Ceritasilat Novel Online

Pedang Pusaka Dewi Kahyangan 8

Pedang Pusaka Dewi Kahyangan Sian Ku Po Kiam Karya Khu Lung Bagian 8


"Lalu, untuk apa kau datang kemari?" tanya Ciok Ciu Lan.
"Kedatangan hengte adalah memintacuwi memnggalkan tempat ini selekasnya,' sahut
Suo Yi Hu sambil tertawa sumbang.
Mata Song Bun Cun menatapnya dengan tajam.
"Manusia she Suo apakah kau kira kami tidak bisa mendapatkan obat penawar
tersebut?" tanyanya dingin.
"Apakah maksud Sau cengcu adalah ingin membunuh hengte dulu ba u mengambil
obat tersebut?". Song Bun Cun maju lagi satu langkah.
"Apakah kau ingin mencobanya?".
"Hengte bersedia membenkan obat pe nawar, asal kalian segera meninggalkan tempat
ini,' sahut Suo Yi Hu. "Mengapa kita harus meninggalkan tempat ini?" tanya Song Bun Cun.
'lni merupakan syarat. Kalian boleh kembali dengan perahu tadi Setelah turun
dari perahu, maka hengte akan menyerahkan obat pemunah tersebut," sahut Suo Yi Hu
dengan bibir menyunggingkan senyuman.
Song Bun Cu merenung sejenak Tampaknya dia sedang mempertimbangkan.
"Kelihatannya kau tidak suka kalau kami berdiam di tempat ini'?" kata Ciok Ciu
Lan. "Berhasilnya kalian menemukan tempat ini, membuat hengte malu hati Tentu saJa
hengte tidak suka kaiian berdiam di sini lama-lama,"sahut Suo Yi Hu.
"Bagaimana kalau kita tidak mau pergi?" tanya Song Bun Cun.
"Perkataan Sau cengcu ini menyulitkan hengte." Sahutnya.
"Apanya yang menyutitkan'?" tanya Song Bun Cun kembali.
"Ketika cuwi turun dari perahu, hengte juga menyuruh beberapa anak buah me nahan
beberapa teman cuwi Kalau kalian tidak mau memnggalkan tempat ini entah.
apa yang harus hengle lakukan terhadap mereka'?" sahut Suo Yi Hu.
Bu Cu taisu terpana mendengar perkataannya.
"Siapa yang sicu maksudkan"'tanyanya.
Suo Yi Hu tertawa seram. "Apakah taisu ingin melihat mereka"' ta nyanya Dia membalikkan tubuhnya
tangannya menepuk tiga kali.
"Bawa mereka ke luar'" tenaknya nyaring.
Song Bun Cun tidak tahu siapa yang di maksudkan oleh orang itu, hatinya terasa
tegang Tiba-tiba Ciok Ciu Lan mengeluarkan suara terkejut.
"Celaka'". Yok Sau menoleh kepadanya 'Lan moay, apa kau tahu siapa yang dimaksudkan
olehnya?" tanyanya. Hati Ciok Ciu Lan terasa manis mendengar Yok Sau Cun memanggilnya Lan moay'
di hadapan orang banyak Wajahnya merah seketika Untuk sesaat dia lidak dapat
menjawab. Terlihat pintu kayu terbuka dari dalam keluar tujuh orang laki laki Tidak, di
belakang mereka ada satu orang !agi jadi jumlahnya delapan Empat orang yang ada di depan
tampaknya merupakan tawanan empat orang di belakangnya Masinginasing
memegang satu orang. Keempat orang yang diginng keluar ternyala adalah Su Po Hin dan Butong pai, Hui
Hung i su dan Ciong lam pai Kan Si Tong dan Pat bun, Wf Ting sin tiaw dan Liok
Hap bun Mata mereka semuanya terpejam Langkah kaki mereka sepertt terseretseret
oleh dorongan ke empat orang di belakangnya Mereka juga mengenakan pakaian dan
topeng hitam seperti lima orang yang se belumnya Dapat dipastikan kalau mereka
berasal dan satu rombongan.
Hui Hung i su Kan Si Tong Wi Ting sin tiaw Su Po Hin masing masing merupakan
[ago kelas satu atau dua dalam partai masinginasing Tentu tidak mudah teriatuh
di tangan Long san it pei. Bu Cu taisu terperanjat melihat keadaan mereka.
"Suo sicu, apa yang kau lakukan terhadap mereka"'tanyanya.
Suo Yi Hu tersenyum licik.
"Taisu sudah melihatnya sendiri Mereka sama sekali tidak terluka, hanya saja ".
"Hanya saja apa?" tanya Bu Cu taisu cemas.
"Kalau taisu sekalian bersepakat untuk meninggalkan tempat ini, hengte tentu
akan mengantarkan mereka ke perahu dan sekaligus memberikan obat penawarnya" sahut
Suo Yi Hu. Tepat pada saat itu, terlihat Ciek Ban Cing yang bersandar di tembok batu
membuka kedua matanya. "Maling keparat Kong Beng' Lao siu akan membereskan dirirnu terlebih dahulu!"
tenaknya. Tubuhnya melesat dari atas tanah Seperti seekor bangau yang terbang di udara Dia
menerjang ke arah Kong Beng Tubuhnya beium sampai, cakarnya sudah ada di depan
mata Angin yang ditimbutkan oleh telapak tangan itu menderuderu Jurus yang
dikerahkan sangat mengagumkan.
Kong Beng sama sekali tidak menyangka bahwa Ciek Ban Cing yang terkena racun
masih bisa bangkit kembali Untuk sesaat dia terpana Tubuhnya digeser ke samping
dan menghindarkan diri Tangannya segera dikembangkan menghantam kedepan. Dia
menghindar langsung menyerang Jurus yang digunakannya juga sangat keji Sekali
lihat saja, dapat membuktikan bahwa ilmunya cukup tinggi.
Ciek Ban Cing mendarat di tanah Mulutnya tertawa lebar.
"Maling keparat1 Tenrria iagi beberapa seranganku inii" teriaknya.
Kedua telapak dihantam Delapan kali berturut turut Julukannya adalah Kim ka sin
llmu telapak tangannya menggetarkan dunia persilatan Dengan kemarahan meluap,
dia meraung. 'Kalau Ciek Congkoan berminat memberi pelajaran tentu pinceng bersedia
menemani" kata Kong Beng.
Jubahnya yang longgar bergetar, telapak kakmya digeser beberapa langkah Sepasang
kepalan tangannya masinginasing dikempit di bawah ketiak Tiba-tiba dia
menghantam ke depan dan menyambut teiapak tangan Ciek Ban Cing Suara terjangan
kedua orang itu membuat debu beterbangan D.ua pasang tinju dan telapak datang
dan pergi Bayangan mereka menjadi berpuluh-puluh Pertarungan semakin seru Duapuluh
jurus lebih sudah berlalu Kedudukan mereka masih sama kuat Mata Song Bun Cun,
Yok Sau Cun dan Ciok Ciu Lan semua terpaku pada gerakan Kong Beng Tinjunya
semakin lama semakin ajaib Entah ilmu tinju apa yang dimainkan".
Wajah Ciek Ban Cing semaksn lama se makin kelam Di otaknya terlmtas sebuah
mgatan, hatinya tercekat Oleh karena itu, serangannya semakin gencar tenaganya
di tambah pula Melihat gerakan yang dimamkan oleh Kong Beng, diam diam benaknya
bekerja Apakah dia benar benarorangyang diduganya".
Gerakan keduanya semakin cepat Ba yangan Kong Beng memutarmutar di arena
Tmjunya tidak berhenti dihantamkan ke se keliling Ke depan ke kanan ke kin Per
tarungan mereka sudah sampai pada puncaknya Tiba tiba terdengar CieK Ban Cing
tertawa terbahak-bahak. "Rupanya kau adalah Kiu ci Lo han (Lo han sembilan jari) Cuk Siang Hu yang
selalu malang melintang di Kwang ciu Temyata sekarang datang jauh jauh dari Kang lam
dan menjadi kaki tangan komplotan penjahat!" katanya.
"Ciek Congkoan dapat mengingat asal usul pinceng, benar-benar berpengetahuan
luas Bagaimana kalau menjajal ilmu To mia kiu cao (Sembilan jurus pencabut nyawa)
pinceng'?" sahut Kong Beng Ucapannya baru selesai, dan balik lengan bajunya yang longgar,
dia mengeluarkan sebatang potlot besi.
"Kepandaian apa pun yang kau miliki, keluarkan saja Biar orang she Ciek im
membuka mata lebarlebar," kala Ciek Ban Cing.
Ucapannya santaisantai saja Tapi dalam hatinya dia sama sekali tidak berani
memandang remeh lawannya itu perlu diketahui bahwa Kiu ci Lo han Cuk Siang Hu
dutunya bekas seorang begat Dia juga merupakan murid Tong bun Karena melanggar
per aturan, maka salah satu jannya dipotong sebagai hukuman Akhirnya dia juga di
keluarkan dan pefguruan lersebut Setelah itu, dia masuk sebuah perguruan yang
namanya tidak terkenal di dunia kangouw n'amun ilmunya anehaneh sekali Dia
semakin merajalela Tidak ada seorang pun yang dipandang mata olehnya Dengan
sebatang potlot besi, dia melakukan kejahatan di manamana. Kejahatannya
segunung, para pendekar di bagian Kwang ciu membencinya Tentu saja dia tidak bisa
menancapkan kaki dengan aman lagi di tempat itu Namun tidak disangka kalau dia
bisa menjadi seorang hwesio, bahkan pindah ke daerah Kanglam serta menjadi ketua
kuil Tai hu Kun bio dekat Tai Hok Hong.
Kong Beng mengatakan To mia kiu cao' Tampaknya ilmu itu pasti istimewa sekali.
Ciek Ban Cing segera merubah gerakan nya Kedua telapak tangan ditempatkan di
depan dada Mata menatap lurus ke arah lawan Dengan tenang dia mulai bergerak
Sebetulnya kejadian ini cepat sekali Kong Beng bertenak nyanng Tangan kinnya
menggenggam potlot besi tangan kirinya direntangkan Sejak tadi dia selalu menge
palkan tangannya meninju kesana keman Tidak terlihat |annya yang tidak lengkap
Sekarang tangan kinnya direntangkan, baru terlihat jelas bahwa ibu Jannya rata
terpapas. Terlihat tangan kirinya diangkat ke atas Sebatang potlot besi tergenggam erat
Dia menerjang mengarah kening Ciek Ban Cing. Laki-laki itu melihat potlot besi Kong
Beng mulai bergerak Tubuhnya bergeser ke kin Tangan kanan direntangkan kemudian
ditekuk berbentuk cakar. Mencengkeram ke arah pergelangan hwesio itu Siapa
sangka ketika cengkeramannya sudah hampir sam pai lerdengar suara terpaan angin di
sampingnya Hatinya tercekat sekali Dia tidak melihat tangan kin Kong Beng
menerjang ke arah bahunya Entah kapan dia mengeluarkan tangan kiri dan
membokongnya'" Dengan panik dia memutar pergetangan tangan kanannya Dalam
waktu yang bersamaan, dia menolak telapak tangan Kong Beng.
"Des'" Mereka menarik kembali tangan masing-masing Namun tubuh Kong Beng segera
bergeser Potlot besi tetap diarahkan ke depan.
Hwesio itu mendengus dingin Ciek Ban Cing tidak sempat lagi menangkis, terpaksa
dia mundur tiga langkah. Dia berusaha keras menenangkan hatinya. Begitu kakinya
mundur, dia mempersiapkan diri dengan cepat Tangannya kembali membentuk cakar
dan mengmcar perut lawan Pertarungan mereka.
seakan dua ekor hanmau yang sedang mengamuk Pokoknya harus ada salah satu
yang mati Kawanan kedua belah pihak samasama tegang Mata mereka terpaku pada
arena pertarungan Bahkan keringat mulai menetes Tepat pada saat itu, di telinga
Ciok Ciu Lan terdengar sebuah dengungan suara yang lirih.
"Hei, Ciok siaumoay, apakah kau mem bawa kacang kedeiai atau beras di dalam
sakumu" Maksudku barangbarang kecil se macam itu'".
Suara itu lirih sekali Ciok Ciu Lan tidak dapat menduga siapa yang menggunakan
ilmu Coan Im jut bit dan berbisik ditelinganya Dia juga tidak tahu di mana orang
itu berada Hatinya terpana Tiba-tiba suara itu terdengar kembali "Ibumu selalu
membawa tujuhbelas macam senjata rahasia kalau berkelana di dunia kangouw Aku rasa kau
Ciok siaumoay juga membekal serijata rahasia yang tidak kalah banyaknya Apa saja
pokoknya yang bentuknya kecil Keluarkan empat butir dan genggam dalam telapak
tangan Jangan sampai ada yang lihat Dengar baikbaik kaiau aku menyuruh kau
memmpuk kepada siapa. maka kau ha rus menurut ".
Ciok Ciu lan kebingungan Matanya melirik ke sana ke man Tidak ada seorang pun
yang terlihat olehnya Tapi hatmya mengerti. Tentunya orang itu bersembunyi di
tempat yang gelap Dan pasti bukan satu komplotan dengan para penjahat itu
Kembali suara itu terdengar. "Hei hei Ciok siaumoay Kau jangan melirik ke sana ke mari Long san it pei lebih
cerdik dari setan Jangan sampai dia tahu ".
"Lao koko menyuruh kau mengeluarkan empat butir senjata rahasia dan genggaman
dalam telapak tangan, mengapa kau rnasih belum mengeluarkannya" Kau harus tahu,
pertarungan antara Kong beng dan Ciek Ban Cing sedang mencapai puncaknya.
Perhatian semua orang sedang terpusat pada kedua orang tersebut Ini adalah
kesempatan yang baik Sebentar nanti kita tidak sempat menolong orang lagi.
"Aduh, mak. Kesal setengah mati aku melihat kelambatanmu!" gerutu orang yang membisiki Ciok
Ciu Lan. Suara itu memang lirih sekaii, tapi makin lama makin jelas Ciok Ciu Lan merasa
geli mendengar nada bicaranya Tanpa sadar, bibirnya tersenyum Lalu dia menuruti
perkataan orang itu Diamdiam dikeluarkannya empat butir bola besi yang kecil
sekali Bahkan lebih kecil dan kelereng Digenggamnya dalam telapak tangan.
Orang yang berbisik itu seakan dapat melihat segalanya Ciok Ciu Lan mendengar
dia tertawa kecil. "Nah, begitu baru betul Eh Ciok siau moay, apakah kau kenal dengan bocah she Su
itu" Dan kedua losu lamnya serta seekor raiawali tua yang kehilangan sayapnya'''.
Ciok Ciu Lan hampir tidak dapat menahan tawanya mendengar kata-kata orang itu
Su Po Hin yang sudah tua begitu disebutnya bocah Sedangkan Wi Ting sin tiaw
disebutnya raJawali tua yang kehilangan sayap Belum sempat dia memben reaksi
atas pertanyaannya, suara itu terdengar kembali.
"Kalau kau kenal dengan mereka, maka bersiapsiaplah. Dengarkan perintah dari Lao
koko". Tentu saia CiOk Ciu Lan mengenali mereka Namun hatinyatercekat Diamdiamdia
berkata dalam hati 'Dia meminta aku menimpukkan senjata rahasia ini kepada
mereka. siapa sebetulnya orang ini'" Dia menyebut dirinya sendiri Lao koko, tentunya
kenal baik denganku Mengapa aku sendiri tidak tenngat siapa dirinya?".
Sedikit saja wajahnya berubah, suara itu sudah dapat mengetahuinya.
"Ciok siaumoay, kau memang cerdik sekali Biarpun sembfOno Lao koko juga tidak
akan memintamu menyambitkan rahasia kepada cianpwe cianpwe cilik ilu Bukankah
Lao koko tadi sudah mengatakan bahwa kita akan menolong orang" Untuk menolong
me reka. tentunya harus merubuhkan keempat orang yang memakai topeng itu ".
Ciok Ciu Lan menganggukkan kepalanya sambil tersenyum.
"Bagus, sekarang kau sudah mengerti, tetapi empat manusia bertopeng itu berdiri
di belakang empat cianpwe cilik tersebut Kita tidak dapat menyambitkan senjata
rahasia dan arah depan Kalau begitu, kita sambit saja jalan darah Leng Tai hiat di bagian
punggung mereka," kata suara itu.
Ucapannya kembali membuat Ciok Ciu Lan terpana Keempat manusia bertopeng itu
adalah orangorang yang mengginng rombongan Wi Ting Sin tiaw keluar dari dalam
kuil. Mereka berdiri di belakang keempat rombongan delapan partai besar itu
Wajah mereka menghadap ke arah Ciok Ciu Lan sekalian Dengan Fnenggunakan senjata ra
hasia, tentu saja tidak dapat menyambit bagian depan mereka sehingga terpaksa
mengarah bagian punggungnya tapi suara itu seakan menyuruh dirinya yang
menyambit senjata rahasia tersebul ke arah jalan darah Leng Tai Hiat mereka.
Dia sendiri berdiri berseberangan dengan empat manusia bertopeng itu Bukan di
bagian belakangnya Bagaimana dia bisa me nyambit senjata rahasia ke bagian
punggung orangorang itu'" Baru saja pikirannya bekerja, suara itu terdengar
kembali' "Bukankah mereka berdiri di depan pintu kayu" Kalau kau fngin menyambitkan


Pedang Pusaka Dewi Kahyangan Sian Ku Po Kiam Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

senjata ra hasia ke bagian punggung mereka, maka lernparanmu harus lebih tinggi
dari biasa. Melebihi tembok batu Lemparanmu nanti akan masuk kembali dari pintu
kayu dan tepat mengenai jalan darah di bagian punggung. Lagipula tidak akan ada
yang tahu.". Semakin mendengar ucapannya. Ciok Ctu Lan semakin heran Melemparkan sen}ata
rahasia harus melalui tembok batu dan ma suk kembali melalui pintu kayu lalu
tepat mengenai jalan darah di punggung" llmu senjata rahasia apa itu" Mungkin hanya
dewa yang dapat melakukannya!.
Terdengar suara tertawa dari orang itu.
"Ciok siaumoay apakah kau tidak percaya'" Kalau tidak percaya coba kau timpukkan
senjata rahasia tersebut seperti yang aku katakan tadi, Lao koko akan membantumu
mengerahkan tenaga Tapi ingat, harus agak tinggi.".
Ciok Ciu Lan masih kurang percaya, dalam hati dia berpikir. "Biar aku ikuti
katakatanya dan lihat apa yang akan dia laku.
kan'?" Tangannya secepat kilat menyambitkan keempat bola besi kecil itu lewat
atas kepala keempat manusia bertopeng dan tembus melalui tembok.
Bola besi kecil itu merupakan salah satu senjata rahasia terkecil di dunia
Kecepatannya mengagumkan Kalau di siang han ma sih dapat terlihat tapi pada
mafam han seperti sekarang, apa lagi bulan tidak bersinar penuh, maka tidak ada
satu pun orang yang tahu Apakah setelah melalui tembok batu itu, senjata rahasianya
bisa menta! kembali melalui pintu kayu dan tepat mengenai bagian punggung manusia
bertopeng" Sebentar lagi dia akan tahu jawabannya.
Matanya mengawasi keempat manusia bertopeng itu Mereka masih berdiri dengan
dada dibusungkan dan tidak bergerak sama sekali Orang itu kembali
memperdengarkan suara tawanya.
"Sudah. sudah Semuanya tepat mengenal Leng Tai hiat mereka ".
Hati Ciok Ciu Lan setengah percaya setengah cunga Senjata rahasia disambitkan
setinggi itu, bagaimana dia bisa mengerahkan tenaga membantunya'" Pada saat itu,
pertarungan antara Ciek Ban Cing dengan Kong beng sudah berlangsung ratusan
jurus. Tinju, potlot besi, cakar dan telapak saling menghantam. Suara angin
saling semilir Keduanya masih belum terlihat kalah atau pun menang Tiba-tiba di bagian
kanan tembok terdengar suara orang menJerit "Hei! Heii" berulang-ulang.
"Sebetulnya kalian sudah puas atau belum bertarung" Ribut sekali Sampai aku
orang tua mau tidur sebentar saja tidak bisa'" teriaknya.
Suo Yi Hu terkejut sekali "Siapa'" Cepat turun'" bentaknya Ciok Ciu Lan tahu
bahwa yang berteriak itu adalah orang yang membisikinya tadi. Tapi dia tidak tahu siapa
orang itu". "Turun" Enak saja kau bicara' Jalanan ini kecil tagi sempit Mana han begini
gelap, apa pun tidak terlihat Bagaimana aku bisa turun?" sahut orang itu.
Ciok Ciu Lan mengeluarkan suara terkejut.
"Song sau cengcu, rupanya di atas bukit itu ada jalanan kecil".
Terdengar kembali sahutan dan orang tersebut' "Siapa yang bilang tidak Di sini
masih... ada goa kecil yang gelap sekali Karena penasaran, maka mengikuti dia naik ke
atas Tapi goa ini terlalu gelap, aku tidak berani. aduhi" Tiba-tiba terdengar suara
jeritan orang itu. Kemudian hening kembali.
Tidak! Suara aduhannya hilang, disusul sebuah bayangan terjatuh dari atas bukit
tersebut dan menggelinding ke tanah Song Bun Cun dan Yok Sau Cun segera
memburu ke sana. Suo Yi Hu mengibaskan tangannya. 'Cepat halangi merekai" perintahnya. Ucapannya
ditujukan kepada empat ma nusia bertopeng hitam yang berdiri di bela kang
rombongan Su Po Hin Tetapi mereka seakan tidak memperdulikannya Suo Yi Hu jadi
marah sekali. "Kalian orang mati. Cepat halangi mereka!" bentaknya sekali lagi.
Keempat orang itu seperti tidak mende ngar perkataannya Mereka sama sekali tidak
bergerak. Dalam hati Ciok Ciu Lan se gera mengerti Senjata rahasia yang
disambitkannya tadi, ternyata benar-benar me ngenai jalan darah Leng tai hiat di
punggung mereka. Kalau menilik dari keadaan itu, mestinya orang yang
membisikmya tadi berilmu tinggi Mengapa begitu mudah tergelincir jatuh dan atas
bukit" Dan setelah terjatuh, tubuhnya membujur kaku di tanah tidak bergerak sama
sekali Kalau tidak mati, tentu ada tulangnya yang patah.
Melihat keempat manusia bertopeng itu sama sekali tidak menghiraukannya, dalam
hati Suo Yi Hu marah sekali. Tapi keadaan tidak memungkinkan dia berpikir
terlalu banyak Matanya menatap ke arah Yok Sau Cun dan Song Bun Cun yang sedang
menghampin orang yang terjatuh tadi Dia melangkah dengan maksud mengikuti
mereka. Dengan ruyung di tangan, Bu Cu taisu menghadang di depannya.
"Suo sicu, lebih baik kau jangan bergerak!" katanya dengan berwibawa.
Song Bun Cun dan Yok Sau Cun sudah sampai di dekat orang itu Yok Sau Cun
membungkuk dan memenksa Orang yang terjatuh Itu sama sekati tidak bergerak.
Meskipun wajahnya tidak terlihat, tapi bentuk badannya serasa tidak asing bagi
pemuda itu. Tertebihlebih pakaiannya yang sudah memudar dan terbuat dan bahan
yang kasar, hatinya tercekat.
"Rupanya Lao koko!" seru Yok Sau Cun.
"Apakah Yok heng mengenal orang ini?" tanya Song Bun Cun.
"Dia adalah si Mulut emas, Seng mia lo.
Lao koko," sahut Yok Sau Cun.
"Dia terkena bokongan orang jahat. Lihatlah panah kecil im. Tepat mengenai jalan
darah di pahanya, kemungKinan besar." Benar saja.Ada sebatang anak panah kecil
menancap di bagian pahanya. Yok Sau Cun mengulurkan tangan dengan maksud hendak mencabut anak panah
tersebut Song Bun Cun segera mencegahnya.
"Yok heng langan sembrono Anak panah ini tidak boleh dicabut sebelum
menyiapkan obatobatan untuk menyembuhkannya Kalau tidak, darah akan mengalir
terus tanpa berhenti," katanya.
"Lalu apa yang harus kita lakukan?" tanya Yok Sau Cun cemas.
"Kita lihat dulu, apakah dia masih bisa tertolong" sahut Song Bun Cun.
Yok Sau Cun mengulurkan tangannya merabaraba dada Seng mia lo Tidak ada
denyut jantung yang terasa olehnya Bahkan tubuhnya sudah mulai mendingin Air
mata Yok Sau Cun bercucuran.
"Mungkin Lao koko tidak tertolong lagi," katanya.
Di sampmg telinganya terdengar suara "Jangan menangis Orang mati tidak bisa
hidup kembaii. Menangis apa gunanya'" Lebih baik ke atas dulu baru lihat
perkembangan nanti".
Yok Sau Cun mengangkat wajahnya.
"Song heng hendak naik kemana?" tanyanya.
'Hengte tidak mau kemanamana," sahut Song Bun Cun.
"Bukankah Song heng mengatakan bahwa aku jangan menangis lagi naik dulu baru
lihat perkembangannya?" tanya Yok Sau Cun.
"Tidak Kapan hengte pernah bilang hendak naik ke atas'?".
'Terang-terangan tadi cayhe mendengar ada orang yang berbisik di telingaku,"
sahut Yok Sau Cun. "Di sini cuma ada kita berdua Kalau hengte tidak mengatakannya berarti Yok heng
salah dengar" kata Song Bun Cun.
Yok Sau Cun terpana Tiba-tiba mulutnya mengeluarkan seruan terkejut.
"Oh ya, tadi Lao koko mengatakan bahwa di atas ada sebuah goa Mungkm Cu mo
mo dan Cun bwe bersembunyi di sana Dan orang yang melukai Lao koko pasti
mereka juga ". Song Bun Cun mengerutkan keningnya. Pedangnya digenggam erat-erat.
"Tidak salah Mari kita naik!" ajaknya.
"Tapi . bagaimana dengan Lao koko?" tanya Yok Sau Cun.
"Orang yang sudah mati tidak dapat hidup kembali Sekarang lebih baik kita
membiarkannya berbanng di sini Setelah kita berhasil menemukan kedua penjahat
itu, baru kita kembali untuk menguburkannya," sahut Song Bun Cun.
Yok Sau Cun merasa apa yang dikatakannya beralasan juga Dia menganggukkan
kepalanya. "Baiklah ". Dua sosok bayangan Yang satu di depan, yang iain di belakang segera melesat ke
atas bukit Ciok Ciu Lan memandang kedua orang itu mendaki ke atas Dia bermaksud
mengikuti mereka Tiba-tiba suara bisikan tadi terdengar kembali di telinganya.
"Ciok, siaumoay, kau jangan ke sana'".
Ciok Ciu Lan terpana. "Mungkinkah orang yang tadi terjatuh bukan dia'"' tanyanya dalam hati.
Kembali terdengar suara itu berkata "Yok toakomu sudah ke sana mengurus mayat
Lebih baik kita urus hal lain yang lebih penting.".
Ciok Ciu Lan tidak tahu di mana persembunyian orang itu'' Dia juga tidak
mengerti urusan apa yang dikatakannya lebih penting^ Dia menengadahkan wajahnya dengan
mata dikedipkan. "Kau ingin menanyakan urusan yang kumaksudkan bukan. Bukankah kita tadi sudah
menotok keempat manusia bertopeng itu" Tapi empat orang cianpwe cilik masih
belum sadarkan diri".
Ciok Ciu Lan mendengar perkataannya dengan tenang Dia tidak membuka mulut
sama sekali Hatinya berpikir "Bagaimana aku bisa menolong mereka?".
Orang itu seperti dapat mengetahui apa kata hati Ciok Ciu Lan Terdengar suara
tawanya yang nang 'Kau adalah putri tunggal Be hua popo, Ciok sam ku. Dia sudah
lama berkelana di duma kangouw Tentunya kau dibekali obat Pek li hiangnya yang
sangat terkenal Bawalah obat itu dan biarkan keempat eianpwa cilik itu
menciumnya Bukankah mudah sekali'?".
Dia tidak mengatakan bahwa dulu Be hua popo senang menggunakan pek Li hiang
untuk membius orang, malah mengatakannya sebagai semacam obat penawar. Berarti
dia tahu kalau Be hua popo sudah lama tidakmenggunakan obat bius tersebut karena
obat semacam itu dianggap rendah oleh para pendekar kangouw Beberapa tahun
terakhir ini, Be Hua popo berafih dari golongan hitam ke aliran putih Dia selalu
membela kebenaran Permaman zaman dulu tentu tidak pernah digunakannya lagi Tapi
putnnya berkelana di dunia kangouw senng bertemu dengan manusia licik, maka dia
membekali obat itu. Pek li hiang itu mempunyai fungsi ganda. Bagi orang yang sadar begitu tercium
obat itu akan segera jatuh pingsan Tapi bagi orang yang sedang terbius malah akan
menjadi obat penawarnya Tampaknya orang ini tahu benar akan seluk beluk dunia
kangouw. Dia hanya tidak menjelaskannya secara terperinci.
WaJah Ciok Ciu Lan merah padam mendengar perkataannya Dia menganggukanggukkan
kepalanya dua kali Sebagai isyarat bahwa dia memang membawa obat itu.
... . ,. "Bagus sekali. Cepat bawa ke sana agar rriereka menciumnya" kata orang itu.
Ciok Ciu Lan ragu ragu Seperti ada sesuatu yang mengganggu pikirannya. Tapi
orang itu kembali dapat mengetahui apa yang dirisaukan olehnya.
"Jangan takut Berjalanlah dengan tenang Coba kau lihat, bukankah hwesio itu
sudah bergerak dengan Long san it pei?".
Kejadian itu sebetulnya berlangsung pada waktu yang bersamaan Ketika Bu Cu taisu
menghadang Long san it pei tadi Mereka sempat sahng ngotot sesaat Kemudian
terjadi pertarungan di antara mereka Sebelumnya, Suo Yi Hu berdebat dulu dengan
Bu Cu taisu. "Apakah taisu tidak mengijinkan pinceng melihat siapa orang yang terjatuh
itu'?". "Omitohud'" Bu Cu taisu merangkapkan sepasang tangannya "Sicu tidak perlu
khawatir Bukankah Song sau ceng cu dan Yok sicu sudah ke sana untuk melihat
keadaannya?". Suo Yi Hu melihat kedua orang itu membiarkan orang yang terjatuh tadi dan
melesat naik ke afas bukit Hatinya tercekat.
"Bu Cu taisu, pinceng hanya menghormatimu karena kau adalah kepala Lo han tong
di Siaulim sl Pinceng sengaja mengalah terhadapmu Jangan dikira pinceng benarbenar
takut!" bentaknya marah. "Pinceng tidak mengharapkan sicu mengalah terhadapku. Suo sicu berani menawan
bengcu dan memaisukan dirinya Komplotan penjahat sepecti kalian bagaimana
mungkin bisa takut terhadap seorang hwesio tua seperti pinceng?" sahut Bu Cu
taisu dingin. Suo Yi Hu tertawa terbahak-bahak.
"Bagus kalau kau menyadarinya".
Entah siapa yang bergerak terlebih da hutu, tahutahu keduanya sudah terlibat
dalam pertarungan yang seru Telapak tangan Long san it pei menggempur ruyung Bu Cu
taisu. Tenaganya hebat sekali Bu Cu taisu mendengus dingin.
"Manusia jahat. Sejak semula kau sungguh pandai menutupi siapa dirimu Sekarang
kau baru berani berterang Ternyata yang kau pelajari adalah Toa lat kim kong ciang
(Tefapak baja emas bertenaga besar).".
Long San it pei tidak menyahut. Dia terus menyerang dengan gencar Bu Cu taisu
jarang menggunakan ruyungnya Dia memindahkan senjatarlya itu ke tangan kirj
Telapak tangan kanannya menyambut serangan Long san it pei.
"Blam!" Keduanya mundur dua langkah. Perlu diketahui bahwa Bu Cu taisu saat ini
adalah orang kuat nomor dua di Siaulim si, Hmu yang dipelajarinya memang ilmu
telapak Hatinya tercekat ketika mengetahui bahwa seorang tokoh dan golongan
hitam dapat menyambut pukulannya dengan seimbang.
Suo Yi Hu memperdengarkan dengusan dingin Dia segera merubah gerakannya.
Telapak tangannya dihantamkan ke depan Bu Cu taisu segera dapat merasakan
sesuatu yang tidak beres. Angin pukulan itu pertamatama lemah sekall, tetapi
makin lama makin kencang Seperti ombak yang menggulung di pantai Namun tetap ada
segulungan hawa lembut yang menyertainya. Hati Bu Cu taisu terasa sejuk Bu Cu
taisu tercekat. "Jui sim ciang!" serunya daiam hati Mulutnya perlahaniahan menarik napas Tenaga
pada tangan kanannya ditambahkan Dengan segenap kemampuan dia menahan angin
pancaran telapak lawan Tangan kiri dikatupkan dengan telapak tangan kanan, lalu
menusuk ke depan Bu Cu taisu mengerti sekali kejinya ilmu Jui sim ciang (Telapak
penghancur hati) yang dipelajari Suo Yi Hu Anginnya yang sejuk pertama memang
menyegarkan, namun lambat laun akan meremukkan hati.
Suo Yi Hu tersenyum mengejek melihat jurus yang dikerahkan oleh hwesio tua itu
Dengan menggeser sedikit tubuhnya, dia berhasil menghindarkan diri dari serangan
Bu Cu taisu Telapaknya sendiri tetap menghantam ke depan. Bu Cu taisu semakin
lama semakin terdesak Suo Yi Hu berada di atas angina.
Kaki kinnya maju satu langkah, disusul dengan kaki kanan Siapa kira di bawah


Pedang Pusaka Dewi Kahyangan Sian Ku Po Kiam Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tanah terdapat sebuah batu bundar pipih yang besar yang biasa digunakan para hwesio
untuk bersila Langkah kaki kanannya tersandung batu itu Nyennya bukan kepalang Hampir
sa|a tubuhnya lunglai dan terjatuh Namun kepandaiannya memang tinggi Sekejap
saja, tubuhnya sudah tegak kembah. Kedua kakmya menutul di atas tanah Sepasang
telapak tangannya mengerahkan ilmu Jui sim ciang dan menerjang ke arah Bu Cu
taisu Tetapi ketika tubuhnya baru melesat setengah jalan Kaki kinnya kembali
tersandung batu Sakitnya tidak kalah dengan yang pertama Matanya sampai
berkunang-kunang. Seseorang bisa mencelat ke udaraseperti terbang kalau dia mengerahkan hawa
murninya Sekarang rasa sakitnya tidakterkatakan lagi, mana sempat dia
mengerahkan tenaga murni untuk mengimbangi berat tubuhnya Kepatanya terasa berat, sedangkan
bagian kakinya menjadt nngan Seperti seekor burung yang dipanah oleh seorang
pemburu Tubuhnya menukik jatuh ke tanah Untung saja dia tidak ceroboh Ketika
tubuhnya hampir mencapai tanah. Sepasang tangannya segera menumpu lalu bersalto
sekali dan turun mendarat.
Sedangkan Bu Cu taisu yang terdesak mundur, tiba tiba merasakan bahwa tekanan
angin pada dirinya semakin longgar Tenaga telapak lawan bukan sa}a lenyap,
kakinya juga kehilangan keseimbangan dan hampir jatuh terpelanting Untuk sesaat dia tidak.
mengerti mengapa kaki lawan yang baikbaik saja tiba-tiba seperti terserang
penyakit lumpuh". Suo Yi Hu sendiri penasaran sskali Dia memperhatikan bagian kakinya Tidak ada
batu apa pun seperti perkiraannya Eh, tapi tubuhnya yang sedang melayang mengapa
bisa jatuh kembali seperti tersandung batu" Bu Cu taisu sudah menarik kembali
telapak tangannya dan melihat Suo Yi Hu dengan pandangan heran.
Hwesio jahat itu biasanya selalu licik Kali ini dua kali berturutturut dia
mendapat kerugian Pertama kalinya masih dapat dimaklumi. Mungkin saja dia kurang hatihati
sehingga tersandung, namun yang kedua kalinya mencurigakan sekali Tubuhnya
sedang mencelat di tengah udara, bagaimana mungkin kakinya bisa tersandung batu"
Matanya segera menyapu ke sekelihng Kecuali dirinya dan Bu Cu taisu, di tempat
sekitar satu depa dari pertarungan mereka tadi, tidak terlihat orang lain lagi.
Tangan Bu Cu taisu sejak tadi sating menghantam dengan dirinya Tidak mungkin hwesio itu
yang membokongnya. Hatinya bergptar dan curiga Dia mendengus dingin.
"Siapa yang membokong hengte?" bentaknya. Baru saja ucapannya selesai, tiba-tiba
serangkum angin dingin menerpa wajahnya. Dia tidak sempat menghindar lagi Angin
dingin itu membawa segumpalan debu dan percikan tanah merah yang halus, Mulut
dan seluruh wajahnya belepotan, bahkan tidak sedikit debu dan tanah merah yang
masuk ke dalam mulutnya Dia merasakan ada seseorang meniup di belakang
kuduknya Hatinya marah sekali. Tanpa bersuara sedikit pun, tangannya menyapu ke
belakang dengan tubuh dibalikkan Tapi dia berdiri termangu-mangu Tidak ada
seorang pun yang terlihat olehnya.
Tiba-tiba terdengar suara bangkisan seseorang, di susul dengan pintu kayu yang
terbuka dan munculnya empat sosok bayangan. Mereka adalah Su Po Hin, Wi Ting
sin tiaw, Kan Si Tong dan Hui Hung i su.
Suo Yi Hu dapat merasakan situasi yang kurang menguntungkan bagmya Secepat
kilat dia melesat dan melankan diri Dia sem pat mendengar bis^kan seseorang di
telinganya. "Suo lotoa Selamat jalan. Maaf, kami tidak dapat mengantar" Kata-kata itu
berakhir dengan suara tertawa yang panjang.
Tepat pada saat itu, pertarungan antara Kong Beng dan Ciek Ban Cing sudah
mencapai lima ratusan |urus Keduanya mengeluarkan segenap kemampuan untuk
meru buhkan lawan, tetapi kekuatan merekatetap berimbang Dan kejauhan ia dapat
mendengarsuarasiulan Suo Yi Hu Kong Beng tahu itu merupakan isyarat dari
rekannya Namur untuk sementara dia tidak bisa menghen tikan pertarungan Terpaksa
dengan nekad dia menangkis dua serangan Ciek Ban Cing lalu melompat mundur
Tanpa mengucapkan sesuatu, kakinya segera menutul dan mel'ejit ke atas tembok
serta kabur secepat mungkin Ciek Ban Cing mana mau menyudahi pertarungan begitu
saja. "Komplotan penjahat, mau lan ke mana kau?" bentaknya Tubuhnya bergerak dengan
maksud mengejar, terdengar suara Ciok Ciu Lan menahannya.
"Ciek Congkoan, harap berhenti sebentar'.
Ciek Ban Cing menghentikan langkah kakinya Dia membalikkan t.ubuh dan
berhadapan dengan gadis itu.
"Apakah Ciok kouwmo ingin menyampaikan sesuatu?" tanyanya.
"Di atas bukit ada sebuah goa kecit Yok toako dan Song sau cengcu sudah menuju
ke sana Man kita menemani mereka. Manusia jahat itu sudah melankan diri Tidak perlu
dikejar lagi" kata Ciok Ciu Lan.
Bu Cu taisu maju beberapa langkah Dia mengambi! ruyungnya kembali yang selama
setengah pertarungan berlangsung ia letakkan di atas tanah Kedua tangannya
dirangkapkan di depan dada.
'Omitohud Untung saja empat toheng sudah sadar" katanya.
"Kita harus berterima kasih kepada Ciok kouwnio. Padahal kami semua merupakan
orangorang yang sudah lama berkecimpung di dunia kangouw, tapi toh masih kalah
dengan seorang anak-gadis. Benar apa yang dikatakannya 'Ombak belakang selalu
menghantam yang depan Yang tua akan digantikan oleh yang muda," sahut Wi Ting
sin tiaw. "Keempat totiang bagaimana bisa tertawan oleh mereka?" tanya Bu Cu taisu.
"Pada saat taisu naik ke atas daratan, bukankah kami berempat memencarkan diri
untuk mencari tempat persembunyian" Ke'betulan pinto mendapatkan sebuah tempat
yang rasanya cukup baik Baru saja pinto menempatkan diri dengan tenang tiba-tiba
terdengar suara kibasan baju Suara itu lembut sekafi Dengan demikian pinto
segera tahu bahwa yang datang adalah seorang yang memiliki ginkang tinggi Begitu pinto
membalikkan tubuh untuk melihat, hidung pinto merasa adanya serangkum hawa
harum menusuk Setelah itu pinto tidak ingat apa-apa lagi," sahut Wi Ting sm
tiaw. "Cayhe juga mengalami hal yang sama Komplotan penjahat itu sungguh amat ren dah
Mereka tidak segansegan mengguna kan obat bius semacam itu," kata Su Po Hin
menjelaskan. Ciok Ciu Lan terperanjat Dia pernah mendengar centa dan ibunya bahwa hanya ada
semacam obat' bius yang baru mencium hawanya saja langsung tidak sadarkan diri
Obat itu adalah Pek li hiang milik ibunya. Obat bius lamnya paling tidak
memerlukan waktu sesaat baru pingsan Apakah komplolan penjahat itu juga menggunakan Pek li
hiang" Hatinya tergerak. Tiba-tiba dia teringat orang yang terjatuh dari atas
bukit tadi. Entah masih hidup atau sudah mati" Ketika Yok Sau Cun dan Song Bun Cun
memeriksanya, jarak Ciok Ciu Lan agak jauh, sehingga dia tidak tahu apa yang
terjadi'". Matanya langsung mengerling ke sanak mari Setelah mencan beberapa kali, dia
semakin bingung Terangterangan orang tadi jatuh di tempat ini bahkan tidak
bergerak sama sekali Mengapa sekarang tidak terlihat lagi'" Karena heran, tanpa sadar dia
mengeluarkan suara tsrkejut.
"Lao suhu ke mana orang yang terjatuh tadi" Mengapa tidak terlihat iagi?".
"Mungkin sicu itu tidak tertolong lagi. Tadi dia terbanng di tempat itu," sahut
Bu Cu talsu Dia membalikkan tubuhnya, mulutnya juga mengeluarkan seruan terkejut Mana
ada orang lagi di sana".
Lao hwesio itu sudah banyak makan asam garam Ketika meiihat orang yang terjaiuh
dan diduga sudah mati tersebut bisa menghilang, dia tenngat kembali kejadian Suo
Yi Hu yang berkalikali tersandung batu dan mulutnya penuh dengan lanah merah
Dtaknya segera bekerja. Dia mulai mengerti Tan pa sadar mulutnya mengucapkan
nama Buddha. "Omitohud' Orang ini mungkin suka berkelakar. Tadi ketika pinceng bertarung
dengan Suo Yi Hu, unlung saja orang ini membertkan bantuan " Dia mencenlakan kembali apa
yang terjadi ladi. Mendengar kepandaian Long san i1 pei begitu tinggi, hati semua orang sama
terkejut Kemudian mereka mendengar lagi cerita tentang tersandungnya Suo Yi Hu yang
beculang kali dan mulutnya penuh dengan tanah, mereka semakin heran dan
tercengang. "Betul sekali! Mendengar keterangan taisu, aku yakin dia juga orang yang ber
bicara denganku tadi," kaia Ciok Ciu Lan Sekarang gifirannya untuk menceritakan
bagaimana orang ilu menggunakan ilmu menginmkan suara dan menyuruhnya
menimpuk keempat manusia bertopeng dengan senjala rahasia Juga bagaimana dia
membebaskan empat orang cianpwe itu dan pengaruh obat bius.
'Entah siapa gerangan Cianpwe yang berilmu demikian tinggi itu?" tanya Wi Ting
sin tiaw dengan heran. "Kalau Pinceng tidak salah dengar, Yok sicu tampaknya mengenal orang itu.".
"Yok toako mengenalnya'" Siapa sebetulnya orang itu'?" tanya Ciok Ciu Lan sambil
ikut berpikir. Semuanya terdiam sesaat Tampaknya mereka belum bisa menebak siapa laki laki
yang terjatuh tadi" Tiba-tiba Ciok Ciu Lan mengeluarkan seruan kaget.
"Oh ya, Yok toako dan Song cau cengcu sudah naik ke atas untuk mencan kedua
orang yang melankan diri itu Ciek Congkoan, cepat kitatemui mereka'".
Hati Ciek Ban Cing mencemaskan eselamatan majikan mudanya.
"Biar cayhe menjadi pembuka jalan," sahutnya.
Ciek Ban Cing segera mendahului mereka Dia melesat ke atas bukit tersebut Tempat
itu terdapat banyak batu batuan kecil Kalau tidak mendaki ke alasnya, tentu dan
bawah tidak akan terlihat kalau di situ terdapat sebuah jalan kecil Bu Cu taisu,
Hui Hung i su Kan Si Tong, Su Po Hin, Wi Tmg sintiaw mengikuti dengan ketat Terakhir
adalah Ciok Ciu Lan Mereka berjalan kirakira duapuluh depa Di hadapan mereka ada sebuah
goa yang gelap sekali. Yok Sau Cun dan Song Bun Cun berdiri di kanan km goa dengan pedang di tangan
masinginasing. Sepertinya mereka sedang menjaga pinlu goa Ciek Ban Cing segera
berlari ke depan goa itu.
"Kongcu !" panggilnya.
"Ciek Congkoan, hati-hati!" Terdengar teriakan Song Bun Cun.
Pedang panjang berkelebat Sinarnya berpantulan.
"Trak! Trak1" Dua kali terdengar suara bentrokan Dua batang anak panah
berjatuhan ke tanahi sedangkan sebatang panah yang satunya dengan kecepatan linggi meluncur ke
arah dada Ciek Ban Cing. Kim Ka sin Ciek Ban Cing sudah lama mengikuti Song loya cu Segala macam
gelombang dunia persilatan sudah pernah ditemuinya Sebelum sampai di atas bukit
tadi, dia sudah melihat Yok Sau Cun dan Song Bun Cun berdiri di depan goa
Bukankah hal ini membuktikan bahwa orang yang ada di dalam goa, kalau bukan
mempertahankan diri dengan pedang tentunya dengan senjata rahasia Ofeh karena
ilu, sejak tadt, dia sudah berjagajaga Begilu mendengar suara tenakan Song Bun Cun,
kedua jarinya segera menangkap anak panah lersebut dengan gerakan sigap. Tapi
tangannya tergetarjuga Ternyalatenaga orang yang melemparkan anak panah itu
sangat besar Dia melihat anak panah yang tertangkap oleh tangannya tadi ternyala
hanya sebatang barnbu kecil Hatinya tercekat.
"Hanya dengan sebatang bambu yang de mikian kecil orang ilu sudah dapat
menyalurkan tenaganya yang besar Tampaknya ilmu orang ini tidak dibawah Lao
siu,' pikirnya Namun di luar mulutnya berteriak.
"Kawanan tikus rnana yang bersembunyi di dalam goa dan menyerang orang secara
getap Ini' Tenmalah kembali'".
Dua jari menyambit ke depan Batang bambu itu melesat kernbali ke dalam goa
Tetapi terdengar suara. "Ploki" Pijaran api
goa tidak lebih dan itu ada tikungannya serangannya Rasanya terlihat rnemercik 'Katau dilihat dan luncuran batang bambu, dalam
beberapa cun sudah terhalang batu Kemungkinan besar, di dalam goa
Kila mudah diserang oleh orang itu tapi kita tentu sulit membalas
memang tidak mudah untuk rnenerjang masuk ke
dalam," katanya dalam hati.
Memang lidak salah kalau mengatakan Ciek Ban Cing sebagai seorang yang luas
pengetahuannya Hanya dengan sambitan batang bambu itu saja dia sudah mendapat
kan kesimpulan tentang situasi dalam goa.
Pada saat itu rombongan Bu Cu taisu juga sudah sampai di tempat itu.
Song Bun Cun bergegas menyambut kedatangan mereka.
"Tenma kasih alas kesediaan Cianpwe sekalian dalang membantu Cayhe takkan
melupakan budi yang dalam ini," katanya sambil menjura.
Bu Cu taisu segera merangkapkan kedua tangannya.
"Sau cengcu tak perlu sungkan Semua ini adalah rencana Ciek Congkoan Pinceng
sekalian sama sekali belum meninggalkan Ma cik san Kami hanya berhenti sejenak di tepi
telaga Ketika Sau cengcu naik perahu, kami pun segera mengikuti dari belakang '
sahutnya menjelaskan. "Apakah Sau cengcu tahu siapa yang ada di dalam goa lersebuP" tanya Wi Ting sin
liaw. Wajah Song Bun Cun merah padam.
"Sebenarnya sangat memalukan Cayhe dan Yok heng mencapai tempat tni dan
menemukan sebuah goa Tapi ada orang yang menghadang dengan pedang dari bagian
dafam Asal kami mendesak masuk, orang itu tentu akan menghalangi jatan kami
dengan senjata rahasia, atau angin pukulan atau pun sapuan pedang Sungguh lidak
mudah mendekatinya. Sampai sekarang, satu pun dari komplotan penJahat itu belum
ada yang memuncLilkan diri Entah siapa yang bersembunyi di dalam goa tersebut?"
sahutnya. "Kemungkinan besar Cu mo rno dan budak Cun Bwe itu," kata Ciek Congkoan dengan
suara berat. "Siapa yang kau maksud dengan Cu mo mo itu'?" tanya Wi Ting sin liaw.
Ciek Ban Cing menceritakan bagaimana caranya dia memergoki kawanan penjahat
yang menyusup ke dalam Tian Hua san ceng dan akhirnya berhasil membongkar
kedok mereka. "Kalau bogitu, kemungkinan besar bengcu juga disekap dalam goa ini," kata Kan Si
Tong sambil mengepalkan tinjunya.
'Cayhe juga mempunyai pikiran yang sama Mereka msnculik Bengcu secara
mendadak. Tentunya tidak sempat membawanya sampai Jauh Oleh karena ilu, cayhe
memberanikan diri meminta banluan cuwi untuk mencari jejak Lao cengcu' sahut
Ciek Ban Cing.

Pedang Pusaka Dewi Kahyangan Sian Ku Po Kiam Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Goa ini merupakan goa alami Kalau nenek jahat dan budak itu tidak mau keluar
dari sana, kita juga sulit menerjang masuk," sahut Liok Hui Peng.
"Long san it pei dan Kiu ci Lo han sudah melankan diri. Meskipun nenek itu tetap
menghalangi kita dengan berbagai cara Cayhe tidak percaya mereka dapat bertahan
tama," kata Su Po Hin.
"Apa yang dikaiakan Su toheng memang benar, tetapi musuh berada di dalam
kegelapan, sedangkan kita berada di tempat yang terang Sebelum kau masuk ke
dalam goa, mereka sudah dapat melihal kita dengan jelas Di mana mereka berada, kita sama
sekali tidak mempunyai gambaran Itulah kerugian kita nomor satu Lubang goa lidak
seberapa besar di dalamnya kemungkinan masih ada lekukan lekukan SenJata tidak
mudah digerakkan, ini kerugian kita yang kedua Dengan dua titik kerugian ini,
kfta sudah sulit menerjang masuk " sahut Bu Cu taisu.
"Kalau menurul taisu, bagaimana caranya kita baru bisa masuk ke dalam goa?"
tanya Su Po Hin. Bu Cu taisu tersenyum simpul.
"Oleh karena itu, kita harus memecahkan kedua titik tadi ilu ".
Sementara mereka bertukar pikiran, Song Bun Cun mendekaii Ciek Ban Cing dengan
penuh perhatian. "Ciek Congkoan, bagaimana dengan lukamu'" Apakah racunnya sudah hilang
semua?". Ciek Ban Cing tertawa lebar.
"Harap Kongcu ketahui untung saja Lao siu membawa Pa pao tan kiia yang manjur
kalau tidak, mana mungkin luka Lao siu dapat sembuh sedemikian cepat" Rupanya ini lah
jawaban mengapa Ciek Ban Cing yang sudah rubuh tidak bertenaga dapat bangun
kembali dalam keadaan segar bugar.
Hui Hung i su masih merenungi cara terbaik untuk menerobos ke dalam goa itu lapi
olaknya seperti buntu Akhirnya dia ndak dapat menahan diri lagi.
"Apakah laisu sudah mendapatkan jalan keluarnya?".
"Pinceng juga belum menemukan jalan terbaik, tapi Pinceng ingin mencoba
menerobos saja' sahutnya.
"Cayhe bersedia ikut serta" kaia Song Bun Cun.
Baru saja Yok Sau Cun ingin mengajukan diri, Bu Cu taisu sudah lerlawa lebar.
"Cukup Kita hanya mencoba keadaan saja masih belum tentu hasilnya Jangan lerlalu
banyak orang. Pinceng bertiga saja sudah lebih dari cukup'.
Ciek Ban Cing lahu Bu Cu taisu mempunyai ilmu yang linggi Dia adalah tokoh
nomor dua dalam Siaulim si Dt bawah pimpinannya meskipun belum tentu berhasil
menerjang masuk tapi tentunya juga tidak akan mengalami kesulitan untuk
mengundurkan diri. Dia segera maju langkah dan menjura dalam-dalam.
"Untuk menolong Lao cengcu, meskipun harus terjun ke.dalam lautan api atau
gunung golok, semeslinya menjadi tugas cayhe Bagaimana cayhe dapat membiarkan
taisu yang menempuh bahaya ini . ".
Bu Cu taisu teriawa lebar.
"Perialanan kami kali ini, berada di bawah pimpinan Ciek Congkoan Apalagi
menolong Bengcu merupakan tugas mulia bagi delapan partai besar Pinceng
mendapat kesempatan menjadi orang pertama yang menerjang masuk, hati Pinceng
terasa sekali," sahutnya.
Ciek Ban Cing menjura berkali-kali.
"Kebaikan taisu, Ciek Ban Cing hanya dapat menyimpan dalam hati".
Sebelah tangan Bu Cu taisu menggenggam ruyung parijang Dia menolehkan
kepalanya. "Su toheng, Song sau cengcu harap mengikuti di beiakang Pinceng Setelah masuk ke
dalam goa, kila harus menjaga jarak Jangan gegabah," katanya.
Ciok Ciu Lan bergegas maju dua langkah Dari balik baiunya, dia mengeluarkan
sebuah bola api yang indah, disodorkannya ke hadapan Bu Cu taisu.
"Taisu harap bawa benda ini Dalam goa gelap sekali, tepat untuk menggunakannya
". Meskipun Bu Cu taisu sudah sering berkelana di dunia kangouw, tapi benda seperti
bola api yang mana kebanyakan dipakai Ya heng fin, baru pertama kali ini
dijumpainya. Dia menatapnya dengan heran.
"Li sicu, benda apakah ini?" tanyanya.
"Ini adalah bola api yang disebut Cian li hue long (Api yang dapat memancar
sejauh ribuan li). Kalau hendak menyalakannya, kita tinggal memijit bagian kanfcingnya
yang menonjol Cahayanya dapat bersinar sekitar dua depa," sahut Ciok Ciu Lan.
Bu Cu taisu merangkapkan sepasang tangannya.
"Terima kasih, Li sicu " Diterimanya bola api itu dan tangan Ciok Ciu Lan dan
disimpannya baikbaik Ciek Ban Cing juga rnengeluarkan sebuah cermin kuno yang
berwarna hitam pekat Dia menyodorkannya epada Song Bun Cun.
"Ini adalah cermin besi pelindung dada Dapat menahan senjata rahasia, Kongcu
susupkan di depan dada untuk menghindan segala sesuatu," katanya.
Mendengar nada bicara Ciek Ban Cing senus sekali Song Bun Cun tidak enak hati
menolaknya Diterimanya cermin besi itu dan disusupkannya di depan dada.
Dengan tangan sebelah memegang ruyung, Bu Cu taisu jatan di muka sebagai
pelopor Su Po Hin dan Song Bun Cun masmgmasing dengan pedang panjang di
tangan mengawal di sebelah kin dan kanan.
"Lebih baik kalian berjalan di belakang Pinceng saja, apabila ada terjadi
sesuatu, kalian masih sempat memberikan pertolongan," kata Bu Cu taisu.
Song Bun Cun merasa perkataan Bu Cu taisu memang beralasan Dia segera berjalan
di belakangnya berdampingan dengan Su Po Hin.Tetapi mereka menjagajarakagar
jangan sampai tertinggal jauh Seluruh perhatian dipusalkan kepada Bu Cu taisu.
Tidak terdengar sedikit suara pun yang terpancar dari dalam goa itu Mereka
melangkah sedikit demi sedikil Ketika Bu Cu taisu sampai di depan goa, dia
segera mengerahkan tenaga dalam Kakinya dinngankan agar tidak menimbulkan suara
Matanya mengerling ke sana ke man Telinganya ditajamkan Dia tidak berani
sembrono sama sekali Pada saat itu, sedikit suara desiran angm pun akan
tertangkap oleh tehnga hwesio lua tersebut.
Orangnya masih berada di mulut goa namun keadaan dalamnya sudah dapat terlihat
olehnya Tempat itu tidak begitu luas. Tetapi cukup unluk menyembunyikan diri
beberapa orang Bagian kiri dan kanannya agak gelap, namun menurut tilikan hwesio
tua, rasanya tidak ada orang yang mengintai.
Diamdiam Bu Cu taisu berpikir dalam hati "Mereka lidak merijaga di mulut goa,
berarti kami memang sengaja dibiarkan masuk.".
Begitu masuk ke dalam goa, langkah kaki Bu Cu taisu dipercepat. Dengan cepat dia
sudah sampai di langga batu di tengahtengah goa tersebut. Su Po Hin dan Song Bun Cun
berlari berdampingan di befakang Bu Cu taisu Sampai di tempat yang sama,
mereka baru melihat bahwa di dalam sana ada sebuah tikungan yang menujU ke
kanan. Bu Cu taisu menggenggam ruyungnya eraierat Dia bertenak dengan suara keras.
"Sicu yang bersembunyi di dalam goa, dengarlah baikbaik.Long san it pei dan Kiu
ci Lo han sudah melarikan diri Sekarang yang tinggal hanya sicu beberapa orang.
Berapa lama sicu dapat bersembunyi di dalam goa" Menurut nasehat Pinceng
lebih.baik kalian menyerah saja secara baikbaik. Asalkan kalian mau membebaskan
Bengcu, maka dijamm tidak akan ada yang beram mengganggu kalian keluar dari
sini.". Tikungan goa sebelah kanan gelap pekat Tapi tidak terdengar suara apa pun Bu Cu
taisu menunggu beberapa saat, namun tetap tidak ada yang menyahut.
"Sicu sekalian tidak bersedia keluar untuk berlemu muka Juga tidak menjawab
perkataan Pinceng, seakan memang hendak mencari masalah dengan kami Sicu
sekalian menyembunyikan diri di dalam goa Apa bila menunda terus juga tidak akan
ada hasilnya" kala hwesio itu selanjutnya.
Dan dalam goa tetap tidak ada suara sahutan Kaki Bu Cu taisu melangkah per lahan
Dia mendekati tikungan sebefah kanan itu. Su Po Hin dan Song Bun Cun tidak
menunggu perinlah dari Bu Cu taisu mereka segera mengikuti Tubuh mereka
menempei di dinding goa Tidak berapa lama kemudian, mereka sudah mencapai
tikungan tersebut. Tepat pada saai itu, terdengar suara hembusan Serangkum angin dan pukulan
telapak menerjang ke bagian sebelah kin Su Po Hin yang menempel di dinding sebelah kiri
segera menundukkan tubuhnya Dengan mengendapendap dia mundur beberapa
langkah Angin pukulan itu tepat menghantam dinding kiri Suaranyamenggelegar
Getarannya membuai pasirpasir dinding tersebut bertebaran kemanamana Su Po Hia
merasa terkejut sekaligus marah Kakinya nraiu kembali satu langkah Dia sudah
dapat menduga dari suara hantaman telapak tadi bahwa lawan menyembunyikan diri dalam
tikungan sebelah kanan Dia tidak sudi melepaskannya begilu saja.
"Maling keparal! Berani benar kau membokong Su ya'" bentaknya Tanpa menunggu
serangan kedua dari lawan kedua kakinya segera menutul Pedangnya meluncur lebih
dulu, tubuhnya menyusul di belakang Sinarnya membual hati menggidik percikannya
bagai bunga api Diterjangnya dengan telapak tangan kiri memukul ke depan.
Bu Cu taisu menganggap se ngan Su Po Hin akan membawa kesulitan Hatinya
tercekat "Su toheng, hatihati!" tenaknya pamk , Ketika tubuh Su Po Hin sedang
melayang di udara itutah, terdengar suara bentakan. "Kembali!" Sekali lagi terdengar
suara hembusan. Deru angin menyambar, menyambut kedatangan Su Po Hin.
Bu Cu taisu berten'ak lantang, tubuhnya sudah mencelat ke atas. Karena
kepandaiannya lebih tinggi dan telinga lebih tajam, dari suara angin itu saja
dia sudah dapat merasakan ada sesuatu yang tidak beres.
Suara itu bukan deruan angin dari tefapak yang dihantamkan, melainkan sambaran
sebuah senjata rahasia yang berat Dia membayangkan tubuh Su Po Hin, rekannya
yang sedang melayang di udara dengan pedang panjang di tangan, bagaimana dia
dapat menghindarkan diri dari serangan yang ganas ini" Begitu hatinya tergerak,
tangan Bu Cu taisu segera terangkat ke atas Ruyung panjangnya menyambar ke
depan. Mulutnya berteriak. "Su toheng, cepat mundur!".
Dari belik tikungan goa itu terdengar suara. ..
" Cring! Tang".
Tampaknya seperti dentingan senjata tajam Kembali bungabunga api berpercikan.
Dapat dipastikan bahwa suara tadi adalah suara beradunya pedang panJang Su Po
Hin dengan senjata berat lawan Totiang dan Butong san itu merasakan pergelangan
tangannya rada kesemutan dan nyeri. Getarannya membuat tubuh Su Po Hin terpental
ke belakang dan jatuh di' atas tanah. Sedangkan suara "Tang!" Yang kedua merupakan
akan suara beradunya ruyung Bu Cu taisu dengan senjaia berat juga, tapi pada bagian
atasnya Hwesio itu juga merasakan pergeiangan tangannya terguncang
Hatinya tercekat dengan kalang kabut dia mundur beberapa langkah. Karena dan
gebrakan tadi saja, dia sudah dapat menduga bahwa lawan menggunakan dua macam
senjata Yang satunya pasti ruyung panjang juga, sedangkan yang satunya dia tidak
tahu. Narnun tentunya senjata yang berat juga semenlara tenaga dalam lawan tidak
berada di bawah kekuatannya. Tikungan goa itu sangat sempit, tapi lernyata ada seorang tokoh kelas tinggi
yang menyembunyikan diri Apabila ingin menerjang keluar, pasti tidak semudah yang
diparkirakan. Ketika kakinya termundur beberapa langkah itulah, telinganya
mendengar. suara gedebukan orang yang terbanting ke tanah Dia merasa heran Setidaknya, Su
Po Hin adalah seorang tokoh berkedudukan tinggi di Butong pai. llmunya tidak kalah
apabila dibandingkan dengan tujuh partai lainnya. Meskipun bentrokan tadi sangat
hebat, namun senjata yang digunakan Su Po Hin adalah jenis ringan Walaupun
tenaganya kalah kuat, tapi tidak seharusnya terlatuh sedemikian rupa Bu Cu taisu
segera membalikkan tubuhnya. "Su toyu, bagaimana kaadaanmu?" tanyanya cemas.
pada saat itulah, tehnganya mendengar suara...
"Serr' Serrr'" Melintas di belakang tubuhnya.
"Cara turun tangan sicu sungguh keji'" tenaknya lantang Tangannya segera
dikibaskan dan tubuhnya menggeser sedikit.
Song Bun Cun sejak tadi menyandarkan tubuhnya di dmding sebelah kanan Dengan,
pihak lawan dia hanya berbatasan sebuah tikungan saja. Namun kedudukannya tidak
memungkinkan dia untukturuntangan Mendengar suara jatuhnya Su Po Hin, tubuhnya
segera melesat dan berhenti di samping totiang itu Tampaknya Su Po Hin sudah
jatuh pingsan Tubuhnya sama sekali tidak bergerak Dia mengangkat wajahnya.
"Taisu, Su totiang tidak sadarkan diri," katanya.
Bu Cu taisu terkejut sekali.
"Cepat kau gendong dia dan mundur dari goa ini1" perintahnya.
Song Bun Cun mengiakan Pedangnyadi sarungkan kernbali Dengan sigap dia
mernbopong tubuh Su Po Hin dan mundur dengan langkah tergesa gesa Dengan
ruyung di tangan, Bu Cu taisu juga ikut mengundurkan diri.
Ciek Ban Cing, Wi Ting sin tiaw dan yang lainlain sedang menunggu di luar goa
Melihat Sorig Bun Cun mengundurkan diri de ngan tergesa-gesa sambil memondong
Su Po lhn, Ciek Ban Cing mendekati dengan cemas.
"Sau cengcu, Su taihiap ".
"Su totiang jatuh pingsan Kemungkinan besar dibokong komplotan penjahat
tersebut," tukas Song Bun Cun.
Dia meletakkan Su po Hin ke atas tanah. Bu Cu taisu juga sudah sampai di luar
goa. Dia merangkapkan sepasang tangannya.
"Omitohud' Kemungkinan Su toyu diserang orang ketika sedang melayang di udara
tadi," katanya. "Biar hengte memeriksanya sebentar," ujar Wi Ting sin tiaw. Dia segera
membungkuk di sisi Su Po Hin dan memenksa dengan tetiti. Keningnya dikerutkan.
Dia membuka baju bagian dada totiang tersebut.
"Sungguh seniata rahasia yang keji, Hampir saja menembus ke dalam jantung,"
dengusnya dingin. "Apakah Beng toheng dapat menduga jenis senjata rahasia apa yang digunakan
penjahat itu'?" tanya Bu Cu taisu.
"Senjata rahasia ini kecil sekali. Tampaknya Su toheng terluka sebanyak tujuh
lubang. Kemungkinan besar oleh semacam Bwe hua ciam.".
"Beng cianpwe, apakah Su taihiap masih bisa tertolong'?" tanya Song Bun Cun
cemas. "Kalau dilihat dan kecilnya senjata rahasia ini, mestinya tenaga sambitannya
juga tidak

Pedang Pusaka Dewi Kahyangan Sian Ku Po Kiam Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

akan terlalu besar Asal bukan mengenai tempat yang membahayakan,
kemungkinan masih bisa tertolong. Namun kalau senjatanya sendiri tidak
dikeluarkan, akhirnya akan menyulitkan," sahut Wi Ting sin tiaw.
"Dengan cara apa Beng cianpwe akan mengeluarkan senjata rahasia itu?" tanya Song
Bun Cun. "Hanya ada satu cara yang ampuh, yaitu dengan batu magnit," sahut Wi Ting sin
tiaw. "Ciek Congkoan, apakah cermln besi ini dapat mengisap senjata rahasia dari tubuh
Su taihiap?" tanya Song Bun Cun.
"Cermin itu hanya dapat memantulkan kembali segala macam janis senjata rahasia,
tapi tidak dapat menglsapnya karena daya tanknya kurang," sahut Ciek Ban Cing.
"Karena kita tidak mempunyai batu magnit, maka untuk sementara kita coba saja
dengan cermin besi Ciek Congkoan," kata Wi Ting sin tiaw.
"Aku punya batu magnit" tukas Ciok Ciu Lan Dia mengejuarkan sebuah batu sebesar
kepalan tangan dan sebuah kantong kecil yang terselip pinggang Disodorkannya batu magnit
itu ke hadapan Wi Ting sin tiaw.
"Lao siu lupa kalau Ciok kouwnio adalah ahli wans Be Hua po po Senjata rahasia
ibumu sangat terkenal dalam dunia kangouw. Tentu saja Ciok kouwmo juga selalu
berbekal batu magnit," sahut Wi Ting sin tiaw sambil tertawa lebar Diterimanya
batu tersebut dari tangan Ciok Cui Lan. Kemudian dia menoleh kepada Kan Si Tong. "Kan
toheng, kau saja yang melakukannya, ilmu Lwetai kit kong memang khusus
mempunyai daya hisap yang kuat.".
"Sekarang bukan waktunya untuk saling memuji. Padahal siapa yang tidak tahu
kalau perguruan Liok hap bun mempunyai ilmu yang khusus menyedot senjata rahasia.
Apalagi dibantu dengan batu magnit milik Ciok kouwnio. Jangan mempermainkan
pinto lagi," sahut Kan Si Tong sambil tertawa terbahakbahak.
"Baik, baik Kau jangan jauhjauh Kalau tenaga hengte tidak cukup untuk
menyedotnya, maka toheng harus membantu," kata Wi Ting Sin tiaw sambil tertawa
lebar Dia berjongkok di samping Su Po Hin dan mengerahkan tenaga pada tangan
kanannya Dengan menggenggam batu magnit yang ditempelkan di dada totiang itu,
dia tidak beranl bergerak sama sekali. Kira-kira sepeminuman teh, terlihat dia
menarik napas perlahan-lahan Tangan kanannya memegang batu magnlt tersebut
dihentakkannya ke atas Terdengar suara jeritan dan mulut Su Po Hin Matanya
segera terbuka Wi Ting sin tiaw bangkit dan menghela napas.
"Sudah, sudah Ciok kouwnio, kau pasti membawa obat penghenti darah milik ibu.
Tolong kau borehkan pada luka So toyu ini," katanya.
'Ciok Ciu Lan segera mengiakan. Dikeluarkannya obat penghenti darah dan
diborehkannya pada luka di dada Su Po Hin Wi Ting sintiawmenggenggam batu
magnitdan memperhatikannya dengan seksama Disodorkannya batu itu ke hadapan
Hui Hung i su. "Bahaya sekali Coba Liok toheng lihat, apa ini'?".
Hui Hung i su menatap dengan penuh perhatian Terlihat di permukaan batu itu
terdapat belasan jarum halus Sedangkan pada setiap jarum halus itu menempel
uraturat darah. Wajahnya berubah seketika.
"Juo ti cie hun ciam'" serunya.
"Tidak salah!" Wi Ting tertawa sumbang.
"Ciek Congkoan, siapakah sebenarnya nenek penyala api di dapur yang mengaku
bernama Cu mo mo itu?". "Mungkinkah dia Co lolo yang beriuluk Cie mia pocu dan San Pak yang namanya
pernah menggetarkan kaum liok lim dan golongan hitam?" sahut Ciek Ban Cing
menduga-duga. "Cie mia pocu, Co lolol" seru Wi Ting sin tiaw. "Kalau bukan dia, siapa lagi?".
Ciek Ban Cing menganggukkan kepalanya berkali-kali.
"Budak Cun Bwe itu tampaknya mempunyai kedudukan yang lebih tinggi dan Co
pocu. Entah asal usulnya dan mana?" gumamnya.
"Dari keadaan Bengcu di Tian Hua san ceng sampai delapan partai besar sudah
berada dalam rencana mereka Sedangkan kita boleh dibilang buta sama sekali Siapa mereka
dan dirrtana markas mereka kita tidak tahu Tampaknya delapan partai besar sedang
menghadapi cobaan yang besar" kata Bu Cu taisu.
"Taisu, man, pinto tidak psrcaya kesabaran Co pocu itu tiada habis-habisnya,"
ajak Kan Si Tong. "Biar cayhe yang membuka jalan," kata Song Bun Cun. Pedang panjang melintang di
depan. Dia langsung berjalan menuju da.
lam goa Bu Cu taisu melihat Song Bun Cun memaksa berjalan dulu ke dalam goa.
Dia takut terjadi sesuatu yang tidak dnnginkan pada diri pemuda itu.
"Sau cengcu, tunggu sebentar!" panggilnya.
Dia menolehkan kepalanya "Ciek Congkoan, Beng toheng, Liok toheng sekalian,
harap jaga di sini Jangan sampai jalan mundur kita ditutup oleh komplotan penjahat,"
kata Bu Cu taisu. Sementara itu, Kan Si Tong sudah mengikuti di belakang Song Bun Cun memasuki
goa. Bu Cu taisu tidak berani berlambatlambat lagi. Dengan tangan memegang
ruyung, dia segera berbaur dengan mereka.
Dengan pedang panjang di tangan, Song Bun Cun melesat ke dalam goa Sampai di
tikungan dimana Su Po Hin terserang senjata rahasia dia bertenak lantang: "Co
pocu, kefahatanmu sudah tak terkirakan lagi. Cepat keluar dan tenma kematianmu di
tangan Kongcu " Dengan gerakan seringan kapas, dia melesat ke tikungan itu.
Terdengar suara tawa seram berkumandang dan balik tikungan itu.
"Apakah Sau cengcu yang berkata tadi'" Lao pocu masih belum berniat melukaimu.
Cepat mundur saja'".
Rupanya teriakan Song Bun Cun tadi memang disengaja Dia ingin memastikan di
bagian mana Co pocu itu menyembunyikan diri Dia berdiri mematung. Telinganya
dipertajam Dia tahu Co pocu masih berada di sebelah kanan dmding goa itu Sejak
tadi dia belum bergeser Hatinya benci sekali terhadap nenek itu Tanpa mengucapkan
katakata, dia mengerahkan tenaga ke pergelangan tangannya Bayangan tubuhnya
melayang, pergelangan tangan diulurkan. Sekelebatan hawa dingin terasa menyusup,
secepat kilat meneriang ke depan.
Serangannya ini sama sekali tidak menirnbulkan suara Pedangnya juga tidak
membawa desiran angin Sampai sinar pedang berkilauan, kakinya sudah menerjang
ke arah suara Co pocu Terdengar suara.
"Trangi" yang nyanng Pedangnya membentur dinding goa dan memijarkan percikan
bunga api. Dapat dipastikan ketika dia men jawab perkataan Song Bun Cun, tubuhnya juga
segera bergeser. Melihat serangannya gagal, Song Bun Cun segera dapat merasak'an kedudukannya
yang tidak menguntungkan Baru saja dia bermaksud mengundurkan diri, terdengar
suara tawa seram dan nenek itu. "Lao pocu masih memandang wajah Song loya cu,
pergilah!" Serangkum angin pukulan menerjang dari balik tikungan tersebut. Song
Bun Cun ingin mengangkat pedangnya untuk melindungi badan, tapi sudah terlambat
Terpaksa lengan kinnya diuiurkan Dengan jurus Ciu Cui kuang tan dia menyambut
hantaman telapak Co pocu dengan kekerasan.
Kedua telapak saling beradu Song Bun Cun merasa bahwa angin pukulan itu kuat
sekali. Tanpa disadari, kakinya mundur beberapa langkah Kan Si Tong bergegas
menghampirinya. "Sau cengcu, apa yang teriadi'?" tanyanya cemas.
"Cayhe barusan mengadu kekerasan dengan Co pocu. ." Suaranya masih terdengar,
namun sepasang kakinya tiba-tiba m.enjadi lemas Tubuhnya terkulai di atas tanah.
Bu Cu taisu mendekati dengan tergopohgopoh. Dia tampak terperanjat.
"Apakah Sau cengcu dicelakai olehnya?".
Terdengar suara Co pocu bsrkumandang dari dalam goa.
"Lao hwesio, Iwekangmu tmggi sekali Asal kau segera menggunakan ilmu Pan juo tan
kang dan menembus jalan darah bagian pahanya, pasti tidak akan terjadi sesuatu ".
Kan Si Tong terkejut mendengar kete rangannya. Keningnya dikerutkan.
"Apakah kau menggunakan ilmu Im ciu untuk melukainya?".
Co pocu tertawa terkekeh-kekeh.
"Lao pocu sudah memberi nasehat agar dia mengundurkan diri tapi dia tidak
memperdulikan Apakah yang dapat Lao pocu lakukan lagi?" sahutnya.
Ciek Ban Cing yang berdiri di luar goa mendengar Sau cengcu sudah terluka Dia
segera memburu ke dalam. "Taisu, bagaimana luka Sau cengcu'?" tanyanya panik.
"Sau cengcu terluka oleh ilmu Im ciu dari nenek jahat itu Tampaknya luka itu
tidak ringan Lebih baik Ciek Congkoan gendong dia keluar dulu dari sini," sahut Kan Si
Tong. Hati Ciek Ban Cing tergetar. Dia menundukkan wajahnya Meskipun di dalam goa itu
keadaannya gelap, namun dengan bantuan cahaya rembulan yang menyorot ke dalam,
Ciek Ban Cing dapat melihat Song Bun Cun. Mata pemuda itu terpejam rapat.
Wajahnya pucat bagai kertas Saat itu dia sudah tidak sadarkan diri Ciek Ban Cing
panik sekali. "Orang yang terluka oleh ilmu Im ciu, hanya dapat disembuhkan oleh orang yang
menyerangnya Apa yang harus kita iakukan sekarang''".
Terdengar sahutan dan dalam goa.
"Lao pocu sudah mengatakan kepada lao hwesio llmu Pan juo tan kang yang dipe
iajannya dapat menyembuhkan Sau cengcu " Jelas itu suara Co pocu Nenek itu
sengaia melukai Song Bun Cun dengan ilmu |m ciu Kemudian dia sendiri yang
menjelaskan bahwa Pan juo tan kang yang dipelajari Bu Cu taisu dapat
menyembuhkan luka ter sebut Hal ini membuktikan bahwa dia ingin memperpanjang
waktu dan mengurangi tenaga dalam Bu Cu taisu.
"Omitahud!" ujar Bu Cu talsu sambil merangkapkan kedua tangannya "Ciek Congkoan,
kita mundur dulu sekarang Leblh baik biarkan Pinceng menyembuhkan
luka Sau cengcu," katanya.
Co pocu yang berada dalam goa tertawa terkekeh kekeh.
"Di sini tidak ada hal yang perlu disayangkan Kalian keluar saja," sahutnya
santai Ciek Ban Cing memondong Song Bun Cun.
"Lao popo, kau jangan senang dulu Lao siu tidak akan mengampunimul" tenaknya
keras. Bu Cu taisu memben isyarat agar dia segera keluar dan goa tersebut Kembali
terdengar suara terkekeh kekeh dan nenek tua tersebut.
"Lao pocu akan menunggu dirimu," sahutnya.
"Nenek jahat itu sungguh banyak akal busuknya Cara turun tangannya juga sangat
keji Dia menyembunyikan diri di dalam goa Berturutturut dia melukai dua orang
Tampaknya apabila ingin menghadapi nenek itu, harus menggunakan kelicikan juga,"
kata Hui Hung i su. "Hal ini karena kedudukannyayang menguntungkan. Tentang ilmu silat, kita juga
belum tentu kalah olehnya. Hengte rasa, kalau dia masih tetap kukuh tidak mau keluar
dan goa, kita bakar saja Coba lihat, apakah maslh mempertahankan diri?" sahut Wi Ting sin
tiaw,. "Beng heng jangan lupa kalau bsngcu masih berada di dalam genggaman mereka,
kemungkinan besar malah ada dalam goa itu juga," kata Kan Si Tong.
"Justru hal itulah yang rnemberatkan hengte " sahut Wi Ting sin tiaw dengan
wajah muram. Pada saat itu, Bu Cu taisu sudah bersandar di dinding yang terdapat di mulut goa
Ciek Ban Cing menggendong Song Bun Cun dan duduk di hadapan hwesio tua
tersebut Mata Bu Cu taisu mengedar k? sekeliling.
"Pinceng akan membantu Sau cengcu menembus jalan darahnya yang tersumbat
Mungkin perlu waktu kira kira dua kali sepeminuman teh Pada saat itu, tidak
boleh ada suara sedikitpun yang mengganggu penyembuhan ini. Kemungkinan besar
begundal Co pocu akan menggunakan kesempatan ini Harap para toheng menjaga
baik-baik," katanya.
"Taisu tidak perlu khawatir. Dengan penjagaan pinto sekalian, tentu tidak akan
terjadi apa-apa," sahut Kan Si Tong.
"Baiklah kalau begitu," kata Bu Cu taisu.
"Kan toheng. lebih baik kita bagi penjagaan ini beberapa kelompok Apabila ada
sesuatu yang mencurigakan, kita segera mengetahuinya," Hui Hung i su memben saran.
"Di antara kita semua, kalau difihat dari pengalaman dan pengetahuan, maka Beng
toheng yang paling dapat diandalkan Bagaimana kalau kita pilih dia jadi pemimpin'?"
kata Kan Si Tong. "Apa yang dikatakan Kan To heng memang benar Beng toheng, bagaimana kita
harus melakukan penjagaan semuanya tergantung padamu saja," sahut Hui Hung i su
sambil tertawa lebar. "Toheng tentukan saja sendiri Bukankah mudah saja?" kata Wi Ting sin tiaw.
"Waktu adalah emas Beng toheng tidak perlu sungkan lagi Pinto dan Liok toheng
sudah sepakat mengangkatmu Jangan menolak lagi," sahut Kan Si Tong dengan
wafah serius. Wi Ting sin tiaw mengedarkan pandangannya ke luar goa Bibirnya rnengembangkan
senyuman. "Kita kembali saja pada kedudukan kita semula Kan toheng dan Liok toheng menjaga
di mulut goa Jangan sampai orang yang berada di dalam menerjang keluar. Su toheng,
Yok sauhiap dan Ciok kouwnio mengeiilingi Bu Cu taisu dan Song sau cengcu.
Hengte sendiri akan menjaga kalaukalau ada yang naik ke atas bukit ini Bagaimana
pendapat cuwi toheng'?" tanyanya.
Hui Hung i su mencabut pedangnya.
"Cring'" Bibirnya tarsenyum.
"Beng toheng ternyata mempunyai bakat menjadi Kunsu (Panglima perang) Memang itu
cara yang terbaik'" katanya.
Hui Hung i su dan Kan Si Tong sagefa menjafankan tugas yang diberikan. Mereka
masuk ke dalam goa dan memperhatikan gerakgerik orang yang berada di dalam. Wi
Ting sin tiaw mengeluarkan pedangnya dan berjalan menuju jalan setapak yang
banyak batu-batu kecilnya Dia duduk menjaga di tempat itu.
Jarum beracun di tubuh Su Po Hin sudah dikeluarkan. Dia juga sempat beristirahat
sejenak tadi. Kesehatannya sudah pulih sebagian Dia segera mengajak Yok Sau Cun
dan Ciok Ciu Lan berjaga di sekitar Bu Cu taisu dan Song Bun Cun. Wajah mereka
menghadap ke arah luar. Keadaan di sekitar itu hening seketika. Bu Cu taisu melihat semua orang sudah


Pedang Pusaka Dewi Kahyangan Sian Ku Po Kiam Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menduduki tempat masinginasing Matanya dipejamkan perlahanlahan Dia
mengerahkan ilmu pan juo tan kangnya Tangan kiri didekapkan depan dada.
Kemudian telapak dikatupkan Semantara itu, tangan kanannya terulur Dua buah
jarinya menekan di ubun ubun Song Bun Cun Hawa murninya dike rahkan ke tempat
itu Menyembuhkan orang dengan cara menembus jalan darah yang tersumbat, bukan
hal yang mudah Pertamatarria, paling tidak orang itu harus mernpunyai latihan
ilmu Pan juo tan kang selama belasan tahun Lwekangnya juga harus cukup tinggi dan
pikiran tidak boleh bercabang Terutama bila orang yang disembuhkan itu terluka
oleh ilmu Im ciu. Perlahanlahan terlihat uap putih mengepul dari atas kepala Song Bun Cun Makin
lama makin tebal Bagi orang yang banyak pengalaman dan berpengetahuan luas,
mereka tahu bahwa itulah saatsaat genting Semua rekan yang menjaga di sekitar
ilu, sama sekali tidak berani memmbulkan sedikit suara pun Begitu sunyinya sehingga
hembusan angin pun dapat terdengar.
Entah berapa lama sudah berlalu dari bawah bukit tidak terlihat bayangan siapa
pun yang memanjat ke atas Orang yang berada di dalam goa pun tidak menunfukkan
gerakan apa apa Tiba tiba terdengar raungan keras dan mulut Bu Cu taisu Dalam
kesunyian yang mencekam suara itu bagaikan guntur yang^mengamuk. Getarannya
membuat telinga semua orang pekak seketika Tubuh Ciek Ban Cing yang sedang
memondong Song Bun Cun terlihat bergetar. Dia laksana baru bangun dan mimpi.
Song Bun Cun pun ikut membuka matanya. Terdengar keluhan dan mulutnya.
"Mengapa aku bisa berada di sini?" tanyanya bingung Dia langsyng bangkit dari
pangkuan Ciek Ban Cing Lakilaki itu panik sekali melihat keadaan majikan mudanya.
"Sau cengcu, bagaimana perasaanmu'" Kau baru saja sembuh dari luka dalam Lebih
baik jangan banyak bergerak dulu," katanya cemas.
Song Bun Cun menolehkan kepalanya dangan heran.
"Ciek Congkoan, apa yang terjadi pada diriku?".
Bu Cu taisu menarik napas perlahanfahan Dia berdiri dengan sebelah tangan meraih
ruyungnya yang tadi diletakkan di atas tanah Bibirnya tersenyum.
"Keadaan Sau cengcu sudah tidak mengkhawatirkan. Melukai orang dengan ilmu Im
ciu adalah perbuatan yang keji Untunglah Sau cengcu sudah pulih seperti sedia kala,"
katanya menjelaskan. Song Bun Cun ikut berdiri Dia menjura dalam-dalam.
"Tenma kasih atas pertolongan taisu. Cayhe sudah ingat kembali Tadi cayhe
menyambut serangan telapak tangan nenek jahat itu dengan kekerasan Pada waktu
itu, hanya terasa ada serangkum angin yang di.
ngm menerpa tubuh. Cayhe sedikit menggigil karenanya Apa yang terjadi kemudian,
cayhe tidak tahu lagi. Entah berapa lama kemudian cayhe merasa "tubuh ini hangat
sekali Seperti sedang berjemur di bawah matahan. Juga seakan tertidur dengan pulas
Terakhir cayhe mendengar suara petir menyambar di angkasa," sahutnya.
Ciek Ban Cing meluruskan pinggangnya yang terasa linu.
"Kehangatan yang Kongcu rasakan adalati Bu Cu taisu yang menyembuhkan lukamu
dengan menggunakan ilmu Pan juo tan kang Apabila tidak ada taisu saat ini, hanya nenek
jahat itulah yang dapat menyembuhkan Kongcu," katanya menjelaskan.
Sekali lagi Song Bun Cun menjura kepada Bu Cu taisu, kemudian dia juga
membungkukkan tubuh dengan hormat kepada yang lainnya.
"Tenma kasih atas bantuan cuwi cianpwe Cayhe merasa terharu sekali.".
Wi Ting sin tiaw menghampirinyaidengan bibir mengembangkan senyuman.
"Sau cengcu jangan sungkan. Co pocu adalah manusia yang sangat licik Sudah
sekian lama tidak terllhat dla melakukan gerakan apa pun Mau tidak mau
kelakuannya membuat kita curiga. Lao siu rasa, lebih baik kita masuk ke dalam dan
msninjauninjau keadaan," katanya.
Kang Si Tong meraba raba jenggotnya yang masih hitam Wajahnya murung.
"Apa yang dikatakan Liok toheng memang benar. Pintojuga merasa curiga
Bayangkan saja .. Dia sengaja melukai Sau cengcu dengan ilmu jm ciu Lalu dia
sendiri yang menjelaskan bahwa dengan Pan juo tan kangnya Bu Cu taisu, Sau
cengcu dapat disembuhkan. Hal ini membuktikan bahwa dia sengaja mengulur waktu,"
lanjutnya. "Apakah dia sedang menunggu bantuan" Mengapa komplotan nenek itu tidak
bergegas datang?" tanya Su Po Hin.
"Kemungkinan pencanan klta kepagian Komplotan mereka tidak keburu
mempersiapkan diri Orang yang di dalam goa juga perlu waktu memikirkan cara
terbaik Me mang banyak sekali kemungkinannya " kata Wi Ting sin tiaw.
"Kalau begitu, lebih baik kita menerjang masuk secepatnya Nenek Jahat itu hanya
berani menyembunyikan diri di tempat yang gelap dan menyerang secara dlamdiam
Cayhe harus memperiihatkan sedikit kelihaian kepadanya," sahut Song Bun Cun
geram Pedangnya dicabut keluar dari sarungnya Tanpa menunda waktu lagi, dia
bermaksud menyerbu ke dalam.
"Sau cangcu, cayhe turut bersamamu Mari kita gempur nenek itu sampai kewalahan
Kalau bisa, tangkap hiduphidupi" tukas Su Po Hin.
Bu Cu talsu cspatcepat menghadang di depan mereka.
"Liong wi harap tunggu sebentar!" serunya.
Song Bun Cun dan Su Po Hin terpaksa menghentikan langkah kakinya Mereka
membalikkan tubuh dalam waktu yang bersamaan.
"Apakah taisu mempunyai pendapat yang lain?" tanya Song Bun Cun.
"Co pocu sangat licik Walaupun kita ingin menerjang masuk, tapi setidaknya harus
merundingkan rencanayang baik Maksud pmceng kita harus memilih satu orang
sebagai kepala agar tidak ada yang bertindak gegabah," sahut Bu Cu taisu.
"Taisu sangat memperhatikan kesejahteraan kaum Bulim. Rasanya tidak ada orang
lain lagi yang tepat," kata Kan Si Tong.
Bu Cu taisu merangkapkan kedua belah tangannya.
"Pinceng tidak pantas. Tetapi pinceng da pat membantu menunjuk seorang yang
febih sesuai Yaitu Beng lao sicu Pengalamannya di dunia kangouw banyak sekali
Pengetahuannya juga luas Ketika mengatur penjagaan tadi, caranya sangat tepat
Bila kali ini hendak menerjang masuk ke dalam goa Paling baik dibawah pimpinannya".
"Benar apa yang dikatakan Taisu Co pocu licik dan banyak akal busuknya Kita juga
harus mencari seekor musang tua un tuk menghadapinya. Baru seimbang " sahut Hui Hung i
su sambil tertawa terbahak-bahak.
"Kau bebek liar ini Beraniberamnya merubah hengte menjadi seekor musang tua,"
sahut Wi Ting sin tiaw dengan maksud bergurau Sekali fagi Hui Hung i su tertawa
terbahak-bahak. "Taisu mengatakan pengalamanmu banyak, pengetahuanmu juga sangat luas.
Sebutan apa lagi yang pantas kecuali musang tua'?" katanya.
"Omitohud! Kalau ucapan toheng itu berdasarkan kata-kata pinceng, maka dosa
tersebut menjadi tanggungan pinceng juga," sahut Bu Cu taisu.
"Lebih baik kita urus hai yang lebih serius. Pendapat Taisu sangat dalam. Tadi
kita sudah tiga kali memasuki goa, tapi belum terlihat sedikit pun hasilnya Tampaknya
kita memang memerlukan seorang kunsu yang dapat memimpin kita Beng heng juga
ja ngan menolak lagi Pokoknya kami akan mendengarkan perintahmu," kata Kan Si
Tong. "Baiklah," sahut Wi Ting sin tiaw dengan gaya santai "Biarlah kali ini hengte
menJadi seekor musang tua " Tangannya menggapai kepada Bu Cu taisu "Tolong taisu benkan
bola api Ciok kouwnio kepada hengte Sebetum menyerbu ke dalam goa
yang terdapat di tikungan itu hengte ingin memenksa keadaannya sekali lagi".
Bu Cu taisu segera menyerahkan bola api tersebut kepada Wi Ting sin tiaw
Pendekar dari Liok hap bun itu kembali mehggapai kepada Song Bun CLHI dan Su Po Hin.
"Su toheng dan Song sau cengcu melindungi hengte Kita akan masuk ke dalam goa
tersebut". Ciek Ban Cing takut akan terjadi sesu.atu pada Song Bun Cun karena pemuda itu
baru pulih dan lukanya. "Beng taihiap, Lao siujuga ikut ke dalami" katanya panik.
Wi Ting sin tiaw menggoyang-goyangkan tangannya.
"Kunsu kalian ini hanya masuk untuk melihat keadaan. Kebanyakan orang matah
membahayakan Cuwi harap tunggu di mulut goa saja," sahutnya.
Tanpa menunggu jawaban dan rnereka, Wi Ting sin tiaw segera melesat ke datam
goa mendahului yang lam Su Po Hin dan Song Bun Cun juga tidak menunda lagi Me
reka segera mengintil di belakang Kunsu yang baru terpilih itu Wi Ting sin tiaw
membisiki mereka dengan ilmu coan im jut bit .
"Jarak antara kalian dengan lao siu jangan terlalu dekat Lebih baik mengikuti
dan jarak tujuh delapan depa Perhatikan. Baik-baik senjata rahasia lawan " Meskipun
bercakapcakap, langkah kakinya terus maju Dia terus mendekati tikungan goa di
mana nenek jahat itu bersembunyi Ketika jaraknya tinggal kurang lebih delapan
cun. dia baru menghentikan langkah kakinya.
"Tik!" Dia menyalakan bola api milik Ciok Ciu Lan Secercah sinar cahaya
menerangi tikungan goa Hal ini boleh dikatakan aneh. Karena musuh berada di tempat gelap,
sedangkan dia berada di tempat terang. Jejak mereka mudah terlihat Perbuatannya
merupakan kerugian bagi mereka sebenarnya. Apa lagi tempat itu gelap pekat,
bukankah sama saja dia seperti mengunjukkan kehadirannya sendiri'".
Tetapi, meskipun bola api itu bersinar terang, tapi dari dalam goa tetap tidak
ada gerakan apa pun. Juga tidak mengadakan perlawanan Hanya kesunyian yang
mencekam Wi Ting sin tiaw memperdengarkan suara batuk satu kali.
"Lao siu adalah Beng Ta Jin dari Liok Hap Bun. Harap Co pocu sudi menjawab'"
teriaknya lantang . Suasana dalam goa itu seperti kuburan Tidak terdengar sahutan sama sekali Perlu
diketahui, bahwa boia api itu sebetulnya milik Be Hua popo Sinarnya kuat sekali
Dapat menimbulkan cahaya sejauh satu depa le bih Wi Ting sin tiaw berdiri sejauh
delapan cun. Sinarnya memancar sampai ke dalam goa Dia menyebutkan namanya
sendiri Dengan terang dia juga memanggil nama lawan Maksudnya bahwa dia sama
sekati tidak melanggar peraturan kangouw sehing ga lawan pun tidak semestinya
membokong dengan senjata rahasia atau apa saja Lagipula dalam jarak delapan cun,
segala macam senjata rahasia yang dilemparkan menjadi kurang ampuh Kekuatannya
akan surut banyak. Wi Ting sin tiaw memang memanggil nama Co pocu, tetapi sebetulnya dia sedanc
menyelidiki keadaan dalam goa Dleh ka rena itu, ketika dia berbicara, matanya
menatap tajam ke dalam goa. Tanpa disadan dia mengerutkan keningnya beberapa
saat Karena apa yang dilihatnya sungguh mengejutkan Rupanya goa itu sangat rumit
Tingginya setara tinggi seorang laki-laki dewasa, setelah mernbelok ke kanan,
kirakira tiga tangkah ternyata di dalamnya ada sebuah lekukan lagi Tapi yang
kedua itu membelok ke kin Oleh sebab itu, langan harap dari luar dapat melihat keatiaan
dalamnya. Dari dalam goa tetap tidak terlihat reaksi sedikit pun. Hati Wi Ting sin tiaw
menjadi curjga Diamdiam dia berpikir "Mungkinkah di dalam goa ini ada sebuah jalan
tembus" Apabila benar, maka setelah melukai Song sau cengcu, dia menjelaskan
cara pengobatannya adalah dengan maksud mengecoh lawan Sambil melindungi Cun Bwe,
dia dapat melankan diri dan belakang goa ini Dengan demikian, Bengcu pasti
berada di dalam tangan Cun Bwe".
Begitu hatinya bergerak dia langsung berteriak "Cu pocu, Lao siu menantikan
jawabanmu, apakah kau sudah mendengar perkataanku tadi?".
Sama saja dengan sebelumnya Dari dalam goa tidak terdengar suara sahutan Wi Ting
sin tiaw maju beberapa langkah Asalkan dia bisa mencapai tikungan kiri sebelah
dalam. Maka dia dapat melihat keadaan goa tersebut Tetapi ketika Wi Ting sin
tiaw baru mencapai tikungan pertama, tiba-tiba teli nganya menangkap suara desiran
angin. Tiga batang bambu kecil sedang meluncur ke arahnya Disusul dengan suara
seseorang. "Beng Laoto. Kalau kau maju satu langkah lagi, maka nyawamu akan melayang
seketika!". Orang itu memang Co pocu Mana mungkin Wi Ting sin tiaw memandang tinggi tiga
batang bambu kecil tersebut Dalam hati dia tertawa.
"Co pocu temyata belum meninggalkan tempat ini, berarti goa im sama sekali tidak
ada jalan keluarnya " Sejak masuk ke dalam goa, perhatiannya sudah terpusat penuh
Tenaga dalamnya dikerahkan ke lengan kanan Tiba-tiba lengannnya bergerak denqan
cepgt dan menyampok ketiga batang bambu yang sedang meluncur itu. Mututnya
tertawa terkekeh-kekeh. "Co pocu, Lao siu menantikan jawabanmu Ternyata kau bersembunyi dalam
kegelapan dan melukai orang dengan cara membokong'" serunya lantang Lengan
bajunya yang longgar dikibaskan. Ketiga batang bambu tadi rnelayang kembali.
"Sret! Sret' Sret'" Kemudian menancap di dalam dinding goa itu Matanya memandang
sejenak Terlihat pada bagian bawah lengan bajunya tertancap tiga batang paku
kecii lamnya. Hatinya tercekat.
"Cie mia ciam (Jarum pencabut nyawa) nenek jahat itu ternyata sangat lihai.
Luncurannya sama sekali tidak menimbulkan suara sedikit pun Kacilnya hampir
tidak terlihat. Untung saja sejak semula aku sudah bersiapsiap Kalau tidak, bukankah
aku sudah terserang senjata mainannya itu?" katanya dalam hati Dan luartampangWi
Ting sin tiaw tidak rnenunjukkan apa-apa Suaranya pun tenang saja.
"Sungguh senjata rahasia yang amat keji. Ruoanya ketika kau melemparkan tiga
batang bambu tadi, secara diamdiam kau menyambit lagi tiga batang jarum beracun
Untung saja Lao siu sudah tahu permainanmu ini 1" Tubuhnya melayang kembali ke
atas tanah. "Beng Laoto, ini adalah sebuah peringatan dari Lao pocu Apabila kau berani maju.
lagi satu langkah, makaaku jamin kau dapat masuk dalam keadaan hidup, tapi
keluar tinggal mayat1" sahut Co pocu ketus.
"Baiktah,' kata Wi Ting sm tiaw tertawa lebar. "Biar kita bicara di sini saja.".
Co pocu mendengus dingin.
"Kau ada perkataan apa, coba Lao pocu dengar," sahutnya.
Wi Ting sln tiaw sedang mempertajam tetinganya mendengar suara Co pocu Dia
ingin mencan tahu dan mana suaranya berasal Tapi seteiah sekian lama dia tetap
tidak dapat memastikan di sebelah mana nenek jahat itu menyembunyikan diri
Pengalamannya dalam dunia kangouw sangat banyak Pertamatama dia sudah melihat
keadaan dalam celah goa itu Dalam hatinya, dia tahu kalau Co pocu berbicara
dengan muka menghadap dinding Dengan demikian, suaranya mengarah ke tembok lalu


Pedang Pusaka Dewi Kahyangan Sian Ku Po Kiam Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

memantul berkumandang ke sekelilmg Suara itu sendiri seperti terpancar dan jauh
Padahal mungkin dia berada di balik cetah dan duduk menghadap tembok Wi Ting sin
tiaw purapura tidak tahu Dia sengaJa berteriak dengan keras.
"Co pocu, kalian memang menggunakan pedang atau senjata rahasia melindungi diri
di dalam situ Tapi untuk berapa lama kalian dapat bertahan" Apabila saling berkeras
Yang rugi tentu bukan pihak kami ..!".
"Apa yang membuat kami mgi" Kalian berusaha'rnenerjang masuk ke dalam goa, toh
sudah ada dua orang yang terluka?" sahut Co pocu sinis.
"Karm tldak usah menggunakan kekerasan metawanmu Ada dua jalan yang bagus
untuk memaksa kau keluar dan tempat itu " kata Wi Ting sin tiaw.
"Kalian ingin memaksa Lao pocu keluar dari tempat ini'" Rasanya tidak begitu
mudah'" sahut Co pocu. Wi Ting sin tiaw tertawa terkekeh kekeh.
"Pertama, kami dapat menggunakan api Asalkan kami meletakkan setumpuk rumput
kenng dan menibakarnya, asapnya tetap akan masuk ke dalam goa Meskipun apinya
tidak, tapi asapnya cukup membuat kalian sesak napas Belum tentu kalian dapat
bertahan Tidak lama kemudian, kalian terpaksa merangkak keluar satu per satu,"
katanya tenang. Co pocu mendengus dingin.
"Tentu kalian tidak berani menggunakan cara itu. Bukankah dia sudah memben
pertanda tak langsung bahwa bengcu benar ada di dalam situ?".
Wi Ting sin tiaw merasa gembira karena berhasil memancing kata-katanya.
"Taruh kata kita tidak menggunakan api untuk membakar. asal kita berkeras
menunggu di luar goa, tetap kami juga yang akhirnya akan menang. Makanan kenng
yang kaiian bawa palingpaling dapat bertahan satu dua han Tidak mungkin kalian
bersedia mati kelaparan bukan" Sedangkan kami berada di luar. jumlah kami
banyak. Kami dapat menyuruh seseorang membehkan di desa sana " Wi Ting sm tiaw
melanjutkan siasatnya. "Kalau memang demikian. bertahaniah terus!" sahut Co pocu.
"Dengan rnaksud baik Lao siu menyarankan. asalkan orang yang kaiian tawan dalam
goa tidak terjadi apa-apa Dan kalian me' nyerahkan diri dengan melemparkan senjata
keiuar. Lao siu menjamin kalian boleh meninggalkan tempat ini dengan aman," kata Wi Ting
sin tiaw. "Beng laoto, untuk saat ini kijang siapa yang akan mati, masih belum dapat
dipastikan Kau meminta Lao pocu menyerahkan diri Bukankah sama saja bahwa kau
sedang bermimpi?" sahut Co pocu.
"Kijang siapa yang akan mati" Ha . ha... ha .. Co pocu, dengan permainan bocah
cilik seperti kepandaianmu, apakah kau dapat menandingi kami?" kata Wi Ting sin tiaw
semban tertawa terbahak-bahak ' Co Pocu mendengus dingin.
"Lao pocu masih tidak memandang sebelah mata terhadap orangorang seperti kalian.
Andaikan Lao pocu memang bukan tandingan kalian, tentu ada orang iain yang dapat
menngkus kalian!" sahutnya ketus.
Wi Ting sin tiaw tertawa dalam hati Sekarang dan mulutnya, dia sudah dapat hasil
yang lumayan Rupanya nenek jahat ini sedang merencanakan sesuatu.
Kftpergian Long san it pei yang tergesa-gesa, dapat dipastikan sedang mencari
pertoiongan Berdiam terus di daiam goa itu,.
tentunya akan mendatangkan keuntungan bagi pihak lawan Kalau dilihat dan keadaan
demikian, lebih baik kita menggunakan waktu secepatnya untuk menyelesaikan
persoalan Jangan sampai bantuan musuh keburu datang, malah memperpaniang
urusan Begitu hatinya mengambil keputusan, sebuah rencana juga segera terlintas
di benaknya Mulutnya mengeluarkan suara tawa terkekeh kekeh.
"Baik, Lao siu ingin lihat siapa orangnya yang dapat menngkus kami Co pocu Lao
siu akan menunggu di mulut goai" katanya lantang.
"Kau lihat saja nanti,' sahut Co pocu dengan acuh tak acuh.
Wi Ting sin tiaw membalikkan tubuhnya sambil mematikan bola api di tangannya.
"Song sau cengcu, Su toheng man kila pergi," ajaknya.
Su Po Hin dan Song Bun Cun tidak tahu permainan apa yang sedang direncanakan
olehnya Terpaksa membalikkan tubuh dan mengundurkan diri Wi Tinq sin tiaw
mengikuti di belakang tanpa mengucapkan sepatah kata pun.
Melihat kedatangan mereka Bu Cu taisu segera menyambut.
"Beng toheng sudah memeriksa keadaan di dalam, apakah menemukan sesuatu?"
tanyanya iogin tahu. Wi Ting sin tiaw menggelengkan kepala nya.
"Goa itu sangat rumit Banyak sekali celahnya Kita mudah diserang tapi sulit
untuk membalas Tapi dan mulut nenek jahat itu, hengte berhasil mendapatkan sedikit
keterangan,' sahutnya. "Apa yang berhasil dipancing oleh Beng toheng?" tanya Hui Hung i su.
"Tadinya Lao siu mengira mereka sengaja mengulur waktu agar Cun Bwe dapat mem
bawa bengcu melankan diri dan belakang goa itu " kata Wi Ting sin tiaw.
"Memang ada juga kemungkinan seperti itu,' tukas Ciek Bsn Cing.
Wi Ting sin tiaw tertawa lebar.
"Tapi dan nada bicaranya, hengte berhasil mengetahui kalau goa itu sama sekati
tidak mempunyai jalan tembus Sedangkan 3engcu memang terkurung di dalam " Berkata
sampai di situ Suaranya ditekankan sehingga separti takut rahasianya terbongkar
"Tadi Long san it pei pergi dengan tergesa-gesa, kemungkinan dia sedang mencan
bala bantuan Apabila menunda lebih lama iagi, maka kita bisa mendapat kerugian ".
"Kalau menurut pendapat Beng toheng, apa yang harus kita lakukan?" tanya Bu Cu
taisu. "Kita harus menerjang masuk ke dalam goa secepatnya sebelum bala bantuan mereka
datang dan menyelamatkan Bengcu'" sahut Wi Ting sin tiaw.
"Kalau begitu, kita lihat bagaimana kau yang menjadi Kunsu mengaturnya " kata
Kan Si Tong. Wi Ting sin tiaw mengeluselus jenggotnya Kemudian dia tersenyum Tangannya
menggapai. "Kalian semua kemari dengar perintah hengte." Dia membalikkan tubuh menuju
tembok goa sebelah luar dan duduk di sana Semua orang lalu menghampin Wi Ting
sin tiaw dan duduk mengelilinginya.
"Kali ini kita harus masuk beramairamai Tetapi masingmasing mempunyai tugas
sendirisendlri Bu Cu taisu, Kan toheng,.
Liok toheng bertiga bertugas menjaga di luar goa Seandainya ba1a bantuan pihak
musuh datang, cegah mereka jangan sampai berhasil menecjang masuk," katanya
dengan suara rendah. Bu Cu taisu, Kan Si Tong dan Hui Hung i su menganggukkan kepalanya.
"Ciek Congkoan, Song sau cengcu, Su toheng mengikuti hengte mendekat ke cefah
tikungan goa Kalian harus berteriakteriak marah, seakan akan ingin menerjang masuk Tetapi
harus ingat, Lao siu hanya ingin mengalihkan perhatiannya saja, sama sekali tidak
boleh melewati delapan cun dan jarak celah goa tersebut," kata Wi Ting sin tiaw
selanjutnya. BagianTiga Puiuh Dua. Ciek Ban Cing tidak habis mengerti "Beng taihiap, kalau kita hanya mengalihkan
perhatiannya siapa yang benar-benar menyerbu masuk ke dalam goa itu?" tanyanya.
Wi Ting sin tiaw tersenyum simpul.
"Orang tua tentu mempunyai rencana tertentu A"al Ciek Congkoan mengikuti saran
hengte saja nanti," katanya Smaf matanya beralih ke arah Ciok Ciu Lan dan Yok Sau Cun
"Melakukan sesuatu harus dengan pfkiran matang Ciok kouwnic, Lao SILI
mengutusmu sebagai orang pertama yang rnasuk ke dalam goa Yok Sau Cun sebagai
oiang kedua apakah kau berani melakukannya"' Ucapannya itu membuat semua orang
tercengang. Dalam rombongan mereka ssperti Bu Cu taisu, Hui Hung i su, Kan Si Tong
semuanya benlmu tinggi Sekarang d;a meiTiinta mereka menjaga mulut aoa
Sedangkan dia sendiri dengan Ciek Ban Cing Song sau cengcu dan Su Po Hin
bertugas menggertak gertak saja Dia malah merninta seorang ga dis cilik yang
rnasih bau kencur sebagai orang pertama yang menyerbu ke dalam goa.
Kalau menyerbu masuk ke dalam goa, tentu akan terjadi pertarungan yang
membahayakan jiwa Ciok Ciu Lan Sebetulnya apa yang dipikirkan Wi Ting sin tiaw"
Ketika hati setiap orang masih kebingungan, Ciok Ciu Lan merapikan rambut di
keningnya dengan gaya santai.
"Siau li akan menuruti perintah, tapi tentunya Kunsu akan menunjukkan cara yang
jitu bukan'?" sahutnya sembari tersenyum.
Wi Ting sin tiaw tertawa lebar.
"Tentu saja Baiklah Semuanya memencarkan diri mempersiapkan tugas
masingmasing Siasat tidak boleh didengarkan oleh orang lain Hanya orang yang
pertama memasuki goa yang tetap di sini mendengar perintah Kunsu '.
"Tampaknya Beng toheng memang mempunyai bakat Kunsu Entah siasat yang
toheng jalankan sempurna atau tidak'?" tanya Hui Hung i su bergurau.
"Kalau tidak sempurna mana sesuai memangku jabatan Kunsu Waktu adalah emas.
Cepat kalian memencarkan diri," sahut Wi Ting sin tiaw tersenyum.
Bu Cu taisu dan yang lainnya segera berdiri Mereka mengundurkan diri Yok Sau.
Cun juga mengikuti tindakan mereka Ter lihat Wi Ting sin tiaw mendekati Ciok Ciu
Lan dan membisikkan sesuatu, lalu terlihat lagi wajah gadis itu tersipusipu dan
salah tingkah Wi Ting sin tiaw kembali berbisik di telmganya Akhirnya Ciok Ciu Lan
mengang gukkan kepalanya beberapa kali Keduanya berdiri serentak.
Wi Ting sin tia.w menggapaikan tangannya.
"Baikiah, kita boleh masuk sekarang," katanya Kemudian dia menoleh kepada Yok
Sau Cun "Yok Sau Cun, tugasmu adalah melindungi Ciok kouwnio Segalanya telah Lao siu
jelaskan kepada Ciok kouwnio kau harus mengikuti di belakangnya Apabila
dia tidak menemui bahaya kau jangan sampai turun tangan.".
"Cayhe akan menginqat baikbaik " sahut Yok Sau Cun.
"Bagus. Ciok kouwnio, Yok Sau Cun liong wi, harap ikut di belakang Lao siu lihat
bagaimana perintah Lao siu selanjutnya," kata Wi Ting sin tiaw Dia fangsung
masuk ke dalam goa. Ciok Ciu Lan dan Yok Sau Cun mengikuti di belakangnya Selanjutnya adalah Ciek
Ban Cing Su Po Hin dan Song Bun Cun berendeng masuk Terakhir Bu Cu taisu, Kan
Si Tong serta HLH Hung i su Tugas mereka adaiah menjaga mulut goa tersebut. Oieh
karena itu, sampai di dalam, mereka tidak ikut lagi dengan yang lamnya.
Saat itu sudah kentungan ketiga lewat. Sebetulnya di mulut goa masih tersorot
cahaya rembulan yang remangremang, tapi ketika mereka masuk ke dalam goa, rembulan pun
perlahanlahan masuk kembali ke asalnya.
Begitu berjalan beberapa langkah, keadaan di dalam semakin gelap Sampai jan
sendiri pun tidak terlihat lagi Apalagi ketika sampai di tikungan sebelah dalam
Lebihlebih tidak usah dikatakan lagi Wi Ting sin tiaw tertawa keras di depan
tikungan. "Co pocu, Lao siu sudah menunggu di depan goa sekian lama Ada apa" Apakah
kalian masih berkeras sembunyi dl daiam goa dan tidak berani keluar?" teriaknya
lantang Dia berjalan dengan langkah lebar mendekati celah di mana nenek jahat itu
menyembunyikan diri. "Berhenti' Kalau kau berani maju satu langkah lagi, Lao pocu Juga tidgk akan
berlaku sungkan lagi!" sahut Co pocu sinis.
Sekali lagi Wi Ting sin tiaw tertawa terbahak-bahak.
"Lao siu tetap ingin majU, coba apa yang akan kau lakukan?" katanya seakan
menantang. Ciek Ban Cing tidak mau kalah, dia juga berteriak dengan keras.
"Beng Saihiap, nenek jahat itu sejak dulu malang metintang di San Pak
kejahatannya sudah termasyhur Hal itu tidak usah dibicarakan lagi Sekarang malah berani
menyusup ke dalam Tian Huan san ceng dan me nawan Lao cengcu Dosanya sudah
terlalu dalam Bagaimana pun malam ini aku Ciek Ban Cing harus menngkusnya
dengan tangan sendiri'" Dia kemudian membentak dengan nada marah "Co pocu, cepat
keluar untuk memperhitungkan dosamu'".
Tubuhnya melesat dari sampmg Wi Ting sm Siaw. Dia menerjang ke arah celah goa
Tubuhnya belum sampai, telapak tangannya sudah dihantamkan ke depan.
Terjangannya kali ini, meskipun hanya memainkan bagian dan sandiwara, tapi
tenaga yang dilancarkannya menimbulkan suara menderuderu. Dia menghantam ke arah
depan yang kosong melompong Tepat pada saat itu, Wi Ting sin tiaw memberi
isyarat kepada Ciok Ciu Lan yang ada di belakangnya Dia menggunakan ilmu Coan im jut bit
untuk menyampaikan pesan "Ciok kouwnio, saatnya sudah tiba!".
Ciok Ciu Lan menganggukkan kepalanya. Diamdiam dia menarik sedikit ujung
lengan bafu Yok Sau Cun, kemudian mengendapendap ke arah dinding sebelah kanan
Yok Sau Cun ttdak berani membantah. Dia segera mengikuti langkah gadis itu
Punggung kedua orang itu menempel pada dmding goa Perlahanlahan menuju ke
dalam goa Terdengar suara.
" Blam!" Dari hantaman telapak Ciek Ban Cing yang mengenai cefah goa sebelah
atas Getarannya membuat debu beterbangan Rombongan Wi Ting sin tiaw terpaksa
menundukkan kepala Suara yang dihasilkan oleh hantaman itu menggelegar bagai
gunung meletus. Terdengar bentakan marah dari Co pocu.
"Ciek Congkoan, kalau hanya menghantam dinding saja, apa gunanya''".
Ketika nenek ttu sedang berbicara, Ciok Ciu Lan sudah mengendap ke dalam goa
Tangan dimasukkan ke saku baju dan mengebil dua butir pil dari botol tersebut dan ditelannya langsung Dia mengambil dua butir
lagi dan diselipkannya ke dalam genggaman tangan Yok Sau Cun.
"Cepat telan obat itu," katanya lirih.
Setelah menyimpan kembali botol obat itu, dari saku yang lainnya dia
mengeiuarkan sebuah tabung bambu yang panfangnya hampir sama dengan sumpit makan Tubuh
nya membalik dengan wajah menghadap dinding Begitu tubuhnya bergerak, labung
bambu pun diarahkan ke dalam goa Dia menekan tonjolan kecil di ujung bambu itu
Terlihat segumpalan asap tipis lerbang me nyusup ke dalam cefah goa.
Yang disebarkan adalah obal bius terkena! milik Be Hua popo yaitu Pek li hiang
Tabung bambu itu selalu disimpannya di da lam saku Apabila hendak
menggunakannya sangat mudah Hanya tinggal menekan tombolnya saja Dalam jarak
satu depa, setiap orang yang mencium harum obat itu akan Serkulai tidak sadarkan
diri seketika. Belakangan nama Be Hua popo mulai naik daun Dia tidak menggunakan obat


Pedang Pusaka Dewi Kahyangan Sian Ku Po Kiam Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bius yang dianggap rendah oleh kaum Bulim itu lagi Siapa yang tidak ingin"
mempertaltankan nama baiknya di dunia ini" Sampai Ciok Ciu Lan tumbuh dewasa,
dan sering berkelana di dunia kangouw bersamanya Malah dia se nng berkelana
seorang diri Bagi seorang gadis lentu banyak nntangan yang akan diperolehnya
Belum lagi kalau berjalan di pegunungan atau hutan di malam han, banyak binaiang
buas dan ular berbisa yang akan mengincar Oleh karena itu dia menyerahkan Sabung
bambu dan obat biusnya se kaligus kepada Ciok Ciu Lan Untuk sekedar menjaga diri apa bila
dalam keadaan berbahaya. Wi Ting sin liaw sudah menduga akan hal itu Dia lahu meskipun Be Hua popo sudah
ada belasan tahun tidak menggunakan obat bius itu, tapi putnnya masih berusia
muda, Pek li hiang memang senjata yang tepat untuk melindungi diri Dia tidak mungkin
tidak menyerahkan tabung bambu dan obat bius itu kepada Ciok Ciu Lan.
Goa itu banyak celahnya. Apabila Ciok Ciu Lan berhasil menyebarkan obat bius itu
ke dalam dan membuat Co pocu dan komplotannya pingsan, bukankah hal itu
memudahkan pekerjaan yang lamnya".
Sedangkan bagi gadis itu, oleh karena ibunya pernah berpesan apabila tidak
terlalu genting jangan sampai menggunakan obat bius tersebut, maka dia tadinya ragu ragu
Akhirnya setelah menjelaskannya berkalikali, Ciok Ciu Lan baru berhasil dibujuk.
Kita kembali pada kejadian di dalam goa Untuk menutupi apa yang difakukan oleh
Ciok Ciu Lan, Wi Ting sin tiaw sengaja terSawa terbahak-bahak.
"Co pocu Apakah kau kira kami tidak berani menerjang ke dalam'?".
"Cnng!!" Pedang Wi Ting sin liaw telah terhunus Tangan kanannya dikembangkan
Tangan kanan menggenggam pedang Ter lihat sinar berpijar Dengan
melinlangkannya di depan dada, dia maju ke depan.
Tindakannya menghunus pedang sebetulnya hanya bersandiwara sa|a Jaraknya
dengan goa itu masih sejauh delapan cun Tapi dia baru saja maju dua langkah,
ketika Ciek Ban Cing berseru "Beng taihiap, biar lao siu yang menghadapi dia".
Su Po Hin menyusul berteriak' "Nenek jahat hari ini adalah hari kematianmu!".
"Co pocu, kau berani menggunakan ilmu Im ciu untuk melukai orang, Kongcu tidak
akan mengampunimu" teriak Song Bun Cun kalap.
Di dalam celah goa itu debu betebaran Koloran masih tersebar di manamana.
Penglihalan tenlu semakintidakjelas Ketika mereka berteriak ramai ramai itulah
Ciok Ciu Lan menyehnap ke dalam celah goa Yok Sau Cun takul akan terjadi sesuatu yang
lidak diingmkap Dengan mempercepat langkahnya, dia segera mengintil di belakang
Ciok Ciu Lan Kedua orang itu membelok ke tikungan pertama Mereka melangkah
lagi Kirakira beberapa cun, terlihat sebuah tikungan yang membelok ke arah kiri
Andaikata setiap goa berbentuk pmtu, maka yang mereka masuki sekarang adalah
pintu kedua. Dinding yang menghalang" tikungan kedua itu sangat tebal. Ciok Ciu Lan
menyelinap ke arah kanan Langkah kakinya dibuat seringan mungkin Tiba-tiba dia
tersandung sesuatu benda yang lembut, hampir saja la terjatuh.
Gadis itu terkejut sekali. Dia tidak berani mengeluarkan suara Sebelah tangannya
menopang pada dinding goa Kakinya menyentuh benda itu. Ternyata manusia dan
dalam keadaan rebah di atas tanah Ciok Ciu Lan mencoba menendangnya
perlahanlahan Tubuh isu sama sekali tidak bergerak.
Hatinya Serlonjak saking gembira Tanpa perlu dikatakan lagi, orang yang rebah di
atas tanah itu pasti Co pocu. Tentu dia sudah mencium Pek li hiang yang disebarkan
oleh Ciok Ciu Lan dan sekarang dalam ke adaan tidak sadarkan diri. Dengan
terburuburu dia membalikkan tubuhnya.
"Yok Toako," panggilnya dengan suara lirih.
Yok Sau Cun menghampirinya.
"Ada apa?" tanyanya.
"Di sini rebah seseorang Kemungkinan besar dia adalah Co pocu. Aku menyebarkan
obat bius sehingga tidak sadarkan diri Cepat kau tepuk tanganmu sebagai isyarat agar
mereka segera masuk ke dalam. Kita sendiri meneruskan penyelidikan ke arah
deparV' sahut Ciok Ciu Lan.
Yok Sau Cun ikut gembira.
"Lan moay, kau sungguh hebat. Dengan cara apa kau berhasil melumpuhkannya?"
Sanyanya penasaran. "Obat bius Ibu selatu mengatakan kepadaku, bahwa obal ini adalah mainan rendah
bagi kaum Bulim aku hanya membawanya sebagai pelmdung diri Apabila bukan
dalam keadaan terdesak, aku sama sekali tidak boleh menggunakan obat bius
tersebut Tadi Beng cianpwe membujukku Tugas kita sekarang adalah menyelamatkan Song
loya cu Tidak mungkin berhasif tanpa menggunakan obat bius " kata Ciok Ciu Lan
dengan wajah Sersipu sipu. Tentu saja Yok Sau Cun tahu mengapa dia merasa jengah.
"Lan moay, apa yang kau lakukan adalah benar Obat bius maupun racunnya sendiri
bukan benda yang jahat Tinggal apa tujuan orang yang menggunakannya saja. Bisa
untuk kebaikan, bisa juga untuk kejahatan.
Demi menyelamatkan Song loya cu, meskipun harus menggunakan obat bius tapi
tujuan kita mulia sekali Jadi apa salahnya?" hiburnya.
Sepasang mata Ciok Ciu Lan yang bening berkilauan dalam kegelapan.
"Yok toako, mendengar perkataanmu ini hatiku jadi lega," sahutnya dengan suara
lembut. Yok Sau Cun tersenyumsenyum Kemudian menepuk tangannya sekali mengarah
keluar goa. Wajah Wi Ting sm tiaw cerah seketika.
"Ciok kouwnio sudah berhasil!" katanya.
Song Bun Cun terpana. "Ciok kouwmo sudah berhasiP Benarkah kepandaiannya begitu linggi''" tanyanya de
ngan suara ragu. Ciek Ban Cing tersenyum simpul.
"Itulah bagian dan rencana Kunsu yang se.mpurna," katanya.
"Mari kita masuk'" ajak Wi Ting sin liaw.
Dia langsung membuka jalan bagi yang lainnya Ciok Ciu Lan yang mendengar
langkah kaki segera bertanya' "Apakah Beng cianpwe yang menuju ke man?".
'Tepat Apakah Co pocu sudah Ciok kouwnio bikin rubuh?".
"Dia sudah terkulai di al.as Sanah," sahut Ciok Ciu Lan.
"Ciok kouwmo memang dapat diandalkan Sekali masuk langsung mengenai sasaran,'
kata Wi Ting sin liaaw. Ciok Ciu Lan malu sekali.
"Kunsu terlalu memuji Cuwi silahkan masuk ke dalam Aku dan Yok toako akan
menyeltdik sebelah sana," sahutnya.
"Tunggu dulu!" teriak Wi Ting sm tiaw mencegahnya "Kita belum tahu bagaimana
keadaan di dalam sana Seberapa dalamnya goa ini, lebih-lebih tidak tahu ada
beberapa orang kawanan penjahat yang ada di dalam sana'" Oleh karena itu, maksud
Lao siu, meskipun Ciok kouwmo letap sebagai orang perlama yang masuk
menyelidiki tapi setidaknya harus menambah satu orang pembantu yang menyertai
nona ' Dia menolehkan kepalanya "Song sau cengcu kau serta Yok Sau Cun menyertai
Ciok kouwnio Apabila nona itu mendapatkan bahaya apa-apa, kalian harus turun
tangan melindunginya ".
Song Bun Cun menjura dalam dalam.
"Cayhe menurut perintah," sahutnya Se mentara itu, Ciek Ban Cing sudah menotok
jalan darah Co pocu. "Beng taihiap, bagaimana kita harus membereshan dia'?".
W Ting sin tiaw tertawa lebar.
"Lao siu hanya menjadi Kunsu penerjang goa ini Sedangkan urusan yang lainnya,
terserah Ciek Congkoan," sahutnya.
"Hengte tidak beram menenma,' kata Ciek Ban Cing.
"Kunsu tidak mengatakan apa-apa Man kita masuk saja," sahut Ciok Ciu Lan.
Wi Ting sin tiaw menyodorkan bola api kepada gadis itu.
"Di sini tidak terdapat cahaya sama seHali Sedangkan jari sendiri saja tid,ak
lerlihat Apalagi di dalam sana Ciok kob/vmo bawa saja bola api ini".
Ciok Ciu Lan menenma bola api yang disodorkannya.
"Song sau cengcu, Yok toako, man kita masuk ".
Dia segera membalikkan tubuh dan melangkah ke depan Yok Sau Cun serta Song
Bun Cun mengintil di belakangnya Dari tengah goa menuju ke tikungan lainnya
hanya tiga langkah Sekarang mereka sudah mempunyai cukup banyak pengalaman
Tubuh mereka tetap menempel di dinding, langkah kaki diringankan Tidak terdengar
sedjkit suara pun yang keluar dari mulut mereka.
Sampai di mulut goa yang lain, tangannya menepuk perlahan pada Yok Sau Cun
sebagai isyarat agar dia menghentikan langkahnya Yok Sau Cun juga menepuk
perlahan satu kali pada tangan Song Bun Cun Mereka me.ngendap dengan bentuk
barisan yang rapi. Tempat itu gelap sekali Meskipun di hadapan kita berdiri seseorang belurn tentu
kitr dapat melihatnya Ciok Ciu Lan memusatkan perhatiannya Namun tidak ada gerakan
apa pun yang mencurigakan Tangan kinnya letap menggenggam tabung Pek li hiang
Kakinya bergerak perlahan Tubuhnya dibungkukkan sedikit Tangan kinnya yang
menggenggam tabung diarahkan ke dalam goa perlahanlahan dipijatnya tonjolan yang
terdapat di ujung bambu. Dia takut kalau tabung itu tidak dipersiapkan sejak
semuta, tahu tahu kepergok oleh musuh yang menerjang keluar. Setelah menekan Sonjolan
tabung itu, hatinya menjadi tenang Seandainya kepergok oleh musuh pun dia Sidak
khawatir lagi. Ciok Ciu Lan menarik kembali labung bambunya Tubuhnya ditegakkan Dan ietap
menempel di dinding Perlahanlahan dia menarik nafas panjang.
Yok Sau Cun tidak dapal menahan ingin Sahunya.
"Apakah sudah kau laksanakan'?" tanyanya.
'Sudah " sahut Ciok Ciu Lan dengan ke pala manggutmanggut "Tapi kila tidak tahu
seberapa luas tempat di dalam sim dan berapa orang yang ada1 Kitatunggu lagi
seben tar baru masuk ke dalam.".
Tiba tiba dia tenngat sesuatu Tangaftnya kembali mengeluarkan botol kecil dan
mengeluarkan dua butir pil dan dalamnya Disodorkannya ke tangan Yok Sau Cun.
"Berikan obat ini kepada Song sau ceng cu Suruh dia telan semuanya ".
Yok Sau Cun menerima pil lersebul dan Sangan Ciok Ciu Lan dan diberikannya ke
pada Song Bun Cun. "Song heng, telan obat ini," katanya.
"Obat apa ini'?" tanya Song Bun Cun.
"Obat penawar," sahut Yok Sau Cun.
Song Bun Cun menuruti permintaan Yok Sau Cun Ditelannya pil Sersebut.
"Yok heng, Ciok kouwnio...".
"Yang disebarkan olehnya adalah sejenis obat bius," tukas Yok Sau Cun.
Kisah Sepasang Rajawali 28 Pedang Ular Mas Karya Yin Yong Rahasia Kunci Wasiat 13

Cari Blog Ini