Ceritasilat Novel Online

Sepasang Manusia Bonsai 1

Wiro Sableng 080 Sepasang Manusia Bonsai Bagian 1


Generated by ABC Amber LIT Converter, http://www.processtext.com/abclit.html
PENDEKAR 212 WIRO SABLENG
EPISODE SEPASANG MANUSIA BONSAI
ANGIN dari danauBiwabertiup dingin. Permukaan air danau tampak bergelombang
lembut. Desa Hikone yang terletak di tepi danau di selimuti kesunyian walau
malam belum sepenuhnya datang karena di timur masih kelihatan sembulan sang
surya memancarkan sinar kuning kemerah-merahan.
Sejak beberapa waktu belakangan ini suasana di desa itu memang kurang tenang.
Penduduk merasa takut oleh kemunculan sekelompok penjahat pimpinanNumazuyang
kabarnya kini berada di sekitar desa.
Karena itu, ketika terdengar derap kaki kuda menebus kesunyian dari arah
selatan, penduduk desa yang sedang dilanda ketakutan itu serta mereka mengunci
pintu dan memeriksa jendela rumah.
Orang-orang lelaki bersiap-siap dengan senjata masing-masing. Menunggu penuh
waspada.Paraistri dan anak-anak disembunyikan di tempat yang aman. Lalu beberapa
orang lelaki coba mengintai lewat lobang-lobang kecil yang mereka buat di
dinding. Di bawah paduan sinar kuning kemerahan matahari yang hampir tenggelam dan
kegelapan malam yang segera datang membawa suasana serba hitam, beberapa
penduduk melihat ada tiga orang penunggang kuda bergerak cepat ke arah danau
sebelah utara. Di sini terletak sebuah gedung besar milik saudagar muda terkenal
dengan nama Yamada. Ketiga orang tadi ternyata bukan rombongan penjahat yang
ditakuti itu. Dari pakaian serta topi yang mereka kenakan ketiganya mudah
dikenali sebagai prajurit-prajurit shogun.
Begitu ketiga penunggang sampai di pintu gerbang. Empat Orang pengawal cepat
bergerak dan menunggu waspada. Karena pintu gerbang tertutup, mereka belum tahu
siapa yang datang. Sesaat kemudian terdengar pintu kayu setinggi dua tombak itu
diketuk orang dengan gagang senjata.
" Buka pintu! kami utusan keluarga shogun datang untuk menemui saudagar kano
Yamada!". Setelah tahu siapa yang datang dua orang pengawal segera membuka palang pintu
gerbang. Dua lainnya cepat membukakan pintu. Karena pihak yang datang lebih
tinggi kedudukannya dari pada pengawal yang ada di gedung itu maka ke empat
pengawal menjura dalam-dalam memberi hormat.
" Para tamu silahkan turun dari kuda. Kami akan memberitahukan majikan kami."
Berkata salah seorang pengawal lalu cepat-cepat dia masuk ke dalam gedung
sementara tiga kawannya sibuk mencari tambatan bagi ketiga ekor kuda para
prajurit shogun itu.
Tak lama kemudian kelihatan lampu terang dinyalakan di salah satu bagian gedung.
Setelah itu tampak pengawal yang tadi masuk bergegas keluar lalu memberitahu
bahwa saudagar Kano Yamada segera siap Page 1
Generated by ABC Amber LIT Converter, http://www.processtext.com/abclit.html
menerima mereka.
" Ikuti kami ke ruang tamu, " kata si pengawal. Tiga Prajurit shogun melangkah
mengikuti pengawal tadi tanpa bicara barang sepatah pun. Lagakgayamereka
berjalan seolah gedung besar itu milik mereka bertiga.
Mereka harus menunggu cukup lama di ruangan tamu itu. Ini menyebabkan ketiganya
menjadi jengkel.
Wajah jengkel itu jelas terbaca oleh tuan rumah. Karenanya, begitu berada di
ruangan tamu, hartawan Kano Yamada segera meminta maaf.
" Aku kurang enak badan. Mungkin masuk angin, barusan saja selesai di pijat.
Harap maklum kalau kalian menunggu agak lama..... ".
" Yamada-san tentu sudah tahu maksud kedatangan kami. Jadi kami merasa tidak
perlu banyak bicara. " Yang membuka mulut adalah prajurit berbadan gemuk dan
gempal, bermata tak bisa diam, selalu bergerak liar kian ke mari. Dia meneruskan
ucapannya. " Perlu kami beritahu Kiuchi-san saat ini benar-benar habis kesabarannya. Kalau
tidak memandang persahabatan antara orang-orang tua kedua belah pihak di masa
lalu, bisa-bisa dia berbuat sesuatu yang tidak enak bagi keluarga di sini. "
" Aku tahu, aku tahu .... " jawab Kano Yamada, saudagar muda baru berusia tiga
puluhan tahun itu.
Seorang perempuan masuk ke dalam ruangan. Kano Yamada segera berkata, " Chieko,
masuklah! Orang perempuan tidak pantas ikut mendengarkan pembicaraan orang laki-laki. Lagi
pula ini.... "
" Yamada-san, tidak usah menyuruh istrimu pergi. Biarkan dia di ruangan ini agar
bisa mendengar semua pembicaraan.... "
Saudagar Kano Yamada walaupun tidak senang terpaksa anggukkan kepala.
" Yamada-san, katakan kabar apa yang bisa kami sampaikan pada orang yang
mengutus kami"
". " Kau dan kawan-kawanmu menjalankan tugas dengan baik, " memuji Kano Yamada,
sekadar untuk melunakkan hati para prajurit yang ada di hadapannya.
" Sayang sekali aku belum mendapat jalan keluar bagaimana bisa dengan segera
membayar semua uang tuan Kiuchi..... Orang-orang dari perusahaan pelayaran tidak
bersedia membayar ganti kerugian. Puluhan bal kain sutera serta ratusan barangbarang porselen yang kubeli di Cina tenggelam dalam pelayaran sebelum mencapai
pelabuhan Osaka hanya akan jadi barang-barang tak berguna... Padahal dengan
hasil penjualan barang-barang itu aku berniat melunasi semua pinjamanku pada
Kiuchi-san....."
" Cerita seperti itu sudah kami dengar dua minggu lalu. Kami datang ke sini
bukan untuk mendengar cerita yang sama. Tapi untuk meminta uang majikan kami
yang kau pinjam untuk modal dagangan bulan lalu. Sesuai perjanjian kau akan
mengembalikan pada awal bulan keempat. Sekarang sudah dua bulan lewat... "
" Apakah sudah kalian sampaikan pada majikan kalian bahwa aku bersedia membayar
bunga Page 2 Generated by ABC Amber LIT Converter, http://www.processtext.com/abclit.html
tinggi untuk keterlambatan pembayaran hutang itu" "
" Tentu saja sudah! ".
" Apa jawab Kiuchi-san" " tanya Kano Yamada. " Dia tidak perlu segala macam
bunga. Tapi minta uangnya! Seluruhnya! Kalau tidak, ia akan menyeretmu ke
penjara! "
Mendengar ancaman itu, Chieko istri Kano Yamada segera membuka mulut. " Jangan
lakukan itu, Saya mohon disampaikan pada majikan kalian agar berbelas hati pada
suami Saya. Kami akan meminjam uang dan membayar semua hutang itu....... "
Kano Yamada membalikkan tubuhnya, memandang dengan mata membelalak pada
istrinya. " Chieko!
Kau tahu kita sudah mencoba dan tak ada orang mau memberi pinjaman..... " Pada
perajurit yang ada di hadapannya Kano Yamada segera berkata. " Maafkan kata-kata
istriku tadi..... "
" Jadi kau sudah siap untuk masuk penjara" " tanya si prajurit pula. " Aku sudah
meminta waktu untuk menghadap tuan Yasuaki Kiuchi...... "
" Dia tidak sudi menerimamu. Kecuali..... ini satu-satunya jalan keluar bagimu.
Kau menyerahkan anak perempuanmu yang masih bayi itu untuk di jodohkan dengan
puteranya yang juga saat ini masih bayi. "
" Aku tidak bisa melakukan hal itu. Aku sudah katakan alasanku padamu. "
Prajurit di hadapan Kano Yamada menyeringai lalu berkata, " Kau sudah diberi
bukan saja kesempatan tapi juga kehormatan! Kurasa tidak ada manusia setololmu
di atas dunia ini...... "
Mendengar kata-kata itu Kano Yamada menjadi merah mukanya. Dengan suara bergetar
menahan marah dia berkata. " Kau kemari untuk menjalankan tugas, bukan untuk
menghinaku! Keluar dari gedung ini! Sampaikan pada Kiuchi-san. Aku akan membayar
hutangku, kalau perlu dengan darah dan nyawaku! Katakan padanya aku tidak takut
dijebloskan dalam penjara atau dikirim ke utara sebagai pekerja paksa tambang di
pegunungan Kitami. Apapun yang terjadi aku tidak mungkin menyerahkan puteriku
untuk jadi jodoh puteranya! "
" Aku tetap menganggap kau orang paling tolol Yamada-san! " kata si prajurit
tadi dengan beraninya lalu memutar tubuh sambil memberi isyarat pada dua
kawannya untuk meninggalkan tempat itu. Namun sebelum dia sempat
melangkahKanoyamada telah menghadang jalannya dan " plak! " satu tamparan
mendarat di pipi prajurit itu. Membuatnya terjajar nanar dan ada darah keluar
dari sudut bibirnya yang pecah!.
Si prajurit berteriak keras dalam sakit dan marahnya. Dua kawannya ikut
membentak. Prajurit yang kena tampar menghunus pedang yang tersisip di
pinggangnya. Namun baru saja senjata itu keluar dari sarungnya, Kano Yamada
mendahului menyerang. Tangan kanannya melesat ke depan. Pada saat jotosannya
mendarat didada si prajurit dengan telak, tangan kirinya cepat menyambar ke arah
pergelangan tangan lawan.
Dalam satu gerakan kilat Kano Yamada yang kidal itu berhasil merampas pedang
lalu ujung senjata ini ditekankannya ke bawah dagu orang. Melihat kawan mereka
dipreteli begitu rupa, dua perajurit lainnya berteriak marah dan berusaha
menyergap. " Berani kalian mendekat kutembus tengorokan manusia satu ini! " ancam Kano
Yamada. Page 3 Generated by ABC Amber LIT Converter, http://www.processtext.com/abclit.html
" Kano ! Jangan lakukan itu!" seru Chieko. Tapi sang suami tidak peduli. Dengan
tangan kanannya dicampakannya topi yang ada di kepala si prajurit, lalu
dijambaknya rambutnya. Ujung pedang di tekankan sedikit hingga prajurit ini
meringis kesakitan.
" Jatuhan senjata kalian! " perintah Kano Yamada pada dua prajurit di
hadapannya. Dua prajurit ini tampaknya ragu-ragu. Malah mereka melirik ke arah
Chieko. Kano Yamada segera dapat membaca apa yang ada di dalam benak kedua
prajurit shogun itu. Maka dia berkata dengan suara keras. " Berani kalian
mendekati istriku, kubunuh kawan kalian ini, aku tidak main-main! "
Kano Yamada kembali tekankan ujung pedang. Kini sedikit lebih keras. Prajurit
yang dijambaknya mengeluh tinggi. Kulit dagunya terluka, darah mengalir turun
membasahi pedang.
" Turut apa yang dikatakannya! Buang senjata kalian! " teriak si prajurit. Dua
kawannya yang sadar tidak bisa berbuat apa-apa akhirnya campakkan pedang masingmasing kelantai.
" Putar tubuh kalian. Keluar dari ruangan ini! " perintah Kano Yamada
selanjutnya. Ketika dua prajurit itu melakukan apa yang dikatakannya, Kano
Yamada kemudian menyuruh prajurit di bawah ancamannya untuk melangkah ke arah
pintu. Keluar dari ruangan tamu Kano Yamada terus membawa prajurit itu sampai ke
halaman depan gedung.
" Naik ke atas kuda masing-masing! Jangan berani berbuat yang aku tidak senang!
" Lalu dengan sekuat tenaga Kano Yamada mendorong prajurit itu hingga tersungkur
ke tanah. Malangnya, muka jatuh lebih dulu hingga lecet berkelukur. Beberapa
orang pengawal gedung yang ada di situ hanya terkesima meyaksikan apa yang
terjadi. " Kano Yamada! Kau berani menjatuhkan tangan pada prajurit Shogun! Kau akan
rasakan pembalasan dari kami!" gertak prajurit yang mukanya babak belur.
Kano Yamada masih tetap di tempatnya sampai tiga perajurit itu lenyap di
kejauhan. Setelah mencampakkan pedang di tangan kirinya ke tanah, saudagar ini
segera masuk ke dalam gedung. Chieko Yamada mendatangi. Kedua suami istri ini
segera masuk ke dalam kamar.
" Saya mau bicara dengan Kano ...." Kata sang istri begitu masuk ke dalam kamar.
" Aku juga! Aku tak suka kau mencampuri urusan ini! Biar aku sendiri yang
menyelesaikan urusan hutang piutang dengan Yasuaki Kiuchi. "
" Mana bisa begitu. Kau suamiku. Apa yang menjadi persoalanmu menjadi urusan
saya juga. Kenyataannya sekarang bukan cuma menyangkut urusan hutang piutang. Tapi kini
malah merembet pada diri anak kita Hatsuko. Kita harus menemui orang itu. "
" Aku sudah berusaha tapi dia menolak! "
" Kalau begitu biar saya yang menemuinya.... " kata Chieko Yamada pula.
Lama Kano Yamada memandangi istrinya itu. Lalu terdengar suaranya bertanya. "
Apa yang ada dalam benakmu, Chieko" Aku tak bisa melupakan bagaimana hubunganmu
dulu dengan Yasuaki Kiuchi! "
" Kau jangan terlalu bercemburu Kano . Dulu kami memang pernah menjalin hubungan
cinta...."
Page 4 Generated by ABC Amber LIT Converter, http://www.processtext.com/abclit.html
" Dan pernah merencanakan untuk kawin.... " sambung Kano Yamada.
" Betul, tapi itu dulu. Kenyataanya lain. Saya tidak kawin dengan dia. Kau kini
menjadi suamiku... " potong Chieko.
" Kau menyesal menjadi istriku" Hemmmm.... Yasuaki Kiuchi. Manusia terpandang di
negeri ini karena keluarga sangat dekat dengan Shogun yang berkuasa..... "
" Saya tidak suka kau berkata begitu Kano . Sejak saya menjadi istrimu hanya kau
satu-satunya laki-laki di hati saya."
" Mulutmu berucap begitu. Namun hatimu tak pernah bisa melupakan laki-laki
itu......... "
Chieko Yamada gelengkan kepalanya berulang-ulang. Perempuan ini seperti mau
sesenggukan ketika berkata, " Dengar Kano. Saya berharap ada maksud bersih dan
baik dari Yasuaki mau menjodohkan anak kita dengan putranya..... "
" Mungkin saja. Karena dia tidak mendapatkan dirimu, lalu hubungan yang terputus
disambung kembali dengan menjodohkan Hatsuko dengan putranya.... "
" Saya tidak melihat ada yang salahnya hal itu. Hanya saja Hatsuko sudah kita
jodohkan dengan putra keluarga Hideo Yukawa........ "
" Seandainya tali perjodohan itu tidak ada, Kau tentu bersedia menjodohkan
Hatsuko dengan anak lelaki Kiuchi. "
" Saya tidak mengatakan begitu" Sahut chieko.
" Lalu apa maksudmu menemui laki-laki itu" "
" Untuk menjernihkan suasana. Siapa tahu dia bisa mengerti keadaan kita yang
belum mampu melunasi pinjaman dalam waktu dekat ini. Lalu sekaligus menerangkan
bahwa Hatsuko telah kita jodohkan dengan Toshiro, anak keluarga Yukawa. "
Kano Yamada menggeleng. " Tidak, " Katanya. " Aku tidak mengizinkan kau menemui
laki-laki itu. Aku memilih penjara untuk masalah hutang itu. Dan aku memilih mati jika ada
orang lain menyentuh anakku, apabila mengambilnya! "
" Kano , kau tahu saat malapetaka telah terjadi atas diri Yasuaki. Pikirannya
terganggu, tingkah lakunya tampak aneh sejak dia menderita sakit panas selama
dua minggu akibat patukan ular berbisa di hutan Kiso beberapa bulan lalu....."
" Dia memang tampak aneh. Katakanlah tidak waras. Tapi apakah dia tidak
memandang hormat padamu hingga mengancam hendak memenjarakanku dan memaksa
mengambil Hatsuko sebagai jodoh puteranya" "
" Itulah sebab saya harus menemuinya. Saya yakin jika saya bisa bicara dengan
dia, semua persoalan bisa diselesaikan dengan baik. Saya tidak ingin kehilangan
kalian berdua. kau dan Hatsuko..... "
Page 5 Generated by ABC Amber LIT Converter, http://www.processtext.com/abclit.html
Chieko lalu memeluk suaminya dengan erat-erat. Kano Yamada balas merangkul. Di
kamar sebelah terdengar suara bayi menangis. Dua suami istri ini lepaskan
pelukannya masing-masing lalu bergegas menuju ke kamar itu. Seorang pelayan
tampak mendukung bayi kecil berpipi merah sambil menepuk-nepuk halus punggungnya
hingga bayi terdiam dan tidur kembali.
" Biar saya mendukungnya sebentar.... " Kata Chieko sambil mengulurkan tangan
untuk mengendong puteri kecil anak pertamanya itu. Si bayi segera saja tertidur
lelap dalam dukungan sang ibu. Setelah yakin bayinya tidak akan bangun dan
menangis lagi, Chieko Yamada membaringkan anak itu di dalam sebuah tempat tidur
kecil yang hangat.
Kano Yamada tertegun di ujung tebing. Puluhan kaki di bawahnya membentang laut
Jepang yang ganas.
Ujung-ujung runcing batu karang menyembul di permukaan laut. Mengerikan. Dia tak
bisa lari lagi. Tak mungkin terjun ke laut karena sama saja bunuh diri. Tapi dia
juga tidak bisa mencari jalan lain.
Di hadapannya saat itu sepasang harimau kumbang hitam mengerang keras. Gigi-gigi
bintang ini menggidikkan. Harimau kumbang yang betina kelihatan berselemotan
darah mulutnya. Itu adalah darahnya sendiri. Binatang ini sempat mencakar
dadanya dan menerkam bahunya. Si betina ini lebih garang dari si jantan. Pakaian
Kano Yamada basah oleh keringat dan darah!
Dada Kano Yamada naik turun. Dia tahu dia tak bakal lolos dari kematian. Tangan
kanannya yang basah oleh darah dan keringat terasa licin digagang samurai yang
digengamnya. Pedang itu! Ini satu-satunya tuan penyelamatnya. Kalau dia mampu
membunuh dua ekor harimau kumbang itu, sangggupkah dia"
Harimau kumbang betina mengaum keras. Dia sudah mencium darah calon mangsanya.
Ini agaknya yang membuatnya jadi lebih beringas. Tiba-tiba binatang ini melompat
menerkam. Kano Yamada berteriak keras. Samurai di tangannya menderu ke atas,


Wiro Sableng 080 Sepasang Manusia Bonsai di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menyongsong terkaman harimau betina. Tapi celakanya harimau jantan telah
menyergap pula. Walau Kano Yamada berhasil membabatkan senjatanya di pertengahan
dada harimau kumbang betina sehingga bintang ini meraung keras dan darah
memancur dari dadanya yang terkoyak, serangan harimau kumbang jantan tak dapat
dihindari. Dua cakar kaki depan mengoyak perut dan dadanya. Kano Yamada menjerit setinggi
langit. Dalam keadaan mandi darah tubuhnya terpental dari ujung tebing batu,
melayang jatuh ke bawah. Ombak laut Jepang berdebur dengan dahsyat. Batu- batu
runcing siap menyambut tubuh Kano Yamada. Lelaki ini berteriak sekali lagi.
Lebih keras dan lebih menggidikkan dari teriakan pertamanya tadi.
Kano Yamada terduduk di atas ranjang. Pakaian tidurnya basah oleh keringat.
Dadanya terasa sesak dan nafasnya memburu.
" Mengerikan sekali mimpiku.... " kata lelaki ini sampai menyeka wajahnya yang
basah dengan ujung baju. Dia memandang ke samping. Sesaat dia merasa heran.
Chieko tak ada di sampingnya. Mungkin dia keluar kamar, membuang hajat kecil
atau mengambil air minum. Atau ke kamar putri mereka di sebelah.
Kano Yamada menunggu sebentar.
" Chieko.... " Lelaki ini memanggil, satu kali. Dua kali, Kali yang ketiga dia
melompat turun dari atas ranjang rendah itu. Seluruh ruangan diperiksanya.
Chieko tidak diketemukan, Kano Yamada masuk ke kamar tidur puterinya. Anak itu
dilihatnya tertidur nyenyak dalam ranjang kecilnya sementara pelayan tidur di
atas tatami (alas lantai berbentuk kotak-kotak).
" Aneh, ke mana perginya perempuan itu...." " Pikir Kano Yamada sambil melangkah
masuk ke dalam kamar tidur kembali. Dia memandang seputar kamar. Baju tebal
milik istrinya yang sebelumnya Page 6
Generated by ABC Amber LIT Converter, http://www.processtext.com/abclit.html
tergantung di sudut kamar ini tidak ada lagi. Hati Kano Yamada berdetak.
" Jangan-jangan.... " Setengah berlari lelaki ini keluar dari kamar, terus ke
bagian belakang gedung. Di sini ada sebuah kandang kuda. Ketika kandang
diperiksanya, debaran di hati Kano Yamada menjadi semakin keras. Detak
jantungnya seolah menggemuruh.
" Chieko.... " desisnya. " Dia pasti ke otsu ! pasti! Nekad sekali perempuan
itu!" Di kandang itu seharusnya ada dua ekor kuda. Miliknya dan milik istrinya.
Kuda milik istrinya ternyata tidak ada. Kano Yamada berteriak memanggil
pengawal. Setengah lusin pengawal gedung segera menghambur datang.
" Istriku tak ada dalam gedung! Kudanya juga tidak ada di kandang! Siapa di
antara kalian tahu di mana istriku berada"! Atau pergi ke mana dia"! Jangan ada
yang berani dusta! "
Pegawal paling depan kelihatan takut-takut mau bicara. Tapi salah seorang
kawannya mendorong-dorong punggungnya sambil berbisik. " Lekas katakan saja
sebelum Tuan Yamada marah.... "
" Hmm... benar rupanya ada yang tidak beres, " kata Kano Yamada dalam hati. Lalu
diapun berteriak marah. " Kalau tidak ada yang berani bicara satu persatu aku
robek mulut kalian! "
" Tuan, " pengawal paling depan akhirnya berkata juga. " Beberapa waktu lalu
nyonya meninggalkan gedung. Dia memerintahkan kami membuka pintu gerbang.
Sebelum dia pergi kami sempat bertanya mau ke mana malam-malam begini. Sendirian
pula. Istri tuan tidak menjawab, malah memerintahkan agar kami cepat menutup
pintu. Dia juga menolak untuk kami kawal. Ketika kami katakan hendak
memberitahukan tuan, dia marah besar, Kami tidak bisa berbuat apa-apa.
Kami melihat sikap nyonya aneh sekali malam ini. "
" Kalian pengawal tidak becus! Tolol! Walau dia melarang tapi kalian punya
kewajiban memberitahu! " teriak Kano Yamada. Kaki kanannya dihentakkan hingga
tanah yang dipijaknya melesat ke bawah.
Habis membanting kaki begitu, Kano Yamada berkata. " Salah seorang dari kalian
lekas siapkan kudaku! Aku harus mencari dan mengejarnya sekarang juga! "
" Kalau begitu biar kami ikut! "
" Aku tidak perlu manusia-manusia tolol seperti kalian! " damprat Kano Yamada,
lalu masuk ke dalam untuk berganti pakaian.
Ketika keluar dia telah mengenakan pakaian ringkas. Sebilah Katana (pedang
panjang khas Jepang) tergantung di belakang punggungnya. Sesaat kedua kakinya
menuruni tangga gedung tiba-tiba udara yang tadinya sunyi tenang berubah. Suara
tiupan angin mula-mula terdengar seperti suara seruling lalu berubah menjadi
gemuruh yang menakutkan. Pohon-pohon besar yang tumbuh di sekeliling gedung
berderik-derik seperti mau tumbang. Daun-daunnya gugur berhamburan.
" Badai! " teriak seorang pengawal sambil berpegangan pada sebuah pilar batu.
" Tuan Yamada sebaiknya jangan pergi dulu! " menasihatkan seorang pengawal.
Kano Yamada mana mau perduli. Terseok-seok karena tubuhnya diterpa angin, lelaki
ini melangkah mendekati kudanya yang dipegang dua orang pengawal. Binantang ini
meringkik keras beberapa kali.
Page 7 Generated by ABC Amber LIT Converter, http://www.processtext.com/abclit.html
Belum sempat Kano Yamada naik ke punggungnya, tiba-tiba kuda ini menghambur
lari. " Binatang jahanam! " teriak Kano Yamada marah. Dia coba mengejar tapi tubuhnya
limbung. Satu putaran angin menghantamnya dengan keras hingga dia tak kuasa
bertahan dan terhampar ke tanah. Dua orang pengawal segera menolongnya dan
membawanya masuk ke dalam rumah.
" Tangkap kuda itu. Atau carikan kuda lain! " perintah Kano Yamada pada para
pengawal yang ada di sekelilingnya.
Seorang pengawal berusia agak lanjut berkata. " Tuan Yamada lebih baik suka
bersabar sedikit.
Kuda itu telah menjadi liar Tak mungkin ditangkap. Kalaupun bisa sangat
berbahaya bagi tuan menungganginya. Mencari kuda lain sama sulitnya dengan
menangkap kuda itu... "
Kano Yamada hendak membentak. Namun akhirnya dia hanya bisa menghenyakkan
tubuhnya di atas sebuah kursi kayu. Di luar tiupan angin semakin dahsyat. Badai
tambah menggila.
" Chieko! Kamu manusia nekad! Mengapa kau melakukan semua ini! " kata Kano
Yamada sambil menutup kedua telapak tangannya ke wajahnya. Terbayang wajah
istrinya. Terbayang pula wajah merah Hatsuko putrinya. Lalu muncul tampang
Yasuaki Kiuchi. Dengan tangan kanannya entah sadar entah tidak, Kano Yamada
tiba-tiba menghantam lengan kursi. " Krakkk! " Lengan kursi itu hancur
berantakan. Wajahnya tampak beringas. " Aku harus pergi! Persetan dengan badai! Persetan
dengan kuda itu!
Aku bisa jalan kaki! "
Kano Yamada melompat ke pintu. " Tuan! " seru dua orang pengawal. Kawannya yang
tegak dekat pintu berusaha menghalangi tapi serta merta kena sikut Kano Yamada
hingga orang ini mengeluh tinggi dan terbanting ke dinding ruangan.
Dalam gelapnya malam, di bawah badai besar itu Kano Yamada melangkah terhuyunghuyung menahan kencangnya angin yang menyambar dari depan, menghantam dari
samping atau dari belakang.Para pengawal yang melihat kejadian itu sesaat hanya
bisa berdiri melongo. Namun tiga orang diantara mereka akhirnya memutuskan untuk
mengikuti tuan mereka. Salah seorang dari ketiganya berteriak tiada henti,
berusaha membujuk sambil mengingatkan.
" Tuan Yamada! Kembali! Terlalu berbahaya menempuh badai seperti ini! Kembali
tuan Yamada! " Kano Yamada tidak perduli. Dia melangkah terus. Badai bertambah dahsyat ketika
hujan mulai turun.
" Tuan Yamada! Ingat putrimu Hatsuko, " teriak pengawal satunya. Sesaat langkah
Kano Yamada tertahan. Tetapi di lain saat lelaki ini lanjutkan perjalanannya.
Kedua tangannya dikepalkan kencang-kencang.
Di dalam gedung kediamannya yang besar dan mewah dikotaOtsu, Yasuaki Kiuchi
duduk di atas kasur tebal empuk didampingi oleh dua selirnya yang masih mudamuda dan cantik. Kepalanya diletakkan di pangkuan salah satu selir, sementara
selir satunya memegang sebuah piala perak berisi sake. Di dekat pembaringan
terhidang berbagai macam makanan dan buah-buahan. Lalu sepuluh langkah di
hadapannya duduk seorang gadis memetik koto (harpa), sebuah peralatan musik
memiliki 13 jalur senar dan diletakkan di lantai.
Antara gadis pemetik koto dengan Yasuaki Kiuchi ada seorang gadis penari yang
menari mengikuti irama koto dengan gerakan lemah gemulai. Kimono yang melilit
ditubuhnya terbuat dari jenis kain yang demikian tipisnya hingga lekuk tubuh
gadis ini membayang dengan jelas. Keadaan Yasuaki Kiuchi yang konon masih
saudara sepupu Shogun yang berkuasa pada masa itu tidak beda seperti kaisar
kecil saja. Page 8 Generated by ABC Amber LIT Converter, http://www.processtext.com/abclit.html
Saat itu dia sudah setengah mabuk karena terlalu banyak meneguk sake. Mukanya
yang bulat dan selalu berkeringat kelihatan merah. Sekali-sekali dia menyeringai
sambil salah satu tangannya mengusap paha selir yang duduk di sebelahnya. Di
luar gedung hujan turun dengan lebat. Badai masih bersabung di wilayah utara.
Deru angin terdengar menggidikan.
Ketika sedang asyiknya Yasuaki Kiuchi menikmati tarian masuklah seorang
pembantu. Merasa terganggu Yasuaki Kiuchi berteriak marah. Selagi pembantu itu
menjura, dia mengambil piala perak berisi sake dari tangan selirnya lalu
melemparkannya ke arah si pembantu.
Si pembantu yang tahu gelagat, walau bisa mengelak tapi tak berani melakukan.
Kalau dia mengelakkan lemparan piala perak itu sang majikan akan meradang
seperti beruang terluka! Maka dia diam saja menunggu sampai terdengar suara "
buk! " Piala menghantam dadanya. Dia mengernyit menahan sakit, tak berani
berteriak. Diam-diam dia merasa beruntung karena mengetahui bahwa Yasuaki Kiuchi
melemparkan tempat minum perak itu tanpa mengunakan tenaga dalam. Kalau sampai
dia mengisi piala dengan menggunakan tenaga dalam, niscaya saat itu dia sudah
muntah darah dan sekarat!
" Maafkan saya Tuan Kiuchi! Kesalahan dan dosa yang besar menganggumu. Tapi ada
seorang tamu datang dari jauh... "
" Heh....." " amarah Yasuaki Kiuchi agak mereda oleh rasa heran. Dia mendongak
pada selir yang memangku kepalanya lalu membelai pipi perempuan ini.
" Di luar hujan turun lebat. Di utara aku yakin ada badai mengamuk. Lalu tibatiba saja di malam buta buruk cuaca begini ada tamu mencariku! Kuharap saja
bukan bangsa setan atau roh halus dari gunung hantu! " habis berkata begitu
Yasuaki Kiuchi tertawa gelak-gelak lalu meneguk sake langsung dari sebuah guci
kecil. Sambil menyeka mulutnya dengan belakang tangan, mata merahnya memandang
pada si pembantu. " Kau sudah tahu siapa adanya tamu itu"! "
" Dia seorang perempuan.... "
" Apa"! " Yasuaki Kiuchi bangkit dari berbaringannya, duduk di atas kasur,
memandang tak berkedip pada si pembantu.
" Tamunya seorang perempuan. Katanya dari desa Hikone. Namanya Nyonya Muda
Chieko Yamada....... "
Mendengar keterangan si pembantu langsung saja Yasuaki Kiuchi melompat dari
duduknya. " Di mana dia sekarang" "
" Menunggu di ruangan tamu tuan Kiuchi. Sekujur tubuh dan pakaiannya basah
kuyup..... "
Yasuaki Kiuchi tidak menunggu sampai si pembantu selesai berucap. Dia bergegas
menuju ruangan tamu. Dua selir dan si pembantu mengikuti dari belakang. Gadis
pemain koto hentikan petikan dan gadis penari juga ikut berhenti menari.
Begitu membuka pintu dorongan ruangan tamu, Yasuaki Kiuchi tertegun melihat
sosok yang ada didalam sana. " Jadi benar kau rupanya Chieko ..... " desis
Yasuaki Kiuchi. Dia berpaling ke belakang. Pada dua selirnya dia segera berkata
" Kalian lekas pergi masuk ke kamar masing-masing! "
Setelah memperhatikan sejenak perempuan muda yang basah kuyup di ruangan itu,
salah satu dari dua Page 9
Generated by ABC Amber LIT Converter, http://www.processtext.com/abclit.html
selir menjadi iri dan cemburu lalu bertanya " Siapakah perempuan itu yang
rupanya sangat penting hingga kami berdua disuruh masuk dilupakan begitu saja" "
" Perempuan lancang tidak tahu diri! " bercarut Yasuaki Kiuchi dengan mata
membelalak. " Berani kau berkata seperti itu"! " Melihat sikap Yasuaki Kiuchi,
dua selir jadi takut dan cepat-cepat mengundurkan diri. Yasuaki berpaling pada
si pembantu. " Lekas kau temui pelayan perempuan.
Suruh Dia membawa kain pengering dan pakaian penyalin.... "
Setelah si pembantu berlalu, Yasuaki Kiuchi masuk ke dalam ruangan. Untuk
beberapa lamanya dia melangkah perputar mengelilingi Chieko Yamada yang tegak
ditengah ruangan dalam keadaan basah kuyup.
" Chieko, ini bukan mimpi! Kau datang dimalam buta ketika cuaca sangat buruk.
Berbasah-basah datang dari jauh. Kau perlu mengeringkan badan, berganti pakaian
dan berhangat-hangat dengan makanan panas dan minuman keras... "
" Saya berterima kasih atas kebaikanmu itu Kiuchi-San... "
" Panggil aku Yasuaki! "
" Waktu saya hanya sebentar. Saya akan segera pulang jika selesai bicara
denganmu.... "
" Ini rumahku! Siapa yang berada di dalamnya harus ikut apa yang aku punya mau!
" kata Yasuaki Kiuchi pula dengan muka sesaat jadi galak.
Tak lama kemudian seorang pelayan perempuan datang membawa sehelai kain
pengering dan pakaian untuk bersalin. " Bantu nyonya Yamada mengeringkan tubuh
dan berganti pakaian, " kata Yasuaki Kiuchi pada si pelayan lalu keluar kamar
sambil menutup pintu.
Tapi begitu berada di luar kamar, dengan ujung jari kelingkingnya, lelaki ini
menusuk dinding yang terbuat dari kertas hingga berlobang. Lewat lobang itu, dia
mengintip saat-saat Chieko Yamada membuka pakaiannya yang basah, mengeringkan
tubuhnya lalu mengenakan pakaian yang diberikan.
Tenggorokan lelaki ini turun naik. Nafasnya memburu. Lidahnya berulang kali
dijulurkan untuk membasahi bibirnya.
" Sudah selesai tuan Kiuchi, " kata pelayan begitu keluar dari dalam kamar
membawa pakaian basah.
" Kau boleh pergi. Beritahu semua orang agar tidak berada di sekitar sini..." kata
Yasuaki Kiuchi pula pada pelayan perempuan itu, lalu masuk ke dalam ruangan di
mana Chieko Yamada berada.
Sambil rangkapkan kedua tangannya di depan dada, Yasuaki Kiuchi menatap wajah
dan tubuh Chieko tanpa berkedip sampai beberapa lamanya. " Kau datang di malam
buta. Dalam cuaca buruk.
Seorang diri. Jarang ada perempuan Jepang punya keberanian sepertimu. Apa kau
datang mewakili suamimu untuk minta maaf karena telah berani menciderai
perajurit Shogun yang aku kirimkan ke tempat kediamanmu" Mengapa dia berlaku
pengecut tidak datang sendiri..." "
" Saya datang tidak setahu dia, " menjelaskan Chieko.
" Oh, jadi maumu sendiri" Ini sungguh satu hal luar biasa! Mungkin kau tiba-tiba
saja teringat masa mudamu dulu" Ketika kau menjalin cinta denganku. Lalu kau
lenyap dan tahu-tahu kawin dengan Kano Yamada. Kau datang untuk minta maaf...?"
Page 10 Generated by ABC Amber LIT Converter, http://www.processtext.com/abclit.html
" Ada yang lebih penting dari masa lalu Yasuaki," kata Chieko pula. " Menyangkut
hutang suami saya dan maksud hendak menjodohkan puteriku Hatsuko dengan
puteramu. "
" Soal hutang suamimu sudah jelas. Dia tidak sanggup membayar. Aku sudah
mengatur orang untuk memperkarakannya dan menjebloskannya ke dalam penjara..."
" Jangan lakukan itu Yasuaki. Saya mohon kau suka memberi waktu..."
" Aku tak punya waktu lagi Chieko. Aku merasa suamimu sengaja menipu..."
" Usahanya benar-benar sedang ambruk. Mohon kau mau mengerti..."
" Bagaimana dengan urusan jodoh" " Yasuaki Kiuchi mengalihkan pembicaraan.
Dari dalam saku kimononya dia mengeluarkan sebuah botol pipih berisi minuman
keras. Beberapa kali teguk saja minumannya itu ludas masuk ke dalam tenggorokan.
" Terus terang saja aku suka menjadi besan denganmu Yasuaki. Tapi Hatsuko sudah
terlanjur diikat jodoh dengan Toshiro, putera keluarga Yukawa..."
Sepasang mata Yasuaki Kiuchi membeliak. Botol pipih yang dipegangnya
dibantingkan ke lantai hingga pecah berkeping-keping. " Aku tahu keluarga
Yukawa. Keluarga nelayan miskin yang hanya mampu mencari nafkah di danau Biwa !
Dengan anak mereka puterimu kau jodohkan! Sungguh memalukan! Menolak ikatan
jodoh dengan puteraku sama saja menghina diriku!"
" Yasuaki, harap kau mau mengerti. Kami telah terlanjur menjodohkan Hatsuko dan
Toshiro. Kalau saja ikatan itu belum ada tentu saya dan suami merasa senang untuk
menjodohkan Hatsuko dengan puteramu..."
" Chieko! Dua kali dengan ini kau menghinaku! Pertama waktu kau meninggalkan aku
dan kawin dengan Kano ! Kedua sekarang ini. Menolak ikatan jodoh! Padahal kau
datang untuk mengemis untuk minta agar aku memberi kelonggaran atas hutang
suamimu..."
" Saya tidak mengemis Yasuaki. Kalau kau tidak mau mempertimbangkan, Kano
bersedia masuk penjara. Kalau perlu saya sekalian kau jebloskan!"
Yasuaki pandangi wajah Chieko beberapa saat lalu dia tertawa gelak-gelak sampai


Wiro Sableng 080 Sepasang Manusia Bonsai di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

keluar air mata.
Namun sesaat kemudian dia berubah. Kalau tidak tertawa kini dia mulai
sesenggukkan. Mula-mula perlahan lalu meraung keras.
" Yasuaki..." Panggil Chieko. Perempuan ini mulai merasa takut " Penyakit gilanya
kumat... Aku harus segera meninggalkan tempat ini. Yang penting aku sudah bicara
padanya... "
Pintu ruangan terbuka. Seorang pembantu dan dua orang perajurit Shogun masuk. "
Kami mendengar tuan Kiuchi berteriak. Ada apakah" Apakah tuan baik-baik saja?"
tanya salah seorang perajurit.
" Keluar! " teriak Yasuaki Kiuchi marah sekali sehingga ketiga orang itu putar
tubuh dan tinggalkan ruangan ketakutan. Yasuaki bantingkan pintu dorong dengan
keras. " Aku minta diri..." ujar Chieko.
" Kau mau ke mana" " tanya Yasuaki sambil bersandar ke pintu. " Hikone jauh dari
sini anakku Page 11
Generated by ABC Amber LIT Converter, http://www.processtext.com/abclit.html
menunggu. " Yasuaki Kiuchi menyeringai aneh. Tiba-tiba kimono yang melekat di
tubuhnya ditanggalkan.
Chieko membuang muka kejurusan lain. " Tanggalkan pakaianmu Chieko..."
Chieko Yamada sepertinya mendengar petir menyambar di telinganya. " Yasuaki, kau
sadar apa yang barusan kau katakan" "
" Aku bilang tanggalkan pakaianmu! Layani diriku malam ini! Hanya itu satusatunya jalan menebus pengkhianatanmu dulu dan pengkhianatanmu kali ini! "
" Kau sakit Yasuki...! Yasuaki yang aku kenal dulu tidak akan berlaku sekeji
ini! " Yasuaki Kiuchi tertawa mengekeh. " Aku memang sakit! Otakku! Hatiku! Jiwaku!
Semua ini kau penyebabnya! Ditambah racun ular yang tidak bisa dikuras bersih
dari otakku! Lengkap sudah derita sakitku! Malam ini derita sengsara itu akan
kita bagi dua Chieko! "
Seperti seekor singa kelaparan Yasuaki Kiuchi menyergap perempuan itu. Chieko
berusaha melawan tapi sia-sia belaka. Menjerit minta tolong pun tak ada gunanya
karena tak ada yang berani datang ketempat itu. " Aku lebih suka kau membunuhku
dari pada menerima noda! " kata Chieko dalam keadaan terlentang tak berdaya di
lantai, ditindih tubuh berat Yasuaki Kiuchi.
Yasuaki Kiuchi menyeringai. Dua tangannya bergerak merenggut tali kimono Chieko
Yamada. Perempuan itu kembali menjerit tapi suara jeritan semakin lemah lalu dia tak
tahu lagi apa yang terjadi dengan dirinya. Di luar hujan menderu tambah lebat.
Badai masih terus berkecamuk.
Hujan yang lebat dan badai yang masih menggila, ditambah malam begitu gelap
membuat pemandangan mata hanya mampu menembus belasan langkah saja. Seorang
pengawal yang berjalan di samping Kano Yamada tiba-tiba berteriak dengan mata
melotot memandang ke depan.
" Tuan Yamada! Ada sesuatu mendatangi dari sebelah depan!"
" Aku sudah tahu, " jawab Yamada datar. Dia memang sudah melihat ada sebuah
benda mendatangi.
Karena hujan dan badai, dia masih belum dapat memastikan benda apa itu adanya.
Namun dua telinganya mulai menangkap suara benda bergerak itu. Air hujan yang
membasahi alisnya disekanya dan kedua matanya dibuka lebih lebar.
" Seekor kuda..." desisKano. Dia mempercepat langkahnya. Mendadak saja hatinya
yang sejak meninggalkan Hikone memang sudah gelisah kini menjadi tidak enak
berlipat ganda. Sosok yang datang dari depan semakin dekat. Ternyata memang
seekor kuda. Kelihatannya tidak berpenunggang.
Kuda sampai di hadapan Kano Yamada. Saudagar muda ini mengangkat tangannya
memegang kepala kuda. Binatang ini hentikan langkahnya dan menjilati tangan
lelaki itu seolah kenal. " Heh, ini kuda Chieko..." kataKanodalam hati, ketika dia
mengenali binatang itu. Justru pada saat itu pulalah dia melihat sesosok tubuh
terbujur melintang diatas pelana. Kimono yang melekat di tubuh itu robek-robek
tidak karuan rupa. Agaknya hanya ditutupkan begitu saja. Lalu Kano Yamada
melihat rambut tergerai panjang basah kuyup mengucurkan air hujan di bagian
bawahnya yang terjuntai. Kano Yamada membungkuk untuk memastikan agar dia bisa
melihat wajah perempuan yang terbujur di pelana kuda itu. Lalu terdengar
raungannya. " Chieko!!! "
Tiga orang yang menyertai Kano Yamada ikut berseru kaget. " Nyonya muda, apa
yang terjadi denganmu" " salah seorang di antara mereka berucap dengan suara
gemetar. Page 12 Generated by ABC Amber LIT Converter, http://www.processtext.com/abclit.html
Di bawah hujan lebat dan badai yang masih mendera, Kano Yamada dibantu oleh tiga
orang tadi turunkan sosok Chieko dari atas kuda. Mereka mencari tempat yang agak
terlindung lalu membaringkan perempuan itu disana.
" Chieko...! Chieko! " teriak Kano Yamada berulang kali. Ditepuknya wajah istrinya
itu. Lalu diletakkannya telinga kirinya di atas dada. Deru hujan dan badai keras
sekali. Dia tak dapat mendengar apakah jantung istrinya masih berdetak atau
tidak. Kano Yamada masih meletakkan telinganya di dada istrinya. Tiba-tiba matanya
membesar. Dia melihat ada cairan merah di bagian perut Chieko yang mengalir ke
tanah bersama air hujan. Darah! Darah itu mengucur keluar dari bagian perut yang
ditancapi sebilah tanto!
Raungan Kano Yamada seperti mengalahkan deru hujan dan badai. " Chieko! Apa yang
terjadi denganmu"! Chieko! " Kano Yamada peluk tubuh istrinya erat-erat hingga
pakaiannya ikut bersimbah darah. Tiga orang pengawal hanya bisa tertegun tak
tahu mau berbuat apa.
" Chieko kau barusan dari mana" Siapa yang melakukan ini"! Chieko!
Chiekoooooooo...! Jawab Chieko! Jangan diam saja! " Kano Yamada angkat kepalanya
ketika dia merasa ada hembusan hawa keluar dari hidung istrinya. " Chieko...kau
dengar aku Chieko..."
Dua mata Chieko terbuka. Tapi hanya sedikit lalu tertutup kembali. " Chieko
katakan apa yang terjadi! Kau barusan pergi ke mana" Siapa yang melakukan
kekejian ini"! "
" Ka... Kano . Bi... biar saya me... menerima nasib buruk ini..." keluar suara Chieko
tersendat dan terputus-putus.
" Tidak! Aku harus tahu siapa yang menghinamu! Siapa yang membunuhmu! Bilang
Chieko! Kau harus bilang! " Kano Yamada dekap tubuh istrinya erat-erat.
Diciuminya wajah yang putih pucat dan basah oleh air hujan itu. " Chieko!
Katakan Chieko..." bisik lelaki ini ke telinga istrinya.
" Kiuchi..." bisik Chieko antara terdengar dan tidak. " Yasuaki Kiuchi... Dia
memperhinakan diri dan keluarga kita. Dia menodai saya..."
Sekujur tubuh Kano Yamada bergeletar. Darahnya seperti mendidih. Tulangbelulangnya laksana di panggang bara api. " Dia juga yang menusukmu dengan pisau
ini..." "
" Tidak ...Se setelah dia menodai saya..., sa... saya merasa... tidak ada gu... gunanya
lagi hidup ini. Sa... saya merampas senjata itu dari... se... seorang pengawalnya.
Saya berusaha melakukan harakiri... Saya... Kano suamiku... Saya mohon kau jaga anak
kita Hatsuko baik-baik..."
" Chieko! Chieko...! " Raungan Kano Yamada kembali menggelegar. Diguncangnya tubuh
istrinya. Tubuh itu tak bergerak lagi. Tak ada suara yang keluar dari mulutnya. Tak ada
hawa hangat keluar dari saluran pernafasannya. " Chieko! Jangan mati Chieko!
Jangan mati! " teriak Kano Yamada. Lelaki ini tidak tahu berapa lama dia
meratapi jenazah istrinya itu sampai suaranya menjadi serak. Tiba-tiba seolah
sadar dia hentikan ratapannya. Wajahnya kelihatan bengis. Perlahan-lahan
dilepaskannya rangkulannya pada tubuh Chieko lalu berdiri. Ketika dia bergerak
melangkah, salah seorang pengawal cepat bertanya.
" Tuan Yamada, kau mau kemana..." "
" Otsu ! Aku akan membuat perhitungan dengan Yasuaki Kiuchi..." jawab Kano Yamada
seraya menekan hulu pedang samurai yang tergantung di pinggangnya.
Page 13 Generated by ABC Amber LIT Converter, http://www.processtext.com/abclit.html
" Kami ikut dengan tuan! "
Kano Yamada gelengkan kepala. " Kalian kembali ke Hikone. Urus jenazah istriku!
Jika dua hari aku tidak kembali, perabukan jenazah itu. Sebagian tebarkan
didanau Biwa, sebagian lagi disimpan dalam cupu, letakkan di meja sembahyang
rumahku..."
" Tapi tuan Yamada..."
" Srett! " Kano Yamada cabut samurainya. " Aku pergi. Jika aku tidak kembali
bawa Hatsuko ke Nara . Dia punya seorang bibi keluarga istriku..." habis berkata
begitu Kano Yamada putar tubuhnya lalu melangkah pergi. Sebentar saja
bayangannya lenyap dalam kegelapan. Tiga orang pengawal tak bisa mencegah.
Dengan hati-hati mereka mengangkat tubuh Chieko lalu meletakkannya di atas
pelana. Hujan telah berhenti. Badai sudah reda. Di antara tiupan angin yang masih
bersisa keheningan pagi menyapukotaOtsu. Yasuaki Kiuchi tersentak dari tidurnya
ketika sepasang telinganya mendengar suara dentrangan senjata di luarsana.
Seorang selir yang menemani Yasuaki Kiuchi malam itu berusaha merangkulnya
ketika dia hendak bangkit dan turun dari atas ranjang.
" Pagi masih dingin. Saya masih ingin melayani dan menghangati dirimu..."
" Ada sesuatu terjadi di luar..." jawab Yasuaki Kiuchi seraya menangkap dan
menurunkan tangan perempuan yang hendak mengusap bagian bawah perutnya. Lelaki
ini cepat-cepat mengenakan kimononya. Dia melangkah ke kamar sebelah. Lewat
sebuah jendela yang disibakkan tirainya dia dapat melihat sebagian halaman
depan. Dalam keremangan pagi disaksikannya seorang lelaki muda mengenakan kimono
kuning bernoda darah dan basah kuyup mengamuk menghajar setengah lusin prajurit
yang mengeroyoknya.
Keenam perajurit penjaga gedung itu tak kuasa membendung amukan lawan. Dalam
beberapa kali gebrakan sajalimadi antara mereka roboh bersimbah darah. Agaknya
tamu berkepandaian tinggi itu sengaja tidak mau membunuh prajurit yang keenam.
Sambil menekankan ujung samurainya ke dada si perajurit dia berkata. " Suruh
keluar Yasuaki Kiuchi! Katakan aku Kano Yamada dari Hikone datang untuk
mengambil nyawanya!"
Meskipun diancam kematian tapi orang berseragam prajurit Shogun itu menyeringai
buruk dan mengejek. " Yamada, apa kau kira bisa lolos dari sini hidup-hidup" "
" Aku tidak minta kau bicara banyak! Lakukan apa yang aku perintah! " bentak
Yamada. Tapi prajurit di hadapannya malah meludah dan berkata. " Kalau kau punya nyali
silahkan cari sendiri majikanku! "
" Kau memang manusia tidak berguna! " bentak Kano Yamada. Samurai di tangan
kanannya menusuk ke depan. Prajurit itu hanya keluarkan seruan pendek. Ketika
Kano Yamada menarik pedangnya si prajurit langsung roboh. Darah mancur dari
perutnya yang ditembus pedang.
Dari balik jendela ruangan di tingkat atas Yasuaki Kiuchi menutupkan tirai
kembali. " Kano Yamada..."
desis lelaki ini. " Dia pasti sudah mengetahui apa yang terjadi dengan istrinya.
" Yasuaki keluar dari dalam ruangan yang terletak di tingkat dua bangunan itu.
Dia masuk ke sebuah kamar di mana tersimpan berbagai macam senjata. Dia
mengambil sebilah katana. Sebelum menuju ke halaman lebih dulu dia menarik
sebuah genta tiga kali berturut-turut. Serta merta dari berbagai jurusan
bangunan berhamburan Page 14
Generated by ABC Amber LIT Converter, http://www.processtext.com/abclit.html
keluar hampir dua puluh orang prajurit.
Pemimpin mereka seorang bertubuh besar, berkumis dan berjanggut meranggas
melompat ke hadapan Yasuaki Kiuchi yang tegak di pintu dalam. " Gapo! Ada
penjahat di pintu gerbang utara. Tangkap dia hidup-hidup!"
" Kalau memang penjahat mengapa dibiarkan hidup, tuan Kiuchi" " tanya Gapo
seraya melintangkan golok besar di tangan kanannya. Pada masa itu rata-rata
katana atau pedang samurai adalah senjata yang banyak dipergunakan orang. Namun
manusia satu ini agaknya lebih suka mengandalkan golok besar yang dirampasnya
dari seorang jago silat Cina yang pernah dipencundanginya.
" Keparat! Lakukan saja apa yang aku perintah! Jangan banyak tanya! " hardik
Yasuaki Kiuchi mendelik. Si tinggi besar menjura lalu berkelebat pergi. Yasuaki
Kiuchi dorong daun pintu di hadapannya lalu keluar menuju ke depan. Ketika dia
sampai di luar, belasan prajurit di bawah pimpinan si tinggi besar tadi telah
mengurung dan mengeroyok Kano Yamada.
Walaupun dia seorang pedagang, di masa mudanya Kano Yamada pernah belajar ilmu
pedang dari seorang pandai. Samurai di tangan laki-laki yang kalap ini
berkesiuran kian kemari. Empat orang perajurit Shogun terkapar di tanah. Dua
lagi menjerit lalu roboh. Ketika samurai di tangan Kano Yamada merobohkan
prajurit yang ketujuh, dari samping berkelebat sebilah golok besar memukul badan
pedang samurai di tangan Kano Yamada. Daya pukul golok itu berat dan terasa
sekali sehingga tangan Kano Yamada bergetar keras. Dia cepat membalik dan
menghantam dengan senjatanya. Namun kuda-kudanya goyah.
" Tranggg! " Samurai di tangan Kano Yamada terlepas mental. Golok besar tadi
datang membalik. "
Brettt! " Pakaian Kano Yamada robek besar di bagian perut. Dagingnya ikut
tergores, membentuk luka memanjang. Walau tidak terlalu dalam namun tetap saja
mengucurkan darah. Sambil menahan sakit penuh amarah dan nekad Kano Yamada
melompati Gapo dengan tangan kosong. Yang diserang balikkan goloknya lalu dengan
satu gerakan cepat hantamkan gagang golok ke kening lawan.
Kano Yamada merasa seperti melihat gunung meletus di depan matanya.
Pemandangannya serta merta gelap dan kedua kakinya goyah. Tubuhnya tak ampuh
lagi jatuh tergelimpangan. Dia berusaha tidak jatuh pingsan. Dia melihat belasan
kaki di sekelilingnya. Ujung-ujung senjata. Lalu ada sepasang kaki berkasut
bagus melangkah ke arahnya. Dia coba mengangkat kepala. Pemandangannya
berkunang. Dia tak dapat melihat jelas siapa adanya orang itu. Lalu dia
mendengar suara-suara bicara di dekatnya.
" Tuan Kiuchi, saya menunggu perintah. Akan diapakan orang ini"! " bertanya
Gapo. " Jebloskan dia ke dalam penjara! Dua hari lagi ada kapal ke utara ke pulau
Hokkaido ! Angkut dia bersama penjahat dan orang-orang hukuman lainnya! Dia
pantas menjadi penghuni tempat kerja paksa di pertambangan Kitami!" Kano Yamada
buka kedua matanya. Pemandangannya masih kabur.
Tapi dia telah mengenali suara yang barusan bicara. Seperti mendapat satu
kekuatan lelaki ini melompat dan berteriak.
" Yasuaki Kiuchi! " Kepala perajurit Shogun angkat tangan kanannya. Siap untuk
menghantam muka Kano Yamada dengan gagang goloknya. Tapi Yasuaki Kiuchi angkat
tangannya seraya berkata. "
Jangan! Biarkan dia bicara! "
Perlahan-lahan Kano Yamada putar tubuhnya. Dia melihat bayangan orang berdiri di
anak tangga. Dia tak bisa melihat jelas namun dapat memastikan orang itu adalah
Yasuaki Kiuchi, orang yang telah Page 15
Generated by ABC Amber LIT Converter, http://www.processtext.com/abclit.html
dicapnya sebagai manusia iblis!
" Yasuaki keparat! Manusia iblis laknat! Ternyata bukan hanya otakmu saja yang
tidak waras! Jiwa dan hatimu juga bejat! "
" Bangsat tidak bermalu! " balas memaki Yasuaki Kiuchi. " Tadinya kehormatan
yang diberikan istrimu kuanggap sudah menyelesaikan urusan hutang piutang di
antara kita! Tapi detik ini aku mengubah keputusanku..."
" Iblis bajingan! Kau nodai istriku! Dia kembali sudah jadi mayat! "
" Salah sendiri! Dia berlaku tolol! Melakukan harakiri! " jawab Yasuaki Kiuchi
lalu tertawa mengekeh.
" Jahanam! Pergilah menghadap Dewa penjaga neraka! " teriak Kano Yamada. Tangan
kanannya bergerak sangat cepat hingga tak ada yang sempat berbuat sesuatu.
Sebuah senjata rahasia berbentuk bintang melesat ke arah Yasuaki Kiuchi. Karena
tidak menyangka Yasuaki tak keburu mengelak. " Tuan Kiuchi! Awas shuriken!
(senjata rahasia berbentuk bintang)" Gapo berteriak memberi peringatan.
Tapi tak ada gunanya. Senjata rahasia yang biasa dipergunakan oleh para Ninja
itu melesat deras ke arah kepalanya. Yang dituju Kano Yamada adalah tenggorokan
orang tapi karena pemandangannya kabur senjata itu hanya menancap di mata kiri
Yasuaki Kiuchi!
Jerit saudara sepupu Shogun yang berkuasa ini menggelegar mengerikan. Dua orang
prajurit segera melompat berusaha menolongnya. " Yamada jahanam! Seharusnya
sudah tadi-tadi kupenggal batang lehermu! " teriak Gapo. Kepala prajurit ini
bacokkan golok besarnya ke arah tangan kanan Kano Yamada. " Crassss! " Tangan
itu putus tepat di sambungan siku. Untuk kedua kalinya di tempat itu terdengar
raungan manusia!
Setelah ditunggu sampai tiga hari Kano Yamada tidak kunjung kembali ke Hikone,
sesuai dengan pesan saudagar muda itu pada para pengawalnya di malam penuh
bencana, maka keluarga Yukawa memutuskan utuk memperabukan jenazah Chieko
Yamada. Sebagian abu jenasah disimpan di dalam gedung kediaman keluarga Yamada


Wiro Sableng 080 Sepasang Manusia Bonsai di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dan sebagiannya lagi, seperti yang dimintakan Kano Yamada, ditebarkan di
permukaan danauBiwa.
Siang itu Hideo Yukawa tampak berkemas-kemas. Dia membawa serta sebilah samurai
yang selama bertahun-tahun hanya tergantung di dinding dalam kamar tidurnya.
Kemudian dia masuk ke dalam kamar.
Di atas pembaringan dua sosok bayi tergolek pulas. Satu lelaki satunya
perempuan. Yang perempuan adalah Hatsuko Yamada, puteriKanodan Chieko Yamada
yangmalangitu. Bayi lelaki adalah putera Hideo Yukawa sendiri. Sejak jenazah
Chieko Yamada dibawa pulang oleh tiga orang pengawal, keluarga Yukawa telah
membawanya ke tempat kediaman mereka di tepi danau. Unari, istri Yukawa menjaga
dan merawat bayi lelaki yang telah dijodohkan dengan puterinya itu sebaikbaiknya seperti dia merawat anaknya sendiri.
Di samping pembaringan duduk seorang perempuan muda berwajah pucat murung. Kedua
matanya tampak merah karena banyak menangis. Dialah Unari, istri Hideo Yukawa. "
Aku berangkat ke Otsu sekarang juga. Harap kau menjaga dua anak itu baik-baik."
Kata Hideo Yukawa.
Unari Yukawa mengangguk. " Kalau kau sudah tahu apa yang terjadi dengan Kano
Yamada lekas kembali. Sejak beberapa hari ini pasti hati saya selalu tidak enak.
Saya sering bermimpi buruk setiap saya memicingkan mata..."
Page 16 Generated by ABC Amber LIT Converter, http://www.processtext.com/abclit.html
Hideo Yukawa mengangguk. " Aku akan lekas kembali. Kau tak usah kawatir. Aku
sudah minta para pengawal di gedung keluarga Yamada untuk melihat-lihat keadaan
di sini. "
Unari mengantarkan suaminya sampai di pintu lalu masuk kembali untuk menjaga dua
bayi mungil yang masih tertidur pulas itu.
Meninggalnya Chieko Yamada menyebabkan suasana berkabung terasa di seluruh desa
Hikone. Penduduk merasa kehilangan seorang warga mereka yang selama hidupnya banyak
memberikan berbagai bantuan. Nelayan yang tinggal di sepanjang tepi
danauBiwatelah dibantu pinjaman untuk membeli perahu. Sedang para petani di
pedalaman mendapat bantuan uang untuk membeli alat-alat pertanian serta ternak.
Malam itu banyak penduduk desa terutama kaum ibu datang ke rumah keluarga
Yukawa. Mereka menemani Unari sampai larut malam. Semuanya merasa pilu melihat
bayi Hatsuko dan berganti-ganti mereka mendukung bayi itu sampai akhirnya
tertidur nyenyak.
Tak lama setelah satu persatu penduduk desa meninggalkan rumah Unari Yukawa,
keadaan di tempat itu menjadi sunyi senyap. Di dalam rumah hanya tinggal satu
lampu minyak yang menyala, yaitu di kamar tidur Unari dan dua bayi itu. Di luar
rumah tiga orang pengawal kelihatan duduk di bangku kayu, mengobrol sambil
berjaga-jaga. Mereka adalah para pengawal yang bekerja di gedung keluarga
Yamada. Malam itu, seperti yang diminta Hideo Yukawa, ketiganya berjaga-jaga di
rumah itu. " Majikan kita tuan Yamada tak ada kabar beritanya. Yukawa-san pergi ke Otsu
untuk menyelidik.
Bagaimana kalau diapun tidak kembali pula?" Seorang pengawal bicara sambil
bersandar dan meluruskan kedua kakinya yang terasa pegal.
" Aku memang punya firasat buruk tuan kita tak akan kembali. Sia-sia melawan
kekuasaan Yasuaki Kiuchi..." menyahut kawannya. " Manusia satu itu, mentangmentang saudaranya Shogun bertindak sewenang-wenang. Malah lebih gila dari
Shogun! " Pengawal ketiga menimpali. " Aku ingin sekali..." Tiba-tiba dia hentikan
ucapannya. " Ada apa?" tanya dua temannya hampir berbarengan. " Aku melihat ada seseorang
menyelinap di belakang rumah..." Tiga pengawal itu serta merta bangkit berdiri.
Mereka bergegas menuju bagian belakang rumah. Tiba-tiba pengawal di sebelah
depan keluarkan keluhan tinggi. Tubuhnya terlipat ke depan. Kedua tangannya
memegangi dada di mana menancap sebilah tanto (pisau pendek). Dua kawannya
segera memegangi tubuh pengawal itu lalu membaringkannya di tanah. Keduanya
segera mencabut senjata.
" Hati-hati, kita menghadapi penyerang gelap berkepandaian tinggi..." kata salah
seorang pengawal berbisik pada kawannya. " Pisau pendek itu..." menjawab kawannya.
" Aku mengenalinya.
Itu pisau prajurit-prajurit Shogun! "
" Aneh, ada apa mereka muncul di sini" " tanya pengawal pertama. Dia memandang
ke arah rumah. Darahnya berdesir. " Jangan-jangan ada yang bermaksud jahat terhadap dua bayi
itu! Kau lekas berjaga-jaga di pintu rumah. Aku akan menyelidik ke bagian gelap
sebelah sana . Si pembokong pasti bersembunyi di tempat itu!"
Kawan yang disuruh segera berkelebat ke arah rumah. Yang satu lagi bergerak ke
tempat gelap di bawah bayang-bayang hitam sebuah pohon besar.Limalangkah lagi
dia akan sampai ke semak belukar Page 17
Generated by ABC Amber LIT Converter, http://www.processtext.com/abclit.html
yang mengitari pohon, tiba-tiba tiga sosok berkelebat keluar dari tempat gelap.
Yang dua langsung menyerang si pengawal. Dua pedang berkelebat dalam kegelapan
malam. Satu pedang lagi membabat ke atas menangkis. Selagi terdengar suara
berdentarangan, sosok ketiga yang tadi keluar dari kegelapan bergerak cepat
menuju pintu rumah di mana pengawal kedua berjaga dengan pedang di tangan.
Pengawal ini terkejut sewaktu melihat ada satu sosok manusia tinggi besar tahutahu sudah berada di hadapannya. Dia seperti pernah melihat orang ini
sebelumnya. Tapi dia tak bisa berpikir lebih lama karena saat itu senjata berupa
sebilah golok besar di tangan si tinggi besar membabat dengan deras ke arah
tenggorokkannya. Dia cepat menangkis dengan pedangnya.
" Tranggg! " Dua senjata beradu keras di udara. Si pengawal merasa seolah
digebuk satu balok besar dan berat hingga lututnya tertekuk dan hampir terhenyak
jatuh. Sambil jatuhkan diri dan berguling, pengawal ini berhasil selamatkan diri
dari tendangan si tinggi besar. Namun begitu dia berdiri, serangan berikutnya
datang menyusul. Tahu bahwa lawan memiliki senjata ampuh dan kekuatan luar
biasa, pengawal tadi tak berani menangkis. Maka dia cepat melompat ke samping
untuk menghindar sambaran senjata lawan. Namun belum sempat kedua kakinya
menginjak tanah kembali, golok si tinggi besar melesat ke depan, menembus telak
di lambungnya. Jeritan pengawal ini terdengar jauh sampai ke pelosok desa dan ke
tengah danauBiwa. Tubuhnya sesaat tersandar ke pintu.
Dari dalam rumah tiba-tiba terdengar suara perempuan berseru. " Siapa di luar"!
Hideo" Kaukah itu"! " Pintu rumah lalu terbuka. Sosok tubuh pengawal yang tengah
meregang nyawa dan tersandar di situ langsung roboh tergelimpang. Unari Yukawa
menjerit keras. Dia segera menutupkan pintu kembali tapi terhalang oleh sosok
mayat si pengawal. Di saat bersamaan si tinggi besar melompat masuk ke dalam
rumah. " Rampok! Rampok! " teriak Unari Yukawa. Orang di hadapannya menyeringai.
Tangannya bergerak menjambak rambut perempuan itu. Lalu sekali banting saja
Unari Yukawa terkapar jatuh pingsan. Si tinggi besar lalu berkelebat ke arah
ruangan yang ada cahaya terang lampu minyak di mana bayi Hatsuko dan bayi
Thosiro berada.
Ketika di kejauhan kelihatan nyala lampu-lampu lampion mendatangi, si tinggi
besar sudah berkelebat cepat meninggalkan rumah sambil mendukung dua tubuh bayi
yang masih merah-merah itu.
Dari pedataran tinggi di tepi danau, Hideo Yukawa siang itu merasa aneh melihat
banyak sekali penduduk desa Hikone berada di sekitar rumahnya. Penuh rasa tidak
enak lelaki ini memacu kudanya lebih kencang. Begitu sampai di depan rumah dia
melihat wajah-wajah penduduk yang memandang rawan sayu ke arahnya. Sesuatu telah
terjadi. Dia tidak melihat istrinya. Mungkin berada di dalam rumah.
" Ada apa ramai-ramai di sini?" tanya Hideo Yukawa, begitu melompat turun dari
kuda. Dia memandang berkeliling. Matanya membentur sosok pengawal yang terkapar
tak jauh dari pintu. "
Mereka" Mereka siapa" "
" Kami tidak tahu. Pagi-pagi buta kami mendengar suara beradunya senjatanya.
Lalu suara-suara jeritan. Ketika kami mendatangi dan sampai ke sini kami melihat
ada tiga mayat tergelimpang. Istrimu..."
" Unari! Mana istriku" " teriak Hideo Yukawa. " Istrimu selamat. Dia ada di
dalam ditemani istri-istri kami. Hanya.... "
" Hanya apa..."! " tanya Hideo Yukawa. Karena tak ada yang menjawab, Hideo Yukawa
langsung saja menghambur masuk ke dalam rumah. Di satu ruangan di dalam rumah,
Unari tampak terbaring di atas Page 18
Generated by ABC Amber LIT Converter, http://www.processtext.com/abclit.html
kasur tipis dikelilingi oleh beberapa perempuan tetangga. Dua di antaranya
tengah merawat luka di keningnya yang membengkak.
" Unari..." Hideo Yukawa jatuhkan diri di samping kasur. Mendengar suara suaminya
Unari Yukawa buka kedua matanya. Perempuan ini menjerit menangis keras. Hideo
cepat memeluk istrinya. " Tenang Unari... katakan apa yang terjadi...! " bisik Hideo
seraya mengelus belakang kepala Unari. " Bayi kita Hideo... Toshiro..."
" Toshiro..." "
" Juga Hatsuko, kedua anak itu diculik orang malam menjelang pagi tadi..." Dari
mulut Hideo Yukawa keluar suara menggembor keras. Sekujur tubuhnya bergeletar. "
Siapa yang melakukan"
Siapa yang menculik Toshiro"! Siapa yang menculik Hatsuko" Siapa"! "
Hideo Yukawa lepaskan rangkulannya di tubuh Unari. Dia berdiri dan melangkah ke
pintu. Begitu sampai di luar dia cabut samurai di punggungnya lalu berteriak. "
Siapa"! Siapa menculik anak-anak itu"! Akan kugorok lehernya! Akan kucincang
tubuhnya! "
Seorang penduduk desa mendekati. " Hideo! Tenang! Jangan kalap. Kita semua akan
bantu menyelidik...! "
" Diam! " teriak Hideo Yukawa. Samurai di tangannya berkelebat. Senjata ini
menyambar di depan hidung tetangga itu. Kalau dia tidak cepat melompat, entah
bagaimana jadinya dengan hidungnya. Semua orang yang ada di halaman rumah kini
menjadi takut dan perlahan-lahan bergerak menjauhi lelaki yang setiap saat bisa
saja tiba-tiba mengamuk.
Gapo mengemudikan kereta kuda itu memasuki halaman belakang gedung besar
kediaman Yasuaki Kiuchi. Dua orang anak buahnya mengikuti di belakang. Saat itu
sang surya baru saja mulai naik. Udara masih terasa diselimuti kesegaran pagi.
Di antara derap suara kaki-kaki kuda, dari dalam kereta terdengar suara tangisan
bayi tidak henti-hentinya. Di serambi belakang, Yasuaki Kiuchi tengah menikmati
sarapan paginya ketika dilihatnya kereta itu masuk. Dia meneguk koohii (kopi)
hangatnya. Seorang pelayan menyodorkan sepiring roti panggang padanya tapi tak
diperdulikan. Pelayan ini memalingkan kepalanya ke arah kereta dan jadi
terheran-heran mendengar ada suara tangisan bayi.
Beberapa pengawal yang ada di situ juga merasa aneh.
Yasuaki Kiuchi yang mata kirinya buta akibat lemparan senjata rahasia Kano
Yamada berdiri dari kursinya. Sesaat dia mengusap mata kirinya yang kini ditutup
dengan selembar kulit hitam lalu melangkah ke tangga. Di saat yang sama Gapo
sampai di anak tangga teratas. Setelah menjura terlebih dahulu kepala prajurit
Shogun ini berkata.
" Tuan Kiuchi. Kita berhasil. Dua bayi itu ada dalam kereta..." Yasuaki Kiuchi
tersenyum. Dia menuruni tangga menuju kereta. Gapo yang berjalan mendahului
singkapkan kain tebal penutup bagian belakang. Yasuaki Kiuchi buka kedua matanya
lebar-lebar. Dua bayi, satu lelaki dan satu perempuan terbaring menangis di atas
tumpukan jerami kering. Ketika dia memperhatikan bayi perempuan, dalam hatinya
Yasuaki Kiuchi berkata. " Bayi perempuan ini sebetulnya cukup baik untuk jodoh
Tumbal Ratan Segara 1 Gento Guyon 2 Tanah Kutukan Raja Silat 16

Cari Blog Ini