Wiro Sableng 149 Si Cantik Dari Tionggoan Bagian 3
nenek. "Kau keracunan...
Kami tidak bisa menolong. Walau kini kau bisa bicara, kau akan menemui ajal
menjelang malam nanti. Kami akan tenis berusaha menyelamatkanmu."
Dua nenek memeriksa sekujur tubuh Wiro. Mereka membuat totokan di beberapa
tempat Tetap saja Wiro tak bisa bergerak dan warna biru masih menyelubungi
sekujur tubuhnya. Malah kini pemandangannya perlahan-lahan terasa kabur.
Sementara dua nenek berusaha menolong. Wiro coba mengingat-ingat apa yang
terjadi. Gedung Kadipaten. Dia berkelahi melawan kakek muka kuda Ki Sentot
Balangnipa. Lalu ada kakek berjubah hitam yang mukanya berubah menjadi ular
kobra biru. "Ular jejadian mematuk kepalaku... Dua nenek kembar, mereka menyelamatkan
diriku, membawa aku ke tempat ini.
Racun jahat itu. Apakah hawa sakti Kapak Naga Geni Dua Satu Dua yang ada dalam
tubuhku tidak bisa memusnahkannya"
Si Cantik Dari Tionggoan 70
Apakah tubuhku yang selama ini kebal segala macam racun kini tidak punya daya
penolak sama sekali" Aneh. Apakah ini akibat ulah takabur dan sikap keras
kepalaku tempo hari pada Eyang Sinto?" Wiro mengerang. Kepalanya mendenyut sakit
"Ha-hu ha-hu..." Nenek di sebelah kanan menunjuk ke arah pinggang Wiro sebelah
kiri lalu membuat gerakan jari tangan membentuk empat persegi. Rupanya waktu
memeriksa tubuh Wiro tadi dia melihat sebuah benda dibalik pinggang celana dalam
pendekar. "Nek, aku tahu maksudmu. Di balik pinggang celanaku sebelah kiri ada sebuah
kantong kain. Di dalamnya ada kitab ilmu pengobatan. Ambil dan baca isinya. Cari
tahu cara pengobatan untuk menolong diriku..."
Nenek sebelah kiri segera memeriksa ke balik baju Wiro sebelah kanan.
Diomenemukan kantong kain putih. Dari dalam kantong dia kemudian mengeluarkan
Kitab Seribu Pengobatan yang terbuat dari daun lontar kering.
"Baca, cari. Mudah-mudahan ada petunjuk bagaimana mengobati dan mengeluarkan
racun yang ada dalam tubuhku."
Dua nenek gelengkan kepala. Dua tangan ditutupkan ke mata yang berwarna merah.
Kepala kembali digeleng-geieng.
"Ah, kalian tak bisa membaca." Ucap Wiro pertalian begitu melihat sikap yang
ditunjukkan dua nenek. "Sandarkan aku ke tiang dangau. Letakkan kitab di atas
pangkuanku. Kalian buka halaman demi halaman. Aku akan berusaha membaca." Tapi
Wiro terdiam. "Mustahil aku lakukan. Mataku semakin kabur..."
"Ha-hu ha-hu..." Neneksabetah kanan membuat gerakan tangan. Dia mengisyaratkan
akan mencari seseorang yang bisa membaca.
Tiba-tiba satu bayangan merah berkelebat Wiro mengucak matanya yang tambah sulit
melihat Samar-samar dia melihat satu sosok merah di hadapannya.
"Nionio Nikouw" Kaukah yang datang ini?" Tak ada jawaban. Wiro pejamkan mata.
Dalam hati dia menjawab sendiri pertanyaannya. Bukan, bukan dia. Bau tubuh dan
pakaiannya bukan seperti harumnya bau tubuh dan pakaian paderi dari Si Cantik
Dari Tionggoan 71
Tionggoan itu." Wiro coba mengingat-ingat "Kalau Bidadari Angin timur wanginya
lain lagi. Selain itu bayangannya pasti kebiru-biruan_."
Dua nenek kembar setelah memperhatikan sosok samar dihadapan mereka buru-buru
jatuhkan diri berlutut Kitab Seribu Pengobatan diletakkan di lantai dangau di
hadapan sosok samar.
"Ha-hu Ha-hu..." Salah seorang nenek menunjuk ke arah kitab sementara tamannya
membuka halaman kitab selembar demi selembar. Tangan kiri menunjuk ke jurusan
Wiro. Mahluk bayangan tersenyum. Lalu berucap. "Nek, aku mengerti maksud kalian. Aku
akan coba mengingat Mudah-mudahan aku tahu petunjuk yang bisa mengobati sahabat
kalian ini tanpa membaca kitab itu."
"Ha-hu ha-hu..." Dua nenek rundukkan tubuh dan kepala berulang kali sebagai
ucapan terima kasih.
"Purnama..." Tiba-tiba Pendekar 212 keluarkan ucapan menyebut satu nama. Dia
mengenali suara perempuan yang barusan bicara. Dia ingin sekali mengulurkan
tangan untuk menyentuh sosok samar berwarna merah itu. Wiro mencoba menegakkan
kepala untuk memandang. Namun dia tak mampu bergerak, tak bisa melihat "Kau
datang. Aku sangat bersyukur.
Terima kasih Tuhan."
"Pendekar, seperti kataku dulu, aku tak pernah jauh darimu.
Namun selama kau tidak menginginkan dan tidak memanggil, aku tidak bisa muncul.
Tetapi ketika dua nenek sahabatmu itu membuka Kitab Seribu Pengobatan aku tibatiba saja keluar dari alamku. Agaknya antara aku, kau dan kitab sakti ada saling
keterkaitan batiniah."
Wiro buka matanya lebar-lebar. Tetap saja dia tidak bisa melihat jelas mahluk
cantik di hadapannya. "Purnama, aku sangat berharap akan pertolonganmu. Dapatkah
kau melakukan."
"Dengan izin Yang Maha Kuasa Maha Penyembuh." jawab Purnama yang seperti
diketahui aslinya bernama Luhmintari, ibu Jatilandak. berasal daii Latanahsilam,
negeri 1200 tahun Si Cantik Dari Tionggoan 72
silam. Purnama yang telah meninggal di alamnya terpesat ke tanah Jawa, muncul
pertama kali dalam sertai Wiro Sableng Episode "Azab Sang Murid". Dalam Episode
"Api Di Puncak Merapi" dikisahkan bagaimana Purnama menolong Wiro yang terluka
parah akibat pukulan "Memukul Bukit Meremuk Gunung" yang dilancarkan Pangeran
Muda. Pertolongan Itu dilakukan sesuai dengan petunjuk di dalam Kitab Seribu
Pengobatan yang secara luai biasa mampu dihafal dan diingat Purnama dalam benak
pikirannya. Purnama tatap wajah Wiio Sableng dengan sepasang matanya yang bening bagus. Dia
ambil Kitab Seribu Pengobatan, letakkan di atas pangkuan. Lalu kepala
didongakkan ke atas, dua mata dipejamkan. Perlahan-lahan dari mulutnya meluncur
ucapan. "Kitab Seribu Pengobatan. Halaman seratus dua puluh satu.
Pengobatan ke lima ratus sembilan. Manakala seseorang terkena racun patukan
binatang berujud mahluk gaib atau sebangsa sihir, penyembuhan harus dilaksanakan
dalam waktu paling lambat setengah hari setelah terjadinya peristiwa. Ada enam
hal yang harus dilakukan. Pertama memohon dan berdoa kepada Tuhan Maha Kuasa
Maha Penyembuh agar orang yang cidera disembuhkan dari penyakitnya. Kedua
menutup luka bekas patukan dengan tanah liat Ketiga membuat goresan tanda silang
di ubun-ubun orang yang cidera. Ke empat menggantung orang itu kaki ke atas
kepala ke bawah. Ke lima membuka aliran darah dengan cara menotok urat besar di
pangkal paha sebelah kiri dan sebelah kanan dengan disertai aliran hawa sakti.
Keenam dorong tubuh orang yang tergantung sejarak satu tombak. Biarpun tubuh itu
bergoyang. Bilamana tubuh yang bergoyang berhenti maka semua racun dengan izin
Yang Maha Penyembuh akan keluar dari sekujur tubuhnya melalui ubun-ubun."
"Ha-hu ha-hu..." Dua nenek kembar tampungkan dua tangan.
Mu.ut komat kamit entah mengucap apa. Purnama tersenyum dan mulai pula berdoa
dalam hati. Wiro pejamkan dua mata. Berdoa memohon kesembuhan pada Yang Maha
Kuasa. "Ha-hu ha-hu..."
Si Cantik Dari Tionggoan 73
Selesai berdoa nenek kembar di samping kanan tanggalkan ikat kepala lalu
sibakkan rambut tebal di bagian atas kepala Pendekar 212. Dia isap dulu jari
telunjuk tangan kanannya. Lalu dengan ujung kukunya yang lancip dia membuat
guratan tanda silang di kulit kepala tepat di ubun-ubun. Guratan cukup dalam
hingga membuat luka yang mengucurkan darah berwarna biru aneh! Sementara itu
nenek satunya mengambil tanah liat lalu ditempelkan di kening Wiro tepat pada
luka bekas patukan Kobra Biru.
"Kita butuh tali." berkata Purnama.
"Ha-hu ha-hu..." Nenek yang menempelkan tanah liat mengeluarkan sesuatu dari
balik jubah kuningnya yang ternyata adalah segulung setagen. Dengan setagen ini
dia menggotong sang pendekar keluar dari dangau. Tak jauh dari situ terdapat
sebatang pohon besar bercabang banyak. Cepat sekali dua nenek ini bekerja sama
demikian rupa hingga akhirnya Wiro dikerek, tergantung di cabang pohon. Mahluk
bayangan si cantik Pumama memperhatikan semua apa yang dikerjakan dua nenek itu
penuh kagum. "Ha-hu ha-hu!"
Ada yang terlupa.
Dua nenek kembar melesat ke atas. Dua-duanya menotok urat besar di pangkal paha
kiri kanan Wiro lalu melompat turun.
Sampai di tanah mereka sama-sama mendorong tubuh Wiro sejauh satu tombak. Begitu
dilepas tubuh itu mulai bergoyang berayun-ayun di udara. Wiro-merasa dua kakinya
yang diikat setagen seperti mau putus sekujur tubuh bergetar dan kepala terasa
seolah membesar siap meledak pecah!
Pada ayunan tubuh yang ke tujuh kali. Wiro menjerit keras lalu kehilangan
kesadaran. Dari ubun-ubun yang ada guratan tanda silang mengucur cairan warna
biru. Mula-mula hanya berupa tetesan, kemudian berubah deras. Tanah yang
digenangi cairan biru mengepul ka? asap dan menebar bau busuk.
Tak selang berapa lama ayunan tubuh Wiro mulai perlahan.
Cairan biru yang mengucur dari batok kepala yang tadi mancur deras perlahanlahan berhenti, lalu berganti dengan kucuran Si Cantik Dari Tionggoan 74
darah merah segar. Ini satu pertanda bahwa racun yang mengendap di tubuh
Pendekar 212 telah terkuras habis.
Bersamaan dengan itu warna biru pada sekujur tubuh mulai dari kaki sampai kepala
dan rambut Wiro secara aneh lenyap.
Tanah liat yang sejak tadi menempel di kening terlepas tanggal.
Anehnya pada kening itu tidak kelihatan lagi luka bekas patukan Kobra Biru.
Kesadaran Wiro pulih kembali. Perlahan-lahan dua matanya terbuka. Ternyata warna
biru pada kedua mata itu juga telah sirna.
Purnama merasa lega. Dua nenek kembar tampak gembira dan bersiap-siap untuk
menurunkan tubuh Wiro. Namun mendadak sontak di udara terdengar suara
berkesiuran.Tujuh benda biru panjang melesat ke arah Wiro yang masih berada
dalam keadaen tergantung di cabang pohon!"
"Ha-hu ha-hul"
Dua nenek kembar berambut kelabu berteriak keras lalu melesat ke udara sambil
lepaskan pukulan tangan kosong. Enam benda biru yang menyerang Wiro terpental
dan jatuh ke tanah.
Benda ke tujuh sempat menembus lengan jubah salah seorang nenek dan menggurat
tangan kirinya hingga mengucurkan darah. Serta merta tangan yang cidera menjadi
bengkak merah. Nenek ini berteriak kesakitan sekaligus marah. Dengan kuku jari tangan kanannya
dia merobek bagian lengan yang bengkak lalu memencet kuat-kuat Darah merah
keluar mengucur bercampur noda-noda hitam racun jahat Si nenek selamat dari
serangan racun mematikan.
Enam benda hitam yang bergeletakan di tanah ketika diperhatikan ternyata adalah
enam ekor ular kobra yang telah mati mengering hitami Ular satunya setelah
melukai nenek tadi, menancap di batang pohon. Pohon ini langsung berubah hitam
mulai dari batang sampai ke daunl
Mahluk bayangan Purnama tersentak kaget melihat apa yang terjadi. Cepat dia
goyangkan bahu. Cahaya bergemerlap kebiruan seperti percikan ratusan bunga api
memancar keluar dari tubuhnya. Mahluk cantik Ini melompat sejauh tujuh langkah
dan langsung berhadapan dengan orang yang tadi melemparkan Si Cantik Dari
Tionggoan 75 tujuh ekor ular berbisa ke arah Wiro.
Orang ini bukan lain adalah Walang Gambir alias Kobra Biru, kakek berjubah hitam
gombrong yang tadi malam di Gedung Kadipaten telah mencelakai Wiro dengan ilmu
Kobra Birunya! Ketika terjadi perkelahian di dalam gedung, seperti diceritakan
dengan Pedang Naga Merah Loan Nio Nikouw berhasil membabat putus kepala Waiang
Gambir hingga kakek ini menemui ajal. Lantas bagaimana kini dia bisa hidup dan
muncul kembali"
Ilmu Kobra Biru yang dimiliki Walang Gambir merupakan satu ilmu kesaktian luar
biasa. Selain sanggup menghabisi lawan sekaligus iimu ini mempunyai unsur sihir
yang mampu menipu pandangan mata tawan serta orang di sekitarnya. Pada peristiwa
yang seolah nyata bagaimana Loan Nio Nikouw menahas putus batang leher Walang
Gambir yang saat kejadian berbentuk ular Kobra Biru, sebenarnya apa yang
terlihat adalah tipuan belaka.
Ular Kobra Biru memang tampakmenemui ajal namun Walang Gambir sendiri tetap
hidup. Sosok kasarnya berkelebat pergi meninggalkan Gedung Kadipaten tanpa ada
seorangpun yang melihat Selain itu ilmu Kobra Biru tetap masih dimiliki Walang
Gambir bersama Ilmu sihir lainnya.
Di samping Walang Gambir berdiri Ki Sentot Balangnipa.
Ketika melihat dua nenek aneh serta mahluk bayangan berpakaian merah Ki Sentot
cepat berbisik pada sobatnya.
"Ki Walang, kita pergi saja. Cari kesempatan lain untuk membunuh murid Sinto
Gendeng keparat itu."
"Ki Sentot kau tahu urusan kita! Pemuda itu harus dilenyapkan. Kalau tidaksemua
urusan bisa jadi kapiran. Kalau nyalimu secetek comberan silahkan minggat"'jawab
Walang Gambir. Didamprat seperti itu Ki SentotBalangnipa yang sudah Melihat bahaya besar di
depan mata merasa kebetulan sekali.
"Kau bicara begitu karena merasa memiliki ilmu kesaktian hebat Nyatanya tadi
malam kau dipecundangi perempuan Cina itu.
Silahkan kalau mau mencari penyakit" Setelah keluarkan ucapan dalam hati begitu
rupa, tidak tunggu lebih lama kakek Si Cantik Dari Tionggoan 76
bermata satu ini segera menghambur kabur dari tempat itu.
"Orang tua, apa dendammu terhadap Pendekar Dua Satu Dua hingga ingin membunuhnya
secara keji dan licik"!" Yang menegur adalah mahluk bayangan Purnama, saat itu
juga tubuhnya yang samar perlahan-lahan berubah tiada beda dengan manusia biasa.
Sementara cahaya biru bergemerlapan masih terus membungkus tubuhnya.
Melihat kecantikan orang yang berdiri di hadapannya Walang Gambir jadi
terpesona. Pikiran kotor menjalari otaknya.
"Orang cantik, aku tidak tahu siapa dirimu. Tapi kalau kau adalah gendak yang
kesekian dari pemuda gondrong itu, sungguh hatiku menjadi sedih dan kecewa
sekali. Mengapa tidak hidup bersamaku saja. Lihat wajahku tidak seburuk
kenyataan I" Habis berkata begitu Walang Gambir usap wajahnya. Tampang si kakek
sertamerta berubah menjadi wajah seorang pemuda yang sangatgagah.
Purnama sunggingkan senyum yang membuat Waiang Gambir semakin tergila. "Orang
tua, kalau aku tunjukkan wajahku sebenarnya, apakah kau masih suka padaku?"
Walang Gambir kerenyitkan kening. "Yang namanya perempuan cantik itu dilihat
dari mana saja akan tetap cantik mempesonal"
Purnama layangkan senyum. Seperti dilakukan Walang Gambir si cantik ini lalu
usap pula wajahnya. Saat itu juga wajah Purnama berubah menjadi sangat
mengerikan dan menjijikkan. Pipi sebelah kiri geroak busuk mencuatkan barisan
gigi menyerupai taring. Dua mata membengkak merah, kucurkan cairan nanah. Hidung
gerumpung dan mulut pencong meneteskan cairan hitam. Ketika mulutitu meniup ke
depan, bau busuk menghampar menerpa Walang Gambir.
Kejut Walang Gambir bukan olah-olah. Tapi dia tetap tenang. Malah sambil
mengangkatdua tangan dia berkata.
"Kembali ke ujud wajahmu yang cantik. Datanglah, Mendekat padaku. Peluk diriku.
Ikut bersamaku. Kita akan pergi ke tempat penuh bahagia kenikmatan."
Saat itu juga wajah buruk mengerikan mahluk bayangan Si Cantik Dari Tionggoan 77
berubah. Berganti pada bentuknya semula yakni raut wajah perempuan muda cantik
jelita. Walang Gambir tampak berseri-seri, mata berkilat-kilat dan tenggorokan
turun naik keb'ka perlahan-lahan Purnama melangkah ke arahnya. Si kakek
kembangkan dua tangan. Siap untuk merangkul perempuan muda cantik itu.
"Ha-hu ha-hu!" Dua nenek kembar berseru cemas.
Tenggoroknn Walang Gambir turun naik. Senyum
tersungging di mulut Cuping hidung membesar dan bergerak-gerak pertanda nafsunya
mulai naik. Dia mengira sihirnya telah mengena. Kakek jahat berkepandaian tinggi
ini salah mengira!
Hanya tinggal dua langkah Purnama akan masuk ke dalam dekapan Walang Gambir,
mahluk cantik Ini buka mulutnya seolah hendak melayangkan senyum penuh gairah.
Namun tidak diduga dari dalam mulut melesat selarik cahaya ungu, laksana kilat
menyambar ke arah si kakek.
Walang Gambiralias Kobra Biru berteriak kaget. Dengan cepat dia melompat ke
samping kiri sambil merunduk. Gerakkannya masih sedikit terlambat Cahaya ungu
sempat membabat hangus ujung atas rambutnya yang kasar seperti ijuk hingga
kepalanya mengepulkan asap biru. DI belakang sana, sebuah pohon randu berderak
tumbang dan gosong ketika dilanda cahaya ungu.
"Mahluk jahanaml Makan pencarianmu!" maki Walang Gambir sambil tangan kanan
kebutkan lengan jubah.
'Sett..6eettt..seettt!"
Tiga benda bulat sebesar kepalan berwarna biru melesat di udara menyambar ke
arah tiga bagian tubuh Purnama. Saat itu juga udara mendadak menjadi redup.
Walang Gambir keluarkan ilmu kesaktian yang dibarengi ilmu sihir.
"Ha-hu ha-hu!" Dua nenek kembar melompat ke depan Untuk melindungl Purnama. Tapi
Wiro Sableng 149 Si Cantik Dari Tionggoan di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
si cantik ini cepat berseru.
"Nenek berdua jangan khawatirkan diriku!"
Walau cemas akan keselamatan Purnama, dua nenek kembar terpaksa menyingkir
sementara itu tiga benda bulat biru terus melesat ganas. Begitu ketiganya
membentur ratusan percikan bunga api biru yang melindungi tubuh Purnama, tiga Si
Cantik Dari Tionggoan 78
ledakan keras menggelegar.
Ranting pepohonan berpatahan. Daun-daun jatuh berluruhan.
Semak belukar ram bas bahkan dangau di seberang sana ambruk roboh. Sosok Walang
Gambir tersurut dua langkah, untuk beberapa lama dia tegak tertegun dengan tubuh
tergontai-gontai, tampang mengkerut Di atas pohon, tubuh Wiro yang masih terikat
kaki di atas kepala ke bawah barayun-ayun. Wiro imbangi diri lalu didahului
bentakan keras, dia lentingkan tubuh ke atas. Tangan kiri membabat setagen
hingga putus. Di udara tiga benda buiat biru meletus hancur. Setiap hancuran membentuk tujuh
kepingan biru yang kemudian secara aneh berubah menjadi ular kobra biru sebesar
lengan dengan panjang hampir enam jengkal. Didahului suara mendesis dua puluh
satu ular kobra biru itu menyerbu ke arah Purnama. Tanpa bergeser dari tanah
tempatherpijak Purnama goyangkan dua bahunya. Cahaya biru yang membentengi
dirinya semakin bergemerlap. Siap untuk melindungi dan menyerang balik gempuran
dua puluh satu ular kobra birui
"Purnama! Tua bangka jahat itu inginkan nyawaku. Biar aku yang menghadapil"
Si Cantik Dari Tionggoan 79
WIRO SABLENG SI CANTIK DARI TIONGGOAN
BAYANGAN putih Pendekar 212 melesat melewati kepala Purnama. Saat itu pula dua
larik cahaya putih disertai hamparan hawa panas luar biasa berkiblat di udara.
Satu menebar seperti kipas ke arah dua puluh satu kobra biru. Satunya lagi
melesat ke jurusan Walang Gambir. Pukulan Sinar Matahari! Wiro menghantam dengan
dua tangan sekaligusl
Dua puluh satu kobra biru mendesis keras sebelum tubuh mereka mencelatdi udara
dalam keadaan terpanggang hangus.
Tapi gilanya begitu mental, dua puluh satu ular yang sudah gosong hitam itu
melayang berputar dengan keluarkan suara berdesing lalu bersatu menjadi seekor
ular kobra raksasa warna biru Mulut menganga lebar, sanggup membeset dan menelan
sasaran sebesar kambing! Laksana terbang mahluk jejadian ini melesat ke arah
Pendekar 212 Wiro Sableng.
Sementara itu sambil berteriak dan memaki geram dengan menjatuhkan diri ke tanah
Walang Gambir berhasil selamatkan diri dari Pukulan Sinar Matahari. Namun begitu
dia berdiri terjadi satu keanehan.
"BukkIBukk! Bukkl"
Dadanya dihantam pukulan bertubi-tubi hingga tubuhnya terjengkang jatuh di
tanah. Darah meleleh di sela bibir. Siapa yang memukul tidak kelihatan. Bau
kembang aneh menghampar di tempat itu.
Si Cantik Dari Tionggoan 80
"Penyerang jahanam! Unjukkan dirimu!" teriak Walang Gambir marah sambil seka
darah yang meleleh di dagu. Dia cepat berdiri. Tak ada jawaban. Kalap dan geram
dia memukul ke depan, menghantam ke samping dan menjotos ke atas.
Semua pukulan yang menghantam udara kosong itu menimbulkan suara gaung seperti
topar menerpa jurang batu yang dalam. Walang Gambir memandang geram berkeliling.
"Pengecut!' rusuknya.
Baru saja dia keluarkan makian, belum sempat berdiri lurus, seperti tadi bukk...
bukk... bukkl Jotosan-jotosen keras dari penyctanci yang tidak kelihatan kembali
melabrak dadanya. Dia berusaha menangkis dengan melintangkan dua tangan di depan
muka dan dada. Namun luput Mata kiri bengkak kucurkan darah Dua tulang iga
Walang Gambir berderak patah.
Bagaimanapun hebat sakti serta memiliki Ilmu sihir namun kali ini nyali Walang
Gambir alias Kobra Biru benar-benar putus.
Tidak menunggu lebih lama dia segera putar tubuh, membuat lompatan sejauh hampir
dua tombak lalu menghambur lari dari tempat itu. Kini dia baru menyadari
benarnya ucapan Ki Sentot Balangnipa tadi. Dia datang di waktu dan tempat yang
salah. Akan halnya ular Kobra Biru raksasa yang menyerang Wiro, begitu melihat tuannya
kabur segera pula memutar kepala Namun tiba-tiba saat bayangan merah berkelebat
disertai kumandang seruan
"Mahluk jahat jejadian. Pelajaran tempo hari rupanya tidak membuatmu jera! Mau
kabur kemana"!"
Sinar merah bertabur. Suara berkesiuran terdengar tak berkeputusan disertai
suara crass".crass...crass-.Tubuh Kobra Biru raksasa terkutung-kutung. Sesaat
kemudian kepala binatang ini putus menggelinding. Darah biru menggenangi tanah.
Bau anyir menyesak jalan pernafasan.
"Dess... dess." dessl" Didahului suara mendesis tiga kali, potongan kepala dan
tubuh Kobra Biru berubah menjadi asap biru lalu lenyap dari pemandangan
"Ha-hu ha-hul" Dua nenek kembar keluarkan suara sambil menunjuk ke depan dangau
yang roboh. Si Cantik Dari Tionggoan 81
Di depan dangau berdiri seorang berpakaian merah berbunga-bunga kuning biru.
Bagian bawah pakaian. Ini kelihatan robek. Kepalanya tertutup destar dan
wajahnya terlindung cadar merah. Loan Nio Nikouw. Paderi ini berdiri memegang
Ang Liong Kiam yang memancarkan cahaya merah.
Dengan sepasang mata menatap ke arah Wiro dan Purnama paderi dari Tionggoan ini
meniup badan pedang. Noda biru darah Kobra Biru jejadian yang mengotori pedang
sakti serta merta sirna.
Walau kepala tidak lagi mengenakan topi dan wajah kini tertutup kain merah namun
Wiro segera mengenali, perempuan berpakaian merah di seberang sana adalah Kiang
Loan Nio Nikouw.
"Padori Nionio..."
"Ha-hu ha-hul"
Ucapan Wiro terputus oleh suara dua nenek kembar. Kali ini keduanya menunjuk ke
arah kaburnya Walang Gambir.
Ternyata di jurusan itu berdiri seorang gadis cantik berwajah pucat mengenakan
kebaya putih panjang berkancing besar dipadu celana putih setinggi betis,
menatap sayu ke arah Pendckar212.
"Bunga..." Ucap Wiro gembira. Setelah pertemuan terakhir dimana gadis alam roh
itu pergi secara tidak enak, Wiro tidak menduga kalau Bunga akan muncul kembali.
Dia melangkah mendekati tapi lima langkah akan sampai Bunga angkat tangan
kanannya. Dengan gerak isyarat perlahan dia memberi tanda agar Wiro tidak datang
lebih dekat Wiro terpaksa hentikan langkah. Menatap wajah putih yang memancarkan
kesedihan medalam.
"Aku selalu datang di saat yang tidak tepat Maafkan kalau aku mengganggu
dirimu..." Bunga keluarkan ucapan. Suaranya terucap perlahan seolah menahan
perasaan. Wiro gelengkan kepala. "Bunga, aku gembira kau muncul.
Tidak ada yang merasa terganggu. Kau tadi rupanya yang memukul orang tua
berjubah hitam itu hingga dia melarikan diri. Kau telah menolong diriku. Aku
mengucapkan terima kasih.
Si Cantik Dari Tionggoan 82
Apakah aku boleh melangkah lebih dekat?"
Bunga, gadis alam roh yang aslinya bernama Suci menggeleng.
Bibirnya merekah senyum namun sepasang matanya tampak berkaca-kaca.
"Bunga, kau menangis. Apakah aku telah berlaku salah...?"
Gadis cantik berwajah pucat dari alam roh itu gelengkan kepala.
Gelengan kepala ini membuat air yang mengambang di kedua matanya jatuh meluncur
ke pipi membentuk tetesan air mata.
"Aku menangisi ketololanku sendiri.Tidak seharusnya aku muncul di sini..."
'Tidak ada yang melarangmu datang ke sini. Bunga. Bahkan aku gembira kau mau
datang. Ah, mengapa hal ini harus terulang lagi."
Bunga tatap wajah sang pendekar lalu melirik ke arah Purnama.
"Wiro, jika kau punya sahabat baru, jangan pernah melupakan sahabat lama.
Betapapun buruknya sahabat lama itu."
"Bunga kalau maksudmu... Bunga, aku tidak pernah melupakanmu Kau ingat pertemuan
kita terakhir kali. Malam hari di Bukit Menoreh" Waktu itu aku katakan apapun
yang terjadi semua itu tidak mengurangi rasa sayangku padamu."
"Terima kasih untuk ucapan yang penuh keindahan itu,"
kata Bunga pula sementara air mata jatuh berderai di pipinya yang pucat dan
dadanya sesak turun naik. Gadis dari alam roh ini memutar tubuh.
"Bunga, aku tahu kau tidak percaya pada kata-kataku. Aku harus berbuat apa. Aku
hanya minta jangan pergi. Aku ingin kita bicara lebih banyak..." Wiro mendekat
Namun Bunga telah melangkah pergi. Sedikit demi sedikit sosoknya berubah menjadi
bayang-bayang dan akhirnya lenyap dari pemandangan.
Murid Sinto Gendeng hanya bisa menghela nafas panjang berulang kali garuk-garuk
kepala. Wiro berbalik dan arahnya ternyata membuat dia kini saling pandang
dengan paderi cantik dari Tionggoan yang tegak di depan runtuhan dangau,
memperhatikan dirinya.
Saat itu sang paderi tengah bicara dengan hatinya sendiri.
"Gadis cantik berwajah pucat itu. Dia pergi dengan mata basah.
Si Cantik Dari Tionggoan 83
Aku bukan saja melihat kesedihan amat mendalam di wajahnya.
Tapi aku juga melihat pancaran perasaan hati yang luluh. Aku mendengar ucapannya
tadi. Rupanya pemuda itu meninggalkan dirinya setelah mengenal si cantik
berpakaian merah itu." Loan Nio Nikouw melirik ke arah Purnama. "Perempuan
cantik satu itu, dia tenang saja. Kelihatannya dia seperti menyukai kepergian
gadis berwajah pucat tadi. Ah, tambah banyak kenyataan yang aku lihat Agaknya
apa yang diceritakan orang akan kusaksikan sebagal satu kebenaran. Pemuda Wie
ini punya banyak kekasih.
Dia meninggalkan yang lama bilamana mendapatkan yang baru.
Aku cukup jelas mendengar ucapan gadis muka pucat tadi.
Bagaimana dengan diriku..."
"'Nionio Nikouw..." Wiro menyapa. "Untuk kesekian kalinya kau menolongku. Aku
sangat berterima kasih. Mari aku perkenalkan kau dengan seorang sahabat Ah,
kalian sama-sama berpakaian warna merah. Kalian sama-sama cantik..."
Purnama tersenyum mendengar kata-kata Wiro itu.
Sebaliknya Loan Nio Nikouw tidak beranjak dari tempatnya berdiri. Perlahan-lahan
dia sarungkan Ang Liong Kiam. Dia menatap kearah Pumama lalu membungkukkan badan
memberi penghormatan.
Pumama balas menghormat dengan tundukkan badan dan kepala disertai senyum tulus.
Nionio Nikouw berpaling pada Wiro.
"Saudara Wio. Aku harus pergi. Ucapanmu waktu di goa benar adanya. Adipati
Brebes telah menemui ajal..."
"Aku yang membunuhnya ketika dia hendak berbuat mesum atas dirimu. Aku jelaskan
semua itu waktu di goa. Tapi aku tahu kau tidak percaya."
Sepasang alis hitam bagus Nionio Nikouw naik ke atas.
Matanya menatap tak berkesip. Kafinya berkata. "LiokOng Cun memberi tahu pemuda
gondrong inilah yang hendak merusak kehormatanku. Liok Ong Cun banyak dustanya.
Tapi apakah pemuda satu Ini dapat dipercaya" Apa betul dia yang membunuh Adipati
itu?" "Waktu malam di goa, jika tuduhan Liok Ong Cun bdak Si Cantik Dari Tionggoan 84
betul bahwa kau hendak merusak kehormatanku, mengapa kau melarikan diri?" Loan
Nio Nikouw ajukan pertanyaan.
"Seperti katamu saat itu karena aku seorang pengecut!" jawab Wiro yang membuat
wajah cantik sang paderi dibalik kain penutup menjadi bersemu merah.
Untuk beberapa lamanya Loan Nio Nikouw terdiam. "Ah, dia menaruh marah paling
tidak kecewa atas ucapanku waktu di goa malam tadi. Tapi aku harus bagaimana"
Selama tidak ada kejelasan aku akan selalu menaruh syak wasangka. Melihat
kenyataan dia mempunyai banyak kekasih tidak mustahil hatinya memang culas. Di
Tionggoan banyak musang berbulu ayam.
Mungkin di negeri ini lebih banyak lagi."
"Saudara Wie," Nionio Nikouw akhirnya berkata. "Dalam waktu dekat saya akan
menemui. Banyak hal yang perlu mendapat kejelasan..;'
"Nionio Nikouw. Mengapa kita tidak bicara sekarang saja?"
Paderi perempuan itu tidak segera menjawab. Dia melirik sekilas pada Purnama.
Perasaannya muncul, hatinya kembali berkata. 'Tadi pemuda ini mengatakan aku dan
perempuan muda itu sama-sama cantik Sungguh ceriwis. Aku tak mau kecantikanku
disamakan dengan gadis itul"
Wiro yang sempat melihat lirikan Nionio Nikouw dan merasakan adanya bayangan
cemburu pada wajah paderi itu. Segera saja dia berkata. "Nionio Nikouw, Purnama
Sahabatku. Berarti sahabatmu juga. Tidak ada yang perlu dirahasiakan. Kau bisa
bicara bebas."
