Ceritasilat Novel Online

Wasiat Iblis 2

Wiro Sableng 083 Wasiat-iblis Bagian 2


"Bagaimana sekarang..." Elang Setan bertanya.
"Aku harus mendapatkan kitab itu. Bagaimanapun caranya!"
"Aku juga!" sahut Elang Setan.
Dua orang yang telah saling angkat saudara ini sesaat bentrok pandangan. Elang
Setan mengalah dengan berkata: "Bagusnya kita tunggu sampai hari terang. Kita
belum tahu keadaan sumur batu ini. Jangan bertindak gegabah hanya karena menurutkan
keinginan menjadi raja diraja dunia persilatan..."
Tiga Bayangan Setan menyeringai, "Saudara tinggal saudara. Aku tidak mau dia
mendahuluiku masuk ke dalam sumur!" membatin Tiga Bayangan Setan. "Kalaupun aku
harus membunuhnya apa boleh buat!"
Menunggu datangnya pagi terasa lama sekali bagi kedua orang itu. Ketika langit
di sebelah timur mulai membersitkan cahaya mentari pagi dan keadaan di tempat itu
mulai terang Tiga Bayangan Setan dan Elang Setan cepat-cepat mendekati tepi sumur dan
memandang ke dalam. Astaga! Sumur batu itu demikian dalamnya hingga mereka tidak
dapat melihat dasar sumur. Lagipula di sebelah dalam masih menggantung kabut
tipis menutupi pemandangan. Mereka hanya mampu melihat bagian sumur di atas lapisan
kabut. Selain lebar ternyata makin ke dalam dinding sumur batu semakin melebar dan ada
ulir- ulir batu seputar dinding seperti tangga melingkar.
Baik Tiga Bayangan Setan maupun Elang Setan sama-sama berfikir bahwa jika
mereka masuk ke dalam sumur batu mereka harus mampu mencapai ulir terdekat lalu
melangkah menuruni ulir itu hingga akhirnya mencapai dasar sumur di mana
tentunya mayat Jarot Ampel tergeletak bersama kitab Wasiat Iblis itu.
Tiga Bayangan Setan bergerak lebih dulu. Tapi dari belakang Elang Setan cepat
menarik bahunya. Merasa dihalangi Tiga Bayangan Setan balikkan badan lalu
kirimkan satu jotosan yang tepat mendarat di dagu Elang Setan hingga kepala orang ini
tersentak keras. Selagi Elang Setan terjajar nanar Tiga Bayangan Setan pergunakan
kesempatan untuk mendekati sumur lalu melompat ke dalam. Tanpa ragu dia melesat ke arah
ulir batu terdekat. Namun selagi tubuhnya melayang tiba-tiba dari dasar sumur terdengar
suara deras seperti air bah. Bersamaan dengan itu bertiup angin sangat kencang menebar hawa
panas dan bau aneh! Lapisan kabut berpencaran. Angin kencang menerobos ke atas.
Tiga Bayangan Setan merasakan tubuhnya bergoncang keras. Dia berusaha
bertahan dengan mengerahkan tenaga luar dalam lalu menghantam ke bawah. Tapi
kekuatan pukulannya terdorong ke atas, membalik memukul tubuhnya sendiri. Tiga
Bayangan Setan berteriak keras. Tubuhnya mencelat keluar sumur batu dan terkapar
di tanah. Dia memang sanggup bangkit kembali tapi dari mulutnya keluar darah tanda
dia telah mengalami luka dalam!
"Ada kekuatan iblis di dalam sumur itu..." kata Tiga Bayangan Setan megapmegap dengan muka pucat.
"Aku tidak percaya!" kata Elang Setan yang merasa kini punya kesempatan untuk
mencoba. Apalagi saat itu suara deru dan sambaran angin telah mulai mereda.
Setelah perhatikan keadaan sebelah dalam sumur dan menganggap tak ada halangan baginya
untuk melompat ke dalam maka Elang Setan lantas ayunkan diri. Seringan kapas tubuhnya
melayang masuk ke dalam sumur batu.
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version
http://www.softwarelabs.com
Bastian Tito Serial Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 Wiro Sableng
Wasiat Iblis "Aku berhasil!" serunya girang ketika kakinya menjejak ulir batu terdekat yang
merupakan tangga menuju ke dasar sumur. Tapi belum habis gema seruannya tibatiba dari dasar sumur kembali terdengar suara seperti deru air bah. Angin kencang panas
dan berbau aneh melesat ke atas, membuat tubuh Elang Setan tersentak keras begitu
tersambar. Dia berpegangan pada batu yang menonjol di dinding sumur batu. Tapi bagaimanapun dia
mengerahkan seluruh tenaga tetap saja dia tak mampu bertahan. Tubuhnya terseret
ke atas, terbanting ke dinding batu lalu jatuh ke bawah. Dari bawah semburan angin
kencang menghantam dirinya kembali. Elang Setan tidak mau mengalah begitu saja. Kedua
tangannya dikembangkan ke samping lalu dia kerahkan tenaga untuk membuat gerakan
seperti baling-baling! Ternyata dia memang bisa bertahan dari hantaman angin
keras. Tubuhnya berputar-putar laksana titiran. Sambil berputar dia berusaha bergerak
turun dengan mengerahkan bobot badannya. Sedikit demi sedikit Elang Setan melayang
turun. Di mulut sumur Tiga Bayangan Setan menyaksikan kejadian itu dengan hati cemas.
Bukan cemas melihat apa yang mungkin terjadi dengan saudara angkat itu tapi cemas
kalau-kalau Elang Setan memang berhasil turun ke dasar sumur batu dan mendapatkan Kitab
Wasiat Iblis itu! Rasa cemas Tiga Bayangan Setan tidak lama. Saat itu dari dasar sumur kembali
terdengar suara deru dahsyat. Satu gelombang angin menghantam tubuh Elang Setan
hingga mencelat mental keluar sumur. Waktu lepas dari mulut sumur salah satu
kakinya tidak sengaja menghantam kepala Tiga Bayangan Setan hingga orang ini terpental
dan tergelimpang megap-megap. Sesaat dia merintih kesakitan lalu menyumpah panjang
pendek! Elang Setan sendiri saat itu kelihatan melayang jungkir balik di udara. Ketika
tubuhnya kemudian terhempas di tanah, dari mulut, telinga dan matanya kelihatan
keluar darah. Elang Setan mengeluh tinggi lalu pingsan tak sadarkan diri.
* * * PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version
http://www.softwarelabs.com
Bastian Tito Serial Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 Wiro Sableng
Wasiat Iblis ENAM PUNCAK Gunung Merapi diselimuti awan tebal. Di kejauhan berkali-kali terlihat
kilat menyambar dibarengi suara guntur menggelegar. Udara dingin bukan kepalang. Di
dalam sebuah goa batu, dua orang duduk berhadap-hadapan di antara api unggun. Ada satu
keanehan. Api unggun itu tidak dihidupi oleh potongan kayu bakar melainkan oleh
setumpuk batu hitam hingga api yang berkobar panasnya dua kali lebih hebat dari
api yang berasal dari kayu biasa.
Sepasang tangan kurus yang hanya tinggal kulit pembalut tulang saling digosokkan
satu sama lain di atas api unggun. Dua tangan itu dipanasi demikian rupa, dekat
sekali dengan kobaran api dan tidak diangkat-angkat sampai lama sekali. Manusia biasa
tidak akan mampu melakukan hal itu.
Yang punya tangan adalah seorang tua bungkuk berpakaian rombeng. Walaupun
terkena cahaya kobaran api namun jelas kulit mukanya yang tipis kelihatan pucat
sekali, angker dingin membayangkan kelicikan dan maut! Sepasang matanya besar tapi
memiliki rongga sangat cekung. Kakek bermulut perot ini memiliki rambut putih sepanjang
bahu. Dalam dunia persilatan dia dikenal dengan julukan Si Muka Bangkai alias Setan
Muka Pucat. Di hadapan orang tua berwajah setan itu duduk seorang pemuda berwajah
membayangkan kekerasan dan keangkuhan. Sehelai kain merah melilit keningnya.
Rambutnya lebat dan hitam. Keningnya tinggi menonjol. Dagunya kukuh. Dia
mengenakan sehelai mantel hitam yang menutupi hampir sekujur tubuhnya depan
belakang. Dialah Pangeran Matahari, musuh besar bebuyutan Pendekar Kapak Maut
Naga 212. Selama bertahun-tahun Pangeran Matahari berusaha membunuh menyingkirkan
Wiro. Sebegitu jauh maksud kejinya itu tidak pernah kesampaian. Hal ini bukan saja
membuat semakin bertumpuknya dendam kesumat dalam diri pemuda ini tapi juga membuat dia
selalu mencari akal bagaimana caranya agar dapat melenyapkan Wiro. (Mengenai
asal usul Pangeran Matahari dan siapa adanya orang tua berjuluk Si Muka Bangkai alias
Setan Muka Pucat harap baca serial Wiro Sableng berjudul Pangeran Matahari Dari Puncak
Merapi) Setelah berdiam diri beberapa lama akhirnya sang guru membuka mulut memecah
kesunyian dalam goa yang dipanasi api unggun itu. Sementara bicara kedua
tangannya terus saja digosok-gosokkan di atas kobaran api.
"Muridku, tadi kau bertanya mengapa aku memintamu datang ke puncak Merapi
ini. Ada satu hal penting yang akan menentukan hidup masa depanmu! Empat puluh
hari yang lalu aku bermimpi..."
Belum habis sang guru bicara Pangeran Matahari sudah menyela dengan nada
tinggi. "Guru, bertahun-tahun kita tidak bertemu. Hari ini kau mengatakan ada
sesuatu yang penting. Ternyata kau hendak bicara segala macam mimpi! Kurasa kita hanya
menghabiskan waktu percuma saja...!"
Si orang tua berwajah setan menyeringai. Dalam hati dia membatin. "Aku suka
anak ini. Sejak dulu tidak berubah. Masih saja sombong dan bicara angkuh.
Meremehkan orang lain sekalipun aku gurunya sendiri!" Setelah mendehem beberapa kali orang
tu itu melanjutkan ucapannya. "Apa kau lupa dulu kalau bukan karena mimpi aku tidak
akan menemukanmu" Ingat ketika gunung ini meletus dan aku melihatmu tergantung di
atas pohon beringin sementara lahar panas menutupi bumi "!"
"Aku tidak pernah melupakan hari malapetaka itu. Juga ingat jasamu
menyelamatkan diriku. Tapi apakah itu perlu diulang-ulang"!" suara Pangeran
Matahari PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version
http://www.softwarelabs.com
Bastian Tito Serial Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 Wiro Sableng
Wasiat Iblis tetap tinggi. Orang lain mungkin akan jengkel atau marah melihat sikapnya ini.
Tapi sang guru sudah tahu sifat muridnya hanya tersenyum-senyum.
"Mimpi tidak selamanya kembang tidur. Banyak mimpi merupakan petunjuk sangat
berguna...."
"Aku mendengarkan guru. Coba katakan apa mimpimu kali ini?"
"Sebelum kujelaskan aku ingin tahu dulu. Apakah kau masih berminat untuk
menyingkirkan Pendekar 212 Wiro Sableng musuh besarmu itu?"
Mendengar pertanyaan itu sepasang mata Pangeran Matahari terbuka lebar.
Dagunya mengencang dan pelipisnya bergerak-gerak.
Si Muka Bangkai tertawa lebar. "Kau tak perlu menjawab. Dari air mukamu aku
tahu kau memang ingin melenyapkan musuh besarmu itu! Nah sekarang aku tanya, apa
kau pernah mendengar tentang sebuah kitab kuno bernama Wasiat Iblis?"
Pangeran Matahari angukkan kepala. "Aku pernah berusaha mencarinya. Tapi
selalu menemui jalan buntu hingga aku akhirnya merasa sangsi apakah buku yang
berisi ilmu dahsyat itu memang benar-benar ada...."
"Kitab itu memang ada. Dan aku telah memimpikan kitab itu, muridku!"
"Hah...?" Pangeran Matahari beringsut maju. Dari balik kobaran api unggun dia
memandangi wajah gurunya lekat-lekat. "Apa mimpimu itu, guru?"
"Mimpiku memberi petunjuk di mana kitab itu berada!"
Pangeran Matahari berdiri, memutari perapian lalu duduk di samping Si Muka
Bangkai. "Guru, harap kau lekas menceritakan mimpimu itu. Selengkap-lengkapnya.
Jangan ada yang ketinggalan."
"Seorang tua berjubah dan bersorban hitam muncul dalam mimpiku. Waktu itu aku
merasa berada di satu gurun pasir maha panas. Orang ini tiba-tiba saja muncul
dan berkata padaku. Sampaikan pesanku pada muridmu terlahir bernama Anom, putera Raja
Surokerto dari ibu R.A Siti Hinggil. Seumur hidupnya selama langit masih dijunjung dan
bumi masih dipijak manusia, dia tidak akan sanggup mengalahkan pemuda berjuluk Pendekar 212
Wiro Sableng itu. Kecuali jika dia menguasai ilmu yang tersimpan dalam Kitab
Wasiat Iblis. Lalu dalam mimpi aku bertanya pada orang bersorban hitam itu. Apakah dia
bisa memberi petunjuk di mana kitab itu bisa ditemukan" Di lantas menjawab. Pergilah
ke lereng barat sebuah bukit di timur Kartosuro. Di situ ada sebuah sumur tua
terbuat dari batu. Di dalam sumur tersembunyi Kitab Wasiat Iblis. Namun untuk dapat masuk ke
dalamnya muridmu harus mengalahkan dua orang penjaga sumur yang memiliki
kepandaian sangat tinggi... Aku bertanya siapa adanya dua penjaga sumur itu. Namun
orang tua bersorban hitam membalikkan tubuh dan pergi. Saat itu aku sendiri
terbangun dari tidur..."
Lama Pangeran Matahari berdiam diri setelah mendengar penuturan gurunya.
"Apa yang ada dalam benakmu, muridku?" tanya sang guru.
Si pemuda angkat bahunya. "Bagaimana aku bisa memastikan bahwa mimpimu itu
bisa menjadi kenyataan"!"
"Kau tak bisa memastikan kalau tidak membuktikan sendiri. Jika kau suka segera
saja berangkat menuju tempat yang kuceritakan tadi. Jika tidak suka perlu apa
dituruti. Hanya saja sayang kalau ada orang lain sempat mendahului. Berarti musuh beratmu
bertambah satu lagi."
Pangeran Matahari katupkan rahangnya rapat-rapat. "Jauh-jauh datang kemari
percuma saja kalau aku tidak coba menyelidik apa mimpimu itu benar atau tidak..."
Perlahan-lahan Pangeran Matahari bangkit berdiri. "Guru, aku mohon diri
sekarang."


Wiro Sableng 083 Wasiat-iblis di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version
http://www.softwarelabs.com
Bastian Tito Serial Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 Wiro Sableng
Wasiat Iblis Si Muka Bangkai anggukkan kepala. "Makin cepat kau melakukannya makin
baik.... aku akan merasa bangga jika kelak kau benar-benar merajai dunia
persilatan."
Pangeran Matahari pencongkan mulutnya. "Apa menurutmu saat ini aku belum
menguasai dunia persilatan?"
Si Muka Bangkai gelengkan kepala. "Musuh utamamu si Wiro Sableng itu. Harus
kau lenyapkan. Lalu harus pula kau tumpas tokoh-tokoh silat lainnya termasuk
nenek sakti bernama Sinto Gendeng, guru Pendekar 212.... Dapatkan kitab Wasiat Iblis itu!
Dunia berada di tanganmu.
Pangeran Matahari menjura tiga kali dengan sikap kaku karena sebenarnya dia
tidak suka melakukan hal ini sekalipun untuk menghormat gurunya. Lalu dia
membalikkan tubuh tinggalkan goa di puncak Gunung Merapi itu.
* * * PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version
http://www.softwarelabs.com
Bastian Tito Serial Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 Wiro Sableng
Wasiat Iblis TUJUH TIDAK sulit bagi Pangeran Matahari untuk mencari letak sumur batu yang terletak
di lereng barat bukit di luar Kartosuro. Bau busuk membimbingnya ke tempat itu.
"Bau busuk hebat sekali. Aku yakin itu berasal dari bangkai manusia!" katanya.
Di satu tempat dia tinggalkan kuda tunggangannya lalu bergerak ke arah bau busuk.
Sebagai tokoh silat yang telah bertahun-tahun malang melintang dan menggegerkan rimba
persilatan Pangeran Matahari tentu saja punya pengalaman banyak. Dia tidak terus
mendaki lereng bukit ke arah datangnya bau busuk namun sengaja bergerak berputar
menjauh, lalu berbalik menuruni bukit. Kecerdikan ini memang sangat beralasan.
Karena selama ini dua orang yang menjaga sumur batu dimana tersimpan Kitab Wasiat Iblis
bersama mayat Iblis Tanpa Bayangan memang lebih banyak memperhatikan bagian
bawah bukit dari arah mana orang-orang mendatangi.
Dari balik sebatang pohon besar Pangeran Matahari dapat menyaksikan keadaan di
bawahnya. Di salah satu lereng bukit tampak jelas dua orang berjaga-jaga di
dekat sebuah sumur batu. Sambil mengawal keduanya mengobrol dan menyantap potongan daging
bakar. Tak jauh di sekitar mereka bertebaran paling tidak empat sosok mayat yang
telah membusuk. "Dua penjaga sumur batu itu agaknya bukan manusia. Bagaimana mereka bisa
makan enak-enakan sementara mayat bergelimpangan di dekat mereka. Menebar bau
busuk! Aku saja yang ada disini mau terbongkar rasanya isi perutku!" membatin
Pangeran Matahari. Dia bertanya-tanya siapa kiranya empat orang yang menemui ajal di
bawah sana. Berat dugaannya mereka adalah orang-orang pandai yang berusaha mendapatkan Kitab
Wasiat Iblis itu.
Setelah sekli lagi memperhatikan keadaan sekitar sumur batu Pangeran Matahari
tujukan perhatiannya pada salah seorang penjaga yang mengenakan jubah hitam.
"Berjubah hitam, kepala sulah sebelah, salah satu mata kecil seperti buta.
Hemmm...." Kening Pangeran Matahari mengerenyit, rahangnya menggembung dan
terkancing rapat. "Bangsat itu rupanya yang jadi salah satu pengawal sumur batu!
Tiga Bayangan Setan! Manusia keparat yang punya mimpi besar hendak menguasai dunia
persilatan. Bagaimana dia ada kaitannya dan jadi anjing penjaga sumur batu.
Mungkin juga gurunya Si Iblis Tanpa Bayangan ada di sini?" Pangeran Matahari arahkan
pandangannya pada orang kedua. "Bukan.... Yang satu itu bukan Si Iblis Tanpa Bayangan. Di mana
ada Tiga Bayangan Setan di situ ada Elang Setan! Pasti Elang Setan, kambrat keparat
si Tiga Bayangan Setan!" Pangeran Matahari perhatikan benda panjang yang menggeletak di
pangkuan Elang Setan. "Tombak atau tongkat berbentuk aneh. Setahuku Elang Setan
tidak punya senjata seperti itu. Hemmm... pasti dia sikat milik orang lain yang jadi
korbannya..." Sang Pangeran memperhatikan keadaan sekitar sumur batu sekali lagi.
Lalu dengan seringai congkak dia tinggalkan tempat itu, melangkah menuruni lereng
bukit. Di tepi sumur batu Tiga Bayangan Setan dan Elang Setan sedang asyik menyantap
daging panggang kelinci hutan yang memang banyak terdapat di bukit itu. Dengan
mulut masih penuh makanan Elang Setan berkata.
"Lebih tujuh puluh hari sudah kita mendekam di tempat ini. Menunggu sampai tiga
puluh hari lagi cukup lama! Bagaimana kalau orang yang dimaksud guru itu tidak
muncul?" Apa yang kau pikirkan itu sudah ada dalam benakku sejak lama. Aku mencari akal
bagaimana caranya bisa masuk ke dalam sumur ini lalu mengambil kitab sakti itu.
Tapi rasa-rasanya sulit. Berarti kita harus meminjam tangan orang lain."
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version
http://www.softwarelabs.com
Bastian Tito Serial Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 Wiro Sableng
Wasiat Iblis "Meminjam tangan orang lain bagaimana?" tanya Elang Setan.
"Kalau orang itu datang, kita pura-pura melawan. Kita biarkan dia masuk ke dalam
sumur. Begitu keluar dan Kitab Wasiat Iblis sudah ada di tangannya, kita serbu
dan kita rampas!" Elang Setan tertawa bergelak. Karena di mulutnya masih ada makanan maka dia
jadi batuk-batuk berulang kali.
"Hentikan batukmu! Aku mendengar suara orang mendatangi!" bentak Tiga
Bayangan Setan tiba-tiba seraya palingkan kepala ke lereng bukit sebelah atas.
Baru saja Tiga Bayangan Setan berkata begitu tiba-tiba semak belukar lebat di
atas mereka terkuak. Sesosok tubuh tinggi bermantel hitam muncul, melangkah dan
berhenti kira-kira dua tombak dari sumur batu.
"Kau kenal kunyuk berpakaian seperti kelelawar ini?" bisik Elang Setan.
"Untuk membunuh seseorang apa perlu kenal atau tidaknya"!" sahut Tiga
Bayangan Setan.
Elang Setan muntahkan daging dalam mulutnya lalu tertawa gelak-gelak. "Kau
betul saudaraku! Tapi ada baiknya kau menanyakan sesuatu padanya sebelum kita
mengirimnya ke liang akhirat!"
Elang Setan bangkit berdiri. Kedua tangannya yang kotor oleh minyak daging
diusap-usapkan pada baju tebalnya hingga pakaian dekil itu jadi tambah kotor.
Dia gerak- gerakkan jari-jari tangannya yang berbentuk cakar elang hingga mengeluarkan
suara berkeretekan lalu membuka mulut.
Namun sebelum ucapan keluar dari mulut Elang Setan, Pangeran Matahari angkat
tangan kanannya. Ada selarik angin menyambar membuat Elang Setan cepat-cepat
miringkan kepala.
"Kalian tidak layak menanyaiku! Aku yang punya kuasa bertanya kepada pada
kalian! Kalian mendengar dan mengerti"!"
"Sombong amat kunyuk satu ini!" tukas Elang Setan.
"Orang yang bakal mati memang suka bersikap macam-macam!" menimpali Tiga
Bayangan Setan lalu keluarkan tawa bergelak.
Pangeran Matahari dongakkan kepala. Dari mulutnya kemudian menyembur tawa
keras yang menggetarkan seantero lereng bukit dan menindih lenyap tawa Tiga
Bayangan Setan. Dua tokoh silat penjaga sumur batu itu diam-diam terkesiap. Orang di
hadapan mereka memiliki tingkat tenaga dalam sangat tinggi! Walau demikian dua orang ini
mana mengenal takut!
Tiga Bayangan Setan berpaling pada Elang Setan lalu berkata. "Hari ini kita
bakal dapat mangsa kelima! Rasanya sudah pada gatal tanganku menunggu belum ada korban
baru yang datang. Kini kita dapat satu rejeki lagi!"
"Pemuda congkak! Mungkin kau mau lihat-lihat dulu empat mayat yang sudah
membusuk itu sebelum kau kami tetapkan sebagai korban kelima"!" Yang berkata
adalah Elang Setan. "Tidak perlu aku mengikuti omonganmu! Aku sudah tahu siapa-siapa mereka! Aku
juga tahu milik siapa tongkat besi yang kau pegang itu! Kau pasti juga telah
membunuh tokoh silat istana berjuluk Dewa Berjubah Kuning Bertongkat Besi!"
"Ah! Kau sudah tahu rupanya! Masih semuda ini pengetahuanmu ternyata cukup
luas! Mungkin itu bisa menolong melapangkan jalanmu ke liang kubur! Ha... ha... ha!"
Elang Setan tertawa gelak-gelak. Tiba-tiba suara tawanya lenyap. Tangannya yang
memegang tongkat berkelebat.
"Wutttt!"
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version
http://www.softwarelabs.com
Bastian Tito Serial Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 Wiro Sableng
Wasiat Iblis Ujung tongkat yang berbentuk lingkaran pipih setajam mata pisau menderu.
Cahaya hitam berkiblat. "Craaasss!" Semak belukar yang hanya setengah jengkal
dari pinggang Pangeran Matahari dirambas rata! Yang diserang sama sekali tidak
bergerak malah sunggingkan senyum mengejek.
"Sedekat ini aku berdiri kau tak sanggup membabat perutku! Matamu yang
gembung itu buta atau bagaimana"! Dasar manusia tidak tahu diri! Kalau cuma jadi
anjing penjaga sumur kenapa bermulut besar"!"
Mendengar dirinya disebut anjing penjaga sumur meledaklah amarah Elang Setan.
Tiga Bayangan Setan ikut-ikutan marah besar. Rencana mereka semua yang pura-pura
hendak mengalah serta merta terlupa. Keduanya memutuskan untuk membunuh Pangeran
Matahari saat itu juga!
Elang Setan tancapkan tongkat besi ke tanah. Dia lebih suka pergunakan cakarcakar mautnya. Dia bergerak mendekati Pangeran Matahari dari sebelah kiri
sementara Tiga Bayangan Setan mendatangi dari kanan.
Pangeran Matahari dongakkan kepala, keluarkan suara mendengus. Dengan tangan
kanannya dia sibakkan mantel hitam yang menutupi bagian depan pakaiannya.
"Pangeran Matahari!" seru Tiga Bayangan Setan dan Elang Setan ketika melihat
gambar Gunung Merapi berwarna biru dengan latar belakang sinar sang surya berupa
garis-garis lurus berwarna merah!
Suara tawa mengekeh mengumandang dari mulut Pangeran Matahari yang saat itu
mendongakkan kepala seolah tidak menganggap bahaya serangan dua lawan yang bakal
menyerbunya. Baik Tiga Bayangan Setan maupun Elang Setan sama-sama tidak menduga kalau
pemuda di hadapan mereka adalah tokoh besar golongan hitam berjuluk Pangeran
Matahari. "Saudaraku Tiga Bayangan Setan! Rejeki kita besar sekali hari ini! Begitu kita
membunuhnya, nama besar kita semakin mencuat dalam dunia persilatan!"
"Anjing-anjing penjaga sumur! Jangan mimpi! Aku menunggu seranganmu!"
bentak Pangeran Matahari. Kedua tangannya kini diletakkan di pinggang.
"Bagus! Kau minta mati lebih cepat dari yang kami rencanakan!" teriak Elang
Setan. Dia melirik pada Tiga Bayangan Setan. Dua orang ini saling anggukkan
kepala. Di kejap itu pula keduanya berkelebat kirimkan serangan!
* * * PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version
http://www.softwarelabs.com
Bastian Tito Serial Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 Wiro Sableng
Wasiat Iblis DELAPAN LIMA larik sinar hitam menyambar ke arah muka Pangeran Matahari. Lima lagi
membeset ke arah perutnya. Itulah sambaran serangan maut cakar setan yang dilancarkan
Elang Setan. Dari jurusan lain Tiga Bayangan Setan lepaskan pukulan tangan kosong yang
sengaja di arahkan ke bagian bawah perut lawan. Jelas kedua orang ini ingin
membunuh Pangeran Matahari detik itu juga!
Meskipun tercekat melihat ganasnya serangan dua lawan namun manusia yang
dikenal senagai pendekar jahat segala cerdik, segala akal, segala ilmu, segala
licik dan segala congkak ini hadapi serangan orang dengan mendengus. Tangan kanannya
bergerak mengibaskan mantel hitamnya ke bagian dada.
"Wuuuutttt!"
Suara mantel berkelebat angker. Mengeluarkan cahaya hitam redup.
Baik Tiga Bayangan Setan maupun Elang Setan hanya mendengar suara tapi tidak
merasakan adanya sambaran angin keras! Namun dahsyatnya saat itu keduanya merasa
seolah ada satu kekuatan yang tidak kelihatan menahan gerak serangan yang mereka
lancarkan. Elang Setan kertakkan rahang. Tiga Bayangan Setan menggembor keras. Kedua
orang ini lipat gandakan kekuatan tenaga dalam lalu merangsak ke depan. Tapi
semakin mereka mengerahkan kekuatan semakin dahsyat kekuatan tak terlihat yang
menghadang. Malah kini kekuatan itu mulai bergerak, menindih gerak serangan mereka. Dua
orang ini berusaha bertahan. Tak ada gunanya. Ketika Pangeran Matahari kibaskan
kembali mantel hitamnya ke belakang, dua penyerang berseru keras dan terbanting
ke tanah! Pangeran Matahari dongakkan kepala lalu tertawa mengekeh. Tanpa perduli pada
dua orang yang bergeletakan di tanah dia melangkah mendekati sumur batu.
"Kami belum kalah!" teriak Elang Setan lalu tubuhnya melesat ke udara.
"Jangan harap kau bisa dapatkan kitab sakti itu!" bentak Tiga Bayangan Setan.
Tubuhnya yang terkapar di tanah juga melesat ke atas. Dari atas dua orang murid
Iblis

Wiro Sableng 083 Wasiat-iblis di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tanpa Bayangan ini menyerbu lagi. Keduanya sama-sama mengarah kepala Pangeran
Matahari. Sebelum cakar-cakar setan bergerak sepuluh sinar hitam dan merah lebih
dulu menggebu. Tiga Bayangan Setan hantamkan dua pukulan sekaligus untuk mengepruk
pecah kepala Pangeran Matahari.
Pangeran Matahari hentikan langkahnya. Kedua lututnya ditekuk. Dua tangannya
tiba-tiba melesat ke atas. Terdengar suara bergedebukan beberapa kali begitu
enam pasang lengan saling beradu!
Tiga Bayangan Setan dan Elang Setan kembali berkaparan di tanah. Sementara
Elang Setan masih menggeliat-geliat Tiga Bayangan Setan sudah melesat dan
berdiri hadapi Pangeran Matahari. Kalau Elang Setan kelihatan bengkak merah dua
lengannya maka Tiga Bayangan Setan tidak cidera sedikitpun. Hal ini tidak lepas dari
perhatian Pangeran Matahari. Dalam hati dia berucap. "Ternyata dia memang tahan pukulan.
Aku harus berlaku hati-hati terhdap yang satu ini!"
"Apa kau sudah siap menghadapi saat kematianmu Pangeran Matahari"!" kertak
Tiga Bayangan Setan.
"Setan jelek! Dari tadi hanya mulutmu saja yang besar! Aku siap menunggu
kematin! Ayo aku mau lihat kau hendak melakukan apa!" Pangeran Matahari
renggangkan kedua kakinya, tegak menunggu sambil bertolak pinggang. Di sebelah belakang sana
Elang Setan telah bangkit berdiri dan siap lancarkan serangan.
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version
http://www.softwarelabs.com
Bastian Tito Serial Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 Wiro Sableng
Wasiat Iblis Kumis dan berewok Tiga Bayangan Setan seperti berjingkrak. Matanya sebelah
kanan yang besar merah bergerak-gerak. Kedua tangannya dipentang ke depan dengan
jari- jari terkepal. Mulutnya komat-kamit. Tiba-tiba dua kepalannya diadu satu sama
lain. Bersamaan dengan itu dia berteriak.
"Bunuh!"
Tiga guratan dalam di kening Tiga Bayangan Setan mengeluarkan kilatan-kilatan
angker. Dari ubun-ubunnya melesat keluar tiga kepulan asap yang dalam waktu
sekejapan berubah menjadi tiga sosok raksasa bertelanjang dada penuh bulu. Rambut panjang
riap- riapan dan sepasang mata laksana bara menyala! Inilah ilmu tiga bayangan setan
yang selama ini tidak satu tokoh silatpun sanggup menghadapinya!
Diam-diam Pangeran Matahari merasa terguncang juga. Dia segera siapkan satu
pukulan sakti untuk menghadapi serangan tiga makhluk jejadian itu.
"Bunuh!" teriak Tiga Bayangan Setan sekali lagi.
Tiga sosok raksasa melesat ke depan. Masing-masing mementangkan tangan kanan
yang sesaat kemudian sama-sama dihantamkan ke batok kepala Pangeran Matahari.
Begitu tiga makhluk raksasa menyerang Pangeran Matahari cepat angkat ke dua
tangannya. Telapak-telapak yang terkembang didorongkan perlahan saja. Terdengar
suara mendesis disertai menggebunya angin panas, menghantam tepat pada tiga makhluk
raksasa! "Wusss! Wussss!"
Tiga Bayangan Setan berteriak keras. Bukan saja karena marah tapi juga karena
berusaha menahan sakit oleh hawa panas yang memancar dari dua larik angin panas
serangan Pangeran Matahari. Tubuhnya terhuyung-huyung tak bisa dirobohkan. Dua
makhluk raksasa di sebelah kiri dan kanan meletup hancur berkeping-keping seolah
terbuat dari batu. Tapi yang di sebelah tengah seolah tidak tersentuh pukulan sakti
"telapak merapi" yang tadi dilepaskan Pangeran Matahari terus merangsak ke depan lalu
laksana palu godam hantamkan tangan kanannya ke batok kepala Pangeran Matahari!
Pangeran Matahari silangkan dua lengan ke atas untuk lindungi kepalanya. Ini
merupkan gerakan menangkis yang sekaligus merupakan serangan menggunting.
"Bukkk!"
Pangeran Matahari terbanting ke tanah. Dua lengannya terasa seolah hancur.
Dadanya berdenyut sakit. Sebelum jatuh tadi dia masih sempat membuat gerakan
menggunting. Makhluk raksasa di atas kepala Tiga Bayangan Setan menggembor
marah. Tiga Bayangan Setan melompat ke hadapan lawan.
"Bunuh!" teriak Tiga Bayangan Setan.
Makhluk raksasa di atas kepalanya kembali pentangkan tangan.
"Kurang ajar!" kertak Pangeran Matahari. "Agaknya makhluk keparat yang di
tengah tak bisa dimusnahkan. Tiga Bayangan Setan sendiri benar-benar tahan
pukulan sakti! Aku harus mencari akal! Aku harus menghantam sumber kekuatannya!"
Pangeran Matahari melirik pada tombak Wesi Ketaton milik Dewa Berjubah
Kuning yang mati di tangan Elang Setan. Sebelum gebukan mahkluk raksasa datang
Pangeran Matahari cepat berguling menyambar tongkat besi itu. Begitu tongkat
mustika berada di tangannya dia segera membalik dan tusukkan bagian runcing senjata itu
ke perut Tiga Bayangan Setan.
"Breett!"
"Traanggg!"
Jubah hitam yang dikenakan Tiga Bayangan Setan robek di bagian perut. Ujung
tombak terus menusuk ke perut orang itu. Namun seolah perut yang ditusuk itu
adalah PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version
http://www.softwarelabs.com
Bastian Tito Serial Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 Wiro Sableng
Wasiat Iblis benda yang terbuat dari besi begitu ujung tombak menghantam terdengar suara
berdentrangan. Pangeran Matahari tidak dapat menyembunyikan keterkejutannya.
Seumur hidup baru kali ini dia melihat ada manusia memliki kekebalan terhadap senjata
tajam begitu rupa! Pangeran Matahari campakkan tongkat Wesi Ketaton.
Tiga Bayangan Setan tertawa bergelak.
"Edan! Hampir tak dapat kupercaya!" kertak Pangeran Matahari. "Dia kebal
pukulan sakti, tak mempan senjata! Aku harus mendapatkan ilmunya!"
Sementara itu dua makhluk raksasa yang tadi musnah kini secara aneh muncul
kembali, bergabung dengan kawannya di sebelah tengah ini sambil keluarkan
lengkingan keras kembali ayunkan tangan menggebuk ke arah kepala Pangeran Matahari! Sekali
ini Pangeran Matahari tak menangkis ataupun adu kekuatan. "Otak penggerak tiga
raksasa jejadian itu ada dalam diri Tiga Bayangan Setan! Aku harus melumpuhkan
sumbernya!"
Memikir sampai di situ manusia segala akal segala cerdik dan segala licik ini
angkat tangan kanannya. Secara aneh tiba-tiba udara di tempat menjadi redup
padahal di atas matahari bersinar terang. Inilah pertanda bahwa Pangeran Matahari hendak
lepaskan satu pukulan sakti. Ketika tangannya dipukulkan terdengar suara menggelegar
disertai berkiblatnya sinar merah, kuning dan hitam!
"Pukulan Gerhana Matahari" seru Tiga Bayangan Setan yang mengenali pukulan
sakti itu. "Siapa takut! Kalau kau punya sepuluh ilmu seperti itu keluarkan saja
sekaligus!"
Pangeran Matahari merutuk dalam hati namun dia maklum kesaktian yang dimiliki
lawan membuat dia sanggup menghadapi pukulan maut yang sangat ditakuti di rimba
persilatan itu. Bagi Pangeran Matahari sendiri sebenarnya tak perlu gusar
mendengar ejekan lawan karena pukulan sakti yang dilepaskannya itu sengaja untuk membagi
perhatian Tiga Bayangan Setan. Ketika lawan berkelit sambil berteriak "Bunuh!"
Pangeran Matahari cepat jatuhkan diri, berguling di tanah. Ketika berdiri lagi tahu-tahu
dia sudah berada di belakang sosok Tiga Bayangan Setan. Dua jari telunjuknya bekerja!
Tiga Bayangan Setan meraung keras.
"Bangsat licik! Curang pengecut! Lepaskan diriku!" Tiga Bayangan Setan hanya
mampu berteriak, menggerakkan kaki tapi sama sekali tak dapat menggerakkan
tangan ataupun kepalanya. Pangeran Matahari telah menotok urat besarnya di dua tempat
yakni pangkal leher punggung. Walaupun tiga raksasa jejadian masih kelihatan bergerakgerak ganas di atas kepalanya namun mereka sama sekali tidak melakukan serangan karena
otak pengendalinya yaitu Tiga Bayangan Setan kini tidak beda seperti mayat hidup!
Masih bernafas tapi tak bisa berfikir. Mampu menggerakkan kaki tapi tidak bisa
menyerang. Dua tangannya terkulai seperti lumpuh ke sisi.
Pangeran Matahari tertawa mengekeh. Dari dalam saku pakaiannya dikeluarkannya
sebuah benda kecil berwarna merah. Benda ini dengan paksa dimasukkannya ke dalam
mulut Tiga Bayangan Setan.
"Telan!" hardik Pangeran Matahari memerintah. Ketika Tiga Bayangan Setan tak
mau melakukan malah hendak memuntahkan benda dalam mulutnya itu, Pangeran
Matahari pukul tengkuknya hingga Tiga Bayangan Setan tercekik dan terpaksa telan
benda yang ada dalam mulutnya.
"Umurmu hanya bersisa seratus hari!" kata Pangeran Matahari pula lalu tertawa
panjang. "Kau telah menelan racun kematian! Jika kau berani macam-macam jangan
harap aku akan memberikan obat penawar!"
"Pangeran keparat! Iblis jahanam! Apa yang kau lakukan pada saudaraku"!" teriak
Elang Setan. Tanpa tunggu lebih lama dia langsung menyerang. Kedua tangannya
dikembangkan ke samping. Tubuhnya berputar, dua lengan ikut berputar laksana
baling- PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version
http://www.softwarelabs.com
Bastian Tito Serial Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 Wiro Sableng
Wasiat Iblis baling. Cakar setan membabat ke arah leher Pangeran Matahari! Sinar hitam merah
menghntam lebih dulu!
Pangeran Matahari bertindak cepat. Dia tahu walau tingkat kepandaian lawan
masih dibawah Tiga Bayangan Setan namun nama Elang Setan bukan nama kosong.
Banyak tokoh silat telah menemui ajal di tangan pembunuh haus darah ini. Sambil
dorongkan dua tangannya ke depan Pangeran Matahari menyusup ke bawah putaran dua
lengan. Begitu pinggang Elang Setan berhasil dicekalnya orang ini
dibantingkannya ke atas
sumur batu. "Trakkk! Traakkk!"
Lengan setan menghantam bibir sumur hingga hancur di dua tempat. Pangeran
Matahari pegang dua kaki Elang Setan lalu mendorong tubuh orang ini hingga
kepala Elang Setan tergantung-gantung di dalam sumur.
"Kalau kau memang ingin cepat mati katakan saja! Kakimu akan kulepas!" kata
Pangeran Matahari.
"Keparat jahanam! Jangan cemplungkan aku ke dalam sumur ini! Demi setan aku
masih mau hidup!" teriak Elang Setan.
Pangeran Matahari tertawa. Dia tarik kaki Elang Setan hingga pinggang orang ini
membelintang di bibir sumur. Tiba-tiba dari dalam sumur terdengar suara menderu.
"Angin iblis! Awas! Cepat tarik tubuhku!" teriak Elang Setan ketakutan.
Pangeran Matahari kernyitkan kening. Dia tidak tahu apa yang dimaksudkan Elang
Setan namun dia maklum kalau ada satu kekuatan aneh dan dahsyat dalam sumur batu
itu. Pangeran Matahari cepat tarik tubuh Elang Setan hingga orang ini jatuh
terbanting di tanah
di kaki luar sumur batu. Ketika Elang Setan hendak mencoba bangkit Pangeran
Matahari cepat tekankan lututnya ke dada orang. "Seperti temanmu aku juga tidak percaya
padamu! Lekas telan obat ini!"
"Keparat! Kau boleh bunuh aku! Aku tak akan menelan racun jahanam itu!" teriak
Elang Setan. "Kalau begitu kau memilih mati lebih cepat!" Pangeran Matahari kepalkan tinju
kanannya lalu dijotoskan ke muka Elang Setan.
"Kau boleh membunuhku! Tapi serahkan dulu jantungmu padaku!" teriak Elang
Setan. Dua tangannya melesat ke dada kiri Pangeran Matahari. Sang Pangeran cepat
berkelit. "Breettt!"
Mantel Pangeran Matahari robek. Dengan kedua tangannya ditangkapnya lengan
Elang Setan lalu dibantingkannya ke dinding sumur batu berulang kali.
"Lakukan sepuasmu! Aku tidak merasa apa-apa...!" kata Elang Setan ganda
tertawa. "Jahanam!" maki Pangeran Matahari. Dia lepaskan pegangan pada tangan kiri lalu
pergunakan tangan kanannya untuk menotok dada Elang Setan. Totokan sampai
bersamaan dengan melesatnya tangan kiri Elang Setan ke leher Pangeran Matahari. Walau kini
sekujur tubuhnya kaku dan gerakannya tertahan namun Elang Setan masih sempat
menggurat pangkal leher Pangeran Matahari!
"Kau tak bakal lolos dari racun cakaranku!" kata Elang Setan.
"Baik, kita lihat siapa yang bakal mati duluan!" kata Pangeran Matahari. Lalu
racun yang dipegangnya di masukkannya ke dalam mulut Elang Setan.
"Kau memberiku racun seratus hari! Racun cakarku hanya memberimu hidup tujuh
hari! Ha... ha... ha...!" Elang Setan tertawa keras dan panjang.
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version
http://www.softwarelabs.com
Bastian Tito Serial Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 Wiro Sableng
Wasiat Iblis "Keparat!" Pangeran Matahari hantamkan tinju kanannya berulang kali ke muka
Elang Setan hingga muka yang seperti dicacah ini kini bergelimang darah yang
keluar dari hidung dan bibirnya yang pecah!
"Aku tahu kau punya obat penawar. Lekas beritahu di mana kau menyimpannya.
Kalau tidak kupatahkan batang lehermu saat ini juga!"
"Ha... ha! Ternyata kau juga takut mati! Pergilah ke neraka!"
"Setan alas! Apa katamu"!"
"Aku bilang pergi ke neraka!" teriak Elang Setan keras-keras.
Pangeran Matahari menyeringai. "Kau akan menyesali kebodohanmu sampai di
liang kubur!" ujar sang Pangeran. Tangan kanannya bergerak mencengkeram
kelingking

Wiro Sableng 083 Wasiat-iblis di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tangan kiri Elang Setan.
"Kraaakkk!"
Elang Setan meraung keras ketika kelingking kirinya yang berbentuk cakar dan tak
mampu digerakkannya itu dipatahkan oleh Pangeran Matahari.
Sang Pangeran pindahkan tangannya ke jari telunjuk tangan kiri. Daya tahan Elang
Setan jebol. "Jangan...! Aku akan katakan di mana obat penawar racun itu!" Elang Setan bicara
dengan nafas mengengah-engah karena marah dan juga menahan sakit.
"Katakan di mana..."!"
"Kantong kiri bagian dalam bajuku!" menerangkan Elang Setan.
Pangeran Matahari membetot lepas baju tebal yang dikenakan Elang Setan. Di
sebelah kiri dalam memang ada sebuah kantong kecil. Di situ ditemuinya tabung
kecil terbuat dari batang padi yang telah dikeringkan. Di dalam tabung ini ada
beberapa butir obat berwarna hitam.
"Jangan kau ambil semua! Cukup satu saja.... Sisanya masukkan lagi dalam saku
bajuku!" kata Elang Setan.
Pangeran Matahari menyeringai. Dia keluarkan dua butir obat berwarna hitam itu.
Tabung batang padi diselipkan kembali ke dalam saku pakaian Elang Setan. Tibatiba salah satu dari dua butir obat itu dimasukkannya ke dalam mulut Elang Setan,
membuat orang ini berteriak dan mendelik besar.
"Siapa percaya padamu! Kau harus meyakinkan bahwa kau tidak berdusta! Telan
obat itu!"
Muka Elang Setan menjadi pucat.
"Ampun...! Aku ketakutan setengah mati hingga salah memberikan keterangan!"
teriaknya seraya meludahkan butiran obat hitam keluar dari mulutnya.
"Salah bagaimana maksudmu"!" tanya Pangeran Matahari sambil sunggingkan
senyum dingin. "Obat penawar racun yang betul ada di saku sebelah kanan dalam...."
Pangeran Matahari tertawa lebar. Dia jambak rambut Elang Setan lalu
membenturkan kepala orang ini ke dinding sumur. "Otakmu perlu diberi penyegaran
agar jangan mudah lupa!" Sekali lagi kepala orang itu dibenturkannya ke dinding sumur
baru dia mencari obat yang dikatakan ada di dalam kantong sebelah kanan baju tebal.
Disitu ditemukannya satu tabung padi yang sama berisi butiran obat berwarna putih.
Pangeran Matahari mengambil sebutir dan tanpa ragu menelannya.
"Kau sudah selamat sekarang! Kenapa tidak segera membebaskan diriku dan Tiga
Bayangan Setan?" tanya Elang Setan.
Pangeran Matahari mendengus. "Turut mauku aku ingin membunuh kalian berdua
saat ini juga! Tapi kupikir-pikir mungkin kalian ada gunanya!"
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version
http://www.softwarelabs.com
Bastian Tito Serial Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 Wiro Sableng
Wasiat Iblis "Apa maksudmu?" tanya Elang Setan sedikit ada harapan.
"Kalau kalian bisa menjadi anjing-anjing penjaga sumur batu ini, pasti juga bisa
menjadi anjing-anjing pengawal ke mana aku pergi..."
"Jahanam!" teriak Elang Setan.
Pangeran Matahari tertawa gelak-gelak lalu dia berdiri dan melangkah mendekati
sumur batu. * * * PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version
http://www.softwarelabs.com
Bastian Tito Serial Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 Wiro Sableng
Wasiat Iblis SEMBILAN SATU pemandangan aneh tapi lucu terlihat di puncak Gunung Merbabu siang hari
itu. Seekor keledai melangkah terseok-seok. Sebentar-sebentar binatang ini seperti
mau tersungkur. Di atas punggungnya yang mandi keringat duduk seorang perempun
berpakaian gombrong berlengan panjang dan sangat dalam hingga baik tangan maupun
kakinya tidak kelihatan. Sambil menunggang keledai sebentar-sebentar dia
berseru: "Duh
biung doakan aku sampai di tujuan dengan selamat. Doakan aku agar bertemu lelaki
bapak jabang bayi ini." Sambil berkata begitu dia mengusap-usap perutnya yang buncit
besar. Nyatalah bahwa perempuan penunggang keledai ini sedang hamil tua. Sesekali di
antara ucapannya itu dia tertawa cekikikan lalu diseling suara sesenggukan seperti
orang mau menangis. Perempuan yang hamil besar ini jauh dari cantik. Pupur tebal berwarna putih dan
merah menutui wajahnya. Alisnya dipertebal dengan sejenis bubuk hitam. Bibirnya
merah celemongan entah dipoles dengan apa. Rambutnya dikuncir sampai lima buah. Setiap
kuncir diberi berpita warna-warni. Dari gerak gerik, pakaian dan dandanan serta
ucapan- ucapan yang keluar dari mulutnya sudah dapat diterka bahwa perempuan ini kurang
waras otaknya. Di satu pedataran kecil di puncak Gunung Merbabu dia angkat tangan kiri lalu
berseru. "Hooooooo... hup! Keledaiku kita berhenti di sini! Ibundaku rupanya
mendengar doaku. Kita bisa selamat sampai di puncak ini! Aku akan turun punggungmu. Awas,
jangan bergerak dulu. Kalau aku sampai jatuh kupecahkan kepalamu! Kau tentu
letih. Kau boleh pergi istirahat. Cari makan cari minum sendiri. Aku mau mencari bapak
jabang bayiku! Aku yakin dia ada di sini. Kalau belum ada aku tunggu sampai dia datang.
Hik... hik... hik! Aduh biung... aku tak mau anakku lahir tanpa bapak! Uuhhhh... uhhhh!
Huek... huek...! Aduh biung aku mau muntah! Hamilnya sudah besar kok muntahnya baru
sekarang...!"
Turun dari atas keledai perempuan hamil itu kembali usap-usap perutnya yang
gendut sambil memandang berkeliling.
"Sepi... sunyi. Suara anginpun tidak kedengaran. Jangankan manusia, lalat atau
kecoak juga tidak kelihatan! Hik... hik... hik... di mana bapak jabang bayiku! Uhhh...
uhhhhk!" perempuan hamil itu kembali memperhatikan keadaan sekelilingnya. "Tidak
percaya biung! Aku tidak percaya kalau di tempat ini tak ada penghuninya. Pasti
ada... Sana... di sana aku lihat ada bangunan... Mungkin bapak anakku ada disitu. Kalau
bertemu awas dia... Enak saja membuatku hamil lalu kabur! Akan kupuntir kepalanya
atas bawah... Eh...! Maksudku kepalanya... kepalanya yang mana ya" Hik... hik... hik...!"
Sambil pegangi perutnya perempuan hamil itu melangkah tertatih-tatih menuju
sebuah bangunan kayu terletak di ujung pedataran kecil itu. Belum sempat dia
mendekati bangunan tiba-tiba dari atas atap bangunan melayang turun satu bayangan hitam.
Perempuan hamil ini kaget bukan main. Dia berteriak. "Aduh biung! Setan atau apa
yang bisa melompat dari atap rumah! Rasanya copot jantungku saking kaget! Bisabisa bayiku brojol sebelum saatnya! Makhluk yang bikin kaget, siapa kau"!"
Saat itu di hadapan perempuan hamil berdiri seorang tua berjubah hitam.
Rambutnya panjang awut-awutan. Sepasang matanya memandang liar memperhatikan
perempuan hamil mulai dari ujung rambut sampai ujung jubahnya yang menjela di
tanah. "Aduh biung! Orang atau apa" Kalau orang kenapa jelek amat! Hik... hik... hik"
Kalau setan atau makhluk jejadian kenapa bau pesing"! Hik... hik... hik!
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version
http://www.softwarelabs.com
Bastian Tito Serial Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 Wiro Sableng
Wasiat Iblis "Perempuan bunting gila!" teriak orang tua berjubah hitam penuh marah hingga
kedua matanya tampak berkilat-kilat. Membuat perempuan hamil itu tergagau kaget
dan tersurut beberapa langkah. "Kalau mulutmu tidak berhenti bicara akan kubetot
copot lidahmu!" "Lidahku mau dicopot..." Aduh biung! Jangan.... Ampun! Ba... baik... Aku akan
berhenti bicara. Aku tak mau bicara!"
Orang tua berjubah hitam menggerendeng panjang lalu membentak. "Perempuan
bunting" Siapa kau"! Datang dari mana"! Katakan apa keperluanmu! Jawab cepat
sudah itu lekas tinggalkan tempat ini! Aku tak mau anakmu brojol di sini!"
Yang ditanya diam saja.
"Kadal bunting! Apa kau tuli atau bisu aku bertanya tidak menjawab"!" Si orang
tua menghardik sambil pelototkan mata.
Perempuan hamil dongakkan kepala memandang ke atas lalu usap-usap perut
gendutnya. "Sialan betul! Kau anggap apa aku ini! Kutendang perutmu baru kau mau bicara
nanti!" Orang berjubah itu melangkah mendekati perempuan hamil.
Yang didatangi jadi ketakutan dan cepat mundur. "Pecah perutku! Mati bayiku!
Jangan! Jangan tendang!"
"Kenapa aku bertanya kau tidak menjawab"!"
"Ha... habis.... Tadi kau bilang kalau... kalau aku tidak berhenti bicara kau mau...
mau membelot copot lidahku! Ja... jadi aku tidak mau bicara!"
"Kadal tolol! Benar-benar geblek!" si orang tua jengkel setengah mati sampaisampai dia hentakkan kaki kanannya. Waktu kaki ini menghantam tanah, tanah
tempat itu bergetas keras.
"Eh... eh... Tanah bergerak... Biung! Tolong biung! Mati bayiku ditubruk
gempa!" Perempuan hamil berteriak ketakutan, pegangi perutnya sementara tubuhnya
tampak terhuyung-huyung.
Kesal orang berjubah tidak tertahankan lagi. Dia melompat lalu jambak rambut
berkuncir lima perempuan hamil itu.
"Ampun biung! Sakit rambutku dijambak! Lepaskan...lepaskan! Nanti rusak
pitaku!" "Perduli setan pita-pita sialan ini! Kalau perlu kutanggalkan rambutmu, kucopot
kepalamu!"
"Jangan... Ampun! Aduh biung tolong! Apa salahku sampai ada orang mau
mencopot kepalaku! Tadi mau mencopot lidahku! Apaku lagi yang mau dicopot...!"
"Plaaakkkk!"
Orang tua yang menjambak pergunakan tangan kirinya menampar perempuan
hamil itu. "Orang tua tak punya welas asih! Tega-teganya kau menampar aku... Hik... hik...
hik..." Perempuan hamil menangis sambil usap darah yang mengucur dari sudut
bibirnya yang pecah akibat tamparan keras tadi.
"Aneh..." membatin si orang tua. "Dia menangis tapi bukan menangis kesakitan
karena kutampar. Padahal bibirnya sampai luka..."
"Lepaskan jambakanmu. Aku mau pergi saja dari sini! Lepaskan...!"
"Aku tidak akan melepaskan kalau kau tidak memberitahu siapa dirimu, apa
keperluanmu datang kemari...!
Dari dalam rumah kayu tiba-tiba keluar seorang lelaki tu bersorban dan berjubah
putih. Dia melangkah terbungkuk-bungkuk. Di punggungnya ada punuk besar.
Sepasang PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version
http://www.softwarelabs.com
Bastian Tito Serial Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 Wiro Sableng
Wasiat Iblis matanya jelalatan. Perempuan hamil tadi jadi tercekat ketika melihat sepasang
mata orang ini. Ternyata merah polos! Buta dan mengerikan! Sesaat sepasang mata buta itu
pandangi perempuan hamil di depannya seolah-olah dia bisa melihat. Lalu mulut orang
bersorban dan berjubah putih serta ada punuk di punggungnya ini terbuka.
"Orang merasa curiga melihat tindak tandukmu! Sebaiknya kau lekas bicara
terangkan diri serta maksudmu datang kemari! Kalau tidak aku akan bantu kawanku
ini menjambak rambutmu yang lain!"
"Hik... hik.... Orang tua bersorban seharusnya bicara sopan! Tapi yang satu ini
mulutnya usil dan kotor! Untung matamu buta! Kalau melek pasti kelakuan dan
mulutmu lebih kurang ajar lagi!"
Orang bersorban mendelik. Sesaat dia tertawa gelak-gelak. Dilain ketika tibatiba dia membentak mengancam. "Mau kupencet perutmu sampai anakmu keluar"!"
Mendengar ancaman ini perempuan hamil itu ketakutan setengah mati. Cepat-cepat
dia berkata. "Jangan... jangan dipencet! Ba... baik... aku bicara. Namaku Emut-Emut..."
"Apa"! Siapa namamu" Coba kau ulangi!" kata lelaki tua berjubah hitam.
"Namaku Emut-Emut...! Aku sudah berteriak, masakan kau tidak mendengar. Kau
rada-rada tuli ya..."!"
"Eh! Kurang ajar sekali mulut kadal bunting ini!" kata orang tua berjubah putih
yang punggungnya berpunuk.
"Nama jelek! Belum pernah aku mendengar nama seperti itu! Jangan-jangan kau
mengejek aku hah"!" Orang tua berjubah hitam dan berambut awut-awutan membentak.
"Namaku memang itu. Aku tidak dusta! Soal jelek atau bagus kenapa kau
mengurusi"! Namamu sendiri siapa" Mungkin lebih jelek dari aku! Hik... hik... hik!"
"Ooooo! Memang perempuan sialan!" Orang tua yang menjambak kembali hendak
menampar. Kali ini perempuan hamil itu pergunakan kedua tangannya untuk
melindungi muka dan kepalanya, membuat si orang tua batalkan niatnya menampar.
"Kau tak mau bilang namamu, pasti memang namamu lebih jelek dariku! Hik...
hik... hik! Betul 'kan"!"
Si jubah hitam keluarkan suara menggereng saking marahnya. "Bilang cepat apa
keperluanmu datang ke puncak Gunung Merbabu ini"! Atau kupuntir kepalamu saat
ini juga!" "A... aduh biung! Bagaimana ini"! Tadi kau mau copot lidahku, mau copot
kepalaku, sekarang mau memuntir! Apa kau kira kepalaku buah kelapa" Hik... hik...
hik!" Orang yang menjambak kepalkan tinjunya, pukulannya di arahkan pada perut.
"Tobat biung! Jangan pukul! Aku akan bilang! Aku kemari mencari bapak bayiku!"
kata perempuan hamil mengaku bernama Emut-Emut.
"Mencari bapak bayimu..."! Orang berjubah hitam tampak heran besar, begitu juga
kawannya si mata buta merah yang bersorban dan berpunuk.
"Perempuan geblek! Kalau mau bicara dan berbuat gila jangan di tempat ini!"
bentak orang tua bersorban.
"Eh, bagaimana kalian ini! Kalian bertanya memaksa! Aku sudah katakan
maksudku datang kemari. Sekarang kalian bilang aku perempuan geblek, bicara dan
berbuat gila! Siapa yang geblek! Siapa yang gila"! Hayooo!" Emut-Emut tampaknya


Wiro Sableng 083 Wasiat-iblis di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

marah sekali. Dia menyentakkan kepalanya hingga cekalan orang tua berjubah hitam
terlepas. Ini membuat orang tua itu terkejut dan berbisik pada temannya. "Tadi
sikapnya bodoh-bodoh ketakutan. Tapi sekarang dia mampu melepaskan jambakan. Agaknya
perempuan bunting ini punya sesuatu tersembunyi!"
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version
http://www.softwarelabs.com
Bastian Tito Serial Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 Wiro Sableng
Wasiat Iblis Mendengar bisikan temannya si buta mata merah yang diam-diam juga meyakini
kalau Emut-Emut memiliki kepandaian berusaha membujuk dengan berkata: "EmutEmut, harap maafkan temanku. Dia tidak bermaksud menghinamu..."
"Sudah! Aku tidak mau bicara lagi pada kalian. Aku mau duduk di atas batu sana.
Aku letih..."
"Tunggu dulu Emut-Emut..."
"Aku bilang tidak mau bicara lagi pada kalian. Kecuali kalau kalian mau
memberitahu nama kalian masing-masing!"
"Hemm..." gumam si jubah hitam. "Kami tak bisa memberitahu!"
"Kalian tidak jujur. Pasti ada urusan tidak baik di tempat ini. Coba beritahu
siapa kalian berdua adanya!"
"Siapa kami berdua tidak perlu kau pertanyakan...!" kata lelaki bermata merah dan
berpunuk. "Hemmm...begitu" Baik! Kalau kalian tidak mau memberi nama biar aku yang
memberikan!" kata Emut-Emut pula sambil senyum-senyum. Dia menuding dengan ibu
jarinya pada lelaki buta mata merah dan bersorban. "Kau duluan. Aku beri nama Si
Buta Konyol...hemmm kurang tepat. Sudah kau kunamakan saja Si Onta Putih. Kau suka"
Hik... hik... hik!"
"Kurang ajar!" orang berpunuk kelihatan merah padam wajahnya.
"Kenapa marah" Setahuku hanya onta yang punya punuk. Kau mengenakan jubah
putih dan punya punuk. Jadi Onta Putih nama yang betul-betul cocok buatmu!
Kecuali kalau kau suka nama Si Buta Konyol! Hik... hik... hik!" Habis tertawa panjang EmutEmut berpaling dan tudingkan ibu jarinya pada di jubah hitam berambut awutawutan. "Ada nama bagus untukmu. Kau mau tahu" Kau kuberi nama hemm... Si Rambut... Ah,
itu nama jelek. Kurang pantas. Sudah, kuberi saja kau nama Si Bau Pesing! Hik...
hik... hik...!" "Setan alas!" teriak si jubah hitam marah sekali.
"Eh, jangan marah dulu! Itu nama yang sangat cocok buatmu! Kusebut kau begitu
karena jubahmu sebelah bawah memang bau pesing! Kalau tidak percaya silahkan
cium sendiri!" Emut-Emut membungkuk hendak memegang bagian jubah sebelah bawah tapi
dia berseru keras ketika orang tua itu tiba-tiba tendangkan kaki ke arah
perutnya. "Kejam sekali! Kau hendak membunuh bayi dalam kandunganku!" Meski
terhuyung-huyung namun Emut-Emut masih bisa mengelakkan tendangan tadi.
Ketika Si Bau Pesing hendak menyerang lagi kawannya Si Onta Putih memegang
lengannya dan berbisik. "Orang ini aneh. Dia mampu mengelakkan seranganmu.
Baiknya biar kita korek dulu keterangan dari dia..."
"Kurasa lebih baik menghajarnya lebih dulu, nanti mulutnya nyerocos sendiri!"
jawab Si Bau Pesing.
"Sudah...! Biar aku yang bicara!" tukas Onta Putih. Sambil mengangkat tangan
kirinya dia berkata. "Emut-Emut, kau bilang datang kemari mencari suamimu..."
"Siapa bilang mencari suami"!" Emut-Emut cemberut.
"Bagaimana kau ini! Tadi kau sendiri bilang..." suara Onta Putih menunjukkan
rasa jengkel. Emut-Emut gelengkan kepalanya keras-keras sambil tangan kanannya digoyanggoyang. "Aku kemari mencari bapak jabang bayi yang ada dalam perutku. Bukan
suami! Kalau suami berarti aku pernah dinikah baru dibikin hamil! Tapi yang terjadi aku
dibuat gendut duluan tanpa dinikah!"
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version
http://www.softwarelabs.com
Bastian Tito Serial Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 Wiro Sableng
Wasiat Iblis Si buta Onta Putih dan Si Bau Pesing saling pandang lalu kedua orang tua ini
sama tertawa gelak-gelak. Sambil mengusap matanya yang basah akibat tertawa Onta
Putih berkata. "Baiklah, kau bilang datang kemari mencari bapak bayi dalam perutmu
itu. Mengapa mencari ke sini" Apa kau yakin dia tinggal di sini?"
"Dia memang tidak tinggal di sini. Tapi aku tahu dia bakal berada disini.
Kalaupun belum datang aku akan menunggu sampai dia muncul. Atau sebaiknya aku menggeledah
rumah itu!" Emut-Emut hendak melangkah ke arah rumah kayu tapi orang tua
berjubah hitam yang diberi nama Si Bau Pesing cepat menghalangi seraya berkata. "Kami
tidak mengizinkan kau masuk ke dalam rumah itu!"
"Betul!" menimpali Onta Putih. "Kau tahu siapa bapak jabang bayimu itu"
Maksudku kau tahu namanya"
"Tentu saja aku tahu! Memangnya kau kira aku mau-mauan bikin anak sama setan
yang tidak punya nama"! Ceplos Emut-Emut seenaknya.
"Siapa" Siapa nama bapak bayimu?" tanya Onta Putih pula.
"Orangnya masih muda. Rambutnya gondrong segini..." Emut-Emut melintangkan
tangan kirinya di pangkal leher. "Tampangnya lumayan, tidak jeleklah.... Tubuhnya
tegap. Dia suka cengengesan...."
"Sudah! Aku tidak mau dengar, tidak mau tahu semua itu! Katakan saja siapa
namanya!" bentak orang tua berjubah hitam kesal sekali.
"Namanya... Hemmm... Namanya Wiro Sableng. Tapi dia tidak sableng
sungguhan. Hik... hik... hik! Katanya dia menyandang gelar Pendekar Kapak Maut Naga
Geni 212..."
Baik Si Bau Pesing maupun Si Onta Putih sama-sama mundur satu langkan saking
kagetnya mendengar nama dan gelar yang disebutkan Emut-Emut itu.
"Eh, paras kalian berubah! Nah... nah! Jangan-jangan kalian kenal pemuda itu....
Jangan-jangan dia memang sembunyi dalam rumah sana..."
* * * PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version
http://www.softwarelabs.com
Bastian Tito Serial Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 Wiro Sableng
Wasiat Iblis SEPULUH EMUT-Emut bergegas melangkah menuju bangunan kayu tapi orang tua berjubah hitam
cepat menahan dadanya dengan telapak tangan kiri. Ketika perempuan hamil itu
memaksa maju, si orang tua mendorongnya dengan keras hingga di hampir terjengkang jatuh
terduduk di tanah.
"Bau pesing! Kenapa kau mencegahku masuk ke dalam rumah! Pasti pemuda
bapak anak ini ada di situ! Kau berusaha melindunginya! Kau barusan malah mau
mendorongku! Kalau aku jatuh dan anakku brojol di sini apa kau mau tanggung
jawab"!"
"Jangan nyerocos dan bicara ngaco terus! Katakan lagi siapa nama pemuda yang
katamu menghamili dirimu itu"!"
"Aku sudah menyebutnya tadi. Cukup keras. Apa kau tuli atau budek"!" ujar EmutEmut. "Jangan sampai kutampar kau sekali lagi! Aku tidak main-main! Kau tadi
menyebut Wiro Sableng..."
"Nah kau tahu, berarti kau sudah dengan! Mengapa bertanya lagi "!"
"Orang yang kau cari tidak ada disini!" kata Si Onta Putih.
"Matamu buta, bagaimana kau bisa melihat!" sentak Emut-Emut. "Melihat dirimu
sendiri kau tak mampu, mana mungkin melihat orang lain!"
Kakek buta bermata merah cuma ganda tertawa lalu menjawab. "Mata lahirku
memang buta. Tapi mata batinku lebih tajam dari matamu!"
Ucapan ini membuat Emut-Emut jadi melengak. "Ucapannya itu mengingatkanku
pada orang itu. Tapi ah... Keadaannya jauh berbeda. Atau mungkin...?"
Di hadapannya tiba-tiba orang tua berjubah berteriak.
"Dia datang membawa fitnah! Fitnah besar dan keji!"
"Mulutmu yang keji!" tukas Emut-Emut. "Aku tetap akan menyelidik ke dalam
rumah!" perempuan hamil ini kembali memaksa maju. Tapi lagi-lagi si orang tua
menahannya dengan mendorongkan telapak tangan ke dada. Sekali ini Emut-Emut
habis sabarnya. "Orang tua, aku tidak tahu apa kau laki-laki atau perempuan. Tapi
memegang dada orang adalah perbutan kurang ajar! Kalau kau lelaki berarti kau tua bangka
cabul! Kalau kau perempuan sama denganku berarti kau doyan manusia satu jenis! Ih....
Jijik aku jadinya!" Mata Si Bau Pesing seperti menyala. Tangan kanannya diangkat. Tinjunya dikepal.
"Lekas angkat kaki dari sini kalau tidak mau kupecahkan kepalamu!"
"Dasar manusia bau pesing! Kau saja yang pergi duluan!"
Emut-Emut tarik tangan kiri si orang tua kuat-kuat. Sambil jatuhkan diri ke
belakang dia hunjamkan kaki kanan ke perut Si Bau Pesing itu lalu menendang!
Orang tua berjubah hitam berteriak keras. Kawannya Si Onta Putih keluarkan
seruan tertahan. Orang yang diberi nama Si Bau Pesing itu bukan orang
sembarangan. Namun dia sama sekali tidak menyangka kalau orang hamil besar seperti Emut-Emut
bisa menarik dan menendang tubuhnya demikian rupa hingga membuatnya mencelat mental.
Sambil menahan sakit si jubah hitam melayang turun dan berteriak. "Tendangan
dibalas tendangan!"
"Wuttt!"
Kaki kanannya menderu ke arah kepala Emut-Emut. Angin deras ikut menyambar
dari bawah jubahnya. Emut-Emut keluarkan suara seperti mau muntah lalu
berteriak. "Gila! Bau pesing!" Tangan kirinya dipergunakan untuk menutup hidung. Lalu
sambil berguling menghindari tendangan dia lepaskan pukulan jarak jauh tangan kanan!
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version
http://www.softwarelabs.com
Bastian Tito Serial Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 Wiro Sableng
Wasiat Iblis Di udara orang tua berjubah hitam kembali terkejut. "Edan! Perempuan bunting itu
memiliki pukulan hebat mengandung tenaga dalam tinggi! Eh, aku rasa-rasa tahu
pukulan apa yang dilepaskannya!" Namun Si Bau Pesing ini tidak bisa berfikir panjang
karena dia harus selamatkan diri dari hantaman serangan lawan. Dia cepat melesat ke kiri,
jungkir balik di udara lalu menghantam dengan kedua tangan sekaligus!
"Bummmm! Bummmm!"
Puncak Gunung Merbabu bergetar. Tanah, pasir dan kerikil-kerikil kecil
berlesatan ke atas. Di tempat itu sekarang kelihatan dua buah lobang besar, bekas dua
pukulan yang tadi dilepaskan si jubah hitam. Menjejakkan kaki di tanah orang tua ini
memandang berkeliling. "Kurang ajar! Berani dia mempermainkan aku! Mana dia"!"
"Bau Pesing! Aku ada di sini! Kalau kau turunan monyet dan pandai memanjat ayo
naik dan kejar aku ke atas!"
Orang tua berjubah hitam mendongak ke atas. Emut-Emut ternyata duduk berjuntai
di cabang sebatang pohon tak seberapa tingginya sambil uncang-uncang kaki dan
tertawa cengengesan. "Perempuan bunting anjing kurap! Perlu apa aku capaikan diri mengejarmu ke atas
sana. Cukup dari sini aku bisa memanggang tubuhmu!" Orang tua berjubah hitam
berteriak geram lalu angkat tangan kanannya, siap lepaskan satu pukulan dahsyat. Meski
pukulan belum dilepaskan tapi hawa panas sudah menghampar di tempat itu. Namun kawannya
Misteri Tirai Setanggi 2 Pendekar Slebor 03 Mustika Putri Terkutuk Kisah Sepasang Rajawali 18

Cari Blog Ini