Ceritasilat Novel Online

Anak Rajawali 16

Anak Rajawali Serial Pemanah Rajawali Karya Chin Yung Bagian 16


merupakan ilmu pedang yang hebat sekali dan memang jelas
bahwa keluarga Kam tentunya merupakan tokoh-tokoh persilatan
ahli kiam-hoat"... Siauwte benar-benar merasa kagum sekali tadi
telah sempat menyaksikan ilmu pedang yang sangat hebat itu!"
Si gadis tersenyum pula katanya: "Engkau terlalu memuji!
Sesungguhnya ilmu pedangku biasa saja. Cuma kepandaian
pengemis itulah merupakan kepandaian yang buruk...... Mengapa
kau bertempur dengannya?"
Ko Tie memandang ragu pada si gadis, tapi kemudian dia bilang:
"Sesungguhnya dia seorang pencuri yang telah berhasil membawa
pauw-hok kawanku! Dialah yang telah kukejar sehingga 1504 membentur pundak nona?" dan Kam kouw-nio, ke manakah
tujuanmu?" "Aku tengah singgah di Lam-yang, dan bermaksud akan berdiam
di kota ini selama empat hari! Dan kau, Lie Kongcu"!"
"Akupun hersama kawanku tengah singgah di Lam-yang beberapa
hari.....!" menjelaskan Ko Tie.
Begitulah, ke duanya sambil bercakap-cakap telah kembali ke
Lam-yang. Ko Tie juga bermaksud memperkenalkan Lian Cu
kepada Giok Hoa. Mereka bercakap-cakap seperti juga pasangan sahabat yang telah
lama tidak bertemu dan sekarang mereka telah saling jumpa.
Gadis she Kam itu ternyata seorang gadis yang periang dan pandai
bicara. Tidak terlihat kecanggungan padanya, karena dia telah
biasa dalam pergaulan antara lelaki dan wanita, sehingga sikapnya
agak bebas. Sedangkan Ko Tie pun memang menyukai sikap gadis ini yang
tampaknya selalu bicara dengan bebas, polos, dan tidak pernah
menutup-nutupi segala sesuatu dalam percakapan mereka. Malah
tampaknya gadis inipun sangat lincah dan agak licik!
1505 Kam Lian Cu memang puteri seorang ahli pedang yang ternama
sekali di dalam rimba persilatan. Kam-liong-kiam-hwat merupakan
ilmu pedang yang sangat langkah sekali di dalam rimba persilatan,
yang telah menjagoi rimba persilatan seratus tahun yang lalu.
Namun, keluarga Kam itu akhirnya menghilang dari dunia
persilatan, hidup mengasingkan diri.
Dengan demikian ilmu pedang itupun seperti dilupakan orang.
Jago-jago muda tidak ada yang mengetahui bahwa Kam-liongkiam-hwat merupakan ilmu pedang yang hebat, karenanya mereka
itu sama sekali menganggap ilmu pedang itu sebagai ilmu pedang
biasa. Sekarang justeru Kam Lian Cu, sebagai puteri dari keluarga Kam
itu, yang telah mewarisi kepandaian ilmu pedang keluarganya,
telah merantau. Dan Ko Tie telah sempat menyaksikan, ilmu
pedang si gadis merupakan ilmu pedang yang liehay sekali.
Cuma saja, biarpun tangguh, gadis itu masih kurang pengalaman
dan latihan! Jika latihan si gadis telah cukup, tentu dia akan dapat
mempergunakan ilmu pedangnya itu lebih sempurna.
Waktu sampai di dalam kota Lam-yang, Ko Tie mengajak si gadis
buat singgah di rumah penginapannya. Tapi Giok Hoa ternyata
1506 tidak ada. Akhirnya Lian Cu mengatakan ia tidak dapat menanti
lebih lama lagi, karena ia harus melanjutkan perjalanannya.
Mereka pun berpisah. "Y" Mengapa Giok Hoa sampai tidak ada di rumah penginapan.
Marilah kita tengok keadaan Giok Hoa sepeninggal Ko Tie.
Giok Hoa sejak tadi gulak-gulik di pembaringannya. Hatinya resah
sekali. Walaupun dia memang merasa lelah sekali, tokh dia tidak
tertidur. Setelah rebah sekian lama di pembaringannya, dia turun dari
pembaringannya. Dia memasang pendengarannya pada dinding
kamar pemisah kamarnya dengan kamar Ko Tie.
Hening dan sunyi sekali, tidak terdengar suara apapun juga.
Tampaknya Ko Tie telah tidur
Karena dari itu, perlahan-lahan si gadis telah mengulurkan
tangannya membuka jendela kamarnya. Hari telah malam, dan dia
melompat keluar dari kamarnya dengan gesit, lalu menutup
kembali jendela kamarnya, dan dia berlari-lari ringan sekali di
genting-genting rumah penduduk.
1507 Maksudnya dia hendak menyelidiki lagi siapa maling yang
menggondol pauw-hoknya. Ia tidak mau merepotkan Ko Tie.
Jika ia memberitahukan pada Ko Tie tentang maksudnya ingin
menyelidiki lagi siapa maling pauw-hoknya itu, dia merasa malu.
Sebab waktu diketahui dia telah terkena pancingan si maling
meninggalkan kamarnya, membuat maling itu dapat menggondol
pauw-hoknya, membuat si gadis merasa malu sekali kepada Ko
Tie. Itulah sebabnya malam ini dia ingin berusaha menyelidiki jejak
maling itu. Jika dia bisa mengambil pulang pauw-hoknya tentu dia
tidak akan hilang muka di hadapan Ko Tie. Rasa penasaran itu juga
membuat dia tidak bisa tidur dan akhirnya meninggalkan kamarnya
dengan mengambil jalan di atas genting rumah penduduk.
Dia memang lihay, dia bisa berlari-lari dengan lincah. Rembulan
diwaktu itu telah tergantung di atas langit. Keadaan di kota Lamyang cukup ramai.
Namun Giok Hoa tidak tertarik buat menyaksikan keramaian itu.
Dia telah berlari-lari terus di atas genting rumah penduduk,
berkelebat-kelebat seperti sesosok bayangan.
1508 Orang-orang yang ada dijalan raya tidak bisa melihat dengan jelas.
Dia hanya merupakan bayangan yang berkelebat-kelebat ke sana
ke mari begitu gesit. Setelah berlari-lari sekian lama, tetap saja si gadis tidak
mengetahui, ke mana dia harus mencari jejak maling itu. Hanya
terpikir olehnya, bahwa dia hendak mencari pengemis, buat
menangkap dan menanyai keterangan darinya.
Karena seperti yang telah dilihatnya, bahwa orang yang
memancingnya keluar meninggalkan kamarnya itu, mengenakan
pakaian penuh tambalan, tentunya dia dari kalangan pengemis.
Tengah si gadis berlari-lari di atas genting rumah penduduk, hari
telah semakin larut malam. Sampai akhirnya, baru saja Giok Hoa
hendak melompat turun ke jalan raya, mendadak saja dia melihat
di seberang sana, di atas genting rumah penduduk, berkelebat
sesosok bayangan hitam yang cepat sekali.
Giok Hoa merasa heran, entah siapa sosok bayangan itu, yang
melakukan jalan malam dan juga telah bergerak begitu gesit. Dia
tentunya memiliki gin-kang yang tidak rendah. Cepat-cepat Giok
Hoa mendekam di atas genting mengawasi sosok bayangan itu.
1509 Sosok bayangan hitam tersebut berlari-lari sangat lincah ke
sebelah barat kota Lam- yang. Si gadis hati-hati sekali
mengikutinya. Melihat gerak-gerik sosok bayangan tersebut, benar-benar Giok
Hoa bercuriga. Dia menduga orang tersebut jelas bukan orang
baik-baik. Malah gadis ini segera juga berpikir, apakah tidak mungkin orang
yang telah menggondol pauw-hoknya adalah sosok bayangan ini"
Bukankah diapun memiliki kepandaian yang sangat tinggi
sehingga di atas genting rumah penduduk dia bisa berlari-lari
begitu lincah dan gesit"
Karena berpikir seperti itu, semangat Giok Hoa terbangun dan dia
mengikuti semakin dekat pada sosok bayangan itu. Tidak ada
kesulitan buat Giok Hoa. Dia bisa mengikuti orang itu dengan baikbaik dan hati-hati sekali tanpa orang yang diikutinya itu mengetahui
dirinya tengah dibuntuti.
Setelah sampai di sebuah rumah yang cukup besar, di mana sosok
bayangan hitam itu berhenti dan berdiri tegak di atas genting rumah
tersebut. Dia mengawasi sekelilingnya dengan sikap berwaspada
sekali. 1510 Ia rupanya tengah memperhatikan keadaan di sekitar tempat itu,
kalau-kalau ada seseorang yang membuntutinya, juga tengah
mempelajari sekitar tempat tersebut.
Giok Hoa mendekam di atas genting sebuah rumah penduduk di
seberang rumah tempat beradanya sosok tubuh itu. Di bawah sorot
sinar rembulan, dia melihat itulah seorang pemuda berusia
duapuluh enam atau duapuluh tujuh tahun, dengan tubuh yang
tegap, mengenakan pakaian serba hitam, dan juga pada
pundaknya terlihat tersembul dua gagang pedang yang berkilauan
keperak-perakan terkena sinar rembulan.
Setelah mengawasi sekelilingnya tampak pemuda berpakaian
serba hitam tersebut telah tersenyum kecil, tampaknya dia puas
bahwa keadaan di sekitar tempat itu sangat sepi.
Melihat sikap dan gerak-gerik orang tersebut, segera juga Giok
Hoa dapat menduga bahwa pemuda itu niscaya bukan seorang
baik-baik dan jujur. Wajahnya yang tampan, matanya yang bersinar tajam memperlihatkan kelicikan, demikian juga dengan senyumnya itu,
yang mengandung kelicikan bukan main.
1511 Di waktu itu Giok Hoa menyaksikan dengan tubuh yang ringan,
pemuda berpakaian serba hitam itu melompat turun ke dalam
gedung tersebut. Giok Hoa cepat-cepat keluar dari balik genting rumah penduduk
tempat ia bersembunyi. Cepat sekali dia melesat menghampiri
rumah di mana pemuda berbaju hitam itu berada.
Dengan menggantungkan kakinya pada payon rumah tersebut,
Giok Hoa leluasa bisa mengikuti gerak-gerik pemuda itu, karena
Giok Hoa ingin mengetahui apa yang dilakukan pemuda tersebut.
Pemuda tersebut menghampiri ke arah jendela kamar yang berada
di tengah ruangan, yang api penerangan kamar itu telah
dipadamkan. Dia sama sekali tidak mengintai, malainkan dia
mengeluarkan sehelai kertas, kemudian melemparkannya masuk
ke dalam kamar itu. Terdengar suara seruan perlahan dari dalam kamar, seruan
seorang wanita. Giok Hoa jadi semakin heran. Dugaannya ternyata meleset.
Tadinya dia menduga bahwa pemuda berpakaian serba hitam itu
adalah pemuda Jai-hwa-cat, seorang pemetik bunga, yang selalu
1512 memperkosa isteri maupun anak gadis penduduk, dengan cara
mempergunakan asap obat tidur, sehingga korbannya tidak
sadarkan diri. Tapi dugaannya itu melesat sama sekali, dan pemuda itu bukannya
mengeluarkan asap obat tidurnya, malah telah melemparkan
secarik kertas ke dalam kamar lewat jendela itu.
Dia juga tampaknya tidak melakukan sesuatu usaha, seperti
mengintai ke dalam kamar atau membongkar jendela kamar
tersebut. Dan dari dalam kamar itu justeru terdengar suara seruan
tertahan dari seorang wanita.
Apa yang tengah dilakukan pemuda itu"
Benar-benar Giok Hoa jadi bingung dan menduga-duga. Dia
sampai ingin menduga, atau pemuda berpakaian hitam itu tengah
mengunjungi kekasihnya"
Apakah orang di dalam kamar itu, si wanita yang mengeluarkan
seruan itu adalah kekasih pemuda tersebut" Mungkin hubungan
mereka ditentang ke dua orang tua si gadis, sehingga pemuda ini
perlu mendatangi kekasihnya secara bergelap seperti itu"
1513 Tengah Giok Hoa menduga-duga sambil memasang mata dengan
tajam, daun jendela kamar terbuka. Dari dalam kamar itu melompat
sesosok tubuh, yang sama gesitnya.
Giok Hoa jadi semakin heran, wanita itu adalah seorang wanita
berusia antara empatpuluh tahun lebih, namun pada wajahnya itu
masih terdapat sisa-sisa kecantikan yang dimilikinya.
"Akh.......!" berseru pemuda itu dengan suara tertahan, tampaknya
terkejut. "Kau.....!"
Wanita setengah baya baru keluar dari dalam kamar tertawa
dingin. "Ya, memang aku! Kau terkejut" Mengapa harus kaget seperti
itu"!" tanya wanita setengah baya tersebut, dengan sikap
mengejek. Pemuda itu cepat sekali dapat menenangkan goncangan hatinya.
Dia merangkapkan ke dua tangannya memberi hormat kepada
wanita setengah baya tersebut. Katanya: "Maafkan..... apakah kau
baik-baik saja, locianpwe"!"
1514 "Hemmmm, kau masih menanyakan kesehatanku" Bagus! Bagus!
Tapi kukira, perhatianmu itu tidak menyebabkan engkau lolos dari
hukuman yang akan kujatuhi padamu!"
Muka pemuda itu berobah memerah, kemudian pucat, tapi dengan
suara yang tenang dan juga ia berusaha buat bersikap biasa saja,
tanpa memperlihatkan kemendongkolan dan kemarahan hatinya,
pada saat itu bilangnya dengan sabar.
"Locianpwe, mengapa locianpwe hendak menghukumku" Bukankah di antara kita tidak ada hubungan apa-apa lagi?"
"Murid murtad?" teriak si wanita setengah baya itu. "Aku justeru
hendak mewakili gurumu untuk menghukum kau!"
Sambil berkata begitu, dengan gerakan yang sangat gesit sekali,
tubuhnya tahu-tahu telah berada di depan si pemuda. Dia
mengulurkan tangannya hendak mencekal pergelangan tangan
kanan pemuda itu. Tapi pemuda berpakaian serba hitam itu telah menarik tangannya
terlepas dari cekalan si nenek, dia bilang:
"Kau jangan terlalu mendesakku, locianpwe?" Antara aku
dengan bekas guruku itu sudah tidak terdapat hubungan apa-apa
1515 lagi!" Sambil berkata begitu tampak si pemuda juga hendak
memutar tubuhnya ingin berlalu.
Tapi wanita setengah baya itu semakin gusar, bentaknya nyaring:
"Murid murtad seperti engkau harus dihajar mampus! Terimalah
kematianmu!"

Anak Rajawali Serial Pemanah Rajawali Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Sambil membentak begitu, cepat sekali tubuhnya melesat ke
samping si pemuda. Dia memang memiliki gin-kangnya yang
sangat tinggi. Karena dari itu, dia dapat bergerak dengan lincah sekali. Dia telah
berhasil berada di dekat si pemuda sambil tangan kanannya
dipergunakan untuk menghantam kepala si pemuda itu.
Pemuda itu merasakan sambaran angin pukulan. Dia memiringkan
kepalanya, dia berhasil menghindar dari pukulan wanita setengah
baya tersebut. Cepat sekali, tanpa berani berayal pula pemuda itu telah melompat
buat melarikan diri. "Ingin kabur ke mana kau?" bentak wanita setengah baya tersebut,
segera juga tubuhnya telah bergerak menyusul.
1516 Tapi pemuda itu menggerakkan gin-kangnya dia berusaha berlari
menjauhi diri dari wanita setengah baya yang galak itu. Dan wanita
setengah baya itu tetap mengejarnya.
Giok Hoa semakin tertarik menyaksikan urusan ini, dia menduga
itulah urusan dalam sebuah pintu perguruan silat. Sesungguhnya,
memang diketahuinya di dalam rimba persilatan ada peraturan,
orang dari luar pintu perguruan yang tengah timbul gelombang,
tidak boleh mencampurinya, akan tetapi Giok Hoa tertarik sekali,
sehingga dia pun segera mengikutinya dengan hati-hati.
Waktu itu pemuda berpakaian hitam tersebut telah berlari kurang
lebih puluhan lie, dan hampir tiba di pintu kota. Namun wanita
setengah baya itu, yang sejak tadi tengah mengejarnya dan berlari
dengan gin-kang yang tinggi sekali, dalam waktu yang singkat telah
bisa memperdekat jarak pisah mereka.
Tiba-tiba tubuhnya seperti seekor burung elang, menyambar
kepada si pemuda. Tangan kanannya bergerak memukul dengan
lweekang yang dahsyat. Angin pukulan itu berkesiuran sangat kuat sekali, dan juga
menyambar mendatangkan maut, yang bisa merenggut nyawa
pemuda itu kalau saja si pemuda terkena serangan tersebut.
1517 Tapi si pemuda yang menyadari bahaya yang tengah mengancam
dirinya, tidak mau berdiam diri saja. Dia berusaha buat
menangkisnya sambil menahan larinya.
"Dukkkkk!" kuat sekali tangan mereka saling bentur, tampak tubuh
si pemuda tergetar dan terpental tiga langkah, tapi tidak sampai
terguling. Sedangkan pada saat si nenek yang tubuhnya hanya tergoncang,
kemudian melompat buat menyerang lagi! Pukulan yang kali ini
dilakukannya jauh lebih kuat dibandingkan dengan pukulan
sebelumnya. Dengan demikian membuat pemuda itu berusaha hendak
menangkis lagi dengan memusatkan seluruh kekuatan tenaga
dalamnya. Dikala itu, si nenek menarik pulang tangannya, dia batal buat
menyerang lebih jauh, dan tahu-tahu tangan kirinya yang telah
menyambar lagi, menerjang kepada dada pemuda itu.
"Ihhhh!" pemuda tersebut berseru tertahan, dia berusaha
mengelakkan pukulan itu sambil menarik pulang tangannya yang
tadi ingin menangkis, tubuhnya mengelak ke samping.
1518 Namun gerakannya itu kalah cepat dibandingkan tibanya tangan si
wanita setengah baya, sebab dia telah kena terserempet, dadanya
sakit bukan main, dia sampai menjerit dan tubuhnya terhuyung
mundur. "Hemmmm, murid murtad, sekarang tiba waktumu untuk
dibinasakan, guna menebus dosamu!" berseru wanita setengah
baya itu, dengan sorot mata yang mengandung hawa pembunuhan, sikapnya mengancam sekali.
Sedangkan pemuda berpakaian serba hitam tersebut segera juga
sambil meringis menahan sakit, melompat buat melarikan diri.
Namun nenek itu juga telah melompat sebat, tangan kanannya
diulurkan, untuk menghantam lagi.
Si pemuda menyadari bahwa dia sudah tidak berdaya buat
menghadapi tenaga pukulan wanita itu. Ke dua tangannya
bergerak ke punggungnya, cepat sekali dia telah mencabut keluar
ke dua pedangnya, di mana sepasang pedang tersebut bergerak
secepat kilat dalam bentuk gulungan, sinar keperak-perakan.
Si nenek juga mengetahui, tidak bisa ia menyerang terus, karena
dia pun tidak mau tangannya jika kena ditabas pedang lawannya,
yang akan membuat tangannya itu bisa buntung.
1519 Di waktu itu, si pemuda merangsek terus, sepasang pedangnya
bergerak-gerak sangat cepat sekali, angin berkesiuran menderuderu. Dia menyerang dengan mengerahkan tenaga dalamnya dan
juga jurus-jurus yang liehay sekali, karena mengetahui lawan yang
tengah dihadapinya adalah seorang lawan yang tangguh luar
biasa. Terlihat tubuh si pemuda berulang kali melompat untuk melarikan
diri, acapkali setelah berhasil mendesak lawannya dengan
sepasang pedangnya, dia melompat menjauhi diri, dan berusaha
memutar tubuhnya untuk melarikan diri.
Sayangnya wanita setengah baya itu justeru memiliki gin-kang
yang tinggi sekali, sehingga dia selalu dapat mengejarnya dan
menyerang dengan sepasang tangannya. Dengan demikian sama
sekali dia tidak memberikan kesempatan sedikitpun juga kepada
pemuda itu buat melarikan diri.
Pemuda itu rupanya jadi naik darah juga. Dia jadi nekad, karena
menyadari wanita setengah baya seorang yang sangat tangguh,
sehingga sulit buat dia melarikan diri.
Disebabkan itulah, dia telah berusaha untuk menyerang bertubitubi dengan pedangnya, di mana ke dua pedang itu beruntun
1520 menikam dan menabas tidak hentinya, mendesak wanita setengah
baya itu. Biarpun menghadapi sepasang pedang pemuda itu dengan
bertangan kosong, dan setiap kali didesak wanita setengah baya
itu melompat mundur menghindarkan diri, tetap saja dia berada di
bawah angin. Karena begitu si pemuda selesai menyerangnya,
diapun akan balas menyerang dengan sepasang tangannya, yang
tidak kalah ampuhnya dibandingkan dengan sepasang pedang
pemuda tersebut. Di waktu itu terlihat jelas sekali, si pemuda mulai gugup. Dia
mempergunakan seluruh tenaganya pada pedangnya itu yang
berkelebat-kelebat ke sana ke mari dengan lincah dan penuh hawa
pembunuhan, namun tetap saja dia tidak bisa mendesak wanita
setengah baya itu. "Hemmmmmmm, murid murtad, walaupun bagaimana hari ini
adalah hari kematian mu......... Aku akan mewakili gurumu, buat
mengambil jiwa murtadmu.....!"
Sambil berseru begitu, tiba-tiba gerakan tubuh wanita setengah
baya itu berobah, tubuhnya seperti bayangan mengelilingi pemuda
tersebut, sehingga pemuda itu tambah bingung.
1521 Jika tadi dia masih bisa mempergunakan sepasang pedangnya
buat menyerang dahsyat kepada wanita setengah baya itu, tapi
sekarang justeru dia jadi bingung kehilangan sasaran. Dia tidak
bisa mengetahui dengan pasti di arah mana si wanita setengah
baya itu berada. Hal ini disebabkan wanita setengah baya itu yang tengah
mengelilinginya bergerak terlalu cepat, sehingga tubuhnya jadi
seperti bertambah menjadi lima atau enam orang.
Sebentar berada di sebelah kiri, sebentar di sebelah kanan atau di
samping lalu di belakang. Dengan begitu, si pemuda tambah
bingung. Buat sementara dia hanya membuka matanya lebar-lebar,
mengawasi dengan hati yang berdebar, tanpa menyerang, karena
dia ingin melihat dulu sesungguhnya di mana arah yang tepat
beradanya si wanita setengah baya itu.
Giok Hoa yang mendekam di atas genting menyaksikan hal itu
segera dapat menduga bahwa pemuda itu dalam duapuluh jurus
lagi akan dapat dirubuhkan oleh lawannya.
Dan dugaan Giok Hoa ternyata tidak meleset, karena setelah lewat
tujuh jurus pula tahu-tahu tubuh wanita setengah baya itu
1522 berkelebat sambil mengulurkan tangan kanannya bentaknya:
"Lepaskan?".!"
Muka pemuda itu jadi pucat, karena ke dua pedangnya tahu-tahu
telah lenyap dari cekalannya, dimana dia berdiri mematung, karena
sepasang pedangnya telah dirampas wanita setengah baya itu,
dengan cara yang sangat menakjubkan sekali, atas kelihayan
tangan wanita setengah baya tersebut.
Wanita setengah baya itu tertawa mengejek, dia mengerahkan
tenaganya. Sepasang pedang itu telah patah menjadi empat
potong. "Hemmm, sudah kukatakan bahwa hari ini adalah hari kematianmu"..!" berkata wanita setengah baya itu dengan suara
yang menyeramkan. "Murid murtad, sekarang kau bersiap-siaplah
buat menerima kematian?"!"
Sambil berkata begitu, tampak wanita setengah baya itu
melangkah perlahan-lahan menghampiri si pemuda dengan sikap
mengancam memancarkan hawa pembunuhan.
Pemuda itu menyadari bahwa dia sudah tidak berdaya buat
menghadapi wanita setengah baya itu. Dia berusaha untuk
memutar tubuhnya, dia masih ingin angkat kaki.
1523 Wanita setengah baya itu mengeluarkan tertawa dingin, tubuhnya
melompat gesit sekali. Dia berhasil mengejar pemuda tersebut.
Habislah tenaga pemuda itu. Karena jambakan tangan wanita
setengah baya yang disertai dengan lweekang yang tinggi, memijit
jalan darah Kie-kiat si pemuda, sehingga begitu jalan darahnya
kena dicekal, seketika punahlah tenaga pemuda itu. Dia tidak bisa
meronta lagi. Wanita setengah baya itu tertawa mengejek,
"Hemmmmm?" kemana engkau hendak melarikan"!" mengejek
si wanita setengah tua itu. "Jika aku telah turun tangan,
hemmmmm, hemmmmm, murid murtad seperti engkau memang
sudah tidak bisa diberikan kesempatan buat hidup terus di dalam
dunia ini.....!" Pemuda itu lemah dan pecah nyalinya. Dia menyadari, sekarang
sulit sekali buat dia melarikan diri, lolos dari tangan si wanita
setengah baya. Karena dari itu, dia bermaksud untuk meminta
pengampunan saja dari wanita setengah baya itu
"Jangan?" jangan membunuhku...... aku bersumpah akan
merobah kelakuanku?"!" sesambatan pemuda itu.
1524 Tapi wanita setengah baya itu tertawa dingin.
"Hemm, murid murtad seperti engkau mana pantas diampuni"
Engkau harus mampus dan juga engkau tidak bisa dibiarkan hidup
lebih lama lagi di dalam dunia ini, karena hanya akan menimbulkan
malapetaka bagi orang orang lainnya?" Gurumu telah memberikan mandatnya, agar aku mewakilinya memusnahkan
engkau, seorang murid murtad yang paling kurang ajar?"!"
Si pemuda mengeluh di dalam hatinya, karena dia menyadari
bahwa wanita setengah baya itu akan turun tangan bersungguhsungguh, apa lagi di waktu itu tampak wanita setengah baya
tersebut telah mengangkat tangan kanannya. Dia bersiap hendak
menghajar batok kepala pemuda itu.
Sekali saja telapak tangan itu singgah di batok kepala pemuda itu,
niscaya si pemuda akan kehilangan jiwanya dengan kepala yang
remuk hancur. Dikala itu Giok Hoa sendiri melihat wanita setengah baya yang
tangguh itu ingin membunuh si pemuda, yang sudah tidak berdaya
itu, hatinya tidak senang. Dia pikir, jika tokh wanita setengah baya
itu hendak menghukum si pemuda, yang mungkin telah melakukan
perbuatan yang mendurhakai pintu perguruannya, bisa saja ia
1525 menjatuhi hukuman dengan membuat bercacat si pemuda, agar
kelak dikemudian hari dia tidak bisa melakukan kejahatan lagi.
Tapi justeru dalam keadaan seperti itu, di saat Giok Hoa hendak
melompat keluar dari tempatnya bersembunyi, tampak sesosok
bayangan melesat keluar dari tempat yang gelap di atas rumah
penduduk. "Jangan mencelakai dia?"!" terdengar teriakan seorang gadis.
Orang yang baru muncul itu memang seorang, dengan baju
berwarna kuning gading, wajahnya cantik sekali. Usianya mungkin
baru tujuhbelas tahun. "Jangan mencelakai dia Locianpwe?" aku mohon, janganlah
mencelakai dia.......!"
Wanita setengah baya itu melirik gusar kepada gadis tersebut,
kemudian katanya: "Gadis tidak tahu malu! Pergi kau!"
Dibentak begitu, gadis tersebut tidak juga meninggalkan tempat itu,
dia malah merangkapkan ke dua tangannya menjura dalam-dalam
kepada si wanita setengah baya itu:
1526 "Ampunilah dia....... janganlah dia dibinasakan jika memang
engkau hendak membunuhnya juga, bunuhlah aku terlebih dulu!"
Dan setelah berkata begitu dengan suara yang gemetar, tampak
gadis itu menggigil diiringi tangisnya.
Giok Hoa jadi berkasihan melihat gadis itu yang tentu mencintai
pemuda tersebut. Iapun jadi teringat akan hubungannya dengan
Ko Tie yang juga disukai dan disenanginya. Diwaktu itu telah timbul
niat di hati Giok Hoa, walaupun bagaimana dia akan membantu
gadis itu menolongi si pemuda dari tangan si wanita setengah baya
tersebut. Sedangkan wanita setengah baya itu telah berkata dengan suara


Anak Rajawali Serial Pemanah Rajawali Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

yang dingin: "Hemmm".. engkau jadi menyediakan dirimu sebagai pengganti
jiwa murid durhaka ini" Dia seorang pemuda yang paling buruk di
dunia jika tokh memang menyatakan suka padamu dan mengambil
engkau sebagai isterinya, engkau akan menderita! Sebagai murid
pintu perguruan kami, orang luar tidak berhak mencampuri urusan
di dalam pintu perguruan kami, terlebih lagi kau".. pergilah"..!"
Gadis itu menggeleng perlahan sambil menyusut air matanya.
1527 "Tidak?" tidak..... apapun yang dikatakan locianpwe, akan tetap
dengan keputusanku, bahwa aku memang harus dapat menolonginya..... aku rela jika sampai harus mengorbankan jiwa
buat dia?"!" "Hemmmm, sedemikian cintakah engkau kepada manusia busuk
ini"!" kata wanita setengah baya.
Bola matanya memain, setidaknya hatinya jadi mengiri juga
melihat akan kebetulan cinta gadis itu kepada pemuda yang tidak
berdaya di dalam tangannya dan akan dibinasakan itu.
"Apakah engkau telah memikirkannya masak-masak buat membela mati-matian manusia busuk ini"!"
Gadis itu mengangkat kepalanya memandang wanita setengah
baya itu, air matanya tetap mengucur deras sekali, dia
merangkapkan tangannya, dia bilang.
"Benar..... jika memang locianpwe masih menghadapi jiwanya,
lebih dulu locianpwe bunuhlah aku! Aku tidak sanggup menyaksikan dia mati di tangan locianpwe."
1528 Wanita setengah baya itu tertawa bergelak-gelak mendengar
perkataan si gadis, yang seperti memelas meminta belas kasihan
darinya. Giok Hoa jadi terharu bukan main, dia melihat ketulusan hati akan
cinta si gadis terhadap pemuda itu, yang rela mengorbankan
jiwanya, asalkan pemuda yang dicintainya itu bisa diselamatkan
jiwanya dari maut. Dan Giok Hoa diam-diam semakin bertekad, walaupun bagaimana
dia harus menolongi pemuda itu. Dia memang ingin membantu
gadis itu menyelamatkan si pemuda.
Setelah puas ia tertawa bergelak-gelak seperti itu, tampak muka
wanita setengah baya tersebut berobah menjadi keras dan bengis.
Bola matanya memain tidak hentinya, memancarkan sinar yang
tajam sekali, katanya: "Hemm, jika tetap engkau ingin membela manusia busuk ini!
Sayang sekali aku tidak bisa kesakitan kepada dirimu! Terserahlah
kepada dirimu sendiri, engkau mau mampus atau tidak, tetapi yang
pasti, orang busuk ini harus dihukum mati. Dia merupakan murid
murtad dari pintu perguruannya?"!"
1529 Sambil berkata begitu, si wanita setengah baya tersebut
mengangkat kakinya tinggi-tinggi. Dia menyedot hawa udara,
karena dia mengerahkan sin-kangnya dan dia bermaksud akan
menghantam batok kepala pemuda yang sudah tidak berdaya di
dalam cengkeraman tangan kanannya.
"Jangan?" oooohhhh, ampunilah dia!" menjerit si gadis dengan
suara memelas sekali, bahkan dia menubruk nekad hendak
memeluk pemuda itu dan menghalangi maksud wanita setengah
baya tersebut. Tapi wanita setengah baya itu sama sekali tidak memperdulikan
sikap si gadis, karena tangan kirinya itu dibatalkan buat
menghantam kepala si pemuda yang telah jadi tawanannya itu,
hanya saja tangan kiri itu dikibaskan kepada si gadis.
"Bukkk!" seketika tubuh gadis itu terpental sangat keras sekali,
karena kibasan tangan wanita setengah baya itu memang sangat
kuat. Sambil mengeluarkan jeritan nyaring, tubuh si gadis terpelanting
akan rubuh dari atas genting rumah penduduk.
Giok Hoa kaget, dia melihat si wanita setengah baya itu memang
memiliki tangan yang agak telengas.
1530 Segera juga Giok Hoa bermaksud hendak keluar dari tempat
bersembunyinya, karena ia ingin memberikan pertolongan kepada
gadis itu dan menyelamatkan si pemuda yang tidak berdaya
berada dalam cengkeraman tangan si wanita setengah baya.
Cuma saja, belum lagi, Giok Hoa keluar dari tempat persembunyiannya itu, justeru telah terlihat tiga sosok tubuh
dengan gerakan yang gesit sekali diiringi dengan seruannya:
"Ohhh, wanita kejam! Sungguh telengas! Gadis yang tidak berdaya
seperti itu telah kau hantam sedemikian kuat tanpa mengenal
kasihan!" Bukan hanya berkata saja, salah seorang dari ke tiga sosok tubuh
itu, telah melompat dengan sebat, dia berhasil menahan tubuh
gadis itu, agar tidak terpelanting jatuh di bawah genting rumah
penduduk. Muka gadis itu pucat sekali, dia menangis terisak-isak, karena dia
merasakan dadanya sakit bukan main akibat hantaman tangan kiri
si wanita setengah baya yang disertai sin-kangnya. Tentu saja
gadis itu itu terluka di dalam yang tidak ringan, malah dirasakan
nyeri sampai ke ulu hati.
1531 Orang yang telah menolongnya, ternyata seorang pengemis
berusia empatpuluh tahun lebih, dengan tubuh tinggi tegap,
memelihara berewokan yang kasar, telah menghiburnya.
"Nona berdiri di sana saja?" biar kami yang mengurus wanita
bertangan telengas dan berhati iblis itu!" katanya dengan suara
yang sangat sabar sekali, di mana dia telah membiarkan si gadis
duduk di atas genting rumah penduduk. Tubuhnya kembali
melompat ke dekat si wanita setengah baya.
Ke dua orang kawannya, yang juga dua orang pengemis, telah
melompat menghampiri wanita setengah baya itu. Bola mata
wanita setengah baya tersebut telah memain tidak hentinya
memancarkan kemarahan hatinya.
"Siapa kau sebenarnya!" bentak si wanita setengah baya dengan
hati yang gusar bukan main, karena melihat ke tiga orang
pengemis ini tampaknya hendak mencampuri urusannya.
Pengemis yang tadi telah menahan tubuh si gadis jatuh dari atas
genting rumah penduduk segera berkata: "Kami adalah manusiamanusia yang tidak punya harganya di matamu, tapi kami
memberanikan diri buat memohon agar pemuda itu dibebaskan?"!" 1532 Si wanita setengah baya itu tertawa dingin katanya: "Aku telah
menerima mandat dari gurunya, buat mewakilinya, agar membunuh dan memusnahkan muridnya yang murtad ini".....
Karena itu, sebagai orang-orang Kang-ouw tentu kalian menyadari
tidak bisa kalian mencampuri urusan ini, urusan di dalam pintu
perguruan yang tengah mengurus orang-orangnya?""
Pengemis itu mengangguk. "Tepat! Memang kami tidak berhak buat mencampuri urusan di
dalam sebuah pintu perguruan, jika memang pintu perguruan itu
tidak ingin urusan rumah tangganya dicampuri orang luar!
"Tapi kamipun tidak bisa menyaksikan begitu saja, betapa engkau
dengan tangan telengas dan kejam sekali, ingin membunuh
pemuda yang tidak berdaya. Dan juga menurunkan tangan begitu
kejam terhadap seorang gadis yang lemah!
"Apakah engkau tidak sadari bahwa itulah tindakan dan perbuatan
pengecut" Dan kami juga tidak bisa tinggal diam menyaksikan
tindakan pengecut seperti itu!"
Tegas sekali si pengemis berkata-kata seperti itu, sikapnya juga
sangat gagah sekali. 1533 Bola mata wanita setengah baya itu mencilak tidak hentinya, dia
mendengus, lalu katanya: "Hemmm, aku Siangkoan Lo Sian tidak
akan gentar menghadapi siapapun juga, apa lagi hanya
menghadapi kalian yang tentunya merupakan tiga ekor tikus
kurcaci dari Kay-pang!"
Pengemis yang seorang itu tertawa tawar, katanya: "Memang kami
adalah anggota Kay-pang, yang tentu tidak bisa menyaksikan
seseorang bertindak sewenang-wenang".. terlebih lagi di depan
mata kami! "Seperti kau juga tentunya telah mengetahui, bahwa Kay-pang
tidak akan membiarkan suatu perbuatan yang di luar batas
keadilan berlaku di permukaan bumi ini!
"Siangkoan Lo Sian, engkau merupakan seorang tokoh rimba
persilatan yang memiliki nama sangat terkenal dan juga engkau
dihormati oleh orang-orang rimba persilatan dengan kepandaiaa
yang tinggi! Tapi?" mengapa hari ini justeru engkau bersikap
begitu rendah, menghina kaum muda!"
Kata-kata pengemis itu rupanya telah dapat memanasi hati
Siangkoan Lo Sian, karena tahu-tahu dia melepaskan cengkeraman pada pundak pemuda. Dia bilang: "Baik, baik, aku
1534 justeru ingin melihat berapa tinggi kepandaian orang-orang Kaypang yang merupakan manusia-manusia pendekar gagah itu"!"
Sambil berkata begitu, Siangkoan Lo Sian, wanita setengah baya
tersebut, berdiri dengan sikap seperti tengah menantikan
penyerangan dari ke tiga orang pengemis itu, katanya menantang:
"Ayo...... ayo majulah, mari kita melihat, siapa yang bicara
besar".. Kay-pang yang benar-benar gagah atau memang aku
Siangkoan Lo Sian merupakan manusia yang gampang dihina"!"
Ke tiga pengemis itu saling pandang, lalu pengemis yang seorang,
yang bertubuh gagah dan tadi telah menolongi si gadis sehingga
ia tidak sampai terbanting dari atas genting. telah melangkah maju
setindak, sedangkan ke dua kawannya telah menyingkir ke
samping, buat menyaksikan.
"Baiklah! Kami tidak pernah bertempur main koroyok, terlebih lagi
terhadap seorang wanita! Biarlah aku Kie Pa Kay yang akan
menghadapi engkau buat main-main seratus jurus!" Dan dia pun
bersiap-siap untuk menyerang.
Siangkoan Lo Sian menyadari bahwa pengemis bertubuh tinggi
besar ini memiliki kepandaian tidak rendah dan tidak boleh
dipandang remeh, karena tadi waktu dia bergerak begitu gesit
1535 menolongi gadis yang akan rubuh dari atas genting, juga sinar
matanya yang tajam membuktikan bahwa dia memiliki kepandaian.
Di waktu itu terlihat betapa Siangkoan Lo Sian sudah tidak bisa
menahan diri, dia bilang, "Mengapa masih tidak menyerang,
apakah memang kebiasaan Kay-pang buat main saling pandang
saja"!" Siangkoan Lo Sian tidak mau memperlihatkan kelemahan dirinya,
biarpun dia mengetahui lawannya tentu seorang yang liehay, tokh
dia memperlihatkan sikap seperti dia tidak memandang sebelah
mata kepada lawannya. Tiba-tiba Kie Pa Kay berseru: "Maaf!" tahu-tahu tubuhnya mencelat
sangat gesit sekali, tangan kirinya diulur buat mencengkeram,
sedangkan tangan kanannya menghantam.
Siangkoan Lo Sian menangkis dengan tangan kanannya
menghalau tangan kiri lawan. Tangan kanan lawan yang meluncur
disertai tenaga yang kuat, telah dihadapinya dengan kelitan yang
manis sekali. Malah Siangkoan Lo Sian tidak berhenti sampai di situ saja,
berhasil memusnahkan serangan lawannya, dia balas menyerang
1536 dengan hebat. Beruntun enam kali saling susul ke dua tangannya
menyerang kepada si pengemis.
Apa yang dilakukannya semuanya merupakan jurus-jurus yang
bisa membinasakan lawan. Karena selain tenaga dalam yang
dipergunakannya sangat kuat, juga setiap sasaran yang diincar
merupakan tempat kematian dari lawan.
Kie Pa Kay tertawa dingin, empat kali beruntun dia mengelakkan
diri. Kemudian dua serangan lawannya ditangkis dengan
kekerasan pula. "Bukkk!" terdengar nyaring sekali. Disusul "Tukkk" yang tidak
begitu nyaring. Pukulan ke lima dari Siangkoan Lo Sian yang telah
ditangkis, membuat tubuh Siangkoan Lo Sian tergoncang hebat,
dan pukulan ke enamnya tiba tidak begitu keras, sehingga waktu
Kie Pa Kay menangkis pukulan ke enam itu, suara benturan tangan
mereka tidak terlalu nyaring.
Sedangkan muka Siangkoan Lo Sian merah padam karena marah,
ia berseru nyaring dan melompat pula dengan sepasang tangan


Anak Rajawali Serial Pemanah Rajawali Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bergerak sangat sebat sekali.
1537 Kie Pa Kay juga tidak mau membuang-buang waktu, dia
menangkis dan balas menyerang. Duapuluh jurus dilewatkan
dengan sangat cepat. Mereka memiliki kepandaian yang tampaknya sama tingginya,
sehingga di waktu itu belum terlihat siapa di antara mereka yang
terdesak di bawah angin atau siapa yang menang di atas angin.
Giok Hoa yang masih mendekam bersembunyi di tempatnya,
menyaksikan pertempuran dengan tertarik. Tetapi ketika melihat
munculnya tiga orang pengemis itu segera juga timbul perasaan
tidak senangnya pada pengemis itu, karena ia teringat bahwa
orang yang telah mengambil pauw-hoknya berpakaian sebagai
pengemis! Tapi setelah mendengar percakapan yang berlangsung antara Kie
Pa Kay dengan Siangkoan Lo Sian, pandangan Giok Hoa terhadap
pengemis-pengemis itu berobah. Dia memperoleh kenyataan para
pengemis itu merupakan Ho-han atau orang gagah yang
mementingkan keadilan. Dan tidak mungkin pengemis-pengemis
seperti itu mau melakukan perbuatan rendah mencuri pauw-hok si
gadis. 1538 Tengah Giok Hoa menyaksikan dengan hati ragu-ragu terhadap ke
tiga pengemis itu, dia melihat gadis yang tadi hampir saja dibikin
terpelanting oleh kibasan tangan Siangkoan Lo Sian, telah
menghampiri si pemuda, yang dipeluknya.
"Tang Koko...... kau tidak apa-apa"!" tanyanya dengan penuh
perhatian dan kekuatiran.
Si pemuda menggeleng. "Kui-moay?" kau jangan mencampuri urusan ini. Tidak
seharusnya kau menempuh bahaya.....!" kata si pemuda.
Si gadis menggelengkan kepalanya, air matanya menitik turun.
"Bagaimana mungkin aku bisa tenang, jika menyaksikan engkau
terancam bahaya maut"!" kata gadis itu yang menghapus air
matanya. "Sudahlah Kui-moay..... bukankah aku tidak apa-apa"!" kata si
pemuda dengan suara yang menghibur dan diiringi senyumnya.
"Lebih baik kau mempergunakan kesempatan buat melarikan diri,
karena jika para pengemis itu telah dirubuhkan Siangkoan Lo Sian,
1539 niscaya engkau terancam bahaya yang tidak kecil! Ayo, kau cepat
menyingkirkan diri.....!" menganjurkan si gadis.
Pemuda itu tidak segera menyahuti. Dia memandang ke arah
pertempuran yang tengah berlangsung.
Dia melihat Kie Pa Kay tengah bertempur seru sekali dengan
Siangkoan Lo Sian, sehingga tubuh mereka berkelebat-kelebat
cepat sekali. Disebabkan terlalu gesit, tnbuh mereka menyerupai
bayangan belaka, yang bergerak ke sana ke mari tidak bisa dilihat
dengan jelas. "Aku tidak boleh pergi dari tempat ini?"!" Akhirnya pemuda itu
berkata perlahan kepada si gadis. "Aku bisa ditolong oleh para
pengemis itu. Bagaimana mungkin aku bisa melarikan diri begitu
saja, sedangkan dia tengah mempertaruhkan jiwanya bertempur
dengan perempuan celaka itu"!"
Si gadis tampak gelisah sekali, tapi dia tidak memaksa lebih jauh.
Sedangkan ke dua orang pengemis yang menjadi kawan Kie Pa
Kay telah memandang pertandingan dengan penuh perhatian.
Sebab mereka melihat Siangkoan Lo Sian memang memiliki
kepandaian yang tinggi. Jika saja Kie Pa Kay terancam bahaya dan
1540 jatuh di bawah angin, mereka berdua akan turun tangan buat
membantunya. Pemuda itu tampaknya memang memiliki hati yang baik, di mana
dia tidak bisa melupakan budi orang, dan tidak bisa menjadi
manusia rendah, meninggalkan para penolongnya di saat para
penolongnya itu tengah menghadapi pertempuran yang hebat.
Dia tidak mau menyingkirkan diri. Si gadis yang mendengar
pernyataan si pemuda, menduga bahwa Tang Kokonya ini
bersungguh-sungguh. Dan ia jadi tambah mencintainya, karena
beranggapan Tang kokonya ini seorang jantan sejati.
Tetapi sebetulnya, dibalik ucapannya yang gagah perkasa itu,
terselip maksud yang licik sekali.
Si pemuda berbaju hitam itu melihat bahwa kepandaian Kie Pa Kay
sangat tinggi sekali. Dalam pertempuran menghadapi Siangkoan
Lo Sian, tidak terlihat tanda-tanda bahwa Kie Pa Kay terdesak atau
jatuh di bawah angin. Dengan demikian terbukti bahwa kepandaian
Kie Pa Kay akan dapat diandalkannya.
Dan kepandaian ke dua kawan Kie Pa Kay itupun merupakan dua
orang pengemis yang sangat tangguh, karena mereka tentunya
sama tingginya memiliki kepandaian seperti Kie Pa Kay. Karena
1541 dari itu, si pemuda berbaju hitam itu telah yakin, jika sampai Kie Pa
Kay terdesak, tentu ke dua kawannya akan maju buat membantui.
Dikeroyok bertiga dengan pengemis itu, jelas Siangkoan Lo Sian
tidak akan sanggup menghadapinya.
Maka pemuda ini yang sebenarnya bernama Sam Lu Tang,
tenang-tenang untuk menyaksikan jalannya pertempuran tersebut,
dia tidak gentar lagi. Diapun merasa kagum dengan kepandaian ke
tiga pengemis tersebut. Jika memang Siangkoan Lo Sian dapat diusir dari tempat itu atau
dirubuhkan, maka ia akan membujuk ke tiga orang pengemis itu,
agar menerima dirinya sebagai murid mereka! Atau setidaktidaknya, Sam Lu Tang berharap bisa diajarkan ilmu yang hebat
dari ke tiga pengemis tersebut.
Kie Pa Kay telah berulang kali mengempos semangatnya,
menyerang semakin hebat. Serangan, yang dilakukan merupakan
pukulan bertubi-tubi, yang selalu mengincar bagian yang
berbahaya di tubuh Siangkoan Lo Sian.
Sedangkan Siangkoan Lo Sian juga berusaha buat menghalau
pukulan tersebut dengan sebaik-baiknya, yang setelah menangkis
dan memunahkan pukulan lawannya, dia akan membalas
1542 menyerang. Karena tampaknya kepandaian mereka memang
berimbang, sehingga mereka dapat bertempur terus tanpa
memperlihatkan tanda-tanda siapa di antara mereka yang akan
rubuh. Dikala itu jelas sekali ke dua kawan Kie Pa Kay sudah tidak sabar,
karena tampaknya mereka sudah ingin cepat-cepat menyelesaikan
pertempuran tersebut. Siangkoan Lo Sian berpikir diam-diam di hatinya: "Hemmmm,
pengemis Kay-pang ini tampaknya bukan lawan yang mudah
kurubuhkan. Biarpun seratus jurus lagi kami bertempur, belum
tentu kami akan dapat menyudahi pertempuran ini dan aku tidak
mungkin dapat merubuhkannya!
"Apa lagi jika ke dua kawannya itu ikut maju mengeroyok!
Hemmmm, hemm?" dilihat demikian, lebih baik-baik aku
mendahului menurunkan tangan maut padanya?"!"
Karena telah berpikir seperti itu, segera juga terlihat tubuh
Siangkoan Lo Sian mengalami perobahan dalam gerakannya.
Tubuhnya mencelat ke sana ke mari seperti juga bayangan, yang
sulit diikuti oleh pandangan mata manusia biasa.
1543 Dia bergerak begitu lincah, setiap kali menghantam dengan
pukulan yang mematikan. Karena Siangkoan Lo Sian telah
mempergunakan ilmu pukulan andalannya, yang selain memang
hebat dan setiap jurusnya mengalami perobahan yang aneh dan
sulit sekali buat diterka, dengan sendirinya telah membuat
lawanmya, yaitu Kie Pa Kay terdesak juga.
Selama belasan jurus, Kie Pa Kay hanya main mundur dan
mengelak saja, karena dia belum bisa memecahkan ilmu pukulan
Siangkoan Lo Sian. Dia mempelajarinya, di mana letak kelemahan
dari ilmu pukulan wanita setengah baya tersebut.
Kemudian setelah lewat lagi lima jurus, cepat sekali dia menyerang
ke arah perut Siangkoan Lo Sian. Biarpun Siangkoan Lo Sian bisa
mengelakkannya, tokh dia terus juga merangsek, selalu mengincar
bagian perut dari wanita setengah baya itu, di bagian tengah itulah
kelemahan dari ilmu pukulan Siangkoan Lo Sian.
Bukan main gusarnya Siangkoan Lo Sian karena penyerangan
yang gencar dari Kie Pa Kay selalu menuju kepada arah tengah
bagian tubuhnya. Dengan demikian gerakannya jadi memperoleh
kesulitan, tidak bisa terlalu lincah dan juga disaat ia selalu harus
dapat menjaga pertahanan dirinya sebaik mungkin.
1544 Hati Kie Pa Kay jadi girang sebab ia melihat bahwa dugaannya
memang benar, di mana dia telah berhasil mendesak lawannya,
sehingga Siangkoan Lo Sian tidak bisa mempergunakan secara
leluasa ilmu pukulan andalannya itu.
Ke dua kawan Kie Pa Kay menyaksikan hal itu, ikut girang. Mereka
telah berseru agar kawannya itu dapat menyudahi pertempuran
tersebut secepat mungkin.
Kie Pa Kay tertawa bergelak, dia memperhebat rangsekannya.
Siangkoan Lo Sian walaupun tengah terdesak, dia bukanlah
seorang berkepandaian rendah, karena dari itu, dia tidak menjadi
gugup. Dia telah menghadapi serangan dan rangsekan lawannya
sebaik-baiknya. Mereka bertempur terus, lebih dari empatpuluh jurus. Sedangkan
Kie Pa Kay berulang kali telah berusaha untuk memukul bagian
yang menentukan, menyerang bagian anggota tubuh yang
mematikan. Juga di waktu itu, Siangkoan Lo Sian sendiri mulai letih, napasnya
memburu dan tenaganya berkurang, di mana wanita setengah
baya itu jika harus bertempur seratus atau duaratus jurus lagi,
niscaya akan menyebabkan dia kehabisan napas dan akhirnya
1545 rubuh sendirinya, walaupun andaikata tidak terkena pukulan
lawan, karena kehabisan tenaga!
Rupanya Siangkoan Lo Sian menyadari akan kelemahannya itu.
Dia mengetahui jika ia kehabisan napas, niscaya dirinya akan
dapat dirubuhkan dengan mudah oleh lawannya. Atau jika
memang dia telah letih, ke dua kawan Kie Pa Kay ikut menerjang
maju, niscaya dia tidak berdaya buat menghadapinya.
Karena menghadapi kenyataan seperti itu sambil bertempur,
Siangkoan Lo Sian juga berpikir untuk mencari jalan keluar
meloloskan diri. Jika mungkin, ia ingin melepaskan diri dari libatan
Kie Pa Kay dan kemudian meninggalkan tempat tersebut?"
Hanya saja kesempatan yang dikehendakinya itu tidak kunjung
datang. Tidak ada lowongan buat dia melepaskan diri dari libatan
pukulan Kie Pa Kay. Karena pengemis itu menyerang dia dengan beruntun. Dan setiap
serangan yang dilakukan oleh Kie Pa Kay merupakan rangkaian
jurus-jurus yang melibatnya terus, sama sekali tidak memberikan
sedikitpun kesempatan kepadanya buat mengelakkan diri.
Siangkoan Lo Sian karena sudah tidak memiliki kesempatan buat
meloloskan diri, maka ia telah mengeluarkan bentakan penuh
1546 amarah, ke dua tangannya pun telah berkelebat-kelebat. Ia pun
berusaha buat menyerang berangkai kepada Kie Pa Kay.
Ke dua orang itu terlibat dalam pertempuran yang semakin lama
semakin seru, sedangkan ke dua orang kawan Kie Pa Kay telah
mengawasi jalannya pertempuran itu dengan mata yang terpentang lebar-lebar dan mereka berwaspada.
Jika memang Kie Pa Kay mengalami ancaman dari Siangkoan Lo
Sian, mereka segera akan turun tangan buat membantuinya.
Hanya saja, disebabkan sejak semula mereka melihat Kie Pa Kay
menang di atas angin, malah tampaknya Siangkoan Lo Sian
terdesak. Disamping itu, memang karena usianya yang telah lanjut itu
membuat Lo Sian tentu tidak bisa bertahan terlalu lama, dan akan
membuatnya letih, berarti ia akhirnya akan kehabisan tenaga,
membuat ke dua kawan Kie Pa Kay jadi tenang. Walaupun
demikian mereka tetap saja bersikap waspada.
Sam Lu Tang telah memandang dengan sorot mata bersinar. Ia
girang sekali, karena ia yakin bahwa Siangkoan Lo Sian akan
dapat dirubuhkan oleh Kie Pa Kay, sedangkan ia memang
mengharapkan sekali pengemis itu, tuan penolongnya, yang
1547 memperoleh kemenangan, agar kelak ia bisa memohon kepadanya buat minta diterima menjadi murid atau setidaktidaknya diajarkan ilmu silat yang tinggi.
Dikala itu Siangkoan Lo Sian merasakan tenaganya semakin
menyusut dan berkurang, karena itu ia juga berpikir keras, ia harus
meloloskan diri. Tidak bisa ia bertempur terus dengan cara seperti
ini. Setelah mengetahui bahwa Kie Pa Kay sengaja melibatnya dalam
pertempuran yang panjang, yang akan menghabisi tenagaaya,
membuat Siangkoan Lo Sian berlaku nekad. Dengan berani, ia
menjejakkan ke dua kakinya, ia mencelat ke tengah udara, dan
waktu terapung di tengah udara, ke dua tangannya menghantam.
Sesungguhnya, jika seseorang tidak dalam keadaan terpaksa
begitu, tentu jarang ada yang mau memakai gerakan terapung
seperti itu. Karena dengan terapung di tengah udara, berarti orang
tersebut "kosong" dan akan dapat diserang dengan mudah oleh
lawannya. Cuma saja, karena Siangkoan Lo Sian memang memiliki
kepandaian yang tinggi. Dia juga membarengi disaat tubuhnya
tengah terapung seperti itu dengan serangan mempergunakan
1548 jurus ilmu silatnya yang ampuh, memaksa Kie Pa Kay melesat
mundur ke belakang buat mengelakkan diri.
Dan mempergunakan kesempatan itulah Siangkoan Lo Sian tahutahu melesat ke kanan. Gerakannya cepat sekali, tubuhnya seperti
kapas ringannya, dan dia telah menjauhi diri dari Kie Pa Kay, malah
ia telah menjejak lagi kakinya begitu kakinya tersebut menyentuh
tanah, sehingga tubuhnya telah melesat lebih jauh, dia bermaksud
menjauhi diri dari lawannya.
Ke dua kawan Kie Pa Kay bermaksud hendak menghalangi,
namun gerakan mereka terlambat, karena Siangkoan Lo Sian telah
melesat jauh, dan

Anak Rajawali Serial Pemanah Rajawali Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

malah ia telah berlari terus dengan
mempergunakan gin-kangnya menjauhi tempat tersebut.
Hanya samar-samar terdengar suara teriakannya itu:
"Suatu waktu nanti Siangkoan Lo Sian akan mencari kalian!
Hemmm, Siangkoan Lo Sian tidak akan menghabisi persoalan ini
sampai di sini saja!"
Dan suara Siangkoan Lo Sian semakin menjauh, sedangkan
tubuhnya akhirnya lenyap dari penglihatan.
1549 Kie Pa Kay tidak mengejarnya, karena memang ia tidak bermaksud
mendesak Siang- koan Lo Sian. Ia beranggapan, antara dirinya
dengan Siangkoan Lo Sian tidak ada hubungan apapun juga, tidak
ada permusuhan. Karena ia hanya bermaksud hendak menolongi
orang belaka, maka Kie Pa Kay tidak bermaksud menanam
permusuhan dengan Siangkoan Lo Sian.
Sam Lu Tang telah menghampiri dengan segera, ia menekuk ke
dua kakinya memberi hormat kepada Kie Pa Kay sambil katanya.
"Terima kasih atas pertolongan locianpwe, jika tidak ada locianpwe
tentu boanpwe telah dibunuh orang she Siangkoan itu!"
Sambil berkata begitu, tampak Sam Lu Tang telah menganggukkan kepalanya beberapa kali, untuk menyatakan
terima kasihnya. Sedangkan si pengemis cepat-cepat membangunkan si pemuda, di mana ia telah perintahkan Sam Lu
Tang agar berdiri dan jangan memakai adat peradatan.
"Sudahlah! Sekarang kau sudah tidak terancam bahaya lagi,
pergilah..........!"
Sambil berkata begitu, tampak Kie Pa Kay melirik kepada si gadis.
Sampai akhirnya ia berpikir sesuatu, karenanya ia bertanya lagi,
"Mengapa kau hendak dibunuh oleh orang she Siangkoan itu?"
1550 Pemuda itu menghela napas, ia berkata:
"Sebetulnya, Siangkoan Lo Sian adalah seorang yang berpengaruh di tempat ini, di mana ia menjagoi. Tidak boleh ada
seorangpun yang dapat membantah perintahnya!
"Aku kebetulan berhubungan rapat dengan nona ini, dan ia
melarangnya, karena memang Siangkoan Lo Sian bermaksud
menjodohkan keponakannya dengan nona tersebut?".
"Kami masih berhubungan diam-diam. Karena dari itu, ia
bermaksud membunuhku, dianggapnya bahwa aku telah meremehkan larangannya?" Untung saja ada locianpwe yang
telah menolongi. Jika tidak tentu aku telah membuang jiwa dengan
konyol!" Lebih jauh pemuda itu telah menjelaskan, sebetulnya ia bernama
Sam Lu Tang, dan si gadis yang bernama Thio Lin Kui. Mereka itu
memang telah berhubungan dengan rapat selama setahun lebih.
Tapi justeru Siangkoan Lo Sian yang memiliki seorang keponakan
laki-laki, yang berusia duapuluh lima tahun dan memiliki
kepandaian yang cukup tinggi, bermaksud hendak menjodohkan
keponakannya dengan Thio Lin Kui.
1551 "Hanya saja sayangnya keponakan Siangkoan Bu itu seorang yang
ceriwis dan tidak boleh melihat pipi licin, selalu mengganggu
wanita. Mengetahui tabiat buruk dari pemuda itu, tentu saja Thio
Lin Kui telah menolaknya, terlebih lagi memang ia pun telah
mencintai Sam Lu Tang itu.
Demikianlah, disebabkan Siangkoan Lo Sian merupakan orang
yang sangat berpengaruh di kota mereka, karena itu pula membuat
Sam Lu Tang dan Thio Lin Kui, jadi ketakutan.
Mereka tidak berani terang-terangan untuk menjalin hubungan
mereka. Maka Sam Lu Tang selalu mengunjungi kekasihnya
secara diam-diam di kelarutan malam.
Giok Hoa yang mendengar keterangan seperti itu baru mengerti,
diam-diam dia mengangguk-anggukan kepalanya beberapa kali.
Kie Pa Kay dan ke dua orang pengemis lainnya juga mengangguk,
lalu Kie Pa mementangkan Kay berkata: pengaruhnya "Siangkoan dengan Lo Sian hendak sewenang-wenang. Sungguh tidak memandang semua orang rimba persilatan lainnya!
"Bagaimana mungkin dia bisa mempergunakan cara memaksa
seperti itu untuk menjodohkan keponakannya! Hemm, dia memang
pantas jika dihajar!"
1552 "Sayang kepandaian boanpwe sangat rendah sekali. Jika tidak,
tentu boanpwe akan dapat menghadapinya dengan baik!" berkata
Sam Lu Tang kemudian dengan suara memelas.
"Dan juga, jika saja Boanpwe memperoleh seorang guru yang
pandai, sehingga bisa mendidik boanpwe mempelajari ilmu silat
yang tinggi, tentu boanpwe tidak akan dihina seperti sekarang
ini?"!" Setelah berkata begitu, tampak Sam Lu Tang menghela
napas beberapa kali, mukanya sangat guram.
Sedangkan Kie Pa Kay tertawa, ia bilang: "Engkau bisa memiliki
kepandaian yang tinggi jika saja engkau rajin dan tekun
mempelajari ilmu silatmu! Sekarang ini aku lihat kepandaian yang
kau miliki juga tidak terlalu rendah?"!"
Sam Lu Tang telah mengangkat kepalanya, dia berkata dengan
suara yang memelas: "Jika memang locianpwe tidak keberatan,
boanpwe ingin sekali menerima petunjuk dari locianpwe!"
Kie Pa Kay tertawa terbahak-bahak.
"Kau ingin agar aku mengajari engkau beberapa jurus ilmu silat?"
"Ya!" mengangguk Sam Lu Tang.
1553 "Hemmm, untuk itu mudah saja!" kata Kie Pa Kay, "Memang aku
melihat engkau memiliki bakat yang baik dan juga tampaknya
semangatmu tinggi. Aku bersedia buat menurunkan beberapa
jurus kepandaian kepadamu?"."
"Tunggu dulu! Kau tertipu oleh kentut busuk bocah setan itu!"
Tiba-tiba terdengar suara bentakan, diiringi dengan tertawa yang
nyaring sekali, membuat sesama orang yang berada di tempat itu,
termasuk Kie Pa Kay, terkejut bukan main. Malah di waktu itu
disusul dengan berkelebatnya sesosok bayangan yang gesit
sekali, sehingga tidak bisa dilihat dengan jelas, dan tahu-tahu telah
berada di depan Kie Pa Kay.
Tentu saja semua orang kaget, itulah ilmu meringankan tubuh yang
sangat tinggi, di mana orang itu dapat bergerak begitu ringan dan
cepat sekali, membuat ia seperti juga gumpalan awan saja, dan
malah tahu-tahu, tanpa mengeluarkan suara sedikitpun juga, ia
telah berada di depan Kie Pa Kay.
Sedangkan Kie Pa Kay dan ke dua pengemis lainnya, waktu
melihat jelas orang di depan mereka, tambah kaget tidak terkira,
sepasang mata mereka terpentang lebar-lebar, dan muka mereka
1554 berobah. Orang itu, seorang pengemis tua dengan bambu hijau di
tangannya berdiri sambil memperdengarkan suara tertawa dingin.
Cepat-cepat, tanpa berayal lagi, Kie Pa Kay dan ke dua orang
pengemis lainnya telah menekuk ke dua kaki mereka, memberi
hormat dengan berlutut kepada pengemis tua itu.
"Thio Tiang-lo?"!" kata mereka bertiga hampir berbareng. "Kami
menanyakan kesehatan Tiang-lo!"
Pengemis tua itu ternyata bukan lain dari Thio Kim Beng. Ia tertawa
bergelak-gelak. Sedangkan Giok Hoa dari tempat persembunyiannya, jadi panas
hatinya. Itulah pengemis tua yang telah memancing keluar dari
kamarnya, bahkan telah menggondol buntalannya, karena di waktu
itu, setelah mengawasi sekian lama, Giok Hoa bisa terlihat di
punggung Thio Kim Beng, tergemblok buntalannya!
Belum lagi Gok Hoa melompat keluar buat mendamprat pengemis
tua itu, di saat itu Thio Kim Beng justeru telah menoleh ke arah
tempat di mana Giok Hoa bersembunyi, malah disusul dengan
tertawanya dan kata-katanya:
1555 "Nona, mengapa kau masih tidak mau keluar" Apakah sampai mau
diseret keluar baru akan memperlihatkan diri?"
Kie Pa Kay dan yang lainnya jadi saling pandang dengan heran,
karena mereka tidak mengetahui bahwa di tempat itu bersembunyi
seorang lainnya. Giok Hoa yang memang tengah bersiap-siap hendak melompat
keluar dari tempat bersembunyinya itu, telah menjejakkan ke dua
kakinya. Tubuhnya melesat dengan cepat sekali.
Belum lagi kedua kakinya hinggap dan berdiri tetap, ia sudah
mementang mulutnya: "Pengemis tua yang busuk! Mengapa
engkau mencuri barang-barangku" Cepat kau kembalikan?"
Thio Kim Beng tertawa bergelak lagi, ia bilang dengan suara yang
sabar: "Sabar! Sabar!! Mengapa begitu muncul engkau telah
menuduhku sebagai pencuri" Dengarkanlah dulu baik-baik?"
Jangan terburu napsu?"!"
Giok Hoa menuding kepada Thio Kim Beng dengan muka yang
merah padam, dia pun telah mencabut keluar pedangnya karena
ia benar-benar mendongkol sekali, di mana ia bersiap-siap hendak
menerjang kepada Thio Kim Beng yang dianggapnya sebagai
1556 pengemis tua yang telah mempermainkannya. Justeru Giok Hoa
kuatir ia akan kehilangan jejak pengemis tua itu lagi.
"Kau pengemis busuk, yang tidak tahu malu. Engkau telah
memancing aku meninggalkan kamar, kemudian engkau menggasak barang-barangku?"
"Sekarang kau hendak memutar lidah dan tidak mau mengembalikan cepat-cepat barang nona mudamu?" Apakah
engkau mau menunggu sampai lehermu itu kutabas putus"!"
Sambil berkata begitu, tampak Giok Hoa mengibaskan pedangnya,
sampai memperdengarkan suara mendengung. Di samping itu
berkelebat sinar putih keperak-perakkan, di mana pedangnya itu
merupakan sebatang pedang mustika yang baik sekali.
Kie Pe Kay melihat Tiang-lonya dibentak-bentak seperti, jadi tidak
senang. Ia melangkah maju ke depan, dan telah membentak
kepada Giok Hoa dengan sepasang mata yang dipentang lebar, ia
bilang: "Hemmm, hati-hati dengan mulutmu, nona....... inilah Thio Tiang-lo
kami, yang sangat kami hormati, di mana jika memang Tiang-lo
menghendaki jiwamu itu sama mudahnya dengan membalik
telapak tangannya!" 1557 Sambil berkata begitu, tampak Kie Pa Kay bersiap-siap hendak
maju ke depan, guna mewakili Tiang-lonya menghadapi si gadis.
Tapi Thio Kim Beng sambil tertawa tawar, dia memberikan isyarat
kepada Kie Pa Kay dan ke dua pengemis lainnya agar tidak
mencampuri urusan itu. Ia juga mengibaskan bambu hijau di
tangannya sehingga berkelebat sinar hijau.
"Nona yang tidak berbudi!" katanya kemudian dengan suara yang
tawar. "Hemm, aku si pengemis tua yang belum lagi mau mampus
ini bersusah payah telah menolongi engkau, tetapi engkau ternyata
bukannya berterima kasih malah telah menuduhku sebagai
pencuri! Baiklah! Aku akan membuka kartunya!"
Berkata sampai di situ, tahu-tahu tubuh Thio Kim Beng melesat
gesit sekali dia juga menyambungi perkataannya: "Hendak kabur
ke mana kau?" Giok Hoa menduga pengemis tua ini hendak menyerangnya. Dia
bersiap-siap menyambutnya dengan pedang di lintangkan di
depan dadanya. Tapi ternyata Thio Kim Beng bukan menyerang kepadanya, hanya
saja tampak ia telah melesat ke samping, kepada Sam Lu Tang, di
mana tangan kanan dari Thio Kim Beng mudah sekali menjambak
1558 baju di punggung pemuda itu. Dan ia menghentaknya, sampai
tubuh Sam Lu Tang terlempar ke tengah udara, lalu terbanting di
atas tanah dengan keras! Ternyata Sam Lu Tang bermaksud melarikan diri, di kala pengemis
tua she Thio itu bercakap-cakap dengan Giok Hoa. Ia hendak
mempergunakan kesempatan tersebut untuk menyingkir secara
diam-diam. Tadi waktu melihat datangnya Thio Kim Beng, muka Sam Lu Tang
berobah hebat. Sedangkan waktu itu ia memang sudah berpikir
untuk melarikan diri meninggalkan tempat itu.
Dia melirik kepada si gadis, Kui-moy atau adik Kui nya, ia tidak
mengatakan apa-apa, karena si gadis waktu itu tengah mengawasi
Thio Kim Beng penuh perhatian. Ia kagum dan takjub melihat ginkang Thio Kim Beng yang begitu sempurna.


Anak Rajawali Serial Pemanah Rajawali Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Di waktu itu tampak Giok Hoa telah muncul, membuat muka Sam
Lu Tang berobah semakin pucat, dan tubuhnya agak menggigil,
rupanya ia ketakutan bukan main. Ia semakin cepat bergerak untuk
menyingkirkan dirinya dengan diam-diam meninggalkan tempat
tersebut. 1559 Siapa tahu bahwa Thio Kim Beng telah mengawasi setiap gerakgerik pemuda itu. Dan dikala Sam Lu Tang hendak angkat kaki, di
waktu itulah ia bergerak untuk membekuk?nya. Malah dia telah
melemparkan pemuda itu sampai terbanting di tanah, membuat
mata Sam Lu Tang berkunang-kunang dan kepalanya pusing,
sementara waktu ia tidak bisa segera bangkit berdiri.
Giok Hoa dan yang lainnya tidak mengerti apa yang tengah terjadi
ini. Karena mereka tidak mengerti mengapa Thio Kim Beng justeru
mencekuk pemuda she Sam itu dan telah membantingnya,
sedangkan waktu itu mereka telah membicarakan urusan
pencurian buntalan Giok Hoa, yang dituduh oleh si gadis dilakukan
oleh Tiang-lo Kay-pang she Thio tersebut.
Thio Lin Kui menjerit dan melompat turun berusaha membantui
Sam Lu Tang untuk bangun.
"Tang Koko?" kau?" kau tidak apa-apa"!" tanya si gadis
dengan suara mengandung kekuatiran yang sangat.
Sam Lu Tang menggeleng-gelengkan kepalanya yang pusing
bukan main, matanya juga berkunang-kunang masih gelap. Ia
telah bilang perlahan tidak lancar: "Dia".. dia".. pengemis jahat,
cepat kau pergi meninggalkan aku di sini, cepat kau loloskan diri!"
1560 Tapi Thio Lin Kui menggeleng.
"Tidak!" katanya. Malah si gadis telah bangun dan bertolak
pinggang, berdiri dengan mata mendelik menghadapi Thio Kim
Beng. "Pengemis busuk, mengapa kau menganiaya Tang Koko"!"
bentaknya berani dan nekad, walaupun ia mengetahui bahwa
pengemis tua ini sangat dihormati oleh Kie Pa Kay dan ke dua
pengemis lainnya itu........ "Tidak hujan tidak angin engkau telah
melontarkan dan menganiaya Tang Koko! Di manakah keadilan?"
Thio Kim Beng tersenyum, dia bilang: "Nona, selama ini engkau
telah menjadi korban kelicikannya pemuda busuk itu!"
"Menjadi korkan kelicikan Tang Koko" Apa maksudmu" Hemmmm, engkau jangan bicara sembarangan!" bentak Thio Lin
Kui bertambah marah. Waktu itu Thio Kim Beng menoleh kepada Giok Hoa, ia bilang:
"Inilah penjahat yang malam itu kuhajar?" hemmm, dia bukan
pemuda baik-baik, dia seorang Jai-hwa-cat, seorsng pemetik
bunga?"!" 1561 Semua orang kaget. Termasuk Kie Pa Kay sampai pengemis ini
dan ke dua pengemis Kay-pang lainnya menatap kepada Sam Lu
Tang dengan tertegun. Pemuda itu telah dapat merangkak berdiri, ia cepat-cepat bilang:
"Bohong".. apa yang dikatakannya dusta besar.......... semua itu
bohong belaka!" Kie Pa Kay menyadari, yang bicara adalah Tiang-lo mereka, dan
tidak mungkin Tiang-lo mereka, dengan kedudukannya yang
begitu terhormat, akan menuduh tanpa bukti dan sembarangan
memfttnah. Karenanya Kie Pa Kay jadi marah mendengar perkataan Sam Lu
Tang tahu-tahu tubuhnya telah melesat berada di samping Sam Lu
Tang, tangan kanannya, bergerak, terdengar suara "Ploookkk,"
yang nyaring sekali. Muka Sam Lu Tang bengap, dia terjungkal bergulingan di tanah.
Waktu dia merangkak bangun, mulutnya pecah mengeluarkan
darah, sedangkan giginya telah rontok tiga.
"Mulutmu jangan kurang ajar, bocah!" bentak Kie Pa Kay dengan
suara bengis. 1562 "Aduhhh........ aduhhh"..!" merintih Sam Lu Tang kesakitan.
Sedangkan Thio Lin Kui jadi bingung dan berkuatir sekali, dia telah
menubruk Tang Kokonya itu dan juga memaki kalang kabutan:
"Kalian kaum pengemis, kalian bertindak sewenang-wenang?"
kalian bukan manusia-manusia baik".. Kalian manusia-manusia
busuk?".!" Thio Kim Beng menghela napas, dia bilang, "Nona, tahukah
engkau, bahwa dia sesungguhnya hendak memperkosamu pada
malam itu" Dia ingin mempergunakan asap pulas untuk membuat
engkau tidak sadarkan diri.
"Untung saja aku telah menyaksikan perbuatannya, sehingga aku
dapat menghajarnya dan menggagalkan niat busuknya itu!
Hemmmm........ jika saja memang engkau tidak mengucapkan
terima kasih, berarti engkau seorang yang tidak kenal budi!"
Giok Hoa memandang bingung sejenak. Namun akhirnya ia
bimbang, ia menoleh kepada Sam Lu Tang.
"Benarkah apa yang dikatakannya itu"!" bertanya Giok Hoa.
"Bohong?" semua itu bohong.........."!" Sam Lu Tang berusaha
untuk menyangkalnya. 1563 Muka Thio Kim Beng berobah, dia bilang: "Bagus bocah, kau masih
berani menyangkal! Baik! Aku ingin melihat, sampai di mana
nyalimu itu, sehingga engkau berani menyangkal atas perbuatan
busukmu itu!" Setelah berkata begitu, dengan muka bengis, Thio Kim Beng
menghampiri, setelah dekat, tahu-tahu tangan kanannya bergerak
menotok jalan darah Kie-bun di dekat ketiak dari pemuda she Sam
tersebut. Segera Sam Lu Tang menderita kesakitan luar biasa. Totokan itu
membuat sekujur tubuhnya sakit seperti ditusuki ribuan jarum.
Dia merintih, keringat telah mengucur deras dari sekujur tubuhnya.
Di saat itulah, Thio Kim Beng telah berkata dengan suara yang
dingin: "Hemmm, sekarang engkau hendak mengakuinya atau
tidak!?" Sedangkan Thio Lin Kui menjerit-jerit menangis dengan marah:
"Kau?" kau pengemis tua yang busuk, mengapa engkau
menyiksa Tang Koko demikian rupa?"?"
Tapi waktu Thio Lin Kui berkata begitu, justeru Sam Lu Tang sudah
tidak dapat lagi menahan penderitaannya, siksaan yang 1564 menderanya hebat sekali. Dengan menotok jalan darah Kie-bun
seperti itu, Thio Kim Beng membuat pemuda itu menderita
kesakitan yang jauh lebih hebat dibandingkan disayat-sayat
dengan pisau. Muka pemuda itu berobah pucat, tubuhnya menggigil keras, ia pun
sudah berkata dengan suara terbata-bata: "Ya, ya.......... aku
mengakuinya?"!"
"Apa yang kau akui!?" tanya Thio Kim Beng sambil memperdengarkan suara tertawa dingin.
"Aku?" aku bermaksud hendak?" hendak menodai kesucian
nona itu?"!" menyahuti Sam Lu Tang dengan suara terbata-bata
tidak lancar. "Tolong?" tolong kau bebaskan aku dari
totokanmu..... aku".. aduhhhh..... aku tidak kuat........!"
"Bagus!" berseru Thio Kim Beng. "Sekarang engkau telah
mengakui apa yang hendak kau perbuat. Sekarang kau jawab lagi
pertanyaanku, jika memang engkau mengakuinya dengan jujur,
aku akan segera membebaskan engkau dari totokan itu!"
"Ya, ya....... aku akan menjawabnya dengan jujur!" jawab Sam Lu
Tang. 1565 "Apa pekerjaanmu selama ini"!"
"Aku".. aku.......... aku hanya seorang pemuda pelajar dan
mengerti ilmu silat sedikit- sedikit. Aku berusaha bekerja sebagai
seorang piauw-su?".!"
Mata Thio Kim Beng mendelik.
"Pemuda tidak kenal mampus, bocah busuk berlidah bercambang!
Engkau masih hendak berdusta"!"
Dia setelah berkata begitu, segera tangan kanan Thio Kim Beng
menotok lagi beberapa jalan darah di tubuh pemuda she Sam
tersebut, maka seketika tubuh pemuda itu menggelinjang sambil
meraung-raung. Menyaksikan penderitaan Sam Lu Tang itu, rupanya Thio Lin Kui,
tidak bisa menahan diri. Sambil menangis dia menjerit-jerit ia telah
berusaha menerjang kepada Thio Kim Beng.
Dia berteriak-teriak: "Pengemis busuk, ayo kau bebaskan Tang
Koko dari siksaanmu?" apakah engkau sudah tidak takut pada
undang-undang negara"!"
1566 Tetapi Thio Kim Beng tidak mau diganggu oleh gadis itu. Ia
mengibaskan tangannya, jalan darah si gadis tertotok, tepatnya
jalan darah yang membuatnya tidak bisa bergeming lagi, tubuhnya
telah terjungkal dan rebah diam di atas tanah.
Thio Kim Beng dengan muka yang bengis bertanya kepada Sam
Lu Tang: "Aku memberikan kesempatan kepadamu hanya
beberapa detik. Jika engkau masih tidak mau mengakui terus
terang apa yang selama ini kau lakukan, hemmm, hemmm, aku
akan mengirim engkau ke akherat.....!"
Sam Lu Tang ketakutan, ia mengetahui bahwa si pengemis tua ini
tegas dan ancamannya itu bukan ancaman kosong belaka.
Karenanya ia ketakutan sekali ia berkata:
"Baik! Baik! Aku akan mengakuinya! Aku memang sering
melakukan perbuatan mesum itu, aku sering merusak kehormatan
gadis-gadis dan wanita...... dan aku..... aku seorang pemuda
bejat.....!" Mendengar pengakuan pemuda she Sam sampai di situ, segera
juga Giok Hoa menggerakkan pedangnya. Ia ingin menabas putus
batang leher pemuda itu. 1567 Dalam keadaan seperti itu, Thio Kim Beng yang memang memiliki
mata sangat tajam, telah dapat melihatnya. Dengan gerakan yang
sangat cepat ia mencekal tangan si gadis, sehingga pedang itu
tidak dapat meluncur terus.
"Jangan......! Biarkan dia hidup!" kata Thio Kim Beng kemudian.
Sesungguhnya Kie Pa Kay waktu itu bertiga dengan ke dua
pengemis lainnya, jadi murka bukan main. Mereka mengetahui
bahwa Sam Lu Tang yang baru saja mereka tolongi dari Siangkoan
Lo Sian, ternyata merupakan seorang pemuda bejat yang tidak
tahu malu, yang seringkali merusak kehormatan seorang wanita.
Karena dari itu, merekapun menyesal dan malu, bahwa mereka
telah diakali dan ditipu oleh pemuda itu. Karenanya merekapun
bermaksud hendak menghajarnya.
Tapi melihat Tiang-lo mereka telah menahan si gadis, Giok Hoa,
agar tidak menabaskan pedangnya, mereka tersadar bahwa
persoalan pemuda she Sam tersebut sekarang memang telah
berada di tangan Tiang-lo mereka. Maka ke tiga pengemis itu
berdiam diri saja, cuma mata mereka yang memandang mendelik
kepada Sam Lu Tang, dengan pancaran sinar mata mengandung
kemarahan yang sangat. 1568 Sam Lu Tang ketakutan bukan main, dengan menangis ia
menghiba-hiba: "Ampunilah aku?" aku berjanji bahwa kelak aku
akan merobah kelakuan burukku ini. Aku tidak akan melakukan
pekerjaan hina itu lagi.......!"
Sambil berkata begitu, ia mengerang kesakitan karena totokan
pada beberapa jalan darahnya belum lagi dibuka oleh Thio Kim
Beng. Sedangkan Thio Kim Beng tertawa dingin katanya: "Hemmm,
pemuda bejat seperti engkau jika dibiarkan tentu merupakan
ancaman yang tidak kecil buat kaum wanita, juga akan
mendatangkan malapetaka bagi gadis-gadis yang lemah?".!"
"Tapi aku bersumpah locianpwe..... aku akan merobah kelakuanku!" menangis Sam Lu Tang dan ia juga kemudian
merintih. Muka Giok Hoa merah padam, karena ia marah sekali mendengar
dirinya hampir saja diasap pulasan oleh pemuda itu, yang
mengandung maksud hendak memperkosanya.
Thio Kim Beng telah tertawa dia bilang, "Baiklah, aku bersedia buat
mengampuni kau!" 1569 "Manusia seperti dia tidak perlu dibiarkan hidup terus!" berkata
Giok Hoa dengan marah. Thio Kim Beng tersenyum. "Ya, memang dia seharusnya tidak perlu dibiarkan hidup terus.
Biarlah kali ini, aku akan mengampuninya!"
Setelah berkata begitu, tampak tangan kanan si pemuda tua she
Thio tersebut telah bergerak, mencengkeram pundak kiri dan
kanan pemuda itu. Sam Lu Tang meraung kesakitan, tubuhnya bergulingan, dan
sepasang tangannya seketika lemas dan tidak memiliki tenaga,
karena dia selanjutnya menjadi manusia bercacad, di mana dia
sudah tidak memiliki tenaga dalam. Sebab seluruh kepandaiannya
telah dipunahkan. Dengan demikian membuat dia selanjutnya hanyalah merupakan
pemuda yang lemah. Dan jika ia mempelajari lagi ilmu silat, tentu
dia tidak akan berhasil, karena ke dua tulang piepenya telah
dihancurkan. Jelas, seorang manusia tanpa tulang piepe yang
utuh, ia tidak punya lagi?"!"
1570 Di waktu ita tampak Thio Kim Beng sambil tertawa tawar berkata:


Anak Rajawali Serial Pemanah Rajawali Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Baiklah, sekarang kau boleh pergi?"!"
Sambil berkata begitu, tongkat bambu hijaunya bergerak, dimana
dia telah membuka totokan pada tubuh Sam Lu Tang, dan pemuda
itu terjungkal. Dengan terseok-seok kemudian dia meninggalkan
tempat tersebut. Sedangkan Thio Lin Kui juga telah dibuka totokan pada jalan
darahnya, sambil menangis gadis itupun telah pergi! Betapa
kecewa hatinya setelah mendengar sendiri pengakuan dari Tang
Kokonya yang sesungguhnya sangat dicintainya.
Dikala itu Giok Hoa menghela napas, dia bilang: "Locianpwe, kalau
begitu maafkanlah..... karena memang boanpwe yang telah salah
menduga yang benar tentang locianpwe!"
"Kau tidak perlu meminta maaf kepadaku!" kata si pengemis tua
itu. "Karena memang sesungguhya aku mempermainkan engkau!
Namun, karena sifat jailku itu, telah membuat akupun memiliki
kesempatan buat menolongi engkau, menggagalkan maksud
busuk dari pemuda she Sam itu!"
"Sesungguhnya, apa yang terjadi?" tanya si gadis itu kemudian.
1571 Thio Kim Beng tidak keberatan menceritakannya. Sedangkan Kie
Pa Kay bersama ke dua pengemis Kay-pang yang lainnya telah
mendengarkan juga. "Y" Sebetulnya, memang Thio Kim Beng telah mendengarnya, bahwa
di kota tersebut sering kali terjadi gangguan yang sangat
mengerikan di mana seorang Jai-hwa-cat berkeliaran. Banyak
sekali merusak kehormatan gadis-gadis dan wanita isteri orang.
Dengan demikian penduduk seringkali diliputi perasaaa takut yang
bukan main. Jai-hwa-cat itu juga seorang yang memiliki gin-kang atau ilmu
meringankan tubuh yang cukup tinggi, karena dia bisa bergerak
dengan lincah di atas genting rumah penduduk. Di samping itu
juga, setiap kali ingin mencelakai korbannya, mempergunakan
semacam obat asap hio pulas, sehingga dia bisa dapat
melaksanakan maksud buruknya itu dengan mudah.
Dan juga, di malam itu, Thio Kim Beng bermaksud hendak mencari
Jai-hwa-cat itu. Namun ia tidak mengetahui, di mana tempat
berdiamnya manusia busuk itu.
1572 Kebetulan sekali, dikala ia hendak mempermainkan si gadis, ia
melihat seorang pemuda tengah berlari-lari dengan gesit di atas
genting rumah penduduk. Pemuda itu mendatangkan kecurigaan
di hati pengemis tua itu, yang segera mengikutinya secara diamdiam.
Pemuda itu telah hinggap di sisi kamar rumah penginapan Giok
Hoa. Setelah mengintai ia juga telah mengeluarkan sesuatu, lalu
membakarnya, sehingga tersiar asap yang menyiarkan harum
semerbak. Thio Kim Beng seketika tersadar, bahwa Jai-hwa-cat yang hendak
dicarinya, tidak lain adalah si pemuda. Sungguh sangat kebetulan
sekali, pemuda itu telah menampakkan dirinya. Maka dengan
segera ia mengambil sebutir batu, dan menimpuknya, sehingga hio
di tangan pemuda itu jatuh dan apinya padam.
Tangan pemuda itu kesemutan dan cepat-cepat karena kaget, dia
melarikan diri. Dia berusaha meninggalkan tempat itu.
Namun, tampak Thio Kim Beng mengejarnya, membuat dia panik
sekali, apa lagi memang di waktu itu Thio Kim Beng dapat
mengejarnya dengan pesat sekali.
1573 Sayangnya Thio Kim Beng melihat jendela kamar Giok Hoa
terbuka dan melesat keluar sesosok bayangan. Itulah si gadis
sendiri, yang malah telah mengejar Thio Kim Beng, membuat
pengemis tua ini segera merobah pikirannya.
Dia tidak mengejar terus Jai-hwa-cat itu, malah Thio Kim Beng
telah mengalihkan arah larinya. Dia memancing si gadis
mengejarnya jauh sekali di luar kota.
Kemudian si pengemis telah merobah arah larinya, dia meninggalkan Giok Hoa, berlari ke rumah penginapan dan
mengambil buntalan si gadis. Dia melakukan semua ini, selain
hendak mempermainkan Giok Hoa, iapun hendak memberikan
pelajaran kepada gadis itu, agar di lain waktu ia bersikap hati-hati.
Dengan terkena pancingan itu dan main keluar dari kamar dan
mengejar lawan, tanpa memperdulikan keadaan di dalam
kamarnya, tentu akan dapat mempermudah penjahat mengambil
barangnya. Tetapi siapa sangka, justeru Giok Hoa menduga bahwa Thio Kim
Beng memang sengaja memancingnya untuk dapat mencuri
barang-barangnya. 1574 Pada malam itu, Thio Kim Beng pun telah melihat si gadis keluar
dari rumah penginapan. Ia mengintai dan mengikuti diam-diam
saja. Di dalam hati Thio Kim Beng mentertawai gadis tersebut.
Waktu itu, kebetulan pula Thio Kim Beng melihat pemuda yang
diduga adalah si Jai- hwa-cat, dia jadi girang, terlebih lagi memang
Giok Hoa telah mengikuti pemuda itu terus, maka pengemis tua ini
berpikir, jika telah tiba waktunya, dia hendak turun tangan buat
membekuk dan memberikan hajaran kepada maling pemetik
bunga itu. Sedangkan ketika Siangkoan Lo Sian bertempur dengan Kie Pa
Kay, dia sudah bermaksud hendak keluar dari tempat persembunyiannya, dia ingin menyelesaikan persoalan tersebut.
Siapa sangka, justeru di waktu itu memang rupanya Siangkoan Lo
Sian tidak bisa bertahan terus buat menghadapi lawannya, dia
telah meninggalkan tempat itu!
Waktu melihat pemuda itu pandai mengambil hati dan membuat
Kie Pa Kay malah bersedia hendak mengajarkannya beberapa
jurus ilmu silatnya Thio Kim Beng segera merasa bahwa dia tidak
boleh berlaku ayal dan terlambat. Karena jika sampai pemuda itu
diajarkan ilmu kepandaian Kie Pa Kay, niscaya akan membuat
segalanya terlanjur. 1575 Diapun kuatir kalau-kalau pemuda itu akan terlepas dari tangannya
lagi. Maka dia segera menampakkan dirinya.
Maka semua urusan yang menyangkut dengan diri Sam Lu Tang
telah dapat dibereskan. Giok Hoa setelah mendengar cerita Thio Kim Beng, jadi menghela
napas dalam-dalam. Dia membungkukkan tubuhnya memberi
hormat waktu menyambuti buntalannya yang dikembalikan oleh
Thio Kim Beng, diapun mengucapkan terima kasihnya.
Sedangkan Thio Kim Beng telah bilang. "Jika di lain saat, engkau
harus lebih berhati-hati nona?"!" kata Thio Kim Beng
menasehatinya. Si gadis mengiyakan dan mengucapkan terima kasihnya lagi.
Di waktu itu, Kie Pa Kay bertiga telah meminta pengampunan dari
Tiang-lo mereka, karena justeru mereka telah salah dalam
membantu dan menolongi orang. Rupanya orang yang mereka
tolongi itu tidak lain dari seorang pemuda bejad yang tidak
bermoral! Dan mereka bertiga berjanji akan mencari Siangkoan Lo
Sian, guna meminta maaf padanya.
1576 Senang dan puas Thio Kim Beng mendengar ke tiga pengemis itu
berjanji seperti itu dan dia tidak menegurnya lagi. Begitulah,
mereka telah berpisah. Dan Thio Kim Beng mengirim salam buat Ko Tie, agar Giok Hoa
menyampaikan pesannya, supaya pemuda itu bersikap lebih hatihati, walaupun kepandaian Ko Tie tinggi, tokh ia masih kurang
pengalaman. Giok Hoa tertawa melihat sikap jenaka Kim Beng, ia bilang:
"Locianpwe, kau menguatirkan kami, tapi engkau mempermainkan
kami! Tentunya dalam perjalanan kami ini lebih baik lagi jika saja
locianpwe mau mencampurinya!" Maksud Giok Hoa ialah Thio Kim
Beng melindungi mereka secara diam-diam.
Thio Kim Beng mengerti maksud si gadis, dia tertawa.
"Budak setan, engkau mungkin menyangka aku kebanyakan waktu
buat kalian, heh?" Dan setelah berkata begitu, Thio Kim Beng
menjejakkan ke dua kakinya, tubuhnya melesat, dalam sekejap
mata saja telah lenyap dari pandangan mata.
Giok Hoa masih berdiri tertegun melihat kepandaian pengemis tua
itu. 1577 Sedangkan Kie Pa Kay bertiga juga sudah berlalu.
Giok Hoa kembali ke rumah penginapan, ia menceritakan kepada
Ko Tie apa yang telah dialaminya.
Dan Ko Tie tertawa sambil katanya: "Anak nakal, kau mencari
penyakit sendiri! Beruntung ada Thio locianpwe, jika tidak?"
"Jika tidak kenapa?" kata Giok Hoa manja, timbul sikap alemannya.
"Jika tidak, tentu engkau tidak akan memperoleh kembali
buntalanmu itu," menyahuti Ko Tie.
Giok Hoa cemberut, namun dia bilang: "Engkau yang tidak bisa
melindungi aku!" "He, he, he, aku melindungi kau sebaik mungkin!" kata Ko Tie.
"Tentunya akupun akan melindungimu, asal engkau tidak menjadi
anak yang nakal!" Mulut Giok Hoa dimonyongkan, ia tampaknya manja sekali dan
aleman, dia bilang tidak mau kalah: "Sudah! Sudah! Beruntung aku
memperoleh kembali buntalanku ini".. hemmmm, engkau hanya
bisa mempermainkan aku!"
Ko Tie hanya tertawa. 1578 "Walaupun bagaimana, semua ini ada baiknya juga, di mana
sebagai pelajaran yang berharga buat kita, agar dilain waktu kita
bersikap lebih hati-hati dan waspada.....!"
Giok Hoa berdiam diri saja, kemudian ia bilang, hari telah malam
dan ia kembali ke kamarnya, buat tidur.
"Y" Keesokan harinya mereka melanjutkan perjalanan, di mana
mereka mengambil arah ke Utara.
Wakta itu hujan salju turun cukup lebat karena sudah memasuki
musim dingin dan hampir tiba harian Tahun Baru.
Ko Tie dan Giok Hoa masing-masing menunggang kuda mereka
perlahan-lahan. Yang satu berpakaian sebagai seorang pelajar,
tampan sekali, sedangkan yang seorangnya adalah searang gadis
yang cantik jelita. Mereka berpakaian sebagai pemuda dan pemudi dari golongan
hartawan. Dengan melintasi jalan kecil, mereka telah sampai di
jalan besar. 1579 Sudah dua hari salju berhenti turun, hawa udara tetap dingin. Dan
hanya sekali-sekali masih turun salju, dalam waktu yang tidak
begitu lama. Jalanan pun basah, dari itu sepatu dan kaus kaki
mereka jadi demak. Terlebih lagi, dikala mereka melanjutkan perjalanan ini, salju telah
turun, sehingga pakaian mereka pun basah. Mereka melanjutkan
perjalanan, karena waktu di rumah penginapan salju sudah
berhenti turun, dan mereka menduga bahwa hujan salju memang
telah berhenti dan tidak akan turun hujan lagi.
Ko Tie dan Giok Hoa menuju kecamatan Kie-koan. Di sepanjang
jalan mereka menemui orang-orang yang pergi menjenguk sanak
famili, guna memberi ucapan selamat tahun baru, dari itu jalanan
ramai karenanya. Itulah disaatnya tahun baru yang dirayakan oleh
seluruh rakyat di daratan Tiong-goan.
Terkadang juga, lewat orang rimba persilatan, yang melarikan
kudanya keras-keras, akan tetapi tidak ada yang menduga atau
mencurigai Ko Tie dan Giok Hoa.
Jika tokh mereka menarik perhatian juga, itulah disebabkan
mereka tampan dan cantik, mereka merupakan pasangan yang
setimpal. Di tempat mereka berada, masih termasuk di dalam
1580 wilayah Shoa-say, memang jarang sekali ada pasangan mudamudi yang tampan dan cantik seperti Ko Tie dan Giok Hoa.
Akhirnya mereka telah tiba di Chin-su dan mereka mencari sebuah
rumah penginapan. Pelayan rumah penginapan menyangka mereka adalah pengantin
baru, mereka di antar ke sebuah kamar.
Seberlalunya pelayan, Ko Tie tertawa, sampai muka Giok Hoa
berubah jadi merah sendirinya, sehingga ia mendelik kepada
engko Tie nya tersebut. Walaupun ia polos dan bebas merdeka, tidak urung Giok Hoa likat
juga. Ia bermaksud keluar dari kamar itu, untuk meminta pelayan
menyediakan kamar lainnya buat dia, tapi ia kuatir akan menarik
perhatian orang. Dan memang, biasanya ia selalu pisah kamar dengan Ko Tie, baru
kali ini, ia diantar ke sebuah kamar oleh pelayan rumah
penginapan, membuat ia canggung untuk meminta kamar lainnya.
Dan ia mengharapkan Ko Tie yang pergi meminta sebuah kamar
lain kepada pelayan. 1581 Ko Tie kuatir kalau-kalau Giok Hoa keliru sangka, maka ia bilang:
"Adik Hoa, sebenarnya aku gembira sekali, di mana kita telah lebih
dari tiga bulan berkelana. Dan selama ini, kitapun telah banyak
melakukan perbuatan mulia menoloagi orang-orang yang dalam
kesulitan! "Kitapun bisa bersahabat demikian rapat, dan dapat menikmati
keindahan tempat-tempat yang indah! Bukankah itu sangat
menyenangkan sekali" Aku jadi girang bukan main!"
Giok Hoa mengerti, maka ia bilang di dalam hatinya; "Dasar aku
curiga tidak karuan juntrungannya. Memang kalau ia bermaksud
buruk, tidak usah ia menunggu sampai hari ini!"
Si gadis segera mengawasi pemuda tersebut yang sebaliknya
mendelong mengawasi keluar jendela itu, tangannya digendongkan. "Engko Tie," katanya kemudian. "Selama dalam perjalanan
berkelana di dalam rimba persilatan, telah banyak yang kita lihat!
Memang benar, apa yang dikatakan oleh orang-orang tua tidak


Anak Rajawali Serial Pemanah Rajawali Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

meleset, betapa buruknya dunia Kang-ouw!"
"Mengapa begitu, adik Hoa?" tanya Ko Tie kemudian.
1582 "Karena, kita telah menyaksikan banyak sekali peristiwa yang di
luar dari kepantasan."
Ko Tie hanya mengangguk. "Benar!" sahutnya. "Justeru itu, mempergunakan kesempatan kita
diberikan waktu untuk berkelana, harus dapat melakukan
perbuatan mulia menolong orang-orang yang dalam kesukaran."
Si gadis menghela napas dalam-dalam.
"Tapi kepandaianku masih belum berarti apa-apa, banyak yang
telah kulihat, bahwa sebenarnya ilmu silat itu tidak ada batasnya!
Seperti dengan kau, kepandaianmu jauh berada di atas
kepandaianku!" Ko Tie tersenyum, ia menatap si gadis beberapa saat lamanya.
Barulah dia kemudian berkata:
"Itulah disebabkan tenaga dalammu belum cukup! Kau berlatih
terus, nanti kau akan memperoleh tenaga tambahan yang lebih
baik lagi! Kaupun harus rajin bersemedhi. Aku tanggung tidak
sampai tiga bulan, kau akan berhasil"
Giok Hoa berdiam, tapi matanya menatap dan wajah tersenyum.
1583 Ko Tie juga balas mengawasi. Dan ia sampai tersengsem. Di
matanya, pada waktu itu, Giok Hoa cantik luar biasa. Gadis itu
memakai baju warna serba hijau, hanya mantelnya yang berwarna
hitam, Dia memang elok sekali, dandanannya itu menambah
kementerengan parasnya yang cantik.
Menyaksikan sikap si pemuda, Giok Hoa kian menatap. Dan
mereka baru tersadar waktu terdengar pintu kamar dibuka, disusul
munculnya seorang pelayan, yang telah mengantar minuman buat
mereka itu. Setelah pelayan itu berlalu mereka bercakap-cakap sampai jauh
malam. Barulah ke duanya tidur.
Di kamar itu terdapat dua pembaringan karena mereka adalah
orang-orang Kang-ouw yang bebas dan merdeka, walaupun
memang Giok Hoa selalu teringat pada pesan gurunya, agar ia
pandai-pandai membawa diri dan menjaga kesuciannya sebagai
seorang gadis, tokh ia melihat pemuda ini adalah seorang pemuda
yang halus tutur bahasanya, baik jiwanya.
Karena itu ia tidak bercuriga lebih jauh, ia melihat Ko Tie adalah
seorang pemuda yang jiwanya sangat besar dan tidak akan
melakukan perbuatan rendah dan hina. Mereka walaupun belum
1584 secara resmi mengeluarkan dan memuntahkan isi hati dan
perasaan mereka, bahwa saling mencintai, namun di hati kecil
masing-masing telah merasakan, betapapun mereka berdua
memang saling mencintai. "Y" Malam telah larut, angin meniupkan hawanya yang dingin dan
bersuara di kertas jendela. Ko Tie dan Giok Hoa di dalam kamar di
rumah penginapan sudah tertidur nyenyak. Tapi segera juga
mereka terbangun dan tersadar dari tidur masing-masing oleh
suara berkeresek perlahan di atas genting. Mereka segera
menduga jelek. Memang mereka tidur tanpa menukar pakaian lagi, karenanya,
mereka dapat segera turun dari pembaringan, pergi ke sudut
kamar. Di situ mereka berdiam sambil memasang mata.
Umumnya jendela rumah di propinsi Shoa-say terdiri dari dua
lembar, ukuran daun jendelanya yang panjang itu dibuka keluar, ke
atas dan ke bawah. Sekarang daun jendela rumah penginapan
terdengar berkeresek. 1585 Lantas terlihat yang sebelah atas diangkat, rupanya untuk
ditunjang. Ko Tie melihat bergerak-geraknya sebuah tangan. Giok
Hoa segera mempersiapkan sebutir biji uang tembaga.
Dengan terbukanya daun jendela, angin menerobos masuk ke
dalam, dingin sekali, Ko Tie dan Giok Hoa merasakan siliran angin,
tapi mereka berdiam diri saja.
Penjahat di luar tidak mendengar suara sesuatu di dalam kamar
walaupun daun jendela dibukanya, hati mereka jadi besar, segera
juga terlihat mereka masuk. Mereka berdua, tangan mereka
masing-masing mencekal pedang, mukanya ditutup topeng.
Dengan perlahan mereka menghampiri pembaringan, lalu dari
dekat, mereka melompat untuk menotok, mungkin mereka
bermaksud membikin korbannya tidak berdaya dan tidak bergerak
akibat totokan. Tapi tangan mereka, jari tangan itu, menotok pembaringan yang
kosong. Mereka kaget. Mereka bukan menotok tubuh manusia!
Ke duanya segera juga melompat mundur, untuk melarikan diri dari
jendela atau di waktu itu segera terdengar jeritan mereka, yang
seorang telah rubuh terguling di lantai.
1586 Giok Hoa telah menimpuk tepat pada kaki penjahat yang seorang
itu, membuat dia jadi terguling rubuh di lantai.
Orang yang ke dua kaget dan bingung sekali, tapi ia menyadari
bahaya, terus juga tanpa menghiraukan kawannya. Dia pun
melompat ke jendela. "Kembali!" dia mendengar seruan nyaring.
Segera terasa kakinya terjepit sakit, lantas tubuhnya tertarik keras,
sampai dia membentur tembok. Setelah merasakan matanya
berkunang-kunang, kepalanya yang pusing bukan main, dia rubuh
tidak sadarkan diri! Berbareng dengan itu, lilin menyala. Giok Hoa menghampiri ke dua
penjahat itu. Dengan ujung sepatunya ia mencongkel topeng muka
orang itu, secarik kain berwarna merah. Ia juga telah melihat wajah
orang itu bengis dan menakutkan.
Penjahat yang terluka kakinya, matanya mendelik, terus dia
tertawa dingin. "Bocah, kau ternyata mengerti ilmu silat. Kami ternyata telah
terlanjur berbuat salah, kami kurang teliti, sehingga tidak
mempergunakan asap pembius?"!" berkata penjahat itu.
1587 "Hemmm, jika kau berani mengganggu kami seujung rambut saja,
tentu kalian tidak akan dapat meninggalkan kota ini besok
paginya!" Itulah ancaman. Dan Giok Hoa bersama Ko Tie menduga bahwa
mereka adalah maling-maling yang menginginkan harta mereka.
Namun Ko Tie yang memang lebih cerdas dan juga memiliki
pengalaman yang lebih banyak dalam rimba persilatan, akhirnya
dapat menduga lain. Ia tadi menyaksikan betapa ke dua orang itu
menyergap ke pembaringan dan bermaksud menotok. Tentunya
mereka ini adalah penjahat-penjahat pemetik bunga!
"Kalian tentunya jai-hoa-cat busuk yang harus dibikin mampus!"
kata Ko Tie bengis, memancing.
"Hemmm, siapa yang suruh kawanmu itu terlalu cantik"!"
menyahuti penjahat itu berani sekali. "Dan jika memang kalian
berani mengganggu seujung rambut kami saja kalian tentu tidak
akan dapat meninggalkan tempat ini?"!"
Mengetahui bahwa penjahat ini adalah jai-hoa-cat, bukan kepalang
marahnya Giok Hoa. Tubuhnya sampai menggigil menahan
amarah yang serasa ingin meledakkan dadanya.
1588 "Manusia hina dina!" makinya kemudian, "Baiklah malam ini aku
memberikan kepada kalian kematian utuh, agar selanjutnya kalian
tidak perlu lagi meninggalkan bencana buat khalayak ramai!"
Setelah berkata begitu, gadis ini hendak menotok jalan darah
kematian di tubuh si penjahat.
"Tahan dulu!" cegah Ko Tie. Ia mendengar bahwa penjahat ini
adalah Jai-hoa-cat, penjahat pemetik bunga, berarti tukang
pemerkosa gadis dan isteri penduduk, dan inilah penjahat yang
paling hina. Ia pun sangat marah sekali, dan ia tahu, memang
penjahat seperti ini tidak layak dibiarkan hidup.
Tapi, mereka berada di rumah penginapan. Ia bilang lagi: "Di sini
tidak dapat kita sembarangan membunuh orang?"!"
Dan Ko Tie telah menghampiri. Pundak penjahat ditepuknya
perlahan sambil katanya: "Sahabat, kau pergilah! Dilain waktu, tidak nantinya engkau akan,
mendapat kebaikan seperti sekarang kalau sampai kita bertemu
lagi!" Penjahat yang pingsan mulai sadar, ia merayap bangun. Dia gusar
dan ingin melampiaskannya. Namun Ko Tie telah memimpin dia
1589 bangun dengan pundaknya ditepuk, sambil tertawa pemuda itu
bilang: "Tuan, harap kau jangan membuka mulutmu. Justeru sekarang
adikku, belum lagi berpikir lain,
cepat kau angkat kaki meninggalkan tempat ini!"
Penjahat itu batal mencaci. Semula ia memang hendak menegur,
namun ia batal sendirinya dan matanya saja yang mendelik dan
mulutnya tampak mengejek dengan beberapa kali bersuara,
"Hemmm!" Kemudian dia bilang kepada kawannya: "Ji-te, mari kita
pergi!" Orang yang dipanggil Ji-te itu menurut, maka sejenak kemudian
mereka sudah melompat keluar dari jendela, buat menghilang di
tempat gelap. Giok Hoa segera menjatuhkan diri di kursi. Ia duduk menangis
terisak. Ia agaknya sangat berduka dan penasaran.
Ko Tie menghampiri, dia mengusap-usap lembut rambut si gadis
buat menghiburnya. 1590 "Adik Hoa, apakah kau menyesalkan aku melepaskan mereka?"
tanyanya sabar. "Kau jangan salah mengerti. Kau tahu, sebelum
mereka menyingkir seratus tombak, mereka akan sampai di pintu
kota negara iblis! Kau jangan menyesal dan penasaran, jangan
bersusah hati!" Giok Hoa mengangkat kepalanya, ia menyusut air matanya. Tibatiba ia tertawa.
"Aku mengerti!" katanya. "Benar-benar kau membunuh orang
tanpa berdarah!" Ko Tie tersenyum, ia bilang sungguh-sungguh: "Untuk membasmi
manusia jahat, aku terpaksa berbuat demikian, karena mereka
sebagai penjahat pemetik bunga, tidak pantas mereka dibiarkan
hidup lebih lama lagi!"
Kemudian Ko Tie pergi ke pembaringannya buat mencabut
pedangnya, dia menghunusnya:
"Kita mempelajari ilmu silat, untuk disumbangkan demi keselamatan dan kepentingan masyarakat, kita harus dapat
menegakkan keadilan!" Waktu berkata seperti itu, sikapnya gagah
sekali. 1591 Menyaksikan sikap Ko Tie, Giok Hoa tampak kagum sekali, sampai
gadis ini mengangguk-angguk beberapa kali.
Mereka telah melanjutkan tidur yang terganggu itu. Keesokan
paginya, Ko Tie memutuskan, lebih enak melanjutkan perjalanan
dengan naik kereta, karena hawa udara yang buruk dan hujan salju
yang setiap saat dapat turun.
Giok Hoa menyetujuinya, dan Ko Tie memesan pelayan untuk
mencarikan sebuah kereta buat mereka. Tentu saja Ko Tie
menghendaki kusir yang benar-benar terampil dengan keahlian
mengendalikan kereta. Pelayan itu pergi untuk kembali dalam waktu yang cepat, ia
memberitahukan: "Kereta sudah siap, apakah tuan dan nona mau
berangkat sekarang?"
Ia mengawasi muda-mudi itu, yang tampan dan cantik, ia sendiri
sampai heran, mengapa di dunia terdapat pasangan muda-mudi
yang demikian tampan dan jelita.
Tengah dia bengong, Giok Hoa memberikan hadiah buatnya satu
tail perak, sehingga pelayan itu girang bukan main, tidak hentinya
ia mengucapkan terima kasih.
1592 Giok Hoa membereskan buntalannya yang kemudian disuruhnya
pelayan itu membawa ke kereta. Ko Tie sendiri telah membawa
buntalannya. Berdua mereka melangkah keluar dari rumah
penginapan tersebut setelah membereskan pembayaran uang
sewa kamar. Di muka rumah penginapan tampak kereta yang dipesan, yang
tendanya berwarna hitam dan keledainya empat ekor. Tampaknya
keempat ekor keledai itu adalah binatang pilihan semua.
Tukang keretanya dua orang. Mereka tampaknya sehat dan kuat,
sebagai kusir yang pandai. Juga tampaknya mereka seperti orang
asal Utara, mereka bertubuh tinggi besar. Tangan mereka masingmasing mencekal cambuk.
Ko Tie memberi hadiah lagi sepuluh tail kepada pelayan, segera ia
memimpin Giok Hoa naik kereta, ia sendiri naik belakangan.
Pelayan itu mengucapkan terima kasih dan bersyukur. Seumur
hidupnya bekerja sebagai pelayan, belum pernah ia menerima
hadiah demikian besar, dari tamu yang demikian terbuka
tangannya. Kusir segera menggeprak keledainya, cambuknya dibunyikan
membikin roda-roda kereta menggelinding cepat dan keras.
1593 "Tuan dan nona, baik-baik di jalan!" masih terdengar suara si
pelayan. Ke empat keledai lari keras, lari di jalan yang becek. Sekeluarnya
dari Chin-su, mereka menuju Lok-yang. Matahari memberi hawa
hangat, tetapi angin dingin. Itulah angin Utara yang keras.
Ko Tie dan Giok Hoa menyekap diri di dalam kereta, merasa
hangat. Muda-mudi itu tidak berdiam saja. Mereka suka mengintai
keluar. Maka mereka melihat orang-orang rimba persilatan, yang
menunggang kuda dan melakukan perjalanan cepat. Orang-orang
itu mengerutkan kening, suatu tanda mereka tengah menghadapi
urusan penting. Gadis itu juga heran dan menanyakan pikiran si
pemuda. Ko Tie menggeleng perlahan, dia bilang: "Mereka tampaknya
tengah menghadapi urusan penting, karena di saat udara demikian
dingin dan cuaca demikian buruk, mereka masih melakukan
perjalanan dengan menunggang kuda!"
Dia kemudian berdiam sejenak, mengintai keluar, baru

Anak Rajawali Serial Pemanah Rajawali Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

melanjutkan perkataannya: "Dan, tidak mungkin mereka hendak
mencari urusan dengan kita."
1594 Giok Hoa tertawa. Ia anggap kawannya ini jenaka.
Kereta keledai terus dilarikan keras. Kusir mencambuk dan berseru
berulang kali. Lewat dua jam, Giok Hoa menyenderkan diri untuk tidur.
Ko Tie tidak mau mengganggu si gadis, ia sebenarnya tidak tidur
cukup semalam, tapi sekarang ia tidak tidur seperti si gadis, terus
ia suka mengintai keluar. Ia memikirkan gerak-gerik orang-orang
rimba persilatan yang mereka lihat tadi, yang rombongannya
melakukan perjalanan dengan hanya menunggang kuda.
Setelah melewati duapuluh lie, Ko Tie mulai mengerti duduknya
persoalan. Jauh di depan, di tengah jalan, terlihat beberapa buah
kereta piauw-kiok serta belasan piauw-su atau pengiringnya, yang
dengan senjata terhunus tengah menjagai di sekitarnya. Teranglah
mereka itu tengah bersiap untuk menyambut suatu penyerbuan.
"Saudara," Ko Tie tanya kasir. "Di depan kita ini ada tempat
persinggahan atau tidak"!"
"Ada, tuan!" menyahuti salah seorang kusir sambil membungkuk
hormat. "Itulah Kho-ke-kauw, lagi sepuluh lie dari sini, tempatnya
memang baik?"!"
1595 Suara kusir tidak lancar. Ko Tie dapat menerka sebabnya. Itulah
tentu disebabkan suasana buruk di sebelah depan itu. Kusir kereta
pasti banyak pengalamannya dan tahu baik segala peristiwa di
tengah perjalanan. "Sudah, kalian jangan berkuatir!" kata Ko Tie kemudian, tertawa.
"Jika di depan tidak ada tempat persinggahan, tidak nanti kawanan
penjahat bekerja sebelum lewat Kho-ke-kauw.
"Lagi pula, kita orang-orang pelancongan, kita tidak mencampuri
urusan mereka. Kalian boleh jalan terus!"
Lega hati si kusir. Orang demikian besar hatinya, ia ingin menduga
penumpangnya ini bukan orang sembarangan.
Giok Hoa tidak tidur pulas. Ia mendengar pembicaraan itu, segera
ia membuka matanya untuk memandang keluar tenda.
"Engko Tie," katanya, tertawa. "Aku dapat menerka kau. Kembali
kau usil ingin mencampuri urusan orang lain, bukan"!"
Ko Tie tidak menjawab, dia hanya tertawa.
1596 Waktu itu kereta mereka tengah lari keras sekali. Dengan cepat
mereka tiba di belakang rombongan kereta piauw-kiok. Waktu si
gadis melihat keluar, ia agak terkejut.
"Aih!" serunya, "Engko Tie, kau lihat! Bendera piauw-kiok cuma
sulaman empat ekor kuda, tidak ada lainnya lagi. Itulah sangat
berbeda dengan yang umumnya. Apakah ini tidak aneh"!"
Ko Tie melihat berkibar-kibarnya bendera yang dimaksudkan
kawannya tersebut. Itulah bendera dari sutera putih, sulamnya
benar merupakan empat ekor kuda yang jempolan, yang berlainan
sikapnya. Ia mengetahui, itulah siluman yang mencontoh gambar
lukisan "Delapan Ekor Kuda" dari pelukis Han Siang.
Tiba-tiba ia teringat keterangan dari gurunya bahwa di propinai Holam di samping kuil Siang-kok-sie di kota Kay-hong, ada sebuah
Piauw-kiok yang memakai merek Thian-ma Piauw-kiok. Artinya
Piauw-kiok (kantor ekpedisi) Kuda Langit. Atau lebih jelasnya lagi
adalah "Kuda Langit Jalan di Udara", perjalanan senantiasa selalu
berhasil. Piauw-kiok itu dipimpin oleh Tong Teng Bun yang di dunia Kangouw dijuluki sebagai It-cu-kiam-sian (Dewa Pedang Mutiara
Tunggal). Jago pedang hebat sekali, gagah dan cerdik sekali, yang
1597 usianya sudah tujuhpuluh tahun lebih, dan ia seorang piauw-su
yang memiliki hati sangat baik.
"Kalau memang benar dia, Tong Teng Bun, tidak dapat tidak, aku
harus membantunya!" demikianlah Ko Tie telah berpikir.
Karena piauw-kiok mau mengalah, maka kereta yang di tumpangi
Ko Tie dan Giok Hoa dibiarkan lewat lebih dulu. Dikala lewat seperti
itulah, Ko Tie melihat seorang tua duduk di dalam kereta piauwkiok.
Ia telah ubanan rambut dan kumisnya, mukanya bersemu dadu.
Sepasang matanya tajam, tubuhnya kekar dan besar, tidak
miripnya seorang tua. Dia membekal pedang di punggungnya, akan tetapi pedang itu
tidak dihunus, bahkan dia sangat tenang sikapnya. Wajahnya
memperlihatkan bahwa dia seorang tua yang sabar.
Tidak lama tibalah Ko Tie di Kho-ke-kauw. Benar saja di mulut
dusun terdapat sebuah rumah penginapan.
Ko Tie membantu si gadis untuk turun, untuk masuk ke dalam
rumah penginapan. Seorang pelayan menyambut, mereka
dipimpin ke dalam. 1598 Di pertengahan sudah ada lima tamu, yang semuanya memiliki
wajah bengis. Tubuhnya besar-besar, sambil duduk di bangku
panjang, mereka bicara perlahan.
Berhenti suara mereka begitu melihat masuknya muda-mudi yang
sangat cantik dan tampan itu, sehingga mereka jadi begitu
terpesona. Terlebih lagi memandang si gadis yang sangat cantik,
seperti juga seorang bidadari yang baru saja turun dari kerajaan
langit. Ko Tie berdua melangkah terus, mereka ditunjukkan dua kamar, di
sebelah timur di barat. Ia memilih yang timur, terus memesan
barang-barang santapan, sekalian juga untuk ke dua kusirnya.
Dikala menantikan barang makanan diantar, seorang diri ia
melangkah keluar, sikapnya untuk melihat-melihat rumah penginapan itu, diam-diam ia memperhatikan ke lima tamu tadi. Ia
ingin menerkanya pasti bahwa mereka memiliki maksud-maksud
tertentu yang dialamatkan kepada Thian-ma Piauw-kiok.
Piauw-kiok itu memiliki pegawai yang jalan di depan, yang biasa
mengatur penginapan dan lainnya. Pegawai itu sudah lantas tiba
di rumah penginapan. 1599 Ketika ke lima orang tadi melihat dia, mereka tersenyum tawar. Ko
Tie dapat melihat sikap mereka, ia lantas mengerti duduk
persoalannya. Cepat juga tibalah rombongan piauw-kiok, maka berisiklah suara
kereta dan kuda. Cong-piauwtauw Tong Teng Bun, masuk ke dalam rumah
penginapan. Ia melangkah di muka, diikuti orang-orangnya.
Tampak ia bersungguh-sungguh.
Ketika ia melihat Ko Tie berdiri di samping, sejenak ia mengawasi.
Agaknya ia kagum untuk ketampanan dan ketenangan pemuda itu.
Ia lantas tersenyum dan mengangguk sebagai tanda menyapa
hormat. Ko Tie tersenyum dan mengangguk, ia anggap orang tua itu manis
budi. "Banyak capai, lo-piauwtauw?" sapa si pemuda.
"Begitulah keadaanku si orang tua!" menjawab piauw-su itu,
menghentikan langkah kakinya. "Setiap tahun, setiap bulan, aku
harus melakukan perjalanan jauh. Hidup di ujung pedang maka
1600 untukku tidak ada kata-kata capai, laote. Dapatkah aku
mengetahui shemu yang mulia, laote?"
Sambil bertanya begitu, mata piauw-su ini melirik ke kereta si
pemuda yang berada di depan rumah penginapan.
"Aku she Bie, lo-piauwtauw!" Ko Tie menjawab. "Kami berdua
suami isteri berangkat kemarin dari Thay-goan, maksud pergi ke
Lok-yang. Tadi aku melihat lo-piauwtauw di tengah jalan, aku
kagum sekali!" Tong Teng Bun mengelus kumisnya dan tersenyum.
"Bie Leote, girang aku dengan pertemuan ini!" katanya kemudian,
bersungguh-sungguh. Karena orang tidak menanyakan she dan namanya ia memperkenalkan diri. "Namaku si orang tua yang rendah adalah
Tong Teng Bun. Kebetulan sekali, akupun mau pergi ke Lok-yang.
Jika Laote tidak memiliki sesuatu urusan, mari kita jalan samasama!"
Dikala berkata begitu, jago tua itu diam-diam melirik kepada ke lima
orang tamu lainnya. 1601 Ko Tie tertawa. "Lo-piauwtauw, walaupun aku hanya seorang anak sekolah, tapi
nama lo-piauwtauw telah kukenal baik sekali!" katanya.
"Untuk wilayah Ho-lok, anak kecil sekalipun mengenalnya. Mana
itu beruntung aku dapat berkelana dengan lo-piauwtauw. Lopiauwtauw masih ada banyak urusan, silahkan, sebentar saja aku
memohon pengajaran."
Sengaja memang Ko Tie memperkenalkan she samaran yaitu she
Bie. Ia tidak mau memperkenalkan diri yang sebenarnya dulu,
karena di sinipun terdapat ke lima orang yang dicurigainya.
"Kau baik sekali, laote," kata piauw-su tua itu tertawa. "Nah,
maafkanlah aku?"!" ia memberi hormat, lantas ia melangkah
masuk Ke lima tamu itu mengawasi punggung si orang tua sambil
tersenyum tawar, setelah itu mereka berlalu.
Ko Tie pun kembali ke dalam kamarnya.
1602 Thian-ma Piauw-kiok hampir memborong seluruh kamar rumah
penginapan itu. Dari kamarnya, sambil bersantap, sering Ko Tie
dari Giok Hoa mendengar suara dan tertawanya si piauw-su tua.
"Coba terka, engko Tie, siapakah musuh Thian-ma Piauw-kiok"!"
tanya Giok Hoa kemudian, sambil tersenyum.
"Apakah penjahat akan menyelidiki lebih dulu baru mereka mau
turun tangan" Menurut dugaanku, pihak piauw-kiok ini lebih
banyak menghadapi bahaya dari pada keselamatan, bahkan
mungkin besok magrib ini terjadinya peristiwa."
Ko Tie tampak heran. "Bagaimana kau bisa menduganya seperti itu, adik Hoa"!" tanya
Ko Tie. Gadis itu tersenyum. "Menurut perkiraanku, mereka itu pasti sudah menentukan tempat
dan telah mengadakan penyelidikan yang cukup," ia memberikan
keterangan. "Kau lebih berpengalaman dariku, mengapa engkau
tidak melihatnya" 1603 "Empatpuluh lie dari Kho-ke-kauw ini ialah jalanan pegunungan
dan di sana ada lembah Gin-kang-kiap. Itulah tempat yang bagus
untuk mereka bekerja. "Setelah berhasil, seharusnya penjahat menyingkir ke Ong-ok-san,
gunung di barat daya itu. Aku tahu di gunung Ong-ok-san itu
berdiam beberapa begal yang menjagoi sekitar tempat ini, seperti
yang pernah dituturkan oleh guruku. Maka kecuali dari para begal
itu, tidak ada penjahat lain yang nanti berani turun tangan di dalam
wilayah pengaruhnya itu!"
Ko Tie tertawa. "Aku tidak sangka kau kenal baik kaum rimba hijau!" katanya. "Jadi
pastikah mereka adalah begal di Ong-ok-san akan bekerja di Ginkang-kiap"!"
"Kukira begitu!" si gadis mengangguk. "Dan menurut cerita guruku,
begal yang berkuasa di Ong-ok-san tersebut bernama Ciu Yang
Cin!" Ko Tie terdiam. Ketika itu terlihat pelayan datang bersama Tong Teng Bun. Tong
Teng Bun mengikuti di belakang pelayan itu, dan di belakang
1604 piauw-su tua itu juga mengikuti seorang piauw-su usia lebih kurang
empatpuluh tahun, yang wajahnya bersih.
"Ohhhhh!" Ko Tie berseru, cepat-cepat ia bangkit, juga si gadis.
Tong Teng Bun tertawa, ia bilang: "Bie laote, maafkan aku!
Beginilah tabiatku, asal aku kenal orang, aku menganggapnya
sebagai sahabat kekal. Aku ingin bicara dari satu hal yang tidak
selayaknya aku menyebutkannya, tetapi tokh aku harus menyampaikannya kepada laote berdua.
"Sesungguhnya, aku ingin sekali mengetahui, kapan laote berdua
hendak meneruskan perjalanan kalian, hari ini juga atau besok"
Menurut aku, baiklah laote beristirahat satu hari di sini!"
Ko Tie pura-pura heran. "Lo-piauwtauw," katanya kemudian, "Kata-katamu ini tentunya
memiliki sebab-sebabnya!"katanya.
"Maukah lo-piauwtauw menjelaskannya?" "Sebenarnya panjang untuk dibicarakan," kata piauw-su itu,
sikapnya bersungguh-sungguh. "Baiklah aku perkenalkan dulu
sahabatku ini!" 1605 Ia lantas memutar tubuhnya dan menunjuk orang di belakangnya,
untuk menambahkan: "Inilah pembantuku yang aku paling hargai,
yaitu Sun Kiam." Ko Tie memberi hormat pada piauw-su itu, yang pun memberi
hormat padanya. Malah Ko Tie telah memperkenalkan Giok Hoa.
"Silahkan duduk," ia mengundang kedua tamunya itu. "Lo-piauwsu
minta kami menunda perjalanan satu hari, mungkinkah itu
disebabkan perjalanan kurang aman?"
Orang tua itu menghela napas, tapi kemudian ia tertawa.
"Entah mengapa, laote, begitu melihat kau, aku jadi sangat suka
bergaul denganmu!" ia bilang. "Mungkin ini disebabkan wajahmu
mirip sekali dengan anakku yang pendek umurnya.....!"
Dan piauw-su tua itu menghela napas, ia kemudian berkata lebih
jauh: "Seperti aku telah bilang tadi, panjang untuk menceritakannya. Memang sudah umum kami sebangsa piauw-su,


Anak Rajawali Serial Pemanah Rajawali Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kami hidup di ujung senjata.
"Sudah beberapa puluh tahun aku membangun Thian-ma Piauwkiok, selama itu bukannya aku belum pernah menerima gangguan,
hanya syukur berkat kecintaan dan kesetiaan sahabat-sahabat
1606 Rimba Hijau, semua itu bisa dihindarkan, urusan besar bisa dibikin
kecil, dapat dilenyapkan. Begitulah perusahaanku tetap maju.
"Sekarang aku telah berusia lanjut, sudah selayaknya aku
beristirahat, untuk hidup tenang dan berbahagia serumah tangga.
Apa perlunya aku terus merantau menghadapi ancaman bahaya"
"Memang sejak sepuluh tahun yang lalu, aku sudah mengundurkan
diri. Tapi piauw-kiok tidak aku tutup, aku serahkan kepada anakku.
"Kali ini kami menerima angkutan, kebetulan anakku sakit tidak
dapat keluar, terpaksa aku si tua mesti mewakilinya. Kami
mengantar piauw ke kotaraja, di waktu pulang, kami mendapat pula
angkutan. "Seorang saudagar perlu mengirim permata dan uang ke Lokyang. Dia tidak dapat menemui piauw-kiok yang cocok dengan
hatinya, sebab di saat akhir tahun, semua perusahaan berhenti
bekerja. Disamping itu juga banyak yang kurang berani menangani
urusan pengangkutan kali ini.
"Kami harus melakukan perjalanan pulang, lalu seorang sahabat
memujikan kami. Tidak dapat aku menolak permintaan sahabat itu,
maka itu kami menerima lagi tanggung jawab ini.
Keris Pusaka Sang Megatantra 4 Jodoh Rajawali Karya Kho Ping Hoo Harpa Iblis Jari Sakti 29

Cari Blog Ini