Manusia Srigala Karya Can I D Bagian 14
sementara pedang di tangan kanan menyerang dengan ilmu
Tay Coa Cap Pwee Ta. Jilid 26 BEGITU DUA MACAM ILMU YG maha dahsyat itu
dikeluarkan bersama, ditambah pula dengan ilmu kelitan
serigala, terkaman serigala serta gigitan yang semuanya
merupakan ilmu simpanannya, bisa dibayangkan betapa sengit
dan hebatnya pertarungan itu.
Dalam keadaan demikian, kendati ketujuh orang manusia
berbaju merah itu memiliki ilmu silat yang hebat, tak urung
mereka jadi kelabakan juga sehingga terdesak mundur ke
belakang berulang kali. Menjumpai hal ini, sekali lagi Sik Tiong G iok mendongakkan
kepalanya sambil tertawa terbahak-bahak...
Di tengah gelak tertawa tersebut, tahu-tahu pemuda itu
mengeluarkan ilmu lari serigala dan melejit sejauh tiga kaki
lebih dari posisi semula.
Demonstrasi ilmu meringankan tubuh yang dilakukan anak
muda itu kontan saja mengejutkan ketujuh orang manusia
beraju merah itu untuk sesaat mereka jadi tertegun dibuatnya.
Sambil tertawa Sik Tiong Giok berkata :
"Nona bertujuh aku telah merasakan kehebatan dari ilmu
barisan api Ji Sat Hwee Tin kalian, sampai ketemu lagi di
telaga Gi Liong oh nanti."
Selesa i berkata dia lantas membalikkan badan dan
melanjutkan kembali perjalannnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dia berlari terus hingga melewati dua buah tebing terjal
sebelum akhirnya menghentikan langkahnya.
Saat ini, anak tersebut merasakan tubuhnya amat lelah dan
kehabisan tenaga, terpaksa dia harus mencari sebuah tempat
yang tersembunyi untuk duduk bersemedi dan memulihkan
kembali kekuatannya. Entah berapa lama sudah lewat, ketika dia membuka
matanya kembali, matahari sudah berada di atas kepala,
pemuda itu segera melompat bangun, tapi saat itu pula
perutnya tiba-tiba berbunyi keras.
Baru sekarang dia teringat kalau sudah dua hari belum
mengisi perutnya, tidak heran kalau rasa lapar menggerogoti
perutnya disini... Terdorong oleh nalurinya untuk melanjutkan hidup tanpa
terasa dia mengalihkan pandangan matanya dan celingukan
ke sekeliling tempat itu, maksudnya hendak mencari buahbuahan untuk mengisi perutnya yang lapar.
Apa mau bilang, pepohonan yang tumbuh di sekitar tempat
itu justru hanya pepohonan siong, tak sebatang pohon pun
yang merupakan pepohonan berbuah.
Di dalam gelisahnya, mendadak dari balik pepohonan di
depan sana tampak asap mengepul ke angkasa, kelihatannya
asap tersebut berasal dari sesuatu tempat yang tidak terlalu
jauh. Dalam kejut dan girangnya, cepat-cepat dia melompat naik
ke atas sebatang pohon dan celingukan dari s itu.
Betul juga lebih kurang satu li dari situ terdapat sebuah
rumah gubuk, asap yang terlihat tadi tak lain berasal dari
rumah gubuk tersebut. Dengan munculnya asap, berarti di sekitar sana terdapat
kehidupan, terdorong oleh rasa kejut dan gembira tanpa
berpikir panjang lagi ia berangkat kesana.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Agaknya dia sudah lupa kalau tempat tersebut letaknya
sangat dekat dengan telaga Gi Liong oh, sebagai daerah
musuh, sesungguhnya ancamaan bahaya bisa mengancam
setiap saat, lagi pula di setiap jengkal tanah kemungkinan
besar terdapat perangkap, lalu dari mana datangnya
perumahan rakyat..."
Tapi dapat kita maklumi, bila seseorang sudah dicekam
perasaan lapar yang luar biasa, maka ingatan pertama yang
melintas di dalam benaknya adalah mengisi perutnya
sekenyang mungkin. Orang dulu mengatakan : Manusia adalah besi, adalah
baja. Lelaki yang terbuat dari baja pun tak akan mampu
bertahan selama tiga hari bila diserang kelaparan.
Dalam keadaan kelaparan itulah Sik Tiong Giok tak sempat
memikirkan hal-hal yang lain, dia segera berlarian menuruni
bukit. Memang aneh kalau dibicarakan, disaat orang sedang
lapar, ternyata kondisi badan orang pun ikut merosot.
Kalau di hari-hari biasa, perjalanan sejauh satu lie paling
banter hanya ditempuh dalam beberapa kali lompatan saja,
maka sekarang dia harus berlarian sampai mandi peluh
sebelum akhirnya tiba di tempat tujuan...
Ternyata tempat tersebut merupakan sebuah gubuk yang
tanpa dinding di sekelilingnya, jadi tempat itu hanya berupa
gubuk penunggu belaka. Di bagian belakang gubuk itu terdapat sebuah anglo yang
terbuat dari tumpukan tiga batu bata, di atasnya terletak
sebuah kuali yang sudah gumpil, seorang perempuan tua
berbaju biru sedang menambah api di bawah kuali tersebut.
Tampaknya perempuan tua itu tidak menyadari kalau di
luar pintu telah kedatangan seseorang, dia tidak berpaling
bahkan menggubris pun tidak.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sik Tiong Giok memperhatikan sekejap keadaan di
sekeliling tempat itu, ia benar-benar tak mampu menahan rasa
lapar yang teras melilit perutnya, apalagi dari balik kuali
tersebut menyiarkan bau harum yang semerbak, harum yang
semerbak, hal ini membuat rasa laparnya semakin menjadijadi... Akhirnya dia tak mampu menahan diri lagi sambil berjalan
masuk ke dalam gubuk itu, serunya lantang :
"Nenek yang budiman, aku adalah seorang pelancong yang
sedang kelaparan, sudikah kau membagikan semangkuk nasi
bagiku?" Ketika mendengar teguran itu, si nenek segera berpaling
dan memperhatikan sekejap wajah Sik Tiong Giok, kemudian
sahutnya ketus : "Di atas bukit yang terpencil tidak terdapat hidangan yang
lejat, apa yang bisa ku hidangkan untukmu?"
"Hidangan macam apa pun boleh saja yang penting bagiku
adalah mengisi perutku yang sedang lapar, ketahuilah sudah
dua hari aku belum bersantap."
Nenek itu termenung sebentar, dengan pandangan ragu
diawasi sekejap beberapa biji singkong yang sedang dibakar
tapi akhirnya dia menyodorkan hidangan tersebut ke hadapan
Sik Tiong Giok sambil ujarnya :
"Kalau begitu ambillah beberapa biji singkong itu untuk
mengisi perutmu, tapi kau tak boleh makan disini, sebab kalau
sampai ketahuan putraku yang sebentar lagi pulang, kau bakal
berabe." "Aku mengerti, aku mengerti," sahut Sik Tiong Giok cepatcepat, "tetapi kemanakah perginya putramu itu?"
"Ia sedang pergi berburu aaah...!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ketika berbicara sampai disitu, dia seakan-akan teringat
akan sesuatu, dengan cepat membalikkan badan dan berjalan
menuju ke belakang sebuah batu besar.
Selang beberapa saat kemudian dia muncul kembali lalu
katanya kepada Sik Tiong Giok sambil tertawa :
"Aku masih menyimpan sisa sepotong daging menjangan
yang diasap, ambillah sekalian untuk mengisi perutmu,
sebagai orang muda biasanya takaran makanannya sangat
besar bukan" Tapi kau mesti ingat, jangan sampai ketahuan
putraku, dia bisa mengajarmu habis-habisan."
Berbicara sampai disitu dia segera berjalan kembali ke sisi
tungku dan asyik mengurusi tanakan nasinya.
Sik Tiong Giok memandang sekejap beberapa biji singkong
dan sepotong daging asap yang berada di tangannya, setelah
menghela napas dia pun berjalan keluar dari gubuk itu.
Begitulah, sambil berjalan dia melahap hidangan tersebut,
ketika daging menjagan itu habis disikat dia pun melalap
beberapa biji singkong itu.
Belum sampai setengah li, semua hidangan tersebut sudah
habis dilalap olehnya. Perut yang lapar kini sudah teratasi, pikirannya menjadi
lebih jernih, tiba-tiba satu ingatan melintas di dalam
benaknya, dia berpikir : "Sungguh aneh, mengapa di sekitar telaga Gi Liong oh
terdapat seorang penduduk yang berupa nenek peyot"
Jangan-jangan di balik kesemuanya itu terdapat hal-hal yang
kurang beres...?" Belum habis ingatan tersebut melintas lewat, perutnya suda
mulai terasa aneh, tiba-tiba saja muncul beribu-ribu gulung
hawa hangat yang dengan cepat menyusup ke dalam seluruh
isi perutnya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Menyusul kemudian, dia merasa lelah dan berat sekali
matanya jadi mengantuk dan kalau bisa ingin tidur senyenyaknyenyaknya di atas tanah.
Belum lagi ingatan lain me lintas lewat, mendadak dari
belakang tubuhnya bergema suara gelak tertawa seseorang :
"Haaaahh... haaahhh... haaahhhh... orang she Sik agaknya
kau tak akan mampu melewati pos penjagaan yang dijaga
olehku." Sik Tiong Giok terkejut sekali setelah mendengar perkataan
itu dengan ceapt dia berpaling, ternyata nenek berbaju biru
tadi telah berdiri di belakang tubuhnya.
Saat itu, si nenek sama sekali tidak nampak peyot, malah
sekulum senyuman mengejek menghiasi ujung bibirnya, dia
sedang mengawasi wajah Sik Tiong Giok lekat-lekat.
Mendadak timbul perasaan bergidik dari dalam tubuh Sik
Tiong Giok, sesudah tertegun sejenak serunya :
"Hey, mengapa bisa kau?"
"Bagaimana dengan daging menjangan itu" Apakah sudah
kau makan sampai habis" Bagaimana dengan rasa laparmu"
Apakah sudah merasa kenyang?"
"Aku memang betul-betul sangat lapar, semuanya sudah
kumakan sampai habis, itu pun hanya bisa menahan sedikit
rasa laparku." Mendadak nenek berbaju biru itu tertawa terbahak-bahak :
"Haaaahhh... haaahhh... haaahh... bagus sekali kalau
memang sudah kau makan... bagus sekali..."
Dari balik gelak tertawa lawan, Sik Tiong Giok bisa
menangkap kalau tenaga dalam yang dimiliki nenek tersebut
amat sempurna, tanpa terasa dia berpikir :
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Oooh, rupanya nenek ini memang sengaja berlagak
demikian, dengan tujuan hendak membohongi aku!"
Berpikir sampai disini, tiba-tiba saja satu ingatan melintas
dalam benaknya dengan cepat dia berseru :
"Ooooh, jadi rupanya kau sengaja berperan sebagai
seorang nenek dengan maksud hendak membohongi aku?"
Nenek beraju biru itu segera melepaskan rambut palsunya
sambil melepaskan topeng kulit manusia yang dikenakan,
dengan cepat muncullah selembar wajah yang cantik jelita.
Ternyata perempuan itu merupakan seorang nona muda
yang berparas amat cantik.
Terdengar dia menjawab sambil tertawa merdu :
"Tebakan mu memang sangat tepat, coba kau lihat apakah
dandananku amat bagus?"
"Ehmm... dandananmu memang mirip sekali, buktinya aku
berhasil kau kelabui."
"Tahukah kau, siapakah aku sebenarnya?"
Sik Tiong Giok segera menggeleng :
"Tidak, aku tidak tahu!"
"Kalau begitu aku perlu memberi penjelasan kepada mu,
aku adalah anak buah Gi Liong kuncu, orang menyebutku
ketua dari barisan iblis selaksa racun, perempuan beracun
berbaju biru. Pernah kau dengar tentang nama tersebut?"
Sik Tiong Giok jadi terkejut sekali sesudah mendengar
nama ini, cepat-cepat serunya :
"Apa" Kau bernama perempuan racun" Kalau begitu di
dalam hidangan yang ku makan tadi telah kau polesi dengan
racun keji?" Perempuan racun berbaju biru itu segera tertawa geli :
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tentu saja, namaku saja perempuan racun, masa semua
benda yang telah melalui tanganku tidak kupolesi dengan
racun?" Tak terlukiskan rasa gusar Sik Tiong Giok sesudah
mendengar perkataan itu, segera serunya :
"Padahal antara aku orang she Sik dengan dirimu toh tak
punya ikatan dendam ataupun sakit hati, mengapa kau
meracuni diriku secara licik" Sebetulnya apa maksudmu ?"
"Maksudku" Aku hanya mendapat perintah dari tuan putri
untuk berusaha menaklukkan dirimu, asal kau bersedia
menyerah kepada pihak Gi Liong oh kami tentu saja racun
yang mengeram di dalam tubuhmu akan kupunahkan juga."
Secara diam-diam Sik Tiong Giok segera menghimpun
tenaga dalamnya setelah mendengar perkataan itu sementara
di luar ujarnya : "Sik Tiong Giok sebagai seorang lelaki sejati, selama hidup
tak sudi tunduk kepada siapapun."
"Tapi kali ini kau tak punya pilihan lain."
Belum habis perkataan itu diucapkan, tiba-tiba perempuan
racun berbaju biru telah mengayunkan telapak tangannya
serta melancarkan sebuah pukulan dahsyat.
Sik Tiong Giok yang telah bersiap sedia segera berkelit ke
samping begitu me lihat musuhnya melancarkan serangan,
setelah menghindar sejauh tujuh delapan depa lebih ia baru
membentak : "Menyergap orang di saat lawan tak siap bukan perbuatan
seorang enghiong, tunggu saja sampai aku berhasil mendesak
keluar racun yang mengeram di dalam tubuhku, sebelum
kucari kau untuk membuat perhitungan."
Selesa i berkata, dia segera membalikkan badan dan segera
beranjak pergi dari s ini.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Perempuan racun berbaju biru sama sekali tidak bermaksud
Manusia Srigala Karya Can I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
untuk melakukan pengejaran, hanya serunya dengan lantang :
"Tiga jam kemudian racun yang mengeram di dalam
tubuhmu itu akan mulai bekerja, saat itu, biar ada malaikat
yang baru turun dari kahyangan punjangan harap bisa
menolong jiwamu, carilah tempat yang baik pemandangan
alamnya untuk menantikan saat ajalnya tiba."
Sik Tiong Giok sama sekali tak menggubris seruan itu,
dengan sekuat tenaga dia berlarian terus ke depan, dalam
waktu singkat dia telah berada beberapa kaki jauhnya dari
tempat semula. Setelah menghembuskan napas sejenak, pemuda itu
berlarian lagi sejauh beberapa puluh kaki ke depan, tapi
keadaannya makin lama semakin tak beres.
Sepasang kakinya terasa amat berat bagaikan diberi beban
yang sangat besar, walaupun dia berusaha untuk melangkah
ke depan, namun kakinya seakan-akan tak mau menuruti
perkataannya lagi, kelopak matanya juga terasa amat berat,
rasa penat yang luar biasa membuatnya menjadi sangat
mengantuk dan ingin tidur.
Walaupun begitu, dalam hati kecilnya dia sadar gumamna
seorang diri : "Aku harus berusaha untuk bertahan terus, bila aku sampai
roboh, niscaya selembar jiwa Sik Tiong Giok akan berakhir
disini... Namun suara gumamnya makin lama semakin tak
bertenaga, pikiran dan kesadarannya mulai kabur dan tak
jelas. Pada saat itulah, tiba-tiba tubuhnya terhuyung sehingga
tubuhnya tersungkur ke depan dan roboh terjengkang ke atas
tanah, otomatis semua benda yang berada dalam sakunya
turut tercecer pula di tanah, satu di antaranya adalah mutiara
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tak bersinar itu, dengan cepat benda tadi menggelinding
menjauhi tempat itu. Sik Tiong Giok masih teringat bahwa mutiara tersebut
adalah barang titipan orang lain, tentu saja ia tak bisa
membiarkannya hilang dengan begitu saja.
Padahal keempat anggota badannya sudah lemah tak
bertenaga bahkan lengannya sudah tak mampu diangkat lagi,
bagaimana mungkin ia dapat memungut mutiara tersebut"
Dalam gelisahnya, pemuda itu segera berusah kerasa untuk
menangkap mutiara tadi dengan mulutnya.
Kalau memang diceritakan sangat aneh, mutiara tersebut
seperti memiliki jiwa kehidupan saja, mendadak secara
otomatis menggelinding masuk ke dalam mulutnya.
Begitu mutiara tersebut masuk ke dalam mulutnya, seluruh
kekuatan tubuhnya menjadi buyar, dalam keadaan demikian
dia hanya bisa menyerahkan nasibnya kepada Yang kuasa, tak
mampu lagi dipikirkan apakah tempat tersebut terletak
berdekatan dengan telaga Gi Liong oh atau tidak, ia terlelap
tidur sangat nyenyak. Ketika mendusin kembali, ia mendengar suara ramai
pembicaraan manusia bergema dari sekelilingnya.
Ketika membuka matanya, ternyata matahari sudah
tenggelam di langit sebelah barat dan memancarkan sinar
kemerahan ke empat penjuru.
Tujuh delapan nona muda berbaju biru berdiri di sekeliling
tubuhnya, mereka rata-rata berwajah cantik.
Mendadak terdengar salah seorang di antaranya berseru :
"Hey, coba lihat, bocah muda itu telah mendusin, tapi
mengapa sampai sekarang toaci belum datang juga?"
Seorang nona yang lain segera menjawab :
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Apa yang mesti kita takuti" Memangnya dengan kekuatan
kita beberapa orang, bocah muda itu tak sanggup kita
ringkus?" "Aku hanya merasa heran, si bocah muda itu sudah
menelan daging menjangan kita yang telah dicampuri racun
penghancur usus, mengapa dia masih bisa mendusin kembali."
"Mungkin saja takaran obat yang digunakan toaci kurang
banyak..." "Siapa bilang takaran obatku kurang banyak" Malahan aku
telah melipatgandakan takarannya setelah kudengar kalau
orang she Sik itu memiliki tenaga dalam yang amat
sempurna." Menyusul perkataan tersebut, dari balik batu cadas muncul
seorang perempuan muda berparas cantik lainnya, dia adalah
si perempuan racun berbaju biru.
Menyusul perkataan tersebut, dari balik batu cadas muncul
seorang perempuan muda berparas cantik lainnya, dia adalah
si perempuan racun berbaju biru.
Begitu dia munculkan diri ke tujuh orang nona berbaju biru
lainnya serentak bertanya :
"Setelah toaci pergi minta petunjuk tuan putri, bagaimana
instruksinya?" "Tuan putri berkata bahwa orang ini bermanfaat sekali bagi
kita, karena itu dilarang untuk mencelakai dirinya, ia suruh
kita menggotongnya ke dalam istana serta memunahkan
racun dari dalam tubuhnya."
Seorang di antara nona berbaju biru itu segera berseru :
"Waaah, kalau begitu mari kita segera berikan obat
penawar racun kepadanya, kalau ususnya sampai putus dan
mati, kita kan tak bisa memberikan pertanggungan jawabnya
nanti..." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Belum selesai perkataan itu diutarakan, Sik Tiong Giok
sudah bangun duduk di lantai sambil ujarnya :
"Aku orang she Sik belum bakal mati, jadi kalian memang
tak akan mampu memberikan pertanggungan jawabnya."
Begitu ucapan tersebut diutarakan, beberapa orang nona
berbaju biru itu menjadi terkejut, serentak mereka alihkan
pandangan matanya ke arah pangeran muda itu.
Dengan perasaan terkejut bercampur keheranan, perempuan racunb erbaju biru itu bertanya :
"Hey anak muda, apakah kau tidak keracunan?"
"Tidak, aku sama sekali tidak merasakan gejala keracunan,
aku hanya sedikit mengantuk sehingga tertidur sebentar
disini." "Apakah singkong dan daging menjangan itu tidak kau
makan?" "Sudah, sudah makan, kalau tidak mengisi perutku dengan
hidangan tersebut bagaimana mungkin aku punya semangat
baru?" "Kalau begitu benar-benar aneh sekali, kalau memang
sudah dimakan seharusnya kau akan keracunan, tapi...
mengapa kau tidak memperlihatkan gejala keracunan?"
Sik Tiong Giok segera tertawa terbahak-bahak :
"Haaah... haaahh...haahh... kalau kau memang keheranan,
maka aku perlu memberi penjelasan kepadamu, ketahuilah
sejak dilahirkan aku sudah tak mempan dengan segala macam
racun yang lebih ganas lagi. Akan kutelan racun tersebut di
hadapan kalian, kita buktikan saja bersama-sama nanti,
apakah aku bakal keracunan atau tidak."
Dengan perasaan apa boleh buat perempuan beraju biru
menghela napas panjang, katanya kemudian :
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"aaai... anggap saja kau memang mampu menembusi pos
penjagaanku ini, tapi bukan berarti kau dapat memasuki
telaga Gi Liong oh secara mudah."
Sekali Sik T iong Giok tertawa :
"Kalau begitu aku harus mengucapkan banyak-banyak
terima kasih kepada nona sekalian. Aku yakin aku pasti dapat
memasuki telaga Gi Liong oh tersebut."
"Silahkan saja mencobanya!"
"Apakah kalian masih mempunyai kepandaian simpanan
lainnya yang belum sempat diperlihatkannya?"
"Tadi kan sudah kujelaskan, kau telah lulus dalam barisan
iblis seratus racun, sebab kepandaian yang kami andalkan
adalah permainan racun, kalau toh kau tak mempan dengan
racun, apalagi yang harus kami perbuat?"
"Apakah masih ada barisan lai yang harus kulewati?"
"Di selat di depan sana merupakan barisan binatang buas
pencekam sukma, barisan itu terbentuk dari kawanan harimau
yang amat ganas, disitu tiada makhluk hidup yang diajak
berbicara, aku tidak percaya kalau kau mampu menembusinya." "Oooh, jadi kau berniat untuk menyaksikan aku melewati
barisan tersebut" Baik, silahkan kau saksikan sendiri dengan
santai aku pasti dapat melewati barisan binatang buas itu
dengan cepat." "Ehmmm, aku memang berniat demikian. Silahkan kau
berangkat lebih duluan."
Sambil tersenyum Sik T iong Giok segera manggut-manggut
kemudian membalikkan badan dan beranjak pergi.
Sementara dalam hati kecilnya dia berpikir berulang kali,
pikirnya : Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Dari keempat macam benda yang dihadiahkan keempat
orang dalam gua tadi, ada dua macam benda yang telah
membebaskan aku dari kesulitan, siapa tahu kalau dua benda
yang terakhir berkhasiat pula untuk membebaskan aku dari
barisan yang terakhir" Kalau pendapatku ini sampai meleset,
dengan mengandalkan kepandaian silat ku, rasanya tak sulit
juga untuk menaklukkan binatang-binatang buas tersebut."
Perlu diketahui kepandaian yang paling utama dari kakek
serigala langit adalah menaklukkan binatang buas, dengan
mengandalkan ke tujuh puluh dua jurus ilmu Ki na jiu hoat
nya, binatang buas yang ganas macam apapun sudah terbiasa
dibekuk olehnya dengan kepandaian tersebut, sehingga boleh
dibilang tiada sesuatu kesulitan baginya untuk menghadapi
makhluk-makhluk seperti itu.
Perjalan sejauh dua tiga lie dilalui dalam sekejap mata, dari
kejauhan ia sudah me lihat ada belasan ekor harimau ganas
bertiduran di depan selat tersebut.
Ketika melihat kedatangan Sik Tiong Giok, kawanan
harimau tersebut serentak melompat bangun dan mulai
mengaum dengan hebatnya. Sik Tiong Giok berniat untuk mencoba khasiat dari benda
mestika yang berada dalam sakunya, mula-mula dia
mengeluarkan dulu papan kayu tersebut sambil menerjang ke
arah kawanan harimau itu.
Namun benda ini tidak memberikan manfaat apapun,
malahan suara auman harimau-harimau ganas itu semakin
menggila. Pada saat itulah, terdengar suara si perempuan racun
berbaju biru berkumandang datang dari kejauhan :
"Hey orang she Sik, ayoh cepat turun tangan, akan
kusaksikan bagaimana caramu si serigala kecil menghadapi
kerubutan dua belas ekor harimau ganas."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sebenarnya Sik Tiong Giok bermaksud untuk mencoba
khasiat dari gelang tembaga itu, tapi teriakan mana segera
membangkitkan rasa ingin menangnya.
"Silahkan kalian perhatikan dengan seksama, tapi keadaan
macam apakah yang kalian kehendaki" Harimau yang sudah
mampus atau harimau hidup?"
"Kami tak inginkan yang mati, juga tak mau yang hidup."
Sik Tiong Giok segera tertawa :
"Ooooh, kalau begitu kalian berharap ku tangkap harimauharimau tersebut" Bagus sekali, nah perhatikan baik-baik!"
Begitu selesai berkata, tubuhnya segera melejit ke depan
dan menerjang ke tengah gerombolan harimau-harimau ganas
itu. Ketika kawanan harimau tersebut melihat kedatangan
musuhnya, serentak binatang buas itu mengaum keras, lalu
dengan dahsyatnya menerjang ke arah si anak muda itu.
Tapi entah apa sebabnya, ketika kawanan harimau tersebut
sudah semakin mendekat, tahu-tahu saja mereka membalikkan badan dan menyingkir lagi, tak seekor pun yang
melanjutkan terkamannya ke tubuh Sik Tiong Giok.
Dengan cepat Sik Tiong Giok mengerti, hal ini disebabkan
daya khasiat dari gelang tembaga tersebut, tapi dia tak ingin
mengampuni kawanan harimau ganas tersebut dengan begitu
saja. Dengan cepat dia mengeluarkan ke tujuh puluh dua juru
ilmu K i na jiu nya dan menyalurkan tenaga dalamnya ke dalam
lengan. Lalu di antara ayunan sepasang tangannya, dia desak
kawanan harimau ganas itu secara menghebat.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ternyata kawanan harimau ganas itu tak sanggup
menghindarkan diri, dalam waktu s ingkat dia te lah membantik
semua harimau tersebut secara mudah.
Jeritan kesakitan pun bergema silih berganti, keadaannya
benar-benar amat ramai. Sementara itu perempuan racun berbaju biru serta rekanrekannya menjadi tertegun setelah menyaksikan adegan
tersebut, kendati pun mereka memiliki ilmu silat yang cukup
hebat dan mampu menghadapi kerubutan dua tiga jago lihay
dari dunia persilatan namun belum pernah melihat
keperkasaan seseorang macam begini.
Bukan saja ke dua belas ekor harimau ganas itu tak berani
mendekatinya, bahkan sekali banting lantas tak sadarkan diri.
Dalam waktu singkat, beberapa orang itu sudah dibuat
tertegun dengan mata terbelalak lebar-lebar.
Manusia Srigala Karya Can I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Pada saat itulah dari kejauhan sana berkumandang datang
beberapa kali suara pekikan aneh yang amat menusuk
pendengaran. Ketika Sik Tiong Giok mengalihkan pandangan matanya ke
depan segera terlihatlah ada dua puluh makhluk aneh berjalan
seperti manusia sedang melompati jeram dan berjalan
mendekati. Ia tak tahu makhluk-makhluk apakah itu, namun dari
kebengisan wajah mereka dapat diduga kalau kawanan
makhluk tersebut tidak gampang dihadapi dengan mengandalkan ilmu silat saja.
Dengan setengah berjalan setengah melompat dalam
waktu singkat kawanan makhluk aneh itu sudah tiba di
hadapannya. Setelah mengerti kalau makhluk-makhluk aneh itu tak
mungkin bisa dihadapi dengan mengandalkan ilmu silat saja,
Sik Tiong Giok segera berminat untuk mencoba keampuhan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
gelang tembaga sekali lagi, andaikata tidak berhasil, terpaksa
dia baru akan bertarung dengan sekuat tenaga.
Maka di sampping menyiapkan gelang tembaga itu,
pedangnya segera diloloskan pula dari sarung.
Kalau bilang memang sangat aneh, begitu gelang tembaga
itu dikeluarkan, kawanan makhluk aneh tersebut juga persis
telah menerjang ke hadapannya.
Namun kawanan makhluk tersebut seakan-akan merasa
takut akan sesuatu, tak satu pun yang mendekati pemuda itu,
malahan di tempat kejauhan mereka berlutut dan menyembah
sambil memperdengarkan suara rintihan yang amat
mengenaskan. Tentu saja kejadian ini sangat mengejutkan dan
mencengangkan Perempuan racun berbaju biru sekalian yang
mengikuti jalannya peristiwa itu dari kejauhan.
Padahal kecuali Gi Liong kuncu sendiri, tak seorang pun
penghuni telaga Gi Liong oh yang berani mendekati kawanan
makhluk aneh tersebut tapi mengapa mereka justru takut
terhadap Pangeran Serigala" Kejadian ini sangat mencengangkan hati mereka.
Sik Tiong Giok sendiripun amat terkejut bercampur
keheranan setelah menyaksikan kejadian ini, pikirnya :
"Benar-benar tidak kusangka kalau gelang tembaga yang
sama sekali tidak menarik ini ternyata memiliki daya khasit
yang begitu besar, khasiatnya dapat menaklukkan pelbagai
macam makhluk dan binatang buas..."
Berpikir demikian, diapun segera berpaling dan serunya
sambil tertawa nyaring : "Nona-nona sekalian, sudah kalian saksikan dengan jelas"
Bukan saja aku tidak mempan terhadap racun, akupun mampu
menaklukkan pelbagai macam binatang buas, sekarang
tentunya kalian sudah takluk bukan?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Baru selesai perkataan tersebut diutarakan, tiba-tiba
terdengar suara seseorang yang amat dingin menyela :
"Bocah keparat, kau jangan keburu bangga dulu, di
belakang sana masih siap sebuah neraka perempuan cantik,
akan kulihat dengan cara apakah kau akan melewati tempat
tersebut dengan selamat!"
Sik Tiong Giok segera berpaling setelah mendengar seruan
tersebut, namun dia hanya menyaksikan setitik bayangan
manusia yang secara lamat-lamat sedang menjauh kemudian
lenyap di kejauhan sana. Sambil tertawa nyaring pemuda itu segera berseru :
"Jangan lagi neraka perempuan, biar naik ke bukit golok,
terjun ke kuali berisi minyak mendidihpun, aku she Sik tidak
akan gentar. Hey sobat, tunggu sebentar, saksikanlah
bagaimana caraku menembusi tempat itu."
Menyusul seruan mana, dia segera melakukan pengejaran
pula dengan kecepatan luar biasa.
Perjalanan yang ditempuh selanjutnya merupakan jalan
bukit yang berliku-liku, da harus menempuh perjalan sejauh
setengah harian lebih sebelum keluar dari selat tersebut.
Tiba-tiba pemandangan permai terbentang di depan mata,
pepohonan nan hijau dengan aneka bunga yang berwarnawarni tersebar dimana-mana, di antara hembusan angin yang
sejuk, terdengar suara burung yang berkicau dengan
merdunya. Tanpa terasa Sik Tiong Giok merasakan dadanya jadi
lapang dan lega, serunya tanpa terasa :
"Waaah, hebat sekali, tak nyana kalau di balik tanah
perbukitan yang gersang dan ganas, ternyata terdapat tempat
yang begini indah bagaikan sorga loka."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sambil menikmati keindahan alam, dia berjalan terus
menelusuri jalanan yang ada.
Tiba-tiba terdengar suara air yang mengalir bergema dari
balik sebuah hutan siong di depan situ.
Dalam hatinya diapun berpikir :
"Setelah mengalam i perbagai pertarungan yang sengit, aku
beanr-beanr cukup merasa lelah, padahal entah masih berapa
banyak ancaman bahaya yang terdapat di depan sana,
mengapa tidak kumanfaatkan kesempatan itu guna memelihara kekuatan baru sebelum bertarung kembali dengan
mereka." Sementara otaknya berputar, dia pun berjalan menuju ke
dalam hutan siong, kembali pikirnya dalam hati :
"Kalau ku dengar dari suara a ir yang begitu keras, di depan
sana pasti terdapat air terjun, mengapa aku tidak
memanfaatkan kesempatan ini untuk mandi dulu lalu tidur
sepuasnya, kemudian sete lah mencari buah-buahanu mengisi
perut baru menerjang pergi ke telaga Gi Liong oh?"
"Tanggung mereka akan ku buat menjadi kucar kacir...
haah... haah... haahh..."
Membayangkan hal yang menggembirakan, tak kuasa lagi
ia tertawa terbahak-bahak.
Setelah puluhan langkah memasuki hutan, ternyata
pepohonan yang tambun disana sebagian besar adalah pohonpohon siong yang tua, sementara rerumputan bagaikan
sebuah permadani hijau yang amat besar, jelas tempat itu
dirawat seseorang dengan teratur.
Walaupun perasaan keheranan menyelimuti perasaan Sik
Tiong Giok, namun dia tidak memperhatikan dengan serius,
kembali perjalanan diteruskan menelusiri hutan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Di depan sana terbentang sebuah lembah bukit, dari atas
puncak tebing terlihat air terjun yang mengalir dengan
derasnya, suara yang gemuruh, percikan bunga air ke empat
penjuru mendatangkan perasaan naman di sana.
Tiba-tiba terdengar suara helaan napas panjang bergema
tiba bersamaan dengan berhembusnya segulung angin sejuk.
Sik Tiong Giok tertegun dan segera berpaling, terlihatlah di
atas sebuahbatu besar di tepi air terjun itu berdirilah seorang
nona berbaju kuning. Ia berdiri di sebelah kanan sambil mengawasi air terjun itu
dengan termangu, suara helaan napas beberapa kali bergema
memecahkan keheningan. Gadis itu berdiri begitu dekat dengan tepi tebing, membuat
percikan air terjun membasahi tubuhnya, namun dia seperti
tidak merasa, nona itu masih saja berdiri disana dengan wajah
tertegun. Dia mempunyai rambut yang halus dan lembut, ketika
angin berhembus lewat menggoyangkan rambutnya, terlihat
nona itu lebih cantik dan menawan hati.
Pada saat itulah Sik Tiong Giok telah melihat wajahnya
dengan jelas, tanpa terasa serunya :
"Aaah, Li Peng... Oooh, bukan, bukan, dia adalah Li ji..."
Nona cantik berbaju kuning itu sama sekali tidak berpaling
untuk menengok ke arah dia, dia cuma mengawasi butiran air
yang memercik dari air terjun tersebut dengan termangu.
Sik Tiong Giok tak sanggup menahan diri lagi, dia segera
berseru keras : "Adik Li!" Nona cantk berbaju kning itu nampak agak terkejut ketika
mendengar suara panggilan
itu, dengan cepat dia Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
membalikkan badan serta mengawasi pemuda itu dengan
termangu. Sampai lama, lama kemudian pelan-pelan ia baru bekata :
"Kau... bukankah kau adalah engkoh Giok?"
Dalam girangnya Sik Tiong Giok segera melompat ke
hadapannya dan tanpa berpikir panjang menggenggam
sepasang tangannya erat-erat, katanya kemudian sambil
tertawa : "Oooh, akhirnya aku berhasil juga menemukan dikau."
"Apa artinya berhasil menemukan aku" Toh aku sama
sekali tak sudi menggubris dirimu lagi," sahut Huan Li ji
dingin. Dalam tertegunnya, Sik Tiong Giok segera berseru lagi :
"Mengapa kau tak bersedia menggubris ku lagi?"
"Kau toh sudah tahu sendiri, buat apa mesti kujelaskan
kembali?" Sik Tiong Giok semakin tertegun lagi.
"Sebenarnya persoalan apa sih" Aku sama sekali tidak
tahu." "Aku ingin bertanya kepadamu, dengan menyerempet
bahaya kau menerjang masuk ke telaga Gi Liong oh ini
sebenarnya dikarenakan apa?"
"Kau sendiri kan mengetahui juga akan persoalan ini, aku
datang untuk memenuhi janji."
"Apa bukan dikarenakan seseorang" Murid dari Siong hee
lojin yang bernama nona Li Peng" Hmm, aku dengar dia
berparas sangat cantik?"
Mendengar perkataan itu, Sik Tiong Giok segera tertawa :
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Dia berwajah mirip sekali dengan dirimu, sama
cantiknya..." Baru saja berbicara sampai disitu, tiba-tiba dia menyaksikan
pancaran sinar amarah mencorong keluar dari balik mata
Huan Li ji, hal ini membuatnya jadi tertegun, segera pikirnya :
"Hey, sungguh aneh, dahulu adik Li belum pernah
menunjukkan sikap seperti ini?"
Belum habis ingatan tersebut melintas lewat mendadak
terdengar Huan Li ji tertawa dingin, ia membalikkan badan
dan segera beranjak pergi.
Dengan perasaan gelisah Sik Tiong Giok segera berseru :
"Adik Li, kau hendak kemana?"
Sambil beranjak pergi dari situ, Huan Li ji menyahut
dengan nada mendongkol : "Kemana lagi" Tentu saja pulang ke rumah."
Sik Tiong Giok segera menjejakkan kakinya ke atas tanah
dan melompat ke hadapan Huan Li ji, kemudian sambil
menghadang jalan perginya, ia berseru sambil tertawa :
"Perjalanan dari sini sampai di Szuchuan paling tidak
membutuhkan waktu satu dua hari, apa salahnya kalau
menunggu sampai aku telah menyelesaikan urusan disini,
kemudian baru ku antar kau pulang ke rumah?"
Entah sengaja atau tidak ternyata Huan Li ji menubruk ke
dalam pelukan Sik Tiong Giok, serta merta pemuda itu
memeluk tubuhnya erat-erat.
Dalam sekejap mata dia merasakan hatinya berdebar keras,
tak kuasa lagi dia merangkul lebih kencang lagi kemudian
menundukkan kepalanya dan mencium bibirnya.
Dengan cepat ke empat lembar bibir itu saling menempel
satu sama lainnya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tiba-tiba Sik Tiong Giok seperti merasakan ada sesuatu
yang tak beres, dengan cepat ia mendorong tubuh Huan Li ji,
kemudian tegurnya dengan dingin :
"Si... siapakah kau?"
Huan Li ji tidak menjawab, dengan kening berkerut dia
memejamkan matanya rapat-rapat, sementara sekulum
senyuman manis menghiasi ujung bibirnya, bagaikan seekor
ular dia melilit tubuh pemuda itu kencang-kencang.
Dengan perasaan tak sabar Sik Tiong Giok segera
mencengkeram tangan nona itu, lalu bentaknya lagi :
"Hayo jawab, siapkah kau!"
Huan Li ji bagaikan orang yang kesurupan, dia hanya
mendesis pelan tanpa menjawab.
Pada saat itulah, tiba-tiba dari balik permukaan air sungai
muncul dua buih putih. Dengan perasaan yang amat terkejut Sik T iong Giok segera
berpaling ke arah tempat itu.
Ternyata dari balik air telah muncul seorang nona dalam
keadaan setengah telanjang, rambutnya yang panjang
dibiarkan terurai di belakang tubuhnya, sementara tubuh
bagian bawahnya yang putih bersih masih terbenam air.
Separuh tubuh bagian atasnya yang telanjang itu bukan
saja membuat lengan nona itu terlihat jelas, bahkan
payudaranya yang montok dan kencang itu terlihat jelas
kecuali dari atas. Terutama selembar wajahnya yang cantik dan dihiasi
dengan sekulum senyuman, jelas dia adalah seorang Li Peng
atau Huan Li ji. Tampaknya nona yang berada di balik permukaan air itu
sengaja bermaksud memamerkan keindahan tubuhnya, tiba
Manusia Srigala Karya Can I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tiba ia menggerakan badannya dengan gesit lalu munculkan
seluruh badannya dari balik permukaan air.
Sik Tiong Giok menjadi tertegun setelah menyaksikan
adegan tersebut, untuk beberapa saat lamanya dia sampai
lupa untuk berbicara. Sementara itu si nona yang berada di atas daratan telah
menegur dengan manis : "Engkoh Giok, coba kau perhatikan siapakah di antara kita
berdua yang lebih cantik?"
Begitu nona tersebut membuka suara, si nona yang baru
saja muncul dari permukaan air itu segera menjerit kaget,
kemudian cepat-cepat terjun kembali ke dalam air.
Baru sekarang Sik Tiong Giok mendusin dari rasa kagetnya,
dia memandang sekejap nona yang berada dalam
rangkulannya, kemudian setelah mundur selangkah, bentaknya keras-keras : "Cepat beritahukan kepadaku, siapakah kau sebenarnya?"
Nona cantik berbaju kuning itu tertawa merdu, lalu berkata:
"Kau benar-benar seorang lelaki yang tidak berperasaan,
bukankah kita pun pernah saling berjumpa" Masa kau tidak
mengenali diriku lagi...?"
Sik Tiong Giok termenung sambil berpikir sejenak,
kemudian baru ujarnya : "Bukankah kau... kau adalah satu di antara dua belas tusuk
konde dari Gi Liong oh?"
Nona cantik berbaju kuning itu segera tertawa :
"Tepat sekali, aku adalah si gadis suci Li Peng."
"Lantas siapa pula nona yang berada di dalam air itu?"
"Dia adalah si gadis binal Li Peng."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sik Tiong Giok segera tertawa getir, keluhnya :
"Aaah, hampir saja aku tertipu oleh kalian..."
Belum habis perkataan itu diucapkan, tiba-tiba dari
belakang tubuhnya terasa desingan angin tajam yang
menyambar lewat, cepat-cepat dia berkelit ke samping, tapi
dalam gugupnya pemuda itu tak sempat lagi memperhatikan
keadaan di sekitar sana, tak ampun lagi...
"Byuuuurr...!" Tubuhnya segera tercebur pula ke dalam air.
Atas kejadian ini, Sik T iong Giok menjadi amat gusar sekali
hingga sepasang matanya berapi-api, sebaliknya kedua orang
perempuan cantik itu justru tertawa terpingkal-pingkal.
Sik Tiong Giok munculkan diri sekejap dari balik air sambil
memperhatikan ke dua orang gadis itu, kemudian ia
menyelam kembali ke dalam air.
Sementara itu si gadis binal Li Peng hanya menutupi bagian
bawah tubuhnya dengan selembar kain tipis, sedangkan tubuh
bagian atasnya dibiarkan tetap telanjang, kepada si gadis suci
katanya seraya tertawa : "Apakah kau telah menggunakan obat pemabuk?"
Si Gadis suci segera mengangguk.
"Yaa, aku telah mengirimkan obat pembauk itu melalui
ujung lidahku sewaktu berciuman tadi, bila obat perangsangnya sudah mulai bekerja, kutunggu kerja mu
nanti!" Si gadis binal segera tertawa cekikikan.
"Asal obat perangsang itu sudah masuk ke dalam perutnya,
selesai mereka bermain cinta denganku nanti, tanggung dia
akan terjerumus untuk selamanya di dalam neraka
perempuan." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sementara kedua orang gadis itu masih berbincangbincang, secara diam-diam Sik Tiong Giok telah berenang naik
ke atas daratan, kemudian tanpa memperdulikan pakaiannya
yang basah kuyup dengan suatu gerakan yang amat cepat, dia
menyusup ke samping ke dua orang gadis itu dan
mencengkeram jalan darah penting di atas pergelangan
tangan mereka berdua. Gadis binal sama sekali tidak menjadi marah, malah sambil
mengerling serunya seraya tertawa :
"Ehmm rupanya ilmumu dalam air pun hebat sekali."
Sik Tiong Giok segera mendengus :
"Hmm, seandainya aku tidak menguasai ilmu dalam air,
bagaimana mungkin dapat ku atas i jebakan perahu kosong
kalian itu?" Gadis binal kembali tertawa.
"Bagus sekali kalau begitu, bagaimana kalau kita bermain
cinta di dalam air saja" Tanggung pasti sip...!"
"Hmm, kau tak usah berbicara yang bukan-bukan
denganku, hayo cepat ajak aku menjumpai nona Li!" bentak
Sik Tiong Giok dengan suara dingin.
"Waduuh... kau memang pandai merayu," seru gadis suci
pula, "tadi kau masih memanggil adik Li terus menerus
dengan mesra, sekarang kau sudah memang nona Li,
sesungguhnya yang mana sih yang kau cinta?"
"Kau tak usah mengurusi soal ini, yang penting ayoh cepat
bawa aku menemuinya."
Gadis suci segera menghela napas panjang.
"Aaai... pergi yaa pergi, tapi kenapa mesti buruk amat
sikapmu?" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tiba-tiba si gadis binal menggoyangkan pinggulnya
sehingga pakaian tipis yang dikenakannya terlepas ke atas
tanah, kemudian sambil mengerling genit katanya :
"Eeei, bagaimanapun juga, aku kan tak bisa mengikutimu
dalam keadaan bugil macam begini."
Sebenarnya Sik Tiong Giok sudah merasa agak rikuh karena
mesti menyeret dua orang gadis telanjang sambil berjalan,
mendengar perkataan itu terpaksa dia mengendorkan
tangannya seraya berkata :
"Baiklah, akan kulepaskan dirimu, asal ada seorang saja
yang menjadi petunjuk jalan, hal ini sudah cukup."
Si gadis binal sama sekali tidak beranjak dari situ, dengan
sepasang matanya yang terbelalak besar dia mengawasi Sik
Tiong Giok tanpa berkedip, sementara wajahnya menunjukkan
sikap senyum tak senyum. Sikap semacam ini kontan saja menimbulkan debaran hati
yang amat keras bagi Sik T iong Giok, cepat-cepat dia menarik
tangan si gadis suci dan membentak :
"Hayo cepat ajak aku pergi!"
Gadis suci mengerutkan dahinya, kemudian sambil
menunjukkan wajah minta dikasihani katanya :
"Bersediakah kau mengendorkan cengkeramanmu?"
"Boleh saja kalau ingin cengkeramanku dikendorkan, toh
aku tidak kuatir kau akan melarikan diri," ucap Sik Tiong Giok
sambil tertawa tergelak. Berbicara sampai disitu, ia benar-benar mengendorkan
tangannya serta membebaskan si gadis suci.
Dengan pandangan yang pedih si gadis suci mengerling
sekejap ke arahnya, tiba-tiba ia berkata dengan sedih :
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kau benar-benar berhati keras dan tak punya perasaan,
masa kau tak mengerti bagaimana harus menyayangi kaum
wanita" T ak heran kalau kau dinamakan Pangeran Serigala."
"Sudah, kau tak usah banyak bicara, sebetulnya mau
membawakan pergi atau tidak?" hardik pemuda itu.
Dengan perasaan apa boleh buat si gadis suci menghela
napas panjang, sahutnya kemudian :
"Aaai... setelah bertemu dengan manusia buas seperti kau,
apalagi yang dapat ku lakukan" Mari kita berangkat!"
Pelan-pelan dia pun berjalan meninggalkan tempat itu.
Sik Tiong Giok berpaling dan memandang sekejap ke arah
gadis binal, ternyata dia masih berdiri disitu dalam keadaan
telanjang bulan, sorot matanya sedang mengawasinya dengan
termangu. Dengan perasaan muak dia meludah, kemudian membalikkan badan dan tidak menggubris dirinya lagi, dengan
mengikuti di belakang gadis suci segera beranjak pergi dari
situ. Setelah melewati jeram dan mendaki bukit sejauh dua tiga
li akhirnya sampailah mereka di depan sebuah bangunan
rumah kecil yang dibangun di tepi sungai.
Pemandangan alam di sekitar sana amat permai dan
mendatangkan perasaan nyaman bagi siapa pun.
Mendadak gadis suci itu menghentikan langkahnya,
kemudian sambil menuding ke depan katanya :
"Itu dia, Huan Li ji, dan Li Peng berdua berada di dalam
rumah bambu itu, pergilah sendiri ke sana."
"Apakah kali ini pun suatu tipu muslihat kembali?" tanya Sik
Tiong Giok agak ragu. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Huuh, percaya atau tidak terserah kepadamu, aku mah
akan pergi dari s ini!"
Belum habis perkataan dari si gadis suci, Sik Tiong Giok
telah bertindak cepat dengan menotok jalan darahnya,
kemudian menarik tubuh gadis suci menuju ke arah bangunan
loteng itu. Tiba di depan pintu, dia melemparkan tubuh si gadis suci
ke atas tanah, kemudian katanya sambil tertawa :
"Maaf, untuk sementara waktu aku harus kau tidak
berbohong lagi, mungkin aku bersedia mengampunimu."
Selesa i berkata, dia pun berjalan menaiki anak tangga.
Baru berjalan setengah jalanan dari atas ruang loteng ia
sudah mendengar suara rintihan lrih yang bergema tiba.
Dengan tergesa-gesa Sik Tiong Giok melompat naik ke atas
ruangan, dilihatnya dinding ruangan itu kosong melompong,
hanya dekat dinding bagian belakang terletak sebuah
pembaringan yang terbuat dari bambu.
Suasana di sekeliling tempat itu amat hening, sementara di
atas pembaringan hanya terdapat dua orang gadis yang
berbaring disana dalam keadaan telanjang bulat.
Cepat-cepat Sik Tiong Giok membuang muka ke arah lain.
Mendadak terdengar salah seorang di antara kedua orang
gadis telanjang itu berseru dengan suara gemetar :
"Oooh engkoh Giok, ternyata kau benar-benar telah
datang, setelah menghadapi kejadian seperti ini, mengapa kau
masih risau" Cepatlah datang menolong kami."
Nada suaranya amat lirih dan memilukan hati, mendatangkan perasaan pilu bagi siapa pun yang
mendengarnya. Tanpa terasa Sik Tiong Giok berpaling lagi sambil bertanya:
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Siapakah kau?"
Gadis bugil yang berada di bagian luar bangun duduk dan
mengambil selembar selimut untuk ditutupkan ke bagian
bawah tubuh mereka berdua, setelah itu katanya :
"Aku adalah Cu Siau hong sedangkan dia adalah si gadis
jelek Li Peng, apakah kau sudah tidak kenal lagi dengan
kami?" "Lalu siapa pula dia?"
"Dia adalah kekasih hatimu enci Li, kasihan dia sudah
menderita luka yang amat parah, kini berada dalam keadaan
tak sadar." Mendengar perkataan tersebut, dengan cepat Sik Tiong
Giok maju mendekati pembaringan kemudian memeriksanya
dengan seksama. Tampak Huan Li ji berada dalam keadaan tak sadarkan diri,
dia berbaring disitu tanpa bergerak barang sedikitpun juga.
Ketika memperhatikan kembali keadaan Li Peng, tampak
sepasang keningnya berkerut dan air mata membasahi
wajahnya, keadaannya sangat mengenaskan hati.
Tidak sampai anak muda itu mengajukan pertanyaannya, Li
Peng telah berkata lagi :
"Aku dan enci Li harus merasakan tiga kali siksaan berat
dari putri Gi Liong setiap harinya, sekarang tubuh kami sudah
tak ada yang berada dalam keadaan utuh."
"Kalau dilihat keadaan tubuh kalian, tidak kujumpai luka
apa pun, siksaan apakah yang telah dipergunakan olehnya?"
tanya Sik Tiong Giok keheranan.
Li Peng menghela napas panjang.
"Aaaai, entah darimana ia dapat ide tersebut, alat siksaan
yang digunakan adalah semacam jarum emas yang khusus
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
digunakan untuk menusuk jalan darah, setiap kali ditusukkan,
rasanya sakit sekali seperti tulang yang dihancurkan."
Mendadak Sik Tiong Giok melotot besar, lalu dengan penuh
rasa benci katanya : "Suatu ketika, aku pasti akan mencarinya untuk membalas
dendam." "Soal itu dibicarakan lain kali saja, mengapa kau tidak
berusaha untuk menyelamatkan kami lebih dulu?" keluh Li
Peng dengan suara gemetar.
"Baik, sekarang juga aku akan mengajak kalian keluar dari
tempat ini." "Tapi seluruh tulang belulang kami serasa sudah hancur
semua, bagaimana mungkin dapat menggerakkan tubuh untuk
berjalan?" "Aaah, lantas bagaimana jadinya?" seru Sik Tiong Giok
Manusia Srigala Karya Can I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
makin gelagapan. "Untung saja aku menyimpan sebotol obat Liuleng leng
hiang liok dari perguruan kami, botol obat itu berada dalam
bajuku dekat pintu, cepat ambillah dan poleskan ke tubuh
kami, siapa tahu hal ini dapat membantu untuk menyembuhkan kami semua dari kesulitan ini."
Ketika selesai berkata kembali dia merintih dengan keadaan
yang mengenaskan, hal ini membuat Sik Tiong Giok menjadi
sangat iba. Dalam bingungnya, cepat-cepat Sik Tiong Giok mendekati
baju yang dimaksud dan mengambil sebuah botol kecil terbuat
dari porselen putih. Kemudian setelah balik kembali ke depan pembaringan, dia
berkata kepada Li Peng : "Adik Peng dapatkah kau turun tangan menggosoknya
sendiri?" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aaah, bagaimana sih kau ini..." seru Li Peng dengan
perasaan gemas, "setelah berada dalam keadaan begini,
nyawa pun sudah berada di ujung tanduk, mengapa kau
masih memikirkan lelaki dan perempuan?"
Berbicara sampai disitu, kembali dia merintih sambil
memejamkan matanya, butiran air mata jatuh bercucuran
dengan derasnya, ia nampak semakin melemah.
Sik Tiong Giok merasa sangat beriba hati, cepat-cepat dia
membuka penutup botol itu.
Isi botol tersebut berupa cairan putih yang harum
semerbak baunya. Ia menuang sedikit ke atas telapak tangannya, kemudian
digosokkan ke atas bahu Li Peng.
Ternyata obat itu memang sangat mustajab, jalan darah Li
Peng yang semual terlihat setitik bintik hitam, begitu digosok
dengan obat tersebut, bintik hitam tadi segera lenyap tak
berbekas. Maka diapun menggosok kedua belah lengan nona itu dan
pelan-pelan bergerak ke arah dada, setelah sepasang
payudaranya digosok maka pemuda itu mulai menggosok
pinggul dan sepasang kakinya.
Tak selang berapa saat kemudian, seluruh tubuh nona itu
sudah digosok semua, bau harum yang amat tebal pun segera
menyelimuti seluruh ruangan tersebut.
Waktu itu, meskipun Li Peng masih memejamkan matanya
rapat-rapat, namun keningnya sudah tak berkerut, senyuman
pun menghiasi ujung bibirnya, sudah jelas rasa sakit telah
lenyap dari badannya. Sik Tiong Giok bukan seorang lelaki yang tak berperasaan,
berada di hadapan gadis cantik dalam keadaan telanjang,
meski tidak terlintas pikiran jahat dalam benakna, toh tak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
urung dia memperhatikan beberapa kejap tubuh si nona yang
bugil. Waktu itu Li Peng berbaring lurus di atas pembaringan, di
samping kulit tubuhnya yang mulus dengan payudaranya yang
montok, hanya terlihat sisa bekas merah pada jalan darahnya.
Yang paling merangsang di antara kesemuanya ini tentu
saja payudara si nona yang bulat, putih dan montok dengan
sepasang anggur merah di ujungnya itu, hampir tiada bagian
tubuhnya yang tertutup rapat...
Apalagi sewaktu dia sepasang bukit dagingna turut tergetar
dan naik turun tiada hentinya, benar-benar suatu
pemandangan yang menggairahkan.
Menyaksikan pemandangan yang begitu menggirukan,
biarpun Sik Tiong Giok berhati sekeras baja pun tak urung
hatinya berdebar keras juga.
Untuk beberapa saat lamanya dia berdiri termangu-mangu
sambil memegangi botol porselen itu.
Pada saat inilah tiba-tiba dari bawah loteng berkumandang
datang suara irama musik yang aneh, suara musikitu
membawa daya perangsang yang sangat kuat, seakan-akan
suara keluhan seorang gadis yang menginginkan sesuatu.
Bersamaan waktunya diapun mendengus bau harum
semerbak yang sangat merangsang, bau itu seperti bau bunga
tapi bukan, yang jelas menimbulkan reaksi pada salah bagian
tubuhnya. Yang lebih aneh lagi, justru pada saat itulah Li Peng telah
menyingkirkan selimut yang menutupi tubuh bagian
bawahnya, kemudian mengangkat tinggi kedua belah kakinya,
sehingga bagian tubuhnya yang paling rahasia dengan hutan
bakau yang lebat itu tertera jelas.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sik Tiong Giok bukan patung, dia bukan manusia berdarah
dingin, menghadapi daya rangsangan semacam ini, mampukah dia mempertahankan diri..."
Dan pada saat itu juga, tiba-tiba Li Peng membuka
matanya serta menatapnya dengan pancaran sinar merayu
yang amat tebal. Sik Tiong Giok merasakan hatinya menjadi gatal, seperti
ada ulat yang sedang merambat hatinya, dia tertawa bodoh
kemudian bagaikan harimau kelaparan dia tubruk tubuh si
nona yang bugil serta menungganginya secara ganas.
Tampaknya suatu pertempuran sengit segera akan
berlangsung disitu. Di saat yang amat kritis itulah, mendadak dari bawah
loteng sana berkumandang datang suara jeritan ngeri yang
memilukan hati. Serta merta Sik Tiong Giok tersentak kaget dan buru-buru
melompat turun dari atas badan perempuan itu.
Tapi kobaran api birahi masih membakar hatinya, dengan
termangu-mangu pemuda itu mengawasi korbannya, seakanakan setiap saat akan menungganginya kembali.
Untung saja tenaga dalam yang dimilikinya sangat
sempurna, ditambah bakatnya memang hebat, cepat-cepat dia
mengeluarkan mutiara penolak racun dan segera dihisap
dalam mulutnya. Memang aneh kalau dibicarakan, tiba-tiba saja Sik Tiong
Giok menjadi sadar sepenuhnya, seperti kepalanya diguyur
dengan sebaskom air dingin, semua api napsu birahinya
lenyap tak berbekas. Begitu mengetahui apa yang barusan hampir terjadi, dia
segera membentak gusar. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Perempuan rendah yang tak tahu malu, hampir saja aku
terperangkap oleh tipu muslihat kalian."
Jilid 27 KEMUDIAN SAMBIL MENDENGUS dingin dia me lompat
turun dari atas loteng, dilihatnya si gadis suci sudah tergeletak
dengan kepala terpisah dari badannya.
Dengan perasaan keheranan pemuda itu pun berpikir :
"Aaah, siapa yang telah melakukan kesemuanya ini"
Andaikata perempuan ini tidak terbunuh, mungkin aku sudah
terjebak oleh siasat musuh..."
Sementara dia masih termenung, tiba-tiba dari atas loteng
terdengar suara bentrokan senjata yang sangat ramai...
Sik Tiong Giok semakin keheranan lagi, cepat-cepat dia
melompat kembali ke atas loteng.
Siapa tahu baru saja dia hendak melompat masuk lewat
jendela, mendadak sesosok bayangan hitam menerjang keluar
dari balik ruangan tersebut.
Dalam keadaan tidak menduga, mereka berdua segera
saling bertumbukan satu sama lainnya lalu seruan kaget
masing-masing terjatuh ke atas tanah.
Ketika Sik Tiong Giok mengalihkan sorot matanya ke arah
lawan, kembali dia menjerit kaget :
"Hey, rupanya kau..."
Ternyata pihak lawan adalah si gadis jelek Li Peng yang
asli, di atas wajahnya yang bersemua emas masih kelihatan
begitu menakutkan dan pucat pias.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sambil mendengus dingin Li Peng segera berseru :
"Kenapa dengan aku?"
"Lagi-lagi kau telah menolong ku" sahut Sik Tiong Giok
dengan wajah tersipu-sipu.
"Hmm, berhubung aku merasa sangat muak menyaksikan
perbuatan cabulmu itu, terpaksa aku harus turun tangan.
Coba kalau tidak, huuh... siapa yang kesudian membantumu?"
"Tapi aku datang untuk memenuhi janji dem i menolongmu,
rupanya kau telah berhasil lolos dari kurungan."
"Terima kasih banyak," suara Li Peng masih kedengaran
dingin, kaku dan amat tak sedap didengar, "tak disangka
bukan kau yang menolongku, justru akulah yang telah
menolongmu, bukan demikian?"
"Yaa, benar!" Sik Tiong Giok tertawa, "karena itu aku harus
berterima kasih kepadamu..."
Sembari berkata dia benar-benar merangkap tangannya
dan menjura dalam-dalam. Li Peng segera tertawa cekikikan serunya kemudian :
"Sudahlah, aku mah tak berani menerima penghormatanmu
sebesar ini, asal kau tidak menuduhku sedang merebut
mestika mu, hal ini sudah lebih dari cukup."
"Aaaaah, mana, mana, persoalan itu kan cuma salah
paham," kata Sik Tiong Giok tertawa, "masa berani aku
menuduhmu sebagai pencuri" Tapi... bagaimana ceritanya
sampai kau berhasil meloloskan diri dari bahaya maut?"
Li Peng tertawa. "Kau anggap muridnya Siong he lojin adalah manusia yang
gampang dipermainkan orang" Cukup dengan menggunakan
akal sederhana, siapa pun tak bakal mampu mengurungku,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
malah ada di antara mereka yang mampus di ujung
pedangku." "Jadi kau telah membunuh Gi Liong kuncu?" seru Sik T iong
Giok terperanjat. "Aku sih tidak mempunyai kemampuan sebesar ini, aku
hanya membunuh kawanan siluman perempuan yang
memutarbalikkan kenyataan itu..."
"Semuanya telah kau bunuh?"
"Yaa, tidak seorang pun yang berhasil me loloskan diri dari
ujung pedangku!" Sik Tiong Giok segera menghela napas panjang :
"Buat apa sih kau membunuh mereka secara kejam" Toh
diberi hukuman pun sudah cukup?"
"Kenapa" Jadi kau masih rindu dengan kemesraan
mereka?" hardik Li Peng tiba-tiba sambil mendelik.
Cepat-cepat Sik Tiong Giok menggoyangkan tangannya
berulang kali. "Bukan, bukan begitu maksudku, aku hanya kuatir kau
telah salah membunuh orang baik."
Seperti memahami akan sesuatu, Li Peng segera berkata :
"Ooooh kau maksudkan nona Huan" Jangan kuatir, saat ini
dia sudah berada di tebing ci im gay di bukit Pay Lau San!"
"Apa" Apakah dia tidak tertawan?" tanya Sik Tiong Giok
keheranan. "Tentu saja tidak, secara diam-diam dia dilindungi oleh
seorang rase hitam, lagi pula mempunyai seorang kekasih
yang sangat memperhatikan nasibnya, dia memang jauh lebih
berbahagia daripada aku."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ketika berbicara sampai disitu, suaranya segera berubah,
bahkan kedengaran amat sedih.
Sebagai seorang pemuda yang cerdik sudah barang tentu
Sik Tiong Giok memahami maksud perkataan dari Li Peng,
maka sambil tertawa paksa katanya :
"Ku lihat kalian berdua sama-sama cantik jelita bak bidadari
dari kahyangan, siapa pun tak ada yang lebih jelek daripada
yang lain..." "Apa?" seru Li Peng tertegun, "jadi kau tidak mengatakan
aku jelek?" Sik Tiong Giok segera tertawa.
"Siapa bilang kau jelek" Dalam pandanganku, kau lebih
hebat daripada Cu Siau hong bukankah begitu?"
Tiba-tiba saja Li Peng merasakan tubuhnya bergetar keras,
kemudian sambil tertawa serunya :
"Bagus sekali, rupanya kau telah berhasil menyelidiki
keadaanku sejelasnya, mengapa tidak kau katakan sejak
tadi?" "Aaah, akupun baru saja mengetahuinya, andaikata tidak
disinggung orang mungkin sampai sekarang pun aku masih
kena dikibuli." "Cepat katakan, siapa yang begitu cerewet" Aaah, mungkin
si Kalajengking kecil. Baik, bila bertemu dengannya lagi pasti
akan kujewer telinganya sampai merah."
"Kau jangan sembarangan menuduh orang baik Siu Cing
tidak pernah membicarakan persoalan tersebut denganku."
"Kalau begitu siapa yang beritahukan soal ini kepadamu"
Cepat katakan!" "Kau," Sik Tiong Giok tertawa.
Tiba-tiba saja Li Peng melompat ke depan seraya berteriak:
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Omong kosong, kenapa sih aku memberitahukan soal ini
kepadamu?" "Bukankah barusan kau mengumpat kawanan siluman
perempuan itu memutar balikkan kenyataan, seandainya
bukan Cu Siau hong, lantas apa sangkut pautnya persoalan ini
denganmu?" Seketika itu juga Li Peng dibuat terbungkam dalam seribu
bahasa, terpaksa dia mengalihkan pokok pembicaraan ke soal
lain, katanya : "Baiklah, anggap saja kau memang pintar. Mari kita segera
berangkat, tempat ini bukan tempat yang aman."
Sambil berkata dia segera membalikkan badan dan
berlarian menelusuri sungai.
Sik Tiong Giok seera mempercepat larinya menyusul gadis
Manusia Srigala Karya Can I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
itu, lalu bertanya sambil tertawa :
"Adik Peng, kau belum bercerita kepada ku, bagaimana
caramu meloloskan diri dari kurungan?"
"Sesudah berhasil menawanku, mereka telah memaksa ku
untuk menelan obat pembingung sukma buatan mereka."
"Waah, obat pemabuk itu tidak boleh ditelan, sebab
akibatnya orang bisa jadi linglung sehingga tidak akan
mengenali sanak saudara sendiri," seru Sik T iong Giok dengan
gelisah. Li Peng segera tertawa. "Tapi aku toh sudah menelan obat tersebut tanpa
melawan!" katanya. "Lalu mengapa kau tak terpengaruh oleh obat pembingung
sukma itu?" tanya Sik Tiong Giok keheranan.
"Yaa, aku berhasil menyelamatkan diri dari pengaruh obat
tersebut berkat jasa bubuk obat Cau Hua San bikinan guruku,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
obat itu memang khusus berkhasiat untuk melawan pengaruh
obat pembingung sukma, mengerti?"
"Aku mengerti, kau pasti telah menelan bubuk Cau Hua San
tersebut setelah dicekoki obat pembingung sukma itu hingga
sama sekali tak terpengaruh, bukankah begitu?"
"Keliru besar," kata Li Peng sambil tertawa, "kalau
seseorang sudah kehilangan kesadaran pikirannya mana
mungkin masih teringat untuk menelan obat penawarnya" Aku
justru telah menelan obat penawar racun itu lebih dulu
kemudian baru berlagak keracunan, dan aku pun dikirim ke
loteng kecil tersebut serta berdiam disini."
"Lalu apa sebabnya kau bunuh habis mereka semua?"
"Merekalah yang datang kemari serta mengusirku pergi,
aku dengar mereka sedang mempersiapkan perangkap untuk
menangkap kau si serigala liar, coba bayangkan saja, mana
mungkin aku bisa berpeluk tangan belaka setelah mengetahui
akan hal ini?" Sik Tiong Giok segera tertawa.
"Untung saja ada kau yang menolongku, coba kalau kau
benar-benar kehilangan pikiran serta tidak membunuh habis
mereka semua, niscaya aku sudah mereka tangkap dalam
keadaan hidup-hidup."
"Tapi apa jeleknya kalau sampai terpeleset dan terjatuh ke
dalam pelukan mereka yang hangat?" goda Li Peng sambil
tertawa. "Nikmatnya sih memang nikmat, tapi kalau sampai
merugikan nama baikku serta menggagalkan usaha besarku
kan rugi namanya." Begitulah, sambil berbicara dan bergurau mereka berdua
meneruskan perjalanannya menuju ke muka, entah berapa
saat kemudian ternyata mereka telah sampai di tengah
sebuah hutan yang lebat. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mendadak tampak bayangan kuning berkelebat lewat, tahutahu dua orang lelaki berbaju kuning dan memakai topi
berwarna kuning pula dilengkapi sekuntum bunga menghiasi
sisi rambutnya telah munculkan diri dari tempat persembunyiannya serta menghadang perjalanan mereka.
"Mau apa kalian?" bentak Sik Tiong Giok sambil memutar
pedangnya menciptakan sekilas cahaya perak yang menyelimuti udara. "Kami dua bersaudara mendapat perintah untuk menyambut kedatangan pangeran," jawab lelaki berbaju
kuning yang berada di sebelah kanan.
Sik Tiong Giok segera mendengus dingin.
"Hmm, andaikata aku tak mampu menembusi ke lima pos
penjagaan kalian, tak mungkin kalian mau datang kemari
untuk menyambut kedatanganku."
Sedangkan Li Peng yang berada di sisinya berseru pula
sambil tertawa merdu : "Huuh... dua orang lelaki masa memakai bunga di sisi
rambutnya, tampang kalian macam banci itu hanya membuat
orang geli saja." Sik Tiong Giok segera berkata lagi :
"Ehm, di dalam suratnya Gi Liong kuncu memang telah
mengatakan bunga merah menghiasi rambut, monyet raksasa
menyambut tamu agung."
"Tapi mereka toh bukan monyet, mengapa ikut pula
menyambut kita?" bantah Li Peng.
Lelaki berbaju kuning yang berada di sebelah kanan itu
memperhatikan sekejap senjata yang digembol kedua orang
itu, lalu ujarnya dengan dingin :
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Menurut peraturan yang berlaku di dalam istana Gi Liong
oh, barang siapa ingin menghadap maka tidak diperkenankan
membawa secuil besipun."
"Tapi kami berdua kan bukan anggota Gi Liong Kiong?"
"Tak terkecuali siapapun, semua orang tak dapat
melanggar ketentuan tersebut."
Sik Tiong Giok segera tertawa dingin :
"Hmm, kalau aku tidak bersedia me lepaskan senjata, mau
apa kau?" Lelaki berbaju kuning yang berada di sebelah kanan itu
segera mendengus dingin :
"Ku harap kalian berdua sedikitlah tahu diri, kami telah
mempersiapkan pengepungan yang sangat kuat di sekeliling
hutan ini. Apabila kalian berani membangkang, itu berarti
kalian pingin mati dengan bermandikan darah di atas tanah."
Tiba-tiba Sik Tiong Giok mendongakkan kepalanya dan
tertawa nyaring : "Haaa... haaah... haaah... haaah... kalau hanya persiapan
semacam itu sih belum cukup untuk memecahkan nyaliku,
huh! Ke lima penjagaan kalian saja tak sanggup membendung
terjanganku, apalagi cuma hutan kecil ini, hmm! jangan sok
main gertak sambal."
Li Peng yang berada di sisinya segera menyambung pula :
"Seandainya benar-benar ada jebakan di sekeliling ini,
maka pertama-tama pedang ku ini akan memenggal batok
kepala kalian berdua terlebih dahulu."
Mendengar perkataan ini, kedua orang lelaki berbaju
kuning itu segera bertukar pandangan sekejap, kemudian
dengan nada suara yang berubah, mereka berkata :
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Baiklah kalau toh kalian berkata begini, kami berdua pun
tak akan memaksa lebih jauh, ikutilah kami berdua, cuma...
jangan menyesal nantinya..."
"Kalian cukup menjadi petunjuk jalan saja," sahut Sik Tiong
Giok sambil tertawa, "sebagai seorang lelaki sejati aku orang
she Sik berani berbuat berani bertanggung jawab, apa sih
artinya menyesal itu?"
Kedua orang lelaki berbaju kuning itu tidak berbicara lagi,
mereka berempat pun berjalan menelusuri hutan tapi anehnya
justru hanya berputar di sekeliling tempat itu saja, hal ini
segera menimbulkan kecurigaan dalam hati Sik Tiong Giok.
Dengan cepat dia menghentikan langkahnya, kemudian
membentak : "Hey, kalian berdua ini apa-apaan" Sebetulnya kalian
membawaku pergi kemana?"
Lelaki berbaju kuning yang berjalan di sebelah kiri itu
segera menjawab : "Saat ini kalian belum bisa memasuki istana Gi Liong K iong,
sebab melalui itu harus melaporkan diri terlebih dulu kepada
Ngo liok congkoan, setelah melalui pemeriksaan identitas,
kalian baru bisa dibebaskan."
Mendengar perkataan tersebut Li Peng menjadi gusar, ia
segera membentak : "Hmm, perkataan kalian pada hakekatnya seperti kentut,
kami toh bukan pesakitan yang sedang menjalani hukuman,
buat apa mesti melewati pemeriksaan identitas?"
Sedangkan Sik T iong Giok berkata pula sambil tertawa :
"Aku kira Gi Liong kuncu pasti bukan manusia, kalau tidak,
masa anak buahnya bisa mengucapkan perkataan semacam
itu?" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Baru selesai ucapan tersebut diutarakan, mendadak dari
kejauhan sana terdengar seseorang berkata dengan suara
sedingin es : "Kurang ajar, siapa yang berani berbidara kurang ajar itu"
Berani amat menyinggung perasaan tuan putri?"
Sebelum Sik Tiong Giok sempat menjawab Li Peng telah
membentak lebih dahulu dengan suara nyaring :
"Kami tidak mengerti apa itu babi jantan atau betina, yang
datang adalah Pangeran Serigala, mau apa kalian?"
"Hey, serigala kecil! Kau memang hebat rupanya," kembali
suara yang dingin itu bergema, "tak nyana kau mampu
menembusi lima buah pos penjagaan ku sekaligus, tapi aku si
nenek merasa sangat tidak puas."
"Lantas mau apa kau?" tegur Sik Tiong Giok dengan marah.
"Aku bermaksud memberi pelajaran kepadamu agar kau
tahu bahwa di atas langit masih ada langit, di atas manusia
masih ada manusia yang lain."
Sebelum Sik Tiong Giok sempat membentak, tiba-tiba ia
mendengar desingan suara yang amat tajam meluncur datang
lalu di tengah pekikan suara nyaring, me luncur datang
segulung bayangan hitam. Mendadak hatinya bergetar keras, tiba-tiba saja dia teringat
kembali dengan burung aneh yang berhasil diusirnya selagi
berada di gua batu tadi, cepat-cepat pedangnya diayunkan ke
depan. "Cuiit...!" jeritan keras bergema memecahkan keheningan.
Gumpalan bulu beterbangan dari ats udara disertai pula
dengan ceceran darah, jelas bacokan pedangnya itu telah
berhasil melukai si burung aneh itu.
Sementara itu, kedua orang lelaki berbaju kuning yang
berjalan di muka seakan-akan tidak merasakan apa yang telah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
terjadi, dengan langkah lebar mereka masih melanjutkan
perjalanannya ke depan. Kembali mereka menempuh perjalanan, hampir sepertanak
nasi lamanya sebelum kemudian menelusuri sebuah jalanan
setapak. Dalam pada situ senja kembali sudah menjelang tiba,
suasana remang-remang mulai menyelimuti seluruh angkasa.
Tiba-tiba Sik Tiong Giok menjawil ujung tangan Li Peng,
kemudian bisiknya : "Adik Peng, hati-hati! Agaknya kedua setan itu hendak
bermain gila dengan kita."
"Ya, kita tebak mereka pasti telah mempersiapkan jebakan
baru untuk menangkap kita."
"Tapi kita tak perlu takut, sekali pun sarang naga harimau,
kita perlu untuk menerjang semuanya!"
Sementara pembicaraan masih berlangsung mereka telah
membelok pada sebuah tikungan dan langsung berjalan
menuju ke sebuah kuil kuno.
Setibanya di depan pintu kuil ke dua orang lelaki berbaju
kuning itu segera memisahkan diri dan masing-masing berdiri
di sebelah kiri dan kanan pintu kuil, kemudian bersama-sama
berkata : "Silahkan masuk ke dalam!"
Sik Tiong Giok mengalihkan pandangan matanya dan
memperhatikan sekejap sekitar sana, pada papan nama yang
tergantung di muka pintu, terbaca olehnya tiga huruf besar
yang berbunyi : "Kuil Cu Kat" Tanpa terasa ia berpikir dengan perasaan masgul :
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ehm, heran! Mengapa begitu banyak kuil Cu Kat di sekitar
sini?" Sementara pikirannya berputar, langkah sama sekali tidak
berhenti, dia langsung menaiki undak-undakan batu di depan
pintu kuil. Tapi ketika dilihatnya suasana di dalam kuil itu gelap gulita,
dengan perasaan tertegun dia segera menghentikan
langkahnya sambil berpikir :
"Waah, seandainya mereka siapkan sekawanan jago lihay
di dalam ruangan kuil itu bakal berabe aku jadinya."
Belum habis ingatan tersebut melintas lewat, dari balik
kegelapan di dalam ruangan kedengaran seseorang berkata
dengan suara : "Mengapa kalian berdua tidak langsung masuk ke dalam"
Apakah merasa takut?"
Sambil menggenggam pedangnya erat-erat, Sik Tiong Giok
menyahut sambil tertawa keras :
"Haaaahhh... haaaahhh... haahh... bagi aku orang she Sik,
tiada persoalan yang menakutkan di dunia ini."
Di tengah gelak tawa itu dia masuk ke dalam ruang kuil
dengan langkah lebar, pedangnya disilangkan di depan dan
untuk menjaga suatu yang tak diinginkan.
Mendadak Li Peng menarik ujung bajunya sambil berbisik :
"Eeei, dapatkah kau perlahan sedikit?"
"Apa maksudmu?" Sik Tiong Giok bertanya agak tertegun.
"Kita mesti menghadapi perubahan dengan sikap tenang,
menguasai gerakan dengan keheningan, dengan begitu kita
baru terhindar dari kekalahan."
Sik Tiong Giok segera manggut-manggut.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ehmmm andaikata tidak kau singgung, hampir saja aku
masuk perangkap lagi, baik kita berjalan saling berdekatan."
Sambil berkata dia menggandeng tangan kanan Li Peng,
Manusia Srigala Karya Can I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
sementara si nona pun menggunakan kesempatan tersebut
untuk menyandarkan kepalanya di atas bahu sang pemuda.
Mereka berdua meneruskan berjalan sambil saling
berdekapan. Biarpun berada dalam lingkungan yang amat berbahaya
serta penuh dicekam hawa napsu membunuh, namun kedua
orang muda mudi itu seakan-akan tidak menggubris, mereka
saling berdekapan dengan mesra dan penuh rasa cinta.
Langkah ke dua orang itu sangat lamban selangkah demi
selangkah berjalan mendekati ruang tengah.
Baru saja mereka melangkah masuk ke dalam ruangan
tengah inilah, tiba-tiba cahaya lentera berkilauan dan
muncullah puluhan sinar lilin di sekitar situ.
Sik Tiong Giok merasakan pandangan matanya menjadi
silau, belum sempat ia memperhatikan sesuatu, tiba-tiba
terdenar suara gelak tertawa berkumandang datang.
Gelak tertawa tersebut amat nyaring dan lantang di tengah
keheningan malam, dapat bergema hingga ke tempat yang
amat jauh. Menyusul kemudian terdengar seseorang berkata
dengan suara yang parau tua :
"Hmm... mesra amat dekapan kalian berdua, tapi sayang
sikap kalianitu justru memuakkan aku si nenek."
Dengan sikap acuh tak acuh Li Peng tertawa geli :
"Tentu saja kau muak, karena kau sudah tua lagi jelek,
pipimu sudah kempot dan peyot, bukankah kau lagi iri?"
"Huuh, dengan tampangnya itu, biar umurnya lima puluh
tahun lebih muda pun belum tentu ada orang akan
mencintainya," sambung Sik Tiong Giok sambil tertawa.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Diiringi senda gurau dan ejekan-ejekan mereka berdua
masuk ke ruang tengah. Di bawah cahaya lentera, dapat dilihat bahwa s i pembicara
tersebut adalah seorang nenek berbaju kuning yang
rambutnya telah beruban semua, tetapi dia memiliki wajah
yang cantik. Sambil mengawasi kedua orang muda mudi itu katanya
kemudian sambil tertawa :
"Tuanya sih aku memang sudah tua, tapi wajahku tidak
sejelek apa yang kalian bayangkan lima puluh tahun berselang
aku pernah menggemparkan dunia persilatan dengan
kecantikan wajahku, kenapa" Apakah kalian anggap wajahku
ini buruk?" "Buruknya memang tidak, sayang kau sudah tua reyot dan
hampir masuk kubur..." Li Peng tertawa.
Belum habis perkataan itu diucapkan, si nenek berbaju
kuning itu sudah berseru dengan marah :
"Budak yang tak tahu tingginya langit, dan tebalnya bumi,
besar amat nyalimu!"
Sembari berkata dia segera mengulapkan tangannya ke
tengah udara, terdengar suara langkah kaki manusia bergema,
dalam waktu singkat bermunculan puluhan orang manusia
berbaju hijau dari balik kegelapan.
Semua orang itu membungkus wajahnya dengan kain hijau,
sehingga di bawah sinar lentera hanya terlihat sepasang
matanya ysaja yang berkilauan.
Li Peng memperhatikan sekejap sekeliling tempat itu, lalu
katanya sambil tertawa : "Engkoh Giok, coba kau lihat barisan yang dipersiapkan
lawan. Ehmm... betul-betul cukup bergaya!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tapi yang kawanan manusia itu cuma gentong nasi
belaka, tak bakal kita ketakutan," sahut Sik Tiong Giok sambil
tertawa. Nenek berbaju kuning itu segera mendengus :
"Barisan yang kusiapkan memang bukan bermaksud untuk
menakut-nakuti orang tapi membunuh kalian."
Kembali Sik T iong Giok tertawa :
"Ilmu silat dari Gi Liong oh kalian belum terhitung
kepandaian silat yang maha tinggi, kalau dipakai untuk
mencari sesuap nasi dengan menjual jam atau bermain
akrobatik masih bisa, tapi kalau dipakai untuk membunuh
orang... haaah... heeh nanti dulu!"
"Jadi kau tak percaya?" tegur nenek berbaju kuning itu
ketus. "Tentu saja tidak percaya, lima pos penjagaan dan tiga
tempat berbahaya telah ku lewati, tapi belum pernah ku
jumpai seorang manusia yang hebat."
Nenek berbaju kuning itu nampak agak tertegun, lalu
serunya : "Oooh rupanya kau telah berhasil menembusi lima pos
penjagaan dan tiga tempat berbahaya, kalau begitu
kemampuanmu hebat juga."
"Hey apakah kau adalah Gi Liong kuncu?"
"Aku rasa dia sih belum bertampang sejelek itu," sambung
Li Peng sambil tertawa. "Jangan kau lihat gayanya luar biasa,
padahal dia cuma seorang budak penjaga pintu belaka."
Meluap hawa amarah si nenek berbaju kuning itu sehabis
mendengar perkataan tersebut, tiba-tiba dia mengangkat
kepalanya dan melotot sekejap ke arah mereka berdua
dengan penuh amarah, tapi sesaat kemudian telah menunduk
kembali sambil berkata : Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Biarpun hanya menjadi seorang budak dari Gi Liong oh,
kedudukan ini sudah amat membanggakan aku."
"Huuuh dasar berjiwa kere!" umpat Li Peng sambil tertawa,
"sudah menjadi budak pun masih merasa gembira, kau
memang manusia kere yang berjiwa kerdil."
Sekali lagi nenek berbaju kuning itu mendongakkan
kepalanya, sinar tajam mencorong keluar dari balik matanya,
hawa amarah menyelimuti pula seluruh wajahnya.
Melihat perubahan sikap tersebut Sik Tiong Giok mengira
lawannya sudah dibuat marah, mungkin juga dia akan segera
turun tangan, maka secara diam-diam seluruh hawa murninya
dihimpun dan bersiap sedia menghadapi segala kemungkina
yang tidak diinginkan. Siapa tahu, apa yang kemudian terjadi sama sekali di luar
dugaan, nenek tersebut bukan saja tidak gusar, malahan
sambil tertawa berkata : "Kita tak usah membicarakan soal itu lagi, aku ingin tahu
ada urusan apa kalian berkunjung kemari di tengah malam
buta begini?" "Aku datang kemari karena menerima surat undangan, aku
merupakan tamu agung dari Gi Liong kuncu, sungguh tak
nyana beginilah cara kalian dalam menerima tamu."
"Hmm, coba kalau kau bukan datang atas undangan dari
tuan putri kami, saat ini tubuhmu tentu sudah tergeletak di
atas genangan darah."
"Hmm, belum tentu!" dengus Li Peng dengan suara dingin.
Sedang Sik Tiong Giok berkata lagi sambil tertawa :
"Sampai waktunya nanti kau akan menyesal sekali, karena
itu kuanjurkan kepadamu, lebih baik bersikaplah lebih sungkan
terhadap kami." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Untuk beberapa saat lamanya nenek berbaju kuning itu
nampak tertegun, tapi kemudian ujarnya :
"Baiklah, silahkan kalian berdua duduk."
Li Peng memandang sekejap sekeliling tempat itu,
kemudian katanya sambil tertawa :
"Aku lihat orang-orang dari telaga Gi Liong oh sudah pada
sinting dan tidak waras otaknya, masa kita dipersilahkan
duduk tanpa disediakan tempat duduknya..."
Nenek berbaju kuning itu tertawa geli.
"Aaaai, betul! Aku jadi turut s inting oleh ulah kalian..."
Berbiara sampai disitu, sorot matanya segera dialihkan ke
arah lelaki berbaju hitam yang berada di sisi ruangan, lalu
bentaknya : "Sediakan tempat duduk!"
Tak lama kemudian terdengar suara langkah kaki bergema
datang, disusul munculnya dua orang gadis berbaju putih
yang masing-masing membawa sebuah tempat duduk.
Ke dua gadis berbaju putih itu berusia dua tiga belas
tahunan, semuanya berwajah ayu, halus dan menarik.
Sambil tertawa nenek berbaju kuning itu mengulapkan
tangannya seraya berkata :
"Silahkan duduk, tuan putri kami baru bisa bertemu dengan
kalian sejenak lagi."
Sik Tiong Giok mendengus dingin, pikirnya :
"Besar amat lagaknya, siapa tahu wajahnya bertampang
jelek macam kuntilanak..."
Sementara itu, si nenek berbaju kuning itu telah
mengawasi wajah Li Peng lekat-lekat, sambil katanya :
"Aku seperti pernah bertemu nona!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Betul, akupun merasa amat kenal dengan wajahmu itu,"
sahut Li Peng sambil tertawa.
"Siapakah nama nona?"
"Dan bolehkah aku tahu siapa namamu?" tanya Li Peng.
Nenek berbaju kuning itu segera tertawa.
"Waah, rupanya nona enggan menderita rugi barang
sedikitpun juga, masa semua pertanyaanku kau kembalikan
seutuhnya lagi kepadaku?"
Li Peng balas tertawa. "Tentu saja, masa ada tamu yang menerima hadiah dari
tuan rumah, biasanya kan tuan rumah yang harus menerima
hadiah lebih dahulu."
"Baiklah," kata si nenek berbaju kuning itu, kemudian
sambil tertawa berkata, "aku adalah Ng liok congkoan dari
telaga Gi Liong oh, orang menyebutku Pek hoat mo li (iblis
perempuan berbaju putih), nah budak cilik, sekarang giliranmu
yang menyebutkan namamu."
"Aku?" Li Peng tertawa, "aku tak punya nama..."
Jawabannya ini segera membangkitkan amarah si nenek
berbaju kuning itu, rambutnya yang telah beruban berdiri
semua bagaikan landak, wajahnya berubah pucat menyeramkan, segera bentaknya keras-keras :
"Budak setan, pingin mampus rupanya kau?"
Sambil membentak, tangannya segera diayunkan ke depan
siap mencengkeram batok kepala Li Peng.
Tapi saat itulah tiba-tiba berkumandang datang suara irama
musik yang lembut dari luar ruangan.
Begitu suara musik bergema, manusia-manusia berbaju
hijau yang berjajar di kedua belah sisi ruangan itu serentak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengundurkan diri dari sana, disusul kemudian lampu pun
dipadamkan. Dalam waktu singkat, seluruh ruangan itu dicekam dalam
kegelapan yang luar biasa.
Si nenek berbaju kuning itu menarik pula cengkeramannya
sambil mendengus dingin, kemudian mengikuti di belakang
kawanan jagolainnya segera mengundurkan diri dari s itu.
Menanti semua orang sudah mundur, Sik Tiong Giok baru
menghembuskan napas panjang sambil bisiknya :
"Adik Peng..." Namun yang terdengar hanya suara gema dari suara
sendiri sedang suara jawaban dari Li Peng sama sekali tak
terdengar. Tak terlukiskan rasa kaget Sik Tiong Giok menghadapi
kejadian ini, tak sabar lagi ia membalikkan badan sambil
meraba ke bangku di sisinya, tapi ia segera meraba tempat
yang kosong. Pemuda itu mencoba untuk menghimpun tenaga dalamnya
sambil memperhatikan sekeliling situ, tapi bayangan tubuh Li
Peng sudah hilang lenyap dengan begitu saja.
Ternyata dalam ruang tengah yang gelap gulita itu, kini
tinggal dia seorang. Perubahan yang amat tiba-tiba dan sama sekali tak terduga
ini segera membuat Sik Tiong Giok yang biasa tenang, kini jadi
gugup dan gelagapan. Dengan cepat dia mengendalikan gejolak perasaannya yang
meluap, kemudian akhirnya dia beranjak menuju ke ruang
belakang. Pintu di ruang belakang telah terbuka, ini membuktikan
kalau Li Peng telah diculik orang.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Rembulan bersinar lembut memancarkan cahayanya
menerangi seluruh jagad. Di luar gedung itu merupakan sebuah hutan pohon siong
yang amat lebat. Kerdipan cahaya lentera muncul di balik hutan yang lebat
itu, sebentar terang sebentar lagi gelap, kesemuanya ini
menambah suasana misterius di sekitar sana.
Sik Tiong Giok memperhatikan kembali keadaan di sekitar
sana, lalu pikirnya : "Hmm, dengan mengeluarkan barisan macam begini,
dianggapnya aku jadi ketakutan" Hmm... aku harus
menerjangnya dengan kekerasan..."
Baru saja ia bersiap untuk meninggalkan tempat itu,
mendadak terdengar suara mencicit yang aneh berkumandang
dari s isi tubuhnya. Dengan cepat Sik Tiong Giok berpaling, ternyata ada dua
ekor monyet hitam yang tinggi besar dengan membawa
sebuah nampan besar sedang mendekam jauh di hadapannya
sementara matanya yang merah mengawasi Sik Tiong Giok
lekat-lekat dan mulutnya mencicit tiada hentinya.
Sewaktu ia perhatikan isi nampan tersebut, selain buahbuahan terdapat juga sebuah poci arak kecil serta sebuah
cawan arak yang terbuat dari batu kemala putih.
Pemandangan semacm ini lagi-lagi mencengangkan Sik
Tiong Giok, tanpa terasa ia berdiri termangu.
Tiba-tiba dari kejauhan sana berkumandang datang suara
seruan seseorang dengan suara yang dingin dan kaku :
"Aku telah mengutus monyet raksasa untuk menyambut
kedatanganmu. Silahkan mencicipi dulu buah-buahan tersebut
untuk menambah tenaga, kita bersua lagi di tepi telaga Gi
Liong oh nanti."
Manusia Srigala Karya Can I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sik Tiong Giok berpikir sejenak, lalu serunya lantang :
"Apakah kau adalah Gi Liong kuncu?"
"Bukan," sahut orang yang berada di kejauhan itu, "aku
hanya seorang pembantu kepercayaan kuncu, masa suara
laki-laki dan perempuan pun tak mampu kau bedakan?"
Sik Tiong Giok segera tertawa getir.
"Siapa suruh suaramu kelewat tajam dan melengking,
sehingga susah sekali untuk dibedakan."
Orang itu tertawa dingin :
"Heeee... heee... heee... kau tidak ingin makan sesuatu?"
"Aku hanya ingin mengetahui kabar berita tentang rekanku
itu, dia telah kalian culik kemana?"
"Dia adalah bekas dayang keraton kami yang melarikan diri,
sekarang telah diseret kembali ke dalam keraton, asal kau
merasa punya kepandaian untuk menyerbu ke dalam Gi Liong
oh, tak akan sulit bagimu untuk bersua dengannya."
"Apakah kalian tidak merasa bahwa tindakan yang kalian
lakukan terhadap diriku ini kelewat rendah, memalukan dan
terkutuk?" kata Sik Tiong Giok sambil tertawa.
"Membekuk dayang yang kabur adalah urusan pribadi kami,
apa sangkut pautnya dengan mu" Tapi, apabila kau merasa
tidak terima dengan tindakan kami ini, silahkan saja mencoba
untuk menerjang sendiri..."
Sik Tiong Giok mendengus dingin :
"Hmm, aku tak percaya kalau Gi Liong oh adalah sarang
naga gua harimau, biarpun kalian telah mempersiapkan jaring
langit jala bumi pun aku tidak takut."
"Baik! Kalau begitu terjanglah pertahanan kami, tapi
kuanjurkan kepadamu agar bersikaplah lebih berhati-hati,
daripada kau tuduh kami telah melayani tamu secara jelek."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Haaaa... haaa... haaa... seandainya aku telah berhasil
menerjang masuk ke Gi Liong oh, tanggung kaucu mu akan
melayaniku secara baik, kalau buah-buahan mah hanya
makanan monyet utusan kalian ini."
Seusai berkata, ia segera menjejakkan kakinya ke atas
tanah dan menerjang ke arah mana berasalnya suara itu.
Hutan itu lebat lagi gelap, meskipun rembulan bersinar
terang, namun suasana dalam hutan gelap gulita sehingga
susah untuk melihat kelima jari tangan sendiri.
Baru saja tubuhnya melayang turun, tiba-tiba dia merasa
sesosok bayangan hitam melintas lewat di hadapannya.
Sebelum Sik Tiong Giok melihat jelas apa yang terjadi,
tahu-tahu tengkuknya terasa kencang dan tubuhnya sudah
melayang tinggalkan permukaan tanah.
Kedengaran seseorang mengejek lagi sambil tertawa
dingin: "Huuh... hanya mempunyai kepandaian sekecil inipun
berani menerjang Gi Liong oh..."
Tengkuk Sik Tiong Giok waktu itu terjirat oleh seutas tali
hingga susah untuk bernapas, ia menjadi amat gelisah sesuah
mendengar perkataan tersebut, sepasang tangannya segera
menyambar ke muka, hawa murninya dihimpun, lalu sambil
membalikkan badan dia melayang turun kembali ke atas
tanah. Rupanya seutas tali meluncur datang secara tiba-tiba dan
persis menyeret leher Sik T iong Giok.
Untung saja kepandaian silat yang dimiliki Sik Tiong Giok
sangat hebat, daya reaksinya pun cepat sekali, sebelum tali itu
dijirat kencang-kencang, tangannya berhasil memutuskan
benda tersebut. Setelah mendengus penuh amarah, serunya :
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hmm, hanya mengandalkan permainan setan macam
begitu pun, kau bermaksud menghalangi perjalananku?"
Sembari berkata, sorot matanya yang jeli ditujuhkan ke
atas sebatang pohon besar beberapa kaki di hadapannya dan
begitu selesai berbicara, untuk kedua kalinya dia meluncur
kembali ke aas pohon besar tersebut.
Dengan cepat tangannya menyambar seutas ranting,
kemudian dengan pedang disilangkan melindungi dada, ia
berjumpalitan dan melejit naik ke atas.
Tapi sungguh aneh sekali, biarpun Sik Tiong Giok elah
bergerak dengan kecepatan yang luar biasa, namun
pemeriksaannya atas pohon besar itu mendatangkan h sil
yang nihil, tak sesosok bayangan manusia pun ydg ditemukan,
hal ini membuatnya berpikir di hati :
"Sungguh memalukan!"
Pada saat itulah, terdengar kembali seseorang berbiara
dengan suara yang dingin dan beku :
"Telaga Gi Liong oh merupakan wilayah terlarang bagi
umat persilatan, kau anggap tempat ini bisa didatangi setiap
orang dengan seenak hatinya sendiri?"
Sik Tiong Giok melayang turun dari atas pohon lalu
memandang ke depan, di bawah sebatang pohon besar dua
kaki di hadapannya berdirilah seorang manusia berbaju hitam.
Sambil tertawa dingin pemuda itu berseru :
"Heehh... heeh... hehh... sobat, cepat amat gerakan
tubuhmu!" "Hmm, ilmu silat dari Gi Liong oh tiada tandingannya di
kolong langit, apa yang kumiliki sekarang tak pantas untuk
dibicarakan." "Huuh, siapa sih yang bermaksud memuji, padahal aku
sendiri pun tidak memandang sekejap matapun terhadap
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kemampuan mu, aku hanya berniat memuji saja, siapa tahu
kau lantas menganggapnya sungguh-sungguh.. tak tahu
malu!" "Silahkan saja mencoba sendiri kalau kurang percaya,
cukup dengan hutan lebat ini pun sudah mampu membuatmu
mampus karena keletihan."
"Aku tidak percaya."
Seraya berkata, bahunya bergerak dan tiba-tiba saja ia
menerjang maju ke muka. Kali ini dia bergerak dengan menggunakan ilmu kelitan
serigala, gerakan tubuhnya amat cepat bagaikan sambaran
kilat, dimana tangannya kirinya berkelebat, ia sudah
mencengkeram bahu manusia berbaju hitam itu.
Dengan cepat manusia berbaju hitam itu membalikkan
tangannya, dengan kelima jari yang dipentangkan bagaikan
kaitan, dia balas mencengkeram urat nadi pada pergelangan
tangan kiri Sik T iong Giok.
Tak terlukiskan rasa kaget Sik Tiong Giok menghadapi
peristiwa ini, cepat-cepat dia me lompat mundur sejauh lima
depa lebih, kemudian terkejut bercampuran keheranan
serunya : "Kau... kau juga bisa menggunakan ilmu Long san ki na
jiu?" "Hmm, cuma ilmu ki na jiu yang begitu sederhana, apanya
yang aneh dan luar biasa?" jengek manusia berbaju hitam itu
dingin. "Bagus, ingin kulihat kepandaian aneh apalagi yang kau
miliki, kenapa tidak sekalian kau pergunakan semua?"
"Asal kau berani memasuki hutan ini sedalam tiga kaki,
akan kusuruh kau pergi mampus terkapas di tengah hutan."
Sik Tiong Giok segera tertawa.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Gertak sambalmu itu tak akan membuat ku ketakutan dan
mundur dari s ini..."
"Kalau begitu coba saja untuk menerjangnya!"
Selesa i berakta dia segera berkelebat dan menyembunyikan
diri kembali. Sik Tiong Giok termenung sambil berpikir sejenak,
kemudian dengan pedang terhunus maju ke depan.
Tiga kaki kemudian merupakan sebuah tanah kosong di
tengah kurungan pepohonan, luasnya kurang lebih tiga
sampai lima kaki persegi, sinar rembulan mencorong masuk
lewat celah-celah dedaunan dan secara lamat-lamat
pemandangan di sekitar sana terlihat jelas.
Dedaunan yang rimbun dan rerumputan nan hijau
membuat suasana di sekitar sana terasa segar.
Sik Tiong Giok memperhatikan sekejap sekeliling tempat
itu, kemudian meneruskan perjalannya ke depan.
Di saat dia mulai me lalui tanah berumput inilah, tiba-tiba
suara yang dingin dan kaku itu berkumandang lagi.
"Bocah keparat she Sik, saat ini kau sudah berada di
tempat yang berbahaya, hanya ada dua jalan yang bisa kau
pilih." "Dua jalan yang manakah itu?" tanya Sik Tiong Giok sambil
menahan diri. "Jalan pertama, kau harus menyerah kepada pihak Gi Liong
oh kami...!" "Lebih baik cepat-cepat bunuh diri saja, daripada
mendatangkan banyak penderitaan bagimu."
Mendadak Sik Tiong Giok mendongakkan kepalanya dan
tertawa terbahak-bahak : Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Haa... haa... haa... sobat, apakah kau bermaksud
menyampai dua patah kata tersebut dengan mengajakku
masuk kemari" Terus terang kukatakan kepadamu, aku sudah
mempunyai jalan pilihan ku sendiri."
"Apa rencanamu?"
"Aku harus menyerbu ke dalam Gi Liong oh dan bertemu
dengan Gi Liong kuncu ingin ku ketahui siluman macam
apakah dirinya itu."
Mendadak orang itu membentak dengan suara sedingin es :
"Berhati-hatilah kau kalau berbiara."
Sik Tiong Giok tertawa. "Apa pula yang mesti kutakuti?" jengeknya.
Dengan penuh amarah orang itu membentak :
"Hmm, jika kau berani sembarangan memperolok-olok dan
mencemooh tuan putri kami, hati-hati kalau kucabut lidah dan
gigimu." "Huuh, aku rasa kalian tak akan memiliki kemampuan
untuk berbuat demikian."
Orang semakin marah. "Hmm, sekarang kau sudah berada di tengah kepungan
kami, berani betul berbiara macam itu?"
"Bila kau memang berkepandaian, lebih baik turun tangan
saja selekasnya, apa gunanya banyak berbicara yang tak
berguna?" Sembari berkata, sorot matanya yang tajam segera
memperhatikan sekejap sekitar tempat itu, tapi dengan cepat
hatinya menjadi terperanjat.
Ternyata di sekeliling tanah lapang berumput itu telah
berdiri tiga puluhan orang lelaki berbaju hitam, mereka
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sedang bergerak menuju ke tengah arena dengan langkah
pelan. Di bawah sebatang pohon di kejauhan sana, berdirilah
manusia berbaju hitam yang menyiratnya dengan tali tadi.
Terdengar orang itu berseru sambil tertawa dingin :
"Heeh... heeh... heeh... aku lihat kau sedang mencari
kematian buat diri sendiri."
Sik Tiong Giok segera tertawa :
"Lebih baik jangan main gertak sambal yang tak ada
gunanya, kalau memang ingin menyelesaikan persoalan ini
secepatnya, lebih baik turun tangan saja, mari kita tentukan
siapa yang lebih unggul di antara kita berdua."
Manusia berbaju hitam itu mendengus dingin, dia segera
menjejakkan kakinya ke atas tanah dan melompat maju ke
muka, bentaknya keras-keras :
"Sambut dulu sebuah pukulanku ini!"
Menyusul bentakan itu, sebuah pukulan maha dahsyat yang
disertai dengan desingan angin dingin langsung menerjang ke
dada Sik Tiong Giok... Dalam pada itu, kawanan manusia berbaju hitam yang
mengurung di sekeliling arena telah mengundurkan diri
selangkah, begitu melihat pertarungan telah berlangsung,
dengan begitu terbukalah sebuah tanah lapangan yang cukup
luas. Sik Tiong Giok tertawa dingin, dia mengayunkan tangannya
dan menyambut serangan tersebut dengan keras lawan keras,
menyusul kemudian tubuhnya berkelebat maju ke depan dan
mendesak lebih jauh, tangan kirinya diayunkan langsung
menyambar kain kerudung hitam yang menutupi wajah orang
itu. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Serta merta manusia berbaju hitam itu menggerakkan
tangan kirinya untuk menangkis, sementara jari tangan
kanannya menotok jalan darah penting pada pergelangan
tangan Sik Tiong Giok. Cepat-cepat Sik Tiong Giok menarik kembali tangan kirinya
sedang pedang di tangannya disapu ke muka dengan jurus
'menembusi awan memetik rembulan', dia
langsung menyerang dada manusia berbaju hitam itu.
Menghadapi ancaman itu, cepat-cepat manusia berbaju
hitam itu menggerakkan lengannya sambil menyapu ke
bawah, dia balas mencengkeram pergelangan tangan kanan
Sik Tiong Giok yang menggenggam pedang itu...
Kecepatana serangannya mengagumkan perubahan jurusnya di luar dugaan lawan.
Mendadak Sik Tiong Giok merendahkan pergelangan
tangan kanannya ke bawah untuk menghindarkan diri dari
cengkeraman lawan, menyusul pedangnya menusuk dari
samping dengan jurus 'mencuri tirai menjahit pakaian', di
antara berkelebatnya cahaya tajam muncul empat lima
kuntum bungan pedang yang secara langsung menyambar
pergelangan tangan kiri lawan.
Ketajaman pendengaran manusia berbaju hitam itu benarbenar mengagumkan, baru saja Sik Tiong Giok merubah
gerakan serangannya, tahu-tahu dia sudah menarik kembali
tangan kirinya ke belakang.
Satu ingatan segera melintas dalam benak Sik Tiong Giok,
pikirnya :
Manusia Srigala Karya Can I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Gerak gerik dari orang ini terasa amat kukenal, heran,
kenapa diapun bisa melakukan gerakan dengan ilmu silat
aliran dari bukit serigala?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Berpikir demikian, tiba-tiba saja pedangnya berubah
gerakan, secara beruntun dia melancarkan tiga buah serangan
secara berantai. Dalam waktu singkat cahaya pedang berkilauan di seluruh
angkasa dan membiaskan selapis bungan pedang yang secar
terpisah menyergap beberapa buah jalan darah penting di
tubuh manusia berbaju hitam itu.
Tampak manusia berbaju hitam itu menggerakkan
tubuhnya dengan suatu gerakan yang aneh sekali, ternyata
secara mudah sekali dia berhasil meloloskan diri dari ketiga
serangan berantai dari Sik Tiong Giok, bersamaan waktunya
telapak tangan kiri dan jari tangan kanannya menyerang
bersama-sama. Kedua orang itu sama-sama bertarung dengan kecepatan
luar biasa, dalam waktu singkat tujuh delapan gebrakan sudah
lewat, namun menang kalah masih susah ditentukan.
Sementara itu makin menyaksikan gerak gerik lawannya,
Sik Tiong Giok merasa semakin keheranan, mendadak satu
ingatan melintas di dalam benaknya, ia teringat akan
seseorang, hal mana membuat hawa amarahnya langsung
saja berkobar. "Cu Bu Ki!" segera bentaknya keras-keras, "rupanya kau
telah berpihak kepada Gi Liong kuncu. Hmm, setelah bertemu
kembali hari ini, aku tak dapat mengampuni dirimu lagi."
Di tengah bentakan, tiba-tiba permainan pedangnya
berubah, dalam sekejap mata cahaya tajam berkilauan di
seluruh angkasa, hawa pedang menyelimuti angkasa,
segulung tenaga serangan yang maha dahsyat langsung saja
menerjang ke depan. Ketika mendengar suara bentakan Sik Tiong Giok tadi,
manusia berbaju hitam itu kelihatan agak tertegun, dengan
cepat dia kehilangan peluang baiknya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Berhasil dengan serangan pedangnya, Sik Tiong Giok
segera susulkan dengan serangkaian serangan lainnya, di
tengah berkuntum-kuntum bunga pedang yang beterbangan
di angkasa, mendadak muncul sekilas cahaya tajam yang
langsung mengancam sembilan buah jalan darah penting di
tiba bagian tubuh manusia berbaju hitam itu.
Apa yang diduga oleh Sik Tiong Giok memang benar,
manusia berbaju hitam itu bukan lain adalah si rasul serigala
langit Cu Bu Ki, setelah identitasnya berhasil diketahui
lawannya dia jadi tertegun dan segera terjerumus ke dalam
posisi yang berbahaya sekali.
Tampaknya dia sadar kalau sukar baginya untuk
menghindarkan diri dari serngan lawan, dalam gelisahnya,
tiba-tiba dia melakukan gerakan mendayung dengan lengan
kanannya, lalu menerobos masuk ke balik kabut pedang yang
berkilauan itu. Jurus serangan ini bukan lain adalah jurus ketiga dari dua
belas ilmu cacad yang disebut 'Bidikan busur menembusi
langit', suatu jurus serangan yang khusus dipakai untuk
merampas senjata lawan di saat keadaan berbahay, tujuannya
untuk merubah posisi berbahaya menjadi menguntungkan.
Sayang sekali dia bertemu dengan seorang ahli di dalam
ilmu dua belas cacad tersebut, ditambah lagi jurus serangan
dari ilmu Tay cou cap pwee ta justru merupakan tandingan
dari dua belas ilmu cacad tersebut.
Bayangkan saja, bagaimana mungkin dia bisa berhasil"
Mendadak saja cahaya pedang yang menyelimuti angkasa
menjadi lenyap tak berbekas disusul kemudian percikan darah
segar berhamburan kemana-mana.
Terdengar Cu Bu Ki menjerit kesakitan, tiba-tiba tubuhnya
melejit sejauh delapan depa lebih dari posisi semula,
badannya sempoyongan kemudian roboh terjungkal ke atas
tanah. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Semua jago yang berada di sekeliling arena dapat
mengikuti kejadian tersebut dengan amat jelas, mereka
melihat bahwa sebuah lengan Cu Bu Ki telah terpapas kutung,
kini orangnya tergeletak tak sadarkan diri di atas tanah
dengan bermandikan darah segar.
Namun tak seorang pun di antara mereka yang berusaha
menolongnya, semua orang berdiri dengan sikap acuh tak
acuh, seolah-olah tidak pernah melihat terjadinya peristiwa
mana, posisi mereka tetap mengurung Sik Tiong Giok di
tengah arena. Dengan pandangan mata yang tajam Sik Tiong Giok
memandang sekejap wajah kawanan jago itu, katanya sambil
tertawa nyaring : "Ular tanpa kepala tak akan berjalan, kalian telah
kehilangan pemimpin, bila sampai bertarung nanti, jangan
harap kamu semua mampu untuk membendung ketajaman
pedangku ini." Kawanan lelaki berbaju hitam itu tetap membungkam diri
dalam seribu bahasa, tapi mereka tetap maju selangkah demi
selangkah menuju ke tengah arena.
Mendadak Sik Tiong Giok berkerut kening, lalu sambil
berpekik nyaring memutar pedangnya sambil menerjang maju
ke depan. Apa yang diduga ternyata benar, setelah Cu Bu Ki
menderita luka parah, kawanan manusia berbaju hitam itu
kehilangan pemimpin sehingga barisan mereka pun tak
mampu lagi memperlihatkan daya pengaruh yang diharapkan.
Di saat Sik Tiong Giok melancarkan serangkaian serangan
yang gencar itulah, barisan lawan segera kocar kacir tak
karuan. Selama beberapa hari belakangan ini, Sik T iong Giok sudah
banyak menghadapi ancaman-ancaman yang berbahaya, di
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
atahu untuk menghadapi kawanan manusia tersebut ia tak
perlu berbelas kasihan. Mendadak bentaknya dengan suara keras :
"Siapa yang berani menghalangiku, mampus!"
Di tengah bentakan, gerakan pedangnya segera berubah,
tampak selapis cahaya tajam yang berkilauan menyapu ke
depan langsung melancarkan serangan yang mematikan.
Sesungguhnya barisan dari kawanan lelaki berbaju hitam
itu sudah kalut sedari tadi, ditambah pula dengan gertakan Sik
Tiong Giok yang cukup meluluhkan semangat itu, tak heran
kalau mereka semua jadi gugup dan gelagapan sendiri.
Terdengar suara jeritan ngeri yang memilukan hati
berkumandang silih berganti, percikan darah segar pun
berhamburan dimana-mana menodai seluruh permukaan
tanah. Tampaknya sepasang mata Sik Tiong Giok sudah dibuat
merah karena napsu membunuhnya, cahaya tajam berkilauan
dimana-mana, pedangnya diayunkan berulang kali, percikan
darah segar dan hancuran daging tubuh segera berhamburan
kemana-mana. Dalam waktu s ingkat belasan orang lelaki berbaju hitam itu
sudah dibantainya secara kejam dan terbukalah sebuah jalan
berdarah yang membuat pemuda itu lolos dari kepungan.
Dengan berlangsungnya pertarungan sengit ini tampaknya
Sik Tiong Giok telah melampiaskan pula rasa mangkel dan
mendongkolnya yang telah ditahan selama beberapa hari,
menyaksikan korban yang bergelimpangan di atas tanah
dalam keadaan mengerikan itu, dia malah merasa tak tega
sendiri, sehingga tak kuasa lagi dia menghembuskan napas
panjang... Belum habis hembusan napas itu lewat, mendadak
terdengar seseorang berseru sambil tertawa nyaring :
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tak heran kalau namamu bisa menggemparkan seluruh
dunia persilatan begitu muncul di dalam dunia persilatan,
tampaknya kau si Pangeran Serigala memang bukan orang
bodoh." Dengan perasan terkejut cepat-cepat Sik Tiong Giok
membentak : "Siapakah kau?"
"Aku hanya seorang anggota Gi Liong oh, buat apa kau
tanyakan soal ini lagi?" sahut orang itu sambil tertawa.
Menyusul perkataan itu, dari balik sebatang pohon besar
muncul seorang sastrawan berusia pertengahan yang
berwajah tampan dan berlangkah lembut, pelan-pelan dia
berjalan menuju ke hadapan Sik Tiong Giok.
Berada dalam keadaan begini, tentu saja si anak muda
tersebut tidak membiarkan orang itu mendekatinya, apalagi
musuh atau teman belum jelas.
Dengan suara keras tiba-tiba saja pemuda itu membentaknya : "Berhenti, bila kau berani mendekat lagi, jangan salahkan
kalau aku tak akan bersikap sungkan-sungkan lagi kepadamu."
Sastrawan berusia pertengahan itu maju lagi sejauh lima
depa sebelum menghentikan langkahnya, sambil tertawa dia
berkata : "Buat apa kau merasa takut..."
"Aku sama sekali tidak takut, cuma aku perlu waspada dan
berjaga-jaga terhadap orang-orang Gi Liong oh... bukankah
kalian semua licik dan tidak bisa dipercaya?"
Sastrawan berusia pertengah itu tertawa.
"Sejak memasuki wilayah Gi Liong oh, kau berhasil
menembusi lima pos penjagaan dan tiga tempat berbahaya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kami, kemampuan yang telah kau perlihatkan ini benar-benar
membuat orang merasa amat kagum."
"Aah, kepandaian ku tidak seberapa, belum terhitung apaapa," jawab Sik Tiong Giok tertawa.
Mendadak sikap si sastrawan berusia pertengahan itu
berubah menjadi kaku, nada suaranya juga berubah menjadi
dingin dan kaku, sambil menuding ke arah mayat-mayat yang
bergelimpangan di atas tanah lapang itu serunya :
"Apakah orang-orang itu mati di tanganmu?"
"Dalam suatu pertarungan, senjata tak bermata, tentu saja
di satu pihak akan jatuh korban, apa sih yang kau herankan
dengan situasi semacam ini?"
"Tahukah kau dengan peraturan dari Gi Liong oh kami?"
"Aku tidak perlu tahu, tapi aku t ebak di bawah pimpinan
kaum iblis, tak mungkin mempunyai peraturan yang baik."
Sastrawan berusia pertengahan itu segera tertawa dingin.
"Apakah kau bermaksud untuk bertemu dengan tuan putri
kami?" "Aku datang untuk memenuhi janji, sudah barang tentu
harus bertemu dengannya."
"Tapi kau telah membunuh para busu pelindung hukum
dari Gi Liong oh, aku rasa tidak gampang bagimu untuk
bertemu dengan tuan putri kami."
Sik Tiong Giok tertawa dingin, serunya :
"Semua persoalan yang telah kuputuskan biasanya jarang
sekali berubah kembali."
"Kalau begitu kau harus menangkan diriku lebih dahulu."
"Apa yang harus kita pertandingkan?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jilid 28 "BAIK ILMU SILAT MAUPUN ILMU sastrawan, main khim,
main catur, melukis dan membaca syair terserah pilihanmu
sendiri, pokoknya aku akan mengiringi semua keinginanmu
itu." "Waaaah... tampaknya besar juga bacot mu itu!" jengek Sik
Tiong Giok sambil tertawa dingin.
"Kau pun tidak usah kelewat sombong dengan kemampuan
yang kau miliki itu."
Sik Tiong Giok tertawwa. "Buat apa kita mesti membuang waktu dengan berbicara
yang tidak-tidak" Aku ingin sekali mencoba kehebatan dari
ilmu s ilat mu itu."
"Bagus sekali, kalau begitu turun tanganlah lebih dulu!"
kata sang sastrawan sambil tertawa.
"Seorang tamu yang baik tak akan mendahului tuan rumah,
lebih baik kau loloskan senjatamu lebih dulu!"
Sastrawan berusia pertengah itu segera tertawa dingin :
"Heeeeehhh... heeehh... heeeehhh... semenjak terjun ke
dalam dunia persilatan, belum pernah aku menggunakan
secuwil besi pun, biar kupergunakan sepasang tanganku ini
untuk bertarung dengan ilmu pedangmu itu."
"Kalau toh saudara enggan menggunakan senjata, aku
tebak dalam permaian ilmu pukulan pasti memiliki kelebihan
yang luar aisa, baiklah kalau begitu aku pun tak akan
sungkan-sungkan lagi."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Mengapa tidak menyerang saja secara langsung?"
"Baik!" sahut Sik Tiong Giok.
Dengan cepat pedangnya digetarkan ke depan lalu
menusuk dengan jurus 'Burung bangau merentangkan sayap'.
Sastrawan berusia pertengah itu segera menggerakkan
tangannya secara berantai, tangan kirinya berputar sambil
menyerang, sementara tangan kanannya melepaskan pukulan
tanpa menggerakkan tubuhnya sama sekali, jelas dia
memandang enteng lawannya dan tak memandang sebelah
matapun terhadap kemampuan anak muda tersebut.
Sik Tiong Giok mendengus dingin, mendadak permainan
pedangnya dipercepat, selapis cahaya tajam segera menyelimuti seluruh angkasa dan mengurung tubuh si
sastrawan berusia pertengahan itu rapat-rapat...
Agaknya sastrawan berusia pertengahan itu sama sekali
tidak menyangka kalau gerak serangan pedang dari Sik Tiong
Giok dapat bergerak secepat itu, cepat-cepat dia melompat
Manusia Srigala Karya Can I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
mundur ke belakang, tangan kanannya melakukan gerakan
melingkar di depan dada lalu didorong ke depan...
Seketika itu juga Sik Tiong Giok merasakan segulung
tenaga pukulan yang maha dahsyat meluncur ke muka dengan
hebatnya membendung gerakan pedangnya, bukan cuma
begitu, hal ini membuatnya amat terkesiap, cepat-cepat dia
menghimpun hawa murninya dan secara berantai pedangnya
Pendekar Bloon 15 Tongkat Rantai Kumala Seruling Kumala Kim Lan Pay Karya Oh Chung Sin Cinta Bernoda Darah 1
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama