Ceritasilat Novel Online

Rahasia Kincir Hantu 3

Wiro Sableng 109 Rahasia Kincir Hantu Bagian 3


luar biasa cepat, dia hanya mampu menghindari serangan bara api yang menyambar
ke kepala dan dadanya. Bara api ke tiga, yang menyambar ke arah bagian bawah
perutnya tidak sanggup
dielakannya. "Celaka perabotanku!" seru Si Setan Ngompol dengan muka pucat. Dia telah
berusaha melompat sambil kangkangkan ke dua kakinya mengharap bara api itu akan
lewat di bawah selangkangannya, tapi percuma saja!
Naga Kuning dalam kagetnya tak sempat berbuat apa-apa. Pendekar 212 Wiro Sableng
sendiri berusaha mencabut Kapak Maut Naga Geni 212 dari pinggangnya, namun
terlambat. Dia akhirnya memutuskan untuk menghantam lawan dengan Pukulan Sinar
Matahari. Masih tetap terlambat tak ada gunanya!
Dalam keadaan luar biasa gentingnya itu tiba-tiba dari balik pohon besar
berkelebat mengapung satu bayangan besar disertai bentakan garang.
"Siapa berani mencelakai tiga saudaraku!"
Satu ringkikan keras menggelegar.
Lalu "tranggg!"
Bara api yang menyambar selangkangan Si Setan Ngompol terpental. Sebuah benda
berbentuk bola hitam somplak. Sosok yang mengapung di udara terdorong sampai
setengah tombak tapi masih bisa jatuhkan diri di tanah dan pasang kuda-kuda
pertahanan yang secepat kilat bisa berubah menjadi kuda-kuda menyerang!
Setan Ngompol jatuh terduduk di tanah. Sambil usap-usap bagian bawah perutnya
dia berulang kali mengucap.
"Nasibmu masih untung buyungl Ada orang yang Rahasia Kincir Hantu Tiraikasih&Huybee Wiro Sableng
Pendekar Kapak Naga Geni 212
menolongmu!"
"Serrrrrr."
Karena diusap-usap dan masih dalam keadaan
cemas tegang, sibuyung akhirnya kembali memancur!
Rahasia Kincir Hantu - Tiraikasih&Huybee Wiro Sableng
Pendekar Kapak Naga Geni 212
BASTIAN TITO Rahasia Kincir Hantu
11 HANTU Bara Kaliatus menggeram marah ketika melihat siapa yang berdiri di
depannya. Sebaliknya Wiro dan dua temannya sama-sama menunjukkan kegembiraan
karena yang muncul dan yang barusan menolong Si Setan Ngompol adalah Hantu Kaki
Batu Lakasipo. Dengan hantaman bola batu di kaki kanannya Lakasipo berhasil
membuat mental bara api yang hendak merenggut nyawa Si Setan Ngompol. Bola batu
yang disebut sebagai Bola Iblis itu kelihatan gompal besar di salah satu
sisinya. Sejak bentrokan di Gunung Labatuhitam dulu Latandai alias Hantu Bara Kaliatus
telah menaruh dendam kesumat terhadap Lakasipo. Apalagi dari gurunya Hantu
Santet Laknat dia mendapat kabar kalau Luhsantini, bekas istrinya telah bermain
cinta dengan musuh besarnya itu! Kemarahan Hantu Bara Kaliatus jadi berlipat
ganda ketika dia melihat siapa perempuan berpakaian merah yang tegak di samping
Lakasipo saat itu. Bukan lain adalah Luhsantini, bekas istrinya sendiri!
Bara api dalam perut Hantu Bara Kaliatus pancarkan cahaya terang. Dari
tenggorokan orang ini keluar suara menggembor. Dia memandang membeliak pada
Lakasipo." Makhluk keparat! Aku memang sedang mencarimu! Sekarang kau datang
sendiri antarkan nyawa!"
Lakasipo menyeringai lalu menjawab. "Kau salah menduga wahai makhluk bermuka
manusia tapi berhati iblis! Aku datang justru hendak menjemput nyawamu!"
"Jahanam terkutuk!" maki Hantu Bara Kaliatus. Dia alihkan pandangannya pada
Luhsantini dan tumpahkan kemarahannya pada perempuan ini.
"Wahai! Benar rupanya kabar yang kusirap! Kau Rahasia Kincir Hantu Tiraikasih&Huybee Wiro Sableng
Pendekar Kapak Naga Geni 212
telah menjadi gendak lelaki berkaki batu ini! Istri yang dulu sangat kupuja
ternyata tidak lebih dari seorang pelacur!"
Wajah cantik Luhsantini menjadi merah padam.
Perempuan ini segera membuka mulut menukas.
"Latandai! Jangan bermimpi menganggap aku masih istrimu! Perbuatan kejimu telah
menyebabkan kita mencari jalan sendiri-sendiri! Ternyata bukan hanya hatimu yang
berbisa! Mulutmu juga penuh racun! Sungguh menjijikkan kau masih menyebutku
sebagai istri! Wahai! Apa kau lupa kau pernah hendak membunuhku sampai dua kali"
Apa kau lupa juga telah mencelakai anak kandung darah dagingmu sendiri" Hingga
Lamatahati menjadi cacat seumur hidupnya" Apa kau lupa bagaimana para Peri
mengutukmu"! Wahai! Dosamu selangit tembus sedalam dasar samudera!"
"Masih untung anak itu cuma cacat! Mauku dia harus mati! Karena dia adalah anak
haram jadah hasil hubunganmu dengan pemuda bernama Lasingar yang sudah kuhabisi
itu! Kau juga memberikan tubuhmu pada Hantu Muka Dua! Dan wahai! Kini kau
menjadi gendak peliharaan laki-laki berkaki batu itu!"
"Mulutmu beracun! Hatimu berbisa! Otakmu kotor penuh pikiran keji! Dulu aku
berharap agar Lamatahati, anakmu sendiri yang kelak akan membunuhmu! Tapi saat
ini aku memutuskan biar tanganku sendiri menamatkan riwayatmu! Kekejianmu
terhadap kami ibu dan anak sudah melewati takaran! Semua roh yang tergantung
antara langit dan bumi sudah lama menunggu rohmu!"
Habis berkata begitu Luhsantini lalu melompat kehadapan Hantu Bara Kaliatus
seraya lepaskan pukulan sakti bernama Di BalikLabukit Menghancur Lagunung.
Kehebatan pukulan ini, bagian depan sasaran yang kena dipukul tidak akan
mengalami cidera atau cacat sedikit pun. Namun bagian belakang sebaliknya akan
mengalami kehancuran mengerikan!
Rahasia Kincir Hantu - Tiraikasih&Huybee Wiro Sableng
Pendekar Kapak Naga Geni 212
" Perempuan jalang tak berguna! Mampuslah kau!"
teriak Hantu Bara Kaliatus. Dia menganggap enteng serangan bekas istrinya itu.
Namun jadi tersentak kaget ketika merasakan sambaran angin yang sangat dahsyat
menghantam ke arahnya. Hantu Bara Kaliatus segera maklum kalau ilmu kepandaian
Luhsantini kini jauh lebih tinggi dari sebelumnya! Maka tanpa berlak ayal dia
segera balas menghantam dengan pukulan Selusin Bianglala Hitam. Dua belas larik
sinar hitam menggebubu ke arah Luhsantini. Pukulan sakti inilah yang dulu
mencelakai anaknya sendiri yang masih bayi.
Lakasipo cepat dorong Luhsantini ke samping hingga perempuan itu terjajar sampai
satu tombak. Bersamaan dengan itu Lakasipo hantamkan kaki kanannya. Bola batu membabat ke
perut Hantu Bara Kaliatus. Walau kesaktiannya berpusat pada bagian perut dan
perut itu seolah kebal atos namun Hantu Bara Kaliatus tidak mau cari penyakit.
Bola batu yang membungkus dua kaki Lakasipo bukan bola batu biasa. Itu adalah
hasil pekerjaan santet si dukun keji jahat bernama Hantu Santet Laknat yang juga
adalah gurunya sendiri.
Dua belas larik sinar hitam menyambar udara
kosong. Sementara itu tendangan Lakasipo berhasil dielakkan oleh Hantu Bara
Kaliatus. Begitu selamat dari hantaman bola batu, Hantu Bara Kaliatus segera
semburkan dua bara api. Dia membuat gerakan seperti hendak menyerang Lakasipo.
Tapi tiba-tiba dia membalik dan arahkan semburan bara apinya pada Luhsantini.
"Luhsantini awas!" teriak Lakasipo. Dia cepat melompat lalu hantamkan kaki
batunya. Namun dua bara api itu luput. Untung Wiro yang telah bersiap siaga
cepat bertindak. Murid Sinto Gendeng melompat sambil lepaskan pukulan Segulung
Ombak Menerpa Karang. Pukulan sakti yang mengerahkan dua pertiga tenaga dalam
ini berhasil membuat mental salah satu dari dua bara api. Celakanya, bara api
yang satu lagi Rahasia Kincir Hantu - Tiraikasih&Huybee Wiro Sableng
Pendekar Kapak Naga Geni 212
masih terus melesat ke jurusan Luhsantini walau kini arahnya agak meleset.
Didahului teriakan keras Luhsantini melompat selamatkan diri. Namun seperti
hidup dan punya mata bara api yang satu ini mengejarnya. Si Setan Ngompol yang
berada di dekat situ segera ulurkan tangan membetot Luhsantini hingga perempuan
ini terpelanting jungkir balik.
"Wusssss!"
Bara Setan penghancur Jagat itu masih sempat menyerempet bahu kiri pakaian merah
yang dikenakan Luhsantini hingga kejap itu juga bahu kiri pakaiannya dikobari
api. Luhsantini menjerit keras. Naga Kuning cepat menolong. Sambil melompat dia
kerahkan tenaga dalam ke mulutnya lalu meniup. Kobaran api yang membakar pakaian
Luhsantini serta meria padam.
"Luhsantini! Kau tak apa-apa"!" teriak Lakasipo.
Perempuan itu tidak menjawab, melainkan terus menerjang ke arah Hantu Bara
Kaliatus, lancarkan serangan bertubi-tubi. Lakasipo segera pula bergabung.
Dikeroyok dua Hantu Bara Kaliatus jadi kelabakan.
Lakasipo bukan saja menggempur dengan serangan Kaki Roh Pengantar Mauf tapi juga
pergunakan tangan kosong, bertubi-tubi menghantamkan pukulan Lima Kutuk Dari
Langit. Luhsantini yang selama memencilkan diri di Gunung Labatuhitam ternyata
telah mendapat gemblengan dari seorang tokoh rahasia hingga kalau dulu dia hanya
seorang perempuan yang tidak tahu apa-apa kini berubah menjadi pendekar
berkepandaian tinggi dan menghujani Lakasipo dengan serangan-serangan gencar.
Membuat lawan tidak sempat melancarkan serangan dengan bara api yang ada dalam
perut. Lama kelamaan Hantu Bara Kaliatus tidak dapat lagi mengimbangi serbuan ke dua
orang itu. Dia hanya Rahasia Kincir Hantu - Tiraikasih&Huybee Wiro Sableng
Pendekar Kapak Naga Geni 212
bisa melakukan gerakan mengelak atau mundur terus-terusan. Kalau sampai Wiro
atau salah satu dari dua temannya ikut masuk ke dalam kalangan pertempuran
celakalah dirinya. Apalagi beberapa kali pukulan Luhsantini menyerempet
tubuhnya. Walau tidak mengalami cidera berarti namun tubuhnya terasa sakit-sakit
terserempet pukulan Di Balik Labukit Menghancur Lagunung itu. Sadar kalau bahaya
besar bakal mengancamnya maka Hantu Bara Kaliatus keluarkan satu suitan keras.
Dalam gelapnya malam, di udara tiba-tiba melayang satu makhluk besar menebar bau
busuk. Ternyata makhluk ini adalah walet raksasa tunggangan Hantu Bara Kaliatus.
Kepakan sayap binatang ini menimbulkan angin luar biasa kerasnya. Selagi orangorang yang ada di bawah sana tergontai-gontai bertahan agar tidak jatuh
terpelanting, Hantu Bara Kaliatus melesat ke punggung walet raksasa. Luhsantini
cepat mengenjot tanah. Sebelum Hantu Bara Kaliatus melesat kabur dia masih
sempat daratkan satu pukulan Di Balik Labukit Menghancur Lagunung di paha kiri
bekas suaminya Itu. Karena dalam keadaan bergerak pukulan tersebut tidak berapa
telak namun masih sempat terdengar keluhan kesakitan keluar dari mulut Hantu
Bara Kaliatus. Walet hitam juga keluarkan pekik kesakitan pertanda pukulan yang
dilepaskan Luhsantini ikut mengenai tubuh binatang itu!
Luhsantini melompat turun di tanah, tegak mendongak ke langit penuh gemas. Satu
tangan memegang bahu perempuan ini.
"Tak usah kecewa. Satu saat pembalasan akan menjadi bagian makhluk durjana itu.
Kau tidak apa-apa wahai Luhsantini?" Yang bertanya adalah Lakasipo.
Lelaki ini cepat memeriksa bahu di balik pakaian yang terbakar. Dia merasa lega
karena kulit bahu itu hanya lecet saja.
Rahasia Kincir Hantu - Tiraikasih&Huybee Wiro Sableng
Pendekar Kapak Naga Geni 212
Luhsantini palingkan wajahnya. Dia tersenyum pada Lakasipo yang barusan bicara
dan mengkhawatirkan, keselamatan dirinya. Sejak lelaki itu menolongnya di Gunung
Labatuhitam tempo hari (baca serial Wiro Sableng berjudul "Hantu Bara Kaliatus")
walau mereka lama tidak bertemu namun antara ke dua orang ini telah terjalin
satu sambung rasa yang hari demi hari semakin mendalam.
Melihat keadaan ke dua kaki Lakasipo serta mengetahui riwayat lelaki itu di masa
lalu timbullah rasa hiba Luhsantini terhadap lelaki berkaki batu ini. Rasa hiba
berubah menjadi suka dan selanjutnya rasa suka itu berganti dengan perasaan
cinta kasih sayang.
Lakasipo bukan tidak tahu kalau Luhsantini jatuh hati terhadapnya. Selain itu
dia juga mengetahui riwayat perkawinan Luhsantini dengan Latandai alias Hantu
Bara Kaliatus. Nasib seolah mempersatukan mereka. Dia tidak bisa menipu diri
bahwa dia pun mengasihani dan menyukai Luhsantini. Namun dalam diri Lakasipo
terkadang muncul rasa kebimbangan. Luhsantini memiliki paras jelita. Namun hati
Lakasipo seolah bercabang-cabang. Setiap rasa kasihnya menggelora terhadap
perempuan ini dan dia ingin menemuinya di Gunung Labatuhitam, ingatan dan
perasaan Lakasipo terbagi pada Peri Angsa Putih dan Luhjelita. Malah belakangan
ini entah mengapa dia selalu terkenang pada dara cantik bernama Luhcinta. Selain
itu ada rasa khawatir kalau-kalau mendiang roh istrinya yakni Luhrinjani muncul
secara mendadak. Di balik semua itu ada pula perasaan rendah diri menyamak di
hati Lakasipo mengingat keadaan kakinya yang terbungkus bola batu. Walau bolabola batu itu membuat dia menjadi seorang sakti mandraguna namun dia merasa
seolah-olah itu juga merupakan satu cacat pada dirinya. Dia telah berusaha
dengan berbagai cara untuk menghancurkan bola-bola batu itu. Tapi tidak ada satu
benda atau senjata pun yang sanggup membelah batu tersebut. Satu-satunya jalan
adalah mencari Hantu Rahasia Kincir Hantu - Tiraikasih&Huybee Wiro Sableng
Pendekar Kapak Naga Geni 212
Santet Laknat dan meminta nenek jahat itu untuk mengobati memusnahkan santetnya.
Wiro walau gembira melihat kedatangan Lakasipo namun karena lelaki itu datang
bersama Luhsantini maka dia merasa khawatir kalau Luhrinjani yang belum lama
pergi akan muncul kembali di tempat itu secara tidak terduga. Ingin memberi tahu
pada saudara ang-katnya itu Luhsantini berada terlalu dekat. Selagi dia mencari
akal bagaimana cara memberi tahu pada Lakasipo, Lakasipo bertanya padanya
bagaimana dia dan kawan-kawan bisa berada di tempat itu. Wiro lalu menceritakan.
Mulai dari kabar yang mereka dengar yang membuat mereka berkeinginan untuk
melihat dengan mata kepala sendiri Kincir Hantu itu, sampai pengalaman pahit
yang mereka alami sepanjang siang dan awal malam tadi.
"Katamu kincir itu lenyap begitu malam datang.
Wahai aku yakin kincir itu masih tetap di tempatnya semula. Tak mungkin ada yang
memindahkan..." kata Lakasipo.
Luhsantini ikut bicara. "Mungkin sekali ada satu kekuatan sakti menyungkupi
rumah dan kincir itu, membuat mata kita tidak mampu melihatnya. Bukankah orang
bernama Lateleng itu memiliki semacam ilmu asap?"
Lakasipo anggukkan kepala menyetujui pendapat Luhsantini. "Sejak beberapa waktu
lalu aku memang sudah mendengar cerita mengenai kincir itu. Kita tunggu sampai
pagi hari. Aku juga ingin menyelidik rahasia apa yang ada di balik kincir itu.
Aku punya firasat, jika terjadi satu peristiwa besar di negeri ini yang
berkaitan dengan keanehan dan keanehan itu berakhir pada kematian maka biasanya
di belakangnya Hantu Muka Dualah yang punya pekerjaan. Sekitar empat puluh tahun
silam pernah tersiar berita tentang lenyapnya seorang sakti bernama Lasedayu
yang diam Rahasia Kincir Hantu - Tiraikasih&Huybee Wiro Sableng
Pendekar Kapak Naga Geni 212
di Lembah Seribu Kabut. Lalu muncul seorang kakek yang digelari Hantu Langit
Terjungkir. Ada yang mengatakan orang tua ini sebenarnya adalah Lasedayu itu.
Tapi bukti-bukti tak cukup menunjang. Kemudian setahun lalu tersiar pula berita
menghilangnya seorang kakek sakti yang biasa dipanggil dengan sebutan Si Tongkat
Biru Pengukur Bumi. Kakek ini konon punya kebiasaan mengelana ke berbagai
pelosok negeri untuk melakukan pekerjaan aneh-aneh. Mulai dari orang baik sampai
yang jahat. Berita menarik paling akhir yang kudengar ialah rencana seorang
tokoh bernama Lawungu hendak membuat perhitungan dengan Hantu Santet Laknat yang
juga adalah musuh besarku! Di balik semua itu tersiar pula kabar bahwa tentu
Muka Dua mengaku-aku kalau Hantu Sejuta Tanya Sejuta Jawab adalah gurunya.
Sementara Hantu Sejuta Tanya Sejuta Jawab sendiri tidak pernah muncul seolah
menyembunyikan diri. Lalu di balik semua keanehan itu muncul Kincir Hantu dan
pemiliknya seorang mengaku bernama Lateleng. Siapa Lateleng ini adalah satu hal
sangat menarik untuk diketahui. bisa jadi dia sebenarnya adalah Lasedayu. Tapi
bukan mustahil pula Lateleng ini sebenarnya adalah Si Tongkat Biru Pengukir
Bumi. Bagaimana memecahkan semua rahasia ini sungguh soal yang pelik...."
"Kelihatannya memang begitu, Lakasipo," kata Wiro.
"Karenanya sebaiknya kita lebih dulu mulai dengan menyingkap rahasia yang ada di
balik Kincir Hantu itu. Dari gerak gerik Lateleng yang kulihat siang tadi, dia
seperti mencari sesuatu pada diri orang-orang yang jadi korbannya. Aku curiga,
kitab Kesaktian Menguasai Tujuh Jin adalah cerita kosong belaka! Hanya dipakai
untuk menarik perhatian agar orang-orang berdatangan ke sini untuk menjajal
Kincir Hantu itu. Mereka dijebak dan menemui ajal dalam jebakan itu!"
"Tapi setahuku kitab itu memang pernah ada.
Rahasia Kincir Hantu - Tiraikasih&Huybee Wiro Sableng
Pendekar Kapak Naga Geni 212
Hanya saja dikabarkan lenyap lima puluh tahun lalu.
Bukan mustahil Lateleng memang memilikinya..." kata Lakasipo pula.
"Lalu apa sebenarnya yang dicari kakek teleng itu" Hingga tega membunuh orangorang yang datang ke tempatnya"!"


Wiro Sableng 109 Rahasia Kincir Hantu di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Dia sulit dituduh melakukan pembunuhan. Bukankah orang-orang itu datang sengaja
untuk menjajal kehebatan Kincir Hantu. Apalagi dengan janji akan diberikan kitab
sakti kepada siapa yang berhasil bertahan sampai tiga kali putaran di atas roda
kincir..." jawab Lakasipo pula. Sejenak dia berpikir lalu baru melanjutkan
ucapannya. "Menurutmu, seperti yang kau saksikan dan malah kau alami sendiri,
ada keanehan di atas roda kincir itu. Pertama kakimu mendadak terasa berat, tak
bisa melompat " "Keanehan itu bisa saja hasil perbuatan Lateleng dengan mengerahkan tenaga dalam
membuat siapa saja yang ada di atas roda kincir menjadi merasa berat ke dua
kakinya. Tak sanggup melompat, tak sanggup menghindari benda yang kemudian
menabas dua kakinya..." ujar Wiro.
"Benda yang menabas kaki itu!" kata Lakasipo pula. "Kau coba menyelidiki apa
adanya. Tapi tidak berhasil. Waktu hal itu akan terjadi, lebih dulu sepasang
matamu silau oleh pantulan sinar matahari yang jatuh di atas roda kincir...."
"Aku curiga roda itu dipasangi sesuatu benda yang berkilauan saat kejatuhan
sinar sang surya.
Sayang aku tak bisa mencari tahu benda apa itu adanya. Aku coba menghancurkan kayu roda kincir
dengan kakiku. Ternyata kayu itu seatos baja! Tapi...."
Wiro garuk-garuk kepalanya. "Pada saat korban terakhir, lelaki berjuluk Si Hati
Baja menemui ajal, sebelumnya kami menyaksikan ada sinar melesat dari roda
kincir yang membuat dia kesilauan. Hal yang sama juga terjadi Rahasia Kincir
Hantu - Tiraikasih&Huybee Wiro Sableng
Pendekar Kapak Naga Geni 212
dengan diriku. Jika sinar menyilaukan itu merupakan satu hal yang diandalkan
maka aku bisa menduga Lateleng hanya melayani orang-orang yang datang pada siang
hari. Karena pada malam hari tidak ada sang surya!" Wiro pandangi sepasang
kakinya. Sambil gelengkan kepala dia berkata. "Kalau saja Luhrinjani tidak
muncul secara tiba-tiba menolongku, mungkin saat ini aku sudah menjadi
jerangkong seperti yang lain-lainnya itu."
Lakasipo melirik ke arah Luhsantini dan diam-diam menahan rasa kejut mendengar
ucapan Pendekar 212
tadi. Dia ingin menanyakan sesuatu tapi merasa segan karena Luhsantini berada di
dekat situ. Sebaliknya Luhsantini jadi merasa kurang enak. Kalau sampai roh
mendiang istri lelaki yang dikasihinya itu muncul lagi di tempat itu secara
tidak terduga, dia tidak dapat membayangkan apa yang akan terjadi.
Wiro memandang pada dua kakinya yang hampir
amblas di atas putaran roda Kincir Hantu. Kemudian dia perhatikan sepasang kaki
Lakasipo. Otaknya bekerja.
Lalu dia berkata. "Aku sepakat denganmu. Besok pagi kita lakukan penyelidikan.
Tapi hati-hati. Lateleng dan Kincir Hantunya bisa menebar maut secara tak
terduga...."
"Aku mencari tempat untuk istirahat dulu. Kalian jangan ke mana-mana," berkata
Luhsantini lalu dia tinggalkan orang-orang itu.
Baru saja perempuan itu lenyap di balik rerumpunan semak belukartiba-tiba di
udara terdengar suara menguik.
Lalu satu makhluk besar melayang turun dalam kegelapan malam.
Ketika Wiro mengenali siapa yang datang, dia segera membisiki Lakasipo. "Hantu
Kaki Batu, kau punya tamu yang tidak terduga. Sungguh bahagia malam ini kau
bakal ditemani dua orang perempuan cantik...."
"Jangan kau berkata begitu. Bisa saja dia muncul bukan mencariku, tapi
mencarimu," sahut Lakasipo.
Rahasia Kincir Hantu - Tiraikasih&Huybee Wiro Sableng
Pendekar Kapak Naga Geni 212
"Kita lihat saja," kata Setan Ngompol pula. "Jika kalian tidak mau menerimanya,
aku tidak keberatan untuk menemaninya ngobrol sampai pagi hari! Malah kalau
perlu mengobrol sampai mengompol!" Setan Ngompol lalu tertawa cekikikan.
"Tua bangka gendeng tak tahu diri!" maki Naga Kuning.
Rahasia Kincir Hantu - Tiraikasih&Huybee Wiro Sableng
Pendekar Kapak Naga Geni 212
BASTIAN TITO Rahasia Kincir Hantu
12 MAKHLUK besar yang melayang turun itu ternyata adalah seekor kura-kura terbang
berwarna coklat.
Penunggangnya sudah bisa diterka. Yaitu bukan lain gadis cantik genit Luhjelita.
Sambil tertawa lebar gadis ini melompat turun dari atas punggung kura-kura
coklat. Sebelumnya secara diam-diam dia telah menguntit perjalanan Wiro.
Gadis ini merasa perlu menemui pemuda itu untuk menjernihkan perselisihan yang
terjadi antara dia dengan Peri Angsa Putih yang juga menyangkut diri Wiro. Dia
berhasil mengetahui kalau Wiro dan dua kawannya tengah dalam perjalanan menuju
suatu tempat di mana Kincir Hantu terletak. Maka dia segera mengejar ke sana.
Namun dia tidak menyangka kalau di tempat itu juga ada Lakasipo. Seperti telah
dituturkan sebelumnya (baca serial Wiro Sableng berjudul "Peri Angsa Putih")
sebenarnya Luhjelita pernah jatuh hati pada Lakasipo. Namun setelah Pendekar 212
berubah sosok menjadi sebesar orang-orang di Negeri Latanahsilam, kegagahan sang
pendekar membuat hati si gadis kini jadi terpaut pada pemuda itu.
Karena tadi Luhsantini telah beranjak pergi, Luhjelita tidak tahu kalau
perempuan itu juga ada di tempat itu.
Selagi Luhjelita tegak kikuk di bawah pandangan Wiro dan Lakasipo, Si Setan
Ngompol mendatangi
gadis itu. "Sahabatku dara jelita berpakaian Jingga bernama Luhjelita. Ini satu
pertemuan tidak disangka.
Banyak orang gagah di tempat ini. Siapakah yang kau cari?"
Rahasia Kincir Hantu - Tiraikasih&Huybee Wiro Sableng
Pendekar Kapak Naga Geni 212
"Jelas bukan mencarimu! Karena kau tidak termasuk orang gagah!" menyahuti Naga
Kuning sambil monyongkan mulutnya pada si kakek lalu tekap hidung menahan tawa.
Setan Ngompol delikkan mata dan cubit pinggang si bocah hingga Naga Kuning
meringis kesakitan.
Luhjelita tersenyum. "Aku gembira melihat banyak sahabat di sini. Aku...." Gadis
itu memandang pada Wiro.
"Aku ingin bicara denganmu. Wahai...."
"Sebelum kalian berdua bicara, aku perlu bicara denganmu lebih dulu, Luhjelita,"
kata Lakasipo. Sementara itu Luhsantini yang semula hendak beristirahat membaringkan badan
telah berada di tempat itu, terbangun oleh suara menguik dan deru sosok
Laecoklat, kura-kura raksasa tunggangan Luhjelita.
Dia segera bangkit berdiri mendatangi. Begitu melihat Luhjelita, Luhsantini
ingin sekali menemui dan merangkul gadis itu. Sewaktu dulu Latandai alias Hantu
Bara Kaliatus hendak membunuhnya di kawah Gunung Latinggimeru, Luhjelitalah yang
menyelamatkannya walau bayi yang ada dalam dukungannya akhirnya yang kena
celaka. Dia berhutang budi dan nyawa pada gadis berpakaian Jingga itu. Namun
ketika mendengar percakapan Lakasipo dengan Luhjelita, Luhsantini batalkan
niatnya menemui gadis itu. Dadanya berdebar dan rasa cemburu membuat parasnya
serta merta menjadi merah. Berat dugaannya antara Lakasipo dan Luhjelita ada
hubungan yang agaknya bukan Cuma hubungan biasa.
"Wahai Lakasipo, orang gagah dan sakti di Negeri Latanahsilam, gerangan apakah
yang hendak kau bicarakan dengan diriku!" Luhjelita bertanya.
"Peristiwa ketika aku ikut bersamamu ke Goa Pualam Lamerah..." jawab Lakasipo.
"Ah, celaka! Dia masih ingat peristiwa itu. Bagaimana aku harus bicara...."
Luhjelita jadi merasa tidak enak.
Namun sambil lontarkan senyum genit dia berkata.
Rahasia Kincir Hantu - Tiraikasih&Huybee Wiro Sableng
Pendekar Kapak Naga Geni 212
"Kukira hanya aku saja yang mengingat-ingat peristiwa itu. Ternyata kau tidak
pernah melupakan.
Aku sudah lama tidak ke goa itu. Mungkin sudah saatnya aku harus ke sana.
Mungkin bersamamu...?"
Lakasipo gembungkan rahangnya pertanda lelaki ini tidak senang dengan ucapan
Luhjelita barusan.
"Aku ingin kau berterus terang wahai Luhjelita. Apa yang telah kau lakukan
terhadap diriku di Goa Pualam Lamerah itu?"
Wajah Luhjelita kelihatan berubah. Sepasang
matanya terbuka lebar dan dua alisnya yang hitam naik ke atas. "Wahai, Lakasipo.
Nada pernyataanmu seperti menuduh! Memangnya apa yang telah aku lakukan
terhadapmu" Kau datang dan pergi tanpa cidera barang sedikit pun!"
"Bukan mustahil kau sengaja memancing menjebakku ke goa itu. Karena sebelumnya
kau telah berserikat dengan Hantu Muka Dua. Buktinya Hantu Muka Dua tahu-tahu
muncul di tempat itu. Berniat jahat hendak membunuhku. Sementara kau sendiri
lenyap entah ke mana!"
"Terus terang aku memang melarikan diri. Tapi aku tidak memancing atau
menjebakmu. Kau tertidur di dalam goa. Mungkin karena keletihan perjalanan jauh.
Aku meninggalkanmu di satu ruangan yang aman lalu melarikan diri karena Hantu
Muka Dua hendak membunuhku!"
"Hantu Muka Dua hendak membunuhmu" Wahai!
Tak percaya aku! Bukankah dia kekasihmu"!"
Wajah Luhjelita menjadi sangat merah. Dia menggigit bibir menahan gelora
hatinya. Di batinnya dia berkata.
"Kalau kau tahu wahai Lakasipo, walau sekarang aku tidak lagi tertarik padamu,
tapi waktu itu aku benar-benar jatuh cinta padamu...."
Rahasia Kincir Hantu - Tiraikasih&Huybee Wiro Sableng
Pendekar Kapak Naga Geni 212
"Mungkin aku bukan gadis baik-baik Lakasipo. Tapi untuk menjadikan Hantu Muka
Dua sebagai kekasihku, walau kiamat Negeri Latanahsilam ini sampai tujuh kali
rasanya hal itu tidak mungkin terjadi...."
"Lalu apakah kau tidak mau menceritakan apa yang sebenarnya terjadi di goa
itu"!" tukas Lakasipo.
Luhjelita melirik pada Pendekar212 Wiro Sableng.
Gadis ini gelengkan kepala. "Tidak ada.... Tidak ada terjadi apa-apa di dalam
goa itu. Jangan kau berburuk sangka terhadapku. Apa kau kira aku telah melakukan
sesuatu yang tidak senonoh terhadap dirimu"! Aku tahu di luaran orang menyebut
aku sebagai gadis binal tukang rayu dan tukang bujuk, menebar cinta palsu
murahan. Aku tidak sehina itu. Apalagi terhadap dirimu yang aku...." Luhjelita
seolah tersadar. Cepat dia putuskan ucapannya lalu tutupkan dua tangannya
kemukanya. Lakasipo terdiam. Tak ada yang bergerak, tak ada yang bersuara. Lalu terdengar
suara Luhjelita menahan sesenggukan.
Di balik semak belukar gelap, Luhsantini tegak tak bergerak walau ada gemuruh di
dadanya. Dari pembicaraan antara Lakasipo dan Luhjelita semakin keras dugaan
perempuan itu bahwa antara ke dua orang tersebut sebelumnya pernah terjalin satu
hubungan. "Goa Pualam Lamerah..." kata Luhsantini dalam hati.
"Aku pernah mendengar nama itu sebelumnya. Sikap dan cara bicara Lakasipo tadi
seolah menunjukkan ketidaksenangan terhadap gadis itu. Apakah ini merupakan satu
perubahan yang mendadak sejak dia berada di dekatku" Kasihan gadis itu.... Aku
merasa berdosa kalau mungkin aku merebut kekasihnya...."
Memikir sampai ke situ Luhsantini akhirnya balikkan diri, tinggalkan tempat itu.
Wiro garuk-garuk kepala. Naga Kuning saling bertukar pandang dengan Setan
Ngompol. Naga Kuning berbisik pada kakek ini. "Aku jadi kepingin tahu Rahasia
Kincir Hantu - Tiraikasih&Huybee Wiro Sableng
Pendekar Kapak Naga Geni 212
apa kelanjutan ucapan gadis itu. Jangan-jangan dia telah jatuh cinta pada
saudara kita itu...."
"Hussss! Jangan kau berlancang mulut! Melihat gerak-geriknya aku yakin bukan
Lakasipo yang disukainya tapi kawan kita si sableng satu ini!" ujar Si Setan
Ngompol. "Masih lega aku kalau dia mencintai Wiro, bukannya kau!" kata Naga Kuning
kembali menggoda lalu tundukkan kepala menahan tawa.
Merasa tidak ada gunanya dia berada lebih lama lagi di tempat itu sementara dia
tidak mampu menahan gejolak hatinya, Luhjelita segera putar tubuh hendak
berlalu. Namun suara Wiro membuat langkahnya tertahan.
"Sahabatku Luhjelita, tunggu dulu...."
Si gadis turunkan dua tangannya, menatap ke arah Wiro. Dia diam menunggu apa
yang hendak dikatakan Wiro selanjutnya. Hatinya berdebar. Dia tahu sejak
beberapa waktu lalu pendekar itu menaruh syak wasangka besar terhadapnya. Apakah
seperti Lakasipo Wiro juga hendak membicarakan hal itu di depan orang banyak"
Menambah kekecewaan dan sakit hatinya"
"Ada beberapa hal yang ingin kubicarakan denganmu.
Tapi tidak tepat waktunya kalau dibicarakan sekarang...."
Luhjelita jadi lega. "Pemuda ini jauh lebih punya perasaan dibanding dengan
lelaki berkaki batu bernama Lakasipo itu," kata si gadis dalam hati.
"Tongkat biru itu," Pendekar 212 berkata seraya menunjuk ke sebuah tongkat batu
yang memancarkan warna biru redup dan terselip di pinggang Luhjelita.
"Setahuku kau tidak pernah membawa tongkat atau memiliki senjata seperti itu.
Kalau aku boleh bertanya, sejak kapan kau memiliki benda itu. Apa memang itu
milikmu?" Pertanyaan Pendekar 212 Wiro Sableng membuat terkejut dua orang. Yang pertama
tentu saja Luhjelita Rahasia Kincir Hantu - Tiraikasih&Huybee Wiro Sableng
Pendekar Kapak Naga Geni 212
sendiri dan yang ke dua adalah Lakasipo. Hantu Kaki Batu segera berbisik pada
Wiro. "Wahai, kalau kau tidak menyebut aku sampai tidak memperhatikan tongkat itu.
Ingat ceritaku sebelumnya tentang seorang tokoh sakti berjuluk Si Tongkat Biru
Pengukur Bumi" Yang lenyap tanpa diketahui ke mana perginya?"
Wiro anggukkan kepala. Sepasang matanya tetap menatap Luhjelita. Dia menatap
dengan pandangan biasa-biasa saja, tidak menyorot apalagi menunjukkan hawa
amarah atau kebencian. Hal itu membuat Luhjelita agak lega sedikit Maka gadis
cantik dengan rambut tergulung di atas kepala itu menjawab polos.
"Tongkat ini memang bukan milikku. Aku menemukannya di satu tempat
" "Apakah kau tahu siapa pemiliknya?"
"Kalau aku tak salah menduga tongkat batu biru ini adalah milik seorang bergelar
Tongkat Biru Pengukur Bumi...."
Wiro melirik pada Lakasipo membuat Luhjelita menduga-duga apa arti lirikan itu.
"Kalau aku boleh bertanya lagi, di manakah pemilik tongkat itu sekarang berada?"
ujar Wiro pula.
"Orang tua itu kutemukan sudah jadi mayat. Tubuhnya"
Luhjelita tidak meneruskan ucapannya, dia cepat beralih kata. "Tongkat ini
kutemukan tak jauh dari jenazahnya."
"Terima kasih atas keteranganmu," kata Wiro lalu tersenyum.
Senyuman itu membuat hati Luhjelita seperti diguyur air yang sangat sejuk. Dia
tidak menyangka akan menerima senyuman itu dari pemuda yang dianggapnya telah
membenci dirinya.
"Aku...." Luhjelita tidak tahu mau bicara apa. Lalu dicabutnya tongkat batu biru
dari pinggangnya. "Tongkat ini bukan milikku. Aku tidak membutuhkannya. Mungkin
Rahasia Kincir Hantu - Tiraikasih&Huybee
Wiro Sableng Pendekar Kapak Naga Geni 212
lebih tepat jika berada di tangan kalian!" Walau Luhjelita menyebut "kalian"
namun tongkat biru itu dilemparkannya ke arah Wiro. Pendekar 212 cepat
menangkapnya. Pada saat tongkat itu berada dalam genggaman Wiro, saat itu pula
Luhjelita lenyap dalam kegelapan. Yang terdengar kemudian adalah gemuruh kepakan
sayap kura-kura terbang tunggangannya.
* * * Rahasia Kincir Hantu - Tiraikasih&Huybee Wiro Sableng
Pendekar Kapak Naga Geni 212
BASTIAN TITO Rahasia Kincir Hantu
13 LIMA orang yang berlindung di balik semak belukar itu memandang tegang tak
berkedip ke arah Kincir Hantu yang mulai berputar menggemuruh begitu sang surya
muncul terang di ufuk timur.
"Kincir sudah berputar, aku masih belum melihat kakek bernama Lateleng itu..."
kata Lakasipo. Sambil bicara dia melirik ke arah Luhsantini yang sejak pagi tadi
tak banyak bicara.
"Itu muncul orangnya!" kata Naga Kuning tiba-tiba seraya menunjuk ke depan. "Dia
ada di atas atap rumah kincir!"


Wiro Sableng 109 Rahasia Kincir Hantu di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Semua mata serta meria memandang ke atas
rumah kincir. Menang benar. Di atas atap kelihatan seorang yang wajah tuanya
hanya sebagian kelihatan karena tertutup caping. Di mulutnya terselip sebuah
pipa mengepulkan asap merah. Di atas atap di sebelah belakangnya menancap sebuah
bendera berwarna kuning.
Wiro memandang pada semua orang yang ada di situ. "Kalian sudah siap semua?"
Semua yang ditanya termasuk Luhsantini anggukan kepala.
Lima orang itu lalu keluar dari balik semak belukar, menyeberangi lapangan.
Bergerak menuju Kincir Hantu.
Sambil melangkah Lakasipo berkata pada Wiro.
"Melihat pipa dan warna asap yang mengepul, aku ingat pada seorang tokoh langka
berjuluk Si PenghembuRoh.
Setahuku dia satu-satunya yang memiliki ilmu kesaktian sangat ganas. Dengan cara
meniup asap dia bisa Rahasia Kincir Hantu - Tiraikasih&Huybee Wiro Sableng
Pendekar Kapak Naga Geni 212
merubah sosok manusia menjadi jerangkong seperti yang berserakan di ujung
lapangan sana...."
"Kalau begitu bangsat tua di atas atap itu pastilah Si Penghembus Roh itu!" kata
Wiro pula. "Aku ragu. Ciri-cirinya tidak seperti tokoh langka itu..." jawab Lakasipo pula.
Lalu dia hentikan aliran tenaga dalamnya yang menuju ke kaki. Akibatnya
"duk... duukk... duukk!" Bola-bola batu yang membungkus kaki Lakasipo
mengeluarkan suara keras.
Tanah bergetar dan membentuk lobang-lobang.
Tiba-tiba kakek bercaping di atas atap rumah kincir bangkit berdiri. Lima orang
itu yang berjalan di tanah lapang serta merta hentikan langkah. Si Setan Ngompol
belum apa-apa sudah mulai basah bagian bawah celananya karena tegang.
Di atas atap rumah kincir, kakek bernama Lateleng sedot pipanya lalu hembuskan
asap merah tinggi-tinggi ke udara. Setelah itu dia buka capingnya dan menjura ke
arah orang-orang yang berdiri di tanah lapang di depan Kincir Hantu.
"Ada serombongan tamu datang berkunjung! Aku Lateleng sungguh mendapat
kehormatan besar! Tapi mataku belum lamur apalagi buta. Kalian ke sini bukan
mencari kitab Kesaktian Menguasai Tujuh Jin! Kau yang berambut gondrong dan kau
kakek berkuping lebar serta kau budak konyol berpakaian serba hitam berambut
seperti ijuk! Bukankah kalian bertiga perantau asing yang kemarin muncul di sini
dan sempat membuatku jengkel" Ada gerangan apa kalian masih berani kembali
unjukkan muka di tempat ini"! Kalau hari ini aku marah besar jangan harap kalian
bertiga bisa melihat matahari tenggelam sore nanti!"
Pendekar 212 angkat tangan kirinya lalu menjawab.
"Aku datang membawa dua teman. Mereka ingin mencoba Rahasia Kincir Hantu Tiraikasih&Huybee Wiro Sableng
Pendekar Kapak Naga Geni 212
kepandaian menjajal kehebatan Kincir Hantumu! Apa kau berani menerima
tantangan"!"
Kakek di atas rumah kincir menatap tajam pada Lakasipo yang berkaki batu dan
Luhsantini. Dalam hati dia menggeram. "Jahanam berambut gondrong itu! Dia benarbenar membuat kesulitan besar padaku!
Si kaki batu itu mungkin saja dia menyembunyikan benda yang aku cari di salah
satu kakinya. Tapi aku tahu betul kehebatan batu yang dijuluki Bola Bola Iblis
itu. Apa aku sanggup menghancurkannya" Lalu
perempuan berpakaian serba merah itu. Dia pantas jadi temanku bersenang-senang.
Tapi kini malah bisa menimbulkan bahaya bagiku!"
Walau hatinya merasa tidak enak namun kakek.
kepala teleng umbar tawa bergelak. "Wahai kalian berlima dengar ucapanku baikbaik! Pagi ini aku masih merasa segar dan berhati senang. Tapi dalam sekejap
pikiranku bisa berubah. Sebelum pikiranku berubah aku perintahkan pada kalian
semua agar segera angkat kaki tinggalkan tempat ini. Kecuali perempuan
berpakaian merah! Dia boleh tetap berada di sini menemaniku!"
Lakasipo mendengus keras. Luhsantini perlihatkan muka geram sementara Naga
Kuning mencibir dan Si Setan Ngompol bersungut-sungut Wiro diam sesaat. Lalu
sambil menggaruk kepala dia membatin.
"Aku ingat sekarang. Suara kakek teleng itu seperti pernah kudengar
sebelumnya...."
"Lakasipo, kakek teleng itu agaknya jerih melihat bola-bola iblis di ke dua
kakimu," bisik Naga Kuning.
Wiro menggaruk kepalanya kembali seraya berkata. "Dia mengincar Luhsantini. Tapi
bukan mustahil dia menyembunyikan sesuatu.... Kalau dugaanku betul...."
Sementara itu Kincir Hantu berputar terus dengan suara menggemuruh menggetarkan
tanah lapangan.
Rahasia Kincir Hantu - Tiraikasih&Huybee Wiro Sableng
Pendekar Kapak Naga Geni 212
"Kakek di atas rumah kincir!" Pendekar 212 berteriak.
"Perempuan cantik baju merah ini menjadi milikmu jika kau mengizinkan kawanku
yang berkaki batu ini menjajal kehebatan kincirmu!"
"Wiro, lancang sekali mulutmu!" teriak Luhsantini marah. Naga Kuning dan Setan
Ngompol melongo.
Lakasipo pelototkan mata. Tangan kirinya langsung mencekal tengkuk baju Pendekar
212. Suaranya menggeram marah ketika berkata setengah berteriak.
"Jangan kau berani menjual sahabat! Perlu apa memaksa kalau si kepala teleng itu
takut menerima tantangan kita"!"
Wiro menyeringai. "Kalau dia memang takut lebih baik kita tinggalkan tempat ini!
Tapi apa tidak sebaiknya sebelum pergi kita hancurkan dulu Kincir Hantu itu!
Rumah kincirnya sekaligus! Kalau perlu si teleng pengecut di atas atap itu
sekalian!"
"Weehh! Kemarin garang amat! Sekarang kecut seperti banci!" mengejek Naga Kuning
lalu tertawa gelak-gelak.
"Mungkin dia perlu diberi semangat! Diberi minum air kencingku!" menyambung Si
Setan Ngompol yang akhiri kata-katanya dengan tawa cekikikan.
Menggelegak amarah Lateleng mendengar ucapan-ucapan Wiro dan kawan-kawannya.
Tapi dia pandai menutupi sikap. Dia sengaja mengumbar tawa bergelak.
Di bawah sana Wiro ikut-ikutan tertawa. Tapi tawa penuh ejek. Lakasipo juga
keluarkan suara mengekeh.
Naga Kuning, Setan Ngompol dan Luhsantini susul menyusul keluarkan tawa.
"Sudah teleng ternyata pengecut!" berteriak Naga Kuning.
"Kepala atas teleng tapi kepala bawah tahu perempuan cantik! Hik... hik... hik!"
berseru Si Setan Ngompol.
"Rupanya di sini tidak ada kaca! Membuat tua bangka itu tidak tahu dia buruk
rupa!" menyusul teriakan Luhsantini.
Rahasia Kincir Hantu - Tiraikasih&Huybee Wiro Sableng
Pendekar Kapak Naga Geni 212
Ditertawai, diejek dan dicaci maki seperti itu menggeletarlah sekujur tubuh
Lateleng. Amarahnya meluap. Darahnya seperti mendidih dan dadanya seolah
terbakar. Berulang kali dia mengusap mukanya depan belakang seolah ada sesuatu
yang berusaha ditahannya.
"Manusia-manusia jahanam! Siapa pengecut! Siapa penakut! Aku bukan makhluk
banci! Manusia kaki batu! Aku terima kesombonganmu! Silakan melompat ke atas
kincir! Aku mau lihat sampai di mana kehebatanmu!"
Orang tua di atas atap rumah kincir akhirnya terpancing marah dan menerima
tantangan. Padahal semua ucapan dan ulah Wiro serta kawan-kawannya tadi hanya
sandiwara belaka yang sudah diatur demikian rupa memang untuk menjebak si kakek
teleng itu. Begitu pancingan mereka mengena tanpa tunggu lebih lama Lakasipo
segera melesat ke atas kincir! Dua kaki batunya hinggap di atas permukaan roda
kincir tanpa mengeluarkan suara sedikit pun, membuat Lateleng merasa jerih lalu diam-diam
alirkan tenaga dalam ke tangan kirinya.
Di saat yang sama Wiro, Naga Kuning dan Setan Ngompol serta Luhsantini telah
melesat pula ke atas atap rumah kincir.
"Kalian mau apa"! Lekas turun!" teriak Lateleng marah.
"Kami hanya mau menyaksikan permainan gila ini dilakukan tanpa kecurangan!"
jawab Wiro seenaknya tapi tangan kanannya meraba pinggang kiri di mana terselip
Kapak Maut Naga Geni 212. Sepasang matanya meneliti seputar atap rumah kincir.
Pandangannya membentur sebuah tonjolan kayu yang menyembul keluar dari permukaan
atap dan berada tak jauh dari kaki Lateleng.
Murid Sinto Gendeng yang cukup punya pengalaman tentang berbagai peralatan
rahasia segera saja mencurigai tonjolan kayu itu adalah satu peralatan yang ada
hubungannya dengan Kincir Hantu. Mulai saat itu gerak-Rahasia Kincir Hantu Tiraikasih&Huybee Wiro Sableng
Pendekar Kapak Naga Geni 212
gerik kaki Lateleng serta tonjolan kayu itu tidak lepas dari perhatian Pendekar
212. Si Setan Ngompol tegak di atas atap sambil pegangi bawah perutnya yang mengucur
habis-habisan. Dia menyeringai kecut, ketika Lateleng melotot padanya. "Aku
tidak mau berbuat apa-apa. Bukankah aku sahabatmu yang akan memberimu minuman
penyegar jika kau kehausan" Lihat saja! Bukankah matahari pagi mulai bersinar
terik?" Sambil berucap kakek bermata jereng ini siapkan pukulan sakti Sct.m
Ngompol Mengencingi Pusara.
Kakek teleng bantingkan capingnya di atas kepala dan memaki panjang pendek dalam
hati. Dia berpaling pada Naga Kuning. Anak ini tegak tak acuh sambil mengorek
hidungnya, begitu asyik hingga matanya meram melek. "Aku naik ke atap cuma
pingin tahu permainan sulap apa yang ada di tempat ini!" Naga Kuning berucap
sambil melirik pada Lateleng yang memelototinya. Padahal saat itu di tangan
kirinya dia sudah menyiapkan pukulan Naga Kuning Merobek Langit
Ketika Lateleng berpaling ke arah Luhsantini, perempuan cantik ini lemparkan
senyum manis lalu berkata dengan suara merdu. "Wahai kakek gagah pemilik Kincir
Hantu. Bukankah kau minta aku menemanimu" Bukankah temanku si gondrong itu
menjanjikan diriku untukmu jika kau menerima tantangan si kaki batu itu"
Sekarang aku adalah milikmu."
Selagi si kakek teleng kelihatan seperti terkesiap, Luhsantini cabut bendera
kuning di atas atap lalu serahkan pada si kakek. Mau tak mau Lateleng terima
bendera itu namun dalam hati dia membatin. "Orang-orang ini. Agaknya mereka
merencanakan sesuatu. Gila!
Mungkin aku sudah terperangkap dalam jebakan mereka!
Jahanam betul! Untung sampai saat ini mereka masih Rahasia Kincir Hantu Tiraikasih&Huybee Wiro Sableng
Pendekar Kapak Naga Geni 212
belum tahu siapa diriku sebenarnya. Awas kalian! Yang empat orang itu akan
kuhabisi sebentar lagi!"
"Kakek gagah, apakah kita bisa mulai?" bertanya Luhsantini dengan suara merdu
serta layangkan senyum.
"Ya... ya! Kita segera mulai!" jawab Lateleng. Lalu dia berpaling pada Lakasipo.
"Makhluk berkaki batu, aku belum tahu namamu. Harap suka memberitahu karena aku
tidak ingin kau menemui kematian tanpa aku tahu siapa dirimu sebenarnya!"
" Aku Lakasipo, berjuluk Hantu Kaki Batu!" jawab Lakasipo.
"Hemmmm...." Lateleng bergumam. Dalam hati dia merutuk. "Hantu keparat, aku
sudah tahu siapa kau sebenarnya! Bersiaplah menerima Kematian!" Lateleng
pindahkan pipanya ke tangan kiri. Wiro memperhatikan tangan kanan kakek itu
mengeluarkan getaran, pertanda dia telah mengerahkan tenaga dalam. Dengan tangan
kanan berada di hulu kapak, Pendekar 212 siapkan pukulan Sinar Matahari di
tangan kiri. Lateleng tancapkan bendera kuning di roda kincir yang berputar. Lalu kakek ini
ketukkan pipanya ke pinggiran roda kincir seraya berseru.
"Satu!"
Kincir Hantu menggemuruh dan berputar kencang.
Lakasipo mulai berlari-lari di atas roda kincir. Semua orang yang ada di tempat
itu menjadi tegang tapi diam-diam sama menyiapkan pukulan-pukulan sakti. Atap
rumah kincir itu agaknya dalam waktu tidak berapa lama lagi akan menjadi ajang
perkelahian dahsyat!
Rahasia Kincir Hantu - Tiraikasih&Huybee Wiro Sableng
Pendekar Kapak Naga Geni 212
* * Rahasia Kincir Hantu - Tiraikasih&Huybee Wiro Sableng
Pendekar Kapak Naga Geni 212
BASTIAN TITO Rahasia Kincir Hantu
14 GEMURUH suara Kincir Hantu seolah masuk menggelegar didalam tubuh orang-orang
yang ada di tempat itu, terutama Lakasipo yang berlari melawan putaran roda. Tak
lama kemudian bendera kuning muncul di sisi kanan kincir, bergerak mendekati
kaki Lakasipo. Dengan gerakan enteng Lakasipo melompat. Bendera kuning lewat di bawahnya
bersama kucuran air menuju ke sisi kiri.
Mulut Lateleng tampak menyeringai namun dibawah caping yang melindungi sebagian
mukanya, sepasang mata kakek ini melirik tajam kian ke mari, memperhatikan
Pendekar 212 Wiro Sableng dan kawan-kawannya.
"Dua!" seru Lateleng sambil ketukkan pipa ke pinggiran roda kincir begitu
bendera kuning lewat di bawah kaki Lakasipo. Putaran kincir berubah tambah
kencang. Suara gemuruhnya menggetarkan rumah kincir serta lapangan di bawah
sana. Lakasipo mempercepat larinya. Setiap saat lelaki ini saling memberi
isyarat mata dengan Pendekar 212 Wiro Sableng. Tapi semua gerak-gerik ke dua
orang ini tidak lepas dari perhatian si kakek teleng.
Tak selang berapa lama bendera kuning muncul lagi di sisi kanan. Lateleng cabut
pipanya lalu kepulkan asap merah ke udara.
"Tiga!"
Kincir Hantu berderak keras lalu berputar lebih kencang.
Gemuruh suaranya kali ini seolah hendak meruntuhkan langit dan menjungkir
balikkan rumah kincir, membuat orang-orang yang ada di atas atap bangunan
tergontai-gontai dan sesekali terlonjak ke atas.
Rahasia Kincir Hantu - Tiraikasih&Huybee Wiro Sableng
Pendekar Kapak Naga Geni 212
"Lakasipo! Kau harus bertahan! Putaran kincir hanya tinggal sedikit lagi! Kitab
sakti itu akan segera menjadi milikmu! Kau benar-benar luar biasa! Aku tidak
kecewa menyerahkan kitab langka itu kepadamu!"
Lakasipo tidak acuhkan ucapan orang. Dia sudah mendapat peringatan dari Wiro
bahwa kakek itu berusaha mengalihkan perhatian dengan ucapan-ucapan serta gelak
tawanya. Lakasipo malah kerahkan tenaga dalam ke arah kaki. Terjadilah hal yang
hebat. Kaki-kaki batu itu menghantam kayu hitam roda kincir, mengeluarkan suara
dak-duk-dak-duk berkepanjangan diseling suara berderak seolah kincir itu siap
untuk runtuh hancur berantakan.
Walau demikian, luar biasanya tidak ada bagian kincir yang pecah atau rusak.
Lateleng sesaat menjadi cemas. Namun seringai segera tersungging di mulutnya
ketika bendera kuning muncul kembali di sisi kanan sebagai penutup putaran yang
akan berakhir begitu mencapai sepasang kaki batu Lakasipo.
"Saatmu akan segera sampai Lakasipo! Nyawamu tak akan tertolong!" kata Lateleng
dalam hati. Dia sedot pipanya dalam-dalam seraya melirik pada empat orang yang
ada di atas atap.
Walaupun dua kaki batu itu tampak berat sekali menghunjam roda kincir namun
dengan kesaktiannya yang ditunjang tenaga dalam tinggi Lakasipo mampu berlari
ringan. Dia kelihatan tenang-tenang saja padahal dadanya menggemuruh dilanda
kecemasan. Wiro dan yang lain-lainnya saat itu telah berada di puncak
ketegangan. Bendera kuning bergerak cepat. Hanya tinggal dua langkah dari sepasang kaki
Lakasipo. "Lakasipo! Kau memang hebat! Aku tidak menyesal menyerahkan kitab Kesaktian
Menguasai Jin padamu!"
berseru Lateleng. Lalu kakek ini keluarkan suitan keras dan panjang. Bersamaan
dengan itu secepat kilat kaki Rahasia Kincir Hantu - Tiraikasih&Huybee Wiro
Sableng Pendekar Kapak Naga Geni 212
kirinya bergerak menginjak tonjolan kayu yang menyembul di atas rumah. Kincir
Hantu keluarkan suara gemuruh dahsyat menyeramkan. Di antara suara gemuruh itu
terdengar suara aneh.
"Clak... elak... elak!"
Dari pinggiran roda kereta mendadak mencuat sinar putih menyilaukan, menyambar
wajah Lakasipo, membutakan pemandangannya. Luar biasanya cuatan sinar
menyilaukan itu juga menyambar ke arah mata semua orang yang ada di atas atap.
Sebelum sinar menyilaukan itu sempat membutakan pemandangan mereka keempat orang
di atas atap telah lebih dulu bergerak.
"Celaka! Aku tidak bisa mengangkat dua kakiku!"
teriak Lakasipo.
Lalu "traannggg!" Kaki batunya sebelah kiri dihantam benda keras tajam berkilat


Wiro Sableng 109 Rahasia Kincir Hantu di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

hingga terbelah dua. Lateleng buka mulutnya lebar-lebar lalu semburkan asap
merah ke arah Wiro dan kawan-kawannya. Tangan kanannya ikut bergerak menghantam.
Selarik sinar hijau menderu ke arah tiga sasaran yakni, Wiro, Naga Kuning dan
Setan Ngompol. Inilah ilmu kesaktian yang disebut Hantu Hijau Penjungkir Roh.
Siapa saja yang terkena akan menemui ajal dengan tubuh hijau meleleh seperti
lumpur! Walau semua itu terjadi dengan cepat namun Wiro sempat menyadari bahwa Lateleng
sama sekali tidak menyerang Luhsantini! Apakah ini karena dia memang tidak ingin
menciderai perempuan yang dijadikannya teman bersenang-senang itu atau ada
alasan lain. Wiro dan tiga orang lainnya yang sejak tadi sudah mengambil sikap penuh waspada,
begitu melihat Lateleng berkelebat gerakkan kaki kiri menginjak tonjolan kayu,
ke empat orang ini segera menghantam ke arah Lateleng yang saat itu telah pula
melancarkan pukulan sakti Hantu Hijau Penjungkir Langit.
Rahasia Kincir Hantu - Tiraikasih&Huybee Wiro Sableng
Pendekar Kapak Naga Geni 212
Wiro lepaskan pukulan Sinar Matahari lalu jatuhkan diri dan bergulingan di atas
atap. Kapak Naga Geni 212 yang sudah ada di tangan kanannya dibacokkan ke arah
tonjolan kayu yang dipijak Lateleng. Bukan saja dia hendak menghancurkan alat
rahasia di atas atap itu tapi sekaligus dia juga ingin membabat putus kaki kiri
Lateleng. Namun si kakek bertindak cepat selamatkan kakinya.
Ketika kakinya hendak dipergunakan untuk menendang kepala Wiro, Si Setan Ngompol
dan Naga Kuning telah lebih dulu menyeruduk tubuhnya hingga tak ampun lagi kakek
ini terdorong jatuh ke bawah. Bahunya menghantam pinggiran roda kincir. Satu
jeritan dahsyat menggelegar dari mulut Lateleng. Darah tampak mengucurdari bahu
kirinya akibat benturan dengan lempengan benda tajam putih yang mencuat di
pinggiran roda kincir. Ketika jatuh ke tanah sialnya mukanya jatuh terhimpit
selangkangan Si Setan Ngompol hingga wajahnya dan kepalanya basah kuyup oleh
kucuran air kencing!
Di atas atap rumah kincir letusan-letusan dahsyat menggelegar seperti mau
meruntuhkan langit. Pukulan sakti yang dilepaskan Lateleng serta semburan asap
merahnya yang bisa merontokkan daging tubuh Itu bentrokan dengan pukulan Sinar
Matahari yang dilepaskan Wiro, pukulan Setan Ngompol Mengencingi Pusara yang
dilepaskan Setan Ngompol serta pukulan Naga Kuning Merobek Langit yang
dihantamkan Naga Kuning.
Ditambah pula dengan pukulan Di Balik Labukit Menghancur Lagunung yang
dilepaskan Luhsantini.
Atap rumah kincir hancur berantakan dan beterbangan di udara. Rumah kincir roboh
bergemuruh. Kincir Hantu bergetar hebat lalu ambruk jadi tiga bagian,
menggelinding di tanah lapang.
Pada saat letusan menggelegar Lakasipo cepat mencekal lengan Luhsantini. Lalu ke
duanya membuat gerakan jungkir balik di udara, melayang turun ke tanah dengan
kaki lebih dulu.Tubuh dan pakaian mereka kotor Rahasia Kincir Hantu Tiraikasih&Huybee Wiro Sableng
Pendekar Kapak Naga Geni 212
oleh hancuran atap dan bangunan rumah kincir.
Di bagian lapangan yang lain Pendekar 212 Wiro Sableng yang telah lebih dulu
melompat ke tanah simpan Kapak Naga Geni 212-nya lalu lari ke arah Setan Ngompol
dan Naga Kuning yang sedang bergumul dengan Lateleng. Saat itu kakek ini tidak
lagi mengenakan capingnya yang telah mental hancur akibat tersambar letusan di
atas atap. Kitab yang ada di bawah caping itu ikut musnah dan tidak diketahui
apakah benar-benar kitab asli atau hanya tiruan belaka.
Digumul berdua Lateleng menghantam kian kemari, membuat Setan Ngompol dan Naga
Kuning berpelantingan ke tanah. Ke dua orang ini cepat bangkit menyerang. Mereka tidak
mau kehilangan si kakek teleng yang jelas hendak coba melarikan diri. Naga
Kuning hanya sempat menarik celana panjang si kakek hingga Lateleng melarikan
diri cuma mengenakan baju dan celana dalam. Namun kakek ini tidak peduli. Dia
kelabakan dengan luka di bahu kirinya.
"Bahuku... darah.... Aku terlukai Wahai!" Sambil lari Lateleng mengeluh tak
berkeputusan. Tangan kanannya memegangi bahu kiri sementara tangan kiri yang
terluka itu dicobanya untuk mengusapi kepalanya depan belakang.
Lakasipo dan Wiro berusaha mengejar. Namun gerakan mereka mendadak tertahan
ketika memperhatikan ke depan, kepala Lateleng telah berubah. Kakek itu kini
memiliki satu kepala dengan dua muka.
Berupa muka kakek-kakek berwajah pucat pasi!
"Astaga! Hantu Muka Dua! Dia Hantu Muka Dua!"
teriak Pendekar 212 Wiro Sableng.
"Jahanam! Kau mau lari ke mana!" teriak Lakasipo lalu lepaskan pukulan Lima
Kutuk Dari Langit. Lima larik sinar hitam menderu ganas. Tapi di depan sana
Lateleng yang memang sebenarnya adalah Hantu Muka Dua yang menyamar telah
lenyap. Hanya noda-Rahasia Kincir Hantu - Tiraikasih&Huybee Wiro Sableng
Pendekar Kapak Naga Geni 212
noda kucuran darahnya yang masih tertinggal di tanah.
Wiro dan Lakasipo sama-sama terduduk di tanah.
Selagi Lakasipo pandangi batu di kaki kanannya yang kini hanya tinggal sebelah
Pendekar 212 bangkit berdiri.
Dia melangkah menghampiri salah satu hancuran roda kincir. Ketika Wiro memeriksa
ternyata di sepanjang pinggiran roda sebelah atas penuh dipasangi lempengan baja
putih berbentuk empat persegi yang ujungnya sangat tajam. Dengan menekan alat
rahasia berupa tonjolan kayu di atas atap, baja-baja putih itu mencuat keluar
dari balik lapisan kayu, memantulkan sinar menyilaukan begitu kejatuhan sinar
matahari dan menabas kaki orang yang ada di atasnya!
"Cerdik dan keji!" ujar Wiro sambil geleng-geleng kepala. "Yang aku belum
mengerti mengapa Hantu Muka Dua melakukan kegilaan itu! Apa sebenarnya yang
dicari bangsat kepala dua itu" Senjata sakti mandraguna...?" Sambil garuk-garuk
kepala Pendekar 212 ambil satu kepingan baja putih dari reruntuhan roda kincir
lalu melangkah mendapatkan Lakasipo untuk memperlihatkan lempengan benda maut
itu. Namun langkah sang pendekar terhenti ketika tiba-tiba seorang kakek berpakaian
ungu gelap penuh debu.
Entah dari mana munculnya tahu-tahu sudah berada di tengah lapangan. Melangkah
perlahan mendekati Lakasipo yang masih terduduk di tanah, didampingi Naga
Kuning, Luhsantini dan Si Setan Ngompol.
Kakek tak dikenal itu berhenti di hadapan Lakasipo, sesaat menatap wajah Hantu
Kaki Batu itu lalu setelah melirik pada sepasang kaki batu Lakasipo dia berkata.
"Puluhan hari aku habisi untuk melakukan perjalanan ini.
Ternyata tidak sia-sia. Wahai, apakah kau orang yang bernama Lakasipo, bergelar
Hantu Kaki Batu?"
Lakasipo tidak segera menjawab. Dia menaruh curiga pada kakek tak dikenalnya
itu. Khawatir kalau-kalau Rahasia Kincir Hantu - Tiraikasih&Huybee Wiro Sableng
Pendekar Kapak Naga Geni 212
si kakek adalah kaki tangan atau anak buah Hantu Muka Dua. Wiro membuka mulut
memberi jawaban.
"Dia memang Lakasipo. Kau sendiri siapa adanya Kek?"
Yang ditanya palingkan kepalanya ke arah Wiro, pandangi Pendekar 212 mulai dari
kepala sampai ke kaki lalu berkata. "Orang muda kau adalah manusia hebat dalam
kesederhanaan. Hidupmu penuh suka karena begitu banyak gadis yang jatuh hati
padamu. Penuh suka walau ujian dan bahaya mengancam di mana-mana. Aku senang bertemu
denganmu "
Wiro garuk-garuk kepalanya. "Kek, apa mungkin kau seorang juru ramal"!" tanya
Wiro pula. Kakek berpakaian ungu itu tersenyum. "Aku datang dari jauh mencari Lakasipo
untuk menyerahkan satu benda sangat berharga yang telah kubawa ke mana-mana
selama beberapa tahun." Habis berkata begitu si kakek lalu duduk di hadapan
Lakasipo. Dia singsingkan bagian bawah pakaiannya yang berbentuk jubah dan
ulurkan kaki kanannya. Tidak terduga oleh semua orang yang ada di situ, si kakek
hantamkan tangan kanannya ke pergelangan kaki kanan.
"Praaakk!"
Kaki hancur dan tulangnya patah. Anehnya tak ada darah yang mengucur! Enak saja
kakek ini tarik kakinya yang patah itu lalu dari dalam rongga tulang kakinya dia
mengeluarkan sebuah benda berupa sendok bergagang pendek terbuat dari emas. Pada
bagian sendok yang ceguk ada sebuah benda kemerah-merahan yang sudah membatu dan
menempel erat kedasar sendok.
Semua orang jadi merinding menyaksikan apa yang dilakukan si kakek.
"Sendok ini bukan benda sembarangan. Bernama Sendok Pemasung Nasib. Kau ambillah
dan serahkan pada seorang bernama Lasedayu yang dikenal dengan Rahasia Kincir
Hantu - Tiraikasih&Huybee Wiro Sableng
Pendekar Kapak Naga Geni 212
julukan Hantu Langit Terjungkir. Dia pernah tinggal di Lembah Seribu Kabut. Di
mana dia berada sekarang tidak kuketahui...."
Tidak peduli orang yang jadi kaget mendengar kata-katanya, dan tidak peduli
apakah orang mau memenuhi permintaannya si kakek masukkan sendok emas itu ke
dalam genggaman tangan kanan Lakasipo.
Lakasipo sendiri dalam terkesiapnya tidak berusaha menolak. Malah dia
memperhatikan apa yang kemudian dilakukan kakek yang duduk di depannya itu.
Enak saja si kakek sambung kembali kakinya yang hancur patah. Lalu dia mengusap
satu kali, meniup satu kali. Kaki yang hancur patah itu utuh kembali!
Wiro garuk-garuk kepala. Naga Kuning melongo monyong. Si Setan Ngompol mendelik
menahan kencing sedang Luhsantini tekap mulutnya dan menatap ke arah tangan
kanan Lakasipo.
" Kek, siapa kau ini adanya?" tanya Lakasipo ketika dilihatnya kakek itu bangkit
berdiri. Dia segera pula bangun dari duduknya.
Si kakek tersenyum. "Wahai! Namaku bukan satu hal yang penting. Selamat tinggal
orang-orang gagah...."
Sekali dia membalikkan tubuh tahu-tahu kakek itu sudah berada di ujung lapangan
lalu lenyap. "Gila!" Pendekar 212 berkata setengah berseru.
"Eh, siapa yang gila"!" tanya Naga Kuning.
"Hantu Muka Dua! Untuk mendapatkan sendok butut itu saja dia sampai membunuh
lima belas orang. Aku dan Lakasipo hampir jadi korbannya!" Wiro garuk-garuk
kepala. "Walau Hantu Muka Dua gila atau edan tapi masih sempat meninggalkan satu kenangkenangan untuk sahabatnya Si Setan Ngompol ini!" berucap Naga Kuning.
"Apa maksudmu bocah geblek"!" kata Setan Ngompol sambil delikkan mata.
Rahasia Kincir Hantu - Tiraikasih&Huybee Wiro Sableng
Pendekar Kapak Naga Geni 212
Dari balik punggungnya Naga Kuning keluarkan celana milik Hantu Muka Dua yang
berhasil dibetotnya hingga lepas tertinggal.
"Kek," kata Naga Kuning pula sambil tersenyum pada Setan Ngompol. "Hantu Muka
Dua sengaja meninggalkan celana ini karena dia tahu kau tidak punya celana. Yang
sekarang kau pakai selain tak pantas disebut celana juga sudah leleh bau pesing!
Nah ambillah celana pemberiannya ini, segera pakai. Tak usah malu-malu!" Habis
berkata begitu Naga Kuning tertawa cekikikan dan lemparkan celana Hantu Muka Dua
hingga menyangkut di bahu kiri Si Setan Ngompol.
"Anak kurang ajar! Berani kau mempermainkan aku! Siapa sudi memakai celana
makhluk jahat itu!"
kata Setan Ngompol dengan mata mendelik besar.
"Yang jahat Hantu Muka Dua. Celananya 'kan tidak Kek!" jawab Naga Kuning pula.
"Bocah sialan!" mengomel si kakek tapi tangannya kemudian mengambil celana itu
dari bahunya. Lalu masih pelototkan mata pada Naga Kuning dia melangkah ke balik
semak-semak. Semua orang yang ada di tempat itu tertawa bergelak. Tak lama
kemudian sebuah benda melayang di udara dan jatuh menyungkup kepala Naga Kuning.
Bocah ini kelagapan kalang kabut dan memaki panjang pendek. Ternyata yang
menyungkup kepalanya itu adalah celana basah kuyup bau pesing milik Si Setan
Ngompol! TAMAT Segera terbit RAHASIA PATUNG MENANGIS
Rahasia Kincir Hantu - Tiraikasih&Huybee
Bayang Bayang Gaib 2 Pendekar Rajawali Sakti 43 Huru Hara Di Watu Kambang Pendekar Pemetik Harpa 2

Cari Blog Ini