Ceritasilat Novel Online

Iblis Dunia Persilatan 10

Iblis Dunia Persilatan Karya Aone Bagian 10


lebih terhormat daripada selalu benar karena tidak
melakukan apa-apa" "Meski aku berusaha untuk tak memikirkan
masalaluku yang bertahtakan dosa, tetap saja?"
"Tetap saja terpikirkan, galilah nak" galilah lebih
dalam siapa dirimu, bandingkan dirimu dengan alam
iini, bandingkan dirimu dengan sang pencipta, maka
kau akan terjaga dari alpa dan dosa?"
"Sudah dari dahulu, aku menggali siapa diriku, tapi
inilah yang kudapat guru"!"
"Sifat kehidupan itu sama halnya dengan kata paling
tajam di dunia" ialah CINTA, Cinta dan kehidupan
sama seperti sifat air dan tanah. Apabila kau tidak
cukup menggali, yang kau peroleh adalah air yang
keruh. Apabila kau cukup menggali, yang kau peroleh
adalah air yang bersih dan jernih. Galilah dengan
dalam dan yang harus pertama kau lakukan adalah
mengeluarkan dendam dan Amarah"
"Bagaimana cara mengeluarkannya Guru, dengan
melampiaskannya dan menghancurkan alam ini?"
"Bukalah bajumu".!"
"Ekh,?" Meski kaget dan heran, Gardapati menurut. Ia
lepaskan bajunya. "Turunlah kesungai?"
Gardapatui menurut, ia turun kesungai dan berjalan
ketengah" "Keluarkan amarahmu dalam bayangan, dalam
pikiran, bersemadilah dibawah sungai sana?"
Gardapati menurut, ia melelapkan diri dan bersila
dibawah dasar sungai, pertama yang dilakukannya
adalah mengatur nafas, mendadak dalam benaknya
muncul adegan dimana Kedua sahabatnya mati
didepan mata" Air yang jernih dan sejuk perlahan pasti menghangat,
Surastri yang sedang berenanng terkejut, tak ingin
ada resiko ia naik kedarat dan memakai kainnya.
Setelah itu dia menengok dengan naik keatas karang.
Tampak dari tempat Gardapati bersemadi, air
menggolak, pusaran air mulai tercipta. Wajah Kakek
itu tegang" Apalagi ketika air sungai berubah menjadi merah bara
dan mengepulkan asap, Surastri yang berada diatas
karang tampak merasa kepanasan.
Keringat berketel-ketel membasahi tubuhnya.
Wajahnya pucat. Beberapa hewan tampak matang
mengapung. Ini adalah sebuah pameran tenaga
dalam yang sangat luar biasa, menggolakan air sungai
hingga seperti menggodok air di tungku.
Desisan nyaring ketika air menimpa karang semakin
jelas, asap mengepul tinggi.
"Betttt?" Si Kakek melompat dan membawa Surastri
terbang mengudara, dan hinggap di sisi sungai.
"Menjauhlah"!"
"Ai, Pemuda ini benar-benar menakutkan seandainya
menjadi lawan" Ungkapnya. Matanya terbelalakk
ketka beberapa karang mencair karena panasnya.
Sudah Sembilan tombak ia mundur dari sungai,
panasnya masih kerasa, tetumpnuhan diantaranya
ada layu, juga ada yang terbakar.
"Byuuuurrrrrr?""!" Mendadak, Air seinggi langit
muncrat, sungguh tak bisa dibayangkan bila air ini
muncrat mengenai orang. Bukan hanya hutan yang
terbakar, tidak mustahil bila hutan ini akan berubah
menjadi padang pasir. "Hemmm" Jika dialam semadi sudah dapat
menhancurkan sedemikian rupa, apalagi bila harus
dialam nyata"."
"Kakek,".!" Surastri menjerit kecil ketika setetes air
jatuh dihadapannya membuat tanah disana yang
berumput tebal seketika menjadi kering kerontang.
Kakek ini bukanlah orang sembarangan, pada masa
silam dia dikenal dengan nama Si Putera Salju.
Dinamakan demikian karena kakek ini berasal dari
Negri yang memiliki salju.
Kepandaiannya memang terkenal memiliki hawa
dingin sehingga dapat merubah air menjadi es. Bisa
dibayangkan kemampuannya ini benar-benar hebat..
Dia datang ketanah jawa karena hendak menengok
Ibunya yang memang berasal dari tanah jawa,
setelah datang ketanah jawa, dia terpesona de ngan
keindahan tanah jawa. Makanya dia memilih
menetap ditanah jawa. Si Putera salju melompat kelangit dan membuka
telapak tangan, tanah yang dipijaknya barusan telah
berubah menjadi putih karena kehebatannya.
Begitu telapak tangan menyentuh, maka air y6ang
merah membara kemabali bening, kecuali yang ada
disungai," "Byuuurrssshhh"."
Air melewati tubuhnya membuat ia basah kuyup, air
yang sudah kembali seperti air normal tidak
membawa efek yang sangat berat bagi tanah dan
tumbuhan yang diguyurnya. seandainya itu air bhiasa,
air itu pasti akan berubah menjadi es.
Ia bersalto sekali dan hinggap di sebuah karang disisi
sungai menyaksikan air bergolak yang memutar
laksana angin topan. Menjelang magrib, baru perlahan-lahan air mulai
tenang, hawa air juga sudah kembali normal, Dari
dalam sungai menyembulah Gardapati, ia berjalan
dengan lesu kesisi sungai.
"Brukkk?" Begitu sampai pesisir ia pingsan.
Gardapati tak ingat apa-apa, hanya perasaannya
sekarang sedikit lega, seulas senyum muncul dari
bibirnya. Pulaslah ia dalam ayunan mimpi indah.
Ketika ia sadar, ia merasakan nyeri dan pegal pada
tubuhnya. Dia tterkejut ketika ia diikat silang pada
sebuah pohon, seluruh tubuhnya memerah bekas
cambukan. "Guru" mengapa kau mengikatku dan
mencambukiku?" Tanya Gardapati heran. Ia lihat
Surastri menatapnya dengan air mata berkaca-kaca
tidak tega. "Sudah berapa gadis yang kau ambil perawannya
ketika menaikan ilmu?"
"Se..seratus?" Jawab Gardapati tak paham dengan
maksud pertanyaann itu. Surastri mmenjerit kecil dengan jumlah korban
Gardapati. Ia sangat terpukul begitu mendengarnya.
Rupanya gadis ini sudah ada benih perasaan.
"Dan ketika sedang memulai pembangunan
kekuatan?" "Aku"aku tak dapat menghitungnya"!"
"Dan seribu cambukan ini adalah penebus daripada
dosamu itu." "Ai,.. bila itu yang sedang kau lakukan" lakukanlah
guru.." "Sudah?" "Ekh, Sudah?" "Ya," "jawab Si Putera salju sambil melepaskan
sebuah cakra yang memotong ikatan Gardapati.
"Sebaiknya kita makan dulu?"
"Baik"!" Sambil makan, Gardapati perhatikan burung elang
yang sedang mencari mangsa. Berputaran di
atas langit dengan sekali-kali menjerit-jrit, sungguh pongah
dan sombong. Seakan dia merasa dirimnya adalah
yang terhebat" Ketika melewati titik temu, ia melesat kebawah
menerjang mangsa, dan tak lama kemudian, dibalik
sebuah pohon melesat keudara membawa seekor
anak ayam hutan. "Sungguh takabur elang itu,".aku salah telah
menempatkan sebuah prinsip seperti elang?" Gumam
Gardapati. "Saat berbicara perubahan zaman, berenanglah
mengikuti arus. Saat berbicara prinsip, tegarlah seperti
batu karang.! Janganlah kau menyalahkan prinsip
hidup. Sesungguhnya kau hanya memandang prinsip
dari satu sisi. Seperti orang yang mengatakan jangan
berprinsip seperti air yang mengalir. Dengan alas an
selalu mengalir kebawah" padahal disisi lain, air yang
mengalir adalah sosok yang pekerja keras, sosok
yang tak memandang terjal ataupun curam, seperti
apapun medannya, seperti apapun rintangannya,
meski hanya sebesar lobang semut, ia pasti akan
melewatinya. Kata siapa air tidak bisa naik"
Sesungguhnya air adalah sosok yang hebat, ia adalah
orang yang bisa menyesuaikan dengan keadaan
seperti air yang mengalir. Dengan menjadi uap ia
akan naik keatas awan, dengan menjadi salju dan
hujan ia akan turun kembali kebawah bumi. Air
adalah sahabat yang sangat baik, juga sahabat yang
buruk. Meski hanya mengalir mengikuti arus, ia dapat
menenggelamkan alam semesta beserta isinya?"
"Akh," terimakasih atas nasihatnya Guru"!"
"Jangan kau berterimakasih," sudah merupakan
sebuah kewajiban bagiku untuk menasihatimu,
sebagai seorang guru juga sesame manusia" aku
takan menjerumuskanmu dalam lembah kenistaan."
"Seandainya sejak dahulu aku bertemu dengan guru,
" maka takan ada hal yang seperti ini"!"
"Jika tak merasa sakit, seorang takan menjauhinya.
Karena sakitlah orang menghindari. Dengan
pengalamanmu kini, kau pasti dapat membedakan
mana yang baik dan mana yang buruk, hanya orang
persilatan tidak akan semudah membalikan tangan
untuk menerima kebaikanmu. Mereka pasti akan
memusuhimu"jadi.."
"Saya tahu Guru," mungkin itulah ganjaran, atas
segala apa yang ku lakukan dimasa lalu."
"Syukur jika kau paham" kau akan berjuang
sendirian muridku!" "Sendirian" Tidak guru"aku tidak sendirian" masih
ada orang yang sejalan dengaku. Aku masih memiliki
alam yang setia menerimaku meski berlumur dosa.
Aku memiliki tuhan yang menciptakan aku, meski aku
tidak pantas berlindung padanya. Setidaknya aku
berusaha untuk kembali padanya. Menerima atau
tidak, itu terserah nanti. Bukankah seseorang yang
berusaha suatu saat akan menemukan titik terang"
Aku juga bersama musuhku yang membuatku
semakin dewasa, juga para orang yang membenciku
yang membuatku berusaha untuk diterima mereka?"
"Haha". Hanya satu hari. Hanya satu hari kau sudah
berpandangan seperti ini" pada dasarnya seseorang
yang berniat untuk berubah, pasti akan berubah juga,.
Dan sebaliknya jika tak ada niat, meski ribuan
tahunpun takan mungkin ada perubahan."
"Guru terlalu memujiku?"
"Ayo kita pulang, besok dilanjutkan"!"
"Tidak Guru, aku hendak bersemadi dahulu untuk
menenangkan batinku yang mengalami perubahan
drastic ini" "Baiklah, sampai jumpa?"
"Ya," sampai jumpa"."
"Inilah Puncak Gunung Gede!" Ucap Dyah Krusina.
"Tempat yang indah, hanya aku merasa bahwa aku
tidak merasa cocok dengan tepat ini"!"
"Maksud Nimas?"
"Aku akan meninggalkan tempat ini?"
"Ai" hendak kemanakah engkau?"
"Kemanapun angin berhembus mengiringi setiap
langkahku, maka akupun akan pergi kesana"
"Ai?" Keduanya berpelukan dengan haru, hitungan
kesepuluh kemudian, keduanya melepaskan pelukan.
Astadewi mengajak Antari dan Anudhari yang berada
dibelakangnya pergi, ketiganya menjejak langkah dan
melesat terbang meninggalkan tempat.
Dyah Krusina menatap kepergian mereka dengan
tatapan haru, setelah cukup lama mendelong, ia
berbalik dan mendaki puncak tersisa, keningnya
berkerut kala melihat puncak dimana dulu ia tinggal
sangat bersih dan terawatt.
Dyah Krusina yang memakai wajah asli menghela
nafas panjang, satu dua tiga bagian ia dapat
menebak siapa yang menghuni tempat itu.
Benar saja, ia melihat orang yang sudah dikenalnya
berada disana. Mereka adalah Harsanto, Meswari, Gita
Jayasri dan Jingga, keenpatnya tampak sedang
berlatih silat. Dyah Krusina tak hiraukan keberadaan mereka, ia
langsung menuju ke bilik dimana dulu ia tidur,
dilihatnya biliknya sangat rapi, bau harum tercium dari
dalmnya. Ia tak perduli, Jiwa dan Raganya sudah sangatlah
letih, ia mengambil posisi tidur dan terlelap dalam
impian. Begitu sore datang menjemput, Gita Jayasri dan
Harsanto masuk kebilik dimana Dyah Krusina terlelap,
keduanya memekik kaget melihat seorang Gadis
cantik tidur terlelap di pembaringan mereka. Kedunay
berpandangan. Untunglah, Gita Jayasri mengenal siapa adanya gadis
ini, ia mengambil kain dari kulit beruang dan
menyelimuti gadis itu, lalu ia mengajak Harsanto
keluar.

Iblis Dunia Persilatan Karya Aone di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Loh, Mbakyu Kakang Harsanto, kenapa kalian keluar
kembali?" "Ada tamu yang tak diundang tidur dikamar kami "
Jawab Harsanto diiringi senyuman lembut.
"Hussh" ia adik seperguruanku, mungkin setelah dulu
aku keluar perguruan, dia menghuni kamar itu."
Timpal Gita Jayasri. "Akh, Gadis yang dulu kita temui di kedai?" Meswari
bertanya heran. "Benar," sudahlah, kakang sebaiknya mulai sekarang
kita suami istri bertiga tidur sekamar saja" Usul Gita
Jayasri. Suami istri" Bertiga" Benar, saat ini mereka memang
sudah membina rumah tangga. Setelah cinta
keduanya kandas di tangan Sagara Angkara,
keduanya beralih kepada Harsanto, celakanya
keduanya sama-sama mencintai orang yang sama.
Akhirnya melalui musyawarah kecil-kecilan ketiganya
sepakat hidup bersama."
Sedang Jingga masih melajang, cinta pertamanya
kepada Sagara Angkara masih belum hilang,
terkadang ia merindukannya" seperti punguk
merindukan rembulan.. "Begitupun baik" Meswari menyetujui.
Satu banding dua, bagaimanapun dua lebih unggul,
Harsanto setuju saja atas usul mereka.
Astadewi dan Kedua pelayannya Antari dan Anudhari
melesat berlari bagaikan terbang diatas pucuk pohon.
"Dewi, kemakah kita hendak pergi?"
"Pantai selatan" jawab Astadewi singkat.
Tanpa berkata-kata ketiganya melesat terbang
laksana burung rajawali, kecepatan gerak ketiganya
benar-benar telah mencapai kesempurnaan"
Apalagi ketika hati sedang dilanda kegalauan, apalagi
yang bisa menahan langkah mereka"...
Segurat lembayung kemerahan mengiringi langkah
mereka, langkah ketiga orang yang sedang
melampiaskan kesedihan"
"Malam ini, kita beristirahat disini!" Astadewi
menghentikan langkah disebuah ceruk.
"Begitupun baik"hoshh..hosshh" kami sudah
kelelahan!" Jawab Antari ditengah helaan nafasnya
yang memburu. Ketiganya masuk kedalam ceruk, tidak dalam hanya
cukup untuk bertiga. Tanpa permisi, ketiganya langsung membaringkan diri,
tak sadar bahwa mereka terlelap dalam buaian
mimpi. Sementara tak jauh dari mereka sepasang
mata tua menatap kejadian itu dengan mata aneh"
"Ughhh?" Astadewi mendusin dari tidurmnya,
matanya dikerjap-kerjapkan seperti orang yang tak
percaya. Tak lama kemudian, Antari dan Anudhari
menyusul mendusin, seperti Astadewi, mereka ju ga
menatap seperti orang yang tak percaya.
Didepannya tampak tiga orang manusia aneh,
dikatakan aneh memang sangat aneh, orang pertama
adalah seorang perempuan dengan rambut putih,
putih sangat putih, matanya sipit, bajunya dari kulit
binatang berwarna putih dan berbelit-belit rumit. Kulit
tubuhnya sangat putih dan bersih.
Orang kedua adalah perempuan dengan rambut
kuning kemerahan seperti bara api," begitu
rambutnya, begitupula penampilannya, tatapanny a
tajam menusuk seperti dipanggang diatas api.
Orang ketiga adalah seorang perempuan yang
memiliki wajah sangat cantik seperti boneka,
matanya bundar gemeralapan seperti kedipan
bintang, Rambut dan pakaiannya berkibar-kibar,
padahal ditempat itu sama sekali tidak ada angin.
Entah bagaimana caranya, kini ketiganya telah berada
di sebuah ruangan yang aneh, ruangan itu terbagi
menjadi tiga warna sesuai dengan orang yang
dihadapan mereka. Disekeliling mereka, lilin dari kapas menyala
mengelilingi rangan. Ruangan itu dihias dengan kain
aneka warna. Antari yang berada ditengah-tengah memegang erat
baju Astadewi, Sementari Anudhari memegang baju
Antari, keduanya ketakutan. Hanya Astadewi" hanya
Astadewi yang meski kaget malah menampilkan
wajah keluguan seorang bocah,"
"Siapa kalian" Kenapa begitu menakutkan":" Tanya
Astadewi. Pertanyaan aneh, siapapun yang
mendengarnya pasti akan menganggap pertanyaan
itu sangat lucu dan tak berbobot. Tapi astadewi
menanyakan soal itu dengan wajah masa bodoh..
Orang ketiga yang kebetulan berada di depan
Astadewi mengikik geli, ia balas bertanya.
"Menurutmu kami adalah siapa?"
"Akh". Kau si binatang putih, kau si merah panas
membara dan kau sicantik berkibar!" Jawab Astadewi
seenaknya. "Haha" terimakasih, terimakasih kau memanggilku
sicantik, tapi kedua orang ini tak senang dengan
julukan yang kau berikan barusan!"
"Ai Salah ya" " Astadewi gigit jari telunjuknya.
"Tidak mereka marah karena tebakanmu benar"
Jawab Sicantik berkibar. "Hihi" " Astadewi tertawa geli, tertawa untuk
menghibur hati yang lara.
Antari dan Anudhari mulai tenang, mereka tidak lagi
ketakutan. Dan bersikap tenang.
"Bocah," mengapa kau tertawa dalam kesedihan"
Jika kau memang sedang bersedih itu harus
menangis, jika sedang merasa geli tertawalah!" Si
Binatang Putih member saran dengan dingin dan sinis.
"Kau benar"kau benar"huahaha..hik,,,hik"..hihi"huhu"
Benar saja, Astadewi melakukannya, ia teratawa
sambil menangis. "Kau" lagi-lagi kau membuat ia menangis, susahsusah kami membujuknya untuk tidak lagi menangis"
Antari menunjuk Si Binatang Putih sambil
memarahinya, lucu sekali jadinya.
"Diam kau bocah" Si si merah panas membara
membentak garang. "Padahal memperingati saja sudah cukup dan kami
pahami, untuk apa membentak"!" Anudhari
menjengek sinis. Mendadak". Keenamnya seakan melihat cermin"
Hanya Astadewi dan Si Cantik Berkibar yang tampak
acuh, Sicantik berkibar singsingkan rambutnya dan
berkata:\ "Kau harus menjadi muridku anak muda"
"Kalau tidak?" "Kalau tidak". Kalian harus mengembalikan tenaga
dalam sebesar seratus tahun latihan kami yang telah
di salurkan kedalam tubuh kalian"
"Salah kalian sendiri, mengapa tidak meminta izin
kepada kami. Kalau sudah begini malah menjadi
kadung" terimalah hormatku Guru!" Astadewi berlutut
kepada Si Cantik Berkibar, Antari, Anudhari dan ketiga
orang yang berada disana awal mulanya mereka
menyangka Astadewi akan menolak, siapa tahu
ucapannya memang berbelit-belit.
Melihat Astadewi sudah berlutut, Antari dan anudhari
ikut berlutut" Haha"Ketiganya tertawa terbahak-bahak.
"Semasa muda, kami adalah seorang tokoh rimba
persilatan yang disegani lawan dan ditakuti lawan di
negri masing-masing. Tak satu pun tokoh rimba
persilatan di negri kami yang mampu menandingi
kedigdayaan kami. Darah muda membuat kami
bangga akan apa yang telah kami miliki. Namun,
kebanggaan itu telah membawa diri kami pada
kesombongan yang akhirnya melahirkan banyak
keresahan. Bermula dengan niat mengalahkan
pendekar di begri orang, dari salah seorang tokoh
yang sudah mengucilkan diri, di tanah ini terdapat
banyak sekali pendekar yang tanpa tandingan. Karena
penasaran, kami merantau ketanah ini. Berawal kami
saling berjumpa dipertengahan jalan, aku sendiri
berasal dari negri atap langit, lalu si angin ini berasal
dari negri matahari terbit, dan Si api ini berasal dari
Mesir. Awalnya kami bermusuhan, setelah
mengadakan pertarungan selama empat hari empat
malam tanpa ada yang kalah, kami sepakat untuk
mengikat tali persahabatan dari persahabata kami
inilah kami berubah menjadi seorang tokoh persilatan
yang kejam. Pemerasan dan pembunuhan sering
kami lakukan. Hingga pada akhirnya, kami menggelari
diri kami sebagai Tiga Dewi Alam Neraka. Julukan itu
memang begitu angker terdengar di telinga. Siapapun
yang mendengar nama kami pasti ciut nyallinya.
Siapa saja yang berani berurusan dengan kami, maka
harus berani pula menyerahkan nyawanya. Berapa
banyak tokoh sakti ditanah ini yang telah kami kirim
ke akhirat. Namun, ketika suatu hari Kami kalah si
tangan seorang pemuda matang"..," Tutur Si Binatang
Putih, ia hentikan ceritanya karena tak tahan dengan
kesedihannya "Lalu.... " Tanya Astadewi.
Si Merah Panas membara mlihat wajah saudaranya
sebentar, karena kasihan ia menyambung cerita.
"Kami bertiga jatuh cinta
kepadanya, namun pemuda itu malah berkata "aku mau hidup dengan kalian asal
kalian merubah kebiasaan buruk kalian" Karena
Pemuda itu, kami rela meninggalkan kebiasaan kami
yang selalu berurusan dengan darah dan kematian.
Namun takdir mengatakan lain, karena kami sudah
menanam bibit permusuhan dengan sekian banyak
orang, meski kami telah bertobat. Kami tetap diburu,
karena sudah berjanji, kami tidak membunuh mereka,
padahal membunuh mereka adalah semudah
membalikan tangan. Kami memilih lari, dan ketika
kami berada di Jurang Akhirat, kami terdesak dan
jatuh kesana, entah siapa yang memberi kabar, di
dunia persilatan tersiar kabar bahwa kami menemui
ajal. Mendengar ini, Pemuda yang kami jatuh cinta itu
sedih, dia tahu karenanya kami menemui ajal,
akhirnya ia menjadi seorang Begawan" dan
mengganti namanya," "
"Siapa namanya?" Antari yang merasa simpati
bertanya dengan sedikit gusar dan bangkit.
"Dia mengganti namanya dengan Begawan Sutrasno!"
"Ai, kami tak pernah mendengar namanya!" Antari
kembali duduk. "Lalu, bagaimana dengan kalian?" Anudhari kali ini
yang bertanya. "Meski kami sudah mandi darah, rupanya ajal kami
belum tiba saatnya, diam-diam kami menguping
telinga di dunia Persilatan. Mendengar pemuda yang
kami cintai pergi mencari kami hingga luar lautan,
kami merasa sedih sekaligus bahagia, kami sedih
karena ia dibutakan arah, memang di dunia persilatan
kami tersiar bahwa mati diatas perahu dilautan lepas.
Kami bahagia karena tahu bahwa setidaknya dia ada
perasaan kepada kami. Pasti kalian bertanya, Tanya
mengapa kami tak menemuinya" Setelah tepekur dan
menggali jati diri, kami merasa kami tak sepadan dan
memilih bertapa di tempat ini. Dan kini kalian datang
kemari, ini merupakan jodoh" dasar ilmu kami adalah
dasar ilmu hitam, tapi setelah disempurnakan, efek
samping dari ilmu ini sudah hilang. Seperti apapun
ilmunya, asal digunakan dijalan kebaikan pasti akan
membawa berkah". Kami berpesan agar jika kalian
berasal dari golongan sesat, kembalilah kejalan yang
diridhai tuhan yang maha kuasa, jika kalian berasal
dari golongan yang diridhai yang maha kuasa,
pertahankanlah jangan dibutakan oleh ilmu?"
"Kami akan mempelajarinya guru?" Astadewi berkata
lirih" * Bila Rindu datang bermain di jiwa"
Gelisah tak menentu hati resah,"
Tidur Salah," Main Salah" Apa yang harus kulakukan bila ridu ini datang
menjemput" Makan adalah bayangannya, bercermin adalah
wajahnya, sungguh rindu tak bisa dibendung.
Jingga akhirnya memutuskan untuk turun gunung,
Berkelana" berkelana dalam kerinduan.
Berharap agar sosok yang dicinta dapat ia temui,"
Tanpa pamit ia berlari, berlari melampiaskan rindunya.
Diatas puncak, Dyah Krusina duduk bersemadi
disamping pusara Eyangnya. Gurunya" orang yang
mengajarkan kembali arti kebenaran dan kebajikan"
Sesuatu yang belum ia penuhi, gara gara cinta," lagilagi cinta" cinta membuatnya buta"
Terpekur dalam lamunan, menangis sedu dalam
kesedihan, bunga tanjung berguguran, gemerisik
dedaunan menjadi latar kesedihan. Inilah kehidupan"
Mata sembab berurai airmata. Pakaian basah
karenanya. Penyesalan selalu datang terlambat"
Penyesalan selalu diakhir"
Mengapa harus diakhir, mengapa tidak diawal" Jika
diawal bukan penyesalan namanya. Inilah kenyataan
dalam hidup.

Iblis Dunia Persilatan Karya Aone di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Angan," Asa" tidak ada yang abadi, terkadang ia
datang membuat mata buta dari sekeliling, keluarga
dicampakan, kawan di tindas, kebenaran diinjak"
Ia datang dengan dua mata pedang, satu sisi
membawa kebajikan, satu sisi melukai pemiliknya,"
Perut membesar buah dari cinta, buah dari permainan
yang asyik membawa luka"
Tenggorokan serasa mual,"
Dyah Krusina menyesali keadaannya,"
Mengapa nasib selalu mempermainkan" Ia akan
membunuh kandungannya"
"Tidak"!" Dia takan sekejam itu.
Anak itu tak berdosa, tapi ayah dan ibunya yang
berdosa, mengapa anak harus ikut menderita"
Kesedihan itu datang lagi," putus asa ketika
melihatnya membujur kaku" Ayah dari sang bayi,"
Benarkah ia mati" Ia ragu,"
Dalam benak terdalamnya ia menyangkal,"
menyangkal bahwa ia suah mati,"
Gita Jayasri sedih melihatnya. Disisinya Harsanto dan
meswario menghibur, membiarkan sang adik
seperguruan terpuruk dalam kesedian membuatnya
sakit," Sakit seperti disayat pisau," ia ikut menangis,"
Gita Jayasri bukanlah seorang gadis lagi, kini ia
menjadi seorang ibu, seorang ibu cukup memahami
apa yang dialami oleh ibu yang lain," sedih
mengingat masa depan sang anak..
Dengan susah payah ia bangkit, Harsanto mencegah,
tapi Gita Jayasri bersikeras, dengan senyuman pahit ia
berkata: "Apa yang dirasa oleh adik seperguruanku dapat
kupahami, aku sudah mencoba berada di posisinya.
Membiarkannya sendiri adalah baik, terlebih baik lagi
bila ikut mengobati lukanya"
Gita Jayasri mendekat, ia memeluk Dyah Krusian
dengan lembut dari belakang, tangan lembutnya
mengusap rambut dari ujung kulit sampai ujungnya,
dibelai, dipermainkan dengan manja, seperti seorang
ibu kepada anaknya, seperti seorang kakak
menenangkan adiknya,"
Tanpa kata, tanpa suara, hanya bahasa tubuh yang
bicara, Dyah Krusina bukan karang yang dapat berdiri
diterba gelombang, dia adalah layang-layang yang
dipermainkan angin, ketika sang pengendali benang
telah kehilangan kendali, maka layangan itu akan
pergi dibawa angin, begitupula Dyah Krusina,.. ketika
tempat berpijaknya hilang, diapun terbang melayang,
berusaha mencari tempat dimana ia jatuh, dimana
angin tidak lagi mempermainkannya.
Suara tangis meledak, laksana dentuman meriam
ditengah bolong," Dyah Krusina melampiaskan segalanya, rasa
amarahnya," denamnya," kesedihannya dengan air
mata" Menangis bukan seorang pengecut, menangis tiada
artinya, tapi cukup berarti untuk membohongi
perasaan," "Sudahlah Nimas," hentikan tangismu, bangkitlah
menggapai asamu," jangan membuat si Dia
menangis dalam kandunganmu, rawatlah dia"
bukankah dia adalah peninggalannya yang berharga?"
"Ya," ya,". Aku harus merawatnya!.. merawatnya"
Dyah Krusina meracau tak jelas, antara paham dan
sedih. Dyah Krusina kembali menangis sampai ia tertidur
didalam pelukan hangat Gita Jayasri.
Sagara Angkara berjalan dengan linglung, benarkah
Iblis Dunia Persilatan telah mati"
Tak kerasa ia sudah tiba disebuah kedai yang cukup
besar, kedai itu cukup besar, ia masuk kesana dan
memesan makanan. Mendadak terdengar obrolan yang memikat hatinya,"
"Iblis Dunia Persilatan mendapatkan ganjarannya, dia
sudah memasukan anggotanya di perkumpulan kita di
Pantai selatan hingga hancur berantakan, dan kini ia
mati dengan pengkhianatan, memang siapa yang
menanam pisang tak mungkin berbuah tomat."
"Menurutkku, saat ini kabar yang paling hot adalah
kematiannya, ai sebenarnya siapakah yang dapat
membunuh dia?" "Mungkinkah Dewa Dunia Persilatan?"
"Akh, Tidak mungkin Dewa Dunia Persilatan hanya
mampu imbang dengannya, ak mungkin ia mampu
membunuhnya." Lalu siapa selain dia?"
"Entahlah,". Sungguh terlalu banyak kejutan?"
Obrolan itu semakin memanas, akhirnya Sagara
Angkara memilih untuk keluar kedai.
Dipintu kedai, seseorang menepuk pundaknya. Sagara
Angkarra berpaling dilihatnya seseroang lelaki
memandangnya dengan senyuman.
Lelaki itu berwajah biasa saja, tidak membuat orang
Berpikir macam-macam kepadanya. Kedatangannya
tidak diiringi dengan suatu kebiwaan juga tidak
dengan kegarangan dan kebengisan. Semuanya
berjalan dengan normal-normal saja tak ada yang
aneh dari perawakannya. Hanya tubuh kurus
layaknya seorang petani. dialah utusan dari Nyonya
Kabar Langit. "kau siapa kisanak"
"Aku bukan siapa-siapa, hanya pembawa pesan saja.
Kedatanganmu sudah kutunggu. Ramalan tentangmu
datang ketempat ini adalah benar adanya. "suara itu
begitu datar dan tanpa tekanan nada membuat orang
jadi bergidik. Nada yang sama ketika ia berbicara kepada Maharaja
Dunia Persilatan tempo dulu.
"Katakan apa pesanmu."
Dari baik bajunya dia mengeluarkan sebuah
bungkusan kecil. Lalu diserahkan langsung kepada
Sagara Angkara.Isinya sangat singkat
"Perkampungan Bunga, ".Nyonya Kabar Langit"
"Nyonya Kabar Langit"! Ada maksud apakah ia
mengundagku" "Aku tak pernah mencampuri urusan majikan"
"Aku paham, silahkan tunjukan jalan"!"
Keduanyapun berjalan beriringan, melangkahkan kaki
menuju tujuan yang entah dimana. Sagara Angkara
mengikuti saja, dibeberapa tempat, tampak dia
melihat beberapa Anggota Istana Dewa Iblis, hanya
saja kali ini Penampilan Sagara Angkara yang
meemakai kain pelajar di kotapraja membuatnya
ti p mata memandang, hanya pesta. Pesta rakyat
yang entah siapa, meski berwujud manusia,
hakikatnya Gardapati melihat mereka seperti asing.
Ditengah kebimbangannya, seseorang membentaknya
dari belakang. "Manusia, mengapa kau ada disini?" Gardapati
berbalik, ia terpengarah, empat sosok berwajah
angker dan berpakaian prajurit menghdangnya.
"Anu..ini..ini"
"Tangkap dia!" Bentak salah satu prajurit yang
sepertinya adalah pemimpinnya.
Sigap ketiga prajurit lain mengepung Gardapati, jika
seandainya Gardapati yang dulu, niscaya ia akan
melawan dan membunuh siapapun yang berani
menangkapnya. Hanya kali ini beda, ia membiarkan
prajurit itu menangkap dan menyeretnya pada
sebuah bangunan megah berwujud istana.
Disetiap mata memandang hanya keindahan dan
kemewahan, kagum hatinya bukan kepalang, tapi ia
tak bisa menikmati keindahannya, karena prajurit itu
membawanya pada sebuah balairung istana.
Dimana ditempat itu sedang diadakan pesta. Para
penari pemuda dan pemudi benar-benar gemulai
laksana kupu-kupu surge. Music mengalun dengan
indah, para tamu tertawa terbahak-bahak dengan
gembira. Ditilik dari pakaian mereka,, sepertinya mereka adalah
para penguasa yang diundang, pakaian mereka
sangatlah mewah, disekujur tubuh mereka hanya ada
emas dan permata, jelas mereka bukan dari kalangan
rendah. Gardapati ingin melihat wajah mereka, tapi tak bisa,
pemimpin prajurit itu menekan kepalanya hingga
hampir menyentuh lantai"
"Beribu ampun paduka, diluar sana, hamba
menemukan seorang manusia menyusup masuk.
Hanya entah dia tamu dari paduka atau bukan.
Karena hamba tak ingin membuat kesalahan yang
fatal, hamba membawanya kesini terlebih dahulu
untuk meminta retu dan petunjuk paduka"
Pemimpin itu bersujud kepada seorang lelaki paruh
baya yang sudah memiliki uban, ia memiliki mahkota
berukiran harimau dikepalanya.
Orang yang diapnggil paduka itu maju dan mendekati
Gardapati," "Siapa kau nak" Mengapa engkau kemari?" katanya.
Gardapati berusaha untuk menatap wajahnya, namun
salah seorang prajurit menekan kepalanya.
Ia malah bergumam melampiaskan rasa dongkolnya,
katanya. "Beginikah cara kalian untuk menyambut orang yang
kalian suruh kemari" Sungguh matipun aku tak mau
kemari seandainya seseorang tak mengancamku dan
menyuruhku untuk kemari"
"Sungguh takabur kau" Bentak siprajurit dan menekan
kepalanya lebih bawah. "Akh, Lepaskan dia"!"
"Sesuai kehendakmu Paduka" Kata Prajurit itu sambil
bersujud dan mundur. Pada saat itu pesta mendadak berhenti, para tamu
memandang kejadian ini lebih menarik daripada para
penari. "Sekali lagi, aku bertanya padamu nak, siapakah kau
dan dengan membawa maksud apakah engkau
kemari?" Gardapati bangkit, meski ia sudah berubah menjadi
baik, darah mudanya masih membuatnya enggan
tunduk dihadapan orang. Ia tatap lawan bicaranya,
dengan jantan ia berkata. Katanya.
"Aku Gardapati, Aku kemari menuruti sosok
berkerudung hijau, dia memintaku untuk kemari
dengan ancaman bahwa para sahabatku akan mati
bila aku tak kemari. Pada mulanya aku tak menuruti,
dan rupanya apa yang dia ancamkan terjadi. Aku
kemari hendak meminta pertanggungjawabannya."
Raja dari Karangbolong itu tertegun, namun hany a
sejenak. Dengan bijak ia berkata.
"Perlihatkan tandamu!"
"Tanda" Tanda apa?"
"Tanda bahwa kau layak masuk kemari"
Mendadak seseorang dari belakang berkata dengan
nada antara laki dan perempuan.
"Tanda dikepalamu!"
Gardapati berpaling, dilihatnya sosok berkerudung
hijau berdiri dengan gagah.
Gardapati tercengang, dengan berapi-api ia
memandang sosok itu. Tangannya terkepal erat
seakan ingin melumatkan baja.
"Kau"!" Geramnya penuh dendam.
Sosok itu mundur selangkah tak menyangka akan
terjadi perubahan ini. "Tenanglah nak, jangan terbawa amarah. Bukan dia
pelakunya!" "Bukan dia" Lalu mengapa dia mengancamku?"
Gardapati ngotot. "Sett?" Gardapati terkejut, ia ingin menghindar namun
terlambat. "Buukkk?" Rupanya Snag Raja telah membokongnya,
dengan telak leher bagian belakangnya terhajar,
buram gelap"Gardapati kehilangan kesadaran..
Gardapati mulai dapat kesadarannya. Ditelinganya
yang tajam, ia mendengar percakapan yang cukup
jelas, hanya saja ia pura-pura belum sadarkan diri.
"Ayahanda," bagaimana caranya agar dia tak
menuduhku lagi?" Sebuah suara merdu perempuan
belia terdengar memelas. "Akh, bersabarlah anakku, secara perlahan kita
bimbing ia untuk mengerti, itu hanya salah sangka."
Jawab sebuah suara lain, yang dikenali Sagara
Angkara sebagai Raja di kerajaan ini.
"Maksud ayahanda?"
"Akh, Pengalamanmu masih cetek anakku,
peringatanmu telah menjadi sebuah ancaman.
Caramu memperingati adalah salah. "
"Apanya yang salah ayahanda" Ananda menyuruhnya
datang kesini agar ia mendapat Aji Macan Siliwangi,
kemudian mengajarkannya kepada sahabatnya itu,
dengan begitu, meski didunia mereka mati, tapi jiwa
mereka akan datang kemari dan mengabdi di
kerajaan ini" Dengan begitu ia masih bisa melihat
mereka..uhuk..uhukk"
"Akh," mengapa kau menahan jurus berbahaya
darinya anakku" Lihatlah sampai sekarang engkau
belum juga sembuh" "Mereka adalah orang yang dapat membantunya
menghancurkan Istana Dewa Iblis Ayahanda, maka


Iblis Dunia Persilatan Karya Aone di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dari itu ananda menyelamatkan mereka"
"Sungguh besar pengorbanan cintamu untuk
memilikinya anakku, tapi ia malah membencimu,"
takdir..takdir?" "Apa ananda salah mencintainya Ayahanda"
"Tidak," tidak salah,, apalagi ia adalah pemilik tanda
itu. Tanda pewaris tahta kerajaan ini"
Diam hening tak terdengar apa-apa lagi, Gardapati
yang mendengar percakapan itu terhenyak, sadar ia
salah," yang membuatnya terkejut adalah sosok
yang menolong dan mengancamnya adalah seorang
gadis, air susu dibalas air tuba, tak seharusnya ia
melakukan demikian. Lamunannya bukan hanya itu, ia kaget mendengar
bahwa ia pewaris tahta kerajaan" Gila"
"Ughh"!" Ia Pura-pura baru siuman.
"Akh, kau sadar anakku" Maafkan aku yang
membuatmu pinsan, aku tak ingin ada keributan
ditengah pesta tadi, terpaksa aku berbuat demikian.
Gardapati tahu hal itu, hanya untuk menutupi
pembicaraan tadi ia berlagak marah.
"Kalian memang kejam" Desisnya sinis.
Raja itu mengghela nafas cukup panjang. Ia berpikir
sejenak lalu meningglkan Gardapati menuju salah
satu Rak. "Istirahatlah barang sejenak, ini untuk mengobati rasa
bosanmu!" Setelah memberikan sebuah buku kecil
dan tipis, Raja itu meningglkan tempat. Hanya tinggal
Gardapati dalam kesendirian, ia lihat sampul buku itu.
"AJIAN MACAN SILIWANGI" Desisnya kaget.
Perlahan dibukanya lembar pertama, isinya adalah:
Manfaat ajian ini adalah untuk kewibawaan,
kekuatan, disegani, ditakuti, pengisian berat atau
beban. Lembar kedua berisi : Laku yang harus dijalani untuk memperoleh ajian
MACAN SILIWANGI ini adalah: Puasa 7 hari dan hari
terakhir diakhiri dengan pati geni. Sebelum memulai
amalan, maka disyaratkan untuk melakukan Sholat
hajat 4 rokaat. Selanjutnya adalah melakukan puasa
sebanyak hari. Selama menjalani puasa itu, kita
membaca mantra sebanyak 121 kali usai sholat wajib.
Lembar Ketiga: Mantranya : BISMILLAHIRROHMANIRROHIM ANA
SAWO MATENG ING DADAKU SUARANE PRABU
SILIWANGI SEPERTI MACAM KESURUPAN
LAHAULAWALA QUWATA ILLAHBILLAHIL ALIYIL
ADHIM, BISMILAHI PRABU SILIWANGI INGSUN PAMIT
AKAN MENGGUNAKAN SILIWANGI ATAS KEESAAN
ALLAH. Lembar Keempat: Ajian ini dalam penyatuannya melalui 4 tahap,
menurut pandangan batin: Pertama Perubahan tangan
dan kaki kedua Perubahan badan ketiga Perubahan
wajah dan kepala keempat, Seperti wujud macan
namun hanya menurut mata batin musuh/lawan saja.
Lembar kelima sampai kedua belas adalah gambar
laku dan gerak.. Gardapati manggut-manggut. Sungguh besar rasa
terimakasihnya kepada gurunya yang baru,
seandainya beliau tak mengajarkan dan
membawanya kejalan benar, mustahil ia bisa
menguasainya. Merenung-merenung dalam diam, bersemadi
menennagkan pikiran,"
Waktu terus berputar, mengikuti roda kehidupan,
kehidupan terus berjalan beriringan, tak terasa dua
belas purnama telah berlalu,".
Kini Gardapati sudah menikah dengan Nawang Tresni
Putri dari Raja Karang bolong, juga orang yang dulu
menolongnya, Si Jubah kerudung hijau.
Demi membalaskan budi dan memenuhi takdirnya,
Gardapati menikah dan menjadi pewaris tahta
kerajaan" Tobat, sepertinya itu yang ia lakukan..
Kejahatan telah mengajarkannya kepahitan dan
kesenangan.. Kejahatan telah membawanya kedalam jurang
kesesatan," Kini dia sudah bertobat, bertobat sepenuh hatinya, kini
ia bukan yang dulu," bukan yang selalu menevbar
kejahatan, kini dia berada dijalan dan dasar
kebenaran. Orang menjadi jahat karena lingkungan,
Orang menjadi jahat karena kesempatan"
Orang menjadi jahat karena pendidikan"
Tak ada orang yang jahat sejak lahir, untuk
menyadarkan seorang manusia, terkadang
pengalaman menjadikannya cambuk untuk berubah"
Kebersamaan telah berlalu,"
Kini Gardaopati berdiri diantara dua orang, orang yang
dihormat dan orang yang disayanginya.
"Tunaikan ilmumu dalam kebaikan, disini aku
mertuamu dan istrimu Nawang Tresni selalu
menunggumu,"juga para rakyatmu," selamat jalan
anakku!" "Baik Ayahanda!" Gardapati memberi sembah.
"Suamiku," bawalahn istrimu yang lain kemari, juga
anakmu dengan perempuan lain"!"
Gardapati memerah, ia menunduk mengingat masa
lalunya yang kelam, setelah memeluknya dalam dada
ia berkata. "Baiklah Istriku!"
"Satu lagi!" "Apa itu?" "Anakmu dalam kandunganmu menantimu untuk
dibelai dengan mesra lagi"
"Ai"!", Gardapati membelai perut Nawang Tresni, lalu
Pamit undur diri,.. Berkelana lagi," Sama seperti dulu, ia kembali menghirup udara
segar" Hanya visi dan misi kali ini beda"
Dedikasi dan Ideologinya berubah,"
Ia ingin menelusuri dari awal,"
Bermula dari Sang Ayah"
Tak ada penjamuan yang tak bubar, ada pertemuan
ada perpisahan," Astadewi berlari meningglkan tempat kediaman
dimana kembali ia menempa diri, berusaha bangkit
dari jurang kenistaan bersama kedua sahabatnya
Antari dan Anudhari,".
Ia berlari menuju Cadas ngelir," disanalah tujuan
mereka sekarang, empat tangan tak akan
mengalahkan delapan tangan, ia butuh suatu
kekuatan, kekuatan yang ia timbun dahulu, kekuatan
yang diam-diam ia kumpulkan untuk mengantisip asi
keadaan,". Kekuatan apakah yang telah ia Persiapkan"
Cadas ngelir, adalah sebuah tempat dimana terdapat
batuan cadas yang dari atas seperti mengalirkan air
sungai, batuan aneh yang memiliki hawa gaib
tersendiri. Di Samping cadas ngelir adalah sebuah desa,
Ketiganya sudah sampai disana, karena memang
tempat itulah yang ia tuju"
Berkelebatan diantara pepohonan yang lebat,
tersamarkan menjadi baying-bayang, kecepatn
laksana anak panah membuat mereka tak disaari
keadaannya oleh para Anggota Istana Dewa Iblis
yang berpestapora bersama para Gadis.
Siapakah para Gadis itu"
Ditilik dari pakaiannya, mereka adalah para gadis
penduduk desa, dari luar mereka rseperrti menangis
dan ketakutan, hanya mata yang jeli yang melihat
mereka saling berbagi kode, kode apakah"
Mendadak," "Tukk"Bret,,,crass..jrebb"
Bersahut-sahutan berirama dalam dentingan music
kematian, tanpa suara tanpa diduga para Anggota
Istana Dewa Iblis pada mati berguguran, bersimbah
darah, membasahi tubuh mereka.
Kembali merka berbagi kode,"
Dengan licin mereka sengaja menindihkan dan
memposisikan tubuh mereka dengan para mayat,
gemuruh kuda memecah keheningan, para Gadis itu
saling menangis" Siasat apalagi ini" Hanya mereka yang tahu"
Seorang Brewokan bertubuh kekar datang, datang
dengan mata merah membara menebarkan hawa
amarah, marah" dia marah melihat para kambratnya
pada mati" Si Brewokan turun dari kuda, dengan kasar ia
menjabret salah satu gadis"
"Siapa yang melakukan ini?" Dengan nada membentk
penuh amarah. Gadis itu ketakutan, dengan gemetar ia berkata".
"Me"mereka gadis sebaya kami dan..dan memakai
mahkota. Saat kami berpesta menemani para
anggota tuan, mereka datang dan membunuhi
anggota tuan, darah memancar"hiii" Gadis itu pingsan,
aksikah" Sandiwarakah" Entahlah"
Si Brewokan melepaskan pegangan, gadis itu jatuh
begitu saja kelantai, tamnpa ada yang tahu, gadis itu
menyunggingkan senyum tipis, hanya si Brewokan
tidak mengetahuinya. "Panglima!" Kambratnya yang lain turun dan
menyapa. "Kita pergi ke cadas ngelir, para Dhara sesat itu belum
juga tunduk dengan kekuasaan kita" Bentak panglima
itu, mereka segera naik keatas pelana dan memacu
kuda, tanpa menghiraukan para gadis yang ada
disana, mereka menganggap para gadis disana adalah
sampah-sampah yang bisa dipermainkan begitu saja,
padahal pada kenyatananya merekalah yang
dipermainkan, ini merupakan siasat yang sangat
hebat." Astadewi yang menyaksikan itu tertawa tanpa dapat
dihentikan, ia menggenjot tubuhnya mendekati gadis
yang pura-pura pingsan. "Mbakyu Dwi Garani sampai kapan mau tidur?"
Sampanya jenaka, wajahnya begitu lugu seperti
kanak-kanak. Gadis yang pura-pura pingsan bangun dan menatap
Astadewi. "Nimas Dewi, kemana saja engkau" Katanya serya
memeluk. Siapakah gadis yang bernama Dwi Garani ini" Tak lain
dan tak bukan diallah gadis yang dulu diperkosa oleh
tiga orang yang ditolong Astadewi, dengan bantuan
Astadewi, Gadis itu menghilangkan traumanya dan
mempelajari ilmu silat, diam-diam ia mencari gadis
yang senasib dengannya, perlahan tap[I pasti.
Anggotapun terkumpul. Mereka hidup seperti para gadis desa, kesawah atau
keladang adalah kebiasaan mutlak. Siappun takan
menyangka bahwa para gadis ini adalah gadis yang
memiliki kecerdasan dan kemampuan yang digdaya.
Tak lama kemudian, Antari dan Anudhari menyusul,
mengobrol merencanakan siasat". Siasat apakah"
Entahlah" "Siapa yang engkau bawa kakang?" Tanya Kama
dengan heran. "Mungkin kalian lebih mengenalnya daripada aku!"
Jawab Sagara Angkara jelas.
Gadis yang dipanggil Kama oleh Sagara Angkara
berlari kedapur dan balik membawa air,
"Kalian Rawatlah,!"
"Mengapa tidak kakang saja?"
"Aku kurang leluasa!" Jawab Sagara Angkara sambil
berlalu dan tersipu malu.
Kama hanya ganda tertawa saja melihat ketua baru
mereka, kali ini Ketua mereka memang beda dari
ketua-ketua terdahulu. Pada mulanya mereka menolak kerja sama
dengannya, hanya karena usaha gigihnya akhirnya
Para Anggota Dhara sesat berkeputusan
menerimanya sebagai rekan seperjuangan.
Lama bergaul, akhirnya mereka mulai menerima,
apalagi dengan sikap Sagara Angkara yang ringan
tangan dan halus budi, perlahan tapi pasti kelakuan
buruk mereka sedikit berkurang, setelah berembug
akhirnya mereka sepakat menjadikan Sagara
Angkara sebagai ketua mereka.
Tentu sajja Sagara Angkara menolak, akhirnya
dengan alas an mereka ingin bertaubat dan meminta
bimbingan mau tak mau Sagara Angkara tersentuh.
Hanya saja jabatan ketua ia enggan menerima,
setelah disepakati akhirnya mereka menganggap
Sagara Angkara sebagai Kakak yang harus di turuti
oleh para adiknya, padahal sitanya soal umur, Sagara
Angkara adalah yang termuda.
Begitulah, Sagara Angkara mulai membimbing
mereka, menghilangkan dampak buruk dari ilmu yang
mereka pelajari dan diajari hal-hal baru yang lebih
beradab dan berperikemanusiaan.
Kama mulai membuka kain penutup gadis yang
dibawa Sagara Angkara, ia memekik kaget. Disekujur
tubuhnya dipenuhi bekas cambukan, luka pukulan dan
lebam, bahkan daerah selangkangannya merembes


Iblis Dunia Persilatan Karya Aone di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

darah. Gadis itu setengah koma, entah kekuatan
apakah yang menopangnya untuk hidup. Wajahnya
dipenuhi dengan luka lebam aknbat tamparan,
sungguh naas nasib gadis ini, bibirnya berubah ungu,
mata terpejam rapat. Dengan Telaten, kama membersihkannya,
memakaikan pakaian baru, dan mengobati lukanya.
Kama adalah sisa dari Laskar Dhara Sesat Air terjun
Balumbang, dulu ia bekerja sebagai tabib
perkumpulan, jadi jelas ilmu yang dipelajarinya
adalah ilmu pengobatan, padahal ilmu pengobatannya
adalah sama dengan apa yang dipelajari Gardapati
dan Astadewi, jadi bisa dibayangkan dengan ilmu
pengobatannya, pada waktu terjadi kisruh, beruntung
ia sedang mencari obat di luaran sehingga selamat
dari pembantaian, ia memilih mengasingkan diri di
sebuah dusun. Belakangan ia mengetahui dari sandi
yang disebar bahwa kawan seperjuangannya berada
di Cadas ngelir. Rasa solidaritasnya terpanggil, dengan memberanikan
diri ia datang ke Cadas ngelir, meski ilmu silatnya
sangat lemah, ditanya soal pertabiban dialah ahlinya.
Dua hari kemudian, Pasien Kama mulai siuman," ia
merintih menahan sakit disekujur tubuhnya, hanya ia
heran sebab ia tidak berada di tempat hukuman lagi,
kini ia ada di sebuah pembaringan yang nyaman,
ketika berpaling kesamping, Kama dan seorang
pemuda menungguinya"
"Kama" kaukah itu!" Gadis ini mengigau.
Kama terkejut mendengar namanya disebut, ia
mendekatkan telinganya pada bibir gadis ini.
"Hati"hati" Barisan Dewa Iblis darah " barisan
pembunuh" Istana Dewa Iblis" Sakti mandraguna"
jangan lengah"!"
Kama mengerutkan kening mendengar kata yang
patah-patah didengarnya, ia ingin bertanya, hanyan
gadis itu kembali pingsan.
"Kama, apa yang dikatakannya?"
"Tidak jelas, hanya patahan kata"!"
"Apakah itu?" "Hati"hati" Barisan Dewa Iblis darah " barisan
pembunuh" Istana Dewa Iblis" Sakti mandraguna"
jangan lengah"!. Kakang paham apa maksudnya?"
"Tidak," !" Jawab Sagara Angkara melamun.
"Kama, aku hendak melihat keadaan diluar, pergilah
bawa seluruh anggota rahasia kita ke ruang rahasia,
para pasukan Istana Dewa Iblis akan tiba hari ini."
"Mengapa harus pergi kakang?"
"Ai, ingat apa yang dikatakannya, aku takut mereka
adalah apa yang dikatakan oleh gadis itu!"
"Baiklah, kami menurut saja, hatii-hati?"
"Baik"!" "Tunggu,"!"
"Ada-apa?" "Kakang terluka?"
"Hanya sedikit benturan!"
"Dengan siapa kakang bertarung?"
"Raja Istana Dewa Iblis"!"
"Apa" Kakang pergi kesana" kapan"
"Sudah lama aku menyelundup, hanya posisiku
terdesak, mau tak mau mengambil keputsan buntu,
setelah membuat keributan, aku menyelundup ke
ruang bawah tanah dan membawa gadis itu"
Diistana Dewa Iblis"
"Musuh dalam selimut yang selalu mengawasi kita
diam-diam, rupanya adalah orang yang sangat dekat,
kita harus lebih berhati-hati, lagipula kekuatamnnya
sangat hebat, melukaimu hingga seperti ini,
menghindar pengejaran dan menyelinap keruang
bawah tanah, juga membawa kabur Wakil Ketua
Dhara Sesat, Aryani" Si Gila dari Neraka hitam yang
selalu tampil urakan menampakan wajah seriusnya,
rupanya dia adalah otak dari pengkhianatan, dengan
berkedok gila ia melancarkan setiap rencananya
dengan seksama dan matang. Sungguh licin.
"Bagaimana dengan tindakanmu?" Iblis Kembar Bumi
Bertanya. "Sudah kuutus jagoan handal kita, aku percaya
nasibnya tidak akan lama lagi, Barisan Dewa Iblis
Darah akan mencabut nyawa beserta jeroan
tubuhnya" "Mengapa kau begitu percaya?"
"Barisan Dewa Iblis Darah," sejak kecil sudah dilatih
dengan keras dan bengis, hanya satu yang dapat
memerintah mereka, dialah Dewa Tangan Darah. Sifat
mereka aneh, bengis dan haus darah". "
"Huahahaha"."
Keduanya tertawa dalam luapan kegembiraan, Suara
mereka bergaung laksana ribuan tawaon," inilah
suara penghianatan.. Sagara Angkara berjalan menyusuri hutan Sancang
dengan langkah lebar, pohon puspa menjadi saksi
langkahnya. Telinganya yang tajam mendadak mendengar suara
pertarungan, suaranya dari arah tenggara. Tidak jauh
darinya. Jiwa pendekarnya terpanggil.
Ia melesat cepat menuju kejadian dengan kecepatan
laksana angin yang berhembus, hanya meninggalkan
bayangan saja" * Sagara Angkara kaget melihat seorang gadis muda
terlentang pasrah menuju kematian, pundak dan
kakinya terluka parah. Apalagi setelah ia mencermati
wajah gadis itu. Gadis itu perlahan bangkit berdiri dengan susah
payah. "Jingga".!" Desisnya.
Sagara Angkara heran bukan main, ditempat itu
terdapat dua puluh emnpat pemuda tanpa emosi
dengan pedang ditangan kiri.
Ditengah mereka terdapat seorang lelaki berwajah
garang dan buas, dia adalah Pemimpin mereka.
Pemimpin dari Barisan Dewa Iblis Darah, Dewa
tangan darah. "Eksekusi dia"!" Perintahnya dingin.
Seorang pemuda tanpa emosi datang menerjang. Tak
menunggu dirinya diserang, Jingga lebih memilih
untuk menyerang dahulu"
Kedua tangannya membuka dengan membentang
cakar, dia menerjang dengan tenaga tersisa.
Diatas atap pada sebuah sudut palang, sesosok
berjubah dan berkerudung hijau menyaksikan dalam
diam. Siapakah dia" Hep"Seorang pemuda yang bergerak tadi
menjulurkan pedang diangan kiri dan membuka cakar
di samping kanan.. "Cakar Cendrawasih merah terang!"
"Cakar tunggal pedang melintang"
"Blaaarrrr?"" Sebuah ledakan dahsyat beraliran
tenaga dalam tinggi beradu,
Pedang datang menyabet dengan kecepatan laksana
sinar, namun jingga lebih cepat, setelah cakar beradu,
cakarnya mengembang kesamping dan kemuka"
"Prakkk".BBrukkk?"
"Praangg" Pedang patah menjadi dua, Pemuda itu terpental
kebelakang diiringi dengusan ringan.
"Sebaiknya aku lekas kabur!" Pikir jingga, kedua
tangannya dihentakan keatas dan berputar"
"Wesss"wesss" Prakk"
Terdengar suara angin ketika Tubuh jingga berputar
dan menembus atap. Belum juga keluar tubuhnya,
mendadak bangunan itu meledak, rupanya Dewa
tangan darah sudah ikut campur.
Bangunan itu meledak karena tenaga dalamnya,
melihat kejadian yang semakin parah, Sagara
Angkara melesat maju. "Nimas Jingga?"
"Kakang?" "Budak kecil, kau sudah membuatku marah, salah
satu cara agar hatiku kembali tenang adalah
membunuhmu dengan tanganku sendiri"
Dewa Tangan darah menerjang, Jingga gugup. Apalagi
tenaga dalamnya juga hampir habis terkuras, dengan
terpaksa kembali ia menggunkan jurus Cakar
Cendrawasih merah terang.
Tapi apalah dayanya, kekuatan lawan terlalu dahsyat
untuk dihadapi, pergelangan tangannya ditangkap dan
diputar kebelakang.. "Akhhh?" Jingga menjerit kesakitan, darah kembali
menyembur dari mulutnya. "Tidaaakkk?" Sagara Angkara menjerit memburu, namun barisan
Dewa Iblis Darah malah menyerangnya.
"Kalian makhluk laknat, jangan menghalangiku atau
kalian akan mati" Barisan Dewa Iblis Darah dari sejak kecil sudah dilatih
dengan kejam dan ganas, dalam otak mereka hanya
ada dua kata: Bunuh atau tidak.
Karena Dewa Tangan Darah sudah menginstruksikan
bagi siapa saja yang ikut campur harus ma
ti, Maka mereka melakukannya" tak memperdulikan apapun,
termasuk perintah buruannya"
"Peringatan yang tuluus memang tak enak didengar,
cari mati sendiri" jangan salahkan aku" Sagara
Angkara terbakar emosinya, emosi seorang pemilik
Sastrajendrahayunuingrat. Siapapun yang
menantangnya sama saja dengan menentang bola
panas membara, ketika sedang marah, Sagara
Angkara dapat mengeluarkan tenaga yang diluar
batasnya, meledak ledak seperti mentari di kala
tengah hari. "Hiaaaaattt?" Dengan bentakan nyaring ia menciptakan selapis garis
merah horizontal mengarah pada lawan dengan
menggunakan telapak tangannya.
"Crassshh"crash?"
Sagara Angkara benar-benar dibutakan amarah,
kemarahannya tidak bisa ada yang membendung lagi,
dengan kekuatan air bah ia menggulung menyabet
membacok, mencengkram bahkan memukul dan
menendang. "Hiaa?" Sagara Angkara memutar tubuh menyamping diudara
mengahdapi keroyokan oleh sebarisan manusia ganas
tak mengenal arti mati. Sebuah pisau dingin lewat seinchi didepan perutnya,
namun rupanya pisau ityu hanya tipuan, terbukti
ketika Sagara Angkara terpecah konsentrasinya,
empat pemuda secepat kilat menyerang tangan, kaki
dan bacokan brutal yang hendak membeset perutnya.
Jingga yang melihat itu sangat terkejut, meski sebelah
tangannya telah patah, ia berusaha menolong. Sebuah
jurus cakar hawa kosong di hantamkan kearah
musuh.. "Wengg"." "Crasss?" Sebuah hawa bergulung-gulung datang menerjang,
putaran hawa itu sangat kuat, tanpa ampun pemuda
yang hendak membacok Sagara Angkara terlepas
kepalanya. Memanfaatkan kesempatan itu, Sagara Angkara
Memutar keduaa kakinya dengan menjatuhkan
kepala kebawah". "Dess..dess..dess"
Tiga Pemuda terjajar mundur, Sagara angkara kaget,
melihat sesuatu dibalik Jingga. Jingga memusatkan
seluruh perhatiannya untuk menolong Sagara
Angkara, padahal ia tahu Sagara Angkara mampu
menghadapi, namun entah mengapa ia ingin
mengorbankan dirinya untuk melindungi. Meski jiwa
menjadi taruhan. Pada saat dia sudah meredakan
suasana yang genting tadii, pada waktu itulah
malapetaka datang" "Jingga Hati-hati"
Terlambat" "Duaaarrr"."
Sebuah hantaman dari belakang tubuhnya mendarat.
"Huahahaha"kau gadis sundal ini tak sudi melayaniku
situan besar, maka sejak penolakanmu itu, aku ingin
sekali merobek perutmu sampai ususmu berhamburan
keluar, dan saat ini sudah kesampaian"Dewa Tangan
Darah tertawa terbahak-bahak.
"Jinggaaaaaaa"!"Sagara Angkara menjerit histeris
memburu. "haha"kukembalikan gadis sundal busuk ini padamu"
Dewa tangan darah melemparkan tubuh jingga pada
Sagara Angkara. Sagara Angkara terkejut, ia kembangkan tangan
untuk menangkapnya" "Owh,". Nimas, mengapa kau berada disini"aku
salah, aku salah seharusnya aku sudah membunuh
mereka sebelum mereka mempatahkan tanganmu"
Sagara Angkara menangis memeluk Jingga
dipangkuannya. "Katakan"katakan bah"bahwa kakang" men"
mencintaiku"!UIhuk..uhukk" Jingga muntah darah.
"Aku"aku"aku?"
"Plukk"!" Kepala Jingga terkulai, Entah ajal sudah


Iblis Dunia Persilatan Karya Aone di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

datang menjemput sebelum Sagara Angkara
menyelesaikan ucapannya atau hanya pingsan.
Sagara Angkara tak memastikan karena dibakar
emosi.. "Tidaaakkk?".!"Sagara Angkara menjerit histeris. Ia
sedih..sedih belum menyelesaikan permintaan terakhir
orang, air matanya jatuh bercucuran membasahi
wajah Jingga. Saking tergetar kemarahannya, batin
Sagara Angkara Goyah, matanya berubah membara.
Tetapi Sagara Angkara mendadak mengingat sesuatu,
lekas ia menotok jalan darah pingsannya sendiri.
"Blukkkkk"!" Ia pingsan.
Ditempat lain, tampak Si Kerudung hijau menyeka air
matanya, rupanya ia terharu atas kejadian itu"
"Hemmm". Seopasang kekasih memuakan," saat
mau mati, masih saja bermesraan"!" Dewa Tangan
Darah mengejek dingin. Tangannya terangkat, namun sebelum eksekusi
dimulai, Ia merasakan sebuah energy dahsyat yang
memancar. "Ya, Ampun energy menakutkan ini" Dia manusia
atau bukan, masa memiliki energy seseram ini.
Kedatangannya benar-benar aneh, padahal semenjak
tadi aku tak merasakan kehadiran siapapun selain
kami." Ketika semua mata memandang keatas pohon
Mahoni, didahan pohon bertenggerlah sesosok
menakutkan. Dewa Tangan Darah merasakan sekujur tunbuhnya
dingin, bukan karena terkejut atau takut, tapi udara
disekitar situ berubah menjadi amat dingin" sulit
diungkapkan dengan kata-kata.
Hawa yang begitu dingin dilambari dengan nafsu
membunuh yang sangat tebal, berdasarkan
pengalamannya. Dewa tangan darah memastikan
Bahwa yang datang bukanlah sosok biasa, yang jelas
kedatangannya sama sekali tak menguntungkannya"
Dikala Sagara Angkara pingsan, Dan Jingga tak
ketahuan nasibnya, Sosok menakutkan datang tanpa
di duga. Meski tahu sosok itu menakutkan, namun tak
mengurungkan niat Dewa Tangan Darah
melampiaskan kemarahan atas terganggu
eksekusinya. Kedua tangannya direntangkan, segulung hawa panas
menyeruak dari kedua telapak tangannya. Tidak malu
dikatakanSebagai Dewa Tangan Darah,
kepandaiannya memang hebat. Kesiuran angin
srabngannya saja sudah seperti angin rebut.
Dengan gesit ia meloncat mengudara menerjang
sosok yang tak diketahui identitasnya itu.
"Huh" Terdengar dengusan dingin dari balik kerudung hijau
itu, Dari balik jubah lebar yang menutupi sekujur
tubuhnya muncul sepasang telapak tangan putih
pucat. Dari Telapak itu munculah segulung angin dahsyat
berhawa dingin, Dewa Tangan Darah terkejut, Sigap
ia membalas serang dengan keras lawan keras"
"Duaraa,,?" "Druk"drukk?"
Tempat disitu hancur berantakan, pohon-pohon
tercabut dari akarnya, debu mengepul tinggi
membentuk jamur rahasia. Bagaimanakah nasib Sagara Angkara"
Apakah ia ikut terhantam angin benturan tadi"...
Tidak, rupanya sebelum kedua buah hawa raksasa itu
beradu, Sagara Angkara telah siuman, insting gerak
refleknya bekerja, setelah merangkul tubuh jingga, ia
melesat pergi. Ia berlari seperti seekor tupai, lompat meloncat dari
pohon kepohon," Hingga ia tiba disebuah dataran sapana yang maha
luas, entah dimanakah ujungnya, sejauh mata
memandang hanya rumpun dan semak belukar yang
ada. Sagara Angkara meletakan tubuh Jingga di
Pangkuannya, Hati-hati ia membersihkan darah
diwajahnya dengan kain baju miliknya.
Sesosok hijaju berkerudung bertengger dipucuk pohon
menyaksikan adegan itu dengan haru.Rupanya
pertarungan sudah berhenti, hanya saja hasil dari
pertarungan itu masih tanda Tanya.
"Tempat," apakah ini".!" Jingga rupanya masih hidup,
hanya nafasnya sudah kembang kepis renghap
tanjung. "Entahlah," hanya" hanya tempat ini cukup aman
untuk kita berdua" "Kakang"!"
"Ya,"!" "Kuburkanlah aku disini!" Jingga semakin lemah,
kerdipan matanya hampir menutup
"Apa"apa maksudmu!"
"Aku" men"cintai...!" Sebelum ucapannya selesai,
kepala Jingga sudah tergolek lemah, tampaknya kali
ini benar-benar mati. "Tidak"tidak" Jangan tidur"! Ayo" Ayo bangun..
Bangun" Tidaaaaaaaaaaaakkkkkk"!" Sagara Angkara
histeris, air matanya bercucuran, saking kerasnya
teriakannya. Burung elang yang terbang diatas langit
terjatuh. Teriakannya benar-benar dahsyat, burung-burung
pada jatuh kehilangan kendali. Tidak salah teriakan itu
telah dilambari dengan aji Gelap Ngampar yang
dahsyat" jangankan hewan, manusia yang berilmu
juga bisa tuli dibuatnya.
Pedih hati tak terkira ketika dia pergi..
Pergi yang tak akan kembali lagi..
Semoga tenang kau disisinya,"
Kata yang belum terucap menumpuk bagai gunung"
Tak disangka dan takan pernah ada yang menyangka
ajal itu akan tiba,.. "Wussshh"..!"
Angin bertiup semilir membawa kesedihan.
Mengantarkan sesosok berjubah hijau yang sedang
berlalu. "Aku telah melakukan sesuatu hal yang baik"haha"
Aku benar-benar telah melakukan hal yang baik, yang
sulit dipercaya adalah perasaan saat melakukan hal
yang baik ternyata begitu menyenangkan dan
menggembirakan, seperti dengan sekali gebrak
membantai segerombolan anjing pengkhianat yang
pantas mamus huahaha"."
Suaranya menggaung tinggi laksana ribuan orang
yang berbicara serempak"
Perlahan mulai senyap hingga hilang sama sekali
beriringan dengan sosok hijau itu yang berlalu pergi"!
Pucuk ilalang melenting ditiup angin, bergoyang
mengikuti alur alam semesta, Gunung Gede masih
menyimpan misteri. Kokoh angker seperti seorang
Maharaja yang enggan disentuh tangan-tangan kotor.
"Hiaaatttt"."
"Hiaaattt?" Pada Pagi yang masih bertemankan embun dan kabut
itu Sekali-sekali terdengar lengkingan dan bentakan
yang saling menyusul. Jelas bahwa ada dua insan e
manusia yang tengah bertempur dengan segala
kehebatan dan kemampuan yang ada.
Disalah satu pojok, diatas sebuah ilalang yang berdiri
tegak, seorang gadis jelita memasang kuda-kuda
melayang. Dai menggunakan pakaian berwarna
lembayung. Pedangnya melintang didepan wajah.
Siapakah Gadis ini" Dialah Dyah Krusina. Rupanya Dia
sedang menggerakan otot-otot kaku yang sudah lama
tidak di gerakannya. Siapa pula Lawannya" Dialah Gita Jayasri"
Kedua saudari perguruan ini sedang melatih olah
kanuragan mereka yang sudah lama tidak mereka
latih. "Awas".!" Dyah Krusina berteriak nyaring.
"Hup".!" Gita Jayasri tak mau kalah.
"Tranggg".!"
Dua bilah pedang beradu. Keduanya berkutat satu
sama lain berusaha untuk memenangkan
pertarungan. Jurus-jurus serta serangan-serangan yang mereka
lancarkan adalah benar-benar serangan yang
berbahaya sehingga bila tidak hati-hati dapat
mencelakai diri. Debu dan pasir beterbangan. Daun-daun pohon
berguguran, semak belukar tersapu kian kemari oleh
angin Serangan dan gerakan tubuh kedua orang itu
yang laksana bayang-bayang
"Ciaaat....!! Awas Pedang Bayangan Arwah" Bentakan
setinggi langit keluar dari mulut Gita Jayasri. Tubuhnya
lenyap menjadi baying-bayang. Pedang yang di
tangan kanannya menyapu kian kemari dalam
kecepatan yang sukar ditangkap oleh mata.
Gerakannya luar biasa cepat dan ganas, serangan nya
benar-benar teratur. Dyah Krusina tenang saja.. Karena mengenal jurus
dan arah serangan, dengan mudah ia berkelit kesana
kemari. Ia sedikit mudur menyamping menghindari
sebuah tusukan tajam mengarah pada lehernya, kaki
depannya dijinjitkan, tangan kiri menekuk
menangkap pergelangan tangan lawan yang sedang
menusuk, dengan sebat ia memutar pedang dari arah
bawah" Gita Jayasri tahu saudarinya menggunakan jurus
Menangkap naga menyabet ekor. Pedangnya diputar
sehingga mau tak mau Dyah Krusina lepaskan
pegangan. Serentak dengan itu, tubuhnya masuk
kedaerah mati serangan lawan"sikutnya
menghantam.. Dyah Krusna tak pernah kehabisan akal, lututnya
dinaikan" "Dukkk"!" Siku dan betis beradu," Keduanya mundur dan saling
tersenyum," "Hebat"hebat".!"
Harsanto datang menggendong bayi berusia dua belas
purnamaan. Disisinya Meswari mengikuti, diapun
membawa seorang bayi kecil dan mungil.
Gita Jayasri dan Dyah Krusina tersenyum dan
mendekat, berebutan keduanya mengambil bayi itu.
Dyah Krusina tersenyum lembut pada bayinya dan
mengecup keningnya dengan penuh kasih sayang.
"Mbakyu Dyah!" Meswari menatap Dyah Krusina.
"Ya,?" "Ayo kita makan," "
"Ayo,"!" "Anakku Nareswari Lituhayu" kau begitu cantik
laksana bunga. Kaulah sang Lotus, meski kau terlahir
dan hidup dalam lumpur, kau tetap suci, sesuci kapas."
Dyah Krusina mengelus Putrinya. Seorang Buah hati
hasil percintaannya dengan Gardapati.
Melihat bola matanya, sungguh Dyah Krusina merasa
pilu, melihat bibirnya ia merasa lena, melihat raut
wajahnya ia luka. "Siapa itu?" Dyah Krusina kaget mendengar suara
langkah kaki dibelakangnya.
"Aku Nimas, seseorang ingin menemuimu" Entah
darimana datangnya, Harsanto mendadak muncul.
"Siapa?" "Entahlah, mereka bilang. Hanya engkau yang boleh
tahu siapa mereka." "Akh"!" Dyah Krusina mendesuh kecil. Perlahan ia
bangkit. "Mari kakang!" "Mari?" Keduanya berjalan beriringan, Dyah Krusina
mengerutkan kening melihat begitu banyak buah di
depan pondoknya.Seakan paham apa yang dalam
benak Dyah Krusina, Harsanto berkata.
"Itu oleh-oleh yang dibawa mereka"
Dyah Krusina mengangguk-angguk, ia masuk kedalam
pondok, dilihatnya Empat orang gadis berpakaian
serba hijau duduk di sebrang Gita Jayasri. Para gadis
itu bangkit dan membungkuk hormat.
"Tak usah sungkan, silahkan duduk" Dyah Krusina
mempersilahkan dan ikut duduk.
"Siapakah kalian?" Tak tahan Dyah Krusina bertanya.
Para gadis itu saling berpandangan, lalu berkata.
"Maaf, bukannya kami sok misterius, hanya saja
identitas kami tidak boleh bocor keluar, mungkin surat
ini bisa membuat Tuan Putri memahami kami."
Dyah Krusina menerima surat itu dan perlahan dibuka.
Sederet tulisan indah berbau harum menari-nari
dimatanya, jelas yang menulis adalah seorang
Perempuan. Wajah Dyah Krusina menegang dan
perlahan kembali tenang. Mengapa Dyah Krusina sempat menegang" Beginilah
isi surat itu. Untuk Mbakyu Dyah Krusina
Pasti Mbakyu merasa bertanya-tanya mengapa
mendadak ada orang yang datang menemui mbak"
Sebelumnya, saya perkenalkan diri saya agar Mbakyu
tak merasa bertanya-tanya dan curiga, Saya adalah
Nawang Tresni, Puteri kerajaan Karangbolong.
Saya tahu, saat ini hati Mbakyu sedang sedih, bahkan


Iblis Dunia Persilatan Karya Aone di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kakang memperkirakan bahwa Mbakyu sedang
mengandung, ataupun sudah memiliki buah hati.
Pasti Mabkyu juga penasaran, siapakah Kakang yang
saya maksud" Dialah Ayah dari anak yang engkau
kandung. Kakang Gardapati"
Datanglah kekarangbolong bersama Mbakyu
Astradewi" Kakang Gardapati masih hidup, dia masih
ada di dunia ini. Pasti Mbakyu merasa sakit, bukan Kakang Gardapati
yang menjemputmu"! Sebelumnya, Saya sudah mengintruksikan demikian,
hanya saja Kakang mengirim surat agar Mbakyu
sendiri yang datang kemari, mengenai alasannya"
sampai saat inipun kakang tak memberitahu
Salam manis dari saya Nawang Tresni "Baiklah, aku ikut kalian"hanya"!"
Para Gadis berbaju hijau itu diam saja menunggu
ucapan diselesaikan. "Hanya aku tak tahu itu dimana!"
"Kami akan menyertaimu"
"Hendak kemanakah engkau Mbakyu?" Meswari
bertanya sedih, setelah bergaul sekian lama. Mulai
tumbuh rasa simpati dan sayang kepada Dyah
Krusina. Bahkan saat Dyah Krusina melahirkanpun, ia
menunggu kelahirannya sampai tidak tidur"
"Karangbolong?"
"Karangbolong!?" Harsanto terkejut
"Engkau tahu itu tempat apa?"
"Ya,?" "Tempat apa kakang" Gita Jayasri bertanya.
"Tempat dimana aku akan menghabiskan masa tua!"
Jawab Dyah Krusina tersenyum, Sembilan puluh
bagian ia menebak bahwa pengirim surat itu adalah
istri dari kekasihnya. "Jadi kita akan berpisah?" Tanya Gita Jayasri bodoh.
"Haha"tidak ada penjamuan yang tak bubar mbakyu"
Meski teertawa, Dyah Krusina bercucuran air mata.
Setelah kumpul kebo bersama mereka, Dyah Krusina
sudah merasakan kenyamanan, tapi demi masa
depan anak"apalah daya.
"Janjiku takan kuingkari, dimasa depan" Nareswari
Lituhayu dan Wajendra Dimas akan bersatu dalam tali
pernikahan." Narewari Lituhayu yang berarti Permaisuri Cantik
rupawan dan Wajendra Dimas yang berarti Raja yang
terkasih, dari namanya saja sudah sangat setimpal,
entah kedepannya". "Hik"Hik"!" Sebuah suara tangisan di sebuah
pemakaman para keluarga kerajaan terdengar
melantun seperti suara kuntilanak.
Siapapun pasti akan merinding jika mendengarnya,
hanya sesosok jubah hijau tidak demikian,
mendengar tangisan itu. Ia malah ketarik,
Lesatannya cepat laksana anak panah, sekejap saja
bayangan itu sudah ada dibelakang Gadis berbaju
putih yang sedang menangis itu.
Sosok berjubah hijau itu membuka kerudungnya,
seraut wajah tampanpun terpampang begitu saja.
Rupanya dialah Gardapati.
Gardapati membaca nama di papan nisan dengan
tatanpan sedih, ia ikut berjongkok di sisi gadis itu
sambil mengucurkan air mata, rupanya Gadis itu sadar
bahwa seseorang telah berada disampingnya, ia
berpaling. Hampir saja ia pingsan melihat wajah itu karena
sedih, haru dan gembira, wajah yang hampir mirip
dengannya. "Ka"kang"!"
"Brukk?" Gadis itu memeluk Gardapati.
Kali ini Gardapati membiarkan adik satu-satunya itu
memeluknya, malah ia balas membelai rambut dan
punggungnya, tidak seperti perjumpaannya ketika
berada di keputren dulu. Gardapati biarkan Garwita menangis sepuasya, ia
juga menangis sedih. Ia melihat pusara ibunya
dengan tatapan sayu. "kakang"aku"aku ingin per..gi dari"sini" Garwita
berkata disela tangisnya.
"Baiklah, mari kakang antarkan keputren?"
"Tidak..tidak, Wita ingin pergi dari keraton..!"
"Hah"mengapa?" Tanya Gardapati heran.
"Besok..besok adalah hari pernikahanku?"
"Jikalau begitu, terlebih tidak boleh, masa engkau
akan pergi saat pernikahan tiba" Apakah orang yang
kau cinta itu mengecewakanmu?"
"Kakang kira aku mencintainya?"
"Heh, lalu mengapa kalian hendak menikah"
Gardapati semakin heran. "Paman menikah paksakan aku dengan orang itu, aku
tak suka dia?" Mendengar itu, Wajah Gardapati mengeras, hawa
pembunuhan menyeruak dari sekujur tubuhnya.
"Kakang,..kakang jangan membunuh Paman. Biarlah
kita pergi dari sini saja, dan mengembara di dunia
Persilatan" "Ai, lalu engkau hendak tinggal dengan siapa" Dunia
persilatan sangat ganas, bagaimana kau bisa
berpikiran demikian?"
"Akh, Aku tahu itu" aku tahu karena aku pernah
terjun kedunia persilatan mencari kakang"akh,
kakang kemari apakah kakang Sagara Angkara yang
memberi kakang Kabar itu?" Wajah Garwita bersemu
merah dan malu-malu kucing ketika mengcapkan
Nama Sagara Angkara. Mendengar penuturan itu, Gardapati terkejut, helaan
nafas terdengar berat dihembuskannya,
"Maafkan kakang, jika kakang tahu kau berkelana
mencari kakangPasti kakang akan mencarimu sampai
ujung langit sekalipun," Ai, Apakah Sagara Angkara
yang kau maksud memiliki cirri?"" Gardapati
menjelaskan struktur rupa dan cirri Sagara Angkara
yang menjadi Sahabat musuhnya.
Tanpa rasa bersalah, dan polosnya Garwita berkata
membenarkan. "Benar kakang, dia sangat baik" dia mengajaku
makan dikedai, lalu mengantarkan kembali pada
rombongan. Ketika aku berpisah dengan mereka"
Garwitapun menjelaskan pengalaman pertamanya di
dunia persilatan, sikapya berubah seperti seorang
yang jatuh cinta. Bahkan kesedihannyapun sirna
entah kemana. Gardapati tahu hal itu.
Untuk memastikan ia bertanya:
"Apa kau mencintainya?"
Dan jawabannyapun sesuai dengan apa yang ia duga,
Garwita menunduk malu-malu dan menyembunyikan
wajanya yang merah jengah di dada Gardapati.
"Akhh"."Sebuah helaan nafas berat dikeluarkan
Gardapati. "Kakang tak menyetujuinya?" Tiba-tiba Garwita
bertanya, dia heran kakangnya sampai menghela
nafas panjang seperti itu.
"tentu"tentu demi kebaikan dan kebahagiaanmu itu,
kakang pasti akan menyetujuinya, meski kakang
harus berlutut dihadapannya" Kata Gardapati. Pada
saat mengatakan meski kakang harus berlutut
dihadapannya, Gardapati memelankan suaranya
sehingga dia sendiri yang dapat mendengarnya.
"terimakasih kakang?"
"Sebaiknya kita lekas pergi, kakang mendengar
langkah kaki yang menuju kesini." Gardapati sedikit
mendorong Garwita. "Ayo?" Gardapati pasangkan kerudung kepalanya, ia
menatap adik satu-satunya dengan perasaan sayang.
Tangannya bergerak, sekejap saja ia mempereteli
perhiasan adiknya dan melemparkan kebawah.
Sigap Gardapati menggendong Garwita dan melesat
pergi" Ternyata apa yang diakatan Gardapati benar adanya,
sebarisan pengawal masuk ke komplek pekuburan
itu. Dan wajah mereka pucat melihat perhiasan
Garwita berserakan, sigap mereka memungutnya.
Sesorang dari mereka berteriak panic"
"Tuan Putri Garwita Darapuspita Wijoyo diculik" Tuan
Putri Garwita Darapuspita Wijoyo diculik!"
Istana Gempar, kabar terculiknya Putri Garwita
menyebar di seantero istana"
Padahal dalam kenyatannya, Garwita malah dengan
senyum kebahagiaan mendaplok dipunggung
Gardapati, matanya terpejam, jelas bahwa ia sudah
tertidur dengan lelapnya..
Gerak kecepatan Gardapati yang seperti air mengalir
sangatlah hebat, meski berkelak-kelok dan turun naik,
pada kenyataannya, dia tetap tenang, bahkan
Garwita sama sekali tak bergoyang turun naik, ketika
kesempurnaan tenaga dalam sesorang menanjak,
apalah yang tidak bisa di lakukannya.
Desa Nagasari masih seramai dahulu, hanya kali ini
tidak ada para kaum kelana yang keluar dari
perguruan masing-masing. Kedainya juga masih seramai dahulu, di dalam kedai
itu, seorang Pemuda berpenampilan mesum sedang
melamun sambil makan, sesuap demi suap begitu
susah masuk kedalam perutnya. Dia mengunyah
dengan perlahan. Di Pintu masuk, Gardapati dan Garwita yang memakai
pakaian kaum jelata masuk perlahan, Gardapati
memakai caping lebar untuk menutupi wajahnya,
setelah lirik sana lirik sini, Gardapati sedikit kaget
melihat sosok pemuda berpenampilan mesum itu, dari
kain pelajarnya, Gardapati tahu bahwa pemuda itu
adalah Sagara Angkara. Bagaimana tidak mesum, pakaian pelajarnya sudah
robek sana robek sini, dipoles dengan darah
wajahnya tertutup dengan rambut yang dipenuhi
debu. Benar-benar menggenaskan penampilannya.
Mimpipun Garwita tak akan menyangka pemuda itu
adalah pemuda yang selama ini dirindukannya.
Gardapati menggandeng tangan Gardapati dan
mendekati. "Boleh kami bergabung?"
Pemuda itu diam saja tak menjawab, hanya
Gardapati berpendapat bahwa diam berarti
mengiyakan, Gardapati memanggil pelayan dan
memesan makanan. "Kakang, di tempat lain masih penuh, mengapa kita
malah mengganggu orang!" Tak tahan Garwiita
bertanya. "Aku hanya ingin menyaksikan wajah orang yang
merasa sedih karena belum mengataka apa yang
diminta oleh sahabat perempuannya!"
Tangan Sagara Angkara terkepal erat, entah apa
maksudnya. "Kata apa?" "Kata Cinta" Jawab Gardapati sambil meneguk
segelas air. Kepalan Sagara Angkara semakin erat, urat-uratnya
menegang. "Akh,"kakang jangan menyalahkan orang yang tak
mengatakannya dong!" Garwita memberengut marah.
"Mengapa?" "Mungkin ia sudah punya orang yang dicintai, atau
juga"ia tak memiliki perasaan cinta kepada
sahabatnya, daripada membohongi diri lebih baik ia
tak berkata apa-apa!"
"Akh, hatimu lembut sekali Nimas" Gardapati
mengacak-acak rambut Garwita, kepalan tangan
Gardapati mengendur, ia memalingkan wajah
menatap kedua tamu yang tak diundangnya.
Memang benar apa yang dikatakan Gadis itu, tempat
ini hanya ada tujuh pengunjung, dan entah
bagaimana si lelaki malah ingin duduk semeja
dengannya. Diperhatikan wajah keduanya dengan seksama,
seorang lelaki yang makan tanpa melepas caping
bertato seekor burung cendrawasih diatas daun
teratai, dan seorang gadis bermuka penuh debu dan
kotor, rupanya Gardapati sudah memoles wajah
Garwita sedemikian rupa. Memang pada awalnya
Garwita menolak, baghaimanakah mungkin wajah
cantik dan rupawannya dipoles hingga menjadi jelek,
sudah lazim bagi para perempuan untuk
berpenampilan secantik mungkin.
Namun berkat bujukan yang maha kasih, Garwita
menurut juga. Dengan begitu Sagara Angkara sama
sekali tak mengenalnya. "Siapakah kalian berdua?" Tanyanya penuh dengan
ramah. Gardapati diam saja, namun Garwita menjawab.
"Saya".Gar.. uppss.. maaf aku lupa kakang
menyuruhku untuk tak mengatakan nama asli,
namaku Kedasih" Gardapati gelengkan kepala dan menepuk jidatnya,
sementara Sagara Angkara tersenyum geli.
"Nimas?" "Ya, Kakang" Garwita takut Gardapati marah.
"Bila kau bertemu pujaan hatimu nanti, maukah
engkau ikut dalam perlindungannya barang beberapa
waktu sampai kakang menjemputmu?"


Iblis Dunia Persilatan Karya Aone di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Kakang hendak pergi lagi?" Garwita sedih.
"Jawablah pertanyaanku"
"Emmm"kalau itu perintah kakang, Aku mau saja,
asal kakang nanti menemuiku lagi"
Mendengar percakapan itu Sagara Angkara
tersenyum, sejenak kesedihannya terlupakan,
"Gadis ini sungguh lugu, mengingatkanku pada Nimas
Garwita," padahal si lelaki sudah mengatakan akan
menjemput, tapi gadis ini malah bertanya dengan
perrtanyan bodoh. Mimpipun ia tak menyangka
bahwa orang yang dimaksud memang yang berada
dihadapannya. "Kan kakang sudah mengatakannya padamu, kakang
akan menjemputmu" "Aku bodoh ya?" Tanya Garwita penuh keluguan.
"Tidak, kau putih bersih dan suci, terimakasih sudah
menjadi yang kakang harapkan!"
Mendengar kata itu, Sagara Angkara seperti
tersambar petir, dalam benaknya ia sudah menebak
siapa kedua orang dihadapannya.
"Nah, Sahabatku Sagara Angkara, tolong jagalah
adikku untukku!"Gardapati bangkit dan membuka
capingnya, Sagara Angkara bergetar, Garwita kaget.
Gardapati membungkuk dan berlalu tanpa sepatah
kata lagi. Inilah dia"cirri khasnya.
"Ka..kang Sagara"!" Garwita bergetar mengucapkan
kata itu. "Ni..nimas Wita, Kau kah itu?" Sagara Angkara
bergetar antara bahagia, haru dan lainnya.
Keduanya saling bertatapan mesra, saling
mencurahkan seganp perasaan, tak perlu kata yang
berbelit, tak perlu tindakan berlebihan, hanya saling
menatap mata sudah mencurahkan segalanya.
"Kakang!" Garwita mengejar Gardapati. Sagara
Angkara menyusul, begitu sampai diluar bayangan
maupun sosok Gardapati telah hilang.
Garwita merasakan sebagian jiwanya telah hilang,
pandangannya buram lalu gelap.
Kageet tak kepalang Sagara Angkara, buru-buru ia
menahan. Sambil menyandarkan tubuh mungil
dipundak dalam pelukannya, ia menatap langit yang
berarak lalu menghela nafas dan berbalik hendak
membayar makanan. Dari kejauhan, dibalik keramaian, Gardapati melihat
semua itu dengan berkaca-kaca, setetes air matanya
jatuh dijalanan. "Semoga engkau bahagia adikku, aku percaya ia
akan selalu menjagamu"!"
Kata Gardapati lirih, lalu mengibaskan jubahnya dan
berlalu pergi. Begitu siuman, Garwita sedang berada di sebuah
pembaringan yang empuk, bajunya sudah diganti
dengan baju laki-laki, ia kaget, ia juga melihat Sagara
Angkara menatap jalanan di jendela.
Dari jengah, ia menjadi gusar, secepat yang ia bisa, ia
bagun dan mendekati Sagara Angkara, tangannya
melayang dan menampar Sagara Angkara..
"Plakkk,"!" Sagara Angkara bengong tak mengerti.
Melihat sebuah bekas merah di pipi Sagara Angkara,
Garwita menyesal, ia berjongkok dan menangis
tersedu-sedu. "Wita mengapa engkau menangis" Mengapa engkau
menamparku?" "Kakang tega," padahal wita yakin kakang orang
yang baik, tapi mengapa?"
"Mengapa apanya?"
"Mengapa tega melihat tu"tubuh wita"selagi tak
sadarkan diri." Sagara Angkara bengong, lalu tertawa terbahakbahak sampai air matanya keluar, giliran Garwita
yang bingung dan heran, tamnpa sadar tangisnya
berhenti dan menatap Sagara Angkara dengan mulut
terbuka bengong. "Haha" maaf..maaf, ternyata masalah itu" jangan
khawatir, kakang bukan orang semacam yang Nmas
Wita Pikirkan, yang mengganti pakaianmu adalah
pelayan gadis sebayamu. Jika tak percaya, kau boleh
keluar dan bertanya padanya.
Garwita malu sekaligus menyesal sudah menuduh
orang tanpa melihat bukti, ia menunduk dan meminta
maaf.. "Maafkan Wita kakang, Wita sudah menapar dan
menuduh kakang yang tidak-tidak!"
"Tidak apa-apa,"kau sudah baikan?" Tanya Sagara
Angkara alihkan perhatian. Garwita tersentuh dengan
kebaikan dan Perhatian Sagara Angkara, ia kembali
menjawab dengan riang dan gembira.
"terimakasih Kakang".!"
* Tiga orang Gadis jelita berjalan lenggang kangkung
dalam sebuah irama emosi yang berbeda.
Yang paling kiri adalah Antari, tatapannya tajam
menusuk bagaikan bara api, sesungging senyum
angkuh menghiasi bibirnya.
Yang Kiri adalah Anudhari, Ia tersenyum dingin
sepanjang jalan, tatapannya dingin berkesan
meremehkan orang. Hanya yang ditengah yang berbeda, ialah Astadewi,
dengan sebuah senyuman lugu ia berjalan seperti
anak kecil, putar sana puter sini, rambut dan
pakaiannya berkibar-kibar menambah kecantikannya.
Keduanya melangkah menuju cadas ngelir,
sebenarnya Cadas ngelir itu cukup berdekatan dengan
Karangbolong, dan bila Astadewi sedikit lambat, ada
kemungkinan ia akan bersama dan bertemu dengan
Dyah Krusina, hanya takdir mengatakan lain, Entah
salah Astadewi yang berjalan cepat ataukah Dyah
Krusina yang berjalan lambat, keduanya tidak bisa
berjumpa. Gunung Sampora tegak menantang langit, Astadewi
melewati sungai yang bernama Citumpeng dengan
sigap dan lincah, tak begitu lama ketiganya tiba
dicadas ngelir, mata tajam ketiganya dapat melihat
sekelebat bayangan merah muda menuju kesebuah
goa alam disana. Adalah karena Astadewi memiliki kemampuan lebih
tinggi, ia dapat menyandak malah berdiri
dihadapannya. Kemudaian Antari dan Anudhari menyusul dari
belakang. Bayangan merah itu terkejut, tanpa memandang lebih
lanjut, ia mencabut pedang dan menyerang. Pedang
menggaris perak miring, sementara tangan kieri
membentuk sebuah cakar. Astadewi tenang saja, ia tahu dan kenal jurus itu,
bukan mundur, ia malah maju kehadapan gadis itu,
tubuhnya berbakik membelakangi, karena tak
menyangka, gadis itu terperanjat apalagi pedang
sudah disabetkan didepan, tak ada waktu lagi untuk
menarik. kedua tangannya memegang pergelangan
tangan lawan yang sudah berada didepan dan ditarik
sehinga tubuh bagian depan gadis itu menempel
dipunggung Asrtadewi, mudah saja Astadewi
membungkuk, tak sampai hitungan ketiga, dalam
sekali gebrak, Astadewi sudah bisa membuat Lawan
telentang pasrah menahan sakit.
"Ai, Antarkan aku kepada yang lain" Kata Astadewi
riang. Gadis yang terlentang itu terkejut serasa mengenal
suara, ia memperhatikan wajah Astadewi, buru-buru
bangkit dan memeluk dengan gembira.
"Akh" Nimas Dewi, teganya dikau"!" Kata Gadis yang
sedikit lebih tua dari Astadewi, wajahnya cantik
dengan tahi lalat tepat ditengah kening.
"Haha" harusnya aku yang berkata demikian Mbakyu
Parnita, masa datang-datang menyerang orang"
"Habisnya, mengapa datang-datang mencegat orang!"
"Haha?" Astadewi hanya tertawa jenaka mendengar
itu. "Ayo masuk"!"
"Mari!" Dengan dipandu Parnita, Astadewi, Anudhari dan
Antari masuk, bulu kuduk Parnita merinding melihat
keduanya, entah mengapa ia merasa takut.
"Siapa yang sedang terluka itu?" Tanya Astadewi.
"Kami belum tahu, karena rusak wajahnya juga ia
siuman hanya sebentar-sebentar saja. Yang
dikatakannya tetap sama."
"Apa?" ?"Hati"hati" Barisan Dewa Iblis darah " barisan
pembunuh" Istana Dewa Iblis" Sakti mandraguna"
jangan lengah"!"
Wajah Astadewi sedikit berubah, namun hanya
sejenak, hanya Antari dan Anudhari yang dapat
melihat perubahan wajahnya.
Antari mendekat, berhubung Di Ruangan sana tidak
ada orang tanpa perlu basa-basi ia mendekat dan
meraba wajahnya. Wajahnya sedikit berubah, dia diam"
Parnita merasa heran, ia bertanya dengan nada
heran" "ada Apa Nimas Dewi?"
Astadewi diam saja, Antari dan Anudhari juga diam.
"Kalian bantu aku".!"
Antari dan Anudhari menurut, keduanya berddiri
masing-masing di sisi pembaringan kanan dan kiri.
Seperti paham apa yang harus dilakukan, keduanya
mengambil masing-masing pergelangan nadi dan
mengerahkan tenaga dalam mereka. Sedang
Astadewi memegang kedua kaki.
Pelan tapi pasti udara di ruangan mulai bergolak,
Parnita yang tenaga dalamnya masih rendah
keheranan, tubuhnya serasa dipanggang diatas bara,
Peluh bercucuran deras, namun peluh yang keluar dari
tubuhnya secara ajaib menjadi es. Namun dibalik
keanehan itu, terkadang ia merasakan angin semilir
yang maha sejuk. Pergolakan tiga hawa itu terus berlangsung, dari
ruangan lain tampak berdatangan orang,sepertinya
mereka penasaran dengan apa yang terjadi.
Pelan dan perlahan Parnita mundur kebelakang tak
kuat menahan rasa panas, wajahnya menyirat
kasihan kepada pasien yang berbaring tak berdaya
itu, ia melihat sepertinya ia sangat menderitta, baju
bagian kirinya malah terlihat mulai mengepulkan
asap, sepertinya hendak terbakar, sedang baju bagian
kanannya malah membeku, sedang bagian celananya
menggelembung seperti dikibarkan angin badai.
Dia mengerang-erang kesakitan dan berusaha
melepas cekalan. Tubuhnay menggeletar-geletar,
kejang-kejang sungguh menggenaskan keadaannya.
Tak kerasa, tiga kentongan telah berlalu, Ketiganya
menarik ilmu masing-masing. Secara ajaib, semua
luka ditubuh Orang yang terluka itu melepuh seperti
hendak copot. Baru saja Pasien yang berbaring itu sedikit menarik
nafas lega, ketiganya segera melakukan
penyembuhan lagi dengan tenaga di tiga kali lipatkan.
BUkan mengerang lagi, Pasien itu menjerit-jerit pilu
kesakitan, namun ketiganya sama sekali tak menaruh
belas kasihan, kali ini Parnita tak sanggup lagi berada
diriuangan itu, ia mundur dan mengintip dibalik pintu
ruangan. Miris hatinya melihat satu persatu, luka digadis itu
berjatuhan seperti borok yang dipaksa di kerik
dengan senjata tajam. Gadis pasien itu pingsan dan siuman berulang-ulang.
Sungguh tragis sekali nasibnya. Lima kentongan
kemudian, seluruh luka di tubuhnya telah melorot,
hanya tinggal bekas-bekas merah seperti bintik-bintik.
Baju sebelah kirinya telah tiada hangus terbakar,
celana bagian bawahnya hancur tercabik-cabik, hanya
baju bagian atas kanannnya yang masih utuh, hanya
saja baju itu telah membeku.
Wajah gadis itu yang sebelah pias seperti mayat,
sebelah bibirnya berubah ungu pucat, sebelah kirinya
merah membara. Setelah menarik kembali ilmu mereka dan bersemadi,
wajah Gadis itu perlahan-lahan normal kembali, d ia
tidur dengan pulas. Mendadak kama menerjang masuk membawa
sekeranjang obat, melihat pasiennya baik-baik saja
dan luka-luka luarnya sudah hampir sembuh dalam
hatinya muncul rasa hormat kepada tiga orang itu.
Namun ia terperanjat melihat wajah Astadewi,
bibirnya mengulas senyuman manis.
"Kama" mengapa kau memandangku seperti itu"
Tanya Astadewi. Kama tergagap belangnya ketahuan, ia menunduk
dan menjawab. "Dewi manis sekali"
"Hihi" sisanya aku serahkan padamu. Akh" kau
sudah siuman Aryani?" Astadewi berkata lalu
mengalihkan pembicaraan. Kama terkejut begitu mendengar kata Aryani.
Ternyata setelah wajahnya terbesih dari luka, meski
dipenhi dengan luka, dia masih bisa dikenali.
"Akh, Dewi". Tak kita sangka bakal berjumpa lagi"!"


Iblis Dunia Persilatan Karya Aone di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Aryani melamun. "Istirahatlah, biarkan kama merawatmu?"
"Terimakasih" bagaimana kabar kakang Gardapati?"
"Dia" akh, biar nanti engkau sudah sembh saja
mendengarnya" "Katakanlah Dewi, biarsekalian aku merasakan sakit
atau bahagianya" "Dia sudah meninggal, begitu pula Mbakyu Ratih dan
Kakang Arya" Sudah jatuh tertimpa tangga, wajah Aryani berubah
sepucat mayat dan akhirnya pingsan"
Astadewi menghela nafas,".
Suasana sunyi, hanya suara tarikan nafas saja yang
kini terdengar". Di tengah keasyikan ngobrol, Sagara Angkara dan
Garwita masuk, Para Dhara yang berada disana
menghormat, Hanya Aryani, Antari, anudhari dan
Astadewi yang tidak. "Siapakah Nisanak bertiga?" Sagara Angkara bertanya.
"Kami adalah ya kami" Anudhari menjawab dingin,
sedingin es. Sagara Angkara serasa di guyur es dingin
mendengar ucapannya yang begitu dingin.
"Untuk apakah engkau tahu?" Kata Antari sengit,
ucapannya membuat Sagara Angkara panas seperti di
panggang, segera ia mengerahkan tenaga dalam
untuk menguasai dirinya. "Ahk maafkan aku menyinggung kalian" Kata Sagara
Angkara tersenyum pahit merasa dirinya kecolongan.
Antari dan Anudhari tersenyum, "Maaf kami hanya
mengujimu!" Kata Antari.
Sedang Astadewi terus menatap Garwita dengan
pandangan kosong, tentu saja yang ditatap merasa
takut,dengan erat ia memeluk Tangan Sagara
Angkara. "Apa hubunganmu dengan Kakang Gardapati?" Tanya
Astadewi. "Dia"dia kakak kandungKu!" Jawab GArwita
ketakutan. Astadewi tersenyum penh kegembiraan, lalu mnghela
nafas panjang. "Pasti Kamu adalah Nimas Garwita?" Tanya Astadewi.
"Ekh," mengapa Mbakyu tahu!"Polos Garwita
menjawab. Astadewi bangkit dan berjingkrak-jingkrak seperti
anak kecil, berputaran kesana kemari, tanpa sungkan
memeluk Garwita dan semua orang yang ada disana
dan berhenti dihadapan Sagara Angkara.
Garwita keheranan dengan sikapnya itu, dia tertawa
tawa teringat masa kecilnya dulu, diapun dulu suka
melakukan hal itu ketik sedang dilanda kegembiraan.
"Sagara Angkara, Dewa Dunia Persilatan" aku..aku
ingin berbicara denganmu! Hanya kita berdua, empat
mata dan empat kuping"
Sagara Angkara tersenyum melihat mimic muka
kekanakan orang dihadapannya, namun ia tahu orang
yang dihadapannya bersikap kekanak-kanakan itu
kemampuannya tidaklah dibawah dirinya.
"Baiklah Dimana!"
"Di Kamarmu!" "Tapi, itu kurang leluasa, lelaki dan perempuan"!"
"Kita bukan hendak melakukan hubbungan badan
atau sejenisnya, hanya berbicara sepatah dua patah
kata saja" Potong Astadewi fulgar.
Wajah yang ada disana biasa saja mendengar
omongan Astadewi yang berkesan ceplas ceplos,
hanya Garwita dan Sagara Angkara saja yang
semburat merah malu. Tak ada pilihan lain, Sagara Angkara mengikuti
Astadewi yang sudah melangkah pergi duluan setelah
berpesan untuk menunggu kepada Garwita.
"Sebenarnya ada omongan apakah?"
"Aku ingin menyampaikan permintaan maaf dari
Kakang Gardapati sang Iblis Dunia Persilatan"
"Hah"!" Sagara Angkara melotot.
"Bukankah Gardapati itu bergelar pelajar?"
"Bukan, itu hanya untuk menutupi dari umum saja"
"Aku"aku tak Paham" Sagara Angkara duduk
dipembaringan, sedang Astadewi membelakangi
tubuhnya. "Kau Pasti tak percaya dengan omonganku,
sesungguhnya orang yang bertarung denganmu di
Panggung Sayembara itu adalah Arya Si Pemetik
Mawar Merah juga Sahabat kami. Dan Wajah
Sesungguhnya dari Iblis Dunia Persilatan adalah
Kakang Gardapati" Sagara Angkara menjublak," ia tak mengerti dengan
keadaannya saat ini. Berita itu membuatnya terpukul.
"Kakang Gardapati dan Kakang Arya memiliki topeng
yang sama, secara bergantian, mereka menjadi Iblis
Dunia Persilatan. Kau Pasti heran mengapa aku bisa
tahu semuanya?" "Ya,"!" Jawab Sagara Angkara lemah.
"Aku Astadewi, Di Gelari Dewi Asmara berwajah lugu!
Putri dari Setan Purnama"
Sagara ANgkara tergetar lagi, hatinya guncang.
"Aku berterimakasih, kau sudah menjadikan Dhara
Sesat kembali kejalan yang benar, meski beberapa
bagian mereka tak bisa meninggalkan kebiasaan
mereka. Meskipun sesungguhnya niatmu adalah
hanya memperalat untuk menghancurkan Istana
Dewa Iblis. Aku juga berterimakasih kau sudah
menyelamatkan Aryani wakil ketua dari Dhara sesat
itu sendiri" "Aku?" Sagara Angkara hendak berkata. Namun
Astadewi kembali memotong.
" Aku tahu sangkalanmu, Dendam membutakan
dendam kami, kini aku tahu segalanya. Ayah kami
juga kami adalah Korban Dari Si Pengkhianat Iblis
Kembar Bumi Dan Si Gila Dari Neraka Hitam,
meminjam golok membunuh orang. Dengan hasutan
dan sandiwara juga kata-kata yang masuk akal,
mimpi yang indah, setebal apapun iman lama
kelamaan terhasut jua. Dibalik kata Sahabat
menyembunyikan Ranjau. Kasian Kakang Gardapati,
akibat surat wasiat yang di buat oleh Mereka berdua
atas nama Ayahnya harus menangung derita, sampai
akhir Hayatnyapun ia tak tahu" Astadewi menangis
sedih. Sagara Angkara tahu maksud sampai akhir hayatnya
itu, Memang tersiar kabar bahwa Iblis Dunia Persilatan
telah mati, dan gadis ini belum tahu apa sebenarnya
yang terjadi. Meski ia sangat membenci Iblis Dunia Persilatan
hingga tulang sumsum, menyadari bahwa orang
sebenarnya adalah Gardapati, dan melihat tindakan
yang dilakukannya sekarang, mau tak mau Sagara
Angkara melapangkan dada. Dia ingat percakapannya
dengan Garwita ketika sedang diperjalanan.
"Aneh,?" Sagara Angkara bergumam ketika sedang
memasuki kawasan hutan. "Apanya yang aneh kakang?""
"Mengapa ketika dikedai, kakangmu bisa mengetahui
apa yang kulakukan di bangunan itu, akh aku ingat
waktu itu ada sosok berjubah hijau dan berkerudung
menyelamatkan kami."
"Sosok berjubah dan kerudung hijau?"
"Benar Nimas Wita, kemampuannya benar-benar
mengerikan." "Sungguhkah" "Sungguh" "Ketika pertama kali dengan kakang, Kakang
Gardapati juga memakai jubah besar berwarna hijau,
jubah itu memiliki kerudung, ketika ia menudungkan
kerudungnya, penampilannya sungguh menyeramkan,
untung saja sebelumnya ia melepaskan tudungnya,
mungkin jika tidak aku akan pingsan melihatnya?"
"Akh yang benar?"
"Sumpah?" Kata Garwita mengacungkan dua jarinya.
Sagara Angkara terhenyak kembali kealam nyata.
Ia melihat Astadewi bersujud dihadapannya sambil
menangis minta maaf, Cepat Sagara ANgkara
membangunkannya. Astadewi bersikeras, ia berkata.
"Jika kau belum memaafkannya, aku akan terus
bersujud meski sampai akhir hayatpun"
Sagara Angkara tersentuh akan tekadnya itu, ia juga
tahu sekarang bahwa Gardapati sudah berubah, dia
pernah menolongnya, jika gadis ini sudah tahu apa
yang sebenarnya, pasti Gardapati juga tidak akan
menolongnya jika tidak tahu apa yang sebenarnya
terjadi. "Aku memaafkannya hanya"."
"Hanya apa?" Astadewi bergetar.
"Dia Gardapati masih hidup"
"Apa!" Astadewi bangkit berdiri.
"Dia Pernah menolongku, juga mengantarkan adiknya
dan menitipkannya padaku"
"Jadi dia masih hidup?" Tanya Astadewi dengan mata
berkaca-kaca. Antara sedih dan bahagia.
"Haha,," Dia masih hidup" Astadewi menjebol pintu
kamar sambil berteriak dia masih hidup.
Sagara Angkara tertegun melihat kejadian itu ia
berjalan mengikuti jejaknya, ternyata Astadewi sudah
memeluk Antari dengan erat sambil bergumam ia
masih hidup. Tentu saja ulahnya di saksikan dengan
heran oleh setiap kalangan.
"Kakang, apa yang terjadi padanya?" Garwita
mendekati Sagara Angkara.
"Dia terserang demam yang membahagiakan"
"Demam yang membahagiakan apa itu"
"Dia masih hidup" Jawab sagara Angkara disertai
senyuman ringan. Pembicaraan itu juga tak luput dari pendengaran
orang yang berada disana, semua mata memandang
antara Sagara Angkara dan Astadewi dengan
diselimuti tanya. "Hiburlah dia, dia adalah kekasih dari kakangmu!"
Bisik Sagara Angkara ditelinga Garwita.
Garwita menurut dan menghibur Astadewi"
Setelah satu kentungan kemudian, Astadewi
mengataka hal yang sangat mengejutkan orang yang
ada disana dan membuat Garwita keheranan.
"Anudhari, susulah Mbakyu Dyah, katakan padanya
bahwa Kakang Gardapati masih hidup"
"Hah" " "Heh?" "Ikhh?" "Apa?" "Masa" "Ada apa" Kakang Gardapati memang masih hidup,
kenapa diributkan" Dua hari yang lalu, aku malah di
bawa dan dititipkan pada Kakang Sagara" Semua
orang terkejut mendengar kabar bahwa Gardapati
masih hidup, apalagi disusul penegasan dari Garwita
adiknya. Hanya Garwita yang keheranan dan tak mengerti
keadaan, karena memang ia tak tahu apa-apa
tentang dunia Persilatan, dan Sagara Angkara hanya
tertawa terbahak-bahak melihat keheranan Garwita,
kekasih pujaan hatinya Dusun Kalawisa adalah sebuh dusun antara
perbatasan Jawa bagian tengah dan Jawa bagian
barat, oleh karenannya, dusun ini ramai dengan
segala aktivitas para pedagang.
Jalan Besar Di dusun Kalawisa, merupakan jalan
utama penghubung antara perbatasan, saat lentera
dan lampu dinyalakan, di sebuah kedai ditempat
keramaian itu, ada dua orang yang sedang
mengadakan pertemuan rahasia.
Mata-mata Istana Dewa Iblis tersebar diseluh penjuru
negri agar rencana melawan Istana Dewa Iblis tidak
bocor, maka kali ini, mereka tak hanya memakai
pakaian yang umum ada di kalangan rakyat jelata.
Tempatnyapun tempat yang biasa dikunjungi, bahkan
ucapan mereka juga disampaikan dengan tenaga
dalam supaya tidak bocor.
"Penjaja bambu tahukah maksudku mengajakmu
mengadakan pertemuan ini?" Terdengar Seorang
Pemuda berjubah hijau berkata.
"Jika tak diucapkan, bagaimanakah caranya aku bisa
tahu?" "Berapa Anggotakeluarga keturunan Ksatria Satwa
yang bisa diandalkan?"
"Untuk apa kau mengetahui?"
"Humm,"!" Gardapati mendengus dingin.
Sreettt"!" Si Penjaja bamboo melemparkan senjata
rajhasianya dengan kecepatan tinggi, gerakannya
saja seperti hendak mengambil lap tidak ketahuan itu
adalah sebuah permainan yang membuat siapapun
terbelalak. Syuutt" "Akhhh?" Orang yang disebelah tahu-tahu kehilangan sebuah
pisang yang dpegangnya dengan kedua jari. Dia
celingukan dengan heran. "Kecepatan Melempar Senjata Si Penjaja bamboo
ternyata lebih cepat daripada yang kudengar, sungguh
nama Haur kuning perengut nyawa, bukanlah nama
kosong!" "Cepat terus kenapa, meski aku menggunakan jurus


Iblis Dunia Persilatan Karya Aone di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

terhebat dan menggunakan tenaga dalamkupun tak
bisa menjatuhkan Si Iblis, Apalagi si Penguasa
sekarang! Ilmunya pasti luar biasa hebatnya,"
"Perkataanmu terlalu menyanjung tinggi kemampuan
lawan, memandang rendah diri sendiri"
"Wutt"." Gardapati menyentilkan jarinya, lagi-lagi yang
menjadi korban adalah si Pendatang tadi, kali ini
pisangnya tercacah menjadi beribu bagian.
"Braakkk"." Si Tamu itu menggebrak meja, dengan
gusar ia berteriak. "Hari ini aku ketemu setan apa sih! Aku tak mau
makan lagi" Setelah itu Si tamu keluar diiringi tatapan
kebingungan tamu lain. "Sentilan jarinya menggantikan senjata semcam
cakra berlapis, dengan menyalurkan tenaga dal am
diudara. Yang paling hebat lagi, dia dapat
mengendalikan hawa murni yang kasat mata itu
dengan tepat, dia memang buka orang sembarangan.
Siapakah dia sebenarnya?" Pikir Si Penjaja Bambu.
"Diatas langit, masih ada langit. Diatas orang pintar
masih ada yang lebih pintar. Siapa yang menang,
masih terlalu cepat untuk dibicarakan" Kata Gardapati
kalem. "Siapa kau sebenarnya?"
"Orang yang kau lawan beberapa purnama lalu!"
"Ib"Iblis?"
"Ya! Itulah aku." Potong Gardapati sambil
menyuapkan makanan. "Aku tak sudi menuruti permintaanmu itu" Si Penjaja
Bambu marah. Gardapati bangkit berdiri, lalu berkata.
"Saat itu, Demi kalian, Istriku terluka parah, dia
mengatakan kalian akan menjadi orang yang tepat
untuk diminta bantuan menghancurkan mereka.
Ternyata harapan istriku salah."
Selesai berkata, ia berlalu.
Mendengar ucapan itu, Si Penjaja Bambu tertegun,
Dari kejauhan, Gardaopati kembali mengirimkan suara
susupan. "Istriku melarang memaksa kalian, bila kalian berubah
pikiran. Temui aku esok di hutan Maut"
Si Penjaja Bambu buru-buru mengejar, namun sosok
Gardapati telah menghilang.
** Keesokan harinya, Di atas pucuk pohon tertinggi Di
Hutan maut, Gardapati memandang ke bawah. Sudah
hampir satu kentongan dia berdiri di situ, diam tak
bergerak. Jubah hijaunya berkibar-kibar tertiup angin.
Sepertinya dia sedang menunggu sesworang.
Beberapa saat kemudian, nampak ada gerakan dari
bawah. Mereka datang berombongan, Gardapati
hanya mengenal beberapa saja dari mereka. Si
Penjaja bamboo berkata: "Gardapati, kami sudah berunding dan mengambil
keputusan, engkau harus membuktikan bahwa
engkau layak menjadi pemimpin barisan kami. jika
seandainya kau dapat mengalahkan kami masingmasing sepuluh jurus. Kami akan takluk sepenuhnya"
beranikah kau?" "Hahaha"!" Gardapati tertawa. Belum sirna suaranya,
tubuhnya sudah ada dihadapan rombongan yang
terdiri dari dua puluh orang itu
"Begitupun baik, hanya akupun ingin membatasi
pertarungan, yakni hanya saling menempel, aku tak
mau pasukanku terluka sebelum bertarung"
"Hemm" sepertinya kau sudah yakin kemenangan
ada di pihakmu, baiklah di sini ada beberapa orang
putra terbaik keturunan dari para keluarga kami."
"Silahkan maju serempak!"
Kata ini jelas membuat semua orang melengak kaget,
jelas bahwa lawan meminta dikeroyok. Ini baru
dalam sejarah. Padahal di dunia ini kepandaian silat
dari mereka jelas merupakan kalangan tingkat tinggi.
"Jangan salahkan kami jika kau salah" Belum habis
ucapannya, dalam sekejap di hadapan Gardapati telah
berdiri empat pemuda berusia tiga puluhan dengan
tampang yang berbeda. Dari gerakan mereka
Gardapati cukup mengagumi kemampuan mereka.
Keempat orang ini rata-rata memiliki ilmu silat yang
tinggi. Sejenak dia mengamati keempatnya. dia menatap
mereka satu persatu. "Silahkan mulai!"
Dengan suatu bentakan nyaring, keempatnya
menerjang maju. Gardapati mendengus dingin
tangannya di kebaskan ke arah empat orang itu
hamper bersamaan. Dia telah memukul dengan
pengerahan tenaga dalam yang sangat hebat,
kesiuran anginnya sangat menyentak nyali.
Nampak sederhana saja serangannya, tapi hasilnya
sungguh hebat. Keempat orang itu bergerak hampir
bersamaan menangkis serangan itu sehingga
menimbulkan empat ledakan dahsyat yang
menggetarkan dalam sebuah dentuman yang
bersamaan dan panjang. "Duaarr".Krekk ..krekkk"
Perlahan suasana berubah senyap. Gardapati terdiam
dalam ketenangan. Sementara keempat pemuda itu
semuanya tersurut mundur sejauh sepuluh langkah.
Meski terjadi ledakan dahsyat, entah mengapa
mereka sama sekali tak merasakan sakit, hanya
tangan mereka terasa seperti kena setrum untuk
sejenak. "Kau menang, kami akan membantu.!" Si Penjaja
Bambu berkata. Gardapati tersenyum. Kemudian Si Penjaja Bambu
menimpali "Kita tidak punya banyak waktu, ada banyak hal
yang musti di selesaikan. Sebaiknya kita bergegas
pergi ketempat yang aman sebelum terendus oleh
hidung tajam Istana De wa Iblis." "Aku tak mau pegi dari sini sebelum keraguan di hati
sebagian orang masih ada"
Wajah Si Penjaja bamboo memerah, ketika berpaling,
memang benar ada beberapa orang yang tak puas,
termasuk Si Jelita berbau harum.
Gardapati tenang saja, sepertinya hal itu sudah ada
dalam perhitungannya. "Jadi apa maumu?" Tanya Si Penjaja Bambu.
"Jangan bertanya padaku, tanyalah pada kawankawanmu" Si Penjaja Bambu gegetun atas jawaban itu, ia
mundur dan berkata. "Yang tidak puas dengan keputusanku silahkan maju
dan berdamailah dengannya barang satu dua jurus"
Mendengar ucapan tegas Si Penjaja bamboo,
Sebagian lain mengkeret, sedang Si Jelita berbau
harum, Si Pertapa Berjari Empat maju kedepan.
Keduanya member hormat, tanpa berkata lagi
menerjang menggunakan jurus andalan masingmasing, adalah Gardapati yang sudah memiliki
beberapa ilmu gaib dari karang bolong kalem saja.
Ia biarkan kedua telapak lawan menghantam
dadanya, "Bukkk"!" Pertapa Berjjari empat tersentak mundur, begitu
halnya dengan Si Jelita berbau harum, tangan mereka
bergetar pertana bahwa mereka kalah tenaga.
Sedang Gardapati tak sdikitpun bergeming.
"Apakah perlu dilanjutkan?" Tanyanya.
Kedua orang itu saling pandang, akhirnya menggeleng
bersamaan. "Degg"!" Gardapati berubah wajahnya, Si Penjaja
bamboo merasa keheranan dengan hal itu. Dia
bertanya dengan nada heran.
"Ada masalah apa?"
"Kalian semua rebahlah, seolah kalian sudah terluka
parah!" Perintah Gardapati tanpa ujung pangkal.
Si Penjaja bamboo tahu bahwa orang dihadapannya
bermaksud baik, segera ia memerintahkan
rombongan untuk melakukan apa yang diminta, baru
saja semua orang rebah. Terdengar langkah kaki dari
kejauhan. Sekejap saja sudah berada ditempat sana.
Gardapati berpaling, kembali ia memakai
kerudungnya, dengan nada menyeramkan ia
mendengus dingin. "Rupanya kau, apa sebelah tanganmupun belum
cukup mengerti akan kemampuanmu?"
Si Penjaja bamboo dan keluarga lain diam-diam
merasa bersyukur, untung mereka menuruti, entah
bagaimana ceritanya bila mereka membangkang.
Dewa Tangan darah melirik pada sekumpulan orang
yang sudah berserakan ditanah, dingin ia berkata.
"Apa maksudmu membunuh mereka?"
"Membunuh atau mengampuni, itu urusanku apa yang
bisa kau dan pemimpin busukmu itu lakukan bila aku
ingin melakukan!" "Takabur kau, karena hanya dapat menguntungi
sebelah tanganku Dewa Tangan darah, lantas kau
berbuat seenak perutmu"
"Bukan hanya seenak perutku, tapi akan seenak
tubuhku. Bahkan kedua pemimpin busukmu Si Gila
Dari Neraka Hitam dan Si Iblis Kembar Bumipun
bukanlah tandinganku. Sampaikan padanya, beberapa
hari lagi aku akan datang berkunjung dengan
beberapa teman untuk memandikannya di air cucian
kakiku" "Gerrr?" SI Dewa Tangan Darah menggeram marah,
benar-benar sebuah hinaan yang sudah melewati
batas. "Kau tahu takaran kesabbaranku?"
"Haha" tentu saja tahu, kesabaranmu tidaklah besar
dari sebutir debu padang pasir,!"
"Bagus"bagus jika kau tahu".anak-anak bunuh lelaki
tak tahu adat ini" "Bagi para pendekar yang tak mengetahui kelemahan
mereka, jangankan membunuh, empat.
Menyelamatkan diri saja belum pasti bisa. Hanya saja
didepanku, mereka tidak lebih dari boneka kayu. Kau
majulah sendiri" Gardapati berkata enteng.
Para Barisan Dewa Iblis Darah yang saat ini berjumlah
lebih dari dua puluh orang maju serempak, bagi orang
biasa jangankan segitu banyak. Satu juga pasti akan
kewalahan. Pedang berhawa dingin menyabet dari segala
penjuru, sedang Gardapati malah memejamkan mata
seolah ia pasrah menerima kematian, bayangan
pedang mengaburkan pandangan, hanya suara
dengungan dan kiblatan perak yang dapat dirasa dan
dilihat. Hawa Pembunuhan yang di satukan dengan pedang
tajam menusuk indera, cuping Gardapati bergerakgerak. Kecepatan pedang yang laksana kilat itu dirasa
seperti seekor siput, tubuhnya bergerak tidak
bergerak, bergerak memang bergerak sebab jika
tidak bergerak mustahill bila pedang itu terlihat
menembus bayangan, tidak bergerak memang dilihat
kasat mata tubuh Gardapati diam tak bergerak.
Di dalam indera Gardapati merasa sebuah pedang
menusuk dari belakang, tubuhnya sedikit bergeser,
totokannya nyelonong pada dagu lawan, bergerak
menyampok pedang mengarahkan pada lawan lain,
lincah berkelit, totokan dan gerakan menyampok
menggiring dan menusuk. Dalam hitungan dua, dua puluh lebih orang yang
menyerang mencelat keberbagai penjuru tak
bernyawa lagi, ada yang mengucurkan darah dari
dagu, ada juga yang tidak. Yang tidak jelas terkena
totokan,sedang yang berdarah sudah tentu oleh
pedang kawannya sendiri. Setiap hadirin yang menyaksikan itu menatap dengan
kagum, sungguh permainan silat yang sangat
mengagumkan. Tersisa dua orang dari Barisan Dewa
Iblis yang tadi jauh tidak kebagian menyerang.
Lantang Gardapati berkata "Dengan kecepatan
melawan kecepatan, kosongkan isi, rasakan gejala
alam, biarkan tubuh menyatu dengan alam,
kendorkan saraf, gunakan pernafasan dalam, tutup
pernafasan luar, ambil duri menusuk darah kematian,
itulah jurus pertama dari Alam Mayapada Cakrawala
Tanpa Batas." Dewa tangan Darah melengak, jelas itu adalah teori
dari jurus itu sendiri, sederhana emang, tapi jika
dijabarkan sungguh sangatlah dalam. Tak
dimengertinya lawan memberitahu jurusnya sendiri.
Keputusan adalah mutlak, perintah adalah landasan,
Barisan Dewa Iblis Darah yang sudah diperintahkan
menyerang takan mundur meski jiwa melayang. Sisa
dua orang itu menyerang Gardapati dari arah samping
kiri dan kanan. Jika tadi kecepatan yang digunakan, kini dua orang itu
menggunakan tenaga dalam besar, sehingga
gerakannya ringan dan lambat.
Gardapati merangkapkan tngan di dada, dengan
lantang lagi ia berkata. "Berikan sembah kepada Alam semesta, biarkan
semesta dalam diri selaras dengan semesta luar, jika
terasa berat anggaplah berat, jika ringan anggap saja


Iblis Dunia Persilatan Karya Aone di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ringan. Ringan dan berat sana saja. Pasrahkan kepada
sang pertiwi agar membantu. Tarik nafas dari hidung
dan tahan di dada, salurkan pada telapak tangan,
maka bayangkanlah bahwa sangsemesta dalam
menghembuskan nafasnya dari kedua telapak
tangan"itu adalah jurus kedua"
"Wuussshhh..!" Segulung angin maha rebut keluar dari
tangan Gardapati, tanpa bisa berbuat apa-apa barisan
tersisa mencelat dan menabrak pohon hingga
tumbang berantakan. Mereka ikut menyusul kawan
kawannya yang lain. Dewa Tangan darah melengak, kegusarannya
memuncak, dia berniat mengadu jiwa dengan
Gardapati. Setengah berlari sambil mengembangkan
sebelah tangandia datang menyerang. Santai saja
Gardapati berjalan kedepan.
Telunjuknya menuding"
"Gusraakkk"."
Mendadak Dewa Tangan Darah tersungkur, kepalanya
berdarah terantuk batu. Gardapati mendekat, lalu berjongkok. Ia memegang
nadi lawan. Tiga Iblis Gunung Tandur 1 Kisah Teladan Islam Karya Ariany Syurfah Sejengkal Tanah Sepercik Darah 10

Cari Blog Ini