Ceritasilat Novel Online

Sang Pemikat 2

Wiro Sableng 155 Sang Pemikat Bagian 2


"Gusti Pangeran Aryo..."
"Jangan panggil aku dengan sebutan itu."
"Aryo Dipasena. Aku seorang pengembara. Aku tidak bertempat tinggal tidak
berumah..."
"Jika kau mau kau boleh tinggal di sini. Aku bisa mencari tempat kediaman
lain." "Lalu orang sekerjaan akan geger!" kata Dewi Pemikat. Lalu dia menatap tak
berkesip dengan matanya yang bening. Hatinya berucap. "Pemuda satu ini, dia
begitu baik. Polos dan bersikap apa adanya. Apakah aku akan meneruskan hasrat yang
menyala dalam diriku menggodanya. Atau apakah aku harus mematikan kobaran api
ebook by kalibening
yang membakar darah ini dan mencelakai diri sendiri?" Saat itu gadis berbaju
kuning ini merasa sekujur tubuhnya panas seperti diserang demam. Ingin dia melepas
seluruh pakaian yang melekat di tubuhnya. "Pemuda ini terrlalu baik untuk kugoda. Aku
harus menjauhinya untuk sementara. Apakah aku sanggup bertahan diri?"
"Dewi, kau tak menjawab. Berarti kau mau tinggal di sini." Kata Pangeran
Aryo. Dewi Pemikat tersenyum, melangkah mengahampiri pemuda itu. "Aryo
Dipasena," katanya sambil menggelungkan kedua tangannya ke leher sang pangeran.
"Apapun yang kau katakan aku sangat ingin melakukan. Namun saat ini aku harus
pergi. Jika kau mau bersabar aku akan kemari lagi di malam-malam mendatang."
Lalu dengan gerakan tak terduga gadis cantik itu dekap wajah Pangeran Aryo
dengan kedua tangan, kemudian mengecupkan bibirnya ke bibir pemuda itu. Sang
pangeran tergagau. Seumur hidup belum pernah dia mengalami hal seperti ini.
Belum pernah dia mencium seorang gadis. Kini justru seorang gadis yang menciumnya. Dan
bukan hanya ciuman biasa, tapi kecupan bibir yang hangat menggetarkan disertai
susupan lidah basah yang mengusap lidahnya. Saking terperangahnya, Pangeran Aryo
tidak mengetahui kalau si gadis tak ada lagi di dalam kamar itu. Begitu sadar
dia mengejar keluar rumah.
"Dewi..."!"
Gadis cantik itu sudah lama pergi.
*** DARI balik reruntuhan tembok halaman sepasang mata Rorot Keminting
memperhatikan terus menerus rumah kecil di atas tanah lereng berumput itu. Cukup
lama dia mendekam di tempat itu ketika tiba-tiba dia terkejut melihat seorang
gadis berpakaian kuning keluar dari pintu depan rumah.
"Ah....selam ini Pangeran Aryo tidak pernah diketahui memilki seorang
kekasih. Sekarang ternyata dia menyimpan seorang gadis di rumahnya. Siapa gadis
tadi. Dari gerakannya yang enteng dan cepat agaknya dia bukan gadis sembarangan.
ebook by kalibening
Lalu apakah ada hubungan gadis itu dengan tembok yang hancur ini dan pohon yang
hangus?" Kepala Pengawal itu menunggu beberapa lama. Setelah dirasakannya aman
maka diapun cepat-cepat meninggalkan tempat itu.
*** ebook by kalibening
6 KALIBAWANG sebuah desa kecil terletak di aliran Kali Pabelan. Penduduk
desa hidup dari bercocok tanam. Hampir setiap orang di desa itu memiliki sawah
atau ladang. Banyak pula yang beternak. Kesuburan tanah desa dan sekitarnya membuat
penduduk selalu memanen hasil tanaman berlimpah ruah. Boleh dikatakan semua
orang di desa itu hidup lebih dari berkecukupan.
Di desa Kalibawang dimana rakyat hidup rukun, aman tenteram, justru di situ
pula tinggal seorang pemuda bernama Samirjan yang dikenal dengan julukan
Pencuri Selusin Tangan. Sesuai dengan julukannya Samirjan memang seorang
pencuri. Namun dia bukan pencuri sembarangan. Dia tidak pernah mencuri apapun
milik penduduk sedesa. Dia tidak pernah mengambil barang atau harta milik rakyat
jelata. Kalau dia mendapat jarahan dari hasil mencuri di luar desa maka dua
pertiga hasil curian itu diberikannya pada penduduk di beberapa desa tetangga yang hidup
dalam kemiskinan. Mereka yang jadi korban curian Samirjan umumnya adalah orangorang kaya pelit, pedagang-pedagang yang menjual barang dengan harga menipu,
para penghisap riba, atau pejabat-pejabat rakus kuasa dan rakus harta yang
kerjanya hanya memeras rakyat. Selain itu Samirjan juga menerima pesanan untuk mencuri.
Yaitu jika ada seseorang meminta untuk dicurikan satu barang maka dia melakukan
dengan mendapat upah. Namun Samirjan lebih dulu menyelidik barang apa yang
disuruh curi dan bagaimana asal-usul barang tersebut. Biasanya Samirjan hanya
mau mencurikan barang yang dimiliki orang secara tidak sah.
Karena sifat mencuri Samirjan yang seperti itu, walau tahu kalau si pemuda
adalah seorang pencuri, Kepala Desa dan penduduk deasa Kalibawang bersikap baik
terhadapnya. Samirjan bebas tinggal di desa, berbaur dengan penduduk lainnya.
Bahkan ada beberapa gadis desa yang tertarik pada sang pencuri, menganggapnya
sebagai seorang pemuda hebat. Selain itu Samirjan memang berpenampilan sebagai
seorang pencuri berwajah ganteng.
ebook by kalibening
Namun yang namanya pencuri, bagaimanapun baik budi bahasa serta sifatnya
tetap saja namanya pencuri. Beberapa pejabat di Kotaraja pernah kehilangan
barang berharga dan menuduh Samirjan yang mencuri. Beberapa kali desa Kalibawang
didatangi pasukan Kerajaan dan Samirjan ditangkap namun kemudian dibebaskan
karena tidak ada bukti-bukti. Belum lama berselang Samirjan ditangkap atas
perintah seorang Tumenggung yang kehilangan sebuah guci mas antik dari Tiongkok.
Kemudian ternyata guci mas itu adalah hasil rampasan dari seorang pedagang yang
tidak sanggup membayar hutang karena dibebani bunga berlipat ganda oleh sang
Tumenggung. Samirjan bebas lagi setelah dipenjarakan hampir tiga puluh hari.
Malam hari itu desa Kalibawang diselimuti udara lebih dingin dari biasanya
karena sore tadi hujan turun cukup lebat. Di dalam rumah kecil yang terletak di
pinggiran desa Kalibawang Samirjan tidur sendirian, bergelung dalam kain sarung.
Tiba-tiba dia terjaga oleh suara ketukan di pintu. Pemuda berjuluk Pencuri
Selusin Tangan segera bangun tapi tidak langsung membuka pintu. Bagaimanapun
juga keberadaannya sebagai seorang pencuri selalu membuat dia harus berlaku
waspada. Tapi kalau orang bermaksud jahat mengapa pakai mengetuk pintu segala"
Ketukan terdengar lagi. Kali ini lebih keras dan diulang berkali-kali.
"Siapa"!" Tanya Samirjan sambil perlahan-lahan melangkah ke pintu dengan
tangan kosong. Walau suka mencuri namun Samirjan tidak pernah memiliki senjata.
Dia hanya mengandalkan kecepatan dan akal.
"Celengan ayam-ayaman."
Terdengar suara jawaban di balik pintu. Suara perempuan.
"Celengan ayam-ayaman...?" Samirjan jadi heran. "Suara perempuan...." Dia
berpikir-pikir. Dalam berpikir-pikir pemuda ini mencium bau harum. Samirjan
ingat bau wangi ini. Pintu rumah serta merta dibuka lebar-lebar. Di ambang pintu
berdiri tersenyum seorang gadis berpakaian kuning, berambut hitam tergerai lepas.
Samirjan terperangah namun kemudian tertawa lebar saking gembiranya.
"Kau... Kau mau datang. Aku benar-benar tidak menyangka."
ebook by kalibening
"Apakah kau tidak mempersilahkan aku masuk?" Gadis berpakaian kuning
bertanya sambil layangkan lagi senyuman yang membuat Pencuri Selusin Tangan
jadi sejuta rasa.
"Ah... masuklah. Rumahku gubuk jelek!" Kata Samirjan. Gadis berpakaian
kuning yang bukan lain adalah Dewi Pemikat melangkah masuk. Samirjan menoleh
ke kiri dan ke kanan, memperhatikan keadaan di luar rumah lalu cepat-cepat
menutup pintu. "Kau datang sendirian?" tanya Samirjan.
"Dengan monyet. Tapi monyetnya aku lepas di hutan."
Samirjan tertawa gelak-gelak.
"Selama jadi pencuri aku jarang tertawa. Baru sekarang bisa tertawa seperti ini.
Tunggu, aku mau menyalakan lampu minyak dulu."
"Sudah kunyalakan," ucap Dewi Pemikat. Tangannya bergerak ke arah dinding
dimana tergantung sebatang bambu bersumbu. Selarik sinar merah meluncur keluar
dari ujung jari Dewi Pemikat. Sesaat kemudian lampu minyak yang terbuat dari
bambu bersumbu kain itu menyala. Kini keadaan dalam rumah menjadi terang.
Samirjan melotot, kagum luar biasa.
"Kau benar-benar hebat." Memuji Samirjan. "Kalau kita bisa bekerjasama,
barang apapun bisa kita dapatkan."
Dewi Pemikat mencibir. Sambil memandang seputar rumah yang hanya
merupakan satu ruangan terbuka Dewi Pemikat berkata.
"Jadi inilah rumah pencuri kondang berjuluk Pencuri Selusin Tangan.
Hemm... tidak ada apa-apanya. Seharusnya kau dijuluki Pencuri Tangan Kere.
Hik...hik...hik."
Samirjan ikut tertawa. Dia masih menatap ke arah lampu minyak.
"Waktu di tepi kali itu, aku sudah menduga kau pasti seorang gadis
berkepandaian tinggi.... Ah, tak ada bangku di rumah ini. Aku merasa tidak enak
kalau kau terus-terusan berdiri."
"Lalu apa kau mau memangku diriku?" tanya si gadis. "Sudah biar aku duduk
di sini saja." Dewi Pemikat lalu duduk di tepi tempat tidur kayu. Sepasang mata
ebook by kalibening
Samirjan tidak bisa menghindar dari dada si gadis yang tersembul dan di bawah
nyala lampu minyak tampak luar biasa indah. Jantung berdebar kencang dan darahnya
mengalir lebih cepat.
"Tadi kau menyebut celengan ayam-ayaman. Kau membawa celengan itu?"
bertanya Samirjan.
