Ceritasilat Novel Online

Raja Silat 13

Raja Silat Lahirnya Dedengkot Silat Karya Chin Hung Bagian 13


kembali saking girangnya pada ujung bibirnya tersungging
suatu senyuman. Menndadak Sun Ci Sie angkat kepalanya dan berteriak
keras dengan amat sedih dan seramnya serunya.
"Aku Sun Ci Sie tidak berayah dan tidak beribu, tidak ada
sanak dan tidak ada keluarga dan tidak ada bibi segala, aku
Sun Ci Sie kecuali suhu seorang siapapun tidak dikenal.
Pedang hitam yang ada ditangannya mendadak digetarkan,
di dalam sekejap saja sinar gemerlap yang menyilaukan mata
berkelebat memenuhi seluruh ruangaa dan menekan kedua
orang itu dengan dahsyatnya.
Liem Tou serta si perempaan tunggal sama sekali tidak
menyangka dia bisa berbuat demikian, mereka bersama sama
menjadi amat terkejut sekali.
Si perempuan tunggal yang pernah merasakan kelihayan
dari ilmu pedang hitam ini, melihat datangnya seraagan dari
pedang pusaka tersebut ujung kakinya dengan cepat menutul
permukaan perahu dan meloncat keluar dari ruangan tersebut.
Sebaliknya Liem Tou yang diserang secara tiba tiba dalam
hati merasa sangat terkejut sekali.
Sun Ci Sie kau mencari mati?" bentaknya dengan gusar.
Dia tidak menyingkir maupun menghindar, menanti sinar ke
hitam-2an itu mengurung badannya, dengan cepat tenaga
murni yang ada di dalam tubuhnya disalurkan keluar, dengan
menggunakan tenaga tujuh bagian sepasang telapak-nya
mendadak dibalik, kemudian dengan diikuti satu hawa pukulan
yang tak terhingga dahsyatnya menyambut datangnya
serangan tersebut. Si rajawali sakti dari gunung Ai Lau san ini sewaktu melihat
Liem Tou ternyata hendak menggunakan sepasang
kepalannya menerima datangnya serangan pedang hitamnya
itu, di dalam hati dia segera mengira pastilah akan terbinasa di
bawah serangannya, sehingga darah bereceran diatas tanah,
tenaga dalamnya segera ditambahi dengan dua bagian
bersamaan pula bentaknya keras.
Aku mau lihat siapa yang cari mati ?" Mendadak dia
merasakan angin pukulan yang dilancarkan oleh Liem Tou ini
merupakan angin pukulan tenaga Im tetapi juga tenaga Yang.
di dalam kelunakan ada kekerasan membuat seluruh serangan
yang dilancarkan olehnya terasa kena terhalang.
Baru saja dia merasakan keadaan sedikit tidak beres
mendadak angin pukulan dari Liem Tou sudeh dilipat
gandakan sepuluh bagian, pedang hitam di tangannya tidak
sempat ditarik kembali ujung pedangnya segera terkena
bentrok dengan hawa angin pukulan yang melanda datang.
Segera terasalah seluruh tubuhnya tergetar amat keras
sehingga sukar ditahan, apalagi yang lebih celaka lagi ternyata
angin pukulan itu melampaui ujung pedang lantas menekan ke
atas dadanya. Rasa terkejutnya kali ini bukan alang kepa ang, dia tahu
untuk menyingkir tidak sempat untuk menghindar ke belakang
juga tidak berguna, di dalam hati dia segera mengambil
keputusan uatuk beradu jiwa.
Tekanan hawa pukulan ini semakin lama semakin
memberat sehingga hampir hampir membuat dia sukar untuk
bernapas. Tetapi dia yang sudah kebiasaan menirukan sifat dari si
hweesio tujuh jari yang amat dingin dan sombong membuat
keadaannya pada saat ini dari dingin kaku jadi ganas dan
amat buas, tidak takut mati.
Terang terangan dia tahu dirinya bakal tidak sanggup uatuk
menangkis datangnya serangan tersebut dia malah paksakan
diri untuk berbuat demikian.
Didalam sekejap saja dadanya terasa amat mual dan
kepalanya amat pening, tetapi dengan menggigit kencang
bibirnya sehingga keluar darahnya dia angkat telapak kirinya
dengan menyalurkan seluruh tenaga dalam yang dimilikinya
untuk menangkis serangan tersebut.
Sun Ci Sie sebetulnya sudah memperoleh didikan dan
perawatan langsung dari si hwoesio tujuh jari di karenakann si
hweesio tujuh jari sudah menaruh seluruh harapannya yang
terakhir di tangan Sun Ci Sie ini, karena tenaga pukulan yang
dilancarkan oleh Sun Ci Sie dengan seluruh tenaga ini seperti
juga sedang mengadu jiwa, keadaannya tidak dapat
dipandang remeh. Jikalau digantikan dengan orang lain, di dalam keadaan
seperti ini walaupun dia berhasil menerima datangnya
serangan tersebut tetapi tidak urung tergetar mundur juga
beberapa langkah ke belakang.
Tetapi Liem Tau bukanlah manusia sembarangan, melihat
Sun Ci Sie berbuat demikian dia segera tertawa dingin.
Haee. .beee. .kau masih ketinggalan jauh. serunya.
Baru saja dia kerahkan hawa murninya untuk menekan
lebih dahsyat lagi mendadak terdengar si perempuan tunggal
sudah menjerit keras. Liem Tou jangan... Liem Tau secara tiba tiba menjadi sadar kembali dengan
tergesa gesa dia pentangkan telapak tangannya ke samping
kemudian dengan meminjam kesempatan ini tubuhnya
meloncat keluar. Tetapi sebelum hawa pukulannya ditarik semua, tiba tiba..
"Plaask. . "dua gulung angin pukulannya sudah menghajar
kedua samping tubuh perahu tersebut diikuti suara ledakan
keras yang menggetarkan seluruh ruangan.
Sun Ci Sie yang tidak berhasil menarik kembali
serangannya seketika itu juga membuat hawa pukulannya
dengan dahsyat menghajar diatas ujung perahu sehingga
terhajar hancur berantakan.
Sun Cie Sie mengira Liem Tou takut menerima serangannya
sehingga tidak terasa lagi dia tertawa panjang.
Liem heng kenapa tidak menerima serangan ku itu ejeknya
bangga. Siapa tahu baru saja dia selesai berkata dari kedua sisi
perahunya mendadak terdengar suara ledakan laksana
ambruknya gunung dan jebolnya bendungan membuat
seketika itu juga menggetarkan seluruh ruangan.
Dari dalam sungai mendadak bergolak dan nenyemprot ke
atas pancuran air setinggi dua puluh kaki yang disertai ombak
yang menggulung dengan dahsyatnya, keadaan pada waatu
itu benar benar amat menyeramkan sekali.
Sun Ci Sie yang melihat kejadian itu saking kagetnya
seluruh air mukanya sudah berubah pucat pasi bagaikan
mayat, dia tahu tenaga dalam yang dimiliki Liem Tou sekarang
ternyata benar benar dahsyat sekali sehingga sukar diukur.
Dia tidak berani memikirkan bagaimana akibat yang bakal
diterima apabila tenaga yang sangat dahsyat itu bersarang di
badannya. Sewaktu dilihatnya pula air sungai bergolak dengan amat
dahsyat sehingga membuat sang perahunya montang manting
dengan hebatnya, dia jadi kaget, bukankah dengan demikian
perahunya telah menemui bahaya.
"Aduh,, perahuku!" teriaknya keras.
Sun Ci Sie kau masih tidak msaggelinding dari tempat ini"
terdengar suara Liem Ton memberi peringatan. Aku mamberi
waktu satu tahun buatmu untuk mengubah sifat sifatmu yaug
jahat itu, perahu ini sejak ini hari adalah milikku.
Sun Ci Sie mana mau mengalah dengan begitu saja, dia
jadi amat gusar sekali. Tetapi hanya di dalam waktu sekejap saja kembali ada dua
gulung ombak yaug amat dahsyat menerjang badannya, dia
orang yaug tidak mengerti ilmu didalam air dengan cepat
tubuhnya meloncat naik ke atas lantas berkelebat menuju ke
tengah sungai sejauh tiga kaki setelah itu dengan
menggunakan ilmu meringankan tubuhnya yang paling lihay
dia berjalan mengelilingi perahu tersebut, dia tidak berani
mendekati tetapi tidak tega pula untuk ditinggal pergi terpaksa
dengan mendongkol berputar terus disekeliling tempat
tersebut. si perempuan tunggal yang melihat sikap serta tindak
tanduk dari keponakannya itu dalam hati merasa amat cemas
dan sedih sekali, baru saja di dalam pikirannya memikirkan
akan sesuatu itu mendadak terdengar Liem Tou sudah tertawa
kembali. Sun Ci Sie. kau masih tidak mau menggelinding pergi dari
sini" bentaknya. Sepasang telapak tangannya bersama sama melancarkan
serangan kembali ke arah depan terasalah serentetan desiran
angin yang amat tajam menghajar keatas permukaan air
membuat sekeling tempat tersebut segera timbul gelombang
yang amat besar menggulung keras ke atas tubuh Sun Ci Sie.
Sun Ci Sie sudah tentu tidak berani menerima datangnya
gulungan ombak itu dia tidak bisa berbuat apa apa lagi
terpaksa tubuhnya sekali Lagi meloncat menuju ke arah tepi
sungai. Di tengah suara tertawa terbahak babak dari Liem Tou
itulah tampak dua gulung ombak yang keras menggulung
kembali di tengah sungai membuat perahu tersebut jadi
tenang kembali. Heyy....Sun Ci Sie terdengar Liem Tou berteriak lagi sambil
tertawa terbahak bahak. Lebih baik kau cepatlah pergi dari
sini, tetapi kau harus ingat apa yang sudah aku ucapkan pasti
akan kulaksanakan benar benar setahun kemudian aku pasti
akan pergi mencari dirimu . Jikalau mulai saat ini kau sudah
tidak berbuat jahat lagi maka sampai maka sampai waktunya
aku akan melenyapkan permusuhan dan bersahabat dengan
dirimu, tetapi bilamana kau masih terus berbuat kejahatan ..
Hemm, hemm...kau boleh merasakan pukulan dahsyatku yang
akan menghancurkan badanmu.
unn Ci Sie mana pernah menerima hinaan seperti ini" Cuma
saja dia tahu dirinya tidak bakal bisa menangkan lari Liem Tou
karenanya dia cuman berdiri termangu mangu ditepi sungai
tanpa bergerak sedikitpun juga.
Lama sekali barulah dia secara tiba tiba jatuhkan diri
berlutut menghadap ke arah barat daya kemudian lantas
sambil mengangguk anggukan kepalanya dia berkata.
Ooooh . ., Suhu, tecu tidak bisa memenuhi harapac kau
orang tua lagi, lebih baik kau orang tua menghilangkan
maksud hatimu untuk menyingkirkan diri Thiat Bok Tbaysu
serta Su Kok Mo Piau. Semua urusan kita bicarakan di
kemudian hari saja. Selesai berkata dia bangkit berdiri dan mengangkat
pedangnya dengan menggunakan tangan kanan lalu perlahan
lahan dia ulurkan tangan kirinya kedepan.
Ci Sie, kau mau berbuat apa" terdengar si perempuan
tunggal segera berteriak keras Sun Ci Sie cuma tertawa dingin
dengan amat seram nya dan suara tertawanya itu tajam
sehingga mendirikan bulu roma.
Tampaklah diantara barkelebatnya sinar pedang yang
berwarna hitam, jari kelingking dari tangan kirinya sudah
tertabas putus. Kau mau berbuat apa" sahutnya dengan ketus Heee . . .
heee , . . Hitung hitung saja aku sudah kecudang di tangan bangsat
cilik she Liem itu tetapi mulai sekarang juga aku mau berganti
nama dan berlatih giat, tiga tahun kemudian jika aku tidak
berhasil membinasakan kau Liem Tou bangsat cilik, aku
segera akan bunuh diri seperti keadaan jariku ini.
Sahabis berkata dia memperdengarkan kembali suara
tertawa dinginnya yang amat menyeramkan kemudian baru
putar tubuh dan berlalu dari sana dengan diringi suara suitan
panjang yang menyayatkan hati.
Untuk beberapa saat lamanya Liem Tou cuma bisa saling
berpandangan dengan si perempuan tunggal tanpa bisa
mengucapkan sepatah katapun, mereka sama sekali tak
menyangka Sun Ci Sie sebetulnya seorang manusia yang
begitu dingin, kaku dan amat jumawa sekali.
Lama sekali baru terdengarlah si perempuan tunggal
menghela napas panjang. Sutit, ujarnya. Kau sudah mendatangkan bencana yang
tidak terkira buat hari mendatang.
Haaa . . . dia bilang tiga tahun sebaliknya aku sudah pergi
mencari dia setahun kemudian sahut Liem Tou sambil tertawa
ringan. Aku rasa dia yang sudah mengangkat sumpah sebelum
ilmu silatnya berhasil menyamai dirimu dia orang tak mungkin
akan memperlihatkan dirinya sehingga berhasil kau temui.
Liem Tou mengangguk, dia tertawa lagi. Dia tidak ingin
membicarakan persoalan ini kembali, sinar matanya dengan
perlahan beralih ke dalam ruangan perahu itu dan ujarnya
dengan perlahan. Susiok, perahu ini aku serahkan kepadamu untuk
mengurusnya, dia adalah keponakan dari susiok sudah
seharusnya perahu ini aku serahkan kepadamu.
si perempuan tunggal mana mau menerima barang barang
tersebut" kini tujuannya yang di cita citakan sejak turun
gunung sudah terlaksana tetapi hal itu pun cukup
mendukakan hatinya, mulai hari ini dia cuma ingin
mengembara saja karenanya dengan perlahan dia gelengkan
kepalanya. Aku tidak mau barang barang ini, biarlah kau saja yang
mengambil keputusan. Sekali lagi Liem Tou paksa si perempuan tunggal itu untuk
menerimanya kembali dia menggelengkan kepalanya.
Liem Tou melihat di dalam hatinya sudah mengambil
ketetapan diapun tidak dapat memaksa lebih lanjut lagi segera
pikirnya. Baiknya aku pergi kegunung Wu san saja, untuk sementara
waktu aku titipkan harta kekayaan tersebut jadi satu dengan
harta kekayaan miliknya Hek Loo toa, di kemudian hari jika
aku rasa berguna saat itulah baru mengambil
keluar kembali. Berpikir sampai disitu dia tidak menolak kembali. Mendadak
dalam benaknya teringat akan sebuah peti besi yang dipasang
kunci, sehingga ujarnya kemudian.
Di dalam ruangan perahu ini semuanya ada enam buah peti
hitam yang di antaranya sebuah peti terkunci, bagaimana
kalau kita menggunakan waktu yang luang ini untuk
membukanya dan lihat lihat apakah sebenarnya isi peti itu"
Ehmn. .sahut si perempuam tunggal. Mereka berdua segera


Raja Silat Lahirnya Dedengkot Silat Karya Chin Hung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

berjalan memasuki ke dalam ruangan. Liem Tou lalu
mengaagkati peti peti yang tak terkunci itu ke samping dan
akhirnya mengangkat peti yang terakhir ke tengah ruangan
kemudian dengan menggunakan kekuatan jarinya merusak
gembok tersebut. Liem Tou dengan perlahan membuka tutup peti itu,
terasalah serentetan sinar yang menyilaukan mata memancar
keluar dan dalam peti tersebut, terlihatlah satu peti penuh
dengan intan permata yang sangat berharga sudah terbentang
dihadapan mereka. Pada saat ini Liem Tou sama sekali tidak tertarik dengan
intan intan permata itu sedang si perempuan tunggal pun
tidak menyukai barang barang barharga tersebut, melihat
benda itu tak terasa lagi didalam hatinya merasa kecewa
sekali. Dalam anggapan mereka berdua, peti peti lain yang
berisikan intan permata sama sekali tidak dikunci sudah tentu
peti terakhir yang terkunci sudah disimpan suatu barang
pusaka yang sangat berharga sekali, siapa sangka isinya pun
melulu benda benda berharga itu saja.
Pada waktu ini Liem Tou hendak menutup penutup peti itu.
tiba tiba terdengar si perempuan tunggal berseru.
Sute tunggu dula, coba diantara intan intan itu kita mencari
beberapa butir mutiara yang dapat menerangi di tempat
kegelapan aku rasa barang itu ada kegunaannya dikemudian
hari. Liem Tou yang dapat melihat di tempat kegelapan seperti
siang hari saja sudah tentu tidak membutuhkan barang
tersebut dia segera menyingkir kesamping.
Susiok kau carilah sendiri, ujarnya sambil tertawa. Kau suka
apa ambillah sesuka hatimu.
Aku cuma menginginkan sebutir mutiara saja, yang lain aku
tidak mau. Sahut perempuan tunggal tertawa juga.
Selesai berkata dia segera berjongkok dan mulai mencari di
antara tumpukan intan permata itu tak lama kemudian
mendadak tangannya sudah terbentur dengan sebuah benda
kerss, dengan cepat serunya kepada Liem Tou.
Sutit, kemungkinan sekali diantara tumpukan intan permata
ini masih terdapat sebuah peti kecil lagi"
Coba kau ambillah keluar, teriak Liem Too dengan cepat.
Si perempuan tunggal segera merogoh tangannya ke dalam
peti dan mengambil keluar sebuah peti besi berwarna hitam
yang kecil dan piph, di dalam sekali pandang saja Liem Tou
bisa melibat beberapa tulisan yang terukir di atas peti
tersebut. Hati manusia amat kejam itulah yang dicari manusia.
Pada ujung kiri dari peti hitam itu kembali terukir beberapa
hurf dari emas. "Cian Tok Cin Keng"
Liem Tou sarta si perempuan tunggal yang melihat adanya
kitab pusaka seribu racun pada melengak semua dibuatnya,
mereka sama sekali tidak mengerti apa yang tertulis di dalam
kitab tersebut juga tidak mengetahui dari mana sumber ilmu
tersebut, cuma saja di dalam hati mereka berdua merasa
sedikit berdesir, mereka tahu jika ditinjau dari tulisan yang
terukir di atas kitab tersebut tentulah kitab itu merupa kan
satu kitab yang sangat beracun sekali.
Baru ssja mereka dibuat termangu mangu oleh kejadian itu
mendadak pada ujung perahu tersebut terdengarlah suara
bentrokan yang amat keras sekali membuat seluruh tubuh
perahu itu tergetar dengan amat kerasnya, bersamaan pula
terdengar suara dari sirajawali dari gunung Ai Lau San, Sun Ci
Sie sudah balik kembali. Liem Tou teriaknya dengan suara yang amat keras. Ayoh
cepat menggelinding keluar, kita bertanding siapa yang lebih
lihay diantara kita. Liem Tou sama sekali tidak mengira kalau dia bisa kembali
lagi, tanpa ragu ragu lagi tubuhnya segera meloncat keluar
dari ruangan perahu tersebut.
Tampaklah suasana disekeliling tempat itu amat sunyi
sekali, sinar rembulan memancarkan sinar dan kerlipan
bintang bintang yang tersebar memenuhi angkasa di tempat
itu sama sekali tidak tampak sesosok bayangan manusiapun.
Mendadak satu bayangan berkelebat di dalam benaknya,
hatinya terasa berdebar amat keras sekali, belum sempat dia
mengambil satu tindakan mendadak terdengarlah suara
mengaduh dari si perempuan tunggal yang ada di dalam
ruangan perahu dengan amat kerasnya.
Liem Tou cuma merasakan hatinya seperti ditusuk tusuk
dengan beribu ribu batang anak panah, dia segera berteriak
keras. Sun Ci Sie, kau sungguh kejam sekali.
Ternyata sedikitpun tidak salah, dia melihat tubuh si
perempuan tunggal sudah roboh di atas ruangan perahu
dengan amat kerasnya disusul dengan berkelebatnya sesosok
bayangan manusia yang menerjang keluar dari jendela
dengan amat cepatnya. Liem Tou menggigit kencang bibirnya, tenaga saktinya
disalurkan keluar kemudiaa dengan menggunakan ilmu
meringankan tubuhnya dia melakukan peagejaran dengan
amat cepatnya dari belakang.
Sun Ci Sie tinggalkan nyawamu, teriaknya dengan keras.
Dari tempat jauh dia segere melancarkan satu pukulan
dahsyat kearahnya, siapa tahu justru.
karena pukulannya inilah membuat Sun Ci Si mendapatkan
kesempatan yang baik untuk meloloskan dirinya pada saat
angin pukulannya mendekati tubuhnya itulah Sun Ci Sie
dengan meminjam tenaga pukulan tersebut melayang lebih
cepat lagi ke atas tepian kemudian dengan sedikit terhuyung
huyung dia melarikan diri masuk ke dalam hutan.
Dalam hati Liem Tou benar benar merasa sangat gusar
sekali, mana dia orang mau melepas kan dirinya dengan
begitu saja, langkah kakinya semakin dipercepat. Sreeet
Sreeet berturut turut dia menutul beberapa kali di atas
permukaan air kemudian mengejar dengan cepatnya dari
belakang tubuh Sun Ci Sie.
Hey Liem Tou bangsat cilik, tiba tiba bentak Sun Ci Sie
sambil menoleh kebelakang dan mengayunkan tangannya.
Kau cepatlah pergi menolong susiokmu.
Liem Tou dengan cepat mangebutkan ujung jubahnya
menjatuhkan senjata rahasia yang mengancam tubuhnya,
sebetulnya dia masih ingin pergi mengejar lebib lanjut tetapi
setelah mendapatkan peringatan dari Sun Ci Sie ini, dia baru
teringat kembali kalau si perempuan tunggal tadi memang
menjerit kesakitan dan rubuh ke atas permukaan ruangan
perahu, dia tidak tahu si perempuan tunggal sudah kena
dibokong sebagaimana yang dikatakan oleh Sun Ci Sie.
Sedikit dia berpikir itulah kakinya menjadi tambah perlahan.
Sun Ci Sie bukanlah manusia bodoh, dengan mengambil
kesempatan itulah dia lebih mempercepat larinya sehingga
hanya di dalam sekejap saja dia sudah meninggalkan diri Liem
Tou lebih jauh lagi. Liem Tou yang dikarenakan perhatiannya sedikit bercabang
sudah ketinggalan jauh oleh diri Sun Ci Sie dengan cepat dia
meloncat maju lebih cepat lagi, tetapi pada saat itu bayangan
dari Sun Ci Sie sudah lenyap dibalik kegelapan, terpaksa dia
putar badaauya kembali ke perahu.
Begitu masuk ke dalam ruangan perahu, dia dapat melihat
air muka perempuan tunggal itu pucat pasi bagaikan mayat,
agaknya dia sedang merasakan suatu penderitaan yang amat
berat sehingga giginya saling beradu dengan amat kerasnya.
Liem Tou jadi amat cemas sakali, dengan cepat dia
membungkukkan badannya dan bertanya.
Susiok, susiok bagaimana deagaa lukamu" kau sudah
terbokong oleh siapa"
Lama sekali si perempuan tunggal tidak bisa berbicara,
akhirnya dengan paksakan diri dia menjawab juga.
"Senjata rahasia"
Dengan cepat Liem Tou membantu dirinya memeriksa
seluruh tubuhnya yang berbahaya, akhirnya dia bisa melihat
pada kaki kiri serta lengan kirinya masing masing terhajar dua
batang jarum kecil, jarum itu menancap dalam dalam di dalam
dagingnya sehingga cuma ketinggalan sedikit ujungnya yang
kelihatan di luar. Dengan sangat berhati hati sekali dan amat telitinya Liem
Tou membantu dirinya untuk mencabut keluar senjata rahasia
itu, setelah dilihatnya di atas ujung jarum itu sama sekali tidak
beracun dia baru bisa menghembuskan napas lega.
Untung tidak beracun, sehingga tidak begitu merepotkan,
ujarnya perlahan. Tetapi sebentar saja dia melihat di atas kelopak mata dari
si perempuan tunggal itu tampak tergenang oleh air mata
yang dengan sekuatnya sedang ditahan sehingga jangan
sampai mengalir keluar dia menjadi bingung.
Susiok untuk sementara kau berlega hati. hiburnya dengan
halus. Asalkan jarum ini tidak beracun aku rasa sebentar saja
sudah akan sembuh kembali. Keponakanmu itu benar benar
sudah sangat keterlaluan, sepantasnya dia orang mau tak mau
harus dibasmi juga dari muka bumi.
Beberapa psrkataan dari Liem Tou ini jika tidak dibicarakan
masih tidak mengapa, begitu dia berkata demikian si
perempuan tunggal itu semikia merasa sedih lagi air mata
yang samula cuma menggenang di kelopak matanya kini
sudah mulai bercucuran, dia segera gelengkan kepalanya
dengan perlahan. "Aaa . . aaaku . . di badanku . . masih . ."
Mendengar perkataan tersebut Liem Tou jadi sadar kembali
dari lamunannya, mendadak dia mengerutkan alisnya rapat
rapat dan bertanya "Dimana lagi senjata rahasia itu menghajar tubuhmu?"
Waktu itulah dia baru merasakan urusan agak sedikit
memberatkan jikalau dia harus menghadapi sesama laki laki
hal ini bukanlah suatu urusan yang besar, justru si perempuan
tunggal adalah seorang gadis yang masih suci.. , hal ini benar
benar membuat dia orang agak kebingungan.
Aku sendiri juga tidak tahu dimana senjata rahasia tersebut
berada. Terdengar si perempuan tunggal itu menyahut sambil
gelengkan kepalanya berulang kali.
Aku cuma merasa di seluruh tubuhku sudah terkena hajar
oleh senjata rahasia tersebut.
Sekali lagi Liem Tou merasa terkejut, diam diam pikirnya.
Kini cuma ada satu cara saja yaitu suruh ia cabut sendiri
jarum jarum itu tapi . . . kalau tidak dapat bergerak, lalu
bagaimana baiknya. Berpikir akan bal ini dia lantas bertanya.
Susiok, kau bisa mencabut sendiri jarum jarum emas itu
aku . . aku . . Lama sekali dia mengucapkan kata kata 'aku" tanpa dapat
melanjutkan kembali kata kata sambungannya sedangkan
wajahnyapun sudah berubah menjadi merah padam bagaikan
kepiting direbus. Si perempuan tunggal Touw Hong yang melihat Liem Tou
pun dibuat kikuk sekali dia lalu berpikir sebentar.
Begini saja, ujarnya kemudian. Kau keluarlah dulu. biar aku
coba coba sendiri. Bagaikan baru saja bebas dari tugas yang berat, Liem Tou
segera berjalan keluar dari ruangan dan berdiri di ujuug
perahu tidak bergerak, kepalanya didongakkan ke atas
memandang bintang bintang yang tersebar memenuhi
angkasa, teringat akan asal usul si perempuan tunggal Touw
Hong tak terasa lagi di dalam hati dia menaruh rasa
simpatiknya, ketika teringat pula keadaan sendiri pun persis,
tetapi apa yang dialami oleh perempuan tersebut mendadak
dia menghela napas panjang.
Dia teringat juga diri Lie Siauw Ie sejak dia mengetahui ibu
dari gadis itu sudah meninggal hatinya sedikit tidak tenang
setiap kali mereka bergaul bersama sama beberapa kali dia
hendak memberitahukan berita ini dia agak ragu ragu dia
takut Lie Siauw Ie jadi amat sedih sekali.... setelah dia
melanjutkan lamunannya memikirkan diri Thian Pian Siauw cu,
si hweesio tujuh jari, Sun Ci Sie dan lain latanya pada saat
teringat kalau perjanjian pada bulan lima tanggai lima sudah
tidak jauh di dalam hati dia segera mengambil keputusan
untuk segera berangkat menuju ke Cin Jan.
Dia berpikir . . . berpikir terus mendadak teringat kembali
akan kerbaunya yang sudah lama sekali dititipkan kepada
orang lain, kenapa se karang juga dia tidak mau pergi ke sana
membawanya kembali" walaupun tempat itu amat jauh tetapi,
dengan kecepatan dari gerakan tubuhnya sekarang tidak lebih
dari dua jam kemudian subah bisa kembali ke sini.
Setelah mengambil keputusan itu dia lanjut berteriak.
.Susiok, kau menemui kesukaran".
Dari dalam ruangan sunyi senyap tak terdengar suara
sahutan, sekali lagi Liem Tou mengulangi pertanyaannya
akhirnya terdengar juga suara jawaban dari si perempuan
tunggal Touw Hong yang lemah dan halus itu.
Sudah kucabut keluar tiga batang, maa.... masih . masih
ada. .. masih ada lagi. Liem Tou yang mendengar sudah
dicabut keluar tiga batang diam diam dia merasa sedih juga
buat diri perempuan tunggal ini, kini mendengar pula kalau
masih ada lagi yang belum tercabut saking kagetnya keringat
dingin sudah mengucur keluar membasahi keningnya.
Susiok kau bersabarlah sedikit serunya dengan gugup.
Cabutlah dengan perlahan aku rasa sesudah jarum emas itu
dicabut keluar, luka itu dengan cepatnya akan sembuh dengan
sendirinya. Sambil berkata dia melepaskan tali obat pemberian dari
Hek Loo toa itu dan berjalan masuk ke dalam ruangan perahu.
Susiok terimalah ini, serunya dengan membelakangi dirinya.
Tali ini adalah suatu obat yang mujarab sekali, bilamana
susiok merasa pertahanan badannya semakin berkurang
cepatlah makan satu utas, bilamana daya obatnya sudah
berjalan maka semangat dan tenaga yang di dalam badan
segera akan pulih kembali seperti sedia kala. Sutit ada urusan
yang bakal di bereskan dulu di tepian sana, tetapi sebentar
kemudian akan kembali lagi . . selamat tinggal, harap susiok
jaga diri baik baik. Baru saja dia siap siap hendak meloncat ke tepian
mendadak dia teringat kembali akan sesuatu.
Kalau aku pergi dan Sun Ci Sie tiba tiba balik ke sini
bukankah susiok bakal celaka"


Raja Silat Lahirnya Dedengkot Silat Karya Chin Hung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Dia segera gelengkan kepalanya berulang kali dan
menghentikan gerakan badannya.
Aku tidak boleh pergi, aku tidak boleh pergi, pikirnya lagi.
Tidak perduli bagaimanapun aku harus menunggu setelah dia
selesai mencabut keluar seluruh jarum yang menghajar
badannya. Berpikir sampai disini dia segera memaki ketololannya
sendiri, untuk membetulkan kesalahan tadi dia lalu berteriak
kembali. Susiok, aku tidak jadi pergi. . kau berlegalah bati untuk
mencabut keluar jarum jarum tersebut dengan perlahan lahan.
Terpaksa dia balik lagi di ujung perahu dan duduk disana
menanti. Kentongan keempat dengan cepatnya berlalu tetapi dari
dalam ruangan perahu sama sekali tidak terdengar sedikit
suarapun, akhirnya Liem Tou tidak bisa menahan sabar lagi
dengan cepat dia meloncat bangun.
Susiok. kau kenapa" tanyanya dengan suara yang keras.
Dia menanti lagi beberapa saat lamanya tetapi tidak
mendapatkan jawaban juga, terpaksa untuk ketiga kalinya dia
berteriak kembali tetapi suasana tetap sunyi senyap.
Liem Tou merasakan hatinya berdebar dengan amat keras ,
satu ingatan tidak beres berkelebat dalam benaknya.
Susiok, kau sedang apa?" kau kenapa?" teriaknya dengan
keras. Dari dalam ruangan perahu itu keadaan tetap tenang
tenang saja tidak terdengar suara sahutan. Liem Tou jadi
semakin cemas lagi tubuhnya dengan cepat berkelebat
menuju kedepan pintu ruangan perahu tersebut.
Baru saja hendak menerjang masuk untuk melihat apa
yang sudah terjadi kembali satu ingatan berkelabat di dalam
benaknya, bagaikan kepalanya digodam martil berat dia
merasakan hatinya tergetar amat keras, akhirnya dia mem
batalkan juga maksudnya itu.
Tetapi urusan sudah terjadi di hadapan matanya, untuk
tidak masuk melihat keadaan yang sesungguhnya tak mungkin
bisa terjadi, di dalam keadaan yang mendesak mendadak dia
mendapat satu akal. Anaaa . , . sudah ada, teriaknya.
Saat itu dia sudah meedapatkan satu cara yang amat tolol
sekali, dia dengan cepat pejamkan matanya lalu dengan jalan
meraba raba dia berjalan masuk ke dalam ruangan perahu itu.
Terhadap keadaan di dalam ruangan perahu itu sudah
tentu dia sangat hafal sekali, tanpa membuang banyak waktu
dia sudah berhasil mendapatkan tubuh si perempuan tunggal
Touw Hong itu. Tetapi sewaktu tangannya terbentur dengan sebuah kulit
badan yang sangat halus dan hangat ditambah pula tersiar
bau harum yang sangat aneh sekali menusuk hidungnya
membuat dia jadi sangat terperanjat.
Susiok, suuok . . - teriaknya keras.
Suasana tetap tenang tak terdengar sahutan apapun,
walaupun sepasang matanya dipejamkan letapi dia bisa tahu
tentunya saat ini perempuan tunggal sudah jatuh tidak
sadarkan diri di karenakan tidak dapat menahan rasa sakit
yang kelewat batas itu. Di dalam keadaan yang seperti ini menolong orang adalah
lebih penting dari segala galanya, dia tidak memikirkan batas
susila antara lelaki dau perempuan lagi, dengan cepat dia
duduk di atas tanah dan dengan perlahan dan sangat hati hati
sekali dia ulurkan tangannya ke depan, karena takut sudah
meraba anggota badannya yang terlarang beberapa kali sudah
hampir menempel di badan perempuan itu dia menarik
tangannya kembali. Diam diam di dalam hatinya merasa tersiksa.
Susiok, dimanakah kepalamu?" ujarnya kemudian.
Bagaimana aku bisa menemukan kepalamu dengan cara
meraba begini" jika yang saya raba bukan kepalamu urasan
bukankah jadi berabe"
Mendadak dia mendapatkan satu akal dia tahu saat ini si
perempuan tunggal Touw Hong berada dalam keadaan
telanjang bulat berbaring di dalana ruangan perahu itu, maka
dengan sendirinya pakaian yang dilepas tentu targeletak
disisinya, asalkan dia berbasil menutupi badannya dengan
pakaian tersebut bukankah sesudah itu dia bisa membantu
dirinya untuk mengerabkan tenaga dalam dengan mata
terbuka. Berpikir sampai disini dia tidak ragu ragu lagi, dengan cepat
dia maraba di atas tanah.
Akhirnya didapatkan juga pakaian itu disamping badannya
kemudian dengan cepat ditutupkan ke atas badannya.
Tetapi pada saat ini dia tetap tak berani membuka kedua
matanya secara berbareng, dengan perlahan lahan dia
membuka dulu sebelah matanya, karena dia takut setelah
matanya terbuka akan menemukan pandangan yang
menggairahkan dan mendebarkan hatinya, keadaan seperti itu
bukankah luar biasa bekali . . .
Untung saja tempat yang ditutupi tadi tepat dari lutut
sampai dilehernya saat itu Liem Tou baru bisa
menghembuskan napas lega.
Sungguh berbahaya, teriaknya di dalam hati.
Setelah itu dia baru duduk bersila disisinya dan
menempelkan telapak tangannya di atas punggungnya,
matanya dipejamkan dan mulai menyalurkan hawa murninya
ke dalam badan Touw hong Terhadap susiok yang masih sangat muda ini dia menaruh
rasa simpatik bercampur rasa hormatnya yang secara tidak
sadar sudah timbul rasa ingin melindungi dirinya, dia gemas
tidak bisa menyalurkan selurub tenaga murni yang ada pada
dirinya untuk menolongnya supaya cepat cepat sadar kembali,
tetapi pikiran ini tidak mungkin bisa terlaksana, sekalipun
tenaga dalam yang dimilikinya sangat tinggi tetapi bilamana
dia berbuat demikian hal ini cuuia mendatangkan bencana
saja daripada kebaikan . ...
Seperti apa yang telah diduga olah Liem Tou semula, si
perempuan tunggal Touw Hong yang berhasil mencabut
keluar jarum yang terakir dikarenakan tenaganya sudah habis
dan amat lelah sekali ditambah pula rasa sakit yang terasa
menusuk tulang akhirnya dia tidak kuat menahan diri dan
jatuh tidak sadarkan diri.
Saat ini setelah dibantu oleh tenaga yang disalurkan Liem
Tou melalui jalan darah Giok Liang Hiat pada punggungnya
menerjang ke atas urat nadi melalui jembatan pemisah, Keng
Pek Hee terus naik ke atas ubun ubun menerjang jalan darah
penting Nie Tan Coe di dalam sekejap saja hawa murni itu
sudah mengelilingi seluruh badannya satu kali dan bergabung
dengan bawa murni yang ada di badannya sendiri.
Dengan tanpa disadari pula seluruh rasa sakit yang ada di
badannya sudah tersapu lenyap tak berbekas, badannya jadi
terasa amat nyaman dan segar.
Dengan perlahan lahan dia membuka kembali sepasang
matanya untuk sesaat lamanya dia sudah lupa kalau celana
serta pakaiannya sudah dia lepas sehingga kini berada
didalam keadaan telanjang, ketika dilihatnya Liem Toudu
duduk bersila disamping dan membantu dia megerahkan
tenaga dalamnya dengan cepat dia tersenyum manis.
Sutit, terima kasih, serunya dengan rasa amat terharu.
Waktu itu Liem Tou sedang menarik hawa murninya karena
itu dia tidak dapat menjawab, setelah hawa murninya ditarik
kembali dia ba ru bangkit berdiri kemudian tanpa menoleh lagi
sudah berjalan keluar. Sutit tidak dapat baik baik menjaga diri susiok harap susiok
suka memaafkan, serunya setelah berada di depan pintu
ruangan perahu tersebut. Mendadak terdengar suara jeritan, kaget dari si perempuan
tunggal Touw Hong yang berkumandang keluar dari dalam
ruangan setelah itu suasana jadi sunyi senyap tak terdengar
sedikit suarapun. Liem Tou menduga tentu dia sedang msrasa terkejut
karena menemukan dirinya di dalam keadaan telanjang bulat
sehingga tanpa terasa sudah menjerit kaget.
Berpikir akan hal itu dari luar ruangan dia lantas berteriak
kembali dengan suara yang sungguh sungguh.
Susiok. kau merasa sutit adalah manusia macam apa?"
Dari dalam ruangan perahu tidak terdengar suara jawaban.
Liem Tou segera menyambung kembali perkataannya.
Maksud dari sutit berkata demikian cuma mengharapkan
susiok jangan mengira aku Liem Tou adalah seorang manusia
yang tidak tahu diri. Sehabis berkata dia angkat kepalanya memandang keadaan
cuaca yang mulai menjadi terang tetapi pada saat yang
bersamaan pula dari dalam ruangan perahu itu berkumandang
keluar suatu isak tangis yang amat sedih dari si perempuan
tunggal Touw Hong. Liem Tou menduga saat itu si perempuan tunggal Touw
Hong tentunya sudah berpakaian karenanya dengan perlahan
dia menoleh memandang kearah dalam ruang&n, secara
samar samar dia bisa melihat si perempuan tunggal Touw
Hong duduk bersandar pada dinding perahu, sepasang
tangannya menutupi wajahnya dan dia menangis dengan
sedihnya. Liem Tou segera berjalan masuk menghampiri dirinya.
Susiok kenapa kau menangis?" tanyanya dengan suara
yang rendah. Cepat keluar dari sini, tidak ada urusanmu ditempat ini tiba
tiba si perempuan tunggal angkat kepalanya dan membentak
dengan suara yang amat Keras.
Walaupun sejak kecil Lem Tou bergaul dengan Lie Siauw Ie
terhadap hati seorang gadis yang sudah menanjak dewasa
mana dia bisa mengetahuinya dia menganggap si perempuan
sedang merasa marah terhadap dirinya, karena itu dengan
amat rikuh dia mengundurkan diri dari sana.
Baru taja dia tiba di samping pintu ruangan mendadak
terdengar suara dari si pererapuan tunggal berkumandang
lagi. Aku tidak sedang marah kepadamu, kau jangan merasa
tersinggung. Liem Tou segera menoloh ke arahnya, terlihatlah si
perempuan tunggal dengan menggunakan sepasang biji
matanya yang jeli dan menggiurkan sedang memandang
dirinya dengan rasa penuh cinta dan mesranya, sikap ini jelas
se kali memperlihatkan kalau dia sudah menaruh rasa cinta
muda mudi terbadap dirinya, hal ini membuat Liem Tou jadi
agak terperanjat. Aduh. .dosa, teriaknya di dalam hati.
Cepat cepat ujarnya sambil melengos.
Susiok, jarum yang menancap di badanmu sudah dicabut
keluar semua, kenapa kau tidak keluar dari ruangan itu untuk
melihat munculnya sang surya" Aku pikir sesudah sang surya
muncul segera akan melanjutkan perjalanan untuk menyimpan
beberapa peti emas intan ini ke dalam gunung Wu san
sehingga bisa digunakan di kemudian hari.
Dengan termenung si perempuan tunggal berpikir sebentar
akhirnya dengan menundukkan kepalanya rendah dia berjalan
keluar dan berdiri di sisi Liem Tou sampai waktu itu dia tidak
berani mengangkat kepalanya barang sekejappun.
Liem Tou yang melihat cuaca sudah mulai terang tanah dia
segera merasa sang kerbau harus cepat cepat diambil
kembali, karenanya dia lantas berkata.
Susiok kau tunggulah sebentar disini aku pergi sebentar
dan akan balik lagi kesini.
Waktu ini cuaca masih amat pagi sekali, Liem Tou tanpa
menanti jawaban dari si perempuan tunggal lagi dengan cepat
meloncat ke atas tepian sungai kemudian dengan
mengerahkan ilmu meringankan tubuhnya yang amat lihay dia
berkelebat menuju ke rumah petani dimana dia menitipkan
kerbaunya itu. Tepat sebelum fajar menyingsing Liem Tou sudah tiba di
sana dan saat itu seluruh keluarga dari petani itu sudah pada
bangun. Sang petani tua itupun sedang memberi makan kerbau
tersebut, Liem Tou dengan wajah tersenyum lalu berjalan
mendekati dirinya. "Loo pek, selamat pagi".
Petani tua itu dengan cepat menoleh ke belakang, sewaktu
dilihatnya Liem Tou sudah mendekatinya dia jadi amat girang
Ooo . . yaya malaikat, kau sudah datang, ada orang bilang
kau tidak bakal datang lagi kemari tetapi aku sama sekali tidak
mau percaya coba kau Lihat yaya malaikat, kerbau itu
memang lain dari pada yang lain, aku sudah mencoba dengan
membawa kerbau yang lain datang kemari tetapi setiap
kerbau yang sudah bertemu dengan dirinya lalu tanpa berani
angkat kepalanya sudah pada lari terbirit birit.
Mendengar dirinya disebut sebagai "yaya- malaikat" Liem
Tou lantas tertawa. "Loo pek kau jangan memandang aku sebagai yaya
malaikat" serunya. Aku tidak lebih adalah seorang manusia
biasa yang berlatih ilmu silat dan jika dibandingkan dengan
orang lain badanku memang agak jauh lebih enteng saja, aku
She Liem bernama Tou dan tinggal diatas gunung Ha Mo San
di daerah Cing Jan, lain kali bila Loo pak membutuhkan
bantuanku boleh saja berangkat kesana mencari aku karena
ini hari aku masih ada urusan yang harus diselesaikan maka
tidak bisa lama ada di sini, sekarang aku mau bawa kerbau ini
meninggalkan tempat ini"
Sambil berkata dari dalam sakunya Liem Tou mengambil
keluar dua butir mutiara yang kemudian diserahkan kepada
petani tua itu, tapi sang petani tidak mau menerimanya.
Akhirnya setelah Liem Tou mendesak dia terus menerus
dan mengatakan kalau benda tersebut sebagai hadiah yang
diberikan kepadanya dengan tulus ikhlas akhirnya petani tua
tersebut pun mau menerimanya juga.
Pada saat itulah mendadak terlihatlah seorang bocah cilik
berusia enam, tujuh tahun berlari lari keluar dari dalam
rumah, begitu keluar dari pintu dengan cepat dia berlari
mendekati petani tua itu.
Sepasang matanya yang bulat dan berwarna hitam itu
dengan jelinya memandang diri Liem Tou lalu kirim satu
senyuman lucu kepadanya. Liem Tou yang melihat tubuh bocah cilik itu diam diam


Raja Silat Lahirnya Dedengkot Silat Karya Chin Hung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

didalam hatinya merasa sedikit berdebar.
Sungguh tidak kusangka di rumah seorang pe tani tua ini
ternyata terdapat seorang bocah yang mempunyai tulang
serta bakat alam yang demikian bagusnya, demikianlah
pikirnya di dalam hati. Jilid 25 Dengan cepat dari dalam sakunya dia mengambil keluar
lagi sebuah intan berwarna merah darah dan diberikan kepada
bocah cilik itu. Mari kesini, serunya. Ini aku kasih mainan buatmu, kau
suka bukan" Petani tua itu segera mewakili sang bocah itu untuk
mengucapkan terima kasihnya, setelah itu Liem Tou baru
menuntun kerbaunya meninggalkan rumah petani itu, tidak
jauh dia berjalan ketika teringat akan diri perempuan tunggal
yang ada di perahu seorang diri dengan cepat dia meloncat
naik ke punggung kerbaunya.
Hoa, bentaknya dengan keras.
Sang kerbau segera menggerakkan kakinya mulai berlari ke
depan, mungkin dikarenakan sudah ada berapa lama tidak
bertemu dengan majikannya begitu melihat dia orang naik ke
atas punggungnya dengan amat riangnya dia berlari dengan
cepatnya ke depan membuat pasir serta debu pada
beterbangan memenuhi angkasa.
Hanya di dalam sepertanak nasi kemudian Liem Tou serta
kerbau itu sudah tiba di samping bukit di selat Sie Leng Shia
tersebut. Liem Tou segera meloncat turun dari atas tunggangannya
dan menepuk nepuk leher sang kerbau.
Kau turunlah sendiri, serunya.
Tubuhnya dengan cepat meloncat naik ke atas perahu,
teriaknya keras begitu kakinya mencapai permukaan perahu.
Susiok aku sudah kembali.
Tetapi tidak terdengar suara sahutan dari dalam perahu ini
ruangan perahu kosong melo pong tidak tampak sesosok
bayangan manusia-pun. baru saja dia merasa keheranan mendadak terdengarlah
suara dari si perempuan tunggal berkumandang datang.
"Sutit aku ada disini . . . kau pergi ke mata?" kenapa begitu
lama baru pulang?" Huuu .... seorang diri disini aku benar
benar merasa kesepian. Sambil berkata tubuhnya meloncat naik ke atas peruhu dan
tampak pada tangannya membawa buah buahan yang amat
banyak sekali. Waktu itu sang kerbaupun dengan perlahan lahan
berenang mendatangi, melihat hal itu si perempuan tunggal
segera berkata kembali. "Sutit, kerbau itu apa masih ada?"
Baru saja dia selesai berkata tampaklah kerbau itu sudah
meloncat naik ke atas perahu membuat perahu itu segera
bergetar sehingga miring ke arah samping.
Mendadak terdengarlah suara dengusan yang sangat
rendah dan berat kerbau itu secara tiba tiba saja dengan
ganasnya menerjang ke arah si perempuan tunggal.
"Hey kenapa"' si perempuan tunggal sambil menyingkir
kesamping. "Hey kau sudah gila?" bentak Liem Tou dengan gugup.
"Terhadap keluarga sendiri kenapa kau mengumbar nafsu
binatangmu?" Sang kerbau tidak berani bergerak lagi, cuma saja
sepasang matanya dengan amat tajam sekali memperhatikan
diri si perempuan tunggal Touw Hong.
Saat itulah secara mendadak Liem Tou teringat akan
sesuatu, tentunya sewaktu berada di rumah penginapan di
kota Tay Yang di mana si perempuan tunggal serta si gadis
berbaju hijau Ciang Beng Hu mengeroyok diri si gadis cantik
pengangon kambing serta Lie Siauw Ie dapat diketahui oleb
sang kerbau, karena itu membuat dia sudah salah
menganggap dirinya sebagai musuh, oleh sebab itulah begitu
bertemu dengan dirinya dia lalu mengumbar nafsu
binatangnya. Berpikir sampai disitu dengan cepat Liem Tou segera
memberi penjelasan kepada kerbaunya.
Dia bukan musuh kita, lain kali bilamana kau bertemu
dengan dirinya kau harus bersikap hormat seperti sewaktu
bertemu dengan aku, kau tidak diperkenankan bertindak
begitu kurang ajar lagi. Sang kerbau cuma mendengus rendah saja tanda dia sudah
tahu. Setelah itulah Liem Tou baru menoleh ke arah perempuan
tunggal dan kirim satu senyuman manis kepadanya.
"Kerbau ini tentunya susiok pernah menemui bukan" Dia
bukan saja merupakan kawan karib dari sutitmu bahkan ada
kalanya menjadi pengganti dari sutitmu !" serunya.
Si perempuan tugggal pun ikut tertawa.
"Ada majikan sudah tentu ada budaknya," sahutnya. "Pada
beberapa bulan ini kerbaumu benar benar sudah terkenal
sekali di dalam dunia kangouw "
"Untung saja tidak sampai dipukul mati oleh orang-orang
dari Kiem Thien Pay. seru Liem Tou secara tiba tiba sambil
kirim satu kerlingan mata ke arah susioknya. Waktu itu apabila
bukannya aku cepat cepat kembali ke rumah penginapan
bilamana ada sedikit tidak beres saja maka orang orang dari
Kiem Thien Pay bakal menanggung akibatnya.
Si perempuan tunggal tidak dapat mengucapkan apa apa
dia cuma tertawa saja. Sutit mendadak tanyanya lagi, kerbaumu itu sudah terkenal
akan keganasannya, dapatkah kau bentahukan kepadaku
bagaimana caranya memberi pendidikan kepandanya"
sekalipun harus bertempur dengan seorang jagoan kelas satu
dari Bu lim pun dia sanggup, sebenarnya dikarenakan apa?"
Liem Tou cuma tersenyum tidak menjawab, setelah lewat
beberapa saat kemudian dia baru menjawab dengan perlahan.
Liin kali sudah tentu susiok dapat melihatnya sendiri.
Si perempuan tunggalpun tidak banyak berta nya lagi.
Liem Tou segera berlari menuju ke ujung perahu, lantas
teriaknya dengan keras Susiok, coba kau lepaskan tali itu dan angkatlah jangkarnya
ke atas.aku mau menjalankan perahu ini.
Si perempuan tunggal menurut dan mengerjakan
perintahnya itu, Liem Tou lantas kirim satu pukulan ke arah
tengah sungai, sesuai dengan cara dari si rajawali sakti dari
gunung Ai Lau san dia menggunakan tenaga pukulan tersebut
sebagai pengganti dayung menjalankan perahunya ke arah
depan. Besar ombak di selat Sam Shia dari sungai Yang Ci Kiang ini
sudah amat terkenal sekali d iseluruh kolong langit, tetapi
tenaga dalam yang dihasilkan oleh pukulan Liem Tou ini maha
dahsyat sekali, sekalipun di atas permukaan air sama sekali
tidak kelihatan beriak tetapi di dasar sungai itu sudah terjadi
satu gelombang sangat dahsyat sekali.
Saat ini perahu tersebut bagaikan anak panah yang
terlepas dari busurnya meluncur kedepan dengan amat
cepatnya, hanya di dalam sekejap saja dia sudah melampaui
berpuluh puluh perahu yang sedang berlayar dengan bantuan
tarikan di tepi selat. Orang orang dari perahu lainnya yang melihat perahu dari
Lism Tou ini bisa bergenk dengan amat cepatnya segera
merasa keheranan, karena keadaan seperti ini boleh dikata
mereka belum pernah menemuinya.
Liem Tou takut dengan adanya kejadian ini akan
mmimbulkan rasa keheran heranan dari orang orang lain,
terpaksa dia ssdikit memperlambat gerakan perahunya,
bersamaan pula dia pun duduk di atas geladak, lagaknya
separti orang yang sedang menikmati keindahan
pemandangan, padahal sepasang tangannya dengan tidak ada
hentinya diayunkan kebelakang.
Tidak sampai seperminum teh kemudian dia telah melewati
selat Sie Leng Shia dan memasuki selat Wu Shia.
"Sutit kau beristirahatlah sebentar, kali ini biarlah aku yang
mencoba" ujar si perempuan tunggal sambil berjalan keluar
dari dalam ruangan. "Tidak perlu sudah hampir sampai!" Sahut Liem Tou sambil
tertawa. "Oooh . . kiranya sutit mau pergi ke selat Wu Shia ini, hal
ini ada sedikit yang membuat aku kebingungan" ujar si
perempuan tunggal lagi dengan heran.
"Apanya yang tidak dapat kau pahami?" Cukup kita simpan
beberapa peti emas itu ke sana lalu kita jalankan perahu lagi
menuju ke atas Cing Jan untuk mengikuti perjanjian pada
tanggal lima bulan lima, bukankah susiok juga melihat
keramaian?" "Bukankah sejak dulu sutit sudah mengada kan janji
dengan aku" Sungguh cepat kau melupakan hal ini"
Liem Tou lalu tertawa. Waktu itu dengan saat ini keadaannya sudah berbeda,
apakah sesampainya di atas Cing Jan susiok juga mau
bertanding dengan diriku lagi"
Aaah.. tidak, cuma saja bilamana sutit ada bahaya akupun
bisa turun tangan memberi bantuan.
Di tengah percakapan itulah, mereka sudah tiba di tempat
tujuan. Liem Tou segera menepikan perahunya lalu kepada Si
perempuan tunggal ujarnya.
Susiok apakah mau pergi dengan sutit?"
Baiklah, sahut si perempuan tunggal mengangguk. Cuma
saja kau harus beritahukan kepadaku, kau hendak pergi
kemana.?" Liem Tou tidak mau mengelabui siperempuan tunggal lagi
dia lantas menceritakan bagaimana dia mempelajari kitab
pusaka To Kong Pit Lok di dalam sumur kering tersebut.
Saat itulah si permpusn tunggal baru tahu kalau
kepandaian silat dari Liem Tou ini diperoleh dari kitab puiaka
To Kong Pit Liok. di dalam hati diam diam dia merasa amat
kagum sekal. Dia segera putar badan berjalan masuk ke dalam ruangan
perahu dan menggotong keluar sebuah peti hitam.
Peti yang penuh berisikan uang perak itu sudah tentu
terasa amat berat sekali, di tambah si perempuan tunggal
baru saja sembuh dari luka nya, baru saja berjalan beberapa
langkah napas nya sudah ngos-ngosan.
Dengan gugup Liem Tou lalu menggantikan dirinya.
"Susiok lukamu belum sembuh, kau tidak usah banyak
keluar tenaga! Biarlah sutit yang menggolong !"
Mendadak matanya terbentur dengan sang kerbau yang
ada disisinya, satu pikiran segera berberkelebat di dalam
benaknya. "Begini saja !" ujarnya lagi. "Kekuatan dari kerbau ini amat
luar biasa sekali, kita biarkan dirinya membawa tiga buah peti
cukup susiok menjaga dari sampingnya sehingga jangan
sampai jatuh, bukankah sudah beres?" Sisanya aku bisa
membawanya sendiri, dengan demikian bukankah hanya di
dalam satu kali kerja saja sudah beres?""
Si perempuan tunggal tidak terlalu memaksa. dia segera
mengangguk. Demikianlah mereka berdua dengan menggunakan cara
tersebut segera menggotong keenam buah peti itu ke atas
tepi itu kemudian dengan perlahan lahan naik ke punggung
gunung. Tiba tiba .... Sreeet! Sreet ! Sreet ! Tampak lima orang lelaki kasar
dengan cepatnya berkelebat keluar dari tempat
persembunyiannya dan berdiri di tengah jalan.
"Siapa yang sudah datang dari bawah, cepat sebutkan
namamu" bentak mereka berbareng.
Liem Tou yang melihat oraug orang itu walaupun
mempunyai perawakan kekar dan kuat tetapi agaknya tidak
mempunyai kepaadaian yang tinggi, dalam hati Liem Tou
merasa lega. kepada si perempuan tunggal dia segera kirim satu
senyuman. "Aku lihat sebetulnya kalian semua manusia manusia tolol
yang benar benar goblok" sahutnya kepada orang orang itu.
"Jika kalian kepingin mengahalangi perjalanan orang dan
merampas barang bawaannya seharusnya pergi ke jalan raya
saja, buat apa kalian pilih gunung Wu-san yang sama sekali
sunyi tak kelihatan manusia ini untuk mencari mangsa?"
Sungguh menggelikan sungguh menggelikan sekali .... kalian
tidak mirip pembegal jalan."
Selesai berkata dia tertawa terbahak bahak.
Mendengar perkataan tersebut keenam orang lelaki kasar
itu seketika itu juga jadi amat gusar sekali, mendadak mereka
bersama sama mengerubut maju kedepan.
Liem Tou sekali lagi tertawa.
"Tunggu dulu !" bentaknya dengan keras. Sungguh besar
sekali nyali kalian pembegat-pembegal cilik, terus terang saja
aku beri tahu pada kalian, isi dari keenam buah petiku ini
adalah emas intan yang mempunyai nilai sangat berharga
sekali, bila kalian bisa mengangkat sebuah peti diantara peti
peti ini aku akan segera menghadiahkan benda tersebut
kepada kalian. Sambil berkata dia meletakan ketiga buah peti itu ke atas
tanah, ujarnya lagi. Bilamana tidak percaya kalian boleh coba-coba.
Diantara keenam lelaki kasar itu segera terlihatlah salah
seorang meloncat keluar. Kami cuma tanya namamu lalu kalian mengaggap kami
sebagai pembegal jalan. Hmm... Hmm, kau bangsat cilik
jangan memandang begitu rendah terhadap diri kami,
bentaknya dengan gusar. Kau bilang aku orang tua tidak bisa
angkat salah satu dari peti ini..he..aku tidak percaya. Aku mau
lihat betul tidak omonganmu itu.
Sembari berkata dia berjalan mendekati peti itu kemudian
tangannya mulai mencekal salah satu peti untuk diangkat.
Perkataan dari Liem Tou ini sedikitpun tidak sombong
cukup sebuah peti saja sudah ratusan kati beratnya, walaupun
kekuatan dari lelaku itu ada tua tiga ratus kati tetapi
keadannya masih terpaut amat jauh, mana dia orang bisa
berhasil mengangkatnya. Walaupun dia sudah mengerah seluruh kekuatannya


Raja Silat Lahirnya Dedengkot Silat Karya Chin Hung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sehingga wajahnya berubah memerah, peti itu tetap tak
terangkat juga. Melihat kejadian itu Liem Tou segera tertawa ringan.
.heee. .bukanlah aku sudah bilang, kalian tidak mungkin
bisa. Dengan demikian keenam orang lelaki itu segera dibuat
melongo dan amat terbelalak lebar lebar. Mereka saling
berpandangan tanpa ada yang mengucapkan sepatah kata
pun. Beberapa saat kemudian baru terdengar salah satu
diataranya berseru dengan keras.
epat pergi mengundang Piauw cu datang. Orang itu segera
menyahut dan lari meninggalkan tempat tersebut.
Liem Tou tidak mau ambil gubris lagi terhadap diri mereka,
segera bentaknya keras. "hayoh pada menyingkir"
Sekali lagi dia menggotong peti peti itu dan menoleh ke
arah si perempuan tunggal untuk kirim satu senyuman.
"manusia manusia itu sungguh tidak tahu kekuatannya
sendiri, mari kita pergi saja" ujarnya.
Dua orang manusia seeker kerbau kembali melanjutkan
perjalanan mereka dengan perlahan lahan naik ke atas
gunung, para lelaki kasar itu mana berani menghalangi
perjalanan mereka lagi, dengan sepasang mata yang melotot
lebar lebar setindak demi setindak mereka mengikuti terus
naik ke atas gunung. Pada saat itulah tampak dari atas gunung dengan tergesa
gesa berlari turun dua orang, yang satu adalah lelaki yang
pergi melapor tadi sedang yang seorang lagi adalah seorang
kakek tua yang memelihara jenggot pada janggutnya.
Liem Tou yang melihat gerakan kaki dari kakek itu amat
mantap dengan cepat dia memperhatikaw lebih teliti lagi,
segera dia bisa kenal kalau orang iru bukan lain adalah Piauw
cu dari Cing Ling Piauw kok Sie Ie adanya.
Liem Tou yang kenal dengan kakek tua itu dengan cepat
meletakkan peti tersebut ke atas tanah lalu menoleh ke arah
diri Si perempuan tunggal.
"Orang yang baru datang itu adalah Sie Piauw tauw dari
Cing Liong Piauw kiok, aku dengan dirinya ada satu kali
pernah bertemu dan sama sama berada di dalam keadaan
bahaya, orang ini adalah seorang jujur yang patut dipuji, mari
aku kenalkan kepada diri Susiok".
Si perempuan tunggal yang melihat perubahan sikap dari
Liem Tou tetapi secara diam diam sudah menduga kalau Liem
Tou sangat menghormati orang ini, karenanya dengan ter
gesa gesa dia meletakkan pula peti hitam itu.
Pada saat itulah Liem Tou sudah maju ke depan
menyambut kedatangan orang tua itu.
"Sie Loo Piauw tauw! bagaimana keadaanmu selama
perpisahan ini" serunya sambil menjura memberi hormat.
"Boanpwee tidak tahu kalau enghiong enghong ini adalah
anak buah dari Loo Piauw tauw, tadi sudah salah bertindak
harap suka memaafkan!"
Sie Piauw tauw yang melihat munculnya diri Liem Tou yang
secara tiba tiba itu semula agak melengak tapi kemudian dia
tertawa terbabak bahak dengan amat kerasnya.
"Orang budiman tentu dilindungi Thian, ternyata Liem Loo
te benar benar berhasil meloloskan diri dari bahaya, bagus . .
bagus sekeli. Berbicara sampai di situ mendadak sinar matanya
berkelebat dengan amat tajamnya memperhatikan diri Liem
Tou dan selanjutnya dia tertawa terbahak babak.
Haa , . haaa . . bilamana bukannya loohu sudah mslamur,
selama setahun ini kepandaian silat dari Liem Loo te sudah
memperoleh kemajuan yang sangat pesat sekali, jauh berbeda
dengan keadaan sewaktu dahulu kita bertemu.
Aaa . . Sie Loa Piauw tauw terlalu memuji, seru Liem Tou
sambil tertawa. Walaupun selama satu tahun ini ada sedikit
kemajuan tetapi belum mencapai seperti apa yang diucapkan
oleh Loa piauw tauw, aku sebetulnya masih mengharapkan
banyak petunjuk dari Piauw-tauw.
Ketika berbicara sampai disitu Si perempuan tunggal pun
sudah sampai di sana, Liem Tou segera memperkenalkan
dirinya dengan Sie Piauw tauw.
Sie Piauw tauw yang mendengar gadis berbaju hitam yang
ada dihadapannya saat ini ternyata adalah susiok dari Liem
Tou dia mana berani berlaku ayal, dengan cepat dia
merangkap tangannya memberi hormat.
Waktu itu berkat baniuia dari keponakan murid Li hiap,
loohu berhasil meloloskan diri dari kekejaman An In Sin Pian
kali ini sekali lagi Loohu ucapkan banyak terima kasih kepada
kalian berdua. Sie Piau tauw kau jangan begitu terlaku sungkan, cegah
Liem Tou dengan cepat. Waktu itu pun boanpwee sedang ada
urusan yang kebetulan bersamaan kita berada di satu
golongan, buat apa kau berlaku begitu hormatnya.
Liem Tou yang kukuh tidak mau menerima hormatnya yang
membuat Sie Piauw tauw tidak bisa berbuat apa apa lagi,
terpaksa diapun membatalkan niatnya itu.
Liem Tou segera berganti dengan bahan pembicaraan yang
lain. Entah kali ini Sie Piauw tauw ada makdud apa ke gunung
Wu san ini" kenapa tidak melihat murid kesayanganmu".
Sie Piauw tauw yang mendengar Liem Tou bertanya
demikian dia segera menghela nafas panjang.
Mendadak dia menuding ke arah sisinya, Liem Tou
mengikuti apa yang ditunjuk segera menoleh kesana.
Terlihatlah di tengah batu batuan cadas yang pada tersebar
di seluruh permukaan tanah terdapatlah sebuah kayu yang
tinggal separuh serta sebuah batu besar.
Melihat barang tersebut Liem Tou jadi keheranan.
Sie Piauw tauw apa maksudmu" tanyanya.
"Lenyapnya barang kawalan kita di sungai Yang Ci Kiang
tentunya Liem Loo te mengetahui dengan jelas bukan"
dikarenakan hilang nya barang kawalan itu maka untuk
mengganti rugi seluruh harta kekayaanku jadi ludas sama
sekali, perusahaan Cing Liong Piauw kiok pun terpaksa tutup
pintu, sebaliknya Ang In Piauw kiok mulai meluaskan
usahanya. Loohu semakin berpikir semakin kheki sehingga di
dalam setahun ini antara pihak kami dengan pihak keledai tua
itu sudah terjadi dua kali pertempuran yang makan banyak
korban. "Kemarin kami dapat mendengar kalau ini hari dari pibak
Ang In Piauw kiok mendapatkan kawalan satu barang
berharga yang di dalam beberapa hari ini akan lewat tempat
ini menuju ke daerah Kang Lam, karenanya kami sengaja
tunggu disini untuk membalas dendam yang sudah lalu "
Mendengar diucapkannya perkataan tersebut Liem Tou jadi
terperanjat sekali. "Apakah Sie Piauw tauw hendak menggunakan gelindingan
batu serta kayu untuk menenggelamkan perahunya sewaktu
melewati selat ini?"tanyanya lagi.
Air muka Sie Piauw tauw segera berubah jadi memberat.
Teringat peristiwa setahun yang lalu dimana dia merampok
barang kawalan kami seharga tiga laksa tahil petak bahkan
membunuh Hu Hiauw tauw serta anak muridku, apakah kami
berbuat demikian dikatakan terlalu kejam?"" ujarnya.
Pikiran Liem Tou dengan cepat berkelebat memikirkan
sesuatu, akhirnya ujarnya lagi.
"Dendam sakit bati tidak ada habis habisnya lebih baik Sie
Piauw tauw berpikir tiga kali sebelum bekerja.
"Usaha yang sudah aku orang she Sie pupuk selama
puluhan tahun lamanya kini sudah dihancurkan oleh bajingan
she Pouw itu hanya di dalam sehari saja. kau suruh berbuat
bagaimana sehingga bisa menghilangkan rasa mengkel di
dalam hatiku?" seru Sie Piauw tauw dengan gemasnya.
Liem Tou segera termenung berpikir sebentar, pada saat ini
bukaanya dia bermaksud untuk menolong si Ang In Sin Pian,
Pouw Sak San untuk meloloskan diri dari bencana ini
melainkan dia ingin melenyapkan dendam sakit hati yang
saling ikat mengikat di dalam Bu lim ini, mendadak di dalam
benaknya berkelebat satu ingatan.
Baru saja dia hendak mengutarakan sesatu tiba tiba
tampaklah Sie Piau tauw sudah melanjutkan lagi kata katanya.
Muridku sudah balik kemari, kemungkinan sekali sebentar
lagi mereka bakal melewati selat ini.
Sambil berkata dia menuding kearah sungai.
Dengan mengikuti arah yang ditunjuk Liem Tou segera
melongok ke bawah,di bawah terlihatlah sebuah sampan
dengan layar yang lebar dengan lajunya sedang bergerak
mendatangi, sedang orang yang berdiri di belakang kemudi
adalah seorang lelaki dengan dandanan nelayan.
Di tengah mengalirnya air Sungai yang amat deras sekali di
selat Wu shia ini dengan menunggang sampan kecil dengan
mengikuti arus sungai merupakan suatu pekerjaan yang
sangat berhahaya sekali, Sie Piauw tauw dengan tergeda gesa
segera memerintahkan beberapa lelaki kasar untuk turun
kebawah menyambut kedatangannya.
Lelaki itu segera menyambut dan bersama sama turun ke
bawah gunung. Tidak lama kemudian sampan kecil sudah barada dekat
dengan tempat itu, tiba tiba terlihatlah nelayan itu
melemparkan seutas tali ke arah tepian. dengan cepat lelaki
kasar tersebut menarik perahu itu dan mendekati tepi sungai.
Nelayan itu meloncat turun dari perahunya dan berlari naik
ke atas bukit, sekali pandang saja Liem Tou segera mengenal
kembali kalau arang itu adalah Piauw su yang pernah ditolong
pada waktu yang lalu. Dengan tergesa gesa piauw su muda itu lari ke atas
punggung bukit jatuhkan diri berlutut di depan Sie Piauw
tauw. Tecu Oei Poh sudah kembali, serunya
Sudah. . .. sudahlah, urusan apakah sudah di bikin beres" "
tanya Sie Piaw tauw sambil ulapkan tangannya.
Piauw su muda itu segera bangkit berdiri sinar matanya
dengan cepat menyapu sekejap ke arah Liem Tou berdua,
sewaktu dilihatnya dia orang ada disana dia segera
mengangguk. LlEM TOU pun lantai tersenyum tetapi Oei Poh yang tidak
kenal dengan si perempuan tunggal tidak berani berlaku
gegabah dengan melongo dia memandangi diri si perempuan
tunggal tidak berani berbicara.
Agaknya Sie Piauw Tauw mengetahui maksud hatinya, dia
segera tertawa. 'Oei Poh, kau katakan saja".
"Di dalam satu jam kemudian mereka bakal lewat di selat
ini" ujar Oei poh kemudian." Perahu yang memuat barang
kawalan semuanya ada tiga buah, dua buah perahu yang
memakai bendera Ang In Piauw kiok dan berjalan paling
depan merupakan perahu perahu kosong belaka, sebaliknya
sebuah perahu yang jauh membuntuti di belakang kedua
perahu kosong itu barulah merupakan perahu yang betul betul
ada barang kawalannya, kali ini Ang In Sin Pian sendiri yang
turun tangan mengawal barang kawalan tersebut."
Mendengar perkataan itu Sie Piauw tauw mengerutkan
alisnya. "Sungguh licik sekali Si Pouw Sak San. Hmm, ini hari aku
mau suruh kelicikannya itu hancur ditangan Loohu" serunya.
Sehabis berkata dia segera menggape beberapa anak
buahnya dan memberi pesannya.
"Kalian masing masing harus berada di tempatnya sendiri
sendiri, siapkan batu dan kayu itu baik baik. . . . bila mana
melihat adanya dua buah perahu dengan tertancapnya
bendera Ang In Piauw kiok lewat jangan sekali kali kalian
ganggu, biarkan saja dia berlalu ! Tetapi perahu yang ada
dibelakangnya dimana tidak tertancap bendera kalian harus
berusaha menghancurkan sehingga tenggelam ke dalam
sungai " Begitu perintah tersebut diucapkan, para lelaki kasar itu
segera pada menyebar dan menyembunyikan dirinya baik baik
untuk bersiap sedia. Liem Tou yang melihat suasana sudah benar benar tegang
dia tidak berani berlaku ayal lagi. dengan cepat tubuhnya
maju ke depan Sie Piauw tauw dan memberi hormat
"Sie Piauw tauw apa benar benar sudah mengambil
keputusan untuk menenggelamkan perahu ini?" tanyanya. Jika
kau berbuat begitu bukankah ikatan permusuhan di antara
kalian malah semakin bertambah mendalam?""
Si goiok naga hijau Sie Piauw tauw lantas memperlihatkan
tertawa pahitnya. "Hmmm, harta rumah musnah dulu manusia dan keluarga
binasa terakhir, buat apa aku merasa sayang untuk berbuat
nekad?" Liem Loote mempunyai cara berpikir apa lagi?"
"Perkataan dari Loo Piauw tauw sudah salah besar, seru
Liem Tou setelah mendengar perkataan itu. "Aku tidak
percaya kalau di dalam kolong langit yang demikian luasnya
tidak ditemui jalan keluar yang lain."
Si golok naga hijau yang mendengar nada suara dari Liem
Tou mengandung maksud tidak setuju di dalam hati dia
segera merasa kurang senang, air mukanya berubah sedikit
keren lalu memperdengarkan suara dengusan yang amat
dingin. Liem Tou yang melihat dia merasa tidak senang di dalam
hati dia segera memikirkan satu akal.
"Loo Piauw tauw jangan marah dulu, ujarnya sambil
tertawa" "Boanpwee cuma bermaksud baik saja." jika dari pihak Ang
In Piauw kiok sanggup untuk mengembalikan ketiga laksa tahil
perak itu Sie Piauw tauw bermaksud bagaimana?"
Mendengar ucapan tersebut si golok naga hijau Sie Piauw
tauw segera tertawa terbahak bahak dia menepuk nepuk
pundak Liem Tou. "Liem loo te," ujarnya. "Pikiranmu sungguh lucu sekali,"
aku yang sudah beberapa kali bentrok dengan si bajingan tua
ini untuk minta kembali uang rampokannya tidak berhasil
apalagi dirimu. Sekalipun kepandaian silat dari Liem loo te betul ada
kemajuan tetapi jikalau ingin memperoleh kembali uang
rampokan itu aku rasa hal itu cuma satu impian belaka, tujuan
haik dari Liem Loo te ini aku si golok naga hijau terima di


Raja Silat Lahirnya Dedengkot Silat Karya Chin Hung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dalam bati saja. "Sie Piauw tauw, sambung Liem Tou lagi. Boanpwee hanya
bertanya, bilamana aku yang membayar uang tersebut, Loo
Piaaw tauw bermaksud bagaimana?"
"Baiklah demikian saja," seru si golok naga hijau kemudian.
"Bilamana kau berhasil minta kembali uang perak itu maka
sejak ini hari aku tidak akan mencari si bajingan tua itu lagi
untuk membalas dendam, tetapi entah maukah dia orang
membayar kembali uang tersebut?"
"Baiklah kita putuskan demikian saja," seru Liem Tou
kemudian dengan serius "Uang itu biar aku Liem Tou yang
tanggung" Sehabis berkata dia putar badannya menggotong kembali
peti hitamnya lalu bersama sama dengan si perempuan
tunggal serta sang kerbau yang menggotong tiga buah peti
mereka melanjutkan kembali perjalanannya menuju ke depan.
Tidak sampai beberapa kaki mereka berjalan mendadak
Liem Tou berhenti kembali.
"Sie Piauw tauw," serunya. "Di daerah sekitar sini adakah
kota yang agak besar?"
"Di atas ada Hong Kiat di bawah ada zie Cang" sahut Sie
Piauw tauw dengan cepat. "Baiklah, malam ini pada kentongan ketiga kau boleh
menunggu aku dirumah penginapan di kota Hong Kiat untuk
terima kembali uang tiga laksa perak itu, kalau tidak maka aku
mau membawa batok kepalanya dari Pouw Sak San untuk
diberikan pada kau orang."
Mendengar ucapan itu si golok naga hijau Sie Piauw tauw
jadi agak ragu ragu, tetapi ketika teringat akan peraturan Bu
lim yang mengatakan satu ya satu, dengan perasaan yang
tidak enak untuk menarik kembali kata katanya itu, terpaksa
dengan mata melongo dia memperhatikan Liem Tou serta si
perempuan tunggal meninggalkan tempat tersebut. Liem Tou
tanpa menoleh lagi dengan mengajak si perempuan tunggal
berjalan menuju ke rumah bangunan batu itu, mendadak di
dalam benaknya dia teringat kembali kalau didalam rumah
batu itu masih terdapat kerangka dari encinya si perempuan
tunggal, tanpa terasa hatinya jadi sedikit bergerak, pikirnya.
Baiknya aku beri tahu tidak kepadanya akan hal ini?"
jikalau sekarang aku tidak memberitahukan kepadanya, lain
kali kalau dia tahu apa yang bakal dia pikir?".
Susiok, ujarnya kemudian kepada diri si perempuan tunggal
tersebut pernahkah kau berpikir tempat manakah ini?".
Buat apa aku terka lagi?" seru si perempuan tunggal sambil
tertawa. Bukankah tempat ini adalah tempat dimana kau
berlatih ilmu silat yang tarmuat di dalam kitab pusaka To Kong
Pit Liok?", Tetapi mendadak dia teringat sesuatu sepasang matanya
terbelalak lebar lebar lantas tanpa terasa lagi sudah berteriak.
Liem Tou, ciciku ada dimana?" cepat kau bawa aku kesana.
Liem Tou sama sekali tidak menduga kalau sebelum dia
memberi tahu dia sudah merasakan sendiri, tidak terasa
hatinya jadi merasa sedikit bergidik.
Celaka urusan yang merepotkan sudah datang.
Dengan cepat air mukanya berubah jadi amat keras sekali.
Susiok, ujarnya dengan serius. Aku tahu hatimu pada saat
ini amat cemas sekali, tetapi manusia yang sudah mati tidak
dapat hidup kembali aku berkata dulu sebelumnya, nanti
susiok tidak boleh terlalu bersedih hati, susiok bisa
menyanggupi tidak?" Air mata mulai bercucuran membasahi seluruh wajah dari si
perempuan tunggal dengan kencang dia menggigit bibirnya
sendiri, akhirnya setelah kirim satu kerlingan yang
mengandung rasa cinta terhadap diri Liem Tou dia
mengangguk. Liem Tou yang melihat Si perempuan tunggal sudah
menyetujui hatinya baru merasa sedikit lega.
Mari sekarang kita simpan dahulu uang perak ini, kemudian
aku baru ajak Sasiok pergi ke sana.
Sehabis berkata dia melanjutkan perjalanan nya kembali
menuju ke bagian belakang dari bangunan itu dan tiba
disamping sumur kering tersebut.
Setelah peti peti hitam itu dimasukkan semua nya ke dalam
ruangan rahasia di dasar sumur dia baru mengajak si
perempuan tunggal menuju ke dalam bangunan rumah itu
untuk melihat kerangka manusia tersebut.
Si perempuan tunggal yang kini bisa melihat kerangka dari
cicinya malah setetes air matapun tidak kelihatan mengalir
keluar, dengan pandangan termangu mangu dia
menundukkan kepalanya memandangi kerangka tersebut tapi
jelas air mukanya kelihatan sangat berduka.
Liem Tou tidak bisa berbuat apa apa, diapun berdiri disana
tak bergerak . Lama sekali baru terdengar dengan suara yang amat sedih
ujar Si perempuan tunggal itu.
Liem Tou. ciciku bilang siapakah musuh besarnya?".
Kioe Long Wan Kauw. Si perempuan tunggal segera mengangguk. Tahukah kau
mereka tinggal dimana?" tanyanya lagi setelah berpikir
sebentar. Liem Tou mengerutkan alisnya rapat rapat dengan perlahan
dia menoleh dan memandang sekejap kearabnya.
Aku dengar dia tinggal di atas gunung Im san, apakah
Susiok bermaksud hendak pergi ke sana?".
Si perempuan tunggal tidak menjawab, mendadak sambil
membopong kerangka dari encinya dia berjalan keluar dari
ruangan tarsebut. Liem Tou tanpa mengucapkan kata lagi mengikuti dari
belakang, tidak lama kemudian si perempuan tunggal sudah
berjalan ke samping sebuah pohon lantas menggali liang dan
mengubur kerangka manusia tersebut.
Liem Tou pun menemaninya duduk disana tidak
mengucapkan apa2 saat ini siang hari sudah tiba sedang sang
suryapua dengan terang memancarkan sinarnya tepat di atas
kepala mereka membuat suasana agak hangat.
Setelah semuanya sciesai dia baru duduk di samping
kuburan tersebut tanpa mengucapkan sepatah katapun.
Tiba2 dia teringat akan peristiwa dari si Ang In Sin Pian
yang merampok uang kawalan itn, baru saja dia hendak
mengucapkan suatu mendadak terdengarlah si perempuan
tunggal sudah berkata. Liem Tou kalau kau ada urusan pergilah dulu, dengan
perlahan Liem Tou menengok ke arahnya, tampak Si
perempuan tunggal sudah membenamkan wajahnya ke dalam
telapak tangannya, dia segera tahu kalau hatinya sedang
merasa sedih sekali, karenanya dia tidak mau mengganggu.
"Baiklah," sahutnya kemudian. "Susiok tunggulah di sini
dulu, nanti kita pergi bersama-sama."
Selesai berkata dia bangkit berdiri ujung kakinya menutul
permukaan tanah tubuhnya bagaikan kilat yang menyambar
sudah berkelebat sejauh puluhan kaki jauhnya, hanya di
dalam beberapa kali tutulan saja dia sudah keluar dari daerah
tersebut. Ketika angkat kepalanya memandang ke bawah, terlihatlah
dua buah perahu yang terpancang dengan bendera Ang In
Piauw kiok dengan tenangnya sedang bergerak maju ke
depan, dia tahu kedua perahu itu adalah palsu maka sinar
matanya segera dialihkan kebelakang.
Ternyata tedikitpun tidak salah, di belakang kedua perahu
itu terlihat kembali sebuah perahu besar yang bergerak melaju
dari kejauhan. Bagaikan kilat cepatnya Lie m Tou segera menuruni bukit
tersebut kemudiia dengan mengerahkan ilmu meringankan
tubuh nya yang paling dahsyat bagaikan bertiupnya angin
berlalu dia berkelebat ke arah perahu yang ada di depan
untuk mencabut terlebih dulu ke dua buah bendera Piauw kiok
itu, setelah melayang ke perahu yang ada dibelakang dan
berdiri di atas tiang layar dengan gagahnya.
Saat itu tidak ada seorang pun yang mengetahui di atas
tiang layar ada seseorang yang sedang berdiri di sana.
Untuk memancing orang orang tersebut Liem Tou lalu
menyanyi dengan suara yang sangat nyaring.
Air sungai mengalir deras ke Timur . .
Menempuh ribuan li dengan hati yang murung . .
Berdiri seorang diri diatas tiang perahu.... Tak seorang
manusia pun yang sadarkan diri .
Ooooh - . . , mega, kapan kau berhenti berlalu . ,. . .
Setiap patah kata dari bait bait syair itu di ucapkan dengan
amat jelasnya membuat orang orang yang ada di atas perahu
itu bersama sama angkat kepalanya memandang ke atas.
Ketika dilahatnya di atas tiang layar berdiri dengan
gagahnya seorang pemuda tampan mereka semua merasa
amat terkejut sekali. "Hey siapa yang berdiri di atas tiang perahu itu?" bentak
salah seorang diantara mereka dengan keras.
Liem Tou segera tersenyum ringan.
"Beritahu kepada Ang In Piauw-cu," katakan Liem Tou
mohon menghadap. "Ada urusan apa kau mencari Piauw-cu?" bentak orang itu
lagi dengan keras. "Perahu dari Piauw-cu ada di depan,
sekarang sudah melewati selat.
Liem Tou segera mengibarkan bendera yang ada
ditangannya. "Kau orang berani bicara bohong dengan diriku, apa kau
kepingin diberi dikit hajaran?" serunya keras.
Baru saja dia selesai berkata bendera yang ada di
tangannya mendadak meluncur ke bawah dengan kerasnya,
hanya di dalam sekejap saja sudah menancap pada pundak
kiri orang itu se hingga saking kesakitan dia orang berkaok
kaok keras. Mendadak dari dalam ruangan perahu itu meloncat keluar
seseorang. "Siapa yang berkaok kaok tidak keruan disini," bentaknya
dengan keras. "Sebentar lagi kita akan melewati selat
tersebut, ayoh kita cepat pegang kemudi ! Kalau sampai
terjadi hal hal yang tidak beres, hati hati saja kalian akan
menerima satu hukuman yang berat."
Liem Tou yang melihat orang itu ternyata Pouw Siauw Ling
adanya, dari atas tiang layar dia segera merangkap tanganaya
memberi hormat. Pouw Siauw Ling dengan cepat angkat kepalanya
memandang ke atas, terlihatlah olehnya seorang kongcu
tampan yang memakai baju barwarna hijau dengan gagahnya
berdiri disana, di dalam hati dia merasa amat terkejut.
Mana dia orang mengenal kembali diri Liem Tou" Di dalam
anggapannya Liem Tou sudah menemui ajalnya terjatuh ke
dalam jurang jembatan pencabut nyawa itu, setelah termangu
mangu beberapa saat lamanya dia baru buka mulut bertanya.
"Entah siapakah nama besar dari saudara ini, ada arusan
apa kau datang kemari" " Bilamana tidak merasa perahu ini
jelek silakan turun dan mampir sebentar."
Liem Tou segera menutupi ujung kayu dan melayang turun
ke bawah, bersamaan pula bendera yang ada ditangannya
dengan disertai desiran angin yang amat keras berkelebat
menuju ke belakang. Ternyata dengan amat tepat sekali
bendera itu menancap di tiang layar yang sangat besar itu
sehingga menembus pada baliknya.
Pouw Siauw Ling sama sekali tidak menyangka kalau
bendera yang terbuat dari bambu itu cukup sedikit digerakkan
oleh Liem Tou dengan begitu ringannya sudah menembusi
tiang tersebut hal ini membuat hatinya benar benar merasa
amat terkejut. Sejak pertama kali Pouw Siauw Ling teruskan dirinya ke
dalam Bu lim dia belum pernah menemui orang yang memiliki
kepandaian yang demikian lihaynya, sekalipun di dalam hati
dia merasa terperanjat tetapi pada wajahnya sama sekali tidak
memperlihatkan perubahan apapun.
Kepandaian dari Heng thay ini sungguh dahsyat sekali,
pujinya dengan cepat. Dengan perlahan Liem Tou menoleh dan tertawa keras.
"Haa . . ha .. apakah Siauw Ling heng betul, tidak kenal lagi
dengan Siauw te?" tanyanya.
Sepasang mata Pouw Siauw Ling memandang wajah Liem
Tou lebih tajam lagi, mendadak air mukanya berubah pucat
pasi bagaikan mayat, bibirnya gemetar dengan amat kerasnya
sedangkan kakinya perlahan lahan mulai bergeser masuk ke
dalam ruangan perahu tersebut.
Liem Tou yang melihat perubahan wajahnya itu mana mau
membiarkan dia mengundurkan diri ke dalam ruangan perahu,
tangannya dengan cepat direntangkan menghalangi
perjalanannya. Siauw Ling heng jangan pergi, serunya sambil tertawa. Kita
sudah lama sekali tidak bertemu, ini hari bisa mendapatkan
kesempatan untuk berkumpul seharusnya kita sedikit
barmesra mesraan. Pouw Siauw Ling yang jalan mundurnya terhalang oleh diri
Liem Tou pikirannya merasa semakin gugup lagi, hatinya
benar benar tergetar dengan amat kerasnya.
Air mukanya dari pucat kini berubah menjadi kehijau
hijauan, dengan perasaan amat tegang bentaknya.
Kau . .. kau .., kau . . . manusia aa . . . atau - . . atau ..
setan?" Liem Tou pada saat ini baru tahu kalau dia menganggap
dirinya telah mati di dalam jurang Jembatan pencabut nyawa
waktu itu dan kini menganggap dirinya sebagai setan, dia
segera tertawa. Siauw Ling heng kau jangan begitu merasa tegang ejeknya,
di bawah sorotan sang surya mana mungkin ada setan?"
Mendadak dia teringat kembali terhadap siksaan dan
penderitaan yang dirasakan olehnya dari Pouw Siauw Ling ini.
rasa dendam serta bencinya segera muncul dari lubuk hatinya.
Pouw Siauw Ling, serunya di dalam hati Ini hari aku mau
suruh kau merasakan kepandaian dan kelihayan dari Liem
Tou. Mendadak tangannya diayunkan kedepan .. . Plaaak . .
piaaak. disertai suara yang amat nyaring pipi dari Pouw Siauw
Ling sudah kena digaplok oleh Liem Tou dengan amat
kerasnya sehingga jadi memerah dan bengkak.
Saking sakitnya sehingga sukar ditahan tidak kuasa lagi dia


Raja Silat Lahirnya Dedengkot Silat Karya Chin Hung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menjerit jerit dan berkaok kaok seperti babi mau disembelih.
"Siauw Ling heng!" ujar Liem Tou lagi sambil tersenyum.
"Sekarang tentunya kau tahu bukan kalau aku adalah manusia
bukan setan" kalau setan mana mungkin siang hari bolong
bisa unjuk kelihayannya!"
Pouw Siauw Ling yang mengira kedatangan Liem Tou kali
ini mau membalas dendam terhadap dirinya mana dia mau
mengurusi hal itu lagi, cepat cepat dia berusaha untuk masuk
ke dalam ruangan memberi laporan.
"Liem Tou kau berani pukul aku?" bentaknya dengan keras.
"Siauw Ling heng, Liem Tou sekarang bukanlah seperti
Liem Tou yang dahulu, aku sudan pukul kau lalu kau orang
mau apa?" seru Liem Tou sambil bergendong tangan.
Pouw Siauw Ling segera mendepakkan kakinya ke atas
permukaan perahu, dengan menahan rasa sakit pada pipinya
dia melepaskan cambuk baja yang ada dipinggangnya siap
akan melancarkan serangan.
Pada saat yang bersamaan pula dari dalam raangan perahu
tampak berkelebat keluar tiga orang yaitu Si Liong Ciang,
Hauw jiauw serta Si Ang In Sin Pian.
Mereka yang melihat Liem Tou dengan wajah penuh
senyuman berdiri segera mengetahui kalau kedatangannya
tidak bermaksud baik. Tanpa mengucapkan kata kata lagi
mereka bertiga bersama sama mencabut keluar senjata
tajamnya masing masing siap bertempur.
Melihat sikap mereka itu tidak terasa Liem Tou
mengerutkan alisnya rapat rapat, dia segera tertawa dingin.
Buat apa kalian begitu galak?" serunya.
Tubuhnya mendadak berkelebat dengan amat cepatnya,
hanya di dalam sekejap saja senjata tajam yang ada di tangan
Liong Ciang, Hauw Jiauw. Ang in Sim Pian serta Po Siauw Ling
sudah berhasil direbut lepas, mereka berempat ternyata sama
sekali tidak bisa melibat jelas gerakan apa yang sudah
digunakan oleh Liem Tou itu.
Kali ini aku Liem Tou datang kemari bukannya sengaja mau
mencari balas! serunya. "Juga tidak aku punya maksud untuk
mencari kemenangan di bawah serangan senjata tajam cuma
saja aku punya satu urusan yang minta Pouw Cungcu suka
mengabulkan asalkan Cung cu mau mengabulkan maka aku
Liem Tou segera akan berlalu dari sini.
Ang In Sin Pian serta Pouw Sak san benar benar dibuat
tergetar oleh kelihayan ilmu silat Liem Tou yang baru saja
diperlihatkan ini, dia tahu kepandaian silat yang dimiliki Liem
Tou pada saat ini tidak mungkin berhasil dilawan dengan
mengandalkan kekuatan mereka berempat, berpikir keras
akan hal ini air mukanya segera berubah jadi ramah.
Tadi mendengar suara jeritan Leag jie aku masih kira
siapakah, tidak tahunya adalah putra dari temanku Liem Hian
tit serunya sambil tertawa. Kesalah pahaman itu harap kau
orang suka memaafkan. Mendengar perkataan yang tengik itu air muka Liem Tou
segera berubah jadi keren.
Pouw Cungcu juga tidak usah begitu menghormati diriku
sehingga membuat hatiku merasa mual, serunya dengan nada
yang amat dingin. Malam ini sebelum kentongan ketiga harap
Cungcu suka mengembalikan uang perak sebesar tiga laksa
tahil perak yang Cungcu rampok setahun yang lalu dari tangan
Cing Lioag Piauw kiok, dan kirim ke rumah psnginapan
terbesar dalam kota Heng Kiat, disana tentu ada orang yang
menerimanya, entah bagaimana pendapat dari Cungcu.
Air muka si Ang In Sin Pian, Pouw Sak san seketika itu juga
berubah sangat hebat mendadak tubuhnya mundur satu
langkah kebelakang Liem Hian tit!! serunya cepat. Lenyapnya barang kawalan
Cing Liong Piauw kok ada sangkut paut apa dengan diriku.
Sepasang mata Liem Tou segera melotot keluar bulat bulat
dua rentet sinar yang amat tajam sekali mendadak
memperhatikan diri si Ang In Sin Pian Pouw Sak San tanpa
berkedip membuat dia orang yang dipandang seperti itu
merasakan hatinya bergidik.
Lenyapnya barang kawalan dari Cing Liong Piauw kiok aku
Liem Tou melihatnya dengan mata kepalaku sendiri, seru Liem
Tou dengan dingin, "Anak murid dari si golok naga hijau Sie
piauw tauw, Oei poh pun aku yang tolong, Pouw Cung cu
sekali lagi aku mau tanya kepadamu, apakah lenyapnya
barang kawalan Cing Liong Piauw kiok tidak ada hubungannya
dengan dirimu?" Si Ang In Sin Pian yang mendengar rahasia nya dipecahkan
olehnya, air mukanya seketika itu juga berubah menjadi
merah padam dan tidak bisa mengucapkan sepatah katapun.
Liem Tou, tiba tiba si Hauw Jiauw, Pouw Toa Tong
menimbrung dari samping. Dendam satu pukulan darimu aku
Pouw Toa Tong masih selalu ingat di dalam hati, kau bilang
lenyapnya barang kawalan Cing Liong piauw kiok adalah hasil
perbuatan dari Cung cu kami, apa kah Cung cu seorang diri
bisa merampok dua buah perahu Cing Liong piauw kiok
sekaligus" Liem Tou segera tertawa dingin tak henti-hentinya.
Toa Tong siok, ujarnya kera?. Kau jangan memaksa orang
keterlaluan aku bisa pukul kau sampai terluka parah cuma
didalam satu pukulan saja. Hmmm . . . hmmm . . . bukankah
Toa Tong siok pun termasuk salah seorang perampok barang
kawalan dari Cing Liong Piauw kiok itu".
Baru saja si Houw Jiauw, Pouw Toa Tong mau berbicara
lagi mendadak Liem Tou sudah menoleh kearah si Ang In Sin
pian. Pouw Cung cu, serunya, perkataan sudah saya ucapkan
dengan sangat jelas, Tiga laksa tahil perak macam ini sebelum
kentongan ketiga harus diserahkan.
coba saja kalau kalian berani kurang satu tahil perak saja.
Selesai berkata mendadak jari tangannya laksana angin yang
menyambar menotok jalan darah Khie ay Hiat pada tubuh
Pouw Siang Ling. Mendenguspun belam sempat tubuh Siauw Ling rubuh ke
atas tanah dengan mata yang terpejam rapat rapat.
Liem Tou yang sudah punya perhitungan di dalam hatinya
mendadak maju ke depan dan menerima tubuh Pouw Siauw
Ling itu kemudian dikempit di bawah ketiaknya.
Kakinya sedikit mengerahkan tenaga tubuhnya secara tibatiba
melayang ke tengah udara kemudian turun meluncur ke
atas permukaan sungai dan melayang ke arah tepian dengan
menggunakan ilmu meringankan tubuhnya.
Liong Ciang. Hauw Jiauw serta Ang In Sin pian segera
bersama sama membentak keras, di dalam sekejap saja tiga
gulung angin pukulan yang amat dahsyat bersama sama
menggulung ke depsn laksana mengalirnya air sungai Tiang
Kiang. Melihat datangnya serangan itu Liem Tou sama sekali tidak
jadi gugup, empat buah senjata tajam yang ada di tangan
kanannya mendadak di ayun ke belakang
Seketika itu juga keempat senjata tajam itu berubah jadi
empat macam senjata rahasia yang berbeda bagaikan kilat
cepatnya menghajar tubuh Hauw Jiauw Liong Ciang serta Ang
In Sim pian. Mereka berempat tidak berani langsung menangkap
datangnya senjata rahasia tersebut, dengan tergesa gesa
tubuhnya menyingkir ke samping serta kemudian baru
menyambut datangnya serangan tersebut.
Tetapi begitu senjata itu terbentur dengan tangannya
mereka, segera merasakan satu tenaga yang amat dahsyat
menghajar pecah telapak tangan mereka dengan perasaan
terperanjat mereka terburu buru mundur ke belakang.
Sewaktu menoleh lagi ke samping saat itu Liem Tou sudah
jauh meninggalkan tempat itu.
Ilmu meringankan tubuh mereka bertiga belum sampai
mencapai pada taraf berjalan di atas permukaan air,
karenanya saking khekinya mereka bisa memaki dengan
gusarnya dari atas perahu.
Tetapi walaupun begitu mereka tidak dapat berbuat apa,
terpaksa dengan hati mendongkol mereka menyuruh orang
segera mempersiapkan uang untuk menebus kembali diri
Pouw Siauw Ling. Kita balik pada Liem Tou yang mengempit tubuh pouw
Siauw Ling dan balik kembali ke perahu milik Sun Ci Sie itu,
setelah meletakkan tubuh pouw Siauw Ling ke dalam perahu
diam diam segera pikirnya.
Lebih baik aku letakkan dirinya di sini saja dari pada harus
dibawa kemana mana hingga tidak leluasa, sekalipun dia
berhasil ditolong oleh Ang In Sin pian akupun tidak takut dia
melarikan diri. berpikir sampai disini dia tidak mengurusi dirinya lagi,
dengan cepat tubuhnya meloncat ke atas tepian untuk kembali
ke bangunan besar itu dan mencari si perempuan tunggal.
Terlihatlah ssng kerbau dengan tenangnya sedang makan
rumput di sana tetapi jejak dari si perempuan tunggal tidak
tampak. Dengan cepat Liem Tou menuju ke samping kuburan
enciknya itu, terlihatlah disamping kuburan terukir beberapa
patah tulisan "Susiok pergi dulu."
Tetapi dia tidak menulis entah sudah pergi ke mana,
dengan termangu mangu lama sekali Liem Tou
memperhatikan beberapa patah tulisan itu, dia tidak
memahami mengapa secara mendadak si perempuan tunggal
pergi dari tempat situ. Mendadak di samping kuburan enciknya itu Liem Tou
menemukan pula beberapa litik darah segar, batinya jadi
tergetar amat keras, dengan tergesa gesa dia memeerikss
darah yang sudah bercampur dengan tanah itu, dia melibat
darah itu belum mengering jelas baru saja keluar dari badan.
Di dalam sekejap saja hatinya terbayang berbagai pikiran
yang tidak keruan, tubuhnya dengan cepat meloncat ke atas
lalu berteriak dengan suara yang amat keras.
"Susiok, susiok !"
Suara teriakannya seketika itu juga berkumandang sampai
berpuluh puluh lie jauhnya sehingga membuat seluruh
pegunungan itu mendengung tak henti hentinya, tetapi suara
sahutan dari si perampuan tunggal sama sekali tak
kedengaran. Di dalam keadaan yang amat cemas sekali Liem Tou segera
mengerahkan ilmu meringankan tubuhnya berkelebat di
sekeliling tempat itu sembari tidak henti hentinya berteriak
memanggil, namun jejak dari Si perempuan tunggal sama
sekali tidak ditemui. Dengan termagu mangu Liem Tou berdiri di atas puncak
gunung, akhirnya gumamnya seorang diri.
Heei .. .sudahlah, semoga saja susiok bisa berhasil
mencapai apa yang diinginkan dengan sukses.
Dengan perlahan dia berjalan balik lagi ke lembah tersebut
lalu dengan menuntun kerbau nya menuruni gunung Wu san
itu dengan tergesa gesa. Sesampainya di atas perahu dia melihat tubuh Pouw Siauw
Ling dipojokan tak bergerak.
"Dia yang sudah tertotok jalan darah Khei Hay Hiatnya
sekalipun hal ini membuat Pouw Siauw Ling tidak dapat
bergerak maupun berbicara tetapi sepasang matanya bisa
memandang keadaan disana, ketika dilihatnya Liem Tou
kembali ke atas perahu tersebut dengan pandangan yang
berapi api dia melototkan matanya.
Liem Tou segera kirim senyuman kepadanya.
Siauw Ling heng tentunya kau masih ingat sewaktu tempo
hari aku Liem Tou kau hina dan siksa bukan" ujarnya dengan
psrlahan. Asalkan kau masih ingat maka penderitaanmu ini hari harap
kau orang suka jangan pikirkan di dalam hati.
Selesai berkata dia memandang lagi ke arah diri Pouw
Siauw Ling, tampaklah sepasang matanya melotot bulat bulat
sedang dari ujung bibirnya menetes keluar bintik darah segar.
Liem Tou tahu saking kheki dan mendongkolnya dia sudah
menggigit lidahnya sendiri, sekali lagi dia tertawa mengejek.
Siauw Ling heng, aku lihat lebih baik kau sedikit tenang,
buat apa menyiksa diri sendiri ?"
Dia segera bangkit berdiri dan mengambil keluar makanan
dari gudang di bawah perahu lantas seorang diri dia melahap
santapan itu sampai habis, selama ini melirik sekejap kearah
Pouw Siauw Lingpun tidak.
Selesai bersantap dia duduk bersemedhi sebentar untuk
menanti magrib datang, setelah itu baru menjalankan
perahunya menuju ke kota Hong Kiat.
Saat itulah dia melihat air muka Pouw Siauw Ling sudah
berubah pucat pasi bagaikan mayat, mulutnya penuh dengan
darah segar. Dia orang yang memangnya sama sekali tak menaruh rasa
kasihan terhadap dirinya segera mendengus dengan amat
dinginnya. Tetapi mendadak pikiran berkelebat dalam benaknya.
"Mungkin dia mau mengucapkan sesuatu kata biarlah aku
dengar apa yang hendak diucapkan olehnya, jikalau tidak enak
didengar totok lagi bukankah beres"
Dengan perlahan dia bangkit berdiri dan berjalan ke
samping badan Pouw Siauw Ling untuk kemudian dengan
menggunakan kakinya membebaskan dirinya dari totokan.
"Siauw Ling heng!" ujarnya kemudian. "Kau harus ingat
kalau aku Liem Tou saat ini sudah tak ada yang dipikirkan
maupun ditakuti, sekalipun kalian ayah beranak kau
mencelakai aku dengan cara apapun tidak akan bakal
merugikan diriku, tetapi hari ini kau sudah terjatuh ke
tanganku, ada omongan cepat katakanlah, tetapi kau harus
sedikit pintar, sedikit saja salah ngonaong. , . Hmm .. . Hmm .
. ' Pouw Siauw Ling yang jalan darahnya sudah dibebaskan
oleh Liem Tou diapun tahu kalau dirinya tidak mungkin bakal
berhasil meloloskan diri dari sana, karena itu dengan perlahan
dia bangkit berdiri untuk melancarkan jalan darahnya setelah
itu dengan menggunakan ujung bajunya menyeka bekas
darah yang mengotori ujung bibirnya.
Saat itu Liem Tou sekali lagi duduk bersila untuk
bersemedi, air mukanya kelihatan amat keren sekali.
Pouw Siauw Ling yang sudah ada satu tahun lamanya
berkelana di dalam dunia kangouw saat ini pengalamannya
sudah amat luas sekali karena Itu hatinya tidak begitu


Raja Silat Lahirnya Dedengkot Silat Karya Chin Hung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bergolak seperti keadaan semula, setelah menghela napas
panjang akhirnya dia duduk kembali ke atas permukaan
perahu. Liem Tou, ujarnya dengan benci. Hitung hitung ini hari
Pouw Siauw Ling jatuh kecundang ditanganmu, tetapi kau
harus ingat sikap kami ayah beranak berdua sewaktu di
perkampungan Ie Hee Cung tidaklah terlalu jelek.
Didengar dari ucapannya jelas sekali dia sedang merengek
minta diampuni. Saat ini Liem Tou biarpun sedang bersemedi, seluruh gerak
gerik dari Pouw Siauw Ling itu dia bisa melihatnya dengan
amat jelas, kini secara tiba tiba dia mendengar Pouw-Siauw
Ling menyebut kembali ayahnya tidak terasa tubuhnya
kelihatan sedikit tergetar, air mukanyapun sedikit berubah
tetapi mulutnya tetap bungkam di dalam seribu bahasa.
Pouw Siauw Ling yang selama satu tahun ini mengikuti diri
Ang In Sim Pian berkelana di dalam Bu lim sudah memperoleh
pelajaran yang amat banyak sekali dari pada ayahnya, kini
melihat air muka dari Liem Tou sedikit berubah dengan cepat
ujarnya lagi. Liem heng, bukankah kau masih ingat sebelum empek Liem
meninggal, dia dengan ayah ku sangat baik sekali, coba kau
bayangkan sewaktu ayahmu sakit keras, bukankah setiap kali
ayahku yang pergi menjenguk dirinya" bahkan sewaktu
mendapat perintah dari Lie Cung Cu pada waktu itu malam
malam dia turun gunung Ha Mo Leng juga untuk mengundang
tabib guna mengobati ayahmu" apakah kau masih ingat
semua kejadian ini?"
Liem Tou yang mendengar perkataan tersebut tidak dapat
menahan sabar lagi, hatinya benar benar bergolak dengan
amat kerasnya. Pouw Siauw Ling kau jangan bicara lagi' bentaknya aecara
tiba'. Kenapa kau tidak katakan di tengah malam kau
mengundang aku keluar dari kamar lantas pukuli aku dengan
kejam" kenapa kau tidak menceritakan pula di mana ayahmu,
tanpa mengucapkan sepatab kata pun sudah mengusir aku
turun gunung" jika didengar dari omongan itu aku curiga
tentang kematian ayahku tentu sedikit tidak beres"
Sebetulnya perkataan itu diucapkan keluar secara tidak
sadar, tetapi setelah didengarnya sendiri mendadak badannya
merasa sedikit bergidik. Jilid 26 Sungguh !...sungguh.... - pikir Si Ang In Sim Pian anak
murid dari si penjahat naga merah, apakah mereka
mengetahui keadaan dari ayahku yang sebenarnya" kalau
tahu. ... Hmm! Si penjahat naga merah serta si hweesio tujuh
jari bersama sama membinasakan Hoa Sucouw salah satu dari
Auw Hay Siang Hiap, sedang ayahku adalah anak murid dari
Hoa Sucouw, sudah tentu mereka punya alasan untuk
membinasakannya. Berpikir sampai di sini tidak terasa lagi seluruh keningnya
sudah dibasahi oleh keringat yang mengucur keluar dengan
amat derasnya, sepasang matanya dipentangkan lebar lebar.
Tiba tiba dia melihat dari sinar mata Pouw Siauw Ling
kelihatannya sedikit mencurigakan ketika terbentur dengan
matanya mendadak dia menundukkan kepalanya rendah
rendah. Liem Tou merasa hatinya semakin tegang, lagi, pikirnya
kembali. Jikalau benar benar demikian adanya .. aaah .. . Liem Tou!
kau harus membuka pantangan membunuh! hmmm ..
diantara mereka tidak bakal ada seorangpun yang bisa lolos
dari cengkeramanku. Mendadak satu ingatan kembali berkelebat di dalam
benaknya, dia gelengkan kepalanya kembali.
Tidak mungkin .. tidak mungkin ,. pikir nya "Bagaimana
mereka bisa tahu akan nama serta julukan dari ayahku yang
sebenarnya?" Dengan cepat dia memandang kearah diri Pouw Siauw Ling
lagi, mendadak satu ingatan berkelebat lagi di dalam
benaknya. Dia ingin menjajal Pouw Siauw Ling apakah dia tahu akan
nama serta julukan dari ayahnya, jikalau dia tahu maka urusan
ini segera akan tersingkap.
Mendadak Liem Tou tersenyum ramah.
"Perkataan dari Siauw Ling heng sedikit pun tidak salah"
sahutnya kemudian dengan halus. "Sewaktu ayahku masih
hidup Pouw Cung cu memang benar merawat dirinya, di
dalam hati aku merasa Liem Tou benar benar merasa sangat
berterima kasih, cuma saja maksud dari aku Liem Tou kali ini
sama sekali tidak bermaksud jahat, terus terang saja aku
katakan, bilamana aku tidak berbuat demikian kemungkinan
sekali Siauw Ling heng saat ini sudah terkubur di dasar sungai.
Pouw Siauw Ling yang mendengar perkataan dari Liem Tou
ini benar benar merasa kebingungan.
Apa maksud dari perkataan Liem heng itu" tanyanya sambil
angkat kepalanya. Liem Tou sama sekali tidak menipu dirinya, dengan terus
terang dia segera menceritakan bagaimana si golok naga hijau
Sie Piauw tauw bermaksud hendak menenggelamkan perahu
mereka. Selesai mendengar kisah itu Pouw Siauw Ling baru
menghembuskan napas panjang.
Kalau demikian adanya boleh dikata Liem heng sudah turun
tangan menolong kami, tetapi kenapa kau minta kami
menyerahkan uang sebesar tiga laksa tahil perak "
Liem Tou segera gelengkan kepalanya.
Siauw Ling heng, ujarnya. Perahu dari Cing Liong Piauw
kiok adalah kalian yang rampok, bagaimana dia orang mau
mendengarkan omonganku ?"
Mendengar perkataan tersebut, Pouw Siauw Ling tidak
dapat mengucapkan sepatah kata pun juga.
Liem Tou tertawa lantas ujarnya lagi.
Aku rasa Siauw Ling heng tentunya sudah lapar bukan,
untung saja di sini banyak makanan, silahkan kau bersantap
dulu. Pouw Siauw Ling yang melihat sikap Liem Tou sudah
berobah amat ramah di dalam anggapannya dia mengira
orang sudah dibuat tergerak hatinya oleh perkataannya tadi,
diam diam dia segera memikirkan satu cara untuk meloloskan
diri. Setelah mendengar perkataan dari Liem Tou ini tanpa
sungkan sungkan lagi dia segera bersantap dengan lahapnya.
Sungguh tidak kusangka sama sekali kalau dalam setahun
saja kepandaian silat Liem-heng sudah berhasil dilatih hingga
mencapai pada taraf kesempurnaan ujarnya sambil makan,
entah cianpwee dari mana yang sudah menerima Liem heng
sebagai muridnya?""
Mendengar perkataan tersebut di dalam hati Liem Tou
segera mendapatkan satu akal.
Aaah . . . kau mau tanya siapakah suhuku?" serunya
dengan wajah menampilkan rasa girang. Suhuku adalah
seorang yang mempunyai nama yang sangat terkenal sekali
bila aku katakan mungkin Siuaw Ling heng pun sudah lama
mendengarnya." Siapa?"" tanya Pouw Siauw Ling dengan mata terbelalak
lebar. Sengaja Liem Tou tertawa lagi.
Pengetahuan Siauw Ling heng terhadap jago jago Bu lim
jauh melebihi diriku coba kamu terka" ujarnya perlahan.
Lama sekali Pouw Siauw Ling termenung berpikir keras
tetapi dia tidak bisa menebak juga siapakah suhu dari Liem
Tou itu. Dengan meminjam kesempatan sewaktu dia berpikir keras
itulah mendadak ujarnya Liem Tou.
Si pancingan emas sakti !"
Aaaa . . . si pancingan emas sakti?"?"?"?"'" Seru Pouw
Siauw Ling tanpa berpikir panjang lagi.
Mendengar jawaban tersebut seketika itu juga air muka
Liem Tou berubah sangat hebat sekali.
Pouw Siauw Ling tahu dia sudah salah bicara, didalam
keadaan gugup air mukanya pun berubah pucat pasi, cepat
cepat ujarnya lagi dengan gugup.
Aaaa .... siapa . . . siapa itu si Kim-Tiauw It Kiauw
(pancingan emas sakti) ?"
Liem Tou tidak banyak berbicara lagi. tangan kanannya
dengan cepat bagaikan kilat mencengkeram pergelangan
tangan kiri dari Pouw Siauw Ling, saat ini seluruh badannya
gemetar dengan amat keras sekali, wajahnya berobah putih
kehijau hijauan, untuk beberapa saat lamanya dia tidak bisa
mengucapkan sepatah katapun.
Lewat beberapa lama kemudian dia baru bisa
mengeluarkan beberapa patah kata. "Pouw Siauw Ling!
Urusan ini aku mau memegang kau untuk ditanyai sampai
jelas." Pouw Siauw Ling sengera merasakan lima jari dari Liem
Tou yang mencengkeram pergelangan tangannya yang makin
lama makin mengencang sshingga terasa amat sakit sekali,
saking tak tertahannya akhirnya dia menjerit keras seperti
babi yang mau dipotong. Liem Tou!" ada perkataan kita ucapkan perlahan lahan"
teriaknya dengan keras. ...Cepat kau lepaskan diriku !"
Liem Tou yang mendengar suara teriakannya itu segera
menjadi sadar kembali dia segera merasa kalau tenaga yang
dikerahkan ke luar terlalu dahsyat sehingga membuat pihak
lawan tidak kuat untuk bertahan lebih lama, karenanya dia lalu
mengendorkan sedikit cengkeraman tangannya.
Pouw Siauw Ling !" teriaknya kemudian dengan hati yang
agak tenang. ?Cepat kau katakan, ayahku meninggal dengan
cara bagaimana"' asalkan kau berani berbicara bohong, hmm
!! Kau lihat saja kelihayanku ini"
Pergelangan tangan kiri dari Pouw Siauw Ling yang
dicengkeram Liem Tou walau saat ini agak kendor tetapi
peristiwa tersebut bagaimana boleh diberitahukan kepadanya"
Bilamana perkataan ini diceritakan kepada Liem Tou maka
dirinya beserta Ang Ie Cung cu segera akan menjadi musuh
bebuyutan sedalam lautan.
Bukan saja dirinya seketika itu juga akan menemui ajalnya
di dalam serangan yang dahsyat bahkan dengan kepandaian
silat yang dimilikinya ini tidak lebih dari dua jam kemudian
ayahnyapun bakal menemui ajal di bawah serangannya.
Berpikir akan hal ini saking sedih dan cemasnya, air
matanya mulai mengucur keluar membasahi wajahnya.
"Aku tidak tahu . . . ! aku tidak tahu. . . !"
teriaknya dengan keras. Asalkan pada saat ini Pouw Siauw Liang agak tenang dan
mengambil kesempatan ini untuk menipu diri Liem Tou
dengan mengatakan Liem Han San mati karena sakit, urusan
ini tentu agak tidak seberapa tegang, justru karena
kebingungannya inilah membuat urusan semakin diperbesar
lagi. Karena sikap dari Pouw Siauw Ling yang cemas dan
ketakutan inilah kini Liem Tou semakin merasa kalau ayahnya
tentu binasa dianiaya oleh ayah beranak itu kelima jari yang
mencengkeram pengelangan tangan Pouw Siauw Ling semakin
mengencang lagi. .Pouw Siauw Ling!" Bentaknya dengan keras. .Bilamana ini
hari kau tidak suka berbicara terus terang aku segera akan
menyuruh kau merasakan siksaan yang paling kejam dan yang
paling ganas yang ada di dalam dunia ini, tetapi bilamana kau
suka berterus terang Pouw Siauw Ling! Kau dengar bai kbaik
perkataanku, aku bilang satu ya...satu! Aku e gera akan
melepaskan satu jalan hidup buat dirimu!".
Pouw Siauw Ling yang merasakan cengkeraman dari Liem
Tou itu semakin lama semakin kencang tidak kuasa lagi dia
menjerit kesakitan, sembari menggigit bibir menahan rasa
sakit yang menusuk tulang dia menjerit keras.
Aku tidak tahu..!Aku tidak tahu !"
Lima jari yang mencengkeram pergelangan Pouw Siauw
Ling semakin diperkeras lagi beberapa kali lipat sehingga
menembus ke dalam daging tangannya beberapa coen
dalamnya sepasang alisnya dikerutkan rapat rapat sedang dari
sepasang matanya secara samar samar memperlihatkan nafsu
membunuh nya. Pouw Siauw Ling, kau benar benar tidak tahu?" teriaknya
dengan amat dingin. "Hmm ...! Jangan menyesal di kemudian
hari!". Saking sakitnya sepasang mata Pouw Siauw Ling melotot
keluar lebar lebar giginya gemeretukan dengan keras,
kesadarannyapun berangsur angsur berkurang.
.Aku tidak tahu....aku tidak tahu....!"
Pouw Siauw Ling, bilamana kau tidak mau bicara lagi aku
segera akan menggunakan ilmu pembetot urat untuk
mencabuti otot ototmu, aku mau lihat kau masih keras kepala
tidak!" ancam Liem Tou semakin gusar tangan kirinya dengan
cepat membalik mencengkeram leher dari Pouw Siauw Ling.
Fauw Siauw Ling yang mendengar perkataan "Ilmu
pembetot urat" mendadak menjatuhkan diri berlutut.
"Urusan ini tidak ada sangkut pautnya dengan aku, aku
tidak tahu.. Liem heng kau lepaskan diriku!" Mohonnya
setengah merengek. Pada saat ini Liem Tou mana mau mendengar
perkataannya, lima jari yang mencengkeram Pouw Siauw Ling
pun semakin dipertajam sehingga membuat Pouw Siauw Ling
merasa kesakitan dan menjerit jerit dengan suara yang
menyayatkan hati. "Ayoh cepat bilang. , ! ayoh cepat bilang ,.!" teriak Liem
Toa lagi. Pouw Siauw Ling yang merasa kesakitan wajahnya segera
berkerut, sepasang matanya sebentar memejam sebentar lagi
membuka, giginya yang saling berada mengucurkan darah
yang amat banyak. Akhirnya dia tidak kuat untuk menahan diri
lagi, bibirnya mulai bergerak untuk mengaku.
Pada saat yang bersamaan pula mendadak terdengar suara
senjata rahasia menyambar datang dengan suara yang amat
tajam. Liem Tou dengan cepat mencengkeram badan Pouw Siauw
Ling yang berjongkok untuk menghindar.
"Sreet . . ! sreet. . ! Sreet .. !" tiga batang jarum pencabut


Raja Silat Lahirnya Dedengkot Silat Karya Chin Hung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

nyawa dengan melewati jendela perahu menyambar datang
dan tepat menancap di dinding ruangan.
Pouw Siauw Ling bukanlah ovang bodoh, melihat
datangnya serangan senjata rahasia itu dia segera mengetahui
kalau bala bantuan telah tiba, perkataan yang hendak
diucapkanpun dengan cepat ditelannya kembali.
Liem Tou yang melihat usahanya gagal total wajahnya
segera berubah merah padam, mendadak dia membentak
keras. "Ayoh cepat bicara !"
Bibirnya digigit kencang, tenaga yang mencengkeram
pergelangan tangan Pouw Siauw-Ling pun ditambahi dengan
dua bagian. Pouw Siauw Ling yang sejak kecil dimanja mana mungkin
bisa menahan suatu siksaan yang demikian hebatnya, dia
menjerit ngeri sepasang kakinya diluruskan dan menggelinding
meronta ronta di atas tanah.
Waktu ini Liem Tou pun sudah menaruh rasa dendam yang
amat sangat, dia tidak mengira kalau ayahnya menemui
ajalnya ditangan manusia rendah ini, sudah tentu terhadap diri
Pouw Siauw Ling pun dia tidak menaruh rasa kasihan lagi.
Sekalipun Pouw Siauw Ling menjerit dan meronta ronta dia
tak mengambil gubris dia hanya mau agar ini orang suka
ngomong terus terang. Pada saat itulah tubuh perahu sedikit miring. Liem Tou
sudah tahu kalau di atas perahu sudah kedatangan seseorang
tapi dia tak mau mengambil gubris, dia tetap menyiksa diri
Pouw Siauw Ling. Liem Tou sekonyong konyong mendengar suara seorang
perempuan membentak dengari suara yang amat cemas.
Cepat kau lepaskan - engkohku.
Begitu mendengar suara tersebut Liem Tou segera merasa
hatinya tergetar amat keras sepasang matanya perlahan lahan
dipejamkan lalu diam diam pikirnya.
.Aaaah . . . habis sudah, kiranya dia yang sudah datang.
Teringat akan kematian ayahnya hatinya merasa amat
sedih sekali, sewaktu matanya dipentangkan untuk kedua
kalinya titik titik air mata mulai mengucur keluar dengan amat
derasnya, cengkeramannya pun dengan perlahan dilepaskan.
Jien Coe cici. apakah kau yang datang kesini" tanyanya
sambil menoleh. Sedikitpun tidak salah, orang yang berdiri di depan ruangan
perahu itu adalah Pouw Jien Coei, saat ini dia memakai baju
singsat berwarna hitam, sebuah pedang panjang tersoren
pada pinggang, sedang pada pinggang itu juga tergantung
sebuah kantongan senjata rahasia.
Mendengar perkataan dari Liem Tou itu dia segera tertawa
dingin, "Hmm, jikalau aku tidak datang maka engkohku akan mati
tersiksa ditanganmu," serunya.
Jien Coei cici, tahukah kau kenapa aku harus menyiksa
engkohmu ini" tanya Liem Tou dengan hati yang sedih seperti
di iris iris. Tahukah engkau bagaimana ayahku menemui
ajalnya ?" Jien Cie cici, tahukah kau akan kesemuannya ini "
Mendengar perkataan dari Liem Tou ini Pouw Jien Coei
segera dibuat tertegun, sepasang alisnya dikerutkan rapat
rapat. Soal ini aku tidak mau tahu aku hanya tidak mengijinkan
turun tangan kejam terhadap engkohku, teriaknya dengan
keras. Walaupun pada mulutnya Pouw Jien Coei berbicara
demikian, tetapi diapun diam diam merasa terkejut.
Liem Tou yang dikarenakan hubungan Lie Siauw le dengan
Pouw Jien Coei. terhadap dirinya dia menaruh rasa hormat
yang amat sangat, perkataan yang diucapkan olehnya didalam
pendengaran Liem Tou seperti juga perintah. Dia lalu
mengangguk berulang kali.
Jien Coei cici, perkataanmu sedikit pun tidak salah, aku
tidak seharusnya berbuat begitu kurang ajar terhadap Siauw
Ling heng aku tidak akan membunuh Siauw Ling heng di
hadapannmu kau boleh legakan hati.
Sehabis berkata tangannya tak ada henti-hentinya
menghapus kering titik titik air mata yang membasahi
wajahnya. Lewat beberapa saat kemudian dia kembali
bergumam seorang diri. "Apakah urusan yang menyangkut Tia aku habisi sampai
disini saja " Heei , . "
Berturut turut dia gelengkan kepalanya berulang kali
kemudian teriaknya dengan suara yang amat keras.
"Liem Tou. Liem Tou, tidak perduli bagai manapun juga aku
harus mengetahui jelas bagaimana ayahku menemui ajalnya
kemudian baru membunuh kaum bajingan yang tidak berperi
kemanusiaan itu." Pouw Jien Coei yang mendengar perkataan itu dari ruangan
perahu segera merasakan hatinya gemetar dengan amat
kerasnya. "Liem Tou, Liem Tou, kau sudah gila " teriaknya dengan
suara keras. Beritahukan padamu, Tia serta engkohku tidak
mungkin berani mencelakai Liem pepek. Empek Liem mati
karena sakit apakah kau tidak tahu?"
Aku tahu . . Aku tahu . . jawab Liem Tou dengan keras
Jala Pedang Jaring Sutra 14 Duri Bunga Ju Karya Gu Long Memanah Burung Rajawali 22

Cari Blog Ini