Ceritasilat Novel Online

Pendekar Terkutuk Pemetik 2

Wiro Sableng 006 Pendekar Terkutuk Pemetik Bunga Bagian 2


menatap paras pemuda itu. Dan pada paras yang masih muda belia itu
kini dapat dilihatnya sifat kesatria gagah perkasa dan kejujuran.
"Orang muda, kau betul-betul tidak melakukan perbuatan
terkutuk terhadap anakku?"
Si pemuda gelengkan kepata.
"Lantas siapa yang melakukannya?"
Si pemuda angkat bahu. "Akupun tengah mencarinya! Dunia
persilatan kini dihebohkan oleh munculnya seorang pendekar terkutuk
Wiro Sableng Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Pendekar Terkutuk Pemetik Bunga
berjubah hitam dengan bunga-bunga kuning. Nama aslinya aku tidak
tahu tapi dia digelari sebagai Pendekar Pemetik Bunga!"
"Pendekar Pemetik Bunga!" mengulang Sentot Sastra. "Yaaa...
aku pernah dengar tentang manusia durjana itui Tapi dulu dia cuma
malang melintang di barat, kini tahu-tahu muncul di sekitar sini...!"
"Kunyuk lapar perempuan begitu, di mana ada perempuan cantik
pasli di situ dia muncul unjuk tampang bikin kejahatan!" menyahuti si
pemuda. Perlahan-lahan Sentot Sastra berdiri kembali. Kedua tangannya
mengepal. "Aku akan cari bangsat itu sampai dapat dan habiskan
nyawanya!"
Pemuda rambut gondrong naikkan kedua alis matanya.
"Jangankan kau, gurunya sendiri yang jauh lebih sakti sanggup
dibunuhnya!"
"Lantas apakah aku akan berpangku tangan melihat anakku
dibunuh dan dirusak begini rupa"!" tanya Sentot Sastra hampir
berteriak. "Aku hargai keberanianmu, Bupati," memuji si pemuda. "Tapi
keberanian yang hanya mengendalikan nafsu besar kekuatan nihil,
adalah keberanian buta. Kau akan mati sia-sia ditangannya!"
"Kematian bukan apa-apa bagiku! Semua manusia nantinya akan
mati juga..."
"Terserah padamu, Bupati. Aku cuma kasih nasihat! Mungkin
nasihatku tidak ada harganya." Sentot Sastra termangu-mangu
beberapa lamanya.
Tiba-tiba dia berseru sewaktu dilihatnya pemuda di hadapannya
putar tubuh hendak berlalu.
"Orang muda, tunggu! kau mau ke mana?"
"Aku masih ada urusan lain. Sampai jumpa Bupati."
"Kau masih belum terangkan namamu."
Wiro Sableng Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Pendekar Terkutuk Pemetik Bunga
Pemuda itu tertawa lagi. Begitu murah tertawa baginya. "Aku
sudah bilang namaku tidak penting."
"Tenting atau tidak penting itu bukan urusan. Tapi padaku kau
tetap harus kasih tahul Dan pembantu-pembantuku ini kau harus
lepaskan totokannya kembali!"
"Pijit saja tengkuknya satu-satu, pasti totokannya lepas,"
memberi tahu si pemuda.
"Sudahlah, kalau kau penasaran lihat saja bagian kepala dari
peti kayu itu. Di situ tertulis namaku!" kata si pemuda pula. Cepatcepat Sentot Sastra melangkah ke bagian kepala peti di dalam mana
mayat anaknya terbujur. Yang ditemui Bupati ita di sana bukan
tulisan atau huruf yang membentuk nama, melainkan pada kayu di
kepala peti itu tertera tiga buah angka yaitu 212.
"Dua satu dua!" seru Sentot Sastra kaget. "Wiro Sableng
Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212."
Dipalingkannya kepalanya.
Kejutnya ttertambah-tambah. Pemuda tadi sudah tak ada lagi di
tempat itu! Sentot Sastra geleng-gelengkan kepalanya tiada henti.
Tidak sangka dia akan berhadapan dengan pendekar bersifat kocak
yang kadangkala seperti orang sinting, tapi bertampang keren dan
berhati jujur, penolong manusia-manusia yang tertindas, penghancur
kejahatan, momok tokoh-tokoh silat golongan hitam!
"Pantas, pantas... kiranya dia. Pantas mana aku sanggup
menghadapinya!" kata Sentot Sastra pula dan dia melangkah
mendapatkan istrinya yang pingsan di tepi peti.
-- == 0O0 == -Wiro Sableng Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Pendekar Terkutuk Pemetik Bunga
SEMBILAN Dua puluh tahun yang silam....
Tak berapa jauh dari kaki Welangmanuk terdapat sebuah pedataran
tinggi yang subur. Kebun sayur mayur terbentang menghijau di manamana. Bila seseorang berdiri di atas pedataran tinggi ini dan memandang
ke bawah maka tampaklah pemandangan yang sangat indah dari lembah
Manukwilis. Di atas pedataran tinggi itu terletaklah sebuah bangunan dari
tembok yang selain besar juga sangat bagus bentuknya. Keseluruhan
bangunan ini dicat putih dan dipagari dengan tembok setinggi lima
tombak. Untuk masuk ke halaman dalam bangunan cuma ada sebuah
pintu. Pintu ini juga terbuat dari batu yang hanya bisa dibuka secara
rahasia. Kalau bukan orang yang berilmu sangat tinggi jangan harap bisa
masuk ke dalam halaman bangunan karena di atas tombak yang tingginya
lima tombak itu masih ditancapi lagi dengan besi-besi runcing berduriduri panjang setinggi tiga tombak!
Bangunan atau gedung apakah sesungguhnya yang terdapat di
belakang tembok itu dan siapakah pemiliknya" Konon kabarnya gedung
itu adalah sebuah biara. Biara itu kini diketuai oleh seorang Biarawati
bernama Wilarani. Biarawati ini sudah lanjut usianya, hampir mencapai
enam puluh tahun. Dulunya semasa muda dia merupakan seorang gadis
cantik yang tersiar harum ke mana-mana kecantikannya itu. Kebahagiaan
hidup muda remajanya hancur luluh sewaktu kekasih yang dicintainya
lari meninggalkannya dan kawin dengan seorang anak bangsawan kaya
raya sedangkan Wilarani sendiri adalah anak petani miskin.
Keputus-asaan karena patah hati itu membawa akibat yang
mendalam bagi Wilarani. Orang tuanya berusaha mencarikan jodoh lain
untuknya, namun kegetiran percintaan yang telah dialami oleh Wilarani,
yang membawa dirinya masuk kedalam lembah makan hati dan
kesengsaraan bathin tak dapat lagi ditawar-tawar dengan obat apapun,
sekalipun dengan pemuda-pemuda gagah lainnya, sekalipun puluhan
Wiro Sableng Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Pendekar Terkutuk Pemetik Bunga
pemudapemuda sekitar tempat kediamannya dan dari jauh-jauh datang
melamar serta tergila-gila kepadanya!
Bagi Wilarani dunia ini sudah bukan apa-apa lagi. Di matanya cinta
mumi itu, cinta suci sejati hanya ada dalam mulut, tidak dalam
kenyataan! Dalam keputus-asaan karena patah hati, dalam kehancuran
bathin dan kegelapan pemandangan, apalagi sewaktu kedua orang tuanya
meninggal dunia, maka Wilarani yang saat itu sudah berumur hampir tiga
puluh dan pemuda-pemuda yang dulu menggilainya tapi tak kesampaian
memetik bunga harum sekuntum itu telah mulai menyiarkan ejekanejekan bahwa dia kini sudah menjadi "perawan tua", akhirnya Wilarani
mengambil keputusan untuk meninggalkan rumah dan kampung halaman
tempat kelahirannya.
Dia pergi tanpa tujuan. Hampir satu tahun dia malang melintang
tiada karuan. Keadaannya sudah demikian menyedihkan, pakaian
compang camping dan tubuh kurus sakit-sakitan. Hanya satu bukti
kehidupan masa mudanya yang sampai saat itu masih dimilikinya, yaitu
parasnya yang cantik. Paras itu masih belum pupus kejelitaannya meski
pada tepi-tepi matanya telah timbul garis-garis ketuaan dan pada pipi
yang agak cekung mulai membayang kerenyut-kerenyut.
Dan kecantikan yang masih belum pupus inilah yang membuatnya
suatu ketika dihadang oleh segerombolan rampok-rampok buas di tengah
rimba belantara. Dia diseret kesarang rampok. Pimpinan rampok
memerintahkan pembantu-pembantunya yaitu beberapa orang perempuan
untuk memandikan dan membersihkan tubuh Wllarani, memberinya
pakaian yang bagus dan harum-haruman. Wilarani tahu apa arti itu
semua, namun daya apa yang akan dibuatnya untuk mempertahankan
diri serta kehormatannya"! Dia dimasukkan ke dalam sebuah kamar yang
sangat bagus dan tak lama kemudian pemimpin rampok bertampang
buruk buas bercambang bawuk menjijikkan masuk ke dalam kamar itu!
Si kepala rampok bersinar-sinar sepasang bola matanya.
Dibasahinya bibimya dengan ujung lidah dan berkata disertai seringai
buruk dan hidung kembang kempis.
Wiro Sableng Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Pendekar Terkutuk Pemetik Bunga
"Ternyata kau seorang perempuan jelita! Ahh... kecantikanmu tidak
kalah dengan gundik-gundikku yang paling cantik disini!"
Kepala rampok itu melangkah mendekati Wilarani yang berdiri
dengan lutut gemetar serta muka pucat pasi di sudut kamar.
"He... he... kenapa menyudut ketakutan" Aku bukan macan yang
mau menelanmu bulat-bulat! Tap! laki-laki kuat yang akan merangkulmu
penuh nikmat! Ha... ha... ha...!"
Kemudian peluk dan ciumanpun datang bertubi-tubi atas diri
Wilarani. Perempuan itu menjeri-jerit tiada hentinya dan mendorong si
kepala rampok hingga terjerongkang ke tepi tempat tidur!
Kepala rampok itu duduk di tepi tempat tidur dan tertawa cengar
cengir. Wilarani lari ke pintu tapi pintu itu dikunci!
"Perempuan," kata si kepala rampok. "Parasmu cantik, tubuhmu
halus mulus. Aku tak mau gunakan kekerasan padamu. Karenanya turut
saja apa mauku! Ayo buka pakaianmu biar aku bisa lekas-lekas lihat
keindahan tubuhmu!"
"Laki-laki durjana! Lepaskan aku! Keluarkan aku dad sini!"
Si kepala rampok tertawa gelak-gelak.
Dia bangkit dari tempat tidur.
"Kalau tak mau buka baju sendiri berarti terpaksa aku yang
telanjangi kau!" katanya.
Diterkamnya Wilarani. Jari-jari tangannya yang besar-besar
bergerak kian kemari merobeki seluruh pakaian yang melekat ditubuh
Wilarani! Perempuan itu menjerit! Menjerit dan menjerit!
Mendadak di luar terdengar pula suara jeritan. Terdengar lagi susul
menyusul tiada henti dan dibarengi dengan suara beradunya senjata!
Belum habis kejut si kepala rampok tahu-tahu pintu kamar di dalam
mana dia berada bersama Wilarani untuk melampiaskan nafsu
terkutuknya ditendang bobol dari luar dan sesaat kemudian sesosok
tubuh menerobos masuk ke dalam!
Yang masuk ternyata seorang nenek-nenek tua berkepala botak
berjubah putih. Di tangannya sebelah kanan tergenggam seikat sapu lidi!
Wiro Sableng Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Pendekar Terkutuk Pemetik Bunga
"Iblis tua dari manakah yang berani membuat kekacauan di sini"!"
bentak si kepala rampok dengan beringas!
Si nenek tertawa melengking-lengking.
"Iblis tua dari neraka, kunyuk berewok!" balasnya membentak. "Aku
diutus oleh setan-setan neraka untuk minta kau punya jiwa!"
Dan habis berkata begini si nenek sapukan sapu lidi di tengan
kanannya! Kepala rampok terkejut sekatil Dia tak menyangka kalau sapu
lidi itu adalah satu senjata ampuh yang dapaot melepaskan angin
pukulan laksana badai hebatnya!
Sambil membentak garang laki-laki itu segera cabut goloknya yang
mempunyai panjang satu setengah meter dan lebar hampir satu jengkal!
Si nenek ganda tertawa melihat senjata lawannya. Dan sewaktu
kepala rampok itu menerjang dengan satu tebasan lihai mematikan, si
nenek kepala botak melengking-lengking lagl, berkelebat cepat dan
tebasan golok kepala rampok hanya melanda angin kosong!
Kejut si kepala rampok bukan olah-olah. Jurus yang dilancarkannya
tadi adalah jurus "Ekor Naga Menabas Gunung!" Selama ini tak satupun
manusia yang selamat dad serangaonya yang dahsyat itu. Tapi si nenek
kepala botak mengelakkannya dengan mudah dan sambil tertawa melengking-lengking! Belum lagi habis kejut kepala rampok ini tahu-tahu ujung sapu lidi
si nenek menusuk laksana kilat ke mukanya. Kepala rampok berseru
kaget dan mundur cepat ke belakang. Tapi punggungnya tertahan tembok
kamar! Dan sementara itu ujung sapu lawan memburu terus ke mukanya!
Terdengar jeritan laki-laki itu!
Seluruh mukanya hancur berlubang-lubang laksana dipantek
ratusan paku. Matanya telah buta dan darah membanjir membasahi
mukanya yang mengerikan itu! Dia melolong laksana srigala haus darah.
Kedua telapak tangan menekap muka. Tubuhnya kemudian jatuh
terjerembab ke lantai, menggelepar-gelepar beberapa kali lalu menggeletak
tiada nyawa lagi!
Wiro Sableng Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Pendekar Terkutuk Pemetik Bunga
"Perempuan kau lekas ikut!" berseru si nenek kepala botak pada
Wilarani. Wilarani yang masih dikungkung rasa terkejut dan ngeri tidak
segera bergerak mengikuti kata-kata si nenek! Sementara itu di luar
terdengar suara puluhan kaki datang berlari mendekati kamar itu!
"Ayo lekas!" teriak si nenek. "Nenek, kau siapakah" A... aaaku...."
"Perempuan geblek! Sekarang bukan saatnya bertanya!" Si nenek
kepala botak segera sambar tubuh Wilarani, memondangnya dibahu kiri
lalu lari ke pintu dengan cepat.
Tapi begitu dia sampai di ambang pintu, kira-kira dua puluh orang
anak buah rampok sudah menghadang dengan berbagai senjata di tangan!
"Ini dia kunyuk tua berkepala botak yang telah membunuh sebelas
orang kawan-kawan kita!" teriak rampok yang terdepan!
Beberapa orang dibarisan terdepan itu yang telah memandang ke
dalam kamar sama berteriak kaget! "Anjing tua ini juga telah bunuh
pemimpin kita!"
"Serbu!"
"Kalau mau mampus cepatlah maju!" teriak si nenek. Dibarengi
dengan suara tertawanya yang melengking-lengking maka sapu lidi di
tangan kanannya disapukan ke muka! Lima rampok dibarisan terdepan
terpekik! Tubuhnya rebah dengan muka berlumuran darah! Kawankawannya yang lain menjadi tambah kalap dan laksana air bah menyerbu
menerobos ambang pintu, dengan serentak kiblatkan senjata masingmasing ke arah si nenek yang sampai saat itu masih memondong tubuh
Wilarani di atas pundak kirinya. Wilarani sendiri saat itu sudah tidak
sadarkan diri alias pingsan!
"Rampok-rampok bejat! Kalian memang tak perlu dikasih hidup!"
seru si nenek! Didahului dengan tendangan kaki kanan yang
mengeluarkan angin dahsyat si nenek putar sapunya sekeliling tubuh!
Maka susul menyusullah suara pekik kematian belasan rampokl Yang
masih hidup tidak punya nyali lagi meneruskan mengeroyok si nenek
yang mereka anggap bukannya manusia tapi benar-benar iblis! Mereka
Wiro Sableng Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Pendekar Terkutuk Pemetik Bunga
yang masih hidup ini segera ambil langkah seribu. Tapi si nenek mana
mau kasih ampun! Meski rampok-rampok itu sudah lari beberapa
jauhnya, dengan kebutan sapu lidinya yang sakti itu semua perampok


Wiro Sableng 006 Pendekar Terkutuk Pemetik Bunga di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

yang larikan diri jungkir balik berpelantingan den menemui kematiannya!
Sewaktu Wilarani siuman didapatinya dirinya berada dalam sebuah
kamar yang bagus dan si nenek kepala botak berjubah putih dilihatnya
duduk di sebuah kursi goyang, duduk asyik menggoyang-goyangkan
tubuhnya sambil tertawa-tawa dan makan sepotong roti.
Wiiarani bangkit dari pembaringan di mana dia ditidurkan. Sewaktu
dia meneliti dirinya ternyata dia telah mengenakan baju jubah putih yang
bagus berenda-renda setiap tepinya.
Si nenek terus juga bergoyang-goyang di kursi itu terus juga
memakan rotinya.
"Nenek..."
"Akh... kau sudah siuman Wilarani" Bagus-bagus!"
Wilarani terkejut sewaktu si nenek menyebut namanya. Darimana
perempuan tua ini tahu dirinya. Sedangkan dia sendiri baru kali ini
bertemu muka. "Kau tidak perlu heran bila aku mengenal namamu," bicara lagi si
nenek. Lalu dicampakkannya tepi roti yang keras lewat jendela kamar.
Wilarani memandang sekilas lewat jendela itu. Di luar dilihatnya tembok
putih yang sangat tinggi menghalangi pemandangan. Pada bagian atas
tembok terdapat besi-besi berduri setinggi beberapa tombak. Kemudian
perempuan ini alihkan kembali pandangannya pada si nenek yang duduk
di kursi goyang, lalu berdiri dan melangkah kehadapan si nenek.
Dihadapan nenek kepala botak ini Wilarani menjura hormat dan berkata.
"Nenek, meski aku tidak kenal kau tapi kau telah selamatkan aku
dari perbuatan terkutuk dan kebejatan! Aku yang buruk ini haturkan
terima kasih sedalam-dalamnya..."
Si nenek tertawa gelak-gelak. Dari atas meja disampingnya diambil
lagi sepotong roti yang terletak di dalam piring. Wilarani menyadari betapa
Wiro Sableng Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Pendekar Terkutuk Pemetik Bunga
perutnya sangat lapar sewaktu dilihatnya roti yang di atas meja itu. Tapi
si nenek tidak menawarkan kepadanya.
"Kau duduk saja kembali ke pembaringan itu," memerintah si
nenek. Wilarani menurut dan duduk di tepi tempat tidur.
Karena si nenek tidak berkata-kata dan asyik terus menggerogoti
rotinya maka bertanyalah Wilarani. "Nenek, apakah aku yang rendah ini
boleh tahu siapa kau adanya dan di mana aku berada saat ini"!"
Si nenek habiskan dulu rotinya baru menjawab.
"Siapa aku"! He, itulah yang aku sendiri tidak tahu!" Lalu nenek itu
tertawa terlengking-lengking.
Wilarani tak habis heran. Nenek kepala botak ini agaknya seorang
sakti yang aneh misterius.
Dalam pada itu si nenek membuka lagi mulutnya, berkata. "Orangorang juga sering bertanya seperti kau. Siapa aku"! siapa aku"! Dan aku
selalu bilang pada mereka aku sendiri tidak tahul Kadang-kadang ada
yang keliwatan mendesak, tanya terus, tanya terus! Lalu aku jawab aku
adalah seorang nenek-nenek buruk berkepala botak!" Kembali si nenek
tertawa melengking-lengking!
Mau tak mau Wilarani ikut pula tertawal
"Ha...," si nenek hela nafas. "Kau bisa juga tertawa ya" Kata orang
kalau banyak tertawa bisa awet muda! tapi aku yang sudah tua semakin
banyak tertawa semakin keriputan! Semakin jelek!"
Wilarani tertawa cekikikan. Tapi tertawanya itu ditahan-tahan
karena khawatir si nenek akan marah! Terhadap orang bersifat aneh
musti berlaku hati-hati, demikian membathin Wilarani.
"Wilarani!" berkata si nenek sesudah roti kedua dihabiskannya. "Di
mana kau berada saat ini pun, kau tak perlu tahu! Yang penting yang
musti kau ketahui ialah bahwa kau harus diam di sini bersamaku selama
dua puluh tahun!"
Kagetlah Wilarani.
"Nenek, apa maksudmu..."!" tanya Wilarani.
Wiro Sableng Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Pendekar Terkutuk Pemetik Bunga
Lama si nenek berdiam diri, memandang lurus-lurus ke tembok
kamar dihadapannya seakan-akan pandangannya itu hendak menembus
ketebalan tembok itu.
"Selama dua puluh tahun itu kau sama sekali tidak boleh
meninggalkan tembok ini, tidak boleh keluar dari tembok yang membatasi
gedung ini! Jika kau melanggar pantangan itu, hukuman yang berat akan
jatuh atas dirimu dan kau akan disekap selama empat puluh tahun
dipenjara di bawah tanah yang gelap gulita!"
Berubahlah paras Wilarani mendengar ucapan si nenek. Dia
membathin. jika si nenek membawanya ke sini dengan maksud jahat
mengapa dia telah ditolong dari tangen perampok-peramok itu" Tapi kini
sesudah ditolong kenapa pula dia musti tinggal selama dua puluh tahun
dalam gedung itu tak boleh keluar dan jika melanggar pantangan akan
disekap dipenjara bawah tanah selama empat puluh tahun"! Sungguh
aneh! Aneh tapi diam-diam juga menggidikkan Wilarani! Kalau dia
mengikuti kehendak si nenek, berarti dua puluh tahun kemudian dia
sudah menjadi nenek-nenek pula dan dalam keadaan masih perawan,
perawan tua! Sebaliknya bila dia membantah, dia akan disekap empat
puluh tahun dalam penjara bawah tanah, ini berarti pada saat dia
dibebaskan nanti usianya sudah mencapai tujuh puluh tahun!
"Aku tahu apa yang kau pikirkan dalam benakmu!" berkata tiba-tiba
si nenek. "Dan kau juga musti tahu banyak hal tentang dunia luar,
tentang dunia persilatan! Apa yang kau ketahui tentang dunia luar,
tentang dunia persilatan"!"
"Banyak nenek...."
"Coba sebutkan!"
Wilarani bungkam. Dia memang banyak mengetahui seluk beluk
dunia luar semenjak pengembaraannya meninggalkan kampung halaman
dan tahu pula bahwa dunia luaran itu penuh dengan tokoh-tokoh
persiiatan kalangan hitam serta putih meskipun dia bukanlah seorang
yang telah mencemplungkan diri dalam dunia persilatan.
Si nenek menyeringai.
Wiro Sableng Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Pendekar Terkutuk Pemetik Bunga
"Kau bilang tahu banyak! Tapi kau tidak dapat menuturkannya!"
kata si nenek kepala botak yang sampai saat ini masth belum diketahui
namanya oleh Wilarani.
"Kau tahu Wilarani, dunia yang sekarang ini tidak sama dengan
sewaktu mula-mula Gusti Allah menjadikannya! Dulu dunia ini begitu
suci! Tapi kini keindahan itu telah lenyap tak digubris manusia-manusia
bertangan kotor berhati jahat! Kekotoran terjadi dimana-mana, kejahatan
terjadi di mana-mana, kemesuman, ketidak adilan, penindasan,
pembunuhan. Dunia kacau! Apalagi dalam kalangan persilatan. Dunia
persilatan telah terpecah dua menjadi dua golongan. Golongan putih atau
golongan yang mengutamakan kebaikan serta membantu sesama
manusia, golongan yang bercita-cita luhur demi menenteramkan bumi
Tuhan ini! Sebaliknya golongan hitam mempunyai tindakan dan cita-cita
yang berlawanan dengan golongan putih! Mereka membuat kejahatan,
kemaksiatan, kemesuman, penindasan sampai kepada pembunuhan.
Semakin hari semakin banyak juga jumlah golongan hitam ini balk yang
menjadi perampok, maupun yang menjadi bergundal-bergundal kaum
bangsawan atau kerajaan, atau yang bertindak malang melintang
seenaknya sendiri saja melakukan kejahatan tanpa pertanggungan jawab!
Demikian banyaknya penganut golongan hitam hingga golongan putih
menjadi terdesak dan kewalahan bahkan boleh dikatakan kini menjadi
banyak yang tidak berdaya menghadapi bergajul-bergajul golongan hitam
itu. Dan hampir keseluruhan tokoh-tokoh silat golongan hitam atau putih
itu adalah laki-laki! Kaum laki-laki telah mencoba untuk menentramkan
dunia ini tapi tidak berhasil. Golongan hitam telah ntembuat keonaran di
mana-mana. Membuat ribusan manusia rakyat jelata hidup dalam
kecemasan dan ketakutan dalam menghadapi hari besok dan besoknya
lagi! Kaum laki-laki telah tidak berhasil menciptakan apapun di dunia ini
demi keselamabn hidup bersama. Ketidak adilan, kekacauan, segala
macam kejahatan, pokoknya seribu satu macam kegagalan telah dibuat
kaum laki-laki!
Wiro Sableng Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Pendekar Terkutuk Pemetik Bunga
Melihat kepada kenyataan itu semua maka aku yang sudah pikun
ini yang sudah tak selembar rambutpun tumbuh di batok kepalaku ini,
merasa bahwa kini sudahlah saatnya bagi kaum perempuan untuk
bangun, untuk bangkit menggantikan kedudukan kaum laki-laki yang
telah menemui kegagalan itu! Kaum perempuan harus bangun sebagai
penegak kaadilan, pembasmi kejahatan dan musti bisa menciptakan satu
dunia yang aman tenteram dan damai!"
Lama si nenek terdiam, lama pula Wilarani termangu merenungkan
ucapan-ucapan si nenek.
"Tapi nenek," berkata Wilarani, "apakah cita-cita luhur itu mungkin
berhasil..?"
Si nenek tertawa gelak-gelak dan menggoyang-goyangkan kursi yang
didudukinya. "Kenapa tidak mungkin katamu"! Apa selama ini cuma kaum lakilaki yang bisa menjagoi dunia persilatan" Apa cuma orang laki-laki yang
bisa main silat dan memiliki iimu kesaktian"! Apa cuma orang laki-laki
yang becus mainkan pedang atau keris atau golok"! Kentut semua kalau
orang berpikir begitu! Justru orang Iaki-laki kalau tidak dibrojotkan sama
perempuan pasti tidak ada di dunia ini. Bukan begitu..."!" Si nenek
tertawa melengking-lengking.
Wilarani tak dapat pula menahan rasa gelinya lalu tertawa
cekikikan. "Memang... memang untuk melaksanakan dan mewujudkan citacita itu tidak mudah, memakan waktu lama dan penuh pengorbanan! Kita
haruslah menghubungi tokoh-tokoh silat wanita golongan putih yang
masih hidup saat ini. Mereka pasti mau diajak bersama. Seperti si Sinto
Weni yang diam di puncak Gunung Gede. Dulu dia menjagoi dunia
persilatan selama puluhan tahun, ilmunya tinggi, dihormati kawan dan
ditakuti lawan! Kabarnya kini dia sudah mengundurkan diri dari dunia
persilatan dan membersihkan diri di puncak gunung itu. Namun jika aku
menyambanginya dan tuturkan cita-citaku, pasti dia mau bergabung.
Sifatnya sangat aneh, macam orang gila! Karena itu di dunia persilatan
Wiro Sableng Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Pendekar Terkutuk Pemetik Bunga
dia dikasih gelar si Sinto Gendeng! Nah, kalau kita punya tokoh-tokoh
wanita macam Sinto Gendeng itu, masakan aku tak sanggup mewujudkan
cita-citaku"!"
Si nenek kepala botak memalingkan kepalanya pada Wilarani.
"Bagaimana" Kau pilih dua puluh tahun tinggal di sini dan ikut
bersamaku atau di sekap empat puluh tahun di bawah tanah"!"
Wilarani merenung lama sekali.
Hidupnya di dunia luar sana sejak ditinggal kekasihnya memang
sudah tak punya arti apa-apa. Di dunia ini dia hanya sebatang kara.
Orang tua sudah meninggal, sanak saudara tidak punya. Dunia penuh
dengan kekalutan dan keiahatan yang selalu memburu manusia-manusia
tak berdosa! Lagi pula sejak kekasihnya lari kawin itu keputus-asaan yang
mendalam membuat Wilarani kehilangan kepercayaan pada laki-laki!
Baginya laki-laki tiada lain seorang penipu yang bercinta dengan mulut
dan kemudian melarikan diri bila menemui perempuan lain yang lebih
cantik! Yang keturunan orang baik-baik, bangsawan kaya raya!
Diingatnya pula pertolongan serta jasa besar yang telah diberikan si nenek
kepadanya! Setelah merenung lagi beberapa lama maka akhirnya Wilarani
membuka mulut bersuara.
"Baiklah nenek tua, aku akan tinggal bersamamu di sini selama dua
puluh tahun!"
"Bagus!" Si nenek kepala botak tertawa dengan gembiranya. Dia
bergoyang-goyang beberapa lamanya di atas kursi goyangnya kemudian
berkata. "Besok pagi kau akan kumandikan dengan air kembang dua
puluh rupa! Dan mulai besok kau ku angkat menjadi muridku! Ku akan
didik kau selama dua puluh tahun! Bila otakmu cerdas dan rajin, punya
kemauan, kau kelak kuangkat jadi murid kepala, mengepalai lima puluh
janda-janda dan gadis-gadis yang sudah kukumpulkan di sini."
Wilarani berdiri dari pembaringan dan menjura dihadapan si nenek
kepala botak. "Nenek, aku haturkan terima kasih karena menaruh kepercayaan
padaku dan telah sudi mengambil aku jadi muridmu."
Wiro Sableng Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Pendekar Terkutuk Pemetik Bunga
Nenek itu manggut-manggut di kursi goyangnya.
Dia bertepuk tiga kali.
Pintu kamar terbuka. Seorang perempuan muda berparas ayu,
berjubah dan bertutup (berkerudung) kain putih masuk ke dalam kamar
itu, menjura di hadapan si orarg tua.
"Biarawati
Sembilanbelas siap menunggu perintah,"
kata perempuan ini. "Umumkan pada seisi Biara Pensuci Jagat bahwa besok akan ada
upacara pemandian biarawati baru yang akan kuangkat menjadi muridku
secara resmi!"
"Baik Eyang," menjura perempuan berjubah dan berkerudung
kepala kain putih kemudian berlalu.
Si nenek yang dipanggil Eyang oleh Biarawati Sembilanbelas tadi
menepuk tangannya dua kali. Pintu terbuka lagi. Seorang perempuan
muda yang berparas cantik dan juga mengenakan jubah serta kerudung
kepala kain putih memasuki ruangan.
Seperti Biarawati Sembilanbelas dia menjura dan berkata,
"Biarawati Tigapuluhdua siap menunggu perintah."
Dan si nenek berkata, "Perintahkan biarawati-biarawati di bagian
dapur menyediakan makanan untuk kawanmu yang baru ini!"
Biarawati Tigapuluhdua mengerling pada Wilarani sebentar
kemudian mengangguk. Setelah menjura dia segera pula meninggalkan
kamar itu. -- == 0O0 == -Wiro Sableng Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Pendekar Terkutuk Pemetik Bunga
SEPULUH Dua puluh tahun sesudah Wilarani dating pertama kali di Biara
Pensuci Jagat...
Kamar itu diselimuti kesunyian. Hampir tak ada perbedaan dengan
masa-masa di duapuluh tahun yang silam. Hanya dua manusia yang ada
di dalam kamar itulah yangkelihatan banyak berubah.
Nenek kepala botak kelihatan semakin tua. Kedua mata serta
pipinya mencekung, keriput-keriput ketuaan sukar untuk dihitung berapa
banyak menggores di mukanya. Umurnya sudah lebih dari sembilan
puluh tahun. Namun suara dan tutur katanya tetap keras dan tegas dan
pandangan matanya setajam ujung pedang! Dihadapan nenek tua kepala
botak ini duduk seorang permpuan berusia setengah abad. Rambutnya
hampir putih semuanya. Pada parasnya juga jelas keliahatan gurat-gurat


Wiro Sableng 006 Pendekar Terkutuk Pemetik Bunga di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ketuaan. Namun gurat-gurat ketuaan ini tiada sanggup memupus
kecantikan yang dimilikinya sejak masa mudanya.
"Muridku Wilarani," berkata si nenek. "Dua puluh tahun sudah
berlalu, dua puluh tahun sudah lewat. Rasanya cepat sekali. Kalau tidak
melihat kepada tampang-tampang dan perubahan yang terjadi di diri kita
rasanya masa dua puluh tahun itu seperti hari kemarin saja. Dua puluh
tahun mendidikmu dan memberi banyak tugas padamu tidak
mengecewakanku! Sebagian besar dari cita-cita yang kita rintis sudah
kelihatan buahnya. Telah banyak tokoh-tokoh golongan hitam dan
rampok-rampok rimba hijau yang kita musnahkan. Cuma sayang
beberapa tokoh silat perempuan golongan putih yang kita harapkan
bantuannya hilang lenyap tiada kuketahui. Entah mati, entah sembunyi
atau bertapa mempersuci diri! Eyang Sinto Gendeng, itu jago perempuan
yang memiliki kesaktian luar biasa ketika kusambangi ke Gunung Gede,
tak ada di pertapaannya! Tapi kita jangan kecewa. Cita-cita kita untuk
meneteramkan dunia ini, untuk mensucikan jagat milik Tuhan ini agar
kembali pada keadaan sewaktu semulanya dulu, harus kita laksanakan!
Beberapa tokoh silat perempuan sudah sepakat dengan kita untuk
Wiro Sableng Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Pendekar Terkutuk Pemetik Bunga
mengambil alih penenteram dunia ini dari tangan laki-laki. Mereka
diantaranya Dewi Kerudung Biru dan Dewi Lembah Bulan Sabit.
Sekalipun aku tak ada nanti usaha dan cita-cita kita musti terus
dijalankan karena selama dunia ini berputar, selama itu pula kejahatan
dan kekacaubalauan berlangsung! Sekarang jumlah biarawati yang ada di
dalam Biara Pensuci jagat ini sudah berjumlah seratus orang. Seratus
satu dengan kau dan seratus dua dengan aku. Lima puluh dari biarawatibiarawati itu adalah angkatan tua yang seangkatan dengan kau tapi
dibandingkan dengan kau, ilmumu jauh lebi tinggi. Kau sudah
mewariskan seluruh ilmuku, Wilarani. Yang lima puluh lainnya adalah
biarawati dari golongan baru, yang masih muda-muda. Kau dan kawankawanmu harus ajarkan ilmu kesaktian aku pernah ajarkan pada mereka.
Bila tiba saatnya mereka harus disebar di seluruh pelosok guna
menjalankan tugas yang dibebankan oleh cita-cita kita bersama!"
Si nenek kepala botak memandang ke langit-langit kamar. Ketika
kepalanya diturnkan kembali dia bicara lagi maka suaranya bernada
rawan. "Wilarani, hari ini sudah tiba saatnya bagiku untuk menerangkan
siapa namaku."
Wilarani memandang serius pada gurunya.
"Selama ini kau memanggil aku dengan sebutan nenek. Biarawatibiarawati lainnya memanggilku dengan sebutan Eyang, namun siapa aku
tetap tak satupun dari kalian yang tahu!" nenek ini terbatuk-batuk
beberapa kali baru meneruskan.
"Namaku Supit Jagat. Nama Supit Jagat ini bukan ibu atau
bapakku yang memberikannya tapi guruku sendiri jadi, nenek guru
bagimu! Guruku itu sendiri namanya adalah Supit Jagat pula! Ketika dia
mau meninggal dunia dia memberi pesan agar namanya itu kuambil
sebagai nama..! sebelumnya aku tiada bernama dan beliau cuma
memanggilku dengan sebutan "upik." Dan beliau juga berpesan agar jika
aku mempunyai murid nanti, maka murid itu harus menukar namanya
dengan Supit Jagat! Di samping aku, Biara Pensuci Jagat ini ada seratus
Wiro Sableng Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Pendekar Terkutuk Pemetik Bunga
orang muridku. Aku tidak membedakan mereka dengan kau! Tapi dari
kenyataan kau adalah murid yang paling cerdas, rajin, patuh serta yang
paling tinggi ilmunya! Karena itulah nama Supit Jagat kuwariskan
kepadamu dan musti kau pakai mulai detik ini juga. Kau mengerti?"
Wilarani mengangguk.
Supit jagat atau nenek berkepala botak itu berdiri dan melangkah
ke dinding di mana tergantung sapu lidi yang merupakan senjatanya yang
sangat sakti. Diambilnya sapu itu lalu dia melangkah ke hadapan
Wilarani. "Muridku, seikat sapu lidi ini bernama Sapu Jagat. Ini merupakan
senjata sakti yang merupakan salah satu senjata utama diantara senjata
yang termashyur di dunia persilatan! Senjata ini kuwarisi dari guruku dan
hari ini kuwariskan kepadamu!"
Tentu saja Wilarani hampir tak percaya mendengar ucapan gurunya
itu. "Ayo, terimalah!," kata Supit Jagat yang berkepala botak.
Dan Supit Jagat yang berambut putih (Wilarani) ulurkan kedua
tangannya menerima seikat sapu lidi itu.
Sewaktu telapak tangannya menyentuh sapu lidi itu Wilarani
merasakan adanya satu keanehan. Pada kedua telapak tangannya
menjalar hawa yang sangat sejuk, terus ke lengan, terus menjalar ke
seluruh kakinya. Dan pada detik itu pula tubuhnya terasa ringan laksana
mengapung di awan! Sapu Jagat ternyata telah memberikan satu
kekuatan baru yang hebat pada Wilarani sewaktu kedua tangannya
menyentuh senjata itu!
"Terima kasih, guru," kata Wilarani dengan penuh khidmat dan
menjura sampai beberapa kali.
Si nenek tertawa perlahan. Ada kelainan pada tertawanya kali ini.
Paras yang tua keriput dimakan umur sembilan puluh tahun itu kelihatan
rawan, sepasang mata yang biasanya menyorot tajam kini kelihatan
sedikit redup. Tiba-tiba Eyang Supit Jagat membentak.
Wiro Sableng Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Pendekar Terkutuk Pemetik Bunga
"Sekarang tutup kedua matamu rapat-rapat, Supit!"
Supit Jagat atau Wilarani segera menutup kedua matanya
sebagaimana yang diperintahkan. Dalam dia berpikir-pikir apa yang
hendak dilakukan gurunya tiba-tiba laksana petir menyambar, satu
tamparan keras melanda pipinya sebelah kiri! Tak ampun lagi Wilarani
rebah ke lantai tiada sadarkan diri!
Sewaktu dia sadarkan diri dan mengucek-ngucek kedua matanya,
Wilarani terkejut bikan main. Eyang Supit Jagat dilihatnya menggeletak di
lantai. Kedua matanya terpejam dan nafasnya tiada lagi!
"Guru!" pekik Wilarani.
Tapi mana sang guru bisa mendengar karena memang nyawanya
sudah putus. Dan membuat Wilarani atau Supit Jagat baru ini lebih
heran ialah ketika merasakan tubuhnya enteng luar biasa dan tenaga
dalamnya berlipat ganda sampai beberapa kali! Urat-urat di dalam
tubuhnya laksana kawat dan pemandangan serta pendengarannya
menjadi tajam sekali!
Ingatlah Wilarani kejadian sewaktu gurunya menyuruh dia
memejamkan mata! Sang guru diam-diam melakukan satu tamparan
dahsyat dan disertai dengan tamparan itu sekaligus dia telah
menyalurkan seluruh tenaga dalam ke tubuhnya untuk kemudian dia
sendiri menghembuskan nafas penghabisan, meninggal dunia!
Supit Jagat mendukung tubuh Eyang Supit Jagat ke atas
pembaringan. Pada waktu itulah di lantai dilihatnya segulung kertas.
Supit Jagat mengambil gulungan kertas itu. Di situ ada sebarisan kalimat
yang berbunyi, "Surat ini baru boleh dibuka besok siang tengah hari tepat. "
Esok harinya tepat di tengah hari ketika sang surya bersinar terik di
titik kulminasinya maka di dalam Biara Pensuci Jagat seratus satu biarawati
berkumpul di ruangan besar.
Sebelumnya pada pagi hari jenazah guru mereka telah dikuburkan di
taman di bagian muka gedung Biara.
Wiro Sableng Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Pendekar Terkutuk Pemetik Bunga
Suasana sunyi sepi dalam ruangan besar itu. Sunyi sepi serta masih
diselimuti rasa duka cita karena berpulangnya guru mereka yang juga
merupakan Ketua Biarawati.
Wilarani yang kini sudah mewariskan nama Supit Jagat tapi belum
diketahui oleh biarawati-biarawati di situ berdiri dari kursinya.
"Biarawati Satu," katanya, "Harap datang ke sini dan bacakan surat
yang ditinggalkan oleh Ketua kita."
Biarawati Satu, seorang yang sudah lanjut usianya berdiri. Dari
Wilarani diterima segulung kertas. Dia melangkah ke mimbar dan membuka
gulungan kertas itu. Kemudian terdengarlah suaranya membacakan isi surat
yang dibuat Eyang Supit Jagat sebelum matinya.
Muridku sekalian,
Jika kalian membaca suratku ini maka aku sudah tidak ada,
sudah dikubur di dalam tanah, kembali pada Tuhan yang
menciptakanku dan kalian semua!
Meski kini cuma kuburku yang kalian lihat, meskipun aku
tidak berada lagi diantara kalian namun cita-cita kita yang luhur
untuk menenteramkan dunia ini dari segala malapetaka dan
kegagalan yang dibuat oleh kaum lakl-laki, harus tetap kalian
lanjutkan! Selama aku hidup diantara kalian, kita semua berada dalam
keadaan rukun tenteram penuh persatuan. Bila kini aku sudah
tidak ada, kerukunan dan ketenteraman serta persatuan itu harus
kalian pupuk terus. Jika kalian pecah dan berselisih, berarti
hancurnya cita-cita yang hendak kita laksanakan dan dalam
kuburku aku akan mengutuk kalian sebagai murid-murid murtad!
Suratku ini juga kutulis untuk menerangkan sedikit tentang
diriku. Selama ini kalian memanggilku dengan sebutan Eyang atau
guru atau nenek. Puluhan tahun hidup bersamaku kalian tidak
tahu siapa namaku.
Namaku adalah Supit Jagat.
Pada hari ini namaku itu kuwariskan kepada Biarawati
Wilarani. Untuk selanjutnya dia berhak memakai nama itu dan di
hari ini pula kuresmikan dia sebagai Ketua kalian yang baru!
Kepadanya telah kuwariskan senjata sakti bernama Sapu Jagat!
Siapa-siapa diantara kalian yang kecewa dengan
keputusanku ini, siapa-siapa diantara kalian yang tidak senang,
sebelum kalian menjadi pengkhianat pengkhianat, lebih baik kalian
angkat kaki tinggalkan Biara Pensuci Jagat ini atau rohku akan ke
luar dari liang kubur untuk mencekik kalian semua!
Wiro Sableng Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Pendekar Terkutuk Pemetik Bunga
Surat itu selesai dibaca oleh Biarawati Satu kemudian diserahkan
kembali kepada Wilarani atau yang kini bernama Supit Jagat dan menjadi
Ketua Biara Pensuci Jagat!
Supit Jagat menggulung surat itu baik-baik. Dia berdiri di mimbar,
memandang berkeliling kemudian berkata, "Mungkin ada diantara saudarasaudaraku yang ingin bicara atau mengeluarkan pendapatnya?"
Tak ada satu orangpun yang menjawab. Tapi diantara para biarawatibiarawati itu terdengar suara saling berbisik-bisik. Supit Jagat bertanya
sekali lagi. "Tidak ada yang mau bicara dan keluarkan pendapat" Terutama
mengenai pengangkatanku oleh mendiang guru kita sebagai Ketua Biara?"
"Boleh aku bicara?"
Tiba-tiba terdengar suara dari balik gang besar yang menjadi salah
satu ruangan luas itu. Semua biarawati termasuk Supit Jagat terkejutnya
bukan main, karena suara itu adalah suara Iaki-laki! Dan seperti diketahui
dalam Biara Pensuci Jagat itu, tak ada satu orang laki-lakipun yang ada
atau diam di sana! Semua mata dengan serta merta merta diarahkan ke
belakang tiang besar. Dan seorang laki-laki melangkah seenaknya menuju
ke mimbar! -- == 0O0 == -Wiro Sableng Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Pendekar Terkutuk Pemetik Bunga
SEBELAS LAKI-LAKI ini masih muda belia. Rambutnya gondrong menjela-jela
sampai ke bahu. Parasnya gagah, sikapnya waktu melangkah meski acuh
tak acuh dan seenaknya namun mengandung kewibawaan dan
keperkasaan. Enam langkah dari mimbar dia berhenti dan menjura pada
Supit Jagat kemudian melayangkan senyuman pada puluhan biarawatibiarawati yang duduk di ruangan itu.
Semua orang membathin siapakah adanya pemuda ini dan cara
bagaimanakah dia bisa masuk ke dalam gedung Biara Pensuci Jagat"
Pintu gerbang dikunci, seseorang yang tak tahu rahasia membuka pintu
itu, meski bagaimanapun hebat serta tinggi ilmunya niscaya dia tak
sanggup membukanya! Melompati tembok juga mustahil. Tembok
halaman saja tingginya lima tombak dan ditambah besi-besi panjang
berduri setinggi tiga tombak! Di samping itu apakah kedatangan pemuda
asing tak dikenal ini membawa maksud baik atau niat jahat"!
Akan tetapi Supit Jagat meski keterkejutannya serta rasa tidak enak
menyelinapi hatinya, namun melihat si pemuda menjura hormat
kepadanya dia balas menganggukkan kepala, tapi tetap tutup mulut
menunggu sampai si pemuda bicara duluan.
"Apakah saat ini aku berhadapan dengan Ketua Biara Pensuci
Jagat"!" tanya pemuda itu.
Melihat pada pertanyaan yang diajukan ini Supit Jagat segera
mengetahui bahwa pemuda itu belum berada lama di ruangan tersebut.
Paling lama sejak ketika Biarawati Satu membaca bagian terakhir dari
surat mendiang Ketua Biara yang lama.
"Betul orang muda, kau memang berhadapan dengan Ketua Biara
Pensuci Jagat," menjawab Supit Jagat.
"Ah... syukur. Syukur kalau begitu....' Si pemuda garuk kepalanya
dua kali. Wiro Sableng Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Pendekar Terkutuk Pemetik Bunga
"Orang muda harap terangkan siapa kau. Bagaimana caramu bisa
masuk ke gedung ini dan apakah membawa niat baik atau buruk?" tanya
Supit Jagat. Pemuda itu tertawa malu macam anak kecil. "Namaku buruk,"
katanya, "jadi tak usahlah aku beri tahu pada Ketua Biara Pensuci Jagat.
Mohon maaf. Apalagi aku orang tolol dan banyak mencap aku ini berotak
miring.... "
Biarawati Lima, seorang nenek-nenek berbadan sangat gemuk yang
punya penyakit darah tinggi lekas naik darah, berdiri dari kursinya dan
membentak. "Pemuda sedeng! Di sini bukan tempat melawak! Lekas katakan apa
maksudmu menyelinap ke sini. Jika kau membawa niat jahat kupatahkan
batang lehermu dan kulemparkan mayatmu ke luar tembok!"
Si pemuda naikkan kedua alis matanya.
"Galak betul! Galak betul!" katanya. "Aku datang ke sini bukan
untuk melawak. Kau lihat sendiri ibu tua, tak ada satu hal lucupun yang
aku buat. Tak ada satu orang disini yang tertawa! Bagaimana kau bisa
bilang aku melawak"!"
Beberapa arang Biarawati tertawa sembunyi-sembunyi. Biarawati
Lima merah mukanya lalu berseru pada Supit Jagat, "ketua, harap
izinkan aku menghajar pemuda edan ini!" Ketua Biara Pensuci Jagat
lambaikan tangan memberi isyarat agar mempersabar diri. Dia maklum
kalau si pemuda bisa menyelinap masuk ke dalam gedung, pastilah dia
bukan sembarang orang!
"Orang muda, kuharap kau bisa bicara seperlunya mengingat di
mana kau berada saat ini dan mengingat pula kau adalah tamu yang
tidak diundang," berkata Supit Jagat.
"Sekarang harap terangkan apa maksud kedatanganmu ke sini."
"Aku datang membawa maksud baik dan persahabatan," kata si


Wiro Sableng 006 Pendekar Terkutuk Pemetik Bunga di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pemuda. "Hem, begitu" maksud baik dan persahabatan macam manakah
kiranya?" tanya Ketua Biara Pensuci Jagat pula.
Wiro Sableng Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Pendekar Terkutuk Pemetik Bunga
Si pemuda memandang dulu berkeliling lalu kembali palingkan
kepala pada Supit Jagat. "Ketua", katanya, "kau saksikan sendiri,
sebagian besar dari biarawati-biarawati di sini adalah perempuanperempuan muda dan cantik-cantik...."
"Pemuda kurang ajar! Mulutmu pantas untuk disumpal dengan
ujung pedangku!" bentak seorang biarawati. Tapi Ketua Biara Pensuci
Jagat kembali lambaikan tangan memberi isyarat agar anak buahnya itu
tidak bertindak kesusu dan duduk kembali ke kursinya.
Kepada si pemuda sang Ketua berkata, "Teruskan ucapanmu!"
Setelah terbatuk-batuk beberapa kali baru si pemuda membuka
mulutnya kembali. "Kerbau sekandang bisa dikurung! Harimau berlusinlusin bisa disekap! Tapi kecantikan perempuan tak bisa dikurung, tak
bisa disembunyikan, tak bisa disekap! Betul atau tidak..."!"
Diam-diam Ketua Biara yang baru ini menjadi gemas juga dalam
hatinya. "Orang muda, ucapanmu terlalu berbelit-belit! Bicara saja secara
singkat tapi jelas!"
Si pemuda hela nafas dan garuk kepala beberapa kali. Beberapa
orang biarawati dari golongan tua berdiri dari kursi dan berseru, "Ketua,
kehadiran pemuda ini lebih lama tidak menyenangkan kami! Narap beri
izin kami untuk mengusimya!"
Pemuda itu memandang pada beberapa orang biarawati itu. "Kalian
punya hak untuk mengusirku! Tapi alangkah memalukan bila nanti kalian
tahu kedatanganku secara baik-baik ini disambut dengan pengusiran!"
"Baik atau jahat maksud kedatanganmu, kami tidak suka kau hadir
di sini." "Eh, apakah kau yang menjadi Ketua di sini?" ejek si pemuda.
Merahlah muka si biarawati.
Dia segera hunus pedangnya dan melompat mengirimkan satu
serangan ganas. Si pemuda sedikit pun tidak bergerak! Malahan dengan
sikap acuh tak acuh dia berpaling pada Ketua Biara Pensuci Jagat.
Sementara tebasan pedang datang menyerangnya dia berseru, "Ketua!
Wiro Sableng Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Pendekar Terkutuk Pemetik Bunga
Sungguh penyambutan yang memalukan. Bukannya aku disuguhi
minuman malah dikasih tebasan pedang!"
Angin pedang menyambar tanda senjata maut sudah berkelebat
dekat sekali! Tapi si pemuda masih juga memandang pada Ketua Biara
Pensuci Jagat seakan-akan tak perduli atau tak tahu apa-apa kalau
dirinya diserang!
Namun! Seruan tertahan bahkan kaget memenuhi ruangan itu. Seratus
pasang mata melotot. Biarawati yang menyerang si pemuda kelihatan
berdiri terhuyung-huyung sedang pedang yang tadi dipakainya untuk
menyerang kini kelihatan berada dalam tangan si pemuda! Jurus yang
dimainkan Biarawati Tujuhbelas tadi adalah jurus yang cukup lihai dalam
ilmu pedang Biara Pensuci Jagat. Tapi si pemuda menghancur leburkannya dalam satu gebrakan saja dan dengan sikap acuh tak acuh,
sambil bicara dengan Ketua mereka! Betul-betul hebat!
Biarawati golongan muda yang sejak tadi tertarik akan kecakapan
tampang si pemuda kin! semakin tertarik melihat ketinggian ilmu pemuda
itu. Dan dalam hati masing-masing mereka membathin siapakah gerangan
pemuda ini"!
"Ketua Biara Pensuci Jagat," kata si pemuda, "kedatanganku ke sini
dengan maksud baik dan bersahabat, tapi orangmu telah menyerangku!
Orang lain mungkin sudah kalap dan tak terima perlakuan ini! Tapi aku
orang tolol dan rendah, tak apa-apa. Ini soal biasa! Perempuan kalau
sudah beringas memang suka menyerang duluan!"
Dengan tertawa-tawa pemuda itu memutar tubuhnya dan
melangkah kehadapan biarawati yang tadi menyerangnya. Dia
membungkuk sedikit lalu mengangsurkan senjata itu seraya berkata .
"Harap kau suka terima pedangmu kembali dan maaf kalau aku bikin kau
jadi kalap. "
Biarawati itu tak berkata apa-apa. Diambilnya pedangnya kemudian
berlalu dengan cepat.
Wiro Sableng Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Pendekar Terkutuk Pemetik Bunga
"Orang muda, jika kau betul-betul datang dengan niat baik dan
bersahabat, bicaralah seringkas mungkin!"
Pemuda itu mengangguk.
'Tadi aku sudah bilang bahwa kecantikan itu tak bisa disembunyisembunyikan, tak bisa dibendung dengan tembok setinggi apapun!
Kecantikan sebagian besar biarawati biarawati di sini telah diketahui oleh
dunia luar dan tokoh-tokoh persilatan! Telah sampai ke telinga seorang
tokoh golongan hitam bergelar Pendekar Pemetik Bunga.... "
Si pemuda tak bisa teruskan keterangannya karena sampai di situ
suasana di ruangan tersebut menjadi ribut! Terpaksa Ketua Biara
memberi tanda untuk menenangkan suasana.
Dan si pemuda meneruskan keterangannya pula.
"Jika kalian di sini pada gaduh mendengar nama Pendekar Pemetik
Bunga berarti kalian sudah tahu manusia macam apa dia adanya!"
Pemuda itu palingkan kepalanya pada Supit Jagat. "Ketua Biara," dia
berkata lagi, "aku mendapat kabar bahwa manusia terkutuk itu berada di
sekitar sini akhir-akhir ini. Dan kabarnya lagi, dia akan mendatangi Biara
ini untuk melaksanakan perbuatan-perubatan mesumnya selama ini!"
Suasana tegang dan sunyi laksana dipekuburan mencekam ruangan
besar itu. Di dalam kesunyian yang tegang itu, diam-diam Biarawati Satu
berkata kepada Ketua Biara Biara Pensuci Jagat dengan ilmu
menyusupkan suara.
"Ketua, hatiku tetap bercuriga pada pemuda ini. Aku yakin dia
datang bukan dengan maksud baik. Apa yang diucapkannya cuma omong
kosong belaka."
"Yang aku herankan ialah bagaimana dia bisa masuk kesini,"
menyahuti Supit Jagat. "Meski ilmu tinggi tapi selama puluhan tahun tak
ada satu tokoh silatpun yang sanggup masuk ke Biara ini, apalagi tanpa
setahu kita!"
Biarawati satu bertanya, "Apa perlu aku suruh beberapa orang-orang
kita untuk menyelidik sekeliling tembok dan pintu gerbang"!"
Wiro Sableng Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Pendekar Terkutuk Pemetik Bunga
"Lakukanlah!" kata Supit Jagat pula.
Maka sepuluh orang biarawati angkatan muda segera keluar
meninggalkan ruangan itu. Pemuda rambut gondrong tersenyum. Matanya
tidak buta. Dia telah melihat tadi mulut Biarawati Satu dan Ketua Biara
Pensuci Jagat bergerak-gerak. Pasti ada yang dibicarakan kedua orang itu,
dan pasti menyangkut dirinya.
"Ketua Biara Pensuci Jagat," kata sipemuda seraya rangkapkan
kedua tangan di muka dada. "Rupanya kau dan biarawati-biarawati di sini
sangat bercuriga padaku."
"Tentu saja," sahut Supit Jagat. "Kau datang tanpa diundang, masuk
dan bicara seenaknya, tidak mau terangkan diri!"
"Apakah kau tidak percaya kalau Pendekar Pemetik Bunga akan
mendatangi tempatmu ini...?"
"Dia boleh datang dengan maksud jahat. Tapi dia musti tinggalkan
kepala di sini!"
Sipemuda tertawa bergelak.
"Nama Biara Pensuci Jagat memang sudah lama dikenal dalam dunia
persilatan. Ketuanya Supit Jagat memang sakti luar biasa. Tapi jangankan
kau, gurumu sendiripun tiada sanggup menghadapi Pendekar Pemetik
Bunga!" "Kau menghina guru dan Ketua kami!" teriak beberapa Biarawati.
Mereka menyerbu si pemuda. "
Supit Jagat tidak berusaha menahan. Dia ingin lihat sampai dimana
kehebatan pemuda berambut gondrong itu. Sepuluh pedang menyambar
dengan mengeluarkan suara angin bersiuran. Karena yang menyerang itu
adalah biarawati-biarawati dari golongan tua yang ilmunya sudah
sempurna maka kehebatan serangan itu tidak terkirakan dahsyatnya.
Dalam sekejapan mata tidak bisa tidak tubuh si pemuda akan tersatai!
Atau akan terputus berkeping-keping!
"Sungguh memalukan!" seru si pemuda. "Di sarang sendiri biarawatibiarawati yang katanya mau mensucikan dunia ini dari segala kekotoran,
menyerang main keroyok!"
Wiro Sableng Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Pendekar Terkutuk Pemetik Bunga
"Bagi manusia-manusia edan tak tahu peradatan dan kurang ajar,
tak perlu merasa malu!" sentak salah seorang dari biarawati yang
menyerang. Sekejap kemudian ruangan besar itu bergemuruh oleh suara
beradunya sepuluh badan pedang yang menimbulkan bunga api yang
terang sekali! Semua orang berseru kaget. Ketua Biara Pensuci Jagat membuka
matanya lebar-lebar. Tapi si pemuda yang tadi hendak dikermus lenyap
dari pemandangan, entah kemana!
Tiba-tiba terdengar suara salah seorang biarawati. "Hei! Lihat!
Manusia itu sudah bergantung pada kawat lampu!"
Semua kepalapun mendongak ke langit-langit di atas ruangan!
Ternyata betul. Pemuda berambut gondrong itu bergantung di langit-langit
ruangan dengan tangan kirinya memegangi kawat kecil lampu yang
menerangi ruangan besar itu! Kalau dia tidak memiliki ilmu mengentengi
tubuh yang tinggi luar biasa, pastilah kawat itu akan putus!
"Pemuda edan!" pekik seorang biarawati, "jangan kira aku dan
kawan-kawan tidak sanggup mengejar kau ke atas sana!"
Sepuluh tubuh berjubah putih laksana anak-anak panah melesat ke
atas dan serentak itu pula kirimkan serangan pedang yang lebih ganas
yaitu jurus "Menabas Gunung Menusuk Rembulan"
Terdengar suara bersiut-siut dan sedetik kemudian disusul oleh
suara jatuhnya lampu minyak besar yang tergantung di langit-langit
ruangan! Kacanya dan semprongnya pecah bertebaran, minyak tumpah
membasahi lantai! Sepuluh pedang biarawati-biarawati tadi nyatanya telah
menabas putus kawat lampu hingga jatuh pecah berantakan ke lantai.
Dan hebatnya lagi saat itu si pemuda sudah berdiri lagi di
tempatnya semula sebelum diserang pertama kali tadi. Berdiri diantara
pecahan kaca dan minyak lampu sambil tertawa-tawa rangkapkan tangan
di muka dada! Penasaran sekali sepuluh biarawati segera menukik dan hendak
lancarkan serangan untuk ketiga kalinya!
Wiro Sableng Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Pendekar Terkutuk Pemetik Bunga
Tapi kali ini Ketua Biara Pensuci Jagat cepat berseru. "Tahan!"
Meski hati gusar tapi sepuluh biarawati hentikan serangan namun
ketika turun kelantai kembali tetap membentuk posisi mengurung si
pemuda! "Para biarawati harap kembali ke tempat," perintah Ketua Biara
Pensuci Jagat. Sepuluh biarawati turun perintah itu. Mereka sarungkan
pedang masing-masing dan duduk kembali ke tempat semula.
Disaat itu pula sepuluh biarawati yang tadi disuruh menyelidik
keluar gedung kembali memasuki ruangan.
Dengan ilmu menyusupkan suara Ketua Biara Pensuci Jagat
hendak bertanya pada biarawati-biarawati itu, tapi mendadak si pemuda
sudah mendahului!
"Bagaimana?" tanyanya. "Apa kalian menemui tembok pagar yang
bobol atau pintu gerbang yang rusak"!"
Sepuluh biarawati itu tiada perdulikan pertanyaan si pemuda
melainkan melangkah ke hadapan Ketua mereka dan melaporkan bahwa
tidak ada satu tanda yang mencurigakanpun di luar sana. Semuanya
beres dan rapi! Ketua Biara Pensuci Jagat anggukkan kepala dan suruh
sepuluh biarawati itu kembali ke tempat masing-masing.
"Pemuda," berkata sang Ketua. "Ilmu yang barusan kau
pamerkan..."
"Ah...!" memotong pemuda itu. "Siapa yang pamerkan ilmu!"
tanyanya. "Orang diserang toh musti mengelak" Siapa sih orangnya yang
mau ditusuk-tusuk dengan pedang" Yang mau dicincang" Kucing
budukpun pasti larikan diri atau mengelak!"
Tenggorokan Supit Jagat turun naik beberapa kali. Kemudian dia
berkata lagi. "Meski ilmumu setinggi gunung sedalam lautan, meski
pengalamanmu saluas bumi, tapi jika kau datang ke sini dengan
membawa niat jahat, jangan harap kau bisa keluar hidup-hidup dari sini!"
Si pemuda menghela nafas.
"Apakah kalian di sini tuli semua" Apa aku sejak tadi cuma bicara
dengan tonggak-tonggak mati"!" katanya. Lalu dia meneruskan. "Pertama
Wiro Sableng Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Pendekar Terkutuk Pemetik Bunga
datang aku sudah bilang bahwa maksudku ke sini adalah membawa niat
baik dan bersahabat! Bahkan aku kasih keterangan pada kalian di sini
bahwa Biara ini dan kalian semua sedang terancam bahaya! Bahaya itu
datangnya belum tentu tapi pasti datang! Bahaya Pendekar Pemetik
Bunga! Tapi kalian bukannya percaya, malah bercuriga padaku! Malah
menyerang aku! Aku yang edan apa kalian yang keblinger!"
"Kalau kau datang betul membawa niat baik dan bersahabat,
mengapa datang tidak memberi tahu lebih dulu" Mengapa lancang masuk
dengan diam-diam ke tempat orang"!" Si pemuda tertawa.
"Kalian sedang rapat! Sedang adakan pertemuan! Kalau aku datang
dengan mengetuk pintu gerbang sana atau berteriak-teriak memberi
salam, pastilah akan mengganggu rapat kalian."
"Kau memang sudah mengganggu kami!" semprot Biarawati Lima
yang memang sejak tadi belum habis rasa penasarannya.
Si pemuda angkat bahu.
Dipalingkannya tubuhnya pada Ketua Biara Pensuci Jagat, dan
berkata. "Ketua, jika kau dan semua orang di sini menganggap aku telah
mengganggu kalian dan mengacaukan suasana pertemuan ini mohon
dimaafkan. Aku tak akan mengganggu lebih lama."
Pemuda itu menjura dua kali di hadapan Supit Jagat. "Cuma jangan
menyesal kalau keteranganku nanti terbukti benar!"
Pemuda ini menjura satu kali pada barisan biarawati-biarawati yang
duduk berjejer-jejer di kursi lalu segera hendak putar badan tinggalkan
ruangan itu! Mendadak biarawati gemuk tadi berteriak.
"Ketua! Bukan mustahil pemuda ini sendiri Pendekar Pemetik Bunga
itu!" Supit Jagat tercekat hatinya. "Ya, bukan tak mungkin," katanya
membathin. Cepat-cepat dia bertepuk tiga kali dan keseluruhan biarawati
yang duduk di kursi berdiri cepat, menyebar di seluruh tepi ruangan,
Wiro Sableng Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Pendekar Terkutuk Pemetik Bunga
menjaga jendela-jendela dan menjaga pintu-pintu! Tak mungkinlah bagi si
pemuda untuk meninggalkan tempat itu kini!


Wiro Sableng 006 Pendekar Terkutuk Pemetik Bunga di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Lebih-lebih ketika terdengar suara. "Sret... sret..., sret...!" Suara
pedang yang dicabut dari sarungnya! Seratus pedang kini melintang di
tangan! -- == 0O0 == -Wiro Sableng Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Pendekar Terkutuk Pemetik Bunga
DUABELAS Si pemuda memandang berkeliling ruangan dengan kerenyitkan kulit
kening. "Apa-apaan ini"!" tanyanya membentak.
"Jika kau tidak mengaku bahwa kau adalah Pendekar Pemetik Bunga
sendiri, jangan harap kau bisa keluar hidup-hidup dari sini!" hardik Ketua
Biara Pensuci Jagat.
"Eeeeee... kenapa memaksa aku yang bukan-bukan"!"
"Jangan banyak bacot! Mengaku atau mampus"!" Yang membentak
kali ini adalah Biarawati Lima.
Si pemuda geleng-geleng kepala. "Tidak sangka biarawati-biarawati
yang berhati suci jujur bisa bicara membentak dan galak, serta agak kotor!"
Biarawati Lima melompat ke muka. Pedangnya diacungkan tepattepat ke arah hidung si pemuda. Dia berpaling pada Supit Jagat. "Ketua,
tunggu apa lagi"!"
"Pemuda, kau sungguh tidak mau mengaku diri"!" bertanya Ketua
Biara Pensuci Jagat.
"Kalau aku tidak mengaku, aku mau dibikin mampus! Kalau aku
mengaku bahwa aku Pendekar Pemetik Bunga, seribu kali lebih mampus!
Kuharap kalian semua suka berpikir pakai otak dan jangan galak-galakan!
Tak ada perlunya! Kalau aku Pendekar Pemetik Bunga sudah sejak tadi
terjadi kemesuman di ruangan ini!"
Ketua Biara Pensuci Jagat menimbang ucapan si pemuda. Memang
betul juga, kalau pemuda ini adalah Pendekar Pemetik Bunga tentu sudah
sejak tadi terjadi hal-hal yang mengerikan!
"Sekarang, apakah kalian mau memberi jalan padaku untuk keluar
dari sini"!" terdengar si pemuda bertanya.
"Sebelum kau terangkan siapa kau punya nama, berasal dari mana
dan juga terangkan gelarmu, baru kami akan izinkan kau berlalu dari sini!"
kata Supit Jagat pula.
Wiro Sableng Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Pendekar Terkutuk Pemetik Bunga
Pemuda itu garuk-garuk kepalanya. Tiba-tiba meledaklah tertawanya! Lantai, dinding, langit-langit den tiang ruangan bergetar oleh
kumandang tertawanya yang panjang ini. Setiap hati manusia yang ada di
situ, termasuk Ketua Biara Pensuci Jagat sendiri ikut tergetar oleh
kehebatan suara tertawa si pemudal
"Kenapa kau tertawa"!" bentak Ketua Biara Pensuci Jagat.
"Siapa yang tidak bakal geli dan ketawa!" menyahut si pemuda.
"Mula-mula kalian tanya siapa aku" Siapa namaku. Siapa gelarku den
sekarang tanya aku berasal dari mana atau tinggal di mana"! Persis
pertanyaan-pertanyaan begitu macam muda mudi yang sedang pacarpacaran!" Merahlah pares Ketua Biara Pensuci Jagat.
"Tak dapat dihindarkan lagi bahwa lantai ruangan ini akan basah
oleh darahmu, pemuda bermulut kurang ajar!" teriak sang Ketua. Dia
gerakkan tangan memberi isyarat. Dan selangkah demi setangkah, seratus
biarawati dari angkatan tua dan muda, dengan pedang ditangan masingmasing, maju mendekati si pemuda!
Gilanya pemuda itu masih juga berdiri tertawa-tawa di tengah
ruangan, memandang berkeliling dan garuk-garuk rambutnya yang
gondrong! Tiba-tiba seratus pekikkan laksana guntur yang hendak
meruntuhkan gedung biara itu berkumandang! Seratus pedang berkiblat!
"Buset!" Si pemuda membentak tak kalah nyaring. Diiringi dengan
suitan yang memekakkan telinga dia melompat tinggi-tinggi ke atas,
kepalanya hampir menyundul langit-langit. Dalam tubuh mengapung
begitu rupa pemuda ini berseru, "Ketua, harap kau sudi hentikan
serangan ini dulu!"
"Serang terus!" sebaliknya Ketua Biara Pensuci Jagat berteriak.
"Aku tak mau kesalahan. tangan dan cari permusuhan dengan
kalian! Kita adalah sama-sama satu golongan!"
"Jangan ngaco!" tukas Biarawati Lima.
Wiro Sableng Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Pendekar Terkutuk Pemetik Bunga
"Ketua Biara, aku betul-betul tidak mau bikin cilaka orang-orangmu!" berseru lagi si pemuda.
Tapi sang Ketua Biara tak mau ambil perduli malah membentak
lebih keras agar orang-orangnya menggempur pemuda itu. Puluhan
biarawati melesat ke atas, puluhan pedang berkelebat!
Pemuda itu menggerendeng dalam hatinya. Kedua telapak
tangannya dikembangkan dengan cepat kemudian dipukulkan ke bawah!
Maka angin dahsyat laksana topan menderu ke bawah memapasi
serangan-serangan lawan. Betapapun puluhan biarawati-biarawati itu
bersikeras menyerbu ke atas dan kerahkan tenaga dalam serta ilmu
meringankan tubuh mereka namun tiada berhasil. Mereka laksana
tertahan oleh satu dinding baja yang tak kelihatan. setiap mereka melesat
ke atas, tubuh mereka kembali mental ke bawah berpelantingan, banyak
yang mendeprok jatuh duduk!
Heranlah sang Ketua Biara Pensuci Jagat menyaksikan hal ini. Ilmu
apakah gerangan yang dimiliki pemuda itu, demikian dia membathin.
Melihat betapa orang-orangnya mengalarni kesia-siaan, tiada hasil
melakukan serangan mereka maka Supit Jagat sendiri segera turun dari
mimbar dan berseru, "Pemuda, turunlah! Hadapi aku!"
"Ah... Ketua Biara, sungguh satu kehormatan yang kau sendiri juga
mau turun tangan pada budak hina ini," dan sementara itu sepasang
mata si pemuda melirik ke pintu di ujung kanan yang kini tiada terjaga
lagi karena keseluruhan biara di ruangan itu ambil bagian menyerangnya.
"Tapi," melanjutkan si pemuda sementara kedua telapak tangannya
masih terus juga dipukulkan berkali-kali ke bawah memapasi seranganserangan lawan, "harap maaf, saat ini aku tidak punya kesempatan untuk
main-main dengan kau! Lagi pula aku anggap kita semua ini adalah orang
satu golongan! Sampai jumpa Ketua Biara!"
Pemuda itu melompat ke samping lalu menukik ke arah pintu.
Penasaran sekali Ketua Biara Pensuci Jagat lepaskan satu pukulan jarak
jauh yang dahsyat!
"Braak!"
Wiro Sableng Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Pendekar Terkutuk Pemetik Bunga
Sebagian tiang pintu yang besarnya lebih dari sepemeluk tangan
hancur lebur. Tapi si pemuda sudah lenyap!
"Kejar!" teriak Supit Jagat. "Kita musti tangkap manusia itu hidup
atau mati!"
Maka ruangan besar itupun kosong melomponglah kini. Semua
biarawati termasuk Supit Jagat rnenghambur ke luar. Seluruh halaman
diperiksa. Pintu gerbang dibuka dan belasan biarawati mengejar keluar dan
belasan iainnya melompat ke atas atap, namun si pemuda lenyap tiada
bekas! Supit Jagat memerintahkan orang-orangnya untuk kembali masuk ke
dalam Biara. Dan waktu mereka memasuki ruangan pertemuan tadi,
semuanyapun terkejutlah!
Di lantai ruangan, dikursi-kursi dan di beberapa bagian dinding
ruangan sebelah bawah bertebaran puluhan deretan angka 212.
"Dua satu. Dua!" desis Supit Jagat. Ketua Biara Pensuci Jagat ini
memandang biarawati-biarawati angkatan tua. Ya, hanya mereka yang
seumur dengan dialah yang mengerti apa arti angka 212 itu sedang
biarawati-biarawati angkatan muda hanya melongo tak mengerti!
Ketua Biara Pensuci Jagat memberi isyarat pada kira-kira sepuluh
orang biarawati angkatan tua agar mengikutinya masuk ke dalam sebuah
kamar. Ketua Biara ini duduk di kursi goyang yang dulu menjadi kursi
kesayangan Ketua mereka yang telah meninggal dunia. "Sekarang kita
sudah tahu siapa adanya pemuda itu," berkata Supit Jagat. "Dia bukan
lain dari Wiro Sableng Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212, murid Eyang
Sinto Gendeng dipuncak gunung Gede yang menurut guru kita tempo hari
merupakan kawan baiknya!"
"Kalau begitu," menyela Biarawati Lima yang bertubuh gemuk
pendek dan yang tadi paling gemas terhadap pemuda itu, "keterangan yang
diberikannya bukan omong kosong belaka!"
"Betul!" Supit Jagat anggukkan kepala.
Wiro Sableng Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Pendekar Terkutuk Pemetik Bunga
"Kalau dia mernang golongan kita sendiri, sama-sama golongan
putih," kata Biarawati Sembilan. "Kenapa tidak siang-siang dia terangkan
diri..."!"
"Pemuda itu memang aneh," menyahut Ketua Biara Pensuci Jagat.
"Kadang-kadang orang menganggapnya pemuda gila, edan kurang ingatan!
Kalau kalian kenal pada gurunya, gurunya Eyang Sinto Gendeng itu lebih
gila lagi! Gila dan edan, bicara seenaknya! Bahkan dalam bertempur
menyabung nyawapun dia tertawa-tawa atau bersiul-siul seperti yang
kalian lihat tadi! Sinto Gendeng ataupun muridnya yang tadi memang
bukan orang-orang yang suka agul-agulkan nama atau obral gelar di manamana. Kurasa itulah sebabnya pemuda tadi tidak mau kasih keterangan
siapa dia sebenarnya!"
Sunyi beberapa lamanya.
"Ketua, bagusnya kita segera bersiap-siap menjaga segala
kemungkinan atas datangnya Pendekar Pemetik Bunga itu!"
"Ya. Biarawati Satu, kau atur semuanya. Perketat penjagaan! Tambah
alat-alat rahasia di sekitar tembok dan pintu gerbang!"
"Perintah akan kami jalankan, Ketua," sahut Biarawati Satu, lalu
bersama kawan-kawannya yang lain segera meninggalkan tempat itu
setelah terlebih dahulu menjura memberi hormat.
Sementara itu dua orang biarawati muda yang kelelahan mencari-cari
Wiro Sableng di luar tembok halaman dan yang bekerjadi bagian dapur
biara segera langsung menuju ke bagian dapur itu. Sesudah minum
melepaskan dahaga mereka bermaksud akan meneruskan pekerjaan
mereka sehari-hari di dapur. Namun betapa terkejutnya kedua
biarawati sewaktu masuk ke dalam dapur, mereka mendapatkan
seorang pemuda yang bukan lain Wiro Sableng Pendekar Maut Naga
Geni 212 tengah duduk di sebuah kursi dengan angkat kaki dan
melahap nasi! Asyik makan dan menggeragoti paha ayam goreng sisa
malam tadi! Segera keduanya hendak berteriak. "Ssst..." .
Wiro Sableng Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Pendekar Terkutuk Pemetik Bunga
Wiro Sableng letakkan jari telunjuknya di atas kedua bibirnya
sedang mulutnya saat itu menggembung penuh nasi. Tapi mana dua
biarawati tak mau berdiam diri. Keduanya sama hendak berteriak lagi
dan menghambur dari dapur. Wiro tak dapat berbuat lain. Dia
hantamkan dua jari tangan kanannya ke muka! Dengan serta merta
tubuh kedua biarawati itu berhenti mematung, mulut mereka yang
tadi hendak berteriak terbuka lebar-lebar tapi tak satu suarapun yang
keluar! Itulah ilmu totokan jarak jauh yang lihay sekali telah dilepaskan
oleh murid Eyang Sinto Gendeng! Dan selanjutnya seperti tak ada
kejadian apa-apa, seperti dirumahnya sendiri Wiro Sableng
meneruskan melahap makanannya! Selesai makan dan meneguk air,
Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 ini segera tinggalkan dapur itu.
Sewaktu empat orang biarawati yang juga bekerja di dapur
memasuki dapur, keempatnya terkejut mendapatkan dua kawan
mereka berdiri tak bergerak sedang mulut menganga. Nyatalah mereka
telah ditotok. Segera totokan itu dilepaskan.
"Siapa yang menotok kalian"!"
"Pemuda itu!"
"Maksudmu Wiro Sableng"! Pendekar 212"!"
"Ya!" sahut yang seorang.
Yang seorang lagi memberi keterangan, "Kami haus dan mau
minum lalu melanjutkan tugas sehari-hari. Tahu-tahu pemuda itu
sudah nongkrong di kursi sana, melahap nasi dan makan daging
ayam!" "Pantas dicari-cari di luar gedung tidak ada! tak tahunya
nongkrong di dapur! Pemuda lapar!"
Ketika hal itu dilaporkan kepada Ketua Biara Pensuc! Jagat
mula-mula dalam terkejutnya Supit Jagat setengah tak percaya.
Namun kemudian tiba-tiba meledaklah suara tertawanya. Biarawatibiarawati yang datang melapor itupun akhirnya ikut-ikutan pula
tertawa! Wiro Sableng Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Pendekar Terkutuk Pemetik Bunga
-- == 0O0 == -Wiro Sableng Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Pendekar Terkutuk Pemetik Bunga
TIGABELAS Gadis berbaju kuning ringkas itu menghentikan larinya di tepi kali
berair jernih dengan batu-batu besar di tengah-tengahnya bertebaran
laksana pulau-pulau kecil. Disibakkannya rambutnya yang mengurai di
kening dan disekanya keringat yang membasahi kuduknya. Dihelanya
nafas dalam, nafas yang ditarik dengan disertai rasa keputusasaan dan
kegemasan! Dua hari yang lalu dia sudah berhasil menemui jejak manusia yang
dicarinya. Kemarin dia bahkan telah menguntit manusia itu tapi hari ini,
sesampainya di tepi kali itu, bayangan manusia yang dikejarnya kembali
lenyap laksana ditelan bumi, laksana amblas masuk ke dalam kali!
Penuh letih akhirnya gadis ini dudukkan diri di tepi kali, di atas
sebuah batu hitam. Dia memandang ke hulu sungai. Satu pemandangan
yang indah untuk disaksikan. Sementara itu angin bertiup pula sepoi-sepoi
basah. Di luar sepengetahuan gadis berbaju kuning ini, menyelam antara
kelihatan dan tidak, berenang seekor ular kali sebesar lengan. Kaki-kaki si
gadis yang berkulit putih mulus dan bagus, yang sebagiannya masuk ke
dalam air, itulah yang telah menarik perhatian sang ular dan membuatnya
segera berenang ke arah mangsanya ini!
Setengah langkah ular itu berada dari kedua kakinya, barulah si
gadis sadar. Cepat dia tarik kedua kaki dari dalam air. Sang ular dengan
ganas terus mengejar naik ke atas batu. Tapi nasibnya malang. Kali ini
gadis baju kuning pergunakan kaki kirinya untuk menendang!
Binatang itu mencelat mental. Kepalanya hancur. Tubuhnya
menggelepar-gelepar seketika lalu mati dan dihanyutkan arus sungai.
Gadis baju kuning itu berumur sekitar 19 tahun. Sepasang matanya
bening dan jeli. Parasnya bujur telur dan ayu, tak membosankan untuk
dipandang. Di atas sepasang matanya yang bening jeli itu berpeta dua buah


Wiro Sableng 006 Pendekar Terkutuk Pemetik Bunga di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

alis laksana bulan sabit bagusnya!
Wiro Sableng Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Pendekar Terkutuk Pemetik Bunga
Namun di balik keayunan paras itu, di belakang kejelitaan wajah itu
samar-samar kelihatan satu rasa duka derita yang berpaut dengan rasa
dendam kesumat!
Lima hari yang lalu dia masih berada di Goa Blabakan. Dan hari itu
dia berhadap-hadapan dengan gurunya. "Empu, murid minta diizinkan
untuk meninggalkan pertapaan untuk beberapa waktu..."
Empu Tumapel memandangi paras muridnya beberapa lama.
"Pelajaran yang kuberikan padamu masih belum selesai, Sekar," berkata
sang guru, "Kau ingat bahwa lima tahun lagi baru kau boleh meninggalkan
Goa Blabakan ini?"
"Murid ingat, guru. Murid tidak lupa," sahut Sekar. "Tapi kabar yang
murid terima dari orang desa yang datang kemarin siang.... Guru tentu
dapat memakluminya."
Dan gadis itu menyeka air mata yang meleleh dipipinya. "Aku tidak
mengajarkan kau menangis, Sekar! Aku mengajarkan kau ilmu silat, Ilmu
kesaktian, ilmu bathin, Ilmu menguatkan jiwa, lahir dan bathin! Bukan
Ilmu menangis!" Sekar seka lagi sisa-sisa air matanya dan hentikan tangis.
"Murid tahu, guru. Tapi guru juga musti maklum. Ayahku dibunuh. Ibuku
dan adik perempuanku diperkosa lalu dibunuh! Dapatkah hati seorang
perempuan menghadapi semua ini tanpa air mata" Dan karena peristiwa
itulah murid minta izin kepada guru untuk meninggalkan pertapaan ini
beberapa lamanya guna mencari manusia terkutuk itu!"
Empu Tumapel merenung dan setelah menghela nafas dalam diapun
berkata, "Sekalipun kuizinkan padamu pergi, sekalipun kau bertemu
dengan manusia itu, belum tentu kau berhasil menghadapinya Sekar.
Belum tentu kau dapat membalaskan sakit hati dan dendam kesumatmu!"
'?Murid tahu, manusia itu sakti luar biasa! Tapi demi menuntut
kebenaran, demi arwah orang tua dan adikku, dengan doa restu guru
serta pertolongan Tuhan, murid yakin murid akan sanggup
menghadapinya! Tapi guru, apakah ilmu meskipun sakti luar biasa
jika dipergunakan untuk kejahatan akan sanggup menghadapi
kebenaran dan kekuatannya Tuhan"!"
Wiro Sableng Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Pendekar Terkutuk Pemetik Bunga
Empu Tumapel yang berumur enam puluh tahun terdiam oleh
ucapan muridnya itu.
"Kau akan mati percuma di tangan manusia itu, Sekar," katanya
setelah berdiam diri beberapa lama.
"Tidak, guru. Sekalipun aku mati, aku akan mati dengan puas.
Puas karena aku telah membela keadilan, menghancurkan kejahatan.
Aku akan mati syahid guru!"
"Baik... baiklah muridku," kata Empu Tumapel. Dibelainya
kepala muridnya itu. Dan dalam jubahnya dikeluarkan seuntai rantai
baja yang panjangnya dua meter. Pada ujung rantai baja ini terdapat
sebuah bola baja berduri. Keseluruhan senjata ini memancarkan sinar
putih dan hawa dingin tanda senjata itu bukan senjata sembarangan.
"Kuizinkan kua pergi, Sekar. Dan bawalah senjata Rantai Petaka
Bumi ini. Mudah-mudahan kau berhasil..."
Sekar berlutut di hadapan gurunya.
"Terima kasih guru... Terima kasih guru juga mempercayakan
dan meminjamkan senjata ini padaku...."
Lamunan tentang saat lima hari itu serta merta buyar sewaktu
dari hulu sungai Sekar, si gadis berbaju kuning, melihat sesosok
bayangan putih berlari cepat di atas kali, hanya sekali-sekali kakinya
menjejak batu-batu yang banyak bertebaran di atas kali.
Cepat Sekar berdiri dan menunggu penuh waspada. Orang yang
berlari hentikan larinya dan berdiri di atas sebuah batu besar sejarak
satu-dua meter di hadapan gadis itu.
"Eh, saudari, kau berada sendiri di tepi kali ini, ada apakah"!"
Sekar menatap paras pemuda yang tampan itu. Sewaktu dia
memperhatikan rambut gondrong yang menjela sampai ke bahu si
pemuda, berdetak hatinya! Bukan tidak mustahil manusia ini adalah
Pendekar Pemetik Bunga yang tengah dicarinya dan kini telah bertukar
pakaian. Dia sendiri memang tidak pernah melihat jelas tampang
Pendekar Terkutuk itu!
Wiro Sableng Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Pendekar Terkutuk Pemetik Bunga
Menimbang begini. Sekar segera keluarkan "Rantai Petaka Bum!"
dari balik pakaiannya, terus menyerang dengan ganas! Si pemuda
terkejut! "Gila betul! Ditanya baik-baik dijawab dengan serangan!" Cepatcepat dia menghindar. Angin dingin menyambar tubuhnya sewaktu
Rantai Petaka Bumi lewat di depan dadanya!
"Saudari, itu senjata sakti! Jangan dibuat main-main!"
"Tutup mulut! Justru dengan senjata inilah akan kuhancurkan
kepalamu pemuda bejat!"
Si pemuda keluarkan siulan dan tertawa gelak-gelak. Inilah ciriciri khas dari pendekar yang tak asing lagi yaitu Wiro Sableng si
Pendekar 212! "Kenal belum, ketemupun baru kali ini sudah bisa menyumpahiku pemuda bejat! Kau mimpi atau apa"!"
"Keparat, terima kematianmu dalam tiga jurus!"
Sekar menyerang dengan dahsyat. Rantai Petaka Bumi menyapu
dengan mengeluarkan suara dahsyat laksana halilintar, menebarkan
angin laksana topan hingga air kali bermuncratan dan batu-batu kali
yang tersambar bola baja berduri itu hancur berantakan!
"Saudari!" seru Wiro Sableng. "Kau ini main-main atau
bagaimana?" Pemuda ini terpaksa jungkir balik di atas kali
menghindari serangan senjata lawan yang dahsyat. Dan sebelum
kedua kakinya menjejak disalah satu batu kali. Rantai Petaka Bumi itu
sudah menyapu lagi ke arah kakinya!
"Hebat!" seru Wiro Sableng benar-benar kagum.
"Ya, hebat! Memang hebat! Sebentar lagi kepalamu akan dibikin
hebat oleh bola baja berduri ini!" tukas Sekar.
Wiro Sableng terpaksa jungkir balik sekali lagi. Seorang yang
memiliki ilmu mengentengi tubuh sempurna biasa saja pasti tak akan
sanggup melakukan dua kali jungkir balik itu. Tapi Pendekar 212 ilmu
mengentengi tubuhnya sudah lebih tinggi dari kesempurnaan!
Wiro Sableng Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Pendekar Terkutuk Pemetik Bunga
Si gadis melihat serangannya melanda angin kosong jadi penasaran
sekali. Saat itu jurus kedua. Tanpa tedeng aling-aling dia melompat ke
muka lebih dekat pada si pemuda dan putar Rantai Petaka Bumi dengan
jurus "Bumi Dilanda Lindu!"
Jurus ini memang hebat luar biasa, padahal si gadis baru mewarisi
setengahnya saja dari gurunya! Karena tak ingin melawan dan karena tak
mau membuat si gadis cilaka, lagi pula merasa tidak ada permusuhan apaapa, maka Wiro Sableng sejak tadi hanya mengelak, sekalipun tak balas
menyerang. Gesit sekali Pendekar dari Gunung Gede ini melompat ke tepi
kali. "Saudari harap tahan dulu seranganmu!"
"Jangan banyak rewel Pendekar Terkutuk Pemetik Bungai Kau tetap
musti kubunuh! Arwah orang tua dan adikku tak akan tenang di alam baka
sebelum nyawa anjingmu kurenggut dari tubuh keparatmu!" Lantas si
gadis melompat pula ke tepi kali.
"Hai! Kalau begitu kau salah duga, gadis baju kuning!" kata Wiro
Sableng pula. "Aku bukannya Pendekar Terkutuk Pemetik Bunga!"
"Tak perlu dusta! Kau kira bisa selamat dengan jual mutut begitu
rupa"!"
"Aku tidak dusta! Apa kau pernah lihat aku memetik bunga dan
bunga apa" Bunga matahari atau bunga mawar atau...."
"Bunga bola baja kematianmu ini, laknat!" sentak Sekar. Dan
kembali dia menyerang secara ganas.
Pendekar kita terpaksa mengelak lagi dan lompat ke cabang sebatang
pohon. "Kalau keliwat kesusu bisa tidak beres saudari. Aku masih belum
habis bicara! Kuharap kau suka simpan itu senjata dan mari kita bicara
baik-baik..."
Bukannya si gadis baju kuning simpan senjata meiainkan bola baja
berduri itu diluncurkannya ke batang pohon di atas mana Wiro Sableng
berada. "Kraak!"
Wiro Sableng Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Pendekar Terkutuk Pemetik Bunga
Batang pohon hancur dan tumbang. Pendekar 212 sendiri sudah
lompat ke pohon yang lain!
Gemas sekali Sekar segera melompat ke pohon itu! Dan di atas
cabang pohon yang tak seberapa besar itu maka kini terjadilah
pertempuran yang seru! Namun Wiro Sableng tetap tidak mengadakan
perlawanan atau balas menyerang. Ini membuat si gadis jadi penasaran.
"Ayo, pemuda keparat! Kenapa diam saja"! Apa nyalimu sudah
lumer"! Keluarkan senjatamu!"
Lama-lama diserang gencar demikian rupa Wiro Sableng kewalahan
juga. Dia Iompat ke bawah. Sekar sebatkan rantai baja ke pinggang si
pemuda. Dengan gesit Wiro Sabieng mengelak kesamping lalu gerakkan
tangan kanannya!
Sekar terpelanting dari cabang pohon akibat betotan Wiro Sableng
pada rantai bajanya. Ketika dia turun ke tanah dengan jungkir balik,
Rantai Petaka Bumi sudah berada di tangan Wiro Sableng!
"Kembalikan senjataku!" teriak Sekar.
Wiro Sableng tertawa dan bersiul-siul. Rantai baja yang panjangnya
dua meter itu dililitkannya di pinggangnya. Lalu dengan bertolak pinggang
dia berkata. "Silahkan ambil sendiri, nona manis!"
Tiada terkirakan geramnya murid Empu Tumapel itu. Tapi dasar
bernyali besar, dengan tangan kosong dis menerkam ke muka dan
lancarkan satu jurus aneh bernama "Kabut Pagi Menelan Embun."
Jurus ini dilakukan dengan gerakan yang sangat cepat hingga waktu
menyerang itu tubuh Sekar lenyap laksana kabut tipis! Tapi mata Pendekar
Sakti 212 tak dapat ditipu. Betapapun cepatnya gerakan lawan namun
dalam kelebatan itu masih sanggup dilihatnya bagaimana kedua tangan
lawan terkembang hendak mencengkeram muka sedang sepasang kaki
menendang ke dada dan ke selangkangan!
Murid Eyang Sinto Gendeng dari Gunung Gede itu dengan gerakan
kilat miringkan tubuhnya ke samping. Sewaktu tumit lawan masih akan
menyerempet pinggulnya dengan cepat di tangkapnya ujung kaki si gadis
dan dibantingkan ke atas! Sekar jungkir balik di udara! tapi jatuhnya tetap
Wiro Sableng Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Pendekar Terkutuk Pemetik Bunga
berdiri! Hidung gadis ini kembang kempis. Mukanya merah kelam karena
marah! Hatinya geram karena sadar tiada akan sanggup menghadapi
pemuda yang sangat tinggi ilmu silatnya itu!
"Kau letih eh"!"
"Diam!" lengking Sekar.
"Saudari, dalam hidup ini, dalam segala hal manusia itu tidak boleh
serba kesusu...."
"Jangan jual kentut!"
"Juga jangan suka lekas marah penasaran...."
"Diam!" teriak Sekar hingga suaranya menggema diseantero kali.
Si pemuda tertawa dan geleng-gelengkan kepala. Dia berpikir
bagaimana caranya menghadapi gadis galak macam yang satu ini.
Tiba-tiba dia dapat akal.
"Saudari, kalau kau tetap keras kepala tak bisa bicara baik-baik aku
akan pergi dari sini dan larikan senjatamu!"
"Ke ujung bumipun kau lari aku akan kejar!"
Wiro Sableng angkat bahu dan garuk-garuk kepala!
"Tak pernah aku ketemu gadis yang keras kepala dan tak mau
mengerti macammu ini, saudari!"
"Kembalikan senjataku"
"Aku akan kembalikan. Tapi kalau kau pergunakan lagi untuk
menyerangku...?"
"Kau tahu itu senjata milik, siapa?"
"Aku tidak tanya!"
Sekar memaki-maki!
"Kalau guruku Empu Tumapel tahu senjatanya dibuat main dan
dihina, pasti nyawamu yang cuma selembar tak akan aman'"
"Heh... jadi kau muridnya Empu Tumapel"! Akh... orang tua itu adalah
kawan main kelerengku sewaktu masih kecil. Dan kau tahu, dia suka main
curang. He.... He... he...!"
Marahlah Sekar. Dia menyerbu dengan kerahkan seluruh bagian
tenaga dalamnya ke lengan. Tapi kali ini Wiro Sableng tidak tinggal diam.
Wiro Sableng Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Pendekar Terkutuk Pemetik Bunga
Lebih cepat dari serangan si gadis baju kuning, lebih cepat pula sepasang
jari telunjuknya menotok jalan darah di tubuh si gadis! Maka mematunglah
Sekar, tapi telinga masih bisa mendengar dan mulut masih bisa bicara! Wiro
Sablang tertawa cengar cengir.
"Sebetulnya aku tidak punya waktu banyak, tapi kau bikin
perjalananku terhalang! Menyerang membabi buta tanpa alasan...."
"Diam! Lekas lepaskan totokan ini!"
"Sabar gadis manis! Kalau kau marah dan membentak begitu parasmu
makin cantik, tahu..."!"
Wajah Sekar bersemu merah.
"Kau menyangka bahkan menuduh aku tetah membunuh orang tua
serta adikmu! Apakah kau punya alasan" Punya bukti!"
Sekar diam. "Kau bilang aku Pendekar Pemetik Bunga! Kau yakin betul"!"
Sekar tetap diam Wiro Sableng tertawa.
"Dengar saudari, semua tuduhanmu salah belaka! Justru aku tengah
dalam perjalanan mencari manusia yang bergelar Pendekar Pemetik Bunga
itu." "Kau dusta!" tukas Sekar.
"Terserah. Tapi aku tak punya waktu lama melayanimu! Pertumpahan
darah akan segera terjadi di Biara Pensuci Jagat! Aku tak boleh terlambat!"
"Kembalikan dulu senjataku dan lepaskan totokan ini!" Wiro
Sableng buka lilitan Rentai Petaka Bumi dari pinggangnya. Dilepaskannya
totokan di tubuh Sekar lalu diserahkan rantai baja itu kepada si gadis
kemudian segera balikkan tubuh.
"Tunggu!" seru Sekar.
Wiro Sableng hentikan langkah.
"Tadi kau bilang bahwa kau dalam perjalanan mencari Pendekar
Terkutuk Pemetik Bunga. Apa kau tahu di mana manusia itu berada...?"
"Tahu atau tidak tahu memangnya kenapa"!"
"Aku juga punya urusan yang harus diselesaikan dengan manusia
bejat itu...."
Wiro Sableng Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Pendekar Terkutuk Pemetik Bunga
"Ya, kau sudah bilang tadi. Jadi maksudmu mau sama-sama
seperjalanan dengan aku heh"!"
Untuk kesekian kalinya paras si gadis jadi bersemu merah.


Wiro Sableng 006 Pendekar Terkutuk Pemetik Bunga di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Kuharap kau jangan bicara keliwat kurang ajar, saudara!" bentak Sekar.
"Sudahlah, kita tak banyak waktu! Kalau mau sama-sama memburu
itu manusia biang racun penimbul bahala, lekaslah!"
"Kau jalan duluan," kata Sekar yang hatinya masih bimbang dan
bercuriga terhadap si pemuda. Dia khawatir kalau Wiro Sableng adalah
benar-benar Pendekar Terkutuk Pemetik Bunga yang hendak menipunya.
"Tak perlu tanya! Jalanlah!"
Pendekar 212 bersiul dan pencongkan hidungnya. Sekali dia
berkelebat maka tubuhnya sudah melompat lima tombak ke muka. Sekar
tidak tinggal diam, segera pula dia kerahkan ilmu larinya untuk mengikuti
Wiro Sabkng. -- == 0O0 == -Wiro Sableng Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Pendekar Terkutuk Pemetik Bunga
EMPAT BELAS Ketua Biara Pensuci Jagat terkejut ketika melihat jarum alat rahasia
di dalam kamarnya bergerak-gerak! Segera ditekankannya sebuah tombol
di tepi tempat tidur. Dua buah pintu rahasia terbuka dan delapan orang
biarawati muncul. Kedelapannya menjura lalu berpaling ke arah alat
rahasia yang dituding oleh Ketua mereka.
"Atur pengurungan!" kata Ketua Biara itu pula. "Lima puluh di
dalam, lima puluh di luar! Yang datang ini mungkin orang yang kita
tunggu-tunggu!"
Delapan biarawati menjura lagi lalu meninggalkan kamar Ketua
mereka. Supit Jagat, Ketua Biara memandang lagi ke jarum alat rahasia.
Jarum itu kini kelihatan diam tak bergerak-gerak, tapi sesaat kemudian
kelihatan bergerak lagi.
Kali ini ketua Biara itu segera membentak, "Tamu di atas atap,
silahkan turun unjukkan diri!"
Baru saja Supit Jagat berkata begini maka terdengarlah suara
menggemuruh! Atap dan langit-langit kamar amblas roboh! Diiringi oleh
suara tertawa bekakakan sesosok tubuh berjubah hitam melompat turun
dalam gerakan yang sangat enteng! Yang datang ternyata betul Pendekar
Pemetik Bunga! "Ha... he... sungguh satu kehormatan dapat berkunjung ke Biaramu
ini, Supit Jagat!" .
Baru saja Pendekar Pemetik Bunga berkata demikian empat dinding
kamar amblas ke dalam lantai dan kini terbukalah satu ruangan besar.
Disetiap tepi ruangan berbaris dua lapis biarawati-biarawati angkatan tua
dan angkatan muda berseling-seling! Kesemuanya dengan pedang di
tangan! "Hem..." Pendekar Pemetik Bunga memandang berkeliling. Tidak ada
bayangan rasa terkejut pada parasnya. "Rupanya sudah ada persiapan
untuk menyambut kedatanganku!" katanya.
Ketua Biara Pensuci Jagat tertawa mengekeh.
Wiro Sableng Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Pendekar Terkutuk Pemetik Bunga
"Nama kotormu sudah lama kami dengar. Noda busuk yang kau
tebar di mana-mana sudah sejak lama hendak kami putus! Nyawa bejatmu
sudah sejak lama ingin kami kirim ke neraka jahanam! Tapi hari ini
agaknya kami tak perlu susah-susah turun tangan ke luar Biara! Malaekat
maut rupanya telah membawamu ke sin!!"
Pendekar Terkutuk Pemetik Bunga rangkapkan tangan di muka
dada. "Betapa indahnya susunan kata-katamu. Supit Jagat!" berkata
Pendekar Pemetik Bunga. "Tapi ketahuilah, aku datang ke sini bukan
dibawa oleh malaekat maut, sebaliknya justru mengantarkan malaekat
maut yang ingin cepat-cepat naerenggut nyawa kalian! Dan...." Pendekar
bertampang buas ini batuk-batuk beberapa kali. "Dan menyedihkan sekali,
rupanya hanya kroco-kroco tua macammu yang ditakdirkan mampus!
Biarawati-biarawati muda belia musti dihadiahkan untukku!"
"Kurasa matamu belum buta Pendekar Terkutuk!" sahut Supit Jagat.
"Belum buta untuk melihat orang-orangku yang berdiri, dalam satu barisan
maut, belum buta untuk melihat pedang-pedang yang melintang!"
"Aku memang tidak buta!" Pendekar Pemetik Bunga memandang lagi
berkeliling. "Tapi sebaiknya biarawati-biarawati muda itu tak usahlah ikutikutan bertempur! Mereka akan mati percuma sebelum merasakan betapa
nikmatnya hidup di dunia ini! Betapa nikmatnya berada dalam pelukanku!
Betapa nikmatnya tidur bersa...."
Sebilah pedang meluncur tepat di depan hidung Pendekar Pemetik
Bunga, membuat pemuda ini tersurut satu langkah dan terputus katakatanya! "Apakah lidahmu kelu hingga tak bisa teruskan buka mulut?" ejek
Supit Jagat. "Ketua Biara Pensuci Jagat! Kau adalah manusia yang musti mati
pertama kali di dalam gedung ini! Darahmu akan mensucikan lantai biara
ini!" Habis berkata begitu Pendekar Pemetik Bunga buka gulungan sabuk
mutiara di pinggangnya sedang tenaga dalam dialirkan tiga perempat
Wiro Sableng Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Pendekar Terkutuk Pemetik Bunga
bagiannya ke tangan kanan! Dua tangaa itupun kemudian bergerak dengan
serentak! Pukulan"Tapak Jagat" menggebu dahsyat di barengi oleh gelombang
angin yang keluar dari sabuk mutiara! Gedung bergoncang, bumi laksana
dilanda lindu! Tapi disaat itu Ketua Biara Pensuci Jagat sudah berpindah
tempat dan dengan satu lengkingan keras dia memberi isyarat agar lima
puluh biarawati yang ada di ruangan itu segera menyerang!
Maka berkecamuklah pertempuran yang bukan olah-olah dahsyatnya! Lima puluh pedang menderu! Satu-satunya lawan yang
diserang berkelebat ganas balas menyerang! Dan dalam setiap kelebatan
musti ada jatuh korban di pihak biarawati. Yang menemui ajalnya ini
justru biarawati-biarawati angkatan tua yang sudah berumur! Rupanya
Pendekar Pemetik Bunga benar-benar hanya akan menumpas biarawatibiarawati tua sebaliknya membiarkan hidup biarawati-biarawati muda belia
untuk kemudian akan dilalap dirusak kehormatannya!
Ketika hampir separoh dari biarawati angkatan tua menemui ajalnya,
ketika lantai diruangan terbuka itu sudah licin dan amis oleh baunya
darah maka Supit Jagat segera membentak. Dia tak mau lebih banyak
jatuh korban dipihaknya! "Semuanya mundur!"
Perintah yang laksana geledek ini dipatuhi oleh setiap biarawati.
Semuanya mundur ke tepi dan di tengah ruangan besar itu kini hanya
Ketua Biara serta Pendekar Pemetik Bunga saja yang berdiri berhadaphadapan dalam jarak delapan tombak. Di lantai bertebaran belasan tubuh
biarawati-biarawati tua yang telah menemui ajalnya!
"Kebinatanganmu sudah lebih dari binatang! Kebejatanmu sudah
melewati batas! Kebiadabanmu seluas luatan! Dosamu setinggi gunung!
Segera keluarkan senjatamu, manusia terkutuk!"
Pendekar Pemetik Bunga menyeringai.
"Rupanya Ketua Biara sendiri yang hendak turun tangan"! Bagus!"
ujar Pendekar Pemetik Bunga. "Tapi kalau tadi aku dikeroyok puluhan
bergundal-bergundalmu
aku hanya bertangan kosong, masakan menghadapi kau seorang diri musti pakai senjata segala"!"
Wiro Sableng Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Pendekar Terkutuk Pemetik Bunga
"Kau akan binasa bersama kecongkakanmu manusia dajal!" Marah
sekali Ketua Biara Pensuci Jagat itu. Maka pada saat itu juga
dikeluarkannya senjatanya yaitu seikat sapu lidi yang bernama Sapu Jagat,
warisan dari Ketua Biara yang terdahulu!
Melihat senjata yang dikeluarkan lawannya adalah seikat sapu lidi
maka Pendekar pemetik Bunga tertawa memingkal!
"Nenek Ketua, kau mau menyapu atau bertempur" Sapu lidi buruk
itukah senjatamu"! Lucu sekali... betul-betul lucu!" Supit Jagat maju tiga
langkah. Tiba-tiba dia sapukan sapu lidinya ke arah lawan! Pendekar Pemetik
Bunga berseru kaget. Berubahlah parasnya! Angin yang ke luar dari sapu
lidi itu dahsyatnya laksana badai prahara, seperti menghancur leburkan
sekujur tubuhnya! Secepat kitat dia segera melompat ke samping sampai
empat tombak! Tapi Ketua Biara tidak kasih kesempatan, segera pula dia
memapas dengan senjatanya!
Ketika lima belas jurus dia terkurung rapat oleh sambaran Sapu
Jagat yang dahsyat itu, menggeramlah Pendekar Pemetik Bunga. Pukulanpukulan "Tapak Jagat" dan kebutan "Angin Pengap" tepi jubahnya sama
sekali tidak mempan menerobos gulungan angin sapu lidi lawan!
Pada jurus kedua puluh satu Pendekar Pemetik Bunga memekik
tertahan sewaktu ujung sapu menyerempet dadanya dan membuat jubah
hitamnya robek besar!
Tidak tunggu lebih lama Pendekar Pemetik Bunga segera cabut
kembang kertas kuning yang menancap di kepalanya. "Semua tutup jalan
nafas atau ke luar dari sini!" teriak Supit Jagat karena dia maklum bahwa
kembang kertas itu mengandung racun yang sangat dahsyat! Biarawatibiarawati angkatan muda segera tinggalkan ruangan sedang biarawatibiarawati angkatan tua tetap di tempat.
Pertempuran kini telah berjalan tiga puluh empat jurus dan yang
memengkalkan Pendekar Pemetik Bunga ialah racun kuning yang setiap
detik menggebu ke luar dari bunga kertasnya sama sekali tidak sanggup
menerobos angin sapu lidi sang ketua Biara malahan kalau dia tidak
Wiro Sableng Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Pendekar Terkutuk Pemetik Bunga
berhati-hati, racun bunga kertas itu sering kali dihantam membalik ke
dirinya sendiri!
Di saat pertempuran berjalan semakin dahsyat, di saat tubuh kedua
orang itu hanya merupakan bayang-bayang yang dibungkus oleh sinar
kuning serta lingkaran-lingkaran angin Sapu Jagat maka tiba-tiba
terdengarlah suara siulan siulan nyaring yang tak menentu yang kemudian
disusul oleh suara nyanyian seseorang!
Hanya biarawati-biarawati di tepi kalangan pertempuran yang berani
mendongak ke atas, ke arah datangnya suara nyanyian itu sedang mereka
yang bertempur meskipun hati masing-masing tercekat mendengar
nyanyian ini namun tiada berani palingkan muka!
Anak laki-laki hamil dalam perut perempuan
Itu namanya anugerah Tuhan
Anak laki-laki lahir dari rahim perempuan
Itu namanya kuasa Tuhan
Anak laki-laki dibesarkan perempuan
Itu namanya kasih sayang
Laki membunuh perempuan
Itu namanya dosa besar
Laki-laki memperkosa perempuan
Itu namanya terkutuk
Menuntut ilmu buat kebaikan
Itu namanya bijaksana
Menuntut ilmu buat kejahatan
Itu namanya kesetanan
Dua tahun turun gunung
Malang melintang kelantang keluntung
Di timur membunuh
Di barat memperkosa
Di selatan membunuh dan memperkosa
Di utara memperkosa dan membunuh
Dosa setinggi gunung
Dosa di mana-mana
Kejahatan sedalam lautan
Kejahatan dimana-mana
Guru sendiri turun gunung
Dibunuh dengan kepala dingin
Wiro Sableng Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Pendekar Terkutuk Pemetik Bunga
Itu namanya laknat kualat
Pendekar Pemetik Bunga yang merasa bahwa nyanyian itu ditujukan
kepadanya mengerling sekilas dan di atas loteng yang bobol dari mana dia
menerobos masuk tadi dilihatnya dua orang duduk berjuntai di atas tiang
palang. Yang seorang laki-laki berpakaian putih, dialah yang menyanyi tadi.
Yang seorang lagi gadis cantik berpakaian kuning!
Biarawati-biarawati yang ada di tepi ruangan yang juga melihat ke
atas loteng segera mengenali pemuda yang bernyanyi itu yakni bukan lain
daripada Wiro Sableng Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212! Karenanya
mereka tidak ambil perduli. Sementara itu dari kalangan pertempuran
terdengar lagi pekik Pendekar Pemetik Bunga. Ujung Sapu Jagat telah
melanda untuk kedua kalinya bagian dada, sehingga jubah yang sudah
robek kini robek tambah besar. Kulit dada pemuda itu sendiri kelihatan
tergurat merah, sakitnya bukan main!
Di atas loteng Sekar yanp sudah sejak tadi tak dapat menahan
melompat turun, tapi lengannya dicekal erat-erat oleh Wiro Sableng.
"Jangan bodoh! Jika kau mengetengahi pertempuran itu salah-salah
kau bisa kena gebuk sapu Ketua Biara atau kena tersambar racun jahat
bunga kertas Pendekar Pemetik Bunga!"
"Aku tidak takut mati! Biar mati asalkan pemuda terkutuk itu
mampus ditanganku!"
Sekar hendak melompat lagi tapi lengannya tetap dicekal Pendekar
212 dan Wiro tak perdulikan rutukan yang dikeluarkan gadis itu.
"Lihat saja dulu, Sekar! Sekarang belum saatnya kita turun tangan!"
'Tapi kalau bangsat itu mampus di tangan Ketua Biara. Aku akan
menyesal percuma seumur hidup!"
Wiro tertawa. "Pendekar Terkutuk itu belum keluarkan ilmu simpanannya,
jangankan si Ketua, guru Ketua Biara itupun tak bakal sanggup
menghadapinya!"
Sekar ingat akan ucapan Empu Tumapel yaitu tentang ilmu "Jari
Penghancur Sukma" yang dimiliki Pendekar Pemetik Bunga! Karenanya dia
Wiro Sableng Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Pendekar Terkutuk Pemetik Bunga
terpaksa ikuti nasihat Wiro dan tetap duduk di samping pemuda itu di atas
loteng. Pertempuran di bawah sana sudah berkecamuk enam puluh empat
jurus! "Crass!"
Pendekar Pemetik Bunga lompat ke luar dari kalangan pertempuran
sewaktu sapu lidi senjata lawan membabat putus tangkai bunga kertas
sedang bunganya sendiri robek-robek bertaburan!
"He... he... he... bersiaplah untuk menghadap setan kuburan pemuda
terkutuk!" kata Ketua Biara Pensuci Jagat pula. Pendekar Pemetik Bunga,
yang biasanya menyahuti setiap ejekan lawannya dengan beringas kini


Wiro Sableng 006 Pendekar Terkutuk Pemetik Bunga di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bungkam seribu bahasa. Bola matanya bersinar tapi kelopak matanya
kelihatan menyipit dan mencekung sedang tampangnya buas dan mulutnya berkemik! Dia berdiri di tengah ruangan dengan sepasang kaki
merenggang. Tiba-tiba kelihatanlah ibu jari dan jari telunjuk tangan kanannya
memancarkan sinar hitam! Pendekar 212 yang berada di atas loteng
tersentak kaget dan berseru keras.
"Ketua Biara Pensuci Jagat! Lekas menghindar! Kau tak bakal
sanggup menghadapi ilmu Jari Penghancur Sukma itu!" Tapi Supit Jagat
tidak ambil peduli. Malah dengan tubuh laksana gunung karang dia tetap
berdiri di tempat dan kerahkan seluruh tenaga dalamnya ke sapu lidi di
tangan kanan! Ibu jari dan jari telunjuk Pendekar Pemetik Bunga mulai membentuk
lingkaran. Sinar hitam jari-jari itu menggidikkan.
"Ketua Biara, lekas menghindar!" seru Wiro sekali lagi. Namun tetap
Supit Jagat tidak bergerak dan hadapi lawannya dengan penuh ketabahan!
"Edan betul!" teriak Wiro Sableng!
Pendekar 212 bersuit nyaring. Tak seorangpun yang melihat kalau
tangannya sebelah kanan saat itu sudah berubah menjadi putih laksana
perak menyilaukan!
Wiro Sableng Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Pendekar Terkutuk Pemetik Bunga
Di lain kejap Pendekar Pcmetik Bunga jentikkan jari telunjuknya.
Dihadapannya Supit Jagat hantamkan pula sapu lidinya dalam satu jurus
tusukan yang dahsyat!
Larikan sinar hitam yang dahsyat menggidikkan menggebu ke arah
Supit Jagat. Sinar hitam ini dipapasi oleh angin membadai yang berwarna
putih agak kelabu dari sapu sang Ketua Biara! Hebatnya, sebelum dua
sinar maut itu samasama berbenturan, dari atas loteng satu sinar putih
yang panas dan sangat menyilaukan memapak di tengah-tengah kedua
sinar tadi! Itulah Pukulan Sinar Matahari yang telah dilancarkan oleh pendekar
212 dari atas loteng!
Tiga dentuman yang berkumandang secara serentak menggetarkan
bumi. Dunia laksana mau kiamat! Dinding-dinding ruangan pecah-pecah,
banyak yang ambruk! Tiang-tiang gedung biara beberapa diantaranya
runtuh bergemuruh! Loteng amblas! Biarawati-biarawati yang ada di dalam
gedung segera berlompatan ke luar termasuk Pendekar Pemetik Bunga dan
Supit Jagat, Wiro Sableng sendiri sabelumnya telah melesat meninggalkan
loteng bersama Sekar. Sewaktu kedua orang ini sampai di halaman muka,
keduanya mendapatkan Ketua Biara dan Pendekar Pemetik Bungs telah
berhadap-hadapan kembali!
Diam-diam Pendekar 212 berunding dengan Sekar. Kemudian Wiro
berseru, "Ketua Biara, harap kau suka memberi kesempatan padaku untuk
turun tangan menjajal pemuda yang katanya berilmu setinggi gunung
sedalam lautan dan congkak ini!"
Supit Jagat setelah melihat kehebatan ilmu Jari Penghancur Sukma
lawannya menyadari bahwa dia tak akan sanggup menghadapi Pendekar
Pemetik Bunga! Seruan Pendekar 212 tadi adalah kesempatan yang paling
baik baginya untuk mengundurkan diri tanpa kehilangan muka.
"Pendekar 212, jika kau memang punya urusan tertentu dengan
manusia keparat ini silahkan maju!"
"Licik!" teriak Pendekar Pemetik Bunga. Matanya beringas
memandangi Wiro Sabhng.
Wiro Sableng Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Pendekar Terkutuk Pemetik Bunga
Pendekar 212 sebaliknya tertawa mengejek!
"Dalam kamus kehidupanmu, rupanya kau masih kenal arti kata
licik heh" Apakah kau juga tahu apa artinya kebejatan" Apa arti terkutuk
dan apa arti kualat serta dosa"!"
Merah padam paras Pendekar Pemetik Bunga!
"Kunyuk bermuka manusia, kau siapa" Apa kepentinganmu
mencampuri urusan orang lain"!"
"Apa kepentinganku" Banyak... banyak sekali sobat! Kau bisa tanya
nanti pada iblis-iblis penjaga kubur atau setan-setan di neraka..." Habis
berkata begini Wiro Sableng tertawa bekekekan.
"Anjing kurap yang tak tahu diri, makan jariku ini!" Sinar hitam
berkiblat melanda Wiro Sableng!
Pendekar 212 yang sudah punya rencana tersendiri tidak memapasi
serangan lawan dengan seluruh tenaga dalamnya. Dia tak ingin manusia
terkutuk itu mati dalam tempo singkat!
Sambil lancarkan pukulan sinar matahari dia melompat setinggi enam
tombak. Dari bawah Pendekar Pemetik Bunga kebutkan lengan jubahnya!
Dua lusin bola-bola hitam menderu ke arah Wiro Sableng. Yang diserang
menyambut dengan pukulan "Benteng Topan Melanda Samudera." Dua
puluh empat bola-bola hitam itu meledak dan udara tertutup kabut hitam!
Pendekar 212 yang tahu maksud licik lawannya, begitu kabut hitam
menutupi pemandangan segera jungkir balik dua kali berturut-turut. Bila
dalam sekejapan mata kemudian dia sudah ke luar dari kabut hitam itu
maka kelihatanlah Pendekar Pemetik Bunga melarikan diri ke arah pintu
gerbang biara. Lima orang biarawati yang menjaga pintu itu sekali jentikan
jari saja segera dibikin meregang nyawa oleh Pendekar Pemetik Bunga.
Pemuda ini kemudian bergerak cepat menekan tombol rahasia pembuka
pintu. Tapi Pendekar 212 tahu-tahu menghadang dihadapannya!
"Mau lari ke mana sobat"!" bentak Wiro Sableng.
Sebenarnya Pendekar Pemetik Bunga bukanlah seorang pengecut.
Namun melihat ilmu "Jari Penghancur Sukma" yang dilancarkan terhadap
Wiro Sableng tiada mempan sama sekali maka lumerlah nyalinya!
Wiro Sableng Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Pendekar Terkutuk Pemetik Bunga
Kegusaran membuat Pendekar Pemetik Bunga menjadi kalap, apalagi
dalam keadaan kepepet begitu rupa. Dia menyerbu membabi buta! Tangan
kiri mengebutkan sabuk mutiara sedang tangan kanan kembali lancarkan
ilmu "Jari Penghancur Sukma"
Wiro tetap tak mau sambuti serangan dahsyat itu dengan kekerasan.
Dia jatuhkan diri ke tanah, bergulingling cepat mendekati lawan sebelum
larikan sinar hitam menyerempet tubuhnya untuk kemudian tahu-tahu dia
sudah berada di belakang Pendekar Pemetik Bunga!
Pendekar Pemetik Burga membalikkan badan secepat kilat. Tapi
begitu tubuhnya berbalik, begitu dua ujung jari melanda urat besar
dipangkal lehernya! Tak ampun lagi pemuda terkutuk ini menjadi kaku
tegang tubuhnya!
"He... he.... Apakah kini kau bisa jual tampang pamerkan segala ilmu
silat dan kesaktianmu, manusia terkutuk"!" ejek Wiro Sableng.
"Bangsat rendah! Kelak kau akan rasakan pembalasanku...!"
Sementara itu Sekar yang melihat musuh besarnya berada dalam
keadaan tertotok segera datang berlari dan keluarkan Rantai Petaka Bumi.
"Manusia bermuka iblis! Hari ini lunaslah hutang jiwa orang tua dan
adikku!" "Wuut!"
Rantai baja dengan bola baja berduri menderu ke arah kepala
Pendekar Pemetik Bunga! Pendekar ini membeliak besar kedua matanya,
keringat dingin berbutir-butir di keningnya! Dari mulutnya ke luar jerit
ketakutan setinggi langit!
Sesaat lagi bola berduri itu akan menghantam hancur remukan
kepala Pendekar Pemetik Bunga, satu tangan memukul ke depan dan bola
berduri lewat setengah jengkal di alas kepala si pemuda yang sudah
ketakutan setengah mati.
"Wiro! Apa-apan kau"!" sentak Sekar karena Wiro-lah yang membuat
serangan mautnya tak mengenai sasaran!
Wiro Sableng Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Pendekar Terkutuk Pemetik Bunga
"Jangan bodoh, Sekar! Mati dalam tempo yang singkat terlalu enak
buat manusia macam dia!" Wiro berpaling pada Ketua Biara Pensuci Jagat
dan beberapa biarawati yang ada di situ. "Bukankah demikian?" ujarnya.
Supit Jagat tertawa mengekeh.
"Kita jebloskan saja dia ke dalam sumur binatang berbisa!",
mengusulkan Supit Jagat.
Wiro tertawa dan gelengkan kepala.
Dipegangnya dagu Pendekar Pemetik Bunga lalu tanyanya,
"Sobat, apakah kau pernah memikirkan bagaimana sakitnya sekujur
tubuhmu bila jalan darahmu menyungsang terbalik"!"
Pucat pasilah muka Pendekar Pemetik Bunga.
"Demi Tuhan, aku minta agar dibebaskan! Aku bertobat. Betulbetul tobat...! Aku betul-betul tobat...! Aku mohon keadilan!" kata
Pendekar Pemetik Bunga. Kepalanya dipalingkan pada Supit Jagat,
mohon belas kasihan. Dan saat itu dia mulai menangis merengekrengek macam anak kecil!
"Kau mohon keadilan dan mohon pengampunan?" tanya Supit
Jagat dengan tertawa-tawa.
"Ya, dan aku akan bertobat," sahut Pendekar Pemetik Bunga.
"Baik, kami akan ampuni kau punya jiwa. Tapi ada syaratnya!"
"Apapun syaratnya akan aku terima," kata Pendekar Pemetik
Bunga tanpa ragu-ragu.
Ketua Biara Pensuci Jagat tertawa, "Syaratnya mudah saja.
Cungkil sendiri kau punya jantung dan serahkan padaku!" Pendekar
Pemetik Bunga menangis meraung-raung minta diampuni. Matanya
menjadi bengkak dan merah.
"Pendekar 212, sebaiknya lekas saja dimulai penjatuhan
hukuman atas dirinya!" kata Supit Jagat.
"Betul, makin cepat makin baik!"
Wiro membelai-belai rambut Pendekar Pemetik Bunga dengan
senyum-senyum. "Kasihan.., kasihan...." katanya. Kemudian dua jari
Wiro Sableng Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Pendekar Terkutuk Pemetik Bunga
tangannya bergerak melakukan totokan di beberapa bagian tubuh
Pendekar Pemetik Bunga.
Semua orang menunggu apa yang bakal terjadi. Pendekar
Pemetik Bunga sudAh seputih kain kafan tampangnya, keringat
mengucur mulai dari kulit kepala sampai ke kaki! Mula-mula dia tak
merasakan apa-apa. Tapi kemudian kepalanya terasa sampai sakit.
Rasa sakit menjalar ke seluruh tubuh! Peredaran darah dalam
tubuhnya tidak normal lagi. Berdenyut membalik! Dan lolonganlolongan yang mengerikan ke luar tiada hentinya dari mulut laki-laki
itu. Beberapa saat kemudian Wiro lepaskan totokan di tubuh pemuda
terkutuk itu. Kini rasa sakit semakin menjadi-jadi. Dunia ini seperti
menyungsang di mata Pendekar Pemetik Bunga. Dia lari sana lari sini,
berteriak tak karuan, mencak-mencak, berguling di tanah! Beberapa
menit berlalu darah mulai mengucur dari kedua lobang hidung, mata
serta telinganya!
Wiro berpaling pada gadis baju kuning di sebelahnya "Sekar, jika
kau mau turun tangan inilah saatnya. Tapi jangan bunuh dia
sekaligus!"
Rahang-rahang Sekar bergemeletakkan. Dia maju satu langkah.
Rantai Petaka Bumi diputar-putar. Melihat ini Pendekar Pemetik
Bunga lari jauhkan diri.
Tapi "wuutt!"
Bola baja berduri menderu.
Pendekar Pemetik Bunga berteriak. Kupingnya yang sebelah
kanan putus! Darah mengucur lebih banyak. Sekali lagi bola baja itu
berdesing dan kali yang kedua ini sasarannya adalah telinga sebelah
kiri Pendekar Pemetik Bunga! Keganasan dendam Sekar tidak sampai
di situ saja, bola bajanya menderu lagi menghantam hidung si pemuda
hingga hidung itu hancur melesak dan tampang Pendekar Pemetik
Bunga sungguh mengerikan untuk dipandang!
"Sudah cukup, Sekar"!" tanya Wiro Sableng.
Wiro Sableng Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Pendekar Terkutuk Pemetik Bunga
"Belum!" jawab gadis itu pendek dan beringas. Sementara itu
Pendekar Pemetik Bunga sudah terhampar di tanah dekat tembok,
megap-megap dan masih menjerit-jerit! Di antara jeritan itu terdengar
lagi deru bola baja berduri dua kali berturut-turut! Yang pertama
menghantam tangan kanan Pendekar Pemetik Bunga, tangan yang
telah puluhan kali melakukan kejahatan membunuh manusia-manusia
tak berdosa! Hantaman yang kedua melanda tepat pada anggota
rahasia di antara selangkangan Pendekar Pemetik Bunga yang selama
dua tahun telah puluhan kali merusak kehormatan perempuan
terutama gadis-gadis berparas cantik!
Tubuh Pendekar Pemetik Bunga mengegelepar-gelepar. Nyawanya
masih belum putus, hampir diambang sekarat!
"Ketua Biara Pensuci Jagat, bagaimana dengan kau"," tanya
Wiro. Supit Jagat tertawa sedingin salju. Ingat dia pada orangorangnya yang telah menemui ajal di tangan pemuda itu. Dia maju
selangkah. "Pendekar terkutuk! Apakah kau masih bias mendengar
suaraku"!"
"Uh...uh.."
"Hem bagus... Meski matamu tak dapat melihat karena genangan
darah tapi dengarlah aku akan lukis parasmu seindah mungkin
dengan sapu lidiku ini!"
Habis berkata demikian, Supit Jagat tusukkan ujung sapu
lidinya ke muka Pendekar Pemetik Bunga! Jeritan pemuda itu
terdengar lagi, tapi tidak sekeras tadi. Suaranya sudah sember dan
mukanya mengerikan lebih kini! Tusukan Sapu Jagat membuat
mukanya itu laksana dipanteki dengan ratusan paku!
Pendekar Pemetik Bunga menggelepar-gelepar. Berguling ke kiri
dan ke kanan, bergelimang darah serta debu. Kematiannya sungguh
mengerikan. Namun mungkin itu belum seimbang dengan kejahatanWiro Sableng Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Pendekar Terkutuk Pemetik Bunga
kejahatan yang paling terkutuk yang pernah dilakukannya selama dua
tahun. T A M A T Wiro Sableng Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Pendekar Terkutuk Pemetik Bunga
Salam 212 SEMUA HAK KARYA CIPTA CERITA INI ADALAH MILIK
ALMARHUM BASTIAN TITO
Diketik ulang oleh Kailani Sekali
Hanya untuk para pendekar semua pecinta Wiro Sableng
Saran dan kritik kirim ke: kucinglistrik@gmail.com
Elang Terbang Di Dataran Luas 13 Pedang Penakluk Iblis ( Sin Kiam Hok Mo) Karya Kho Ping Hoo Pedang Pelangi 13

Cari Blog Ini