Ceritasilat Novel Online

Bloon Cari Jodoh 29

Bloon Cari Jodoh Pendekar Huru Hara Karya S D. Liong Bagian 29


dan luhur. Dan untuk diagungkan sebagai bu-lim-beng cu, memang
harus melalui ujian2 yang berat mereka2 yang
menginginkan kedudukan itu.
Kim Thian Cong sendiri sebenarnya tak ingin menerima
pengangkatan itu tetapi karena kaum persilatan terutama
para ketua dari tujuh partai besar saat itu, mendesaknya,
terpaksa ia menerima. Adalah suatu hal yang ironis sekali bahwa kalau Kim
Thian Cong itu seorang bu lim-beng cu, kebalikannya
puteranya Kim Yu Yong yang kemudian terkenal sebagai
Kim Blo"on, ternyata seorang pemuda yang blo`on, yang
tak mau belajar silat, bahkan menentang kalau mau diberi
ajaran silat oleh ayahnya. Dan akhirnya dia mengembara
tanpa seidin orangtuanya.
Tetapi perjalanan hidup manusia memang aneh. Sering
orang tak percaya dan mengatakan bahwa kisah hidup
Blo`on itu hanya suatu hayalan. Bahkan orang menganggap
bahwa hidup Blo"on itu hanya kisah seorang edan.
Tetapi dunia ini memang aneh. Segala dianggap tak
mungkin, dapat mungkin. Demikian yang terjadi pada diri
Kim Bloon. Dalam pengembaraan itu dia telah mengalami beberapa
peristiwa yang luar biasa dan mendapat rejeki-besar yang
tak mungkin didapat oleh lain orang. Dia berhasil
mendapatkan tenaga-sakti yang disebut Ji-ih-sin-kang,
tenaga-sakti yang dapat digerakkan menurut sesuka hatinya.
Tenaga dalam semacam itu hanya dapat diperoleh oleh
tokoh yang telah berlatih lwekang selama berpuluh-puluh
tahun. Tenaga-dalam itu termasuk tenaga-dalam yang
sudah mencapai tingkat hampir sempurna.
Dengan mempunyai tenaga-sakti Ji-ih-sin-kang itu, dia
dapat bergerak seperti seorang tokoh kelas satu. Memang
agak janggal juga karena dia tak dapat bergerak menurut
ilmusilat. Tetapi kejanggalan itu ditutup dengan kehebatan
tenaga sakti Ji- ih sin-kang, dimana dalam waktu yang
singkat sekali, dia dapat menirukan segala gerak-gerik
lawan. Pokoknya, asal dia melihat dan hati menginginkan,
maka dapatlah secara otomatis dia bergerak menurut
kehendak hatinya. Dan ada suatu keistimewaan lagi. Ialah karena dia tak
tahu bagaimana cara menghimpun dan memancarkan
tenaga-sakti Ji-ih-sin-kang itu, maka diapun kadang agak
ketolol-tololan. Tetapi celakanya, apabila musuh memukulnya, secara
spontan tenaga-sakti Ji-ih-sin-kang akan memancar keluar
dan dapat menolak bahkan mengembalikan tenaga-pukulan
orang lagi. Aneh tetapi nyata. Dalam menghadapi tiga orang jago sakti yang
menggunakan senjata andalannya itu, Huru Hara dapat
memberi perlawanan yang mengherankan.
Pedang magnitpun suatu senjata yang aneh. Senjata
lawan seolah tersedot oleh daya-sedot pedang itu hingga
gerakan lawan menjadi agak berat.
Huru Hara marah kepada ketiga lawan Dan diapun lalu
memutar pedangnya bagaikan angin prahara yang
menderu-deru ..... -oo0dw0oo- JILID 44 Ko Cay Seng memang pernah bertempur melawan Huru
Hara maka diapun tak terkejut. Tidak demikian dengan
paderi To Thian dan imam Amita. Paderi dan imam itu
benar2 terkejut bukan kepalang.
Menurut tingkatan dalam vihara Siau-lim, paderi yang
memakai gelar Thian itu termasuk golongan murid
angkatan (generasi) kelima. Dan paderi Thian To memang
termasuk murid angkatan kelima dari vihara Siau-lim.
Dia seorang murid yang cerdas dan amat disayang oleh
kakek-gurunya, Goan Hui taysu. Sebenarnya, guru dari
Thian To itu adalah Peh ong taysu, ketua vihara Siau-lim
yang sekarang. Tetapi berkat bakatnya yang menonjol dan otak yang
cerdas maka Thian To langsung dibawah pimpinan kakekgurunya.
Paderi muda itu akan dibina menjadi seorang
tokoh Siau-lim yang kelak akan dapat mengangkat nama
dan derajat vihara Siau-lim.
Maka walaupun namanya saja murid dengan guru tetapi
sebenarnya ilmu kepandaian Thian dengan gurunya (Peh
Hong taysu) itu setingkat.
Waktu ditugaskan mengembara keluar, sebenarnya ilmu
kepandaian Thian To itu sudah hampir selesai. Memang
demikianlah peraturan dari vihara Siau-lim. Setiap murid
harus melaksana darma mengembara. Setelah kembali dan
lulus dari segala coba dan derita, barulah kepandaian
ditingkatkan lagi dengan diberi ilmu kepandaian vihara
Siau-lim. Tetapi ternyata Thian To lancung dalam cobaan. Dia
gagal dan bahkan murtad karena ikut pada kerajaan Ceng.
Dia takut akan ancaman vihara Siau-lim yang tentu akan
mencarinya untuk dihukum. Oleh karena itu, jalan satusatunya
lebih baik nyeberang ikut pada kerajaan Ceng.
Yang memang kelak kemudian hari, dalam pembasmian
pada vihara Siau-lim yang dilakukan kerajaan Ceng, Thian
To banyak memberi bantuan ke kerajaan Ceng.
Sementara Anita, adalah seorang lhama dari daerah
Mandal Gobi. Di daerah Mongol, terdapat dua vihara yang
besar. Vihara Teratai Putih di Manda1 Gobi dan vihara
Pagoda Suci di daerah Sandala.
Umum bahwa adanya dua buah aliran agama yang tidak
searah, tentu akan menimbulkan pertentangan, betapapun
halus cara2 yang dilakukan.
Demikian pula antara fihak vihara Teratai Putih dengan
Pagoda Suci, diam2 telah timbul persaingan untuk berebut
pengaruh pada rakyat. Vihara Pagoda Suci dibawah lindungan Dalai Lhama
atau kepala dari agama lhama yang besar pengikutnya di
Tibet sampai ke Mongol. Vihara Mandal Gobi menganut aliran dari Panchen
Lhama, Dan antara kedua vihara, Mandal Gobi dan Sain
Sandala, telah timbul persaingan yang walaupun secara
diam2 tetapi cukup sengit.
Amita tahu bahwa hanya dengan kekerasan, barulah
dapat merebut kekuasaan dari pengaruh vihara Sain
Sandala. Maka dia segera mengadakan hubungan dengan
partai persilatan Go-bi-pay di Go-bi-san. Dan bahkan
diapun meminta pelajaran ilmusilat dari perguruan itu.
Demikian dengan bantuan fihak Go-bi-pay, akhirnya
dapatlah Amita melenyapkan pengaruh vihara Pagoda Suci.
Namun semua di dunia ini tidak langgeng. Malam
berganti siang dan siangpun kembali malam. Vihara Pagoda
Suci telah lumpuh dan vihara Teratai Putih yang jaya.
Tetapi beberapa tahun kemudian, muncullah sepasang
muda mudi yang datang ke vihara Teratai Putih di Mandal
Gobi untuk mengajukan tantangan adu kepandaian. Sudah
tentu para lhama vihara itu terkejut. Mereka tak kenal dan
tak bermusuhan dengan sepasang muda mudi itu. Tapi
tanpa hujan tanpa angin, mereka ditantang.
Akhirnya terjadilah pertempuran. Tak seorang lhama
dari vihara itu yang mampu menandingi kegagahan
sepasang muda mudi itu. Amita turun tangan sendiri tetapi
diapun dikalahkan juga, terpaksa harus melarikan diri.
Amita mengembara. Sebenarnya dia hendak meminta
bantuan kepada partai Go-bi-pay. Tetapi ia merasa telah
mengingkari janji ke partai itu sehingga ia takut kalau partai
itu tak mau membantunya. Kemudian ia mendengar tentang pergolakan yang terjadi
di Tiong-goan. Bahwa bangsa Ceng telah membantu
jenderal Go Sam Kui untuk mengeyahkan pemberontak Li
Cu Seng yang menduduki kotaraja Pak-kia dan mengangkat
diri sebagai raja. Ke Tiong-goanlah dia ayunkan langkah ingin
mengetahui apa yang telah terjadi sebenarnya.
Di tengah perjalanan ia mendengar berita tentang
pasukan Ceng yang berhasil mengusir Li Cu Seng dari.
kotaraja. Tetapi kemudian ia mendengar bahwa orang Boan
tak mau menyerahkan kotaraja Pak-kia bahkan pemimpin
mereka telah mengangkat diri sebagai raja. Itulah yang
disebut 'mengusir serigala dengan memasukkan harimau ke
dalam rumah. Bahkan selanjutkan kerajaan Ceng makin bernafsu
hendak menguasai seluruh kerajaan Beng. Diam2 timbul
pikiran Amita. Alangkah baiknya kalau ia bekerja kepada
kerajaan yang baru itu untuk menghancurkan pengaruh
vihara Sain Sandala. Demikian secara kebetulan pula dia bertemu dengan Ko
Cay Seng yang menerima keinginan Amita dengan gembira
sekali. Ko Cay Seng mengajak paderi To Thian dan Amita
lhama menuju ke Yang-ciu, "Kita harus menunjukkan
pahala agar beginda memberi pangkat kita," kata Ko Cay
Seng kepada kedua orang itu.
Begitulah asal usul kedua paderi dan lhama yang datang
bersama Ko Cay Seng di Yang-ciu dan kini sedang
berhantam melawan pendekar Huru Hara.
Huru Hara paling benci kepada bangsa Han yang mau
menjadi antek musuh, maka terhadap lawannya itu, dia
benar2 menumpahkan seluruh perhatian dan tenaganya.
Ada suatu keanehan pada tenaga-sakti Ji-ih-sin-kang
yang dimiliki pendekar Huru Hara, Bahwa tenaga-sakti itu
dapat digerakkan menurut keinginan hati Huru Hara.
Karena menumpahkan perhatian maka Huru Hara dapat
memperhatikan segala gerak gerik serangan ketiga
lawannya dan otomatis diapun lantas menirukannya.
Bukan main kejut Ko Cay Seng dan kedua kawannya
ketika sekaligus Huru Hara dapat menirukan gaya
permainan dan jurus2 serangan mereka,
"Gila," dengus To Thian yang terkejut ketika waktu
melancarkan tusukan pedang ke l?mbung lawan, tahu2
lawan juga menusuk lambungn. Gerak dan jurus tusukan
To Thian itu sama benar dengan yang dilakukan Huru
Hara. Tetapi untunglah Amita lhama menyabat dari belakang.
Tasbih lhama itu terbuat dari bahan besi hitam yang
kerasnya bukan main. Dan tenaga dalam yang dimiliki
lhama itu memang tinggi. Apabila terkena, punggung Huru
Hara pasti hancur berantakan.
Tetapi punggung Huru Hara seperti tumbuh mata.
Walaupun sedang menghadapi To Thian namun tenagasakti
Ji-ih-sin-kang yang sedang memancar itu, dapat
merasakan sambaran angin dari tasbih Amita lhama.
Dia cepat berkisar dan tring ?" terjadilah benturan
antara pedang padri To Thian dengan tasbih Amita lhama.
"Haya?". . " keduanya berteriak kaget dan menyurut
mundur. Keduanya adalah jago2 yang memiliki tenagadalam
tinggi dan kepandaian sakti. Mereka tak mengira
sama sekali bahwa gerak tubuh Huru Hara itu sedemikian
cepatnya. Dan benturan senjata mereka menyebabkan
tangan mereka sama bergetar kesemutan.
"Hm, mau lari kemana engkau," bentak Ko Cay Seng
yang taburkan pit untuk menutuk enam buah jalandarah di
tubuh Huru Hara. "Siapa yang lari !" bentak Huru Hara seraya mainkan
pedangnya sederas angin puyuh. Tring"., tring........
berulang kali ujung pit dari Ko Cay Seng harus membentur
pedang magnit dari Huru Hara.
Ko Cay Seng terkejut sekali. Ia merasa pit tidak dapat
bergerak dengan cepat seperti biasanya. Ada suatu tenaga
aneh yang menyedot pit sehingga dia harus kerahkan
tenaga-dalamn untuk menggerakkannya dengan keras.
Sekalipun begitu tak urung terdapat hambatan juga dalam
gerakan pitnya itu sehingga mudah dicegat oleh pedang
lawan. Memang benar. Ko Cay Seng belum tahu kalau pedang
Huru Hara itu sebuah pedang yang terbuat dari besi magnit
yang mampu memancarkan daya sedot keras.
Ko Cay Seng memang bingung. Ia tahu jelas bahwa
Huru Hara itu tidak menggunakan jurus ilmu pedang yang
genah tetapi asal menggerakkan saja. Namun setiap
gerakan, pedang Hura Hara cepatnya bukan alangkepalang.
Dan lagi serasa pedang Huru Hara itu dapat
menyedot senjatanya. Dalam pada itu, paderi To Thian dan Amita pun sudah
bergerak menerjang Huru lagi. Dan Huru Hara harus
melayani tiga tokoh yang sakti.
Sesungguhnya kepandaian dari paderi To Thian itu
memang hebat. Tetapi karena sejak murtad dari vihara
Siau-lim, dia malas untuk berlatih ketambahan pula selama
itu dia hanya mengumbar nafsu kepada wanita maka tenaga
dan staminanyapun menurun. Dalam berapa puluh jurus
kemudian, napasnya sudah terengah-engah dan keringatpun
mengucur deras. Huru Hara sempat memperhatikan keadaan paderi itu.
Dia tak kenal siapa To Thian dan tak mau peduli dari
vihara mana paderi itu. Pokoknya yang dilihatnya ialah,
paderi itu telah membela kerajaan Ceng, harus dibasmi.
Tiba2 Huru Hara merobah gerakan pedangnya. Ia
teringat bahwa dulu ketika berhadapan dengan beberapa
tokoh sakti, dia telah diserang habis-habisan dengan sebuah
ilmu pedang yang hebat sekali, sehingga dia hampir celaka.
Sekarang dia teringat akan gerakan ilmu pedang itu. Dan
memang pernah juga ia coba2 untuk menirukannya.
Sekarang dia hendak menggunakannya untuk menghadapi
Ko Cay Seng bertiga. Ko Cay Seng, paderi To Thian dan Amita lhama terkejut
sekali waktu Huru Hara secara tiba2 telah mengganti
permainan pedangnya. "Ngo-heng-pat-kwa-kiam-hwat!" serentak Ko Cay Seng
dan paderi To Thian berseru kaget, setelah mengetahui ilmu
pedang yang dimainkan Huru Hara.


Bloon Cari Jodoh Pendekar Huru Hara Karya S D. Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Ngo-heng artinya lima unsur bumi yani Kim, Bok, Cui,
Hyea dan Tho atau Logam. Kayu, Air, Api dan Tanah.
Dalam ilmu pedang, kelima unsur itu diwujudkan dengan
gerak yani Kim sebagai gerak ketahanan, Bok sebagai gerak
pengayoman atau perlindungan, Cui sebagai gerak
menggenangi atau kelemasan, Hwe sebagai gerak yang
ganas dan Tho sebagai gerak menyerap atau ketenangan.
Sedang Pat-kwa artinya Segi-delapan, lambang dari roda
kehidupan alam. Dalam ilmu pedang digunakan sebagai
delapan gerak kearah delapan arah.
Karena Ngo-heng digabung dengan Pat-kwa, maka
lengkaplah unsur bumi dan alam. Maka lengkaplah gerakan
pedang itu. Ngo-heng-pat-kwa-kiam memang suatu ilmu pedang
yang sukar dipelajari. Limapuluh tahun yang lalu di dunia
persilatan muncul seorang jago yang memiliki ilmu pedang
itu. Kemunculannya dalam gelanggang persilatan, cepat
sekali mengundang kekaguman dan penghormatan orang2
persilatan. Banyak jago2 silat ternama yang jatuh dan
dikalahkan oleh jago baru itu. Tetapi sayang, jago muda itu
tak lama. Dia sakti dalam ilmu pedang tetapi tidak punya
pengalaman dalam dunia persilatan. Akhirnya karena
terlalu percaya pada mulut orang, dia dapat diracun. Sejak
itu dia terus menghilang dari dunia persilatan.
Memang pada waktu itu tak tersangka-sangka ketika
Huru Hara masih bernama pendekar Blo`on, dia telah
bertemu dengan seorang kakek tua yang tinggal di sebuah
hutan. Kakek itu seorang kakek biasa tetapi diluar dugaan,
dia dapat memberikan petunjuk tentang gerakan suatu ilmu
pedang, Kata kakek itu, "Anakmuda, aku sudah cacat,
tenagaku sudah hilang karena diracuni orang Tetapi aku tak
rela kalau ilmu pedang ini sampai hilang dalam dunia
persilatan. Kuajarkan ilmu pedang itu kepadamu dengan
harapan kelak engkau dapat menggunakannya untuk tujuan
yang mulia." Sebenarnya waktu itu Blo"on menolak. Dia mengatakan
tak ingin dan tak suka belajar ilmu silat apalagi ilmu
pedang. Alasannya. ilmu silat dan ilmu pedang itu hanya
untuk mencelakai orang saja.
"Engkau salah anakmuda," kata orang aneh itu. "ilmu itu
tergantung pada pemiliknya. Jika hendak digunakan untuk
maksud jahat memang berbahaya tetapi kalau digunakan
untuk tujuan mulia amatlah bermanfaat sekali. Dan apakah
engkau tahu apa yang akan terjadi dalam negeri kita ini
kelak ?" Blo"on terkesiap dan gelengkan kepala.
"Menurut berbagai keanehan alam yang akhir-akhir itu
sering muncul, kemungkinan di negeri kita akan timbul
perobahan yang besar," kata orang itu pula.
"Keanehan apa ?" tanya Blo`on.
"Orang ramai membicarakan keanehan yang sering
terjadi di beberapa daerah. Misalnya ada bayi yang
memakai ekor, ada kucing yang ekornya tidak tumbuh
dipantat tetapi dikepala, ada anjing yang keluar tanduk dan
lain2. Juga di langit sering timbul bintang2 yang aneh,
Timbulnya bintang kemukus (komet), bintang yang
mengeluarkan sinar merah dan lain2 tanda alam itu,
merupakan suatu perlambang dari perobahan besar yang
akan terjadi." "Perobahan apa saja yang kakek maksudkan?"
"Yang disebut perobahan besar hanialah laku pada
perobahan pemerintahan atau kerajaan"
"Maksud kakek akan terjadi pergantian raja ?"
"Ya." "Kan sudah biasa kalau raja yang tua mati lalu diganti
dengan anaknya." "Bukan begitu yang kumaksudkan," kata kakek itu,
"melainkan suatu pergantian dari raja lain bangsa."
"Jadi bukan baginda dari kerajaan Beng yang sekarang
ini ?" "Bukan, tetapi akan timbul kerajaan baru yang akan
menggantikan kerajaan Beng sekarang."
"Ah............. ," Bloon mendesuh.
"Oleh karena itu, anakmuda, engkau harus bersiap-siap
untuk menghadapi jaman itu. Waktu itu tentu akan timbul
peperangan besar. Jika kau ingin membuktikan dirimu
untuk membela negara engkau harus memiliki ilmu
kepandaian tinggi. Nah, ilmu pedang yang akan kuberikan
padamu ini, termasuk ilmu pedang yang sudah ada lagi
dalam dunia persilatan. Apabila engkau gunakan untuk
menghantam musuh di medan perang, tentulah musuh akan
kocar kacir." Bloon terkesiap, "Benarkah itu ?"
"Yang penting engkau harus mencobanya dulu. Kalau
memang tak suka, boleh tak usah berlatih lagi," kata kakek
itu. "Jika untuk menghadapi musuh yang hendak
mengganggu negara kita, aku bersedia untuk belajar ilmu
pedang itu. Tetapi ada satu syarat," kita Blo'on.
"Apa syaratmu ?"
"Begitu peperangan selesai, ilmu itu terus ku buang."
Kakek itu heran. Tetapi dia segera dapat menilai peribadi
pemuda itu. Dia setuju dan lalu mengajarkan ilmu pedang
itu kepada Blo"on. Sebenarnya Blo"on tak pernah berlatih lagi hingga dia
muncul ke dunia persilatan dengan nama Loan Thian Te
atau pendekar Huru Hara, dia sudah hampir tak pernah
memainkan ilmu pedang itu.
Sekarang dalam menghadapi tiga tokoh silat yang hebat,
karena sampai sekian lama. Entah sudah berapa ratus jurus,
belum juga selesai, teringatlah dia akan ilmu pedang yang
pernah diterimaya dari kakek tak dikenal itu.
Dan selekas dimainkannya maka Ko Cay Seng bertiga
terkejut sekali. Serasa empat arah delapan penjuru
berkelebat pedang Huru Hara. Tubuh Huru Hara seperti tak
tampak lagi. Yang ada hanialah segulung sinar pedang yang
melingkupi tubuhnya. Pit, pedang dan tasbih tak dapat
menembus lingkaran sinar itu.
Selain Ko Cay Seng, juga paderi To Thian dan Amita
lhama merasakan bahwa gerak senjatanya terasa berat,
seperti disedot oleh lingkar sinar pedang lawan. Maka
dalam beberapa waktu kemudian, napas paderi To Thian
mulai tersengal-sengal dan keringat membasahi kapalanya.
"Hm, paderi ini harus kuberi hajaran dulu," pikir Huru
Hara. Tring ".. plok?" auh ..... terdengar benturan senjata
dan tendangan kaki yang mengenai tubuh lalu disusul
dengan melayangnya sesosok tubuh sampai beberapa meter
ke belakang. Itulah tubuh paderi To Thian yang termakan kaki Huru
Hara. Dan setelah dapat menyelesaikan paderi itu. Huru
Hara lalu menggencarkan serangan kepada Ko Cay Seng.
Hilangnya To Thian, terasa sekali bagi Ko Cay Seng
berdua. Tekanan Huru Hara makin berat. Tetapi Ko Cay
Seng seorang manusia yang licin. Tak mudah untuk
menangkapnya. Bum ..... Sekonyong-konyong Ko Cay Seng membanting sebutir
pi-lik- tan (pelor halilintar) ke seketika berhamburanlah asap
tebal menyelimuti tempat itu.
Huru Hara terkejut dan cepat loncat mundur. Ia kuatir
asap itu mengandung racun. Dia pun berusaha untuk
menembuskan pandang matanya kedalam asap. Tetapi Ko
Cay Seng dan Amita lhama tak tampak lagi.
Memang Ko Cay Seng mempunyai senjata istimewa
ialah yang disebut Pi-lik-tan atau pelor-geledek. Begitu
ditaburkan, pelor itu segera meletus dan menghamburkan
asap yang tebal. Dan pic-lik-tan itu diramu dengan ramuan
obat bius. Barang siapa yang menyedot asap tentu akan
pening kepalanya dan rubuh.
Untung Ko Cay Seng memang hanya ingin melarikan
diri saja. Andaikata dia menunggu karena percaya Huru
Hara tentu akan rubuh pingsan, dia sendirilah yang akan
celaka. Berkat minum darah kilin dan makan buah Hay-tesom
ketika dahulu dia pernah kecemplung dalam laut dan
menemukan sebuah kerajaan dalam laut (baca : Pendekar
Blo'on). Huru Hara kebal akan asap beracun yang ditaburkan Ko
Cay Seng itu. Selekas asap itu menipis dia terus menerjang
untuk mencari kedua lawannya. Tetapi Ko Cay Seng dan
Amita lhama, bahkan paderi To Thian sudah tak kelihatan
batang hidungnya. Tiba2 dia teringat akan Ah Liong dan kawanan anak2
yang tengah bertempur dengan Hong-hay-ji dan si Pendekar
Tengkorak-pencabut-nyawa. Serentak dia berpaling, ah .....
merekapun lenyap. "Kemanakah mereka ?" tanya Huru Hara seorang diri.
Tetapi ia memutuskan untuk kembali ke tempat Su tayjin
saja. Biarlah Ah Liong anakbuahnya menyelesaikan kedua
lawannya. percaya anak2 itu tentu mampu mengatasi
musuh2-nya. Su Go Hwat disembunyi dalam sebuah gua yang pelik,
pintu gua teraling oleh batu cadas dan gerumbul pohon.
Gua itupun jarang didatangi orang. Itulah sebabnya Huru
Hara tak kuatir untuk meninggalkannya dulu karena
hendak menolong Ah Liong.
Tetapi begitu tiba di gua tersebut, bukan kepalang kejut
Huru Hara ketika tak melihat mentri pertahanan itu berada
disitu. "Su tayjin, dimanakah tayjin !" teriak Huru Hara.
Namun tiada penyahutan sama sekali. Walaupun diulang
sampai beberapa kali juga tak ada penyahutan.
"Celaka !" diam2 Huru Hara mengeluh, "hanya ada dua
kemungkinan. Kalau tak dibawa musuh, tentulah tayjin
digondol binatang buas."
Huru Hara tegang sekali. Ia merasa bertanggung jawab
atas keselamatan mentri pertahanan itu.
"Hm, gara2 bocah kuncung itu, aku sampai
meninggalkan tayjin seorang diri," ia marah pada Ah Liong
yang dianggapnya sebagai gara2 sehingga Su tayjin sampai
hilang. "Kemana aku harus mencarinya ?" akhirnya tibalah dia
pada suatu pertanyaan yang terakhir.
Dia telah melakukan pemeriksaan dengan seksama.
Kalau digondol binatang buas tentu akan meninggalkan
bekas2 noda darah. Ternyata lantai gua itu tetap bersih dan
tak ada tanda2 telah terjadi pergumulan yang berdarah.
Sebagai anak yang pernah tinggal di gunung dan sering
berkeliaran ke daerah pedalaman, Huru Hara dapat
mengenal bau beberapa binatang, misalnya bau harimau,
serigala, ular dan bahkan bangsa burung. Ia tak mencium
suatu bau binatang dalam gua itu.
Dengan begitu kemungkinan kedua, bahwa Su tayjin
telah disergap musuh, lebih besar.
"Adakah Ko Cay Seng dan kawan-kawannya yang
melakukan perbuatan ini" Tetapi apakah mereka
mengetahui tempat persembunyian Su tayjin ?" Huru Hara
membantah sendiri. "Ya, kemungkinan besar memang manusia durjana itu,"
pada lain saat ia menyangkal sendiri, "dia seorang manusia
yang julid dan licin. Bukan mustahil kalau dia sebelumnya
telah menyebar anakbuahnya. Waktu dia dan kawan2
bertempur dengan aku, anakbuahnya disuruh mencari Su
tayjin. Ya, ini memang lebih besar kemungkinannya."
Akhirnya ia memutuskan untuk mencari rombongan Ko
Cay Seng. Jika perlu dia hendak menerjang ke daerah
pendudukan musuh dan menghadap panglima besar
Torgun untuk menuntut keselamatan jiwa Su tayjin.
Dia teringat akan keinginan panglima Torgun yang
meminta kepadanya supaya bekerja pada pasukan Ceng.
Tetapi dia menolak. "Sekarang demi kepentingan jiwa Su tayjin, kalau perlu
aku bersedia menyerahkan diri pada musuh asal Su tayjin
dibebaskan," ia menimang-nimang keputusan dalam hati.
Begitulah dia segera ayunkan langkah untuk mencari Su
tayjin. Dia hendak memburu jejak Ko Cay Seng yang
diduga telah menculik mentri pertahanan Su.
Kemanakah perginya Su Go Hwat "
Ternyata yang diduga Huru Hara itu memang benar,
Ketika Hong-hay-ji sedang bertempur dengan Ah Liong,
diam2 Ko Cay Seng telah memberi bisikan kepada seorang
pengawalnya untuk membawa anakbuahnya menyelidiki
daerah disekeliling tempat itu dan menangkap Su Go Hwat.
Pengawal Ko Cay Seng melaksanakan tugasnya dengan
cermat dan di gua itu dia dan buahnya berhasil menemukan
tempat persembunyian Su Go Hwat.
"Hm, kiranya tayjin berada disini." seru pengawal yang
bernama Kong-go, seorang jago dari wilayah Hek-liongkiang.
"Jangan maju mendekat, selangkah berani maju, aku
akan bunuh diri," seru Su Go Hwat seraya lekatkan
sebatang belati ke dadanya.
Kong-go terkesiap, "Ah, mengapa tayjin akan berbuat
senekad itu " Kami tidak bermaksud mencelakai tayjin.
Kami bahkan hendak menolong tayjin dari kesulitan."
"Persetan ! Bukankah engkau budak orang Boan ?"
"Ya," sahut Kong-go, "mengapa kita harus merasa hina
menjadi ponggawa kerajaan Ceng " Bukankah raja Ceng
lebih pintar, lebih bijaksana dan kuat dari raja Beng "
Menjadi ponggawa kerajaan yang menang, bukan suatu
hinaan." "Jahanam ! Hanya orang Han yang berwatak anjing,
mau berhamba pada orang Boan!"
"Jangan salah fiham, tayjin. Aku bukan suku Han, aku
dari propinsi Kilin yang berdekatan dengan saku Boan."
"0, pantas engkau mau jadi hamba mereka."
"Tayjin, seorang yang bijaksana dan pandai seperti tayjin
mengapa tidak berpandangan luas " Bukankah kerajaan
Ceng itu yang akan menjadi yang dipertuan dari bumi
Tiong- goan " Lihatlah, kotaraja Pak-khia sudah jatuh ..... "
"Itu karena gara2 jenderal Go Sam Kui !"


Bloon Cari Jodoh Pendekar Huru Hara Karya S D. Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Itulah contohnya," seru Kong-go, "menghadapi
pemberontak saja raja Beng sudah tak mampu mengatasi
dan harus meminta bantuan pasukan Ceng. Kalau sekarang
orang Boan merasa herb untuk menduduki kotaraja, itu kan
sudah pantas "Itu kesalahan Go Sam Kui !"
"Tidak," bantah Kong-go. "jenderal Go Sam Kui tidak
salah. Karena melihat raja Beng lemah dan dikuasai oleh
kaum durna, jenderal Go putus asa dan meminta bantuan
pasukan Ceng. Dia memang hertindak tepat."
"Lebih baik Li Cu Seng yang menjadi raja daripada harus
orang Boan !" "Tayjin salah," Kong-go manyangkal pula, "yang disebut
Tionggoan (Tiongkok) itu terdiri dari beberapa suku, antara
lain suku Boan. Maka orang Boan pun berhak untuk
memegang pemerintahan Tioang-goan dan bukan hanya
orang Han saja yang berhak !"
"Hm," dengus Su Go Hwat geram,"sekarang engkau mau
apa ?" "Kami minta agar tayjin suka keluar dan akan kami
iringkan ketempat yang aman. Masa tayjin seorang mentri
pertahanan, koq harus sembunyi dalam gua begini ?"
"Tidak !" teriak Su Go Hwat, "lebih baik ku mati
daripada harus menyerah kepadamu."
Kong-go terkesiap. Ia mendapat kesan bahwa Su Go
Hwat itu seorang yang keras kepala.
Ia mendapat akal. Ia memberi hormat kepada mentri,
"Baiklah, tayjin, kalau tayjin tak mau, aku pun tak berani
memaksa. Harap tayjin baik2 menjaga diri."
Habis berkata Kong-go terus pergi. Dia mencari tempat
yang agak jauh dari gua itu lalu memberi perintah kepada
anakbuahnya. "Kita harus mengatur siasat untuk
menangkap mentri yang keras kepala itu. Siapa diantara
kalian yang dapat menangkap ular ?"
Seorang anakbuah menampilkan diri. Dia segera
diperintah untuk mencari ular. Tak berapa lama dia sudah
berhasil menangkap dua ekor ular. Ternyata Kong-go
seorang ahli menaklukkan ular. Dia menghilangkan bisa
(racun) ular itu lalu suruh anakbuah itu melepaskan ke
pintu gua, Sedang dia penjaga di samping pintu gua. Kalau
Su Go Hwat ketakutan lari keluar, terus akan disergapnya.
Demikian rencananya. "Jahanam !" terdengar Su Go Hwat marah2 didalam gua.
Tetapi tak berapa lama kemudian tak ada suaranya lagi.
Tetapi sampai sekian lama menunggu, belum juga Su Go
Hwat keluar. Sudah tentu Kong-go tentram sekali. Ia
teringat kalau Su Go Hwat masih membekal piau belati,
"Ah, kemungkinan dia dapat membunuh ular itu," pikirnya.
Kong-go kembali kepada anakbuahnya untuk
bcrmusyawarah. "Loya," seru seorang anakbuah, "aku mempunyai akal
untuk menangkap mentri itu."
"Bagaimana caranya ?"
"Aku mempunyai setanggi harum yang asapnya dapat
membuat orang pingsan. Apabila kubakar dan kutiupkan
kedalam gua, asap itu tentu akan tersedot dan mentri Su
pasti rubuh," kata anakbuah itu.
"Bagus," seru Kong-go. Dia memerintahkan agar
anakbuah itu segera melaksanakannya.
Memang waktu melihat dua tiga ekor ular masuk, mentri
Su nekad membabat dengan belatinya sehingga ular itu
mati. Dia memang sudah bulat tekadnya, lebih baik mati
daripada jatuh ke tangan musuh.
Beberapa saat ke:nudian dia mencium bau yang harum.
Ia heran tetapi cepat menyadari bahwa asap itu tentu bukan
sewajarnya. Ia tahu bahwa di kalangan kaum persilatan
golongan hitam terutama kaum Cay-hoa (pemetik bunga
atau perusak wanita), memang sering menggunakan asap
harum untuk membius korbannya supaya pingsan.
"Hm, mereka hendak menggunakan dupa Bi-hun-hiang
untuk merubuhkan aku," pikir Go Hwat. Diapun segera
mendapat akal untuk menghadapi mereka. Dia cepat2
menutup hidung dengan saputangannya.
Setelah beberapa saat, Kong- go berseru, "apakah tayjin
benar2 tak mau menyerah ?" Kong-go sengaja berseru
begitu untuk menyelidiki apakah mentri sudah pingsan atau
masih sadar. Ternyata mentri Su diam saja.
"Su tayjin !" Kong-go mengulang seruannya namun tetap
tiada penyahutan. "Mungkin sudah rubuh, loya," kata anakbuah yang
memiliki obat Bi-hun- hiang tadi, "obatku ini memang
istimewa sekali." "Ah, tetapi kita harus hati2," kata Kong-go.
Rupanya anakbuah itu terlalu membanggakan
setangginya, "Boleh aku yang masuk untuk melihat
mentri?" "Apa tidak berbahaya ?"
"Harap loya jangan kuatir, mentri Su pasti sudah rubuh."
Karena melihat orang begitu yakin, terpaksa Kong-go
menyetujui. Dan melangkahlah anakbuah kedalam gua.
Dilihatnya mentri Su memang sudah menggeletak di tanah
tak berkutik. Sebenarnya dia hendak memberitahu kepada
Kong-go tapi entah bagaimana timbullah keinginannya
untuk membanggakan diri. Dia terus menghampiri lalu
berjongkok hendak mengangkat tubuh mentri maksudnya
hendak membawanya keluar.
"Aduh............. " tiba dia menjerit ngeri ketika sebatang
benda berkilat memancar dan tahu2 dadanya tertusuk ujung
belati. Suara jeritan anakbuah itu terdengar di luar. Kong-go
terkejut. Ia duga anakbuahnya tentu menderita kecelakaan.
Jelas tentulah mentri Su belum rubuh.
"Celaka," ia mengeluh, "kalau aku memaksa masuk
menangkapnya, dia tentu akan bunuh diri. Namun kalau
tidak masuk, juga tak mungkin mau keluar.
Dia hendak membakar setanggi harum tetapi benda itu
ikut dibawa oleh pemiliknya yaitu anakbuah tadi.
"Cari kayu atau daun kering. Aku hendak membakar gua
ini," katanya. Tak berapa lama siaplah sudah seonggok ranting dan
daung2 kering dimuka pintu gua. Kong go terus
membakarnya. Asap segera berbondong-bondong masuk
kedalam gua. Mentri Su benar2 kelabakan. Berulang kali napasnya
sesak dan hendak batuk tetapi ditahan.
Asap makin bergulung-galung masuk ke dalam gua,
Kong-go dan anakbuahnya mengepung gua itu.
"Tayjin, kalau engkau suka damai, kuhentikan asap ini,"
seru Kong-go. "Jangan mimpi !" sahut mentri Su yang mendekap
hidungnya. Dia berusaha hendak menghindari kesesakan
napas akibat asap itu tetap gagal. Dia memang tak kuat
bertahan lagi kalau disuruh terus menerus mendekap
hidung. Akhirnya ia coba melepaskan tangannya. Seketika
dia berbatuk- batuk. Pada saat Su Go Hwat sudah hampir tak tahan lagi dan
hendak menerobos keluar, sekonyong2 terdengar suara
seorang gadis melengking, "Hai apa-apaan itu ?"
Kong-go terkejut dan berpaling. Ah, ternyata yang
datang kesitu adalah seorang gadis cantik bersama seorang
kakek pendek. Setelah menenangkan diri dengan menganggap bahwa
gadis itu hanya seorang gadis lemah, apalagi kakeknya
bertubuh pendek seperti orang linglung, legahlah perasaan
Kong-go. "Hai, siapa nama kalian ?" tanyanya.
"Tidak perlu," kata gadis itu, "sebelum engkau menjawab
pertanyaanku ini." "Engkau hendak tanya apa ?"
"Mengapa engkau membuat api unggun didepan sebuah
gua itu?" "Ada seekor ular dalam gua itu. Caranya menangkap
ialah dengan disembur asap tebal, binatang itu tentu akan
jinak kembali. "Tetapi siapa orang yang engkau cari itu ?" seru Kong-go.
Agak tersipu-sipu pipi gadis itu ketika menerima
pertanyaan seperti itu. "Hm, jangan bohong. Masakan hendak menangkap
burung saja pakai segala asap," seru gadis itu.
"Percaya atau tidak, itu terserah kepadamu. Mengapa
engkau usil ?" tegur Kong-go yang mulai tak sabar.
"Tentu saja aku harus usil," sahut gadis itu, bukankah
kalian ini prajurit2 Ceng ?"
"Ya," sahut Kong-go, "sebenarnya engkau harus
berterima kasih kepadaku."
"Terima kasih " Perlu apa aku harus berterima kasih
kepadamu ?" "Engkau pasti mendengar, bahwa setiap kali pasukan
Ceng menduduki suatu tempat, tentu mereka akan
mengganggu wanitanya. Engkau seorang gadis cantik,
bukannya engkau lari menyembunyikan diri tetapi malah
engkau berani datang kapadaku. Masih untung aku bukan
bangsa hidung belang. Kalau aku tak berbuat apa2
kepadamu seharusnya engkau berterima kasih. Jangan
banyak usil dan lekaslah engkau pergi dari sini !"
Gadis itu mendengus hina, "Uh, yang harus berterima
kasih seharusnya engkau."
"Mengapa ?" "Ketahuilah, bahwa aku ini paling benci kalau ketemu
dengan orang Boan. Setiap prajurit Boan yang bertemu aku,
tentu mati. Kalau aku masih baik2 bertanya kepadamu,
engkau sudah untung dan harus berterima kasih."
Kong-go tertawa mengakak."Ha, ha, ha, hauppppp . . .
buhhh," tiba2 Kong-go mengaup dan mulutnya menguak
muntah2. Gadis itu dan anakbuah Kong-go heran. Mereka tak tahu
apa yang telah terjadi pada diri Kong-go,
"Bajingan............. ," Kong-go memaki-maki kalang
kabut, "siapa yang melontarkan benda busuk kedalam
mulutku !" Kini barulah orang2 itu tahu apa yang telah terjadi,
Tetapi merekapun melongo karena merasa tak pernah
melontarkan benda busuk kedalam mulut perwira Boan itu.
Dan mereka pun tak tahu siapa yang melakukan perbuatan
itu. "Ing, hayo kita pergi," tiba2 kakek pendek menarik
tangan gadis cantik untuk diajak pergi.
"Kemana " Bukankah kita harus menyelesaikan mereka
dulu," kata gadis itu yang tangannya telah ditarik si kakek
dibawa pergi. Seteleh agak jauh baru kakek pendek itu berkata,
"Perwira Boan itu sudah kusuruh menelan upil (kotoran)
hidungku." "Jadi yang melontarkan benda busuk kedalam mulutnya
tadi, kakek ?" Kakek pendek itu mengangguk dan keduanya tertawa
geli. "St !" tiba2 kakek itu mendesis suruh sigadis berhenti
tertawa. "Mengapa paman Cian ?" tanya gadis itu heran.
"Aku mendengar suara orang memaki kalang kabut."
"Tentu perwira Boan tadi."
"Bukan, bukan dia, suaranya agak parau seperti orang
tua. Dan perwira Boan itu tertawa."
"Ah, mari kita lanjutkan perjalanan saja."
"Hm, Tiau Ing, engkau tentu tak percaya. Hayo kita
kembali. Kalau apa yang kukatakan keliru, engkau boleh
menampar kepalaku," kata kakek itu seraya balik kearah
gua lagi. Gadis itu terpaksa mengikuti.
Bukan kepalang kejut mereka ketika melihat anak
prajurit Ceng sedang menggotong seorang laki2 tua yang
tak sadarkan diri. Dan terutama gadis itu. Begitu melihat
siapa lelaki yang tengah gotong itu, ia serentak menjerit.
"Ayahhhhh?"."
Gadis itu terus lari menghampiri tetapi seorang
anakbuah Kong-go maju menghalang.
"Jang............. , " sebelum anakbuah itu sempat berkata,
tangan gadis itupun sudah melayang kearah mukanya, plak
..... aduh".. anakbuah itu menjerit, dua buah giginya
rontok, mulut berdarah dan terhuyung mundur sambil
mendekap mulut. Cepat sekali gadis itu menghantam empat orang
anakbuah Keng-go yang menggotong lelaki tua tadi.
Keempat prajurit itu menjerit dan lepaskan tubuh lelaki
tua itu yang cepat disanggapi si gadis.
"Ayah, ayah, mengapa engkau disini?" seru gadis itu
seraya menggolek-golekkan tubuh si lelaki tua. Tetapi lelaki
tua itu masih pejamkan mata seperti orang tak sadar.
"Tiau Ing, siapakah dia ?" tanya kakek pendek, yang ikut
menghampiri. "Ayahku," jawab si gadis,
"0, Su tayjin ?"
"Ya." "Kenapa dia ?" "Dia pingsan." Kakek pendek gopoh mengeluarkan sebuah cupu (kotak
dari kulit) dan mengambil sebutir ramuan pil,
"minumkanlah ...."
Benar juga tak berapa lama setelah diminumi pil, lelaki
tua yang tak lain adalah Su Go Hwat, mulai membuka
mata. "Engkau Tiau Ing !" serunya kepada gadis itu.
"Benar, ayah, oh, mengapa engkau berada disini ?" tanya
gadis itu. "Aku telah dihianati oleh Bok Lim yang hendak
menyerahkan aku kepada orang Boan," kata Sa Go Hwat,
"Tiau Ing, mengapa engkau berada disini ?"
"Ayah"..," nada Tiau Ing berganti sember dan beberapa
butir airmata menitik dari pelapuknya.
"Tiau Ing, mengapa engkau menangis " Apakah telah


Bloon Cari Jodoh Pendekar Huru Hara Karya S D. Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

