Ceritasilat Novel Online

Rahasia Patung Menangis 1

Wiro Sableng 110 Rahasia Patung Menangis Bagian 1


Pendekar Kapak Naga Geni 212 - WIRO SABLENG
KARYA : BASTIAN TITO
EPISODE KE 110 RAHASIA BATU TERGANTUNG
Ebook by : Tiraikasih (Kang Zusi)
Scanning kitab by : Aby Elziefa
mailto:22111122@yahoo.com
SINOPSIS : HANTU JATILANDAK INGAT PADA CAIRAN HANGAT YANG
TERSENTUH JARI-JARI TANGANNYA. KETIKA DIA
MEMPERHATIKAN WAJAH PATUNG ITU KAGET HANTU
JATILANDAK BUKAN KEPALANG. TERNYATA CAIRAN HANGAT
ITU KELUAR DARI DUA MATA PATUNG. SEOLAH TETESAN-TETESAN AIR MATA. "PATUNG
MENANGIS...." DESIS HANTU
JATILANDAK. BARU SAJA HANTU JATILANDAK SELESAI MEMBATIN TIBA-TIBA DALAM GELAPNYA MALAM
TERDENGAR DUA SUARA TAWA BERGELAK. "MANUSIA BURUK RUPA! TIDAK BISA BERCINTA
DENGAN MANUSIA, MELAMPIASKAN NAFSU
BERPELUK-PELUKAN DENGAN PATUNG BATU! HA... HA... HA!"
110 RAHASIA PATUNG MENANGIS
Pendekar Kapak Naga Geni 212 - WIRO SABLENG
BASTIAN TITO Rahasia Patung Menangis
DI DALAM kamar yang diterangi dua obor itu, di atas tempat tidur kayu tergeletak
menelentang seorang perempuan. Wajahnya yang cantik tertutup oleh keringat serta
kerenyit menahan sakit. Dari mulutnya terus menerus keluar suara erangan,
ditingkah desau nafas yang membersit dari hidung. Perempuan ini memiliki perut
besar luar biasa, tertutup sehelai kain rajutan terbuat dari rumput kering.
Ketika pandangannya membentur sosok nenek dukun beranak yang hendak menolong
melahirkannya, dua mata perempuan itu membeliak besar. Dari mulutnya keluar
gerengan seperti suara gerengan babi hutan.
"Tua bangka buruk! Siapa kau"!"
Lahambalang, suami perempuan yang hendak
melahirkan itu cepat mendekat dan berkata. "Wahai istriku Luhmintari, nenek
Luhumuntu ini, dia dukun beranak yang akan menolongmu melahirkan...."
"Menolong aku melahirkan." Sepasang mata perempuan di atas ranjang kayu semakin
membesar dan wajahnya bertambah beringas. "Siapa yang akan melahirkan"! Aku
tidak akan melahirkan!"
"Tenanglah Luhmintari. Orang akan menolongmu...."
"Aku tidak akan melahirkan! Aku tidak butuh pertolongan' Tidak akan ada apapun
yang keluar dari perutku. Tidak akan ada bayi yang keluar dari rahimku!
Kau dengar wahai Lahambalang"! Kau dengar nenek buruk dukun beranak celaka"!"
Habis membentak seperti itu Luhmintari tertawa panjang.
Luhumuntu, si nenek dukun beranak jadi merinding.
Dia dekati lahambalang lalu berbisik. "Suara istrimu kudengar lain Tawanya
kudengar aneh...."
Baru saja si nenek berkata begitu tiba-tiba dari perut besar Luhmintari
terdengar suara gerangan keras.
Bersamaan dengan itu di kejauhan terdengar pula suara lolongan anjing hutan. Si
dukun beranak Luhumuntu tarik rumput kering yang menutupi tubuh Luhmintari.
Begitu perut yang hamil besar itu tersingkap, si nenek langsung tersurut.
Lahambalang sendiri keluarkan seruan tertahan lalu mundur dua langkah!
110 RAHASIA PATUNG MENANGIS
Pendekar Kapak Naga Geni 212 - WIRO SABLENG
Lazimnya perut perempuan hamil, biasanya
menggembung besar dan licin. Namun yang dilihat oleh Luhumuntu dan Lahambalang
adalah satu perut yang didalamnya seperti ada puluhan duri. Permukaan perut
Luhmintari tampak penuh tonjolan-tonjolan runcing dan tiada hentinya berdenyut
bergerak-gerak mengerikan!
Seumur hidup baru kali ini dukun beranak itu melihat perut yang keadaannya
seperti itu. "Demi Dewa dan Peri!" ujar Lahambalang dengan suara tergetar "Apa yang terjadi
dengan istriku! Mengapa perutnya seperti ini"!"
Dukun beranak Luhumuntu angkat tangan kirinya.
"Lahambalang, istrimu segera akan kutangani. Harap kau cepat keluar dari kamar
ini." "Nenek Luhumuntu, kalau boleh aku ingin menungguinya sampai dia melahirkan..."
kata Lahambalang pula.
"Keluar!" teriak Luhumuntu.
Mau tak mau Lahambalang keluar juga dari kamar itu.
Si nenek segera membanting pintu. Ketika dia melangkah mendekati tempat tidur
kembali Luhmintari perlihatkan tampang beringas.
"Nenek celaka! Kau juga harus keluar dari kamar ini!"
"Luhmintari, aku akan menolongmu melahirkan. Aku akan melepaskan tali yang
diikatkan suamimu pada dua kakimu. Jangan kau berbuat yang bukan-bukan!"
"Kau yang berkata dan akan berbuat yang bukan-bukan!" sentak Luhmintari. "Aku
tidak hamil! Aku tidak akan melahirkan! Tidak ada bayi dalam perutku! Tidak ada
bayi yang akan keluar dari rahimmu! Hik... hik... hik!"
Luhmintari keluarkan suara seperti tertawa tapi juga setengah menangis.
"Tenang Luhmintari. Kau jelas hamil besar dan siap melahirkan. Kau akan
melahirkan seorang bayi hasil hubunganmu sebagai suami istri dengan
Lahambalang...."
Si nenek lalu dekati tempat tidur. Dengan hati-hati dia lepaskan ikatan tali
pada dua kaki Luhmintari. Begitu dua kakinya bebas, kaki yang kanan tidak
terduga bergerak menendang.
"Bukkkk!"
Si nenek Luhumuntu terpekik dan terpental ke dinding.
Di luar Lahambalang berteriak. "Nenek Luhumuntu! Ada apa?"!"
Luhumuntu usap-usap perutnya yang barusan kena tendangan. "Tidak ada apa-apa
Lahambalang! Kau tak usah khawatir!" Lalu si nenek memandang pada Luhmintari dan
berkata. "Sebagai dukun aku berkewajiban menolongmu melahirkan. Apapun yang akan
keluar dari rahimmu aku tidak perduli!" Lalu dengan cepat si nenek 110 RAHASIA
PATUNG MENANGIS
Pendekar Kapak Naga Geni 212 - WIRO SABLENG
kembangkan dua kaki Luhmintari. Dengan dua tangannya dia kemudian menekan perut
perempuan itu. Luhmintari meraung keras. Dari dalam perutnya kembali terdengar suara
menggereng. Di kejauhan lagi-lagi terdengar suara lolongan anjing hutan.
"Jangan sentuh perutku! Nenek celaka! Pergi kau!"
Si nenek dukun beranak tidak perdulikan hardikan Luhmintari. Dua tangannya terus
menekan perut perempuan itu. Semakin kuat. Luhmintari menjerit keras.
Lalu terdengar suara robek besar. Bersamaan dengan itu ada suara tangisan kecil.
Seperti suara tangisan bayi, tapi anehnya disertai suara gerengan halus!
Luhumuntu terpekik ketika ada suatu benda melesat menyambar perutnya. Nenek ini
mundur terhuyung-huyung. Ketika dia memperhatikan keadaan dirinya ternyata di
bagian perut ada tiga guratan luka cukup dalam dan mengucurkan darah! Dari sudut
kamar terdengar suara tangisan bayi aneh! Di atas ranjang kayu sosok Luhmintari
tidak bergerak sedikitpun. Tubuhnya yang tadi hangat dan penuh keringat
perlahan-lahan menjadi dingin.
"Braaakkk!"
Pintu kamar terpentang hancur. Lahambalang melompat masuk. Dia tidak perdulikan
si nenek dukun beranak yang tegak terbungkuk-bungkuk sambil meringis pegangi
perutnya yang luka bergelimang darah.
Lahambalang melangkah ke arah tempat tidur. Namun gerakannya serta merta
tertahan. Dua kakinya seperti dipantek ke lantai. Matanya membeliak besar. Sosok
istrinya tergeletak tak bergerak. Mata mendelik mulut menganga. Perutnya robek
besar mengerikan. Dan darah masih mengucur mengerikan!
"Luhmintari!" teriak Lahambalang. Dia memandang seputar kamar. Begitu melihat si
nenek dia kembali berteriak. "Nenek Luhumuntu! Apa yang terjadi dengan istriku"!
Aku mendengar tangisan bayi! Mana anakku"!"
Sambil sandarkan punggungnya ke dinding kamar si nenek dukun beranak menjawab.
"Istrimu tewas wahai Lahambalang! Tewas ketika melahirkan bayinya!
Bayinya... bukan bayi biasa! Bayi itu tidak keluar secara wajar. Tapi melalui
perut istrimu yang tiba-tiba pecah!
Robek besar!"
"Kau...! Apa katamu"!" Dua mata Lahambalang membeliak besar. "Aku tidak percaya!
Kau... kau pasti memakai cara gila! Kau pasti menoreh perut istriku dengan
pisau!" "Aku tidak pernah membawa pisau wahai Lahambalang. Aku tidak pernah menolong
orang dengan memakai pisau!" jawab si nenek. Tubuhnya melosoh 110 RAHASIA PATUNG
MENANGIS Pendekar Kapak Naga Geni 212 - WIRO SABLENG
kelantai. Dua tangannya masih terus menekapi perutnya yang luka.
"Mana bayiku! Mana anakku!" teriak Lahambalang.
Si nenek Luhumuntu angkat tangan kirinya. Dengan gemetar dia menunjuk ke sudut
kamar. "Itu.... Benda yang di sudut sana.... Itulah bayimu. Kuharap kau bisa
menabahkan diri menghadapi kenyataan wahai Lahambalang...."
Lahambalang berpaling ke arah yang ditunjuk si nenek.
Karena tidak tersentuh cahaya api obor, sudut kamar yang ditunjuk berada dalam
keadaan gelap. Namun Lahambalang masih bisa melihat seonggok benda bergelimang
darah tergeletak di sana. Dan dia mendengar suara tangisan bayi. Walau suara itu
kedengarannya agak aneh.
"Anakku..." desis Lahambalang. Dia melangkah membungkuk. Satu langkah dari
hadapan benda di sudut kamar tiba-tiba satu jeritan keras menggeledek dari
mulutnya. "Tidaaakkkk!"
"Lahambalang, kataku kau harus tabah menghadapi kenyataan...." berucap si nenek
dukun beranak. "Tidaakkk!" teriak Lahambalang sekali lagi. "Itu bukan bayiku! Itu bukan
anakku!" "Lahambalang, betapapun kau tidak mau mengakui itu bukan anakmu bukan bayimu!
Tapi itulah kenyataan yang keluar dari perut istrimu!" kata Luhumuntu pula.
Lahambalang tekapkan dua tangannya ke muka lalu menggerung keras. Di sebelah
sana, di sudut yang kegelapan terdengar suara tangisan bayi aneh karena disertai
suara menggereng halus. Sosok yang menggeletak masih berlumuran darah di sudut
kamar itu memang satu sosok menyerupai bayi kecil. Tapi sekujur permukaan
tubuhnya, mulai dari kepala sampai ke kaki penuh ditumbuhi duri-duri aneh
berwarna kecoklatan!
"Lahambalang, itu anakmu. Itu bayimu! Jangan biarkan dia kedinginan di sudut
kamar itu..." Luhumuntu si dukun beranak berucap.
Sekujur tubuh Lahambalang bergetar. Mulutnya mengucapkan sesuatu tetapi tidak
jelas kedengaran apa yang dikatakannya.
"Lahambalang, ambil anakmu. Dukung bayi itu...."
Lahambalang pejamkan dua matanya.
Tenggorokannya turun naik, sesenggukan menahan tangis. Dua tangannya terkepal
kencang. "Apa yang terjadi dengan diri kami! Wahai istriku Luhmintari! Nasibmu...
nasibku... nasib anak kita! Apa semua ini karena kau melanggar larangan" Karena
sebenarnya sebagai seorang Peri kau tidak boleh kawin denganku manusia biasa"
Kalau ini memang satu kutukan, 110 RAHASIA PATUNG MENANGIS
Pendekar Kapak Naga Geni 212 - WIRO SABLENG
sungguh kejam dan jahat!"
Tiba-tiba Lahambalang bangkit berdiri. Mukanya kelihatan menjadi sangat
mengerikan. Dadanya bergemuruh turun naik. Dua tangannya mengepal semakin
kencang hingga mengeluarkan suara
berkeretakan. Satu teriakan dahsyat kemudian keluar dari mulutnya.
"Wahai para Peri di atas langit! Kalau ini benar kutukan dari kalian! Mengapa
istriku yang kalian bunuh!
Mengapa bayi tak berdosa ini yang kalian bikin cacat"!
Mengapa tidak diriku yang kalian bikin mati! Kejam! Jahat Peri keparat terkutuk!
Aku akan mencari seribu jalan melakukan pembalasan! Kalian tunggu pembalasanku!"
Habis berteriak begitu Lahambalang membungkuk mengambil sosok bayi aneh yang
tergeletak di sudut kamar. Lalu dia lari keluar bangunan. Seperti gila sambil
lari tidak henti-hentinya dia berteriak.
"Ini bukan anakku! Ini bukan bayiku! Kalian menukar bayiku dongan makhluk celaka
ini! Peri jahat! Peri jahanam! Tunggu pembalasanku!"
Dalam gelap dan dinginnya malam menjelang fajar itu Lahambalang lari terus
membawa bayi aneh yang tiada hentinya menangis. Lelaki itu baru hentikan larinya
ketika dapatkan dirinya tahu-tahu telah berada di ujung sebuah tebing. Di
depannya menghadang satu jurang lebar. Di kejauhan terbentang lautan luas. Di
sebelah timur langit mulai terang tanda sang surya siap memunculkan diri.
"Ini bukan bayiku! Ini bukan anakku! Para Peri diatas langit tunggu
pembalasanku!"
Dengan tubuh bergefetar dan basah oleh keringat Lahambalang angkat bayi
bergelimang darah dan penuh duri aneh itu. Sang bayi menangis keras. Di kejauhan
seolah datang dari tengah laut terdengar lolongan seperti lolongan anjing hutan.
Didahului teriakan keras dan panjang Lahambalang yang seolah sudah kerasukan
setan itu lemparkan bayi di tangan kanannya. Bayi malang itu melesat jauh ke
udara, lenyap dari pemandangan seolah menembus langit. Lahambalang pandangi
tangannya yang berlumuran darah lalu menatap ke langit. Sekali lagi ia menjerit,
meraung dahsyat! (Untuk jelasnya mengenai peristiwa lahirnya bayi aneh ini harap
baca serial Wiro Sableng berjudul "Hantu Jatilandak").
LAHAMBALANG lari laksana dikejar setan. Walau sekujur tubuhnya telah mandi
keringat dan tenaganya hampir terkuras namun dia lari terus. Dalam dukungannya
terbujur sosok Luhmintari yang telah jadi mayat, mulai kaku dan dingin. Walau
telah berkurang namun masih ada 110 RAHASIA PATUNG MENANGIS
Pendekar Kapak Naga Geni 212 - WIRO SABLENG
darah yang mengucur dari luka besar di perut perempuan malang ini.
Di satu kawasan bebukitan berbatu-batu, Lahambalang mulai terhuyung. Nafasnya
menyengat panas di tenggorokan dan dadanya menggemuruh sesak. Dalam keadaan
seperti itu dia masih juga terus berlari. Puncak bukit! Dia berusaha mencapai
puncak bukit batu itu! Tapi ketika satu tonjolan batu menyandung kaki kirinya,
tak ampun lagi Lahambalang terguling jatuh. Dengan sosok istrinya masih dalam
dukungan, lelaki ini menggelinding belasan tombak ke bawah bukit lalu terhampar
di samping sebuah batu besar.
Lahambalang mengerang pendek lalu bangkit dan duduk. Mayat istrinya diletakkan
di pangkuan. Dia memandang berkeliling.
"Luhmintari istriku! Di mana aku jatuh di situlah tempat perpisahan kita.
Mungkin ini satu petunjuk. Agaknya di sini aku harus menyemayamkan dirimu! Wahai
Luhmintari, tubuh kasar kita boleh berpisah. Tapi rasanya mungkin tak akan lama
kau menunggu. Aku akan menyusulmu.
Tunggu aku di alam roh wahai istriku!"
Dengan hati-hati Lahambalang dudukkan mayat istrinya di tanah, bersandar ke batu
besar di belakangnya. Air mata mengucur membasahi dua pipinya yang cekung dan
penuh berewok meranggas. Berkali-kali dia mengusap rambut Luhmintari. Berkalikali pula dia menciumi wajah perempuan itu. Kalau tadi sekujur tubuhnya letih
seolah tidak bertulang lagi, namun saat itu tiba-tiba seperti mendapat satu
kekuatan, Lahambalang melompat ke atas batu. Dengan dua tangan terkepal dan
diacungkan ke langit dia berteriak.
"Para Peri di atas langit! Untuk semua apa yang telah kalian lakukan atas
diriku, atas diri istriku dan atas diri anakku! Aku bersumpah akan melakukan
pembalasan! Aku bersumpah kutuk jahat akan jatuh atas Negeri Atas Langit dan semua Peri yang
ada di sana!"
Begitu Lahambalang selesai berteriak mendadak di atas langit terdengar suara
menggelegar disertai berkiblatnya satu cahaya putih yang menyambar ke bawah.
Satu hawa yang sangat dingin menyapu ke arah batu di mana Lahambalang berdiri.
Lelaki ini terpental dari atas batu lalu jatuh berguling-guling ke kaki bukit.
Untuk beberapa lamanya hawa dingin masih menyungkup sekitar batu besar, di dekat
mana sosok mayat Luhmintari berada.
Demikian dingin dan anehnya hawa yang turun dari atas langit itu, semua benda
cair yang ada di tempat itu menjadi beku. Semua benda keras menjadi tegang kaku
berubah bentuk menjadi kelabu kehitaman.
Selagi hawa dingin luar biasa membuncah begitu rupa 110 RAHASIA PATUNG MENANGIS
Pendekar Kapak Naga Geni 212 - WIRO SABLENG
tiba-tiba ada satu benda biru meluncur dari langit sebelah selatan. Benda ini
berputar-putar beberapa kali di atas bukit batu sebelum melayang turun mendekati
batu besar di mana sebelumnya Lahambalang tegak
meneriakkan sumpah dan kutuknya.
"Wahai..." benda biru itu mengeluarkan suara. Ternyata dia adalah sosok Peri


Wiro Sableng 110 Rahasia Patung Menangis di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Bunda yang mengenakan pakaian sutera biru panjang menjela dan menebar bau harum
semerbak. Mahkota kecil ditaburi batu-batu permata di atas kepalanya memantulkan
sinar berkilauan. Wajah jelita sang Peri kelihatan berubah ketika dia menatap ke
arah batu besar dan memperhatikan sosok perempuan yang ada di belakang batu.
"Wahai.... Jangan-jangan para Peri telah keliru dan terlambat menurunkan Hawa
Dingin Pembendung Bala itu. Lahambalang lenyap. Yang ada hanya jenazah istrinya.
Dan...." Belum habis Peri Bunda mengucapkan suara hatinya itu tiba-tiba dari langit
sebelah timur, di bawah terik silaunya sinar matahari, menukik sebuah benda
berwarna putih disertai suara menguik panjang dan suara kepakan yang menimbulkan
sambaran angin keras.
Peri Bunda segera palingkan kepalanya. Benda putih yang melayang turun itu
adalah seekor angsa putih raksasa. Di atas punggung binatang ini duduk seorang
dara berpakaian putih. Keharuman tubuh dan pakaiannya telah menebar ke Seantero
tempat walau dia masih puluhan tombak di atas sana. Dialah Peri tercantik di
Negeri Atas Langit yang memiliki sepasang mata biru.
"Peri Bunda, Simpul Agung Dari Segala Peri, Peri Junjungan Dari Segala
Junjungan, untung aku lekas menemuimu!" berkata Peri Angsa Putih dari atas
punggung Laeputih angsa tunggangannya.
"Wahai Peri Angsa Putih, kulihat kau seperti terburu-buru. Wajahmu agak pucat.
Gerangan apakah hingga kau mendadak muncul menyusul aku ke sini selagi aku
melakukan tugas menangani satu masalah besar. Apakah kau menaruh syak wasangka
kalau-kalau aku turun ke negeri ini untuk menemui pemuda...."
"Wahai Peri Bunda!" Peri Angsa Putih cepat memotong ucapan Peri Bunda.
"Ketahuilah, Peri Sesepuh yang memerintahkan aku untuk mencarimu lalu memintamu
segera kembali ke Negeri Atas Langit!"
"Hemm... Begitu" Gerangan apa sebab musababnya maka Peri Sesepuh berlaku begitu
padahal dia juga yang memberi perintah agar aku turun ke sini?"
"Telah terjadi sesuatu di Negeri Atas Langit!" jawab Peri Angsa Putih.
"Telah terjadi sesuatu" Apa maksudmu Peri Angsa Putih?"
110 RAHASIA PATUNG MENANGIS
Pendekar Kapak Naga Geni 212 - WIRO SABLENG
"Negeri dilanda musibah besar. Satu penyakit kulit menyerang semua penghuni
Negeri Atas Langit! Lihat kulitku..." Peri Angsa Putih ulurkan dua tangannya.
Ketika Peri Bunda memperhatikan terkejutlah dia. Dua lengan Peri Angsa Putih
penuh dengan bercak-bercak putih berair. "Gelembung Air..." desis Peri Bunda
dengan muka pucat. Dia menatap paras Peri Angsa Putih sesaat.
"Ada apa, Peri Bunda?" tanya Peri Angsa Putih tidak enak.
"Wajahmu.... Gelembung Air itu juga ada pada wajahmu!"
Peri Angsa Putih terpekik mendengar ucapan Peri Bunda dan segera usapkan dua
tangannya ke wajahnya yang cantik. Dia merasakan, pada wajahnya yang sebelumnya
mulus itu kini ada gelembung-gelembung kecil berair.
Peri Bunda tak sengaja perhatikan pula lengannya yang tersembul dari balik
pakaian birunya lalu terpekik ketika melihat gelembung-gelembung kecil itu juga
ada pada tangannya!
Selama dua tahun para Peri di Negeri Atas Langit dengan berbagai cara dan
bantuan beberapa orang pandai akhirnya mampu melenyapkan penyakit kulit menular
yang menyerang. Semua Peri berhasil disembuhkan tanpa meninggalkan cacat di
tubuh serta wajah masing-masing. Namun hawa dingin aneh yang menyungkup kawasan
bukit batu tak dapat dilenyapkan dan menyebabkan tempat itu menjadi satu kawasan
mengandung rahasia yang hanya bisa diawasi oleh Peri dari kejauhan.
110 RAHASIA PATUNG MENANGIS
Pendekar Kapak Naga Geni 212 - WIRO SABLENG
BASTIAN TITO Rahasia Patung Menangis
PULUHAN tahun berlalu setelah peristiwa Lahambalang melempar bayinya dan
terjadinya kegegeran di Negeri Atas Langit....
DI tikungan sungai yang penuh dengan semak belukar, hampir tersamar mendekam
seorang berpakaian serba hitam. Wajahnya dilumuri lumpur dan diberi jelaga
hitam. Dari keseluruhan mukanya hanya bagian sekitar sepasang bola matanya saja yang
masih kelihatan putih. Orang ini tidak putus-putusnya memandang ke arah
rimba belantara di depannya.
"Seharian lebih aku berada di sini. Kakek itu masih belum kelihatan. Kalau aku
menyelidik ke dalam hutan mungkin aku akan menemuinya. Tapi berarti gadis yang
kuperkirakan akan lewat di tempat ini tidak dapat kutemui. Dua orang itu samasama pentingnya. Aku harus mengambil keputusan...."
Di dalam hutan suara kicau burung tiba-tiba berhenti dan lenyap. Orang di balik
semak belukar memasang telinga dan kembali menatap tajam ke arah depan. Dia
berusaha tenang namun tak dapat menahan debar dadanya ketika di depan sana dia
melihat satu bayangan putih berkelebat laksana angin, bergerak sejajar dengan
tepian sungai. Tanpa menunggu lebih lama orang di balik semak belukar ini segera melesat
keluar. Di lain saat dia telah berada dekat sebuah pohon besar, siap memotong
lari orang berjubah putih.
Melihat ada orang tak dikenal, berpakaian dan bermuka hitam menghadang jalannya,
si jubah putih segera hentikan larinya. Kedua orang itu saling memperhatikan
dengan perasaan sama-sama heran.
Si jubah putih merasa heran melihat si penghadang yang mukanya dilumuri tanah
liat lalu diberi jelaga hitam.
Sebaliknya si muka hitam terkesiap karena tidak menyangka orang yang dicarinya
selama ini begitu angker penampilannya. Orang berjubah putih di hadapannya itu
ternyata adalah seorang kakek yang otaknya terletak diluar kepala, terbungkus
oleh sejenis selubung bening hingga dia dapat melihat otak itu 110 RAHASIA
PATUNG MENANGIS
Pendekar Kapak Naga Geni 212 - WIRO SABLENG
bergerak berdenyut menggidikkan!
Untuk beberapa saat lamanya ke dua orang ini tegak tak bergerak dan saling
tatap. Di antara mereka agaknya sama-sama sungkan untuk mulai menegur. Namun si
kakek berjubah putih, setelah berdehem beberapa kali akhirnya membuka mulut
juga. "Wahai kerabat tak dikenal. Pakaianmu serba hitam pertanda kau seperti dalam
satu perkabungan. Wajahmu sengaja dilumuri tanah liat. Lalu diberi jelaga hitam.
Pertanda kau tidak ingin dirimu dikenali siapa adanya.
Lalu walau jelas-jelas kehadiranmu sengaja menghadangku tapi kau tidak menegur
membuka suara. Pertanda ada satu keraguan mengganjal dalam hatimu!
Wahai, apakah betul semua ucapanku...?"
Sepasang mata orang bermuka hitam sesaat membesar lalu redup kembali. "Orang tua
berotak di luar kepala ini agaknya tajam dalam pandangan dan pandai dalam
mengajuk rasa..." Si muka hitam membatin.
"Orang muka hitam, aku hanya bertanya satu kali.
Jika kau tak mau menjawab, aku harap kau jangan menghalangi jalanku lebih lama!"
"Orang tua, aku tidak bermaksud jahat...."
"Wahai! Tidak ada yang menuduhmu begitu. Katakan saja apa keinginanmu!"
"Agar kau tidak kesalahan, pertama sekali aku ingin menanyakan apakah engkau
kakek sakti yang di Negeri Latanahsilam ini disebut sebagai Hantu Sejuta Tanya
Sejuta Jawab?"
Si kakek yang otaknya terletak di luar kepala mengangguk membenarkan. Lalu
berkata, "Aku sudah mengiyakan dengan anggukan kepala. Sekarang aku balas
bertanya. Apakah kau orangnya yang sejak beberapa lama belakangan ini menebar
kebaikan dan budi pertolongan dimana-mana" Hingga kau dikenal dengan lulukan Si
Penolong Budiman" Yang dianggap bahkan dipuja sebagai penolong yang hebat dan
luar biasa?"
Si muka hitam terkejut, karena tidak menyangka kakek berjubah putih itu telah
mengetahui siapa dirinya.
"Wahai, orang-orang memang menggelariku begitu.
Padahal aku merasa sangat tidak pantas mendapat julukan itu. Menolong adalah
sifat yang terlahir ada dalam setiap diri manusia. Hanya saja masing-masing
orang mempunyai cara serta saat sendiri-sendiri untuk mau melakukan pertolongan
atau tidak. Lagi pula aku bukanlah seorang hebat dan luar biasa. Sesuatu yang
hebat dan luar biasa itu tidak akan bertahan lama. Yang bisa bertahan adalah
sesuatu yang serba sederhana dan terbungkus dalam timbang rasa bijaksana...."
Hantu Sejuta Tanya Sejuta Jawab tatap wajah hitam 110 RAHASIA PATUNG MENANGIS
Pendekar Kapak Naga Geni 212 - WIRO SABLENG
di depannya. Lalu kakek ini sibakkan rambut putih panjang yang menjulai menutupi
wajahnya. Seringai tipis muncul di wajahnya.
"Muka hitam, kau pandai bertutur bicara sepandai kau menutupi wajahmu dengan
tanah liat dan jelaga hitam. Tapi apakah kau tahu, seorang yang tidak jujur
hidupnya hanya mencari celaka?"
"Wahai, kejujuran bukan segala-galanya. Terkadang seseorang memang harus menjadi
seekor burung merpati untuk menunjukkan ketulusan hatinya. Tetapi ada kalanya
seseorang harus berubah menjadi secerdik ular untuk menyelamatkan dirinya dari
orang lain. Jadi jika kau berniat untuk menanyakan siapa diriku, tak banyak yang
bisa kuberikan sebagai jawaban. Sejak lama aku mencarimu. Hanya saja baru pada
kesempatan ini aku bisa menemuimu. Mohon maaf jika kau tidak berkenan dengan
caraku. Sebagai orang yang dijuluki Hantu Sejuta Tanya Sejuta Jawab, yang tahu
sejuta masalah dan punya sejuta jawaban, ada hal yang ingin kutanyakan
padamu...."
"Wahai, aku bukan orang yang tahu segala-galanya.
Seseorang yang menganggap dirinya tahu segala-gala sama saja dengan mencari
bencana. Karena
pengetahuannya itu akan menjadi bayang-bayang yang selalu mengejarnya sepanjang
hidup...."
"Wahai, aku tidak sependapat dengan ucapanmu,"
kata Si Penolong Budiman. "Menurutku, baik buruknya Ilmu pengetahuan tergantung
bagaimana seseorang mempergunakannya."
Si kakek tersenyum. Dalam hati dia berkata. "Ucapan-ucapanku hanya untuk
menguji. Ternyata dia memang seorang yang jujur polos dan punya sifat berterus
terang untuk mengatakan sesuatu yang tidak selalu benar."
"Wahai kerabat muka hitam. Baiklah, aku menunggu apa gerangan yang hendak kau
tanyakan padaku."
"Aku tengah mencari seorang bernama Lajundai alias Labahala yang konon kini
dianggap sebagai Raja Diraja Segaia Hantu di Negeri Latanahsilam ini dan
dijuluki Hantu Muka Dua. Sebelum melakukan pencarian Ingin kutanyakan padamu. Di
luaran aku menyirap kabar bahwa Hantu Muka Dua adalah muridmu. Apakah hal itu
benar wahai Hantu Sejuta Tanya Sejuta Jawab?"
Si kakek terdiam, usap mukanya lalu gelak mengekeh.
"Dunia luar dunia penuh sejuta keanehan. Salah satu di antaranya adalah berita
yang kau dengar itu..." Hantu Sejuta Tanya Sejuta Jawab gelengkan kepala.
"Hantu Muka Dua bukan muridku, aku bukan guru Hantu Muka Dua. Tidak pernah aku
mengajarkan secuil ilmupun padanya. Bagaimana hal itu tersebar diluaran 110
RAHASIA PATUNG MENANGIS
Pendekar Kapak Naga Geni 212 - WIRO SABLENG
setelah kuselidiki ternyata adalah ulah perbuatan Hantu Muka Dua sendiri. Dia
sengaja menebar kabar dengan maksud tujuan tertentu.
"Wahai, terima kasih kau telah mau memberi keterangan. Jika kelak aku bertemu
dengan Hantu Muka Dua, aku tak akan bersikap ragu dan tak ada ganjalan bagiku
untuk menghadapinya...."
"Orang muka hitam, dari penampilan dan tutur bicaramu aku melihat ada satu
ganjalan hidup yang penuh teka-teki dalam dirimu. Jika kau tidak bisa
memecahkannya kau mungkin akan mengakhiri hayat dalam keadaan kecewa
penasaran...."
"Hantu Sejuta Tanya Sejuta Jawab, penglihatanmu , sungguh tajam, perasaanmu
sangat dalam. Aku berterima kasih. Apakah kau mungkin memberikan satu petunjuk
yang harus kulakukan?"
Kakek yang otaknya berada di luar batok kepala itu merenung sejenak. Lalu dia
berkata. "Sebelum matahari tenggelam pergilah ke arah selatan. Jangan berhenti
sekalipun kau harus menempuh perjalanan sekian hari sekian malam. Kau baru
berhenti jika sampai di satu kawasan bukit batu dimana udara terasa sangat
dingin walau sang surya bersinar terik pada siang hari...."
"Jika aku sampai di tempat itu, apa yang harus kulakukan wahai Hantu Sejuta
Tanya Sejuta Jawab?"
Si kakek tersenyum. "Tadi kukatakan, aku bukan manusia yang tahu segalanya.
Lakukan saja apa yang kukatakan. Sampai di sana mungkin kau akan mendapat
petunjuk dari para Dewa....."
"Kalau begitu, sekali lagi aku mengucapkan terima kasih," kata Si Penolong
Budiman seraya tundukkan kepala dan menjura. Ketika dia angkat kepalanya
kembali, kakek jubah putih itu tidak ada lagi dihadapannya.
110 RAHASIA PATUNG MENANGIS
Pendekar Kapak Naga Geni 212 - WIRO SABLENG
BASTIAN TITO Rahasia Patung Menangis
3 GAGAK hitam itu mengeluarkan suara menguik panjang, terbang berputar-putar di
atas hutan jati lalu hinggap di cabang rendah sebuah pohon. Makhluk yang sekujur
tubuhnya berwarna kuning serta ditumbuhi duri-duri coklat dan hanya mengenakan
cawat itu hentikan larinya, memandang ke atas pohon. Orang ini adalah Hantu
Jatilandak, manusia yang lahir dalam kutukan para Peri karena ibunya Luhmintari
yang merupakan seorang Peri melanggar pantangan, kawin dengan Lahambalang
seorang manusia biasa.
"Gagak hitam itu.... Wahai, ada yang kurasa aneh,'
kata Hantu Jatilandak dalam hati. "Sejak pagi tadi ke mana aku pergi di situ dia
muncul. Seperti sengaja mengikuti perjalananku. Apa mungkin kakek Tringgiling
Liang Batu yang mengirimnya. Tidak boleh jadi. Kakek tak pernah memelihara
burung. Wahai, pertanda apa ini sebenarnya?" Pemuda itu memandang berkeliling,
menduga-duga dimana dia berada saat itu. "Mungkin aku harus kembali ke pulau.
Menemui kakek di hutan Lahitamkelam...."
Gagak hitam di atas pohon kembali keluarkan suara menguik. Lalu binatang ini
kepakkan sayapnya, terbang ke pohon lain dan hinggap di salah satu cabang. Dia
memandang ke arah Hantu Jatilandak seperti sengaja menunggu. Gerak-gerik burung
ini lama-lama membuat Hantu Jatilandak jadi kesal. Dia segera mematahkan satu
ranting kecil lalu dilemparkannya ke arah gagak hitam.
Patahan ranting menancap di cabang pohon. kalau gagak hitam tidak lekas bergerak
terbang, ranting itu akan menancap tepat di tenggorokannya. Binatang itu terbang
dan hinggap di pohon lain. Ternyata dia tidak terbang jauh dan hinggap diam,
memandang ke arah Hantu Jatilandak. Dalam kesalnya Hantu Jatilandak sudah punya
niat untuk membunuh burung itu dengan duri-duri coklat yang ada di tubuhnya.
Namun selintas pikiran muncul dalam benaknya.
"Kalau kuperhatikan, gagak itu selalu terbang ke satu arah. Ke selatan. Setiap
kuusik dia melarikan diri, tapi tidak terbang jauh. Hinggap di pohon, memandang
110 RAHASIA PATUNG MENANGIS
Pendekar Kapak Naga Geni 212 - WIRO SABLENG
aneh padaku.... Kalau saja dia bisa bicara...."
Gagak di atas pohon menguik keras. Lalu melesat ke pohon lain. "Terbang lagi....
Tetap ke arah selatan..."
kata Hantu Jatilandak sambil memperhatikan. "Jika aku menuju ke pulau berarti
arah yang kutempuh adalah arah berlawanan. Ke utara. Akan kucoba lari ke arah
utara. Apa yang terjadi...."
Habis berkata begitu Hantu Jatilandak balikkan tubuhnya, pura-pura lari ke
jurusan utara. Burung gagak hitam menguik lagi lalu melesat terbang melintas
didepan Hantu Jatilandak, demikian terus berulang kali. Ketika akhirnya pemuda
bertubuh kuning dengan duri-duri mengerikan itu hentikan larinya, burung gagak
tadi melesat ke pohon di sebelah kanan dan hinggap disalah satu cabangnya. Hantu
Jatilandak memperhatikan.
Ternyata seperti sebelumnya, gagak hitam itu lagi-lagi berada di arah selatan.
Kini ada perasaan di hati Hantu Jatilandak bahwa gagak hitam itu bukan burung
biasa. "Ketika aku lari ke utara, burung itu seperti berusaha menghalangi. Kini akan
kucoba lari ke selatan...." Sekali lompat saja Hantu Jatilandak lalu melesat dua
tombak, terus lari secepat yang bisa dilakukannya menuju selatan.
Di atas sana, gagak hitam tadi ternyata juga terbang ke arah selatan. Malah
seperti sengaja berada di sebelah depan, seolah menuntun lari Hantu Jatilandak.
Hantu Jatilandak tidak, tahu berapa lama dan berapa jauh dia lari mengikuti
gagak hitam itu. Dia baru sadar ketika dua kakinya mendadak terasa berat dan di
barat sang surya hampir menggelincir masuk ke titik tenggelamnya. Memandang ke
depan Hantu Jatilandak melihat gagak hitam melayang turun lalu hinggap di atas
sebuah batu besar di tempat ketinggian. Hantu Jatilandak memperhatikan
berkeliling. Dia dapatkan dirinya berada di satu bukit penuh bebatuan. Ketika


Wiro Sableng 110 Rahasia Patung Menangis di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dia memandang lagi ke arah ketinggian di depan sana, gagak hitam itu tak
kelihatan lagi di atas batu besar! Sementara udara mulai berangsur gelap. Batubatu besar di sekelilingnya kelihatan seperti berubah aneh dalam kehitaman malam
yang segera turun.
"Burung gagak itu lenyap. Benar-benar aneh..." kata Hantu Jatilandak dalam hati.
Saat itulah dia baru menyadari bahwa tempat dimana dia berada diselimuti hawa
dingin luar biasa. Tubuhnya yang tanpa pakaian dan penuh keringatan mulai
menggigil. Tak ada pepohonan atau semak belukar untuk berlindung dari hawa
dingin. Hantu Jatilandak melangkah mendekati sebuah batu besar. Dalam gelap dia melihat
ada sedikit cegukan pada batu itu. Mungkin dia bisa berlindung di cegukan
tersebut. Hantu Jatilandak hampiri batu besar itu lalu sandarkan 110 RAHASIA PATUNG
MENANGIS Pendekar Kapak Naga Geni 212 - WIRO SABLENG
punggungnya. "Apa yang harus kulakukan di tempat ini" Burung
'gagak hitam itu lenyap entah kemana. Petunjuk apa yang sebenarnya hendak
diberikan binatang itu. Apa aku harus terus berada di sini, menunggu sampai
pagi?" Hantu Jatilandak rangkapkan dua tangan di depan dada menahan dingin yang amat
sangat. Sambil berpikir-pikir Hantu Jatilandak ulurkan kepalanya sedikit,
memandang berkeliling. Dia dapati ternyata di samping kiri ada sebuah batu yang
dalam gelap bentuk dan besarnya menyerupai sosok manusia. Hantu Jatilandak
ulurkan tangannya mengusap bagian batu yang menghadap kearahnya. Dia tersentak
kaget tapi juga gembira karena ketika tangannya menyentuh batu ada hawa hangat
menjalar masuk ke dalam tubuhnya hingga dia tidak kedinginan dan menggigil
seperti tadi. Dari hanya memegang bagian belakang batu itu Hantu Jatilandak alihkan
pegangannya ke depan. Jari-jarinya mengusap-usap kian kemari. Baru dia menyadari
kalau jari-jarinya bukan seperti menyentu batu yang keras dan kasar, tetapi
seolah mengusap sosok tubuh manusia benaran, halus dan lembut! Pemuda bersosok
aneh itu terus mengusap bagian depan batu. Usapannya naik ke atas. Mendadak dia
jadi tersentak ketika jari-jarinya terasa basah oleh cairan hangat.
Hantu Jatilandak bergerak keluar dari dalam cegukan batu besar. Ketika dia
memperhatikan batu yang tadi diusap-usapnya itu terkejutlah dia karena batu itu
berbentuk satu sosok patung perempuan berambut terurai.
"Wahai siapa yang membuat patung begini bagus.
Halus... benar-benar menyerupai manusia hidup. Aneh!
Bagaimana patung ini bisa berada di tempat ini" Mungkin ada seorang pemahat yang
tengah mengerjakan pembuatan patung ini pada siang hari. Kalau malam dia pergi
untuk istirahat. Tak bisa jadi. Patung ini benar-benar sudah rampung. Bagus dan
sangat halus buatannya...." Hantu Jatilandak ingat pada cairan hangat yang
tersentuh jari-jari tangannya. Ketika dia memperhatikan wajah patung itu kaget
Hantu Jatilandak bukan kepalang. Ternyata cairan hangat itu keluar dari dua mata
patung. Seolah tetesan-tetesan air mata.
"Patung menangis...." desis Hantu Jatilandak.
"Bagaimana mungkin.... Apa arti semua keanehan ini.
Bermula dari burung gagak hitam itu. Lalu sekarang patung ini...." Hantu
Jatilandak pegang wajah patung itu dengan dua tangannya. "Benar-benar cantik..."
katanya. Lalu anehnya tetesan air mata semakin banyak keluar dari sepasang mata patung.
"Aku harus menunggu sampai 110 RAHASIA PATUNG MENANGIS
Pendekar Kapak Naga Geni 212 - WIRO SABLENG
pagi! Kalau patung ini memang sedang dikerjakan seseorang, besok pasti aku akan
bertemu dengan pemahatnya. Kalau tidak, mungkin aku akan menemukan keanehan lain
atau satu petunjuk...."
Baru saja Hantu Jatilandak selesai berucap tiba-tiba entah dari mana datangnya,
seolah dari kejauhan bergema satu suara halus. Suara perempuan.
"Wahai anak manusia, kau mengadakan perjalanan siang malam sejauh ini. Di matamu
yang kuning terpancar satu ganjalan hati yang selama ini membayangimu kemana kau
pergi. Hal apakah yang menjadi onak dan duri dalam hati sanubarimu?"
"Siapa yang barusan bicara"!" kata Hantu Jatilandak setengah berseru. Dia
memandang berkeliling menembus kegelapan. Lalu pandangannya tertuju kembali pada
patung perempuan cantik di hadapannya.
Diperhatikannya mulut patung. Tak ada perubahan, apa lagi bergerak. Tengkuk
Hantu Jatilandak terasa merinding.
"Wahai anak malang. Kau tak bersedia menjawab.
Tak jadi apa...."
"Tunggu dulu!" kata Hantu Jatilandak. "Dengan siapa aku bicara" Siapa yang
bicara dengan diriku! Bagaimana aku bisa bicara dengan seseorang yang tak bisa
kulihat!" "Anak malang, kau bicara dengan hatinuranimu sendiri. Selama kau tidak mau
berterus terang dengan dirimu sendiri maka ganjalan hidup akan tetap mendekam
dalam dirimu...."
"Wahai, baik... aku bicara. Aku anak manusia yang tidak tahu siapa ayah dan
siapa ibuku! Bertahun-tahun aku coba memecahkan teka-teki, mencari tahu siapa
mereka adanya dan dimana mereka berada. Tapi sia-sia belaka...."
"Anak malang, kau harus segera meninggalkan tempat ini..." kata suara di
kejauhan. Hantu Jatilandak perhatikan mulut patung. Ternyata memang tidak
bergerak. "Tidak, aku akan menunggu sampai pagi. Aku ingin melihat kecantikan dan
kemulusan patung ini di bawah sapuan sinar matahari..."
"Wahai anak malang..."
"Kau terus-terusan menyebutku anak malang. Apakah kau mengetahui seluk beluk
rahasia diriku?" Hantu Jatilandak bertanya.
"Tak akan kujawab pertanyaanmu wahai anak malang.
Karena jawabnya ada dalam dirimu sendiri. Satu hal aku minta padamu, jangan
bellama-lama berada di tempat ini. Sesuatu tidak terduga bisa saja terjadi.
Sekarang juga tinggalkan tempat ini. Pergilah ke Negeri Latanahtembikar. Temui
Kepala Negeri yang bernama 110 RAHASIA PATUNG MENANGIS
Pendekar Kapak Naga Geni 212 - WIRO SABLENG
Latrubus. Orang ini dulunya bernama Lahambalang.
Dialah ayahmu. Jika dia tidak mengakui dirimu sebagai puteranya karena ragu
tidak percaya, temuilah seorang nenek dukun beranak bernama Luhumuntu di Negeri
Latanahsilam. Dialah satu-satunya saksi yang mengetahui siapa dirimu. Bawa
perempuan tua ke hadapan Kepala Negeri Latanahtembikar agar lenyap segala keraguan.,,."
Hantu Jatilandak serasa tidak percaya mendengar ucapan orang yang tak kelihatan
itu. Dia memandang berkeliling lalu mendongak ke langit. "Wahai, sungguh ini
satu berita yang mengejutkan. Hatiku gembira luar biasa. Namun...."
"Jangan membuat keraguan dalam dirimu sendiri wahai anak malang. Pergilah
segera. Semoga Dewa memberkatimu...."
Hantu Jatilandak menyeringai mendengar ucapan terakhir itu. Dia memandang ke
arah kegelapan.
"Wajahmu menandakan ada yang tidak berkenan di hatimu. Kau mengalihkan muka ke
jurusan lain pertanda ada kekecewaan dalam dirimu. Wahai, jelaskan padaku
sebelum kau pergi. Gerangan apa yang kau rasakan saat ini?"'
"Kesengsaraan hidup yang aku alami saat ini justru karena kutuk Para Dewa dan
Para Peri. Apakah mungkin aku mengharapkan berkah dari para Dewa?"
"Aku tidak akan menjawab pertanyaanmu karena jawabnya ada dalam dirimu sendiri.
Sekarang pergilah wahai anak malang..., Waktumu hampir habis...."
"Aku ingin menolong seorang sahabat. Dia juga tidak mengetahui siapa dan dimana
ayah bundanya. Namanya Luhcinta. Apakah kau bisa menolong memberi petunjuk?"
"Menolong orang lain adalah sangat baik, apa lagi dilakukan dengan hati bersih.
Tetapi jika hal itu berada di luar jangkauan kita mengapa harus mempersulit diri
sementara diri sendiri diselubungi berbagai kesulitan"
Berkah para Dewa juga akan turun pada diri sahabatmu itu. Dia kelak akan
mengetahui siapa ibu dan ayahnya.
Wahai jangan berada lebih lama di tempat ini. Pergilah....
Aku melihat tanda-tanda kurang baik...."
Hantu Jatilandak pandangi patung batu di hadapannya.
Suara itu memang datang dari kejauhan dan mulut patung sejak tadi
diperhatikannya sedikitpun tidak bergerak. Tapi ada rasa percaya dalam diri
pemuda ini bahwa yang barusan bicara padanya adalah patung perempuan itu. "Aku
akan menguji..." kata Hantu Jatilandak dalam hati. Lalu dengan hati-hati dia
tempelkan pipinya yang berduri ke pipi patung perempuan itu seraya berbisik.
110 RAHASIA PATUNG MENANGIS
Pendekar Kapak Naga Geni 212 - WIRO SABLENG
"Patung batu, kau bukan saja cantik tetapi juga baik.
Aku tidak menganggapmu patung. Bagiku kau adalah manusia hidup. Jika saja aku
memang pernah punya ibu, aku ingin ibuku secantik dan sebaik dirimu. Aku pergi
sekarang. Selamat tinggal. Jika ada kesempatan aku pasti akan menemuimu lagi di
tempat ini...."
Sekonyong-konyong ada detak aneh di bagian dada patung. Lalu dari dua mata
patung itu mengalir deras tetesan air mata. Sepasang mata Hantu Jatilandak
membesar "Berarti... wahai! Berarti dia mendengar, paling tidak patung ini
mengerti apa yang aku ucapkan.
Aku yakin dia juga tadi yang bicara secara aneh padaku...."
Baru saja Hantu Jatilandak selesai membatin tiba-tiba dalam gelapnya malam
terdengar dua suara tawa bergelak. Satu suara tawa lelaki, satunya lagi suara
tawa perempuan.
"Manusia buruk rupa! Tidak bisa bercinta dengan manusia, melampiaskan nafsu
berpeluk-pelukan dengan patung batu! Ha... ha... ha!"
110 RAHASIA PATUNG MENANGIS
Pendekar Kapak Naga Geni 212 - WIRO SABLENG
BASTIAN T1T0 Rahasia Patung Menangis
KITA tinggalkan sementara Hantu Jatilandak dan patung menangis di bukit berbatubatu itu. Kita ikuti dulu perjalanan Pendekar 212 Wiro Sableng dan dua temannya
yaitu si bocah konyol Naga Kuning dan kakek bau pesing Si Setan Ngompol.
Pemilik perahu bertubuh gemuk buntak itu lambaikan tangannya pada tiga orang
yang berada di tepi sungai.
"Aku tahu kalian hendak ke Tanahsilam. Perjalanan cukup jauh dari sini. Jika ada
perahu mengapa mau berlelah-lelah berjalan kaki" Dengan perahu kalian bisa
sampai lebih cepat!"
"Bagaimana kerbau buntak itu tahu kita hendak ke Latanahsilam," tanya Wiro pada
dua temannya, Naga Kuning dan Si Setan Ngompol.
Di atas perahu si gemuk kembali berseru. "Aku pernah melihat kalian bertiga di
Negeri Latanahsilam.
Bukankah kalian orang-orang gagah yang kabarnya datang dari negeri seribu dua
ratus tahun mendatang"
Wahai, jika kalian mau naik perahuku biar tidak dibayarpun aku mau! Aku merasa
bangga bisa membawa orang-orang hebat seperti kalian...."
"Kalau tidak bayar memang lumayan juga!" kata Naga Kuning.
"Dengan naik perahu bisa mengurangi kencingku.
Berarti menghemat air yang ada dalam tubuhku!" kata Si Setan Ngompol sambil
senyum-senyum. Lalu bersama Naga Kuning dia mendahului naik ke atas perahu.
Wiro masih tegak di tepi sungai. Memperhatikan pemilik perahu itu sejenak.
"Hai! Kau memilih jalan kaki atau bagaimana"!" seru Naga Kuning.
Akhirnya Pendekar 212 menyusul masuk ke dalam perahu. Sepanjang perjalanan
pemilik perahu yang mengaku bernama Labuntalan itu tidak henti-hentinya
berceloteh. Menurutnya orang senegeri Latanahsilam mulai mengenal Wiro dan
kawan-kawannya sejak tubuh mereka masih merupakan sosok-sosok katai.
"Orang di Latanahsilam mulai mengenal kalian bertiga setelah terjadi Bakucarok,
perkelahian hidup mati antara Lahopeng dengan Lakasipodi tanah lapang," kata 110
RAHASIA PATUNG MENANGIS
Pendekar Kapak Naga Geni 212 - WIRO SABLENG
Labuntalan pula. (Baca Serial Wiro Sableng berjudul
"Bola-Bola Iblis").
Sambil bercerita pemilik perahu itu terus saja mendayung. Diam-diam Wiro
memperhatikan. Sekali dayungnya dikayuh perahu melesat sampai beberapa tombak ke
depan. Padahal saat itu mereka melawan arus.
Murid Eyang Sinto Gendeng mempunyai kesan bahwa Labuntalan mengayuh perahunya
bukan cuma mengandalkan tenaga kasar dan tenaga luar. "Agaknya si gendut satu
ini memiliki tenaga dalam tidak rendah. Aku menaruh curiga jangan-jangan dia
bukan tukang penyewa perahu biasa. Setahuku orang di Negeri Latanahsilam pelitpelit. Adalah aneh kalau dia mau-mauan mengantar sejauh ini ke Latanahsilam
tidak usah dibayar. Aku harus mengetahui siapa dia sebenarnya. Aku akan
menguji...."
Diam-diam Pendekar 212 kerahkan tenaga dalam lalu dialirkan ke sebelah bawah
tubuhnya. Perahu yang sedang meluncur laju itu perlahan-lahan bergerak turun ke
bawah seolah beban yang dibawanya bertambah berat ratusan kati. Sewaktu air
sungai hampir mencapai pinggiran perahu baru Naga Kuning dan Si Setan Ngompol
menyadari dan sama terkejut. Namun Wiro cepat memberi tanda. Dia terus
memperhatikan si gemuk yang mendayung perahu. Walau perahu itu menjadi sangat
berat dan daya luncurnya tertahan namun Labuntalan terus saja mendayung seolah
tidak terjadi apa-apa. Kini kecurigaan Pendekar 212 jadi bertambah besar. Saat
itu di depan mereka tampak meluncur perlahan sebuah perahu, didayung oleh
seorang perempuan. Karena orang ini membelakangi maka wajahnya tidak kelihatan.
"Labuntalan, harap kau suka menepikan perahu,"
kata Wiro. "Wahai, ada apa" Kita masih jauh dari tujuan!" ujar pemilik perahu seraya
mengayuh lebih kuat hingga perahunya meluncur mendekati perahu di sebelah depan.
"Kami ada keperluan sebentar. Kakek temanku ini kepingin kencing! Kecuali kalau
kau membolehkan dia beser di atas perahumu!" kata Naga Kuning pula.
Pada saat perahu yang ditumpangi Wiro berjajar dengan perahu di depannya,
perempuan yang mendayung palingkan kepala. Ternyata dia adalah seorang perempuan
tua berdandan mencorong. Selagi Wiro dan Naga Kuning rasa-rasa pernah melihat
nenek itu, Si Setan Ngompol sudah lebih dulu berseru seraya lambaikan tangan.
"Luhlampiri!"
Si nenek di atas perahu balas melambaikan tangan disertai lontaran senyum yang
membuat Si Setan Ngompol jadi belingsatan lupa diri. Langsung saja dia berdiri
di atas perahu hingga perahu yang masih berat oleh 110 RAHASIA PATUNG MENANGIS
Pendekar Kapak Naga Geni 212 - WIRO SABLENG
tenaga dalam Wiro itu bergoyang kian kemari. Air sungai masuk ke dalam perahu.
Si kakek seolah tidak acuh, terus saja lambai-lambaikan tangannya kegirangan.
Sebenarnya jika Setan Ngompol mengerahkan tenaga dalam dan ilmu meringankan
tubuh maka sekalipun dia berjingkrak-jingkrak, perahu itu tidak akan bergoyang
sedikitpun. "Kek, kau mabok atau kesurupan melihat nenek mencorong itu!" berkata Naga
Kuning. "Kurasa mabok belum, kesurupan juga tidak. Tapi kegatalan!" menjawab Pendekar
212. Si Setan Ngompol tidak perdulikan ejekan dua sahabatnya itu. Sambil terus
melambaikan tangan dan senyum-senyum dia berkata. "Luhlampiri, nenek cantik
bertubuh montok! Kucari-cari belum sempat bertemu.
Tahu-tahu kini kau muncul sendiri seolah diantar malaikat!
Bukan main.... Kau tambah cantik saja. Kulitmu tambah putih, seperti berkilau!"
Si kakek leletkan lidahnya sambil geleng-geleng kepala. Matanya yang jereng
berputar-putar.
"Wahai kakek gagah dari negeri seribu dua ratus tahun mendatang! Apa kau tega
membiarkan aku kedinginan seorang diri dalam perahu ini?"
"Wahai! Mana tahan aku mendengar ucapanmu sahabatku cantik!" Si Setan Ngompol
kedipkan matanya lalu berpaling pada Wiro dan Naga Kuning. "Rejeki besar ini
tidak boleh dilewatkan. Kawan-kawan aku terpaksa meninggalkan kalian. Aku mau
pindah perahu! Berdempet-dempet dengan kalian di perahu ini gerah rasanya! Dari pada semaput
lebih baik aku pindah ke perahu nenek cantik itu!"
"Kakek sialan..." memaki Naga Kuning.
Si Setan Ngompol siap hendak melompat. Tapi celananya digaet jari-jari Naga
Kuning hingga merosot ke bawah. Kalau tidak lekas kakek ini pegangi celananya,
auratnya akan tersingkap jelas depan belakang.
Di seberang sana si nenek tertawa cekikikan melihat kejadian itu.
"Anak kurang ajar! Kau mau kutendang"!" sentak Si Setan Ngompol sambil menahan
kencingnya. "Kek, apa kau lupa ucapan Lakasipo"!" Wiro cepat menegur.
"Weh! Ucapannya yang mana"!" tanya si kakek.
"Lakasipo pernah menerangkan. Nenek itu pernah kawin dengan... entah sepuluh


Wiro Sableng 110 Rahasia Patung Menangis di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

entah selusin laki-laki.
Semua suaminya menemui ajal! Kau mau ikut-ikutan mati"!"
"Anak tolol! Memangnya aku mau kawin sama nenek itu"!" ujar Setan Ngompol seraya
pegangi bagian 110 RAHASIA PATUNG MENANGIS
Pendekar Kapak Naga Geni 212 - WIRO SABLENG
bawah perutnya.
"Kawin betulan memang belum tentu. Tapi kalau ketelanjuran kawin-kawinan berarti
kau memang sengaja mencari penyakit...."
"Kalian berdua masih muda-muda tahu apa. Penyakit itu ada dua macam tahu!
Pertama penyakit yang benar-benar sakit. Ke dua penyakit sakit-sakit enak. Nah
aku mau mendapatkan penyakit yang sakit-sakit enak itu! Aku tahu kalian berdua
ngiri! Jangan khawatir dua sobatku. Nenek itu tak mungkin hamil! Ha... ha...
ha!" Setan Ngompol tertawa bergelak. Lalu tanpa tunggu lebih lama dia melompat.
Tubuhnya melayang di udara, masuk ke dalam perahu yang ditumpangi si nenek.
"Tua bangka edan! Namanya saja Luhlampiri. Masih saudara dengan Nenek Lampir
tukang cekik. Kalau sudah dicekik lehernya atas bawah baru kakek geblek itu tahu
rasa!" Naga Kuning memaki panjang pendek.
Begitu masuk di dalam perahu, Si Setan Ngompol segera mengambil pendayung dari
tangan Luhlampiri.
Keduanya bicara sambil tertawa-tawa seolah sudah akrab dan kenal lama.
Tiba-tiba perahu itu berbalik berputar arah.
"Eh, mau kemana mereka"!" ujar Wiro keheranan.
"Mereka agaknya tak mau searah dengan kita..."
ucap Naga Kuning.
Ketika berpapasan Si Setan Ngompol tempelkan dua jari tangan kanannya di bibir
lalu dilayangkan ke depan. "Silahkan meneruskan perjalanan. Tunggu aku di
Latanahsilam. Aku mau mencari penyakit enak-enak!
Ha... ha... ha!"
"Benar-benar kakek geblek!" sungut Wiro.
"Biarkan saja! Kalau belum kena batunya dia belum kapok! Biar kita meneruskan
perjalanan ke Latanahsilam..." Wiro berpaling ke haluan. "Astaga! Si gendut itu
lenyap!" Naga Kuning kaget besar. Dia memutar kepala.
Pemilik perahu bernama Labuntalan yang tadi duduk di sebelah belakang mereka tak
ada lagi di atas perahu.
Pendayung juga ikut lenyap. Sementara itu perahu perlahan-lahan miring ke
samping. Air masuk dari lamping sebelah kanan.
"Dinding perahu berlobang besar!" ujar Pendekar 212 sambil meraba dengan kaki
kanannya. "Pasti ini pekerjaan si gendut celaka itu!"
"Aku memang sudah curiga sebelumnya! Tak bisa kuduga siapa dia sebenarnya! Naga
Kuning, kita harus segera tinggalkan perahu ini sebelum karam. Sungai ini cukup
dalam!" Wiro dan Naga Kuning kerahkan ilmu meringankan 110 RAHASIA PATUNG MENANGIS
Pendekar Kapak Naga Geni 212 - WIRO SABLENG
tubuh. Pada saat perahu itu amblas karam ke dalam sungai ke duanya telah melesat
di udara, melompat ke tebing sungai.
"Naga Kuning, dengar. Kalau si gendut pemilik perahu itu musuh dalam selimut,
aku khawatir jangan-jangan nenek berdandan mencorong itu sama belangnya! Berarti
sahabat kita Si Setan Ngompol berada dalam bahaya!"
"Bahaya apa"!" sungut Naga Kuning. "Saat ini jangan-jangan dia sudah mendapatkan
penyakit enak-enak itu!
Aku tahu betul kelakuan si kakek itu! Pasti sudah dilakukannya-di atas perahu!"
"Aku tidak perduli apa yang dilakukannya! Yang aku khawatirkan nyawanya saat ini
tengah terancam! Kita harus mengejarnya!"
"Kita tak punya perahu!"
"Kita mengejar dengan berlari sepanjang tepian sungai!" kata Wiro lalu tidak
perdulikan Naga Kuning dia segera lari ke arah lenyapnya Si Setan Ngompol dan
Luhlampiri. Naga Kuning banting-banting kaki kesal.
Sebelumnya dia sudah punya rencana begitu sampai di Latanahsilam dia akan segera
mencari gadis cantik bernama Luhkimkim yang selalu dikenangnya itu.
110 RAHASIA PATUNG MENANGIS
Pendekar Kapak Naga Geni 212 - WIRO SABLENG
BASTIAN TITO Rahasia Patung Menangis
DI ATAS perahu pembicaraan antara Si Setan Ngompol dan si nenek bernama
Luhlampiri berlangsung meriah. Sesekali diseling gelak tawa. Sikap nenek yang
genit membuat Setan Ngompol jadi berani. Tangannya merangkul kian kemari.
Hidungnya menciumi wajah si nenek yang berdandan mencorong hingga muka Setan
Ngompol berselomotan bedak dan gincu. Ketika Setan Ngompol hendak menyelinapkan
tangannya ke balik kain si nenek, Luhlampiri tertawa cekikikan dan menggeser
duduknya menjauhi si kakek tapi ke dua kakinya sengaja diangkat demikian rupa
hingga tersingkap mulai dari lutut ke atas. Walau sudah tua ternyata sepasang
paha si nenek masih kencang dan putih mulus. Melihat sikap si nenek yang jelasjelas mengundang hampir saja Setan Ngompol hendak melompati nenek itu.
"Di hutan di tepi sungai sana, ada satu pondokan.
Aku sudah lama tidak ke sana. Tempatnya bersih.
Agaknya sekali ini bersamamu aku ingin sekali menginap paling tidak tujuh hari
tujuh malam! Bagaimana pendapatmu wahai kakek gagah?" Luhlampiri kedipkan
matanya dan lontarkan senyum genit.
Sepasang mata jereng Setan Ngompol membuka lebar dan berputar-putar. Nafasnya
belum apa-apa sudah memburu dan darahnya menjadi panas. "Jangankan tujuh hari
tujuh malam! Tujuh ratus hari tujuh ratus malampun aku mau mendekam di pondok
itu bersamamu!"
"Hik... hik... hik!" Luhlampiri tertawa cekikikan. "Sejak pertama kali aku
melihatmu di Tanahsilam dulu, aku sudah menduga kaulah lelaki idaman menjadi
kawan hidupku untuk selama-lamanya! Ternyata dugaanku tidak meleset!"
"Dan kau adalah nenek cantik montok. Kau akan kujadikan panutan hati, ganjalan
kekasih hidupku siang dan malam...."
"Hik... hik.... Kau kakek nakal! Masakan aku akan kau jadikan ganjalan"
Memangnya mau diganjal bagaimana"!" tanya Luhlampiri lalu digigitnya telinga
kiri Si Setan Ngompol yang lebar hingga kakek ini menjerit kesakitan dan balas
menggigit dada si nenek. Ke duanya lalu tertawa ha-ha-hi-hi.
"Kakek gagah kekasihku, lekas dayung dan bawa 110 RAHASIA PATUNG MENANGIS
Pendekar Kapak Naga Geni 212 - WIRO SABLENG
perahu ke tepi sana...."
Setan Ngompol segera mendayung perahu menuju tepi sungai. Di satu tempat begitu
perahu berhenti sepasang kakek nenek ini segera naik ke darat. Tak jauh berjalan
memasuki rimba belantara sampailah mereka ke sebuah pondok kayu. Dari keadaan
kayu serta bersihnya pondok agaknya bangunan itu belum lama didirikan.
"Aku malu mengatakan," kata Luhlampiri sambil mendorong pintu pondok.
"Sebenarnya pondok ini sudah lama kusiapkan, sengaja untuk kita berdua. Begitu
lama aku menunggu kau, baru hari ini bertemu dan membawamu ke sini. Aku benarbenar tersiksa dalam kerinduan...."
"Aku tidak tahu begitu besar perhatianmu terhadapku, Luhlampiri..." kata Setan
Ngompol seraya peluk nenek itu penuh gairah.
Tanpa menutup pintu si nenek langsung saja melangkah ke satu ranjang kayu di
sudut kanan pondok.
Dia tegak di samping ranjang, berbalik dan memandang pada Setan Ngompol.
"Tidakkah kau ingin membuka pakaianmu wahai kakek gagah kekasihku?"
"Aku...." ditantang begitu rupa Setan Ngompol jadi kikuk dan terkencing. "Aku
justru ingin kau membuka pakaian lebih dulu...."
"Kau orang tua nakal! Maunya untung dan senang sendiri!" kata Luhlampiri. "Tapi
tak apa. Kau kekasihku dan aku suka padamu. Demimu apapun akan kulakukan!"
Lalu dengan cepat si nenek buka bajunya yang terbuat dari kulit kayu kering dan
lembut itu. Si Setan Ngompol jadi panas dingin. Matanya dipentang tak berkesip. Sebentar
lagi dia akan menyaksikan satu tubuh putih montok yang selama ini diimpiimpikannya. Tapi apa yang terjadi kemudian justru tidak seperti yang diduga Si
kakek! Begitu pakaian si nenek terbuka, ternyata di bawah pakaian itu dia masih
mengenakan pakaian lain berwarna warni. Tak ada kulit putih dan dada montok yang
terlihat. Malah satu pemandangan lain membuat Setan Ngompol kaget tercekat.
Setelah membuka baju luarnya kelihatanlah kini, ternyata si nenek memiliki dua
tangan palsu yang terbuat dari besi yang sudah karatan mulai dari bahu sampai ke
ujung-ujung jari!
"Wahai kekasihku, kulihat mukamu berubah! Ada apakah"!" Luhlampiri bertanya
sambil tersenyum. "Ingin sekali aku merangkul tubuhmu dengan dua tanganku ini!"
Si nenek angkat ke dua tangannya. Jari-jarinya runcing tajam seperti mata pisau.
Memburu Nyawa Pendekar 3 Playboy Dari Nanking Karya Batara Suling Naga 22

Cari Blog Ini