Ceritasilat Novel Online

Iblis Dunia Persilatan 9

Iblis Dunia Persilatan Karya Aone Bagian 9


Bumi, Arya dan juga yang lainnya..
Ratih menyerah, dalam soal berenang ia memang
kalah setingkat, Sementara itu, astadewi berada
didalam pelukan Arya. dengan cemberut Ratih
memeluk tubuh Gardapati. "Haha" maksudnya adalah, menunggu mereka yang
tidak puas dating kemari, pasti mereka menyangka
bahwa disinilah markas kita" jelas Gardapati.
"Terimakasih kakang!" Katanya sambil mengecup bibir
Gardapati. "Mbakyu, ia punyaku," Teriak Astadewi sambil
melepaskan Pelukan Arya. Dyah Krusina tersenyum, tak sedikirtpun ia
menyangka akan mengalami hal ini. Dulu ia adalah
seorang gadis yang bermartabat. Tak seorangpun
dibiarkan menjamah tubuhnya. Namun kini, asal
lawan dan dirinya mau. Maka permainan itu bisa
dilakukan kapan dan dimana saja.
Melihat Wajah Lugu Astradewi, Dyah Krusina
menghela nafas panjang. Memanglah Astradewi lebih
liar dan binal daripadanya. Namun melihat wajah
polosnya ia kembali menghela nafas panjang. Bagai
langit dan bumi, dalam batinnya ia menggumam..
"Nimas Dewi memang pantas mendapat gelar Dewi
Asmara berwajah lugu."
"Tap"tap"!!" Sebuah Langkah kaki mengusik
lamunannya. Dia berpaling, dan bukan hanya dia saja,
tapi semua orang telah berpaling dilihatnya Dua orang
dating mendekati tempat itu.
"Kakang Danenra, Kakang Adi Praja!" Astadewi
berpekik nyaring dan melompat kedarat, dan tubuh
polosnya terpampang begitu saja. Tubbuh yang masih
basah dengan air" Danenra dan Adipraja tercengang, tapi tak begitu
lama, segera mereka menenangkan debaran jantung
dan berahi ketika melihat tubuh yang sangat indah
itu. Apalagi ketika tubuh itu berada di depan mereka,
Astadewi mengapit keduanya dan membawanya ke
tepi sungai. Sigap sekali, ia mempolosi keduanya hingga tak
sehelaii benangpun menempel, sungguh sangat lihai
kepandaiannya yang itu. Dengan sebuah bantingan yang kuat, Astadewi
melemparkan keduanya kesungai..
"Byurrr".!" Air muncrat keudara.
"Ah..uhh..Gklek!" Keduanya gelagapan, tak sedikit air
minum yang tertelan oleh keduanya. Gardapati
tertawa saja melihat itu.
"Ada apa kalian seperti kesusu?" Tanya Gardapati.
"Dewa Gagang Pedang, Dewa Pedang kelana dan
Iblis Puncak lawu datang kemari, saat ini mereka
berada di desa Pacuraka."
"Hemm" masih jauh, selagi sempat lebih baik kita
bersenag senang dahulu," katanya Seraya menarik
Aryani kepelukannya. Sekali lagi Pesta itu berjalan, hanya kali ini bertambah
pemainnya" Di Bawah Air terjun Balumbang, diantara cadas yang
menonjol, Gardapati dan yang lain duduk
bercengkrama, sedangkan disebrang sungai sana, Tiga
sosok berwjah keruh memandang mereka dengan
dendam yang membara. Perlahan sekali, Gardapati bangkit dan berjalan
normal, saat ini ia hanya memakai celana saja, badan
kekar dan kokohnya dengan sengaja dibiarkan
terbakar matahari. Rambutnya diikat ekor kuda kebelakang, langkahnya
benar-benar santai. "Kcipk"kcipak"!"
Dia berjalan diatas air yang hanya sedalam sebetis,
seraya tersenyum ia bertanya.
"Apakah yang lain enggan datang kemari?" Tanyanya
sambil memeluk dada. "Benar, Kau puas?" Jawab Dewa Gagang Pedang
membesi. "Lalu mengapa kalian datang kemari?"
"Mencabut nyawamu,?"
"Lebih baik kalian ikut bergabung dengan kami saja!,
bukankah kalian juga bisa dating kemari bersamasama. Bukankah rasanya menyenangkan dapat
bersanding tanpa beban."
"Apa maksudmu?" Iblis Puncak Lawu bertanya tak
mengerti. "Haha" kalian dedengkot hitam dan dedengkot putih
bersanding bersama-sama kemari. Bukankah secara
diam-diam kalian mengakui bahwa apa yang ku citacitakan telah terjadi?"
"Brengsek, Sebelum salah seorang diantara kita
berdua mampus, pertarungan ini takkan diakhiri."
Begitu selesai membentak Iblis Puncak Lawu
mengggetar keras pedangnya,
Pedangnya yang dipegang tangan kanan dengan
sebat berputar menyabet dada Gardapati.
Gardapati tertawa lucu, dia berkata dengan santai
sambil menggeser tubuhnya kekanan.
"Kau saja yang mati duluan, aku masih betah din
dunia ini". Tangannya, memukul memuttar dari arah luar,
kecepatannya benar-benar mengagumkan, tapi,
sebagai dedengkot golongan hitam, Iblis Puncak Lawu
yang melihat pedang tak mencapai sasarannya,
Tangan kirinya ditarik kedepan dada dilanjutkan
dengan melaakukan tangkisan atas dengan tangan
kiri, sementara pedangnya menusuk leher dengan
memutar menekuk siku. Jurus serangan demi jurus serangan dilancarkan
bertubi tubi mengancam Gardapati. Sekulum
senyuman sinis tersungging di ujung bibir Gardapati.,
Katanya ringan. "Kalian kedua makhluk putih merupakan jago lihay
kelas satu dalam dunia persilatan, mengapa cuman
melongo diam seperti patung saja, apa kalian masih
menunggu kawan kalian yang satu ini mati
ditanganku?" Belum habis ucapan tersebut diucapkan, cahaya
pedang yang dingin menggidikkan sudah menyambar
tiba, rupanya Dewa pedang Kelana enggan dihina lagi,
meski mengeroyok adalah perbuatan tabu, namun itu
tak dihiraukannya lagi. Gardapati segera membentak keras, telapak
tangannya diayunkan kedepan menyongsong
datangnya tubuh Dewa Pedang Kelana. Betapa
kagetnya Dewa Pedang Kelana menjumpai ancaman
tersebut, untuk menarik kembali serangannya jelas
tak sempat, terpaksa pergelangan tangan nya diputar,
cahaya pedang menyambar nyambar, dengan
menciptakan serentetan cahaya tajam, senjatanya
langsung menyambar keatas telapak tangan lawan.
Gardapati mendesis ejek, telapak tangannya ditarik
kemudian telapak tangannya memukul keluar.
Telapak tangannya yang gagah dan kuat segera
memancar keluar cahaya merah yang segar dan
menyala, makin lama cahaya tajam itu makin
membara dan amat menyilaukan mata ...
"Sreeet ...!" Dari belakang Gardapati, Iblis Puncak Lawu
membokong dengan menusukan pedangnya, Sebelum
ujung pedang itu menusuk tubuh Gardapati, Gardapati
yang menyadari ada desiran tajam dari belakang
tubuhnya siap sedia, "Sreeet... !" Depan Belakang Gardapati diserang, hanya Dewa
Gagang Pedang yang masih ragu untuk masuk ke
gelanggang. Gardapati menarik serangan dan
menyimpan kedua telapak tangannya disamping
pinggang, tubuhnya memutar,
"Sreeennghgh" "Crasshh..crassshh"
"Agh..ugh" Terdengar Suara bergeseknya suatu benda keras,
Rupanya Gardapati menempelkan kedua telapak
tangannya di badan pedang dan mendorongnya ke
sisi keluar, jadi kedua pedang itu lewat melalui sisi
pinggangnya dan melukai kedua penyerangnya.
Pedang Dewa Batang Pedang menusuk Sisi Pinggang
Iblis Puncak lawu dan begitupula sebaliknya..
"Aaah, mengapa kalian saling melukai?" Tanya
Gardapati penuh sesal, dengan memanfaatkan batang
pedang ia melompat keudara dan hinggap di sisi lain.
Dewa Pedang Kelana adalah Salah satu dedengkot
silat yang terkenal akan kemampuan pedangnya
yang beragam. Meski Pinggangnya terluka, bukan berarti ia kalah,
pedang yang menusuk pinggang kiri Iblis Puncak
Lawu ditarik dan dibabatkan kearah Gardapati yang
saat itu berada di sisi kiri.
Gardapati mengempiskan perut untuk menghindari
serangan pada perutnya. Jika hanya menghindar, itu
bukanlah sifat Gardapati. Sekaligus ia menyarangkan
jari-jari tangan tangan-tangan melalui tusukan jari
dibarengi dengan cengkraman maut"
"Traaang!" pedang lawan patah menjadi dua bagian
terkena cengkraman dan rontok ke tanah. Bukan
hanya itu saja, tangan kiri yang masih belum
mendapatkan sasaran nyelonong dan mencengkram
pundak kanan lawan.. "Arrgghh".!"
Dewa Pedang Kelana mendengus tertahan, kakinya
menjejak membuat tubuhnya dengan cepat
berkelebat mundur dan meluncur sejauh tujuh depa
dan posisi semula, Walaupun dia berhasil menyelamatan tulang
pundaknya dari cengkraman Gardapati yang
dinamakan dengan Cengkraman Iblis Neraka tapi
pundaknya terasa ngilu dan tak dapat digerakan
akibat cengkramana tersebut.
Seketika itu juga paras mukanya berobah menjadi
pucat pias seperti mayat dengan sempoyongan
badannya mundur beb erapa langkah ke belakang,
telapak tangan kirinya menekan pundaknya kencangkencang, hampir saja tubuhnya terjengkang ke tanah.
"Ra"racun"!" Desisnya.
Dewa gagang Pedang yang Nampak adiknya terluka
parah menyilangkan pedang di depan dada,
mendadak ia menyerobot maju ke muka, kemudian
membentak nyaring. "Iblis Puncak Lawu mengapa kau hanya mematung,
mari kita binasakan dia." Sembari berkata Pedangnya
digetarkan dan di ayunkan ke depan melepaskan
sebuah serangan dahsyat yang segera mengurung
sekujur badan Gardapati, belum lagi angin tajam dan
cahaya pedang yang menyertainya, segulung hawa
dingin yang menggidik kan hati telah menggulung tiba
secara berlapis lapis. "Aumm" Nimas, Apa kakang dapat mengatasinya?"
Dyah Krusina yang melihat serangan lawan begitu
menggidikan bertanya pada Astadewi.
"Jangankan Kakang Gardapati, Akupun dapat
memecahkannya dengan mudah. Itu adalah jurus
Gubahan dari Pukulan Sembilan Salju. Jurus yang
mengutamakan kecepatan yang didasari pada
penyaluran tenaga dalam yang tinggi, dari kelebatan
sinarnya aku tebak ilmu itu juga di dasari Aji Karang"
Dewa Gagang Pedang cukup mengerti akan
kehebatan lawan dengan cepat dia melejit ke
samping dan berkelit ke-samping menghentikan
rangsakannya sebab kala itu, iblis puncak lawu
sedang merangsek gardapati.
Ia memeriksa sejenak keadaan Dewa Pedang Kelana,
tiba tiba paras mukanya berubah menjadi amat
serius, rasa kaget dan takut segera mencekam
seluruh benaknya. "Racun Ulat Derah"!"
Kemudian ia menatap Wajah Adiknya dengan sedih.
"Saya tahu kakang, Nyawaku tinggalah sekejap saja.
Siapakah yang bisa lepas dari Racun keji ini. Biarlah
aku mempertaruhkan jiwaku ini" Katanya terbatabata menahan sakit, ia berusaha berdiri.
Pilu hati Dewa Gagang Pedang, melihat adiknya
dalam keadaan yang begitu menggenaskan ia hanya
bisa berdoa. Waktu itu Iblis Puncak Lawu kehabisan kesabaran,
senjatanya di tancapkan di batu cadas, kedua telapak
tangannya disilangkan didepan dada sambil membaca
mantra, telapak tangan dari Iblis Puncak lawu yang
berubah menjadi hijau dilontarkan ke depan
mengikuti gerakan badannya, segulung tenaga
pukulan yang maha dahsyat segera meluncur ke arah
lawannya. "Buta Ijo memeluk Mangsa"
Gardapati tertawa terbahak-bahak, ia membentuk
kuda-kuda silang dengan menarik kaki kiri
kebelakang, kedua tangan ditarik di sisi kiri, dan
dihentakan kemuka dengan mengirimkan segulung
angin panas yang dahsyat pula.
"Telapak Dewa Angin api"
"Blaaammm.. !"

Iblis Dunia Persilatan Karya Aone di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Ketika sepasang telapak tangan saling berjumpa,
segera terjadilah suatu ledakan keras yang
memekikkan telinga. Gardapati tertawa terbahak-bahak, tubuhnya hanya
sempat bergetar sedikit, sebaliknya Iblis Puncak Lawu
kena terdesak sehingga mundur sejauh tujuh delapan
langkah dari posisi semula. Dalam sakitnya, Iblis
Puncak Lawu keheranan melihat lawan berubah sifat,
ia tercengang. Dewa Gagang Pedang segera berteriak penuh
kegusaran teriaknya "Saudara, mari kita keroyok berbarengan!" secepat
kilat tubuhnya meluncur ke depan dan menyerang
punggung Gardapati dari belakang.
"Hahahaha?"!" Gardapati tertawa terbahak-bahak,
Gelak tawa yang amat keras, nyaring dan menjalar
hingga menembusi lapisan awan. Siapapun orang
yang ada disana menutup telinga dengan dua jalan.
Menutup gendang telinga dan tangan. sepasang
matanya segera berubah menjadi merah membara
seperti semburan api yang menyala-nyala, sambil
Memutar tubuhnya, dia berteriak keras-keras.
"Jangan Salahkan aku bila aku menggunakan jurus
keji untuk membantai kalian semua"
"Haah haaah haah Kau terlalu takabur bo cah.." Iblis
Puncak lawu menjawab. Sambil menerjang Gardapati.
Sifat dan sikap Gardapati sungguh berbeda dari yang
tadi, jika tadi melayani lawan dengan santai, kini ia
tidak bertindak sungkan-sungkan lagi, dengan cepat
tubuhnya mencelat ke tengah udara kemudian
melesat kedepan dengan kecepatan luar biasa.
Tangan kanannya segera diputar kencang
menciptakan serentetan cahaya merah yang dengan
cepat menyebar ke angkasa dan menyambut
datangnya tubuh lawan. secara ganas dan buas
sekali. Cahaya tajam yang dihasilkan oleh serangan
Gardapati tadi meluncur ke depan dan menerkam
tubuh Iblis Puncak lawu. serangan ini benar-benar
dahsyat dan mengerikan apabila sampai terkena pada
sasarannya, sudah dapat dipastikan musuh tentu akan
mampus dengan tubuh yang hancur berantakan.
Dewa Gagang Pedang dan Dewa Pedang Kelana yang
belum sempat melancarkan serangan sama sekali
tidak menyangka kalau musuh yang berada
dihadapannya ini bisa turun tangan dengan kecepatan
yang begitu hebat, keji, ganas dan mengerikan. Jika
Kedua orang yang melihat sudah seperti itu kagetnya,
apalagi Iblis Puncak Lawu yang menghadapinya
secara langsung. Tak terlukiskan rasa kaget, ngeri dan
seramnya dia setelah menghadapi kejadia n tersebut.
Buru-buru tubuhnya melejit ke tengah udara, setelah
bersalto satu dua tiga kali di udara, lalu telapak
tangan kanannya dibacokkan miring ke samping
melepaskan sebuah pukulan kilat yang benar-benar
luar biasa sekali. Angin pukulan yang menderu-deru
dan menggulung kedepan laksana sebuah Ombak
laut ketika sedang terjadi badai.
Gardapati sungguh aneh, sangat lazim bila ketika
melepaskan pukulan ia akan menunggu pukulan itu
beradu, tapi kini, hokum itu tak berlaku bagi
gardapati. Dalam hatinya ia sudah merasa yakin angin
pukulannya saja sudah cukup melukai lawan.
Tiba-tiba saja Gardapati menyelinap lewat, tangannya
digetarkan keras-keras dan mengirim angin pukulan
lain kepada Dewa gaganng Pedang yang melamun,
setelah merangkapkan kedua tangannya ia
mendorong ke muka, langsung menghantam dada
lawan". Tindakan ini sama sekali diluar dugaan setiap orang
yang hadir dalam dan luar arena, semuanya
melenggong hingga melupakan pertaruungan".
"Bllaaarrrr?".Dukk".Ugh"Arrrgggg!"
Iblis Puncak lawu yang sedikit lengah membayar
mahal, tubuhnya terlempar hingga empat tombak.
Untung pengalamannya bicara. Sudut bibirnya tampak
mengeluarkan darah. Kedua tangan Dewa Gagang pedang Ditarik dan
melakukan tangkisan dari dalam" ia menjerit lirih dan
terlempar hingga lima tombak, Dewa gagang
Pedangpun bukan orang sembarangan, pedangnya
digoreskan pada batu cadas sisi sungai sehingga
dapat berdiri sempoyongan"
Gardapati mundur selangkah ke belakang, dan
tertawa terbahak-bahak melihat Iblis Puncak lawu
mengambil langkah seribu"
"Kau takan bisa lari dari kematianmu!" Bentak
Gardapati sambil mengerahkan Ilmu Ngambang
Anginnya, secara luar biasa ia terbang melesat
menuju mega dan berdiri di hadapan Iblis Puncak
Lawu. Ia menyeringai seram.
"Sudah terlambat untuk melarikan diri, lihatlah
nyawamu sudah meronta-ronta hendak keluar dari
tubuhmu!" "Kau terlalu" aku akan adu jiwa denganmu!" Iblis
Puncak Lawu benar-benar marah, ia maju menerjang
Gardapati. Gardapati membuka jari tellunjuk dan jari tengahnya
dari kepalan, ditarik kedepan dada dan disentakan
kedepan. "Wussss!" Angin topan panas menggulung-gulung
hendak menerkam Iblis puncak Lawu.
"Celaka" Kata Dewa Pedang Kelana sambil
melemparkan pedangnya, rupanya Dewa Gagang
Pedangpun tahu keadaan diapun bersamaan
melemparkan pedangnya. pedangnya tampak
menimbulkan lelatu api ketika bergesekan diudara.
Iblis Puncak lawu yang tak tahu kehebatan jurus
lawan sama sekali tak memandang sebelah mata.
Berbeda dengan Dewa Pedang Kelana dan Dewa
Gagang Pedang yang mengetahui jurus itu ketika di
Perguruan Rajawali Emas..
"Duuuaaarrrrrrrr!" Laksana meteor jatuh kebumi, angin
ribut memporak-porandakan tempat itu, pepohonan
menyibak tercabut hingga akar-akarnya.
Air dan cadas batu muncrat keudara, melihat itu,
Astadewi meloncat keair dan memutar tubuh menari,
sungguh luar biasa, air disana naik keudara dan
membentuk benteng melindungi kawan-kawannya.
Seperminum the kemudian, baru ia menghentikan
tariannya, "Byurrr"!" Airnya jatuh menghempas sungai
seperti disentakan. Ratih dan kawan-kawan melongo
melihat keadaan sekitarnya.
Tampak Iblis Puncak Lawu telentang diantara sungai.
Pakaiannya robek sana robek sini, sekjur tubuhnya
dipenuhi darah. Perlahan ia bangkit berdir dan
kagetnya tak terbayangkan.
Batu cadas mengapung diudara, disalah satu batu
tampak Gardapati berdiri dengan angker, ketika sudut
matanya melirik dua orang yang menolongnya, ia
melihat Dewa Gagang pedang sedang menangisi
Dewa Pedang kelana yang terkulai lemah
dipangkuannya. "Ai, tak kusangka gara-gara keteledoranku akan
berakhir seperti, maafkan aku!" Iblis puncak Lawu
berkata penuh sesal, seingatnya, ini adalah
penyesalan yang pertama baginya.
Dewa Gagang pedang mengangguk ia letakan
jenazah adiknya dan berdiri memasang kuda-kuda
tanpa menggunakan pedang. Haru sekali perasaan
Iblis puncak lawu, seingatnya Dewa Gagang pedang
adalah pendekar yang biasa menggunakan pedang
bukan tangan kosong. Dilihatnya pedang miliknya
menggeletak tak jauh dari sisinya.
Perlahan ia mengambil dan melemparkan pedang itu
seraya berkata. "Saudara, pakailah pedangku ini, meski tak sehebat
pedang milikmu.. tapi setidaknya itu bisa dipakai
untuk kondisi seperti ini"
Dewa Gagang Pedang menangkap pedang itu dan
melihat mata Iblis puncak Lawu penuh ketulusan, ia
mengangguk lemah dan menatap Gardapati dengan
buas. "Hati-hati lah Kisanak, dia merapal Ajian Sembilan
puluh Sembilan Dewa berkehendak. Setiap
Perubahannya adalah tergantung Titisan Dewa mana
yang dia gunakan. Kekuatan maupun sifatnya adalah
apa yang dipanggilnya sendiri, oleh karenannya
jangan heran bila dalam suatu pertarungan ia berubah
baik atau jahat, tenang atau ganas."
"Oh, Kiranya demikian" darimana Kisanak tahu?"
"Aku Pernah menyaksikannya sendiri ketika ia
bertarung dengan Dewa Dunia Persilatan, Sagara
Angkara." "Ai, sebenarnya lawan kita ini apa?"
"Iblis, Dewa Iblis, Iblis Dewa entahlah" yang jelas,
kita harus membinasakannya demi ketentraman
dunia Persilatan." "Hiaaaa".!" Serempak keduanya menerjang kedepan.
Gardapati tersenyum tipis, Gardapati menarik tangan
kiri dan kanan ke sisi pinggang, dengan mengerahkan
tujuh bagian tenaganya dihentakan kemuka bawah"
"Duaaaarrrr?"!" Sayang sekali, sebab Dewa Gagang
pedang dan Iblis puncak lawu meloncat keatas dan
menjadikan cadas yang terapung sebagai pijakan.
"Sungguh kalian pintar!" Puji Gardapati sambil
melepaskan batu itu dari libatan tenaga dalamnya
yang disalurkan melalui angin.
Keduanya menjejak dan melompat dan membuka
jurus serangan andalan masing-masing. Sasarannya
satu. Gardapati. Gardapati memutar kedua tangannya, kakinya
mundur selangkah. Kedua tangannya di lintangkan di
depan dada bersiap menyambuti serangan lawan.
Diudara, Dewa Gagang Pedang menegakan tubuh,
dan mencondongkan tubuh pada Gardapati dengan
menekuk kaki kiri dan kaki kanan dihadapkan pada
lawan. Seketika Pedangnya menyabet mengirimkan
cahaya tajam keperakan Disampingnya, Iblis Puncak Lawu mencakarkan
kukunya yang hitam sehitam arang mengirimkan
cahaya hitam berbau busuk. Bukan Gardap
ati bila harus kewalahan menghadapi jurus seperti itu. Dia
menjongkokan tubuhnya dan menghempaskan
tangannya kedepan mkenyambuti serangan itu, tapi
kali ini dibarengi dengan sebuah siasat.
"Duaarrrrr?"!" Ketika hawa itu beradu. Iblis Puncak
Lawu dan Dewa Gagang pedang terpental
kebelakang dan menginjak tanah dengan selamat.
Nafas mereka sungguh memburu. Betapa terkejutnya
ketika melihat sosok Gardapati menghilang.
Panas dingin Perasaan Dewa gagang Pedang Ketika
sebuah telapak tangan menempel dipunggung".
"Jurus Peremuk tulang!" Pekiknya setengah ketakutan.
Iblis Puncak lawu memutar kaki memutar dan
tubuhnya serentak menyarangkan sebuah Tendangan
memutar pada pergelangan Gardapati dipunggung
Dewa Gagang Pedang. Kini Gardapati dihadapkan pada dua pilihan".
Meneruskan serangan membunuh Dewa Gagang
Pedang dengan resiko tangannya patah atau remuk,
atau menarik tangannya dengan resiko harus
menunggu waktu yang tepat lagi membinasakan
lawan. Jika orang yang pintar pasti akan memilih kedua"
Jika Orang yang bodoh dan berangasan pasti akan
memilih yang pertama, Tapi Gardapati bukan tipe orang keduanya. Ia tetap
meneruskan serangan sembari melayangkan
tendangan dari bawah keatas".
"Dukkk?" "Darrr"!" Kedua kaki beradu menimbulkan gelombang angin
kencang, tubuh Dewa Gagang Pedang tersungkur
kedepan, namun anehnya ia tak merasa kesakitan.
Gardapatipun terkejut, ia melompat mundur dan
memperhatikan bekas telapak tangannya di
punggung lawan. Ia tersenyum aneh.
Dengan Heran, Dewa Gagang Pedang bangkit dan
menarik benda yang menyelamatkan nya wanya.
Dilihatnya itu adalah Belati berwarna biru.
"Akh, Adimas, Kau menyelamatkanku. Ternyata belati
ini memiliki daya sehebat ini"! Senadainya sebelum
kau meninggal tak memberiku ini entahlah apa yang
terjadi" "Belati Darah Biru!" Desis Iblis puncak Lawu.
"Wah..wah..ternyata kau memiliki Simpanan!"Ucap
Gardapati kagum. "Sebenarnya ini adalah Simpanan Adimas Dewa
Pedang kelana. Dan akan kugunakan untuk
membalas kematiannya"
"Baiklah mari,..mari!" Jawab gardapati sambil
tersenyum lembut. "Sikap, pembawaan, maupun auranya telah berubah
lagi!" Bisik Iblis Puncak Lawu.
"Apapun perubahannya, yang terpenting kewapadaan
kita yang utama!" Jawab dewa Batang Pedangsambil
meletakan pedang didahi. Sementara itu, Belati Darah
Biru menyilang didepan wajah menyilang pedangnya


Iblis Dunia Persilatan Karya Aone di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sendiri. Gardapati menyilangkan sepasang tinju didepan dada.
Dan disentakan kebawah berbareng membuka kedua
jarinya".. "Seeerrrr"." Segulung hawa keperakan menjadi
sebuah pedang. "Ai, Jari Pedang tingkat tiga!" Pekik Iblis puncak Lawu.
Kaki kanannya menggeser sedikit kearah kanan dan
menarik mundur pada kaki kiri, tangan kanan disisi
pinggang dan dinaikan sehingga telapak tangannya
menghadap wajah. Dan tangan lainnya di kepalkan di
sisi pinggang. "Heaaa"!" "Heaaa" "Heaaaa.." Ketiganya berteriak mengguntur, menerjang maju.
Arya dan yang lain merasa mendapat suatu tontonan
menarik, mereka menonton dengan asyiknya.
Dewa Gagang pedang segera menggerakkan pedang
dan Belati darah birunya melancarkan serangan
dengan gencar. Walaupun Gardapati adalah pemuda yang pemberani
dan tinggi ilmunya, tak urung dia dibikin mundur juga.
Bukan Pedang panjang yang ia khawatirkan
melainkan belatinya. Apalagi harus melawan
ringsekan Iblis Puncak Lawu yang tak kalah dahsyat.
Dalam waktu singkat sepuluh jurus sudah lewat.
Kemudian lima puluh juruspun berlalu. Ketika
pertarungan sudah meningkat sampai seratus jurus
babak yang entah keberapa, menang kala h masih
sukar untuk ditentukan. Tanpa terasa Para Penonton
dadakan segera memusatkan perhatiannya keseluruh
arena pertarungan. Dalam pada itu, semakin bertarung Dewa Batang
Pedang nampak semakin kosen, angin pukulannya
menderu deru sampai keseluruh arena, Pedang dan
belati yang berada ditangannya juga menyambar
kesana kemari tanpa ampun.
Seratus gebrakan kembali sudah lewat ketika
Gardapati mencoba untuk mengamati pihak lawan,
tampak butiran air keringat bercampur darah berketelketel membasahi baju mereka.
Cuma Belati dan semangat lah yang dimiliki lawannya
untuk mempertahankan perlawanan dan sukar untuk
ditaklukkan. Tak takut mati" Itulah kunci utamanya, ketika ajal mendekat,
seseorang bisa bangkit menyala-nyala, tapi samp[ai
kapankah bisa bertahan"
Mendadak Gardapati mengerahkan tenaganya sambil
secara beruntun melancarkan beberapa bacokan,
menangkis serangan lawan"
"Trang..treng..trang..duk..dak!"
"Awasss?"!" Gardapati berteriak nyaring, secepat kilat
menyambar, Gardapati mengangkat kaki kanan
keatas kiri tangan kanan bergerak menyabet leher
Iblis Puncak Lawu yang dalam pada itu sedang
menarik serangan" "Bukk"Ughh!Byurr?" Tubuhnya tersungkur dan jatuh
keair. Gardapati tak berhenti begitu saja, sambil
mendoyongkan tubuh kekanan tangan kanan
bergerak menangkis serangan Belati Dewa Gagang
Pedang. Lalu memutar tubuh kearah kiri sambil
mengangkat kaki kanan menjejak Paha berbareng
menusukan jari yang berisi hawa pedang.
"Sreeenggg"!"
Hawa jari itu menggesek keluar, Dewa gagang
Pedang menangkis menempel, meski pa hanya serasa
remuk ia tak menyerah begitu saja.
Pedang ditangan kanan berputar menusuk sedangkan
belati di lintangkan kebelakang membelit leher.
Gardapati menghindari serangan balasan itu dengan
miringkan tubuh kekiri. Berbareng menangkis
serangan dengan jari tangan kanan..
"Trang?" Selanjutnya, dengan gerakan cepat dan mantap,
Gardapati lontarkan tendangan dengan kaki kanan.
Dewa Batang pedang mundurkan kaki kanan
kebelakang sambil menyilangkan kedua tangan
dengan pedang dan belati menghadap tendangan
Gardapati. Tampak Gardapati menarik serangan.
Bagaimanapun bila kaki dan pedang diadukan bukan
suatu keuntungan yang tak beresiko.
Sambil memiringkan tubuh kearah kiri, ia melakukan
tendangan menyamping atas. Gardapati rendahkan
tubuh dan menangkis kaki itu dari bawah, berbareng
meninjukan kepalan tangannya pada betis".
"Dukk"Gjebuurrr".Dakkkk"!"
Dewa gagang Pedang tercebur keair, Gardapati
batalkan serangan susulan karena ia merasa suatu
desiran angin dari belakang. Gardapati berbalik dan
memasang tangan melindungi muka"
Gardapati terjengkang, namun dengan sebuah saltoan
ringan ia kembali berdiri memasang kuda-kuda lebar,
badannya bertumpu pada kaki kiri sehingga kaki
kanan agak lurus. Tangan kanan menyilang di depan
ulu hati, tangan kiri ditekuk diatas.
"Haha"Sayang sekali?" Kata Gardapati ringan.
"Ya, sayang sekali nyawamu tak melayang" Jawab
Iblis Puncak lawu geram sebab serangan
bokongannya gagal. Kembali ia menerjang mengirimkan sebuah
tendangan memutar. Entah tendangan atau cakaran,
sebab cakarnyapun terlihat merah membara siap di
cakarkan.. Gardapati melayani setiap serangan keduamnya
dengan tenang, penuh perhitungan dan hati-hati.
Dewa Gagang Pedang pun kembali kegelanggang.
Serangan-serangan yang sangat dasyatpun segera ia
lancarkan, setiap jurus pasti mengisyaratkan
kematian. "Mana kesombonganmu yang tadi bocah keparat!"
Bentak Iblis Puncak Lawu.
"Aku simpan dalam saku dahulu, sebab saat ini aku
sedang menghadapi lawan yang cumin bisa main
cakar kucing saja!" Jawabnya sambil mengimbangi
serangan-serangan yang di lancarkan oleh keduanya.
Kali ini tangan Dewa Gagang Pedang di silangkan di
depan dada tampak di kedua tangannya dua buah
kerikil.. Dan merapal ajian
"Jagaad gede jagad cilik mendak tumungkul
onongarepaningsun, ojo maneh siro jalmo manungso
asal banyu bali dadi banyu, asal geni bali dadigeni,
asal angin bali dadi angin, asal bumi bali dadi bumi,
asal cahyo bali marang alaming kidratiro, ketaman
ilmuku pengabaran jati yo ja
tining pangabaran soko kersane Allah".".
"Kau Cari mati" " Bentak Gardapati marah, rupanya
mantra yang dibisikan Dewa Gagang Pedang
terdengar oleh telinga tajamnya. Gardapati marah
sebab lawan hendak menghilangkan ilmu yang
dimilikinya. Ia tahu lawan menggunakan Ajian
Pangabaran. Ajian Pangabaran adalah Ajian yang
dapat mencabut ilmu lawan karena ilmunya akan
berbalik dan meninggalkan tubuhnya.
Jadi bisa dibayangkan betapa marahnya Gardapati.
Seketika Gardapati memukulkan tinjunya Kearah
tubuh Maharaja, begitu dekat telapak tangannya
dibuka hawa putih membentuk telapak tangan
mengembang".. "Celaka, Tapak Dewa Dunia Persilatan" Pekik Dewa
Gagang pedang bersamaan dengan Iblis Puncak
Lawu. Iblis puncak Lawu kebaskan tangannya
mengirimkan segulug angin dahsyat berbau busuk"
"Bleeegarrrr?"Drukkk..drakk..byurr"Drakkk..Arghhaaa"
Tiga kekuatan raksasa bertemu. Berpuluh-puluh
tombak Dewa Gagang Pedang terpental, Sedang Iblis
Puncak Lawu menerima akibat lebih parah lagi.
Tubuhnya itu terhempas dan membentur dinding
cadas. Darah menyembur dari sekujur tubuhnya.
Batok kepalanya hancur, otak dan jeroannya tampak
jatuh keair, tubuhnya terpanggang di atas cadas dari
batu karang. Diujung karang tampak jeroan perut Iblis
Puncak lawu membelit karang.
Sebaliknya Gardapati hanya terlempar sejauh lima
tombak saja, di sudut bibirnya tampak darah
mengucur. Perlahan Gardapati menyusutnya.
"Hihi" aku memang suka jeroan itu, seperti cacing!"
Astadewi menunjuk usus yang membelit diatas
karang. Sementara yang lain bergidik ngeri.
Dewa Gagang Pedang yang masih dalam keadaan
sempoyongan. Mengetahui orang yang menolongnya
mati menggenaskan, meski berasal dari golongan
hitam. Ia bercucuran air mata jua. tanpa daya segera
memburunya. "Ai, meski masa lalumu sungguh kelam, tapi aku
mendoakanmu agar diterima di sisinya!"! Dewa
Gagang Pedang berdoa. "Uhuk..uhuk"!" ia terbatuk, darah segar berwarna
kehitam-hitaman kembali menyembur.
"Terimalah jurs terakhirku!" Bentak Dewa Gagang
Pedang nyaring. Sambil menggeser kaki kiri maju kedepan, tangan kiri
bergerak menyikut sementara tangan kanan
melepaskan pedang dan melindungi dada.
Dewa Gagang Pedang terkenal karena jurus
pamungkasnya yang bernama Gagang Pedang Dewa.
Yaitu sebuah jurus penghancuran dengan gagang
pedang. Tentu saja ini berkebalikan dengan dasar
pedang pada umumnya, namun itulah yang terjadi.
"Hiaaa". Gagang Pedang Dewa!"
Teriaknya mengguntur. Laksana panah yang terlepas
dari busurnya ia melesat terbang dengan posisi
memegang pedang secara terbaklik yaitu menghadap
pada dirinya seakan hendak bunuh diri.
Melihat jurus aneh lawan, Gardapati meletakan kaki
kanan kesamping kanan agak depan, kedua tangan
melakukan silangan cakar didepan dada dalam posisi
tangan kanan dibawah. Sejengkal lagi di depan Gardapati, Dewa Gagang
Pedang memutar tubuh dan menyodokan gagang
Belati Darah Birunya pada ulu hati Gardapati.
Gardapati memutar tangan membelit tangan lawan.
Tak nyana tangannya begitu licin. Tanpa ampun
gagang itu terus hendak menyodok ulu hati, Gardapati
sungguh tak rela ia mati konyol, tangan lainnya
disimpan diulu hati".
"Bukkk?" Gardapati ikut terbawa dorongan lawan.
Tubuhnya terjengkang membungkuk. namun entah
mengapa, Gardapati merasakan lawan mendadak
mengendur, ia segera memanfaatkan keadaan itu,
tangan yang terkena sodokan gagang belati darah
biru diputar berbareng disertai tenaga mndorong,
sedang tangan lainnya menepuk jidat Lawan
sehingga terjengkang, dalam keadaan itulah tangan
yang terkena sodokan didorong menempel..
"Jrebbb?" "brukkkk?" Keduanya terguling. Gardapati bergulingan
di atas air dan kerikil tajam, untunglah sebelumnya ia
mengerahkan ajian kekebalan sehingga tubuhnya
terluka berbeda dengan pakaiannya yang sobek sana
sobek sini. Gardapati perhatikan keadaan lawan, tampak ia
menelungkup dengan belati biru mebnonjol diatas
punggung. Ia tendang tubuh itu sehingga terlentang,
belati itu dicabut dari dada Dewa Gagang Pedang.
Diperhatikannya belati itu, benar-benar belati mustika,
terbukti dengan tak setetes darahpun menempel di
badan pedang. Dari belakang, Arya menepuk pundaknya. Gardapati
berpaling dan tersenyum kepada sahabat-sahabatnya.
Iblis kembar bumi, Si Gila Dari Neraka, Aryani, Antari,
Astadewi, Anhudari, Dyah Krusina, Ratih,
Drajasengkala, AdiPraja berpegangan pundak.
Ia berpaling keatas awan yang berarak dan
mengacungkan belati biru itu, belati yang semakin
menampakan sinarnya kala di saluri tenaga dalam
dan tertempa sinar matahari.
"Woaaaahhhhhhh?"." Serempak mereka berteriak
nyaring mengalahkan deburan air terjun dan salakn
langit. * dijadikan penghinaan. Meski tak secara langsung
tapi saya sering menguping para prajurit
membicarakan kami, saya sangat sedih, awalnya
sayapun ingin membungkam semua mulut itu, tapi
kini. Saya hanya bisa senyum saja menanggapinya.
Saya ingin menjadi yang kakang saya inginkan" Kata
Garwati curhat sambil berlinangan air mata.
Sagara Angkara terharu dengan kisah gadis itu, gurat
rasa kasihnya semakin kuat melihat keluguan gadis
dihadapannya. Dia bulatkan tekad bahwa ia akan
menjaga gadis itu, bila gadis itu mempercayainya
sedemikian rupa. Masakah ia akan
mengecewakannya" Diam diam ia mengkhawatirkan bila gadis itu
mempercayai seorang penjahat wanita. Mungkin jika
yang bukan lewat adalah dirinya, gadis ini akan


Iblis Dunia Persilatan Karya Aone di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menceritakan kehidupannya begitu saja kepada orang
lain. "Memang apa yang kakangmu inginkan kepada
dirimu?" Tanya Sagara Angkara kepada gadis itu, dia
berpaling dan melenggong. Cahaya smentari yang
menerpa sungai menerpa wajahnya"
"Gardapati!" Batin Sagara Angkara menjerit.
Sebelum gadis itu menjawab, ia berpaling menatap
Sagara Angkara yang melenggong.
"Ada apa kakang" Mengapa melamun?"
"Akh, tidak apa-apa.!" Sagara Angkara tergagap.
Sambil kembali menuntun kudanya. Gadis itu berkata
menjawab pertanyaan Sagara Angkara.
"Dia berpesan melalui sebuah surat!" Kata Gadis itu
seraya menyerahkan sepucuk surat kepada Sagara
Angkara. Sagara Angkara mengambil surat itu dengan tangan
gemetar, dia mencium bau harum pada kertas itu,
perlahan dibuka. Adapun surat itu isinya adalah.
"Adiku yang cantik, bila kau membaca surat ini,
berarti kakang sedang berjuang dalam lumpur
kegelapan" Bukan maksud kakang untuk menjadi Iblis, bukan,
maksud kakang untuk tega membiarkanmu sendiri
tanpa perlindungan seorang lelaki"
Tapi," kakang tak ingin dikatakan sebagai anak yang
durhaka, almarhum Ayah telah memberikan surat
wasiat kepada kakang. Kakang tak ingin engkau
menjadi bagian ini, cukuplah kakang yang menerima
dan menanggung semuanya. Jika kau memang mencintai kakang, jadilah engkau
gadis sesuci dan seputih kapas, jangan kau nodai
dirimu dengan nafsu, amarah dan dendam, bila ada
yang mencela dirimu" Tersenyumlah"
Bila ada yang menghina kita Sentyumlah, besarkan
hatimu" Kakang Percaya engkau mampu. Jadilah gadis yang
kakang harapkan. Jangan risaukan kematian ayah,
kakang yang akan mengurusnya. Bila suatu saat nanti
kakang masih hidup dan kehilangan arah"
Jadilah Pembimbing kakang, arahkanlah kakang
kejalan yang diridhai" kakang tak tahu bahwa kapan
kakang akan mengingat keluarga dan kebenaran
Karena mulai detik ini, nafas ini, hidup ini, jiwa ini,
tubuh ini, akan kakang cuci dengan dendam amarah"
Jangan pernah ikuti jalan kakang,,,, jadilah gadis yang
seperti kakang inginkan"
Kakang bersumpah, meski jiwa ini lebur" tak sudi bila
engkau ternoda atau dinodai, bila engkau merasa
kebahagianmu ada yang merengut, carilah kakang
atau kirimkanlah orang untuk menyampaikan
pesanmu" Kakang bersumpah, siapa saja yang berani
mengganggu seujung rambut dirimu, bukan hanya
keluarga orang itu yang akan mati"
Tapi Seluruh dunia akan kakang bantai sampai banjir
darah" Mungkin tak banyak yang ingin kakang pesankan
kepadamu" kakang mohon engkau sudi menjadi apa
yang kakang inginkan, demi kebaikanmu, demi
kakang, demi ibu dan demi ayah".
Surat ini ditulis dengan darah kakang, sebagai tanda
bahwa surat ini bukanlah surat main-main
Yang selalu menyayangi dan mencintaimu"
Gardapati." Sagara Angkara terhenyak, ternyata apa yang
dipikirkannya benar, gadis ini memang adik gardapati.
Membaca surat itu, Sagara Angkara seakan
memahami jalan pikiran sebab musabab sahabat
sekaligus musuhnya itu. "Ai, bukan hanya kakangmu, sayapun menyetujui apa
yang diinginkan kakangmu"
"Benarkah"!" Mata Garwita bersinar-sinar, seperti anak
kecil dikasih permen. Sagara Angkara mengulum senyum melihatnya,
"Simpanlah, jangan berikan ini kepada siapapun" ini
adalah surat berharga dirimu!"
"Mengapa begitu kakang?" Tanya Garwita kekanakkanakan. Sagara Angkara menghela nafas atas kepolosan gadis
di sampingnya. "Jika Surat ini di ambil orang, apa yang akan
kakangmu pikirkan kepada dirimu?" Sagara Angkara
balik bertanya. Garwita menerawang membayangkan apa yang akan
terjadi, mendadak wajahnya sedikit pucat, buru-buru
surat itu dimasukan kebalik baju.
"Kakang, Wita mohon jangan disebarkan bahwa
kakang pernah membaca surat ini, ya..ya..ya!" Garwita
merajuk. "hahaha" Tak tahan lagi Sagara Angkara tertawa
lepas, meski tak mengerti mengapa Sagara Angkara
Tertawa, Garwita memilih ikut tertawa.
"Mengapa kamu Tertawa?"Tanya Sagara Angkara.
"Habisnya kakang tertawa sendiri, bagaimana jika
ada orang lewat dan menganggap kakang orang
yang sedikit itu" "Itu apa?" "Itu ya itu!" Sagara Angkara menahan tawa, benarbenar polos gadis ini. Pikirnya.
"LIhatlah, itu kedai" kamu lapar?"
"Ehehe"!" Garwita tertawa kecil
Keduanya masuk ke kedai. Kedai nasi itu cukup besar.
Tapi saat itu pengunjungnya cuma beberapa orang.
Keduanya duduk di satu sudut. Kursi-kursi dan meja
terlihat bersih dan rapi.
Sagara keheranan, sebab yang ia lihat yang makan
hanya para petani, pedagang, dan pelajar saja.
Kemanakah para kaum persilatan"
Seorang laki-laki tua ubanan datang mendekatinya.
Tampaknya dia adalah pemilik kedai.
"Makan nak....?" tegurnya.
Sagara Angkara mengangguk.
"Kamu ingin makan apa Nimas Wita?" kata Sagara
Angkara. "Nasi Putih dan bebek panggang kecap" Jawab
Garwita polos. Mendengarnya, Pemilik warung itu kerutkan kening.
Selama dia membuka kedai di Pala Langon itu baru
hari ini ada seorang tamu yang datang di kedainya
dan memesan itu. Matanya meneliti gadis itu dari
rambutnya yang di gelung dan dihias bunga sampai
ke kakinya yang rapi. Sagara Angkara yang memakai pakaian pelajar sama
sekali tak terlihat mecolok, seorang Pelajar dan Putri
Keraton. Itulah jamak, yang tidak jamak adalah,
bagaimana ada putri keraton di sebuah kampong.
"Kalian tentu dari keraton....", katanya.
"Betul, paman" Garwita menjawab penuh dengan
senyuman lugu. "Tolong lekas nasinya, pak, perut saya sudah lapar
betul....!" "Nimas, Nasi Putih hanya untuk kalangan keraton
saja. Dikedai tak mungkin ada, selain itu bebek
panggang kecap jelas tak mungkin ada, ada juga
paling tidak memakai kecap."
Garwita melongo, ia garuk-garuk punggung yang tak
gatal dan nyengir, "kalau begitu kakang saja yang memesan."
Sagara Angkara tersenyum dan memesan makanan,
setelah dipesan. Orang kedai itu segera
mengambilkan dua piring nasi merah, lauk pauknya
dan dua gelas air lalu diletakkannya di atas meja di
hadapan Garwita dan Sagara Angkara.
Karena lapar, keduanya makan dengan lahap, meski
janggal Garwita tetap makan makanan itu.
"Nimas, lihatlah apakah itu rombonganmu?" Sagara
Angkara menunjuk keluar. "Ai, benar-benar!" Garwita tersenyum bahagia,
matanya berbinar. "Begini saja, kehidupan diluar itu sangatlah keras,
engkau pulanglah dan bujuk ibumu agar menolak
pernikahanmu. Mengenai kakangmu biarlah saya
yang mencari dan menyampaikannya."
"Ekh, kakang mengenalnya?"
"Ia sangat mirip denganmu!" Kata Sagara Angkara
sambil tersenyum. "Terimakasih kakang!" Wita beruntung mengenal
kakang, entah mengapa Wita merasa sangat sedih
bila mengingat kita akan berpisah" Garwita berkata
tulus dan jujur. Sagara Angkara yang merasakan hal sama tak berani
mengucapkannya, tapi gadis ini benar-benar tulus dan
jujur. Tak ada yang di tutupi.
"Sungguh gadis ini jujur sekali, wajahnya begitu
polos, mudah-mudahan ia akan selalu tetap seperti
ini." Batinnya, Sagara Angkara melambaikan tangan memanggil
pemilik kedai. "Berapa?" Tanya-nya.
Orang kedai itu menyebutkan jumlah uang yang
musti dibayar Sagara Angkara. Dikeluarkannya
uangnya dan diberikannya pada orang di kedai itu.
Lalu beranjak keluar bersama Garwita,
"Tri?" Panggil Garwita kepada seorang gadis pelayan
yang dalam pada itu berkumpul putus asa.
Yang dipanggil Tri itu berbalik, wajahnya melengak
lalu tertawa gembira dia langsung berlari. Setelah
mendekat dia member hormat.
"Tuan Putri kemanakah saja anda, kami semua
menghawatirkanmu" Garwita hanya ganda tertawa saja, dia berbalik
kepada sagara Angkara. "Kakang kapan kita akan berjumpa kembali?"
"Selama gunung masih hijau, sungai mengalir kelaut
selama itulah kita akan bersua kembali." Jawab
Sagara Angkara. "Sampai jumpa kakang!" Garwita berjalan mengikuti
Tri, gadis pelayannya. Sesekali ia menoleh kebelakang, semakn lama
semakin jauh. Sagara Angkara hanya bisa melihat ia
masuk tandu dan menghilang di persimp angan jalan.
Ada yang hilang dalam jiwa, ada yang hilang dalam
hati bersama lalunya gadis itu.
"Ai, eyang benar" senjata pembunuh terbaik adalah
perempuan" Gumamnya.
Dibawah pohon beringin yang rindang. Gardapati
bersama Astadewi tampak bermain-main, cubit dan
colek tampak mereka lakukan guna menghibur hati.
Kala Gardapati mengambil tuak, mendadak Arya
bersama Ratih mendatangi, dari raut wajah mereka
tampak mereka memendam suatu masalah.
"Saudaraku!" Arya menyapa.
"Ada apa Saudaraku?" Gardapati menyahut.
"Di Daerah Kalawisa ada sekelompok kaum persilatan
yang menentang perintah kita"
"Lalu?" "Aku hendak meminjam wajahmu untuk
membereskannya.." Kala Mendengar itu, mendadak Gelas permata yang
dipegang Gardapati melayang jatuh". Tampak
bersinar tertempa mentari. Apalagi ketika tuaknya
meluber keluar" "Prakkk....!!" Gelas hancur berantakan, tuaknya meluber
menggenangi lantai. "Kakang?" Astadewi terkejut. Begitupula dengan Ratih
dan Arya, sungguh mereka tak mengerti apa yang
sedang terjadi,. Gardapati melenggiong tak sadar, mendadak
bayangannya teringat kepada sosok misterius serba
hijau. Ia ingat dengan perkataannya.
Inikah suatu pertanda"
"Brukkkk".!" Gardapati jatuh berlutut. Dia jatuh
berlutut diantara pecahan gelas, darah merembes dari
betis dan lututnya. "Firasatku Tak enak, Arya" kumohon dalam jarak
satu purnama ini engkau tak memakai wajahku
untuk berkeliaran di dunia Persilatan" Gardapati
berkata kepada Arya sambiol menutupi wajahnya.
Meski tak mengerti apa sebabnya, namun Arya dapat
melihat keseriusan Gardapati. Ia terdiam"
"Kakang Ayo bangun"!" Astadewi berusaha
membujuk dan membangunkan Gardapati. Setelah
berdiri, Astadewi berjongkok dan mencabuti pecahan
yang menempel di anggota tubuh Gardapati.
"Sebenarnya ada apakah ini kakang?" Ratih memecah
keheningan. "Bencana besar," bencana besar"!" gumamnya sambil
berjalan tertatih-tatih dan duduk melamun dibawah
pohon beringin. Seperminum the kemudian, Gardapati bangkit dan
berkata. "Biarlah, biar aku bersama Nimas Dewi yang
berangkat kesana. Jagalah perkumpulan kita.
Seandainya aku tak kembali pimpinlah perkumpulan
ini dengan baik" Ada kesedihan di balik setiap
ucapannya. "Saudaraku, mengapa engkau berkata seperti itu" Kita
sudah berjanji untuk sehidup semati, meski ada


Iblis Dunia Persilatan Karya Aone di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bencana yang tak sudah. Kita lampaui bersama-sama.
berat sepikul, ringan sejinjing. Itulah prinsip kita. Kita
harus sedencing bagai besi, seciap bagai ayam."
"Besar Kapal besar gelombang, saat ini kita sudah
memiliki sebuah kerajaan persilatan, tidaklah baik bila
kita harus bersama pergi. Bukan maksudku tak
mempercayaimu, namun ada sesuatu hal yang sangat
aku takutkan, sesuatu yang diluar rencana. Sesuatu
yang besar yang mampu hancurkan kita semudah
menjinjing kapas diluar sana."
"Apa itu?" "Aku tak bisa mengatakannya sekarang, sebab aku
juga tak mengetahui, berkata soal ilmu silat, satu
orang prajuritnya bahkan mungkin setara denganku!"
"Apa" Bila pula biawak duduk?" Arya belakan
matanya lebar-lebar. "Musuh atau kawan aku sama sekali tak mengetahui,
berjaga-jaga adalah bukan suatu yang sangat buruk."
"Baiklah, aku tahu kau melakukan ini semua demi
kebaikanku, hanya satu pintaku" kembalilah dengan
tak kurang suatu apa!"
"Itu pasti,"!" Kata Gardapati menepuk pundak Arya.
"Mari Nimas Dewi" Gardapati menggandeng tangan
Astadewi, Astadewi memberengut dan berkata.
"Apa tak sebainya kakang mengganti pakaian
dahulu?" "Haha?"!" Gardapati terbahak-bahak. Suasana nan
sejuik itu dikagetkan dengan suara tawa
menggelegar mengandung kesedihan yang tak begitu
kentara. Dusun Kalawisa adalah sebuh dusun antara
perbatasan Jawa bagian tengah dan Jawa bagian
barat, oleh karenannya, dusun ini ramai dengan
segala aktivitas para pedagang.
Sebuah Bangunan megah berdiri ditengah dusun.
Pagar tinggi mengelilingi bangunan itu. Masuk
kedalam bangunan, tampak beberapa orang
berpakaian kaum kelana saling mengobrol dengan
bisik-bisik penuh dendam.
"Argono, kau terkenal dengan senjata rahasiamu
yang dinamakan Haur kuning perengut nyawa,
masakah begitu ketakutannya sampai-sampai
menolak untuk memberontak" Aku Si Jelita Berbau
harum merasa sangat sedih untukmu, tak nyana
nyalimu hanyalah nyali kertas" Seorang Perempuan
berusia tiga puluhan mencibir sinis kepada sorang
lelaki berusia tiga puluhan yang duduk menyendiri,
bamboo kuning menggantung di punggungnya.
Wajahnya berkerut penuh amarah, dengan marah dia
berkata. "Asiri, jika kau memang merasa sangat jago melebihi
Dewa Gagang Pedang, Maharaja, Iblis Puncak Lawu
dan yang lain pergilah kesana, jangan membawabawaku si tuan rumah ini"
Si Jelita Berbau Harum yang disebut nama aslinya
terdiam. Siapakah diantara mereka yang sanggup
melebihi para tokoh dunia persilatan itu?"
Di Pertemuan itu, kiranya ada sekitar dua puluh
empat orang yang duduk mengobrol, sedang yang
lainnya berjaga-jaga diruangan lain.
Seorang lelaki berbaju kuning, dengan sebuah
kelabang besar nangkring dirambutnya berkata.
"Ai, Kita memanglah tak memiliki daya ataupun
upaya untuk melawannya." Ucapnya lesu.
Mendadak sekelebat sosok bayangan kuning
kemerahan dating, ketika semua mata mengalihkan
perhatian, tampak disalah satu tempat duduk yang
kosong telah ditempati seorang pertapa memegang
tasbih besar. Dialah yang dikenal dengan Pertapa
empat jari. Sesuai dengan gelarnya, memang jari
tangannya itu hanya ada telunjuk dan jari tengah.
"Mohon maaf kedatangan saya agak terlambat,
sehingga para saudara sekalian lama menunggu."
Katanya memohon maaf. "Tidak apa-apa, apa kedatangan Andhika juga hendak
menyangkut Iblis Dunia Persilatan itu?" Tanya Argono
atau biasa dikenal dengan Si Penjaja bamboo.
"Benar, Iblis Dunia Persilatan itu dengan
menggunakan ilmunya yang tiada taranya telah
mengacaukan keseimbangan dunia Persilatan. Ia
menutup seluruh pintu perguruan, melarang kaum
rimba persilatan menginjakan kaki di dunia persilatan.
Padahal dulu kita bisa berkelana dengan nyaman
meski tak jarang badai kelabu selelu dating
menghadang. Kita harus mengadakan perlawanan."
Jawab Pertapa berjari Empat.
"Tetapi apakah sudah ada rencana untuk
memusnakan musuh?" "Urusan ini sangat mudah sekali, asalkan kita Tiga
Golongan bersatu bekerja sama bahu membahu,
mengadakan perlawanan dengan sekuat tenaga, saya
rasa tidak susah untuk mengeroyoknya hingga dia
menemui ajal." "Ai, Maksud Pertapa memang sangat baik, usul nya
juga saya terima dengan baik, saya merasa sertuju.
Hanya cara demikian tak ubahnya dengan telur diadu
dengan batu. Ini namanya menghancurkan peradaban
sendiri." Mendengar jawaban itu semua orang yang
berada disana merasa diangkat dari air es dan
diceburkan kedalam air bergolak.
Pertapa Berjari empat adalah salah seorang pertapa
yang beribadat baik, meski terkenal dengan
tindaknnya yang serba sembrono namun ia terkenal
dengan kecerdikannya dalam memecahkan kesulitan.
Kini ditanggapi seperti itu, sungguh ia merasa terhina
sekaligus heran, dengan penuh emosi ia berkata
kepada Si Penjaja bamboo.
"Apa" Kita gabungan para kaum persilatan belum
mampu membunuh Si Iblis itu" Dari sudut manakah
kau si Penjaja Bambu ini mengatakan telur diadu
dengan batu?" "Ya! Andhika hanya menyebut siiblis itu saja, apa
andhika tak memperhitungkan para konco-konconya
itu"!" "Beberapa ratus tahun lalu, Sang Pujangga Silat
Pendekar Seribu Diri Aram Widiawan juga
mengerahkan segenap elemen yang ada di muka
bumi untuk membinasakan musuh dan itu berhasil,
tak ada salahnya bila saat ini kita mencoba."
"Ai, Pertapa mengapa engkau begitu sembrono
menggunakan siasat" Sebagai keturunan Salah satu
Ksatria Satwa Luyu Manggala tak semestinya kau
mengambil keputusan semudah membalikan telapak
tangan. Untuk dirimu yang terkenal licin dalam
menyelamatkan diri mungkin tak jadi masalah, tapi
bagaimana dengan yang lain" Apakah engkau mau
mengorbankan kami" Lihatlah, belajar dari itu, Iblis
Dunia Persilatan sama sekali tak melibbatkan
masyarakat, bahkan mensejahteraan mereka,
bagaimana kita meminta mereka mendukung aksi
kita" "Ai, jika orang lain yang mengatakannya mungkin
kepalamu sudah hilang sejak tadi. Mengingat bahwa
kau adalah keturunan dari mendiang Murka Semesta,
akupun merasakan sungkan kepadamu. Tapi,, apakah
kita akan disini saja menanti kematian" Menyaksikan
Iblis Dunia Persilatan dan konco-konconya berbuat
seenak udelnya" Kau pun tak berdaya
menanggapinya." "Menurutku hanya satu jalan untuk menghadapi
kemelut ini" Begitu mendengar ucapan itu, semua orang yang
berada disitu pada terbangun semangatnya.
Serempak mereka menanyakan.
"Cara apa?" "jalan satu-satunya itu adalah menggali ilmu rahasia
dari Para Ksatria satwa yang sudah hiilang. Prlu kita
ketahui, bahwa Ilmu Ksatria Satwa itu lebbih kuat
daripada Kelima Partai golongan Putih. Oleh
karenanya kita harus berupaya mencari ilmu rahasia
keluarga kita masing-masing yang tak sempat
diturunkan." Semua menghela nafas panjang. Mereka tenggelam
dalam lamunan masing-masing.
"Amurti, kau adalah keturunan dari Amuk Samudera,
apa tak sebaiknya kita mencari keturunan Mendiang
Pendekar Kijang berbaju coklat Angkara?" Si Jelita
berbau Harum membuka percakapan.
"Ahaha" Kau sendiri adalah Keturunan dari mendiang
Ksatria Domba Kasturika, apa tak menemukan jalan?"
Si Penjaja Bambu menghela nafas panjang dan
mencegah kedua oang itu berselisih.
"Sudahlah jangan saling menyalahkan, kita disini
adalah saudara, masing-masing dari kita adalah para
keturunan Ksatria Satwa, baik secara langsung
maupun tidak. Lain daripada itu kita harus saling
merekatkan persaudaraan."
"Itu Benar, mengapa jika kalian hendak memberontak
malah saling gontok-gontokan sendiri?" Mendadak
seseorang ikut pembicaraan. Dan betapa terkejutnya
ketika mereka melihat sesosok kelabu dengan caping
lebar, di sisinya seorang gadis cantik mungil
menggelayut manja. "Iblis Dunia Persilatan"
Serentak semuanya berdiri dan mencabut pedang.
Sebagai tuan rumah. Si Penjaja Bambu tentu lebih
tahu keadaan medan. Sekeliling tempat itu tertutup,
cara bagaimana orang ini dapat masuk" Itu adalah
pertanyaan yang sungguh tak bisa dijawab.
"Haha" sungguh besar nyali kalian semua. Sungguh
besar sungguh besar."
Keadaan berubah menjadi tegang, ketakutan
menyelimuti setiap benak orang"
Ini adalah sesuatu yang sangat diluar perkiraan dan
rencana". Orang bijak mengatakan : "Tuliskan rencanamu dengan sebuah pensil dan
berikan penghapusnya pada Tuhan. Biarkan Ia
menghapus bagian-bagian yang Ia anggap perlu. Dan
pasti, hasilnya adalah lukisan hidup yang dipenuhi
dengan keindahan." Kata siapa sesuatu yang diluar rencana adalah mutlak
musibah" " hanya orang yang sempit pikiranlah yang
akan mengatakan itu. "Aku akan adu jiwa denganmu!" Salah seorang lelaki
brewokan menerjang Gardapati. Dia biasa dipanggil
dengan nama Panglima Satu Dusun.
Serangannya sangatlah dahsyat, kesiuran angin yang
dibawanya sangat menggiriskan. Sebuah pukulan
berlandaskan ajian Batara Karang menghantam
Gardapati. Gardapati mundur setindak, tangan kanan memutar
dan menangkap pergelangan tangan lawan, tangan
kirinya menusuk dengan cepat pada dahi.
Bagaimanapun Panglima Satu Dusun bukanlah tokoh
sembarangan, tangan kanannya sebat mekukan
tangkisan. Gardapati yang sangat bersikap santai itu
memutar pergelangan tangan dengan kuat dan cepat,
menangkap pergelangan tangan lawan yang hendak
melakukan tangkisan. Gardapati mendengus kala melihat kaki lawan
hendak terangkat, cepat bagai kilat ia mendahului
dengan menjejak lutut seraya mengibaskan tangan
kiri lawan, berbareng mengibas dengan sisi tangan
pada batang leher. "Takk".!" Rupanya Lawan Gardapati memiliki ilmu
kebal, sampai tangan Gardapati terasa kesemutan,
Gardapati yang dapat menaklukan dunia Persilatan
tentu bukan orang sembarangan. Sebat ia
memukulkan tangan lainnya hingga kepala Panglima
Satu Dusun melengak kebelakang terkena hajaran.
Panglima Satu Dusun terjajar hingga tujuh delapan
langkah kebelakang, Gardapati merunduk dan
menempelkan tangannya kelantai tanah yang
berdebu. Pucat wajah Panglima Satu Dusun melihatnya" T e r l
a m b a t, sebuah pukulan dahsyat mendarat diulu
hatinya. "Arrhggghh"!" Panglima Satu Dusun mencelat terbang
sambil memuntahkan darah.
"Brakkkk"." Tubuhnya menabrajk dinding hingga
hancur berantakan. "Menentangku " MATI, Melawanku MATI, adalah
suatu kehormatan baginya aku belum mencabut
jiwanya, setelahnya dia harus tunduk diobawah
kakiku sebelum kubantai seluruh anak istrinya" Kata
Gardapati sinis. Melihat itu, Si Penjaja Bambu yang terkenal dengan
senjata rahasianya melakukan sesuatu yang
membuat semua orang melengak, antara takjub,
heran, iri bersatu dalam sebuah benak.
Si Penjaja Bambu yang sudah berada dalam posisi
kuda-kuda segera mendorongkan kedua telapak
tangannya dengan kuat mendorong angin seakan
angin itu memiliki bobot ribuan kati. entah bagaimana
kejadiannya, kedua tangannya itu masih mendorong
angin namun entah juga darimana datangnya, ia
memiliki dua tangan lagi yang mengayun simpan
menyamping pada tangan kanan yang diayunkan
kedalam dan tangan lainnya yang terkepal untuk


Iblis Dunia Persilatan Karya Aone di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

disilangkan didepan dada, perlahan kedua tangan
yang mendorong angin telah hilang, sambil
menyelinapkan tubuh kedepan maka disini tangan kiri
melakukan suatu totokan yang cepat pada daerah
yang lemah ditubuh lawan....
"Wuuurrssshhhh... Blaarrr....Crekk...crekkk"
Gulungan angin tornado bergulung gulung dari tempat
dimana kedua telapak tangan Aram mendorong
angin, berat namun cepat, itulah salah satu rahasia
dari jurus itu. diam namun bergerak, gerakannya
kosong seperti tak berisi, namun memiliki sumber,
sumber kekuatan tenaga dalam dari alam yang diolah
ditangan tanpa memasuki tiantan. Inilah jurus Ksatria
menolak angin yang dahsyat, memang jurus ini sama
sekali tida terlihat sempurna, mungkin Si Penjaja
Bambu belum menekuninya hingga sempurna. Meski
begitu, jurus ini terlihat begitu menggiriskan.
Dari semenjak melihat pembawaan kuda-kuda lawan,
Gardapati sudah tahu jurus yang dikel;uarnya bukan
jurus sembarangan, apalagi ketika menyadari bahwa
mereka yang berkumpul disini adalah para keturunan
Ksatria Satwa, Gardapati tidak lagi sungkan, jurus
Telapak Iblis Dunia Persilatannya digunakan.
Kedua tangannya direntangkan seperti hendak
terbang. Kaki kiri maju kedepan satu langkah. Tangan
kiri bergerak menyikut sementara tangan kanan
melindungi kepalan didepan dada. Selanjutnya
dengan posisi kedua kaki tetap terbuka lebar, tangan
kiri lurus kesamping kiri dan tangan kanan didorong
kedepan dengan diiringi bayangan hawa telapak
tangan berwarna hitam berbau busuk dan amis
menyeruak datang" Astadewi yang menonton diluar arena terkejut,
kakinya menjejak dan melompat keudara menembus
atap hingga jebol. "Duaaaaarrrrrrr?"".!"
"Arrgghhhh?" "Ugghhh?" "Brak"Dreettt..bruk!"
Dari udara, Astadewi melihat sebuah telapak beradu
dengan totokan yang dibarengi dengan angin topan
bergulung-gulung. Dirinya melihat, lantai menyibak menciptakan lobang,
selanjutnya dinding hancur, diikuti dengan
meledaknya rumah megah itu.
Untung ilmu Ngambang Anginnya yang sudah
mencapai tataran sempurna membuat Astadewi
selamat dari ledakan itu, setelah keadaan mulai reda,
Astadewi memutar tubuh bersalto dan meluncur
kebawah, ringan bagai kapas, cepat bagai tanah
Astadewi berdiri di atas reruntuhan bangunan.
Batu bangunan berserakan, para tetangga
berhamburan melihat, tak ada seorangpun diantara
mereka yang melihat dari dekat, semuanya dari jauh.
Sudut bibir Gardapati mengucurkan darah segar,
sementara Si Penjaja Bambu berusaha untuk bangkit
dan menyingkirkan bangunan yang menindihnya.
Sekujur tubuhnya di selimuti darah akibat goresan
yang diterimanya dari ledakan itu, belum lagi tenaga
dalamnya yang terluka parah.
Yang lainpun tampak satu persatu bangkit sambil
membersihkan tubuh mereka dar tindihan batu yang
menindih, itu di ibaratkan bagai jamur yang mulai
tumbuh. "Hehe" kalian tamatlah sekarang, desisnya sambil
memasang kuda-kuda. Melihatnya, Si Penjaja Bambu juga yang lain pasrah
akan kematian. "Tapak Dewa Dunia Persilatan" Seketika Gardapati
memukulkan tinjunya Kearah mereka, ditengahtengah telapak tangannya dibuka hawa putih
membentuk telapak tangan mengembang"..
"Bleeegarrrr?"Drukkk..drakk..byurr"Drakkk.."
Kembali terdengar ledakan dahsyat menggelegar,
namun kali ini tidak ada teriakan atau jeritan
kesakitan. Gardapati mengeryitkan kening. Siapakah
kiranya yang menahan serangannya yang bahkan
membuatnya mundur dua langkah kebelakang.
"Siapakah Andhika?" Tanya Gardapati heran.
Begitu asap sirna, tampaklah sesosok berkerudung
hijau berdiri tenang. Gardapati tertegun bengong. Terlihat sosok itu
berjalan mendekat dengan cepat, begitu dardapati ia
berkata. "Kau tak menepati janjimu, akibatnya sesuatu yang
lain telah terjadi. Di dalam tubuh Istana Dewa Iblis
terjadi pengkhianatan. Saat ini kawan utamamu
bersama kekasihnya sedang berjuang sendiri di
daerah jampangkulon. Bukan hanya itu, pemimpin
wanitamu juga sedang diincar, namun sama sekali ia
tak sadar bahwa maut menunggunya dan malah
berdiam di kerajaan itu."
Begitu selesai berkata, sosok itu mengabur dan
menghilang, Gardapati tergetar hatinya. Bahkan ia
lupa menyerang musuhnya dia berteriak memanggil
sosok itu namun tak ada yang menanngapi,, akhirnya
ia berlari kearah Astadewi.
"Lekas, selamatkan Nimas Dyah, bawa lari dari
kerajaan, aku hendak menyelamatkan Arya, di
kerajaan terjadi pengkhianatan?" Hanya itu yang
diucapkan Gardapati, ia langsung melesat terbang
meninggalkan Astadewi yang terlolong.
Astadewi sadar, cepat ia juga mengambil langkah
seribu" Penjaja Bambu dan yang lain melepas nafas lega,
raut kesedihan melintas diwajah mereka.
Sementara itu dihutan sebelah kiri desa. Sosok
berkerudung hijau berlari. Tetesan darah mengucur
dari balik kerudung. "Tunggu!" Sosok berkerudung lain mencegah larinya.
"Ai, tak seharusnya kau menahan jurus itu, jurus itu
sangatlah dahsyat"."berkata sosok berkerudung yang
menyusul. "Mereka adalah orang yang penting, suatu saat
mereka akan berguna" Hanya itu yang ia katakan, ia
langsung lari pergi".
Kemanakah dan siapakah dia"....
Di Puncak Gunung dimana Perguruan Rajawali Emas
berdiri, hujan rintik-rintik mengguyur, angin bertiup
cukup kencang. Seorang pemuda berjalan dengan langkah kaki yang
cukup berat, ditilik dari keadaan luarnya, pemuda itu
berjalan menuju Padepokan Rajawali Emas. Dilihat
dari raut wajahnya dia tak lain adalah Sagara
Angkara adanya. Ia mengenakan pakaian yang sudah kumal dan
compang-camping, badannya kumal, wajahnya putih
bersih, dilihat dari cara jalannya yang memegang
perut. Jelaslah bahwa ia sedang terserang lapar yang
sangat. Diantara celah pakaiannya, terlihat otot dan badannya
yang kekar, wajahnya meringis dan melamun. Ia
ingat ketika ia pergi berkelana lagi. Perjumpaannya
dengan gadis yang telah memikat hatinya. Gadis itu
bukan gadis yang pertama masuk dalam
kehidupannya, namun ia merasa bahwa gadis itu
adalah sosok gadis yang dirindukannya.
Yang membuat sakit adalah ia adiknya Gardapati.
Kemudian perkelanaannya ia mendaki gunung,
menyebrangi sungai, ia pergi berkunjung kepada
berbagai partai di dunia persilatan.
Tetapi apa yang dilihat dan dialaminya hamper
membuat dirinya kehilangan arah. Terlebih dahulu ia
pergi ke Padepokan Teratai Putih, tetapi setelah
berkeliling dan berteriak-teriak tak seorangpun
menanngapi.bahkan ditempat penerimaan tamu
terdapat secarik tulisan dari kertas putih dan bertinta
darah. "Dilarang keluar masuk padepokan ini, siapa yang
melanggar, dia akan mati dibunuh ditempat, dilarang
berkelana selama hukuman masih berlangsung"
Dibawah kertas itu, tertulis nama pembuatnya, ialah
Iblis Dunia Persilatan. Ia marah, tangannya terkepal erat, giginya
gemerletukan. Ia berteriak-teriak hendak masuk,
namun tak kunjung ada yang merespon, dengan
terpaksa ia turun gunung dan berkunjung
keperguruan lainnya. Naas, nasib Padepokan lainnyapun sama dengan
nasib Padepokan Teratai Putih, bahkan disetiap
perjalanannya ia hanya bertemu dengan para lelaki
dan perempuan berpakaian serupa. Lain tidak.
Padepokan Rajawali emas merupakan tujuan
terakhirnya, selain hendak bertemu dengan ayah
angkatnya, ia juga hendak mencari tahu bagaimana
sebab awal terjadinya bencana ini.
Ia dongakan kepala memandang Padepokan Rajawali
Emas yang sangat megah yang berkabut terkena air
hujan. Ia berkata kepada dirinya sendiri.
"Ya tuhanku, yang maha kuasa sebenarnya ada
apakah ini, mengapa semua ini kau biarkan terjadi".
Tembok yang tinggi, kekar dan megah. Pintu gerbang
yang tebal dan dilapisi emas. Kala otaknya sedang
mencerna apa yang terjadi, Ia ketuk gerbang itu
beberapa kali. Sikapnya yang memandang adat
kesopanan merasa sungkan bila harus meloncat
menerjang gerbang itu. Oleh karenannya ia lebih
memilih untuk menanti. Selagi dalam keadaan kesal dan bingung harus
menerjang atau tidak, tiba-tiba terdengar suara merdu
tapi juga sangat dingin kedengarannya.
"Manusia liar darimana" Brani mengetuk pintu
gerbang dengan secara terang-terangan melanggar
perintah Iblis Dunia persilatan?"
Suara itu kemudian disusul oleh munculnya sesosok
bayangan putih yang tengah turun dari udara.
Ternyata bayangan itu adalah gadis belia berusia kirakira delapan belas tahunan, gadis itu berp aras cantik,
bibirnya merah delima, alisnya lentik, matanya jeli,
badannya langsing menggiurkan.
Pakaiannya yang ringkas warna putih, sedang
jubahnya berupa rompi yang berwarna sama pula
dengan pakaiannya, karena hujan, baju itu menjadi
basah sehingga lekuk lekungnya Nampak
Rajawali Berhati Emas yang menyaksikan
watak gadis itu yang sebentar-sebentar bisa berubah,
ia tahu gadis itu jatuh cinta benar-benar. Kepada
pemuda disampingnya. Gadis itu sendiri merasa bahwa hari ini sifatnya
sangat ganjil, sebentar gembira, sebenta marahmarah. "Ai, hari ini mengapa aku menjadi begini. Biasanya
aku membunuh iorang semudah membalik-telapak
tangan. Tapi hari ini benar-benar berbeda" Demikian ia
bertanya pada dirinya sendiri.
Apakah benar bahwa ia sudah jatuh cinta" Cinta akan
kepolosan, ke tampanan, dan segalanya.
Memikirkan bahwa ia jatuh cinta, wajahnya
memerah, saking gemas dan malunya ia melesat
terbang meninggalkan tempat itu.
Sagara Angkara menghela nafas panjang. Lalu
mengerahkan ilmu Lacak Geter kahuripan andalannya.
Setelah menyadari gadis itu talah berlalu, ia berlutut.
"Maafkan aku Ayah, tak seharusnya aku melakukan
hal demikian" Sagara Angkara menunduk.
Kedua kakek dan para murid yang ada disana
tercengang kaget,. "Anakku Sagara Angkara, bangunlah" syukur tuhan
masih merahmatimu. Tak kusangka aku bakal dapat
mengelus pipimu kembali."
Mendengar Pelajar rudin itu adalah sagara Angkara,
para murid Padepokan Rajawali emas terpekik kaget.
"Ai, ada apakah dengan Dunia Persilatan ini Ayah,
mengapa para Kaum persilatan tak seorangpun yang
berkelana di dunia persilatan?"
"Ai" ceritanya sangat panjang, yang penting adalah
kau sudah hadir disini. Maknlah" kau terlihat sangat
lapar, setelahnya engkau baru akan mendapat
keterangannya." "Baikk"!" "Tidaaaaaaaakkkkk?""!"
"Aarrrrggghhhh?""
Gardapati terlambat selangkah, tubuhnya ambruk
berlutut menyaksikan sahabatnya Arya bersama Ratih
mati menggenskan berbagai senjata telah menusuk
tubuh keduanya. Mereka mati berpelukan. Keduanya
bersimbah darah. Terlihat disampingnya darah menggenang, mayat
bertumpuk, keadaan tempat disana hancur
berantakan. Masih terlihat masih ada sekitar tujuh
puluhan orang dengan pakaian sama. Mereka
mengenakan pakaian bawah saja berwarna emas.
Darah Gardapati mendidih hingga ubun-ubunnya.
Kemarahannya benar-benar mencapai puncaknya.
Melihat sosok Gardapati, yang berlutut, para kawanan
Penghianat Istana Dewa Iblis mengepungnya.
"Wuaaaaaaaa?"!" Gardapati berteriak memekikan
telinga, Para pemngepuing itu sempoyomngan
mundur mendengar suatu teriakan yang begitu luar


Iblis Dunia Persilatan Karya Aone di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

biasa kerasnya itu. Gardapati benar-benar marah, sampai-sampai ia
mengerahkan Titisan Dewa Srengen.
"Ilmu apa ini.!"
"Iblis.." "Lari"!" Kalang kabut para pemngepung itu melarikan diri,
terlambat, kemarahan Gardapati sudah mencapai
puncak. "Jdddeer!" Sebuah petir menyalak menyambar sebuah
pohon. "Wungggg?" Badai mengamuk ditempat itu.
Beberapa orang malah mati terlempar, senjata
mereka berterbangan. nyali menciut ketakutan.
Gardapati benar-benar marah, sekali kibbaskan
tangan, angin prahara membadai menghempas.
Jangankan manusia yang terdiri dari daging dan
darah, pohopun tercabut sampai akar-akarnya, cadas
berterbangan. teriakan dan jeritan bergema dimanamana. "Pesssss"..!"
Mendadak angin Prahara lenyap, alam kembali
tenang, hanya suara benda jatuh saja yang terdengar,
dari balik dedaunan yang jatuh, Gardapati berdiri
dengan pakaian dan rambut berkibar laksana ular
hidup. Mendapati jalan buntu, tak ada pilihan lain bagi Para
Penghianat itu, mereka cabut senjata dan dari
segenap penjuru menyerang Gardapati.
Sebuah panah melesat mengarah padanya, hanya
dengan gerak menghindar remeh, Gardapati
menghindari serangan itu.
"Jrubbb"!"
"Arrgghh.." "Brukkk?" Salah seorang dari mereka tumbang
terkena panah. Setelah itu, dibalasnya serangan itu dengan suatu
kebbasan enteng sebelah tangan, enteng tangannya
bergerak. Hasilnya, ternyata jauh lebih mengerikan.
Serangkum terjangan angin rebut menggasak kearah
lawan" "Weerr?" "Arrhh" "Ugh,"!" Sepuluh orang terpental hingga jumpalitan, berakhir
menggenaskan. Ada yang menabrak batu, ada yang
menabrak pohon hingga tumbang dan lainnya lagi.
"Maju"!" Teriak mereka memberi semangat.
Gardapati yang dilanda kemarahan tidak pernah
memandang bulu lawan. Ia maju sedikit kemuka,
kuda-kuda disejajarkan tubuhnya sedikit
membungkuk, Telapak tangannya dihentakan
kedepan, ototnya meregang, sampai urat-uratnya
bertonjolan. Saat itu pula dari telapak tangannya
keluar angin yang amat kencang, menernbangkan
apa saja yang dilaluinya.
Bagaikan gelombang laut yang menghempas agaragar, angin pukulan itu menyerbu ganas pada
pengepung diarah kirinya. Debu, dedaunan, kerikil dan
batu-batu ikut terbang.. Wussshhh" Jurus pukulan itu terlalu kuat untuk menghadapi para
manusia penghianat itu, mereka semua ciut nyalinya
ketika mendengar deru angin berkekuatan topan.
Tanah merekah, pepohonan kembali tercabut".
"Duaaarrrrr?"!"
"Arrhh" "Ugh,"!" Jeritan terus bergema, apalagi ketika Gardapati ketika
tangan kanan dan kiri melakukan pukulan kesamping.
Seperti biasa, angin rebut menerjang mereka. Mereka
benar-benar pasukan yang berani mati. Kematian
lawan tidak membuatnya takut. Mereka malaha
semakin beringas. Itu terus berlangsung hingga senja mendatang.
Seluruh pengeroyok teklah dibantainya habis.
Gardapati berdiri terlonggong diantara deru nafasnya
yang memburu. Keringat sudah membasahi seluruh
tubuhnya. Gardapati mendekat pada mayat Arya dan
Ratih yang masih berpelukan.
Diusapnya mayat keduanya. Wajahnya terlihat
sungguh menderita. Gardapati mendadak mendapati
sebuah ide gila. Dia bangkit dan mencari mayat yang
berperawakan sama dengannya. Setelah lama
mencari, akhirnya ia menemukannya.
Gardapati memanggulnya dan diletakan di sisi mayat
sahabatnya. Gardapati lucuti pakaian orang itu dan
ditukarkan dengan miliknya. Setelah itu ia pakaikan
pakaian dirinya pada mayat itu.
Untuk menghilangkan jejak, Gardapati pasangkan
topeng miliknya. Dengan mengerahkan dua bagian
tenaga dalamnya, Gardapati arahkan telapak
tangannya pada wajah pemuda itu.
"Blaarr?" Wajah itu hancur berantakan.
Tidak berhenti disana, Gardapati juga hancurkan
kemaluan Pemuda itu. Dia mengambil berbagai senjata dan ditancapkan
ditubuh pemuda itu. Setelah dirasa cukup, Gardapati
meninggalkan tempat itu. Setelah berjalan cukup lama, sampailah ia di sebuah
sungai kecil dengan air yang jernih.
Gardapati berkaca pada air itu, pikirannya melayang.
"Ai, sebaiknya aku merubah penampilanku." Bantinnya
berkata pada dirinya sendiri.
Ia jejakan kaki pada batu dan meloncat pada batu
yang lebih tinggi. Dia sunggingkan senyum melihat
seorang gadis desa sedang mencuci baju, dan dia
melihat ada beberapa pakaian yang be lum basah.
Gardapati lari mendekat, dan menyapa.
"Nona, dapatkah aku membeli sebuah pakaianmu?"
Gadis itu terkejut, ia berbalik dan melongo. Wajah
Gardapati sangatlah tampan dan halus, apalagi
dengan bertelanjang dada. Sungguh merupakan
pemandangan yang luar biasa, dada berkeringat
sehingga mengkilap. Putih kekar dan berotot.
Melihat kebawah, gadis itu menjerit ketakutan dan
bersujud. "Jangan tuan, jangan" ampuni saya.! Silahkan ambil"
Gardapati tertegun, setelah berfikir sejenak ia maklum
dan mengambiln pakaian berwarna hijau toska.
Setelahnya ia berjalan kebalik batu dan mengganti
pakaiannya disana. Setelah keluar, Gadis itu terpesona
melihat Gardapati mengenakan baju lengan panjang
dan celana longgar warna hijau toska.
"Dapatkah kau membantuku"
"Membantu"!" Tanya gadis itu heran.
"Ya, bisakah kau mencari getah singkalang?"
"Ahk, Baik..baiklah." Gadis itu menjawab setengah
ketakutan. Tak nyana Gardapati berkata
"Terimakasih"!"
Gadis itu melongo, kaget.
Gardapati sobek kainya dan digunakan sebagai ikat
kepala. Sementara gadis itu menghilang.
Ia rapikan rambutnya kebelakang, dan mengikatnya
bermodel ekor kuda. "Ini Tuan?" Gadis itu menyerahkan getah yang
diminta sambil hendak berlutut. Gardapati tahan tubuh
gadis itu. Dan tersenyum.
"Kau bisa melukis"..."
"Se"sedikit."
"Tolong buatkan aku tato"
"Ekh,"!" "Tak usah sungkan, " Kata Gardapati sambil
melepaskan baju dan telentang di batu datar, juga
menyerahkan besi berbentuk jarum.
"Gambar apa Tuan?"
"Terserah, aku hanya ingin merasakan sakitnya!"
Jawab Gardapati seenaknya.
"Sakitnya?" "Ya, Sakitnya" aku ingin menyeimbangkan rasa sakit
dalam batin dengan ragaku."
"Apa"kekasihmu meninggalkanmu?"
"Bukan" dia adalah seorang sahabat, sahabat yang
sudah sehidup semati" yang lebih sakit adalah
pengkhianatan." "Siapakah yang menghianatimu" Maaf saya hanya
ingin tahu, mungkin saja bebanmu sedikit lega. Kata
orang" dengan menceritakan kesusahan kepada
orang meski tiada arti dan dia hanya mengatakan
kasihan, setidaknya beban hati menjadi ringan"
"Haha" kau gadis yang menarik, kurang leluasa aku
menceritakannya sekarang. Kau boleh memulai"
"Heem" Tangan Gadis itu gemetar ketika menyentuh dada
bidang Gardapati, taopi setelah terbiasa, gadis itu
mulai menikmati penggambarannya.
Meski sakit, Gardapati seolah tak measa, wajahnya
tenang. Hanya tampak bibirnya ia gigit kuat-kuat.
Agaknya Rasa sakit Gardapati tidak dikecewakan,
setelah gadis itu selesai mengerjakan gambar tato
dari getah pohon Singkalang.
Tato itu bergambar daun teratai yang membuka,
diatas daun itu bukanlah sebuah bunga teratai,
melainkan seekor cenrawasih sedang terbang,
kepalanya menengok kekanan, gambarnya cukup
besar, tepat pada belahan dadanya.
"Kau memang hebat," lukisanmu benar-benar
indah"!" "Te..terimakasih"!"
Gardapati mengambil sisa getah itu untuk
dipergunakan menyamar, dengan memanfaatkan air
yang disoroti mentari senja, Gardapati mempertajam
alisnya dan sedikit ditaikan, Kemudian, diatas bibirnya
ia memberi bintik-bintik, selanjutnya pada dagu dan
pipi seperti bulu yang habis dikerok. Kepandaiannya
merias wajah bukanlah ecek-ecek sekejap saja
sosoknya terlihat beda dengan yang tadi.
Bibir Gadis yang bersamanya melongo kaget melihat
wajah Gardapati, apalagi ketika Gardapati dengan
sengaja membuka belahan bajunya, sehingga tato itu
dapat terlihat dari luar.
"Mengapa kau menatapklu seperti itu?"
"Akh,..tidak..tidak"maafkan aku"!"
"Hemmm" bagaimana dengan cuucianmu?"
"Sudah..sudah selesai"!"
"Dimana rumahmu, mari ku antarkan, hari sudah
berlanjut mlam, tidak baik gadis sepertimu berada
diluar." "Tidak"tidak usah, saya bisa sendiri"
"Jangan menampik, anggap saja ini sebagai rasa
terimakasihku" Gadis itu tak berkata apa-apa. Ia membereskan
pakaiannya dan pelan-pelan melangkahkan kakinya
kesisi sungai, dari belakang, Gardapati mengikutinya
dengan santai. Setelah cukup lama berjalan, tibalah keduanya di
hutan yang lebat, Gardapati kerutkan kening dan
mengepalkan tinju. Dari depan, tampak lima orang dengan menunggang
kuda datang menghadang. "Ha..ha..ha", wah, mimpi apa kita semalam, sampaisampai muncul seekor kelinci mungil di hutan rimba
seperti ini. Kita benar-benar mendapat kejatuhan
bulan, Sudah tentu kalian semua bisa mendapatkan
bagian" Seorang Lelaki brewokan memakai kain emas
bawahnya berkata. Dibelakangnya, kawan-kawannya
yang berpenampilan sama tertawa terbahak-bahak.
Gadis itu berpaling menatap Gardapati dengan buas,
dia piker Gardapati memanggil kawan-kawannya
karena tak berani melakuakannya sendiri.
Ia masih ingat bahwa sebelumnya Gardapati
memakai kain pakaian yang serupa.
Sedang Gardapati tenggelam dengan ingatan ketika
Arya dan ratih di habisi, tangannya terkepal erat,
matanya memancarkan amarah pembunuhan.
Melihat sorot mata Gardapati Gadis tadi ketakutan,.
Sampai Gardapati berkata lirih.
"Mundur dan berdiri dibelakangku" Katanya.
Saking takutnya, gadis yang hanya berpakaian
sele mbar kain yang dililitkan itu menurut.
"Lihat," lihat kelinci mungil ini berlari kebelakang
domba huahaha". Kawan-kawan, siapa yang dapat
lebih dulu menangkapnya, dialah yang memperoleh
bagian pertama!" kata laki-laki pemimpuin rombongan
Istana Dewa Iblis itu dan seruan ini disambut suara
ketawa dan sorakan, kemudian bagaikan
segerombolan anjing binal, mereka turun dari kuda
dan menubruk maju untuk memperebutk an gadis itu
tanpa menghiraukan Gardapati.
Gardapati yang sedang marah tak memandang
sebelah mata, dia bergerak dengan amat cepatnya,
mendahului para pengeroyok itu datang mendekat, ia
melocat ke depan dengan sebuah tinju terkepal di
samping dada. "Tapak Dewa Dunia Persilatan" Pekik salah satu dari
mereka. Terlambat, hawa putih berbentuk hawa telah


Iblis Dunia Persilatan Karya Aone di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menghantam mereka, tanpa ampun.
"Duaaarrrr?"" Tempat itu meledak, tanpa ampun
mereka mati dengan tubuh koyak berikut kuda-kuda
mereka. "Ikkhhh?" Gadis dibelakang Gardapati menjerit
ketakutan. Gardapati dongakan kepala menatap langit yang
mulai gelap, dia berteriak dengan lantang"
"Wuaaa?"", Istana Dewa Iblis," Sang penghianat,"
lihatlah, suatu saat nanti aku akan membalas
perlakuan kalian padaku". Lihatlah dan saksikan aku.
Aku akan menjadi tikus yang menggerogoti kalian.
Takan kubiarkan satupun dari kalian hidup, aku
bersumpah, bahwa tujuh turunanku akan mencacah
kalian".huahahaha" Gardapati tertawa terbahakbahak, dengan mata yang bercucuran.
Gadis yang berada dibelakang Gardapati tertegun, ia
paham bahwa pemuda ini adalah salah satu anggota
dari perkumpulan itu, hanya saja"
"Kakang," tenanglah?" Sapanya menepuk pundak
Gardapatii. Gardapati berpaling dan langsung
memeluk erat gadis itu, dan dia menangis didalam
pelukan gadis itu. Mulanya gadis itu menolak, namun tak begitu lama, ia
malah mengusap-usap punggung Gardapati,
wajahnya semburat merah malu.
Setelah tenang, Gardapati melepaskan pelukannya
dan meminta maaf. Tanpa berbicara, keduanya melanjutkan perjalanan"
setelah melewati empat tikungan dan menyebrangi
sebuah casas yang memisahkan dua buah bukit,
Gadis yang belum diketahui namanya itu berkata.
"Kita sampai"."
Gardapati pandangi rumah didepannya, sebuah rumah
mungil indah yang menyatu dengan alam. Atapnya
terbuat dari daun ilalang yang di anyam, dindingdindingnya terbuat dari kayu mahoni.
Pekarangan rumah itu sangat asri dengan berbagai
macam bunga, pot bambu tampak menghiasi sudutsudut rumah. Perabotan seluruhnya terbuat dari kayu, di sudut lain
Tampak bermacam tumbuhan obat. Sebagai orang
yang pernah tinggal di salah seorang dedengkot ilmu
pengobatan, Gardapati tahu bahwa obat-obat yang
ditanam merupakan tumbuhan langka.
Hatinya memuji dengan sangat. Di sisi kiri tampak
beberapa bamboo di buat khusus memanjang.
Sepertinya bamboo itu digunakan khusus untuk
Sampayan (Jemuran). Gardapati melihatnya dengan hati takjub. Apalagi
ketika Gadis tadi mengangkat tangannya untuk
menjemur pakaian yang tadi ia cuci.
"Malam akan datang, mengapa pakaianmu engkau
jemur" Apa engkau ingin menjemurnya dibawah sinar
rembulan?" Tegur Gardapati.
Gadis itu berpaling dan tertawa kecil,"
"Bila pakaian ini aku simpan di wadah seperti ini,
maka nanti akan menimbulkan bau tak sedap, lihatlah
langit begitu terang, aku yakin mala mini tidak akan
hujan, jadi tidak masalah bila aku mengangin-angin
pakaian-pakaian ini."
"Ai" urusan seperti ini jujur aku tak mengerti" Jawab
Gardapati jujur. Mendadak" "Kau berbicara dengan siapa Surastri?" Didalam
terdengar teguran seorang lelaki. Suaranya agak
serak, sepertinya ia sudah berusia lanjut.
"Akh," Dia adalah ?"
"Cklekk?" Pintu terbuka.
Munculah seraut wajah ramah yang sudah dipenuhi
uban, tubuhnya jangkung. Hidungnya bangir dan
memiliki wibawa yang sangat hebat.
Melihatnya, Gardapati member hormat sembari
tersenyum. Kakek itu menatap Gardapati dengan tajam, perlahan
ia mengendorkan tatapannya dan berkata.
"Silahkan masuk"!"
Gardapati tidak banyak omong, memang saat ini
tubuhnya sangat letih, bukan hanya tubuhnya. Seluruh
raganya juga sangat letih.
Ia melangkah masuk dengan langkah lebar, ia
dipersilahkan untuk duduk di sebuah papan berbentuk
bundar. "Kakek itu menyodorkan sebuah gelas bambu
dihadapan Gardapati. Gardapati mengambil gelas bamboo itu dan
menghirupnya, keningnya berkerut. Ia tertawa besar,
membuat sosok perempuan paruh baya dan Surastri
saling berpadangan. "Terimakasih ki, sudah kuduga" ketika melihat hasil
lukisan ankmu aku sudah menduga ia bukan
keturunan orang biasa, dan kini" sekali lihat aki dapat
menebak asal usul saya. Racun Seribu ular yang
dicampur dengan madu ini sangat cocok untuk
membuka malam" Kata Gardapati seraya
meneguknya hingga tandas.
Wajah Kakek itu bergeming melihat keberanian
Gardapati, tak nyana ia berani meneguk racun seperti
meneguk air putih. Surastri dan Perempuan Paruh
Baya itu menjerit kecil, apalagi ketika melihat
Gardapati mengeluarkan keringat ke ungu-unguan.
Gardapati pejamkan mattanya seolah pasrah dengan
keadaan. Tangan kakek itu berkelebat mengirim angin
totokan pada tubuh Gardapati.
"Ayah" mengapa kau meracuninya" Ia sudah
menolongku dari para Lelaki yang hendak
memperkosaku" "Ai, kau tak tahu siapa pemuda ini"!"
"Aku tahu Kek, dia salah satu bagian dari Istana
Dewa Iblis" Wajah Perempuan tengah baya itu memucat
mendengar keterangan itu, wajah Kakek itu
mengeras dan membentak. "Jika kau sudah tahu, mengapa kau membawanya
pulang?" Surastri menceritakan kejadian dimana ia bertemu
dengan Gardapati sampai ia pulang dengan detail
tanpa sesuatu apapun yang tertinggal".
"Ai," karma"karma". Dia yang menanam tumbuhan
racun, maka dia sendiri akan menerima akibatnya. Dia
sudah menanam permusuhan umat persilatan, dan
kini ia dikhianati oleh apa yang dipimpinnya"
"Dipuimpinnya" Dia hanya memakai"!"
"Pemuda inilah yang sesungguhnya bergelar Iblis
Dunia persilatan" "Apaa?".! * Astadewi yang berlari mengejar waktu tampak
seperti sekelebatan sinar jingga. Cepat bagai kilat.
Berhembus lewat seperti angin semilir.
Setetes peluh jatuh menimpa ilalang, ilalang itu
melentik" "Tessss".!"
Air peluh itu jatuh membasahi debu. Astadewi tak
hiraukan keadaan disekitarnya terus berlari laksana
anak panah terlepas dari busurnya, sekali pentang
takan berhenti sampai mengenai sasarannya.
Setelah menerobos hutan dan masuk melalui
gerombolan semak yang dipenuhi ular, Astadewi
menghela nafas panjang, ia bersyukur bahwa belum
terjadi gebrakan didalamnya.
Tanpa berbicara apa-apa ia langsung melesat menuju
Keputren Dewi Sesat, tempat dimana Dya h Krusina
berada. Kecepatan geraknya benar-benar melebihi
sebuah cahaya menyambar, ia berlari tanpa
menggoyangkan dedaunan yang dilewati, tanpa suara
ataupun jejak. Seperti angin yang berhembus, Astadewi mendarat
dikeputren, ia lihat Dyah Krusina sedang bercanda
dengan Aryani. Secepat kilat ia mendekati keduanya/
"Mbakyu Dyah, Mbakyu Aryani. Lekas perintahkan
segenap anggota inti Dhara sesat melarikan diri."
Katanya dengan tersengal-sengal.
Keduanya menghapiri dan menenangkan Astadewi,
tapi Astadewi yang menyadari keadaan genting tidak
dapat ditenangkan lagi. "Lekaslah, secepatnya kita harus kabur dari sini.
Terjadi penghianatan ditubuh Istana Dewa Iblis.
Kakang Gardapati menyuruhku kemari, sedang ia
menyelamatkan kakang Arya dan Mbakyu Ratih."
Wajah keduanya pucat, Aryani menghela nafas dan
berlutut dihadapan Dyah Krusina.
"Pamasa Dhara Sesat, lekaslah menyingkir, biar
hamba yang menangani para Anggota kita, jika
seandainya kami tak kembali, balaskan dendam kami
pada suatu saat mendatang."
"Tapi" tapi?" Dyah Krusina merasa sedih.
"Eka Garwa Padmi, lekaslah" jika keadaan
segmenting ini tidak baik menunda waktu." Belum
selesai Aryani berkata, dari pintu keputren, Antari dan
Anudhari berlari dengan pundak terluka."
"Dewi, lekas kabur, terjadi penghianatan disisni:"
Teriaknya. Sigap Aryani menjambret topeng yang dikenaklan
Dyah Krusina, karena tak menyangka, Dyah Krusina
dapat dipecundangi. Karena memakai pakaian yang
sama. Ketika Aryani memasang topeng, dan
membuka topengnya lalu memasang di wajah Dyah
Krusina. maka wajahnya kini berbalik, siapapun tak
akan menyangka bahwa kini kedudukan mereka
berbalik. "Lekaslah melarikan diri, biar aku menghalau mereka!"
Katanya. Terlambat, sepasukan pemuda menerjang
datang. "Itu mereka" bunuh"!"
Bagai semut memperebutkan gula, mereka
merongrong maju. Astadewi dan yang lain cabut senjata, menanggapi
serangan yang bagai gelombang samudera tak
sedikitpun kegugupan tertampak diwajah mereka.
"Hiiiaaahhhh".!" Berbareng komando dari Astadewi,
sepasukan wanita itu menerjang.
Bunyi senjata beradu bagaikan dentingan piano dikala
malam, denting bersatu dengan jeritan semangat
menggelora mengalahkan jeritan kematian.
Astadewi seperti seorang panglima perang, serangan
pedangnya benar-benar dahsyat, perpaduan
kecepatan gerak, dengan kekejian dan serangan yang
stabil membuatnya seperti gasing yang masuk
kedalam agar-agar. Satu persatu musuhnya bertumbangan, begitu ia
memutar pedangnya tiga kepala telah terpisah dari
lehernya, dan ketika menyabet menyamping, dua
orang kehilanagbn isi perutnya.
Ketika ia membacok membelah, sekaligus dua orang
terbelah dua. Ialah Astadewi. Ia melakukannya
dengan wajah lugu seolah tak ada dendam, tak ada
permusuhan, sungguh seperti bocah yang diberi
mainan. Senyum tipis mengembang dari mulutnya ketika ia
mengkutungi lengan orang. Memutar, membelah,
menusuk, menyabet adalah bagian daripada
serangannya. Dan saripada setiap serangannya, tidak satupun yang
tak membunh lawan. Astadewi benar-benar seperti
dua tangan penyelam menyibak air.
"Jika terus seperti ini, meski banyak lawan
bertumbangan. Jelas takan membawa keuntungan
apapun, sebaiknya aku membawa Mbakyu Dyah
kabur" Gumamnya pada diri sendiri.
Ia menekuk kaki kiri dan memutar kaki kanan
berbareng dengan memutar pedang"
"Sraatttt?" Bunyi benda tajam merobek kulit terdengar
memanjang dan duiikuti dengan jeritan histeris
mendirikan bulu roma siapapun kecualli astadewi
yang malah menikmatinya. Astadewi melompat dan bersalto diudara, masih
diudara, Astadewi menyimpan pedangnya di tangan
kanan yang terpentang membuka dan kepala
dibawah, laksana gasing, Astadewi berputar searah
jarum jam". "Wiiirrrr?" Decitan nyaring seperti kincir memecah pertarungan.
Putaran tubuh astadewi meluncur jatuh dimana Dyah
Krusina membolang-balingkan pedang dengan kalap.
"Sratt..srattt"srattt"!"
Seperti dicacah, beberapa pengeroyok mati dengan
tubuh seperti dipotong-potong,. Setelah kepala
hamper menyentuh bumi. Putaran tubuh Astadewi
berhenti. Kakiki kirinya menginjak dengan melenting
maju, diikuti dengan kaki lain. Gerakan itu secara
reflek membuat tubuh kembali tegak.
Dan astadewi mema nfaatkannya dengan membuka
jurus membelah samudera luas"
"Hiaaahhhh?""
Cratttt Darah memancar setinggi langit, siapapun yang
lurus dengan pedangnya mati menggeletak terkena


Iblis Dunia Persilatan Karya Aone di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

hawa pedang yang begitu ganas itu.
Mendadak, dari tembok keputren, serombongan gadis
berpakaian hitam ringkas ikut kearena, senjata
mereka dicabut" "Tenaga kita sangatlah tebatas, siapapun yang masih
menghormatiku, lekas menyelamatkan diri dan
balaskan kematianku dimasa mendatang" Aryani
yang memakai wajah ketua membentak garang.
Tak ada yang hiraukan, malah terdengar seorang dari
mereka berkata" "Bila harus memakan madu mengapa kita selalu
bersama, dan pada saat memakan maja kita malah
saling mengandalkan" Darah kami adalah darah
kesetiaan, meski harus berkalang tanah kami siap
menghadapi" Jelaslah maksudnya bahwa bila mendapat
kesenangan bersama, maka ketika mendapat
kesusahan tak ada yang mau menghadapi.
Aryani sungguh terharu sekaligus geram dengan
jawaban anak buahnya, dia tak berkata apa-apa.
Hanya menusukan pedangnya tepat dileher musuh
dibelakangnya. Dyah Krusina terharu bukan main, bila semua
mengorbankan diri, mengapa dia begitu egois
melarikan diri" "Mbakyu kita harus segera pergi"
"Tidak" masakah aku mengecewakan kesetiaan
mereka,." "Plakkkk?" Astadewi menamparnya,
"Lalu dengan kematian tanpa membalaskan dendam
mereka adalah benar?"
"Tranggg,,,srenggg"Crassshhh" Astadewi menangkis
serangan sekaligus mendorong pedangnya menusuk
dada lawan. "Tidak"!" Jawab Dyah Krusina sambil mundur
selangkah dan menangkis serangan dari
pengeroyoknya. "Tunggu apalagi, lekas pergi" Aryani membentak Dyah
Krusina dan Astadewi yang sedang bertengkar dalam
pertarungan. "Antari, Anudhari" kawal dia" Tunjuk Astadewi seraya
membombardirkan pedangnya menangkis serangan
sekaligus balas menyerang musuhnya.
Antari dan Anudhari dengan memanfaatkan senjata
rampasan begitu lincah berkelit dan menyerang,
mendengar perintah, mereka berusaha mendekat.
Setelah berjuang cukup lama, akhirnya keduanya
berhasil Mengghalau pergi musuhnya dan berhasil
mengawal Dyah Krusina. Ketiganya menjejak dan melompat keluar keputren,
namun lawan bukalah orang sembarangan. Beberapa
orang meloncat mengejar, Astadewi tak
membiarkannya. Sekali pedangnya bergerak, empat
orang pengejarnya tumbang dengan memercikan
darah. "Lekas menyusul" Teriak Astadewi pada Aryani.
"Silahkan dahulu"Jawab yang diteriaki singkat sebab
masih melayanui musuh yang mentyerangnya.
Astadewi menjejak dan melototkan mata melihat
Iblis Kembar Bumi dan Si Gila dari Neraka hitam
menyerang tiga orang itu.
"Hei, mengapa kalian bertarung sendiri?" Astadewi tak
paham dengan apa yang terjadi.
"Kedua bangkotan ini adalah otak dari pengkhianatan
ini, selama ini kita dikelabui oleh mereka" Teriak
Anudhari geram. "Haha" bukankah kau juga sudah merasakan
kenikmatan bersama kami?" Iblis Kembar Bumi
tertawa besar. Anudhari marah, "Seandainya aku tahu kau sebusuk
ini. Tak sudi ku di sentuh kalian" bentaknya.
Astadewi yang menyadari bahwa semua ini berada
diluar jalur rencana benar-benar marah ditipu mentahmentah. "Kalian bertiga lekas pergi, biarkan aku menghadapi
dua bajingan busuk ini. Kita bertemu di karang
kenanagan" "Tapi Dewi?" Antari membantah ragu.
"Lekas menyingkir, kalian hanya menjadi beban bila
ada disini." Teriaknya lantang. Kedua tangannya
direntangkan seperti hendak terbang. Tangan kiri
bergerak menyikut sementara tangan kanan
melindungi kepalan didepan dada. Selanjutnya tangan
kiri lurus kesamping kiri dan tangan kanan didorong
kebawah dengan diiringi bayangan hawa telapak
tangan berwarna hitam berbau busuk dan amis
menyeruak datang" "Awassss Telapak Iblis Dunia Persilatan" Pekik Si Gila
dari Neraka Hitam kaget sambil mundur kebelakang.
"Hiaaaaa?" Astadewi berteriak lantang"..
"Blegaarrrrr"!"
Iblis Kembar Bumi yang merupakan dedengkot dunia
persilatan terhuyung-huyung kebelakang, i a terbatuk
dan memuntahkan darah segar kehitam-hitaman.
Untung ia sempat melemparkan salah satu anggota
dengan dilambari tenaga iblis bumi.
Dengan ini, ia berhasil menyelamatkan diri. Untung
yang menggunakan jurus ini adalah Astadewi, jika
Gardapati entah apa yang terjadi.
Seperti yang kita ketahui, Astadewi dan Gardapati
adalah saudara seperguruan, tidak salah bila
keduanya dapat menggunakan jurus yang sama.
"Brengsek" gadis sundal" Maki Si Gila dari Neraka
hitam sambil berusaha bangkit akibat terjatuh, ketika
meliaht kebelakang Astadewi, Ketiga orang yang
mereka cegat telah menghilang entah kemana.
Itu menambah kegusarannya, setelah berpandangan,
Iblis Kembar Bumi dan Si Gila dari neraka Hitam
menerjang Astadewi, pertarungan kembali
berlangsung. Ketiganya benar-benar mengandalkan
kemampuan masing-masing. Astadewi menyerang dimulai dari Jurus pertama yakni
Gadis cantik jatuh cinta, serangannya benar-benar
aneh, langkah kakinya pelan namun cepat, wajahnya
yang lugu sekali kali menyemburat mera malu-malu
kucing. Kedua Dedengkot itu batinnya goyah, meski mereka
hampir tak kuat menahan diri, namun pengalaman
mereka sangatlah tinggi, sejauh ini ketiganya
bertarung dengan alot dan seimbang.
Dilanjutkan dengan jurus kedua Panah Asmara
memabukan raga Astadewi semakin mendesak
keduanya, gerakannya yang erotis benar-benar
membuat mereka lupa diri.
"Crasshhh"." Sebuah sabetan ringan jari Astadewi
menusuk bahu Iblis Kembar bumi membuat ia
tersadar dari lenanya. "Bangkotan edan, jangan terlena dengan keindahan
tariannya." Terlambat". "Breettt,".crassshh" Dada Si Gila dari Neraka Hitam
tersambar kuku panjang Astadewi.
Seperti kawannya, Si Gila dari Neraka Hitampun
tersadar dari lenanya, namun memasuki jurus ketiga
dan keempat kembali mereka terlelap dalam
permainan Astadewi, apalagi ketika Astadewi
melepaskan pakainnya satu persatu.
Dalam jurus ke dua belas yakni Tarian Ranjang
bergoyang Astadewi sudah bugil seluruhnya. Tenaga
Sakti Berahi Gadis liar dan jurus itu benar benar
bersatu membuat Si Gila dari Neraka dan beberapa
anggota perkumpulan yang menonton menjadi sedikit
gila karena berahi.. Pada saat mencapai jurus ke dua puluh lima yakni
Puncak surga dunia terlihat Astradewi menggeliat liar
seperti cacing kepanasan, tangannya bergerak tak
beraturan seperti orang yang gila, mulutnya mendesis
lirih, bagian dadanya bergoyang laksana jeli yang
digoyang-goyang. kakinya menendang dengan
kecepatan kilat, saking cepatnya bahkan gerakan
kakinya tak terlihat, "Duk"dukk..dukkk".!"
"Ughhhh".Aghh"
Iblis kembar Bumi dan Si Gila dari Neraka terjengkang
kebelakang, setelah menumbangkan musuh,
Astadewi menyambar pakaiannya dan melarikan diri.
Keduanya menggeram marah, tak disangkanya
buruan akan lolos. Dengan garang ia membenatak.
"Kalian prajurit bodoh, lekas kejar mereka bunuh
ditempat". Para Anggota perkumpulan yang terbengong
serabutan berebutan mengejar Astadewi dan yang
lain. Iblis Kembar bumi memaki kalang kabut,
"Sial," sepertinya ada yang membocorkan rahasia
kita berdua kepada mereka"
"Menurutmu siapa?"
"Entahlah," tapi keturunan mereka sama bodohnya
dengan mereka. Dulu kita mengibuli mereka dengan
pandangan-pandangan yang kita sebarkan dalam
benak mereka. Sial sebelum kita menguasai dunia
persilatan mereka keburu mati. Dan kini" kini
hahaha".!" "Hahaha".!" Keduanya tertawa terbahak-bahak, jelas
bahwa mereka memang sudah merencanakan ini
sejak semula. Bagaimanapun musuh dalam selimut
memang sangat sulit untuk dihindari, siapakah yang
akan menyangka bahwa orang yang ikut serta
membangun sebuah cita-cita malah
mencelakakannya. Sebagai seorang sahabat pasti mereka akan mengalih
kain keceruk mengalih cakap diimata-mata saja.
Memang bila orang yang dipercaya itu setia tidak
akan menimbulkan masalah. Namun bagaimana
orang yang dipercaya itu membalas kepercayaan
dengan pengkhianatan" Inilah yang menjadi soal.
Keduanya beranjak ke keoputren Dewi sesat, mereka
melihat para Anggotanya sudah menghabisi musuh
tersisa. Tinggal seorang Aryani yang memakai pakaian
Topeng Dyah Krusina. "Tangkap dia hidup-hidup" Perintah Si Gila dari neraka
Hitam. "Mengapa" Bukankah kita lebih baik membunuhnya
saja?" "Mengapa harus membunuh, lebih baik kita jadikan
mainan saja huahaha" bila sudah bosan kita berikan
kepada anak buah kita untuk mengganyangnya"
"Itu ide bagus". Terkadang kau bisa memakai otak
juga ya..haha?" "Bawa gadis itu kekamarku"!" Kata Iblis Kembar Bumi
ketika melihat Aryani sudah berhasil ditangkap,
bagaimanapun seorang gajah, bila harus menghadapi
ribuan semut jelas ia akan mati.
Astadewi yang berlari membekal pakaiannya
menghentikan langkah, dibalik pohon besar, ia
memakai pakaiannya dan kembali melarikan diri.
Diantara deretan pohon puspa, Astadewi dapat
menyandak Dyah Krusina, Antari dan Anudhari.
"Nimas Dewi, kemanakah tujuan kita sekarang?"
"Padjampangan" Jawab Astadewi singkat. Dan berlari
memimpin rombongan, ketiganya berlari laksana belut
yang disentil ekornya, begitu sepat, licin dan
mengagumkan, tubuh mereka tak Nampak lagi, yang
ada hanya bayangan Jingga, Lembayung, hijau dan
kuning. Bagai pelangi dikala gerimis, keempat warna
bayangan itu berlari dengan mempertahankan
psisinya. Lereng gunung yang terjal, sungai yang
mengalir, bukut tinggi, cadas yang terjal, jurang yang
tak terkira dalamnya mereka lewati demi menempuh
sebuah tempat. Mendadak Astadewi menghentikan larinya seketika.
Tanpa ampun Antari dan Anudhari yang lebih cetek
ilmunya membentur pohon. "Dukk..Gussrraakkk"
Dyah Krusina yang memiliki kemampuan lebih bisa
menghentikan langkah dengan cukup matang.
"Ada apa Nimas Dewi?"
Astadewi tak hiraukan ucapannya, matanya yang
lebih tajam dari ketiga kawannya berkaca-kaca".
"kakannggggggg?"!" Jeritnya histeris.
Seketika tubuhnya melesat cepat, menerobos semak
belukar. Dilihatnya bekas pertempuran yang luar
biasa. Ditempat itu berubah menjadi tanah kering dan
tandus. Ditengah tempat itu, mayat ketiga orang, yakni
Gardapati, Arya dan Ratih berada.
Astadewi berlutut dihadapan ketiga mayat itu dan
menanngis, Dyah Krusina Antari dan Anudhari yang
menyusul tiba juga menjerit histeris dan menubruk
datang. Malam mulai menyapa, semilir angin kesedihan
datang. Laksana setan ketiganya terus menangis
dengan sedih. Menangis sepanjang malam, sampai air matanya
serasa kering. "Kenapa engkau tinggalkan aku .... kenapa kakakku
satu-satunya juga harus meninggalkan aku" Astadewi
menangis tersedu-sedu. "Dewi" Antari mendekatinya. gadis itu ingin menghibur


Iblis Dunia Persilatan Karya Aone di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Astadewi, namun Astadewi justru membentaknya.
"Pergi Jangan dekati aku"Aku akan balas dendam"
huahahahaha" Tiba-tiba Astadewi memekik keras, lalu tertawa
beruraian air mata lalu membopong mayat Ratih.
"Dhari, bawa mayat kakang Arya" Titah Antari.
"Baik?" seru Anudhari.
Tanpa Kata Dyah Krusinapun bangkit dan membawa
tubuh Hancur Gardapati, setelah sampai disebuah
pohon kapas besar, keempatnya berhenti.
"Kita kuburkan disini" Bisik Astadewi lirih.
Kemampuan mereka jelas sangat tinggi, sebentar saja
sebuah lobbang besar telah tercipta. Ketiganya
dikubur dalam satu liang.
"Bruuukk" Astadewi berlutut didepan makam, air
matanya sudah berubah menjadi darah.
"Nimas Dewi, engkau jangan terlampau berduka dan
menyiksa diri, jagalah kesehatanmu baik-baik, akupun
sepertimu. Bila harus mati setidaknya kita harus
membunuh mereka yang mengkhianati "
"Mbakyu",Mbakyu ratih dan Kakang Garda
merupakan segala-galanya bagiku. Kini keduanya
sudah tiada, berarti aku telah kehilangan segalagalanya. Keluargaku"cintaku?" ujar Astadewi dengan
air mata darah berlinang-linang.
"Nimas Dewi...."Dyah Krusina terisak-isak.
"Aku tahu betapa besarnya cintamu dan sayangnya
kepada mereka, namun bila kau seperti itu pasti
mereka akan marah melihatmu terus menyiksa diri
sendiri" Astadewi tersenyum getir, kemudian
menggelenggelengkan kepala.
"Apakah engkau sudah lupa kepada ke pada kami.
Juga kepada Mbakyu Diah" Bukankah kami berdua
ada untukmu! Masih ada Kakang Danenra dan Kakang
Adi Praja yang pergi ke tanah sebrang atas perintah
rahasia kakang Gardapati. Dewi, Mbakyu Dyah, kalian
harus makan sedikit Jangan membiarkan perut kalian
lapar, lihat Anudhari sedang menyiapkan makan
untuk kalian" Bujuk Antari.
"Aku tidak mau makan, perutku tidak lapar...." Jawab
Dyah Krusina. "Aku juga" Astadewi mengikuti.
"Dewi, Mbakyu Dyah...." Antari tampak cemas sekali.
la tidak tahu harus bagaimana menghiburnya. Kalau
terus begini, tenaga dalam mereka pasti akan buyar,
itu amat membahayakan mereka.
Astadewi dan Dyah Krusina terus berlutut di depan
makam Arya, Ratih dan Gardapati tanpa makan dan
minum. Air matanya tak henti-hentinya mengalir
bahkan beberapa kali diselangi darah, dan itu sungguh
mencemaskan- Antari dan Anudhari berdua yang
berdiri di sisinya. Matahari sudah berada di tengah, hanya dapat
menyinarkan sinarnya melalui dedaunan yang lebat,
Antari dan Anudhari disibukan dengan hal baru ketika
Dyah Krusina dan Astadewi pingsan".
Kesedihan memang selalu ada, tapi dalam benark
Antari masih ada selimut Tanya.
Benarkah Gardapati sudah mati" Ia meragukannya"
"Kau sudah siap pergi?" Tanya Seorang gadis cantik
berpakaian putih kepada Sagara Angkara,
kedatangannya kali ini sangat ganjil. Wajahnya
kelihatan sembab, seperti orang yang sudah
menangis. "Ya," Non"Ekh, Adiratna" sebelum pergi darisini,
bolehkah aku meminta sebuah permintaan?"
"Permintaan"! " "
"Ya, kuharap kau tidak membunuh orang ini
(menunjuk Pendekar Rajawali Berhati Emas) sampai
aku kembali kemari dan membalas dendam"
Mendengar itu, Adiratna malah terlihat sedih, setelah
mengambil nafas sebentar, ia menjawab"
"Seandainya engkau meminta beberapa purnama lalu,
aku pasti menuruti," tapi sekarang" ai" Wajahnya
terlihat sedih. Pendekar Rajhawali Berhati Emas keheranan. Sagara
Angkara bertanya lagi. "Tapi sekarang apa?"
"Sekarang" akupun hendak pergi dari tempat ini, ai"
berdoalah untuk para orang awam diluar sana
semoga masih hidup" "Apa maksudmu Nona?"Tanya Pendekar Rajhawa li
Berhati Emas mulai merasakan firasat buruk.
"Seperti yang kalian ketahui, Iblis Dunia Persilatan
terikat dengan kerajaan, maka ia tak pernah
menyentuh rakyat jelata. Tapi kini ia telah mati
karena pengkhiatan, kekuatan sebesar lautan Isrtana
Dewa Iblis akan membanjir keluar karena tak ada
uyang mengikat lagi. Aku mohon maaf secara pribadi
karena membunuhi para anggotamu. Aku kemari
hanya untuk berpamitan saja"Selamat tinggal"
Wuss". Bayangannya melesat terbang, cepat dan
gesit, tak ada seorangpun yang dapat menghentikan
kepergiannya. Sagara Angkara terhenyak. Wajahnya
pucat. "Apa kejadian beberapa ratus tahun akan kembali
terulang?" Gumamnya"
"Jadi kaupun tak tahu siapakah yang
mengkhianatimu?" Tanya seorang kakek tua
berwibawa tak percaya. Kini mereka sedang ngobrol ria di sebuah conat
bamboo (Rumah Pohon) pada dahan pohon nangka
yang menjorok kejurang, dibawah sana adalah jurang
yang tak ketahuan berapa dalamnya. Seolah tak
menghiraukan keduanya malah asik duduk diatas
sana dengan ditemani secangkir kopi dan ubi rebus.
"Ya," akupun tak tahu siapa yang mengkhianati,
hanya ada sebuah petunjuk saja.!"
"Apakah itu?" "Sulit" sulit, hakikatnya aku tak tahu di karangbolong
mana yang akan di adakan pagelaran wayang. Dan
kapan diadakannya." Gardapati berhenti berkata
menyadari wajah lawan bicaranya berwajah tegang,
setelah agak tenang ia melanjurtkan.
"Sesosok berkerudung hijau yang tak diketahui laki
atau perempuan beberapa kali memperingatkan aku
untuk menemuinya dikarang bolong, karena tak
percaya akhirnya aku mendapat karma" apa yang
dikatakannya berubah menjadi kenyataan."
"Hah" apa"apa kau memiliki tanda Tiga titik Asmara
darah?" "Tiga titik Asmara darah" Apa itu Ki"
"Tanda lahir yang berupa titik berwarna ?"
"Merah dan membentuk segitiga?" Jawab Gardap ati
memotong. "Ya," itu"
"Memang apa artinya tanda itu Ki?"
"Bukan apa-apa" rahasia langit tidak boleh
dibocorkan" hanya kau tak bisa masuk ke karang
bolong. Sampai disanapun kau pasti hanya akan
mendengar suara tanpa mampu melihat apa-apa."
"Maksud aki?" "Hanya orang yang berjiwa putih dan berpikiran suci
yang dapat melihatnya"
"Akh" haruskah aku terus seperti ini tanpa dapat
membalas dendam?" Keluh Gardapati.
"Kau" kau memiliki hati nurani, hanya itu yang bisa
kau harapkan" aku bersimpati padamu anak muda,
secara pribadi aku merasa diuntungkan dengan
kepemimpinanmu dimana orang awam tidak di
perbolehkan untuk dilukai oleh para kaum dunia
persilatan. Dengan melarang kaum persilatan turun ke
dunia persilatan, banjir darah dapat dikurangi. Hanya
ini yang kutakutkan".. setelah kau dikhianati,
kekuatan sebesar Istana Dewa Iblis bukan olah-olah
besarnya. Kaum persilatan tidak dapat turun
kegelanggang sementara para anggota Istana Dewa
Iblis tak dikekang lagi, para orang awam pasti akan
menjadi korban?" Mendengar nasihat kakek itu, sepatah katanya
membuat Gardapati luka hatinya, ia menunduk tak
sanggup berkata apa-apa. Dua tetes air mata jatuh
darim pelupuk matanya membasahi anyaman
bamboo yang ia duduki. "Kau menangis?"
"Aku menyesali dosaku"Perkataan aki seakan
menyayat perasaanku. Apa yang dikatakan memang
benar adanya!" "Sudahlah, masa lalu berarti sudah lalu dan yang
sudah lalu, yang terpenting adalah, bagaimana kau
menghadapi masa depanmu" jika seandainya engkau
tak keberatan, aku akan mengajarimu kebatinan agar
kau bisa memandang dunia ini dari sudut yang
berbeda. Benar ilmumu lebih tinggi tapi hatimu rapuh
dan ternoda dalam lembah kenistaan?"
Gardapati tanpa berkata apa-apa langsung sungkem,
ia menangis sesegukan dan menerima apa yang
dikatakan oleh kakek tua itu"
"Tapi". Tapi apa seorang iblis sepertiku cukup
berharga dimata aki,"apakah aki tidak merasa jijik
padaku" Bukankah orang seprtiku lebih pantas mati
dengan racun semalam. Mengapa aki
menyembuhkanku kembali?" Gardapati terhanyut
perasaanya. "Sudahlah muridku" kini gelarmu bukanlah Iblis Dunia
Persilatan ataupun yang lain, kini gelarmu adalah
Miduwung kawalat(Menyesali dosa)" Kakek itu kini
memanggil Gardapati dengan murid, sebagai tanda
bahwa ia sudah menerima Gardapati sebagai
muridnya. "Aku," aku suka sekali gelar itu"Guru" gelar itu
mengingatkan aku pada apa yang telah kulakukan
selama ini" Gardapati berlinangan air mata.
"Sekarang kau ceritakan apa yang membuatmu
menjadi seperti iblis haus darah!"
Wajah Gardapati mengeras sebentar, lalu kembali
tenang" diserahkannya sebuah kanyut kunang (Kain
yang membungkus ari, rempah-rempah ketika bayi
baru dilahirkan) berwarna hijau pada kakek itu.
Kakek itu melihat kesungguhan Gardapati mau tak
mau membuatnya tersenyum, dibukanya kanyut
kunang itu, isinya ternyata bukan lain adalah sebuah
surat. Ketka dibuka, terpampanglah sebaris tulisan yang
menari-nari di mata Kakek itu.
Selang beberapa waktu, kakek itu menghela nafas
panjang. "Ternyata tak sepenuhnya kesalahan berada pada
dirimu" Ucapnya pada Gardapati.
Kakek itu mebuntal kembali suratnya dan diserahkan
pada Gardapati. Gardapati mengambilnya dan
memasukan pada balik bajunya.
"Kek, Surastri hendak kesungai mandi"!" Seorang
Gadis cantik berwajah lugu berpamitan.
"Janganlah kesungai, takutnya banyak orang
berkeliaran, kita pergi ke Grojogan Asah Kawalat
saja"." "Kita?" "Ya, Kita, ayo muridku kita berangkat?"
"Baik Guru"!"
"Nilai manusia, bukan bagaimana ia mati, melainkan
bagaimana ia hidup. Bukan apa yang telah ia perolah,
melainkan apa yang telah ia berikan. Bukan apa
pangkatnya, melainkan apa yang telah diperbuat
dengan tugas yang diberikan Tuhan kepadanya" Kata
Kakek itu kepada Gardapati yang duduk merenung
diatas sebuah karang. Gemuruh air terjun seakan tidak mengganggu
keduanya. Tak jauh dari mereka, dibalik batu Surastri
tampak asik bermain air dengan tubuh polos.
Terdengar Kakek tua itu kembali berkata:
"Jangan kau terlalu sesali dirimu karena kesalahan.
Hidup dengan melakukan kesalahan akan tampak
Benteng Digital 4 Pendekar Bayangan Sukma 13 Sumpit Nyai Loreng Seruling Sakti 20

Cari Blog Ini