Ceritasilat Novel Online

Iblis Dunia Persilatan 7

Iblis Dunia Persilatan Karya Aone Bagian 7


"Sraaattttt" "
Sagara Angkara menyabetkan gendewanya.
Gardapati melompat menghindar keudara"
"Duaaaarr?"!"
Tanah yang dihajar gendewa Sagara Angkara
meledak seperti di hantam tenaga raksasa"
Sagara Angkara majukan kaki kirinya kedepan
menahan laju tubuhnya. Gendewanya tercekal
ditangan kanan, sementara tangan kirinya mencekal
anak panah dengan siku di sandarkan pada paha kiri.
Dengan tenang ia berkata. "Mana kesombonganmu
yang tadi" Kesombongan yang menelan sikap hati
nuranimu itu" Kau merasa tidak persaya diri lagi
karena posisi yang tak menguntungkanmu?"
Sagara Angkara sampai saat ini belumlah menyadari
bahwa sebenarnya orang yang dilawannya adalah
sahabatnya, sekaligus musuhnya. Orang yang
mengaku bernama Pelajar Berbaju Putih berwajah
Setan, Gardapati. Setahunya adalah, orang yang dihadapinya adalah
Iblis Dunia Persilatan yang dulu dihadapinya, padahal
kenyataannya adalah Arya yang menyamar.
Gardapati pandangi telapak tangannya, wajahnya
menyeringai seram. Ditengah nafanya yang memburu
dia tersenyum, membuat sagara Angkara sedikit
merasa tidak enak. "Aku Benci kalah"..!" Pekiknya nyaring menggelegar,
tubuhnya meloncat dua tombak diudara. Rambut
gondrongnya berkibar laksana ular yang sedang
mengamuk, wajahnya yang tampan berubah, kedua
tangannya terkepal disamping pinggang?"
"Apa yang dia lakukan?" Pikir Gardapati bersama para
hadirin yang menonton disisi arena. Murid-murid
perguruan Rajawali Emas tampak sudah berkumpul di
sisi arena dengan senjata siap di gunakan.
Dibalik keramaian pasti ada keuntungan dan kerugian,
mereka yang diuntungkan adalah para murid yang
berhati khianat, didalam kekacauan itu diam-diam
mereka mengundurkan diri. Apa yang akan mereka
lakukan entahlah" hanya waktu yang mampu
menjawab" "Titisan Dewa Aliwawar" " Pekik Maharaja Dunia
Persilatan kaget melihat perubahan raut wajah, aura,
hawa dan sikap Gardapati.
"Titisan Dewa Aliwawar?"
Pendekar Rajawali Berhati emas disamping Maharaja
Dunia Persilatan bergumam heran. Maharaja Dunia
persilatan paham arti gumaman itu, segera ia
menerangkan. "Titisan Dewa Aliwawar (topan) adalah sebuah ilmu
yang memanggil ilmu yang dimiliki Dewa topan untuk
digunakan sekehendak hati pemiliknya, bila ilmu itu
dipanggil maka sipemilik akan berubah sikap seperti
halnya masing dewa-dewa itu sendiri. Ilmu itu adalah
ilmu purbakala dimana tanah jawa ini di kuasai para
dewa dari khayangan dan belum terjamah manusia.
ilmu itu adalah salah satu dari Sembilan puluh
Sembilan Dewa berkehendak. Aku paham, aku
mengerti, mengapa tadi tiba-tiba ia mengganas dan
menyerang Adi Dewa Pedang kelana. Rupanya ia
merapal ilmu titisan Dewa Anala. Lalu ketika ia dating
dan berkata bijak adalah sifat aslinya, entahlah
mungkin juga ia merapal ilmu titisan Dewa Abimata
(bijaksana)" "Apakah masih ada ilmu lainnya?" Tanya Pendekar
Rajawali Berhati emas. "Semuanya ada Sembilan puluh Sembilan perubahan.
Jadi sifat aslinya juga mungkin ia takan menunjukan
seperti apa. Hakikatnya segala kejahatan dan
kebaikan ada padanya. Bila ia ingin bersikap baik ia
akan merubah diri dengan ilmu yang berbau
kebaikan, bila berubah menjadi jahat berarti ia
memanggil ilmu yang berbau kejahatan. Mengerikan
mengerikan. awalnya kusangka ini adalah ilmu
dongeng dalam lingkungan kerajaan saja, tak
kusangka hari ini akan muncul didunia ini."
Sementara itu dalam arena"
"Kasihan" hanya ada cara ini"!" Kata Gardapati sambil
menatap tangan kirinya. Tangan kanannya menjuntai
disisi dekat pahanya. Tubuhnya melayang tegak
diudara. Benar-benar sikap seorang yang santai.
Perkataannya menyejukan siapapun yang
mendengar," tapi semua orang paham badai akan
segera tiba. "Pssshhhh?"!" Perlahan tapi pasti tubbuhnya turun
menginjak bumi. Debu berterbangan menghindari dari
ijakan kaki Gardapati" terbang dipermainkan angin.
"Apa maksudmu?" Kata Sagara Angkara heran,
sementara batinnya bergumam. "Sungguh aneh,
hawa jahat, amarah, kesombbongannya menghilang.
Tapi sikap tenangnya ini seperti hembusan angin
mengabarkan badai" Rambut Gardapati berkibar sehingga pon inya
menutupi wajahnya, tenang saja ia berkata"
"Tidak ada artinya,?"
"Maksudmu kau mau menghentikan pertarungan?"
"Tidak juga,?" Poninya terbang dipermainkan angin,
sehingga kelopak matanya membuka
memperlihatkan matanya yang bersinar tajam. Ia
melanjutkan" "Awal dan akhir tidak bias ku tentukan sendiri,
sekarang aku ingin bertanya, apa maumu?"
"mauku?" Sagara Angkara kernyitkan kening semakin
merasa heran. Perasaannya benar-benar bergolak
aneh, sikapp lawan yang berubah-rubah tak bias
ditebaknya. "Aku tak perduli menang ataupun kalah, tadi aku
hanya ingin mengujimu saja, kalau kau mau kita bias
menghentikan pertarungan sia-sia ini sekarang juga"
Kata Gardapati. Sagara Angkara mentap langit yang kelabu, sebentar
lagi akan hujan, semilir angin menyejukan tekadnya.
Rahangnya menguat mata dipejamkan dan mulut
tersenyum manis" "Seorang Pendekar yang telah mencabut senjatanya.
Sebelum masalah diselesaikan tak mungkin disimpan
kembali. Aku sudah memperingatkanmu, tapi kau
mengabaikannya. Tak akan ada pekerjaan yang siasia, sekecil apapun pasti ada sebab dan akibatnya,
termasuk pertarungan ini"
"Jadi itu maumu?" Kata Gardapati sambil merapatkan
jari telunjuk dan ibu jarinya.
"Itu harga seorang pendekar, bukan kemauanku"!"
Kata sagara Angkara sambil memajukan gendewa
dan memegang talinya. Gardapati angkat tangan kanannya kesamping kanan
sejajar dengan pundak dan berkata
"Baiklah"setelah waktu bergulir, janganlah
mengucapkan kata sesal, waktu tidak bias diputar
kembali. "Terimakasih atas peringatanmu tapi?" Sagara
angkara pentang panahnya, ujung anak panahnya
yang berbentuk chakra berkilat tertempa cahaya.
Matanya berkilat ketika menyaksikan di atas telapak
tangan Gardapati terbentuk sebuah angin berputar. Ia
tahu itulah angin topan. Bulu kuduknya meremang.
Inilah pertarungan seimbang yang di rindukannya.
"Jika ditembakan dari sini, niscaya waktu untuk
menghindar semakin besar, sebaiknya aku
mempersempit jarak" batin Sagara Angkara, pundak
kanannya disorongkan kedepan lalu berlari kemuka"
"Dap..tap..trapp"!"
Gardapati tetap tenang ditempatnya. Tangan kanan
yang memiliki segulung angin itu dikebaskan kemuka.
"Whuuuussss?"!" Laksana topan memporakporandakan bumi, angin itu menerjang Sagara
Angkara,. Sagara Angkara mundur setindak,
"duaarrr" Tanah yang ia pijak tadi meledak?"
"Drttt" Dretttt,"!"
Tanah yang berubah menjadi pasir atasnya itu
merekah, "Sial, Tanahnya." Sagara Amggkara mencelos
seandainya ia tak mundur tak mustahil ia bias mati.
Sementara hatinya semakin heran dan kagum.
Bagaimanakah seorang manusia bias memiliki
pembawaabn yang berubah-ubah seperti itu.
"Kau mnyesal?" Kata Gardapati sambil kembali
mengirimkan topan kecil sebesar anak kambing diatas
telapak tangannya kemuka"
Sagara Anglara mencelos, sekenanya anak panahnya
dilepaskan!" "Duaaaarr,"."
"Sratt,"! "Ugh"!" Sagara Angkara mengeluh ketika hancuran
tanah yang merekah didepannya hancur baerantakan
dan melukai lengannya. "Dengarlah, selama angin berhembus, maka disanalah
sumber kekuatanku," akupun dapat membunuhmu
dengan ini" Gardapati menjentikan ibu jarinya kearah
pohon-pohon puspa yang berjejer di dekat gerbang"
"duaarr"!" Pohon pohon itu tangkainya meledak,
membuat ujung runcing dipatahannya.
Hebatnya lagi, pohon itu melayang dengan badan
pohon deperti diikat oleh gumpalan angin yang
memutar" "Syung,,,!" Pohon pohon itu memutar dan membentuk formasi
segitiga. Begitu terbentuk, langsung melesat hendak
menyate tubuh Sagara Angkara"
Sagara Angkara jengkel, seketika ia merapal aji
jamparing asihnya membentuk busur panah hingga
sepuluh batang sekaligus. Lalu dipasang dan di
tembakan". ?"dak"dak,.. dak"Duaarrrr"
Masih diudara, pohon-pohon itu meledak, baru saja
Sagara angkara menarik nafas lega, puluhan batu
sebesar kerbau tampak melayang hendak
menindihnya. "Syuutt," Duaarr..Argghhh"!"
"Sial." Maki Sagara Angkara, lalu menggumam"
"Haruskah aku menggunakan ajian itu?" mendadak ia
mendengar lawan berkata. "Apakah kemampuanmu hanya itu" Padahal aku baru
hendak mulai, hati-hatilah"
Ia picingkan mata berusaha melihat dari debu yang
menipis posisi lawan. Tak sadar seteguk air liur
tertelan. Tampaklah Gardapati tidak lagi menapak
bumi melainkan melayang diudara dengan tanahnya.
Batu-batu. Tanah, kerikil pohon dan material lain
terbang mengelilinginya. Tangan Gardapati terjuntai dikedua sisi paha dengan
jari-jari membuka. Angin yang sepoi-sepoi berganti
dengan badai yang mengamuk. Genting berterbangan.
para murid padepokan rajawali emas yang berilmu
rendah tampak ada yang terlempar dari tempatnya.
Hanya beberapa saja yang masih kuat ditempatnya
termasuk para tokoh dunia persilatan yang sudah
termasyur akan kemampuannya.
"kalau begitu aku juga akan seriuss".!" Kata Sagara
Angkara tajam. Gendewanya dikebaskan. Ajaib
gendewa itu berubah bentuk menjadi sebuah
batangan bamboo sejengkal. Lalu disimpan dibalik
bajunya. Bola matanya berubah merah membara,
rambutnya berubah memerah api"
"Ctikk..ctikk..cessss"
Tanah yang dipijaknya berubah gosong". Nyala api
membakar sekeliling tubuhnya, semua mata
memandang takjub dan heran. Tak ada seorangpun
yang mengetahui jurus apakah itu.
Kakinya menjejak tanah dan melompat keudara
melakukan sebuah saltoan. Begitu kepalanya dibawah
menghadap bumi, kedua tangannya menggempur
dengan kekuatan panas yang maha dahsyat,
Gardapati yang tahu lawan sudah mengerahkan jurus
terhebatnya. Kuda-kudanya diperkuat.
"Bett"bett"bet"!"
Gardapati menekuk tiga jarinya yaitu ibu jari,
kelingking dan jari manis. "Wusss".!"
"Wesss,"Blegaarr"ctik"ctikk..cesss"sungguh luar biasa
akiatnya, Empat puluh t ombak di mana benturan itu
terjadi rerumputan hangus terbakar, tanah dan batu
menghitam seperti kena bakar. Para murid Rajawali
Emas serabutan melarikan diri.
Beberapa bangunan terbakar hingga penghuninya
serabutan keluar dan sibuk memadamkannya.
Gardapati terpental hingga sepuluh kaki, sementara
Sagara Angkara terbang melayang keudara.
"Heaaaa"!" Sagara Angkara berteriak nyaring, telapak
tangan kirinya di hentakan kemuka.
"bwosssshhh"!" Jalur api panjang menerjang
gardapati. Bukan hanya itu saja, "Sees shhh"
Kedua kakinya menyala. Begitu menjejak secepat klat
menerjang menyusul jalur api yang ia lepaskan.
Gardapati tak tahu kejutan lawan. Kedua tangannya
dirangkapan didada, dan ditamparkan kedua arah".
"Wusssshh?" bresss"
Jalur api terbelah dua, dan begitu terbelah, sesuatu


Iblis Dunia Persilatan Karya Aone di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

yang bergerak cepat menerjangnya, Gardapati
terkejut, ingin mengghindar namun kasip.
"Duuukk"Ughhh"
Telak sekali, ulu hati Gradapati terhajar, tubuhnya
membungkuk terdorong pukulan yang super keras itu.
"Sial" Maki Gardapati. Penderitaan Gardapati tak
berakhir, sagara Angkara yang masih dalam keadaan
telungkup di udara mengangkat kaki kiri dan berputar
cepat kearah atas" "Duaakkkk" Rahang Gardapati terhajar hingga tubuhnya yang mau
terpental jatuh berubah arah.
"Tep" Sagara Angkara menginjak bumi. Tapi ia tak
berhenti, tubuhnya melesat menerjang kemuka.
"Wukkk"Bettsss" Blegaaarrr"
Tempat dimana Gardapati hendak jatuih hancur
berantakan dihajar sagara Angkara, sedangkan
gardapati melesat keangkasa, cara terbangnya benarbenar laksana kapas tertiup angin, raut wajahnya
tetap tenang meski sudut bibirnya sudah berdarah.
Diudara, Gardapati menekuk kaki kiri berbareng
dengan penarikan kedua telapak tangan didepan
dada, laksana angin berhembus, dihentakan kemuka.
"Telapak Dewa Aliwawar"." Wuussshhhh
"Blegaarrrr".!" "Wuaaaaa"
Sebentuk gulungan topan sebesar kubangan kerbau
menggulung Sagara Angkara. Gulungan itu tercipta
dari kedua telapak tangan Gardapati. Dengan
memanfaatkan angin yang berhembus, tak sulit bagi
Gardapati menciptakan angin sebesar apapun,
membuat tempat itu hancur berantakan.
Sagara Angkara terlempar empat dua puluh kaki,
tapi" sagara Angkara bukanlah tokoh kacangan, kaki
kanannya menjejak diikuti kaki kiri"
"Sraaakkkk" Tubuhnya terseret hingga menciptakan
bekas kaki hingga empat kaki.matanya bersinar
tajam, wajahnya di tatapkan pada gardapati yang
melayang diudara. Dia melihat Gardapati
merendahkan tubuhnya hingga berjongkok, kedua
tangannya disilang didepan tubuh hingga menutupi
wajajhnya. "Heeaa" Topan kutang baja?" Teriak Gardapati keras
menggelegar. "Wusshhhss"!" Angin bergumul berkumpul jadi satu
dalam tubuh luar membungkus gardapati. Hingga
tubuh gardapati tampak samar dalam semu terhalang
bayangan kelabu topan yang membungkus tubuhnya.
"Ap"apa" Sagara Angkara terkejut melihat perubahan
Jurus Gardapati" Gardapati angkat kedua tangannya diatas kepala
hingga menjadi satu, tubuhnya diputar searah jarum
jam dengan kecepatan laksana topan yang
menggulung" "Whiirrr".Sraakkk"
Tubuhnya melesat keras turun menerjang Sagara
Angkara, Sagara angkara melompat mundur, masih
diudara, tangan kirinya maju kedepan dengan telapak
tangan membuka, tangan kanannya terkepal dengan
kepalan merah membara hingga mengepulkan asap.
"Tinju Bara Matahari"
"Wussshhh?" "Blepppp" Tinju sagara Angkara seolah tak ada
efeknya, begitu menghadapi telapak tangan kiri
Gardapati yang memiliki tameng angin menggulung.
Bahkan baranya seketika menghilang. Meski hatinya
terkejut, sagara Angkara tak menyerah tangan kiri
yang tadi ditarik berbareng dengan kepalan kanan,
kembali dipukulkan" "Buukkk?" kembali pukulan itu ditahan dengan
telapak tangan kanan gardapati dengan santai.
"Shhhh"..!"
"Api tak akan mengalahkan angin, apalagi topan
kutang baja anginnya selalu bertiup mengarah keluar,
" kata Gardapati mengejek.
"Whuussssss".!" Tubuhnya seketika mengeluarkan
badai angin hingga membuat Sagara Angkara
menutupi wajahnya dengan tangan yang disilang.
Itupun tak urung membuatnya terdorong hingga dua
puluh kaki. "Sungguh angin yang dahsyat, jika seperti ini terus
aku bias mati" Batinnya,
Kakinya menjejak dan kembali mengerahkan ajian
bola api besarnya (matahari). Dengan teriakan yang
tak kalah menggelegar, ia menerjang terbang lima
jengkal dari tanah, tangan kirinya membuka
membentuk cakar, tangan kanannya terkepal merah
membara mengepulkan asap.
"Heeaaaa,,,," "Wussh?" Gardapati rangkapkan kedua tangan didepan mulut,
lalu ditarik dan dibentangkan"..
"Bwossshhh," Blaarrhh"
"Akh"!" Sagara Angkara terjengkang dengan posisi kedua
tangan terbentang keatas, dan kaki kirinya terangkat
keatas. "Bruaakkk".!" Tubuhnya menghantam dinding yang
sudah hancur. "Mana dirimu yang sebelummnya mengejekku?"
Tanya Gardapati sambil tertawa dingin.
Tangan yang terbentang ditekuk pada masing siku
mengarah keatas, jari manis kelingking dan ibu jari
ditekuk. "Kuharap kau masih hidup Sagara" Kata Gardapati
sambil menyatukan empat jari yang membuka
didepan dada hingga menjadi hurup X.
"Badai Kelabu"!"
"Bwussshhhh".. Sraaakkk?" blegaarrrr?"!"
Angin prahara yang membadai itu menghancurkan
bangunan seluas dua puluh tombak persegi hingga
bubuk, beberapa murid perguruan Rajawali emas ikut
menjadi korban. Pohon-pohon tercabut hingga akarakarnya. Inilah badai pertarungan yang paling dahsyat
di abad ini. "Hebat juga, tubuhmu masih bias bertahan, jika orang
lain mungkin tulangnya sudah menjadi abu. Aku
kagum padamu, bangunlah jangan berlagak tidur. Kau
sama sekali tak pantas dan tak bias bersandiwara"
"Awalnya aku masih ragu menggunakan ini, tapi,
apalah boleh buat"!" Kata Sagara Angkara.
Matanya merah menyala, rambut gondrongnya
berkibar terbakar, "huaaaaaaaaaa?"?"!" Sagara
Angkara berteriak menggelegar.
"Bwossshhh?"!" Api itu berkobar, membakar tubuh
sagara Angkara hingga bajunya menjadi abu,
anehnya, celananya tidak kenapa-napa meski
terbakar api yang maha panas"
"Whusss?" "Apa!" topan kutang bajaku mengarah padanya?"
Gumam Gardapati heran. "Mu"mustahill?" Gumamnya lagi.
Perlu diketahui, bahwa udara yang dipanaskan akan
menjadikan udara naik dengan cepat, sehingga
menyebabkan tekanan udara rendah, dan menurut
teori umum, angin akan bertiup kearah udara yang
bertekanan rendah, oleh karenanya jurus topan
kutang badai gardapati dapat terlepas dari pemiliknya.
"Tapp?" Sagara Angkara menjejak hancuran dinding,
begitu dekat, kaki kiri Sagara Angkara masuk
kedaerah lawan. Tubuhnya doyong kearah kanan
dengan tangan kiri menyilang dan tangan kanan
terkepal membara" "A..apa" Gardapati terkejut dengan kecepatan lawan.
"Syuuutt" "Duaaakkkk?"!" wajah tampan Gardapati terhajar
pukulan panas itu hingga membuat tubuhnya
terlempar sepuluh kaki. Gardapati mengayunkan tubuh dan kembali berdiri,
pandangan matanya menunduk kebumi. Diam tak
bergerak, perlahan sekujur tubuhnya gemetar.
Sagara Angkara tak mau gegabah, ia diam ditempat
dengan kuda-kuda penuh. Melihat lawan sudah
berhenti gemetar malah tekanan hawa dari tubuhnya
memudar, Sagara Angkara angkat kaki kanannya
hendak menendang wajah lawan lagi. Jangan dikata
tendangan ini tak berarti apa-apa. Bajapun bisa
hancur karenanya. Decitan nyaring menjadi irama
yang khas mengiringi tendangan itu.
Sett" Mata gardapati terbuka, kaki kananya diangkat,
tangan kanan di dekat wajah dan tangan kiri didekat
paha" "Duakkk" Blaarrr"
Begitu kedua kaki itu bertubrukan, angin prahara
keluar dari tumbukan itu hingga tanah yang dipijak
mereka amblas sebesar dua kubangan kerbau.
Kedua kaki turun kebumi, keempat buah telapak
tangan beradu" "Blegaaarrrrrr?""!"
"Blassshhh?" Kembali bumi amblas.
Gardapati menggunakan pentalan tubuhnya untuk
mundur, Kedua tangannya direntangkan seperti
hendak terbang. Kaki kiri maju kedepan satu langkah.
Tangan kiri bergerak menyikut sementara tangan
kanan melindungi kepalan didepan dada. Selanjutnya
dengan posisi kedua kaki tetap terbuka lebar, tangan
kiri lurus kesamping kiri dan tangan kanan didorong
kedepan dengan diiringi bayangan hawa telapak
tangan berwarna hitam berbau busuk dan amis
menyeruak datang" "Telapak Iblis Dunia Persilatan?"!" Pekik gardapati
nyaring. Dilain saat, Sagara Angkara menurunkan kaki kiri
kebelakang sambil melakukan gerakan tusukan
dengan tangan kanan dan tangan lain menyilang
didepan dada. Tangan kiri bergerak naik sambil
menggenggam sebuah batangan bamboo pendek,
"Cklaaangg?"!" Batangan itu membuka hingga
menjadi sebuah gendewa. Tangan kanan turun
kearah samping dan diputar menarik tali gendewa
kedekat pelipis, Pandangan mata tertuju kedepan"
"Jamparing asih"!"
"Wussshhh". Dari gendewa itu tercipta sebuah anak
panah dengan ujung berbentuk chakra, lalu
dilepaskan membentur telapak tangan itu?"
"Bleeggarrrrr?"" Duaarrrr?""
Angin Prahara kembali dating, Sagara Angkara
terlempar empat puluh kaki keudara dan
menyemburkan darah segar, sigap sekali pendekar
Rajawali Berhati emas meloncat menangkap laju
tubuhnya. Sementara itu, tubuh gardapati terlempar keluar
gerbang, keadaannya tak jauh beda dengan Sagara
Angkara, sebuah bayangan berwarna nila sigap
menangkapnya dan menghilang diantara rimbunnya
pohon. Debu menipis, tampaklah bangunan-bangunan dari
Padepokan emas berserakan laksana tumpukan
sampah yang terbuang. Wajah Pendekar Rajawali
Berhati emas tampak sedih, dipangkuannya sagara
Angkara terpingsan, sepertinya ia terkena hawa
beracun dari pukulan telapak itu.
"Pluk?" Seseorang menepuk pundak Pendekar
Rajawali Berhati Emas. Pendekar Rajawali Berhati Emas berpaling, dilihatnya
Maharaja Dunia Persilatan tersenyum lembut
kepadanya. "Mari kita obtain bersama, mudah-mudahan obat
penawarnya bias kita temukan" Katanya.
Pendekar Rajawali Berhati emas mengangguk kecil,
para dewan Dunia Persilatan menatap ketua Rajawali
Emas dengan sedih dan haru. Sungguh mereka
merasa kasihan, jika yang mengalami hal ini adalah
perguruan mereka, niccaya mereka juga akan
mengalami hal serupa dengan ini.
Para murid utama segera mengambil alih, mereka
sigap membereskan puing-puing beberapa bangunan
yang hancur dan menyelamatkan apa yang bias
diselamatkan. Debu mengepul tinggi bersama senja
yang mulai merangkak menyelimuti bumi. Semilir
angin kesedihan berhembus pilu menerpa wajah para
murid Perguruan Rajawali emas yang tertunduk lesu"
Cobaan ini kembali dating"
"Akh..auhh..emmhh" suara merdu desahan dan
dengusan nafas bergema disebuah rumah bunga
didaerah kaki gunung Merbabu. Malam sunyi diiringi
music penuh berahi membuat bulu dan yang lain
berdiri. Suara canda, tawa dan cekikikan bergema
meramaikan suasana. Perkataan cabul jangan ditanya
lagi. Masuk kedalam tampak para gadis penari
telanjang memulai aksinya diiringi dengan music
merdu mengundang berahi. Dentingan gelas bersulang para hartawan terdengar
riuh rendah, disamping mereka tampak bergelayut
para gadis-gadis cantik menuangi tuak dalam gelas
mereka. Inilah irama kehidupan iblis duniawi.
Jika diluar tampak begitu ramai, ditempat lain tampak
begitu sunyi merayap, isak tangis malah yang
terdengar, ditengah pembaringan dari beludru dan
bulu beruang tampak seorang pemuda tampan


Iblis Dunia Persilatan Karya Aone di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

berkulit putih bersih pucat tergolek lemah, matanya
terpejam tenang seakan tak ada lagi beban dalam
kehidupannya. Dialah Gardapati adanya.
Disamping kirinya, seorang gadis cantik berbaju Nila
berwajah lugu bercucuran air mata penuh kasih
mengusap wajah gardapati dengan sejuta perasaan,
dialah Astadewi. Rupanya bayangan Nila yang menyambar tubuh
Gardapati Astadewi adanya, dan rumah bunga dikaki
gunung merbabu inilah tujuannya. Untunglah ia
mampir dahulu keperguruan rajawali emas, jika tidak
apalah jadinya Gardapati kedepannya.
"Nimas Dewi, dia tidak apa-apakan?" Tanya seorang
gadis cantik lain yang berada disisi kanan yang sibuk
memeras handuk kompresan.
"Seandainya ada sebuah jamur payung emas,
barangkalai ia akan sadar sekarang, hanya saja jamur
itu sangatlah langka. Dia terkena racun yang
membuatnya lena dalam indahnya cinta kasih. Jika
dibiarkan terus, ia bisa mati tersenyum" Kata
Astadewi ngambang. "Jamur Payung Emas?"
"Heem, iu merupakan sebuah jamur sebesar ibu jari
warna putih berbintik keemasan, jika malam bintik itu
terlihat jelas sebab bercahaya."
"Rasanya dulu ayah punya jamur itu!" Gumam Dyah
Krusina sambil menopang dagu berusaha menelusuri
masalalu. Astadewi diam saja, ia tak bicara. Perlahan sekali ia
bersila dan meletakan ibu jari tangan kanan dengan
telunjuk tangan kiri, ibu jari tangan kiri dengan
telunjuk tangan kanan. Matanya dipejamkan, perlahan nafasnya mulai
teratur, diam sepi laksana kuburan, Dyah Krusina
sama sekali tak tahu bahwa Astadewi bersemadi, ia
menopang dagu sambil menatap wajah tampan
Gardapati. Pikiran melayang, angan melambung, Mengenang
masa lalu memang terkadang melupakan segalanya.
Terpekur diam, air muka dan bibir selalu berubah
seiring dengan apa yang dilamunkan.
Seperminum the kemudian"
"Akkhh" ya, aku ingat!" Dyah krusina berteriak
kegirangan. Wajahnya dipalingkan pada Astadewi,
mulutnya melongo melihat tangan Astadewi melekat
pada punggung Gardapati dengan wajah tenang
laksana air tenang. Kedua tangan itu ditarik dan disimpan didada secara
silang. lalu ditarik hingga salah satu telapak tangan
menyentuh punggung telapak tangan. lalu dibalik dan
di lepaskan kebawah"
"Fyuuhhhh?""!" Astadewi hembuskan nafas,
matanya terbuka. Dan menatap Dyah Krusina dengan
kening yang berkerut. "Ada apa Mbakyu!" Tanyanya.
"Aku ingat dimana jamur itu, Nimas tolong jaga dia.
Aku hendak menengok puing rumahku!"
"Baik, hati-hati,"!" Jawab Astadewi kalem.
Dyah Krusina tersenyum dengan keteguhan astadewi,
padahal ia melihat matanya yang bersinar lugu
berubah menjadi sinar duka.
* Rambut yang tergerai lurus laksana permadani sutera
dewa amor, kulit yang putih bersih mulus tanpa cela
dibalut dengan kemben berwarna putih dengan jubah
merah muda. Dada yang sintal pinggul yang ramping
dan pantat yang naik begitu sempurna lekuk
lekungnya, jari jari panjang menduri landak, langkah
gemulai bak kain yang tertiup angin, mengulas
senyum manis dari bibir tipis merah delima, dagu telur
menggantung bak tawon yang bergantung, alis mata
lentik bak bamboo tertiup angin, mata bersinar jeli
nan indah menatap semua keindahan dunia. Giginya
menonjol putih bersih berderet dibalik bibir tipis itu.
Hidung bangir menunjuk kemuka, pipi merah merona
serasi dengan jubahnya. Sebilah pedang panjang menggantung dipinggang.
Pedang itu indah berbalut intan permata. Itu semua
adalah milik seorang gadis yang hendak memasuki
sebuah kedai di desa cihampelas. begitu dia
memasuki warung yang merangkap sebagai
penginapan. Berbagai pasang mata memandangnya
dengan sejuta perasaan, kagumkah" Gairahkah"
Ataupun apa. Terutama mata para lelaki yang
bertampang urakan dengan cambang dan rambut tak
terurus. Gadis itu tanpa memperdulikan keadaan sekelilingnya
terus mengambil tempat duduk di meja pojok sendiri.
Bilah pedangnya diletakkan di samping mejanya.
Begitu dia duduk, terdengar lantunan syair dari
seorang pelajar berbaju kuning buruk di belakang
gadis itu. "Sungguh indah tak dapat diukir dengan lukisan, tak
dapat diungkapkan dengan kata, sungguh gadis yang
cantik jelita. Tak dinyana didunia ini ada gadis
secantik ini, siapakah yang dapat memeluknya,
siapakah yang dapat mendekapnya, pasti dialah sang
perkasa pilihan dewa"
"Wharagadah! Tiba-tiba saja kantukku jadi sirna. Siapa
sangka ada bidadari jelita sudi mampir di tempat ini?"
Suara ini meluncur dari mulut laki-laki berewokan.
Kemudian dia beranjak dari tempatnya, dan
melangkah menuju wanita itu.
"Sudikah sekiranya aku menamanimu duduk wahai
bidadari dari langit?"
Gadis itu diam saja. Diam yang berarti ya, ataupun
bias tidak. Pandangannya tetap tertuju kepada
pemilik warung yang siap melayani.
"Bawakan aku Secangkir tuak Nira dan bakakak
Ayam!" terdengar suara gadis itu halus merdu,
nadanya sungguh manja dan tegas, inilah cirri-ciri
seorang gadis bangsawan. "Hwaha"kalian dengar, kawan " gadis cantik ini
memesan tuak. Bukan main. Ini baru betina
sungguhan... hahahahaha...!!" laki-laki berewok itu
memuji sekaligus meledek. Jari-jarinya bergerak
hendak menjamah pipi mulus nan halus itu.
Tetapi sebelum tangan itu berhasil menyentuh
sasaran, gadis itu berkata merdu membuat laki-laki itu
melengak heran. "Mengapa harus membelai segala, jika hendak
menemani duduklah didepan sana dan jangan ganggu
aku" kata Gadis itu kalem. Sungguh berani dan aneh
untuk seorang gadis. "Sungguh beda, sungguh beda!" Laki-laki berewok itu
berkata sambil duduk dihadapan wanita itu.
Makananpun tersaji, gadis itu menuang tuak dan
meminumnya dibawah tatapan si laki-laki brewok.
Laki-laki brewok itu tak tahan lagi menahan
gairahnya, ia bergerak hendak memeluk.
Tiba-tiba tubuhnya meliuk dan mencelat ke belakang
karena tangan gadis itu bergerak menempelkan jarijarinya didada laki-laki brewok itu.
Bruaakk!! Tubuh laki-laki itu mencelat melanda meja yang
dikelilingi teman-temannya. Dengan sikap blingsatan
dia mencoba berdiri, walau agak sempoyongan.
Dadanya sesak, sungguh aneh jurus gadis itu.
"Hhuuh! Bisa dipandang tak bias dijamah ya! Jangan
kira aku kapok. Ini membuat birahiku menggelegak,
cah ayu! Aku suka sikapmu itu!" katanya sambil
memasang kuda-kuda. Lalu menerjang ke muka.
Tetapi gadis itu tersenyum saja. Dengan tetap duduk
di tempatnya, begitu lawan hendak menerkam buah
dadanya. Ia mengetuk gelas bamboo itu di punggung
tangan lelaki itu. Laki-laki itu menjerit sambil memperhatikan punggung
tangannya yang berdarah, tangan itu lunglai, rupanya
tulang tangan itu telah patah, benar-benar hebat
tenaga dalam gadis itu. Karena tak tahan menahan sakit, laki-laki itu
mengamuk menendangkan kakinya pada meja yang
dipakai menyimpan makanan gadis itu.
"Dukkk" Kraakkk..Uarrgghhhh?"
Aneh, yang patah bukan meja itu, melainkan kaki
yang menendangnya. Ini merupakan pameran tenaga
dalam yang bukan olah-olah, seharusnya, laki-laki itu
mundur melihat kenyataan. Siapapun pasti jika sudah
kalap kehilangan akal pikiran. Dia maju melompat
menggunakan kaki kirinya.
Tapi, baru saja satu kaki, tubuhnya ambruk pingsan"
Gadis itu tetap tenang menengak tuak, Pelayan dan
pemilik kedai itu menatap kagum dengan
kemampuan gadis itu, sungguh tak kepalang
kehebatannya. Melihat keadaan ini teman-temannya terperangah.
Mereka bergerak membentuk pagar betis.
** "Hm. Empat laki-laki mengeroyok seorang gadis,
sungguh pemandangan yang membuat hati miris,"
tukas seorang gadis lain yang baru saja masuk
kedalam kedai itu. Dibelakangnya tampak tiga gadis
lain berbeda usia dan seorang laki-laki yang sudah
cukup usia. "Jangan ikut campur bila tak ingin mati," kata salah
seorang di antara para lelaki yang berperut buncit.
Sementara itu, laki-laki berambut pelontos
membentak Gadis yang duduk tenang tak hiraukan
keadaan sekelilingnya. "Sebut namamu sebelum kau masuk liang lahat!"
"Mengancam" Itu cuma gertakan macan ompong!"
ledek Gadis yang baru datang alias Gita Jayasri sambil
membuang senyum kecut. Seperti Gadis yang duduk ditempatnya, Gita
Jayasripun duduk dihadapan gadis yang asik
meminum tuak. Dalam hatinya ia membatin.
"Sungguh aneh gadis ini, sikapnya benar-benar
membuat siapapun menghela nafas.
Detik selanjutnya, tak ada yang tahu siapa yang
memulai menerjang kemuka di antara lelaki itu. Yang
jelas mereka bergerak serentak. Dan serentak pula
tubuh mereka saling bertebaran ke belakang dan
terjerembab. "Bruaakkk" !" Bersamaan mereka menghantam
piring-piring pengunjung lain membuat para
pengunjung lain mencaci dalam hati, tak a da satupun
yang berani melawan mereka, sebab mereka tahu
Lima Seangkai bandit bukanlah orang yang bias
dianggap remeh. "Kalian pergilah" Laki-laki yang bersama Gita Jayasri
alias Harsanto memberikan peringatan. Rupanya
dialah yang menghajar semua lelaki itu hingga
mencelat. Sementara gadis lain Meswari dan Jingga
segera mengambil tempat duduk dan memesan
makanan. Seperti gadis itu, merekapun ta k
memperdulikan keadaan sekeliling.
Diperingatkan, keempat laki-laki itu tak mau mengerti,
Kali ini golok mereka diandalkan untuk menghadapi si
pengacau yang memang bukan rombongan orang
sembarangan. Dua orang maju serentak. Golok mereka berkelebat
mencari sasaran. Tetapi dengan gesit dan cepat
harsanto mengirim pukulan ke punggung lawan.
Mereka terjerembab melanda meja dimana Gadis
aneh, Gita Jayasri serombongan duduk.
"Dukkk"!" Darah merembes dari kening mereka,
"Sungguh hebat, tak kusangka meja ini sudah
disalurinya tenaga dalam sehingga tak hancur meski
ditumbuk sekeras itu" Batin Meswari.
Gita Jayasri melengak, ia mengenal jurus ini, ya" ia
mengenalnya. Ditatapnya gadis yang tampak asik
duduk minum tuak itu. Sementara itu, yang lain menyusul menyerang. Kali ini
Harsanto tak mau lagi memberi ampun. Tenaga
dikerahkan pada kepalan tangan kanan. Namun"
"Ughh..Ughh"!" Dua orang itu pingsan. Harsanto
melengak heran, tapi Gita Jayasri menuding Gadis itu
dengan tatapan aneh"
"Darimana kau mempelajari jurus itu?"
Gadis itu letakan gelas bambunya dan berkata.
"Aku bukanlah orang yang suka mencuri ilmu. Inilah
ajaran guruku. Ada apa?"
"Hah, Si"siapa gurumu?"
"Haruskah aku memberi tahumu" Mengenalpun tidak,
bersuapun baru kali pertama. Lalu bagaimanakah
caranya aku mempercayaimu?"
"Akh," Gita Jayasri menutup mukanya.
"Namaku Gita Jayasri murid pertama Eyang Gede dari
Gunung Gede, " siapakah kau sebenarnya, mengapa
kau menguasai jurus-jurus beliau?" Jawabnya lalu
menghela nafas panjang. Gadis itu termangu mendengar penuturan gita Jayasri.
Dia menghela nafas panjang.
"Sebenarnya aku merasa bahagia mendapat saudara
seperguruan, tapi sayang kita dalam tujuan yang
bersebrangan" Gita Jayasri paham maksud perkataan itu, secara
langsung dia mengatakan bahwa dia juga murid dari
Eyang Gede, hanya yang menjadi pertanyaannya
adalah mengapa tujuannya bersebrangan"


Iblis Dunia Persilatan Karya Aone di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tak tahan ia bertanya "Apa maksudmu Nimas" Dan
mengapa gadis secantik dirimu meminum tuak seperti
kesetanan seperti itu?"
Nimas, sebutan untuk adik perempuan yang dikasihi,
secara langsung dan gamblang Gita Jayasri mengkui
bahwa gadis dihadapannya adalah adik
seperguruannya. "Hah, Tidak apa-apa. aku adalah seorang gadis yang
malang" ingin membalas dendam namun tiada
sanggup, ada orang yang mencintai seperti anaknya
sendiri meninggalkan ku dari dunia ini"
"Dendam, dendam apakah?"
"Mbakyu, apakah kau merasa kesedihan bila orang
tuamu dibunuh orang didepan mata kepala sendiri"
Sementara ia mati hanya karena tuduhan dugaan
semata?" "Tentu" jangankan didepan mata, bahkan
mengetahui kematiannya dari jauhpun, bila itu
dibunuh kesedihan dan dendam tak bias kita elakan"
"Engkau berkata seolah kau pernah merasakan
kesedihan itu Mbakyu?"
"Benar," akupun sedang berusaha menuntaskan
dendam kematian orang tuaku. Ngomong-ngomong
siapakah musuh besarmu itu?"
"Maharaja Dunia Persilatan!"
"Apa"!" bukan hanya Gita Jayasri, yang terperanjat,
Jingga, Harsanto, Meswari juga dibuat kaget
karenanya. "Si"siapakah sebenarnya kau itu?" Tanya Gita Jayasri.
"Putri tunggal Drajasengkala Bangsawan berhati
Emas" Dyah Krusina!" Kalem saja dia menjawab dan
meminum tuaknya. Memang benar, itulah wajah asli dari Dyah Krusina,
seperti yang diketahui bahwa yang disangka oleh
seluruh umat persilatan adalah Drajasengkala, pada
kenyataannya adalah Dyah Krusina yang menyamar,
satu tahun lalu wajah aslinya kembali sebab masa
ilmu yang digunakan Gardapati telah habis dan
diperpanjang satu tahun kemudian. Dia berkelana di
dunia persilatan menjagal setiap orang yang ikut
dalam pembantaian orang tuanya. Dan setelah satu
tahun dia tak kembali merubah tubuhnya, dia lebih
memilih untuk menjadi nyonya di Rumah bunga di
kaki gunung merbabu sambil memantau wakilnya
Aryani sang duplikat ketua Dhara Sesat Air terjun
Balumbang. "Bukankah Bangsawan Berhati Emas telah
dibangkitkan oleh Iblis Dunia Persilatan?" Tanya
Harsanto. "memang benar, tapi apakah kebahagiaan masa lalu
akan kembali. Dia dibangkitkan dalam amarah
dendam penasaran, sama sekali tak memiliki sifat
kelembutan yang diajarkan semasa sebelum kejadian
pembantaian itu terjadi, sungguh tragis hanya kerena
berteman dengan Iblis Bermata Hijau kel uarga kami
dibantai begitu saja" Kata Dyah Krusina sedih
setengah berbohong. Gita Jayasri dan yang lain paham, hanya orang yang
tak tahu masalahlah yang menjadi korban. Mereka
sudah merasakan itu, mereka cukup simpati dengan
keadaan Gadis itu, maka dari itu mereka biarkan
gadis itu menuntaskan segenap kesedihannya dalam
tuak yang ditengaknya. Barangkali itulah hiburan yang
dapat dilakukan untuk melupakan masalahnya.
"bagaimanakah keadaan Eyang Guru?" Tanya Gita
Jayasri mengalihkan perhatian.
Setitik air mata jatuh membasahi pipi menjawab
pertanyaan Gita Jayasri. Gita Jayasri diam-diam
merasa gelisah yang sangat. Sungguh ia ingin
memegang kerah baju gadis itu dan memaksanya
mengatakan apa yang sebenarnya terjadi, tapi
masakah ia melakukan hal itu"
"Beliau telah mangkat dua tahun yang lalu"!"
Perkataan itu laksana Guntur disiang bolong bagi Gita
Jayasri, diam melenggong untuk beberapa waktu
yang begitu lama. Tak sepatah katapun kelar dari bibir
mungilnya, matanya dikerjap-kerjapkan berusaha
meyakinkah bahwa itu hanya mimpi belaka, sayang
seribu sayang, itu adalah kenyataan" air mata jatuh
membasahi pipi, tubuh lemas gontai serasa tak
bertulang, pikiran kusut bagai benang yang ditarik dan
disimpan tanpa digulung kembali"
Semuanya kelam, hitam" tapi ia berusaha tegar,"
setegar batu karang," akhirnya meledaklah tangis
yang menjadi tanda tanya bagi pengunjung yang lain.
Lima orang yang tadi membuat keributan sudah
menghilang entah kemana"
"Sudahlah, bertemu kalian hanya membuat hati resah
dan lara, sebaiknya aku pergi melanjutkan langkahku
menyongsong tujuan, sampai jumpa, sampai bertemu
bila kita memang berjodoh kembali" " Kata Dyah
Krusina sambil berkelebat lenyap.
Gita Jayasri sadar, sesadar-sadarnya, ia berteriak
memanggil adik seperguuruannya, suara nya begitu
lemah dan serak," hening sepi tak ada jawaban"
pingsanlah ia" Siapakah yang tak merasa tak sedih dan bahagia bila
melihat kampung halamannya setelah sekian lama"
Awan berarak kelabu menangis lara menitikan air
mata kesedihan dan membasahi bumi, angin dingin
bergemerisik meniup dedaunan memainkan melodi
kesedihan" Burung-burung enggan bernyanyi"
Jalanan lenggang tanpa kehidupan"
Puing sisa pembakaran masih mengampar tanpa
seorangpun yang sudi membersihkannya. Dua buah
kuburan dengan nisan dua belah padang bersanding
di sisi puing. Tanah masih berwarna kemerahan bekas darah yang
tumpah," pepohonan keing kerontang tanpa
dedaunan seakan menjadi tua karena kesedihannya,"
Dihadapan makam itu tanpak Seorang gadis jelita
berjubah merah muda berkibar dan dipermainkan
rintik hujan berdiri mantap dan tegar,"
Ditangannya bunga mawar putih dan merah dipegang
dengan kencang seolah takut terjatuh"
Wajahnya diliputi mendung dendam dan kesedihan
yang tiada tara" Seulas senyum pahit keluar dari bibir mungilnya,
wajahnya basah dengan air mata langit dan air mata
dirinya. Bercampur menjadi satu"
"Ayah" Ibu," tenanglah kalian dialam baka sana,"
ananda pasti akan membalaskan rasa penasaran
kalian" Gumamnya. Kedua bunga itu ditancapkan dimasing-masing
makam dan beranjak melangkahkan kaki pada puing
yang masih berserakan. Dibukanya salah satu kayu yang menutupi lantai,
mudah saja ia menyingkirkannya. Gadis itu mengetuk
ngetuk lantai. Seulas senyum muncul dibibir
mungilnya, ia celingukan kesana kemari. Setelah
yakin tak ada orang ia membuka lantai itu dengan
cara memutar tuasnya. Lalu masuk kedalam"
Didalam, rupanya terdapat sebuah ruangan tiga
tombak persegi, ia beranjak pada sebuah peti kecil di
sudut ruangan dan membukanya.
"Akh, syukurlah" jamur ini masih ada!"Gumamnya
lalu jamur itu di ambil dan disimpan dibalik bajunya.
Sementara petinya ia bawa dan memasukan sebuah
permata dari cincin. Dia pandangi lukisan ayah dan ibunya, setelah
member hormat ia berkelebat lenyap dari sana?"
* "Kau sudah siuman anakku?" Maharaja Dunia
Persilatan bertanya pada seorang pemuda tampan
diatas pembaringan. Pemuda itu tak lain adalah
sagara Angkara adanya"
Ketika siuman dan membuka mata, ia merasa dingin
sekali dan sekelilingnyapun gelap gulita. angin serasan
berkesiuran silir dan tubuhnyapun terasa sakit.
"Hai, aku belum mati ?" serunya.
"Tentu saja kau belum mati Anakku, belum saatnya
engkau mati meninggalkan keangkara murkaan di
dunia persilatan saat ini!"
Terkejut Sagara Angkara mendengar suara itu. Cepat
dia berpaling kesamping lalu menggeliat duduk.
Namun sebuah tangan lembut menahannya sehingga
kembali berbaring. Meski tak duduk, Sagara Angkara masih dapat
berpaling, dilihatnya disamping kiri Pendekar Rajawali
Berhati emas duduk menatap dirinya dilihat dari
kantungmatanya yang membengkak jelas bahwa ia
kurang istirahat, haru bukan kepalang perasaan
Sagara Angkra. Dia teringat ketika dirinya terbang karena benturan
tenaga dalam yang dikeluarkannya, samar- dia
merasakan dirinya di pangku orang.
"Ketua, engkaukah yang menolong aku ?"
"Bukan," Allah tuhan kita lah yang
menyelamatkanmu melalui perantaraku dan Maharaja
Dnia Persilatan!" "A kh," berapa lamakah aku pingsan?"
"Hanya sekitar tiga harian. Aku merasa kagum
dengan daya tahan tubuhmu, jika orang normal
hamper tidak ada yang sanggup menerima luka
dalam dan luka luar yang segini parahnya"
"Ketua terlalu memuji," berkat ridho Allah yang maha
kuasa, semangat dan motivasi ketua sekalian lah
yang mampu menjadikan aku seperti ini. Tanpa
semua orang yang menyokongku mungkin aku sudah
tiada di kedai seteguk gairah di telaga menjer.?"
Pendekar rajawali Berhati Emas tersenyum bangga
dengan kerendahan hati Sagara Angkara, diusapnya
kepala Sagara Angkara dengan penuh kasih sayang.
Memanglah sampai saat ini ia belum menikah. Maka
tak heran bila dia menyayangi sagara Angkara
sedemikian rupa. "Aturlah pernafasanmu, barangkali masih ada yang
tersumbat" Sagara Angkara menurut, sambil berbaring ia
mencoba melakukan pernapasan. Ia menarik nafas
melalui hidung secara perlahan dan dalam, hingga
memenuhi paru-paru. Lalu ia menghembuskan nafas
melalui mulut seakan-akan meniupkannya melalui
sebuah sedotan. Bersamaan dengan itu, seluruh
ketegangan yang Nampak diwajahnya dihembuskan
keluar dari tubuh sehingga tubuhnya kelihatan
menjadi lebih santai dan tenang.
Memang tenaga murni dan tenaga dalam dalam
tubuhnya terasa lemah sekali. Tulang belulangnya
seperti copot dari persendian. Tetapi dia tak
mempedulikan lukanya. Wajahnya malah kelihatan
lebih tenang sebab penyebab terhambatnya tenaga
dalam sudah diketahui. Matanya terbuka dan berkata.
"Tidurlah ketua, istirahatkan sejenak tubuhmu, aku
akan melakukan semadi, hendak membersihkan
jaringan tubuhku ini"
Pendekar Rajawali Brhati Emas tersenyum bahagia, ia
memejamkan matanya hendak bersemadi. Sekarang
Sagara Angkara merasa lebih tenang.
Matanya kembali dipejamkan, ia Bayangkan cahaya
berwarna merah menyala memasuki cakra dasar
dalam tubuhnya, memenuhi seluruh anggota tubuh
dan sekitarnya, lalu turun ke paha memenuhi kedua
paha, memasuki dan memenuhi lutut, turun ke kaki
sampai ke jari-jari kaki dan memenuhi seluruh kaki.
Sambil turun,cahaya merah tersebut membawa
seluruh energi negatif yang ada pada bagian
tubuhnya dan membuangnya melalui telapak kaki.
Kemudian ia menarik lebih banyak cahaya merah
sehingga seluruh jalur tadi menjadi terang dan
mendorong seluruh energi negatif keluar melalui
telapak kaki secara tuntas.
Setelah mengistirahatkan tubuhnya sekitar lima
kerjapan mata, lalu beralih ke cakra yang kedua,
yaitu cakra seks, ia Bayangkan cahaya berwarna
orange masuk kecakra yang terletak di alat kelamin.
Cahaya itu masuk terus-menerus memenuhi seluruh
alat kelamin dan alat reproduksi. Cahaya itu lalu
bergerak kearah atas, keparu-paru dan jantung. Ia
Bayangkan seluruh bagian tubuh yang dipenuhi oleh
cahaya ini bersinar oleh cahaya orange. Lalu cahaya
tersebut di keluarkan dari cakra jantung dengan
membawa seluruh energi dan perasaan negatif yang
ada. Seperti tadi, ia mengistirahatkan tubuhnya lima
kerjapan mata lalu beralih ke Cakra ke tiga, ia
bayangkan cahaya berwarna kuning memasuki pusar,
memenuhi seluruh organ-organ diperut dan rongga
perut. Lalu Cahaya tersebut membuat seluruh organ
dan sel menjadi lebih sehat. Lalu, cahaya kuning itu
dibawa kebagian atas tubuh ke cakra jantung dengan
mengeluarkan seluruh energi dan emosi negatif dari
bagian perut. Setelah selesai dengan cakra ketiga, ia berlih ke cakra
yang ke empat, ia gunakan warna hijau mudayang
berfungsi untuk pengobatan, Ia Bayangkan cahaya
berwarna hijau muda yang akan menyembuhkan
memasuki cakra jantung. Cahaya penyembuhan ini


Iblis Dunia Persilatan Karya Aone di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

memenuhi seluruh rongga dada dan memasuki paruparu dan jantung. Lalu Cahaya ini masuk terusmenerus memenuhi bahu, tangan, sampai ke jari-jari.
Cahaya ini turun kebawah memenuhi seluruh tubuh
sampai ke jari-jari kaki dan keatas tenggorokan
memenuhi leher dan ke kepala memenuhi seluruh
rongga kepala dan otak sambil mendorong seluruh
energi negatif keluar dari seluruh pori-pori tubuh.
Lalu berlanjut pada proses pembersihan sampai pada
cakra ke lima. Ia bayangkan Cahaya ber warna biru
laut memasuki dan memenuhi tenggorokan, turun
kedada dan memenuhi dada dan jantung. Itu semua
berlanjut hingga pada chakra keenam dan ketujuh,
memasuki cahaya ketujuh ia mengalami kesulitan
dalam membayangkan cahaya putih yang terang
benderang turun kedalam kepala melalui cakra
mahkota. semuanya terasa mandek dan sulit.
Sungguh heran benaknya, berkali-kali ia mencoba dan
gagal bahkan kepalanya terasa sakit. Akhirnya ia tak
mau memaksakan diri dan membuka mata"
"Aneh, mengapa chakra mahkotaku mandek" Apa ini
karena pukulan telapak iblis dunia persilatan?"
Gumamnya heran. "Akh" " Sagara Angkara menfghela nafas panjang
dan menatap tubuhnya yang dibalut dengan kain.
Tampak dibeberapa tempat merembes keluar darah.
"ternyata rasa sakit bila sudah melebihi batas menjadi
sebuah kenikmatan tersendiri,?" Gumamnya lagi
sambil tersenyum geli. Ia malas berpikir lagi, matanya dipejamkan dan tak
tahan ia malah tertidur lelap?"
Malam bergeliatan gelisah dilanda berahi, suara
burung hantu terpekur menjadi music pengiring
desahan nafas yang memburu. Semilir angin malam
membantu mencairkan kepanasan enam orang insan
yang sedang bergumul ria di sebuah hutan di samping
sungai serayu. Bulan sabit bersinar kelam tertutup awan kelabu.
Dedaunan dan suara air gemericik nyaring laksana
surge dalam impian. "Akkkhhh,?"!: Terdengar jerit kepuasan dari sepasang
pemain berahi itu. Tak lama yang lainpun ikut
menyusul menjerit mencapai puncaknya.
"Kakang Arya, udah akh, besok kita harus pergi
menemui Nimas Dewi, dari kabar merpati kakang
Gardapati sedang terluka parah" Terdengar salah
seorang gadis yang posisinya berada dalam tindihan
seorang pemuda tampan mencegah sipemuda
memulai kembali aksinya. "Aku tahu Nimas Ratih, tapi" izinkan malam ini
menjadi milik kita berdua" bersimpuh peluhku
menunggu cintamu aku tak kuasa berpali ng dari
sisimu, hanya kau lah yang ku inginkan saat ini"
Pemuda yang menindih Ratih alias Arya merayu.
"Hihi, dasar setan cilik kau," ekh, kakang lihatlah
bulan sabit yang kelabu itu?"
Arya Gulingkan tubuhnya kesamping dan menatap
apa yang ditunjuk oleh Ratih.
"Memang kenapa Nimas?"
"Bagi Para kaum putih, itulah dunia persilatan saat ini,
mereka menganggap kita adalah awan kelabu itu.
Maka kita harus disingkirkan, lucu sekali ya?"
"Apanya yang lucu Nimas?"
"Entahlah"!"
"Kok Entahlah?"
"Hihi, aku hanya berusaha memadamkan gairahmu..
wee?"Ratih menjulurkan lidahnya.
Arya tertipu mentah-mentah, dipeluknya ratih dengan
gemas hingga Ratih menjerit manja.
Wajah mereka saling memandang dengan sangat
dekat, sedangkan ibu jari dan jari telunjuk Arya
bergerak menyentuh dagu Ratih dan menengadahkan
wajahnya. Dengan perlahan dan lembut Arya berbisik.
"Kita main lagi ya?" Dengan tatapan mesra di
pandanginya wajah gadis yang amat cantik dan ayu
itu. Wajah Ratih bersemu merah dadu, di balasnya
tatapan pemuda itu dengan hati bergetar. Bibirnya
bergetar-getar hendak berkata
"Ta..tap"pi uumphh"!!" Hanya kalimat pendek itu
yang dapat-di keluarkan dari mulut mungilnya, karena
di lain saat bibir Arya telah menyumbat bibir yang
merah segar itu. Kedua bibir mereka bertautan mesra
sekali, meski sedikit menolak, akhirnya Ratih
membuka juga mulutnya menerima sapuan liar lidah
Arya. Sampai lama mereka beciuman, akhirnya Ratih
mendorong dada Arya. Wajahnya terseyum manis dengan nafas terengahengah dia berkata. "Dasar Setan Bercinta, Namamu lebih baik diganti saja
jangan Arya!". "Jangan Arya" Lalu apa?"
"Anjasmara(Pandai Bercinta)"
"Haha," baiklah mulai saat ini aku bukan lagi Si
Pemetik Mawar Merah, tapi Anjasmara Si Mawar
merah. "hihihi sama saja. Itumah tidak ganti"uppphh"
Arya menciumnya dengan gemas, Ratih lingkarkan
kedua tangannya di leher Arya membiarkan pemuda
itu melaksanakan apa yang disukainya. Di lain saat
Arya kembali telah menindih tubuh gadis itu.
Sementara kedua tangan tak henti-henti meremas,
mengelus, memilin, mencium bahkan mulut dan
lidahnyapun bekerja menggigit, menjilat dan
menghisap seluruh tubuh molek itu, terutama
sepasang bukitnya yang membusung kencang itu
dengan tak bosan-bosannya sampai akhirnya"
"Aaaaakhhhh"ooooohhhhss?" Terdengar suara
memekik dan gerakan mengejang dari gadis itu saat
Arya langsung bermain pada permainan inti. Ratih
mulai mengerang dan merintih panjang-pendek
mengikuti dengusan nafas pemuda yang sedang
menggumulinya dengan hebat sampai akhirnya
keduanya mengejang hebat pada puncaknya.
Tidak tahu berapa lama adegan ini berlangsung
berulang-ulang. Tidak tahu berapa kali adegan puncak
ini terjadi,yang jelas, ketika langit mulai membiru
taram-taram baru mereka hentikan aksinya.
Tergolek lemah mereka menahan lelah, pagi
menggigit yang dingin terasa panas dalam tubuh
mereka. Inilah akibat dari percintaan panas mereka.
Sudah sedari tadi, dua pasang yang lain tertidur
kelelahan, wajar usia mereka sudah mencapai usia
yang beranjak uzur. Perlahan mereka bangun dari
tidurnya, aneh orang yang pertama bangun adalah
seorang tua dengan kepala dua, yang satu
perempuan dan yang satu laki-laki. Namun senjata
intim mereka tetap satu yaitu burung elang yang
bertengger menjaga telurnya.
Pasangannya adalah Gadis berusia muda, ternyata dia
adalah Anudhari" keduanya bangun dan pergi mandi
disungai yang mengalir di sisi mereka tidur"
Tak lama kemudian, Seorang kakek berpenampilan
urakan ikut terjaga. Dia tepuk dada seraya meremas
kelapa milik pasangan bercintanya..
"Nggghhh?"!" Gadis itu melenguh dan membuka
mata. Ternyata dia adalah Antari.
Tanpa keduanya berkata apa-apa, seolah paham
mereka pergi ke sungai mengikuti kedua orang yang
lain. Pagi datang merayapi bumi?" Mengelus memberikan
kehangatan. Membelai mesra dengan desau nafas
menggoyang dedaunan. Menyinari bumi dengan
kerinduan akan cahaya penerang"
Asap mengepul tipis dari pembakaran kecil, bau ikan
terpanggang merayu hidung menggoda selera.
"Sreekk?" Bunyi dedaunan tergeser karena benda
berat dari atasnya terdengar.
"Ennnghh"emmmhh?" Dua insane yang saling tindih
bangun dari tidurnya. Keduanya bertatapan dan
berpaling melihat dua pasang yang lain yang sedang
asik membakar ikan dengan sedikit permainan nakal"
"Sudah bangun," sepertinya kalian bermain dengan
gairah yang tak habis dasar anak muda" Kata Iblis
Kembar Bumi dengan suara aneh. Aneh karena
suaranya perpaduan laki-laki dan perempuan.
Ratih memerah, sementara Arya cumin nyengir saja,
dilihatnya dua pasang itu dengan sedikit senyuman
tawar. Tak ada seorangpun diantara mereka yang
memasang pakaian mereka. Antari duduk bersimpuh dirumput dengan paha
membuka, kepalanya disandarkan pada paha Si Gila
dari Neraka Hitam yang duduk diatas batu cadas.
sementara tangannya memegang tangan Si Gila dari
neraka yang sedang memainkan gunug kembarnya
dengan Ganas, terbukti dengan bekasnya yang
merah. Tapi antari tak memperdulikan rasa
sakitnya,malah ia terlihat menikmatinya.
Anudhari duduk di Paha Iblis kembar bumi sambil
melayani mulut Iblis kembar bumi yang menyerang
leher dan mulutnya. Tangan Kiri Iblis kembar Bumi memegang Dada
Anudhari dengan gemas seakan ingin mencopotnya
dari tempatnya. Sementara tangan kanannya sibuk
membolak-balikan ikan yang dipanggang di perapian.
Ratih beranjak dari duduknya tanpa menghiraukan
pakaian yang bertumpuk dibawah pohon jambu
monyet. Ia pergi ke sungai dan mandi yang disusul
dengan Arya. Setelah mereka makan, mereka segera mengenakan
pakaiannya dan berangkat menuju Rumah Bunga Di
Kaki Gunung Merbabu. Enam bayangan melesat bagaikann angin
berhembus" meninggalkan sejuta kenangan dan
sejuta kenikmatan bertabur dosa di tempat itu"
Tiga Pasang laki dan perempuan berdiri di depan
rumah Bunga di Kaki Gunung merbabu. Dengan
langkah lebar Arya memimpin rombongasn itu masuk.
"Ada yang bias saya tawarkan Tuan dan nyonya!"
Sapa seorang gadis cantik dimeja penerimaan tamu.
"Seteguk gairah minuman beserta Gadis bidadari dari
surga kenikmatan" Jawab Arya.
"Mari ikut saya" Kata Gadis Penerima tamu dengan
membungkukan tubuh. Ketujuh orang itu pergi keruangan belakang, melewati
kamar-kamar yang berisi insane yang sedang
mereguk kenikmatan. Canda tawa pembangkit beahi
terdengar ramai mengusik telinga.
Setelah berkelak-kelok, akhir mereka sampai
disebuah pintu kamar dengan hiasan bunga mawar
putih dan mawar merah"
Gadis Penerima tamu itu pergi meninggalkan keenam
orang itu disana. Arya ketuk pintu dua kali cepat dan
dua kali lambat" "kriieettt?"!"
Pintu terbuka, munculah seraut wajah gadis cantik
berwajah sembab berurai air mata, begitu pintu
terbuka gadis itu menerjang pada Ratih dan
memeluknya erat, dia menangis sesegukan"
"Kita bicara di dalam" Arya mengusik keduanya.
Astadewi mengangguk dan menggandeng tangan
Ratih. Arya menghela nafas sedih begitu melihat
Gardapati tergolek lemah dipembaringan"
"Separah apakah lukanya?" Tanya Arya, sementara
Iblis Kembar Bumi dan Sigila Dari Neraka Hitam
meraih nadi ditangan kanan dan kiri, masing-masing
satu. Iblis Kembar bumi tak berkata apa-apa. Ia mundur
dan menyimpan tangan kirinya disilang didepan perut,
sementara tangan kanannya menopang dagu.
Si Gila Dari Neraka hitam geleng-geleng kepala dan
tertawa terbahak-bahak, suara tawanya begitu pilu.
Meski tertawa, matanya beruraian air mata. Sungguh
aneh orang ini melampiaskan kesedihannya.
Astadewi diam saja menyusupkan kepalanya
dipelukan Ratih, Antari dan Anudhari diam mematung
tak tahu harus melakukan apa-apa.
"Akkhhh?"!" Arya menghela nafas panjang dan
memilih bangku untuk duduk di sisi pembaringan.
Dia menatap wajah Gardapati dengan menyimpan
kedua sikunya dipembaringan dan menyanggahkan di
dagunya. Dikala hening mencekam tiba-tiba terdengar dua kali
ketukan cepat, dua kali ketukan lambat dan satu
ketukan pelan nyaris tak terdengar.
Buru-buru Astadewi Berlari dan membuka pintu.
Tampak Wajah yang tak asing di matanya berdiri
dengan wajah penuh kecemasan, begitu pintu
terbuka ia segera memeluk Astadewi, tawanya
terdengar begitu renyah pertanda ia sedang
berbahagia. Buru-buru ia merogoh kebalik bajunya dan
mengeluarkan sebungkus kain berwarna putih. Begitu
dibuka wangi semerbak tercium menggoda hidung.
Wajah Astadewi berbinar gembira, seulas senyum
muncul dari bibir mungilnya. Dengan sigap ia
menutupkan kembali kain pembungkus itu dan
membawanya langsung dari tangan Gadis pendatang
alias Dyah Krusina.

Iblis Dunia Persilatan Karya Aone di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Antari, Siapkan air. Anudhari bawakan aku alat
tumbuk. Mbakyu Ratih ambil bungkusan merah di
dekat rak buku. Kakang Arya ambilkan gelas bamboo"
"Kami?" Iblis Kembar Bumi menyela.
"Bersiaplah disamping pembaringan. Bila aku
menyuruh untuk menyalurkan tenaga dalam maka
lakukanlah." Dalam sekejapan mata saja suasana berubah aneh,
semuanya belingsatan mondar-mandir
mempersiapkan segalanya. Alat tumbuk siap, Bungkusan siap, Astadewi buka
kain merah itu dan mengambil beberapa daun yang
aneh bentuknya. Bentuknya seperti daun singkong
dan sedikit berbulu, berwarna merah darah. Itu
ditumbuk bersama asam jawa.
Setelahnya, Astadewi masukan jamur payung emas
dan ditumbuk menjadi satu. Setelah halus, itu
dimasukan kedalam gelas bamboo. Air yang disiapkan
juga sudah tersedia, Ia singsingkan lengan jubahnya,
lalu telapak tangannya di celupkan.
"Lengeun" leungen aji panyembuh ti sa dulur,"
sadulur nu berem siga getih, nu bodas siga tulang, nu
hideung siga buuk" asih-asih ka cai nu herang
genclang" " Astadewi bergumam lirih membaca mantra, setelah
membaca mantra itu, air yang dalam wajan berubah
mendadak yang tadinya bersih tanpa warna bergolak
menjadi merah semerah darah. Setelah air itu
menjadi merah, lalu dituangkan pada gelas bamboo
tadi. "Ceesss,"!" Terdengar desisan nyaring ketika air itu
ditungkan. Setelah itu, Astadewi membawa gelas
bambunya kedekat wajah Gardapati.
Tiba-tiba ia berbalik, dan berkata"
"Antari, Anudhari buka bajunya dan mandikan dengan
air tadi." Lalu ia meraih wajah Gardapati, dengan susah payah
dibantu Si Gila dari Neraka meski hanya memegang,
jadi intinya hanya Astadewi yang menahan beban
tubuh Gardapati itu. Sungguh dongkol hati Astadewi, jika dalam keadaan
seperti biasa, ia pasti akan menyerocos
mengomelinya, tapi tidak untuk saat ini"
"Akhhhh"!" Antari meloncat kaget, astadewi berpaling
dan tersenyum geli. Lalu kembali berusaha
meminumkan cairan obat yang dibuatnya.
Mengapa Astadewi tersenyum geli" Dan mengapa
Antari meloncat kaget"
Rupanya ketika Kedua pelayan Astadewi membuka
pakaian Gardapati, Antari kebagian bawah sedang
Anudhari bagian atas. Dan ketika celana Gardapati
dibuka, seekor rajawali perkasa mementangkan
sayapnya, begitu gagah perkasa dan berwibawa. Tak
heran bila Antari menjerit kaget. Ia sungguh ngeri bila
membayangkan bila burung itu masuk kedalam
sarangnya. "Fuaahhh".Selesai juga?"!" Astadewi menyeka
keringatnya, dilihatnya Antari dan Anudhari juga
sudah menyelesaikan tugasnya.
"Sekarang!" Kata Astadewi kepada Iblis kembar bumi.
Sungguh ia merasa malas bila menyuruh kepada Si
Gila dari Neraka Hitam yang justru malah
membuatnya semakin dongkol.
Si Gila Dari Neraka Hitam dan Iblis kembar bumi
masing-masing letakan sebuah tangan di punggung
Gardapati, sementara tangan lain ditempelkan di
telapak tangan Gardapati.
Segera saja, Dua buah kubu tenaga dalam
menyeruak masuk kedalam tubuh Gardapati,
menyeruak hingga ujung-ujung jari, telinga dan
seluruh bagian tubuh lainnya. Lalu kembali masuk ke
chakra pusar. Wajah Gardapati berubah-ubah, kadang pucat pias
seperti orang yang kedinginan, kadang pula merah
seperti kepanasan. Asap tipis mengepul dari ubunubun ketiga orang itu. Seperanakan nasi kemudian"
Wajah si Gila dari Neraka dan Iblis Kembar bumi
berubah pucat pias, tubuh mereka bergetar seakan
tidak kuat lagi menahan tubuh mereka. Sigap, Arya
melompat dan menempelkan telapak tangannya
dikedua orang itu, sekejap saja, sebuah tenaga dalam
yang kuat dan ganas masuk kedalam tubuh dua
orang yang sedang mengobati gardapati itu.
Ratih, Antari, Anudhari dan Dyah Krusina berdiri
berjejer mematung menyaksikan usaha pengobatan
itu, Astadewi menggesek-gesek bamboo-bambu kecil
ditangannya. Bamboo itu panjangnya yang paling
panjang adalah sekitar sejengkal saja.
Sekali sentak, bamboo itu diputar sehingga
berserakan diudara, Astadewi mundurkan kaki kiri
hingga membentuk kuda-kuda menyamping, telapak
tangannya mendorong bergantian mengirimkan
bamboo itu pada tubuh Gardapati.
"Jrepp" Jrepp" Jrepp" Jrepp?"
Bambu itu menempel ditubuh Gardapati, anehnya,
bamboo itu menempel seolah tahu dimana tempat ia
menempel. Jalan darah dan nadi Gardapati tertempel
bamboo itu, darah kebiru-biruan memancar dari
lubang kecil bamboo itu. Darah itu cukup banyak, ketika darah berubah
menjadi merah, cepat Astadewi menepuk tangannya,
secara gaib bamboo itu terpental kembali pada
tangannya. Lalu disimpan di wajan berisi air bersih.
"Cukup" Kata Astadewi.
Arya tarik pulang kedua telapak tangannya, begitu
pula dengan Dua orang kakek itu. Ketiganya tanpa
permisi langsung bersemadi.
Dyah Krusina maju dan membaringkan kembali tubuh
Gardapati dan menyelimutinya.
"Bagaimana sekarang?" Tanyanya.
"Sudah baikan, terlambat satu jam lagi entahlah"!"
Kata Astadewi sambil tersenyum manis. Harapannya
semakin besar. Ia duduk menggeloso dilantai
kecapekan. Hening kembali datang," entah bila nanti"
Baru saja berita kematian para tokoh persilatan sirna,
kini muncul lagi sebuah berita yang membuat telinga
pendengarnya gatal dan janggal.
Pemerkosaan kepada para pemuda" Sungguh aneh,
dari dahulu, dimana-mana yang diperkosa itu adalah
para gadis, sekarang jejaka, aneh, dunia sudah
kacau" Yang lebih anehnya lagi, abad ini, para orang
awamlah yang merasa ketentraman secara
menyeluruh. Siapapun kaum persilatan yang
mengganggu orang awam diketahui mati secara
mengerikan" Tak perduli kaum putih, maupun kaum hitam" dibuat
rusuh, bila sebelumnya kaum persilatan yang
menindas Rakyat jelata, maka kini rakyat jelata yang
menindas kaum persilatan"
Dunia semakin aneh, kaum hitam tak berani
menindas takut mati, kaum putih was-was takut
diperkosa. Semuanya pada sibuk dengan urusan
masing-masing. Kabar kericuhan ini rupanya sudah tersebar pada negri
sebrang, mereka sudah pasang senjata siap
menghadapi kemungkinan itu.
Lalu, siapakah yang menjadi korban penyalahan
kaum persilatan"....
Dhara Sesat Air terjun Balumbang. Jika bukan mereka
siapakah lagi yang disalahkan. Kerajaan" Tidak"
Hanya satu yang beranggapan, tahu-tahu menjadi
seribu kabar yang menyebar. Kaum hitam dan kaum
putih sungguh merasa gusar dibuatnya. Bahkan
selinting kabar akan ada pertemuan kaum persilatan
tanah jawa di Danau Pangkalan.
Siapakah yang membuat rencana dan usul" Entahlah"
akibat kabar itu, Maharaja Dunia Persilatan sebagai
pemimpin dari dunia persilatan mau tak mau harus
mengkoordinir kegiatan itu.
Adapun pokok dari pertemuan itu adalah yangb
pertama, memperebutkan pengaruh gelar Pendekar
Satria Jawadwipa. Sebuah gelar yang berhak
memutus dan mengangkat Maharaja Dunia Persilatan
selanjutnya. Jika ada perebutan gelar, berarti ada pertarungan, bila
ada pertarungan, berarti ada darah yang akan
tumpah. Bila ada darah yang tumpah berarti disana
selalu ada celah kehancuran dan siapakah yang akan
memanfaartkan kesempatan ini" Entahlah" kita lihat
saja Nanti" Tak ada ketentuan bagi yang mau ikut
memperebutkan gelar ini, ketiga golongan berhak
mengikuti perebutan gengsi itu. Inilah ajang adu jiwa
yang dinantikan oleh segenap persilatan"
Dinantikan" Gilakah" Tidak, itu tidak gila, gila jika
dippikir secara logika dizaman modern. Dewasa itu,
harga diri dan gengsi adalah yang paling utama.
Kehilangan nyawa itulah biasa"
Maka terkenalah hokum yang sangat terkenal untuk
menjabarkan dewasa itu dengan nama HUKUM
RIMBA. Dia yang kuat dialah yang menang, dialah
yang lemah dialah yang ditindas.
Dijaman itu, yang masih juga berdampak sampai
sekarang adalah manusia masih memikirkan tiga
harta utama dan satu pandangan hidup sebagai
kebahagiaan hidup" Harta benda dan segala jenis kekayaan"
Wanita" Pangkat, kehormatan, Dan kegagahan atau gengsi"
Memang ada yang menganggap Harta seperti sampah
yang berserakan, tapi ia akhirnya harus kalah dikaki
wanita" Memang ada yang menganggap Pangkat adalah
segalanya hingga melupakan kegagahan" akhirnya
menjadi korban polittik sesamanya juga.
Ada yang menganggap wanita adalah segalanya, tapi
ketika hartanya habis, akhirnya ia disepelekan"
Ada pula yang mengutamakan kegagahan dan
gengsi, tapi ia mati dibawah orang yang memiliki
harta" Dengan istilah Uang dapat membayar segalanya.,"
hokum bias dibeli," Ada pula yang menjadikan harta sebagai segalanya,
wanita bias dibeli, pangkat bias dibeli, gengsi bias
dibeli" Apakah ia sudah bahagia" Tidak" sayang sungguh
sayang, wanita yang dibeli sama sekali bbukan
mencintai orangnya, tapi uangnya"
Serba salah, manakah sebenarnya yang benar"
Entahlah". Dan yang kedua adalah membahas tentang
penghancuran Dhara Sesat Air Terjun Balumbang"
Karena Dhara Sesat Air terjun Balumbang berada di
jalur yang menentang tiga golongan, maka tak heran
bla tiga golongan yang lain berniat
menghancurkannya" Inilah yang mereka sebut dengan Hukum Benang
Hitam" Sebuah pasar ramai yang berseliweran berbau
makanan busuk, tanah menghitam karena kotor, hiruk
pikuk selalu terdengar meramaikan suasana.
"Hey, Jalu" Apakah kau dengar bahwa kaum
persilatan akan mengadakan permainan bunhbunuhan?" Tanya Pedagang buah-buahan.
"Menurut kabar yang kkudengarku sih ia, memangnya
ada apa?" Jawab Pedagang Sayuran.
"Akh, tidak" rasanya cukup menguntungkan juga
apabila ita berjualan disepanjang jalan itu, siapa tahu
kita dapat meraup keuntungan"
"Akh, kalau itu sih, jauh-jauh aku sudah
merencanakannya, bahkan tempatnyapun aku sudah
memesan" "benarkah itu?"
"Benar, ngomong-omong kau menjagokan siapa?"
"Haha" tentu saja aku menjagokan Si Dewa Dunia
Persilatan siapa lagi?"
"Dewa Dunia Persilatan?"
"haha.. rupanya kau ketinggalan jaman, apakah kau
tak mendengar bahwa Padepokan Rajawali emas
setengahnya menjadi rata berkalang tanah?"
"Wah, apa..!" Si Penjual Sayur memekik kaget
membuat semua orang berpaling padanya.
"Apakah Si Dewa Dunia Persilatan itu yang
meratakan Padepokan Rajawali Emas itu?"
Ucapan itu terdengar aneh dan baru terdengar pada
orang yang mendengarnya, mereka segera mendekat
dan membuat kerimunan. "Hussy.. jangan sembarang omong kau, justru Si
dewa Dunia Persilatan itulah yang menyelamattkan
padepokan itu, jika tidak ada dia" Maharaja, Dewan
Dunia Persilatan beserta murid padepokan itu
dipastikan akan mati berkalang tanah."
"Apa" Memangnya siapa yang bias membunuh
maharaja Dunia Persilatan?" Tanya Salah seorang
yang berkerumun. Si Pedagang Sayur tertawa bangga sebab rupanya ia


Iblis Dunia Persilatan Karya Aone di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menjadi perhatian orang. "Siapa lagi kalau si Iblis Dunia Persilatan, bahkan
selinting kabar gelar Dewa Dunia Persilatan
disematkan olehnya."
"Lalu, bagaimana ceritanya sehingga Padepokan
Rajawali emas menjadi berkalang tanah?"
"tentu saja keduanya bertarung, dewa dan iblis" dua
duanya pemegang gelar yang hebat, akibatnya satu
benturan tenaga mereka menimbulkan keruksakan
yang maha dahsyat" bla"bla..bla"!"
Si Pedagang buah itu menceritakan khal ikhwal
pertarungan antara gardapati dan Sagara Angkara.
Tentu saja ditambahi dengan garam, pecin, gula
pedas, merica dan rempah lainnya agar terdengar
sedap dimulut dan ditelinga.
Kabar memang selalu berasal dari satu orang yang
tak bias menjaga mulutnya, begitu bocor, siapakah
yang tak suka dengan gossip"... pepatah mengatakan
gajah didepan mata tak kelihatan, sementara semut
di samudera terlihat begitu jelas, mereka sibuk
membicarakan orang lain tanpa melihat diri sendiri"
akh entahlah.. "Kcipak".Kcipak"!" Suara dua empat buah kaki mulus
tanpa cela mempermainkan air kolam, riak riuh ikan
koki yang disana serabutan melarikan diri.
Angin berhembus lembut menyapa wajah keduanya,
mengibarkan rambut mereka yang panjang. Rupanya
mereka adalah Gardapati dan Astadewi. Tampak
keduanya duduk di tepi kolam dengan diiringi music
alam" "Aku harus berterimakasih atas kerja kerasmu Nimas
Dewi!" Kata Gardapati haru. Tangannya merangkul
pinggang ramping itu dengan lembut, Astadewi
sandarkan pundaknya dibahu Gardapati. Suasana
begitu romantis dan tenang.
"Akh" seandainya Mbakyu Dyah tak memiliki Jamur
Payung emas itu, niscaya akupun tak berdaya
menyadarkanmu" maaf hanya itu yang bias aku
lakukan sekarang wahai pemuda pujaan hatiku!"
"Tak akan ada pengorbanan yang sia-sia, meski aku
hanya setengah sembuh, tapi" itu membuatku
bahagia juga, yang penting, usahamu itu telah
meggelitik relung terdalamku membuatku semakin
mencintaimu, walau nyawaku hamper habis,"
memelukmu seperti inipun aku sudah merasa
bahagia" "Akhhh"!" Astadewi mendesuh lirih, sungguh bahagia
hatinya mendengar ucapan itu, meskipun tetap
kesedihan selalu menghantui jiwanya.
"Greeppp?"!" Mendadak dari belakang seseorang
memeluk Gardapati, Anehnya Gardapati dan Astadewi
seakan tidak terusik dengan kehadiran orang itu,
malah gardapati berkata"
"Nimas Dyah, duduklah disampingku" Katanya lembut.
Orang yang dibelakang Gardapati menurut, ia bangkit
dan duduk di samping kiri Gardapati, seperti kepada
Astadewi, Gardapati lingkarkan tangannya di
pinggang yang sama-sama ramping itu.
Seperti Astadewi, Dyah Krusina sandarkan kepalanya
kepada Gardapati" "Apa rencana kakang selanjutnya?" Tanya Dyah
krusina. "Mencari tabib Satu Obat!"
"Tabib satu obat" Bukankah ia merupakan salah satu
tokoh tabib yang sudah menghilang sejak seratus
tahun lalu. Bukankah bila ingin diobatinya kita harus
mengorbankan salah satu anggota tubuh kita?"
"benar, darimana kau mengetahuinya Nimas?"
"Ayahku pernah menceritakannya semasa ku kecil"
Kata Dyah Krusina dengan sedih.
"Jika sudah menghilang seratus tahun lalu,
bagaimanakah caranya kakang bias
menemukannya?" Astadewi menyela.
"Kalian lihat awan itu?" Tanya Gardapati seraya
menunjuk awan putih diatas langit.
"Ya..!" "He"em. Lalu?"
"Seperti itulah Tabib Satu Obat itu, dia datang dari
sebuah tempat lalu berkelana dalam dunia persilatan
membuat onar, lalu menghilang, seperti air hujan. Tapi
pernahkah kalian berpikir bahwa air itu akan kembali
kelangit menjadi gumpalan awan?"
"Maksud kakang dia akan kembali keduania
persilatan?" "Tidak, kau salah menjabarkan sayang!" Kata
Gardapati sambil mencium pipi Astadewi. Dyah
Krusina cemberut, gardapati tertawa dan mencium
pula pipinya. "Maksudku intinya adalah, dia pasti akan kembali
ketempat asalnya, dengan kata lain kampong
halamannya." "Bagaimana bila dia mati?"
"Haha" tak mungkin bila dia mati mengubur
kepandaiannya, pasti ia mengajarkannya pada murid
ataaupun keturunannya."
"Baiklah, kakang menang!, ayo bergegas" Kata
Astadewi. "Tidak, kalian tidak boleh bersamaku, kalian harus ikut
aku pada suatu tempat lain!"
"Tempat lain?" "Ya, tempat lain" Gardapati tersenyum misterius. Dia
bangkit dengan susah payah, tampak wajahnya tetap
pucat tanpa emosi, tangannya bergerak dan
mencabut topengnya" .
Kini, wajah Aslintya terpampang dengan jelas,
wajahnya begitu putih pucat seperti mayat, matanya
bersinar-sinar mengerikan.
Astadewi dan dyah Krusina bangkit, dengan candatawa mereka mebncoba menghibur diri,
melangkahkan kaki menuju ruangannya"
Gemerisik dedaunan tetap terdengar, riuh air
dipermainkan penghuninya tetap terdengar"
Dari kejauhan sana, tampak seseorang berkerudung
hijau dan berpenampilan serba hijau menatap
kepergian ketiga orang itu dengan senyuman
misterius, kehadirannya tersamarkan dengan
dedaunan," Siapakah sosok berkerudung hijau itu"!.... entahlah,"
biarkan waktu yang akan menjawab semuanya"
cahaya pagi menembus pepohonan rindang,
Semerbak mawar merah dan putih merekah indah.
kabut tebal masih menyelimuti bumi, Setetes embun
membasahi daun ilalang, Kicauan manusia beraktivitas
dan burung bersahutan indah terdengar di telinga.
Angin berhembus halus menembus kulit
Awan seputih Mawar putih, langit sebiru lautan haru,
keindahan alam terasa sempurna membuat semua
br/> orang terpana. Membuat semua orang terkesima.
Sebersit Tanya keluar menganga, apakah
keindahannya takkan pernah sirna"
"Wussshh"!"
Angin pagi menerpa kain tiga sosok manusia
berlainan jenis di jalanan yang penuh semak belukar
berduri, aneh, mereka berjalan dengan santainya, tapi
jangan harap manusia biasa dapat mengejarnya.
Mereka berjalan diatas semak tanpa kesulitan sama
sekali. Jika diinjaknya ilalang sangat mustahi ilalang
itu akan melentik, itulah kehebatan ilmu peringan
tubuh mereka. Ditengah, Sosok Pemuda berwajah pucat laksana
mayat berjalan dengan seringai yang menyedihkan.
Pakaian serba kelabunya benar serasi dengan air
muka wajahnya. Disampingnya, dua gadis cantik menggandeng
tubuhnya, yang pertama berbaju serba nila berjubah
selendang, berkibar tertiup angin, gemulai menari
diudara. Sedang yang satunya lagi berjubah merah muda,
keduanya cantik tiada cela, taklain dan tak bukan
mereka adalah gardapati, Astadewi dan Dyah Krusina.
Hendak kemanakah mereka" Kita ikuti saja
perjalanannya" Jangan sampai kehilangan jejaknya, sebab pasti akan
tersesat di hutan yang terkenal dengan ke
seramannya" Hutan dimana demit demit berpestapora. Lumpur
hidup menggapai-gapai rindu. Binatang-binatang
berbisa bermain dengan riang. Binatang buas
menggeram-geram. Inilah hutan Rawa Angker.
Ketiganya melesat bagai busur panah yang
dilepaskan, lurus tanpa sedikitpun berbelok, cepat dan
gagah. Tak seekor makhlukpun enggan mendekati
mereka. Mereka hanya menatap sahaja dari
kejauhan. Pohon Cempedak, Beringin, Rambutan, Kemenjen,
Gaharu, Jati, Ajan Kelicung, dan sebagainya menjadi
saksi bisu kepergian mereka.
Tiba-tiba Gardapati menyuruh kedua kekasihnya
berhenti, katanya "Kita sampai"!"
Astadewi dan Dyah Krusina melongo, bagaikmanakah
mereka disebut sampai" Sementara dihadapan
mereka adalah semak belukar dengan ribuan ular
hijau bergelayut, gilakah"
"Kakang, masa tempat ini dijadikan markas kita?"
Tanya Astadewi dengan wajah lugunya. Begitu polos
kekanak-kanakan. Gardapati tertawa ringan melihat
ekspresi wajah Astadewi itu.
Tangannya terulur pada semak belukar didepannya.
Begitu tangan terulur, ular hijau itu menjauh
ketakutan seakan tangan Gardapati adalah racun bagi
mereka. Gardapati tarik semak belukar itu dan mengerdip
kepada Astadewi dan dyah Krusina. Astadewi dan
Dyah Krusina menurut, mereka masuk k edalam sana.
"Akkhh"Dukk.. Waaaa!" Dipertengahan, Astadewi
mendadak berhenti sehingga Dyah krusina
menabraknya, akhirnya keduanya jatuh bertindihan.
Gardapati tertawa dan menutup kembali semak
belukarnya. Kini mereka dibalik semak belukar, Astadewi tak
mampu bangkit karena Dyah Krusina menindihnya.
Dyah Krusina melenggong menatap kedepan sehingga
melupakan keadaannya. "Ugghhh,"!" Astadewi mengeluh.
"Akh maaf" Kata Dyah Krusina seraya berbangkit,
keduanya menatap kedepan"
Angin dingin kelam berderik, Kabut putih menghapus
mentari, Tegak cahyanya menusuk citra, berkilau kilau
membentuk guratan panorama. Pahatan Gunung
memecah langit karya sang maha pencipta, tak ada
satupun makhluk yang dapat menciptakan seni
seindah ini. Berselimut awan beralas zamrud Tinggi . . .
Tajam . . .curam dan elok. Gagah berdiri menantang
siapapun yang berdiri didepannya.
Waktu serasa tidak beranjak, sanubari berdetak
kencang bak dentuman dulag dikala magrib. Sunyi
sepi tak beriak, kilatan air danau menjadi Cermin ilusi.
Di atas danau menikung pohon yang melambai
warna. Sebenarnya dimanakah mereka berada"
Hamparan padang rumput jelita bagai permadani
dengan warna bunga-bunga yang menari
dipermainkan angin. Dikejauhan sana, bergemuruh laksana prajurit perang
berteriak, putih keperakan tertimpa matahari,
menjuntai seperti kain tertiup angin. Gemericik air
menimpa batu begitu serasi dalam nada nyanyian
alam. Terbarkan pesona di atas cakrawala, Tak berujung di
pandang lamanya. Beberapa pemuda bertelanjang
dana dan memakai penutup bagian bawah dengan
kain berwarna emas, berbalut dengan perak. Tubuh
kekar dengan aneka warna. Wajah mereka bersri
bagaikan dewa-dewa yang menyambut mereka.
"Selamat datiag dimarkas kita, Nimas Dewi, Nimas
Dyah inilah Taman Dewa yang kakang katakan.
Ditempat inilah segala peraturan busuk ditiadakan."
Gardapati berseru lantang dan nyaring.
Astadewi dan Dyah Krusina tak berkata apa-apa,
mereka masih diselimuti kebimbangan, apakah ini
nyata ataukah hanya ilusi semata, bagaimanakah
dengan dibalik semak belukar terdapat tempat
semacam ini. Nyatakah" Ataukah mimpi"
Dikatakan nyata serasa mimpi, jika dikatakan mimpi
inilah nyata" sunguh alam dunia ini berisi dengan halhal yang tak terduga. Sungguh kekuasaannya tiada
terbatas oleh masa dan jaman. Tak terjangkau
dengan akal sehat dan logika" dialah Allah sang
pencipta langit dan bumi.
Tak perduli makhluknya berbuat apa kepadanya.
Dengan kasih dan cintanya ia selalu memberikan rizki
dan rahmatnya. Sungguh besar dan maha pengasih juga maha
pemaaf. "Rajadenta!" Panggil Gardapati.
Orang yang dipanggil Rajadenta mendekat, rambutya
dipotong cepak, tapi disanalah letak ketampanannya,
dia tersenyum ramah dan membungkuk.
"Menemui ADHIPRAMANA (Penguasa pertama)


Iblis Dunia Persilatan Karya Aone di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Katanya lembut penuh wibawa.
ADHIPRAMANA adalah sebuah nama panggilan
Gardapati di markas itu. Markas yang mereka
namakan dengan Istana Dewa Iblis.
"Bawa mereka kebalairung istana?"
"Sesuai kehendakmu Adhipramana"
"Maafkan kami Anakku, sesungguhnya sampai saat
ini, yang masih hidup ketika sudah terkena telapak
Iblis Dunia Persilatan hanya engkau seorang. Jadi
mengenai chakra mahkotamu yang tersumbat kami
tak mengetahui jalan pengobatannya." Kata Pendekar
Rajawali Berhati emas. "Akhhh"!" Sagara Angkara menghela nafas panjang.
Lalu berkata. Katanya: "Tidak apa-apa ketua, barangkali inilah cobaan yang
harus saya jalani!" "Akh" sekali lagi kami meminta maaf,"
"saya tahu, jangan bersedih ketua" pengorbanan
ketua sudahlah setinggi langit. Jangan mengatakan
bahwa ketua tidak melakukan apa-apa." Hibur Sagara
Angkara, "lalu hendak kemanakah ebngkau, sampai-sampai
membawa buntalan pakaian?"
"Saya hendak menemui Eyang Begawan Sutrasno. Di
Pasir tai Ketua. Sudah rindu hati ini ingin bertemu
dengannya." "baiklah jika itu menjadi pilihanmu. Semoga allah
memberikan usia yang panjang untukmu. Dan ingat,
bila engkau masih sanggup menghela nafas, kau
harus dating di Pertemuan yang memperebutkan
gelar Pendekar Satria Jawadwipa" Kata Pendekar
Rajawali emas putus asa, seakan Sagara Angkara tak
ada kehidupan lagi. "Semoga usiaku dapat kupertahankan sehingga kita
bias bersua kembali. Terimakasih ketua, dari dulu
engkau seperti Ayah dalam kehidupanku" saya
memohon doa restu darimu" kata Sagara Angkara
sambil berlutut di kaki Pendekar rajawali Berhati
Emas layaknya seorang anak kepada Ayahnya.
Pendekar rajawali Berhati Emas berkaca-kaca
"Anakku, pesan terakhirku adalah bila engkau
bertemu dengan pamanmu, Pendekar Rajawali
berjubah emas di pertapaannya, katakanlah agar ia
lekas pulang" "Baik Ayahhh?"!"
Mendengar kata AYAH. Pendekar rajawali Berhati
Emas bercucuran air mata bahagia dan kesedihan,
begitu matanya diusap, sosok Sagara Angkara telah
lenyap dari hadapannya. Semilir angin tetaplah menjadi hiburan sang ketua"
"Semoga kita bersua kembali, Anakku!" Desisnya lirih.
Sagara Angkara melesutkan larinya berterbangan
diatas dedaunan, tetesan cairan bening ke luar dari
kelopak matanya bercucuran membasahi bumi"
Ia berlari"lari"lari dan berlari"
Ketika emosi seseorang sedang naik, maka dirinya
akan melupakan apa yang disebut dengan
konsentrasi," yang ia tahu hanyalah rasa yang harus
dilepaskan, ketenangan jiwanya runtuh, hati dan
pikirannya serasa jauh dari yang maha kuasa.
Sungguh hebat daya dari Telapak Iblis Dunia
Persilatan itu. Puncak bukit seperti kerikil yang bertebaran, dan
sagara Angkara dalah lebah yang terbang dengan
kecepatan angin. Ajian sapu angin dan saipi anginnya
dikerahkan bersamaaan. Tak heran bila kecepatannya
sudah menjadi bayangan"
Waktu bergulir cepat, malam tak menjadi halangan,
siang tak menjadi rintangan," ia berlari seperti
kesetanan" setelah beberapa hari berlari, batas
ketahanan tubuhnya melemah, ia jatuh tak sadarkan
diri di pucuk ilalang dibawah kaki bukit"
Matahri beranjak naik sepenggalan hari, sawah
menguning hendak meminta dipanen. Burung puyuh
berlarian di sisi tubuh Sagara Angkara. Ilalang
gemerisik bergoyang menari. Pohon ketela
melengkung dipermainkan angin.
Sagara Angkara mulai siuman, jari-jarinya bergerak"
keluhannya terdengar lirih, ia berusaha bangkit duduk.
Namun tulangnya serasa sakit tak tertahankan,
tubuhnya kembali ambruk, dunia gelap" segelap hati
para Iblis yang tertawa melihat keadaannya yang
menggenaskan. Ketka mata ini terbuka, yang pertama dilihat adalah
sosok kakek yang paling dirindukannya, matanya
bercucuran karena bahagia"
"Eyang"!" Desisnya.
"Gara, Anakku istirahatkanlah dirimu!"
Sagara Angkara mengangguk lemah, ia berpaling
kesamping. Hatinya terperanjat, wajahnya tersentak
kaget. Eyang Begawan Sutrasno yang melihat keterkejutan
Sagara Angkara seakan mengerti dan paham. Ia
segera berkata: "bersabarlah anakku. Sebuah telapak hitam di
dadamu memberikan hawa yang buruk seperti iblis.
Merasuki pikiran dan hati nuranimu. Maaf Eyang
merantaimu, sebab semasa penyembuhannya pasti
tubuhmu akan dirasuki sampai engkau benar-benar
menjadi setan yang gentayangan. Tak ada jalan lain
untuk mengeluarkannya, selain membiarkan tubuhmu
dikuasai sepenuhnya. Baru engkau bisa eyang
sembuhkan. Setidaknya itu butuh waktu selama dua
minggu sampai satu purnama"
"Terserah padamu Eyang"!" Sagara angkara
mengeluh, keringat dingin membasahi tengkuk dan
dahinya. Tak pernah ia sangka dan ia duga bahwa
jurus telapak yang di lawannya adalah jurus telapak
yang sangat berbahaya. "Ugghhh,"!" Sagara Angkara menggeram, ia
merasakan seluruh tubuhnya begolak laksana air
yang mendidih, matanya terbeliak hingga yang
terlihat yang putihnya saja. Giginya terasa linu.
Sekujur tubuhnya tumbuh bulu.
Melihat itu, Eyang Begawan sutrasno menghela nafas
panjang. Jarinya bergerak lurus"
"Tuukkk?" Telak sekali daa berbulu Sag ara Angkara
tertutuk. "Crengg":" Sagara Angkara pingsan tak sadarkan diri.
Eyang Begawan Sutrasno menunduk. Matanya
berkaca-kaca. Disampingnya daun-daun obat
menumpuk. Diambilnya beberapa dan mulai diramu"
Asap keputihan berbau obat terbang tertiup angin.
Meninggalkan guci diatas tungku. Jari lemah gemulai
mengaduk mesra isi dalam guci itu. Mulut berkumatkamit membaca mantra. Diluar goa Guha Landak di pertengahan pasir tai dan
Pasir Oban. Seorang nenek berpakaian seba kuning bediri
dibawah pohon dammar, tubuhnya menyender
dengan helaan nafas yang cukup panjang.
Seorang kakek kakek bertangan kurus kering
memegang cangklong tembakau, sambi
Kelam, gelap malam tanpa bintang, dewi malam
tertutup sang kelabu. Gunung Guntur tetaplah menjadi
sosok gagah berjubah badai. Kabut berpestapora
menjadi pakaian sehari-hari sang gunung itu.
"Jdeerrrr"!"
Sang Perobek langit berkelebat menerangi malam,
menggurat menggambar akar. Kelebatan sinar yang
dibarengi dengan salakan nyaring menggelegar.
Burung malam menjerit kaget dan terbang pindah dari
pohon kepohon lain. Beberapa lembar dan gugur
terhempas kebumi. Angin dingin menggigit tulang berhembus meniup
dedaunan itu hingga terbang keudara. Dan kembali
jatuh kebumi. "Guk"guk"Auuuuu?"
Lolongan serigala panjang melengking berpadu
dengan jangrik, tonggeret dan binatang hutan lainnya.
Menciptakan sebuah nyanyian alam yang sudah lazim
terjadi. "Srekkk".!" Suara dedaunan terinjak terdengar cukup
nyaring. Seorang lelaki berjubah kelabu dan berwajah pucat
laksana mayat berjalan sempoyongan. Sebuah
tongkat dari pohon Teureup menunjang berat
tubuhnya. Dialah Gardapati dengan wajah Aslinya"
Hendak kemanakah ia"....
Kemana lagi jika bukan mencari Tabib satu obat"
Gardapati lihat keindahan malam yang cukup
menyeramkan itu. Dedaunan dan angin dingin
membuatnya melamun, melamunkan kejadian
sebelumnya sebelum ia pergi meninggalkan Istana
Dewa Iblis" Desiran angin yang berirama memainkan tumbuhan
yang menari-nari di atas bumi, Begitu indah rasanya.
Bak indahnya taman di surga.
Penjamuan kecil itu tampak ramai dengan candaan
berirama dengan tawa yang renyah.
Meja bundar dari jamrud putih di hiasi dengan yaqut
berwarna biru, tempat mereka duduk adalah kain
yang terbuat dari bulu beruang putih.
Akar bunga hijau melilit meja menimbulkan kesan
glamor, bunga bungaan tercium harum menghiasi
menciptakan rupa-rupa warna. Indah dipandang
nikmat dirasakan. Gelas berlian transparan terhidang dengan cairan
berwarna kuning. Bau Arak terasa harum dihidung,
piring-piring indah dan mewah menyannga makanan
yang serba lezat. Ini bukan lagi tentang keindahan, tapi juga
kemewahan dan ke- kelembutan.
Musik merdu mengiringi dengan perlahan bersatu
dengan alam. Jika perabotannya mewah, maka
kurang lengkap rasanya bila tak diiringi dengan
pemiliknya yang jelita, gagah, tampan dan gagah.
Lembayung kuning kemerahan bersinar indah
menyinari wajah ketiganya. Seorang gadis jelita
berwajah p[olos tertawa berseri memamerkan
sederet gigi putihnya, pakaiannya indah berumbairumbai berwarna serba nila.
Gadis cantik lainnya yang memiliki wajah tak kalah
jelittanya menengak Arak simpanan dari Negara
tetangga. Sikapnya anggun kalem dan santai khas
seorang gadis bangsawan, ia memakai kemben
berwarna putih serasi dengan jubah mewahnya yang
serba merah muda. Semua itu tak lengkap tanpa kehadiran seorang
pemuda tampan berwajah sepucat mayat, bajunya
mewah dan indah serba kelabu. Dada bidangnya
terbuka memamerkan otot dan kebidangannya.
"Kakang Garda. Tak sedikitpun mengira bahwa dibalik
kesederhanaan semak yang tak dipandang sebelah
mata oleh orang. Terdapat keindahan dan keelokan
yang sedemikian rupa, tak pernah kubayangkan
bahwa ini adalah kenyataan. Semuanya serba
ngambamng laksana awan yang berarak, inilah mimpi
kenyataan yang sebenarnya" gelas berlian
menampung tuak keras yang begitu terasa
menyejukan raga. Semilir angin yang membuat lena.
Pemandangan yang membuat hati terpana." Kata
Dyah Krusina. Nada suaranya lembut indah merayu
bercampur syair. Wajahnya kemerahan menandakan
bahwa ia sudah mulai mabuk.
"Kesederhanaan adalah wadah dimana kemewahan,
kemelaratan dan kebahagiaan tertampung, sederhana
bukan berarti miskin, sederhana bukan berarti mudah.
Tapi sederhana adalah suatu keseimbangan dimana
kemewahan dan kemeralatan berada. Dengan
sederhana orang tidak akan menyombongkan diri,
dengan sederhana orang tidak merana. Inilah suatu
dasar yang digunakan olehku untuk menciptakan
sebuah perkumpulan dan markas ini."
"Sejak kapnkah kakang memulai mengumpulkan
para pemuda ini?" Tanya Astadewi heran.
"Haha" sejak kita berpisah semasa kita turun ke
dunia persilatan. Ini bukan hanya usahaku, tapi" juga
usaha Arya. Eka Arakata (Pelindung Pertama)"
"Mengapa kakang tak pernah mengatakannya
kepada kami?" Astadewi cemberut.
"Bukan Kejutan bila mulut terlanjur berkata. Inilah hari
ulang tahunmu Nimas!"
"Akhh".hehe" Astadewi mendesuh kaget, matanya
berputar.lalu tertawa mengiakan.
"Lalu, aku jadi apa?" Astadewi tersenyum aneh.
"Eka Garwa Padmi" (Permaisuri Pertama).
"Lalu Aku jadi Dwi Garwa Padmi?"(Permaisuri Kedua)
Dyah Krusina menyela. "Ya, tapi kaupun bergelar Pamasa (Ratu)"
Mendengar jadi yang kedua, Dyah Krusina cemberut.
Tapi hatinya kembali tersenyum ketika mendapat
gelar lain. "Akh, kakang sudah mengatur segalanya rupanya."
Astadewi berkata lirih. Gardapati tersenyum, lalu menatap Dyah Krusina.
"Nimas Dyah"!"
"Ada apa kakang?"


Iblis Dunia Persilatan Karya Aone di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Bawa Anggota Dhara sesat mu ke-sini. Tapi jangan
serentak semuanya. Upayakan agar kepergian
mereka tersamarkan dari mata para tokoh persilatan.
Ulur waktu kepergian sampai Mereka datang
menyerbu ke markas kita di Air terjun Balumbang. "
"Apa"! Kaum putih akan menghancurkan markas
kita?" Dyah Krusina tersentak kaget.
"Bukan hanya kaum putih, tapi tiga golongan
sekaligus," "Darimana kakang tahu?"
"Haha" mata-mata kita tersebar di segenap penjuru
tanah jawadwipa ini. Dari kerajaan, partai-partai
besar maupun kecil, kaum kelana, pedagang petani
dan yang lainnya. Jadi bias di katakana bahwa usaha
penguasaan dunia persilatan menjadi seperti
keinginan kita tinggal menunggu waktu"
"Akh, lalu kapankah itu akan terjadi?"
"Setelah Perkumpulan kaum persilatan. Atau juga
sebelumnya, yang jelas," payung dan tameng sudah
disediakan." "Baiklah, mari kita bersulang, biarkan Arak ini menjadi
penghargaan atas jerih payah kita selama ini"
"Mari"!" "Ayo"!" "Trangg"Gluk..gluukk"!"
Ketikanya minum-minum sampai mabuk dan berlanjut
pada pesta gairah. Setelah kelelahan mereka tertidur
dan berkelana dialam mimpi".
* "Mengapa kau senyam-senyum sendiri?" Sosok Serba
Hijau dan berkerudung mencegat dan mengusik
lamunan Gardapati. Suaranya tak jelas, dikatakan laki-laki, nadanya
lembut halus merdu merayu dikatakan perempuan
juga suara itu seperti laki-laki.
Gardapati terkejut, seseorang yang berkerudung hijau
menegur dan mencegatnya. dia membentak"
"Siapa kau"!"
Sosok berkerudung itu menjawab.
"Siapa adanya aku tak penting, yang penting aku tak
bermaksud buruk. Jadi lepaskan kembali tenaga
dalam yang sudah kau kerahkan itu."
"Bagaimanakah caranya agar ku percaya bahwa kau
tak bermaksud buruk padaku" Wajahmupun tertutup
dengan kerudung." "Haha" bukankah kau juga sering memakai topeng?"
Gardapati terkejut, siapakah lawan yang berdiri
dihadapannya" dari kehadirannya yang seperti hantu,
dia bisa menebak jika orang ini tak memiliki
kemampuan yang rendah. Keringat dingin mengucur di dahi dan tengkuknya,
bagaimanakah jika terjadi pertarungan sementara
tenaga dalamnya belum pulih secara sempurna.
Si Kerudung Hijau tahu apa yang dikhawatirkan oleh
Gardapati. Ia berkata menenangkan.
"Aku tak akan mengambil keuntungan dari tubuhmu
yang terluka setelah pertarungan dengan "sahabat
musuhmu" Dewa Dunia Persilatan."
Gardapati semakin terkejut, tak disangkanya bahwa
gerak-geriknya diawasi orang.
"Lalu apakah maksudmu menghadangku?" Gardapati
mulai tenang. "Aku hanya ingin memberi sepatah kata untukmu!"
"Kata" Kata Apa?"
"Aku tak akan mengatakannya sebelum kau
bersumpah akan memenuhi persyaratanku"
"Apa keuntungannya bagiku?"
"haha" ini berhubungan dengan Tabib Satu Obat"
"Owh, kalau begitu silahkan kau berucap" Gardapati
tetap tenang. Wajah pucatnya tampak tanpa emosi,
padahal tangannya mengepalkan tinju karena merasa
informasi itu sangat dibutuhkannya.
"Tidak semudah itu, setidaknya kau berlutut padaku
untuk menyatakan bahwa kau akan menurutii
persyaratanku!" "Heh, Persetan" Aku bisa mencarinya sendiri"
Gardapati sewot sebab lawan menyuruhnya berlutut.
"Kau menolak?" "Ya," meski jiwaku melayang tak sudi aku berlutut
padamu" Gardapati mendengus marah, nafasnya tersengal
karena marah. Si Kerudung Hijau bergoyang. Sepertinya ia merasa
jengkel dengan keteguhan Gardapati. Belum apa-apa
ia mengatakan persyaratannya, lawan sudah
menolak. "Jika kau berubah pikiran, bersiulah tiga kali. Maka
aku akan kembali dating"Suaranya lama-lama kabur
seiring sosoknya yang mulai semu. Gardapati tertegun
dengan kepandaian lawan. Lawan menghilang di
bawah tatapan matanya tanpa tahu kemana
perginya, ini merupakan hal baru dalam
kehidupannya. Ia celingukan kesana kemari, dan berteriak teriak,
namun naas sosok itu raib tanpa jejak. Setelah
merasa putus asa, ia melanjutkan perjalanannya
mendaki gunung Guntur?"
Fajar menyingsing, cahaya orange membelah langit,
awan berarak" Gardapati berdiri mematung didepan sebuah gubuk
kosong. Hatinya pilu, tangan terkepal. Sekali sentak
tinjunya di luncurkan kemuka"
"Duaaarrrr?"!" Pondok kosong itu hancur berantakan.
"Wuaaa?"!" Dia mengamuk dengan kalap. Tinjunya
berkelebat kesana kemari, tapi tenaga sekarang
dengan dulu sungguh jauh berbeda. Jika dulu cukup
satu pukulan, maka sekarang ratusan pukulan.
Tanah dan keadaaan disekitar sana hancur
berantakan, dengan kepala tertunduk, ia
melangkahkan kakinya menuruni gunung itu"
** Pakaian kumal dan dekil, berdebu tak terurus. Itulah
milik seorang lelaki yang tergeletak di sisi jalanan.
Wajah pucat laksana mayat, berdebu dan berbulu liar.
Janggut, brewok dan kumisnya menutupi wajahnya,
rambutnya yang berbau kerbau menutupi wajahnya
hingga tak kelihatan seperti apa bentuk wajahnya.
Tubuhnya yang dulu kekar kini berubah kering
laksana pembungkus tulang.
Pakaian abunya sudah luntur menjadi coklat tanah.
Ialah Gardapati, sudah seminggu ia menjelajahi tanah
jawa bagian barat, namun sosok yang dicarinya tak
diketemukan juga. Ia bangkit perlahan ditengah sorotan matahari yang
menyengat. Panasnya matahari seperti tak terasa. Ia
berjalan bangkit dengan sempoyongan. Orang desa
pada menjauhinya sebab tak tahan dengan baunya.
Semuanya memandang dengan iba. Mulutnya terus
menggumamkan kata "Tabib satu obat?"
Ia berjalan menjauh meninggalkan desa.
Punggungnya terasa semakin lama semakin kecil.
Dari balik dinding, muncul sosok berkerudung hijau. Ia
mentatap punggung Gardapati yang semakin lama
semakin kecil. "Sett"!" Dua Buah cairan bening jatuh dari balik
kerudung. Bersinar tertimpa sinar matahari.
"tesss.." Dan jatuh menimpa bumi menciptakan dua buah titik
diantara debu. "Ai, sungguh keras kepala, seandainya ia bersiul tiga
kali dan menuruti perintahku tak nanti ia semenderita
itu" Gumamnya masih dengan nada dan suara setengah
laki perempuan.sungguh misterius sosok ini.
"Itukah orang yang kau maksudkan?" Mendadak dari
belakang sosok Dusun Kalajati di sisi sungai sampan adalah sebuah
dusun kecil bermata pencaharian dari hutan dan
sungai, di sisi sungai tampak para gadis berpakaian
selembar kain memikul cucian diatas kepalanya.
Mereka bercanda dalam tawa. Senyuman mereka
benar-benar lugu seolah tak pernah terjamah tangantangan kotor. "Lastri, mengapa kau belum menikah juga" Padahal
kau sudah berumur delapan belas tahun" Lihatlah
tubuhmu yang molek, dan wajah cantikmu itu,
siapapun lelaki yang melihatmu pasti ingin memiliki
dan mendekapmu" Goda seorang gadis yang memiliki
tahi lalat diatas alis kanannya.
"Akh, Mbakyu kau ada-ada saja. Siapakah yang mau
kepadaku si gadis buruk rupa ini?" sahut seorang
gadis cantik yang memiliki kecantikan alami, bukan
karena gincu, bukan karena pemerah bibir atau pipi,
pipinya memerah malu. Bentuk tubuhnya yang
terbungkus kain basah benar-benar membuat
siapapun ingin memeloroti dan menikmati dalamnya.
Rambut basahnya dibiarkan tergerai menutupi leher
jenjangnya" "Akkkhhh".!" Gadis ini menjerit.
Teman-temannya terkejut, dengan rebut merek
bertanya. "Ada apa,,,!" Kenapa berteriak?" "Hah?" dan berbagai pertanyaaan lain beraduk dalam
suatu suuara seperti tawon pindah sarang. Tak jelas
jadinya apa yang ditanyakan.
Gadis itu tak menjawab, ia menunjuk sesosok
pemuda berambut dan berpenampilan mesum.
Telapak kakinya bersarah, sepertinya ia habis
melakukan perjalanan cukup jauh.
Suasana kalut,". "Tolooong"ada mayat"ada mayat".!" Para gadis
berteriak teriak membuat penduduk kampun
mendekat. Mereka melihat gadis yang dipanggil lastri
memegang nnadi pemuda itu.
"Akhh"!" Gadis itu kaget, habis memeriksa nadi
ditangan, ia memeriksa nadi dileher pemuda itu.
Secara kebetulan, rambut gondrong yang menutupi
wajah pemuda alias Gardapati bergeser hingga
memperlihatkan wajah pucat tampannya.
Wajahnya memerah, sementara batinnya berkata
"Bukan main tampannya. Siapakah dia?"
"Ada apa Lastri?" Seorang lelaki berkumis melintang
berpakaian petani berwarna hitam bertanya.
"Di" dia masih hidup" Lastri berkata tergagap.
"Akh, lekas kita bawa ke Nini dan Aki Tabib."
"Ayoo?" serempak merekamenggotong tubuh
Gardapati yang terlentang tak sadarkan diri"
Jalanan begitu lenggang, di kagetkan dengan
serombongan orang yang berlari memanggul sosok
pemuda diatas tandu darurat dari bamboo dan kain
samping. "Aki"Nini!" Seorang lelaki berkumis melintang
berpakaian petani berwarna hitam berteriak diluar
gubuk bamboo berukiran indah. Halaman rumah
bamboo itu tampak nyaman dengan tanaman obat
yang menebarkan bau khas sendiri.
"Krriiieett"!" Pintu terbuka.
"Ada apa Asmangga" Mengapa kau berteriak-teriak?"
Tanya seorang kakek berambut sepundak tergerai
memutih, jenggotnya sedagu dan kumisnya panjang.
Baju coklat muda berdesain sederhana.
"Kami menemukan seorang pemuda terluka parah.
Maka kami membawanya kemari"
"Bawa masuk!" "Baik ki!" Ki Asmangga memerintah penduduk desa
membawanya masuk dan dibaringkan dipembaringan
bamboo. "Kami Pamit Ki"! Terimakasih"
"Hati-hatilah kalian, semoga tuhan selalu meridhai
setiap tingkah polah langkah kalian"
"Terimakasih"!"
Ki Asmangga bersama penduduk desa lain keluar
pondok dengan diantar Ki Tabib. Ki Tabib menutup
pintu dan beranjak mendekati Gardapati. Diusapnya
kepala Gardapati dengan seksama lalu memeriksa
nadinya" Terpancar wajah kaget dan kagum dari wajah
tuanya, dia menggumam, katanya:
"Ai,,,ai" Pemuda ini benar-benar tabah dan kuat"!"
Dia menotok beberapa urat Gardapati dan
meninggalkannya kedapur, didapur tampak seorang
Nenek berambut putih sedang memasukan kayu
bakar pada hawu (tungku dari batu).
Asap tebal berbau obat tercium merebak hidung. Ki
Tabib mendekatinya dan berkata:
"Ni, buatkan Satu Obat meracuni Jagad"!"
Mata Nini yang sedang meramu obat terbelalak heran,
tak biasanya kakangnya itu akan mengatakan hal
yang sangat janggal itu"
"Maksud Aki?" Tanyanya heran.
"Buatkan Satu Obat Meracuni Jagad, aku hendak
menyiapkan tusuk darah mati."
"Saipa yang terluka?"
"Entahlah," dari raut wajahnya ia memancarkan
hawa sesat, namun entahlah, aku merasa sangat
cocok dengannya." "Bila dia memiliki hawa sesat, mengapa Aki berkeras


Iblis Dunia Persilatan Karya Aone di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

hendak mengobatnya?"
"Ai, Dia terluka berat, seratusdelapan puluh titik
cakranya hancur, kematian dan kehidupannya
berbanding tujuh puluh-tiga puluh. Lebih condong
kematinya. Seseorang yang memiliki pengobatan
hebat sudah mengeluarkan racun dari tubuhnya. Tapi
ia tak memperbaiki titik chakranya. Entah karena alas
an apa. Meski dalam darahnya mengandung jamur
Payung emas dan daun telapak naga. Itu tak
menyebar kedalam titik chakranya. Aku berkeras
hendak mengobbatinya sebab dalam kepalanya
terdapat tanda lahir"
"Akh, sehebat itukah keruksakan tubuhnya, sudah
berapa jam ia terluka" TAnda lahir apa?"
"Ia, sepertinya ia terluka hamper dua minggu lebih"
hah!" Ki Tabib menghela nafas berat, ia tak menjawab
tanda lahir apakah itu. "Akh, masih hidup?" Tanya Ni Tabib Kaget.
"Ya, setidaknya sampai besok, ia masih sanggup
bertahan!" "Mengapa tak menjawab pertanyaanku Ki?"
"Yang mana?" "Tanda lahir"!"
"Tiga titik Asmara darah.!"
"Tiga Titik Asmara darah" Apakah itu?"
"Dia terlahir sebagai golongan darah biru, dilahirkan
dengan rasa dendam yang membara. Siapapun gadis
yang menatap wajahnya, ia akan menyerahkan
apapun untuknya, bahkan jiwa dan kesuciannya.
Berambisi setinggi langit, juga"!"
"Juga"!,"!"
"Orang Inilah yang akan melanjutkan kerajaan
Karang Bolong!" "Apa"! Mustahil"
"Kerajaan Karang bolong memiliki peraturan bahwa
siapapun yang memiliki tanda ini, dia pasti akan
menjadi menantu dari sang raja dan berlanjut
menjadi raja" "Ai, sepertinya kita harus berusaha menolongnya.
Baiklah" aku akan meracik obatnya!" Ni Tabib berkata
sambil menghela nafas lalu beranjak kesebuah
ruangan lain. Sedang Ki Tabib beranjak kekamarnya
sendiri". Seperminum kopi kemudian, Ki Tabib keluar kamarnya
dan mendekati Gardapati. Perlahan ia membuka
pakaiannya dan menusukan bamboo bamboo kecil di
tubuh Gardapati. Dan mengurut urut tubuhnya.
"Tok"tok"! Pintu diketuk.
"Masuk, pintu tak dikunci"!" KI Tabib mempersilahkan.
"Srettt?"!" Sebuah Kepala cantik mungil menjulurkan
kepalanya. Wajahnya memerah malu malu kucing.
"Akh, kau sudah dating lastri, masuk mari bantu aku!"
Gadis yang dipanggiil lastri masuk dengan tingkah
kekanak-kanakan, rupanya dia adalah gadis yang
menemukan Gardapati. "Apa yang harus aku bantu kek?" Tanyanya sambil
menundukan muka, tanggan mungilnya memelintir0melintir ujung baju brukatnya.
KI Tabib sudah tahu apa yang sebenarnya terjadi. Dia
menghela nafas panjang batinnya menggumam.
"Bocah ini sudah melihat wajah pemuda ini," ai..ai"!"
Sementara itu mulutnya berkata.
"Siapkan air cucian dan bersihkan darah ditubuhnya"!"
"Baik Ki"!" Lastri berlari kecil kedapur hendak
membawa peralatannya. Ki Tabib gelengkan kepala,
jari jempol dan telunjuknya bermain lincah di titik-titik
tertentu di kepala Gardapati"
Lastri dating membawa guci di ketiaknya. Dan
diletakan di sisi pembaringan. Kain lapnya diperas dan
hendak di balurkan pada dada Gardapati.
Namun, begitu melihat dada bidang Gardapati
perasaannya kalut. Tangannya berhenti bergerak.
Benar memang dia sudah sering memandikan pasien
Ki tabib ini. Namun tak ada yang seperti Gardapati.
Meski kekar tubuh pemuda dikampungnya tak ada
yang seindah Gardapati, apalagi ketika melihat wajah
tampannya. Lastri semakin dag dig dug tak keruan"
Bahkan dalaman paling rahasia dari penduduk
kampong desa ini dia tahu. Namun ini beda" hawa
dajn pesonanya sekan membuat jantungnya
berhenti" "Lastri, kau mau mandikan pasien, atau mau mandi
sendiri!" Ki tabib membuyarkan lamunannya.
Lastri kaget, begitu sadar, rupanya ia mengusapkan
kain pada wajahnya. Wajahnya melirik Ki Tabib yang
tersenyum geli dengan memerah malu.
"Dasar anak muda" ck..ck"ck!" Dari belakang, Ni
Tabib menegur. Lastri semakin malu. Tanpa berpikir
lagi ia segera membersihkan wajah Gardapati.
Kekaguman Ki Tabib, Ni Tabib dan Lastri tak
tertahanklan akan keelokan wajah Gardapati. Meski
pucat seperti mayat, namun itu malah membuatnya
semakin unik dan mempesona.
Lastri terus bekerja membersihkan leher, dada perut,
tangan kaki dan paha. Lalu berhenti"
"Mengapa berhenti" Bukankah bagimu sudah biasa
memperhatikan senjata lelaki?" Ni Tabibb
mengkomentari" "A..i..uu!" Lastri tergagap. Setelah memantapkan hati,
ia membuka penutup terakhir Gardapati"
"Hiyyyyy"!" Lastri melonjak kaget sampai kain yang
dipegangnyapun jatuh. Ditatapnya rjawali menutup sayap itu dengan mata
memberlalak," wajahnya memerah malu.
"Bukan main, masih menutup sayap saja sudah
sebesar itu, apalagi jika sudah menegakan leher!" Ni
Tabib mengkomentari. "Lekaslah bereskan, kami akan memulai
mengobatinya"!" Ki Tabib menitah.
Sambil menutup mata, Lastri kembali mel;akukan
tugasnya. Karena menutup mata, pembersihanpun
berjalamn lambat. Tapi Kedua tabib itu tak marah,
mereka memaklumi tindakan lastri, bagaimanapun ia
masih perawan ting-ting. Selesai menunaikan tugasnya, Lastri mundur
kebelakang" membiarkan Ni Tabib dan Ki Tabib
memulai pengobatan. Satu Obat meracuni jagad asalah sebuah ramuan
obat pamungkas dari Tabib satu Obat. Karena
kepandaian itu, ia berkelana dalam dunia persilatan
dan memperoleh nama hingga masuk kedalam
kategori tabib terbaik dalam seratus tahun terakhir.
Satu Obat meracuni jagad adalah sebuah ramuan
yang dicampuri dengan bisa, salah sedikit takaran
obat saja bisa meracuni si pasien. Adapun bisa itu
terbuat dari air liur ular sendok. Racun katak hijau
bermata merah, daun pulus dan beberapa bisa hewan
dan tumbuhan lain. Obat itu di bagi menjadi dua. Satu dibalurkan di atas
tubuh dan diminumkan. Usaha pengiobatan itu tak
terasa berlangsung selama empat kentongan".
Lambat laun kasiat obat beracun itu mulai bekerja,
Tenaga dalam dalam darah Gardapati juga sudah
berjalan dengan normal, itu dikarenakan titik
chakranya sudah diperbaiki oleh Ki Tabib meski belum
sembuh sepenuhnya, Ki Tabib dan Ni Tabib mengurut tubuh Gardapati
berbareng dengan mengerahkan tenaga dalam.
Secara reflex, hawa murni Gardapati menggerakan
Tenaga dalam olah kanuragan dan tenaga murninya
untuk menyambut hawa trobosan yang disalurkan
sepasang tabib hebat itu kedalam badannya terus
berputar-putar keseluruh pelosok tubuhnya.
Perlahan ia siuman" Baru saja ia sadar dan kembali kesadarannya lantas
merasa bahwa dirinya telah tertolong dari saat-saat
yang kritis, ada seorang telah menolong mengobati
luka-luka parahnya, Meski mata masih tak kuasa dibuka namun mulutnya
sudah dapat sedikit bergerak serta berkata tergagap
terputus putus" "Terimaka . . . .sih"telah, . . . menolongku" Selama
hidup ini pasti takkan kulupakan."
Bicara sampai disini tenaga nya sudah habis
iamenghamburkan darah dari mulutnya.
Cepat-cepat Ki Tabib membujuk lirih di telinga
Gardapati" "jangan banyak bicara lagi, lebih penting lagi kau
merelaksikan tubuhmu seiring tebnaga dalam kami,
jangan mengerahkan tenaga dalam yang malah
menyulitkan kami, terimalah keadaan ini dengan
ikhlas." Gardapati mau menurut, pelan pelan ia mulai
mengendurkan sepenuhnya urat-urat saraf yang tadi
menegang. Hawa hangat mengalir keseluruh
tubuhnya, Lambat laun Ki Tabib dan Ni Tabib semakin banyak
mengeluarkan tenaga, air mukanya sampai pucat
pias, keringat sebesar kacang membasahi jidat.
Tahu dia bahwa sampai taraf terakhir ini luka-luka
pasiennya sudah merasa lebih baik, keduanya
menarik tangan dan bersila menenangkan darah yang
bergolak dalam dada. Waktu berselang cukup lama. Dari dapur, Lastri
membawa tiga gelas bamboo. Harum daun the
tercium wangi memanjakan hidung.
Ki dan Ni Tabib sadarkan diri dari semadinya. Menatap
lastri yang berdiri menenteng baki.
"KAu memang anak yang baik"!" Kata KiTabib sambil
mengambil dua gelas air the, satu untuknya dan satu
untuk Ni Tabib. Air masih hangat kuku, mengepulkan asap putih
menebarkan bau harum, seteguk demi seteguk air itu
berpindah pada mulut keduanya.
"Akhh,"!" Ungkap mereka begitu selesai minum. Gelas
diberikan lagi kepada Lastri, mereka turun dari
pembaringan. Ni Tabib masuk kedapur, sedang Ki
Tabib keluar rumah. Lastri mengambil bangku dari kayu dan duduk di sisi
Gardapati. Dia bersedekap tangan melamun
memperhatikan wajah Gardapati yang tidak lagi
seucat sewaktu mereka bertemu.
"Ai, Pemuda ini tampan bukan main" Gumamnya
tanpa sadar. Wajahnya memerah manja. dag dig dug
degub jantung keduanya berpadu dalam irama
kesunyian. "Ukhhh"!" Gardapati siuman. Lastri terkejut, saking
Tamu Dari Gurun Pasir 12 Bukit Pemakan Manusia Karya Khu Lung Candra Kirana 1

Cari Blog Ini