"Pendekar, kalau memang kehadiranku menjadi ganjalan pembicaraan kalian, aku
lebih baik pergi saja sekarang juga,"
ucap Purnama. "Ah, sekarang Purnama yang cemburu," keluh Wiro dalam hati.
"Biar saya yang pergi..." kata Loan Nio Nikouw pula.
"Kau hendak kemana Nionio?" tanya Pendekar 212.
"Mencari seorang gadis bernama Ningrum. Dia adalah orang yang jadi penghubung
saya dengan mendiang Adipati Brebes. Saya punya dugaan dia bisa memberi beberapa
keterangan yang saya butuhkan..."
Seperti diketahui dan diceritakan dalam Episode sebelumnya Si Cantik Dari
Tionggoan 85 (Dadu Setan) Ningrum adalah gadis pemandu Judi dadu di Istana Seribu Rejeki
Seribu Sorga. Gadis ini memang punya hubungan baik dengan Adipati Karta Suminta
serta banyak tahu apa-apa yang dilakukan aang Adipati.
Setelah berkata begitu tanpa banyak cerita lagi Loan Nio Nikouw segera
tinggalkan tempat itu. Wiro menggaruk kepala, berpaling pada Purnama.
"Ha-hu ha-hu.." Dua nenek kembar yang sejak tadi masih ada di tempat itu
keluarkan suara. Yang satu memberi isyarat dengan gerakan tangan bahwa dia dan
kawannya akan meninggalkan tempat itu. Yang satunya mendekati Wiro sambil
mengulurkan sebuah benda. Ternyata benda itu adalah sebuah suling perak.
"ini suling milik paderi perempuan itu. Nek, dimana kau menemukan" Kenapa tidak
dikeluarkan tadi-tadi?" tanya Wiro.
Nenek yang ditanya membuat gerakan tangan menggambarkan bangunan besar lalu
tutup mata kanannya sementara tangan kiri menepuk-nepuk pinggang.
"Aku mengerti. Suling ini kau temukan di Gedung Kadipaten. Di pinggang seorang
bermata picak. Ah, pasti maksudmu Ki Sentot Balangnipa."
"Ha-hu ha-hu..." Si nenek manggut-mangguL
"Kenapa tadi tidak kau serahkan pada pemiliknya sendiri?"
tanya Wiro. Nenek yang ditanya goyang-goyangkan tangan kiri.
Temannya menggeleng-geleng. Dua tangan mereka sibuk memberi isyarat
"Aku tak mengerti maksud kalian. Tapi baiklah. Suling ini akan kusimpan. Akan
kuserahkan pada pemiliknya jika nanti bertemu."
"Ha-hu ha-hu." Dua nenek menunjuk ke arah kejauhan lalu senyum-senyum melirik
pada Purnama. "Kalian mau pergi"' tanya Wiro. "Baiklah. Aku berterima kasih. Kalian telah
banyak menolong. Aku akan meneruskan menyelidik pembunuh Eyang Sepuh Kembar
Tilu..." "Ha-hu ha-hu."
Si Cantik Dari Tionggoan 86
Dua nenek membungkuk berulang kali lalu melirik lagi pada Purnama. Sambil
tertawa haha hihi dan bergandengan tangan keduanya kemudian tinggalkan tempat
itu. "Dua nenek sahabatku itu agaknya senang padamu," ucap Wiro.
"Aku juga suka pada mereka. Siapa Eyang Sepuh Kembar Tilu?"
"Sebelumnya mereka terdiri dari tiga kembaran. Yang dua tadi kembaran jejadian.
Yang asli, yang bernama Eyang Sepuh Kembar Tilu menemui ajal di tangan
seseorang. Sebelum menghembuskan nafas terakhir nenek itu minta tolong agar aku
mencari dan menghabisi orang yang membunuhnya. Hanya dengan kematian si pembunuh
dua nenek itu akan lenyap penyakit gagunya." Wiro lalu mengeluarkan kancing jas
tutup yang ada dalam saku pakaiannya.
"Kancing ini ditemukan dalam genggaman Eyang Sepuh Kembar Tilu setelah dia
dibunuh. Agaknya benda ini menjadi kunci siapa pembunuh nenek itu." Wiro lalu
keluarkan pula sebuah kantong kain warna hitam.
"Kantong ini aku temukan dalam salah satu pakaian milik Adipati Brebes. Aku tak
tahu mengapa aku begitu saja mengambilnya."
"Banyak tugas yang harus kau lakukan. Aku pikir aku pergi saja sekarang."
"Tunggu, jangan pergi dulu..."
"Kehadiranku menimbulkan rasa tidak suka pada banyak orang."
"Purnama, jangan kau berpikir begitu. Jika yang kau maksudkan adalah paderi
perempuan dan gadis dari alam roh itu, keduanya sudah pergi. Tak ada yang jadi
ganjalan kalau kau ingin bicara," kata Wiro sambil memegang lengan Purnama agar
Wiro Sableng 149 Si Cantik Dari Tionggoan di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
perempuan dari negeri 1200 tahun silam itu tidak pergi meninggalkannya.
"Pendekar, apakah aku salah kalau punya rasa ingin bersahabat dengan dirimu"
Ingin dekat denganmu?"
"Kau terus-terusan memanggilku dengan sebutan Pendekar.
Namaku Wiro. Apakah kau tidak bisa memanggil diriku dengan nama itu?"
Purnama terdiam. Tatapan matanya yang bening lembut Si Cantik Dari Tionggoan 87
membuat dada Pendekar212 bergetar.
"Maaf, aku tidak bermaksud bicara kasar padamu. Jika kau ingin bersahabat dan
ingin dekat, mengapa tidak memanggil diriku dengan namaku. Atau mungkin kau
ingin memanggil aku dengan namaku yang lain. Sableng"!"
Purnama tertawa. "Kau belum menjawab pertanyaanku tadi. Apakah salah..."
Wiro menggeleng. "Salah bagaimana" Malah aku telah dua kali berhutang nyawa
padamu." "Budi yang kau tanam dalam diriku jauh lebih besar. Kau lupa telah meminjamkan
Kitab Seribu Pengobatan padaku" Aku berhasil menyembuhkan puteraku sendiri.
Selain itu kini aku mempunyai ilmu pengetahuan tentang pengobatan yang sangat
luar biasa Aku berjanji untuk mempergunakan ilmu pengobatan itu untuk menolong
orang lain."
"Niatmu sungguh terpuji. Kau harus mengetahui jarang bahkan mungkin tidak ada
seorang lainpun yang sanggup menghafal isi Kitab sakti itu."
Purnama tidak berusaha menarik tangannya yang dipegang Wiro sampai akhirnya Wiro
sendiri yang melepas pegangannya.
"Wiro, harap kau mau berterus terang. Apakah kehadiranku telah menimbulkan rasa
ketidak senangan dibanyak orang.
Misalnya dua sahabatmu yang cantik-cantik tadi. Mungkin aku salah menduga. Namun
tampaknya mereka cemburu padaku."
Wiro menggaruk kepala.
"Bunga sahabat lamaku. Aku tahu hatinya, dia juga tahu hatiku Lalu paderi muda
berbaju merah tadi. Dia sahabat baruku.
Sepertimu dia juga telah menolong menyelamatkan diriku."
"Yang aku ingin bicarakan bukan semua sifat baik mereka.
Tapi perasaan cemburu sebagai seorang perempuan. Maaf saja, aku sempat mendengar
kata-kata gadis bernama Bunga tadi."
"Ucapannya yang mana?" tanya Wiro.
"Dia berkata jika kau punya sahabat baru jangan melupakan sahabat lama. Jelas
ucapannya itu ditujukan padaku."
"Ah itu..." Wiro menggaruk kepala. "Aku yakin dia tidak bermaksud menyinggung
dirimu..."
Si Cantik Dari Tionggoan 88
"Mungkin begitu. Gadis bernama Bunga itu bicara apa adanya.
Hatinya tulus bicaranya polos..."
"Lalu bagaimana dengan paderi perempuan itu?" tanya Wiro pula.
"Dia juga gadis baik. Ilmunya tinggi. Hanya saja, kalau aku boieh tahu, gerangan
apa yang membuat dia datang ke tanah Jawa ini dari negeri begitu jauh" Aku
menaruh sangka, mudah-mudahan salah. Paderi itu membekal segudang rahasia dalam
dirinya." "Yang aku lihat sifatnya kadang-kadang sangat arif. Tapi kadang-kadang juga
cepat terpengaruh, kurang menyelidik. Jiwa penolongnya sangat tinggi. Entah
kalau itu mengandung maksud tertentu seperti katamu tadi." Wiro lalu menuturkan
riwayat dadu setan sebagaimana yang didengarnya dari Loan Nio Nikouw. Setelah
mendengar penjelasan Wiro, Purnama berkata.
"Aku tidak ingin perduli dan mau tahu urusan orang. Tapi apakah kau tidak
melihat kejanggalan" Paderi perempuan itu mengatakan padamu bahwa semua tokoh
dari daratan Cina yang datang ke Losari adalah anak buahnya. Lalu bagaimana atau
mengapa sampai mereka akhirnya mati semua" Yang ditakuti dari dadu setan itu
kemampuannya sebagai alat penguras kekayaan atau sebagai alat pembunuh" Lebih
lanjut mengapa kau yang dituju dan diharap sebagai orang yang bisa membantu. Apa
benar Wakil Ketua Siauw Lim memerintahkan paderi itu untuk mencari dan
mendapatkan dadu setan itu lalu membawanya kembali ke Tionggoan. Lebih lanjut
mengapa pemuda muka tengkorak bernama Liok Ong Cun yang sama-sama anak murid
Siauw Lim tidak tahu apa-apa perihal dadu setan itu.
Untuk beberapa lamanya Pendekar 212 Wiro Sableng terdiam dan coba merenungi
semua ucapan Purnama. Akhirnya dia hanya garuk-garuk kepala.
"Wiro, kau tengah menghadap satu perkara besar. Di balik perkara itu mungkin ada
satu rahasia yang bobotnya lebih besar dari kenyataan kasat mata yang kau lihat
Aku tak pernah ingin Si Cantik Dari Tionggoan 89
berprasangka buruk terhadap orang lain. Namun dalam hidup ini seseorang tidak
boleh melupakan unsur kehati-hatian..."
Wiro merasa walau belum lama mengenal namun Purnama menaruh banyak perhatian
atas dirinya. Murid Sinto Gendeng ini kembali menggaruk kepala.
"Wiro, sewaktu kau memasuki Gedung Kadipaten, mengapa tidak menyusup kedalam
dengan mempergunakan Ilmu Meraga Sukma?"
Pendekar 212 tersentak kaget. Bagaimana Purnama mengetahui kalau dia memiliki
ilmu itu" "Purnama, kau sering membuat kejutan. Bagaimana..."
"Maksudmu bagaimana aku tahu kau memiliki ilmu langkah tersebut?" Si cantik dari
negeri Latanahsilam ini tersenyum.
"Jika aku ingin dekat dengan seseorang, aku ingin tahu dirinya luar dalam, lahir
dan batinnya."
"Mengapa?" tanya W'ro pu'a.
"Aku tak ingin berlaku keliru yang bisa membuat retak hubungan. Misalnya seperti
kejadian dengan dua perempuan cantik tadi. Mereka lebih dulu mengenalmu. Mungkin
mereka menganggap diriku sebagai pengacau atau apalah..,"
Wiro tersenyum dan berkata. "Kau gadis baik." Ketika tangannya hendak diulurkan
membelai rambut Purnama tiba-tiba Wiro ingat sesuatu lalu meraba pinggang.
"Astagal"
"Ada apa"' tanya Purnama.
. "Kitab Seribu Pengobatanl"
Purnama terkejut
"Sewaktu berusaha menolong, dua nenek itu mengeluarkan kitab dari balik
pinggangku. Lalu kau datang..."
"Ya Tuhan. Aku telah berlaku lalai." Wajah Purnama berubah pucat Waktu
melafalkan cara pengobatan, kitab aku letakkan di atas pangkuan. Dua nenek sibuk
menolongmu. Kitab aku pindahkan ke lantai dangau..."
Wiro dan Purnama lari ke arah dangau yang telah roboh porak poranda. Keduanya
membongkar reruntuhan bangunan dangau. Namun Kitab Seribu Pengobatan tidak
ditemukan. Yang Si Cantik Dari Tionggoan 90
dijumpai hanya kantong kain putih bekas pembungkusnya.
"Kalau tidak ada yang mencuri, kitab itu tak bakal lenyap.
Pasti akan ada di antara runtuhan dangau inil" Kata Wiro pula sambil meremas
kantong kain putih. "Aku curiga. Jangan-jangan..."
"Siapa menurutmu yang mau berlaku keji mencuri kitab itu?" tanya Purnama pula.
"Aku tak dapat memastikan. Mungkin dua nenek kembar jejadian. Bisa jadi paderi
perempuan itu. Atau mungkin juga Bunga. Tapi mereka orang baik semua..." Wiro
usap-usap dagunya. "Mungkin juga ada seseorang lain menyelinap mengambil kitab
itu ketika kita bertempur menghadapi kakek berjubah hitam gombrong itu?"
"Wiro, kita harus mencari kitab itu. Kemana kau pergi mencari aku ikuti Aku
sangat bertanggung jawab atas kelalaiankut Aku mohon maafmu. Aku rela menerima
hukuman apapun darimul" Purnama bicara dengan suara terisak.
Wiro pegang tangan Purnama. Si cantik langsung saja benamkan wajahnya ke dada
Pendekar 212. "Heran, mengapa tidak habis-habisnya cobaan atas diriku"'
ucap Wiro dalam hati sambil tangan kanan entah sadar entah tidak mengusap
punggung Purnama.
Diusap seperti itu Pumama merasa sejuta tenteram sejuta bahagia. Sementara Wiro
membatin, dalam hati Purnama. "Wiro, aku ingin selalu dekat denganmu. Aku ingin
pergi kemana kau pergi. Semoga perasaan kita bisa saling bertemu. Semoga Yang
Maha Kuasa mengabulkan permintaanku ini. Jika ini adalah satu dosa terhadap
orang lain, aku mohon ampun..."
Wiro baru sadar dan lepaskan pelukannya ketika dirasakannya dadanya hangat oleh
basahan airmata Purnama.
Tanpa diketahui kedua orang itu, dari tempat tersembunyi tiga pasang mata
mengintai memperhatikan semua gerak gerik Wiro dan Purnama. Sepasang mata
pertama adalah mata paderi Loan Nio Nikouw. Pasang mata kedua bukan lain si
gadis dari alam roh. Lalu siapa pemilik pasang mata yang ke tiga"
Salah satu dari orang itu mengutuk geram dalam hati.
Si Cantik Dari Tionggoan 91
"Hemmm... Ada perempuan lacur baru kesasar rupanya!"
Si Cantik Dari Tionggoan 92
WIRO SABLENG SI CANTIK DARI TIONGGOAN
DARI luar rumah besar berhalaman luas di pinggir desa Jatiwaluh di tenggara
Losari itu tampak sunyi. Di sebelah dalam ternyata banyak orang. Untuk ukuran
sebuah desa Jatiwaluh rumah besar dan berhalaman luas seperti itu merupakan satu
hal luar biasa.
Hanya orang kaya yang mampu memiliki rumah sebesar dan sebagus itu.
Penduduk desa menganggap Surah Pamulih sebagai orang beruntung. Setahun lalu
rumahnya masih setengah gubuk dan kehidupan mereka sangat susah. Perubahan ini
menyebabkan munculnya pergunjingan. Dari mana Surah Pamulih mendapatkan uang
membangun rumah sebesar itu.
Kemudian diketahui pula bahwa kini dia memiliki sawah berbidang-bidang, kebun
luas serta ternak dalam jumlah banyak. Di pantai utara diketahui pula Surah
Pamulih memiliki banyak tambak udang. Namun di dalam keberuntungan itu datang
musibah. Ningrum, anak tunggal mereka yang belum kawin meninggal dunia. Jenazah
Ningrum sudah dimakamkan siang tadi. Di rumah besar masih banyak orang
berkumpul. Yaitu saudara serta karib kerabat dan tetangga. Beberapa buah bendera kuning
masih terpancang di sekitar rumah. Salah satu diantaranya di samping pintu
masuk. Kata orang yang tahu.
konon Ningrumlah yang jadi sumber rejeki, pembawa semua keberuntungan itu.
Menjelang matahari tenggelam, seorang perempuan berpakaian merah berjalan
cepatmemasuki halaman. Kepala dan wajahnya ditutup kain merah yang sama coraknya
dengan Si Cantik Dari Tionggoan 93
pakaian yang dikenakan. Orang ini bukan lain adalah Kiang Loap Nio Nikouw Sang
paderi perhatikac bendera kuning di samping pintu. Hatinya merasa tidak enak.
Tak selang berapa lama seorang lelaki tua berkopiah putih diikuti oleh beberapa
orang di sebelah belakang menemui paderi itu. Dia memperhatikan tamu
dihadapannya lalu bertanya.
"Den Ayu, siapakah" Dari mana. ada keperluan apa?" ?
Loan Nio Nikouw tersenyum mendengar dirinya dipanggil Den Ayu.
"Saya seorang paderi. Datang dari negeri Jauh Saya Ingin bertemu Ningrum. Kami
bersahabat. Bukankah di sini rumahnya?"
Lelaki berkopiah putih kembali menatap tamunya. Wajahnya yang kuyu kini tampak
sedih sementara orang-orang di belakangnya juga unjukkan raut muka yang sama.
"Saya Surah Pamuilh, ayah Ningrum. Apakah Den Ayu tidak mendengar kabar?"
"Kabar apa?" Hati sang paderi berdetak. Perasaannya tambah tidak enak. "Bendera
kuning..." ucapnya dalam hati.
"Ningrum meninggal dunia pagi tadi."
Walau perasaannya sudah menduga tetap saja Loan Nio Nikouw terkejut mendengar
ucapan lelaki berkopiah putih yang mengaku sebagai ayali Ningrum. Orang ini
kemudian berkata.
"Rasanya anak saya pernah bercerita tentang Den Ayu. Namun keadaan Den Ayu agak
sedikit lain. Tidak ada topi biru di kepala, tidak memakai cadar manik-manik
merah..." Surah Pamulih perhatikan bagian bawah baju sang paderi yang bekas
dirobek. "Anak Bapak pernah cerita tentang saya?" tanya Loan Nio Nikouw pula.
"Dia cerita punya seorang kenalan baru. Seorang perempuan dari negeri Cina.
Katanya Den Ayu belum lama Ini memberinya seuntai kalung mutiara."
"Apakah kalung itu masih ada?"
Ayah Ningrum mengangguk. "Saya simpan di lemari. Apakah Den Ayu hendak
mengambilnya kembali?"
'Tidak. Tapi saya ingin tahu bagaimana kejadian meninggalnya Si Cantik Dari
Tionggoan 94 sahabat saya."
Si orang tua menarik nafas dalam. Dia seperti tak kuasa untuk bicara
menerangkan. Dia berpaling pada orang-orang yang berdiri di belakangnya Salah
seorang dari. mereka kemudian berkata.
"Puteri Bapak Ini sakit mendadak."
"Kasihan Ningrum.." ucap Loan Nio Nikouw perlahan. Dia perhatikan wajah Surah
Pamulih dan juga wajah-wajah orang yang ada di situ. Dalam hati dia berkata.
"Aku punya dugaan orang-orang Ini menyembunyikan sesuatu." *
"Bapak, saya turut berduka cita..."Surah Pamulih anggukkan kepala. Ucapkan terima kasih.
Wajahnya tampak kuyu sedih.
' "Apakah boleh saya ingin melihat makamnya Apakah jauh dari sini?" . " '. '
"Ningrum dimakamkan di pekuburan keluarga. Tak jauh dari sini. Sebelum hari
gelap mari saya antarkan."
Selain Surah Pemulih beberapa orang lelaki ikut mengantar. Rombongan sampai di
pekuburan ketika udara mulai meremang gelap. Lelaki yang berjalan di sebelah
depan berpaling pada ayah Ningrum dan berkata. "Akang Surah, ada seseorang di
samping makam Ningrum."
"Siapa lagi kalau bukan pemuda sinting si Danang Seta itul" kata Surah Pamulih.
Wajahnya yang sejak tadi kuyu kini tampak berubah kelam marah.
Loan Nio Nikouw memandang ke depan. Di hadapan sebuah kuburan dia melihat memang
ada seorang lelaki muda duduk berjongkok sambil dua tangan dirapat ditampungkan
ke depan Agaknya pemuda ini tengah berdoa "Kalau orang berdoa dimakam puterinya,
mengapa orang tua ini marah?" pikir Loan Nio Nikouw. Sementara itu ketika
mengetahui ada rombongan yang datang, pemuda di samping makam cepat berdiri.
"Danang Setal" Surah Pamulih berteriak. "Jika sekali lagi kau berani mendatangi
makam anakku, aku akan suruh orang mencari dan menggebukmu sampai matil"
Pemuda di dekat makam tampak ketakutan. Tidak menunggu Si Cantik Dari Tionggoan
95 lebih lama serta merta lari meninggalkan pekuburan.
"Akang, apa perlu kami mengejar pemuda itu?" Seorang di dalam rombongan
bertanya. "Sekarang ini biarkan saja. Tapi jika lain kali dia berani masuk desa, berani
mendatangi makam Ningrum. beritahu aku.
Aku benar-benar akan menghajarnya sampai matil"
Sampai di kuburan Ningrum, Surah Pamulih berkata. "Den Ayu saya dan saudarasaudara ini tidak bisa menunggui Den Ayu di sini.
Kami harus kembali ke rumah untuk mempersiapkan acara pengajian."
"Tidak apa saya sendirian di sini. Saya hanya Ingin merenung dan mendoakan
Ningrum agar bisa tenteram di alam baka. Saya tidak akan mampir lagi ke rumah
Bapak." Loan Nio Nikouw kemudian membungkuk dalam-dalam.
Setelah semua orang itu pergi Loan Nio Nikouw tegak membisu.
Hanya hatinya yang bicara "Setelah Adipati itu meninggal, Ningrum satu-satunya
orang bisa membuka tabir rahasia keberadaan dua dadu setan. Sayang sekali. Dia
keburu meninggal sebelum sempat memberi tahu..."
"Kraaakkkl"
Tiba-tiba di belakang sang paderi ada suara derak ranting patah terpijak kaki.
Loan Nio Nikouw cepat berbalik. Dia melihat seorang muda di belakang serumpun
semak belukar. Pemuda ini tampak terkejut pucatdan melangkah mundur siap larikan
diri. "Jangan lari!" bentak Loan Nio Nikouw.Sekali lompat saja dia melayang di atas
semak-semak lalu tegak di depan orang itu.
Tinjunya dikepal di depan hidung orang. "Berani lari kupecahkan kepalamu!"
" Janganl Saya tidak berniat jahat! Saya orang yang tadi bordoa di makam
Ningrum. Saya lari sewaktu rombongan datang."
"Danang Seta?"
"Itu nama saya."
"Kenapa kau seperti ketakutan dan melarikan diri ketika saya dan rombongan ayah
Ningrum datang" Dan sekarang mengapa kau berani muncul mengintip diriku"!"
"Mereka hendak menggebuk saya. Dulu ayah Ningrum dan karib Si Cantik Dari
Tionggoan 96 kerabatnya baik sama saya. Tapi sejak mereka kaya raya, mereka membenci saya."
"Mengapa"' tanya Loan Nio Nikouw.
"Saya tidak tahu. Ningrum juga berubah. Selalu menjauh dari saya. Padahal
sebelumnya kami sudah berencana untuk menikah sehabis perayaan Maulud tahun
ini." "Jadi kau kekasih Ningrum."
Wiro Sableng 149 Si Cantik Dari Tionggoan di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Ningrum beberapa satu lebih tua dari saya. Itu tidak menjadi soal. Sebenarnya
kami sudah dijodohkan sejak kecil. Tapi setelah kaya raya Ki Surah Pamulih ingin
membatalkan perjodohan. Bagi saya mungkin-itu sudah nasib. Ningrum jarang di
rumah. Untuk dapat bertemu satu purnama sekali sudah untung."
."Kalau dia jarang di rumah lalu kemana perginya gadis Itu?"
Tanya Loan Nio Nikouw. Dia tahu, dia sendiri cukup sulit menemui gadis yang
dijadikannya sebagai penghubung dengan mendiang Adipati Brebes itu.
"Itulah yang membuat saya berusaha menyelidik. Belakangan ini saya ketahui dia
banyak bergaul dengan orang-orang kaya termasuk para pejabat tinggi Kerajaan.
Pada pertemuan terakhir kali beberapa waktu-lalu Ningrum berkata bahwa dia ingin
meninggalkan pekerjaannya yang sekarang. Saya bertanya apa pekerjaannya dan dia
bekerja di mana" Tapi Ningrum tidak mau memberi tahu. Kasihan Ningrum, janganjangan dia korban dari pekerjaannya sendiri..."
"Danang Seta, apa maksudmu dengan ucapan itu"' tanya Loan Nio Nikouw.
"Kami, semua orang di desa Jatiwaluh ini merasa heran.
Dari mana Ki Surah Pamulih punya uang begitu banyak untuk membeli tanah luas,
mendirikan rumah besar, memiliki sawah, ladang, ternak juga tambak udang. Saya
punya dugaan semua sumber kekayaan itu datang dari Ningrum. Lalu Ningrum sendiri
dapat uang dari mana" Satu kali Ningrum pernah menunjukkan pada saya sepotong
batangan emas mumi. Saya kaget sekali.
Seumur hidup baru kali itu melihat emas begitu besar. Katanya emas itu pemberian
seorang kenalan dekatnya. Seorang pejabat Kerajaan. Saya mendesak bertanya siapa
nama pejabat itu. Dia Si Cantik Dari Tionggoan 97
tidak memberi tahu malah marah dan menuduh saya tengah menyelidiki dirinya.
Sejak itu kami tidak pernah bertemu lagi."
"Ayah Ningrum memberi tahu, puterinya meninggal karena sakit mendadak. Kau tahu
sakit apa?"
Danang Seta tatap wajah sang paderi seolah hendak menembus cadar merah yang
menutupi. "Ki Surah Pamulih berdusta. Orang-orang itu bcrdusta.
Mereka menyembunyikan kematian sebenarnya dari Ningrum.
Kekasihku tidak mati karena sakit mendadak. Ningrum mati dibunuhi"
Sepasang mata Loan Nio Nikouw menyipit Tiba-tiba paderi ini merasa dingin di
bagian punggung dan tengkuknya. Dia berbalik. Memandang-mandang berkeliling.
Tidak ada orang lain dipekuburan itu.
"Mungkin hanya tiupan angin," kata Loan Nio Nikouw dalam hati.
Lalu dia bertanya pada Danang Seta. "Dari mana kau tahu Ningrum mati dibunuh." .
"Salah seorang pembantu di rumah Ki Surah Pamulih adalah masih bibi saya dia
biasa dipanggil dengan nama Nyi Gembok. Dia yang memben tahu. Dia yang menemukan
mayat Ningrum pagi hari ketika hendak membangunkan. Ningrum ditemukan Nyi Gembok
dalam keadaan terbaring terlentang di atas ranjang. Tubuhnya bugil. Dua kaki
terkembang. Di lehernya ada tanda merah bekas gigitan. Agaknya sebelum mati
Ningrum telah melakukan hubungan badan dengan seseorang. Orang inilah yang
kemudian membunuhnya. Dari Nyi Gembok sebelumnya aku sudah mendengar kabar kalau
Ningrum sering menerima tamu rahasia pada malam hari tanpa setahu ayah atau
ibunya. "Berarti si pembunuh adalah seseorang yang dikenal Ningrum.
Ningrum mengizinkannya masuk ke dalam kamar, melakukan hubungan badan lalu
dibunuh. Mengapa" Mengapa ada orang sekejam itu" Apa alasannya membunuh Ningrum
setelah lebih dulu menyebadaninya?"
Dari balik pakaiannya Danang Seta mengeluarkan sebuah benda.
Ketika Loan Nio Nikouw memperhatikan, benda itu ternyata adalah sebilah keris
panjang sejengkal. Ada noda darah yang telah Si Cantik Dari Tionggoan 98
mengering pada bagian ujung yang lancip sampai pertengahan badan senjata ini.
"Keris ini ditemukan Nyi Gembok menancap di leher Ningrum."
Loan Nio Nikouw tertegun sesaat
"Bagaimana senjata ini sekarang ada padamu?"
"Nyi Gembok mencurinya dari sebuah rak lalu diberikan pada saya seusai pemakaman
siang tadi."
"Kalau begitu saya perlu bertemu dengan Nyi Gembok."
Danang Seta gelengkan kepala. "Nyi Gembok sudah diusir dari rumah besar. Bibi
saya dipecati" Jawab si pemuda. "Ada satu hal yang perlu saya beri tahu. Keris
kecil ini adalah milik Raden Kumbara Ajiwinata. Seorang Pangeran muda dari satu
Kerajaan di barat"
"Bagaimana kau bisa tahu?" tanya Loan Nio Nikouw.
"Beberapa tahun lalu saya pernah bekerja di kediaman seorang Empu di Karang
Ampel. Namanya Empu Barada. Empu ini ahli membuat senjata bertuah. Satu ketika
dia menerima pesanan dibuatkan sebilah keris kecil dari Raden Kumbara.
Sewaktu keris pesanan selesai saya yang disuruh mengantarkan kepada Raden
Kumbara. Saya sangat mengenali senjata ini."
"Ditemukannya senjata ini apakah kau punya dugaan.
Mungkin tuduhan bahwa Raden Kumbara yang membunuh Ningrum"'
Danang Seta tidak bisa menjawab pertanyaan Loan Nio Nikouw itu ' Saya mungkin
akan menemui Pangeran itu. Tapi ada seorang sahabat yang perlu segera saya
temui. Dia tahu suatu tempat penuh bergemilang uang, harta dan perempuan.
Saya punya dugaan bahwa Ningrum ada sangkut pautnya dengan tempat itu."
Sepasang mata Loan Nio Nikouw tampak bersinar membesar
"Siapa nama sahabatmu itu" Dimana dia bisa ditemui?"
tanya sang paderi pula.
"Dia seorang perajurit Kadipaten Losari. Namanya Jumena.
Belum lama ini terjadi satu hal menggegerkan. Atasan Jumena menemukan satu
tempat rahasia di sekitar..."
Belum sempat Danang Seta melanjutkan ucapannya tiba-tiba Si Cantik Dari
Tionggoan 99 sebuah benda hitam melesat di udara. Loan Nio Nikouw Cepat gerakkan dua
tangannya. Tangan pertama mendorong ke arah Danang Seta hingga pemuda Ini
terjajar jauh dan jatuh terduduk di tanah tapi selamat dari serangan benda
hitam. Tangan kedua menghantam ke udara melancarkan pukulan tangan kosong dan membuat
mental benda hitam yang tadi menyerang Danang. Di saat hampir bersamaan satu
lagi benda hitam melesatdaiam kegelapan, menyambar ke arah kepala Loan Nio
Nikouw. Sambil rundukkan kepala paderi dari Tionggoan ini berteriak.
"Pembokong gelapi Jangan lari!"
Di seberang sana satu bayangan hitam berkelebat keluar dari balik satu pohon
besar lalu melarikan diri ke arah timur.
Loan Nio Nikouw lepaskan satu pukulan tangan kosong mengandung tenaga dalam
tinggi. Satu jeritan merobek kesunyian malam di pekuburan. Ketika sang paderi
sampai di dekat pohon besar, dia dapatkan si pembokong tergeletak di tanah tak
bernyawa lagi. Ketika memeriksa, Loan Nio nikouw terkejut
"Manusia ini bukan mati karena pukulanku."
Di kening orang itu menancap sebuah benda hitam berbentuk paku besar berduri.
Inilah benda maut yang membunuhnyal Tiba-tiba terdengar jeritan orang.
"Danang!" seru Loan Nio Nikouw. Dia cepat melompat ke tempat Danang jatuh.
Terlambat Kakinya laksana dipantek. Danang yang tadi masih hidup kini tergeletak
di tanah dengan luka besar menganga di leher. Darah menggenang. Loan Nio Nikouw
merasa seperti mau muntah. Sang paderi perhatikan tangan Danang Seta kiri kanan.
Lalu dia menggeledah pakaian pemuda itu. Dia tidak menemukan keris kecil yang
tadi dipegang dan diperlihatkan Danang Seta.
"'Ada orang mencuri keris kecil itu..." ucap Loan Nio Nikouw dalam hati.
Tak lama setelah Loan Nio Nikouw pergi satu sosok bergemeriap biru menampakkan
diri di pekuburan lalu melesat ke arah barat Di satu tempat sosok ini membentuk
ujud utuh Si Cantik Dari Tionggoan 100
lalu mendekati seorang pemuda yang duduk di dekat pematang sawah.
"Purnama, bagaimana hasil kuntitanmu?"
Mahluk bayangan yang bukan lain si cantik Purnama menceritakan apa yang terjadi
di pekuburan Jatiwaluh. "Wiro, kita harus segera menemukan seorang perajurit
Kadipaten Losari bernama Jumena. Dia ada hubungan dengan perkara besar yang
tengah kau selidiki. Aku punya dugaan dia akan jadi korban pembunuhan
berikutnya."
"Jumena" Aku kenal perajurit Itu. Aku pernah bertemu dengannya di pinggiran
sebuah jurang." Berkata Pendekar 212.
"Purnama, kita pergi ke Losari sekarang juga."
"Mudah-mudahan kita tidak kedahuluan sahabatmu paderi perempuan itu. Aku yakin
dia juga akan ke Losari mencari perajurit bernama Jumena." Purnama ulurkan
tangan membantu Wiro berdiri. Lalu sambil berpegangan keduanya tinggalkan tempat
itu. Dalam gelap sepasang mata memperhatikan penuh geram.
Mulutnya berucap. "Dasar lacur perempuanl Kemana-mana maunya berpegangan! Tunggu
saja! Aku kerjai kau!"
TAMAT Segera terbit: MISTERI "PEDANG NAGA MERAH"
Si Cantik Dari Tionggoan 101
Dendam Membara 3 Sepasang Garuda Putih Seri Keris Pusaka Sang Megatantra 5 Karya Kho Ping Hoo Mustika Serat Iblis 3
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama