Beruang Salju Karya Sin Liong Bagian 12
dirobah, dia menggantikan kedudukan kawannya, sedangkan
kawannya itu menyerang Kwie Losam. Dengan demikian, jurus
demi jurus telah lewat, dan secara bergantian mereka telah
menyerang tidak hentinya.
Dengan diiringi suara tertawa yang nyaring tahu-tahu Kwie Losam
telah mengeluarkan ilmu pukulan yang kuatnya seperti angin
topan, menderu-deru menyerang ke delapan penjuru, karena
sepasang tangannya telah bergerak dengan cepat sekali,
menyambar, menghantam dan juga menotok, sehingga dia
bertempur seperti serabutan. Dia ingin memukul pecah barisan tin
lawannya. Tetapi ke lima orang bertubuh tinggi besar tersebut benar-benar
memiliki barisan tin yang terlatih baik. Mereka dapat bekerja sama
dengan kompak, membela diri dan menyerang secara bergantian
dengan teratur sekali, sehingga selama itu pula Kwie Losam jadi
terkepung terus dalam barisan yang mirip-mirip dengan barisan
yang disebut Ngo-heng-tin.
Wanita setengah baya i,tu masih duduk tenang-tenang di
tempatnya. Dia mengawasi jalan pertandingan antara Kwie Losam
dengan ke lima orangnya itu dengan sikap acuh tak acuh, matanya
saja yang memancarkan sinar tajam luar biasa.
789 Dan waktu itu, Yo Him telah berdiri menantikan kesempatan untuk
membantui Kwie Losam, kalau saja Kwie Losam terdesak dan
berada dalam ancaman maut. Demikian juga halnya dengan
Sasana, gadis itu berdiri dengan tangannya mencekal gagang
pedang. Setiap saat jika memang diperlukan, dia akan segera
mencabutnya, untuk dipergunakan menyerang ke lima lelaki itu.
Ke dua penggotong joli telah kembali ke samping si wanita
setengah baya, salah seorang di antara mereka berdua telah
membungkukkan tubuh, membisikkan sesuatu kepada wanita
setengah baya itu, yang mengangguk beberapa kali.
Pertempuran antara Kwie Losam dengan ke lima orang bertubuh
tinggi besar yang mempergunakan barisan Ngo-heng-tin itu
berlangsung terus. Ciang-kui, pengurus rumah penginapan itu, telah keluar pula. Dia
telah gagal untuk membujuk tamu-tamunya. Jangankan untuk
mengosongkan empat buah kamar, sedangkan mengosongkan
sebuah kamar saja sulit. Tidak ada tamunya yang mau mengalah.
Dengan demikian, dia tengah memikirkan kata-kata yang
diucapkannya nanti kepada tamu-tamunya yang galak itu, namun
ketika dia melangkah keluar. Ciang-kui rumah penginapan itu jadi
berdiri menjublek dengan muka yang pucat. Karena dia
menyaksikan jalannya pertempuran tersebut, dia jadi tambah
ketakutan. Sedangkan para pelayan juga telah menyingkir jauh-jauh, mereka
kuatir kalau-kalau mereka akan jadi sasaran dari pukulan orangorang yang tengah bertanding itu.
790 Pelayan yang tadi menerima hadiah sebesar limabelas tail, telah
berdiri ragu-ragu, antara mendoakan tamunya yang istimewa dan
terbuka tangannya memperoleh kemenangan atau memang
diapun jeri untuk tamu-tamu itu yang mungkin bisa saja
menghantam dia dengan tiba-tiba. Bukankah Ciang-kuinya tadipun
telah dihajar begitu rupa"
Para tamu lainnya hanya mengawasi jalannya pertempuran itu
dengan perasaan yang sama, yaitu mengharapkan tamu istimewa
yang galak itu dapat dikalahkan oleh Kwie Losam, karena mereka
umumnya tidak menyukai tamu-tamu itu yang galak dan jual lagak
dengan tepuk-tepuk meja dan menyiksa Ciang-kui rumah
penginapan tersebut. Dengan demikian, mereka mulai girang jika
saja ke lima lelaki bertubuh tinggi besar itu bisa dihajar oleh Kwie
Losam. Bukankah para tamu-tamu galak itu mempergunakan aturan, yaitu
ingin memaksa tamu-tamu yang lebih dulu datang ke rumah
penginapan ini untuk mengosongkan kamar mereka dan mengalah
kepadanya" Bukankah itu keterlaluan" Karena dari itu, beberapa
kali tampak di antara tamu-tamu tersebut bersorak girang, jika Kwie
Losam tengah mendesak salah seorang lawannya.
Namun setiap kali habis bersorak girang, tamu itu yang jadi
mengkeret ketakutan sendiri. Dia jeri kalau Kwie Losam nanti yang
dirobohkan, dan tamu-tamu istimewa yang galak itu, terutama
lelaki yang berewokan tersebut, akan menghajar mereka.....
Setelah menyaksikan sekian lama masih tidak ada yang
dirubuhkan, nyonya setengah baya itu rupanya sudah tidak sabar
791 lagi. Dia membentak dengan suara yang perlahan, suaranya itu
juga suara antara mau dan tidak untuk bicara. Dia seperti berkata
seenaknya saja: "Manusia-manusia tidak punya guna,
menyingkirlah kalian.....!"
Ke lima orang itu, yang mempergunakan barisan Ngo-heng-tin,
rupanya mengerti bahwa junjungan perintahkan mereka agar
mundur, maka setelah mendesak Kwie Losam satu kali lagi, segera
ke lima lelaki bertubuh tinggi besar itu telah melompat mundur,
meninggalkan Kwie Losam. Kwie Losam melihat ke lima lawannya melompat mundur, segera
dia mengebut-ngebut bajunya sambil memaki panjang pendek:
"Celaka! Sungguh celaka! Kukira di tempat penyeberangan di tepi
sungai Huang-ho ini merupakan tempat yang ramai dan menarik
untuk dijadikan tempat pelesiran, tidak tahunya banyak begal dan
copet yang hendak menggerayangi barang-barangku! Hemmm!
Hemmm! Bajuku juga jadi kotor.....!"
Maka ke lima lelaki bertubuh tinggi besar itu jadi berobah merah
mendengar perkataan Kwie Losam, mereka mengerti telah diejek
oleh Kwie Losam. Mereka berjumlah lima orang, tetapi mereka
tidak berdaya melakukan satu apapun juga untuk merubuhkan
lawannya yang hanya seorang diri itu. Sehingga telah membuat ke
lima lelaki bertubuh tinggi besar itu jadi malu sendirinya!
Dan kini, tampaknya nyonya junjungan mereka itu telah
menggusari mereka, yang disebut sebagai manusia-manusia tidak
punya guna. Dengan demikian pula, ke lima lelaki bertubuh tinggi
besar itu, walaupun telah berdiri di pinggir si nyonya setengah baya
792 itu, tokh mata mereka masih mendelik mengawasi Kwie Losam,
dan jika saja memang mereka memiliki kesempatan lagi, tentu
mereka akan segera menerjang maju untuk mengepung lagi.
Sedangkan si nyonya setengah baya itu telah berkata dengan
suara yang tawar, ditujukan kepada Kwie Losam: "Manusia celaka,
apa maksudmu menimbulkan onar di sini"!"
Kwie Losam telah menoleh kepada nyonya setengah baya itu.
Kemudian dia memperlihatkan sikap seperti terkejut, lalu
mengangkat ke dua tangannya, dia telah menjura memberi hormat,
sambil katanya: "Maaf, maaf, tidak tahunya tengah berhadapan
dengan Sun Kauw-cu yang mulia!"
Wanita setengah baya telah mengerutkan sepasang alisnya, dia
berkata tawar: "Jika kau telah mengenali aku, mengapa engkau
masih ingin menimbulkan kesulitan buat dirimu dan tidak cepatcepat menggelinding enyah dari depan biji mataku, agar engkau
bisa melindungi selembar jiwa bututmu itu"!"
Kwie Losam telah tertawa lagi, dia menjura sambil katanya: "Aku
sama sekali tidak pernah bermaksud menganggu orang-orangmu,
Sun Kauw-cu. Tetapi seperti yang kau saksikan, merekalah yang
telah mengganggu ketenangan dan selera makanku...... dan juga,
memang kau sendiri Sun Kauw-cu, telah mempergunakan jarumjarum pusakamu untuk menggaruki tubuhku yang kebetulan
sedang gatal! Terima kasih! Terima kasih! Apakah sekarang aku
boleh melanjutkan makan"!"
Muka Sun Kauw-cu itu telah berobah merah, tampaknya dia gusar
sekali. 793 "Kwie Losam, kau jangan terkebur, walaupun engkau memiliki
kepandaian yang tinggi, belum tentu engkau bisa malang
melintang sekehendak hatimu tanpa perlu kuatir akan dirubuhkan
orang!" dan setelah berkata begitu Sun Kauw-cu mendengus
beberapa kali dia lalu bilang: "Baiklah, aku yang akan
memperlihatkan kepadamu, bahwa kepandaianmu itu sebenarnya
tidak ada artinya apa-apa di mataku.....!"
Belum lagi habis perkataan Sun Kauw-cu itu, tahu-tahu dia telah
berdiri. Cara dia berdiri tidak bisa diikuti oleh mata manusia biasa,
karena dia berdiri dengan cepat sekali, tahu-tahu tubuhnya telah
tegak. Tangan kanannya telah merogoh saku bajunya, tahu-tahu dia telah
mengeluarkan sebuah Khim (alat musik seperti kecapi) berukuran
kecil sekali seperti barang mainan saja. Dan kecapi kecil itu
diperlengkapi dengan tali-talinya, di saat ketika tali-tali itu dipetik
oleh Sun Kauw-cu, ternyata bisa menimbulkan suara yang
melengking nyaring! Inilah senjata yang luar biasa sekali, karena biarpun bentuknya
kecil. Khim itu, yang ukurannya tidak lebih dari sejengkal tangan,
telah menimbulkan suara yang nyaring menusuk telinga.
Yo Him sebagai seorang yang memiliki kepandaian tinggi, segera
mengetahui bahwa Sun Kauw-cu memetik kecapinya itu bukan
asal memetiknya saja, karena dia telah menyalurkan tenaga
lweekangnya pada ujung jari telunjuknya. Dengan demikian suara
Khim itu juga merupakan suara yang hebat sekali.
794 Ciang-kui rumah penginapan itu sendiri sampai memekik kaget
dan ke dua tangannya segera menutupi ke dua telinganya, rupanya
suara Khim telah menyakiti telinganya. Demikian juga dengan para
pelayan dan para tamu yang berada di ruangan tersebut.
Semuanya merasakan telinga mereka sakit sekali.
"Celaka! Wanita ini memang memiliki lweekang yang sempurna
sekali. Jika dia mementil terus Khim nya itu, niscaya tamu-tamu di
rumah penginapan ini akan menjadi korbannya...... Aku harus
cepat-cepat mencegahnya!" pikir Yo Him terkejut.
Tetapi belum lagi dia sempat bergerak, Kwie Losam telah tertawa,
dia bilang: "Sun Kauw-cu, jika memang engkau ingin mengadu
kepandaian denganku si tua Kwie Losam, maka engkau jangan
menantangku di sini karena orang-orang yang tidak berdosa dan
tidak bersalah itu semuanya akan menjadi korban tangan jahatmu!
Hemmm, akupun mengetahui, kau bersama beberapa orang kaki
tanganmu ini melakukan perjalanan tentunya ingin melakukan
suatu perbuatan busuk lagi, bukan"!"
"Perbuatan busuk" Apa maksudmu"!" bentak Sun Kauw-cu
dengan suara yang mengandung kemarahan, dia telah mementil
satu kali lagi Khim nya, suara yang mendengung halus namun
tajam telah menerjang pendengaran semua orang di ruangan itu.
Ciang-kui rumah penginapan dan juga para tamu-tamu lainnya jadi
berteriak-teriak kesakitan. Telinga mereka seperti tertusuk sesuatu
yang tidak tampak, jantung mereka tergoncang hebat. Tanpa
berjanji terlebih dulu, tanpa memperdulikan waktu itu bunga-bunga
salju tengah turun deras, mereka serabutan berlari keluar ruangan.
795 Kwie Losam telah berkata lagi dengan suara yang dingin: "Aku tahu
engkau tentu ingin pergi ke kota raja, bukankah benar dugaanku
itu"!" tanyanya.
Diapun telah menyambungi lagi tanpa memperdulikan muka Sun
Kauw-cu itu berobah merah: "Kau ingin menekuk lutut bekerja pada
Kaisar Mongolia itu, engkau ingin memperhamba diri, mengajak
semua perkumpulan Lang-kauw (Perkumpulan Serigala) menekuk
lutut pada Kublai Khan. Kau akan bekerja untuknya, menerima
pangkat, lalu mengerahkan seluruh Lang-kauw untuk mengobrakabrik orang-orang Han yang tidak mau tunduk di bawah pemerintah
raja Mongolia itu! Bukankah begitu, Sun Kauw-cu yang mulia....."!"
Muka Sun Kauw-cu jadi berobah merah padam, dia berseru:
"Sungguh tajam kupingmu! Hemmm, jika benar, apa yang ingin kau
lakukan" Jika tidak, apa yang kau ingin kau bilang. Aku berhak
untuk mengurusi diriku sendiri, mengapa engkau ingin mencampuri
urusanku?" Kwie Losam tertawa. "Jika memang hanya engkau seorang diri yang ingin
memperhamba diri kepada Kaisar Mongolia itu, memang hal itu
tidak menjadi persoalan buatku..... Tetapi justru engkau
bermaksud mengajak semua anggota Lang-kauw, agar menekuk
lutut bekerja menjadi anjingnya orang-orang Boan itu! Tidakkah itu
merupakan hal yang memalukan! Belum lagi ancaman yang bisa
kalian telah timbulkan, yaitu kau sekalian bermaksud akan
mengobrak-abrik orang-orang Han yang tak mau tunduk pada
796 Kublai Khan. Sungguh cita-cita yang luar biasa hebatnya! Haha
haha, membuat aku bisa tertawa sampai mati.....!!"
Muka Sun Kauw-cu berobah jadi merah keungu-unguan. Dia
mengeluarkan suara bentakan lagi, jari tangannya mementil
beberapa kali Khim nya itu dan suara menggelegar-gelegar.
Untung saja Yo Him telah memiliki lweekang yang sempurna, dia
bisa mengerahkan lweekangnya untuk mengendalikan diri
menerima suara Khim itu. Sedangkan Sasana yang lweekangnya
tidak setinggi Yo Him, telah diminta untuk mengenakan potongan
bajunya disumpal ke dalam telinganya.
Yo Him telah merobek ujung baju tangannya dan menyumbat
telinga si gadis. Tetapi biarpun telah disumbat telinganya, tidak urung Sasana
merasakan jantungnya selalu memukul keras setiap kali
mendengar suara Khim itu, yang seperti memiliki pengaruh yang
hebat. Itulah disebabkan suara Khim itu disertai tenaga lweekang
yang terlatih sempurna. Yo Him sendiri telah menduga-duga, entah siapa Sun Kauw-cu dan
Kwie Losam ini, dua orang yang ilmunya tampaknya tidak ringan.
Sun Kauw-cu, wanita setengah baya itu, yang katanya adalah
ketua perkumpulan Lang-kauw, perkumpulan serigala. Yo Him
baru sekali ini mendengarnya, tetapi ilmu silat itu benar-benar
sangat hebat sekali, lweekangnya juga sempurna, dan senjata
begitu aneh, yaitu Khim kecil sekali seperti barang mainan itu,
namun memiliki suara yang mengandung maut.
797 Waktu itu Sun Kauw-cu rupanya sudah tidak bisa
mempertahankan diri, sambil memetik khim kecilnya itu terus
menerus, membawakan sebuah lagu. Dia telah melangkah
mengelilingi Kwie Losam. Kwie Losam juga telah berputaran mengikuti ke arah mana Sun
Kauw-cu itu memutari dan mengelilingi dirinya. Setiap pula Kwie
Losam telah mengejeknya: "Ayo kau seranglah aku, mengapa
harus berputar-putar seperti ini, seperti juga orang yang tengah
bermain petak" Mengapa kau seperti seorang bocah cilik yang
tengah mencari kelerengmu yang lenyap....."!"
Sun Kauw-cu tidak memperdulikan ejekan yang dilontarkan Kwie
Losam, dia telah mengelilingi Kwie Losam terus, dan di waktu itu
suara Khimnya semakin meninggi. Dengan demikian, Kwie Losam
juga menyadarinya, dia harus memusatkan lweekangnya. agar
dapat menghadapi suara Khim yang luar biasa itu. Sekali saja dia
kena dipengaruhi oleh suara Khim tersebut, berarti dirinya akan
berada dalam pengaruhnya Sun Kauw-cu
Cepat Kwie Losam telah mengempos semangatnya, dia
Beruang Salju Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
mengerahkan tenaga untuk menghadapi suara Khim itu, yang
kadang kala berhasil menerobos menggoncangkan perasaannya.
Lagu yang dimainkan oleh Sun Kauw-cu itu dengan
mempergunakan Khim kecilnya, adalah sebuah lagu percintaan
yang mendukakan hati karena suara Khim itu sebentar meninggi,
sebentar merendah dan sebentar lagi melengking seperti juga
suara jeritan yang menyayatkan hati, seperti suara pekik seorang
gadis yang tengah terluka hatinya karena patah hati ditinggal oleh
sang kekasih..... 798 Memang Kwie Losam sendiri semakin lama merasakan perasaan
dan hatinya tidak tenang, jantungnya bergoncang keras sekali,
sehingga kalau terus menerus keadaan seperti ini, niscaya dia
akan tak sanggup mempertahankan diri lagi. Karena seringkali
Kwie Losam terombang ambing oleh perasaannya akibat
goncangan suara Khim yang dipetik oleh Sun Kauw-cu. Karena
sadar dirinya bisa terancam bahaya yang tidak kecil jika memang
dia bertempur dengan cara seperti itu, Kwie Losam telah merobah
lagi caranya untuk menghadapi Sun Kauw-cu.
Dengan disertai oleh suara bentakan yang berulang kali, yang
menggelegar, berusaha untuk menindih tenaga lweekang yang
terkandung di dalam suara Khim itu, Kwie Losam berusaha untuk
menindihnya dengan ke dua tangan tidak tinggal diam juga,
berulang kali dia telah menyerang dengan pukulan-pukulan yang
bisa mematikan. Dengan demikian, akhirnya Sun Kauw-cu juga tidak bisa terus
menerus memetik Khimnya karena berulang kali dia harus
berusaha mengelakkan diri dari terjangan yang dilakukan Kwie
Losam. Sebab jika memang dia terlambat, niscaya akan
menyebabkan dirinya terkena serangan itu.
Kwie Losam melihat Sun Kauw-cu agak sibuk mengelakkan diri
dari terjangannya, semakin bersemangat melancarkan pukulannya
dengan diiringi oleh suara bentakan-bentakan yang disertai
lweekangnya. Dengan cara begitulah, akhirnya dia berhasil
menyingkirkan pengaruh suara Khim tersebut.
799 Waktu itu Yo Him yang mengikuti cara pertempuran seperti itu telah
mengawasi dengan tajam dan penuh perhatian. Dia melihatnya
bahwa kepandaian Sun Kauw-cu memang benar-benar tinggi,
karena setiap kali pukulan Kwie Losam hampir mengenai dirinya,
dia selalu berhasil mengelakkannya dengan gerakan tubuh yang
sangat aneh dan luar biasa cepatnya.
Dikala itulah Sun Kauw-cu juga telah mulai mengeluarkan
kepandaiannya. Sambil tetap memetik Khimnya, ke dua sikut
tangannya sering dipergunakan untuk menyikut dan membentur
bagian tubuh Kwie Losam, di mana terletak jalan darah yang
mematikan. Cara itu dilakukan dengan membenturkan sikutnya itu
pada tubuh Kwie Losam, sambil dia juga bergerak mengelakkan
diri dari serangan dan gempuran Kwie Losam.
Itulah cara bertempur yang aneh sekali! Karena Sun Kauw-cu
masih tetap memetik Khimnya, selain dia mempergunakan
sikutnya sebagai senjatanya. Kwie Losam sendiri menyadari, jika
dia berlaku ayal dan kurang waspada, niscaya akan menyebabkan
suatu kali dia terkena sikutan lawannya. Dan itu akan membuat dia
jadi terluka di dalam yang tidak ringan.
Sikutan yang dilakukan oleh Sun Kauw-cu bukanlah sikutan ysug
sembarangan, karena pada sikutan itu mengandung tenaga yang
luar biasa tangguhnya. Di samping itu juga memang Sun Kauw-cu
masih berusaha mempergunakan suara Khimnya untuk
menguasai Kwie Losam. Sehingga Kwie Losam selain menerjang berulang kali, juga harus
melompat mundur menjauhi diri dari Sun Kauw-cu berulang kali
800 juga. Setiap kali Kwie Losam melompat mundur, setiap kali pula
suara Khim itu jadi meninggi, dengan demikian kembali suara Khim
itu berusaha mempengaruhi perasaan Kwie Losam.
Tampaknya lweekang Kwie Losam memang tinggi, tapi
menghadapi Sun Kauw-cu yang mempergunakan Khim kecil itu
sebagai senjata istimewanya, membuat Kwie Losam memperoleh
kesulitan yang tidak kecil.
Berulang kali Kwie Losam berusaha untuk menerjang lagi, tapi
selalu pula dia dapat dipukul mundur dengan cara menyerang Sun
Kauw-cu yang mempergunakan ke dua sikutnya itu. Rupanya,
walaupun hanya mempergunakan ke dua sikutnya belaka, yang
selalu dipergunakan untuk menyikut dan menghantam jalan-jalan
darah Kwie Losam, serangan itu sangat berbahaya karena Sun
Kauw-cu melakukannya dengan gerakan tubuh yang aneh sekali.
Setiap kali dia menyikut, tubuhnya itu sering doyong ke samping,
ke belakang, ke depan, seperti juga orang hendak rubuh. Itu untuk
memperdekat jarak antara sikutnya dengan sasaran yang
diincernya. Menyaksikan sekian lama, akhirnya Yo Him merasa telah cukup
waktunya buat dia bertindak. Maka dengan gerakan yang ringan,
tahu-tahu dia telah melompat ke tengah gelanggang, dia juga telah
mengibaskan lengan bajunya. Maksudnya ingin mengibas
terpental Khim yang berada di tangan Sun Kauw-cu.
Gerakan yang dilakukan Yo Him mengejutkan Sun Kauw-cu,
karena selain gesit, di mana pemuda ini tahu-tahu berada di
hadapannya, juga kebutan lengan bajunya itu mengandung
801 kekuatan lweekang yang tidak pernah diduga oleh Sun Kauw-cu.
Angin kebutan itu menderu-deru. Tangannya yang memegang
Khim kecil itu tergetar, hampir saja Khim itu terlepas dari
cekalannya. Untung saja dia bisa menguasai diri dan keadaan dengan cepat, di
mana dia telah menjejakkan kakinya, tubuhnya telah melompat
gesit sekali menjauhi. Namun mukanya merah padam, matanya
mendelik memancarkan sinar yang luar biasa tajamnya menatap
kepada Yo Him. "Siapa kau, pemuda keparat"!" bentak wanita setengah baya itu,
jari tangannya siap untuk memetik tali-tali Khimnya lagi.
Yo Him tidak segera menyahuti, karena dia telah menoleh kepada
Kwie Losam, katanya: "Lopeh, kau pergilah beristirahat dulu, kau
tentunya masih lapar dan ingin makan. Biarlah aku yang main-main
dengan nyonya itu!" Kwie Losam telah tersenyum lebar, dia mengangguk sambil
katanya: "Baik, baik, tetapi kau harus hati-hati, Khimnya itu
merupakan Khim maut.....!"
Kwie Losam berkata begitu dan mau menyingkir, karena dia telah
menyaksikan betapa Yo Him bisa mengibas dengan lengan
bajunya kuat sekali. Dan sebagai seorang yang memiliki
kepandaian tinggi serta telah berpengalaman, Kwie Losam sekali
lihat saja segera mengetahui bahwa Yo Him memiliki kepandaian
yang tidak sembarangan. 802 Waktu itu Yo Him telah menoleh kepada Sun Kauw-cu, sambil
tersenyum sabar dia telah menyahuti pertanyaan si wanita: "Siauwte she Yo, dan bernama Him.....!"
"Hemm, kau she Yo" Ada hubungan apa kau dengan Yo Ko"!"
tanya Sun Kauw-cu dengan, mata tetap memandang tajam sekali.
"Itulah ayahku....!!" menyahuti Yo Him.
"Pantas.....!" kata Sun Kauw-cu. Kemudian dia menoleh kepada ke
lima lelaki bertubuh tinggi besar dan ke dua orang penggotong joli
itu, dia telah berkata dengan tawar: "Apa yang ku duga ternyata
tidak meleset. Memang bocah ini memiliki hubungan dengan orang
she Yo itu, dialah anaknya.....!"
Ke lima orang lelaki bertubuh tinggi besar dan ke dua orang
penggotong joli itu telah mengangguk mengiyakan.
"Inilah yang dibilang dicari ke empat penjuru tidak ditemukan, tidak
tahunya berada di depan biji mata!" berkata Sun Kauw-cu lagi.
"Bagus! Bagus! Bocah kau bersiaplah untuk menerima
kematianmu!" Yo Him tetap sabar, sambil tersenyum dia telah bertanya: "Tunggu
dulu Sun locianpwe..... sesungguhnya ada ganjalan apakah antara
kau dengan ayahku itu?"
Mendengar pertanyaan Yo Him, Sun Kauw-cu telah tertawa dingin,
mukanya bengis sekali: "Hemmm, kau ingin tahu dosa apa yang
telah dilakukan oleh orang she Yo itu terhadapku" Nanti akan
kuceritakan, jika aku telah membekukmu.....!"
803 Dan memang Sun Kauw-cu ini rupanya bernafsu sekali untuk
membekuk Yo Him, karena begitu suaranya habis diucapkan
segera tubuhnya bergerak, di mana sambil memetik tali khimnya,
suara Khim itu mendengung sangat hebat, bergema berulang kali.
Menyusul dengan itu juga tubuhnya telah berputaran, dengan
sekali-kali tangannya menyambar akan menghantam Yo Him,
memukul dan menotok, mencengkeram atau menampar dengan
telapak tangan. Yo Him menghadapi dengan tenang serangan Sun Kauw-cu.
Suara Khim yang mengandung maut itu dihadapinya dengan
memusatkan lweekangnya, sehingga suara Khim itu tidak
membawa pengaruh untuk dirinya. Dia telah mengikuti gerakan
Sun Kauw-cu, malah sepasang tangan Yo Him bergerak-gerak
perlahan sekali namun tenaga lweekang yang tersalurkan hebat
bukan main, karena begitu sepasang tangan itu bergerak, segera
tenaga serangan Sun Kauw-cu dapat ditolaknya. Kejadian seperti
itu berulang kali. Sun Kauw-cu rupanya sangat penasaran, tubuhnya menggigil
dengan muka marah setelah belasan jurus, dia masih tidak bisa
merubuhkan Yo Him, yang dianggapnya sebagai bocah bau
pupuk, yang seharusnya tidak merupakan lawan berarti baginya.
Namun sekarang mulai dia yang telah merasakan betapa tenaga
tangkisan Yo Him, yang dilakukan dengan perlahan itu, namun
mengandung tenaga yang luar biasa.
Beberapa kali hampir membuat Sun Kauw-cu itu terhuyung
mundur kalau saja tidak cepat-cepat memusatkan tenaga dalam
pada kuda-kuda ke dua kakinya. Dengan demikian, tampak Sun
804 Kauw-cu telah menyadari bahwa kali ini dia menghadapi lawan
yang tidak ringan, yang kepandaiannya mungkin tidak berada di
sebelah bawah kepandaiannya.
Selama itu Yo Him juga memperlihatkan sikap yang tenang sekali
karena dia beberapa kali hanya menggerakkan tangannya, dan dia
telah mengibaskan tangannya itu memunahkan tenaga serangan
Sun Kauw-cu. Akhirnya, ketika melihat beberapa kali lagi dia gagal menyerang Yo
Him, maka Sun Kauw-cu telah mengeluarkan suara seruan
perlahan. Ia berdiri dengan sepasang kaki direntangkan, dan waktu
itu rupanya dia telah memusatkan tenaga lweekang pada
sepasang kakinya itu sehingga ke dua belah kakinya itu telah
melesak ke dalam lantai, di mana ke dua kaki itu masuk beberapa
dim ke dalam lantai. Yo Him tidak jeri, walaupun dia telah melihat lawannya ini
mengeluarkan kepandaian istimewanya itu.
"Hemmm, rupanya wanita ini mempelajari ilmu selaksa kati
memberatkan tubuh. Ke dua kakinya itu memang terlatih dengan
sempurna dan memiliki tenaga yang kuat sekali karena dia telah
berhasil menginjak melesak lantai ini!"
Waktu Yo Him berpikir sampai di situ, di saat itulah terlihat Sun
Kauw-cu telah maju lagi dengan disertai suara bentakannya yang
nyaring, dia telah menggerakkan ke dua tangannya. Tangan yang
satu, yang kosong tanpa mencekal senjata, menyambar dari
telapak tangannya angin serangan yang kuat sekali. Sedangkan
tangan yang satunya lagi yang mencekal Khim kecil itu,
805 menyambar ke arah beberapa jalan darah terpenting di tubuh Yo
Him. Dengan cara seperti itu, rupanya Sun Kauw-cu bermaksud
untuk menotok beberapa jalan darah Yo Him dengan
mempergunakan Khim kecilnya.
Yo Him menggelakkan serangan itu dengan memutarkan tubuhnya
beberapa kali, sehingga serangan Sun Kauw-cu gagal mengenai
sasaran. Namun membuat Yo Him terkejut, di saat dia tengah
berkelit begitu, tiba-tiba dia merasakan mendesir beberapa angin
serangan yang halus namun tajam. Tampak beberapa sinar
berkelebat ke arahnya. Rupanya ada beberapa batang jarum kecil yang halus menyambar
ke arah Yo Him. Dan itulah serangan yang dilakukan oleh Sun
Kauw-cu. Cara menyerangnya itu juga istimewa sekali. Jarum kecil
itu ternyata melesat dari Khim kecil di tangannya, yang rupanya
diperlengkapi dengan perkakas alat rahasia, sehingga begitu dia
memijit alat rahasianya, jarum-jarum itu telah melesat keluar
menyambar ke berbagai bagian tubuh Yo Him yang mematikan.
Jarak mereka memang dekat, jarum-jarum kecil yang halus
menyambar dengan tiba-tiba sekali, karena dari itu kesempatan
buat Yo Him mengelakkan diri sulit sekali. Tetapi memang
dasarnya Yo Him memiliki kepandaian yang sangat tinggi,
walaupun dalam keadaan terdesak seperti itu, tokh dia bisa
menyelamatkan diri. Dengan mengeluarkan suara bentakan, tahu-tahu tubuhnya telah
mencelat ke tengah udara, ke dua tangannya digerakkan. Dia telah
berkelit sambil membalas menyerang kepada lawannya dengan
806 mempergunakan salah satu jurus Am-jian-sio-hun-kan, yaitu jurus
yang bernama Sim-khia-jiok-tiauw (Hati takut daging melonjak), di
mana sepasang tangannya bergerak aneh.
Itulah semacam ilmu yang digubah oleh Yo Ko sendiri, waktu dia
berpisahan dengan Siauw Liong Lie. Ilmu itu memang hebat, dan
jadi lebih hebat setelah Yo Ko lebih menyempurnakan beberapa
waktu berikutnya, di mana setelah dia terjumpa dengan Siauw
Liong Lie dan hidup bahagia sebagai pasangan suami isteri di
puncak Giok-lie-hong. Di sana Yo Ko telah sempurnakan ilmunya
itu, bagian-bagian yang lemah dan kurang sempurna telah
disempurnakannya dan bagian-bagian yang kurang perlu telah
dibuangnya. Dengan demikian Am-jian-sio-hun-kan menjadi ilmu yang hebat
luar biasa. Lalu sekarang setelah menurunkan kepandaian itu
kepada puteranya Yo Him, ilmu itu telah memiliki keistimewaan
yang sempurna sekali. Sun Kauw-cu yang diserang dengan jurus Sim-khia-jiok-tiauw itu
jadi terkejut. Dia menyingkir dengan tergesa. Dia meninggalkan
kedudukannya semula, tubuhnya telah menyingkir ke arah
belakang tiga langkah. Setiap langkah kakinya telah meninggalkan
bekas tapak kakinya di lantai yang ceglok dalam sekali beberapa
dim. Yo Him begitu meluncur turun tidak tinggal diam, karena ia telah
menyusuli lagi dengan serangan Kie-jin-yu-thian atau Kesedihan
Yang Melampaui Batas, di mana ke dua tangannya bergerak-gerak
lagi untuk menyerang Sun Kauw-cu.
807 Wanita setengah baya ini kembali sibuk menghindarkan diri. Cara
menyerang Yo Him luar biasa anehnya, gerakannya juga aneh
Beruang Salju Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
sekali. Dengan diemikian, dia menduga-duga entah ilmu apa yang
dipergunakan oleh Yo Him.
Tetapi sebagai seorang yang tangguh, dengan sendirinya Sun
Kauw-cu juga cepat sekali menguasai diri. Setelah dua jurus
melihat cara menyerang Yo Him, diapun mempersiapkan
kepandaian dan ilmu yang akan dipergunakannya untuk
menghadapi ilmu Yo Him yang aneh itu.
Waktu itu Yo Him telah berteriak sambil menyerang lagi: "Awas
pukulan berikutnya.....!" di mana ke dua tangannya silih berganti
menyambar kepada Sun Kauw-cu. Dia telah mempergunakan
jurus Lu-tiong-seng-yu atau Dalam Kekosongan Terdapat Isi.
Angin dari pukulan itu berkesiuran sangat hebat sekali,
menyambar ke berbagai jalan darah yang mematikan di tubuh Sun
Kauw-cu. Jika saja serangan ini mengenai sasarannya niscaya Sun Kauw-cu
akan mengalami luka yang parah, atau juga kemungkinan besar
bisa terbinasa di saat itu juga.
Tetapi Sun Kauw-cu sambil memeluk tali Khim nya, dia telah
melompat dengan gesit, tubuhnya tahu-tahu berputar seperti
gangsing, dan dengan cara seperti itu dia menghindarkan
serangan Yo Him. Berikutnya juga dia menghadapi serangan Yo
Him dengan cara seperti itu.
808 Ternyata Sun Kauw-cu telah mengelakkan diri dengan
mempergunakan ilmu meringankan tubuh semacam langkahlangkah yang aneh. Setiap kakinya melangkah dalam kedudukan
tertentu, serangan Yo Him bisa dihindarkannya dengan baik, tanpa
ujung bajunya terkena oleh sambaran angin serangan Yo Him!
Tentu saja Yo Him jadi penasaran, karena dia melihat Sun Kauwcu sekarang ini seperti juga tidak terdesak lagi oleh serangannya
yang hebat itu, bagaikan Am-jian-sio-hun-kan itu tidak berarti apaapa. Maka cepat luar biasa Yo Him telah menggerakkan tangan
kirinya yang ditekuk agak ke dalam, lalu mendorong dengan
tangan kanannya juga menyambar akan menolak iga si wanita
setengah baya itu. Dia mempergunakan jurus Heng-sie-cauw-jiok
atau Mayat Berjalan. Sun Kauw-cu mengelakkan diri dengan caranya yang sama, yaitu
tubuhnya telah berputaran seperti gangsing. Setiap gerakan yang
dilakukan oleh Sun Kauw-cu mengandalkan kegesitannya di
samping memang rupanya dia memiliki semacam ilmu melangkah
yang aneh, yang menuruti keadaan delapan penjuru, Pat-kwa.
Yo Him tidak mau sudah sampai di situ, baru saja dia selesai
menyerang dengan jurus Yong-jin-cu-yu atau Si Goblok
Kejengkelan Sendiri. Kali ini serangan yang dilakukan Yo Him luar biasa dahsyatnya,
sepasang tangannya itu bergerak cepat sekali, dan dalam waktu
sekejap mata, sepasang tangan itu telah menyambar beberapa
jurusan, akan menotok puluhan jalan darah dari Sun Kauw-cu.
809 Didesak demikian rupa, Sun Kauw-cu pun kaget tidak terkira. Dia
tidak menyangka dalam usia demikian muda, belum lagi mencapai
tigapuluh tahun, Yo Him telah memiliki kepandaian yang demikian
tinggi di samping, lweekangnya yang sempurna.
Memang benar Yo Him adalah puteranya Yo Ko, tetapi di dalam
hal ini, adalah luar biasa dalam usia semuda itu bisa memperoleh
kepandaian sesempurna seperti itu. Hampir sulit bagi Sun Kauwcu mempercayainya, karena walaupun seseorang belajar sejak
berada dalam kandungan ibunya tidak mungkin sebelum mencapai
tigapuluh tahun, bisa memiliki lweekang yang demikian tangguh.
Tetapi waktu itu Sun Kauw-cu tengah terdesak sekali, dia berulang
kali harus mengelakkan diri ke sana ke mari dengan gesit. Bahkan
untuk memetik tali Khimnya satu kali saja dia tidak memiliki
kesempatan. Karena dari itu setelah belasan kali melompat ke
sana ke mari, dengan suatu gerakan agak membungkuk, Sun
Kauw-cu telah mengulurkan ke dua tangannya. Kali ini dia
menyambut serangan Yo Him dengan keras dilawan keras.
Hebat bukan main cara menangkis Sun kauw-cu, rupanya sudah
tidak ada jalan keluar lagi buatnya menghindarkan diri, karena dari
itu dia menangkis dengan memusatkan seluruh tenaga dan
kepandaiannya, maka terdengar suara "Dukkkk!" yang kuat sekali.
Tubuh Sun Kauw-cu bergoyang-goyang, namun tidak mundur
setapak pun juga, hanya lantai yang diinjaknya telah melesak
sampai beberapa dim! Yo Him sendiri, begitu tangannya membentur tangan Sun Kauw-cu
telah merasakan getaran yang menyesakkan dadanya. Dia
810 mengempos semangatnya, dan menyalurkan lweekangnya
berusaha menindih lweekang lawannya. Tubuhnya tegak bagaikan
gunung, tidak bergeming sedikitpun juga, mukanya tetap tenang,
hanya tangannya itu yang terulur tetap tergantung di tengahtengah udara, dan tersanggah oleh ke dua tangan Sun Kauw-cu
Mereka berdua jadi diam bagaikan patung-patung hidup belaka.
Dan kali ini mereka tengah melakukan pertempuran dengan hanya
mengandalkan tenaga lweekang, di mana masing-masing telah
mengeluarkan seluruh kekuatan lweekangnya, untuk menindih
lawannya. Sebetulnya, cara bertempur yang tengah mereka lakukan seperti
itu tidak kalah berbahayanya dengan bertempur mempergunakan
senjata tajam. Satu kali saja tenaga dalam mereka tergempur dan
mereka tidak bisa bertahan dari tindihan lweekang lawannya, maka
salah seorang di antara mereka akan terluka parah sekali
kemungkinan juga urat dan otot di tubuh mereka akan putus! Dan
juga, jika memang lweekang mereka itu berimbang sampai mereka
bersama-sama merasa letih, dan berkurang tenaga mereka, di
saat itulah mereka akan terluka bersama.....!
Sun Kauw-cu dan Yo Him juga menyadari akan ancaman bahaya
yang hebat itu. Karenanya mereka telah berusaha untuk
mengempos semangat mereka masing-masing, berusaha uutuk
secepat mungkin dapat menindih kekuatan lawannya. Dan cara
mereka memusatkan seluruh tenaga lweekang pada tangan
masing-masing merupakan hal yang bisa membawa ke tingkat
pertempuran yang menentukan sekali, di saat mana Sun Kauw-cu
merasakan dadanya menyesak, napasnya mulai tidak lancar, dan
811 tubuhnya malai kesemutan seperti juga dialiri listrik. Dengan
demikian, jika saja dia bertahan sepeminuman teh lagi, niscaya dia
akan terluka berat di tangan Yo Him.
Dengan keadaannya seperti itu Sun Kauw-cu jadi bingung bukan
main, dia juga mengeluh di dalam hatinya. Dia sadar, jika tidak
cepat-cepat berusaha melepaskan dari libatan tenaga lweekang
Yo Him, niscaya dia menderita kerugian yang tidak kecil buat
keselamatan dirinya. Harapan untuk merubuhkan Yo Him
tampaknya tipis sekali. Sedangkan ke dua telapak kakinya itu telah melesak masuk ke
dalam lantai lebih dalam lagi beberapa dim. Sun Kauw-cu tidak
berani menambah tenaga lweekangnya itu, karena jika sampai dia
mengerahkan seluruh kekuatannya, sampai tidak bersisa, dengan
sendirinya begitu dia terdesak dan tenaga lweekangnya tertindih,
tenaga lweekangnya sendiri itu yang akan berbalik menghatam
dia. Dia masih mempergunakan delapan bagian tenaga dalamnya.
Yo Him sendirinya beberapa kali telah mengempos semangat dan
tenaga lweekangnya. Dia berusaha merobohkan lawannya itu.
Dengan demikian, beberapa kali pula dia berusaha menurunkan
tangannya untuk menindih lawannya lebih hebat.
Kwie Losam yang menyaksikan jalannya pertempuran itu, telah
memandang kagum tidak terkira. Dia sama sekali tidak menyangka
bahwa Yo Him memiliki kepandaian sehebat itu.
Semula waktu dia melihat Yo Him dan Sasana memasuki ruangan
rumah penginapan, di mana pasangan muda mudi itu
812 menggantung pedang di pinggang masing-masing, Kwie Losam
menduga mereka hanya jago-jago muda.
Dan yang membuat Kwie Losam jadi tidak kurang kagetnya,
karena waktu itu dia telah mengetahui Yo Him adalah putera Yo
Ko, Sin-tiauw-tay-hiap yang sangat terkenal kehebatannya,
mungkin sebagai orang yang memiliki kepandaian ilmu silat nomor
satu di kolong langit ini.
Dengan mata tidak berkedip, dia telah mengawasi jalannya
pertempuran itu. Dan di waktu melihat ke dua kaki Sun Kauw-cu
melesak lebih dalam di lantai itu. Diam-diam Kwie Losam juga
merasa kagum, dia berpikir: "Hemmm! Tidak kusangka dia
memperoleh kemajuan yang demikian pesat..... Telah empat tahun
kami tidak bertemu, ternyata kepandaiannya telah jadi demikian
hebat!" Yang dimaksudkan oleh Kwie Losam dengan sebutan "dia"
adalah Sun Kauw-cu. Waktu itu keringat telah mengucur deras sekali di kening dan muka
Sun Kauw-cu, tampaknya dia telah tertindih dan dalam keadaan
terdesak untuk membendung tenaga lweekang Yo Him, dan
keadaannya telah jatuh di bawah angin.
Yo Him sendiri sebetulnya waktu itu tengah berpikir keras, karena
dia melihat lawannya ini benar-benar tangguh sekali. Dia bisa saja
waktu itu mempergunakan jurus-jurus dari Kong-beng-kun yang
dikombinasi dicampur dengan jurus-jurus Am-jian-sio-hun-kan,
untuk memecahkan pikiran, di mana di samping menindih dengan
lweekang dia bisa juga menghantam dengan hebat merubuhkan
Sun Kauw-cu atau setidak-tidaknya melukainya.
813 Namun hatinya tidak tega. Dia baru pertama kali bertemu dengan
Sun Kauw-cu, dan dia pun tidak memiliki ganjalan apa-apa, karena
dari itu, dia jadi setengah hati.
Namun disebabkan dia setengah hati itu, membuat Sun Kauw-cu
tetap dapat bertahan diri dari tindihan lweekang Yo Him
Sasana memandang kuatir untuk keselamatan Yo Him, karena dia
kuatir bahwa Yo Him tidak sanggup menghadapi Sun Kauw-cu,
walaupun Sasana telah mengetahui, Yo Him telah memiliki
kepandaian hebat sekali, tokh lawannya kali ini, Sun Kauw-cu,
bukanlah lawan yang ringan.
Waktu itu tangannya juga telah bersiap-siap mencekal gagang
pedangnya, dia mengawasi tajam, jika saja salah seorang dari ke
lima lelaki bertubuh tinggi besar atau ke dua orang penggotong joli
itu, maju untuk membantu Sun Kauw-cu, Maka Sasana akan
segera menerjang maju untuk menghadapi mereka!
Waktu itu Yo Him juga telah berpikir: "Locianpwe ini memiliki
kepandaian yang tinggi sekali, yang tentunya dilatih bukannya
memakan waktu yang singkat di samping itu dia juga seorang
wanita. Di antara kami tidak terdapat urusan apapun juga,
mengapa aku harus menurunkan tangan bengis"
"Juga, jika aku menurunkan tangan keras, sehingga terluka,
bukankah hanya menambah dalamnya sakit hati belaka" Di lihat
dari cara dia berkata ketika menyebut ayahku, tampaknya dia
menaruh dendam pada ayah! Hemmm, biarlah aku sudahi saja
pertempuran ini!" 814 Karena berpikir begitu, Yo Him telah mengempos semangatnya,
tahu-tahu dia telah menggunakan Kong-beng-kun. Dia telah
memecahkan dua pikiran. Walaupun sepasang tangan itu masih
menindih, tapi dia bisa melakukan sesuatu gerakan tanpa terikat
dengan lweekang yang tengah dikerahkannya itu. Sebab tahutahu, tenaga pada lweekangnya yang semula mengandung unsur
"keras" itu telah berubah menjadi "lunak", dan kemudian "keras"
lagi lalu berobah menjadi "lunak" lagi, beruntun beberapa kali
keadaan seperti itu berlangsung.
Sun Kauw-cu kaget bukan main, sampai dia berseru dan matimatian berusaha untuk menguasai dirinya karena tenaga lawan
yang berobah sebentar keras dan lunak itu, membuat dia harus
berwaspada. Jika suatu kali dia lengah, di saat dia tengah
mendesak dengan hebat pada lweekang lawannya, dan kebetulan
lawan mempergunakan lweekang dengan unsur "lunak", bukankah
dirinya akan celaka" Karena dari itu, sekarang Sun Kauw-cu
memutar otak mencari jalan keluar untuk meloloskan diri dari
libatan tenaga lweekangnya Yo Him.
Dalam keadaan seperti inilah, tampaknya Yo Him juga sudah
berhasil mencari jalan keluar. Mendadak sekali, di saat dia
mempergunakan tenaga lunak, dan waktu itu Sun Kauw-cu juga
telah menarik pulang tenaganya, dia membarengi untuk menarik
pulang tenaga dalamnya dan melompat mundur, sambil diiringi
serunya: "Tahan Sun Locianpwe!"
Sun Kauw-cu memang tidak mengejar, dia hanya mengawasi
dengan sorot mata yang tajam kepada Yo Him. Sun Kauw-cu
memang mengetahui, bahwa Yo Him sengaja memisahkan diri
815 untuk menyudahi pertempuran. Padahal waktu itu keadaan Sun
Kauw-cu sudah gawat sekali.
Sedikit lagi dia bertahan lebih lama, tentu dia tidak akan tahan
menghadapi tenaga yang sebentar lunak sebentar keras itu.
Dengan demikian, sekarang si pemuda telah mundur memisahkan
diri, diapun tidak segera mengejar untuk menyerang, hanya berdiri
untuk mengatur pernapasannya.
Sasana bernapas lega melihat Yo Him telah berhasil memisahkan
diri dari libatan tenaga lawannya tanpa kurang suatu apapun juga.
Sedangkan Kwie Losam juga telah menghela napas, sambil tidak
hentinya memuji: "Benar-benar hebat..... benar-benar hebat!"
Ciang-kui dan para pelayan rumah penginapan itu telah
mengawasi dengan perasaan tegang menguasai mereka, karena
mereka menyadari jika pertempuran itu berlangsung sampai ke
lima orang yang bertubuh tinggi besar itu dan ke dua orang
penggotong joli ikut maju, bukankah berarti perabotan rumah
penginapan di ruangan itu akan hancur porak poranda. Sedangkan
waktu itu saja, lantai ruangan itu telah rusak melesak di sana sini
bekas telapak kaki Sun Kauw-cu
Tamu-tamu lainnya juga tetap di tempat mereka di sudut ruangan
dengan hati berdebar. Mereka sesungguhnya tertarik menyaksikan
pertempuran seperti itu, mereka memang ingin sekali menyaksikan
pertempuran berikutnya. Namun di sudut hati masing-masing juga
terdapat perasaan kuatir, kalau-kalau nanti mereka yang jadi
sasaran dari kemarahan ke lima lelaki bertubuh tinggi besar dan ke
816 dua penggotong joli yang semuanya adalah anak buahnya Sun
Kauw-cu. "Tidak kusangka orang she Yo itu bisa memiliki putera sehebat
engkau!" kata Sun Kauw-cu dengan muka yang berobah dingin
tetapi tidak sebengis tadi. "Hemmm, jika melihat demikian,
tampaknya sakit hatiku yang telah berlangsung puluhan tahun,
tidak akan dapat dibalas!"
Yo Him mengangkat tangannya, dia memberi hormat, sambil
katanya: "Sakit hati apakah yang dikandung Locianpwe pada
ayahku"!" Tetapi Sun Kauw-cu tidak menyahuti, dia hanya mendengus
beberapa kali, kemudian memutar tubuhnya, dia berkata kepada
ke lima anak buahnya dan ke dua penggotong joli itu: "Mari kita
berangkat!" tampaknya Sun Kauw-cu batal untuk menginap di
rumah penginapan ini. Ke lima orang bertubuh tinggi besar itu mengiyakan, mereka cepat
memanggil pelayan, diperintahkan untuk mempersiapkan kuda
mereka masing-masing. Ke dua penggotong joli itu telah siap di
samping joli. Sun Kauw-cu telah melangkah keluar, dia telah menggumam
Beruang Salju Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dengan suara yang perlahan: "Kelak kita bertemu lagi.....!"
"Tahan, tunggu dulu, Locianpwe!"teriak Yo Him, memanggilnya.
Sun Kauw-cu menahan langkah kakinya, dia menoleh dengan
muka yang dingin dan pancaran mata yang bengis, dia bilang:
817 "Bocah, apakah kau berani menahanku" Atau memang engkau
hendak bertempur lagi sampai salah seorang di antara kita ada
yang terbinasa....."!"
"Bukan begitu maksudku, harap Locianpwe tidak salah paham.....
Aku hanya ingin menanyakan, ada hubungan apakah antara
Locianpwe dengan ayahku....."!"
"Itu bukan urusanmu.....!" menyahuti Sun Kauw-cu. Diapun telah
meneruskan langkahnya keluar, naik ke dalam joli, dan digotong
pergi dengan ke lima lelaki bertubuh tinggi besar itu mengiringinya.
Yo Him menghela napas. Kwie Losam telah menghampirinya sambil katanya: "Hebat sekali
kau Laote.....!" Yo Him cepat-cepat merendahkan diri, diapun segera bertanya:
"Locianpwe, siapakah Sun Kauw-cu itu?"
"Dialah Kauw-cu dari perkumpulan Lang-kauw. Sebenarnya dia
murid tertua dari Lam-hay-sin-nie yang murtad, selalu melakukan
banyak perbuatan bengis dan tangannya telengas sekali..... Tindak
tanduknya memang mengerikan sekali, karena dia tidak pernah
satu kali pun melakukan perbuatan baik! Sekarang Yo Laote telah
bentrok dengannya, maka kau harus berhati-hati untuk
selanjutnya.....!" Yo Him terkejut mendengar Sun Kauw-cu adalah murid tertua dari
Lam-hay-sin-nie. Karena dia pernah mendengar cerita ayahnya,
ketika ibunya keracunan, ibunya itu Siauw Liong Lie, telah dibawa
818 pergi oleh Lam-hay-sin-nie, untuk selama satu tahun. Dan akhirnya
barulah Siauw Liong Lie dan Yo Ko bertemu pula di Pek-hoakok. Perihal Lam-hay-sin-nie dan kisah perpisahan Yo Ko dan
Siauw Liong Lie yang dibawa oleh Lam-hay-sin-nie, dapat
diikuti selengkapnya dalam Sin-tiauw-hiap-lu.
"Sesungguhnya," kata Kwie Losam lagi. "Lam-hay-sin-nie memiliki
tiga orang murid. Murid pertama, adalah Sun Kauw-cu itu, yang
nama sesungguhnya Sun Cie Siang. Sejak dia berguru pada Lamhay-sin-nie, memang dia telah terlihat wataknya yang kurang
begitu baik, maka Lam-hay-sin-nie tidak menurunkan seluruh
kepandaiannya, hanya memberikan enam bagian dari
kepandaiannya. Namun, biarpun demikian, tokh dia telah memiliki
kepandaian yang sulit ada tandingannya, karena Lam-hay-sin-nie
merupakan manusia setengah dewa yang kepandaiannya sudah
sulit diukur lagi.....! "Sedangkan murid ke dua dari Lam-hay-sin-nie adalah Bun Sam,
seorang lelaki yang gagu dan tuli, dia agak dungu, dia hanya
mempelajari ilmu silat apa yang diwarisi oleh Lam-hay-sin-nie.
Sifatnya jujur dan dia sebagai murid juga merangkap menjadi
pelayannya Lam-hay-sin-nie. Dengan demikian, selamanya dia
tidak pernah berpisah dari gurunya. Kepandaian murid itu luar
biasa tingginya, namun karena kedunguannya itu, Lam-hay-sin-nie
tidak pernah mengijinkan dia mengembara, berkelana di dalam
kalangan Kang-ouw, kuatir Bun Sam akan diperalat seseorang,
sedangkan kepandaiannya demikian tinggi, tentu bisa membawa
malapetaka yang tidak kecil.
819 "Disamping itu, karena keadaan murid ke duanya yang dungu, dan
murid pertama yang telah berkelana dan mengumbar kebengisan
dan ketelengasan tangannya di mana sulit untuk mengendalikan
muridnya yang pertama itu, maka Lam-hay-sin-nie akhirnya
mengambil murid lagi. Sebagai murid penutup itulah seorang gadis
yang memiliki tabiat dan watak yang lembut sekali dan juga gadis
itu, yang katanya she Auwyang, tidak seorangpun pernah
melihatnya. Cuma, yang didengar oleh sahabat-sahabat rimba
persilatan, gadis she Auwyang itu, yang menjadi murid penutup
dari Lam-hay-sin-nie, telah mewarisi seluruh kepandaian gurunya
itu, karena dialah yang kelak akan mengendalikan Sucinya itu, suci
seperguruan itu.....!"
Yo Him mengangguk beberapa kali mengiyakan, hal itu memang
telah didengarnya. Juga perihal Lam-hay-sin-nie yang telah
menutup mata belasan tahun yang lalu telah didengarnya. Cuma
mengenai sepak terjang murid tertua dari Lam-hay-sin-nie itu, yaitu
Sun Cie Siang, dia tidak pernah mendengarnya, di mana Sun Cie
Siang telah membangun sebuah perkumpulan yang diberi nama
Lang-kauw, yaitu perkumpulan Serigala.
Malah perkumpulan itu menurut Kwie Losam, telah menyebar
luaskan kekuasaannya di kalangan Kang-ouw. Banyak orangorang rimba persilatan yang telah dipaksa untuk masuk menjadi
anggota Lang-kauw. Bagi orang Kang-ouw yang keberatan dan
tidak bersedia menjadi anggauta Lang-kauw, akibatnya sangat
buruk, yaitu dia akan ditemukan dalam keadaan terbinasa......
Mendengar cerita Kwie Losam itu, Yo Him menghela napas
berulang kali, sampai akhirnya dia berkata: "Apakah selama itu, si
820 gadis she Auwyang itu, yang menurut Locianpwe adalah murid
penutup Lam-hay-sin-nie, tidak pernah mengambil tindakan apaapa untuk mengendalikan Sucinya itu"!"
Kwie Losam menghela napas, dia menggeleng kepala.
"Inilah urusan rumah tangga pintu perguruan Lam-hay-sin-nie, dan
aku kurang begitu jelas mengetahuinya! Tetapi menurut apa yang
telah kudengar bahwa si murid penutup Lam-hay-sin-nie itu telah
dua kali turun gunung untuk mencari Sucinya.
"Sejauh itu dia tidak berhasil menemui jejak Sucinya, karena Sun
Cie Siang seorang yang licik dan tajam telinganya. Mengetahui
adik seperguruannya itu mencari, dia menghilang tanpa
meninggalkan jejak. Dia pun merupakan Kauw-cu dari
perkumpulan Lang-kauw, yang beranggota ribuan. Dengan
demikian, telah membuat Sun Cie Siang selalu bisa mengawasi
gerak-gerik adik seperguruannya itu.
"Menurut orang yang mengetahui, bahwa Sun Cie Siang
sebetulnya tengah mengincar barang-barang peninggalan
gurunya, karena dia ingin merampas dari tangan adik
seperguruannya. Dan barang-barang peninggalan Lam-hay-sinnie itu tentu saja merupakan catatan ilmu silat yang hebat sekali.
Sun Cie Siang sendiri mengetahui bahwa dia hanya memperoleh
enam bagian dari kepandaian gurunya, namun dia sudah bisa
menjagoi seperti itu. "Dengan demikian, cita-cita untuk memperoleh catatan ilmu silat
Lam-hay-sin-nie semakin keras juga mendorong hatinya karena
dia beranggapan, jika saja ia memperoleh kitab-kitab pusaka
821 peninggalan Lam-hay-sin-nie, jelas ia akan dapat memiliki
kepandaian yang jauh lebih tinggi lagi dan dapat menjagoi rimba
persilatan disamping tidak perlu jeri lagi terhadap adik
seperguruannya yang bungsu itu!"
Setelah bercerita sampai di situ Kwie Losam menghela napas
dalam-dalam. Wajahnya berobah muram, iapun kemudian
melanjutkan ceritanya dengan perlahan-lahan, katanya,
"Sekarang, memang Sun Cie Siang tengah berusaha, walaupun
bagaimana ia bermaksud untuk dapat merebut dan mencuri kitabkitab pusaka dari adik seperguruannya itu. Dan karenanya
sekarang orang-orang Lang-kauw telah disebar untuk menyelidiki
keadaan adik seperguruannya yang bungsu itu, disamping dia
sendiri juga telah turun tangan sendiri.....!"
Yo Him yang mendengar hal itu segera menyadari bahwa di dalam
rimba persilatan tentu akan timbul pergolakan yang tidak kecil
akibat sepak terjang dari Sun Cie Siang, dan ini tentunya
merupakan suatu hal yang tidak baik untuk keselamatan orangorang rimba persilatan. Karenanya Yo Him berpikir keras, dia
tengah berusaha untuk memecahkan persoalan tersebut.
Walaupun kini ia tengah sibuk mengurusi persoalan Sasana untuk
menuntut balas terhadap musuh-musuhnya, namun urusan Sun
Cie Siang pun bukan merupakan urusan yang boleh dibiarkan
begitu saja. Kwie Losam telah berkata lagi memecahkan kesunyian di antara
mereka: "Sekarang Yo Laote telah terikat permusuhan yang tidak
ringan dengan Sun Cie Siang, karena itu, kau selain harus hati-hati
822 juga harus dapat secepat mungkin menyingkir diri dari daerah ini,
agar Sun Cie Siang tidak bisa mempergunakan kaki tangannya
membokong dan mencelakaimu dengan menggelap. Sebab orangorang Lang-kauw tidak segan-segan akan mempergunakan tipu
muslihat yang rendah dan licik untuk merubuhkan musuhnya yang
tangguh.....!" Yo Him tersenyum sambil mengangguk.
"Terima kasih.....!" katanya. "Dan sekarang Locianpwe apakah
memiliki sesuatu rencana dalam menghadapi Lang-kauw ataupun
Sun Cie Siang itu"!"
Kwie Losam menghela napas dalam-dalam sambil tersenyum
pahit: "Bicara soal diriku dalam berurusan dengan Lang-kauw,
itulah suatu hal yang bisa menimbulkan tertawaan dari para orangorang gagah di rimba persilatan, karena memang jelas bahwa aku
tidak mungkin dapat menghadapi mereka.....!
"Tetapi jika memang Yo Laote dan para orang-orang gagah lainnya
bermaksud untuk menumpas Lang-kauw, sebuah perkumpulan
dari manusia-manusia tersesat itu, hal ini tentu masih bisa diterima
oleh akal sehat, dan merupakan suatu pertolongan yang sangat
berharga sekali buat keselamatan orang-orang rimba persilatan!"
Yo Him mengeluarkan kata-kata merendah.
Begitulah mereka bercakap-cakap membicarakan persoalan Sun
Cie Siang dengan perkumpulan Lang-kauw nya dan kemungkinankemungkinan timbulnya pergolakan di dalam rimba persilatan.
823 Setelah berselang sejenak, mereka kembali ke kamar masingmasing.
"Y" Keesokan paginya Yo Him dengan Sasana melanjutkan perjalanan
mereka, berpisah dengan Kwie Losam.
Perjalanan yang diambil oleh Yo Him dan Sasana ke arah Barat,
dan mereka kemudian mengambil arah ke Selatan. Mereka berdua
memang tengah saling jatuh cinta, karenanya walaupun harus
menghadapi berbagai kejadian dan peristiwa, namun ke duanya
selalu bergembira dan bahagia.
Setiap ada kesempatan mereka beristirahat dan bercakap-cakap
dengan intim, membicarakan masa depan mereka, terutama sekali
perihal hubungan mereka berdua.
Pagi itu mereka berada di kaki gunung Lung-san di sebelah utara
Hunan. Gunung yang tidak begitu tinggi, namun subur tanahnya
dan pohon-pohon yang bertumbuhan di gunung tersebut tampak
semarak sekali, lebar dengan daun-daunnya yang segar,
menambah keindahan di tempat tersebut.
Walaupun hujan turun rintik-rintik, namun Yo Him bersama Sasana
telah melakukan perjalanan mereka tanpa berhenti, karena mereka
memang tengah asyik bercakap-cakap. Dan yang membuat
mereka gembira melakukan perjalanan bersama-sama di saat
hujan turun rintik-rintik seperti itu merupakan pengalaman yang
mengasyikkan sekali buat mereka, di mana ke duanya tengah
dilanda oleh api asmara. 824 Kuda mereka dibiarkan berjalan perlahan-lahan baik Yo Him
maupun Sasana, berdua mereka seperti tidak mengacuhkan
jatuhnya air hujan yang telah membasahi seluruh pakaian mereka.
Ke duanya tertawa-tawa gembira sambil bercakap-cakap.
"Koko. menurut cerita-cerita orang tua di Mongolia bahwa
sepasang kekasih yang tengah memupuk jalinan cinta mereka di
bawah tumpahan air hujan merupakan hal yang membahagiakan,
karena memiliki arti tersendiri..... Kau tahukah akan cerita di
Mongolia mengenai seorang kekasih yang berada di bawah
curahan air hujan"!" tanya Sasana.
Sambil tersenyum Yo Him menggeleng.
"Dapatkah kau menceritakannya kepadaku perihal cerita itu,
adikku"!" tanyanya.
"Menurut cerita-cerita orang tua di sana, sepasang kekasih yang
tengah menjalin percintaan mereka dan mendadak turun hujan,
maka itu berarti hubungan mereka diberkahi oleh para malaikat!"
menjelaskan Sasana. "Dan kepercayaan akan hal itu memiliki
dongengnya. "Ribuan tahun yang lalu di padang pasir Mongolia sebelah selatan,
hidup seorang pemuda yang sangat mencintai kekasihnya.
Demikian juga sebaliknya, gadis yang dicintai pemuda itu, sangat
menyayangi kekasihnya tersebut.....!"
825 Bercerita sampai di situ, Sasana melirik Yo Him dengan pipi
berobah merah. Tetapi Yo Him hanya menatapnya sambil
tersenyum. "Lalu bagaimana adikku?" tanya Yo Him.
"Tetapi hubungan mereka memperoleh tentangan keluarga
masing-masing. Keluarga si pemuda yang merupakan keluarga
yang miskin tidak mengijinkan putera mereka, mencintai seorang
gadis yang kaya raya, karena ayah gadis yang dicintai oleh
pemuda itu memang merupakan orang terkaya di daerah mereka.
Menurut orang tua si pemuda, jika saja si pemuda menikah dengan
gadis hartawan itu niscaya kelak hidup si pemuda akan mengalami
tekanan bathin yang hebat, yang akan membuat si pemuda
bersengsara." Kembali Sasana melirik kepada Yo Him, sambil kemudian
mendehem untuk melancarkan tenggorokannya yang terasa
seperti tersumbat. Air hujan yang berbutir-butir di pipi dan bagian
lainnya di wajah si gadis yang memang cantik, menambah
kerupawanan si gadis bangsawan ini.
"Lalu si pemuda menuruti nasehat orang tuanya?" tanya Yo Him.
"Ya! Pemuda itu berada dalam dua pilihan. Dia tengah dalam
kebingungan yang sangat. U-hauw (bakti) kepada orang tuanya
dan menuruti nasehat mereka serta meninggalkan atau menjauhi
gadis yang dicintainya atau memang dia itu telah menjadi juga
seorang anak yang put-hauw (tidak berbakti) meneruskan
hubungannya dengan gadis itu.
826 "Inilah yang membuat pemuda itu selama beberapa hari jadi
berada dalam kebingungan yang tidak berkesudahan. Tidak enak
makan tidak enak minum, tidak enak pula makan, tubuhnya cepat
sekali mereyot menjadi sangat kurus.....!"
"Jika demikian pemuda itu tidak memiliki sifat kejantanan dan tidak
memiliki ketegasan sama sekali!" kata Yo Him.
Sasana menghela napas. "Kau tidak bisa berkata begitu, Koko..... Memang mudah
memberikan penilaian dan pendapat, karena bukan kau sendiri
yang mengalami peristiwa itu. Jika kau sendiri yang mengalami hal
tersebut, kemungkinan besar kau akan bingung sama halnya
seperti si pemuda yang tengah jatuh cinta itu.....!" kata Sasana
dengan wajah yang cemberut.
Yo Him tersenyum, "Mengapa kau harus marah seperti itu adikku" Bukankah itu hanya
merupakan dongeng belaka dan bukan peristiwa yang terjadi
sesungguh"!" kata Yo Him ketika melihat wajah kekasihnya yang
cemberut memperlihatkan perasaan kurang senang.
"Walaupun hanya cerita dalam dongeng belaka, namun semua itu
di dalamnya terkandung tamsil kemanusiaan yang mendalam.....!"
kata Sasana tetap tidak senang, wajahnya yang cemberut itu
tambah cantik dan manis saja, sehingga Yo Him menatapnya
Beruang Salju Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
terus, sambil tersenyum. 827 "Jika kau dalam keadaan seperti itu, wajahmu tambah cantik dan
manis, adikku!" kata Yo Him.
"Aku bukan sedang bergurau!" kata Sasana tambah tidak senang.
Diam-diam hatinya girang, namun gadis itu tetap memperlihatkan
sikap tidak senang karena Yo Him seperti menyepelekan
percintaan si pemuda dan si gadis Mongolia yang tengah
diceritakannya, walaupun si pemuda dan si gadis yang tengah
bercintaan itu hanya dalam dongeng belaka.
"Ya, sudahlah..... lalu bagaimana terusnya cerita itu" Apa yang
dilakukan si pemuda yang tengah mabuk kepayang oleh cinta
kasihnya yang terhalang itu"!" tanya Yo Him.
Tetapi Sasana menggeleng dengan mulut cemberut agak
monyong dia bilang: "Tidak! Aku tidak mau menceritakannya lebih
jauh! Bukankah kau sendiri tidak senang mendengarnya"!"
Melihat kekasihnya ngambek seperti itu, Yo Him tersenyum lebar,
katanya: "Adikku yang manis, mengapa kau harus marah seperti
itu"! Baiklah, aku berjanji akan mendengarkan baik-baik
ceritamu...... nah, kau teruskanlah ceritamu......!"
Sasana melirik pada Yo Him, lalu dia menghentak tali kendali
kudanya, ia melarikan kudanya agak cepat di bawah rintik-rintik
butiran air hujan. "Hei adikku yang manis, mau kemana kau"!" teriak Yo Him tertawa,
dia tahu bahwa kekasihnya ini masih mengambul dan membawa
adatnya karena mendongkol. Diapun telah menghentak tali kendali
828 kudanya yang segera juga mencongklang berusaha mengejar
kekasihnya tersebut. Setelah melarikan kudanya beberapa saat, berhasil juga Yo Him
berendeng di samping Sasana yang masih terus juga melarikan
kuda tunggangannya. Namun terlihat jelas betapapun Sasana
tidak bersungguh-sungguh dalam melarikan tunggangannya itu,
karena dia telah melarikannya tidak begitu cepat, menyebabkan Yo
Him dapat melarikan kudanya berendeng dengan kuda
tunggangan si gadis. Hanya saja Sasana masih tidak mau mengacuhkan Yo Him, sama
sekali dia tidak melirik dan berdiam diri dengan wajah yang ditekuk
cemberut. Kudanya tetap dilarikan, dia membawa sikap seperti
tengah berusaha melarikan kudanya lebih cepat.
Menyaksikan hal itu Yo Him tersenyum, katanya bersungguhsungguh untuk membujuk: "Adikku, maafkanlah jika memang aku
salah bicara..... aku berjanji akan mendengarkan ceritamu baikbaik!"
Sasana melirik, tetapi dia masih melarikan terus kudanya.
"Apakah kau benar-benar akan menepati janjimu?" tanya Sasana
masih melarikan terus kuda tunggangannya itu, sedangkan air
hujan yang menyiram tubuhnya semakin besar seperti tidak
diperdulikannya. "Janji" Janji apa"!" tanya Yo Him heran.
829 Muka Sasana berobah, tambah cemberut saja dan lebih ngambek
lagi, serunya: "Kau memang pemuda pembohong!" dan dia
menghentak tali kendali kudanya, yang dilarikan lebih cepat lagi.
Yo Him kaget, dia sampai berseru dan cepat-cepat melarikan
kudanya lebih cepat untuk mengejar. Diapun baru mengingatnya
bahwa tadi dia telah berjanji untuk mendengarkan cerita
kekasihnya baik-baik. Dan itulah yang disebut sebagai "janji" oleh
si gadis Mongolia tersebut.
"Adikku! Adikku, kau dengarlah dulu!" berseru Yo Him sambil
mengejar. "Aku berjanji akan menepati janjiku! Maafkanlah! Aku,
kembali telah salah bicara padamu!" Sambil berseru begitu, Yo Him
tetap mengejar, hatinya mengikuti dirinya sendiri, mengapa bisa
jadi tolol seperti itu. Memang Yo Him sendiri heran, berhadapan dengan kekasihnya
ini, ia seringkali melakukan perbuatan-perbuatan yang "tolol" yang
seharusnya tidak akan dilakukannya dalam waktu-waktu biasa.
Dan entah mengapa, sering pula ia melakukan kesalahankesalahan yang sebenarnya tidak pernah dilakukannya. Pikirannya
sering macet rasanya jika tengah berurusan dengan gadis yang
dicintainya itu! Setelah mengejar beberapa saat Yo Him masih belum berhasil
menyandak kuda Sasana. Si gadis rupanya tengah mendongkol
dan kini benar-benar ngambek sebab merasakan bahwa Yo Him
ingin mempermainkannya. Dia tidak memperdulikan teriakan-teriakan Yo Him yang
memintanya agar menghentikan lari kuda tunggangnya dan
830 menantikannya. Malah kini Sasana telah melarikan kudanya itu
semakin cepat, berulang kali dia menghentak tali kendali kudanya
dan juga ke dua kakinya menjepit kuda itu, membuat binatang
tunggangannya itu mencongklang cepat sekali menerjang curahan
air hujan yang semakin deras saja.
Yo Him merasakan tamparan air hujan yang menerjang mukanya,
matanya juga perih karena mengejar terlalu cepat. Namun
walaupun bagaimana ia memang harus berusaha mengejar
kekasihnya yang tengah ngambek itu, tanpa memperdulikan rasa
pedas di wajahnya dan rasa perih di sepasang matanya yang
sebentar-sebentar dipenjamkannya itu. Yo Him telah melarikan
kuda tunggangannya tersebut semakin cepat juga.
Sasana yang mengetahui bahwa Yo Him terus juga mengejarnya
dan berusaha menyandaknya, diam-diam tersenyum. Hatinya jadi
tidak tega juga, apalagi ketika dia mendengar teriakan Yo Him yang
terakhir. "Adikku yang manis, yang baik, dengarlah keteranganku dulu! Jika
memang aku bersalah, aku rela dihukum olehmu, walaupun
hukuman yang bagaimana berat sekalipun.....! Aku mohon agar
kau mau mendengar keteranganku dulu adikku yang manis.
Berhentilah dulu!" berulang kali Yo Him telah berteriak-teriak
begitu. Akhirnya lemahlah hati Sasana, mencairlah kemendongkolannya,
ia menghentikan kuda tunggangannya.
Girang Yo Him melihat Sasana mau menghentikan larinya kuda
tunggangannya itu. Segera juga ia dapat menyandak dan
831 menghentikan ke duanya tepat di sisi kuda Sasana sambil cepatcepat merangkapkan sepasang tangannya, katanya sambil
memperlihatkan sikap bersungguh-sungguh: "Adikku..... maafkanlah kesalahan engkomu ini..... Aku bersedia untuk
menerima hukuman apa pun dari kau atas kelancanganku tadi!"
Pipi Sasana berobah memerah, kemendongkolannya telah lenyap.
Memang tadi diapun sesungguhnya hanya ingin melihat apa yang
dilakukan Yo Him jika ia tengah "ngambek". Dan dilihatnya Yo Him
memang sangat mencintainya, karena kekasihnya ini bersedia
untuk dihukum dengan apapun juga.
"Baiklah! Aku akan memaafkanmu dan berbaik padamu, jika telah
menjalankan hukumanku!" kata Sasana sambil memperlihatkan
sikap cemberut, walaupun hatinya waktu itu sangat senang sekali.
"Katakanlah, hukuman apapun yang akan kau jatuhkan padaku
akan kulaksanakan dengan senang hati walaupun harus terjun
dalam kobaran api atau terjun dalam kolam minyak yang
mendidih.....!" "Aku tidak sekejam itu! Atau memang kau beranggapan aku ini
seorang iblis yang berhati kejam?" tegur Sasana cemberut lagi,
walaupun hatinya tertawa geli dan bahagia.
Yo Him tersentak kaget lagi, tetapi setelah tertegun sejenak dia
mengayunkan tangan kanannya menampar bibirnya.
"Hai, hai, kembali aku salah bicara, maafkan adik..... Aku memang
heran mengapa sekarang aku jadi demikian tolol"!" kata Yo Him
cepat, dengan sikap bersungguh-sungguh.
832 Hati Sasana jadi tidak tega melihat sikap Yo Him, walaupun
bagaimana ia memang tidak bersungguh-sungguh dengan
"ngambek" nya itu. Sekarang melihat betapa Yo Him menampar
bibirnya berulang kali sampai bibirnya berobah merah seperti
bengap.....! "Sudah! Sudah engko Him!" berseru Sasana yang jadi gugup
melihat Yo Him masih menampari bibirnya berulang kali.
"Hentikanlah engko Him..... sudah cukup.....!"
Tetapi Yo Him melihat sikap Sasana yang matanya memancarkan
sinar kasih sayang seperti itu jadi girang. Dia berbalik ingin
mempermainkan kekasihnya ini untuk melihat sampai berapa jauh
cinta kasih Sasana terhadapnya.
Yo Him menggelengkan kepalanya sambil serunya dengan wajah
memperhatikan penyesalan: "Tidak! Tidak! Selama kau tidak
memaafkan dengan setulus hati, biarlah aku menghantami terus
bibirku, biar hancur lodoh.....!" Dan benar-benar Yo Him
menampari terus bibirnya itu, sampai terdengar suara "ketepak,
ketepuk" berulang kali, dan bibirnya itu membengkak.
Sasana terkejut, dia kaget dan berkasihan.
"Engko Him, sudah! Sudah! Aku sudah memaafkanmu..... tadipun
aku hanya bergurau saja. Aku tidak marah sungguh-sungguh.....!"
teriak Sasana sambil mendekatkan kudanya ke kuda Yo Him.
Tetapi Yo Him tetap menghantam bibirnya yang telah bengkak
jontor itu, dia tetap berseru: "Tidak! Tidak! Bibirku ini selalu salah
833 bicara, biarlah kuhajar biar lain kali bibir kurang ajar ini tidak bicara
salah.....!" Sasana berseru kaget sambil melompat menubruk mencekal
tangan kanan Yo Him yang tengah meluncur itu, sambil berteriak:
"Sudah! Sudah engko Him..... Mengapa kau harus mempersakiti
dirimu sendiri?" Dan karena dia menubruk begitu dia mencekal
tangan Yo Him, tubuh si gadis telah berada dalam rangkulan Yo
Him. Yo Him memeluknya erat-erat dan mereka jadi saling pandang
penuh arti dengan bibir tertutup rapat, tidak sepatah perkataan pun
yang meluncur dari bibir masing-masing. Hanya mata mereka saja
yang memancarkan perasaannya hati masing-masing..... dan sinar
mata mereka itu ribuan lebih banyak dari perkataan yang paling
indah di dunia ini...... Setelah tersadar dari keadaannya, Sasana berusaha meronta
rangkulan Yo Him, pipinya berobah merah karena likat.
Akan tetapi Yo Him tetap memeluknya, dan malah Yo Him berbisik:
"Betapa cantiknya kau, adikku.....!" Dan kepala Yo Him menunduk,
ingin mencium bibir si gadis.
Pipi Sasana berobah memerah terasa panas sekali, namun ia tidak
berusaha memberikan perlawanan dan menolak tubuh
kekasihnya, bibirnya terbuka merekah dan bibir mereka bertemu
hangat sekali..... menumpahkan seluruh perasaan mereka.
Tetapi waktu bibir Sasana dilumat oleh Yo Him, waktu itulah si
gadis tiba-tiba meronta dan telah mendorong dada Yo Him,
834 kemudian melompat turun ke bumi dengan gerakan yang ringan,
dia memutar tubuhnya berdiri membelakangi Yo Him. Sebab si
gadis malu sekali, seraya ingin menyembunyikan mukanya ke
dalam bumi..... "Kau..... kau pemuda kurang ajar!" menggumam si gadis pura-pura
marah. Sesungguhnya hati Sasana tengah berlompatan bahagia.
Yo Him cepat-cepat melompat turun dari kudanya, dihampirinya si
gadis. Dengan lembut dipegangnya ke dua bahu kekasihnya,
katanya lirih, "Adikku yang manis. adikku yang baik.....! Memang
bibirku ini terlalu kurang ajar sekali..... karena itu pantas jika dihajar
terus.....!" Dan setelah berkata Yo Him menggerakkan tangan
kanannya, dia bermaksud untuk menghajar bibirnya lagi.
Akan tetapi Sasana cepat sekali menyambar tangan Yo Him,
dicekalnya kuat-kuat. katanya dengan suara yang lirih: "Engko Yo
Him, jangan aku..... aku tidak marah.....!"
Yo Him dan Sasana saling tatap, sampai akhirnya mereka
berpelukan lagi. Begitulah, mereka melanjutkan perjalanan dengan gembira, hati
mereka terjalin lebih kuat dan cinta mereka semakin mendalam.
Tidak ada kekuatan apapun juga di dunia ini yang sanggup untuk
memisahkan mereka...... "Bagaimana kelanjutan ceritamu mengenai dongeng si pemuda
dan si gadis yang cinta mereka memperoleh tentangan kuat dari
pihak keluarga masing-masing"!" tanya Yo Him setelah mereka
berada di kuda tunggangan masing-masing.
835 Hujan masih turun, walaupun tidak sederas tadi, tapi air hujan tetap
seperti tercurah dari langit dan membasah kuyupkan seluruh tubuh
Yo Him dan kekasihnya itu.
"Si pemuda yang tengah kebingungan itu tidak mengetahui harus
mengambil jalan mana yang sekiranya bisa membawa kebaikan
untuk ke dua pihak..... Karena dari itu akhirnya dia menjadi nekad
dan meminta untuk bertemu dengan gadisnya.
"Kekasihnya itu tidak keberatan dengan permintaan si pemuda,
sebab memang iapun sangat mencintai pemuda itu, karenanya,
mereka telah bertemu di depan permukaan sebuah hutan yang
terletak di luar kota..... Mereka saling menangis, saling menyesali
nasib mereka yang buruk, saling rangkul..... sampai akhirnya si
pemuda mengatakan selamat tinggal kepada kekasihnya itu......!"
"Apakah....., pemuda itu bermaksud uutuk pergi merantau dan
meninggalkan kekasihnya itu"!" tanya Yo Him yang kini jadi tertarik
mendengar cerita Sasana mengenai pasangan yang tengah
bercintaan itu. "Tidak! Bukan!" menyahuti Sasana. "Keluarga si gadis yang kaya
raya memang menantang percintaan puteri mereka dengan si
pemuda miskin. Akan tetapi merekapun tidak berdaya untuk
membendung cinta si gadis kepada kekasihnya, walaupun pemuda
itu telah diancam berulang kali oleh tukang pukul keluarga si gadis,
namun kenyataannya mereka selalu mengadakan pertemuan
sembunyi-sembunyi..... Hal ini disebabkan cintanya kasih mereka
yang mendalam sekali..... Dan perkataan si pemuda mengenai
selamat tinggalnya kepada kekasihnya itu adalah untuk
836 menyatakan bahwa mereka di dunia tidak mungkin dapat bersatu,
dan mungkin setelah berada di sorga mereka baru bisa berkumpul.
"Di luar dugaan si gadis, waktu gadis itu tengah tertegun
mendengar ucapan selamat berpisah dari kekasihnya itu, si
pemuda telah menikamkan sebatang pedang pendek di dadanya,
pedang mana memang dibawanya waktu dia berangkat dari
rumahnya..... maka pedang telah menembus dalam sekali di
dadanya, darah memancur deras sekali bagaikan pancuran,
menyiram tubuh si gadis kekasihnya.....
"Si gadis menjerit memanggil nama si pemuda berulang kali, tubuh
pemuda itu terkulai rubuh tidak bergerak lagi, karena napasnya
seketika telah berhenti..... Sambil menangis menggerung-gerung
gadis itu telah merangkul tubuh kekasihnya sambil menangis
mengutuki akan malaikat dan dewa yang tidak mau mengasihani
mereka!" Sasana berhenti dari ceritanya, matanya menatap jauh sekali,
Beruang Salju Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
seperti juga si gadis terpengaruh oleh cerita yang tengah
dibawakannya itu. Iapun menghela napas berulang kali.
Yo Him sendiri tergoncang perasaannya, karena diapun tengah
jatuh cinta dan merasakan manisnya madu cinta dengan Sasana
dan sekarang mendengar kegagalan percintaan dari pasangan
muda-mudi itu, perasaannya jadi terharu dan iba.
"Lalu..... bagaimana?" tanyanya.
"Si gadis merasa hidupnya hampa dan tidak ada gunanya lagi,
walaupun ke dua orang tuanya kaya raya tetapi dia telah
837 kehilangan kekasih dan cintanya, karena itu, diapun menjadi
nekad. Diambilnya pedang pendek di dada si pemuda, kemudian
menikam dadanya sendiri, sehingga pedang itu menancap dalam
sekali di dada si gadis, darahpun memancur deras sekali.....
Tubuhnya seketika terkulai menindih mayat kekasihnya.....! Itulah
menunjukkan akan kesetiaannya terhadap cinta dan kasihnya.....!
"Langit bergoncang, Raja langit terharu. Naga langitpun meraung
menangis, para malaikat menghela napas, bumi tergoncang dan
para dewa-dewi dari kerajaan Langit telah turun untuk menebarkan
bunga, langitpun menangis, mengucurkan butir-butir air mata,
menyiram ke dua sosok jenazah dari pasangan kekasih yang tidak
tercapai percintaan mereka!
"Itulah sebabnya, jika sepasang kekasih yang tengah berkasihkasihan di bawah derasnya hujan, cinta mereka direstui oleh Raja
Langit, Malaikat dan dewa-dewi di Kahyangan..... Mereka akan
bahagia dan juga seperti halnya kita tadi!" Berkata sampai di situ,
Sasana melirik kepada Yo Him dengan pipi yang berobah jadi
merah..... Dia menghela napas berulang kali.
Yo Him merasakan betapa hatinya tergoncang, dan dia
mengulurkan tangan kanannya. Dicekalnya tangan si gadis, dan
meremasnya dengan penuh perasaan, hati mereka yang bicara.
Dan waktu kuda mereka berjalan perlahan-lahan ke duanya masih
berpegangan tangan dengan mata saling tatap dan mesra.
Ke dua ekor kuda merekapun seperti mengerti apa yang tengah
dialami oleh ke dua orang majikan mereka, ke dua ekor binatang
838 tunggangan itu berjalan berendeng. Sejauh itu Sasana dan Yo Him
masih dapat saling bergenggam tangan......
"Y" Matahari senja tampak telah merangkak turun ke tempat
peraduannya di ufuk sebelah Barat, dan sebentar lagi sang malam
akan segera menyelimuti permukaan bumi. Rembulan yang mulai
mengintip di ufuk Timur pun telah mulai merangkak naik.
Sasana dan Yo Him telah tiba di depan kota Ma-siang di daerah
Ho-lam. Pasangan kekasih ini memang melakukan perjalanan yang
meletihkan, namun ke duanya tidak merasa letih sama sekali
disebabkan ke duanya diliputi oleh kebahagiaan, manisnya cinta
dan juga disebabkan dengan melakukan perjalanan berdua.
Kesukaran apapun juga dan keletihan yang bagaimana pun juga
tidak akan terasa oleh mereka.
Ma-siang merupakan sebuah kota yang tidak begitu besar, tetapi
memang memiliki penduduk yang sangat padat. Di sebuah rumah
penginapan yang cukup besar, Yo Him dan Sasana telah singgah.
Seorang pelayan segera menyambut mereka, untuk membawa
kuda tunggangan ke dua tamu ini, sedangkan seorang pelayan
lainnya telah memimpin ke dua tamu ini ke ruang tengah, untuk
memesan kamar pada pengurus rumah penginapan. Barangbarang Yo Him dan Sasana dibawa oleh pelayan itu.
Ternyata rumah penginapan ini telah menerima tamu yang cukup
banyak, sehingga tinggal beberapa buah kamar yang kurang
839 bagus masih kosong. Yo Him meminta dua kamar untuk mereka.
Kemudian dengan diantar oleh pelayan, mereka telah dibawa ke
ruang belakang rumah penginapan.
Walaupun ke dua kamar yang mereka peroleh itu kurang baik,
namun tidak membawa kesan kurang baik untuk Yo Him dan
Sasana yang tengah dimabuk alunan cinta kasih..... Mereka
merasakan kamar yang sederhana itu sebagai ruangan sorga buat
mereka. Tampak Yo Him maupun Sasana selalu gembira. Waktu pelayan
membawakan mereka makanan dan minuman, ke duanya
bersantap malam sambil tertawa-tawa. Banyak yang mereka
bicarakan dan juga cerita-cerita yang mereka percakapkan,
sehingga menimbulkan gelak tawa mereka, jika suatu saat mereka
menceritakan hal-hal yang lucu.
Setelah beristirahat sejenak, Yo Him mengajak Sasana untuk
menikmati keindahan kota tersebut, di mana walaupun hari mulai
malam, namun justru keramaian di kota tersebut tidak berkurang.
Dari lorong yang satu ke lorong yang lainnya Yo Him dan Sasana
telah mengelilingi kota yang tidak begitu besar. Yang menarik
perhatian mereka justru kota yang ramai ini tampaknya
penduduknya riang gembira. Boleh dibilang mereka tidak pernah
bertemu dengan seorang penduduk yang berwajah muram. Hal ini
memperlihatkan bahwa penduduk kota ini hidup tenteram dan
makmur, di samping itu tentu saja keamanan di kota tersebut juga
terjamin. 840 Ketika mereka sampai ditengah-tengah koya, di sebuah lapangan
rumput yang cukup besar, di sebelah selatan kota itu, tampak
seorang penjual obat. Tabib yang tengah menjual obat itu adalah seorang laki-laki
berusia hampir enampuluh tahun, tubuhnya tinggi kurus, di
samping bentuk mukanya yang panjang tirus. Waktu itu tabib
tersebut, sambil memukul gembrengnya tidak henti-hentinya
berseru: "Nah, jika memang saudara-saudara memakan obat ini,
usia tuan-tuan akan bertambah sepuluh tahun dari yang
semestinya! "Percayalah obat ini merupakan obat mujarab yang bisa membawa
kebahagiaan buat orang yang memakannya, karena terbuat dari
teratai salju dari Thian-san. Juga dicampur dengan Giok-bun, Samciok, Kiok-cie, dan beberapa macam ramuan bahan obat yang
langka. Jika memang sengaja kita mencari salah satu dari bahan
obat itu saja sulit setengah mati. Jika memang ada, tentu harganya
pun sangat tinggi. "Sekarang kebetulan aku datang di kota ini, merupakan
kesempatan yang sangat baik untuk tuan-tuan membelinya
dengan harga yang murah! Satu butirnya hanya tiga bun. Dan
dibandingkan dengan khasiat dan manfaat obat ini dari harganya
yang begitu ringan, tentu saja tidak dapat dikatakan apa-apa lagi,
pasti akan puas dan bahagia!
"Nah, siapa yang ingin membelinya" Ayo, siapa yang akan
membelinya" Akh hanya singgah satu hari saja di kota ini, besok
pagi aku akan berangkat pula melanjutkan perjalanan..... Jika
841 besok kalian membelinya walaupun berani membayarnya dengan
harga yang tinggi, itu sudah terlambat dan tidak mungkin
memperoleh obat mujarab yang khasiatnya menyamai obat
dewa..... Ayo siapa yang ingin membeli......" Siapa yang ingin
membeli"!" Dan tabib itu telah memukul gembrengnya berulang kali,
memukulnya dengan keras, dan berteriak-teriak menanyakan
siapa yang ingin membeli obatnya.
Yo Him dan Sasana berdiri di antara orang lainnya yang
mengelilingi tabib tersebut. Mereka saling bergenggam tangan
dengan sikap yang mesra sekali. Waktu tabib itu tengah
menanyakan siapa yang ingin membeli obatnya, Yo Him dan
Sasana berulang kali saling lirik dan tersenyum.
Mereka mengetahui, itulah cara penjual obat untuk menawarkan
barang dagangannya. Tidak mungkin jika obatnya itu dibuat dari
Teratai Salju yang berasal dari Thian-san, dicampur juga dengan
bahan-bahan obat Giok-bun, Sam-ciok, Kiok-cie dan beberapa
macam ramuan lainnya, obatnya bisa memiliki harga yang begitu
murah. Jelas tabib itu hanya bicara besar tentang obat itu.
Setelah melihat ada beberapa orang penduduk kota itu yang
membeli obat tersebut, Yo Him dan Sasana meninggalkan
lapangan itu. Mereka bermaksud untuk menyaksikan keramaian di
tempat lainnya. Tetapi baru beberapa langkah mereka berjalan, tiba-tiba Yo Him
merasakan di belakangnya menyambar angin yang berkesiuran
perlahan sekali. Jika memang seseorang yang berkepandaian
842 biasa saja, jelas tidak mungkin dapat merasakan sambaran angin
yang perlahan dan halus itu.
Akan tetapi Yo Him memang telah memiliki kepandaian yang tinggi
sekali, disamping itu memang iapun memiliki pendengaran yang
sangat tajam. Dengan sendirinya membuat Yo Him dapat
mengetahui menyambarnya angin serangan tersebut. Segera juga
Yo Him menduga kepada serangan menggelap seseorang.
Dengan sikap yang tenang, Yo Him tetap melangkah seperti juga
tidak terjadi suatu apa pun juga. Waktu merasa sambaran angin itu
semakin dekat dan hampir mengenai pinggangnya dengan
gerakan yang gesit sekali, Yo Him telah memiringkan pinggangnya
sedikit kemudian sikutnya bekerja menuju ke bawah.
Seketika itu juga tangan si orang yang tengah terulur ke arah
pingang Yo Him terhantam sikut si pemuda. Terbentur tidak
sebegitu keras, namun akibatnya hebat sekali, karena seketika itu
juga orang tersebut menjerit nyaring dan tubuhnya telah terlempar
beberapa tombak. Yo Him dan Sasana segera menoleh ke belakang, dan mereka
melihat seorang laki-laki berusia limapuluhan, tengah meringis
tidak jauh dari beradanya mereka. Dia tengah mengurut-urut
tangannya dengan mata terpentang lebar-lebar mengawasi
bengis. Rupanya dia tengah gusar sekali.
Yo Him telah menghampiri laki-laki tua itu. Dengan sabar dan suara
yang ramah, tanyanya: "Paman mengapa kau tidak hujan tidak
angin menyerang menggelap seperti itu kepadaku" Apa salahku"
Dan mengapa kau ingin mencelakaiku?"
843 Orang tua itu masih menguruti tangannya dengan wajah meringis.
Waktu itu dia telah mengerang perlahan, tahu-tahu tangannya
yang kanan telah bergerak. Dia akan mencengkeram dada Yo Him.
Gerakan yang dilakukannya itu sangat kuat. Juga tangan kirinya
telah menyusul menyerang lagi. Diapun telah menerjang dengan
tiba-tiba sekali, dengan cara membokong.
Akan tetapi Yo Him memiliki kepandaian yang tinggi, mana mau
dia membiarkan orang menyerang dirinya seperti itu. Sambil
mengeluarkan suara heran karena tidak mengerti mengapa orang
tua itu telah beruntun menyerangnya lagi, tanpa mau memberikan
penjelasan, Yo Him menghindarkan diri dari serangan orang
tersebut. Begitu Yo Him menjejakkan kakinya, tubuhnya telah
berada di belakang tubuh orang tua yang menyerangnya.
Karena menyerang tempat kosong dan lawannya tahu-tahu telah
lenyap dari penglihatannya, orang tua tersebut mengeluarkan
seruan kaget. Tenaga yang telah dikerahkan dan dipergunakan
untuk menyerang itu sudah tidak keburu untuk ditarik lagi,
karenanya seketika tubuhnya terjerunuk ke depan beberapa
tindak. Namun memang orang tua itu rupanya memiliki kepandaian yang
tidak rendah, sebab begitu dia mengempos semangatnya, seketika
dia dapat memperkuat kedudukan ke dua kakinya. Dia berhasil
untuk memperkokoh kuda-kuda kakinya berdiri tetap lagi, dan
cepat bukan main dia memutar tubuhnya.
844 "Hemmm, kau memiliki kepandaian yang lumayan tingginya.....!"
mendengus orang tua tersebut, dari matanya dan wajahnya terlihat
bahwa dia tengah penasaran sekali.
Sedangkan Yo Him telah menyaksikan bahwa orang tua ini
walaupun memiliki kepandaian itu sebetulnya tidak terlalu luar
biasa. "Paman, tunggu dulu..... coba kau jelaskan sesungguhnya
mengapa kau menyerangku terus menerus seperti itu. Apa
kesalahanku" Katakanlah.....!" berseru Yo Him waktu melihat
orang tua tersebut telah melangkah dan menghampiri ke arah
dirinya untuk mulai menyerang lagi.
Akan tetapi orang tua tersebut telah mendengus, dia tidak
memperdulikan perkataan Yo Him, melainkan tangan kanannya
telah bergerak lagi. Dia menyerang dengan hebat, beruntun tiga
jurus. Tangan kirinya juga tidak tinggal diam, sebab dia telah
menyusuli menyerang beberapa kali pula.
Dengan demikian Yo Him juga tidak hisa berdiam diri, berulang kali
dia harus berkelit ke sana ke mari menghindarkan diri dari
serangan orang tua tersebut. Tetapi diam-diam Yo Him juga
berpikir bahwa dia tidak bisa tinggal berdiam diri saja.
Itulah sebabnya ketika melihat orang tua itu menyerang dirinya lagi,
Yo Him telah memutar ke dua tangannya. Hal ini untuk melindungi
tubuhnya dari serangan orang tua tersebut, sedangkan kaki kanan
Yo Him telah menendang dengan kuat ke arah kempolan
lawannya. 845 Orang tua tersebut mengeluarkan suara seruan tertahan karena
kaget. Waktu itulah terlihat betapa tampak jelas dia tidak bisa
mengelakkan diri, karena dengan mengeluarkan suara jeritan yang
nyaring, tubuhnya telah terpental dan melayang di tengah udara.
Kemudian dirinya meluncur jatuh ambruk di tanah, menimbulkan
suara bergabrukan yang nyaring disertai juga dengan suara
jeritannya. Orang-orang yang berada di sekitar tempat itu telah melihatnya
keributan ini. Mereka segera juga mengelilingi Yo Him dan orang
tua tersebut, karena mereka memang ingin menyaksikan
keramaian. Di saat itu Sasana telah mendongkol bukan main, karena melibat
orang tua itu tidak keruan dan tidak juntrungannya telah
menyerang Yo Him. Waktu melihat orang itu ambruk terbanting di
tanah akibat tendangan Yo Him, seketika Sasana menepuk
tangannya berulang kali dan memuji Yo Him yang kakinya sangat
hebat. Orang-orang yang menonton keramaian ini juga banyak yang telah
berseru-seru dan memuji akan kehebatan Yo Him.
Yo Him berdiri tenang di tempatnya, sama sekali dia tidak berobah
sikapnya, tetap ramah dan tenang sekali. Dia bilang dengan sabar
kepada orang tua yang tadi menyerangnya dan kini tengah
merangkak untuk bangun: "Paman, sekali lagi kutanyakan, apa
sebabnya kau menyerangku secara membabi buta seperti itu"!"
Orang tua itu telah merangkak dan sanggup berdiri lagi, walaupun
sepasang kakinya agak gemetar karena dia tengah menahan
846 kemarahan, yang bukan main di dadanya. Matanya yang
memandang kepada Yo Him juga berapi-api memancarkan sakit
hati dan penasaran. "Kau tidak perlu rewel menanyakan apa sebabnya, yang pasti kau
harus mampus.....!" berseru orang tua itu, dan membarengi dengan
habisnya seruannya tersebut, tahu-tahu tubuhnya telah mencelat
Beruang Salju Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dengan gesit sekali, sepasang tangannya telah digerakkan, dia
menyerang lagi. Sekali ini orang tua tersebut menyerang dengan hebat, tenaga
serangannya juga sangat kuat. Rupanya tadi telah dirasakannya
betapa Yo Him bukanlah lawan yang mudah diserang, karenanya
sekarang dia menyerang bertubi-tubi dengan pukulan yang jauh
lebih hebat. Yo Him melihat dirinya diserang terus menerus, jadi mengerutkan
alisnya. Karena dia melihat orang tua yang selalu menyerangnya
ini bukanlah seorang baik-baik yang dapat bicara.
Melihat menyambarnya tangan orang tua tersebut, Yo Him berkelit
dengan cepat, berbareng tangan kanannya mengibas. Kali ini Yo
Him tidak berlaku sungkan-sungkan lagi, karena waktu dia
mengibas, dari tangannya itu telah meluncur kekuatan tenaga
dalam yang cukup kuat, menderu-deru menyambar kepada orang
tua itu. Seketika tubuh orang tua tersebut terhuyung mundur dengan muka
yang pucat, karena dia seperti juga diterjang oleh sesuatu pukulan
yang sangat dahsyat dan hebat sekali. Seketika itu pula, setelah
847 dia mundur beberapa langkah ke belakang, dengan muka yang
pucat, dia memuntahkan darah segar beberapa kali!
Yo Him tertawa dingin, katanya: "Kau tampaknya bukan seorang
manusia baik-baik! Aku tidak kenal denganmu, juga tidak memiliki
kesalahan apapun juga, namun kau berulang kali berusaha
menyerangku! Karenanya, sekarang aku akan memberikan
hajaran yang setimpal dengan perbuatanmu itu, agar kau mau
membuka mulut dan memberikan penjelasan yang sesungguhnya!" Sambil berkata begitu Yo Him telah melangkah mendekati orang
tua tersebut. Dia memang bermaksud untuk membekuk orang tua
itu, untuk memaksanya agar dia mau membuka mulut guna
memberikan keterangan padanya, apa sebenarnya yang
diinginkan oleh orang tua itu.
Tetapi melihat Yo Him melangkah maju menghampirinya. orang
tua tersebut cepat-cepat merogoh saku bajunya, dan
mengeluarkan sesuatu. Kemudian tanpa mengatakan sepatah
kata pun, dia menggerakkan tangannya, melontarkan benda yang
berada di tangannya. Benda itu adalah semacam benda bulat seperti telor menyambar
ke arah Yo Him. Melihat itu Yo Him telah menyampok dengan
tangannya, dan tidak diduganya, tahu-tahu benda bulat yang
semula diduganya adalah senjata rahasia, telah meledak dengan
suara ledakan yang sangat keras sekali. Asap pun segera tersebar
di sekitar tempat tersebut memedihkan mata.
848 Yo Him kaget juga, karena dia kuatir asap itu adalah asap beracun.
Cepat sekali dia melompat ke belakang untuk menghindarkan diri
dari asap tersebut. Mempergunakan kesempatan tersebut, orang tua itu telah
menjejakkan kakinya, tubuhnya mencelat gesit sekali, karena dia
bermaksud melarikan diri.
Sasana yang menyaksikan peristiwa itu, semula memang kaget,
dia mengeluarkan seruan marah. Dan waktu melihat orang tua itu
ingin melarikan diri, Sasana telah mengejarnya. Tubuh si gadis
bergerak dengan lincah dan ringan sekali, di tangannya juga telah
mencekal pedangnya, mata pedang ditujukan ke punggung orang
tua itu. Merasakan menyambarnya angin serangan di belakangnya, cepatcepat orang tua itu telah mencelat ke samping, dia menghindarkan
diri. Akan tetapi Sasana tidak mau melepaskannya, dia telah
menyerang lagi dengan pedangnya. Pedangnya berkelebat
beberapa kali, dia telah menikam ke berbagai tempat yang bisa
mematikan di tubuh orang tua itu.
Rupanya orang tua tersebut menyadari bahwa dia sulit melarikan
dan meloloskan diri dari lawannya. Hanya saja yang melegakan
hatinya, dilihatnya kepandaian Sasana tidak setinggi kepandaian
Yo Him, karenanya dengan hati yang lebih tabah, dia menghadapi
tikaman-tikaman pedang Sasana. Malah tangan kanannya cepat
sekali mencabut senjatanya yaitu sebatang golok yang berukuran
besar, dia menangkis dan balas membacok.
849 Gerakan golok orangtua itu memang merupakan bacokan yang
berbahaya, karena jika lawannya tidak dapat bergerak gesit dan
terkena bacokan tersebut, niscaya dia akan terbinasa di mata golok
itu. Karenanya, Sasana tidak berani berayal, menyadari akan
kepandaian orang itu memang cukup tinggi, maka dia memutar
pedangnya menangkis beberapa kali, lalu berbareng pedang
Sasana berkelebat-kelebat balas menyerang.
Begitulah mereka berdua telah terlibat dalam pertandingan yang
menyebabkan sinar dan senjata masing-masing berkilauan
tertimpah oleh cahaya lampu penerangan.
Yo Him sendiri telah berhasil menghindarkan diri dari gumpalan
asap dari senjata rahasia aneh orang tua itu, sedangkan gumpalan
asap itu telah menipis terhembus oleh siliran angin. Dengan tenang
Yo Him menyaksikan pertandingan antara Sasana dengan orang
tua itu. Sebenarnya terkandung maksud di hati Yo Him untuk menerjang
maju guna membekuk orang tua itu. Akan tetapi menyaksikan
Sasana telah bertanding dengan orang tua tersebut, justru Yo Him
jadi berpikir lagi. Ia ingin melihat ilmu pedang si gadis yang menjadi
kekasihnya itu, apakah telah memperoleh kemajuan. Karena itu Yo
Him telah berdiam diri saja, dan hanya menyaksikan jalannya
pertempuran itu dari samping.
Orang yang berkumpul di tempat juga semakin banyak, karena
mereka ingin menyaksikan keramaian yang menarik hati itu,
terlebih lagi yang tengah bertempur adalah seorang gadis yang
cantik manis. 850 Suara mereka yang berseru-seru memuji akan kelincahan Sasana,
dengan pedangnya seperti mendesak hebat pada lawannya,
menambah semangat Sasana. Karena semangatnya terbangun
seperti itu Sasana semakin gencar dan hebat.
Orang tua itu sebelumnya memang telah mengetahui bahwa
kepandaian Sasana dan Yo Him sangat tinggi. Waktu sebelum
menempur ke dua orang itu, ia sama sekali tidak mempercayai
keterangan yang diperolehnya, karena merasa yakin bahwa
kepandaiannya sangat tinggi. Sebab itulah, walaupun dia telah
mendengar perihal ke dua muda-mudi yang memiliki kepandaian
tinggi, namun kenyataannya sama sekali dia tidak memandang
mata. Akibat kecerobohannya itu dan tidak memandang mata kepada Yo
Him, orang tua tersebut berulang kali telah kena dihajar oleh Yo
Him. Hal ini menyadarkannya akan kehebatan pemuda tersebut.
Dan sekarang menghadapi Sasana ia berlaku jauh lebih hati-hati
lagi. Dengan begitu, Sasana tidak semudah Yo Him untuk
merubuhkan orang tua itu, apa lagi kepandaian Sasana memang
berada di bawah kepandaian Yo Him.
Orang tua itu menggerakkan goloknya berulang kali dan setiap kali
goloknya menyambar, ia menggerakkan untuk menyerang ke
bagian yang mematikan di diri Sasana. Maksudnya agar si gadis
tidak mendesaknya lebih jauh dan melonggarkan desakannya.
Akan tetapi, Sasana ternyata memang tetap mendesaknya dengan
hebat, setiap serangan yang dilancarkannya itu merupakan
serangan yang sulit untuk dihadapi. Apa lagi memang Sasana
851 bertekad, walaupun bagaimana ia tidak boleh dirubuhkan
lawannya itu di hadapan kekasihnya, yang tentu akan
menyebabkan ia menderita malu.
Menghadapi kepandaian si gadis, orang tua itu berulang kali
terancam bahaya tidak kecil. Ujung pedang Sasana hampir
mengenai bagian-bagian tubuhnya. Hanya saja, disebabkan ia
memang memiliki kepandaian yang cukup tinggi juga, masih dapat
menghindarkan dan menyelamatkan dirinya dengan baik,
walaupun untuk selanjutnya dia terdesak lebih hebat.
Di antara menderu-deru angin sambaran golok dan pedang, ke dua
orang yang tengah bertempur itu bergerak sangat gesit sekali.
Dengan demikian telah membuat Sasana harus dapat
memperhatikan baik-baik agar dirinya tidak terserang bokongan
orang tua itu, yang tadi telah mempergunakan senjata asapnya.
Beberapa kali Sasana memang melihatnya orang tua itu telah
menggerakkan tangannya ke sakunya, tangan kiri itu seperti ingin
mengambil sesuatu dari dalam sakunya. Hanya saja disebabkan
Sasana menyerangnya dengan deras, sehingga orang tua itu tidak
memiliki kesempatan untuk merogoh sakunya.
Akibat desakan Sasana itu, orang tua tersebut jadi mendongkol
dan penasaran. Pernah sstu kali goloknya itu melayang ke kiri dan
ke kanan menyambar deras sekali, memaksa Sasana untuk
mengelakkan diri dengan melompat mundur. Mempergunakan
kesempatan tersebut, orang tua itu telah menggerakkan tangan
kirinya untuk merogoh sakunya, karena dia bermaksud untuk
mengambil sesuatu dari dalam sakunya.
852 Akan tetapi Sasana cepat sekali menjejakkan kakinya, tubuhnya
telah melayang seperti juga seekor burung rajawali, pedangnya
telah meluncur menikam ke arah dada orang tua itu.
Adanya serangan seperti itu membuat orang tua tersebut batal
kembali merogoh sakunya dan menggerakkan goloknya
menangkis pedang Sasana. Lalu dia menyingkir ke belakang
beberapa langkah mencegah Sasana melanjutkan serangannya.
Yo Him yang menyaksikan sejak tadi dari pinggir tidak sabar lagi.
Dia telah melompat ke tengah gelanggang dan mengulurkan
tangan kanannya. Maksudnya ingin merampas golok orang tua itu, akan tetapi Yo
Him gagal dengan keinginannya itu, karena begitu tangannya
meluncur golok orang tua itu dimiringkan ke samping kanan, kaki
kanan orang tua itu berusaha menendang selangkangan Yo Him.
Sambil memperdengarkan suara tertawa dingin, Yo Him telah
menotok kaki orang tua itu. Memang apa yang dilakukan oleh Yo
Him merupakan gerakan yang tidak terduga, begitu orang tua
tersebut menyadari bahaya yang mengancamnya dan ingin
menarik pulang kakinya sudah terlambat, sebab tepat sekali jalan
darah Pai-tu-hiat nya telah kena ditotok jari tangan Yo Him,
sehingga seketika orang tua tersebut terhuyung-huyung tidak bisa
berdiri tetap lagi. Dengan demikian Yo Him dapat mempergunakan kesempatan
tersebut untuk menyusuli dengan hantamannya. Telapak tangan
kirinya telah menyampok ke arah dada lawannya. Orang tua itu
853 mengeluarkan suara keluhan kaget karena dia tengah terhuyung
dan tidak bisa berdiri tetap.
Sekarang dia diserang begitu kuat oleh Yo Him, sehingga tidak
memiliki kesempatan untuk melolosi diri dari gempuran tersebut.
Tidak ampun lagi, dadanya menjadi tatakan dari telapak tangan Yo
Him. Dengan mengeluarkan suara bentrokan yang keras, tubuh
orang tua itu terpental dan bergulingan di tanah beberapa kali......
Yo Him tidak menyerang lebih jauh, dia hanya berdiri di tempatnya
mengawasi orang tua itu. Sasana sendiri telah menyimpan
pedangnya. Orang tua itu tidak bisa segera bangun karena rupanya dia terluka
di dalam yang cukup berat, mukanya pucat, dan tidak hentinya
memuntahkan darah. Tubuh orang tua itu juga menggigil
tampaknya dia tengah menahan sakit yang tidak ringan. Mulutnya
mengeluarkan suara rintihan perlahan.
Yo Him menghampiri orang tua itu, katanya dengan sikap yang
tenang dan sabar: "Paman, kau telah mendesak kami untuk turun
tangan keras padamu.... Sebenarnya apa maksudmu mendesak
dan menyerang kami sedangkan kita tidak saling kenal satu
dengan yang lainnya dan juga kita tidak memiliki urusan apapun
juga.....?" Orang tua itu berusaha untuk merangkak bangun. Waktu itu
matanya memandang penuh kebencian pada Yo Him sampai
akhirnya dia berkata, "Baik! Kalian memperoleh kemenangan
dengan cara mengeroyok seperti tadi. Hemm, di lain waktu aku
akan mencari kalian untuk meminta penghajaran pula dari kalian!"
854 Rupanya orang tua yang angkuh itu tidak mau menerima
kenyataan yang ada, bahwa sebenarnya kepandaiannya masih
berada jauh di bawah kepandaian Yo Him. Sedangkan
dibandingkan dengan Sasana saja belum tentu dia dapat
menghadapi dengan baik gadis itu, yang kepandaiannya tidak lebih
rendah dari kepandaiannya sendiri. Dan rupanya dia berkata
begitu hanya sekedar menutupi malunya yang telah dirubuhkan
oleh Yo Him. Yo Him tercengang sejenak, dia kemudian tertawa tawar, katanya:
"Paman, kami tidak bermusuhan denganmu..... Jika memang kami
menghendakinya, dengan mudah kami dapat merubuhkanmu
siang-siang tadi, malah dapat pula menghabisi sekalian jiwamu......
"Hanya saja disebabkan kami memang tidak menaruh dendam
atau sakit hati padamu, disebabkan itu pula kami tidak menurunkan
tangan keras padamu. Namun tampaknya engkau sama sekali
tidak mau menerima kenyataan seperti itu..... Bahkan sekarang
menaruh dendam pada kami, dan bermaksud kelak hendak
mencari kami guna membalas sakit hatimu ini yang disebabkan
kekalahanmu ditangan kami! Nah, sekarang katakanlah paman,
apa alasanmu dengan perbuatanmu tadi, yang tidak hujan tidak
angin telah menyerang kami secara membuta seperti itu....."!"
Orang tua itu telah berdiri dengan susah payah, tubuhnya sering
bergoyang-goyang, tampaknya seperti akan rubuh, namun dia
memaksakan diri untuk bertahan. Sampai akhirnya dia menyahuti
dengan suara yang kasar dan mata mendelik memancarkan
kebencian yang sangat kepada Yo Him dan Sasana.
855 "Baiklah! Kalian dengarlah baik-baik, aku akan memberitahukan
apa sebabnya kalian harus mampus ditanganku! Aku telah diutus
oleh Sun Kauw-cu dari Lang-kauw..... Dan aku telah menerima
tugas agar menghabisi jiwa kalian berdua.....! Walaupun
bagaimana, kalian memang harus mampus dan tidak bisa
melewati hari ini sampai besok menjelang terbitnya matahari
pagi......!" Waktu berkata-kata begitu tampak orang tua itu memancarkan
kebencian yang bukan main pada Yo Him dan Sasana, matanya
juga memancarkan sinar yang bengis sekali.
Yo Him dan Sasana tercengang juga mendengar orang tersebut
utusan Sun Cie Siang Kauw-cu dari Lang-kauw itu. Sedangkan
Beruang Salju Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Kauw-cu itu sendiri telah hampir dirubuhkan oleh Yo Him, sekarang
ini justru hanya mengutus orang seperti orang tua di hadapan
mereka ini untuk membinasakannya.
Dengan sendirinya membuat Yo Him dan Sasana tidak
mempercayainya. Bukankah Sun Kauw-cu dari Lang-kauw
mengetahui bahwa Yo Him memiliki kepandaian yang sangat tinggi
sekali, sedangkan dia tidak berdaya untuk merubuhkan Yo Him,
terlebih lagi utusannya yang hanya memiliki kepandaian tidak
berapa tinggi itu...... "Lalu, apakah dengan hanya mengandalkan kepandaian seperti
yang kau miliki itu, kau yakin akan dapat membinasakan kami"!"
tanya Yo Him yang mulai mendongkol.
856 Orang itu tersenyum mengejek, hanya sejenak saja, karena dia
kemudian meringis seperti menahan sakit, tangan kanannya juga
telah memegang dadanya. "Ya, kalian tidak akan melewati malam ini, tidak sempat buat kalian
menyaksikan matahari pagi terbit dikeesokan pagi.....!" menyahuti
orang tua itu. "Dan walaupun bagaimana kalian berdua memang
harus mampus di tanganku.....!"
Yo Him tersenyum sabar, walaupun hatinya mendongkol, namun
pemuda ini yakin bahwa orang tua itu hanya bicara besar untuk
menutupi perasaan malunya belaka.
"Baiklah! Kami akan menantikan saja apa yang ingin kau lakukan
pada kami!" kata Yo Him akhirnya.
Bola mata orang tua itu telah mencilak-cilak memain tidak hentinya,
katanya: "Aku orang she Bin tidak pernah bicara kosong. Dan bisa
kalian buktikan malam ini, di mana kalian tidak bisa melihat lagi
terbitnya matahari pagi besok karena malam ini juga kalian berdua
akan menemui kematian ditanganku!"
Setelah berkata begitu, orang tua she Bin itu telah mendengus
beberapa kali, namun mata Yo Him dan Sasana yang awas melihat
bahwa tangan kiri orang tua tersebut telah merogoh sakunya,
seperti akan mengambil sesuatu apa dari dalam saku bajunya.
"Akh, dia mau main gila"!" pikir Yo Him. Sambil berpikir begitu,
cepat luar biasa tampak Yo Him telah mencelat akan menyambar
tangan orang tua she Bin itu.
857 Akan tetapi terlambat. Rupanya orang she Bin tersebut juga
menyadarinya bahwa Yo Him jelas tidak mungkin membiarkan dia
merogoh saku bajunya. Begitu melihat Yo Him menerjang
kepadanya, dia telah berhasil mengeluarkan tangannya dari dalam
sakunya, kemudian melontarkan empat benda bulat.
Yo Him hendak menyanggapi benda-benda itu, agar tidak
terbanting. Akan tetapi gerakan orang tua itu yang cepat, dan cara
membantingnya yang langsung dibantingkan dekat kakinya, telah
menyebabkan ke empat benda itu meletus keras sekali. Dan
seketika di sekitar tempat itu dipenuhi oleh gumpalan asap yang
tebal sekali..... Yo Him merasakan matanya pedih bukan main, dia menjejak ke
dua kakinya, tubuhnya melompat ke belakang. Demikian juga
halnya dengan Sasana, yang menjauhi diri dari tempat tersebut
dan menghindar dari gumpalan asap itu.
Orang-orang yang menyaksikan di sekitar tempat tersebut terkejut
waktu mendengar letusan dan melihat gumpalan asap yang
memenuhi sekitar tempat tersebut. Mereka segera lari berebutan.
Bahkan yang hatinya kecil serta penakut menjerit-jerit dengan
ketakutan, menjauhi diri dari tempat itu.
Yo Him mengucek-ucek matanya, dia telah merasakan bahwa
asap yang dari benda-benda bulat yang bisa meledak itu
mengandung racun. Karena itu dia telah berusaha untuk dapat
menghindarkan diri sejauh mungkin dari gumpalan asap.
Orang tua she Bin itu sendiri telah menjauhi diri, mempergunakan
kesempatan di saat tempat itu tengah dipenuhi oleh asap yang
858 menganggu pandangan mata. Orang tua ini telah berlari ke arah
barat, dan terdengar suara siulannya yang nyaring sekali.
Suara siulan orang tua tersebut telah disusul dengan suara siulan
dari berbagai tempat. Lalu tampak belasan tubuh yang
menghampiri orang tua tersebut.
Belasan orang yang memapak orang tua she Bin itu, rupanya
kawan-kawannya. Mereka umumnya memiliki wajah yang seram,
dengan bentuk tubuh yang tidak rata, ada yang gemuk, ada yang
kurus, ada yang jangkung tinggi!, ada yang pendek cebol..... tetapi
mereka semuanya mencekal senjata tajam, dan bentuk senjata
tajam mereka itu bermacam-macam bentuknya.
"Kita harus membinasakannya malam ini juga!" berseru orang tua
she Bin itu. Terdengar belasan orang kawannya itu mengiyakan dan dengan
suara pekik yang berbisik sekali. Tampak belasan orang itu dengan
senjata telanjang telah menyerbu ke arah Yo Him dan Sasana,
yang waktu itu tengah sibuk mengucek-ngucek mata mereka yang
pedih. Senjata belasan orang tersebut juga telah meluncur
menyerang Yo Him dan Sasana dengan serentak.
Orang tua she Bin itu yang telah terluka di dalam, rupanya tidak
dapat menyerang lagi, karena dia sudah tidak memiliki tenaga pula,
karenanya dia hanya berdiri menyaksikan saja kawan-kawannya
itu menyerang Yo Him dan Sasana.
Waktu itu, tampak jelas Yo Him dan Sasana mengelakkan
serangan belasan senjata tajam yang menyerang diri mereka,
859 tetapi mereka terus juga didesak. Sedangkan waktu itu baik Yo Him
maupun Sasana tidak bisa melihat dengan jelas karena mata
mereka terganggu oleh asap. Dan belasan orang itu rupanya
memang telah terbinasa dengan gumpalan asap tersebut.
Dengan mendongkol tampak Yo Him telah menggerakkan
sepasang tangannya, malah suatu saat, dia telah berhasil
merampas senjata tajam dari salah seorang lawannya. Dengan
gerakan yang sangat cepat sekali, dia telah memutar senjata itu,
Bende Mataram 10 Sebilah Pedang Mustika Karya Liang Ie Shen Kuda Besi 6
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama