membunuhmu aku mau, kalau disuruh pergi bersamamu, jangan harap! h
Gulam Sang maklum bahwa dia telah kalah segala-galanya, maka dia sudah melangkah untuk meninggalkan panggung.
gTahan dulu!! h tiba-tiba terdengar bentakan nyaring. Semua orang menoleh dan Gulam Sang juga memandang. Ketika melihat bahwa yang datang itu adalah dua orang pendeta Lama berjubah merah, wajahnya menjadi pucat sekali.
"Omitohud....! Dicari ke mana-mana ternyata berada di sini. Gulam Sang, atas perintah Yang Mulia Dalai Lama, kami harus menangkapmu. Menyerahlah engkau agar kami tidak harus menggunakan kekerasan! h
Gulam Sang maklum bahwa kalau dia menyerah, tidak urung dia akan dibunuh. Dia dan ayahnya, Gosang Lama, telah menyebabkan pemberontakan di Tibet. Ayahnya juga sudah terbunuh, dan selama ini dia dapat meloloskan diri dan bersembunyi di Bu-tong-pai. Ternyata pada saat kejatuhannya, dua orang Lama Jubah Merah muncul. Maka, Gulam Sang menjadi nekat.
gKalian tidak akan dapat menangkapku hidup-hidup! h setelah membentak demikian, dia lalu menyerang kedua pendeta Lama itu dengan amat ganas. Akan tetapi, dua orang pendeta Lama itu adalah murid-murid Dalai Lama yang lebih tinggi tingkatnya dibandingkan Gulam Sang. Mereka menyambut terjangan itu dengan pukulan telapak tangan secara berbareng.
gDesss....! h Tubuh Gulam Sang terpental dan bergulingan lalu diam dan tidak bergerak lagi. Ternyata dia telah tewas!
gOmitohud, setiap perbuatan jahat akan berakibat malapetaka bagi dirinya sendiri! h kata pendeta Lama yang perutnya gendut. Kemudian mereka berdua menghadapi Thian It Tosu dan yang kurus berkata dengan sikap hormat.
gApakah Toyu ketua Bu-tong-pai" h
gBenar. h gKalau begitu, kami mohon dengan hormat untuk mengadakan upacara
membakar mayat di sini. Bolehkah" h
Pusaka Pulau Es > karya Kho Ping Hoo > published by buyankaba.com
336 gTentu saja boleh. h Thian It Tosu dia kini menghadapi semua orang yang berkumpul di situ. gKami harap agar para tamu yang tergolong sesat seperti perkumpulan Pek-lian-pai dan Pat-kwa-pai, suka meninggalkan tempat ini. Kalian Semua memang diundang, akan tetapi bukan pinto yang mengundang. Dan hendaknya kalian maklumi, bahwa Bu-tong-pai bukan perkumpulan pemberontak terhadap pemerintah. Kami hanya menentang orang-orang yang melakukan kejahatan. Yang tadinya merasa bersekutu dengan Bu-tong-pai di bawah pimpinan ketua palsu, diminta agar juga meninggalkan tempat ini! h
Mendengar ucapan ini, tiga orang datuk segera pergi tanpa banyak cakap lagi. Juga rombongan orang Pek-lian-pai dan Pat-kwa-pai, termasuk mereka yang tadinya disusupkan menjadi anggauta Bu-tong-pai, semua pergi secepatnya dari tempat yang berbahaya bagi keselamatan mereka itu.
Kini yang masih tinggal hanyalah orang-orang kang-ouw yang hidupnya sebagai pendekar dan yang selalu menentang orang-orang yang melakukan kejahatan. Tentu saja termasuk Yo Han, Tan Sian Li dan Yo Han Li yang sudah lama menjadi sahabat baik Thian It Tosu. Juga Bi-kiam Nio-cu masih berada di situ. Keng Han menghampiri Bi-kiam Niocu,
mengembalikan pedang yang tadi dipijamkan kepadanya, gMaaf, Niocu, pe dangmu rusak dan patah ujungnya. h kata Keng Han.
gTidak mengapa engkau telah menyadarkan aku tentang Gulam Sang yang palsu itu. h kata wanita itu sambil menerima kembali pedangnya.
Thian It Tosu menghampiri Yo Han dan memberi hormat dengan merangkap kedua tangan depan dada yang segera dibalas oleh Yo Han.
gTerima kasih atas bantuan Yo-taihiap sekeluarga, juga terima kasih kepada Ji-wi yang muda-muda namun berilmu tinggi. h katanya dan ucapan terakhir ditujukan kepada Keng Han dan Bikiam Nio-cu.
gAh, Totiang. Aku malah minta maaf bahwa aku sama sekali tidak tahu bahwa Totiang telah ditahan dan Thian It Tosu yang memimpin Bu-tong-pai adalah orang palsu! Pantas saja aku merasa heran sekali atas perubahan sikap Bu-tong-pai dan bersekutu dengan Pek-lian-pai dan Pat-kwa-pai. Kiranya bukan Totiang orangnya. h
gTotiang, saya ingin mencari orang yang bernama Tao Seng, yang menjadi pimpinan pemberontakan ini. Menurut perhitungan saya, dia pasti bersembunyi di dalam Bu-tong-pai bersama datuk-datuk sesat tadi. Apakah ada murid Totiang yang mengetahui di mana dia bersembunyi" hSeorang murid Bu-tong-pai cepat maju dan berkata, gMemang ada seorang yang kemarin dulu diterima oleh ketua palsu sebagai tamu dan dia disebut Ji-wangwe. h
"Ya itulah orangnya! h seru Keng Han. gTahukah engkau di mana dia bersembunyi" h gTadinya mereka semua bersembunyi di kamar rahasia akan tetapi ketika terjadi perkelahian, Ji-wangwe itu keluar dari kamar rahasia dan melarikan diri melalui pintu belakang. h
Pusaka Pulau Es > karya Kho Ping Hoo > published by buyankaba.com
337 gWah, aku harus mengejarnya! h kata Keng Han dan dia sudah meloncat pergi dari situ dan lari ke belakang gedung, melalui taman dan terus melompat pagar tembok di belakang taman.
Dia mengejar dan mencari terus, namun tidak nampak jejak orang yang dicarinya itu.
Tugasnya membela keluarga kaisar sudah berhasil dan kini tinggal menemukan ayahnya dan memaksa ayah itu ikut bersama ke Khitan, menghadap ibunya!
Dia tiba di sebuah bukit kecil. Cepat dia mendaki bukit itu dan di puncak bukit itu dia melihat sebuah rumah menyendiri. Mungkin ayahnya itu bersembunyi di sana, pikirnya penuh harapan.
Akan tetapi ketika tiba di pekarangan rumah itu, tiba-tiba terdengar suara tawa dan tiga orang meluncur keluar dari dalam rumah itu. Mereka itu ternyata adalah Swat-hai Lo-kwi, Tung-hai Lo-mo dan Lam-hai Koai-jin. Swat-hai Lo-kwi sudah memegang pedangnya, Tung-hai Lo-mo sudah memegang dayung bajanya dan Lam-hai Koai-jin memegang ruyungnya. Jelas bahwa kedatangannya itu telah diketahui mereka dan mereka telah siap untuk
menghadapinya. gHa-ha-ha, orang muda. Beberapa kali engkau menggagalkan usaha kami, sekarang tiba saatnya kami melakukan pembalasan dan membunuhmu di sini! h kata Swat-hai Lo-kwi sambil tertawa.
Pendekar Pemetik Harpa 17 Kesatria Berandalan Karya Ma Seng Kong Pendekar Setia 10
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama