Wiro Sableng 013 Kutukan Empu Bharata Bagian 2
binatang buas. Dua beranak itu hampir saja menjadi pengisi perut seekor harimau
besar jika saat itu tidak muncul Pengemis Sakti Muka Bopeng. Setelah menolong
kedua beranak dan karena merasa kasihan melihat kehidupan mereka yang terlantar,
maka akhirnya Pengemis Sakti Muka Bopeng membawa Sri Kemuning dan Sri Lestari ke
Pulau Ras. Di sana mereka kemudian hidup sebagai suami isteri tanpa sedikitpun
di ketahui oleh Pengemis Sakti Muka Bopeng bahwa perempuan yang dikawininya itu
adalah istri Untung Pararean yang melarikan diri! Kemuning sendiri tak pernah
menerangkan siapa dia sebenarnya karena dia kawatir kalau-kalau akan sampai
kabar ke telinga Untung Pararean di mana dia berada yang berarti pasti akan
dikejar pula dan dibunuh! Sewaktu Pengemis Sakti Muka Bopeng membawa Sri
Kemuning ke Pulau Ras, Sri Lestari masih kecil, dan sekarang sesudafi lewat enam
belas tahun Sri Lestari telah menjadi seorang gadis belia yang berparas jelita.
Sebagaimana Pengemis Sakti Muka Bopeng tidak mengetahui bahwa Sri Kemuning
adalah dulu istrinya Untung Pararean, maka demikian pula dengan Sri Lestari
Gadis itu tidak pula mengetahui kalau Pengemis Sakti Muka Bopeng bukanlah ayah
kandungnya! Pengemis Sakti Muka Bopeng sangat menyayangi Sri Lestari. Karena itulah sejak
dari kecil Sri Lestari diberinya pelajaran KARYA
41 BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Kutukan Empu Bharata
silat sehingga enam belas tahun kemudian Sri Lestari menjadi seorang gadis
cantik yang tinggi sekali kepandaiannya!
Dalam pada itu Pengemis Sakti Muka Bopeng juga mengambil tiga orang murid.
Ketiganya lakilaki. Mereka itu adalah Pengemis Badan Gemuk, Pengemis Kepala
Botak dan Pengemis Badan Kurus.
Pada sekitar satu tahun yang lalu telah terjadi perselisihan antara Gambir Seta
atau yang lebih di= kenal dengan gelaran Pengemis Sakti Muka Bopeng dengan
seorang tokoh silat dari Barat. Tokoh silat ini tak diketahui siapa namanya tapi
karena setiap muncul dia selalu mengenakan kain cadar berwarna hitam untuk
menutupi mukanya maka orang-orang persilatan menggelarinya Si Cadar Hitam.
Aliran mana yang dianut oleh Si Cadar Hitam tidak jelas. Kadangkadang dia
bersekutu dengan golongan hitam, kadangkadang bahu membahu dengan golongan putih
menghancurkan kejahatan-kejahatan golongan hitam!
Perselisihan yang terjadi antara Perigemis Sakti Muka Bopeng dengan Si Cadar
Hitam akhirnya menjadi satu baku tanding yang dilangsungkan di Tanjung Bunga
Rampai, yakni sebuah tanjung terjal yang terletak di sebelah tenggara Pulau Ras.
Pengemis Sakti Muka Bopeng adalah seorangtokoh silat daerah Timur yang telah
terkenal ketinggian ilmunya. Namun kali ini agaknya dia menghadapi seorang
lawan, yang meskipun baru muncul, memiliki pula ilmu kepandaian yang luar biasa.
Sehingga setelah baku tanding sanmpai setengah harian barulah akhirnya Pengemis
Sakti Muka Bopeng berhasil memukul rubuh Si Cadar Hitam!
Bagi Pengemis Sakti Muka Bopeng yang berhasil keluar sebagai pemenang, apa yang
telah terjadi bukan lagi merupakan persoalan yang hariis dipikir panjang. Tapi
tidak demikian bagi pihak yang kalah. Sebelum berpisah dalam kekalahan pahit
itu, Si Cadar Hitam telah mengeluarkan ucapan tantangan terhadap Pengemis Sakti
Muka Bopeng. "Aku akui keunggulanmu saat ini Muka Bopeng." demikian Si Cadar Hitam berkata,
"tapi itu bukan berarti aku akan mengakuinya selama-lamanya! Walau bagaimanapun
kemenanganmu di sini adalah karena kau berada di sarang sendiri!"
"Lantas apa maumu, Cadar Hitam"!" tanya Pengemis Sakti Muka Bopeng dengan
seringai mengejek.
"Kita harus menentukan lagi siapa yang paling unggul antara kita berdua!" jawab
Si Cadar Hitam ketus.
"Apa kau masih punya muka dan punya nyali sesudah kujatuhkan hari ini"!"
Cadar Hitam menggeram dan menjawab, "Kau boleh bicara sombong saat ini karena
kemenanganmu. Tapi kutunggu kau satu tahun di muka di rumah makan Akik Rono di
pelabuhan Linggoprobo! Kalau kau tidak muncul, dunia persilatan akan mengetahui
bahwa kau hanyalah seorang bergundal pengecut belaka!"
Pengemis Sakti Muka Bopeng tertawa membahak mendengar ucapan yang merupakan
tantangan itu. Sebaliknya Si Cadar Hitam memutar tubuh dan cepat-cepat
meninggalkan tempat itu! Ketika hari tantangan itu tiba, Pengemis Sakti Muka
Bopeng merasa segan untuk melayani Si Cadar Hitam. Karena itulah disuruhnya Sri
Lestari dan ketiga muridnya untuk mewakilinya dalam menghadapi Si Cadar Hitam.
KARYA 42 BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Kutukan Empu Bharata
9 SEMUA orang di pelabuhan Linggoprobo tak satupun yang berani mengangkat kepala
memandang kepada keempat orang yang baru saja turun dari perahu itu. Orang-orang
yang berkumpul bersibak memberi jalan.
"Aku tak habis mengerti pada manusia-manusia itu," kata gadis yang rambutnya
dijalin dua. "Setiap kita muncul mereka ketakutan sekan-akan Empat Pengemis
Pulau Ras adalah empat ekor harimau kelaparan atau empat setan pelayangan yang
menyeramkan!"
Tiga orang laki-laki yang berjalan di belakang gadis itu tertawa. Salah seorang
di antaranya, yang berbadan gemuk menjawab. "Tak usah perdulikan mereka! Kita
percepat saja langkah, siapa tahu mungkin Si Cadar Hitam, sudah menunggu di
rumah makan Akik Rono!"
Keempat orang itu kemudian memutar langkah kejurusan timur pelabuhan di mana
terletak rumah makan Akik Rono, sebuah rumah makan besar yang cuma satu-satunya
terdapat di pelabuhan Linggoprobo.
Saat itu hampir tengah hari dan rumah makan tersebut sedang ramai-ramainya
dikunjungi tamu. Tapi begitu Empat Pengemis Pulau Ras muncul di ambang pintu,
semua orang yang ada di situ, tak perduli sedang lahap makan atau masih tengah
menunggu pesanan mereka, cepat-cepat saja berdiri dan angkat kaki meninggalkan
rumah makan. "Kalian lihat!" kata dara berjalin dua yaitu Sri Lestari. "Mereka menghindar
sesudah melihat kedatangan kita!"
Laki-laki yang berbadan gemuk yaitu Pengemis Badan Gemuk tidak mengacuhkan
ucapan saudara seperguruannya. Dia memandang ke seantero ruangan tapi orang yang
dicarinya tidak kelihatan.
"Rupanya dia belum datang. Ayo kita masuk!"
Baru saja Sri Lestari atau Pengemis Cantik Ayu melewati ambang pintu, seorang
laki-laki separuh baya yang berbadan pendek dan tak kalah gemuknya dengan
Pengemis Badan Gemuk mendatangi tergopohgopoh, menjura pada keempat orang itu
dengan hormat sekali. Dialah Akik Rono, pemilik ruang makan.
"Kembali rumah makanku mendapat kehormatan kedatangan 'Empat Pengemis Pulau Ras.
Mari masuk dan silahkan mengambil tempat ..."
Keempat orang itu sengaja mengambil tempat yang baik agar dapat mengawasi pintu
masuk dengan leluasa. Sementara itu Akik Rono telah memberi perintah pada
pelayan-pelayannya untuk menghidangkan makanan serta minuman yang enak-enak
untuk keempat tetamu tersebut. Tak lama kemudian Empat Pengemis Pulau ?Ras
kelihatan asyik menikmati isi piringnya masing-masing.
Pengemis Badan Gemuk tengah menyeka butirbutir peluh dikeningnya, Pengemis Badan
Kurus tengah mengulurkan tangan hendak memotes sebuah pisang, Pengemis Kepala
Botak tengah mengusap-usap perutnya yang keras padat kekenyangan KARYA
43 BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Kutukan Empu Bharata
dan Pengemis Cantik Ayu telah menyibakkan rambutnya yang tergerai di kening
ketika telinga masing-masing mendengar suara siulah yang tak menentu tapi keras
dan aneh! Keempatnya saling berpandangan.
"Siapa pula yang bersiul kegirangan di tengah hari bolong begini!" kata Pengemis
Kepala Botak sambil mengawasi pintu masuk.
Suara siulan mendadak berhenti, berganti dengan suara tarikan nafas dan sesaat
kemudian di ambang pintu muncullah seorang pemuda berpakaian putih. Rambutnya
gondrong mukanya berminyak keringat dan kotor disaput debu tanda dia baru saja
menempuh perjalanan jauh.
Sambil mengipas-ngipaskan tangannya untuk mengurangkan hawa panas, pemuda ini
pergi duduk dekat pintu. Dia memandang berkeliling, memperhatikan Empat Pengemis
Pulau Ras sejenak lalu berpaling pada laki-laki separuh baya bertubuh gemuk dan
pakai blangkon yang berdiri di sudut kiri.
"Kota besar seramai ini, rumah makannya cuma satu!" berkata pemuda itu -seolaholah pada dirinya sendiri. Dan dilihatnya laki-laki gemuk berblangkon itu
melangkah ke hadapannya.
Si pemuda tersenyum. "Panas sekali!" katanya pada Akik Rono. "Orang segemukmu
apakah tidak kepanasan seperti aku"!"
Akik Rono tersenyum pula. "Aku sudah biasa dengan udara laut yang panas. Kau mau
memesan apa, orang muda?"
Tamu yang baru datang itu menyebutkan makanan dan minuman yang dikehendakinya.
Akik Rono baru saja meninggalkan meja si pemuda sejauh dua langkah ketika di
seberang sana didengarnya suara meja digebrak! Dengan muka pucat karena terkejut
pemilik rumah makan itu berpaling. Dilihatnya Pengemis Badan Gemuk berdiri
dengan cepat dan kasar hingga kursi yang didudukinya terpelanting dan
mengeluarkan suara berisik.
Dengan langkah-langkah besar dan muka kelam merah sedang sepasang mata melotot
garang, Pengemis Badan Gemuk menuju ke meja di mana pemuda berambut gondrong
duduk. "Rambut gondrong sialan! Kau berani kurang ajar menghinaku hah?"
Si pemuda jadi melongo. Kedua alis matanya yang tebal naik ke atas sedang kulit
keningnya mengerenyit tanda dia terheran-heran.
"Tak ada hujan tak ada angin kenapa kau mendadak beringas begini, sobat"!" tanya
si pemuda setelah terlebih dulu meneliti Pengemis Badan Gemuk dari kepala sampai
ke kaki. "Kau bicara apa tadi sama pemilik rumah makan ini" Ayo coba kau ulangi!" bentak
Pengemis Badan Gemuk.
"Eh . . . " si pemuda menggaruk-garuk kepalanya beberapa kali. "kurasa tak ada
ucapanku yang kutujukan padamu. Apalagi dengan maksud menghina!"
"Kurang ajar berani mungkir terhadap aku Pengemis Badan Gemuk! Tadi kau bicara
tentang panas dan tentang orang gemuk! Apa itu bukan berarti menghinaku"! Ayo
lekas kau berlutut minta ampun! Kalau tidak jangan menyesal bila kepalamu KARYA
44 BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Kutukan Empu Bharata
kupuntir ke belakang!"
Dalam keheranan yang masih belum lenyap si pemuda tiba-tiba tertawa. Mula-mula
pelahan, makin lama makin santar terbahak-bahak!
"Sobat kau salah sangka! Kalau di sini cuma kau sendiri yang gemuk gendut memang
bisa juga kau merasa terhina! Tapi tadi aku bicara sama laki-laki itu! Dia
sendiri sama sekali tidak merasa terhina! Kenalpun aku tidak padamu, perlu apa
menghina segala"!"
Ucapan-ucapan itu membuat Pengemis Badan Gemuk menjadi tambah naik darah.
"Kau berani bermulut besar, bocah! Aku mau lihat apakah kau juga berani menerima
pukulanku ini!"
Habis berkata begitu Pengemis Badan Gemuk mengangkat tangan kanannya tinggitinggi. Di saat itu dari meja di seberang sana terdengar seruan.
"Gemuk! Kenapa kau mau melayani pemuda dogol yang tampaknya tidak berotak sehat
itu"! Jangan cari urusan tak karuan! Kita datang ke sini bukan untuk itu! Ayo
kembalilah ke sini!"
Si pemuda rambut gondrong memalingkan kepalanya. Yang berseru adalah gadis
cantik berjalin dua. Dia tersenyum pada gadis itu dan berkata,
"Kau betul saudari! Memang tak ada gunanya mencari urusan yang tak karuan! Satu
hal kuberi tahu padamu, tampangku memang dogol, namun otakku mungkin jauh lebih
sehat dari si gemuk ini!"
Pengemis Badan Gemuk berteriak marah! Kaki kanannya melayang laksana kilat
cepatnya ke arah dada si pemuda rambut gondrong! Terdengar satu suara siulan
yang disusul dengan mentalnya kursi yang tadi diduduki si pemuda! Kursi itu
bukan saja mental tapi hancur berkeping-keping!
"Gemuk! Aku bilang kembali ke sini!" teriak Sri Lestari, atau Pengemis Cantik
Ayu. "Kalau tidak aku akan laporkan pada ayah nanti!"
"Tapi bangsat ini keliwat menghina, Lestari!" sahut Pengemis Badan Gemuk dengan
rahang-rahang menggembung.
"Biarkan dia. Namanya saja orang sinting!" Sri Lestari berpaling pada pemilik
rumah makan. "Akik Rono, kau usirlah pemuda itu!" perintahnya.
Dengan ketakutan Akik Rono meiangkah ke hadapan si pemuda rambu gondrong, lalu
berkata: "Den, aku harap kau sudi meninggalkan tempat ini..."
"Baik " baik " tapi mana itu makanan yang aku pesan" Hidangkan dulu, nanti baru
aku mau pergi. Jawaban si pemuda membuat Akik Rono serba salah. Dia takut pada Empat Pengemis
Pulau Ras, tapi terhadap si pemuda itu agaknya dia juga tak berani berlaku
sembarangan. Maka diapun bicara berbisik-bisik: "Den, kau harus tahu keempat
orang itu adalah Empat Pengemis Pulau Ras yang berkepandaian silat tinggi
sekali! Aku tak ingin mendapat celaka. Kuharap kau sudi segera meninggalkan
tempat ini."
KARYA 45 BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Kutukan Empu Bharata
Si pemuda merutuk dalam hatinya. "Meski bemama pengemis agaknya mereka mau
menjadi Raja di sini!" mengomel pemuda itu.
"Baik aku akan pergi! Tapi pengusiran secara kurang ajar ini musti ada
imbalannya!" kata si pemuda bersungut-sungut.
Cepat sekali tangannya menyambar blangkon di kepala Akik Rono. Entah bagaimana
kemudian kain blangkon itu sudah terlepas dari buhul-buhulnya, lalu laksana
seekor ular melesat menyambar kemeja di mana Empat Pengemis Pulau Ras berada.
Ujung kain blangkon itu secara aneh menggulung sesisir pisang di atas meja dan
sesaat kemudian pisang itu tersapu ke arah si-pemuda dan ditangkap dengan tangan
kirinya! "Ini kukembalikan kain blangkonmu!" kata si pemuda seraya melemparkan kain
blangkon Akik Rono pada pemiliknya, lalu melangkah ke pintu!
Justru pada saat itu pula Pengemis Badan Gemuk cepat melompat dan menghadang di
pintu. "Kalau tidak kupecahkan kepalamu, jangan panggil aku Pengemis Badan Gemuk dari
Pulau Ras!"
"Wuut!"
Satu angin pukulan mendru kekepala si pemuda. Yang diserang cepat mengelak
hingga tinju Pengemis Badan Gemuk hanya mengenai tempat kosong. Dengan geram
penasaran Pengemis Badan Gemuk berbalik. Kali ini dia melancarkan serangan yang
lebih hebat. Kedua tangannya terpentang. Kedua kakinya menekuk siap untuk
melompat. "Gemuk!" tiba-tiba saja terdengar seruan Sri Lestari alias Pengemis Cantik Ayu.
"Tinggalkan pemuda itu dan cepat ke sini!
Orang yang kita tunggu sudah datang!"
KARYA 46 BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Kutukan Empu Bharata
10 PENGEMIS Badan Gemuk menahan gerakan dan berpaling cepat-cepat ke pintu rumah
makan. Saat itu di ambang pintu tegak seorang laki-laki berbadan tegap.
Keseluruhan parasnya tertutup sehelai kain hitam yang hanya di bagian matanya
saja diberi berlobang. Dan sepasang mata itu kelihatan memiliki sinar tajam yang
menandakan bahwa orang itu bukan orang sembarangan.
"Hemmm . . . " gumam Pengemis Badan Gemuk. "Kelak jika urusanku sudah selesai
kau bakal menerima bagian dariku rambut gondrong!" katanya pada pemuda rambut
gondrong lalu dengan satu gerakan cepat dan enteng dia sudah berada di samping
Pengemis Cantik Ayu. Di lain pihak pemuda berambut gondrong cuma ganda tertawa.
Kemunculan laki-laki bercadar hitam di ambang pintu menarik perhatiannya.
Karenanya kalau tadi dia berniat untuk meninggalkan rumah makan itu, kini niat
itu diurungkannya dan dia melangkah ke sudut rumah makan, berdiri di situ.
Laki-laki bercadar kain hitam yang baru datang masih tetap berdiri di ambang
pintu. Sepasang matanya memandang tak berkesip pada Sri Lestari atau Pengemis
Cantik Ayu. Jika saja mukanya tidak tertutup dengan kain hitam itu niscaya akan
kelihatan bagaimana berubahnya paras orang itu sewaktu pandangannya membentur
Sri Lestari.
Wiro Sableng 013 Kutukan Empu Bharata di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Sri Lestari yang bertindak sebagai pimpinan Empat Pengemis Pulau Ras juga
memandang tajam-tajam pada orang yang di ambang pintu seakan-akan hendak
menembus kain hitam yang menutupi wajah orang itu. Dan pandangan yang begitu
tajam ini membuat laki-laki tersebut menjadi berdebar.
"Cadar Hitam!" kata Pengemis Cantik Ayu lantang. "Kami telah lama menantikanmu.
Silahkan masuk agar urusan kita bisa lekas diselesaikan!"
Karena tidak merasa kalau Sri Lestari bicara dengannya maka laki-laki bercadar
hitam berpaling ke belakang.
"Aku bicara padamu, Cadar Hitam! Kenapa kasak kusuk pura-pura melihat ke
belakang segala"!"
Ucapan Sri Lestari membuat laki-laki itu memalingkan kepalanya kembali dan
memandang pada sang dara. Akhirnya kelihatan kakinya bergerak, melangkah
memasuki rumah makan. Tapi dia masuk bukan terus menemui Empat Pengemis Pulau
Ras, melainkan melangkah mendapatkan Akik Rono yang berdiri di seberang sana
dengan muka pucat pasi macam kertas!
"Kau pemilik rumah makan ini" Tolong sediakan hidangan. Aku lapar sekali!"
berkata laki-laki bercadar pada Akik Rono.
"Ba . . . baik . . . den," jawab pemilik rumah pemilik rumah makan itu gagap
tanda dirinya diselimuti ketegangan.
Kemudian cepat-cepat dia membalikkan badan meninggalkan tempat itu.
Melihat orang yang tidak ambil perduli dirinya dan saudara-saudara
seperguruannya maka marahlah Sri Lestari. Dara ini pun membentak.
"Cadar Hitam! Mungkin kau masih belum kenal siapa kami! Kami adalah Empat
Pengemis Pulau Ras yang sengaja menunggu disini untuk mewakili guru dan ayahku!"
KARYA 47 BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Kutukan Empu Bharata
"Gadis, kau bicara dengan siapakah?" bertanya laki-laki bercadar hitam yang
bukan lain adalah Untung Pararean yang meninggalkan puncak Ofinung Bromo karena
suruhan Kiyai Supit Pramana.
Pengemis Cantik Ayu mendelikkan matanya.
"Apa kau tidak punya mata tidak punya telinga" Aku bicara padamu dan masih
bertanya macam orang setengah edan!"?
"Mungkin dia benar-benar edan, saudaraku," menyambung Pengemis Badan Gemuk yang
sudah gatal-gatal tangannya untuk segera turun tangan.
"Kalau begitu kau salah paham, gadis", kata Untung Pararean pula. "Aku bukan
Cadar Hitam!"
"Pengecut berani dusta!" sentak Pengemis Kepala Botak dengan rahang-rahang
bertonjolan penuh geram. Dia hendak melangkah tapi ditahan oleh Pengemis Cantik
Ayu. "Rupanya nyalimu menjadi lumer berhadapan dengan murid-murid musuh besarmu?"
ejek Pengemis Cantik Ayu.
"Aku betul-betul tak mengerti dengan pambicaraanmu ini," tukas Untung Pararean.
"Puah! Pura-pura tidak mengerti!" semprot Pengemis Badan Gemuk sambil meludah.
"Dengar Cadar Hitam . . . "
"Namaku bukan Cadar Hitam. . . "
"Apakah namanya aku tak perduli! Tapi tak perlu dusta! Bukankah kau datang ke
sini untuk melaksanakan tantangan yang kau tujukan pada Pengemis Sakti Muka
Bopeng sekitar satu tahun yang lalu"! Kami murid-muridnya di utus ke sini untuk
mewakili beliau melayanimu!"
Untung Pararean terkejut. Terkejut bukan karena tantangan yang tak pernah
dibuatnya itu, tetapi terkejut ketika mendengar nama Pengemis Sakti Muka Bopeng.
Sebagai orang yang pernah hidup bersama Empu Bharata selama bertahun-tahun
Untung Pararean tahu betul bahwa Pengemis Sakti Muka Bopeng atau yang nama
aslinya Gambir Seta adalah kakak kandung Empu Bharata. Dari Kiyai Supit Pramana,
Untung Pararean mengetahui pula bahwa Pengemis Sakti Muka Bopeng itulah yang
telah menyiksa dan merusak mukanya hingga cacat mengerikan seumur hidup! Sudah
sejak lama mendekam dendam kesuma dilubuk hati Untung Pararean terhadap Pengemis
Sakti Muka Bopeng itu, tapi karena jarang turun gunung dia tak mengetahui dengan
jelas di mana tempat kediaman Pengemis Sakti Muka Bopeng tersebut!
"Jadi kalian berempat adalah murid-muridnya Pengemis Sakti Muka Bopeng ..."!"
desis Untung Pararean.
"Nah, sekarang kau mulai mengaku buka kedok, huh"!" tukas Pengemis Kepala Botak.
"Katakan terus terang kalian mau apa"!"
Pengemis Cantik Ayu tertawa tinggi. "Kami hanya akan memberi sedikit pelajaran
pada manusia tak tahu diri macam kau yaitu agar jangan berani-beranian berlaku
kurang ajar terhadap guru kami." jawab Sri Lestari.
"Hem, begitu?" ujar Untung Pararean dengan senyum mengejek dari balik kain
penutup wajahnya. "Aku memang ada urusan yang perlu diselesaikan dengan guru
kalian yang bernama Pengemis Sakti Muka Bopeng itu. Tapi yang patut kalian KARYA
48 BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Kutukan Empu Bharata
ketahui aku bukanlah Si Cadar Hitam!"
"Tak perlu kita bicara panjang lebar!" tukar Pengemis Cantik Ayu.
"Betu1!" sahut Untung Pararean, "cuma perlu kalian ketahui bahwa guru kalian
adalah seorang pengecut. Kalau tidak mengapa dia hendak mengandalkan kalian
berempat menghadapi Si Cadar H itam"!"
"Katakan saja kau tidak punya nyali menghadapi kami berempat!" jawab Pengemis
Cantik Ayu lalu memberi isyarat pada saudara-saudara seperguruannya. Pengemis
Badan Gemuk, Pengemis Badan Kurus dan Pengemis Kepala Botak segera bergerak
sementara Untung Pararean kelihatan tenang-tenang saja tapi sepasang matanya
meneliti posisi ketempat lawan yang bakal dihadapinya.
"Tunggu dulu!" terdengar seruan dari samping kiri. Yang berseru ternyata pemuda
rambut gondrong tadi.
"Kalau kalian berempat hendak mengeroyok orang ini, itu adalah satu kecurangan
yang keliwatan! Bagaimana kalau aku ikut membantunya" Meski tetap curang tapi
kurasa itu lebih baik agar kalau kalian nanti dikalahkannya kalian masih punya
sedikit muka!"
Pengemis Badan Gemuk yang memang sejak tadi sudah marah terhadap si rambut
gondrong ini jadi naik pitam. Tangan kanannya didorongkan ke arah dada si
pemuda. Terdengar suara menderu. Yang diserang melihat datangnya sambutan angin,
mengeluarkan suara bersiul lalu melambaikan tangan kirinya pada saat angin deras
yang keluar dari dorongan tangan Pengemis Badan Gemuk setengah jengkal lagi
hendak menghantam dadanya!
Terjadilah hal yang membuat terkejut Pengemis Badan Gemuk dan saudara-saudara
seperguruannya. Pukulan jarak jauh Pengemis Badan Gemuk bukan saja tak sanggup
mencapai sasarannya tapi disapu demikian rupa hingga menjibak ke samping dan
terus menghantam dinding. Piring-piring dan gelas serta apa saja yang ada di
atas meja itu mencelat berhamburan dengan menimbulkan suara bergrompyangan!
Untung Pararean juga tak kurang terkejut. Pukulan jarak jauh yang dilepaskan
Pengemis Badan Gemuk tadi bukan pukulan sembarangan. Tapi si pemuda rambut
gondrong menyapunya dengan satu lambaian tangan acuh tak acuh bahkan tubuh atau
kakinya tidak bergerak barang sedikitpun! Dan itu dilakukannya sambil tertawa
cengar-cengir! "Sahabat muda," kata Untung Pararean cepat. "Terima kasih atas itikad baikmu
hendak menolongku! Tapi kalau cuma menghadapi lawan-lawan besar mulut macam
mereka ini kurasa aku punya kesanggupan untuk memberi mereka sedikit pelajaran!"
"Anjing kurap edan! Kau makanlah dulu kursi ini!" teriak Pengemis Badan Gemuk.
Dalam sekejap itu pula sebuah kursi laksana kilat cepatnya menyambar ke arah
Untung Pararean.
Selama enam belas tahun menerima pelajaran ilmu silat dan kesaktian dari Kiyai
Supit Pramana telah menjadikan Untung Pararean seorang pendekar yang bukan
sembarangan. Melihat datangnya kursi kayu itu diulurkannya tangan kanannya
dengan jari telunjuk diacungkan lurus-lurus. Dengan mengandalkan jari telunjuk
itu ditahannya salah satu kaki kursi. Ketika jari KARYA
49 BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Kutukan Empu Bharata
telunjuk itu dibengkokkannya sedikit, kursi itu berputar tiga kali berturutturut di ujuny jarinya dan yang lebih hebat lagi ialah ketika Untung Pararean
membentak. "Pergi!" Kursi itu mencelat mental ke arah Pengemis Badan Gemuk
kembali! "Hebat! Hebat sekali!" seru pemuda rambut gondrong memuji kelihayan Untung
Pararean. Di lain pihak Pengemis Badan Gemuk naik pitam bukan main. Kursi yang
kembali menyambar ke arahnya dihantamnya dengan tangan kanan hingga hancur
berantakan. Beberapa kayu pecahan kursi menancap di langit-langit rumah makan!
Tiba-tiba terdengar teriakan nyaring keluar dari mulut Pengemis Cantik Ayu dan
dikejap itu pula Empat Pengemis Pulau Ras serempak menyerbu Untung Pararean
dengan senjata masing-masing.
"Curang!" teriak pemuda rambut gondrong. "Curang!" teriaknya lagi.
Habis berseru demikian Pengemis Cantik Ayu melesat ke hadapan si rambut gondrong
seraya mengiblatkan sepasang golok perak yang sangat tipis di kedua tangannya!
Serangan yang dilancarkan oleh Sri Lestari atau Pengemis Cantik Ayu adalah jurus
yang dinamakan "sinar pelangi pecah di udara".
Golok di tangan kanannya membabat ke batang leher sedang golok di tangan kiri
menderu ke bawah perut pemuda rambut gondrong. Pemuda ini terkejut sekali karena
tak menyangka serangan lawannya demikian hebat dan cepat. Namun karena dia bukan
pula orang sembarangan, dengan melompat sebat ke belakang dia berhasil
mengelakkan serangan hebat itu.
Tapi betapa terkesiapnya dia sewaktu tiba-tiba saja sang dara mengirimkan satu
serangan susulan yang bernama "pelangi menggelung gunung". Sepasang golok perak
yang tadi mengenai tempat kosong kini membalik laksana silangan gunting,
mengancam dada dan pinggang si pemuda!
Pemuda rambut gondrong mengeluarkan siulan nyaring. Lututnya ditekuk. Tubuhnya
merunduk sedang kedua tangannya yang terpentang lurus memukul ke kiri dan ke
kahan. Inilah jurus pertahanan yang sekaligus merupakan gerakan menyerang yang
di namakan "kipas sakti terbuka"!
Sri Lestari merubah kedudukan sepasang golok peraknya agar dapat sekaligus
membabat putus sepasang lengan lawan yang terpentang itu. Namun kagetnya bukan
kepalang sewaktu melihat bagaimana sepasang lengan lawan cepat sekali menyusup
ke bawah, ke arah pergelangan tangannya. Dari pergelangan tangan si pemuda jelas
terasa keluar sambaran angin dingin. Hal ini membuat Sri Lestari menjadi raguragu untuk meneruskan serangannya. Dalam keragu-raguan ini hampir saja lawannya
berhasil memukul lengannya kalau tidak cepat-cepat dia melompat ke belakang!
Untuk sesaat lamanya kedua orarig itu saling bentrokan pandangan. Si pemuda
tersenyum. "Ayo, mari diteruskan! Bukankah kau ingin melenyapkan aku"!"
Pengemis Cantik Ayu melototkan matanya. Namun entah mengapa hatinya bergetar
sewaktu dirasakannya sorotan mata pemuda rambut gondrong itu laksana menembus
sampai ke lubuk hatinya. Namun getaran itu hanya sebentar saja. Sesaat kemudian
Sri Lestari berteriak nyaring, tubuhnya berkelebat lenyap sedang sepasang
goloknya bergulung-gulung hanya merupakan sinar putih. Melihat datangnya
serangan yang luar biasa ini pemuda rambut gondrong tak mau bertindak gegabah.
KARYA 50 BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Kutukan Empu Bharata
Cepat dia memasang kuda-kuda pertahanan yang kokoh dan sesaat kemudian dia sudah
menyerbu ke depan memapasi serangan lawannya!
Sementara itu pertempuran antara Untung Pararean dan ketiga Pengemis Pulau Ras
lainnya berlangsung seru sekali. Lima jurus pertama keadaan seimbang, namun
jurus-jurus selanjutnya kelihatan Untung Pararean mulai menerima tekanantekanan. Yang menyulitkan kedudukan laki-laki ini adalah karena ketiga lawannya memakai
senjata sedang dia sendiri sampai saat itu masih mengandalkan tangan kosong. Di
sini nyatalah bahwa betapapun tingginya ilmu kepandaian Untung Pararean namun
kepandaian ketiga lawannya tidak pula rendah, apa lagi dengan bersenjata begitu
rupa. Jurus demi jurus keadaan Untung Pararean makin terdesak. Beberapa kali
lakilaki ini mengeluarkan pukulan-pukulan saktinya namun semua itu hanya untuk
sekedar mempertahankan diri dari desakan yang semakin gencar. Diamdiam Untung
Pararean mulai keluarkan keringat dingin!
Pemuda rambut gondrong yang tengah menghadapi serangan gencar Sri Lestari masih
sempat melirik dan menyaksikan keadaan Untung Pararean yang berbahaya. Kini dia
tak bisa bertindak main-main dan harus berlaku cepat jika tak ingin laki-laki
bercadar itu, menjadi korban keroyokan. Rumah makan itu bergetar, sendi-sendi
tiang berderik sewaktu dari mulut si pemuda keluar suara bentakan yang
menggeledek! Untuk sejenak semua orang yang ada di situ terkesiap. Sri Lestari
melihat pemuda itu menggerakkan tangan kirinya. Satu gelombang angin yang amat
dahsyat menderu menerpa tubuhnya. Betapapun gadis itu mempertahankan diri dan
mengerahkan tenaga dalamnya, tetap saja tubuhnya terhuyung gontai. Dan sebelum
dia sanggup mengimbangi diri, si pemuda sudah melompat ke hadapannya,
mengulurkan kedua tangannya. Terdengar seruan Sri Lestari.
KARYA 51 BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Kutukan Empu Bharata
11 "SOBAT Bercadar, pakailah golok-golok ini!" seru si rambut gondrong dan sepasang
golok S perak milik Sri Lestari yang berhasil di rampasnya, dilemparkannya ke
arah Untung Pararean. Dengan gada batu pualam yang ada di tangan kanan nya
Pengemis Badan Gemuk coba menyampok kedua golok itu tapi niatnya terpaksa
dibatalkan karena di saat yang sama Untung Pararean menyorongkan kaki kanannya
ke perut laki-laki itu. Sewaktu Pengemis Badan Gemuk menyurut ke belakang guna
menghindarkan tendangan maut Untung Pararean, kesempatan ini dipergunakan oleh
Untung Pararean untuk menyambut kedua golok perak yang melayang di udara.
"Saudara! Awas di belakangmu!" teriak si pemuda rambut gondrong.
Untung Pararean membalik dengan cepat. "Trang"!
Golok perak di tangan kanannya beradu keras dengan gendewa baja yang menjadi
senjata Pengemis Badan Kurus.
Bentrokan itu membuat tangan masing-masing tergetar hebat dan keduanya sama-sama
tersurut beberapa langkah! Nyatalah bahwa kekuatan tenaga dalam mereka berada di
tingkat yang sama. Dalam pada itu Pengemis Badan Gemuk dan Pengemis Kepala Botak
yang bersenjatakan sebuah sabuk hitam telah menyerbu pula ke muka. Pertempuran
yang berlangsung bertambah hebat. Namun kali ini ketiga pengeroyok harus
berhati-hati karena yang mereka hadapi kini adalah Untung Pararean yang sudah
bersenjata yaitu sepasang golok perak perak tipis milik Sri Lestari. Tubuh lakilaki itu lenyap berubah menjadi bayang-bayang. Dan bayang-bayang tubuhnya itu
terbungkus pula oleh sinar putih sepasang golok yang berkiblat kian kemari.
Beberapa kali terdengar suara bentrokan senjata dan berkali-kali pula Pengemis
Badan Gemuk serta kedua saudaranya terpaksa mundur terus menghadapi amukan
Untung Pararean!
Pada waktu Untung Pararean berhasil menyambut sepasang golok yang dilemparkan
pada waktu itu pula Pengemis Cantik Ayu atau Sri Lestari dengan penuh amarah
mendorongkan kedua tangannya ke arah pemuda rambut gondrong.
"Wuss! Wuss!"
Dua larik sinar hitam yang teramat panas menderu ke arah sirambut gondrong.
Itulah pukulan "api hitam" yang sangat ganas. Demikian hebatnya ilmu pukulan itu
hingga Pengemis Sakti Muka Bopeng hanya menurunkannya pada Sri Lestari seja.
Pemuda rambut gondrong kaget sekali karena tak menduga kalau sigadis memiliki
ilmu pukulan hebat demikian rupa.
Cepat-cepat dia membuang diri ke samping. Tapi masih terlambat. Bahu kirinya
kena disambar salah satu larikan sinar hitam.
Pakaian putihnya kejap itu juga dikobari api! Pemuda itu mengeluh pendek dan
cepat-cepat mempergunakan tangan kanannya menepok-nepuk api yang berkobar hingga
akhirnya padam.
Sri Lestari memandang dengan mata terbeliak pada pemuda rambut gondrong itu. Dia
betul-betul tak bisa percaya akan apa yang disaksikannya! Sewaktu ilmu pukulan
itu baru setengah bagian saja dipelajarinya dari Pengemis Sakti Muka Bopeng,
KARYA 52 BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Kutukan Empu Bharata
Lestari pernah mencobanya terhadap sebatang pohon beringin dan pohon itu hangus
hancur dan tumbang berkeping-keping!
Menyaksikan si pemuda hanya bajunya saja yang terbakar hangus dengan kulit bahu
yang sedikit kemerahan akibat pukulan
"api hitam" nya tadi, tentu saja Sri Lestari tak bisa mempercayainya.
Sambil menggosok-gosok kulit bahunya yang merah dan sakit si pemuda rambut
Wiro Sableng 013 Kutukan Empu Bharata di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
gondrong memandang menyorot pada Sri Lestari. Tapi tak sedikitpun pandangan itu
membayangkan amarah atau dendam kesumat, malah kemudian pemuda ini tertawa dan
berkata. "Pukulanmu hebat, gadis! Tapi adalah pengecut menyerang lawan secara membokong!"
"Siapa suruh kau bertindak lengah!" damprat Sri Lestari. "Sudah kebagusan kau
tidak kubikin mampus, hanya kuberi sedikit pelajaran!"
Pemuda itu tertawa gelak-gelak. "Sekarang giliranku pula untuk ganti memberikan
sedikit pelajaran padamu," katanya. Lalu dia berseru. "Awas dadamu!"
Tubuh pemuda tersebut melompat ke muka dan tangan kanannya cepat sekali bergerak ke arah
dada si gadis! Tentu saja Sri Lestari tak mau buah dadanya dijamah seenaknya.
"Pemuda kurang ajar!" bentaknya seraya cepatcepat menghindarkan diri dan dengan
tangan kirinya kembali melepaskan pukulan "api hitam". Tapi si pemuda sudah
lenyap dari arah serangan. Dan tahu-tahu Sri Lestari atau Pengemis Cantik Ayu
merasakan sambaran angin di belakangnya. Cepat gadis ini membalik dan
menghantamkan tangan kanannya. Serangannya itu cuma mengenai tempat kosong,
sebaliknya kulit punggungnya terasa sakit sekali dan detik itu pula tubuhnya tak
bisa digerakkan lagi. Ternyata si pemuda telah berhasil menotok tubuhnya!
"Nah, nah! Sekarang kau berdiri sajalah baik-baik di situ dan jangan banyak
tingkah. Mari kita sama-sama saksikan pertempuran kawan-kawanmu melawan lakilaki itu!"
"Pemuda kurang ajar! Kalau tidak lekas kau lepaskan totokan ini, jangan harap
kau bakal dapat pengampunan dariku!"
mengancam Sri Lestari. Meski sekujur tubuhnya kaku tegang tapi dia masih bisa
bicara karena si pemuda sengaja tidak menotok jalan suaranya.
Si pemuda hanya tertawa gelak-gelak mendengar ancaman itu. Baru saja dia
berpaling hendak menyaksikan pertempuran antara Untung Pararean dengan ketiga
Pengemis Pulau Ras, terdengar pekik Pengemis Kepala Botak. Sabuknya mental ke
udara, tangan kanannya berlumuran darah. Cepat-cepat dia melompat keluar dari
kalangan pertempuran dengan muka pucat pasi!
"Ha ... ha! Untung saja bukan kepala botakmu yang dilalap golok laki-laki itu!"
ejek pemuda rambut gondrong lalu tertawa membahak.
Dalam sakit dan amarah yang bergejolak, Pengemis Kepala Botak jadi kalap. Cepat
dipungutnya sabuknya yang tadi jatuh, laiu menghambur menyerang si pemuda!
Betapapun hebatnya serangan yang dilancarkan namun karena disertai amarah kalap
dengan sendirinya tidak memakai perhitungan yang tepat. Begitu si pemuda
melompat ke samping, akibat pukulan yang KARYA
53 BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Kutukan Empu Bharata
mengenai tempat kosong, Pengemis Kepala Botak tersorong ke depan. Di saat itu
pula si pemuda gerakkan tinju kanannya memukul punggung Pengemis Kepala Botak.
Tak ampun lagi si botak ini jatuh menelungkup dengan keras di lantai rumah
makan, untuk berapa lamanya tak bisa berkutik! Kembali terdengar suara tertawa
pemuda rambut gondrong!
Sementara itu Untung Pararea telah mendesak hebat pengeroyoknya yang kini hanya
tinggal dua orang yaitu Pengemis Badan Gemuk dan Pengemis Badan Kurus. Sepasang
golok putih berkelebat diantara deru gada batu pualam dan gendewa baja.
"Gemuk, agaknya kita tak bakal bisa merobohkan bangsat ini," ujar Pengemis Badan
Kurus dengan ilmu menyusupkan suara.
"Apa rencanamu"!" menanya Pengemis Badan Gemuk yang nafasnya sudah Senin-Kemis
dan pakaian basah oleh keringat.
"Kita tinggalkan saja tempat sialan ini! Kembali ke pulau Ras."
"Kau mau kita mendapat hukuman dari guru?"
Pengemis Badan Kurus terdiam. Lalu dia dapat akal dan cepat-cepat berkata,
"Ceritakan saja Si Cadar Hitam tak datang memenuhi tantangan yang
dijanjikannya!"
Sebenarnya Pengemis Badan Gemuk merasa ragu-ragu. Tapi melihat kenyataan
bagaimana detik demi detik sepasang golok di tangan Untung Pararean semakin
ganas dan berbahaya, merangsek mereka terus menerus, mau tak mau Pengemis Badan
Gemuk menurutkan juga ucapan saudara seperguruannya itu.
Demikianlah, dalam jurus pertempuran yang ke empat puluh dua setelah melancarkan
satu serangan serempak yang hampir tak ada artinya, kedua orang ini melompat
keluar dari kalangan pertempuran. Pengemis Badan Gemuk cepat menyambar Sri
Lestari sedang Pengemis Badan Kurus menyambar si botak yang masih menelungkup
tujuh keliling di lantai rumah makan.
"Pengecut! Kalian mau ke mana"!" bentak pemuda rambut gondrong. Dia hendak
bergerak ke pintu guna menghalangi.
Tapi langkahnya tertahan sewaktu laki-laki bercadar itu di dengarnya berseru,
"Biarkan saja mereka pergi!"
Sesaat kemudian Empat Pengemis Pulau Ras itupun lenyap dari pemandangan.
"Aku tak mengerti mengapa kau membiarkan mereka pergi begitu saja," kata si
pemuda. "Keempatnya menginginkan jiwamu dan yakinlah bahwa pada suatu hari kelak
mereka akan muncul lagi untuk membunuhmu!"
"Soal nanti biar kita pikirkan nanti, sahabat muda. Mari kita duduk dulu
melepaskan dahaga," jawab Untung Pararean lalu duduk di kursi. Si pemuda
menggaruk-garuk kepalanya dan mengambil tempat duduk di hadapan Untung Pararean.
"Terima kasih atas pertolonganmu," kata Untung Pararean sesudah Akik Rono datang
membawakan minuman dan hidangan untuk mereka.
"Lupakan hal itu, sobat. Jawab dulu pertanyaanku apakah kau Si Cadar Hitam atau
bukan"!"
Untung Pararean meneliti paras si rambut gondrong sejenak lalu berkata, "Aku
akan jawab kalau terlebih dahulu kau KARYA
54 BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Kutukan Empu Bharata
menerangkan siapa kau adanya."
"Namaku Wiro. Aku kebetulan saja berada di kota ini."
Untuk kedua kalinya Untung Pararean meneliti paras pemuda di hadapannya.
"Apa kau bukannya Wiro Sableng, orang yang berjuluk Pendekar Kapak Maut Naga
Geni 212"!"
Si pemuda tertawa perlahan.
Untung Pararean dengan serta merta berdiri. Belum sempat dia hendak menjura
memberi hormat pemuda itu sudah menarik tangannya.
"Apa-apaan ini" Lupakan segala macam peradatan. Aku yang muda yang sebenarnya
harus memberi hormat padamu."
"Nama besarmu sudah sejak lama kudengar, Pendekar 212. Meskipun tadi kau
menarangkan kehadiranmu di Linggoprogo ini adalah satu kebetulan, tapi aku tidak
yakin. Di mana kau muncul pasti mempunyai maksud-maksud tertentu. Katakan saja
terus terang. Kita tokh sama-sama dari satu golongan?"
Pemuda rambut gondrong yang memang ada!ah Pendekar 212 Wiro Sableng adanya,
tertawa kecil. "Sebetulnya aku tengah mencari seseorang. Seorang penculik anak perawan!"
"Seorang anak Kepala Kampung telah diculik ?oleh bangsat bermuka iblis bernama
Tunggul Gawegawe, bergelar Iblis Tangan Panjang! Kau pernah dengar tentang dia?"
Untung Pararean mengangguk. "Sudah sangat lama. Sekitar enam belas tahun yang
silam," katanya. Lalu diceritakannya tentang pertempurannya melawan Sepasang
Golok Maut?kepala rampok hutan Dadakan?yang hendak menculik keponakan Sri
Baginda. Ketika penculikan itu digagalkan oleh Untung Pararean, Sepasang Golok
Maut kemudian meminta bantuan Iblis Tangan Panjang. Namun iblis Tangan Panjang
ini pun berhasil dikalahkan oleh Untung Pararean. Penuturan itu mengingatkan
Untung Pararean pada riwayatnya sendiri. Kepada Wiro sama sekali tak
diceritakannya kalau keponakan raja yang ditolongnya adalah perempuan yang
kemudian menjadi istrinya dan selanjutnya mendatangkan penderitaan dalam
kehidupannya. "Menurut penyelidikanku, bangsat penculik itu melewati kota ini. Makanya aku
datang ke sini."
"Manusia macam Iblis Tangan Panjang itu patut dilenyapkan dari muka bumi," ujar
Untung Pararean.
"Sekarang kau terangkanlah dirimu," kata Wiro Sableng sambil meletakkan cangkir
minuman ke atas meja.
"Aku Untung Pararean. Berasal dari Gunung Bromo," menerangkan bekas perwira
kerajaan itu. "Kau belum menjawab pertanyaanku tadi," kata Wiro pula. "Apakah kau sebenarnya
orang yang berjuluk Si Cadar Hitam atau bukan?"
Untung Pararean menggeleng.
"Lantas mengapa kau menutupi wajahmu dengan kain hitam macam begini?"
"Itu tak dapat kuterangkan padamu." jawab Untung Pararean.
Pendekar 212 Wiro Sableng tersenyum. "Apakah kau juga tak bakal menerangkan
kenapa kau mengawatirkan keselamatan KARYA
55 BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Kutukan Empu Bharata
gadis cantik berpakaian pengemis tadi itu?"
Untung Pararean tertegun sejenak. Akhirnya tanyanya, "Sahabat muda, apakah kau
bisa kupercaya?"
Wiro Sableng kerenyitkan kulit kening dan tak menjawab apa-apa sampai akhirnya
Untung Pararean berkata, "Paras gadis itu mengingatkan aku pada seseorang."
"Siapa seseorang itu?" tanya Wiro lagi ingin lebih jelas.
"Istriku. Parasnya sama sekali . . . "
"Dan istrimu sudah meninggal?"
Untung menggeleng. "Dia lenyap enam belas tahun yang silam bersama anakku.
Seorang perempuan. Pertama kali aku melihat wajah gadis tadi hatiku berdebar.
Dan aku mendapat firasat bahwa dia adalah anakku yang lenyap itu . . . . "
"Agaknya kau mempunyai riwayat yang hebat, sobat."
"Bukan hebat, tapi penuh penderitaan lahir bathin," sahut Untung Pararean.
Wiro menatap kain penutup wajah laki-laki dihadapannya seakan-akan coba
menembusi untuk mengetahui wajah yang bagaimanakah sesungguhnya yang tersembunyi
dibalik kain hitam itu.
"Sebenarnya riwayatmu tak ada sangkut pautnya denganku, apalagi kita barusan
saja kenal. Tapi bila kau dapat menuturkan padaku, aku akan gembira sekali."
Untung Pararean tersenyum pahit.
"Lain kali mungkin baru bisa kuceritakan padamu, sobat muda. Aku tak punya waktu
banyak ..."
"Kau mau ke mana?" tanya Wiro cepat.
"Menyusul keempat orang tadi untuk mencari tahu siapa sesungguhnya gadis itu".
"Tapi dia sendiri sudah menerangkan bahwa dia adalah anaknya Pengemis Sakti Muka
Bopeng ..."
Hal itu memang membuat hati Untung Pararean meraqu. Namun nalurinya meyakini
bahwa pengemis Cantik Ayu adalah anaknya. Kalau tidak bagaimana parasnya bisa
begitu persis seperti Sri Kemuning, istrinya yang melarikan diri itu"
"Kalaupun nanti terbukti dia bukan anakku yang lenyap, itu tak jadi apa karena
aku masih rnempunyai maksud lain untuk menyusul Empat Pengemis Dari Pulau Ras
itu. Ada piutang lama yang harus kutagih pada guru mereka yaitu Pengemis Sakti
Muka Bopeng!"
Habis berkata begitu Untung Pararean menjura di hadapan Pendekar 212 Wiro
Sableng lalu meletakkan beberapa mata uang di atas meja dan bertindak ke pintu.
Masih beberapa langkah dia akan mencapai pintu, satu bayangan hitam berkelebat
yang disusul dengan bentakan nyaring membuat rumah makan itu bergetar.
"Manusia bercadar hitam! Kalau kau berani bergerak satu langkah lagi kupecahkan
kepalamu!"
KARYA 56 BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Kutukan Empu Bharata
12 UNTUNG Pararean dan juga Pendekar 212 Wiro Sableng terkejut. Ketika keduanya
memandang ke tengah ruangan kelihatannya seorang laki-laki berbadan tegap,
mengenakan pakaian hitam-hitam berdiri di situ. Wajahnya ditutup dengan sehelai
cadar hitam dan hanya kedua matanya saja yang kelihatan.
"Kau!" seru orang itu seraya menunjuk tepattepat kepada Untung Pararean. "Kau
bangsatnya yang berani-beranian mengenakan cadar seperti yang kupakai layak
menerima hukuman dari aku Si Cadar Hitam!"
Wiro dan Untung Pararean meneliti orang itu dari kepala sampai ke kaki. Ternyata
inilah manusianya yang berjuluk Si Cadar Hitam yang menjadi musuh Pengemis Sakti
Muka Bopeng. "Sayang sekali kau datang terlambat, sobat!" Pendekar 212 Wiro Sableng buka
suara dan membuat Si Cadar Hitam kerenyitkan kening. Sebelum dia meneruskan,
Cadar Hitam sudah membentak.
"Bocah berambut gondrong, katakan apakah kau kerabatnya kunyuk yang satu ini"
Juga katakan apakah kau mau minta hajaran pula"!"
Wiro Sableng tertawa gelak-gelak. "Manusia tak punya malu! Diajak bicara baikbaik jawabannya ngelantur! Pantas kau menutupi tampangmu dengan kain!"
"Dan juga pantas bagimu untuk menerima kematian detik ini juga!" teriak Si Cadar
Hitam marah. Lalu tangan kanannya didorongkan dan serangkum angin yang amat
dingin menderu ke arah Wiro Sableng! Murid Eyang Sinto Gendeng dari Gunung Gede
tertegun sejenak. Tubuhnya terasa dingin laksana dikubur dalam salju, padahal
angin serangan masih beberapa langkah di depannya! Dia cepat melompat kesamping
tapi aneh! Kedua kakinya kaku tegang tak dapat digerakkan! Wiro sadar bahwa
dirinya telah dipukau oleh hawa dingin yang keluar dari angin pukulan lawan! Dia
membentak keras dan tangan kanannya cepat-cepat memegang hulu Kapak Naga Geni
212 di balik pakaian. Detik itu juga hawa hangat mengalir dari hulu kapak ke
sekujur tubuhnya, membuat sirna hawa dingin yang sebelumnya hampir saja membuat
dia celaka! "Wuss!"
Angin pukulan lawan lewat di depan dada Pendekar 212 Wiro Sableng pada saat
pemuda ini berhasil mengelak dengan melompat ke belakang. Di belakang sana
terdengar suara gaduh akibat bobolnya dinding rumah makan dihantam pukulan Si
Cadar Hitam itu!
Si Cadar Hitam tidak menyangka kalau si pemuda akan sanggup menyelamatkan diri
begitu rupa! Sementara dia berdiri terkesiap dengan mata melotot, Wiro Sableng
berseru lantang,
"Terima kasih atas keramah tamahanmu dalam serangan tadi! Kuharap kau juga sudi
menerima hadiah balasan dariku!"
Habis berkata begitu Wiro Sableng mengerahkan tiga perempat bagian tenaga
dalamnya ke tangan kanan lalu secepat kilat KARYA
57 BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Kutukan Empu Bharata
tangan itu di putar di atas kepala dan dipukulkan ke depan! Suara laksana angin
puyuh menderu menggetarkan rumah makan itu. Kursi-kursi berpelantingan, meja
terguling. Lampu minyak mencelat menghantam dinding. Untung Pararean merapat ke
dinding agar tubuhnya jangan sampai terpelanting!
Si Cadar Hitam yang berdiri di tengah ruangan segera mengerahkan sebagian tenaga
dalamnya ke kaki. Tubuhnya laksana patung batu. Namun ketika Wiro menghantamkan
tangannya ke depan tubuh Si Cadar Hitam menjadi gontai. Di lipat gandakannya
tenaga dalamnya. Kedua tangan dengan serentak dipukulkan ke depan untuk
menangkis serangan Wiro. Tapi Si Cadar Hitam masih ketinggalan jauh dalam hal
tenaga dalam hingga betapapun dia mempertahankan diri, begitu pukulan
"angin puyuh" yang dilepaskan Wiro Sableng menghantam dirinya, tak ampun lagi
manusia ini terpelanting dan terbanting menelentang di lantai!
"Jangan tidur ngorok di situ, sobat! Kalau Empat Pengemis Pulau Ras datang
kembali ke sini kau bisa berabe. Ayo lekas bangkit!"
Kedatangan Si Cadar Hitam ke situ memang untuk menemui Pengemis Sakti Muka
Bopeng yang telah ditantangnya satu tahun yang lewat. Mendengar disebutnya nama
Keempat murid Pengemis Muka Bopeng dan di tambah dengan kemarahan yang membakar
dadanya, Si Cadar Hitam kontan melompat. Entah kapan dia menggerakkan tangannya
tapi tahu-tahu di tangan kanannya kini sudah tergenggam sebuah senjata yang
berbentuk aneh.
Senjata itu terbuat dari besi hitam legam berbentuk tombak yang pada kedua
ujungnya terdapat lingkaran tipis yang amat tajam. Karena bentuknya yang hebat
maka senjata itu dapat dipergunakan sebagai toya dan pedang. Bahkan bila bagian
lingkaran sampai masuk ke kepala seseorang, jangan harap bisa selamat dari
kematian! Bentuk dan sinar hitam yang memancar dari senjata itu membuat Pendekar 212 Wiro
Sableng segera bersiap-siap menerima serangan. Dia tahu senjata di tangan lawan
hebat dan berbahaya.
"Bangsat gondrong, lekas keluarkan senjatamu! Kalau tidak kau akan mampus dalam
dua tiga jurus saja!"
Wiro ganda tertawa. Diambilnya sebuah kursi lalu katanya, "Biar aku menghadapimu
dengan kursi ini saja, Cadar Hitam!"
Wiro Sableng 013 Kutukan Empu Bharata di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Si Cadar Hitam menggeram marah. Tak pernah dia menerima penghinaan yang begitu
hebat. Rahang-rahangnya menggembung.
"Wiro! Biar aku yang menghadapinya!" tiba-tiba Untung Pararean berseru.
"Ah, biar serahkan saja manusia sombong ini padaku," sahut Wiro.
"Majulah berdua agar aku tidak banyak membuang tenaga untuk membunuh kalian!"
bentak Si Cadar Hitam. Habis membentak demikian dia melompat ke muka. Senjatanya
berkiblat ganas dan sekaligus menyerang ke arah leher Wiro Sableng serta Untung
Parerean! Mereka yang diserang lekas-lekas melompat menyelamatkan diri. Begitu serangan
lewat, Untung Pararean segera mengambil sepasang golok milik Pengemis Cantik Ayu
sedang Wiro Sableng membabatkan kursi ke pinggang lawan. Dengan satu gerakan
KARYA 58 BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Kutukan Empu Bharata
sebat Si Cadar Hitam membalik. Kembali senjatanya berkelebat dan tiga buah kaki
kursi yang dipakai menyerang oleh Wiro terbabat putus!
Si Cadar Hitam tidak kepalang tanggung. Serangan-serangan yang dilancarkannya
datang bertubi-tubi. Sengaja dikeluarkannya jurus-jurus silatnya yang paling
hebat agar dapat membuktikan omong besarnya tadi yaitu akan membereskan Wiro
Sableng dalam dua atau tiga jurus saja. Tapi sewaktu pertempuran memasuki jurus
kelima yang bisa dilakukan Si Cadar Hitam hanyalah membabat putus badan kursi
yang di tangan Wiro hingga kini Pendekar 212 hanya memegang sandaran kursi yang
sudah sangat pendek saja!
Meski mengawatirkan keselamatan si pemuda namun sebagai orang yang berpegang
teguh pada tatakrama dunia persilatan, Untung Pararean tetap berdiri di
tempatnya tak mau membantu Wiro mengeroyok Si Cadar Hitam. Walau demikian
diusahakannya melemparkan sepasang golok di tangannya ke arah Wiro Sableng. Tapi
di tengah jalan Si Cadar Hitam berhasil membabat mental dan patah kedua golok
itu dengan senjatanya!
Jurus demi jurus serangan Si Cadar Hitam semakin dahsyat. Dengan memainkan ilmu
silat "orang gila" Wiro berhasil mempertahankan diri dan sekalikali melepaskan
pukulan jarak jauh yang membuat lawannya bertindak sangat hati-hati.
Ketika dua puluh jurus sudah berlalu dan beberapa kali hampir saja dirinya kena
dihantam oleh senjata lawan yang dahsyat, Wiro Sableng mulai mengeluarkan ilmuilmu pukulan simpanannya!
Ilmu pukulan "angin puyuh" tak sanggup menembus angin senjata di tangan Si Cadar
Hitam, demikian juga pukulan
"kunyuk melempar buah" dan "benteng topan melanda samudera". Hal ini membuat
Pendekar 212 Wiro Sableng menjadi penasaran. Apalagi ketika didengarnya si Cadar
Hitam berseru mengejek. "Ayo keluarkan semua ilmu simpananmu agar kau tidak
mampus penasaran!"
"Jangan keliwat sumbong, sobat! Coba kau sambut pukulan yang bernama "dewa topan
menggusur gunung ini!"
Wiro mendorongkan kedua tangannya ke depan. Dan terjadilah hal yang hebat luar
biasa! Dari kedua telapak tangan Pendekar 212 Wiro Sableng menderu gemuruh suara
angin. Si Cadar Hitam membabatkan senjatanya ke depan beberapa kali untuk
memusnahkan angin serangan. Namun kali ini senjata itu tidak mampu berbuat suatu
apapun! Tubuh Si Cadar Hitam terlempar ke belakang, rubuh terguling-guling,
senjatanya lepas dari tangan. Sesaat kemudian menyusul gemuruh robohnya rumah
makan itu! Sebelum sebuah balok besar menimpa kepalanya, Pendekar 212 Wiro
Sableng cepat melompat keluar dari rumah makan itu! Dia sampai di luar tepat
ketika seluruh bangunan rumah makan roboh dengan dahsyatnya. Puluhan orang di
pelabuhan yang melihat kejadian itu sama-sama mengeluarkan seruan dan ber{ari
mendatangi sementara Akik Rono di pemilik rumah makan yang juga sempat
menyelamatkan diri, berdiri menyaksikan runtuhnya rumah makannya dengan tubuh
menggigil dan wajah seputih kertas!
Wiro memandang berkeliling. Untung Pararean dan Si Cadar Hitam tak kelihatan.
Kawatir kalau-kalau Untung Pararean tertimpa runtuhan rumah makan, Wiro
menyelidik dengan cepat. Tapi laki-laki itu tak di temuinya. Si Cadar Hitampun
lenyap KARYA 59 BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Kutukan Empu Bharata
tak berbekas bersama senjatanya. Akhirnya perhatian murid Eyang Sinto Gendeng
ini kembali pada Akik Rono. Wiro merutuki ketololan dirinya sendiri karena telah
melepaskan pukulan "dewa topan menggusur gunung" tadi yang menyebabkan ambruknya
rumah makan Akik Rono. Sebenarnya dia bisa mempergunakan ilmu pukulan lain atau
jurus tipuan untuk merebut senjata lawan lalu baru memberi hajaran. Tapi, karena
dipengaruhi rasa penasaran dia telah melepaskan pukulan dahsyat yang
dipelajarinya darl Tua Gila.
Sampai di hadapan Akik Rono, dari batik pakaiannya Wiro mengeluarkan sebuah
kantong kain berisi uang. Diulurkannya tangannya memberikan kantong uang itu
pada pemilik rumah makan seraya berkata, "'Ini untuk modal dan membangun rumah
makanmu!". Habis berkata begitu pemuda ini segera berkelebat meninggalkan tempat
itu. Akik Rono berdiri bengong di tempatnya. Tapi hatinya terlipur oleh
sekantong uang yang kini berada dalam tangannya.
KARYA 60 BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Kutukan Empu Bharata
13 PENDEKAR 212 Wiro Sableng berdiri di puncak pedataran tinggi itu, memandang
berkeliling. Menurut penyelidikannya, Tunggul Gawegawe alias Iblis Tangan
Panjang yang tengah dikejarnya melarikan diri ke jurusan pedataran itu. Tapi
sampai di tempat tersebut tak satu jejakpun yang ditemui Wiro. Pengejarannya
menemui jalan buntu.
Ke mana akan diteruskannya pengejaran" Dan sebelum dia berhasil menemui Iblis
Tangan Panjang mungkin laki-laki itu telah lebih dahulu merusak kehormatan
Wening Karsih, anak gadis Kapala Kampung yang diculiknya.
Ketika dia memandang ke langit, matahari telah jauh ke barat dan warnanya
kemerahan. Dalam waktu yang singkat segera akan tenggelam. Berdiri di puncak
pedataran itu Wiro teringat pada Untung Pararean. Dia yakin sekali bahwa lakilaki itu menyusul Empat Pengemis Pulau Ras. Dalam hatinya, Wiropun berniat untuk
mengikuti Untung Pararean. Namun langkahnya terhalang dengan persoalan Wening
Karsih. Akhirnya tanpa ada pegangan ke mana dia harus menuju, Wiro Sableng
meninggalkan puncak pedataran itu ke arah barat.
Di kaki pedataran tinggi dia bertemu dengan satu desa yang cukup ramai
penduduknya. Setelah mengisi perutnya di sebuah kedai Wiro berusaha mencari
keterangan tentang orang yang di kejarnya. Tapi tak satu orang pun yang tahu
mengenai diri Iblis Tangan Panjang ataupur, gadis yang diculiknya. Malam itu
juga Wiro meninggalkan desa tersebut. Di ujung sebuah daerah pesawangan yang
dihiruki oleh suara jangkrik dan segala macam binatang malam dilihatnya satu
nyala api. Setelah berpikir sejenak Wiro Sableng memutuskan untuk menuju ke arah
nyala api itu. Lewat sepeminum teh Wiro telah berada kirakira seratus langkah dari nyala api
yang nyalanya berasal dari sebuah kuil tua yang atapnya di bagian depan tampak
miring hampir ambruk. Dari jarak itu pulalah pendekar ini mendengar suara orang
menyanyi. "Siapa pula yang bernyanyi malam-malam di tempat sepi begini?" pikir Wiro dalam
hati dan sambil mempercepat larinya.
Malam hari berjalan seorang diri,
Tanpa tujuan di dalam hati.
Melewati bekas kuil suci,
Tempat pertemuan tak terduga terjadi.
Begitulah bunyi kata-kata nyanyian tersebut yang diulang-ulang sampai beberapa
kali. Dan setiap habis satu bait kalimat, terdengar suara kerontang kaleng. Wiro
Sableng sampai di pintu kuil. Di ruangan depan yang sangat kotor menyala sebuah
lampu aneh atau tepatnya sebuah obor kecil. Obor itu terbuat dari sebatang pohon
kayu hitam yang ditancapkan ke lantai kuil KARYA
61 BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Kutukan Empu Bharata
yang terbuat dari batu. Jika bukan seseorang yang berkepandaian tinggi adalah
mustahil sebatang kayu bisa ditancapkan begitu rupa. Pada ujung kayu yang
menancap itu menyalakan api yang menerangi ruangan tersebut. Tepat di belakang
nyala api, duduk bersila seorang laki-laki berpakaian compang-camping. Kedua
matanya terpejam. Di pangkuannya terletak sebuah buntalan, sebatang tongkat dan
sebuah topi daun pandan. Di tangan kanannya ada sebuah kaleng rombeng berisi
batu-batu. Dari mulutnya masih juga keluar nyanyian yang setiap satu bait diseling dengan
suara kerontang-kerontang kaleng berisi batu-batu itu.
Wiro masuk ke dalam. Berdiri di hadapan orang itu beberapa langkah baru
diketahuinya bahwa kedua mata yang terpejam itu nyatanya buta! Tiba-tiba Wiro
ingat bahwa dia pernah berjumpa dengan orang ini tapi lupa entah di mana.
Setelah memutar otaknya Wiro ingat juga bahwa orang tersebut adalah tukang
tenung Si Segala Tahu yang pernah menolongnya beberapa waktu yang lalu.
"Segala Tahu, aku gembira bertemu dengan kau," tegur Wiro dengan girang karena
pada orang ini pasti dia bisa mendapat keterangan di mana Iblis Tangan Panjang
berada. Orang yang bernyanyi menghentikan nyanyinya. Dikerontang-kerontangkannya kaleng
rombengnya beberapa kali lalu menengadah ke langit-langit kuil.
"Mendengar suaramu apakah kau bukannya Si Sableng yang pernah berjumpa denganku
beberapa waktu yang lalu"!" Meski buta nyatanya dari suara Wiro Sableng, Si
Segala Tahu masih dapat menduga siapa yang berdiri di hadapannya.
"Ah, benar sekali! Pertemuan yarrg tak terduga ini sangat menggembirakanku.
Kebetulan aku berada dalam kesulitan."
"Baru bertemu sudah bicara tentang segala macam kesulitan!"
Wiro Sableng garuk-garuk kepalanya dan tersenyum pahit, lalu berkata, "Soalnya
aku harus bertindak cepat, Segala Tahu."
"Kau mencari seseorang pasti!"
"Betul sekali. Namanya Tunggul Gawegawe, bergelar IbIisTangan Paryjang. Diatelah
menculik ..."
"Sudah, sudah! Aku sudah maklum. Kau tunggulah sebentar". Si Segala Tahu
mengerontangngerontangkan kaleng rombengnya beberapa kali lalu menepekur dengan
mulut terkatup rapat-rapat. Tak lama kemudian dia pun berkata: "Kau agak
terlambat Sableng! Orang yang diculik sudah tak ada lagi di tangan Iblis Tangan
Panjang ..."
"Mohon petunjukmu lebih lanjut, Segala Tahu."
"Kau pergilah ke utara. Jika bertemu sungai yang bercabang dua kelak kau akan
menjumpai Iblis Tangan Panjang di situ"
"Di manakah gadis yang diculik itu kini" Apakah dia berada dalam keadaan
selamat?" tanya Wiro Sableng.
"Aku tak bisa memberi keterangan lebih lanjut. Pergi ke utara, cari anak sungai
bercabang dua!" Habis berkata begitu Si Segala Tahu kembali menggerak-gerakkan
tangan kanannya yang memegang kaleng. Kemudian dengan tangan kirinya ditepuknya
lantai kuil. Hebatnya, tenaga tepukan itu membuat tubuh Si Segala Tahu yang
masih dalam keadaan bersila itu melayang ke pintu. Wiro Sableng mengejar, tapi
Si Segala Tahu sudah lenyap di kegelapan malam. Pendekar 212 Wiro Sableng KARYA
62 BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Kutukan Empu Bharata
hanya bisa geleng-geleng dan garuk-garuk kepala!
Sepanjang malam itu Wiro Sableng terus berlari menuju ke utara. Menjelang dini
hari dia sampai ke sebuah pedataran tinggi yang di bawahnya terbentang sebuah
lembah. Di bawah penerangan bintang-bintang yang redup, sepasang mata Pendekar
212 Wiro Sableng yang tajam dapat melihat sebuah sungai yang bercabang dua.
Tanpa ragu-ragu pemuda ini segera berlari menuruni lembah, dan sampai tepat di
bagian lembah di mana sungai bercabang dua.
Udara dini hari dinginnya bukan alang kepalancl. Sunyi dan kegelapan menyelubung
di mana-mana. Wiro Sablqng memandang berkeliling.
"Edan!" makinya dalam hati. "Mana mungkin di keparat Iblis Tangan Panjang itu
bisa kujumpai di sini!"
Baru saja dia memaki begitu rupa mendadak kesunyian malam dirobek oleh suara
kerontang-kerontang kaleng! Pendekar 212 Wiro Sableng melengak dan memandang
berkeliling. Astaga! Kiranya Si Segala Tahu! Entah dari mana dia muncul. Saat
itu dia kelihatan berjalan seenaknya menyusuri anak sungai yang sebelah kanan
sambil mengerontang-ngerontangkan kalengnya!
Wiro cepat bergerak dan sebentar saja dia sudah berada di samping laki-laki itu.
"Tempat ini sunyi belaka! Di mana aku bias menemui Iblis Tangan Panjang. Mohon
petunjukmu, Segala Tahu!".
Si Segala Tahu tertawa macam kuda meringkik. Sambil terus berjalan dia
bernyanyi: Lembah tempat sungai bercabang dua,
Sepanjang malam tentu sepi belaka.
Mencari Iblis tentu bukan dengan mata,
Siapa suruh tidak pasang telinga.
Wiro terkesiap mendengar tutur nyanyian itu. Memang sewaktu menyelidik tadi dia
lebih mengutamakan mata dari pendengarannya. Segera Wiro Sableng membuka jalan
pendengarannya lebih tajam. Terdengar suara tiupan angin dinihari yang dingin.
Terdengar alunan air sungai yang mengalir. Terdengar suara binatang malam di
kejauhan dan tiba-tiba ... terdengar suara helaan nafas!
"Aku mendengar suara orang menarik nafas!" bisik Wiro pada Si Segala Tahu. Tapi
ketika dia menoleh ke samping, astaga!
Si Segala Tahu sudah tak ada lagi di sebelahnya! Lenyap seperti ditelan bumi!
Wiro memandang berkeliling, mencari arah datangnya suara helaan nafas itu. Kalau
ada seseorang di situ yang sedang tidur tentu suara kerontang-kerontang kaleng
Si Segala Tahu sudah membangunkannya sejak tadi, pikir Wiro. Telinganya semakin
dipasang. Sesaat kemudian kembali di dengarnya suara helaan nafas, lalu sunyi.
Tiba-tiba menggeledek suara bentakan dan sebuah benda meluncur ke arah
tenggorokan Pendekar 212 Wiro Sableng!
"Keparat sialan!" maki Wiro kaget bukan main tapi masih sempat bergerak
mengelakkan senjata rahasia yang hampir saja KARYA
63 BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Kutukan Empu Bharata
merampas jiwanya. Baru saja selamat, dua buah senjata rahasia lagi menyambar ke
arahnya, yang dua inipun dapat dikelit. Dari jurusan datangnya senjata-senjata
rahasia tersebut Pendekar 212 Wiro Sableng segera tahu di mana sipenyerang gelap
berada. Tanpa tunggu lebih lama Wiro memukulkan tangan kanannya ke arah cabang pohon
besar yang terletak delapan tombak di samping kanannya.
"Kraak!"
Cabang pohon yang besar itu patah dan tumbang dengan mengeluarkan suara berisik
di hantam pukulan "kunyuk melempar buah". Di kejap itu pula satu bayangan hitam
berkelebat ke cabang pohon yang lain. Namun Wiro lebih cepat.
Sebelum sosok tubuh sempat menjejakkan kakinya di cabang pohon, Wiro telah
menghantam lagi pohon itu hingga si penyerang gelap terpaksa cepat-cepat turun
ke tanah. Sementara itu di timur fajar telah menyingsing. Cuaca di dalam lembah mulai
terang dan Wiro segera dapat mengenali orang di depannya yang bukan lain Si
Iblis Tangan Panjang yang tengah dicari-carinya.
"Iblis! Kalau sayang pada jiwa busukmu, lekas beri tahu di mana gadis anak
Kepala Kampung yang kau culik itu berada"!"
bentak Pendekar 212.
Iblis Tangan Panjang melototkan matanya yang cuma satu lalu mendengus.
"Tanyalah pada setan-setan dalam lembah ini!"
Wiro menggeram. "Katau begitu biar roh busukmu yang kusuruh menanyakan!"
Pendekar 212 berkelebat sambil memukulkann tangan kanannya ke depan.
Ibiis Tangan Panjang menangkis dengan satu pukulan tangan kosong yang tak kalah
hebatnya hingga ketika pukulan-pukulan tersebut saling bentrokan terdengarlah
suara seperti letusan dan beberapa pohon yang terserempet angin pukulan kontan
ambruk! Wiro tak mau memberi angin dan harus lekas mengetahui di mana Wening Karsih
berada. Karenanya dia langsung menyerang dengan jurus-jurus terhebat dari ilmu
silat yang dipelajarinya dari Eyang Sinto Gendeng. Iblis Tangan Panjang menjadi
sangat sibuk. Untung saja dia memiliki ilmu mengentengkan tubuh yang sudah
mencapai tingkat tinggi, kalau tidak niscaya dalam tiga jurus pertama dirinya
sudah kena gebuk!
Iblis Tangan Panjang segera menyadari bahwa pemuda berambut gondrong itu
bukanlah tandingannya. Karenanya siang-siang dia sudah mengeluarkan senjatanya
Wiro Sableng 013 Kutukan Empu Bharata di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
yang baru yakni sebuah tombak bermata dua dan sebentar saja sinar senjafa itu
sudah menderu mengurung tubuh Wiro Sableng!
Memasuki jurus kelima di mana Iblis Tangan Panjang mengirimkan serangan total
habis-habisan, Wiro berseru nyaring, "Iblis! Cukup kau mencak-mencak sampai di
sini!" Tubuh pemuda itu lenyap dari hadapan Iblis Tangan Panjang dan sebelum Iblis
Tangan Panjang tahu di mana lawannya berada, satu pukulan telah menghantam
punggungnya! Tak ampun lagi manusia berkulit hitam legam ini mencelat dan KARYA
64 BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Kutukan Empu Bharata
terguling di tanah. Tulang punggungnya yang sebelah kiri hancur dan sakit bukan
main. Tombaknya terlepas mental entah ke mana. Dengan sempoyongan Iblis Tangan
Panjang berdiri dan hendak melarikan diri. Namun satu jambakan pada rambutnya
yang keriting macam bulu domba itu membuat dia tak bisa bergerak satu tindakpun.
Kemudian satu tamparan keras melanda pipinya membuat telinganya pekak berdesing
dan bibirnya pecah berdarah. Iblis Tangan Panjang menjadi kalap dan dengan
membabi buta menerjang sekerasnya ke depan.
"Kraak!"
Terdengar pekik Iblis Tangan Panjang. Tulang kering kaki kanannya patah. Yang
menjadi sasaran tendangannya ternyata bukan Pendekar 212 Wiro Sableng melainkan
sebatang pohon yang melintang tumbang! Wiro sendiri yang menjambaknya dari
belakang tertawa gelak-gelak.
"Ayo tendanglah lagi biar kedua kakimu patah!" kata Wiro dan sekali lagi
ditamparnya muka Iblis Tangan Panjang hingga manusia itu menjerit kesakitan. Dia
berusaha untuk dapat memukul atau menyikut Wiro Sableng tapi sedikit saja
bergerak rambutnya yang dijambak laksana mau terbongkar dari kulit kepalanya.
"Cepat terangkan di gadis itu!" bentak W i ro.
"Sampai mampuspun aku tak bakal menerangkan!" jawab Iblis Tangan Panjang keras
kepala. "Kalau begitu aku akan bikin kau setengah mampus setengah hidup!"
"Kraak"!
Wiro membetot putus tangan kiri Iblis Tangan Panjang. Jeritan Iblis Tangan
Panjang seperti mau merobek langit di pagi hari itu! Satu tangan yang lain dari
laki-laki itu segera dicekal pula oleh Wiro, siap untuk dibetot. "Masih belum
mau kasih keterangan"!"
"Puah!" Iblis Tangan Panjang meludah.
"Keparat! Makan ini!" teriak Wiro marah, tinju kanannya melanda mulut Iblis
Tangan Panjang. Beberapa buah giginya tanggal, bibirnya pecah Tapi Iblis Tangan
Panjang masih tetap keras kepala dan beringas. Meronta-ronta dan memukul-mukul
kian kemari. "Iblis celeng! Kalau matamu yang tinggal satu ini kukorek baru kau tahu rasa!"
Mendengar ancaman itu, Iblis Tangan Panjang kini benar-benar ketakutan. Cepat
dia berteriak ketika Wiro hendak menotok mata kanannya.
"Jangan! Aku akan terangkan! Aku akan terangkan!"
"Terangkan lekas!" bentak Wiro sambil menyentakkan rambut Iblis Tangan Panjang.
"Gadis itu kujual pada Adipati Blabak ..."
"Dusta!"
"Demi bapak moyang setan aku tidak dusta!" Wiro menotok tubuh Iblis Tangan
Panjang. KARYA 65 BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Kutukan Empu Bharata
"Untuk sementara biarlah kau kaku tegang di sini. Jika kau dusta aku akan
kembali untuk mengorek matamu! Jika kau ternyata bicara betul, dua hari di muka
totokan itu akan terlepas dan kau boleh pergi ke mana suka!"
"Tapi aku akan mati kelaparan selama dua hari itu!" teriak Iblis Tangan Panjang.
"Kau tokh turunan iblis. Minta saja makanan pada iblis-iblis penghuni lembah
ini!" jawab Wiro Sableng. Lalu sambil tertawa bergelak di tinggalkannya tempat
itu. Karena Blabak tidak jauh dari situ maka dalam tempo singkat Wiro Sableng telah
sampai di situ. Dia memasuki Kadipaten dengan melompati tembok belakang. Dari
seorang pelayan yang diringkusnya dia berhasil mengetahui di kamar mana Wening
Karsih di tempatkan. Menurut pelayan itu Wening Karsih di antarkan oleh Iblis
Tangan Panjang ke Kadipaten Blabak lewat tengah malam tadi. Pelayan itu memberi
kepastian pula bahwa tidak terjadi apa-apa atas din si gadis karena istrinya
sendiri yang mengawani Wening Karsih semalaman hari. Tanpa menunggu lebih lama
Wiro segera masuk ke dalam gedung Kadipaten.
Sesaat kemudian pemuda itu keluar melompbt dan jendela sebuah kamar dan di
bahunya memanggul sosok tubuh seorang gadis. Di halaman samping dia dipergoki
oleh dua pengawal yang segera berteriak memberi tahu kawan-kawannya. Cepat
sekali Wiro sudah dikurung oleh empat orang prajurit Kadipaten. Namun tentu saja
keempatnya bukan tandingan pemuda itu.
Dengan hanya mengandalkan kaki kanannya saja, Wiro berhasil membuat ke empat
prajurit itu tergelimpang di tanah. Dan pada saat Adipati Blabak sampai di
tempat itu Wiro telah lenyap bersama Wening Karsih.
KARYA 66 BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Kutukan Empu Bharata
14 SESAMPAINYA di tepi Pantai, Untung Pararean mendadak merasakan keraguan dalam
hati nya. Jika betul Pengemis Cantik Ayu adalah anakku yang lenyap sekitar enam
belas tahun yang lalu apakah dia kelak akan mau mengakui diriku sebagai ayah
kandungnya, pikir Untung Pararean. Namun karena banyak pertanyaan yang harus
diusahakannya jawabnya dan mengingat pula bahwa Pengemis Sakti Muka Bopeng
adalah musuh besar yang telah membuat cacat dirinya seumur hidup berada di Pulau
Ras akhirnya Untung Pararean menetapkan hatinya dan meneruskan niatnya untuk
pergi ke pulau tersebut.
Dengan sebuah perahu sewaan Untung Pararean menyeberang dan sampai di pulau
tujuannya sewaktu malam berganti dengan pagi. Tempat kediaman Pengemis Sakti
Muka Bopeng yang keseluruhannya terbuat dari bambu kuning adalah satu-satunya
bangunan di Pulau Ras dan dengan mudah dapat ditemui oleh Untung Pararean. Dia
merasa heran ketika mendapatkan bangunan yang besar itu kosong melompong. Tak
satu orangpun ada di dalamnya.
"Pada ke mana mereka" Mustahil Empat Pengemis Pulau Ras belum sampai ke sini,"
demikian pikir Untung Pararean. Dia tak tahu kalau Pengemis Sakti Muka Bopeng
dan keempat orang murid serta istrinya telah meninggalkan Pulau itu beberapa
waktu yang lalu.
Sewaktu Pengemis Cantik Ayu dan saudara-saudara seperguruannya kembali dan
menceritakan apa yang terjadi di rumah makan Atik Rono, bukan main marah dan
kesalnya Pengemis Sakti Muka Bopeng.
"Kalian betul-betul memberi malu aku di kalangan persilatan! Apa yang kutugaskan
tak berhasil kalian lakukan! Dan seorang pemuda jembel yang tak dikenal tak
mampu kalian hadapi!! Terpaksa aku sendiri yang harus turun tangan!"
Itulah sebabnya ketika Untung Pararean tiba di Pulau Ras dia tidak menemui siapa
pun. Untung Pararean masuk ke dalam rumah untuk menyelidik. Baru saja dia hendak
memasuki sebuah kamar tiba-tiba di halaman luar terdengar bentakan nyaring.
"Bangsat rendah dari mana yang berani mengotori rumahku"!"
Untung Pararean terkejut. Cepat dia melompati sebuah jendela dan tiba di halaman
samping. Enam orang dilihatnya berlari ke pintu muka. Tapi begitu melihat
Pararean di halaman samping ke enamnya segera memutar lari mereka dan sesaat
kemudian sudah berdiri mengurung bekas perwira kerajaan itu.
Sepintas lalu hampir saja Pengemis Sakti Muka Bopeng mengira laki-laki itu
adalah Si Cadar Hitam. Sewaktu diperhatikannya lebih teliti segera dia tahu
bahwa manusia bercadar kain hitam itu bukanlah musuh lamanya. Tapi adalah aneh
kalau orang tak dikenal ini mengenakan kain hitam penutup mukanya. Mungkin dia
masih ada sangkut paut dengan Si Cadar Hitam" Di lain pihak Untung Pararean
merasakan sekujur tubuhnya bergetar ketika dia mengenali perempuan separuh baya
berkulit hitam manis dan berparas jelita di samping Pengemis Sakti Muka Bopeng
bukan lain adalah Sri Kemuning, istrinya yang telah melarikan diri pada enam
belas tahun yang silam! Dengan demikian satu kenyataan yang sebelumnya cuma
menjadi KARYA 67 BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Kutukan Empu Bharata
dugaannya belaka, kini terbukti. Pengemis Cantik Ayu adalah anak kandungnya
sendiri! Hati Untung Pararean berdebar ketika dia ingat ucapan Pengemis Muka
Bopeng adalah ayahnya! Apakah Sri Kemuning telah menjadi istri musuh besarnya
itu" Betul-betul ini membuat perih hati Untung Pararean.
Sri Kemuning sendiri merasa aneh sewaktu pandangan matanya beradu dengan
pandangan sepasang mata laki-laki yang wajahnya tersembunyi dibalik kain hitam
itu. Sri Lestari atau Pengemis Cantik Ayu tak berani menerangkan bahwa laki-laki
bercadar itu adalah orang yang mereka telah temui di rumah makan Akik Rono
karena takut kedustaan mereka akan terbuka.
"Bangsat bercadar! Siapakah kau"! Apa punya nyawa rangkap hingga berani datang
ke sini mengotori pulau dan rumahku"!.
Untung Pararean tak ingin bekas istri dan anaknya mengetahui siapa dia
sebenarnya. Karena itu dia tak mau menjawab pertanyaan Pengemis Muka Bopeng
dengan terus terang.
"Muka Bopeng, rupanya matamu masih belum begitu tajam hingga tak dapat mengenali
siapa aku adanya! Aku tidak sudi menerangkan tentang diriku pada manusia macam
kau! Antara kita ada semacam hutang piutang yang harus dilunaskan hari ini!
Nyawamu atau nyawaku!".
Meskipun rasa-rasa sudah pernah mendengar suara laki-laki bercadar itu
sebelumnya namun Pengemis Sakti Muka Bopeng tak dapat menerka siapa orang di
depannya itu. Di samping itu ucapan Untung Pararean tadi membuat dia menjadi
sangat marah. Setelah lebih dulu mendengus marah dia berkata, "Mataku memang tidak mampu
mengenali tampang yang kau sembunyikan di balik kain hitam itu! Tapi tangankulah
yang bakal menyingkapkan kain itu! Lihat!"
Pada akhir kata-katanya, Pengemis Sakti Muka Bopeng berkelebat lenyap dan tahutahu tangan kanannya menyambar ke muka Untung Pararean! Kaget bekas Perwira
Kerajaan ini bukan kepalang. Tidak disangkanya ka1au lawannya akan bergerak
demikian cepat. Segera tangan kirinya dibabatkan ke atas. Akibatnya terjadilah
bentrokan antara lengan yang diserang dengan penyerang! Tubuh Untung Pararean
terhempas ke belakang laksana dilanda gelombang sedang tangannya sakit bukan
main. Sewaktu diperhatikan kulit lengannya telah menjadi bengkak kemerahan! Di lain
pihak Pengemis Sakti Muka Bopeng hanya berdiri terhuyung-huyung dan di lain
kejap dengan satu lolongan macam srigala haus darah dimalam buta, kembali dia
melancarkan serangan. Kali ini kedua tangannya kelihatan berkelebat cepat.
Untung Pararean menyambut dengan pukulan tangan kosong yang bernama "seribu kati
memukul awan". Ilmu pukulan ini dipelajarinya dari Kiyai Supit Pramana karenanya
hebatnya bukan main! Tubuh Pengemis Sakti Muka Bopeng laksana seekor burung yang
terbang menentang angin topan hingga mengapung tak bisa maju! Padahal kedua
tangan Pengemis Muka Bopeng hanya tinggal satu jengkal saja lagi dari muka
Untung Pararean!
Sebelum tubuhnya terlempar di sapu oleh pukulan "seribu kati memukul awan" itu,
Pengemis Sakti Muka Bopeng cepat mendorong kedua tangannya ke muka. Dua
gelombang angin menderu memapas angin serangan Untung Pararean. Sekejap KARYA
68 BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Kutukan Empu Bharata
kemudian terdengarlah suara menggelegar yaitu ketika terjadi saling bentur
antara angin-angin yang berkekuatan hebat itu!
Pulau Ras bergetar. Debu dan pasir beterbangan sedang rumah bambu mengeluarkan
suara berkeretek!
"Manusia bercadar! Kulihat kau barusan melancarkan pukulan "seribu kali memukul
awan". Apakah kau muridnya Si Supit Pramana di Gunung Bromo"!"
"Diam-diam Untung Pararean terkejut menanggapi si muka bopeng.mengenali pukulan
yang tadi dilepaskannya. Saat itu dia tengah mengatur tenaga dalamnya karena dua
gelombang angin yang dilepaskan Pengemis Sakti Muka Bopeng tadi membuat dadanya
agak sakit. "Aku bukan murid siapa-siapa!" sahut Untung Para:ean dan dalam jurus ketiga ini
dia yang pertama membuka serangan.
Tubuhnya melayang setinggi setengah tombak di atas tanah. Tangan kiri dan kanan
dipukulkan ke depan dan setengah jalan tubuhnya dengan sangat tiba-tiba melesat
ke atas lalu dengan serentak mengirimkan dua serangan berantai yang hebat yaitu
tendangan kaki dan hantaman tinju!
"Jurus - dewa terbang ke langit --!" seru Pengemis Sakti Muka Bopeng. Lalu cepat
merunduk dan memukul bagian tubuh yang berbahaya di antara kedua selangkangan
Untung Pararean!
Tentu saja Untung Pararean tak mau membiarkan dirinya dihantam serangan maut
itu. Dia memutar pinggulnya ke samping dan di lain kejap kaki kanannya meluncur
deras ke arah tinju kanan lawan!
Pengemis Sakti Muka Bopeng jadi penasaran sekali rnelihat bagaimana dalam
rnenyerang dia balik kena diserang!
Didahului oleh satu bentakan menggledek laki-laki ini melompat ke atas, lebih
tinggi dan kedudukan tubuh Untung Pararean.
Untung Pararean tak mau meneruskan serangannya karena tendangan yang melanda
tempat kosong akan membuat dirinya berada dalam keadaan yang tidak
menguntungkan. Karenanya begitu tendangannya dibatalkan. Untung Pararean cepat
membalik untuk menghadapi lawan yang datang dari belakang. Namun dia kurang
cepat. Tubuhnya baru setengahnya berputar dan satu jotosan telah melanda
punggungnya! Bekas Perwira Kerajaan itu terpelanting ke depan. Ketika jatuh ke tanah hampir
saja dia tak sanggup berdiri di atas kedua kakinya. Punggungnya sakit bukan main
dan sebelum dia sempat mengatur nafas dan mengalirkan tenaga dalam kebagian yang
terpukul, dadanya telah sesak. Sesaat kemudian Untung Pararean muntah darah
tertatih-tatih!
Pengemis Sakti Muka Bopeng tertawa gelak-gelak sambil melangkah mendekati Untung
Pararean. "Sebelum kukirim kau menghadap raja akhirat mari kulihat dulu macam mana kau
punya tampang!"
Pengemis Sakti Muka Bopeng mengulurkan tangannya yang sebelah kanan untuk
menarik kain hitam penutup wajah Untung Pararean. Bekas Perwira Kerajaari itu
tak mempunyai daya untuk menghindar karena saat itu kembali dia memuntahkan
darah kental berbuku-buku!
Sekejap lagi jari-jari tangan Pengemis Sakti Muka Bopeng akan menarik kain
penutup wajah Untung Pararean, mendadak sebuah benda sebesar kepala melesat ke
arah Pengemis Sakti Muka Bbpeng. Mau tak mau laki-laki ini terpaksa menarik
pulang KARYA 69 BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Kutukan Empu Bharata
tangannya. Benda yang dilemparkan temyata sebutir buah kelapa. Dan di kejap itu
pula seorang laki-laki, yang teramat tua, berselempang kain putih telah berdiri
di hadapan Pengemis Sakti Muka Bopeng!
"Kau!" seru Pengemis Sakti Muka Bopeng kaget. Tapi dia tidak gentar.
KARYA 70 BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Kutukan Empu Bharata
15 "YA, Aku! Apakah kau masih mengenali aku, Pengemis Sakti Muka Bopeng"!" kata
orang yang baru datang, yang tadi melemparkan buah kelapa ke arah Pengemis Sakti
Muka Bopeng. Dia mengenakan jubah putih dan sangat tua sekali. Tubuhnya yang
agak bungkuk itu ditopang dengan sebuah tongkat yang dipegangnya di tangan
kanan. "Hemm . . . " gumam Pengemis Sakti Muka Bopeng. "Kiranya betul dugaanku bahwa
keparat bercadar ini adalah muridmu Kiyai Supit Pramana dari Gunung Bromo. Heran
. . . kenapa tahu-tahu saja kau mempunyai seorang murid!"
"Aku memang memberikan beberapa pelajaran ilmu silat padanya. Tapi dia bukanlah
muridku." kata Kiyai Supit Pramana tegas-tegas.
"Eh, kenapa begitu" Lucu sekali!" ujar Pengemis Sakti Muka Bopeng seraya
memandang pada murid-muridnya. "Mungkin kau bisa menerangkan kelucuan itu" Atau
kedatanganmu jauh-jauh ke sini justru memang hendak menerangkan hal itu"!"
Wiro Sableng 013 Kutukan Empu Bharata di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Wajah Kiyai Supit Pramana kelihatan sedikit merah. Namun demikian di bibimya
tersunting sekelumit senyum.
"Lucu atau tidak bukan itu urusanmu, Muka Bopeng!"
"Oh, jadi kedatanganmu hendak turun tangan membantu manusia bercadar ini" Boleh
saja! Tapi akan lebih baik jika terlebih dulu kau suruh dia membuka cadarnya!"
"Soal buka cadar itu bukan pekerjaanku. Kalau kau sendiri tidak mampu apakah
tidak malu menyuruh orang lain"!"
Kini paras Pengemis Sakti Muka Bopeng yang berubah menjadi merah. Sementara itu
Kiyai Supit Pramana ingat bahwa kali itu adalah kali ketiga dia menolong jiwa
Untung Pararean yang berarti adalah pertolongan untuk penghabisan kalinya yaitu
sebagaimana pesan gurunya tempo hari di dalam mimpi.
"Kiyai Supit Pramana!" berkata Pengemis Sakti Muka Bopeng sambil bertolak
pinggang. "Antara kau dan aku tidak ada saling sengketa. Mengapa mendadak sontak
kau hendak baku hantam denganku"!"
"Siapa bilang aku hendak baku hantam denganmu?" sahut Kiyai Supit Pramana.
"Kemunculanku hanya untuk menolong dia."
"Alasan yang dicari-cari!" kata Pengemis Sakti Muka Bopeng dengan mimik
mengejek. "Apakah kau bisa pula menerangkan silang sengketa apa yang ada antara
aku dan manusia bercadar ini hingga tak ada hujan tak ada angin datang ke sini
dan menyebut-nyebut segala soal hutang pihutang"!"
Untung Pararean kawatir kalau-kalau Kiyai Supit Pramana akan menerangkan siapa
dirinya sebenarnya. Tapi orang tua yang arif ini sudah memahami perasaan Untung
Pararean. Maka diapun menjawab, "Soal itu kau tanyakan saja langsung pada
orangnya."
"Kau dan setan alas ini sama saja tidak tahu dirinya! Ayo lekas angkat kaki dari
pulauku!" bentak Pengemis Sakti Muka KARYA
71 BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Kutukan Empu Bharata
Bopeng. "Aku baru akan meninggalkan tempat ini bila urusanmu dengan dia sudah beres."
jawab Kiyai Supit Pramana.
"Tua bangka sialan! Kalau begitu biar kau dulu yang aku bereskan!" Pengemis
Sakti Muka Bopeng berpaling pada ke empat muridnya dan berseru: "Kalian berempat
cepat cincang bangsat itu!" Maka Pengemis Cantik Ayu dan tiga Pengemis lainnya
segera mengeluarkan senjata masing-masing dan menyerbu Untung Pararean.
Bagi Untung Pararean tingkat ilmu silat keempat lawannya itu tidak membuat dia
menjadi gentar. Tapi ada satu hal yang menyebabkan setiap gerakannya harus
dilakukan dengan penuh perhitungan bahkan kadang-kadang tertahan-tahan. Yang
menyebabkan itu ialah karena salah seorang dari pengeroyoknya adalah anaknya
sendiri. Walau bagaimanapun seorang bapak tak akan tega untuk mencelakai anak
kandungnya! Di lain pihak Sri Lestari atau Pengemis Cantik Ayu tidak mengetahui
kalau yang dihadapinya adalah ayah kandungnya. Bersama-sama dengan ketiga
saudaranya dia terus mendesak Untung Pararean dengan hebat!
Setelah pertempuran berkecamuk dua puluh jurus dan melihat keempat orang itu
masih belum sanggup merubuhkan Untung Pararean, Sri Kemuning yang oleh Pengemis
Sakti Muka Bopeng teJah diberi julukan "Pengemis Hitam Manis" segera menyerbu
pula ke dalam kalangan pertempuran, hingga kini Untung Pararean dikeroyok lima.
Dan dua dari pengeroyoknya adalah anak kandung dan bekas istrinya sendiri!
Sementara itu pertempuran yang terjadi antara Kiyai Supit Pramana dan Pengemis
Sakti Muka Bopeng benar-benar satu pertempuran tingkat tinggi yang jarang
ditemui. Tubuh keduanya lenyap menjadi bayang-bayang sedanq di sekitar mereka
debu dar pasir bergu lung-gu lung, siuran angin menderu-deru!
Kalau Kiyai Supit Pramana mengandalkan tongkat butut di tangan kanannya maka
Pengemis Sakti Mu.ka Bopeng hanya mengandalkan tangan, kosong. Beberapa kali si
Muka Bopeng ini melancarkan serangan-serangan kilat dan pukulan-pukulan tangan
kosong yang dahsyat mematikan namun lawannya selalu berhasil mengelak atau
memusnahkan serangannya itu.
"Bangsat tua bangka!" maki Pengemis Sakti Muka Bopeng pada jurus ketiga puluh
satu, "sekarang jangan harap kau bakal bisa selamat dari pukulanku ini!"
Mulutnya menggembung, dari tenggorokannya terdengar suara menggembor dan tangan
kanannya di angkat ke atas lalu dipukulkan ke depan, ke arah Kiyai Supit
Pramana. "Wuuuussss!"
Satu gelombang sinar hitam yang luar biasa panasnya menggemuruh. "Pukulan api
hitam", seru Kiyai Supit Pramana dalam hati lalu dengan cepat melompat ke
samping seraya memapas dengan tongkat bututnya!
"Kraak!"
Tongkai di tangan sang Kiyai patah dua dan terlepas dari tangannya tapi dirinya
sendiri selamat!
Dengan geram Pengemis Sakti Muka Bopeng kembali mengirimkan pukulan dahsyat tadi
dua kali berturut-turut!
Terdengar seruan dahsyat keluar dari mulut Kiyai Supit Pramana, "Hitam tak akan
menang dengan putih!" Dan di kejap KARYA
72 BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Kutukan Empu Bharata
itu pula selarik sinar putih berkelebat. Begitu sinar putih ini beradu terus
menggulung sinar hitam. Untuk beberapa lamanya menghantam sedang yang melepaskan
pukulan sama berdiri tegang menyalurkan tenaga dalam masing-masing!
Dalam tenaga dalam Pengemis Sakti Muka Bopeng masih kalah satu tingkat di bawah
Kiyai Supit Pramana. Karenanya setelah adu kekuatan selama hampir sepeminuman
teh dan kedua kakinya sampai-sampai melesak sedalam sepuluh senti, akhirnya
tubuhnya terdorong ke belakang! Sebelum sinar-sinar putih itu melabrak dirinya,
Pengemis Sakti Muka bopeng cepat melompat mencari keselamatan. Parasnya
kelihatan pucat. Kuduknya dingin. Jika tidak lekas melompat pasti dirinya kena
dicelakai pukulan lawan.
Kiyai Supit Pramana tertawa perlahan dan berkata, "Kurasa cukup kita main-main
sampai di sini saja, Muka Bopeng.
Sebaiknya kau lekas menyelesaikan urusanmu dengan laki-laki bercadar itu. Jangan
mengandalkan murid-muridmu yang main keroyok secara pengecut itu!"
"Anjing tua!" sentak Pengemis Sakti Muka Bopeng penuh dendam amarah. "Kalau
maksudku untuk membunuhmu tidak kesarnpaiar, biarlah kelak aku akan bunuh diri!"
"Ah, memang susah kalau seseorang mata dan hatinya sudah buta oleh kejahatan!"
ujar Kiyai Supit Pramana dengan menggeleng-gelengkan kepala.
"Jangan banyak bacot! Kau akan segera mampus anjing tua!" semprot Pengemis Sakti
Muka Bopeng. Kedua tangannya bergerak. Kini tangan kiri memegang sebilah pedang
panjang berwarna ungu sedang tangan kanan memegang sebuah keris yang memancarkan
sinar biru yang bukan lain keris Mustiko Jagat adanya! Melihat bagaimana si muka
bopeng ini menggunakan dua senjata sekaligus nyatalah bahwa dia benar-benar
ingin memburuh Kiyai Supit Pramana dalam waktu yang paling singkat!
Di lain pihak Kiyai Supit Pramana tidak merasa gentar. Dia sudah tahu kehebatan
keris Mustiko Jagat sedang pedang di tangan kiri lawan tidak dipandangnya
sebelah mata. Keris tempaan Empu Bharata itulah yang lebih berbahaya dan harus
hati-hati dihadapinya. Karenanya untuk mengimbangi senjata tersebut Kiyai Supit
Pramana tidak menunggu lebih lama, segera pula mengeluarkan senjatanya yakni
sehelai selendang sutera yang tepinya dihias dengan seratus rumbai-rumbai
sepanjang satu jengkal!
Pengemis Sakti Muka Bopeng membuka serangan dengan satu teriakan dahsyat. Kiyai
Supit Pramana menanti dengan tenang. Begitu lawannya tinggal beberapa langkah di
hadapannya, segera selendang sutera di tangan kanan dikebutkan! Satu gelombang
angin sedahsyat topan prahara menggaung. Seratus senjata rahasia berhamburan
dari rumbai-rumbai selendang.
Kaget Pengemis Sakti Muka Bopeng tidak kepalang. Cepat dia memapas dengan pedang
dan keris. Pedang di tangan kiri mental patah dua tapi keris Mustiko Jagat
dengan hebatnya sanggup membuat buyar angin serangan serta mementalkan senjatasenjata rahasia yang menggempur!
Sekarang marilah kita perhatikan pertempuran yang berlangsung antara Untung
Pararean melawan Sri Lestari, Sri Kemuning dan tiga Pengemis lainnya itu. Dia
bertempur dengan berbagai perasaan yang campur aduk dan menggugah hati KARYA
73 BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Kutukan Empu Bharata
sanubarinya. Bagaimana dia bisa bertempur sungguh-sungguh dengan dua orang yang
merupakan anak serta bekas istrinya"
Walau bagaimanapun keduanya adalah orang-orang yang dikasihi dan pernah
dikasihinya. Di lain pihak kedua ibu dan anak itu yang tidak mengetahui siapa
adanya Untung Pararean, terus menggempur dengan hebat. Di tambah pula dengan
serangan-serangan gencar tiga Pengemis hingga kedudukan Untung Pararean jadi
serba sulit. Dalam kesulitan itu dia masih sanggup menendang rubuh Pengemis
Badan Kurus hingga terjungkal dan menggeletak pingsan.
Namun demikian karena Untung Pararean terlalu dalam dipengaruhi oleh
perasaannya, kerap kali laki-laki ini bertempur dengan gerakan yang ragu-ragu
hingga pada akhirnya lengan kirinya berhasil dilanda ujung golok Sri Lestari dan
terluka cukup parah! Denqan menahan sakitnya luka dan keperihan hati, Untung
Pararean meneruskan pertempuran. Sementara itu dari sejak mulai berlangsungnya
pertempurarn entah bagaimana dia selalu ingat pada Empu Bharata yang telah
dibunuhnya enam belas tahun yang silam. Seperti terngiang ditelinganya kutukan
orany tua sakti itu sebelum dia meregang nyawa yaitu " kelak kau bakal mati di
ujung Mustiko Jagat " dan sebelum mati hidupmu kukutuk menderita lahir
bathin . . . "
Berdiri bulu kuduk Untung Pararean. Benarkah dia akan mati di ujung keris
Mustiko Jagat yany dulu dipakainya untuk membunuh Empu Bharata itu" Dia tahu
sebagian dari kutukan sang Empu atas dirinya telah menjadi kenyataan. Yaitu dia
telah hidup denqan menderita lahir bathin! Karena bertempur sambil merenung dan
dipengaruhi berbagai macam perasaan maka Untung Pararean semakin berada dalam
kedudukan yang sulit. Saat itu ingin saja dia berteriak pada Sri Lestari dan Sri
Kemuning, menerangkan siapa dia. Tapi hal itu tak bisa dilakukannya. Lidahnya
serasa kelu. Lagi pula walau bagaimanapun Sri Kemuning bukan lagi istrinya saat
itu, sudah menjadi istri orang lain meski secara tidak syah. Dan yang paling
penting apakah kelak Sri Lestari akan mau mengakui dirinya yang cacat itu
sebagai ayah kandungnya" Bahkan Sri Kemuning sendiri mungkin tak akan mengenali
wajahnya seandainya dia membuka cadar hitam yang menutup wajahnya! Dan keperihan
semakin dalam menusuk lubuk hati Untung Pararean. Dikuatkannya dirinya. Tapi
kedua matanya tak kuasa menahan genangan air mata.
Kedua mata itu kelihatan berkaca-kaca!
Di saat itu timbul pikiran di kepala Untung Pararean untuk meninggalkan tempat
itu. Namun bila dia ingat bahwa dendam kesumatnya terhadap Pengemis Sakti Muka
Bopeng masih belum kesampaian, kembali dikuatkannya hatinya. Tiba-tiba dia
mendapat akal sebaiknya bertempur menghadapi musuh besarnya saja saat itu.
Sekaligus dia bisa membalas dendam dan mengelakkan pertempuran melawan bekas
istri dan anak kandungnya! Namun sebelum hal itu dilakukannya sesosok tubuh
berpakaian hitam mendatang dengan sangat cepat dari arah timur dan terdengar
seruan keras lantang, "Kiyai Supit Pramana!
Bangsat bermuka bopeng itu adalah musuh lamaku! Biar aku yang merampas jiwanya!"
KARYA 74 BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Kutukan Empu Bharata
16 KIYAI Supit Pramana dan pengemis Sakti Muka Bopeng sama-sama terkejut lalu
samasama melompat ke belakang. Si Muka Bopeng yang sudah mengenali suara orang
yang datang segera dapat menduga siapa dia adanya dan ternyata dugaannya tak
meleset. Orang itu adalah Si Cadar Hitam!
"Ha . . . " ha . . . ! Agaknya kau terkejut dan takut melihat kedatanganku,
Pengemis Sakti Muka Bopeng"!"
"Puah!" Pengemis Sakti Muka Bopeng meludah. "Dalam hidupku tak pernah ada kata
takut! Apalagi terhadap bangsa kurcaci macam kau!"
Si Cadar Hitam tertawa gelak-gelak sambil memandang berkeliling. Sesaat dia
memperhatikan pertempuran yang berlangsung antara Untung Pararean dengan keempat
pengeroyoknya lalu kepalanya kembali dipalingkan pada Pengemis Sakti Muka
Bopeng, dan berkata dengan mengejek. "Mungkin kau bukan seorang pengecut! Tapi
sekurang-kurangnya kau telah mengajarkan bagaimana bertempur secara pengecut
terhadap murid-muridmu hingga mereka main keroyok begitu rupa!"
Muka yang buruk dari Pengemis Sakti Muka Bopeng kelihatan merah padam dan Si
Cadar Hitam kembali mementang mulut. "Bukti lain yang cukup jelas betapa
pengecutnya dirimu ialah ketika kau mengutus murid-muridmu untuk memenuhi
tantanganku satu tahun yang lalu! Kenapa tidak kau sendiri yang muncul kalau
bukannya berarti kau bangsa pengecut klas wahid"!"
"Bangsat rendah! Kuberikan kesempatan padarnu untuk mengaso memperpanjang nyawa.
Kelak sesudah tua bangka dari Gunung Bromo ini kubikin mampus akan sampai pula
giliranmu!"
Kiyai Supit Pramana cepat membuka mulut. "Cadar Hitam," katanya yang sudah
mengenali siapa adanya pendatang baru itu . . . "Antara aku dan dia sebenarnya
tak ada silang sengketa. Silahkan kau baku hantam satu sama lain!"
"Kiyai sedeng! Apakah kau tak punya nyali melanjutkan pertempuran tadi"!" tanya
Pengemis Sakti Muka Bopeng.
Sang Kiyai tertawa bergumam. "Rupanya nyalimu terlalu besar. Apa kau ingin kami
berdua melabrakmu saat ini"!"
"Tua renta_. .." Maki Pengemis Sakti Muka Bopeng itu dipotong oleh bentakan Si
Cadar Hitam. "Muka Bopeng, sudah mau mampus masih saja main maki-makian! Terima ini!"
Selarik sinar hitam bersiut! Itulah serangan senjata Si Cadar Hitam yang
berbentuk toya dengan lingkaran-lingkaran tajam pada kedua ujungnya!
"Ha ... ha! Senjatamu masih saja senjata buruk dulu! Apakah kau masih punya muka
untuk mempergunakannya"!" ejek Pengemis Sakti Muka Bopeng seraya menangkis
dengan keris Mustiko Jagat.
"Trang!"
Bunga api memercik!
KARYA 75 BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Kutukan Empu Bharata
Si Cadar Hitam terkejut. Tangannya tergetar hebat, sakit dan pedas. Ketika
diperhatikannya senjatanya, astaga! Temyata lingkaran tajam yang sebelah kanan
telah terbabat putus! Dia sama sekali tidak menyangka kalau dalam satu tahun
kehebatan lawannya sudah maju jauh sekali dan tak menyangka lagi kalau keris di
tangan Pengemis Sakti Muka Bopeng demikian dahsyatnya! Mau tak mau nyalinya jadi
menciut juga. Segera dia mengeluarkan jurus silatnya yang terhebat dan melakukan
penyerangan dengan senjatanya yang telah buntung! Si Cadar Hitam berlaku cerdik.
Dia selalu mengelak bila lawan hendak mengadu senjata, sebaliknya dia berusaha
agar dapat menyingkirkan keris Mustiko Jagat dari tangan lawan!
Dalam ilmu silat mungkin Si Cadar Hitam lebih hebat dan lebih gesit gerakannya.
Namun walau bagaimanapun yang menentukan adalah senjata di tangan masing-masing!
Setelah bertempur dua puluh jurus lebih akhirnya Si Cadar Hitam tak berdaya
mengelakkan satu tusukan yang amat cepat!' Tubuhnya terjajar ke belakang dengan
dada mandi darah. Senjatanya yang buntung terlepas dan begitu jatuh tubuhnya.
masih berkelojot beberapa kali. Begitu racun keris merambas kejantungnya,
lakilaki itupun meregang nyawa!
"Manusia hina! Mayatmu tak layak malang melintang di depan mataku!" kata
Pengemis Sakti Muka Bopeng. Sekali tendang saja maka mencelatlah tubuh Si Cadar
Hitam sejauh belasan tombak, angsrok di antara semak-semak lebat!
Pengemis Sakti Muka Bopeng berpaling pada Kiyai Supit Pramana. "Sekarang
giliranmu, anjing tua!" bentaknya lalu menyerbu dengan keris di tangan! Untuk
kedua kalinya kedua orang itu kembali bertempur. Kini lebih hebat, lebih cepat,
dan lebih ganas!
Pertempuran antara Untung Pararean dan pengeroyok-pengeroyoknya telah berjalan
lebih dari empa; puluh jurus. Dalam keadaan luka parah Untung Pararean masih
sempat memukul jatuh salah satu golok di tangan Sri Lestari dan merampas
goloknya yang lain. Tapi untuk itu Untung Pararean menerima hantaman sabuk di
tangan Pengemis Kepala Botak yang membuat pinggulnya serasa remuk! Dengan panuh
marah Untung Pararean melepaskan pukulan "seribu kati memukul awan", ke arah
Pengemis Kepala Botak. Pukulan yang dahsyat itu berhasil dikelit oleh si kepala
Botak sebaliknya hampir saja melanda Sri Lestari di samping kiri. Karena itu
Untung tak mau lagi melepaskan pukulan tersebut takut mencelakai anak kandung
atau bekas istrinya sendiri!
"Lekas bentuk barisan bolang-baling!" tiba-tiba Sri Lestari atau Pengemis Cantik
Ayu berseru. Barisan bolang-baling adalah satu barisan penggempur yang tangguh.
Barisan ini diciptakan oleh Pengemis Sakti Muka Bopeng dan bisa dilakukan oleh
tiga sampai tujuh orang. Dan kehebatan barisan ini dirasakan sendiri oleh Untung
Wiro Sableng 013 Kutukan Empu Bharata di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Pararean. Serangan datang dari berbagai jurusan dan dalam gerakan yang sama
sekali berlawanan dari gerakan silat yang sewajarnya. Ini membingungkan Untung
Pararean. Meskipun beberapa jurus di muka dia berhasil mengetahui kelemahan-kelemahan
barisan bolang-baling itu namun dirinya sudah sangat terdesak! Masih untung dia
berhasil merampas golok Sri Lestari, kalau tidak mungkin sudah sejak tadi-tadi
dia mendapat celaka!
Dalam pada itu pertempuran antara Pengemis Sakti Muka Bopeng dan Kiyai Supit
Pramana telah mencapai klimaks KARYA
76 BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Kutukan Empu Bharata
kehebatannya. Dalam jurus yang ke enam puluh tiga tokoh silat dari Gunung Bromo
itu berhasil menghantam lengan kanan lawannya hingga keris Mustiko Jagat
terlepas dan mental dari tangan Pengemis Sakti Muka Bopeng. Laki-laki ini coba
melompat untuk menjangkau senjata itu tapi tak berhasil karena saat itu Kiyai
Supit Pramana melepaskan pukulan "seribu kati memukul awan" yang mana harus
dielakkannya dengan cepat kalau tidak mau mendapat celaka. Kiyai Supit Pramana
adalah tokoh silat berjiwa kesatria tulen! Melihat lawan tidak bersenjata lagi
segera selendang suteranya di simpan di balik pakaian lalu meneruskan
pertempuran dengan tangan kosong.
Secara kebetulan, keris Mustiko Jagat yang terlepas mental dari tangan Pengemis
Sakti Muka Bopeng melayang ke tempat berlangsungnya pertempuran antara Untung
Pararean dan pengeroyok-pengeroyoknya. Melihat keris ayahnya melayang mental
begitu rupa, dan di saat itu dia sendiri tidak pula memegang senjata apa-apa,
dengan cepat Sri Lestari melompat. Sesaat kemudian senjata itupun sudah berada
dalam tangan kanannya!
Betapa terkejutnya Untung Pararean menyaksikan Sri Lestari kembali memasuki
kalangan pertempuran dengan Mustiko Jagat di tangan. Sinar biru berkelebat
menggidikkan. Untuk kesekian kalinya Untung Pararean merasakan bulu kuduknya
merinding. Terngiang lagi di telinganya kutukan Empu Bharata yang dibunuhnya
dulu: ". . . kelak kau bakal mati di ujung keris Mustiko Jagat. . . " Apakah
kutukan itu segera akan berbukti kini"!
"Trang"!
Untung Pararean terkejut. Golok di tangan kanannya patah dua disambar keris
Mustiko Jagat. Telapak tangannya sakit sekali. Dalam pada itu dia harus cepat
pula menyelamatkan kepalanya dari gada batu pualam putih di tangan Pengemis
Badan Gemuk sedang dari belakangnya, Pengemis Hitam Manis atau Sri Kemuning
melancarkan pula satu tendangan maut! Untung Pararean berkelebat cepat untuk
mengelakkan kedua serangan itu dan berhasil. Namun dia melupakan kedudukan Sri
Lestari yang saat itu bergerak luar biasa cepatnya, menyambar dari samping kiri
dan menusukkan Mustiko Jagat ke dadanya tanpa bisa di tangkis atau dikelit lagi!
Sesaat sebelum Mustiko Jagat menghunjam di dada Untung Pararean terdengar satu
bentakan sekeras guntur!
"Jangan bunuh! Dia ayah kandungmu sendiri!"
Tapi teriakan yang mengguntur itu terlambat datangnya sebagai peringatan.
Mustiko Jagat telah lebih dulu menembus dada Untung Pararean barulah semua
orang, termasuk Sri Lesteri terkejut!
Bekas Perwira Kerajaan itu terhuyung ke belakang sambil memegangi dada dengan
kedua tangannya. Pada detik tubuhnya hampir jatuh, satu bayangan putih
berkelebat menopang tubuhnya.
"Kasip! Terlambat! Terlambat ... !" kata orang yang datang ini sambil satu
tangannya menggaruk-garuk kepalanya tiada henti.
"Bangsat gondrong!" bentak Sri Lestari sewaktu dia melihat siapa adanya orang
yang menopang tubuh lawannya. "Kau masih mau ikut campur urusan orang lain"!"
KARYA 77 BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Kutukan Empu Bharata
"Gadis! Apakah kau masih belum sadar kalau orang ini adalah ayah kandungmu
sendiri"!" ujar si pemuda rambut gondrong yang bukan lain Pendekar 212 Wiro
Sableng adanya.
"Jangan bicara ngacok ngelantur!" bentak Sri Lestari. "Ayahku adalah Gambir Seta
yang bergelar Pengemis Sakti Muka Bopeng!"
Wiro Sableng tertawa kecut dan menyandarkan Untung Pararean ke pangkuannya.
Sambil megap-megap Kehabisan nafas Untung Pararean berbisik, "Sahabat kenapa kau
beritahu siapa diriku ..."
Baru saja Untung Pararean habis berkata begitu satu tangan menyambar dan bret!
Terbukalah cadar hitam yang selama ini menutup paras bekas Perwira Kerajafan
itu. Terdengar jerit ngeri Sri Kemuning. Dialah yang menyentakkan kain penutup
paras Untung Pararean. Jeritannya disusul oleh jeritan Sri Lestari dan seruanseruan tertahan orang-orang yang ada di situ yang ada di situ yang merasa ngeri
melihat keluar biasaan seramnya paras Untung Pararean. Mata kirinya hanya
merupakan lobang belaka.
Mulutnya kanan robek sampai ke pipi, bibir menjela-jela. Cuping hidupnya yang
sebelah kiri tanggal, kedua daun telinganya papas buntung sedang seluruh kulit
muka hancur bergurat-gurat! Sebagai bekas istri sekalipun, Sri Kemuning tidak
mengenali Untung Pararean lagi!
Pengemis Sakti Muka Bopeng terkejut luar biasa! Benar-benar tak diduganya kalau
orang bercadar itu adalah Untung Pararean, seorang bekas Perwira Kerajaan yang
telah membunuh Empu Bharata dan yang telah disiksanya setengah mati enam belas
tahun yang silam!
Tiba-tiba laki-laki ini berteriak, "Jangan dengar omongan pemuda edan itu! Dia
tak ada sangkut paut apa denganmu.
Lestari! Akulah ayah kandungmu!"
Wiro mendengus marah!
"Iblis laknat!" bentak Pendekar 212. "Di saat orang hendak menghembuskan nafas
penghabisan apakah kau masih punya hati demikian jahat untuk membantah kenyataan
bahwa dia adalah Untung Pararean, ayah kandung gadis itu"!"
"Setan alas!" balas membentak Pengemis Sakti Muka Bopeng, "Kalau kau mau mampus
bersamanya pergilah!" Habis berkata begitu Pengemis Sakti Muka B$peng yang
hendak menyekap rahasia mengenai diri Untung Pararean segera melepaskan pukulan
tangan kosong yang luar biasa hebatnya.
"Bangsat bermuka bopeng! Manusia macammu memang tak layak dibiarkan hidup lebih
lama!" teriak Wiro. Dia bersiul nyaring dan balas menghantam dengan tangan
kanannya! Satu larik sinar putih yang amat panas dan menyilaukan mata menderu
laksana petir menyambar!
Pengemis Sakti Muka Bopeng terpekik. Tubuhnya terguling.
Itulah pukulan "sinar matahari"!
Pengemis Sakti Muka Bopeng tak menyangka akan disambut dengan serangan balasan
yang dahsyat itu. Cepat-cepat dia melompat ke samping. Tapi masih kurang cepat!
Pekiknya mengumandang. Tangan kanannya yang kurus kering kelihatan KARYA
78 BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Kutukan Empu Bharata
hangus hitam pekat sedang tubuhnya terbanting ke tanah!
"Pemuda keparat! Mampuslah!", teriak Sri Lestari seraya melompat dan menusukkan
Mustiko Jagat ke kepala Pendekar 212.
"Lestari! Tahan!", teriak Sri Kemuning dengan cepat.
Sementara itu keris sakti hanya tinggal setengah jengkal dari batok kepala
Pendekar 212. Dengan sebat Wiro memukul pergelangan tangan gadis itu hingga
Mustiko Jagat terlepas mental.
"Orang muda! Laki-laki yang bernama Untung Pararean tidak bermuka seseram dia!
Jangan kau bicara ngelantur tak karuan!" kata Sri Kemuning pula.
Wiro berpaling pada Kiyai Supit Pramana dan menjawab, "Orang tua itu lebih tahu
dari aku! Dia yang menyelamatkan bekas suamimu dari kematian!"
Sri Kemuning melangkah cepat. Dia ingin membuktikan sendiri bahwa laki-laki
bermuka seseram setan itu adalah betul-betul Untung Pararean, bekas suaminya!
Dirobeknya pakaian Untung Pararean dan ketika di dada laki-laki ini dilihatnya
sebuah tahi lalat besar meraunglah perempuvn ini.
"Kanda Untung!" jeritnya seraya menubruk dan memeluk tubuh Untung Pararean.
"Kemun . . . " Nama itu tak sempat disebut Untung Pararean sampai keakhirnya
karena malaekat maut telah lebih dulu mencabut nyawanya!
Sementara itu dengan terhuyung-huyung Pengemis Sakti Muka Bopeng coba berdiri.
Tapi tubuhnya roboh kembali karena racun pukulan sinar matahari Pendekar 212
mulai merusak jaringan-jaringan urat di dalam tubuhnya. Ketika keris Mustiko
Jagat yang terpelanting jatuh di hadapannya, timbul kekuatan baru dalam dirinya.
Dengan merangkak susah payah senjata itu berhasil dijangkaunya. Begitu tangan
kirinya menyentuh senjata sakti itu, ?racun pukulan sinar matahari dengan serta
merta menjadi sirna. Dengan kekuatan baru, Pengemis Sakti Muka Bopeng
melemparkan keris Mustiko Jagat ke arah Pendekar 212.
Tapi lemparannya itu meleset dan keris Mustiko Jagat melesat ke arah Sri
Kemuning! "Ibu awas!" seru Sri Lestari. Dia melompat hendak menyambar senjata itu. Tapi
karena bingung dengan apa yang disaksikannya tadi, gadis ini bertaindak gugup.
Dan hal ini harus dibayarnya dengan mahal! Keris Mustiko Jagat menghantam
pangkal lehernya! Baik Wiro maupun Kiyai Supit Pramane tidak punya kesempatan
sama sekali untuk menyelamatkan jiwa gadis itu!
Terdengar pekik Sri Lestari. Tubuhnya roboh dengan leher mandi darah. Hanya
beberapa kali saja tubuh itu kelihatan bergerak-gerak, sesudah itu diam tak
berkutik lagi! Sri Kemuning laksana gila melepaskan pelukannya pada tubuh Untung
Pararean dan menghambur ke tempat di mana anaknya menggeletak tak bernyawa.
"Manusia durjana!" bentak Kiyai Supit Pramana seraya melompat menyerang Pengemis
Sakti Muka Bopeng. Tapi dari samping satu bayangan putih lebih cepat
mendahuluinya. Satu suara laksana ribuan tawon mengamuk membising telinga dan di
lain kejap terdengarlah jeritan setinggi langit keluar dari tenggorakan Pengemis Sakti Muka Bopeng!
Tubuhnya bergedebuk ke KARYA
79 BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Kutukan Empu Bharata
tanah. Pinggangnya hampir putus dan darah membanjir!
Kiyai Supit Pramana berdiri laksana patung, memandang tepat-tepat pada Pendekar
212 yang berdiri di hadapannya, memegang Kapak Maut Naga Geni 212. Senjata
itulah yang telah menamatkan riwayat Pengemis Sakti Muka Bopeng.
"Senjata hebat. Dan gerakannya luar biasa cepatnya." kata Kiyai Supit Pramana
dalam hati. Tiba-tiba kedua orang itu dikejutkan oleh teriakan Pengemis Badan Gemuk. Mereka
membalik dan ... terlalu kasip untuk turun tangan! Sri Kemuning telah mencabut
keris Mustiko Jagat dari leher anaknya dan kemudian menusukkan senjata itu ke
dadanya sendiri!
"Bangsat-bangsat rendah! Gara-gara kalianlah semua ini terjadi!" bentak Pengemis
Badan Gemuk. Bersama Pengemis Kepala Botak dia menyerbu Wiro Sableng dan Kiyai
Supit Pramana. Wiro memutar Kapak Naga Geni 122.
Crass! Tangan kanan Pengemis Badan Gemuk putus. Laki-laki ini meraung macam harimau
luka lalu lari terbirit-birit. Di tengah jalan racun kapak telah merambas
jantungnya hingga tubuhnya terhuyung dan roboh tanpa nyawa di saat itu juga.
Pengemis Kepala Botak yang menyerang Kiyai Supit Pramana tidak bernasib lebih
baik. Pukulan "seribu kati memukul awan" mendarat di kepalanya yang tak berambut
hingga memar macam pepaya busuk, tubuhnya menyungkur tanah tanpa nyawa lagi!
Pengemis Badan Kurus yang saat itu telah siuman dari pingsannya begitu tahu
kalau dirinya cuma tinggal sendirian di situ, tanpa menunggu lebih lama segera
pula ambil langkah seribu, lari ke jurusan lenyapnya Pengemis Badan Gemuk.
Untuk beberapa lamanya sempat itu diselimuti kesunyian. Yang terdengar hanya
tiupan angin di sela-sela daun-daun pepohonan dan suara hamparan ombak sayupsayup di kejauhan.
"Kiyai ... sebaiknya kita kuburkan saja mayat orang-orang ini," kata Wiro
Sableng seraya memasukkan Kapak Maut Naga Geni 212 ke balik pakaiannya.
Demikianlah berakhirnya kisah ini. Menurut cerita, keris Mustiko Jagat di ambil
oleh Kiyai Supit Pramana. Untuk menghindarkan hal-hal tak diingatkan yang
mungkin tejadi keris itu kemudian dilemparkan ke dalam laut di Selat Madura.
TAMAT KARYA 80 BASTIAN TITO Hantu Rimba Larangan 1 Dewa Linglung Lodra Si Ular Sanca Beracun Rahasia Istana Terlarang 14
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama