Ceritasilat Novel Online

Tiga Naga Sakti 8

Tiga Naga Sakti Karya Kho Ping Hoo Bagian 8


betapa tiba-tiba leher Bun Hong menjadi lemas dan napasnya
terhenti. Kui Eng menangis dengan hati hancur, memeluki
tubuh ji - suhengnya. Semenjak kecil, dia menganggap Bun
Hong dan Beng Han berdua sajalah orang-orang yang paling
dekat dengannya, yang selalu membela dan menolongnya.
Mereka menjadi besar di satu tempat, senasib sependeritaan,
dan dia menganggap mereka sebagai orang-orang yang paling
terkasih. Beng Han juga mencucurkan air mata sambil memeluk
tubuh sutenya sehingga semua orang merasa terharu. Beng
Lian memeluk kakaknya dan menghibur sambil menangis pula.
Pemandangan yang nampak di bawah sinar api unggun
yang suram muram itu sungguh amat menyedihkan dan
mengharukan. Seorang di antara tiga pendekar muda yang
gagah perkasa, seekor di antara tiga naga sakti yang
mengamuk di kota raja dan menggemparkan seluruh
penduduk bahkan membuat kaisar menggigil karena khawatir
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
itu, akhirnya menemui ajalnya dalam keadaan yang amat
menyedihkan. (Oo-bud_dwkz-234-oO) Lui Sian Lojin menarik napas panjang. Sejak tadi dia diam
saja mendengarkan penuturan dua orang muridnya, Beng Han
dan Kui Eng tentang keadaan dan kematian Bun Hong.
Setelah menarik napas panjang dia berkata, "Hidup dalam
kekerasan dan mati dalam kekerasan pula. Itulah agaknya
nasib orang-orang yang menamakan dirinya pendekar. Ah,
sudahlah Bun Hong tewas dalam keadaan seperti yang
dikehendakinya, dalam keadaan gagah dan pada akhir
hayatnya dia telah insyaf akan kesesatannya, maka
kematiannya tidaklah terlalu mengecewakan. Kalian telah
cukup menderita sejak kalian masih kecil dan sekarang kalian
telah dapat bertemu kembali dengan orang tua kalian sudah
sepatutnya kalian hidup bersama mereka dan membalas budi
mereka dengan perawatan yang layak sebagaimana mestinya
dilakukan oleh anak-anak yang berbakti. Kalian berdua telah
dewasa dan sudah sepatutnya pula mendirikan rumah tangga.
Tentang perjodohan aku sebagai guru hanya ikut mendoakan
saja, segala keputusannya terserah kepada ibu kalian dan
kepada kalian sendiri."
Demikianlah, setelah menerima banyak petuah dan nasihat
dari suhu mereka yang sudah tua, Beng Han dan Kui Eng lalu
kembali ke rumah ibu masing-masing. Beng Han tinggal di
dekat Kuil Kwan-im-bio sedangkan Kui Eng ikut bersama
ibunya di Ki-ciu. Beng Han terpaksa harus mengalah dan membiarkan Kui
Eng yang merawat Sian Lun, putera Bun Hong yang sudah
yatim piatu. Akan tetapi, sering sekali Beng Han datang
mengunjungi sumoinya itu dan kasih sayangnya terhadap Sian
Lun membuat anak itu suka sekali kepadanya dan tiap kali dia
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
datang, anak itu tentu segera dipondongnya dan diajaknya
bermain-main. Atas nasihat dari Pek I Nikouw, semenjak peristiwa di kota
raja, Beng Han, Kui Eng, Yu Tek dan Beng Lian dilarang untuk
mencari perkara. dilarang untuk menonjolkan kepandaian
mereka karena tentu hal ini akan menarik perhatian dan wajah
mereka telah dikenal oleh para perwira di kota raja. Mereka
diharuskan menyembunyikan nama dan kepandaian mereka
dan biarpun di dalam hati mereka, empat orang muda itu
merasa penasaran, namun mereka juga maklum bahwa hanya
dengan tenaga mereka saja, tidak akan mungkin mereka
menentang para pejabat tinggi di kota raja itu dengan
kekerasan. Para pejabat tinggi itu mengandalkan kekuatan
pasukan besar, maka apa artinya penentangan beberapa
gelintir orang saja, sungguhpun para penentang memiliki
kepandaian hebat " Sang waktu berjalan dengan amat pesatnya dan dua tahun
kemudian, pada suatu hari, serombongan orang menuju ke Kiciu dan mereka ini adalah Pek I Nikouw, Siok Thian Nikouw
ibu Beng Han, Beng Han sendiri, Beng Lin dan Yu Tek. Mereka
pergi ke Ki-ciu untuk berkunjung kepada Kui Eng dan Sian
Lun. Ketika rombongan ini tiba di depan rumah Bu Pok Seng,
yaitu ayah tiri Kui Eng, kebetulan sekali Kui Eng dan ibunya
sedang duduk di ruangan depan bersama Sian Lun yang
bermain-main di atas lantai. Ketika anak ini melihat Beng Han
datang, dia segera berdiri dan berlari-lari menyambut dengan
kedua lengan dibuka sambil berseru girang, "Ayah......! Ayah
datang........!" Semua orang tersenyum melihat betapa "ayah" ini
memeluk dan memondong anak itu. Memang, semenjak dapat
berkata-kata, Sian Lun menyebut ayah kepada Beng Han dan
ibu kepada Kui Eng! Hal ini terjadi dengan sewajarnya, bukan
karena disuruh orang, karena anak ini menganggap mereka
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berdua sebagai orang-orang yang paling baik dan bersikap
paling manis terhadap dirinya. Sedangkan Kui Eng dan Beng
Han juga tidak mau membiarkan anak itu mengerti bahwa dia
telah yatim piatu dan bahwa mereka itu bukan ayah
bundanya. Nyonya Bu dan Kui Eng menyambut para tamu dengan
girang. Swi Lan, adik tiri Kui Eng, dan ayahnya juga segera
muncul dan menyambut dengan penuh keramahan. Bu Pok
Seng, bekas kepala perampok yang kini menjadi suami ibu Kui
Eng, ternyata telah dapat merobah jalan hidupnya dan kini
menjadi seorang pedagang yang hidup terhormat dan baik,
apa lagi karena dia merasa jerih kepada anak tirinya, Kui Eng
yang menjadi seorang pendekar wanita penentang kejahatan
itu! Siok Thian Nikouw bercakap-cakap dengan Pek I Nikouw
dan Bu Pok Seng bersama isterinya. Orang-orang muda yang
memiliki selera lain telah memisahkan diri, dan bersama Sian
Lun mereka telah pergi ke dalam taman. Memperoleh
kesempatan ini, Siok Thian Nikouw lalu berkata dengan nada
suara duka, "Sungguh sukar sekali mengurus Beng Han. Telah
pinni bujuk-bujuk agar supaya dia suka mencari jodoh, akan
tetapi dia selalu menolaknya. Padahal, adiknya, Beng Lian
tidak mau melangsungkan pernikahannya sebelum melihat
kakaknya menikah lebih dulu. Coba saja pikir, Beng Lian sudah
bertunangan lebih dari tiga tahun, dan masih saja dia harus
menunggu km kaknya yang masih tidak ketentuan itu. Aih
pinni benar-benar menjadi bingung......." Nikouw itu menarik
napas panjang. "Ah, hal itu sama benar dengan pengalaman kami di sini.
Sayapun merasa bingung karena Kui Eng tidak mau menerima
pinangan yang banyak datang. Dia selalu menolak dengan
keras, bahkan marah-marah kalau kami menyinggung soal
perjodohannya," kata nyonya Bu sambil mengerutkan alisnya
"Seperti juga halnya dengan Beng Lian, anakku Swi Lan yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sudah bertunangan selama hampir tiga tahun itupun tidak
mau melangsungkan pernikahannya sebelum encinya
menikah!" Mendengar ucapan dua orang ibu yang bingung
menghadapi kekerasan hati anak mereka Pek I Nikouw
tersenyum, kemudian dia berkata dengan suaranya yang halus
dan tenang, "Kalau begitu, mengapa tidak dijodohkan saja
kedua orang muda yang keras kepala itu " "
Mendengar ucapan ini, Siok Thian Nikouw dan nyonya Bu
Pok Seng saling pandang dengan mata terbelalak, lalu berseri
dan mulut mereka tersenyum, penuh arti.
"Mengapa tidak.......?" kata mereka hampir berbareng
sehingga Pek I Nikouw bertepuk tangan dengan girang.
"Omitohud......! Kwan Im Pouwsat sungguh mulia dan
maha pengasih ! Sudah setua ini pinni masih mendapat
kehormatan untuk menjadi comblang! Serahkan saja hal ini
kepada pinni dan kalau usaha pinni menjadi comblang ini
berhasil, biarlah pinni kelak melanggar pantangan dan
melakukan dosa besar untuk menunjukkan kegirangan pinni
dengan membasahi bibirku ini dengan arak pengantin !"
Semua orang tersenyum gembira melihat kejenakaan
nikouw tua itu, dan semua orang, termasuk juga Bu Pok Seng,
mengharapkan agar niat mereka yang baik itu akan berhasil,
yaitu menjodohkan anak tirinya Kui Eng, dengan Gan Beng
Han. Sementara itu, di dalam taman. Beng Han dan Kui Eng
bermain-main dengan Sian Lun. Swi Lan telah meninggalkan
mereka, sedangkan Beng Lian dan Yu Tek yang tadinya juga
duduk di situ bercakap-cakap dengan mereka, kini telah
meninggalkan taman itu untuk pergi berjalan-jalan berdua
saja melihat-lihat pemandangan kota Ki-cu, bergembira seperti
layaknya sepasang orang muda yang sedang bertunangan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Suheng, Sian Lun suka sekali padamu," kata Kui Eng
dengan wajah berseri melihat Beng Han yang memondong
Sian Lun berusaha menangkap kupu-kupu yang terbang di
atas kembang - kembang. Beng Han hanya balas memandang sambil tersenyum. Dia
berkata kepada Sian Lun, "Kupu kupunya tidak bisa ditangkap,
terlalu gesit." Padahal dia tidak mau menangkap kupu-kupu itu
karena kasihan. Sian Lun merengek dan merosot turun dari pondongan
Beng Han. "Tangkaplah, ayah, tangkaplah kupu-kupu itu
untukku !" "Jangan, Sian Lun, nanti dia mati, kasihan........" kata Beng
Han. Sian Lun bersungut-sungut dan berlari menghampiri Kui
Eng. "Ibu, ayah nakal......, ibu harus pukul padanya !" katanya
dengan sikap manja dan menudingkan telunjuknya ke arah
Beng Han. "Hushhh, jangan nakal, Sian Lun !" kata Kui Eng. Akan
tetapi anak itu menangis dan mendesak agar "ibunya"
memukul "ayahnya" yang nakal itu. Kui Eng dan Beng Han
saling memandang, teringat akan mendiang Tan Bun Hong
yang keras kepala dan nakal. Anak ini wataknya seperti Bun
Hong. "Baiklah, kupukul dia, akan tetapi kalau kau yang nakal,
kaupun akan kupukul!" Akhirnya Kui Eng mengalah dan
menghampiri Beng Han, mengangkat tangan dan pura-pura
memukul bahu pemuda itu. Beng Han yang hendak menggoda Sian Lun, pura-pura
mengaduh dan menutupi muka dengan kedua tangannya dan
membuat suara seperti orang sedang menangis. Terbelalak
mata Sian Lun memandang ayahnya dan dia lalu menghampiri
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Beng Han yang duduk di atas rumput sambil berlari, memeluk
ayahnya dan bertanya, "Ayah...., kau sakit dipukul ibu_____?"
Kemudian, anak itu memandang kepada ibunya dan
berkata, "Ibu, kau nakal, kenapa kaupukul ayah sampai
kesakitan ?" "Eh, bukankah kau yang menyuruhku tadi ?" kata Kui Eng
sambil tersenyum. "Ya, akan tetapi jangan keras-keras memukulnya !"
Beng Han tak dapat menahan gelak tawanya dan juga Kui
Eng tertawa geli sehingga Sian Lun memandang heran sekali
kepada mereka. Bukan main senang dan bahagianya rasa hati
Kui Eng dan Beng Han pada saat itu dan ketika mereka saling
memandang, tiba-tiba suara ketawa mereka berhenti dan dua
pasang mata itu bertemu, saling pandang, dan bertaut
melekat seperti terkena pesona. Hati mereka masing-masing
berbisik dalam lagu yang sama dan suara yang sama pula,
"Alangkah akan bahagianya kalau kita bertiga dapat
berkumpul, merupakan satu rumah tangga yang tidak
terpisah-pisah lagi......."
Hati kedua orang muda ini telah terbuka dan keduanya
telah siap sedia mengangguk dan menyatakan setuju, hanya
menanti datangnya sebuah tangan yang akan diulurkan dan
akan mempertemukan kedua hati itu. Dan tangan inipun telah
mendekat tanpa mereka ketahui yaitu tangan Pek I Nikouw
yang hendak rnengangkat diri sendiri menjadi comblang.
Kebahagiaan telah berada di ambang pintu bagi mereka
tanpa mereka ketahui. Ketika terdengar suara tertawa dan
tepuk tangan Pek I Nikouw yang bergirang hati itu dari dalam
rumah, barulah mereka berdua sadar bahwa semenjak tadi
mereka telah saling pandang bagaikan terkena pesona sihir
sehingga kini keduanya cepat menundukkan muka dengan
malu-malu sehingga seluruh muka mereka rnenjadi merah dan
jantung mereka berdebar aneh.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Sumoi......" Suara Beng Han menggetar dan tanpa
mengangkat mukanya pemuda itu membelai kepala Sian Lun,
"anak ini seperti anakku sendiri........ "
"Demikianpun perasaan hatiku, suheng...."
Keduanya tidak dapat mengeluarkan kata kata lagi sampai
munculnya Pek I Nikouw dengan wajah berseri-seri. Nikouw
itu dengan suara halus dan wajah berseri mengulurkan tali
pengikat hati mereka berdua. Mendengar perkataan Pek I
Nikouw yang menyampaikan pinangan dan usul perjodohan
dari ibu masing masing. Kui Eng lalu berlari masuk kedalam
kamarnya, menbanting tubuhnya di atas pembaringannya
sambil menangis karena......... girang !
Beberapa pekan kemudian, secara berturut turut terjadilah
peristiwa yang amat menggembirakan. Tiga pasang pengantin dipertemukan secara berturut-turut dengan penuh

Tiga Naga Sakti Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kebahagiaan, mereka itu adalah pasangan antara Gan Beng Han dengari Kui Eng, Yap Yu Tek dengan Gan Beng Lian, dan Ang Min Tek dengan Bu Swi Lan. Ketika mereka bertemu sebagai sepasang pengantin, sebagai suami isteri, Kui Eng dan Beng
Han teringat kepada Bun Hong dan mereka menitikkan air
mata. Kalau ada Bun Hong yang menyaksikan mereka menjadi
pengantin tentu mereka akan lebih berbahagia lagi. Ketiga
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ekor naga sakti hanya tinggal dua ekor saja, dan yang dua
ekor inipun tidak berdaya menghadapi kekacauan yang terjadi
di mana mana. Akan tetapi, kedua orang pendekar yang tadinya adalah
suheng dan sumoi, dan kini telah menjadi suami isteri itu,
segera tenggeIam ke dalam ayunan gelombang asmara dan
bulan madu yang membuat mereka lupa bahwa keadaan di
dunia masih jauh dari pada baik, bahwa kehidupan rakyat
masih terus dalam keadaan terhimpit dan tercekik.