Dewi Pemikat menggeleng. "Celengannya sudah hancur."
"Ah..." Samirjan menghela nafas dalam dan tampak kecewa.
"Kau mencuri celengan itu dari Raden Mas Suryo Kenanga...."
"Betul. Pekerjaanku memang mencuri. Cuma....."
"Apa untungnya mencuri celengan kosong?" Dewi Pemikat potong ucapan
Samirjan. "Celengan itu memang tidak ada uangnya. Tapi ada satu benda sangat berharga
disembunyikan di dalamnya..."
"Bagaimana kau bisa tahu ada benda sangat berharga dalam celengan. Benda
apa?" "Sebenarnya aku mencuri celengan itu atas permintaan seseorang."
"Siapa?"
Samirjan tidak menjawab.
"Aku punya perjanjian. Dengan orang itu dan dengan diriku sendiri. Aku tidak
boleh memberi tahu pada orang lain siapa adanya orang yang mengupahku."
"Begitu" Termasuk aku tidak boleh tahu?" Nada suara si gadis meninggi.
"Samirjan jadi bimbang namun akhirnya berkata. "Boleh.... Aku akan
ceritakan padamu. Asal kau berjanji tidak akan menceritakan pada orang lain."
"Baik, tapi tidak termasuk menceritakan pada setan kan?"
"Ah, kau suka bercanda. Aku merasa terhibur. Malang melintang hidup jadi
maling lebih banyak susahnya dari pada sukanya."
"Percaya, namanya saja maling alias pencuri." Kata Dewi Pemikat pula. "Eh,
kau mau bercerita duduk di sebelahku?" tanya Dewi Pemikat.
"Aku..." Samirjan diam sebentar. "Kalau aku duduk di sampingmu nanti
mulutku tidak bisa cerita. Malah tanganku yang nanti merayap kemana-mana..."
ebook by kalibening
"Waktu pertama kali bertemu kau begitu berangasan. Enak saja kau menyentuh
dadaku. Ingat"! Sekarang sudah jadi pemuda alim rupanya." Kata Dewi Pemikat
pula. Samirjan tertawa.
"Kalau kau mau tahu, orang yang menyuruh aku mencuri celengan itu adalah
Raden Mas Mangun Wiryo. Adik kandung Raden Mas Suryo Kenanga sendiri ...."
"Hemm begitu" Ini cerita bagus. Lalu?"
"Raden Mas Mangun Wiryo berkata terus terang padaku bahwa dalam
celengan itu kakaknya menyembunyikan sebuah benda sangat berharga. Sebuah jimat.
Yang katanya bernama Jimat Selaksa Rejeki. Menurut Raden Mas Mangun jimat ini
sangat manjur untuk dipakai berdagang. Aku rasa dia tidak bohong. Buktinya sang
kakak kini jadi orang kaya raya di Wates."
"Bagus, kau tidak berdusta tentang jimat itu..."
"Apakah.... Bagaimana aku harus memanggilmu. Den Ayu..."
"Namaku Dewi."
"Dewi, jadi kau sudah tahu kalau dalam celengan itu ada jimat?"
Dewi Pemikat memasukkan tangan kanan ke balik dada pakaiannya yang
terbuka lebar, membuat Samirjan menahan nafas, lalu mengeluarkan sebuah benda
tipis berbentuk empat persegi panjang kecil, terbuat dari kain hitam.
"Ini barangnya?" berkata gadis cantik itu.
"Ah...." Samirjan terbelalak. "Aku belum pernah melihat sebelumnya. Tapi
aku yakin yang di tanganmu itu memang jimat yang diatakan Raden Mas Mangun
Wiryo." Samirjan ulurkan tangan hendak menyentuh benda itu tapi kecele karena
Dewi Pemikat menarik tangannya.
"Lanjutkan dulu ceritamu."
Samirjan memperhatikan jimat yang dipegang Dewi Pemikat, melirik ke arah
dada si gadis, menelan ludah baru membuka mulut.
"Menurut Raden Mas Mangun Wiryo jimat itu adalah miliknya. Lima tahun
yang lalu jimat dipinjamkan pada kakaknya Raden Mas Suryo Kenanga dengan
perjanjian setelah tiga tahun harus dikembalikan padanya. Tapi setelah hampir
lima tahun di tangannya Raden Mas Suryo Kenanga tidak mau mengembalikan walau
ebook by kalibening
diminta berulang kali. Malah menurut Raden Mas Mangun Wiryo kakaknya itu
mengancam akan membunuhnya kalau terus-terusan memaksa meminta kembali
jimat itu. Raden Mas Mangun tidak mau melakukan kekerasan. Dia menyuruh orang
mencariku. Dia minta pertolonganku untuk mendapatkan jimat itu kembali."
"Kau ternyata pencuri terkenal rupanya..."
"Aku sudah menerima setengah dari upah yang dijanjikan Raden Mas Mangun
Wiryo. Tapi aku tidak berhasil mendapatkan jimat yang dimintanya." Samirjan
alias Pencuri Selusin Tangan memandang pada jimat yang ada di tangan Dewi Pemikat.
"Kau akan memberikan jimat itu padaku?"
"Akan kuberikan padamu. Tapi tidak untuk diserahkan pada Raden Mas
Mangun Wiryo."
"Lalu mau aku apakan jimat itu?" tanya Samirjan pula.
"Kau pakai sendiri."
"Heh"! Maksudmu?"
"Kalau jimat itu memang ampuh untuk dipakai dagang mengapa tidak kau
pakai sendiri" Apakah kau akan seumur-umur jadi pencuri" Kalau kau sudah kaya
nanti boleh jimat itu kau kembalikan pada Raden Mas Mangun Wiryo. Jika kau jadi
orang kaya, kau akan lebih banyak bisa menolong orang miskin daripada tetap jadi
seorang pencuri."
"Ah, aku tidak berani melakukan itu. Aku tidak mau mengkhianati Raden Mas
Mangun. Apa lagi aku sudah menerima upah dari dia."
"Hemm... Baru kali ini aku tahu ada pencuri jujur sepertimu. Dengar, kau
tidak mengkhianati siapapun. Kau hanya meminjam jimat itu untuk beberapa lama."
Kata Dewi Pemikat pula sambil tersenyum. Lalu Jimat Selaksa Rejeki diberikan
pada Samirjan. Pemuda ini ragu-ragu menerima. Dewi Pemikat melangkah mendekati
Samirjan. Tangan kirinya menarik ke depan celana panjang yang dikenakan Samirjan
lalu tangan kanan yang memegang jimat enak saja memasukkan jimat tersebut ke
dalam celana si pemuda!
Samirjan kelagapan.
"Dewi, aku..."
ebook by kalibening
"Kalau kau memang tidak mau biar kuambil lagi," kata si gadis. Lalu kembali
dia menarik celana Samirjan dan tangan kanannya siap dimasukkan ke balik celana.
Kalau dua hari lalu Samirjan merasa keenakan waktu dielus bagian bawah


Wiro Sableng 155 Sang Pemikat di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

perutnya kini pemuda itu cepat-cepat bersurut mundur.
Selain ketakutan entah mengapa kini dia merasa menaruh sungkan pada gadis
cantik itu. "Baik...baik. Aku terima jimat ini. Aku ikuti apa katamu."
"Bilang saja kau takut aku obok-obok perabotanmu! Hik...hik...hik!"
Dewi Pemikat tertawa namun tawanya serta merta terhenti ketika di luar rumah
tiba-tiba terdengar bentakan keras.
"Samirjan, keluar dari gubukmu. Bawa serta gendakmu! Atau kalian berdua
memilih mampus bersama di dalam gubuk!"
"Kurang ajar, enak saja ada orang mengatakan aku sebagai gendakmu!" ucap
Dewi Pemikat. Samirjan melangkah ke dinding lalu mengintip keluar lewat sebuah celah.
"Ada tiga orang di luar sana. Aku mengenali salah satu dari mereka..."
"Siapa?" tanya Dewi Pemikat.
"Dewi lekas keluar! Orang-orang itu melemparkan obor ke atap gubuk!"
Samirjan memberi tahu.
Kalau Samirjan keluar lewawt pintu depan maka Dewi Pemikat melesat ke
udara menembus atap gubuk yang terbuat dari bambu berlapis ijuk.
*** DALAM gelapnya malam, tiga buah obor menyala melesat ke atas gubuk
kediaman Samirjan. Bersamaan dengan itu atap gubuk jebol dan sesosok tubuh
berpakaian kuning berkelebat di kegelapan malam.
"Manusia-manusia goblok! Kalau mau membunuh orang mengapa berbanyak
mulut! Biar kusumpal mulut tolol kalian!"
ebook by kalibening
Tiga obor yang melayang di udara sebelum jatuh di atas atap, dua ditangkap
dan satu lagi ditendang oleh si baju kuning yang bukan lain adalah Dewi Pemikat.
Lalu wuut! Wuuttt! Wuutt!
Tiga obor melesat ke arah tiga orang berpakaian hitam-hitam yang berdiri di
bawah pohon besar. Ketiganya berteriak kaget lalu berhamburan selamatkan diri.
Namun hanya dua orang yang mampu lolos. Salah seorang dari mereka meraung
keras begitu obor yang masih menyala menghajar mata kirinya. Tubuh terpental
sejauh satu tombak dan bergulingan di tanah. Dua orang temannya yang selamat
berlindung di balik pohon besar. Salah seorang dari mereka berkata.
"Celaka, aku tidak mengira gadis berpakaian kuning itu memiliki kepandaian
tinggi! Aku jadi ngeri. Sebaiknya kita tinggalkan tempat ini. Kau lihat apa yang
terjadi dengan Karto." Karto adalah teman mereka yang tadi kena dihantam matanya
dengan obor hingga hancur dan hangus.
Teman di sebelahnya menjawab. "Kalau yang berkepandaian tinggi itu
secantik bidadari apa yang harus ditakuti"!"
"Aku mencium bau harum...."
Dua orang di balik pohon terbelalak ketika melihat seseorang berpakaian serba
kuning tahu-tahu telah berdiri di hadapan mereka. Namun begitu mengetahui orang
itu gadis berpakaian kuning berwajah cantik yang barusan mereka bicarakan,
keduanya segera saja cengar-cengir. Yang di sebelah kanan yang memelihara kumis
dan janggut lebat kasar dan berkulit hitam bertanya.
"Gadis cantik, kau siapa" Mengapa tengah malam begini rupa ada di tempat ini.
Apa hubunganmu dengan Samirjan pencuri keparat itu"!"
"Aku orang yang tadi kau teriaki gendaknya Samirjan!" jawab si baju kuning
yang tentu saja Dewi Pemikat adanya.
Dua orang di bawah pohon tertawa gelak-gelak.
"Sungguh menyedihkan!" ucap si kumis lebat. "Gadis secantikmu mengapa
mau-mauan jadi gendak pencuri busuk seperti Samirjan" Kalau aku sudah
mengemplang batok kepala pencuri keparat itu, baiknya kau ikut aku! Aku bisa
memberi hadiah padamu! Kita bisa bersenang-senang!"
ebook by kalibening
Dewi Pemikat berpaling pada Samirjan yang saat itu sudah berdiri di
sebelahnya. "Samirjan, siapa dua kadal jelek bau comberan ini"!"
"Yang ini!" kata Samirjan sambil menunjuk pada si kumis lebat.
"Namanya Soma Keling. Dia kaki tangan Tumenggung Brojo Kumbara.
Bersama dua temannya pasti mereka diperintah untuk membunuhku. Ini gara-gara
aku membuka kedok jahat Tumenggung itu yang merampas guci emas milik orang
lain!" "Pencuri jahanam! Tidak malu berlindung di balik perempuan!" bentak Soma
Keling si kumis dan janggut tebal.
Dimaki begitu rupa, walau hanya memiliki kepandaian silat sejurus dua jurus
Samirjan jadi panas. Langsung dia melompat menerjang Soma Keling. Namun srett!
Teman Soma Keling hunus golok besar, bacokkan senjata ini ke kepala Samirjan.
Sementara Soma Keling sendiri melompat coba merangkul Dewi Pemikat.
Sebenarnya jika kedua orang itu menyadari bagaimana salah seorang kawan
mereka telah dihajar hingga matanya hancur dan hangus, seharusnya mereka lebih
baik memilih kabur. Karena bagaimanapun juga Dewi Pemikat bukanlah tandingan
mereka. "Hai! Aku pinjam tanganmu!" Dewi Pemikat berseru lalu tarik tangan kanan
Soma Keling yang hendak merangkulnya dan secepat kilat dipalangkan melintang
menangkis golok temannya yang menderu deras ke arah Samirjan.
"Crass!"
Raungan Soma Keling luar biasa menggidikkan ketika tangan kanannya putus
dibabat golok teman sendiri. Darah mancur mengerikan. Si teman menggigil
ketakutan, buang golok yang dipegangnya lalu menghambur lari. Samirjan seperti
mau muntah. Soma Keling menjerit-jerit seperti orang gila lalu lari ke arah
kegelapan. Namun dia tak mampu kabur jauh. Di satu tempat tubuhnya jatuh tergelimpang.
Orang suruhan Tumenggung Brojo Kumbara ini akhirnya meregang nyawa karena
kehabisan darah.
Dewi Pemikat hampiri Samirjan.
ebook by kalibening
"Pencuri kere. Setelah kejadian ini kau masih ingin tinggal di sini" Masih mau
jadi pencuri" Kau sudah punya bekal hidup. Mengapa masih berpikir tolol?"
Samirjan alias Pencuri Selusin Tangan yang saat itu masih dalam keadaan
terkesiap menyaksikan apa yang barusan terjadi, tersentak sadar.
"Jimat itu. Hah!" Samirjan masukkan tangan kanannya ke balik celana. Lama
dia membuncah bagian bawah perutnya mencari jimat yang tadi dimasukkan Dewi
Pemikat ke dalam celananya tapi tidak ditemukan. Dia memperhatikan halaman
sekitarnya. Mungkin jatuh di tanah.
Dewi Pemikat tertawa cekikikan.
"Manusia tolol," katanya. "Aku tidak pernah memasukkan jimat itu ke dalam
celanamu! Lihat ini...."
Dewi Pemikat kembangkan telapak tangan kirinya.
"Ah...." Samirjan gelengkan kepala ketika melihat jimat kain hitam ada di atas
tangan si gadis.
"Ini ambillah. Lakukan apa yang aku katakan...."
Samirjan mengambil jimat yang diberikan.
"Terima kasih Dewi. Aku akan menuruti nasihatmu. Kurasa aku akan pergi ke
utara. Aku punya seorang sahabat di Samarang."
"Itu bagus. Kalau sampeyan sudah kaya, jangan lupa sama aku."
"Kau... kau tidak ingin ikut bersamaku ke Samarang?" tanya Samirjan.
Wajahnya penuh harap.
"Aku ikut sampai di dalam gubukmu saja..." kata Dewi Pemikat lalu menarik
tangan pemuda itu, membawanya masuk ke dalam gubuk. Tak selang berapa lama
terdengar suara Samirjan.
"Dewi, kau mau melakukan apa..." Wow!"
"Jangan berteriak macam orang tolol! Apa kau mau orang satu desa bangun
mengintip apa yang kita lakukan"! Hik...hik...hik."
"Aduh Dewi!"
"Sssttt. Ada apa"!"
"Jimatku kejepit!"
ebook by kalibening
"Hik...hik...hik!"
*** ebook by kalibening
7 SETAN Ngompol yang mengkhawatirkan keselamatan Liris Biru memasuki
Kuto Gede sore sebelum magrib. Seperti diketahui murid mendiang Hantu Malam
Bergigi Perak itu nekad mencari pemuda bernama Cakra pembunuh Liris Merah,
kakaknya. Menurut jalan pikiran Setan Ngompol, kalau sang kakak yang
berkepandaian lebih tinggi mampu dibunuh setelah lebih dulu diperkosa oleh
Cakra, maka jika Liris Biru mencari si pemuda sama saja dengan mengantarkan kehormatan
serta nyawanya.
Memasuki Kuto Gede dari arah tenggara Setan Ngompol terheran-heran karena
malam belum tiba tapi keadaan desa pengrajin perak yang biasa ramai, saat itu
tampak diselimuti kesunyian. Tidak terlihat orang lalu lalang di jalan. Semua
pintu dan jendela rumah penduduk tertutup rapat. Kawasan paling ramaipun dimana
biasanya banyak pedagang, warung minuman dan rumah makan kelihatan sepi.
Hujan rintik-rintik. Setan Ngompol berjalan terbungkuk-bungkuk di jalan sepi.
"Aneh, aku sudah beberapa kali ke tempat ini. Ada apa" Mengapa sepi sunyi
begini rupa?"
Setan Ngompol berjalan terus. Sementara hari mulai gelap.
Selewatnya kelokan jalan di kejauhan tampak cahaya terang. Setan Ngompol
segera menuju ke sini. Ternyata cahaya bersumber dari beberapa lampu minyak
besar yang ada dalam sebuah rumah makan. Sebelum masuk Setan Ngompol
memperhatikan para tamu yang ada dalam rumah makan. Semua berjumlah sekitar
dua puluh orang. Tampaknya para tamu yang hadir di tempat itu bukan untuk makan
atau minum. Karena sama sekali tidak ada hidangan atau minuman di atas meja.
Rata-rata menunjukkan tampang tegang. Dan Setan Ngompol melihat orang-orang itu
membawa berbagai macam senjata. Mulai dari golok, pentungan kayu, tombak serta
celurit. Ketika Setan Ngompol berdiri di halaman rumah makan, semua orang
memandang padanya dengan penuh curiga. Malah ada yang berdiri dan mendekat
ebook by kalibening
sampai di tangga bangunan, memperhatikannya dengan mata mendelik mulai dari
kepala sampai ke kaki. Ketika si kakek meneruskan langkah hendak masuk ke dalam
rumah makan, di tangga depan seorang lelaki berkulit hitam menghadangnya. Orang
ini adalah Ki Bening Surah, pemilik rumah makan. Di pinggangnya tergantung
sebilah golok besar. Dia pelototi si kakek sementara hidungnya mengendus-endus.
Dia mencium bau pesing santar sekali.
"Pengemis tua bau pesing, aku Ki Bening Surah pemilik rumah makan ini.
Rumah makan tutup. Apa keperluanmu datang ke sini?"
"Mau beli makanan. Perutku lapar," jawab Setan Ngompol.
"Aku sudah bilang rumah makan tutup!" Bentak pemilik rumah makan.
"Ooo begitu" Tapi perutku lapar sekali. Tolonglah, apa saja. Nasi tidak
berlaukpun aku terima."
"Apa kau punya uang?" tanya Ki Bening Surah pula dengan suara dan air
muka mengejek. Sementara beberapa orang di dalam sana bangkit dari duduknya dan
berdiri di samping pemilik rumah makan.
Setan Ngompol menggeleng.
Ki Bening Surah dan hampir semua orang yang ada di situ tertawa gelak-gelak
mencemooh Setan Ngompol.
"Kalau tak punya uang pergilah! Bau tubuh dan pakaianmu membuat semua
orang di sini mau muntah!"
"Tunggu...." Setan Ngompolmerogoh kantong celananya yang kuyup air
kencing. Dari dalam kantong itu dikeluarkannya sepotong perak murni seujung ibu
jari tangan. "Aku tak punya uang. Tapi punya ini. Apa bisa untuk membeli makanan
dan lauknya?"
"Sepasang mata Ki Bening Surah mendelik berkilat. Begitu juga mata orangorang yang berdiri di dekatnya, pada membesar. Alah seorang dari mereka menyikut
lengan pemilik rumah makan memberi tanda.
Ki Bening Surah tertawa lebar. Dia berubah menjadi ramah.
"Pengemis tua, kau tak usah khawatir. Dengan benda itu kau bisa mendapat
sebungkus nasi ditambah sepotong tempe bongkrek!"
ebook by kalibening
"Begitu?" ujar Setan Ngompol.
"Serahkan perak itu dan kau tunggu di sini. Aku akan membungkuskan
makanan untukmu. Jangan berani masuk ke dalam rumah makan."
Setan Ngompol menyeringai. Dia cibirkan bibir dan ulurkan kepingan kecil
perak. Ketika pemilik kedai hendak mengambil, Setan Ngompol tarik tangannya.
Pemilik rumah makan mendelik marah.
"Kau mempermainkan aku atau bagaimana"!"
"Sebelum perak ini aku berikan pada sampeyan, aku mau tanya dulu. Mengapa
Kuto Gede jadi sepi begini" Hanya rumah makanmu satu-satunya yang masih buka.
Semua rumah pada tutup. Semua orang di sini aku melihat membaw senjata. Kau
juga membekal sebilah golok."
"Ada kejadian edan di kota ini! Beberapa hari berturut-turut empat gadis
diperkosa lalu dibunuh. Dua diantaranya kembang desa cantik jelita."
"Di kening mereka menempel bunga tanjung?"
"Pengemis tua, bagaimana kau tahu hal itu?" tanya pemilik rumah makan.
"Ayo lekas serahkan perak itu. Sebentar lagi kami semua akan melakukan
perondaan!"
"Empat gadis yang diperkosa dan dibunuh itu, apa mereka penduduk Kuto
Gede?" "Betul...." Ki Bening Surah tidak sabaran ulurkan tangan kanan hendak
mengambil paksa kepingan perak dari tangan si kakek.
Diam-diam Setan Ngompol merasa lega karena berarti Liris Merah walau tidak
diketahui berada dimana masih dalam keadaan selamat. Kakek ini kemudian tertawa
mengekeh. "Kau mau menipuku! Dengan kepingan perak ini aku bisa membeli
rumah makanmu dan seluruh isinya! Aku tidak bermaksud membeli nasi atau tempe
bongkrek. Siapa bilang aku lapar! Aku hanya butuh keteranganmu tadi....Terima
kasih." Setan Ngompol masukkan kepingan perak ke dalam kantong celananya yang
basah lalu tinggalkan rumah makan.
"Gembel sinting!" Pemilik rumah makan semburkan caci maki kotor.
Kebetulan di tangga dekatnya berdiri ada sebuah mangkuk terbuat dari tanah.
Tidak ebook by kalibening
pikir panjang lagi mangkuk tanah itu dilempar ke arah kepala bagian belakang
Setan Ngompol. Masih tertawa-tawa si kakek yang mendengar suara benda melesat di
belakang kepalanya lambaikan tangan kirinya ke belakang. Gayung yang dilempar
berbalik melesat dan mendarat telak di jidat Ki Bening Surah hingga benjut dan
mengucurkan darah! Ki Bening Surah berteriak kesakitan, memaki tak karuan.
"Kakek itu bukan seperti pengemis. Jangan-jangan dia manusia jahatnya yang
memperkosa dan membunuh empat gadis!" Seseorang berteriak.
Seorang lainnya menyahuti.
"Aku yakin dia keparat jahanamnya. Kalau tidak bagaimana dia bisa tahu soal
bunga tanjung"!"
Rumah makan itu jadi ramai. Ki Bening Surah cabut goloknya.
"Kita harus mengejar tua bangka jahanam itu! Sebelum ada lagi gadis
diperkosa dan dibunuh! Tangkap hidup-hidup! Kalau melawan cincang sampai
lumat!" Dua puluh orang bergemuruh meninggalkan rumah makan, mengejar Setan
Ngompol. Setelah cukup jauh berlari Ki Bening Surah berhenti.
"Tadi aku masih melihat sosoknya! Bagaimana mungkin bisa menghilan
seperti ditelan bumi?"
"Pukul kentongan! Kita harus menyebar!"
"Kita perlu bantuan!"
Maka tak lama kemudian di seluruh Kuto Gede terdengar suara kentongan
dipukul bertalu-talu. Bukan saja penduduk, serombongan pasukan Kerajaan yang
sengaja di tempatkan di pusat desa sejak dua hari lalu ikut pula melakukan
pengejaran dan pencarian. Tapi si kakek pengemis tidak berhasil ditemukan.
*** DI ATAS sebuah pohon besar gelap dan banyak nyamuknya Setan Ngompol
memaki dan terkencing-kencing setiap ada nyamuk menggigitnya.
ebook by kalibening
"Nyamuk-nyamuk sialan! Kalian rupanya berkawan dengan penduduk Kuto
Gede. Mau menyuruhku turun agar ditangkap dan digebuki! Silahkan kau hisap
darahku! Kalian akan mampus sendiri oleh racun air kencingku!"
Setan Ngompol lalu masukkan dua tangannya ke dalam celana. Tangan yang


Wiro Sableng 155 Sang Pemikat di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

basah pleh air kencing ini diusapkan ke muka, lengan serta kaki. Ajaib! Puluhan
mungkin ratusan nyamuk yang tadi berserabutan menghisap darah si kakek kini
menjauh. Yang nekad menyedot darah orang tua ini langsung jatuh menemui ajal.
"Hik...hik!" Tiba-tiba ada suara perempuan tertawa. Disusul ucapan. "Hebat
juga! Mengapa tidak kau minum saja air kencingmu agar bisa kebal seumur-umur
terhadap nyamuk!"
"Eh, siapa yang bicara"!" Setan Ngompol celingukan, memperhatikan setiap
sudut pohon yang gelap dimana dia berada. Tidak kelihatan siapapun. Hidungnya
mencium bau harum. Kuduk si kakek jadi merinding. Sambil tekap bagian bawah
celananya dia berkata. "Kuntilanak atau demit perempuan. Kalau kau suka minum
kencingku silahkan unjukkan diri!"
"Hik... hik... hik..." Suara tawa panjang terdengar keras dan jelas. Si kakek
pancarkan air kencing. Kemudian dari sebuah pohon di samping pohon dimana dia
berada melesat turun satu bayangan kuning. Walau gerakan orang itu cepat sekali
namun si kakek masih sempat melihat kecantikan wajah dan ke-elokan potongan
tubuhnya. Semula dia mengira Liris Biru. Tapi Liris Biru berpakaian biru sedang
yang keluar dari pohon mengenakan pakaian kuning. Secepat kilat Setan Ngompol
melompat turun. Namun begitu menginjakkan kaki di tanah jalanan gadis cantik
berpakaian kuning telah lenyap, hanya meninggalkan bau harum yang masih menebar
di tempat itu. Setan Ngompol dongakkan kepala sambil menghirup-hirup udara. "Mungkin
tadi itu Bidadari Angin Timur yang menyaru" Bau harum yang aku cium hampir
sama dengan bau tubuh dan pakaiannya..."
Selagi si kakek tegak setengah bingung begitu rupa tiba-tiba dari kiri kanan
jalan berlompatan sekitar dua belas orang mencekal berbagai macam senjata. Salah
ebook by kalibening
seorang diantaranya adalah Ki Bening Surah, pemilik rumah makan. Di ujung jalan
empat penunggang kuda mendatangi. Prajurit-prajurit Kerajaan.
"Bunuh! Cincang sampai lumat!" teriak Ki Bening Surah.
"Bangsat tua ini pasti pemerkosa dan pembunuh dua gadis!"
Dua belas macam senjata berkelebat ke arah Setan Ngompol. Sambil tekap
bagian bawah perutnya dengan tangan kiri si kakek melesat ke udara. Sewaktu
melesat kaki kanannya bekerja. Yang diarahnya adalah Ki Bening Surah. Kalau
pimpinannya dihajar dulu, biasanya anak buahnya akan menjadi kecut.
"Bukkk!"
Ki Bening Surah menjerit keras. Tubuhnya terpental. Dada seperti melesak
membuat dia megap-megap susah bernafas. Mata mendelik. Pemilik rumah makan ini
nyaris terbanting di tanah kalau tidak ditolong oleh dua orang. Setan Ngompol
memang sengaja tidak menjatuhkan tangan jahat terhadap orang ini. Walau suara
tendangannya keras namun tidak menciderai atau menimbulkan luka dalam. Hanya
saja dugaan si kakek meleset. Walau Ki Bening Surah sudah dihajar begitu rupa
ternyata sebelas orang lainnya terus merangsek menggempurnya dengan senjata
maut. Penduduk Kuto Gede yang menganggap sebagai pemerkosa dan pembunuh memang
ingin sekali mencincang diri kakek ini sampai lumat!
"Aku bukan pemerkosa! Aku bukan pembunuh! Kalian mau menghentikan
serangan atau tidak"!" Setan Ngompol masih mau memberi ingat sambil berkelebat
kian kemari hindari serangan. Dia tahu orang-orang yang menyerangnya itu adalah
penduduk desa biasa yang boleh dikatakan tidak memiliki kemampuan silat dan
tengah melakukan tugas pengamanan.
"Bunuh tua bangka keparat itu! Jangan dikasih hati!" Ki Bening Surah masih
bisa berteriak.
Maka sebelas senjata kembali berkiblat. Setan Ngompol yang sudah bersiapsiap masukkan dua tangan ke dalam celana, berkelebat ke samping kiri.
"Plaakk! Plaaakk! Plaakk!" Tiga penyerang melintir kesakitan. Tamparan
dengantangan basah air kencing yang dilancarkan Setan Ngompol tepat mengenai
mulut dan hidung tiga penyerang hingga mengucurkan darah. Si kakek melompat ke
ebook by kalibening
sebelah kanan. Babatan sebilah celurit dan tusukan sebatang tombak dapat
dielakkan. Dua penyerang kemudian terkapar di tanah, roboh lagi-lagi kena tempeleng si
kakek. Melihat kejadian ini beberapa orang lainnya yang belum sempat kena hajaran Setan
Nompol cepat-cepat selamatkan diri dengan melompat mundur menjauhi si kakek.
Ketika Setan Ngompol mendekati Ki Bening Surah yang tergeletak di tanah, dua
orang yang tadi menolongnya buru-buru menghindar, takut kena tempeleng yang
dibumbui air kencing!
"Ki Bening Surah, kau orang baik. Makanya sini aku berikan hadiah istimewa
untukmu!" Setan Ngompol keluarkan tangan kirinya yang sejak tadi dimasukkan
dalam celana lalu dipeperkan ke muka, hidung dan mulut pemilik rumah makan itu.
"Ada lagi yang mau mencicipi air kencingku"!" tanya Setan Ngompol sambil
tangan kanan berkacak pinggang.
"Setan Ngompol! Kalau boleh aku minta! Aku suka! Hik..hik..hik!"
Satu suara perempuan menyahuti. Yang bicara ternyata ada di atas wuwungan
sebuah bangunan. Ketika Setan Ngompol berpaling dia segera mengenali. Orang di
atas atap rumah bukan lain adalah gadis berpakaian kuning yang tadi
mempermainkannya.
"Gadis nakal! Kali ini kau tidak bisa kabur lagi!" Setan Ngompol segera
melesat ke atas atap rumah. Selain itu dia sengaja menghindar dari empat
prajurit Kerajaan yang sudah sampai di tempat itu. Gadis di atas atap sambil tertawa
cekikikan melesat turun. Membuat si kakek jadi dongkol dan terpaksa melayang
turun lagi ke tanah melanjutkan pengejaran.
Ditolong oleh beberapa orang Ki Bening Surah bangkit berdiri. Mulutnya
berucap. "Perempuan di atas atap menyebut nama kakek itu. Setan Ngompol. Kalau
aku tahu tadi-tadi kakek itu adalah Setan Ngompol aku akan benar-benar
menghormatinya. Malah mungkin bisa diminta pertolongan untuk mencari pemerkosa
dan pembunuh dua gadis itu."
"Ki Bening, kau kenal kakek aneh bau pesing itu" Kulihat salah satu daun
kupingnya terbalik!" bertanya seorang yang berdiri di samping Ki Bening Surah.
ebook by kalibening
"Dia salah seorang tokoh rimba persilatan berkepandaian tinggi. Ah, aku telah
keliru berbuat..." Ki Bening Surah merasa menyesal. "Kita mulai meronda saja.
Sebagian dari kalian sebaiknya membantu prajurit Kerajaan berjaga-jaga di
sekitar rumah kediaman randa Tumenggung Kalijati...."
Empat prajurit Kerajaan sampai di tempat itu. Mereka menanyakan apa yang
terjadi. Ki Bening Surah tidak memberi tahu apa yang sebenarnya terjadi. Dia
berkata. "Seorang tokoh rimba persilatan tadi muncul di sini. Dia akan turun tangan
mencari pemerkosa dan pembunuh para gadis."
"Ki Bening, kau kelihatannya habis dihajar orang. Jika tokoh silat itu memang
punya niat menolong, mengapa dia mencideraimu...." Prajurit yang berkata
perhatikan tanda telapak kaki di dada pakaian pemilik rumah makan.
"Siapa nama tokoh silat itu?" Prajurit yang lain bertanya.
"Setan Ngompol." Jawab Ki Bening Surah.
"Apa" Setan Ngompol"!" Salah seorang prajurit berseru kaget. "Kakek sakti
itu adalah sahabat Pendekar Dua Satu Dua Wiro Sableng. Jika si kakek ada di
sini, berarti pendekar sinting itu juga ada di Kuto Gede! Berarti pendekar buronan
itulah yang telah melakukan pemerkosaan dan pembunuhan atas diri empat orang gadis!"
"Aku juga punya pikiran demikian!" ujar prajurit yang memelihara janggut
lebat. "Ingat peristiwa buruk yang menimpa Raden Ayu Ambarsari di Kotaraja
beberapa waktu lalu"! Kita harus memberi tahu atasan. Kita harus minta tambahan
pasukan. Kalau bisa tokoh silat Keraton harus membantu turun tangan! Keadaan
benar-benar berbahaya!"
Empat prajurit berkuda segera tinggalkan tempat itu. Ki Bening Surah tarik
Nafas panjang sambil mengusap dada. Mulutnya berucap perlahan. "Aku tidak bisa
percaya. Kalau pendekar terkenal bernama Wiro Sableng itu adalah pelaku semua
kejahatan di Kuto Gede ini. Tapi...kenyataan bisa berkata lain...."
*** ebook by kalibening
8 KUTO GEDE bukan saja terkenal dengan berbagai hasil kerajinan tangan yang
terbuat dari perak, namun juga dikenal sebagai gudangnya gadis ayu berparas
jelita. Tiga diantaranya yang paling terkenal adalah Sutri, Nawangsih dan Banjaratih.
Konon kecantikan tiga gadis ini telah tersebar ke berbagai penjuru negeri
termasuk ke Kotaraja. Banyak pemuda yang sengaja datang ke Kuto Gede untuk melihat sendiri
kecantikan tiga gadis itu. Kalau bisa tentunya sekalian berkenalan dan akhirnya
mendapatkannya sebagai calon istri. Para pemuda ini mulai dari kalangan rakyat
biasa sampai pada kerabat Keraton. Konon banyak pula dari golongan tua tapi
merasa punya kebolehan secara diam-diam mengirimkan utusan untuk menyampaikan
pinangan. Mereka boleh kecewa karena tidak satupun pinangan diterima. Di antara
tiga gadis memang sulit dikatakan mana yang paling cantik. Namun ada sedikit
kelebihan Banjaratih dari dua gadis lainnya. Selain cantik gadis satu ini adalah
puteri seorang Tumenggung yang sudah meninggal setahun silam. Sementara Sutri, anak
seorang pengrajin perak dan Nawangsih anak seorang petani.
Kegemparan melanda Kuto Gede ketika pagi dua hari lalu Sutri ditemukan
telah menjadi mayat. Padahal beberapa waktu sebelumnya dua orang gadis juga
telah lebih dulu menjadi korban kebejatan. Tubuh Sutri tergeletak dalam keadaan bugil
di tepi anak Kali Opak. Bibir biru dan di kening menempel sekuntum bunga tanjung.
Dari keadaan aurat si gadis jelas menunjukkan tanda-tanda kalau Sutri telah
dirusak dulu kehormatannya sebelum dibunuh. Sama dengan yang terjadi dengan dua gadis
terdahulu. Peristiwa perkosaan dan pembunuhan gadis cantik ini serta merta tersebar luas
dan dihubung-hubungkan orang dengan cerita tentang perkosaan dan pembunuhan
yang menimpa belasan gadis sebelumnya di berbagai tempat. Satu diantaranya
adalah Raden Ayu Ambarsari, cucu Pangeran Tua Sena Wirapala. Dalam peristiwa yang
menimpa gadis Keraton ini malah Pendekar 212 Wiro Sableng yang kena getahnya,
dituduh sebagai pelaku pemerkosa dan pembunuh.
ebook by kalibening
Belum sirap kegegeran kematian Sutri, satu hari kemudian giliran Nawangsih
menyusul menjadi korban. Gadis puteri petani yang tinggal di selatan Kuto Gede
ini ditemui orang tuanya sendiri di dalam kamar tidur dalam keadaan tak bernafas
lagi. Nawangsih tergeletak di atas tempat tidur tanpa sehelai benangpun menutupi
tubuhnya yang halus mulus. Sekuntum bunga tanjung menempel di keningnya. Kuto
Gede yang sehari-harinya selalu berada dalam keadaan ramai sampai malam, setelah
empat peristiwa pembunuhan ini serta merta menjadi sepi. Para penduduk terutama
yang mempunyai anak gadis, biar cantik atau jelek sama-sama mengunci pintu rumah
sebelum malam tiba.
Ni Suwita, ibu Banjaratih, janda Tumenggung Ageng Sundoro, yang turunan
Bali itu dengan sendirinya merasa sangat khawatir. Tidak mustahil puterinya
Banjaratih akan menjadi korban perkosaan dan pembunuhan berikutnya.
Kekhawatiran itu disampaikan pada pejabat desa disertai permohonan perlindungan.
Maka malam itu juga dibentuk beberapa kelompok peronda kota, satu diantaranya
adalah kelompok yang dipimpin Ki Bening Surah, pemilik rumah makan. Lalu ada
kelompok lain dipimpin Ki Bayu Sleman, kepala desa Kuto Gede. Selain itu dua
puluh orang prajurit didatangkan dari Kotaraja. Empat orang dari mereka mengawal
rumah kediaman Banjaratih, sisanya ada yang berkeliling kota, sebagian lagi
berjaga- jaga di tempat-tempat tertentu.
Seorang guru silat terkenal di Kuto Gede bernama Ki Walang Bakar ikut
berjaga-jaga di rumah si gadis. Guru silat ini berwajah hitam sebelah akibat
terbakar sewaktu masih kecil. Lalu masih ada belasan pemuda yang menaruh hati terhadap si
gadis bergabung pula melakukan pengawalan secara sukarela.
Larut malam hujan rintik-rintik kembali turun dan tiupan angin terasa dingin.
Semua orang yang berjaga-jaga di rumah kediaman Banjaratih menghilangkan rasa
kantuk dengan mengobrol sambil meneguk kopi hangat yang disuguhkan pembantu
rumah. Dalam kesunyian serta udara malam yang semakin dingin tiba-tiba langit di
arah timur tampak terang. Asap hitam mengepul tinggi ke udara. Di kejauhan
terdengar suara kentongan bertalu-talu.
ebook by kalibening
"Api! Kebakaran!" teriak seorang prajurit yang berjaga di rumah Banjaratih
dan pertama kali melihat nyala terang di langit. Semua orang yang ada di tempat
itu tersentak, berlari ke halaman depan, memandang ke langit sebelah timur. Inilah
satu kesalahan besar yang tidak mereka sadari!
"Tidak pernah kejadian kebakaran di daerah ini selama belasan tahun!" kata
Kepala Desa Ki Bayu Sleman.
"Saat ini bukan musim kemarau. Malam hari pula. Bagaimana mungkin..."
ucap guru silat Ki Walang Bakar.
"Ki Walang, kau tetap di sini berjaga-jaga. Aku bersama beberapa orang akan
menyelidik ke sana. Tampaknya dari arah Kampung Baturejo."
"Ki Bayu Sleman bersama dua orang prajurit, ditemani enam orang lainnya
dengan menunggang kuda segera menghambur ke arah timur, menuju tempat
terjadinya kebakaran.
*** SELAGI perhatian semua orang tertuju pada kebakaran yang terjadi di sebelah
timur Kuto Gede, dari balik sebatang pohon besar di halaman belakang rumah
kediaman Banjaratih seorang yang baru saja mendekam di sana menyeringai. Lalu
tidak menunggu lebih lama dia segera berkelebat. Gerakannya enteng dan cepat
sekali. Sebentar saja dia sudah berada di bagian belakang rumah besar. Tanpa
kesulitan dia berhasil membuka sebuah jendela lalu menerobos masuk ke dalam
rumah besar. Suasana di dalam rumah serba gelap. Tak ada penerangan yang menyala.
Walau gelap namun orang yang masuk mampu bergerak cepat. Mungkin dia sudah
tahu seluk beluk rumah besar milik mendiang Tumenggung Ageng Sundoro itu atau
bisa saja orang ini memang memilki ilmu kepandaian yang membuat dia mampu
melihat dan bergerak di dalam gelap.
Di hadapan sebuah pintu kayu orang itu berhenti. Dia memasang telinga
sebentar lalu mendorong daun pintu. Daun pintu bergerak membuka. Selarik cahaya
ebook by kalibening
temaram lampu minyak kecil memancar dari dalam. Orang di ambang pintu merasa
ada kejanggalan. Dia merasa adalah aneh, kalau kamar itu pintunya tidak dikunci
dari dalam. Di luar rumah hampr dua lusin orang berjaga-jaga. Mengapa orang yang
dijaga malah tidak berlaku hati-hati"
Lewat celah pintu yang terbuka orang itu melihat sesosok tubuh yang terbaring
tidur menghadap ke dinding, tertutup selimut. Pintu didorong lebih lebar lalu
dengan cepat dia menyelinap masuk ke dalam kamar. Tanpa suara pintu ditutup, dikunci
dengan mendorong gerendel.
Orang yang masuk ke dalam kamar ternyata adalah pemuda berwajah cakap,
berkumis serta janggut dan berewok tipis rapi, mengenakan pakaian hitam bersulam
bunga perak dan emas. Sehelai kain merah terikat di keningnya. Cakra Mentari!
Inilah pemuda yang terjebak dalam kesesatan, penebar malapetaka yang berada
dibawah kekuasaan mahluk tanpa wajah dan memiliki ilmu kesaktian bersumber dari
kitab bahala bernama Kitab Jagat Pusaka Alam Gaib. Dia diperintahkan untuk
memperkosa dan membunuh 41 orang gadis dan mencelakai sebanyak mungkin para
pendekar rimba persilatan. (baca serial sebelumnya berjudul "Insan Tanpa Wajah")
Cakra Mentari perhatikan tubuh gadis yang tergolek di atas tempat tidur,
menghadap ke dinding membelakanginya. Selimut menutup sampai ke punggung.
Rambut hitam panjang terjulai di punggung.
Perlahan-lahan pemuda itu duduk di tepi tempat tidur. Beberapa kali dibelainya
rambut hitam orang yang tidur. Lalu dari salah satu kantong baju hitamnya dia


Wiro Sableng 155 Sang Pemikat di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mengeluarkan sebuah kantong kain berisi patung memancarkan cahaya redup
kemerahan. Patung itu berbentuk sepasang leleaki dan perempuan tengah melakukan
hubungan badan. Patung Kamasutra! Patung yang selama ini telah menjadi sumber
malapetaka mulai dari ujung timur sampai ke pertengahan tanah Jawa.
"Banjaratih, bangunlah...." Ucap Cakra Mentari sambil mengangkat rambut
hitam gadis yang tidur lalu mencium kuduk putih yang ditumbuhi bulu-bulu halus.
Gadis di atas tempat tidur menggeliat lalu tidur kembali. Wajahnya masih
menghadap ke dinding. ebook by kalibening
"Banjaratih kekasihku, bangunlah. Aku datang membawa kebahagiaan
untukmu." Cakra Mentari tarik selimut yang menutupi tubuh si gadis. Ketika dia
berusaha membalikkan tubuh yang tidur miring menghadap dinding itu, pada saat
itulah tiba-tiba tubuh itu bergerak cepat, melesat bangkit. Kaki kanan menderu.
"Bukkk!"
Cakra Mentari berseru kaget dan kesakitan ketika tendangan kaki kanan
mendarat di dadanya sebelah kanan. Tubuhnya terpental ke dinding kamar. Papan
dinding berpecahan. Patung Kamasutra yang ada di tangan kiri sempat terlepas.
Dia cepat melompat menjakau patung. Tangan kanan dipergunakan untuk menangkis
jotosan berantai yang dilancarkan gadis di atas tempat tidur. Cakra Mentari
memiliki ketahanan tubuh luar biasa. Kalau orang lain yang terkena tendangan tadi pasti
sudah remuk berpatahan tulang dadanya. Pemuda ini hanya merasa sakit sebentar lalu
lenyap. Cakra Mentari kerahkan tenaga dalam. Settt! Selarik cahaya merah muncul
sepanjang lengan kanannya. Begitu lawan menyerang dan memukul lengan, si gadis
langsung terpekik dan terjajar ke diniding.
"Kau bukan Banjaratih...." Cakra Mentari keluarkan ucapan. Mata mendelik
tak berkesip memperhatikan gadis berpakaian biru yang masih berdiri di atas
tempat tidur. Walau marah suara pemuda ini tetap lembut. Si gadis balas memandang
dengan beliakan mata tak kalah besar sambil memegang lengan kanannya yang serasa mau
putus akibat bentrokan pukulan tadi.
"Manusia jahanam! Laknat terkutuk! Aku memang bukan Banjaratih yang
hendak kau jadikan korban kebejatanmu! Aku adalah Liris Biru! Kau telah
memperkosa dan membunuh kakakku! Kau juga memperkosa dan membunuh banyak
gadis di kawasan ini! Kau harus mampus saat ini juga!"
"Ah, aku ingat sekarang..." ucap Cakra Mentari.
"Jangan banyak mulut!" bentak Liris Biru.
Dengan gerakan cepat si gadis silangkan dua tangan di depan dada. Sepuluh
kuku jarinya mencuat panjang, berubah menjadi hitam. Dari ujung sepuluh kuku
jari mengucur cairan hitam berbau busuk serta mengepulkan asap panas. Inilah ilmu
ebook by kalibening
kesaktian sangat jahat bernama Limbah Neraka Menghujat Bumi. Lawan yang
terkena serangan ini akan terkelupas membusuk sekujur tubuhnya.
"Tunggu! Tahan dulu seranganmu!" ucap Cakra Mentari, tetap dengan suara
lembut. "Aku bersumpah tidak membunuh saudaramu. Kau salah menduga. Aku
hanya memperlihatkan patung ini padanya. Kau juga boleh melihat jika kau suka..."
Cakra mentari lalu angsurkan Patung Kamasutra ke muka Liris Biru. Suara
lembut. Kata-kata meyakinkan yang mengangkat sumpah serta benda di tangan kiri
si pemuda membuat Liris Biru sesaat menahan gerakan, melirik ke arah Patung
Kamasutra yang dipegang Cakra Mentari. Saat itu dari dalam patung keluar
bayangan sosok lelaki dan satu perempuan yang makin lama makin besar dan tambah kentara.
Keduanya menggeliat-geliat seperti tengah melakukan tarian aneh. Sambil menari
mereka membuka pakaian masing-masing. Astaga! Liris Biru melihat sosok
perempuan yang keluar dari patung adalah dirinya sendiri sedang sosok lelaki
adalah pemuda berpakaian hitam.
"Liris Biru, tidakkah indah sekali apa yang kau lihat?"
Liris Biru terkesiap. Darahnya menggelora. Bagaimanapun juga rangsangan
mulai menguasai dirinya.
"Dengar, kau adalah kekasihku dan aku Cakra Mentari adalah kekasihmu. Liris
Biru, tanggalkan pakaianmu. Mari kita mencari kenikmatan..."
Liris Biru palingkan kepala, menatap ke arah Cakra Mentari.
"Cakra..." ucap Liris Biru perlahan.
"Ah, merdunya suaramu menyebut namaku. Tanggalkan pakaianmu. Turunlah
dari atas tempat tidur..."
Dua kaki Liris Biru melangkah maju. Dua tangan membuat gerakan membuka
kancing-kancing baju biru.
*** ebook by kalibening
9 SAAT ITU tiba-tiba wajah kakaknya terbayang muncul di depan mata Liris
Biru. Bibir membiru, sekuntum bunga tanjung di kening. Tubuh tanpa pakaian.
Tiba- tiba didahului teriakan dahsyat murid mendiang Hantu Malam Brgigi Perak ini
melompat ke arah Cakra Mentari. Dua tangan melesat. Satu menjotos, satu merobek.
Cairan hitam dan kepulan asap berbau busuk keluar menderu dari ujung sepuluh
jari kuku. "Gadis cantik mengapa berlaku tolol?"
Sambil bergerak mundur Cakra mentari cepat rundukkan kepala. Jotosan Liris
Biru lewat setengah jengkal di kepala kanannya sementara gerakan mencakar hanya
merobek angin. Gagal dengan serangan pertama, Liris Biru lancarkan serangan kedua. Kali ini
dia kerahkan seluruh tenaga dalam serta hawa sakti yang dimilikinya. Sementara
di luar rumah terdengar suara orang berdatangan. Ada yang berteriak.
"Ada keributan di dalam rumah!"
Kurung rumah rapat-rapat! Beberapa orang lekas ikut aku masuk ke dalam!"
Itu suara teriakan guru silat Ki Walang Bakar.
"Gadis cantik, jangan terlalu nekad. Kalau kau tidak mau menanggalkan
pakaian tak jadi apa. Tapi lekas ikut aku. Kau bisa meneruskan bersenang-senang
di tempat lain."
"Dajal terkutuk! Kau bersenang-senanglah di neraka!" Teriak liris Biru. Lalu
gadis ini teruskan serangannya dengan segala kedahsyatan. Air busuk bermuncratan
mengotori pakaian si pemuda.
Cakra Mentari hilang kesabaran. Bagaimanapun juga serangan si gadis tidak
bisa dianggap enteng. Selain itu di luar sana terdengar banyak orang lari
mendatangi rumah. Sambil turunkan tangan kiri yang memegang Patung Kamasutra pemuda ini
dorongkan tangan kanan.
"Wusss!!!"
ebook by kalibening
Tiga larik sinar merah, hijau dan biru menyambar berbarengan.
Pukulan Tiga Cahaya Alam Gaib!
Liris Biru menjerit keras. Walau dia berusaha menghindar selamatkan diri
tubuhnya sebalah kiri masih sempat tersambar hingga mengepulkan asap, mencelat
mental menjebol dinding kamar dan akhirnya terlempar ke halaman samping.
Tidak menunggu lebih lama Cakra Mentari segera melesat keluar rumah lewat
dinding yang jebol. Sementara sebagian dinding rumah yang terbuat dari kayu
tampak terbakar. Api merembet ke atap.
"Api! Ada api membakar rumah!" Seseorang berteriak.
"Cari air! Lekas padamkan!" seorang lain balas berteriak.
"Dajal terkutuk! Kau mau lari kemana!" teriak Liris Biru. Dalam keadaan
sebelah tubuh nyaris leleh dan termiring-miring gadis ini berusaha mengejar
sambil lepaskan satu pukulan tangan kosong namun dia keburu roboh. Orang yang dikejar
lenyap dalam kegelapan malam. Saat itu pula belasan orang telah berdiri
mengelilinginya.
Ki Walang Bakar membungkuk di samping Liris Biru. Walau wajah dan tubuh
sebelah kanan utuh namun guru silat ini tidak mampu menahan rasa ngerinya
melihat keadaan tubuh sebelah kiri si gadis yang nyaris leleh. Dia bahkan dapat melihat
tulang bahu, lengan dan sebagian tulang iganya!
"Kau siapa" Apa yang terjadi?" Bertanya Ki Walang Bakar. Dia letakkan
tangan kanan di atas kening Liris Biru sambil mengerahkan hawa sakti untuk
memberi kekuatan.
Seorang prajurit yang masuk memeriksa ke dalam rumah keluar lagi sambil
berteriak. "Den Ayu Banjaratih dan ibunya tidak ada di dalam rumah!"
Semua orang menjadi kaget. Ki Walang Bakar segera memerintahkan beberapa
orang memeriksa lagi seluruh rumah besar lalu kembali bertanya pada Liris Biru.
"Apakah kau bisa bicara?"
Liris Biru tak menjawab. Matanya nyalang tak berkesip.
"Lukanya sangat parah, biar aku menolongnya dulu!" Terdengar seseorang
berucap lalu seorang kakek berkepala setengah botak, bercelana basah oleh air
ebook by kalibening
kencing menggendong Liris Biru, membawa dan membaringkan gadis itu di serambi
depan rumah besar.
Semua orang mengikuti termasuk Ki Walang bakar. Seorang prajurit bertanya
dengan suara keras.
"Siapa kakek bau pesing itu"! Dia bisa berbuat apa"!"
Ki Walang Bakar berpikir keras, berusaha mengingat-ingat.
Ki Bening Surah, pemilik rumah makan yang barusan sampai ke tempat itu
menjawab. "Dia bukan kakek sembarangan. Namanya Setan Ngompol. Salah seorang
tokoh rimba persilatan..."
Setan Ngompol bersimpuh sambil menahan kencing di samping Liris Biru. Dia
pegang lengan kanan gadis ini sembari mengalirkan tenaga dalam sementara tangan
kanan ditekapkan ke ubun-ubun. Si kakek tidak kuasa menahan air mata. Dengan
suara tersendat dia berkata.
"Aku sudah mengingatkan. Jangan pergi sendirian...."
"Kek.... Aku tidak menyesalkan kematian ini...." Jawab Liris Biru. Suaranya
cukup keras dan lancar sehingga orang banyak bisa mendengar. Namun wajahnya
yang cantik mulai pucat. "Yang aku sesalkan ... aku tidak dapat membalas sakit
hati kematian kakak. Aku tidak berhasil membunuh manusia terkutuk tukang perkosa dan
pembunuh itu..."
"Aku menyesal datang terlambat. Kau... kau menemui pemuda bernama Cakra
itu" Dia yang melakukan ini padamu?"
Liris Biru kedipkan mata.
"Dia yang melakukan Kek. Aku berhasil menjebaknya. Diam-diam, tidak ada
yang tahu kalau aku mengungsikan Banjaratih dan ibunya ke kamar pelayan. Lalu
aku sengaja tidur di kamar Banjaratih. Aku menunggu. Aku tahu manusia dajal itu
pasti datang. Karena sebelumnya dia sudah membunuh beberapa gadis di Kuto gede
ini. Dia benar-benar muncul. Namun aku tidak berdaya menghadapinya. Dia
memiliki pukulan sakti memancarkan tiga cahaya. Kau harus berhati-hati jika
suatu ketika berhadapan dengan dia. Beri tahu kawan-kawan."
ebook by kalibening
Semua orang yang ada di tempat itu sama-sama terkejut mendengar apa yang
diucapkan Liris Biru. Terutama Ki Walang Bakar si guru silat dan Ki Bening Surah
pemilik rumah makan. Mereka tidak menyangka kalau seorang gadis rimba persilatan
telah menyusup ke dalam rumah almarhum Tumenggung Ageng Sundoro. Lebih dari
itu kini semua orang tahu kalau pelaku pemerkosa dan pembunuhan para gadis di
Kuto Gede bukanlah Pendekar 212 Wiro Sableng yang selama ini mereka tuduhkan.
Bersama dua orang prajurit Ki Walang Bakar memeriksa ke kamar pelayan di
bagian belakang rumah besar. Mereka memang menemukan Banjaratih bersama ibu
dan seorang pelayan perempuan di dalam kamar itu. Ketiga perempuan ini tampak
pucat pasi dilanda ketakutan.
Liris Biru kembali keluarkan ucapan. Kali ini suaranya mulai terdengar pelan.
"Kek, beri tahu sahabat Wiro kalau kau menyaksikan dan mengantar
kematianku..."
"Serrr!" Kencing Setan Ngompol langsung muncrat.
"Liris, kau tidak akan mati. Lukamu memang hebat. Tapi kau akan sembuh.
Aku akan membawamu ke tempat Ki Tambakpati. Atau mencari Purnama...." Kata
Setan Ngompol pula.
Liris Biru tersenyum. Dia memberi isyarat dengan gerakan tangan kanan agar
Setan Ngompol mendekat.
"Kek, ada sesuatu yang harus aku katakan padamu. Dekatkan telingamu ke
mulutku. Aku tak ingin orang lain mendengar..."
Si kakek ulurkan kepala. Kuping kiri didekatkan ke mulut Liris Biru.
"Kek.... Di Dalam gua Cadas Biru, guruku menyembunyikan lima puluh kati
candu. Milik pedagang Cina yang pernah dijarah oleh orang-orang Keraton
Kaliningrat. Harap kau mau mengamankan dan menyimpan rahasia ini baik-baik.
Kau boleh ambil candu itu asal untuk kebaikan. Atau kalau kau tak bisa menangani
kau musnahkan saja agar tidak jadi perkara...."
"Aku akan lakukan apa yang kau katakan," jawab Setan Ngompol.
"Kek, jika kau bertemu Pendekar Dua Satu Dua, sampaikan salamku. Katakan
padanya bahwa dia adalah pemuda pertama yang aku cintai dalam hidupku..."
ebook by kalibening
"Kau gadis baik. Wiro pasti juga mencintaimu..." Setan Ngompol coba
menghibur. "Apa yang jadi pesanmu akan aku sampaikan padanya."
"Kek...Aku ada satu permintaan..." Suara Liris Biru makin perlahan.
"Katakan, ucapkan..."
"Aku ingin dikubur di Cadas biru. Dekat makam guru dan kakakku..."
"Jangan berkata begitu. Tuhan akan memberimu umur panjang."
Liris Biru tersenyum. Bersamaan dengan merebaknya senyum itu sepasang
matanya yang bagus menutup dan nyawapun lepas meninggalkan tubuh. Setan
Ngompol pegangi wajah Liris Biru dengan dua tangan, menangis terisak-isak. Dia
memang syang pada gadis itu. Sayang seperti seorang kakek pada cucunya. Dia
merasa menyesal tidak mampu menyelamatkan Liris Biru.
Setan Ngompol gendong Liris Biru dengan kedua tangannya.
"Kek, kau mau membawa gadis itu kemana" Perbolehkan kami membantu."
Berkata guru silat Ki Walang Bakar.
"Terima kasih. Kalian sudah mendengar apa yang tadi dikatakannya. Dia ingin
dikubur dekat makam guru dan saudaranya. Aku akan membawanya ke sana. Para
sahabat semua kalian harus berhati-hati. Tetap waspada. Manusia jahat tukang
pemerkosa dan pembunuh itu bernama Cakra. Dia mengenakan pakaian serba hitam
dihias sulaman bunga tanjung. Keningnya diikat kain merah. Dia memelihara kumis,
janggut dan berewok tipis. Dia masih berkeliaran di luar sana. Dia pasti akan
kembali ke sini. Aku tidak bisa membantu kalian. Aku tidak memandang rendah kekuatan
kalian. Tapi akan lebih aman jika kalian minta bantuan para tokoh silat istana
di Kotaraja. Pemuda dajal bernama Cakra itu memiliki kesaktian tinggi. Karenanya dalam
menghadpi manusia itu selain mempergunakan ilmu kepandaian, kalian juga harus
mempergunakan akal seperti yang dilakukan gadis ini."
"Terima kasih Kek, kau telah mau memberi nasihat sangat berharga. Kami bisa
menyediakan kereta dan kusir serta pengawalan untuk membawamu dan jenasah
gadis itu ke Cadas Biru..." kata Kepala Desa Ki Bayu Sleman yang baru saja datang
bersama rombongannya.
ebook by kalibening
Setan Ngompol menatap Kepala Desa itu lalu bertanya. "Apakah kau dan
orang-orangmu telah melihat kebakaran di Baturejo?"
"Yang terbakar ternyata hanya gudang padi kosong." Menjelaskan Ki Bayu
Sleman. "Aku yakin itu pekerjaannya Cakra. Selagi perhatian semua orang tertuju pada
kebakaran, dia menyusup masuk ke dalam rumah." Setan Ngompol lantas lanjutkan
kata-katnya. "Cadas Biru tidak terlalu jauh dari sini. Selain itu aku lebih suka
menggendong cucuku ini. Aku ingin tetap berada di dekatnya sebelum tanah makam
memisahkan kami untuk selama-lamanya..."
"Kalau begitu kami akan mengirimkan orang ke Cadas Biru untuk bantu


Wiro Sableng 155 Sang Pemikat di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menggali makamnya. Permintaan yang satu ini jangan kau tolak Kek," kata Ki
Walang Bakar. "Aku sangat berterima kasih menerima bantuan itu. Aku berangkat duluan..."
Jawab Setan Ngompol. Lalu kakek ini menuruni tangga rumah besar, berkelebat di
halaman dan lenyap dari pemandangan.
Sesaat setelah Setan Ngompol pergi bersama jenasah Liris Biru dalam
gendongannya, Ki Walang Bakar segera memerintahkan orang menyiapkan beberapa
ekor kuda. Delapan orang malam itu juga berangkat menuju Cadas Biru dipimpin
oleh si guru silat. Tak lupa membawa peralatan penggali kubur. Sementara Ki Bayu
Sleman pergi ke Kotaraja untuk menemui Kepala Pasukan Kerajaan guna meminta
bantuan pengamanan.
Ki Bening Surah dipercaya untuk mengatur persembunyian baru bagi
Banjaratih dan ibunya.
*** ebook by kalibening
10 CAKRA MENTARI merasa tubuhnya panas. Beberapa kali dia hentikan lari
untuk menyelidik apakah dirinya telah keracunan oleh cairan busuk dari kuku
Liris Biru yang menempel di pakaian hitamnya.
"Tidak ada apa-apa dengan diriku. Tapi mengapa aku merasa panas" Mungkin
terlalu jengkel karena tidak berhasil mendapatkan puteri Tumenggung itu garagara gadis bernama Liris Biru" Aku tidak boleh berlaku bodoh! Aku pasti mendapatkan
Banjaratih. Sialan cairan itu busuk sekali! Dan menempel di pakaianku! Aku harus
mencuci pakaian ini."
Pemuda itu terus lari ke arah timur. Dia tahu di satu tempat ada sebuah telaga
kecil. Begitu sampai di telaga langsung saja dia menceburkan diri. Setelah
membersihkan tubuh dan pakaiannya dia naik ke darat. Duduk di sebuah batu,
berangin-angin di kegelapan malam memandang ke arah telaga tanpa merasa dingin.
"Aneh, aku tidak bisa melupakan gadis bernama Banjaratih itu. Padahal
kecantikannya tidak terlalu melebihi Sutri dan Nawangsih. Tapi harus aku akui
Banjaratih memiliki tubuh mulus, betisnya putih...."
Seolah ada orang yang mendengar ucapan hati Cakra Mentari tiba-tiba
terdengar suara perempuan.
"Apakah begitu sulit melupakan gadis bernama Banjaratih itu?"
Cakra Mentari terkejut dan serta merta berdiri. Suara itu terdengar dekat sekali
tapi memandang berkeliling dia tidak melihat siapa-siapa. Dia memeriksa di balik
satu pohon besar, menyibak semak belukar. Tidak ada orang.
"Mungkin benar aku terlalu memikirkan gadis itu. Hingga suara hatiku sendiri
terdengar seperti suara orang...." Pikir Cakra Mentari.
"Apa diriku cukup pantas menjadi pengganti dirinya?" Kembali suara
perempuan tadi terdengar lagi. Cakra Mentari memperhatikan lagi berkeliling,
memeriksa di sekitarnya. Pemuda ini kembali ke tempatnya semula di tepi telaga
lalu tertawa gelak-gelak.
ebook by kalibening
"Tawamu menunjukkan kejantanan yang menggairahkan. Tetapi apakah ada
sesuatu yang lucu di malam ini" Atau mungkin diri ini memang tidak bisa menyamai
Banjaratih hingga kau mentertawaiku?"
"Perempuan yang bicara. Siapa Kau" Mengapa tidak berani unjukkan diri"
Aku tahu kau jelas bukan hantu telaga atau demit hutan belantara..."
"Ah, suaramu selembut pelukan angin malam. Sehangat cahaya sang surya
tatkala menyembul di pagi hari. Gadis mana yang tidak akan bahagia jatuh ke
dalam pangkuanmu?"
Cakra Mentari berpaling ke kiri karena suara itu datangnya dari kiri. Namun
dia tidak melihat orang yang bicara.
"Dari ceria suaramu, aku tahu kau adalah seorang gadis cantik. Dari desah
nafasmu aku tahu kecantikanmu melebihi Banjaratih gadis di Kuto gede itu. Kau
memiliki kegairahan alami yang tidak dimiliki gadis lain."
"Kau ternyata pandai memuji, membuat sejuk perasaan hati seorang dara.
Membuat darah bergelora. Kalau ternyata aku cuma seorang gadis buruk, apakah kau
akan mengejek dan menghina diriku?"
"Aku seorang yang sangat menghormati kaum perempuan..."
"Karena itu kau memperkosa lalu membunuh mereka?"
Cakra Mentari terkesiap mendengar kata-kata itu. Hatinya merasa tidak enak.
Perempuan yang bicara agaknya tahu banyak tentang dirinya.
"Kau diam saja. Apakah tiba-tiba menjadi marah padaku" Mungkin kau tidak
senang pada seorang gadis yang terlalu banyak bicara?"
"Aku bukan lelaki pemarah. Apa lagi aku tidak mengenal dirimu. Kalau saja
kau mau memperlihatkan diri aku akan merasa sangat bahagia." Sambil berkata
Cakra Mentari memperhatikan ke atas pohon besar di samping kanannya.
"Hai, aku tidak bersembunyi di atas pohon. Sejak tadi aku berada di dekatmu.
Kau saja yang tidak melihat karena hatimu terlalu risau."
Cakra Mentari terkejut. Berpaling ke kiri dia melihat seorang gadis duduk di
atas batu dimana dia tadi duduk! Gadis ini mengenakan kebaya dan celana kuning
ketat. Rambut putih tergerai. Wajah luar biasa cantik. Sepasang mata si pemuda
ebook by kalibening
seolah tertancap ke arah dada yang tersingkap lebar putih kencang dan menantang
karena potongan pakaian yang terlalu rendah. Dewi Pemikat!
"Apakah kau mengenali diriku?" bertanya si gadis.
"Tunggu...Aku ingat. Bukankah kau gadis yang beberapa malam lalu berada di
rumah kediaman Pangeran Aryo Dipasena?"
"Kau mengikutiku sekitar dua hari. Kau berhasil mendekatiku di rumah
Pangeran itu. Namun agaknya ada perseteruan antara kau dengan Pangeran. Kalau
tidak mengapa Pangeran itu tiba-tiba melepaskan satu pukulan sakti ke arahmu?"
"Aku tidak mengerti. Aku tidak punya perseteruan apa-apa dengan Pangeran
itu. Aku muncul di tempat kediamannya karena mengikutimu...."
"Begitu" Berarti Pangeran Aryo Dipasena cemburu padamu...."
"Pangeran itu lebih beruntung dariku. Bukankah dia berkesempatan melihat
tubuhmu dalam keadaan tanpa pakaian di tepi kolam?"
"Ah, sekarang kau yang cemburu," kata Dewi Pemikat. "Jadi kau juga ingin
melihat aku tanpa berpakaian. Satu saat aku akan melakukannya terhadapmu.
Terserah kapan kau maunya."
"Mengapa tidak sekarang?" jawab Cakra Mentari pula.
"Aku mengerti. Kau baru saja mandi dan masih kedinginan. Kau
membutuhkan kehangatan. Selain itu tadi maksudmu tidak kesampaian terhadap
Banjaratih. Bukankah kau ingin mencari pelepasan yang membahagiakan...?"
Cakra Mentari terdiam. Dia tidak pernah bertemu gadis yang bicara seberani
yang satu ini. Sejak beberapa lama ini dia memang mengikuti dan mengejaar gadis
ini. Dan baru sekarang bisa berdekatan begitu rupa dengannya. Ternyata si gadis
banyak tahu tentang gerak-geriknya. Dia mulai berpikir untuk berlaku hati-hati.
"Sahabat cantik, boleh aku tahu namamu?" Cakra bertanya.
"Kalau aku tidak bernama apakah kau mau memberikan sebuah nama?"
"Aku tidak percaya kalau gadis secantikmu tidak punya nama. Namamu pasti
bagus...."
Gadis yang duduk di atas batu tersenyum lebar. "Namaku Dewi...." katanya.
ebook by kalibening
"Nah, apa kataku. Dugaanku tak meleset. Namamu memang bagus." Cakra
Mentari melangkah mendekati si gadis, lalu duduk di sebuah batu rendah di
sampingnya. "Kau sendiri, siapa namamu?" tanya Dewi Pemikat pula.
"Cakra. Namaku Cakra Mentari...." Lalu sebelum si gadis sempat mengatakan
sesuatu pemuda ini menyambung ucapannya. "Aku akan memperlihatkan sesuatu
padamu. Ini sebuah benda langka. Tidak banyak orang beruntung melihatnya. Bagiku
kau seorang sangat istimewa. Karena itu aku akan memperlihatkannya padamu...."
Cakra menggerakkan tangan kanan ke celana hitam. Maksudnya hendak
mengeluarkan kantong kain berisi Patung Kamasutra yang ada di saku kanan celana.
"Hai, kau hendak memperlihatkan apamu?" tanya si gadis.
"Aku tidak bermaksud kurang ajar...."
"Kurang ajar mungkin tidak. Tapi nakal. Kau hendak meloloskan ikatan
celanamu. Kau hendak memperlihatkan auratmu?"
Walau tertawa wajah Cakra Mentari menjadi merah.
"Sudahlah, kau tak usah menunjukkan apa-apa padaku. Bagaimana kalau aku
yang menunjukkan sesuatu padamu?" Ucap Dewi Pemikat.
"Maksudmu?" tanya Cakra Mentari.
"Maksudku begini. Kau tetap duduk di atas batu ini. Aku pergi ke balik pohon
sana..." "Apa yang akan kau lakukan dibalik pohon itu?" tanya Cakra Mentari.
"Kau tunggu saja. Kau akan melihat sesuatu yang langka..." Sambil tersenyum
Dewi Pemikat bangkit berdiri. Lalu melangkah berjingkat-jingkat ke balik pohon
besar. Tidak lama menunggu tiba-tiba dari balik pohon melayang sebuah benda dan
jatuh tepat di hadapan Cakra Mentari. Ketika pemuda ini memperhatikan benda itu
ternyata adalah kebaya kuning milik si gadis. Dada Cakra Mentari berdebar.
Aliran darahnya menjadi cepat dan panas.
ebook by kalibening
"Hai! Kau boleh mengambil dan menciumi bajuku itu!" Terdengar suara si
gadis dari balik pohon disusul tawa menggairahkan. Cakra Mentari mengambil
kebaya kuning itu dan seolah terkena rayuan dia benar-benar menciumi baju itu.
Tak selang berapa lama dari balik pohon besar kembali melayang sebuah
benda kuning dan jatuh tepat di depan kaki Cakra Mentari. Kali ini yang dilihat
si pemuda adalah celana panjang kuning yang tadi dikenakan si gadis cantik. Tanpa
disuruh Cakra Mentari cepat-cepat mengambil celana itu lalu menciumi sepuas
hati. Sekujur tubuhnya terasa kejang dan panas. Dia berdiri dari duduknya.
"Hai! Tunggu! Jangan kesini dulu! Semuanya belum aku buka dan lemparkan
padamu..." Suara Dewi Pemikat terdengar dari balik pohon.
Begitu ucapan berakhir sebuah benda putih melayang dan jatuh di atas batu di
samping Cakra Mentari. Sepasang mata pemuda ini mendelik besar karena benda
putih itu adalah sehelai kain penutup dada perempuan. Dari bentuk kain penutup
itu jelas bahwa pemakainya memiliki sepasang payudara yang besar. Cakra Mentari
menelan ludah berulang-ulang. Dia memandang ke arah pohon. Saat itu sebuah benda
lagi melayang. Berwrna merah. Juga jatuh di dekat kakinya. Ketika diperhatikan
bergemuruhlah sekujur tubuh Cakra Mentari. Benda merah itu adalah pakaian dalam
sebelah bawah si gadis! Cakra Mentari mengambil kain penutup dada dan celana
merah lalu menciuminya sejadi-jadinya. Nafasnya memburu, hidung kembang
kempis. Tidak pernah dia diamuk nafsu begini rupa. Padahal telah sekian banyak
gadis yang ditelanjangi dan diperkosanya!
"Hai! Sekarang kau boleh datang ke sini! Tapi dengan satu syarat! Kau harus
menanggalkan seluruh pakaianmu!" Suara Dewi Pemikat menggema dari balik pohon.
"Apapun yang kau katakan akan aku lakukan Dewi!" Kata Cakra Mentari.
Pemuda ini campakkan pakaian lauar dan dalam milik Dewi Pemikat yang
dipegangnya lalu dengan cepat membuka baju dan celana hitamnya, juga celana
dalamnya. Dalam keadaan bugil sekali lompat saja dia sudah berada di dekat pohon
besar. Ketika dia menyelinap ke balik pohon pemuda ini melengak kaget. Gadis
bernama Dewi tidak ada di tempat itu! Di kejauhan terdengar suara tawa
cekikikan. Cakra Mentari merasa tengkuknya dingin. Dia ingat pada pakaian hitamnya dan
ebook by kalibening
Patung Kamasutra. Cepat-cepat pemuda ini kembali ke tepi telaga. Dia merasa lega
pakaiannya masih lengakap ada di sana, juga Patung Kamasutra masih ada di dalam
saku celana. Namun celana dalamnya tidak ada!
"Gadis itu mencuri celana dalamku!" Sesaat pemuda ini jadi gelisah. Ketika
dia memperhatikan lagi keadaan di tepi telaga ternyata baju dan celana kuning
serta pakaian dalam Dewi Pemikat juga tak ada lagi di tempat itu.
Cakra Mentari bersandar ke batang pohon.
"Aku tidak mengerti. Gadis tadi apakah dia benar manusia atau makhluk
jejadian" Gerakannya luar biasa cepat. Hingga dia bisa menipuku, muncul dan
menghilang seperti kilat. Kalau saja dia berniat jahat mengambil Patung
Kamasutra pasti bisa dilakukannya. Dia tidak melakukan itu. Atau dia tidak tahu mukjizat
nafsu yang ada dalam patung" Atau sebenarnya dia memang tak punya niat jahat. Lalu
mengapa dia berbuat seperti itu" Mengapa dia mencuri celana dalamku" Apa
hubungannya dengan Pangeran Aryo Dipasena?"
Tiba-tiba di atas pohon terdengar suara tawa cekikikan. Cakra Mentari
mendongak, siap hendak melompat ke atas namun membatalkan niatnya karena tibatiba dari atas melayang jatuh sebuah benda. Ketika ditangkapnya benda itu
ternyata adalah celana dalam miliknya sendiri.
"Edan! Gadis itu benar-benar mempermainkan diriku.... Dewi, kemanapun kau
pergi aku akan mengejarmu."
Tiba-tiba satu suara halus mengiang di telinga kanan Cakra Mentari.
"Tugasmu jauh dari rampung. Jangan terpikat oleh pandangan mata. Jangan
tergoda oleh gairah tapi penuh perdaya...."
Cakra Mentari mengusap telinga kanannya berulang kali. "Aku mengenali
suara itu. Aku pernah mendengar sebelumnya. Tapi apa peduliku...." Si pemuda
lantas berkelebat ke arah dimana diperkirakan perginya Dewi Pemikat.
TAMAT Serial berikutnya :
TOPAN DI GURUN TENGGER
Satria Terkutuk Kaki Tunggal 1 Dewa Iblis Karya Tak Diketahui Bangkitnya Pandan Wangi 3

Cari Blog Ini