Ceritasilat Novel Online

Beruang Salju 10

Beruang Salju Karya Sin Liong Bagian 10


dulu, agar kami bisa mengadakan penyambutan yang
selayaknya....."!"
Ciu Pek Thong menoleh kepada Yo Him, dia tertawa nyengir, dia
bilang: "Aneh orang itu, kita datang ke mari secara diam-diam,
mengapa dia bilang kita harus memberi kabar agar disambut
dengan selayaknya oleh mereka" Hem, sedangkan kita justru jemu
dengan sambutan mereka. Kita datang secara diam-diam karena
tak ingin disambut selayaknya oleh mereka.....!" Dan Ciu Pek
Thong tertawa bergelak-gelak.
Di waktu Ciu Pek Thong tertawa, adalah Yo Him yang tidak
tertawa. Dia telah mengenali suara orang yang bicara itu, tidak lain
dari suaranya Tiat To Hoat-ong, yang orangnya memang telah
muncul dengan segera. 647 Tiat To Hoat-ong muncul dengan diiringi oleh lima atau enam orang
pengikutnya. Sedangkan ratusan orang yang mengepung ruangan
itu, mengurung Ciu Pek Thong dan Yo Him, masih mengambil
posisi semula, tanpa bergerak dan tanpa merobah kedudukan.
Yo Him telah melihat, di belakang Tiat To Hoat-ong itu adalah jagojago Mongolia pilihan, juga terdapat beberapa orang jago bangsa
Han. Tiat To Hoat-ong sendiri telah muncul dengan langkah kaki
lebar dan mulut tersenyum, muka berseri-seri, sama sekali dia
tidak memperlihatkan sikap bengis, diapun telah bilang: "Aha,
kiranya Yo kongcu! Selamat datang! Dan kau, Ciu Tayhiap,
rupanya engkau pun meringankan kaki untuk datang berkunjung
ke mari!" Ciu Pek Thong telah beberapa kali bertempur dengan Tiat To Hoatong di waktu-waktu yang lalu. Mengenai cerita pertempuran Tiat
To Hoat-ong dengan Ciu Pek Thong dapat diikuti dalam cerita Sintiauw-thian-lam.
Sekarang mereka bertemu pula. Walaupun Tiat To Hoat-ong
memiliki ilmu yang sangat tinggi, tokh dia masih kalah seurat jika
dibandingkan dengan Ciu Pek Thong, di mana dulu dia telah
terdesak hebat oleh serangan-serangan Loo-boan-tong yang
jenaka dan berandalan ini.
"Hemmm, Tiat To Hoat-ong, sekarang kita bertemu lagi, inilah
jodoh namanya!" berseru Ciu Pek Thong dengan girang. Karena
dia sangat girang bisa bertemu dengan Tiat To Hoat-ong, dan
tangannya juga jadi gatal lagi, di mana dia ingin main-main dengan
pendeta Mongolia yang tangguh itu.
648 Yo Him waktu itu melihat, bahwa di belakang Koksu Mongolia itu
terdapat Gochin Talu jago Mongolia yang memiliki kepandaian
tinggi dan tangguh itu, juga disamping itu, tampak pula Lengky
Lumi. Diam-diam Yo Him jadi berpikir keras, melihat lawanlawannya yang terdiri dari jago-jago tangguh itu berkumpul
semuanya di situ. Yo Him pun merasa bahwa sulit buat dia menyingkir diri dengan
gampang. Selain dari Lengky Lumi dan Gochin Talu, juga tampak
jago-jago tangguh lainnya yang semuanya memang memiliki
kepandaian tinggi, begundalnya Tiat To Hoat-ong.
Ciu Pek Thong dasarnya Loo-boan-tong, karena belum lagi Tiat To
Hoat-ong menyahuti justru begitu habis dengan perkataannya,
tubuhnya telah menyusul dengan cepat melompat ke depan Tiat
To Hoat-ong, dia telah mengulurkan tangannya untuk menarik
hidungnya si pendeta. Tapi Tiat To Hoat-ong sejak munculnya tadi, karena mengetahui
bahwa lawan-lawannya ini adalah dua orang yang memiliki
kepandaian yang sangat tangguh telah berlaku waspada sekali.
Dan di waktu Ciu Pek Thong begitu tiba-tiba sekali menyerang
kepadanya, dia telah mengelakkan diri ke samping.
Gochin Talu yang berdiri tepat di belakangnya Koksu Mongolia
tersebut, telah mewakili Tiat To Hoat-ong menyambuti uluran
tangan Ciu Pek Thong, dia telah menangkis dengan tangan
kanannya untuk menghantam pergelangan tangan Ciu Pek Thong.
Ke dua tangan itu jadi membentur, malah membenturnya juga kuat
649 dan keras sekali, sampai memperdengarkan suara benturan yang
hebat bukan main. Dalam keadaan seperti itulah, Ciu Pek Thong menarik pulang
tangannya. Loo-boan-tong telah tertawa, "haha hihi," dia bilang:
"Bagus, engkau yang mau mewakili si gundul itu menerima
tanganku?" Dan dia tidak tinggal diam, karena dia telah membarengi dengan
pukulan tangannya yang berkelebat-kelebat dengan cepat sekali.
Bukan hanya soal cepat dan gesitnya, tapi yang terpenting dalam
pukulan-pukulan yang dilakukan oleh Ciu Pek Thong adalah soal
tenaga lweekang yang dipergunakannya, demikian hebat luar
biasa saja terkena angin pukulannya itu, tanpa perlu terkena
serangan jitu, tentu akan berjumpalitan. Terlebih lagi jika memang
terkena telak pukulan itu, tentu tubuh jago itu akan jungkir balik
dengan tulang rusuknya berantakan!
Namun Cochin Talu ini merupakan seorang jago yang memiliki
kepandaian tidak lemah. Walaupun dia tidak sehebat Tiat To Hoatong dan masih kalah setingkat dengan Ciu Pek Thong, di dalam
kalangan Kangouw dia sudah sulit dicari tandingannya.
Menerima serangan Ciu Pek Thong seperti itu, Gochin Talu tidak
menjadi gugup, malah dia mengempos semangatnya. Setelah dia
mengegos ke samping kanan tahu-tahu telapak tangan kanannya
menyambar akan menepuk jalan darah Bun-cie-hiatnya Ciu Pek
Thong. Ciu Pek Thong adalah seorang yang memiliki ilmu Khong-bengkun yang luar biasa, yang memiliki tujuhpuluh dua jalan.
650 Melihat orang menyerang dia dengan cara seperti itu, dia bukannya
terkejut malah jadi girang. Seperti diketahui, Ciu Pek Thong adalah
seorang yang keranjingan ilmu silat. Walaupun usianya kian hari
kian bertambah tua, bukan saja sifat berandalnya yang semakin
menjadi-jadi, begitu juga keranjingannya pada ilmu silat semakin
menggila, di mana setiap hari dia juga terus berlatih, tidak ada satu
haripun yang disia-siakan begitu saja.
Sekarang memperoleh perlawanan yang cukup berat dari Gochin
Talu, semangatnya terbangun. Walaupun sudah banyak makan
asam garam dunia, juga menyadari kedatangannya ini ke istana
Kaisar hanya untuk melakukan penyelidikan belaka, namun
dasarnya Loo-boan-tong si berandalan, bukannya dia berusaha
menghindari diri dari keonaran, malah, dia jadi gatal tangannya.
Apalagi sifat jagonya masih belum berkurang.
Melihat cara lawan, dia telah mengibas tangan bajunya akan melilit
tangan Gochin Talu. Kesempatan yang ada ini untuk bertarung
dengan Gochin Talu tidak disia-siakan, malah dia telah berseru:
"Jangan hanya kau seorang diri saja, karena jika kau cuma
seorang, masih tanggung! Juga kau, hei pendeta gundul, ayo
maju..... ayo maju semuanya!" Itulah tantangan yang ditujukan
kepada Tiat To Hoat-ong dan orang-orangnya, dan Loo-boan-tong
menantangnya dengan muka berseri-seri.
Setelah berhasil memunahkan tepukan telapak tangan Gochin
Talu, malah Loo-boan-tong telah menerjang ke arah lawannya
sambil membentak: "Sambutlah tanganku ini!" tangan kanannya
telah menghantam dan dalam serangan pertama dia telah
mempergunakan Kong-beng-kun nya yang semuanya memiliki
651 tujuhpuluh dua jalan atau jurus itu, bukan main dahsyatnya cara
menyerang Ciu Pek Thong. Walaupun memiliki kepandaian tinggi, tidak urung Gochin Talu jadi
tercekat hatinya. Segera juga dia balas menyerang dengan tangan
kirinya untuk menyambuti gempuran itu. Mendadak dia merasakan
tenaga lawan sebentar ada sebentar hilang, sehingga pukulannya
jadi serba salah. Keras salah, lunak pun tidak benar.
Dia segera mengerti, bahwa sekarang dirinya tengah menghadapi
lawan terkuat selama hidupnya. Maka segera saja dia
mengeluarkan pukulan yang telah dilatih selama belasan tahun,
Dengan diiringi suara menderu-deru dia mengirim tiga pukulan
berantai. Tenaga pukulan itu demikian hebat, sehingga seperti apa
yang biasa disebut bunga-bunga rontok dan jatuh di tanah
bagaikan hujan gerimis. Setelah itu dia susul pula dengan tiga
pukulan beruntun. Mendadak terdengar suara bentrokan tangan yang hebat sekali.
Semula Gochin Talu beranggapan tenaga lweekang Ciu Pek
Thong mungkin berimbang atau menang sedikit dari dia. Namun
sesudah menyerang dua kali, hatinya jadi tercekat kaget, karena
dia memperoleh kenyataan bahwa lweekang Ciu Pek Thong masih
lebih tinggi setingkat dari tenaga dalamnya!
Gochin Talu juga tahu, jika kurang hati-hati, dia akan jatuh dan
dirobohkan kakek jenaka yang berandalan itu. Maka dia
mengempos semangatnya dan telah menyerang terus dengan
tidak sungkan-sungkan dan tanpa memperdulikan lagi
sekelilingnya, karena waktu itu dia tengah berusaha untuk dapat
652 merebut waktu, guna merubuhkan Ciu Pek Thong dalam waktu
yang singkat. Jika mereka bertempur lebih lama, berarti akhirnya
dirinya yang akan menjadi pecundang.
"Liehay! Kau sungguh liehay," berseru Loo-boan-tong sambil
tertawa tidak hentinya. Pertandingan seperti ini barulah meresap di
hati, sungguh menyenangkan!"
Yo Him waktu itu telah mengerutkan alisnya dia tidak habis
mengerti mengapa Loo-boan-tong masih tidak bisa melenyapkan
keberandalannya atau sedikitnya mengurangi, agar tidak
menimbulkan keonaran. Namun sekarang semuanya telah terjadi
demikian, dia jadi memutar otak untuk kelak menghadapi Tiat To
Hoat-ong dan orang-orangnya itu, jika sampai Kok-su Mongolia itu
turun tangan. Jarak tenaga pukulan ke dua lawan itu semakin lama jadi semakin
luas, sehingga banyak orang-orangnya Tiat To Hoat-ong terpaksa
mundur ke belakang. Tidak lama kemudian, Ciu Pek Thong sudah menggunakan
seluruh jurus Khong-beng-kunnya. Walaupun dia lebih menang
dari lawannya, tetapi dia tidak bisa cepat-cepat merubuhkan
lawannya itu, karena Gochin Talu pun bukan lawan yang ringan
dan bisa diremehkan. Setelah mempergunakan seluruh Khong-beng-kun, dan Gochin
Talu masih bisa bertahan, tiba-tiba Ciu Pek Thong tertawa panjang,
dia telah merobah cara bersilatnya. Sekarang dia menyerang
dengan ilmu "memecah pikiran" yang memang telah digubahnya
sendiri, yang diciptakannya dengan sempurna. Dengan
653 mempergunakan ilmu tersebut, dia menyerang dengan dua
macam ilmu silat, sehingga dalam sekejap Gochin Talu seolaholah menghadapi dua orang Ciu Pek Thong, yang membuat dia
jadi sibuk sekali dan mulai terdesak.
Jalan satu-satunya buat Gochin Talu adalah mengempos
semangatnya dan mempergunakan seluruh lweekangnya untuk
berusaha menangkis, mengelakkan dan berkelit dari terjangan dan
serangan si tua berandalan tersebut. Pertempuran itu semakin
lama jadi semakin seru berlangsung dahsyat, di mana angin
pukulan menderu-deru mengurung diri ke dua orang yang tengah
mengadu kepandaian itu. Tiat To Hoat-ong yang memang telah pernah merasakan
tangannya Loo-boan-tong, tidak kaget melihat kehebatan Ciu Pek
Thong, ia cuma kagum, bahwa Loo-boan-tong bisa memiliki ilmu
yang demikian sempurna dan hebat. Walaupun sekarang Tiat To
Hoat-ong telah hampir berhasil merampungkan pelajaran ilmu
Soboc nya, tokh kenyataannya di hati kecil Koksu itu harus
mengakuinya, jika dia sendiri yang menghadapi Ciu Pek Thong,
belum tentu dia bisa menghadapinya sebanyak seribu jurus......
Diam-diam, Koksu negara inipun jadi teringat kepada adik
seperguruannya, yaitu Kim Lun Hoat-ong yang telah terbinasa
waktu ikut serta dalam penyerbuan ke Siang-yang, sebelum
Mongolia berhasil merebut Tiong-goan dan merubuhkan kerajaan
Song. Kim Lun Hoat-ong merupakan sutenya yang memiliki
kepandaian luar biasa tingginya, dan Tiat To Hoat-ong
mengakuinya itu, dia sendiri waktu itu mungkin masih kalah satu
tingkat dari sutenya itu.
654 Kim Lun Hoat-ong selain mahir ilmu silatnya, orangnyapun cerdik
sekali. Namun dia akhirnya harus menemui kebinasaan ditangan
jago-jago di daratan Tiong-goan.
Jika dilihat demikian, jelas bahwa jago-jago di daratan Tiong-goan
memang umumnya merupakan jago-jago yang hebat. Sekarang
saja dia telah menyaksikan bahwa Ciu Pek Thong setelah berpisah
dengan dia beberapa lamanya, kini telah memperoleh kemajuan
yang lebih hebat dibandingkan sebelumnya.
Teringat kepada adik seperguruannya itu, Kim Lun Hoat-ong, hati
Tiat To Hoat-ong jadi berduka. Diapun menyadari, bahwa
kedatangannya ke Tiong-goan ini sesungguhnya semula
berpangkal disebabkan kebinasaan Kim Lun Hoat-ong. Dia datang
ke Tiong-goan untuk menuntut balas pada jago-jago di daratan
Tiong-goan. Namun justru Kaisar Kublai Khan yang mengetahui perasaannya
itu, telah memanfaatkannya dengan memberikan kedudukan
padanya sebagai Koksu negara, sehingga akhirnya Tiat To Hoatong terlibat dalam urusan politik negaranya. Di samping itu,
semakin lama dia terlibat semakin dalam, dan dia merasakan
sekarang ini sulit buat dia melepaskan diri dari dunianya yang
sekarang, dunia yang berbau politik. Dan walaupun dia telah
menerima juga murid-murid tertentu, namun di antara muridmuridnya itu sekarang ini tidak ada seorang pun yang bisa
memuaskan hatinya. Dia ingat, Kim Lun Hoat-ong, sang sute yang telah menutup mata
itu, memiliki tiga orang murid di kala dia masih hidup. Murid sutenya
655 yang pertama, yaitu yang nomor satu itu memiliki kepandaian tinggi
dan kecerdikan yang boleh terpuji, karena dia paham ilmu silat dan
ilmu surat. Bakatnya sangat baik sekali, dia hendak diambil
sebagai ahliwarisnya Kim Lun Hoat-ong, yang akan menggantikan
kedudukan sang guru itu. Namun sayang sekali, apa lacur murid
itu mati siang-siang dalam usia muda.
Lalu murid yang nomor dua, yaitu Dalpa, polos dan sederhana
sekali sifatnya, tetapi dia tidak berbakat untuk menjadi seorang
jago yang liehay. Murid Kim Lun Hoat-ong yang ketiga, yaitu
pangeran Hotu, tipis budi pekertinya, diapun murtad terhadap
gurunya. Semua itu telah membuat Kim Lun Hoat-ong jadi berduka.
Dia menyesal kepandaiannya tidak bisa diwariskan kepada
seorang murid yang pandai dan dapat diandalkan. Tidakkah
sayang jika kepandaian itu habis dengan begitu saja" Sampai
akhirnya dia menutup mata dengan kecewa, ketembus api.
Sekarang Tiat To Hoat-ong juga memiliki perasaan yang sama
seperti yang pernah dirasakan oleh sutenya itu. Dia memang telah
mulai menerima murid, namun tidak ada seorang pun yang bisa
mewarisi seluruh kepandaiannya. Diapun kecewa, karena dia
kuatir kelak kepandaiannya yang luar biasa, terutama
kepandaiannya ilmu Soboc itu, akan lenyap terbawa mati
olehnya..... Waktu itu, pertempuran ke dua orang di kalangan semakin hebat
saja, karena baik Ciu Pek Thong maupun Gochin Talu telah
mengempos dan mengeluarkan kepandaian mereka yang hebat.
Malah waktu itu Ciu Pek Thong yang berulang kali telah berhasil
656

Beruang Salju Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mendesak Gochin Talu, telah mengejek berulang kali: "Mana
kepandaianmu yang berarti" Jika aku harus melayani lawan
seperti kau yang hanya mempergunakan ilmu yang itu-itu juga dan
tidak ada artinya, hemmm, hemmm percuma saja akan
membuang-buang tenagaku!"
Mendengar ejekan Loo-boan-tong, Gochin Talu jadi gusar bukan
main. Diam-diam dia memusatkan seluruh lweekangnya, lalu
menyahuti dengan suara yang lantang,
"Loo-boan-tong! Kau terlalu memandang enteng padaku, Gochin
Talu! Kau berkata begitu mengartikan bahwa aku tidak mungkin
nempil dan tidak ada harganya bertempur dengan kau, si Looboan-tong" Huh, huh! Jika aku tidak bisa menang, aku akan segera
menggorok leher di istana Kaisar ini......!"
Dan tanpa menantikan jawaban dari Loo-boan-tong, tampak
Gochin Talu telah melompat mengirimkan pukulan. Loo-boan-tong
pun segera balas menyerang. Tapi kali ini, karena merasa memang
lawannya menggempur dia jauh lebih hebat, Loo-boan-tong tidak
berani main-main dan memandang remeh, dia telah menggunakan
untuk menggertak lawannya pada bagian-bagian yang berbahaya.
Setelah lewat lagi beberapa puluh jurus, biarpun mereka
hertempur dengan seru seperti ini dan Gochin Talu
mempergunakan seluruh tenaga dan kepandaiannya namun tetap
saja dia tidak bisa berada di atas angin, tetap Loo-boan-tong lebih
menang dari dia, seperti juga Loo-boan-tong selalu
mempermainkannya. 657 Dalam keadaan terdesak seperti itu, cepat luar biasa Gochin Talu
telah maju setindak dan coba mengirim satu pukulan balasan untuk
mendesak Loo-boan-tong. Tapi di luar dugaan, baru saja tinjunya menyentuh tubuh, tiba-tiba
dia merasa otot kepungan Loo-boan-tong yang diserangnya itu
telah bergerak dengan berbareng, dilain detik, tinjunya terpental!
Gochin Talu kaget tidak terkira, cepat-cepat dia melompat ke
samping. Bahwa seorang ahli silat mengempeskan dada dan perut untuk
menghindarkan diri dari pukulan musuh adalah peristiwa yang
lumrah, namun melawan musuh dengan mempergunakan gerakan
otot, benar-benar belum pernah didengar atau dialami olehnya. Dia
heran bukan main, dan waktu itu dia pun tidak berani berayal untuk
menyingkir ke pinggir. Tiat To Hoat-ong yang melihat kawannya telah kewalahan seperti
itu menghadapi Ciu Pek Thong, dan jika memang dipaksakan terus
untuk bertempur dalam beberapa jurus lagi, tentu Gochin Talu
akan dapat dirubuhkan Ciu Pek Thong atau juga dapat
dicelakainya, karena dari itu dia menghadang di depan Ciu Pek
Thong, sepasang tangannya telah dilintangkan, dia telah bersiapsiap untuk menerima serangan. Dengan demikian, setiap gerakan
yang dilakukannya itu merupakan gerakan yang akan dapat
menerima serangan dari lawan, jika saja waktu itu Ciu Pek Thong
melancarkan serangan padanya.
Namun si bocah tua berandalan itu tidak menyerang, dia hanya
tertawa haha-hihi saja, dia juga telah bilang dengan sikapnya yang
658 jenaka sekali: "Pendeta gundul, apakah engkau juga ingin
mengadu tangan denganku"!"
Tiat To Hoat-ong tersenyum, dia telah bilang dengan sikap yang
diusahakan sesabar mungkin: "Ciu Tayhiap. kepandaianmu
memang hebat, dan mungkin di dalam dunia ini jarang dicari
duanya orang yang memiliki kepandaian setinggi kau! Hemmm,
aku Tiat To Hoat-ong memang harus mengakuinya bahwa
sesungguhnya ilmu yang dimiliki oleh Ciu Tayhiap, merupakan ilmu
yang luar biasa sekali......!"
Ciu Pek Thong melengak sejenak. Dia tadinya menduga Tiat To
Hoat-ong menghadang di depannya untuk bertempur, siapa tahu
Koksu Monggolia itu justru memujinya. Dan Ciu Pek Thong telah
tertawa lagi, dia bilang: "Kau mengumpak aku seperti itu tentunya
kau memiliki maksud tertentu!"
Tiat To Hoat-ong berusaha untuk tersenyum dan dia bilang dengan
suara yang sabar: "Untuk apa mengumpakmu, Ciu Tayhiap"
Bukankah memang aku telah mengatakan dari hal yang
sebenarnya, bahwa memang kepandaian yang kau miliki itu
merupakan kepandaian yang sangat tinggi sekali?""
Ciu Pek Thong telah tertawa lagi, dia mengangguk. "Baik, baik,"
katanya. "Jika memang engkau mengatakan kepandaianku sangat
tinggi, sekarang mari kita main-main beberapa jurus..... Aku sendiri
jadi ingin membuktikan, apakah memang benar-benar aku memiliki
kepandaian yang tinggi, dan dalam berapa jurus aku bisa
merubuhkan dirimu, kepala gundul.....!"
659 Tiat To Hoat-ong tersenyum dipaksakan, itulah senyum
mengandung kemendongkolan juga karena berulang kali Ciu Pek
Thong selalu menyebut dia dengan sebutan kepala gundul, namun
Tiat To Hoat-ong juga menindih kemendongkolannya itu, diapun
berpikir, "Orang memang liehay kepandaiannya, diapun tidak
berada di bawah kepandaian dari Oey Yok Su dan lain-lainnya.
Jika memang aku bisa membujuknya agar dia mau bekerja sama
denganku, bukankah berarti suatu keuntungan yang tidak kecil"
Hemmm, hemmm. biarlah aku akan mencobanya!"
Dan setelah berpikir begitu, Tiat To Hoat-ong juga telah bilang
dengan suara yang diiringi oleh tertawanya: "Ciu Tayhiap, di dalam
hal ini tentunya engkau mau berlaku lunak padaku, agar tidak
menyerang terlalu hebat, tidak terlalu mendesakku dengan
pukulan yang mematikan, karena aku akan berusaha melayanimu
beberapa jurus.....!"
Sambil berkata begitu, Tiat To Hoat-ong bersiap-siap, dia telah
mengangkat ke dua tangannya, dan mengambil sikap menantikan
serangan. Secara diam-diam Tiat To Hoat-ong juga bermaksud
untuk mengadu ilmu Soboc nya guna mencoba sampai berapa
jauh kemajuan yang telah diperolehnya selama ini.
Waktu itu Ciu Pek Thong telah berkata dengan suara yang dingin:
"Kau kepala gundul, engkau memiliki lidah yang bercabang, aku
tahu di mulut engkau memuji aku, tetapi sesungguhnya engkau
tengah menyumpahi mampus padaku.....!" Dan setelah berkata
begitu, Ciu Pek Thong menggerakkan ke dua tangannya, diapun
berseru: "Ayo jaga serangan.....!"
660 Kali ini Ciu Pek Thong menyerang lebih hebat jika dibandingkan
ketika dia berhadapan dengan Gochin Talu, karena memang Ciu
Pek Thong sendiri pernah beberapa kali bentrok dengan Koksu
negara dari Mongolia ini. Dia telah merasakan bahwa ilmu yang
dimiliki Tiat To Hoat-ong lebih tinggi dari kepandaian Gochin Talu.
Jika dalam pertempuran kali ini Ciu Pek Thong berlaku ayal atau
memandang remeh padanya, bisa-bisa dirinya sendiri yang akan
celaka di tangan Koksu itu.....!
Tiat To Hoat-ong melihat bahwa pukulan ke dua tangan Ciu Pek
Thong mengandung tenaga dalam yang luar biasa dahsyatnya,
yang bisa meremukkan tulang dan tubuh. Karena itu menyadari
dirinya tengah menghadapi seorang jago yang benar-benar
memiliki ilmu yang sangat tinggi, disamping itu juga memang Tiat
To Hoat-ong baru saja sembuh dari luka di dalamnya akibat
pertempurannya dengan Swat Tocu waktu di dalam istananya
pangeran Ghalik, dengan sendirinya dia berlaku lebih hati-hati.
Selama ini Tiat To Hoat-ong telah berlatih diri dengan tekun, dia
berusaha untuk menembus tingkat berikutnya dari latihan ilmu
Sobocnya itu. Melihat tinju Ciu Pek Thong telah menyambar datang seperti itu
cepat-cepat Tiat To Hoat-ong telah berusaha untuk mengelakkan
diri ke samping kanan, dan dia menangkis dengan tangan kirinya,
tangannya beradu dengan tangan Ciu Pek Thong, terdengar suara,
"Duk!" yang keras sekali. Tiat To Hoat-ong merasakan tubuhnya
tergetar, dadanya jadi menyesak, dan dia juga merasakan
dorongan yang bergelombang dari kekuatan tenaga dorongan dari
tinju Ciu Pek Thong. 661 Dalam keadaan seperti ini rupanya Ciu Pek Thong juga tidak mau
mensia-siakan kesempatan yang ada, karena cepat sekali dia telah
mengeluarkan seruan: "Jaga serangan.....!" kembali tinjunya itu
telah bergerak dengan beruntun, di mana dia menyerang berulang
kali mendesak Tiat To Hoat-ong.
Tiat To Hoat-ong melayaninya dengan lebih banyak berkelit dan
memperhatikan kepandaian Ciu Pek Thong. Jurus demi jurus
diperhatikan dengan seksama, karena dia ingin mencari
kelemahan diri Loo-boan-tong.
Dalam keadaan seperti itu tampak Ciu Pek Thong jadi mendongkol
juga, karena lawannya lebih banyak mengelak dan berkelit belaka.
"He pendeta gundul, mengapa, engkau tak balas menyerang"!"
teriak si bocah tua bangka yang berandalan itu.
Tiat To Hoat-ong tersenyum, dia telah menggerakkan tangan
kirinya merapat pada dadanya, tangan kanannya membarengi
mendorong, dia telah mengatakan: "Ya, kau terimalah ini.....!"di
mana dia telah menyerang dengan ilmu Sobocnya.
Angin menderu-deru kuat sekali menerjang kepada Ciu Pek
Thong, dan angin pukulan yang dilakukan Tiat To Hoat-ong sangat
kuat sekali. Namun Ciu Pek Thong bisa menyambut dengan keras
dilawan keras, dia menangkis dengan berani. Berulang kali
terdengar suara benturan tangan. Namun yang terdesak adalah
Tiat To Hoat-ong, diam-diam dia harus mengakuinya, bahwa ilmu
dan kepandaiannya masih kalah seurat dengan Ciu Pek Thong,
662 Dalam suatu kesempatan, waktu Ciu Pek Thong melompat mundur
untuk menghindar pukulan lawannya, Tiat To Hoat-ong telah
berseru: "Tahan.....!"
Ciu Pek Thong mencilak-cilak matanya, dia bertanya dengan suara
yang tawar: "Apakah engkau mau menyudahi pertandingan ini
begini saja"!" "Bukan," menyahuti Tiat To Hoat-ong. "Tetapi aku ingin
menganjurkan kepadamu, agar kita beristirahat saja dulu.....
apakah usulku ini bisa diterima oleh Ciu Tayhiap"!"
"Beristirahat"!" tanya Ciu Pek Thong sambil mementang matanya
lebar-lebar. "Ya, kita beristirahat dulu, karena tadi Ciu Tayhiap telah bertempur
dengan Gochin Talu, sahabatku itu, dan tenagamu tentu sudah
banyak terbuang karenanya. Jika sekarang kita bertempur terus,
tanpa Ciu Tayhiap beristirahat dulu, tentunya jika aku beruntung
bisa merebut kemenangan, hal itu kurang menggembirakan, di
mana Ciu Tayhiap tentu bisa saja mengatakan bahwa
kemenanganku itu diperoleh secara tidak adil..... aku merebut
kemenangan itu di saat engkau sendiri tengah dalam keletihan.....!"
Ciu Pek Thong tertawa. "Aku sebetulnya tidak lelah, tetapi jika memang benar engkau ingin
beristirahat, aku bersedia meluluskannya, mari kau beristirahat
dulu, nanti baru kita melanjutkan pula untuk mengadu tenaga dan
kepandaian.....!" 663 Tiat To Hoat-ong menoleh pengawal-pengawal istana yang sedang
mengepung Ciu Pek Thong. Salah seorang dari mereka telah pergi
ke dalam istana, dan tidak lama kemudian telah membawa keluar
secawan arak. Dia telah membawanya langsung kepada Ciu Pek
Thong, dan lalu mengangsurkan dengan ke dua tangannya,
sikapnya menghormat sekali.
Ciu Pek Thong yang telah bertempur banyak jurus dan telah
mempergunakan banyak tenaga, dengan sendirinya merasa haus.
Sekarang orang membawakan dia secawan besar arak, maka dia
menyambuti sambil tertawa.
Tiat To Hoat-ong waktu itu telah berkata: "Hanya itulah
persembahan kami, untuk menghormati kunjungan Ciu Tayhiap ke
istana Kaisar ini.....!"
Ciu Pek Thong hanya tertawa, kemudian dia membawa cawan itu
ke dekat bibirnya untuk meneguk tehnya. Namun di saat tepian
cawan akan menempel pada bibirnya si Loo-boan-tong, tampak
melesat dua sinar dan terdengar: "Tranggggg," cawan di tangan
Ciu Pek Thong telah hancur berantakan, dan juga isinya telah
tumpah membasahi lantai. Ciu Pek Thong terkejut. Dia menoleh ke arah datangnya serangan
gelap itu. Ternyata Yo Him yang telah melontarkan dua batang
paku kecil, malah waktu itu Yo Him telah berkata: "Ciu Locianpwe,
hati-hati, tidak boleh kau sembarangan minum barang yang
dipersembahkan mereka.....!"
Ciu Pek Thong tersadar cepat. Dia berjingkrak dan menunduk
dilihatnya batu yang digenangi oleh tumpahan arak itu, telah
664 berubah warnanya menjadi hitam. Maka Ciu Pek Thong jadi gusar
bukan main. "Pendeta gundul biadab dan keji, kau hendak
meracuni aku, heh?" Tiat To Hoat-ong semula tengah girang bukan main melihat Ciu
Pek Thong akan minum arak itu. Namun melihat Yo Him telah
mempergunakan paku kecil untuk menghantam hancur cawan di
tangan Ciu Pek Thong, maka gagallah dia dengan maksudnya
yang ingin meracun Ciu Pek Thong. Sekarang mendengar Ciu Pek
Thong berkata begitu, dengan muka yang merah padam karena
gusar, dia telah membentak juga.
"Bagus! bagus! Sesungguhnya manusia seperti kalian tidak ada
gunanya diracuni, karena walaupun kalian memiliki sayap, tokh
kalian tidak mungkin bisa terbang meninggalkan tempat ini.....!"
Dan berbareng dengan perkatannya itu Tiat To Hoat-ong telah
menggerakkan tangan kanannya, dia telah mengebut dengan
gerakan yang perlahan. Namun semua orang-orangnya mengerti, di mana mereka
serentak telah bergerak mengepung rapat Ciu Pek Thong dan Yo
Him di tengah-tengah. Sedangkan Yo Him telah melompat mundur,
karena dia memang tidak ingin ikut terkepung. Tetapi jumlah dari
semua orang-orang yang mengepungnya itu, yaitu para pengawal
istana, sangat banyak sekali, ratusan orang. Kemana Yo Him
meloncat, di sana telah mengepung pengawal lainnya.
Dengan demikian, Yo Him akhirnya telah memutuskan akan
melabrak barisan pengawal istana itu bersama-sama dengan Ciu
Pek Thong, di mana dia akan merubuhkan para pengawal tersebut
665 guna menerobos kepungan. Dia melirik kepada Ciu Pek Thong, dia
juga bilang: "Ciu Locianpwe, kita terobos saja keluar......!"
Ciu Pek Thong mengerti apa yang dimaksudkan oleh Yo Him, dia
telah menjejakkan kakinya, tubuhnya berkelebat, dan sepasang
tangannya telah bergerak dengan serentak, maka terdengar lima
atau enam orang pengawal itu yang menjerit, tubuhnya mereka
terpental kuat Yo Him juga tidak tinggal diam, karena pemuda ini telah bekerja
tidak tanggung, sepasang tangan dan kakinya telah bekerja, maka
belasan orang pengawal istana telah terjungkir balik terpental kena
hantaman tangannya atau dupakan kakinya.
Tiat To Hoat-ong telah melirik kepada Lengky Lumi dan Gochin
Talu, segerti juga memberi isyarat kepada ke dua jagonya itu agar
maju untuk mengepung Ciu Pek Thong.


Beruang Salju Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Melihat jumlah lawan yang banyak seperti itu, membuat Ciu Pek
Thong dan Yo Him jadi menyadari bahwa mereka tidak boleh
berlambat atau berayal menghadapi mereka. Besar kemungkinan
Tiat To Hoat-ong bisa saja memanggil pasukan lainnya untuk ikut
mengepung mereka. Jika jumlah para pengawal istana itu lebih
banyak lagi, tentu mereka akan dikepung lebih rapat dan sulit untuk
bergerak. Tidak berpikir lagi lebih jauh, Ciu Pek Thong telah menyambar dua
orang pengepungnya, dia telah mencengkeram ke dua orang itu.
Kemudian tubuhnya diayun-ayun, dibolang balingkan menghantam
para pengawal lainnya. 666 Tentara istana yang melihat hal ini, segera mundur dengan cepat.
Ciu Pek Thong mempergunakan kesempatan itu untuk melompat
keluar kepungan, dia telah melompat dengan gesit, sambil ke dua
orang tawanannya diputar terus. Yo Him juga telah menyusul.
"Kejar dan tangkap mereka.....!" Tiat To Hoat-ong pun telah
berseru. Dia bukan hanya berseru begitu saja, karena gesit bukan
main tubuhnya yang tinggi besar telah mencelat ke tengah udara
bagaikan seekor burung elang yang besar. Dia telah menyambar
ke arah Ciu Pek Thong. Telapak tangannya ditepukkan ke pundak
Ciu Pek Thong, karena dia ingin menghantam pundak Ciu Pek
Thong dengan ilmu pukulan Sobocny
Ciu Pek Thong merasakan berkesiuran angin yang kuat
menyambar di dekat pundaknya. Tanpa menoleh, dia hanya
mengangsurkan seorang tawanannya yang tercekal di tangan
kirinya. Segera terdengar suara jerit kematian pengawal yang
ditawannya itu, justru telah mewakilinya menerima hantaman
telapak tangan Tiat To Hoat-ong. Dan dikala tubuhnya terhantam
seperti itu, di saat itu juga dia telah tidak bernapas lagi dengan
tubuh yang segera berobah menjadi hitam......!
Waktu itu, tampak Ciu Pek Thong sendiri telah melompat lagi
meneruskan larinya. Yo Him juga telah mengikuti di belakangnya,
mereka sama-sama gesit, dan dalam waktu yang singkat, mereka
telah tiba di luar istana.
Tidak ada seorang pengawalpun yang bisa menahan mereka,
karena jika ada pengawal istana yang merintanginya, Ciu Pek
Thong akan menghantamnya dengan mempergunakan orang
667 tawanannya itu, sehingga tawanan itu menjerit kesakitan dan
menderita sekali. Begitu juga si pengawal yang dihantam akan
terjungkir balik dan menderita luka parah.
Setibanya mereka di luar istana Yo Him dan Ciu Pek Thong telah
mempergunakan ginkang mereka untuk pulang ke rumah
penginapan. Setelah menceritakan segalanya, Yo Him mengajak
pangeran Ghalik dan yang lainnya untuk meninggalkan rumah
penginapan. Mereka telah keluar dari kota raja, mereka pun telah mencari
sebuah rumah penduduk yang letaknya agak terpencil. Kepada
pemilik rumah itu mereka menumpang......
Dengan terjadinya peristiwa itu pihak kerajaan tidak tinggal diam.
Karena keesokan paginya waktu matahari fajar belum lagi
menyingsing, di saat itu tentara istana telah mengadakan
penggeledahan di seluruh rumah penduduk kota raja ini, bahkan
semua rumah penginapan satupun tidak ada yang lolos.
Tiat To Hoat-ong yang memimpin sendiri penggeledahan dengan
alasan mencari penjahat yang malam tadi menyatroni istana, telah
melakukan pemeriksaan dengan ketat. Bahkan beberapa orang
pemilik rumah penginapan telah ditangkap,
didengar keterangannya. Semula rakyat menjadi panik dengan adanya penggeledahan yang
ketat seperti itu. Namun menjelang sore hari, akhirnya
penggeledahan itu selesai tanpa berhasil pihak kerajaan mencari
"penjahat" yang mereka cari itu.....
668 Tiat To Hoat-ong gusar bukan main, dia penasaran sekali. Dengan
adanya Ciu Pek Thong di kota raja, demikian juga halnya dengan
Yo Him, tentunya pangeran Ghalik berada bersama mereka.
Karena dari itu diam-diam Tiat To Hoat-ong juga telah menyebar
jago-jagonya untuk melakukan penyelidikan di seluruh kota raja
maupun di luar kota raja.
Dengan demikian, Gochie Talu dan Lengky Lumi telah memimpin
ratusan orang pengawal istana yang terdiri dari jago-jago yang
memiliki kepandaian tidak rendah, untuk melakukan penyelidikan
terus di luar Kota raja. Semua rumah penduduk telah diperiksa,
bahkan tidak jarang tentara istana mempergunakan kekerasan
menyiksa penghuni dari sebuah rumah, untuk memaksa mereka
bicara. Tetapi sejauh itu, tetap Lengky Lumi maupun Gochin Talu masih
tidak memperoleh keterangan yang diinginkannya. Pencarian
terhadap Ciu Pek Thong dan yang lainnya dilakukan sampai lima
hari, tanpa memperoleh hasil yang diinginkannya.
Pangeran Ghalik dan rombongannya telah mengetahui perihal
tindakan yang diambil oleh Tiat To Hoat-ong, yang mengerahkan
jago-jagonya untuk terus menerus mengadakan penyelidikan dan
pemeriksaan di kota raja dan di sekitarnya. Dengan demikian,
pangeran Ghalik menyadari dengan diamnya mereka di rumah,
tentu mereka tidak akan aman. Mereka telah menyingkir lebih jauh
lagi, beberapa lie dari kotaraja, dan menumpang di rumah
penduduk di sekitar tempat itu.
669 Bahkan, atas usul Yo Him, rombongan pangeran Ghalik ini telah
dipecah menjadi tiga rombongan lagi, untuk menginap di tiga
rumah penduduk yang berlainan.
Menurut Yo Him, jika mereka ini menumpang hanya di sebuah
rumah penduduk, dengan jumlah rombongan yang demikian besar,
tentu akan menarik perhatian dari penduduk di sekitar daerah itu,
disamping itu akan menimbulkan kecurigaan.
Dan usul Yo Him memang diterima oleh pangeran Ghalik, di mana
pangeran tersebut memecah rombongannya menjadi tiga
rombongan pula, sama halnya seperti ketika mereka tengah
berada di kota raja, yang memecah diri menjadi tiga rombongan....
"Y" Tiat To Hoat-ong sangat mendongkol dengan lolosnya Ciu Pek
Thong dan Yo Him dari kepungan anak buahnya. Karena dengan
lolosnya mereka, berarti Tiat To Hoat-ong kehilangan jejak lagi,
sehingga dengan demikian juga dia tak mengetahui tindakan apa
yang akan dilakukan oleh Yo Him dan Ciu Pek Thong.
Ke dua orang itu memiliki kepandaian yang tinggi luar biasa,
dengan demikian membuat Tiat To Hoat-ong tidak bisa
meremehkan mereka. Jika dia salah dalam perhitungannya,
niscaya dirinya yang akan hancur.
Namun peristiwa kedatangan Ciu Pek Thong dan Yo Him ke dalam
istana, yang malam itu berhasil dipergokinya, telah membuat Tiat
To Hoat-ong memperoleh suatu keuntungan yang tidak kecil! Dia
telah melaporkan keesokan paginya kepada Kaisar Kublai Khan,
670 bahwa pangeran Ghalik semalam telah mengirim dua orang
kepercayaannya yang memiliki kepandaiannya tinggi untuk
membunuh Kaisar! Dengan demikian dia lebih mudah memasukkan dongeng
kosongnya untuk memfitnah pangeran Gbalik. Di mana Tiat To
Hoat-ong juga telah menceritakan salah seorang dari ke dua calon
pembunuh yang mengincar jiwa Kaisar itu terdapat seorang
pemuda yang rupanya akan menjadi mantunya pangeran Ghalik,
yaitu Yo Him. Bahkan diapun menceritakan bahwa Yo Him adalah puteranya Sintiauw-tay-hiap Yo Ko yang tengah dikejar-kejar jejaknya oleh
kerajaan, karena Yo Ko merupakan dedengkot dari para jago-jago
Tiong-goan yang pernah membantu kerajaan Song mempertahankan diri dari serangan tentara Mongolia.
Dengan adanya pengakuan seperti itu, Kaisar Kublai Khan lebih
dapat dikuasai oleh Tiat To Hoat-ong, di mana Kaisar ini telah
mengeluarkan firman, mengumumkannya dengan disiar luaskan,
bahwa pangeran Ghalik adalah seorang pemberontak yang harus
ditangkap dan meminta kepada rakyat, jika mereka mengetahui di
mana beradanya pangeran Ghalik, agar segera melaporkan hal itu
kepada alat negara, untuk segera diadakan tindakan penangkapan
terhadap pemberontakan itu. Di dalam firman Kaisar juga dijanjikan
hadiah yang besar jumlahnya buat orang yang dapat menunjukkan
tempat bersembunyinya pangeran Ghalik dan kaki tangannya.
Firman Kaisar itu sempat membuat geger kalangan pembesar di
istana, karena banyak mereka yang mengenal dengan baik benar
671 keadaan pangeran Ghalik. Sebagai seorang pangeran yang jujur
dan setia pada negara, dan juga yang semula memegang
kekuasaan sangat besar. Dengan dicapnya pangeran Ghalik sebagai pemberontak, dengan
demikian banyak pembesar dan panglima angkatan perang yang
dipecat atau juga ditangkap, karena mereka sebelumnya
merupakan bawahan dari pangeran Ghalik.
Pimpinan-pimpinan terhadap angkatan perang Boan-ciu, telah
mengalami banyak penggantian yang kini dikuasai oleh orangorangnya Tiat To Hoat-ong. Semua perobahan besar-besaran di
dalam angkatan perang Boan-ciu itu hanya terjadi dalam beberapa
bari saja. "Y" Selama bersembunyi di rumah penduduk di luar kota raja itu,
pangeran Ghalik telah berusaha untuk bertindak lebih hati-hati lagi,
di mana jika siang hari rombongan pangeran Ghalik tidak pernah
keluar rumah. Dan hanya Ciu Pek Thong yang tidak bisa diam serta
berandalan itu yang selalu berkeliaran saja.
Tetapi mengingat bahwa dia memang memiliki ilmu yang sangat
tinggi, maka hal itu tidak perlu dikuatirkan. Jika memang si Looboan-tong ini bertemu dengan lawan yang tangguh atau juga anak
buahnya Tiat To Hoat-ong, tentu dia bisa menghadapinya dengan
baik. Demikian juga halnya dengan Yo Him dan Sasana, karena telah
berkumpul sekian lams bersama, di samping itu merekapun telah
672 bergaul lebih intim, maka di hati masing-masing telah bersemi
benih cinta kasih. Yo Him sendiri tidak bisa memungkiri, bahwa
diapun menyukai gadisnya pangeran Ghalik.
Hanya yang membuat Yo Him merasa sulit, ialah gadis itu adalah
puteri pangeran Ghalik, yaitu seorang pangeran Mongolia, yang
sesungguhnya merupakan musuh besar dari ayahnya dan jagojago Tiong-goan lainnya. Walaupun dirinya tidak ada sangkutan
apa pun juga dengan pangeran Ghalik tersebut, tokh sedikit
banyak tugas yang dipikulnya, untuk menegakkan kembali
kerajaan Song, menjadi tugasnya juga.
Tetapi cinta telah bicara, dan benih kasih sayang telah muncul di
hatinya, maka itu tidak bisa dielakkan. Di kala rembulan bersinar
terang dan juga sering di malam yang indah dengan bintangbintang yang berkerlap-kerlip, pasangan muda mudi itu
mengadakan pertemuan dengan mesra.
Sebetulnya pangeran Ghalik mengetahui hubungan yang terjadi
antara puterinya dengan Yo Him, hati kecilnya tidak
menyetujuinya" Namun pangeran Ghalik juga harus dapat melihat
kenyataan yang ada, bahwa ia tengah membutuhkan tenaga
pemuda itu, dengan demikian membuat dia membiarkan saja.
Ciu Pek Thong yang mengetahui hubungan muda mudi itu, sering
menggodanya. Malam itu rembulan memancarkan sinarnya yang terang, tampak
Yo Him dan Sasana tengah berjalan perlahan-lahan dengan
berendeng di antara pohon-pohon di depan sebuah hutan kecil
yang terletak tidak jauh dari rumah penduduk di mana mereka
673 menumpang. Banyak yang dibicarakan oleh Yo Him dan Sasana,
tentu saja hal-hal yang berhubungan dengan hubungan mereka
berdua. Tetapi ketika Yo Him dan Sasana akan duduk di sebuah batu yang
menonjol, dia telah mendengar suara seseorang yang tengah
bercakap-cakap di dalam hutan. Yo Him segera mendekati
telunjuknya di dekat bibirnya memberi isyarat agar Sasana tidak
menimbulkan suara. Dengan berindap-indap mereka telah
mendekati hutan itu, dan menyelinap ke dalamnya.
Suara orang yang tengah bercakap-cakap itu semakin jelas
terdengar, malah Yo Him dan Sasana telah dapat menangkap
pembicaraan mereka. Bersama Sasana pemuda ini telah
menempatkan diri di balik sebatang pohon yang cukup besar yang
disampingnya terdapat gerombolan pohon bunga yang lebat.
Mereka telah mendengarkan percakapan orang itu, yang rupanya
lebih dari empat atau lima orang.
"Sungguh aneh sekali!" terdengar salah seorang dari orang-orang
yang berkumpul di dalam hutan itu telah berkata dengan suara
yang mengandung keheranan, "Inilah peristiwa yang benar-benar
tidak dapat dimengerti olehku..... Menurut Ciu Tianglo, bahwa
pangcu kita berada di Kwie-ciu, tetapi ketika kami menyusul ke
sana justru kami telah menemukan peristiwa aneh ini, sedangkan
jejak Pangcu sama sekali tidak terendus oleh kami.....!"
"Kou Sie-ko, apakah yang telah kau alami di Kwie-ciu"!" tanya
orang yang lainnya. 674 "Itulah peristiwa yang besar" Aneh! Waktu itu aku tengah
menjalankan pekerjaanku, yaitu meminta belas kasihan pada
orang-orang agar memberikan sisa makanannya kepadaku. Dan
ketika aku berada di depan sebuah rumah makan yang memasang
merek Kiu-hong-lauw, di waktu aku tengah berdiri di muka pintu
rumah makan tersebut, tiba-tiba di dalam terdengar suara ributribut.
"Rupanya telah terjadi pertempuran, di mana kulihat seorang lelaki
setengah baya yang disebut-sebut namanya sebagai Cu Kun
Hong, tengah melabrak lima atau enam orang lintah darat.....
mereka itu semuanya memiliki tubuh yang tinggi besar dan muka
yang bengis, mempergunakaa senjata tajam di tangan masingmasing. Namun Cu Kun Hong itu dapat menghajar mereka dengan
mudah, seorang demi seorang telah dilontarkan keluar rumah
makan.....!" Terdengar salah salah seorang di antara orang-orang di dalam
hutan itu tertawa. "Itulah peristiwa biasa," kata kawannya.
"Benar, memang itulah peristiwa biasa saja, akupun waktu itu
berpikir sama seperti kau, sama sekali hatiku tidak tertarik untuk
menyaksikan keramaian itu lebih lanjut. Aku bermaksud akan
pindah ke rumah makan lainnya, karena sudah terbiasa, jika di
sebuah rumah makan terjadi keributan, kita jangan harap bisa
memperoleh sisa makanan, karena tamu dan kuasa rumah makan
tengah panik, jika aku berlama-lama di situ perutku akan lapar......!
Oya aku tadi bercerita sampai di mana"!"
675

Beruang Salju Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Orang yang bernama Cu Kun Hong itu melemparkan lawanlawannya keluar rumah makan.....," menyahuti kawannya.
"Benar! Dan waktu itu, mereka, kawanan lintah darat yang
menjagoi juga daerah itu telah melarikan diri. Sedangkan Cu Kun
Hong telah duduk kembali di mejanya. Namun inilah istimewanya
dan anehnya peristiwa itu. Mendadak saja telah menghampiri
seorang pendeta bertubuh gemuk, dengan galak dia menepuk
meja Cu Kun Hong. Meja itu ringsak hancur, cawan dan mangkok
hancur berantakan di lantai dan Cu Kun Hong itu, yang
sebelumnya kulihat memiliki kepandaian yang tinggi, telah
terlempar keluar rumah makan, terbanting di jalan dengan keras."
"Apakah tenaga pendeta itu demikian hebatnya?" tanya dua orang
kawannya, "sehingga sekali tepuk saja selain menghancurkan
meja itu berikut juga perabotan makan itu, juga Cu Kun Hong telah
terlontarkan demikian rupa?"
Orang yang tadi bercerita itu telah mengiyakan, dia juga telah
berkata. "Benar, memang pendeta berkepala gunodul dan tinggi
gemuk itu memiliki ilmu yang luar biasa, karena dia membuat Cu
Kun Hong seperti bola saja, yang dipermainkan sekehendak hati!
Begitu Cu Kun Hong berada di luar rumah makan dan hendak
merangkak bangun, pendeta gemuk itu telah menghentak kaki
kanannya pada bumi, maka aneh sekali, tubuh Cu Kun Hong tahutahu terlempar ke tengah udara, seperti juga dihantam oleh suatu
tenaga yang kuat namun tidak tampak oleh mata."
Kawan-kawan orang yang berceritakan itu jadi mengeluarkan
seruan, tampaknya mereka merasa aneh dan takjub.
676 Yo Him dan Sasana juga jadi tertarik sekali mendengar cerita
seperti itu. Mereka telah mendengarkan lebih jauh. Diam-diam Yo
Him juga telah berpikir di hatinya: "Hemmm, itulah tenaga
lweekang yang telah sempurna, hanya dengan mempergunakan
hentakan kakinya pada tanah, dia melontarkan lawannya.
Waktu itu, ada seorang kawan dari orang yang bercerita itu
bertanya: "Lalu bagaimana orang she Cu itu..... apakah dia tidak
memberikan perlawanan"!"
"Oh, dia memang berusaha untuk dapat mengendalikan dirinya,
berusaha untuk mempertahankan diri, melakukan perlawanan
pada pendeta itu, namun setiap kali si pendeta gemuk itu
menghentakkan kakinya, tubuh Cu Kun Hong terlempar ke tengah
udara. Dibanting-banting secara aneh seperti itu, tentu saja bukan
saja dia jadi lemah, juga membuat Cu Kun Hong kesakitan dan
kehabisan tenaga, di mana akhirnya napasnya memburu,
tubuhnya di atas tanah."
Waktu itu, kawan dari orang yang bercerita tersebut telah ada yang
mengeluarkan seruan. "Dan yang lebih aneh lagi, waktu Cu Kun Hong numprah, pendeta
gemuk itu kembali menghentakkan kakinya, maka tubuh Cu Kun
Hong terpental lagi. Jika keadaan seperti itu berlangsung terus,
niscaya akhirnya Cu Kun Hong akan mati sendirinya karena telah
dan kehabisan tenaga, karena dia dilontarkan secara aneh seperti
itu tanpa dia bisa memberikan perlawanan sama sekali. Itulah ilmu
yang seperti ilmu sihir, yang dipergunakan si pendeta dengan
menakjubkan sekali....."
677 "Lalu, bagaimana nasib orang she Cu itu"!" tanya beberapa orang
itu. "Ini lebih aneh lagi! Jika memang tidak munculnya urusan ini,
mungkin juga sudah tidak perlu ditawar-tawar lagi Cu Kun Hong itu
akan binasa di tangan si pendeta gemuk yang tampaknya memiliki
ilmu sangat tinggi dan juga menguasai ilmu gaib dan sihir......!
"Justru di saat jiwa Cu Kun Hong tengah terancam, di mana dia
hanya bisa numprah dan terlontar bergantian dengan muka yang
pucat pias dan menderita sekali, telah muncul seorang berlengan
buntung..... Menurut si pendeta yang menyebut-nyebut orang itu
sebagai orang she Yo. Coba kalian duga siapakah orang berlengan
tunggal itu...."!"
Hati Yo Him tercekat. Dia ingin menduga kepada ayahnya, yaitu
Yo Ko. Sasana yang belum pernah mendengar perihal Yo Ko
hanya mendengarkan terus cerita orang itu.
"Apakah orang berlengan tunggal itu Sin-tiauw-tay-hiap Yo Ko
adanya"!" tanya beberapa orang kawan dari orang yang tengah
bercerita itu. "Tepat," membenarkan orang yang tengah bercerita. "Dia memang
Sin-tiauw-tay-hiap. Tetapi aneh sekali, benar-benar aneh! Dengan
Sin-tiauw-tay-hiap Yo Ko aku pernah bertemu muka beberapa kali,
aku telah menyaksikan tabiatnya yang benar-benar seorang lakilaki tulen, seorang Ho-han luar biasa di jaman ini.
"Tapi waktu itu justru dia bukan menegur perbuatan si pendeta
gemuk itu yang telah menyiksa orang yang bernama Cu Kun Hong
678 itu, hanya berbisik-bisik dengan si pendeta gemuk, lalu bergegas
ke duanya meninggalkan tempat itu..... Si pendeta gemuk itupun
sama sekali tidak memperdulikan Cu Kun Hong pula, yang waktu
itu masih duduk numprah tidak berdaya karena rupanya dia telah
terluka di dalam......!"
Mendengar cerita orang itu, bukan hanya kawan-kawan orang
tersebut yang merasa heran, sedangkan Yo Him sendiri jadi heran
bukan main. Dia tidak percaya ayahnya menyaksikan peristiwa
yang dialami oleh Cu Kun Hong dengan sikap begitu saja, malah
dengan berbisik-bisik begitu kepada si pendeta gemuk itu.
Siapakah si pendeta gemuk itu, yang telah menyiksa Cu Kun Hong.
Dan apa yang ingin dikerjakan oleh ayahnya" Lalu mengapa
ibunya tidak turut serta"
Dan juga, menurut cerita-cerita yang didengar dari ayahnya
memiliki hubungan yang cukup baik dengan Cu Kun Hong,
seseorang yang pernah bertemu dengan ayahnya itu beberapa
kali. Maka sikap dari Sin-tiauw-tay-hiap Yo Ko kali ini tidaklah
sangat mengherankan sekali"!
Karena perasaan ingin tahunya, maka Yo Him telah mengintai
orang, yang tengah berkumpul di dalam hutan itu. Mereka
berjumlah enam orang. Semua berpakaian sebagai pengemis. Di
punggung masing-masing membawa karung, yang lima orang,
yang tengah mendengarkan cerita semuanya menggemblok empat
karung, sedangkan yang tengah bercerita, seorang pengemis
berusia setengah tua, menggemblok lima karung.
679 "Hemmm, mereka adalah anggota Kay-pang.....!" berpikir Yo Him,
"Mengapa orang-orang Kay-pang bisa berkumpul di sini, apa yang
ingin mereka lakukan"!"
Tengah Yo Him berpikir begitu, si pengemis yang menggemblok
lima karung itu telah meneruskan ceritanya, dia bilang: "Ada lagi
kelanjutannya dari peristiwa aneh itu. Setelah Sin-tiauw Tai-hiap
Yo Ko dan pendeta gemuk itu bergegas pergi, di saat Cu Kun Hong
telah duduk bersemedi rupanya ingin membenarkan jalan
pernapasannya. Waktu itu, dari arah ujung jalan lainnya telah
muncul serombongan orang lainnya, yang sebagian dari mereka
kukenal dengan baik! Coba kalian terka, siapa mereka?"
"Kou Sie-ko, bagaimana kami bisa mengetahui siapa mereka"
Bukankah kami waktu itu tidak berada di sana?" sahut ke dua
orang kawannya sambil tersenyum. "Ayolah Kou Sie-ko kau
teruskan ceritamu itu, jangan kau gantung-gantung seperti.....!"
Si pengemis mengangguk. yang menggemblok lima karung itu, telah "Benar juga, memang kalian tentu tidak akan mengetahuinya siapa
mereka! Tetapi inilah benar-benar aneh sekali. Di antara mereka
kulihat Pangcu kita, yaitu Yeh-lu Chi Pangcu, bersama isteri dan
puterinya! Aku ketika melihat Pangcu, jadi girang dan hendak
keluar menyambutnya. "Tetapi justru waktu itu kawan seperjalanan Pangcu, seorang yang
berpakaian aneh sekali, yaitu pakaian terbuat dari kulit binatang
buas dan seorang bocah lelaki berusia antara lima atau enam
tahun, telah bisik-bisik juga dengan Pangcu, lalu mereka berlari680
lari menghampiri Cu Kun Hong, menanyakan sesuatu. Tampak
orang yang memakai baju terbuat dari bahan kulit binatang buas
itu mencengkeram dada Cu Kun Hong seperti menanyakan
sesuatu, dan Cu Kun Hong telah menunjuk ke arah jalan di mana
tadi, Sin-tiauw-tay-hiap dan pendeta gemuk itu pergi......"
Setelah bercerita sampai di situ, Kou Sie-ko ini, si pengemis yang
menggemblok lima karung telah mendehem-dehem beberapa kali.
Kawan-kawannya jadi tidak sabar.
"Lalu bagaimana" Teruskan ceritamu. Kou Sie-ko.....!" desak
mereka. "Sabar.....!" menyahuti Kou Sie-ko.
Yo Him sendiripun jadi tergerak hatinya. Dia segera menduga pada
Swat Tocu orang yang diceritakan oleh Kou Sie-ko mengenakan
baju yang terbuat dari kulit binatang buas. Tentu saja peristiwa itu
memang memancing perasaan herannya.
Kou Sie-ko waktu itu telah melanjutkan ceritanya lagi: "Pangcu
bersama isteri dan puterinya segera mengejar ke arah di mana Sintiauw-tay-hiap dan pendeta gemuk itu tadi pergi meninggalkan
tempat itu. Demikian juga dengan orang yang mengenakan
pakaian yang terbuat dari kulit binatang buas itu bersama si bocah
telah berlari-lari menyusulnya. Tinggal Cu Kun Hong yang masih
duduk bersila mengatur jalan pernapasannya.
"Aku sendiri jadi tertarik bukan main, di samping itu aku bingung
sekali. Aku bermaksud akan memanggil Pangcu, tetapi Pangcu
berlari pesat sekali, di samping itu aku melihat di wajah Pangcu
681 terbayang perasaan kuatir. Aku jadi menguntit terus, sedapat
mungkin aku mengerahkan seluruh ginkangku, agar dapat
mengikuti mereka dan tidak kehilangan jejak.
"Akhirnya pangcu telah berhasil mengejar Sin-tiauw-tay-hiap dan
pendeta gemuk itu. Yang mengherankan sekali Sin-tiauw-tay-hiap
tengah duduk bersila di samping pintu kota, dan begitu pula halnya
dengan pendeta gemuk tersebut. Mereka duduk bersila dengan
mata tertutup rapat-rapat.
"Pangcu bersama orang aneh berpakaian yang terbuat dari kulit
binatang buas itu telah menghampiri. Mereka tampaknya
menegurkan sesuatu, tetapi si pendeta gemuk itu telah membuka
matanya. Dia menggerak-gerakkan sepasang tangannya,
mulutnya berkemik-kemik perlahan. Dan aneh sekali!
"Pangcu bersama kawannya itu, juga isteri dan puterinya serta
bocah kecil itu jadi seperti manusia-manusia yang tidak berarwah
lagi. Ketika si pendeta gemuk itu melompat bangun dan berkata
pada mereka: "Kalian harus ikut denganku......!"
Semuanya diam seperti patung. Tangan pendeta gemuk itu
menepuk pundak Sin-tiauw-tay-hiap, dan Sin-tiauw-tay-hiap telah
melompat berdiri, lalu berjalan mengikuti si pendeta gemuk itu.
Pangcu dan yang lainnya juga mengikuti dengan gerakan tubuh
yang kaku, bagaikan patung-patung hidup saja, di mana mereka
telah mengikuti seperti dalam satu barisan saja.....!
"Nah, sekarang coba kalian katakan, tidakkah kejadian ini
merupakan peristiwa yang aneh sekali" Tentu si pendeta gemuk
itu memiliki ilmu sihir, sebab dia bisa menguasai Pangcu dan
682 kawannya itu dengan mudah, sehingga mereka begitu menurut
saja apa yang diperintahkan oleh si pendeta gemuk tersebut....."
Pengemis-pengemis lainnya jadi duduk mendelong saja, karena
mereka tampaknya begitu takjub mendengar cerita dari kawan
mereka itu, yaitu si Kou Sie-ko. Dengan demikian, merekapun tidak
mengerti, apakah yang telah diceritakan oleh kawan mereka ini
merupakan cerita yang sebenarnya atau memang hanya isapan
jempol belaka. Karena mungkinkah seorang yang hebat dan memiliki kepandaian
yang luar biasa tingginya seperti Sin-tiauw-tay-hiap, tampaknya
menurut cerita Kou Sie-ko, telah tunduk dan patuh pada si pendeta
gemuk. Begitu juga perihal dengan Pangcu mereka, yaitu Yeh-lu
Chi dan isterinya maupun puterinya Pangcu itu. Lalu kawannya
Pangcu mereka yang keadaannya begitu aneh dan akhirnya
semua itu telah tunduk di bawah perintah si pendeta tanpa memiliki
perlawanan sedikitpun juga.
Dengan demikian telah membuat kawanan pengemis
memandang kawannya setengah percaya setengah tidak.
itu Rupanya Kou Sie-ko itu mengetahui bahwa kawan-kawannya itu
kurang mempercayai ceritanya, dia telah bilang: "Apa yang
kuceritakan itu semuanya dari hal yang sebenarnya. Dan juga ini
akan ada ekornya yang lebih aneh lagi..... kalian dengarkanlah
baik-baik.....!" Waktu berkata sampai di situ, Kou Sie-ko tidak meneruskan
ceritanya dulu, dia telah mengawasi kawan-kawannya, lalu
683 tanyanya: "Sekarang coba kalian katakan dulu, apakah yang telah
kualami itu peristiwa yang aneh atau tidak"!"
Kawanan pengemis itu telah mengangguk.
"Itulah aneh dan menguatirkan sekali. Mengapa Pangcu dan
Pangbo serta puterinya bisa dikuasai begitu rupa tanpa
perlawanan sama sekali" Bagaimana jika si pendeta gemuk itu
mencelakai mereka!" "Sabar.....!" kata Kou Sie-ko kemudian. "Kalian dengar dulu..... hal
itu belum sampai demikian jauh, karena akupun tetap mengikuti
mereka. Perasaanku pada waktu itu sama seperti perasaan kalian,
yaitu menguatirkan keselamatan Pangcu, isterinya dan puterinya
itu. Maka aku berusaha menguntit dengan hati-hati sekali, agar aku
tidak dipergoki pendeta gemuk itu. Bukankah jika diapun
mempergunakan ilmu sihirnya kepadaku, maka akan membuat
urusan jadi berantakan"!"
Setelah berkata sampai di situ, Kou Sie-ko menghela napas
beberapa kali, baru dia melanjutkan lagi ceritanya: "Dan waktu itu,
si pendeta gemuk tersebut telah membawa Pangcu, Sin-tiauw-tayhiap dan juga orang yang berpakaian aneh, isteri Pangcu,
puterinya dan bocah kecil ke sebuah hutan yang lebat sekali. Dia
mengajak mereka memasuki sebuah goa yang luas, yang terdapat
di dalam hutan itu. Itulah goa buatan.
"Aku tidak berani terlalu dekat dengan mereka, aku hanya
mengintai dari kejauhan ssja. Maka dari itu, ketika si pendeta
gemuk tengah bicara kepada Pangcu dan yang lainnya, aku tidak
mendengar perkataannya itu. Aku hanya melihat Pangcu dan yang
684 lainnya telah melangkah kaku memasuki goa itu dengan tindakan
kaki yang berat. Namun dari mereka tidak terlihat sedikitpun sikap
perlawanan karena mereka telah melangkah dengan patuh
sekali.....!" "Dan bagaimana dengan Sin-tiauw-tay-hiap....."!" tanya salah
seorang kawan Kou Sie-ko.
"Diapun sama. Tayhiap itu mengalami nasib sama seperti Pangcu
dan yang lainnya. Sin-tiauw-tay-hiap telah memasuki goa itu
dengan langkah kaki yang berat dan kaku......!"
"Aku...... aku kurang begitu yakin.....!" kata salah seorang


Beruang Salju Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pengemis itu. "Kau kurang yakin..." Kurang yakin bagaimana?" tanya Kou Sieko.
"Aku kurang yakin jika Sin-tiauw-tay-hiap itu patuh terhadap
perintah si pendeta gemuk itu. Walaupun sempurna dan tingginya
kepandaian pendeta gemuk itu, tidak dapat dia memperlakukan
Sin-tiauw-tay-hiap seperti itu..... Bukankah di jaman ini Sin-tiauwtay-hiap merupakan satu-satunya manusia yang memiliki
kepandaian ilmu silat tertinggi di kolong langit, merupakan jago
nomor satu.....!" "Maka dari itu, bukankah sejak dari semula aku telah
mengemukakan dugaanku. Kemungkinan besar pendeta gemuk
itu telah mempergunakan ilmu sihirnya untuk menguasai Sin-tiauwtay-hiap dan yang lainnya"
685 "Bicara soal kepandaian silat, tentu saja hal itu tidak bisa dikatakan
untuk masalah ini. Biarpun, Sin-tiauw-tay-hiap memiliki ilmu silat
yang tinggi serta sempurna namun satu kali saja dia dikuasai oleh
ilmu sihir si pendeta, jelas untuk itu dia akan terpengaruh dan patuh
pada setiap perintah si pendeta, tanpa dia dapat mengeluarkan
kepandaiannya untuk melabrak si pendeta gemuk tersebut.....!"
"Lalu bagaimana terusnya cerita itu?" tanya salah seorang di
antara pengemis-pengemis tersebut.
"Aku seharian telah bersembunyi di tempat yang agak jauh dengan
goa itu. Aku hanya mengintai saja, dan menyaksikan betapa si
pendeta telah berulang kali memerintahkan Sin-tiauw-tay-hiap
bersilat, untuk membawakan beberapa jurus ilmu silat andalannya.
Sedangkan pendeta itu mengawasi saja, rupanya dia tengah
memperhatikan untuk mempelajari jurus-jurus ilmu silat......!"
Yo Him kaget bukan main. Inilah berbahaya. Jika memang apa
yang diceritakan oleh si pengemis yang dipanggil dengan sebutan
Kou Sie-ko itu benar, maka ayahnya tengah terancam bahaya yang
tidak kecil, disamping itu ilmu silat ayahnya bisa dikorek habis oleh
si pendeta. Memang benar, untuk kepandaian silat mungkin
ayahnya tidak ada tandingannya lagi, namun jika memang
ayahnya itu dipengaruhi oleh semacam pengaruh ilmu sihir, inilah
sulit untuk dibilang juga.
Jika memang Yo Him tidak berhasil untuk menindih perasaannya
itu, tentu dia sudah lompat keluar untuk menanyakan lebih jelas
perihal ayahnya pada Kou Sie-ko itu. Namun akhirnya Yo Him bisa
686 juga menahan diri. Dia mendengarkan pula ceritanya Kou Sie-ko
yang waktu itu telah meneruskan ceritanya pula.
"Kulihat Yo Tayhiap telah bersilat dengan tangan tunggalnya,
mukanya begitu kaku, dibilang tertawa bukan tertawa, dibilang
menangis bukan menangis. Dia bersilat dengan bola mata yang
memandang lurus-lurus tidak pernah bergerak, maka dilihat
selintasan, jelas dia seperti juga mayat hidup yang bisa bergerak.
Sedangkan Pangcu dan yang lainnya hanya berdiri kaku seperti
patung di pinggiran, sama sekali tidak bergerak, mereka benarbenar telah dipengaruhi oleh suatu kekuatan sihir.
"Setelah Sin-tiauw-tay-hiap bersilat beberapa saat, akhirnya
pendeta gemuk itu tertawa bergelak-gelak, diapun telah bilang:
"Bagus! Bagus! Sekarang aku ingin mengetahui ilmu andalanmu
yang disebut Am-jian-sio-hun-kun!! Dan waktu itu, seperti juga
seorang yang tidak memiliki perasaan lagi, Sin-tiauw-tay-hiap telah
mengangguk, malah telah bersilat dengan jurus-jurus dari ilmu silat
yang diinginkan oleh pendeta gemuk tersebut!
"Setiap gerakan tangan yang dilakukan Sin-tiauw-tay-hiap
mengandung desiran angin yang kuat menderu-deru, dan memiliki
kekuatan yang bisa menghancurkan batu-batu kerikil yang kena
diterpa oleh terjangan angin pukulan itu. Malah waktu itu, daundaun pohon telah berguguran dan ranting-ranting telah patah kena
diterjang oleh gempuran tenaga ke dua tangan Sin-tiauw-tay-hiap,
sedangkan si pendeta gemuk itu telah tertawa terbahak-bahak."
687 Hebat cerita Kou Sie-ko ini, karena dia bukan hanya bercerita
dengan mimik muka bersungguh-sungguh, malah Yo Him yang
mendengarkan telah tergoncang hatinya.
Ilmu Am-jian-sio-hun-kun merupakan ilmu gubahan ayahnya yang
sangat hebat dan merupakan kepandaian andalannya Sin-tiauwtay-hiap Yo Ko. Dan Yo Him sendiri memang telah menerima
pelajaran ilmu tersebut, memperolehnya langsung dari ayahnya, di
mana dia telah berhasil menguasainya dengan baik.
Am-jian berarti kedukaan yang sangat. Sio Hun berarti kehilangan
roh, atau kehilangan semangat. Tapi jika Am-jian-sio-hun-kun
dirangkap menjadi satu, empat huruf itu memiliki arti "perpisahan",
maka dari itu Am-jian-sio-hun-kun berarti "ilmu silat Perpisahan".
Dengan lain perkataan, ilmu itu digubah sebagai peringatan dari
perpisahan yang mendukakan sangat ketika Yo Ko harus berpisah
dengan Siauw Liong Lie. Ilmu Am-jian-sio-hun-kun ini terdiri dari tujuhbelas jurus, semuanya
berisikan ilmu pukulan yang luar biasa sekali, yang tersusun
sebagai berikut: Kie-jin-yu-thian (Kesedihan Yang Melampaui Batas), Bu-tiongseng-yu (Dalam Kekosongan Terdapat Isi), Toh-nie-tay-sui
(Menyeret Lumpur Membawa Air), Sim-khia-jiok-tiauw (Hati Takut
Daging Meloncat), Bu-beng-kie-miauw (Tak Tahu Apa
Kebagusannya, berarti heran), Jiak-yu-so-sit (Seperti Juga
Kehilangan Sesuatu), To-heng-gek-sie (Jalan Jungkir Balik), Keksie-sio-yang (Di balik Sepatu Menggaruk Rasa Gatal), Lat-putciong-sin (Kemauan Besar, Tenaga Kurang), Heng-sie-cauw-jiok
688 (Mayat Berjalan) Yong-jin-cu-yu (Sigoblok Kejengkelan Sendiri),
Bin-put-tui-tee (Karangan Tak Cocok Dengan Kalimat), Liok-sinput-an (Pikiran Tak Tenteram), Kiong-touw-bwee-louw (Menemui
Jalan Buntu), Bin-bu-jin-sek (Di muka Tak Ada Cahaya Manusia),
Hua-phia-ciong-kie (Menggambar Kuwe Menghilangkan Lapar),
Siong-jip-hui-hui (Pikiran Melantur).
Itulah ke tujuhbelas jurus dari ilmu Am-jian-sio-hun-kun yang telah
diciptakan oleh Yo Ko, Sin-tiauw-tay-hiap itu, waktu dia tengah
merana disebabkan perpisahannya dengan Siauw Liong Lie,
Kouw-kouwnya yang sangat dicintai dan akhirnya menjadi isteri.
Dalam kedukaan yang mendalam seperti itulah, akhirnya Yo Ko
berhasil menggubah ilmu silat yang aneh dan luar biasa hebatnya
itu. Dengan demikian, sekarang mendengar bahwa Yo Ko tengah
dipengaruhi oleh pendeta gemuk yang pandai ilmu sihir itu, dan
juga ayahnya itu tengah dipengaruhi untuk dikorek ilmu silatnya
tersebut, membuat Yo Him sangat berkuatir sekali. Dengan tidak
diinginkannya dia telah mengucurkan keringat dingin dan telah
memasang telinga terus untuk mendengarkan lebih jauh cerita dari
si pengemis tersebut. Waktu itu Kou Sie-ko telah melanjutkan ceritanya lagi, dia bilang:
"Memang luar biasa sekali, bukan hanya Sin-tiauw-tay-hiap saja
yang menurut dan patuh pada pendeta gemuk itu, bahkan tidak
lama kemudian Pangcu dan juga kawannya, maupun isteri
Pangccu, telah bersilat membawakan ilmu silat masing-masing
untuk diperlihatkan kepada pendeta gemuk itu."
689 "Si pendeta gemuk sambil menyaksikan mereka bersilat, telah
berulang kali memuji-muji: "Bagus, bagus! Hemm, tidak lama lagi,
kalian harus menuruti perintahku membasmi orang-orang rimba
persilatan..... Hahaha, jika aku berhasil mengumpulkan ilmu silat
dari seluruh aliran yang ada di daratan Tiong-goan ini, tentu aku
menjadi seorang jago nomor satu di kolong langit ini tanpa ada
tandingannya lagi!" Dan pendeta gemuk itu telah tertawa bergelakgelak keras sekali.
Hati Yo Him jadi tergetar, karena dia mendengar perkataan dari
Kou Sie-ko itu, yang membawakan ceritanya demikian rupa
mengenai perkataan pendeta gemuk itu mengandung maksud
yang bisa membahayakan jago-jago Kang-ouw. Dengan citacitanya yang ingin mempengaruhi semua jago-jago yang memiliki
kepandaian hebat dengan mempergunakan ilmu sihirnya, lalu
memaksa jago-jago itu, untuk mengeluarkan kepandaiannya,
sehingga si pendeta gemuk itu bisa mencangkoknya.
Dengan demikian telah membuat Yo Him bisa menduga. Badai
yang akan ditimbulkan oleh pendeta gemuk itu di dalam kalangan
Kang-ouw tentu hebat sekali. Belum lagi sekarang negeri tengah
dijajah oleh kerajaan Boan dan peperangan baru saja selesai, di
mana rakyat masih juga bersengsara. Jika memang terjadi badai
dan gelombang hebat serta banjir darah di kalangan Kang-ouw
oleh tingkah pola dari pendeta gemuk itu, niscaya akan berjatuhan
korban yang sangat banyak sekali.
Waktu itu Kou Sie-ko telah meneruskan perkataannya lagi,
menyambung ceritanya, dia bilang: "Jika memang hendak dibilang,
sungguh membuat hati jadi tidak mengerti. Aku menyaksikan
690 dengan mata kepala sendiri, kusaksikan benar dan tidak salah
lihat, bahwa Sin-tiauw-tay-hiap, Pangcu dan juga yang lainnya,
setelah selesai bersilat, membungkuk memberi hormat kepada
pendeta gemuk itu, yang tetap duduk dengan sikap seorang Kaisar
tengah menghadapi bawahannya.
"Acap kali dia hanya mengebutkan lengan jubahnya, barulah Sintiauw-tay-hiap dan yang lainnya menyingkir ke samping. Waktu
pendeta gemuk itu menunjuk ke arah goa besar itu, maka
berbarislah Sin-tiauw-tay-hiap dan juga yang lainnya, telah
memasuki goa itu. "Peristiwa itu terjadinya di daerah mana?" tanya kawan-kawannya
Kou Sie-ko. "Tidak jauh dari tempat ini..... jika memang kalian berjanji tidak
menimbulkan onar, aku akan mengajak kalian, mengajaknya ke
sana. Tetapi jika memang belum ada kesempatan yang baik,
jangan sekali-kali kalian mencoba untuk menolong Pangcu, sebab
bukan kita akan berhasil dengan usaha untuk menolongi Pangcu
justru kita sendiri bisa-bisa ditawan pendeta gemuk itu juga.
Dengan demkian, tentu akan membuat usaha kita selanjutnya siasia belaka, di mana kita tidak akan bisa memberikan laporan ke
markas Kay-pang.....!"
"Hemm, walaupun bagaimana tangguhnya pendeta gemuk itu,
tetap jika semua Tianglo kita turun tangan, tentu dengan mudah
pendeta gemuk itu akan dirubuhkan dan Pangcu akan dapat
tertolong.....!" 691 "Atau salah seorang di antara kita pergi ke markas untuk
memberikan laporan kepada para Tianglo...... agar mereka segera
bisa datang ke mari, guna memberikan pertolongan kepada
Pangcu kita.....!" usul salah seorang di antara pengemis-pengemis
itu. "Jika memang ada di antara kita yang bersedia untuk pergi ke
markas guna memberikan laporan pada para Tianglo itulah
memang lebih baik lagi!" Dan setelah berkata begitu, maka segera
juga Kou Sie-ko telah mengawasi kawan-kawannya itu, tanyanya
lagi: "Siapa di antara kalian yang ingin melakukan tugas tersebut?"
"Baiklah, biarlah aku akan pergi memberitahukan peristiwa ini
kepada para Tianglo..... dan juga, jika memang kalian tidak
bertemu dengan para Tianglo dalam lima hari, berarti terdapat
kesulitan kami, namun kami usahakan dalam lima hari untuk tiba
di tempat ini.....!"
Kou Sie-ko telah mengangguk, dan diapun telah berpesan: "Jika
memang dapat diusahakan, para Tianglo itu datang dengan
beberapa Hu-tianglo......! Tampaknya pendeta itu bukanlah lawan
yang ringan.....!" Pengemis yang seorang telah mengiyakan.
"Tunggu dulu.....!" tiba-tiba Yo Him telah melompat dari tempat
persembunyiannya, diapun tahu-tahu telah berada di hadapan Kou
Sie-ko dan pengemis-pengemis yang lainnya. Gerakannya itu
memperlihatkan ginkangnya memang telah sempurna sekali.
692 Para pengemis jadi terkejut sekali, karena tahu-tahu pemuda itu
telah berada di hadapan mereka.
"Siapa kau"!" bentak Kou Sie-ko dengan terkejut dan melompat
berdiri, matanya mencilak memandang penuh curiga pada pemuda
she Yo tersebut. Yo Him telah angkat tangannya memberi hormat, diapun bilang:
"Kou Locianpwe, jika memang Kou Locianpwe tidak keberatan,
maukah Kou Locianpwe membawa aku untuk pergi menemui Yo
tayhiap, karena aku ingin menolonginya!"
Kou Sie-ko dan kawan-kawannya telah memandang curiga, diapun
telah bertanya: "Siapa kau sebenarnya"!"
Yo Him tersenyum, dia menyahuti: "Aku she Yo dan bernama Him,
dan akulah putera dari Sin-tiauw-tay-hiap Yo Ko......!"
"Apa"!" tanya Kou Sie-ko dengan suara yang terkejut dan dia telah
memandang setengah percaya dan tidak, tapi kemudian dia
menyahuti juga: "Jika demikian tentunya kau bisa memperlihatkan
kepada kami, bahwa dirimu benar-benar putera Tayhiap itu....!"
Mendengar perkataan Kou Sie-ko, Yo Him telah tersenyum.
"Apakah itu ada perlunya untuk para Locianpwe" Bukankah tadi
Kou Locianpwe telah menceritakan bahwa ayahku tengah berada
dalam bahaya, maka dari itu aku hanya mohon pada Kou
Locianpwe untuk mengajakku ke tempat pendeta gemuk itu. Nanti
693 akan ku perlihatkan apakah aku sesungguhnya putera Yo Tayhiap
atau bukan.....! Nanti kalian boleh melihat pula, setelah
pertemuanku dengan ayahku itu, apakah aku berdusta atau
tidak.....!" Kou Sie-ko telah memandang dengan sorot mata mengandung
kecurigaan, lalu tanyanya dengan hati-hati: "Apakah kau bukan.....
bukan orangnya si pendeta gemuk itu....."!"
Yo Him tersenyum, dia telah memanggil, "Sasana, ke mari kau!"
Sasana telah melompat keluar, dia kemudian menjura kepada para
pengemis itu. "Inilah muridnya Ciu Locianpwe, Ciu Pek Thong!" menjelaskan Yo
Him. "Dan jika memang kalian masih tidak mempercayainya, aku
akan mengajak kalian bertemu dengan Ciu Locianpwe, karena
memang Ciu Locianpwe bersama kami tengah melakukan
perjalanan......!" Para pengemis itu telah memandang Yo Him dengan sikap yang
tidak dingin seperti tadi, dan Kou Sie-ko telah berkata: "Baiklah,
kami akan mengajak Yo kongcu untuk menemui pendeta gemuk
itu, tapi dia memiliki ilmu sihir. Jika memang benar apa yang kau
katakan, bersama kalian ikut serta Ciu Locianpwe maka ajak saja
Ciu Locianpwe bersama kita, dengan demikian, tentu kita bisa
menghindarkan bahaya yang tidak kita inginkan.....!"
Yo Him tersenyum, dia mengerti arti perkataan dari Kou Sie-ko itu,
yaitu memang pengemis ini masih mencurigainya, maka dari itu
694 secara tidak langsung pengemis ini ingin bertemu dengan Ciu Pek
Thong. Yo Yim beranggapan memang ada baiknya juga dia mengajak
pengemis-pengemis tersebut bertemu dengan Ciu Pek Thong.
Bukankah dengan adanya bantuan Ciu Pek Thong, dia lebih
leluasa untuk menghadapi pendeta gemuk.
Menurut cerita dari Kou Sie-ko, pengemis yang menggemblok lima
lembar karung tersebut, memang pendeta gemuk itu belum tentu
memiliki kepandaian ilmu silat yang tinggi, tetapi yang
dikuatirkannya adalah ilmu sihirnya yang tangguh, di mana Yo Ko
dan juga Yeh-lu Chi dan yang lainnya telah dipengaruhi oleh ilmu
sihir itu. Dengan demikian telah membuat Yo Him mengangguk menerima
permintaan Kou Sie-ko tersebut. Begitulah, Yo Him dan Sasana
telah mengajak para pengemis itu untuk pergi menemui Ciu Pek
Thong.

Beruang Salju Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Setelah bertemu dengan Ciu Pek Thong, barulah para pengemis
itu percaya habis, bahwa Yo Him adalah puteranya Yo Ko. Dengan
demikian, merekapun telah menceritakan sekali lagi semuanya
dialami oleh Kou Sie-ko. Ciu Pek Thong kaget bukan main mendengar Yeh-lu Chi tertawan
oleh pendeta gemuk itu. Seperti diketahui bahwa Yeh-lu Chi adalah
murid kesayangannya. Pangcu pengemis itu dalam bahaya yang
cukup besar, maka Ciu Pek Thong sambil berjingkrak tidak sabar
telah menarik tangan Yo Him, kemudian katanya: "Ayo cepat ajak
aku pergi ke tempatnya pendeta gemuk itu.....!"
695 Kou Sie-ko yang jadi penunjuk jalan, dia telah mengajak Ciu Pek
Thong dan yang lainnya ke sebuah permukaan hutan yang lebat,
terpisah belasan lie dari tempat di mana Ciu Pek Thong dan
rombongan pangeran Ghalik berada. Hutan itu besar dan lebat
sekali. Selama dalam perjalanan menuju ke tempat itu tampaknya Ciu Pek
Thong tidak sabar, karena selain Yo Him, yang lainnya memiliki
ginkang yang tidak begitu tinggi, sehingga beberapa kali Ciu Pek
Thong harus menunggui orang-orang itu, harus menanti dengan
gelisah, karena dia memikirkan keselamatan muridnya itu.
Akhirnya mereka tiba juga di hutan itu.
Keadaan di sekitar tempat tersebut sepi sekali. Kou Sie-ko telah
berkata: "Kita harus hati-hati..... jika pendeta itu mengetahui
kedatangan kita dan dia mendahului mempergunakan ilmu
sihirnya, celakalah kita......!"
Ciu Pek Thong yang sudah tidak sabar segera melompat ke dalam
hutan itu. Benar saja, tidak jauh dari tempatnya berada, di antara pohon yang
besar, tampak sebuah goa yang sangat besar. Dan goa itu juga
tidak kosong, tampak beberapa orang yang tengah duduk
termenung. Dan yang membuat terkejut Ciu Pek Thong segera dia
mengenalinya orang-orang itu tidak lain dari Sin-tiauw-tay-hiap Yo
Ko, Yeh-lu Chi, Kwee Hu, Yeh-lu Kie, Swat Tocu dan Ko Tie!
Yo Him tidak kurang terkejutnya, malah Yo Him telah lari
menghampiri ayahnya. 696 "Ayah.....!" panggilnya.
Namun Yo Ko tidak bergerak dari tempat duduknya, dia hanya
mengawasi Yo Him dengan sorot mata yang kosong, seperti juga
arwahnya telah meninggalkan raganya, di mana dia seperti tidak
kenal pada Yo Him, anaknya.
Di samping Yo Ko tampak duduk Yeh-lu Chi dan Kwee Hu. Begitu
juga keadaan ke dua orang ini sama seperti Yo Ko, mereka diam
saja walaupun Ciu Pek Thong telah menggoyang-goyangkan
tubuh Yeh-lu Chi, sambil sang guru itu telah memanggil-manggil
muridnya ini. Bukan main gusarnya Ciu Pek Thong melihat keadaan Yeh-lu Chi
dan yang lainnya seperti itu. Dia sampai berjingkrak dan berseru,
"Pendeta busuk itu entah telah mempergunakan ilmu siluman apa,
sehingga membuat muridku seperti patung ini?"
Sambil berseru begitu, Ciu Pek Thong beberapa kali telah menotok
beberapa jalan darah di tubuh Yeh-lu Chi, namun Yeh-lu Chi tetap
dengan keadaannya itu, yang berdiam seperti patung. Jadi sudah
jelas bahwa Yeh-lu Chi bukan dalam keadaan tertotok.
Ciu Pek Thong jadi berjingkrakan bingung sekali, dia pun telah
berseru-seru dengan panik, karena ilmu totokannya sama sekali
tidak memberikan hasil. Seumur hidupnya baru kali ini dia meng
hadapi kejadian seperti ini.
"Mana pendeta busuk itu" Mana dia si pendeta busuk itu"!"
berseru-seru Ciu Pek Thong berulang kali. Dia juga telah
697 memandang sekelilingnya untuk melihat dan mencari-cari si
pendeta gemuk itu untuk mengadakan pembalasan.
Namun keadaan di sekitar hutan itu sunyi sekali, tidak ada orang
lainnya, selain Yo Ko, Kwee Hu, Yeh-lu Chi, Yeh-lu Kie. dan juga
Swat Tocu dan Ko Tie, yang semuanya dalam keadaan seperti
patung itu. Pendeta yang mereka cari itu tidak terlihat batang
hidungnya. Bukan main penasarannya Ciu Pek Thong, dia pun tengah murka
melihat keadaan muridnya seperti itu. Dengan gerakan gesit sekali
Ciu Pek Thong mengelilingi hutan itu, namun orang yang dicarinya
itu masih juga belum dapat ditemuinya.
Di waktu itu, Yo Him juga bingung bukan main, sedangkan Kou Sieko dan pengemis-pengemis lainnya telah duduk di hadapan Yehlu Chi, mereka menguatirkan sekali keselamatan Pangcu mereka
ini. Tapi mereka tidak berdaya untuk menolong Pangcu mereka,
yang keadaannya seperti patung itu.
Setelah berputaran ke sana ke mari di hutan itu, maka Ciu Pek
Thong kemudian kembali lagi ke tempat dekat goa itu. Dia
menggerutu seorang diri: "Jika memang aku berhasil menemui
pendeta itu, hemm, hemm, akan kupatahkan batang lehernya
menjadi bubur.....!" Dan ocehan itu tidak hentinya diucapkan oleh
Ciu Pek Thong. Tetapi baru saja Ciu Pek Thong hendak mencoba menotok lagi
Yeh-lu Chi guna menolonginya dari keadaannya yang seperti
patung itu, tiba-tiba terdengar suara tertawa yang keras panjang
sekali. Suara tertawa yang mengalun seperti juga suara
698 gelombang lautan yang datang sambung menyambung tidak
hentinya, merupakan suara tertawa yang disertai tenaga lweekang
yang sangat kuat sekali. Ciu Pek Thong telah melompat gesit, dia berlari seperti terbang
menuju ke arah datangnya suara tertawa itu, karena dia menduga
orang yang tertawa panjang itu adalah si pendeta gemuk, yang
tengah dicarinya. Begitu cepatnya Ciu Pek Thong berlari ke arah datangnya suara
tertawa tersebut sehingga dalam waktu sekejap mata saja dia telah
lenyap dari pandangan mata semua orang. Sedangkan Yo Him
sendiri sebetulnya ingin ikut mengejarnya, namun dia
membatalkan niatnya, karena dia segera teringat untuk menjaga
ayah dan yang lainnya, yang keadaannya seperti patung itu.
Dengan Ciu Pek Thong seorang diri saja juga sudah lebih dari
cukup. Lama juga Ciu Pek Thong pergi, tetapi tidak lama kemudian dia
telah kembali, dia melangkah perlahan-lahan, di depannya berjalan
seorang pendeta gemuk. Ciu Pek Thong yang biasanya
berandalan dan jenaka, kali ini berjalan dengan langkah kaki satusatu bagaikan patung saja.
Yo Him dan yang lainnya ketika melihat keadaan Ciu Pek Thong
jadi tertegun, apalagi di depannya berjalan pendeta gemuk itu,
yang segera diduga oleh Yo Him sebagai pendeta yang tengah
dicari oleh mereka, yaitu si pendeta yang tangguh ilmu sihirnya.
Sedangkan si pendeta gemuk itu telah melangkah dengan bibir
tersungging senyuman. Hanya matanya saja yang memancarkan
699 sinar yang sangat tajam, di balik sinar matanya itu mengandung
hawa pembunuhan yang buas......
"Locianpwe.....!" berseru Yo Him setelah tersadar dari tertegunnya.
Dia melompat ke dekat si pendeta gemuk.
Tetapi pendeta gemuk itu telah menggerakkan ke dua tangannya,
mulutnya telah berkomat-kamit tidak hentinya, seperti tengah
membaca mantera. Yo Him mengeluarkan seruan panjang, karena dia merasakan
matanya mendadak saja berkunang-kunang. Diapun telah
mengeluarkan seluruh tenaga lweekangnya, menghantam dengan
tangan kanannya pada pendeta itu.
Si pendeta terkejut, semula dia membaca manteranya maka Yo
Him akan dapat dipengaruhinya seperti juga yang lainnya. Namun
betapa terkejutnya ketika memperoleh kenyataan Yo Him tidak
segera dapat dikuasainya, malah kini menghantamnya dengan
pukulan yang begitu dahsyat.
Cepat-cepat si pendeta gendut telah melompat ke samping, dia
membaca terus manteranya.
Yo Him merasakan kepalanya seperti juga dihantam oleh pukulanpukulan martil besi, sakitnya luar biasa, di samping matanya
berkunang-kunang. Namun mengetahui bahwa pendeta ini tangguh ilmu sihirnya, Yo
Him berusaha untuk mengendalikan dirinya agar tidak sampai
dikuasai oleh ilmu sihirnya si pendeta. Dengan demikian, segera
700 juga terlihat betapa pendeta itu berusaha merubuhkannya dengan
menteranya. Yo Him juga beberapa kali menyerangnya. Pendeta itu jadi
kelabakan. Memang tangguh ilmu sihirnya, tapi bicara soal ilmu
silat, dia hanya memiliki kepandaian yang tidak seberapa. Maka
diserang membabi buta oleh Yo Him seperti itu, dia jadi sibuk luar
biasa, beberapa kali dia harus menggulingkan dirinya di tanah,
karena terdesak hebat. Sedangkan Yo Him telah mempergunakan seluruh lweekang yang
ada padanya untuk menyerang si pendeta dengan gencar. Dan
pengaruh dari si pendeta memang dapat dibendung dengan
mengerahkan seluruh lweekangnya. Karena diserang membabi
buta seperti itu, si pendeta jadi tidak bisa memusatkan seluruh
manteranya guna menguasai Yo Him.
Sebetulnya, di dalam peristiwa ini terdapat suatu hal yang secara
kebetulan sekali. Seperti diketahui, jika ingin dibandingkan hal ilmu silat, maka
biarpun Yo Him memiliki ilmu yang tinggi sekali, namun dia
belumlah mencapai puncak kesempurnaan seperti Ciu Pek Thong
atau Yo Ko. Tetapi di saat ke dua orang itu berhasil dikuasai oleh
pendeta gemuk itu, demikian juga halnya dengan Swat Tocu yang
kepandaiannya tidak berada di bawah kepandaiannya Yo Ko pun
berhasil dikuasai oleh ilmu sihir si pendeta, adalah Yo Him gagal
dikuasai si pendeta. Itu disebabkan pada diri Yo Him terdapat berbagai macam latihan
lweekang, ke dua dia merupakan seorang yang polos jiwa dan
701 pikirannya. Di jamannya itu hanya ada dua orang yang keadaan
jiwanya seperti Yo Him, yaitu yang seorang lainnya adalah Kwee
Ceng. Hanya bedanya jika Kwee Ceng agak tolol dan pikirannya
sederhana, justru Yo Him memang cerdik. Tetapi kepolosan
jiwanya itulah membuat lweekang yang dimilikinya dari berbagai
aliran itu jadi lurus, dan ilmu sesat seperti ilmu sihir yang
dipergunakan si pendeta tidak dapat mempengaruhinya dengan
sepenuhnya. Memang ada juga pengaruh yang dirasakan oleh Yo Him atas ilmu
sihir si pendeta, yaitu dia merasakan kepalanya sakit dan juga,
tangannya mulai linu. Namun Yo Him masih sanggup
mempergunakan lweekangnya untuk menyerang si pendeta dan
membuat pendeta itu jadi sibuk bukan main berkelit ke sana ke
mari, sehingga dia tidak bisa untuk mencurahkan seluruh ilmu
sihirnya guna menguasai Yo Him.
Malah semakin lama Yo Him semakin bisa menguasai dirinya dan
menyerang semakin hebat. Maka ketika suatu kali si pendeta
tengah berkelit ke samping kanan, Yo Him membarengi dengan
memukul mempergunakan tangan kirinya. Si pendeta kembali
cepat-cepat ingin menyingkir tetapi Yo Him rupanya hanya
menggertak dengan tangan kirinya itu.
Dia telah menyusuli dengan pukulan tangan kanannya yang
mengenai telak sekali dada si pendeta, sampai tubuh si pendeta
terjungkir balik beberapa kali, bergulingan di tanah, dan tubuhnya
yang bulat gemuk besar itu telah membentur keras sekali batang
pohon. 702 Yo Him tidak membuang-buang kesempatan itu, dia telah
melompat ke samping si pendeta dan menotoknya. Maka segera
juga si pendeta tidak berkutik, karena jalan darah Kie-cie-hiat nya
telah tertutup oleh totokan Yo Him, dia tidak bisa bergerak lagi.
Malah Yo Him tidak berhenti sampai di situ saja, dia telah menotok
pula Ah-hiat, jalan darah gagu dan juga jalan darah penting di
tubuh si pendeta, yang terletak di pundak kiri dan kanan. Dengan
ditotok seperti itu, jangan harap si pendeta dapat membebaskan
diri sebelum dua hari!! Yo Him merasakan pengaruhnya ilmu sihir si pendeta telah lenyap,
kepalanya yang semula sangat sakit telah hilang. Dan kemudian
Yo Him berjongkok, dia memijit jalan darah Lung-cie-hiat si
pendeta, diapun membentak: "Dengan ilmu apa kau pengaruhi
ayahku dan yang lainnya itu....." Cepat bebaskan mereka.....!"
Si pendeta cuma diam, matanya saja yang menatap Yo Him
dengan sorot yang sangat tajam. Dan waktu itu, Yo Him telah
menggerakkan tangan kanannya, dia menghantam jalan darah
tung-su-hiat si pendeta, dengan tepukan yang kuat sekali, sampai
pendeta itu meringis kesakitan. Jalan darah itu adalah jalan darah
yang sangat penting di tubuh manusia, jika kena ditepuk dan jalan
darah itu jadi terhambat, niscaya akan membuat orang tersebut
bercacat dan juga akan membuat orang yang menjadi korban
tepukan di jalan darah itu menderita kesakitan yang hebat.
Tubuh si pendeta telah menggigil, karena dia menahan rasa sakit
yang luar biasa. Akhirnya dia mengangguk-anggukkan kepalanya
beberapa kali, dia dalam keadaan tertotok dengan demikian dia
703 tidak bisa bicara. Yo Him yang melihat pendeta itu menganggukangguk, barulah dia membuka totokannya pada Ah-hiat si pendeta,
"Katakan, kau mau memulihkan keadaan ayahku dan yang lainnya
itu atau engkau ingin mampus dengan cara yang tersiksa"!" bentak
Yo Him dengan suara yang bengis.
Pendeta India itu menyadari, jika dia berkeras kepala tidak mau
memulihkan keadaan Sin-tiauw-tay-hiap dan yang lainnya dan Yo
Him naik darah, lalu menghantamnya, dia akan terbinasa. Jika mati
dengan segera, itu masih bagus. Tetapi jika pemuda itu
menyiksanya terus menerus"
"Baiklah...... aku akan memulihkan keadaan mereka!" kata si
pendeta. Yo Him telah membebaskan si pendeta dari totokaanya, dan dia
bisa bergerak. Namun karena si pendeta menyadari
kepandaiannya tidak bisa menandinginya Yo Him, ia menurut saja.
Mulutnya berkomat-kamit perlahan sekali membaca mantera, dan
dia telah memulihkan keadaan Yo Ko dan yang lainnya, yang
waktu itu telah tersadar dari keadaannya, seperti juga mereka dari
mimpi. Yo Ko dan yang lainnya terheran-heran, tetapi setelah mendengar
cerita Yo Him, yang menceritakan kebusukan pendeta itu, bukan
main murkanya Swat Tocu. Tanpa bisa mengendalikan diri lagi,
Swat Tocu telah melompat, di mana tangannya bergerak, akan
menghantam batok kepala si pendeta. Namun tubuh si pendeta
telah mencelat, melarikan diri......"
704 Yo Ko dan Ciu Pek Thong yang waktu itu telah tersadar dari
"tenungan" si pendeta, sebetulnya hendak mencegah, namun
mereka terlambat. Karena tubuh mereka masih dalam keadaan
lemah, akibat bekas pengaruh ilmu sihir si pendeta yang luar biasa
sekali. Sedangkan Yo Ko juga telah menceritakan, bahwa dia
sesungguhnya tengah berkelana untuk mencari Yo Him, untuk


Beruang Salju Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

diajaknya pulang ke tempat mereka, karena Yo Ko baru saja
berhasil merampungkan seluruh ilmu ciptaannya, yang telah
disempurnakan. Dia bermaksud akan mewarisi seluruh
kepandaiannya kepada Yo Him. Tetapi siapa sangka dia bertemu
dengan pendeta itu, dengan demikian dia telah kena di "tenung"
oleh pendeta tersebut yang mempergunakan ilmu sihirnya,
membuat dia akhirnya tidak ingat diri.
Si pendeta sebetulnya berasal dari Thian-tiok, India. Dia bernama
Hosing Polong. Memang sejak dilahirkan pada tubuh dan pancaran
mata Hosing Polong ada semacam kekuatan gaib. Sehingga ketika
dia berusia lima tahun, seorang pendeta sakti dari India telah
tertarik hatinya untuk mendidik Hosing Polong dengan ilmu sihir
dan ilmu silat. Pada usia duapuluh tahun Hosing Polong telah memiliki ilmu sihir
yang luar biasa hebatnya, juga ilmu silatnya cukup tinggi. Sehingga
ketika latihan mengadu kekuatan ilmu sihirnya dengan gurunya,
bahkan gurunya yang mendidiknya itu bisa dipengaruhi oleh
kekuatan ilmu sihirnya. 705 Sehingga di negara India, Hosing Polong sudah tidak ada
tandingannya lagi. Banyak tokoh-tokoh sihir dari India yang
dirubuhkannya dengan mudah.
Alkisah pernah suatu ketika Hosing Polong, pergi ke istana raja
India dan dapat memasuki kamar raja dengan mudah sekali.
Semua pengawal-pengawal raja dan panglima-panglima kerajaan
dapat disihirnya dengan mudah. Sehingga apabila Hosing Polong
bermaksud mencelakai rajanya, dia dapat melaksanakannya
dengan mudah sekali. Namun karena Hosing Polong hanya
bermaksud untuk main-main saja dan tidak mempunyai niat jahat,
maka dia hanya mencuri kitab-kitab kuno kerajaan untuk
dipelajarinya. Raja India tidak menjadi marah atas perbuatan Hosing Polong,
maka raja India telah mengirimkan utusan dengan membawa satu
peti permata untuk membujuk Hosing Polong agar mau menjadi
Koksu Negara. Namun karena Hosing Polong ingin hidup bebas,
dia menolak permintaan rajanya.
Demikanlah nama Hosing Polong sangat terkenal sekali di India,
sehingga dia dijuluki sebagai "Dewa Sihir" oleh jago-jago sihir
India, yang mengakui Hosing Polong sebagai rajanya jago-jago
sihir. Akhirnya Hosing Polong merasa bosan juga tinggal di India, karena
dia sudah tidak ada tandingannya lagi di negara itu.
Pada suatu hari Hosing Polong mendengar bahwa di Tiongkok
banyak sekali tokoh-tokoh saktinya, terutama yang paling menonjol
706 yaitu nama-nama Yo Ko, Oey Yok Su, Ciu Pek Thong, It Teng
Taysu dan lain-lainnya. Maka pergilah Hosing Polong ke daratan Tiong-goan untuk
mengajak bertanding tokoh-tokoh sakti tersebut. Sekalian apabila
tokoh-tokoh itu telah bisa dikuasai oleh ilmu sihirnya, maka ia akan
menyuruh tokoh-tokoh sakti itu untuk mengeluarkan ilmu silat
simpanannya yang ada guna dicangkoknya. Karena walaupun
Hosing Polong memiliki ilmu sihir yang luar biasa hebatnya, tetapi
ilmu silatnya tidak begitu tinggi.
Demikianlah Yo Ko yang dalam keadaan tertidur, Swat Tocu yang
tidak percaya ilmu sihir dan menganggap ringan lawannya, serta
tokoh-tokoh Tiong-goan lainnya, dapat dipengaruhi ilmu sihirnya.
Yo Ko yang kena dikuasai oleh pengaruh ilmu sihir Hosing Polong
menjadi kagum kepada pendeta India itu, karena di daratan Tionggoan tiada seorangpun tokoh sihir yang dapat mempengaruhi diri
Yo Ko, walaupun dalam keadaan tertidur.
Namun Swat Tocu yang beradat berangasan ketika telah tersadar,
dia melompat ingin menghajar batok Hosing Polong. Tapi secepat
kilat tokoh sihir itu telah melarikan diri.
Demikianlah Hosing Polong yang disegani dan dihormati di
negaranya sebagai "Dewa Sihir" harus melarikan diri guna
menyelamatkan nyawanpa dari tangan tokoh-tokoh sakti daratan
Tiong-goan yang sangat marah atas perbuatannya yang menyihir
tokoh-tokoh tersebut. 707 Setelah saling berkenalan satu dengan yang lainnya, di antara
Sasana dengan Swat Tocu dan yang lain-lainnya, maka
rombongan Yo Ko dan Swat Tocu telah diajak untuk bertemu
dengan pangeran Ghalik. Memang semula dalam pertemuan antara Yo Ko denyan pangeran
Ghalik terdapat suatu ganjalan, namun setelah tukar pandangan
beberapa saat di antara mereka, dan mendengar nasib buruk yang
menimpa keluarga pangeran Ghalik, malah melihat hubungan
yang intim antara Yo Him, puteranya itu dengan Sasana, puteri
pangeran Ghalik, Yo Ko akhirnya mau juga melenyapkan ganjalan
itu. Dia hanya mengharapkan agar pangeran Ghalik
mengundurkan diri dari dunia politiknya.
"Apakah gunanya nama dan pangkat, terlebih lagi Tayjin telah
difitnah sedemikian rupa oleh Tiat To Hoat-ong, dan diperlakukan
oleh Kaisar tidak selayaknya, bukankah terlebih baik Tayjin
mengambil jalan hidup sebagai rakyat jelata saja...."!" kata Yo Ko.
Pangeran Ghalik tidak segera menyahuti, dia menghela napas,
dan termenung beberapa saat lamanya, sampai akhirnya dia
menyahuti: "Ya, apa perlunya nama dan pangkat. Bukankah jika
memang aku melepaskan pangkat dan kedudukan, aku dapat
melewati hari-hari tuaku dengan tenang.....!"
Dan setelah berkata demikian, pangeran Ghalik menghela napas
lagi, lalu kemudian iapun berkata lagi: "Tetapi sulit buat aku
menghilangkan jejak, karena Tiat To Hoat-ong dan orangorangnya akan tetap melakukan pengejaran kepadaku. Disamping
708 itu, Kaisar juga tentu akan menyebarkan jago-jagonya untuk
mencari jejakku.....!"
"Jika memang Tayjin terbentur akan hal itu, dapat kami janjikan
bantuan untuk berusaha menghadapi mereka. Inipun jika memang
'l'ayjin kelak dipersulit oleh mereka, orang-orangnya Kaisar dan
Tiat To Hoat-ong.....!"
Pangeran Ghalik menyatakan terima kasihnya, dan dia telah
mengatakan ingin memikirkan dulu selama beberapa hari perihal
usul yang diberikan Yo Ko.
Malam itu, Yo Ko menceritakan pengalamannya kepada Yo Him
dan yang lainnya, mengapa dia sampai bisa terjatuh dalam
pengaruh ilmu sihirnya Si pendeta India yang bernama Hosing
Polong itu. Sesungguhnya, jika saja Yo Ko disihir dalam keadaan
sadar, belum tentu dia bisa dipengaruhi ilmu sihir si pendeta.
Namun justru si pendeta telah melancarkan ilmu sihirnya itu untuk
mempengaruhi Yo Ko di saat Sin-tiauw-tay-hiap ini tengah tertidur
nyenyak di kamar dalam rumah penginapan tempat
persinggahannya. Dan sekali dia kena dipengaruhi, seterusnya dia
dipengaruhi dengan mudah sekali oleh pendeta itu, di mana Yo Ko
setelah diperalat oleh pendeta itu tanpa dia sadari dan setiap
perintah dari si pendeta India itu akan di patuhinya dengan segera
tanpa memiliki daya lawan sedikitpun juga...... Lweekang Yo Ko
sudah sempurna, jika berhadapan berterang, pendeta itu jangan
harap dapat menguasainya.
Berbeda dengan Swat Tocu yang tidak mempercayai akan ilmu
sihir. Waktu itu dia bersama-sama dengan Yeh-lu Chi, Kwee Hu,
709 Ko Tie dan Yeh-lu Kie tiba di daratan Tiong-goan, dan tengah
melakukan perjalanan untuk diajak oleh Kwee Hu ke tempat
berdiamnya Kwee Ceng dan Oey Yong, justru mereka melihat Yo
Ko, yang keadaannya begitu luar biasa maka mereka segera juga
mengikutnya. Namun Yo Ko dan si pendeta telah keburu
melenyapkan jejaknya. Dengan demikian, mereka mengejarnya
terus setelah memperoleh keterangan dari Cu Kun Hong.
Dengan demikian, mereka telah berhasil bertemu dengan si
pendeta gemuk itu, dan karena Swat Tocu tidak mempercayai akan
ilmu sihir, waktu dia akan menyerang si pendeta, tahu-tahu dia
lenyap kesadarannya, dan telah dikuasai oleh si pendeta. Dengan
demikian, semua ilmu dan kepandaian silatnya yang begitu
sempurna jadi tidak ada artinya lagi.....
Apa lagi Yeh-lu Chi, Kwee Hu dan yang lainnya, mereka memang
memiliki lweekang di bawah Swat Tocu, dengan demikian mudah
sekali Hosing Polong menguasai mereka dengan ilmu sihirnya itu.
Dengan terjadinya peristiwa itu, maka semua jago-jago itu jadi
kumpul di situ. Yo Ko memberikan kesanggupannya untuk
membantu pangeran Ghalik memberikan hajaran pada Tiat To
Hoat-ong. Waktu itu, Sasana jadi girang bukan main, karena dengan
berkumpulnya tokoh-tokoh persilatan yang memiliki ilmu sulit dicari
tandingannya di kolong langit ini, niscaya Tiat To Hoat-ong akan
dapat mereka hadapi. Sedangkan Ciu Pek Thong jadi sibuk sekali mengajak Yo Ko
bercakap-cakap. Malah Ciu Pek Thong tidak hentinya meminta
710 adik angkatnya itu agar bercerita padanya tentang kerajaan
Langit..... Yo Ko yang mengetahui tabiat dari kakak angkatnya ini telah
tersenyum dan meluluskan permintaan orang, dia segera
menceritakan berbagai dongeng mengenai keadaan di kerajaan
Langit..... "Y" Tiat To Hoat-ong berhari-hari telah menyebarkan orang-orangnya
untuk melakukan penyelidikan dengan ketat. Selama itu memang
Tiat To Hoat-ong selalu diliputi penasaran dan dia bertekad,
walaupun bagaimana harus dapat mencari jejak Ciu Pek Thong
dan Yo Him. Karena itu, dengan demikian Tiat To Hoat-ong
mengerahkan kurang lebih seribu orang jago-jago istana untuk
melakukan penyelidikan terhadap jejak Ciu Pek Thong dan Yo Him.
Usaha yang dilakukan oleh Tiat To Hoat-ong ternyata tidak sia-sia,
sebab akhirnya, pada hari ke tujuh, dua orang penyelidik dari istana
telah berhasi1 mengetahui tempat berdiam atau bersembunyinya
Ciu PekThong dan Yo Him. Malah pengawal istana yang telah
berhasil dalam penyelidikannya itu melaporkan, disamping Ciu Pek
Thong dan Yo Him masih terdapat Yo Ko, yaitu Sin-tiauw-tay-hiap
itu, Yeh-lu Chi, Yeh-lu Kie, Ko Tie, Swat Tocu, pangeran Ghalik,
dan juga Hek Pek Siang-sat dan beberapa orang jago-jago yang
menjadi pahlawannya pangeran itu.
Tiat To Hoat-ong girang bercampur terkejut. Dia tidak menyangka
bahwa pangeran Ghalik bisa menarik Yo Ko untuk membantu
pihaknya. Namun dengan Yo Ko membantu pangeran Ghalik,
711 dengan sendirinya hal itu lebih mempermudah Tiat To Hoat-ong
melontarkan fitnahnya kepada pangeran itu.
Hasil penyelidikan itu telah dilaporkannya kepada Kaisar, dan
dengan demikian Kaisar pun telah mengeluarkan perintah untuk
menangkap pangeran Ghalik dan semua "kaki tangan"nya.
Sekarang Kaisar mempercayai penuh laporan yang diberikan oleh
Tiat To Hoat-ong. Sama sekali raja itu tidak menyangka bahwa itu
hanya merupakan laporan palsu dan fitnah belaka yang ditujukan
kepada pangeran Ghalik, yang sesungguhnya cinta negara dan
rakyatnya serta pada kerajaannya, yaitu kerajaan Boan. Bahkan
berhasilnya Kaisar Kublai Khan merebut Tiong-goan meruntuhkan
kerajaan Song hanyalah disebabkan kerja kerasnya pangeran
Ghalik. Sekarang mendengar laporan bahwa pangeran Ghalik
memperoleh bantuan Yo Ko, yaitu orang yang memang tengah
dikejar-kejar, Kaisar semakin membenci pangeran Ghalik yang
disangka benar-benar hendak meruntuhkannya dan menghianatinya. Pasukan yang diperintahkan menangkap pangeran Ghalik itu
berjumlah duaribu tentara. Di dalam pasukan itu juga ikut serta
jago-jago kelas satu dari istana. Bahkan Tiat To Hoat-ong, Koksu
negara itu telah ikut pula dalam pasukan itu. Dia yang telah
memimpinnya sendiri, dibantu oleh Gochin Talu dan Lengky Lumi
dan jago-jago Tiong-goan yang bekerja di bawah perintahnya.
Daerah sekitar rumah penduduk di mana pangeran Ghalik dan
yang lainnya berkumpul telah dikepung ketat sekali. Tiat To Hoat712
ong juga mempersiapkan pasukan panah yang siap dengan busur
dan anak panah yang telah direntang, yang setiap detik dapat
dilepaskan menyerang kepada rombongan pangeran Ghalik.
Pangeran Ghalik melihat keadaan seperti itu, tidak menjadi panik,
dia hanya menghela napas dengan wajah yang muram
mengandung kedukaan, dia bilang: "Hai, hai, aku tidak menyangka
sebelumnya bahwa aku akan mengalami peristiwa seperti ini, di
mana Kaisar meragukan kesetiaanku...... dan Kaisar juga
mempercayai begitu saja fitnah yang dilontarkan Tiat To Hoatong......!"
Yo Ko telah bilang: "Sudahlah Tayjin, mari kita hadapi mereka
untuk merobos keluar dari kepungan yang diatur oleh Koksu
mereka..... Aku lihat Tiat To Hoat-ong kali ini tak main-main, dia
berusaha untuk menyapu bersih kita semua, yang hendak
dibasmi.....! Dan memang sebenarnya sudah lama juga kami tidak
pernah bertemu, justru inilah suatu kebetulan yang
menggembirakan, di mana aku akan dapat meminta pengajaran
darinya." Waktu itu Kwee Hu telah menoleh kepada Swat Tocu, dia bilang
sambil tertawa: "Saat sekarang ini merupakan saat yang baik untuk
kau menguji kepandaianmu, kepandaian Tiat To Hoat-ong tidak
berada di sebelah bawah dari kepandaian ayah ibuku. Jika
memang kau bisa menghadapinya dengan baik Koksu itu, barulah
kau memiliki arti untuk menjadi lawan ibu dan ayahku. Jika
memang Tiat To Hoat-ong tidak berhasil kau rubuhkan,
tentunya.....!" 713 Baru saja Kwee Hu berkata begitu, Yeh-lu Chi telah memotongnya:
"Adik Hu, jangan bergurau.....!"
Kwee Hu monyongkan mulutnya, dia telah bilang kepada Yo Ko:
"Yo Ko, apa yang kukatakan tadi benar atau tidak" Tiat To Hoatong memiliki kepandaian yang tinggi sekali, mungkin dia tidak
berada di sebelah bawah dari kepandaian ayah dan ibuku. Apakah
aku salah dalam kata-kata itu....."!"
Yo Ko tersenyum, dia menyahuti: "Memang Koksu itu memiliki
kepandaian yang tinggi, tetapi itu tidak terlalu istimewa dan tidak
melebihi kami, juga tidak melebihi kepandaian ayah dan ibumu.....!"
Swat Tocu juga telah ikut berkata, dia bilang: "Hemmmmm, engkau
hendak memancing lagi agar aku mengajar si kepala gundul
Monggol itu, bukan"! Baik! Baik! Aku akan memperlihatkan
kepadamu, bagaimana si gundul itu kuhajar babak belur..... Dulu
aku pernah menghajarnya, sampai dia terluka di dalam, cuma aku
masih tidak mengetahui duduknya persoalan...... aku
menghajarnya setengah hati.....!"
Kwee Hu sengaja memperdengarkan tertawanya, dia bilang:
"Justru soal yang lalu itu, tidak kusaksikan. Aku menginginkan
bukti, karena dari itu aku ingin kau menghajar si gundul itu


Beruang Salju Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sekarang agar aku bisa melihat bahwa engkau memang benarbenar memiliki kepandaian yang berarti, sehingga engkau pantas
menjadi lawan ayah dan ibuku.....!"
Mendengar perkataan Kwee Hu seperti itu rupanya Swat Tocu
sudah tidak bisa menahan sabar lagi, dia telah menoleh kepada Ko
Tie, dia bilang. "Kau tunggu di sini dulu, aku ingin pergi menghajar
714 si gundul itu, agar engkau bisa melihat bahwa gurumu bukan orang
yang mudah diejek dan dianggap tidak punya guna......!"
Setelah berkata begitu, dengan gerakan yang ringan sekali, Swat
Tocu telah melompat ke dekat pintu, dan dia menerobos keluar. Di
luar memang terdengar ramainya suara para tentara kerajaan yang
mengepung. Yo Ko sebetulnya hendak menahan keinginan Swat Tocu yang
menerjang keluar namun dia tidak keburu mencegahnya, karena
waktu itu Swat Tocu telah melompat keluar menerjang kepada
pasukan kerajaan. Sepasang tangannya telah digerakkan dengan
cepat bergantian, dari telapak tangannya telah keluar tenaga Inti
Es nya, sehingga tubuh para tentara kerajaan yang terkena angin
pukulannya seketika menjadi beku seperti dibungkus oleh lapisan
es, dan napas mereka juga segera berhenti.....!!!"
Dalam waktu yang singkat sekali, telah puluhan tentara kerajaan
yang dibinasakan oleh Swat Tocu dengan cara seperti itu, di mana
setiap kali tangannya bergerak, maka di waktu itulah tanpa menjerit
lagi tubuh-tubuh tentara kerajaan itu terbungkus oleh lapisan es
dan jiwanya melayang. Lengky Lumi dan Gochin Talu yang menyaksikan hal itu, jadi
terkejut bercampur gusar. Ke duanya segera menjejakkan kaki.
Mereka melompat ke dekat Swat Tocu, di mana mereka berdua
telah menggerakkan sepasang tangan mereka, berusaha untuk
menyerang Swat Tocu, dengan maksud hendak membendung
sepak terjang Tocu pulau es itu. Karena biarpun bagaimana
715 mereka harus dapat mencegahnya, jika terlambat, maka korbanlah
yang berjatuhan di pihaknya akan bertambah dengan cepat.
Tetapi Swat Tocu yang tengah mendongkol dan penasaran, telah
menggerakkan ke dua tangannya ingin menghalau Lengky Lumi
dan Gochin Talu. Ke dua telapak tangannya telah bergerak
menyampok hebat sekali, dari ke dua telapak tangannya itu telah
meluncur hawa yang dingin bukan main menggigilkan tubuh.
Lengky Lumi dan Gochin Talu terkejut. Jika biasanya, kalau
mereka menerimanya serangan lawan yang tangguh, berarti
mereka harus mempergunakan tenaga yang sangat kuat untuk
membendungnya. Namun kali ini justru berbeda sekali, di mana
tubuh mereka menggigil, menggigil keras karena hawa dingin
menyelubungi diri mereka.
Sehingga ke duanya disamping kaget, juga cepat-cepat
mengempos semangat dan hawa murni mereka, untuk menahan
dan membendung hawa dingin yang menyelubungi mereka.
Dengan demikian, telah membuat Gochin Talu dan Lengky Lumi
tidak bisa berbuat lain, hanya melompat mundur. Jika mereka
berayal dan Swat Tocu menyerang mereka lagi, niscaya akan
mereka terluka di dalam oleh dinginnya hawa serangan Swat Tocu.
Tiat To Hoat-ong juga telah melihat semua itu, dia telah
menyadarinya jika memang keadaan seperti itu dibiarkan begitu
saja, anak buahnya akan mengalami celaka. Sedangkan dia
sendiri pernah terluka hebat di tangan Swat Tocu, dia juga telah
mengakui akan ketangguhan lawan yang seorang ini. Terlebih lagi
memang Swat Tocu memiliki ilmu yang aneh, yang selalu
716 memancarkan hawa dingin kepada lawannya, sehingga membuat
lawan menggigil kedinginan, yang lebih hebat lagi adalah setiap
tubuh lawannya akan dibungkus, diselubungi oleh es!
Sedangkan dulu saja, walaupun Tiat To Hoat-ong mempergunakan
ilmu Sobocnya, dia masih gagal menghadapi Swat Tocu. Namun
sekarang ini dia melihat ada Gochin Talu dan Lengky Lumi yang
akan membantunya menghadapi Swat Tocu. Dengan demikian,
Tiat To Hoat-ong melompat ke dekat Swat Tocu, dia juga telah
berkata: "Aku ingin meminta pelajaran darimu.....!" Dan berkata
begitu, dia juga telah menggerakkan tangannya menghantam kuat
sekali mempergunakan tenaga dari ilmu Soboc nya.
Waktu itu Swat Tocu telah memperdengarkan suara tertawanya
yang bergelak-gelak melihat Tiat To Hoat-ong, diapun telah
berseru dengan suara yang nyaring: "Bagus! Bagus! Dengan
demikian, aku pun tidak perlu sulit-sulit mencarimu, aku memang
ingin menghajarmu, kepala gundul.....!"
Dan berbareng dengan perkataan itu, Swat Tocu memukul
beberapa kali. Dia merasakan tubuhnya menggigil karena
kedinginan, dan beberapa kali pula Tiat To Hoat-ong harus
mengerahkan tenaga Sobocnya untuk menolak hawa dingin itu,
Pedang Kunang Kunang 9 Pengelana Rimba Persilatan Karya Huang Yi Pendekar Panji Sakti 8

Cari Blog Ini