Ceritasilat Novel Online

Manusia Srigala 13

Manusia Srigala Karya Can I D Bagian 13


biarpun ia meneguk air sungai tapi pikirnya dapat segera
ditenangkan kembali, ia sadar mara bahaya masih
mengancam dan yang terpenting sekarang adalah berusaha
untuk menyelamatkan diri.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Diam-diam ia berenang ke tepi sungai kemudian
menyembunyikan diri di balik semak belukar, biar begitu toh
tak tertahan juga ia berpaling ke tepi seberang.
Kalau tidak melihat musuh mendingan, begitu memandang
hatinya semakin bergidik.
Rupanya makhluk-makhluk aneh yang mirip manusia
namun bukan manusia itu telah mulai melancarkan serangan.
Tampak mereka berebut mencabut senjata-senjata garpu
yang digarang di atas api itu kemudian sambil berteriak keras
bersama-sama mendekati kepala naga dan melontarkan
senjata garpu yang membara itu ke arah kepala naga itu.
Jilid 24 WAKTU itu angin puyuh masih menderu-deru dengan
hebatnya, banyak pohon yang tumbang dan pasir serta debut
berterbangan menyelimuti seluruh angkasa.
Ditambah pula teriakan makhluk-makhluk aneh serta suara
auman harimau, menambah suasana disitu bertambah
mengerikan. Senjata-senjata garpu yang merah membara itu menghantam tubuh naga itu secara telak, tapi berhubung
tubuh naga itu terlindung oleh sisik-sisik yang tebal, nyatanya
tak sebatang pun yang berhasil melukainya.
Mendadak dari arah gua muncul kembali cahaya api yang
amat terang disusul kemudian tampak belasan manusia aneh
berwajah buas dan bertubuh tinggi besar munculkan diri.
Di antara rombongan manusia aneh itu terlihat ada dua di
antaranya menggotong sebuah tandu bambu, di atas tandu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
duduk seorang manusia berbaju merah yang bertubuh kecil
mungil, anehnya justru dia mengenakan topeng berwarna
merah. Begitu munculkan diri dari dalam gua manusia berbaju
merah itu segera membentak nyaring, suaranya halus dan
merdu menandakan kalau dia seorang wanita.
Di tengah bentakan, tubuhnya melejit setinggi dua tiga kaki
ke tengah udara lalu dengan jurus 'burung walet melintasi
pohon liu' dia meluncur ke arah kuali besi itu.
Menyaksikan kemunculan manusia berbaju merah, kawanan makhluk aneh itu makin bersemangat lagi, sambil
berteriak mereka menyerang naga tersebut makin gencar.
Menyusul kemudian tampak beberapa batang panah berapi
yang ujungnya berkobar cahaya api berwarna biru dibidikkan
ke arah kabut putih. Begitu panah berapi me luncur; dua sinar hijau di balik
kabut beracun itu segera lenyap sementara serangan senjata
garpu yang membara dari arah bawah menyerang semakin
gencar dan menghebat. Tampak seluruh angkasa penuh dengan letupan bungabunga api, persis seperti pesta mercon di malam tahun baru,
beberapa pohon segera termakan oleh panah berapi sehingga
menimbulkan kebakaran hebat.
Begitu kebakaran melanda pepohonan, suasana di seluruh
lembah pun berubah menjadi terang benderang, semua
keadaan yang sedang berlangsung disitu dapat diikuti dengan
nyata. Di bawah kobaran api yang membara, naga aneh itu tak
kelihatan bengis lagi sebab sepasang matanya telah terbidik
oleh panah api, tubuhnya yang panjang melingkar kini telah
ditarik ke atas tebing sambil bergeleparan tiada hentinya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ekornya yang panjang tiada hentinya menghantam batuan
berpasir di atas tebing, hancuran karang dan potongan kayu
berguguran ke bawah dengan menimbulkan suara yang amat
memekakkan telinga. Ditambah lagi angin puyuh berhembus kencang membuat
keadaan di lembah tersebut benar-benar menggidikkan hati.
Agaknya kawanan makhluk aneh serta binatang buas itu
sudah tak mampu lagi untuk mempertahankan diri, serentak
mereka mengundurkan diri ke depan gua sambil tiada
hentinya melepaskan panah berapi serta garpu tajam.
Sesudah berlangsung pertarungan sekian lama agaknya
naga itu sudah tak mampu lagi untuk mempertahankan diri,
semburan kabut beracunnya makin tipis, sementara napasnya
mulai tersengkal-sengkal.
Mendadak sepucuk panah berapi membidik perut bagian
mematikan dari naga itu secara telak.
Akibatnya naga itu makin tak mampu untuk mempertahankan diri lagi.
Tiba-tiba naga itu mengangkat kepalanya ke udara sambil
menarik ekornya ke tengah udara kemudian sambil dijatuhkan
ke bawah melakukan sapuan kuat-kuat.
Getaran akibat dari sapuan itu betul-betul menggidikkan
hati, bumi serasa bergoncang kena gempa, batu cadas
berguguran dengan hebatnya, suara yang menggelegar
bagaikan dunia mau kiamat.
Raja setan kepala botak yang bersembunyi di balik semak
belukar menjadi ketakutan setengah mati saking ngerinya
roboh tak sadarkan diri. Entah berapa saat sudah lewat, ketika mendusin kembali ia
baru teringat bahwa tempat itu tak aman dan sebaiknya lekaslekas angkat kaki dari s itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Begitu teringat kabur, diapun teringat kembali dengan
keenam iblis serta anak buahnya yang lain, tanpa terasa ia
melayangkan pandangannya sejenak ke sekeliling tempat itu.
Hutan yang semula membentang di bawah tebing kini
sudah hilang wujudnya yang asli, yang nampak hanya batangbatang pohon serta ranting-ranting yang berserakan dimanamana. Sementara kawanan makhluk aneh, manusia berbaju
merah serta kawanan harimau ganas itu telah hilang dari
pandangan. Di tengah lapangan hanya tertinggal kuali besi besar serta
api yang masih menyala di bawahnya.
Suasana terasa begitu sepi, hening dan tak kedengaran
sedikit suara pun, kegelapan telah menyelimuti angkasa, yang
tertinggal kini hanya bau amis yang amat menusuk hidung.
Ia merasa seperti mendapat impian buruk, tapi mimpi
tersebut benar-benar menakutkan.
Ke lima puluh anggota istana iblis beserta ke enam
rekannya sudah tak kelihatan lagi batang hidungnya, tanpa
terasa ia berpikir : "Jangan-jangan mereka telah melarikan diri."
Berpikir demikian ia bermaksud untuk bangun dan
melakukan pencarian di sekeliling tempat itu.
Siapa tahu sepasang kakinya justru seakan-akan berakar
sedikitpun tak mau bergerak.
Sinar fajar telah menyingsing, langit telah menjadi terang,
embun di atas pohon pun meleleh ke bawah.
Raja setan kepala botak merasakan pakaiannya yang
dikenakan telah menjadi basah apalagi tatkala terhembus
angin, dinginnya serasa menggigilkan badan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Matahari makin meninggi, seluruh pemandangan dalam
lembah itu pun nampak semakin nyata.
Tampak olehnya suasana di sekeliling sana telah hancur
total dan porak poranda tak karuan.
Kepala naga yang besar dan aneh dengan mulut
terpentang lebar-lebar tergantung di atas pohon dan
meneteskan air liurnya. Sementara tubuhnya yang besar telah menindihi pohonan
rimbun di bawah tebing. Raja setan kepala botak segera mengatur pernapasan
untuk memperlancar jalannya peredaran darah dalam
tubuhnya, kemudian baru merangkak bangun dari balik semak
belukar bermaksud hendak mencari rekan-rekannya.
Belum lagi ia menggerakkan tubuhnya, tiba-tiba terdengar
seseorang membentak : "Berhenti!" Bagi pendengaran orang lain, suara bentakan tersebut
kedengaran merdu merayu, tapi bagi pendengaran Raja setan
kepala botak yang belum hilang rasa kagetnya justru ibarat
guntur yang membelah bumi di s iang bolong, dia semakin tak
berkutik lagi. Entah sejak kapan di belakang tubuhnya telah muncul
seorang perempuan berbaju merah.
Terdengar perempuan berbaju merah itu berkata dengan
suara dingin : "Aku tahu kau adalah Raja setan kepala botak pemimpin
dari tujuh iblis, meninjau dari perbuatanmu yang berani
memasuki tebing Mo Im Gay kami secara sembarangan, dosa
tersebut harus ditebus dengan kematian tapi berhubung kau
masih bermanfaat bagi kami sebagai penyampai berita bagi
Pangeran Serigala, maka kami ampuni jiwamu untuk kali ini,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
katakan kepada Pangeran Serigala bahwa tuan putri kami
menantikan kedatangannya di tepi telaga Gi Liong oh."
Dalam keadaan seperti itu Si Raja setan kepala botak hanya
tahu menyelamatkan diri lebih dahulu, cepat-cepat dia
mengiakan berulang kali. Tiba-tiba perempuan berbaju merah itu berkata lagi sambil
tertawa dingin : "Aku dengar orang-orang dari gedung iblis kalian paling tak
bisa dipercaya, tapi aku tak kuatir kau tak akan
menyampaikan pesanku ini sebab sekarang kau telah
menderita luka kabut beracun yang amat parah, karena itu
kau harus secepatnya menemukan Pangeran Serigala dan
suruh ia datang mintakan obat untuk menolongmu,
mengerti?" Raja setan kepala botak terkesiap sekali setelah mendengar
perkataan itu, dengan memberanikan diri ia bertanya lagi :
"Bagaimana pula dengan nasib rekan-rekanku?"
"Sebagian besar telah ditelan oleh naga aneh itu, sedang
sisa tiga orang yang masih tertolong telah kami bawa ke
telaga Gi Liong oh, asalkan kau sampaikan pesanku itu dengan
sendirinya merekapun akan kubebaskan."
Raja setan kepala botak ingin bertanya siapakah ketiga
orang itu, tapi perempuan berbaju merah itu sudah habis
kesabarannya, dengan cepat ia menukas :
"Ayo cepat berangkat! Jangan menunggu sampai luka
racunmu mulai bekerja, kau bisa tersesat di tebing Mo Im Gay
ini." Mendengar ucapan tersebut, Raja setan kepala botak tak
berani berayal lagi, cepat-cepat ia membalikkan badan dan
kabur meninggalkan tempat itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ternyata perkataan dari perempuan berbaju merah itu
bukan cuma gertak sambal belaka, baru saja ia me lewati Siu
Pi Cong sepasang kakinya sudah tak mau menuruti perintah.
Ketika dengan susah payah mencapai Sam Kang Ko tiba-tiba
pandangannya menjadi gelap, tenggorokanna terasa anyir dan
muntahkan darah segar, tak ampun tubuhnya segera roboh
terjerembab ke atas tanah.
Kebetulan sekali Si Ka lajengking kecil Siu Cing serta Sim Cui
lewat disitu, dengan perkataan yang terbata-bata diapun
minta pertolongan kepada mereka agar membantunya
mencarikan Pangeran Serigala.
Dalam pada itu Sik Tiong Giok menarik napas dingin setelah
mendengar penuturan dari Raja setan kepala botak itu.
Setelah lama sekali termenung dia baru berkata :
"Baiklah akan kutemui Gi Liong kuncu, tapi sebelum itu
kalian harus mencari tempat persembunyian dahulu."
"Pangeran cilik soal ini tak perlu kau risaukan, jarak dari
sini sampai Sin Peng cay tidak terlalu jauh, bagaimana kalau
kami menanti kabarmu disitu saja?"
"Baiklah?" sahut Sik Tiong Giok sambil manggut-manggut,
"paling lama tiga hari lagi aku tentu sudah kembali."
"Engkoh Sik, kau mesti berhati-hati," seru Siu Cing penuh
rasa kuatir. "Lima puluh orang anggota Mo Hu dan tujuh iblis pun
mengalami musibah, aku kuatir sekali membiarkan kau pergi
seorang diri." Sik Tiong Giok segera tertawa :
"Bukankah naga itu sudah terbunuh" Apalagi yang mesti
ditakuti?" "Tapi disanakan masih ada harimau-harimau ganas serta
belasan kawanan makhluk aneh?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Harimau itu bisa diperintah oleh perempuan berbaju
merah itu, masa aku tak bisa memerintahnya pula?"
Walaupun Siu Cing masih merasa keberatan namun diapun
tak berdaya untuk mencegah Sik Tiong Giok menyerempet
bahaya. Akhirnya dengan perasaan apa boleh buat ia berkata :
"Bagaimanapun juga aku tetap merasa kuatir, lebih baik
aku pergi bersamamu saja."
"Adik Cing, kau tak usah kuatir," kata Sik Tiong Giok
kemudian sambil tertawa, "aku rasa Gi liong kuncu tak bakal
mempergunakan

Manusia Srigala Karya Can I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kekerasan terhadapku sebab ia mengundangku sebagai tamu agung."
Tanpa memberi kesempatan lagi kepada Siu Cing untuk
berkata ia segera membalikkan badan dan beranjak pergi dari
situ. Ketika tiba di Sam Kang ko hari sudah mulai senja,
kegelapan ma lam mulai menelimuti perjalanan pemuda itu
sampai lupa kalau perutnya belum diisi, apalagi berada di
tengah pegunungan yang terpencil, bukan suatu pekerjaan
yang mudah untuk mencari makanan.
Sementara ia masih berdiri di tepi sungai sambil mengawasi
ombak yang menggulung-gulung di tengah sungai, tiba-tiba
nampak sebuah sampan bergerak mendekat tanpa arah tujuan
tertentu. Sebagai seorang yang dibesarkan di tepi sungai, dalam
sekilas pandangan saja telah mengetahui bahwa perahu
tersebut tak ada orangnya.
Satu ingatan segera melintas di dalam benaknya, dengan
gerakan Burung nuri menembusi awan lalu dirubah menjadi
gerakan Burung manyar menerjang ombak dia meluncur ke
arah sampan tersebut. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Di saat ujung kakinya hampir menempel di ujung sampan
tersebut, sampan tersebut berputar kencang lalu meluncur ke
arah lain. Dengan begitu maka Sik Tiong Giok pun menginjak di
tempat kosong, tubuhnya segera meluncur ke dalam sungai
dengan cepatnya, andaikata ia tidak menghimpun hawa
murninya niscaya sekujur badannya akan tercebur ke dalam
sungai. Pangeran Serigala memang seorang yang hebat, dia sama
sekali tidak menjadi gugup atau panik menghadapi kejadian
tersebut, dengan cepat kaki kirinya menjejak di atas kaki
kanannya lalu dengan meminjam tenaga pantulan tersebut
tiba-tiba saja tubuhnya berjumpalitan di tengah udara
kemudian dengan gerakan Elang Sakti menubruk Kelinci
disambarnya sampan tersebut.
Dengan akal ini diapun berhasil mencengkeram pinggiran
sampan itu. Lalu tubuhnya melejit ke atas dan melompat naik ke atas
perahu tersebut, tapi begitu menyaksikan keadaan dasar
sampan itu, tanpa terasa pemuda itu berseru tertahan :
"Aduh celaka!" Ternyata sampan itu kosong tanpa alat pendayung maupun
alat kemudi, tak heran kalau terbawa arus tanpa bisa
dikendalikan lagi. Diam-diam Sik Tiong Giok menggertak gigi sambil memutar
otak, dengan cepat ia peroleh sebuah akal bagus.
Sepasang kakinya segera diluruskan ke depan kemudian
setelah menarik napas panjang-panjang ia mendorong telapak
tangannya ke arah pantai.
Nyata sekali cara tersebut memberikan hasil yang
mustajab, sampan yang semula bergerak tanpa arah tujuan
itu sekarang menerjang ke arah pantai seberang.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Baru saja Sik Tiong Giok bergembira karena akalnya
memberikan hasil dan sampan tersebut hampir mencapai
pantai, mendadak perahu tersebut berhenti tak bergerak,
disusul kemudian perlahan-lahan bergerak mundur ke
belakang. Sik Tiong Giok tahu bahwa di dalam air tentu ada apaapanya, maka diapun tak mau menyerah dengan begitu saja,
sambil mengerahkan segenap tenaganya dia membawa
sampan itu pelan-pelan maju lagi ke muka.
Akan tetapi begitu ia mengatur pernapasan, sampan
tersebut kembali bergerak mundur.
Kejadian semacam ini berlangsung hampir setengah jam
lamanya, lama kelamaan Sik Tiong Giok jadi berang sendiri,
tiba-tiba ia mengerahkan segenap tenaga dalam yang
dimilikinya sembari memutar badan lalu sepasang telapak
tangannya bersama-sama didorong ke belakang.
'Blaam!' Terjadi benturan keras yang mengakibatkan timbulnya
gulungan air setinggi dua tiga kaki lebih kemudian memercik
ke empat penjuru. Menggunakan tenaga getaran inilah sampan tersebut
langsung menerjang ke pantai.
"Blaaam!" Kembali terjadi benturan yang maha dahsyat, sampan yang
menerjang di atas batu karang itu segera hancur berantakan
menjadi berkeping-keping, Sik Tiong Giok tak sanggup berdiri
tegak lagi, tubuhnya segera tercebur ke dalam sungai.
Untungnya saja dia pandai sekali dalam ilmu berenang,
begitu tercebur air ia segera munculkan diri di atas permukaan
sambil memperhatikan sekejap ke sekeliling tempat itu,
namun tak sesosok bayangan manusia pun yang nampak.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aneh! Benar-benar sangat aneh," pekiknya di dalam hati,
"sebenarnya apakah yang telah beradu teanga dalam
denganku?" Di balik kegelapan yang mulai mencekam seluruh jagad,
hancuran sampan itu terbawa ombak dan berhamburan
kemana-mana. Setelah lama sekali berdiri tertegun, Sik Tiong Giok
melompat naik ke daratan sambil melepaskan pakainnya yang
basah, kemudian setelah kering kembali dengan membawa
perasaan kaget bercampur keheranan dia melanjutkan
kembali perjalannnya. Setelah melalui Siu Pi Ciong, tanah pegunungan yang dilalui
makin lama semakin tinggi, perjalanan makin sukar ditempuh,
ditambah pula angin berhembus kencang, membuat Sik Tiong
Giok merasakan tubuhnya menggigil.
Dengan hati yang mendongkol Sik Tiong Giok mulai
mengumpat sambil bersumpah serapah, namun selain bunyi
burung-burung yang berkicau sama sekali tak terdengar suara
jawaban apapun. Lama kelamaan ia menjadi lelah sendiri, perutnya yang
belum diisi pun mulai keroncongan minta diisi.
Tiba-tiba ia merasa ada kunang-kunang sedang lewat tapi
setelah diawasi dengan lebih seksama ternyata cahaya
tersebut adlah setitik cahaya lentera.
Tanpa terasa semangatnya kembali berkobar, pikirnya :
"Bisa jadi cahaya lentera itu berasal dari rumah penduduk
suku Biau, lebih baik aku mengisi perut disitu sambil
menunggu pakaianku menjadi kering, tepi hutan ini akan
kutagih pada Gi Liong kuncu setelah bertemu nanti."
Berpikir demikian diapun meneruskan perjalanannya
menuju ke arah mana berasalnya sinar lentera tersebut.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ternyata tempat itu merupakan sebuah kuil Cu Kat Bio
yang dibangun di tengah bukit terpencil, Sik Tiong Giok
keheranan sekali me lihat hal tersebut, ia tak bisa mengerti
mengapa di gunung yang terpencil pun terdapat sebuah kuil.
Darimana dia tahu kalau bangunan kuil di wilayah In lam
memang sama sekali berbeda dengan bentuk kuil di propinsi
lain, boleh dikata semua kuil disini merupakan kuil Cu Kat bio.
Sebagaimana diketahui tatkala Khong Beng berperang ke
wilayah selatan dulu, ia pernah tujuh kali membekuk Beng Hu
di wilayah In lam sehingga peristiwa ini meninggalkan kesan
yang amat mendalam di masyarakat suku Biau untuk
memperingati kehebatannya itulah rakyat suku Biau khusus
membangun kuil baginya. Sik Tiong Giok tidak mengetahui akan hal tersebut, tidak
heran kalau dia merasa keheranan sekali setelah menyaksikan
bentuk kuil itu. Begitu menaruh curiga terhadap bangunan kuil itu, Sik
Tiong Giok pun tak berani memasuki secara gegabah, lama
sekali ia berdiri di depan kuil sambil termenung, kemudian
pikirnya : "Masa di tengah pegunungan yang sepi dan terpencil bisa
terdapat sebuah bangunan kuil sebesar ini, jelas hal ini sangat
aneh, jangan-jangan tempat ini adalah sa lah satu markas dari
Gi liong kuncu?" Berpikir demikian diapun langsung menerjang masuk ke
dalam kuil. Setelah melalui pintu kuil tempat itu merupakan sebuah
halaman yang sangat luas sepanjang jalan berbatu tumbuh
dua deret pepohonan siong yang amat rindang, gelap dan
lebat sehingga mendatangkan perasaan bergidik bagi
siapapun yang berada disana.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Biarpun Sik Tiong Giok terhitung seorang pemuda yang
bernyali besar, tak urung hatinya berdebar juga sete lah
menghadapi keadaan seperti ini.
Untuk sesaat lamanya ia berdiri ragu di depan pintu,
kemudian sambil menghimpun tenaga dalamnya bersiap-siap
menghadapi segala kemungkinan yang tak diinginkan, pelanpelan dia berjalan maju ke depan.
Habis melalui jalan berbatu, ia menembusi ruang tengah,
namun anehnya tak sesosok bayangan manusia pun yang
kelihatan. Di belakang gedung utama kembali terdapat sebuah
halaman di sisi kiri dan kanannya merupakan ruang serambi,
di depan situ terdpat ruang belakang, tampak setitik cahaya
lentera memancar dari sana.
Sesudah termenung sejenak akhirnya ia berteriak keras :
"Adakah seorang disana?"
Tiada seorangpun yang menyahut, beberapa kal ia
berteriak lagi namun belum juga terdengar suara jawaban.
Sik Tiong Giok semakin keheranan lagi menghadapi
kejadian seperti ini, tenaga murninya segera dihimpun ke
dalam telapak tangannya, kemudian sambil mendorong pintu
ruangan dia berseru kembali :
"Bila kalian sama sekali tidak mengacuhkan kedatangan ku
ini, jangan salahkan kalau aku akan bertindak kasar."
Berbicara sampai disitu dia segera mengerahkan tenaga
dalamnya sambil mendorong ke muka...
"Braaak...!" Mendadak pintu ruangan terbuka lebar, menyusul
kemudian segulung angin kencang berhembus lewat, lentera
yang berada di dalam ruangan itu segera terhembus angin
hingga padam. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dengan padamnya lentera, suasana dalam ruangan itu pun
menjadi gelap gulita sehingga sukar untuk melihat keadaan di
sekeliling sana. Sik Tiong Giok berdiri sejenak lagi di depan pintu, sete lah
yakin kalau tidak terdapat sesuatu yang mencurigakan dia
baru melanjutkan perjalannya memasuki ruangan.
"Andaikata aku membawa alat pembuat api aah, betapa
bagusnya!" demikian ia berpikir dalam hati.
Sementara dia masih berpikir, mendadak terdengar suara
helaan napas yang amat terperancat dan cepat-cepat mundur
dua langkah ke belakang kemudian bentaknya keras-keras :
"Siapa disitu?"
Seraya membentak, sorot matanya segera dialihkan pula ke
sekeliling tempat itu, namun apa yang dilihatnya kontan saja
membuatnya terkesiap sehingga mundur selangkah ke
belakang. Ternyata di sekeliling ruangan duduk berjajar banyak
orang, sehingga ruangan tersebut boleh dibilang hampir terisi
penuh. Biarpun Sik Tiong Giok bernyali lebih besar pun tak urung
dibuat terkesiap juga setelah menyaksikan peristiwa itu, tanpa
terasa bulu kuduknya pada bangun berdiri.
Tiba-tiba terdengar seseorang berkata lagi dengan suara
yang lemah : "Kau tak usah takut, di atas meja ada lampu lentera... dan
batu api, sulutlah lampu itu lebih dulu."
Kalau didengar dari suaranya yang tersendat-sendat dan
amat lemah, jelas sudah bahwa si pembicara itu telah
menderita luka dalam yang cukup parah.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dengan cepat ia berusaha untuk menenteramkan hatinya,
kemudian pelan-pelan berjalan menuju ke meja altar, disana
ia temukan sebuah batu api.
Sesudah menyulut lentera suasana di sekeliling tempat
itupun menjadi terang benderang, pemuda tersebut baru bisa
menyaksikan pemandangan disana dengan lebih jelas lagi,
tapi apa yang terlihat segera membuatnya berdiri terbelalak
dengan mulut melongo saking kagetnya.
Ternyata di dalam ruangan itu duduk dua tiga puluh orang
yang semuanya duduk kaku disitu tanpa bergerak sedikitpun
juga. Kalau dilihat dari dandanannya, sudah jelas orang-orang itu
adalah jago-jago persilatan dari daratan Tiong goan bahkan di
antaranya terdapat juga kaum pendeta dan rahib.
Di antara mereka hanya seorang pendeta tua berjubah
kuning yang nampak masih menggerakkan sepasang matanya,
ia seperti ingin mengucapkan sesuatu, mulutnya berkemakkemik namun tak sepatah katapun yang dapat diutarakan
keluar. Cepat-cepat Sik Tiong Giok berjalan mendekati dan
menempelkan telapak tangannya di punggung pendeta itu.
Dengan bantuan tenaga dalam yang disalurkan Sik Tiong
Giok ke dalam tubuhnya, peredaran darahnya yang semua
sudah tersendat-sendat, tiba-tiba menjadi lancar kembali.
Setelah menghela napas panjang Sik Tiong Giok baru
berkata : "Toa suhu, bila ingin mengucapkan sesuatu cepatlah kau
utarakan." Pendeta tua itu mendongakkan kepalanya dan memandang
sekejap ke arah pemuda tersebut, kemudian setelah menghela
napas panjang, katanya pelan :
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aku adalah Ci Hoat dari Siau lim pay."
Sik Tiong Giok merasa terperanjat sekali sete lah


Manusia Srigala Karya Can I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mendengar perkataan itu, segera pikirnya :
"Aah! Pendeta penakluk harimau Ci Hoat dari Siau Lim pay
kan jago yang disegani orang, mengapa ia bisa mengalami
nasib setragis ini" Tampaknya si penyerang memiliki
kepandaian silat yang amat lihay."
Berpikir sampai disitu, cepat-cepat ia bertanya :
"Toa suhu mengapa kau bisa sampai disini" Siapa yang
telah melukaimu?" "Semua yang hadir di dalam ruangan ini sekarang adalah
anggota dari sembilan partai besar. Mereka datang kemari
disebabkan kelabang langit yang akan muncul di bukit Pay Lau
San, kami kuatir mustika yang langka itu terjatuh ke tangan
kaum laknat sehingga merugikan kaum persilatan pada
umumnya, sayang sekali..."
Ketika berbicara sampai disitu, ia nampak terpengaruh oleh
gejolak emosi, sehingga napasnya menjadi tersengal-sengal.
Cepat-cepat Sik Tiong Giok menempelkan kembali telapak
tangannya ke pungung hwesio itu kemudian menyalurkan
tenaga dalamnya ke tubuh pendeta tersebut.
Hu Hau siansu (Pendeta penakluk harimau) batuk-batuk
sebentar, kemudian baru berkata lebih jauh :
"Sayang... sayang sekali bukit Pay Lau San belum tercapai,
kami semua sudah harus mampus lebih dulu di pegunungan
terpencil ini, aaai... biar matipun aku tak akan mati dengan
mata meram... uhu... uhu..."
Setelah batuk-batuk beberapa kali, suaranya menjadi
semakin lirih dan lemah hingga sulit untuk ditangkap.
Sekali lagi Sik T iong G iok mengerahkan tenaga dalamnnya,
cepat-cepat dia bertanya :
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Toa suhu, kalian dilukai oleh siapa?"
Di bawah dorongan tenaga dalam dari Sik Tiong Giok,
denyut nadi Hu Hau siansu yang makin lemah itu seakan-akan
mendapat dorongan yang kuat segera sahutnya :
"Gi Liong kuncu... dari... telaga... Gi Liong oh..."
Berbicara sampai disitu sepasang matanya segera
dipejamkan rapat-rapat dan melayanglah selembar jiwanya
meninggalkan raga. Sik Tiong Giok tak segan-segan menggunakan tenaga
dalamnya dan beberapa kali mencoba untuk membantu
denyutan jantung Hu Hau siansu, sayang usahanya itu tak
berhasil mendorong daya kehidupan pendeta itu lagi.
Di bawah sinar lentera yang redup, tampaklah dua tiga
puluh sosok mayat duduk kaku di dalam ruangan itu.
Dalam keheningan yang mencekam jagad, berada di
sekeliling mayat yang berserakan sungguh terasa menyeramkan dan menggidikkan hati.
Apalagi di saat angin malam berhembus lewat dan
menerbangkan dedaunan serta ranting, Sik Tiong Giok
merasakan hatinya semakin bergidik.
Tanpa terasa pikirnya kemudian :
"Tempat ini bukan tempat yang menguntungkan, lebih baik
aku pergi saja dari s ini secepatnya."
Baru saja ia hendak beranjak pergi meninggalkan tempat
itu, mendadak dilihatnya Hu Hau siansu mati dengan mata
tidak meram, sepasang matanya masih memandang ke
arahnya dengan mata melotot.
Menyaksikan hal ini, sambil menghela napas Sik T iong Giok
segera menjura katanya : Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Thaysu beristirahatlah dengan tenang, bila kujumpai Gi
Liong kuncu dendam sakit hati kalian tentu akan kubalaskan."
Kalau dibilang sungguh aneh, baru selesai ia berkata,
sepasang mata Hu Hau siansu segera terpejam kembali.
Pada saat itulah mendadak terdengar seseorang berkata
dengan suara yang lembut tapi dingin bagaikan es :
"Di saat berjumpa dengan Gi Liong kuncu, saat itulah
ajalmu akan tiba, hmm ingin membalaskan dendam" Jangan
mimpi di s iang hari bolong."
Sik Tiong Giok terperanjat sekali, dengan cepat ia
membalikkan badan kemudian melayang keluar dari ruangan
tersebut, bentaknya keras-keras :
"Siapa disitu?"
Bersamaan dengan bergemanya suara bentakan itu,
terdengar suara gemerisik dari atas pohon lalu tampak
sesosok bayangan hitam bagaikan burung walet yang terbang
melintas meluncur terus ke atas tanah dari balik sebatang
pohon. Dengan suara dingin orang itu menyahut :
"Hek Bo Tan dari telaga Gi Liong oh."
Sik Tiong Giok segera mengalihkan pandangan matanya ke
depan, lebih kurang dua tiga kaki di hadapannya telah berdiri
seseorang yang mengenakan pakaian ringkas berwarna hitam,
membawa sebuah kantung kulit di bawah ketiaknya,
rambutnya dibungkus dengan kain dan memegang sepasang
senjata kaitan Yan Yang Kou.
Dia adalah seorang gadis berbaju hitam, tak heran kalau
menyebut dirinya sebagai "Bo Tan Hitam", bukan saja
mengenakan pakaian berwarna hitam, diapun mempunyai
wajah berbentk oval yang berwarna hitam pula.
Sambil mendengus dingin Sik Tiong Giok segera berseru :
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hmm, tentunya kau adalah anak buah dari Gi Liong
kuncu?" "Betul!" sahut Bo Tan hitam ketus, "aku memang anak
buah dari Gi Liong kuncu, dan ku terka kau pastilah Pangeran
Serigala." "Kaukah yang membinasakan semua orang yang berada di
dalam ruangan ini?" "Kalau memang aku yang membunuh mau apa kau"
Pokoknya setiap orang yang berani membangkang perintah
dari istana Gi Ling Kiong kami jiwanya tak bisa diampuni lagi."
Sik Tiong Giok menjadi sangat gusar setelah mendengar
perkataan itu, sambil meloloskan pedangnya ia segera
membentak : "Hari ini aku orang she Sik justru mau menantang kalian,
mau apa kau?" "Huuh, juga sama saja! Kau pun akan mampus!"
"aku kuatir kau tak akan memiliki kemampuan sebesar itu!"
Di tengah bentakan keras ia segera menjejakkan kakinya
ke atas tanah kemudian menerjang ke muka pedangnya
dengan jurus 'Bianglala menutupi sang surya' secepat
sambaran kilat langsung menusuk ke dada lawan.
Hek Bo Tan sedikit pun tidak menjadi gugup, segera
bentaknya pula : "Anak muda, kau berani menantang aku secara terangterangan?" Di tengah bentakan, tubuhnya mengigos ke samping, lalu
dengan senjata kaitan di tangan kanan menangkis serangan
pedang itu kaitan kiri disilangkan di depan dada.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kemudian tanpa melancarkan serangan balasan ia malahan
mendesak lebih ke muka sehingga berada di hadapan anak
muda tersebut. Setelah melirik sekejap ke wajah pemuda itu sambil tertawa
genit, bentaknya keras-keras :
"Anak muda, biarpun ingin beradu jiwa toh tak perlu
terburu nafsu, perkataanku kan belum selesai kusampaikan."
Berbicara sampai disitu kembali ia tertawa, mendadak
kaitan di tangan kanannya disodorkan ke arah kiri, lalu
secepat kilat tangan kanannya menowel pemuda itu.
Baru Sik Tiong Giok merasakan serangan pedangnya
mengenai sasaran kosong, tahu-tahu angin harum telah
berhembus lewat, sementara ia masih tertegun dibuatnya,
pipinya telah kena ditowel.
Tak terlukiskan rasa dongkol dan jengkel Sik Tiong Giok
menghadapi kejadian seperti itu segera bentaknya keras :
"Kau betul-betul budak tak tahu malu."
Di tengah bentakan, pergelangan tangannya segera
digetarkan dan pedangnya bagaikan seekor ular sakti
langsung menusuk ke muka.
"Bocah keparat," Hek Bo Tan segera membentak nyaring,
"diberi muka tak mau, memangnya kau anggap nonamu takut
kepadamu" Baiklah hari ini akan kusuruh kau rasakan
kelihayan dari ilmu silat Gi Liong oh."
Belum habis perkataan itu diucapkan, bayangan senjata
kaitan disertai deruan angin tajam telah menggulung ke muka.
Sik Tiong Giok tidak ambil diam, diapun segera
mengeluarkan ilmu 'Tay Cou Cao Pwe Ta' untuk melayani
serangan lawan. Pedangnya diputar sedemikian kencangnya sehingga air
hujanpun sulit rasanya untuk menembusi lapisan cahaya yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dihasilkan dengan semangat yang tinggi ia layani setiap
serangan dari Hek Bo Tan dengan tak kalah hebatnya.
Dalam waktu singkat, kedua orang itu sudah terlibat dalam
suatu pertarungan yang amat seru.
Ilmu 'Tay Cou Cao Pwe Ta' dari Sik Tiong Giok merupakan
warisan langsung dari Gao Hui siani, kehebatannya termasuk
dalam deretean ilmu silat tingkat atas.
Sebaliknya permainan sepasang senjata kaitan Yen Yang
Kou dari Hek Bo T an pun merupakan ilmu s ilat te laga Gi Liong
oh yang terhitung juga ilmu silat kelas satu.
Tapi jika kedua orang itu dibandingkan maka kepandaian
silat yang dimiliki Sik Tiong Giok masih setingkat lebih tinggi,
itulah sebabnya dua puluh gebrakan kemudian Hek Bo Tan
telah dipaksanya berada di bawah angin.
Si nona berbaju hitam yang berkulit hitam ini ternyata
hatinya juga hitam, begitu merasa permainan sepasang
senjata kaitannya tidak berhasil mengungguli lawannya, dia
segera menggertak gigi dan merubah jurus serangannya.
Tiba-tiba ia mengeluarkan jurus serangan 'Belalang
mempersembahkan cakar' menanti musuhnya telah menarik
kembali serangannya sambil berganti jurus mendadak ia
berubah kembali serangannya menjadi jurus 'Bangau Putih
menentang sayap." Bersamaan dengan waktunya, ia melompat mundur sejauh
beberapa kaki ke belakang sembari merapatkan sepasang
senjata kaitannya, saat itulah tangan kanannya dengan cepat
merogoh ke dalam saku bermaksud hendak mengambil
senjata rahasia. Tapi sayang Sik Tiong Giok bertindak lebih cepat, dengan
gerakan serigala mengigos dia menyusup maju ke depan lalu
sebelum perempuan itu sempat merogoh ke dalam sakunya, ia
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
telah mencengkeram pergelangan tangannya sambil membentak keras : "Hey nona hitam, tak perlu kau pamerkan besi
rongsokanmu itu di hadapanku, simpan saja di dalam saku,
kalau ingin kau perlihatkan lebih baik lain kali saja."
Sudah tentu Hek Bo Tan tak sudi dibekuk lawannya dengan
begitu saja; senjata kaitan di tangan kirinya segera diayunkan
ke depan membacok batok kepala Sik T iong Giok.
Pemuda itu tertawa menyegir, sementara tangan kirinya
mencengkeram genggamannya, pedang di tangan kanannya
digunakan untuk menangkis, ejeknya kemudian :
"Wah sayang sekali nona seranganmu yang ini masih
kelewat ringan, belum cukup sempurna untuk dipakai
menghadapiku, lain kali berlatih dengan lebih tekun..."
Bersamaan dengan selesainya perkataan itu, terjadilah
suatu benturan yang keras sekali :
'Traaaang...!" Di tengah bentakan tersebut, tahu-tahu sepasang senjata
kaitan itu sudah tergetar lepas dan jatuh ke atas tanah
sementara bersamaan waktunya ujung jari tangan kanan Sik
Tiong Giok diayunkan ke depan kantong kulit tempat
menyimpan senjata rahasia dari Hek Bo Tan hingga lepas
talinya dan jatuh pula ke atas tanah.
Bisa dibayangkan betapa paniknya Hek Bo Tan menghadapi
kejadian kejadian seperti ini, dengan sepasang mata terbelalak
lebar dia mengawasi wajah Sik Tiong Giok dengan mata
melotot. "Hey, nona hitam manis, mengapa sih kau pelototi diriku?"
ejek Sik Tiong Giok sambil tertawa, "apakah tidak puas"
Baiklah kalau begitu mari kita beradu kepandaian lagi."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sambil berkata iapun mengendorkan cengkeramannya atas
urat nadi pada pergelangan tangan Hek Bo Tan.
Hek Bo Tan mengerling sekejap ke arah Sik Tiong Giok
dengan pandangan matanya yang jeli,
lalu diapun membungkukkan badannya bermaksud hendak memungut
kembali kantung kulit miliknya.
Tapi Sik Tiong Giok bertindak cepat, sambil menginjak
kantung itu dengan kakinya ia berkata :
"Kalau dugaanku tidak keliru, isi kantung ini pasti obatobatan atau benda-benda yang amat beracun, bukannya
begitu" Maaf aku tak bisa membiarkan kau mendapatkan
kembali barang-barang itu, karena pada kemudian hari tentu
kau pakai untuk mencelakai orang lain."
"Hmm, atas dasar apa kau berkata begitu?" seru Hek Bo
Tan dengan suara dingin. "Kau bukannya memungut sepasang senjata kaitan itu lebih
dulu, sebaliknya malah mengambil kantung ini duluan, hal ini
menunjukkan kalau benda ini mempunyai arti yang penting
bagi pandanganmu, kalau isinya bukan benda-benda beracun
yang terbukti?" "Huuh, kau pikir aku benar-benar berhasrat mendapatkan
kembali benda itu" Kalu toh kau mau ambil saja..."
Berbicara sampai disitu, dia membungkukkan badannya lagi
untuk memungut sepasang senjata kaitannya kembali,


Manusia Srigala Karya Can I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kemudian disisipkan ke belakang punggungnya, tapi dia tidak
memanfaatkan kesempatan melarikan diri, sebaliknya dengan
pandangan tak berkedip mengawasi terus wajah pemuda itu.
Dilihat dari sorot matanya itu, bisa dilihat betapa seram dan
buasnya nona itu, terutama rasa bencinya yang kentara sekali
menghiasi wajahnya. Sik Tiong Giok segera tersenyum, katanya :
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Mengapa sih kau belum melarikan diri dari sini" Apa yang
kau nantikan" Benarkah kau merasa berat hati karena harus
kehilangan senjata rahasia beracun yang berada di dalam
kantung ini?" "Hm, darimana kau tahu kalau senjata rahasia itu
beracun?" seru Hek Bo Tan dingin.
"Cukup memandang dari sorot matamu itu, aku sudah
dapat menduga semuanya. Eehm, bila kau ingin memperoleh
kembali isi kantung ini boleh saja, cuma kau harus
menyambut tiga buah pukulanku terlebih dahulu."
Tiba-tiba saja Hek Bo Tan merasakan semangatnya bangkit
kembali sambil tertawa dingin serunya :
"Heeeh... heeeh... heeh, jangan kau anggap setelah
berhasil mengungguli aku dalam ilmu pedang lantas ingin
meraih kemenangan lagi dalam ilmu pukulan. Hmmm...
hmm... belum tentu aku akan menderita kekalahan di
tanganmu." "Apakah kau berniat untuk mencoba?" tanya pemuda itu
cepat. Semula Hek Bo Tan agak ragu-ragu, lalu setelah mundur
sejauh satu kaki, katanya :
"Kalau hendak kau lancarkan seranganmu, silahkan saja
dilancarkan nona akan menyambut ketiga seranganmu itu."
"Baik, kalau begitu bersiap-siaplah!"
Walaupun dalam hati Hek Bo Tan tidak percaya kalau
lawannya memiliki tenaga dalam yang jauh melampaui dirinya,
akan tetapi diapun tak berani bertindak gegabah.
Begitu mendengar perkataan tersebut, dia segera
mengerahkan tenaga dalamnya untuk melindungi badan,
setelah itu baru manggut-manggut :
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sik Tiong Giok tetap berdiri tegak di tempat semula, pelanpelan telapak tangan kanannya diangkat ke tengah udara lalu
didorong ke depan ke arah Hek Bo Tan dari jauh.
Melihat datangnya ancaman tersebut, Hek Bo Tan segera
mendorong pula sepasang telapak tangannya ke muka untuk
menahan datangnya ancaman tersebut dengan keras lawan
keras. 'Blaammmmm....!' Di tengah benturan keras yang kemudian terjadi, tubuhnya
nampak bergetar keras kemudian secara beruntun mundur
sejauh tujuh delapan langkah.
Sambil tersenyum Sik Tiong Giok segera mengejek lagi :
"Bagaimana" Apakah kau masih mampu untuk melanjutkan
pertarungan" Kalau memang sanggup bersiap-siaplah untuk
menerima seranganku yang kedua."
"Cuik," sahut Hek Bo Tan dingin.
Kali ini dia tak berani bertindak dengan gegabah lagi,
segenap tenaga dalamnya yang dimilikinya segera dikerahkan
keluar dan dihimpun ke dalam sepasang telapak tangannya.
Jarak antara kedua orang itu sekarang hanya selisih antara
dua kaki saja, namun Sik Tiong Giok sama sekali tidak
ambilpeduli soal selisih jarak di antara mereka berdua, malah
seeenak hatinya saja dia mengangkat tangan kanannya dari
kejauhan lalu melepaskan sebuah pukulan dengan begitu saja.
Hek Bo Tan segera membentak nyaring, dengan
mengerahkan tenaga murni yang dimilikinya dia melepaskan
juga sebuah pukulan untuk menyambut datangnya ancaman
tersebut. Tenaga dalam yang dimiliki perempuan itu sebenarnya
sangat hebat dan luar biasa sekali, andaikata musuh yang
dihadapi bukan Sik Tiong Giok melainkan kawanan jago silat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
lainnya rasanya tak ada berapa orang di antara mereka yang
mampu menandinginya. Begitu sepasang telapak tangannya didorong ke muka,
segera terasalah gulungan angin puyuh yang maha dahsyat
bagaikan amukan gelombang raksasa di tengah samudra luas
melanda tiba, pasir dan debu pun beterbangan memenuhi
angkasa. Pangeran Serigala pun bukan manusia sembarangan, ia
telah mewarisi segenap kepandaian silat yang dimiliki kakek
serigala langit, di samping itu pun tenaga dalam yang dimiliki
kakek serigala langit sebesar enam puluh tahun hasil latihan
telah disalurkan pula ke tubuh anak muda itu, tak heran kalau
serangan dahsyat yang dilancarkan pemuda itu luar biasa
sekali kehebatannya. Begitu serangan dilancarkan, seketika itu juga terdengar
suara gemuruh yang memekakkan telinga bergema memecahkan keheningan. Tatkala kedua gulung kekuatan itu saling bertemu satu
sama lainnya, sekali lagi sekujur badan Hek Bo Tan bergetar
keras, sampai-sampai ujung bajunya pun turut berkibar
kencang. Tapi kali ini Hek Bo T an tidak sampai tergetar mundur dari
posisinya semula, ia tetap berdiri teguh bagaikan sebuah batu
karang. Sambil tersenyum Sik Tiong Giok segera berkata :
"Kau hanya mampu menerima seranganku yang kedua ini,
jika kulepaskan serangan yang ketiga, niscaya kau akan
mampus." Hek Bo Tan membungkam diri dalam seribu bahasa,
agaknya dia sedang mengatur pernapasan.
Kembali Sik T iong Giok berkata :
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Sudahlah kau tak perlu memaksakan diri lagi, sesudah kau
sambut seranganku tadi dengan kekerasan, isi perutmu telah
menderita luka dalam yang cukup parah, apabila tidak
secepatnya mengatur pernapasan sekalipun jiwamu tak
sampai melayang namun segenap kepandaian silat yang kau
miliki bakal punah."
Hek Bo Tan menjadi tertegun setelah mendengar perkataan
itu, tiba-tiba sepasang lututnya menjadi lemas dan ia segera
roboh terjungkal ke atas tanah.
Pada saat itulah, mendadak terdengar seseorang
membentak keras dari belakangnya.
"Bagus sekali perbuatanmu Pangeran Serigala, rupanya kau
cuma bisa menganiaya seorang nona saja, huuh...! Terhitung
orang gagah macam apa kau ini?"
Bersamaan waktunya dengan suara bentakan ini, terasa
segulung angin pukulan yang sangat kuat menghantam
bahunya, sementara segulung desiran dingin lainnya
menyergap iga kirinya. Merasakan datangnya ancaman tersebut, tanpa berpaling
sama sekali Sik Tiong Giok melontarkan sebuah bacokan ke
belakang tubuhnya lalu menyahut :
"Eem, aku pun ingin mengetahui manusia apa pula dirimu!"
Serangan dahsyat yang dilancarkan orang itu segera
terbendung oleh tenaga serangan yang dilancarkan Sik Tiong
Giok ke arah belakang. Detik itu juga orang tersebut merasakan daya serangannya
seakan-akan terbendung oleh selapis dinding yang tak
berwujud sehingga badannya mencelat sejauh enam tujuh
depa dari posisi semula. Kepalanya menjadi terasa amat pening dan matanya
berkunang-kunang, hampir sja ia tak sanggup berdiri tegak.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Menanti ia berhasil berdiri tegak, Sik Tiong Giok telah
berpaling sambil membentak nyaring :
"Bagaimana sih kau ini sobat" Masa hanya sebuah pukulan
pun tak bisa kau hadapi?"
Orang itu berbaju hitam dan berusia empat puluh tahunan,
dengan tangan kanan memegang sebilah golok dia mengawasi
wajah Sik Tiong Giok dengan perasaan terkesiap, serunya
kemudian : "Aah! Kau benar-benar adalah Pangeran Serigala."
Begitu selesa i berkata gumpalan darah menerjang lewat
tenggorokannya dan menyembur kemana-mana.
Sik Tiong Giok tertawa dingin, jengeknya :
"Kalau ingin memperhatikan, perhatikanlah dengan seksama, ditanggung aku bukan barang tiruan."
Dengan segala kemampuan yang dimiliki lelaki berbaju
hitam itu berusaha mengendalikan gejolak hawa darah di
dalam dadanya, lalu menjawab :
"Kalau memang yang asli yaa sudahlah, tuan putri kami
sudah lama menunggu kedatanganmu."
"Bagus sekali!" seru Sik Tiong Giok tertawa, "aku pun
sudah lama ingin bersua dengannya, ingin kulihat manusia
macam apakah dirinya itu, apakah benar-benar manusia tiga
kepala dan enam buah lengan."
"Baik, kita bersua lagi di telaga Gi Liong oh!"
Sembari berkata ia segera melejit ke tengah udara dan
mengundurkan diri dari s itu.
Tiba-tiba satu ingatan melintas dalam benak pemuda itu,
segera pikirnya : "Mengapa tidak kubekuk orang ini dan memaksanya untuk
menghantar aku menuju ke telaga Gi Liong oh?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Berpikir demikian, ia segera membentak keras :
"Berhenti! Hendak kemana kau?"
Cepat-cepat lelaki berbaju hitam itu menarik napas
panjang-panjang kemudian membalikkan badan dan kabur
dari s itu. Sik Tiong Giok merasa agak sangsi dan berpaling kembali
memandang ke arah Hek Bo Tan, akhirnya ia mengurungkan
niatnya untuk melakukan pengejaran lebih lanjut, sambil
berjalan kembali menuju ke sisi Hek Bo Tan, katanya :
"Berhubung manusia itu sudah keburu pergi, terpaksa kau
yang harus mengajak aku pergi ke telaga Gi Liong oh."
Hek Bo Tan melototkan matanya bulat-bulat, kemudian
menjawab dengan suara dingin :
"Apabila aku tak dapat menyanggupi permintaanmu itu,
mau apa kau?" Sik Tiong Giok segera tertawa.
"Jika kau enggan mengabulkan permintaanku itu, aku pun
tidak akan memaksa, paling banter aku cuma memusnahkan
ilmu s ilatmu lalu membiarkan kau pergi dari sini."
Tiba-tiba Hek Bo Tan menjerit keras setelah mendengar
perkataan itu : "Lebih baik kau sekalian membunuh diriku saja..."
"Ooh, mengapa aku harus membunuhmu" Pokoknya kalau
tidak bersedia mengantarku pergi ke telaga Gi Liong oh,
terpaksa aku pun akan memusnahkan ilmu silatmu lebih dulu!"
Dengan perasaan apa boleh buat, terpaksa Hek Bo Tan
menghela napas panjang, ia membungkam diri dan tidak
berkata apa-apa lagi. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bagaimana?" ejek Sik Tiong Giok lagi sambil tertawa,
"apakah kau hendak menunggu sampai aku turun tangan"
Ayoh bangun, sekarang juga kita akan berangkat."
Dengan perasaan mendongkol Hek Bo T an melotot sekejap
ke arahnya, kemudian pelan-pelan bangkit berdiri.
Demikianlah kedua orang itu segera berangkat meninggalkan kuil Cu Kat Bio langsung menuju ke telaga Gi
Liong oh. Perjalanan yang mereka tempuh kebanyakan melalui jalan
perbukitan yang terjal dan berbahaya, jauh dari perumahan
penduduk dan penuh dengan semak belukar yang berduri.
Menjelang fajar mereka telah melewati Sin Pi Ciong dan
tiba di jalan masuk menuju ke lembah Mo Im Say.
Ketika sampai disitu, tiba-tiba Hek Bo Tan melejit ke depan
lalu dengan gerakan secepat sambaran kilat dia kabur menuju
ke hutan lebat yang tumbuh tak jauh dari tempat itu.
Sik Tiong Giok sama sekali tak menduga akan hal ini, dalam
kagetnya ia bermaksud melakukan pengejaran, tapi pada saat
itulah tiba-tiba terdengar suara ujung baju berhembus angin
berkumandang datang. Dengan cepat ia berhenti sambil berpaling, ternyata dari
balik sela-sela tebing karang telah bermunculan tujuh delapan
orang manusia berbaju hitam.
Sementara ia masih dicekam oleh perasaan kaget dan
keheranan, mendadak dari belakang tubuhnya berkumandang
suara Hek Bo Tan sedang berseru :
"Sik Tiong Giok, inilah pos rintangan yang pertama dari
telaga Gi Liong oh."
Dengan suatu gerakan yang amat cepat Sik Tiong Giok
membalikkan badannya, ternyata Hek Bo Tan telah berdiri di
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tepi hutan, sedang di kiri kanannya masing-masing berdiri
empat lima orang lelaki berbaju hitam.
Terdengar Hek Bo Tan berkata lebih jauh :
"Asal kau mampu menembusi pos penjagaan yang pertama
ini, berarti jalan menuju telaga Gi Liong oh semakin dekat."
"Huuhh! Berapa banyak sih pos penjagaan yang telah
dipersiapkan?" tanya Sik Tiong Giok dingin.
"Dari sini hingga di tepi telaga Gi Liong oh semuanya
terdapat lima buah pos penjagaan. Hey manusia keparat, aku
lihat kau tak akan memiliki kemampuan sedemikian besarnya
untuk menembusi rintangan itu."
Sik Tiong Giok tertawa dingin.
"Heeh... heeeh... heeh... aku tidak percaya kalau ada pos


Manusia Srigala Karya Can I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

penjagaan yang tak mampu ku lewati, hari ini aku manusia
she Sik pingin lihat, sampai dimanakah kehebatan dari kelima
pos penjagaan itu." "Bagus sekali, kalau begitu silahkan kau mencoba untuk
menembusinya!" seru Hek Bo Tan sambil tertawa dingin.
Begitu selesa i berkata, ia segera berkelebat dan
menyembunyikan diri lagi di balik hutan lebat.
Sik Tiong Giok tidak membuang waktu lagi, ia segera
meloloskan pedangnya kemudian berjalan menembusi hutan
tersebut. Mendadak terdengar seseorang membentak keras :
"Hey manusia Sik, berhenti aku!"
"Waduh, buat apa sih kau ma in membentak?" jengek Sik
Tiong Giok sambil tertawa, "apa kau kira setelah main bentak
dengan suara yang menggeledek maka nyaliku menjadi copot
dan ketakutan setengah mati?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Mengapa kami harus menakut-nakuti kau" Coba kau lihat
sendiri, kami semua telah siap sedia dengan busur serta anak
panah, bila kau berani maju mendekat selangkah lagi, panahpanah kami akan segera mengubah tubuhmu menjadi seperti
landak." "Huuh...! Kalian memang kelewat memandang rendah
diriku. Disangkanya ancaman ini bisa menghalangi perjalananku?" "Jadi kau tidak percaya?"
"Percaya atau tidak sudah untuk dikatakan tapi yang jelas
pos penjagaan ini pasti dapat kulewati, itulah sebabnya
kuanjurkan kepada kalian untuk mempertimbangkan secara
baik-baik sebelum melepaskan anak-anak panah itu, karena
sekali kalian bertindak berarti akupun akan membuka
pantangan membunuh secara besar-besaran, aku pasti akan
merubah tempat ini menjadi sebuah telaga darah."
Orang itu segera mendengus dingin :
"Hmm, kalau begitu silahkan kau coba!"
Sik Tiong Giok mendongakkan kepalanya lalu tertawa
terbahak-bahak, di tengah gelak tertawanya yang amat
nyaring, selangkah demi selangkah ia berjalan maju ke muka.
Kembali orang itu mendengus dingin, tiba-tiba bentaknya
nyaring : "Lepaskan panah!"
Sik Tiong Giok yang telah mempersiapkan diri sedari tadi
segera melejit ke tengah udara begitu pihak lawan
membentak keras. Bersamaan waktunya ia menciptakan segulung cahaya
tajam yang menyilaukan mata dengan ayunan pedangnya,
setelah melindungi seluruh tubuh dari ancaman, ia langsung
menerjang ke arah orang yang memberi komando itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tampak cahaya pedang menggulung datang bagaikan air
bah, diiringi suara guntur yang memekakkan telinga, serentak
menggulung datang dengan hebatnya.
Belasan batang anak panah yang berhampuran dengan
kecepatan tinggi itu seketika berhamburan keempat penjuru
setelah membentur cahaya pedang itu, seolah-olah menumbuk di atas bukit karang yang tak berwujud, panahpanah itu berguguran ke atas tanah.
Tiba-tiba Sik T iong Giok membentak keras :
"Nah, berhati-hatilah saudara sekalian."
Di tengah bentakan, mendadak permainan pedangnya
berubah, secara lamat-lamat terdengar suara gemuruh serta
deretan angin yang segera menyergap ke bawah bagaikan
hujan gerimis. Mimpi pun ke delapan orang lelaki berbaju hitam itu tidak
menyangka kalau pihak lawan memiliki tenaga dalam yang
sedemikian hebatnya, begitu merasakan datangnya serangan
pedang dari Sik Tiong Giok yang begitu dahsyat, ternyata tak
seorang pun di antara mereka yang sanggup mempertahankan diri, serentak mereka mundur ke belakang
dengan sempoyongan. Sik Tiong Giok sama sekali tidak memanfaatkan
kesempatan itu untuk menyerang lebih jauh, sambil menarik
kembali serangannya, ia berkata kepada ke delapan orang
jago itu : "Aku rasa lebih baik kalian maju bersama-sama saja,
daripada aku musti membuang waktu lebih lama lagi."
Sambil berkata tiba-tiba saja pedangnya digetarkan ke
muka menciptakan segulung cahaya pedang yang amat
menyilaukan mata, kemudian menerjang ke muka dengan
hebatnya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sebentar ia menerjang ke kiri sebentar lagi menerjang ke
kanan, kecepatan jurus serangan yang dipergunakan boleh
dibilang jarang ditemui di dunia ini.
Ke enam belas orang lelaki berbaju hitam itupun tidak
ambil diam, serentak mereka meloloskan senjata masingmasing kemudian membendung datangnya ancaman tersebut
mati-matian. Sayang sekali ilmu Tay Cou Cap Pwee Ta dari Sik Tiong
Giok memiliki daya serangan yang kelewat hebat, hal ini
memaksa ke enam belas orang lelaki berbaju hitam itu
menjadi kerepotan sendiri, semua serangannya gagal untuk
mendesak lawannya. Sembari melanjutkan serangannya Sik Tiong Giok segera
berkata sambil tertawa : "Nah, kalau keadaan sudah berubah menjadi begini,
jangankan kalian tak akan mampu untuk menghalangi
perjalananku, buat mengundurkan diri dari sinipun sudah
merupakan suatu kejadian yang tak mudah."
Di tengah pembicaraan itu, serangannya segera diperkuat,
serangkaian serangan gencar yang maa dahsyat kembali
dilontarkan ke depan. Dalam waktu singkat dua puluh jurus sudah lewat, dan
selapis hawa pedang yang amat tangguh bagaikan selapis
dinding baja segera terwujud di sekitar tubuhnya.
Tiba-tiba ia berpekik nyaring tubuhnya melejit ke tengah
udara lalu bagaikan burung rajawali ia melejit ke atas pohon,
kemudian dari sana meluncur ke balik hutan lebar di depan
sana. Dalam pada itu belasan orang lelaki yang terkurung di balik
hawa pedang itu saling bertumbukan dan menerjang saling
berusaha meloloskan diri dari kurungan tersebut, keadaan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mereka tak ubahnya seperti sekelompok lalat yang terkurung
dalam kotak kaca. Atas peristiwa tersebut, semua orang dibuat makin bergidik
dan ketakutan setengah mati. Biarpun lawan telah pergi jauh,
namun kekutannya masih tetap utuh, dan hebatnya biarpun
keenam belas orang yang terkurung itu telah bekerja sama
dengan sepenuh tenaga, namun tetap gagal untuk menembusi
dinding lapisan hawa pedang itu.
Mereka harus berjuang selama hampir setengah jam
lamanya sebelum hawa lingkaran cahaya pedang itu makin
lama semakin memudar sehingga akhirnya mereka dapat
meloloskan diri dari kepungan, walau begitu mereka toh
dibuat kelelahan juga sehingga nampak kehabisan tenaga.
Setelah saling bertukar pandangan sekejap, mereka
bersama-sama menjerit kaget...
Ternyata di dalam perjuangannya untuk meloloskan diri
secara mujur, namun akibatnya terpengaruh oleh sapuan
hawa pedang tak berwujud itu, semuanya telah berubah
menjadi hwesio, bukan saja ikat kepalanya terlepas bahkan
rambut mereka pun sudah terpapas sambil gundul dan licin.
Dengan terjadinya peristiwa ini, semua orang dibuat
menjadi tertegun dan berdiri mematung bagaikan arca batu,
untuk setengah harian lamanya mereka cuma termangumangu tak sanggup mengucapkan sepatah kata pun.
Waktu itu Sik Tiong Giok telah menembusi semak yang
lebat dan tiba di tepi hutan batu yang rapat, mengawasi
berbagai bentuk batuan yang aneh itu dia tertegun dan
melongo. Ternyata di atas batuan cadas tersebut telah berdiri
beberapa orang berbaju putih, wajah mereka dikerudungi pula
dengan kain berwarna putih, bagaikan potongan batu saja,
mereka berdiri di ujung batuan tersebut.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Semuanya berdiri membungkam seribu bahasa bagaikan
belasan sosok mayat saja, mereka berdiri tak bergerak dari
situ. Untuk beberapa saat kedua belah pihak berdiri saling
berhadapan dan saling berpandangan tanpa berkata-kata.
Tiba-tiba dari bawah batuan cadas itu muncul selapis kabut
berwarna putih yang semakin membumbung ke atas semakin
tinggi, dalam waktu singkat seluruh hutan batu itu telah
diselimuti rapat-rapat. Makin berkembang kabut putih itu, semakin tebal wilayah
yang diselimuti pun semakin bertambah luas, berbareng itu
kawanan manusia berbaju putih yang semula berdiri di atas
batuan cadas itu, kini sudah duduk semua sambil mengangkat
tangannya tinggi-tinggi, bunyi desingan angin tajam segera
menderu-deru sehingga memekakkan telinga.
Jilid 25 SIK TIONG GIOK mengawasi kawanan manusia beraju
putih itu dengan keheranan, segera pikirnya :
"Heran seenarnya permainan setan apakah yang sedang
dilakukan kawanan manusia aneh itu?"
Sementara ia masih berdiri dengan perasaan heran
bercampuran curiga, mendadak dari balik hutan berkumandang suara teguran seseorang yang amat dingin :
"Apakah orang yang berdiri di depan sana adalah Pangeran
Serigala" Mengapa kau tidak segera memasuki pos penjagaan
yang kedua ini?" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sik Tiong Giok segera berpaling setelah mendengar teguran
itu, dibalik kabut putih yang tebal tampak seorang gadis
berbaju putih berdiri tegak disitu, ujung bajunya yang berkibar
terhembus angin membuat gadis itu kelihatan seperti bidadari
yang turun dari kahyangan.
Dengan perasaan tertegun cepat-cepat ia menegur :
"Siapakah kau?"
"Pek Peng Bwee dari telaga Gi Liong oh," jawab gadis
berbaju putih itu dingin.
"Oooh, rupanya nona Pek adalah pemimpin dari pos
penjagaan yang kedua ini?"
"Tepat sekali! Dari keberhasilan menembusi pos penjagaan
yang pertama, hal ini menunjukkan bahwa kepandaian silat
yang kau miliki memang sangat hebat, beranikah kau
menembusi pos penjagaan yang kedua ini?"
Sik Tiong Giok segera tertawa.
"Kalau orang sudah berdiri di tepi sungai otomatis dia akan
memandang ke tengah sungai, tentu saja aku akan
menembusinya." "Hee heeee heee... kalau begitu silahkan memasuki
barisan," kata Pek Peng Bwee sambil tertawa dingin.
Sambil tersenyum Sik Tiong Giok segera melangah masuk
ke dalam hutan batu itu. Dalam pada itu, suara deruan angin tajam menggema
makin lama semakin tinggi bahkan sangat menusuk
pendengaran. Sementara hawa dingin yang menyerang Sik Tiong Giok
membuat sekujur badannya terasa dingin membeku dan susah
ditahan, darah yang mengalir di dalam tubuhnya seakan-akan
menjadi beku dan kaku. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sik Tiong Giok menjadi sangat terkejut, cepat-cepat ia
menggerakan tenaga dalamnya untuk melawan serangan
hawa dingin yang menyerang yang maha dahsyat itu.
Kian lama hawa dingin yang menyerang badan semakin
menebal, kabut putih yang menyelimuti wilayah di sekeliling
tempat itupun seolah-olah menjadi beku dan mengeras
bagaikan bongkah-bongkah es yang melekat di antara batuan
cadas tersebut. Tiba-tiba terdengar Pek Peng Bwee berseru dari kejauhan :
"Sik Tiong Giok, percayakah kau" Barang siapa yang sudah
memasuki barisan Han Li Tio ini, maka di dalam satu jam saja
bisa membuat orang mati karena membeku darahnya."
"Aku... aku... aku rada ku... kurang percaya..." sahut Sik
Tiong Giok dengan suara gemetar.
Kembali Pek Peng Bwee tertawa dingin :
"Heee... hehehe... dari nada pembicaraanmu itu, dapat
kuketahui bahwa peredaran darah mu sudah mulai tak lancar,
apa gunanya kau berkeras kepala terus" Lebih baik sedikitlah
tahu diri dan segera menyerah kepada Gi Liong oh kami, kalau
tidak... kau tak akan mampu bertahan selama satu jam lagi."
Sik Tiong Giok terkejut sekali setelah mendengar perkataan
itu, segera pikirnya : "Aku tak boleh mandah dibunuh dengan begitu saja,
biarpun harus mati paling tidak aku harus mencari teman."
Berpikir sampai disitu dengan memaksakan diri segera


Manusia Srigala Karya Can I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menghimpun hawa murninya dan berpekik nyaring.
Berhubung sedari tadi dia sudah mengerahkan tenaganya
untuk melawan serangan hawa dingin, hal ini membuat
peredaran darahnya menjadi kurang lancar, otomatis suara
pekikannya juga kedengarannya agak gemetar dan sama
sekali tidak terasa bersemangat.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Namun justru dengan perbuatannya itu, diapun berhasil
pula menembusi lapisan hawa dingin yang mencekam itu.
Begitu merasa timbulnya hawa hangat di dalam tubuh, Sik
Tiong Giok tak berani berayal lagi, tiba-tiba saja dia memutar
telapak tangannya sambil melancarkan sebuah pukulan ke
depan. Serangan tersebut dilancarkan dengan mengerahkan
seluruh tenaga dalam yang dimilikinya, dimana angin
serangannya menyambar hawa dingin yang mencekam itu
segera berhamburan kemana-mana.
Berhasil dengan serangannya, Sik Tiong Giok merasakan
semangatnya makin berkobar, tanpa terasa ia mendongakkan
kepalanya dan berpekik nyaring.
Pekikannya kali ini berbeda sekali dengan pekikan yang
pertama tadi, kali ini boleh dibilang suaranya tinggi
melengking, kuat tajam dan amat menusuk pendengaran.
Menyusul kemudian, pedang di tangan kanan dan pukulan
di tangan kiri. Secepat kilat ia mendadak maju ke depan.
Blaamm, blaammmmm! Di tengah benturan yang amat keras, batuan yang berada
di sekeliling tempat itu beterbangan ke tanah dalam keadaan
hancur. Sementara itu kawanan manusia berbaju putih itu menjadi
lemah juga kondisi badannya setelah mengerahkan tenaga
dalamnya sekian lama. Di bawah serangan pedang dan
telapak tangan berantai, pada hakekatnya mereka tidak
memiliki tenaga lagi untuk melancarkan serangan balasan.
Setelah posisinya makin mantap, Sik Tiong Giok bertarung
semakin bersemangat, serangan demi serangan yang
dilancarkan juga semakin ganas.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sesungguhnya hal ini merupakan kekuatan yang tumbuh
dari balik kehangatan dengan menghilangnya hawa dingin
yang menggigilkan, otomatis semangatnya pun berkobar
kembali serangan yang dilancarkan juga semakin lancar,
sehingga kekuatan yang dihasilkan pun berlipat ganda lebih
hebat. Di tengah serangkaian serangan pedang dan pukulan,
hutan batu itu menjadi berantakan sehingga muncul tanah
datar seluas puluhan kaki sementara manusia berbaju putih
itupun ada separuh di antaranya yang menggelepar di atas
tanah. Pelan-pelan Sik Tiong Giok menarik kembali serangannya,
memandang tubuh-tubuh manusia yang berserakan di atas
tanah itu dia menghela napas panjang kemudian melanjutkan
perjalanannya lagi ke muka.
Setelah melewati hutan batu, tibalah pemuda itu di tempat
ketujuh iblis mengalami musibah.
Saat itu kedua sisi sungai telah berubah menjadi sebidang
hutan yang gundul, sedang permukaan tanah penuh dengan
ceceran darah yang amis sekali baunya.
Dengan kening berkerut Sik Tiong Giok memandang
sekejap ke arah gua batu di hadapannya, lalu setelah ragu
sejenak ia pun mengangkat kepalanya dan meneruskan
langkahnya memasuki gua tersebut.
Suasana di dalam gua itu gelap gulita lagi lembab, air
menggenangi batas tungkai, anehnya permukaan di bawah air
justru sangat datar sehingga kalau dipakai untuk berjalan
mendatangkan perasaan yang amat nyaman.
Walaupun demikian, Sik Tiong Giok tak berani bertindak
gegabah, selangkah demi selangkah dia maju ke depan
dengan berhati-hati sekali.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sementara ia masih berjalan menelusuri gua itu, tiba-tiba
terdengar suara helaan napas...
Dengan perasan tergetar cepat-cepat pemuda itu menegur:
"Siapa disitu?"
"Apakah yang datang adalah Pangeran Serigala Sik Tiong
Giok?" seorang tua bertanya.
"Benar, akulah Pangeran Serigala Sik Tiong Giok, siapakah
kau?" "Kau tak perlu tahu siapakah kami, sebab setelah tahu
malah tidak bermanfaat bagimu," jawab seseorang yang lain.
"Kalau dugaanku tak salah, semestinya orang yang berada
di dalam gua ini bukan hanya berdua saja, untuk bertanya
jawab seharusnya kalian punya nama sebutan bukan?"
"Ehm, orang bilang serigala kecil lebih tangguh daripada
serigala tua, nyatanya hal ini memang benar," orang ketiga
angkat bicara pula. Orang keempat segera menyusul pula :
"Yang berada di tempat ini memang semuanya berjumlah
empat orang, panggil saja kami semua setan-setan
gentayangan." Suara tua yang terdengar pertama kali tadi segera
menyambung kembali : "Bagus sekali, sebuah nama yang sangat tepat, aku adalah
si kakek menyendiri Hu To Siu."
"Kalau begitu sebut saja aku sebagai Si Hun Kek (tamu
yang kehilangan sukma)," sambung orang yang kedua.
"Dan aku si hweesio liar..." orang yang ketiga
menambahkan. Sedang orang yang keempat menyambung
sambil tertawa terbahak-bahak : Haa haaa haaa... kalau
begitu aku menjadi Si T osu setan."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mendadak Hu To Siu berkata sambil menghela napas
panjang : "Aaaai, pada dua puluh tahun berselang kami pernah
memiliki nama besar yang harum dan terkenal di seluruh
dunia persilatan tapi sekarang kami justru telah menjadi
setan-setan gentayangan. Peristiwa ini benar-benar merupakan suatu tragedi yang amat mengenaskan..."
"Lantas apa maksud locianpwee berempat menghalangi
jalan pergiku?" Tanya Sik Tiong Giok dengan perasaan kaget.
"Sudah banyak tahun kami disekap di dalam gua ini, jadi
kami tidak bermaksud menghalangi jalan pergimu," jawab
tamu kehilangan sukma. "Yaaa," sambung Hu To Siu sambil menghela napas, "kami
disekap dalam gua yang tak kelihatan langit, benar-benar
suatu kehidupan yang tidak menyenangkan, aaai..."
"Apa gunanya kita singgung kembali soal penyekapan itu,"
tukas si Hweesio liar, "lebih baik kita cepat-cepat berkenalan
dengan bocah serigala."
Walaupun perkataan bocah serigala tak enak didengar bagi
pendengaran orang lain namun justru mendatangkan
perasaan hangat dan akrab bagi pendengaran Sik Tiong Giok,
cepat-cepat serunya : "Sebenarnya kalian berempat ada urusan apa?"
"Kami berempat akan bertarung melawan kau seorang dan
kau harus menghadapi kami berempat seorang diri," ujar si
tosu setan. "Yang benar," sambung Si Hun Kek, "kami ingin mencari
kematian di tanganmu, agar bisa terbebas dari kehidupan di
alam kegelapan ini."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Oleh karena itu kau tak usah berbelas kasihan di dalam
melancarkan serangan nanti," sambung si hwees io liar.
Kembali Hu To Siu berkata :
"Jika kau dapat mengungguli kami, tentu saja tak ada yang
perlu dikatakan lagi."
"Sebaiknya kalau tidak mampu menandingi kami," sambung
si hwees io liar, "kemungkinan besar kau akan mengorbankan
selembar jiwamu." "aku punya satu permintaan," sela Si Hun Kek.
"Kalau ingin berbicara, cepat katakan!" seru si tosu setan,
"kami sudah tak punya waktu banyak."
Sik Tiong Giok tidak mengerti apa yang dimaksud 'tak
punya banyak waktu' sementara ia masih tercengang, Si Hun
Kek telah berkata sambil menghela napas panjang :
"Ya benar, sedikitpun amat berharga, apalagi saat yang kita
hadapi saat ini." "Hey ucapanmu tak ada artinya, apakah di dalam keadaan
seperti inipun kau masih belum dapat menghilangkan
watakmu yang aneh itu?" tegur si hweesio liar.
Sesudah tertawa getir Si Hun Kek berkata :
"Maklumlah, aku benar-benar tak dapat mengendalikan diri
setelah mengetahui bahwa kesempatan baik yang kuimpiimpikan akhirnya datang juga, sehingga akupun tak bisa
menahan diri untuk berbicara banyak."
Tampaknya Hu To Siu juga sudah habis kesabarannya,
segera serunya : "Kalau pingin bicara,
katakan secepatnya, jangan
membelokkan persoalan lagi!"
Sik Tiong Giok yang menghadapi kejadian semacam ini,
segera berbicara pula sambil tertawa :
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bila kalian memang ada persoalan, katakan saja berterus
terang." "Baiklah," ucap Si Hun Kek kemudian, "aku hanya meminta
di saat bertarung nanti, harap kau gunakan ke dua belas ilmu
cacad tersebut, tanpa ada yang ketinggalan."
Sik Tiong Giok amat terkejut setelah mendengar
permintaan tersebut, segera pikirnya :
"Dari kedua belas ilmu cacad tersebut, walaupun ke tujuh
jurus pertama terhitung ganas toh masih bisa dilawan, tapi
keempat jurus berikutnya sangat keji dan bila digunakan tentu
mengakibatkan kematian terutama sekali pada gerakan
terakhir "Thian Long Eng".
"Selain bisa dipakai untuk menolong orang dapat juga
digunakan untuk melukai musuh, daya kemampuannya luar
biasa, mana boleh kugunakan secara sembarangan?"
Sementara ia masih termenung, Si Hun Kek telah berkata
lagi : "Bocah serigala kecil, kau tak perlu banyak curiga, banyak
tahun kami berharap bisa menyaksikan serta merasakan
kehebatan dari ke dua belas ilmu cacad tersebut, bila tidak
diberi kesempatan untuk menikmati seutuhnya, tentu akan
membuat kami mati tak meram."
Sik Tiong Giok benar-benar tidak habis mengerti, ia tidak
tahu apakah maksud yang sebenarnya dari ke empat orang itu
sehingga untuk sesaat diapun tak dapat mengambail
keputusan, apakah harus mengeluarkan ke dua belas ilmu
cacad tersebut atau tidak, tanpa terasa diapun berdiri
termangu-mangu. Tiba-tiba terdengar s i hweesio liar berkata sambil menghela
napas panjang : "Dengan resiko yang amat besar serta mempertaruhkan
selembar jiwaku, benda ini kuperoleh dari kedalaman Goan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kang padahal aku tak bisa menyimpan benda ini lebih jauh,
agaknya mesti terpaksa kuserahkan benda ini kepada s i bocah
serigala kecil, moga-moga kau bisa menyimpannya secara
baik-baik." Sementara Sik Tiong Giok masih mengira-ngira arti dari
perkataan si hwees io liar itu dan menduga benda apa yang
ditemukan dalam Goan Kang, tahu-tahu segulung desiran
angin tajam telah menyambar tiba.
Cepat-cepat dia sambar benda yang meluncur datang itu,
yang ternyata sebuah bungkusan kecil.
Angin desiran itu menyambar datang dengan kekuatan
yang amat lembut, sudah jelas si hweesio liar tidak bermaksud
jahat terhadapnya. Atas kejadian ini, Sik Tiong Giok semakin bingung
dibuatnya, sekalipun dia dapat menduga bahwa isi bungkusan
itu adalah semacam benda mustika, tapi apa sebabnya
diberikan kepadanya"
Dengan perasaan keheranan pemuda itu berpikir :
"Apa yang kulakukan sekarang?"
Belum habis ingatan tersebut melintas lewat, si tosu setan
telah berkata pula : "Betul, di saat pertarungan telah berlangsung nanti,
nasibku menjadi tak menentu, bahkan kemungkinan besar
bakal mati disini, tampaknya benda milikku inipun inipun harus
kuserahkan kepadamu."
Menyusul perkataan itu, kembali terasa segulung desiran
angin tajam meluncur ke hadapan pemuda itu.
Ketika Sik Tiong Giok menyambutnya, terasa benda itu
berbentuk lebar seperti telapak tangan dengan tebal satu inci,
beratnya tidak seberapa dan tak diketahui benda apakah itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Secara beruntun Hu To Siu dan Si Hun Kek masing-masing
menyerahkan pula sebuah benda kepada anak muda itu.
Setelah suasana menjadi hening sejenak tiba-tiba Hut To
Siu berkata : "Sekarang waktu kita sudah tak banyak lagi, mari segera
mulai menyerang!" Tiba-tiba satu ingatan melintas dalam benak Sik Tiong Giok,
cepat-cepat dia berseru :
"Kalau memang cianpwee berempat ingin bertarung, tentu
saja keinginan kalian akan kupenuhi, tapi sebelumnya aku
ingin bertanya, apakah pertarungan ini juga merupakan ujian
sebelum memasuki telaga Gi Liong oh?"
Si Hun Kek segera mendehem pelan, lalu jawabnya :
"Persoalan ini merupakan urusan pribadi kami berempat,
jadi pertarungan ini hanya bersifat membebaskan kami dari
kesulitan, tidak terhitung suatu pos penjagaan."
"Hey, serigala kecil, bersikaplah lebih terbuka untuk
mencapai pos penjagaan ketiga kau harus keluar dulu dari gua


Manusia Srigala Karya Can I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ini." Menyusul kemudian si tosu setan berpesan pula :
"Andaikata kau ingin berhasil menembusi pos ketiga secara
lancar, jangan lupa dengan benda yang pinto hadiahkan
kepadamu itu." "Sudahlah!" tukas Hu To Siu, "kita harus segera turun
tangan." Begitu ucapan tersebut selesai diutarakan keluar, tiba-tiba
terasa desingan angin tajam menyambar tiba, ternyata dua
orang di antaranya telah maju menyerang dengan kecepatan
luar biasa. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sik Tiong Giok segera mengerahkan tenaga dalamnya
untuk melindungi seluruh badan, sementara tangannya
bergerak melakukan perlawanan.
Dari desiran angin serangan lawan ia sudah mengetahui
bahwa senjata yang sedang menyerangnya adalah sebilah
pedang serta dua batang senjata Poan Koan Pit.
Cepat-cepat dia mengeluarkan jurus 'kuda langit me lintas
lewat'. Hawa serangan yang terpancar keluar dari ke lima jarinya
mencengkeram senjata pedang Hu To Siu dari kejauhan;
kemudian dengan meminjam kekuatan tersebut dia menyapu
senjata Poan Koan Pit lawan.
Jurus serangan yang dipergunakannya saat ini memang
aneh sekali, kekuatan yang terpancar keluar memiliki
keistimewaan yang luar biasa, sebentar lurus sebentar lagi
aneh, membuar orang tak bisa menduga secara pasti.
Dengan membawa kekuatan yang luar biasa, sambaran
pedang itu langsung membacok di atas sepasang Poan Koan
Pit itu, ternyata kedua belah pihak sama-sama tak mampu
mengendalikan kekuatannya.
Berhasil dengan serangannya yang pertama, Sik Tiong Giok
segera menyusulkan dengan jurus serangan kedua dengan
gerakan 'hati budha serigala', sebuah pukulan dahysat
dilontarkan ke depan. "Weeeess....!" Diiringi desiran angin tajam angin serangan itu menyergap
sisi kiri lawan. Sementara itu, pedang panjang Hu To Siu telah saling
beradu dengan sepasang senjata Poan Koan Pit dari Si Hun
Kek sehingga menimbulkan suara bentrokan keras yang amat
memekakkkan telinga. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tatkala kedua belah pihak sama-sama berusaha untuk
menahan senjata masing-masing, sergapan kilat dari Sik Tiong
Giok telah menyambar tiba, akibatnya kedua orang itu tak
sempat lagi untuk melindungi diri.
"Aduuh...!" Di tengah jeritan ngeri yang memilukan hati, Si Hun Kek
telah jatuh terjerembab di atas tanah sedangkan Hu To siu
mundur pula sejauh beberapa langkah hingga punggungnya
menumbuk di atas dinding gua.
Akibatnya dia menjadi sempoyongan dan akhirnya dengan
kaki yang lemas ia jatuh terduduk di atas tanah.
"Traaaang...!" Pedang dan Poan Koan Pit sama-sama terjatuh ke atas
tanah sehingga menimbulkan suara gemerincing yang nyaring.
Sik Tiong Giok benar-benar merasa tertegun setelah
melihat kejadian ini, ia tidak menyangka kalau kedua jurus
serangannya sedemikian hebatnya sehingga me lukai kedua
jago tersebut. Dengan napas terengah-engah Si Hun Kek berkata :
"Saudara sekalian tampaknya aku akan berangkat duluan,
tapi... hey boah serigala kecil, dapatkah kau katakan jurus apa
yang baru kau gunakan?"
"Kedua jurus itu adalah jurus keenam dan ketujuh dari dua
belas ilmu cacad, maaf locianpwee kalau aku telah salah
tangan sehingga melukaimu."
Namun tiada jawaban yang terdengar, sebab Si Hun Kek
telah menghembuskan napasnya yang penghabisan.
Selang sejenak kemudian, Hu To Siu baru berkata :
"Si Hun Kek telah berangkat duluan, sedang akupun tak
punya waktu lagi bocah serigala moga-moga kau bisa
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menyimpan benda yang kuberikan kepadamu itu secara baikbaik, aku... aa... ku... akan berangkat dulu."
Belum habis perkataan itu diucapkan tiba-tiba terdengar
suara dengusan tertahan, agaknya Hu To Siu juga ikut
menghembuskan napasnya yang penghabisan.
Semua peristiwa ini terjadi dalam waktu singkat, tanpa
terasa Sik Tiong Giok menghela napas sedih.
Pada saat inilah tiba-tiba terasa desingan angin tajam
menyambar tiba di atas kepala, disusul kemudian segulung
desingan angin totokan mengancam iga kanannya.
Dalam keadaan demikian, pada hakekatnya tidak terlintas
dalam ingatan Sik Tiong Giok untuk menghindarkan diri,
tampaknya dia segera tewas termakan oleh kedua gulung
desingan tajam tadi... Di saat yang amat kritis itulah, tenaga dalamnya tiba-tiba
bergolak keras tanpa sadar dia menggerakkan telapak
tangannya dan mendayung ke atas sementara tangan yang
lain mengayun ke bawah, hembusan angin yang muncul
kemudian segera menerjang ke muka serta mendobrak hawa
serangan yang menggencet tiba itu.
Bersamaan waktunya dia memutar badan dan menghindarkan diri dar angin serangan yang mengancam iga
kanannya itu. Benturan dahsyat akibat bertemunya kekuatan besar itu
segera menimbulkan suara yang memekakkan telinga, batuan
cadas berguguran dari tepi dinding gua dan berhamburan
kemana-mana. Tiba-tiba terdengar hweesio liar menjerit kaget sementara
tosu setan berteriak kesakitan...
Setelah mendengus tertahan, hweesio liar terdorong maju
sejauh lima enam langkah dengan gontai, kemudian roboh
terjungkal ke atas air, Sik Tiong Giok yang pertama kali
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mencoba kehebatan dari dua belas ilmu cacadnya, sama sekali
tidak menyangka kalau dalam satu gebrakan saja dia telah
berhasil me lukai tiga orang jago lihay secara beruntung,
sementara si tosu setan yang masih hidup pun kini telah
menderita luka dalam yang cukup parah akibat terkena toya
dari s i hweesio liar. Dengan sempoyongan dia mundur beberapa langkah ke
belakang kemudian. Setelah jatuh terduduk di atas tanah, dengan napas
terengah-engah katanya : "Bocah serigala, jurus apa pula yang barusan kau
pergunakan?" "Itulah jurus ke sepuluh dari dua belas ilmu cacad yang
disebut Menjunjung langit menyembah matahari."
Tosu setan segera menghela napas panjang.
"Aaaiii... mengapa tidak kau gunakan ilmu Thian Long
Eng?" "Karena aku kuatir akan melukai locianpwee sekalian."
"Omong kosong!" tiba-tiba si tosu membentak gusar,
"apakah dengan berbuat begitu kau tidak melukai kami
berempat" Coba lihat apakah akibat dari perbuatanmu kami
jadi tersiksa, mati tak bisa hidup pun tak dapat, tidakkah kau
rasakan bahwa tindakanmu justru lebih kejam?"
Sik Tiong Giok tidak tahu bagaimana mesti memberikan
penjelasannya, dengan suara tergagap katanya :
"Soal ini... soal ini..."
"Tak usah membuang waktu lagi," bentak tosu setan
dengan suara keras, "ayo cepat keluarkan kemampuanmu,
bagaimanapun juga kau tak boleh membiarkan kami mati
tanpa memejamkan mata."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dalam keadaan apa boleh buat, terpaksa Sik Tiong Giok
duduk bersila di atas tanah dengan tangan sebelah
menyungging langit dan tangan lain menekan bumi, serunya
kemudian dengan suara nyaring :
"Kayu kui Bok hawa sakti, tapak serigala merajalela..."
Belum habis teriakan itu berkumandang, lamat-lamat
terdengar suara guntur yang amat keras bergema makin lama
semakin mendekat, tatkala mencapai di atas batok kepalanya
tiba-tiba bergema suara ledakan dahsyat yang segera
menggoncangkan seluruh permukaan bumi.
Seluruh permukaan dinding pun bergoncang keras lalu
menimbulkan retak-retak yang sangat besar, angin puyuhpun
menderu-deru di seluruh ruangan membuat hancuran batu
berguguran ke atas tanah.
"Wah, ilmu T hian Long Eng yang sangat dahsyat," teriak s i
tosu setan keras-keras. Di tengah guguran batu dan kerikil tak ampun lagi dia
segera mati terkubur hidup-hidup di balik bebatuan.
Sesungguhnya Sik Tiong Giok sendiripun baru pertaa kali ini
mencoba kehebatan dari dua belas ilmu cacadnya, mimpipun
ia tidak pernah akan menyangka kalau kemampuan yang
dihasilkan ternyata begitu mengerikan, untuk sesaat lamanya
ia menjadi tertegun dan berdiri melongo saking kagetnya.
Gua itu masih berguncang keras, hancuran batu karangpun
sebongkah demi sebongkah jatuh bertumpang tindih, suara
yang ditimbulkan pun makin lama bertambah nyaring.
Cepat-cepat Sik Tiong Giok menarik kembali jurus
serangannya sambil melompat mundur sejauh satu kaki lebih,
tiba-tiba ia merasa sinar terang mencorong masuk menerangi
seluruh ruangan gua. Ternyata dinding tebing di jalan keluar gua tersebut telah
roboh dan hancur berantakan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Waktu itu kentongan ke empat kira-kira baru lewat,
rembulan telah bergeser ke sebelah barat, sinar kalbu
memancar masuk ke dalam gua.
Dengan meminjam cahaya rembulan, Sik Tiong Giok
berusaha untuk mengamati ke empat orang aneh itu, namun
tiada seorang pun kelihatan, hanya saja dari balik bebatuan
yang berserakan di tanah terlihat ceceran darah segar
menganak sungai. Tanpa terasa timbul perasaan sedih dan iba di hati kecilnya,
ia mendongakkan kepala lalu menghela napas panjang...
Diambilnya keluar keempat hadiah dari keempat tokoh
aneh itu serta mencoba untuk meneliti dengan seksama.
Benda yang dihadiahkan oleh Hu To Su berupa sebutir
mutiara, kalau dilihat dari bentuknya sama sekali tidak
nampak aneh atau luar biasa, redup tak bersinar tapi justru
dibungkus rapat, biarpun tidak diketahui kegunaannya, jelas
merupakan benda yang amat berharga.
Benda hadiah dari Si Hun Kek berupa sebuah lempengan
lencana yang terbuat dari kemala, hadiah si hwees io liar
berupa dua lembar papan kayu sedang si tosu setan memberi
sebuah gelang tembaga. Dari keempat buah hadiah tersebut, tak sebuahpun di
antaranya yang nampak berharga tapi anehnya keempat
orang pemiliknya justru memandang lebih berharga daripada
nyawa sendiri, kejadian semacam ini benar-benar sangat aneh
dan mengherankan. Sementara dia masih termenung memikirkan persoalan ini,
mendadak dari belakang kepalanya mendesing lewat sebuah
benda tajam yang mengarah ke tubuhnya.
"Duuuk...!" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tahu-tahu serangan itu sudah bersarang telak, yang
membuat kepalanya menjadi pusing, sehingga tubuhnya
terjerembab ke muka. Begitu cepat tubuhnya terjerembab, ketika dadanya hampir
saja menumbuk di atas sebuah batu tajam, mendadak
pemuda itu memutar pinggangnya sambil membalikkan
badan, menyusul kemudian tangannya diayunkan ke muka
melepaskan sebuah bacokan.
Reaksinya betul-betul maha cepat, jurus yang digunakan
pun indah dan hebat, membuat orang itu kaget bercampur
tercengang saja. "Bocah serigala, jurus apa yang barusan kau gunakan?"
terdengar suara seseorang yang lemah bertanya.
"Jurus tangan berputar angin berpusing dari ilmu Tay Cou
Cap Pwee Ta", sahut Sik Tiong Giok segera.
Sesungguhnya perkataan hanya diucapkan sekenanya,
karena dalam kenyataan ia tak pernah belajar kepandaian
semacam itu, jadi yang benar jurus serangan itu tercipta pada
saat itu juga di kala ia sedang terancam mara bahaya.
Tapi suara yang melemah itu tiba-tiba menjadi
bersemangat, sambil tertawa terbahak-bahak katanya :
"Haa... haa... haa... biar harus matipun aku rela, paling
tidak aku telah menyaksikan sebuah jurus serangan yang luar
biasa, haa... haa..."
Sik Tiong Giok dapat mengenali suara tersebut sebagai
suara dari si tosu setan, dengan cepat ia berpaling ke arah
mana berasalnya suara tersebut.
Ternyata sekujur badan orang itu sudah terpendam di balik
bebatuan cadas dan tinggal kepalanya saja yang masih
menongol keluar, tapi sudah basah oleh darah dan wajahnya
sudah tak dapat dikenali lagi.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sik Tiong Giok segera membur maju ke depan, lalu
teriaknya : "Locianpwee, bagaimana keadaanmu, kau... kau..."
Sambil berseru dia segera menempelkan tangannya di atas
hidung tosu setan, namun sebelum perkataan itu selesai
diucapkan dia sudah mendapat tahu bahwa orang tersebut
sudah tewas. Pelan-pelan Sik T iong Giok menarik kembali tangannya dan
tanpa terasa meraba belakang kepalanya dimana telah muncul
sebuah bisul yang amat besar.


Manusia Srigala Karya Can I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Cuiit... cuit...!"
Belum habis pemuda itu termenung, suara cicitan burung
telah mengagetkan dirinya, disusul kemudian terasa segulung
desingan angin tajam mengancam datang dari arah belakang.
Kali ini Sik Tiong Giok telah membuat persiapan, dengan
cepat dia mencabut keluar pedangnya lalu dengan jurus 'awan
tebal menutup rembulan' dia mengayunkan senjatanya untuk
melindungi kepalanya. "Cuuiit...!" Teriakan kesakitan bergema di angkasa dan terbawa
hingga puluhan kaki jauhnya.
Agaknya serangan itu tidak mengenai bagian yang
mematikan dari burung itu sehingga burung aneh tadi masih
dapat melarikan diri. Satu ingatan melintas dalam benak Sik Tiong Giok,
pekiknya di hati: "Wah, sungguh berbahaya, andaikata aku bersikap
gegabah sedikit saja, niscaya sepasang mataku sudah buta
dipatuh burung tadi, bagaimana baiknya sekarang?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Membayangkan kejadian yang begitu mengerikan, ia tak
berani berdiam terlalu lama lagi dalam gua itu sambil
menjejakkan kakinya ke atas tanah, dengan cepat ia
menyelinap keluar dari ce lah-celah gua itu.
Di luar terbentang sebuah lembah.
Lembah tersebut aneh sekali bentuknya, kecuali bukit yang
penuh ditumbuhi pepohonan cemara yang hijau, sebatas
punggung bukit ke bawah justru berwarna merah membara,
malahan rumput yang tumbuh disanapun berwarna merah
pula. Sementara Sik Tiong Giok masih mengawasi dengan penuh
rasa heran, tiba-tiba berkumandang suara pekikan nyaring
dari balik lembah tersebut, ketika dia berpaling, apa yang
terlihat segera membuatnya tertegun saking kagetnya.
Ternyata di hadapannya telah berdiri berjajar tujuh orang
manusia berbaju merah, bahkan wajah mereka pun
dikerudungi dengan kain berwarna merah, sehingga tidak
nampak paras muka mereka yang sebenarnya.
Namun kalau dilihat dari bentuk badan ketujuh orang itu,
dapat diduga kalau mereka semua kaum wanita.
Tampaknya merekapun sedang memandang ke arah Sik
Tiong Giok dengan termangu-mangu, mungkin mereka merasa
seram karena Sik Tiong Giok berhasil menggempur gua itu
hingga roboh. Satu batangan hio lamanya mereka saling
berhadapan tanpa mengucapkan sepatah katapun, kemudian
salah seorang di antara ke tujuh manusia merah itu menyapa
dengan suara yang nyaring :
"Apakah yang datang adanya Pangeran Serigala?"
Sik Tiong Giok mendengus dingin...
"Hmm, aku memang Sik Tiong Giok!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Pangeran kecil," kembali manusaia berbaju merah itu
berkata, "dalam sebuah pukulan kau berhasil merobohkan gua
jalan ke alam baka ehm! agaknya tenaga pukulan yang kau
miliki memang sangat hebat."
"Kau terlalu memuji," Sik Tiong Giok tertawa, "padahal
yang sebenarnya bukan dikarenakan tenaga dalam ku kelewat
hebat, tapi justru gua itulah yang sudah lapuk dimakan jaman,
sehingga dengan sebuah pukulanpun dinding gua itu sudah
roboh." "Ngaco belo!" bentak manusia berbaju merah itu keraskeras, "aku hanya pernah mendengar kayu menjadi lapuk,
mana mungkin batu gunung bisa menjadi lapuk?""
"Huh, padahal kejadian itu bukan suatu yang aneh, siapa
suruh pengetahuan yang kalian miliki terlalu cetek?"
"Haa.. haa.. tidak kusangka rupanya kaupun seorang
pelajar yang berpengetahuan amat luas," jengek manusia
berbaju merah itu lagi. "Kenapa" Apakah kau tak percaya?"
"Ya, kami memang kurang percaya."
"Baiklah, kalau begitu anggap saja tenaga dalam yang
kumiliki memang amat tinggi... kenapa" Apakah kalian telah
menyiapkan sebuah ilmu barisan untuk menghadapiku?"
"Hmm," manusia berbaju merah itu mendengus dingin,
"sejak telaga Gi Liong oh berada dalam kekuasaan kami,
belum pernah ada orang yang berhasil memasuki pantai Mo
Im Au dalam keadaan selamat, kalau kau boleh dibilang
merupakan orang yang pertama."
"Wah, kalau begitu peristiwa ini merupakan suatu
kebanggaan bagiku!" ucap sang pemuda itu sambil tertawa.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tapi kau jangan keburu senang, sekarang kau mesti
menembusi lebih dulu barisan Ji Sat Liat Hwee Tin (Barisan
tujuh iblis bara api). "Kalian toh tahu, aku datang kemari atas undangan dari
tuan putri kalian, apakah kamu semua tidak merasa bahwa
menyambt tamu dengan cara begini merupakan suatu
perbuatan yang tidak sopan?"
"Justru inilah peraturan dari Gi Liong oh kami di dalam
menyambut tamu, semua tamu diwajibkan menembusi lima
pos penjagaan dan ketiga medan berbahaya, sebelum dia
berhak menjadi tamu agung kami."
"Bagaimana seandainya tak sanggup menembusi lima pos
penjagaan dan ketiga medan berbahaya itu" Apa yang hendak
kalian lakukan?" "Kecuali dia bersedia takluk untuk menjadi budak, jalan
yang terakhir adalah mati secara mengenaskan disini."
Sik Tiong Giok segera mendengus dingin.
"Hmm, kalian kelewat sombong dan tak tahu diri, apakah
kalian tidak merasa kalau perbuatan itu terlalu keji?"
"Untuk menyeleksi orang-orang pintar dari dunia persilatan,
kecuali berbuat begitu bagaimana mungkin dalam dunia
persilatan bisa muncul manusia yang benar-benar luar biasa?"
"Boleh aku bertanya, sebelum kedatanganku hari ini, sudah
berapa banyak orang yang kalian celakai?"
"Oh... belum seberapa orang, paling banter baru dua
ratusan lebih." Sik Tiong Giok jadi tertegun setelah mendengar perkataan
itu segera pikirnya : "Betul-betul amat lagak mereka, dua ratus jiwa dalam
pandangan mereka tak lebih hanya semut-semut yang tak ada
harganya... hmm, bila manusia-manusia sesat semacam ini
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tidak dibasmi dari muka bumi, sudah pasti akan lebih banyak
jago persilatan yang menjadi korban keganasan mereka."
Berpikir sampai disitu, diapun segera berkata dengan suara
dingin : "Bolehkah aku tahu juga, bagaimana cara mereka menemui
ajalnya?" "Yang mati tenggelam di sungai Goan Kang karena sampan
kosong melintasi angkasa saja sudah mencapai dua puluhan
orang." Dalam benak Sik Tiong Giok segera melintas lewat
bayangan sampan kosong yang dijumpai di sungai Goan Kang
waktu itu, hatinya menjadi tercekat, tanpa terasa pikirnya di
dalam hati : "Wah, sungguh berbahaya!"
Sementara itu terdengar manusia berbaju merah itu
berkata kembali : "Yang kehilangan nyawa di kuil kosong mencapai lima
puluhan orang." Sekali lagi Sik Tiong Giok merasakan hatinya terkesiap, lagilagi dia teringat dgn Hu Hau siansu sekalian, para jago dari
sembilan partai besar yang tewas secara mengenaskan di kuil
Cu Kat Bio, tanpa terasa dia mendengus dingin.
Manusia berbaju merah itu berkata lebih jauh :
"'Dalam hutan berceceran darah' yaitu hutan lebat sebelum
memasuki lembah ada dua tiga puluhan orang yang mampus
disitu, apalagi setelah berada di daerah dingin yang menusuk
tulang, orang yang mati disitu lebih banyak lagi jumlahnya,
tapi kebanyakan mati untuk mangsa siluman naga tersebut."
"Hmm, berapa pula yang terkurung dalam gua itu?" Sik
Tiong Giok mendengus dingin.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Orang yang bisa memasuki 'Gua yaman menuju ke alam
baka' kebanyakan merupakan orang-orang yang sudah
memiliki ilmu silat yang sempurna, di antara sekian banyak
orang hanya keempat orang yang kau jumpai tadi yang
selamat, tapi merekapun harus berdiam selama tiga puluh
enam bulan lamanya sebelum memperoleh kebebasan."
"Mengapa mereka harus dikurung begitu lama?"
Manusia berbaju merah itu tertawa :
"Aku mesti membunuh dahulu jiwa kegagahan mereka,
kalau tidak mana mungkin mereka bersedia menjadi budak?"
Tiba-tiba Sik Tiong Giok berkerut kening dengan hati
mendongkol, lalu katanya dingin :
"Hmm, sungguh tak nyana hati kalian sedemikian kejinya,
lantas berapa orang pula yang mendapat musibah di dalam
barisan Jit Sat Liat Hwee Tin kalian?"
"Kalau dibicarakan sungguh amat menyesal, semenjak
barisan ini diciptakan hingga kini belum satu kalipun dicoba,
dan hari ini kau adalah orang yang pertama yang akan
mencoba keampuhan barisan ini."
Sik Tiong Giok segera tertawa tergelak...
"Haa... haa... haa... setelah bertemu aku hari ini, bisa jadi
barisan Jit Sat Liat Hwee Tin akan hancur berantakan."
Dengan marah manusia berbaju merah itu membentak
keras : "Apa gunana kalau berbicara melulu" Kenapa tidak segera
mencoba untuk memasuki barisan?"
Sembari berkata dia meloloskan pedangnya dan dikebaskan
ke tengah udara, serentak ke enam manusia berbaju merah
itu menyebarkan diri ke sekeliling arena.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dengan sorot mata yang tajam Sik Tiong Giok
memperhatikan sekejap posisi dari ke tujuh orang itu, ketika
tidak menjumpai sesuatu yang aneh, diapun berkata sambil
tertawa dingin : "Hee... hee... hee... aku memang berhasrat untuk menjajal
kehebatan ilmu silat dari telaga Gi Liong oh."
Kemudian sambil berpekik nyaring ia menerjang masuk ke
dalam arena barisan. Tampaknya manusia berbaju merah tadi merupakan
pemimpin dari ilmu barisan Jit Sat Liat Hwee Tin, sementara
dia melakukan gerakan pertama untuk melakukan pengejaran,
keenam orang lainnya bergerak mengikuti perubahan barisan.
Dalam waktu singkat cahaya pedang memancar kemanamana. Sesungguhnya Jit Sat Liat Hwee Tin ini hanya terdiri dari
tujuh bilah pedang tapi setelah barisan itu berputar, segeralah
tercipta berpuluh-puluh bilah pedang yang menyerang Sik
Tiong Giok dari delapan arah empat penjuru.
Sik Tiong Giok sama sekali tidak menaruh perhatian
terhadap datangnya ancaman tersebut, dari suara desingan
angin yang menyambar tiba, dia segera patahkan semua
serangan yang datang mengancamna, lalu sambil tertawa
nyaring katanya : "Huuuh... rupanya barisan Jit Sat Liat Hwee Tin cuma
begitu-begitu saja, kalau begini mah bukan terhitung suatu
kepandaian yang luar biasa."
"Orang she Sik, kau jangan takebur," bentak manusia
berbaju merah itu gusar, "coba kau rasakan kehebatan kami
ini..." Diiringi bentakan nyaring, pedangnya segera dituding ke
depan, dari ujung pedang tersebut segera terpancar keluar
serentetan cahaya api yang menyembur di sekeliling tubuh
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
anak muda tersebut, begitu menyentuh tanah sambaran api
itu segera berubah menjadi kobaran api yang dahsyat dan
melejit setinggi dua, tiga depa lebih.
Sik Tiong Giok baru terkejut sete lah menyaksikan kejadian
ini, sekarang dia baru tahu bahwa yang dimaksudkan sebagai
Jit Sat Liat Hwee Tin adalah sebuah gerakan barisan yang
berdasar Jit SaT Tin mengandalkan api sebagai senjata
serangan otomatisnya. Tanpa terasa diapun berpikir :
"Andaikata aku harus bertarung dengan mengandalkan
kepandaian silat, tak ada yang perlu ditakuti, tapi untuk
menghadapi kobaran api sedahsyat ini, sudah jelas aku tak
sanggup untuk mengatasi..."
Berpikir sampai disini, diapun segera putar pedang sambil
diayunkan ke depan. Tapi tiba-tiba saja barisan itu berubah, enam bilah pedang
menyerang datang secara ngawur dan semrawut.
Seketika itu juga Sik Tiong Giok merasakan daya tekanan
yang muncul bertambah besar, seketika itu juga ia gagal
untuk menembusi barisan tersebut.
Biarpun sepintas lalu keenam bilah pedang tersebut seolaholah menyerang tak beraturan, sebentar membabat dari timur
sebentar menyerang dari barat, padahal kalau digabungkan
justru bagaikan jago berilmu silat tinggi yang menyerang
dengan mempergunakan jurus-jurus serangan yang dahsyat,
kehebatan mereka di dalam kerja sama benar-benar amat
mengagumkan. Dengan susah payah Sik Tiong Giok harus bertarung
sampai lima, enam jurus lebih, menyadari kalau gelagat tidak
menguntungkan, terpaksa ia bergerak mundur ke belakang
dan lambat laun terjerumus ke dalam arena kobaran api.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sementara itu pancaran garis merah yang menyembur
keluar dari ujung pedang manusia berbaju merah itu masih
berlangsung tiada hentinya, dalam sekejap mata dia telah
menciptakan segulung tanggul api di sekeliling badan pemuda
itu. Menanti keenam orang lainnya melihat tunggul api itu
sudah terbentuk, masing-masing orang pun

Manusia Srigala Karya Can I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

segera mengundurkan diri ke posisi semula dan bersiap-siap dengan
senjata terhunus, kuatir kalau Sik Tiong Giok mencoba untuk
menerjang keluar dari kepungan api.
Kobaran api makin lama mendesak makin dekat, hawa
panas yang memancar keluarpun terasa amat menyengat
badan. Sik Tiong Giok yang menghadapi kejadian tersebut,
disamping ia merasa keheranan menyaksikan kelihayan
manusia berbaju merah itu diapun merasa agak tercengang.
Ternyata di saat ia merasakan sekujur badannya kepanasan
hingga tak tertahankan, tiba-tiba dari seputar dadanya terasa
munculnya hawa dingin yang menyegarkan badan.
Satu ingatan segera melintas dalam benaknya, ia berpikir :
"Jangan-jangan di antara keempat benda mestika
pemberian keempat penghuni gua tadi terdapat sebuah
mestika yang berkhasiat menahan api."
Berpikir begitu diapun segera meroboh ke dalam sakunya.
Mula-mula ia meraba mutiara itu, lalu meraba kedua belah
papan kayu dan setelah itu meraba gelang tembaga, tapi
semuanya tidak menunjukkan gejala apapun.
Sampai akhirnya ketika ia meraba lencana pualam tersebut,
benar-benar sangat aneh mendadak serentak sekujur
badannya menjadi dingin dan segar, kontan saja dia menjadi
sangat kebingungan. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Serunya kemudian sambil tertawa terbahak-bahak :
"Haa... haa... haa... inikah barisan api kalian yang
dibangga-banggakan" Kenapa aku tidak merasakan sesuatu
apapun?" Mendadak manusia berbaju merah itu menarik kembali
pedangnya, lalu berkata dengan suara dingin :
"Ehm, tampaknya kau si bocah keparat memang benarbenar mempunyai ilmu simpanan, tapi beranikah kau
merasakan lagi kelihayan dari jilatan api sakti kami?"
Sik Tiong Giok tertawa : "Belum tentu aku akan bertemu lagi dengan kesempatan
sebaik ini, tentu saja aku akan merasakan semua kemampuan
yang kau miliki itu."
"Baik!" sahut manusia berbaju merah itu dingin, menyusul
kemudian bentaknya keras-keras:
"api langit membakar iblis!"
Begitu perintah diberikan, keenam orang manusia berbaju
merah lainnya segera menyembulkan pula enam gulung lidah
api yang masing-masing panjangnya mencapai tujuh depa
lebih dan serentak menyerang tubuh Sik T iong Giok dari atas,
tengah dan bawah tiga bagian.
Sambil tertawa Sik Tiong Giok segera mengejek :
"Waah, kelihatannya sih hebat, cuma sayang tetap tak
mempan untuk membakar tubuhku."
"Kenapa bisa begitu?" tanya manusia berbaju merah itu
dingin, "aku tak percaya kalau kau memiliki kemampuan tak
mempan dengan api." "Bukankah kepandaian yang kalian pergunakan barusan
bernama 'Api langit membakar iblis"' Justru karena aku bukan
iblis, bagaimana mungkin api kalian bisa membakarku?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Manusia berbaju merah itu mendengus dingin, mendadak ia
mementangkan mulutnya dan menyemburkan segumpal api
yang secara langsung menyerang wajah anak muda tersebut.
Hebat sekali datangnya semburan api itu, begitu cahaya api
berkobar, rumput kering di seputar tiga kaki dari sana segera
terbakar dan mengepulkan asap berwarna hijau.
Sik Tiong Giok sama sekali acuh tak acuh, tangan kirinya
segera digerakkan melakukan gerakan melingkar di depan
tubuhnya, dan dalam waktu singkat muncul segumpal kabut
putih yang membumbung tinggi ke angkasa hingga mencapai
ketinggian satu kaki lebih, lalu menyebar kemana-mana.
Kabut putih yangg dilapisi pula dengan selapis embun itu
dengan cepat melindungi seluruh badan Sik Tiong Giok.
Tatkala ketujuh buah lidah api itu menerjang masuk ke
dalam lapisan kabut putih itu, tahu-tahu saja cahaya yang
membara itu hilang lenyap tak berbekas.
Dalam pada itu Sik Tiong Giok masih duduk di tempat
semula dengan tenang, malah ujarnya kemudian sambil
tersenyum. "Huh, api semacam inipun kalian sebut sebagai api sakti,
heee... hee... bila dibiarkan berkelanjutan, niscaya aku bakal
menjadi kaku lantaran kedinginan."
Agaknya manusia berbaju merah itu dibuat amat gusar,
segera bentaknya dengan suara dingin :
"Bocah keparat, kau jangan keburu merasa bangga dulu,
biarpun kau memiliki ilmu tahan api, jangan harap kau bisa
lolos dari barisan Jit Sat Liatwe Tin ku dalam keadaan
selamat." Berbicara sampai disitu, tiba-tiba ia memasukkan kembali
pedangnya ke dalam sarung lalu sepasang tangannya
digosokkan satu sama lainnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Seketika itu juga menyembur keluar berpuluh-puluh jalur
cahaya biru yang gemerlapan diikuti bau busuk yang amat
menyengat penciuman, langsung menyerang si anak muda itu.
Keenam orang lainnya segera meniru pula gerakan
pemimpin mereka dengan menggosok telapak tangan masingmasing, dalam waktu singkat berpuluh-puluh kilatan cahaya
berwarna biru telah mengurung seluruh tubuh Sik Tiong Giok
rapat-rapat. Sik Tiong Giok masih tetap duduk di atas tanah dengan
senyuman di kulum, walaupun dalam sekilas pandangan ia
nampak tenang, padahal secara diam-diam segenap hawa
murni yang dimilikinya telah dihimpun menjadi satu untuk
mendesak lencana kumala itu agar memancarkan kabut putih
yang lebih banyak lagi, sesungguhnya kabut itulah yang
berfungsi sebagai penangkis datangnya serangan hawa panas
lawan. Makin lama bau busuk yang memancar keluar semakin
bertambah tebal dan keras, kini hampir semua tetumbuhan
yang berada dalam lebih itu telah terbakar dengan hebatna,
bahkan batang-batang pohon yang tumbuh di atas tebingpun
banyak di antaranya yang terbakar hangus.
Sementara itu agaknya Sik Tiong Giok juga mulai merasa
kepanasan, meskipun masih duduk bersila dia tas tanah,
namun wajahnya sudah kehilangan senyumannya semula.
Keadaan semacam ini berlangsung sampai hampir satu jam
lebih, kemudian Sik Tiong Giok baru kedengaran berkata :
"Masih berapa banyak sih ilmu kepandaian kobaran api
sakti kalian yang belum sempat dikeluarkan" Hayo kerahkan
semua!" "Hmm, cukup dengan keadaan semacam inipun aku bisa
mengurungmu selama tujuh hari lamanya aku percaya tujuh
hari kemudian, kau si Pangeran Serigala langit akan berubah
menjadi abu." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Huuh...! Belum tentu..."
"Lalu mengapa kau tidak mencoba untuk menerjang keluar
dari kurungan kami?"
Sik Tiong Giok segera mendengus gusar :
"Hmm, andaikata aku sampai berusah untuk menerjang
keluar dari kurungan ini, sudah dapat dipastikan kalian tentu
akan lari tunggang langgang, kalau sampai terjadi keadaan
begitu, kan jelas akan merusak pemandangan indah?"
"Aku tidak percaya!"
"Ooh, jadi kalian berharap dapat mendengarkan alasanku"
"Coba kau katakan!"
"Pertama, jika aku berniat untuk menerjang keluar dari
barisan api ini, aku yakin ilmu berasap api sesat yang kalian
andalkan itu tak nanti bisa menghalangi kepergianku, tapi
akibatnya pakaian yang kukenakan niscaya hancur berantakan
dan tak berwujud lagi, bukankah begitu?"
Manusia berbaju merah itu segera mendengus dingin.
"Hmm, jangan lagi pakaian bahkan badan serta dagingmu
pun akan turut terbakar musnah."
"Aaah, belum tentu begini, bayangkan saja kobaran api
kalian yang begitu ganaspun tak mampu melukaiku, apa pula
susahnya menerjang keluar dari kepungan ini" Selain itu..."
"Selain itu kenapa?"
"Bila dugaanku tak salah kalian semuanya tentu kaum
wanita bukan?" kata Sik Tiong Giok.
"Atas dasar apa kau berkata demikian?"
"Ditinjau dari potongan badan kalian, gerak gerik, nada
pembicaraan serta kekejian dari kalian semua, dapat kuduga
kalian semua adalah kaum wanita."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Manusia berbaju merah itu mendengus dingin.
"Hmm, belum tentu hanya kaum wanita saja yang berhati
keji, buas dan tidak berperasaan, kau tak usah mengada-ada."
"Masa aku salah bicara" Pernahkah kau dengar orang
berkata bahwa senjata lebah terletak di ujung ekornya, hati
perempuan adalah paling keji" O leh sebab itu aku yakin kalau
kalian semua adalah kaum wanita."
Begitu perkataan tersebut diucapkan, ketujuh orang
manusia berbaju merah itu segera terbungkam dalam seribu
bahasa, agaknya apa yang diduga anak muda tersebut
memang benar. Kembali Sik T iong Giok berkata :
"Coba kalian bayangkan sendiri, andaikata aku sampai
menerjang keluar dari barisan kalian dalam keadaan bugil,
apakah kalian tak akan menjadi ketakutan hingga
membubarkan barisan ini?"
Kembali ketujuh orang manusia berbaju merah itu
membungkam diri dalam seribu bahasa, namun serentak
merekapun menghentikan pula serangannya dengan kobaran
api. Demikianlah, selanjutnya kira-kira setengah jam lamanya
kedua belah pihak sama-sama bertahan dengan mulut
membungkam. Tapi akhirnya Sik Tiong Giok tak bisa menahan diri lagi, dia
segera akan menerjang keluar dari dalam barisan itu.
Diapun segera bangkit berdiri lalu serunya lantang :
"Hey perhatikan baik-baik, aku segera akan menerjang
keluar dari barisan ini!"
"Apakah kau tak kuatir menjadi bugil karenanya?" seru
manusia berbaju merah itu keras-keras.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sik Tiong Giok segera tertawa.
"Apa yang mesti kutakuti" Paling banter keadaanku saja
yang nampak jelek karena mirip bayi tua lagi berlarian, kalau
toh kalian tidak merasa keberatan, sekarang juga aku akan
menerjang keluar dari sini."
"Kau berani?" tiba-tiba manusia berbaju merah itu
membentak keras-keras. Kembali Sik T iong Giok tertawa :
"Ya, apa boleh buat, aku toh tak bisa membiarkan diriku
terkurung terus di tempat ini, kau mesti tahu, sudah sehari
semalam aku belum bersantap."
"Justru tugas kami adalah mengurungmu di s ini."
"Tapi sayang akupun tak dapat menuruti perkataanmu itu
dengan begitu saja."
Di tengah pembicaraan tersebut, mendadak ia menggerakkan pedangnya seraya membentak keras :
"Hati-hati!" Menyusul kemudian sekali lagi terdengar suara pekikan
nyaring bergema memecahkan keheningan, pedangnya
dengan jurus Hujan angin dari delapan penjuru, secara
beruntun melancarkan tujuh delapan buah serangan berantai,
begitu kobaran api berhasil dihalau oleh deruan angin pedang,
anak muda itu segera memanfaatkan kesempatan yang sangat
baik itu untuk meloncat keluar dari kurungan.
Menyaksikan kejadian ini, manusia berbaju merah tersebut
segera menggerakkan kembali barisannya, tujuh bilah pedang
serentak mengepung kembali ke depan.
Sementara itu Sik Tiong Giok sudah tidak usah merasa
kuatir lagi, begitu dia lolos dari barisan api dengan cepat
lencana kumala itu dimasukkan ke dalam sakunya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Lalu dengan tangan kiri memainkan dua belas ilmu cacad,
Kembalinya Sang Pendekar Rajawali 27 Pendekar Misterius Karya Gan K L Kesatria Baju Putih 18

Cari Blog Ini