Ceritasilat Novel Online

Ninja Merah 3

Wiro Sableng 079 Ninja Merah Bagian 3


bokor tembaga Di dalam bokor ini tersimpan abu jenazah seseorang.
Nyala api lilin yang menari-nari tertiup angin membuat bayang-bayang seram di
dinding ruangan.
Orang yang menyalakan lilin membungkuk di hadapan meja batu sampai tiga kali
lalu perlahan-lahan jatuhkan diri berlutut. Sepuluh jari-jari tangannya
dirangkapkan satu sama lain. Lalu diantara siliran angin malam terdengar dia
berucap. "Nenek .... Cucu telah membuat kesalahan besar.
Dua kali cucu berhasil menemuinya. Tapi dua kali pula 114
cucu gagal membunuhnya. Kali pertama karena permintaan orang yang pernah
menyelamatkan kehormatan cucu. Kali ke dua karena kebodohan cucu sendiri. Yaitu
cucu tidak mampu, tidak tega melakukannya. Setiap cucu melihat wajahnya ada
perasaan aneh dalam hati cucu. Nenek Arashi Cucu mohon maafmu. Agaknya cu-cu
tidak akan pernah bisa membunuhnya. Kalau ini satu dosa besar, mulai dari
sekarang hukumlah diriku ...."
Orang yang berucap di depan meja batu yang dijadikannya meja sembahyang itu
terdiam sesaat, berusaha membendung air mata yang hendak keluar dari kedua
matanya. Tiba-tiba suara hatinya seperti berontak dan di telinganya seolah mengiang katakata. Cucu tidak berbudi. Mana keberanian yang kutempa selama dua belas tahun
dalam dirimu! Mana kekuatan batin yang kutanamkan dalam tubuhmu! Mana hawa sakti
yang mengalir dalam darah dan setiap denyut jantungmu!
Jangan perasaan menguasai pikiranmu. Aku tahu kau tiba-tiba jatuh cinta padanya.
Cinta! ltulah kelemahan pangkal bahala yang akan membunuhmu! Aku tidak meminta
banyak padamu. Hanya satu! Bunuh pemuda asing itu! Atau arwahku akan membayangi
selama hidupmu!
Orang di depan meja batu katupkan jari-jari tangannya satu sama lain hingga
mengeluarkan suara berkereketan. Di kejauhan tiba-tiba terdengar suara lolongan
anjing membuat dia tercekat. Laiu dia berdiri 115
lurus-lurus memandangi bokor di atas meja batu berlumut. Setelah membungkuk tiga
kali dia berkata.
"Nenek Arashi, aku harus pergi sekarang. Lain kesempatan aku akan menyambangimu
lagi di sini ...."
Sampai di luar kuil dia tegak tertegun. Dia tidak tahu harus pergi kemana.
Akhirnya dia menuruni bukit sepembawa kakinya Angin dan udara malam yang dingin
tidak diacuhkannya.
KEMBALI ke Perguruan Emerarudo. Suara orang membaca doa masih terdengar wabu
kini mulai mengalun perlahan. Dua sosok hitam di alas bangunan dengan cepat
menyelinap ke bawah cucuran atap.
Sretttt.... sretttt!
Mereka merobek dinding kertas dengan sebuah alat berbentuk pisau kecil. Di lain
kejap tanpa ada yang mengetahui keduanya telah menyelinap masuk ke dalam kamar
tidur Akira Kasai.
Saat itu putera mendiang bekas Ketua Perguruan Noboru Kasai memang telah bersiap
untuk istirahat membaringkan diri di atas selembar kasur tipis. Sebelum
berbaring dia merasa perlu memanjatkan doa terlebih dulu bagi arwah Ayahnya.
Pada saat itulah tiba-tiba dia melihat dua sosok hitam menerobos masuk ke dalam
kamar dan tanpa suara mereka menjejakkan kaki di atas tatami.
"Shinobi!" seru Akira Kasai dengan lidah kelu.
Wajahnya menjadi pucat. Ninja di sebelah kanan menganggukkan kepala. Melihat
tanda ini ninja di samping kiri segera menghunus katananya. Cahaya 116
maut berkilau dari badan pedang. Rasa takut yang menyelubungi diri Akira tibatiba saja lenyap. Berubah dengan dendam kebencian.
"Kalian pasti komplotan ninja yang membunuh Ayah! Saat ini kalian pasti juga
hendak membunuhku!
Kalian kira aku takut mati"!"
Dua ninja tak menjawab.
Tiba-tiba Akira jatuhkan diri diri di lantai. Dia berguling ke kepala kasur di
mana terletak pedang miliknya.
Namun sebelum dia mampu menyentuh senjata itu, ninja di sebelah kanan cepat
melompat lalu menginjak lengan anak ini.
Akira Kasai menjerit keras. Dengan suara
bergetar karena amarah dan juga kesakitan anak ini berkata.
"Aku tidak takut mati! Ayo bunuhl"
Ninja yang memegang pedang tidak tunggu lebih lama. Senjata di tangannya di
tetakkan ke kepala Akira Kasai.
Wuttttl Sesaat lagi kepala anak itu akan terbelah tiba-tiba dinding kiri kamar jebol.
Satu bayangan merah berkelebat dan trang! Sebilah katana melesat ke depan
menangkis bacokan pedang ninja.
"Ninja merah!" teriak dua ninja hitam hampir bersamaan. Kejut keduanya bukan
olah-olah. Terutama ninja yang senjatanya kena tangkis. Lengannya bergele-tar.
Jan-jarinya terasa pedas panas. Selagi dia masih dilanda kaget tiba-tiba satu
tusukan menderu ke 117
dadanya. cepat ninja ini berkelit ke samping sambil menangkis. Dari samping
kawannya ikut membantu.
Tranggg! Tiga pedang beradu keras. Bunga api memercik terang dalam kamar. Dua pedang di
tangan ninja menjepit pedang ke tiga hingga tak bisa bergerak.
Namun yang punya senjata malah keluarkan suara tertawa.
"Kau inginkan pedangku silahkan ambill" Pedang dilepas. Bersama dengan itu sosok
ninja merah melesat ke atas. Dua ninja hitam memburu dengan pedang mereka. Dari
atas ninja merah melepaskan pukulan tangan kosong. Serangkum angin dahsyat
menderu. Dua ninja hitam berseru kaget begitu senjata mereka bergetar keras dan tak mampu
ditusuk atau dibacokkan.
"Lepaskan senjata rahasial" teriak ninja sebelah kanan. Serentak dia dan
kawannya gerakkan tangan kiri melepaskan senjata rahasia berbentuk bintang.
Lawan yang diserang jatuhkan diri ke lantai sambil ulurkan tangan menjangkau
pedang yang tadi dilepaskannya dan saat itu hampir jatuh di atas tatami.
Gerakannya ini sungguh luar biasa cepatnya hingga dua buah senjata rahasia yang
dilemparkan ke arahnya tak berhasil menemui sasaran, satu menembus dinding kamar
terus melesat keluar satunya menancap di tiang kayu.
Ninja sebelah kanan keluarkan jeritan maut begitu pedang ninja merah menjebol
perutnya. Tubuhnya langsung roboh. Darah bergenang cepat di atas tatami.
118 Ninja satunya menggembor marah. Sekali berkelebat pedangnya menyambar ke leher
ninja merah yang masih berbaring di lantai. Dalam keadaan menelentang ninja
merah tangkis serangan ganas itu. Dalam waktu bersamaan kaki kanannya menendang
ke atas. Dukkkk! Ninja hitam meraung keras. Pedang lepas dari tangannya Sambil terbungkuk-bungkuk
dia pegangi bagian bawah perutnya yang hancur. Matanya membeliak terbalik-balik.
Mati! Ninja merah sarungkan pedangnya. Ketika melewati tiang dimana menancap
satu dari dua senjata rahasia tadi ninja merah mencabut dan memeriksanya.
"Hemmmm .... shuriken beracun ...." gumamnya.
Lalu dia . cepat-cepat tinggalkan tempat itu. Ketika orang banyak memasuki kamar
ltu Akira Kasai tertunduk di alas tatami sambil pegangi lengan kanannya yang
sakit. Keringat dingin membasahi tubuhnya.
Yang muncul di tempt itu adalah Shigero
Momochi, Akiko Bessho lalu seorang tua pengurus perguruan, ditambah delapan
orang murid perguruan. Akiko cepat memberikan pertolongan. Seorang ahli urut
cepat dipanggil. Atas pertanyaan Shigero Momochi, Akira lalu menerangkan apa
yang terjadi. "Luar biasa malam ini. Ninja merah muncul sampai dua kali untuk menolong kita,"
kata orang tua yang jadi pengurus perguruan.
"Pertama waktu empat ninja muncul di ruang pembacaan doa. Lalu di sini."
119 "Aku merasa malu. Kejadian di tempat ini menunjukkan kelemahan kita. Perguruan
bisa diterobos begitu saja!" Kembali Shigero Momochi bicara. Dia berkata sambil
memandang berkeliling. Murid-murid perguruan tak ada yang berani melihat
wajahnya. Ada suara batuk-batuk. Ketua Hisao Matsunaga yang telah diberi kabar apa yang
terjadi segera datang ke tempat itu.
"Akira-san," katanya.
"Mulai saat ini kuharap kau pindah ke bangunan tempat kediamanku. Aku minta
selusin anggota perguruan menjaga kamarnya!
Satu hal kalian ingat. Jangan sampai orang luar tahu apa yang terjadi di sini.
Kecuali kalau kalian semua mau dianggap orang-orang tolol!"
Akira kemudian digendong, di bawa ke tempat yang dikatakan Hisao Matsunaga.
Yang, lain-lain kecuali Shigero Momochi tinggalkan tempat itu.
"Ninja merah ... ." desis Shigero Momochi sambil usap-usap dagunya.
"Siapa mahluk ini sebenarnya. Jika dia bisa muncul dalam waktu cepat berarti dia
tadi masih berada di dekat-dekat sini .... Mungkin seorang gagah salah satu dari
para tamu......" Sementara Shigero Momochi melangkah menuju ruang besar tempat
pembacaan doa, Akiko Bessho juga pura-pura pergi ke ruangan itu.
Namun di satu tempat dia berputar, bergegas kembali.
Hanya saja kali ini dia tidak menuju bangunan dimana kamar Akira Kasai terletak,
tapi ke bangunan di 120
depannya dimana yaitu Pendekar 212 Wiro Sableng bersembunyi di atap.
"Aku punya dugaan. Jangan-jangan gaijin ini yang menyaru jadi ninja
merah .... !" tiba-tiba di atas atap bangunan tampak ada sosok tubuh bergerak.
"Huh itu dia! Menggosok-gosok mata. Kelihatannya seperti habis bangun tidur!"
Sosok di atas atap melompat turun.
"Aku melihat kelainan pada wajahmu. Ada apakah.?"
"Wiro, kau tadi berkata hendak mengawasi keselamatan Akira Kasai. Pecuma saja
kau bermulut besar!"
"Eh, memangnya kenapa?" tanya Wiro.
"Dua ninja menyusup masuk hendak membunuh anak itu. Apa kau tidak lihat ....?"
"Astaga!"
"Ninja merah muncul lagi menyelamatkan anak itu..... ."
"Astagal"
"Astaga! Astaga! Kau hanya bilang astaga! Apa saja kerjamu di atas atap sana?"
Akiko Bessho jadi kesal.
"Maafkan diriku. Aku ketiduran. Aku benar-benar latih dan luka- luka ditubuhku
membuat aku rasanya kurang enak badan .... Tapi bagaimana bisa orang orang
perguruan kebobolan lagi ..... ?"
"Jangan salahkan mereka. Kau sendiri juga sudah kebobolan. Masih untungan anak
itu tidak mati dibunuh Hanya cidera tangan kanannya...:"
121 "Astaga Kasihan betul ...."
"Astaga lagi! Sudah tidur saja kau di atas atap sana!" saking kesalnya Akiko
Bessho lalu tinggalkan Wiro.
"Ternyata bukan dia. Lalu siapa ninja merah itu"
Mungkin yori...." Atau Kamashaki pendeta Zen itu" "
Selagi Akiko Bessho melangkah sambil berpikir-pikir . itu dua sosok berjubah
melangkah tanpa suara di belakangnya. Ternyata dua orang ini tidak mengikuti si
gadis, melainkan menyelinap ke arah bangunan dimana tadi Akira Kasai dibawa.
Di ruang besar pembacaan doa Hisao Matsunaga membaca doa dengan khusuk. Kedua
matanya dipejamkan. Sesekali matanya dibuka. Kali kesekian dia membuka mata dan menyapu
para hadirin yang ada di ruangan itu, baru dia menyadari Sesuatu. Maka perlahan
sekali dia berbisik pada Shigero Momochi yang ada di sebelahnya.
"Shigero, aku tidak melihat dua orang pendeta Zen yang datang bersama Akira
itu...." shigero Momochi yang juga asyik membaca doa buka kedua matanya. Lalu dipejamkan
kembali. Seperti tak acuh dia berkata. "Mungkin mereka sudah pulang..."
Kalau betul berarti sungguh tidak sopan per-buatan mereka. Tidak minta diri pada
tuan rumah Apalagi upacara pembacaaan doa belum selesai. Disamping itu mereka
selayaknya menunggu sampai selesai upacara perabuan jenazah. Jangan-jangan
mereka berkeliaran ke mana-maria..:"
122 "Mungkin saja mereka lelah membaca doa lalu jalan melihat-lihat bangunan
perguruan kias," jawab Shigero lagi.
"melihat-lihat malam-malam begini" Hatiku merasa kurang enak." kata Hisao
Matsunaga. Kalau begitu biar aku mencari di mana mereka berada."
Shigero hendak hangkit berdiri. Padahal sebenarnya saat itu dia ingin kembali ke
kamarnya untuk meneguk minuman keras. Mulutnya terasa pahit dan teng-gorokannya
seolah kering. "Biar aku saja yang pergi. Kau tetap di sini," kata Hisao Matsunaga lalu
mendahului berdiri.
Shigero Momochi memperhatikan kepergian sang ketua sambil berkata-kata sendiri
dalam hati. "Anak itu membuat keadaan menjengkelkan. tiba-tiba saja dia menjadi
sangat Penting. Mengapa ada komplotan ninja yang menginginkan nyawanya" Ninja
bekerja hanya atas dasar bayaran. Kalau dibayar berarti ada yang membayar. Siapa" Mengapa .... ?"
Dua pendeta Zen mendekam di balik sebuah pot besar Memandang ke depan mereka
melihat sekitar dua belas orang anggota perguruan berjaga-jaga di dekat bangunan
di mana Akira Kasai berada. Di ruangan dalam masih ada empat orang lagi
melakukan pengawalan.
Sambil memandang berkeliling salah seorang pedeta Zen berbisik pada temannya. "
Aku sebetulnya tidak suka pekerjaan macam begini. Kalau bukan 123
pendeta Kamashaki yang menyuruh aku lebih enak diam di kamarku, berdoa sambil
tidur-tiduran ..."
Mendiang Ketua Noboru Kasai punya hubungan sangat baik dengan kita. Sangat
pantas kalau pendeta Kamashaki meminta kita menyelamatkan anak itu, Pendeta
agaknya telah punya firasat atau bisa melihat apa Yang bakal dialami anak itu.
Ini semua berdasar pada kenyataan bahwa Ayahnya meninggal secara tidak wajar.
Seseorang telah menyuruh membunuhnya, Lalu mungkin orang yang sama pula yang
menginginkan surat warisan jabatan Ketua itu.."
"Kalau aku boleh menuduh dan mohon ampun pada Dewa atas ucapan dan jalan
pikiranku ini, aku punya dugaan Wakil Ketua Shigero Momochi lah yang jadi biang
keladi dibalik semua ini.agaknya dia maklum kalau kelakuan dan tindak tanduknya
selama ini tidak memungkinkan dirinya diangkat jadi Ketua. Dia berusaha mencuri
surat warisan untuk mengubah isinya. Ternyata Wakil Ketua Hisao Matsunaga
bertindak lebih cepat mengamankan surat itu ...."
Pendeta Zen yang satu lagi terdiam sesaat. Dia memandang berkeliling sekali
lagi. "Kurasa aman. Lekas kau bertindak, jangan ngomong saja. Kita tak punya
waktu banyak...."
Kawannya lalu mengeruk saku jubah. Dia mengeluarkan sebuah kotak kecil yang
ujungnya berbentuk pipa rokok. Ujung ini didekatkannya ke mulut. Penutup kotak
dibuka lalu dia meniup. Dari dalam kotak berhembus keluar asap tipis bewarna
kelabu. Begitu 124
terkena siliran angin asap ini terus menyebar dan menyungkup bangunan di depan
sana cepat sekali.
Dua belas orang anak murid perguruan tiba-tiba saja merasa mengantuk. Mereka
menguap berulang kali lalu satu demi satu jatuh terkapar, tertidur pulas. Di
dalam bangunan empat orang pengawal lainnya menyusul tenggelam dalam kantuk yang
tidak tertahankan lagi hingga akhirnya jatuh pulas. Akira Kasai yang ada dalam
kamar lebih cepat tertidur. Anak ini melingkar dl atas kasur tipis tak tahu apaapa lagi. "Sekarang.. " bisik pendeta Zen di sebelah kanan.
Lalu mendahului berlari ke arah bangunan. Kawannya berkelebat mengikuti. Akira
Kasai yang mereka temui dalam kamar segera saja digendong. Keduanya lalu keluar
dari bangunan, sengaja melewati pintu belakang.
Begitu mereka sampai di tangga terbawah satu suara menegur dari tempat gelap.
"Bukan main Dua pendeta Zen ternyata penculik-penculik busuk Hendak kalian bawa
kemana anak itu."!"
* * * 125 DUABELAS DUA pendeta Zen tersentak kaget. Yang berada di depan segera bergerak melindungi
temannya yang membawa Akira Kasai.
Orang yang menegur keluar dari kegelapan.
Ternyata dia adalah Hisao Matsunaga Ketua Perguruan Emerarudo yang baru.
"Ketua Matsunaga, harap kau jangan salah paham.." kata pendeta Zen yang berdiri
di sebelah depan.
"Aku tak pernah salah paham. Kalian yang salah paham! Perguruan Emerarudo selama


Wiro Sableng 079 Ninja Merah di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

puluhan tahun telah menggalang tali persaudaraan dengan Puri SanZen. Ternyata di
antara kalian ada manusia-manusia culas. Atau mungkin pimpinan Puri yang memberi
perintah ....?"
Hisao Matsunaga bicara dengan seringai sinis dan sebentar-sebentar tangan
kanannya mengusap dada kiri.
"Ketua Matsunaga, kami hanya menjalankan tugas. Kami bukan menculik anak . ini,
tapi justru mau 126
menyelamatkannya. Kau sendiri tahu bagaimana berturut-turut dia hendak
dibunuh ...."
Hisao Matsunaga kembali menyeringai lalu batuk-batuk beberapa kali. "Tidak
disangka para pendeta pandai berdusta mencari dalih ...."
"Kami tidak berdusta. Kami benar-benar ingin menyelamatkan anak ini ..."
''Turunkan anak itu, letakkan di tanah!" bentak Hisao Matsunaga. Lalu dia batukbatuk kembali. Tangan kanannya lagi-lagi dipakai untuk mengusap dada.
"Kami tidak bisa melakukannya ...." Marahlah Ketua Perguruan Emerarudo itu.
Sekali lompat saja dia sudah berada di hadapan pendeta yang menggendong Akira.
Tangan kanannya bergerak ke punggung dimana menjulur gagang pedang.
"Cabut pedang kalian!"
"Kami para pendeta mana pernah membawa senjata" l"
"Bagus! Kalau begitu biar kupatahkan batang lehermu dengan tangan kosongl" Habis
berkata begitu Hisao Matsunaga langsung menyerang pendeta di sebelah belakang.
Tapi kawannya di sebelah depan cepat memapasi seraya berkata :
"Lekas larikan anak itu. Biar aku menghadapi Ketua Perguruan barang sejurus dua
jurusl" "Pendeta kurang ajarl" bentak Hisao Matsunaga lalu hantamkan tangan kanannya ke
tenggorokan sang pendeta. Perkelahian tak dapat dihindari lagi.
127 Para pendeta di Puri Sanzen selain mendalami ilmu agama juga banyak yang
memiliki ninjutsu atau kepandaian silat serta kesaktian yang cukup tinggi. Dua
diantara mereka adalah yang kini berada di perguruan itu. Gerakan pendeta yang
langsung menghadapi sang Ketua kelihatan lemah gemulai seperti penari. Namun
setiap gerakan yang dibuatnya mengeluarkan hawa dingin hingga Hisao Matsunaga
berlaku hati-hati.
Berlawanan dengan sang pendeta gerakan gerakan Hisao Matsunaga justru cepat,
deras dan ganas. Hanya dalam waktu lima jurus pendeta itu dibuat terjengkang ke
tanah muntah darah. Satu jotosan mengandung hawa sakti yang dihantamkan Hisao
Matsunaga dengan telak mengenai dadanya.
Berhasil merobohkan pendeta satu itu Hisao Matsunaga segera mengejar pendeta
satunya yang membawa kabur Akira Kasai. Sadar kalau dia tak bisa meloloskan diri
pendeta ini terpaksa turunkan anak yang di gendongnya ke tanah lalu menghadapi
Hisao Matsunaga. Ternyata pendeta ini kepandaiannya jauh lebih rendah dari
temannya tadi. Hantaman tepi telapak tangan Hisao Matsunaga tak dapat
dikelitnya. Krakkk! Lehernya patah. Nyawanya lepas sebelum tubuhnya rubuh menyentuh tanah!
Saat itu Akira Kasai telah terjaga dari tidurnya akibat sirapan asap aneh
pendeta Zen tadi. Sambil mengucak-ucak kedua matanya dia memandang
berkeliling dan dapatkan dirinya terbujur di atas tanah.
128 "Eh, di mana diriku inl"' dia bertanya sendiri lalu memandang berkeliling. Saat
itulah dia melihat Ketua Hisao Matsunaga tengah mengayunkan tangan
memukul patah batang leher pendeta Zen. Dengan terkejut si anak melompat
berdiri. "Paman Ketua ......"
Hisao Matsunaga memandang berkeliling. Dilihatnya ada beberapa orang mendatangi
dari jurusan tempat pembacaan doa. Di depan sekali Shigero Momochi.
"Lekas masuk ke kamarmul" teriak Hisao Matsunaga. Tapi untuk sesaat lamanya si
anak masih tegak tertegun. Saat itulah tiba-tiba dari salah satu atap bangunan
melayang turun satu sosok merah. Hisao Matsunaga terkejut sekali karena sambil
melayang orang ini lepaskan pukulan tangan kosong yang mengeluarkan suara angin
menderu, membuat Ketua Perguruan ini terhuyung-huyung kalau tidak lekas melompat
ke samping. "Nlnja merahl" seru Hisao Matsunaga. Sementara itu Shigero Momochi dan bebera
orang yang mendatangi hanya tinggal belasan langkah dari tempat itu. Di antara
mereka kelihatan pula Akiko Bessho.
"Hai!" teriak Shigero. Hisao Matsunaga juga membentak keras ketika keduanya
melihat bagaimana nlnja merah dengan satu gerakan kilat menyambar tubuh Akira
Kasai. Ketika dia hendak berkelebat pergi memboyong si anak Shigero Momochi
menghadang dengan tebasan pedang.
129 Ninja meran melompat ke kiri. Dari jurusan ini dia mendengar suara berdesir.
Sebilah katana menyambar ke arah punggungnya. Serta merta ninja merah hunus
pedangnya pula. Tanpa menoleh dia sapukan
senjatanya ke belakang.
Tranggg! Dua katana saling beradu memercikkan bunga api. Ninja merah jatuhkan diri ke
tanah. Sambil mengepit tubuh Akira dia bergulingan. Tiga katana datang
menyambar. Satu dari Shigero Momochi, satu dan Hisao
Matsunaga dan yang ketiga dari Akiko Bessho. Tiga kali terdengar suara
berdentrangan. Walau dia sanggup menangkis tiga hantaman pedang namun pedang di
tangan ninja merah tergetar keras.
"Cincang bangsat inil Selamatkan Akira-sanl"
teriak Hisao Matsunaga.
"Tunggu dulu!" Yang berseru adalah Shigero Momochi.
"Tahan semua serangan!"
"Shigero apa maksudmu"l" tanya Hisao Matsunaga hampir berteriak dan berusaha
menahan marahnya.
"Sebelumnya ninja merah ini menolong kita sewaktu empat ninja hitam muncul.
Sekarang dia hendak melarikan anak itu! Aku perlu menanyai siapa dirinya
sebenarnya dan mengapa dia melakukan semua ini"!"
"Si pemabok tolol!" maki Hisao dalam hati. Hati dia berkata.
130 "Shigero, orang jelas-jelas hendak menculik putera mendiang Ketua! Kau masih
hendak bicara berbaik-baik .... Sungguh anehl" Dia terbatuk-batuk lagi.
"Kau benar Ketua! Justru karena semua terasa aneh aku ingin menyingkapkan tabir
keanehan ini! Dua pendeta Zen juga melakukan keanehan! Apa kau tak. .."
"Shigero! Kau kembali saja ke ruang pembacaan doa. Biar mahluk merah ini aku
yang membereskan!
Adalah tolol kalau dalam keadaan seperti ini kau mau ngobrol dengan musuh!"
Mendengar kata-kata Hisao Matsunaga itu Shigero Jadi meradang.
"Kalau itu mau Ketua terserah saja!" katanya. Lalu dia membalikkan tubuh.
Matanya membentur Akiko Bessho. Dia mendelik pada si gadis.
"Kau juga aneh! Kau orang luar! Mengapa ikut campur urusan kami"!"
"Wakil Ketua Shigero. Maafkan kalau aku telah bertindak lancang. Tapi bagiku
Akira sudah seperti adik sendiri mengingat hubungan Ayahnya dengan mendiang
guruku. Lagi pu la..." Si gadis tidak meneruskan ucapannya. Saat itu dalam
amarah yang tak terbendung lagi Hisao Matsunaga melompat dan menyergap ninja
merah dengan satu serangan kilat. Untungnya yang diserang tidak berlaku lengah.
Sekali tangan kanannya bergerak pedangnya menangkis pertengahan badan pedang
Hisao hingga tangan masing-masing tergetar keras.
Hisao berlaku cerdik. Begitu pedang saling menempel dengan cepat dia mendorong.
Ketua baru per-131
guruan Emerarudo ini memang dikenal sebagai memiliki hawa sakti yang sanggup
mengeluarkan tenaga luar biasa kuatnya. Tetapi alangkah kagetnya dia ketika
tiba-tiba tenaga dorongannya seolah-olah berbalik menggempur dirinya sendiri.
Semakin dicobanya semakin terdorong dia kebelakang.
Selagi Hisao Matsunaga berusaha mempertahankan diri dari tekanan lawan tiba-tiba
ninja merah hentakkan kaki kanannya menghantam tanah. Ketua perguruan itu
merasakan tanah yang dipijaknya seperti dilanda gempa. Tubuhnya terhuyunghuyung. Dia bertahan mati-matian dengan sekuat tenaga agar tidak jatuh.
Tapi bukan saja dia kalah tenaga malah dari mulutnya kelihatan ada darah
meleleh! Tenaganya seolah punah. Tubuhnya terhuyung ke belakang beberapa
langkah. Saat itulah pedang di tangan ninja merah berkelebat. Hisao Matsunaga
coba menangkis tapi meleset.
Breetttl Dada kimono Hisao Matsunaga robek besar mulai dari pertengahan perut sampai ke
bahu kiri. Perut dan dadanya tersingkap lebar tubuhnya jatuh terlentang di
tanah. Pedang di tangan ninja merah menyusul berkelebat mengikuti arah jatuhnya
sedetik kemudian ujung pedang telah menempel di tenggorokan Hisao Matsunaga.
Saat Itu Shigero Momochi sudah tak ada lagi di situ. Beberapa orang murid
perguruan dan juga Aklko 132
Besso tertegun tegang. Agaknya nyawa sang Ketua tidak tertolong lagl. Namun
rupanya ninja merah tidak bermaksud membunuhnya. Karena dengan cepat dia
memasukkan pedangnya ke dalam sarung lalu dengan cepat pula dia berkelebat
lenyap dari tempat itu. Akira Kasai ikut lenyap bersamanya.
"Ninja merahl Tunggul" seru Akiko.
Yang diteriaki sudah lenyap dari pemandangan.
Tapi si gadis dengan nekad berusaha mengejar.
* * * 133 TIGABELAS AKlRA Kasai merasa seperti mau tanggal jantungnya dibawa iari sekencang itu.
"Nin .... ninja merah .... Kau mau membawa saya kemana" Kau juga mau
membunuhku.." Untuk bertanya begitu anak ini berusaha menindih rasa takutnya
hingga suaranya tersendat bergetar.
"Siap bilang aku mau membunuhmu. Malah aku ingin kau selamat ..:" ninja merah
menjawab. "Aku membawamu ke tempat aman.
"Ah, gadis itu masih saja mengikutiku!" Ninja merah membatin.
"Anak, kau tahu tempat yang baik dimana kau bisa tinggal sementara dengan
aman!?" "Eh, bagaimana ini" Kau bilang mau membawa saya ke tempat aman. Mau
menyelamatkan diriku.
Sekarang mengapa malah bertanya" Dan mau
meninggalkan saya"I"
Kau lama tinggal di kawasan ini. Pasti tahu seluk beluk daerah ini. Aku tak
ingin ada orang mendatangimu lagi dengan maksud keji mau membunuhmu. Disamping
itu ada satu urusan besar yang harus aku selesaikan ..."
134 "Kalau begitu kau turunkan saja saya di tengah jalan inil" kata Akira Kasai
pula. "Boleh saja! Tapi coba kau lihat ke belakang. Ada seseorang mengejar. Jika kau
kuturunkan apa kau merasa pasti si pengejar itu tidak akan memisahkan badan dan
kepalamu"!" Mendengar hal itu Akira Kasai jadi bergeming juga.
"Saya rasa lebih baik ikut kemana kau pergi saja,"
kata si anak kemudian. Ninja merah tersenyum dan berlari terus. Makin lama makin
kencang. Akira melihat pohon-pohon yang mereka Iewati laksana hantu-hantu hitam
berkelebat Coba kau lihat. Apa orang yang mengejar masih ada di belakang?" ninja meminta
bantuan anak yang dikepit di sisi kirinya itu.
"Masih. Malah sekarang ada dua," jawab Akira Kasai.
"Hah"! Apa katamu"!" Ninja merah berpaling.
Memang benar. Di belakangnya kini ada dua orang yang mengejarnya. Tak jelas
siapa satunya. Ninja kertakkan rahang. Kedua tumit kakinya tidak menginjak tanah
lagi. Larinya benar-benar kilat laksana hembusan angin hingga beberapa waktu kemudian
dia bisa lolos dari dua pengejar.
"lni kawasan Okaza. Tak Jauh dari sini ada sungai kecil ... !" tiba-tiba Akira
berkata. "Kau anak pandai," ujar ninja merah.
"Kalau kita menuju ke sana apa ada tempat yang aman bagimu" "
135 "Sepanjang sisi sungai kawasan peladangan.
Biasanya ada beberapa buah gudang sayur di sekiar situ!"
"Kita menuju ke sana! Kau tunjukkan saja jalan nya!" Ninja merah mempercepat
larinya. Tak lama kemudian sungai yang dikatakan Akira Kasai kelihatan memanjang dalam ke gelapan di lamping sebuah lembah subur. Di kiri kanan sungai
merupakan daerah peladangan. Memang benar di situ terlihat beberapa buah
bangunan gudang tempat penimbunan sayur sebelum diambil oleh para tengkulak.
Ninja membawa Akira ke sebuah gudang terdekat. Keadaan di sini sunyi dan gelap.
"Kau berani kutinggal sendiri di sini?" tanya ninja merah setelah menurunkan si
anak dari kempitannya.
Akira Kasai memandang berkeliling. Hatinya berdebar juga.
"Ninja merah, apa sebenarnya yang hendak kau lakukan hingga kau tega- teganya
meninggalkan diri saya sendirian di sini?"
"lni bukan soal tega atau tidak," jawab ninja merah.
"Aku tidak bisa membawamu justru aku kawatir jiwamu terancam!"
"Kau tidak mau mengatakan mau pergi kemana?"
"Kalau aku katakan kau pasti tidak percaya ...."
"Bilang saja ...."
"Aku mau menyerbu ke markas komplotan ninja Nara!"
136 "Apa .... " si anak terkejut dan melotot.
"Saya melihat kau merobohkan tiga ninja. Itu hebat! Tapi kalau kau mau menyerbu
markas ninja itu adalah gila!"
"Eh, gila kenapa?"
"Kau mau bunuh diri"!" tukas si anak.
"Hanya orang gila yang mau bunuh diri!" sahut ninja merah.
"Karena itu saya katakan kau gila. Kau tak bakal dapat menerobos masuk markas
mereka. Kalaupun bisa, tak mungkin dapat keluar hidup-hidupl"
"Kau mau taruhan"!" tantang ninja merah.
"Boleh saja! Kalau aku kalah akan kuserahkan padamu katana yang tergantung di
pinggangku. Kalau kau kalah aku minta pakaian ninja merahmu!"
"Hah"!" ninja merah berseru, tidak menyangka si anak akan meminta pakaiannya.
Setelah berpikir sejenak dia berkata.
"Baik! Taruhan jadi!" Akira tertawa perlahan.
"Eh, kenapa kau tertawa" Ada yang lucu"!" tanya ninja merah.
"Kalau aku menang taruhan aku tak akan pernah dapat pakaian merahmu. Karena kau
sudah tewas di markas ninja Nara ...."
"Ah, kau betul juga. Kalau begitu menyusul saja nanti ke sana .... Nah sekarang
kau kutinggal dulu!
Masuk ke dalam gudang! Jangan sekali-kali berani keluar apapun yang terjadi.
Kalau ada petani masuk sembunyi di balik tumpukan sayuran. Mengerti...."!"
137 "Hai!" jawab Akira Kasai. Ninja merah putar tubuhnya tapi si anak memegang
lengannya. "Tunggu dulu ... ."
"Apalagi" Kalau mau bicara cepatlah. Waktuku tidak banyak. Sebentar lagi pagi
datang ...."
"Ninja merah, saya tidak tahu siapa kau sebenarnya. Tapi apakah saya bisa
mempercayaimu?"
"Anak, kenapa kau bertanya begitu"'
"Soalnya ada hal penting yang harus kubicarakan.
Saat ini hanya ada kau ...."
"Apa yang hendak kau bicarakan?"
"Banyak!"
"Waktuku sangat sedikit. Nanti saja kita bicara ...."
"lni menyangkut surat warisan dan ..."
"Kalau itu bisa kau bicarakan nanti dengan Ketua Perguruan ...."
"Justru saya tidak mau bicara dengan dia ...."
"Bicara dengan Wakilnya. Eh, kenapa kau tidak mau bicara dengan Hisao Matsunaga"
" "Karena saya tidak percaya padanya. Saya sangat curiga! Saya yakin dia yang jadi
biang keladi kematian Ayah!'' Ninja merah. terkejut mendengar kata-kata Akira
Kasai itu. Dia menarik si anak ke dekat sebuah bangku panjang terbuat dari kayu
dekat dinding gudang.
"Duduk. Kau bicaralah. Jika kau curiga pada orang kau harus punya bukti atau
saksi." "Saksi saya tidak punya. Tapi bukti ada!"


Wiro Sableng 079 Ninja Merah di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"ltu boleh juga ...."
138 "Mengenai surat warisan pengangkatan Paman Hisao Matsunaga. Saya yakin surat itu
palsu. Waktu Ayah membuatnya ada tinta menetes di sudut kiri bawah surat. Saya
diperkenankan memeriksa surat itu. Ternyata noda tinta itu tidak ada ... ."
"Mmmmmm ...." ninja merah bergumam.
"Mengapa hal itu tidak kau katakan terus terang pada Ketua Hisao"
"Saya takut."
"Lanjutkan bicaramu."
"Saya yakin surat yang asli disembunyikan oleh Paman Hisao. Atau sudah
dimusnahkannya. Waktu Ayah memasukkan surat ke dalam amplop, saya sempat membaca
bahwa yang diangkat Ayah sebagai pewaris jabatan Ketua adalah Paman Shigero
Momochi bukan Paman Hisao Matsunaga ...."
"Kalau penglihatanmu betul rasanya tidak masuk akal Ayahmu melakukan hal itu.
Orang pemabuk dan punya sifat kasar seperki Shigero mana mungkin dijadikan
Ketua"l"
"Saya juga tidak mengerti. Tapi saya yakin Ayah punya alasan berbuat begitu.
Semua orang memang tahu Paman Shigero punya sifat buruk. Banyak yang tidak suka.
Terus terang saja saya juga tidak suka padanya. Tapi semua orang tahu hatinya
baik ...."
"Kalau kau tidak bisa mendapatkan surat warisan yang asli, sulit untuk membuat
urusan...."
"Siapa yang jadi Ketua sekarang bagi saya tidak soal," kata Akira Kasai.
139 "Tapi saja juga yakin bahwa Paman Hisao adalah pelaku pembunuh Ayah saya ...."
Ninja merah tersentak oleh rasa terkejut.
"Bagaimana kau bisa menuduh begitu" Bukankah Ayahmu mati dibunuh oleh ninja?"
"Kelihatannya begitu. Tapi mungkin juga oleh ninja bohongan. Karena waktu Ayah
meninggal, saya lihat kedudukan lima jari tangannya seperki habis melancarkan
ilmu pukulan Lima Jari Dewa. Itu ilmu pukulan paling hebat di Jepang saat ini.
Siapa yang terkena pasti akan mati, kalaupun selamat akan cacat atau sakitsakitan seumur hidupnya. Agaknya Ayah masih sempat melancarkan serangan itu pada
pembunuhnya ...."
"Lalu ...."
"Sejak malam terjadinya pembunuhan itu saya lihat Paman Hisao selalu batuk-batuk
dan sering mengusap dada kirinya ... ."
"Anak, hal itu tidak bisa kau jadikan bukti bahwa Ayahmu telah menghantamnya
dengan pukulan Lima Jari Dewa dan bahwa Hisao Matsunaga yang membunuh
Ayahmu ..."
"Saya punya bukti lain. Waktu kau merobek pakaian Paman Hisao dengan ujung
pedang, saya sempat melihat dada kirinya. Saya menyaksikan ada lima titik besar
berwarna merah yang membengkak di dada kirinya. Itu adalah bekas pukulan Lima
Jari Dewal"
Sepasang mata ninja merah tampak mendelik.
140 "Berarti Paman Hisaolah yang dipukul Ayah dengan ilmu Lima Jari Dewa. Berarti
dialah yang menyamar jadi ninja lalu menyerbu perguruan dan membunuh Ayah ...."
"Aku ingat waktu berkelahi dengan Ketua Perguru-an itu. Ada kejadian yang
mengherankan. Ketika dia menggembor tenaga untuk menahan tekanan pedangku, dari
mulutnya keluar darah. Pertanda dia memang terluka di dalam. Akibat pukulan
Ayahmu." "Satu lagi," menyambung si anak.
"Waktu rombongan kami diserang komplotan ninja, semua anak murid perguruan mati
dibunuh. Mengapa Paman Hisao bisa menyelamatkan diri padahal jelas saya lihat
saat itu dia sudah dikurung oleh lima orang ninja. Tapi dia tidak dibunuh karena
ninja-ninja itu memang orang bayarannyal"
"Akira, aku kagum dengan kecerdikanmu berpikir..." kata ninja merah pula.
"Kagum saja tidak ada artinya. Apakah kau juga bersedia menolong mengungkapkan
kekejian ini pada para pengurus Perguruan Emerarudo"
"Aku berjanjil" jawab ninja merah.
"Terima kasih ...." kata Akira Kasai. Anak ini membungkuk dalam-dalam lalu
menyelinap masuk ke dalam gudang sayur. Tak lama setelah ninja merah lenyap
dalam kegelapan malam, dari atas atap gudang sayur dua sosok tubuh melayang
turun ke tanah.
"Kita berbagi tugas," kata sosok di samping kanan.
141 "Aku tetap di sini menjaga anak itu. Kau mengikuti ninja merah." Kawannya
mengangguk. "Hati-hatilah. Komplotan ninja atau orang- orang dari Perguruan bisa muncul
setiap saat di tempat ini.
Sayang tadi kita tidak sempat mendengar apa yang dibicarakan anak itu dengan
ninja merah. ..."
* * * 142 EMPATBELAS DINlHARl menjelang pagi. Di dua tempat.
Tempat pertama adalah Perguruan Emerarudo. Upacara pembacaan doa baru saja
selesai dan akan dilakukan lagi pada saat menjelang perabuan jenazah. Ketua
perguruan berada dalam kamarnya. Selesai berganti pakaian dia keluar menuju ke
ruangan di mana telah menunggu beberapa pengurus termasuk Shigero Momochi.
"Ketua, bagaimana keadaanmu?" tanya Shigero.
"Aku sudah minum obat. Keadaanku cukup sehat.
Apakah dua orang yang kusuruh menguntit kemana larinya ninja merah sudah
kembali?" tanya Hisao Matsunaga.
"Belum Ketua ..."
"Kita harus menyelamatkan dan mendapatkan anak itu kembali ..." kata sang Ketua
sambil pegangi dada kirinya. Di luar tiba-tiba ada suara derap kaki kuda.
Tak lama kemudian dua orang anak murid perguruan yang memiliki keahlian
menunggang kuda secara luar biasa masuk. Setelah membungkuk salah seorang dari
mereka memberi laporan.
143 "Ninja merah lenyap, tak berhasil kami ketahui kemana perginya. Tapi putera
mendiang Ketua Noboru Kasai kami ketahui bersembunyi di sebuah gudang sayur
dekat sungai Okaza. Di dekat gudang kami lihat nona Akiko Bessho berjaga-jaga."
"Gadis murid Hiroto Yamazaki itu memang sudah kucurigai. Kecurigaanku ternyata
betul. Dia berkomplot dengan pendeta dari Puri Sanzen, berkomplot juga dengan
ninja merah dalam menculik Akira Kasai! Aku akan menangani tuntas persoalan
inil" Hisao Matsunaga masuk ke dalam kamarnya. Ketika keluar dipinggangnya
kelihatan tersisip sebilah katana panjang yang gagang-nya ada batu-batu
permatanya. Ini adalah pedang kebesaran milik Perguruan Emerarudo yang telah
berumur lebih dari tiga ratus tahun.
"Ketua," tiba-tiba Shigero Momochi berkata sambil melangkah.
"Kau harus tetap berada di sini. Di antara para tamu. Upacara perabuan segera
akan dilakukan siang nanti. Biar aku dan anak-anak yang turun tangan .. ."
"Tidak bisa Shigerol Aku mempunyai kewajiban untuk menyelamatkan anak itu dan
menghukum Akiko Bessho. Selesai upacara perabuan jenazah aku bersumpah untuk
mencari sendiri ninja merah sampai dapat .. ."
"Tapi kau kelihatannya masih kurang sehat Ketual"
"Siapa bilang aku kurang sehat" jawab Hisao Matsunaga lalu
144 srettt! Pedang di pinggangnya dicabut. Sinar
menyilaukan bertaburan. Dess... dess ... dessssl Tiga buah patung yang terbuat
dari batu dan terletak di atas sebuah meja panjang putus disambar pedang. Tiga
kepala patung jatuh ke lantai tapi bagian bawahnya tetap berada di atas meja.
llmu kendo yang dlmiliki sang Ketua memang hebat. Namun kehebatannya ini menjadi
tanda tanya ketika dia bisa dirobohkan oleh ninja merah sebelumnya.
Karena tak bisa dicegah Shigero Momochi akhirnya hanya bisa diam saja ketika
Hisao Matsunaga dengan cepat meninggalkan perguruan lewat jalan belakang.
Mereka memacu kuda masing-masing menuju
kawasan Okaza. Hisao Matsunaga di depan sekali.
* * * Tempat kedua seperti biasanya setiap pagi doyo besar di markas ninja Nara selalu
ramai dipergunakan untuk latihan berbagai macam senjata. Mereka hanya mengenakan
celana panjang hitam tanpa baju dan penutup wajah. Tubuh mereka memiliki otototot kokoh. Gerakan memainkan senjata ataupun ninjutsu sangat gesit dan ringan. Setiap
gerakan mengeluarkan desiran angin.
Seorang lelaki berusia setengah abad dengan inezumi bergambar naga kepala tiga
di dada kanannya 145
berjalan seputar dojo. Sesekali dia mendekati orang-orang yang berlatih untuk
membetulkan kuda-kuda atau memberi tahu cara yang tepat melemparkan shuriken
ataupun memainkan kusarigama dan kendo. Orang ini adalah Shimada Kagami. Dialah
pimpinan tertinggi ninja kelompok Nara, satu dari tiga kelompok ninja yang
paling ditakuti pada masa itu.
Di tengah ruangan tiba-tiba Shimada Kagami hentikan langkahnya. Dia memandang
berkeliling lalu berseru.
"Hentikan latihanl Apakah kalian tidak merasakan ada keanehan dalam ruangan
ini?" Semua ninja yang ada dalam dojo ltu hentikan latihan mereka lalu memandang
pada pemimpin mereka. Salah seorang dari mereka mendongak lalu berkata.
"Memang ada keanehan. Ruangan ini terasa semakin dingin ..." Ninja yang lainnya
seolah baru menyadari ikut mengiyakan. Lalu mendadak saja tubuh mereka mulai
bergetar. Rahang menggembung dan geraham bergemeletukan. Hawa dlngin menyerang
dengan hebat. Di tengah ruangan Shimada Kagami coba bertahan.Tapi tidak sanggup.
"Pada musim dingin sekalipun tak pernah kejadian sedingin ini. Apa lagi musim
dingin sudah lewat!
Lekas kenakan pakaian kalian! Kembali ke tempat ini dalam hitungan ke tiga
puluhl" Serta merta dojo itu menjadi kosong. Shimada Kagami juga ikut lenyap.
Tak lama kemudian dia muncul lagi dalam keadaan sudah berpakaian serba hitam
mulai dari kaki sampai kepala.
146 Ninja-ninja lainnya menyusul muncul pula.
Semua lengkap dengan katana di pinggang atau di belakang punggung. Mereka tegak
menyebar di ruangan latihan. Jari-jari tangan dikepal membentuk tinju. Lengan
diluruskan ke depan sejajar pinggang.
"Kerahkan hawa sakti dari perut! Panaskan aliran darahl" teriak Shimada Kagami.
Semua ninja melakukan apa yang dikatakan. Tapi hawa dingin yang menyerang
bukannya berkurang malah semakin bertambah hingga banyak di antara mereka
tertegak diam seperti membeku. Shimada Kagami membentak keras.
Tubuhnya melesat keatas langit- langit ruangan. Ada bagian atap yang bergeser.
Sesaat kemudian ketika dia melayang turun sebilah senjata yang memancarkan sinar
perak menyilaukan tergenggam di tangannya.
Hawa panas yang keluar dari senjata ini ternyata mampu mengurangi dinginnya
udara di dalam dojo.
"Senjata luar biasal Benar-benar luar biasal" kata Shimada Kagami. Senjata itu
diputarnya di atas kepala.
Sinar putih berkiblat ke seluruh penjuru. Suara menggema seperti ratusan tawon
mengamuk memenuhi ruangan dan bersamaan dengan itu hawa panas terasa semakin
santar. Pada saat inilah atap ruangan di ujung kiri tiba-tiba jebol. Satu sosok
merah melayang ke bawah.
"Ninja merahl"
Seluruh anggota kelompok ninja Nara termasuk pimpinannya menjadi gegerl Semua
tidak bergerak.
Hanya mata masing-masing diarahkan tak berkesip pada 147
ninja merah yang mereka lihat berdiri secara aneh.
Mahluk ini tegak dengan kaki terkembang. Dua tangan diangkat ke atas, telapak
mengembang. Sepasang lengannya tidak berhenti membuat gerakan berputar.
Dari ke dua telapak tangan ninja merah inilah membersit keluar angin tajam
sedingin es! Semua ninja anak buah Shimada Kagami seolah-olah telah menjadi beku tak sanggup
lagi menggerakkan tangan atau kaki ataupun kepala mereka. Mereka tegak seperti
patung es! Dalam marah mereka hendak membentak namun
yang keluar hanya suara erang orang kedinginan! Hanya sang pimpinan yang masih
sanggup bertahan. Namun lama-lama diapun tak sanggup memutar senjata yang
dipegangnya. Perlahan-lahan tangan kanannya jatuh terkulai kesisi.
Ninja merah melangkah maju dan berhenti kira-kira lima tindak dari hadapan
Shimada Kagami.
"Aku tidak mau mendengar bantahan atau kedustaan! Ucapan ninja adalah ucapan
kesatria! Beberapa anak buahmu menyerang seorang pendekar asing dekat sebuah jurang batu.
Mereka merampas senjata berbentuk kapak milik pendekar itu yang kini kau pegang.
Serahkan senjata itu, aku akan menyerahkannya pada sang pendekar. Lalu aku akan
pergi dari sini tanpa membuat urusan jadi panjang! Kalau tidak kalian semua akan
aku jadikan patung es!!"
148 "Ninja keparat! Kau pasti mahluk jadi-jadian!
Mempergunakan ilmu sihir untuk membuat kami tidak berdaya! Pengecut"
"Kau mau serahkan kapak sakti itu atau tidak!"
"Kau boleh mengambil senjata ini sesudah melangkahi mayatku!"
"Ninja sombong! Mari kita berkelahi dengan pedang. Kalau aku kalah kau boleh
bunuh diriku. Kalau kau kalah kau harus menyerahkan kapak bermata dua itu!"
Sambil berkata begitu ninja merah cabut katananya.
Ujung senjata ini di usapkannya ke wajah dada dan perut Shimada Kagami. Aneh,
ada hawa panas yang mengalir dari pedang terus masuk ke dalam tubuhnya hingga
Shimada kini merasa hangat dan terbebas dari hawa sangat dingin yang
menguasainya. "Kau menerima perjanjian atau tidak"!" tanya ninja merah begitu dilihatnya
Shimada Kagami mulai bisa menggerakkan badan. Pimpinan ninja ini keluarkan suara
mendengus. Kapak di tangan kanannya di lemparkan ke atas. Senjata ini menancap
di salah satu balok penyanggah atap ruangan latihan. Lalu didahului dengan
bentakan garang dia cabut katananya langsung menyerang ninja merah.
Dalam waktu singkat sepuluh jurus berlalu.
Shimada Kagami yang merasa berada di atas angin menggempur terus-terusan.
Pedangnya berubah menjadi bayang-bayang. Mendesak ninja merah habis-habisan
hingga orang ini kelihatan pontang panting menghindar atau menangkis cari
selamat. 149 Lima jurus lagi berlalu. Shimada Kagami jadi penasaran. Semua anak buahnya juga
jadi heran melihat pimpinan mereka tak sanggup mengalahkan lawan padahal
perkelahian sudah berjalan lebih dari lima belas jurus. Padahal lagi sang lawan
hanya memegang katananya dengan satu tangan, cara memegang pedang yang tak
pernah mereka lihat selama ini!
Shimada berleriak keras. Pedangnya menetak deras dari atas ke bawah. Dari
perutnya dia alirkan tenaga dalam.
Tranggg! Dua katana beradu keras. Katana di tangan ninja merah terlepas dan mencelat ke
atas. "Saatmu menerima kematian!" teriak Shimada Kagami. Ninja merah jatuhkan diri ke
lantai dojo begitu pedang membabat.
Bretttl Pinggang pakaiannya robek. Pedang di tangan Shimada menancap di lantai dojo.
Selagi dia berusaha mencabutnya ninja merah gulingkan diri ke samping.
Kaki kanannya berkelebat.
Bukkk! Shimada Kagami mengeluh tinggi ketika tulang kering kaki kanannya dibabat
tendangan lawan.
Pedangnya terlepas. Tubuhnya roboh ke lantai. Ketika dia mencoba bangun dengan
cepat, gerakannya kalah cepat dengan gerakan ninja merah. Saat itu lawan sudah
tegak di atasnya. Kaki kanan ninja merah menginjak anggota rahasia dibawah
perutnya. 150 "Kalau kau tidak mengaku kalah, kuhancurkan kemaluanmul" mengancam ninja merah.
Kaki kanannya ditekankan sedikit hingga Shimada Kagami mengerenyit kesakitan.
Tangan kanannya ditepukkan berkali-kali ke lantai dojo.
"Aku mengaku kalah! Kau boleh ambil kapak itu Setelah mengambil kapak kau boleh
pergi dengan aman!" kata Shimada Kagami.
Ninja merah lepaskan pijakannya di selangkangan orang. Sekali lompat saja dia
melesat ke atas untuk menyambar kapak mustika yang menancap di tiang penyanggah
atap. Seorang anak buah Shimada cepat mendorong pintu geser, memberi jalan


Wiro Sableng 079 Ninja Merah di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

keluar pada ninja merah.
Ketika dia melangkah pergi tiba-tiba ada suara berdesir di belakangnya.
Bersamaan dengan itu terdengar suara orang berteriak memberi ingat.
"Awas serangan pedang terbang!"
Ninja merah membalik sambil putar kapak di tangan kanan.
Traaaanggg! Suara berdentrangan terdengar lima kali berturut-turut. Lima katana yang
dilemparkan oleh lima anak buah Shimada yang telah terlepas dari pengaruh hawa
dingin mencelat berpatahan di udara.
Shimada Kagami berteriak marah pada lima anak buahnya yang telah melakukan
kecurangan itu. Dia melompat sambil membabatkan katananya. Namun hukuman dari
ninja merah datang lebih dulu. Tiga kali 151
kapak bermata dua menderu di udara. Tiga ninja terkapar mandi darah di lantai
dojo, dua temannya menggelepar dengan leher hampir putus!
Keheningan dan ketegangan berdarah menggantung di tempat itu. Lalu terdengar
suara serak Shimada Kagami.
"Kau telah menjatuhkan hukuman. Aku merelakan kematian mereka ..." Lalu pimpinan
ninja kelompok Nara itu menjura dalam-dalam sampai tiga kali. Ninja merah balas
membungkuk tiga kali lalu tinggalkan tempat itu.
Sampai di luar bangunan dia memandang berkeliling mencari-cari.
Apa yang dicarinya itu segera menunjukkan diri.
Dari atas atap bangunan satu sosok merah melayang turun.
"Mahluk Bendera Darahl" ujar ninja merah.
"Jadi kau tadi yang berteriak memberi peringatan.
Aku berterima kasih kau telah menyelamatkanku dari serangan maut lima katana
tadi. Aku heran bagaimana kau tahu aku berada di markas ninja ini?"
"Aku dan Akiko menguntitmu. Aku sulit mempercayai ilmu apa yang kau keluarkan
hingga semua ninja itu termasuk pemimpinnya hampir kaku kedinginan?"
Ninja merah tersenyum.
"Kau menyebut Akiko. Dimana gadis itu sekarang" "
"Di gudang di tepi sungai Okaza ... Kita harus ke sana sekarang. Aku seperti
punya firasat buruk ..." Ninja merah melihat dua ekor kuda dekat sebuah pohon.
Dia 152 memberi isyarat pada mahluk bendera lalu berpaling ke arah bangunan dan
berteriak. "Pimpinan ninja Nara! Kami pinjam dulu dua ekor kudamu!" Di dalam bangunan
Shimada Kagami menjawab perlahan.
"Untung kau meminjam kudaku, kalau kau meminjam nyawaku berarti aku akan
menghadap Dewa Kematian!"
* * * 153 LIMABELAS K ETIKA ninja merah dan manusia Bendera Darah sampai di gudang sayur di tepi
sungai Okaza mereka terkejut mendapatkan Akiko Bessho tengah bertempur matimatian melawan Hisao Matsunaga dibantu oleh enam orang murid Perguruan
Emerarudo. Gadis ini telah terluka di beberapa bagian tubuhnya. Tapi seperti seekor harimau
betina dia menahan serangan lawan bahkan sesekali balas menyerang dengan sebat.
Gadis ini berkelahi dengan membelakangi satu-satunya pintu gudang sayur. Dia
sengaja mengambil kedudukan di pintu yang terbuka itu untuk mencegah lawan masuk
ke dalam di mana bersembunyi Akira Kasai.
"Nona Akiko! Aku tidak segan-segan membunuhmu kalau kau tidak segera menyerahl"
teriak Hisao Matsunaga.
"Ketua Perguruan Emerarudo! Antara kita tidak ada silang sengketa! Kalau kau
tidak menyembunyikan sesuatu mengapa kau begitu nekad hendak membunuh diriku!
Kau juga bertindak pengecut! Mengeroyok seorang perempuan sampai tujuh orangl"
154 Hisao Matsunaga menyeringai buruk.
"Jelas-jelas kau ikut terlibat dalam penculikan putera mendiang Ketua kami!
Masih bisa bilang tidak ada silang sengketa!"
"Kau salah sangka.."
"Diam!" hardik Hisao Matsunaga. Dia putar pedangnya dengan sebat lalu kirimkan
dua bacokan ganas berturut-turut. Dua kali terdengar suara berdentrangan sewaktu
Akiko berusaha menangkis serangan lawan.
Kali ke dua pedang di tangannya terpental lepas. Gadis ini terpekik lalu
melompat mundur.
"Jangan harap aku akan mengampuni nyawamul"
kertak Hisao Matsunaga lalu menyergap dengan satu tusukan.
Akiko Bessho masih sempat berkelit walau lagi-lagi ujung pedang sempat melukai
bahu kirinya. Tangan gadis ini tiba-tiba terpentang mengeluarkan cahaya perak
menyilaukan. Hisao Matsunaga dan enam anak murid perguruan terkejut. Serentak
mereka menyerbu bersamaan. Akiko hantamkan tangan kanannya.
Wusssl Sinar putih berkiblat. Hawa sangat panas
menerpa para pengeroyok. Mereka cepat melompat menjauh. Namun dua orang murid
perguruan terlambat bergerak. Tubuhnya terpental sampal lima kaki lalu
menggeletak mati di tanah dalam keadaan hangus!
"llmu iblis apa yang kau miliki"l" teriak Hisao Matsunaga dengan wajah berubah
sementara empat 155
murid perguruan yang ada di situ menjadi pucat tak berani mendekat.
Akiko Bessho tertawa tinggi.
"Kalau kau ingin tahu mendekatlah kemaril" katanya sambil siapkan "pukulan sinar
matahari!" yang dipelajarinya dari Pendekar 212 Wiro Sableng. Sekali ini tidak
tanggung-tanggung. Dia kerahkan seluruh tenaga dalam yang dimilikinya.
Ditantang begitu rupa Ketua Perguruan
Emerarudo menjadi kalap. Dengan pedang terhunus dan berteriak keras dia
menusukkan senjatanya kearah dada Akiko Bessho. Si gadis siap menyambut dengan
pukulan sinar matahari. Tiba-tiba terdengar derap kaki kuda mendatangi dari dua
arah. Dari selatan gudang menyusuri sungai adalah Shigero Momochi bersama dua orang
pengurus dan tiga orang murid perguruan. Dari sebelah timur gudang muncul ninja
merah dan mahluk Bendera Darah.
"Tahan seranganl"
"Hentikan perkelahian!"
Tapi Hisao Matsunaga tidak mau perduli. Pedang nya terus ditusukkan. Akiko
menghantam. "Akikol Janganl" satu teriakan terdengar begitu keras. Lalu satu sambaran cahaya
menerpa ke arah pedang Hisao Matsunaga.
Trang! Katana milik Perguruan Emerarudo yang telah berumur ratusan tahun itu mental ke
udara. Jatuh tepat ketika Shigero Momochi sampai di tempt itu. Dengan 156
satu gerakan cekatan dia berhasil menangkapnya. Wakil Ketua perguruan ini cepat
melompat turun. Sesaat dia memandang ke jurusan ninja merah yang tadi menangkis
pedang Hisao Matsunaga dengan senjata berbentuk kapak mata dua. Lalu dia melirik
pada manusia Bendera Darah. Setelah itu dia berpaling pada Akiko Bessho.
"Nona Akikol" bentak Shigero Momochi.
"Kau jelas bersalah karena telah menculik putera mendiang Ketua kami..!" Pintu
gudang sayur tiba-tiba terbuka. Satu suara terdengar menyahuti ucapan Shigero
Momochi tadi. "Paman Shigero, tak ada yang menculik diri saya.
Mereka semua malah berusaha menyelamatkan saya dari tangan berdarah Paman Hisao
Matsunaga!"
Dari dalam gudang keluarlah sosok Akira Kasai.
Paras Hisao Matsunaga mendadak sontak berubah.
Namun dia cepat menguasai diri.
"Akira! Syukur Dewa kau dalam keadaan selamatl" Akira Kasai tidak perdulikan
ucapan sang Ketua. Dia melangkah ke arah Shigero Momochi.
Sampai di hadapan orang ini si anak berkata.
"Paman Shigero, saya mau memberi tahu bahwa Paman Hisao telah memalsukan surat
warisan. Seharusnya kaulah yang diangkat Ayah sebagai pewaris Ketua Perguruan..!"
Beberapa pasang mata tampak melotot.
"Akira! Kau ini bicara apa" Berani kau memfitnah dan memberi malu Ketua kita"!
ujar Shigero. 157 "Dia tidak memfitnah dan tidak memberi malu siapapun! Akira, katakan semua apa
yang kau ketahui!"
kata Akiko Bessho sambil bersandar ke dinding gudang sayur.
Akira Kasai memandang penuh kebencian pada Hisao Matsunaga lalu anak ini berkata
dengan suara lantang.
"Paman Hisao! Kau juga yang membunuh Ayah!
Menyamar sebagai ninja Kau juga yang membunuh sahabatku Keno!"
"Anak, kau jangan mengada-ada. Masakan aku.."
Hisao Matsunaga melangkah mendekati anak itu. Tiba-tiba cepat sekali tangannya
menjambak rambut Akira. Si anak dibembengnya hingga menempel ke dadanya. Lalu
sebuah pisau beracun yang tahu-tahu sudah ada di tangan kirinya diarahkan ke
leher Akira. "Siapa berani mendekat kugorok leher anak inil"
kertak Hisao Matsunaga dengan wajah sebengis setan.
"Paman Shigero, saya tidak takut matil Ada bukti tanda pukulan Lima Jari Dewa
yang dilepaskan ayah di dada kirinya!" berteriak Akira Kasai.
Shigero Momochi berteriak keras.
"Hisao! Apa benar yang dikatakan anak ini?"
"Benar atau tidak aku tak punya waktu buat menerangkan!" jawab Hisao Matsunaga.
Lalu dia mundur ke arah seekor kuda.
"Awas jika ada yang berani menghalangiku!" Dia mundur lagi dan hampir sampai ke
kuda yang akan 158
dipergunakannya melarikan diri sambil menyandera Akira Kasai.
Tapi tiba-tiba sekali ninja merah melompat ke arahnya. Tangannya bergerak dua
kali. Hisao Matsunaga mengeluarkan suara seperti tercekik. Mulutnya tak bisa
bersuara lagil Bersamaan dengan itu sekujur tubuhnya menjadi kaku akibat dua
totokkan yang dilakukan ninja merah tadi. Semua orang yang ada di situ kecuali
Akiko Bessho jadi terkejut. Mereka memang pernah mendengar tentang ilmu totokan
yang bisa membungkam suara dan melumpuhkan orang tapi seumur hidup baru sekali
itu melihatnya.
Akira Kasai menggeliat. Dengan susah payah dia melepaskan diri dari rangkulan
Hisao Matsunaga begitu turun di tanah anak ini hunus pedangnya. Semua orang
menyangka anak ini akan menusukkan senjata itu ke tubuh Hisao Matsunaga ternyata
dia hanya merobek kimononya di bagian dada kiri.
Bretttttt Kimono robek besar. Dada kiri Hisao Matsunaga tersingkap lebar Kelihatan lima
bintilan merah di dadanya. Shigero Momochi medatangi sang Ketua dan
memperhatikan dekat-dekat dada itu.
"ini memang bekas pukulan Lima Jari Dewa...."
katanya. "Hisao! Kau benar-benar keji!" Shigero Momochi tampak sangat kecewa. Orang ini
putar tubuhnya membelakangi Hisao Matsunaga seperli hendak 159
melangkah pergi. Tapi tiba-tiba dia membalik. Satu cahaya putih berkiblat.
Craassss! Katana yang diayunkan Shigero Momochi membabat perut dan dada Hisao Matsunaga. Darah basahi kimononya yang robek besar.
Tubuhnya huyung lalu roboh terlentang di tanah. Tak bergerak lagi, mati dengan
mata melotot. Dari balik robekan pakaian tersembul sebuah benda berwarna kuning Akira Kasai
tercekat. Anak ini melompat lalu mencabut benda kuning itu. Ternyata sebuah
amplop. Dengan tangan gemetar Akira membuka amplop lalu mengeluarkan sehelai kertas yang
ada di dalamnya.
Anak ini tidak membaca lagi apa yang tertulis di kertas itu tapi matanya
langsung memperhatikan bagian sudut bawah kiri. Di situ dilihatnya noda tinta
yang sangat dikenalinya. Dengan mata berlinangan Akira Kasai melangkah mendekati
Shisero Momochi. Surat yang dipegangnya diserahkan pada orang ini. Shigero
Momochi membaca surat itu.
Tiba-tiba tangannya tampak ber-getar. Mulutnya berhenti membaca. Sepasang
matanya memandang pada Akira Kasai. Seperti tidak Percaya apa yang barusan
dilihat dan dibacanya. Sebaliknya Akira Kasai mengusut air matanya dan memandang
padanya dengan tersenyum
" Paman Shigero, itu surat warisan asli yang dibuat Ayah, Kaulah Pewaris jabatan
Ketua Perguruan 160
Emerarudo yang syah." Ketika dia hendak meluruskan tubuhnya. Shigero Momochi
Cepat merangkulnya dan berbisik.
"Aku tidak percaya. Bagaimana aku manusia kasar dan tolol ini diberi kepercayaan
begitu besar oleh ayahmu..."
"Ayah tahu apa yang dilakukannya. Asal saja kau jangan suka mabok lagi Paman
Shigero ..."
Dua mata Shigero Momochi tampak berkata-kaca.
"Soal minuman itu. Hisao Matsunaga yang mengajarkan padaku. Dia mengirimkan
berbagai minuman keras ke kamarku. Setiap hari. Sejak lima tahun yang lalu....."
"Ah, berarti dia memang sudah mengatur jauh-jauh hari. Sengaja menjadikan kau
orang jelek dimata semua orang di perguruan. Kami semua tahu kau memang jelek
rupa dan jelek sifat. Namun hatimu Seputih Salju di puncak Fuji dan jiwamu
bersih sebersih bunga sakura yang mulai bersemi...."
Ucapan Akira Kasai itu sangat menyentuh
perasaan Shigero Momochi hingga dia memeluk anak itu erat-erat sementara air
mata jatuh membasahi pipinya.
"Paman Shigero, sembunyikan air matamu. Jangan Sampai ada orang lain yang
melihat. Masakan Ketua Perguruan besar menangis seperti anak kecil.."
Shigero Momochi mau tak mau jadi tersenyum.
Sambil mendukung Akira dia mendatangi ninja merah, mahluk Bendera Darah dan
Akiko Bessho. 161 "Kalau tidak dengan bantuan kalian bertiga, entah apa jadinya dengan Akira dan
perguruan kami. Aku atas nama Pribadi dan perguruan Emerarudo mengucapkan terima
kasih besar....."
Lalu Shigero Momochi membungkuk tiga kali.
Setelah itu dia berpaling pada Akiko Bessho.
"Nona Akiko, kami harap kau suka ikut ke perguruan untuk mengobati luka-lukamu.
Kau kelihatan pucat. Tubuhnya tentu lemas karena banyak
mengeluarkan darah .. !"
Lalu Shigero berkata pada Bendera Darah dan ninja merah.
"Aku juga mengundang kalian berdua kembali ke perguruan..."
Sepantasnya aku menerima undangan kehormat-an dan pengobatan itu. Hanya dua
temanku ini mungkin akan menyusul kemudian. Ada urusan penting yang harus mereka
selesaikan.."
Habis berkata begitu Akiko Bessho naik ke atas punggung seekor kuda dibantu oleh
ninja merah Shigero juga naik ke atas kudanya sambil terus menggendong Akira.
"Nona Akiko.. Urusan pada maksudmu...?" Ninja merah tiba-tiba bertanya.
"Aku tidak merasa ada urusan apa-apa dengan mahluk aneh ini!"
Akiko Bessho tertawa lebar. Dia dekatkan
kudanya pada ninja merah lalu membungkuk berbisik.
"Dia mencintaimu. Jangan kecewakan hatinya ..."
162 "Kau gila... Masakan aku.. Lelaki atau perempuan nya pun aku tidak tahu ..."
Ninja merah tak bisa meneruskan ucapannya karena saat itu Akiko Bessho sudah
menggebrak kudanya dan tinggalkan tempat itu.
Tiba-tiba kelihatkan kuda yang membawa Shigero Momochi dan Akira berbalik
mendatangi. "Ada apakah?" tanya ninja merah. Dari atas punggung kuda Akira Kasai meluncur
turun. Dia me-nanggalkan katana yang tergantung di pinggangnya lalu menyerahkan
pada ninja merah seraya berkata.
"Aku kalah taruhan. Kau boleh ambil pedang ini..!"
"Heh,. aku tidak sungguhan....." jawab ninja merah agak sungkan menerima senjata
itu. "Sungguhan atau tidak terimalah sebagai tanda terima kasih saya ..."
Ninja merah mau tidak mau mengambil pedang itu. Akira Kasai membungkuk lalu
dibantu Shigero anak ini naik kembali ke atas kuda.
Di saat hari mulai terang-terang tanah kini di tempat itu hanya tinggal ninja
merah dan manusia Bendera Darah berdua saja yang tegak saling berhadap-hadapan.
"Gadis itu mencintaimu ..." tiba-tiba meluncur ucapan itu dari mulut Bendera
Darah.

Wiro Sableng 079 Ninja Merah di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"A ... apa"l" Paras di balik penutup wajah ninja merah jadi bersemu merah.
"Justru tadi dia bilang kau mencintaiku!" Kini wajah yang tersembunyi dibalik
bendera- bendera merah itu yang jadi jengah kemerahan.
163 "Kau ini ... siapa kau sebenarnya?" tanya ninja merah.
"Wajah dan sekujur tubuhmu tersembunyi ~ di balik ratusan bendera."
"Kau sendiri siapa" bukankah kau Pendekar 212
Wiro Sableng" Gaijin itu ...?" balik berucap mahluk Bendera Darah.
"Aku tak kenal orang yang kau sebutkan itu!"
"Jangan berdusta! Coba buka penutup kepalamu!
Perlihatkan wajahnya! Jika kau memang seorang ninja kesatrial"
"Aku tidak keberatan memperlihatkan diri," jawab ninja merah. Lalu dengan tangan
kanannya dibukanya kain merah yang menutupi kepala dan wajahnya.
Melihat wajah yang kini terpampang di depannya, mahluk Bendera Darah keluarkan
seruan tertahan.
"Bukan dia! Jadi kau memang bukan pendekar asing bernama Wiro itu.." "
"Kau kecewa....?" tanya ninja merah.
Mahluk bendera Darah tidak menjawab. Seolah pada dirinya sendiri terdengar dia
berkata perlahan.
"Lalu ... lalu kemana perginya pemuda itu ...?"
Orang di depan Bendera Darah tertawa lebar.
"Jika kau mau memperlihatkan dirimu sendiri aku bersedia memberi tahu dimana
pemuda itu berada!"
"Aku tidak percaya ..."
'Kalau begitu kau tidak ingin bertemu dengannya?" Bendera Darah tampak meragu.
Dia menyerah. 164 "Baiklah, kau boleh melihat diriku ..." Lalu dia membuat gerakan cepat sekali
seperti orang membuka penutup kepala dan pakaian. Ternyata ratusan bendera merah
yang menancap ditubuhnya itu tersisip pada sebuah jubah tebal. Ketika jubah
dibuka kelihatanlah wajah dan tubuhnya.
Ninja merah sampai ternganga terkesiap begitu melihat siapa yang tegak di
depannya. Seorang gadis cantik berambut coklat, mengenakan sehelai pakaian
kuning tipis sehingga lekuk tubuhnya yang bagus membayang.
"Namamu Yori... Benar...?" ninja merah bertanya.
Gadis cantik di hadapan ninja merah mengangguk.
"Sekarang tepati janjimu. Katakan dimana kau bi-sa menemui gaijin bernama Wiro
itu ..." "Dia ada di dekatmu," jawab ninja merah. Ketika si gadis memandang berkeliling
mencari-cari ninja merah cepat-cepat lepaskan topeng tipis yang menutupi kepala
dan mukanya. "Tak ada siapa-siapa di sini. Kau berdusta!" kata si gadis seraya balik
memandang ke depan kembali.
Lalu berubahlah parasnya. Merah terkejut tapi disusul dengan senyum gembira.
"Kau ...!" katanya dengan lidah seperti kelu.
"Jadi selama ini kau menyamar menjadi ninja merah..!" Ninja merah garuk-garuk
kepalanya. "Aku hanya menuruti nasihatmu tempo hari. Katamu setelah aku membunuh ninja maka
kemanapun aku akan dikejar sampai mereka bisa membunuhku! Apa-165
kah sekarang setelah tahu siapa diriku kau akan memberitahu ninja" Atau mungkin
kau sendiri yang hendak membunuhku karena masih dendam atas kematian nenek
Arashi?" Si gadis geleng-gelengkan kepalanya sambil tertawa.
"Wiro," katanya,
"apakah kau akan cepat-cepat pergi ke Perguruan Emerarudo memenuhi undangan
Shigero Momochi tadi"
"Bersamaku saat ini ada seorang gadis cantik jelita. Adalah tolol kalau aku
malah pergi melihat orang mati....."
Yori alias gadis Bendera. Darah tertawa cekiki-kan. Wiro mengembangkan ke dua
tangannya. Tanpa ragu-ragu si gadis menjatuhkan dirinya ke dalam pelukan pemuda
itu. Ke duanya saling peluk dan masih terus bercumbu berangkulan walaupun hari
mulai terang tanda malam telah berganti siang.
* * * TAMAT SEGERA TERBIT "KEPALA IBLIS NYI GANDASURI"
166 Sepasang Pedang Iblis 3 Pendekar Slebor 60 Pembunuh Dari Jepang Pedang Pembunuh Naga 10

Cari Blog Ini