(Oo-bud_dwkz-234-oO) Pejabat-pejabat tinggi dan pembesar-pembesar yang hanya
berusaha membesarkan perut dan kekayaan pribadinya masih
bersimaharaja-lela dan kaisar makin lemah seperti boneka
saja. Kelaliman terjadi di mana-mana dan bahkan kini orangorang dari dunia sesat melihat kesempatan yang amat baik
sekali yaitu selagi pemerintah berada dalam keadaan lemah
mereka bangkit dan bermuncullah tokoh-tokoh sesat yang
tadinya bersembunyi karena selama pemerintah kuat tentu
saja takut untuk beroperasi. Akan tetapi kini, melihat
pemerintah amat lemah bahkan orang-orang yang
berkedudukan tinggi menentang para pendekar yang membela
rakyat, maka kesempatan baik ini dipergunakan oleh kaum
sesat atau golongan hitam untuk mendekati para pembesar
korup dan untuk bersekutu dengan mereka dalam usaha
mereka mengejar kesenangan sepuas-puasnya selagi masih
ada kesempatan! Melihat keadaan seperti itu, para pendekar seperti Gan
Beng Han, Kui Eng dan yang lain-lain makin berduka dan tidak
berdaya. Di dalam hati mereka, para pendekar ini tentu saja
merasa penasaran melihat kesengsaraan rakyat. namun
mereka tidak berdaya. Baru saja terjadi pemberontakan An Lu
Shan yang disambung serangkaian pemberontakan lagi. Baru
saja pemberontakan tertindas, padahal pemberontakan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mendatangkan perang saudara yang amat mengerikan
Mereka, kaum pendekar, tidak sudi memberontak seperti yang
dilakukan oleh An Lu Shan. Mereka hanya menentang
kejahatan secara perorangan, akan tetapi setelah kini yang
paling jahat atau yang menjadi sumber kejahatan adalah
pembesar-pembesar yang berkedudukan tinggi, tentu saja
para pendekar ini menjadi tidak berdaya. Menentang
kejahatan adalah kewajiban pendekar, akan tetapi kalau yang
jahat itu para pembesar, maka kalau mereka menentang,
berarti rnereka itu menentang para pembesar dan hal ini tentu
amat berbahaya karena para pembesar itu bersembunyi di
belakang kedudukan dan kekuasaan mereka sehingga setiap
penentang akan dicap pemberontak! Siapa saja yang
menentang tindakan sewenang-wenang seorang pembesar
menentang kejahatan pribadi pembesar tentu akan dicap
sebagai pemberontak yang menentang pemerintah! Hal
seperti ini telah sedang dan akan selalu terjadi di bagian
manapun di dunia ini dan memang sungguh amat
menyedihkan ! Hukum rimbaselalu berkuasa semenjak jaman batu sampai
jaman sekarang! Siapa kuat dia menang dan siapa menang dia
berkuasa dan siapa berkuasa dia pasti benar, atau dibenarkan!
Dan selama terdapat hukum rimba seperti ini, sudah pasti
akan muncul golongan - golongan yang saling bertentangan.
Golongan putih yang menentang kelaliman dan golongan
hitam yang membonceng kelaliman untuk menyenangkan
dirinya. Dan pertentangan di mana-mana. Dan permusuhan di
mana - mana. Din perang tak mungkin terelakkan lagi.
Setahun telah lewat semenjak Gan Beng Han merayakan
pernikahannya dengan Kui Eng. Bulan-bulan rnadu mereka
nikmati semenjak mereka menikah dan mereka tinggal di Cinan sebagai suami isteri yang rukun dan kelihatannya
berbahagia Akan tetapi, Beng Han dapat menyelami jiwa
isterinya dan di lubuk hatinya dia maklum bahwa cinta kasih
isterinya kepadanya adalah cinta kasih pulasan belaka,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sungguhpun isterinya selalu bersikap baik kepadanya. Sering
kali isterinya termenung dan memaksa datangnya senyum
kalau dia muncul. Dia tahu bahwa dahulu, isterinya ini sudah
agak condong kepada Bun Hong, kemudian dia telah
mengetahui pula bahwa isterinya pernah tergila-gila dan jatuh
cinta kepada Ang Min Tek yang kini menjadi moi-hu (adik ipar)
mereka. Akan tetapi, Gan Beng Han adalah seorang pendekar
yang bijaksana dan dia tidak menderita karenanya. Tidak,
cinta kasihnya terhadap isterinya adalah murni dan dia hanya
mementingkan kebahagiaan orang yang dicintainya, bukan
kesenangan dirinya sendiri.
Betapapun juga, Beng Han merasa berbahagia sekali
karena dari pernikahan itu, isterinya telah mengandung dan
sekarang, setahun kemudian, isterinya telah mengandung
sembilan bulan Akan tetapi, di samping kebahagiaannya, dia
juga merasa gelisah sekali. Kegelisahan seorang calon ayah
yang menantikan lahirnya anak yang pertama!
Semenjak siang tadi, dia telah seperti tersiksa hatinya
mendengarkan keluhan dan rintihan isterinya dari dalam
kamar. Dia tidak di perkenankan masuk, harus menanti di luar
dan isterinya hanya ditemani oleh seorang bidan dan dua
orang pembantunya. Keluhan dan rintihan yang terdengar dari
jendela kamar itu seperti menyayat hatinya, membuat dia
merasa amat iba kepada wanita vang dicintanya itu.
Setelah senja lewat dia tidak dapat menahan
kegelisahannya lagi dan pergilah dia ke lian-bu-thia di sebelah
belakang rumah. Akan tetapi ke manapun dia pergi, rintihan
isterinya selalu mengikutinya dan betapapun dia menutupi
kedua telinganya, masih saja dia mendengar keluh-kesah itu.
Maka dia lalu berlatih silat di lian-bu thia (ruangan berlatih
silat) itu. Makin hebat isterinya merintih, makin hebat pula dia
menggerakkan kaki tangannya memukul dan menendang
untuk menekan kegelisahan hatinya. Beng Han bersilat
seorang diri seperti orang gila. Dia telah berkeringat, akan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tetapi dia tidak mau berhenti. Dia hendak mengimbangi
penderitaan isterinya dengan bersilat dan dia tidak akan
berhenti sebelum isterinya melahirkan !
"Aih, pendekar perkasa Gan Beng Han, ilmu silatmu
sungguh hebat, akan tetapi mengapa, engkau menyiksa diri
dengan berlatih mati-matian seperti ini?"
Beng Han terkejut mendengar suara halus itu dan cepat dia
menghentikan gerakan silatnya dan menoleh. Makin heran dan
kaget hatinya ketika dia melihat bahwa yang menegurnya itu
adalah seorang wanita yang amat cantik jelita. Seorang dara
yang usianya tidak akan lebih dari duapuluh tahun, wajahnya
cantik manis dengan kulit yang halus putih, sepasang matanya
lincah jenaka dan bibirnya tersenyum manis penuh daya pikat,
tubuhnya padat dan pinggangnya ramping. Pakaiannya yang
terbuat dari sutera halus berwarna putih itu membayangkan
bentuk tubuhnya yang indah. Beng Han tidak melihat wanita
ini sebagai seorang ahli silat, tidak melihat dia membawa
senjata, akan tetapi kehadirannya yang amat luar biasa, tanpa
didengarnya sama sekali itu, menimbulkan kecurigaannya. Dia
tidak mengenal dara ini. Ataukah dia ini seorang di antara
pembantu bidan " "Ba....... bagaimana dengan isteriku........ "
Dia bertanya gagap karena menyangka bahwa pembantu
bidan yang cantik ini tentu datang untuk mengabari tentang
isterinya, sungguhpun ucapannya tadi memang aneh sekali.
Dara itu tersenyum lebar dan nampaklah deretan
gigiyangputih bersihmengkilap "Hi-hi-hik, Can-taihiap, tenang
dan sabarlah isterimu kudengar sedang berjuang melahirkan,
engkau seorang pendekar gagah mengapa begini gugup dan
gelisah ?" Kini yakinlah Beng Han bahwa wanita iri bukan pembantu
bidan, maka dia memandang tajam dan sikapnya serius.
"Siapakah nona " "
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Namaku " Namaku Siauw Kim, Bu Siauw Kim," jawab
wanita itu sambil tersenyum dani mengerling tajam.
Beng Han mengerutkan alisnya. Dia tidak pernah mengenal
nama itu, akan tetapi bagaimana wanita ini dapat memasuki
lian-bu-thia begitu saja dan bagaimana dapat mengenal
namanya " "Aku......... aku tidak mengenal nona........ "
Kembali wanita cantik itu tersenyum dan wajahnya
kelihatan masih muda remaja sekali kalau dia tersenyum, akan
tetapi pandang matanya yang memiliki kegenitan khas itu
membayangkan bahwa dia telah matang.
"Akan tetapi aku mengenalmu, Gan-taihiap. Siapakah yang
tidak mengenal Gan Beng Han, Kui Eng yang sekarang
menjadi isterimu, yang bersama mendiang Tan Bun Hong
merupakan tiga naga sakti yang pernah menggemparkan kota
raja?" Bukan main kagetnya rasa hati Beng Han. Celaka, wanita
ini tentu seorang mata-mata pemerintah ! Akan celakalah
sekeluarganya setelah rahasia itu diketahui orang!
"Apa........ apa maksudmu....... apa kehendakmu datang ke
sini.......?" Dia bertanya dan mukanya menjadi pucat.
"Gan-taihiap, jangan terkejut. Aku bukanlah seorang
musuh, sebaliknya malah aku datang sebagai seorang sahabat
baik sekali. Kebetulan tadi aku lewat di atas rumah ini dan aku
mendengar suara angin pukulan-pukulanmu yang dahsyat,
maka aku mengintai. Melihat engkau berlatih silat selagi
isterimu hendak melahirkan, aku kagum dan aku turun.
Kemudian teringatlah aku akan berita yang disampaikan anak
buahku bahwa di kota ini tinggal pendekar Gan Beng Han dan
isterinya pendekar wanita Kui Eng, maka mudahlah bagiku
untuk mengenalmu. Aku amat kagum kepadamu dan aku ingin
mempererat perkenalan ini, taihiap."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Beng Han makin terkejut. Wanita cantik ini sungguh aneh,
dapat mengetahui segala galanya, mengetahui sepak
terjangnya beberapa tahun yang lalu di kota raja. "Siapakah
nona" Siapa pula anak buah nona itu?"
"Hi-hik," bibir yang merah itu merekah dan kembali nampak
gigi putih mengkilat "Sudah kukatakan bahwa namaku Bu
Siauw Kim, dan aku adalah kauwcu (guru agama) dari Imyang-kauw."
Sepasang mata pendekar itu terbelalak! Tentu saja dia
sudah mendengar nama Im yang-kauw yang amat terkenal,
tidak kalah terkenalnya dibandingkan dengan Pek- lian kauw
dan perkumpulan lain. Dan yang berdiri di depannya ini adalah
kauwcunya! Cepat dia menjura kepada wanita itu.
"Ah, kiranya Im-yang-kauwcu. Harap maafkan kalau aku
bersikap kurang hormat karena tidak mengenal kauwcu.
Setelah kauwcu sudi mengunjungi kami, silakan duduk di
ruangan tamu........"
"Hushhhh........ mengapa begini sungkan taihiap" Aku
datang karena tertarik oleh ilmu silatmu, dan ketika melihat
engkau bersilat melihat tubuhmu yang berkeringat, aku makin
tertarik dan aku datang sebagai sahabat baik, baik sekali,
akrab sekali, bukan sebagai tamu yang ingin disambut dengan
segala penghormatan kaku dan palsu. Marilah kita bicara di
dalam taman, kulihat taman bungamu di belakang indah
sekali." Wanita itu mengulurkan lengan hendak menggandeng
tangan BengHan. Tentu saja Beng Han terkejut bukan main dan cepat dia
menarik tangannya, mengelak seperti melihat ular
mematuknya. Dia mengangkat muka memandang dengan alis
berkerut dan mukanya berobah merah, matanya memandang
tajam. "Im-yang-kauwcu!" dia berkata, suaranya keren penuh
teguran. "Apakah artinya sikapmu yang tidak semestinya ini?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Wanita itu mengangkat kedua alisnya, menggerakkan biji
matanya dan mulutnya masih tersenyum. "Aihhh, engkau yang
sudah hampir menjadi seorang ayah ini, masih begitu hijau
dan bodohkah sehingga tidak mengerti maksud hatiku,
taihap." Begitu melihatmu, melihat engkau bersilat, melihat
tubuh dan wajahmu, engkau seperti seekor naga sakti, engkau
seorang laki-laki jantan, seperti seekor singa muda " Begitu
kokoh kuat, begitu hebat ! Begitu melihatmu, aku telah jatuh
hati, taihiap. Aku suka sekali padamu dan aku ingin menjadi
kekasihmu semalam ini........"
Kalau dia mendengar ada kilat menyambar kepalanya,
belum tentu Beng Han akan menjadi kaget seperti ketika
mendengar ucapan ini. Matanya terbelalak, mukanya menjadi
merah sekali dan dia menjadi marah bukan main, "Im-yangkauwcu ! Kalau benar engkau kauwcu dari Im-yang-kauw, tak
kusangka engkau, si orang wanita yang begini muda, apa lagi
kalau benar engkau menjadi ketua Im-yang-kauw dapat
mengeluarkan ucapan yang tidak senonoh dan cabul itu !"
"Hi-hik! Tidak senonoh" Cabul" Gan-taihiap, Gan-koko, aku
seorang wanita dan melihat engkau seorang pria, aku tertarik
dan suka, aku ingin menjadi kekasihmu malam ini apakah itu
tidak senonoh dan cabul ?"
"Cukup! Harap kau pergi dan tinggalkan rumah ini, jangan
membuat kacau di sini !" Beng Han membentak.
"Aku tidak akan pergi sebelum engkau memenuhi
permintaanku, Gan-koko. Aku benar benar telah jatuh hati
kepadamu dan engkau harus menjadi kekasihku malam ini !"
"Perempuan tak tahu malu ! Kaukira aku Gan Beng Han
orang macam apa " Lekas pergi, aku masih sungkan untuk


Tiga Naga Sakti Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menggunakan kekerasan dan bersikap kasar terhadap seorang
wanita !" "Kau " Bersikap kasar kepadaku " Menggunakan
kekerasan" Hi-hik, Gan-koko, aku memang paling suka kepada
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
laki-laki yang kasar dan keras, aku muak dengan yang halus
dan yang lemah. Cobalah engkau bersikap kasar, sampai di
mana kekerasanmu !" Ucapan yang mengandung maksud maksud cabul itu makin memarahkan hati Beng Han.
"Pergilah, ataukah aku harus
menyeretmu keluar ?" bentaknya.
menyerangmu dan "Hi-hik, tidak akan begitu mudah, Gan Beng Han !!"
Sudah habis kesabaran Beng Han dan cepat dia menerjang
dengan pukulan tangan kanan ke arah muka wanita itu.
"Wuuuutttt.......!!" Pukulan tangan yang dikepal itu keras
bukan main. Batupun akan hancur terkena pukulan itu. Akan
tetapi wanita cantik itu bahkan menjulurkan mukanya yang
cantik, sama sekali tidak menangkis atau mengelak, bibirnya
tersenyum manis. Gan Beng Han adalah seorang pendekar besar dan
budiman. Mana mungkin dia tega mempergunakan
pukulannya yang amat kuat itu untuk menghantam wajah
yang demikian cantik manis, yang berkulit demikian putih
halus" Tentu akan remuk muka itu terkena pukulannya dan
bukan main terkejutnya melihat wanita itu sama sekali tidak
mengelak atau menangkis! Maka ketika pukulannya sudah
hampir mengenai wajah itu, kurang beberapa senti lagi, dia
cepat menahan dan menarik kembali pukulannya.
Wanita cantik itu tertawa. "Hi - hik, sudah kuduga. Mana
kau tega memukul aku, taihiap" Dari pada kita bermusuhan,
bukanlah lebih baik kita bercintaan?"
"Perempuan cabul tak tahu malu!" Beng Han membentak
dan kini dia benar-benar menyerang. Isterinya sedang matimatian berjuang untuk melahirkan dan dia digoda oleh wanita
jalang ini! Akan tetapi, pukulannya yang ditujukan ke arah leher
wanita itu, dengan mudah saja dapat dielakkan oleh Bu Siauw
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kim atau Im-yang-kauwcu itu. Dengan hanya miringkan
tubuhnya sambil terkekeh genit, pukulan itu luput! Beng Han
maklum bahwa wanita ini sesungguhnya memiliki kepandaian,
maka dia lalu menerjang terus dengan hebatnya.
Betapa terkejut hatinya ketika dia melihat bahwa semua
serangannya itu dapat dihindarkan dengan amat mudahnya
oleh wanita itu Dia mulai merasa penasaran dan cepat dia
mainkan ilmu silatnya yang diandalkan, yaitu Kwi hoa-kun.
Ilmu ini adalah ciptaan dari gurunya Lui Sian Lojin, merupakan
ilmu silat yang dapat dimainkan dengan tangan kosong
maupun dengan pedang. Bukan main hebatnya gerakan Beng
Han, dan setiap pukulan kini dilakukannya dengan pengerahan
tenaga sinkang karena dia sudah marah sekali. Akan tetapi
sungguh mengejutkan, semua pukulan itu tetap saja tidak
pernah dapat menyentuh tubuh ketua Im-yang - kauw! Tubuh
wanita itu berkelebatan seolah-olah dapat terbang saja,
demikian ringannya sehingga semua pukulan dan tendangan
Beng Han dapat dihalaunya dengan mudah sambil terkekeh kekeh!
"Hi-hik, Gan - taihiap, dalam ilmu silat engkau masih harus
belajar seratus tahun lagi untuk dapat mengalahkan aku. Akan
tetapi, tanpa ilmu silat, dengan sikap kasih sayang, aku akan
menyerah kepadamu!" Makin marahlah Beng Han. Dia tidak membawa pedangnya,
kalau dia membawa senjata itu, tentu dia akan
mempergunakannya untuk menghadapi lawan yang tangguh
ini. Agaknya pikiran ini dapat diketahui oleh Im-yang-kauwcu
karena tiba-tiba wanita ini meloncat ke belakang dan
menuding ke arah rak senjata di mana teidapat berbagai
senjata yang dipergunakan untuk latihan oleh suami isteri
pendekar itu. "Kau masih penasaran" Nah, kaupilihlah senjatamu, Gan
Beng Han !" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Beng Han yang sudah marah itu lalu meloncat ke sudut,
menyambar sebatang pedang dan dia lalu menerjang lagi,
tidak memperdulikan lagi bahwa lawannya adalah seorang
dara yang muda dan cantik jelita, tidak bersenjata pula! Akan
tetapi, Beng Han belum mengenal betul siapa wanita ini!
Im-yang-kauwcu Bu Siauw Kim ini berjuluk Kim-sim Niocu.
Dia adalah puteri tunggal dari Kok Beng Thiancu, tokoh besar
yang menjadi ketua Im-yang-pai di Tai-hang-san. Kalau Kok
Beng Thiancu ini sudah merupakan tokoh besar di dunia
persilatan, ditakuti baik oleh golongan putih maupun hitam,
maka puterinya ini sebagai ketua agama, bahkan memiliki
kepandaian yang lebih hebat lagi! Dan sesuai dengan
kebiasaan dari agama yang dianutnya, ayah dan anak ini tidak
pantang melakukan perjinaan asalkan tidak melakukan
pemaksaan atau perkosaan. Sudah lama sekali Im-yang-pai
dan agamanya yaitu Im-yang-kauw, tidak pernah keluar dari
sarang, akan tetapi semenjak dalam negeri terjadi kekacauan,
kini seperti juga golongan-golongan lain, Im-yang-kauw mulai
memperlihatkan giginya dan ketua dari lm-yang-kauw inipun
mulai berani memperlihatkan pengaruh dan kepandaiannya.
Memang pada hari itu dia kebetulan berada di Cin-an dan
sebagai seorang tokoh kang-ouw terkemuka, Im-yang-kauwcu
mendengar pula tentang pendekar Gan Beng Han yang tinggal
di kota ini. Sudah lama dia kagum mendengar sepak terjang
dari pendekar itu, maka sore hari itu dia sengaja singgah
secara diam-diam. Ketika dia mengintai dan melihat pendekar
itu tengah berlatih silat, seketika dia jatuh hati!
Kini, dengan pedang di tangan, Beng Han mengamuk
seperti seekor naga. Akan tetapi, kalau dia boleh
diumpamakan seekor naga, Im-yang-kauwcu adalah seperti
segumpal awan yang bergerak ke sana-sini, sama sekali tidak
dapat diterkam oleh naga itu ! Kini nampak sinar hitam
bergulung-gulung dengan cepat dan ke manapun sinar pedang
Beng Han menyambar, selalu bertemu dengan gulungan sinar
hitam ini dan membalik! Beng Han terkejut bukan main. Sinar
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
hitam itu hanya sehelai sabuk hitam yang tadi membelit ikat
pinggang yang ramping itu, dan bagaimana sehelai sabuk
sutera hitam dapat menahan pedangnya" Hal ini membuktikan
bahwa sinkang dari dara cantik ini benar - benar amat
kuatnya! "Gan-koko, dari pada kita berkelahi, bukankah lebih baik
kita bercinta?" "Keparat, lebih baik aku mampus !" bentak Beng Han
dengan kemarahan meluap dan kini dia menggerakkan
pedangnya makin hebat lagi. Dia sudah lupa akan keadaan
isterinya dan karena maklum bahwa yang dihadapinya adalah
seorang wanita yang benar-benar lihai, bahkan jauh lebih lihai
dari semua lawan yang pernah dihadapinya, termasuk Tek Po
Tosu, maka dia bersilat dengan hati-hati sekali..
"Hi-hik, biar gurumu sendiri belum tentu akan dapat
mengalahkan aku, Gan-koko. Nah, kalau begitu rebahlah kau!"
Tiba-tiba Nampak sinar merah ketika wanita itu mengebutkan
sehelai saputangan merah yang entah kapan diambilnya. Uap
merah mengebul dari sapu tangan itu. Beng Han mencium bau
yang harum dan kepalanya seketika menjadi pening.
Gerakannya menjadi kacau dan dia terhuyung. Sebelum dia
dapat memulihkan kesadarannya ujung sabuk sutera hitam itu
telah menotok beberapa jalan darahnya dan robohlah
pendekar ini, terguling dan tentu akan terbanting kalau saja
wanita itu tidak cepat merangkulnya! Beng Han rebah dalam
keadaan lumpuh kaki tangannya !
Im-yang-kauwcu melibatkan lagi sabuk hitamnya di
pinggang dan menyimpan kembali saputangan merahnya. Lalu
dia berlutut di dekat tubuh Beng Han, menggunakan jari-jari
tangannya membelai dagu dan pipi pria itu.
"Bagaimana, Gan-koko, tidak benarkah kata kata Bu Siauw
Kim bahwa kau bukan lawanku dalam ilmu silat?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Perempuan siluman, kaubunuhlah aku!", bentak Beng Han
dalam keadaan lemas karena kaki tangannya tak dapat
digerakkannya lagi "Membunuhmu" Aihh, aku cinta padamu, bagaimana harus
membunuhmu" Tidak, koko, aku tidak akan membunuhmu,
juga tidak akan menggunakan paksaan. Aku hanya minta
belas kasihanmu agar engkau suka menjadi kekasihku malam
ini........ aku sama sekali tidak mengandung niat buruk di
hatiku." "Perempuan hina ! Siluman jahat! Aku tidak sudi. Kaukira
aku ini laki-laki macam apa" Dari pada menyerah kepadamu,
lebih baik kaubunuh aku !"
"Hebat......! Sungguh sikap jantan ini yang makin menarik
hatiku, Gan-koko ! Kalau kau merengek, minta ampun,
mungkin aku akan muak kepadamu" Wanita ini lalu menunduk
dan menyentuh pipi Beng Han yang berkeringat itu dengan
hidungnya yang kecil mancung, berdiri bulu tengkuk pendekar
itu ketika menerima ciuman ini. Isterinya sendiri, Kui Eng yang
dicintanya belum pernah memperlihatkan perasaan kasihnya
secara demikian terang-terangan !
"Gan-koko, ingat. Aku telahmengetahui bahwa engkau dan
isterimu dan mendiang sutemu adalah tiga naga sakti yang
pernah mengacau di kota raja. Bagaimana kalau sampai hal ini
di ketahui oleh Tek Po Tosu " Aku bisa saja memberi tahu dia
dan mereka yang bertugas di kota raja, kalau aku mau."
"Silakan! Aku tidak takut mati !" jawab Beng Han makin
marah. "Akan tetapi untuk memaksa aku melayani hasratmu
yang kotor, jangan harap! Lebih baik kau lekas bunuh aku
saja!" Kembali jari - jari tangan itu membeIai-belai muka, leher
dan dada yang bidang itu, sepasang mata indah itu setengah
terkatup, bibirnya agak terbuka, hidungnya kembang-kempis,
tanda bahwa Im-yang-kauwcu benar-benar telah timbul
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
gairahnya terhadap Beng Han. Sikap jantan dan gagah dari
pendekar ini seperti membakar isi dadanya dan membuat api
berahinya berkobar. "Kau laki-laki jantan, kau singa muda....!" Dan kini wanita
itu menundukkan mukanya, mendekati muka Beng Han dan
bibirnya sudah menyentuh mulut Beng Han yang tidak mampu
mengelak lagi. Tiba - tiba terdengar lengking yang
mengejutkan, tangis seorang bayi !
Im-yang-kauwcu terkejut dan mengangkat mukanya
menoleh ke arah kamar di sebelah dalam di mana tangis itu
terdengar. Wajah Beng Han berseri dan matanya bersinarsinar penuh ketegangan. "Anakku.......! Anakku lahir........!"
bisiknya dan dia berusaha meronta, namun sia-sia.
"Aih, kionghi (selamat), Gan-koko! Sekarang, untuk
peristiwa menggirangkan itu, marilah kita berpesta berdua. "
Dia merangkul dan hendak mencium mulut Beng Han.
"Siluman keji, aku tidak sudi! Tidak sudi! Tak tahu malukah
engkau hendak memaksaku?"
Im-yang-kauwcu mengangkat mukanya dan mengerutkan
alisnya. "Benarkah" Kau tidak mau" Hemm, hendak kulihat
nanti. Sekarang lebih baik aku pergi saja menjenguk anakmu
yang baru lahir." Dia bangkit berdiri dan tiba-tiba wajah Beng
Han menjadi pucat. "Tunggu! Apa....... apa yang hendak kaulakukan " Jangan
kauganggu anakku! Isteriku!"
Mulut yang manis itu berjebi penuh ejekan. "Kalau aku
melakukan sesuatu terhadap mereka kau mau apa" Aku hanya
ingin melihat, kalau anak itu menyenangkan, aku akan
membawanya pergi sebagai pengganti ayahnya yang tidak
mengenal cinta kasih orang!"
Melihat wanita itu sudah melangkah pergi, jantung Beng
Han berdebar tidak karuan. Celaka, pikirnya. Wanita seperti itu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tentu akan memenuhi ancamannya. Dan isterinya yang baru
melahirkan tentu tidak akan mampu melindungi anaknya.
Jangankan sekarang dalam keadaan baru saja melahirkan,
biarpun dalam ke adaan sehat juga isterinya pasti tidak akan
nampu menandingi wanita ini.
"Kauwcu.........!" Dia berseru.
Wanita itu berhenti dan menoleh, tersenyum. "Apa lagi ?"
"Jangan........ jangan kau mengganggu anakku, kumohon
kepadamu, janganlah........kau boleh bunuh saja aku, tapi
jangan mengganggu mereka......."
Im-yang-kauwcu melangkah kembali, mendekati Beng Han.
"Kini engkau yang mohon-mohon kepadaku, tadi aku mohon
kemurahan hatimu, engkau malah memakiku. Bagaimana
sekarang kau boleh mengharapkan aku untuk memenuhi
permohonanmu?" "Kauwcu, aku mohon kepadamu, kasihanilah anakku,
isteriku. Mereka tidak tahu apa-apa......... "
"Hi-hik, dan kau tidak kasihan kepadaku, koko yang baik"
Padahal aku hanya minta balas kasihanmu, minta kasih
sayangmu hanya untuk semalam ini saja. Dan isterimu tidak
tahu apa-apa, mengapa kau menolak" Kalau kau suka
memenuhi permintaanku, akupun tentu akan dengan senang
hati memenuhi permintaanmu......."
Beng Han menjadi bingung sekali. Dia tahu bahwa dia
berada dalam cengkeraman wanita lihai ini, bahwa jiwa
anaknya berada dalam telapak tangan wanita ini. Dia tidak
takut mati, dia lebih baik mati dari pada harus memenuhi
kehendak dan hasrat kotor wanita ini.
Akan tetapi, demi menolong isterinya, terutama anaknya
yang baru saja terlahir, dia mau melakukan apapun juga!
Apapun juga, termasuk perbuatan hina seperti yang
dikehendaki wanita ini! Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kalau...... kalau aku memenuhi permintaanmu, maukah
kau bersumpah untuk membebaskan anak isteriku?"
"Tentu saja!" Im-yang-kauwcu merangkul dan mencium
bibir pria itu dengan penuh kemesraan.
"Kau....... kau berjanji dulu, kau bersumpah dulul"
Dengan muka berseri dan kedua pipi kemerahan, Im-yangkauwcu lalu duduk bersila dan berkata dengan suara serius,
"Aku, Kim-sim Niocu, Im-yang-kauwcu Bu Siauw Kim,
bersumpah demi kedudukanku sebagai ketua Im-yang-kauw,
bahwa aku tidak akan mengganggu seujung rambut dari isteri
dan anak Gan Beng Han setelah Gan Beng Han sudi
menerimaku sebagai kekasihnya malam ini...."


Tiga Naga Sakti Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Dan kau juga tidak akan mengganggu aku lagi selamanya,
tidak akan mengikat aku sebagai kekasihmu setelah malam
ini," kata Beng Han.
"Dan aku tidak akan mengganggunya lagi selamanya,
hanya malam ini saja dia menjadi kekasihku. Aku bersumpah!"
Gan Beng Han merasa lega. Isteri dan anaknya selamat.
Akan tetapi dia" Jantungnya berdebar penuh ketegangan dan
mukanya menjadi merah sekali.
"Kau....... kaubebaskan totokan ini........"
"Ett, nanti dulu, Gan - koko. Aku sudah bersumpah, maka
engkaupun harus bersumpah pula."
"Bersumpah apa?" tanya Beng Han terkejut.
"Bersumpah bahwa setelah kau kubebaskan engkau tidak
akan memberontak dan engkau bersumpah akan memenuhi
permintaanku, akan menjadi kekasihku malam ini, akan
mencintaku." Beng Han tidak berdaya lagi. "Aku bersumpah," katanya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hi-hik, terima kasih, koko. Aku percaya bahwa seorang
pendekar seperti engkau tidak akan melanggar sumpahnya
dan menjilat kata kata janjinya sendiri." Bu Siauw Kim lalu
membebaskan totokannya dan dia menggandeng tangan Beng
Han keluar dari lian-bu-thia itu menuju ke dalam taman bunga
di belakang rumah. Malam itu sunyi, bulan muncul sepotong. Malam yang romantis sekali, malam yang sejuk dan hening. Dan di dalam taman itu, terpaksa Beng Han melayani hasrat hati Im-yang-kauwcu yang sudah diamuk berahi. Mula-mula Beng Han hanya menerima saja, membiarkan dirinya dibelai, dipeluk dan diciumi oleh Bu Siam Kim. Mula-mula dia hendak mempertahankan diri secara diam-diam agar dia tidak terseret oleh gelombang nafsu itu. Yang penting, dia
tidak menolak! Dengan demikian dia tidak melanggar sumpah
dan janjinya. Akan tetapi, dia salah hitung! Beng Han adalah seorang
laki-laki yang masih hijau dalam hal asmara. Satu-satunya
wanita yang di kenal dan pernah didekatinya hanyalah
isterinya sendiri. Dan semenjak isterinya mengandung tentu
saja dia menjauhkan diri. Dan dia adalah seorang laki laki
muda yang sehat, yang kuat dan di dalam tubuhnya masih
mengalir darah panas. Sedangkan Bu Siauw Kim adalah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
seorang wanita muda yang amat cantik jelita dan biarpun
masih muda, namun pengalamannya dalam hal permainan
asmara sudah amat banyak karena wanita ini memang
menghambakan diri kepada asmara dan nafsu berahi. Oleh
karena itu, menghadapi rayuan dan belaian Bu Siauw Kim,
akhirnya pertahanan Beng Han runtuh. Dia diamuk oleh
gelombang yang amat dahsyat karena tadinya dia menahannahan diri, seolah-olah membuat bendungan terhadap air bah
mengamuk dan kini bendungan itu jebol dan air bah
membanjir dengan dahsyatnya. Tentu saja hal ini amat
menggirangkan hati Im-yang-kauwcu karena pendekar iiu
telah berubah menjadi seorang kekasih yang amat ganas,
amat kuat dan penuh kejantanan!
Lewat tengah malam, barulah nampak Im-yang-kauwcu
bangkit dari atas rumput tebal di mana kedua orang muda ini
berenang dalam lautan nafsu berahi. Wajah wanita itu agak
pucat, namun matanya berseri dan mulutnya ternyum. Dia
membungkuk, mencium bibir pria itu dengan sepenuh
perasaannya, kemudian dia bangkit berdiri dan berpakaian
lagi, kadang-kadang mengerling kepada Beng Han dengan
senyum simpul. Beng Han bangkit duduk dan menutupkan
kedua tangannya ke depan muka. Ingin dia menangis, ingin
dia berteriak marah, ingin dia menyerang wanita ini. Setelah
air bah membanjir keluar, setelah kedahsyatan reda, setelah
keadaan tenang kembali, barulah dia sadar dan dia merasa
menyesal bukan main. Akan tetapi, semua itu telah berlalu!
"Gan-koko, kau memang laki-laki jantan, kau memang
hebat........" Im-yang-kauwcu berbisik dan hendak memeluk
lagi. "Sudahlah, Bu Siauw Kim, sudahlah jangan kausiksa hatiku,
engkau sudah memperoleh apa yang kauinginkan. Dan harap
kau tidak melanggar sumpahmu."
"Hi-hik, engkau menyenangkan sekali, ko-ko. Bagaimana
mungkin aku melanggar sumpahku" Engkau terlalu jujur
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sehingga engkau tidak melihat bahwa bagaimanapun juga,
tidak mungkin aku mau mengganggu anak isterimu tanpa
sebab. Nah, selamat tinggal, Gan-koko, Gan-taihiap, aku tidak
akan melupakan kemesraanmu malam ini." Sekali berkelebat,
wanita itu pun menghilang dari taman itu.
Sampai lama Gan Beng Han tidak bergerak masih menutupi
muka dengan kedua tangan nya. Akhirnya dia bangkit juga,
berpakaian akan tetapi dia menggigil ketika melangkah ke
dalam rumah. Dia merasa takut untuk memasuki kamar
isterinya, untuk bertemu denga isterinya. Dia merasa malu
untuk bertemu dengan anaknya! Akan tetapi, dia memaksa
diri dan akhirnya dia mendorong daun pintu kamar isterinya
itu. Isterinya rebah terlentang di atas pembaringan, wajahnya
agak pucat akan tetapi matanya bersinar-sinar. Seorang anak
bayi rebah di dekat Kui Eng, dan bidan yang membantu
kelahiran itu masih sibuk membereskan tempat itu.
"Kau dari mana" Mengapa sejak tadi kutunggu tunggu
belum juga masuk, suamiku" Lihat, ini anak kita....... anak
perempuan.....!" kata Kui Eng dengan wajah cerah.
Beng Han berdiri dengan pucat, kedua kakinya menggigil.
Dia memandang kepada Kui Eng, lalu kepada wajah orok itu,
kemudian dia mengeluh dan lari menghampiri, menjatuhkan
diri berlutut di dekat pembaringan dan membenamkan
mukanya di dalam selimut di atas tubuh isterinya.
"Aku takut....... aku cemas mendengar rintihanmu tadi.......
ah, betapa khawatir hatiku, Eng- moi......."
Kui Eng tersenyum. Inikah suaminya, suhengnya, yang
gagah perkasa dan selalu tenang dan tak pernah mengenal
takut itu" Dia bangga! Suaminya ketakutan karena dia! Dia
menggerakkan tangan, mengelus rambut kepala suaminya.
Suami yang amat baik! Beng Han mengangkat muka dan
ternyata kedua matanya basah. Dia menangkap tangan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
isterinya dan membawa tangan itu ke depan hidungnya,
mulutnya, untuk diciumnya dan di dalam hatinya dia menjeritjerit minta ampun bahwa baru saja beberapa menit yang lalu
dia telah menciumi mata, hidung, pipi dan mulut wanita lain
dengan penuh kemesraan, dia telah........!
"Han-ko, aku tadi bermimpi aneh sekali."
"Bermimpi ?" "Ya, aku melihat bidadari,"
"Bidadari.......?" Jantungnya Beng Han berdebar tegang.
"Ya, dia tadi menjenguk ke sini, dari jendela itu. Wajahnya
cantik jelita sekali, pakaiannya serba putih. Dia tersenyum,
manis sekali, Han-ko, dan sekali berkelebat dia lenyap lagi."
"Ahh........" "Kau kenapa, Han-ko ?"
"Tidak apa-apa, tidak apa-apa......."
Tahulah Beng Han bahwa Bu Siauw Kim, atau Im-yangkauwcu, benar-benar telah memegang janji, dan sebelum
pergi, wanita itu tadi telah menjenguk isterinya. Wanita yang
hebat luar biasa, dan wanita yang telah menjadi kekasihnya
untuk malam itu! Semenjak peristiwa itu, Beng Han makin tidak mau
menonjolkan diri. Dia tahu bahwa kini banyak muncul orang
orang pandai di dunia kang-ouw. Dia hidup rukun bersama
isterinya, merawat dan mendidik anak mereka, yaitu anak
orok yang terlahir di malam yang mengesankan itu, yang
mereka beri nama Gan Ai Ling.
(Oo-bud_dwkz-234-oO) Seperti telah diceritakan di bagian depan ketika Beng Han
menikah dengan Kui Eng, maka secara berturut-turut menikah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pula Yap Yu Tek dengan Gan Beng Lian. Biarpun Yap Yu Tek
adalah putera seorang bupati di An-kian, akan tetapi pemuda
perkasa ini yang melihat betapa bejatnya keadaan
pemerintahan, betapa hampir semua pembesar adalah orang orang jahat yang berkedok kedudukan dan mempergunakan
kedudukan bukan untuk melindungi dan membimbing rakyat
melainkan untuk memeras rakyat, dia tidak mau menceburkan
diri ke dalam lapangan itu. Dia bahkan membuka sebuah toko
kain dan bekerja sebagai pedagang kecil kecilan bersama
isterinya dan hidup cukup tenteram di kota An-kian. Baru dua
tahun setelah mereka menikah, Gan Beng Lian melahirkan
seorang anak perempuan yang mereka beri nama Yap Wan
Cu. Suami isteri Gan Beng Han dan Kui Eng agak sering
berhubungan dengan keluarga di An-kian ini, karena ibu dari
Beng Han masih menjadi nikouw di Kuil Kwan im-bio di luar
kota An - kian, maka sering pula suami isteri dari Cin-an ini
mengunjungi An-kian. Akan tetapi, Kui Eng jarang bertemu
dengan ibu dan adiknya yang tinggal di kota Ki - ciu. Hal ini
adalah karena Kui Eng masih merasa tidak enak kalau
bertemu dengan Ang Min Tek, pria yang pernah dicintanya
dan yang kini menjadi suami dari adik tirinya, Bu Swi Lan itu.
Akibat perang masih terasa oleh seluruh penduduk dari
daerah yang dilanda dan dilewati pasukan yang berperang
Entah berapa ratus ribu orang yang menjadi korban
keganasan perang, janda-janda muda, anak - anak yatim
piatu. Akibat perang terasa sekali di Kabupaten Cin an, tempat
tinggal pendekar Gan Beng Han dan Kui Eng. Banyak sekali
anak-anak berkeliaran sebagai pengemis-pengemis dalam
keadaan yang amat menyedihkan.
Pada suatu hari, Beng Han melihat seorang anak kecil
menggeletak pingsan di emper rumahnya. Anak laki-laki itu
masih kecil, usianya paling banyak lima tahun, sebaya dengan
Sian Lun yang menjadi seperti anak sulung mereka. Dengan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
perasaan kasihan karena dia sendiri pernah mengalami hidup
seperti anak itu, menjadi anak gelandangan, akhirnya dengan
persetujuan Kui Eng yang juga pernah menjadi korban perang,
akhirnya anak itu yang bernama Coa Gin San mereka pungut
sebagai murid. Anak itu diberi pekerjaan membantu para
pelayan, juga menggembala kerbau, membersihkan pekarangan dan sebagainya. Dan ternyata Gin San amat rajin
dan pandai mengambil hati orang, maka dia amat disayang
oleh Beng Han, Kui Eng, Sian Lun dan juga Ai Ling yang masih
kecil. Demikianlah, keluarga pendekar Gan Beng Han ini hidup
tenteram. Gan Beng Han sebagal seorang pendekar yang jujur
tidak merahasiakan peristiwa malam kelahiran Ai Ling itu.
Dengan hati-hati akhirnya dia menceritakan juga kepada
isterinya tentang ancaman Im-yang-kauwcu yang amat lihai
itu, dan betapa dia terpaksa untuk menyelamatkan anak
isterinya telah melayani kehendak wanita yang haus dan gila
laki-laki itu. Mendengar penuturan ini, temu saja Kui Eng
menjadi marah dan cemburu menggerogoti hatinya. Akan
tetapi dia lalu sadar bahwa suaminya melakukan hal itu tentu
karena terpaksa sekali, karena tidak ingin melihat dia dan
anak mereka diganggu oleh iblis betina itu.
Selama bertahun-tahun suami isteri ini tidak mau
mencampuri urusan dunia kang-ouw, karena selain mereka
maklum betapa nama mereka telah dicatat oleh fihak atasan
di kota raja, juga mereka tahu pula betapa berbahayanya
untuk ikut-ikut dalam urusan pemberontakan, karena memang
mereka bukanlah pemberontak-pemberontak, melainkan
pendekar-pendekar. Mereka maklum betapa orang-orang
kang-ouw kini banyak yang muncul, bahkan tokoh-tokoh kaum
sesat yang amat sakti banyak yang merajalela di dunia kangouw.
Betapapun juga, jiwa kependekaran mereka tak pernah
dapat mereka kekang dan setiap terjadi hal-hal yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mendatangkan rasa penasaran, sudah tentu suami isteri ini
turun tangan membereskan, membela yang lemah dan
menggunakan kepandaian mereka untuk menundukkan
mereka yang sewenang-wenang, sehingga biarpun mereka
berdua sedapat mungkin menyembunyikan diri dan tidak mau
menonjolkan diri, namun hampir semua orang kang-ouw di,
sekitar daerah itu mengenal belaka siapa adanya pendekar
muda sakti Gan Beng Han dan isterinya. Di antara tiga ekor
naga sakti yang pernah mengamuk di kota raja, seekor telah
gugur dan yang dua ekor lagi agaknya kini sedang "bertapa".
Apakah dengan demikian akan berakhir kisah tiga ekor naga
sakti ini" Tidak sama sekali tidak! Biarpun mereka berdua
tidak pernah lagi menonjolkan diri, namun diam-diam Gan
Beng Han dan Kui Eng masih terus melatih diri, bahkan
mereka mulai menggembleng tiga orang anak itu. Pertama
adalah Tan Sian Lun, keponakan mereka yang semenjak
lahirnya Ai Ling tidak lagi menyebut ayah dan ibu kepada
mereka, melainkan paman dan bibi. Anak ini sudah mulai
mengerti, maka rahasia tentang dirinya tidak disembunyikan
lagi. Ke dua adalah Ai Ling yang sehari-hari dipanggi Ling Ling.
Dan ke tiga adalah Coa Gin San yang ternyata memiliki bakat
baik sekali untuk ilmu silat. Tiga ekor naga sakti yang pertama
mungkin sudah hampir menghilang di antara awan, akan
tetapi tiga ekor naga muda yang masih kecil mulai dipupuk
oleh suami isteri pendekar itu !
(Oo-bud_dwkz-234-oO)

Tiga Naga Sakti Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Perang memang merupakan peristiwa terkutuk yang
menimbulkan akibat-akibat buruk sekali bagi kehidupan
manusia, menghancurkan ketertiban, melenyapkan perikemanusiaan, dan api peperangan membuat makin
berkobar api nafsu yang membakar manusia sehingga mereka
tidak segan untuk melakukan segala macam tindakan maksiat.
Apa lagi perang saudara seperti yang ditimbulkan oleh
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pemberontakan An Lu Shan yang disusul oleh pemberontakanpemberontakan lain sehingga terjadilah perang saudara yang
tiada habis-habisnya sampai bertahun-tahun. Biarpun
kemudian pemberontakan yang terakhir, yaitu di bawah
pimpinan Sin Su Ming, dapat dihancurkan dan pasukanpasukan Kerajaan Tang dapat merampas Kota Raja Tiang-an
kembali, namun keadaan sudah terlanjur rusak! Apa lagi
karena Kaisar Hian Tiong berhasil menumpas pemberontakan
dengan menggunakan bantuan suku-suku bangsa di luar
tembok besar, yaitu Suku Bangsa Uighur dan lain-lain. Hal ini
sama artinya dengan mengusir srigala dengan menggunakan
bantuan harimau. Srigalanya memang dapat dibunuh akan
tetapi sang harimau kini bercokol di dalam rumah dan
merupakan bahaya yang tidak kalah besarnya dari pada ketika
sang srigala masih mengganas!
Selain Suku Bangsa Uighur dan lain-lain yang sekali
memasuki daerah selatan tidak ingin kembali ke utara lagi,
juga perang saudara itu mengakibatkan kelemahan Kerajaan
Tang. Beberapa orang gubernur di Propinsi Shan-si dan Honan mulai hendak memisahkan diri dari kedaulatan kerajaan,
mulai memperlihatkan sikap memberontak!
Lebih hebat lagi, dalam keadaan kacau ini rakyat jelata
yang tadinya sudah menderita hebat oleh perang yang
menimbulkan berbagai macam kekerasan, perampokan,
pembunuhan, perkosaan, kini makin menderita oleh
munculnya banyak orang-orang jahat yang sengaja
memancing di air keruh. Dan para pembesar juga merupakan
lintah-lintah darat yang mempergunakan kesempatan itu
untuk menumpuk kekayaan sebanyak mungkin, tentu saja
dengan jalan menekan dan memeras rakyat.
Pembesar - pembesar durna macam Thio-thaikam makin
besar saja pengaruh dan kekuasaannya. Kaisar makin menjadi
lemah dan tidak bersemangat, menjadi seperti boneka saja
dan melewatkan hari-hari tuanya dencan hiburan-hiburan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang sengaja diadakan oleh pembesar-pembesar durna untuk
membuat kaisar tetap tidur nyenyak dan berenang dalam
kenikmatan dan kesenangan sehingga seolah-olah keadaan
semua sudah "beres dan baik" saja. Kaisar tidak pernah dapat
mengetahui keadaan rakyat jelata yang amat menderita
sebagai akibat perang. Semua pelaporan para pembesar yang
sampai ke telinga kaisar adalah "baik dan memuaskan".
Keadaan ini tentu saja menggerakkan hati banyak
pahlawan yang benar-benar mencinta negara dan rakyat.
Mereka ini adalah kaum pendekar yang dengan cara masingmasing berusaha memulihkan ketenteraman dengan
menentang kejahatan-kejahatan di mana saja mereka
menemukannya Selain kaum pendekar, juga kaum sasterawan
menggunakan cara-cara mereka dalam bentuk tulisan-tulisan,
sajak-sajak dan penerangan-penerangan untuk menyadarkan
para pembesar dan secara tidak langsung menyadarkan kaisar
dari kelaliman dan agar para pembesar yang menyebut diri
pemimpin itu benar-benar memimpin rakyat ke arah
kesejahteraan dan ketenangan hidup.
Satu di antara para pahlawan yang mempergunakan tulisan
untuk berjuang menentang kelaliman itu adalah sasterawan
Han Gi (768-824). Han Gi terkenal sebagai seorang
sasterawan yang amat tajam tulisannya, berani dan juga
cerdik pandai. Dia berani membela yang benar siapapun
mereka, berani pula menentang yang jahat, siapapun juga
mereka. Bahkan dia berani menentang kaisar secara terangterangan.
Ketika gubernur dari daerah Ho-pei secara terang-terangan
memberontak dan tidak mau tunduk terhadap istana, bahkan
mulai menyerang daerah tetangganya untuk memperluas
daerahnya sebagai permulaan dari pemberontakannya, para
thaikam membujuk kaisar untuk mengirim pasukan
menghukum gubernur ini. Akan tetapi, pasukan-pasukan
kerajaan tidak berhasil menundukkan pemberontak bahkan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
banyak jatuh korban, dan tentu saja, rakyat di sepanjang jalan
yang dilalui pasukan itu menderita pula, seperti biasa.
Para thaikam pula yang membujuk kaisar untuk
mempergunakan pengaruh sasterawan Han Gi yang amat
terkenal di daerah Ho-pei. Han Gi dipanggil dan sasterawan ini
menghadap kaisar. Menerima perintah kaisar agar dia suka
mempergunakan kebijaksanaannya untuk membujuk gubernur
yang memberontak, Han Gi melihat kepentingan dari tugas ini
dan diapun menerima tugas itu. Tanpa membawa pasukan,
hanya diiringkan oleh pasukan kecil pengawal dan membawa
tanda utusan kaisar, sasterawan ini pergi menemui pimpinan
pemberontak dan mulailah dia mengajak mereka untuk
bercakap-cakap dan berdebat tentang pemberontakan itu.
"Saudara sekalian sudah melihat sendiri betapa hebatnya
kesengsaraan yang ditimbulkan oleh perang saudara yang lalu
ketika An Lu Shan mulai dengan pemberontakannya. Apakah
kalian ingin menambah beban rakyat dengan mengorbankan
perang saudara lagi" Kalau kalian melakukan hal itu, tentu
rakyat tidak akan mendukung, bahkan membenci kalian,"
demikian antara lain Han Gi berkata.
"Akan tetapi, kaisar sekarang menjadi boneka yang lemah,
seluruh pemerintahan berada di tangan para thaikam yang
lalim dan tidak adil !" seorang perwira tinggi membantah.
"Di dalam rumah ada tikusnya, hal itu sudah wajar. Marilah
kita berusaha untuk menangkap, membunuh atau
menyingkirkan tikus itu. Akan tetapi tidak perlu kita membakar
rumah kita. Kalau ada pembesar yang tidak benar, marilah
kita melakukan pembersihan dari dalam, mari kita
memperingatkan kaisar agar sadar. Perlukah kita mengobarkan api peperangan yang akan membakar negara
dan menyengsarakan rakyat sendiri?" Dengan bujukanbujukan yang penuh kebijaksanaan, akhirnya Han Gi berhasil
melunakkan hati mereka dan perdamaian dapat diadakan !
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Han Gi telah berhasil mencapai perdamaian yang tidak dapat
dicapai oleh pasukan-pasukan yang kuat dari kerajaan !
Bukan peristiwa ini saja yang membuat Han Gi amat
terkenal, bahkan namanya tercatat dengan tinta emas dalam
sejarah. Diapun berani menudingkan telunjuknya ke hidung
pembesar yang paling rendah sampai paling tinggi, termasuk
kaisar, untuk menunjukkan kesesatan para pembesar secara
terang terangan. Juga dia terkenal sebagai seorang yang ahli
dalam pelajaran-pelajaran Nabi Khong Hu Cu dan dengan
gigihnya dia menekankan pelajaian-pelajaran itu agar
diterapkan dalam kehidupan dari rakyat yang paling kecil
sampai pembesar yang paling tinggi kedudukannya. Karena ini
pula maka sering kali dia bentrok dengan para pembesar yang
memeluk Agama Buddha bahkan sikapnya terhadap perbuatan
kaisar yang juga beragama Buddha itulah yang
mengakibatkan sasterawan ini dihukum buang sampai jauh ke
Kwang-tung. Dalam tahun 819, Kaisar Hian Tiong" untuk membangkitkan
semangat para pengikut Agam Buddha, dan untuk
memperkembangkan agama itu, mengirim pasukan besar
yang penuh kemegahan untuk mengawal para pendeta
Buddha dalam upacara mengarak benda suci dari Kuil Fa Men
Su di Hong Siang Hok ke Tiang an. Benda suci itu kabarnya
adalah sepotong tulang jari dari Sang Buddha sendiri. Dengan
upacara pawai besar benda suci itu dari Kuil Fa Men Su
dibawa ke istana dan disimpan di situ selama tiga hari,
kemudian dengan upacara kebesaran diarak dari kuil ke kuil
yang berada di kota raja.
Sasterawan Han Gi tidak pernah menentang penyebaran
Agama Buddha yang dilakukan oleh para pendeta hwesio
karena dia maklum akan pentingnya kebebasan bagi rakyat
untuk memilih agama apa yang disukai mereka masingmasing. Akan tetapi, melihat tindakan kaisar yang terangterangan menyokong suatu agama tertentu, dalam hal ini
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Agama Buddha untuk memperkembangkan agama itu,
membuat dia merasa penasaran. Dengan berani sekali dia
mempergunakan ketajaman penanya untuk menyerang dan
memprotes peristiwa ini dalam surat yang ditujukannya
langsung kepada kaisar! Di dalam surat protes yang panjang
lebar itu, antara lain terdapat kata-kata seperti ini;
"Buddha adalah nabi dari Negara-negara barat dan kalau
sri baginda menghormati dan memujanya, hal itu hanyalah
karena paduka mengharapkan usia panjang dan pemerintahan
yang damai dan bahagia. Betapapun juga, para kaisar besar di
dalam dinasti-dinasti yang lalu, termasuk Kaisar Ui Te, Yu,
Tang, Raja - raja Bun dan Bu semua menikmati usia panjang
dan pemerintahan yang makmur, walaupun pada waktu-waktu
itu belum ada Buddha Buddha adalah seorang asing,dan andaikata beliau masih
hidup dan sekarang beliau datang berkunjung ke istana, tentu
saja sri baginda boleh menyambutnya dengan segala
kehormatan sebagai tamu agung dan menjamunya di Ruang
Tamu, seperti yang selayaknya diperlakukan terhadap semua
tamu agung yang terhormat. Akan tetapi sekarang sri baginda
hendak menerima sepotong tulang jari kering yang katanya
adalah jari beliau hal ini sungguh merupakan sesuatu yang
berlebihan. Hamba mengusulkan agar tulang itu sebaiknya
dibakar saja." Demikian antara lain surat protes dari Han Gi. Dan bukan
semata mata karena bencl maka sasterawan ini memprotes,
melainkan karena dia melihat perbedaan faham dan ajaran
amat besar antara pelajaran Nabi Khong Hu Cu dan keadaan
Sang Buddha sendiri. Menurut pelajaran dari Nabi Khong Hu
Cu, kebijaksanaan terutama bagi manusia adalah berbakti
kepada orang tua dan negara. Akan tetapi ketika dia
mendengar akan riwayat Sang Buddha yang telah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
meninggalkan istana dan orang tua, tentu saja dia merasa
tidak setuju sama sekali, karena dia menganggap hal ini
bertentangan sekali dengan faham pelajaran Nabi Khong Hu
Cu ! Memang demikianlah kenyataannya sampai kini, faham
selalu mendatangkan perpecahan ketidak cocokan, menimbulkan bentrokan dan pertentangan. Masing-masing
kukuh dengan pendapat dan pendirian, kukuh dengan faham
dan kepercayaan sendiri-sendiri, dan terdapat sedikit saja
perbedaan dalam faham dan kepercayaan itu, tak dapat
dielakkan lagi pasti timbul perselisihan.
Karena protes inilah, maka para pembesar, termasuk para
thaikam yang telah memeluk agama Buddha, melihat bahaya
dalam diri Han Gi. Jasa-jasanya dilupakan dan para pembesar
ini membujuk kaisar sehingga akhirnya Han Gi dijatuhi
hukuman buang jauh ke Kuang-tung di mana dia hidup
menyepi dan terasing. Di dalam keadaan kacau inilah cerita ini terjadi, yaitu
kurang lebih sepuluh tahun setelah kota raja geger oleh sepak
terjang Tiga Naga Sakti yang mengamuk dan hampir saja
rnenewaskan Thio-thaikam yang terkenal sebagai thaikam
yang berkuasa dan besar pengaruhnya di istana. Karena
kegagalan tiga orang pendekar muda yang terkenal dengan
julukan Tiga Naga Sakti itu dalam usaha mereka
membunuhnya, maka Thio-thaikam menjadi makin congkak,
dan adalah atas usul thaikam ini maka kaisar mengambil
keputusan untuk mengarak benda suci yang berupa tulang jari
itu! Hari telah senja dan matahari mulai tenggelam di langit
barat, membentuk kebakaran di langit, warna merah api di
antara warna langit yang biru menimbulkan pemandangan
yang sukar digambarkan keindahannya. Pendeknya, indah dan
megah penuh rahasia! Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dua orang anak laki-laki berusia kurang lebih sepuluh tahun
menunggang dua ekor kerbau gemuk dan besar berjalan
perlahan menuju ke kampung di depan. Di belakang mereka
berjalan belasan ekor kerbau lain yang malas-malasan,
dengan mulut yang tiada hentinya bergerak-gerak mengulangi
lagi makanan untuk dilembutkan dengan geraham mereka,
kadang-kadang ada yang berhenti sebentar untuk merenggut
rumput-rumput hijau muda yang merangsang selera. Ekor
binatang-binatang ini yang kecil pendek, tiada hentinya
bergerak ke kanan kiri tanpa sebab, agaknya menjadi tanda
bahwa mereka merasa senang.
Dua orang anak itu berpakaian sederhana bertelanjang
kaki. Yang seorang berkulit putih bersih, mukanya bundar
seperti bulan, sinar matanya tajam, tubuhnya tegap dengan
bahu bidang dan terdapat kegagahan tersembunyi di wajah
dan gerak-geriknya. Dia pendiam dan duduk di atas punggung
kerbau sambil menatap langit barat seperti orang tersihir Anak
yang ke dua, tubuhnya lebih kecil sungguhpun dia tidak kurus,
wajahnya tampan dengan bentuk bulat telur, rambutnya hitam
dan panjang sampai ke bawah pundak, berbeda dengan
rambut anak pertama yang dipotong pendek. Hidungnya
mancung dan matanya bersinar-sinar hidup sekali, selalu
bergerak menandakan bahwa dia lincah gembira dan cerdik.
Kedua orang anak laki-laki itu berpakaian sederhana dan
terkena lumpur di sana-sini ketika mereka memandikan
kerbau-kerbau itu. Kalau anak pertama duduk termenung
memandang ke arah langit barat yang dibakar matahari
tenggelam, anak ke dua itu asyik dengan sebatang suling
bambu yang ditiupnya dengan mahir. Suara tiupan sulingnya
mengalun turun naik, menambah kesunyian senja menjadi
hening dan anak pertama yang terpesona oleh keindahan
langit itu seperti makin tenggelam oleh alunan suara suling.


Tiga Naga Sakti Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Akhirnya suara suling itu berhenti dan anak ke dua itu
menegur sambil menyentuh lengan temannya dengan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sulingnya, "Eh, suheng! Sejak tadi melamun saja, memikirkan
apa sih?" Anak ini terkekeh ketika melihat suhengnya terkejut
oleh sentuhan sulingnya. Memang anak ini sifatnya nakal,
suka menggoda orang dan lincah jenaka, selalu gembira dan
penuh senyum dan tawa. Anak yang pendiam itu menengok kepadanya sejenak, lalu
kembali memandang ke barat dan berkata seperti kepada diri
sendiri. "Sute, kaulihat awan hitam di ujung kiri itu! Bukankah
bentuknya seperti seekor naga" Seekor naga sakti yang
sedang terbang di atas api yang membara. Sute, lihat pula
awan-awan yang membentuk rumah-rumah beratap runcing di
bawah itu. Agaknya itu adalah istana yang sedang kebakaran
dan naga sakti itu terbang di atas kekalutan istana untuk
menyelamatkan mereka yang terancam bahaya. Betapa ingin
aku menjadi naga sakti itu!"
Memang aneh mendengar seorang anak laki-laki berusia
sepuluh tahun mengeluarkan keinginan hatinya seperti itu.
Akan tetapi, anak ini memang bukan anak sembarangan. Dia
adalah murid pertama, juga merupakan keponakan dari
sepasang suami isteri pendekar yang amat terkenal di daerah
utara Sungai Huang-ho. Suami isteri pendekar itu adalah Gan
Beng Han dan Kui Eng, kakak beradik seperguruan yang
kemudian berjodoh dan menjadi suami isteri yang hidup
berbahagia dengan seorang anak perempuan yang kini telah
berusia delapan tahun. Anak itu bernama Tan Sian Lun. Ayah dan ibunya telah
meninggal dunia semenjak dia masih kecil sekali. Ayahnya
bernama Tan Bun Hong, sute dari pendekar Gan Beng Han
dan ibunya adalah puieri pangeran yang bernama Song Kim
Bwee. Ayah dan ibunya telah tewas karena diserbu pasukan
kerajaan atas hasutan Thaikam Thio yang amat berkuasa di
istana. Semenjak ayah bundanya tewas, Tan Sian Lun lalu
dipelihara oleh Kui Eng, yaitu sumoi dari Tan Bun Hong, dan
kemudian setelah pendekar Gan Beng Han dan sumoinya itu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menikah, Tan Sian Lun tetap dipelihara seperti anak sendiri
dan diakui sebagai keponakan. Ketika dia masih kecil, Sian Lun
yang tidak tahu apa-apa itu menyebut ayah dan ibu kepada
Beng Han dan Kui Eng. Akan tetapi setelah suami isteri itu
mempunyai seorang anak perempuan, dan Sian Lun telah
mengerti, isteri itu tidak menyimpan rahasia dan
memberitahukan dengan terus terang bahwa Sian Lun
sesungguhnya adalah keponakan mereka yang telah dianggap
sebagai anak sendiri karena anak ini sudah tidak mempunyai
ayah bunda lagil Suami isteri pendekar itu memang menaruh iba kepada
Sian Lun dan amat menyayangnya seperti anak sendiri.
Memang bagi mereka tiada bedanya, karena mereka telah
memelihara Sian Lun sejak kecil. Bahkan merekapun
menurunkan ilmu-ilmu mereka kepada Sian Lun, menggembleng anak ini bersama - sama anak mereka sendiri,
anak perempuan yang bernama Gan Ai Ling itu. Setelah
keponakan dan anak sendiri ini, Beng Han dan isierinya masih
mengambil seorang murid lagi yang bernama Coa Gin San.
Anak ini juga seorang anak yatim piatu karena ayah bundanya
telah tewas pula ketika dusun tempat tinggalnya dilanda
perang saudara. Karena kasihan dan melihat bakat yang baik
dalam diri Gin San, maka Beng Hari dan isterinya lalu
mengambilnya sebagai murid dan memberinya pekerjaan
menggembala kerbau dan membantu pekerjaan di sawah milik
suami isteri itu yang cukup luas di luar kota Cin-an.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jilid XII GIN SAN adalah seorang anak
yang lincah jenaka, pandai mengambil hati orang dan pandai
bergaul, juga tahu diri. Dia bekerja
amat rajin di situ, membantu gurunya
sehingga gurunya juga amat menyayangnya dan dalam hal memberi pelajaran ilmu silat, pendekar itu dan isterinya tidak
membeda-bedakan, melainkan menggembleng Sian Lun, Ai Ling, dan
Gin San sama rata dan tentu saja
disesuaikan dengan bakat mereka
masing - masing. Hari itu, Sian Lun ikut bersama Gin San menggembala
kerbau. Memang kadang-kadang dia suka ikut dengan sutenya
ini menggembala kerbau atau bekerja di sawah, sungguhpun
lebih sering dia berada di rumah karena pemuda cilik ini suka
sekali akan pelajaran kesusasteraan, suka membaca kitabkitab dan cerita-cerita tentang para pendekar dan pahlawan di
jaman dahulu, membaca sajak dan filsafat-filsafat.
Mendengar ucapan suhengnya itu. Gin San yang memang
biasa bergaul dengan suhengnya secara akrab, sama sekali
tidak terdapat perasaan berbeda kedudukan sungguhpun Sian
Lun adalah keponakan dari majikan dan juga gurunya,
terkekeh geli. "Heh - heh - heh, engkau sungguh aneh,
suheng! Bagiku, di langit itu tidak kelihatan naga atau istana
terbakar, akan tetapi penuh dengan emas permata!"
"Eh, emas permata" Yang mana, sute?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Lihat saja itu, warna kuning emas itu, bukankah itu lautan
emas membentang luas di sana" Dan warna-warna merah dan
biru itu adalah warna-warna permata yang amat mahal
harganya. Dari pada menjadi naga yang terancam bahaya
terbakar pula dan menjadi belut panggang, lebih baik kalau
dapat meraih dan memiliki emas permata itu, menjadi orang
kaya raya, berkedudukan tinggi dan mulia!"
Sian Lun memandang lagi ke atas akan tetapi angin telah
merobah bentuk-bentuk awan itu dan dia tidak tertarik lagi.
"Pakaian kita kotor terkena lumpur, sebaiknya kalau kita
mencuci kotoran ini di telaga kecil itu agar jangan sampai
dimarahi nanti." "Ah. suhu dan subo tidak akan memarahimu, suheng, akan
tetapi aku tentu akan ditegur!"
Mendengar ucapan ini, Sian Lun memandang sutenya
dengan alis berkerut dan mata penuh teguran. "Sute, sejak
kapankah paman dan bibi membeda-bedakan antara engkau
dan aku" Apakah karena aku keponakan mereka dan engkau
bukan maka ada perbedaan " Dengan ucapan itu engkau
seakan-akan merasa iri, sute."
Gin San cepat mengangkat tangannya ke atas. "Ah,
tidak........ tidak, suheng. Jangan salah mengerti. Aku hanya
hendak mengatakan bahwa suhu dan subo amat sayang
kepadamu karena suheng selalu baik dan bersih sedangkan
aku........ heh-heh, aku nakal dan sering sekali membikin
mereka marah." Hal ini memang benar dan Sian Lun tidak mau
memperpanjang persoalan itu. Dia tahu bahwa sutenya ini
memang nakal dan suka menganggu orang sehingga sering
kali menerima teguran dari paman dan bibinya. Biarpun dia
terhitung murid dari mereka bahkan seperti anak mereka
sendiri, akan tetapi karena mendiang ayahnya adalah saudara
seperguruan mereka, maka dia menyebut mereka paman dan
bibi. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dua orang anak itu lalu membelokkan kerbau - kerbau itu
ke sebuah telaga kecil dan setelah melepas kerbau-kerbau itu
makan rumput di tepi telaga, mereka lalu mandi dan mencuci
bagian pakaian mereka yang terkena lumpur. Akan tetapi, Gin
San yang sudah selesai mencuci bagian yang berlumpur dan
menggantung pakaiannya itu di dahan pohon agar cepat
kering, sudah terjun dan berenang ke tengah, lalu menepi di
tepi seberang. Setelah selesai mencuci noda lumpur pada bajunya, Sian
Lun menengok dan mencari-cari sutenya, akan tetapi tidak
kelihatan sutenya di air telaga. Maka mulailah dia berteriak
memanggil manggil karena senja makin larut dan tak lama lagi
tentu cuaca menjadi gelap. "Suteeee.......!! Gin San.......!!"
teriaknya berkali-kali. Tiba-tiba terdengar jawaban dan anak itu datang berlari-lari
sambil membawa beberapa buah benda putih yang
dipondongnya. Dia tidak kembali melalui air melainkan
berlarian di: sepanjang tepi telaga, menghampiri suhengnya.
"Suheng, lihat apa yang kutemukan di tepi telaga sana
tadi!" Anak itu memperlihatkan benda-benda itu dan Sian Lun
meloncat ke belakang dengan jijik.
"Ihhh.......! Untuk apa kaubawa-bawa tengkorak dan
tulang-tulang ini?" teriaknya dan dia bergidik ngeri.
Gin San tertawa. "Hi-hik, mengapa suheng takut" Ini
adalah tulang-tulang manusia. Lihat tengkorak ini bersih dan
halus. Aku mendapatkannya berserakan di tepi telaga yang
longsor! Agaknya tempat itu dahulu menjadi kuburan dan
karena longsor maka tulang-tulang dan tengkorak ini
berserakan." "Sute, untuk apa kauambil benda-benda ini" Menjijikkan
dan menyeramkan saja."
"Untuk menakut-nakuti orang, suheng. Anak-anak
perempuan itu tentu akan lari cerai-berai, heh-heh."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sian Lun tidak memperdulikan lagi. "Hayo kita cepat
pulang, sebentar lagi gelap," katanya dan dia menggunakan
ranting menggiring kerbau-kerbau itu meninggalkan tepi
telaga menuju pulang. Gin San juga cepat menggiring Kerbaukerbau itu sambil membawa tulang-tulang dan tengkorak
manusia yang ditemukan di tepi telaga tadi.
Melihat ini, Sian Lun berkata lagi, "Sute, kenapa tidak
kaubuang saja tengkorak dan tulang-tulang itu " Sungguh
aneh kau ini, benda macam itu bukan barang mainan !"
Biarpun berkata demikian, namun diam-diam Sian Lun kagum
sekali akan keberanian sutenya. Dia sendiri tidak berani
bermain-main dengan tulang tulang manusia itu.
"Suheng, bukankah malam nanti ada pesta di kota untuk
menyambut lewatnya rombongan pembawa benda suci itu?"
"Benar, kitapun sudah di janji oleh paman
diperbolehkan nonton keramaian bersama sumoi."
untuk "Nah, kabarnya yang disebut benda suci itu adalah
sepotong tulang jari tangan. Nah, apa bedanya dengan ini?"
Dia memegang sepotong jari tangan yang masih melekat di
antara tulang lain yang dibawanya. "Aku akan muncul dengan
ini dan lihat apakah mereka itu, terutama wanita-wanitanya,
mau menyembah-nyembah tulang-tulang ini ataukah mereka
akan menjerit-jerit dan lari berserabutan. Heh-heh, alangkah
akan lucunya!" "Hemm, sute, jangan main-main. Engkau tentu akan
dimarahi banyak orang......."
"Aku tidak takut, suheng."
"Akan tetapi aku tidak mau ikut
jawabkan perbuatanmu yang usil itu."
mempertanggung "Jangan khawatir, aku akan menanggungnya sendiri,
suheng. Asal engkau mau merahasiakan ini dan jangan
memberitahukan kepada suhu dan subo "
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kau tahu aku tidak sudi mengadukan orang," jawab Sian
Lun singkat dan mereka tidak bicara lagi. Setelah tiba di
rumah guru mereka yang luas. Gin San menggiring kerbau
kerbau itu ke kandang dan cepat menyembunyikan tengkorak
dan tulang-tulang itu di sudut kandang, menutupinya dengan
rumput rumput kering. Gan Ai Ling, anak perempuan berusia delapan tahun, puteri
tunggal dari Gan Beng Han dan Kui Eng, menyambut mereka
sambil berlari-larian. "Twa-suheng, ji-suheng........kenapa
kalian terlambat sekali" Lihat, aku sudah siap untuk pergi
menonton keramaian! Dan kalian belum makan, belum
mandi......!" Melihat Gin San cepat-cepat memasuki kandang, Sian Lun
lalu menghadapi Ai Ling dan menahan anak perempuan ini
agar jangan melihat tengkorak yang dibawa Gin San. "Kami
berdua sudah mandi, sumoi. Mandi di telaga, tinggal berganti
pakaian dan makan saja. Tidak akan lama."
Ketika tadi menggiring kerbau memasuki kota, dua orang
anak laki-laki itu sudah melihat suasana pesta di kota. Di
sepanjang jalan yang akan dilalui oleh rombongan pembawa
benda suci telah dihias dengan kertas-kertas berwarna,
bunga-bunga dan lentera - lentera. Rombongan akan lewat
besok pagi akan tetapi malam itu orang-orang akan
mengadakan keramaian dan pertunjukan yang semarak untuk
menghormati peristiwa itu. Tentu saja semua ini digerakkan
oleh kepala daerah yang ingin menjilat dan menyenangkan
hati kaisar yang sedang berusaha mempropagandakan Agama
Buddha dengan upacara perarakan dan penyambutan benda
suci itu. Ada beberapa ekor mainan liong diperagakan, ada
pula barongsai dan kilin. Anak anak itu kini bergegas, berganti
pakaian dan tak lama kemudian ketiganya sudah berpamit
kepada Gan Beng Han dan isterinya, Kui Eng. Suami isteri
pendekar ini mengangguk dan tersenyum sambil berpesan
agar mereka tidak pulang terlalu malam.


Tiga Naga Sakti Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Sian Lun, kaujaga baik-baik adikmu," kata Kui Eng kepada
anak itu dan Sian Lun mengangguk. Tentu saja dia akan
menjaga Ling Lin dengan baik, kalau perlu dia bersedia untuk
melindungi dan membela dengan taruhan nyawanya. Dia amat
sayang kepada Ling Ling biarpun anak ini kadang-kadang
bengal dan suka menggoda orang. Di sepanjang jalan, banyak
orang yang kagum dan memuji Ling Ling atau Gan Ai Ling
yang baru berusia delapan tahun, yang mengenakan pakaian
biru muda dengan pita rambut merah itu karena Ling Ling
memang amat manis dan mungil. Sepasang matanya bersinarsinar penuh kegembiraan ketika mereka mulai mendengar
suara canang dan tambur yang saling sahutan bergemuruh,
tanda bahwa barongsai-barongsai, kilin-kilin, dan liong-liong
itu sudah mulai berlagak. Orang-orang hilir-mudik memenuhi
jalan raya dan setiap rumah di tepi jalan terbuka lebar-lebar
dan diterangi lampu, dan di depan setiap rumah dihias kertas
berwarna untuk menyambut pesta itu.
Ketika mereka bertiga berjejalan dengan orang-orang, tibatiba Ling Ling menengok ke kanan kiri dan bertanya sambil
memegang lengan Sian Lun, "Twa-suheng, ke mana perginya
ji- suheng ?" Sian Lun juga memandang ke kanan kiri yang penuh orang.
Karena mereka itu kalah tinggi dengan orang-orang dewasa
tentu saja sukar bagi mereka untuk mencari Gin San yang
tidak kelihatan itu. Pula, Sian Lun sudah menduga bahwa
tentu si bengal itu sudah menyelinap pergi untuk mengambil
tulang-tulang dan tengkoraknya, maka dia menjawab, "Biarlah
dia tidak akan hilang. Biar dia nonton sendiri dan kau nonton
bersamaku. Akan tetapi, engkau tidak boleh berpisah dariku,
sumoi. Aku tentu akan mendapat marah dari paman dan bibi
kalau sampai kita saling terpisah."
Ling Ling memegang tangan suhengnya. "Tidak, akupun
takut kalau sendirian, suheng."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kau" Takut?" Sian Lun tersenyum. Sepanjang ingatannya,
gadis cilik ini tidak pernah mengenal takut! Baik terhadap
manusia maupun terhadap setan!
"Aku ngeri melihat liong itu, seperti hidup dan begitu
menyeramkan!" kata Ling Ling. Mereka maju terus, hanyut
oleh gelombang nanusia yang menuju ke tempat di mana
liong itu sedang dimainkan, di lapangan terbuka dan di situ
ada beberapa orang hartawan yang melempar-lemparkan
mercon sehingga liong itu "menari" makin indah di antara
asap yang membentuk awan, nampak seperti seekor naga
tulen beterbangan di antara awan-awan dan suara mercon
yang gemuruh itu bersaing dengan suara canang dan tambur.
Sian Lun yang menggandeng tangan sumoi-nya,
menyelinap di antara para penonton untuk mencari tempat di
depan. Beberapa orang mengomel, akan tetapi ketika
mengenal mereka sebagai anak dan murid sepasang pendekar
Gan Beng Han, mereka malah cepat memberi jalan sehingga
akhirnya dua orang anak itu dapat berdiri terdepan. Ling Ling
kadang-kadang merapatkan tubuhnya kepada suhengnya
karena ngeri kalau ada mercon yang meledak di dekatnya.
Para hartawan dan para hwesio melempar-lemparkan mercon
itu dari depan kelenteng karena liong itu bermain di halaman
kuil itu yang luas. Di kuil inilah besok benda suci itu disambut,
berhenti sebentar karena para pembawa benda suci yang
merupakan rombongan yang dihormati, akan beristirahat dan
makan siang di kuil itu. Gin San memang tidak nampak di situ. Tepat seperti
dugaan hati Sian Lun, setelah tadi berjalan dengan orang
banyak, diam-diam Gin San menyelinap meninggalkan
sumoinya dan suhengnya, lalu berlari kembali ke kandang
kerbau gurunya dan diam-diam dia mengambil tulang dan
tengkorak manusia itu dari simpanannya di bawah tumpukan
rumput kering. Sambil tertawa-tawa geli seorang diri, anak ini
lalu memasang-masangkan kaki dan tangan rangka itu,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
disambungnya dengan tali dan dengan bantuan kayu dia
dapat membuat rangka itu lengkap dengan kepalanya, lengan
dan kakinya. Lalu dimasukkannya rangka itu dalam karung
dan dibawanya lari keluar, terus dia kembali ke tempat ramai
tadi. Dia tidak menuju ke tempat permainan liong di depan kuil
karena dia maklum bahwa suheng dan sumoinya berada di
situ. Dia tidak ingin terlihat oleh suhengnya, apa lagi
sumoinya, karena takut sumoinya mengadu kepada suhu dan
subonya. Kini dia memanggul karung itu menuju ke pendopo
gedung kepala daerah di mana juga terdapat keramaian
karena selain singgah di kuil itu, juga rombongan pembawa
benda suci akan mampir di pendopo ini Menerima
penghormatan pembesar setempat, sebagai utusan kaisar
yang terhormat. Di pendopo inilah diadakan tarian barongsai
dan kilin yang tidak kalah ramainya, juga dilempari mercon mercon.
Gin San memilih tempat yang gelap. Di depan pendopo itu
terdapat sebuah pohon besar dan sinar penerangan terhalang
oleh daun-daun pohon sehingga bawah pohon itu agak gelap.
Akan tetapi ada beberapa orang wanita yang nonton
permainan barongsai dan kilin dari bawah pohon ini karena
tanah di bawah pohon itu lebih tinggi sehingga dari situ dapat
nampak permainan di pendopo itu dengan jelas. Seperti biasa,
di mana ada wanita-wanita muda di situ tentu ada pria-pria
yang merubungnya, seperti juga di mana ada kembangkembang
tentu di situ datang kumbang-kumbang mengitarinya. Dan seperti juga kumbang-kumbang yang
mencumbu kembang-kembang untuk mencari sari madu,
kaum pria itu sambil tersenyum-senyum mulai pula mencumbu
rayu untuk memikat hati wanita itu, janda-janda muda atau
pelayan pelayan yang dalam kesempatan itu mempersolek diri
dan keluar dari dalam rumah, untuk nonton keramaianyang
hanya menjadi dalih karena sesungguhnya adalah untuk
mempertontonkan diri mereka! Maka terdengarlah gelak tawa
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
di bawah pohon ini, kekeh genit dan ucapan-ucapan yang
penuh arti dan sindiran. Tiba-tiba, dari bagian yang paling gelap di bawah pohon,
terdengar suara aneh, "Hooohhhh, trak-trak trakk.......!"
Seorang wanita muda menoleh, terbelalak dan menjerit,
lalu roboh pingsan! Beberapa orang wanita terkejut dan
menoleh dan...... terdengar jerit-jerit ketakutan dan para
wanita itu lari berserabutan, ada yang sampai terkencingkencing, ada yang jatuh bangun dan saking takutnya ada yang
merangkak-rangkak karena tidak mampu bangkit berdiri.
"Ssseeeetaaaannn........"
"Ssii.......sssiii........ sssilumannnn.......!"
Kini bukan hanya para wanita muda yang tadi tertawa-tawa
genit itu yang ketakutan dan lari tunggang-langgang, juga
para pria yang tadi membujuk rayu menjadi panik, apa lagi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ketika mereka melihat di tempat gelap itu jelas ada rangka
manusia yang menari-nari, mengeluarkan suara "trak-traktrrrakk......." ketika tulang-tulang itu saling beradu dan
didahului atau dilanjutkan dengan suara gerengan "hoohh ...."
amat menyeramkan! Ketika para pria itu dan orang-orang lain
mampu menguasai rasa takut mereka karena pengaruh orang
banyak dan mereka berindap-indap kembali ke bawah pohon
dengan kedua tangan terkepal akan tetapi kaki mereka
gemetar dan siap untuk meloncat dan lari, ternyata di tempat
itu sudah kosong tidak ada apa - apanya. Mereka mencari-cari
di sekitar pohon itu, namun setan atau siluman tengkorak itu
tidak nampak lagi! Tentu saja semua orang menjadi terheran heran dan makin yakinlah mereka bahwa tadi mereka benarbenar melihat setan. Para wanita yang masih ketakutan
segera cepat pulang dan kesempatan ini dipergunakan oleh
para pria untuk mengantar mereka pulang, atau mungkin
membawa mereka ke kamar sendiri atau ke tempat-tempat
tertentu untuk "menghibur" mereka dari rasa takut. Dalam
keadaan apapun juga, selalu terbuka saja kesempatan bagi
mereka yang hendak melakukan kemaksiatan. Napsu timbul
dari pikiran, dan pikiran amatlah licin cerdik. Ada saja akal
yang diciptakan pikiran untuk melampiaskan dorongan napsu
dan menyenangkan tubuh. Sementara itu, seorang anak laki-laki menahan tawanya
menyaksikan kekacauan yang ditimbulkan olehnya sendiri.
Anak ini adalah Gin San, tentu saja. Dan setan atau siluman
tadi juga dia yang melakukan penyamaran untuk menggoda
orang. Setelah menyembunyikan tengkorak dan tulang-tulang
rangka, dia pura-pura ikut mencari setan sambil menahan geli
hatinya. Akan tetapi setelah para wanita itu pergi dan tempat
itu tidak lagi menjadi gelanggang pertemuan, Gin San tertarik
untuk menonton liong yang bermain di depan kuil. Dia
membawa tengkorak yang disembunyikan di bawah bajunya,
sedangkan tulang-tulang itu ditinggalkannya begitu saja di
bawah pohon, tersembunyi di antara semak-semak. Dia suka
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bermain-main dengan tengkorak manusia itu, maka tengkorak
itu dibawanya karena dia merasa sayang kalau dibuang. Tidak
mudah mencari tengkorak seperti ini, pikirnya, dan dia
termaksud untuk menakut-nakuti anak-anak dengan
tengkorak itu. Anak yang cerdik ini menyelinap di antara para penonton
dan kalau ada penonton yang kurang senang karena
didesaknya, dia cepat berkata, "Aku mau melihat ayah, ayahku
ikut main liong." Mendengar ucapan ini, orang itu tidak jadi
marah dan memberi jalan kepadanya. Dengan cara ini, Gin
San dapat mendesak sampai ke depan. Akan tetapi karena
liong sedang berlagak dan beterbangan di antara awan-awan
yang tercipta dari asap mercon, maka dia tidak dapat melihat
Sian Lun dan Ai Ling yang juga berdiri di depan, akan tetapi di
seberang yang lain. Gin San memandang dengan sepasang mata bersinar-sinar
saking kagumnya. Kagum kepada para pemain liong yang
demikian mahir mempermainkan naga itu sehingga seolaholah benar - benar seekor naga sakti yang hidup, apa lagi
dengan adanya hujan mercon itu menambah hidupnya
suasana. Demikian cekatan mereka main, dengan langkahlangkah kaki teratur dan kedua tangan memegang gagang
tubuh naga yang terbagi menjadi belasan dan masing-masing
dipegang gagang penyangganya oleh seorang pemain. Yang
paling mengagumkan adalah si pemain cu (mustika)
yang.bulat dapat berputar dan mengeluaikan suara
berkerincingan. Dengan gerakan - gerakan kaki tangan
bersilat dia mainkan mustika naga itu ke kanan kiri atas bawah
dan pemain atau pemegang gagang yang menyangga kepala
naga terus mengikuti gerakan mustika itu. Pemegang kepala
naga ini haruslah seorang yang memiliki tenaga yang kuat
karena kepala itu merupakan bagian terberat, apa lagi harus
diayun-ayun mengikuti gerakan mustika agar kelihatan
"hidup". Selain pemegang mustika yang harus memiliki
gerakan silat indah dan pemegang kepala yang harus memiliki
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tenaga besar, dalam permainan liong ini yang terhitung berat
adalah pemegang bagian leher dan bagian ekor. Bagian ekor
ini juga berat, sungguhpun tidak seberat kepala, akan tetapi
sering kali bagian ekor harus pandai cepat-cepat memutar
ekor itu kalau kepala naga menyusup di bawah bagian
tubuhnya agar tidak sampai membelit. Dan bagian leher harus
waspada karena dia merupakan penunjang bagian kepala. Dia
harus selalu mendekatkan bagian leher itu dengan kepala,
maka dia haruslah seorang yang cekatan. Sekali saja dia
kurang waspada dan menahan leher itu, kepala itu akan
tertarik ke belakang dan ini berbahaya sekali, dapat
merobohkan pemegang kepala sehingga tentu saja permainan
itu akan menjadi rusak dan kacau. Selagi naga yang berwarna
merah ini main, naga-naga lain yang berwarna hijau dan biru
nenanti di pinggiran, menanti giliran mereka dan para
pemegangnya menaruh gagang yang panjang di atas tanah,
diberdirikan dan digoyang-goyang sehingga biarpun naga itu
tidak sedang main, namun kelihatan hidup tanpa para
pemainnya mengeluarkan tenaga karena yang menyangga
adalah tanah. Gin San adalah seorang anak yang awas. Dia tidak
terpesona oleh permainan itu seperti anak-anak lain dan dia
masih waspada terhadap hal-hal lain yang terjadi di
sekelilingnya. Oleh karena sifatnya inilah maka dia dapat
nelihat apa yang orang orang lain tidak melihatnya. Di dekat
tempat dia berdiri, dia melihat ada dua orang laki laki
setengah tua yang nendengarkan bisikan-bisikan seorang lakilaki tua berjenggot panjang. Pakaian tiga orang ini seperti
pakaian pendeta tosu (Agama To) dan di punggung dua orang
yang setengah tua itu terselip pedang. Dalam kegaduhan
suara canang dan tambur itu, tentu saja dia tidak dapat
mendengar apa yang mereka bicarakan, akan tetapi dia
melihat mereka bertiga kadang-kadang menoleh ke kanan kiri
dan pandang mata Gin San yang tajam dapat menangkap
betapa mereka seperti saling pandang dan salinn memberi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
isyarat kepada beberapa orang laki-laki setengah tua yang
berdiri di bagian lain dan mereka semua juga berpakaian
seperti pendeta-pendeta tosu! Dari sikap mereka, Gin San
dapat menduga bahwa para pendeta tosu setengah tua itu
agaknya dipimpin oleh kakek berjenggot panjang itu.
Kemudian, dia melihat kakek itu mengangguk dan
melangkah pergi, menyelinap di antara banyak orang dan
mendekati tempat naga biru sedang beristirahat menanti
giliran main, dan Gin San melihat betapa belasan orang tosu
yang lainnya juga bergerak ke tempat itu, yaitu di pinggir
sebelah kiri dari kuil. Dia merasa tertarik sekali karena gerak gerik mereka itu aneh. Di manapun mereka itu menyelinap,
para penonton terdorong ke kanan kiri, tanda bahwa mereka
adalah orang orang yang kuat sekali!
Setelah tiba di dekat naga biru itu, Gin San melihat hal
yang amat aneh. Belasan orang tosu itu, dipimpin oleh si
kakek, menghampiri para pemain naga biru yang kini berdiri di
samping naga mereka yang digoyang-goyang dalam istirahat
dan tiba-tiba saja para tosu itu mengambil alih gagang-gagang
penyangga naga dari tangan para pemain yang berpakaian
biru dan bersabuk kuning itu. Yang amat mengherankan,
belasan orang pemain naga biru itu seperti tidak tahu atau
seperti telah berobah menjadi patung, membiarkan saja
gagang-gagang penyangga naga itu diambil orang lain dan
mereka tetap berdiri dengan bengong! Akan tetapi Gin San
adalah murid suami isteri pendekar yang berilmu tinggi.
Biarpun dia masih kecil dan tentu saja belum menerima


Tiga Naga Sakti Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pelajaran tentang Tiam-hiat-hoa (Ilmu Menotok Jalan Darah),
namun dia dapat menduga bahwa para pemain naga biru itu
telah tertotok secara hebat sekali sehingga mereka tidak
mampu bergerak sama sekali dan menjadi seperti patung di
tempat mereka! Tentu akan terjadi hal yang hebat, pikirnya.
Dia melihat kakek tua berjenggot panjang itu juga telah
merampas gagang cu, yaitu mustika naga tanpa si pemegang
cu melawan sedikitpun! Juga para penabuh canang dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tambur yang terdiri dari lima orang, telah dirampas alat-alat
tetabuhan mereka oleh lima orang tosu.
Semua ini terjadi dengan amat cepatnya tanpa diketahui
orang lain karena mereka semua sedang asyik menonton
permainan liong merah, seperti terpesona oleh gerakan liong
ini sehingga tidak dapat melihat hal-hal lain yang terjadi di
situ. Dan kalau ada yang kebetulan melihatnya, mereka tentu
akan menyangka bahwa para tosu itu adalah teman enam
para pemain naga biru yang sengaja menggantikan tugas
mereka! Gin San amat tertarik dan tanpa disadarinya dia mendekati
naga biru itu. Para tosu itu agaknya tidak memperhatikan
seorang anak kecil yang longak - longok di dekat mereka.
Akan tetapi, Gin San menghampiri seorang di antara pemain
naga biru yang berpakaian biru dan bersabuk kuning, diam diam dia mendorong tubuh orang ini dari belakang. Orang itu
seperti telah berubah menjadi arca, ketika didorong dia
bergoyang-goyang dan roboh !
Melihat ini, kakek pemegang cu segera berderu, "Mulai !"
Dan terdengarlah suara gaduh dan para penabuh canang dan
tambur dari naga biru mulai beraksi ! Mereka memukul canang
dan tambur dengan keras sekali sehingga suara tetabuhan
mereka jauh lebih nyaring dari pada tabuhan naga merah!
Tentu saja suara-suara itu menjadi kacau balau dan barulah
hal ini menarik perhatian para penonton. Juga para penabuh
iringan musik naga merah terkejut. Lebih kacau lagi adalah
para pemain naga merah karena irama yang mengikuti
mereka kini kacau balau dengan tetabuhan lain sehingga
langkah - langkah mereka menjadi usak !
Sebelum para penonton hilang rasa kaget dan heran
mereka, tiba-tiba naga biru itu bergerak dengan tangkasnya
memasuki medan permainan di depan kuil itu ! Begitu tangkas
gerakan mereka, begitu cepatnya dan naga itu kadang kadang
diangkat tinggi-tinggi, bahkan para pemainnya meloncat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dalam saat yang berlamaan sehingga naga biru itu seoiah-olah
hidup dan benar-benar hendak terbang ke angkasa!
Para penonton yang terheran-heran kini bersorak gembira.
Tentu saja mereka merasa gembira sekali disuguhi tontonan
istimewa ini, di mana ada dua naga sedang berlagak. Dan
para hwesio serta hartawan yang melempar-lemparkan
mercon, kini agaknya menganggap munculnya naga biru
merupakan suatu selingan yang disengaja untuk menambah
meriah suasana, maka merekapun menjadi makin gembira dan
menghujankan mercon lebih gencar lagi ! Terjadilah
pemandangan yang aneh dan amat indah. Di antara asap
yang bergulung - gulung dan kadang- kadang diseling sinar
api mercon meledak, nampak dua ekor naga, merah dan biru
seperti saling bertempur ! Agaknya para pemain naga merah
juga terbawa gembira dan mengira bahwa rekan-rekan
mereka para pemain naga biru itu memang sengaja hendak
mengajak mereka berlumba kepandaian memainkan liong !
Hanya ada beberapa orang saja diantara mereka yang
terheran- heran mengapa para pemain naga biru tidak
berpakaian biru. Dalam kegaduhan suara dua perangkat musik itu, teriakanteriakan para penonton di dekat tempat naga biru tadi
istirahat tidak terdengar orang. Para penonton di bagian ini
memang menjadi panik dan terkejut melihat para pemain
naga biru yang berpakaian serba biru itu, yang tadi berdiri
seperti patung, kini semua roboh dan tidak bergerak lagi
seperti telah mati! Akan tetapi, kegaduhan luar biasa dari
musik yang tidak teratur dan saling bersaing bising itu,
pemandangan yang tertutup asap tebal dan perhatian yang
dicurahkan kepada naga merah dan naga biru yang seolaholah saling bertanding dan saling menyerang, membuat para
penonton lain tidak tahu akan peristiwa aneh itu.
Barulah para penonton menjadi terheran-heran, akan tetapi
tetap saja makin gembira, ketika mereka melihat pemain
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mustika naga merah dan pemain mustika naga biru yang
ternyata seorang kakek berjenggot panjang, kini sedang
bertanding menggunakan gagang cu (mustika) mereka
sebagai toya! Demikian pula pemegang kepala naga merah
dan naga biru, kini saling serang dan karena kedua tangan
mereka memegang kepala naga, mereka hanya saling serang
dengan kaki mereka yang menendang-nendang! Para
penonton bersorak-sorak gembira. Sungguh merupakan
tontonan yang selama hidup belum pernah mereka saksikan.
Bayangkan saja! Dua ekor naga bertempur seperti sungguhsungguh di bawah iringan dua perangkat musik yang riuh
rendah suaranya, di antara hujan mercon dan bergulungnya
asap! Dan mereka itu bertempur begitu sungguh-sungguh,
begitu hidup sehingga para penonton tentu akan sukar
melupakan kesan yang amat hebat ini!
Akan tetapi, tiba-tiba muncul seorang anak kecil yang
melompat ke tengah medan bertempuran! Anak itu berteriakteriak akan tetapi tidak ada orang yang dapat mendengar
suaranya. Semua orang terbelalak karena anak itu membawa
sebuah tenckorak manusia yang diangkat ke atas dan anak itu
membuat gerakan yang ringan dan cekatan, meloncat dan
menghantamkan tengkorak itu ke arah kepala kakek
berjenggot panjang yang memainkan cu naga biru! Kakek itu
terkejut, apa lagi melihat anak itu menggunakan sebuah
tengkorak tulen untuk menghantamnya.
"Uhh......!!" Dia berteriak sambil menangkis toya pemegang
cu naga merah, kemudian kakinya menyambar dan
menendang. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Dess.....!" Gin San, anak itu, tidak mungkin dapat
menghindarkan tendangan hebat itu. Anak ini tadi melihat
betapa para pemain naga biru semua kena totokan, maka
setelah dia mendorong-dorong mereka roboh semua, dia lalu
berteriak-teriak untuk memberi tahu orang bahwa para
pemain naga biru itu adalah palsu semua. Akan tetapi
suaranya tenggelam dalam kegaduhan canang dan tambur
yang dipukul berbareng tanpa aturan itu. Akhirnya, melihat
pertempuran, anak yang merasa penasaran ini lalu melompat
dan menyerang kakek berjenggot panjang yang dia tahu
merupakan pimpinan para pemain palsu itu. Akan tetapi
betapapun lincahnya, apa daya seorang anak kecil berusia
sepuluh tahun terhadap seorang yang berkepandaian tinggi
seperti kakek itu" Sekali tendang saja. tubuh Gin San mencelat
ke atas dan........ kebetulan sekali dia terlempar ke atas kepala
naga biru! "Bukk!" Gin San yang terbanting duduk di atas kepala naga
biru, cepat menggunakan tangan kirinya untuk memegangi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tanduk naga biru dan mengempitkan kedua kakinya,
sedangkan tangan kanannya masih memegangi tengkorak
manusia. Para penonton bersorak gegap-gempita! Mereka makin
gembira karena mereka masih nengira bahwa semua itu
adalah permainan yang amat mengasyikkan. Mereka mengira
bahwa bocah itu memang termasuk rombongan pemain, apa
lagi karena bocah itu memegang sebuah tengkorak. Mereka
menuding-nuding ke arah Gin San, tertawa-tawa dan memujimuji ketabahan anak itu yang kini terbawa oleh gerakan
kepala naga biru. Karena kepala naga itu bergerak-gerak naik
turun dan ke kanan kiri, maka Gin San harus mempergunakan
semua tenaganya untuk mempertahankan dirinya agar jangan
sampai terlempar atau jatuh. Tentu saja dia kelihatan seperti
seorang yang menunggang kuda liar dan pemandangan ini
lucu sekali, memancing gelak tawa para penonton
Akan tetapi, tiba-tiba suara ketawa para penonton terhenti,
semua mata memandang terbelalak dan terdengarlah pekik di
sana-sini, wajah-wajah menjadi pucat ketika mereka melihat
betapa pemain mustika naga merah kini roboh oleh tusukan
toya kakek pemain mustika naga biru! Dan robohnya pemain
mustika naga merah ini seolah-olah menjadi isyarat bagi para
pemain naga biru karena kini mereka menerjang dengan kaki
mereka kepada para pemain naga merah dan dalam waktu
singkat saja para pemain itu roboh dan naga merah itupun
terbanting ke atas tanah bersama para pemainnya. Lebih
hebat lagi, kini para penabuh canang dan tambur pengiring
naga biru sudah melemparkan alat-alat musik mereka dan
langsung mereka menyerang para penabuh musik pengiring
naga merah. Terjadilah perkelahian hebat. Penonton bubar!
Gegerlah para penonton, panik dan mereka lari saling terjang,
ada yang jatuh terinjak-injak, teriakan-teriakan dan jerit-jerit
terdengar seolah-olah tempat itu dilanda perang!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sebentar saja, para pemain music pengiring naga merah
sudah dirobohkan oleh lima orang tosu penabuh music
pengiring naga biru, dan kini para pemain naga biru itu
membawa naga mereka menerjang ke dalam kuil ! Para
hartawan melarikan diri sedangkan para hwesio mencoba
untuk menahan, akan tetapi mereka itu dirobohkan oleh
amukan naga biru! Tempat pesta yang tadinya meriah itu kini
menjadi kacau-balau dan geger. Jerit tangis mulai terdengar
dari para wanita yang ketakutan, anak-anak yang terpisah dari
orang tua mereka, dan orang-orang yang terjatuh dan
terinjak-injak. Dan di dalam kuil terdengar suara gaduh ketika
naga biru itu mengamuk merobohkan meja-meja sembahyang
dan merobohkan siapa saja yang berani menghalangi
perbuatan mereka. Akan tetapi naga biru yang seperti kemasukan setan itu
tidak lama mengamuk ke dalam kuil. Setelah merobohkan
meja sembahyang mereka keluar lagi dan ternyata Gin San
masih mendekam di atas kepala naga biru dan, tengkorak itu
masih didekapnya ! Akan tetapi tentu saja dia merasa tersiksa
dan ngeri matanya terbelalak dan mukanya pucat.
"Sute........!"
"Suheng.......!"
Teriakan ini keluar dari mulut Sian Lun dan Ling Ling. Dua
orang anak ini tadi terkejut setengah mati dan terheran-heran
melihat munculnya Gin San, apa lagi ketika melihat Gin San
menyerang pemain cu naga biru sampai tertendang dan
terlempar ke atas kepala naga biru. Mereka sudah memanggilmanggil, akan tetapi tentu saja suara mereka tadi lenyap
tertelan kegaduhan luar biasa itu. Ketika terjadi pertempuran
dan para penonton geger melarikan diri, mereka tidak ikut lagi
karena mereka tidak mau meninggalkan Gin San. Ketika naga
biru menyerbu ke dalam kuil, mereka mengikuti sampai di
depan pintu kuil, akan tetapi tidak dapat masuk karena di
dalam kuil juga terjadi pertempuran dan amukan si naga biru.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Baru setelah naga biru keluar dan mereka melihat bahwa Gin
San masih mendekam di atas kepala naga, mereka berteriak
memanggil dan dengan keberanian luar biasa mereka
meloncat dan menyerang kakek berjenggot panjang yang kini
berjalan di depan naga sedangkan tongkat penyangga mustika
tadi sudah tidak berada di tangannya lagi. Tongkat itu
dibuangnya karena patah ketika dia pergunakan untuk
mengamuk di dalam kuil! "Lepaskan sute !" bentak Sian Lun
"Kakek jahat!" Ling Ling juga membentak.
Dua orang anak itu maju berbareng dan menyerang kakek
berjenggot panjang itu. "Ehhh......!" Kakek itu terkejut dan terheran. Dia masih
terheran - heran melihat Gin San yang masih mendekam di
atas kepala naga biru, dan kini muncul lagi dua orang bocah,
yang menyerangnya. Hampir dia tertawa bergelak. Kiranya
yang menghalangi perbuatannya dan kawan-kawannya adalah
anak-anak kecil ! "Pergilah setan-setan cilik!" bentaknya dan karena dia
marah oleh gangguan anak anak itu, kini dia mengerahkan
sedikit tenaga dalam tamparannya ke arah kepala Sian Lun
dan Ling Ling. "Wut-wut........! Ehhh?"" Kakek berjenggot panjang itu
terbelalak memandang ketika dia melihat dua orang anak itu
hanya terhuyung saja dan tamparan-tamparannya itu ternyata
luput ! Padahal, jarang ada orang dapat mengelak dari
tamparannya tadi, sungguhpun dia hanya mengerahkan
sedikit tenaga. Dia sudah memperhitungkan masak-masak
bahwa tamparan itu sudah cukup untuk membikin pecah,
kepala dua orang anak pengganggu itu dan menewaskan
mereka. Akan tetapi, siapa kira, dua orang anak itu dapat
mengelak dengan kecepatan luar biasa dan hanya terhuyung
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
karena terdorong oleh hawa pukulannya saja. Hal ini membuat
dia merasa malu dan peasaran !
"Kalian harus mampus" bentaknya pula dan dia menerjang
maju mengirim pukulan. Akan tetapi pada saat itu. sebuah
benda melayang ke arah kepalanya dari belakang.
Kakek itu terkejut, mengira bahwa ada lawan gelap
menyerangnya. Dia menggerakkan tangan memukul ke
belakang tanpa menoleh. "Prakkk !" Pecahlah kepala itu! Kepala tengkorak yang
dilemparkan oleh Gin San. Bocah ini yang masih nongkrong di
atas kepala naga biru telah menyambitnya dengan tengkorak
ketika melihat suheng dan sumoinya diserang.
Kakek itu makin terkejut ketika melihat bahwa yang
dipukulnya hancur adalah sebuah tengkorak. Teringatlah dia
akan anak yang membawa tengkorak tadi, maka
kemarahannya memuncak. Dia menubruk ke depan, ke arah
Sian Lun dan Ling Ling, lalu tangannya terayun, menghantam
ke arah Sian Lun. Sekali ini hantamannya hebat sekali dan
tidak mungkin Sian Lun akan dapat mengelak lagi.
''Omitohud, manusia kejam !" Terdengar bentakan dan dua
orang hwesio meloncat keluar dari kuil itu dan mereka
langsung menangkis dan menerima hantaman itu.
"Bresss......!!" Dua orang hwesio itu terpental dan
terguling-guling ketika mereka menangkap pukulan kakek
berjenggot panjang dan terkena hantaman dahsyat itu.
Kakek berjenggot panjang terkejut, akan tetapi pada saat
itu datang petugas-petugas keamanan yang datang berlari-lari
ke tempat itu, dipimpin oleh beberapa orang perwira. Melihat


Tiga Naga Sakti Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ini, kakek berjenggot panjang lalu meloncat dan menyusul
teman-temannya yang sudah melarikan naga biru itu,
menghilang ke dalam gelap.
"Sute......!" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Suheng.......!" .
Sian Lun dan Ling Ling berlari-lari mengejar karena melihat
Gin San terbawa lari oleh naga biru. Juga para petugas
keamanan melakukan pengejaran. Akan tetapi, di luar kota
itu, mereka menemukan liong biru itu menggeletak di tepi
jalan dan tidak nampak seorang pun dari para tosu yang tadi
melakukan kekacauan. Sian Lun dan Ling Ling mencari-cari dengan jantung
berdebar tegang, namun mereka juga tidak dapat menemukan
Gin San yang lenyap bersama para tosu itu. Dengan bingung
mereka lalu pulang dan di sepanjang jalan Ling Ling menangisi
nasib suhengnya yang terbawa pergi oleh para tosu itu. Sian
Lun menghiburnya mengatakan bahwa Gin San mempunyai
banyak akal maka belum tentu akan celaka di tangan orangorang jahat itu.
Gan Beng Han dan Kui Eng menyambut kedatangan
mereka dengan hati lega. Suami isteri pendekar ini sudah
cemas sekali karena mereka telah mendengar berita tentang
kerusuhan yang terjadi di depan kuil. Mereka tadi juga keluar
dan mencari-cari anak mereka, Ling Ling, dan keponakan
mereka, Sian Lun juga murid mereka, Gin San. Namun mereka
tidak melihat seorang pun di antara mereka. Lebih cemas lagi
hati mereka ketika mereka mendengar dari beberapa orang
yang melihatnya bahwa murid mereka, Gin San ikut dalam
keributan, bahkan anak itu secara aneh naik ke atas kepala
naga biru yang menimbulkan kekacauan sambil membawa
sebuah tengkorak manusia! Dan ada pula yang melihat betapa
keponakan dan anak mereka tadi dipukul oleh kakek
berjenggot panjang. "Ah, syukur kalian datang!" seru Kui Eng dan Beng Han
ketika melihat munculnya anak mereka dan Sian Lun.
"Ibu......!" Ling Ling berseru dan lari memeluk ibunya
sambil menangis. "Ibu, ji-suheng dilarikan orang-orang jahat
Pedang Penakluk Iblis 1 Pedang Keadilan Karya Tjan I D Jodoh Rajawali 31

Cari Blog Ini