terjadi sesuatu pada dirimu?" Su Hwat terkejut melihat
wajah puterinya. "Hong Liang ?".."
"Hong Liang " Dia berani berbuat apa kepadamu ?"
Tiau Ing tak menyahut tetapi airmatanya makin
membanjir deras. "Dia seorang penghianat. Aku merasa bersalah karena
terlalu percaya pada mulutnya."
"Tetapi apa yang telah terjadi pada dirimu Ing ?" Su
tayjin makin cemas. Belum sempat Su Tiau Ing menjawab, tiba2 terdengar
Kong-go berseru, "Hola, Su tayjin, disini bukan tempat
bicara. Kalau tayjin mau bicara dengan siocia, mari
kuantarkan ke tempat yang aman."
Tiau Ing terkejut. Ia menyadari bahwa itu masih dalam
bahaya, "Ayah, ceritanya amat panjang, Akan kubereskan
dulu mereka baru nanti kuceritakan semuanya."
Gadis itu mengusap airmata dan berseru pada kakek tua
yang tak lain adalah kakek Cian-li-ji, "Paman Cian, mari
kita hajar mereka !"
"Baik," kata Cian-li-ji yang terus sing- singkan lengan
baju dan berteriak, "hai, musuh, bersiaplah kalian hendak
kuhajar !" Andaikata bukan sedang menghadapi urusan yang
penting seperti saat itu, tentulah Kong-go dan anakbuahnya
akan tertawa geli melihat perwujudan kakek Cian-li-ji, lagak
dan bicaranya. "Engkau setan atau manusia ?" tegur Kong go menahan
geli. "Hus, kurang ajar, babi ! Engkau ini babi hutan, ya!
Masakan aku bukan manusia !"
"Kalau manusia mengapa begitu kate dan linglung ?"
"Siapa bilang linglung " Kalau aku linglung tentu
keponakanku si Huru Hara tak mau mempunyai paman
seperti aku." Begitu mendengar nama Huru Hara, seketika Kong-go
teringat kalau tuannya (Ko Cay Seng) masih bertempur
dengan Huru Hara. Kalau pertempuran itu selesai.
andaikata Huru Hara yang menang, tentulah pemuda itu
akan datang kesitu untuk mengambil Su tayjin.
"Ah, berbahaya, aku harus lekas2 menyelesaikan anak
perempuan, dan kakek ini," pikirnya.
"Serang !" serentak dia memberi perintah kepada
anakbuahnya. Serentak keduapuluh anakbuah Kang-go
itupun menyerbu Tiau Ing dan kakek Cian-li-ji.
Tiau Ing berhasil merobohkan seorang anak buah Konggo
yang pedangnya lalu dipakai untuk menghadapi Konggo.
Memang Kong-go sengaja memilih Tiau Ing karena
melihat kalau nona itu memiliki ilmusilat yang tinggi.
Sedang kakek Ciu-li-ji ia serahkan saja kepada
anakbuahnya. Kong-go menggunakan golok yang berat. bertenaga kuat.
Dia bertenaga kuat dan perkasa. Tetapi Tiau Ing gesit dan
lincah sekali. Memang dalam gebrak permulaan sampai
beberapa saat Kong-go masih dapat bertahan. Tetapi setelah
limapuluh jurus lewat, mulailah serangan Kong-go
mengendor. Dia mulai kehabisan napas.
Sedangkan beberapa belas prajurit yang mengeroyok
Cian-li ji, juga kewalahan menghadapi kakek pendek itu.
Gerakan kakek itu benar2 seperti bayangan. Gesitnya bukan
alang kepalang. Walaupun tidak menggunakan senjata Cian-li-ji memiliki
senjata yang luar biasa ampuhnya. Senjatanya itu adalah
gundulnya. Setiap dapat lubang kesempatan, dia terus
membentur dada lawan dengan kepalanya.
"Aduhhhh," beberapa kali terdengar prajurit Boan itu
menjerit. Ada yang roboh karena dadanya ambrol, ada yang
lari, ada yang terlempar jatuh kedalam jurang.
Cian-li-ji memang hebat. Beberapa waktu kemudian
kawanan prajurit Boan itu sudah di ganyang habis. Ada
yang lari pontang-panting seperti dikejar setan, ada yang
roboh. "Ing .... . ," kakek itu berpaling, "eh, kemana anak itu?"
"Lho, kemana Su tayjin ayah anak itu" Mengapa juga tak
kelihatan?" kembali ia berteriak kaget karena tak melihat Su
Tiau Ing dan Su tayjin berada disitu.
"0, Tiau Ing tentu masih mengejar orang Boan lawannya
tadi," akhirnya ia menduga-duga dan terus lari mencarinya.
Memang dugaan kakek itu tepat. Karena merasa
situasinya tidak menguntungkan, Kong-go sengaja mundur.
Dia menghendaki supaya Tiau Ing mengejarnya. Dia nanti
hendak menuju ke tempat Ko Cay Seng agar diberi
bantuan. Su Tiau Ing memang kena terpancing. Melihat lawan
main mundur, ia mengira kalau lawan sudah kehabisan
tenaga. Terhadap orang Boan, dia memang benci setengah
mati. Maka diapun geram kepada Kong-go. Dia hendak
membunuh perwira Boan itu.
Entah sudah berapa jauh keduanya meninggalkan
halaman gua. Kong-go sengaja menyusup ke sana sini
dalam gerumbul pohon dan semak. Tiau Ing semakin
panas. Tiba2 ketika baru keluar dari hutan, terdengarlah suara
orang berteriak. "Hai, Ing, ayahmu hilang !"
Tiau Ing berpaling dan dilihatnya kakek Cian-li-ji berlaricari
mendatangi, Gadis itu terkejut sekali mendengar kata2
Cian-li-ji sehingga sesaat ia hentikan serangannya.
"Apa " Ayah menghilang" Apakah dibawa mereka ?"
serunya cemas. "Tidak," kata Cian-li-ji yang secepat itu sudah tiba
dihadapan Tiau Ing, "kawanan babi Boan itu sudah
kubereskan semua tetapi waktu kucari ternyata ayahmu
lenyap, Dan juga engkau sendiri"
"Celaka, tentu dibawa mereka !" teriak Tiau Ing.
"Siapa ?" "Hayo, cepat, kita harus menyelamat ayah............. ,"
Tiau Ing terus lari. Cian- li-ji melongo. Ketika ia hendak
ayunkan langkah, tiba2 Tiau Ing berlari mendatangi lagi.
"Lho, kenapa engkau balik ?" tegur Cian li-ji.
"Mana perwira Boan tadi ?" seru Tiau Ing.
"Siapa " Orang yang bertempur dengan engkau tadi ?"
"Ya." "Lho, engkau yang bertempur mengapa kau tak tahu
dimana lawanmu." "Dia tadi masih berdiri di muka gerumbulan pohon itu.
Sekarang dimana dia ?"
"0, makanya engkau kembali lagi kemari karena hendak
mencarinya " Wah, engkau memang cerdik. Sayang
terlambat ..... " "Mengapa ?" "Su tayjin sudah lenyap dan perwira Boan itupun ngacir,
wah, wah .... " "Paman Cian, ini urusan serius, jangan main
menialahkan saja." Tiau Ing bersungut-sungut, "bukankah
tadi engkau mengatakan kalau engkau tahu ayah sudah
tinggalkan gua itu ?"
"Ya, memang begitu, tetapi engkau tak percaya, kan ?"
kata Cian-li-ji. "Sudah tentu tak percaya sebelum melihat buktinya . . ."
"Sekarang ?" "Ya, masih setengah percaya."
"Lho mengapa setengah percaya " Koq tidak percaya
penuh ?" "Sebab aku tak tahu bagaimana cara paman mengetahui
bahwa ayah telah meninggalkan gua," kata Tiau Ing.
"Siapa namaku ?"
"Cian-li-ji . . . . o, telinga seribu............. Apakah paman .
. . ." "Begitulah," sahut kakek pendek itu dengan busungkan
dada, "telingaku dapat menangkap suara sejauh seribu li."
"0," Tiau Ing terkesiap, "lalu cobalah paman dengarkan,
dimana ayah sekarang ?"
Cian-li-ji mengangguk. Dia berjongkok dan lekatkan
telinganya ke tanah. Keningnya mengerut
"Kenapa paman ?" tanya Tiau Ing.
"Kudengar derap langkah berpuluh-puluh manusia
tengah berjalan kemari," kata Cian-li-ji.
"Apakah pasukan musuh ","
"Mungkin" "Lebih baik kita sembunyi dulu dibalik gerumbul itu,"
kata Tiau Ing terus melesat kedalam gerumbul semak. Cianliji juga mengikuti. Tak berapa lama apa yang dikatakan Cian-li-ji memang
benar. Beratus-ratus lelaki muncul di tempat itu. Mereka
membawa bermacam-macam senjata dan berbris seperti
sebuah pasukan. Mirip dengan pasukan, tetapi tak
mengenakan seragam prajurit.
Yang berada dimuka dua orang pemuda. Yang satu
berwajah cakap dan yang satu bertubuh gagah tegap.
"Su toako, mengapa sampai sekarang belum bertemu Ko
tayjin ?" tanya pemuda tegap.
"Ya," sahut pemuda cakap yang dipanggil Su toako,
"kemungkinan nanti kalau sudah tiba di Yang-ciu."
"Su toa ..... " baru pemuda tegap itu hendak bicara lagi
tiba2 dari balik gerumbul disebelah kiri, melesat sesosok
tubuh langsing kehadapan mereka.
"Jahanam, akhirnya kita bertemu disini," seru gadis itu
seraya menuding kearah Su toako.
"Ing-moay, engkau ?" orang yang dipanggil Su toako itu
terkejut seperti melihat hantu muncul.
"Ya, Su Hong Liang, engkau kira aku sudah mati " Aku
bersumpah, kalau aku sampai mati aku akan menjadi setan
untuk mencekikmu !" seru gadis itu yang tak lain adalah Su
Tiau Ing. "Ing-moay, jangan salah faham. Aku tak bermaksud
mencelakaimu tetapi aku sayang kepadamu ?".."
"Bangsat, jangan banyak mulut ! Engkau seorang
penghianat dan engkau tega mencelakai diriku. Manusia
semacam engkau tidak pantas harus hidup di dunia lagi,
lihat pedangku !" Su Tiau Ing terus menyerang dengan pedang tapi Su
Hong Liong loncat mundur dan menyusup masuk kedalam
pasukannya. "Tahan !" seru pemuda tegap tadi sambil lintangkan
tombaknya, "jangan main bunuh orang."
"Engkau berani menghalangi aku ?" teriak Su Tiau log.
"Siapakah nona lni ?" tanya pemuda tegap.
"Tak perlu ceriwis, menyingkirlah! Aku tak bermusuhan
dengan engkau tetapi aku hendak mencari Su Hong Liang
!" "Tidak bisa nona," kata pemuda tegap itu "Su Hong
Liang toako adalah pimpinan pasukan ini."
"Cis, pasukan apa ini " Bukankah pasukan penghianat ?"
cemooh Su Tiau Ing. "Jangan menghina, nona, " kata pemuda tegap itu, "kami
adalah pasukan Suka Rela yang membantu kerajaan Beng
melawan musuh." "Pasukan Suka Rela " Ah, yang kuketahui hanya
pasukan Barisan Tani dan Lasykar Rakyat. Baru kali ini
aku mendengar barisan Suka Rela. Siapa yang
membentuknya ?" "Su Hong Liang toako."
Tiau Ing terkejut. Benar Su Hong Liang yang membantu
pasukan itu " Apa tujuannya
"Bohong!" tiba2 terdengar teriakan sebuah suara parau
dan ketika muncul," berpaling, ternyata kakek Ciang-li-ji
sudah muncul, "kudengar kalian tadi berbincang-bincang
mengenai seseorang bernama Ko Cay Seng. Ing, kenalkah
engkau manusia yang bernama Ko Cay Seng.
"Dia tangan kanan dan panglima Boan, Torgun,
paman," sahut Tiau Ing, "bagus, engkau hendak menipu
aku " Kalian mengatakan pasukan ini membantu kerajaan
Beng melawan musuh, ternyata kalian hendak menemui Ko
Cay Seng sasterawan bangsat itu ! Jelas pasukan yang
dibentuk Su Hong Liang, tentu berfihak kepada orang
Boan!" "Nona . ," "Basmi paman !" teriak Tiau Ing kepada Cia-li-ji dan
kakek pendek itu terus mengamuk. Direrjangnya barisan
Suka Rela itu. Semantara Tiau ing pun terus menyerang
pemuda tegap itu. Saat itu terjadilah pertempuran besar antara seratus
pasukan Suka Rela dengan dua orang lawannya, Tiau Ing
dan Cian-li-ji. Memang aneh untuk dikata. Dua orang, seorang gadis
cantik dan seorang kakek pendek, mampu melawan beratus
Suka Rela. Hal itu memang dapat dimaklumi. Kebanyakan
anakbuah barisan Suka Rela itu hanyalah pemuda2
pengangguran yang terpikat dengan bujukan dan janji dari
Su Hong Liang agar mau masuk menjadi anggauta barisan
Suka Rela. Mereka rata2 tak mengerti ilmu silat dan kalau
ada yang mengerti juga hanya tergolong jago2 kelas tiga
atau empat saja. Sudah tentu mereka tak kuasa menahan
amukan kedua lawan yang sedang marah itu.
Tetapi karena mereka berjumlah ratusan, mau tak mau
Tiau Ing dan Cian-li-ji kewalaban juga, keduanya tak
mampu untuk mengalahkan lawan dalam waktu yang
singkat. Apalagi pemuda tegap itu juga memiliki
kepandaian silat yang cukup tinggi.
Kemanakah mentri pertahanan Su Go Hwat"
Ternyata waktu terjadi pertempuran, ia melihat perwira
Boan yang bernama Kong-go itu diam-diam menyelinap
pergi. Su Go Hwat segera mengikutinya. Ia tak puas dan
harus membasmi perwira Boan itu.
Tetapi karena dia seorang Bun atau pembesar sipil maka
langkahnyapun kalah gesit dari Kong-go. Tak berapa lama
mentri itu sudah kehilangan jejak orang yang hendak
dikejarnya, tersesat jalan.
"Ah," keluhnya, "nasib orang memang sukar diduga.
Aku seorang mentri pertahanan, menga harus berkeliaran


Bloon Cari Jodoh Pendekar Huru Hara Karya S D. Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

seorang diri di tengah hutan yang sepi ini. Pada hal
peperangan sedang berlangsung hebat. Kota Yang-ciu
sudah jatuh, kalau aku tidak lekas2 datang ke Kim-leng
untuk memperkuat penjagaan kota itu. Ah, bagaimana ini
..... " Demikian yang menjadi keresahan pikiran mentri itu.
Bukan karena dia menyesal karena dirinya sebagai mentri
harus keluyuran ditengah hutan melainkan karena dia tak
dapat lekas-lekas ada di Kim-leng.
Memang sebagai seorang pembesar tinggi, sudah tentu
mentri Su jarang sekali menjelajah pegunungan di daerah2.
Pekerjaannya selama itu sudah sangat menyita waktunya.
Sudah tentu tak kenal jalan. Namun dia nekad menuju ke
selatan. Beberapa waktu kemudian, dia mendengar suara derap
kuda lari. Ah, aku segera tiba di jalan besar, pikirnya. Maka
diapun segera menuju kearah yang diperkirakan dilalui oleh
suara derap kuda itu. Memang dugaannya benar. Dengan susah payah
akhirnya ia berhasil keluar dari hutan lebat dan tiba di jalan.
Tetapi baru dia muncul, kira2 pada jarak sepelepas panah
jauhnya, tampak tiga penunggang kuda tengah melarikan
kudanya dengan kencang. Mentri Su terkejut. Ia tak tahu siapakah ketiga
penunggang kuda itu, kawan atau lawan. Demi
keselamatan, ia segera hendak menyelinap kembali kebalik
gerumbul. Tetapi terlambat. Ketiga penunggang kuda itu
seperti angin puyuh datangnya. Cepat sekali mereka sudah
tiba. "Hai, siapa itu!" teriak salah seorang yang bermata tajam
ketika melihat sesosok tubuh menyelinap kedalam
gerumbul. Begitu tiba, ketiga penunggang kuda itupun berhenti.
Salah seorang yang berpakaian seperti lhama, loncat turun
dan memburu kedalam gerumbul.
"Jangan dekat aku! Siapa engkau!" teriak orang yang
bersembunyi dalam gerumbul atau mentri Su.
Lhama itu terkesiap ketika melihat mentri Su
mengancam dengan sebilah pedang pendek.
"Siapa engkau !" lhama itu balas menegur.
"Jawab dulu pertanyaanku, siapa engkau," mentri tetap
mendesak. "Aku Amita lhama."
"Amita lhama " Engkau seorang lhama, mengapa engkau
datang kemari ?" mentri Su agak curiga.
"Aku membantu Ko Cay Seng tayjin untuk
menyelesaikan Yang-ciu. Eh, pakaianmu seperti orang
pembesar kerajaan Beng " Siapakah engkau. Kenalkah
engkau pada neng-poh-siang-si Su Go Hwat ?"
Diam2 mentri Su terkejut dalam hati. Ia pernah
mendengar laporan dari Huru Hara bahwa Torgun
mempunyai seorang tangan kanan orang Han yang
membantu untuk menghancurkan kaum pendekar kerajaan
Beng. Kalau tak salah orang itu juga she Ko bernama Cay
Seng, "Hm, kenal," katanya, "tetapi sebelum memberi
keterangan lebih lanjut, kuminta engkau mengatakan dulu,
siapakah Ko tayjin itu dan bagaimana pangkatnya?"
"Ko tayjin adalah tangan kanan dari panglima besar
Torgun dari Kerajaan Ceng ..... "
"Amita lhama !" tiba2 dari sebelah luar terdengar suara
orang berseru memanggil lhama itu, "jangan lama2, kalau
mencurigakan bunuh saja dan lekas kita lanjutkan
perjalanan. Berbahaya kalau sampai lama2 disini."
"Baik, "sahut Amita lalu mendesak mentri Su, "lekas
katakan dimana Su tayjin, kalau tak mau akan kubunuh
engkau!" Cepat sekali Su Go Hwat dapat menguasai keadaan yang
berbahaya pada saat itu, Diapun segera menyahut, "Setelah
kota Yang-ciu pecah, dia larikan diri ke Kim-leng."
"Baik, tetapi awas kalau engkau bohong. Kelak apabila
bertemu lagi tak kuberi ampun," kata Amita terus keluar
mendapatkan Ko Cay Seng ketiga penunggang kuda itu
terus mencongklangkan kudanya.
Sambil menempuh perjalanan Ko Cay Seng bertanya,
"Siapakah yang taysu temukan dalam gerumbul tadi?"
"Ah, hanya seorang lelaki tua yang ketakutan," sahut
Amita. "0, makanya dia terus lari menyembunyikan diri dalam
gerumbul ketika melihat kita datang."
"Ya, memang dapat dimaklumi kalau setiap orang
sekarang ini dihinggapi penyakit ketakutan. Bahkan
mungkin saking takutnya dia tadi memakai pakaian seperti
seorang pembesar kerajaan Beng.
"Berpakaian pembesar negeri?"
"Ya." "Ah, tak mungkin. Kalau bukan seorang berpangkat
mana bisa memakai pakaian pembesar negeri?"
"Ya, dia memang mengenakan baju kebesaran, o, malah
jarang akan melihat baju kebesaran seperti itu."
"Apa katanya?" "Menjawab pertanyaanku, dia mengatakan kalau Su Go
Hwat lari ke Kim-leng."
Sejenak Ko Cay Seng hening. Dia merasa ada suatu
keanehan pada keterangan Amita lhama itu.
"Dia mengenal mentri Su Go Hwat?"
"Ya." "Kalau begitu dia tentu seorang pembesar kerajaan juga.
Apakah taysu pernah melihat Su Go Hwat ?"
"Belum, hanya mendengar namanya saja."
"Dia kenal Su Go Hwat ..... hm, bagaimana perwujutan
orang itu tadi?" "Perawakan sedang, tidak pendek tidak tinggi berwajah
bersih, umur setengah baya . . . ."
"Berkumis?" "Ya." "Berjenggot agak panjang?"
"Ya." "Mempunyai tahi lalat pada keningnya?"
"0 ..... ," Amita tak lekas menjawab karena sedang
mengingat-ingat. Tiba2 dia berteriak, "Ya, ya, benar ..... "
"Celaka!" serentak Ko Cay Seng berteriak dan hentikan
kudanya, "benarkah dia mempunyai tahi lalat pada
dahinya?" "Ya, .sekarang aku ingat jelas ..... hai!" tiba2 Amita
tersentak kaget ketika tanpa bilang apa-apa, Ko Cay Seng
terus melarikan kudanya kembali kearah hutan tadi, "Ko
tayjin, kemana engkau!"
Tetapi Ko Cay Seng tak memperdulikan dan tetap
mencongklang sekencang-kencangnya. Sudah tentu Amita
lhama heran tetapi terpaksa menyusu1 juga.
"Ah, dia sudah lenyap, "kata Ko Cay Seng tiba di tempat
mentri Su bersembunyi. Dia turun dari kudanya ,dan terus
menyusup kedalam hutan. Pikirnya, mentri Su tentu masih
bersembunyi dalam hutan. Memang dugaannya tepat. Setelah beberapa saat
menyusup kedalam hutan, dia tiba disebuah lembah dan
melihat tiga orang sedang duduk beristiiat dibawah pohon.
Yang satu, seorang lelaki setengah tua, lalu seorang gadis
manis dan seorang kakek pendek.
"Hola, Su tayjin, mengapa tayjin berada disini." Ko Cay
Seng menghampiri dengan muka seri-seri.
"Jahanam, engkau!" teriak si gadis ketika mengenali
siapa yang datang. "0, engkau nona Su, jangan salah faham aku tak
bermaksud jahat kepada Su tayjin," seru Ko Cay Seng.
Su Tiau Ing sudah terlanjur bersumpah untuk
membunuh setiap orang Han yang bekerja pada kerajaan
Ceng. Dia bersumpah untuk membalas dendam kepada Su
Hong Liang. Serentak nona itu mencabut pedang dan menghadang
didepan Ko Cay Seng, "Anjing she Ko hari ini adalah hari
terakhir bagimu. Disinilah tempat kuburmu, lihat
serangan!" Tiau Ing terus lancarkan ilmu pedang Gio li-kiam yang
hebat. Ko Cai Seng terpaksa menghadapi dengan senjata
pitnya. Berulang kali terdengar dering ujung pit menutuk
batang pedang. Dan beberapa kali Tiau Ing rasakan
tangannya bergetar akibat tutukan itu. Memang dia masih
kalah tinggi ilmu lwekangnya dengang Ko Cay Seng.
Ko Cay Seng tak mau melukai Tiau Ing karena kuatir
apabila nona itu sampai menderita maka, tentulah mentri
Su akan marah dan tak dapat dibujuknya.
Limapuluh jurus telah berlalu. Tiba2 Tiau Ing rasakan
kepalanya pening, perut mual mau muntar dan keringat
dinginpun mengucur. Permainan pedangnyapun
mengendor. Melihat itu timbullah rencananya. Ia hendak menangkap
Su Tiau Ing untuk dijadikan sandera agar mentri Su Go
Hwat mau menyerah. Ya, apabila puteri tunggal yang
disayanginya itu dapat ditangkap, tentulah ia dapat
memaksa. mentri Su. Boan-thian-loh-u atau Hujan-mencurah-dari-langit,
demikian jurus yang dimainkan Ko Cay Seng untuk
merangsang. Seketika Tiau Ing seperti ditabur oleh hujan
sinar pit yang lebat. Walaupun kepalanya makin terasa pening tetapi
kesadaran pikirannya masih belum hilang. Ia tahu bahwa
tak mungkin untuk menghadapi serangan pit yang
sedemikian derasnya. Namun ia masih mempunyai sebuah
jurus simpanan yang jarang sekali digunakan kecuali dalam
keadaan terpaksa. Kim- dan- thou-sian atau Jarum-emas menusuk-benang,
Tiau Ing kerahkan sisa tenaganya dan terus taburkan
pedangnya kearah ulu hati orang, uhh?". tetapi setelah
itu diapun terhuyung-hurung lalu roboh. Dia tak sempat
menyaksikan bagaimana hasil dari taburan pedangnya itu
karena sudah kehabisan tenaga.
Sudah tentu Ko Cay Seng terkejut melihat kenekadan
nona itu. Dia menusuk dengan ujung pit untuk menghalau,
tetapi pedang melesat seperti kilat sehingga tutukan pit
melesat dan pedang seketika terus meluncur maju.
"Uh ," mulut Ko Cay Seng mendesuh karena walaupun
dia sudah cepat miringkan tubuh namun tak urung bajunya
tersempet. Baju robek dan dagingnyapun terkelupas.
Walaupn agak nyeri tetapi Ko Cay Seng tahu kalau
lukanya itu hanya luka luar yang kecil! Dan diapun segera
melihat suatu keserempatan baik untuk menguasai Tiau
Ing. Cepat ia loncat ke tempat nona itu.
"Uhhhbh............. ," pada saat Ko Cay Seng loncat,
kakek Cian-li-jipun juga loncat hendak melindungi Tiau
Ing. Kakek itu menyongsong kedatangan Ko Cay Seng
dengan kepalanya. Memang Cay Seng kaget setengah mati
karena perutnya hendak ditanduk kepala Cian-li-ji. Untung
dia cepat miringkan tubuh. Namun tak urung keserempet
juga sehingga terhuyung-huyung beberapa langkah.
Tetapi kakek itu sendiri juga gentayangan karena
sundulan kepalanya hanya menyerempet. pun masih
untung. Andaikata luput sama sekali dia tentu akan
meluncur jauh ke arah gerumbul semak.
"Ing-ji ..... ," teriak Su Go Hwat seraya lari hendak
menolong puterinya yang menggeletak itu.
Melihat itu Ko Cay Seng memberingas. Inilah suatu
kesempatan yang bagus untuk menangkap Su Go Hwat.
Serentak dia loncat menerkam.
Tetapi pada saat tangan menjamah lengan Su Go Hwat,
tiba2 pinggangnya terasa disekap orang sekuat-kuatnya dan
ditarik mundur. Plak............. Ko Cay Seng menampar ke belakang,
tetapi alangkah kejutnya ketika tangannya serasa menampar
sebuah batu bundar yang keras sekali. Cepat menutuk jalan
darah jiok-ti-hiat pada pergelangan lengan orang itu,
barulah orang itu lepaskan sekapannya.
Ternyata yang mendekapnya itu adalah kakek Cian-li-ji.
Dan yang ditampar Ko Cay Seng adalah gundul kakek itu.
Sebenarnya Cian-li-ji hendak menyekap pinggang orang
sekeras-kerasnya supaya tulangnya remuk tetapi karena
jalandarah pada lengannya ditutuk, ia merasa kesemutan,
cepat2 lepaskan pitingannya.
"Kakek keparat, mengapa selalu menghalangi ?" teriak
Ko Cay Seng dengan marah sekali.
"Babi hutan !" balas Cian-li-ji, "kalau engkau berani
mengganggu gadis itu, aku akan mengadu jiwa dengan
engkau !" "Tidak, aku tidak mengganggu gadis itu. Aku hanya
ingin menghibur Su tayjin supaya jangan cemas," seru Ko
Cay Seng. Dia memang cerdik. dalam waktu yang singkat
ia tahu kalau Cian-li-ji itu seorang kakek kurang waras. Dan
diapun tahu ternyata kakek itu hanya mengutamakan untuk
lindungi Tiau Ing, 'Biar, dia kan ayahnya. Masakan mau menolong
puterinya mengapa tak boleh " Apa engkau belum punya
anak ?" celoteh Cian-li-ji.
Ko Cay Seng melongo tetapi segera ia menyadari kalau
kakek limbung itu sedang mengoceh, "Ya, aku tahu. Tetapi
sebagai seorang kawan aku wajib menghibur Su tayjin.
Begini saja, engkau yang menolong gadis itu dan aku yang
menghibut Su tayjin, setuju ?"
Sejenak Cian-li-ji kerutkan dahi berpikir, kemudian
berseru, "Bagus, setuju . .. ."
"Lojin, jangan percaya omengan budak Boan itu," tiba2
mentri Su berseru memberi peringatan.
"0. engkau ini seorang budak ?" seru Cian-li-ji kepada Ko
Cay Seng. Sudah tentu Ko Cay Seng melengak dan tersipusipu
malu. Sebelum dia sempat memberi jawaban, Cian- li-ji sudah
membentaknya, "Hai, budak, mengapa engkau tak tahu
adat ! Hayo, lekas ambilkan air hangat untuk menolong
siocia. Dan jangan lupa bawa hidangan arak, lekas !"
Perut Ko Cay Seng seperti kaku rasanya ketika dia


Bloon Cari Jodoh Pendekar Huru Hara Karya S D. Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dibentak-bentak dan disuruh mengambilkan air hangat.
Karena tak tahan, dia membentak, "Setan kate, lu kira gua
ini seorang budak !"
''Su tayjin mengatakan engkau ini seorang budak Boan.
Mana si Boan, suruh dia datang kemari! Engkau boleh
mengatakan dihadapannya kalau engkau bukan budaknya.
Kalau tidak, aku tak percaya dan tetap menganggap engkau
ini seorang budak!" "Kakek gila, engkau!" karena tak tahan lagi, Ko Cay
Seng terus menghantam Cian-li-ji.
"Lho, budak, engkau berani memukul aku?"
Cian-li-ji berteriak seraya menghindar, "awas, kalau aku
ketemu si Boan, akan kulaporkan perbuatanmu!"
Demikian keduanya lalu terlibat dalam pertempuran
yang seru. Ko Cay Seng heran mengapa kakek yang
tampaknya seperti orang limbung itu ternyata memiliki
gerakan yang luar biasa gesitnya. Berulang kali dia gunakan
jurus yang keras dan ganas, tetapi kakek tetap dapat
menghindar. "Hm, kalau terlibat terlalu lama dengan setan cebol ini,
kemungkinan situasi akan berobah. Siapa tahu jangan2
Huru Hara keburu datang juga," pikirnya. Ia segera
mengambil senjata pitnya untuk lekas2 menyelesaikan
Cian-li-ji. "Lho, gila, masakan seorang budak membawa alat tulis.
Tentu milik tuanmu si Boan engkau curi, budak!" teriak
Cian-li-ji. "Mampus engkau, kakek gila," dengan bernapsu sekali
Ko Cay Seng lalu mainkan pit untuk menyerang Cian-li-ji.
Cian-li-ji ngeri juga melihat ribuan sinar titik putih
berhamburan mencurah kepadanya. Apa boleh buat,
terpaksa dia berlari-lari kian kemari untuk menjauhi.
Pertempuran saat itu tidal mirip dengan perkelahian lagi
melainkan seperti orang main petak atau kejar-kejaran.
"Wah, kurang ajar benar, budak ini. Kalau aku begini
saja, lama2 napasku habis," pikir Cian li-ji seraya menyusup
masuk kedalam gerumbul pohon. Dalam kesempatan selagi
Ko Cay Seng celingukan kian kemari untuk mencari lawan,
Cian li-ji sempat mengambil buli2 arak dan meneguknya
beberapa kali. Setelah itu dia loncat ke tengah gelanggang
lagi. Ko Cay Seng menerjang lagi tetapi pada at itu tiba2
Cian-li-ji menyemburnya, tring, tring tring .. . . terdengar
suara bergemerincingan seperti batu2 kecil yang jatuh pada
papan besi. Ternyata suara itu berasal dari percikan
semburan arak yang berbenturan dengan sinar pit.
Ko Cay Seng terkejut. Semburan benda dari mulut kakek
itu berbau seperti arak tetapi mengapa dapat berobah keras
ketika beradu dengan pantulan ujung pit"
Demikian pertempuran kini berjalan dengan berimbang.
Cian-li-ji gentar menghadapi ribuan sinar pit tetapi Ko Cay
Seng juga tak berani terlalu mendesak karena takut akan
semburan mulut kakek itu.
Tetapi setelah beberapa kali menyembur habislah arak di
mulut kakek itu. Kini Ko Cay Seng tak memberi
kesempatan lagi. Didesaknya Cian-li-ji dengan serangan pit
yang segencar hujan mencurah.
Cian-li-ji kelabakan benar2. Akhirnya dia melarikan diri.
Ko Cay Seng tak mau mengejar. Ia harus lekas2 menangkap
Su Go Hwat. "Su tayjin, apakah engkau benar2 tak mau ikut aku?"
katanya seraya maju menghampiri.
"Berani mendekat, aku akan bunuh diri!" kembali Su Go
Hwat mengancam seraya melekatkan ujung belati ke
dadanya. "Hm, orang ini benar2 keras kepala," diam2 Ko Cay
Seng menimang lalu mencari akal.
Sebagai seorang ahli tutuk jalandarah dengan senjata pit,
Ko Cay Seng mahir akan seluruh jalandarah orang.
Disamping itu ilmu menutuk itu membutuhkan tenagadalam
yang tinggi. Dalam mempelajari beberapa ilmu yang
menggunakan tenaga-dalam, antara lain dia juga parnah
belajar ilmu tutuk dengan jari pada jarak jauh, Namun ilmu
itu belum berhasil dikuasai sepenuhnya.
Kini berhadapan dengan mentri Su yang nekad hendak
bunuh diri, diam2 ia memutuskan untuk untuk coba
menggunakan jauh itu. Kek-gong-tiam-hwat atau Ilmu menutuk dari jarak jauh,
segera dilancarkan Ko Cay Seng dengan suatu gerakan
seolah-olah seperti orang menuding kepada Su tayjin, "Su
tayjin, engkau tidak bijaksana. Apakah nyawamu sudah
tidak berharga lagi" Pada hal negara dan rakyat masih
membutuhkan engkau!"
Tepat pada saat Ko Cay Seng selesai bicara tiba2 mentri
Su rasakan tangan kanannya kesemutan tidak dapat
digerakkan, tring, belati yang digenggam di tangan
kanannyapun terlepas jatuh ke tanah. Ia tak tahu apa
sebabnya. Yang dirasakannya hanialah persambungan
tulang lengannya seperti kesemutan dan kaku. Hanya itu
saja. Tanpa disadari ia menunduk memeriksa yang terjadi
pada 1engannya. Tetapi pada saat juga Ko Cay Seng sudah
melesat dan cepat menguasainya.
"Hm, Su tayjin, apa engkau masih hendak berkeras
kepala?" tegurnya dengan geram.
Su tayjin terkejut tetapi ia rasakan tenaganya sudah
lenyap, "Hm, bangsat, kalau mau bunuh, bunuhlah. Aku
tak takut !" "Apa engkau benar2 tak takut mati ?" seru Ko Cay Seng
serasa menambah sedikit tenaga tangannya yang
mencengkeram bahu mentri.
Tiba2 sebuah batu melayang kearah Ko Cay Seng, keras
dan deras sekali. Pyur .... batu itu hancur berhamburan. Ko
Cay Seng memang lihay, sekalipun sedang menyiksa Su Go
Hwat tetapi telinga dan matanya masih tajam2
memperhatikan keadaan di sekeliling. Ia terkejut ketika
mendengar derap langkah orang menyiak gerumbul di
sebelah muka, Dan lebih terkejut lagi ketika sebuah benda
hitam melayang kearahnya. Cepat ia gunakan tangan kiri
untuk menyongsongkan pit. Dan tepatlah tutukannya itu.
Batu hancur berkeping-keping.
"Lepaskan," pada saat selesai menutuk batu, Ko Cay
Seng terkejut ketika melihat seorang pemuda secepat kilat
loncat menerjangnya. Cepat juga Ko Cay Seng mengangkat
tubuh Su Go Hwat dibawa loncat menghindar ke samping,
sehingga terjangan orang luput.
"Jangan bergerak !' bentak Ko Cay Seng ketika melihat
orang itu hendak menyerangnya lagi, "atau Su tayjin
kubunuh !" "Teruskan Kim hiantit," seru mentri Su kepada orang itu
yang tak lain adalah pendekar Huru Hara.
Sebagaimana dituturkan dibagian depan, Sebab Ko Cay
Seng dan kawan2 melarikan diri, Huru Hara segera balik
ketempat mentri Su. Tetapi ternyata mentri tak ada. Dia
lalu mencarinya. Ketika tiba di hutan, bertemulah dia
dengan Amita lhama yang hendak menyusul Ko Cay Seng.
"Hm, engkau lhama busuk," seru Huru Hara "kali ini
jangan harap engkau dapat lobos lagi."
Amita memang gentar menghadapi Huru Hara, Namun
karena sudah terlanjur kepergok. dia pun tak mau unjuk
kelemahan, "Hm, jangan kira aku takut kepadamu,
jahanam. Mari kita selesaikan pertempuran tadi."
Amita mengeluarkan tasbih dan Huru Hara pun
memakai pedang Thiat-cek- kiam. Keduanya segera terlibat
dalam pertempuran yang seru, tapi walaupun seluruh
kepandaiannya telah dikeluarkan semua tetapi Amita tak
dapat mengalahkan Huru Hara.
"Mana kepalamu!," bentak Huru Hara ketika berhasil
menabas leher Amita. Tetapi Amita juga bukan jago
sembarangan. Dalam keadaan yang berbahaya itu dia
gunakan jurus Thiat-pian (jembatan besi gantung) untuk
membuang kepalaya ke belakang dengan kaki masih tetap
tegak tubuh melengkuag ke belakang.
Selekas tabasan pedang Huru Hara Amitapun
membuang tubuh bergelundung kesamping, menjemput
segenggam tanah dan terus taburkan ke arah Huru Hara,
"Awas, terima hadiahku itu !"
Huru Hara terkejut ketika melihat lhama itu taburkan
benda hitam kepadanya. Cepat dia loncat mundur setombak
jauhnya. "Hai, hendak lari kemana engkau I" setelah taburan
tanah itu lenyap, Huru Hara terkejut karena melihat Amita
melarikan diri loncat kedalam gerumbul pohon. Huru Hara
memburunya tetapi lhama itu sudah lenyap.
"Hm, daripada mengejar lhama itu baiklah aku mencari
Su tayjin saja," akhirnya ia hentikan pengejarannya dan
kembali masuk kedalam hutan.
Setelah baberapa saat mencari kian kemari, akhirnya
bertemulah juga. Tepat pada saat itu Ko Cay Seng sedang
menyiksa mentri Su. Dari jarak jauh karena hendak membebaskan Su tayjin,
Huru Hara menjemput sebutir batu dan ditimpukkan,
setelah itu dia terus menerjangnya. Tetapi kesemuanya itu
tak berhasil. Ko Cay Seng masih menguasai mentri.
"Hm, kalau engkau menurut perintahnya, segera
kuhancurkan urat jantungnya, "seru Ko Cay Seng seraya
mengangkat pit ke punggung mentri.
Huru Hara terkesiap. Dalam keadaan terdesak, tentulah
Ko Cay Seng nekad akan melaksanakan ancamannya.
Kalau dia menuruti perintah mentri, tentulah mentri itu
akan binasa. Apa boleh buat, terpaksa dia menahan diri.
"Apa kemauanmu ?" serunya.
"Tinggalkan tempat ini !" seru Ko Cay Seng
"Hm, jangan mimpi !" dengus Huru Hara.
"Apakah engkau tak menghendaki jiwa Su tayjin
selamat" "Selembar rambut Su tayjin engkau ganggu aku tentu
akan mengadu jiwa denganmu !" balas Huru Hara,
"Baik," kata Ko Cay Seng, "menyingkirlah sampai jarak
seratus langkah dari sini dan jangan membuat gerakan
apa2. Setelah aku tinggalkan tempat ini sampai sepeminum
teh." Sejenak mengerut dahi, Huru Hara menjawab, "Baik,
tetapi aku akan membawa nona itu.
Ko Cay Sang menyetuiui. Huru Hara mengangkat tubuh
Su Tiau Ing yang masih pingsan dan dibawa menyingkir.
Setelah menolong nona itu Huru Hara hendak mencari akal
untuk membebaskan Su tayjin.
Baru berjalan belasan langkah, tiba2 ia mendengar Ko
Cay Seng menjerit kaget, "Hai, apa-apaan ini .... !"
Huru Hara berpaling, bluk .... tanpa disadari karena
dicengkam rasa kejut besar, dia sampai melepaskan tubuh
Tiau Ing sehingga nona itu jatuh ketanah.
"Ai," tiba2 Tiau Ing dapat merintih, "kenapa aku ini ?"
"0. nona sudah siuman ?" Huru Hara terkejut juga.
Tiau Ing bangun dan terus bertanya, "Mana ayah ?"
"Itu," kata Huru Hara menunjuk ke muka.
"Ayahhhh," Tiau Ing terus hendak lari menghampiri
tetapi dicegah Huru Hara, "tunggu nona biarkan anak2 itu
yang membereskan !" Ternyata saat itu Ko Cay Seng sedang sibuk mengusapusap
muka, tubuh dan kakinya sambil menghantam kian
kemari ke udara untuk menghalau ratusan tawon yang
menyerangnya. Dan di sekelilingnya terdapat Ah Liong dengan
anakbuahnya. Karena tak tahan, Ko Cay Seng terpaksa lepaskan Su
tayjin. Mentri itu segera lari dan disambut oleh anak2.
"Bagus, Ah Liong," seru Huru Hara yang cepat
menghampiri bersama Tiau Ing. Tiau Ing memeluk
ayahnya. "Ah Liong, kepung jahanam itu, jangan sampai terlepas,
aku hendak menyelamatkan Su tayjin," kata Huru Hara.
"Jangan kuatir, engkoh. Serahkan babi itu pada kami,"
sahut Ah Liong dengan busungkan dada'
Tetapi pada saat Huru Hara hendak membawa mentri
Su, sekonyong-konyong dari empai penjuru, terdengarlah
suara sorak bergemuruh dan pada lain saat lembah itu
sudah dikepung oleh ribuan prajurit Ceng. Mereka siap
dengan senjata terhunus. Bahkan barisan regu pemanah
merekapun sudah siap dengan busur terpentang.
Lima enam orang tampil ke muka. Mereka adalah
perwira Borga, Hong- hay-ji, Pendekar-tengkorak-pencabutnyawa
Ang Kim, Amita lhama, paderi To Thian, seorang
perwira Boan yang tinggi besar dan ..... Su Hong Liang.
Ko Cay Seng segera lari menghampiri mereka. Ah Liong
dan anakbuahnyapun bergabung dengan Huru Hara. Kini
mereka dikepung oleh pasukan musuh.
"Hai, kunyuk2, menyerah atau mati !" seru perwira Boan
yang tinggi besar itu. Ternyata setelah melarikan diri, Amita bertemu dengan
Su Hong Liang. Su Hong Liong segera mengirim orang
untuk meminta bala bantuan kepada pasukan Ceng.
Pasukan Ceng itu langsung datang dari Yang-ciu dan
dipimpin oleh Gotat seorang perwira Boan yang khusus
diutus Torgun untuk menangkap mentri Su Go Hwat.
"Engkoh Hok, bagaimana kita ?" tanya Ah Liong.
"Apakah senjata kalian tawon dan semut masih ?" tanya
Huru Hara. "Tinggal sedikit," sahut Ah Liong.
Huru Hara kerutkan dahi. Ia tak takut menghadapi
musuh tetapi ia mencemaskan keselamatan mentri dan
puterinya. "Nona Su, apakah engkau tak terluka ?"' tanyanya
kepada Tiau Ing. "Aku tak kena apa2," sahut nona itu, "mari kita tempur
mereka. Aku hendak membunuh Su Hong Liang."
Huru Hara mengangguk. Kemudian pertanya, "Ah
Liong, bagaimana kawan-kawanmu ?"
"Mereka siap mengadu jiwa, engkoh Hok," jawab Ah


Bloon Cari Jodoh Pendekar Huru Hara Karya S D. Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Liong. Kembali Huru Hara merenung. Dia tahu kemungkinan
Ah Liong masih dapat meloloskan diri tapi anak2 yang lain
kemungkinan besar tentu tak mampu lolos.
Dalam detik2 itu Huru Hara benar2 menghadapi suatu
situasi yang gawat dan berat. Ia harus tanggung jawab akan
keselamatan anak-anak . Lebih2 terhadap mentri Su Go
Hwat. Kalau melawan, tentu akan jatuh beberapa korban
anak2 itu. "Loan hiantit, mengapa engkau ragu2?" tiba2 mentri Su
Go Hwat menegur, "lawanlah mereka. Tak usah engkau
hiraukan jiwaku. Lebih baik aku mati daripada harus jatuh
ketangan mereka." "Ya, Loan-heng," seru Tiau Ing pula, "sudah terlanjur
besar sekali pengorbanan yang kita berikan. Rakyat dan
prajurit serta para pejuang kita, sudah banyak yang gugur.
Mengapa kita harus sayang kalau kehilangan jiwa ?"
"Engkoh Hok, prajurit2 pasukan Bon-bin sudah siap
bertempur," seru Ah Liong pula.
Namun Huru Hara masih belum memberi pernyataan
apa2. Dia masih menimang-nimang.
"Loan-heng, akulah yang akan menyerbu mereka," seru
Tiau Ing seraya menghunus pedangnya.
"Siocia, kami akan mengiringkan engkau menyerbu
mereka !" seru anak2 itu serempak.
"Tunggu !" tiba2 Huru Hara mencegah.
Tiau Ing dan anak2 itu berhenti dan mencurah pandang
kearah Huru Hara. "Takut ?" seru Tiau Ing.
Huru Hara gelengkan kepala.
-oo0dw0oo- JILID 45 Tamat Darah dan airmata. Huru Hara menyadari bahwa saat segenting seperti yang
dihadapinya itu, harus bertindak dengan penuh
pertimbangan. Setiap tindakan yang ceroboh dan keliru
akan membawa kehancuran yang mengerikan.
Memang jika menuruti suara hatinya, ingin ia menempur
pasukan Ceng yang mengepung itu dan membasmi
kawanan kaki tangan musuh. Tetapi keinginan itu harus
terbentur dengan lain kenyataan. Kenyataan yang menuntut
pertanggungan jawabnya terhadap keselamatan mentri Su
Go Hwat dan anak2. Ia mencari akal bagaimana dapat menghindari bahaya
yang mengancam saat itu. Akhirnya ia menemukan suatu cara. Dan segera ia
tampil dua langkah kemuka lalu berseru dengan lantang,
"Hai, orang2 Boan dan antek anteknya, dengarkanlah !"
Perwira Gotay terkesiap, Ko Cay Seng dan kawannya
tersipu-sipu malu. "Kalau kalian tak tahu malu dan hendak menyerbu kami,
silakan," kata Huru Hara, "tetapi kalau kalian masih
mempunyai rasa malu dan perwira, hayo, kita bertempur
secara ksatrya jaman dulu."
"Apa maksudmu ?" seru Gotay.
"Kita sama2 saling mengajukan jago untuk bertempur
mengadu kepandaian. Kalau kami kalah, akan kami
serahkan Su tayjin, Tetapi kalau kalian kalah, kalian harus
menyingkir dari sini !"
"Huh," dengus Gotay.
"Gotay ciangkun, jangan meladeni ocehan pemuda
sinting itu. Dia memiliki kepandaian sakti. Kalau adu
kepandaian satu lawan satu, dikuatirkan kita akan kalah.
Lebih baik kita serbu mereka dan tangkap saja mati atau
hidup," Ko Cay Seng membisiki Gotay.
Gotay tertegun. Ia belum pernah bertempur melawan
Huru Hara. Dilihatnya pemuda itu hanya seorang pemuda
biasa, tiada sesuatu yang luar biasa. Tetapi mengapa Ko
Cay Seng begitu ketakutan melawan pemuda itu " pikirnya.
"Uh, kalau takut bertempur dengan engkohku, boleh
pilih yang lain," seru Ah Liong sambil bercekak pinggang.
Ko Cay Seng seorang tokoh ternama dan berpangkat
tinggi dalam pasukan Ceng. Dia adalah tangan kanan dari
panglima- besar Torgun. Bahwa tadi dia dipermainkan
begitu rupa oleh kawanan anak2 itu, sebenarnya dia hendak
mengamuk. Tetapi karena dihadapan perwira Gotay dan
kawan-kawannya, ia terpaksa menahan diri dan
menganggap apa yang dideritanya dari anak2 itu, seperti tak
penting. Tetapi kini serta mendengar ocehan Ah Liong yang
begitu mengejek. Ko Cay Seng tak dapat menguasai diri
lagi. "Bajingan cilik, aku menghendaki engkau yang melawan
aku !" serunya. Tanpa disadari dia telah menyetujui
tantangan Huru Hara untuk bertanding satu lawan satu.
Pada hal baru saja dia menganjurkan agar Gotay menolak
tantangan Huru Hara. "Boleh boleh," sahut Ah Liong seraya terus hendak maju.
"Tunggu," Huru Hara mencegah, "bawalah bekal senjata
semut dari anakbuahmu."
Ah Liong menurut. Dia menerima sebuah kantong kulit
yang berisi semut merah. Setelah itu baru dia maju...........
Saat itu Ko Cay Seng sudah terus melangkah maju.
Karena marah hendak menghajar Ah Liong, dia sampai
lupa kepada Gotay dan kawan-kawan.
"Mau bertanding dengan pit " Baik, kalau engkau
memakai pit akupun mempunyai supit," kata Ah Liong
seraya mencabut sepasang supitnya,
Ko Cay Seng tak mau bicara apa2 lagi, dia terus
menyerang anak itu dengan taburkan permainan pit
besinya. Cret ?" Ah Liong berhasil menyupit ujung pit dan
terjadilah tarik menarik. Tetapi karena kalah tenaga-dalam,
Ah Liong tak mampu menangkap lebih lama dan terpaksa
melepaskannya. Bahkan akibat gentakan tenaga-dalam dari
Ko Cay Seng, tubuh Ah Liong sampai terhuyung-huyung
kebelakang beberapa langkah.
Huru Hara terkejut. Ia kuatir Ah Liong tak mampu
menghadapi Ko Cay Seng. Namun karena dia yang
menantang supaya bertanding satu lawan satu, terpaksa dia
tak dapat berbuat apa2 untuk menolong Ah Liong.
Beberapa kali hal itu terjadi. Tetapi Ah Liong dapat
menyupit ujung pit lawan, lawan tentu mampu melepaskan
dan menggentakkannya sampai mencelat ke belakang.
Sebenarnya Ah Liong bukan tak mengerti hal itu. Tetapi
dia memang sedang cari akal bagaimana dapat mengatasi
lawan. Sebenarnya diam2 Ko Cay Seng juga terkejut dan heran
atas kepandaian anak itu. Dia taburkan pit dengan cepat.
Tetapi setiap kali ujung pit hendak menutuk tubuh, tentulah
bocah kuncung itu dengan jitu dapat menyupitnya. Dia
memang tak tahu bahwa dalam ilmu supit, Ah Liong
memang mempunyai keistimewaan sendiri.
Dia makin gemas. Diam2 dia merencanakan suatu gerak
tipu yang akan menghancurkan bocah itu.
"Mampus lu !" teriaknya sembari melancarkan tutukan
pit ke mata Ah Liong. Dengan gagah sekali Ah Liong dapat
menyupit ujung pit. Tiba2 Ko Cay Seng ayunkan tangan kini melepaskan
sebuah hantaman ke batok kepala Ah Liong.
"Uh . . . . ," Ah Liong menyurut mundur tetapi pada saat
itu Ko Cay Seng rasakan tangannya kini seperti ditabur
benda lunak dan aduh .... .hampir saja ia menjerit karena
benda2 itu ternyata menggigit tangan dan lengannya
bahkan ada yang masuk kedalam ketiak dan menggigit
sekuat-kuatnya. Terpaksa ia menarik tangan kini dan sibuk menggosokgosokkan
ke lengan dan ketiaknya. Tindakan itu hanya
berlangsung beberapa sekejap mata dan tiba2 pula ia
menjerit kaget setengah mati, Uhhhhh ..... "
Cepat tangan kirinya mendekap perut untuk menjaga
agar celananya tidak sampai meluncur turun, karena
talinya putus. Dalam keadaan seperti itu, takut akan ditabur dengan
serangga yang dapat menggigit panas seperti api, dan kuatir
Ah Liong akan menyerang dengan supitnya maka tanpa
berkata suatu apa. Ko Cay Seng terus loncat mundur dan
menyusup kebelakang anak pasukan.
Gotay melongo. Dia tak tahu apa yang telah terjadi pada
Ko Cay Seng. Ia melihat Ko Ca Seng jauh lebih kuat dari
Ah Liong. Dan Ko Cay Sengpun tidak menderita luka suatu
apa. Tetapi mengapa muka orang she Ko itu berobah merah
padam, mendekap perut dan terus loncat mundur.
"Horeeee .. . . hidup jenderal Kuncung" teriak kawanan
anak2 dari pasukan Bon-bin.
Huru Hara geleng2 kepala. Walaupun gembira tetapi
diapun gemas karena menganggap Ah Liong terlalu
gegabah. Dalam pertempuran yang begitu berbahaya, anak
itu masih sempat untuk mengolok lawannya. Memang
memutus tali celana, termasuk salah satu dari kepandaian
Ah Liong yang istimewa. Hong-hay ji dan pendekar Tengkorak-pencabut nyawa
Ang Kim yang pernah merasakan kopi pahit dari Ah Liong
dan kawan2nya, serentak lon-cat maju. Sebenarnya hanya
satu lawan satu tetapi karena sama2 bernafsu hendak
menghajar Ah Liong, walaupun tanpa ajak-ajakan, kedua
tokoh itu terus loncat berbareng.
"Hola jenderal yang sudah pecundang masih berani
unjuk muka lagi," seru Ah Liong.
"Bangsat, kalau tak dapat mencincang tubuhmu, aku
bersumpah tak mau jadi orang," pendekar Tengkorakpencabutnyawa berteriak seraya terus menerjang.
Tetapi pada saat itu berhamburanlah dua tiga anak
sambil taburkan beberapa kantong kulit.
Kembali pendekar Tengkorak-pencabut-nyawa yang
namanya sangat ditakuti itu, harus berjingkrak-jingkrak
seraya menggosok dan mengusap muka, dada, perut dan
kakinya yang dikerumuni oleh barisan semut merah.
"Hai, kalian curang !" teriak perwira Gotay tetika mehhat
kawan Ah Liong sama maju.
"Siapa yang curang lebih dulu ?" teriak Ah Liong,
"bukankah fihakmu yang serempak maju dua orang itu ?"
Hong- hay-ji segera berkata kepada pendekar Tengkorakpencabutnyawa, memintanya supaya istirahat dulu,
"Biarlah kunyuk kecil itu aku yang membereskan," katanya.
"Ho setan cebol, engkau masih berani maju ke muka lagi
?" ejek Ah Liong. Namun Hong-hay-ji terus saja menerjang.
Dia tak mau adu lidah lagi. Terjangan Hong-hay ji atau
bocah kuning itu memang istimewa sekali. Ah Liong
memang gesit tetapi Hong-hay-ji lebih cepat lagi.
"Uh .... ," tiba2 Ah Liong menjerit tertahan karena
bahunya kesamber tangan Hong-hay-ji. Ah Liong
terhuyung-huyung mau jatuh.
Melihat itu Hong-hay-ji tak mau memberi ampun lagi.
Dia terus loncat menerkam. Ah Liong belum sempat berdiri
tegak atau Hong-hay-ji sudah ulurkan tangan untuk
mencengkeram uluhati. Kejut Ah Liong bukan kepatang.
Dalam keadaan terdesak tiada lain jalan baginya kecuali
harus rubuhkan diri ke tanah.
Ah Liong terhindar tetapi dia harus terlentang di tanah.
Memang anak itu masih kalah sakti dengan Hong-hay-ji.
Huru Hara terkejut sekali. Apalagi ketika dilihatnya
Hong-hay-ji sudah bergerak untuk menerkam Ah Liong
lagi. Dia segera hendak loncat kemuka.
Tetapi tepat pada saat kakinya sudah terangkat, dia
mendengar suara teriakan kaget dan kesakitan. Tahu2
Hong-hay-ji sudah terhuyung-huyung mundur sambil
mendekap tangan kanannya.
Wajahnya pucat lesi. Karena sudah terlanjur bergerak, Huru Hara tak dapat
menghentikan tubuhnya. Terpaksa dia membuang kedua
kakinya berayun ke muka dan berjumpalitan kembali ke
tempat semula. Apa yang telah terjadi pada Hong-hay-ji " Kiranya pada
saat Ah Liong terpojok dalam bahaya, dia melihat Honghayji rentang kelima jari tangan kanannya untuk
mencengkeramnya. Dalam keadaan yang berbahaya itu. Ah
Liong teringat akan sepasang supitnya. Cepat dia mencabut
dan dengan sisa tenaganya dia tusukkan ke telapak tangan
orang. Dan tanpa sengaja tusukannya itu tepat mengenai
jalan-darah Lo-kiong-liwat di tengah telapak tangan Honghayji. Seketika Hong-hay-ji merasa seperti disengat stroom
listrik atau dipagut ular. Arus stroom cepat mengalir
kejantungnya sehingga karena tak kuat menahan takit,
Hong-hay-ji menjerit. Jalandarah Lo-kiong-hwat merupakan jalan darah yang
berbahaya. Apabila tertutuk maka tenaga-dalam orang tentu
merana. Demikian pula Hong-hay-ji. Dia menderita lukadalam
yang cukup parah. Itulah sebabnya dia terpaksa
harus mundur. Kemenangan Ah Liong itu direbut dalam kekalahan.
Walaupun tak sengaja tetapi kemenangan itu cukup berarti
sekali. Kalau tidak terjadi hal yang kebetulan itu, tentulah
Ah Liong sudah remuk. "Ah Liong, mundur," seru Huru Hara karena kuatir dari
fihak lawan akan maju tokoh yang hebat lagi.
Begitu Ah Liong mundur maka loncatlah sosok tubuh
langsing ke tengah gelanggang.
"Aku minta supaya manusia yang bernama Su Hong
Liang maju melawan aku !"
Huru Hara terkejut. Demikian pula dengan rombongan
lawan. Ternyata yang maju itu adalah Su Tiau Ing.
Perwira Boan dan beberapa jago fihak Ceng mencurah
pandang kepada Su Hong Liang.
"Ko tayjin, bukan karena aku takut tetapi aku sungkan
melawan adik sepupuku sendiri,. harap tayjin maafkan,"
kata Su Hong Liang kepa Ko Cay Seng.
Memang Ko Cay Seng heran mengapa Tiau Ing
menantang Su Hong Liang. Tetapi dia anggap tentulah


Bloon Cari Jodoh Pendekar Huru Hara Karya S D. Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

nona itu marah karena engkoh misannya telah berhianat.
Lain2 hal dia tak dapat menduga.
Ko Cay Seng dapat menyelami perasaan Hong Liang,
"Baiklah, jika begitu aku saja yang menghadapi," katanya.
"Jangan," seru To Thian, "biarlah pinto saja yang
menemani nona itu bermain-main.
"Baiklah," kata Ko Cay Seng, "tetapi hati2 taysu jangan
sampai melukainya, Kita memerlukan mentri Su."
Setelah mengiakan, paderi itupun melangkah ke tengah
gelanggang. "Ih, mengapa seorang paderi yang maju " Mana Su Hong
Liang," tegur Tiau Ing.
"Dia tak mau bertanding dengan nona. Eh, mengapa
engkau pilih pemuda cakap saja " Apakah aku kurang cakap
" Walaupun tua begini, tetapi aku masih dapat melayani
nona sampai puas, Oa, ha, ha ..... "
Merah muka Tiau Ing mendengar perkataan yang cabul
dari paderi itu, "Paderi jahanam, kupotong lidahmu !"
Giok-h-ktam-hwat merupakan ilmu pedang dari partai
Kun-lun-pay, yang hebat. Dalam ilmu pedang itu Su Tiau
Ing memang sudah mencapai tingkat tertentu, walaupun
belum sempurna tetapi sudah cukup tinggi.
Namun sayang yang dihadapinya itu adalah To Thian
taysu, bekas murid partai Siau-lim yang murtad. Tiau Ing
tak dapat berbuat banyak menghadapi paderi yang murtad
tetapi berkepandaian hebat itu.
"Ai, nona cantik, mengapa ngotot hendak membunuh
aku ?" masih paderi itu ceriwis menggoda Tiau Ing.
Memang kalau melihat gadis cantik, mata paderi itu tentu
berminyak. Dia tak mau menggunakan seluruh
kepandaiannya. Tiau Ing makin marah. Sampai ilmu pedang Giok-likiamhwat itu selesai dimainkan. tetapi belum mendapat
hasil suatu apa. "Ah, rupanya paderi Siau-lim ini memang hebat,"
pikirnya, "aku harus cari akal untuk mengatasinya."
Segera dia robah permainan pedangnya dalam ilmu Cokuthun-kin-kiam. Co-kut-hun-ki artinya melepas tulang
menebarkan urat. Sebetulnya merupakan suatu ilmu
pukulan yang ampuh. Apabila ia mengenai sasaran, tulang
dan urat2 tubuh lawan tentu berhamburan lepas dari
tempatnya. Oleh Ceng Sian suthay, ilmu pukulan itu dimainkan
dengan pedang. Dan setelah disana-sini mengalami
perobahan dan penyempurnaan, akhirnya berhasillah Ceng
Sian suthay menciptakan sebuah ilmu pedang yang
dasarnya bersumber pada ilmu pukulan Co-kut- hun-kiuciang
itu. Ceng Sian suthay telah mewariskan ilmu pedang itu
kepada Su Tiau Ing murid kesayangannya, Tiau Ing cerdas
dan berbakat maka ilmu pedang itupun dapat dipelajarinya
dengan baik. Kini Tiau Ing telah mengunakan ilmu pedang itu untuk
menghadapi To Thian. Paderi agak bingung menghadapi
serangan yang serba tak terduga arahnya. Bergerak ke
kanan tetapi menusuk kekiri, bergerak ke kiri tetapi
menusuk ke kanan. Dalam beberapa jurus, To Thian memang kelabakan.
Tetapi dasar dia memang murid Siau-lim yang hebat, dalam
waktu beberapa jurus dia sudah dapat menghadapi lawan.
Tiau Ing semakin marah. Tiba2 dia mendapat akal.
Kalau toh-kut-hun-kin-kiam itu serba terbalik gerakannya,
sekarang dia tak mau membalik gerakan itu. Misalnya,
kalau bergerak ke kanan dia tak mau menyerang ke kiri
tetapi benar2 menyerang ke kanan.
Wut, uh ..... tiba2 paderi To Thian terkejut ketika
dadanya hampir tertembus ujung pedang. Untung dia masih
sempat miringkan tubuh kesamping sehingga hanya
bahunya saja yang terkelupas sedikit.
"Ai, nona manis, mengapa engkau tegah melukai calon
suamimu ?" masih To Thian menggodanya.
Tiau Ing makin marah sekali. Dia terus menyerang
dengan hebat. Kini dia mempunyai akal yang cerdik sekali.
Setempo ilmu pedang Coh-kut-hun-kin-kiam dimainkan
dengan jurus yang sewajarnya yaitu bergerak kekiri
menyerang ke kanan. Tetapi lain kali jurus itu dibalik.
bergerak ke kanan tetapi menyerang ke kanan.
To Thian memang hebat. Tetapi karena akal Tiau Ing
yang cerdik itu, mau tak mau dia kelabakan juga.
Sebenarnya kalau dia memang mau berkelahi dengan
sepenuh tenaga, tentulah dia dapat mengalahkan Tiau Ing.
Tetapi dasar dia seorang paderi mata keranjang. Karena
terpikat oleh kecantikan Tiau Ing yang gilang gemilang, dia
terus main ecoh-ecoh dan sengaja memperlambatkan
pertempuran itu agar lebih lama menikmati kecantikan
nona itu. Tetapi setelah menghadapi serangan jurus Coh-kut-hunkinkiam yang diputar-balik tak keruan oleh Tiau Ing, mau
tak mau To Thian men jadi kelabakan juga.
Kalau tadi bahunya yang tertusuk, kini lengannya yang
kena. Darahpun mengalir membasahi jubahnya.
"To Thian taysu, lebih baik lekas2 menangkap nona itu,"
seru Ko Cay Seng dengan menggunakan ilmu Coan-im-jipbi
atau Menyusup-suara. To Thian gelagapan. Dia malu juga kalau sampai tak
dapat menangkap nona itu. Segera dia robah gerakannya
sedemikian rupa sehingga tubuhnya seperti pecah menjadi
beberapa orang mengurung Tian Ing.
"Ayo, menyerah tidak nona manis," dengan sebuah
gerak Toa-kin-na-jiu atau dengan tangan kosong merebut
senjata, ia berhasil memegang tangan Tiau Ing dan terus
hendak dipeluknya. Tetapi pada saat itu juga, sesosok tubuh menerobos dari
kerumunan pasukan Ceng dan terus menerjang.
"Uhhhh ..... anjing lu !" teriak To Thian yang
gentayangan ke belakang karena bahunya di cengkeram dan
disentak ke belakang sekuat-kuatnya oleh orang itu.
Tetapi orang itu tak menghiraukan. Dia malah
menghampiri Tiau Ing, "Bagaimana adik Ing, apakah
engkau tak terluka " Maaf, karena aku terlambat ...."
"Awas, belakangmu Bok-ko," teriak Tiau Ing seraya
menuding ke belakang. Ternyata yang datang menyentakkan tubuh To Thian itu
tak lain adalah Bok Kian, engkoh misan dari Su Tiau Ing.
Dia marah sekali karena Tiau Ing dipeluk seorang paderi.
Dengan mengerahkan seluruh tenaganya, dia menerjang
gerombolan prajurit Ceng dan langsung mencengkeram
bahu paderi dan disentakkan ke belakang.
Bok Kian terkejut waktu mendengar peringatan Tiau Ing.
Cepat dia berpaling. Betapa kejutnya ketika kepalan tangan
To Thian sudah mengancam ke mukanya. Dia berusaha
untuk menghindar ke samping tetapi tak urung bahunya
terkena pukulan paderi itu.
"Uhhhhh ...... ," Bok Kian mengeluh ketika tubuhnya
,terhuyung-huyung seperti layang2 putus tali. Untung
ditolong oleh beberapa anak.
Tiau Ing yang masih mencekal pedang, langsung
membacok tangan paderi itu. Tetapi To Titian memang
lihay. Cepat ia menekuk siku lengannya ke atas lalu
menutukkan jarinya ke batang pedang Tiau Ing, tring?"..
tangan Tiau Ing tergetar dan hampir saja pedang terlepas.
Tetapi Tiau Ing juga lihay. Dia adalah murid kesayangan
dari Ceng Sian suthay, ketua partai Kun-lun-pay.
Plak?". tiba2 Tiau Ing ayunkan kakinya dalam jurus
tendangan Soan-hong-tui atau Tendangan-angin-puyuh.
Karena mengira nona itu tentu akan lepaskan pedang
maka To Thian terus merapat maju untuk menerkam
lengan Tiau Ing. Tetapi dia tak menduga sama sekali kalau
nona itu masih dapat mengirim tendangan yang istimewa.
Karena jarak teramat dekat, dia tak sempat menghindar
lagi, Lambungnya kena dan paderi itupun menyurut
mundur selangkah. "Ah, mengapa nona berani sama calon suami ?" kembali
paderi itu mulai menggoda lagi. lalu maju lagi untuk
membayangi Tiau Ing dengai sepasang tangannya.
"Padri busuk, jangan menghina seorang gadis !" tiba2
Bok Kianpun menerjang dan membabat kaki paderi itu.
Kini To Thian diserang dari muka dan balakang oleh
Bok Kian dan Tiau Ing. Bok Kian, khusus membabat kaki
dan Tiau Ing menyerang dada. Dengan demikian, tanpa
ajak- ajakan, keduanya telah membentuk suatu permainan
gabungan yang cukup merepotkan To Thian.
Sebenarnya To Thian dapat menguasai kedua
anakmuda.itu. Tetapi karena dia terpancang oleh
peringatan Ko Cay Seng supaya jangan melukai Tiau Ing
dan kedua kalinya karena Bok Kian bertempur dengan
nekad, maka To Thian menjadi kelabakan juga.
Diam2 To Thian menimang. Karena Tiau Ing tak boleh
dilukai maka lebih baik dia mengerjai Bok Kian saja.
Saat itu dia sedang menghindari tabasan pedang Tiau Ing
tetapi diam2 diapun tahu kalau Bok Kian juga sedang
melancarkan serangan untuk membabat kakinya dari
belakang. Sengaja dia diam saja,
Pada saat pedang Bok Kian sudah hampir dekat, tiba2
dengan sebuah gerak membalik tubuh yang indah, To Thian
menghantam Bok Kian. "Uh............ ," Bok Kian mandesuh kaget. Tetapi dia tak
menghiraukan. Dia tetap melanjutkan gerak babatan
pedangnya. Terhantamnya dada Bok Kian dan terbabatnya kaki To
Thian hampir terjadi pada saat yang bersamaan. Bok Kian
terlempar sampai dua tiga meter ke belakang dan muntah
darah. Tetapi betis To Kianpun termakan pedang sehingga
dagingnya terkelupas dan darah mengalir deras.
Tiau Ing, menggunakan kesempatan itu untuk menabas
kepala To Thian. Untunglah To Thian masih dapat loncat
ayunkan tubuh ke belakang,
Sesosok tubuh melayang ke tempat Bok Kian, "Bokheng,
bagaimana engkau ?" Sambil membuka mata. Bok Kian hanya geleng- geleng
kepala. Orang itu tak lain adalah Huru Hara. Dia kuatir
kalau musuh akan maju untuk mengganggu Bok Kian maka
cepat2 dia meloncat untuk melindunginya. Dia
menggandeng tangan Bok Kian diajak ketempat
rombongannya lalu mengeluarkan dua butir pil Cian-lianhayte-som (so berumur seribu tahun yang tumbuh di dasar
laut) suruh Bok Kian meminumnya dan beristirahat.
Setelah itu Huru Hara maju ke tengah gelanggang.
"Nona Su, silakan beristirahat dan melindungi Su tayjin.
Biarlah aku yang menghadapi mereka."
Setelah Tiau Ing pergi, Huru Hara lalu berseru kepada
rombongan Ceng, "Silakan maju."
Perwira Gotay memang ingin bertempur juga. Dia belum
tahu siapa dan bagaimana Huru Hara. Tanpa banyak bicara
dia terus melangkah maju Ko Cay Seng hendak mencegah
tetapi sudah terlambat. Terpaksa dia hanya berseru,
meminta agar perwira Boan itu berhati-hati.
Bukan berterima kasih atas peringatan Ko Cay Seng,
kebalikannya diam2 perwira Gotay itu kurang senang
dalam hati. Ia menganggap Ko Cay Seng memandang
rendah kepadanya. "Hm, akan kutunjukkan kepadanya bahwa orang Boan
itu tidak kalah dengan orang Han," batinnya.
Selekas berhadapan dengan Huru Hara, terus saja
perwira Gotay itu menantang, "Hayo, engkau menghendaki
bertanding dengan cara apa " Pakai senjata atau tangan
kosong ?" "Terserah kepadamu !" jawab Huru Hara.
Gotay mendapat akal. Kalau dengan ilmusilat
kemungkinan lawan akan mampu menandinginya. Tetapi
kalau dengan cara bertempur di medan perang, tentulah
lawan akan keok. "Beranikah engkau bertempur secara ksatrya di medan
perang ?" tanyanya. "Apa yang engkau maksudkan ?"
"Aku kubirimu seekor kuda. Kita masing2 naik kuda,
Dan akan kuberimu juga tombak dan busur. Kita nanti
bertanding dengan tombak dan saling memanah.
Bagaimana ?" "Boleh," sahut Huru Hara tanpa banyak pikir.
"Jangan Loan-heng," tiba2 Bok Kian bersetu mencegah.
Rupanya dia sudah sembuh,
"Tak apa, Bok-heng," kata Huru Hara.
"Baik," sambut Gatay, "engkau memang seorang
pemuda Han yang gagah perwira."
Kemudian dia kembali kepada rombongannya minta
supaya disediakan dua ekor kuda, tombak dan busur
lengkap dengan auakpanah.
Setelah perlengkapan itu disediakan maka Huru Harapun
menerima kuda, tombak dan busur.
"Hati-hati Loan-heng," seru Bok Kian.
Sementara itu Ah Liongpun berunding dengan
anakbuahnya. kasak kusuk Rupanya mereka hendak
merencanakan suatu daya upaya untuk bantu Huru Hara.
Huru Hara sudah menaiki kuda dan Gotay pun sudah
siap. Dia memegang tombak. Sesaat kemudian dia memberi
tanda mengacungkan tombak maka kudapun segera
dilarikan menerjang ke arah Huru Hara.
Tring . . . . Huru Hara menangkis. Gotay rasakan
tangannya gemetar. Diam2 dia terkejut. Ternyata lawan
yang bertubuh kurus dan seperti tak bertenaga itu,
mempunyai tenaga yang hebat
Tetapi Gotay seorang perwira yang banyak pengalaman
dalam medan peperangan. Dia pandai sekali bertempur
dengan naik kuda. Serangan yang kedua, dia bersikap seperti hendak
menusuk. Tetapi pada waktu merapat tiba2 dia meluncur
kebawah perut kuda dan terus menusuk kaki Huru Hara.
Huru Hara terkejut. Cepat dia menggerakkan kakinya ke
muka, cret . , kuda meringkik keras sambil berjingkrak


Bloon Cari Jodoh Pendekar Huru Hara Karya S D. Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mengangkat kaki keatas. Huru Hara terkejut ketika tahu2 dia meluncur ke
belakang dan jatuh ke tanah. Untung dia masih sempat
mencekal kuda. Salekas kuda itu hendak mencongklang ke
muka, Huru Hara menarik ekornya sehingga kuda itu
terhenti dan dengan meminjam tenaga tarikan itu, Huru
Hara berayun lagi ke punggung kuda.
Ternyata tusukan tombak Gotay itu, walaupun tidak
mengenai kaki, tetapi menembus celananya terus menusuk
ke perut kuda. Celana Huru Hara robek sampai ke lutut.
Terdengar sorak sorai dari pasukan Ceng melihat perwira
mereka mendapat kemenangan.
Karena belum pengalaman dalam bertempur naik kuda,
Huru Hara menderita kerugian. Tetapi diam2 dia memuji
kepandaian perwira Boan itu.
Kembali Gotay melarikan kuda untuk manyerang, Huru
Hara menusuk tetapi Gotay kembali menghilang dari
punggung kuda. Tahu2 dia muncul dari bawah perut kuda
dan terus menusuk perut Huru Hara.
"Uhhhh," kali ini yang terkejut adalah Gotay.
Tusukannya mengenai tempat kosong dan tahu2 ia rasakan
kakinya yang masih mengait pada besi pijakkan kuda,
dicengkeram orang lalu di lontarkan. Kini dialah yang
terancam jatuh ke tanah. Tetapi Gotay memang jago dalam- hal naik kuda. Dalam
keadaan tubuhnya berada diperut kuda tanpa suatu
pegangan, dia masih dapat ayunkan kakinya ke muka dan
tahu2 sudah naik dipunggung kuda Huru Hara. Kini
mereka tukar kuda Huru Hara naik kuda Gotay dan Gotay
naik kuda Huru Hara. "Bagus, bagus !" kali ini pasukan anak kecil anakbuah Ah
Liong yang bertepuk tangan.
Gotay makin penasaran. Dia memutar kuda dan berganti
mencabut busur dan anakpanah. Dia larikan kuda, setelah
terpisah dua tombak dari lawan, diapun melepaskan
anakpanah. Huru Hara tak sempat berganti busur. Terpaksa dia
menangkts dengan tombaknya, tring ?"" tepat sekali
anakpanah itu dihantamnya jatuh.
Gotay memutar kuda lalu menerjang lagi. Kali ini dia
tidak hanya melepas sebatang anak-panah tetapi sekaligus
tiga batang yang ditujukan pada kepala, dada dan perut
lawan. Srut, srut, srut ?"".. ketiga batang anakpanah itu
berhamburan melaju kemuka karena tidak menemui
sasaran, Huru Hara loncat ke udara sampai dua tombak
tingginya lalu berayun meluncur lagi ke punggung kuda.
"Hm, hebat juga," dengus Gotay. Diam2 dia akan
melancarkan serangan yang jauh lebih dahsyat lagi.
Setelah melarikan kuda dan terpisah dua tombak dari
Huru Hara, Kembali Gotay melepas tiga batang
anakpanah. Dan pada saat ia melihat Huru Hara hendak
bergerak, Gotay pun cepat menyusuli pula dengan tiga
batang anakpanah lagi, "Hm, masakan engkau mampu
menghindar sekarang," pikirnya.
"Celaka, aku tertipu," diam2 Gotay mengeluh dalam hati
ketika menyaksikan apa yang dilakukan Huru Hara.
Ternyata Huru Hara tidak melayang ke udara tetapi
menggelincir kebawah perut kuda, seperti yang dilakukan
Gotay tadi. Memang Hutu Hara heran dan memperhatikan
cara2 Gotay waktu menggelincir kebawah perut kuda tadi.
Setelah tahu baru ia menirukannya dan ternyata mampu
juga. Gotay gemas sekali. Dihadapan pasukan Ceng dan
beberapa jago2 yang menjadi kaki tangan panglima Torgun
ternyata dia tak mampu mengalahkan seorang pemuda
nyentrik, Pada hal Gotay termasyhur sebagai seorang
perwira yang selalu menang dalam setiap peperangan.
Cepat dia mengganti busur dengan tombak lalu
merunduk kebawah dan menusuk Huru Hara yang
bergelantungan dibawah perut kuda. Tetapi pada saat dia
merunduk kebawah, tiba2 kuda yang dinaikinya itu rubuh
menggelpar ketanah. Sudah. tentu diapun ikut terbanting.
Kiranya kuda yang dinaiki Gotay, adalah kuda yang
semula dipakai Huru Hara. Kuda itu tadi terkena tusukan
tombak Gotay. Mengapa tadi masih dapat dinaiki Gotay
lalu sekarang roboh"
Memang fihak pasukan Ceng bermain curang. Waktu
Gotay meminta disediakan kuda, tombak dan anakpanah
tadi, diam2 atas perintah Ko Cay Seng, tombak dan
anakpanah yang akan dipakai Gotay telah dilumuri racun.
Karena terkena tombak beracun yang bekerjanya lambat,
maka baberapa waktu kemudian barulah kuda itu roboh.
Karena tak diberitahu, dalam hal ini Gotay memang tak
tahu. Gotay memang hebat. Begitu jatuh ditanah dia terus
bergelundungan dan menyambar tubuh Huru Hara. Kini
keduanya bergumul. Kedua ekor kuda sudah mencongklang
pergi. Gotay mahir dalam ilmu gumul. Akhirnya dapat
meringkus Huru Hara terus diangkat hendak dibanting,
Tetapi dia terkejut ketika secara tiba2 saja, tubuh Huru
Hara mendadak berobah berat sekali. Lengan Gotay terasa
linu karena hampir tak kuat menahan tekanan tubuh Huru
Hara. "Uhhhhh," akhirnya Gotay harus menyerah juga dan
lepaskan tubuh Huru Hata. Pada saat dia masih belum
sempat menggerakkan kedua tangannya dari rasa linu,
Huru Hara ganti mencekal tengkuknya dan terus diangkat
dan diputar-putar sederas kitiran.
Terdengar pekik teriak gemuruh dari pasukan Ceng
ketika menyaksikan adegan itu. Mereka tak dapat ditahan
lagi dan serempak menyerbu. Melihat itu, terpaksa Ko Cay
Seng juga memberi perintah kepada kawan-kawannya
untuk menyerang. Huru Hara makin penasaran. Tubuh Gotay diayunayunkan
kian kemari sebagai senjata untuk menghantam
setiap prajurit musuh yang hendak mendekatinya. Suasana
menjadi kacau dan pertempuranpun berlangsung secara
acak-acakan. Tiau Ing, Bok Kian, Ah Liong dan pasukan Bon-bin,
menyambut serangan mereka.
Diam2 Ko Cay Seng telah membisiki beberapa
kawannya untuk menyerang anak2 muda itu dan
memencilkan mentri Su. Dialah yang akan merangkap
mentri itu. Memang tak mudah untuk mendekati rombongan Bok
Kian-Tiau Ing. Kedua muda mudi itu bertempur seperti
kesetanan. Juga anakbuah Ah Liong mulai malepaskan
kantong2 semut dan tawon. Prajurit2 yang memang
menjerit-jerit dan berjingkrak- jingkrak seperti kerangsokan
setan karena digigit semut dan disengat tawon. Tetapi
karena jumlah mereka besar, maka merekapun tetap dapat
mengurung anak2 muda itu sehingga terpisah dari mentri
Su. Huru Hara sendiri tak sempat memperhatikan mentri
karena saat itu dia sedang dikepung oleh empat orang jago
yaitu Amita lhama, Hong-hay- ji, pendekar Tengkorakpencabutnyawa dan To Thian. Keempat orang itu adalah
tokoh2 persilatan kelas satu. Agak sukar dan lama, Huru
Hara harus melayani mereka. Untunglah dia memakai
senjata istimewa yakni tubuh Gotay sehingga lawan2-nya
jeri juga. Tetapi diapun sukar untuk lolos dari kepungan.
Kesempatan itu digunakan sebaik-baiknya oleh Ko Cay
Seng. Dia berhasil menyelundup di-antara rombongan
prajurit Ceng dan mendekati mentri Su.
"Su tayjin, harap ikut aku," cepat ia menyambar lengan
mentri Su tetapi mentri dengan sigap menusuk tangan Ko
Cay Seng. "Uh," Ko Cay Seng mendesuh karena hampir saja
telapak tangannya tertusuk. Untung dia dapat
menggelincirkan tangannya ke bawah sehingga hanya
lengan bajunya yang robek.
Pada saat dia memandang kemuka ternyata mentri sudah
meloloskan diri. "Hm, hendak kemana engkau," Ko Cay Seng terus
mengejar. Mentri berhasil lolos dari medan pertempuran menyusup
kedalam hutan. Ko Cay Seng terus mengejarnya.
Tiba2 muncul seorang kakek pendek yang menghadang
jalan Ko Cay Seng, "Hai, stop! Mengapa engkau lari seperti
dikejar setan?" Ko Cay Seng berhenti. Dia teringat bahwa kakek itu
adalah dari rombongan Huru Hara. Dan diapun tahu kalau
kakek itu seorang limbung. Kalau dihadapi dengan
kekerasan tentu akan memakan waktu lama. lebih baik
diakali saja. "Apakah engkau tahu seorang lelaki yang lari kedalam
hutan?" balas Ko Cay Seng.
"Kurang ajar, engkau menghina aku!" bentak kakek itu
yang tak lain adalah kakek Cian-li-ji.
Ko Cay Seng terbeliak, "Siapa yang menghina engkau"
Aku kan bertanya apakah engkau melihat seorang lelaki lari
kedalam hutan ini?" "Ya, "sahut Cian-li-ji, "inilah!" dia menunjuk pada
dirinya. "Ah," Ko Cay Seng geleng2 kepala, "bukan engkau tetapi
lain orang." "Ya, memang ada tetapi dia terus lari saja."
"Wah, kalau sampai mentri Su tayjin menderita sesuatu
yang tak diinginkan, bagaimana aku harus memberi
pertanggungan jawab kepada pendekar Huru Hara nanti?"
kata Ko Gay Seng. "0, dia mentri Su" Dan engkau diperintah keponakanku
Huru Hara untuk ..... "
"Ya, untuk menyelamatkannya," cepat Ko Cay Seng
menukas. "Akan kutangkanya," teriak Cian-li-ji terus masuk
kedalam hutan. "Ko Cay Seng tertawa dalam hati. Dia memang tahu
kalau kakek itu seorang limbung. Dia segera menyusul. Tak
berapa lama, dilihatnya kakek itu tengah mendekap tubuh
seseorang. Dan orang itu tak lain, adalah mentri Su Go
Hwat. "Bagus, kakek yang pintar," puji Ko Cay Seng seraya
menghampiri. "Celaka! jangan tertipu. Dia adalah kaki tangan pasukan
Ceng yang hendak merangkap aku!' teriak mentri Su.
"Hah?" Cian-li-ji terbelalak, "benarkah itu"'
Ko Cay Seng tertawa dan geleng2 kepala "Jangan
percaya," katanya, "memang Su tayjin mendetita
goncangan batin yang hebat sehingga tak kenal lagi
kepadaku." "0, benar, benar, "teriak Cian-li-ji, "karena kalah perang
Su tayjin menjadi kacau pikirannya. Bukankah begitu, Su
tayjin?" "Tidak! "teriak mentri Su, "aku tak apa2. Jangan percaya
kepadanya." "Kakek yang pintar. "seru Ko Cay Seng "serahkan Su
tayjin kepadaku dan lekaslah engkau membantu pendekar
Huru Hara. Dia sedang menghadapi serangan tentara
Ceng." "0, apakah sudah terjadi pertempuran?" tanya Cian-li-ji.
Lambang Naga Panji Naga Sakti 12 Jangan Ganggu Aku Karya Wen Rui An Pedang Ular Merah 1

Cari Blog Ini