Ceritasilat Novel Online

Pendekar Seribu Diri 9

Pendekar Seribu Diri Karya Aone Bagian 9


"Rismi, Bermainlah seperti biasanya jangan gugup, anggaplah
bahwa kita sedang berlatih"
"Maaf..!" Rismi Laraspati merunduk.
619 "Jangan menunduk, !" Trangg.... Melati menangkis kuku dari
Lestari. "Baik!" Rupanya Rismi Laraspati sudah bisa mengendalikan
dirinya, dengan mengatur langkah kakinya segera ia menyerang
dengan selendang putihnya.
"Bukk..." "Ukh" dengan telak serangan itu mengenai perut
Lestari. betapa geramnya hati lestari diserang secara bergilir
begitu. Maka, menyeranglah Lestari dengan pukulan tenaga
dalam dari kedua tangannya. jelas sekali bahwa Melati dan
Rismi Laraspati tidak mau menjadi korban serangan itu. segera
mereka Berjumpalitan ke belakang.
Kini, keduanya itu sama-sama pasang kuda-kuda, tangan Melati
siap dengan pedang yang melintang didepan wajahnya
sedangkan Rismi Laraspati siap dengan selendangnya. Lestari
segera ambil sikap menyamping. Kedua kakinya merenggang
rendah dengan kedua tangan diangkat setinggi pundak. Matanya
tertuju tajam pada masing-masing perempuan yang
bersebelahan itu. Tiba-tiba kedua perempuan itu sama-sama memutar tubuh satu
putaran dan senjata mereka dihentakkan ke depan dengan
keras. dari melati melesatlah sinar biru dari pedangnya
sedangkan dari Rismi Laraspati tidak mengeluarkan sinar apaapa, hanya selendangnya saja yang menyabet kedepan.
Wuss...! Wushh...! 620 Duubh...! "Blaaarrsshh" Serangan itu ditahan oleh Lestari dengan menggunakan tenaga
dalam dari kedua tangannya. Tetapi, agaknya serangan Melati
dan Rismi Laraspati itu lebih besar kekuatannya, sehingga tubuh
ramping Lestari terjengkang ke belalang, sejauh dua tombak
Brrukk...! Tubuh lestari menabrak pohon sepermelukan orang dewasa
hingga tumbang. Napasnya menjadi sesak, matanya sempat
mendelik. Namun buru-buru ia mengeraskan semua uratnya dan
melesat cepat dengan menggunakan ke dua kakinya. Kini ia
sudah kembali berdiri dengan wajah memerah.
"Goaarrr" "geerrmmm" Tiba-tiba suara gaoran dan geraman terdengar memekik telinga.
"Gila.Apa yang terjadi di markas, sial dua orang teman mereka
tidak ada disini, pasti mereka yang bikin ulah!" gumam Lestari.
Melati dan Rismi Laraspati hanya tersenyum sinis.
"Kak Lati, kali ini ijinkan aku mencari pengalaman !"
621 "Baiklah, hati-hati", Melati melangkah mundur beberapa tindak,
membiarkan Rismi Laraspati mengasah kemampuannya. namun
ia tak melepaskan Rismi Laraspati begitu saja, pedangnya ia
genggam erat khawatir apabila terjadi lagi hal yang tak
diinginkannya.. "Mengapa diam saja" apa kau takut bila kau hadapi aku
sendirian?" Tantang Rismi Laraspati.
"Cihhhh" Lestari pun melangkah maju dengan bersiap
mengirimkan cakarnya yang runcing kemerahan karena racun.
Namun sebelum tangan itu sempat bergerak melancarkan
serangannya, Rismi Laraspati berkelebat dengan cepatnya,
bagaikan setan disiang bolong
. Wusss...! Srettt...! Kain selendang menjerat pergelangan tangan Lestari. Lestari
kerahkan tenaganya untuk menarik lepas selendang tersebut,
namun apadaya selendang itu melilit tangannya seperti jepitan
raksasa. "Hemmm.... hebat juga permainan selendangnya, jika tak
kugunakan tangan lainnya dan tak dapat mempengaruhi
emosinya mungkin aku takan dapat mengalahkannya, apalagi
masih ada satu lagi temannya." Pikir Lestari.
Pikiran bekerja, tindakan pun berjalan, tangan kiri Lestari
berubah menjadi merah, jari jarinya meregang membentuk
cakar, dengan sebat ia hendak merobek selendang itu.
622 Geram hati Rismi Laraspati. Maka, ia pun segera menarik
selendangnya ke belakang dan melecutkannya dengan kaki
menghentak ke tanah satu kali.
Wusss...! Duaarr...! Ujung selendang memercikkan api. Suara menggelegar
tersentak keluar dari kibasan angin selendang. namun
sepertinya Lestari sudah menduga akan hal itu, maka siangsiang ia sudah menghindari serangan itu. bahkan ia balas
menyerang dengan melemparkan tusuk kondenya kearah Rismi
Laraspati. Tak kalah gesitnya pula, Rismi Laraspati Putar selendangnya
seperti kitiran membuat perisai berwarna putih.
"Cusss...." Suara logam meleleh terdengar mendesis. rupanya selendang
yang digunakan Rismi Larapati sudah dialiri dengan tenaga
dalam yang memiliki unsur api. jadi ketika tusuk konde itu
mengenai selendangnya maka melelehlah tusuk konde itu. bisa
dibayangkan bila yang mengenai selendang itu adalah tangan
manusia. "busyet, ternyata meski gerakannya hanya tarian-tarian saja
serangannya tidak kalah ganas dengan serangan cakar mayat
ku" Gumam Lestari yang kaget dengan kenyataan didepan
matanya. 623 "Awas! Dewi Sinta Merayu Rama" Pekik Rismi Larapati
membuka serangan. Kali ini Lestari tidaklah meremehkan setiap serangan Rismi
Larapati. iapun segera membuka jurus andalannya "Cakar
Mayat". Kesepuluh jarinya terpentang seperti cakar, Serangan Rismi
Laraspati dan Lestari sangatlah bertolak belakang, bila Gerakan
Lestari Ganas dan berbau amis maka berbanding terbalik
dengan Rismi Larapati yang ringan, Lincah, Lemah Gemulai dan
lembut. serangannya juga menyiarkan bau harum khas gadis.
Mereka bertarung dengan ketatnya, puluhan, hingga ratusan
jurus. mencapai jurus ke seratus delapan puluh tampaknya
Rismi Larapati sudah tak sabar lagi dan menyabetkan
selendangnya dengan dahsyat.
Wuss... Selendang berputar diudara dan serentak mengurung
tubuh Lestari yang kala itu menyilang tangan dimuka dan
menariknya sekuat mungkin.
"Breeettss" "Bukkkk" Akhhhh"
"Jrepppp" "Arggghhhh"
Ketika Lestari menangkis selendang Rismi Larapati. Rismi
Larapati merunduk dan memukulkan lututnya tepat diperut
Lestari. tak pelak lagi, tubuh Lestari membungkuk menahan
624 sakit. kebetulan saat itu Lestari membungkuk membelakangi
melati, dengan sekali sentakan ringan pada gagang pedangnya,
melesatlah pedang itu menembus punggung sampai perut
Lestari. mata Lestari mendelik besar, dari mulutnya tersemburlah
darah segar. dengan jeritan menyayat tubuhnya ambruk
mencium bumi. Rismi Larapati menutup matanya ngeri.
"Ada apa rismi?" tanya melati.
"Akh tidak, tidak apa-apa kok!"
"Kau Takut?" "Engghh" "Jangan lemah Rismi,ini bukan apa-apa. kekasih kita seribu kali
lebih kejam dari aku!"
"Aku Tahu... Tapi ia juga adalah lelaki paling lembut yang paling
aku kenal" "Aku mengerti. ayo kita susul mereka."
"Baiklah" Keduanyapun segera bergerak cepat menyusul kemana tadi
Aram pergi. setelah tiba digerbang mereka segera meloncat dan
berdiri diatas gerbang Markas cabang Nawa Awatara. setelah
menengok kedalam. dirinya disuguhi dengan sebuah tontonan
yang menggenaskan, bangunan porak poranda. mayat
625 bergelimpangan. darah menggenang. dan mereka jugga
menyaksikan Aram menunggangi Harimau menatap kearah
rombongan yang sedang melarikan diri,
Selain itu, mereka juga melihat Thian Hong Li menunggangi
seekor ular raksasa yang aneh bentuknya sedang membantai
anggota Nawa Awatara tanpa ada sedikit emosi apapun di
matanya. Melati segera mencabut pedangnya dan melemparkan pedang
itu menggunakan jurus kelelawar mencari mangsa. dan dengan
telak pedang itu menembus tubuh salah satu dari mereka.
Maka kejadiannya seperti yang telah kita jelaskan di bab
sebelumnya. *** "Kalian Mau kemana?" Tanya Aram dengan senyuman
mengejek. Keenam orang yang tersisa saling berpandangan, wajah mereka
sudah pasrah dengan kematian yang ada.
"Lihat.... keenam orang itu, mereka seperti tikus dalam keranda!"
Teriak salah seorang penduduk yang kebetulamn pada waktu itu
sudah mendekati arena pertarungan.
"Cincang mereka!"
"Habisi" 626 "Bakar tubuhnya!"
Berbagai teriakan penuh kepuasan dari para penduduk yang
kala itu ikut menimbrung.
"Gooaaaaaarrrrrrrr"
"Gerrrrrmmmhhhhh"
Dua geraman dahsyat menggoncang tempat itu, para penduduk
yang kala itu berteriak-teriak sirna seketika. pucat pias wajah
mereka melihat dua makhluk yang bergoar itu. seumur hidupnya
mereka kali pertamanya saat itu mereka melihat makhluk
seganas dan seaneh itu. tiba-tiba kedua makhluk itu diselimuti
dengan kabut tebal. Dan dari kabut tebal yang menipis itu, berjalan lah dua orang
berbeda jenis, dialah Aram dan Thian Hong Li adanya.
"Silahkan kalian puas kan diri kalian sendiri, silahkan kalian
boleh apakan enam makhluk itu!" Teriak Aram sambil meloncat
tinggi dan mendarat disamping Rismi Larapati. Thian Hong Li
pun tak kalah gesitnya ia meloncat dan mendarat disamping
Melati. "Mari Pergi" Wusssstttttt keempatnya menghilang diantara lebatnya hutan
rimba dan gelapnya malam, meninggalkan masa yang
mengamuk dan melampiaskan dendamnya kepada keenam
orang yang dianggap mereka sebagai biang keladi kericuhan
627 dinegri itu. Malam sudah lalu. obor-obor dimarkas cabang nawa awatara
yang sudah tinggal puing semakin berkobar apalagi ketika bekas
bangunan itu diamuk oleh ganasnya sijago merah. rupanya Para
warga enggan bila Para Anggota Nawa Awatara kembali
menunjukan taring didesa mereka.
Alunan musik dari dedaunan terdengar merdu ditiup seorang
pemuda yang kala itu sedang berkuda bersama ketiga gadis di
Kaki gunung Kendyaga (Galunggung). Alunan merdu itu terbawa
hembusan angin pagi, terus menyelusup ke dalam lembah, dan
terpantul dinding tebing membawa keindahan tersendiri bagi
yang mendengarnya. Suara merdu itu terus menembus jauh
sampai ketelinga dua orang pemuda berbaju kelabu diatas
tebing jalan setapak itu.
Merasa penasaran, dua pemuda itu segera meloncat
menghadang keempat penunggang kuda itu.
"Hieeee" Karena kaget keempat kuda itu segera mengangkat kedua kaki
depannya, jika tidak dikendalikan oleh seporang akhli tidak
mustahil bahwa penunggang kuda itu bakal terlempar jauh oleh
tunggangannya sendiri. "Amuk, Murka Apa yang kalian lakukan." Pemuda yang tak lain
adalah Aram itu berteriak jengkel.
628 "Ekh, Akh... Ketua.. Maafkan kami hehe" Amuk Samudera
mewakili yang lain meminta maaf. sambil cengengesan malu.
"Yasudahlah, hendak kemanakah kalian, bagaimana dengan
tugas kalian?" "Beres ketua," "Baiklah, Engh...." Aram berpaling kepada Thian hong Li, lalu
Melati dan terakhir Rismi Laraspati, dilihatnya wajah Rismi
Laraspati sudah keruh kemerahan, sepertinya ia tidak kuat lagi
melaju mengendalikan kudanya.
"Rismi, Naiklah bersamaku" Pinta Aram.
"Engh.. ekh Apa?"" Rismi Laraspati tersentak dari lamunannya.
"Naik lah bersama Kakang Aram" Bisik Melati yang kebetulan
berada disampingnya. "Ayo" Pinta Aram kembali.
Dengan Kikuk, Rismi Laraspati turun dari kudanya dan naik
melompat kekuda yang ditumpangi Aram.
"Kalian berdua, Naiklah kekuda itu, dan kalian ceritakan
mengenai tugas kalian sambil melanjutkan perjalanan"Titah
Aram. "Baik" Sahut mereka serempak dan meloncat kepunggung kuda.
Amuk samudera menghela nafas sebentar dan mulai bercerita.
629 "Begini ketua, Ketika kami selesai membagi daerah bersama
Ketua angkara dan yang lain, kami berangkat menuju
Padepokan Pedang bumi."
***** Padepokan Pedang Bumi terletak di Gunung Kendyaga
(Galunggung), diantara bentangan jurang yang curam, bila
perguruan Golok Harimau dan Rajawali Emas memiliki
padepokan yang tetap, maka Perguruan pedang bumi selalu
tinggal bersama dengan alam, selaras dengan Alam.
Kenyataan itu ternyata membuahkan hasil, Anggota Nawa
Awatara susah sekali menjerat Murid-murid dari perguruan
Pedang Bumi. alhasil, mereka hanya dapat menyegel gunung itu


Pendekar Seribu Diri Karya Aone di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tanpa dapat mengekang apalagi menahan Anggotanya.
Jurang Agni merupakan suatu jurang curam yang dibawahnya
terdapat sungai lahar dari gunung Kendyaga. bau belerang
menyengat hidung membuat siapapun merasa sedang
berhadapan dengan pusat kawah.
Amuk Samudera dan Murka Semesta tampak berjalan
menyusuri hutan dengan mulut penuh daging dimulutnya,
"Murka, Kau tahu letak persis dimana keberadaan Murid
Perguruan Pedang bumi itu?" Amuk samudera berkata setelah
menghabiskan daging yang dikunyahnya.
630 "Emch, Tahu Persis sih tidak, aku hanya tahu gambarannya
saja. itu juga menurut Ki Ardam yang menuturkannya secara
garis besar" Tenang ucapan Murka Semesta.
"Gambaran" emch, lalu apakah kau sudah menemukan
gambaran itu?" "Sudah.." Amuk Samudera hentuikan langkah "Lalu kita harus kemana
sekarang" "Sekarang Aku tak tahu!"
"Tadi kau bilang sudah menemukan gambaran itu"
"Ia, Mengenai itu tadi sudah terlewat, sewaktu kita memanggang
ayam hutan, seharusnya kita menuju arah selatan."
"Mengapa kau tak mengatakannya sedari tadi hah...!"
"Kau tak bertanya"
"Gerrrrr..... hah, jadi perjalanan dua mil kearah tenggara ini
menurutmu percuma?" "Aku pikir kau tahu jalannya, jalan yang lebih dekat maka aku
diam saja!" "Plakkkkk!" Amuk samudera menepuk jidatnya sendiri.
631 "Jadi sekarang kita harus berputar balik?"
"Jika kau tak mengetahui jalannya aku rasa itu pilihan yang
tepat" Murka semesta menjawab sambil membalikan badan dan
melesat terbang menggunakan ilmu peringan tubuh, Selaksa
rubah menjadi bayangan. tak ada pilihan, Amuk samudera
segera mengikuti Murka semesta dan berjalan beriringan.
setelah sekian lama, akhirnya sampai juga dimana mereka tadi
memanggang Ayam hutan. "Emch, sekarang kemana?" Tanya Amuk Samudera.
"Kesana" Murka semesta menunjuk sebuah sungai yang cukup
besar dan batu menjulang tinggi.
"Plakkkk" Sekali lagi Amuk samudera menepuk jidatnya sendiri.
"Bukankah tadi kita berada disana?" tunjuk Amuk samudera
menunjuk kearah sungai yang berada diarah tenggara.
"Aku rasa ia" "Gerrr... sialan! HARUSNYA KITA BERJALAN DUA MIL
MENUJU BATU ITU TANPA HARUS KEMBALI KEMARI" Maki
Amuk samudera Jengkel. Tiba-tiba.... "Aakh, rupanya kalian masih berada disini!" Sapa seorang lelaki
yang tak lain Ki Ardam adanya.
632 "Ki, Orang ini benar-benar membuatku karatan... kita selama ini
terus berputar-putar saja disini." Amuk samudera melampiaskan
kesalnya kepada Ki Ardam.
"Hahhaha...... kalau begitu mari aku tunjukan jalannya." Ki
Ardam tertawa sambil melesat menuju arah selatan. tanpa kata
Murka Samudera mengikutinya meninggalkan Amuk samudera
yang mencak mencak tak keruan.
Jengkel sekali perasaan Amuk samudera, dengan menggerutu
ia mengikuti keduanya. Ketiganya berlari beriringan, dalam
perjalanan mereka juga melihat beberapa orang berpakaian
hitam yang tak lain Anggota Nawa Awatara tampak berdiri
ataupun berjaga. Murka semesta potes ranting kering dan lemparkan ke Jalan
kematian mereka, maka tak pelak lagi tanpa ketahuan nyawa
mereka berjatuhan. begitulah, mereka berlari sambil membunuh.
sepandai-pandainya tupai melompat akhirnya jatuh juga.
begitupula dengan kematian Anggota Nawa Awatara. meski
mereka mati tanpa suara akhirnya ketahuan juga.
"Teng..teng" Sebuah suara lonceng di pegunungan itu berbunyi
tanda bahaya. "Lihat, gara-gara ulahmu tanda itu dibunyikan." Tuduh Amuk
Samudera. "Engh..... Aku tahu, aku sengaja melakukan itu." Tenang
Jawaban Murka Semesta. 633 "Mengapa?" "Supaya aku tak kelimpungan mencari mereka. bila sudah tanda
itu dibunyikan aku yakin mereka berkumpul disatu tempat dan
aku bakal membunuh mereka serempak." Sederhana sekali
pikira Murka semesta, namun dalam keadaan itu benar-benar
pikiran yang jitu. sebuah taktik atau siasat sebenarnya bukan
teorinya yang hebat melainkan cara menempatkan dan memilih
suatu keadaan yang tepat lah maka akan menjadi suatu senjata
yang paling ampuh didunia ini.
"Enghh... Kau jenius Murka..." Pekik Ki Ardam antusias. Amuk
Samudera menghela nafas panjang.
"Ini gila" Pikirnya dalam hati."Kemana kita Ki" Tanyanya.
"Tempat yang dibuat markas darurat....... Kita Sampai" Kata Ki
Ardam. Amuk Samudera dan Murka Semesta pandangi temmpat itu,
hanya hamparan batu saja yang ada di hadapan mata.
sementara didepannya sebuah batu besar sebesar kubangan
kerbau. Ki Ardam putarkan batu itu kekiri dua kali dan kekanan dua kali.
dretttt drettt Brussshhhhh Akhhh...... Pekik Amuk Samudera dan
Murka semesta kaget, Ketiganya jatuh tertelan bumi.
"Bukkkk" Ukhhh.... Amuk Samudera jatuh dengan tulang ekor
membentur batu cadas. sementara Murka Semesta yang
memperhatikan cara jatuh Ki Ardam tampak baik-baik saja.
634 "Kau tak apa?" Tanya Murka Semesta prihatin dengan keadaan
sahabatnya itu "Apa kau lihat keadaanku baik-baik saja?"
"Emch, Kepalamu dan anggota tubuhmumu tidak ada yang
berubah, aku yakin kau baik saja,..."
"Jadi maksudmu aku harus patah kaki dan tangan baru bisa
dibilang tidak baik-baik saja."
"Tidak juga, nyawamu melayang jua bisa dibilang ada apa-apa"
"Gerrrrrrrr" "Tiba-tiba" "Siapa Kalian!" Bentak seorang pemuda berbaju Hijau polos,
sepertinya ia merupakan seorang yang akhli dalam penyamaran
dalam hutan. "Dewa Daun ini aku" Jawab Ki Ardam.
"Ketua....." Pemuda yang dipanggil dewa daun terpengarah,
segera ia berlutut. "Bangunlah, kita harus menuju ruang penyangga"
"Baik...." 635 Singkat cerita akhirnya Ki Ardam, Dewa Daun, Amuk samudera,
Murka semesta tiba diruang penyangga juga diikuti sekitar
seratus orang Murid Perguruan Pedang Bumi.
"Nah, Itulah..., jika kita bisa menggeser batu itu, maka kita bisa
,membunuh mereka tanpa harus membunuh mereka satu
persatu." "Heaa..... Amuk Samudera mendorong batu itu, namun batu itu
tidak bergeser juga. "Jelaslah, dulu batu itu dibuat oleh pendahulu kami sebanyak
seribu orang..!" Tutur Ki Ardam.
"Kita coba! Heaaaa" Murka semesta berkata sambil
mengerahkan tenaga dalamnya yang bernama Panca Menjadi
Tunggal. "hehe.... " Amuk samudera tidak mau ketinggalan, ia kerahkan
pula ilmu tenaga dalamnya yang bernama Tunggal menjadi
Kosong, "Dreeetttt...Dreeetttt" Perlahan batu itu mulai bergeser. Ki Ardam
dan para muridnya tertegun, ki Ardam mantapkan hatinya
segera ia memasang Sarung tangan elemennya dan
mengerahkan tenaga dalamnya dari kitab Samudera Kematian.
Hawa Panas, Dingin, Perih, nyaman dan sebagainya
berseliweran akibat tenaga dalam itu, Dewa daun tak sanggup
lagi berada didekat sana, segera ia berlari kebelakang, Murid
perguruan pedang bumi lainnya segera mengikuti.
636 "Drett...drettttt bruss..... Argggghh" Suara batu bergerak
kemudian jatuh kedalam lautan kawah digunung itu. sementara
itu diatas tempat itu, Para Anggota Nawa Awatara sedang
mengadakan rapat mengenai pembunuhan dibawah bukit tadi.
dan tiba-tiba tanah disekeliling mereka bergetar, dan tak ampun
lagi mereka ambruk dan tertelan kedalam tanah. berbagai jeritan
kagety bersahutan, perempuan, Laki-laki tua muda menjerit.
mereka jatuh kedalam ganasnya Kawah panas.
Ki Ardam tersenyum puas. "Ternyata ini rencana kalian!" kata Amuk samudera jengkel.
**** "Nah, begitulah kejadiannya ketua, dalam tugasku kali ini malah
jadi bulan-bulanan mereka berdua, aku benar-benar bisa mati
karena jengkel" Amuk samudera bercerita dengan jenaka
membuat Aram dan yang lainnya tertawa geli.
"Akhirnya Ki Ardam hidup berbahagia dengan para muridnya
Tamat" Tambah Murka semesta.
"Hihi. .... sepertinya kang Murka pintar mendongeng, ceritakan
dongeng buat aku dong kang!" Rismi Laraspati berkata polos.
"Baiklah, Tuan Putri. Pada Zaman dahulu kala, didunia ini belum
ada tumbuhan, belum ada hewan, belum ada sungai, belum ada
manusia dan belum ada yang bisa diceritakan. Tamat." Tenang
ucapan Murka semesta seakan itu merupakan hal yang sepele.
"hahahaha..." 637 Gelak tawa bersahut-sahutan disekeliling mereka, tanpa ada
beban seolah mereka sedang bertamasya. gema suaranya
begitu empuk ditelinga siapapun
Pagi baru saja menyingsing. Matahari masih enggan
menampakkan dirinya. Hanya rona merah jingga yang membias
dari balik gunung sebelah Timur. Namun di pagi yang masih
tertutup kabut itu terlihat Suatu rombongan berjumlah enam
orang berkuda berpacu cepat meninggalkan debu yang
mengepul di udara. Dilihat dari ciri-cirinya, enam orang berkuda
itu bisa dikenali siapakah gerangan. Mereka adalah Rombongan
Aram dan kawan-kawan. Tampak mereka memacu kudanya
secara beriringan. Gunung Kendyaga sudah jauh di belakang mereka, saat ini
mereka sedang berada di hutan kastubamani. dinamakan
kastubamani sebab disana memang sering ditemukan permatapermata yang terkubur. tak heran sebab disana memang bekas
reruntuhan Kerajaan Raharja. sebuah kerajaan yang paling
mewah pada masanya. dalam kesunyian itu terdengar kicauan
burung perkutut mengusik kebisuan mereka
"Ketua, mengapa kita harus berputar kesana kemari bila
memang tujuan kita adalah Pulau Borneo?" Amuk Samudera
berkata lirih heran. " Hem, kau ini benar-benar tidak tahu ataukah memang purapura tidak tahu?" Murka semesta mendengus. mewakili Aram.
"Memangnya kau tahu mengapa kita terus berputar ?"
638 "Dasar otak Bebal, Kita sedang menunggu kedatangan teman
kita yang lain untuk berangkat ke Pulau setan-setan itu, dengan
berputar-putar kita dapat menunggu kedatangan mereka
sekaligus...." "Sekaligus!?" "Para Anggota Nawa Awatara lebih pintar daripada kau! jika
memang kau ingin tahu, carilah jawaban sendiri"
" Emch, Apa sih susahnya mengatakan" Rutuk Amuk Samudera.
"Katakan sih mudah, tapi menjaga ucapan dari telinga kucing
sangatlah sulit, bukankah begitu Cempaka, Kasturika?" ucap
Murka semesta lirih entah ditujukan kepada siapa.
"hihihi... benar-benar sekali" Dari atas pohon melesatlah dua
bayangan bertubuh langsing dengan indahnya,
Gadis pertama memakai pakaian dalam berwarna merah muda.
dibalut jubah panjang berwarna merah ati. jubah itu terlihat
begitu ketat, memperlihatkan lelukan tubuh gadis itu, jubahnya
panjang sampai sebatas lutut. gadis itu tidak mengenakan
celana pangsi seperti layaknya seorang pendekar wanita. dibalik
jubah ketatnya, Gadis itu tidak terlihat memakai apa-apa.
Rambutnya tergerai lurus sepunggung menambah
kecantikannya., sedang yang satunya lagi adalah seorang gadis
cantik berpakaian dalam Hitam berjubah sama dengan gadis
pertama, hanya saja, gadis yang satu ini memakai celana
panjang yang selazimnya dipakai oleh seorang laki-laki, gadis
639 pertama ternyata adalah Cempaka lalu gadis yang kedua adalah
Kasturika si Dewi Damai Buana.
"Rupanya kau sudah tahu bahwa aku dan Cempaka sedari tadi
mengikuti kalian hihi" Kasturika yang bernama arti tertawa
ringan. "Bagaimana dengan tugasmu Teh?" Thian Hong Li yang sudah
kerasan memanggil dengan panggilan bahasa sunda itu
bertanya sambil meloncat ke punggung kuda yang ditumpangi
melati. rupanya Cempaka dan Kasturika paham dengan sikap
Thian Hong li, buru-buru mereka menunggangi kuda bekas
tunggangan Thian Hong Li.
"Sudah beres, kami tidak membantu apa-apa dalam rumah
tangga perguruan teratai putih, sebab mereka sudah bertindak
duluan dengan menenggelamkan padepokan mereka. jadi, kami
beralih dengan membantu Para Anggoota kita untuk masuk
kedalam tubuh Nawa Awatara."
"Oh, begitu..... lalu, apakah Bangunan Perguruan teratai putih
sudah tinggal kenangan?" Melati bertanya polos.
"Hihi, Tidak... bangunan mereka baik-baik saja, sebab dalam
padepokan mereka sudah dipasangi dengan perkakas rahasia,
kau tahu" Pusat Padepokan Teratai Putih sebenarnya ada di
Dasar danau Kali Lotus.!"
"Wah,.... hebat juga jikalau begitu, lain kali aku jadi ingin
berkunjung kesana!" Cerocos Rismi Laraspati.
640 "Ada pesan dari Sipengabar Langit?"" Aram bertanya Spontan.
wajah tampannya menatap lekat-lekat cempaka.
"Mengapa ketua bertanya padaku!" Meski berkata seperti itu,
dalam hatinya ia merasa kagum dengan sikap ketuanya itu, ia


Pendekar Seribu Diri Karya Aone di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

heran darimanakah Sumbernya hingga Aram dapat mengetahui
bahwa Sipengabar Langit akan mengirimkan kabar melalui
dirinya. "Aku yakin dalam hatimu kau sudah mengerti alasanku
sepenuhnya" Aram berkata sambil tersenyum, ia julurkan
tangannya kedepan. Cempaka masukan tangannya kebalik baju
dalam di belahan dadanya. dari situlah ia mengeluarkan sehelai
kain putih. dan menyerahkannya kepada Aram.
Aram segera tenggelam dalam surat itu, sebab surat itu terdiri
dari kata yang tersusun oleh sandi. Aram tersenyum puas,
segera ia kerahkan tenaga dalam Panca Menjadi Tunggal yang
memiliki hawa panas. bau benda terbakar menyeruak hidung,
sekejap saja kain itu telah berubah menjadi serpihan abu yang
berterbangan. "Kakang, Apa isininya.?" Rismi Larasparti berbisik.
"Kau akan tahu nanti." Jawab Aram sambil mengepruk kudanya.
sebentar saja hutan itu terlewati, maka terbentanglah sebuah
safana yang syarat akan keindahan.
"Sepertinya kedatangan kita disambut dengan meriah...!"
Gumam Cempaka. 641 "Emhhhhh.... Tidak, Penyambut kita semua sudah menjadi
mayat" Tanggap Aram.
"Siapa yang melakukannya."
"Sepertinya keenam orang itu dapat menjelaskan!" Jawab Aram
sambil menatap lurus kedepan, dari arah depan itu memang
berjalanlah enam sosok manusia berjalan lenggang kanggkung
menenteng pedang. "Angkara, Yumi, Huru Hara, Luyu, Ryusuke Jelita....."
"Hormat ketua!" Serempak keenam orang itu menbungkukan
badan,. "Bangunlah, bagaimana tugas kalian?"
Pertama yang menuturkan adalah Angkara dan Yumi. kemudian
Huru hara dan Luyu Manggala, untuk terakhir yang bercerita
adalah Ryusuke dan Jelita Indria.
*** Padepokan Bintang Kemukus berada di gunung Sungging
(sekarang Sumbing) tepat berada di puncaknya. Gunung
sungging merupakan gunung yang kaya akan keindahannya,
pada waktu itu langit tampak mendung, sepertinya akan turun
hujan. dalam cuaca seperti itu ternyata ada sebuah pertarungan
yang cukup seru, denting pedangnya bergema dipantulkan
dinding-dinding jurang dan cadas.
642 Dan Lucunya, pertarungan itu juga ditonton oleh dua orang
muda-mudi berpakaian hijau, Warna hijau mereka itu ternyata
membantu mereka untuk menyembunyikan diri tanpa disadari
oleh lawan. "Apa kita akan turun tangan sekarang?" Tanya Gadis berbaju
hijau, dan lelaki disampingnyapun menjawab.
"Ki Madya bilang kita jangan sembarangan mencampuri urusan
rumah tangga mereka. sebaiknya kita bantu bila keadaan Murid
Perguruan bintang kemukus sedang dalam kritis saja"
"Baiklah jikalau begitu." begitulah mereka terus bercakap-cakap
dengan kesiagaan yang cukup serius, mereka tak lain adalah
Ryusuke dan Jelita Indria adanya.
Sementara itu dalam pertarungan tampak Ki Madya sedang
kelimpungan melawan Seorang Anggota Nawa Awatara yang
bersenjatakan gada. "Ki Madya, tak kusangka kau bisa lolos dari jeratan kami bahkan
memiliki ilmu baru yang kau kuasai. namun jangan harap dapat
mengalahkanku" "Pancawali jangan takebur kau, ketahuilah bahwa ilmu dari Kitab
Tanah Inti Bumi ini belum menunjukan kemampuannya. dan
jangan harap dapat melihatnya lagi, sebab di purnama ini juga
kalian para setan kelayaban Nawa Awatara akan musnah akibat
perbuatan kalian sendiri "
643 "Serahkan Jiwamu!" tanpa banyak cakap, Gadanya terangkat
terus membacok dari depan, sejak angkat nama di kancah rimba
hijau, Pancawali mengandalkan tenaganya yang besar, gadanya
yang besar dan kuat ditambah kekuatan latihan tenaga
pergelangan tangannya selama puluhan tahun, jurus serangan
gadanya begitu menggiriskan telinga. Jurusnya yang disebut
Gada pelumatpolo benar-benar dahsyat, angin berkesiuran
laksana tawon pindah sarang.
Ki Madya tersenyum mengejek. tangannya yang sudah memakai
sarung tangan elemen diangkat dan sedikit digentak, maka
terdengarlah suara "bukkkk" yang tidak begitu keras, bacokan
Gada Pancawali yang membawa tenaga laksaan kati itu dengan
mudah dipecahkan, Hati Pancawali merasa takjup sekaligus
tercengang, ia heran sekali mengapa tangan Ki Madya begitu
keras, serunya sambil tertawa keras,
"Tak heran kau berani mengagulkan diri, tenaga dalammu cukup
kuat juga!. Awas, Serangan kedua"
Seiring dengan bentakannya Gada besar di tangannya sudah
membabat pergi datang bolak-balik, bayangan gadanya
berkesiuran tajam, setiap jurus pasti mengarah tempat-tempat
penting mematikan di seluruh tubuh Ki Madya.
Meski bentuk tubuh Ki Madya terkurung rapat di dalam kesiuran
Gada besar Pancawali, tetapi sikapnya masih tenang, dengan
menyambut atau menyampok dan menindih serangan itu
menggunakan telapak tangannya, dengan tanpa gentar ia dapat
memunahkan setiap rangsakan dari Pancawali.
644 Dalam pada itu, pertempuran di tengah gelanggang sudah
mencapai puncak yang tidak terkendalikan lagi, semakin
bertempur Pancawali semakin bernapsu merangsak dan
menggempur dengan berbagai tipu jurus yang ganas dan licik,
setiap jurusnya mengandung perubahan yang lihay dan sulit
diselami, semua menjurus ke tempat mematikan di tubuh
lawannya. Mendapat serangan seperti itu, akibatnya ia menjadi gugup,
dengan kelimpungan ia mainkan jurus-jurus dari Perguruan
bintang kemukus dan aliran tenaga dalam inti bumi.
Setelah sekian jurus dikeluarkan Karuan Pancawali dibuat panas
hatinya, cepat ia naikan tempo serangannya. seratus jurus
dilampaui. Samar-samar sudah kelihatan Ki Madya mulai payah,
sebaliknya Pancawali juga tida meraih keuntungan Nafasnya
tampak memburu. "Blaarrrrr" Klontraannnngg.!
"Hoek..! Hoek...!"
Keduanya tergetar mundur, Gada besar milik Pancawali melesat
jauh. terkena ledakan tenaga dalam itu, Keduanya pun tampak
terhuyung-huyung dan muntah darah.
Bersamaan itu pula disekeliling mereka tampak mayat kedua
belah pihak sudah bertumpuk, keadaan Perguruan bintang
kemukus sudah berada diujung tanduk. saat itulah tiba-tiba
645 serentetan senjata logam berbentuk bintang berseliweran
diudara, Crassss...crassss....crekkk Akghhhhh"
Sekejap saja, Anggota Nawa Awatara tampak bergelimpangan
hingga menyisakan dua orang lagi, Orang yang bertarung
dengan Ki Madya dan satunya lagi adalah seorang kakek
berjenggot merah. kakek itu memiliki wajah yang tirus dan mata
sipit, dalam dunia persilatan ia dikenal dengan Orang tua
berjanggut merah. "Siapa itu!" Geramnya marah, suaranya serak dan suaranya
mengceletar sadis. Murid perguruan Bintang kemukus kelihatan
saling tergeletak pingsan. dari telinga mereka keluar darah.
Sementara Yumi dan Ryusuke kelihatan sama sekali tak
terpengaruh. "Hey jenggot merah, jangan marah-marah terus, kau sudah tua...
bila kau marah-marah terus kau bisa modar nanti!" Jelita Indria
tertawa tawa ringan. Jleggg...! dihadapan Orang tua berjenggot
merah munculah seorang gadis cantik berwajah manis
tersenyum manis. Pakaiannya serba hijau.
"Akh..ugghh!" Kakek itu tergagap melihat wajah secantik itu.
Dilain pihak, Ryusuke juga tampak berdiri disamping Ki Madya
sambil meletakan tangannya di pundak. Sekejap saja luka yang
dialami ki madya segera sembuh, rupanya Ryusuke juga
menyalurkan tenaga dalamnya seiring pegangannya.
646 "Kau tak apa-apa ki?"Ryusuke menyapa. Ki Madya mengangguk
pelan, "Maaf ki, aku tidak kuat menahan bila melihat Murid Aki
bergelimpangan begitu saja,"
Ki Madya palingkan wajahnya, betapa pilunya melihat beberapa
muridnya bergelimpangan dan beberapa orang sedang ditolong
oleh para murid utama yang memiliki kemampuan lebih.
"Silahkan aki menolong mereka, biarkan saya yang
menyelesaikan urusan disini." Ryusuke berkata sambil mencabut
pedang panjang dipunggungnya, Rupanya Serangka dan
Gagang pedang itu serasi dengan bajunya, sehingga pedang itu
keberadaannya tersamarkan.
"Sringg" "Siapa Kau Anak muda! apakah kau tahu siapakah yang sedang
berhadapan denganmu" Si Tua bangka Madya juga belum
dapat membunuhku apalagi dirimu yang hanya seorang bocah
bau kencur" "Haha.... Kita Lihat saja nanti Kisanak, barangkali nyawamulah
yang duluan melayang!"
Tampak Pancawali memasang kuda-kuda, lengannya sampai
sebatas siku berubah menjadi hitam legam, bau anyir merebak
kemana-mana. "Ajian Inti Bisa!" Ucap Ryusuke tanpa sadar, ia pernah melihat
cara bagaimana untuk menguasai ilmu hitam itu dikumpulan ilmu
dalam perpustakaan dalam markas Bendera Awan Langit.
647 "Hebat kau anak muda, sekali lihat saja kau dapat mengetahui
ilmuku ini!" "Laknat..... Kau keji sekali kisanak sampai membunuh bayi
dalam kandungan!" Pekik Ryusuke.
Seiring dengan bentakannya tubuhnya condong kedepan dan
mulai membabatkan pedangnya, Pedang melawan Pukulan.
"Craaassshhh... Bukkk!
"Hoekkk...ughhh!"
Hebat sekali, dalam sekali gebrakan saja mereka sudah beradu
kekerasan, dengan kecepatan laksana kilat Ryusuke
menggunakan tipu Matahari terbit malam gelap. serangannya itu
sekilas terlihat sederhana, tapi begitu bergerak serangannya
cepat bagaikan kilat. Tangan Kiri yang kosong ia sabetkan menuju mata Pancawali,
rupanya pancawali terkecoh, segera ia tahan serangan itu,
merasa tipunya berhasil Ryusuke juga sabetkan pedangnya
dengan cepat, tapi itu semua harus dibayar dengan mahal.
sebuah tinju dengan telak menghajar ulu hatinya, keadaan
Pancawali juga tidak menguntungkan, dari dada kiri sampai
pundaknya terasa perih bukan main. darah mengucur deras
darisana. "Ganas juga racunnya!" pikir Ryusuke sambil menelan pil
penawar racun. 648 "Serangannya terlalu cepat, sedikit meleng saja jiwaku
melayang, aku salah terlalu menganggapnya remeh, namun
kurasa racun ku cukup untuk membunuh dirinya!" batin
Pancawali sambil mendekap erat dadanya.
"Awas serangan kedua!" Ryusuke berteriak mengguntur sambil
memutar pedangnya dengan dahsyat, itulah jurus Matahari
berotasi. Pancawali kerahkan tenaga sampai dua belas bagian.
warna hitam dipergelangan tangannya semakin kentara, dalam
hitungan detik keduanya kembali bergumul seru.
Dilain tempat, tampaknya Jelita Indria dan Orangtua berjenggot
merah juga sudah terlibat pertarungan, serangan jelita Indria
sangat lemah dan gemulai, namun pedangnya selalu
menyambar ganas. sedangkan Orangtua berjenggot merah
menangkis dan balas menyerang menggunakan trisulanya,
"Trang..trangg!"
Dentingan dua logam beradu terdengar nyaring, tapi bisa dilihat
bahwa Jelita Indria memegang pertarungan itu, rupanya Orang
Tua berjenggot merah sangat tergiur dan tergoda dengan setiap
gerakan gemulai dan tubuh indah jelita Indria. sehingga setiap
jurusnya tidak kleluar dengan maksimal.
Dan.... Jrusss... Brukkk!
Nyawa Orang Tua berjenggot merah melayang meninggalkan
raganya. ketika Jelita Indria menggunakan jurusnya yaitu Tarian
Merak putih, dadanya yang membusung indah itu berhadapan
649 tepat dengan wajah Orang Tua berjenggot merah. sementara
kedua tangannya teracung keatas dalam posisi badan
melengkung, pahanya yang indah sempat terlihat ketika Jelita
indria mencongkel pedangnya yang terlempar keatas, bau
harum khas wanita pun tercium jelas dihidung Orang Tua
berjenggot merah sehingga gairahnya memuncak.
Dalam keterlenaan itu, Orang Tua berjenggot merah tak sadar
bahwa pedang yang tercongkel itu dikendalikan menggunakan
kakinya hingga menembus tubuh tuanya itu. tanpa kata Orang
Tua berjenggot merahpun tertidur untuk selamanya.
Setelah mencapai jurus yang ke enam puluh delapan tampak
bahwa Ryusuke juga sudah berada disaat mencapai puncaknya,
tangan kirinya yang kosong bergeliatan diantara celah kosong
hingga akhirnya dapat mengenai jalan darah tidur ditubuh
pancawali. Pancawali terkejut namun ia tak dapat berbuat apaapa, tubuh kekarnya jatuh menggelosor dan ketika belum
mencapai tanah kepalanya telah lepas duluan terkena sabetan
pedang panjang Ryusuke. ***** "Begitulah ketua!" Ryusuke dan Jelita Indria mengakhiri
kisahnya. Semua orang disitu tersenyum lega, akhirnya Aram berkata
memecah keheningan. "Lalu, ada kejadian apalagi" tampaknya kalian menyimpan
ganjalan." 650 "Eng, sebenarnya kami telah membunuh lima manusia ular
pencabut nyawa. padahal seharusnya ketualah yang harus
melakukan itu" "Dimana kalian menemukan mereka?"
"Kami bertemu dijalan, ternyata mereka sudah bergabung
dengan Nawa Awatara. kami sudah mendengar dari Sipengabar
Langit kalau" "Syukurlah jikalau begitu,! tak usah kau risaukan mengenai


Pendekar Seribu Diri Karya Aone di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

urusan itu saudaraku. aku ucapkat terimakasih. Ada yang kalian
ingin tanyakan lagi?"
"Ada!, bagaimana dengan Datuk-datuk persilatan juga anggota
kita yang sedang berada dimarkas?" Angkara bertanya lirih.
"Semuanya sudah bergerak.......................! Pada waktu itu, aku
duduk melamun didekat air terjun sebab merasakan firasat yang
tak enak. ku perintahkan salah satu anggota yang bernama
sangkoro untuk mengumpulkan semua anggota........"
"Tik....Tik...Tik..!"
Suara Air yang jatuh dari ketinggian mengiringi bagai musik yang
berdentang seperti irama lagu, "Ketua,...!" sapa seorang pemuda
berpakaian hitam, Rambutnya gondrong sebatas bahu.
"Ya, Ada apa Sangkoro?"
"Emch. Semuanya sudah berkumpul..!"
651 "Baik... Antarkan aku kesana!" Keduanyapun segera pergi
kesebuah tempat lapang didekat batu cadas berwarna hitam
selaras dengan keadaan langit disana yang sedang biru-birunya.
keadaan disana tampak ramai dengan obrolan-obrolan kecil
sesama anggota, namun ketika datang Aram semuanya berubah
menjadi hening. Sima atau wibawa ketuanya memang sudah
mereka kenal sejak pertama kali bergabung,
"Bagaimana keadaan kalian saat ini saudara-saudariku?"
"Yehaaaa" Teriak mereka serempak.
"Ada beberapa hal mengapa kita saat ini berkumpul, apakah
kalian sudah siap menjadi seorang pembunuh Angkara murka?"
"Siaaappp! Heaaaaa Hidup Kesejahteraan.... hidup Bendera
awan langit!" Jawab mereka serempak.
"Bagus, mulai besok kalian aku tugaskan berpesta darah,
silahkan kalian membunuh ataupun menyusup diantara mereka,
Aku beri kebebasan untuk kalian, terserah kalian mau
melakukan apapun tapi satu hal jangan lupakan tujuan utama
kita dan tepat pada saat purnama menunjukan jati dirinya, maka
saat itulah kita bergerak ada yang ditanyakan lagi"
Semuanya tampak diam, Wajah mereka dipenuhi dengan
senyuman aneh, saat ini mereka adalah macan yang terkekang.
bisa dibayangkan jika mereka sudah bebas nanti, entah akan
berapa tetes darah yang akan tertumpah
652 "Silahkan kalian berbenah dan menyiapkan diri, besok pagi aku
enggan bila melihat satupun diantara kalian berada disini.
Paham" "Heaaaaa Hidup Kesejahteraan.... hidup Bendera awan langit"
"Bagus, jikalau begitu aku akan pergi sebentar!"
Ucapan tinggal ucapan sementara jiwa dan raganya entah
berada dimana sekarang, suara itu menggaung gaung penuh
gelora, seperinya Aura kematian yang dikuasainya sudah
mencapai kesempurnaan, sehingga meski orangnya sudah tak
ada namun auranya masih menyergap setiap orang yang ada
disana. Mereka tidak protes karena mereka dikumpulkan dan ketuanya
hanya mengucap beberapa patah kata saja, mereka tahu. itulah
gaya memimpinnya, singkat padat dan jelas.
Jauh dari tempat itu, Aram sedang berlari dengan cepatnya
menuju sebuah pondokan di Pulau yang bernama Anglep.
"BLAARRRR......!" Pintu pondok itu jebol.
"Nek...!" Aram berlari dengan mata berkaca-kaca. tubuhnya
gontai seketika ketika melihat sesosok prempuan paruh baya
terbaring pucat di sebuah pembaringan yang sedang dikelilingi
oleh beberapa wajah yang tak asing dimatanya. Sipemabuk Dari
Selatan, Ki Asmaradanu alias Sisinting dari Timur, Ki Jalak alias
pendekar burung jalak dan Nyi Renjani alias bidadari penakluk
naga. 653 "Nek!Tidak... Jangan tinggalkan aku!" Mulutnya mengeluarkan
jeritan lantas menubruk tubuh kaku Nyi Permata Dewi alias Dewi
Pemanah Asmara. Aram memandang sekian lamanya wajah pucat Nyi Permata
Dewi, hatinya pilu sekali, air matanya mengalir bercucuran. Ki
Asmaradanu menepuk pundak Anak angkatnya itu, "Nak,
Sabarlah.... segala sesuatu pasti ada hikmahnya"
"Ayah" Aram sandarkan tubuhnya, bagaimana kejadiannya?"
"Hemmm" Ki Asmaradanu menghela nafas sebentar.
"Nenekmu mempelajari ilmu yang disebut dengan Asmara Jaya
Sukma, Meski hebat ilmu itu selalu membangkitkan hawa
kewanitaannya akan kehangatan, merasa tak tahan Nenekmu
berusaha untuk menghilangkan ilmunya itu. padahal ilmu itu
sudah menjadi darah dan dagingnya, Ayah tak tahu kejadian
selanjutnya sebab ayah dan guru dan yang lainnya sedang adu
tanding di lapangan. dan ketika ayah kemari Nenekmu sudah
menggeletak tak bernyawa, nah itulah pesan terakhir nenekmu!"
Ki Asmaradanu menunjuk lantai. dilantai itulah tergores sebuah
tulisan yang terbuat dari goresan tangan.
"Hapus Angkara murka, Bebaskan Keadilan."
"Baik.... baik nek! itu pasti" Aram bergumam sendiri. lalu ia
berkata dengan mengambang.
"Lalu apa yang akan dilakukan sekarang oleh ayah" Ananda
mohon pamit, Ananda hendak pergi kedunia ramai lagi."
654 "Begitu pula dengan kami Anakku."
"Mari Ayah, kita kuburkan Jenazah Nenek!" Aram pun segera
mengkonsentrasikan tenaga dalamnya kelengan. Tubuhnya
berjongkok sementara tangannya memegang lantai seakan
hendak merobeknya. "Heaaaaaaa" Pekiknya dahsyat, tanah bergetar dan luar biasa
sekali, tanah itu secara aneh menyibak, mengikuti teriakan dan
tarikannya. meninggalkan bekas berlobang selebar empat
tombak persegi. "Luar biasa!" Gumam Ki Jalak dan Nyi renjani berbarengan.
Kemudian dengan sangat hati-hati sekali Aram Membopong
tubuh Nyi Melati dan memindahkannya kedalam yang dibuatnya
tadi. kemudian ia timbuni lagi dengan mengurug sisi-sisi lobang
itu, hingga merupakan sebuah makam, selanjutnya ia
mencongkel kembali lantai yang berisi tulisan pesan terakhir Nyi
Permata Dewi yang kebetulan berada dalam batu cadas. dan
dijadikannya batu nisan, Setelah semua selesai Aram berlutut dihadapan makam itu, ia
tampak berkemik-kemik sepertinya ia berdoa.
"Kek, Aku tunggu kakek Pada saat Purnama bersinar dengan
indahnya...!" *** "Begitulah" Aram menunduk sedih setelah menuturekan
ceritanya. 655 "Jadi, Nyi Permata Dewi sudah duluan meninggalkan kita!"
Angkara dan yang lain juga tertunduk sedih.
"Sudahlah, bila kita terlarut dalam kesedihan maka kita akan
terlambat. besok malam adalah "harinya", sebaiknya kita
bergegas lagipula Semua sudah berkumpul, saatnya kita
menggempur Angkara Murka"
"Heaaaaa Hidup Kesejahteraan.... hidup Bendera awan langit."
DESA JATIWANGI yang biasanya selalu ramai dengan
kesibukan dan canda tawa, kini nampak sunyi. Para pedagang
tampak berseliweran dengan wajah murung diwajah mereka.
Sementara pedagang lain yang tinggal pun, sudah berkemas
pula hendak pulang. Jalan-jalan terlihat lengang dan sunyi.
Kalaupun ada yang lewat, hanya satu atau dua orang saja. Itu
pun terlihat tergesa-gesa, Intinya para penduduknya telah
meninggalkan tempat itu. mengapa" tak ada yang tahu.
Menjelang senja, Jendela dan pintu rumah tertutup rapat-rapat,
Suasana desa itu tidak begitu jauh dengan sebuah pekuburan,
sunyi dan mencekam. Rasanya seperti desa mati! kecuali
sebuah rumah yang paling mewah ditempat itu. tampak lelaki
dan perempuan berseragam hitam menjaga tempat itu.
Kesunyian yang mencekam itu tiba-tiba saja dipecahkan oleh
derap serombongan kuda dan kaki. Suaranya seolah-olah
bergema ke seluruh penjuru desa. Rombongan yang berjumlah
kurang lebih empat belas orang itu, rata-rata berwajah Tampan
dan cantik. Mereka dipimpin oleh seorang Pemuda berkuncir
kuda diikat oleh kain berwarna biru, diatas ikatannya menyembul
656 sebuah gagang berukiran harimau, Dilehernya tersampir sebuah
kain berwarna coklat menambah ketampanan wajahnya.
pakaiannya berwarna biru langit serasi dengan jubahnya. Dia
adalah Aram adanya. "Kita Sudah Sampai kawan-kawan" Aram hentikan laju kudanya.
"Apa yang akan kita lakukan disini?" Murka Semesta bertanya
keheranan. "Jagal" "Heh, maksud anda ketua?"
"Kau tahu pesan apa yang terkandung dalam surat yang
diberikan oleh Sipengabar Langit?"
"Tidak ketua, Emang apa?"
"Sang Raja dari segala raja persiapkan segala sesuatunya,
namun sang penghasut tidak pernah membiarkan itu. di
hancurkannnya tiang-tiang penyangga itu. Sang Raja memang
pintar, namun si penghasut lebih pintar,. sang raja akhirnya
memberikan tahu akan sebuah rahasia. rahasia tentang benih
yang tertanam dalam sembilan rahim. dan sembilan rahim itu di
selundupkan di sebuah desa, desa yang dipenuhi pohon jati
yang menebarkan harum...... "
"Apakah kita tega membunuh benih yang sedang dikandung?"
Angkara bertanya ragu. 657 "Itulah yang sedang aku pikirkan"
"ketua!" Seorang Gadis memakai pakaian dalam berwarna merah muda
dibalut jubah panjang berwarna merah ati Berkata dengan
tatapan matap. "Ya, Cempaka ada apakah?"
"Biar aku yang melakukannya."
"Tapi," "Jangan Khawatir ketua, aku sudah berpengalaman dalam hal
ini, dosaku sudah bertumpuk begitu banyaknya. terlanjur, meski
aku sudah sedikit sadar, namun tak apalah demi kesejahteraan
umat manusia." "Dosa" dosa apakah?"
"dulu, aku pernah mengandung sebanyak delapan kali. dan aku
sudah membunuh mereka semuanya dalam kandungan.huhu"
Cempaka menangis tersedu-sedu.
"Hi...." "Apa" "Heh?" 658 "Hiyy" Berbagai macam ekpresi terkejut terlontar dari sekeliling
Cempaka, namun hanya Aram yang tidak berkata apa-apa.
dengan sigap ia meloncat dan memegang kedua pundak
Cempaka, lalu menatap wajahnya yang berkaca-kaca.
"Baik, jika itu memang keputusanmu, namun satuhal, yang harus
kau ingat, kau harus bertahan hidup, perjuangan kita belum
selesai. Kembalilah secara utuh!" tatapan mata aram yang
bermata rajawali itu sangat tajam, namun begitu menenangkan,
tak sadar Cempaka mengangguk ringan.
"Baik, semuanya, mari kita bergerak."
+++++ "berhenti, Siapa Kau Kisanak?" terdengar bentakan melengking,
nampaknya dia adalah pemimpin penjaga ditempat itu,
"Namaku ini, Murka Semesta, dan siapa pula kisanak"
Merasa dipermainkan, Penjaga itu menyerang murka semesta
yang dalam pada itu sebagai pengalih perhatian, sementara
yang lain masuk melewati jalan yang lain. Tapi Murka
Semestapun nampak sigap. Dia membentur kedua orang yang
menahannya dan terdengar benturan cukup keras "..
"blaaar", bersamaan dengan itu, penjaga yang menyerangnya
terlempar. merasa marah, pengawal yang lain berteriak
"Ada penyusup" 659 Dan rupanya teriakan tadi sudah menyadarkan semua penjaga,
dan bahkan semua orang di dalam rumah itu bahwa ada yang
tidak beres di luar. Karena itu, Merekapun segera berhamburan
keluar. Bukannya takut, Murka semesta malah tertawa berkakakan. dan
berteriak nyaring. "Nyonya Maharaja Sembilan Dewa, mengapa hanya berdiam diri
saja di kandang, hayo keluar kita bersenang-senang, aku yakin
akan memberikan benih yang leboih hebat dari si setan keparat
itu," Hebat Teriakan Murka Semesta, membuat semua orang yang
ada disana membesi karena menahan gusar.
"Tuan, siapakah kamu sebenarnya?" bertanya si pengawal yang
merupakan orang pertengahan umur.
"Siapa aku bukan soal, yang penting adalah, dimana nyonyanyonya yang menggiurkan itu,"Murka Semesta ngotot dengan
tujuan kedatangannya. "Sadarkah engkau siapa orang yang kau caci?"
"tentu saja aku sadar se sadar-sadarnya, apa kau pikir orang
gila" "Jadi apa tujuanmu kemari sebenarnya?"
"Serahkan Ke sembilan Nyonya itu, maka aku akan berlalu
dengan mereka" 660 Sementara perdebatan di halaman rumah berlangsung terus, di
sebelah Kanan dan kiri berkelabat cepat menghindari para
penjaga gedung. Selain para penjaga berwajah garang dan buas
di beberapa sudut, juga di beberapa kamar yang dilaluinya
mereka mendengar bisik-bisik dan desahan-desahan
perempuan yang sedang bermain cinta.
"Bagus, kita bagi empat kelompok, Angkara kau pimpin yang
disamping kanan. Ryusuke kau pimpin yang di samping kiri,
cempaka dan kau kasturika, lekas cari kesembilan benih itu.
sementara aku dan ketiga gadis ini akan mengacaukan dari
belakang," "Siap" Sahut mereka Serempak.
"Sret.... semuanya pergi dari tempat itu, kecuali Cempaka dan
kasturika. dengan hati-hati keduanya berjalan mengikuti loronglorong yang lenggang diiringi musik berahi. diam-diam kasturikan
dan cempaka ikut terbakar gairahnya juga. Tetapi karena
maksudnya memang mencari kesembilan benih calon
malapetaka, maka mereka abaikan kamar kamar yang
mengeluarkan desahan menggairahkan itu. Tanpa suara mereka
terus melanjutkan usahanya untuk menemukan ruangan dimana


Pendekar Seribu Diri Karya Aone di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Kesembilan benih itu berada.
"HAHAHA..... selemah inikah penjagaan dari Nawa Awatara?"
Sebuah suara dingin terdengar dari samping kiri rumah.
Belum lama suara dingin dan angker tadi berlalu, tiba-tiba
melayang empat orang berambut awut-awutan. Begitu tiba di
661 depan Ryusuke, seorang diantara keempat orang itu membentak
sambil mendorongkan sepasang tangannya kedepan:
"Sungguh lancang kau" bentaknya.
Dan dari sepasang tangannya menderu angin pukulan
mengarah ke Ryusuke. Ryusuke kertakan gigi, dengan berani ia
menjajal lorang itu dengan membiarkan tubuhnya diterjang angin
pukulan tersebut. Alhasil, Ryusuke terjajar empat langkah kebelakang, namun
dengan mantap dan penuh tenaga dia segera menerjang
mencecar lawan. Tapi lawan malah menyerangnya dengan ugal-ugalan dan tidak
teratur, membuat Ryusuke kelimpungan. dengan geraman
rendah ryusuke sodok ulu hati lawan sampai sempoyongan. dan
tanpa di komando lagi, Keempatnya segerera maju mengeroyok
Ryusuke. bukan khawatir malah Ryusuke bertarung vsemakin
bertele-tele. dengan seenaknya, Ryusuke melayani
keempatorang itu itu sambil membagi-bagikan pukulannya.
Teman-temannya yaitu, Yumi Jelita dan Amuk Samudera juga
sedang asyik asyiknya membakar rumah itu, dengan sekali-kali
melawan sekaligus membunuh Anggota Nawa Awatara yang
mengganggunya. Sementara di samping kanan, Angkara, Luyu Manggala, dan
Huru Hara juga tampak asik membantai orang, maka kacaulah
keadaan rumah itu, apalagi api dari belakang rumah yang
662 dilakukan Aram dan ketiga gadisnya sudah membumbung,
sementara itu, Cempaka dan Kasturika juga rupanya sudah
menemukan keberadaan lawan, yaitu kamar paling indah dan
mewah, pintunya terbuat dari besi yang berukiran abstrak yang
rumit. Keduanya berpandangan, dan Brakk.....
Pintu itu jebol.. terlihatlah wajah-wajah kekagetan dari
kesembilan orang yang ada disana, adapun orang yang ada
disana yaitu yang satu atau yang paling kanan berambut pendek
sepundak dengan poni di depan dahinya, Perempuan yang
memiliki rambut pendek itu juga mengenakan baju warna biru.
Bajunya tanpa lengan dan berbelahan dada lebar,
menampakkan sebagian tepi bukit mulusnya yang berkulit
kuning langsat itu. Sedangkan bagian bawahnya adalah kain
yang dibentuk seperti celana panjang longgar berbelahan
samping kanan. perutnya membusung besar membuktikan
bahwa saat ini ia sedang hamil. Perempuan pertama ini
bernama Dewani. Yang kedua memiliki rambut panjang mengenakan jubah rapat
berlengan longgar warna hijau dengan bunga-bunga kuning.
Celana panjangnya yang longgar berwarna merah darah. ia juga
seorang gadis cantik berhidung mancung dan berbibir mungil.
Matanya indah dan jeli, dan perut yang sedikit membusung
menunjukan kehamilannya. Perempuan kedua ini bernama
Cindaga. 663 Yang ketiga Perempuan itu berpakaian serba kuning gading.
Bajunya tanpa lengan, tapi bagian depannya rapat sampai batas
perut yang membusung besar. Untuk belahan dadanya sedikit
lebar, menampakan kulitnya yang putih, mulus, sekal dan sedikit
mengkilap karena keringat. Perempuan itu mempunyai rambut
panjang, tapi digulung ke atas sebagian, sisanya berjuntai ke
bawah seperti ekor kuda. Sisa rambut yang berjuntai ke bawah
itu panjangnya sampai pundak lewat sedikit. wajahnya cantik
dan berhidung bangir, juga mempunyai bibir yang segar,
merekah, Perempuan itu bernama cayadewi.
Yang keempat, Perempuan itu berwajah cantik, berhidung
mancung dan berbibir sedikit tebal tapi berbentuk indah pas
dengan matanya yang sayu. ia mengenakan Gaun ketat yang
berwarna merah jambu berpotongan terusan semakin
memperlihatkan perutnya yang membusung besar. Mempunyai
belahan panjang dari bawah sampai ke pertengahan paha.
Rambutnya disanggul rapi, ditambah jubah perangkap gauh
berwarna ungu muda, Jubah ungu mudanya dihiasi bulu-bulu
lembut pada tepiannya. Dialah Caturasmi adanya.
Yang Ke-Lima, Perempuan itu berpakaian ketat warna merah
dengan rambut Sepundak. wajahnya cantik berhidung kecil dan
mancung. perempuan itu bertubuh sekal dan berdada kencang.
berbulu mata lentik menambah keayuannya dan tampak
perutnya sedikit membusung. Carola itulah namanya.
Yang keenam, Perempuan itu memiliki seraut wajah cantik,
bibirnya agak lebar namun sangat menggiurkan. Perempuan
cantik berusia sekitar dua puluh delapan tahunan terlihat dari
kematangan dalam wajahnya. tubuh perempuan berjubah merah
664 jambu itu sedikit membuncit. Bola matanya yang sedikit besar
namun berbentuk indah dengan bulu mata lentik penampilannya
seronok, jubah tak berkancing dengan penutup dada tipis warna
hijau muda, Kulitnya putih mulus tanpa cacat. ia bernama
Candani. Yang Ketujuh, perempuan itu berwajah cantik, berambut terurai
sepanjang punggung. Perempuan itu mengenakan jubah tanpa
lengan warna biru, menutupi perutnya yang membusung.
Dadanya ditutup dengan selembar kain sutera warna biru
muda.Sedangkan kain penutup pinggul dan bagian bawah
lainnya juga terbuat dari kain sutera. perempuan berusia sekitar
dua puluh enam tahun. ia bernama asli Asta Dewi
Yang ke-delapan, Perempuan itu memiliki seraut wajah cantik
berjubah hitam ber-rambut panjang terurai dan mengenakan
mahkota hias dari bunga. berhidung mancung dan berbibir
menggemaskan. T ubuhnya sekal, padat dan berisi. dadanya
ditutup dengan pinjung kain berwarna gading, sementara
sebagian belahan dadanya tersumbul naik dari dalam pinjung.
usianya mungkin sekitar dua puluh ttahunan. tubuhnya tampak
sedang mat ang-mat angnya meski sedikit membuncit. Kain
penutup pinggul yang berwarna gading serasi dengan namanya
Ani Gading. Yang kesembilan. Peremuan itu memiliki seraut wajah mungil
berambut kepang kuda. Perempuan kecil itu mengenakan baju
tanpa lengan warna hijau dan celananya juga warna hijau. Ikat
pinggangnya dibalut kain beludru warna merah. Sepertinya ia
merupakan yang termuda diantara para saudarinya. Perempuan
665 kecil itu memliki perut yang membusung padahal bisa dikira
bahwa Perempuan itu berusia belasan tahun. Perempuan iu
bernama Asti. "Siapa Kalian?" Dewani membentak garang.
"Oh, Jadi ini wajah-wajah Sembilan Nyonya dari calon pembawa
petaka itu?" ucap cempaka tanpa hiraukan ucapan Dewani.
"Apa maksud kalian datang kemari" Ani Gading menyambar
pedangnya dan menatap tajam kedua tamu tak diundang itu.
"Cantik-cantik juga. pantas Si Keparat itu memilih kalian sebagai
calon ibu." Kasturika menyela, lagi-lagi tak menghiraukan
pertanyaan lawan. "Kalian Sungguh Hina" Asti melompat menerjang Cempaka yang
berada didekatnya. selarik sinar putih menyerang Cempaka.
cempaka tertawa Dingin, dengan sigap ia pentangkan tapak
menahan serangan sinar dari cempaka.
"Blaarrrr" Rupanya meski tak ada sinarnya, justru angin serangannya lebih
hebat dari Asti. maka dari itu Asti tampak terhuyung-huyung
kebelakang, darah segar tampak muncrat dari mulut mungilnya.
"Kau terlalu naif, apa kau tak kasihan dengan anakmu itu."
Kasturika bicara lembut kepada asti yang tak bergerak untuk
menyerang kembali. tampak asti meringkuk di bawah
pembaringan menahan sakit diperutnya. rupanya diam-diam
666 cempaka sentakan tangan kirinya kemuka, sementara tangan
kanannya dipakai untuk menahan serangan asti. dengan jurus
yang ia pelajari sendiri di perpustakaan. Tapak tanpa bayangan.
dalam sejuus saja cempaka telah memperoleh keuntungan
besar, apalagi keadaan Asti yang sedang hamil
"Kalian, kalian kejih sekali, teriak para saudarinya serempak dan
siap dengan senjata masing-masing."
"Hiaaah!" "Hiahhh" Kedelapan orang saudara-saudarinya menyerang Cempaka dan
Kasturika, dengan sebuah barisan aneh, meski tidak sempurna.
tampaknya Asti merupakan orang yang melengkapi barisan itu,
namun meski tak sempurna jelas barisan itu tak dapat dianggap
remeh. Melihat itu, Cempaka langsung meluruk, melabrak Ani Gading
sebagai orang yang mula-mula akan dibunuhnya. Tenaga
dalamnya segera dikerahkan hingga puncak, sebab dia ingin
menghentikan pertarungan secepatnya. Cempaka pun kerahkan
jurus pamungkas yang paling ia sukai. gubahan setiap ilmu yang
diberikan oleh Aram digubahnya sendiri menjadi sebuah ilmu
alirannya sendiri "Kupu-Kupu Terbang di Angkasa Raya".
Melihat gelagat yang tak baik, Delapan Nyonya Maharaja
Sembilan Dewa yang tergabung dalam barisan "Sembilan
Bidadari Iblis". Dengan barisan ini, mereka memang terlihat lebih
kuat bahkan mampu menyelamatkan nyawa Ani Gading secara
667 mudah. Begitu Cempaka mendekat, kawan-kawan Ani Gading
langsung meneriakan sandi untuk mengubah kedudukan.
Kemudian, mereka segera menyerang dengan cara mengurung
Cempaka dan Kasturika yang telah mendarat kembali di tanah
setelah berputaran beberapa kali.
Namun Kasturika malah menyongsongkan tubuhnya untuk
dihajar, Tindakan kasturika sungguh membuat terperangah
semua orang. Kenyataan itulah yang membuat Asta Dewi
mengurungkan serangannya dan berbalik mundur..
"Hiaaa...!" Dengan satu teriakan membanaha, Candani menyabetkan
pedangnya hendak menyabet kepala kasturika. Dan gesekan
pedang dengan udara, menghasilkan kilatan dan bunga api yang
terpercik ke segala arah.
Zing...! Sayang yang hendak ditebas Candani bukan anak kemarin sore
melainkan Kasturika Si Dewi Damai Buana. Satu geseran kecil
tubuhnya saja, telah cukup menyelamatkan nyawanya dari
tebasan kejam Candani. Melihat serangan saudarinya gagal,
Carola langsung mencecar Kasturika dengan gempuran
beruntun. "Hiah!" Zing... wesss... zing... zing!
668 Berlipat gandanya kecepatan serangan itu, memaksa Kasturika
berkelit semampunya. Empat sabetan membentuk putaran ke
bawah di sekujur tubuh dapat dihindari Kasturika. Namun pada
sabetan kelima yang begitu tipis jaraknya, tak bisa lagi dielakkan. Sehingga...
Sret! "Trankkk...!" Hampir saja bahu kiri kasturika jadi tersabet dalam dalam.
namun beruntung Cempaka menahan seranagn itu dengan
sebuah pisau kecil ditangan. Pada saat Cempaka menahan
serangan Carola, mendadak Caturasmi memanfaatkan keadaan
itu, Satu sambaran jari kiri meluncur ke punggung Cempaka.
Bes! Kalau saja tenaga dalam Cempaka tidak dialirkan di sekitar
tubuhnya niscaya tubuhnya itu akan bolong terkena serangan
caturasmi, entah bagaimana nasib yang akan dialaminya. Tapi,
bukan berarti cempaka tak mengalami luka. Tulang
punggungnya terasa kesemutan.
"Hiiiaaa!" merasa marah, Cempaka menjerit keras-keras, sehingga
bangunan rumah itu bergetar, apalagi keadaan rumah itu yang
sedang terbakar. membuat Kedelapan orang itu terhuyunghuyung hendak jatuh. yang paling menderita adalah Asti yang
terkapar di bawah pembaringan. bahkan darah mulai merembes
dari balik celana hijaunya.
669 melihat kondisi saudari kecilnya itu, marah bukan kepalang
kedelapan orang itu, Cayadewi dan Cindaga segera membuka
serang ke arah Cempaka dan Kasturika.
Crash!...... Pundak Kasturika terkena sabetan itu, namun tidak parah.
"Tak ada ampun untuk kalian" Geram Cempaka sambil
menerangkapkan tangannya didepan dada, tampak mulutnya
berkemak kemik membaca mantra. sekilas tangan Cempaka
terlihat begitu transparan.
Tepp, tangan Cempaka memegang pundak Dewani dan lengan
Carola. meski terkejut keduanya heran mengapa lawan tidak
memukulnya padahal kesempatan itu ada. namun keheranan
mereka tak berlangsung lama, sebeb keduanya merasa perut
mereka terasa bagai di remas-remas tangan raksasa.
Tak ada sekerdipan mata, Dewani dan Carola ambryuk kelantai
sambil memegangi perut mereka. tak berhenti begitu saja,
'Aaa.... Aaakh...!" Keduanya menjerit-jerit menemani Asti yang sudah pingsan tak
kuasa menahan sakit. dari pakaian bawah mereka tampak darah
merembes keluar, Tak berhenti begitu saja, Dengan mengerahkan Ilmu Peringan
tubuhnya Selaksa rubah menjadi bayangan dan ilmunya yang
diberinama Ajian Ajur Mumur Jabang. yaitu suatu ilmu untuk
670 menghancurkan janin dalam tubuh manusia tanpa membunuh
sang ibu yang mengandung.
"Tepp... teppp... tep... tepp.. teppp.. tepp..!"
Bagai bayangan saja, tubuh cempaka berkelebatan menepuk
tubuh-tubuh beberapa orang yang tersisa, sementara Kasturika
diam saja menutup mata. "Brukk...brukk..brukkk"
Mereka berjatuhan mengerang sakit, ngeri tak terkira hati
Kasturika, sementara cempaka segera berkelebat keluar, berarti
itu tandanya sisa urusan di serahkan kepadanya, Kasturika
jemput pedang panjang di lantai. ia pandangi sembian nyonya
itu, yang tergeletak pingsan bergenang darah. hiruk pikuk diluar
tak ia hiraukan. cempaka angkat pedangnya dan jrusss.....!":
Setelah selesai, Kasturika pandang kesembilan mayat tanpa


Pendekar Seribu Diri Karya Aone di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kepala itu, ia hendak melangkah keluar, namun tak jadi. ia
pukulkan tinjunya kelantai sehingga membentuk kubangan
besar, satu persatu mayat beserta kepal yang terpisah itu
dimasukan kedalam lubang, lalu diurugnya dan berlari keluar,
sepanjang perjalanannya, kasturika melihat berbagai macam
pemandangan yang membuat mata mengkirik, mayat laki dan
perempuan bergelimpangan. ada yang hangus ada yang mati
terkena pukulan ataupun senjata tajam. dilihatnya Aram dan
rombongan sedang menatap hasil karya mereka dengan sedih.
671 "Kau selesai, Kasturika?" Aram menyapa dan dijawab anggukan
kepala. "Mari kita lanjutkan perjalanan....." Ajak Aram.
Langit gelap, asap mengepul. mayat bertumpuk mengiringi
kepergian mereka. luka dipundak Kasturika sudah diobati,
begitupula dengan luka Cempaka. ternyata diam-diam cempaka
sudah terkena pukulan tenaga dalam yang menggoncang isi
dadanya, oleh sebab itulah ia segera mempersingkat
pertarungan dan kabur setelahnya
Di malam yang benderang itu angin bertiup cukup kencang.
bulan yang bulat bersinar dengan indahnya, udara begitu dingin
membekukan tulang. Namun keadaan alam yang nampak
bersahabat itu tidak sebanding dengan keadaan dibawahnya,
tampak beberapa sosok malah berhadapan disebuah halaman,
sementara di sekelilingnya juga tampak berkeliling beberapa
manusia berpakaian hitam.
Rupa-Rupanya Rombongan Ki Asmaradanu dan yang lain tiba
duluan disana. sementara yang berada dihadapannya adalah
Seorang kakek-kakek bermata cekung, dengan tulang pipi dan
tulang rahang saling bertonjolan. Jubah Ungunya tak
dikancingkan. dilehernya menggantung kepala tengkorak
sebesar kepala bayi menambahkan keseramannya. juga besi
yang melintang dilehernya lengkap dengan seutas rantai yang
membelit kesebagian tubuhnya. Dialah Ki Sapta yang dikenal
sebagai Iblis Pembunuh Raga.
672 Dan disampingnya juga ada seorang kakek aneh. Kakek itu
berwajah Kurus kering kerontang bagaikan jerangkong,
tubuhnya lebih mirip kerangka daripada seorang manusia,
diujung jari-jarinya mencuat kuku-kuku runcing warna kehitamhitaman. dilihat dari ciri-ciri kukunya dialah Ki seta atau Iblis
pemakan jantung. Disampingnya juga ada dua orang Tokoh tua berusia sekitar
delapan puluh tahun, berambut panjang awut-awutan warna
putih rata, la memiliki kumis dan jenggot putih uban.
Mengenakan jubah coklat, berkalung tasbih putih dari pohon oak
sepanjang perut. mereka lah yang biasa dipanggil Sepasang
Tasbih Iblis. Selain itu, juga terdapat seorang lelaki bermata sipit, hidungnya
mancung, berpakaian pelajar khas daerah tionggoan. dialah Si
Pelajar Iblis. "Terlalu besar....terlalu besar nyali kalian semua...! terutama
kalian Ki jalak, Nyi Renjani. rupanya kalian berdua belum puas
mendapatkan nikmatnya ranjam" Ki Seta geleng-geleng kepala
dengan suara serak. "Justru kami kemari hendak membalas perlakuan kemarin" Nyi
Renjani mencibir sinis. "Tak kusangka Sipemakan jantung ini mandah diperintah
kunyuk." Sisinting dari timur menggumam sambil menatap wajah
kuyu Si Pemabuk dari Selatan. Meski sekilas, namun ucapan itu
673 rupanya cukup mengena ditelinga Ki Seta alias Iblis Pemakan
Jantung. wajahnya merah mendengar sindiran itu.
"Glek...glekk.... Mereka takut mati, makanya mereka mandah
saja jadi anjing penjaga!" Si Pemabuk dari Selatan menimpali
sambil menengak tuaknya. " Ger!" "Sudahlah Seta,... Jangan hiraukan mereka, lebih baik kita
musnahkan raga mereka biar kita tenang!" Ki Sapta
menenangkan ki Seta. "Huppp..! Bretttt,... Blaarrrrrrrr!"
Mulut bicara menenangkan Ki Seta sementara tubuhnya melesat
bagai kilat menyerang Ki Asmaradanu yang pada waktu itu
sedang tidak bersiap-siap. Tangan Ki Sapta berubah menjadi
merah saga, bau cendana tampak menyeruak seiring dengan
pukulannya. Ki Asmaradanu terkejut, belum sempat ia memasang kuda-kuda
serangan Ki Sapta sudah berada didepan matanya. tapi entah
mengapa Ki Sapta malah membatalkan serangannya bahkan
sampai berjumpalitan bersalto dua hingga tiga saltoan.
"Hehehe.... Jangan lengah Sinting, kau kan tahu betapa liciknya
mereka!" ternyata entah bagaimana caranya Si Pemabuk dari
selatan sudah berada dibawah Ki Asmaradanu sambil
menengak tuaknya. 674 "Setelah tak berjumpa sekian lama kemampuanmu semakin
boleh saja Setan Tuak!" Ki Sapta memuji kagum.
"Apa kau takut?" Si Pemabuk dari selatan mencibir.
"Ger.... Brettt!" Ke limanyapun segera meloncat menerjang.
tanpa rasa gentar, Ki Jalak, Ki Asmaradanu, Si Pemabuk dari
Selatan, Kakek Arak Seribu Kati dan Nyi Renjani menyambut
serangan itu, sehingga terjadilah sebuah pertarungan yang seru
dan dahsyat. Kakek Arak Seribu Kati tersenyum ketika menghadapi Sipelajar
Iblis, segera ia berkata dalam bahasa daerahnya
"Kabur keliang apapun air selalu mencapainya, setelah lama ku
cari-cari akhirnya kita berjumpa lagi orang She Liong!"
"Setan Arak, sepertinya kau mendapat kawan dimari, ya, kita
memang sudah lama tidak berjumpa!" Jawab Pelajar Iblis.
seraya mencabut kipasnya, Pelajar Iblis yang bernama asli Liong
Siau tan itu, memasang kuda-kudanya.
Pelajar Ibllis ayunkan langkah sambil memutar kipas diatas
kepala, tenaganya dikerahkan delapan bagian pada kipasnya itu.
"merogoh maut dalam angin" teriak Pelajar iblis lantang.
sementara itu, Kakek Arak Seribu kati juga sedang
mengerahkan jurusnya yang bernama "Guci Penuh, Arak
meluber". 675 "Trankkkk... Benturan seperti logam beradu berdentang. rupanya
Kipas Pelajar Iblis terbuat dari baja lembek. begitupula dengan
Guci milik Arak Seribu Kati.
Keduanya berpandangan tajam, Kakek Arak Seribu Kati buka
serangan dengan memajukan tangan kiri sementara tangan
kanan ditekuk dekat tangan kanan sambil memegang guci,
Sekilas jurus itu memang tiada keistimewaan sekali, namun
begitu Pelajar Iblis menyongsong Guci itu dengan tangannya,
sementara tangan kirinya nyelonong menusuk mata, Sringg
Crakkkk.... Arak keras dalam guci itu melesat bagai jarum
menyerang tubuh Pelajar Iblis, Pelajar Iblis terkejut, Namun
Pengalamannya bicara, seketika ia membatalkan serangan
sambil memutar tubuhnya bagai gasing, Melihat buruannnya
menghindarkan diri, Kakek Arak seribu kati jelas tak ingin
membiarkan lawannya itu menempati tempat yang
menguntungkan. Dengan diikuti desiran angin yang amat tajam dia melancarkan
satu serangan dahsyat ke arah Pelajar Iblis. Pelajar Iblis pun
bukan seorang manusia sembarangan, walaupun dia merasa
geram akan serangan lanjutan Kakek Arak Seribu Kati ini tetapi
tubuhnya dengan cepat menambah daya putar tubuhnya, Kipas
ditangan kanannya segera dibabatkan menangkis serangan
Kakek Arak Seribu Kati. Sekali lagi Guci dan Kipas bentrok diudara menjadi satu
menimbulkan percikan bunga-bunga api, Kakek Arak Seribu Kati
kembali membentak gusar, Gucinya dalam sekejap saja sudah
melancarkan sepuluh kali serangan ke arah Pelajar Iblis,
676 Air muka Pelajar Iblis berubah hebat, kedahsyatan dari tenaga
yang terpantul keluar dari Guci itu amat hebat jauh diluar
dugaannya, bilamana bukannya dia bisa cepat-cepat
menyalurkan seluruh tenaga murninya ke Kipas, ada
kemungkinan Kipasnya pada saat ini sudah terlepas dari
tangannya, wajahnyapun berubah hebat, dengan gusar ia membentak
garang, disusul dengan kipas ditangan disabetkan sambil balas
menyerang ke arah leher. Kakek Arak Seribu Kati mendengus dingin, dengan sedikit
merunduk Serangan itu tak mencapai pada sasarannya.
WUNG.....! Guci Arak seribu kati hendak mengkampleng kepala
Pelajar Iblis. Dengan Jurus Kipas Dewa menembus ombak
Pelajar Iblis menangkis datangnya serangan dari Kakek Arak
Seribu Kati itu, Kakek Arak Seribu kati memanglah seorang petarung yang
handal, Di tengah suara suitan yang amat nyaring tubuhnya
meloncat ke atas udara sedang gucinya dengan cepat
dilemparkan ke arah Pelajar Iblis.
Saat itu Guci Kakek Arak Seribu Kati sudah sampai dada Pelajar
Iblis, baginya cuma ada dua jaIan saja, Menghindar atau
mengadu kekerasan dengan Guci itu. Dalam hati Pelajar Iblis
benar-benar merasa amat gusar, Tanpa menghiraukan serangan
itu ia balas menyerang Kakek Arak seribu kati dengan
melemparkan Kipasnya pula.
677 Kakek Arak Seribu Kati yang sedang merasa bahwa
kemenangan semakin dekat mendadak merasa adanya
segulung angin tajam dekat perutnya, dalam hati jadi amat kaget
untuk menghindar tak sempat lagi membuat dia omerasa serba
salah. "Crass... Bukkkk!" Hoekkk!
Guci yang terlanjur dilemparkan Kakek Arak Seribu Kati dengan
telak menghantam dada Pelajar Iblis. tanpa sempat berteriak lagi
tubuh Pelajar iblis ambruk bersamaan dengan muntahan
darahnya. Kakek Arak Seribu Kati juga tidak meraih keuntungan,
Perutnya hampir saja ambrol terkena serangan kipas itu, untung
saja ia cukup sigap sehingga hanya merobek kulit perutnya saja.
Sementara itu, Ki Asmaradanu bergabung dengan Sipemabuk
dari selatan melawan Ki Sapta dan Ki Seta yang dalam waktu itu
membentuk sebuah barisan yang aneh.
"Serang mereka"
Mulailah Iblis Pemakan Jantung dan Iblis Pembunuh Raga
menyerang Ki Asmaradanu dan Si Pemabuk dari Selatan
dengan cara menyerang dari dua sisi. Si Pemabuk dari Selatan
dan Sisinting dari Utara berkelit, kemudian ke dua-duanya balas
menyerang dengan serentak. Si Pemabuk dari Selatan
menyerang mereka dengan ilmu Mabuk Tiada akhir, dengan
sebat ia menggeloyor kekiri, dengan menjadikan kaki kiri
sebagai poros untuk memutar tubuh, Sipemabuk dari Selatan
678 segera berada dibelakang tubuh lawan dan memukulnya dengan
telapak kiri, "Plaaakk...." Iblis Pemakan Jantung yang kebetulan orang yang
menjadi sasarannya tampak terhuyung mudur. Pertarungan
semakin sengit. Mula-mula Iblis pemakan Jantung kebingungan
menghadapi serangan-serangan Si Pemabuk dari Selatan Di
saat itulah Iblis Pemusnah Raga berseru keras mengajak Iblis
Pemakan Jantung untuk bergabung dengan dirinya.
"Dua Iblis memegang Rantai" seketika Iblis Pemusnah Raga dan
Iblis Pemakan Jantung menempelkan tangan keduanya menjadi
satu, sementara tangan lainnya berputar-putar dahsyat, dan
makin lama makin cepat, sehingga membuat Si Pemabuk dari
Selatan dan Ki Asmaradanu merasakan angin tajam menerpa
diri mereka, Ki Asmaradanu yang bergelar Si Sinting dari Utara dulunya
adalah Seorang yang berbakat dari Alam sebab ia adalah
Pewaris dari Pangeran Langit dan Bumi, Kecerdasannya sangat
dahsyat, namun menginjak usianya ia mendapatkan mala petaka
yang mengganggu jiwanya, yakni kejadian yang mengenai
sahabat paling dekatnya, akibat kejadian itu ia sering melamun
malah melalaikan tugasnya.
Sang Pembimbimbing yang Ke-190 merasa marah sekali,
dengan dilandasi emosi yang menggebu-gebu akhirnya ia
mengutuk Pangeran Langit dan Bumi yang tak lain Ki
Asmaradanu itu. adapun kutukannya itu adalah.
679 "Dengarlah wahai Sang Pewaris, Maka Jadilah kamu gila segila
pikiranmu itu, dan suatu saat nanti akan lahir seorang Pewaris
keturunanmu yang lebih gila darimu, sebagai mana kidung yang
telah terlahir dan diwariskan sejak dahulu, "Jika Langit dan bumi
enggan bersatu, petir biru menyalak sembilan kali menyambar
sebuah tempat di bumi, disanalah akan muncul pewaris sang
langit dan bumi" maka dalam kejadian terlahirnya anak yang
terkutuk itu apabila guntur menyalak sepuluh kali, maka dia akan
membawakan bencana bagi siapapun yang memusuhinya, dan
apabila Bumi bergetar maka anak itu akan membawakan
kesejahteraan bagi umat manusia. Ingat itu baik-baik"
Sebelum ia dikutuk, ia telah menciptakan sebuah ilmu silat yang
dahsyat dan belum pernah dikeluarkan seumur hidupnya. ilmu
itu bernama "Titisan Arwah Bumi" dengan ajian yang tak kalah
dahsyatnya Ajian Wasudha.
Melihat lawan menyerangnya dengan dahsyat akhirnya ia
memutuskan untuk menggunakan titisan Arwah bumi itu, cepatcepat ia berkelit maju sekaligus menangkis serangan-serangan
itu dengan ilmu Titisan Arwah bumi itu.
Blaaam...............! Terdengar suara benturan menggelegar.
Iblis Pemusnah Raga dan Iblis Pemakan Jantung tergetar
mundur terhuyung-huyung ke belakang beberapa langkah,
sedangkan Ki Asmaradanu tetap berdiri di tempat. Iblis
Pemusnah Raga dan Iblis Pemakan Jantung terkejut juga
menyaksikannya, bukan hanya mereka, Si Pemabuk dari
680 Selatan juga tidak kalah terkejutnya. segeralah ia berseru.
"Gila! Sinting jurus apakah itu?"
"Kau menghina atau memuji sih,,,, entahlah aku lupa, ... emch
kalau tak salah Titisan Arwah bumi"
"Jurus yang Hebat" Puji Si Pemabuk dari Selatan tulus.
Tak menunggu waktu lama, Iblis Pemusnah Raga dan Iblis
Pemakan Jantung kembali bergerak cepat menyerang Si
Pemabuk dari Selatan dan Ki Asmaradanu. namun kali ini, Si
Pemabuk dari Selatanlah yang menangkisnya dengan Jurus
Mabuk Tiada akhir dilandasi Tenaga Panca Menjadi Tunggal.
Blaaam.........! Terdengar lagi suara benturan dahsyat.
Si Pemabuk dari Selatan terhuyung-huyung ke belakang
beberapa langkah sedangkan Iblis Pemusnah Raga dan Iblis


Pendekar Seribu Diri Karya Aone di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Pemakan Jantung terpental beberapa depa, namun tidak terluka
sama sekali. "Kalian memang hebat" ujar Iblis Pemusnah Raga. dan
kemudian berseru. "Dua Capit Iblis"
Iblis Pemusnah Raga dan Iblis Pemakan Jantung mendadak
berbaris berdampingan, sedang tangan luar mereka membentu
capit bersebrangan dengan tangan lainnya yang saling
menempel menyerupai seekor capit kepiting,
681 Menyaksikan itu, air muka Ki Asmaradanu langsung berubah
hebat dan ia cepat-cepat begumam dengan kerasnya.
"Hati-hati, dua iblis itu menggabungkan tenaga dalamnya."
"Ya. kau pikir aku bodoh atau apa" Si Pemabuk dari Selatan
Menggerutu. sedangkan Ki Asmaradanu mulai merapal Ajian
Wasudha berbareng dengan Titisan Arwah Bumi hingga
puncaknya, tubuhnya amblas sebatas mata kaki kedalam bumi,
satu tombak disekeliling tubuhnya tambak bergetar, anehnya
getaran itu membentk lingkaran. dan tak lama kemudian tanah
itu membentuk kerucut kebawah melayang keatas sejauh dua
jengkal dari permukaan lobang, Baju Ki Asmaradanu berkibarkibar, begitupula dengan rambutnya. kelihatan ia siap menangkis
jikalau diserang lawan. Si Pemabuk percaya akan tenaga dalam Ki Asmaradanu, iapun
segera kerahkan Ajian warayang. ajian yang menekankan
kekuatan angin. tampak dari kedua kepalan tangannya itu
terdpat pusaran angin membentuk pelindung sebatas sikunya.
Di saat itulah mendadak Iblis Pemusnah Raga dan Iblis
Pemakan Jantung membentak keras, sekaligus menyerang
Kiasmaradanu berdua. Sipemabuk dari Selatan meloncat ke
belakang dan menarik kedua kepalannya sejajar dipinggang,
sedangkan Ki Asmaradanu mengangkat tangannya
menimbulkan tanah itu berderak dan bergetar, sekali sentakan
saja tanah sebesar bongkahan kerbau itu melayang dengan
kecepatan bagai kilat menghadang angin pukulan dari Iblis
Pemusnah Raga dan Iblis Pemakan Jantung.
682 Daaar..........Blaaam........duarrrr! Terdengar suara ledakan
dahsyat menggoncang bumi.
Rupanya, Ketika Dua tenaga sakti berlawanan beradu, Si
Pemabuk dari Selatan pun ikut melayangkan tinjunya sehingga
kembali terjadi ledakan, yang pada awalnya serangan Iblis
Pemusnah Raga dan Iblis Pemakan Jantung lebih kuat dari Ki
Asmaradanu kembali membalik kepada pemiliknya masingmasing.
Para Anggota Nawa Awatara yang kebetulan berada disana
tampak serabutan melarikan diri, bahkan pertarungan yang lain
pun ikut berhenti akibat ledakan dahsyat itu, tanah yang berubah
menjadi sebesar kerikil dan debu berhamburan kearah mereka.
namun begitu suara ledakan dan tanah yang berhamburan
berhenti mereka kembali saling libas..
Iblis Pemusnah Raga dan Iblis Pemakan Jantung terdorong
mundur tujuh delapan depa, membuat keduanya itu terjatuh
bergulingan, mulut mereka pun mengeluarkan darah segar
pertanda mengalami luka dalam.
Ki Asmaradanu terpental lima enam depa berikut tanah yang
diinjaknya dari sudut bibirnya tampak lelehan garis merah., Si
Pemabuk dari selatan pun terpental hampir sepuluh depa namun
ia tak mengalami sesuatu hal apapun, sebab ia melepaskan
tenaga dalamnya sambil melompat kebelakang mengikuti arah
dorongannya. 683 "Kau tak apa?" seru Si Pemabuk dari selatan dan langsung
mendekat kepada Ki Asmaradanu.
"emch...." Wajah Ki Asmaradanu pucat pias, kemudian
menggelenggelengkan kepala. sementara itu, Iblis Pemusnah
Raga dan Iblis Pemakan Jantung sudah bangkit berdiri dan
secepat kilat kembali Memasang kuda-kuda.
"Kalian memang tidak bernama kosong." puji Iblis Pemakan
Jantung "Terimakasih atas pujianmu," sahut Si Pemabuk dari selatan
sambil menengak tuaknya. Disisi lain, Ki Jalak dan Nyi Renjani juga sedang bertarung
sengit melawan Sepasang Tasbih Iblis. Tampak Salah satu dari
sepasang iblis yang memiliki tubuh sedikit pendek melompat ke
muka sambil dorongkan kedua tangannya yang dikepal ke arah
dada Nyi Renjani. Inilah serangan tangan kosong andalan dari
Sepasang Tasbih iblis yang terkenal akan keganasannya
"Pandita menghembuskan Nafas" itulah nama dari jurus itu.
Belum lagi dua kepalan itu mengenai sasarannya, angin
pukulannya sudah membuat pakaian dan rambut Nyi Renjani
berkibar-kibar dan dadanya seperti ditekan, Melihat kehebatan
serangan lawan, Nyi Renjani tak mau berlaku gegabah. Cepat
dia melompat ke samping dan dari arah ini bermaksud lancarkan
satu tusukan pedang. 684 Namun serangan itu mempunyai tipu yang tak dapat diduga.
Karena begitu dielakkan tiba-tiba dengan kecepatan luar biasa
membalik. melihat itu, Ki Jalak keluarkan siulan nyaring sambil
melepaskan pukulan sederhana Tubuhnya mengapung sampai
dua tombak dan dari atas Lima jari tangannya menyambar ke
arah kepala Salah satu Sepasang Tasbih yang bernama asli Ki
Darmo yang dalam itu menyerang ketat Nyi Renjani, .
Salah satu Sepasang tasbih Iblis yang bernama asli Ki Darma
geram sekali melihat lawan mengeroyok. sehingga membuat
saudara kembarnya Darmo membatalkan serangan segera ia
merendahkan kuda-kuda kedua kakinya. Tubuhnya kini
merunduk dan serentak dengan itu tangan kirinya memukul ke
muka. "Bukkk!" Ki Jalak yang masih belum dapat memantapkan kudakuda terpukul telak dipunggungnya. Tubuhnya tergetar dan
punggungnya itu berdenyut sakit. untung saja ia dapat
merasakan sambaran anginnya hingga ia masih dapat
melindungi punggungnya dengan tenaga dalam. Cepat-cepat dia
jungkir balik dan begitu berdiri di atas kedua kakinya dia segera
salurkan tenaga dalam ke bagian tubuh yang kena dihantam.
Ki Darma merasakan kagum juga kepada lawannya melihat
lawannya dapat berdiri tanpa gontai setelah mendapat serangan
bokongannya. Dalam hatinya dia membatin, "Keparat ini memiliki
kepandaian tinggi. Tidak mengecewakan dia dimasukan
kedalam daftar datuk delapan penjuru..." Maka tanpa menunggu
lebih lama Darma berkata kepada kembarannya,
685 "adik cepat kita buat barisan dan lekas kita bunuh mreka!" yang
dijawab dengan anggukan kepala.
"Bicara memang mudah, tapi untuk apa bila kenyataannya
hanya mimpi belaka!" Cibir Nyi Renjani.
Sepasang Tasbih Iblis tidak hiraukan ucapan itu, setelah
keduanya mencapai kesepakatan jurus, kemudian mereka
langsung menyerang. mereka kerahkan seluruh kepandaiannya,
sehingga yang kelihatan hanya bayangan jubah coklatnya
berkelebat kian kemari. Demikian hebatnya serbuan Sepasang
Tasbih Iblis hingga Nyi Renjani dan Ki Jalak merasa seolah-olah
musuhnya berubah menjadi puluhan. Tubuhnya disambar angin
serangan dari berbagai penjuru dan sesaat kemudian satu
pukulan menyerempet bahu Ki Jalak hingga Ki Jalak meringis
kesakitan. Nyi Renjani yang melihat lawan menggunakan jurus
yang hebat segera ia merapal ajian Selaksa Dewa pedang
mengamuk. detik itu pula tubuh Nyi Renjani merunduk dan
memutar pedangnya dengan ganas sehingga membuat batang
pedangnya lenyap dari pemandangan dan yang ada kini hanya
bayangan putih keperakan menyambar kian kemari.
Ki Jalakpun enggan dijadikan bulan-bulanan dari tiga belah
pihak, segera ia berjongkok menghindari putaran dahsyat
pedang Nyi Renjani dan merapal ajian Karatala. Telapak
tangannya yang kemerahan kini berubah menjadi putih
keperakan dengan sekali sentakan Ki Jalak menggedor tanah
hingga bumi berguncang, dan kejadian itu bersamaan pula
dengan ledakan dahsyat dari Pasangan Ki Asmaradanu dan Iblis
Pemakan Jantung. 686 Seketika itu juga pertarungan mereka berhenti sesaat dan
kemudian saling libat kembali. Setelah menggempur lima belas
jurus imbang, sepasang tasbih iblis mulai gelisah. Jubah
coklatnya telah basah oleh keringat .
Tiba-tiba. Buk! Ki Jalak yang masih merapal ajian Karatala segera menyodokan
telapaknya di dada Ki Darma. Ki Darma mengeluh dan pegangi
dadanya yang kena disodok telapak tangan lawan, belum lagi
dengan hawa panas yang membakar dari jurus itu, Belum lagi
hilang rasa sakitnya dia harus pula menerima sebuah sabetan
dahsyat berwarna putih keperakan. namun kilatan Keperakan itu
berhenti ditengah jalan dan membalik membabat sebuah sinar
hitam yang berkiblat menyambar.
"Tranggg!" Dentum dua logam berdentang berbarengan dengan percikan
lelatu api. Bagaimana bisa seperti itu" beginilah rincian jalan ceritanya.
Ketika Nyi Renjani melihat kesempatan dia segera hendak
menyusuli serangannnya dengan sebuah kiblatan pedang,
namun ia harus membatalkannya ketika sebuah kilatan hittam
menyerang dirinya. Nyi Renjani memang tak menganggap
serangan itu secara serampangan, apalagi berbuat
serampangan.. 687 Dia melompat mundur. Memandang ke depan dilihatnya lawan
memegang sebuah tasbih kayu oak yang memancarkan sinar
hitam. "Serangan bagus!" Sindir Nyi Renjani dan menempatkan
pedangnya didepan wajah, sementara Tangan kirinya
membentuk cakaran, itulah pembukaan "jurus Pedang
Pembunuh Naga" Merah Wajah Sepasang Tasbih Iblis, Tanpa banyak bicara
melayani kata-kata Nyi Renjani tadi Ki Darmo segera
menitahkan Ki Darma untuk menggunakan senjata andalannya.
lalu langsung saja mereka menyerbu dengan menyabatkan
tasbih. Sinar hitam yang keluar dari tasbi ini menderu
menelikung aneh disertai hawa dingin dan panas menggidikkan.
Nyi Renjani dan Ki Jalak cepat berkelit menghindarkan serangan
lawan. Namun tiba-tiba dengan kecepatan luar biasa senjata itu
membalik silang dan kembali menabur sinar hitam. Demikian
terjadi berulang kali. Kalau saja Ki Jalak dan Nyi Renjani tidak
memiliki kegesitan yang ditunjang oleh ilmu meringankan tubuh
yang tinggi niscaya sudah beberapa kali mereka kena dihantam
tasbih mustika, paling tidak terserempet sinarnya yang
mengandung hawa dingin atau yang hawa panas.
Nyi Renjani tidak begitu gugup, sebab semasa mudanya ia
pernah bertarung dengan seekor ular raksasa berusia ribuan
tahun, dengan kegesitan dan pengalaman itulah ia dengan
mudah berkelit bahkan balas menyerang Sepasang Tasbih Iblis.
sedangkan Ki Jalak memiliki ilmu Peringan tubuh yang dominan
688 daripada ilmu silatnya, sehingga ia juga memiliki kegesitan yang
sangat luar biasa. Serangan gabungan Sepasang Tasbih Iblis datang bertubi-tubi
dan saling menyusul. hawa panas dan hawa dingin menggebugebu dalam kelebatan sinar hitam. mempersempit ruang gerak
Nyi Renjani dan Ki Jalak.
Sepasang Tasbih Iblis tertawa latah ketika dalam satu
kesempatan melihat kedudukan lawan dianggapnya lemah.
Maka mereka tidak membuang kesempatan dan langsung
menerjang. Tasbih di tangan kanan Ki Darma nya menabur sinar
hitam berhawa panas, membabat dari samping kiri. sementara
Ki Darmo membabat dari samping kanan, seakan hendak
menggunting tubuh Ki Jalak dan Nyi Renjani.
Ki Jalak tertawa gembira melihat jebakannya berhasil segera ia
membuka serangan lagi, Telapak tangan yang keperakan kena
ajian Karatala menghadap ke depan dan jari-jarinya menekuk
membentuk cakar. Sambil kerahkan tenaga dalamnya kijalak
hendak merengut tasbih ditangan kedua orang itu.
Akan tetapi sebelum hal itu terjadi mendadak terdengar suara
menderu. Cahaya putih keperakan berkelebat, menyeruak
diantara cakaran telapak tangan dan ujung kedua tasbi Tasbih.
seketika itu juga kedua tasbih itu putus hancur bertaburan
dengan mengeluarkan suara bergemerincing!
689 Sepasang Tasbih Iblis berseru kaget ia melompat mundur.
namun dia masih kurang cepat. Cakaran Tangan Ki Jalak yang
belum kesampaian malah membeset perut keduanya.
"Crasssshhh" "Argggghh....Brukkk!"
Keduanya mendelik seakan tak rela nyawanya amblas begitu
saja, dari perut mereka keluarlah darah segar beserta isinya,
usus usus mereka tampak berebutan keluar sampai akhirnya
mereka ambruk tak bernyawa.
Ki Jalak dan Nyi Renjani berpandangan, kemudian berpaling
edarkan pandangan, dilihatnya Kakek Arak seribu kati juga
sedang mengangkat Gucinya dari Si Pelajar Iblis yang sudah
ambruk tak bernyawa dengan kepala retak, Darah segar dari
mulut Kakek Arak seribu kati masih mengucur peerlahan.
sepertinya ia juga sedang terluka dalam.
Dilihatnya Ki Asmaradanu dan Si Pemabuk dari Selatan juga
sedang mencapai Puncaknya.
Tampak Seluruh tubuh Ki Asmaradanu terangkat berkibar-kibar
diatas tanah kerucutnya, rambutnya berdiri keatas bagai landak.
tangannya terkepal erat, kemudian ia menengadah dan berteriak
kencang. "Heaaaaaaaaaaaaa" Suara itu melengking dahsyat, tanah
bergetar, bahkan sebagian terangkat dan membentuk tiang yang
runcing, melayang-layang disekitar tubuh Ki Asmaradanu.
690 Iblis Pemusnah Raga dan Iblis Pemakan Jantung tercekat,
namun ia tak gentar, segera merekapun merapal jurus andalan
masing-masing. Jika Iblis Pemusnah Raga mengerahkan Ajian
Matiraga maka Iblis Pemakan Jantung mengerahkan Ajian
Palarjantung. Bagaimana dengan Sipemabuk dari selatan"
Ia juga rupanya mengerahkan ajian Mendhemkepayang.
matanya terbalik hingga menjadi putih, tubuhnya gontai seakan
mau jatuh, Gucinya ditengak dengan tuak yang berlumeran.
Dalam satu teriakan yang bersatu, keempatnya kembali
mengadu tenaga dalam. "Hiiiiiaaaaa........!" Blaaarrrr...! Srekk...Srekkk,.... Cessss!


Pendekar Seribu Diri Karya Aone di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Arhggghh Bruk..Brukkk,,,hep...heppp
Debu mengepul tinggi mengudara, rumput-rumput dihalaman itu
hancur berantakan, tanah berbongkah, bongkahan...beberapa
bangunan disana ada beberapa yang ambrol. sementara Para
Anggota Nawa Awatara yang lain ikut bergelimpangan
terhempas angin akibat bentrokan itu.
Sementara itu tubuh Iblis Pemusnah Raga dan Iblis Pemakan
Jantung terlempar dan berdebum ditanah dengan keadaan tak
bernyawa lagi, di tubuh mereka tampak tanah-tanah keras
menancap, darah menggenang disekeliling tubuh mereka.
berbeda halnya dengan Ki Asmaradanu dan Si Pemabuk dari
691 selatan meski mereka terlempar sejauh duapuluh tombakan
mereka tidak mengalami kematian meski mereka terluka parah,
setelah keadaan mulai tenang, tampak Ki Asmaradanu dan Si
Pemabuk dari selatan bersemadi dengan disamping mereka
berdiri Kakek Arak seribu Kati, Nyi Renjani dan Ki Jalak.
Rupanya jiwa keduanya terselamatkan oleh Kakek Arak seribu
Kati dan ki jalak yang tadi menangkap tubuh mereka yang
terlempar. Mendadak.... Plok...Plokkkk...Plokk.....
Seseorang menepuk tangannnya beberapa kali, Ki Jalak dan
yang lain berpaling, dilihatnya seseorang yang memberikan
tepuk tangan itu Plok...Plokkkk...Plokk.....
Seseorang menepuk tangannnya beberapa kali, Ki Jalak dan
yang lain berpaling, dilihatnya seseorang yang memberikan
tepuk tangan itu. ternyata adalah seorang pemuda berusia
sekitar duapuluh sembilan tahunan, wajahnya cakap dengan tahi
lalat di atas alis sebelah kiri, hidungnya mancung, bibirnya tipis
seperti perempuan. rambutnya sebatas pundak memakai baju
merah darah, didada kirinya terdapat rajahan piramida berantai
dengan bertulisan angka sembilan.
Dengan tenang ia berjalan santai diiringi Empat Pengawal Lakilaki dan Empat Pengawal Perempuan. dan berkata :
692 "Hebat....hebatt,..... sungguh hebat, kalian datang
menghancurkan istanaku, juga membunuh Anggotaku! sungguh
besar nyali kalian" Ki Jalak dan Nyi Renjani berubah parasnya menjadi bengis,
"Maharaja Sembilan Dewa!"
"Hahaha...oh kalian, hebat juga si Rubah Aram Widiawan
sehingga mampu meloloskan kalian sekalian menegembalikan
tenaga kalian yang telah musnah."
"Kau benar-benar laknat Danabrata, Ayahmu saja Adi Bramanta
kau bunuh begitu saja!" Si Pemabuk dari selatan yang entah
kapan siuman dari semadinya menyela sebelum jawaban Ki
Jalak dan Nyi Renjani diluncurkan. ia berkata dengan pilu
berbareng geram. "Uwak Bramawisata, sudah sekian lama kita tidak bertemu,
bagaimana keadaan Uwak?" Alih Maharaja Sembilan Dewa.
Para Hadirin yang ada disana terkejut mendengar percakapan
itu. dari percakapan itu mereka akhirnya mendapat beberapa
keterangan, yaitu: Sipemabuk dari Selatan aslinya bernama
Bramawisata (Suka berpergian) dan memiliki adik bernama
Bramanta (Pengembara), dari adiknya itu lahirlah anak yang
diberinama Danabrata. dan Danabrata adalah Sang Maharaja
Sembilan Dewa. "Buruk-buruk sekali, sejak kau cemarkan nama keluarga!
sungguh menggenaskan sekali nasib adikku yang mengawini
693 Putri keturunan Iblis! dan akhirnya harus melahirkan Anak Iblis
yang paling Keji didunia ini" Keluh Ki Bramawisata alias
Sipemabuk dari selatan. "Uwak! Sekali lagi kau bilang mendiang ibu putri iblis maka aku
takan sungkan untuk membunuhmu juga!" Keruh wajah
Maharaja Sembilan Dewa. "Hahaha.... Justru akulah yang akan melumatkan dulu ragamu
atas penebusan nyawa setiap insan yang kau bunuh itu
Danabrata! sekalian menunaikan tugas ayahmu yang tak
kesampaian" garang ucapan Ki Bramawisata.
"Danabrata terima ini, ini adalah pukulan penyesalan ayahmu!
Hiaaa......" Si Pemabuk Dari selatan meloncat menerjang
Maharaja Sembilan Dewa. "Pukulan Dewa Aditya! kalian mundurlah ini urusan keluarga."
ucap Maharaja sembilan dewa kepada pengawalnya yang sudah
siap menahan Sipemabuk Dari Selatan. lalu menimpali. "Baik
jika itu keinginanmu Uwak! tak ada pilihan akan aku sambut
Pukulan Dewa Aditya mu itu dengan telapak Dewa Chandra!"
"Blaaarrr!" Pukulan dan Telapak beradu diudara, Maharaja Sembilan dewa
tergetar, sementara Si Pemabuk dari Selatan terjajar mundur.
namun semua itu tak menyurutkan semangatnya yang
membara, kembali ia menyerang Maharaja Sembilan Dewa.
694 Bagaimana kronologisnya tentang Riwayat Maharaja Sembilan
Dewa dan Sipemabuk dari selatan itu"
Kita buka lembaran yang telah terlewat,
+++ Dalam dunia persilatan terkenallah dua saudara yang telah
mengarungi dunia. dia merupakan Anak dari Si Penjelajah Jagad
brahmacari. adapun anak itu bernama Brahmawisata dan
Brahmanta. kedua anak itu hidup dalam lingkungan yang aneh,
yakni sejak kecil mereka tidak memiliki tempat yang tetap,
kegiatan mereka sehari-harinya adalah belajar sastra, Silat dan
berjalan. berjalan bukan sekedar berjalan melainkan menjelajahi
setiap pelosok negri ini.
Menginjak usia dewasa, Ayah mereka telah berpisah untuk
selamanya, mulailah mereka berpisah dan menentukan jalan
mereka sendiri. tahun demi tahun telah berlalu akhirnya kedua
saudara itu telah dipertemukan oleh tuhan. Brahmanta yang
merupakan seorang adik dari Brahmawisata telah menikah,
berbeda halnya dengan Brahmanta yang lebih suka menyendiri.
Istri Brahmanta merupakan seorang yang cantik molek dan
pintar dalam hal silat maupun sastra, sebanding dengan
Brahmanta yang juga merupakan seorang pemuda yang
tampan. kehidupan mereka berlangsung dengan sederhana dan
bahagia. apalagi ketika mereka dikarunai seorang anak yang
tampan, dan kebetulan ketika anak itu lahir berkunjunglah
Brahmawisata ketempat itu, tentu saja Kedua pasangan iu
menyambut gembira malah meminta sebuah nama untuk
695 anaknya itu. akhirnya terpilihlah nama Danabrata yang berarti
"Dewa kekayaan",
pada saat malamnya Brahmanta diminta untuk menemui
Brahmawisata digunung belakang rumahnya. meski tak
mengerti, Brahmanta akhirnya menuruti kemauan kakak semata
wayangnya itu. Setelah ia berkelebat mendaki gunung, dilihatnya Kakanya itu
sedang bersila dengan tenangnya diatas rumput bukit.
"Kakang Brahmawisata!" Sapa Brahmanta lembut.
Brahma Wisata berpaling, ia gupaikan tangan kanannya untuk
duduk dimukanya. "Ada apa kakang?" tanya Brahmanta spontan langsung ke inti.
"Adik, ada sesuatu yang ingin kakang bicarakan mengenai
anakmu itu" "Oh, Apakah kakang hendak mengambilnya murid?" tanya
Brahmanta. "Bukan" Brahmawisata menggeleng.
"Lalu ada apakah kakang?"
Bukan mendapat jawaban, Brahmawisata tampak malah
melamun, Brahmanta kebingungan. namun ia paham ada
696 sesuatu yang cukup serius dan tidak mengenakan yang akan
terjadi. "Kakang, Katakanlah... apapun yang akan terjadi aku tidak akan
membencimu, apakah kakang sedang ada masalah."
"Bukan adi Brahmanta,. sudah aku katakan ini mengenai
anakmu berarti itu menyangkut dirimu sendiri."
"Aku tak mengerti kakang, oh ya, satu lagi.... mengapa kakang
bisa datang tepat pada saat anakku lahir?".
"akh adiku, sebenarnya aku kemari karena aku mendapatkan
mimpi yang aneh. aku telah dijumpai oleh seorang kakek yang
bernama Avatara Batara Yuda! dalam mimpi itu, aku
diberitahukan bahwa anakmu pada suatu saat yang mendatang
akan menjadi seorang yang akan mencemarkan keluarga,
bahkan menjadi musuh dunia persilatan. wahai adiku, dia juga
memberitahukan bahwa istrimu adalah putri seorang
pendendam, pendendam akan ketentraman dunia persilatan,
biang keladi pada masa Pangeran Empat Dewa!"
"Apa!" Brahmanta tersentak kaget, namun Brahmawisata
kembali menenangkannya. "Adikku, jangan dimasukan kedalam hati, mungkin itu adalah
sebuah bunga tidur belaka, didiklah anakmu itu dengan
kebaikan! bila itu benar bahwa istrimu putri orang itu, maka
selama ia bersikap dlam kebaikan maafkanlah dan terima apa
adanya!" 697 "Terimakasih kakang!" Brahmanta memeluk Brahmawisata.
"Namun, aku merasa sedikit khawatir adik, siang malam aku
kemari untuk menemuimu, sebab mimpi itu selelu datang tiap
malam, baik aku sedang bersemadi maupun sedang tidur,
bukankah ini aneh?" Brahmanta tertegun, memang ia melihat kantung mata kakang
nya itu sedikit membengkak, mungkin kakangnya itu tidak bisa
tidur saking khawatirnya.
"Memang Aneh kakang!"
"Lupakanlah adik, lekaslah engkau kembali pada anak istrimu!"
meski ragu, Brahmanta menurut juga dan berkata.
"Baik kakang!" Brahmanta segera berkelebat balik, sementara
Brahmawisata menghela nafas dalam.
Malam itu berlangsung seperti biasanya, keesokan harinya
Brahmawisata pun berpamitan hendak pergi, tentu saja sedih tak
terkira hati Brahmanta. Setelah pembicaraan itu, sikap Brahmanta agak sedikit murung,
namun semakin beranjak dewasa, Sikap Danabrata sangatlah
lembut, sehingga Brahmanta melupakan pembicaraan tadi,
malah mengajarkan segenap ilmu kepandaiannnya itu. hingga
pada suatu malam. Malam itu langit begitu kelam, sinar bulan tertutupi awan yang
bergulung kelabu, angin berhembus dingin membekukan tulang,
698 namun tidak bagi dua sosok yang sedang berlatih diatas puncak
bukit di samping sebuah poondok kecil milik Brahmanta.
tak jauh dari kedua orang yang sedang berlatih itu, sepasang
mata tampak mengintip dengan geram, mengapa" ternyata yang
berlatih itu adalah Danubrata dan istri Brahmanta yang bernama
Darani. lalu apa yang harus dibuat geram"
Ternyata yang sedang dilatih oleh ibu dan anak itu merupakan
sebuah ilmu silat sesat, ganas kejih dan tak
berperikemanusiaan. Brahmanta benar-benar geram melihat
semuanya itu, diam-diam bayangan ucapan kakaknya
mengiang-ngiang ditelinganya.
Seperanakan nasi kemudian kedua ibu dan anak itu berhenti
berlatih, terdengar Darani berkata" Anakku kau hebat sekali, ilmu
Sembilan Dewa Iblis hampir penuh kau kuasai, kau ingat dengan
tugas yang kau emban?"
"Tentu ibu, Dendam seribu karat dari buyut kita sampai
sekarang, aku harus menjadi penguasa dunia persilatan dan
membantai segenap orang yang telah berani membuat kita
harus sembunyi" Danabrata berkata dengan seram. mendengar
itu, Brahmanta merinding, tak dapat disangkanya bahwa istrinya
telah meracuni anaknya hingga sedemikian rupa.
"Ibu, mengapa aku harus bersikap baik kepada ayah" apakah
ibu mencintainya?" tanya Danabrata, Brahmanta segera pasang
kupingnya untuk menyadap pembicaraan itu.
699 "Hihi.... dasar, kau tahu anakku... dengan bersikap baik pada
ayahmu maka kau akan mendapatkan segenap ilmunya itu, ibu
sama sekali tak mencintai ayahmu, ibu hanyalah menginginkan
benihnya untuk melanjutkan dendam kesumat kita, kau tahu.!
ayahmu adalah seorang lelaki dambaan setiap wanita, bukankah
itu akan menurun kepadamu" ibu lebih suka melakukan itu
denganmu!" Darani berkata genit. Brahmanta gemetar dan
merinding akan cobaan untuknya itu. sebelum Brahmanta
meninggalkan tempat itu terdengrlah rintihan wanita khas orang
yang sedang berahi, jelas saja bahwa istrinya sedang
melakukan hal yang tak semestinya, lebih gilanya itu dilakukan
dengan anaknya sendiri. Keesokan harinya Brahmanta mengamuk hingga terjadi
perkelahian sengit, Darani terluka parah bahkan tidak lama
kemudian meninggalkan raganya, melihat itu, Danubrata
membokong Brahmanta hingga brahmantapun ikut terluka
parah, namun brahmanta berusaha untuk melarikan diri hingga
bertemu dengan Brahmawisata dan menceritakan segalanya.
Dari sejak itulah Jiwa Brahmawisata terguncang dahsyat, untuk
melupakan setiap patah kata adiknya ia berlari kedalam
minuman hingga ia dikenal dengan Sipemabuk dari selatan,
++++ Belasan jurus telah berlangsung, hingga pada suatu
kesempatan. "Jaga Serangan...!" seru Si Pemabuk dari Selatan sambil
menenggak tuak dari guci tanah liatnya. Kemudian, dengan
gerakan mulut yang aneh, disemburkannya tuak itu....
Wusss! 700 "Sembur Dewa!" Ucap Maharaja Sembilan dewa sambil
mengelak serangan dari tuak yang menyembur dari mulut Si
Pemabuk Dari Selatan,. Tuak itu terus melesat cepat dan
mengenai bangunan dibelakan Maharaja Sembilan
Dewa.Cuss.... Terdengar tembok bangunan itu mendesis, usut
punya usut ternyata tembok itu telah berlobang kena semburan
itu. Semakin lama, Pertarungan semakin bertambah seru, dengan
berani kembali Si Pemabuk dari Selatan merangsek ke arah
lawan yang dalam waktu itu sedang berjumpalitan diudara.
dengan kecepatan penuh,Si Pemabuk dari Selatan kembali
meneguk tuaknya dari guci. dan menyemburkannya membuat
Maharaja Sembilan Dewa

Pendekar Seribu Diri Karya Aone di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Lama-kelamaan, Maharaja Sembilan Dewa menjadi marah.
Kemudian dengan penuh amarah yang meledak-ledak di dada,
Maharaja Sembilan Dewa menyerang Sipemabuk dari selatan
dengan jurus yang tak bisa dijabarkan dengan tulisan saking
cepatnya, waktu itu, Maharaja Sembilan Dewa sedang berada
sepuluh tombak dari Sipemabuk dari Selatan, namun Sipemabuk
dari selatan belum juga mengkedipkan mata, Maharaja Sembilan
Dewa telah berada sejengkal di depan Sipemabuk dari Selatan.
Mimpipun ia tak menyangka akan diserang begitu cepat dan
setiba-tiba itu. Sipemabuk dari selatan tidak mandah digebuk
begitu saja, Guci tuaknya bergerak cepat, menangkis tinju yang
berada satu inchi didepan hidungnya.
701 "Bukkkk!" Secara bersamaan tinju itu mengenai pelipis Si
Pemabuk dari selatan, dan gucinya juga mengepruk tangan
Maharaja Sembilan Dewa. Si Pemabuk dari selatan terhuyung-huyung namun ia tidak
mengalami cedera sebab wajahnya sudah ia lindungi dengan
tenaga dalam, sementara Maharaja Sembilan Dewa
memusatkan tenaga dalamnya di kepalan. sehingga beberapa
bagian tangannya itu tidak terlindung tenaga dalam. melihat itu
Si Pemabuk dari selatan semakin bersemangat. Serangan
dengan guci tuaknya kian gencar.
Namun, Maharaja sembilan dewa bukanlah lawan yang empuk,
dengan sigap ia mengembangkan jurus sembilan dewa Iblisnya
menyerang leher dari Si Pemabuk dari selatan. Dengan cepat Si
Pemabuk dari selatan yang diserangnya melenting dengan
tubuh bersalto untuk mengelakkan serangan itu hingga luput.
Namun belum juga kakinya sempat menginjak tanah, Kembali
Maharaja Sembilan dewa susulkan sebuah serangan.
Si Pemabuk dari selatan segera hendak melakukan gerakan
menghindar, namun tendangan Maharaja Sembilan Dewa lebih
cepat dari gerakannya. Buggg! "Ugh....!" Tubuh Si Pemabuk dari selatan terhuyung ke belakang dengan
mata melotot berusaha menahan rasa sakit akibat tendangan
702 pada lambungnya itu. Tangannya mendekap bagian tubuh yang
terasa sakit hingga tubuhnya membungkuk. Pada saat itu,
Maharaja yang sudah gelap mata hujamkan sebuah pukulan
Sembilan Dewa Iblis dengan ajian Chandra Geni.
Melihat itu, Anggota Nawa Awatara, Ki jalak dan kawankawannya yang pada waktu itu menonton pertarungan merasa
tercekat, Semua mematung, tapi tidak dengan ki jalak,dengan
segenap kemampuan yang dimilikinya ia kerahkan Ajian
Karatala hingga puncaknya dan menyambut pukulan Maharaja
Sembilan Iblis, "Aaa...!" Pendekar Burung Jalak alias Ki Jalak itu memekik
dengan mata melotot. Tangannya mendekap wajahnya yang
terasa panas, "Brukkkk!" Tubuh Ki Jalak jatuh berdebam di
halaman itu dalam keadaan tubuh hangus.
Si Pemabuk dari selatan terlonggong haru atas pengorbanan Ki
Jalak, matanya bercucuran,
"Adi maafkan kakangmu yang tak bisa melakukan harapanmu",
Si Pemabuk dari selatan tampak berkemik-kemik dan
menempelkan kedua tangannya hendak memberikan sembah.
Pucat wajah Maharaja Sembilan Dewa, ia jejakan kakinya
hendak melarikan diri,sambil berpekik. "Dewa Berkorban Jiwa
Tenang". Terlambat sedikit....
703 Tubuh Si Pemabuk dari selatan yang pada waktu itu
memberikan sembah tiba-tiba menggelembung seperti balon
dan meledak.... Blaaarrrrrr!
Ledakan hawa murni berbarengan dengan muncratan daging
dan darah berhamburan kemana-mana,
" Gurrruuuuuuuuuuuu!" Pekik seseorang menggelegar
Siluman Goa Tengkorak 1 Golok Yanci Pedang Pelangi Karya Gu Long Kisah Pendekar Bongkok 8

Cari Blog Ini