Ceritasilat Novel Online

Lembah Akhirat 1

Wiro Sableng 093 Lembah Akhirat Bagian 1


Wiro Sableng - Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Karya Bastian Tito
________________________________________________________________________________
__ SATU ayangan putih yang berkelebat di malam gelap dan dingin itu tiba-tiba lenyap
laksana ditelan bumi. Beberapa saat kemudian satu bayangan lagi muncul di tempat itu.
BSambil mengusap keringat yang membasahi keningnya orang ini memandang
berkeliling. Ternyata dia seorang pemuda berwajah tampan, berkumis tipis,
mengenakan pakaian serba merah. Sehelai kain hitam menutupi kepalanya sampai ke kening.
"Heran, apa dia punya ilmu amblas ke dalam tanah" Barusan saja aku masih melihat
dia berada di depanku. Bagaimana tahu-tahu lenyap tanpa bekas?" Orang yang
berkata dalam hatinya itu memandang berkeliling. "Malam gelap sekali. Tapi mataku tak
bisa ditipu. Tak ada pohon besar untuk bersembunyi. Tak ada semak belukar untuk
mendekam. Aneh...." Orang ini lalu melangkah ke kiri. Dari sini dia membuat gerakan memutar. Tetap
saja orang yang tadi diikutinya tidak kelihatan. "Apa aku meneruskan perjalanan saja
menuju Kutogede. Bagaimana kalau berpapasan lagi dengan guru. Seperti kejadian beberapa
hari lalu. Hampir aku kepergok olehnya! Kalau dia sampai menemuiku bakalan celaka
diriku! Selain itu aku harus memberitahukan satu hal penting pada orang yang kukejar
tapi lenyap begitu saja!"
Sambil bicara dalam hati, sepasang mata orang ini terus memandang kian kemari.
Apa yang dicarinya tidak kelihatan. Sesaat dia merasa bingung. Apa akan terus
mencari orang yang tadi dikejarnya atau meneruskan perjalanan saja. Selagi dia
menimbang- nimbang begitu tiba-tiba dari sebuah lobang sedalam pinggang yang nyaris tak
kelihatan karena tenggelam dalam kegelapan malam yang sangat pekat menyambar serangkum
angin dahsyat. Menghantam ke arah pemuda berpakaian merah yang tegak di tempat terbuka
itu. Meski terkejut mendapat serangan tak terduga itu namun karena sebelumnya dia
telah berlaku waspada maka begitu sambaran angin yang sanggup menghancurkan batu
mematahkan pohon besar itu menderu ke arahnya, pemuda berbaju merah melompat ke
udara. Dengan sudut matanya dia telah melihat dari mana datangnya serangan gelap
itu. Karenanya begitu melayang turun pemuda ini balas melepas pukulan tangan kosong
mengandung tenaga dalam tinggi, diarahkan ke lobang di kegelapan.
"Wusss!"
"Byarrr!"
Lobang terbongkar. Tanah laksana berubah jadi air dan muncrat ke udara. Dalam
gelap terdengar suara orang memaki lalu samar-samar tampak bayangan putih
melayang ke udara. Pemuda berbaju merah mengikuti gerakan tubuh yang melayang. Ketika dia
hendak menghantam kembali tiba-tiba dia melihat ada sebuah benda melesat di udara.
Sebelum dia sempat melihat jelas, tahu-tahu sekujur tubuhnya telah dilibat ikatan benang
halus berwarna putih. "Ah! Memang dia rupanya!" kata pemuda berpakaian merah begitu dia
mengenali benda apa yang mengikatnya hingga dia tak mampu bergerak barang sedikit pun.
Tiba-tiba dari arah kegelapan benang putih halus itu dikedut orang. Tak ampun
lagi tubuh si pemuda melesat ke udara. Lalu laksana layang-layang ditarik ke bawah
hingga menghunjam tajam ke arah tanah. Bersamaan dengan itu dari kegelapan terdengar
orang berteriak. Lembah Akhirat 1
Wiro Sableng - Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Karya Bastian Tito
"Makan tanganku! Jebol batok kepalamu!"
"Astaga! Dia hendak membunuhku!" ujar si pemuda. Dalam keadaan terikat dan
melayang begitu rupa dia coba gerakkan badannya ke kiri seperti gelondongan
kayu. Tapi orang di dalam gelap lebih cepat menyentakkan benang yang mengikat tubuhnya.
Akibatnya sernakin deras dirinya tertarik ke bawah, kepala lebih dulu! "Celaka!
Hancur kepalaku!"
"Kek! Jangan bunuh diriku!"
"Eeee anak gila! Walau gelap aku tidak buta! Orang berpakaian merah yang
menguntitku sejak dari pantai dua hari lalu ini adalah seorang pemuda! Tapi
mengapa suaranya seperti perempuan" Apa masih ada banci di dunia ini"!"
"Kek! Aku Puti Andini! Jangan...."
"Anak setan kurang ajar! Akan aku rotan kau sampai seribu kali!" "Dettt...
dettt... dettt!" Benang halus putih kembali dikedut orang sampai tiga kali. Sosok orang
berpakaian merah melayang berputar satu kali. Kalau tadi tubuhnya menghunjam deras ke tanah
maka kini tubuh itu laksana layang-layang yang diturunkan bergerak ke bawah perlahanlahan dan akhirnya tergolek menelentang di tanah.
"Gadis nakal! Terlambat kau mengatakan siapa dirimu, nyawamu tak ketolongan!
Apa yang kau lakukan itu" Kau sengaja mencari mati"!" Seorang tua berpakaian
putih berkepala botak plontos muncul di samping Puti Andini yang menyamar sebagai
seorang pemuda. "Kek, buka dulu ikatan Benang Kayanganmu. Nanti aku terangkan...." "Kau
kira aku tak tahu sejak dua hari lalu kau menguntitku terus menerus...!" "Betul, tapi
buka dulu ikatan benang saktimu. Aku sulit bernafas!"
"Itu hukuman agar kau tahu rasa!" jawab orang dalam gelap. Lalu dia gerakkan
tangannya dua kali. Benang sakti yang melibat tubuh orang yang terhampar di
tanah secara aneh terbuka. Orang ini segera membuka kain lebar yang menutupi kening dan
kepalanya. Begitu penutup kepala terbuka maka terlepaslah rambut panjang yang sebelumnya
tergulung. Lalu tangannya bergerak menanggalkan kumis tipis yang menghias bagian
atas bibirnya. Serta merta wajahnya yang tadi kelihatan seperti wajah pemuda tampan
dan halus kini berubah menjadi wajah seorang gadis cantik berambut panjang. Dengan cepat
gadis ini melompat tegak dan menjura.
Orang tua yang berdiri di depannya keluarkan tawa mengekeh.
"Hebat juga dandanan penyamaranmu! Sekarang ayo katakan mengapa kau
menguntit membayangiku terus menerus! Apa kau tidak sadar itu pekerjaan
berbahaya yang membuatku bisa salah menurunkan tangan maut"! Kau tahu banyak orang yang
ingin membunuhku sejak beberapa waktu belakangan ini!"
"Maafkan aku Kek. Aku tadinya masih meragukan apa kau yang aku ikuti selama
beberapa hari ini benar-benar kakekku Tua Gila. Soalnya penyamaranmu jauh lebih
hebat dariku!" Orang tua berkepala botak tertawa terkekeh-kekeh. Tangan kirinya bergerak ke
bagian belakang kepala. Sekali dia menarik maka terlepaslah satu topeng tipis
yang membungkus muka dan kepalanya. Kini kelihatanlah wajahnya yang asli. Wajah
seorang kakek cekung keriput. Sepasang matanya memiliki rongga dalam dan sangat lebar.
Rambutnya, kumis dan janggutnya yang putih panjang melambai-lambai ditiup angin.
Ternyata dia adalah tokoh rimba persilatan yang dikenal dengan julukan Tua Gila
alias Lembah Akhirat 2
Wiro Sableng - Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Karya Bastian Tito
Pendekar Gila Patah Hati dan di masa mudanya juga dikenal dengan julukan Iblis
Gila Pencabut Jiwa. "Kita sama-sama menyamar. Tentu punya alasan. Apa alasanmu Cucuku?" tanya Tua
Gila pada Puti Andini yang memang adalah cucunya sendiri. Seperti dituturkan
dalam Episode I (Tua Gila Dari Andalas) dari hubungan cintanya dengan Sabai Nan Rancak
di masa muda lahirlah seorang anak perempuan yang diberi nama Andam Suri. Anak ini
kemudian kawin dengan Datuk Paduko Intan. Ketika melahirkan Puti Andini, Andam
Suri meninggal dunia. Datuk Paduko Intan melenyapkan diri. Ternyata dia telah menjadi
searang Raja kecil di sebuah kerajaan pulau Sipatoka. Dari istrinya yang kedua Datuk
Paduko Intan dikarunia seorang putera yakni Datuk Pangeran Rajo Mudo. Kalau tidak tersesat ke
pulau Sipatoka itu seumur hidup Tua Gila tak akan pernah bertemu dengan bekas menantu
dan puteranya yang berarti adalah juga cucunya.
"Puti Andini, kau belum mengatakan mengapa kau menyamar dan meninggalkan
pulau Andalas?"
"Tak lama setelah Datuk Angek Garang meninggalkan Andalas, guruku Sabai Nan
Rancak juga berangkat. Dia berpesan agar aku segera kembali ke Singgalang. Tapi
setelah ditinggal sendirian aku merasa apa gunanya mendekam di gunung itu. Walau aku
mendapat pengalaman pahit di tanah Jawa sebelumnya tapi perasaan hatiku
mendorongku untuk kembali ke sini. Untuk menghindarkan segala macam urusan yang tidak
diduga, terutama jangan ketahuan guru aku terpaksa menyamar..., Nah sekarang giliranmu
Kek menceritakan mengapa kau menyamar jadi kakek botak!"
Tua Gila tertawa lebar lalu berkata. "Aku tahu perasaan hati yang mana yang
paling keras mendorongmu untuk kembali ke tanah Jawa ini. Kau ingin menemui muridku si
sableng itu bukan?" Tua Gila tertawa mengekeh melihat paras Puti Andini menjadi
merah. "Kau jangan mengganggu aku Kek!" kata si gadis seraya memalingkan wajahnya ke
jurusan lain. "Ayo lekas kau ceritakan apa sebabnya kau menyamar." "Banyak orang yang
ingin membunuhku. Kau tahu sendiri. Salah seorang diantaranya adalah gurumu Sabai Nan
Rancak. Kemanapun aku pergi maut selalu membayangi. Aku tidak takut mati. Tapi
ada beberapa urusan yang perlu aku selesaikan kalaupun kelak aku harus mati. Di
tengah perjalanan menuju kesini aku mendapat kabar dari seorang sakti di kawasan laut
selatan bahwa satu malapetaka telah menimpa muridku Wiro Sableng. Bahaya besar mengancam
dirinya. Selama seratus hari dia akan kehilangan semua ilmu silat dan
kesaktiannya. Aku
harus melakukan sesuatu untuk menolongnya. Celakanya dimana dia berada belum ku
ketahui. Kemungkinan dia berada di Gunung Gede tempat kediaman gurunya. Sebelum
menuju ke sana aku akan menyelidik dulu barang beberapa hari...."
"Aku dapat membayangkan kesulitan besar yang kau hadapi Kek. Kalau saja aku bisa
menolong...." Puti Andini terdiam sesaat. Lalu dia bertanya. "Bagaimana dengan
Malin Sati, muridmu itu Kek?"
Wajah Tua Gila langsung berubah mengelam. Rahangnya menggembung dan
pelipisnya bergerak-gerak. "Anak malang ..." desah si kakek. "Setelah kusadari
dirinya hanya tinggal tubuh kasar, anak itu aku kuburkan di sebuah pulau...."Sampai di
sini Tua Gila hentikan penuturannya. Dalam hati dia bertanya-tanya apakah akan
diceritakannya pertemuannya dengan Rajo Tuo Datuk Paduko Intan yang adalah ayah kandung cucunya
itu. Juga tentang Datuk Pangeran Rajo Mudo yang merupakan saudara satu ayah Puti
Lembah Akhirat 3
Wiro Sableng - Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Karya Bastian Tito
Andini. "Urusan nanti bisa panjang. Aku khawatir. Untuk sementara biar aku
rahasiakan dulu ihwal orang-orang itu pada gadis ini...."
Wajah Tua Gila tampak berkerut. Dia seperti merenung.
Karena lama orang tua itu tidak kunjung membuka mulut maka Puti Andini lalu
berkata. "Kek, tak lama setelah aku menginjakkan kaki di Jawa ini aku menyirap
kabar tentang adanya sebuah kitab maha sakti disebut Kitab Wasiat Malaikat. Konon
kitab itu berada di tangan Datuk Lembah Akhirat yang diam di sebuah lembah bernama Lembah
Akhirat. Aku pernah tahu tentang Kitab Wasiat Iblis dan Kitab Putih Wasiat Dewa.
Katanya Kitab Wasiat Malaikat ini jauh lebih hebat dari dua kitab itu. Menurut kabar,
Datuk Lembah Akhirat akan memberikan kitab sakti itu pada siapa saja yang dianggapnya cocok.
Apa kau pernah tahu hal ihwal Kitab Wasiat Malaikat itu Kek?"
"Aku memang mendengar berita itu. Bahkan apa yang ku dengar kitab itu hanya
akan diberikan pada orang yang berjodoh tapi harus dari golongan putih. Lalu
kabarnya telah jatuh beberapa korban dalam memperebutkan kitab tersebut. Bagaimana
urusannya kurang jelas bagiku. Aku tidak tertarik untuk mendapatkannya karena urusanku
jauh lebih penting. Apa kau berniat mencarinya?" tanya Tua Gila.
"Mungkin.... Siapa tahu aku berjodoh" jawab Puti Andini.
"Mudah-mudahan kau memang berjodoh mendapatkannya. Namun jika kau suka
dan jika kau ada niat hendak menolong muridku Pendekar 212, ada satu hal yang
bisa kau lakukan." Mendengar disebutnya Pendekar 212 sepasang mata si gadis kelihatan membesar dan
mengeluarkan cahaya. "Kek, aku akan melakukan apa saja untuk menolong muridmu
itu. Katakan apa yang kau ingin aku lakukan."
"Puluhan tahun silam ketika aku dan Sinto Gendeng masih sama-sama menuntut
ilmu sebagai saudara satu guru kami diwarisi dua senjata mustika sakti. Yang


Wiro Sableng 093 Lembah Akhirat di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pertama adalah sebilah pedang putih disebut Pedang Naga Suci 212. Senjata kedua berupa
sebilah kapak bermata dua disebut Kapak Naga Geni 212. Sinto Gendeng memilih Kapak Naga
Geni 212 dan dia berhasil mendapatkannya. Padahal senjata itu seharusnya cocok untuk
diriku yang laki-laki. Aku berembuk dengan Sinto Gendeng agar kapak diserahkan padaku
dan dia mengambil pedang saja. Tapi waktu itu kami sudah berseteru karena aku berlaku
culas dalam bercinta dengan dirinya. Sinto Gendeng melenyapkan diri membawa Kapak Naga
Geni 212 dan sekaligus menyembunyikan Pedang Naga Suci 212 di suatu tempat.
Bertahun- tahun aku berusaha mencari pedang itu tapi sulit dijajagi dimana beradanya.
Ketika akhirnya aku mengetahui letak penyimpananya, aku tidak berminat lagi. Sekarang
kurasa tiba saatnya aku menyelusuri lagi keberadaan pedang sakti itu. Namun bukan untuk
diriku dan aku tidak punya waktu untuk mencarinya. Mungkin kau berjodoh dengan Pedang
Naga Suci 212 itu ...."
Puti Andini terbelalak mendengar kata-kata Tua Gila itu. "Mungkinkah aku salah
dengar atau orang tua ini yang salah bicara?" pikirnya. "Pedang maha sakti itu
hendak diberikannya padaku"!"
* * * Lembah Akhirat 4
Wiro Sableng - Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Karya Bastian Tito
________________________________________________________________________________
__ DUA ua gila menatap paras gadis di depannya beberapa lama lalu bertanya. "Mengapa
kau terbelalak" Kau kira aku main-main"'' Polos saja Kek, mengapa kau mau
Tmenyerahkan senjata itu padaku?" tanya Puti Andini.
"Hemmm.... Itu rupanya yang ada dalam benakmu. Baik aku tua bangka ini akan
coba menjawab. Hik... hik... hik!" Tua Gila tertawa dulu baru meneruskan
ucapannya. "Pertama aku sudah tua, sudah bau tanah, tinggal menunggu datangnya malaikat
maut saja. Suat apa aku menghabiskan waktu mencari Pedang Naga Suci 212" Apa aku masih mau
jadi jagoan" Ha... ha... ha! Kedua Pedang Naga Suci 212 itu dirancang untuk
perempuan. Aku tak
mau dikatakan banci karena memakai pedang perempuan. Hik... hik... hik! Yang
ketiga daripada senjata itu kuberikan pada orang lain bukankah lebih baik aku berikan
padamu cucuku sendiri" Hal ke empat, dulu kau dikenal dengan julukan Dewi Payung Tujuh.
Gadis cantik sakti bersenjata tujuh buah payung. Sejak senjatamu dihancurkan musuh
kini kulihat kau tidak lagi memiliki senjata lain...."
"Aku akan menemui seorang ahli pembuat payung di pantai utara Jawa,"
menerangkan Puti Andini.
"Itu bagus. Namun rasanya lebih baik kalau tujuh buah payung itu kau ganti
dengan sebilah pedang. Apa kau tidak merasa berabe ke mana-mana membawa tujuh buah
payung?" Cucu Tua Gila itu mengusap pipinya beberapa kali lalu berkata. "Kek, aku mau
saja mengganti payung dengan pedang. Tapi bagaimana kalau guruku Sabai Nan Rancak
nanti menanyakan" Ilmu payung tujuh itu aku pelajari darinya."
"Ah itu urusanmu dengan dia. Bukankah kau pandai mencari akal" Ha... ha... hal"
Tua Gila lalu meneruskan. "Hal terakhir yang paling penting ialah Pedang Naga
Suci 212 memiliki daya pengobatan luar biasa. Mungkin dengan senjata itu malapetaka yang
tengah dihadapi muridku Wiro Sableng bisa dimusnahkan."
Sepasang mata Puti Andini membesar ketika mendengar nama Pendekar 212
disebutkan. "Kalau memang begitu katamu aku akan segera mencari Pedang Naga Suci
212. Namun tentu saja untuk mencari senjata itu akan memakan waktu. Apakah muridmu
bisa bertahan...?" "Itulah yang aku risaukan," jawab Tua Gila. "Tadinya aku berencana
pergi ke Gunung Gede tempat kediaman gurunya. Namun rasanya terpaksa aku batalkan. Lebih
baik aku mencari muridku lebih dulu.... Sekarang aku akan memberitahu dimana Pedang
Naga Suci 212 berada. Di dasar telaga besar Gajahmungkur!" Puti Andini tampak
terkejut. "Kek,
sesuai kabar yang aku sirap dan kalau aku tidak salah, bukankah telaga itu
berada di tempat
yang disebut Lembah Akhirat?"
Tua Gila mengangguk. "Aku tahu maksudmu. Menurut hikayat yang aku dengar,
ratusan tahun silam terjadi satu bencana alam besar. Sebuah pedataran luas di
barat daya Gunung Lawu tiba-tiba digoncang gempa dahsyat. Pedataran itu amblas ke pusar
bumi membentuk sebuah lembah luas. Sebagian dari lembah digenangi air aliran Bengawan
Solo, membentuk sebuah telaga yang kemudian diberi nama Telaga Gajahmungkur. Ratusan
penduduk tenggelam menemui ajal di telaga ini. Sebagian pedataran lagi berubah
menjadi lembah. Ternyata di sini lebih banyak penduduk yang amblas tertimbun tanah.
Orang-orang menamakan lembah ini sebagai Lembah Akhirat. Dan kini kabarnya di tempat itu
berada Lembah Akhirat 5
Wiro Sableng - Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Karya Bastian Tito
Kitab Wasiat Malaikat yang lebih hebat dari Kitab Wasiat Iblis ataupun Kitab
Putih Wasiat Dewa. Sesuai namanya maka Kitab Wasiat Malaikat hanya boleh dikuasai oleh orangorang golongan putih. Nah kalau kau berangkat ke tempat itu, aku harap kau lebih dulu
mencari Pedang Naga Suci 212. Baru mencari Kitab Wasiat Malaikat jika memang itu juga
menjadi tujuanmu...."
"Kek, Telaga Gajahmungkur itu setahuku luas bukan main. Bagaimana aku bisa
menemukan Pedang Naga Suci 212 itu?"
"Aku tidak suka mendengar ucapan seperti itu!" kata Tua Gila dengan keras dan
mata cekung membelalak. "Kita orang-orang persilatan tidak boleh mengenal kata
tidak bisa!" Puti Andini merasa kecut melihat wajah kakeknya sendiri. Melihat sikap cucunya
itu Tua Gila tertawa dan bertanya. "Memangnya kau tidak bisa berenang?" .
"Aku bisa berenang Kek. Tapi bukan itu yang aku khawatirkan. Telaga
Gajahmungkur selain luas juga dalam sekali. Mampukah aku menyelam lama untuk
mencari senjata sakti itu?"
"Pasti mampu! Kau harus menyelam walaupun sampai seribu kali! Bahkan sampai
kiamat! Jangan tinggalkan Telaga Gajahmungkur sebelum kau dapatkan Pedang Naga
Suci 212! Itu perintah dari aku kakekmul Dan kau akan kualat kalau tidak
melakukannya!"
"Aku berjanji mengikuti perintahmu itu Kek," jawab Puti Andini. "Lalu kalau
Pedang Naga Suci 212 berhasil aku temukan, di mana aku akan mencari muridmu untuk
mengobati?"
Tua Gila usap-usap janggut putihnya. "Kita membuat janji saja. Malam bulan
purnama empat belas hari yang akan datang kita bertemu di timur Telaga
Gajahmungkur. Mudah-mudahan aku telah berhasil menemukan muridku. Sekarang aku harus
pergi...."
"Tunggu dulu Kek, ada sesuatu yang perlu aku beritahu padamu," kata Puti Andini
seraya memegang lengan kakeknya.
"Hemm, ada apa lagi?" tanya Tua Gila. Sewaktu sang cucu hendak menjawab Tua
Gila angkat tangan kirinya memberi isyarat. Lalu dengan sangat perlahan dia
berkata. "Aku
punya firasat ada seseorang mendengarkan pembicaraan kita. Dia bersembunyi di
sekitar sini. Aku dapat mencium baunya ...."
Tua Gila dan juga Puti Andini memandang berkeliling. Tak kelihatan apa-.apa.
Tiba- tiba dari arah kanan terdengar suara berkeresek dan muncul satu moncong panjang
disusul tubuh gemuk yang kemudian berlari cepat dan lenyap dalam kegelapan malam.
"Hanya seekor babi hutan Kek. Apa yang perlu kau khawatirkan?" ujar Puti Andini.
Tua Gila tertawa mengekeh. "Mudah-mudahan penciumanku tidak saru dengan bau
binatang tadi.. .. Nah, kau hendak mengatakan apa Cucuku?"
"Ketika masih berada di Pulau Andalas, aku mendengar guruku Sabai Nan Rancak
dan Datuk Angek Garang berjanji bertemu pada hari tujuh bulan tujuh di bukit
Tegalrejo dekat Candi Mendut"
Mendengar disebutnya nama Datuk Angek Garang rahang Tua Gila langsung
menggembung. "Datuk keparat pembunuh muridku itu! Dia tak bakal lolos dari
kematian!"
Tua Gila gerakkan jari-jari tangan kanannya. Lima tulang jarinya terdengar
berkeretakan. "Sekarang sudah delapan hari lewat dari waktu yang kau sebutkan itu. Berarti
mereka sudah tak ada lagi di situ," kata Tua Gila pula.
Lembah Akhirat 6
Wiro Sableng - Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Karya Bastian Tito
Puti Andini gelengkan kepala. "Malam tadi tak sengaja aku melihatnya di Jenar,
tengah menuju ke utara. Jika dia memang menuju ke tempat perjanjian berarti
malam ini dia akan sampai di sana. Bukit Tegalrejo itu tak jauh dari sini Kek...."
"Cucuku, keteranganmu sangat penting artinya bagiku. Aku mengucapkan terima
kasih. Aku akan segera menyelidiki kawasan sekitar bukit itu"
"Aku ikut bersamamu Kek!"
"Tidak bisa! Apa kau lupa tugasmu" Mencari Pedang Naga Suci 212"!" "Maafkan aku
Kek," kata Puti Andini cepat. "Nah, aku pergi sekarang!" Dengan cepat Tua Gila
mengenakan kembali topeng tipisnya. Maka kembali berubahlah dia menjadi seorang
kakek kepala botak. Sekali berkelebat dia pun lenyap dari tempat itu.
Sesaat setelah Tua Gila berlalu Puti Andini segera pula hendak mengenakan kain
hitam tutupan kepala dan menempelkan kumis palsunya. Namun tiba-tiba "bettt!"
Satu bayangan hitam berkelebat. Sesosok tubuh berdiri di depan Puti Andini
membuat gadis in tersurut beberapa langkah!
"Mana dia"!" orang di depan Puti Andini membentak.
* * * Lembah Akhirat 7
Wiro Sableng - Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Karya Bastian Tito
________________________________________________________________________________
__ TIGA epasang mata membeliak memperhatikan Puti Andini mulai dari kepala sampai ke
kaki. Si gadis melihat seorang nenek berjubah hitam, berambut putih panjang
riap- Sriapan dan berwajah bulat dengan tahi lalat di dagu kiri. Sepuluh kuku jarinya
panjang dan berwarna hitam. Perempuan tua ini bukan lain adalah Sika Sure Jelantik yang
juga telah berada di tanah Jawa dalam menguntit dan mengejar Tua Gila. Sebelumnya dia telah
bertekad untuk membunuh kekasih di masa mudanya itu. Namun kemudian dia dilamun
oleh rasa serakah yakni ingin sekaligus mendapatkan Kalung Permata Kejora yang
diketahuinya berada di tangan Tua Gila. Namun ketika tahu bahwa benda itu tak
ada lagi pada Tua Gila maka dia memutuskan untuk menguntit si kakek. Sampai dia
mengetahui dimana beradanya kalung sakti tersebut baru dia akan menghabisi manusia yang
sangat dibencinya itu.
"Gadis tolol! Apa kau tuli atau gagu hingga tak menjawab pertanyaan orang"!"
Sika Sure Jelantik menghardik garang. "Mana dia" Aku dapat mencium baunya!"
"Nek.... Siapa yang kau maksudkan?" tanya Puti Andini karena mendadak ditanya
tanpa tahu ujung pangkal.
Sika Sure Jelantik hendak membentak kembali tapi kali ini dia bisa sedikit
menguasai diri. "Aku mencari seorang kakek berpakaian putih. Punya janggut putih, rambut
putih, kumis putih! Muka cekung dan mata selebar ini!" Si nenek pergunakan jari-jari
tangannya untuk membuka lebar-lebar kedua matanya.
Otak cerdik Puti Andini cepat bekerja. "Jangan-jangan nenek ini salah satu yang
pernah jadi kekasih kakekku di masa muda lalu dikecewakan. Setelah tua menjadi
musuh dan kini ingin membalaskan dendam. Hemmm... Betapa pun jahatnya Tua Gila dulu,
dia tetap kakekku. Aku harus membelanya. Biar aku mempermainkan nenek ini,
mengajaknya bicara panjang lebar, agar Tua Gila bisa lari lebih jauh...."
Puti Andini cepat menjura. "Maafkan aku tak segera menjawab. Aku masih terkejut
dengan kehadiranmu yang tiba-tiba. Pasti kau seorang berkepandaian tinggi. Aku
yang muda sekali lagi mohon maaf. Mengenai orang yang kau tanya itu aku sejak tadi
berada di sini dan tak melihat siapa-siapa...."
"Jangan dusta! Baunya masih tercium di tempat ini!" bentak Sika Sure Jelantik.
"Tadi memang ada yang muncul di sini Nek. Di sebelah sana. Lalu kabur ke jurusan
sana. Tapi bukan manusia. Seekor babi hutan gemuk!"
"Jahanam! Kutampar mulutmu, ku rusak wajahmu yang cantik baru tahu rasa! Aku
bertanya manusia mengapa kau memberikan jawaban binatang"!"
"Itulah Nek, harap kau tidak marah. Yang kulihat di sini memang hanya seekor
babi hutan. Mungkin saja orang yang kau cari itu memang lewat di sini sebelum aku
berada di tempat ini. Aku lihat kau seorang nenek yang baik. Jika aku bisa menolong pasti


Wiro Sableng 093 Lembah Akhirat di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

aku akan melakukan!"
"Anak bau kencur sepertimu ini bisanya apa!" ujar Sika Sure Jelantik masih marah
tapi sudah agak mengendur. "Kau sendiri mengapa malam-malam buta begini ada di
sini?" Puti Andini mulai bersandiwara. Dia tak segera menjawab tapi unjukkan wajah
murung. Lalu dengan suara agak tersendat dia menjawab. "Aku.... Ada tugas yang
harus Lembah Akhirat 8
Wiro Sableng - Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Karya Bastian Tito
kulakukan. Aku harus menemukan sebuah batu hitam yang kabarnya berada di dasar
Telaga Gajahmungkur...."
"Ada-ada saja kau ini! Kalau cuma sebuah batu hitam di mana pun ada. Mengapa
sampai mencari ke dasar telaga" Kau mau berapa gerobak batu hitam hah"!"
"Yang kucari bukan batu hitam biasa Nek," jawab Puti Andini. "Batu itu memiliki
mukjizat besar untuk mengobat penyakit.... Kabarnya ada di dasar Telaga
Gajahmungkur."
"Eh, memangnya siapa yang sakit?" Sika Sure Jelantik mulai tertarik.
"Ibuku..." jawab Puti Andini.
"Apa sakit ibumu sampai hanya sebuah batu yang mampu mengobatinya?"
"la menderita sakit dan sengsara batin karena ditinggal ayah. Ayah tergoda oleh
seorang gadis penghibur lalu meninggalkan ibu begitu saja sejak setahun
silam.... Aku telah
berupaya mencari dukun, tabib dan berbagai orang pandai tapi sia-sia saja.
Seorang sakti mengatakan tentang batu hitam itu. Hanya itu kini satu-satunya harapanku untuk
mengobati ibu...."
"Dasar laki-laki! Semua memang jahanam!" kata Sika Sure Jelantik pula sambil
mengepalkan tinju.
Puti Andini menyeka matanya dengan ujung baju merah dan memperkeras
isakannya. "Jangan menangis! Aku paling tidak suka melihat orang menangis! Apa lagi
perempuan! Itu sebabnya lelaki mencemoohkan kita sebagai makhluk lemah! Setan
betul!" "Aku menangis bukan karena apa Nek. Tapi karena aku sangat khawatir tak bakal
pernah bisa mendapatkan batu hitam pengobat ibuku itu."
"Eh, mengapa begitu" Bukankah kau sudah tahu batu itu berada di dasar Telaga
Gajahmungkur?"
"Betul Nek. Tapi telaga itu luas dan dalam sekali. Walau aku bisa berenang tak
mungkin aku sanggup menyelam berlama-lama...."
Dua bola mata Sika Sure Jelantik membesar. "Anak ini seperti tahu aku punya
kepandaian menyelam dalam air. Jangan-jangan dia sengaja hendak mengajakku...."
"Nek, mengapa kau memperhatikan aku melotot begitu rupa?" tanya Puti Andini
sedih. "Tidak, tidak apa-apa," jawab Sika Sure Jelantik.
"Kalau begitu izinkan aku pergi. Aku harus mencari batu itu sampai dapat...."
"Tunggu dulu...!" Si nenek berkata.
"Kau ingin mengatakan sesuatu Nek?"
"Aku akan memberikan satu ilmu kepandaian padamu. Tapi hanya punya kekuatan
selama seratus hari...."
Puti Andini unjukkan wajah kaget. "Ilmu... ilmu apa yang hendak kau berikan
padaku Nek?"
"Agar kau bisa berada dalam air dalam waktu lama. Agar kau bisa menyelam sampai
ke dasar telaga dan mencari serta mendapatkan batu hitam pengobat ibumu itu!"
"Nek, kau tidak main-main atau bagaimana" Kita baru saja kali ini bertemu tapi
kau hendak memberikan ilmu kepandaian...."
"Sudahlah, jangan banyak bertanya! Sebelum ilmu itu aku berikan padamu kau harus
berjanji! Setelah ibumu sembuh kau harus mencari ayahmu, memintanya kembali pada
ibumu...."
Lembah Akhirat 9
Wiro Sableng - Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Karya Bastian Tito
"Aku akan lakukan petunjukmu itu Nek. Tapi bagaimana kalau ayahku menolak?"
"Kau harus membunuhnya! Laki-laki seperti ayahmu itu harus disingkirkan dari
muka bumi! Jika kau tidak bersedia mengikat perjanjian, ilmu itu tidak akan
kuberikan...."
Puti Andini pura-pura termenung. Sejurus kemudian dia menganggukkan kepala.
"Aku berjanji Nek."
"Satu hal perlu kau ketahui. Begitu ilmu itu masuk ke dalam tubuhmu kau akan
tergeletak pingsan selama satu hari satu malam di tempat ini...."
Paras Puti Andini jadi berubah. "Kalau begitu.... Maukah kau menolong meletakkan
aku di tempat yang aman" Aku khawatir kawasan ini banyak celengnya. Bisabisa...." "Jangan terlalu banyak meminta. Kalau kau sudah kuberi ilmu dan kau pingsan,
bukan urusanku lagi mengurus dirimu! Katakan kau mau ilmu itu atau tidak"
Terserah!"
"Baik Nek, bagaimana menurutmu sajalah!" jawab Puti Andini.
"Sekarang mendekat ke sini!"
Murid Sabai Nan Rancak itu melangkah ke hadapan Sika Sure Jelantik.
"Dongakkan kepalamu dan pejamkan mata!" perintah si nenek selanjutnya seraya
melipat jari telunjuk dan jari tengah tangan kanannya.
Puti Andini lakukan apa yang dikatakan si nenek. Begitu dia mendongak dan
pejamkan mata tiba-tiba dia merasakan ada dua benda tumpul menekan dan menutup
sepasang lobang hidungnya. Satu aliran hawa dingin mengalir masuk ke dalam jalan
pernafasannya. Kepalanya terasa mau pecah. Lidahnya terjulur dan sepasang bola
matanya seperti mau melompat dari rongganya. Gadis ini keluarkan pekik kesakitan lalu
roboh tak sadarkan diri. Sika Sure Jelantik menghela nafas dalam. Dia membungkuk mengusap wajah Puti
Andini hingga mata dan mulutnya terkatup kembali. Tiba-tiba seolah baru sadar si
nenek berkata. "Tololnya diriku. Aku sama sekali tidak menanyakan namanya! Ah
sudahlah" Si
nenek pandang wajah gadis itu sekali lagi lalu tinggalkan tempat itu.
* * * Lembah Akhirat 10
Wiro Sableng - Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Karya Bastian Tito
________________________________________________________________________________
__ EMPAT atu pemandangan luar biasa tampak di hutan Delanggu. Sebuah tandu besar terbuat
dari lima buah batang pohon kelapa dipanggul oleh empat orang kakek bertubuh
Stinggi kerempeng. Gerakan mereka lincah dan cepat menyeruak di antara semak
belukar dan kerapatan pepohonan. Padahal lima batang kelapa itu beratnya bukan
main. Apalagi diatas tandu itu kelihatan bergelung sesosok tubuh gemuk luar biasa.
Suara dengkurnya yang berkepanjangan menandakan si gendut ini tengah tertidur lelap.
Namun anehnya sebuah pipa panjang yang mencantel di sela bibirnya terus saja
mengepulkan asap,
menebar bau tembakau yang tidak sedap. Siapakah adanya orang gemuk yang ditandu
oleh empat kakek kurus itu" Dia bukan lain adalah Si Raja Penidur, dedengkot dunia
persilatan yang sulit dijajagi ilmunya. Selama hidupnya yang puluhan tahun dia lebih banyak
tidur daripada melek. Sebenarnya jarang dia pergi ke mana-mana. Kalau dia terpaksa
meninggalkan tempat kediamannya maka berarti ada satu hal penting yang terjadi
di dunia persilatan. Untuk pergi ke mana-mana dia selalu ditandu oleh orang-orang yang
juga berpenampilan aneh. Seperti empat kakek kurus kerempeng itu. Jangankan memanggul
lima batang kelapa, menggotong batang pohon biasa saja rasanya mereka tidak akan
sanggup. Tapi buktinya walau berempat mereka sanggup memanggul lima batang kelapa yang
dijadikan tandu dan dibebani sosok tubuh ratusan kati itu!
Sekeluarnya dari hutan Delanggu empat kakek memanggul tandu ke arah barat lalu
menyusuri kawasan selatan Gunung Merapi. Setelah menyeberangi sebuah sungai
dangkal Si Raja Penidur terus dilarikan ke jurusan barat laut hingga akhirnya sampai di
satu bukit kecil. Salah seorang kakek di sebelah depan angkat tangan kirinya memberi tanda. Tiga
kawannya segera hentikan lari.
"Ini bukit yang dikatakan Raja Penidur! Kita berhenti di sini, menunggu sampai
dia bangun dan menerima petunjuk selanjutnya!"
Perlahan-lahan tandu batang kelapa itu diturunkan.
"Kalau begitu lekas kita membuat teratak untuk berlindung dan bermalam. Kita
tidak tahu kapan Raja Penidur akan bangun. Mungkin seminggu. Bisa juga sebulan lagi!"
berkata kakek kurus di sebelah belakang sambil membetulkan celananya yang kedodoran.
Empat kakek cabut golok panjang dari balik pinggang masing-masing lalu berbagi
kerja menebangi pohon dan mengumpulkan ranting-ranting berdaun untuk dibuat
gubuk. Menjelang petang pekerjaan itu rampung. Selagi ke empatnya melepaskan lelah,
tiba-tiba dengkur Raja Penidur berhenti. Empat kepala cepat berpaling. Di atas tandu
batang kelapa sosok Raja Penidur tampak bergerak menggeliat. Asap dari pipa mengepul keras.
Lalu terdengarlah suara si gemuk ini batuk-batuk.
"Malam apa siang saat ini...?" Si Raja Penidur ajukan pertanyaan. Suaranya
parau. Apalagi saat itu pipa panjang masih terselip di sela bibirnya.
"Saat ini sore hari, Raja Penidur. Masih cukup lama sebelum matahari tenggelam."
Menjawab salah seorang dari empat kakek.
"Hemmm...." Raja Penidur bergumam lalu menguap lebar-lebar. Jari kelingking
tangan kanannya dimasukkan ke dalam liang telinga kanan lalu digoyang-goyangkan
beberapa kali. Sepasang mata-nya tampak terbalik-balik tanda mencungkil telinga
itu Lembah Akhirat 11
Wiro Sableng - Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Karya Bastian Tito
nikmat sekali baginya. "Aku mendengar ada orang melangkah di kejauhan. Salah
satu dari kalian lekas menyelidik ke arah timur. Cari orang itu. Jika bertemu jangan
berkata apa-apa
tentang diriku. Bawa langsung ke sini!" Raja Penidur lalu menguap kembali. Dia
membalikkan badannya ke kiri. Gerakannya kini membuat batang-batang pohon kelapa
yang menahan tubuhnya berderak-derak.
Salah seorang dari empat kakek cepat berdiri. Dia segera bergegas ke jurusan
timur. Tak lama berselang di kejauhan, dari arah depan dia melihat seorang berpakaian
putih berjalan menuruni lereng bukit.
"Apa yang dikatakan Raja Penidur tidak meleset. Pasti orang ini yang
dimaksudkannya...." Si kakek segera memapasi orang itu. Ternyata dia adalah
seorang pemuda berambut gondrong, berwajah pucat. Di balik pakaiannya ada sesuatu yang
menyembul tanda dia membekal senjata. Pemuda ini berjalan tertatih-tatih, entah
kecapaian entah sedang sakit. Melihat ada orang sengaja mendatanginya pemuda itu hentikan
langkahnya. "Anak muda bermuka pucat! Lekas kau ikut dengan aku!"
Yang ditanya pandangi kakek kurus tinggi di hadapannya sesaat lalu berkata.
"Orang tua, aku tidak kenal denganmu, mengapa aku harus ikut bersamamu?"
"Jangan banyak cerita! Aku tidak punya waktu banyak! Ayo lekas ikut!"
Si pemuda menyeringai dan garuk-garuk kepala. "Kalaupun kau seorang gadis
cantik, belum tentu aku mau ikut! Coba katakan dulu siapa kau adanya! Mengapa
aku harus ikut denganmu dan ikut ke mana"!"
"Kau membuat aku kehilangan kesabaran!" Si kakek mengomel. Dia melompat ke
depan siap untuk menyergap dan meringkus. Pemuda berambut gondrong sambut
sergapan orang dengan satu jotosan ke arah dada. .
"Bukkk!"
Jotosan itu tepat menghantam dada yang kurus kerempeng. Tapi si kakek sama
sekali tidak bergeming malah pemuda yang memukul tampak mengernyit dan kibas-kibaskan
tangannya yang terasa sakit. Selagi dia kesakitan begitu rupa kakek di
hadapannya kembali
menyergap. "Tunggu! Katakan dulu siapa kau adanya!" teriak pemuda gondrong.
"Tutup mulutmu! Kau mau ikut secara baik-baik atau aku terpaksa menurunkan
tangan keras"!"
"Hemmmm, aku sekarang bisa menduga siapa kau adanya. Jangan-jangan kau
bangsa tua bangka yang doyan daun muda, suka sesama jenis!"
"Jahanam! Kalau tidak menjalankan perintah akan kurobek mulutmu!" teriak si
kakek kurus marah sekali. Sekali dia berkelebat maka pemuda di hadapannya terhuyung ke
kiri. Lalu cepat sekali tangan kirinya menyambar tengkuk baju putih si pemuda dan di
lain kejap pemuda itu telah berada di atas bahu kirinya lalu dilarikan ke arah dari mana
tadi dia datang. Tak selang beberapa lama si kakek sampai kembali ke tempat Raja Penidur dan tiga
temannya berada.
Lima batang pohon kelapa berderak-derak begitu Si Raja Penidur membalikkan
tubuh sambil menguap lebar-lebar. Kedua matanya masih saja terpicing.
"Kau berhasil menemukan orang itu"!" Raja Penidur bertanya.
Lembah Akhirat 12
Wiro Sableng - Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Karya Bastian Tito
"Aku berhasil! Dia bersamaku saat ini!" jawab kakek yang datang membawa sosok
pemuda berpakaian putih di bahunya.
"Lemparkan dia ke perutku!"
Si kakek goyangkan bahunya. Tubuh pemuda yang dipanggulnya melesat ke atas
setinggi tiga tombak lalu melayang jatuh ke bawah dengan deras.
"Blukkk!"
"Uhhhh!" Si pemuda mengeluh kesakitan walau tempat jatuhnya itu terasa empuk.
Rasa empuk yang aneh. Hidungnya mencium bau tembakau terbakar. Dia angkat kepala
dan memandang berkeliling, berusaha mencari tahu di mana dia berada dan yang
lebih penting mengetahui di atas apa dia barusan jatuh tertelungkup.
Dia melihat baju hitam luar biasa besarnya dan tidak terkancing. Dia melihat
tubuh gemuk berlemak dan berkeringat! Lalu dia melihat wajah serta pipa panjang yang
mengepulkan asap itu.
"Astaga! Raja Penidur! Kau rupanya!" Pemuda ini segera hendak turun dengan cara


Wiro Sableng 093 Lembah Akhirat di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menggelindingkan dirinya dari tubuh yang gemuk besar itu. Namun belum sempat dia
bergerak tangan kiri yang gemuk besar Raja Penidur datang menyambar. Kepala
pemuda berambut gondrong langsung tenggelam ke dalam rangkulannya. Celakanya bagian
muka masuk ke dalam ketiak! Membuat bukan saja si pemuda pengap sulit bernafas tapi
juga seperti mau tanggal hidung dan pecah kepalanya oleh bau ketiak yang menghimpit
mukanya! Perutnya laksana diaduk-aduk dan mulutnya mau muntah!
"Raja Penidur.... Uhh... uhh! Lepaskan cekalanmu! Aku Wiro Sableng!"
Si pemuda berpakaian putih dan berambut gondrong yang ternyata adalah Pendekar
212 Wiro Sableng pergunakan kedua tangannya untuk melepaskan pitingan tangan Si
Raja Penidur. Tapi bagaimanapun dia berusaha tetap saja tak mampu. Dalam pelukan Raja
Penidur dia berteriak terus-terusan.
"Kakek Raja Penidur! Lepaskan! Aku Wiro Sableng, murid Sinto Gendeng. Kau
sobatku dan sobat guruku! Lepaskan.... Aduh! Uhhh!"
Si Raja Penidur menguap lebar-lebar. Pipanya mengepulkan asap berbau tidak enak.
"Kakek Raja Penidur!" teriak Wiro sekali lagi.
"Uaaahhhh!" Kembali tokoh silat aneh itu menguap.
"Kek! Kalau kau tidak mau melepas cekalanmu aku terpaksa menendang perutmu!
Kalau aku salah tendang bijimu bisa pecah!"
"Uaahhh! Ha... ha... ha...!" Asap tembakau me ngepul makin keras. Wiro semakin
pengap dan terbatuk-batuk. "Aku mau lihat sampai di mana kehebatan murid Sinto
Gendeng! Ayo tendang apa saja dari tubuhku yang bisa kau tendang! Uaahhh!"
Meskipun sudah bicara tapi sepasang mata Si Raja Penidur tetap saja terpejam!
"Kalau itu maumu baik! Jangan salahkan diriku!" teriak Wiro, lalu sikut kanannya
dihantamkan ke dada Raja Penidur. Menyusul tumitnya dihunjamkan ke perut. Belum
juga terlepas cekalan si gendut itu Wiro hantam lambung Raja Penidur dengan tendangan
keras. Semua serangan itu tentu saja hanya mengandalkan tenaga luar yang tidak punya
daya ke- kuatan apa-apa lagi.
"Uaahhh! Murid Sinto Gendeng, kau memukuli dan menendangiku atau tengah
mengusap-usap tubuhku"! Ha... ha... ha!"
"Sialan!" Maki Wiro dalam hati. "Kau rasakan yang ini!" Lalu dibukanya mulutnya
lebar-lebar, siap menggigit dada Raja Penidur yang gembrot.
Lembah Akhirat 13
Wiro Sableng - Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Karya Bastian Tito
Uaaahhh!" Walau matanya masih terpejam tapi Raja Penidur tahu apa yang hendak
dilakukan murid Sinto Gendeng itu. Masih memiting kepala Wiro dia balikkan
tubuhnya. Gerakannya ini tak ampun lagi membuat sebagian tubuh Pendekar 212 terhimpit.
Wiro merasa tubuhnya seperti hancur. Selagi dia mengeluh kesakitan Raja Penidur
kembali membalik. Kini bagian tubuh Wiro yang lain yang kena tersepit. Ternyata apa yang
dilakukan si gendut itu tidak cuma sampai di situ. Dia bukan cuma menjepit atau
menghimpit tubuh Wiro dengan badannya yang gemuk berat tapi juga membantingnya
kian kemari. Sekali dia mencekal tengkuk Wiro lalu kepala pemuda itu dihunjamkan ke
dadanya yang gembrot. Kadang-kadang dia memegang kaki atau tangan Pendekar 212
terus membantingkannya ke atas perutnya. Demikian berulangkali. Kalau mula-mula Wiro
masih bisa mengeluarkan suara berteriak kesakitan, lama-lama suaranya hanya tinggal
erangan. Keadaannya mulai dari rambut sampai ke kaki tidak karuan rupa!
Raja Penidur tertawa mengekeh lalu menguap dua kali. "Anak muda! Kau hanya bisa
berteriak! Tidak berpikir apa arti semua ini! Aku muak padamu! Kau hanya
mengganggu tidurku saja! Pergi sana!"
Lalu sekali tangannya bergerak tubuh Pendekar 212 terlempar ke samping dan jatuh
tertelentang di tanah.
"Uaahhhh!" Raja Penidur menguap lebar-lebar lalu setelah menghembuskan asap
pipanya dia jentikkan tangan kiri. Salah satu dari empat kakek kurus tinggi
segera mendekati. Dari balok pakaiannya Raja Penidur kemudian mengeluarkan segulung
kain berwarna merah.
"Letakkan jubah ini di atas tubuh pemuda itu! Tidak! Kau taruh di atas kepalanya
saja agar kepala dan wajahnya tertutup. Kasihan juga kalau malam nanti mukanya yang
jelek itu habis digerogoti nyamuk! Ha... ha... ha!"
Kakek yang tegak di samping Si Raja Penidur segera mengambil jubah yang
disodorkan lalu meletakkan benda ini sedemikian rupa hingga kepala dan wajahnya
tertutup. Kain berwarna merah itu ternyata adalah sehelai jubah beludru merah berlapis
kain sutera juga berwarna merah. Seluruh tepi jubah diberi umbai-umbai yang terbuat
dari benang warna emas.
"Uaahhhh!" Si Raja Penidur kembali menguap. Lalu dia bertepuk empat kali. Empat
kakek kurus tinggi yang sejak tadi hanya diam berdiri memperhatikan apa yang
terjadi, mendengar isyarat tepukan itu serta merta mengangkat tandu batang kelapa. Mereka
segera menggotong Si Raja Penidur ke arah selatan. Di kejauhan suara dengkurnya
terdengar membahana! * * * Lembah Akhirat 14
Wiro Sableng - Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Karya Bastian Tito
________________________________________________________________________________
__ LIMA emeletak suara roda-roda gerobak dan kaki-kaki kuda terdengar tiada putusputusnya di malam cerah itu. Di angkasa bulan sabit dan bintang-bintang
menerangi Gkawasan yang dilalui hingga kuda penarik gerobak dapat dipacu kencang.
Pengemudi atau kusir gerobak seorang lelaki tua tinggi besar bertampang garang.
Kulitnya sangat hitam. Jenggot serta kumisnya tebal meranggas. Di atas kepalanya
bertengger sebuah destar merah. Pakaiannya yang serba hitam dan gombrong
menambah keangkerannya. Saat itu kuda penarik gerobak telah berlari kencang laksana dikejar setan. Namun
sang pengemudi masih juga mendera kuda itu dengan cambuk di tangan kirinya.
Jelas dia ingin cepat sampai ke satu tujuan dan punya satu urusan sangat penting.
"Binatang jahanam! Larimu seperti kuda bunting! Ayo lari lebih cepat!
Cepaaattt!"
Pengemudi gerobak berteriak. Lalu cambuk di tangan kirinya kembali dihantamkan
ke punggung kuda. "Delapan hari aku terlambat! Sesuai perjanjian dia akan menunggu
paling lama delapan hari dari saat pertemuan yang telah ditentukan. Ini adalah malam
terakhir jika dia memang masih ada di tempat itu! Jahanam! Kalau saja aku tidak terpikat pada
pelacur berbadan sintal itu tak bakal jadi begini! Mengapa aku tolol sekali! Urusan
penting aku sepelekan begitu saja!"
"Darrr... darrr... darrr!"
Si tinggi besar kembali hantamkan cambuknya ke tubuh kuda penarik gerobak. Tibatiba dia tarik tali kekang yang dipegangnya di tangan kanan. Serta merta kuda
penarik gerobak tertahan larinya. Beberapa belas tombak di hadapannya tampak melintang
satu batang kayu besar menghalangi jalan. Di atas batang kayu ini duduk seorang tua
tak dikenal, berkepala botak. Dari mulutnya meluncur suara nyanyian.
Jauh berjalan banyak nan dilihat
Lama hidup banyak nan dirasa
Salah jalan bisa tersesat
Salah hidup bisa celaka
Pengemudi gerobak berusaha menghentikan larinya kuda dengan menarik tali
kekang kuat-kuat. Empat kaki kuda menggeru tanah. Debu dan pasir beterbangan di
udara. Walau kuda berusaha menghentikan larinya namun dorongan gerobak yang ditariknya
demikian hebat hingga binatang ini tak dapat lagi menghindari tabrakan dengan
orang tua berkepala botak dan batang pohon.
Sekejap lagi tabrakan itu akan terjadi, orang tua berkepala botak melesat
lenyap. Kuda meringkik keras. Dua roda gerobak menghantam batang pohon. Selanjutnya kuda
dan gerobak sama-sama tergelimpang dan terbanting ke tanah! Orang di atas gerobak
sendiri keluarkan seruan keras. Tubuhnya melesat ke udara, jungkir balik lalu melayang
turun dengan sepasang kaki menjejak tanah lebih dulu. Jelas orang ini memiliki
kepandaian tinggi.
Kalau tidak sejak tadi-tadi dia sudah terhempas berkelukuran di tanah!
"Jahanam! Kemana perginya tua bangka kepala botak itu"!" ujar si tinggi besar
berkepala botak. Selagi dia mencari-cari tiba-tiba kembali terdengar suara
nyanyian. Lembah Akhirat 15
Wiro Sableng - Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Karya Bastian Tito
Jauh berjalan banyak nan dilihat
Lama hidup banyak nan dirasa
Salah jalan bisa tersesat
Salah hidup bisa celaka
Si tinggi besar ini palingkan kepalanya ke kiri. Di sebelah sana, di atas
gerobak yang terbalik dilihatnya kakek kepala botak duduk di atas roda gerobak yang berputarputar. Dia menyanyi sambil sengaja ikut memutarkan diri pada roda gerobak!
"Setan alas!" Lelaki tua tinggi besar merutuk. Matanya berkilat-kilat. Rahangnya
menggembung dan dari mulutnya terdengar suara bergemeletakan tanda dirinya telah
dibungkus kemarahan.
Kalau jalan sudah tersesat
Sulit balik untuk kembali
Kalau hidup mencari celaka
Kutuk sengsara segera tiba
Sekali melompat kusir kereta itu sampai di depart gerobak yang terbalik.
"Tua bangka gila! Siapa kau"! Mengapa sengaja menghadang jalanku!"
Roda gerobak terus berputar. Kakek botak yang duduk berjuntai di pinggiran roda
gerobak ikut berputar-putar.
"Kau tak menjawab pertanyaanku! Makan ini!"
Si baju gombrong hitam menunggu orang tua di atas roda gerobak berputar sampai
di hadapannya. Lalu secepat kilat tangan kanannya melesat ke arah muka orang
yang saat itu masih saja terus-terusan menyanyi.
"Bukkkk"
Dua lengan beradu keras di udara ketika orang yang diserang menangkis. Si tinggi
besar baju gombrong tersurut satu langkah sambil mengernyit menahan sakit pada
lengannya yang barusan bentrokan. Roda gerobak terus berputar. Begitu orang tua
botak sampai lagi di hadapannya kembali si baju gombrong hitam menghantam. Kali ini
sekaligus dengan pukulan kiri kanan.
Kakek botak di atas roda yang berputar tiba-tiba membuat gerakan aneh. Kedua
kakinya jingkrak-jingkrakan. Kepalanya bergerak menghuyung kian kemari seperti
kepala seekor ular mabok. Tangannya direntang-rentang membuat gerakan aneh. Tubuh-nya
seperti mau terjungkal jatuh dari atas roda gerobak. Namun aneh dan luar
biasanya semua gerakan yang dibuatnya itu mampu mengelakkan serangan maut yang dilancarkan
lawan! "Bangsat tua! Kau mau lari ke mana"!" teriak si tinggi besar ketika dilihatnya
orang tua berkepala botak itu tidak ada lagi di atas roda gerobak.
Tiba-tiba di belakangnya terdengar suara nyanyian.
Hari tujuh bulan tujuh di bukit Tegalrejo
Datang dari jauh untuk janji bertemu
Sayang maksud tak pernah kesampaian
Nyawa yang terhutang harus dilunasi lebih dulu
Lembah Akhirat 16
Wiro Sableng - Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Karya Bastian Tito
Si tinggi besar berpakaian serba hitam gombrong palingkan kepala. Darahnya
tersirap oleh rasa kaget mendengar bait-bait nyanyian yang dilantunkan orang tua
berkepala botak
tak dikenalnya itu.
"Siapa jahanam ini sebenarnya. Bagaimana dia bisa tahu perihal perjanjianku di
bukit Tegalrejo"!" Sehabis membatin begini dia melompat ke hadapan si tua botak yang
saat itu duduk menjelepok di tanah di pinggir jalan.
"Tua bangka sinting! Siapa kau sebenarnya"!"
Yang ditanya dongakkan kepala. Sepasang matanya menatap tajam pada orang yang
tegak di hadapannya membuat si tinggi besar ini jadi tergetar. Lalu mulutnya
terbuka lebar dan terdengar suara tawanya berkekehan.
"Jika kau masih terus bersikap gila dan tak mau menjawab pertanyaanku, terpaksa
kupecahkan kepalamu!" Orang tua di hadapan kakek botak tak dapat lagi menahan
marahnya. Kaki kanannya ditendangkan ke kepala si botak.
Tubuh kakek yang diserang tampak terhuyung aneh. Kepalanya seperti tersentak ke
samping. Tendangan maut lawan lewat hanya seujung kuku di samping kepalanya.
Begitu tendangan orang tidak mengenai sasaran tubuh kakek botak mencelat ke atas
dan "Buk!" Satu jotosan mendarat di pelipis si tinggi besar. Tubuhnya
terpelanting. Darah
mengucur membasahi mukanya yang hitam!
Terdengar suara tawa mengekeh disusul suara nyanyian.
Darah telah mengucur
Pertanda raga akan segera hancur
Darah telah mencuat
Pertanda nyawa sebentar lagi akan minggat
Datuk Angek Garang sayang sekali kau tak punya kesempatan minta ampun dan
bertobat! Mendengar namanya disebut terkejutlah si tinggi hitam berpakaian gombrong.
Memang sebenarnya dia adalah Datuk Angek Garang, seorang tokoh silat dari


Wiro Sableng 093 Lembah Akhirat di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Andalas yang berserikat dengan Sabai Nan Rancak untuk membunuh Tua Gila. Dia pula yang
membunuh Malin Sati, murid tunggal Tua Gila.
Datuk Angek Garang pergunakan lengan baju hitamnya untuk mengusap darah yang
membasahi sebagian wajahnya. Mulutnya komat-kamit entah hendak mengucapkan apa.
Sepasang matanya memandang menyorot ke arah orang tua berkepala botak yang tegak
di hadapannya sambil tertawa-tawa.
Perlahan-lahan Datuk Angek Garang angkat ke dua tangannya. Telapak tangan
digosokkan satu sama lain. Dari sela-sela jarinya keluar kepulan asap hitam.
Bersamaan dengan itu menebar bau busuk sekali.
"Pukulan Hawa Neraka! Ha... ha... ha..!" Kakek botak tertawa gelak-gelak.
"Bagus! Kau sudah tahu pukulan sakti apa yang akan kukeluarkan untuk
membungkam mulut serta jalan nafasmu!" ujar Datuk Angek Garang.
"Kau sangat pandai memberi nama ilmu pukulan bau kentut itu Datuk Angek
Garang! Justru hawa neraka itulah yang akan mengantar rohmu ke alam akhirat!
Ha... ha... ha!" Lembah Akhirat 17
Wiro Sableng - Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Karya Bastian Tito
Bersamaan dengan itu kakek botak lepaskan topeng yang menutupi kepala dan
wajahnya.. Maka kelihatanlah wajahnya yang asli.
"Tua Gila..." desis Datuk Angek Garang dengan suara bergetar. Diam-diam dia
menjadi kecut. Dulu di Andalas bersama Sabai Nan Rancak dan Magek Bagak Baculo
Duo dia tak sanggup menghabisi kakek aneh ini. Sekarang berhadapan hanya seorang
diri bagaimana mungkin nyalinya tidak akan leleh. Maka dia kerahkan seluruh tenaga
dalam yang ada. Kedua tangannya lalu dihantamkan ke depan. Dua larik sinar hitam
menggebu. Bau sangat busuk menghampar membuat Tua Gila seperti tersumbat jalan
pernafasannya. Lehernya seperti dicekik. Dengan cepat orang tua ini kerahkan tenaga dalam.
Sambil berteriak keras dia melesat ke udara. Dart balik pakaian putihnya dicabutnya
sebuah tongkat kayu. Lalu laksana seekor burung elang yang menyambar mangsanya Tua Gila
melayang menukik ke bawah. Tongkat di tangan kanan berkiblat!
"Kraaakk!"
Datuk Angek Garang menjerit keras ketika tulang telapak dan jari-jari tangan
kirinya hancur kena pukulan tongkat. Walau tongkat itu hanya sebuah tongkat kayu terbuat
dari kayu butut dan enteng, tetapi di tangan Tua Gila seolah berubah menjadi palu
besi! "Tua Gila! Aku mengadu jiwa denganmu!" teriak Datuk Angek Garang. Dia kembali
melepaskan pukulan Hawa Neraka dengan tangan kanannya. Namun serangan ini
disusul dengan satu lompatan. Selagi tubuhnya melayang satu tombak di udara dia kebutkan
lengan baju hitamnya yang gombrong. Tiba-tiba tiga buah keris kecil aneh berwarna merah
dan mengeluarkan api menderu ke arah Tua Gila, mencari sasaran di tiga bagian tubuh
orang tua ini. Tua Gila mendengar deru serangan senjata rahasia itu. Namun pemandangannya
tertutup oleh asap hitam Pukulan Hawa Neraka. Dia membuat gerakan jungkir batik
untuk mengelakkan serangan sambil putarkan tongkat kayunya ke samping sedemikian rupa
untuk melindungi dirinya. Karena dia mengerahkan seluruh tenaga dalamnya maka
tongkat itu berubah menjadi gulungan sinar coklat yang hebat.
"Bummm!"
Dua tenaga dalam bentrokan keras. Dua keris merah api berhasil dibuat mental.
Tapi keris yang ke tiga menyusup lebih cepat dan berhasil menancap di bahu kiri Tua
Gila. Pakaian yang dikenakan si kakek langsung terbakar. Tubuhnya yang ditancapi keris
api laksana dipanggang. Tua Gila menjerit keras saking sakit dan marah. Tongkat
kayunya mental dan hancur berkeping-keping di udara.
Dengan terlebih dulu menutup jalan nafasnya tua Gila melompat menerobos kepulan
asap hitam Pukulan Hawa Neraka. Saat. itu di balik kepulan pukulan saktinya
sendiri Datuk Angek Garang tampak tegak terbungkuk-bungkuk sambil pegangi dada. Sepasang
matanya mendelik. Dari mulutnya mengucur darah kental.
"Datuk Angek Garang! Kau membunuh muridku! Hari ini kau terima balasanmu!
Aku inginkan nyawamu manusia anjing!"
Apa yang terjadi kemudian berlangsung sangat cepat.
Datuk Angek Garang meraung keras ketika mata kirinya amblas kena tusukan dua
ujung jari tangan kanan Tua Gila. Namun suara raungan ini serta merta lenyap
laksana direnggutkan setan begitu satu renggutan dahsyat merobek leherya, mematahkan
tulang leher dan membusai otot serta urat-urat besar di leher itu!
Lembah Akhirat 18
Wiro Sableng - Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Karya Bastian Tito
Tua Gila tegak terhuyung-huyung memperhatikan Datuk Angek Garang yang
terkapar mati di depan kakinya setelah terlebih dulu menggelepar-gelepar
beberapa kali. Dalam keadaan terluka Tua Gila berusaha membalikkan gerobak yang terbalik. Kuda
penarik gerobak yang masih ketakutan diusapnya berulang kali hingga menjadi
jinak. Lalu dengan satu tendangan tubuh Datuk Angek Garang dibuatnya mencelat dan jatuh
menelungkup di atas gerobak. Di salah satu bagian depan gerobak ada sebuah obor.
Tua Gila segera menyalakan obor ini.
"Kuda baik.... Kau tahu ke mana tujuanmu semula. Pergi ke bukit Tegalrejo. Bawa
mayat itu..." kata Tua Gila sambil mengelus leher kuda penarik gerobak.
Seolah mengerti apa kata orang binatang itu meringkik keras lalu bergerak ke
arah timur setelah Tua Gila menyingkirkan batu kayu yang menghalangi jalan. Tua Gila
sendiri mungkin karena kehabisan tenaga atau terlalu banyak darah yang mengucur, mungkin
juga ada racun dalam tubuhnya dari keris merah api tiba-tiba mengeluh pendek lalu
roboh di tanah. * * * Lembah Akhirat 19
Wiro Sableng - Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Karya Bastian Tito
________________________________________________________________________________
__ ENAM i lereng timur Bukit Tegalrejo nenek bermuka putih keriput Sabai Nan Rancak
nampak gelisah setelah Kakek Segala Tahu meninggalkannya seorang diri dalam
Dmenanti kedatangan sobatnya yakni Datuk Angek Garang. Bukan saja dia gelisah
karena telah lewat delapan hari waktu yang ditentukan Datuk Angek Garang belum
juga muncul, tetapi lebih dari itu apa yang dikatakan Kakek Segala Tahu melipat
gandakan kegelisahan itu. Seperti dituturkan dalam Episode sebelumnya (Asmara Darah Tua
Gila) Kakek Segala Tahu telah meramalkan padanya bahwa Datuk Angek Garang, orang yang
ditunggunya tak akan pernah datang. Kalaupun dia muncul di kaki Bukit Tegalrejo
itu maka dia akan muncul tanpa nyawa.
Sabai Nan Rancak menghela nafas panjang. Lalu telinganya menangkap suara
gemeretak roda. Memandang ke kaki bukit sebelah timur dalam kegelapan malam
Sabai Nan Rancak melihat sebuah gerobak ditarik seekor kuda tanpa kusir, ada obor
menyala di bagian depannya, bergerak perlahan menuju kaki bukit. Hatinya mendadak tidak
enak. Dengan cepat nenek ini berkelebat menuruni bukit hingga dalam waktu singkat dia
telah berada di depan gerobak. Sabai mengusap leher kuda itu beberapa kali lalu
memegang tali kekangnya. Begitu kuda dan gerobak berhenti si nenek memeriksa bagian belakang
gerobak. Parasnya langsung berubah dan matanya membeliak.
"Datuk Angek Garang!" desis si nenek dengan tenggorokan tercekik. Di atas
gerobak menggeletak satu sosok tubuh berpakaian gombrong warna hitam. Kepalanya memakai
sebuah destar merah. Dari ciri-ciri orang itu jelas sudah bagi Sabai Nan Rancak
bahwa dia adalah Datuk Angek Garang, sobat yang sesuai perjanjian akan menemuinya di
tempat itu pada hari tujuh bulan tujuh.
Sabai pandangi lagi tubuh yang menggeletak menelungkuk itu. "Aku harus melihat
mukanya. Jangan-jangan hanya ciri-ciri saja yang sama. Siapa tahu bukan dia..." Berpikir sampai di situ dengan tangan kirinya Sabai Nan Rancak
balikkan tubuh di atas gerobak hingga tertelentang. Begitu matanya memandang tubuh dan
muka orang yang ada di lantai gerobak itu si nenek sampai tersurut tiga langkah
saking ngerinya.
Meski tampang Datuk Angek Garang sebagian tertutup darah, salah satu matanya
terbongkar dan lehernya seolah habis dimangsa harimau lalu tangan kirinya hancur
namun Sabai Nan Rancak masih bisa mengenali. Orang yang telah jadi mayat mengerikan di
atas gerobak itu memang adalah Datuk Angek Garang.
"Kakek Segala Tahu..." desis Sabai Nan Rancak begitu dia ingat pada kakek
bercaping, berpakaian compang camping membawa tongkat kayu dan kaleng rombeng
itu. "Apa yang dikatakannya betul. Jangan-jangan ia yang telah membunuh Datuk Angek
Garang. Lalu datang memberitahu pura-pura meramal! Kurang ajar! Aku akan
menyelidik dan mencarinya. Jika benar dia yang membunuh sobatku ini, akan kukorek
jantungnya! Aku
tak ada waktu mengurus mayat ini!" Sabai Nan Rancak gebrak pinggul kuda.
Binatang penarik gerobak meringkik keras lalu menghambur lari laksana dikejar setan.
* * * Lembah Akhirat 20
Wiro Sableng - Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Karya Bastian Tito
Kita kembali pada keadaan Puti Andini, gadis cantik murid Sabai Nan Rancak yang
sebelumnya dikenal dengan julukan Dewi Payung Tujuh.
Seperti dituturkan sebelumnya secara tidak sengaja dia telah bertemu dengan Sika
Sure Jelantik yang datang dari Pulau Andalas untuk mencari Tua Gila. Dengan
kecerdikannya gadis ini berhasil memikat si nenek hingga akhirnya diberi ilmu
yang membuat dia mampu menyelam lama di dalam air. Namun akibat dari pemberian ilmu
Kuil Atap Langit 2 Pendekar Hina Kelana 14 Kembalinya Siluman Harimau Kumbang Neraka Bumi 2

Cari Blog Ini