Makam Bunga Mawar Karya Opa Bagian 23
dengan baik, ketika melihat Hee Thian Siang dengan tiba-tiba
terbenam dalam pikirannya sendiri, lagi pula wajahnya
menunjukkan rasa terkejut, ia mengira bahwa mendengar
kekuatan tenaga lawannya dalam pikirannya merasa raguragu, maka lalu berkata sambil tersenyum;
"Sahabat Pao dan lain-lainnya, kalau kalian merasa
kesepian, karena terlalu lama berdiam didalam lembah
kematian ini, kita tidak halangan coba-coba beberapa jurus,
baik kita tetapkan tiga babak untuk memberi keputusan siapa
yang lebih unggul dan siapa yang asor, Ciu Lok Pho sedia
menerima pelajaran Hek-sat-tui-hun-ciang-lek dari sahabat
Pao lebih dulu !" Baru saja menutup mulutnya, Hee Thian Siang tiba-tiba
berkata kepada Cin Lok Pho sambil memberi hormat;
Cin locianpwee, Hee Thian Siang ada suatu permintaan
yang kurang pantas, harap supaya locianpwee tidak keberatan
untuk menerima baik permintaan Hee Thian Siang itu !"
Cin Lok Pho meskipun tahu bahwa Hee Thian Siang pasti
akan mengeluarkan permaian baru, terpaksa bertanya sambil
tersenyum: "Hee laote ingin bicara apa" Katakanlah dengan terus
terang, perlu apa memakai penghormatan sedemikian rupa ?"
"Hee Thian Siang ingin seorang diri menghadapi tiga orang
yang menamakan diri Cong-lam-sam-sat ini, harap
pertandingan tiga babak itu Cin locianpwee berikan semua
kepadaku, Cin locianpwee sudah cukup kalau mengawasi dari
samping saja !" Cin Lok Pho mendengar ucapan bahwa Hee Thian Siang
hendak bertanding dengan Cong-lam-sam-sat dengan seorang diri, sudah tentu merasa agak kuatir, tetapi melihat
sikap Hee Thian Siang ketika berbicara kepadanya, yang
berulang-ulang memberi isyarat dengan sinar mata, ia tahu
bahwa pemuda itu sudah mempunyai rencana yang masakmasak didalam hatinya, maka terpaksa menerima baik dan
katanya sambil tertawa: "Dibawah jago kenamaan tidak ada murid yang lemah,
sejah dahulu kala jago timbul dari angkatan muda, kegagahan
Hee laote ini sesungguhnya sangat mengagumkan tetapi
orang orang seperti Khong-khong Hweesio dan lain-lain,
masing-masing memiliki kepandaian tinggi tersendiri-sendiri,
mereka namanya sudah lama tersohor kau harus berlaku
sangat hati-hati sekali !"
"Locianpwee jangan memandang lawan terlalu tinggi,
sebaliknya aku merasa bahwa ucapan mereka itu terlalu
dibesar-besarkan, sedikitpun tidak ada artinya !" berkata Hee Thian Siang.
Gu Long Goan lantas membentak dengan suara gusar:
"Sahabat Hee jangan terlalu sombong ucapannya dimana
yang kau anggap bahwa ucapan kami bersaudara tadi terlalu
berlebih-lebihan ?" "Pedang Liu-yap-bian-si-kiam
adalah benda pusaka peninggalan tokoh rimba persilatan Tay-piat Siangjin dengan
cara bagaimana bisa berada didalam lembah kematian"
ucapanmu yang bohong dan kosong belaka ini, sudah tentu
tidak ada kenyataannya !"
Khong-khong Hweesio yang mendengar ucapan itu dengan
sinar mata dingin menatap Hee Thian Siang sejenak
kemudian mengeluarkan benda seperti sebutir gulungan
perak, diletakkan ditelapak tangannya, kemudian ia
mengempos semangatnya, butiran-butiran warna perak tadi
dengan tiba-tiba terbuka, berubah menjadi sebilah pedang
bagaikan daun pohon Yang-liu, yang sangat aneh bentuknya !
Hee Thian Siang telah menyaksikan dengan jelas pedang
kecil berbentuk aneh dalam tangan Khong-khong Hweesio
memang benar milik Tay-piat Sianjin yang didapatkan oleh
dan Siaopek dan kemudian oleh Tiong-Sun Hui Kheng
dihadiahkan kepada Hok Siu In.
Karena pedang milik Hok Siu In itu berada dalam tangan
Khong-khong Hweesio maka kecuali Khong-khong Hweesio
pada waktu itu berada dipuncak gunung itu, tentunya Hok Siu
In belum mengalami bencana.
Hantu malam bertangan tujuh Gu Long Goan menampak
Hee Thian Siang dengan tiba-tiba mengerutkan alisnya dan
diam seribu bahasa, lalu berkata dengan suara dingin:
"Sahabat Hee, tadi kau berani mengucapkan perkataan
sombong, mengapa setelah melihat pedang Liu-yap-bian-sikiam sikap gagahmu tadi mendadak lenyap, apakah kau takut
menghadapi pedang yang sangat tajam ini!"
Sepasang alis Hee Thian Siang berdiri, katanya dengan
sikap sombong: "Pedang Liu-yap-bian-si-kiam meskipun tajam tetapi bagi
Hee Thian Siang masih bukan soal apa-apa, aku hanya
sedang berpikir hendak mengadakan pertaruhan dengan
kalian Cong-lam-sam-sat!"
Pao It Hui lantas bertanya:
"Dengan barang apa kau hendak mengadakan pertaruhan
dengan kami?" "Aku seorang diri akan menerima pelajaran kalian yang
berupa ilmu Hek-sat-ciang, senjata rahasia, Hek-sat-tui-huiciang-lek dan Liu-yan-bian-si-kiam, apabila dalam tiga
pertandingan itu aku beruntung bisa mendapat kemenangan,
akulah yang keluar sebagai pemenang, dan dalam tiga
pertandingan itu asal Hee Thian Siang kalah satu babak saja,
kalian tiga saudara yang terhitung menang!"
Cin Lok Pho mendengar ucapan Hee Thian Siang yang
mengandung sikap memandang rendah kepada lawannya,
dan ucapannya itu juga terlalu sombong, diam-diam
menggelengkan kepala dan menghela napas, tetapi karena
ucapan sudah dikeluarkan, sudah tentu tidak bisa ditarik
kembali. Sementara itu Khong-khong Hweshio yang mendengar
ucapan itu, lalu berkata dengan nada suara dingin:
"Pemuda yang terlalu jumawa, dengan barang apa kau
hendak menggunakan sebagai barang pertaruhan dengan
kami?" Hee Thian Siang mengeluarkan benda peledak Kian-thianpek-lek peninggalan suhunya, diperlihatkan kepada Cong-lamsam-sat seraya berkata: "Jikalau Hee Thian Siang kalah dalam pertandingan ini, rela
menghadiahkan benda pusaka golongan Pak-bin yang
bernama Kian-thian-pek-lek ini kepada kalian bertiga!"
Mendengar disebutnya nama Kian-thian-pek-lek Cong-lamsam-sat terkejut tetapi juga girang, Pao It-hui dengan sinar
mata yang tajam mengawasi benda ditangan Hee Thian
Siang, kemudian berkata sambil menganggukkan kepala dan
tertawa terbahak-bahak; "Baik, baik mari kita laksanakan pertaruhan ini, kalau kau
kalah kau harus memberikan senjata Kian-thian-pek-lekmu
kepada kami, sebaliknya kami yang kalah, akan menyediakan
batok kepala Cong-lam-sam-sat kepadamu!"
Hee Thian Siang yang mendengar Pao It Hui berkata
demikian, berulang-ulang ia menggoyangkan tangannya dan
berkata; "Tidak perlu, tidak perlu, dahulu, meskipun kalian sudah
dianggap sebagai manusia tidak berharga dalam rimba hijau
oleh orang-orang dunia Kang-ouw, tetapi diwaktu belakangan
ini kejahatan kalian tidak terlalu nyata, maka Hee Thian Siang
yang masih mengingat kebaikan Tuhan, juga karena
mengingat kalian mendapat kepandaian itu dengan secara
tidak mudah, bagaimana aku dapat tega hati jika menang
dalam pertempuran itu lantas menerima batok kepala kalian
bertiga?" Khong-khong Hweshio lalu bertanya:
"Tidak menghendaki batok kepala kita, apakah kau
menghendaki pedang Liu-yap-bian-si-kiam ditanganku ini ?"
"Pedang Liu-yan-bian-si-kiam itu, dalam pertandingan
selama tiga jurus antara kau dengan aku, tentu sudah berhasil
kurampas dari tanganmu, maka tidak perlu digunakan sebagai
barang taruhan!" berkata Hee Thian Siang sambil
menggelengkan kepala. Gu Long Goan yang mendengar ucapan jumawa itu, lantas
membentak; "Kau sesungguhnya terlalu jumawa sekali !"
Khong-khong Hweshio diantara tiga orang itu, benar saja ia
yang paling sabar, meskipun dihina sedemikian rupa oleh Hee
Thian Siang, namun sedikitpun belum merasa marah, ia
menggoyangkan kepala terhadap Gu Long Goan, kemudian
berpaling dan bertanya kepada Hee Thian Siang;
"Sahabat Hee, menurut pikiranmu, kau minta kita
menggunakan barang apa sebagai barang pertaruhan ?"
"Apabila Hee Thian Siang dapat merebut kemenangan
dalam pertandingan ini, aku minta kalian menjawab tiga
pertanyaanku dengan terus terang, sedikitpun tidak boleh
berbohong!" Pao It Hui lalu bertanya sambil mengerutkan alisnya;
"Pertaruhan semacam ini tidak ada artinya, sebab bagi
kami terlalu enak sekali !"
Hee Thian Siang berkata sambil menggelengkan kepala;
"Tampaknya memang kalian terlalu enak, tetapi sebetulnya
tidak !" Selagi Gu Long Goan hendak bertanya lagi, Khong-khong
Hweshio sudah menyelak; "Samte tidak perlu bertanya lagi, sahabat Hee ini sebabnya
menganggap kita tidak terlalu enak, adalah karena ia pasti
akan merebut kemenangan !"
Hee Thian Siang memandang Khong-khong Hweshio
beberapa kali, kemudian berkata sambil tertawa;
"Didalam barisan Cong-lam-sam-sat ini memang benar
kaulah padri ini yang terhitung paling pintar, aku harus berlaku
hati-hati terhadap kau ?"
Pao It Hui adatnya agak berangasan, waktu itu sudah
merasa gatal tangannya, ketika mendengar ucapan itu, lalu
membentak kepada Hee Thian Siang dengan suara bengis;
"Pertarohan ini kalau memang sudah ditetapkan, perlu apa
kita banyak bicara lagi, kau siap-siaplah turun kelapangan,
untuk mencoba-coba ilmuku Hek-sat-hui-hun-ciang-lek!"
"Aku tahu bahwa diantara Cong-lam-sam-sat, jikalau
ditinjau dari kepandaian ilmu yang sejati, kaulah yang
terhitung paling kuat, tetapi jika ditilik dari adatmu yang
beranggasan ini, juga kaulah yang paling mudah dijatuhkan
lebih dahulu!" Pao It Hui yang diejek demikian rupa, sesaat lantas naik
darah, ia menggeram hebat, badannya melesat setinggi
setombak lebih, kemudian melayang turun diatas tumpukan
tulang-tulang itu, dan minta kepada Hee Thian Siang supaya
turun kelapangan. Hee Thian Siang selagi hendak bergerak, Cin Lok Pho
yang masih khawatir, bertanya kepadanya dengan suara
perlahan; "Hee laote, apakah kau benar-benar sudah yakin dapat
menghadapi tiga lawan tangguh ini dengan seorang diri ?"
"Semoga Cin Locianpwe doakan saja, Cong-lam-sam-sat
ini meskipun lihay, tetapi bagaimana pun juga toh tidak lebih
lihay daripada ketua partai Ceng-thian-pay Khi Tay Cao!"
"Ucapanmu ini meskipun benar, aku juga tahu tindakanmu
yang hendak melawan Cong-lam-sam-sat seorang diri
bukanlah suatu tindakan yang bukan tidak ada sebabnya,
kuduga pasti mengandung maksud dalam, tetapi karena
lawan-lawanmu itu adalah orang-orang yang tidak dapat
diterima baik dari golongan hitam maupun dari golongan putih,
maka disebut sebagai tiga penjahat besar yang tidak ada
harganya, dapat diduga bahwa kekejaman dan kejahatan
mereka sudah tidak ada tarafnya! Sampaipun binatang
berbisa juga dipergunakan untuk menyerang orang, maka Hee
laote sebaiknya berlaku hati-hati terhadap mereka?"
"Maksud Cin Locianpwe ini Hee Thian Siang sangat
menghargai sekali, Hee Thian Siang minta supaya Locianpwe
tolong waspada terhadap gerakan mereka, itu saja sudah
cukup!" Setelah berkata demikian orangnya juga bergerak,
melayang ketumpukan tulang-tulang, berdiri terpisah empat
kaki dengan Pao It Hui. Dalam kalangan Kang-ouw yang sudah kotor, banyak
sekali kawanan kurcaci yang menggunakan akal busuk untuk
menghadapi lawannya, oleh karenanya perbuatan itu kadangkadang membuat seorang jago atau pendekar kenamaan,
harus sampai terjebak oleh kawanan kurcaci itu, hingga
sebelum kepandaian ilmu silatnya digunakan sudah dibokong
oleh mereka, bahkan ada yang korbankan nyawa karena
perbuatan ceroboh itu, semua itu terlalu menganggap dirinya
sendiri terlalu pandai, hingga sudah mengabaikan gerakan
lawannya, oleh karenanya juga tidak ada penjagaan sama
sekali. Demikian juga keadaan Hee Thian Siang pada waktu itu,
karena mengabaikan pantangan demikian, hampir saja
selembar nyawanya melayang ditangan kawanan kurcaci
didalam lembah kematian dengan secara mudah.
Sinaga kaki pendek Pao It Hui oleh karena merasa
mendongkol dengan ucapan sombong Hee Thian Siang, maka
sudah bertekad dalam babak pertama akan menurunkan
serangan yang mematikan, oleh karenanya maka ia lebih dulu
berada diatas tumpukan tulang, dengan menggunakan
ketepatan yang sangat itu, sudah mengerahkan ilmu Hek-sattui-hun-ciang-lek sepenuhnya kelengan kanan.
Setelah Hee Thian Siang lompat keatas tumpukan tulang
dan berhadapan dengannya, tangan kanan Pao It Hui
seluruhnya sudah berubah warna menjadi kehitam-hitaman,
tangan itu masih disembunyikan didalam lengan bajunya, dan
siap hendak melancarkan serengannya.
Hee Thian Siang begitu kakinya menginjak tumpukan
tulang, lalu memberi hormat kepada Pao Itu Hui seraya
berkata; "Hee Thian Siang bersedia belajar kenal dengan
kepandaianmu, sahabat Pao bagaimana masih belum
melancarkan seranganmu Hek-sat-tui-hun-ciang-lek ?"
Makam Bunga Mawar Karya Opa di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Pao It Hui yang mendengar ucapan itu, memperdengarkan
suara tertawa dingin, kemudian lengan bajunya digulung,
sebuah tangannya yang hitam jengat sudah mendorong
kearah dada Hee Thian Siang!
Gerakan itu demikian cepat dan hebat, hembusan angin
yang terkandung dalam serangan itu rasanya dingin sekali,
bahkan samar-samar mengandung bau amis.
Hee Thian Siang sebetulnya ingin menggunakan ilmunya
Kian-thian-khi-kang dari perguruannya sendiri untuk mematahkan serangan lawannya, tetapi oleh karena gerakan
serangan Pao It Hui telah ditujukan kepada dadanya itu,
demikian hebat dan diluar dugaannya sendiri, maka ia tidak
berani lagi main gila, juga lantas mengerahkan ilmunya Kianthian-khi-kang untuk menutup serangan lawannya.
Disamping berusaha sedapat mungkin untuk menahan
serangan lawannya, ia juga merobah siasat dengan cara
tergesa-gesa, sudah tentu Hee Thian Siang mengalami
kerugian yang tidak sedikit, lengan tangan kanannya seketika
merasa kesemutan, kakinya juga tidak dapat
mempertahankan kedudukannya, hingga terpaksa mundur
dua langkah dan menghancurkan beberapa batang tulang.
Pao It Hui tertawa terbahak-bahak, kemudian berkata;
"Anak muda yang tidak tahu diri, dengan kepandaianmu
seperti ini juga berani omong besar, hendak melawan Conglam-sam-sat!" Ucapan itu disusul dengan gerakannya yang
mengejar Hee Thian Siang, dengan satu gerakan tipu yang
lebih hebat ia melancarkan serangannya lagi dengan ilmunya
Hek-sat-tui-hun-ciang-lek!
Cin Lok Pho yang merupakan seorang Kang-ouw kawakan,
karena menyaksikan Hee Thian Siang melawan dengan
tergesa-gesa, hingga berada dibawah angin, tetapi meskipun
ia melakukan gerakan mundur. namun belum tampak kalut
gerakannya, hingga ia tahu pasti bahwa pemuda itu belum
mengeluarkan ilmunya yang terampuh.
Ketika Pao It Hui mengejar dengan melancarkan
serangannya lagi, ia mungkin akan mengalami kedudukan
yang lebih sulit. Baru berpikir sampai disitu, Hee Thian Siang yang dalam
keadaan terkejut dan malu, segera mengeluarkan ilmunya
terampuh dari ilmu silat Bunga Mawar, dan untuk merebut
posisi ia mengerahkan kekuatan tenaga murninya Kian-thiancin-khi hingga melampaui takaran.
Sejak ia mendapatkan bantuan kekuatan tenaga dalam dari
Duta Bunga Mawar, dan menelan butiran yang berada dalam
binatang aneh seperti kelabang itu, kekuatan tenaga
dalamnya bertambah berlimpah-limpah, kekuatan tenaga
dalam itu semakin hari semakin bertambah, kalau dibanding
sewaktu pertemuan digunung Ki-lian, sudah mendapat banyak
kemajuan lagi. Apalagi sebagai seorang anak muda yang sekarang ingin
menang saja, dan serangan yang dilakukan dengan tenaga
yang melampaui takaran, diiring itu gerak tipu Bun-kun yang
juga merupakan gerak tipu yang sangat ajaib dan luar biasa
dalam rimba persilatan, dengan demikian maka Pao It Hui
saat itu mengalami nasib yang sangat buruk sekali!
Pao It Hui sebetulnya tidak percaya Hee Thian Siang dalam
usianya yang demikian muda ada memiliki kepandaian dan
kekuatan benar-benar hebat, ditambah lagi serangan yang
pertama berhasil dengan gilang-gemilang, sudah tentu
manambah kesombongannya sendiri.
Dan kini serangannya sendiri Hek-sat-tui-hun-ciang-lek,
belum mengenakan Hee Thian Siang, pemuda itu sudah
memutar demikian cepat dan melancarkan serangan yang
belum pernah ia lihat, tetapi jelas ada mengandung perobahan
aneh-aneh yang luar biasa, bahkan serangan itu mengandung
hembusan angin demikian hebat, yang menggulung dari udara
kepada dirinya sendiri! Pao It Hui tahu gelagat tidak beres, tetapi kalau ia tidak
mengadu kekerasan, sudah tidak keburu menyingkir, maka
serangan kedua pihak akhirnya beradu ditengah udara,
setelah itu mulut Pao It Hui mengeluarkan suara keluhan
tertahan, dan terpental mundur sejauh tujuh delapan kaki oleh
kekuatan tenaga dari serangan Hee Thian Siang tadi!
Hee Thian siang yang sudah berhasil dengan serangannya,
sudah tentu tidak mau memberi kesempatan bagi lawannya,
maka kembali menggunakan ilmunya Bunga Mawar, melesat
melalui samping Pao It Hui, kemudian menggunakan
serangan ilmu jari tangan yang baru dipelajarinya, meskipun
belum mahir benar untuk menotok bagian yang bongkok
dibelakang punggungnya, sementara mulutnya berkata sambil
tertawa; "Sahabat Pao perlu apa berlaku sombong" Kau lihat aku
orang dari angkatan muda yang tidak tahu diri ini, sanggupkah
menjatuhkan Cong-lam-sam-sat?"
Sesungguhnya hampir tidak dapat dipercaya, seorang
tokoh hitam yang namanya sudah terkenal sebagai orang kuat
pada masa yang lalu, ternyata tidak sanggup menerima
totokan jari tangan Hee Thian Siang itu, Pao It Hui menjerit,
mulutnya mengeluarkan darah segar, dan saat itu lantas jatuh
ditanah tidak ingat orang lagi!
Kiranya Hee Thian Siang yang memiliki kepandaian sangat
tinggi, ia sudah dapat memperbaiki kedudukannya dengan
cepat, ia telah menggunakan ilmunya Bunga Mawar yang
semula untuk melindungi dirinya, telah dirubah dan digunakan
untuk mengejar dan melukai lawannya, perubahan gerakan
yang sedemikian cepat itu tidak diduga sama sekali oleh Pao
It Hui, dan apa mau bagian bongkok dibelakang punggungnya
yang menjadi pusat kekuatan tenaga dan ilmu nya itu
dijadikan sasaran, hingga ia tidak sanggup mempertahankan
diri dari serangan Hee Thian Siang itu, apalagi Hee Thian
Siang sudah menggunakan ilmunya jari tangan Kian-thian-it-ci
sudah tentu Pao It Hui terluka parah seketika dan tidak ingat
orang lagi. Masih untung Hee Thian Siang hanya menggunakan
kekuatan tenaga lima bagian saja, apabila ia menggunakan
kekuatan tenaga lebih banyak, Pao It Hui pasti akan binasa
pada saat itu juga. Perobahan secara tiba-tiba itu, sudah tentu diluar dugaan
dua penjahat yang lainnya, sedangkan Cin Lok Pho sendiri
juga merasa terheran-heran.
Si-Buddha berbisa Khong-khong Hweesio segera
memeriksa urat nadi Pao It Hui, dan diberi makan dua pil
untuk menolong kepadanya.
Si-Hantu malam bertangan tujuh Gu Long Goan sepasang
matanya memancarkan sinar buas, ia bertanya kepada
Khong-khong Hweesio; "Toako! Apakah Jiko masih dapat ditolong nyawanya ?"
Diwajah Khong-khong Hweesio pada saat itu menunjukkan
sikap kegusarannya, jawabnya dengan suara perlahan;
"Mati barangkali masih belum waktunya, tetapi kekuatan
tenaga dalamnya yang dilatih selama beberapa puluh tahun,
kini telah menjadi sia-sia belaka!"
Gu Long Goan yang mendengarkan ucapan itu, dengan
mata menatap Hee Thian Siang , lalu berkata dengan nada
suara dingin; "Seorang yang mengaku murid dari golongan baik, ternyata
menggunakan serangan tangan kejam lebih ganas daripada
penjahat dari rimba hijau seperti kami ini, suhumu Hong Poh
Cui apakah mengajar kau khusus untuk menghadapi dan
menyerang orang yang melatih ilmu Cao-moy?"
Ucapan itu, tajam bagaikan pisau belati, hingga Hee Thian
Siang pada saat itu menjadi merah mukanya dan tidak dapat
menjawab! Sementara itu Cin Lok Pho lantas menghampiri, dengan
alis dikerutkan dan berlaku pura-pura menyesali Hee Thian
Siang, tapi sebetulnya memberi sedikit peringatan kepadanya,
ia berkata; "Hee laote, mengapa kita sengaja turun tangan terhadap
tempat pusat ilmunya Cao-moy dari sahabat Pao It Hui ini ?"
Hee Thian Siang yang diperingatkan oleh ucapan Cin Lok
Pho, buru-buru membantah;
"Cin Locianpwe, aku dengan sahabat Pao ini hanya secara
kebetulan bertemu muka didalam lembah kematian ini, kita
satu sama lain hanya main-main beberapa jurus saja,
bagaimana aku tahu kalau dia melatih ilmu Cao-moy, dan juga
bagaimana aku tahu kalau punggungnya yang bungkuk itu
merupakan pusat ilmunya ?"
Cin Lok Pho lalu berkata kepada Khong-khong Hweshio
dan Gu Long Goan; "Satu sama lain hanya bertemu secara kebetulan saja,
dengan cara bagaimana Hee laote mengetahui letak pusat
ilmu Cao-moy sahabat Pao, apalagi kalau tuan-tuan
mengatakan sengaja turun tangan ganas terhadapnya" Dalam
medan pertempuran, kesalahan tangan itu memang sulit untuk
dihindarkan, sebaiknya sekarang sahabat Gu yang turun
kelapangan untuk meneruskan pertandingan dalam babak
kedua ini!" "Enak sekali kau bicara, dalam pertandingan babak kedua
ini, apabila sahabat Hee mengalami kejadian apa-apa atas
dirinya, sahabat Cin juga jangan sesalkan kalau aku Gu Long
Goan berlaku ganas!" berkata Gu Long Goan sambil tertawa
dingin. Cin Lok Pho tahu benar bahwa hantu malam bertangan
tujuh itu, terkenal dan mendapat nama dengan senjata
rahasianya, sekarang ia sudah mengeluarkan ucapan seperti
itu, sudah pasti akan menurunkan tangan kejam, maka ia
sangat menguatirkan keselamatan Hee Thian Siang, ia lalu
berkata sambil menatap wajah Hee Thian Siang;
"Senjata rahasia sahabat Gu, sudah terkenal didalam
kolong langit, Hee laote pikir hendak menggunakan benda apa
untuk menerima pelajaran darinya ?"
"Suhuku belum pernah mengajari senjata rahasia, oleh
karena itu maka dalam babak kedua ini aku tidak akan balas
menyerang, hanya dengan mengandalkan ilmuku
meringankan tubuh, untuk mengelakkan serangan senjata
rahasia sahabat Gu!" menjawab Hee Thian Siang dengan alis
berdiri. Cin Lok Pho yang mendengar keterangan Hee Thian Siang
yang hanya hendak menggunakan ilmunya meringankan
tubuh untuk mengelakkan serangan lawannya, dan tidak akan
membalas dengan senjata rahasia pula, dalam hati merasa
cemas. Tetapi Gu Long Goan yang mendengar ucapan itu,
sebaliknya tertawa besar dan berkata;
"Kalau sahabat Hee sudah berkata demikian, asal kau
dapat mengelakkan serangan senjata rahasiaku tanpa
mendapat luka sedikitpun juga, aku Gu Long Goan akan
menyerah kalah!" Hee Thian Siang tahu bahwa lawannya itu terkenal
namanya karena senjata rahasianya itu, maka senjata rahasia
itu pasti hebat sekali, tetapi ia masih tetap tidak merasa
gentar, berkata sambil menganggukkan kepala dan tertawa;
"Sahabat Gu, silahkan mengeluarkan semua kepandaianmu, Hee Thian Siang bersedia belajar kenal
dengan kepandaianmu menggunakan senjata rahasia!"
Sehabis berkata demikian, orangnya bergerak setinggi satu
tombak lebih, lalu berdiri ditumpukan tulang-tulang sambil
tersenyum. Senjata rahasia Gu Long Goan itu sebetulnya terdiri dari
tiga buah jarum, tiga batang duri ikan terbang, butir mutiara,
segenggam pasir beracun dan sebumbung lebah kuning
emas, tetapi karena dalam babak pertama Hee Thian Siang
telah melukai Pao It Hui demikian parah, maka ia bertekad
untuk menuntut sakit hati Jikonya, maka diam-diam ia
menambah lagi tiga batang bulu burung berbisa, tetapi ia
simpan senjata rahasia itu, dan akan digunakan jikalau perlu.
Tujuh jenis senjata rahasia itu meskipun dilancarkan sekaligus, tetapi keluarnya tidak berbareng, ada yang dari kanan
dan dari kiri, pendek kata, serangan dengan tujuh jenis senjata
rahasia itu, akan mengurung Hee Thian Siang dari berbagai
penjuru, asal terkena salah satu dari senjata rahasia itu, jiwa
Hee Thian Siang pasti melayang.
Hee Thian Siang yang melihat cara menggunakan senjata
rahasia lawannya demikian indah juga terkejut, ia lalu
menggerakkan ilmunya Kian-thian-khi-kang, dirubah menjadi
benda yang tidak berwujud untuk melindungi sekitar tubuhnya,
disamping itu ia menggunakan ilmunya Bunga Mawar
berterbangan, terbang melayang diatas.
Walaupun gerakan dengan ilmu Bunga Mawar
Berterbangan itu luar biasa lincah dan gesitnya, tetapi
disebabkan jumlah senjata rahasia yang dilancarkan oleh Gu
Long Goan tadi jumlahnya terlalu banyak, maka Hee Thian
Siang masih terkena dari sebatang duri ikan terbang, tiga butir
pasir beracun, sebilah belati beracun dan dua buah sengat
lebah kuning emas, namun demikian, karena sekitar tubuhnya
sudah dilindungi oleh lapisan ilmunya Kian-thian-khi-kang
yang merupakan dinding tembok sangat kokoh tak berwujud,
maka berbagai senjata rahasia itu pada terjatuh ditanah, dan
ia sedikitpun tidak mendapat laka apa-apa.
Gu Long Goan yang menyaksikan Hee Thian Siang
memiliki kepandaian dan kekuatan tenaga demikian hebat,
diam-diam terkejut, tangan kirinya diam-diam mengibas, tiga
batang bulu burung berbisa telah melesat dengan bentuk
lingkaran tanpa bersuara.
Waktu itu Hee Thian Siang baru saja melayang turun, dan
baru saja mengacungkan ibu jari tangannya untuk memberi
pujian kepada lawannya, katanya sambil tersenyum;
"Sahabat Gu, seranganmu sekaligus menggunakan tujuh
macam senjata rahasia ini, benar-benar merupakan
kepandaian ilmu tunggal dalam dunia Kang-ouw. . . . ."
Tetapi belum habis ucapannya, tiga batang bulu burung
beracun yang khusus untuk memunahkan kekuatan hawa
Makam Bunga Mawar Karya Opa di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
murni itu sudah memutar dan menyerang dari belakang,
langsung menuju kejalan darah kematian dibelakang
punggung Hee Thian Siang.
Gu Long Goan sementara itu sudah tertawa terbahakbahak dan berkata; "Ilmu menyerang dengan tujuh jenis senjata rahasia Gu
Long Goan, sudah tentu merupakan ilmu kepandaian tunggal
dalam dunia Kang-ouw, terutama senjata rahasiaku yang
terampuh bulu burung berbisa ini yang khusus digunakan
untuk memecahkan hawa murni yang melindungi tubuh,
bisanya yang terkandung dalam senjata ini tidak kalah dengan
duri beracun Thian-keng-cek dari golongan Kun-lun-pay,
senjata ini begitu melihat darah, segera bekerja racunnya,
sahabat Hee tadi kau menggunakan kata-kata sangat tajam,
dan sekarang apakah kau masih dapat membuka mulut untuk
bicara ?" Sementara itu, Cin Lok Pho yang menyaksikan keadaan
demikian, telah mengeluarkan napas panjang dan tidak bisa
berkata apa-apa." Tetapi Hee Thian Siang sebaliknya bersikap acuh tak acuh,
seolah-olah tidak ada terjadi sesuatu atas dirinya, terlebih dulu
sepasang matanya yang tajam ditujukan kepada senjatasenjata rahasia Gu Long Goan yang jatuh berserakan ditanah,
kemudian membalikan badannya dan mencabut tiga batang
bulu burung berbisa yang menancap dibajunya, setelah itu ia
lemparkan kembali kepada Gu Long Goan seraya berkata
sambil tertawa; "Gerakan tanganmu dan akal muslihatmu, kedua-duanya
sangat hebat, tetapi senjata rahasia itu agaknya bertambah
satu macam, seharusnya kau sebut dari jumlah tujuh menjadi
delapan, barulah sesuai dengan kenyataan! Oleh karena
tindakanmu ini, aku baru menyadari dan tahu apa sebab para
sahabat-sahabat dunia Kang-ouw menganggap kalian tiga
bersaudara sebagai manusia busuk yang tidak bermoral!"
