Ceritasilat Novel Online

Pedang Pusaka Naga Putih 5

Pedang Pusaka Naga Putih Karya Kho Ping Hoo Bagian 5


gunung Beng-san, tempat kediaman Beng-san Tojin Pauw Kim
Kong, seorang di antara guru-garu Han Liong, karena tempat inilah
yang sudah ditentukan untuk pertemuan itu. Memang Pauw Kim
Kong Malaikat Rambut Putih pandai sekali memilih tempat
kediaman. Beng-san adalah sebuah bukit yang subur dan penuh
dengan pohon-pohon hijau menyegarkan. Juga tempat ini sangat
sejuk hawanya, tidak terlalu dingin, karena tidak terlalu tinggi
Sehingga matahari dapat menembuskan cahayanya diantara
mega-mega tipis. Penduduk di sekitar gunung itu semuanya hidup
dari hasil pertanian, karena tanah disitu memang baik dan subur.
Ketika rombongan Han Liong tiba di situ, ternyata sebagian besar
orang-orangg gagah telah berkumpul. Han Liong merasa girang
sekali karena dapat bertemu dengan semua gurunya.
285 Melihat bahwa Khouw Sin Ek ikut datang bersama Han Liong,
semua orang merasa gembiea sekali dan mereka menyambut
cianpwe ini dengan penuh penghormatan karena diantara semua
yang hadir boleh dibilang Khouw Sin Ek adalah dari golongan
tertua. Yang hadir pada saat itu antara lain adalah. Siok Houw
Sianseng, Beng-san Tojin Pauw Kim Kong, Kim-to Bie Kong
Hosiang. Liok-tee Sin-mo Hong In, Siauw-lo-ong Hce Bin Kiat, dan
Yu Leng In. Dari golongan muda, selain Han Liong, Hong Ing, Ui
Kiong, Pauw Lian, dan Lie Bun Tek, tampak pula Bhok Kian Eng
dan Lie Kiam murid-murid Liok-tee Sin-mo, juga hadir Bie Cauw
Giok murid Beng-san Tojin. Orang-orang gagah yang diundang
oleh Han Liong dan tampak hadir adalah, Lok Twie Hwesio wakil
Siauw-lim, Pak Ciok Tojin seorang ahli pedang Kun-tun-pai, Khu
Bu Souw ahli waris ilmu silat keturunan keluarga Khu yang terkenal
lihai, Bing Hwa Suthai dari bukit Leng-san dengan muridnya Coa Li Lian
yang bergelar Burung Kepinis Merah, Kok Tiang Lojin seorang
gagah bergelar Pengemis Malaikat karena ia selalu berpakaian
seperti seorang pengemis, dan masih banyak lagi orang-orang
gagah yang ternama pada masa itu. Diantara undangan-undangan
lain tampak pola Lima Pendekar tua dari Keng-ciu yang bernama
Lok Ho, Lok Thian, Lok Kim, Lok Eng, dan Lok Kiat. Ngo-Lohiap ini
terkenal dengan Ngo-heng-tin atau Barisan Lima Elemen, yakni
ilmu silat yang dilakukan oleh mereka berlima dan yang jika
dimainkan dapat mengimbangi kekuatan lawan yang berapapun
banyaknya! Kang-ciu Ngo-Lohiap ini mengiringkan seorang tua
286 yang sikapnya agung dan terkenal sebagai seorang patriot sejati
juga memiliki kepandaian tunggal, yakni permainan toya yang
disebut Sin-coa-kun-hwat atau Ilmu Toya Ular Dewa.
Orang tua ini bernama Souw Kwan Pek dan ia adalah seorang
panglima dalam barisan Gouw Sam Kwie dahulu. Tak heran semua
orang menghormatnya sebagai seorang pahlawan pembela rakyat
yang gagah perkasa. Kelima saudara Lok itu sengaja
mengiringkannya karena mereka seakan-akan mewakili daerah
Selatan dan Barat untuk mengangkat Souw Kwan Pek ini sebagai
Bengcu atau kepala dari perserikatan pemberontak yang baru.
Ketika Han Liong mcmperkenalkan kawan-kawannya yang muda
kepada semua suhunya, Pouw Kim Korg memandang Pouw Lian
dengan mata terbeliak dan wajah pucat. Han Liong tahu perobahan
air muka suhunya ini, maka dengan cepat ia raba lengannya. Pouw
Kim Kong dapat mengendalikan perasaannya dan menjadi tenang
kembali, tapi ketika ada saat terluang, ia memberi tanda kepada
Han Liong agar mengikutinya ke ruang belakang di mana tidak
terdapat tamu. "Han Liong, tolong panggil nona Pouw Lian ke sini," kata orang tua
itu sambil merebahkan dirinya di atas sebnah kursi dengan tubuh
lemas karena terlalu lama ia menahan tekanan perasaannya. Han
Liong memandang heran, tapi ia segera melaksanakan perintah
gurunya itu. Pauw Lian pun merasa heran juga tapi ia datang juga,
diikuti oleh Hong Ing yang tak mau terpisah darinya. Ketika tiba di
kamar itu, lagi-lagi Pauw Kim Kong menatap wajah gadis jelita itu
287 hingga Pauw Lian yang tadinya merata heran, kini memperlihatkan
wajah tak senang dan ia beranggapan orang tua itu kurang sopan.
"Nona Pauw Lian, maafkan jika aku mengganggumu. Tapi, kau
mengingatkan aku akan seseorang yang yang kukasihi. Kau...
coba sebutkan nama ayahmu padaku," kata Pauw Kim Kong.
Biarpun merasa heran, namun Pauw Lian menjawab juga.
"Almarhum ayahku bernama Pauw Bin Siong." Pauw Kim Kong
menghela nafas dalam-dalam.
"Benar... benar... dunia ternyata tak sangat besar. Nona... tahukah
kau siapa aku" Pauw Bin Siong yang kau sebut ayahmu itu bukan
lain ialah kakakku sendiri!" Pauw Lian terkejut dan mengangkat
kepalanya memandang. "Aku, Pauw Kim Kong, hanya mempunyai seorang saudara, tapi
semenjak kau lahir, aku memisahkan diri mengejar ilmu. Dulu aku
tinggal serumah dengan orang tuamu, maka aku kenal baik wajah
ibumu yang serupa benar denganmu. Maka tadi ketika aku melihat
kau. aku merasa seakan-akan berhadapan dengan ensoku sendiri.
Aku... aku sudah mendengar tentang kematian orang tuamu dan
sudah lama aku pergi mencari-carimu tak kusangka sama sekali
bahwa kita akan bertemu, di tempat ini. Karena merasa terharu, Si
Malaikat Rambut Putih menundukkan kepala untuk menyembunyikan mukanya yang berobah karena keharuannya itu.
288 Sekarang Pauw Lian melibat tegas persamaan wajah almarhum
ayahnya. Tanpa merasa ragu-ragu lagi ia maju berlutut di depan
Pauw Kim Kong sambil memeluk kakinya, dan menangis tersedusedu.
"Siokhu..." hanya sebutan ini saja yang dapat keluar dari mulut
Pauw Lian yang tersendat itu, karena parasaan terharu hatinya
bertemu dengan seorang yang masih ada hubungan keluarga
dengannya. Melibat Pauw Lian menangis, Hong Ing tak dapat pula
menahan hatinya lagi dan ia pun ikut terharu tanpa dapat pula
dicegah. Nanun ia masih dapat menenangkan perasaan Pauw Lian
sambil memeluknya dan berkata,
"Eh, ah mengapa" Bertemu dengan seorang paman bukannya
bergembira, bahkan menangis!" Tetapi air matanya sen diri
mengalir meleleh di kedua pipinya. Maka paman dan keponakan
itu segera saling menuturkan riwayat masing-masing dan Pauw
Kim Kong merasa bangga sekali mendengar bahwa keponakannya
ternyata menjadi murid dari Kui Giok Ciu Suthai yang namanya
pernah menggegerkan kalangan kang-ouw si Malaikat Rambut
Putih maklum bahwa setelah mewarisi senjata Pedang Pusaka
Naga Hitam yang hebat itu, keponakannya yang jelita ini tentu
mempunyai kepandaian yang lebih tinggi dari dia sendiri!
Diam-diam ia mengadakan perbandingan antara Pauw Lian
dengan Han Liong dan hatinya merasa senang sekali. Pada malam
Go-gwee Cap-go, saat pertemuan yang telah ditetapkan, di puncak
289 Gunung Beng-san itu berkumpul kaum persilatan hingga lebih dari
lima puluh orang, Siok Houw Sianseng mendapat kehormatan
untuk memimpin rapat pertemuan itu. Di tengah-tengah
pekarangan yang luas itu didirikan sebuah panggung dan Siok
Houw Sianseng mengadakan sembahyang untuk menghormati
arwah para pahlawan bangsa yang telah gugur. Di tengah-tengah
panggung, sebagai pahlawan terbesar, dituliskan nama Si Cin Hal,
yakni Eighiong yang telah banyak dikenal. Semua orang ikut
bersembahyang. Kemudian Siok Houw Sienseng berdiri di atas
panggung dan menjura kepada semua orang.
"Cuwi sekalian yang mulia. Kiranya cuwi telah cukup mengerti
maksud diadakannya pertemuan ini, pertama untuk bersembahyang dan menghormati para pahlawan yang telah
gugur. Kedua untuk dapat saling kenal-mengenal satu sama lain
dan mempererat hubungan. Ketiga tak lain ialah untuk memilih
seorang Bengcu, karena setiap pergerakan harus ada seorang
pemimpinnya agar segala sesuatu dapat dilakukan secara teratur,
tidak kacau-balau. Karena kita semua telah bersembahyang, maka
baiklah kita bersama kini mulai dengan pemilihan seorang bengco.
Pemilihan diatur begini. Tiap rombongan yang terdiri sedikitnya
sepuluh orang yang berkumpul di sini boleh mengajukan seorang
wakil. Nanti diantara wakil-wakil atau calon-calon ini dipilih seorang
yang menurut pendapat suara terbanyak lebih cocok. Nah, silakan
cuwi mulai mengajukan calon." Maka ramailah orang-orang bicara
hingga suara mereka seakan-akan bunyi lebah yang baru saja
diusir dari sarangnya. 290 Dengan sendirinya mereka terpecah menjadi beberapa
rombongan. Setelah masing-masing rombongan menyampaikan
nama calon, maki para calon adalah. Pertama calon yang diajukan
oleh rombongan dari dua puluh lima orang, yakni Sin-coa-kun-hwat
Souw Kwan Pek. Ketika namanya diumumkan, maka terdengar
tempik-sorak gemuruh, menyatakan betapa orang tua ini telah
terkenal dan banyak, disukai orang. Calon kedua yang diajukan
oleh rombongan Han Liong dan kawan-kawannya adalah Sin-chiu
Tai-hiap Khouw Sin Ek, yang juga mendapat sambutan meriah
karena di kalangan kang-ouw, siapakah yang belum mendengar
nama jago tua ini" Calon ketiga adalah hasil daripada kenakalan
Hong Ing. Gadis yang tak mau diam ini dengan cepat dan diamdiam telah membujuk semua wanita gagah yang berada di situ
untuk memilih Pauw Lian. Bahkan, Yo Leng In sendiri sampai kena terbujuk oleh Hong Ing
yang secara berlebih-lebihan menceritakan kepandaian dan
kebaikan Pauw Lian. Ketika Paum Lian yang merasa heran
disambut oleh tampik-sorak para hadirin yang gegap gempita.
Hong Ing tersenyum puas dan Pauw Lian agaknya tahu setidaknya
dapat menduga siapakah yang menjadi biang keladi pencalonan
atas namanya ini, karena terlihat betapa Pauw Lian memandang
ke arah Hong Ing dengan mata melotot. Calon keempat adalah Si
Han Liong sendiri yang dicalonkan oleh keempat gurunya dan
orang-orang yang telah mengenal dan mongetahui akan sepak
terjang dan kelihaiannya. Bahkan Khouw Sin Ek sendiripun
memilih dia sebagai calon utama!. Siok Houw Sianseng berdiri dan
dengan kedua tangannya memberi isyarat kepada semua orang
supaya tenang. 291 "Cuwi, ternyata bahwa calon yang diajukan hanya empat orang.
Maka sebelum dilakukan pemilihan di antara keempat calon ini
kami persilakan para calon naik di panggung ini untuk memberi
sambutan. Dipersilakan calon pertama!" Sin-coa-kun Souw Kwan
Pek dengan kebutan lengan bajunya membuat tubuhnya melayang
tiba diatas panggung hingga mendapat sambutan meriah dari
mereka-mereka yang merasa kagum melihat gerakan indah ini. Si
Toya Ular Dewa ini telah berusia enam puluh lebih tapi tubuhnya
masih nampak kuat dan wajahnya membayangkan semangat yang
besar. Dari kedua matanya bersinar cahaya kegembiraan, tanda ia
berkeyakinan teguh dan berkemauan keras. Ia menjura dengan
hormat sekali kepada Siok Houw Sianseng dan kepada para
hadirin! "Cuwi yarg terhormat. Terus terang memang saya selalu bersedia
membantu perjuangan ini dan meruntuhkan kerajaan penjajah
serta membangun lagi pemerintahan Han. Untuk perjuangan ini,
jiwaku yang sudah terlalu lama tinggal di tubuh tua ini saya
sediakan, tapi sesungguhnya, karena di sini terdapat beberapa
orang calon, lebih-lebih ketika mendengar nama Sin-chiu Tai-hiap,
maka saya harus menyatakan bahwa Khouw Tai-hiap yang
memang pantas dan tepat sekali untuk menjadi Bengcu kita. Baik
dipandang dari usia, maupun dari pengalaman, jangan kata
tantang kepandaiannya yang tiada bandingnya di masa ini, dan
kepandaian saya belum seberapa jika dibandingkan dengan
Khouw Tai-hiap. (Lanjut ke Jilid 08) 292 Pedang Pusaka Naga Putih (Seri 04 - Serial Jago Pedang Tak
Bernama) Karya : Asmaraman S. Kho Ping Hoo
Jilid 08 Tentu saja hasil pemilihan tergantung daripada cuwi sekalian,
namun saya akan merasa bangga dan gembira jika kiranya Khouw
Tai-hiap yang membimbing kita sekalian." Baru saja habis bicara,
tiba-tiba tampak bayangan berkelebat dan tahu-tahu Khouw Sin Ek
telah berdiri di situ dengan tersenyum dan menjura di dipan Souw
Kwa Pek. "Saudara Souw terlalu segan-segan!" katanya sambil tersenyum.
"Mungkin dalam hal usia dan pengalaman aku menang darimu,
tentang kepandaian, siapakah yang dapat dikatakan unggul dan
siapa yang rendah" Masing-masing mempunyai keunggulan
sendiri-sendiri dan masing-masing mempunyai kerendahan
sendiri. Tapi, andaikata kedua lengan tanganku lebih keras, maka
aku bukanlah calon Bengcu yang baik. Ketahuilah, saudara
sekalian, aku sebagai orang tua paling suka berterus terang. Di
dalam hati,, aku tidak merasa benci atau dendam kepada kaisar,
biarpun aku benci sekali melihat perbuatan kaki tangannya.
Kuanggap kaisar hanya seorang yang lemah dan terpengaruh
oleh anasir-anasir jahat. Apakah kaisar yang berbuat jahat dan
memeras rakayt" Belum tentu. Aku lebih percaya jika dianggap
293 bahwa para pembesar lalailah yang memeras rakyat. Biarpun
kaisar diganti seribu kali, namun bila semua pembesar tidak jujur,
tetap saja rakyat akan tertindas! Maka, aku tidak tepat menjadi
Bengcu. Aku sudah bosan berkelahi, sudah bosan dengan urusan
dunia yang serba penuh dosa ini. Aku ingin beristirahat, menanti
hari saat terakhir hidupku dengan aman dan tenteram. Aku hanya
bisa membantu bilamana perlu saja, tapi untuk menjadi pemimpin,
ini aku tak sanggup. Tapi, cuwi yang terhormat. Ada seorang calon
yang memang tepat sekali menjadi pemimpin para orang gagah.
Tentang usia muda itu bukan menjadi soal, yang perlu sepak
terjangnya. Soal kepandaian, barangkali ia masih lebih tinggi dari
aku sendiri atau dari calon-calon yang lain. Aku tetap usulkan,
calon keempat untuk menjadi Bengcu." Orang-orang tidak melihat
betapa gadis jelita berpakaian hitam itu sampai ke atas panggung,
karena tahu-tahu Pauw Lian telah berada di situ dan memberi
hormat. "Aku yang muda dan bodoh sebenarnya merasa malu sekali
sampai dicalonkan. Mungkin cuwi bermain-main dengan aku,
karena ibarat burung, sayapku belum lagi tumbuh. Maka, setelah


Pedang Pusaka Naga Putih Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mendengar saran-saran Khow lo-Enghiong tadi, aku setuju untuk
memilih calon keempat menjadi Bengcu!"
Sementara itu, Han Liong merasa serba susah. Betapapun juga, ia
masih merasa keberatan untuk menerima tugas yang bukan ringan
itu, namun disamping keraguannya, ada juga rasa pertanggungan
jawab untuk melanjutkan cita-cita almarhum ayahnya. Maka
setelah Pauw Lian selesai bicara, dengan tenang Han Liong
294 melompat keatas panggung. Semua orang yang belum
mengenalnya merasa heran mengapa Khouw Locianpwe memilih
calon yang masih sangat muda dan kelihatan lemah itu! Juga Souw
Kwan Pek merasa tak puas karena dengan memuji-muji anak
muda ini berarti Khow Sin Ek sangat merendahkan kalangan tua.
Berapakah tingginya ilmu seorang pemuda seperti ini" Sementara
itu Han Liong memberi hormat kepada Khouw Sin Ek dan berkata,
"Khouw Locianpwe terlalu memuji aku yang muda dan bodoh ini.
Sungguh aku sengat malu menerimanya." Kemudian ia
menghadapi semua tamu dan berkata dengan sungguh-sungguh
"Cuwi Enghiong. Biarpun pemilihan Bengcu ini sangat perlu dan
harus dilakukan dengan sangat hati-hati agar jangan salah pilih,
namun menurut pendaratku yang sempit, jika dipikir-pikir dengan
masak hasil atau tidaknya sebuah perjuangan bukanlah
bergantung semata-mata kepada seorang pemimpin. Apakah
artinya pemimpin pandai bila para anggutanya tidak berjuang
dengan penuh semangat" Maka, menurut pendapatku, seorang
pemimpin haruslah seorang yang disegani dan yang cukup
pengalaman. Bagiku yang muda dan bodoh, dipilih atau tidak, tetap
aku sediakan jiwa raga untuk mengabdi kepada rakyat."
Ucapannya ini mendapat sambutan hangat. Siok Houw Sianseng
berdiri dan berkata kepada orang banyak.
"Nah, kini keempat calon telah berdiri disini dan telah pula
memberikan sambutannya. Maka, kini terserah kepada cuwi untuk
295 memilih seorang di antara mereka." Khouw Sin Ek berdiri dan
suaranya tiba-tiba terdengar lantang dan nyaring hingga orang
banyak terkejut. "Cuwi dengarlah. Lohu tak mau ribut-ribut tentang pemilihan ini,
tapi hendaknya diketahui bahwa calon keempat bukan lain adalah
putera tunggal dari almarhum Si Enghiong." Mendengar
pengumuman ini, maka ramailah suara orang menyambut dengan
tempik sorak. Di sana-sini terdengar,
"Pilih nomor empat!". Bahkan yang telah kenal dan tahu keadaan
Han Liong berteriak. "Pilih Pek-liong-Pokiam sebagai Bengcu!" Karena terkenalnya
pedang dan kiamsut Han Liong, maka banyak orang memberi dia
gelaran Pek-liong-Pokiam si Pedang Pusaka Naga Putih! Tak lama
kemudian, hampir semua tamu menyatakan setujunya memilih
Han Liong sebagai Bengcu. Tapi diantara mereka ada juga yang
merasa merasa kurang puas di antaranya ialah Keng-cu NgoLohiap dan Souw Kwan Pek. Mereka ini menganggap bahwa
orang-orang telah berlaku ceroboh memilih seorang yang masih
begitu muda untuk menjadi seorang Bengcu dan menjabat
kedudukan demikian penting dan sukar. Siok Houw Sianseng
berdiri dan memberi tanda lagi supaya orang menjadi tenang.
296 "Cuwi, setelah mendengar suara terbanyak, maka saya pada saat
ini tebagai pemimpin pertemuan ini mengumumkan bahwa Bengcu
kita yang terpilih ialah Si Han Liong taihiap" Terdengar tempuk
sorak menggema dan Siok Houw Sianseng menjura kepada Han
Liong sambil berkata, "Si Bengcu, terimalah ucapan selamat dan hormatku." Dengan
gugup Han Liong balas pemberian selamat itu. Tiba-tiba terasa
angin bertiup ke arah panggung dan kelima kakek gagah dari
Keng-cu telah berdiri di atats panggung. Lok Ho yang tertua,
dengan senyum di mulut menjura kepada Han Liong sambil
berkata, "Kami datang dari tempat jauh dan mewakili ribuan orang di
kalangan kang-ouw untuk memilih seorang Bengcu. Kini Si
Enghiong terpilih, maka sudah sepatutnya kami bergembira ria
karenanya dan memberi selamat. Tapi sebelum memberi selamat
kepada sicu, terpaksa kami lebih dulu harus menyampaikan janji
kami kepada kawan-kawan semua." Dari ucapan ini Han Liong
dapat menangkap maksudnya yang hendak mencari-cari perkara,
maka dengan sabar sekali ia bertanya.
"Memang sudah sepantasnya begitu, lo-Enghiong tapi apakah janji
itu?" 297 "Kami telah berjanji untuk mengangkat seorang Bengcu yang
dapat melayani Ngo-heng-tin kami selama seratus jurus tanpa
terkalahkan!" Han Liong terkejut mendengar ini. Ia pernah
mendengar tentang kelihatan Ngo-heng-tin ini yang demikian kuat
hingga berani menghadapi lawan sebanyak seratus orang apalagi
menghadapi dia yang hanya seorang diri! Biarpun ia tak merasa
takut, tapi ia dapat membayangkan bahwa bila tidak menggunakan
tangan besi dan membuka jalan darah, agaknya sukar baginya
untuk mendapat kemenangan. Tiba-tiba terdengar Khouw Sm Ek
tertawa. "Hm, Ngo-Lohiap agaknya belum percaya kepada Si Bengcu.
Apakah aturan yang ditetapkan itu mengenai juga semua orang"
Karena tadi lo-hiap memilih saudara Souw Kwan Pek, tentu
saudara Souw sudah pernah pula diuji dalam Ngo-heng-tin kalian."
Biarpun kurang senang mendengar kata-kata yang mengandung
sindiran tepat ini, namun Lok Ho tak berani menyatakan kurang
senangnya terhadap Sin-chiu Tai-hiap. Ia hanya menjura dan
menjawab. "Janji kami ini hanya berlaku untuk calon yang bukan berasal dari
daerah kami dan yang belum kami ketahui benar ilmu
kepandaiannya. Mohon Khouw cianpwe jangan salah mengerti.
Sesungguhnya syarat yang kami janjikan ini hanya untuk menjamin
bahwa Bengcu yang hendak kita ikuti jejak dan petunjuknya benarbenar seorang yang patut dipercayai penuh hingga setelah
mengujinya, kami lima orang tua dapat bertanggung jawab
terhadap kawan-kawan semua yang tidak ikut datang menyaksikan
298 pemilihan ini. Kalau Souw cianpwe, kami dari daerah Barat telah
kenal semua dan tahu sampai di mana kemampuannya, maka
perlu apa dicoba lagi?" Mendengar alasan-alasan yang kuat ini,
Khouw Sin Ek terpaksa mengangguk-angguk membenarkan.
Memang ia seorang yang jujur, maka ia menghargai sikap NgoLohiap yang terus terang itu. Ia berpaling kepada Han Liong dan
berkata. "Agaknya kau terpaksa harus melayani lima orang tua gagah ini, Si
Bengcu!" Han Liong buru-buru memberi hormat kepada NgoLohiap.
"Siauwte yang muda dan bodoh ini mana berani berlaku kurang
sopan dan mencoba-coba Ngo-heng-tin yang lihai! Harap NgoLohiap jangan membikin sieuwte menjadi buah tertawaan, semua
orang gagah." Mendengar kata-kata yang sangat merendah dan
seakan-akan menunjukkan rasa jerih dan takut terhadap Ngoheng-tin mereka yang terkenal itu, Lok Thian, kakek kedua, merasa
bangga dan timbul jaga rasa kasihan terhadap Han Liong yang
dianggap pemuda cakap dan sopan. Maka ia segera berkata,
"Si Enghiong, mondengar bahwa kau adalah putera almaihum Si
lo-Enghiong saja, aku sudah merasa suka kepadamu. Tapi karena
kami tak dapat melanggar janji terhadap semua kawan dan syarat
inin hanya sebagai coba-coba saja, maka kami persilakan kau
memilih seorang kawan hingga kau berdua boleh maju melayani
Ngo-heng-tin kami secara main.main." Lok Ho mendengar kata299
kata adiknya ini hanya mengangguk-angguk sambil tersenyum dan
dalam. hatinya berkata, apa bedanya satu atau dua orang". Tapi
tiba-tiba ia teringat sesuatu, maka cepat ia berkata,
"Memang boleh mencari seorang kawan pembantu, tapi jangan
Khoaw cianpwe!" Melihat kecerdikan dan kebulusan akalnya,
Khouw Sin Ek tertawa terbahak-bahak sambil mengurut-urut
misainya. "Aku sudah tua,. tidak seperti kalian anak anak kecil, masih suka
main-main. Ayoh mulailah, aku sudah ingin sekali menonton
pertunjukan bagus ini!"
Han Liong yang masih dalam keadaan bingung memandang ke
kanan dan ke kiri mencari kawan. Maunya memandang ke arah
Hong Ing yang berdiri dengan kening berkerut seakan-akan
sedang memikirkan sesuatu. Tadinya Han Liong hendak minta Ui
Kiong untuk membantunya karena ia maklum akan kelihaian anak
muda itu, tapi tibi-tiba Hong Ing meloncat ke atas panggung. Han.
Liong terkejut dan khawatir kalau-kalau Hong Ing menawarkan diri,
karena hal itu malah akan memberatkannya saja, mengingat akan
kepandaian gadis yang belum seberapa tinggi itu. Tapi Hong Ing
tidak memperdulikan sikap Han Liong, langsung ia pegang lengan
Pauw Lian yang masih duduk disitu dan menariknya lalu berkata
kepada Ngo-Lohiap, 300 "Teecu usulkan supaya Pauw Lian cici saja yang mengawani Hanko menghadapi Ngo-heng-tin. Karena, selain Pauw Lian cici ilmu
pedangnya lihai, jaga untuk memberi muka terang kepada Ngolosuhu. Kalau menyuruh sembarang orang saja memasuki barisan
hebat itu, bukanlah berarti memandang rendah Ngo-heng-tin dan
menghina Ngo-losuhu?" Kembali terdengar Khouw Sin Ek tertawa
gembira. "Bagus, bagus! Pilihanmu tepat sekali, nona. Kau memang cerdik.
Nah. Pauw Lihiap harap jangan menolak." Terpaksa Han Liong
menjura kepada Pauw Lian dan berkata denjan wajah merah,
"Pauw sumoi, sudikah kau membantu aku?" Pauw Lian hanya
tersenyum dan mengangguk. Kedua anak muda itu, yang
peompuan berpakaian hitam yang laki-laki berpakaian putih, berdiri
menghadapi Lok Ho berlima dengan tenang. Karena panggung itu
cukup kuat dan lebar, semua orang yang tidak hendak
memperlihatkan kepandaiannya lalu turun, yang tertinggal hanya
Ngo-Lohiap dan kedua orang muda itu. Keng-ciu Ngo-Lohiap
masing-masing mencabut keluar sebilah pedang dan berdiri
memasang kuda-kuda merupakan segi empat dan seorang berdiri
di tengah-tengah. Empat orang menghadap ke empat penjuru
dengan pedang melintag di dada.
Pedang masing-masing juga terukir dengan huruf-huruf yang
menjadi lambang lima anasir, yakni Kim, Bok, Swie, Ho dan Tho
atao Logam, Kayu, Air, Api, dan Tanah. Pemegang pedang Kim301
kiam adalah ahli silat yang menggunakan tenaga gwa-kang atau
tenaga keras yang mempunyai kekuatan luar biasa. Pemegang
pedang Bok-kiam sebaliknya ahli tenaga lemas atau tenaga dalam
yang tangguh. Pemegang pedang Swie-kiam mempunyai daya
tahan atau daya bela yang kuat sekali, tetapi sewaktu-waktu dapat
bersatu dengan pemegang pedang Ho-kiam dan merupakan
penyerang-penyerang yang tangguh dan kuat. Pemegang pedang
Tho-kiam melakukan penjagaan dan melindungi keempat
kawannya. Demikianlah, kelima kakek gagah dari Keng-ciu itu
mempunyai kepandaian-kepandaian khusus yang semuanya
bertingkat tinggi dan yang telah menjalani latihan-latihan yang
tekun dan teratur. Maka tak heran bila Ngo-heng-tin mereka merupakan barisan yang
amat tangguh dan berbahaya! Melihat kedudukan Ngo-Lohiap
demikian kuatnya, Han Liong memberi tanda kepada Pauw Lian
dan dengan gerakan indah keduanya mencabut pedang masingmasing. Tampak dua cahaya hitam dan putih bersinar menyilaukan
mata ketika Ouw-Liong Pokiam dan Pek-liong Pokiam bergerak
dalam tangan sepasang teruna remaja itu! Bergetar juga hati
kelima kakek gagah melihat pedang pusaka yang hebat itu. Khouw
Sin Ek duduk mencari tempat yang enak dan ia sap menonton
pertunjukan hebat itu. Sedangkan entah disengaja atau tidak,
Hong Ing tampak berdiri dekat dengan Ui Kiong di belakang Khouw
Sin Ek! Sementara itu, Pauw Kim Kong juga bersama semua
kawannya melihat dengan gembira, walaupun dengan hati agak
tegang. 302 "Sumoi. aku memainkan Im dan kau memainkan Yang." Han Liong
berbisik kepada Pauw Lian yang mengangguk mengerti. Memang
permainan kedua anak muda itu, baik Ouw-liong Kiamsut maupun
Pek-liong Kiamsut, sebenarnya berdasarkan jalan Pat-kwa dan
dapat bergerak ke delapan penjuru, dan gerakan-gerakan mereka
berdasarkan dua sifat yakni Im dan Yang (positive dan negative).
Gerakan-gerakan Im lebih bersifat menyerang dan agressive
sedangkan gerakan-gerakan Yang bersifat membela diri.
"Ngo-lotaihiap silakan bergerak lebih dulu," kata Han Liong
mempersilakan. "Tidak, sicu. Kami merupakan barisan, kalianlah yang harus
memulai. Kami akan mencoba menahan seranganmu dalam
seratus jurus!" Kata-kata ini untuk mengalah dan merendah tapi
mengandung tantangan dan diucapkan oleh Lok Ho dengan
senyum seorang guru memandang muridnya.
"Kalau begitu, maaf siauwte mulai menyerang!" Han Liong
menutup kata-katanya dengan serangan pedangnya kearah Lok
Thian yang menjaga di selatan dan memegang pedang Tho-kiam
karena Han Liong ingin tahu sampai di mana ketangguhan bagian
penjaga barisan itu. Serangannya ini sekali gerak telah ditangkis
oleh Lok Ho dan Lok Thian, yakni pemegang Tho-kiam dan Swikiam, sedangkan pada saat itu juga tiga pedang yang lain meluncur
ketiga bagian tubuhnya! Tapi Pauw Lian tahu akan tugasnya
sebagai pemain bagian pembela. Ouw-liong kiam bergerak cepat
303 dan dapat menangkis ketiga serangan itu. Han Liong yang percaya
penuh akan ketangguhan penjagaan Pauw Lian,
Seakan-akan tak perduli sama sekali akan serangan itu dan ia
terus gerakkan pedangnya menyerang Lok Ho dan Lok Thian. Tiap
gerakan pedang ia sertai dengan tenaga dalam yang hebat sekali
sehingga kakek pertama dan kedua yang menahannya merasa
betapa pedang pusaka mereka hampir terpental tiap kali beradu
dengan Pek-liong Pokiam! Maka mengertilah mereka bahwa anak
muda ini banar-benar tak boleh dibuat gegabah. Sebaliknya, Lok
Kim, Lok Eng, dan Lok Kiat yang bertugas menyerang, ternyata
menghadapi Pauw Lian mereka seakan-akan menghadapi dinding
baja yang tak mungkin ditembus! Melihat siasat Han Liong yang
mempergunakan gerakan Im dan Yang hingga kedua anak muda
itu terbagi dua bagian pula, yakni menyerang dan membela, Lok
Tho maklum bahwa jika demikian terus, fihaknya akan mendapat
rugi. Maka ia berseru keras,
"Putar!" barisannya segera merobah gerakan. Mereka lari berputar
disekeliling Han Liong dan Pauw Lian yang terkepung ditengah!
Mereka bergerak bergantian, sekali tusuk terus lari, digantikan
orang kedua yang menyerang atau menangkis. Dengan gerakan
ini, maka kelima orang itu tidak mempunyai tugas tertentu, mereka
merupakan lima buah kitiran yang bergerak bersamaan dan saling
bantu membantu. Tenta saja perobahan yang tiba.tiba ini membuat
Han Liong dan Pauw Lian terpaksa ikut berputar di dalam
kepungan itu! Dalam hal ini kedua teruna remaja itu rugi, karena
lapangan berputar mereka sangat sempit hingga kcscmpatan
304 menyerang lebih kecil. Mereka berdua harus berlaku waspada,
karena serangan-serangan kelima pedang itu sama sekali tak
boleh dipandang ringan. Semua serangan dilakukan oleh tangan seorang ahli pedang dan
tak sebuahpun yaag tidak berbahava. Bahkan lama-kelamaan
kelima kakek gagah itu menggunakan tipu-tipu cabang Thai-san


Pedang Pusaka Naga Putih Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dan semua tusukan diarahkan kepada urat-urat kematian! Hal ini
membuat Han Liong gemas sekali. Tadi ia berlaku malu dan
kebanyakan hanya menangkis saja, kalaupub menyerang maka
serangan itu ia jaga jangan sampai terlanjur dia melukai seorang
dari pada Ngo-Lohiap itu. Demikianpun Pauw Lian yang mengerti
keadaan dan maksud Han Liong. Sementara itu, selain Khouw Sin
Ek, Tan Ui Kong, Lie Bun Tek, dan keempat guru Han Liong,
semua orang yang menonton pertandingan itu merasa kepalanya
pening dan matanya kabur. Begitu cepat gerakan kelima kakek itu
hingga mereka seakan-akan bukan berlima, tapi lebih dari sepuluh
orang! Tiba-tiba terdengar Sin-coa-kun-hwat Souw Kwan Pek
memuji. "Bagus!" suaranya terdengar gembira karena ketika itu Han Liong
dan Pauw Lian tampak terkurung dan terdesak. Kepungan Ngoheng-tin makin menyempit dan serangan makin bertubi-tubi
datangnya! Orang tua she Souw ini yang sudah kenal akan
kelihaian Ngo-heng-tin maklum bahwa sebentar lagi kedua anak
muda itu pasti dapat dikalahkannya.
305 Sebaliknya Khouw Sin Ek mengerutkan keningnya, tapi sebagai
seorang dari golongan tua ia tidak mau ikut bicara atau memberi
petunjuk. Para cianpwe lain yang berada disitu, ahli-ahli silat
ternama tingkatan atas seperti Lok Twie Hwesio dari Siauw-lim-pai,
Pek Ciok Tojin dari Kun.lun-pai, Khu Bu Houw, dan yang lain-lain
merasa kagum dan diam-diam mereka mengeluh bahwa mereka
telah terlalu tua dan telah ketinggalan oleh anak-anak muda,
karena dalam hal kepandaian ilmu pedang, diam-diam mereka akui
bahwa Han Liong dan Pauw Lian berada di tingkat lebih tinggi dari
mereka, bahkan permainan pedang seperti yang mereka itu
selama hidup baru kali ini mereka lihat! Tan Un Kiong yang dapat
melihat pula betapa Han Liong berlaku segan-segan sedangkan
kelima lawannya menggunakan seluruh kepandaiannya, juga
merasa kurang senang, maka tanpa terasa ia berseru keras,
"Saudara Han Liong dan Pauw Lian cici, buat apa berlaku segansegan lagi, sedangkan orang berlaku sungguh sungguh, mengapa
kalian masih main-main?" Teriakan ini membakar semangat Pauw
Lian yang wataknya tidak sesabar Han Liong, maka sambil berseru
kepada Han Liong. "Balas!" ia memutar pedangnya dan memainkan jurus-jurus Ouwliong- kiamsut yang hebat. Han Liong berkata keras,
"Maaf, Ngo-lotaihiap!" dan pedangaya pun bergerak cepat sekali
mengimbangi gerakan Pauw Lian. Ia memainkan tipu-tipu
permainan Pek-liong Kiamsut yang luar biasa. Dengan adanya
306 perobahan ini, tubuh Han Liong dan Pauw Lian lenyap dari
pandangan mata karena cepatnya mereka bergerak dan karena
hebatnya sinar pedang mereka. Yang tampak, kini hanya dua sinar
hitam dan putih berkelebat ke sana ke mari dan makin lama makin
cepat hingga merupakan cahaya memanjang seperti dua ekor
naga sakti hitam dan putih bermain-main diantara gundukan awanawan putih, yakni cahaya pedang kelima kakek gagah itu! Tanpa
terasa, dari mulut Un Kiong dan lain-lain orang tergolong kaum
cianpwe keluar seruan kagum.
"Bagus" berkali-kali karena memang permainan itu indah ditonton.
Bahkan Khouw Sin Ek karena kagumnya sampai berdiri dari
tempat duduknya tanpa terasa lagi. Sepasang matanya bersinarsinar gembira, tangan kiri menolak pinggang, tangan kanan tiada
hentinya mengelus-elus jenggotnya yang putih dan panjang. Dua
cahaya hitam dan putih itu makin besar dan makin panjang,
sedangkan kelima kakek gagah itu makin lambat gerakan
perputarannya. Akhirnya mereka tidak lari lagi, tetapi hanya berdiri
dengan pedang di tangan dan hanya kuasa menjaga diri dari
lembaran cahaya hitam dan putih itu! Ternyata setelah Han Liong
dan Pauw Lian bermain sungguh-sungguh dan balas menyerang,
dengan mudah saja mereka membikin Ngo-heng-tin yaag terkenal
kuat itu menjadi kucar-kacir! Kalau mereka mau, mudah saja
mereka merobohkan lawan-lawan itu, tetapi keduanya cukup
bijaksana dan tahu mana kawan mana lawan!
307 Dan dalam pertempuran inilah terasa oleh keduanya, baik Han
Liong maupun Pauw Lian, bahwa kedua Ilmu pedang mereka
sesungguhnya merupakan Ilmu pedang pasangan yang jika
dimainkan bersama-sama dan
saling bantu-membantu, merupakan Ilmu pedang yang kuat dan cocok sekali. Mereka dapat
saling membantu dengan demikian tepat hingga seakan-akan
mereka hanya mempunyai satu pikiran dan satu perasaan! Diamdiam mereka merasa girang sekali. Sementara itu, jurus-jurus telah
dilewati lebih dari seratus lima puluh jurus, sedangkan kelima
kakek she Lok itu telah mandi keringat karena setiap serangan
kedua anak muda itu disertai tenaga dalam yang hebat sehingga
untuk menangkisnya meskipun harus mengerahkan tenaga dalam
yang membuat mereka lelah sekali. Tapi untuk menghentikan
kedua anak muda itu, mereka merasa malu.
"Sudah cukup seratus jurus!" tiba-tiba Khouw Sin Ek
memperdengarkan suaranya yang nyaring. Han Liong dan Pauw
Lian menahan gerakannya dan kedua bahaya itupun lenyap.
Mereka berdua berdiri saling pandang penuh arti, kemudian
bersama-sama menjura dihadapan kelima Ngo-Lohiap sambil
berkata, "Terima kasih atas kemurahan dan pengunjukan Ngo-Lohiap." Lok
Ho kakek yang tertua menggunakan lengan bajunya menghapus
peluh di dahinya. Ia tersenyum dan mengangguk-anggukkan
kepala, 308 "Sungguh kami tak tahu diri. Jangankan kalian berdua, seorang
diripun kami lima orang kakek loyo bukanlah tandinganmu.
Selamat, Si Bengcu, tidak hanya kami suka sekali mengaku kau
sebagai Bengcu, bahkan aku sendiri mau mengaku bahwa untuk
zaman ini, Ilmu pedangmu boleh dikatakan yang paling tertinggi
tingkatnya. Sungguh arwah Si lo-Enghiong boleh merasa bangga
karena beliau mempunyai seorang putera seperti kau!" Inilah
pujian yang tinggi sekali hingga Khouw Sin Ek diam-diam merasa
girang akan kejujuran Lok Ho.
Namun, Souw Kwan Pek si Toya Ular Dewa tetap merasa
penasaran. Kalau diadakan perbandingan, ia mempunyai ilmu sitat
jauh lebih tinggi daripada para kakek she Lok itu, biarpun harus ia
akui bahwa belum tentu ia sanggup pukul pecah Ngo-heng-tin yang
lihai. Selain ilmu toyanya yang sangat hebat. kakek ini mempunyai
tenaga lweekang yang terlatih puluhan tahun lamanya hingga ia
dapat menggunakan kepalan tangannya untuk memukul ke arah
air dalam sumur dan membikin angin pukulannya itu
menggerakkan air sampai melonjak ke atas. Maka, kini melihat
Han Liong yang masih begitu muda tapi sudah begitu tinggi ilmu
silatnya, ia merasa belum puas dan ingin mencobanya dengan
tangan sendiri! Dengan cepat Souw Kwan Pek melompat ke atas
panggung dan ia menjura kepada Pauw Lian dan berkata.
"Sungguh lihai ilmu pedangmu Lihiap, aku yang tua merasa tunduk
sekali!". Berbareng dengan ucapan ini, ia mengerahkan tenaga
dalamnya dan dengan tak kentara kedua tangannya terangkat dan
dari situ menyambar angin pukulan ke arah rambut kepala Pauw
309 Lian yang terbungkus sutera hijau. Maksud Souw Kwan Pek hanya
akan membuat ikat rambut itu terpukul dan terlepas. Tapi Pauw
Lian telah waspada, karena tiba-tiba saja tubuhnya berkelebat dan
ia lenyap dari depan Souw Kwan Pek! Selagi kakek itu terkejut dan
heran, terdengar suara halus nona Pauw Lian di belakangnya.
"Souw Lo Enghiong, aku yang muda tak berani menerima
penghormatan demikian besar." Souw Kwan Pek cepat memutar
tubuhnya. Ia terheran-heran menyaksikan ginkang atau ilmu
ringankan tubuh yang demikian luar biasa. Ternyata gadis cerdik
itu telah melawan kekuatan tenaga dalamnya dengan kecepatan
gerakannya. "Hh, maaf, maaf...!" katanya dan ia merasa mukanya merah ketika
terdengar suara Khouw Sin Ek tertawa bergumam. Karena masih
penasaran juga, ia menghampiri Han Liong. Sambil berkata.
"Si Bengcu, kau begini muda, tetapi begini gagah, sungguh
membikin aku orang tua iri sekali." Ia menggunakan tangan kirinya
menekan pundak Han Liong dengan maksud menggunakan
tenaganya untuk memaksa anak muda itu membungkuk sedikit.
Tetapi Han Liong yang sudah tahu bahwa ia sedang di "ukur"
segera menggunakan kepandaiannya "sia-kut-hwat" yang ia dapat
dari Pauw Kim Kong dan sekalian menggunakan tenaga dalamnya
yang terlatih ketika ia berada di Kam-hong-san. Tetapi ia diamdiam terkejut karena biarpun tenaga pertahanannya cukup kuat,
310 masih saja ia merasa seakan-akan pundaknya tertekan oleh
tenaga ribuan kati dan kulitnya terasa panas dan perih!
Sebenarnya, dalam hal tenaga dalam, Han Liong masih kalah
setingkat oleh Souw Kwan Pek, tetapi tubuh Han Liong semenjak
kecil telah dilatih hebat, lagi pula di dalam tubuhnya telah mengalir
obat mukjizat yakni racun ular hitam dan putih, maka ia masih
dapat menahannya dan kulitnya tak menderita luka serta tulangnya
tidak menderita pukulan. Sebaliknya, Souw Kwan Pek merasa
kagum ketika jari-jari tangannya menyentuh kulit yang licin
bagaikan belut itu, tetapi keras melebihi baja, sedangkan di balik
kulit pundak itu lunak dan halus sehingga sebagian besar tenaga
tekanannya punah! Biarpun kejadian ini hanya berjalan beberapa
detik saja, namun buku-buku jarinya terdengar berkeratakan
sehingga ia terkejut sekali dan buru-buru mengangkat tangannya
lalu menjura. "Si Bengcu, kau biarpun muda tetapi patut menjadi pemimpin kami,
aku yang tua takluk padamu." Han Liong cepat membalas menjura
dengan hormat sekali. Peristiwa mencoba ilmu Han Liong dengan
secara diam-diam ini tidak kentara oleh orang lain dan yang
mengerti hanya mereka yang telah tinggi ilmu kepandaiannya
seperti Un Kiong dan gurunya, para Locianpwe yang mewakili
masing-masing cabang persilatan, dan guru-guru Han Liong.
Mereka ini diam-diam merasa kagum sekali akan kelihaian Pauw
Lian dan Han Liong yang dapat menundukkan orang tua she Sonw
yang gagah perkasa itu. Setelah semua orang setuju akan
311 pengangkatan Han Liong sebagai Bengcu, maka diadakanlah
perjamuan yamg penuh kegembiraan.
Kemudian para Locianpwe mengadakan rapat untuk membicarakan soal surat penting yang dapat dirampas oleh Tan
Un Kiong di istana putih itu. Setelah dirundingkan masak-masak,
maka diambil keputusan bersama-sama membasmi dulu kaki
tangan Co Thaikam dan sedapat mungkin melenyapkan Thaikam
jahat itu, barulah kemudian menghadap kaisar untuk menyadarkan
kaisaar akan pengaruh- pengaruh jahat sehingga pemerintah
kaisar itu sampai menindas rakyat jelata. Kalau kaisar kaisar tidak
menurut, barulah diusahakan penghancurannya! Un Kiong
mendapat tugas untuk kembali ke kota raja dan berunding dengan
ayahnya. Menurut paham Han Liong, sudah sepatutnya seorang
gagah seperti ayah Un Kiong itu diberitahu sejelas-jelasnya
tentang maksud dan usaha mereka.
Surat-surat rencana pemberontakan Co Thaikam juga diserahkan
Kepada Un Kiong untuk diberikan dan disimpan selanjutnya di
tangan Tan Cianbu sebagai bukti dan nanti pada saatnya
diperlihatkan kepada kaisar. Mereka mengatur rencana untuk
menyerbu istana putih pada malam hari, dan tugas-tugas telah
dibagi-bagi. Pada malam hari kedua, belum juga Un Kiong
meninggalkan tempat itu. Ia agaknya tiada sampai hati untuk
meninggalkan tempat itu dan ia tampak banyak mengobrol dengan
Hong Ing. Kedua teruna remaja ini nampak demikian rukun dan
mesra sehingga diam-diam Kouw Sin Ek, Han Liong dan Pauw
Lian dapat menduga apa yang terkandung dalam hati Hong Ing dan
312 Un Kiong. Ketika Khouw Sin Ek hendak meninggalkan Gunung
Beng-san dan kembali ke tempatnya sendiri, ia memanggil
muridnya itu dan dengan wajah berseri-seri ia berkata,
"Un Kiong, agaknya sudah tiba masanya kau mengikat janji dengan
seorang wanita untuk sehidup semati!."
"Eh. ah, apa maksud suhu?" pemuda itu terbelalak heran.
"Kau selalu pandai bersandiwara, muridku. Kau kira aku yang
sudah mengenalmu luar dalam ini tak mengerti akan sikapmu
terhadap nona Hong Ing?" Disebutnya nama ini membuat wajah
Un Kiong tiba-tiba saja menjadi merah dan ia terpaksa
menundukkan mukanya karena rahasianya telah diterka oleh
gurunya sendiri. "Bagaimana kalau aku memberitahu pada ayahmu dan juga
menanyakan pendapat Si Bengcu" Karena dia inilah yang berhak
memutuskan nasib adiknya." Terpaksa Un Kiong hanya
mengangguk perlahan, "Terserah kepada suhu sajalah." Dan gurunya tertawa terbahakbahak. Sementara itu, Hong Ing yang hendak membuktikan
ancamannya untuk membalas godaan Han Liong ketika ia
membela Un Kiong dulu itu, sedang menjalankan rencananya. Ia
313 tampak bicara berdua dengan Han Liong di pekarangan belakang.
"Han-ko, aku kagum sekali melihat kepandaian cici Pauw Lian.
Kurasa mencari seorang gadis sepandai dia itu di atas dunia ini
sukar didapat keduanya" Hong Ing mulai dengan muslihatnya.
Karena gadis itu bicara dengan suara sungguh-sungguh, Han
Liong mengangguk membenarkan.
"Memang, kepandaian ilmu pedang Pauw sumoi sudah mencapai
tingkat tinggi. Lebih-lebih gin-kangnya, ia sudah boleh dibilang
mendekati kesempurnaan."
"Selain kepandaiannya yang sangat lihai, iapun berbudi halus dan
baik hati sekali." "Hm, hal ini aku tak tahu benar," jawab Han Liong sederhana, tapi
diam-diam dalam hatinya mempertimbangkan ucapan Hong Ing ini.
"Ya, ia memang seorang gadis yang baik dan sukar dicari
bandingnya. Pula, ia cantik jelita." Han Liong mengerling ke arah
adiknya karena dalam suara gadis itu ia menangkap sesuatu yang
tak wajar yang menjadi tanda tanya. Hendak kemanakah tujuannya
Hong Ing dengan ucapannya itu, pikirnya. Tapi ia tidak menjawab.
314 "Ci-ci Pauw Lian cantik jelita, berhati baik, berkepandaian tinggi,
benar-benar seorang siocia yang patut dikagumi, bukankah
demikian, koko?" "Hm, barangkali... ya mungkin benar kata-katamu itu. Ia patut
dikagumi," jawabnya perlahan.
"Dan... dan pantas pula dicinta, bukan, koko?" Tiba-tiba Han Liong
menatap wajahnya. Ah, kesanakah arah tujuannya"
"Adik Ing, apa hubungannya keadaan Pauw sumoi dengan aku"
Apa maksudmu menceritakan kesemuanya itu padaku" Ia boleh
jadi cantik, pandai, tapi hal itu tiada sangkut-pautnya dengan aku."
Han Liong lalu memalingkan mukanya karena ia tidak mau menjadi
korban godaan Hong Ing lebih lanjut. Hong Ing masih memuji-muji
kecantikan Pauw Lian, dan memancing-mancing agar Han Liong
mau membuka "rahasia hatinya", supaya ia mendapat giliran untuk
menggodanya, tapi Han Liong yang sudah maklum akan maksud


Pedang Pusaka Naga Putih Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

adiknya yang nakal ini pura-pura tak mendengarnya dan sikapnya
dingin saja seakan-akan ia betul-betul tidak memperdulikan sedikit
jua akan hal Pauw Lian yang dipuji-pujinya itu. Sikapnya ini
membuat Hong Ing kewalahan dan ia mulai putar-putar otak
mencari siasat baru. "Tapi Han-ko." Demikian gadis yang cerdik ini merobah siasatnya,
"Ada sebuah hal pada diri cici Pauw Lian yang membuat hatiku
tidak puas, bahkan selalu terasa di hatiku. Dan hampir-hampir aku
315 benci kalau mengenangkan hal ini." Hong Ing telah dapat mengatur
suaranya demikian rupa hingga mau tak mau Han Liong merasa
tertarik. Tak terasa lagi pemuda ini cepat-cepat bertanya.
"Apa" Apakah Cacatnya maka kau merasa penasaran?" Suaranya
mengandung keinginan tahu besar sekali hingga diam-diam Honi
Ing hatinya merasa geli. Baru dicela sedikit saja Han Liong sudah
bingung tak karuan! "Cacatnya ialah kesombongannya. Agaknya kecantikan dan
kepandaiannya membuat ia sombong dan tak tahu diri!"
"Hm, benarkah begitu?" Han Liong masih ragu-ragu akan
kebenaran kata-kata adiknya ini.
"Ah, tentu kau tak mau percaya, koko, karena kau sudah... anggap
dia seorang dewi yang tiada Cacat!" selanya lagi.
"Eh, eh, jangan main-main, adik Ing. Sebenarnya, mengapa kau
katakan dia sombong dan tak tahu diri?"
"Tidak, ah. Kau nanti marah." Han Liong makin bernafsu, ingin
tahu. 316 "Aku berjanji takkan marah."
"Kau berjanji" Bagus kalau begitu. Nah, tahukah kau apa katanya
padaku setelah kau dan menyerbu menyerbu barisan Ngo-hengtin fa bilang bahwa jika ia maju seorang diri menggunakan Ouwliong Pokiamnya, tentu dengan mudah ia dapat memukul pecah
barisan itu, tapi karena ada kau, maka ia menjadi canggung,
karena gerakannya kacau oleh permainmu!" Han Liong tiba-tiba
mengerutkan keningnya. "Betul dia berkata ketidakpercayaan. begitu?" suaranya mengandung "Kau tidak percaya bukan" Biarlah, masa bodoh kau mau percaya
atau tidak, tapi tahukah kau apa jawabnya ketika kutanya apakah
dia telah bertunangan" Ia jawab bahwa agaknya ia takkan kawin
selama hidupnya karena ia telah bersumpah bahwa ia hanya mau
kawin dengan seorang pemuda yang dapat mengalahkan Ilmu
pedangnya! Yang membuat hatiku lebih panas lagi ialah ketika
kukatakan padanya bahwa ilmu pedangmu juga lihai dan tinggi,
tapi la menjawab dengan suara dingin bahwa biarpun Pek-liong
Pokiam juga sebuah pedang pusaka yang baik dan setara dengan
pedangnya, namun ilmu pedangmu hanya indah dilihat saja, tapi
isinya kurang dan masih kalah jauh jika dibandingkan dengan Ouwliong Kiamsut!" Hio Liong merasa mukanya panas dan ia tidak tahu
317 bahwa kulit mukanya menjadi merah, tanda bahwa hatinya telah
berubah menjadi kayu kering yang dimakan oleh api yang dilepas
Hong Ing. Tapi ia masih dapat menekan perasaan dan
penasarannya, dan mencoba membantah keterangan adiknya ini
dengan jawaban. "Benar-benarkah ia berkata begitu?" Hong Ing menghela nafas
panjang. "Ah, sudahlah. Kau mana mau percaya! Rupanya kau telah jatuh
hati betul-betul padanya! Agaknya kau takkan percaya juga jika
kukatakan bahwa cici Pauw Lian telah mengundang kau untuk
mencoba ilmu pedang di sini pada malam ini jam dua belas tengah
malam nanti?" Han Liong lompat berdiri.
"Apa katamu?" Hong Ing juga lompat berdiri dan bertolak pinggang.
"Kataku, nanti jam dua belas tengah malam, cici Pauw Lian akan
datang di sini antuk mencoba ilmu pedangmu, yakni kalau kau
berani!" "Kalau aku berani?" jawab Han Liong marah. "Mengapa aku takkan
berani" Tapi, benar-benarkah demikian besar hasrat Pauw sumoi
itu?" 318 "Buktikan saja malam ini. Tapi jangan lupa, kau harus pakai kedok
sapu tangan." "Eh, ada apa lagi ini" Harus pakai kedok" Mengapa?"
"Begitulah kehendak Pauw ciei! Dia sendiri juga pakai kedok,
agaknya ia malu bertemu muka denganmu tanpa kedok!" Habis
berkata begini, Hong Ing pergi, tak perduli akan panggilan Han
Liong yang masih hendak bertanya. Pemuda ini merasa heran
sekali. Benar-benarkah semua keterangan Hong Ing tadi" Mustahil
Pauw Lian demikian sombong! Tapi, biar demikian Hong Ing tak
pernah membohong, sekalipun ia amat nakal. Ah, biarlah, ia akan
menanti sampai tiba saatnya tengah malam! Hong Ing langsung
menuju ke kamar Pauw Lian yang memang mendapat kamar
bersama-sama dia. Pauw Lian sedang duduk seorang diri
membereskan rambutnya yang hitam dan panjang itu. Hong Ing tak
berkata sesuatu, hanya dengan muka asam terus saja
membanting diri di atas pembaringan dan rebah telentang.
"Ea, kau kenapa, Ing moi! Kenapa mukamu merah padam seperti
orang marah" Apakah kau ribut mulut dengan Tan Kongcu?" Hong
Ing gigit bibirnya karena datang-datang ia diganggu oleh Pauw Lian
yang jenaka. Awas, pikirnya. Awas pembalasanku!
319 "Memang aku baru saja ribut mulut. Tapi bukan dengan pemuda
she Tan itu, dan aku bertengkar karena membelamu, cici.
Sebaliknya yang dibela tidak mengerti, bahkan datang-datang
menggoda, Ah, memang dunia ini tidak adil!" Pauw Lian mendekati
dan memegang lengannya. "Kau membelaku sampai bertengkar dengan orang lain" Ah, maaf,
adikku yang manis. Kenapa kau bertengkar dan dengan siapa?"
"Ah, aku tak berani memberi tahu, takut kau akan menjadi marah."
Tentu saja kata-kata ini membuat Pauw Lian makin ingin tahu dan
ia mendesak. "Aku takkan marah, adik Ing, katakanlah."
"Aku bertengkar dengan Han-ko karena dia mencelamu!"
"Sie suheng" Dia mencelaku" Biarlah, itu hal yang lumrah,
mengapa kau harus membelaku?"
"Hm, hm, rupa-rupanya ada apa-apa dalam dadamu, cici, hingga
kau menerima saja dicela dan dipandang ringan olehnya,
sedangkan aku yang mendengarnya saja menjadi panas hati."
320 "Tapi... benar benarkah Sie suheng mencela dan memandang
ringan padaku" Agaknya... ha! Itu tak boleh jadi. Tak mungkin dia
berwatak demikian." "Nah, nah, itulah kalau orang sudah tertawan! Kau baru saja
bertemu padanya, sedangkan aku sudah bertahun-tahun kumpul
dengannya, siapakah yang tidak tahu akan wataknya?"
"Ya sudahlah, kau yang benar. Tapi ia mencela dalam hal
apakah?" "Ia mencela ilmu pedangmu! Ia katakan bahwa ilmu pedangmu
masih mentah dan lemah dan bahwa hanya di luarnya saja tampak
bagus dipandang, tapi kalau dipakai bertempur tidak berarti
banyak! Tentu oaja hal ini kubantah karena aku tak senang melihat
kesombongannya, tapi kalau kau tidak percaya dan masih
penasaran, malam ini jam dua belas tengah malam nanti, ia
menanti di dalam kebun belakang untuk mencoba dan mengukur
Ilmu Pedang Ouw-liong Kiam-sut!"
Siapa orangnya yang takkan merasa panas hati mendengar katakata yang membakar yang keluar dari mulut kecil mungil dengan
bibirnya yang manis dan wajah yang bersungguh-sungguh itu"
Pauw Lian biarpun orangnya jenaka dan cukup mendapat didikan
321 ilmu batin dari gurunya, namun pada hakekatnya ia memang
mudah juga menjadi marah seperti Hong Ing, mana ia dapat
menahan hatinya" Warna merah mulai menjalar di kulit muka
sampai ke telinganya. Kepalanya yang cantik bergerak-gerak
hingga sepasang anting-anting di kedua telinganya berbunyi
kelentang-kelenting. Melihat sinar mata yang berapi itu terkejutlah
hati Hong In dan ia merasa telah membakar terlampau panas.
Segera ia berkata. "Tapi, cici jangan marah kepada Han-ko. Sebenarnya dia bilang
demikian itu karena sedang bertengkar denganku, hingga karena
marah ia lalu bicara demikian. Tentu saja dia tidak sengaja
bermaksud memandang rendah padamu. Tapi aku ada jalan yang
baik, Cici. Bagaimana kalau kau layani dia dengan pakai kedok
saputangan" Kau tak usah banyak cakap, begitu datang
berhadapan terus saja menggunakan pedangmu, agar dia bisa
membuktikan, sampai di mana kelihaianmu. Kita kaum wanita
janganlah mudah dipandang ringan oleh pria, cici! Tak perlu kita
harus kalah terhadap pria, biar pria itu setampan dan segagah
Han-ko sekalipun!" Karena pandainya Hong Ing membujuk dan
membakar hati, maka tak heran bila pada waktu Han Liong dengan
hati penasaran menunggu di dalam kebun, tiba-tiba tampak
berkelebat bayangan hitam dan sinar hitam dari Ouw-liong Pokiam
menyambarnya diikuti bentakan.
"Rasakan tajamnya Ouw-liong Pokiam!" Baiknya Han Liong sudah
siap dan waspada, maka cepat ia berkelit dan mencabut Pek-Liong
Pokiam. Ia melihat bahwa penyerangnya adalah seorang gadis
322 berkedok saputangan merah dan ia maklum siapakah gadis ini.
Sebaiknya Pauw Lian melihat bahwa Han Liong juga memakai
kedok saputangan kuning hingga ia kini percaya apa yang
diucapkan Hong Ing tadi. "Sumoi, tahan! Kenapa kau begini keterlaluan?" Kalau tadi hati
Pauw Lian sudah terbakar, kini makin berkobar mendengar dirinya
disebut keterlaluan! "Kau yang sombong. Kau kira Pek-liong Pokiam-mu yang tertajam
di dunia ini?" Kembali ia menyerang, kini dengan hebat karena ia
memakai gerakan Ouw-liong-pok-sai atau Naga Hitam Sambar Air.
Pedang hitamnya berkelebat laksana seekor naga hitam terjun,
mengerikan. Dalam keheranan dan penasarannya, Han Liong
menangkis serangan itu dengan gerakan Pek-liong-hian-bwee
atau Naga Putih Perlihatkan Ekor. Demikianlah, sebentar saja
mereka saling menyerang dengan hebat sehingga Hong Ing yang
bersembunyi di balik pohon dan mengintai, kini menonton dengan
mata terbelalak dan mulut ternganga.
Hebat sekali pertarungan itu, merupakan dua sinar hitam dan putih
saling belit membelit dengan gerakan cepat. Diam-diam Hong Ing
merata gemetar dan hatinya berdebar. Ia mengkhawatirkan
keselamatan kedua orang itu, terutama keselamatan Han Liong.
Walaupun ia tak dapat mengikuti benar-benar gerakan kedua
pedang naga itu, namun ia maklum bahwa pertempuran kali ini
jauh lebih hebat dari pada yang sudah-sudah! Han Liong dan Pauw
323 Lian diam-diam mengeluh. Memang kepandaian ilmu pedang
mereka seimbang dan memang Ouw-liong Kiamsut sama lihainya
dengan Pek-liong Kiam-sut. Hanya bedanya, Han Liong lebih tinggi
ilmu lweekangnya atau tubuhnya lebih kuat sehingga tiap kali
kedua pokiam beradu, Ouw-liong Pokiam-lah yang lebih banyak
mengeluarkan bunga api dan lengan Pauw Lian tergetar.
Tetapi kekalahan ini dapat ditutup pula oleh kemenangan Pauw
Lian dalam hal ilmu ginkang atau meringankan tubuh, sehingga ia
dapat menghindarkan benturan senjata dengan mengharapkan
kegesitannya. Ratusan jurus terlewat sudah dan macam-macam
tipu simpanan telah dikeluarkan, namun belum juga ada yang
tampak terdesak. Hong Ing sudah merasa lemas. Sejam lebih
kedua orang ita beradu pedang dan Hong Ing tak berdaya apa-apa.
Maksud hatinya hendak memilah tapi ia tak berani sembarangan
maju. Maka diam-diam ia mulai merasa menyesal akan
perbuatannya dan dengan tak disengaja dari kedua matanya
mengalir air mata yang membanjiri kedua pipinya. Tiba-tiba ia
merasa sebuah tangan yang kuat meraba lengannya dengan
sentuhan halus dan terdengar suara beibisik.
"Cici Hong Ing kenapa menangis" Mereka tak bertempur sungguhsungguh, jangan kau khawatir." Mendengar kata-kata ini. Hong Ing
menjadi demikian girang hingga ia lupa untuk mengherankan Un
Kiong yang tiba-tiba itu. Ia pegang lengan pemuda itu dengan
keras. 324 "Benar-benarkah mereka berkelahi tidak sungguh-sungguh!"
Senyum manis terbayang di wajah Un Kiong yang tampan itu.
"Mereka hanya bermain- main!" Setelah hatinya tenang kembali,
barulah Hong Ing ingat betapa mesranya ia saling berpegangan
lengan dengan Un Kiong. Cepat-cepat ia melepaskan tangannya
dan mundur dua langkah lalu tunduk kemalu-maluan. Memang Un
Kiong berkata benar. Biarpun keduanya merasa penasaran dan
ingin sekali menang, namun mereka menjaga benar agar pedang
mereka jangan sampai saling melukai. Pernah ujung pedang PekLiong Pokiam menyambar leher Pauw Lian yang halus, tapi
sebelum menyentuh kulitnya, pedang itu telah dirobah gerakannya
ke atas hingga sebaliknya hanya merobek kain pengikat rambut
saja. Sedangkan ketika ujung Ouw-liong Pokiam menyambar dan
hampir menembus jantung dalam dada kiri Han Liong, pedang itu
ditahan demikian rupa oleh Pauw Lian hingga akibatnya hanya
merobek baju Han Liong di bagian bahu kiri saja. Un Kiong yang
sejak tadi dengan diam-diam menonton pula, dapat melihat hal ini.
Kemudian ia melihat betapa Hong Ing tiba-tiba menangis. Biarpun
tadinya ia merasa malu bertemu dengan gadis itu karena kata-kata
gurunya tadi, namun melihat gadis yang telah mencuri hantinya itu
menangis, ia tak dapat menahan hatinya dan datang menghampiri
lalu menghiburnya! Pada saat itu, tiba-tiba dari bawah Gunung
Beng-san terdengar suara hiruk-pikuk dari kaki kuda dan teriakanteriakan orang banyak. Mendadak Un Kiong melihat suhunya,
Khouw Sin Ek melayang turun dari scbuah pohon dan berkata.
325 "Un Kiong, hati-hatilah, rombongan pahlawan kaisar dan penghuni
Istana putih datang menyerbu!" Kemudian Khouw Sin Ek melompat
pergi ke arah tempat bermalam para tamu. Un Kiong terkejut.
"Cepat! Suruh mereka berhenti bertempur," katanya kepada Hong
Ing. Hong Ing melompat ke dekat dua gulungan sinar yang masih
saling belit-membelit itu dan berteriak,
"Pauw cici! Han-ko! Berhentilah! Musuh datang menyerbu!" tapi
Han Liong dan Pauw Lian tak memperdulikannya hingga Hong Ing
menjadi bingung sampai membanting-bantingkan kakinya karena
suara gemuruh dari bawah makin keras. Terpaksa ia lari dan
menarik-narik lengan Un Kiong, "Wan Kongcu, tolonglah, kau
pisahkan mereka!" "Mudah saja, tapi kau harus penuhi permintaanku."
"Baik-baik, lekas katakan," kata Hong Ing tak sabar.
"Yaitu, jangan kau sebut aku kongcu."
"Habis bagaimana?"
326 "Sebut aku koko."


Pedang Pusaka Naga Putih Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Aduh! Ya, apa boleh buat," jawab Hong Ing yang pikirnya bahwa
pada saat seperti itu ia tak perlu banyak berbantah. "Koko, lekas
kau pisahkan mereka. Musuh sudah dekat!"
"Baik." Tapi sebelum Un Kiong bergerak, dari balik sebuah pohoh
lain keluarlah bayangan seorang orang tua dengan gesitnya.
"Han Liong! Pauw Lian! Cukuplah main-main ini! Berhentilah
kailan!" Seruan ini nyaring dan berpengaruh, hingga Han Liong dan
Pauw Lian tak berani membantahnya. Mereka melompat mundur
dan menyimpan pedang serta membuka kedok masing-masing.
"Maaf suhu!" kata Han Liong dan menjura kepada orang tua yang
ternyata bukan lain adalah Pauw Kim Kong sendiri!
"Siokhu!" kata Pauw Lian kemalu-maluan.
"Musuh datang menyerbu, kalian enak-enak dan main-main saja!"
guru dan paman itu menegur, tapi mulutnya tersenyum maklum
hingga Pauw Lian makin memerah mukanya.
327 "Siaplah kalian semua. Tempat kita diserbu lawan. Aku hendak
membuat persiapan di dalam." Dan pergilah orang tua itu. Han
Liong lebih banyak memikirkan keadaan Pauw Lian dari pada
keadaan musuh yang datang menyerbu. Melihat Hong Ing dan Un
Kiong berdiri di situ, ia membentak adiknya.
"Ing-mol! Sakarang akuilah terus terang, semua ini adalah garagaramu, bukan?" Hong Ing tertawa.
"Kau tidak kuat menahan godaan" Jangan marah, siapa suruh kau
dulu menggodaku?" Kemudian ia menghampiri Pauw L?an dan
memeluknya, "Cici, memang aku telah membohong, Han-ko tidak
pernah bilang apa-apa. Ia tidak sombong, cuma-cuma..."
"Cuma apa!" bentak Han Liong gemas.
"Cuma sekarang agak... agak galak! Jangan galak-galak, Han-ko,
kau bikin takut Soso (kakak ipar) saja!"
"Ada-ada saja! Soso yang mana?" teriak Han Liong marah.
328 "Yang mana lagi" Tentu yang akan datang. Eh, ya sekarang aku
mengaku terus terang, cici Pauw Lian tak pernah bilang apa-apa
padaku!" "Sudah kuduga, Kau pikir semua orang senakal engkau?"
"Adik Ing, kenapa kau suka menggoda orang saja?" Pauw Lian ikut
menegur. "Aduh, sekarang aku dikeroyok dua! Cici, sebenarnya aku ingin
sekali lagi melihat Ilmu pedang kalian, maka aku gunakan akal ini.
Juga sekalian aku hendak membalas godaan kalian padaku dulu."
"Godaan" Siapa yang menggoda?" tanya Pauw Lian yang kini
hendak membalas pula, "memang kau dan Tan Kongcu cocok
benar, selalu bersama dan tampak rukun sekali. Aku bukannya
menggoda sembarangan, tapi ini kenyataan." Han Liong tertawa.
"Nah, itu baru betul!" Kini Un Kiong tampil ke depan.
"Saudara Han Liong dan Pauw Siocia. Kalian menggoda Hong Ing
cici boleh saja, tapi aku jangan dibawa-bawa!" Han Liong dan Pauw
Lian saling pandang dan tertawa mendengar lagak dan seruan Un
Kiong yang seperti kanak-kanak, karena Un Kiong yang sengaja
329 berlagak seperti ketika ia menjadi pemuda tolol, hingga Hong Ing
mendengar dan melihat lagaknya jadi teringat lagi akan Un Kiong
si tolo1 dulu, maka ia tak dapat menahan gelinya.
"Karena kalian sebut-sebut namaku, terpaksa akupun hendak
membalas. Hong Ing cici, aku buka rahasia mereka sekarang. Tadi
mereka bertempur biar kelihatan sengit, sebenarnya mereka saling
sayang menyayangi dan menjaga jangan sampai saling luka
melukai!" Kini Hong Ing dan Ui Kiong yang menertawakan mereka,
sedangkan Pauw Lian dan Han Liong yang terbuka rahasianya
hanya menundukkan muka kemaluan.
Pada saat itu musuh telah menyerbu naik, dan di pintu gerbang
yang dipasang di depan telah penuh dengan musuh yang bertemu
dengan pihak tuan rumah. Han Liong mengajak kawan-kawannya
menyusul ke sana. Ketika melihat rombongan yang datang itu, Un
Kiong merasa terkejut sekali karena romborgan itu dipimpin oleh
orang-orang kepercayaan Co Thaikam dan para pahlawan kaisar,
termasuk ayahnya sendiri! Yang membuat ia heran adalah kedua
golongan ini yang sekarang dapat bekerja sama. Ini sungguh hebat
dan berbahaya. Melihat Un Kiong berada di situ, untuk sesaat mata
Tan Cianbu memandang penuh kagum dan sayang, tapi ia segera
membuang muka dan tak mau memandangnya. Tapi Kui Lan,
murid Loh-san sam-moli, yang genit dan memang "Ada hati"
terhadap pemuda tolol itu, segera maju menghampiri dan berkata,
330 "Eh, Tan Siangkong, kau berada di sini" Apa kau diculik oleh
gerombolan pengacau ini" Biar, nanti aku balaskan sakit hatiumu.
Mari, ikut dengan kami!" Berkata begini, Kui Lan si muka hitam itu
ulurkan tangannya dengan lemah lembut untuk menarik tangan Un
Kiong. Tapi ternyata ia rasakan tangan Un Kiong keras dan tak
dapat disentakkan! Ia mengerahkan tenaga, namun tetap tak dapat
ia menarik pemuda itu. Sementara itu, dengan hati sebal Un Kiong
mengerahkan tenaganya dan berseru,
"Pergi kau!" Tangannya disentakkannya dan Kui Lan terlempar ke
atas setinggi setombak lebih dan kalau tidak Biauw Niang-niang
segera mengulurkan tangan menangkapnya, tentu ia akan
terbanting kebawah. Semua orang yang kenai Un Kiong, kecuali
ayahnya sendiri kini sudah tahu akan rahasia anaknya, merasa
sangat heran melihat ketangkasan dan kepandaian pemuda tolol
itu. Pauw Kim Kong, sebagai tuan rumah, melangkah maju dan
menjura kepada para pemimpin rombongan sambil berkata,
"Selamat datang, cuwi Enghiong. Sungguh merupakan satu
kehormatan besar sekali bahwa cuwi sudi menginjak tempat
tinggalku yang buruk dan kotor ini." Rombongan itu terdiri dari dua
golongan. Golongan pertama terdiri dari tiga puluh lebih pahlawan
kaisar yang dipimpin oleh Tan Cianbu serta empat orang
kawannya, yakni pahlawan-pahlawan pilihan yang kepandaian
silatnya sama lihainya dengan Tan Cianbu. Sedangkan tiga puluh
orang kawannyapun terdiri dari pahlawan-pahlawan jagoan dari
Istana kaisar! 331 Golongan kedua tak kalah hebatnya, bahkan lebih lihai! Golongan
ini yang terdiri dari orang-orang kepercayaan dan kaki tangan Co
Thaikam, si pembesar kebiri yang jahat, sebagian besar terdiri dari
penghuni istana putih. Golongan ini dipimpin oleh orang-orang
yang begitu dilibat membuat Pan Kim Kong dan orang-orang lain
yang telah mengenalnya menjadi terkejut sekali. Selain Loh-san
Sam-moli si Tiga Iblis Wanita dari Loh-san di situ ada pula Kek
Kong Tojin si Toya Aneh Kepala Ular, saikong yang kosen itu! Tapi
ini masih belum berapa hebat karena dua orang tua yang kelihatan
alim dan yang berdiri di dekat Kek Kong Tojin agaknya bukan
orang-orang lemah dan Kek Kong Tojin sendiri tampak sangat
hormat pada mereka. Pihak tuan rumah merasa agak cemas ketika
Khouw Sin Ek maju menjura kepada Kek Kong Tojin dan dua orang
tua itu sambil tertawa gelak-gelak.
"Pantas bulan menjadi suram, rupanya kalian orang-orang tua
yang sakti ikut datang menengok kami!" Kemudian Sin-chiu Taihiap Khouw Sin Ek berpaling kepada semua kawannya. "Saudarasaudara, jangan berlaku kurang hormat kepada ketiga tamu agung
ini. Ini adalah Ngo-lian-posat Ang Gwat Niang-Niang, yang tengah
ini bukan lain adalah Lo Thong Sianjin, sedangkan yang ketiga
adalah Kek Kong Tojin! Mereka bertiga adalah tokoh-tokoh dan
pendiri dari Ngo-lian-pai yang tersohor!"
"Ha, ha! Kiranya disini ada Khouw Lojin! Pantas Gunung Beng-san
menjadi makin tinggi saja." Kek Kong Tajin balas mengejek.
332 Sebenarnya diantara semau orang yang berada di situ, baik dari
pihak penyerang dan pihak yang hendak diserang, hanya ketiga
pendiri Ngo-lian-pan dan Khouw Sin Ek saja yang boleh dibilang
setingkat dan menduduki tempat tertinggi. Maka kini melihat ketiga
orang tua itu datang semua, diam-diam Khouw Sin Ek merasa
khawatir juga. Tapi ia seorang cerdik dan banyak pengalaman,
maka tidak kentara kecemasannya. Lagi pula, dengan adanya Han
Liong dan Panw Lian di situ, ia mempunyai dua orang pembantu
yang kiranya takkan mengecewakan.
"Khouw Toyu! Kalau telingaku yang tua tak salah dengar, kau
bukanlah termasuk golongan pengacau dan pemberontak, juga
kau tak pernah ikut campur urusan pemerinrahan. Maka kau
bukanlah musuh kami. Karena itu. pandanglah mukaku dan
tinggalkanlah gunung ini dengan damai," kota Lo Thong Sianjin.
"Ha, ha! Kau orang tua enak saja bicara. Memang aku biasanya
tak suka campur urusan segala macam yang tidak penting. Tapi
kalau tidak salah, kalian orang orang tua juga biasanya jarang
turun gunung kalau tidak ada hal yang penting sekali. Kini aku
berada di sini sebagai tamu si Malaikat Rambut Putih, maka apa
yang akan terjadi kepada tuan rumah sekalian akan terjadi padaku
sendiri." "Hm, bagus! Biarlah, ikut atau tidaknya Khouw Lo-Enghiong tak
menjadi soal," tiba-tiba Ang Gwat Niang-niang berkata, suaranya
merdu dan nyaring. 333 "Pauw Kim Kong! Kau telah bersekongkol dengan pemberontak,
mencuri surat-surat penting, dan bersiap hendak memberontak.
Maka, untuk menebus dosamu itu, serahkan kepada kami
beberapa orang pemberontak dengan damai."
"Hm, mudah sekali kau bicara. Siapa yang harus diserahkan?"
tanya Pauw Kim Kong dengan suara mengejek. Ang Gwat Niangniang memberi tanda kepada Biauw Niang-niang yang segera
maju dan menunjuk dengan jarinya.
"Mereka ini!" Dan yang ditunjuknya ialah Han Liong, Hong Ing, Lie
Bun Tek, Pauw Lian, Siok Houw Sianseng, dan keempat guru Han
Liong! (Lanjut ke Jilid 09 - Tamat)
Pedang Pusaka Naga Putih (Seri 04 - Serial Jago Pedang Tak
Bernama) Karya : Asmaraman S. Kho Ping Hoo
Jilid 09 (Tamat) "Eh, eh, kenapa tidak kau tunjuk semua saja berikut aku juga?"
terdengar Khouw Sin Ek mengejek.
334 "Itu lebih baik lagi, memang seharusnya semua karena tak
seorangpun diantara kalian yang bukan pemberontak!" Kek Kong
Tojin berseru dan tiba-tiba ia berkata.
"Ayoh tangkap, serbu!" Ia mendahului dengan toyanya memukul
kepala Khouw Sin Ek. Tapi Sin-chiu Taihiap tertawa keras.
"Lie Bun Tek Enghiong dan Un Kiong, kalian lawan yang ini!"
Kedua orang itu segera maju dengan senjata masing-masing, Un
Kiong dengan pokiamnya dan Lie Bun Tek dengan joan-piannya.
Kedua senjata segera bergerak melawan toya kepala ular yang
lihai dari saikong itu. Ang Gwat Niang-niang mencabut pedang dan
hudtimnya. "Khouw Lojin pin-ni terpaksa melanggar larangan membunuh!"
Kedua senjatanya mengeluarkan angin dingin ketika menyambar
ke arah Khouw Sin Ek, tapi si Kapalan Dewa ini kembali berkelit
dan melompat sambil berteriak. Ouw-liong dan Pek-liong, kalian
tidak lekas turun tangan mau tunggu apa lagi?" Mendengar
perintah lucu ini, Han Liong dan Pauw Lian mencabut pokiam
mereka dan lompat ke depan menyambut serangan Ang Gwat
Niang-niang yang gerakan-gerakannya luar biasa dan lihai sekali.
Khouw Sin Ek segera melompat menghadapi Lo Thong Sianjin.
335 "Kau juga hendak turun tangan" Silakan, biar tua sama tua!" Lo
Thong Sianjin yang sudah lama sekali tidak pernah berkelahi, kini
melihat orang-orang bertempur segera timbul kegembiraanya. Lagi
pula, ia memang sudah lama mendengar nama Sin-chiu Taihiap,
maka ia yang berwatak tak mau kalah itu, ingin sekali mencoba
kepandaian Khouw Sin Ek. "Marilah pinto melayanimu barang seratus jurus," katanya dan
mereka berdua lalu saling serang dengan hebat.
Sebenarnya, Lo Thong Sianjin biasa menggunakan senjata rantai,
tetapi melihat Khouw Sin Ek hanya bertangan kosong, maka ia
yang tak mau kalah itu tak sudi merendahkan diri melawannya
dengan menggunakan senjata. Kedua jago cabang atas yang
tinggi ilmunya itu dan yang pada jaman itu sudah termasuk tingkat
tertinggi, berkelahi dengan luar biasa serunya sehingga debu dan
pasir di dekat kaki mereka berhamburan mengepul ke atas!
Memang Khouw Sia Ek sangat cerdik, ia tahu bahwa diantara
ketiga tokoh Ngo-lian-pai itu, yang paling rendah kepandaiannya
adalah Kek Kong Tojin, sedangkan yang terlihai ilmu pedangnya
adalah Ang Owat Niang-niang. Maka ia memerintahkan Lie Bun
Tek dan muridnya, Un Kiong, untuk melayani Kek Kong Tojin,
sedangkan untuk melayani ilmu pedang dan hudtim yang lihai dari
Ang Gwat Niang-niang, ia tugaskan kepada Han Liong dan Pauw
Lian! 336 Ia maklum pula betapa tinggi ilmu silat dan lweekang dari Lo Thong
Sianjin, tokoh tertua dari Ngo-lian-pai itu, maka ia sendirilah yang
melawannya! Sementara itu, semua pahlawan dan Loh-san Sammoli serta kawan-kawannya telah bertempur melawan Pauw Kim
Kong dan semua kawannya yang juga terdiri dari jagoan-jagoan
lihai. Maka Sam-moli dan Tan Cianbu serta kawan-kawannya yang
menjadi pemimpin rombongan dan berkepandaian tinggi segera
berhadapan dengan Pauw Kim Kong, Liok-tee Sin-mo Hong In,
Hee Ban Kiat, Bie Kong Hosiang, Ngo-Lohiap dari Kengciu, Souw
Kwan Pek si Toya Ular Dewa, Lok Twie Hwesio wakil Siauw-lim,
Pek Ciok Tojin ahli Kun-lun, Khu Bu Houw, Beng Hwa Suthai, Kok
Tiang Lojin dan lain-lain yang menjadi tamu di Beng-san. Maka
ramailah pertempuran terjadi di puncak Gunung Beng-san.
Suara senjata beradu disertai bentakan-bentakan marah dan
teriakan-teriakan kesakitan memenuhi udara. Kek Kong Tojin
menggunakan tongkat kepala ularnya yang sakti untuk
mengalahkan lawannya, tapi Un Kiogn dan Lie Bun Tek bukanlah
lawan-lawan lemah. Ketangguhan kedua orang ini pernah diuji oleh
Kek Kong Tojun di atas genteng istana putih. Kini setelah, mereka
bertempur dengan menggunakan senjata, sekali lagi Kek Kong
Tojin terpaksa harus mengakui kehebatan lawan yang masih muda
ini. Dari gerakan-gerakannya, Kek Kong Tojin tahu bahwa si kedok
hitam dahulu bukan lain adalah Un Kiong yang kini menggerakkan
pokiamnya dengan begitu gesit dan berbahaya. Maka ia makin
marah dan memutar toyanya sehingga merupakan dinding baja
yang sukar ditembus! 337 Namun pedang Un Kiong bukanlah pedang biasa, juga joan-pian
Lie Bun Tek adalah sebuah senjata pusaka yang kuat dan terbuat
dari pada logam mujijat. Lagi pula, ilmu silat kedua orang ini yang
memang sudah tinggi, kini tergabung menjadi satu, maka mereka
merupakan lawan yang sangat tangguh dan berat. Setelah lewat
tiga ratus jurus, Kek Kong yang sudah tua dan yang terlampau
banyak menghamburkan tenaga menuruti hawa nafsunya, mulai
tampak lelah dan terdesak. Yang paling indah dilihat adalah
pertempuran antara Ngo-lain Posat Ang Gwat Niang-niang
melawan Han Liong dan Pauw Lian. Kalau gerakan-gerakan
pedang dan hudtim wanita tua merupakan awan hitam bergulunggulung naik turun dan menyelubungi kedua anak muda itu, maka
Pek-liong Pokiam dan Ouw-liong Pokiam merupakan dua naga
sakti hitam-putih yang terbang berkejar-kejaran di antara awan


Pedang Pusaka Naga Putih Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

hitam itu. Angin pedang mereka bertiga bersiutan sampai tiga tombak lebih
di sekeliling mereka hingga daun-daun pohon bergerak-gerak
bagaikan tertiup angin. Tubuh ketiganya telah lenyap dari
pandangan mata. Maka dapat dibayangkan betapa sengit dan
mati-matian pertempuran ini. Diam-diam Ang Gwat Niang-niang
terkejut melihat ilmu pedang yang luar biasa dari kedua anak muda
itu. Ia akui bahwa jika ia tidak memiliki pengalaman luas dan kalau
ia tidak sudah meyakinkan Ngo-lian Kiamsut sampai semasakmasaknya, tentu ia takkan kuat menahan kedua pedang Naga ini.
Sebaliknya Han Liong dan Pauw Lian merasa gembira sekali
karena mereka diberi kesempatan untuk main pedang bersama
lagi, maka diam-diam mereka berterima kasih kepada Khouw Sin
Ek. 338 Kali ini, mereka lebih meresa betapa cocok kedua ilmu pedang
mereka digabungkan untuk menggempur Ngo-lian kiamsut yang
mempunyai banyak tipu kejam dan licin sekali itu. Sementara itu,
keadaan Khouw Sin Ek dan Lo Thong Sianjin ternyata seimbang.
Lo Thong Sianjin lihai karena ilmu toloknya, sedangkan Khouw Sin
Ek terkenal karena ilmu tendangannya yang berbahaya. Maka
keduanya berlaku hati-hati sekali dan sedikitpun tak mau
mengalah. Diam-diam mereka juga saling mengagumi. Pekik
kesakitan makin sering dan makin banyak terdengar, tanda bahwa
yang mendapat luka dalam pertempuran itu makin banyak. Kui Lan
telah rebah dengan luka berat di pundaknya terkena tusukan golok
Bie Kong Hosiang, sedangkan banyak pahlawan menderita lukaluka berat.
Di fihak tuan rumah, beberapa orang juga mendapat luka dan
sudah diangkat ke dalam untuk diobati. Hong Ing tidak ikut
bertempur karena diam-diam Un liong telah memesan padanya
agar jangan ikut bertempur dan bahkan surat-surat penting yang
dapat dirampasnya di istana putih dulu, kini ia berikan kepada
gadis itu untuk disimpan! Juga Han Liong pesan kepadanya agar
jangan ikut bertempur karena musuh terdiri dari orang-orang
sangat lihai. Biarpun merasa girang melihat perhatian mereka
terutama melihat Un Kiong mengkhawatirkan keselamatannya,
namun diam-diam Hong Ing mendongkol karena merasa di
pandang rendah. Tapi ia merata terhibur setelah mendapat
kepercayaan dari Un Kiong untuk menyimpan dan menjaga surat339 surat penting itu merasa bahwa tugas menjaga surat-surat itu
bahkan lebih penting dari pada ikut bertempur melawan musuh.
Maka ia berdiam di tempat aman sambil menonton pertempuran
hebat itu. Akan tetapi, lambat-laun ia merasa khawatir dan ngeri
juga melihat betapa fihaknya terdesak dan banyak korban yang
telah jatuh. Pikirannya bekerja cepat dan ia segera masuk ke
dalam kamarnya. Di situ ia buka gulungan kertas-kertas penting itu
dan setelah cepat mencari, ia mendapatkan surat rencana
pemberontakan Co Thaikam. Surat ini ia bawa lari keluar dan
matanya mencari-cari Tan Cianbu. Akhirnya ia mendapatkan
kapten Tan itu sedang bertempur mati-matian, dikeroyok dua oleh
Bie Cauw Giok murid Pauw Kim Kong dan Bhok Kian Eng murid
Liok-te Sin-mo! Permainan golok Tan Cianbu cukup lihai dan
tenaganya yang besar membuat dua orang pengeroyoknya tak
dapat mendesaknya. Hong Ing mendekati mereka dan dengan
suara keras ia berkata, "Bie toako dan Bhok toako, silakan berhenti sebentar! Aku ada
urusan penting, biar aku yang menghadapi Tan Cianbo ini!"
Meskipun terheran mendengar permintaan Hong Ing, kedua jago
muda itu melompat mundur dan membiarkan Hong Ing
menghadapi Tan Cianbu. Kapten itu mengenal wajah Hong Ing
sebagai gadis yang memasuki tamannya dulu, bersama dengan
Un Kiong. Maka ia tahan goloknya dan membentak.
"Kau mau apa?" 340 "Tan Lo-Enghiong jangan marah dan terburu nafsu. Saya datang
bukan untuk bertempur, tapi hendak memberitahukan sesuatu
yang penting sekali. Dulu saudara Un Kiong berhasil mencuri suratsurat penting dari istana putih dan tahukah lo-Enghiong apakah
yang didapatnya" Ini silakan lo-Enghiong baca sendiri!" Dengan
heran Tan-Cianbu menyambut surat itu dan membacanya cepat.
Mukanya menjadi pucat dan ia hampir tak percaya kepada
matanya sendiri. Ia baca lagi dan tiba-tiba ia berteriak keras.
"Semua pahlawan tahan senjata!" Berulang ia berteriak demikian
hingga semua kawan-kawannya segera lompat mundur dan
menahan serangan mereka. Juga pihak kaki tangan Co Thaikam
dengan sendirinya mundur hingga sebentar saja semua orang
yang sedang bertempur menghentikan perkelahian. Tidak hanya
fihak penyerbu, fihak tuan rumah juga merasa heran. Bahkan
ketiga tokoh Ngo-lianpai juga menghentikan serangan masingmasing. Dengan surat di tangan dan tindakan kaki tetap dan sikap
mengancam Tan Cianbu menghampiri ketiga tokoh Ngo-lian-pai.
"Cuwi silakan baca ini dan lihat betapa jahat dan palsunya orangorang yang cuwi bela!" Lo Thong mengambil surat itu dan sehabis
membacanya ia memberikan surat itu kepada Ang Gwat Niangniang dengan wajah merah padam. Pertapa wanita itu membaca
dengan tenang tapi sehabis membaca surat itu ia berpaling kepada
ketiga muridnya dengan mata berapi.
341 "Biauw Niang, apa artinya ini" Kalian hendak memberontak dan
membantu perbuatan terkutuk" Jadi kau sudah tipu gurumu sendiri
untuk memusuhi para hohan ini?" suara ini merdu dan nyaring tapi
di dalamnya mengandung kebengisan hebat hingga Biauw Niang
menjadi gemetar ketakutan.
"Subo... teecu tidak...tidak berani berbuat begitu. Yang membawa
rencana dan berhubungan langsung dengan Co Taijin adalah Kek
Kong susiok!" Ang Gwat Niang-niang memandang Kek Kong Tojin
dengan mata mengandung pertanyaan dan tuntutan. Tapi yang
dipandang hanya tertawa lalu berkata,
"Suci, apakah suci takut menghadapi penjahat-penjahat ini" Kalau
takut dan tidak mau membantu, silakan suci dan suheng pulang
kembali ke gunung saja, biar aku menghadapinya sendiri!"
"Kek Kong, kau tersesat!" Lo Thong Sianjin membentak.
"Biauw Niang, kalian bertiga membuat malu gurumu. Mulai saat ini
kalian bukanlah anak murid Ngo-lian-pai lagi!"
"Cuwi, maafkan pin-ni yang tertipu," kata Ang Owat Niang-niang
sambil menjura kepada pihak tuan rumah, kemudian ia tersenyum
kepada Han Liong dan Pauw Lian, "Kalian Pek Liong dan OuwLiong sungguh gagah. Giok Ciu dan Sin Wan beruntung sekali bisa
342 mendapat murid seperti kailan. Kalau bertemu kedua guru kalian,
sampaikan salamku kepada mereka!" Kemudian sekali berkelebat,
Ang Gwat Niang-niang lenyap dari pandangan, hanya masih
terdengar suaranya memanggil,
"Ayoh, suheng!" Lo Thong tertawa sambil menjura kepada Khouw
Sin Ek dan berkata dengan suara tak puas. "Aku telah berkenalan
dengan kepalan dewa, tapi sayang belum kenyang kita mengadu
kepalan terpaksa harus berakhir sampai disini. Khouw Lojin, kalau
ada kesempatan jangan lupa padaku untuk mencoba dan
melanjutkan pertempuran ini."
"Ha, ha, Lo Thong toyu, kau serakah sekali. Baik-baik! Lain kali
kalau ada kegembiraan pasti aku mengunjungi gunungmu." Lo
Thong menjura lagi lalu melompat pergi menyusul sumoinya.
Sementara itu, karena tidak dapat menahan marahnya lagi, Tan
Cianbu berteriak memerintahkan kawan-kawannya,
"Serbu pemberontak dan penghianat-penghianat ini!" Goloknya
terayun membacok Kek Kong Tojin yang menangkisnya dengan
toyanya. Un Kiong melompat mendekati ayahnya.
"Ayah biarkanlah aku menghajar imam yang jahat ini!" Tan Cianbu
maklum bahwa anaknya mempunyai kepandaian yang lebih tinggi
darinya, maka ia tertawa dan berkata,
343 "Hati-hati, Un Kiong!" Lalu ia pimpin kawan-kawannya berbalik
menghantam Cek Kong Tojin dan kawan-kawannya! Sebaliknya,
pihak Han Liong dan kawan-kawannya menjadi bingung karena
musuh telah saling gempur sesamanya. Tapi tiba-tiba Han Liong
berkata, "Telah diputuskan untuk membasmi para durna dulu. Nah, mereka
inilah kaki tangan durna. Ayoh bantu Tan Cianbu!" Lie Bun Tek
segera terjun lagi dalam pertempuran, membantu Un Kiong,
sedangkan Han Liong dan Pauw Lian menyerang ketiga siluman
wanita dengan sengit. Juga Hong Ing tidak mau tinggal diam. Ia
memutar siang-kiamnya dan maju melabrak musuh. Tetapi
beberapa orang dari fihak tuan rumah yang tidak mau ikut campur
urusan orang lain tinggal diam saja menjadi penonton. Keadaan
kedua fthak tidak seimbang maka sebentar saja korban yang
berjatuhan di fihat Kek Kong Tojin memenuhi tempat itu. Pek-liong
Pokiam dan Ouw-liong Pokiam mengamuk dengan hebatnya dan
di mana saja pedang warna hitam dan putih berkelebat, maka pasti
ada yang korban jatuh tanpa dapat menjerit lagi.
Ketika Han Liong dan Pausw Lian sedang mengamuk hebat dan
merasa gembira melihat hasilnya, tiba-tiba ada angin bertiup keras
dan Han Liong dan Pauw Lian merasa ada tenaga raksasa yang
menahan pedang mereka! Mereka terkejut sekali tetapi tak dapat
menahan tarikan itu sehingga dalam sekejap mata kedua pokiam
itu terlepas dari tangan dan terbang entah ke mana! Selagi mereka
344 terheran-heran, dari atas melayang sehelai kertas putih. Han Liong
segera memungutnya dan bersama Pauw Lian membacanya.
Alangkah terkejut mereka dan tiba-tiba saja mereka merasakan
seluruh muka panas karena malu. Han Liong dan Pauw Lian
memandang sekeliling. Juga mereka yang sedang bertempur,
semua berdiri terheran-heran dengan mulut ternganga karena
semua senjata mereka dengan tiba-tiba saja lenyap dari tangan
mereka tanpa mereka ketahui siapa yang merampasnya! Hanya
Khouw Sin Ek saja yang menjura ke arah barat dan berkata keras,
"Siansu dan Suthai, terima kasih atas bantuan kalian. Silakan
singgah di tempat kami yang kotor!" Tiba-tiba dari jauh terdengar
suara yang keras bergema,
"Khouw Toyu, ada kau orang tua, kami tak perlu khawatir, semua
pasti selesai. Maafkan kami mengganggu dan tak dapat mampir.
Selamat tinggal!" Khouw Sin Ek hanya geleng-geleng kepala dan
menghela napas! Han Liong dan Pauw Lian berlutut dan menyebut,
"Suhu!" Hanya Khouw Sin Ek saja yang dapat melihat gerakan
Kam Hong Siansu dan Kui Giok Cu Suthai yang datang berdua dan
merampas semua senjata dari mereka yang sedang bertempur.
Bahkan Kam Hong Siansu telah meninggalkan sepucuk surat
kepada Han Liong dan Pauw Lian! Melihat hal itu, Khouw Sin Ek
menghampiri kedua anak muda itu dan bertanya.
345 "Surat apakah yang kalian terima" Pesanan Siansu?" Sambil
menundukkan kepala Han Liong memberikan surat kepada Khouw
Sin Ek yang membacanya : Han Liong, Sudah terlampau banyak darah mengalir. Hentikanlah
pertempuran. Belum waktunya menggulingkan kekuasaan yang
memerintah. Tiba saatnya akan runtuh sendiri. Pek Liong sudah
bertemu Ouw Liong, maka kami minta kembali. Sebagai gantinya
kau mendapat Pauw Lian dan dia mendapat kau. Kami memberi
doa restu, jadilah kalian suami isteri yang bahagia dan bijaksana.
Terima kasih kepada Khouw toyu yang telah sudi menjadi
perantara! Tertanda Kam Hong Siansu Kui Giok Ciu Suthai. Khouw Sin Ek tertawa geli tiada terhingga.
"Ah, sungguh pintar orang tua itu!" Kemudian ia berpaling kepada
semua orang. "Hai, cuwi yang terhormat. Kami sebagal tuan rumah
di gunung ini mengharap hendaknya agar cuwi jangan membikin
kotor tempat ini dengan pertumpahan darah selanjutnya! Para
346 Enghiong yang merasa tertipu oleh biang keladi pemberontakan
dan sudah menjadi sadar, harap kembali ke tempat masing-masing
dan mengubah kekeliruan masing-masing. Para pahlawan yang
setia kepada negara harap mengurus hal ini melalui saluran
tertentu. Dan kau, Kek Kong, dengan ketiga muridmu, kalau ingin
selamat hentikanlah kesesatanmu, karena kalau tidak, biar kali ini
lolos dari bencana, pasti lain kali akan mengalami mala petaka!"
"Kau sombong, Khouw lojin. Memang, kuakui bahwa kali ini kami
kalah. Orangmu telah dapat merampas senjata kami. Tapi lain kali
tentu aku hendak membalas hormat padamu!" Kemudian saikong
itu menggandeng tangan ketiga keponakan muridnya itu dan
membawa mereka lari turun gunung. Semua orang bubar sambil
membava kawan-kawan mereka yang terluka dan terbinasa. Tapi
Khouw Sin Ek menahan Tan Cianbu yang memang telah
dikenalnya baik. "Khouw lo-Enghiong, Sekarang aku mengerti mengapa Un Kiong
berlaku demikian ketolol-tololan, tentu ini adalah kau orang tua
yang mengajarnya!" kata Tan Cianbu sambil tertawa. Khouw Sin
Ek tertawa. "Tapi, bagaimana pendapatmu tentang puteramu" Puaskah kau
melihatnya?" 347 "Terima kasih atas didikanmu kepadanya, Khouw lo-Enghiong,"
jawab Tan Cianbu. "Tidak cukup dengan terima kasih saja, Cianbu. Sekarang aku
hendak memajukan diri menjadi perantara untuk perjodohan Un
Kiong." "Perjodohan" Ia masih sangat muda!"
"Tidak terlalu muda untuk mendapat jodoh yang cocok dan baik."
"Siapakah nona yang kau puji-puji itu?"
"Bukan lain ialah nona Lie Hong Ing yang memberimu surat tanda
pemberontakan tadi."
"O dia...?"" Memang semenjak bertemu di taman dan melihat
kegagahan sikap gadit itu dan kecantikannya, Tan Cianbu sudah
merasa suka, maka ia segera menyatakan persetujuannya hingga
Khouw Sin Ek menjadi girang sekali. Han Liong segera ditemui dan
ketika diminta pendapatnya, Han Liong hanya mengangguk sambil
tersenyum girang. 348 "Memang mereka berdua itu jodoh masing-masing. Kalau bukan
saudara Un Kiong, siapa lagi yang sanggup menundukkan Hong
Ing?" Ketika Hong Ing diberitahu oleh Pauw Lian yang mendapat
tugas menyampaikan kepada gadis ini, Hong Ing menghujani
tubuh Pauw Lian dengan cubitan sehingga Pauw Lian mengaduhaduh dan lari. Hong Ing mengejarnya, tapi Pauw Lian berteriak,
"Tan Kongcu... Tan Kongcu... tolong aku, Ing-moi nakal sekali...!"
Terpaksa Hong Ing cepat-cepat bersembunyi di dalam kamar
sendiri, takut kalau-kalau Un Kiong benar-benar muncul pada saat
itu! Sementara itu, perjodohan antara Han Liong dan Pauw Lian tak
menemui kesulitan. Kedua guru masing-masing sudah setuju,
kedua orang yang bersangkutan juga setuju, sedangkan pada
waktu itu, semua guru dan bibi Han Liong pun berada di situ pula
dan mereka bahkan menerima warta ini dengan girang sekali.
Adapun Pauw Lian, karena ia yatim piatu, maka cukup diwakili oleh
Pauw Kim Kong yang menjadi keluarga satu-satunya.
Demikianlah, sebulan kemudian, di Beng-san dilangsungkan


Pedang Pusaka Naga Putih Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

perkawinan dua pasang mempelai, Tan Un Kiong dengan Lie Hong
Ing, dan Si Han Liong dengan Pauw Lian. Ketika upacara
dilangsungkan, tiada hentinya mereka berempat saling goda
sehingga menambah keramaian dan kemesraan pesta itu.
Selanjutnya, Hong Ing tinggal dengan suaminya di rumah
mertuanya yang telah meletakkan jabatan dan pulang ke kampung,
349 sedangkan Han Liong dan isterinya tinggal di Kam hong-san atas
permintaan guru-guru dan bibinya. Biarpun kedua pokiam telah
ditarik kembali oleh gurunya masing-masing, namun mereka
berdua terus berlatih ilmu pedang Pek liong Kiamsut dan OuwLiong Kiamsut, bahkan mereka berusaha menggabungkan kedua
ilmu pedang ini. Hidup mereka penuh kebahagiaan karena sebagai
Bengcu Han Liong dikenal oleh seluruh hohan di kalangan kangouw yang datang mengunjungi, juga mereka sering turun gunung
untuk mengunjungi sahabat-sahabatnya. Hong Ing pun hidup
bahagia dengan suaminya yang sangat menyintainya, dan dari Un
Kiong, Hong Ing mendapat bimbingan ilmu silat tinggi sehingga ia
memperoleh kemajuan pesat sekali.
Seperti juga Han Liong suami isteri, Un Kiong suami isteri ini juga
sering melakukan perjalanan mengunjungi sahabat-sahabat untuk
meluaskan pengalaman dan dimana saja mereka tak pernah lupa
mengeluarkan tangan dan menggunakan kepandaian mereka
untuk membantu fihak lemah yang tertindas dan membasmi orangorang jahat yang mengacaukan rakyat jelata. Sesuai dengan
petunjuk Kam Hong Siansu, untuk sementara Han Liong dan
kawan-kawannya menghentikan gerakan mereka sambil menanti
suasana melihat keadaan pemerintah. Yo Leng In atau Yo Toanio,
bibi Han Liong, ikut keponakannya tinggal di Kam-hong-san dan
janda ini melawati sisa hidupnya dengan menumpang dan ikut
merasakan kebahagiaan hidup Han Liong dan Pauw Lian.
Hampir sebulan sekail atau lebih sering lagi, kalau tidak Han Liong
dan isterinya mengunjungi kampung Un Kiong yang tidak jauh dari
350 Kam hong-san, tentu Un Kiong dan Hong Ing yang naik ke Kamhong-san untuk mengunjungi kakaknya yang tercinta itu, di mana
pada tiap pertemuan mereka mengobrol dengan gembira-ria!
TAMAT 351 Pendekar Pengejar Nyawa 15 Kisah Para Naga Di Pusaran Badai Karya Marshall Petualangan Manusia Harimau 8

Cari Blog Ini