Ceritasilat Novel Online

Pendekar Patung Emas 10

Pendekar Patung Emas Pendekar Bersinar Kuning Karya Qing Hong Bagian 10


Kiam Po tetapi boanpwe tidak berani pastikan mereka pasti ke sana,
menanti sesudah melihat mereka tiba di atas puncak gunung
barulah menggunakan batu untuk kirim peringatan, boanpwe
mengharapkan batu ini bisa membangunkan Wi Pocu sekalian"
"Heeei .. untung saja ada batu dari Ti Kiauw-tauw yang memberi
peringatan, kalau tidak mungkin malam ini banyak orang dari
Benteng kita yang akan menemui kematiannya."
Berbicara sampai di sini dia menoleh kearah Huang Puh Kian Pek
dan lanjutnya kembali. "Sute, kau tetap berada di sini beri pe?rintah kepada mereka
untuk bersihkan tempat ini, aku punya urusan hendak dibicarakan
dengan Ti Kiauw tauw"
"Baiklah suheng silahkan"
Maka dengan memberi tanda kepada Ti Then untuk mengikuti
dirinya dengan perlahan Wi Ci To berjalan menuju dalam ruangan.
Dari belakang Ti Then beserta Wi Lian In dengan berdiam diri
mengikuti diri Wi Ci To berjalan masuk ke dalam kamar bukunya,
sesampainya di depan pintu tiba-tiba ia membalikkan badannya dan
berkata kepada Wi Lian In.
"In ji, kau kembalilah kekamar untuk beristirahat"
Wi Lian In merasa ragu-ragu sebentar,agaknya dia tidak punya
muka untuk berdiam lebih lama lagi, terpaksa dia menyahut dengan
perlahan dan kembali kekamarnya.
Sesudah itu barulah Wi Ci To membuka piatu kamar mengajak Ti
Then duduk di dalam kamar, ujarnya dengan tersenyum. "Malam ini
Ti Kiauw-tanw berhasil membasmi si Anying langit Kong Son Yau
berarti juga sudah membantu orang-orang Bu-lim membasmi
saorang penyahat besar, membuat orang merasa sangat girang"
"Jika bukannya Pocu tiba pada saat yang bertepatan dan
menyambitkan pisau terbang sehingga memutuskan angkin kuning
dan si Rase bumi mungkin boanpwe pun ikut menemui bencana,
karena itu kematian dari si Anying langit seharusnya merupakan
jasa dari Pocu sendiri." Ujar Ti Then tetap merendah.
"Mana mungkin, mana mungkin?"
Ti Then segera berganti bahan pembicaraan, ujarnya kemudian,
"Pocu memerintahkan boanpwe datang kemari entah punya
petunjuk apa?" Senjuman yang menghiasi bibir Wi Ci To segera lenyap tanpa
bekas, dengan mimik yang amat sedih tapi serius ujarnya sesudah
menghela napas panjang. "Lohu sangat mengharapkan bisa berbicara secara blak-blakan
dan terus terang dengan diri Ti Kiauw tauw tentang urusan yang
terjadi baru-baru ini.."
Dia berhenti sebentar kemudian lanjutnya lagi.
"Hingga sampai saat ini Lohu tetap dibuat bingung . . . sejak Ti
Kiauw-tauw memasuki Benteng hingga hari ini tidak kurang tidak
lebih selama satu bulan, tapi di dalam satu bulan ini pertama-tama
Ti Kiauw-tauw sudah bantu Lohu memukul mundur Cian Pit Yuan,
kemudian menolong putriku dari perkosaan Hong Mong Ling, lalu
menolong nyawa dari putriku dari tangan si setan pengecut,
ditambah lagi malam ini Ti Kiauw-tauw sudah membantu Benteng
kami terhindar dari mara bahaya. Semua perbuatan dari Ti Kiauwtauw ini membuat Lo hu merasa sangat berterima kasih sekali, budi
kebaikan dari Ti Kiauw-tauw semacam ini kami orang-orang pihak
Benteng Pek Kiam Po harus berbuat bagaimana pun tetap akan
membalas budi ini, atau dengan perkataan lain jika Ti Kiauw-tauw
punya permintaan kepada Lohu atau menghendaki nyawa Lohu
maka semuanya akan Lohu penuhi. tetapi .. . Hey, sekarang Lohu
mau menanyai suatu urusan kepada diri Ti Kiauw-tauw, sebetulnya
kau punya permintaan apa terhadap Benteng kita ini ?"
Ti Then yang melihat perkataan itu diucapkan begitu jujur dan
tulus hati dalam hati merasa sangat tidak enak sekali tetapi untuk
tetap menyaga rahasia dari Majikan patung emas dia tidak mungkin
bisa menceritakan rahasia dari Majikan patung emas itu, karenanya
terpaksa dia gelengkan kepalanya.
"Tidak ada" sahutnya. "Boanpwe sama sekali tidak ada
permintaan" Agaknya Wi Ci To tetap merasa ragu-ragu.
"Apa Ti Kiauw-tauw tidak percaya terhadap kejujuran Lohu ini?"
tanyanya. "Bukan begitu, boanpwe tahu maksud Pocu adalah sungguhsungguh dan sejujurnya."
"Kalau begitu silahkan Ti Kiauw-tauw katakan, asalkan Lohu bisa
malakukan sekali pun terhadap Benteng kita tidak ada
keuntungannya Lohu tetap akan meluluskan permintaan dari Ti
Kiauw-tauw itu." Ti Then menundukkan kepalanya rendah-rendah, "Boanpwe
benar-benar tidak punya permintaan apa-apa" ujarnya tegas.
"Hey.. tetapi " Dia menghela napas panjang, "Jika Ti Kiauw-tauw
betul betul tidak punya permintaan apa-apa terhadap Lohu, lalu
kenapa .. ini bukannya Lohu menaruh curiga, karena ada berbagai
macam bukti yangmembuktikan Ti Kiauw tauw adalah jelmaan dari
Lu kongcu, jika Ti Kiauw tauw tidak punya permintaan apa-apa
kenapa harus berbuat begini ?"
Agaknya dia takut Ti Then dibuat marah oleh perkataannya ini,
karena itu sambungnya kembali.
"Ti Kiauw tauw harap jangan marah, sekarang Lohu tidak mau
menyembunyikan kembali perasaan hati Lohu karena budi yang
diberikan Ti Kiauw tauw kepada kami sudah cukup untuk
memaafkan suatu kesalahan"
Ti Then betul-betul dibuat terharu dan menyesal oleh perkataan
ini, tanpa dia rasa butir-butir air mata setetes demi setetes
mengucur keluar. Titik air mata ini merupakan yang pertama kali dikeluarkan dari
matanya sejak dia mengerti akan urusan, karena dia teringat
kembali akan penderitaan dirinya sebetulnya merupakan seorang
yang mengutamakan kejujuran dan kebenaran tetapi dia dipaksa
dan diharusnkan untuk berbuat sesuatu pekerjaan yang melanggar
nalurinya. Ketika Wi Ci To melihat dia menangis secara tiba-tiba, jadi
melengak dibuatnya. "Ti Kiauw tauw kau kenapa ?" tanyanya.
Ti Then menundukkan kepalanya tidak menyawab.
Dengun termangu-mangu lama sekali Wi Ci To memandang
kearahnya, kemudian tanya lagi dengan perlahan.
"Beritahu kepada lohu, apakah kau punya rahasia yang susah
dikatakan secara terus terang?"
Ti Then tetap berdiam diri tidak menyawab.
Dengan perlahan Wi Ci To menghela napas panjang,ujarnya.
"Dengan usia Lohu sekarang ini boleh dikata cukup untuk
menjadi ajahmu tetapi kau boleh menganggap Lohu seba?gai
pamanmu, kau boleh menceritakan ra?hasia hatimu kepada Lohu
kecuali memang betul-betul tidak dilaksanakan, kalau tidak lohu
mau berkorban untuk menyelesaikan urusanmu itu. Bagaimana?"
Ti Then mengusap kering air matanya dengan menggigit kencang
bibirnya berkata. "Hanya ada satu cara untuk menyelesaikan urusan ini, tetapi
sesudah boonpwe katakan Pocu tentu tidak akan mengabulkan
bahkan sekali pun pocu menyetujuinya belum tentu bisa berhasil"
"Jika Ti Kiauw tauw menghendaki rembulan yang berada di atas
langit tentu Lohu tidak mungkin bisa melakukannya selain itu Lohu
berani berkorban untuk menyelesaikan dan membantu persoalan Ti
Kiauw tauw itu" Ti Then tetap menggelengkan kepalanya.
"Urusan ini pasti pocu tidak akan menyanggupinya" ujarnya.
"Wi Ci To tersenyum.
"Kenapa tidak Kiauw tauw katakan?" serunya perlahan.
Ti Then angkat kepalanya memandang tajam ke atas wajahnya,
kemudian sepatah demi sepatah barulah ujarnya:
"Jika Pocu betul-betul mau bantu boan-pwe menyelesaikan
urusan yang amat sukar ini hanya ada satu cara "gunakan
kepandaianmu untuk mengalahkan.diri boanpwe"
"Kau bilang apa?" tanya Wi Ci To.
"Untuk sementara Pocu boleh menganggap boanpwe sebagai
musuh yang tak bisa diam puni lagi kemudian berkelahi dengan diri
boanpwe. Jika Pocu berhasil mengalahkan diri boanpwe hal itu
berarti juga sudah mernbantu menyelesaikan suatu persoalan yang
sulit" Sebetulnya Wi Ci To merupakan seorang yang memiliki
kecerdasan tinggi tetapi sesudah mendengar perkataan dari Ti Then
ini betul-betul dibuat bingung, tanpa terasa dengan mata dan mulut
melongo dia pandang wajah Ti Then, lama sekali baru gumamnya.
"Lohu tidak paham kau sedang membicarakan apa?"
"Alasannya boanpwe tidak bisa terangkan, tetapi jika pocu
sanggupi permintaan boanpwe ini dan sesudah berhasil
mengalahkan diri boanpwe maka alasan dan sebab-sebabnya tentu
akan boanpwe ceritakan"
Agaknya Wi Ci To tidak berani percaya terhadap telinganya
sendiri, sekali lagi tanyanya dengan teliti.
"Coba kau ulangi sekali ini, kau bilang meminta lohu
menganggap kau sebagai musuh besarku kemudian berkelahi
dengan kau, jika bisa kalahkan dirimu berarti sudah membantu kau
melepaskan diri dari suatu persoalan rumit, apa betul begitu?"
"Benar" sahut Ti Then sembari mengangguk. "Hanya satusatunya jalan ini saja yang bisa membantu boanpwe menyelesaikan
urusan ini." "Lohu tetap tidak paham" ujar Wi Ci To lagi sambil gelengkan
kepalanya. Dengan nada yang hampir mendekati merengek ujar Ti Then
lagi. "Besok pagi, di atas gunung yang sunyi baiknya kita pergi
bertanding bagaimana?"
"Tidak, urusan ini Lohu tidak bisa mengabulkan" sahut Wi Ci To
kembali sambil gelengkan kepalanya.
Lama sekali Ti Then termenung berpikir keras, mendadak dengan
air muka mengandung perasaan bermusuhan ujarnya:
"Jika boanpwae yang menantang Pocu mau untuk bergebrak
melawan boanpwe ?" Seketika itu juga Wi Ci To dibuat melengak, kemudian sembari
tertawa pahit ujarnya. "Ti Kiauw-tauw, kau betul-betul membuat Lohu bingung."
"Pocu, lebih baik lakukanlah satu kali ini"
Berkali-kali Wi Ci To gelengkan kepalanya, "Lohu tidak bisa
menganggap Ti Kiauw tauw sebagai musuh besarku, juga tidak bisa
bertanding denganmu," ujarnya tegas.
"Apa Pocu takut dikalahkan oleh boanpwe?" seru Ti Then sembari
tertawa dingin. "Ha..ha gelombang belakang mendorong gelombang di depan,
orang-orang baru menggantikan orang-orang lama, jika Lohu
terkalahkan ditangan Ti Kiauw tauw sudah pasti tidak akan menaruh
sakit hati kepadamu, persoalannya yang utama kita bukanlah musuh
yang benar-benar, Lohu tidak tega untuk berbuat demikian terhadap
dirimu" Tanpa terasa Ti Then sudah betpikir di dalam hatinya.
"Perkataannya ini memang betul, dengan kepandaiannya
memang besar kemungkinan sukar untuk mengalahkan aku, jika kini
ditambah dengan perasaan ragu-ragu lagi sudah tentu jangan harap
bisa kalahkan diriku?"
Tanpa terasa dia sudah menghela napas perlahan, ujarnya
kemudian sambil bangkit berdiri.
"Kalau begitu biarkan boanpwe pergi"
"Kemana?" "Kembali kerumah panginapan"
"Tidak" seru Wi Ci To dengan serius, "Sejak ini hari kau masih
tetap Kiauw tauw dari Benteng kami, kau harus tinggal di sini"
"Lebih baik Pocu jangan terlalu percaya kepada diri boanpwe,
mungkin pada suatu hari boanpwe bisa melakukan banyak
kejahatan di dalam Behteng."
"Tidak mengapa" seru Wi Ci To sembari tertawa riang, "Tadi
Lohu sudah bilang budi yang kau berikan kepada Benteng kami
sudah terlalu banyak, sekali pun boleh dianggap penerimaan dirimu
pada ini hari sebagai Kiauw tauw sama saja seperti memelihara
harimau meninggalkan bencana dikemudian hari juga tidak
mengapa" Dia berhenti sebentar, kemudian dengan air muka serius ujarnya:
"Tapi sekali pun mungkin Ti Kiauw tauw akan melakukan banyak
kejahatan di dalam Benteng kami, lohu hanya punya satu
permintaan" Ti Then berdiam diri menanti perkataan selanjutnya.
"Maksud perkataan lohu ini, tidak perduli kau melakukan
pekerjaan jahat macam apa pun lohu tidak akan menegur dirimu,
hanya loteng penyimpan kitab dari lohu itu jangan sekali-kali kau
selidiki. Bagaimana" setuju bukan?"
Tak tertahan lagi tanya Ti Then."Sebetulnya loteng penyimpan
kitab itu menyimpan rahasia apa?"
"Maaf lohu tidak bisa beri keterangan" ujar Wi Ci To sambil
gelengkan kepalanya. "Pokoknya sekali pun kau menginginkan
nyawa lohu pun boleh asalkan jangan mengintip loteng penyimpan
kitab itu" "Omong sejujurnya, boanpwe sendiri juga tidak tahu lain kali bisa
melakukan pekerjaan jahat apa saja terhadap Benteng Pek Kiam Po
ini" ujar Ti Then sambil tertawa pahit.
"Bagus sekali, sekarang Ti Kiauw tauw boleh kembali ke dalam
kamar untuk beristirahat.
Ti Then segera memberi hormat kembali ke dalam kamarnya
dengan mambawa perasaan hati yang amat berat.
Dikarenakan perubahan yang terjadi tadi maka si Lo-cia itu
pelayan tua yang melayani dirinya pun belum tidur, melihat Ti Then
kembali kekamarnya dia menjadi amat girang sekali, sambil ikut
masuk ke dalam kamar ujarnya sembari tertawa :
"Ti Kiauw-tauw, akhirnya kau kembali juga. Heeei, kemarin hari
secara tiba-tiba Ti Kiauw-tauw meninggalkan Benteng untuk
beberapa waktu Iamanya membuat budakmu betul-betul merasa
sangat bingung, sedang pocu serta siocia pun tidak mau beritahu
kepada budak tuamu, membuat budakmu selama beberapa hari ini
betul-betul merasa bingung"
"Lebih baik kau tidur saja" ujar Ti Then tertawa tawar.
Bukannya pergi si locia malah maju mendekati dirinya, ujarnya
dengan suara rendah. "Apa bukan Ti Kiauw tauw meninggalkan Benteng karena sudah
berkelahi dengan siocia kita ?"
"Ehmmm, benar "
"Sekarang sudah baik kembali bukan?" tanya si Lo-cia dengan
perasaan ingin tahu. "Benar" "Itu baru bagus sekali, Hi hi hi . Budakmu selalu merasa kalian
sebetulnya merupakan pasangan yang setimpal, jika bisa mengikat
diri sebagai suami istri sebetulnya sangat.."
"Lo cia kau sedang bicara apa ?"


Pendekar Patung Emas Pendekar Bersinar Kuning Karya Qing Hong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Mendadak dari belakang tubuhnya muncul suara yang amat
dingin sekali. Lo cia menjadi amat terperanyat, ketika dia putar tubuhnya
terlihatlah Wi Lian In dengan air muka adem sudah berdiri di depan
pintu tanpa terasa sambil tertawa paksa ujarnya.
"Hi..hi hi ..siocia budakmu tidak bicara apa-apa, hi hi hi . ."
"Cepat pergi tidur" bentaknya lagi.
Si Lo cia tidak berani membangkang segera dia menyahut dan
berjalan keluar dari kamar sambil tersenyum senyum.
Dengan tajam Wi Lian In pandang beberapa waktu ke atas wajah
Ti Then, kemudian dengan dingin tanyanya.
"Aku boleh masuk ?"
Ti Then tertawa pahit. "Nona Wi sudah tidak satu kali saja masuk ke dalam kamar,
kenapa sekarang harus sungkan-sungkan" ujarnya.
Dengan perlahan Wi Lian In berjalan masuk ke dalam kamar
kemudian duduk di atas kursi, sebentar seperti mau bicara tetapi
akhirnya menundukkan kepalanya rendah-rendah.
Air muka yang adem kini sudah berubah menjadi wajah yang
diliputi oleh perasaan malu.
"Nona Wi apa juga mau tanya kepadaku kenapa aku menyamar
sebagai Lu Kongcu?" tanya Ti Then cepat.
"Aku sudah tahu kenapa kau berbuat begitu"
Diam-diam Ti Then menjadi amat terperanyat, ujarnya:
"Ooh, kau..kau sudah tahu?"
"Benar" sahut Wi Lian In sambil tersenyum malu.
"Kemarin malam sudah aku dapatkan jawaban ini "
Ti Then menjadi tertegun.
"Bagaimana .. bagaimana kau bisa tahu?"
"Aku terus menerus berpikir jelas sekali kau bukan seorang jahat,
tapi kenapa berbuat begitu" Jika bilang kau mau masuk ke dalam
Benteng dengan membawa suatu rencana busuk tetapi kau sudah
bantu Tia memukul mundur sipendekar pedang tangan kiri Cian Pit
Yuan kemudian dua kali menolong aku, karena itu sesudah pikir
bolak balik akhirnya aku paham apa sebabnya kau berbuat begitu."
Diam-diam dalam hati Ti Then merasa semakin ragu-ragu,
tanyanya. "Kau sudah paham bagaimana?"
Sambil tersenyum Wi Lian In melirik sekejap kearahnya,
kemudian dengan suara perlahan menyahut.
"Hm. Kau masih berlaga pilon."
"Dapatkah kau jelaskan kau sudah paham tentang apanya ?"
tanya Ti Then lagi dengan perasaan ragu-ragu.
Perlahan-lahan Wi Lian In menoleh ke depan pintu kemudian
baru ujarnya dengan perlahan.
"Beritahu padaku, pada waktu yang lampau kau pernah bertemu
aku dimana?" Ti Then semakin bingung oleh perkataan ini.
"Dulu" aku bertemu denganmu di tempat mana..."
Wi Lian In segera melotot kearahnya, kemudian dengan malumalu dia tundukkan kepaIanya.
"Kalau memangnya kau menginginkan aku kenapa tidak berani
bicara secara terus terang saja" ujarnya lirih. "Kau.. kau..sedikit pun
tidak punya sifat jantan."
Secara mendadak Ti Then paham kembali apa yang dimaksudkan
olehnya, diam-diam dalam hati merasa amat geli sekali, pikirnya.
"Kiranya dia sudah paham akan hal ini ternyata dia sudah anggap
aku pernah betemu dengan dia pada waktu yang lalu kemudian
menaruh rasa cinta kepadanya, karena itu baru menyamar sebagai
Lu Kongcu untuk merusak ikatan perkawinannya dengan Hong
Mong Ling" Wi Lian In melihat dia berdiam tidak menyawab di dalam
anggapannya dia sudah mengaku karenanya dengan tertawa malu
ujarnya. "Sebetulnya hal ini tidak bisa menyalahkan kau menggunakan
cara yang tidak jujur ini, sewaktu kau bertemu dengan ku mungkin
waktu itu aku sudah mengikat janyi dengan Hong Mong Ling,
karena kau punya maksud . . untuk mendapatkan aku maka sudah
gunakan cara ini, aku. aku tidak akan menyalahkan kau"
Ti Then hanya tersenyum tidak menyawab.
"Tadi sewaktu berada di dalam kamar buku kau sudah bicarakan
soal apa saja dengan Tia ?" tanyanya lagi.
"Ayahmu mengharapkan aku mau beritahu secara terus terang
kanapa aku menyamar sebagai Lu kongcu. aku . . . "
"Kau sudah beritahukan urusan ini kepada Tia?" tanya Wi Lian In
cepat. "Belum" sahutnya sambil gelengkan kepalanya "Aku tidak tahu
harus berbicara bagaimana baru baik , . "
"Urusan ini sudah tentu kau merasa tidak enak untuk bicara, tapi
aku percaya Tia tentu bisa menduga sampai di sana."
"Ayahmu mengharapkan aku mau tinggal di sini"
"Benar" ujar Wi Lian In cepat, tadi pagi aku yang beritahukan
kepadanya aku bilang kau pasti bukan seorang yang jahat."
"Aku harap kau jangan terlalu percaya kepadaku"
Wi Lian In tidak memberi komentar lagi, matanya perlahan
dialihkan pada kaki kanan dari Ti Then yang terluka, tanyanya:
"Kakimu sudah kau beri obat ?"
"Belum, aku kira tidak begitu penting, lukanya hanya diluaran
saja, tanpa obat pun bisa sembuh dengan sendirinya"
Wi Lian In segera bangkit betdiri.
"Biar aku pergi ambil obat"
Selesai berkata dia segera putar tubuh dan berlari dengan
cepatnya meninggalkan kamar untuk pergi ambil obat.
-ooo0dw0ooo- Jilid 15.1. Hu pocu ternyata adalah"
Ti Then hanya bisa angkat bahu saja kemudian mengundurkan
diri kembali ke atas pembaringannya, terhadap "Perubahan yang
mendadak" ini dia merasa sangat berada di luar dugaannya, dia
tidak bisa berkata saat ini harus merasa girang atau berduka, dia
hanya merasa dirinya sukar untuk meloloskan diri kembali, dia
merasa dosa yang di buat semakin lama semakin bertambah berat.
Beberapa saat kemudian terlihatlah Wi Lian In dengan membawa
kotak obat-obatan berlari masuk. ujarnya sembari tertawa: "Mari
aku tolong kau beri obat"
Dia membuka kotak obat itu kemudian berlari ke depan Ti Then
dan berjongkok untuk membalut kakinya yang terluka itu dengan
kain. "Tidak" tiba-tiba Ti Then menarik kembali kakinya. "Biar aku yang melakukan sendiri."
Cepat-cepat Wi Lian In menarik kembali kakinya, ujarnya: "Kau
jangan banyak bergerak, ayoh duduk yang baik"
Diam-diam dalam hati Ti Then menghela napas panjang,
terpaksa dia pejamkan matanya membiarkan dia untuk mengobati.
Perlahan-lahan Wi Lian In melepaskan kain yang membalut
kakinya kemudian mencuCi luka itu dengan air bersih, ujarnya:
"sakit tidak?""
"Sedikit." "Bagaimana kau bisa terjerat angkinnya si Rase bumi?"
"Pada waktu aku bergebrak dengan mereka suami istri berdua,
para malaikat iblis itu mulai memanahkan panah-panah apinya ke
arah benteng, cepat-cepat aku menerjang ke hadapan mereka
untuk memutuskan busur- busurnya, di dalam sekejap mata itulah
angkin si Rase bumi sudah menyerang datang dari arah belakang
dan menjerat kakiku."
"Heeei. . untung saja Tia cepat datang, kalau terlambat sedikit
saja mungkin akibat yang kau terima akan jauh lebih hebat" ujar Wi
Lian In sembari menghela napas panjang.
"Benar" "Kau sungguh lihay." puji Wi Lian In kembali. "Baru saja pisau terbangnya Tia memutuskan angkin tersebut pedangmu sudah
berhasil menusuk mati si Anying langit"
"Haa ha ha ha. . mana. . . hanya waktu itu si Anying langit sama
sekali tidak menduga kalau angkinnya bisa terputus oleh sambaran
pisau terbang sehingga dia dibuat kalang kabut"
"Si Rase bumi itu sungguh menggelikan sekali, dia adalah jagoan
yang kenamaan di dalam kalangan Hek to, ketika melihat suaminya
binasa ternyata sudah menangis begitu sedihnya, jika dilihat
keadaannya pada waktu itu sedikit pun tidak mirip dengan iblis
wanita yang disegani di dalam Bu lim"
Ti Then menghela napas. "Dia terlalu cinta pada suaminya, karena itu tidak bisa menahan
perasaan sedih yang bergolak di dalam dadanya, aku merasa sedikit
simpatik kepadanya." ujarnya perlahan
"Dia sudah mengadakan perjanyian dengan kau dan Tia untuk
pada akhir bulan depan bertemu di istana Thian Teh Kong nya, kau
pergi tidak?" tanya Wi Lian In sambil memandang wajah Ti Then
dengan pandangan tajam. "Sudah tentu harus pergi."
"Aku juga mau ikut."
"Tentang hal ini aku tidak berani ambil keputusan-" ujar Ti Then ketika mendengar perkataannya itu. "Lebih baik kau minta ijin dulu
dengan ayahmu." "Jika Tia tidak mengijinkan aku pergi, aku mau pergi secara
diam-diam." "Ha ha ha . . " Ti Then tertawa terbahak-bahak. "Karena itu aku percaya ayahmu bisa mengijinkan dirimu untuk pergi."
"Kali ini Bun Jin Cu sudah kehilangan suaminya, bagusnya untuk
bertarung dengan mengandalkan kepandaian silat pasti tidak akan
sanggup untuk mengalahkan kita, aku kira pada saatnya dia pasti
menggunakan siasaat keji untuk membokong kita. sampai waktunya
kita harus menghadapi mereka dengan berhati-hati."
"Ehmm . . . perkataanmu sedikit pun tidak salah."
Di dalam percakapan itulah Wi Lian In sudah selesai memberi
obat dan membalutkan luka dari Ti Then itu sembari menyimpan
kembali obat-obatan itu ke dalam kotak. ujar Wi Lian In dengan
suara rendah. "Aku masih mau beritahukan suatu urusan kepadamu, obat
pemabok itu sudah aku masukkan ke dalam teko air tehnya Hu
Pocu" "Ooh . . " Dengan pandangan tajam Ti Then memperhatikan
dirinya. "Kapan kau masukkan?"
"Malam ini juga, sebelum dua batu besar itu merusak benteng
dengan pinyam kesempatan sewaktu dia tidak berada di dalam
kamar secara diam-diam aku sudah masukkan obat itu ke dalam
tekonya, tetapi dia belum sempat meneguk air teh itu, karena baru
saja aku keluar dari kamarnya batu-batu besar itu sudah berjatuhan
sehingga aku serta dia dan Tia cepat-cepat lari ke atas tebing Sian
Ciang sedang kini dia pun sedang perintahkan saudara-saudara
untuk membersihkan kekotoran reruntuhan, nanti sesudah dia
kembali kekamar entah bisa minum air teh itu atau tidak?"
"Coba kau keluar lihat-lihat sebentar, nanti sesudah dia
memadamkan lampu kau boleh ambil sebuah batu dan disambitkan
ke dalam kamarnya.Jika dari kamar tidak terdapat gerak gerik maka
artinya dia sudah mabok oleh obat pemabok tersebut."
"Betul" seru Wi Lian In membenarkan- "Biar aku pergi lihat."
Selesai berkata sambil membawa kotak obat dia berjalan keluar
dari dalam kamar. Ti Then pun merapatkan pintu kamarnya dan
naik ke atas pembaringan untuk beristirahat.
Dia tidak punya rencana untuk membunyikan tanda mengajak
bertemu dengan majikan patung emas, karena dia merasa malas
untuk melaporkan berita yang sangat bagus ini kepadanya.
Dia merasa sedikit menyesal sudah melakukan tindakan di atas
tebing Sian Ciang sehingga merusak rencana si Anying langit rase
bumi, jika dirinya tidak menahan serangan bokongan dari si Anying
langit Rase bumi terhadap Benteng Pek Kiam Po, maka Wi Ci To
dengan putrinya tidak mungkin bisa menerima dia kembali dengan
begitu mudahnya, ada hal ini berarti rencana dari majikan patung
emas pun bisa berjalan dengan lancar.
Tetapi penyerangan dari Anying langit rase bumi ini disebabkan
oleh dirinya, jika dirinya tidak pergi menahan serangan mereka,
bukankah dari pihak benteng Pek Kiam Po akan menemui bencana
hebat" Hei jika dirinya bisa mati jauh lebih baik mati saja sehingga
semuanya bisa beres. Dia berbaring di atas pembaringannya tetapi matanya dengan
melotot lebar-lebar memandangi langit-langit, pikirnya berputar
terus memikirkan persoalan yang semakin rumit ini, pada waktu
saat menunjukkan hampir mendekati kentongan keempat:
"Tok tok tok . ."
Ada orang yang mengetuk pintunya dengan periahan.
Cepat-cepat Ti Then meloncat bangun dari atas pembaringan dan
membuka pintu, teriihat Wi Lian In sudah berdiri di depan pintu
sembari tersenyum: "Bagaimana?"" tanyanya dengan perlahan.
"Sudah beres" Sahut Wi Lian In lirih. "Dia sudah jatuh pulas oleh obat pemabok itu"
"Kau sudah merasa pasti kalau dia sudah mabok?""
"Aku lihat memang begitu" sahut Wi Lian In kembali sambil
angguk-anggukkan kepalanya. "Sesudah dia padamkan lampu
segera tertidur, sesudah menunggu kira-kira dua menit baru aku
jemput batu dan disambitkan ke arah jendelanya, waktu itu aku
tidak berani memeriksa ke dalam kamar mana karena merasa tidak
tenteram maka aku sambit satu kali lagi, saat itu tetap saja tidak
melihat dia keluar, kalau dia sudah minum teh itu dan sudah
mabok." "Bagus sekali", seru Ti Then kegirangan "Mari kita periksa apakah pada kepalanya ada lukanya atau tidak, jika ada dialah si setan
pengecut itu" O SESUDAH keluar dari kamar dan merapatkan pintunya kembali
dengan perlahan-lahan, bersama-sama dengan Wi Lian In berjalan
menuju kekamar Huang Puh Kian Pek.
Ujar Ti Then kembali dengan setengah berbisik sesampainya di
belakang kamar Huang Puh Kian Pek.
"Kau ketuklah jendelanya terlebih dulu dan panggil dia, coba lihat
dia terbangun tidak."
"Jika dia menyahut?" tanya Wit Lian In perlahan-...
"Kalau memang begitu kau boleh karang suatu cerita bohong,
bilang saja kau melihat sesosok bayangan hitam berkelebat di atas
kamarnya." Wi Lian In sembari tersenyum mengangguk, segera dia
bungkukkan badannya berjalan ke bawah jendela, kemudian
mengetuk jendela tersebut teriaknya dengan perlahan-lahan:
"Huang Puh siok. Huang Puh siok"
Huang Puh Kian Pek yang berada dalam kamar tidak memberikan
jawabannya, agaknya memang betul-betul terbius oleh obat
pemabok itu. Wi Lian In mengetuk kembali jendela itu sembari memanggil,
sesudah di dengarnya dari dalam kamar tidak terdapat gerak gerik
barulah dia menggapai kearah Ti Then memanggil dia ke sana.
Ti Then tahu tenaga dalam dari Huang Puh Kiam Pek amat tinggi
dengan sendirinya pendengarannya pun amat tajam, kini melihat
tak terjadi perubahan apa-apa dari dalam kamar segera mengetahui
kalau dia betul-betul sudah terbius oleh obat pemabok. karenanya
dengan ringan dia meloncat ke depan jendela sengaja dengan suara
agak keras ujarnya. "Hu pocu belum bangun?""
"Belum" sahut Wi Lian In cepat.
"Entah bisa terjadi peristiwa diluar dugaan atau tidak?"


Pendekar Patung Emas Pendekar Bersinar Kuning Karya Qing Hong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Lebih baik kita masuk saja.."
Sambil berkata dia membuka jendela tersebut dan meloncat
masuk ke dalam. Wi Lian In segera mengikuti dari belakang sesudah mengambil
keluar korek api buru-buru disulutnya lampu di dalam kamar itu.
Begitu sinar lampu menyoroti seluruh kamar maka keadaan
diseluruh kamar bisa dilihat dengan jelas sekali.
Huang Puh Kian pek berbaring di atas pembaringan dengan
tenangnya, pada tubuhnya ditutupi dengan selapis selimut, jika
dilihat dari pernapasan hidungnya jelas dia sudah tertidur dengan
amat nyenyak. Tetapi di dalam satu kali pandangan saja Ti Then sudah melihat
kalau dia memang betul-betul terbius oleh obat pemabok itu, karena
cawan teh yang berada d iatas meja kelihatan masih ada sisa dari
teh yang belum dihabiskan, hal ini berarti juga dia sudah minum teh
yang berisikan obat pemabok itu sedang tidurnya bisa begitu tenang
hal ini sudah tentu dikarenakan setelah minum teh segera dia naik
ke atas pembaringan untuk tidur.
Atau dengan perkataan lain sewaktu dia siap tidur itulah obat
pemabok itu mulai bekerja.
Melihat hal itu Ti Then tersenyum kemudian mendorong
badannya. "Hu Pocu.. Hu pocu.. cepat bangun. . cepat bangun" serunya.
Huang Puh Kian pek tetap tidak bergerak..
"Sudah cukup. .sudah cukup," teriak Wi Lian In kegirangan.
"Coba kau lihat rambutnya dulu."
"Jika d iatas kepalanya sama sekali tidak luka kau jangan
salahkan aku lho, karena ini hanya dugaanku saja."
"Aku sudah tahu, kau cepatlah turun tangan"
Ti Then segera mencengkeram rambut di atas kepala Huang Puh
Kiam Pek dan di tariknya dengan keras.
" Kalian sedang berbuat apa?"
Mendadak suara yang amat rendah tapi berat berkumandang
datang dari belakang jendela.
Wi Lian In serta Ti Then bersama-sama menjadi amat
terperanyat, cepat-cepat mereka menoleh ke belakang, terlihatlah
secara tiba-tiba Wi Ci To sudah muncul di depan jendela.
Air muka Wi Ci To kelihatan amat dingin sekali dengan sinar air
mata penuh kemarahan ujarnya lagi.
" Cepat bilang, kalian sedang berbuat apa?""
Mendengar bentakan itu Wi Lian In menjadi gugup, "Tia. . kami
sedang... sedang. ."
"Hmm. . h mm. . mau membunuh Hu pocu bukan begitu?" ujar
Wi Ci To sembari tertawa dingin.
Wi Lian In menjadi semakin gugup.
"Tidak. . tidak . . . putrimu tidak berani membunuh Huang Puh
siok. kami sedang ..."
"Kalau tidak" potong Wi Ci To dengan dingin. "Kenapa kalian menarik rambut Hu Pocu?"
Sedikit pun tidak salah ditangan Ti Then pada saat ini sedang
mencekal sebagian rambut beserta kulit kepalanya.
Melihat hal itu Wi Lian In menjadi amat girang sekali, dengan
cepat ujarnya. "Tia cepat masuk coba lihatlah"
"Lihat apa?" bentak Wi ci To dengan amat gusar.
"Coba kau lihat" teriak Wi Liau In semakin girang.
Wi Ci To mendengus dengan amat dinginnya, segera dia
melompat masuk ke dalam kamar, ujarnya.
"Kalian berdua sedang bermain apa?"
Dengan mengangkut kepalanya Huang Puh Kian Pek, ujarnya Wi
Lian In kembali: "Tia, coba lihat kepalanya paman Huang Puh"
Di atas batok kepala Huang Puh Kian Pek jelas terlihat sebuah
bekas luka sebesar kepalan bayi.
Begitu melihat akan hal itu, air muka Wi ci To segera berubah
amat hebat, dari perasaan gusar kini sudah berubah menjadi
perasaan terperanyat dengan hati yang bergolak tanyanya.
"Bagaimana kalian bisa tahu?"
"Tia tentu masih ingat bukan sewaktu Huang Puh siok kembali ke
dalam Benteng putrimu pernah sengaja menarik kain pengikat
kepalanya?" ujar Wi Lian In sembari pandang wajah ayahnya.
Wi ci To sedikit mengangguk sedang air mukanya semakin lama
berubah semakin jelek, ujar Wi Lian In kembali.
"Ti Kiauw tauw mau pun putrimu sendiri merasa suara dari si
setan pengecut itu sangat dikenal, sejak sebelum putrimu ditawan
oleh mereka, belum pernah keluar dari benteng karena itu Ti Kiauw
tauw kemudian menduga kalau si setan pengecut itu kemungkinan
besar adalah orang dari benteng kita sendiri. Akhirnya setelah
Huang Puh siok pulang ke dalam benteng dia yang selamanya tidak
pernah memakai ikat kepala tapi kali ini memakainya, karena itulah
putrimu lalu mencurigai dialah si setan pengecut itu, diam-diam aku
lalu berunding dengan Ti Kiauw tauw sedang menurut pendapat Ti
Kiauw tauw sendiri pun urusan ini harus di selidiki maka dari itu
putrimu lalu pergi kekota beli obat pemabok dan secara diam-diam
sudah masukkan obat itu ke dalam air tehnya"
Wi Ci To kembali menganggukkan kepalanya, sepasang matanya
yang memancarkan sinar amat tajam dengan terpesona
memandang ke atas bekas luka sebesar kepalan bayi itu, jika dilihat
selama ini dia tidak membuka suara jelas sekali kalau hatinya betulbetul merasa amat gusar. Lama sekali baru terdengar dia berkata dengan periahan"Ambilkan seember air dingin-.
"Baik" sahut Wi Lian In dengan cepat, segera dia berjalan keluar dari kamar untuk mengambil sebaskom air dingin.
Tidak lama dia sudah berjalan masuk kembali dengan membawa
sebaskom air. Wi Ci To segera menerima air itu dan disiramkan ke atas wajah
Huang Puh Kian Pek. Tidak lama kemudian terlihatlah kulit kelopak
mata Huang Puh Kian pek mulai bergerak dan sadar kembali dari
maboknya. " Kalian berdua boleh keluar dari kamar" ujar Wi Ci To kepada Ti Then serta putrinya sesudah melihat dia sadar kembali.
Agaknya Wi Lian In tidak mau, sambil menggerutu ujarnya.
"Tidak, putrimu mau mendengarkan penjelasannya."
Air muka Wi Ci To segera berubah amat keren, dengan nada
gusar bentaknya: "Suruh kamu keluar yaah keluar, ayoh cepat. ."
selama ini Wi Lian In sangat jarang menerima makian ayahnya,
karena itu setiap kali dia melihat ayahnya menjadi gusar maka
hatinya menjadi takut, dia tidak berani membangkang lagi dengan
berdiam diri bersama-sama dengan Ti Then berjalan keluar dari
kamar. Tidak jauh dari kamar itu mereka berdua berhenti dengan air
muka tidak senang ujar Wi Lian In.
"Hei ..... sungguh membingungkan. ."
"Jangan marah dulu" hibur Ti Then ketika melihat dia murung.
"Ayahmu tidak mengijinkan kita ikut mendengarkan sudah tentu ada
alasannya" "Hmmm alasan apa?""
Ti Then hanya tersenyum saja tidak menyawab, walau pun dia
tidak tahu apakah alasannya tetapi dia bisa menduga sedikit, dia
tahu Huang Puh Kian Pek bisa menyamar sebagai si setan pengecut
kemudian bersekongkol dengan Hong Mong Ling untuk menculik
pergi Wi Lian In bukanlah dikarenakan dia merasa simpatik terhadap
Hong Mong Ling, juga bukanlah untuk menghadapi dirinya,
sebaliknya dia punya suatu tujuan tertentu.. kemungkinan sekali
tujuannya terletak pada loteng penyimpan kitab dari Wi Ci To itu,
dia pasti sudah merencanakan untuk mencuri suatu barang dari
dalam loteng Penyimpan Kitab itu, beberapa waktu yang lalu dan
mungkin dikarenakan kemunculan dirinya secara tiba-tiba di dalam
Benteng Pek Kiam Po membuat dia punya anggapan dirinyalah
merupakan suatu penghalang yang paling besar bagi usahanya itu
karena itu dia punya maksud untuk menyingkirkan dirinya secepat
mungkin dari dalam Benteng.
Sudah tentu dikarenakan persoalan ini menyangkut kerahasiaan
dari Loteng Penyimpan kitab tersebut sudah tentu Wi Ci To tidak
akan mengijinkan dirinya beserta Wi Lian In hadir di sana.
Sebaliknya sampai waktu ini Wi Lian In masih tetap saja
menggerutu. "Coba kau bilang, Tia punya alasan apa tidak mengijinkan kita
untuk mendengarkan pengakuannya?" "
"Aku sendiri juga tidak tahu" jawab Ti Then gelengkan kepalanya
"Hanya aku tahu bahwa tindakan ayahmu kali ini pasti ada
alasannya."Semakin lama Wi Lian In semakin menjadi gemas.
"Sungguh tidak kusangka dia benar-benar si setan pengecut itu,
dia adalah sutenya Tia, selama puluhan tahun ini Tia terus menerus
memandang dia sebagai saudara sendiri, tapi dia ternyata sudah
bersekongkol dengan Hong Mong Ling bangsat cabul itu berani
menculik aku" Waktu itu Ti Then juga tidak tahu harus mengajukan perkataan
apa baiknya, karena itu terpaksa dia hanya termenung saja.
"Coba kaupikir apa yang dituju olehnya?" tanya Wi Lian In lagi dengan gemas.
"Mungkin dia menaruh simpatik terhadap Hong Mong Ling" jawab
Ti Then tertawa pahit. "Dia punya alasan apa untuk menaruh simpatik kepada Hong
Mong Ling" ujar Wi Lian In dengan amat gusar, "apakah Hing Mong Ling anaknya?"" atau mungkin muridnya ?""
Ti Then hanya bisa angkat bahunya saja.
"Aku pikir tentu dia bisa jelaskan sendiri kepada ayahmu .... oooh
ayahmu sudah keluar"
Tampak dengan langkah perlahan berjalan keluar dari dalam
kamar, air mukanya berubah hijau membesi,jelas sekali kalau
kemarahannya sudah mencapai pada puncaknya. Dengan cepat Wi
Lian In maju menyongsong kedatangan ayahnya.
"Tia dia bilang apa?" tanyanya cepat.
Wi Ci To tidak menyawab sebaliknya kepada Ti Then ujarnya:
"Hong Mong Ling bangsat cilik itu bersembunyi di dalam sarang
pelacur Touw Hoa Yuan, cepat kau ke sana tawan dia kembali"
"Boanpwe terima perintah."
Sesudah merangkap tangannya memberi hormat segera dia putar
tubuh berlalu dari sana. Wi Lian In yang berdiri di samping ketika
mendengar Hong Mong Ling berada di dalam sarang pelacur Touw
Hoa Yuan hatinya menjadi girang, ujarnya cepat-cepat:
"Putrimu boleh ikut bukan?"
Wi Ci To termenung berpikir sebentar, agaknya baru menyawab:
"Baiklah, kau boleh ikut Ti Kauw tauw ke sana tapi kau dilarang
masuk ke dalam sarang pelacur mereka"
Wi Lian In amat girang sekali, sesudah menyauhi segera dia lari
mengejar diri Ti Then, mereka berdua masing-masing menunggang
seekor kuda melarikan tunggangannya dengan cepat keluar
benteng. Mereka berdua dengan berdampingan dengan cepatnya lari turun
gunung menuju ke dalam kota Go bi.
"Semoga saja kita bisa tiba di dalam kota sebelum menjadi
terang" Ujar Ti Then kemudian sesudah memandang keadaan cuaca
"Jika hari sudah terang tanah, untuk menawan dia mungkin agak
lebih sulit lagi" "Tidak mungkin" bantah Wi Lian In "sebelum terang tanah kita pasti bisa tiba di dalam kota, waktu dia pasti masih tidur"
Dia berhenti sebentar, kemudian sambungnya lagi. "Dia tentu
tidur di dalam kamarnya Liuw Su Cen"
"Tidak salah" "Nanti kau masuklah dari pintu depan, sedang aku menyaga di
halaman belakang, kali ini jangan sampai membiarkan dia bisa
meloloskan diri lagi."
"Ehmm . . . aku kira tidak mungkin bisa lolos." Wi Lian In angkat kepalanya memandang ke arah Ti Then" Kau pikir Tia bisa ambil tindakan apa untuk menghukum
mereka berdua?" tanyanya.
"Entahlah" jawab Ti Then sambil angkat bahunya.
"Hmmm, mereka harus dihukum mati."
"Soal itu juga baru bisa dilaksanakan sesudah menanti hwesiohwesio dari Siauw lim pay datang mereka harus mengakui sendiri
semua kabar bohong yang mereka katakan itu di hadapan hwesiohwesio itu sehingga mereka bisa dibikin percaya"
"Hmmm, aku ingin sekali cepat-cepat membunuh mati bangsat
cilik itu" "Tidak usah terlalu cemas" hibur Ti Then sembari tersenyum.
"Biarlah ayahmu yang menyatuhi hukuman kepada mereka."
Pada hari menjelang terang tanah, kedua orang itu sudah tiba
diluar kota Go bi, sambil menarik tali les kudanya, ujar Ti Then lagi:
"Baiknya kita tinggalkan kuda tunggangan diluar kota saja,
kemudian kita masuk kota dengan melalui tembok kota"
Wi Lian In putar kepalanya memandang keadaan disekeliling
tempat itu, ketika tampak tidak jauh dari sana ditepi sungai terdapat
beberapa batang pohon siong segera ujarnya: "Baik kita tambatkan
kuda-kuda ini pada pohon itu."
Sesampainya di bawah pohon mereka menambatkan kuda
masing-masing pada pohon tersebut kemudian dengan
mengerahkan ilmu meringankan tubuhnya, masing-masing
berkelebat melewati tembok kota.
Cuaca belum terang, ditengah jalan dalam kota masih jarang
terlihat orang-orang yang berlalu lalang, Ti Then dengan membawa
Wi Lian In dengan cepatnya menuju ke depan pintu rumah
pelacuran Touw Hoa Yuan itu, ujarnya sambil menuding pintu
depan. " Inilah yang disebut sebagai Rumah pelacuran Touw Hoa Yuan,
sekarang kau pergilah melalui gang kecil ini menuju ke belakang,
jika melihat dia melarikan diri cepat-cepatlah berteriak."
Wi Lian In sedikit mengangguk. kemudian meuyusup kejalan kecil
tersebut, setelah dilihatnya disekitar tempat itu tidak ada orang
barulah Ti Then dengan ringannya meloncat masuk ke dalam
ruangan dalam, terlihat suasana masih amat sunyi, sesosok
bayangan manusia pun tidak kelihatan berkeliaran, jelas seluruh
penghuni rumah pelacuran itu masih tertidur dengan amat pulasnya.
Pintu diruangan depan kelihatan sedikit terbuka, melihat hal itu Ti
Then tersenyum pikirnya: "Loteng dan ruangan semalam suntuk tidak tertutup," segera dia melanjutkan langkahnya masuk ke dalam.
Dia pernah satu kali datang kerumah pelacuran ini, karena itu
tahu juga letak kamarnya Liuw Su Cen, cepat-cepat dia berjalan
melalui sebuah lorong panjang menuju kekamar yang di tuju,
mendadak . . . seorang pelayan muncul di hadapannya.
Pelayan ini agaknya baru saja bangun dari tidurnya, dengan
wajah yang mengantuk dia membungkukkan badannya memberi
hormat, ujarnya: "Siangkong, selamat pagi."
Agaknya dia sudah menganggap Ti Then adalah tamu yang
menginap di rumah pelacur mereka.
Ti Then hanya sedikit mengangguk saja, tanpa mengucapkan
kata-kata sengaja dia perlihatkan gerak geriknya yang kemalasmalasan. "Siangkong apa kau punya perintah yang lain?" tanya
pelayan itu lagi. "Tidak ada . . kau boleh pergi.. " sahut Ti Then sambil
menggelengkan kepalanya berulang kali.
Si pelayan itu segera mengambil sapu dan berjalan meninggalkan
tempat itu Menanti sesudah bayangan dari pelayan itu lenyap dari
pandangan barulah Ti Then berjalan mendekati kamarnya Liuw Su
Cen, kemudian mulai mengetuk pintu sengaja dengan suara yang


Pendekar Patung Emas Pendekar Bersinar Kuning Karya Qing Hong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

diperkecil sehingga mirip dengan suara perempuan teriaknya: "Nona
Liuw cepat buka pintu"
Dari dalam kamar segera mulai terdengar ada suara keresekan.
"Siapa?" suara Liuw Su Cen yang genit segera berkumandang
keras dengan nada yang kurang senang.
"Aku" sahut Ti Then sengaja mempertinggi suaranya. " Cepat kau buka pintu, Ku Ie perintahkan aku untuk memberitahukan suatu
urusan kepadamu" "Kau siapa?" tanya Liuw su Cen lagi.
Sengaja dengan nada yang mengandung nada genit jawab Ti
Then cepat. "Aku ."
"Baiklah. . kau tunggu sebentar biar aku pakai baju dulu"
Suara keresekan yang ramai segera berkumandang keluar
kemudian disusul dengan langkah Liuw su Cen berjalan kepintu
kamar, sebentar kemudian terlihat pintu kamar dibuka dengan
perlahan. Kiranya yang yang dimaksud memakai baju olehnya tidak lebih
hanya pakaian dalam yang amat tipis sekali, karena itu Liuw Su Cen
yang kini muncul di hadapan Ti Then keadaannya amat
menggairahkan sekali, dadanya terbuka separuh yang anggota
badan lainnya kelihatan secara samar-samar di balik pakaian
dalamnya yang terbuat dari kain tipis.
Begitu dia melihat orang yang berdiri di depan pintu bukan lain
adalah Ti Then, air mukanya sagera berubah amat hebat, serunya.
"Kau?"" Dengan satu kali dorongan Ti Then mendorong badannya ke
samping kemudian dengan kecepatan yang luar biasa meloncat
masuk ke dalam kamar. Ternyata Hong Mong Ling memang benar berada di dalam
kamar. Dia sedang duduk di atas pembaringan dengan alas kain merah.
Begitu melihat Ti Then meloncat masuk ke dalam kamar dengan
gugup dan tergesa-gesa dia menyambar pedang panjang di
samping badannya kemudian meloncat bangun-bagaikan seekor
burung walet dengan gesitnya melayang keluar melalui jendela.
Ti Then tertawa dingin tak henti-hentinya cepat dia mengikuti
dari belakangnya mengejar dengan kencang, ketika dilihatnya dia
melarikan diri dengan amat gugup kehalaman belakang hatinya
diam-diam merasa amat girang, cepat dia mengikuti terus dari
belakangnya. Mereka berdua yang satu melarikan diri yang lain mengejar
bagaikan sambaran kilat cepatnya berkelebat ke arah belakang
halaman, hanya di dalam sekejap mata saja sudah melewati tembok
yang mengelilingi rumah pelacuran itu.
Wi Lian In yang menanti diluar tembok begitu melihat Hong
Mong Ling melarikan diri dengan meloncat tembok segera
membentak nyaring, pedangnya dengan dahsyat ditusuk kearah
perutnya. Hong Mong Ling sama sekali tidak menduga kalau diluar tembok
masih ada orang yang hendak mencabut nyawanya, di dalam
keadaan yang amat terperanyat dia tidak sempat mencabut keluar
pedangnya, terpaksa bersama-sama dengan sarungnya digunakan
untuk menangkis datangnya serangan tersebut.
Tetapi tangkisannya ini tidak berhasil menutup seluruh serangan
pedang dari Wi Lian In, kaki kanannya sudah terkena babatan ujung
pedang Wi Lian In sehingga darah segar mulai mengucur keluar
dengan amat derasnya. Tapi dia masih berusaha juga untuk melarikan diri, sekali lagi
badannya meluncur beberapa kaki kemudian meloncet naik ke atas
atap sebuah bangunan. Ti Then yang mengejar dari belakang
segera berteriak ketika melihat keadaannya itu.
"Hong Mong Ling, aku lihat lebih baik kau tidak usah membuangbuang tenaga dengan percuma, lebih baik dengan mandah ikut
kami kembali ke dalam Benteng"
Hong Mong Ling pura-pura tidak mendengar, dengan tergesagesa dia melarikan diri ke depan bahkan larinya semakin cepat lagi,
hal ini mungkin disebabkan di dalam anggapannya dia sudah
merasa kalau dirinya kembali ke dalam Benteng pasti akan
menerima kematian. Karena itu keinginan untuk hidup membuat
tenaganya berlipat ganda.
Oleh sebab itulah walau pun Ti Then serta Wi Lian In dengan
kencang terus menerus mengejar dirinya, untuk beberapa saat
lamanya masih belum sanggup juga untuk menawan dia kembali.
Mereka bertiga dengan jarak kurang lebih tiga kaki dengan
kecepatan yang luar biasa saling kejar mengejar di atas bangunan
rumah kota Go bi, laksana loncatan kucing cepatnya hanya dalam
sekejap mata mereka sudah tiba di samping pintu kota sebelah
timur kemudian meloncat keluar kota dan berlari menuju ke daerah
luar kota. Ti Then yang melakukan pengejaran dengan mengerahkan
seluruh tenaganya semakin lama dapat juga mendekati diri Hong
Mong Ling. "Hai bangsat cilik" teriaknya sambil tertawa dingin tak hentihentinya. " Kalau kau punya kekuatan untuk lari satu li lagi, aku
akan lepaskan satu kehidupan buatmu."
Keinginan hidup segera meliputi hati Hong Mong Ling, serunya
kemudian-"Perkataanmu itu betul tidak?"
"Ha ha ha ha. . ." Ti Then tertawa amat nyaring. "selamanya aku bilang satu yaah satu, bilang dua yaah dua, kau legakan hatimu"
Hong Mong Ling segera mengerahkan seluruh tenaganya untuk
melarikan diri ke depan, dia mengharapkan dirinya bisa lari satu lie
lagi sehingga bisa lolos dari cengkeramannya. siapa tahu baru saja
berlari beberapa waktu luka dikakinya semakin lama terasa semakin
sakit sehingga tanpa dia sadari semakin lama larinya pun semakin
lambat. Sebaliknya saat ini semakin mengejar Ti Then melayang semakin
cepat lagi, belum sampai mencapai setengah li Ti Then sudah
berhasil berada kurang lebih lima depa di belakang badannya.
Agaknya Hong Mong Ling tahu bahwa dia tidak akan sanggup lari
lagi, mendadak dia menghentikan larinya tubuhnya membungkuk ke
bawah sedang ujung kaki kirinya bagaikan kilat cepatnya dengan
dahsyat mejalankan satu tendangan dahsyat ketubuh Ti Then.
Sejak semula Ti Then sudah mengadakan persiapan, begitu
dilihatnya serangan tersebut hampir mencapai tubuhnya mendadak
tubuhnya miring ke samping kemudian melayang dari samping
tubuhnya. Tangan kanannya tidak mau berdiam diri secara tiba-tiba
melancarkan serangan cengkeraman mengancam jalan darah Cian
Khing hiatnya. Hong Mong Ling yang melihat serangan tendangannya mencapai
sasaran kosong tubuhnya mendadak membalik dengan gaya
"Keledai malas menggelinding" dia putar tubuhnya ke belakang
sedang pedangnya dengan disertai sinar yang menyilaukan mata
membacok sepasang kaki Ti Then, gerakan ini dilakukan amat cepat
sekali. Sampai waktu Ti Then tetap tidak mau menyambut pedangnya
untuk mengadakan perlawanan badannya meloncat ke atas setinggi
tiga depa sedang sepasang kakinya melancarkan serangan Lian
huan tui atau tendangan berantai mengarah wajahnya.
Cepat-cepat Hong Mong Ling melayang ke samping, pedangnya
dengan mengikuti gerakan tersebut berkelebat kembali dengan
jurus "si Gouw Huang Gwat" atau badak memandang bulan dengan
mendatar membabat pinggang Ti Then.
Segera terjadi suatu pertempuran sengit antara mereka berdua,
kurang lebih sepuluh jurus kemudian satu serangan telapak Ti Then
dengan tepat menghajar lengan kirinya, "Praakk..." seketika itu juga tulang lengannya terputus oleh pukulan itu.
Hong Mong Ling mendengus berat, pedang panjangnya lepas
dari tangannya tadi dengan cepat tangan kirinya memungut kembali
pedangnya dan dibabat kearah lehernya sendiri, bagaikan kilat
cepatnya Ti Then melancarkan cengkeraman merebut pedangnya,
ujarnya sembari tertawa dingin.
"Hmm. . hmnnm, kau jangan begitu jangan cepat-cepat mati"
Hong Mong Ling sembari tertawa seram.
"Tidak. aku dapat perintah untuk tawan kau kembali ke dalam
Benteng" "Aku tidak mau pulang"
"Hmm.. sekali pun begitu aku masih bisa paksa kau untuk
kembali" seru Ti Then mengejek. Diantara pembicaraan itu dua
jarinya dengan cepat menotok jalan darah kakunya.
Waktu itulah Wi Lian In baru berhasil menyusul mereka, ketika
dilihatnya Ti Then sudah berhasil mengusai diri Hong Mong Ling dia
menjadi amat girang: "Hey bangsat cabul" makinya sambil menuding diri Hong Mong
Ling dengan jarinya, "Tidak kau duga bukan bisa ada hari ini?"
Hong Mong Ling yang tertotok jalan darah kakunya kini hanya
bisa terlentang dengan kakunya di atas tanah tapi mulutnya masih
bisa bicara, mendengar perkataan itu dia segera tertawa dingin.
"Hmm. . hmm. . seperti ini hari terhadap seorang perempuan
yang suka akan baru dan bosan pada yang lama memang patut
dirayakan" "Siapa yang suka yang baru bosan yang lama" " tanya Wi Lian In dengan amat gusar.
"Perempuan itu tidak lain adalah putri Wi Pocu itu majikan dari
Benteng Pek Kiam Po yang amat terkenal di dalam dunia Kangouw "
ejek Hong Mong Ling. Saking gemasnya Wi Lian In membentak keras, pedang
panjangnya digerakkan secepat kilat mengancam ulu hatinya.
Tiba-tiba. . . "Traang. ." pedangnya yang hampir mengenai ulu
hati Hong Mong Ling secara mendadak terkena sambitan senyata
rahasia sehingga miring ke samping.
Senyata rahasia yang mengenai pedangnya itu bukan lain hanya
sebuah bunga teratai dari besi.
Kekuatan sambitan senyata rahasia teratai besi itu amat besar
sekali, bukan saja membuat pedangnya miring ke samping bahkan
menggetarkan badannya sehingga terjatuh dua langkah ke samping.
Wi Lian In menjadi tertegun, kepada Ti Then dengan perasaan
tidak puas ujarnya: "Di dalam benteng masih ada seorang saksi kau
takut apa lagi?" Dia mengira Ti Then yang sudah turun tangan mencegah
perbuatannya untuk membunuh Hong Mong Ling, karena itu dia
mengucapkan kata-kata tersebut.
Ti Then tertawa pahit: "Bukan aku, ada orang sudah datang" ujarnya.
Air muka Wi Lian In berubah sangat hebat, segera dia menoleh
memandang keadaan disekeliling tempat itu, waktu itulah dia baru
melihat kurang lebih tujuh delapan kaki dari tempat mereka berdiri
berjajar-jajar dua puluh orang hwesio, tanpa terasa lagi saking
terkejutnya dia sudah menjerit tertahan, kemudian dengan
termangu-mangu berdiri tertegun di sana.
Hanya di dalam satu kali pandangan saja dia sudah tahu kalau
kedua puluh orang hwesio itu berasal dari kuil Siauw lim si di atas
gunung song san- Karena salah satu dari hwesio-hwesio itu bukan lain adalah si
Hwesio berwajah riang dari kuil Siauw lim si yang pernah mencegat
Ti Then untuk minta kitab pusaka Ie Cin Keng darinya.
Jilid 15.2. Rombongan Siauw Lim pay berkunjung
Sisanya sembilan belas orang masing-masing memakai pakaian
kasa yang berwarna kuning emas salah satu diantara mereka
dengan mencekal tongkat wajahnya amat ramah Jika dipandang
dari usianya sudah sangat lanjut, keadaannya amat agung dan
berwibawa sekali. Wi Lian In menarik napas panjang, teriaknya
tanpa dia sadari. "Hwesio-hwesio dari Siauw lim pay sudah datang."
Hwesio tua yang mencekal tongkat itu sambil tersenyum berjalan
mendekati mereka bertiga, kepada Ti Then sambil merangkap
tangannya memberi hormat, ujarrya: "omitohud, Siauw sicu ini apa
bukan yang bernama pendekar baju hitam Ti Then?".
"Tidah berani, tidak berani. . memang cayhe adanya" sahut Ti
Then cepat sambil merangkap tangannya membalas hormat.
"Lolap adalah Yuan Kuang dari Siauw lim"
Sekali lagi Ti Then bungkukkan badannya memberi hormat.
"Oh kiranya adalah Ciangbun thaysu yang sudah berkunjung,
selamat datang. selamat datang" serunya.
"Sebetuinya lolap sedang berada ditengah perjalanan menuju ke
Benteng Pek Kiam Po untuk menyambangi Wi Losicu beserta Ti
Siauw sicu, baru sampai sini tidak sangka sudah bertemu dengan
Siauw sicu, sungguh kebetulan sekali"
"Taysu jauh-jauh dari gunung Songsan datang kemari, apakah
disebabkan oleh kitab pusaka Ie Cin Keng itu?"
"Benar" sahut Yuan Kuang Taysu mengangguk. " Kitab pusaka Ie Cin Keng semestinya memang barang kuil kami, sesudah lenyap
selama puluhan tahun lamanya lolap dengar kitab tersebut sudah
ditemukan kembali oleh Siauw sicu, bilamana sekarang Siauw sicu
mau mengembalikan kitab tersebut kepada kuil kami Lolap betulbetul merasa sangat berterima kasih sekali."
"Taysu sudah salah paham" Bantah Ti Then setelah mendengar
perkataan dari Yuan Kuang Thaysu Ciangbunyin dari Siauw limpay.
"Cayhe selama ini belum pernah memperoleh kitab pusaka Ie Cin
Keng, berita bohong ini sengaja dikarang oleh Hong Mong Ling
dengan tujuan hendak mencelakai diri cayhe"
Sembari berkata dia menuding kearah Hong Mong Ling.
Mendadak dengan amat gusar Hong Mong Ling membantah:
"Omong kosong, terang-terangan kau sudah menemukan kitab
cusaka Ie Cin Keng bahkan itu hari dengan mata telingaku sendiri
aku melihat dan mendengar kau memperoleh kitab pusaka Ie Cin
Keng itu dan hendak kau persembahkan kepada Wi Ci To, buat apa
kau sekarang membantah juga."
Ti Then mengerutkan alisnya rapat-rapat.
"Hmm...hmmm... bangsat cilik" teriaknya sembari tertawa dingin tak henti-hentinya, " Kalau memangnya kau sudah melihat itu kitab
pusaka Ie Cin King sekarang aku mau tanya padamu, macam
apakah kitab pusaka Ie Cin keng itu."
" Waktu itu aku berdiri agak jauh dari tempat kalian sehingga
tidak dapat melihat jelas" jawab Hong Mong Ling tida mau kalah, "
Hanya saja perkataanmu kepada Wi Ci To aku masih bisa
mendengar sangat jelas sekali, kau bilang kitab pusaka Ie Cin Keng
akan kau serahkan kepada Wi Ci To tetapi syaratnya haruslah
menjodohkan putrinya kepada mu"
Saking gemas dan gusarnya Wi Lian In merasa dadanya hampir
meledak dibuatnya. "Bangsat cabul, kau berani memfitnah aku seenak hatimu, aku
bunuh kau" Pedang panjang ditangannya dengan disertai angin sambaran
yang amat tajam dengan amat keras ditusuk ke arah perutnya.
Yuan Kuang Taysu cepat-cepat melintangkan toyanya menangkis
datangnya serangan pedang itu, sedang telapak kirinya dengan
meminyam kesempatan itu mencengkeram belakang leher Hong
Mong Ling dan di tariknya ke belakang.
"Sambut ini" bentaknya keras.
Si Hwesio berwajah riang dengan cepat maju satu langkah ke
depan menyambut diri Hong Mong Ling kemudian diserahkan lagi
kepada seorang hwesio berusia partengahan yang berada di
sampingnya. "Kau bantu dia hentikan mengalirnya darah terlebih dulu" ujarnya dengan perlahan.
Ti Then sama sekali tidak menyangka pihak lawan berani
merampas Hong Mong Ling dari tangannya, untuk merebut kembali
sudah tidak sempat lagi terpaksa di dalam hatinya dia merasa amat


Pendekar Patung Emas Pendekar Bersinar Kuning Karya Qing Hong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

cemas bercampur serba salah, ujarnya dengan keras.
"Taysu, dia adalah anak murid dari Wi Ci To Pocu, Kalian tidak
seharusnya menawan mereka."
Yuan Kuang Taysu tersenyum.
"Lolap bukannya menawan dia, sebaliknya sedang melindungi
nyawanya" ujarnya kalem.
"Taysu sudah berbuat salah" seru Ti Then kembali. "Dialah manusia licik yang sudah menimbulkan keonaran ini bahkan pernah
dua kali menculik pergi nona Wi dan hendak berbuat tidak senonoh
kepada nona Wi, karena Wi pocu sudah perintahkan cayhe untuk
tawan dia kembali ke Benteng untuk dijatuhi hukuman"
Agaknya Yuan Kung Thaysu tidak mau percaya atas perkataan
itu, sambil tersenyum balik bertanya:
"Siauw sicu, apa dia benar-benar murid dari Wi Lo sicu?""
"Tidak salah" sahut Ti Then mangangguk.
"Lalu siapa namanya?""
"Hong Mong Ling."
Pada air muka Yuan Kuang Thaysu jelas memperlihatkan
perasaannya yang amat terkejut. "oooh. . diakah si naga mega
Hong Mong Ling?" Bukankah dia adalah bakal menantu dari Wi Lo
sicu" "Sebetuinya memang benar, hanya saja pada waktu-waktu
mendekat ini Wi Pocu serta nona Wi sudah mengetahui kalau dia
main perempuan diluaran bahkan sudah jatuh cinta kepada seorang
pelacur, karena itu perjodohan ini sudah dibatalkan."
"Bangsat cilik ini dari rasa malu menjadi perasaan gusar ternyata
dia berani menculik nona Wi.."
Dia tidak menceriterakan juga tentang diri Hu Pocu Huang puh
Kian Pek di sebabkan dia merasa kejelekan keluarga sendiri tidak
baik untuk disiarkan diluaran.
Sekali lagi dengan amat gusar Hong Mong Ling berteriak keras:
" Kentutmu, kapan aku Hong Mong Ling sudah jatuh cinta
dengan seorang pelacur" ke semuanya ini dikarenakan Wi Ci To
sudah timbul kerakusannya untuk memiliki kitab pusaka Ie Cin Keng
sehingga membatalkan perjodohanku dengan nona Wi, dia mau
menjodohkan nona Wi kepadanya karena kitab pusaka itu
dihadiahkan kepada Wi Ci To, dan karena takut aku menyiarkan
berita ini diluaran maka dia mau bunuh aku sehingga dengan begitu
aku akan menutup mulut untuk selama-lamanya."
Sesudah mendengar perkataan ini berkali-kali Yuan Kuang Taysu
mengangguk. agaknya dia merasa perkataan dari Hong Mong Ling
inilah yang masuk diakal.
Saking gusarnya air muka Wi Lian In dari pucat berubah menjadi
kehijau-hijauan, baru saja dia angkat pedangnya hendak
melancarkan serangan kembali keburu sudah dicegah oleh Ti Then,
ujarnya: "Jangan keburu napsu,pada suatu hari persoalan pasti akan
menjadi jelas kembali, kau tahanlah sendiri kemarahanmu."
Setelah itu barulah dengan perlahan dia menoleh ke arah Yuan
Kuang Taysu, sambungnya kembali:
"Jikalau Taysu tidak percaya atas perkataan cayhe ini, sekarang
juga cayhe bisa membawa Taysu untuk bertemu dengan dua orang
saksi" "Siapa kedua orang saksi itu?""
"Germo dari rumah pelacuran Touw Hoa Yuan, si Ku Ie serta
pelacur Liuw Su Cen, mereka bisa memberi keterangan kepada
Taysu apakah Hong Mong Ling sering pergi ke rumah pelacuran
mereka atau tidak, bahkan barusan saja cayhe menangkap dirinya
dari dalam rumah pelacuran tersebut"
"Ha ha ha... siancay... siancay...bagai mana Siauw sicu bisa
mengajak pinceng?" Yuan Kuang Taysu sembari tertawa terbahakbahak. "Agar urusan menjadi lebih jelas mau tak mau kita harus pergi ke
sana juga." Senyuman yang menghiasi wajah Yuan Kuang Taysu mendadak
lenyap tanpa bekas, dengan nada yang keren tapi halus ujarnya.
"Perkataan Siauw sicu walau pun benar tetapi cara pemikiran
orang lain tidak mungkin begitu."
" Kalau memangnya Taysu tidak ingin pergi ke rumah pelacuran
Touw Hoa Yoan itu baiklah Taysu mengikuti diri cayhe untuk
menemui Wi Pocu di dalam Benteng Pek Kiam Po, pada waktu itu Wi
Pocu bisa menjelaskan semua liku-likunya persoalan kepada diri
Taysu." Yuan Kuang Taysu mengangguk tanpa menyetujui usul tersebut.
"Lolap memangnya mau pergi menyambangi diri Wi Lo sicu,
demikian pun baik juga."
Berbicara sampai di sini segera dia menoleh kepada si hweosio
berwajah riang, ujarnya: "Ti sim kau ikuti lolap menuju ke Benteng Pek Kiam Po, sedang
cap Pwe Lo Han bawa Siauw sicu itu menanti di Kuang Hoa Hong
san Yuan di dalam kota."
Ketika Ti Then mendengar ke delapan belas orang hwesio berusia
pertengahan itu ternyata adalah Cap pwe Lo Hannya Siauw limpay
diam-diam hatinya merasa berdesir, kini mendengar mereka hendak
menawan Hong Mong Ling hatinya semakin cemas, dengan gugup
ujarnya: "Tidak bisa jadi, tidak bisa jadi. . kalian tidak bisa bawa Hong
Mong Ling pergi." Air muka Yuan Kuang Taysu terlihat sedikit berubah, dengan
nada dingin tanyanya. "Apa Siauw sicu takut kami lepaskan dia
pergi." "Bukannya begitu, hanya takut dia melarikan diri"
"Soal ini kau tidak perlu kuatir" ujar Yuan Kuang Taysu kemudian
"Cap Pwe Lo Han bisa menyaga dia sebaik-baiknya, dia merupakan
satu-satunya saksi yang menguntungkan kuil kami, bagaimana Lolap
bisa membiarkan dia melarikan diri?""
"Kenapa tidak Taysu bawa sekalian ke dalan Benteng Pek Kiam
Po, agar kita bisa saling berhadap-hadapan dengan terus terang."
Pada air muka Yuan Kuang Taysu kelihatan berkelebat suatu
senyuman aneh. "Sebelum Lolap betul-betul mengetahui sikap serta tindak tanduk
dari Wi Losicu, lolap tidak berani menyalankan cara ini."
"Jadi maksud Taysu takut kami bunuh mati dia orang?"" seru Ti
Then sambil pandang tajam wajahnya.
"Benar" sahut Yuan Kuang Thaysu tersenyum. "Bukankah tadi Wi Li sicu berkali-kali hendak turun tangan mencabut nyawanya Hong
Siauw sicu?"" "Jikalau Taysu merasa tidak lega hati, tidak urung bawa sekalian
cap Pwe Lo Han kalian"
"Tidak bisa. . tidak bisa" Bantah Yuan Kuang Thaysu cepat.
"Dengan tindakan seperti itu sama saja memperlihatkan kalau Lolap
hendak membereskan urusan ini dengan kekerasan, sebelum kita
bicarakan dengan baik-baik, hal ini lolap rasa kurang sopan."
Sudah sejak lama Ti Then mendengar kalau barisan Lo Han Tin
dari Siauw lim Cap Pwe Lo Han sangat lihay sekali, jika dirinya
hendak merebut diri Hong Mong Ling dari tangan Cap Pwe Lo Han
itu di tambah lagi di bawah pengawasan Yuan Kuang Taysu serta si
hwesio berwajah riang, hal ini secara tidak sengaja sudah
membuktikan kalau dirinya sudah memperoleh kitab pusaka Ie Cin
Keng tersebut dan kini mau bunuh Hong Mong Ling untuk
melenyapkan saksi, karena itu dia mengangguk sanbil menghela
napas panjang. "Baiklah" ujarnya kemudian. "Kalau memangnya Thaysu
bermaksud begini cayhe juga tidak bisa berbuat apa-apa lagi, tapi
thaysu harus jaga dia sebaik-baiknya jika sampai dia meloloskan diri
thaysu harus bertanggung jawab"
"Baik, kita tentukan begitu"
" Kalau begitu. . mati kita jalan"
Demikianlah ke delapan belas hwesio yang disebut sebagai Cap
Pwe Lo Han dengan membawa Hong Mong Ling masuk ke dalam
kota sedangkan Yuan Kuang Thaysu bersama-sama si hwesio
berwajah riang, Ti Then serta Wi Lian In menuju kearah Benteng
Pek Kiam Po. Ti Then menuju keluar pintu kota sebelah barat teriebih dulu,
sesudah menemukan kembali kedua ekor kuda tunggangannya
barulah dengan memimpin Yuan Kuang Thaysu serta si hwesto
berwadah riang menuju ke gunung Go bi.
Selama dalam perjalanan ini Ti Then terus menerus mengerutkan
keningnya bahkan sikap serta tindak tanduk memperlihatkan
perasaan yang amat murung karena di dalam anggapannya semula
asalkan dia bisa menawan Hong Mong Ling maka kesalah
pahamannya dengan pihak kuil Siauw lim si bisa dibereskan dengan
mudah siapa tahu Hong Mong Ling jadi orang amat licik sekali
bahkan pintar berbohong sehingga urusan malah terbalik menjadi
semakin menegangkan. Kini, satu-satunya harapan adalah Huang Puh Kian Pek mau
berlaku terus terang dan mengakui semua kejadian itu sejujurnya,
dengan demikian mungkin kesalah pahamannya dengan Yuan
Kuang Thaysu bisa beres- Tapi.. maukah Huang Puh Kian Pek mengaku terus terang ?"
Mungkin mau, tapi untuk membuat Yuan Kuang Thaysu bisa
percaya hal ini mungkin akan lebih sukar lagi.
Heeeey,jlka dirimu betul-betul memperoleh sebuah kitab pusaka
Ie cin Keng urusan ini akan cepat beresnya, asalkan kitab itu
diserahkan kepada hwesio-hwesio gundul ini maka urusan pun
selesai. Agaknya Wi Lian In merasa sedikit tidak puas terhadap Yuan
Kuang Taysu serta si hwesio berwajah riang, selama di dalam
perjalanan ini dia terus menerus melarikan kudanya secepatcepatnya, sudah tentu Ti Then tidak akan membiarkan dia berjalan
seorang diri di depan, terpaksa dia pun melarikan kudanya cepatcepat untuk mengikuti di sampingnya walau pun begitu Yuan Kuag
Thaysu mau pun si hwesio berwajah riang yang mengikuti dari
belakang tetap tidak sampai tertinggal jauh, kedua orang hwesio itu
dengan ujung baju yang berkibar tertiup angin, tetap berlari dengan
mantap. tidak perduli sepasang kuda itu berlari bagaimana pun
cepatnya mereka tetap berada tidak kurang dari satu kaki di
belakang mereka. sesudah melakukan perjalanan selama setengah jam lamanya,
akhirnya sampai juga mereka di depan pintu Benteng Pek Kiam Po.
Yuan Kuang Thaysu serta si hwesio berwajah riang itu segera
menghentikan langkahnya di depan pintu Benteng, sebagai seorang
ciangbunyin dari partai besar sudah tentu dia harus menyaga
kewibawaan serta kedudukannya sebagai pimpinan suatu aliran
besar, dia akan menanti sampai Wi Ci To sendiri yang menyambut
kedatangan mereka baru mau masuk ke dalam Benteng.
Ti Then serta Wi Lian In melarikan kudanya terus hingga sampai
ditengah lapangan latihan silat, terlihatlah Wi Ci To serta seluruh
pendekar pedang hitam mau pun putih sedang berkumpul di bawah
mimbar, cepat mereka meloncat turun dari kuda dan berjalan
menghampiri mereka dengan berjalan kaki.
Ketika mereka berdua tiba ditempat itulah apa yang sudah terjadi
ditengah mimbar diantara Wi Ci To serta para pendekar pedang
hitam dan putih itu, dapat mereka lihat dengan jelas tanpa terasa
lagi saking terkejutnya mereka sudah melongo dibuatnya.
Kiranya di hadapan mereka sudah terbentang suatu
pemandangan yang sangat mengerikan. Hu Pocu Huang Puh Kian
Pek berlutut ditengah lapangan, pada sepasang tangannya sedang
mencekal gagang pedang yang ujung pedangnya sudah ada tiga
bagian menembus ulu hatinya, darah segar membanyiri seluruh
tanah lapangan. Kiranya Huang Puh Kian Pek sudah menebus dosa di hadapan
suhengnya Wi Ci To serta seluruh pendekar pedang Benteng Pek
Kiam Po dengan jalan membunuh diri
Kelihatannya dia sudah lama putus napas tapi tubuhnya yang
berlutut di atas tanah masih tetap menyaga keadaannya semula,
sepasang matanya melotot bulat-bulat sedang air mukanya
memperlihatkan tujuh bagian perasaan relanya dan tiga bagian
perasaan sedih. Jika dilihat keadaannya saat ini, boleh dikata Wi Ci To sudah
membereskan semua dosanya di hadapan para pendekar pedang,
bagaimana dia menyamar sebagai si setan pengecut dan
bersekomgkol dengan Hong Mong Ling untuk menculik pergi Wi Lian
In kemudian mendesak dia untuk ambil keputusan atas
perbuatannya ini. Ti Then sama sekali tidak menyangka Wi Ci To bisa berbuat
demikian terburu-buru dan gegabahnya, sebelum dirinya sera Wi
Lian In kembali ke dalam Benteng ternyata dia sudah menghukum
Huang Puh Kian Pek membuat hatinya merasa sangat tidak enak.
untuk beberapa waktu lamanya dia tidak sanggup untuk
mengucapkan sepatah kata pun.
Ketika Wi Ci To melihat dia serta putrinya sudab kembali segera
berjalan mendekati mereka, tanyanya.
" Kalian sudah berhasil tawan bangsat cilik itu?"
Dengan kesadaran yang masih samar-samar Ti Then
mengangguk. "Sudah" sahutnya singkat.
Air muka Wi Ci To segera berubah amat seram, sambil
memandang kearah pintu benteng tanyanya lagi. "Mana orangnya?"
Ti Then tidak langsung menyawab, sebaliknya sambil menuding
kearah Huang Puh Kian Pek gumannya seorang diri: "Dia. . Hu Pocu
bagaimana bisa bunuh diri?"
"Dia merasa bersalah dan malu kepada lohu karena itu di
hadapan umum dia sudah bunuh diri untuk menebus dosa itu, inilah
satu-satunya jalan bagi dirinya"
Dia berhenti sebentar kemudian tanyanya. "Kau bilang sudah
berhasil menawan bangsat cilik itu, sekarang dimana orangnya?" Ti
Then tidak menyawab lagi pertanyaan itu.
"Pocu kenapa menyuruh dia bunuh diri begitu terburu-buru ?"
Wi Ci To mengerutkan alisnya rapat-rapat, bukannya menyawab
sebaliknya menyawab lagi.
"Dimana bangsat cilik itu?"
"Ditangan Siauw lim Cap Pwe Lo Han."
Air muka Wi Ci To segera berubah hebat, dengan perlahan
ujarnya: "Hwesio dari Siauw lim sudah pada datang?"
"Benar ketika boanpwe mengejar Hong Mong Ling dari dalam
rumah pelacuran Touw Hoa Yuan hingga diluar pintu kota sebelah
timur, baru saja berhasil menangkap dirinya pada saat itu juga
ciangbunyin dari Siauw limpay Yuan Kuang Thaysu beserta ke
delapan belas Lo Hannya sedang lewat di sana"
segera dia menceritakan kejadian yang sudah terjadi itu dengan
sejelas-jelasnya. Wi Ci To yang mendengar Ciangbunyin dari Siauw limpay Yuan
Kuang Thaysu serta si hwesio berwajah riang sudah menanti di
depan pintu Benteng dia menjadi terkejut, dengan cepat serunya.
" Cepat sambut kedatangannya"
Sambil berkata dengan langkah cepat dia berjalan menuju
kepintu Benteng sebelah timur.
Loteng di atas pintu Benteng segeralah berkumandang suara
genta yang dibunyikan bertalu-talu sebanyak sembilan kali.
Inilah tanda dari Benteng Pek Kiam Po umtuk menyambut suatu


Pendekar Patung Emas Pendekar Bersinar Kuning Karya Qing Hong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kedatangan ketua partai dari aliran besar di dalam Bu lim.
Menanti suara genta itu sudah mencapai kesembilan kalinya Wi
Ci To sudah berada diluar pintu Benteng, sambil merangkap
tangannya memberi hormat ujarnya kepada Yuan Kuang Thaysu.
"Tidak tahu Ciangbunyin Thaysu sudah datang berkunjung, maaf
tidak menyambut dari jauh, silahkan masuk. silahkan masuk"
"Tidak berani" balas Yuan Kuang Thaysu cepat-cepat, "Lolap sudah berkunjung secara tiba-tiba sehingga mengganggu
ketenangan Benteng saudara, masih mengharapkan Wi Lo sicu
jangan marah" "Aaah. . mana. . mana Ciangbun thaysu serta It sim Thaysu
silahkan masuk" Demikianlah di bawah pimpinan Wi Ci To Yuan Kuang Thaysu
serta si hwesio berwajah riang atau It sim Thaysu dengan langkah
perlahan berjalan masuk ke dalam benteng.
Para pendekar pedang hitam mau pun putih yang semula berdiri
berkerumun ditengah lapangan kini dengan rapinya sudah berbaris
dikedua samping lapangan, karena itu begitu Yuan Kuang Thaysu
serta si hwesio berwajah riang memasuki lapangan latihan silat
segera bisa melihat keadaan dari Hu Pocu, Huang Puh Kian Pek
yang bunuh diri di depan mimbar tanpa terasa Yuan Kuang Thaysu
sudah menghentikan langkahnya serunya dengan nada kaget: "Iiih.
. bukankah itu Huang Puh Lo sicu"
"Memang benar dia" sahut Wi Ci To sambil tersenyum sedih.
" Kenapa dia?" "Dia sudah berbuat macam-macam urusan yang memalukan,
baru saja dia bunuh diri untuk menebus dosa-dosanya itu"
"Dia..." seru Yuan Kuang Thaysu dengan perasaan amat
terperanyat. "Huang Puh lo sicu sudah melakukan urusan apa yang
begitu memalukan?" "Hei.. urusan ini panjang sekali ceritanya, silahkan ciangbun
thaysu masuk ke dalam ruangan untuk minum the, nanti biarlah aku
orang she Wi menceritakan lebih jelas lagi"
"Hei. . Lolap tidak tahu kalau di dalam Benteng Lo sicu sudah
terjadi urusan, maka saat seperti ini datang mengganggu diri Wi Lo
sicu, sebetulnya tidak pantas biarlah Lolap lain kali datang lagi." ujar Yuan Kuang Thaysu tiba-tiba dengan serius.
"Tidak, urusan ini mem punyai hubungan dengan kitab pusaka Ie
Cin Keng yang hendak Ciangbun thaysu minta dari tangan Ti Kiauw
tauw, aku orang she Wi memangnya hendak menjelaskan urusan ini
kepada Ciangbun thaysu"
selesai berkata dia memberi hormat dan mempersilahkan Yuan
Kuang Thaysu serta si hwesio berwajah riang masuk ke dalam
ruangan. Ketika Yuan Kuang Thaysu mendengar kalau bunuh dirinya
Huang Puh Kian pek mem punyai hubungan yang amat erat dengan
kitab pusaka Ie Cin Keng yang hendak dimintanya itu hatinya
semakin merasa terperanyat, tapi dia tidak bertanya lebih lanjut
segera mulai berjalan masuk ke dalam ruangan.
Tua muda lima orang bersama-sama masuk kedalan ruangan
tamu, sesudah semuanya duduk dan pelayan menyuguhkan teh
barulah Wi Ci To buka mulutnya berkata:
"Kedatangan ciangbun thaysu ini hari apakah disebabkan oleh
kitab pusaka Ie Cin Keng itu?"
"Benar" sahut Yuan Kuang Thaysu mengangguk " Kitab pusaka Ie Cin Keng merupakan barang peninggalan dari Tat Mo Couwsu dari
kuil kami, karena lenyapnya kitab itu pada sepuluh tahun yang lalu
Lolap pernah melakukan pencarian disemua tempat tapi tidak
memperoleh hasil sama sekali, pada waktu baru-baru ini lolap
dengar katanya Ti Siauw sicu sudah diangkat Wi Losicu sebagai
Kiauw tauw dari Benteng Pek Kiam Po karena itulah terpaksa Lolap
datang mengganggu, harap Wi Losicu mau menasehati Ti Siauw
sicu untuk mengembalikan kitab pusaka Ie cin Keng itu kepada kuil
kami, untuk itu Lolap betul-betul merasa sangat berterima kasih
sekali." Wi Ci To mengerutkan alisnya rapat-rapat.
" Ciangbun thaysu mendengar kalau Ti Kiauw tauw sudah
memperoleh kitab pusaka Ie Cin Keng ini dari siapa?" tanyanya.
"It sim yang dengar berita ini dari dunia kangouw."
"Ha ha ha.." secara tiba-tiba Wi Ci To tertawa terbahak-bahak
dengan amat keras. "Berita yang tersebar di dalam dunia Kangouw
apa bisa dipercaya begitu saja."
"Tanpa angin ombak tak akan menggulung "Jawab Yuan Kuang
Thaysu. "Betul. . betul angin itu memang berasal dari suteku serta murid
penghianat Hong Mong Ling, karena mereka berdua punya niat
untuk membunuh mati Ti Kiauw tauw maka diluaran sudah
menyiarkaan berita bohong ini, dia bilang Ti Kiauw tauw sudah
mendapatkan kitab pusaka Ie Cin Keng, sebetulnya memang
sengaja hendak memancing jago-jago di dalam Bu lim agar
semuanya cari dia.."
"Wipocu tolong tanya kenapa Hu Pocu punya niat untuk
membunuh Ti Siauw sicu?"?" Mendadak si hwesio berwajah riang
ikut berkata. Air muka Wi Ci To segera berubah menjadi amat dingin
sekali. "Dia melihat lolap sudah hapuskan ikatan perkawinan antara
putriku dengan Hong Mong Ling dan mengusir Hong Mong Ling dari
Benteng, di dalam hatinya merasa sangat tidak puas sekali, karena
itu dia bersekongkol dengan Hong Mong Ling untuk mencelakai diri
Ti Kiauw tauw" "Urusan ini sungguh lucu sekali" seru si hwesio berwajah riang sembari tersenyum. "Wi Pocu membatalkan ikatan jodoh ini
disebabkan sikap serta tindak tanduk yang tidak genah dari Hong
Mong Ling, sedangkan Huang Puh Hu Pocu adalah sute dari Wi
Pocu, bagaimana dia tidak memihak kebenaran bahkan sebaliknya
menaruh simpatik kepada Hong Siauw sicu?"
"Selamanya dia paling menyayangi Hong Mong Ling"
"Tapi agaknya hal ini bukanlah suatu alasan bukan?" seru si
hwesio berwajah riang sambil memperlihatkan senyuman yang
mengejek. "Jadi maksud Thaysu Lohu sedang berbicara bohong?" tanya Wi
Ci To kurang puas. "Tidak berani, pinceng hanya merasa bersekongkolnya Huang
Puh Hu pocu dengan Hong Siauw sicu mungkin disebabkan alasan
lain, sedang Wi Peocu sendiri juga tidak tahu"
"Lohu sudah menanyai dirinya amat jelas, hal ini tidak ada sebabsebab lainnya lagi" jawab Wi Ci To keren.
"Pada waktu yang lalu pinceng punya jodoh untuk bertemu
beberapa kali dengan Hu Pocu, terhadap sikapnya sedikit banyak
mengenal juga, tidak kusangka dia ternyata membantu seorang
sutitnya yang berwatak buruk. Hei sungguh sayang. sungguh
sayang. ." Pada mulutnya dia menghela napas tak henti-hentinya pada hal
di dalam hatinya dia bermaksud tidak percaya.
"Tadi sewaktu berada diluar kota Go bi Hong Siauw sicu sudah
mengatakan suatu alasan lain lagi" sambung Yuan Kuang Thaysu.
"Dia bilang sesudah Ti Siauw sicu memperoleh kitab pusaka Ie
Cin Keng itu lalu mau dipersembahkan kepada Wi Losicu dengan
syarat putri dari Wi Lo sicu harus dikawinkan dengan dia, menurut
omongannya tadi agaknya Wi Losicu sudah setuju, karena itu ikatan
perkawinannya dengan Hong Siauw sicu baru dibatalkan, sayangnya
karena Wi Lo sicu takut Hong Siauw sicu sudah bocorkan rahasia ini
maka sudah perintahkan kepada Ti Siauw sicu untuk bunuh dia."
Air muka Wi Ci To segera berubah amat hebat, dengan
menganduug perasaan ujarnya dengan berat:
"Lalu Ciangbun thaysu mempercayai perkataannya?"?"
"Sudah tentu lolap tidak berani percaya begitu saja atas semua
omongannya, tapi perkataan dari Hong siau sicu memang beralasan
karena itu sedikit banyak Lolap percaya juga"
"Jadi maksud Ciangbun thaysu, Lohu selalu pandang tinggi
sebuah kitab pusaka semacam Ie Cin Keng itu?"?" seru Wi Ci To
tertawa dingin. Yuan Kuang Thaysu hanya berdiam diri tidak
menyawab. "Terus terang saja lohu katakan, Kitab pusaka Ie Cin Keng itu
dipandangan orang lain mungkin dianggap sebagai suatu pusaka
yang amat berharga, tapi di dalam pandangan Lohu sama sekali
tidak menarik" Yuan Kuang Thaysu hanya tersenyum saja tanpa mengucapkan
sepatah kata pun, sikapnya yang tenang ini menunjukkan kalau dia
sangat tidak ingin terjadi bentrokan dengan Wi Ci To.
Ujar Wi ci To lagi. "Lohu bisa hapuskan ikatan jodoh antara putriku dengan murid
terkutuk itu semuanya dikarenakan mengetahui dia sudah main
perempuan ditempat luaran, bahkan sudah terpincut seorang
perempuan pelacur. Pelacur itu adalah Liuw Su Cen dari rumah
pelacuran Touw Hoa Yuan di dalam kota, tentang urusan ini si ibu
germo Ku Ie sempat tanya Hartawan cang, Cang Bun Piauw boleh
ditanyai sebagai saksi. jika ciangbun thaysu tidak percaya kau boleh
pergi tanyai mereka-mereka itu"
Yuan Kuang Thaysu dengan perlahan menghela napas panjang.
"Wi Lo sicu jadi orang jujur bahkan utamanya sangat dihormati di
Bu lim, seharusnya perkataan yang diucapkan Lolap tidak boleh
menaruh curiga tapi Lolap masih ada urusan yang belum jelas."
Berbicara sampai di sini dia melirik sekejap ke arah Ti Then.
" Urusan apa yang ciangun thaysu belum jelas?" tanya Wi Ci To
segera. "Menurut omongannya It sim" ujar Yuan Kuang Thaysu sambil
menuding kearah si hwesio berwajah riang itu. " Kepandaian silat
dari Ti Siauw sicu amat lihay sekali, jika dibicarakan dari kepandaian
silatnya yang dimiliki sekarang ini sangat tidak sesuai dengan
usianya yang masih begitu muda, bila dikatakan Ti Siauw sicu tidak
memperoleh kitab pusaka Ie Cin Keng bagaimana dia bisa demikian
lihaynya?" Mendengar omongan itu Wi Ci To segera angkat kepalanya
tertawa terbahak-bahak. "Yang Ciangbun thaysu maksudkan apakah di hadapan It sim
thaysu Ti Kiauw tauw sudah pukul rubuh sebuah pohon raksasa
hanya di dalam satu kali pukulan itu?"
"Benar" "Kepadaian Ti Kiauw tauw bukan hanya di dalam ilmu telapak
saja yang lihay, bahkan di dalam ilmu meringankan tubuh serta ilmu
pedang jauh lebih lihay lagi."
"Maka itulah jika bukannya dia sudah memperoleh kitab pusaka
Ie Cin Keng bagaimana dia bisa mencapai tingkat seperti itu" "
Senyum yang menghiasi wajah Wi Ci To mendadak lenyap tanpa
bekas, dengan nada serius ujarnya:
"Sekarang Lohu mau bertanya di dalam kitab pusaka Ie Cin Keng
dari kuil kalian itu apa juga membuat jurus ilmu pukulan"
"Di dalam kitab pusaka Ie Cin Keng itu hanya khusus memuat
cara-cara untuk melatih badan, sekali pun tidak memuat adanya
jurus-jurus ilmu pukulan mau pun ilmu pedang tapi jika sudah
berhasil melatih sim hoat yang termuat di dalam, untuk mempelajari
ilmu-ilmu dari partai lain boleh dikata amat mudah sekali"
Wi Ci To tertawa terbahak-bahak lagi. "Apakah di dalam hal
jurus-jurus serangan pun bisa dipahami tanpa ada yang
membimbing?" tanyanya.
"Boleh dikata memang demikian-"
"Dengan usia Ti Then sekarang ini jika dia sudah berhasil melatih
sim Hoat tersebut apakah bisa digunakan untuk pukul rubuh diri
Ciangbun thaysu?" tanya Wi Ci To lagi.
Agaknya Yuan Huang Thaysu sama sekali tak menduga dia bisa
mengajukan pertanyaan semacam ini, untuk berapa saat lamanya
barulah jawabnya. "Sekali pun belum bisa memukul rubuh diri lolap tapi
kemungkinan bisa berada dalam kedudukan seimbang."
Senyuman mulai menghiasi kembali wajah Wi Ci To.
"Jadi maksud Ciangbun thaysu sekali pun Ti Kiauw tauw sudah
berhasil memperoleh sim Hoat dari kitab pusaka Ie cin Keng, paling
tinggi juga hanya bisa mencapai kedudukan seimbang saja dengan
kepandaian Ciangbun thaysu?"
Sekali lagi Yuan Kuang Thaysu merasa ragu-ragu, kemudian
barulah dia mengangguk, "Mungkin memang begitu."
"Kalau begitu" ujar Wi Ci To lagi dengan sinar matanya yang
berkedip-kedip "Jika Ti Kiauw tauw bisa mengalahkan diri ciangbun
thaysu, apakah hal itu cukup untuk membuktikan kalau kepandaian
silat yang dimilikinya sekarang ini bukan berasal dari kitab pusaka le
Cin Keng?"" Yuan Kuang thaysu tak tahu apa maksudnya untuk mendesak
dirinya dengan pertanyaan yang membuat dirinya sukar untuk
memberikan jawaban itu, segera dia balik bertanya.
"Apakah menurut pandangan Wi Lo sicu dengan kepandaian Ti
siuw sicu sekarang ini bisa mengalahkan Lolap?"
"Harap ciangbun thaysu jawab pertanyaan dari aku orang she Wi
memberi jawab pun atas perkataan Ciangbun thaysu tadi."
Tanpa terasa lagi Yuan Kuang thaysu sudah melirik sekejap
kearah diri Ti Then, diam-diam dalam hatinya berpikir terus. Walau
pun dirinya belum pernah melihat kitab pusaka Ie Cin Keng itu
tetapi dari ciangbunyin yang terdahulu sudah pernah mempelajari
ilmu tersebut ditambah lagi dengan latihan sendiri selama puluhan
tahun, sudah tentu tidak mungkin bisa di kalahkan oleh seorang
pemuda yang baru saja mempelajari kitab pusaka Ie Cin Keng,
karenanya segera dia menganguk.
"Baiklah." sahutnya "Jika Ti Siauw sicu bisa mengalahkan Lolap maka hal ini bisa dibuktikan kalau kepandaian silatnya bukan berasal
dari kitab pusaka Ie Cin Keng."
Wi Ci To tersenyum kegirangan"Kalau begitu ciangbun thaysu sudah menyanggupi untuk
bertanding dengan diri Ti Kiauw tauw?" desaknya.
Keadaan Yuan Kuang Thaysu waktu ini sudah menyerupai duduk
di punggung harimau, untuk maju salah untuk mundur pun salah,
terpaksa dia mengangguk kembali. "Benar."
Perlahan-lahan Wi Ci to menoleh kearah Ti Then, ujarnya
sembari tersenyum. "Ti Kiauw tauw inilah kesempatan yang paling bagus buatmu
untuk membersihkan diri dari fitnah itu, maukah kau minta sedikit
pelajaran dari ciangbun thaysu?"
Di dalam anggapan Ti Then untuk memukul rubuh seorang
ciangbunyin mungkin bisa merusak nama baik orang lain, ketika
mendengar perkataan itu dengan gugup sahutnya.
"Jika ada cara yang lain kita digunakan untuk membersihkan
fitnah ini lebih baik jangan main kekerasan saja"
"Hal ini haruslah minta petunjuk dari ciangbun thaysu." sambung Wi Ci To cepat-cepat sembari tertawa.
Ti Then segera merangkap tangannya memberi hormat kepada
Yuan Kuang Thaysu, ujarnya dengan hormat.
"Selain diselesaikan dengan kekerasan harus menggunakan cara
apa lagi Ciangbun thaysu baru mau percaya kalau cayhe tidak
pernah memperoleh kitab pusaka Ie Cin Keng?"
Air muka Yuan Kuang Thaysu berubah keren, lama sekali dia
berpikir tapi akhirnya jawabnya:
"Lolap tidak punya cara yang lebih baik lagi.."
"Kalau memang betul-betul ingin menggunakan kekerasan cayhe
punya satu permintaan harap Ciangbun thaysu mau penuhi"
"Siauw sicu silahkan bicara"
"Kita jangan bergebrak di sini, bahkan tidak diperkenankan orang
ketiga hadir di dalam kalangan pertempuran, Ciangbun thaysu


Pendekar Patung Emas Pendekar Bersinar Kuning Karya Qing Hong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bersama-sama cayhe lebih baik cari satu tempat yang sunyi untuk
bertanding, siapa menang siapa kalah tidak usah diberitakan keluar,
Bagaimana?"" Waktu itu Yuan Kuang Tbaysu sedang merasa kuatir kalau dirinya
menemui kekalahan di tangan pemuda itu, mendengar perkataan ini
hatinya menjadi amat girang dengan senyuman manis sahutnya.
"Bagus sekali, tetapi lolap juga ada permintaan, kalau di dalam
pertandingan ini beruntung Lolap yang menang masih
mengharapkan Siauw sicu mau serahkan kitab pusaka Ie Cin Keng
itu secara rela hati sehingga dapat lolap bawa kembali kekuil Siauw
lim si" Ti Then terpaksa tertawa pahit.
"Di dalam dunia ini tidak ada barang yang lebih berharga dari
nyawa sendiri, jikalau cayhe sudah kalah dan tidak sanggup
mengembalikan kitab pusaka Ie Cin Keng itu, Ciangbun Thaysu
masih bisa membawa batok kepala cayhe untuk dibawa pulang."
Yuan Kuang Thaysu segera merangkap tangannya di depan
dada. "Omintohud. . omitohud ." Pujinya kepada sang Budha. "Lolap adalah pendeta Budha, tidak berani melakukan pembunuhan kepada
sesama manusia" "Kalau begitu, cayhe rela bunuh diri di hadapan ciangbun thaysu"
Yuan Kuang Thaysu sekali lagi menghela napas panjang.
"Loalap hanya menginginkan kitab pusaka Ie Cin Keng dapat
dikembalikan kepada kuil kami, yang lain sama sekali tidak
mengharapkan" "Bagaimana kalau kita berangkat sekarang juga?" ujar Ti Then
sambil bangkit berdiri. Yuan Kuang Thaysu segera mengangguk dan bangkit berdiri,
kepada si hwesio berwajah riang ujarnya:
"It sim, kau temanilah Wi Lo sicu di sini. Lolap dengan Ti Siauw
sicu tidak lama akan kembali."
Di dalam hati sihwesio berwajah riang tahu apa maksud
perkataan dari Ciangbunyin ini karenanya dengan sangat hormat dia
menyahut: "Tecu terima perintah."
Kepada Wi Ci To itu Pocu dari Benteng seratus pedang Yuan
Kuang Thaysu juga memberi hormat setelah itu barulah ujarnya
kepada Ti Then yang sudah bangkit berdiri. "Siauw sicu, mari kita
berangkat" Demikianlah Ti Then serta Yuan Kuang Thaysu masing-masing
segera berjalan ke luar dari Benteng menuju ke arah tanah
pegunungan yang sunyi, tanya Yuan Kuang Thaysu kemudian
ditengah perjalanan. "Ti Siauw sicu punya maksud mau bertanding ditempat mana?"
"Lebih baik Ciangbun thaysu saja yang menentukan."
Yuan Kuang Thaysu menundukkan kepalanya berpikir sebentar,
akhirnya dia baru menyawab:
"Di atas puncak selaksa Buddha jarang terdapat jejak manusia,
bagaimana kalau kita selesaikan di sana saja?"
"Baiklah." sahut Ti Then singkat.
Tongkat ditangan Yuan Kuang Thaysu itu segera ditutulkan ke
atas permukaan tanah, tubuhnya dengan cepat melayang ke tengah
udara kemudian mengerahkan ilmu meringankan tubuhnya
melayang menuju ke tengah gunung.
Perkataan dari Ti Then ini memang beralasan sekali. toya yang
dibawa Yuan Kuang Thaysu itu dibuat dari baja murni, mungkin
beratnya berada di atas tiga puluh kati, jika dikatakan kalah sedikit
memang beralasan, karenanya setelah Yuan Kuang thaysu
mendengar perkataan ini perasaan malunya juga sudah lenyap
separuh, dia menarik napas panjang-panjang ujarnya kemudian
sesudah memandang pemandangan disekelilingnya.
"Lolap sudah ada dua puluh tahunan lamanya tidak berkunjung
ke sini, pemandangan ditempat ini sama sekali tidak berubah"
"Walau pun selaksa tahun pemandangan akan tetap utuh, tetapi
manusia tidak akan luput dari tua, sakit dan binasa"
Wajah Yuan Kuang tbaysu kelihatan sedikit bergerak, dengan
pandangan mata terpesona dia pandang diri Ti Then. Waktu inilah
dia baru merasa sifat dari Ti Then jauh berlainan dengan sifat
pemuda-pemuda lainnya, dia memiliki suatu semangat yang lain,
pemuda semacam ini apa mungkin punya hati rakus terhadap
sebuah kitab Ie Cin Keng.
Ketika Ti Then melihat dia memandang dirinya dengan
terpesona, segera angkat bahunya, ujarnya kemudian "Mari kita
mulai saja." -ooo0dw0ooo- Jilid 16.1: Hong Mong Ling melarikan diri
"EHMM . . . ." sesudah termenung beberapa waktu tanyanya lagi
"Siauw sicu punya rencana mau bertanding dengan menggunakan
cara apa?" "Cayhe mengikuti petunjuk Ciangbun thaysu saja"
Agaknya Yuan Kuang Thaysu sudah mengubah kembali
pendiriannya. "Bagaimana kalau begini saja?" ujarnya sambil tertawa dengan
lucunya. "Kita saling bergebrak dengan tidak usah bertanding secara langsung, kini Lolap perlihatkan beberapa kepandaian terlebih dulu
jikalau siauw sicu bisa melakukan seperti apa yang lolap lakukan
maka lolap akan percaya kalau Siauw sicu belum pernah
memperoleh kitab pusaka Ie Cin Keng itu"
Ti Then mengangguk tanda setuju.
"Baiklah, silahkan ciangbun thaysu memberi petunjuk."
Sepasang mata Yuan Kuang Thaysu mulai berputar memandang
sekeliling tempat itu setelah dilihatnya ada beberapa batu cadas
raksasa yang amat besar lalu dia berjalan ke sana, ujarnya.
"Silahkan siauw sicu juga ikut kemari"
Dia berjalan mendekati batu cadas raksasa itu kemudian
meletakkan toyanya ke atas tanah. sesudah meraba beberapa kali
ke atas batu cadas itu ujarnya sembari tertawa.. "Batu cadas ini
sungguh atos sekali."
Siapa tahu belum habis dia berkata batu cadas raksasa itu
bagaikan sebatang kayu yang amat lapuk hanya sedikit dikebas
dengan menggunakan telapak tangannya batu itu selapis demi
selapis terkupas dan remuk menjadi bubuk.
"Kekuatan telapak dari Ciangbun thaysu sungguh amat lihay."
puji Ti Then sesudah melihat demontrasi ini.
Air muka Yuan Kuang Thaysu sedikit berubah dan
memperlihatkan kegirangan hatinya, dia mundur satu langkah ke
belakang kemudian ujarnya sembari tertawa:
"Hanya suatu permainan yang tidak ternilai, harap siauw sicujangan dibuat bahan tertawaan"
"Kekuatan pukulan dari Ciangbun thaysu ini apakah
menggunakan ilmu yang termuat di dalam kitab pusaka Ie cin
Keng?" "Tadi sewaktu Lolap masih berada di dalam Benteng sudah
pernah berkata di dalam kitab pusaka Ie Cin Keng itu hanya melulu
ilmu untuk melatih badan saja, tetapi bilamana sim Hoat yang
termuat di dalamnya sudah berhasil dipelajari maka dimana kau
mau maka segala ilmu dan kekuatan bisa dilaksanakan"
Ti Then dengan perlahan mengangkat tangannya dan sedikit
ditekan ke atas batu cadas raksasa yang lainnya, ujarnya:
"Jika ditinyau dari keadaan barusan ini maka kekuatan pukulan
yang termuat di dalam kitab cusaka Ie Cin Keng termasuk golongan
keras atau golongan Yang, bukan begitu?""
Ketika Yuan Kuang Thaysu melihat telapak tangannya yang
menekan di atas batu cadas sama sekali tidak membuat batu cadas
itu mengalami suatu perubahan yang aneh, di dalam anggapannya
mengira tentu dia sedang mengukur keatosan dari batu cadas itu,
diam-diam di dalam hatinya merasa geli, Tetapi dia mengangguk
juga. "Boleh dikata memang demikian"
" Untung saja ilmu yang cayhe pelajari bukan termasuk golongan
Yang melainkan banyak kelunakannya" seru Ti Then dengan
perasaan amat senang. "Mungkin dengan berdasarkan golongan im
ini cayhe bisa membuktikan kalau ilmu yang cayhe pelajari bukan
berasal dari kitab pusaka Ie Cin Keng"..
"Sekarang silahkan siauw sicu memperlihatkan sedikit ilmumu
agar lolap bisa membuka sedikit mata lolap"
Ti Then segera berjongkok di samping batu cadas tadi, mulutnya
dengan perlahan didekatkan dengan batu cadas yang baru saja
ditekan dengan tangannya itu, laksana sedang meniup semangkok
kuah yang amat panas dia meniup batu cadas itu perlahan sekali.
Seketika itu juga batu cadas raksasa yang amat atos itu
berterbangan keempat penjuru dalam bentuk hancur lebur seperti
bubuk. Kiranya sewaktu tadi dia menekan batu cadas tersebut saat
itulah dia sudah membusukkan seluruh batu cadas itu, karena
kekuatan pukulannya termasuk golongan im inilah maka keadaan di
luar dari batu itu masih kelihatan utuh.
Air muka Yuan Kuang Thaysu segera berubah amat hebat,
kemudian berubah menjadi merah padam seperti kepiting rebus
karena waktu ini dia sudah melihat kalau tenaga pukulan Ti Then ini
memang termasuk golongan lunak atau golongan im, Tetapi yang
membuat dia benar-benar merasa terperanyat adalah tenaga
pukulan dari Ti Then ternyata jauh lebih tinggi satu tingkat dari
kekuatannya sendiri, seorang pemuda yang baru dua puluh tahunan
sudah berhasil melatih ilmunya hingga mencapai taraf yang
demikian hebatnya sungguh merupakan suatu peristiwa yang mimpi
pun dia tidak pernah menduga.
Dia menarik napas panjang-panjang, sesudah berhasil
memenangkan hatinya dengan memperhatikan senyumannya yang
amat pahit ujarnya: "Sunggguh lihay sekali, dengan usia siauw sicu yang masih
drmikian mudanya ternyata sudah berhasil melatih ilmumu hingga
mencapai taraf yang demikian tinggi sungguh sukar sekali sungguh
sukar sekali" Ti Then segera membungkukan badannya memberi hormat.
"Apakah sekarang ciangbun Thaysu sudah percaya kalau ilmu
silat yang cayhe pelajari bukan berasal dari kitab pusaka Ie Cin Keng
itu?"" Di dalam hati sudah tentu Yuang Kuang Thaysu sudah percaya
seratus persen tetapi untuk melindungi sedikit wajahnya dia tidak
mau langsung memberikan jawabannya, dia tersenyum:
"Lolap masih ingin menyajal kepandaian silat dari siauw sicu sicu
sekali lagi harap siauw sicu mau meminyamkan pedang tersebut
kepada Lolap untuk digunakan sebentar"
Ti Then segera melepaskan pedangnya kemudian
diangsurkannya ujarnya sambil tertawa:
"Sudah lama cayhe dengar ilmu pedang dari Ciangbun Thaysu
amat lihay, ini hari ada keberuntungan sungguh membuat cayhe
merasa sangat girang sekali."
Yuan Kuang thaysu hanya berdiam diri saja tidak menyawab,
setelah menerima pedang tersebut dia berjalan menuju ke puncak
yang teratas dan membabat putus sebuah pohon siong sebesar
rangkulan tangan sesudah membuang akar pohon itu, pohon yang
sepanjang lima depa dipotong potongnya menjadi tiga bagian
kemudian diangsurkan kepada Ti Then ujarnya: "Harap siauw sicu
melemparkan ketiga potongan pohon itu ketengah udara"
"Baiklah. . silahkan ciangbun thaysu bersiap-siap" sahut Ti Then sambil mengangguk, kemudian menerima ketiga buah potong
pohon tersebut. "Sekarang silahkan lemparkan potongan itu ketengah udara.."
Ti Then segera melemparkan potongan-potongan pohon
ketengah udara setinggi kurang lebih lima depa dia sudah tahu
Yuan Kuang Thaysu mau mendemontrasikan apa kerenanya dengan
gaya yang amat bagus dia melemparkan ketiga buah potongan
pohon itu ketengah udara dengan berpisah sehingga antara ketiga
potongan itu ada jarak sejauh tiga depa.
Yuan Kuang Thaysu berdiam diri hingga ke tiga buah gotongan
itu berada kurang lebih tiga depa dari permukaan tanah mendadak
dia bersuit panjang, tubuhnya meloncat ke atas sedang pedangnya
bagaikan kilat cepatnya dikebaskan beberapa kali di tengah udara
kemudian tubuhnya melayang kembali ke atas tanah.
Potongan pohon yang semula hanya tiga bagian itu kini sudah
berhasil dibabat putus menjadi enam bagian bahkan setiap bagian
sama panjangnya dan bekas potongannya rata semua.
Melancarkan serangan ditengah udara bahkan bisa memotong
tiga bagian batang pohon menjadi enam bagian yang sama
besarnya hanya di dalam sekejap mata hal ini boleh dikata sudah
mencapai pada taraf yang tertinggi tiada tara.
Bilamana pada setahun yang lalu Ti Then melihat demontrasi
ilmu pedang dari Yuan Kuang Thaysu ini pasti dia akan dibuat
terperanyat, tetapi ini hari sekali pun kepandaian ilmu pedang dari
Yuan Kuang Thaysu amat tinggi tetapi di dalam pandangannya hal
itu bukanlah suatu pekerjaan yang amat sukar hanya saja pada air
mukanya sengaja dia perlihatkan perasaan kagumnya, dengan keras
dia berteriak memuji. Kali ini Yuan Kuang Thaysu tidak berani memperlihatkan
senyuman bangganya lagi, dia hanya tersenyum saja lalu
mengembalikan pedang itu ketangan Ti Then, ujarnya.
"Lolap tahu permainan barusan ini sangat jelek sekali, tetapi
bilamana tidak berbuat begini pasti tidak bisa melihat kelihayan ilmu
pedang dari siauw sicu." Ti Then segera menerima kembali
gedangnya dengan menggunakan sepasang tangannya.
"Kepandaian dari cayhe mungkin tidak bisa memadahi
kepandaian dari ciangbun thaysu"
"Bilamana siauw sicu berbicara demikian lagi berarti juga sedang
menyindir diri lolap"
Ti Then tidak mau banyak bicara lagi segera dia mengambil
potongan kayu yang lainnya kemudian diangsurkan ke tangannya.
"Cayhe juga akan ikut seperti apa yang ciangbun thaysu sudah
kerjakan-" Yuan Kuang Thaysu segera mundur tiga langkah ke
belakang. "Silahkan bersiap sedia" serunya, kemudian batang pohon itu
dilemparkan ke tengah udara.
Di dalam hati dia agak sedikit lega karena dalam hati dia
menganggap bilamana Ti Then mau membabat putus satu batang
kayu tidak perduli bagaimana lihaynya paling banyak juga hanya
bisa membabat menjadi tiga bagian saja seperti dirinya.
Tetapi perasaan girang yang bermunculan di dalam hatinya di
dalam sekejap saja sudah lenyap tanpa bekas.
Terlihatlah tubuh Ti Then laksana seekor burung bangau yang
membumbung tinggi ke angkasa melompat setinggi tiga kaki lebih
kemudian gedang ditangannya laksana kilat cepatnya dikibaskan
tiga kali setelah itu baru melayang turun kembali ke atas
permukaan. Potongan kayu yang melayang ditengah udara dengan tetap
menyaga keadaannya semula melayang terus ke bawah, tetapi
begitu mencapai permukaan tanah segera berpisah menjadi enam
bagian. Yang berbeda dengan demonstrasi Yuan Kuang Thaysu tadi, dia
bukannya membabat putus kayu itu dengan berbentuk silang
melainkan lurus-lurus enam bagian yang sama bagian babatan amat
licin sekali. Melihat kejadian itu Yuang Kuang Thaysu hanya bisa melelerkan
lidahnya di dalam hati dia merasa terkejut bercampur syukur, yang
membuat dia terkejut tak usah dikata lagi sedang yang membuat
dia bersyukur adalah dirinya masih bisa melihat gelagat dan cepat

Pendekar Patung Emas Pendekar Bersinar Kuning Karya Qing Hong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

cepat mengubah keadaannya sendiri sehingga tak sampai bergebrak
dengan dirinya, jika sampai bertempur bukankah nama besar dirinya
selama ini akan ikut hancur hanya di dalam sekejap mata.
Ti Then yang melihat air mukanya penuh diliputi perasaan
terperanyat di dalam hati diam-diam merasa geli, segera dia
masukkan kembali pedangnya ke dalam sarung, ujarnya sembari
merangkap tangannya memberi hormat.
"Apa Ciangbun thaysu masih ingin mencoba lagi?""
"Tidak perlu. . tidak perlu" sahutnya cepat sambil gelengkan
kepalanya berulang kali. "Kalau begitu Ciangbun thaysu masih menganggap ilmu yang
cayhe dapatkan ini berasal dari kitab cusaka Ie Cin Keng?"
"Tidak" sekali lagi Yuan Kuang Thaysu gelengkan kepalanya
"Sekarang Lolap sudah tahu kalau kepandaian silat yang siauw sicu
saat ini bukanlah berasal dari kitab pusaka Ie Cin Keng, karena
kemahiran dan kelihayan dari kepandaian silat siauw sicu sekarang
sudah jauh melebihi ilmu yang termuat di dalam kitab pusaka Ie Cin
Keng tersebut." Ti Then menjadi amat girang. "Kalau begitu bagus sekali."
"Ti siauw sicu masih muda tapi sudah berhasil memiliki
kepandaian silat yang demikian dahsyat sungguh membuat orang
lain sukar untuk mempercayainya." puji Yuan Kuang Thaysu.
"Terima kasih atas pujian dari Ciangbun thaysu, tapi di dalam hal
kepandaian silat kita harus mengutamakan juga akan pengalaman,
kini pengalaman yang cayhe dapatkan masih sangat cetek. bilamana
harus sungguh-sungguh bertempur mungkin belum merupakan
tandingan dari Ciangbun Thaysu"
Sudah tentu Yuang Kuang Thaysu tahu kalau perkataannya ini
hanya suatu hiburan buat dirinya di dalam hati dia merasa semakin
kagum lagi terhadap sikapnya ini. .
"Ha ha ha ha . ." dia tertawa tergelak dengan amat keras, "Siauw sicu, jangan kira Lolap adalah seorang ciangbunyin dari suatu partai
besar lalu tidak bisa mengalami kekalahan, kita dari partai Siau lim
si tujuan yang terutama di dalam melatih ilmu silat adalah untuk
kesehatan badan kita dan bukan bertujuan untuk merebut nama
kosong, karena itu sekali pun dikalahkan orang lain tidak sampai
memasukkan hal ini ke dalam hati"
"Tetapi ini hari ciangbun thaysu belum kalah." bantah Ti Then
cepat. "Siapakah suhumu apakah dapat siauw sicu beritahukan?"
"Suhu cayhe adalah seorang BuBeng Lojin"
"Bu Beng Lojin?"" tanya Yuan Kuang Thaysu keheranan"Benar" sahut Ti Then mengangguk. "selamanya suhu hidup di tanah pegunungan yang sunyi dan selama ini tidak pernah
memberitahukan namanya kepada cayhe."
Diam-diam Yuang Kuang Thaysu merasa amat heran tapi tidak
terlalu mendesak untuk menanyai lebih lanjut, ujarnya kemudian:
"Di dalam Bu lim saat ini semua orang bilang kepandaian silat
dari Si kakek pemalas Kay Kong Beng merupakan jagoan nomor
wahid, terapi jika dilihat dari Siauw sicu sekarang ini lolap berani
bertaruh kalau kepandaian silat dari suhumu pasti jauh berada di
atas kepandaian silatnya si kakek pemalas Kay Lo sicu."
Ti Then hanya tersenyum saja tidak menyawab.
Yuan Kuang Thaysu segera merangkapkan tangannya di depan
dada untuk memberi hormat.
"Kesalah pahaman yang lalu membuat Siauw sicu menemui
berbagai kesulitan, di sini Lolap minta maaf terlebih dulu atas
kekhilafan tersebut."
"Tidak mengapa... tidak mengapa, kesalahan ini bukan terletak
pada diri ciangbun taysu sekalian " seru Ti Then dengan cepat.
Yuan Kuang Taysu menghela napas panjang.
"Hong siauw sicu itu-jadi orarg sungguh amat bahaya sekali,
tidak nyana dengan wajahnya yang begitu tampan dan gerak
geriknya yang begitu sopan selain mem punyai sifat serta hati yang
begitu licik, kejam dan banyak akal busuk"
"Heeii.. karena mau mencelakakan diri cayhe dia sudah
menyiarkan berita bohong ini akhirnya dari perbuatannya ini sudah
mencelakai dua puluh orang yang menemui ajalnya."
"Dua puluh orang?" tanya Yuan Kuang Thaysu dengan nada amat
terperanyat. "Banyak orang Bu lim yang mendengar berita yang mengatakan
cayhe sudah mendapatkan kitab pusaka Ie Cin Keng itu lalu masingmasing pada berdatangan untuk merebut kitab tersebut dari tangan
cayhe yang pertama-tama adalah si Menteri pintu serta Pembesar
Jendela dua orang anak buah dari si anying langit rase bumi mereka
berhasil cayhe lukai dan melarikan diri, setelah itu Kwan si Ngo Koay
yang akhirnya empat orang saudaranya mati di bawah pedangku,
lalu si majikan ular serta Kakek kura-kura, masing-masing
kehilangan sebuah lengannya, dan terakhir si anying langit rase
bumi berserta kedelapan belas orang malaikat iblisnya, hal ini
bahkan merupakan peristiwa yang terjadi kemarin hari, akhirnya si
anying langit Kong sun Yau beserta ke tujuh belas orang malaikat
iblisnya sudah pada binasa."
Yuan Kuang Thaysu begitu mendengar hal semacam ini begitu
selesai mendengar perkataan itu dia menjerit kaget.
"Omitohud . . omitohud. . tidak kusangka Hong Siauw sicu sudah
mencelakai orang begitu banyaknya. ."
"Nanti setelah sampai di dalam Benteng biarlah cayhe
perintahkan orang untuk memanggil Cang Bun Piauw. Ku Ie serta
Liuw Su cen untuk dimintai keterangan" Ujar Ti Then dengan
perlahan, "Dengan demikian ciangbun thaysu akan menjadi jauh
lebih jelas kalau urusan ini semuanya ditimbulkan oleh Hong Mong
Ling seorang." Yuan Kuang Thaysu segera memungut kembali toyanya.
"Tidak perlu. . tidak perlu. Kesalah pahaman ini kita sudahi
sampai di sini saja, mari sekarang kita kembali ke dalam Benteng."
Demikianlah kedua orang itu segara berjalan menuruni puncak
selaksa Buddha kembali ke dalam Benteng.
Sesampainya di dalam Benteng Pek Kiam Po, Wi ci To mau pun si
hwesio berwajah riang yang melihat wajah mereka berdua penuh
diliputi oleh perasaan girang di dalam hati merasa sangat berada
diluar dugaan. Tetapi sesudah mendapatkan penjelasan dari Yuan Kuang Thaysu
apa yang sudah terjadi di atas puncak Selaksa Buddha barulah
mereka paham kembali akan kesalah pahaman ini.
Yuan Kuang Thaysu duduk lagi beberapa waktu di dalam Benteng
setelah itu barulah dia bangkit berdiri dan berkata.
"Karena ada perubahan yang terjadi di dalam benteng Pek Kiam
Po lolap tidak berani mengganggu terlalu lama. Haai, sekarang
silahkan Ti siauw sicu mengikuti lolap kembali ke dalam kota untuk
membawa kembali Hong siauw sicu."
Wi Ci To juga tidak menahan lebih lama lagi, segera dia pun ikut
berdiri: "Baiklah" sahutnya kemudian "Besok pada pertemuan di atas gunung Hoa san kita berbicara lebih banyak lagi."
Dia berhenti sebentar, kemudian secara tiba-tiba tambahnya:
"Sudah tentu kalau aku orang she Wi bisa hidup lebih lama lagi,
sampai waktunya pertemuan di atas gunung Hoa san"
Mendengar perkataan itu Yuan Kuang Thaysu menjadi melengak.
"Apa maksud dari perkataan Lo sicu ini?" Wi ci To tersenyum:
"Tidak ada arti yang istimewa, manusia bukanlah malaikat, siapa
yang kuat hidup lebih lama lagi di dalam dunia ini, Bukan begitu?"
"Dengan kepandaian dari Lo sicu yang sudah berhasil melatih
seluruh tubuhnya sudah tentu akan diberi panjang umur, untuk
hidup sampai usia seratus tahun belumlah menjadi suatu persoalan
yang sulit." Wi Cio To hanya tersenyum tidak memberikan jawabannya lagi.
Demikianlah tua muda lima orang lalu berjalan meninggalkan
ruangan, Wi Ci To mengiringi tamu-tamunya sampai di depan pintu
Benteng barulah berhenti. Wi Lian In yang berdiri disisinya Ti Then
tiba-tiba angkat bicara: "Kau mau pergi dengan menunggang
kuda?" "Tidak perlu" Jawab Ti Then segera. "Kuda Ang san Khek masih berada dirumah penginapan Hok An, nanti sekalian aku naiki untuk
bawa kembali ke dalam Benteng".
Yuan Kuang Thaysu beserta si hwesio berwajah riang segera
berpamitan dengan Wi Ci TO, lalu bersama-sama dengan Ti Then
melanjutkan perjalanan menuju ke dalam kota Go bi. Ditengah
parjalanan, ujar si hwesio berwajah riang itu:
"Ti siauw sicu, waktu lalu pinceng sudah menaruh perasaan
curiga terhadap siauw sicu harap kau mau memaafkannya, hanya
sampai kini pinceng masih ada sesuatu hal yang tidak jelas, entah
siauw sicu memberikan penjelasannya"
"Baiklah. silahkan taysu berbicara."
"Urusan yang pinceng tidak paham adalah itu Hu Pocu Huang
Puh Kian Pek yang hidup berdampingan selama puluhan tahun
lamanya sebagai suheng te dengan Wi Pocu, bahkan jadi orarg jujur
dan mengutamakan keadilan, bagaimana kini bisa melupakan
hubungan suheng-te dengan diri Wi Ci To sebaliknya malah
menaruh simpatik dan membantu diri Hong Mong Ling?"
Mendengar pertanyaan ini Ti Then agak melengak.
"Bukankah soal ini sejak tadi Wi Pocu sudah memberi penjelasan
sejelas-jelasnya" si hwesio berwajah riang tersenyum.
"Wi Pocu bilang Ho Pocu Huang Puh Kian Pek terlalu sayang
terhadap diri Hong Mong Ling, tetapi penjelasan semacam itu sukar
membuat orang lain merasa puas"
Di dalam hati Ti Then tahu tujuan Huang Puh Kian Pek
bersekongkol dengan Hong Mong Ling adalah untuk membasmi
dirinya dari dalam Benteng Pek Kiam Po kemudian meneruskan
rencananya untuk mencari suatu barang pusaka yang tersimpan di
dalam Loteng Penyimpan Kitab tersebut, tetapi terhadap persoalan
ini bagaimana dia bisa menjelaskan kepada pihak lain ?"
segera dia tersenyum sahut dengan perlahan:
"Sungguh maaf sekali, tentang hal ini cayhe tidak punya hak
untuk memberikan penjelasannya "
" Kenapa?" " Desak si hwesio berwajah riang itu lagi.
Ti Then merasa pertanyaan ini menggelikan, terpaksa dengan
serius dijawabnya. "Karena cayhe sendiri juga tidak paham kenapa Hu Pocu Huang
Puh Kian Pek mau berbuat demikian"
"Apakah di dalam waktu waktu ini diantara mereka suheng te
sering ada percekcokan?""
"Tidak tahu, Cayhe baru memasuki Benteng Pek Kiam Po selama
dua bulan saja di dalam dua bulan ini ada ada setengah bulan
lamanya tidak berada dalam Benteng, karenanya apakah diantara
Wi Pocu dengan Hu pocu Huang Puh Kian pek sering ada
percekcokan cayhe sendiri sama sekali tidak tahu"
"Wi Ci To jadi orang jujur dan mengutamakan keadilan sehingga
dihormati oleh semua orang di dalam Bu lim" Tambah si hwesio
berwajah riang itu lagi. "Bilamana di dalam peristiwa Wi Pocu tidak memberikan
keterangan yang masuk akal mungkin akan menimbulkan dugaan
yang simpang siur di dalam Bu lim."
"It sim hati-hati kalau berbicara" Tiba-tiba Yuan Kuang thaysu membentak keras, memotong pembicaraannya.
Air muka si hwesio berwajah riang segera berubah memerah, dia
tidak berani melanjutkan kembali kata-katanya.
Ti Then yang melihat air mukanya sangat tidak enak segera
mengubah bahan pembicaraan.
"Oooh yaah benar, tadi sewaktu masih berada di dalam Benteng
Wi Pocu pernah membicarakan soal pertemuan yang diadakan di
atas gunung Hoa san setiap pembukaan tahun, sebetulnya
dikarenakan urusan apa?""
"Itu hanya suatu pertemuan persahabatan saja" jawab Yuan
Kuang Thaysu mengangguk. "Pertemuan ini timbul dari pikiran Wi
Lo sicu pada dua belas tahun yang lalu, dia mengajak si kakek
pemalas Kay Kong Beng, ciangbunyin dari Bu tong Pay Ling Cing
cinyien beserta lolap untuk setiap tiga tahun mengadakan satu kali
pertemuan di atas gunung Hoa san untuk saling tukar pikiran dan
minum arak. hal ini hanya terbatas pada pembicaraan persoalan Bu
Iblis Sungai Telaga 9 Keris Maut Karya Kho Ping Hoo Kemelut Di Ujung Ruyung Emas 14

Cari Blog Ini