Walau jalan darah kematian diatas punggung Hee Thian
Siang sudah terkena serangan senjata rahasia burung
berbisa, ternyata sedikitpun tidak celaka dan masih tetap
tertawa-tawa seolah-olah tidak terjadi apa-apa, hal ini bukan
saja mengejutkan Gu Long Goan, hingga saat itu ia merasa
malu sekali, tetapi juga mengherankan Con Lok Pho, karena
ia sesungguhnya tidak menduga sama sekali akan kejadian
itu, juga tidak mengerti apa sebabnya!
Sekalipun Hee Thian Siang sendiri, saat itu sudah
mengucurkan keringat dingin, dalam hati diam-diam merasa
bersyukur terhadap Tiong-sun Hui Kheng.
Sebab meskipun ia memiliki tiga lembar sisik naga
pelindung jalan darah, tetapi kesemuanya itu dipergunakan
untuk melindungi jalan darah didepan dadanya, dan ketika
Tiong-sun Hui Kheng waktu berpisah dengannya,
menghadiahkan lagi kepadanya tiga lembar untuk melindungi
jalan darah dibelakang punggungnya.
Apabila tidak ada Tiong-sun Hui Kheng yang demikian
besar perhatiannya atas keselamatan dirinya, maka sekarang
ini pasti ia sudah terbinasa oleh karena terkena serangan tiga
batang bulu burung berbisa itu.
Kalau memikirkan hal itu, ia lalu teringat dan bersyukur
kepada kecintaan Tiong-sun Hui Kheng, tetapi disamping itu ia
pun sudah mengucurkan keringat dingin.
Hantu malam tujuh tangan Gu Long Goan dengan wajah
sangat malu mengundurkan diri dengan diam-diam,
sementara itu Cin Lok Pho masih tetap merasa kuatir, maka
bertanya kepada Hee Thian Siang dengan suara perlahan;
"Hee laote jangan terlalu gegabah, kau sebenarnya telah
terluka atau tidak" Bagaimana kalau dalam babak ketiga ini
aku wakili dirimu?" "Cin Locianpwe doakan saja, Hee Thian Siang masih tidak
sampai terluka ditangan manusia tidak tahu malu itu, aku
dengan Cong-lam-sam-sat sudah mengadakan pertaruhan,
apabila Locianpwe hendak menggantikan, bukankah senjata
pusaka perguruanku Hian-khian-pek-lek, akan dihadiahkan
kepada mereka ?" Baru saja Cin Lok Pho hendak berkata lagi, Hee Thian
Siang sudah menyapu Cong-lam-sam-sat dan berkata lagi
sambil tertawa; "Locianpwe jangan kuatir, biarlah Locianpwe siap berjagajaga disamping, biarlah mereka menggunakan akal sangat
rendah, tetapi kita sudah ada perjanjian dimuka, dengan
sendirinya tidak dapat ditarik kembali, aku sekarang harus
turun kelapangan lagi untuk melanjutkan pertandingan dalam
babak ketiga, untuk belajar kenal dengan ilmu pedangnya
Khong-khong Hweshio yang sangat lihay!"
Khong-khong Hweshio tidak marah juga tidak terkejut,
wajahnya masih tenang-tenang seperti biasa, ia menganggukanggukkan kepala dan berkata sambil tersenyum;
"Sejak dahulu kala orang yang berkepandaian tinggi sudah
tentu bernyali besar, sahabat Hee meskipun memandang
ringan pinceng, tetapi hal yang sebaliknya membuat pinceng
bertambah hati-hati menghadapi sahabat Hee, sekarang
harap sahabat Hee keluarkan senjatamu, supaya kita dapat
mulai!" Hee Thian Siang sebetulnya hendak melayani padri itu
dengan tangan kosong, yang kemudian akan merebut pedang
dari tangannya, tetapi kemudian ia berpikir lagi, babak terakhir
ini sangat besar artinya, apabila ia sampai salah bertindak
tidak dapat ditarik kembali.
Oleh karena itu maka ia tidak berani berlaku sombong lagi,
sesaat kemudian ia mengeluarkan senjatanya bulu burung
lima warna siap untuk menghadapi lawannya.
Khong-khong Hweshio melihat Hee Thian Siang
mengeluarkan bulu burung warna lima sebagai senjata,
meskipun merasa heran tetapi ia tahu bahwa bulu burung itu
pasti bukanlah barang biasa! Maka ia sedikitpun tidak berani
berlaku gegabah, ia membuka pedang Liu-yap-bian-sikiamnya yang digulung, hingga sesaat kemudian pedang yang
sudah menjadi lurus itu digunakan untuk menyerang Hee
Thian Siang. Hee Thian Siang sudah tentu tahu bahwa serangan Khongkhong Hweshio itu sangat hebat, begitu mulai sudah
menggunakan gerak tipu serangan yang sangat amph, ia
sudah mengambil keputusan hendak menunjukkan semua
kepandaiannya didalam lembah kematian ini, maka segera
menggerakkan bulu burung warna lima dalam tangannya,
melakukan suatu gerakan yang ditujukan ketengah udara
yang waktu itu sudah penuh dengan sinar pedang Khongkhong Hweshio. Khong-khong Hweesio meskipun tidak tahu bahwa senjata
bulu burung yang digunakan oleh Hee Thian Siang itu,
sebetulnya adalah senjata yang sangat luar biasa dari Thian-ie
Taysu pada jaman dahulu, tetapi ia juga dapat mengerti
bahwa meskipun gerakan tangan anak muda itu tampaknya
biasa saja, tetapi ada mengandung perubahan yang sangat
hebat, serangan pedangnya yang hebat telah ditutup olehnya.
Dalam keadaan terkejut, ia segera merobah gerak tipunya,
tetapi gerakan Hee Thian Siang cepat luar biasa, senjata bulu
burung warna lima didalam tangannya sudah bergerak lagi,
kali ini ia melancarkan serangannya dengan menggunakan
jurus menyelamatkan jiwa orang banyak, selagi Khong-khong
Hweshio menarik kembali serangannya dan merobah gerak
tipunya, serangan sudah tiba dengan hebatnya.
Serangan dengan gerak tipu itu mengandung tenaga hebat,
dalam pertempuran digunung Ki-lian dahulu Hee Thian Siang
sudah pernah menggunakan serangan dengan gerak tipu itu,
sekali pun seorang tokoh kenamaan seperti Pek-kut Sin-kun
juga tidak berani menyambut dengan kekerasan, bagaimana
Khong-khong Hweshio sanggup menahan serangan hebat itu
" Ia sudah tidak keburu untuk menyingkir, hendak menangkis
juga sudah tidak berdaya lagi, sebaliknya balas melancarkan
serangan kepada lawannya yang masih muda itu.
Hee Thian Siang sengaja menguji kepandaian padri itu, ia
tidak bermaksud untuk melukai lawannya, bulu burung itu
hanya menyerempet saja dipundak kanan Khong-khong
Hweshio, tetapi padri itu sudah menjerit dan mundur
terhuyung-huyung beberapa langkah, pedang Liu-yap-bian-sikiam ditangannya benar saja sudah berpindah kedalam
tangan Hee Thian Siang. Cin Lok Pho yang menyaksikan kejadian itu, lalu tertawa
dan berkata dengan pujiannya;
"Hee laote, dua gerak tipu yang kau gunakan tadi,
sesungguhnya merupakan gerak tipu yang sangat
mengagumkan, Aku Cin Lok Pho benar-benar merasa kagum
terhadap kepandaianmu!"
Hee Thian Siang tersenyum, dengan tangan memegang
pedang Liu-yap-bian-si-kiam, dengan sinar mata tajam
mengawasi Khong-khong Hweshio, Gu Long Goan dan Pao It
Hui bergiliran kemudian berkata dengan nada suara dingin;
Hee Thian Siang sudah belajar kenal dengan kepandaian
kalian dalam tiga babak, atas tindakan kalian yang mengalah,
hingga Hee Thian Siang dapat menyelesaikan pertandingan
ini dengan baik, Dalam babak terakhir Hee Thian Siang
merasa beruntung, dalam waktu dua jurus sudah berhasil
merebut pedang dari tangan Khong-khong Hweshio! Entah
bagaimana pikiran sahabat bertiga, apakah masih perlu
melanjutkan pertandingan lagi ?"
Khong-khong Hweshio sikapnya masih tenang-tenang saja,
atas pertanyaan Hee Thian Siang itu, ia menjawab;
"Kita tiga bersaudara Cong-lam-sam-sat! rela menyerah
kalah, sahabat Hee ingin bertanya apa silahkan tanya saja !"
Mata Hee Thian Siang ditujukan kepada pedang
ditangannya, dan bertanya kepada Khong-khong Hweshio;
"Pedangmu Liu-yap=bian-si-kiam ini, dari mana kau
dapatkan ?" "Pedang ini kudapatkan dari tangan seorang wanita cantik
yang usianya masih muda belia!"
Hee Thian Siang terkejut mendengar jawaban itu, buruburu melanjutkan pertanyaannya;
"Dari mana kau dapatkan! Apakah kau dapatkan dimulut
selat Wan-hiap disungai Tiang-kang?"
"Bukan, bukan, tempat pinceng mendapatkan pedang ini,
justru didalam lembah kematian ini!" menjawab Khong-khong
Hweshio sambil menggelengkan kepala.
Hee Thian Siang semakin mendengar semakin bingung, ia
bertanya pula sambil mengerutkan alisnya;
"Wanita cantik yang masih muda itu, berada dimana
sekarang ?" Khong-khong Hweesio mengulurkan tangannya menunjukkan tumpukan tulang-tulang ditepi tebing yang
merupakan makam yang tampaknya masih baru, jawabnya
sambil tersenyum; "Semua wanita cantik adalah bibit bencana, perempuan
cantik yang masih muda ini, kini sudah menjadi tumpukan
tulang-tulang ditempat itu!"
Hee Thian Siang yang mendengar jawaban itu jantungnya
terguncang keras, ia bertanya lagi:
"Khong-khong Taysu, bersediakah kau memberitahukan
padaku, bagaimana bedak dan bentuk serta dandanan wanita
cantik yang masih muda itu?"
Khong-khong Hweshio menatap wajah Hee Thian Siang,
sikapnya tampak sangat aneh, katanya sambil tersenyum;
"Dalam perjanjian kita, seharusnya kau hendak
mengajukan berapa pertanyaan?"
"Tiga !" "Khong-khong Hweshio tertawa hambar dan berkata;
"Kalau benar tiga, maka pertanyaanmu yang keempat
ini,agaknya sudah diluar batas perjanjian kita, maka pinceng
boleh menolak untuk menjawab!"
Hee Thian Siang yang mendengar jawaban itu, sejenak
tampak tercengang, kemudian berkata sambil menganggukkan kepala; "Pertanyaanku yang sudah ditetapkan dalam perjanjian
memang sudah kau jawab, sekarang pertanyaan ini karena
diluar perjanjian, maka Hee Thian Siang bersedia
menghadiahkan kepadamu lain barang."
"Tiga bersaudara Cong-lam-sam-sat banyak pengalaman
dan pengetahuan, meskipun sahabat Hee memberikan
tumpukan emas berlian, juga belum tentu dapat membuat kita.
. . . ." "Tumpukan emas berlian, bukan berarti apa-apa bagi orang
rimba persilatan, Khong-khong taysu jikalau kau sudi
menjawab pertanyaanku yang diluar perjanjian tadi, Hee Thian
Siang bersedia memberikan kepadamu sebuah benda pusaka
yang jarang ada didalam dunia ini!"
"Apakah yang sahabat Hee maksudkan dengan benda
pusaka yang jarang ada itu!" bertanya Khong-khong Hweshio
sambil tersenyum. Hee Thian Siang mengacungkan pedang Liu-yap-bian-sikiam ditangan kirinya, dibolang balingkan sebentar kemudian
berkata; "Dengan pedang ini aku dapat membunuh naga didalam
air, dapat menerkam singa dan harimau didaratan, pedang ini
bisa berlaku keras dan berlaku lunak, biarlah aku bersedia
menghadiahkan pedang ini kepadamu!"
Khong-khong Hweshio menggelengkan kepala dan berkata
sambil tertawa; "Aku tidak menghendaki pedang Liu-yap-bian-si-kiam,
kecuali. . . . ." "Habis kau menghendaki barang apa ?"
"Aku menghendaki bom peledak Kian-thian-pek-lek milik
Pak-bin Sin-po yang namanya menggemparkan rimba
persilatan dan khasiatnya dapat menggetarkan gunung!"
"Kian-thian-pek-lek adalah benda pusaka perguruanku, aku
tidak dapat menerima permintaan ini!" jawab Hee Thian Siang
Makam Bunga Mawar Karya Opa di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
sambil menggelengkan kepala.
Baru berkata sampai disitu, dengan tiba-tiba sekujur
tubuhnya merasakan dingin, hingga untuk sesaat ia
gemetaran. Khong-khong Hweshio mendadak menunjuk dengan sikap
jumawanya, ia berkata dengan suara bengis;
"Apa" Kau tidak suka menerima permintaanku" tidak
perduli kau suka atau tidak, bom peledak Kian-thian-pek-lek
itu yang dapat digunakan untuk menjagoi rimba persilatan,
sudah menjadi milik pinceng!"
"Kamu semua adalah bekas pecundangku, dengan
mengandalkan apalagi kau berani mengucapkan perkataan
sombong seperti ini?"
Khong-khong Hweshio tertawa terbahak-bahak, kemudian
berkata; "Aku ingat sebelum aku bertanding denganmu, bukankah
kau berkata bahwa diantara tiga orang Cong-lam-sam-sat,
akulah yang paling banyak akalnya, maka kau akan berlaku
lebih hati-hati terhadapku ?"
Dalam dua jurus sudah kehilangan pedang, itu bukti bahwa
kau tidak ada apa-apanya yang lebih unggul daripada
mereka!" Khong-khong Hweshio menunjukkan senyuman yang
misteri, kemudian berkata;
"Nama julukanku si budha berbisa, bagi orang-orang baik
dari golongan hitam maupun dari golongan putih, baru
mendengar nama saja tiada satu yang tidak takut, hanya kau
si setan kecil ini, yang terlalu jumawa dan menganggap dirimu
sendiri terlalu kuat,, kau tidak tahu betapa tingginya langit dan
berapa tebalnya bumi, hingga tidak tahu bahwa kau
sebetulnya sudah kemasukan racun yang sangat berbisa,
sekarang nyawamu sudah terancam, bagaimana tidak mau
menyerahkan Kian-thian-pek-lek untuk minta belas kasihan
dariku?" Hee Thian Siang lupa bahwa tadi ketika tubuhnya merasa
dingin sehingga gemetaran, masih menunjukkan sikapnya
yang sombong, hendak membantah ucapan padri itu, tetapi
Cin Lok Pho yang sudah banyak pengalaman menghampiri
kepadanya, lalu berkata dengan suara perlahan;
"Hee laote, coba dulu kau atur pernapasanmu untuk
memeriksa keadaan dalam tubuhmu, ada perobahan apa-apa
atau tidak ?" Hee Thian Siang tersenyum, belum lagi ia mengatur
pernapasannya, dengan tiba-tiba jantungnya tergoncang
keras, kemudian matanya gelap dan jatuh pingsan ditanah.
Khong-khong Hweshio tertawa terbahak-bahak,
ia membongkokkan badannya, dan mengambil kembali pedang
Liu-yap-bian-si-kiam dari tangan Hee Thian Siang.
Cin Lok Pho mengira Khong-khong Hweshio hendak
melakukan kejahatan terhadap Hee Thian Siang, buru-buru
membentak dan menyerang dengan ilmunya Pan-sian-cianglek. Khong-khong Hweshio melesat sejauh setombak lebih,
katanya sambil tersenyum;
"Sahabat Cin, jangan terburu napsu, aku hanya
menghendaki bom peledak Kian-thian-pek-lek dibadan setan
kecil ini, tidak menghendaki nyawanya!"
Oleh karena Khong-khong Hweshio menyingkir, maka
serangan hebat Cin Lok Pho tadi sudah membuat tulangtulang disitu pada beterbangan.
Oleh karena Khong-khong Hweshio sudah menyingkir,
maka Cin Lok Pho lalu maju dan berada disamping Hee Thian
Siang dengan sangat hati-hati ia melindunginya, tetapi ketika
matanya melihat pedang Liu-yap-bian-si-kiam
ditangan Khong-khong Hweshio ia segera sadar, maka segera bertanya
kepadanya; Taysu benar-benar seorang yang mempunyai banyak akal,
kau ternyata sudah memoles racun berbisa diatas gagang
pedang itu!" Khong-khong Hweshio menganggukkan kepala dan berkata
sambil tertawa; Pandangan mata sahabat Cin benar-benar sangat tajam,
setan kecil ini karena terlalu mengandalkan kepandaiannya
dan bersikap jumawa, ia sudah berani mengeluarkan omong
besar bahwa dalam tiga jurus hendak merebut pedang ini dari
tangan pinceng, maka pinceng lalu memoleskan racun berbisa
diatas pedang, dan sengaja membiarkan pedang ini direbut
olehnya!" Cin Lok Pho yang mendengar ucapan itu, diam-diam
merasa gemas kepada padri yang licik dan banyak akalnya
itu, kemudian berkata dengan nada suara dingin;
"Perlu apa Taysu harus berlaku demikian kejam terhadap
Hee Thian Siang laote" Hee laote ini bukanlah orang dari
golongan sembarangan, karena ia adalah ahli waris tunggal
dari Pak-bin Sin-po, juga bakal menantu Thian-gwa Ceng-mo
Tiong-sun Seng. . . . ."
Khong-khong Hweshio menyela, dan berkata sambil
tertawa dingin; "Pinceng tidak perduli betapa tinggi kedudukannya, apabila
dalam waktu beberapa menit, ia tidak memberikan bom
peledak Kian-thian-pek-lek kepadaku, maka setan cilik she
Hee ini akan hancur lebur tulang-tulang dan dagingnya!"
Cin Lok Pho yang mendengar ucapan itu, saat itu merasa
bingung, karena Kian-thian-pek-lek adalah barang wasiat
perguruan Hee Thian Siang, apabila terjatuh ditangan Conglam-sam-sat yang merupakan orang-orang jahat tidak kenal
batas, maka kemudian hari pasti akan membawa bencana
lebih hebat bagi rimba persilatan, Tetapi keadaan yang
sedang dihadapinya sekarang, dimana racun ganas yang
berada dalam tubuh Hee Thian Siang, jikalau bukan Khongkhong Hweshio yang memberikan obat pemunahnya, sudah
tentu jiwanya tidak akan tertolong. . . . . .
Cin Lok Pho masih dalam keragu-raguan, Khong-khong
Hweshio sudah berkata lagi sambil tertawa;
"Sahabat Cin, kalau kau menunda waktumu satu jam saja,
setan cilik Hee Thian Siang ini akan lekas pergi menghadap
kepada Giam-lo-ong, menurut keteranganmu tadi apabila
setan cilik ini mati, bukan saja golongan Pak-bin akan putus
riwayatnya, tetapi anak perempuan Tiong-sun Seng, juga akan
menjadi janda muda!"
Cin Lok Pho tahu bahwa keadaan sudah semakin
menggawat, tidak boleh ditunda lagi, terpaksa berkata dengan
suara berat; "Harap taysu suka memberikan obat pemunahnya, Cin Lok
Pho menerima baik permintaanmu, bom peledak Kian-thianpek-lek itu untuk sementara boleh diberikan kepadamu, tetapi
dikemudian hari apabila bertemu lagi didunia Kang-ouw aku
tidak berani jamin. . . . ."
Khong-khong Hweshio menganggukan kepala dengan
memotong ucapan Cin Lok Pho;
"Sudah tentu, benda pusaka sangat berharga seperti ini
kalian tidak akan rela hati memberikannya kepadaku,
dikemudian hari kalian boleh saja menggunakan kepandaian
kalian untuk merebut kembali dari tanganku!"
Cin Lok Pho yang mendengar ia berkata demikian, lantas
mengulurkan tangannya dan berkata;
"Taysu, dimana obat pemunah itu sekarang ?"
Khong-khong Hweshio berkata sambil tertawa tawar;
"Sahabat Cin, jikalau aku memberikan obat pemunah lebih
dulu kepadamu, apakah masih aku dapatkan bom peledak itu
?" Sepasang alis Cin Lok Pho berdiri, katanya dengan suara
lantang; "Ketua partai Lo-hu-pay Peng-sim Sin-nie adalah sutitku,
Cin Lok Pho dengan gelarnya Boan-bwee-lo-long, dalam
rimba persilatan masih mendapat sedikit nama, urusan sekecil
ini, aku masih sanggup untuk tidak mengingkari janji sendiri!"
Khong-khong Hweshio kembali tertawa, kemudian berkata;
"Bom Kian-thian-pek-lek itu adalah milik Hee Thian Siang,
sekalipun kau tidak mengingkari janjimu sendiri, tetapi jikalau
ia tidak boleh bagaimana ?"
"Hee Thian Siang laote adalah seorang muda yang berjiwa
besar, ia tidak bisa tidak akan menjaga nama baikku Boanbwee-lo-long, seandai ia tidak mau menyerahkan, Cin Lok Pho
akan segera bunuh diri dihadapannya, Taysu seharusnya
boleh tak usah kuatir lagi!"
Khong-khong Hweshio tahu benar bahwa nama ia sendiri
sudah terkenal kejahatan dan kebusukannya dikalangan
Kalangan Kang-ouw, tidak mungkin Cin Lok Pho mau
menyerahkan bom peledak Kian-thian-pek-leknya lebih
dahulu, apabila ia kukuh akan pendiriannya, maka soal ini
pasti akan gagal, Karena mengingat benda pusaka yang
mempunyai pengaruh hebat itu sudah berada dihadapan
matanya, apabila terlolos lagi bukankah sangat sayang" Maka
setelah mendengar ucapan Cin Lok Pho demikian, ia lalu
berkata sambil menganggukkan kepala;
"Kalau sahabat Cin sudah berkata demikian, pinceng
memandang kedudukanmu dan nama gelarmu Boan-bwee-lolong, suka memberikan obat pemunahnya kepadamu lebih
dahulu!" Sehabis berkata demikian, ia memberikan sebutir pil
warna merah kepada Cin Lok Pho.
Cin Lok Pho masih kuatir padri itu main gila, maka lebih
dulu mengerahkan kekuatan tenaga dalamnya ditelapak
tangan kanannya, dan menutup jalan darah sekujur tubuhnya
untuk sementara, kemudian baru menyambuti pil yang
dihadapkan kepadanya itu.
Khong-khong Hweshio dan Gu Long Goan serta Pao It Hui,
melihat sikap hati-hati Cin Lok Pho seperti itu, semuanya
diam-diam berpikir; "Jahe yang tua bagaimanapun juga lebih pedas, tadi
apabila orang tua ini yang merupakan seorang Kang-ouw
kawakan yang menggantikan kedudukan Hee Thian Siang,
pasti tidak akan mudah terjebak.
Cin Lok Pho setelah menyambuti pil warna merah itu,
diperiksanya sebentar, ketika tidak tampak tanda-tanda yang
aneh, kembali diletakkan didepan hidungnya untuk dicium, ia
dapat mengendus bau harum, maka ia baru merasa lega dan
diberikan kepada Hee Thian Siang.
Sesaat kemudian, Hee Thian Siang sudah siuman kembali,
ia lompat bangun, matanya menatap Cong-lan-sam-sat secara
bergiliran, kemudian memaki-maki dengan suara keras;
"Perbuatan kalian yang tidak tahu malu itu, barangkali
sampai menghadapi ajal juga tidak bisa berubah!"
Meskipun dicaci-maki demikian, Khong-khong Hweshio
sedikitpun tidak marah, bahkan masih berkata sambil tertawa
cengar-cengir; "Baik orang busuk dari rimba hijau mau pun perbuatan
rendah, racun dibadanmu sudah punah dan keselamatanmu
juga sudah pulih kembali, mengapatidak lekas menyerahkan
Bom peledak Kian-thian-pek-lek kepadaku ?"
Hee Thian Siang masih belum tahu pembicaraan antara
Khong-khong Hweshio dengan Cin Lok Pho yang dilakukan
ketika ia dalam keadaan pingsan, maka ketika mendengar
ucapan itu lantas menjadi marah, katanya;
"Apa" Aku harus menyerahkan Bom peledak Kian-thianpek-lek kepadamu" Sekalipun kalian Cong-lam-sam-sat ingin
hancur lebur, juga masih belum pantas mendapatkan benda
pusaka milik perguruanku ini!"
"Ini adalah suatu perdagangan yang sudah dilakukan
antara pinceng dengan sahabat Cin tadi, jikalau tidak
demikian, bagaimana aku sudi menghadiahkan obat pemunah
racun kepadamu" Kalau kubiarkan saja kau dalam keadaan
demikian, bukankah kau lekas akan menghadap kepada raja
akhirat?" jawab Khong-khong Hweshio sambil tertawa.
Hee Thian Siang terperanjat mendengar keterangan itu, ia
berpaling dan bertanya kepada Cin Lok Pho;
"Cin Locianpwe, benarkah aku sudah makan obat pemunah
dari padri ini ?" Wajah Cin Lok Pho menjadi agak merah, ia menjawab
sambil menghela napas panjang;
"Cin Lok Pho seorang tua bangka yang tidak berguna, tidak
berhasil melenyapkan racun dalam tubuhmu, terpaksa
menerima baik permintaan padri itu!"
Sepasang alis Hee Thian Siang berdiri, matanya menatap
Khong-khong Hweshio, lalu kembali bertanya;
"Jikalau aku tidak mau menerima baik soal perdagangan
ini, maka apa yang kalian bisa berbuat terhadap aku ?"
Hantu malam bertangan tujuh Gu Long Goan baru saja
mengeluarkan suara geramnya yang hebat, Khong-khong
Hweshio sudah mencegah dan ia berkata kepada Hee Thian
Siang sambil menunjuk Cin Lok Pho;
"Jual-beli ini, ialah berdasarkan nama baik Boan-bwee-lolong didalam rimba persilatan yang telah bertindak sebagai
perantara dan menjamin bahwa dirimu tidak akan mengingkari
janjinya, kalau kau coba menolak, ia segera akan bunuh diri
dihadapan matamu!" Hee Thian Siang yang mendengar ucapan itu, lalu bertanya
kepada Cin Lok Pho; "Cin Locianpwe, benar Cin Locianpwe mengadakan janji
dengan jaminan demikian padanya?"
Cin Lok Pho tahu benar bahwa senjata Kian-thian-pek-lek
itu bagi Hee Thian Siang sangat penting sekali, apalagi
senjata itu demikian hebat pengaruhnya, apabila terjatuh
ditangan kawanan penjahat, kemungkinan besar akan
menimbulkan bencana hebat bagi rimba persilatan, maka ia
lalu berkata sambil mengertak gigi;
"Hee laote jangan kuatir, aku tahu senjata Kian-thian-peklek ini penting sekali bagimu, hingga bagi seluruh umat
manusia sekali-kali tidak boleh terjatuh ditangan kawanan
penjahat yang tidak tahu malu seperti mereka ini, maka harap
kau lindungi baik-baik. . . . ."
Belum habis ucapannya, Khong-khong Hweshio sudah
membentak kepada Cin Lok Pho dengan suara keras;
"Cin Lok Pho, apa kau sudah tidak menghargai nama
baikmu sendiri yang sudah kau pupuk beberapa puluh tahun
lamanya, sehingga berani mengingkari janjimu sendiri?"
Sepasang mata Cin Lok Pho terbuka lebar, dengan sinar
mata berkilauan ia berkata;
Makam Bunga Mawar Karya Opa di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Siapa kata aku tidak menghargai nama baikku sendiri"
Siapa kata aku mengingkari janji" Aku tadi toh sudah pernah
berkata lebih baik aku bunuh diri, paling-paling lembah
kematian ini menjadi kuburanku untuk mengubur tulangtulangku yang sudah bangkotan!"
Khong-khong Hweshio yang mendengar ucapan itu, biji
matanya buas berputaran, ia pikir, tujuannya sendiri ialah ingin
mendapatkan senjata terampuh dalam rimba persilatan itu,
tetapi ia tidak menduga bahwa Cin Lok Pho lebih suika
menghabiskan nyawanya sendiri untuk mempertahankan
kepercayaannya, hal ini membuat ia tidak berdaya untuk
mencapai maksudnya, dan sekarang bagaimanakah
sebaiknya ia harus bertindak"
Cong-lam-sam-sat merupakan orang-orang yang buas dan
kejam, tetapi setelah mendengar ucapan demikian dari Cin
Lok Pho, ia tidak berdaya.
Pada saat kedua pihak saling berhadapan tanpa berdaya,
tiba-tiba tampak sinar hitam melesat dari tangan Hee Thian
Siang, ditujukan kepada Khong-khong Hweshio.
Dengan perasaan kuatir, takut dan dengan sangat hati-hati,
Khong-khong Hweshio memnyambut benda itu denga lengan
jubahnya, tatkala pandangan matanya tertumbuk pada benda
hitam itu, bukan kepalang girangnya, sehingga jantungnya
bergoncang hebat, benar saja benda itu adalah Bom peledak
Kian-thian-pek-lek yang menggemparkan rimba persilatan.
Cin Lok Pho ketika melihat Hee Thian Siang dengan tibatiba melemparkan senjata Bom peledaknya Kian-thian-pek-lek,
bukan kepalang terkejutnya, ia hendak merintangi, tetapi tidak
keburu, terpaksa berkata kepadanya dengan suara cemas;
"Hee laote, kau. . . . .kau. . . . . . ."
Hee Thian Siang menggoyangkan tangannya sambil
tersenyum memotong ucapan Cin Lok Pho.
"Cin Locianpwe, Bom peledak Kian-thian-pek-lek ini,
meskipun cukup untuk mengancam rimba persilatan, juga
merupakan benda pusaka yang sangat berharga dalam
perguruanku, tetapi apabila dibandingkan dengan nama baik
Locianpwe, benda ini tidak berarti apa-apa! Oleh karenanya,
maka Hee Thian Siang lebih suka mengorbankan benda ini
dari pada nama baik Locianpwe harus tercemar karenanya!"
Kata-kata itu telah menunjukkan betapa besar jiwa Hee
Thian Siang, hal ini bukan saja sangat mengagumkan Cin Lok
Pho, bahkan orang-orang yang terkenal sebagai penjahat
besar yang tidak disenangi oleh orang-orang dari kalangan
Kang-ouw, seperti Cong-lam-sam-sat juga memberi pujian
tinggi. Hee Thian Siang ketika berkata sampai disitu, lalu
mengawasi Kian-thian-pek-lek yang sudah berada ditangan
Khong-khong Hweshio, kemudian bertanya kepada Cin Lok
Pho sambil tersenyum; "Cin Locianpwe, sekarang ini meskipun aku sudah
memberikan Kian-thian-pek-lek kepada padri itu, tetapi apakah
masih boleh kurampas kembali?"
"Sudah tentu boleh, tetapi menurut tata tertib dunia Kangouw, urusan hari ini kita bikin habis sampai disini, dikemudian
hari apabila bertemu lagi boleh Hee laote bertindak untuk
merebut kembali benda peledak itu!"
Setelah mendengar ucapan itu Hee Thian Siang lalu
berkata kepada Cong-lam-sam-sat;
"Karena Cin Locianpwe sudah berkata demikian, maka
harap kalian bertiga baik-baik melindungi senjata peledak
Kian-thian-pek-lek dan pedang Liu-yan-bian-si-kiam itu,
apabila dikemudian hari kalian berjumpa lagi dengan aku, aku
tidak akan berlaku murah hati seperti sekarang!"
"Kita tiga saudara mempunyai suatu cita-cita! yang selama
ini belum tercapai, dan sekarang sudah mendapatkan senjata
peledak seperti Kian-thian-pek-lek ini, untuk selanjutnya
barangkali sudah dapat memuaskan hati kami, oleh karena itu
maka kalau kalian nanti sudah berlalu dari sini, kami bertiga
saudara juga akan meninggalkan lembah kematian ini! Dunia
sangat luas, apakah kita masih bisa bertemu lagi, ini
merupakan suatu tanda tanya dan tergantung kepada jodoh
kita masing-masing!" berkata Khong-khong Hweshio sambil
tersenyum. Hee Thian Siang yang mendengar ucapan itu, lalu berkata
kepada Cin Lok Pho sambil tertawa;
"Cin Locianpwe, perjalanan kita kelembah kematian ini,
sampai disini berakhir sudah, seharusnya sudah tiba waktunya
untuk minta diri kepada orang-orang ini!"
Baru saja Cin Lok Pho menganggukkan kepala, Khongkhong Hweshio sudah berkata;
"Tunggu dulu !"
"Dengan sinar mata tajam Hee Thian Siang menatap wajah
padri tua itu, tanyanya dengan suara nyaring;
"Taysu merintangi aku berlalu dari sini, apakah masih ingin
menunjukkan kepandaianmu lagi?"
"Khong-khong Hweshio menggelengkan kepala dan
berkata dengan suara dingin;
"Urusan hari ini sudah beres, sekalipun kita ingin bertindak, juga harus ditunda
pada lain waktu, Aku hanya memandang
muka kepada Kian-thian-pek-lek ini, hendak memberikan
sebuah barang hadiah kepadamu!"
"Oh! Seorang yang berhati kejam seperti Taysu ini ternyata
masih akan memberikan hadiah kepadaku?"
Khong-khong Hweshio oleh karena Kian-thian-pek-lek
sudah berada ditangannya, sudah tentu merasa bangga
terhadap ejekan dan caci-maki Hee Thian Siang, sedikitpun
tidak menghiraukan, ia berkata sambil menganggukkan
kepala; "Apakah kau sudah lupa masih ada satu pertanyaan yang
aku belum jawab kepadamu?"
Hee Thian Siang teringat pertanyaannya tadi, maka lalu ia
bertanya; "Aku hanya ingin bertanya kepadamu tentang wanita cantik
berusia muda yang membawa pedang Liu-yap-bian-si-kiam
ini, bagaimana macamnya, ada ciri-cirinya" Apakah kau sudi
memberitahukan kepadaku ?"
"Paras nona itu cantik sekali, ia mengenakan pakaian
warna kuning emas, kecuali ini pinceng sudah tidak tahu lagi,
maka juga tidak dapat memberitahukan kepadamu!"
Begitu mendengar keterangan itu, Hee Thian Siang kembali
mengerutkan alisnya, oleh karena sudah tidak bisa mengorek
keterangan apa-apa lagi, maka bersama Cin Lok Pho keluar
lagi dari lembah kematian melalui lobang kecil tadi.
Setelah keluar dari lembah kematian Hee Thian Siang
berdiri ditepi danau yang airnya jernih itu, mendongakkan
kepala mengawasi gumpalan awan sambil menghela napas
panjang. Cin Lok Pho telah menduga keliru maksud Hee Thian
Siang, berkata kepadanya sambil tertawa kecil;
"Urusan didalam lembah kematian, sesungguhnya karena
Cin Lok Pho yang kurang waspada dan bertindak keliru,
sehingga mengakibatkan Hee laote kehilangan barang pusaka
perguruanmu, entah kemudian hari dapat direbut kembali atau
tidak ?" "Urusan ini, sebetulnya karena kelalaian dan
kesembronoan Hee Thian Siang sendiri, bila Locianpwe tidak
bertindak tepat, barangkali Hee Thian Siang sudah terbinasa
ditangan padri jahat itu!"
Semakin Hee Thian Siang menyesalkan dirinya sendiri,
semakin membuat tidak enak bagi Cin Lok Pho, katanya
sambil menggelengkan kepala dan menghela napas;
"Sebetulnya, seorang seperti aku ini yang sudah berusia
hampir seratus tahun, matipun tidak perlu dibuat sayang! Aku
hanya takut kalau senjata Kian-thian-pek-lek itu yang
mempunyai kekuatan hebat, bisa membawa bencana lebih
besar bagi rimba persilatan, dosa ini bukankah sangat. . . . . . .
." Tidak menunggu habis ucapan Cin Lok Pho, Hee Thian
Siang sudah tertawa terbahak-bahak.
Oleh karena perbuatannya itu sehingga membuat Cin Lok
Pho semakin bingung, ia bertanya dengan perasaan heran;
"Hee laote, lantaran urusan senjata peledak Kian-thian-peklek, aku sudah merasa gelisah sekali, bagaimana kau masih
bisa tertawa demikian riang ?"
"Aku tertawa karena merasa geli terhadap Khong-khong
Hweshio si budha berbisa itu, percuma saja ia cerdik dan
banyak akal busuknya, tetapi akhirnya toh masih ada
kelalaiannya juga, ia telah membawa pergi sebutir Kian-thianpek-lek yang tak ada gunanya!"
Cin Lok Pho yang mendengar ucapan itu, diam-diam
merasa girang, tanyanya; "Menurut katamu ini, apakah senjata peledak Kian-thianpek-lek itu, adalah barang tiruan ?"
"Kian-thian-pek-lek yang kuberikan kepada padri itu
memang betul barang peninggalan suhu yang tulen,
sedikitpun tidak salah, bagaimana Locianpwe anggap barang
tiruan?" jawab Hee Thian Siang sambil menggelengkan
kepala. Cin Lok Pho semakin tidak mengerti, tanyanya cemas;
"Kian-thian-pek-lek itu
kalau bukan barang tiruan,
bagaimana Laote katakan tidak ada gunanya sama sekali ?"
"Coba Locianpwe pikir, senjata terampuh seperti Kianthian-pek-lek itu, apakah tidak disertai dengan cara menggunakannya yang khusus ?"
Mendengar ucapan itu, maka Cin Lok Pho baru sadar,
katanya sambil tertawa terbahak-bahak;
"Benar, benar! Khong-khong Hweshio setelah
mendapatkan Kian-thian-pek-lek itu
lantas kegirangan setengah mati, hingga lupa untuk menanyakan kepadamu
bagaimana cara menggunakannya!"
"Oleh karena itu meskipun untuk sementara Hee Thian
Siang sudah kehilangan barang pusaka perguruannya tetapi
tidak mungkin benda itu dapat digunakan secara
serampangan oleh Cong-lam-sam-sat! Tunggu saja, kalau
sudah ada kesempatan, nanti Hee Thian Siang akan mencari
jejak mereka bertiga untuk merebutnya kembali!"
Meskipun ia masih bisa berbicara sambil tertawa-tawa,
tetapi pada akhirnya suara tertawanya itu mendadak lenyap,
dan berganti dengan wajah murung.
Cin Lok Pho yang menyaksikan perobahan itu, bertanya
dengan agak terkejut; "Hee laote selamanya suka riang gembira, bagaimana hari
ini tampaknya kau selalu seperti berduka saja, apakah
disebabkan karena pedang Liu-yap-bian-si-kiam itu ?"
"Maksudku mengajak Locianpwe mengambil jalan memutar
kelembah kematian ini, sebetulnya lantaran ucapan Siangswat Sianjin Leng Biauw Biauw Locianpwe yang mengatakan
tentang empat tempat sebagai petunjuk untuk mencari jejak
Liok Giok Ji, diluar dugaanku, disini Hee Thian Siang
menemukan senjata senjata Liu-yap-bian-si-kiam milik kawan
akrabku yang lain ialah nona Hok Sui In, yang ternyata sudah
menamatkan riwayat ditempat ini!" menjawab Hee Thian Siang
sambil menganggukkan kepala.
"Urusan ini benar-benar diluar dugaan kita, oleh karena aku
tidak mengetahui keadaan yang sebenarnya, tidak tahu
bagaimana pikiran Hee laote terhadap urusan ini ?"
"Yang sangat membingungkan ialah tentang jawaban
terakhir dari Khong-khong Hweshio yang mengatakan bahwa
nona itu mengenakan baju berwarna kuning emas!"
"Keterangan mengenai pakaian yang dipakai oleh nona itu,
agaknya biasa saja, mengapa Hee laote pandang demikan
penting ?" "Locianpwe barangkali masih belum tahu, tiga sahabat
wanita akrabku itu, baik Tiong-sun Hui Kheng maupun Liok
Giok Ji atau Hok Sui In, semuanya suka mengenakan baju
warna kuning emas, dan kini menurut keterangan Khongkhong Hweshio bahwa nona yang berparas cantik itu, juga
mengenakan pakaian berwarna kuning emas, bukankah ini
sangat membingungkan ?"
Mendengar ucapan itu Cin Lok Pho hanya bisa berpikir
sambil mengerutkan alisnya, sementara itu Hee Thian Siang
sudah berkata lagi; "Diantara mereka bertiga, Tiong-sun Hui Kheng karena
mengikuti ayahnya pergi mengasingkan diri untuk melatih ilmu
silat yang lebih dalam, sudah tentu tidak pikirkan tentang dia,
tetapi yang harus dikhawatirkan ialah Liok Giok Ji dengan Hok
Sui In berdua, siapa sebetulnya yang mengalami nasib buruk"
Ataukah hal ini semua tidak ada hubungannya dengan
mereka, ini benar-benar merupakan suatu teka-teki yang tidak
mudah dipecahkan!" "Coba Hee laote sebutkan apa yang mencurigakan kau,
supaya aku dapat membantu untuk memikirkan!"
"Sebab nona cantik berpakaian warna kuning emas itu
dibadannya ada membawa pedang Liu-yap-bian-si-kiam,
maka lebih dulu aku anggap sebagai Hok Sui In!"
"Sekarang Laote coba teruskan lagi !"
"Tetapi menurut apa yang dilihat oleh U-thi Khao diatas
puncak gunung, Hok Sui In yang balas diserang oleh wanita
kesepian yang sudah hampir mati dengan goloknya, kemudian
keduanya jatuh kedalam jurang yang tingginya seratus tombak
lebih, jelas sudah pasti telah hanyut oleh air sungai,
bagaimana masih bisa hidup lagi?"
Mendengar keterangan sampai disitu, Cin Lok Pho lantas
berkata; "Urusan didalam dunia, kadang-kadang banyak sekali
keajaiban dan keganjilan, mungkin nona Hok Sui In masih
panjang umur, dalam keadaan yang sangat berbahaya itu
telah mendapat pertolongan sehingga lolos dari bahaya maut!"
"Harapan semacam ini, sebetulnya sedikit sekali! Tetapi
andaikata benar Hok Sui In dalam bahaya telah mendapat
pertolongan, sehingga lolos dari kematian, ia seharusnya
segera pulang kegunung Ngo-bie, untuk menjumpai Ciangbun
sucinya Hian-hian
Makam Bunga Mawar Karya Opa di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Sianlo, untuk menceritakan pengalamannya, tidak mungkin tanpa sebab melarikan diri
kedalam lembah kematian untuk menjadi setan dalam lembah
itu!" Cin Lok Pho tampak berpikir keras, kemudian berkata
sambil menganggukkan kepala;
"Analisa Hee laote ini memang masuk diakal, aku juga
menganggap nona cantik berpakaian warna kuning emas
yang terbinasa didalam lembah kematian itu, tidak mungkin
kalau nona Hok Sui In!"
"Kalau perumpamaan pertama ini tidak mungkin, maka
perumpamaan kedua ialah bagi diri Liok Giok Ji!"
"Siang-swat Siangjin Leng Biauw Biauw, sudah memberi
petunjuk empat tempat kepada Hee laote, maka kemungkinan
Liok Giok Ji yang datang kelembah kematian itu, lebih besar
daripada Hok Sui In!"
"Aku juga menduga kemungkinan besar Liok Giok Ji datang
kesitu, tetapi Liok Giok Ji tidak memiliki pedang pusaka itu,
darimanakah pedang Liu-yap-bian-si-kiam itu?"
Cin Lok Pho yang mendengar ucapan itu, juga merasa
bahwa sebetulnya ini terlalu ruwet, dan tidak mudah untuk
dipelajari. Hee Thian Siang berkata pula sambil tertawa kecil;
"Setelah Hee Thian Siang pikir bolak-balik, diantara Hok
Sui In dengan Liok Giok Ji, masing-masing ada kemungkinan
setengah-setengah, juga masing-masing tidak ada kemungkinan setengah-setengah, maka aku pikir seperti ini!"
Dalam keadaan tidak berdaya, Cin Lok Pho hanya bisa
menghiburi Hee Thian Siang, katanya sambil tersenyum;
"Kalau memang demikian, aku sebaliknya menganggap
bahwa nona cantik berbaju kuning emas yang binasa didalam
lembah kematian itu, bukanlah Liok Giok Ji, juga bukan Hok
Sui In, sama sekali bukan salah satu diantara mereka berdua!"
"Munculnya pedang pusaka Liu-yap-bian-si-kiam ditempat
ini, membuat Hee Thian Siang semakin memikirkan nasib Hok
Sui In! Tentang diri Liok Giok Ji, menurut petunjuk Leng
Locianpwe, diantara empat tempat itu, sudah dua tempat yang
kukunjungi, kini hanya tinggal dua tempat yang belum dan
satu diantaranya ialah tentang tempat yang disebut sebagai
Istana kesepian itu, masih merupakan suatu tempat yang
samar-samar, entah dimana letaknya!" berkata Hee Thian
Siang sambil menghela napas panjang.
JILID 25 "Hee laote, manusia ini berkumpul atau berpisah, semua itu
adalah jodoh, orang-orang seperti nona-nona Liok Giok Ji dan
Hok Sui In yang bukan saja memiliki kepandaian tinggi, tetapi
juga bakatnya sangat baik, tidak mungkin mati dalam usia
muda! Perpisahan yang kau alami sekarang ini, tentu masih
ada harapan untuk bertemu kembali, Laote yang sekaligus
mendapat tiga gadis cantik, peruntunganmu terlalu bagus,
mungkin oleh karenanya sehingga membuat iri hati kepada
setan-setan dan iblis-iblis, hingga menggoda supaya selalu
dirundung pikiran!" Sehabis berkata demikian, orang tua itu menepuk-nepuk
bahu Hee Thian Siang dan tertawa terbahak-bahak.
Tetapi oleh karena hati Hee Thian Siang terus memikiri
kedua sahabat perempuannya itu, lagi pula kini ditambah lagi
sudah kehilangan benda wasiatnya Kian-thian-pek-lek,
pikirannya sesungguhnya sangat terpengaruh, meskipun
dihiburi oleh Cin Lok Pho, tetap masih berduka.
Pada saat itu, diatas tebing yang tinggi dengan tiba-tiba
terdengar suara ketokan Bokhi. Cin Lok Pho sengaja hendak
menarik perhatian Hee Thian Siang, maka ia lalu berseru;
"He! Tempat ini adalah bagian dalam gunung Cong-lamsan, sebetulnya sedikit sekali orang bisa datang kemari, orang
suci yang mengetok Bokhi ini, pasti juga adalah orang rimba
persilatan!" Benar saja Hee Thian Siang juga tertarik oleh suara
ketokan Bokhi tadi, ia mengangkat kepala dan tujukan
pandangan matanya kearah tebing tinggi disebelah Timur-laut
itu, kemudian berkata sambil tersenyum;
"Ketika pertama kali Hee Thian Siang berkunjung kelembah
kematian ini, secara kebetulan bertemu dengan It-pun
Sinceng, dan kini kunjunganku yang kedua, kembali
mendengar suara ketokan Bokhi, mari kita sembunyikan diri,
untuk melihat orang suci yang mengasingkan diri ini
sebetulnya siapa" Orang suci itu secara kebetulan lewat
disini, ataukah sengaja hendak berkunjung kelembah
kematian?" Cin Lok Pho menganggukkan kepala sambil tersenyum,
bersama-sama Hee Thian Siang lalu mengerahkan ilmunya
meringankan tubuh, tanpa mengeluarkan sedikit suarapun
juga lompat melesat keatas pohon yang rindang.
Suara ketokan Bokhi itu semakin lama semakin mendekat,
sesaat kemudian, dari tebing tinggi itu tampak melayang
sesosok bayangan orang dengan gerakannya yang sangat
indah sekali! Orang itu adalah seorang padri berjubah hitam
berperawakan kurus, yang agak mengherankan adalah
diwajahnya tertutup oleh kain warna hitam.
Hee Thian Siang agak heran, sebab padri yang
menegnakan jubah hitam, jumlahnya tidak banyak, apabila
mengenakan kerudung muka warna hitam, merupakan suatu
hal yang belum pernah ada, maka ia semakin tertarik dan
ingin tahu siapakah sebetulnya padri itu!"
Sedangkan Cin Lok Pho yang menilik gerakan sangat indah
dari padri tersebut ketika melayang turun keatas tebing, juga
sudah mengetahui bahwa padri itu berkepandaian sangat
tinggi, ia juga sedang memikir-mikir entah dari golongan mana
padri yang aneh itu"
Padri berjubah hitam itu berdiri ditepi danau, pandangan
matanya ditujukan kekeadaan disekelilingnya, kemudian ia
berkata sendiri sambil menganggukkan kepala;
"Suatu tempat yang sangat sunyi dan indah sekali, aku
akan menikmati kesepian tempat ini dengan sebaik-baiknya!"
Ucapan kesepian itu, telah menarik perhatian Hee Thian
Siang, ia teringat kepada keterangan U-thi-Khao tentang gadis
kesepian yang bertempur dengan Hok Siu In dan kemudian
kedua-duanya jatuh dari atas tebing tinggi, juga mengenakan
jubah warna hitam, mengenakan kerudung hitam warna hitam
pula, dandanannya itu mirip atau sama dengan padri
dihadapan mukanya itu. Dari sini dapat ditarik kesimpulan, bahwa padri berjubah
hitam yang suka dengan kesunyian itu, apakah bukan orang
dari golongan istana kesepian yang ia sendiri sedang cari dan
belum tahu dimana letaknya tempat itu "
Sambil berpikir dan menduga-duga, Hee Thian Siang
bersama Cin Lok Pho kedua-duanya hampir tidak berani
bernapas, matanya ditujukan kepada padri berjubah hitam itu,
entah apa yang akan dilakukan selanjutnya"
Padri berjubah hitam itu mencari sebuah batu besar,
kemudian duduk dibawah pohon cemara, mukanya
menghadap danau, tanpa berkata apa-apa juga tidak ada
gerakan apa-apa. Keadaan demikian itu, berlangsung kira-kira setengah jam
lamanya, sehingga membuat keadaan disekitar danau itu,
kecuali suara air terjun, suasana menjadi sunyi sepi.
Hee Thian Siang yang tidak sabar menunggu lama, ia pikir
hendak menyanyi, untuk mencoba padri berjubah hitam itu
apakah akan bertindak seperti padri kesepian yang pernah
bertempur dengan Hok Siu In, karena marah ada orang yang
mengganggu kesunyiannya. Setelah mengambil keputusan demikian, baru saja ia
hendak membuka mulut, Cin Lok Pho dengan perlahan
menyentuh padanya dan mengulurkan tangannya menunjuk
kebawah. Hee Thian Siang mengikuti arah yang ditunjuk dengan
pandangan matanya, tampak padri berjubah hitam itu tiba-tiba
menghela napas panjang, dari samping badannya
mengeluarkan Bokhi dan kembali diketoknya beberapa kali.
Bersamaan dengan suara ketokan Bokhi, dari mulut padri
berjubah hitam itu ternyata juga keluar nyanyian yang
menyatakan kesepian hatinya. . . . . .
Belum habis suara nyanyian padri berjubah hitam itu, dari
atas tebing sebelah selatan tiba-tiba terdengar suara tertawa
terbahak-bahak, ada orang yang meniru nada dari nyanyian
padri jubah hitam tadi, juga bernyanyi dengan suara nyaring.
Sewaktu bernyanyi dibagian yang terakhir, sesosok
bayangan kuning, melayang turun dari atas tebing bagian
selatan. Cin Lok Pho lalu berbisik-bisik ditelinga Hee Thian Siang;
"Seorang padri mengeluh karena kesedihan, seorang padri
lain hendak mengajak ia kembali kekesadaran yang murni, ini
sesungguhnya sangat mengherankan! Hee laote, kita mungkin
akan menyaksikan satu pertunjukan yang ramai!"
Kiranya, bayangan kuning yang melayang turun dari atas
tebing sebelah selatan tadi, juga seorang padri, tetapi
jubahnya yang berwarna kuning sangat lebar, tidak mirip
dengan padri daerah Tiong-goan.
Padri berjubah hitam itu meskipun melihat turunnya padri
berjubah kuning tadi tetapi masih tetap duduk diatas batu,
tidak berdiri menyambut kedatangannya, sebaliknya bertanya
sambil tertawa dingin: "Taysu benar-benar seorang yang welas asih, apakah kau
hendak mengajak aku pulang kekesadaran yang sebenarnya
?" Padri berjubah kuning tadi lebih dulu memuji nama Buddha,
kemudian menjawab sambil menggelengkan kepala:
"Di daerah Tiong-goan memang banyak penggoda dan
banyak penderitaan, daerah Baratlah merupakan daerah yang
sudah mendapatkan kesadaran yang sebenar-benarnya !"
"Oh ! Jikalau ditilik dari ucapan Taysu ini, Taysu tentunya
datang dari daerah Barat ?" bertanya padri berjubah hitam.
Padri berjubah kuning itu mengganggukkan kepalanya dan
menjawab sambil tertawa: "Jikalau kau suka menganut pelajaranku dari daerah Barat,
kau tidak akan merasakan kesepian lagi !"
Hee Thian Siang yang mendengar ucapan itu tampak
terkejut, dengan menggunakan ilmu menyampaikan suara
kedalam telinga, ia berkata disamping telinga Cin Lok Pho:
"Cin Locianpwe, padri berjubah kuning ini, kalau benar
datang dari daerah Barat. lagi pula memiliki kepandaian ilmu
silat demikian tinggi apakah ia itu bukan salah satu dari
kawanan iblis luar perbatasan yang dinamakan See-hek sithian-cun ?" Cin Lok Pho menganggukkan kepala sambil tersenyum,
juga memberi isyarat kepada Hee Thian Siang supaya jangan
bertindak apa-apa, sebaiknya melihat saja apa yang
selanjutnya akan terjadi.
Padri berjubah hitam itu, setelah mendengar perkataan
padri berjubah kuning tadi, sepasang matanya dipejamkan,
kemudian dibuka lagi menatap wajahnya, kemudian bertanya
sambil tersenyum; "Taysu, berulang-ulang memuji kebaikan daerah Barat,
apakah Taysu bukan salah satu dari empat Thian-cun atau
See-hek si-Thian-Cun ?"
Hee Thian Siang yang mendengar padri berjubah hitam itu
bertanya demikian, barulah ia pasang telinga. Sementara
padri berjubah kuning itu kembali sudah memuji nama Buddha
lalu menjawab: "Dugaanmu tidak salah, telaga Ki-lin-ouw sangat indah,
Istana Si-thian-kiong merupakan tanah firdaus didalam dunia.
Pinceng diantara Si-Thian-Cun menduduki kedudukan ketiga,
orang-orang memberi nama julukan pada pinceng 'Tay-lekthian-cun Siong Song Hut !"
"Nama julukan taysu ini sungguh hebat! Tetapi meskipun
taysu adalah padri dari daerah Barat, memuji keindahan
danau Ki-lin-ouw dan istana Si-thian-kiong, tetapi pinceng
sedikitpun tidak tertarik. Pinceng anggap bahwa didalam dunia
yang fana ini, hanya ada satu tempat yang dinamakan tempat
kebahagiaan !" "Apa nama tempat yang disebut tempat kebahagiaan itu ?"
bertanya Tay-Lek-thian-cun Siong Song Hut heran.
"Istana Kesepian !" menjawab padri berjubah hitam.
Mendengar disebutnya Istana Kesepian itu, semangat Hee
Thian Siang mendadak terbangun.
Tay-Lek-thian-cun Siong Song Hut mengerutkan sepasang
alisnya, tampaknya sedang berpikir keras, kemudian bertanya
lagi: "Apa nama sebutan Taysu ?"
"Pinceng adalah padri kesepian dari Istana Kesepian !"
Tay-Lek-thian-cun Siong Song Hut yang mendengar
ucapan itu menggelengkan kepalanya, lalu bertanya pula
sambil tersenyum: "Didalam istana kesepian itu, ada apanya yang dapat
membahagiakan kita, bagaimana bisa disebut sebagai tempat
yang bahagia ?" "Cinta dan kejahatan musnah semua, ditempat yang sunyi
tiada ada kedudukan!"
Tay-Lek-thian-cun Siong Song Hut yang mendengar
ucapan itu semakin tidak mengerti, ia berkata sambil
menggelengkan kepala: "Orang hendak mencapai supaya rasa cinta dan kejahatan
musnah semua, bukanlah soal yang mudah!"
"OLeh karena Taysu tadi hendak mengajak pinceng pergi
kedanau Ki-lin-ouw dan istana Si-thian-kiong, untuk bersamasama menikmati kesadaran yang sebenar-benarnya, maka
sekarang pinceng sebaliknya ingin mengajak Taysu bersamasama pergi ke Istana Kesepian, untuk bersama-sama
menikmati kebahagiaan !"
Tay-Lek-thian-cun Siong Song Hut mendengar ucapan itu
tertawa besar, kemudian berkata:
"Bagus sekali, Aku hendak mengajak kau, kini kau
sebaliknya hendak mengajak aku, Dan urusan ini bagaimana
seharusnya dibereskan ?"
"Rasanya tidak halangan kita mengadakan suatu
pertaruhan!" berkata padri kesepian sambil tertawa.
Makam Bunga Mawar Karya Opa di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Hee Thian Siang yang mendengar ucapan padri berjubah
hitam itu, lalu berbisik-bisik kepada Cin Lok Pho ,
"Bagus! Bagus! Cin Locianpwe, Hee Thian Siang adalah
seorang yang paling suka bertaruh, maka kini ingin melihat
bagaimana kedua padri itu hendak bertaruh !"
Pada saat itu Tay-Lek-thian-cun Siong Song Hut rupanya
merasa tertarik oleh usul yang diajukan oleh padri kesepian
mengenai pertaruhan itu. Maka ia menganggukkan kepala dan
bertanya sambil tersenyum:
"Bagaimana kita akan bertaruh" Dan menggunakan
pertaruhan barang apa ?"
"Kita sama-sama orang rimba persilatan, sudah tentu tidak
berpisah dari soal ilmu silat, aku akan menunjukkan ilmu
silatku dari daerah Tiong-goan, sedang kau harus
mengeluarkan ilmu-mu dari daerah Barat !"
"Pertaruhan semacam inilah yang paling baik, tetapi harus
menggunakan barang apa untuk pertaruhan ?"
"Jikalau aku kalah, aku akan segera mengikut kau pergi ke
Barat, untuk menganut agama Baratmu, tetapi jikalau kau
yang kalah, harus bersumpah pada tahun depan akan datang
ke Istana Kesepian !"
Tay-Lek-thian-cun Siong Song Hut heran mendengar
ucapan itu, tanyanya: "Jikalau aku kalah, mengapa harus bersumpah dulu dan
menunggu tahun depan baru pergi ke Istana Kesepian"
Mengapa tidak suruh aku segera mengikut engkau ?"
"Sebab orang-orang yang berada didalam Istana Kesepian,
semuanya pernah mengalami suatu kejadian yang sangat
menyedihkan, oleh karena itu, sekalipun seekor binatang
apapun, jikalau tidak mengalami kedukaan, juga dilarang
masuk kedalam. . . . . ."
"Taysu tadi bukankah pernah berkata bahwa didalam istana
kesepian itu, merupakan tempat yang bahagia dan tidak ada
kedukaan! mengapa sekarang. . . . ."
"Ucapan Taysu tidak salah, maksudnya ialah jika bukan
orang yang pernah mengalami kedukaan berat, tidak boleh
masuk kedalam Istana Kesepian untuk menikmati
kebahagiaan dari kesepiannya!"
Padri itu berdiam sejenak, mengawasi Tay-Lek-thian-cun
Siong Song Hut sebentar, kemudian melanjutkan ucapannya:
"Oleh karena itu, maka dalam pertaruhan ini, apabila Taysu
yang kalah, hanya minta Taysu bersumpah terhadap langit,
sebelum kau mengalami kedukaan hebat, dan sudah bosan
benar terhadap keduniawian, barulah diperbolehkan datang ke
Istana Kesepian menurut petunjuk yang akan kuberikan !"
Tay-Lek-thian-cun Siong Song Hut mengangguk-angguk
kepala dan berkata sambil tertawa:
"Boleh, boleh! Aku setuju dengan usul Pertaruhan ini,
sekarang kita harus bertanding dulu dengan cara bagaimana,
masing-masing akan menunjukkan kepandaiannya?"
Selagi Padri kesepian itu hendak membuka mulut, tiba-tiba
terdengar suara orang memuji nama Buddha,
Suara itu ternyata keluar dari mulut Hee Thian Siang,
sementara itu orangnnya juga sudah melayang turun
kehadapan Tay-Lek-thian-cun Siong Song Hut dan Padri
Kesepian. Tay-Lek-thian-cun Siong Song Hut ketika melihat wajah
dan sikap Hee Thian Siang, segera dapat mengetahui bahwa
anak muda itu meskipun berusia sangat muda sekali, tetapi
keadaan dan sikapnya, jelas memiliki kekuatan tenaga dalam
yang sangat baik, bukanlah orang rimba persilatan
sembarangan. Maka dari itu, ia sedikitpun tidak berani memandang ringan,
tanyanya sambil tersenyum;
"Siao sicu, bagaimana sebutanmu" Mengapa kau dapat
memuji nama Buddha?"
Hee Thian Siang berlagak seperti orang yang sedang
berduka, kedua tangannya dirangkapkan kedepan dada,
jawabnya sambil mengerutkan alisnya:
"Namaku orang yang terluka hatinya, kini sedang dirundung
kesepian hebat, maka ingin menyingkirkan semua kedukaan
itu, dan menganut agama Buddha! Taysu berdua, siapakah
kiranya yang sudi memimpin dan memberi petunjuk
kepadaku?" Cin Lok Pho kini karena sudah tahu benar kepandaian dan
kekuatan Hee Thian Siang, ia masih tetap bersembunyi diatas
pohon, tidak ikut turun kebawah. Ketika mendengar Hee Thian
Siang berkata demikian dan sikapnya yang ditunjukkan seperti
benar-benar mengalami kedukaan, juga turut merasa sedih.
Setiap orang rimba persilatan, memang suka sekali
terhadap angkatan muda yang memiliki bakat dan bahan baik,
supaya mau menjadi golongannya, maka baru saja Hee Thian
Siang mengucapkan perkataan tadi, Tay-Lek-thian-cun Siong
Song Hut lalu berkata lebih dahulu sambil tertawa:
"Pinceng bersedia memberi pimpinan kepadamu, dengan
tangan terbuka pinceng menyambut Siao sicu untuk
berkunjung Istana Si-thian-kiong di Tibet untuk menikmati
pemandangan alam indah ditepi danau Ki-lin-ouw. Pinceng
tanggung, Siao sicu nanti akan melupakan semua
kesedihanmu!" Padri Kesepian juga tidak mau tinggal diam, katanya:
"Kalau Siao sicu memang mengalami kedukaan hebat,
agaknya mengikut pinceng ke Istana Kesepian, lebih tepat !"
Hee Thian Siang memang sudah menduga bahwa kedua
padri itu pasti akan berebut untuk mendapatkan dirinya, maka
ia sengaja berpikir dulu barulah berkata sambil tersenyum:
"Pemandangan alam di danau Ki-lin-ouw memang indah,
meskipun aku juga tertarik, tetapi Istana Kesepian itu juga
mempunyai daya tarik besar sekali bagi seorang yang ditimpa
kedukaan seperti diriku ini! Kedua Taysu semua pada
menaruh simpatik atas diriku dan bersedia memberi
bimbingan, tetapi dengan malah membuat serba salah !"
"Bencana dan kebahagiaan sama-sama tidak ada pintunya,
terserah kau sendiri yang mengadakan pilihan. Pikiran tenang,
hanya berada dalam hati sendiri! Siao sicu merupakan
seorang muda yang berbakat baik, dan mempunyai dasar
sempurna, kau sekali-kali jangan bertindak gegabah,
sebaiknya dipikir dulu masak-masak. Jangan sampai
membuat kesalahan terhadap kesempatan yang baik ini!"
berkata Tay-Lek-thian-cun Siong Song Hut sambil tertawa.
"Setelah kupikir bolak-balik, hanya ada satu jalan yang
dapat menghindarkan aku dari kesulitan!" berkata Hee Thian
Siang sambil tertawa. "Cara apa" Kau toh tidak bisa membagi dirimu kedua
tempat, jadi harus mengadakan pilihan salah satu diantara kita
berdua!" berkata Padri Kesepian.
Tay-Lek-thian-cun Siong Song Hut memiliki kekuatan
tenaga dalam sempurna, demikian pula kepandaian ilmu
silatnya, tetapi ia sungguh tidak menduga bahwa ia berani
menyatakan hendak turut pertaruhan, maka lalu bertanya
dengan keheran-heranan: "Apa" Siao sicu juga ingin turut ambil bagian dalam
pertaruhan itu." "Apabila Tay-Lek-thian-cun Siong Song Hut menang, maka
aku bersama Taysu Kesepian ini akan ikut kau pergi kedaerah
Barat! Sebaliknya apabila Taysu Kesepian yang mendapat
kemenangan, maka aku segera ikut mengikut kau pergi ke
Istana Kesepian, tidak usah mengadakan sumpah segala,
sebab aku memang sudah merupakan orang yang dirundung
kedukaan!" berkata Hee Thian Siang sambil menganggukkan
kepala. "Apabila Siao sicu yang menang, lalu bagaimana?"
bertanya Padri Kesepian. "Oleh karena aku bukanlah utusan Buddha, sudah tentu
tidak bermaksud untuk menyempurnakan orang! Apabila
dengan kepandaian yang kumiliki sekarang ini beruntung bisa
mendapat kemenangan, aku hanya ingin mempersilahkan
kedua taysu setiap orang menjawab dua pertanyaanku yang
tidak berarti apa-apa, itu saja sudah cukup!"
Tay-lek-thian-cun Siong Song Hut yang mendengar ucapan
itu, dengan sinar matanya yang tajam mengawasi Hee Thian
Siang, kemudian berkata sambil mengangguk-anggukkan
kepala; "Kiranya Siao sicu ada mengandung maksud tertentu
sengaja turun ambil bagian dalam pertaruhan ini!"
"Aku adalah orang yang terluka hatiku, bukan orang yang
sengaja mengandung maksud tertentu, sebaiknya kita lekas
mulai bertaruh, lihat Taysu mana yang ada jodoh bakal
memimpin aku ?" Tay-lek-thian-cun Siong Song Hut yang sudah dapat
memahami maksud kedatangan Hee Thian Siang, mendengar
ucapan itu lalu mengeluarkan suara dari hidung, kemudian
berkata kepada padri kesepian;
"Kita orang yang usianya lebih lanjut dari Siao sicu ini,
maka acara bagi pertaruhan ini, agaknya lebih baik diputuskan
oleh Siao sicu!" Padri kesepian dapat menyetujui usul itu, jawabnya sambil
menganggukkan kepala; "Ini sudah tentu, biarlah Siao sicu ini yang mengajukan
acaranya!" Dalam hati Hee Thian Siang sudah membuat perhitungan,
dua padri ini tampaknya semua memiliki kekuatan dan
kepandaian yang sangat tinggi, terutama Tay-lek-thian-cun
Siong Song Hut yang merupakan salah seorang tokoh
terkemuka dalam golongan sesat didaerah luar perbatasan,
maka ia sendiri tidak boleh mengandalkan kesombongan
dengan kepandaiannya, Ia ingin menggunakan kesempatan
itu se-baik-baiknya untuk menaklukkannya.
Setelah mengambil keputusan demikian, maka ia tidak
menolak, Sambil menunjuk air danau dihadapannya, ia
berkata sambil tersenyum;
"Kita tidak perlu repot-repot, sekarang kita pinjam air danau ini saja, untuk
menguji kekuatan tenaga dalam kita,
bagaimana Taysu sekalian pikir ?"
Padri kesepian lalu berkata sambil tersenyum;
"Seorang ahli, begitu mengulurkan tangan sudah diketahui
berisi atau kosong! Sebetulnya dengan secara sembarangan
saja mengambil selembar daun atau sepotong kayu, dapat
digunakan untuk menguji kekuatan tenaga dalam masingmasing! Pinceng hanya belum tahu apakah Siao sicu perlu
menetapkan peraturan dan caranya pertandingan ini ?"
"Kita tidak perlu menetapkan satu aturan, silahkan Taysu
berdua berlaku menurut kehendak sendiri, masing-masing
boleh mengeluarkan kekuatan tenaga dalam, ditujukan
kepada air danau itu."
Siapa yang lebih baik dan lebih gemilang hasilnya, dialah
yang lebih unggul!" "Begitupun baik! Biarlah pinceng yang akan menunjukkan
keburukan pinceng lebih dulu!" berkata padri kesepian.
Sehabis berkata demikian ia mengerahkan kekuatan
tenaga dalamnya, lalu ditujukan ketengah udara dengan
gerakan tekanan, Tiba-tiba terdengar suara gemuruh, air
danau itu terpukul dan muncrat setinggi satu kaki lebih!
Hee Thian Siang terkejut, diam-diam berpikir bahwa padri
kesepian ini, wajahnya tidak ada hal-hal yang menarik, tetapi
ternyata memiliki kekuatan tenaga dalam demikian hebat,
suatu bukti bahwa dalan Istana kesepian itu, ternyata masih
tersembunyi banyak orang gagah.
Tay-lek-thian-cun Siong Song Hut yang menyaksikan
keadaan demikian, diam-diam juga mengagumi ilmu silat
orang daerah Tiong-goan, saat ini ia juga mengerahkan
kekuatan tenaga dalamnya, lalu merangkapkan kedua
tangannya dan ditujukan kepada air danau itu.
Sungguh heran, suatu gerakan yang tidak mengeluarkan
suara ataupun angin, telah membuat air danau yang sudah
mulai tenang itu tiba-tiba tampak legok kedalam sekitar dua
kaki, setelah itu menyemburkan pancuran air ketengah udara!
Wajah padri kesepian segera berubah, ia memuji nama
Buddha, kemudian berkata;
"Ilmu menundukkan naga dengan telapakan tangan Taysu
sesungguhnya hebat sekali, pinceng menyerah kalah!"
Tay-lek-thian-cun Siong Song Hut yang mendengar ucapan
itu menunjukkan sikap bangga, tetapi sikap bangganya itu
sesaat kemudian telah berubah demikian masgul, sebab Hee
Thian Siang waktu itu juga sudah mengerahkan ilmunya,
warisan Pak-bin Sin-po dan yang dilatihnya setiap hari siang
dan malam tanpa berhenti, ilmu itu adalah ilmu jari tangan
Kian-thian-ci ditujukan ketengah danau, dan air danau itu
terdapat tanda melesak sedalam tiga kaki lebih!
Padri kesepian ketika melihat Hee Thian Siang yang
memperoleh kemenangan, dalam hati malah merasa lega,
dengan sangat girang ia berkata dengan pujiannya;
"Jago-jago jaman sekarang memang kebanyakan terdiri
dari angkatan-angkatan muda, ini memang benar Siao sicu,
kau sudah menangkan pertaruhan ini, maka apa yang kau
hendak tanyakan, silahkan tanya saja, apa yang pinceng tahu
pasti akan menjawab dengan sejujurnya!"
"Aku cuma menurut apa yang sudah dijanjikan saja, hanya
ingin Taysu menjawab dua pertanyaanku, Pertanyaan
pertama ialah tentang Liok Giok Ji, Apakah sekarang ini nona
Liok itu berada didalam Istana kesepian ?"
Padri kesepian menggelengkan kepala, kemudian
menjawab; "Didalam Istana kesepian, hanya terdapat orang-orang
yang terluka hatinya atau dirundung kedukaan, mereka
kebanyakan sudah melupakan hal-hal yang sudah lalu, tidak
mau meninggalkan namanya, karena itu pinceng juga tidak
tahu siapa nona yang bernama Liok Giok Ji itu, sebaiknya
Siao sicu jelaskan wajahnya dan usianya, mungkin pinceng
masih dapat mengingat-ingatnya!"
Hee Thian Siang lalu melukiskan wajah dan usia Liok Giok
Ji, dijelaskan kepada padri kesepian.
Padri kesepian sehabis mendapat gambaran yang
dilukiskan oleh Hee Thian Siang, sesaat tampak terkejut,
kemudian menjawab; "Nona yang kau tanyakan itu mirip dengan putri kesepian!"
Hee Thian Siang telah mencatat nama putri kesepian itu
dalam hatinya, kemudian bertanya pula;
"Pertanyaan kedua adalah dimanakah letaknya Istana
kesepian itu?"
Makam Bunga Mawar Karya Opa di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Padri kesepian menjawab pula sambil tertawa kecil;
"Orang-orang dari dalam Istana kesepian, semua sudah
bersumpah tidak boleh menceritakan kepada siapapun juga
letaknya Istana kesepian secara langsung!"
Hee Thian Siang dapat mengerti maksud jawaban padri itu,
maka lalu berkata pula sambil tersenyum;
"Kalau toh tidak boleh menceritakan secara langsung,
setidak-tidaknya boleh menceritakan secara tidak langsung!"
Padri kesepian karena merasa tidak baik jikalau menarik
kembali ucapannya sendiri, dan mengingkari perjanjiannya,
dengan terpaksa berkata; "Apabila Siao sicu pasti ingin mencari Istana kesepian,
boleh datang dilembah May-ya-kok dibawah puncak gunung
Bun-thian-hong, kemudian Siao sicu memanggil tiga kali
namanya May-yu Kisu, nanti olehnya akan ditanyakan segala
apa yang mengakibatkan kau bersedih dan terluka hati,
barulah diambilnya keputusan boleh mengajak kau masuk
kedalam Istana kesepian atau tidak."
Hee Thian Siang mengucapkan terima kasih kepada padri
kesepian atas jawabannya itu, dan padri kesepian itu
kemudian lantas berlalu seorang diri, dengan membawa
pulang rasa kesepiannya. Begitu padri kesepian berlalu, Tay-lek-thian-cun Siong
Song Hut juga lantas berkata kepada Hee Thian Siang;
"Siao sicu sudah menangkan pertaruhan tadi, mengapa
masih belum menanyakan dua pertanyaan itu kepada
pinceng" Pinceng masih ada urusan penting, setelah
menjawab pertanyaan Siao sicu juga akan pergi dari sini!"
"Pertanyaanku yang pertama ialah, apakah Taysu kenal
dengan Hek-ni-kam-lo dan Kim-to-cin, Tay-lek-thian-cun Siong
Song Hut tidak menyangka kalau Hee Thian Siang bisa
menyebutkan nama dua orang itu, maka untuk sesaat ia
nampak tercengang, kemudian menjawab sambil anggukkan
kepala; "Mengenai kedua orang itu memang benar aku kenal, Hekni-kam-lo adalah Sin-pok-siang-koay yang muda, sedangkan
Kim-to-cin adalah salah satu dari orang katai dari negara
Timur!" "Pertanyaanku yang kedua ialah, apabila aku ingin mencari
Hek-ni-kam-lo dan Kim-to-cin dengan tidak usah melakukan
perjalanan jauh ketempat mereka, apakah ada jalan lain yang
mudah?" "Pertanyaan Siao sicu ini boleh dikata tepat pada alamat
yang kau tanyakan, pinceng bisa tunjukkan kepada Siao sicu
satu jalan yang mudah!"
"Coba Taysu tolong terangkan jalan apa yang taysu kata
lebih mudah itu." Hee Thian Siang selanjutnya mengucapkan
terima kasih. "Nanti pada tanggal lima belas bulan satu tahun depan,
diwaktu pesta keramaian Cap-go-mee, bertepatan dengan hari
ulang tahun keseratus Raja Siluman Pat-bo Yan Liat, semua
tokoh-tokoh rimba persilatan baik dari dalam atau luar daerah,
hendak berkumpul dipuncak gunung tertinggi digunung Conglam-san, ialah puncak Thay-pek-hong, untuk mengadakan
upacara pemberian selamat ulang tahun! Hek-ni-kam-lo dan
Kim-to-cin pasti datang, Disamping itu, yang satu-satunya
seperti Sin-pak Siang-koay yang tua dan orang katai dari
negara Timur dia yang lainnya, kami Tay-lek-thian-cun dari
daerah Barat, juga akan datang semua! Asal Siao sicu hadir
dalam pertemuan itu, pasti bisa bertemu dengan mereka,
dengan demikian tak usah pergi jauh-jauh kenegara Timur
atau ke Barat!" "Pat-bo Yao-ong Hian Yan Liat, mengapa harus
mengadakan upacara ulang tahunnya dipuncak gunung Conglam?" tanya Hee Thian Siang heran."Tokoh-tokoh rimba
persilatan dari dalam dan luar negeri, oleh karena mengagumi
kepandaian ilmu Hian Yan Liat Pat-bo Yao-ong, telah
menggerakkan pertemuan ini, sengaja mengundang Hian Yan
Liat datang berkunjung kegunung itu, supaya tokoh-tokoh
rimba persilatan daerah Tiong-goan dapat belajar kenal
dengannya!" "Pada hari itu, aku juga hendak pergi kepuncak gunung
Cong-lam, hendak melihat Pat-bo Yao-ong Hian Yan Liat yang
memimpin rimba persilatan daerah luar perbatasan sebetulnya
bagaimana macamnya?"
"Apabila Siao sicu juga ingin hadir pada pertemuan itu,
harap jangan lupakan bingkisannya, sebab barang siapa yang
tidak membawa bingkisan yang agak aneh untuk memberi
selamat padanya, barangkali tidak akan diijinkan naik keatas
puncak gunung Thay-pek-hong, untuk belajar kenal dengan
wajah Hian Yan Liat!"
"Kiranya pemimpin rimba persilatan itu bukan saja gemar
nama baik, tetapi juga masih gemar kekayaan! Oleh karena ia
masih tidak bisa melepaskan diri dalam soal nama dan harta,
maka kepandaian ilmunya juga belum tentu seperti apa yang
diagung-agungkan bahwa sudah mencapai taraf tanpa
tandingan!" "Ilmu kepandaian Hian Yan Liat memang benar-benar luar
biasa tingginya, boleh dikata sudah tidak ada taranya, selain
itu juga tawar terhadap nama dan kekayaan, hadiah-hadiah
ulang tahunnya itu, hanya untuk dihadiahkan kepada nyonya
Liat-ong saja!" Hee Thian Siang agaknya tidak menduga akan hal itu,
maka lalu ia bertanya; "Oh, apakah Pat-bo Yao-ong masih mempunyai istri?"
"Nyonya Hian Yan Liat ialah Ceng-hoa Ceng-ho,
Kepandaian ilmu silatnya, tidak selisih banyak dengan Hian
Yan Liat sendiri, apakah Siao sicu belum pernah mendengar
nama itu?" Hee Thian Siang menggelang-gelengkan
kepala, menunjukkan sikap bingung, sementara itu Tay-lek-thian-cun
Siong Song Hut sudah berkata lagi sambil tertawa;
"Orang-orang rimba persilatan daerah Tiong-goan terhadap
tokoh-tokoh kuat daerah perbatasan memang masih agak
asing! Tetapi nanti setelah pertemuan digunung Cong-lam,
barang siapa yang pernah menyaksikan Hian Yan Liat dan
Ceng-hoa Ceng-bo serta kepandaian ilmu silatnya, pasti akan
kagum dan takluk benar-benar terhadap mereka suami istri!"
Berkata sampai disitu ia lantas berdiam dan katanya
menatap dalam-dalam kepada Hee Thian Siang, kemudian
bertanya sambil tersenyum;
"Bagaimana sebutan Siao sicu yang sebenarnya" Siao sicu
murid dari golongan mana" Bolehkah pinceng tahu ?"
Hee Thian Siang kalau tadi terhadap padri kesepian tidak
mau menyebutkan nama aslinya, tetapi terhadap Tay-lekthian-cun Siong Song Hut ia sudah tidak perlu
menyembunyikan nama aslinya lagi, maka lalu menjawab;
"Aku bernama Hee Thian Siang, suhuku adalah Hong-po
Sin-po, selamanya berdiam digunung Pak-bin!"
Tay-lek-thian-cun Siong Song Hut terkejut, sekali lagi ia
mengawasi Hee Thian Siang beberapa kali,, kemudian
berkata sambil menganggukkan kepala dan berkata;
"Pantas Hee Siaosicu dalam usia yang demikian muda,
latihan kekuatan tenaga dalammu sudah mencapai ketaraf
yang demikian sempurna, Kiranya adalah murid Pak-bin Sinpo Hong Poh Cui yang sering disebut-sebut Hian Yan Liatong! tidak halangan Siao sicu nanti sampaikan apa yang
pinceng beritahukan kepadamu tadi, sebab Hian Yan Liat-ong
dan Ceng-hoa-Ceng-bo suami-istri, sangat mengharapkan
dengan menggunakan kesempatan pada pertemuan itu bisa
belajar kenal dengan beberapa tokoh rimba persilatan daerah
Tiong-goan!" Hee Thian Siang menganggukkan kepala sambil tertawa,
sementara itu Tay-lek-Thian-cun Siong Song Hut sudah
merangkapkan kedua tangannya diatas dadanya untuk
memberi hormat, kemudian berkata sambil tertawa;
"Pinceng hendak minta diri, karena masih ada urusan
hendak pergi kepuncak gunung Thay-pek-hong, untuk
mengadakan persiapan guna keperluan pertemuan dalam
upacara ulang tahun yang diadakan tahun depan, juga hendak
mencari beberapa barang yang aneh-aneh, sebagai hadiah
ulang tahun Hian Yan Liat-ong!"
Sehabis berkata demikian jubahnya bergerak bagaikan
berkelebatnya rajawali dicakrawala, mumbul tinggi beberapa
tombak, dan menghilang dari tempat tebing dimana ia tadi
mumbul. Hee Thian Siang mengawasi berlalunya Tay-lek-thian-cun
Siong Song Hut, dengan sepasang alis dikerutkan, ia
memanggil Cin Lok Pho dengan suara nyaring;
"Cin Locianpwe, urusan ini membuat Hee Thian Siang
semakin bingung!" Cin Lok Pho melayang turun dari atas pohon, berada
disamping Hee Thian Siang, kemudian berkata sambil tertawa
terbahak-bahak; "Hee laote, dalam pertaruhan tadi, kau telah menang
dengan gemilang, bahkan sudah mendapat kabar rahasia
yang tidak sedikit, Mengapa masih mengatakan bingung?"
"Cin Locianpwe, apakah Locianpwe tadi tidak dengar aku
menanyakan tentang jejak Liok Giok Ji ?"
"Bagaimana aku bisa tidak mendengar" Padri kesepian tadi
bukankah berkata bahwa nona Liok Giok Ji berada didalam
Istana kesepian, menjadi putri kesepian ?"
"Karena Liok Giok Ji sudah berada didalam Istana kesepian
sudah menjadi putri kesepian, maka wanita muda berparas
cantik berpakaian kuning emas yang binasa dilembah
kematian gunung Cong-lam, siapa dia orangnya" Dari mana ia
mendapatkan pedang Liu-yap-bian-si-kiam" dan lantaran apa
dengan seorang diri memasuki lembah kematian?"
Mengenai beberapa pertanyaan ini, Cin Lok Pho juga tidak
dapat menjawab, berkata kepada Hee Thian Siang sambil
tertawa; "Hee laote, urusan dalam dunia ini banyak sekali yang
seperti mudah sekali dipecahkan, Untuk sementara kita
terpaksa jangan mengusut dulu, biarlah segala sesuatunya
berjalan sendiri sebagaimana biasa, lalu kita boleh selidiki
perlahan-lahan, Sebab, tentang kematian seorang wanita
muda cantik yang membawa pedang Liu-yap-bian-si-kiam itu,
adalah orang kedua yang menyaksikan dan dapat dimintakan
sebagai saksi" Seandainya si-Buddha berbisa Khong-khong
Hweshio itu membuka mulut seenak perutnya, bukankah
sama artinya Hee laote telah tertipu olehnya" Buat apa kita
harus pusing-pusing memutar otak sendiri dengan cumacuma?" Hee Thian Siang yang mendengar ucapan itu, setelah
dipikirnya, juga merasa curiga atas keterangan padri jahat itu,
maka lalu berkata sambil tertawa;
"Locianpwe benar, biarlah untuk sementara waktu kita
biarkan saja dulu urusan itu, Marilah kita lanjutkan lagi usaha
kita untuk memberi bantuan kepada Liong-hui-kiam-khek dan
bibi Ca Bu Khao yang melakukan perjalanan kegunung Tiamcong!" "Orang-orang rimba persilatan yang suka memberi keadilan
dan kebenaran serta mau menolong sesama yang susah
sebagai kewajiban mutlak, memang ada saja kemungkinan
setiap waktu berada dalam bahaya karena perbuatan orangorang jahat. Maka mengenai urusan kita yang hendak
memberi bantuan kepada Su-to Wie dan Ca Bu Khao, tidak
perlu tergesa-gesa, tetapi sekarang kita yang melakukan
perjalanan kepropinsi In-lam, sebaliknya mendapat dua
keuntungan, Sebab justru kita boleh pergi kegunung Lo-sam,
untuk mengunjungi lembah May-yu-kok yang disebutkan oleh
padri kesepian tadi untuk mencari keterangan kepada May-yu
Kisu dimana letaknya Istana kesepian itu ?"
"Cin Locianpwe mengatakan dalam perjalanan kita
kepropinsi In-lam kali ini ada mempunyai dua keuntungan,
Tetapi Hee Thian Siang kira masih perlu ditambah satu lagi,
Jadi, boleh dibilang kita akan mendapat tiga keuntungan?"
berkata Hee Thian Siang sambil tertawa, dan kemudian
bersama-sama Cin Lok Pho mengerahkan ilmu meringankan
tubuh mendaki tebing yang sangat tinggi.
Cin Lok Pho tahu bahwa Hee Thian Siang itu seorang anak
muda yang cerdas dan pintar otaknya, lagi pula banyak
akalnya, maka lalu bertanya sambil tersenyum;
"Hee laote, apa yang kau maksudkan dengan keuntungan
yang ketiga?" "Locianpwe, tadi dalam salah satu jawaban yang diberikan
oleh Tay-lek-thian-cun Song Song Hut, bukankah pernah
mengatakan bahwa pada perayaan Cap-go-mee tahun depan,
hendak mengadakan pertemuan dipuncak tinggi Tay-pek-hong
digunung Cong-lam, untuk memberi selamat atas ulang tahun
Pat-bo Yao-ong Hian Yan Liat, bahkan hendak mencari benda
aneh se-banyak-banyaknya untuk diberikan kepada nyonya
Hian Yan Liat, yaitu Ceng-hoa-Ceng-bo!"
"Didalam barisan Pek-kut Sam-mo, hanya berhasil
menyingkirkan seorang Pek-kut Thian-kun yang meninggalkan
berisan itu, tetapi sekarang kawanan iblis dan penjahat dari
daerah luar, kembali sudah menyusup kedaerah Tiong-goan,
ini benar-benar merupakan suatu alamat buruk seperti akan
datangnya bencana bagi rimba persilatan! Menurut
pandanganku, tindakan Ki-lian-pay yang menyerbu partai Butong adalah merupakan babak permulaan dalam rencananya
yang akan menguasai rimba persilatan, rasanya mala-petaka
yang mengancam partai-partai dalam rimba persilatan, sudah
tidak dapat dihindarkan lagi!"
"Sekarang Hee Thian Siang ingin bertanya kepada Cin
Locianpwe, diwaktu rimba persilatan sedang terancam bahaya
dan bencana, dari kalangan penjahat luar daerah, jikalau kita
mengenal tokoh berkepandaian tinggi, apakah perlu kita
mengundang mereka supaya keluar, dan membantu usaha
kita untuk membasmi kawanan penjahat itu" Rasanya kita
tidak boleh membiarkan mereka mengasingkan diri untuk
mengelakkan tanggung jawab dan kewajiban itu."
"Pendirian Hee laote semacam ini sebenarnya patut sekali
dipuji, tetapi aku tidak tahu ada berapa banyakkah tokoh-tokoh
dalam pandanganmu yang rasanya bisa ditarik untuk
membantu usaha kita ini?"
Hee Thian Siang pikir hendak menggunakan kesempatan
dalam perjalanan ke-propinsi In-lam ini, sekalian pergi
kelembah Leng-cui-kok digunung Ko-le-kong-san, untuk
Makam Bunga Mawar Karya Opa di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
berkunjung kegoa Bo-ciu-sek untuk menjumpai Hong-tim Ongkhek May Ceng Ong, Siang-swat Sianjin Leng Biauw Biauw
dan Kiu-thian Moli Tang Siang Siang tiga Locianpwe!"
Cin Lok Pho telah diingatkan oleh ucapan Hee Thian Siang
itu, lalu berkata sambil tersenyum;
"Ucapan Hee laote ini benar, tiga tokoh luar biasa dalam
rimba persilatan ini, semuanya memiliki kepandaian ilmu yang
sangat tinggi, apabila mereka mau sama-sama keluar dari
pertapanya, maka dalam barisan kita yang hendak membasmi
kawanan penjahat ini, aku rasa akan bantuan yang tidak
sedikit! Apabila kita membiarkan mereka tinggal diam dalam
pertapaan mereka, sesungguhnya sangat sayang!"
"Tiga Locianpwe itu telah tidak tercapai cita-cita mereka,
tetapi tidak dibenarkan hanya lantas tawar terhadap urusan
dunia, Dalam perjalanan kita ini, apabila kita dapat
menceritakan bagaimana maksud dan tujuan kawanan iblis
dari luar yang hendak menguasai rimba persilatan daerah
Tiong-goan, demi kepentingan dan keutuhan rimba persilatan
daerah Tiong-goan, kita bisa minta mereka supaya mau
menyumbangkan sedikit tenaga, Lain daripada itu kita boleh
sekalian beritahukan nasib yang dialami oleh Liok Giok Ji dan
Hok Sui In, menurut pendapatku Cianpwe itu setelah
mendapat berita ini, bisa turun gunung untuk menunjukkan
kepandaian mereka lagi!"
"Mana mungkin hanya turun gunung dan menunjukkan
kepandaian saja" Tiga tokoh luar biasa dalam rimba persilatan
itu, setelah mendengar kabar berita itu pasti akan marah, dan
segera muncul lagi dalam dunia Kang-ouw! Sebab aku hampir
lupa bahwa Liok Giok Ji dan Hok Siu In kedua nona itu semua
adalah putri-putri kesayangan Hong-tim Ong-khek May Ceng
Ong!" "Hong-tim Ong-khek May Locianpwe bersama Hee Thian
Siang pernah bersahabat erat, sedangkan Kiu-thian Moli Tang
Locianpwe sifatnya juga lemah lembut, Tetapi Siang-swat
Sianjin Tang Locianpwe, sebaliknya sangat keras dan kukoay
sekali adatnya! Jikalau Hee Thian Siang paksakan juga
menyampaikan kabar buruk ini, Hee Thian Siang ragukan,
bisa2 akan memdapat kesulitan yang tidak sedikit dari
padanya!" "Hee laote dengan Liok Giok Ji dan Hok Siu In, sekarang ini
meskipun belum mengadakan keputusan hendak menikah,
tetapi satu sama lain sudah setia dan sehati, dalam mata May
Ceng Ong, Leng Biauw Biauw dan Tang Siang Siang bertiga,
pasti juga sudah menganggap kau sebagai menantunya!
Peribahasa ada kata; 'ibu mertua paling sayang kepada bakal
menantu', maka dari itu aku berani menjamin, sekalipun betul
seperti apa katamu tadi, Siang-swat Sianjin Leng Biauw Biauw
keras adatnya, tapi rasanya tak mungkin akan bertindak dan
merugikan Hee laote, Percayalah!"
"Seandai berhadapan dengan musuh bagaimanapun
lihaynya musuh itu, Hee Thian Siang tidak akan takut! Tetapi
kini Leng Locianpwe sudah menjadi orang tingkatan tua dari
Hee Thian Siang, kalau bertempur tidak boleh membantah,
perasaan semacam inilah, yang sesungguhnya merupakan
penderitaan bathin yang sangat hebat! Oleh karenanya maka
Hee Thian Siang merasa sedikit sangsi, tidak berani masuk
kedalam goa Bo-ciu-sek itu!"
Dua orang itu berjalan sambil mengobrol, disepanjang jalan
juga tidak mendapatkan halangan apa-apa, demikianlah
mereka telah tiba di Pho-hi-to-koan digunung Tiam-cong-san.
Poh-hi-to-koan bekas markas partai Tiam-cong di-propinsi
In-lam itu, sebetulnya sudah dihancurkan dan dibakar habis
oleh Thiat-koan Totiang yang sudah bertekad bersama-sama
ketua Ki-lian-pay membentuk partai baru Ceng-thian-pay,
maka kini tinggal hanyalah reruntuhan puing-puing lagi saja.
Cin Lok Pho dan Hee Thian Siang semula mengira Su-to
Wie dan Ca Bu Khao pasti hendak membangun lagi kuil Pohhi-to-koan itu, supaya dapat mendirikan lagi partai Tiam-cong,
Siapa tahu, keadaan dihadapannya sekarang ini, benar-benar
diluar dugaannya, maka lalu timbul rasa wasangka, diam-diam
mengkhawatirkan keselamatan Su-to Wie dan Ca Bu Khao!
Setelah mereka mencari keterangan, baru tahu bahwa Suto Wie sedang mencari tanah untuk membangun kembali Pohbi-to-koan, Berita buruk mengenai tindakan Ceng-thian-pay
terhadap Bu-tong-pay sudah tersiar luas dalam kalangan
Kang-ouw! Oleh karenanya, maka Ca Bu Khao menasehati
Su-to Wie supaya jangan tergesa-gesa membangun kembali
kuil Poh-hi-to-koan, yang penting ialah mengumpulkan lagi
bekas orang-orang Tiam-cong-pay yang tidak mau mengikut
jejak Thiat-koan Totiang, orang-orang itu setelah dikumpulkan
semua, untuk sementara diboyong kegunung Lo-hu, untuk
menantikan tindakan partai-partai golongan baik, yang akan
menumpas gerakan Ceng-thian-pay, setelah itu, barulah
membangun kembali kuil Poh-hi-to-koan dan partai Tiamcong, Begitulah, setelah Su-to Wie menimbang berat
entengnya, ia juga tahu bahwa dengan berdiri terpencil
didaerah In-lam, mungkin sebelum Poh-hi-to-koan selesai
dibangun, kawanan penjahat dari Ceng-thian-pay sudah
datang menyatroni, Oleh karena kekuatan kedua belah pihak
selisih sangat jauh, maka jikalau sampai terjadi apa yang
dikhawatirkan itu dan harus dilakukan suatu pertempuran,
dengan sendirinya pihak Tiam-cong-pay akan mengalami
kekalahan total! Mana ada harapan untuk membangun
kembali partai Tiam-cong-pay" Tentu tidak mungkin!
Berdasarkan atas pertimbangan itulah, Su-to Wie lalu
menyetujui usul Ca Bu Khao, setelah mengumpulkan
beberapa puluh orang bekas anak buah partai Tiam-cong
lainnya yang berkepandaian tinggi, yang tidak mau bekerja Kitab Mudjidjad 8 Tiga Dara Pendekar Siauw-lim Karya Kho Ping Hoo Amanat Marga 3
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama