Ceritasilat Novel Online

Anak Rajawali 17

Anak Rajawali Serial Pemanah Rajawali Karya Chin Yung Bagian 17


1607 "Kami ingin cepat sampai di tempat tujuan, sengaja aku memotong
jalan. Di luar dugaan, kali ini aku menghadapi ancaman bahaya.
Aku telah beberapa kali melihat orang-orang yang sangat
mencurigakan, tetapi aku masih belum memastikan mereka
mengincar kami atau bukan.
"Oleh karena itu, aku menduga, disamping berjalannya sang
waktu, tentu di sebelah depan akan terjadi peristiwa. Itu pula
sebabnya mengapa aku telah minta dan menyarankan pada laote
mau singgah saja di sini malam ini?"!"
Ko Tie pura-pura kaget. "Jika jalanan tidak aman, tidak dapat kami berdua melanjuti
perjalanan ini, terlalu berbahaya....." katanya kemudian, "Apakah.....?" Sun Kiam tertawa dan menyelak: "Lo-piauwtauw keliru melihat! Bie
laote berdua adalah ahli-ahli silat yang lihay! Lihat saja sinar mata
Bie Laote!" Ko Tie kagum untuk piauw-su yang seorang ini. Tadinya ia ingin
minta diajak jalan bersama, karena Sun Kiam mengatakan
demikian ia bilang: 1608 "Sun Lao-su, benar sebagian, tidak keseluruhannya. Isteriku
bukannya ahli, ia hanya mengerti ilmu silat kasar. Aku sebaliknya,
aku benar-benar tidak tahu apa-apa."
Tong Teng Bun tertawa. "Benar-benar mataku si orang tua lamur! Mengapa aku tidak dapat
mengenali seorang pendekar" Laote, bukankah kau pun..... akh,
mungkin kau merendah saja."
Ko Tie hendak menjawab piauw-su tua itu, atau ia tercegah suara
berisik di luar, di mana terdengar orang tengah bertengkar mulut.
Di kala Tong Teng Bun terkejut seorang pengawalnya lari sambil
berkata: "Cong-piauwtauw, lekas! Di sana ada seorang pengemis
serta kawan-kawannya yang romannya bengis, datang-datang
meraba-raba barang kita di atas kereta!
"Waktu Oey Piauw-su mencegah, mereka segera menyerang.
Pengemis itu bersenjata seekor ular. Sudah empat orang kita yang
rubuh di tangannya. Oey Piauw-su sendiri rubuh juga!"
"Hemmm!" bersuara si piauw-su tua, yang terus melangkah keluar,
diikuti oleh Sun Kiam. Ia sampai lupa meminta diri lagi pada Ko Tie
dan Giok Hoa. 1609 Mendengar di antara pengacau ada pengemis, Ko Tie mengajak
Giok Hoa keluar. Di dalam pekarangan rumah penginapan orang ramai berkumpul.
Orang-orang piauw-kiok mengurung dua orang, wajah mereka
heran dan takut. Orang yang dikatakan bengis itu, berdiri sambil bertolak pinggang,
tidak hentinya ia tertawa mengejek, karena ia melihat sikap jeri dan
gentar dari rombongan piauw-su.
Lima kaki terpisah dari dia berdiri seorang pengemis yang matanya
merah, hidungnya lancip, mukanya tirus, kulitnya bersemu merah.
Benar ia memegangi seekor ular dengan tangan kanannya. Ular itu
melilit-lilit dan mengulur-ulur lidahnya yang lentik menjijikkan.
Di tanah rebah lima pegawai piauw-kiok.
Waktu itu terdengar si pengemis tengah berkata dengan suara
yang keras dan nyaring: "Kalian orang piauw-kiok, jangan kalian bermata anjing tidak
melihat mata pada orang lain! Aku si pengemis, telah banyak
penglihatanku, maka juga barang-barangmu ini tidak ada harganya
di mataku! 1610 "Sebaliknya di sebelah depan sana memang ada seorang sahabat
yang tengah menantikan kesempatan buat bertemu dengan si tua
she Tong! Aku justeru datang guna menyampaikan kabar!
"Mengapa kalian galak tidak karuan" Hemmm! Sudahlah! Aku si
tukang minta-minta mau pergi sekarang!"
Dia melirik kepada Tong Teng Bun, yang telah muncul di waktu itu,
maka sengaja ia mengucapkan kata-kata seperti itu. Dan benarbenar dia hendak melangkahkan kakinya.
Tong Teng Bun melompati orang-orangnya, ia berhenti di depan
pengemis itu. "Tuan, siapakah yang hendak menyampaikan kabar kepadaku, si
orang tua?" tanyanya. "Sebelum kau memberikan keterangan,
tidak dapat kau berlalu dari sini!"
Pengemis itu memutar balik biji matanya, tampaknya galak sekali.
Sikapnya seperti juga ia tidak memandang sebelah mata kepada
piauw-su tua itu. "Aku kira siapa yang berani main gila terhadap aku si tukang mintaminta!" katanya dengan suara yang dingin menusuk telinga,
"Kiranya Tong Teng Bun! Siapa sahabat itu, sebentar juga kau
1611 akan mengetahui dengan sendirinya. Jadi tidak usah aku si
pengemis menggoyang-goyang lidah lagi!"
Itulah suatu penghinaan hebat, maka juga tanpa mengatakan
suatu apa lagi, Tong Teng Bun maju sambil meluncurkan langsung
ke dua tangannya menyerang jalan darah Hok-kiat kiri dan kanan
dari pengemis mulut besar itu.
Tidak perduli dengan serangan itu, si pengemis bergerak acuh tak
acuh ke samping. Namun gerakannya itu memang mengagumkan
juga, sebab ia gesit sekali, dia dapat berkelit.
Sayang sekali justeru Tong Teng Bun bergerak lebih jauh,
sehingga pengemis itu tidak bisa berkelit keseluruhannya. Dapat ia
mengegos di kanan, tetapi di kiri tidak, maka sasaran di sebelah
kiri telah terkena ditotok oleh Tong Teng Bun.
Sampai karena kesakitan, mata pengemis itu mendelik keluar dan
mulutnya memperdengarkan seruan kesakitan. Bersamaan dengan mana ular di tangan kanannya dilemparkan kepada piauwsu tua itu agar ular itu memagutnya.
Tong Teng Bun heran melihat si pengemis tertotok, tetapi tidak
rubuh, ia tergoncang. 1612 Biasanya ia tidak pernah gagal dengan totokannya tersebut.
Justeru disaat Tong Teng Bun tengah tercengang seperti itu, ular
sudah terlempar sampai tinggal dua dim lagi di depan matanya.
Tidak sempat lagi ia menangkis. Sambil melenggak, ia terus
berjumpalitan, tetapi lihay ular itu yang terus mengejar, sambil
meleletkan lidahnya. Para piauw-su kaget sekali, semuanya juga berteriak kuatir untuk
keselamatan piauwsu, pemimpin itu.
Tepat dikala setengah dim kepala Tong Teng Bun akan kena
dipagut oleh ular tersebut, mendadak binatang lugat-legot yang
ganas itu jadi merengket sendirinya. Tubuhnya lantas jatuh ke
tanah. Cuma satu kali dia berkelenjetan, seterusnya dia diam tidak
berkutik lagi. Dia mati seketika, dengan lidahnya masih melelet
keluar! Menyusuli menyambarnya ular itu, si pengemis dan kawannya juga
telah membarengi menyambar dengan lompatan yang gesit maju
buat menyerang Tong Teng Bun, mempergunakan kesempatan
yang baik-baik itu untuk merubuhkan piauw-su ternama ini!
1613 Tong Teng Bun heran melihat binatang berbisa itu rubuh tidak
karuan-karuan, ia tercengang. Justeru itu ia melihat menerjangnya
kedua musuh tersebut, ia terkejut.
Tapi ia berpengalaman dan tabah dengan cepat ia menggeser
sebelah kakinya, guna memperbaiki diri, berbareng dengan mana,
ke dua tangannya diluncurkan guna menyambuti serangan dengan
kekerasan. Jurusnya ini adalah "Kuda Liar Mengibaskan Suri"!
Segera juga terjadi hal yang benar-benar luar biasa. Mendadak
terdengar jeritan hebat dari ke dua penyerang itu. Tubuh mereka
terpental melayang bagaikan layangan putus tali, jatuh di tempat
sejauh beberapa tombak. Tapi mereka tidak terluka. Rupanya begitu mereka jatuh segera
dapat merayap bangun, terus mereka membuka langkah panjang,
buat melarikan diri, angkat kaki secepatnya.
Piauw-su tua itu tercengang lagi. Tadi ia menyerang, tetapi ia kalah
cepat! Baru ia menyerang atau dadanya sudah terasa sesak dan matanya
gelap berkunang-kunang, karena disebabkan gempuran angin dari
tangan ke dua musuhnya. Tepat dikala ia hendak menggeser
tubuh, mendadak tubuh kedua orang itu terpental.
1614 Kejadian seperti ini benar-benar merupakan kejadian yang hanya
beberapa detik saja. Ia heran, namun segera ia menduga sebab-sebabnya, hanya
ketika ia menoleh, ia tidak melihat Ko Tie dan Giok Hoa. Ia jadi
mengerutkan kening. "Bawa masuk mereka itu!" ia perintahkan orang-orangnya guna
menggotong ke lima orang pengawalnya yang telah terluka, buat
ditolongi. Sambil melangkah masuk, ia bertanya kepada Sun Kiam
siapa yang membantu padanya.
"Apa".."!" balik tanya Sun Kiam heran bukan main, "Bukankah
mereka itu rubuh oleh hajaran piauw-tauw" Akh, kalau begitu ular
itu juga bukan dibunuh piauw-tauw sendiri.....!"
Ia menggelengkan kepalanya. Ia menambahkannya kemudian:
"Aku berdiri di sampingnya Bie Laote berdua. Aku tidak melihat
mereka menggerakkan tangan mereka sedikitpun juga. Mungkinkah ada orang lain yang membantu secara diam-diam"!"
Piauw-su tua tersebut jadi semakin heran, hatinya juga penuh
ditanda tanyai oleh keraguan yang hebat. Tapi ia harus menolongi
orang-orangnya, tidak sempat ia bertanya lebih jauh atau
memikirkan urusan itu. 1615 Sebenarnya Tong Teng Bun telah dibantu oleh Ko Tie dan Giok
Hoa. Si gadis yang menghajar ular dengan jarum rahasia Bweehwa-ciam, dan si pemuda yang membikin si pengemis dan
kawannya terpental dengan gempuran pukulan "Inti Es"nya. Untuk
ia cukup mempergunakan dua jari tangannya, tidak usah ia
bersikap seperti tengah menyerang hebat.
Ko Tie telah dapat menguasai ilmu pukulan Inti Es nya, karena itu,
ia bisa menguasai tenaga dalamnya sekehendak hatinya. Dengan
demikian, walaupun ia cuma menggerakkan jari-jari tangannya
secara perlahan, tenaga yang tersalur hebat luar biasa.
Tidak puas Ko Tie menyaksikan kegalakan dan keganasan si
pengemis. Ia segera juga mempergunakan lima bagian dari tenaga
Inti Esnya pada ke dua jari tangannya yang kanan.
Begitu cepat si pengemis dan kawannya melompat menerjang. Ia
mementil dengan dua jarinya itu ke arah mereka masing-masing,
maka tiada waktu lagi dia telah membikin gagal dengan serangan
mereka dan malah tubuh mereka terpental.
Karena seketika mereka merasakan betapa tubuh mereka
menggigil kedinginan, seperti juga mereka itu telah direndam di
dalam bak yang penuh dengan es. Dengan sendirinya Ko Tie
1616 dengan ilmu Inti Es-nya itu, yang ternyata memang sangat lihay
sekali, walaupun hanya mempergunakan jari tangannya belaka,
namun tetap saja ia berhasil untuk merubuhkan ke dua orang itu
dari jarak yang terpisah cukup jauh.
Itulah percobaan pertama kali dimana Ko Tie mempergunakan
tenaga "Inti Es"nya itu dalam jarak pisah yang jauh dan hanya
mempergunakan ke dua jari tangannya belaka.
Itulah pula sebabnya mengapa Sun Kiam tidak melihat gerakan
tangannya. Setelah itu ia menarik tangan Giok Hoa, buat diajak
cepat kembali ke kamar mereka.
Giok Hoa heran, sampai di dalam kamar, dia diam menjublek
mengawasi Ko Tie. Ko Tie mengerti akan sikap yang terheran-heran seperti itu.
"Aku telah berpikir," kata Ko Tie kemudian sambil tersenyum.
"Karena Tong Teng Bun sahabat rimba persilatan yang namanya
bersih dan ia juga seorang gagah yang mementingkan kejujuran
dan kependekaran, dengan demikian aku memutuskan buat
membantui dia! 1617 "Kasihan jika sampai dia mati di tangan lawannya, manusiamanusia jahat itu. Tapi di depan kita ada urusan lainnya, yaitu kita
masih harus pergi ke berbagai tempat, maka kita tidak bisa
membuang-buang waktu terlalu banyak untuk berkumpul dengan
mereka. "Aku membantuinya dengan diam-diam?" Akupun berpikir untuk
melakukan perjalanan bersama-sama dengan rombongan piauwsu itu, pada saatnya, kita bekerja cepat, agar dengan demikian kita
pun tidak membuang waktu terlalu banyak!"
Setelah berkata begitu, tampaknya Ko Tie ragu-ragu. Dan di saat
itu Giok Hoa telah melihat kesangsian si pemuda, maka ia
bertanya, "Kenapa" Apakah ada sesuatu yang tidak beres"!!"
Waktu itu si gadis jadi canggung dan kikuk, karena ia melihat Ko
Tie tengah mengawasinya dengan tatapan mata yang sangat
tajam sekali, mengawasi terus padanya, maka dengan tersenyum
Giok Hoa berkata: "Dengan mata keranjangmu kau menatap saja,
sebenarnya kau hendak mengatakan apa"!"
Pemuda itu tertawa karenanya.
1618 "Aku pikir dengan cara berpakaianmu seperti sekarang sangat
menyolok mata," jawab Ko Tie kemudian. "Aku kuatir nanti muncul
gangguan yang memusingkan kepala dari orang-orang rimba hijau!
Baiklah kau menyamar menjadi seorang pemuda saja?"!"
Giok Hoa melirik pemuda itu tanpa mengatakan apa-apa, ia pergi
ke meja dan duduk di depannya, menghadapi cermin tembaga.
Terus juga ia membuka kuncirnya, buat dijadikan kondai yang
gepeng. Setelah mana ia membeleseki kopiah yang si pemuda beli
di Kwan-gwa di atas kepalanya, sehingga kondai itu tertutup
semua. Setelah mana ia menutup tubuhnya dengan jubah kulit, sedangkan
sepatunya juga ditukar. Maka lain saat, jadilah ia seorang pemuda
yang tampan luar biasa, yang berimbang tampannya dengan
engko Tie nya itu. Di muka cermin, ia tertawa sendiri melihat
wajahnya dalam penyamaran seperti itu.
Ko Tie kagum tidak terhingga, sampai tidak hentinya dia telah
memujinya. Tidak lama kemudian terdengar pintu diketuk.


Anak Rajawali Serial Pemanah Rajawali Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Silahkan masuk!" kata Ko Tie setelah melirik kepada Giok Hoa.
1619 "Bie Laote, aku!" terdengar suara di luar, suaranya Tong Teng Bun,
yang terus menolak daun pintu dengan melangkah masuk.
Mereka, merandek ketika ia melihat Ko Tie berada bersama
seorang pemuda lainnya, sehingga ia mengawasi tajam. Hanya
saja, segera ia mengenali maka ia bilang di dalam hatinya:
"Mereka ini sangat setimpal sekali! Jarang pasangan seperti
mereka?" cuma, mengapa ia menyamar sebagai pria"!"
Biar dia heran, piauw-su ini tidak berani menanyakan langsung, ia
hanya tersenyum sambil mengangguk.
Ko Tie menyambut sambil tersenyum,
"Baikkah mereka yang terluka itu"!" tanya Ko Tie kemudian.
"Apakah luka mereka telah dapat disembuhkan?"
Piauw-su itu mengerutkan sepasang alisnya, ia menghela napas
dalam-dalam. "Dapat dibilang mereka baru terlolos dari kematian!" sahutnya
dengan suara yang perlahan dan muka yang guram. "Ular si
pengemis ternyata seekor ular yang sangat beracun sekali.
1620 "Ular itu yang bernama Ngo-hoa-kim-in berasal dari tanah Biauw,
di mana siapa saja yang terpagut, asal racunnya bercampur
dengan darah, menyelusup ke dalam jantung, korbannya pasti
binasa! Syukur dia dapat menutup jalan darah masing-masing.
"Aku harus bekerja keras sekali menyedot ke luar racun itu.
Mungkin lewat beberapa bulan sebelum mereka dapat sembuh
seperti sedia kala. Barulah akan berangsur-angsur kesehatan
mereka pulih....... karena untuk sembuhnya luka gigitan ular seperti
Ngo-hoa-kim-in memang memakan waktu yang sangat panjang
sekali!" "Syukurlah kalau begitu!" kata Ko Tie, menghibur. "Sekarang ini
tidak usah lo-piauwtauw terlalu berkuatir. Tapi kami menyaksikan
lagaknya ke dua orang itu, kami tidak puas, maka itu barusan kami
telah berdamai. Isteriku ini telah segera menyamar sebagai pria,
suka ia membantu dengan sedikit tenaganya!"
Tong Teng Bun girang, "Sungguh itu tidak berani aku mengharapkannya!" katanya.
"Terima kasih! Terima kasih! Mengharap saja aku tidak berani,
siapa tahu telah menerima budi yang demikian besarnya!"
1621 Walaupun ia berkata demikian, orang tua itu tetap saja curiga. Ia
percaya pasti mereka ini yang telah membantunya, walaupun
benar Sun Kiam tidak melihatnya.
Sekarang jelas si gadis mengerti ilmu silat. Hal ini menambah
kepercayaan atas terkaannya itu.
Tinggallah si pemuda. Mau ia menyangka, pemuda ini telah
demikian mahirnya kepandaiannya, sehingga ia dapat menyembunyikan kepandaiannya dalam lagak wajarnya.
Mau atau tidak Tong Teng Bun mengawasi tajam kepada Ko Tie,
masih ia tidak melihat sesuatu pada sinar mata si pemuda.
Ko Tie tersenyum, ia bilang: "Membantu kesulitan orang dan
menolongi bahaya, itulah kewajiban setiap orang. Oleh karena itu
kami harap lo-piauwtauw jangan mengucapkan terima kasih.
Silahkan lo-piauwtauw bersiap, lebih cepat kita berangkat berarti
lebih lekas tugas kita selesai!"
"Baiklah!" kata piauw-su itu sambil memberi hormat.
Ia segera mengundurkan diri. Ia masih berpikir keras. Ia kecele, ia
yang demikian ternama, sekarang menerima bantuan anak-anak
muda?"!" 1622 Setelah berlalunya orang tua itu, Ko Tie bilang kepada kekasihnya:
"Sebentar di tengah jalan, kalau benar terjadi sesuatu, kau
sendirilah yang turun tangan, engkomu hanya ingin berpeluk
tangan!" Giok Hoa terkejut. "Hai! Mana boleh begitu"!" katanya bingung.
"Jangan bergelisah!" kata Ko Tie kemudian mencegah orang
bicara lebih jauh. "Kau harus mengerti, setelah disalurkan olehku,
sekarang ini tenagamu telah bertambah satu kali lipat.
"Setelah kau berlatih beberapa bulan lagi, tentu kepandaianmu
lebih hebat lagi! Dan juga, para kurcaci itu tidak memiliki
kepandaian yang berarti. Dengan kepandaian yang kau miliki saja,
engkau dapat merubuhkan mereka semua!
"Nanti jika memang ada sesuatu rintangan yang berat dan engkau
tidak bisa mengatasinya, barulah aku akan turun tangan?" Dan
engkau harus berlaku tabah serta tenang, karena pertempuran
seperti itu merupakan juga pengalaman buat kau sendiri?"!"
Giok Hoa mengawasi tajam.
1623 "Kalau begitu, kau telah demikian yakin bahwa aku akan dapat
membereskan persoalan ini"!" kata Giok Hoa kemudian menegaskan Ko Tie mengangguk. "Ya! Dan kita lihat saja nanti!" Ko Tie telah bilang lagi sambil
tertawa. Tiba-tiba sekali terdengar suara tertawanya Tong Teng Bun di luar
kamar, sambit mendatangi ia bilang:
"Bie Laote, apakah kalian sudah siap sedia" Sekarang juga kami
bermaksud berangkat!"
Ko Tie berdua segera membuka pintu kamar dan keluar.
"Kami sudah siap, lo-piauwtauw!" jawabnya. "Kami memang tidak
mempunyai bekal apa-apa, kami dapat berangkat sembarang
waktu!" Hanya saja si gadis, yang baru pertama kali menyamar sebagai
seorang pria. Tindakannya kurang leluasa, sikapnya kaku dan ia
telah tersenyum-senyum dan wajahnya berseri-seri.
1624 Ketika mereka tiba di luar, kereta-kereta sudah mulai berangkat,
pegawai yang jalan di muka asyik memperdengarkan seruannya:
"Su-ma-hui-teng atau Empat Kuda Terbang naik. Itulah isyaratnya
rombongan piauw-kiok tersebut yang memang memakai gambar
empat ekor kuda sebagai lambangnya.
Ke lima orang yang terluka telah digotong oleh beberapa orang
kawannya. Tong Teng Bun yang berjalan sambil setiap kali mengawasi kotak
panjang di tangan Ko Tie. Ia jadi heran dan bertanya-tanya di
dalam hati, entah apa isinya kotak panjang yang seperti khim itu.
Namun ia tidak berani menanyakan apa-apa.
Setelah Ko Tie berdua naik di keretanya, ia melompat naik ke atas
kudanya. Ketika si tukang kereta berseru sambil mengulapkan
cambuknya beberapa kali, bergeraklah ke empat keledainya, untuk
menyusul kereta-kereta piauw tersebut.
Tenda kereta disingkap, maka itu angin yang santer keras meniup
terhembus kepada si pemuda dan si pemudi. Walaupun mereka
bertubuh kuat dan tabah, mereka tokh merasakan perasaan dingin
sedikit. Tapi mereka perlu melihat ke segala arah, terpaksa tenda
kereta itu tetap dipentang terbuka.
1625 Kho-ke-kauw merupakan suatu jalan panjang mirip lorong, di mana
terdapat seratus lebih rumah penduduk. Tapi sebentar saja mereka
telah melewati ujung jalannya.
Ketika itu jalanan becek, maka tidak sulit untuk melihat sesuatu di
atas tanah. Tampak bekas bekas roda kereta lain serta tapak-tapak
kaki kuda. Cuaca terang benderang dan cukup baik.
Sekeluarnya dari batas Kho-ke-kauw, di sepanjang jalan terlihat
penduduk setempat, pria dan wanita dalam rombongan- rombongan dari tiga atau lima orang, dengan membawa kartu
nama, berkunjung ke rumah- rumah sanak atau sahabat mereka
untuk memberi ucapan selamat tahun baru. Atau mereka yang
baru pulang. Maka ramailah di jalan itu.
Ko Tie dan Giok Hoa mengawasi mereka, yang cara berpakaiannya berbeda dari pada penduduk lain propinsi. Mereka
mengenakan baju warna merah dan celana hijau, jalannya elok.
Lengan dan jari tangan mereka seperti ditabur dengan gelang dan
cincin. Rambut merekapun ada penghiasan lainnya yang
berkilauan. Seperti telinga mereka terdapat giwang atau antinganting.
1626 Mereka seperti juga tengah memamerkan kemewahan mereka.
Yang paling menarik hati lagi ialah wanitanya, yang memiliki kaki
jauh lebih kecil dan pada kakinya wanita lain di wilayah di luar
propinsi ini. "Apakah yang bagus dilihat"!" tiba-tiba Giok Hoa berkata kurang
senang seperti itu, waktu ia melihat Ko Tie tengah mengawasi
penuh rasa kagum pada wanita-wanita di sepanjang jalan itu.
Ko Tie menoleh, ia tertawa.
"Aku merasa aneh!" katanya. "Kalau mereka itu dapat keluar,
apakah mereka tidak boleh dipandang"!"
"Tapi kau mengawasinya mendelong-delong!" kata si gadis yang
matanya melotot. "Apakah kau tidak takut lo-piauwtauw nanti dapat
melihat lagak burukmu dan mentertawaimu?"
"Tidak apa-apa?"!" kata Ko Tie tertawa juga. "Aku bahkan
dengar di kota Tay-tong pada tanggal enam akan diadakan
perlombaan kaki kecil dan mungil, dialah yang menang!
"Yang nomor dua dan nomor tiga juga masih dapat hadiah! Kalau
sampai waktunya, mari kita pergi menyaksikan perlombaan itu,
tentu merupakan pertunjukkan yang sangat menarik hati!"
1627 "Cissssss!"si gadis kewalahan, tapi ia terus melengos dan tidak
bilang apa-apa lagi. Ko Tie tidak melayani sikap si gadis, ia cuma tertawa tidak
hentinya, tampaknya pemuda ini senang sekali.
Iring-iringan kereta berjalan terus. Tanpa merasa telah melalui
tigapuluh lie. Kereta keledai mengikuti semua kereta piauw, yang jalannya
lambat maka terlihat di sana Tong Teng Bun berdua Sun Kiam
menjalankan kuda mereka berendeng, Mereka itu bicara sambil
tertawa-tawa, entah apa yang dipercakapkan oleh mereka.
Di depan rombongan itu, perjalanan mulai tidak rata. Di kiri dan di
kanan, lebat dengan pohon-pohon. Maka mulailah, mereka
merasakan sukarnya. Dengan adanya bukit-bukit di kedua sisi, artinya mereka tengah
jalan di selat atau lembah. Di antara pohon-pohon cema?ra pun
terdengar suara angin keras.
"Tidak jauh lagi ialah selat Gin-kang-kiap!" kata Giok Hoa perlahan,
tanpa menoleh. 1628 Belum lagi berhenti suara si gadis, di belakang mereka mendadak
terdengar derapnya beberapa ekor kuda, sebentar saja keretakereta piauw dilewatkan.
Mana mereka itu dapat dikenali sebagai lima orang yang tadi
mereka jumpakan di rumah penginapan. Mereka itu mem?bunyikan cambuk mereka berulang kali dan berseru seru
juga dengan suara yang nyaring.
Rupanya mereka tengah mengeluarkan gertak?an mereka, untuk
meruntuhkan semangat dari para orang piauw tersebut. agar
mereka itu lenyap keberaniannya.......!"
Tidak jauh mereka berlima melewati rombongan kereta piauw, lalu
mereka menghentikan kuda mereka, terus mereka memutar kuda
masing-masing, dan lari kembali, memapak kepada rombongan
piauw tersebut dengan cepat.
"Mereka menyebalkan!" kata Giok Hoa sengit, dan muak oleh sikap
ke lima orang itu. "Mereka harus diberi rasa!"
Ketika ke lima orang penunggang kuda itu sampai di depan kereta
keledai, mendadak yang seorang berseru dengan suara yang
nyaring sekali: 1629 "Eh, aneh! Mengherankan sekali!" segera ia menahan kudanya,
diikuti oleh ke empat orang kawannya. Lantas juga dia
menambahkannya: "Bukankah tadi kita melihat seorang nona
manis" Mengapa sekarang dia salin rupa?"
Kata-kata orang itu disarukan bentakan nyaring, tapi halus.
Mendadak mereka berlima rubuh dari kuda mereka, dengan
masing-masing menutup mata mereka berkoseran berkelojotan di
tanah. Dari antara jari-jari tangan mereka lantas terlihat mengalirnya
cairan merah. Dan ke lima orang itupun segera menjerit-jerit
teraduh-aduh hebat sekali menyayatkan hati?"
Di atas keretanya, Giok Hoa tertawa dingin dan berkata: "Nona
kalian masih baik budi, maka dia membiarkan jiwamu masih hidup!
Kusir! Jalankan terus kereta kita!"
Kereta itu berhenti dengan tiba-tiba sebab ke lima penunggang
kuda berhenti. Sementara itu Giok Hoa sudah mempersiapkan
belasan batang jarumnya. Ia benci keceriwisan dan ketengikkan sikap ke lima ouang tersebut,
maka ia menimpuk sebelum orang menutup rapat mulutnya, maka
mata mereka kena tertusuk jarum. Saking sakitnya, mereka
1630 terguling jatuh dan bergulingan di tanah sambil berteriak-teriak
kesakitan dengan suara raungan yang menyayatkan.
Tong Teng Bun dan Sun Kiam lari balik dengan kuda mereka yang


Anak Rajawali Serial Pemanah Rajawali Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dilarikan dengan cepat. Ketika mereka melihat ke lima penunggang
kuda itu, yang sikapnya mencurigakan, menghentikan kudanya di
dekat kereta Ko Tie. Mereka jadi berkuatir sekali.
Ketika mereka menyaksikan kesudahannya, walaupun mereka
berkasihan, mereka tidak bilang apa-apa. Cuma si piauw-su tua
menghaturkan terima kasih, lalu ia mengajak kawannya lari pula ke
depan. Rombongan kereta berjalan terus seperti juga tidak pernah terjadi
sesuatu peristiwa. Lewat empat atau lie, kembali terdengar suara
berisik di sebelah belakang.
Kali ini yang muncul belasan penunggang kuda di antaranya ada
yang membawa ke lima penunggang kuda tadi. Ketika mereka tiba
di sisi ketua piauw-kiok, ialah seorang di antara mereka berkata
dengan suara yang keras: "Tua bangka she Tong, di depan kau nanti saksikan sesuatu yang
bagus dilihat!" Terus mereka melarikan kuda mereka dengan
cepat. 1631 Tong Teng Bun tidak melayani bicara bentakan orang itu. Ia hanya
menjalankan kudanya terus.
Lagi lewat sekian lama, tibalah mereka di mulut selat, yang kiri dan
kanannya berlamping tajam dan curam sekali.
"Ini dia mulut Gin-kang-kiap!" kata Giok Hoa dengan perlahan.
"Inilah tempat yang dipilih si penjahat untuk mereka turun tangan!"
Ketika itu terdengar suaranya Tong Teng Bun, atas mana semua
keretanya berhenti berjalan, terus berkumpul di dalam jarak
tertentu dan rapi sekali.
Ko Tie memandang ke sekitarnya. Selat itu memiliki rimba kecil di
kiri dan kanannya. Di situ tidak ada rumah penduduk.
Di sebelah kanan ada jalanan cagak tiga, yang tampaknya naik ke
atas bukit. Ia heran juga sebab juga sampai sekian lama ia tidak
mendengar suara apa-apa. Tengah ia menduga-duga, barulah ia melihat munculnya beberapa
puluh orang, yang berlari-lari mendatangi dari dua arah, kiri dan
kanan, seperti juga menutup mati jalan majunya rombongan kereta
piauw tersebut. 1632 Cepat sekali mereka juga telah sampai, puluhan orang itu, yang
datang dari dua arah, tidak mempergunakan kuda tunggangan.
Melainkan mereka berlari-lari seperti juga mereka bayanganbayangan saja, karena gesitnya mereka dan mahirnya ilmu ginkang mereka.
Salah seorang di antara mereka telah menghampiri Tong Teng
Bun. Dia telah berusia enampuluh lebih, tubuhnya kekar.
Bagaimana pun ia merupakan seorang yang masih memiliki sikap
yang gagah dan angker. Ia juga memiliki apa yang dinamakan "Punggung harimau dan
Pinggang biruang", cuma dia sedikit bungkuk. Kumis dan
jenggotnya sudah putih semua.
Dia segera tertawa lebar dan berkata: "Saudara Tong! Baru
berpisah belasan tahun, tidak kusangka kau masih tetap gagah
dan tangguh, seperti juga dulu-dulu! Sungguh kau berbahagia
sekali!" Cuma sejenak, lantas ia menambahkan, dengan sikap bersungguh-sungguh bengis dan suaranya pun keras sekali.
"Saudara Tong, baiklah kau mengerti! Di antara kau dan aku orang
she Ciu tidak ada sangkut pautnya, tetapi kali ini aku hanya
1633 menerima permintaan seorang sahabat, permintaan mana sulit
untuk ditolak! "Sebenarnya ada niatku untuk mengadakan perdamaiannya,
supaya urusan dapat disudahi, apa mau kau telah melukai orangorangku. Hal mana tidak dapat dibiarkan saja. Maka dari itu
saudara Tong, sukalah kau memberi keadilan padaku"!"
Tong Teng Bun terkejut ketika ia mengetahui bahwa orang tersebut
tidak lain dari Ciu Yang Cin, begal yang paling terkenal di daerah
ini, merupakan begal yang paling telengas tangannya. Ia memberi
hormat dan menyahuti sambil tertawa:
"Oohh, kiranya Ciu Tong-ke! Memang sudah lama kita tidak pernah
bertemu. Tapi Ciu Tong-ke, mengenai urusan ini, sulit buat aku
berkata. "Sudah tiga hari lamanya dalam perjalanan ini, Teng Bun selalu
menemui orang-orang yang mencurigakan, yang senantiasa
mengawasi kami. Sulit untuk aku mengenali mereka lawan atau
kawan. Sebab mereka itu tidak sudi memperkenalkan diri.
"Tentang kejadian di tempat penginapan itu, di sana seorang
pengemis yang membawa-bawa ular berbisa telah melukai
beberapa orangku. Karena itu terpaksa aku turun tangan?"!"
1634 Tong Teng Bun berhenti sebentar, kemudian dia memperlihatkan
sikap yang heran, dia tanya: "Mungkinkah orang-orang Kay-pang
pun berada di bawah perintahmu, Ciu Tong-ke"!"
Ia berpaling kepada pihaknya dan berkata keras: "Coba bawa
kemari, mereka yang terluka, terpagut ular! Tolong perlihatkan
kepada Ciu Tong-ke!"
Perintah itu dijalankan dengan segera. Empat buah usungan
segera dibawa keluar, dibawa dekat Ciu Yang Cin.
Muka Ciu Yang Cin berobah jadi merah, alisnya yang tebal
dikerutkan. Ia menggelengkan kepalanya beberapa kali.
"Pengemis itu bukan orangku!" katanya kemudian menjelaskannya, "Aku cuma menanyakan lima orangku yang
terlukakan?"!" Mendengar perkataan Ciu Yang Cin seperti itu, Tong Teng Bun
tertawa lebar. "Pertanyaan kau ini aneh bukan main, Ciu Tong-ke!" sahutnya
nyaring. "Mengapa sebelum kau menanyakan jelas segera engkau
menegur aku si orang tua"
1635 "Orang-orangmu itu sudah berlaku kurang ajar, mereka telah
mengganggu dua orang muda gagah yang naik kereta keledai!
Mereka mencari bahaya sendiri, dan itu tidak dapat dipersalahkan
siapa juga! "Akupun hendak menjelaskan, ke dua orang pemuda itu bukanlah
rekanku! Ciu Tong-ke, urusan telah jadi jelas, tadi kau menyebut
kau telah menerima permintaan orang, sahabat baikmu, mengapa
dia tidak tampak di sini"!"
Ciu Yang Cin tidak menyahuti, dia segera memandang bengis
kepada Ko Tie dan Giok Hoa berdua, yang kereta keledainya
diberhentikan di dekat mereka.
Malah waktu itu Ciu Yang Cin telah tertawa bergelak-gelak. Itulah
suara tertawa ejekan, yang menyeramkan dan mengandung bawa
pembunuhan yang menggidikkan tubuh.
"Sahabat baik itu telah menantikan lama sekali!" katanya nyaring.
Lantas ia bersiul keras dan lama. Semakin lama suara siulannya
itu semakin nyaring dan keras, terbawa angin, sampai jauh,
sehingga memperoleh sambutan dari atas jurang. Dari mana lalu
tampak mendatangi melompat turun sesosok tubuh.
1636 Orang yang tengah mendatangi itu melompat jumpalitan tiga kali.
Waktu dia sampai di bawah, tampak dia mengenakan baju panjang
warna kuning emas, yang berkilauan di bawah sinar matahari,
bagus sekali untuk dilihat.
Tong Teng Bun sudah segera mengenali bahwa orang itu adalah
Boan Siam Ki, yang dulunya sama terkenalnya dengan dia sendiri,
karena orang pun lihay kepandaiannya. Ilmu silat pedang maupun
kepalan tangan kosongnya.
Demikian juga halnya dengan senjata rahasia dia sangat terampil
sekali, disegani oleh orang-orang rimba persilatan. Dia adalah
orang Kong-tong-pay, jadi dia merupakan seorang jago yang
termasuk dalam golongan sesat dan lurus perbuatannya baik dan
jahat bercampur baur. Dialah seorang di antara sembilan jago pedang di Tiong-goan.
Jago nomor satu adalah seorang tokoh rimba persilatan, tokoh
sakti yang jarang sekali bisa dijumpai orang. Dan justeru Boan
Siam Ki termasuk yang duduk dalam urutan ke sembilan.
Nama besar Tong Teng Bun yang terkenal akan kelihayan ilmu
pedangnya, maka dia tidak puas dan segera juga ia mencari Tong
1637 Teng Bun, sampai tiga kali dia menantang, tapi selama itu Tong
Teng Bun menolak tantangannya.
Dan penampikan tantangan Tong Teng Bun atas tantangan Boan
Siam Ki membuat dia tidak merasakan bahwa nama besarnya jadi
jatuh di sebelah bawah. Tapi ia tetap saja tidak mau mengerti,
dengan berbagai cara Siam Ki mendesak Teng Bun buat
bertanding. Akhirnya permintaannya itu diterima, dia dilayani. Dengan
kesudahannya Siam Ki kalah seurat, karena itu membuat Siam Ki
jadi tambah penasaran. Dikala pedang beradu, dia berlaku
telengas. Terpaksa akhirnya Tong Teng Bun melukai, kempolannya. Barulah
setelah itu Siam Ki mau menyingkirkan diri.
Tidak diduga sekali sekarang setelah urusan di masa belasan
tahun itu lewat, dia muncul lagi. Tentu saja Tong Teng Bun tidak
pernah menyangka akan terjadi urusan seperti ini. Dia jadi
mendongkol bukan main. M i s s i n g S e b a g i a n P a g e 48
1638 tertawa dingin" di dalam rimba persilatan lebih baik orang mati dari
pada namanya rusak! Untuk sakit hati ditikam pada kempolanku oleh pedangmu dulu itu,
aku telah berdiam diri di dalam gunung sampai sepuluh tahun! Aku
telah menyaksikan ilmu pedang yang lebih tinggi, maka dari itu
sekarang jika kau dapat mengalahkan aku pula, nanti aku
menghapus sendiri gelaranku sebagai Jago Pedang Menggentarkan Kang-ouw!"
Mau atau tidak, Tong Teng Bun jadi gusar, darahnya meluap naik.
"Boan Siam Ki, dengan kata-katamu ini tidak dapat kau
memperdaya aku!" katanya. Kemudian. "Jika benar kau hendak
menuntut balas, engkau boleh mencari aku di kantorku, karena aku
Tong Teng Bun setiap saat bersedia melayani kau! Tapi ?"
M i s s i n g S e b a g i a n P a g e 49
Ciu Tong-ke! Ciu Tong-ke telah menerima baik undangannya dari
seorang sahabatnya, buat menghadapi seseorang yang baru
muncul di dalam rimba persilatan, dan sudah mengirim orangnya
ke berbagai penjuru menyelidikinya! Kebetulan saja aku mendengar kau tengah mengantar piauw dan lewat di sini.
1639 Dari itu aku segera melakoni perjalanan jauh untuk melakukan
pertempuran yang memutuskan dan menentukan denganmu!
Seorang laki-laki harus bekerja secara laki-laki. Kau mengatakan
aku hendak merampas piauwmu, itulah lucu! Aku cuma kebetulan
saja datang bersama Ciu Tong-ke!"
Di kala ia berkata-kata begitu, tampak Boan Siam Ki bengis bukan
main. Ia juga memandang dengan mata mendelik kepada Tong
Teng Bun. Disaat mereka tengah mengadu mulut, Ciu Yang Cin sudah
melompat maju ke depan kereta keledainya Ko Tie, mengawasi si
pemuda dan Giok Hoa, terus dia tertawa. Sambil memperdengarkan suara tertawa menyeramkan, dia bilang.
"Dua orang pemuda, benar-benar kalian tidak mengetahui
tingginya langit dan tebalnya bumi! Cara bagaimana kalian berdua
berani melukai orang-orangku" Apakah mungkin kalian tidak
mengetahui peraturanku"!"
Ko Tie dan Giok Hoa tertawa dengan berbareng, mendadak sekali
tubuh mereka mencelat dari keretanya, lompat ke depan orang
yang membuka mulut besar dan sikapnya sangat angkuh itu.
1640 Ciu Yang Cin orang yang ternama, tapi dia heran dan terkejut. Dia
tidak melihat bagaimana caranya ke dua orang itu bergerak,
karena tahu-tahu mereka sudah berdiri di depannya.
Setelah salin pakaian, berdiri berendeng dengan Ko Tie, Giok Hoa
dan Ko Tie mirip sepasang anak kembar, sama-sama muda, samasama tampan, wajah mereka mentereng dan gagah.
Mengawasi mereka, jago itu pun kagum. Tapi ia mundur
selangkah, dia mengawasi ngan tajam sekali.
"Hemmm!" Giok Hoa memperdengarkan ejekannya. "Siapakah
yang sudi memperhatikan segala peraturanmu" Sekalipun ada,
aturan itu cuma untuk mengurus segala maling ayam dan pencuri
anjing! Sekarang aku hendak tanya kepadamu, kau sebenarnya
mau cari siapa"!"
Ciu Yang Cin tertawa keras, tetapi dingin.
"Aku tidak dapat menetapkannya!" jawabnya kemudian. "Cuma
satu hal sudah pasti. Siapa main gila terhadapku, dialah yang aku
cari!" Suara jago dari Ong-ok-san ini belum berhenti benar atau
mendadak sekali pipi kirinya memperdengarkan suara 1641 menggelepok nyaring, pada pipi itu segera terbekas telapak tangan
yang memerah. Dia merasakan kepalanya pusing dan matanya
kabur berkunang-kunang.

Anak Rajawali Serial Pemanah Rajawali Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Ko Tie sebal untuk kejumawaan orang, maka dia telah mengirim
tamparannya itu! Semua orang jadi kaget dan heran, gerakan pemuda itu hampir
tidak terlihat. Sedangkan Sun Kiam berkuatir melihat Ciu Yang Cin menghampiri
kereta keledainya Ko Tie berdua. Dia kuatir mereka itu nanti
bercelaka, maka diam-diam dia memberi isyarat dengan tangannya kepada dua orang piuwsu tua untuk piauw-su tersebut
menghampiri, guna membantu disaat yang diperlukan.
Tapi menyaksikan apa yang terjadi sekarang ini, di mana Ciu Yang
Cin telah ditempeleng pipinya, ia terkejut, heran dan juga kagum
sekali. Sampai ia mengawasi dengan menjublak.
Tadinya ia menyangka Giok Hoa yang lihay, tidak tahunya orang
she "Bie" yang juga lihay sekali. Maka sekarang legalah hatinya.
1642 Ciu Yang Cin berdiam sekian lama karena tamparan itu, setelah
tersadar ia berteriak keras, meraung, dan mementang ke dua
tangannya mau melompat, untuk menyerang.
"Kereplok!" Kembali terdengar suara gaplokan dan tamparan yang
ke dua telah singgah di pipi kanannya sebelum ia melompat!
Giok Hoa menyaksikan cara Ko Tie melompat dan menyerang, ia
jadi kagum dan gatal tangannya, maka dia menggerakan kaki
kirinya. Dengan tipu silat Kiu-kiong-ceng-hoan Im-yang-pou,
setelah melesat bagaikan kilat menyambar, tangan kirinya terayun,
mampir di pipi kanan orang, sehingga lagi-lagi Ciu Yang Cin
kesakitan dan menjublak disebabkan kepalanya pening dan
matanya berkunang-kunang kabur.
Ciu Yang Cin seorang ternama di dalam rimba persilatan, hampir
semua orang persilatan menghormatinya. Sekarang ia dihina
demikian rupa, tidak dapat ia mengendalikan diri lagi.
Dengan segera ke dua tangannya meraba pinggangnya, untuk
meloloskan senjatanya yang istimewa, yang telah mengangkat
namanya ialah rantai Kiu-cu-bo-lian-hoan. Hanya saja, belum lagi
senjatanya itu terloloskan, Ko Tie sudah melompat ke depannya,
1643 memegang ke dua tangannya, sambil berbuat mana dan diiringi
senyumannya. Ko Tie berkata sabar: "Ciu Yang Cin, jangan kesusu....."
Terus ia menunjuk dengan tangan kirinya kepada Tong Teng Bun
dan Boan Siam Ki untuk menambahkannya: "Kau tunggu sampai
mereka itu sudah bertempur dan ada keputusannya, masih belum
terlambat buat kau gerakan tanganmu!"
Setelah berkata begitu, tanpa menantikan jawaban, Ko Tie
melepaskan tangan kanannya sedang tangan kirinya menyambar
Giok Hoa. Buat diajak melompat mundur ke belakang.
Ciu Yang Cin berdiri diam, ke dua tangannya di pinggangnya, ia
mengawasi ke dua pemuda itu, pikirannya jadi kacau.
Benar-benar dia tidak mangerti. Ia menyadari bahwa ke dua
pemuda ini memang sangat lihay, namun dalam usia semuda itu
dan memiliki kepandaian yang demikian hebat, benar-benar baru
pertama kali dilihatnya. Entah mengapa, tangannya seperti kehilangan tenaga. Seumurnya
belum prrnah ia mengalami kejadian seperti sekarang ini. Sampai
diakhirnya ia menghela napas dan berkata kepada dirinya sendiri:
1644 "Ciu Yang Cin, buat apa kau banyak lagak" Ke dua pemuda itu
lihay sekali. Lihatlah gerakannya tadi! Apakah kepandaianmu
sendiri" Kau tidak nempil terhadap mereka....."
Lantas ia tunduk. Dengan lesu ia mengangkat kalinya untuk
ngeloyor keluar gelanggang.
Selama itu, Tong Teng Bun dan Boan Siam Ki telah berhadapan
dengan pedang di tangan masing-masing. Mereka jalan berputar
tanpa ada salah seorang yang mau turun tangan lebih dulu, sampai
mereka itu mirip tukang latih binatang peliharaannya, di mana
sebagai pelatih mereka tengah berlaku sabar sekali.
Ko Tie melihat kelakuan ke dua orang, ia tertawa. Ia teringat,
memang banyak sekali orang-orang rimba persilatan yang
umumnya dalam pertempuran selalu bersikap seperti itu.
Kemudian, dengan tiba-tiba sekali tampak Boan Siam Ki memutar
pedangnya, sehingga terlihat sinarnya berkelebatan bundar,
suaranya seperti mengaung dari mana bisa diduga lihaynya ilmu
silat pedangnya. Menyaksikan gerakan itu, Ko Tie segera mengerti. Itulah ilmu silat
pedang yang tidak rendah, kiam-hoat yang tidak boleh diremehkan. Hanya saja orang she Boan ini telah merobahnya dan
1645 dimahirkannya lebih sempurna dari ilmu pedang umumnya,
kemungkinan besar ilmu pedangnya berada di atas kepandaian
Tong Teng Bun. Tong Teng Bun juga sudah segera menggerakkan pedangnya,
mengimbangi gerakan lawan. Ia memutar pedangnya guna
menutup dirinya, sebab penyerangan segera datang bertubi-tubi.
Dengan begitu berulang kali terdengar suara benturan pedang, di
samping angin pedang mereka yang menderu-deru.
Demikianlah jika ke dua jago bertempur, hebatnya bukan buatan.
Setiap kali pedang mereka beradu, selain suaranya yang nyaring,
lelatu apinyapun berpeletikan, indah dipandang di bawah sinar
sang surya. Sambil menyaksikan pertempuran itu, tampak Ko Tie tertawa. Ia
bilang kepada Giok Hoa. "Hebat ilmu pedang mereka itu, mereka bukan jago-jago pedang
yang sembarangan. Jika dua harimau berkelahi, salah satu pasti
bercelaka! Demikian juga halnya dengan mereka berdua ini.
Sayang tidak perduli pihak yang mana yang terluka.......!"
Giok Hoa cerdik, ia dapat menangkap maksud terlebih dalam dari
kata-kata pemuda itu. Ia dianjurkan buat memisahkan juga
1646 berbareng memamerkan ilmu silatnya yang telah dipelajarinya
dengan mendalam dari gurunya, yaitu ilmu pedang So-lie-kiamhoat, warisan dari Siauw Liong Lie.
Maka dari itu Giok Hoa tersenyum, segera ia pinjam pedangnya
salah seorang piauw-su, dengan itu ia melompat ke dalam
gelanggang. Belum lagi ke dua kakinya menginjak tanah, ujung
pedangnya sudah menyelak di antara ke dua batang pedang milik
Tong Teng Bun dan Boan Siam Ki. Secara lincah tetapi keras, ia
memaksa kedua jago pedang itu mundur masing-masing tiga
tindak. Tong Teng Bun telah mengenal ke dua pemuda itu, ia tidak menjadi
terlalu heran. Tapi Boan Siam Ki segera berpikir:
"Entah siapa anak muda ini! Mengapa ilmu pedangnya demikian
lihay" Sedangkan tampaknya ia bergerak secara sederhana
sekali" Siapakah dia" Murid siapa pula dia"!" karena berpikir, ia
berdiri tertegun saja di tempatnya, berdiri dengan bungkam tidak
mengeluarkan sepatah perkataanpun juga.
Giok Hoa berdiri di antara mereka, sambil tertawa manis ia bilang:
"Tuan-tuan, bukannya gampang kalian mengangkat nama kalian.
Dari itu buat apa kalian mengumbar angkara murka kalian"
1647 Menurut aku, baiklah sekarang kalian saling menggenggam
tangan, untuk kalian dan akur pula sebagai sediakala!!
Gadis ini tidak mengetahui sebab bentrokan di antara mereka itu.
Ia cuma menduga saja, sedang disamping itu ia telah mendengar
pembicaraan mereka, maka tahulah ia si penjahat ialah Ciu Yang
Cin. "Inilah urusan aku dengan si tua bangka she Tong. Dengan kau
ada sangkut pautnya apa?" Boan Siam Ki menegur dengan mata
mendelik, karena ia gusar bukan main.
Giok Hoa tidak gusar, ia tertawa lagi. Dia bilang: "Boan Losu,
antara kalian, kau dengan Tong Lopiauw-su, ada urusan apakah"
Mau dan senang sekali aku mendengarkannya."
Muka Boan Siam Ki jadi merah. Malu dia buat menceritakannya.
Artinya ia sama saja membuka rahasianya.
Lagi-lagi si "pemuda" tertawa.
"Kita semua belajar silat, tidak lain tidak bukan untuk menyehatkan
tubuh, buat menjaga diri. Kalau kepandaian silat kita dipergunakan
untuk sekedar merebut nama, sungguh belum pernah aku
mendengarnya!" 1648 "Mengapa kau belum mendengarnya"!" teriak Siam Ki. "Bukankah
selama duaratus tahun telah terjadi pertempuran berulang-ulang di
antara sembilan partai besar di puncak Hoa-san"
"Bukankah kemudian disusul dengan Lima Jago Luar Biasa di
puncak Hoa-san juga" Disusul lagi dengan pertempuran para
pendekar lainnya yang akhirnya diakui bahwa terakhir sebagai
pendekar yang nomor satu adalah Ong Tiong Yang, tosu dari
Coan-cin-kauw itu" Bukankan semua itu untuk merebut nama"
Dan juga untuk menentukan siapa yang terpandai?"
"Itulah urusan lain, dan juga merupakan persoalan tokoh-tokoh
besar, yang tengah menguji kepandaian dan ilmu silat masingmasing untuk kemajuan ilmu silat!" menyahuti si gadis dengan
tetap saja tersenyumnya manis.
"Mereka itu berbeda dari kita yang perseorangan, yang hanya
didorong oleh dendam dan sakit hati belaka" Apakah bukan berarti
kau mengandung maksud untuk, mengacaukan rimba persilatan
agar mereka bentrok satu dengan yang lainnya.
Panas hati Boan Siam Ki, sampai rambut dan kumisnya bangun
berdiri. 1649 "Menurut kau, jadinya sia-sia belaka aku menyepi diri selama
sepuluh tahun memahamkan ilmu pedangku?" tanyanya dengan
suara berteriak. Giok Hoa tertawa, hanya kali ini ia tertawa dingin dan lenyap sikap
ramahnya. "Bukannya aku tak memandang mata padamu! Sebenarnya ilmu
pedangmu masih banyak yang lowong!" bilangnya, suaranya juga
jadi keras. "Jadi benar-benarlah kau kecewa sudah menyekap diri
sepuluh tahun untuk meyakinkannya!
"Kau menyebut dirimu adalah ahli pedang. Itu artinya kau
mengutamakan kemahiran dalam menggerakkan dan menguasai
pedangmu! Akan tetapi buktinya" Permainan silat pedangmu
kacau, mengambang, tidak ada isinya!
"Coba kau bertemu dengan ahli pedang yang melebihi kau, dengan
satu tikaman saja kau akan dapat dibikin mati! Andaikata aku,
walaupun aku tidak berani mengaku diri sebagai ahli pedang,
namun ilmu pedangku dapat dipakai buat membela diriku!
"Apakah kau tidak percaya" Mari kita coba! Mari kita bertanding
selama sepuluh jurus, asal kau dapat mendekati aku dan menikam
1650 satu kali saja, aku mau menyebut dan menghormati kau sebagai
ahli pedang nomor satu dalam Rimba Persilatan!"
Boan Siam Ki berpikir keras. Ia mempercayai pemuda ini bukan
tengah bicara tekebur. Tadi ia telah menyaksikan bagaimana ia
dan Tong Teng Bun dipaksa memisahkan diri, sehingga mereka
mundur tiga tindak. Tengah berpikir seperti itu, ia melihat ke arah Ko Tie. Ia
memperoleh kenyataan pemuda itu berdiri tenang, mengawasi dia
sambil bersenyum. Ia pikir pula: "Kalau ke dua pemuda ini maju bersama, ilmu silat
mereka pasti berimbang. Yang seorang masih sulit dilawan, apa
lagi dua-duanya! Jika aku kalah di tangan Tong Teng Bun, tidak
apa, tetapi.....!" Ia jadi serba salah, tapi ia harus segera mangambil keputusan.
Akhirnya ia menghela napas dan berkata: "Benar seperti katamu,
laote, aku bentrok dengan Tong Teng Bun Losu melainkan
disebabkan kami masing-masing membawa adat kita sendiri! Lebih
tegas, kami berebut nama!
1651 "Demikianlah tigapuluh tahun lalu, demikian juga tigapuluh tahun
nanti! Cuma saja, kalau orang tidak bersaing, apakah artinya"
Bicaramu ini, laote menandakan kesabaranmu.
"Hanya perkataanmu tentang pertandingan sepuluh jurus itu, aku
sangsikan betul. Aku percaya itulah berbau ketekeburan!
"Baiklah, laote, kau boleh mulai menyerang aku! Baik dijelaskan
dulu, aku sama sekali tidak menghendaki nama sebagai ahli
pedang nomor satu rimba persilatan! Aku cuma ingin belajar kenal
dengan ilmu pedangmu yang lihay!"
Giok Hoa girang. Ia telah memperoleh sebagian dari maksudnya,
di mana tampaknya Boan Siam Ki sekarang telah lunak. Jago itu
telah merobah pikirannya.
Inilah kesempatan bagimu buat mencoba So-lie-kiam-hoat nya. Ia
bersenyum dan berkata: "Boan Losu, aku cuma dapat membela
diri, tidak menyerang. Silahkan losu yang mulai!"
"Baiklah!" kata jago tua itu, "Maafkan aku!"
Dia tidak sabar lagi. Inipun ketikanya untuk menguji pemuda itu.
Dengan mendadak sekali dia menggerakkan tangan kanannya,
1652 segera juga pedangnya meluncur. Cepat luar biasa serangannya
itu. Giok Hoa tersenyum. Ia menarik mundur kaki kanannya, tubuhnya
mandek sedikit. Ia pun mengangkat berdiri ujung pedangnya, buat
dari kanan digeser ke kiri, lalu ditolak perlahan ke depan. Itulah
sikap pembelaan diri, tidak ada maksud untuk menyerang.
Tampaknya Giok Hoa bergerak perlahan sekali, tetapi pedang
mereka bentrok keras, suaranya nyaring, lelatunya muncrat. Yang
hebat ialah Siam Ki terpukul mundur sendirinya. Maka heranlah
dia. Dia jadi penasaran bukan main. Lagi sekali dia menerjang
menikam, dengan tenaga yang dikerahkan delapan bagian.
Mukanya ia melangkah, terus pedangnya menikam.
Giok Hoa tertawa. Kali ini ia menangkis dengan pedangnya
ditudingkan ke bawah lantas dari bawah ia putar naik, terus dipakai
menolak. Lantas saja Siam Ki mundur satu tindak!
Jago tua itu masih penasaran, ia menyerang lagi, berulang kali. Ia
mempergunakan sebagai jurus atau tipu ilmu pedang yang paling
ampuh. 1653 Hanya untuk herannya, setiap kali ia menyerang, tentu selalu ia
terpukul mundur. Ia tidak diberi kesempatan buat merangsek maju,
sekalipun hanya untuk satu langkah saja. Dengan begitu, tidak


Anak Rajawali Serial Pemanah Rajawali Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sanggup dia mendekati tubuh "pemuda" tersebut.
Selama itu, seperti janjinya, Giok Hoa cuma membela diri. Ia tetap
mempergunakan ilmu pedang So-lie-kiam-hoat, ajaran gurunya,
ilmu silat pedang warisan nenek gurunya Siauw Liong Lie, yang
ternyata memang benar-benar tangguh sekali. Diam-diam Giok
Hoa jadi girang bukan main.
Ko Tie menonton pertempuran yang aneh itu sambil tersenyumsenyum, sedangkan Tong Teng Bun mengurut-urut kumis
jenggotnya. Ciu Yang Cin pun ikut menyaksikan, maka sendirinya muka begal
itu jadi pucat. Hebat ilmu pedang si "pemuda". Coba dia membalas
menyerang, tentu mudah saja dia merebut kemenangan.
Juga pisuwsu lainnya ikut jadi kagum.
Sebentar saja sudah lewat delapan jurus. Hati Siam Ki berdebaran.
Wajahnya telah jadi guram dan memerah. Ia heran dan penasaran
sekali. Ia jadi berkuatir.
1654 Ia berduka juga ketika ia berpikir akan runtuhlah namanya. Sudah
delapan jurus tanpa ada hasilnya. Tinggal lagi dua jurus.
Bagaimana hasilnya. "Akh, habislah aku, habislah aku..........!" pikirnya pada akhirnya ia
jadi putus asa. Tepat disaat jago ini mau menyerang untuk kesembilan kalinya,
mendadak terlihat lari datang tujuh orang, gerakannya sangat
cepat. Dengan melompat dari tempat yang tinggi sampailah orangorang tersebut di antara mereka ini.
Giok Hoa dan Siam Ki mundur sendirinya.
Ketika Ciu Yang Cin telah melihat jelas rombongan itu, ia jadi
berseru kegirangan: "Kauw Supek!"
Giok Hoa sebaliknya mengawasi tajam, sehingga dia dapat melihat
jelas mereka itu. Empat orang adalah orang-orang tua yang kepalanya lanang,
lanang juga alis dan kumisnya. Bajunya serupa, yaitu baju panjang
berwarna kuning, cuma wajah mereka.
1655 Yang satu belang mukanya, pipi kirinya warna merah ungu, banyak
bekas tapaknya. Yang kedua matanya besar-besar sipit, yang
ketiga mukanya keriputan dan kulit muka itu seperti juga
permukaan kawah gunung berapi. Sedangkan yang ke empat
seorang pendeta muka celong dan mata yang tajam.
Tiga yang pertama berusia pertengahan, berdiri di belakang yang
bermata celong itu. Dan tiga orang lainnya lagi berdiri di belakang
ke empat orang tersebut. Tiga orang yang lainnya itu berusia pertengahan juga, pakaian
mereka hitam semuanya. Wajahnya licin.
Setelah berseru memanggil, Ciu Yang Cin melompat menghampiri
ke empat orang tua itu, guna memberi hormat.
Si muka belang tertawa dan bertanya, "Ciu Hiantit, apakah gurumu
baik-baik saja?" Kemudian matanya menyapu, lantas ia menegaskan pertanyaannya: "Mengapa kalian bentrok?"
"Terima kasih supek, guruku baik!" menyahuti Yang Cin sambil
berdiri dengan sikap yang amat menghormat sekali! Ke dua
tangannya diturunkan lurus. Setelah itu ia memberikan keterangannya. 1656 Orang yang mukanya belang tersebut memperdengarkan suara
tertawanya. "Sudah beberapa puluh tahun aku tidak turun gunung. Aku tidak
sangka sekarang ada beberapa bocah yang berani menyebut
dirinya sebagai ahli pedang!" katanya, jumawa sekali. "Dan
orangpun berani berebutan!"
Lagi sekali setelah berkata begitu ia tertawa keras dan lama.
Ke tiga orang tua lainnya berdiam saja, wajahnya dingin, sehingga
mereka mirip dengan pendeta-pendeta mayat hidup.....
Waktu itu wajah Boan Siam Ki berobah, rupanya ia mendongkol
sekali. Karena ia menyadari, kata-kata si pendeta muka belang itu
ditujukan buat dirinya juga.
Tong Teng Bun sendiri segera menghampiri Ko Tie.
"Aku telah mendengar berita, dari Tiong-goan muncul banyak
sekali jago-jago muda!" Terdengar lagi pendeta muka belang itu
telah meneruskan kata-katanya! "Aku Kauw Hie Hweshio, terpaksa
harus turun gunung untuk membuktikannya sendiri.....!"
1657 Ko Tie tertawa dingin, sikapnya memandang ringan kepada para
pendeta itu. Giok Hoa yang mendengar kekasihnya tertawa dingin
sampai melirik padanya. Si pendeta muka belang tertawa nyaring, dia bilang lagi: "Tidak
perduli kalian pandai mempergunakan pedang dan memiliki
kepandaian yang tinggi, tetap saja aku tidak akan membiarkan
kalian malang melintang sesumbar sekehendak hati di dalam
rimba persilatan!" "Hemmm!" Ko Tie sengaja memperkeras tertawa dinginnya, dan
dengusannya. Pendeta muka belang menoleh mengawasi tajam kepada Ko Tie,
karena ia mendengar suara dengusan itu, kemudian dia bilang:
"Inilah yang disebut anak kijang tidak gentar pada harimau!"
Dan ia melirik kepada Giok Hoa, lalu tertawa, katanya lagi: "Ke dua
bocah ini sangat tampan sekali! Jika kaIian berpikir untuk menjadi
jago, baiklah lewat lagi satu tahun kalian cari aku si orang tua di
puncak Ku-ing-hong di gunung Bie San!"
1658 Setelah berkata, dia melompat dengan gesit sekali, diikuti oleh
enam orang di belakangnya. Maka dalam waktu sebentar saja
mereka sudah memisahkan diri beberapa puluh tombak.
Berulang kali Ko Tie memperdengarkan suara, "Hemmm!" seraya
ia mengawasi terus dengan tajam.
"Bie Laote," kata Tong Teng Bun, yang tidak mengerti sikap
pemuda ini, "Ke empat orang itu adalah orang-orang yang
empatpuluh tahun lalu merupakan orang-orang terhebat, yang
dapat merubuhkan lima orang pendeta sakti dari Siauw-lim-sie.
"Juga mereka telah memperoleh nama di puncak Hoa-san. Cuma
saja, ia rupanya masih jeri berurusan dengan Lima Jago Luar
Biasa, yaitu Oey Yok Su, Ong Tiong Yang, Ang Cit Kong, It Teng
Taysu dan Auwyang Hong! "Nama mereka menggetarkan rimba persilatan! Semenjak waktu
itu mereka berempat hidup menyendiri, tidak pernah mereka turun
gunung. Sekarang mereka telah turun gunung, tentunya mereka ingin
melakukan yang hebat! Menurut penglihatanku, tentunya dunia
rimba persilatan akan bermandikan darah lagi......!"
1659 "Hemmm!" Ko Tie tersenyum, tapi tidak mengucapkan kata-kata
apapun. Waktu itu Boan Siam Ki menghadapi Giok Hoa, sambil tertawa ia
bilang: "Laote, ilmu pedangmu benar lihay, aku kagum sekali!
Baiklah, dengan memandang kau, mau aku menyudahi perselisihanku dengan Tong Lo-piauwtauw. Sampai bertemu pula!"
Ia memutar tubuhnya segera ia ngeloyor pergi meninggalkan
tempat itu. Selama itu Ciu Yang Cin semua sudah tidak terlihat lagi, sekalipun
bayangannya. Tong Teng Bun memandang ke sekitarnya, ia mengerutkan
alisnya. "Ciu Yang Cin seorang manusia yang sangat licik!" ia bilang. "Tadi
dia angkat kaki karena dia melihat gelagat! Dilain kali, Laote
baiklah kalian waspada."
"Terima kasih!" kata Ko Tie menyahuti. "Sekarang ini jalanan sudah
aman, karena keretaku dapat jalan lebih cepat. Ijinkanlah kami
berjalan lebih dulu, agar kami dapat cepat tiba di Lok-yang. Lain
1660 waktu, bila ada kesempatan, pasti kami akan pergi berkunjung
untuk unjuk hormat pada Tong Lo-piauwtauw."
Tong Teng Bun tampak berat berpisah dengan Ko Tie dan Giok
Hoa. "Aku harap laote berdua datang dengan pasti, karena aku si tua
sangat mengharapkan dan menanti sekali!" katanya.
Ko Tie terharu, ia dipanggil laote, iapun malu sendirinya. Tidak
dapat ia dipanggil dengan sebutan adik, seperti itu. Seharusnya ia
dipanggil sebagai seorang boanpwe yang tingkatnya jauh di bawah
jago tua tersebut. Bersama Giok Hoa, ia telah naik ke keretanya. Ia tersenyum waktu
keretanya itu bergerak berangkat.
Kereta dilarikan ke arah kecamatan Tiang-tie. Angin berhembus
keras sekali, sedangkan hawa udara dingin bukan main, karena
waktu itu hujan salju mulai turun bagaikan kapas yang berguguran
ke bumi. Langit bersinar layung dan sangat indah dengan warna putih salju
yang tengah turun tipis, sehingga sepanjang mata memandang,
1661 segala apa menjadi putih. Hanya warna putih belaka yang
menyilaukan mata terlihat!
"Y" Hari itu tanggal lima bulan pertama, akan tetapi di gunung Hongsan tidak terdapat suasana musim semi. Puncak gunung penuh
dengan salju, pohon-pohon gundul atau kering.
Hanya sang angin yang memberikan hawa dingin di samping
dinginnya salju. Burung-burungpun tak terdengar suaranya.
Suasana tetap merupakan suasana musim dingin.
Justeru waktu itu di jalan pegunungan terdapat dua orang pemuda
yang tengah berlari-lari gesit sekali, juga pakaian mereka sama,
warnanya abu-abu. Di punggung masing-masing tergemblok
pedang. Kepala mereka tertutup kopiah bulu. Muka mereka dilapisi dengan
topeng kulit yang tipis dan buatannya sangat indah. Yang beda dari
mereka ialah seorang lebih langsing tubuhnya.
Mereka berdua tidak bicara satu dengan yang lainnya. Setelah
melintasi rimba jurang barulah mereka berhenti di depannya
sebuah goa. 1662 Namanya goa, sebenarnya sebuah selokan besar yang lebarnya
dua tombak, Berliku-liku, ada airnya mengalir, airnya pun jernih
sehingga tampak dasarnya.
Memandangi selokan tersebut, pemuda yang seorangnya bersenandung dengan suara perlahan dan lembut sekali:
"Air yang jernih sebenarnya tidak ada kedukaan, adalah sang angin yang membuat mukanya berkerut-kerut.....
Gunung hijau sebenarnya tidak tua, adalah sang salju yang membuat kepalanya putih?""
Pemuda yang seorang tertawa, dia bilang, "Engko Tie, kau hebat!
Di waktu seperti ini kau masih memiliki kegembiraan untuk
bersyair! Sebenarnya juga selokan ini indah sekali, maka aku
percaya di dekat sini pasti ada rumah orang..... Menurut dugaanku,
sarang Kwee Lu, si bangsat tengik itu, tidak jauh dari sekitar tempat
ini." Si pemuda berhenti bersenandung, dia tertawa. Dialah Ko Tie. Dan
yang seorang lagi itu adalah Giok Hoa, kekasihnya, yang memang
menyamar selama dalam perjalanan sebagai pria.
1663 "Mari kita jalan mengikuti selokan ini?" katanya, "Sarang Kwee Lu
tentu tidak jauh dari di tempat sejauh sepuluh lie di sekitar tempat
ini!" Ia menengadah ke atas, melihat cuaca. Ia menduga waktu sudah
mendekati tengah hari. Kawannya itu mengangguk setuju, segera mereka berjalan
bersama di tepian selokan yang mirip sungai kecil.
Mereka berada di Hong-san, duapuluh lima lie di selatan kota Lokyang, di kota mana mereka telah tiba. Dan segera mereka bekerja
mencari tempat berdiamnya Kwee Lu.
Justeru waktu mereka tiba di kota Lok-yang, mereka telah
mendengar sepak terjang Kwee Lu, seorang tokoh rimba persilatan
yang termasuk dalam golongan sesat. Iblis yang sangat telengas
malang melintang di tempat ini.
Karena dari itu, Ko Tie dan Giok Hoa bermaksud mencari iblis yang
telah membanjirkan darah tidak sedikit ke bumi karena haus akan
korban-korbannya! Mereka melakukan perjalanan mengikuti selokan itu dengan
bernyanyi-nyanyi kecil dan juga sering menyelinginya dengan
1664 tertawa mereka yang cerah. Mereka pun telah banyak berbicara
mengenai hubungan mereka berdua.
Ko Tie berjalan di sebelah belakang si gadis. Ia sendiri sering
bimbang hatinya, yang tergoncang sangat keras sekali, melihat
lenggok dan lenggang gadis pujaannya ini, yang sangat
menggiurkan. Betapa cantiknya Giok Hoa.
Tiba-tiba Giok Hoa berseru perlahan: "Engko Tie, coba kau
lihat?"!" tangan si gadis pun telah menunjuk ke suatu arah.
Ko Tie memandang ke arah yang ditunjuk itu. Di sana, tidak jauh
dari ujung selokan, terdapat jurang. Dan dari jurang itu meluncur
air tumpah yang cukup deras, jatuhnya keras, suaranya nyaring
bergemuruh, berkumandang di lembah.
Karena waktu itu angin utara berhembus santer, suaranya berisik


Anak Rajawali Serial Pemanah Rajawali Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

di antara daun-daun dan cabang pohon di rimba situ. Suara berisik
itu sering tersamar. Itulah sebabnya mengapa mereka tidak dapat
mendengarnya dari jauh-jauh.
Juga uap air merupakan seperti mega yang tebal, sehingga tidak
mudah untuk melihat jelas di sekitar air tumpah itu.
1665 Ko Tie memandang tajam sekian lama. Di balik uap air terjun itu,
ia melihat sebidang tempat bagaikan paso. Di tengah-tengah
tempat itu ada sekelompok bangunan rumah yang cukup rapi
letaknya. Giok Hoa tidak dapat melihat sejelas Ko Tie. Si pemuda jauh lebih
mahir, tenaga dalamnya, itulah sebabnya mengapa Ko Tie bisa
melihat lebih jelas. "Pastilah itu sarangnya si bangsat Kwee Lu!" kata Ko Tie girang
setelah mengawasi sekian lama. "Mari kita pergi melihatnya!" Ia
segera juga menarik tangan si gadis, guna diajaknya berlari
separuh diseret. Giok Hoa pun mulai dapat melihat lebih jelas, hatinya memukul
keras. Setelah datang lebih dekat, dengan berani Ko Tie mengajak si
gadis melompat turun ke tempat yang tadi mereka awasi itu, yang
diduga adalah sarangnya Kwee Lu.
Justru di waktu itu terdengarlah seruan yang nyaring sekali:
"Tahan.....!" 1666 Ke duanya segera juga menunda gerakan mereka, bahkan mereka
telah mengawasi arah dari mana datangnya suara bentakan itu.
Segera dari sisi air terjun terlihat muncul tiga sosok tubuh yang
merupakan tiga orang berusia pertengahan, yang tubuhnya kurus
dan semua matanya tajam serta bengis. Salah seorang di
antaranya memiliki apa yang biasanya disebut sebagai kumis
kambing gunung. "Tuan-tuan, mengapa kalian tidak dengar kata?" Orang itu
menegur, dengan suara yang bengis.
"Kami memanggil beberapa kali, mengapa kalian diam saja"
Apakah kalian mengira Kwee-san-cung tempat yang depat
didatangi oleh sembarangan orang?"
Suara orang itu keras dan dingin, juga di balik nada kata-katanya
itu terdapat sikap tekeburnya. Ia tidak memandang sebelah mata
pada Ko Tie dan Giok Hoa.
Ko Tie jadi tidak senang, ia malah sengaja memperdengarkan
suara tertawa dingin. "Tuan, mengapa kau bicara begitu tidak tahu aturan?" ia malah
balik menegur, "Kau dengar sendiri, suara air terjun demikian
1667 berisik, mana kami bisa mendengar teriakanmu yang seperti suara
nyamuk?" Orang yang kumisnya seperti kambing gunung itu jadi gusar bukan
main, tapi dia tertawa bergelak dengan nada yang hebat sekali,
bengis dan mengandung kekejaman hatinya.
"Bocah ingusan keparat, kau benar-benar tidak tahu tingginya
langit dan tebalnya bumi!" Dia bilang kemudian dengan suara
mengguntur. "Kami Sam-lang-hun (Arwah Tiga Serigala) bukanlah sahabat dari
orang-orang Kwee-san-cung itu! Hemmm, bahkan kami adalah
musuh dari Kwee Lu! "Kami telah berlaku baik hati mencegah kalian, agar kalian tidak
memasuki tempat mereka. Kalian tahu, jika kalian lompat turun dan
memasuki tempat itu tiga lie, kalian akan terbinasa oleh panah
beracun! "Lagipula di sana, kecuali Kwee Lu, ada lagi dua orang yang sangat
lihay sekali. Ialah dua orang tokoh rimba persilatan yang sangat
ternama! 1668 "Kami mengetahui tentunya kedatangan kalian ke mari untuk
berurusan dengan pihak Kwee Lu. Karena itu kami hendak
mencapaikan lidah, agar kalian tidak tertimpah bencana!"
Dua orang kawannya yang lain tertawa.
"Tuan-tuan jangan kecil hati!" kata salah seorang di antara mereka,
"Bagaimana jika kita bekerja sama" Sebenarnya kamipun memiliki
urusan dengan pihak Kwee-san-cung!"
Ko Tie tersenyum, karena mereka adalah musuh Kwee Lu. Dengan
mengajak bekerja sama, jelas mereka hendak mempergunakan
dan memperalat tenaga Ko Tie dan Giok Hoa berdua.
Maka dari itu iapun telah berpikir mengapa justeru ia bersama Giok
Hoa tidak mau mempergunakan kesempatan ini untuk memanfaatkan tenaga mereka bertiga itu"
"Sam-wi, siapakah kalian?" tanyanya kemudian. "Apakah Sam-wi
mau, menyebutkan she dan nama kalian yang mulia" Sam-wi
bersedia bekerja sama, tolong Sam-wi utarakan bagaimana
caranya itu?" "Kami Sam-lang-hun, dan aku bernama Liang An. Ini adikku yang
kedua, Liang Ie, dan ini yang bungsu bernama Liang Oh,"
1669 menjelaskan orang dengan kumis seperti kumis kambing gunung,
sambil menunjuk kepada ke dua orang kawannya. "Dan ji-wi
berdua siapa?" Ko Tie memberi hormat. "Terima kasih, itulah nama-nama yang telah lama kudengar sangat
terkenal sekali," katanya.
"Aku sendiri she Bie bernama Lim, dan ini adik angkatku. Ia she Un
dan bernama Lie." Giok Hoa berdiam saja, ia sama sekali tidak mengucapkan sepatah
perkataan pun juga. Hanya di dalam hatinya ia memuji akan
hebatnya engko Tie nya ini bersandiwara.
"Oh Bie Siauwhiap dan Un Siauwhiap!" kata Liang An. "Aku girang
sekali dengan pertemuan ini!" kemudian ia berhenti sebentar, baru
kemudian ia menambahkan. "Waktu kami belum datang ke mari, telah kami dengar perihal
lihaynya Kwee Lu! Maka dari itu, walaupun kita bekerja sama
berlima, kalau memang kita tidak berhati-hati, tentu kita tidak akan
berhasil. Sulit untuk diperoleh hasil yang memuaskan.....!"
1670 Ko Tie mengawasi ke rimba di samping kanannya, sikapnya acuh
tak acuh, dengan segera ia berpaling lagi.
"Segala apa di dunia ini tergantung kepada usaha manusia,"
katanya sambil tersenyum. "Jika orang main jeri, takut kepala dan
takut ekornya, lebih baik orang jangan datang kemari!"
Liang An jengah, mukanya berobah merah dan kemudian
memperlihatkan sinar mata yang licik sekali!
Justru dikala itu di sebelah kanan mereka terdengar suara tertawa
mengejek. Segera melompat keluar seorang tosu dengan wajah
menyeramkan. Dia melompat ke dekat Sam-lang-hun, tetapi dia tidak memandang
mata kepada ketiga jago tersebut. Dia bahkan bertindak secara
angkuh dan sangat jumawa sekali.
Dia bukan menghadapi mereka, justeru ia memandang ringan
kepada Ko Tie dan menegurnya dengan bengis: "Bocah busuk
tidak tahu mampus, besar sekali mulutmu! Benarkah kau percaya
di Kwee-san-cung tidak ada orang yang dapat menguasai kau?"
"Tua bangka, siapa kau?" menegur Giok Hoa yang tidak mau kalah
dengan tosu itu. 1671 Tosu itu menjadi gusar sekali, segera saja ia mengeluarkan
sepuluh jari tangannya. Melihat penyerangan tosu itu, Sam-lang-hun terkejut bukan main,
sampai mereka mundur tiga tindak.
Dengan melihat sepuluh jari tangan yang hitam dari tosu itu, Samlang-hun segera teringat kepada seseorang. Mereka jadi takut luar
biasa, bahkan Liang An segera bertanya:
"Bukankah........ bukankah kau Cap-hek-cie Mo-ie Cinjin!?"
Tosu itu, yang disebut Cap-hek-cie, sepuluh jari hitam, Mo-ie
Cinjin, memperdengarkan suara tertawa mengejek perlahan,
sedangkan sepuluh jarinya itu perlahan-lahan, ujung jari tersebut
bergerak. Rupanya pertanyaan ini telah menahan gerakan
tangannya. "Eh bocah, ternyata matamu tajam!" ia menyahuti, segera ia maju
lagi. Sekarang dengan langkah kakinya, yang melangkah setindak
demi setindak. Mo-ie Cinjin memang sangat terkenal sekali untuk kekejaman
hatinya dan telengas tangannya. Dia maju tanpa bisa diterka apa
1672 sasaran penyerangannya. Sikapnya itu dapat membuat orang
bingung menerkanya. Begitu memang biasanya. Setelah datang dekat, barulah dia akan
menyerang dengan yang sesungguhnya.
Bahkan setiap kali ia menyerang, tentu serangannya dengan tibatiba dan gerakannya sangat aneh sekali, membuat setiap
lawannya harus celaka. Sebab sepuluh jari tangannya yang hitam
itupun mengandung racun yang dapat bekerja dengan cepat.
Waktu itu, angin gunung berhembus keras ditambah berisiknya
suara air terjun. Sam-lang-hun mengawasi dengan muka yang muram, hati mereka
tegang bukan main. Giok Hoa bersikap sungguh-sungguh, ia mengawasi dengan
penuh kewaspadaan menantikan serangan.
Ko Tie menonton dengan ke dua tangan digendong dan mukanya
tetap tenang, hanya tersenyum tawar.
Tiba-tiba tangan Cap-hek-cie Mo-ie Cinjin bergerak menyambar ke
muka Giok Hoa. 1673 "Ahh!" menjerit Sam-lang-hun, karena terlalu kaget melihat
cepatnya serangan itu! Mo-ie Cinjin berhenti di depan Giok Hoa, tidak ada satu kaki
jaraknya, maka dari itu tangannya dapat meluncur ke muka si
pemuda, dengan cepat sekali.
Akan tetapi belum lagi si gadis bergerak, Ko Tie yang berdiri di
sisinya sudah berseru sambil tangannya menyambar ke dua
lengan Mo-ie Cinjin. Dia menyambar luar biasa cepatnya karena
dia mempergunakan jurus Tie-liong-ciu atau "Mengekang Naga".
"Krekkk," demikianlah terdengar suara keras di tempat itu, maka
patahlah lengan Mo-ie Cinjin.
Menyusul dengan itu sebelah kaki si pemuda terangkat naik,
tubuhnya Mo-ie Cinjin segera terpental melayang di tengah udara.
Dari mulutnya terdengar jeritan dahsyat sekali. Tubuhnya itu jatuh
ke dalam rimba jauhnya belasan tombak.
Sam-lang-hun heran bukan kepalang. Bukankah Mo-ie Cinjin
sangat lihay dan terkenal sekali akan kekejamannya dan ilmunya
yang sangat tinggi" Mengapa dia bisa rubuh dalam hanya satu
gebrakan saja" 1674 Mereka pun terkejut. Coba tadi Liang An, toako mereka, main gila
terhadap pemuda itu. Bukankah berarti bahwa toako mereka
sudah pergi ke neraka" Untung saja tadi, Liang Oh telah
menengahi mereka. Sam-lang-hun telah banyak pengalaman! Dan mereka menganggap sepasang pemuda ini masih hijau. Dengan usia
mereka yang masih muda seperti itu, tentu kepandaian mereka
belum seberapa. Mereka juga berpikir lebih baik ke dua pihak bekerja sama, agar ke
dua pemuda itu yang maju di depan. Mereka sendiri akan jadi si
nelayan yang menerima hasil yang menguntungkan.
Sekarang ternyata ke dua orang, pemuda itu sangat lihay luar
biasa. Mereka segera bertukar siasat!
"Sungguh kau sangat lihay sekali, Bie Siauwhiap," kata Liang An,
mengumpak! Ko Tie berdiam saja, demikian pula halnya dengan Giok Hoa, yang
tidak melayani pujian itu.
1675 Liang An melihat ke dua pemuda itu berdiam diri saja, wajah
mereka bersungguh-sungguh, ia mengetahui apa yang harus
dilakukannya. Ia tertawa dan berkata:
"Ji-wi, kami bertiga kenal baik tempat ini, mari kami yang membuka
jalan!" Ia segera melambai kepada ke dua orang saudaranya, dan terus
berjalan di sebelah depan.
Dengan segera mereka bertiga melompat turun ke bawah!
Sebelum menyusul tiga orang itu, Giok Hoa mencekal lengan
engko Tie nya. "EngKo Tie, hebat gerakan tanganmu tadi!" pujinya perlahan.
"Dapatkah kau memberikan petunjuk kepadaku"!"
"Baiklah!" sahut Ko Tie.
Tapi ia bukan segera mengajari, sebaliknya ia mencekal tangan si
gadis, untuk ditarik, maka dilain saat mereka sudah bersama-sama
lompat turun ke bawah. Di situ si pemuda membawa kawannya ke
dalam pepohonan yang sangat lebat.
1676 "Begini!" katanya. "Ia mempelajari jurus yang tadi, jurus
"Memutuskan Otot, Memotong Nadi", yang terdiri dari tiga gerakan.
Giok Hoa girang bukan kepalang, terlebih lagi ketika ia segera
dapat mempergunakannya. Ia memang sangat cerdas, sedang
satu jurus dengan tiga gerakan adalah pelajaran yang sangat luar
biasa sekali. "Jurus ini dapat dipergunakan berbareng denpan ilmu apapun juga.
Dengan begitu, engkau dapat merubuhkan lawan dengan mudah!
"Kau cerdik adikku, tentu kau dapat menjalankannya tanpa
petunjuk lebih jauh dariku. Nah, mari kira menerobos maju!"
Pemuda itu melompat ke depan, diikuti si gadis yang sangat lincah
sekali. Sedangkan Sam-lang-hun telah pergi jauh, mereka tidak terlihat
bayangannya. Namun Ko Tie berdua dapat mengikuti tapak kaki
mereka di tanah. Kwee-san-cung dari Kwee Lu memiliki hawa udara yang istimewa.
Di sini sekalipun musim dingin, matahari keluar seperti biasa dan
hawanya hangat. 1677 Di pihak lain, di dalam tiga musim semi, panas dan rontok, seluruh
hari tampak kabut, jarang ada satu hari saja yang cuacanya cerah.
Maka itu, tempat ini menyenangkan sekali untuk ditinggali.
Letaknya rendah, tapi hawanya tidak lembab dan demak
menyenangkan sekali.

Anak Rajawali Serial Pemanah Rajawali Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Di saat mereka tengah menerobos maju, Ko Tie dan Giok Hoa
mendengar suara bentakan-bentakan yang samar-samar.
Si pemuda memegang tangan kawannya buat diajak berhenti. Ia
pun segera berkata perlahan:
"Rupanya Sam-lang-hun kena dipergoki. Kita belum mengetahui
maksud mereka bertiga. Lebih baik kita jangan terlalu sembrono
turun tangan. "Mari kita maju dengan jalan di atas pohon. Lebih dulu kita harus
melihat orang-orang lihay macam apa saja yang berada di Kweesan-cung!"
Giok Hoa menyatakan setuju dengan saran pemuda ini, ia kagum
sekali untuk ketelitian Ko Tie.
Setelah mereka maju lagi beberapa saat, Giok Hoa mengemukakan pikirannya: "Engko Tie," katanya. "Bukankah kau
1678 berjanji akan bekerja sama dengan Sam-lang-hun" Aku pikir, lebih
baik kita bekerja begini saja.
"Kau pergi menghampiri mereka, buat membantui mereka,
sedangkan aku menantikan agak jauh. Jika memang aku gagal
dengan usaha kita, kita bertemu di muka air terjun itu! Bagaimana,
kau setuju?" "Jadi kau ingin menanti sambil bekerja, menyelesaikan anak buah
orang she Kwee itu dengan jalan menyelusup dari belakang?"
"Itulah yang kupikirkan! Kau pandai sekali menerka, engko Tie,"
menyahuti si gadis sambil mengangguk dengan pipi yang berobah
merah. "Baiklah," mengangguk Ko Tie.
Begitulah, mereka segera berpisah. Ko Tie maju terus, sedangkan
Giok Hoa mengambil jalan memutar.
Ko Tie menanti sampai si gadis sudah tidak terlihat lagi, barulah
dia pergi ke arah dari mana bentakan-bentakan tadi datangnya.
Segera juga ia telah tiba di sana, tetapi ia menyembunyikan diri di
belakang lebatnya pohon-pohonan.
1679 Pertempuran tengah berlangsung antara Sam-lang-hun dengan
beberapa orang. Sekarang mereka tidak lagi saling membentak,
hanya tubuh mereka yang berkelebat ke sana ke mari dengan
lincah dan gesit sekali. Masing-masing juga telah mengeluarkan
ilmu andalan mereka, buat mendesak dan merubuhkan lawan.
Di antara lawan dari Sam-lang-hun, terdapat seorang wanita tua,
yang tubuhnya pendek dan kurus, mukanya telah keriputan,
rambutnya juga telah ubanan semua, tangannya mencekal
sebatang tongkat panjang berkepala naga-nagaan. Matanya
sangat tajam dan tubuhnya dapat bergerak sangat lincah sekali,
menunjukkan bahwa ia memang sangat lihay!
Dalam keadaan seperti itu, Ko Tie tidak memperlihatkan diri. Ia
ingin menyaksikan dulu, berapa tinggi kepandaian dari Sam-langhun, maka dari itu, ia hanya berdiam diri saja.
Liang An tengah menggerakkan tangan kirinya dengan jurus
"Kunci Besi Tenggelam di Sungai" untuk menutup tangan kanan
lawan lain, ia juga telah membarengi dengan menggerakkan
tangan kanannya meninju kepada lawan. Ia telah mengerahkan
tenaganya dan mempergunakan kecepatannya, sedang kakinya
melangkah mengiringinya. 1680 Lawannya terkejut. Itulah tidak disangkanya. Tidak keburu ia
menangkis. Maka itu ia melengak, lompat jumpalitan, setelah
menaruh kaki di tanah, ia menekuk ke dua dengkulnya guna
memasang kuda-kuda itu. Dengan demikian iapun dapat
mempertahankan diri agar tidak rubuh.
Liang Ie beradat keras, perangainya berangasan, ingin sekali ia
segera merubuhkan lawannya dan tidak mau memberikan
kesempatan kepada lawannya. Maka ia merangsek dengan hebat.
Tangan kanannya diajukan ke muka, untuk menghajar lagi. Jika ia
berhasil, pastilah patah atau remuk tulang-tulang dada lawannya.
Sedangkan lawan Liang An bukan musuh ringan, di mana ia pun
sempat memasang kuda-kuda, ia mendesak Liang An. Dua lawan
Liang Ie pun sama kuatnya, ia telah menggeser tubuhnya, tangan
kirinya menangkis, tangan kanannya membalas menyerang,
dengan ke dua jari tangannya ia menotok jalan darah Khi-hay-hiat
dari penyerangnya yang galak itu.
Liang Ie terkejut. Waktu itu Liang An pun terkejut sekali, karena ia
melihat betapa dirinya tengah terdesak, lalu menyaksikan Liang Ie
pun terancam keselamatan jiwanya.
1681 Terlebih lagi Liang Ie. Ia tidak menyangka musuhnya demikian
hebat. Ia menarik pulang tangannya sebelum mengenai sasarannya, dan memakai untuk menangkis berbareng dengan
mana iapun melompat ke kiri.
Waktu itu lawannya ingin menyelamatkan diri. Ia juga melompat ke
kanan dengan gesit. Sedangkan Ko Tie yang tengah menyaksikan semua itu, telah
memuji akan kebolehan dari Liang An dan kawan-kawannya.
Kepandaian mereka memang tidak rendah.
Setelah itu terdengar tertawa dingin dari Liang An, yang tertawanya
menyeramkan sekali. "Aku tidak menyangka, bahwa Thian-san-ngo-kui (Lima Setan dari
Thian-san) merupakan manusia tidak tahu malu. Namanya yang
begitu terkenal di dalam kalangan Kang-ouw ternyata hanya siasia belaka, karena mereka merupakan manusia yang tidak tahu
malu, yaitu hitam memakan hitam!
"Sekarang cepat kalian mengeluarkan peti emas dan mutiara untuk
membeber itu di muka kaum rimba persilatan. Dengan demikian
ada jalan buat kalian berdamai dengan kami Sam-lang-hun!"
1682 Mendengar perkataan Liang An itu, diam-diam Ko Tie berkata di
dalam hatinya "Hemmmmm, kiranya kalian merupakan satu
bangsa dan satu aliran! Jika begitu, Sam-lang-hun juga bukan
sebangsa manusia baik-baik!"
Di saat itu lawan Liang An telah tertawa lebar keras sekali. Iapun
telah menyambut perkataan lawannya dengan tertawa mengejek
dan sikap tidak memandang sebelah mata.
"Saudara Liang, kau keliru! Harta itu bagian yang menemukannya,
dan siapa yang memperolehnya, dialah yang lihay! Kalian harus
menyesalkan kepandaian kalian yang memang tidak mahir dan
dangkal! Barang yang telah diperoleh dan telah berhasil dirampas
kembali! "Siapakah yang hendak kalian sesalkan" Bahkan di waktu itu,
karena mengingat kalian sesama rekan, maka kami sudah tidak
mau mencelakai kalian! "Siapa duga sekarang. Perbuatan baik-baik dari kami tidak
memperoleh balasan yang baik. Buktinya kalian berani datang
kemari! 1683 "Hemmmm, kalian muncul ke mari untuk mengacau! Karena itu,
apakah kalian berpikir bahwa kalian semua dapat berdiam lamalama di sini"!"
Liang An jadi gusar bukan main, hanya belum lagi ia membuka
mulut, ia sudah didului oleh Liang Oh. Dia memang paling sabar di
antara Sam-lang-hun, tapi sekarang tidak menguasai diri lagi. Ia
segera juga melompat ke depan musuh dan berkata nyaring:
"Kau mengatakan bahwa kami rekanmu, siapakah sebenarnya
rekanmu" Kami Sam-lang-hun, kamilah laki-laki sejati! Benar kami
menjadi penjahat dan mengambil aliran hitam, tapi cuma
merampas harta. Kami biasa menghindar untuk melukai atau
membunuh orang! "Kami tidak seperti kalian, orang-orang dengan muka manusia
tetapi berhati binatang! Bukan saja kalian telah merampas barang
yang diperoleh kami, malah kalian juga sudah membunuh habis
tua dan muda. "Segera kalian memfitnah kami! Apakah maksud yang sebenarnya
dari kalian"!" Baru saja Liang Oh menutup mulutnya, lawannya sangat murka,
dan melangkah maju. Namun nenek-nenek tua yang bersamanya
1684 telah melompat ke depan. Ia berada lima tombak jauhnya, tapi
sekejap mata saja ia telah sampai di dekat Liang Oh.
Menyaksikan kegesitan nenek tua tersebut, bukan main kagumnya
Ko Tie. Itulah gin-kang yang benar-benar sangat tinggi.
Sedangkan lima orang lawan dari Sam-lang-hun dengan mata
yang mendelik bengis mata mereka memancarkan sinar yang
mengandung hawa pembunuhan.
Waktu itu si nenek tua telah berkata dengan sikap dan suara yang
aseran. "Sahabat-sahabat, kalian masih belum mengetahui aturan yang
diadakan di Kwee-san-cung ini," katanya kemudian dengan suara
yang dingin. "Adalah aturan kami, setelah bekerja, kami harus menutup mulut
orang, guna mencegah ancaman malapetaka di belakang hari!
Kalian tokh bukan orang-orang yang tersangkut dalam persoalan
tersebut. Buat apa tampil ke muka, untuk mendesak kami"
"Benar apa yang dikatakan anakku ini, maka cepatlah kalian
angkat kaki berlalu dari sini. Karena semakin cepat kalian angkat
1685 kaki, semakin baik pula buat kalian! Hari ini aku si nenek tua tidak
mau membuka larangan membunuh."
Belum lagi Liang An atau juga salah seorang di antara ke dua
saudaranya itu, menjawab akan perkataan nenek tua tersebut, dari
arah rumah terlihat seseorang berlari-lari mendatangi. Setelah
datang dekat, dia berbisik kepada salah seorang lawan Liang An
tadi. Dia tampaknya jadi kaget bukan main.
"Ibu....., ada bahaya di rumah kita!" ia bilang dengan segera. "Anak
Su, keadaannya terancam sekali! Ia telah diculik! Sam-lang-hun
tidak dapat dibiarkan hidup, maka dari itu cepatlah bereskan
mereka!" Muka Thian-san-ngo-kui tampak berobah bengis, ia terkejut
berbareng marah sekali. Dengan tiba-tiba saja mereka telah
mengambil sikap mengepung.
Sedangkan si nenek tua itupun telah menggerakkan tongkatnya,
melintang menyerang kepada Sam-lang-hun. Ia mempergunakan
jurus "Naga gusar menggoyangkan ekor". Hebat serangan itu,
anginnya tongkat tersebut sampai menderu-deru dahsyat sekali.
Sam-lang-hun tidak menyangka mereka akan diserang secara
begitu. Ketika itu mereka tengah berbaris bertiga. Tapi mereka
1686 tabah dan cukup lihay, dengan serentak mereka melompat
mundur, lalu menghunus senjata masing-masing.
Waktu itu Ko Tie melihat salah seorang dari Thian-san-ngo-kui
telah berlari ke arah rumah. Ia menduga tentunya Giok Hoa yang
berhasil untuk mengacaukan keadaan di dalam rumah itu.
Ia segera bermaksud untuk menyusul. Akan tetapi belum lagi ia
bertindak, ia ingat pesan si gadis, untuk tidak melenyapkan
kepercayaan terhadap Sam-lang-hun.
Sekarang ia memperoleh kenyataan, walaupun sama-sama
beraliran hitam dan dari kalangan penjahat, Sam-lang-hun berbeda
dari Thian-san-ngo-kui tampaknya memang memiliki tangan yang
telengas dan hati yang kejam sekali.
Ketika Ko Tie tengah berpikir seperti itu, ia melihat si nenek sudah
menyerang hebat kepada Sam-lang-hun, yang seperti dikurung
oleh tongkatnya nenek tersebut. Jago wanita yang sudah tua itu
mau menuruti perkataan dari Thian-san-ngo-kui, karena ia tidak
hendak memberikan kesempatan hidup lagi kepada Sam-langhun, di mana ia menyerang begitu hebat, karena ia bermaksud
untuk membunuh ke tiga orang itu.
1687 Sedangkan Sam-lang-hun benar-benar lihay. Dengan segera
mereka mengadakan perlawanan. Merekapun tidak sudi kena
dikepung. Serangan mereka ganas semuanya.
Demikianlah mereka bertempur sampai belasan jurus.
Rupanya, setelah berselang sesaat lagi, habislah sabarnya nenek
tua itu. Dia bilang dengan suara yang nyaring:
"Kalian bertiga tidak tahu gelagat harus mundur atau maju. Maka
kalian jangan sesalkan aku si wanita tua tidak mau berbuat baik
lagi!" Kata-kata itu dibarengi dengan rambutnya pada menegak berdiri
dan ke dua matanya bersinar sangat bengis.
"Hemmm," Sam-lang-hun mendengus. Bukannya mereka mundur,
malah mereka berusaha merangsek maju.
Walaupun begitu, maka mereka tenang. Hati mereka saja yang
gentar melihat kelihayan nenek tua tersebut.
Mereka berusaha menghadapi serangan si nenek tua itu dengan
sebaik-baiknya, dengan tenang, tapi di dalam hati, mereka gentar
1688 dan kuatir sekali. Sebab memang mereka mengetahui kepandaian
nenek tua ini berada di atas kepandaiannya.
Si nenek tua itu telah segera membuktikan ancamannya. Ia
menyerang dengan tangan kanannya, yang diluncurkan dengan
cepat sekali. Sam-lang-hun segera merasakan tubuhnya seperti tertolak keras,
sehingga tubuh mereka terhuyung, hanya sedikit, mereka berdiri
pula dengan tegak. Liang An menyerang dengan Coa-tauw-pian,
cambuknya yang berkepala ular-ularan. Ia mencari jalan darah Kiebun. Sedangkan Liang Ie telah mempergunakan tempulingnya,
yaitu Sam-leng-ngo Bie-ce, menikam ke jalan darah Hok-kiat.
Dan Liang Oh, dengan sebat sekali telah mempergunakan tombak
Long-gee-sok, menusuk jalan darah Giok-cim di batok kepala,
untuk mana ia sudah mencelat dengan gerakan tubuh yang sangat
ringan ke belakang si nenek. Maka terancamlah nenek tua itu.
Tidak kecewa nenek tua itu menjadi jago di kalangan Kang-ouw
yang disegani. Walaupun ia seorang wanita yang usianya sudah
lanjut, hatinya tabah, tubuhnyapun cukup gesit, di samping
memang kepandaiannya sangat tinggi.
1689 Ia telah memutar tongkat dengan jurus "Badai Mengibas Yang-liu",
dengan begitu, satu kali bergerak saja ia dapat menutup dirinya
membuat gagal serangan dari ke tiga orang lawannya, walaupun
serangan ke tiga lawannya itu merupakan serangan yang hebat
sekali dan seharusnya sulit dipunahkan.
Waktu itu jago tertua dari Thian-san-ngo-kui telah pergi jauh, ia
segera disusul dengan tiga orang jago Thian-san-ngo-kui lainnya.
Mereka berempat meninggalkan tempat itu, karena mereka yakin
nenek tua itu akan dapat menghadapi dan melayani Sam-lang-hun.
Yang masih menanti adalah beberapa orang anak buah mereka,


Anak Rajawali Serial Pemanah Rajawali Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

yang umumnya mengagumi akan ilmu tongkat nenek tua tersebut.
Dan juga Thian-san-ngo-kui yang terkecil, yang tetap berdiam di
situ, Thian-san-ngo-kui yang ke lima yang bungsu.
Sam-lang-hun terkejut sekali. Ilmu silat musuh mereka yang tua ini
membuat mereka tidak dapat menyerang masuk.
Senjata mereka juga setiap kali tertangkis tentu terpental, sehingga
sering-sering tubuh mereka jadi terbuka. Mereka tahu itulah
ancaman bahaya yang tidak kecil buat mereka.
Dugaan dari Sam-lang-hun, cepat juga jadi kenyataan, bahwa
mereka bertiga tidak akan sanggup menghadapi nenek tua
1690 tersebut, yang sangat lihay. Tidak berselang lama, tampak si nenek
tua itu tanpa ingin memperlambat waktu lagi, telah meluncurkan
tangan kanannya, dari kanan ke kiri, ia menabas dengan jurus
"Menyapu Tentara Seribu Jiwa". Untuk merubuhkan ke tiga
musuhnya itu, ia berpikir untuk tidak berlaku sungkan lagi dan tentu
saja dibutuhkan tangan besi.
Sam-lang-hun kaget tidak terkira, semuanya segera juga
melompat mundur. Disaat itulah, senjata mereka sudah tersampok
mental, sehingga tubuh mereka jadi kosong. Mereka semua
melompat dengan cepat akan tetapi angin pukulan dari nenek tua
itu tokh tetap saja mengenai pundak mereka?"
Tiba-tiba sekali terdengarlah suara siulan yang jernih dan panjang.
Dikala Sam-lang-hun terancam bahaya terlihat sesosok tubuh
melompat bagaikan terbang, sehingga dia tampaknya seperti
bayangan. Dikala itu Sam-lang-hun jadi kaget dan heran. Mereka bebas dari
serangan angin pukulan si nenek yang begitu hebat. Tubuh mereka
juga terpental tiga tombak, sehingga mau atau tidak mereka
terhuyung, dan akhirnya rubuh.
1691 Walaupun demikian mereka, mereka tidak takut bahkan mereka
merasa lega hati. Jelas, mereka telah ditolongi oleh seseorang,
keluar dari pintu akherat.
Setelah melompat bangun dan melihatnya, mereka jadi girang. Di
depannya si nenek berdiri si pemuda yang mereka ketahui sangat
lihay. Dialah Ko Tie, yang berdiri tenang, sedangkan si nenek tua itu telah
mendelik padanya. Namun Ko Tie berdiri dengah sepasang tangan
yang digendong, sikapnya sabar sekali, hanya wajahnya belaka
yang tampak keren dan berwibawa.
Si nenek tua sudah kena dipaksa mundur sampai dua tindak ke
belakang. Karenanya dia heran dan tercengang bukan main. Dia
merasakan bahwa tenaga dalam pemuda ini kuat luar biasa.
Waktu dia mengawasi pemuda yang berdiri di depannya dia
bertambah heran. Dia melihat orang yang masih berusia muda
sekali. Tentu saja dia tidak mengetahui orang tengah memakai
topeng. Dia pun jadi murka bukan main.
"Bocah, hendaklah kau mencampuri urusanku si orang tua?" dia
menegur bengis. 1692 Ko Tie tertawa, ia sikap memandang remeh kepada nenek tua itu.
Sedangkan nenek tua itu menantikan jawaban. Sambil menanti, ia
mengawasi tajam, bengis dan sinar matanya mengandung hawa
pembunuhan. Dia benar-benar tidak puas terhadap pemuda ini, untuk sikapnya
yang menghina itu. Tapi dia tidak dapat membaca hati orang dan
juga tidak tahu siapa pemuda ini, tidak mengetahui asal usulnya.
Ko Tie berkata juga kemudian, dengan suara yang tawar dan
perlahan. "Nenek tua, bukankah engkau yang di dalam rimba persilatan
dinamakan Jie Sian (Dewi Kedua)?" tanya Ko Tie kemudian
dengan sikap yang tawar! "Dan kukira, aku tidak akan perduli dengan urusan kalian! Aku tidak
mau tahu apa urusan kalian ke dua belah pihak. Aku datang untuk
urusan lain. "Aku hendak bertanya kepada kau. Apakah dengan mengandalkan
kepandaianmu itu, yang kau anggap sangat lihay, engkau satusatunya orang yang paling pandai dan memiliki kepandaian
tertinggi di dalam rimba persilatan?"
1693 Waktu itu angin berhembus dan membawa hawa hangat. Sinar
matahari memancar cukup keras. Hawanya panas!
Akan tetapi tanpa merasa, nenek tua itu menggigil keras, seperti
juga ia tengah kedinginan, karena ia memang sangat murka bukan
main. Sedapat mungkin ia berusaha bersikap tenang menindih
kemarahannya yang seakan juga hendak meledakkan dadanya,
membuat tubuhnya itu menggigil.
"Benar! Jika engkau tidak berhasil merubuhkan aku, berarti akulah
satu-satunya orang terpandai di dalam kalangan Kang-ouw!
"Tapi kukira engkau tidak layak untuk beradu tangan dengan
nenekmu. Engkau perlu kembali lagi kepangkuan ibumu, buat
minta menetek! "Hemmm, bocah masih bau popok, ternyata engkau tidak
mengenal tingginya langit dan tebalnya bumi! Baiklah! Justru aku
yang akan membuka matamu, agar engkau mengetahuinya.
Betapapun juga, memang engkau perlu memperoleh hajaran yang
pantas....." Kata-katanya itu belum lagi habis nenek tua tersebut, yang disebut
oleh orang rimba persilatan sebagai Jie Sian, sudah tidak bisa
membendung lagi kemarahan hatinya. Ia telah membentak bengis,
1694 mengandung hawa pembunuhan, disusul dengan tubuhnya yang
melesat gesit sekali, tubuhnya seperti bayangan, tangan kirinya
telah menyerang, angin serangan itu berkesiuran dahsyat,
sedangkan tongkatnya itupun menderu-deru dengan hebat.
Dengan demikian, tampaknya memang nenek tua itu, bermaksud
sekali menyerang dia sudah bisa membunuh Ko Tie.
Ko Tie tetap berdiri tenang di tempatnya. Walaupun Jie Sian telah
melompat dalam jarak yang begitu dekat dengannya.
Malah, angin serangan tangan kirinya dan tongkatnya telah mulai
menerjang dirinya dengan dahsyat. Ko Tie hanya memperhatikan
dengan sinar mata yang sangat tajam sekali kepada nenek tua itu
di mana ia ingin menantikan sampai serangan dari nenek tua itu
benar-benar dekat dengannya.
Setelah serangan nenek tua tersebut dekat sekali, Ko Tie tidak
berdiam diri terus. Karena iapun untuk mempertahankan diri telah
membarengi ketika Jie Sian menarik dengan keras, ia mengerahkan tenaga di tiga jarinya. Lalu:
"Takkk!" maka patahlah ujung tongkat sepanjang lima dim. Ia terus
melemparkan patahan itu, yang terbang meayambar batang pohon
yang tidak jauh dari mereka, menancap masuk ke dalamnya!
1695 Semua orang yang menyaksikan kejadian itu jadi kaget dan heran.
Semuanya sampai menahan napas dan muka mereka pun telah
berobah. Diam-diam Jie Sian menyedot napas dingin. Benar-benar ia tidak
menyangkanya. Karena itu, mendadak sekali ia melemparkan
tongkatnya yang sudah buntung, dengan ke dua kakinya segera
menjejak tanah. Ia melompat mundur ke luar dari kalangan.
Disaat semua orang heran menyaksikan sikap si nenek Jie Sian,
waktu itu Ko Tie segera berpikir: "Kukira aku telah cukup
melayaninya. Aku tidak perlu buang-buang waktu untuk ini!"
Karena berpikir seperti itu, segera juga Ko Tie mengeluarkan
siulannya yang nyaring. Tahu-tahu tangan kanannya telah
bergerak lagi, mengibas dengan mempergunakan Tenaga Inti Es
nya, yang menimbulkan sambaran angin yang sedingin es.
Kemudian tubuhnya juga melesat tidak menghiraukan nyonya tua
ini, ia melompat buat terus lari ke arah rumah. Bagaikan terbang
melayang ia lewat di depan nyonya tersebut.
Jie Sian terkejut sekali, karena tubuhnya menggigil kedinginan.
Sambaran angin kibasan tangan dari Ko Tie mendatangkan hawa
1696 yang sedingin es. Ia memang memiliki lweekang yang tinggi, maka
ia masih bisa mempertahankan diri tidak sampai rubuh.
Yang membuat ia lebih kaget lagi, sekarang anak buahnya yang
berada di belakangnya, dengan mengeluarkan suara jeritan yang
lirih, terjungkal rubuh dengan tubuh yang kaku dan juga telah
diselubungi oleh lapisan es yang tipis! Itulah akibat anak buah Jie
Sian kena disambar oleh angin pukulan Inti Es nya Ko Tie.
Dan kembali Jie Sian lebih kaget, sebab waktu itu tubuh Ko Tie
berkelebat di depannya seperti bayangan saja. Belum lagi ia bisa
berpikir, di waktu itu si pemuda telah pergi jauh!
Tapi sebagai seorang jago tua yang memiliki kepandaian tinggi, Jie
Sian dapat menentukan dalam waktu yang singkat, apa yang harus
dilakukannya! Ia melompat dengan gesit menyusul Ko Tie, dan
tangan kanannya menghantam punggung Ko Tie.
Namun Ko Tie tidak menghiraukan serangan itu, ia cuma
menangkis ke belakang dengan tangan kirinya, ke dua kakinya
berlari terus. Akibatnya memang hebat buat Jie Sian. Ia menyerang sangat
keras sekali, kesudahannya ia sendiri yang tertolak mundur dua
1697 tindak, sampai dia menjerit saking kagetnya, heran dan kagum
sekali. Sekarang Jie Sian tidak tercengang lagi, maka itu, iapun segera
mengejar pula. Karena kini ia diliputi penasaran dan murka yang
bukan main. Waktu itu di dalam Kwee-san-cung terlihat asap mengepul di
empat penjuru, api tampak mulai berkobar-kobar tinggi sekali.
Ko Tie segera sampai di dalam. Ia mendapatkan sebuah rumah
yang besar dan indah, yang tiang-tiangnya berukiran, tetapi tidak
sempat ia menikmati itu semua, ia masuk terus mencari Giok Hoa.
Ia telah `menemui beberapa orang yang rebah di lantai, tangan dan
kaki mereka patah, tapi jiwa mereka belum lenyap. Hanya darah
berlepotan. Di antara mereka juga terdengar rintihan yang
menyayatkan hati. Ia mengerti pasti Giok Hoa sudah membuka pantangan membunuh
dengan mengerjakan pedangnya. Waktu Ko Tie masuk lebih jauh
ke dalam, ia masih menemukan orang-orang yang terluka,
mungkin sebanyak limapuluh orang. Di antaranya ada beberapa
orang wanita, yang semuanya merintih dan menangis.
1698 Di sudut tembok, di luar, ia melihat seorang anak kecil tengah
merengket ketakutan. Ia menghampiri dan bertanya dengan bengis
sekali. "Apakah kau melihat seorang nona?" akh?" seorang pemuda
yang membawa pedang?"
Hampir ia membuka rahasia Giok Hoa. Bukankah Giok Hoa telah
menyamar sebagai seorang pemuda"
Bocah itu tengah ketakutan bukan main. Dia juga merengket
sambil menangis, maka dari itu tidak bisa ia menyahuti pertanyaan
Ko Tie. Tubuhnya menggigil dan matanya yang basah oleh air
mata itu terbuka lebar-lebar.
"Kau mau bicara atau tidak?" bentak Ko Tie dengan sikap bengis.
Anak kecil itu tambah ketakutan, tapi sekarang dapat juga ia
berkata: "Jangan gusar tuan..... jangan bunuh aku?" dia telah
membawa puteri Su?". Ia pergi lari cepat sekali!"
"Dia lari ke mana?" tanya Ko Tie menegaskan.
"Aku".. aku tidak tahu?" setelah melukai orang, ia pergi?".
aku hanya melihat ke empat Chung-cu muda bersama dua tosu
1699 mengejarnya, dan baru saja Chung-cu (kepala kampung) pergi
menyusul." Ko Tie segera menduga, tentu yang dimaksudkan dengan bocah
itu sebagai Chung-cu adalah Kwee Lu. Ia mengangguk dan tanpa
membuang waktu lagi, segera tubuhnya melesat untuk meninggalkan tempat itu. Di belakangnya Jie Sian bersama orang-orangnya tengah berlari
menyusul! Wanita tua itu berteriak-teriak,
"Binatang, kau telah membunuh orang dan membakar rumah,
apakah kau dapat meloloskan diri secara demikian mudah?"
Ko Tie mengerutkan alis! Kedatangannya Giok Hoa ke tempat ini
adalah untuk membasmi orang-orang Kwee Lu!
Tapi tentu saja yang terpenting sekali adalah Kwee Lu, sedangkan
anak buahnya hanya bisa dinasehati dan dibubarkan, tidak perlu
mereka dibunuh. Namun melihat betapa Jie Sian dan anak
buahnya mengejar terus, habislah kesabaran Ko Tie.
Ia berhenti berlari. Kemudian dengan segera ia memutar tubuhnya.
Ia telah melompat ke depan Jie Sian!
1700 Bukannya dia menyingkir, sekarang malah dia telah memapaknya,
dimana begitu ke dua kakinya hinggap, seketika ia menghantam
dengan saling susul mempergunakan ke dua tangannya.
Dan sekali ini memang Ko Tie tidak tanggung-tanggung dalam
mempergunakan Pukulan Inti Es nya, di mana dari kedua telapak
tangannya itu menyambar angin yang sangat dingin sekali, dan
membuat semua orang pengejarnya jadi menggigil keras.
Ma1ah dua orang di antara mereka yang memang kepandaiannya
paling rendah, telah rubuh terjungkal, di mana mereka terbungkus
oleh lapisan es yang tipis. Merekapun pingsan tidak sadarkan diri.
Jie Sian menggigil, namun ia bisa menolak hawa dingin itu dengan
mengerahkan lweekangnya. Dia berusaha untuk mengejar terus,
maju ke depan. Waktu itu jarak mereka memang terpisah tidak begitu jauh. Dengan
bengis dan bernafsu sekali Jie Sian menghantam saling susul
dengan ke dua tangannya. Dia telah mempergunakan sebagian terbesar tenaga dalamnya,
karena memang dia tengah penasaran dan juga murka sekali.
Itulah sebabnya dia menghendaki dengan pukulannya ini dapat
membunuh Ko Tie. 1701 Ko Tie mendengus memperdengarkan suara tertawa dingin. Tahutahu ke dua tangan pemuda itu memapak tangan nenek tua itu,
cepat dan sebat sekali, sukar diikuti oleh pandangan mata. Bahkan
Jie Sian sendiri tidak bisa melihat jelas arah sambaran ke dua
tangan pemuda itu, yang tahu-tahu telah berhasil mencekal kuat
sekali ke dua pergelangan tangannya!
Waktu Ko Tie mengempos semangatnya, maka terdengarlah suara


Anak Rajawali Serial Pemanah Rajawali Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Kreekkk, kreekkk," berulangkali. Tulang-tulang di seluruh tubuh
Jie Sian telah patah dan hancur.
Waktu Ko Tie melepaskan cekalannya,tubuh nenek tua itu lunglai
lesu tidak bergerak lagi. Setelah terbanting di tanah napasnya telah
putus! Semua orang Kwee-san-cung berdiri tertegun, ngeri dan gentar.
Mereka tidak menyangka pemuda ini demikian tangguh. Mereka
berdiam sejenak, sampai akhirnya tersadar waktu Ko Tie
membentak dengan suara dan sikap bengis:
"Kalian jika tidak mau cepat-cepat meninggalkan dunia kejahatan
ini, dan insyaf menjadi manusia benar, maka kalian akan menemui
kematian yang sama mengerikan seperti nenek tua itu!"
1702 Tidak berjanji lebih dulu, anak buah Kwee san-cung seketika
menekuk lututnya. Dan mereka telah sesambatan meminta jiwa
mereka diampuni. Di antara mereka bahkan ada yang menangis menyebut-nyebut
anak isterinya, dan mohon diampuni.
"Baiklah!" kata Ko Tie kemudian. "Memang aku menghendaki agar
kalian insaf dan menyadari apa yang selama ini kalian lakukan
adalah salah. Karena dari itu, jika memaag kalian mau tersadar dari
kekeliruan itu, kalian akan kuampuni! Pergilah!
"Tapi ingat, kalau kelak kalian bertemu denganku lagi, dan ternyata
kalian masih bergelimang di antara kejahatan, di waktu itu aku tidak
akan mengampuni lagi kalian?"!"
Semua anak buah Kwee-san-cung mengucapkan terima kasih
mereka! Baru saja mereka bangkit dan hendak meninggalkan
tempat itu, tiba-tiba sekali Ko Tie membentak: "Tahan!"
Muka mereka seketika berobah pucat, tubuh mereka menggigil,
karena mereka menduga Ko Tie telah merobah keputusannya.
"Kalian juga mengajak kawan-kawan kalian yang lainnya untuk
insyaf dengan segera meninggalkan tempat ini! Dalam waktu dekat
1703 ini, jika aku masih melihat ada orang di Kwee-san-cung ini, berarti
dialah seorang yang tidak mau insyaf dan dia perlu dibinasakan!"
Semua anak buah Kwee-san-cung itu mengiyakan, tergesa-gesa
mereka berlalu buat mengemasi barang-barang mereka, sambil
mengajak kawan-kawan mereka yang lainnya.
Ko Tie telah mendengar juga bahwa Kwee Lu merupakan seorang
yang memiliki kepandaian tinggi. Tapi dia tidak memandang
sebelah mata. Karena ia yakin akan dapat merubuhkan orang she Kwee itu, yang
selama ini merupakan momok buat penduduk di sekitar tempat itu,
main bunuh, memperkosa dan merampok. Itulah sebabnya
mengapa Ko Tie bersama Giok Hoa telah memutuskan datang ke
sarangnya Kwee Lu buat menumpasnya.
Setelah melihat semua anak buah Kwee-san-cung itu pergi, Ko Tie
berlari lagi dengan pesat, di mana ia hendak mencari Giok Hoa.
Waktu itu berkelebat sesosok bayangan yang gesit sekali,
dibarengi juga dengan berkelebat sinar putih di depan muka Ko
Tie. Itulah penyerangan dengan senjata tajam.
1704 Ko Tie awas dan iapun memang lihay, karenanya segera juga ia
menyentil. Ternyata golok yang menyambar kepadanya kena disentil jauh
terpental dari mukanya, hampir saja terlepas dari cekalan orang
yang baru muncul itu. Terdengar seruan tertahannya.
Ko Tie sekarang telah melihatnya, penyerangnya itu, tidak lain
adalah seorang lelaki tua berusia antara limapuluh lima tahun,
dengan kumis dan jenggot yang telah berwarna putih semuanya,
juga tampak betapa mukanya bengis sekali.
"Hemmm, kau kira mudah lolos dari Kwee-san-cung?" bentak
orang tua itu. "Cepat katakan, di mana kawanmu yang menculik
anakku itu?" Seketika Ko Tie menduganya, tentunya orang tua ini, adalah Kwee
Lu. Dan yang diculik oleh Giok Hoa tentunya puterinya, yaitu yang
disebut sebagai anak Su. Dengan tertawa dingin, Ko Tie telah berkata tawar: "Ohh. kiranya
aku tengah berhadapan dengan seorang pendekar besar Kwee Lu,
bukankah benar dugaanku?"
1705 "Tidak salah! Jangan harap kau bisa lolos dari tanganku! Kwee Lu
bukan seorang mudah diperhina dan dipermainkan!"menjawab
orang itu bengis, dan memang dia tidak lain dari Kwee Lu.
Sambil tertawa keras, tubuh Ko Tie tergoncang. Ia kemudian
bilang, tidak kalah bengisnya:
"Bagus! Memang engkau tengah kucari! Telah luber dari takaran
kejahatan yang engkau lakukan, karena itu, engkau harus dihajar
dan dimusnahkan!" Setelah berkata begitu, Ko Tie kembali memperdengarkan suara
tertawa mengejek, sama sekali dia tidak memandang sebelah
mata kepada orang she Kwee ini.
Kwee Lu tidak membuang waktu lagi. Disertai raungannya yang
penuh kemurkaan, mukanya juga merah padam karena marah.
Goloknya telah berkelebat berulang kali menyambar kepada Ko
Tie. Ko Tie menghindari serangan senjata lawan. Di dalam hatinya ia
berpikir: "Hemmm, memang tidak kecewa ia memiliki nama yang
cukup ditakuti, tidak tahunya ilmu goloknya memang hebat juga!"
1706 Setelah berpikir begitu, dengan ringan, tubuh Ko Tie tahu-tahu
berkelebatan seperti mengelilingi Kwee Lu, membuat mata Kwee
Lu jadi kabur dan berkunang-kunang. Dia kaget tidak terkira.
Dan belum lagi dia bisa memutuskan apa yang harus
dilakukannya, selain memutar goloknya buat menutup dirinya, di
saat itulah terlihat betapa tubuh Ko Tie telah melambung tinggi
sekali ke tengah udara. Dan tahu-tahu telapak tangan kanan Ko
Tie telah menepuk pundak Kwee Lu.
Tepukan yang dilakukan Ko Tie tampaknya perlahan, akan tetapi
kesudahannya memang sangat luar biasa sekali. Di mana jalan
darah yang ditepuk oleh Ko Tie adalah jalan darah Kie-bun,
sehingga seketika dari mutut Kwee Lu menyembur darah yang
banyak sekali. Matanya mendelik, mulutnya terbuka dan lidahnya terjulur ke luar.
Kemudian ia rubuh terguling di tanah tanpa bernapas lagi!
Ko Tie mengeluarkan tertawa yang nyaring, tubuhnya segera
melesat meninggalkan tempat tersebut.
Berlari belum lagi begitu jauh, tampak beberapa sosok tubuh
tengah berlari dengan gesit sekali, disertai juga dengan bentakanbentakan mereka yang sangat berisik sekali.
1707 Waktu Ko Tie menegasi, ternyata Giok Hoa sambil menggendong
seorang gadis kecil berusia tiga atau empat tahun. Dengan di
tangan kanannya tercekal sebatang pedang yang diputarnya
sangat cepat bergulung-gulung, tengah berlari dengan dikejar oleh
empat orang. Mereka tidak lain dari Thian-san-ngo-kui, empat
orang dari ke lima Thian-san-ngo-kui.
Tanpa membuang waktu lagi Ko Tie menjejak ke dua kakinya,
tubuhnya melesat ke depan seperti bayangan saja. Dengan tidak
diketahui lagi oleh ke empat orang Thian-san-ngo-kui segera juga
tubuhnya meluncur turun dengan ke dua tangannya bekerja.
"Aduhhhh! Aduhhh!" beruntun terdengar suara jeritan dari ke
empat orang Thian-san-ngo-kui, karena tubuh mereka segera
terjungkal rubuh dan terbinasa!
Giok Hoa girang bukan main ketika melihat munculnya Ko Tie.
"Engko Tie!" berseru si gadis, yang segera menghampiri.
"Mengapa kau menculik anaknya Kwee Lu?" bertanya Ko Tie tidak
mengerti. 1708 "Dia"... dia akan kupergunakan sebagai pancingan, karena tadi
penjagaan di dalam sangat ketat sekali, aku sengaja menculiknya
buat perisai belaka?"!" menjelaskan Giok Hoa sambil tersenyum.
Ko Tie mengangguk tanda mengerti.
Giok Hoa waktu itu menurunkan gadis kecil itu, Ko Tie telah
menceritakan bahwa ia telah membereskan Jie Sian, juga Kwee
Lu. Hanya tinggal Thian-san-ngo-kui yang bungsu, yang belum
kelihatan mata hidungnya.
"Dia tentu bersembunyi, karena dia mengetahui, tidak mungkin dia
bisa menghadapi kita!" begitu kata Giok Hoa menjelaskan.
"Ya!" Ko Tie mengangguk, "Tapi, kita telah cukup menumpas Kwee
Lu dengan pembantu-pembantunya. Anak buahnya telah kuperintahkan agar bubar, tentu tidak ada kejahatan yang terjadi
lagi di sekitar tempat ini....."
Baru saja Ko Tie berkata sampai di situ, mendadak dia merasakan
sambaran angin yang kuat sekali dari arah belakangnya. Ia lihay,
tanpa menoleh, dengan menekuk kaki kanannya, tahu-tahu
tubuhnya itu berjongkok sambil berputar dan tangan kanannya
meluncur ke atas, dengan ke lima jari tangannya terbuka.
1709 "Bukkkk!" nyaring sekali telapak tangan Ko Tie telah menghantam
dada penyerang gelap itu, yang rupanya hendak membokongnya.
Karena ia menyerang dengan melompat, telak sekali telapak
tangan Ko Tie menghantam dadanya.
Tulang dadanya juga terdengar berbunyi, tubuhnya ambruk di
tanah. Dia tidak lain adalah Thian-san-ngo-kui yang ke lima, yang
bungsu. Ko Tie menghela napas. "Tugas kita telah selesai....!" kata Ko Tie kemudian. "Tapi
bagaimana dengan anak ini" Kwee Lu sudah.....!"Ko Tie tidak
meneruskan perkataannya, karena dia telah menoleh mengawasi
gadis kecil itu. Sedangkan Giok Hoa menggaruk-garuk kepalanya.
"Kupikir ada baiknya dia kita serahkan kepada salah seorang
penduduk di sekitar tempat ini!" berkata Giok Hoa kemudian.
"Dengan demikian, ada baiknya juga buat anak ini, karena
ayahnyapun ia kelak akan menjadi manusia yang jahat. Untung dia
telah dapat disingkirkan dari ayahnya, yang telah berhasil kita
tumpas. Kalau memang anak ini memperoleh didikan dan
1710 bimbingan dari orang yang baik-baik, kelak tentunya dia menjadi
gadis yang manis dan jiwanya baik"...!"
Ko Tie menyetujui pikiran Giok Hoa. Ia segera mengajak si gadis
buat meneruskan perjalanan mereka meninggalkan tempat itu.
Mendadak sekali berlari-lari mendatangi tiga orang, yang berseruseru: "Ji-wi Siauwhiap, jangan pergi dulu!"
Ko Tie dan Giok Hoa menoleh. Tidak lain ke tiga orang itu adalah
Sam-lang-hun. Cepat sekali mereka tiba di depan Ko Tie dan Giok Hoa. Mereka
tersenyum-senyum, di mana baju mereka tampak berat dan padat
terisi sesuatu. Ko Tie tersenyum, karena segera juga ia dapat menduganya.
Tentunya di saku mereka itu terisi barang-barang permata
rampasan mereka di dalam rumah Kwee Lu.
"Berkat bantuan jiwi siauwhiap berdua, maka kami berhasil
memperoleh bagian kami!" berkata mereka dengan tersenyumsenyum.
1711 "Dan memang kami bermaksud hendak menyatakan terima kasih
kami kepada ji-wi siauwhiap berdua".
Ko Tie tetap tersenyum, dia menepuk ke tiga orang itu bergantian,
sambil katanya: "Tidak usah! Tidak usah! Dilain waktu kalian harus
hidup baik-baik, tidak melakukan kejahatan lagi!"
Justeru tepukan dari Ko Tie membuat tubuh Sam-lang-hun
seketika menjadi lemas. Liang An yang ditepuk paling dulu, segera
juga meloso terduduk di tanah, mukanya pucat, kemudian disusul
dengan Liang Ie dan Liang Oh!
"Harta yang ada disaku kalian, boleh di bawa, buat bekal kalian
berdagang dan menuntut penghidupan yang baik!" kata Ko Tie lagi.
"Kalian sebangsa dengan Kwee Lu, seharusnya kalian juga
Pendekar Binal 10 Pendekar Penyebar Maut Lanjutan Darah Pendekar Karya Sriwidjono Suling Emas Dan Naga Siluman 13

Cari Blog Ini