Ceritasilat Novel Online

Tiga Naga Sakti 7

Tiga Naga Sakti Karya Kho Ping Hoo Bagian 7


orang gila?" Kui Eng berdiri dengan napas terengah-engah dan pedang
dipegangnya erat-erat, sedangkan Bun Hong berdiri dengan
dahi penuh keringat, juga memegang pedang sambil
memandang dengan muka pucat dan mata liar.
"Dia...... dia hendak membunuh Ang kongcu....." kata Kui
Eng kepada Beng Han, hidungnya kembang-kempis, matanya
berapi-api penuh kemarahan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Beng Han memandang ke arah pemuda pelajar itu yang
berdiri bengong dan bingung.
"Siapakah dia, sumoi?" tanya Beng Han.
"Dia adalah....... adalah sahabatku," jawab Kui Eng.
Beng Han memandang tajam ke arah Bun Hong. "Sute,
mengapa kau hendak membunuh dia " "
Bun Hong cemberut, kemarahannya masih bergolak. Dia
tidak membenci Min Tek, bahkan tidak memperdulikan
pemuda itu. Pemuda itu tidak ada artinya baginya, kalau dia
hendak membunuhnya hanya karena pemuda itu dipilih oleh
Kui Eng. Pemuda itu karena dekat dengan Kui Eng, dan
siapapun orangnya yang didekati Kui Eng, tentu akan
dibunuhnya! Maka, pertanyaan suhengnya itu seperti tidak
didengarnya karena baginya, membunuh atau tidak
membunuh siucai itu tidaklah penting.
"Suheng, mengapa kau tidak jadi bertunangan dengan
sumoi ?" Pertanyaan itu diucapkannya keras-keras seperti
orang mencela dan menegur sehingga Beng Han menjadi
heran dan terkejut sekali dan wajahnya berobah merah.
Mendengar sutenya itu bicara seperti itu, di depan Kui Eng,
bahkan di depan seorang pemuda asing, benar-benar amat
mengejutkan sekali. "Sute, omonganmu ini sungguh tidak patut!" bentaknya.
"Tidak patut katamu " " Dada Bun Hong terengah-engah
karena menahan gelora hatinya yang penuh kemarahan.
"Suheng, kau tahu betapa perasaan hatiku terhadap sumoi !
Kita bertiga semenjak kecil bersama-sama, senasib
sependeritaan. Kalau sumoi menjadi jodohmu, aku rela .... aku
mengalah, akan tetapi kalau sumoi memilih laki-laki lain, aku
tidak rela ! Sumoi mencinta pemuda ini, maka dia harus
kubunuh! Kalau sumoi menghalangi, biar kubunuh keduanya !"
"Sute, kau gila......! "
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kui Eng mengusap beberapa butir air mata yang menuruni
kedua pipinya. "Bun Hong, kau manusia kejam! Kau membikin
malu kepadaku. Mari kita bertanding mengadu jiwa!" Kui Eng
melompat maju dan menyerang, akan tetapi Beng Han
mencegahnya. "Sumoi, sabarlah dan serahkan urusan ini kepadaku.
Sebetulnya, apakah yang terjadi" "
Kui Eng memandang kepada Beng Han dengan air mata
masih membasahi pipinya, "Suheng, aku tidak bersalah apaapa. Aku hanya mengantar Ang-kongcu yang hendak kembali
ke dusunnya. Tahu-tahu ji - suheng menghadang di sini dan
hendak membunuh kami."
Beng Han berpaling kepada Bun Hong dani membentak.
"Sute, jangan kau melanjutkan kesesatanmu itu. Hubungan
kita dengan sumoi hanyalah sebagai saudara seperguruan dan
urusan pribadinya tidak boleh kita mencampurinya. "
"Ah, kau tidak tahu hatiku, kau tidak tahu penderitaanku.
Pendeknya, sumoi hanya boleh memilih antara kau atau aku,
tidak boleh memilih orang lain ! Biar kubunuh pemuda pucat
itu !" teriak Bun Hong marah. "Kalau kau membelanya,
suheng, terpaksa aku akan melawanmu pula !"
"Manusia sesat!" Beng Han membentak marah,"Sumoi, kau
lanjutkanlah perjalananmu bersama kongcu ini, biar aku yang
akan menghadapi sute." Sementara itu, Min Tek yang
mendengarkan semua ini, menjadi pucat dan tubuhnya
menggigil. Sama sekali bukan karena takut, akan tetapi karena
terharu. Baru sekarang dia tahu bahwa tiga orang ini adalah
saudara - saudara seperguruan yang tinggi ilmu
kepandaiannya, dan karena kini mereka bertengkar karena
dia, maka sudah tentu dia merasa bingung sekali. Mendengar
betapa Kui Eng mencintanya, dia merasa terharu bukan main.
Mula-mula, dara itu yang hendak membelanya dengan taruhan
nyawa, sampai melawan suheng sendiri, kini orang pertama
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dari tiga orang bersaudara seperguruan itupun hendak
membelanya "Kui-lihiap, biarlah kujelaskan kepada suhengmu........"
katanya. Akan tetapi Kui Eng telah melompat ke atas
punggung kudanya dan berkata,
"Ang-kongcu, marilah kita pergi ! " Terpaksa Min Tek naik
ke atas punggung kudanya pula dan ikut pergi dengan cepat
menyusul Kui Eng yang telah mendahuluinya. Bun Hong
marah sekali. "Suheng, kau tidak tahu betapa besar cintaku
terhadap sumoi. Lebih baik aku mati di tanganmu dari pada
melihat sumoi menjadi isteri pemuda lemah dan pucat itu!
Kalau kaususul dia dan mengambil sumoi sebagai isterimu,
aku akan merasa bahagia dan rela, suheng. Akan tetapi, kalau
kau membiarkan dia merendahkan diri dan menjadi jodoh
pemuda itu, biar bagaimanapun juga, aku akan
menghalanginya." "Sute, tidak kusangka bahwa setelah berada di kota raja,
engkau menjadi gila. Perasaan hatimu terhadap sumoi yang
kaunamakan cinta itu sesungguhnya bukanlah cinta kasih
yang sejati, melainkan cinta palsu yang diliputi nafsu semata,
nafsu hendak menyenangkan dirimu sendiri ! Kau hendak
membunuh pemuda pelajar yang tidak berdosa itu" Baik, ada
aku yang akan membelanya! "
"Kau........?" " Kedua mata Bun Hong yang sudah merah
karena marahnya itu tiba-tiba mengeluarkan dua titik air mata.
"Kau hendak melawan aku, suheng" Kau.......?"
"Apa boleh buat. Lebih baik melihat saudaraku yang
kukasihi mati dari pada melihat dia hidup melakukan
kejahatan!" Bun Hong berteriak keras dan menerjang maju mengirim
tusukan dengan pedangnya. Beng Han menangkis dan
keduanya lalu bertempur hebat, lebih seru dan lebih matimatian dari pada ketika Bun Hong bertempur melawan Kui
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Eng tadi. Bun Hong memiliki kecepatan gerakan luar biasa dan
pedangnya berkelebat menyambar-nyambar dengan ganasnya. Biarpun dia masih kalah cepat kalau dibandingkan
dengan Kui Eng, akan tetapi dibandingkan dengan suhengnya
ini dia masih menang tinggi tinggi ginkangnya. Akan tetapi,
Beng Han yang waspada dan tenang dapat menghadapinya
dengan baik dan mengembalikan setiap serangan sutenya
karena memang dasar ilmu silat Beng Han lebih matang dari
pada sutenya. Kalau tadi, ketika Bun Hong bertempur
melawan Kui Eng, mereka bergerak cepat seperti sepasang
naga memperebutkan mustika dan gerakan mereka itu amat
mirip karena keduanya mengandalkan kecepatan, adalah kini
pertempuran antara Bun Hong dan Beng Han memperlihatkan
gerakan yang amat berbeda di antara mereka. Bun Hong
bergerak gesit dan pedangnya menyambar ganas dan cepat,
sedangkan gerakan Beng Han tenang dan mantep, pedangnya
membentuk gulungan sinar yang kokoh kuat. Betapapun juga,
ilmu pedang mereka bersumber dari satu dasar ilmu pedang,
yaitu Kwi-hoa Kiam-hoat, maka tentu saja mereka dapat
mengembalikan setiap serangan dengan baik. Mereka hanya
mengandalkan keuletan dan kegesitan kaki tangan belaka dan
kedua orang kakak beradik seperguruan ini tidak jauh bedanya
dengan kalau mereka sedang berlatih ilmu pedang mereka!
Pantangan bagi orang yang sedang bertanding silat adalah
perasaan takut, bimbang dan terutama sekali nafsu amarah.
Biarpun Bun Hong tidak merasa takut, akan tetapi
menghadapi Beng Han dia merasa bimbang dan kehilangan
sebagian kepercayaan diri sendiri, dan hatinya masih diliputi
kemarahan sehingga gerakan pedangnya tidaklah semantap
dan setepat gerakan Beng Han. Oleh karena itu, beberapa kali
hampir saja dia menjadi korban pedang suhengnya, baiknya
Beng Han masih merasa tidak tega dan kasihan kepada
sutenya itu sehingga setiap kali ujung pedangnya sudah
mendekati sasaran, dia segera menarik kembali serangannya
itu. Beng Han amat mencintai adik seperguruannya ini, maka
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tentu saja tidak tega hatinya untuk melukainya, apa lagi
membunuhnya. Tiba-tiba Beng Han mengeluarkan bentakan nyaring,
pedangnya menyerang dengan jurus Angin Taufan
Menyambar Pohon. Gerakannya hebat dan kuat sekali
sehingga ketika Bun Hong menangkis, ujung pedang Beng
Han masih mendesak dan berhasil melukai lengan tangan Bun
Hong, Kulit dan daging lengan itu terobek dan darah
bercucuran keluar. Beng Han terkejut dan melompat mundur,
sedangkan Bun Hong dengan tersenyum pahit lalu
menggunakan ujung lengan bajunya untuk menghapus darah
di lengannya itu. "Suheng, kau hebat sekali," katanya.
Beng Han berkata dengan suara sedih, "Su-te, janganlah
kita bertempur lagi. Insaflah, tidak baik ilmu pedang yang kita
pelajari dengan susah payah itu kita pergunakan untuk saling
serang sendiri." Akan tetapi Bun Hong tertawa menyeramkan dan berkata,
"Suheng, ketahuilah. Selama berbulan-bulan hatiku gelisah
dan menderita karena memikirkan sumoi. Aku telah banyak
menderita, bahkan nasibku yang sial membawaku terbelenggu
dan untuk menolong keluarga Pangeran Song aku terpaksa
menikah dengan puterinya, sementara hatiku masih tetap
merindukan sumoi. Aku menghibur kesedihanku dengan
pikiran bahwa sumoi sudah sesuai menjadi jodohmu dan
karena kalian adalah orang-orang yang kukasihi, maka aku
merasa rela dan ikhlas. Tidak tahunya, kalian tidak
bertunangan dan bahkan sumoi mendekati seorang pemuda
pelajar yang lemah. Bagaimana hatiku bisa senang " Luka
sedikit ini tidak ada artinya, ayo kita lanjutkan, suheng, dan
jangan kepalang tanggung kau mengerjakan pedangmu!"
"Sute........!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Akan tetapi Bun Hong sudah melompat maju dan
menyerang pula sehingga Beng Han merasa bingung dan
berduka sekali. Terpaksa dia mengangkat pedangnya
menangkis. Pada saat itu terdengar suara tertawa keras
bergelakdan tiga bayangan orang berkelebat mendatangi.
Mereka itu adalah Tek Po Tosu, Bong Kak Im, dan Bong Kak
Liong, tiga orang jagoan kelas utama dari Thio-thaikam!
Mereka ini semenjak dahulu telah menaruh curiga terhadap
Bun Hong, akan tetapi oleh karena Bun Hong dapat
mengendalikan diri dan tidak pernah memperlihatkan
kepandaiannya, maka merekapun tidak mempunyai bukti dan
tidak berdaya untuk mencelakainya. Akan tetapi, mereka tidak
pernah berhenti menyebar penyelidik dan mereka mendengar
dari para penyelidik bahwa mantu Pangeran Song itu sering
kali berkuda ke luar kota, entah melakukan pekerjaan apa
Timbullah kembali kecurigaan tiga orang jagoan itu dan
setelah mereka memberi laporan kepada Thio-thaikam,
mereka lalu diutus untuk menyelidiki. Demikianlah, mereka
lalu mengadakan penyelidikan, selalu membayang Bun Hong
dengan diam-diam sehingga mereka dapat mengetahui ketika
Bun Hong bertempur dengan Kui Eng dan kemudian setelah
melihat munculnya Beng Han dan mendengar percakapan
mereka, tahulah tiga orang jagoan kota raja ini bahwa Bun
Hong benar benar adalah pemuda berkedok yang dulu pernah
menyerang Thio-thaikam. Segera mereka muncul dan
terdengar suara Tek Po Tosu.
"Aha, tidak tahunya mantu Pangeran Song benar-benar
adalah pemberontak yang kami cari cari!"
Bun Hong dan Beng Han terkejut sekali nendengar ini dan
mereka segera menghentikan perkelahian mereka dan berdiri
berdampingan, menghadapi tiga orang jagoan dari Thiothaikam itu. Melihat Beng Han, Tek Po Tosu tertawa lagi
mengejek. "Eh, eh, tidak tahunya mantu Pangeran Song
adalah sute dari pemberontak yang telah kujatuhkan! Masih
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
belum mampuskah engkau" Baik, baik! Kalau begitu sekarang
akan kubinasakan kalian pemberontak-pemberontak rendah !"
Sambil berkata demikian, tosu itu mencabut siang-kiamnya
sedangkan Bong Kak Im juga sudah mengeluarkan sepasang
kapaknya yang dahsyat, diikuti oleh Bong Kak Liong yang
menarik keluar sebatang goloknya yang lihai.
"Sute, mari kita basmi anjing-anjing penjilat ini!" kata Beng
Han dengan penuh geram. Bun Hong tersenyum. "Baik, suheng. Memang telah lama
sekali aku ingin membunuh anjing-anjing rendah ini!"
"Pemberontak hina, bersedialah menerima kematian!" Bong
Kak Im berseru dan mulai menyerang dengan sepasang
kapaknya. Serangannya ini disambut oleh Bun Hong.
"Penebang kayu, jangan kau menjual lagak di sini!"
teriaknya dan dia sudah menggerakkan pedangnya untuk
menangkis dan balas menyerang. Bong Kak Liong lalu
menggerakkan goloknya membantu kakaknya sehingga Buh
Hong segera dikeroyok dua, akan tetapi orang muda itu
dengan gagahnya memutar peding dan memainkan ilmu
pedangnya yang lihai. Beng Han menghadapi Tek Po Tosu. Dia menudingkan
pedangnya ke arah muka tosu itu sambil berkata, "Pendeta
keparat! Sekarang tiba saatnya bagi kita untuk mengadu
kepandaian tanpa mengandalkan pengeroyokan. Majulah dan
kau boleh mempergunakan semua jarum-jarum jahatmu yang
hanya menunjukkan sifatmu yang pengecut itu!"
"Pemberontak sombong!" Tek Po Tosu berteriak dan segera
melompat dan menerjang Beng Han dengan sepasang
pedangnya yang digerakkan dari kanan kiri secara menyilang !
Akan tetapi, dengan sikap tenang Beng Han memutar
pedangnya dan sekaligus dia berhasil menangkis sepasang
pedang lawan itu. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Cring! Tranggg......."!" Bunga api berpijar dan keduanya
meloncat mundur untuk memeriksa senjata masing-masing


Tiga Naga Sakti Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

karena pertemuan pertama yang dilakukan dengan
pengerahan tenaga tadi membuat mereka merasa tangan
mereka kesemutan dan khawatir kalau-kalau senjata mereka
menjadi rusak. Akan tetapi setelah melihat bahwa pedang
mereka tidak rusak, mereka sudah menerjang lagi ke depan
dan saling serang dengan mati-matian karena mereka maklum
bahwa mereka menghadapi lawan yang tangguh.
Terjadilah pertempuran yang amat hebat dan seru di
tempat sunyi itu, disaksikan oleh pohon pohon yang
bermandikan cahaya matahari yang terik. Tidak ada orang lain
di tempat itu kecuali lima orang yang sedang bertanding matimatian itu. Kesunyian di tempat itu dipecahkan oleh suara
senjata yang beradu dan seruan-seruan mereka yang
berkelahi, terutama sekali suara sepasang kapak di tangan
Bong Kak Im yang setiap kali bertemu dengan pedang lawan
terdengar berdenting nyaring. Dua orang murid Lui Sian Lojin
itu harus mengerahkan seluruh tenaga dan mengeluarkan
seluruh kepandaian mereka karena sekali ini mereka benarbenar menghadapi lawan-lawan yang tangguh
Bun Hong pernah menghadapi Bong Kak Liong, akan tetapi
pada waktu itu dia dikeroyok oleh banyak sekali perwira
sehingga dia tidak dapat mengukur kepandaian lawannya itu
yang memang lihai. Bong Kak Liong dan lebih-lebih lagi Bong
Kak Im adalah jago-jago yang amat diandaikan oleh Thiothaikam, dan jika dibandingkan dengan panglima-panglima
pengawal di istana kaisar, mereka ini sedikitnya menduduki
tingkat tiga, maka kelihaian mereka tentu saja amat hebat.
Apa lagi kini kakak beradik ini maju berdua mengeroyok Bun
Hong, senjata mereka berkelebatan menyilaukan mata dan
setiap gerakan mereka merupakan serangan maut yang
berbahaya sekali. Akan tetapi, dengan bersemangat dan
penuh kegembiraan karena sudah lama Bun Hong memang
menahan-nahan gelora hatinya untuk menentang mereka ini,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bun Hong menyambut semua serangan dan membalasnya
dengan serangan yang tidak kalah hebatnya. Setelah kini
menghadapi musuh-musuh yang dibencinya ini sebagai lawan
berkelahi, permainan pedang Bin Hong menjadi makin lincah,
karena dia tidak merasa bimbang lagi dan seluruh kebencian
dan kemarahan yang timbul dari kekecewaan dan kedukaan
hatinya tadi kini ditimpakannya ke atas kepala dua orang
lawan yang tangguh ini ! Juga Beng Han menghadapi Tek Po Tosu dengan hati-hati
sekali karena dia tahu akan kelihaian lawan. Menghadapi
desakan tosu ini tanpa dikeroyok, Beng Han dapat
melayaninya dengan baik, bahkan dia dapat melancarkan
serangan-serangan balasan yang cukup mengejutkan hati Tek
Po Tosu. Tosu ini memiliki kepandaian yang lebih tinggi
setingkat dari pada kepandaian dua orang perwira she Bong
itu, maka biarpun hanya seorang diri, dia dapat mengimbangi
kepandaian Beng Han. Sepasang pedangnya bergerak secara
luar biasa sekali dan gerakan pedang di tangan kanan ganas
dan cepat, akan tetapi sebagian besar hanya merupakan
gertakan saja untuk membingungkan lawan. Sebenarnya yang
berbahaya adalah pedang di tangan kirinya, karena walaupun
pedang di tangan kiri ini hanya bergerak lambat dan
dipergunakan untuk menangkis belaka, akan tetapi pada saat
yang tepat pedang itu melakukan tusukan atau bacokan yang
amat berbahaya dan tidak terduga-duga datangnya. Beng Han
maklum akan hal ini, maka dia bersilat dengan tenang dan
waspada, sama sekali tidak mau dikacau oleh gerakan pedang
di tangan kanan lawan itu.
Demikianlah, kedua orang muda seperguruan yang tadi
saling bertempur dengan hebat, kini dengan sendirinya telah
bersatu menghadapi tiga orang lawannya yang tangguh.
Diam-diam perasaan haru dan gembira menyelinap di dalam
hati kedua orang muda itu, karena dengan adanya
pertempuran dan bahu-membahu menghadapi musuh ini,
agaknya segala kesalah pahaman di antara mereka telah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tersapu bersih tanpa kata-kata, dan perasaan mereka kembali
seperti dulu ketika mereka masih bersama-sama belajar silat
di pondok Kwi-hoa-san. Sambil bersilat membendung serangan-serangan Tek Po
Tosu, kadang-kadang Beng Han melirik ke arah Bun Hong
untuk melihat keadaan sutenya itu. Dia merasa gelisah juga
menyaksikan betapa tangguh adanya dua orang perwira itu.
Dia sendiri maklum bahwa tidak akan mudah baginya untuk
menjatuhkan Tek Po Tosu yang amat lihai, dan apa bila
pertempuran itu diteruskan, fihaknyalah yang akan menderita
rugi. Dia melihat betapa wajah Bun Hong agak pucat, tanda
bahwa sutenya itu kurang tidur dan banyak menderita tekanan
batin. Dia belum tahu jelas bagaimana keadaan hidup sutenya
itu karena belum mendapatkan kesempatan untuk bicara
dengan leluasa. Akan tetapi agaknya keadaan sutenya agak
lemah sedangkan kedua orang lawan sutenya itu benar benar
amat tangguh. Diam-diam Beng Han mencari akal untuk dapat
menyelamatkan sutenya. Dia tahu bahwa tanpa lebih dulu
menyingkirkan tosu ini, tak mungkin dia dapat membantu
sutenya. Tiba-tiba dia berseru dengan nyaring dan pedangnya
bergerak cepat sekali. Tanpa diduga-duga oleh lawan, Beng
Han meloncat ke atas, seperti seekor naga terbang di angkasa
lalu menukik ke bawah, pedangnya meluncur dan diputarputar menyambar ke arah tubuh Tek Po Tosu. Pendeta ini
terkejut bukan main karena serangan lawan itu sungguh amat
berbahaya, maka dia cepat meloncat jauh ke beIakang.
Memang inilah yang dikehendaki oleh Beng Han. Melihat
kesempatan ini, Beng Han segera melakukan gerakan kilat.
Dia melompat ke arah Bun Hong dan dari samping dia
mengirim serangan kilat kepada Bong Kak Liong yang
bersenjata golok. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hyaaattt......!!" Beng Han menusukkan pedangnya ke arah
dada perwira yang bertubuh tinggi kurus dan bersenjata golok
itu. Bong Kak Liong terkejut sekali karena pada saat itu dia
sedang mengangkat goloknya untuk membacok kepala Bun
Hong dengan pengerahan tenaga sepenuhnya. Melihat
berkelebatnya pedang yang menyerangnya secara tiba-tiba
itu, dia cepat menarik kembali goloknya dan membabat ke
arah pedang yang menusuk dadanya. Akan tetapi Bun Hong
yang melihat kesempatan baik lalu menggerakkan kakinya.
"Bukkk.....!" Tendangan itu hebat bukan main, dilakukan
oleh Bun Hong dengan pengerahan seluruh tenaganya dan
tendangannya tepat mengenai bawah iga sehingga
menggetarkan isi dada dan jantung perwira itu. Bong Kak
Liong mengeluarkan pekik mengerikan dan roboh dengan
muntah darah, tidak dapat bangkit kembali karena dia
menderita luka yang amat parah di dalam dadanya yang
mengguncang jantungnya. Tendangan yang amat keras dan
tepat jatuhnya itu jelas akan merenggut nyawa perwira itu.
Melihat ini bukan main marahnya Tek Po Tosu. Dia
mengeluarkan saputangannya dan mengebut beberapa kali
sehingga belasan jarum menyambar ke arah Beng Han dan
Bun Hong. Beng Han yang pernah menjadi korban kelihaian
jarum-jarum itu, segera berseru "Awas, sute, jarum-jarum
beracun!" Bun Hong yang merasa girang karena berhasil merobohkan
Bong Kak Liong, segera menjatuhkan diri dan bergulingan
sehingga dia terhindar dari sambaran jarum, sedangkan Beng
Han yang sudah siap sedia, lalu memutar pedangnya sehingga
semua jarum dapat diruntuhkannya. Bun Hong menjadi marah
dengan berseru keras dia lalu menerjang Tek Po Tosu
sehingga pendeta itu tidak sempat mempergunakan
saputangannya lagi, dan terpaksa menyambut serangan Bun
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Hong dengai siang-kiamnya. Kini Beng Han yang menghadapi
Bong Kak Im, musuh lamanya.
Perwira she Bong ini menjadi marah ketika meiihat adiknya
roboh dan tewas, akan tetapi hatinya juga merasa gentar.
Selama ini dia dan adiknya, bersama tosu itu menjagoi di
mana-mana, jarang ada orang berani melawan nereka bertiga
dan kalaupun ada yang melawan, tentu musuh-musuh itu
dapat mereka basmi dengan mudah. Karena terlalu
mengandalkan dirinya sendiri, maka mereka bertiga tadi
datang tanpa dikawal pasukan. Mereka sudah memastikan
bahwa mereka bertiga pasti akan dengan mudah menangkap
atau membunuh dua orang pemuda pemberontak itu. Siapa
kira, dua orang pemuda itu lihai sekali sehingga adiknya, Bong
Kak Liong, menjadi korban dan tewas. Maka tentu saja dia
merasa agak gentar. Karena merasa gentar itulah maka permainan sepasang
kapak dari Bong Kak Im menjadi agak kacau dan lambat.
Kesempatan ini tidak disia-siakan oleh Beng Han dan karena
dia maklum bahwa kepandaian perwira itu tidaklah selihai si
tosu, maka dia lalu mengeluarkan serangan-serangan yang
paling hebat dari Kwi-hoa Kiam-hoat. Sebentar saja Bong Kak
Im terdesak tebat oleh jurus-jurus terampuh dari ilmu pedang
itu. Ketika Beng Han menyerang dengan jurus Hui-pauw-liucoan (Air Terjun bertebaran). Bong Kak Im tidak dapat
mempertahankan diri lebih lama lagi.
"Hyaaaahhhh........!!" Bong Kak Im terkejut melihat
berkelebatnya sinar pedang. Dia berusaha menangkis dengan
kapak kirinya sambil mengerahkan tenaga, akan tetapi
ternyata lawan merobah gerakannya, memapaki tangkisannya
agak ke bawah. "Crokkk.......! Aihhhh........!" Bong Kak lm menjerit ngeri
karena tangan kirinya itu telah terbabat putus dan kapaknya
melayang di atas kepalanya. Kesempatan baik ini
dipergunakan oleh Beng Han, pedangnya meluncur dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menembus dada Bong Kak Im. Ketika dia mencabut kembali
pedangnya sambil meloncat, tubuh lawan itu roboh dan tewas
di samping mayat adiknya.
Melihat ini Tek Po Tosu terkejut buka main. Sungguh
merupakan peristiwa hebat sekali melihat kematian kedua
orang perwira she Bong itu, yang selama ini menjadi
sekutunya dan bersama dia telah menjatuhkan entah berapa
puluh orang lawan! Kini dia harus melihat kematian mereka
didepan matanya tanpa dia mampu mencegahnya. Karena
tekejut, tentu saja gerakan siang-kiamnya menjadi kacau,
akan tetapi oleh karena ilmu kepandaiannya memang tinggi,
ketika Bun Hong mendesak, dia masih sempat menyelamatkan
diri dan melompat ke belakang dengan gerak Lo-wan-teig-ki
(Monyet Tua Melompat Cabang). Bun Hong hendak mengejar,
akan tetapi Beng Han segera memberi peringatan,
"Jangan, sute........ hati-hati terhadap jarum-jarumnya !"
Bun Hong sudah terlanjur mengejar dan tiba-tiba saja,
tepat seperti peringatan Beng Han, tosu itu menggerakkan
tangan ke belakang, saputangannya berkibar dan belasan
batang jarum sudah menyambar ke arah Bun Hong. Baiknya
Beng Han telah memberi peringatan sehingga saat itu
menurutkan teriakan suhengnya. Bun Hong sudah memutar
pedangnya di depan tubuhnya, membentuk benteng dari
gulungan sinar pedang. Biarpun dia telah berhasil memukul
runtuh semua jarum yang menyambar, namun hampir saja
sebatang jarum menghantam kakinya kalau saja Beng Han
yang melihat sinar menuju ke kaki sute-nya itu tidak cepat
melempar pedangnya yang meluncur ke depan dan pedang itu
setelah menangkis jarum lalu menancap di atas tanah di
depan kaki Bun Hong! Bun Hong mengeluarkan keringat dingin, mukanya berobah
pucat dan dia tidak melanjutkan pengejarannya. "Lihai sekali
jarum-jarum tosu itu!" katanya dan dia mencabut pedang
suhengnya yang masih menancap di atas tanah,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengembalikannya kepada suhengnya. Beng Han menyimpan
pedangnya lalu maju memeluk tubuh sutenya.
"Sute, kau hebat sekali! " katanya dengari suara menggetar
karena haru. Ketika merasa betapa tubuhnya dipeluk oleh suhengnya
yang telah lama dirindukannya itu kedua mata Bun Hong
menjadi basah dan perlahan-lahan meneteslah air mata di
sepanjang kedua pipinya. Dia balas merangkul dan ke dua
orang muda itu berangkul-rangkulan sambil mencucurkan air
mata.. "Suheng, kau maafkan aku........"
"Sute, tidak ada yang perlu dimaafkan. Aku tahu akan
kepahitan yang menggerogoti hatimu. Akan tetapi, sute,
bicara tentang patah hati, akulah yang sebenarnya lebih
menderita dari padamu. Aku telah ditolaknya, akan tetapi, aku
tetap mencintainya dan ingin melihat dia hidup bahagia,
biarpun aku sendiri menderita........"
"Suheng, engkau memang berhati mulia, tidak seperti
aku......." Tiba-tiba Bun Hong menghentikan kata-katanya,
wajahnya menjadi pucat sekali dan matanya terbelalak.
"Celaka........! " serunya.
"Eh, ada apakah, sute?" Beng Han bertanya heran dan
kaget melihat perobahan wajah sutenya. "Celaka sekali! Tosu
itu tentu membuka rahasiaku dan celakalah keluargaku...........!"
"Keluargamu" Apa maksudmu......?" Beng Han bertanya,
masih heran. Tiba-tiba Bun Hong memegang tangan suhengnya,
memegangnya erat - erat dan ditariknya tangan itu sambil
berkata, "Suheng, mari cepat kita mengejar tosu itu dan kita
kembali ke kota raja ! Urusan ini hebat sekali, suheng, biarlah
kuceritakan sambil berlari pulang........"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Beng Han tidak banyak membantah lagi dan mereka
berdua lalu berlari cepat menuju ke kota raja. Di sepanjang
jalan, Bun Hong menceritakan pengalamannya, betapa dia
melukai Thio-thaikam dalam usahanya membalas sakit hati
para petani dan betapa dia gagal lalu bersembunyi di dalam
gedung Pangeran Song sehingga untuk menjaga keluarga
pangeran itu dari kehancuran, terpaksa dia menikah dengan
Kim Bwee, puteri sulung pangeran itu sehingga kini mereka
telah mempunyai seorang anak laki-laki. Semua ini
diceritakannya dengan singkat namun jelas sambil berlari


Tiga Naga Sakti Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sehingga Beng Han merasa sedih sekali mendengar riwayat
adik seperguruannya yang amat dikasihinya itu.
"Betapapun juga, sute. Sebagai seorang laki-laki yang
menjunjung tinggi kegagahan dan keadilan, engkau harus
berlaku sebagai seorang suami yang baik. Engkau sudah
mempunyai putera, maka sudah selayaknya kalau kau
membuang pikiran-pikiran sesat dan memikirkan jalan untuk
membahagiakan isteri dan puteramu itu.
Bun Hong merasa terharu sekali dan insyaflah dia akan
kesesatannya. Dia telah menikah, telah mempunyai seorang
anak laki-laki, sedangkan isterinya begitu baik, begitu
mencintanya, juga mertuanya adalah seorang yang bijaksana.
Ah, dia telah berdosa besar terhadap isterinya, terhadap
mertuanya, juga terhadap Kui Eng !
"Aku harus membela mereka, suheng. Membela mereka
dengan nyawaku. Celakalah kalau sampai Thio-thaikam
melaporkan diriku kepada kaisar. Bagiku tidak ada artinya
menjadi orang buruan kaisar, akan tetapi keluarga
mertuaku........" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jilid X "HAYO kita percepat lari
kita, sute. Kita harus bela
mereka ! Jangan kau khawatir, ada suhengmu di
sini yang akan mempertaruhkan nyawa untuk membela engkau dan anak isterimu!" Bun Hong
menahan isaknya karena terharu mendengar ucapan itu dan mereka berdua lalu
mengerahkan seluruh kepandaian mereka, berlari
cepat sekali seperti terbang
sehingga sebentar saja mereka telah tiba di kota raja
dan mereka langsung menuju
ke gedung Pangeran Song. Pangeran Song Hai Ling menyambut kedatangan putera
mantunya dengan heran sekali dan juga cemas melihat betapa
putera mantunya itu pucat sekali wajahnya dan Nampak
khawatir sekali. Bun Hong segera menjatuhkan diri berlutut di
depan kaki pangeran itu dan berkata dengan suara gemetar,
"Gakhu....... celaka sekali...... ! Kita harus cepat-cepat lari.dari
sini.......!" "Eh, kau kenapakah, Bun Hong ?" tanya Pangeran Song
sambil membangunkan mantunya dan memandang kepada
Beng Han dengan bingung. "Celaka........ saya telah bertempur dan bahkan telah
membinasakan kedua orang perwira she Bong! Sedangkan
Tek Po Tosu dapat melarikan diri. Mereka telah mengetahui
rahasia saya. Celaka, kita sekeluarga terancam bahaya, kita
harus segera pergi, sekarang juga!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Seketika pucat wajah Pangeran Song mendengar ini, akan
tetapi dengan sikap dan suara tenang yang membuat Beng
Han merasa kagum bukan main, dia berkata, "Tenanglah,
anakku. Ceritakan semua dengan jelas. Dan siapakah dia ini ?"
Pangeran itu memandang kepada Beng Han yang segera
menjura dengan sikap hormat.
Bun Hong segera memperkenalkan Beng Han sebagai
suhengnya, kemudian dia menceritakan betapa ketika dia dan
Beng Han sedang bercakap-cakap, tiga orang jagoan dari Thio
thaikam itu telah mengintai dan mendengarkan percakapan
mereka sehingga mengetahui rahasianya. Ketiga orang itu lalu
menyerang dan betapa dalam pertempuran itu, dia dan
suhengnya telah berhasil membunuh mati kedua orang
perwira Bong akan tetapi Tek Po Tosu sempat melarikan diri.
"Tosu keparat itu tentu akan melaporkan hal ini kepada
Thio-thaikam dan celakalah kita kalau sampai terlambat. Saya
tidak takut terhadap mereka, akan tetapi, gakhu sekeluarga,
isteri saya, anak saya........"
Pangeran Song yang menjadi pucat sekali wajahnya karena
dia dapat melihat kehebatan bahaya yang mengancam
keluarganya ketika mendengar peristiwa yang diceritakan oleh
mantunya itu, kini menggeleng kepala sambil tersenyum, "Bun
Hong, betapapun juga, aku merasa bangga bahwa engkau
dan suhengmu telah dapat membunuh dua orang perwira
keparat yang telah banyak menghinaku itu. Akan tetapi,
menyuruh aku melarikan diri akan sama halnya dengan
nenyuruh matahari bergerak dari barat ke timur ! Kaubawalah
anak isterimu lari dari sini, akan tetapi aku tidak dapat
meninggalkan gedungku."
Bukan main terkejutnya hati Bun Hong mendengar bahwa
mertuanya tidak mau lari. "Akan tetapi, gakhu, kalau mereka
datang, gakhu sekeluarga, pasti akan ditangkap dan dijatuhi
hukuman beserta seluruh keluarga! Marilah ita lari sebelum
terlambat!" katanya dengan cemas.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pangeran itu menggeleng-geleng kcpala sambil tersenyum.
"Bun Hong, tidak ingatkah engkau siapa adanya ayah
mertuamu ini" Aku adalah seorang pangeran keluarga kaisar,
bahkan Kaisar Hian Tiong dahulu adalah saudara misanku!
Tidak mungkin aku melarikan diri dan memberontak terhadap
kaisar! Biar aku dijatuhi hukuman yang bagaimana beratpun
aku tidak sudi memberontak."
Sementara itu, ketika mendengar suara ribut-ribut di
ruangan depan, keluarga Pangerar Song memburu ke luar,
termasuk Kim Bwee yang menggendong puteranya, dan Kim
Hwa. Setelah mereka mendengar akan peristiwa yang terjadi,
mereka menjadi terkejut sekali dan terdengarlah suara
tangisan yang memilukan seolah-olah baru saja terjadi
kematian di tempat itu. Kim Hwa menubruk kaki ayahnyj
sambil menangis, sedangkan Kim Bwee memandang kepada
suaminya dengan wajah penuh air mata yang mengalir di
sepanjang kedua pipinya. Bahkan anaknya yang baru berusia
satu bulan itupun menangis keras.
Melihat ini semua, Beng Han merasa terharu sekali dan Bun
Hong lalu merangkul isterinya dan berkata, "Kim Bwee, aku
adalah seorang suami yang buruk dan jahat. Akulah yang
mendatangkan malapetaka yang menimpa keluargamu ini Kim
Bwee, sekarang terserah kepadamu kalau kau suka, marilah
kita lari bersama putera kita."
Sambil menahan isaknya, Kim Bwe berkata,
"Kita lari dan meninggalkan ayah dan semua
menjalani hukuman" Tidak......., tidak.......! Kalau
sudah seharusnya semua keluarga binasa, biarlah
pula.!" Nyonya yang cantik ini lalu menangis sambil
tubuh puteranya. keluarga memang aku ikut nemeluki "Akan tetapi anak kita ......." kata Bun Hong dengan suara
hampir tidak terdengar karena dadanya terasa sesak.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kim Bwee lalu memberikan puteranya kepada Bun Hong
dan berkata sambil menangis, "Suamiku, kau larilah dan
bawalah anak kita ini......, biarkan aku membuktikan baktiku
kepada ayah sekeluarga......."
Bun Hong menerima puteranya dan berdiri bagaikan
patung. Dia memandang wajah anaknya yang mirip isterinya
itu, dan pada saat itu tiba-tiba dari luar terdengar suara hirukpikuk.
"Celaka, mereka telah datang menyerbu ke sini!" kata Beng
Han yang melihat berkelebatnya golok dan tombak serta
gemerlapnya pakaian para perwira kerajaan.
"Kalau begitu, aku akan mendahului mereka dan
membunuh anjing Thio-thaikam itu !" teriak Bun Hong dan
cepat dia menyerahkan puteranya kepada Beng Han yang
sebelum tahu harus berbuat apa, putera sutenya itu telah
berada dalam pondongannya. Bun Hong mencabut pedang
dan berlari ke luar. Beberapa orang perwira yang melihatnya
lalu menahannya, akan tetapi beberapa kali Bun Hong
menggerakkan pedang dan beberapa orang perajurit dan
perwira telah roboh terguling dan mandi darah. Bun Hong
cepat melompat dan berlari menuju ke istana Thio-thaikam !
Sementara itu, isteri Bun Hong yang tahu bahwa Beng Han
adalah suheng dari suaminya karena dulu suaminya sering kali
menyebut nyebut nama pemuda ini, lalu berlutut di depan
Beng Han sambil berkata, "Twako, tolonglah nyawa anakku,
selamatkanlah dia....... tolonglah.......dari alam baka saya akan
menghaturkan terima kasih atas budi pertolonganmu ini...... "
Beng Han tertegun dan memandang wajah yang cantik dan
pucat itu dan sebelum dia dapat menjawab, tiba-tiba
rombongan perwira dan perajurit telah menyerbu masuk dan
seorang perwira membentak nyaring, "Pangeran Son Hai Ling
! Atas nama kaisar, kami datang menangkap engkau
sekeluarga !" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pangeran Song melangkah maju dengan wajah angkuh dan
langkah tegak. "Mana lengki?" tanyanya. Lengki adalah
semacam bendera yang dibawa oleh orang yang menjadi
utusan kaisar, semacam tanda kuasa. Seorang perwira tua
dengan senyum mengejek lalu memperlihatkan surat
perintahnya. "Pangeran pemberontak" Kau masih hendak berlagak
memperlihatkan kekuasaanmu" Jangarr kau melawan kalau
kau menyayang dirimu sendiri dan keluargamu!"
Sementara itu, melihat datangnya para perwira yang
hendak menangkap keluarga Song, Beng Han lalu melompat
sambil memondong putera Bun Hong yang masih kecil.
"Heii, kau hendak lari ke mana" Semua penghuni rumah ini
tidak boleh pergi meninggalkan tempat ini ! " seorang perwira
lain yang segera mengejar membentak.
"Aku adalah seorang tamu dan bukan penghuni rumah ini!"
jawab Beng Han yang berlari terus.
"Tahan! Tunggu dulu! " teriak perwira itu dan ketika
melihat Beng Han tidak mentaati perintahnya, dia berseru,
"Tangkap orang itu !"
Beng Han maklum bahwa dia harus membuka jalan dengan
pertempuran, maka sambil memondong anak kecil itu dengan
lengan kiri dia mencabut pedangnya dan memutar pedang
dengan cepat ke arah para perajurit yang mengejarnya.
Melihat gerakan pedang itu, para perajurit mundur kembali
dan Beng Han mempergunakan kesempatan itu untuk
melompat naik ke atas genteng.
"Kejar! Tangkap........!" teriak perwira yang memimpin
penyerbuan itu dan dia sendiri diikuti oleh beberapa orang
peiwira lain lalu melompat pula ke atas genteng dan
melakukan pengejaran. Beng Han yang tahu bahwa untuk
bertempur sambil memondong anak itu adalah kurang leluasa
dan berbahaya baginya dan bagi anak itu, tidak mau melayani
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mereka dan berlari makin cepat. Tidak jauh dari situ, di
melihat betapa Bun Hong juga sedang dikepung oleh
beberapa orang perwira kerajaan dan sutenya itu sedang
mengamuk hebat. Di lalu melompat mendekati dan berseru
nyaring, "Sute, mari kita lari, jangan layani mereka !"
Melihat Beng Han muncul sambil memondong anaknya,
Bun Hong lalu menjawab sambil merobohkan seorang lagi
pengeroyoknya dengan pedang, "Suheng, larilah kau, biarkan
aku membasmi anjing-anjing rendah ini!"
"Sute, kita selamatkan dulu puteramu, nant kita berdua
membasmi mereka. Jangan khawatir, aku akan membantumu.
Hayolah!" Mendengar ucapan suhengnya itu, Bun Hong yang
sedang marah dan bingung, kini mentaatinya dan dia
memutar pedangnya secara hebat sekali sehingga para
pengeroyoknya menjadi gentar dan mundur. Maka dia lalu
melompat kebelakang, dan berlari cepat bersama suhengnya,
dikejar oleh beberapa orang perwira yang berkepandaian
tinggi. Akan tetapi, kedua orang muda yaug gagah perkasa itu
berlari cepat sekali sehingga sebentar saja mereka berdua
telah meninggalkan para pengejar itu dan lari keluar dari kota
raja, menerobos penjagaan di pintu gerbang dan memasuki
hutan. Setelah tiba di tengah hutan, anak di dalam pondongan
Beng Han itu menangis keras, agaknya merasa kaget dan
ingin minum. Beng Han dengan canggung mengayun-ayun
anak itu dalam pelukannya dan Bun Hong lalu memintanya,
lalu dia memondong puteranya dengan hati penuh kedukaan.
Anak itu diayun - ayun oleh ayahnya lalu berhenti menangis,
memejamkan mata, lalu tertidur.
Bun Hong tak dapat menahan keharuan hatinya lagi,
dipeluknya anaknya itu dan dia menangis mengguguk,
sehingga Beng Han lau minta anak yang tidur itu karena
khawatir kalau anak itu akan menjadi kaget.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bun Hong menyerahkan anaknya kepada suhengnya, lalu
dia menjatuhkan diri di atas rumput, menutupi muka dengan
kedua tangannya. "Suheng.........." dia meratap, "....... aku
adalah seorang yang berdosa besar...... aku telah menyianyiakan cinta kasih isteriku, aku bahkan mencelakakan seluruh
keluarganya ..... suheng, memang benar ucapanmu dahulu
itu....... aku telah........ telah menjadi gila !" Kemudian dia
mengepal tinju dan mukanya berobah beringas sekali. "Semua
ini gara-gara anjing kebiri Thio itu! Aku harus membunuhnya
!" "Tenanglah, sute," jawab Beng Han menahan keharuan
hatinya, "kita sedang menghadapi peristiwa yang hebat dan


Tiga Naga Sakti Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

besar, maka kita harus mempergunakan ketenangan. Jangan
bertindak ceroboh menurutkan nafsu amarah. Sekarang
keluarga Pangeran Song telah ditawan semua. dan tindakan
pertama-tama yang kita harus lakukan ialah menolong dan
membebaskan isterimu dari tawanan."
"Akan tetapi....... dia......... dia tidak mau suheng........ "
kata Bun Hong dengan suara sedih.
''Kita harus memaksa dia keluar dari penjara dan
membebaskannya demi kepentingan anak ini, sute! Pangeran
Song boleh mempunyai pendirian lain karena dia memang
seorang bangsawan keluarga kaisar yang memegang teguh
keharuman namanya. Akan tetapi Song Kim Bwee adalah
isterimu, keluargamu. Dia isterimu dan ibu anakmu, maka dia
harus tunduk dan menurut kepada keputusanmu !"
Bun Hong menundukkan kepalanya, "Terserah kepadamu,
suheng. Aku bingung sekali....."
"Sebelum pergi membebaskan isterimu ada hal yang lebih
penting lagi yaitu anakmu ini. Kita harus mencari seorang
wanita yang boleh dipercaya untuk memeliharanya sewaktu
kita pergi." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bun Hong memandang kepada puteranya laJam pondongan
suhengnya itu dan dia teringat akan sesuatu. "Di dusun
sebelah timur kota tinggal seorang janda dengan anak
perempuannya yang masih gadis. Aku pernah menolong
mereka ketika anak perempuannya itu dilarikan oleh seorang
penjahat. Kita titipkan Sian Lun kepada mereka, tentu mereka
suka menolongku." Beng Han girang mendengar ini dan keduanya lalu
langsung menuju ke dusun itu. Janda tua dan anak gadisnya
yang berhutang budi kepada Bun Hong menerima permintaan
tolong mereka dengan segala senang hati dan Bun Hong
memesan kepada mereka dengan keras agar supaya mereka
tidak menceritakan kepada orang lain siapa sebenarnya anak
itu. "Kalau ada yang bertanya, katakan saja bahwa ini adalah
anak seorang keluargamu dari dusun lain yang dititipkan di
sini," kata Beng Han. Kedua orang muda itu mendapat
penyambutan baik sekali dan mereka bermalam di dalam
rumah janda itu. "Kita harus berlaku hati-hati, sute. Karena mereka tahu
bahwa kita tentu akan kembali, maka tentu kota raja terjaga
keras sekali. Kita tidak boleh ceroboh dan sebelum bertindak
harus kita selidiki lebih dulu dengan baik di mana keluargamu
ditahan agar usaha kita tidak akan sia-sia. "
Bun Hong yang berduka dan bingung serta gelisah sekali
itu tidak kuasa menggunakan pikirannya, maka dia
menyerahkan segala keputusan dan pimpinan kepada
suhengnya. Janda tua itu membantu mereka dan disuruh
masuk ke kota raja untuk menyelidiki di mana adanya
keluarga Pangeran Song yang ditangkap itu. Tidak mudah bagi
janda tua itu untuk melakukan penyelidikan, akan tetapi
karena tidak ada orang mencurigai janda dusun yang tua ini,
dua hari kemudian, barulah janda itu memperoleh berita dan
cepat kembali ke dusun. Dia mengabarkan dengan muka
khawatir bahwa keluarga Song itu ditahan di tempat tahanan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
besar yang khusus dibangun untuk menahan penjahatpenjahat besar dan pemberontak-pemberontak sebelum
mereka dijatuhi hukuman mati! Dan menurut kabar, tempat
itu terjaga dengan ketat sekali
Mendengar ini, sambil mengerutkan kening dan mengepal
tinju, Bun Hong berkata, "Mari kita serbu mereka di tempat
itu, suheng!" "Tentu, sute. Akan tetapi, tidak pada siang hari. Biarlah
malam nanti kita bekerja. Mudah-mudahan saja Thian
memberi berkah dan kita akan berhasilmenyelamatkan
isterimu." Bun Hong memegang tangan Beng Han."Suheng, dengan
adanya engkau di sampingku, tenaga dan keberanianku
menjadi berlipat ganda. Dengan engkau, aku akan sanggup
melakukan apa saja. Kita pasti akan berhasil!"
"Mudah-mudahan saja, sute. Dan aku berjanji akan
mengorbankan segala yang ada padaku untuk menolongmu
dan demi kepentingan dan kebahagiaanmu"
Bun Hong memeluk suhengnya dengan hati terharu. "Kau
mulia sekali, suheng........ kau ampunkan kesalahanku yang
sudah-sudah......" Beng Han menepuk-nepuk pundak sutenya lan setelah
berkemas, mereka lalu berangkat menuju ke kota raja. Untuk
keperluan ini, keduanya mengenakan pakaian hitam dan
membawa pedang mereka. Bahkan mereka mencari seberapa
potong batu karang kecil yang tajam dan keras yang mereka
masukkan ke dalam sebuah kantong dan digantung di
pinggang, untuk dipergunakansebagai senjata rahasia.
Demikianlah, pada malam hari yang gelap gulita itu, pada
waktu angin malam berhembus keras membangunkan bulu
roma karena dingin yang menyeramkan, dua bayangan hitam
berkelebat cepat bagaikan hantu-hantu malam, menuju ke
kota raja. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
(Oo-bud_dwkz-234-oO) Dengan hati penuh dengan perasaan marah, malu dan
penasaran, Kui Eng membalapkan kudanya, diikuti oleh Min
Tek yang sebaliknya merasa amat menyesal karena dia
merasa bahwa dia telah menjadi gara-gara dan biang keladi
terjadinya percekcokan antara tiga orang bersaudara itu.
"Kui-siocia.......!" serunya memanggil dan menendangnendang perut kudanya agar dapat menyusul kuda Kui Eng.
"Kui-siocia, alangkah menyesal dan kecewa hatiku bahwa
aku telah mendatangkan perkara yang amat tidak enak itu!"
"Sudahlah, Ang-kongcu. Kau tidak bersalah apa-apa dan
jangan kau ulangi dan membicarakan lagi peristiwa yang
hanya membuat aku merasa malu itu."
"Kui-siocia, aku telah berdosa besar sehingga karena aku
maka kau telah bermusuhan dengan suhengmu sendiri.
Aku......aku....... ah sudahlah, lebih baik kautinggalkan saja
aku nona. Biar aku pulang seorang diri, dari pada terjadi
keributan itu." Tiba-tiba Kui Eng menahan kudanya. "Apa" Apakah kau
tidak suka melakukan perjalanan bersamaku" "
Ang Min Tek terkejut. "Bukan, bukan demikian, nona. Aku
merasa suka dan berterima kasih sekali bahwa kau sudi
melakukan perjalanan bersama aku yang bodoh ini, sudi
melindungi aku dari segala ancaman bahaya di dalam
perjalanan. Akan tetapi, kalau hal ini hanya menimbulkan
pertikaian antara kau dan suhengmu, ahh....... aku merasa
tidak enak sekali, nona."
"Ang-kongcu, harap kau jangan sebut-sebutt lagi hal itu.
Seorang gagah tidak pernah rnerobah keputusan yang telah
diambilnya. Aku telah mengambil keputusan untuk
mengantarmu sampai di tempat tinggalmu dan apapun juga
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
takkan dapat merobah kepatusanku, kecuali... kecuali kalau
kau menyatakan tidak suka melakukan perjalanan denganku,
tentu saja aku tidak akan memaksamu."
Melihat kekerasan hati gadis itu, Min Tek menarik napas
parjang. Dia lidak nengerti akan sikap orang-orang kang-ouw,
dan tentu saja dia tidak berani mengatakan bahwa dia tidak
suka melakukan perjalanan bersama pendekar wanita yang
selain gagah peikosa, juga cantik jelita itu.
Mereka melanjutkan perjalanan dengan cepat dan tidak
banyak berkata-kata. Dan oleh karena kini mereka melakukan
perjalanan dengan naik kuda yang dibalapkan cepat, maka
pada malam harinya sampailah mereka di Ki-ciu, tempat
tinggal Ang Mm Tek. Kedatangan mereka disambut dengan
gembira sekali oleh ibu Min Tek,.seorang janda yang kaya.
Ketika mendengar bahwa puteranya telah lulus ujian, ibu yang
girang ini memeluk putera tunggalnya.!
"Anakku, alangkah besar dan girang rasa hatiku mendengar
bahwa engkau telah menjadi seorang siucai. Hanya dua hal
yang menjadi mimpi setiap malam bagiku, anakku. Pertama,
melihat engkau lulus ujian, dan ke dua melihat engkau
melangsungkan pernikahanmu dengan Bu-siocia Mereka tentu
akan girang sekali mendengar bahwa kau telah lulus. Min Tek,
besok pagi kita pergi ke rumah keluarga Bu dan menentukan
hari pernikahanmu dengan tunanganmu."
"Sssstt, ibu, hal itu mudah kita bicarakan nanti. Sekarang
perkenalkanlah dulu dengan seorang pendekar wanita yang
telah menolong nyawaku dan yang telah melindungiku selama
dalam perjalanan. Kalau tidak ada dia, mungkin kita takkan
dapat saling bertemu lagi, ibu."
Terkejutlah tyonya itu mendengar ucapa ini. "Siapa, nak?"
"Inilah dia........ Kui-siocia........." kata Min Tek sambil
menengok ke belakang, akan tetapi alangkah kaget dan
herannya ketika dia melihat bahwa di belakangnya tidak ada
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
siapa-siapa dan Kui Eng yang tadi ikut masuk di belakangnya
telah pergi tanpa meninggalkan bekas! "Eh, ke mana
dia.......?" Min Tek berseru dan cepat dia keluar lagi,
menengok ke sana-sini dan mencari-cari dengan pandang
matanya; namun tetap saja Kui Eng tidak kelihatan lagi.
Ibunya menjadi bingung melihat sikapnya itu.
"Min Tek, kau mencari siapakah ?"
Min Tek sadar, menarik napas panjang dan nenggelenggeleng kepala. "Aihh... sungguh aneh sekali wataknya........!"
Lalu dia menuturkan kepada ibunya tentang diri Kui Eng yang
tadi mengantarnya sampai ke rumah, akan tetapi yang kini
telah pergi tanpa pamit. "Memang dia aneh sekali ibu, seorang
wanita perkasa yang amat gagah berani dan keras hati. Akan
tetapi, sampai matipun aku tidak akan dapat melupakannya,
karena tanpa adanya pendekar itu, aku tentu sudah mati."
Ibu dan anak itu membicarakan keadaan Kui Eng dengan
terheran-heran, akan tetapi Min Tek mengerti bahwa akan
percuma saja mencari Kui Eng karena apa yang telah
dilakukan oleh dara perkasa itu tentu takkan dapat dirubah
oleh orang lain. Sebetulnya Kui Eng tadi juga ikut masuk ke rumah itu dan
merasa terharu menyaksikan pertemuan antara ibu dan anak
itu. Akan tetapi ketika dia mendengar ucapan nyonya Ang
terhadap puteranya, tiba-tiba dia menjadi pucat sekali dan
tanpa pamit lagi dia melompat keluar dan berlari pergi dari
tempat itu. Dia tidak memperdulikan kudanya lagi dan terus berlari di
malam gelap. Setelah tiba di tempat sunyi, dia berhenti dan
terdengarlah isak tangisnya. Dia menjatuhkan diri di bawah
sebatang pohon dan menangis dengan sedihnya. Min Tek
hendak menikah" Sudah bertunangan dengan Bu siocia"
Ah..... sedangkan dia....... dia........ mengharapkan......ahh !
Mengapa pemuda itu tidak pernah membicarakan hal ini dan
mengapa pula dia tidak pernah memikirkan bahwa seorang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pemuda seperti Min Tek itu belum tentu kalau masih "bebas?"
Celaka, dan dia sudah membela pemuda ini sehingga dia
bermusuhan dengan Bun Hong ! Dan pemuda ini sudah
mendengar tuduhan Bun Hong bahwa dia mencintanya, dan
alangkah rendahnya dia dalam pandangan Min Tek. Dia telah
mencinta seorang pemuda yang telah ditunangkan dengan
gadis lain dan yang pada besok hari akan ditentukan hari
pernikahannya ! Tiba-tiba timbul kekerasan hatinya. Ah, dia seorang dara
gagah perkasa yang memiliki ilmu kepandaian tinggi !
Kalahkah dia oleh tunangan Min Tek " Dia harus melihat dulu
siapakah sebetulnya tunangan pemuda itu. Sampai di mana
kecantikannya dan sampai di mana kepandaiannya. Dia
merasa penasaran dan ingin, menyaksikan dengan mata
sendiri. Dan apakah Min Tek mencinta gadis itu" Dia harus
yakin akan hal ini. Dengan hati terasa hancur, seluruh harapannya pecah
berantakan, Kui Eng duduk di bawah pohon itu semalam
suntuk memikirkan keadaan dirinya. Ketika dia teringat akan
ibunya, teringat akan pinangan Beng Han yang nencintanya,
dan teringat akan kata-kata Bun Hong yang juga menjadi
rusak hidupnya dan menderita karena cinta ji-suhengnya itu
kepadanya, dia menangis lagi dengan hati nelangsa.
Cinta yang didasari keinginan untuk kesenangan diri
sendiri, tak dapat dihindarkan lagi pasti mendatangkan duka,
mendatangkan kecewa, mendatangkan cemburu dan
mendatangkan sengsara. Karena pada hakekatnva cinta
seperti itu hanyalah KEINGINAN UNTUK SENANG atau
pengejaran kesenangan untuk diri sendiri belakaKita selalu
ingin dicinta, ingin orang yang menyenangkan hati kita itu
menjadi milik kita pribadi ingin agar orang itu selalu
menyenangkan hati kita.Oleh karena inilah maka cinta seperti
itu sering kali berakhir dengan kegagalan dan derita bagi diri
sendiri. Cinta seperti itu selalu disertai harapan harapan dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kalau harapannya ini tidak tercapai, sudah tentu saja
mendatangkan kekecewaan dan kedukaan! Dan jangan dikira
bahwa kalau yang diinginkan atau diharapkan itu tercapai
akan mendatangkan kebahagiaan yang sesungguhnya!
Mungkin mendatangkan kelegaan dan kepuasan sementara
saja, seketika saja, selama sehari dua hari, sebulan dua bulan,
atau setahun dua tahun Namun kepuasan seperti itu mudah
sekali goyah dan di sebelah sana, dekat sekali, sudah menanti
kekecewaan-kekecewaan dan kedukaan yang sekali waktu
akan menggantikan kedudukan kesenangan itu !
Maka, timbul pertanyaan yang amat bcsar dan yang amat
menarik untuk kita selidiki. Apakah benar-benar Kui Eng
mencinta Min Tek " Kalau benar gadis ini mencinta Min Tek,
apakah dia akan merasa sengsara melihat bahwa Min Tek
telah mempunyai seorang tunangan, bahwa Min Tek akan
hidup bahagia dengan tunangannya itu"
Kita selalu INGIN agar orang mencinta kita, agar orang baik
kepada kita. Akan tetapi, mengapa kita tidak pernah membuka
mata dan menyelidiki diri sendiri. Apakah kita mencinta. orang
lain" Apakah kita sudah baik kepadi orang lain" Inilah yang
penting! Bukan agar orang- orang mencinta dan baik kepada
kita! Harapan agar semua orang atau seseorang tertentu
mencinta dan baik kepada kita hanyalah menimbulkan
kekecewaan dan penderitaan belaka. Akan tetapi mempelajari
diri sendiri MENGAPA kita tidak mencinta dan tidak baik
kepada orang lain, itulah yang penting. Kalau kita mempunyai


Tiga Naga Sakti Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

cinta kasih dan belas kasih kepada semua orang, maka
cukuplah itu! Cinta dan kebaikan bukanlah cinta dan kebaikan
namanya kalau mengharapkan ganjaran, mengha-spkan
imbalan. Bukan cinta dan bukan keba-kan namanya yang
mengharapkan ganjaran, baik dari orang lain maupun dari
Tuhan! Itu hanya merupakan penjilatan atau penyogokan
belaka, merupakan akal untuk memperoleh sesuatu ang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menyenangkan kita, bukan" Kalau kita sudah mencinta dan
baik kepada semua orang, maka tidak menjadi persoalan lagi
apakah orang-orang itu baik kepada kita ataukah tidak, cinta
kepada kita ataukah tidak. Itu adalah persoalan mereka,
bukan persoalan kita. Cinta kasih tidak menimbulkan duka! Kalau ada duka, kalau
ada kecewa, kalau ada cemburu, kalau ada benci, jelas itu
bukanlah cinta kasih namanya, melainkan cinta yang
didasarkan atas nafsu ingin senang untuk diri pribadi. Ini jelas
dan mudah sekali nampak oleh siapa saja yang mau membuka
mata melihat kenyataan! Selama masih ada "aku yang ingin
senang" maka tidaklah mungkin ada cinta kasih! Karena
sesungguhnya si aku inilah yang menjadi penghalang
timbulnya cinta kasih. Karena kalau yang mencinta itu adalah
si aku, jelaslah bahwa si aku hanya dapat mencinta segala
sesuatu yang menyenangkan dan menguntungkan si aku,
sebaliknya si aku pasti akan membenci segala sesuatu yang
menyusahkan dan merugikan si aku. Jadi, selama
menyenangkan dan menguntungkan, dicinta, akan tetapi
sekali waktu menyusahkan dan merugikan, lalu dibenci! Cinta
seperti itu hanyalah permainan nafsu yang amat dangkal, hari
ini bisa cinta, besok bisa saja menjadi benci karena hari ini
menyenangkan dan menguntungkan, akan tetapi besok
menyusahkan dan merugikan.
Tidak demikiankah adanya "cinta kasih" yang kita dengungdengungkan selama ini" Tidak demikiankah "cinta kasih" yang
ada pada batin kita, terhadap isteri atau suami kita, terhadap
anak-anak kita, terhadap keluarga dan sahabat kita" Dan
kewaspadaan atau kesadaran akan hal ini, kesadaran yang
sedalam-dalamnya, membawa pengertian dan pengertian
inilah yang akan mendatangkan perobahan, karena selama
kita belum berubah, sudah pasti hidup kita akan selalu
dikelilingi oleh kecewa, cemburu, duka, sengsara, benci
dansebagainva Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Demikianlah, denpan hati sengsara Kui Eng menangisi
nasibnya ! Ah, betapa kita selalu melontarkan segala sesuatu
kepada "nasib"! Mengapa kita tidak membuka mata
memandang diri sendiri, bercermin dan menjenguk diri sendiri
sampai sedalam-dalamnya, mengamati diri sendiri setiap saat
" Segala sesuatu yang terjadi kepada kita berpokok pangkal
kepada diri kita sendiri, sumbernya berada di dalam diri kita
sendiri ! Susah senang adalah permainan pikiran kita sendiri,
ditimbulkan oleh pikiran sendiri. Kita menjadi permainan
pikiran sendiri Segala sesuatu yang kita lakukan timbul dari
pikiran, si aku, dan kemudian pikiran pula yang menyesal,
kecewa, berduka. Lalu pikiran pula yang melemparkan
kesemuanya itu, pertanggungan jawab itu, kepada sang nasib!
Nasib buruk! Dan kita masih saja melanjutkan kesesatan dan
penyelewengan kita, dan kalau terjadi akibat buruk, mudah
saja, melemparkan kepada nasib! Betapa kita selalu buta, atau
membutakan mata " Pada keesokan harinya, ketika Min Tek yang merasa heran
akan kepergian Kui Eng tanpa pamit itu, pergi bersama ibunya
mengunjungi rumah tunangannya, dengan sembunyisembunyi Kui Eng membayanginya dari jauh. Dengan
menggunakan ilmu kepandaiannya, mudah saja Kui Eng
membayangi anak dan ibu itu tanpa diketahui oleh mereka.
Dia melihat betapa Min Tek dan ibunya disambut oleh
sepasang suami isteri dan mereka lalu masuk ke dalam rumah.
Kui Eng lalu mengambil jalan memutar dari belakang rumah
dan segera melompat ke atas genteng. Dia membuka genteng
dan mengintai ke dalam. Dia melihat Min Tek dan ibunya
diantar ke ruangan dalam dan dari dalam sebuah kamar
keluarlah seorang dara yang masih amat muda dan wajahnya
cantik jelita. Min Tek segera bangkit berdiri, wajahnya
berubah kemerahan berseri-seri, dan dia menjura kepada dara
itu. Pandang mata pemuda itu membuat hati Kui Eng seperti
tertusuk dan perih, karena tidak salah lagi pandang mata itu
adalah pandang mata penuh dengan cinta kasih dan amat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mesra ketika sejenak pemuda dan dara yang saling memberi
hormat itu saling pandang. Bahkan pemuda itu lalu
mengeluarkan sebuah bungkusan dan berkata kepada gadis
itu dengan suara halus. "Lan moi, aku mernbawa sutera halus warna merah
kesukaanmu." Dara itu memandang dengan girang dan menyambut
bungkusan itu sambil menjawab, mulutnya tersenyum manis
dan matanya mengerling tajam, "Terima kasih, koko......."
Kui Eng memperhatikan wajah dara itu dan tertegunlah dia
sehingga dia terduduk di atas genteng dengan bengong.
Memandang wajah gadis itu, dia seolah-olah melihat wajahnya
sendiri dalam cermin! Dia menjadi penasaran dan mengintai
lagi melalui lubang itu. Dara itu duduk di dekat ibunya dan
ketika memperhatikan wajah nyonya itu, ibu dari dara itu.
kembali jantung Kui Eng berdebar tegang. Di manakah dia
pernah melihat nyonya ini " Ayah gadis itu bertubuh gemuk
pendek dan wajahnya riang, akan tetapi dia merasa asing dan
tidak pernah dia melihat wajah laki-laki ini. Akan tetapi nyonya
itu mempunyai wajah yang telah dikenalnya dengan baik,
hanya dia telah lupa lagi di mana dan kapan dia pernah
bertemu dengan wanita itu. Dara muda itu, yang menjadi
tunangan Min Tek, mengapa demikian mirip dengan dia" Dia
teringat betapa pernah Min Tek berkata kepadanya bahwa dia
mengingatkan pemuda itu kepada seorang yang menjadi
kenangannya. Tahulah dia sekarang siapa orang yang
dimaksudkan oleh pemuda itu!
Hatinya makinmenjadi panas mengingat itu semua,
sungguhpun pada saat itu juga Kui Eng merasa malu kepada
diri sendiri mengapa dia mesti merasa panas dan cemburu!
Setelah Min Tek dan ibunya pulang, Kui Eng masih saja duduk
di atas genteng, bersembunyi di belakang wuwungan yang
tinggi, tidak memperdulikan matahari yang membakar kepala
dan punggungnya. Tiba-tiba dia melihat gadis itu menuju ke
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
taman bunga di belakang rumah itu sambil membawa
bungkusan pemberian Min Tek. Kui Eng cepat melayang turun
dan mengintai dari balik sebatang pohon.
Dara remaja itu berlarian kecil dengan wajah gembira, memasuki taman. Kemudian dia duduk di atas bangku taman, lalu dengan tangan gemetar dara itu membuka bungkusan pemberian tunangannya tadi. Setelah bungkusan terbuka, di dalamnya terdapat segulung sutera merah yang halus. Dengan girang dara itu lalu mendekap gulungan sutera di dadanya sambil tersenyum dan matanya
memandang keatas dengan mesra, lalu dibukanya gulungan
sutera itu dan ditempelkan pada tubuhnya dipandanginya
sambil mematut-matut. Dengan hati panas Kui Eng lalu mengambil sepotong batu
dan mengayun tangannya "Brettt!!" Batu kecil itu menembus
sutera yang masih dipegang oleh gadis itu menjadi robek dan
berlubang ! Gadis itu terkejut sekali dan melihat kearah kain suteranya
dengan heran, menyesal dan kecewa. Hampir dia menangis
dan memandang ke kanan kiri karena tidak tahu mengapa
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kain itu tiba-tiba bisa robek dan berlubang. Ketika dia menoleh
ke belakang, dia melihat seorang gadis berdiri dengan bertolak
pinggang memandang kepadanya dengan mata berapi-api.
Kui Eng yang berdiri tegak itu tersenyum pahit, lalu
berkata, "Demikianlah, tanpa kau sadari engkaupun telah
merobek hatiku seperti kain suteramu itu !"
Tentu saja dara itu menjadi heran dan bingung, terutama
sekali ketika dia melihat bahwa gadis baju hijau yang berdiri
dan kelihatan marah itu memiliki wajah yang mirip sekali
dengan wajahnya sendiri. Kalau hal ini terjadi di waktu malam,
tentu dara itu akan menjerit ketakutan dan menyangka
melihat setan. Akan tetapi oleh karena hari itu masih siang
dan terang sekali, maka dia lalu melangkah maju memandang
dengan mata terbelalak, kemudian mukanya berubah dan
napasnya terengah-engah "Kau....... " Siapakah engkau, cici " Bagaimana kau bisa
masuk ke sini dan........ dan apakah artinya kata-katamu
tadi....... ?" Dara itu memandang kepada kain suteranya yang
robek. "Dengarlah, namaku adalah Kui Eng dan kau boleh
mengatakan kepada tunanganmu itu bahwa aku tidak akan
dapat mengampuni diriku sendiri karena ketololanku!" Setelah
berkata demikian, Kui Eng membalikkan tubuhnya dan dia
hendak pergi dari tempat itu.
Akan tetapi tiba-tiba dara itu menjerit dan berseru, "Enci
Kui Eng..... benarkah....." Engkaukah ini....?"
Kui Eng membalikkan tubuhnya dan memandang dengan
heran. Dara itu kini memandang kepadanya dengan mata
terbelalak dan muka pucat, kemudian dara itu menjerit
dengan nyaring sekali, "Ibu....... ! Ibu........! Lekas ke sini....
enci Kui Eng telah datang.....!!"
Karena teriakan itu nyaring sekali, maka terdengarlah
sampai ke dalam rumah dan tak lama kemudian, keluarlah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
nyonya yang menjadi ibu gadis itu bersama suaminya yang
gemuk. Kui Eng yang terkejut dan heran melihat sikap dara itu,
masih berdiri terheran-heran dan kembali jantungnya
berdebar keras ketika melihat nyonya yang wajahnya amat
dikenalnya itu. Sementara itu, ketika nyonya itu melihat Kui
Eng, dia berhenti berlari dan berdiri seperti patung, menatap
wajah Kui Eng dengan mata dipentang lebar.
"Betul.......tak mungkin salah lagi......... Kui Eng........ Engji, kau betul-betul Eng ji, anakku........" bibir nyonya tua itu
bergerak-gerak mengeluarkan bisikan, akan tetapi cukup keras
terdengar oleh Kui Eng yang menjadi pucat seketika. Dia
merasa betapa kepalanya seakan - akan disiram air dingin
yang menyadarkan ingatannya bahwa nyonya ini bukan lain
adalah ibunya sendiri yang telah lama dicari - carinya !
"Ibu........ ?"?" bisiknya ragu-ragu, seakan-akan dia tidak
percaya kepada ingatannya sendiri.
Nyonya itu berlari maju sambil membuka dua tangannya.
"Eng-ji......., Eng-ji anakku........"
"Ibu.......!" Kini Kui Eng tidak ragu-ragu lagi dan dia
menjerit sambil menubruk ibunya, memeluk kedua kaki ibunya
sambil menangis. Ibunya yang kini telah menjadi nyonya Bu Pok Seng itu lalu
berlutut pula dan ibu ini merangkul dan menciumi anaknya
antara tawa dan tangis. "Eng-ji....... Eng-ji......., tak kusangka kita akan dapat
bertemu lagi........"
Kui Eng menangis dan sukar untuk dapat mengeluarkan
kata-kata. Akan tetapi dia teringat akan gadis tadi dan dia
menoleh. Dia melihat gadis itu berdiri di dekat ayahnya dan
mendekap kain sutera merah. Keinginan tahu Kui Eng
meredakan keharuannya dan dia lalu bertanya kepada ibunya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ibu, siapakah adik ini.........?" tanyanya sambil menunjuk
ke arah gadis yang mirip dengan dia itu.
Ibunya bangun berdiri sambil menarik tangan Kui Eng dan
diajaknya dia menghampiri gadis tadi yang berdiri di samping
ayahnya. "Eng-ji.. dia ini adalah ayah tirimu Bu Pok Seng. dan
anak ini adalah Swi Lan, adik tirimu sendiri ... "
Kui Eng terkejut bukan main, memandang kepada Swi Lan
dengan melongo, kemudian sambil terisak dia merangkul dan
memeluk ibunya. "Ibu....... aku berdosa kepadamu, aku.....aku
adalah anakmu yang jahat......."
Swi Lan yang kini tidak merasa ragu-ragu lagi bahwa gadis
ini adalah cicinya yang sering disebut-sebut dan diceritakan
oleh ibunya, lalu lari menghampiri dan memeluk Kui Eng.
"Enci Eng....... aku girang sekali dapat bertemu denganmu.
Ketahuilah, sudah sering sekali aku bertemu denganmu, enci
yang manis." Kui Eng memandang heran, mengusap air matanya dan
melihat bahwa wajah adik tirinya yang manis itu tersenyum,
akan tetapi dari kedua mata yang jeli itu mengalir air mata
pula."Apa.......apa maksudmu.......?" dia bertanya gagap,
teringat akan perbuatannya yang tidak patut tadi.
"Ibu sering menceritakan tentang dirimu dan aku sering
bertemu dengan enci Eng di dalam mimpi."
Kui Eng merasa hatinya tertusuk dan dia segera merangkul
Swi Lan dengan terharu. "Adikku ....... kaumaafkanlah aku kalau tadi aku berlaku
kurang patut kepadamu ...."
Ibu kedua orang gadis itu bertanya heran. "Eh, apakah tadi
kalian sudah bertemu dan berkenalan " "
Swi Lan memandang kepada ibunya dan Kui Eng merasa


Tiga Naga Sakti Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

khawatir kalau-kalau adik tirinya itu akan memberitahukan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kepada ibunya tentang perbuatannya merusak kain sutera
adiknya itu. Akan tetapi Swi Lan hanya berkata, "Tadi enci Eng
tiba-tiba muncul sehingga aku menjadi terkejut sekali. Akan
tetapi, melihat wajahnya, aku sudah dapat menduga bahwa
dia tentulah enciku yang baik."
Bukan main malunya rasa hati Kui Eng mengenangkan
semua peristiwa yang terjadi tadi. Dia telah jatuh hati kepada
tunangan adiknya sendiri. Ini masih tidak mengapa karena dia
tidak tahu bahwa Min Tek adalah pemuda yang sudah
bertunangan dan bahwa tunangannya itu adalah adiknya
sendiri. Yang paling hebat adalah perbuatannya yang
menyakiti hati adiknya tadi, yang melukai perasaan adiknya
dengan merusak kain sutera pemberian Min Tek. Bahkan
tadinya dia mempunyai niat pula untuk melukai atau
membunuh gadis yang merebut pemuda pujaan hatinya itu!
Ketika diperkenalkan kepada ayah tirinya, Kui Eng memberi
hormat dengan perasaan kecewa. Entah bagaimana, dia
merasa tidak suka kepada ayah tirinya ini, sungguhpun dia
merasa suka sekali kepada Swi Lan yang manis dan peramah.
Dia merasa kecewa sekali melihat bahwa ibunya telah
memkah lagi, bahkan melihat kenyataan ini, dia merasa
hatinya sakit. Tadinya dia mengharapkan untuk bertemu
dengan ibunya dan hidup berdua bersama ibunya, akan tetapi
kini, setelah ibunya mempunyai rumah tangga dan keluarga
baru, dia merasa betapa dirinya sendiri menjadi seorang asing,
seorang pendatang yang hanya akan mengganggu dan
mengacaukan kebahagiaan rumah tangga ibunya saja. Dia
merasa dirinya sebagai orang yang tidak berhak tinggal di situ,
yang merusak dan menghalangi ketenteraman kebahagiaan
rumah tangga ibunya. Perasaan inilah yang membuat dia pada keesokan harinya
segera pergi lagi meninggalkan rumah ibunya. Ketika dia
berpamit, ibunya mencegah sambil menangis, akan tetapi Kui
Eng yang keras hati itu memaksa dan berkata, "Ibu, malam
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tadi telah kuceritakan semua pengalamanku kepada ibu. Maka
sekarang, kedua orang suhengku itu tentu sedang mencari
cariku dan aku harus menemui mereka. Pula, aku sudah
berjanji kepada suhu untuk kembali ke Kwi-hoa-san tiga tahun
setelah pergi merantau."
"Kalau begitu akupun tidak dapat mencegahmu, anakku.
Akan tetapi mengapa begitu tergesa-gesa" Baru kemarin kau
datang......." "Tentu saja kalau sudah tidak ada urusan sesuatu yang
menghalangiku, kita akan dapat saling bertemu kembali, ibu."
"Kui Eng, jangan kaulupakan ibumu dan segera datanglah
kembali ke sini. Anggaplah ini sebagai rumahmu sendiri,
anakku......" "Benar, anakku, kautinggallah di sini dan anggap aku
sebagai ayahmu sendiri," kata Bui Pok Seng pula dengan sikap
ramah. Kui Eng menghaturkan terima kasih.
'"Enci Eng, aku akan merasa berbahagia sekali kalau
engkau suka tinggal menjadi satu di sini," kata Swi Lan pula
dan Kui Eng lalu memeluk dan mencium dahi adiknya itu.
"Swi Lan, semoga kau hidup berbahagia. Orang seperti
engkau sudah pantas mendapatkan kebahagiaan hidup."
Sebenarnya, hati Kui Eng berkata bahwa orang seperti adiknya
itu sudah pantas menjadi isteri Min Tek !
Kui Eng berjanji untuk datang kembali, padahal dalam
hatinya dia merasa ragu-ragu apakah dia akan mempunyai
muka untuk kembali ke tempat itu, untuk bertemu dengan
adiknya yang hampir saja dibunuhnya, untuk bertemu muka
dengan Ang Min Tek. Ah, dia merasa malu.... malu sekali!
Dengan mengeraskan hatinya, Kui Eng meninggalkan
ibunya yang menangis dan pergilah dia dari kota Ki-cu yang
tadinya merupakan kota harapan baginya, akan tetapi
ternyata merupakan kota yang menghancurkan Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pengharapannya akan tetapi sekaligus juga mempertemukannya dengan ibunya dan memisahkan dia dari
Min Tek untuk selamanya! Dia melakukanperjalanan dengan cepat menuju ke kota
raja kembali dan apabila dia ingat kepada Bun Hong, dia
merasa berduka sekali. Betapapun juga, suhengnya itu benar.
Kalau dia tidak melakukan perjalanan bersama dengan Min
Tek, tidak mungkin dia akan mendapatkanmalu, akan
menderita tekanan batin sehebat itu. Akan tetapi sebaliknya,
belum tentu pula dia akan dapat bertemu dengan ibunya.Ah,
dasar nasib, nasibnya yang amat buruk, kembali dara itu
menyalahkan nasibnya! Seperti juga di waktu pergi ke Ki-ciu,
kembalinya ke kota raja dia berjalan cepat sekali hingga dalam
waktu sehari semalam saja dia telah tiba di kota raja kembali.
(Oo-bud_dwkz-234-oO) Beng Han dan Bun Hong berhasil memasuki kota raja.
Dengan pertolongan seorang petani yang mengangkut
segerobak padi ke kota raja, dua orang muda perkasa ini
dapat bersembunyi di bawah tumpukan padi dan dapat
menyelundup ke dalam kota raja tanpa mempergunakan
kerasan. Ketika gerobak itu tiba di pintu gerbang, tukang
gerobak dihentikan oleh para pennjaga yang memeriksanya,
akan tetapi penjaga itu tidak memeriksa ke dalam tumpukan
padi. Siapakah orangnya yang dapat bersenbunyi di dalam
tumpukan padi" Selain berat, juga tentu orang yang
bersembunyi di dalamnya tidak akan dapat bernapas. Para
penjaga tidak menyangka bahwa dua orang muda yang
bertubuh kuat dan dapat menahan napas karena mereka telah
memiliki sinkang yang amat kuat bersembunyi di dalam
tumpukan padi itu dengan pedang siap di tangan !
Bersamaan dengan gerobak itu, beberapa orang masuk
pula ke dalam pintu gerbang yang hampir tertutup karena hari
telah larut senja itu, dan di antara mereka terdapat seorang
gadis baju hijau yang dapat masuk dengan mudah karena dia
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tidak dicurigai. Perintah dari atas hanya mengharuskan para
penjaga berhati-hati terhadap dua orang laki-laki muda yang
menjadi pemberontak yang dicari-cari. Maka gadis itupun tidak
mereka curigai, sungguhpun gadis secantik Kui Eng tentu saja
tidak terlepas dari perhatian para penjaga, perhatian lain lagi
yang tidak terdorong oleh kecurigaan, melainkan terdorong
oleh rasa kagum akan kecantikan dara itu. Kui Eng sudah tiba
di situ, akan tetapi pendekar wanita ini sama sekali tidak tahu
bahwa di dalam tumpukan padi dalam gerobak itu
tersembunyi dua orang suhengnya yang sedang dicari-carinya.
Juga Beng Han dan Bun Hong sama sekali tidak tahu bahwa
pada saat itu sumoi mereka berada di dekat gerobak!
Mereka semua dapat memasuki kota raja dengan selamat
dan Kui Eng lalu mengambil jalan lain. Sementara itu. ketika
gerobak itu tiba di jalan yang agak sunyi, Beng Han dan Bun
Hong lalu melompat turun dari gerobak dan mempergunakan
ilmu kepandaian mereka untuk berlari cepat dan menuju
ketempat tahanan yang telah mereka ketahui letaknya dari
hasil penyelidikan nyonya janda itu. Benar saja seperti yang
diceritakan oleh janda tua itu, tempat tahanan di mana
keluarga pangeran itu ditahan, terjaga dengan ketat sekali dan
boleh dibilang hampir sekeliling tempat atau bangunan itu
terdapat perajurit-perajurit yang menjaga dengan senjata
tombak di tangan. Beng Han dan Bun Hong tidak mau bertindak ceroboh.
Tentu saja mereka tidak takut menghadapi para penjaga itu
dan kiranya tidaklah sukar bagi mereka untuk menyerbu
masuk secara langsung dengan merobohkan penjaga. Akan
tetapi kalau hal ini mereka lakukan, mereka tentu akan
dikeroyokm dan tentu penjagaan di sebelah dalam terhadap
para tawanan lebih ketat lagi sehingga sukar bagi mereka
untuk dapat menolong Kim Bwee. Mereka berunding sejenak
dan akhirnya mereka memperoleh siasat yang mereka anggap
tepat. Setelah mengatur siasat, dua orang pendekar muda itu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
lalu berpencar, seorang ke timur dan seorang lagi ke barat.
Senja telah lewat dan cuaca mulai menjadi gelap.
Tiba-tiba para penjaga di sebelah timur mendengar suara
orang merintih kesakitan di tempat gelap yang agak jauh dari
tembok rumah tahanan, di dalam semak-semak yang gelap.
Dua orang penjaga membawa senjata masing-masing
menghampiri tempat itu, akan tetapi ketika tiba di tempat
gelap, tiba-tiba berkelebat bayangan hitam yang menggerakkan kedua tangannya dan penjaga-penjaga itu
telah tertotok dan roboh tanpa dapat mengeluarkan suara lagi,
Tubuh mereka menjadi lemas dan lumpuh sedangkan mulut
mereka tidak dapat mengeluarkan suara.
Para penjaga lain yang menanti kembalinya dua orang
rekan mereka itu, merasa heran karena tidak melihat mereka
kembali dan juga tidak mendengar suara mereka, sedangkan
suara orang merintih itu masih terdengar saja Dua orang
penjaga lain segera menyusul, akan tetapi mereka inipun
tertotok roboh dan diseret di balik semak - semak.
Di bagian barat juga terjadi hal yang serupa dengan apa
yang terjadi dengan para penjaga di sebelah timur. Kini para
penjaga mulai menjadi curiga dan sekelompok penjaga di
timur dan di barat menghampiri ke tempat gelap untuk
melakukan pemeriksaan. Mereka merasa terkejut dan heran
ketika melihat betapa di antara empat orang penjaga yang
tadi memeriksa tempat itu, hanya ada tiga orang saja
sedangkan yang seorang lagi entah pergi ke mana. Tentu saja
mereka beramai-ramai lalu menolong tiga orang kawan ini,
akan tetapi mereka itu telah lumpuh dan tidak dapat bicara,
hanya mata mereka saja yang bergerak-gerak ketakutan.
Ributlah keadaan di situ dan banyak sekali penjaga-penjaga
yang berpakaian seragam menjadi kacau dan berlari ke sanasini, membuat penjagaan-penjagaan, mencari-cari dan ada
yang melapor ke dalam. Dan di antara simpang-siur para
penjaga ini, terdapat dua orang "penjaga" yang mengenakan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pakaian yang sama, akan tetapi yang selalu berusaha untuk
menyembunyikan muka mereka. Dua orang "penjaga" ini
bukan lain adalah Beng Han dan Bun Hong. Mereka telah
berhasil memancing para penjaga dan menotok mereka di dua
tempat, lalu mereka menyeret seorang di antara tawanan
mereka yang memiliki bentuk tubuh mirip denganmereka
menanggalkan atau melucuti pakaian penjaga ini dan
menyamar sebagai penjaga. Setelah akal ini berhasil, mereka
lalu mempergunakan kepanikan itu untuk menyelinap masuk
ke dalam benteng, menyamar sebagai penjaga. Di dalam
keributan itu, mereka berhasil menyelundup masuk tanpa
mendapat banyak perhatian.
Tanpa banyak mengalami kesukaran, Beng Han dan Bun
Hong terus masuk ke bagian dalam. Mereka bertemu dengan
dua orang penjaga lain yang memandang mereka dengan
agak heran dan khawatir. "Kawan-kawan, ada apakah ributribut di luar ?" tanya seorang penjaga bagian dalam.
"Ada musuh menyerbu, hayo lekas kita memperkuat
penjagaan para tawanan!" kata Beng Han dengan suara
gagap. Kedua orang penjaga bagian dalam itu menjadi
terkejut dan segera berlari masuk, diikuti oleh Beng Han dan
Bun Hong menuju ke ruang tempat tawanan, sambil memberi
tahu kepada setiap orang penjaga yang mereka jumpai
sehingga para penjaga itu berserabutan keluar dengan senjata
di tangan. Setelah tiba di ruangan tempat tahanan, kedua orang muda
itu melihat betapa seluruh keluarga Pangeran Song berkumpul
di suatu ruangan dan sedang menangis sedih, merubung
sesuatu dengan penuh duka. Beng Han dan Bun Hong segera
menotok roboh dua orang penjaga yang mengantar mereka
tadi dan Bun Hong menanggalkan jubah pengantar yang
dipakainya tadi lalu dia membuka pintu kerangkeng ruangan
itu dengan paksa dan melompat ke dalam. Ketika dia tiba di
tempat itu, dia melihat pemandangan yang membuatnya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menjadi pucat sekali, kedua kakinya menggigil dan jantungnya
terguncang hebat. Di tengah - tengah ruangan itu, di mana
para keluarga menangis dan merubung, nampak tubuh
isterinya dengan muka dan kepala mandi darah, menggeletak
ditangisi semua orang. "Kim Bwee.......!" Bun
Hong melompat dan menubruk tubuh isterinya.
Ternyata bahwa karena putus asa dan tidak tahan
menderita malu dan penghinaan, isteri Bun Hong telah membenturkan kepalanya pada dinding, akan tetapi karena tenaganya kurang kuat, maka dia tidak tewas seketika sungguhpun dahinya pecah pecah dan darah membasahi seluruh mukanya. Mendengar

Tiga Naga Sakti Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

suara suaminya, Kim Bwee membuka matanya dan memandang dengan sinar mata sayu
yang makin menghancurkan hati Bun Hong. Dia berlutut,
mengangkat dan memangku tubuh isterinya sambil menangis
dan mengeluh, "Kim Bwee, isteriku....... aku datang hendak
membawamu pergi........ Kim Bwee, isteriku yang tercinta......." "Suamiku, mengapa kau datang....... " Larilah, selamatkan
Sian Lun, anak kita........"
"Kim Bwee, apa artinya hidupku tanpa kau" Mengapa kau
mengambil keputusan nekat begini" Ah, Kim Bwee........ Kim
Bwee.......!" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Koko......." suara nyonya muda itu menjadi lemah sekali,
"biarlah.......aku sengaja melakukan ini......., biar kau
bebas........ kau boleh kawin lagi........ asal kau jangan
melupakan anak kita........"
Bun Hong mendekap kepala yang berlumuran darah itu ke
dadanya, sambil menangis dengan air mata bercucuran.
"Tidak....., tidak.......! Kim Bwee, aku mencintamu, aku...
aku....." akan tetapi tiba-tiba dia menghentikan kata-katanya
karena merasa betapa tubuh isterinya meronta dalam
pelukannya! Dia memandang dengan mata terbelalak dan
melihat betapa isterinya telah menggunakan seluruh tenaga
untuk melawan maut yang hendak merenggut nyawanya.
Nyonya muda itu dengan muka berlumuran darah sehingga
mengerikan sekali nampaknya kini memandangnya dengan
mesra. "Betulkah........ mencinta......?" betulkah bahwa engkau.... kau "Kim Bwee, aku bersumpah, demi kehormatanku sebagai
seorang pendekar, aku cinta padamu, Kim Bwee........"
Kim Bwee menatap wajah suaminya, mengangkat kedua
tangannya yang menggigil dan lemas, membelai wajah Bun
Hong, dan bibirnya tersenyum lalu bergerak, "........ terima
kasih......terima kasih......, aku .... aku puas ......" dan
lemaslah tubuhnya, tak berdaya lagi karena nyawanya telah
melayang. "Kim Bwee. ..! Kim Bwee... .!!" Bun Hong berteriak-teriak
seperti orang gila, memeluk tubuh isterinya dan menjambakjambak rambutnya sendiri. Pangeran Song dan semua
keluarga juga menangisi kematian Kim Bwee ini sehingga
ruangan tempat tahanan itu menjadi riuh oleh suara tangis
yang memilukan. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Sute, mereka datang!" tiba-tiba Beng Han berseru dengan
keras memperingatkan sulenya. Bun Hong melompat berdiri
dengan wajah beringas. "Mana mereka" Biarkan mereka datang! Hendak kubunuh
seorang demi seorang! Hendak kucabut isi perut mereka di
depan isteriku!" Dengan wajah mengerikan sehingga Beng
Han sendiri menjadi terkejut melihatnya, Bun Hong melompat
dengan pedang di tangan, menyambut datangnya tiga orang
perwira yang diikuti oleh para penjaga.
"Pemberontak!" seru perwira-perwira itu ketika mereka
melihat Beng Han dan Bun Hong.
"Anjing-anjing hina! Kalian harus menjadi pengawal
isteriku!" teriak Bun Hong sambil nenerjang maju. Pedangnya
bergerak secara buas sekali dan seorang perwira roboh
dengan leher hampir putus, berikut goloknya yang tadi
menangkis! Bun Hong yang telah menjadi marah bagaikan gila
itu mengamuk hebat dan tak seorangpun dapat menahan
amukannya, sedangkan Beng Han juga membuka jalan keluar
dengan mainkan pedangnya dengan cepat sekali. Melihat
sepak terjang sutenya, hati Beng Han menjadi ngeri karena
dia maklum bahwa sutenya telah dikuasai oleh nafsu
membunuh yang amat buas. Sebagai ahli-ahli silat tinggi,
mereka berdua dapat mengatur gerakan dan serangan mereka
untuk merobohkan lawan tanpa membunuh, dan apabila tidak
perlu, keduanya sebetulnya menjauhi pembunuhpembunuhan. Akan tetapi sekali ini Bun Hong menyerang
untuk membunuh! Setiap kali pedangnya berkelebat, maka
senjata itu merupakan cengkeraman maut yang mencari
korban. Beberapa orang penjaga telah bergelimpangan dan
tewas di ujung pedang Bun Hong, sedangkan Beng Han hanya
melukai dan membuat tidak berdaya beberapa orang penjaga.
Pemuda yang masih sadar ini berpantang membunuh secara
sembarangan, sesuai dengan pesan gurunya.
"Sute, hayo kita pergi!" ajaknya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tidak, akan kubunuh semua anjing ini!" teriak Bun Hong
sambi mengamuk terus dengan hebatnya. Sementara itu para
penjaga kini telah mengurung tempat itu sehingga penuh
sesak. Beng Han menjadi khawatir sekail oleh karena dia
maklum bahwa kerajaan memiliki banyak perwira yang lihai.
"Kita harus cari dulu Thio-thaikam!" katanya memperingatkan sutenya. Mendengar ucapan suhengnya itu
Bun Hong tersadar. Benar pikirnya, dia tidak boleh tewas
dikeroyok di tempat ini sebelum dia dapat membunuh orang
kebiri yang dianggap musuh besarnya itu.
"Kau benar, suheng, kita bunuh dulu anjing kebiri itu!"
jawabnya dan dengan hebat kedua orang muda itu membuka
jalan dengan memutar pedang mereka. Akhirnya, berkat kerja
sama kedua pedang mereka yang lihai, para pengepung
menjadi buyar, mundur dengan gentar dan kepungan menjadi
pecah. Beng Han dan Bun Hong melompat keluar dari
kepungan terus melarikan diri dikejar oleh para perwira dan
para penjaga. Akan tetapi, sambil berlari kedua orang muda
itu mengayun tangan kiri mempergunakan batu-batu kecil
yang mereka sengaja bawa sehingga beberapa orang
pengejar menjerit dan roboh. Tempat itu penuh dengan
orang-orang terluka atau tewas, dan suara rintihan mereka
yang terluka bercampur dengan suara tangisan keluarga Song
yang meratapi kematian Song Kim Bwee.
Akan tetapi, para perwira dari luar benteng yang telah
menerima laporan dan datang membantu,
segera menghadang jalan keluar kedua orang muda itu sehingga di
pintu gerbang terjadilah pertempuran hebat antara kedua
orang pendekar itu melawan pengeroyokan belasan orang
perwira yang memiliki ilmu silat tinggi. Betapapun gagahnya
Beng Han dan Bun Hong, namun menghadapi pengeroyokan
hebat ini, lambat-laun mereka berdua terdesak juga.
Tiba-tiba seorang perwira menjerit dan roboh, disusul
bentakan nyaring seorang wanita yang merobohkan perwira
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
itu dari luar kepungan. "Anjing-anjing penjilat, jangan kalian
berani mengganggu kedua orang suhengku!"
"Sumoi........!" Beng Han dan Bun Hong berseru hampir
berbareng dengan suara girang sekali dan semangat mereka
bernyala hebat sehingga kembali dua orang perwira
pengeroyok dapat dirobohkan. Benar saja, yang datang itu
adalah Kui Eng, dara pendekar yang tadi memasuki kota raja
dan segera dia mendengar tentang huru hara yang terjadi di
gedung Pangeran Song. Ketika dia mendengar hahwa Bun
Hong adalah anak mantu pangeran itu, Kui Eng lalu
mengambil keputusan untuk mencari dan menolong isteri Bun
Hong yang juga ikut tertangkap. Dan ketika dia tiba di
benteng tempat tahanan itu, dia melihat betapa kedua orang
suhengnya dikeroyok oleh para perwira di dekat pintu
benteng, maka dia segera membantu.
Kini tiga orang saudara seperguruan itu mengamuk hebat
bagaikan tiga ekor naga sakti turun dari angkasa dan
mengamuk. Banyak perwira tewas di ujung senjata mereka.
"Sute, sumoi, mari kita menyerbu ke istana Thio-thaikam !"
seru Beng Han tiba-tiba. "Baik, mari aku yang menjadi penunjuk jalan !" kata Bun
Hong dan mendahului ke dua orang saudara seperguruannya,
dia telah melompat meninggalkan tempat itu.
Kui Eng yang tidak tahu akan duduknya perkara, hanya
menurut saja dan mereka bertiga lalu melompat dan
menghilang dalam gelap, dikejar oleh para perwira dan
pasukannya yang menjadi bingung dan ribut karena tiga orang
lihai itu lenyap di dalam kegelapan malam.
Tak lama kemudian, keributan beralih tempat dan kini di
atas genteng istana Thio-thaikam mengalami penyerbuan tiga
orang muda, itu. Akan tetapi, semenjak siang tadi, Tek Po
Tosu yang sudah mengkhawatirkan datangnya serbuan ini,
telah berjaga-jaga, mengumpulkan perwira-perwira yang lihai
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
untuk melakukan penjagaan yang ketat dan kuat sehingga
ketika tiga orang pendekar dari Kwi-hoa san itu datang
menyerbu, mereka bertiga menerima sambutan yang hangat!
Kembali tiga orang muda itu mengamuk. Bun Hong
memainkan pedangnya bagaikan gila sehingga mengerikan
sekali, setiap pedangnya berkelebat tentu jatuh korban! Dia
memang lincah dan cepat, dan kali ini rasa dendam dan duka
karena kemalian isterinya membuat dia makin ganas sehingga
jangankan para perwira pengeroyoknya, bahkan Beng Han
dan Kui Eng sendiri merasa ngeri melihatnya. Pakaian Bun
Hong yang tadinya telah bernoda darah isterinya di bagian
dada, kini bertambah dengan darah para lawannya yang
memercik dan menodai seluruh pakaiannya. Wajahnya
beringas dan sepasang matanya merah, seolah-olah
mengeluarkan api. Kui Eng juga terpengaruh oleh keadaan suhengnya ini dan
gadis inipun mengamuk dengan hebat. Gerakannya yang
disertai ginkang yang luar biasa itu membuat tubuhnya lenyap
berubah menjadi segulung sinar pedang yang menyambar nyambar ganas. Tiap kali terdengar seruannya yang
melengking nyaring, pasti senjata lawan terpental jauh atau
tubuh seorang pengeroyok roboh di atas genteng dan terus
menggelundung ke bawah. Hanya Beng Han yang masih tetap tenang. Akan tetapi
gerakan pedangnya ymg kuat dan rnantep itu tidak kurang
berbahaya dari padi gerakan kedua adik seperguruannya. Tek
Po Tosu yang maklum akan kelihaian pemuda ini segera
membawa beberapa orang perwira mengurungnya, akan
tetapi Beng Han tidak menjadi gentar. Dia maklum bahwa kali
ini pertempuran dilakukan dengan mati matian dan tidak
mengenal ampun, maka diapun tidak mau berlaku sungkan
lagi. Dia mengeluarkan ilmu pedangnya yang hebat, dengan
jurus-jurus yang paling ampuh sehingga sudah banyak fihak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
lawan yang roboh karena ujung pedangnya atau tendangan
kakinya. Bukan main seru dan hebatnya pertempuran yang terjadi di
atas genteng istana Thio thai kam pada malam itu. lebih seru
dan ramai dari pada pertempuran di benteng tempat tahanan
tadi oleh karena kini para perwira yang mengeroyok mereka
adalah jago-jago pilihan yang sengaja didatangkan oleh Thiothaikam dan Tek Po Tosu untuk menjaga keselamatan
pembesar berpengaruh itu.
"Suheng, aku akan menyerbu ke dalam!" tiba-tiba Bun
Hong berkata dan dengan nekat orang muda ini melayang
turun dan membabat setiap orang penghalang dengan
pedangnva. Berapa orang penjaga menyerbunya dengan golok
di tangan, akan tetapi apakah daya para penjaga yang hanya
memiliki kepandaian biasa itu terhadap pendekar yang diamuk
dendam ini" Dengan mudah saja Bun Hong menggerakkan
pedangnya dan bergelimpanganlah tubuh para penjaga itu
memenuhi lantai. Bun Hong harus berlari ke dalam, menuju ke
ruangan tengah di mana dulu dia pernah melihat Thio-thaikam
mengadakan perundingan dengan para perwira.
Ketika dia tiba di tempat itu, ternyata bahwa Thio-thaikam,
seperti dulu pula, sedang duduk menghadapi dua orang Turki
dan beberapa orang perwira lain, sama sekali tidak
memperdulikan adanya keributan di luar. Memang Thiothaikam memandang rendah sekali kepada dua orang pemuda
itu agaknya ! Pembesar ini terlalu meremehkan dua orang
muda yang dicap pemberontak itu ! Agaknya Thio-ihaikam
terlalu percaya bahwa penjagaan yang kuat di luar istananya
itu akan mencegah masuknya setiap pengacau, maka dia tidak
mau memusingkan diri mengurus hal yang dianggapnya
remeh itu, karena ada hal yang lebih penting untuk
dibicarakan. Agaknya pembesar ini mengumpulkan orangorangnya dan merundingkan tentang sikapnya terhadap
Pangeran Song sekeluarga. Dia mengambil keputusan untuk
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mempergunakan pengaruhnya kepada kaisar agar supaya
seluruh keluarga itu dapat dihukum mati. Bukan main
girangnya hati Bun Hong melihat musuh besarnya itu dan dia
mengeluarkan bentakan nyaring, keadaannya amat menyeramkan karena seluruh pakaian dan pedang di
tangannja berlepotan darah.
"Anjing kebiri Thio ! Sampailah kini ajalmu !" Bun Hong
segera menyerbu dengan pedangnya. Akan tetapi, empat
orang perwira dan dua orang Turki itu mencabut pedang dan
melawannya. Ternyata bahwa kepandaian para perwira itu
cukup tinggi, bahkan dua orang perwira Turki yang berada di
situ memiliki ilmu pedang yang aneh dan berbahaya. Terpaksa


Tiga Naga Sakti Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Bun Hong menghadapi pengeroyokan enam orang itu dengan
nekat dan mengeluarkan seluruh tenaga dan kepandaiannya.
Biarpun dikeroyok oleh enam orang lihai dan sibuk
melayani mereka, namun mata Bun Hong tidak pernah
melepaskan bayangan Thio-thaikam, maka ketika dia melihat
pembesar itu mencoba untuk melarikan diri melalui sebuah
pintu, Bun Hong meninggalkan lawannya dengan lompatan
cepat ke arah pintu. Karena amat bernafsu untuk mengejar
Thio-thaikam maka dia kurang waspada, ketika melompat tadi,
tusukan pedang dari seorang perwira menyerempet
pundaknya, menembus baju dan melukai kulit pundaknya.
Akan tetapi, Bun Hong seolah-olah tidak merasa sedikitpun
juga dan sambil mengayun tangan kirinya dia membentak,
"Pembesar jahat hendak lari ke mana ?"
Batu karang yang menyambar dari tangannya itu tepat
memukul belakang kepala Thio- thaikam sehingga pembesar
kebiri itu berteriak kesakitan dan terhuyung ke depan. Bun
Hong menyusul dengan serangan dari belakang, dan
menusukkan pedangnya dari belakang sehingga pedang itu
memasuki punggung pembesar itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Crepp........!" Dengan puas sekali Bun Hong mencabut
kembali pedangnya. Tubuh Thio-Thaikam roboh terlentang di
depannya. "Ha-ha-ha-ha!" Bun Hong tertawa bergelak dan
memandang ke arah muka pembesar yang telah sekarat itu
dengan hati puas, akan tetapi tiba-tiba suara ketawanya
berhenti dan kedua matanya terbelalak memandang ke arah
wajah pembesar itu. Ternyata bahwa orang yang dibunuhnya
itu, biarpun perawakannya sama dan pakaiannya juga pakaian
yang biasa dipakai Thio-thaikam, akan tetapi ternyata dia
bukanlah pembesar kebiri itu! Orang itu bukan Thio- thaikam!!
Dan ketika dia memandang ke sekelilingnya, makin
terkejutlah dia karena tempat itu telah penuh dengan perwiraperwira yang mengurungnya dari setiap penjuru. Dia telah
terjebak! Dia memandang Thio-thaikam terlampau rendah.
Ternyata bahwa pembesar yang licin dan cerdik itu telah
membuat persiapan terlebih dulu dan menyuruh seorang
pembesar palsu menggantikan tempatnya.
Bun Hong berteriak dengan nyaring. Hatinya makin
kecewa, gemas dan marah, dan dia telah mengamuk lagi,
dikeroyok oleh belasan orang perwira yang berkepandaian
tinggi! Berkat kecepatan gerakannya dan juga karena
kenekatannya, dia masih dapat mempertahankan diri,
sungguhpun dia sudah terdesak hebat sekali. Diputarnya
pedangnya sedemikian rupa sehingga seluruh tubuhnya
terlindung oleh sinar pedang yang merupakan dinding dari
sinar yang teguh. Akan tetapi, para pengeroyoknya terdiri dari
jagoan-jagoan kota raja yang berkepandaian tinggi, maka
beberapa buah senjata telah berhasil menembus pertahanannya dan dia telah menderita beberapa luka ringan.
Akan tetapi, biarpun luka-luka itu membuat darahnya banyak
mengucur keluar Bun Hong masih mengamuk terus seperti
seekor naga bermain-main di antara awanl awan gelap.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bun Hong mempertahankan diri sedapat mungkin, namun
beberapa kali ada saja senjata lawan yang menerobos masuk
dan melukainya. Keadaannya makin terdesak dan berbahaya
sekali, tubuhnya mulai lemas dan gerakannya lambat. Gerakan
pedangnya sudah mulai kurang kuat dan makin sering ada
senjata lawan menyentuh tubuhnya.
Tiba-tiba nampak dari luar dua sosok bayangan yang
menerjang ke dalam dengan hebat. Mereka ini adalah Beng
Han dan Kui Eng yang berhasil membuka jalan meninggalkan
para pengeroyok di luar untuk membantu Bun Hong.
Beng Han dengan ilmu pedangnya yang luar biasa berhasil
memecahkan kepungan yang mengancam keselamatan
sutenya, kemudian dia menarik tangan sutenya itu sambil
berseru kepada Kui Eng, "Sumoi, ikutlah padaku! Aku
membuka jalan dan kau bersama sute menahan serangan dari
belakang!" Beng Han lalu maju mendesak ke arah pintu depan sambil
memainkan pedangnya melawan orang-orang yang menghadang di depan, sedangkan Kui Eng dan Bun
Hongsambil mundur menahan desakan para pengejar dari
belakang. Beng Han bertempur sambil mengayun tangan kiri
membagi-bagi "hadiah" berupa batu batu karang yang
dibawanya sehingga terdengar pekik-pekik kesakitan berkalikali pada saat sebutir batu mengenai kepala atau bagian lain
dari tubuh seorang pengeroyok. Fihak lawan tidak berani
menggunakan senjata rahasia dalam keroyokan ini, karena
khawatir kalau senjata itu mengenai kawan sendiri,dan hal ini
merupakan suatu keuntungan bagi fihak tiga orang pendekar
itu. Juga Bun Hong menyerang para pengejar dengan pedang
ditangan kanan dan batu yang disambitkan dengan tangan
kiri. Perlahan akan tetapi tentu, ketiga orang pendekar muda
yang mengamuk bagaikan tiga ekor naga sakti itu dapat keluai
dari istana Thio-thaikam dan menyerbu ke luar pintu gerbang.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dalam pengeroyokan hebat itu, Beng Han telah menderita
luka pada dada kanannya akan tetapi karena luka itu hanya
merobek baju dan kulit saja, walaupun terasa perih dan
panas, akan tetapi tidak mengurangi tenaganya. Kui Eng yang
memiliki ginkang istimewa tidak terluka, hanya lelah sekali
karena harus bertempur sekian lamanya.
Yang paling parah adalah keadaan Bun Hong. Orang muda
ini telah menerima beberapa tusukan senjata para pengeroyok
dan dari luka lukanya keluar terlalu banyak darah sehingga
gerakannya menjadi lambat, tubuhnya makin lemah dan
kepalanya terasa pening Biarpun orang muda perkasa, ini
sama sekali tidak pernah mengeluh dan mengamuk seperti
seekor naga terluka, namun Beng Han dalam kesibukannya itu
tahu akan keadaannya, keadaan sutenya yang berbahaya itu.
Maka ketika mereka telah berhasil mendesak keluar dari pintu
gerbang dan bertempur menghadapi para perwira itu di luar
pintu, Beng Han lalu memberi aba-aba kepada dua orang adik
seperguruannya. "Mari kita pergi!" Dia mendahului sute dan sumoinya
melompat ke atas genteng sebuah rumah yang berada di
dekat dinding istana, diikuti oleh Kui Eng. Akan tetapi ketika
Bun Hong hendak ikut melompat pula, gerakannya terlalu
lambat dan hampir saja dia tidak dapat mencapai genteng.
Untung dia masih dapat meraih dan memegang ujung tiang di
bawah genteng sehingga tubuhnya bergantung di situ.
Beng Han dan Kui Eng terkejut sekali dan cepat mereka
membalik dan memburu, akan tetapi pada saat itu Bun Hong
yang sudah tidak dapat menahan lagi mengeluarkan seruan
keras dan pegangannya terlepas sehingga tubuhnya jatuh ke
bawah ! Beng Han dan Kui Eng berteriak cemas dan cepat
mereka melompat turun lagi dari atas genteng. Mereka masih
dapat menyelamatkan Bun Hong yang sudah hampir dihujani
senjata oleh para pengeroyoknya. Mereka berdua mengamuk
hebat seperti dua ekor naga yang marah, melindungi tubuh
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bun Hong yang menggeletak di atas tanah tanpa bergerak itu.
Setelah memperoleh kesempatan baik, Beng Han cepat
menyambar tubuh sutenya ini dan memondongnya. Alangkah
kagetnya ketika dia melihat betapa dua batang senjata rahasia
piauw telah menancap di tubuh sutenya, sebuah di dada dan
sebuah lagi di lehernya ! Ternyata bahwa ketika tubuh Bun
Hong tadi menggantung pada tiang, seorang perwira telah
menyerangnya dengan piauw yang berhasil mengenai
sasarannya. "Sumoi, lari !" Beng Han berseru sambil melemparlemparkan batu dari kantongnya kepada para pengeroyok. Dia
tidak sanggup melawan lagi karena kini dia harus
mempergunakan tangan kanannya untuk memanggul tubuh
sute-nya yang telah pingsan dan lemas itu.
Kui Eng mengerahkan tenaga dan kepandaiannya untuk
menahan para pengejar dan dia sengaja melindungi Beng Han
yang memanggul Bun Hong itu dari belakang. Tentu saja para
perwira tidak mau melepaskan mereka dan mengejar sambil
berteriak-teriak. Jumlah pengejar makin berkurang karena
yang dapat menyusul ilmu berlari cepat dari Kui Eng dan Beng
Han hanya ada tujuh orang perwira saja. Beng Han
mengerahkan sisa tenaganya yang mulai berkurang,
sedangkan Kui Eng juga sudah merasa lelah sekali sehingga
mereka maklum bahwa apa bila sekali ini mereka tersusul dan
terpaksa bertempur lagi, mereka pasti tidak akan dapat kuat
bertahan. Mereka mempercepat lari mereka menuju ke pintu
gerbang kota dan alangkah terkejut hati mereka melihat
bahwa pintu gerbang itu tertutup rapat-rapat dan di bawah
dinding telah berbaris seregu penjaga yang siap menanti
kedatangan mereka! "Sumoi, terpaksa kita harus mengadu nyawa di sini.
Selamat tinggal, sumoi." Beng Han berkata sambil
memindahkan tubuh Bun Hong di atas pundak kirinya,
merangkulnya dengan tangan kiri sedangkan tangan kanannya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
memegang pedang, siap untuk bertempur sampai saat
terakhir. Sedikitpun dia tidak nampak gentar, atau menyesal,
bahkan dia sama sekali tidak mau melepaskan tubuh sutenya,
padahal jelas bahwa tubuh itu membuat dia tidak leluasa
bergerak. Agaknya pemuda gagah perkasa ini hendak
melindungi tubuh sutenya dengan taruhan nyawa, sampai titik
darah terakhir! Mendengar ucapan dan melihat sikap suhengnya itu, tak
terasa pula mata Kui Eng menjadi basah. Alangkah mulia dan
gagahnya suhengnya ini. Membela Bun Hong sampai tenaga
terakhir! Padahal kalau hendak menyelamatkan diri tanpa
memperdulikan keadaan Bun Hong, suhengnya itu tentu masih
mampu dan dapat lolos! "Suheng, jangan khawatir. Sampai matipun aku tidak akan
berpisah darimu!" kata Kui Eng sambil mengepal tinju tangan
kiri dan melintangkan pedangnya di depan dada.
Rombongan penjaga itu sambil berteriak-teriak maju
mengurung mereka dan segera terjadi pertempuran kembali
dengan hebatnja. Walaupun para penjaga itu merupakan
lawan lawan yang lunak bagi Kui Eng dan Beng Han namun
jumlah mereka lebih dari seratus orang sedangkan dari
belakang telah datang tujuh orang perwira yang mengejar
tadi, dan di antara mereka ini terdapat Tek Po Tosu yang amat
lihai! Karena sudah hampir kehabisan tenaga dia amat lelah,
kembali Beng Han dan Kui Eng terdesak hebat dan sekali ini
Kui Eng tidaklah selincah tadi. Tusukan tombak yang amat
cepat dan dilakukan ketika dia sedang sibuk menghindarkan
dan menangkis serangan-serangan lain, telah melukai
pahanya. Beng Han juga telah menerima bacokan pedang
pada pinggir bahu kanannya. Hanya karena keteguhan hati
dan besarnya semangat, kenekatan yang amat luar biasa
sajalah Beng Han masih kuat untuk memainkan pedangnya
dan merobohkan beberapa orang penjaga lagi. Kui Eng sudah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
terpincang pincang, akan tetapi pedangnya masih lihai dan
banyak penjaga masih belum mampu mendekatinya, bahkan
ada beberapa orang lagi yang roboh sebagai akibat
pembalasan Kui Eng yang marah karena terluka pahanya itu.
Betapapun gagahnya kedua orang pendekar itu, nasib
mereka agaknya sudah dapat ditentukan. Tidak lama lagi
kiranya mereka pasti akan roboh dan tewas di bawah hujan
senjata para pengeroyok mereka. Akan tetapi, pada saat itu,
dari atas dinding kota yang tinggi, tampak sehelai tali yang
panjang diturunkan orang dan seperti monyet-monyet yang
gesit, beberapa orang meluncur turun melalui tali itu, bahkan
sesosok bayangan putih yang amat gesit telah melayang turun
dari atas tembok tanpa bantuan tali itu, padahal tembok kota
itu amatlah tingginya. Mereka yang datang ini bukan lain adalah Gan Beng Lian,
Yap Yu Tek, dan dua orang guru mereka, yaitu Pek I Nikouw
dan Tiong-san Lo-kai! Mereka berempat ini datang pada saat
yang amat tepat karena terlambat sebentar saja, agaknya
Beng Han dan Kui Eng takkan dapat tertolong lagi Dengan
marah Beng Lian dan Yu Tek menyerbu, dan para pengeroyok
yang telah merubung Kui Eng dan Beng Han seperti
segerombolan semut mengeroyok dua ekor jangkerik yang
sudah lelah dan terluka itu kini menjadi terpecah belah dan
kacau-balau. Tujuh orang perwira pengejar yang tangguh itu
datang pula, akan tetapi mereka segera menghadapi Pek l
Nikouw dan Tiong-san Lo-kai yang sakti ! Sebentar saja,
seorang di antara mereka telah terkena jarum yang dilepas
oleh Pek I Nikouw, sedangkan dua orang perwira lain telah
roboh terkena pukulan tongkat di tangan Tiong-san Lo-kai.
Tek Po Tosu marah sekali dan dia mengeluarkan
saputangannya yang dikebutkannya ke arah Pek I Nikouw.
Belasan batang jarum hitam menyambar ke arah nenek itu.
Namun sambil tersenyum Pek I Nikouw mengebut dengan
ujung lengan bajunya dan runtuhlah semua jarum hitam itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tek Po Tosu terkejut bukan main melihat kepandaian ini dan
hatinya menjadi gentar. Dia tidak tahu bahwa dia berhadapan
dengan Pek I Nikouw yang terkenal sebagai ahli pelepas
senjata rahasia segala macam jarum. Selagi Tek Po Tosu
masih tertegun, Pek I Nikouw menggerakkan lengan bajunya
yang kiri dan tujuh batang jarum putih yang mengeluarkan
cahaya menyerbu ke arah Tek Po Tosu ! Pendeta ini terkejut
dan cepat menggunakan siang-kiamnya untuk menangkis.
Jilid XI " TRING - TRING TRINGGG.......! " - Jarum-jarum putih dilepas dengan tenaga luar


Tiga Naga Sakti Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

biasa sehingga biarpun dapat ditangkis, jarumjarum itu bukannya runtuh
ke bawah, melainkan melesat ke samping dan melukai beberapa orang perwira. Terdengar seruanseruan kesakitan dan tibatiba sekali sebatang jarum
yang luar biasa cepatnya menyambar ke rah leher Tek Po Tosu. Tosu ini masih mencoba untuk miringkan tubuh mengelak, akan tetapi
jarum itu tetap saja mengenai pundaknya, Tek Po Tosu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berteriak dan roboh tak sadarkan diri karena jarum itu
menancap pada jalan darah di pundaknya.
Menyaksikan kehebatan nikouw itu dan kehebatan Tiongsan Lo-kai yang menggerakkan tongkat bambunya secara
berbarengan akan tetapi setiap kali tongkat bergerak, tentu
sebatang senjata lawan terpental, semua pengeroyok menjadi
gentar. Juga sepak terjang Beng Lian dan Yu Tek dahsyat
sekali dan cukup membuat para penjaga kacau balau dan
simpang siur. Tiong-san Lo kai menangkap dua orang penjaga dan
menyeret mereka ke arah pintu gerbang, memaksa mereka
untuk membukanya. Setelah pintu gerbang terbuka, dia
berseru keras "Lari keluar !''
"Twako, serahkan dia kepadaku !" kata Yu Tek dan dia
menggantikan Beng Han untuk memanggul tubuh Bun Hong,
sedangkan Beng Lin tanpa banyak cakap lagi lalu memondong
tubuh Kui Eng yang telah terluka pahanya dan tidak dapat
berlari cepat itu. Demikianlah, di bawah perlindungan Pek l
Nikouw yang menyebar jarum-jarumnya, mereka keluar dari
pintu gerbang itu dan berlari ke dalam hutan yang gelap.
Para perwira dan penjaga tidak berani mengejar dan
mereka terpaksa kembali untuk merawat kawan-kawan
mereka yang terluka. Hati mereka mendongkol sekali, akan
tetapi apa yang dipat mereka lakukan " Kakek dan nenek itu
terlampau sakti bagi mereka dan Tek Po Tosu yang mereka
andalkan itu telah pingsan. Sementara itu, Tiong-san Lo-kai
membawa orang-orang muda yang terluka itu ke sebuah
kelenteng tua di dalam hutan dan Pek I Nikou lalu merawat
luka yang diderita oleh Kui Eng dan Beng Han. Adapun
keadaan Bun Hong payah sekali dan ketika orang muda itu
siuman dari pingsannya, dia hanya dapat merintih rintih dan
menangis! Bun Hong merintih dan menangis bukan karena
sakit, sama sekali bukan karena pantang bagi pendekar
seperti dia merintih dan menangis karena nyeri ! Akan tetapi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dia menangis karena teringat kepada isterinya. Dalam keadaan
demam dia mengigau, memanggil - manggil nama isterinya.
meminta-minta ampun kepada Kim Bwee, bahkan minta
ampun kepada Kui Eng dan Beng Han !
Pek I Nikouw yang mengerti tentang ilmu pengobatan,
hanya menggeleng kepala saja melihat keadaan Bun Hong
karena dia tahu bahwa luka luka di tubuh orang muda itu
terlalu berat untuk dapat disembuhkan. Beng Han memegang
tangan sutenya dan tak dapat ditahankannya lagi air matanya
menetes turun karena diapun maklum akan keadaan sutenya
itu. Juga Kui Eng menangis sambil menggunakan
saputangannya yang telah dibasahi untuk mengusap dahi Bun
Hong yang panas sekali. Beng Lian dan Yu Tek memandang
dengan penuh keharuan sambil menjaga agar api unggun di
dalam kelenteng yang mereka nyalakan itu tidak menjadi
padam, dan juga mereka berdua dengan waspada menjaga
kalau-kalau datang musuh di tempat sunyi itu.
"Suheng..... , suheng......." Bun Hong menggerak-gerakkan
kepalanya ke kanan kiri dengan gelisah, mencari-cari.
Beng Han menekan pergelangan tangan sutenya. "Aku
berada di sini, sute........" katanya dengan suara parau.
Agaknya saputangan basah yang dingin dan yang digosok
gosokkan pada dahinya oleh Kui Eng itu agak menyadarkan
pikirannya yang kacau karena demam, dan kini Bun Hong
memandang kepada Beng Han dengan mata sayu lalu
tangannya meraba-raba dan mencengkeram tangan suhengnya. "Suheng........ aku.......?" suheng........kau ....... kau maafkan "Sute, tidak ada sesuatu yang harus dimaafkan antara kita.
Engkau adalah suteku yang baik," jawab Beng Han.
"Suheng....... sampaikan permohonan ampunku kepada
suhu........" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Beng Han hanya mengangguk dan menahan jatuhnya air
matanya yang sudah mulai memenuhi kelopak matanya lagi.
Bun Hong menoleh dan memandang kepada sumoinya
yang masih mengelus-elus dahinya dengan saputangan.
"Sumoi........kauampunkan aku, ya.......?"
Mendengar bisikan seperti seorang anak kecil minta
dikasihani itu, Kui Eng mengguguk dan air matanya
bercucuran membasahi mukanya. "Ji-suheng ..... kau tidak
bersalah........ kau kuatkanlah badanmu, ji-suheng........
tenangkanlah pikiranmu......"
Bun Hong mencoba tersenyum, senyum pucat yang
mengharukan. "Kau selalu menasihatiku, sumoi...... kau......
kau terlalu mulia....... hanya suheng saja yang pantas.......
kalian berdua harus berjanji kalian rawatlah baik-baik anakku
Sian Lun....... suheng, sumoi......"
Tiba-tiba Kui Eng menjerit nyaring karena dia melihat
Geger Dunia Persilatan 18 Sepasang Golok Mustika Karya Chin Yung Eng Djiauw Ong 25

Cari Blog Ini